Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 10
Untung bahwa bumi Pulau Jawa amatlah lohjinawi, tidak
saja subur menumbuhkan bahan makan yang berlimpah-ruah,
juga menjadi te mpat hidup segala maca m daun-daun
berkhasiat obat mujarab. Dengan tergesa-gesa Ki Tejoranu
mengumpulkan daun Sa mbiloto daun Jintan, daun Ketumbel,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan daun Ngokilo, me masaknya dan menuangkan ja mu ini ke
dalam tenggorokan Joko Wand iro yang masih pingsan. Ia
meras heran me ndapat kenyataan ketika ia minumkan ja mu
itu- bahwa tubuh Joko Wandiro tidaklah panas lagi dan napasnya tidak terengah-engah seperti tadi.
Kakek ini tidak tahu bahwa secara kebetulan Joko Wandiro
telah minum obat yang cukup manjur, yaitu darah ular itu
sendiri! . Kemudian Ki Tejoranu masuk ke dalam hutan lagi dengan
gerakan amat cepat. Tak la ma ia me ncari-cari dan ketika
kembali, ia sudah me mbawa obat-obat yang ia perlukan, yaitu
bawang putih, jeruk pecel, dan madu tawon. Ramuan obat ini
ia pakai untuk me ngompres luka di kaki dan pergelangan
lengan bekas gigitan ular.
Penuh ketekunan kakek ini merawat Joko Wandiro
sehingga dalam waktu tiga hari saja anak itu telah sembuh
sama sekali. Pada hari ke empat, pagi-pagi sekali Joko
Wandiro siuman.
Ia me mbuka mata dan terheran-heran mendapatkan
dirinya berada dalam sebuah gubuk kecil terbuat daripada
bambu dan daun kelapa, rebah di atas tanah ber tilam
anyaman daun kelapa.
Joko Wandiro terheran-heran, apalagi ketika ia bangkit dan
berdiri, ia merasa betapa perutnya hangat dan di dalam
dadanya terasa getaran-getaran tarik-menarik yang aneh.
Sebagai murid dari orang-orang sakt i, ia ma klum betapa di
dalam tubuhnya terdapat tenaga mukjijat yang dihimpun dari
hawa sakti. Setiap orang manusia me miliki hawa sakti ini,
hanya tidak setiap orang tahu bagaima na untuk menghimpun
dan me mpergunakannya. Justeru kepandaian menghimpun
hawa sakti inilah yang amat sukar dipe lajari, me mbutuhkan
ketekunan dan latihan serta gemblengan guru-guru yang
sakti, me mbutuhkan cara bersamadhi dan latihan pernapasan
yang matang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun Joko Wand iro sudah ma klum akan cara- caranya,
namun ia belum matang berlatih dan karenanya ia merasa
amat heran mengapa kini hawa sakti di dalam tubuhnya
men imbulkan getaran-getaran sedemikian hebatnya! .
Kemudian ia teringat betapa ia tergigit ular dan betapa
dengan ketakutan ia berlari-lari sambil me manggil kakek
gurunya. Teringat akan ini, ia terkejut dan cepat, memandang
pergelangan tangan kanannya. Sudah sembuh sa ma sekali!
Juga kakinya yang tergigit ular tidak ada bekasnya lagi. Ia
merasa heran dan bingung. Sambil melompat keluar dari
dalam gubuk kecil itu ia berseru me manggil.
"Eyang guru.. .....!!"
"Eh, kau sudah bangun " Sudah sembuh. ...... ?""
Seruan girang ini
me mbuat Joko Wandiro cepat
me mba likkan tubuh. Ki Tejoranu telah berdiri di depannya.
Wajah kakek ini berseri, matanya me mancar kan kegembiraan.
"Bukankah pa man ini Ki Tejoranu" Di mana kita dan
bagaimana aku bisa sa mpai di sini?"
Dengan singkat Ki Tejoranu menceritakan apa yang telah
terjadi, betapa ia melihat rombongan Jokowanengpati
mendarat di Se mpu, kemudian bagaimana ia mene mukan Joko
Wandiro dalam keadaan pingsan digigit ular hijau.
"Untung sekali tubuhmu a mat kuat dan darahmu bersih
sehingga racun ular tidak merenggut nyawamu,"
Sebagai penutup cerita Ki Tejoranu berkata. Biarpun dala m
bercerita itu ia bicara dengan suara pelo, namun cukup je las
bagi Joko Wandiro yang menjadi terharu dan berterima kasih
sekali. Bocah yang tahu akan sopan santun dan kenal akan budi
ini segera menjatuhkan diri berlutut di depan Ki Tejoranu,
menye mbah sambil menghaturkan banyak berterima kasih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tergesa-gesa Ki Tejoranu me mbangunkan Joko Wandiro.
"Wah, tidak usah begitu, anakku yang baik. Perbuatanku
mengobatimu itu sa ma sekali tidak ada altinya dengan
pelbuatanmu me mbelaku di hadapan lawan- lawan tangguh.
Kau menolongku dengan taluhan keselamatan dilimu send ili,
sebaliknya aku meno longmu tanpa taluhan apa-apa. Tak usah
kau belterima kasih, kalena hutangku kepadamu belum juga
lunas." "Paman, bagaima na jadinya dengan eyang guru?"
"Eyang gulu" Siapa yang kaumaksudkan?"
"Eyang guru adalah Bhagawan Rukmoseto atau Resi
Bhargowo. Beliau berada di atas Pulau Se mpu ketika aku
digigit ular dan....... dan ....... Endang Patibroto juga berada di
sana." "Endang Patibroto?""
"Ya, anak kecil, cucu eyang guru. Apakah mereka masih
berada di sana?"
Ki Tejoranu ter menung Ia terkejut juga mendengar bahwa
yang berada di Pulau Se mpu ada lah Resi Bhargowo. Kini
mengertilah ia bahwa Jokowanengpati dan rombongannya itu
tentu hendak me mbunuh Resi Bhargowo dan kabarnya hendak
mera mpas pula pusaka Mataram!
Tak disang kanya bahwa bocah ini, penolongnya yang amat
disayangnya, adalah cucu murid Resi Bhargowo!
Kemudian ia teringat akan tokoh luar biasa yang me layang
di per mukaan laut, bersama seorang anak pere mpuan.
"Apakah anak perempuan itu sebaya denganmu, bajunya
hijau, rambutnya panjang dikucir, mukanya tajam seperti bintang?" "Ya,ya ........ dialah Endang Patibroto."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mmm, dan Resi Bhargowo itu, apakah seorang kakek
tinggi besar seperti raksasa, kumisnya sekepal sebelah, tanpa
baju, kepandaiannya seperti dewa, pandai terbang dan berlari
di per mukaan laut" "
Joko Wandiro menggeleng kepala.
"Eyang guru Resi Bhargowo adalah seorang kakek yang
halus dan sama sekali bukan seperti raksasa. Beliau me mang
sakti mandraguna, akan tetapi ........ terbang dan berlari di
permukaan laut ........ kurasa....... entah bisa atau tidak ......."
"Anak yang baik, kau bilang mas ih cucu murid Resi
Bhargowo. Siapakah guru mu?"
"Guruku adalah ayahku sendiri, paman."
"Dan ayahmu, siapa dia?"
"Ayah bernama Pujo." "Hayaaaaa ........ !" Ki Tejoranu meloncat kaget. "Ayahmu.......
Pujo?""
"Betul, kenapa, pa man?"
"Ah, betapa kebetulan sekali! Bukankah ayahmu itu orang
gagah yang pernah me mbantu Ki Patih Narotama ketika
dikeroyok oleh Cekel Aksomolo dari te man-te mannya dalam
hutan di muara Sungai Lorog?"
"Betul. Ayahkulah yang dahulu di sana melawan paman
sendiri. Aku juga melihat betapa paman tidak mau berkelahi
dengan keroyokan kemudian ketika ayah datang, paman
menghadap i ayah."
"Oohh-oh~ahh.......! Kau melihat pula hal itu " Ayahmu
hebat, seorang manusia sakt i mandraguna. Pukulanpukulannya a mpuh me lebihi golokku! Kalau ayahmu murid
Resi Bhargowo sudah sedemikian hebat kepandaiannya,tentulah ilmu kepandaian eyangmu itu amat
tinggi. Dengan demikian,belum tentu beliau akan celaka di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan Jokowanengpati dan teman- temannya. Akan tetapi
kakek ra ksasa itu ........ ihh, ngeri dan serem hatiku kalau
mengingatnya. Entah siapa dia, akan tetapi aku melihat dia
masu k pulau bersama anak kecil te man mu itu, Endang
Patibroto."
Joko Wandiro terheran.
"Aku sendiri belum pernah melihat kakek yang paman
maksudkan tadi."
"Anak baik, siapakah na ma mu?"
"Aku Joko Wandiro, pa man."
Tiba-tiba Ki Tejoranu terpekik dan sekali tubuhnya
berkelebat, ia lenyap dari depan Joko Wandiro. Anak ini kaget
sekali, cepat menengok dan kiranya kakek itu sudah berada
jauh di belakangnya sehingga dia m-dia m ia a mat kagum akan
kecepatan gerak kake k ini.
"Ada apakah, paman?"
Ki Tejoranu men udingkan telunjuknya ke arah Joko
Wandiro, suaranya gemetar ketika ia bertanya,
"Kau....... kau .......benarkah nama mu Joko Wandiro.......?""
"Benar sekali, pa man. Apakah anehnya dengan na maku?"
"Aneh sekali benar aneh sekali .... "
Ki Tejoranu melangkah maju mengha mpiri Joko Wandiro,
lalu duduk di atas akar pohon di depan anak itu, memegang
kedua pundak Joko Wandiro sambil menatap wajah tampan
itu dengan pandang mata penuh selidik.
"Mereka bilang cucu adipati di Selopenangkep, putera
Raden Wisangjiwo, diculik Pujo dan anak itu bernama Joko
Wandiro ........ "
"Bohong itu...... !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joko Wandiro berteriak merenggutkan diri terlepas da ri
pegangan Ki Tejoranu sambil melangkah mundur, matanya
terbelalak dan wajahnya yang ta mpan ke lihatan marah.
"Paman, mengapa paman seperti kakek tua jahat Cekel
Aksomolo " Percaya akan segala kebohongan" Aku me mang
bernama Joko Wandiro, akan tetapi tidak diculik ayahku.
Bagaimana seorang ayah menculik anaknya , Sendiri " Kalau
mau bicara tentang penculikan, agaknya Cekel Aksomolo yang
dahulu hendak men culikku, ia
me maksaku pergi ke
Selopenangkep. Syukur paman dahulu datang menolong.Pujo
yang paman sebut-sebut itu adalah ayahku, juga guruku.
Sedangkan Wisangjiwo yang paman ma ksudkan itu, putera
Kadipaten Selopenangkep, adalah musuh besarku, musuh
besar ayahku yang akan kubunuh kalau aku berjumpa
dengannya!"
Ki Tejoranu ma kin bingung.
"Kenapa" Apa sebabnya ayahmu me musuhinya?"
"Si keparat Wisangjiwo telah me mbunuh ibuku!" kata Joko
Wandiro sa mbil mene kan perasaannya. Tak mungkin ia sudi
mencer itakan pada orang lain bahwa ibunya tidak hanya
dibunuh, akan tetapi juga diperhina oleh Wisangjiwo! .
"Aahhh ........ !"
Ki Tejoranu mengerutkan kening dan ma kin terheranheran. Kemudian ia berkata,
"Sungguh me mbingungkan keterangan-keterangan yang
saling bertentangan ini. Akan tetapi, Joko, anak baik. Yang
sudah jelas bagiku adalah bahwa Pujo seorang laki-laki jantan
dan sakti, sebalik nya Cekel Aksomolo dan teman-temannya
adalah orang-orang yang memiliki watak pengecut dan
curang. Mereka itu amat kuat dan me miliki banyak kaki
tangan, maka a mat berbahayalah kalau sa mpai mereka dapat
me lihat mu. Oleh karena itu, kau se mentara tinggal dulu
bersamaku dan agar tidak kesal hatimu,berlatihlah ilmu silat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan juga ilmu golok yang kelak tentu amat berguna bagimu,
sementara aku akan perg i menyelidiki keadaan kakek gurumu
di Pulau Se mpu dan menye lidiki di mana adanya ayahmu.
Akan kujumpa i ayah mu di Muara Lorog dan me mberi tahu
kepadanya tentang keadaanmu. Kalau kau ikut bersama ku,
aku khawatir akan bertemu dengan mereka di tengah jalan
dan kalau terjadi hal itu, terus terang saja aku tidak akan kuat
me lindungimu."
Joko Wandiro adalah seorang anak yang cerdik. Ia tahu
bahwa dirinya diselubungi rahasia yang aneh dan tahu pula
bahwa Cekel Aksomolo dan te man-te mannya adalah orangorang sakti yang takkan
terlawan oleh Ki Tejoranu
sendiri. Maka ia mengangguk dan
me mbenarkan kakek itu. Apalagi ia me mang kagum
menyaksikan gerak-gerik kakek ini yang pernah ia lihat
ketika bertanding. Ilmu golok
kakek ini amat hebat maka
Joko Wandiro men jadi girang
untuk me mpe lajarinya.
Demikianlah, mulai hari itu,
Joko Wandiro menerima ge mblengan Ki Tejoranu dalam ilmu
silat yang gerakannya amat cepat. Mula-mula ia diberi
pelajaran ilmu s ilat tangan kosong. Karena sejak kecil anak ini
sudah mendapat gemblengan keras dari Pujo, kemudian
ma lah mendapat bimbingan Resi Bhargowo , sendiri, boleh
dibilang Joko Wandiro ! telah me miliki dasar gerakan silat
tinggi, maka dengan girang dan kagum Ki Tejoranu mendapat
kenyataan betapa mudahnya anak ini mewar isi ilmunya.
Segera ia menurunkan ilmu goloknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada pagi hari yang cerah itu, sebulan setelah Joko
Wandiro mati-matian dan siang ma la m melatih ilmu silat,
mereka duduk di bawah pohon cempaka, berada di atas
rumpun dan berhadapan.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"joko Wandiro, anakku yang baik. Ilmu pukulan yang kau
pelajari dalam sebulan ini adalah dasar ilmu golok, yang mulai
hari ini a kan kuajarkan kepada mu. Joko, bergiranglah engkau
bahwa ilmu golok ini akan kau miliki, karena di negaraku sana,
ilmu golokku ini sudah terkenal. Bahkan karena ilmu golokku
inilah aku di sana dijuluki orang Si Golok Sakti. Julukan yang
me mbuat aku so mbong dan
menyeleweng daripada
kebenaran, lupa bahwa segala ilmu adalah anugerah Tuhan
yang harus dipergunakan untuk kebaikan sesuai dengan sifat
Tuhan, dan bahwa di dunia ini tidak ada yang paling pandai
kecuali Tuhan pula. Karena kesombongan dan penyelewenganku, maka aku terjatuh dan terpaksa melarikan
diri meninggalkan negaraku, merantau sampai di sini. Tidak
hanya di negaraku, juga di sini ber laku hukum bahwa s iapa
yang mengandalkan ilmu, kedudukan, atau harta untuk
bertindak sewenang-wenang me lakukan kejahatan, dia akan
runtuh! Juga di sini aku me lihat kenyataan bahwa yang paling
sakti adalah orang yang benar, karena yang benar dilindungi
Tuhan Yang Maha Sakti."
Filsafat seperti ini sudah seringkali d idengar Joko Wand iro,
maka ia mengangguk-angguk me mbenarkan Ayahnya, juga
eyang gurunya, sudah seringkali me mber inya nasehat-nasehat
dan petuah kebajikan hidup.
Mulailah Ki Tejoranu menurunkan ilmu goloknya yang luar
biasa itu kepada Joko Wand iro.
Hebat me mang ilmu golok ini. Ketika Ki Tejoranu me mberi
petunjuk sambil mainkan sepasang goloknya, tampak
gulungan dua sinar putih me nyilaukan mata disertai suara
mbrengengeng (mengaung seperti lebah). Joko Wandiro
me mandang penuh perhatian dan keka guman Ki Tejoranu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti dan mula i me mberi petunjuk secara mendetail dan
perlahan. "Anakku, di negaraku, aku dijuluki Si Golok Sakti karena
ilmu golok ini. Ilmu golok ini dicipta oleh guruku berdasarkan
gerakan ribuan ekor lebah putih yang mengeroyok seekor ular
besar. Karena itu diberi nama Ilmu Golok Lebah Putih. Dasar
keampuhannya terletak pada gerak-gerak menggunting
seperti banyak lebah menyerang dari jurusan-jurusan
berlawanan sehingga me mbingungkan lawan. Semua terdiri
dari tiga puluh ena m jurus yang dasar gerakannya telah kau
pelajari dengan tangan kosong selama ini. Nah, sekarang
perhatikan jurus pertama. Lihat baik-ba ik dan tirukan."
Demikianlah, mulai hari itu, Joko Wandiro menerima ilmu
golok yang dipe lajarinya penuh perhatian dan ketekunan. Ki
Tejoranu terheran-heran dan amat kagum me lihat anak ini.
Benar-benar me miliki dasar dan ba kat yang luar biasa. Dala m
waktu sehari saja, Joko Wandiro dapat menguasai empat jurus
dengan dasar gerakan yang cukup baik sehingga dalam waktu
sembilan hari, ia telah menguasai Ilmu Golok Lebah Sakti.
Pada hari ke sepuluh, Ki Tejoranu ketika bangun pagi
sekali, telah mendengar suara anak itu berlatih seorang diri. Ia
mengha mpiri, me mandang penuh perhatian sa mbil mengeluselus jenggotnya. Senang hatinya. Biarpun gerakannya belum
trampil dan cepat benar, namun dasarnya sudah benar,
tinggal me matangkannya dalam latihan saja. Benar luar biasa
anak ini, pikirnya senang.
Tidak hanya gerakan kaki tangan yang sudah tepat, bahkan
cara mengatur napas dalam gerakan silat ini, hal yang paling
sulit di ngat dan dipraktekkan dalam bersilat, sudah dikuasai
Joko Wandiro! Setelah anak itu menghabiskan tiga puluh
enam jurus dan hendak mengulang lag i dar i perta ma, Ki
Tejoranu berkata,
"Berhentilah dahulu, Joko. Kulihat kau telah menguasai
Lebah Putih, dan dasar-dasar gerakanmu sudah benar, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal me matangkan saja. Kalau kau setiap hari berlatih, ilmu
ini tentu akan mendarah daging kepadamu dan a kan a mat
berguna kelak. Hari ini aku akan berang kat menyelidiki
keadaan kakek gurumu di Pulau Se mpu, dan juga akan kucari
ayahmu. Engkau tinggallah saja dalam hutan ini sa mbil
berlatih ilmu golok. Jangan keluar dari dalam hutan ini
sebelum aku pulang. Di hutan ini cukup banyak buah-buahan
dan binatang, juga ada sumber airnya. Dalam waktu satu
bulan aku akan kembali, anakku.Sepasang golok tipis ini,
pusakaku selama puluhan tahun, kuberikan kepadamu, pakailah untuk berlatih."
Joko Wandiro menerima pusaka itu sa mbil men gucapkan
terima kasih kepada kakek yang a mat baik terhadap dirinya
itu. Ia maklum akan bahayanya kalau sampai bertemu dengan
musuh-musuh ayahnya, maka ia berjanji akan mentaati pesan
Ki Tejoranu. Orang tua itu lalu berangkat meninggalkan Joko
Wandiro, setelah meninggalkan pesan-pesan agar anak itu
berhati-hati. Mentaati pesan Ki Tejoranu, semenjak kakek itu pergi, Joko
Wandiro selalu ber latih ilmu golok dengan a mat tekun dan
rajin. Boleh dibilang setiap saat ia berlatih ilmu golok, dan
hanya berhenti untuk mengaso, makan atau tidur. Kadangkadang ia seling dengan latihan ilmu yang ia pelajar! dari
ayahnya dan yang disempurnakan oleh eyang gurunya, yaitu
ilmu pukulan Pethit Nogo dengan gerakan Bayu Tantra.
Berbeda dengan Ilmu Golok Lebah Putih ajaran Ki Tejoranu
yang mengandalkan kegesitan tubuh dan kerja sama yang
baik antara perasaan dan urat syaraf didasari peraturan
gerakan dan langkah, adalah ilmu-ilmu yang ia pelajari dari
ayah dan eyang gurunya lebih didasari aji kesaktian yang
diperkuat oleh keteguhan batin berkat latihan sa madhi dan
bertapa. Joko Wandiro me mang me miliki bakat luar biasa untuk
menjad i seorang ksatria utama Tidak saja se mua ilmu olah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keprajuritan dapat ia kuasai dengan a mat mudah, juga dala m
hal tapa brata, ia amat tekun dan kuat. Se menjak masih kec il
ia sudah dilatih dan dige mbleng ayahnya sehingga dahulu
dalam usia delapan sembilan tahun saja ia sudah seringkali
ikut ayahnya bertapa di dalam guha-guha di tepi pantai Laut
Selatan. Bertapa dan bersamadhi sampa i tiga hari tiga malam,
tanpa makan tanpa minum! Bagi seseorang dewasa, tentu
saja hal ini t idak men gherankan. Akan tetapi bagi seorang
anak berusia delapan tahun, benar-benar merupakan hal yang
mentakjubkan. Kini ia sudah berus ia dua be las tahun lebih. Bertapa tanpa
makan minum selama satu minggu saja merupakan hal biasa
bagi Joko Wandiro! Tidaklah mengherankan apabila dalam
usia semuda itu, ia telah memiliki beberapa macam ilmu
kesaktian yang mengagumkan. Dan sifat tahan tapa inilah
agaknya yang membuat ia secara mudah sekali dapat
menguasai Ilmu Golok Lebah Putih dalam waktu beberapa
bulan saja. Padahal, Ilmu Golok Lebah Putih termasuk ilmu
silat tinggi yang hanya mampu d ikuasai seorang ahli silat yang
sudah matang dasar-dasarnya, inipun untuk me nguasainya
secara sempurna me mbutuhkan waktu bertahun-tahun!
Sebutan lewat cepat. Ki Tejoranu belum juga pulang. Joko
Wandiro yang mengharapkan kedatangan Ki Tejoranu dalam
dalam satu dua hari ini, berlatih giat sekali. Ingin ia
menyenangkan hati kake k yang baik hati itu betapa selama ini
ia telah me mperoleh kemajuan pesat dalam Ilmu Golok Lebah
Putih. Juga hatinya girang karena pulangnya Ki Tejoranu akan
me mbawa berita tentang eyang gurunya dan ayahnya.
Pagi hari itu Joko Wandiro berlatih dengan tekun,
mengerahkan seluruh tenaganya dan mencurah kan seluruh
perhatian dalam gerakan-gerakannya. Sepasang golok tipis
ringan di tangannya itu lenyap bentuknya, berubah menjadi
dua gulungan sinar putih yang menyilaukan mata. Anak ini
belum ma mpu bergerak terlalu cepat sehingga tubuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyap terselimut gulungan s inar putih, akan tetapi berlatih
kurang dari setengah tahun sudah dapat menggerakkan
sepasang golok se hingga lenyap bentuknya, benar-benar
sudah amat me ngagumkan.
Tiba-tiba terdengar seruan suara aneh dan sesosok
bayangan putih berkelebat dekat se kali dengan Joko Wandiro
yang tengah bersilat. Mendadak sekali, tanpa dapat dicegah
lagi sepasang golok terbang lenyap dari kedua tangan Joko
Wandiro yang sama sekali tidak menyangka-nyangka. Anak ini
cepat menengok dan mencar i-cari dengan pandang matanya,
namun tidak ta mpak s iapapun juga di situ.
Sepasang goloknya lenyap dan tadi ia hanya melihat
berkelebatnya bayangan orang disusul pera mpasan goloknya
secara tiba-tiba. Kalau saja ia tahu bahwa bayangan itu
mera mpas goloknya tentu ia akan me lakukan perlawanan.
Dengan marah dan penasaran sekali, Joko Wandiro
me loncat dan mengejar, mencari ke sana-sini di sekitar hutan,
namun hasilnya sia-sia belaka. Kemudian ia duduk di bawah
pohon sambil menunjang dagu, terheran, penasaran, dan juga
agak gelisah. Ia mengingat-ingat. Bayangan itu tinggi kurus
seperti bayangan seorang kakek tua, akan tetapi gerakannya
begitu cepat dan ia sendiri tadi tengah bersilat dan tidak
me mperhatikan lain hal seh ingga tidak dapat melihat jelas.
Yang terang sepasang goloknya dirampas seorang kakek
yang tentu saja me miliki ilmu kesaktian yang hebat.
Ia termenung penuh penyesalan dan kekecewaan. Ia harus
berlatih makin giat. Ia harus dapat me matangkan ilmunya
karena sudah berkali-kali ia alami betapa banyaknya orangorang sakti di dunia ini yang harus ia hadapi. Orang-orang
sakti yang menyalahgunakan kesaktiannya.
Seperti Cekel Aksomolo dan teman-te mannya. Seperti
kakek tak terkenal yang kini me ncuri sepasang goloknya
menganda lkan kesaktiannya. Kalau ia tidak kalah pandai, tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin orang akan dapat merampas sepasang goloknya
dengan semaunya dan seenaknya saja!.
Hatinya makin penasaran dan juga bingung Karena ia
merasa ma lu bagaimana harus me mbe ri keterangan kepada Ki
Tejoranu tentang hilangnya sepasang golok pembe rian kakek
itu. Tiga hari kemudian, menje lang senja hari, datanglah Ki
Tejoranu. Kakek ini kelihatan lelah sekali, dan tekukan
wajahnya me mbayangkan berita yang tidak mengge mbirakan.
Joko Wandiro menahan diri, dan tidak a kan mencerita kan
pengalamannya sebelum kake k itu mengaso. Ia tidak mau
mena mbah berita yang tidak menyenangkan pada kakek Ini.
Cepat-cepat anak yang tahu akan kewajiban ini
menyediakan dawegang (ke lapa muda) untuk Ki Tejorartu
minum, dan buah-buahan untuk ma kan.
Setelah menghilangkan haus dan le lah, Ki Tejoranu berkata
kepada anak yang duduk bers ila di depannya,
"Aku agak terlambat, Joko. Akan tetapi perjalanan yang
jauh itu sungguh melelahkan karena hasilnya kosong belaka.
Baik eyang gurumu maupun ayahmu tak dapat kuketemukan.
Tempat mereka kosong belaka, tidak ada seorangpun di
Muara Lorog ma upun di Pulau Se mpu."
Tentu saja Joko Wandiro merasa amat kecewa.
"Ke mana kah mereka pergi, pa man?".
"Tak seorangpun tahu ke mana perginya ayah mu, Pujo.
Tidak ada orang mengenalnya. Juga di Pulau Sempu kosong,
eyang gurumu tidak berada di sana lagi. Akan tetapi, aku
banyak mendengar tentang perang saudara yang mulai
menga muk di kota raja dan kurasa ayahmu sebagai seorang
satria tentu pergi ke sana. Adapun tentang eyang gurumu
Bhagawan Rukmoseto, aku mendengar berita bahwa beliau itu
pergi menuju ke pertapaan Resi Gentayu ........ ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Resi Gentayu ........ " "
"Ya, Resi Gentayu atau Resi Jatmendra, atau juga Sang
Prabu Airlangga yang mengundurkan diri dan bertapa di
pertapaan Jalatunda."
Setelah berhenti sebentar Ki Tejoranu berkata pula "
"Besok atau lusa akan kuhantar engkau ke Jalatund
menyusul kakek gurumu itu, Joko. Akan tetapi aku ingin
me lihat engkau berhas il lebih dahulu da la m latihan ilmu go lok
Bagaimana, sudah ada ke majuankah " "
Ditanya begitu Joko Wand iro teringat akan sepasang
goleknya yang dirampas orang, maka ia berlutut sambil
menge luh, "Aduh, celaka paman. Tiga hari yang lalu, selagi aku
berlatih, sepasang, golok itu dira mpas orang ........ "
Ki Tejarani meloncat tinggi dan berdiri dengan muka
merah, mata terpentang lebar
"Siapa ........ " Siapa berani mera mpas" Bagaimana pula ia
dapat me rampas golok" Di mana dia mera mpas nya?"
Sebelum Joko Wandiro se mpat- menjawab, tiba-tiba
berkelebat bayangan putih dan tahu-tahu di situ telah berdiri
seorang kakek bermata sipit berkulit kuning yang tinggi kurus.
Sepasang golok Lebah Putih berada di kedua tangannya! Joko
Wandiro me mandang dengan penuh keheranan.
Kakek ini ra mbutnya sudah putih se mua, usianya tentu
amat tinggi. Pakaiannya seperti pertapa, berwarna putih.
Rambutnya digelung ke atas dan diikat sehelai pita sutera
putih pula. Mata yang sipit itu kini me mandang taja m ke arah
Ki Tejoranu, kemudian mulutnya menge luarkan kata-kata
asing yang sama sekali tidak dimengerti Joko Wandiro.
Ki Tejoranu sejenak melongo me man dang kakek itu,
kemudian tiba-tiba Ki Tejoranu menjatuhkan diri berlutut di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan kakek ra mbut putih itu dan mereka berdua lalu
bercakap-cakap dalam bahasa asing.
Joko Wandiro tidak
mengerti apa yang mereka percakapkan. Akan tetapi melihat sikap kakek tua yang baru
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja datang, agaknya kakek ini marah- marah kepada Ki
Tejoranu, menunjuk- nunjuk ke arah dia dengan golok kiri
sambil menga mang-a mangkan golok kanan ke arah Ki
Tejoranu. Sebaliknya, Ki Tejoranu hanya menjawab dengan ucapan
pendek-pendek,mengangguk-anggukkan kepala seperti orang
minta ampun. Kemudian kake k itu me mbentak keras dan
me langkah ke arah Joko Wandiro, sikapnya menganca m.
Akan tetapi Ki Tejoranu meloncat menghadang lalu ber lutut
lagi dan bicara sa mbil menggerak-gerakkan kedua tangan.
Kakek tua itu termenung, agaknya meragu, tangan kiri
yang me megang golok kini mengelus-elus jenggot panjang,
kemudian men gangguk-angguk. Tiba- t iba tampa k sinar go lok
berkelebat ke depan. Bukan main cepatnya gerakan ini
sehingga Joko Wand iro tida k tahu apa yang terjadi.
Tahu-tahu sepasang golok itu sudah me luncur dan
menancap di atas tanah di depan Ki Tejoranu, dan kakek itu
seperti berkelebat lenyap dari tempat itu! .
Lega rasa hati Joko Wandiro. Ia segera melompat
mengha mpiri Ki Tejoranu. "Ah, dia menge mbalikan goloknya!
Paman, siapakah kakek aneh itu dan apa kehendaknya?"
Ki Tejoranu t idak menjawab, hanya mengeluh. Joko
Wandiro melihat betapa wajah Ki Tejoranu pucat sekali dan
alangkah kagetnya ia ketika ia me ma ndang ke bawah, ia
me lihat dua buah jari tangan menggeletak di dekat sepasang
golok. Dua buah ibu jari! Dan ketika ia me mandang lagi,
kiranya kedua tangan Ki Tejoranu telah kehilangan ibu jarinya!
. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
)0oo-dw-oo0( Jilid 18 "PAMAN .......! Mengapa tanganmu ......."
Ki Tejoranu mengge leng kepala, tersenyum pahit.
"Kau carilah dulu getah pohon Gondang atau pohon
Gebang untuk obat ....... "
Joko Wandiro cepat lari dar i s itu,mencari obat yang
dikehendaki kake k itu. Ia tahu bahwa getah kedua pohon ini
amat baik untuk mengobati luka. Setelah dapat, ia cepat
kembali ke situ, me mbantu kakek itu mengobati kedua tangan
itu dan me mbalutnya erat-erat dengan robekan kain bersih.
Sejenak Ki Tejoranu mera mkan kedua mata, mengatur napas.
Kemudian ia me mbuka matanya dan berkata,
"Dia itu paman guruku, Joko ....... "
"Ahh ! Seorang paman guru mengapa begitu kejam"
Mengapa kedua ibu jari tanganmu dipotong" Dan men gapa
pula engkau me mbiarkannya saja, paman?"
"Kau tidak tahu, anakku. Dengarlah baik-baik ceritaku agar
menjad i contoh bagimu betapa tidak baiknya orang
mengagulkan kepandaian sendiri dan me njadi so mbong lalu
tersesat seperti aku ini ....... "
Kakek itu bersila di bawah pohon dan mulailah ia bercerita.
Ki Tejoranu dahu lu di Negeri Cina terkenal sebagai seorang
pendekar ahli Ilmu Go lok Lebah Putih yang ditakuti lawan dan
disegani kawan. Karena bakatnya yang baik, biarpun ia
seorang murid ter muda, namun ia paling pandai mainkan ilmu
golok itu sehingga ia mengatasi saudara-saudara
seperguruannya. Setelah keluar dari perguruan dan banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali mengalahkan lawan, mulailah kesombongan mencengkeramnya dan ia menjad i seorang muda yang
congkak dan sewenang-wenang, mengandalkan sepasang
golok yang tak terkalahkan!
Akhirnya sepak terjangnya yang menodai na ma baik
perguruan ini terdengar oleh guru dan pa man-pa man
gurunya. Ia dicari untuk dimintai pertanggungan jawabnya.
Karena maklum betapa keras peraturan perguruannya, Ki
Tejoranu la lu me larikan diri.
Namun ia dikejar-kejar terus dan akhirnya ia ikut dengan
perahu jong yang berlayar ke selatan sehingga akhirnya
tibalah ia di Pulau Jawa dan menetap di sini. Tertarik oleh
orang-orang sakti yang banyak terdapat di sini, akhirnya ia
menjad i seorang pertapa dan bertahun-tahun Ki Tejoranu
bertapa di tepi Danau Sarangan sehingga ia bertemu dengan
Ki Waro k Gendroyono dar i Ponorogo, menjadi sahabat dan
terbawa-bawa pula dalam rombongan sekutu Adipati
Joyowiseso. "De mikian lah riwayatku, anakku Joko Wandiro. Kake k itu
adalah paman guruku. Dia merantau sampai di sini dan
mende ngar bahwa aku berada di sini pula, dia sekalian
mencariku dan mencari keterangan kalau-kalau aku masih
me lakukan perbuatan-perbuatan
yang menodai nama perguruan kami. Secara kebetulan sekali dia melihat engkau
berlatih Ilmu Golok Lebah Putih, Joko. Dan ini merupakan
pantangan yang paling berat bagi perguruan kami. Seorang
murid tidak se kali-kali boleh menurunkan Ilmu Golok Lebah
Putih tanpa seijin para ketua dan aku telah melakukan
pelanggaran itu dengan mengajarkannya kepadamu! Untung
peristiwa ini tidak terjadi di negaraku, karena kalau terjadi di
sana, ketika ia melihat kau me latih ilmu golok itu, tentu dia
sudah turun tangan dan mera mpas ke mbali ilmu itu darimu."
"Mera mpas ilmu go lok" Bagaimana ia dapat merampas ilmu
yang telah dipelajari orang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Tejoranu tersenyum pahit dan mengangkat kedua
tangannya yang sudah dibalut.
"Dia telah mera mpas ilmu itu dariku."
Joko Wandiro tertegun, sejenak tidak mengerti. Kemudian
ia teringat dan bergidik nger i. Benar juga! Kalau dua buah ibu
jari tangan dipotong, tidak mungkin lagi orang dapat ber main
golok! Membuntungi kedua ibu jari tangan, sa ma saja artinya
dengan mera mpas ilmu, karena ilmu golok itu tidak dapat
dipergunakan lagi.
"Karena engkau orang asing, Joko, maka pa man guruku
tidak mau turun tangan sebelum mendengar keteranganku
Maka ia menanti di sini sa mpai aku pulang. Tadi ia ha mpir
menjatuhkan hukuman itu kepadamu, akan tetapi aku
mencegahnya, menceritakan keadaan mu lalu mewakilimu
menerima hukuman "
"Paman ....... !!" Joko Wandiro me me gang lengan orang itu
penuh keharuan.
"Me mang a ku yang bersalah, bukan engkau. Sudah
sepatutnya aku pula yang menerima hukuman."
"Paman. Engkau sudah insyaf daripada kesalahan, bahkan
sudah melarikan diri jauh dar i negara mu. Mengapa kakek yang
menjad i pa man gurumu itu terus men desak dan tidak mau
me mber i a mpun" Mengapa engkau tadi tidak me lawannya
saja" Kalau me lawan, tentu tadi aku akan me mbantu, paman."
"Ah, kau tidak mengerti, Joko. Mana bisa aku melawannya"
Kalau hanya ibu jariku yang dipotong, hal itu masih amat
ringan, Joko. Bararti paman guruku masih menaruh hati
sayang kepadaku. Dosaku bertumpuk. Aku harus berani
menghadap i hukumannya. Joko Wandiro, anakku. Kau boleh
menerima sepasang golok ini dan boleh menggunakan Ilmu
Golok Lebah Putih untuk me mbe la kebenaran dan keadilan,
untuk me mbe rantas kejahatan. Akan tetapi berjanjilah bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau takkan me ngajarkannya kepada orang la in. Berjanjilah,
anakku, agar tidak bertambah-ta mbah berat dosa ku kelak."
"Aku berjanj i, paman."
"Bagus! Sekarang, kau berangkatlah menyusul dan mencari
eyang gurumu. Aku tidak mungkin dapat menyertaimu,
anakku." "Mengapa, paman ?"
"Karena aku harus segera menyusul rombongan pa man
guruku ke pantai laut utara. Aku harus kembali ke negaraku....
" "Ahhh ....... !" Joko Wandiro benar-benar kaget mendengar
perubahan keadaan yang tak tersangka-sangka ini .
"Me mang sebaiknya begitu, Joko. Sudah terlalu la ma aku
men inggalkan ne geriku, meninggalkan keluargaku. Dan
untunglah aku bertemu denganmu pada saat-saat terakhir,
anakku. Kalau tidak ....... hemmm, tak dapat kubayangkan
apa jadinya. Kalau paman guruku mendapatkan aku bersama
orang-orang ....... macam Cekel Aksomolo belum tentu
hukuman ku seringan ini."
Ia me mandang ke arah kedua tangannya.
"Sudahlah, tidak ada waktu lag i untuk banyak bicara,
anakku. Kau pergilah sendiri menyusul eyang gurumu ke
Jalatunda."
"Di manakah Jalatunda, paman?"
"Kau pergilah ke Gunung Bekel. Di lereng gunung itu
terdapat guha-guha pertapaan yang bernama Guha Tirta dan
di sanalah terdapat pertapaan Jalatunda. Andaikata eyang
gurumu tidak berada di sana, tidak mengapa. Kau langsung
saja menghadap Sang Resi Jatinendra atau Sang Resi
Gentayu, mohon petunjuk. Beliau seorang pertapa yang sakti
mandra guna, nak, karena beliau itu bukan lain adalah Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prabu Airlangga sendiri. Dala m keadaan perang saudara
seperti sekarang, lebih baik kau tidak terburu nafsu dan
lancang me libatkan diri sebelum mendapat petunjuk Sang
Prabu Airlangga send iri, karena hanya beliau lah yang akan
dapat mengatasi semua keributan itu. Nah, berangkatlah,
anakku, semoga Tuhan Yang Maha Tinggi selalu me mayungimu."
Ki Tejoranu merang kul pundak anak itu dan mencium
ubun- ubunnya dengan kedua mata basah.
Ternyata Ki Tejoranu jatuh sayang kepada anak ini, anak
yang menjad i penolongnya dan sekaligus menjadi muridnya,
akan tetapi yang lebih daripada itu se mua, menjadi titik tolak
keinsyafan- nya!.
Setelah Joko Wandiro menyimpan sepasang golok,
me mber i hormat lalu pergi sampa i tidak tampak lag i, barulah
Ki Tejoranu meloncat dan berlari cepat meninggalkan te mpat
itu untuk pergi ke pantai laut utara, di mana teman-te mannya
senegara, termasuk pa man gurunya yang keras hati, menanti
saat perahu jong kembali ke negeri mereka.
Gunung Beke l (sekarang Gunung Penanggungan) adalah
sebuah gunung yang tidak begitu tinggi (1653 meter), namun
merupakan sebuah gunung yang subur tanahnya, indah
pemandangannya, dan bersih udaranya. Gunung Bekel inilah
yang dianggap sebagai bayangan atau duplikat Gunung
Mahameru dan karenanya dianggap suci! Apalagi karena
Gunung Bekel ini dijadikan te mpat bertapa Sang Prabu
Airlangga, ma ka keadaannya menjadi lebih agung lag i.
Banyak terdapat guha-guha yang dianggap sebagai tempat
pertapaan yang suci dan disebut Guha Tirta. Di antara guhaguha ini terdapat sebuah guha yang besar, mempunyai
"pekarangan" yang bersih dan a mat teduh karena terlindung
pohon-pohon besar di iereng sebelah atas guha. Inilah
pertapaan Jalatunda, di mana terdapat sumber air yang jernih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pagi hari itu, pertapaan Jalatunda tampak lebih indah
daripada biasanya. Sinar rnatahari pagi menerobos masuk dari
celah-celah daun pohon di atas guha, menerangi sebagian
tanah pekarangan yang bersih karena disapu setiap hari dua
kali. Mutiara embun yang menghias ujung-ujung daun
berkilauan tertimpa s inar matahari pagi. Suara burung ra mai
berkicau di pohon-pohon, seakan-akan mah luk-ma hluk kecil ini
bergembira ria menyambut datangnya matahari. Kegembiraan
yang tulus dan murni, didasari kewajaran merupakan doa dan
puja-puji yang paling suci dipanjatkan ke bawah kaki Tuhan
Seru Sekalian Ala m.
Di kanan kiri mulut guha besar tampak duduk bersila dua
orang kakek. Mereka berdua, seperti juga guha pertapaan
besar itu, menghadap ke timur. Jika tidak me mperhatikan
bagian dada mereka yang turun naik, tentu orang akan
menyangka dua orang kakek itu arca-arca penjaga guha!
Mereka duduk bersila tak bergerak sa ma sekali, kedua mata
dipeja mkan dan hening dalam sa madhi. Yang duduk di
sebelah kiri adalah seorang kakek yang ra mbutnya sudah
putih se mua, digelung di atas kepala, jenggot dan kumishya
juga bercampur uban, tubuhnya tegap membayangkan
tenaga. Kakek ini hukan lain adalah Bhagawan Rukmoseto atau
Sang Resi Bhargowo!
Seperti telah diketahui, Bhagawan Rukmoseto terluka hebat
ketika ia dikeroyok di Pulau Se mpu. Akan tetapi berkat
kesaktiannya, luka hebat oleh pukulan penggada Wesi Ireng
yang dilakukan Jokowanengpati itu
tidak me renggut nyawanya. Setelah beristirahat dan mengumpulkan kekuatannya Sang Bhagawan Rukmoseto pergi meninggalkan
Pulau Se mpu, kemudian menuju ke Jalatunda menghadap
Sang Resi Gentayu atau Sang Resi Jatinendra.
Di depan junjungannya ini, Raja Kahuripan yang telah
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjad i pertapa, Bhagawan Rukmoseto dengan terus terang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencer itakan semua pengalamannya se menjak ia mera mpas
pusaka Mataram dari tangan Jokowanengpati. Cerita ini
didengarkan juga oleh kakak seperguruannya, yaitu Sang
Empu Bharodo yang dengan setia mengikut i rajanya bertapa.
Kemudian Bhagawan Rukmoseto menceritakan pula tekadnya
untuk tidak menge mba likan pusaka karena ia kecewa melihat
Ki Patih Narotama hendak menangkapnya dengan tuduhan
me mberontak. Menceritakan pula betapa ia khawatir kalau-kalau pusaka
itu bahkan akan menjad i sebab perpecahan yang lebih hebat
lagi antara Pangeran Sepuh dan Pangeran Anom, seperti yang
ia ketahui ketika ia menyelidik ke kota raja. Juga di depan
kakak seperguruannya ia me mbuka rahasia kejahatan
Jokowanengpati yang kini me njadi orang kepercayaan
Pangeran Anom. Sang Resi Jatinendra menghela napas panjang mendengar
semua penuturan itu, ke mudian bersabda,
"Kakang Res i Bhargowo, sudah bertahun-tahun menjadi
pertapa, mengapa masih belum pandai menguasai nafsu
pribadi" Engkau masih diombang-ambingkan cinta dan benci,
men imbulkan puji dan cela, mengakibat kan kawan dan lawan.
Kasihan engkau, kakang Bhargowo. Kenapa t idak t inggal saja
di sini bersama aku dan kakangmu Empu Bharodo mencari
ketepangan dan keseimbangan" Yang sudah lalu biar kanlah.
Aku hanya ingin mendengar apa selanjutnya yang terjadi
dengan pusaka Mataram yang terjatuh ke dalam tanganmu,
kakang Resi Bhargowo."
"Karena melihat perang saudara menganca m di kota raja,
hamba mengambil keputusan untuk menye mbunyikan pusaka
itu. Ha mba me mpunyai dua orang cucu, gusti . "
"Eh, kakang Resi Bhargowo. Jangan engkau bergusti lagi
kepadaku. Sekarang ini a ku bukanlah raja gustimu, melainkan
seorang rekan pertapa yang sama- sama dengan engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belajar mene mukan kembali kesempurnaan sejati, kakang
resi." "Ampun eh, baiklah, adi resi."
"Nah, begitu lebih tepat. Selanjutnya, bagaimana, kakang?"
"Pusaka itu ha mba berikan kepada kedua orang cucu
hamba, dan ha mba jadikan dua, yaitu keris pusaka dan
patung kencana yang menjadi warang kanya. Oleh kedua cucu
hamba itu lalu dise mbunyikan."
"Jagad Dewa Batara segala puji kepada Sang Hyang
Wishnu, pe melihara segenap ala m dan is inya.......!"
Sang Resi Jatinendra mengeluh dan menya mpaikan pujapuji kepada Sang Hyang Wishnu yang menjadi pusat
pujaannya. "Segala kehendakMu terjadilah!" Hening sejenak
setelah pertapa bekas raja itu mencetuskan is i hati dan
perasaannya. Resi Bhargowo sendiri terkejut sekali. Apakah salahnya
kalau pusaka itu dise mbunyikan agar tidak terjatuh ke tangan
orang yang tidak berhak"
"Untung sekali Dewata masih me mayungi, adi resi. Hanya
beberapa saat setelah hamba menyuruh kedua cucu hamba
pergi menyembunyikan pusa ka Mataram, muncul orang-orang
yang katanya adalah utusan Gusti Pangeran Anom untuk
mera mpas pusaka. Hamba dikeroyok dan roboh di tangan
mereka, bahkan nyaris tewas kalau saja Dewata tidak
me lindungi hamba."
"Yang penting adalah pusa ka itu send iri, kakang Resi
Bhargowo. Jika keris dan warang ka terpisah, hal itu menjadi
tanda akan terpisahnya kawula dan gusti, menjadi tanda
bahwa persatuan akan terpecah-belah dan hal ini hanya
berarti perang di antara saudara. Kakang Resi Bhargowo, di
manakah sekarang kedua cucumu yang me megang keris dan
patung kencana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Inilah yang menyusahkan hati hamba. Mereka itu lenyap.
Lenyap tak meninggalkan jejak, seakan-akan ditelan bumi!"
"He mmm, sudahlah. Segala ha l sudah ditentukan oleh
Hyang Wisesa. Kita tunggu saja perkembangannya."
Demikianlah, se menjak saat itu, Resi Bhargowo ikut
bertapa di Jalatunda. Bersama kakak seperguruannya ia
bertapa mene mani dan melayani raja gustinya yang kini
menjad i Sang Resi Jatinendra.
Adapun kakek yang duduk bersila di sebelah kanan mulut
Guha Tirta itu tubuhnya tidak setegap dan sekuat Resi
Bhargowo, akan tetapi wajahnya memba yangkan ketenangan
yang mendalam. Dia inilah Empu Bharodo, pendeta linuwih
yang sakti mandraguna dan setia kepada rajanya. Di waktu
mudanya, Empu Bharodo ini terkenal sekali karena
kesaktiannya, terkenal sebagai ahli Ilmu Bayu Sakti sehingga
gerakannya seperti kilat menyambar cepatnya, pandai lari
seperti angin, melompat seperti terbang. Juga ilmu tombaknya
yang disebut Jonggring Saloko mengge mpar kan seluruh
Nusantara. Akan tetapi setelah tua, Empu Bharodo lebih tekun
me lakukan tapa brata,meninggalkan kerama ian duniawi, lebih
me mperdalam ilmu kebatinan.
Dan inilah sebabnya maka muridnya yang tadinya
merupakan murid terkasih, Jokowanengpati, sampai dapat
menyeleweng ber larut-larut karena gurunya seperti tidak
me mperdulikan urusan dunia lagi, juga tidak memperdulikan
sepak terjang muridnya. Ketika ad ik seperguruannya, Resi
Bhargowo bercerita tentang kejahatan muridnya, kakek ini
hanya tersenyum le mah.
Kini kakak beradik seperguruan yang telah menjadi
pertapa-pertapa sakti itu duduk di kanan kiri mulut Guha Tirta,
tekun bersamadhi men ghadap ke t imur seh ingga wajah
mereka tersinar matahari pagi yang kemerahan. Tak lama
kemudian, seorang kakek lain me langkah keluar guha. Kakek
ini langkahnya perlahan, tubuhnya tegak, sikapnya agung dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh wibawa. Biarpun sudah tua, na mun dadanya bidang
dan penuh me mbayangkan kekuatan lah ir batin yang hebat.
Jenggotnya yang panjang sudah penuh uban, sebagian
menutupi dada bagian atas yang tidak seluruhnya tertutup
jubah pertapaannya. Pakaiannya yang mengkilap dan indah,
terbuat daripada kain yang amat halus itu menandakan bahwa
dia seorang pertapa yang bukan se mbarangan.
Dan me mang inilah dia Sang Resi Jatinendra atau Sang
Resi Gentayu, Sang Prabu Airlangga Raja Kahuripan yang
telah mengundurkan diri dan bertapa.
Setelah tiba di mulut guha, Sang Resi Jatinendra menoleh
ke kanan kiri, wajahnya kini tersinar matahari pagi, gilanggemilang seperti dilap is kencana. Sinar matanya penuh damai,
mulutnya terhias senyum maklum, kemudian ia melangkah
terus ke depan, lalu duduk di atas batu halus berbentuk bu lat
yang berada tepat di depan guha di tengah pekarangan.
Memang batu itu adalah batu tempat sang pertapa duduk
setiap pagi, bersamadhi menghadap ke timur di waktu
matahari muncul. Begitu duduk bersila, seluruh tubuh dan
wajahnya tepat tertimpa sinar keemasan Sang Bhatara Surya,
ia sudah tekun bersamadhi, tangan kiri di atas pangkuan,
tangan kanan di atas lutut kanan.
Sudah menjadi kebiasaan sang pertapa dan dua orang
pengikutnya, setiap pagi duduk bersa madhi di depan Guha
Tirta menghadap ke arah matahari. Bukan sekali-kali Sang
Resi Jatinendra menjadi pemuja Sang Bhatara Surya. Tidak.
Sungguhpun mereka bertiga menghormati Sang Bhatara Surya
yang bertugas menyinarkan kehidupan di per mukaan bumi,
namun sebenarnya Sang Resi Jatinendra adalah seorang
pemuja Sri Bhatara Wishnu atau Sang Hyang Wishnu.
Bersamadhi di waktu pagi hari di depan guha ini hanyalah
kebiasaan belaka, dan me mang ha l ini merupakan kebiasaan
yang amat baik. Selain meper ima int i sari s inar Sang Surya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga cahaya di waktu pagi a mat ber manfaat bagi kesehatan
jasmani. Bagaikan tiga buah arca kencana, tiga orang pertapa itu
tekun bersamadhi dan sebentar saja mereka dalam keadaan
hening, men ikmati kebahagiaan dari kekosongan yang hanya
dapat dirasakan oleh mereka yang biasa bersamadhi. Mereka
ini sa ma sekali t idak tahu bahwa seorang pe muda tanggung
datang berindap-indap, me mbungkuk-bungkuk penuh hormat
sambil me mandang kepada tiga orang kakek yang duduk
bersila di depan guha itu.
Pemuda tanggung itu adalah Joko Wandiro yang mentaati
pesan Ki Tejoranu, datang mencar i eyang gurunya di
pertapaan Jalatunda. Ketika melihat kake k yang duduk
terdepan, datang rasa takut dan hormat di hati Joko Wandiro.
Kemudian betapa girang rasa hatinya ketika ia mengenal
eyang gurunya yang duduk bersila di sebelah kiri mulut guha,
di belakang kake k di depan itu. Serta- merta ia menjatuhkan
diri berlutut dan me ma nggil-manggil perlahan,
"Eyang........ saya datang menghadap,eyang.......!"
Tidak ada jawaban. Tiga orang kakek itu tetap duduk
bersila tak bergerak. Sampai tiga kali Joko Wandiro
mengulang ucapannya. Tiba-tiba Joko Wandiro merasa betapa
tubuhnya terangkat dan melayang ke depan. Ia terkejut dan
terheran. Tahu-tahu ia sudah pindah tempat, di belakang Resi
Jatinendra! Entah bagaimana, tubuhnya tadi terangkat dan
terlempar ke tempat itu, di tengah-tengah antara eyang
gurunya dan kakek tua yang duduk dia m mera mkan mata.
Selagi ia kebingungan, mendadak terdengar suara eyang
gurunya di sebelah kiri.
"Dia mlah, Joko. Diam dia m jangan bergerak. Lihat saja apa
yang akan terjadi!"
Suara eyangnya itu perlahan, akan tetapi mengandung
wibawa dan juga Joko Wandiro dapat menangkap getaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tegang dalam suara itu, seakan-akan mereka bertiga yang
tampak enak-enak d uduk bersa madhi itu sedang menghadapi
hal yang amat gawat dan menegangkan.
Sebagai seorang anak yang berperasaan halus, Joko
Wandiro segera dapat mengerti atau setidaknya menduga
akan keadaan itu, maka iapun lalu duduk dia m di antara Resi
Bhargowo dan Empu Bharodo, di belakang Resi Jatinendra,
menanti apa yang akan terjadi dan memasang mata penuh
perhatian ke depan, kanan, dan kiri.
Akan tetapi keadaan di sekeliling tempat itu sunyi saja.
Sunyi dan mengaman kan hati. Joko Wandiro tidak melihat
bahaya apapun yang menganca m ketentraman te mpat suci
ini. Sinar matahari sudah mulai bening. Halimun tebal sudah
mulai lari ketakutan. Burung-burung makin gencar ber kicau
gembira menya mbut sang raja s iang yang mulai me mper lihatkan kekuasaannya.
Pagi yang cerah dan indah mengawali hari itu. Keadaan
demikian indah dan tenang tenteram, mengapa eyang
gurunya kelihatan seperti seorang yang menanti datangnya
sesuatu penuh kekhawatiran" Joko Wandiro mengerling ke
kanan, menyapu wajah kakek di sebelah kanannya.
Namun kakek itu mas ih tenang bersa madhi, kedua matanya
dipeja mkan, kedua tangan menyilang di atas pangkuannya,
muka menunduk. Juga kakek di sebelah depan itu, yang
hanya dapat ia lihat punggungnya, tidak bergerak-gerak.
Tiba-tiba perhatian Joko Wandiro tertarik oleh sesuatu dan
jantungnya berdebar keras, belakang kepalanya terasa dingin
dan bulu tengkuknya mere mang. Rasa serem dan ngeri
me menuhi hatinya.
Apakah yang me mbuat Joko Wandiro merasa serem"
Telinganya menang kap sesuatu yang a mat aneh, perubahan
yang luar biasa. Secara mendadak, semua suara yang serba
merdu dan indah tadi, suara kicau burung yang berloncatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari cabang ke cabang, pasangan-pasangan burung yang
sedang bercumbu, pasangan burung yang tengah terbang
me layang sambil me me kik-mekik girang, semua itu secara
mendadak telah berhenti sa ma sekali! Tidak terdengar apaapa lagi. Bahkan kelepak sayap burung tidak kedengaran lag i.
Keadaan tiba-tiba menjadi s unyi, sesunyi kuburan! Joko
Wandiro dengan bingung meno leh ke sana kemari untuk
mencari tahu apa yang menyebabkan se mua burung berhenti
berkicau dan apa atau siapa gerangan yang menimbulkan
suasana lengang dan sere m itu. Na mun t idak ta mpak sesuatu.
Beberapa detik kemudian, terdengar bunyi parau yang
menusuk telinga, bunyi tidak sedap. Burung gagak! .
" Gaaok ....... kraaaaakk ....... kraaaakk ....... gaaaaokkk.......!!"
Joko Wandiro tentu saja sudah sering kali mendengar bunyi
burung pema kan bangkai ini. Bahkan seringkali melihat
burungnya, burung besar yang hitam mulus, jelek warna dan
bentuknya. Akan tetapi selama hidupnya belum pernah ia
merasa begini sere m dan ngeri mende ngar suara burung
gagak seperti yang didengarnya saat itu. Mungkinkah
munculnya burung gagak membuat se mua burung ketakutan,
terbang pergi atau bersembunyi, tidak berani bersuara lagi"
Tidak mungkin ! .
Burung gagak bukan lah burung elang rajawali yang suka
mener kam burung lain. Burung gagak adalah burung yang
bersifat pengecut, hanya menyerang lawan yang sudah
menjad i bangkai. Akan tetapi mengapa keadaan menjadi
begitu lengang bersamaan dengan munculnya suara burung
gagak itu" Ataukah hanya kebetulan" .
Ketika ia me lirik ke kanan kiri, tampak perubahan pada
eyang gurunya dan kakek di sebelah kanannya. Mereka masih
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
duduk bersila dan mera mkan mata, akan tetapi tubuh mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih tegak daripada tadi dan kulit tubuh yang tak tertutup
baju, jelas nampak getaran-getaran penuh ketegangan
sehingga kening merekapun berkerut! Hanya ?kakek di depan
agaknya tidak bergerak dan masih seperti tadi.
Tiba-tiba terdengar bunyi bercicit dari dalam guha dan tak
la ma kemudian muncul ah burung-burung hita m kecil beterbangan dari dalam guha. Akan tetapi burung-burung sriti
itu tidak keluar dari dalam guha, hanya beterbangan di sekitar
mulut guha, seakan-akan silau melihat sinar matahari.
Mendadak kakek di sebelah kanan Joko Wandiro, yaitu Empu
Bharodo, mengangkat tangan kiri dige rakkan ke arah dalam
guha. Seketika burung-burung itu lenyap beterbangan masuk
lagi ke dalam, seakan-akan gerak tangan Empu Bharodo tadi
merupakan perintah kepada burung-burung itu agar jangan
keluar dan kembali ke sarang mereka di bagian paling dalam
di guha itu. Tak la ma kemudian terdengar suara riuh dari sebelah
depan. Cahaya matahari yang tadinya menerangi pekarangan
depan guha mendadak menjadi sura m seakan-akan tertutup
awan mendung. Dari dalam kesuraman ini terdengar kelepak sayap dan
suara mencicit- cicit yang nyaring tinggi menusuk telinga. Joko
Wandiro me mbelalakkan matanya, me mandang ke atas. Kini
bukan hanya bulu tengkuknya yang mere mang, bahkan setiap
le mbar bulu di tubuhnya berd iri se mua! .
Tengkuknya terasa dingin, kepalanya seakan melar
me mbesar. Matanya terbelalak me mandang ke atas, mulutnya
ternganga. Siapa orangnya takkan merasa heran, kaget, takut
dan ngeri melihat ratusan, bahkan ribuan kelelawar hitam
beterbangan menyerbu tempat itu" Melihat kele lawar di
ma la m gelap tidaklah mengherankan, akan tetapi menyaksikan ribuan ekor kelelawar di pagi hari menyerbu
ganas semacam itu benar-benar mendatangkan rasa ngeri,
karena hal itu sudah pasti bukanlah hal yang sewajarnya! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ribuan ekor kelelawar itu dengan suara mencicit yang
me me kakkan telinga,dari atas menyambar ke bawah dan kini
tempat itu penuh dengan binatang- binatang kecil yang
menjijikkan ini. Bau apak menyengat hidung dan menyesakkan pernapasan.
Joko Wandiro cepat-cepat mengatur pernapasannya dan
setelah me ngerahkan hawa sakti di dalam dada, barulah ia
dapat bernapas lega. Akan tetapi hatinya ngeri melihat betapa
kelelawar-kelelawar itu kini beterbangan rendah. Anehnya, tak
seekorpun di antara mere ka terus menyambar turun, seakanakan ada sesuatu yang melindungi e mpat orang itu, atau ada
sesuatu yang mendatangkan rasa takut pada binatangbinatang itu. Setiap kali menyambar, serendah kira-kira se meter dari
kepala empat orang itu, binatang-binatang ini terbang ke atas
kembali sa mbil mengeluarkan pekik-pekik ketakutan. Maka
makin penuh sesaklah bagian atas pekarangan itu dengan
kelelawar yang beterbangan. Kini banyak di antara binatangbinatang itu yang hinggap di pohon-pohon, bergantungan dan
menjer it-jerit.
Penuh semua pohon di te mpat itu dengan kelelawar. Bau
apak makin tak tertahankan.
"Wirokolo benar-benar tak tahu diri, berani mengganggu
Sang Agung Resi Jatinendra!" terdengar Empu Bharodo
berkata perlahan. Kakek ini lalu mengangkat kedua tangannya
ke atas, melambai ke depan guha.
Terdengar suara melengking nyaring dari dalam guha dan
makin la ma suara ini makin bergemuruh, mengatasi suara
kelelawar-kelelawar yang menggila. Kiranya suara ini adalah
suara ribuan ekor burung sriti yang menerobos keluar dari
dalam guha sambil berbunyi marah. Bagaikan segulung asap
hitam, rombongan burung sriti ini berserabutan keluar dari
dalam guha dan terjadilah perang yang a mat dahsyat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengheran kan. Ribuan ekor burung sr iti itu serta-merta
menyerbu dan me nyerang kelelawar- kele lawar tadi! .
Joko Wandiro me longong keheranan. Bukan ma in! Hebat
perang tanding di udara itu. Patuk-me matuk, sambarmenya mbar, cakar-mencangkar dan saling me mukul dengan
sayap. Fihak kelelawar juga melakukan perlawanan gigih.
Namun mereka kalah gesit, juga ka lah awas.
Pandai sekali burung-burung sriti itu .mengelak, kemudian
dengan kecepatan kilat me nyambar dan me matuk lawan dari
samping. Payah kelelawar-kele lawar itu mempertahankan diri.
Banyak sudah jatuh korban.
Tidak mati dipatuk burung- buru ng sriti yang kecil itu, akan
tetapi burung-burung itu me matuk ke arah mata sehingga
kelelawar-kelelawar itu kini benar-benar menjadi buta, bukan
hanya silau oleh sinar matahari.
Mulailah mereka beterbangan kacau-balau dalam ketakutan
dan hendak me larikan diri. Terbang sejadinya dan tanpa arah
tertentu sehingga banyak di antara mereka yang menabrak
pohon dan jatuh ke dalam jurang. Burung-burung .sriti yang
gagah d^n gesit itu terbang pula mengejar dan mengusir
kelelawar-kelelawar dari depan guha.
Peperangan yang dahsyat dan aneh, yang berlangsung
tidak begitu la ma, namun cukup me ndebar kan hati Joko
Wandiro. Sebentar saja burung-burung itu telah mengusir
semua kele lawar sehingga tidak seekorpun tinggal. Mereka
terus mengejar sa mpai tak terdengar lag i suara kele lawar
yang kebingungan.
Tak la ma kemudian tempat itu menjadi sunyi senyap dan
bersih kembali seperti taoi. Bahkan bau apak kelelawar sudah
lenya pu'a tersapu angin gunung. Tiga ora kakek itu masih
duduk seperti tadi.
"Gaaaaookk kraaaaak-kraaak gaaookkk!! ....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara burung gagak yang me mecah kesunyian itu benarbenar amat menyeramkan bagi Joko Wand iro. Apalagi karena
sekarang suara burung gagak ini - terdengar jelas sekali.
Agaknya burung itu berada di atas kepala mereka. Namun tak
tampak sesuatu oleh Joko Wandiro.
" ....... hiyeeehhh!! Keteprok-keteprok ...hiyeeeeehhhhh"
Joko Wandiro sa mpa i tersentak kaget. Suara kuda
menegar-negar, derap kakinya yang rnenginjak-injak tanah,
ringkiknya yang nyaring, benar-benar seperti kuda itu berada
di depannya. Namun tidak ta mpak sesatu !.
"Ha-ha-ha-ha-ha....... !! "
Suara ketawa inipun terdengar jelas, suara ketawa tanpa
kelihatan orangnya. Joko Wandiro menoleh ke kanan kiri
me mandang eyang gurunya dan Empu Bharodo. Rasa takut
me mbuat ia menggeser mendekati eyang gurunya. Namun ia
teringat akan pesan eyang gurunya tadi, maka ia tidak berani
me mbuka suara, hanya membuka mata lebar-lebar me mandang ke depan dengan jantung berdebar dan leher
serasa dicekik.
"Ha-ha-ha! Kahuripan a kan menjadi karang abang (lautan
api)! Sang Prabu Airlangga yang tadinya hidup mulia dan
megah, kini menjadi pertapa jembel! Ha- ha-ha!"
Suara itu bergema seperti suara iblis dari dalam kuburan,
mengaung dan terdengar dari jauh, namun amat jelas. Dan
suara ini diiringi bau dupa yang aneh, harum sekali. Begitu
wangi sehingga me mabokkan, di dalam hidung sa mpai terasa
sakit penuh dengan ganda wangi yang mendatangkan rasa
man is. Seketika 3oko Wandiro merasa kepalanya pening, matanya
berkunang. Alangkah kagetnya ketika ia berusaha menggerakkan kaki tangannya, ternyata seluruh tubuhnya
kaku! Persis seperti keadaan orang yang tindihen (mimpi
buruk), pikiran mas ih terang, panca indera masih sadar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun seluruh tubuh kaku-ka ku tak dapat bergerak! Dan
ganda wangi itu makin menyengat, memenuhi hidung dan
tenggorokan, mulai menyerang paru-paru. Joko Wandiro
terengah-engah, dadanya terasa sakit! .
"Joko Wandiro, tenanglah ....... tidak apa-apa ....... !"
Terdengar Bis ikan dari sebe lah kiri, suara eyang gurunya.
Joko Wandiro sejak kecil me mang dige mbleng oleh
ayahnya, kemudian oleh eyang gurunya, bahkan akhir-akhir ini
oleh Ki Tejoranu. Namun se mua ge mblengan itu hanya
merupakan latihan ilmu-ilmu kesaktian dan dalam hai ilmu
kebatinan, ia hanya mendapat latihan untuk me mper kuat
batin dan menghimpun hawa sakti dalam tubuh. Berhadapan
dengan ilmu hitam yang tidak sewajarnya seperti ini, ia sama
sekali be lum pernah mengalaminya.
Tidak mengherankan apabila ia sudah menjad i korban.
Ucapan eyang gurunya seakan-akan menjadi a kar pohon di
tepi sungai di mana ia tenggela m dan hanyut Merupakan
penolong dalam keadaan darurat . Cepat ia mengerahkan
tenaga sakti, menahan napas, dan me mbuka matanya.
Gelap dan kabur pandang matanya, tampak ribuan bintang
menari-nari. Ganda wangi me mabok kan masih keras terasa.
Tiba-tiba ia merasa ada titik-titik air berjatuhan ke atas kepala
dan muka nya. Terasa dingin sekali sa mpa i mene mbus kulit
daging dan mendinginkan pikiran dan hati.
Ia dapat melihat jelas sekarang. Rasa dingin air itu
mengusir kepeningannya. Kiranya kakek d i sebelah kanannya,
Empu Bharodo, sudah me merc ik-mec ikkan air kepadanya,
sambil berkemak-kemik me mbaca ma ntera.
"Pegang dan cium puspa (bunga) ini,Joko ......"
Kembali terdengar suara eyang gurunya dan setangkai
bunga berada di tangannya. Bunga cempaka putih. Joko
Wandiro segera membawa bunga itu ke hidungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkuranglah ganda wangi men usuk hidung yang tadi
ine mabokkan nya. Makin terang pandang matanya dan ia kini
tenang kembali.
Ketika ia me mandang ke depan, jantungnya tergetar , akan
tetapi ia dapat menenangkan kembali setelah teringat bahwa
ia berada di antara orang-orang sakti. Sambil menekan
kembang itu di depan hidung, Joko Wandiro me mandang ke
depan dengan mata terbelalak. Apa yang dilihatnya benarbenar me mbuat orang mati ketakutan. Amat menyeramkan
dan tak masuk akal, seperti da la m mimpi buruk.
Di sebelah depan Sang Resi Jatinendra berdiri sebuah
mah luk yang luar bia sa sekali. Disebut manusia, jauh bedanya
dengan manusia biasa. Kalau binatang, bentuknya menyerupai
manusia. Mahluk itu tinggi besar, satu setengah kali tinggi
besar seorang manusia biasa. Merupakan kan seorang
manusia betina, seorang nenek-nenek yang sukar ditaksir
usianya. Pendeknya seorang nenek yang sudah sangat tua.
Rambutnya gimbal riap-riapan, sebagian menutup mukanya.
Mukanya yang buruk penuh keriput dengan kulit kering
menge linting seperti tengkorak terbungkus kulit yang terlalu
besar. Matanya cekung, seperti berlubang tak berbiji mata,
akan tetapi dari dalam dua lubang mata yang hitam itu keluar
sinar bagaikan sepasang mata harimau. Hidungnya pesek
mulutnya lebar dengan bibir bawah men ggantung sehingga
tampak mulut yang tak bergigi lagi.
Tubuhnya kurus a kan tetapi besar, dengan sepasang
lengan kurus yang berujung jari-jari tangan meruncing karena
kuku-kukunya dibiar kan me man jang tak terpelihara. Berbeda
dengan kedua lengan yang kurus, di dadanya bergantungan
sepasang buah dada yang besar dan panjang, begitu
panjangnya sampai ujung tetek mendekati pusarnya! .
Tubuh atas yang bertetek besar panjang ini dibiarkan
telanjang saja, akan tetapi perhiasan e mas per mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me menuhi leher, pergelangan tangan dan jari-jari tangannya!
Tubuh bawah tertutup kain beraneka warna.
"Hi-hi-hi-hikk ........ !!"
Nenek mengerikan itu tertawa-tawa, terkekeh-kekeh dan
bergerak-gerak di depan Resi Jatinendra yang semenjak tadi
tak bergerak-gerak. Semenjak terjadi berma cam keanehan,
sampai perang dahsyat antara barisan kele lawar melawan
barisan sriti, sampai kini nenek yang sepatutnya disebut wewe
gombe l ini bergerak- gerak di depannya, pendeta itu sama
sekali tak bergerak maupun me mbuka mata.
"Hi-hi-hikk ........ Airlanggaaaaa ........ Airlangga ........ !!
Tiada guna kau bertapa ... hi-hi-hikk! Kahuripan akan menjadi
karang abang ........ anak cucumu akan saling bunuh hi-hik,
dan aku akan kenyang minum darah segar mengganyang
daging hangat. Hi-hi-hikk......... !!"
Joko Wandiro bergidik. Ketika sinar mata yang me mancar
keluar dari sepasang lubang hita m itu bertemu dengan
pandang matanya, hampir ia pingsan. Untung ia cepat-cepat
menggigit tangkai bunga dan mengerahkan seluruh tenaga
me mpertahankan diri seh ingga ia sadar kemba li dan
menentang s inar mata itu penuh keberanian.
"Iiih-hi-hih, bocah ini makanan lezat ........ iihh-hih-hih . ......
! "
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nenek itu me mutar ke belakang Sang Resi Jatinendra dan
me langkah me nghampiri Joko Wandiro!.
Joko Wandiro adalah seorang anak berdarah satria
bertulang pendekar. Tadi ia me mang merasa ngeri dan
ketakutan menyaksikan pemandangan yang gaib dan tidak
wajar ini. Akan tetapi begitu melihat dirinya terancam bahaya,
bangkit se mangat perlawanan da la m dirinya. Ia telah
dige mbleng sejak kecil bagaimana harus me mbe la diri
daripada ancaman bahaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat nenek itu mengha mpirinya
dengan sikap menganca m dan menjijikkan, ia mengerahkan seluruh tenaga
batin untuk menekan se mua perasa an takut dan ngeri,
kemudian se kali ia menge luarkan seruan nyaring, tubuhnya
sudah meloncat ke depan dan menyambut nenek itu dengan
sebuah pukulan Aji Pethit Nogo! .
"Werir ........ werrr ........ werrr ........ !! "
Hebat bukan ma in pukulan ini, biarpun hanya dilakukan
oleh seorang pe muda tanggung. Pukulan dengan jari-jari
terbuka itu mendatangkan angin pukulan keras sehingga
menge luarkan Suara. Akan tetapi dapat dibayangkan betapa
kaget hati Joko Wandlro ketika tiga kali pukulannya secara
bertubi-tubi itu, yang mengenai sasaran tepat, ternyata....,
mene mbus tubuh s i nenek seakan-akan mene mbus bayangan
saja. Nenek itu tidak berbadan seperti manusia agaknya Akan
tetapi, ketika sambil terkekeh nenek itu menggerakkan tangan
kirinya yang berlengan panjang, Joko Wandiro terkena
hantaman pundaknya, terasa
nyeri seperti dihantam palu
godam dan ia terjungkal ke kiri
! . Bagaikan bola, begitu roboh
Joko Wandiro sudah meloncat
kembali dan kini kedua tangannya sudah me megang
sepasang golok tipis yang
tadinya ia sisipkan di pinggang
tertutup baju. Karena marah
dan penasaran, Joko Wandiro
segera memutar sepasang goloknya, mainkan Ilmu Golok Lebah Putih yang belum la ma
ini ia pelajari dar i Ki Tejoranu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lenyaplah bentuk sepasang goloknya, berubah menjad i dua
gulungan sinar putih yang mengeluar kan suara seperti
banyak lebah beterbangan Gulungan sinar itu menya mbar dan
mengurung diri si nenek tinggi besar yang masih terkekehkekeh. "Hihh-hih-hihh ........ !"
Nenek itu terkekeh dan sepasang susunya yang besar
panjang itu bergoyang-goyang mengerikan ketika ia tertawa
sambil bertolak pinggang. Joko Wandiro me mbelalakkan
kedua matanya me lihat sepasang goloknya yang menyambar
itu ke mba li tembus tanpa melukai tubuh s i nenek iblis! .
"Hih-hih-hih, bocah bagus. Darahmu tentu man is,
dagingmu gurih! Tapi kau berani melawan aku, hah" Hih hih- '
hih-hikk! Lihat kekuasaanku bocah! Lihat baik-baik! Kau akan
dimakan senjata mu send iri, hih-hih-hik!"
Nenek buruk rupa itu menudingkan telunjuk kanannya ke
arah Joko Wandiro. Dari tangan yang menunjuk ini seakanakan keluar getaran aneh yang berputar-putar amat kuatnya
sehingga Joko Wand iro tak dapat me mpertahankan diri lagi.
Pemuda tanggung ini merasa betapa dirinya seakan-akan
dibawa angin puyuh yang kuat, serasa tubuhnya berpusing
dan kepalanya menjadi pening, matanya berkunang. la
mera mkan mata nya, yang masih terdengar suara eyang
gurunya me manggil, akan tetapi suara itu datangnya dari jauh
sekali, hanya terdengar gemanya saja,
"Joko ........ ! Joko Wandiro ........!"
Akan tetapi Joko Wandro tidak mengandalkan pertolongan
dari luar lagi karena ia sudah terseret oleh perputaran getaran
yang luar biasa itu. Ia melihat, sungguhpun kedua matanya
dipeja mkan, betapa di sekeliling tubuhnya ta mpak wajah
nenek yang mengerikan itu, dengan bau mulutnya yang a mis
busuk, bercampur bau wangi yang me muakkan Maka ia lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan tenaganya, menggerakkan kedua goloknya
untuk me mbaco k dan menusuk !
"Hi-hi-hi-hik! Hayo bacok dan tusu k, biar kuhisap darah mu
yang keluar, biar kuhisap darahmu yang keluar, biar
kuganyang dagingmu, kukre mus tulangmu!"
Dala m pandangan Joko Wandiro, ia me mbaco k dan
menusuk ke arah tubuh nene k iblis itu, padahal sebetulnya ia
telah terjatuh di bawah pengaruh sihir dan dalam pandangan
orang lain, sepasang goloknya itu ia bacok dan tusukkan ke
arah ........ tubuhnya sendiri!
Untung baginya bahwa pada saat itu ia berada bersama
tiga orang kakek sakti mandraguna. Ketika tadi ia menerjang
nenek iblis, Empu Bharodo sudah berdiri, tangan kirinya
me mbawa te mpat air dan tanah, tangan kanan me megang
setangkai bunga ce mpaka. Kini kakek itu me mer cik-mercikkan
air dengan bunga yang dicelupkan ke dalam tempat air,
bibirnya me mbaca ma ntera.
Terjadilah pe mandangan yang tak masuk akal bagi orangorang biasa. Namun sungguh merupa kan kenyataan yang tak
dapat dibantah lagi. Seperti orang mabok, Joko Wandiro
menggunakan kedua goloknya untuk me mbacok dan menusuk
tubuhnya sendiri. Bajunya menjadi robe k compang-ca mping
akibat bacokan dan tusukan golok taja m pe mberian Ki
Tejoranu. Akan tetapi anehnya, kulit tubuhnya sedikitpun tidak lecet,
apalagi terluka. Sihir yang dilakukan nenek iblis itu me mbuat
ia seperti mabok dan me mbacoki tubuh sen diri yang disangka
tubuh si nenek, sebaliknya, percikan air Empu Bharodo
me mbuat tubuhnya seakan-akan menjadi keba l.
Sihir diba las sihir. Kasihan Joko Wandiro yang menjadi
korban, melakukan hal-hal yang sama sekali di luar kehendaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Bharodo mengha mpiri Jo ko Wandiro, menaruh
tangan kiri di atas kepalanya, meraba ubun-ubunnya. Seketika
Joko Wandiro sadar dan alangkah kagetnya ketika ia melihat
betapa sepasang goloknya itu ia gerakkan sendiri me mbacok
paha dan menusuk perut.
Cepat ia menahan kedua tangannya, bengong terlongong
me lihat bajunya compang-ca mping, melihat nenek iblis
terkekeh-kekeh dan di depan nene k itu kini berd iri Empu
Bharodo dengan s ikap tenang.
Nenek itu menge luarkan suara menggereng seperti seekor
harimau dan mukanya menjadi mena kutkan sekali. Joko
Wandiro yang masih berdiri terbelalak itu makin kaget ketika
me lihat api keluar dari mulut s i nene k iblis. Apikah itu yang
tersembur keluar dari mulut dan menerjang ke arah Empu
Bharodo" Ataukah lidah si nenek yang panjang dan menyalanyala" Empu Bharodo me mbaca mantera, lalu me mercikkan air
dari bunga ce mpaka yang dice lup dalam tempayan air.
Percikan air itu berkilau putih me nyambar ke arah lidah api.
"Cesssssss ........ !" Asap mengepul tebal dan tercium bau
sangit. Si nenek iblis menjerit-jerit, tangan kiri menggaruk-garuk
mulutnya yang kini tidak men geluarkan lidah ap i lagi,
sedangkan tangan kanan dengan jar i-jari berkuku panjang itu
diulur ke depan ketika ia menerjang maju dan untuk
menubruk dan mencekik leher Empu Bharodo.
"Pergilah ........ !!"
bentak Empu Bharodo sa mbil menya mbitkan kembang ke
arah nenek iblis. Nenek itu terhuyung ke belakang, mulutnya
menge luarkan jerit melengking panjang dan lenyaplah tubuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh, Wirokolo!" Terdengar Empu Bharodo berkata
lantang. "Kalau engkau hendak menghadap Sang Resi
Jatinendra, datanglah saja. Apa perlunya engkau pamer
dengan ilmu hita m Calon Arang yang hanya patut untuk
menakut-nakuti anak kecil?"
Setelah berkata demikian, Empu Bharodo dengan langkah
tenang kembali ke te mpatnya di depan mulut guha lalu duduk
bersila seperti tadi, tenang dan seakan-akan tidak pernah
terjadi sesuatu.
"Joko, kau kembalilah ke sini ........ " terdengar Resi
Bhargowo berkata.
Akan tetapi sebelum Joko Wandiro sempat bergerak, tibatiba muncullah lima orang tinggi besar berloncatan ke depan
Sang Resi Jatinendra. Lima orang tinggi besar itu muncul
sambil tertawa bergelak, di tangan masing-mas ing me megang
sebatang golok besar yang berkilauan tertimpa sinar matahari
me mbayangkan ketajamannya. Tanpa bicara sesuatu, lima
orang itu serentak lalu menerjang pertapa yang masih duduk
bersamadhi itu.
Melihat hal ini, tentu saja Joko Wandiro tidak mau tinggal
dia m. Sepasang golok tipis pe mberian Ki Tejoranu masih
berada di kedua tangannya dan kini ia melihat bahwa lima
orang itu walaupun tinggi besar, namun jelas adalah manusiamanusia biasa bukan iblis maca m nenek tadi.
Pula, menilik gerakan mereka, kelima orang ini hanya
me miliki tenaga kasar yang besar saja. Maka cepat sekali
tubuhnya mencelat ke depan dan kedua goloknya berkelebat
me mbentu k gulungan s inar put ih.
"Trang-trang-cringgg ........ !!"
Golok t iga orang musuh yang berada paling depan berhasil
ditangkisnya dan tiga batang golok itu mental kembali. Lima
orang pengerovok vang tinggi besar itu berseru kaget dan
me mbe lalakkan mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak seorangpun di antara mereka yang kini tertawa lagi.
Sebaliknya, mereka mengeluarkan suara gerengan marah
ketika mendapat kenyataan bahwa yang menangkis golokgolok mere ka tadi hanyalah seorang pe muda tanggung .
"Bocah keparat! Kau kepingin ma mpus?"" Lima orang itu
serentak menerjang dengan golok besar mereka ke arah Joko
Wandiro. Melihat datangnya lima bacang golok dengan kekuatan
yang besar, Joko Wandiro maklum bahwa tenaganya tak
mungkin menandingi lima erang ini sekaligus. Tadipun ketika
menang kis tiga batang golok, ia merasa betapa kedua
lengannya menjadi linu, tanda bahwa tenaga tiga orang itu
benar-benar amat kuat. Maka, anak yang cerdik ini tidak lagi
mau me ngadu tenaga melawan lima orang sekaligus,
me lainkan cepat ia me mpergunakan kegesitan tubuhnya,
menggunakan Aji Bayu Tantra sehingga tubuhnya dengan
ringan dan gesit sekali me nyelinap ke sa mping sebelum lima
batang golok datang me mbacok.
Kemudian kedua kakinya bergerak menurut pelajaran ilmu
silat yang ia pelajari dari Ki Tejoranu, golok-golok di kedua
tangannya melakukan gerakan menggunting ke arah lawan
yang paling depan.
Si tinggi besar itu kaget ketika tadi me lihat bocah yang
menjad i lawannya berkelebat ke samping dan kini melihat dua
gulungan sinar putih menerjangnya. Ia berusaha untuk
me mbabitkan golok besarnya sambil me mutar tubuh menghadapi Joko Wandiro, namun ia kalah gesit. Tiba-tiba ia menjer it
keras, lengan kanannya termakan golok Joko Wandiro yang
menggunting sehingga terpaksa ia melepaskan golok besarnya
sambil me lompat mundur me megangi lengan kanan yang
mengucurkan darah.
Joko Wandiro tidak berhenti sa mpai di situ saja. Melihat
hasil serangannya, ia melanjutkan gerakan kakinya, dengan
gerakan mantap mengatur langkah-langkah maju dalam gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu silat Ilmu Golok Lebah Put ih, sepasang goloknya
mendesing-desing ketika diputar ke depan. Empat orang
lawannya juga sudah menghadap inya, marah sekali melihat
seorang kawan mereka dikalah kan.
"Ommm ........ damai-dama i-da mai jangan kotorkan.
tempat ini dengan darah ........ !"
Terdengar suara halus dan tiba-tiba saja Joko Wandiro dan
keempat orang lawannya merasa kedua lengan mereka le mas
sehingga semua senjata yang dipegang terlepas dan runtuh ke
atas tanah! . Joko Wandiro seorang yang, cerdik. Ia tadi melirik dan
me lihat bahwa ucapan itu keluar dari mulut pendeta yang
sejak tadi duduk dia m di depan, ke mudian melihat pula betapa
tangan kiri pendeta itu digerakkan ke depan, maka tahulah ia
bahwa yang menjatuhkan se mua senjata itu adalah hawa
pukulan jarak jauh yang hebat luar biasa! Ia tahu pula bahwa
pendeta yang sakti itu tida k menghendaki pertumpahan darah.
Adapun keempat orang tinggi besar itu menjadi makin
marah, tidak menger ti mengapa semua senjata mereka
terlepas begitu saja dari pegangan. Mereka mengira bahwa
bocah itulah yang main gila, maka dengan gerakan ganas
mereka la lu maju menubruk, kedua lengan dikembangkan,
jari-jari tangan terbuka s iap mencekik leher, mulut terbuka
lebar tiada ubahnya harimau-ha rimau lapar men ubruk
mangsa! Namun Joko Wandiro sudah bergerak lebih cepat daripada
mereka yang la mban dan hanya mengandalkan kekuatan
tubuh. Dengan menyelinap ke kiri, ia me mbuat tubrukan
empat orang itu gagal, kemudian sebelum e mpat orang itu
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ma mpu me nerjangnya lagi, selagi mereka terhuyung ke
depan, dari samping Joko Wandiro menghantam seorang di
antara mereka yang terdekat dengan menggunakan pukulan
Pethit Nogo. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trakk!!"
Jari-jari tangan yang kecil itu dilecutkan ke arah iga dan
biarpun jari tangan itu tidak berapa besar, namun
mengandung Aji Pethit Nogo yang a mpuhnya menggila.
Seketika si tinggi besar itu menjerit kesakitan, roboh
bergulingan dan mengaduh-aduh, tak dapat bangkit kemba li
karena dua buah tu lang Iganya patah! .
Mendapatkan ke menangan ini, besar hati Joko Wand iro. Ia
tidak menanti sisa lawannya yang tiga orang lagi itu bergerak.
Selagi mereka bengong saking heran me lihat bocah itu
ma mpu mero bohkan seorang kawan lagi hanya dalam
segebrakan, ia telah meloncat maju, gerakannya cepat, kaki
tangannya bergerak laksana halilintar menya mbar dan
terdengarlah pekik susul-menyusul ketika tiga orang itu
dihajar tendangan dan pukulan ampuh sehingga tubuh mereka
bergelimpangan.
Hebat sepak terjang Joko Wandiro, seperti Raden
Gatotkaca mengamuk di antara keroyokan buto-buto (raksasa)
galak! . Mendapat kesempatan ini, selagi para lawannya jatuh
bangun, Joko Wandiro sudah menyambar sepasang goloknya
lagi karena ia khawatir kalau-kalau sepasang goloknya itu
dira mpas lawan.
Pada saat ia membungkuk dan menga mbil sepasang
goloknya, tiba-tiba ada angin keras menya m bar dari depan.
Joko Wandiro terkejut, maklu m bahwa ada serangan yang
hebat. Cepat ia mengelak sa mbil me mbabat dengan golok
kanannya, akan tetapi tubuhnya terlempar dan golok
kanannya terlepas ketika sebuah kaki menya mbar dengan
kekuatan yang dahsyat!
Joko Wandiro terbanting roboh, matanya berkunangkunang akan tetapi ia tidak mengalami cedera. Cepat ia
menggulingkan tubuhnya ke arah golok yang terlepas tadi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu ia me loncat bangun, ia sudah siap dengan sepasang
golok di tangan, menghadapi segala kemungkinan dengan
sikap gagah dan me masang kuda-kuda amat kokohnya.
Kiranya di sebe lah depan telah berdiri dua orang laki-laki
tinggi besar ber kulit hita m, ra mbutnya panjang terurai dan
sepatutnya dua orang ini me njadi raksasa-raksana dalam
cerita jaman dahulu!
Tidak hanya segala-galanya pada kedua orang itu jauh
lebih besar daripada orang biasa, juga mata mereka yang
besar menonjol keluar itu kemerahan,wajah mereka buas dan
menger ikan. Agaknya mereka itu saudara kembar,karena segalagalanya, dari rambut, wajah, bentuk tubuh sampai pakaian
mereka, serupa. Sukar sekali me mbeda kan satu dari yang lain
k'alau saja senjata mereka tidak berbeda. Yang seorang
me megang sebatang tombak yang dihias rambut di leher
tombak, sedangkan orang ke dua memegang sebatang ruyung
yang bergigi, amat menyeramkan.
Namun Joko Wandiro tidak menjad i gentar. Sekali sudah
terjun ke dalam ge langgang yuda, ia tidak mengenal takut
lagi. Dengan hati-hati ia bersiap sed ia menghadapi dua lawan
yang nggegirisi (menggiriskan) ini. Akan tetapi pada saat itu
terdengar bentakan eyang gurunya,
"Joko, mundur kau!"
Joko Wandiro tidak berani me mbantah, dan ia lalu
mengundurkan diri, kembali duduk bersila seperti tadi, di
mulut guha di belakang Resi Jatinendra. Adapun Resi
Bhargowo kini sudah berdiri dan dengan langkah tenang ia
maju ke depan menyambut dua orang raksasa itu.
"Anak baik, kau patut menjadi cucu murid adi res i "
demikian bisikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Bharodo di sebelah kanan Joko Wand iro. Anak ini
menengo k dan melihat betapa kakek itu tersenyum ra mah,
lalu me mbungkuk dengan sikap merendah. Kemudian mereka
lalu me man dang ke depan untul: me nonton bagaimana Resi
Bhargowo akan menghadapi dua orang lawan yang buas itu.
Resi Bhargowo bersikap tenang saja. Sejenak ia beradu
pandang dengan kedua lawannya, ke mudian ia berkata,
"Kisanak, siapakah gerangan
andika berdua" Dan
me mpunyai keperluan apa mendatangi pertapaan Jalatunda?"
"Heh-heh-heh, aku adalah Gagak Kunto!" jawab ra ksasa
yang me megang le mbing atau tobak berhias rambut.
"Dan a kulah Gagak Rudro!" jawab orang ke dua sa mbil
menga mang-a mangkan senjata ruyungnya yang mengerikan.
Resi Bhargowo sudah menduga akan hal ini. Tentu saja dia
sudah mendengar na ma kedua orang ini yang merupakan
jagoan-jagoan dari Kerajaan Wengker yang sudah hancur.
Tadi ketika men dengar suara burung gagak yang diikuti
oleh se mua burung la in, dia sudah dapat menduga bahwa
suara itu bukan keluar dar i mulut burung gagak sewajarnya.
Kiranya kedua orang "Gagak" inilah yang datang! Dia sudah
mendengar bahwa Gagak Kunto dan Gagak Rudro (Gagak
Bertombak dan Gagak Buas) adalah bekas perwira-perwira
Kerajaan Wengker, orang-orang kepercayaan mendiang Sang
Prabu Baka dan me miliki kesaktian-kesaktian t inggi, yang
merupakan ahli-ahli ilmu hita m seperti biasa dimikili para
jagoan Wengker.
Maka ia bersikap hati-hati dan menanti keterangan
selengkap nya. Melihat betapa pertapa yang kelihatan kecil itu tidak kaget
mendengar na ma mereka, Gagak Kunto berkata lagi, suaranya
me mbentak marah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tua bangka kecil kurus kering, kau minggirlah! Kami
datang mewakili kakang Wirokolo!"
"He mmm, kalau W irokolo ada niat menghadap Sang Agung
Resi Jatinendra, mengapa ia tidak langsung menghadap
sendiri" Mengapa ia menyuruh pula kalian" Mundurlah, dan
sampaikan kepada Wirokolo bahwa lebih ba ik dia sendiri yang
maju." Dua orang raksasa itu makin marah.
"Heh, keparat sombong, siapakah engkau berani menentang sepasang Gagak Sakti" Apakah kau sudah bosan
hidup?" "Gagak Kunto dan Gagak Rudro, aku bicara baik-ba ik
kepada kalian, sebaliknya kalian begitu jumawa. Ketahuilah,
aku adalah Bhagawan Rukmoseto."
"Bhagawan Rukmoseto?"" Gagak Kunto
mengulang, mengingat-ingat nama yang tak dikenal nya ini.
"Ya, dahulu disebut Resi Bhargowo."
"Ha-ha-ha! Resi Bhargowokah kiranya engkau, tua bangka
kerdil" Minggirlah, apa kau be lum men dengar na ma Gagak
Kunto" Minggir dan biarkan kami bicara dengan Sang Prabu
Airlangga!"
"He mm ! Wirokolo hanya seorang senopati taklukan,
namun mas ih mewakilkan orang-orang kasar maca m kalian.
Tentu saja kalian tidak cukup berharga untuk menghadap
Sang Agung Resi Jatinendra, dan akulah wakil beliau untuk
menand ingi segala tingkah mu!"
"Aauugggh, bojleng iblis laknat! Bhargowo, berani engkau.
me lawan senjata pusakaku ini?" Gagak Kunto menga mangkan
tombaknya. "Majulah, siapa takut kepada mu?"
"Keparat sombong! Hayo ke luarkan senjata mu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Senjataku adalah kebenaran. Majulah kalian berdua, aku
takkan mundur setapakpun!"
"Babo-babo .. .....!!"
Gagak Rudro tak dapat menahan kemarahannya lagi dan ia
mendahului saudaranya, menerjang dengan ruyungnya yang
menger ikan. "Wuuuuuttt.......!!" Angin besar menya mbar ketika ruyung
ini bergerak. Namun dengan gerakan ringan dan sikap tenang
sekali Resi Bhargowo menggeser kaki miringkap tubuh.
Ruyung itu lewat di sa mping tubuhnya bagaikan waringin
tumbang, menghanta m tanah me mbuat batu-batu kerikil
pecah dan terbang berha mburan disusul debu men gepul tebal.
Serangan gagal ini dalam detik se lan jutnya sudah disusul
tombak meluncur bagaikan kilat menya mbar, menusuk ke
arah dada Resi Bhargowo. Demikian cepatnya serangan maut
ini sehingga Joko Wandiro yang menonton merasa ngeri dan
khawatir. Baginya, eyang gurunya terlalu tenang, sehingga
tampaknya seperti la mbat.
Kalau dia yang diserang tomba k seperti itu, tentu sudah
cepat-cepat meloncat ke sa mping. Akan tetapi eyang gurunya
seakan-akan menanti datangnya ujung mata tombak, dan
setelah kurang sejengkal dari kulit dadanya, barulah eyang
gurunya itu miringkan tubuh tanpa menggeser kaki! Sebuah
kelitan yang amat berbahaya dan pula amat berani, namun
juga merupakan awa l jurus yang ampuhnya menggiriskan!
Hanya beberapa detik saja terjadinya, tahu-tahu tombak
yang meluncur lewat itu telah tertangkap di bawah ketiak
lengan kiri sang resi, dikempit dengan pengerahan tenaga
dalam, kemudian dalam detik ber ikutnya disusul dengan
tamparan yang menggunakan jari tangan kanan.
"Werr ....... plakkk!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah tamparan Pethit Nogo yang tepat mengenai pundak
kiri Gagak Kunto! Joko Wandiro ha mpir saja bersorak
menyaksikan hasil mentakjubkan eyang gurunya dalam jurus
pertama ini. Tubuh Gagak Kunto seperti kemasukan aliran
halilintar, matanya terbelalak ra mbutnya bangkit berdiri
kemudian tubuhnya mencelat ke belakang sampa i lima meter
jauhnya, lalu terbanting roboh dan di s itu ia terengah-engah
sambil me megang i pundaknya. Biarpun ia me miliki kekebalan,
namun pukulan Pethit Nogo tadi berhasil mere mukkan tulang
pundaknya! "Si keparat Bhargowo ....... ! Berani kau ....... menjatuhkan
saudaraku ?""
Dengan muka merah dan mata terbelalak mulut berliur
sakiing marahnya, Gagak Rudro menubruk dan menggerakkan
ru- yungnya yang besar dan berat itu, mengancam kepala dan
tubuh lawan. Gerakannya cepat dan amat kuat, serangannya
susul-menyusul seh ingga terpaksa Resi Bhargowo menggunakan ilmu kesaktiannya, dengan Aji Bayu Tantra ia
brrkelit ke sana ke mari dengan amat gesitnya.
Mengagumkan sekali kalau dilihat betapa seorang kakek
yang sudah tua, rambutnya sudah putih semua seperti Resi
Bhargowo ini, masih dapat bergerak sedemikian gesitnya,
tiada ubahnya seekor burung sriti yang bergerak me lesat ke
sana-sini menghindarkan diri dar ipada anca man ruyung ma ut.
)0oo-dw-oo0( Jilid 19 SAKING cepatnya gerakan ruyung, terdengar suara "werrwerr-werr!" tiada hentinya dan daun-daun di dahan pohon
bergoyang-goyang seperti tertiup angin keras. Kelihatannya
Sang Resi Bhargowo terdesak dan tak ma mpu me mbalas,
padahal sesungguhnya, pertapa sakti yang tenang ini sedang
menanti kesempatan baik untuk sekali pukul meruntuhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan. Ketika ruyung itu lewat dari atas hendak menghantam
kepalanya, ia menanti dan sengaja me mperla mbat gerakan.
"Remuk kepala mu!" Gagak Rudro sudah berseru girang
sekali, yakin bahwa kali ini ruyungnya tentu akan mendapat
"makanan" otak dan darah kepala yang remuk.
"Werr ........ wuuutttt!!"
Ruyung me luncur cepat karena Resi Bhargowo baru dekat,
maka ruyung itu tidak dapat ditahan oleh Gagak Rudro, terus
me luncur ke bawah dan menghantam tanah. Akan tetapi kali
ini Resi Bhargowo sudah melihat kesempatan baik. Jari-jari
tangan kirinya menyambar ke depan dan "krakk!!! " pangkal
lengan kanan Gagak Rudro dekat pundak patah tulangnya dan
ruyungnya terlepas dari pegangan.
"Aduhh ........ , tobat........ !"
Gagak Rudro berteriak kesakitan dan menggulingkan tubuh
menjauhi lawan, takut mener ima hanta man ke dua. Akan
tetapi Resi Bhargowo tidak menyerang lagi, melainkan berdiri
tegak dan tersenyum pah it.
"Orang-orang maca m kalian ini masih berani me mbikin
ribut" Hayo, kalau masih belum bertobat, majulah lagi,
keluarkan se mua kedigdayaan kalian, sepasang Gagak yang
jahat! Kalau sudah mengaku kalah, pergilah dan ajak kelima
orang anak buahmu! "
Tiba-tiba terdengar suara mendeis-desis ketika Gagak
Kunto dan Gagak Rudro pergi diikuti lima orang anak buah
mereka yang tadi roboh oleh Joko Wandiro. Suara mendesisdesis ini makin tajam dan nyaring setelah tujuh orang itu tak
tampak bayangannya lagi.
Kemudian terdengar bentakan dengan suara parau.
"Babo-babo, Resi Bhargowo! Sumbar mu seperti dapat
menumbangkan puncak Mahameru! Jangan tekebur hanya
karena dapat mengalahkan segala perajurit ondahan. Akulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan mu!!" mendadak terdengar suara keras seperti pohon
beringin tu mbang dan sesosok tubuh inggi besar menyambar
turun, kini berdiri tegak di depan Resi Bhargowo.
Joko Wandiro yang me mandang penuh perhatian, terkejut
me lihat raksasa yang baru muncul ini.
Tubuhnya sama tinggi besar dengan sepasang gagak tadi,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan tetapi wajahnya lebih menyeram kan karena berwarna
merah. Bibirnya yang pucat tak dapat rapat menutup giginya
yang besar-besar dan di kedua ujungnya bertaring!
Matanya melotot dan tak pernah kelihatan berkedip.
Tubuhnya bagian atas tidak berbaju sehingga ta mpak otototot sebesar dadung membe lit-belit tubuh yang kulitnya
berbulu itu. Akan tetapi yang paling menyeramkan adalah lima
ekor ular belang yang menghias tubuhnya. Seekor yang paling
panjang me mbelit leher seperti kalung,dua ekor di kedua
pergelangan tangan dan dua ekor pu la me mbe lit pergelangan
kaki yang telanjang.
Lima ekor ular berbisa inilah yang mengeluarkan suara|
mendesis-des is itu.
"Wirokolo! Akhirnya engkau muncul juga! Engkau mau apa"
Jangan kira Resi Bhargowo takut kepada mu!"
"Haaaahhh! Sombong sekali engkau, keparat! Rasakanlah
ampuhnya Anolo Hasto (Tangan Api)!"
Berkata demikian, Wirokolo menggosok-gosok kedua
telapak tangannya dan .... dari kedua telapak tangan yang
saling digosokkan itu mengepul asap hitam dan tercium bau
sangit seperti kulit atau ra mbut terbakar.
Kedua telapak tangan itu kini tampak merah seperti besi
dibakar. Kemudian Wirokolo bertepuk tangan. Terdengar
ledakan seperti geledek dan ta mpak bunga ap i berp ijar!
Benar-benar ilmu yang mujijat dan dahsyat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Wirokolo me mbentak keras,tubuhnya yang tinggi
besar itu menerjang maju, kedua tangannya mena mpar
bertubi-tubi. Resi Bhargowo dengan sikapnya yang tenang itu menge lak
sambil menang kis, karena gerakan lawan yang sedemikian
cepatnya, mengimbangi gerakannya sendiri Aji Bayu Tantra,
tak mungkin dihadapi dengan kelitan-kelitan saja, harus
dihadapi dengan tangkisan,keras lawan keras.
"Desss. ......!!"
Benturan kedua tangan orang-orang sakti ini merupakan
pertemuan dua tenaga dahsyat. Dari tangan Wirokolo
me merc ik bunga api menyilaukan mata dan terjangannya
tertahan, Akan tetapi Resi Bhargowo terhuyung-huyung ke
belakang, terdorong oleh tenaga lawan yang bukan main
dahsyatnya! "Huah-hah-hah-hah! Sebegitu saja kekuatanmu, Resi
Bhargowo?"
Wirokolo mengejek sa mbil me nerjang terus menggunakan
kedua tangannya yang seakan - akan telah berubah menjadi
dua tangan baja me mbara.
Memang hebat kepandaian Wirokolo ini. Hal ini tidaklah
amat mengherankan kalau diingat bahwa ia bekas senopati
Kerajaan Wengker dan merupakan senopati yang sakti no mor
dua sesudah Dibyo Mamangkoro. Wirokolo adalah ad ik
seperguruan Dibyo Mamangkoro, dan dalam perang antara
Wengker melawan pasukan Kahuripan dahulu, dia merupakan
lawan tangguh yang hanya dapat dipukul mundur setelah
banyak perwira tewas dan akhirnya Ki Patih Narotama send iri
yang turun tangan di me dan yuda.
Semenjak kekalahannya dalam perang itu yang mengakibatkan tewasnya Sang Prabu Boko di tangan Sang
Prabu Airlangga sendiri dari hancurnya Kerajaan Wengker,
seperti juga Dibyo Mamangkoro, senopat Wirokolo ini lari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menye mbunyikan diri dan bertapa sambil mengge mbleng diri
sehingga ilmu kepandaiannya men ingkat tinggi.
Resi Bhargowo bukanlah tokoh sembarangan. Dengan Aji
Bayu Tantra dan ilmu pukulan Phetit Nogo dia sudah
merupakan seorang sakti yang jarang tandingannya, apalagi
dia telah me miliki tenaga sakti yang bertingkat tinggi. Dalam
pertandingan di Pulau Se mpu, menghadapi serbuan para
utusan Pangeran Anom, Resi Bhargowo telah me mbuktikan
kesaktiannya. Akan tetapi sekarang, berhadapan dengan Wirokolo, dia
benar-benar terdesak dan jelas bahwa tingkat kesaktiannya
kalah tinggi Dengan ajinya Bayu Tantra, Resi Bhargowo hanya
dapat mengelak untuk menyelamatkan diri dari serbuan kedua
tangan me mbara itu. Ada kalanya ia ma mpu me mbalas sekali
dua dengan pukulan Pethit Nogo yang ampuh, namun pukulan
inipun me mbalik ketika bertemu dengan hawa Anolo Hasto
yang panas seperti Kawah Condrodimuka. Juga pukulan Pethit
Nogo yang tidak terlalu tepat kenanya, tidak me mpan
terhadap tubuh Wirokolo yang keras dan kebal. Hanya dalam
kecepatan saja Resi Bhargowo dapat mengimbangi lawan
sehingga ia mas ih dapat bertahan, namun jelas bahwa
pukulan-pukulannya kalah a mpuh dan tenaga dalamnya kalah
kuat. "Huah-hah-hah! Resi Bhargowo, begini saja kekuatanmu"
Hah-hah-hah!"
Wirokolo terkekeh-kekeh dan ia benar-benar menguasai
pertandingan itu sehingga kini Resi Bhargowo sa ma sekali
tidak diberi kesempatan untuk me mbalas, melainkan me loncat
ke sana ke mari, mengelak dan sedapat mungkin menangkis.
Namun setiap kali menang kis, ia terpental dan terhuyunghuyung. "Wirokolo manusia iblis! Masih belum bertobat engkau
sejak dahulu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ini keluar dari mulut Empu Bharodo yang ternyata
sudah maju dan me mbantu ad ik seperguruannya. Begitu
suaranya terdengar, orangnya sudah datang dan tangannya
sudah mena mpar. Bukan ma in cepatnya gerakan Empu
Bharodo. Memang, dalam hal ilmu mer ingankan tubuh dan
gerak cepat, agaknya sukar dicari bandingnya karena Empu
Bharodo me miliki Aji Bayu Sakti! Gerakannya ringan dan cepat
sekali sehingga tahu-tahu tangannya mena mpar seperti kilat,
tak sempat ditangkis maupun die lakkan lag i oleh Wirokolo.
"Plakk!"
Tamparan itu tepat mengenai dada Wirokolo, sebuah
tamparan dahsyat yang didasari ilmu pukulan Jonggring
Saloko. "Huah-hah-hah!
Tanganmu e mpuk seperti tangan perempuan, Empu Bharodo pendeta cacingen!"
Wirokolo yang hanya tergeser selangkah oleh ta mparan itu
tertawa mengejek lalu balas me mukul dengan tangannya yang
merah me mbara. Namun dengan amat cepatnya Empu
Bharodo mengelak sehingga pukulan ini mengena i te mpat
kosong. Juga desakan yang bertubi-tubi merupa kan pukulan
berantai sampai tujuh kali, sama sekali tidak dapat menyentuh
ujung baju si pertapa yang a mat cepat gerakannya ini.
Setelah Empu Bharoflo turun tangan membantu Resi
Bhargowo, pertandingan menjadi lebih ra ma i, tidak berat
sebelah seperti tadi.
Kalau tadi Resi Bhargowo terdesak hebat dan hanya
ma mpu mengelak ke sana ke mar i, sekarang dengan bantuan
Empu Bharodo keadaan berubah. Biarpun tubuh Wirokolo
kebal dan amat sakti sehingga tidak roboh oleh pukulan Pethit
Nogo maupun pukulan Jonggring Saloko, na mun karena kini
kedua orang pertapa itu menujukan pukulan-pukulan mereka
ke bagian- bagian tubuh yang le mah, raksasa yang sakti itu
menjad i repot juga. Ia sudah mengamuk dan balas me mukul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau mencengkeram dengan kedua tangan yang me mbara,
namun gerakan kedua orang lawannya itu terlalu ges it
sehingga semua balasan serangannya gagal.
"Plakk !! Dess ...... !!"
Tamparan Pethit Nogo oleh jar i tangan Resi Bhargowo
mengenai pundaknya dan selagi terhuyung, ia dihantam oleh
tangan kiri Empu Bharodo yang mengenai la mbungnya. Biarpun dua pukulan a mpuh ini tidak mero bohkannya, namun
cukup me mbuat tulang pundak ngilu dan perut mulas.
Bangkit lah kemarahan Wirokolo. Untuk me mpergunakan ilmu
hitam seperti tadi, ia ma klum tidak akan ada gunanya karena
Empu Bharodo adalah seorang ahli dalam ha l ilmu sihir,
sehingga ilmu hita m seperti yang telah ia keluarkan tadi, yaitu
Calon Arang, juga dapat dipukul buyar.
Maka kini Wirokolo mengeluarkan teriakan keras sekali
sehingga bumi seakan goncang, pohon-pohon bergoyang dan
banyak daun pohon berguguran. Di saat lain Wirokolo telah
menerjang maju dengan hebat sekali. Kini ular-ular yang
tadinya melingkar di pergelangan tangannya, ikut bergerak
dan setiap kali ia menghantam, maka ular di pergelangan
tangan ikut pula menya mbar dan menggigit.
Demikian pula ular-u lar di kedua kakinya. Bahkan ular di
lehernya mengulur leher dan menye mbur kan uap berbisa!
Semua ini masih dita mbah lag i dengan sepasang tombak
pendek yang entah kapan telah dicabut oleh W irokolo dari
belakang pinggangnya.
Hebat bukan main raksasa ini sehingga Resi Bhargowo dan
Empu Bharodo terkejut juga dan melompat mundur. Empu
Bharodo cepat mengeluarkan tombaknya, tombak pusaka
yang tadi ia letakkan di depan guha, sedangkan Resi
Bhargowo juga menyambar tomba k milik Gagak Kunto yang
tadi ia rampas. Mereka kini sudah siap dengan senjata di
tangan, siap untuk bertanding mati-matian menghadapi lawan
yang amat sakti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang berdua Bharodo dan Bhargowo, harap kalian
mundur dan biarkan Wirokolo me njumpai aku."
Suara ini halus, na mun mengandung getaran penuh
wibawa. Mendengar suara ini, seketika kedua orang pertapa
itu melangkah mundur dan kemba li duduk bersila di te mpat
semula. Napas mereka agak terengah, tanda bahwa
pertandingan me lawan Wirokolo tadi benar-benar amat berat
bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dia m-dia m Joko
Wandiro merasa khawatir sekali. Kalau kedua orang kakek
sakti ini tidak ma mpu mengalahkan lawan, bagaimanakah
kakek di depan itu akan menghadapinya seorang diri"
Sementara itu, Wirokolo dengan kedua tombak pendek di
tangan, tertawa bergelak sampai perutnya yang besar
bergerak-gerak dan mukanya yang beringas menengadah.
Kemudian ia menghentikan tawanya dan melangkah maju
mengha mpiri Resi Jatinendra yang masih duduk bersila, akan
tetapi kini tidak bersamadhi lag i, sepasang matanya terbuka,
me mandang penuh kele mbutan dan bibirnya tersenyum
ramah. "Kisanak, apakah kau yang bernama Wirokolo?"
Pertanyaan ini terdengar halus dan sedikitpun t idak
me mbayangkan kemarahan atau permusuhan.
"Huah-hah-hah! Sang Prabu Airlangga, betul aku Wirokolo!"
"Wirokolo, aku sekarang bukan lagi sang prabu, melainkan
Resi Gentayu atau Resi Jatinendra. Andika bertekad datang ke
Jalatunda, ada keperluan apakah" Katakan jangan meragu
karena apapun permintaanmu, jika aku kuasa me mberi, akan
kuberikan kepada mu."
"Huah-hah, Raja Airlangga! Jangan coba berse mbunyi di
balik kedok pertapa! Setelah kedua orang jagoanmu tak dapat
menga lahkan aku, engkau lalu menggunakan kata-kata manis
untuk menyenangkan hatiku" Engkau menjad i ketakutan"
Takut kepadaku" Hah- hah, Sang Prabu Airlangga yang dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disohorkan gagah perkasa itu kini menjad i seperti harimau
kehilangan kukunya, garuda kehilangan sayapnya ! "
Di dalam hatinya Joko Wandiro terkejut ketika mendengar
bahwa kakek pertapa yang tenang dan ramah itu ternyata
adalah sang prabu sendiri! Hatinya berdebar penuh
kekhawatiran, akan tetapi me lihat sikap yang kurang ajar dan
sombong dari W irokolo, jiwa satrianya me mberontak, semua
urat syaraf di tubuhnya menegang dan hampir tak dapat ia
menahan dirinya yang hendak meloncat dan menandingi
raksasa sakti itu.
Akan tetapi Sang Prabu Airlangga atau Resi Jatinendra
sendiri sa ma sekali tidak kelihatan marah mendengar ejekan
dan cemoohan itu, melainkan tersenyum dan suaranya tetap
halus dan ra mah,
"Satu-satunya hal yang kutakuti di dunia ini hanyalah
kalau-kalau aku menyeleweng dar ipada kebenaran tanpa
kusadari, Wirokolo. Selain itu, tidak ada yang kutakuti, juga
engkau tidak. Aku telah sadar, Wirokolo, bahwa penggunaan
kekerasan adalah penyelewengan manusia yang paling parah.
Dari kekerasan inilah timbulnya segala perkosaan dan
kerusakan, wahai kisanak, demi kebaikanmu sendiri,
hentikanlah segala kekerasan mu dan katakanlah, apa yang
kau kehendaki dan aku akan me mberikannya kepadamu."
Sejenak sunyi menya mbut ucapan yang amat sedap
didengar ini. Suasana sunyi yang menga man kan hati, sunyi
yang amat indah di mana tidak ada sesuatu yang
mengganggu perasaan. Akan tetapi hanya sebentar karena
segera terganggulah getaran damai yang timbul dari sabda
sang resi itu oleh suara Wirokolo,
"Heh, Airlangga! Siapa percaya obrolanmu" Kau tanya apa
kehendakku" Aku menghendaki nyawamu! Lihat, aku akan
me mbunuhmu!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wirokolo me ngamang-a mangkan kedua tomba knya dengan
sikap menganca m sa mbil me langkah ma kin de kat.
Akan tetapi sang resi tersenyum, kemudian terdengar katakatanya penuh wibawa sehingga ucapan yang keluar dari
mulut sang res i mengandung getaran dan ge ma,
"Hai Wirokolo, dengarlah baik-ba ik selagi engkau mendapat
kesempatan mendengar kebenaran ini. Siapakah engkau ini
yang akan dapat membunuh Aku" Siapakah engkau ini yang
akan dapat menentukan mati hidup seseorang" Yang tidak
berawal takkan berakhir, dan Aku tidak berawal, ma ka tidak
berakhir pula. Yang tidak terlahir, takkan mati, dan Aku tidak
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlahir. Yang berawal dan terlahir hanyalah tubuhku, maka
yang berakhir atau mati kelak hanya tubuhku. Jangan kira
engkau akan dapat me mbunuhku, oh, Wirokolo, engkau
tersesat amat jauh kalau berpikir de mikian! Sebaliknya
tubuhku ini takkan terluput daripada kematian, na mun jangan
pula mengira bahwa engkau yang akan me nentukan mati
hidup tubuhku, karena hal itu tidak berada dalam kekuasaanmu atau kekuasaan siapapun juga.Di samping bahwa
engkau tidak berdaya untuk menguasai mati hidup seseorang,
juga Aku telah diwajibkan menjaga wadah di ma na Aku tinggal
berupa tubuh ini, Wirokolo! Karena kalau tidak kula kukan hal
itu, maka berarti men inggalkan wajib dan hal ini menyalahi
keadaan!" Kembali sunyi yang mendalam menyambut ucapan Sang
Resi Jatinendra ini. Lebih la ma daripada tadi. Tiada suara
terdengar, bahkan angin sekalipun seperti berhenti bertiup
untuk menghormati kata-kata yang merupakan untaian
mut iara keluar dari mulut sang resi.
Mutiara filsafat yang menjadi ajaran Sang Bhatara Wishnu,
dituangkan dalam Bagawad Gita, yaitu ketika Sri Kresna
(titisan Wishnu) me mberi wejangan kepada Sang Arjuna
dalam perang Bharatayuda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, semua ajaran dan filsafat yang baik hanya
dapat me masuki sanubari orang yang hatinya terbuka untuk
kebajikan. Hati Wirokolo sa ma sekali tertutup oleh nafsu-nafsu
duniawi yang menggelora sehingga kesadarannya terselimut
oleh uap hitam yang timbul dari hawa nafsu, membuat mata
sadarnya sementara menjadi buta akan kebenaran. Ia tertawa
bergelak penuh ejekan, lalu berkata,
"Apapun yang kaukatakan, Airlangga, takkan dapat
menahan kehendakku me mbunuhmu. Hendak kulihat apakah
engkau ma mpu mengelakkan diri daripada mati di tanganku,
huah-hah-hah!"
"Sesukamulah, Wirokolo. Aku sudah me mperingatkanmu !"
Wirokolo kemudian menggunakan sepasang tombaknya.
Karena ia maklum bahwa pertapa tua yang duduk bersila itu
adalah Sang Prabu Airlangga yang a mat sakt i.
Dahulupun rajanya yang terkenal sakti, Sang Prabu Boko,
tak sanggup me lawan, maka kini ia mengerah kan seluruh
tenaga dan menge luarkan se mua ajinya .
Sebelum menerjang maju, ia berkema k- kemik me mbaca
mantera dan muncullah bayangan nenek t inggi besar yang
tadi muncul dan kemudian mundur karena dikalahkan Empu
Bharodo. Nenek Calon Arang itu tampak bayangannya di
belakang Wirokolo! Ketika Wirokolo menggereng, tidak hanya
kedua telapak tangannya yang me mbara, bahkan mulutnya
seakan-akan mengeluarkan api bernyala dahsyat, matanya
mencorong seperti ada api di dalamnya.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring,
"Iblis jahat! Biar aku mengadu nyawa denganmu!"
Bentakan ini keluar dari mulut Joko Wandiro yang sudah
me loncat maju sa mbil menggerakkan sepasang goloknya. Hati
anak ini tidak dapat menahan lagi menyaksikan sikap Wirokolo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dahsyat itu. Ia merasa ngeri me mbayangkan be tapa
pertapa bekas raja itu sama sekali tidak me lawan menghadapi
ancaman yang begitu buasnya.
Maka tanpa berpikir panjang lagi, mengikuti getar hatinya,
ia sudah me loncat dan menerjang Wirokolo dengan sepasang
goloknya. "Joko .......... ! "
Resi Bhargowo berteriak, namun terlambat karena anak itu
sudah menggerakkan tubuh dan goloknya, bagaikan seekor
harimau muda menerjang Wirokolo dengan kecepatan
mengagumkan. Wirokolo sa ma sekali tidak menduga bahwa
dirinya akan diserang seorang anak-anak, menjadi terheranheran dan hanya me mandang dengan mata terbelalak.
"Werr ........ werr ........ ! Trangg ........ trangg ........ !!"
"Heh-heh-heh!"
Wirokolo tertawa dan sekali lengannya bergerak, tubuh
Joko Wandiro terlempar dan roboh bergulingan, pingsan! Tadi
sepasang golok anak ini dengan tepat mengenai sasaran, yaitu
di dada dan pundak. Akan tetapi, sepasang golok itu me mbalik
seperti menghanta m baja saja ketika berte mu dengan tubuh
Wirokolo yang kebal, dan sekali raksasa itu mena mpar, Joko
Wandiro terlempar dan pingsan.
"Huah-hah, Airlangga, setelah kehabisan jago tidak
ma lukah engkau menga jukan seorang bocah" Nah, terimalah
kematian mu!"
Tubuh yang tinggi besar itu kini menerjang maju, sepasang
tombaknya diputar-putar. Akan tetapi Sang Resi Jatinendra
sama sekali tidak bergerak, hanya me mandang dengan
senyum menghias bibir dan mas ih duduk bersila di atas batu.
"WuuuutttH Desssss!!" Bunga api berha mburan ketika batu
yang diduduki Resi Jatinendra pecah ujungnya, dihantam
tombak pendek di tangan kanan W irokolo. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anehnya, Resi Jatinendra masih duduk bersila di situ sambil
tersenyum, seujung ra mbutpun tidak berge ming, apalagi
terluka, tombak itu tadi kelihatan tepat mengenai dada
pertapa bekas raja ini! .
Sejenak Wirokolo terbelalak kaget, akan tetapi ia menjadi
makin marah dan penasaran. Ia sama sekali tidak merasa
betapa bayangan nenek mengerikan Calon Arang di
belakangnya mundur-mundur ketakutan satelah dekat dengan
sang pertapa. Selagi Wirokolo me langkah mundur lalu menga mbil ancangancang untuk menerjang leb ih hebat lagi, tiba-tiba
menya mbar angin keras dari sa mping, dibarengi bentakan
nyaring, "Bedebah Wirokolo, pergilah!!"
Angin itu menya mbar datang, lalu tampak kaki tangan orang bergerak menerjang Wirokolo!
Raksasa itu berusaha menang kis dan me lawan, namun s ia- sia belaka. Tahutahu tubuhnya sudah mencelat
seperti daun kering ditiup
angin, terlempar sampa i sepuluh meter jauhnya dan
jatuh berdebuk seperti batang pohon pisang tumbang!
Ketika raksasa yang sejenak merasa nanar kepalanya itu
merangkak bangun sambil menyumpah-nyu mpah marah lalu
me mandang, kiranya yang menyambar dan menghanta mnya
seperti terjangan Sang Haryo Werkudoro itu bukan lain adalah
Ki Patih Narota ma! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Si keparat Wirokolo! Berani engkau mengganggu
junjunganku"
Hayo majulah dan kerahkan semua kedigdayaanmu. Inilah musuh la ma mu, akulah tandingmu!"
Wirokolo merasa ngeri. Bertahun- tahun yang lalu, ia sudah
merasai betapa keras pukulan tangan Ki Patih Narotama,!
betapa cepat tendangan kakinya. Bahkan kakak seperguruannya sendiri, Dibyo Mamangkoro yang lebih sakti,
setelah mengerahkan se mua kedigdayaannya dan bertanding
yuda melawan patih ini, akhirnya harus mengakui keunggulan
ki patih. Dan melihat akibat terjangan ki patih tadi, yang ma mpu
me le mparkan ia sa mpai jauh, me mbukt ikan bahwa selama ini
ilmu kesaktian ki patih juga maj u pesat.
"Cukuplah, kakang Narotama! Jika engkau me mbalas
kekerasan dengan kekerasan pula, akan berlarut-larut jadinya." Suara ini diucapkan oleh Resi Jatinendra, dan Ki Patih
Narotama merasa seakan-akan kepalanya disiram air wayu
yang dingin. Ia segera sadar betapa ia berdiri tegak dengan
kedua kaki terpentang seperti Sang Werkudoro di depan
junjungannya yang masih duduk bersila, maka cepat-cepat ia
mengebutkan ujung kakinya, lalu duduk bersimpuh penuh
hormat. "Mohon maaf, yayi (adinda) prabu tidak kuat hati ha mba
menyaksikan keso mbongan W irokolo."
Pada saat itu, Joko Wandiro sudah siuman dari pingsannyaIa lalu mera ih sepasang goloknya yang terlepas dekat disitu
lalu bersila lagi, terheran-heran betapa kakek yang dikenalnya
sebagai Ki Patih Narotama yang sakti, kini sudah bers impuh
menghadap Sang Prabu Jatinendra.
Sementara itu W irokolo yang gentar menghadapi Ki Patih
Narotama, lalu bangkit dan menga mang-a mangkan sepasang
tombaknya, lalu berkata dengan penuh gera m,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Airlangga dan Narotama! Se karang kalian boleh tertawatawa atas kemenangan kalian. Akan tetapi awas, kelak akan
datang saatnya kami me mbalas denda m! Kami akan selalu
Pendekar Bodoh 20 Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San Karya Liang Ie Shen Renjana Pendekar 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama