Ceritasilat Novel Online

Kemelut Kerajaan Mancu 8

Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


adalah Lam-hai Cin-jin yang amat lihai. Orang ke dua adalah
seorang pemuda berusia sekitar dua puluh enam tahun yang
tampan gagah berpakaian indah dan pesolek. Dia itu bukan
lain adalah Wu Kongcu (Tuan Muda Wu) yang bernama Wu
Kan, putera dari Jenderal Wu Sam Kwi yang kini menjadi raja
kecil di Y unnan-hu dan menguasai sebagian daerah Se-cuan.
Melihat mereka, Ang-mo Niocu segera memberi hormat
kepada Lam-hai Cin-jin dan Wu Kan yang sudah melompat
turun dari atas kuda mereka.
"Suhu...!"
Si Han Bu semakin kaget. Kiranya Lam-hai Cin-jin adalah
guru dari Ang-mo Niocu. Kalau muridnya saja sudah amat
lihai, apalagi gurunya!
"Yi Hong, apa hasilmu diutus Ayah pergi ke utara" Engkau
tidak membawa hasil apa pun dan kudengar engkau hanya
berfoya-foya, bermain gila dengan banyak laki-laki!" Wu Kan
berkata dengan ketus, dengan suara mengandung Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecemburuan karena memang sebelum pergi ke utara, Angmo Niocu telah menjadi kekasihnya.
Mendengar ucapan itu, wajah Ang-mo Niocu menjadi
merah, bukan karena malu melainkan karena penasaran dan
marah. "Wu Kongcu, enak saja engkau bicara. Aku yang bersusah
payah, terkadang terancam bahaya maut, dan engkau yang
hanya enak-enakan tinggal di rumah malah menuduh yang
bukan-bukan!"
"Yi Hong, jangan kurang ajar terhadap Wu Kongcu!" bentak
Lam-hai Cin-jin kepada muridnya. Ang-mo Niocu tidak berani
membantah namun jelas ia merasa penasaran dan marah
kepada Wu Kan. "Bagus, bocah setan ini sudah muncul di sini. Yi Hong,
kenapa engkau tidak cepat menangkap atau membunuhnya?"
Lam-hai Cin-jin menegur ketika dia melihat dan mengenal Si
Han Bu. "Suhu, saya sedang membujuk agar dia suka ikut ke
Yunnan-hu," jawab Ang-mo Niocu Yi Hong.
"Hemm, agaknya pemuda ini juga seorang kekasihmu!
Hayo mengaku saja! Dia harus mampus!" bentak Wu Kan
marah dan pemuda ini sudah mencabut pedangnya dan
menyerang Han Bu dengan tusukan yang dilakukan dengan
marah. Akan tetapi putera Jenderal Wu Sam Kwi ini hanya
lagaknya saja yang hebat, namun sesungguhnya tingkat ilmu
silatnya belum berapa tinggi, ditambah tubuhnya juga lemah
karena dia terlalu banyak pelesir dan kerjanya hanya berfoyafoya. Maka, dengan mudah Han Bu miringkan tubuh
mengelak, lalu tangan kirinya menepuk pundak pemuda
pesolek itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk!" T ubuh Wu Kan terputar dan terhuyung, tentu akan
terbanting roboh kalau tidak cepat dipegang Lam-hai Cin-jin.
Kakek pendek gendut ini marah sekali.
"Berani engkau menyerang Wu Kongcu?"
Dia lalu menggerakkan tangan kirinya, diputarnya dan
telapak tangan kiri itu berubah kehitaman lalu dia
memukulkan telapak tangannya itu dengan dorongan yang
mendatangkan angin dahsyat ke arah Han Bu. Si Han Bu
adalah murid terkasih dari Im-yang Sian-kouw yang selain
tinggi ilmu silatnya juga memiliki keahlian ilmu pengobatan.
Maka sekali pandang saja maklumlah Han Bu bahwa lawan
menggunakan pukulan beracun. Dia telah mempelajari dari
gurunya cara menghadapi pukulan beracun, maka dia cepat
menelan sebutir pel merah sambil melompat ke kiri untuk
menghindar. Ketika kakek itu mengejar dan memukul lagi
dengan Hek-tok-ciang (T angan Racun Hitam), kini dia yang
sudah menelan obat penguat atau penawar terhadap pukulan
beracun, berani menyambut dengan dorongan kedua
tangannya. "Wuuutt... dess...!" Tubuh Han Bu terpental karena dia
kalah kuat, akan tetapi dia tidak sampai terluka. Dia bangkit
lagi, menyambut pukulan susulan sehingga terpental lagi. Hal
ini terjadi berulang-ulang sampai lima kali. Biarpun dia tidak
menderita luka dalam, namun tetap saja Han Bu merasa nyeri
terbanting sampai lima kali.
Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan. "Dorrr...!" Untung bagi
Han Bu tembakan yang dilepas Wu Kan itu meleset. Kiranya
pemuda putera Jenderal Wu Sam Kwi itu memiliki sebuah
senapan kuno yang dia beli dari pedagang senjata api yang
mulai beredar di sebelah selatan daratan Cina, kebanyakan
dibawa oleh bangsa Portugis.
"Jangan bunuh dia!" Ang-mo Niocu berteriak. Karena sikap
Wu Kan menimbulkan kebenciannya, maka ia semakin tertarik
dan condong membela Si Han Bu. Setelah berkata demikian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia melompat dan bermaksud merampas senjata api itu dari
tangan Wu Kan. Akan tetapi senapan itu dapat diisi dua buah
peluru. Melihat Ang-mo Niocu membela Han Bu, hati Wu Kan
menjadi semakin panas dan dia mengarahkan moncong
senapannya kepada gadis itu dan menarik pelatuknya.
"Dorrr...!" T ubuh Ang-mo Niocu terpental ke belakang dan
roboh terkapar. Pada saat itu kembali tubuh Han Bu nyaris
menjadi korban pukulan Hek-tok-ciang. Pemuda itu cepat
melompat untuk mengelak.
Sementara itu, Wu Kan kini mulai mengisi senapannya
kembali dengan dua butir peluru. Setelah diisi peluru dan
dikokang, dia hendak menembak Han Bu.
Akan tetapi pada saat itu, berkelebat dua sosok bayangan
orang. Muncullah Ui Yan Bun dan Wan Kim Hui. Seperti kita
ketahui, setelah berhasil mendapatkan obat untuk menyembuhkan Nyonya Wan Cun, Yan Bun dilatih ilmu silat
oleh Wan Cun yang amat lihai. Karena Yan Bun sudah memiliki
dasar yang kuat, maka hanya beberapa bulan saja dia sudah
memperoleh kemajuan pesat hasil penggemblengan datuk itu.
Wan Cun menyatakan bahwa yang diajarkan itu sudah cukup,
maka Yan Bun lalu berpamit untuk pulang ke rumah ayahnya,
yaitu Ui Houw yang tinggal di Lembah Sungai Kuning. Ketika
pemuda itu hendak berangkat, Wan Kim Hui rewel ingin ikut.
Ia ingin sekali mengembara dan kebetulan ada Y an Bun yang
dianggap sebagai kakaknya sendiri. Semula ayah ibunya
melarang karena mereka maklum akan kekerasan hati dan
kebinalan watak puterinya, akan tetapi Kim Hui nekat dan
menangis. Akhirnya orang tuanya mengijinkan karena di sana
ada Ui Yan Bun yang mereka percaya akan dapat mengawasi
puteri mereka. Kim Hui hanya diperbolehkan merantau selama
dua tahun dan paling lama dua tahun ia harus kembali ke
Bukit Siluman di dekat kota Lam-hu.
Demikianlah, karena ingin melihat-lihat pemandangan, dua
orang muda ini mengambil jalan memutar dan pada siang hari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu kebetulan mereka melihat Ang-mo Niocu ditembak jatuh
dan Han Bu sedang diancam bahaya.
"Itu Han Bu...!" Kim Hui berseru dan gadis ini sudah
memungut sebuah batu sebesar kepalan tangannya dan
sambil berlari cepat ia menghampiri tempat itu dan
melontarkan batu itu ke arah Wu Kan yang amat dibencinya.
Tepat sekali batu itu mengenai kepala Wu Kan pada saat
Wu Kan menarik pelatuk senapannya hendak menembak Han
Bu. "Dorrr...!" Tembakan itu ke atas dan tubuh Wu Kan
terpelanting roboh. Dia jatuh pingsan karena pelipisnya
dihantam batu yang dilontarkan Kim Hui.
Lam-hai Cin-jin marah sekali.
Kakek gendut ini menggerakkan ruyungnya yang berduri, menyerang Kim Hui.
Melihat ini, Ui Yan Bun cepat mencabut pedangnya dan
meloncat menghadang lalu menangkis serangan ruyung yang
ditujukan kepada Kim Hui itu.
"Tranggg...!" Benturan ruyung dengan pedang membuat
pedang Yan Bun terpental. Melihat bahwa kakek yang
dikenalnya dengan baik itu kini bertanding dengan Yan Bun,
Kim Hui cepat membantu Yan Bun dan mengeroyok Lam-hai
Cin-jin dengan pedangnya.
"Lam-hai Cin-jin kakek tua bangka jahat mau mampus! Aku
harus membalaskan ibuku yang pernah kaupukul dengan
curang!" Gadis itu masih merasa dendam mengingat ibunya,
Nyonya Wan Cun, pernah dilukai Lam-hai Cin-jin dengan
pukulan Hek-tok-ciang yang hampir saja merenggut nyawa
ibunya. Untung Yan Bun dapat mencarikan obat penawarnya
dari Im-yang Sian-kouw.
Melihat ada seorang pemuda dan seorang gadis datang
menolongnya dan kini mengeroyok Lam-hai Cin-jin, Han Bu
yang melihat Ang-mo Niocu roboh mandi darah, segera
melompat dan berjongkok menghampiri gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun juga gadis yang dikenal sebagai iblis betina itu
tadi telah membelanya, bahkan menyelamatkan nyawanya.
"Bagaimana keadaanmu...?" tanya Han Bu dengan khawatir
melihat gadis itu rebah dengan napas terengah-engah dan
muka pucat sekali. Aneh, dalam keadaan sekarat dan
kesakitan seperti itu, melihat Han Bu berjongkok dan
menanyakan keadaannya, Ang-mo Niocu tersenyum, walaupun senyumnya tampak aneh karena ia pun menahan
rasa nyeri yang hebat. Bibirnya bergerak dan terdengar ia
berkata lirih dan terputus-putus.
"Si Han Bu... terima kasih.... yang kau.... cari itu....
kusembunyikan... di kuil tua... belasan li... di sebelah utara
dari.... sini...." Setelah berkata demikian, ia terkulai dan tewas.
Mendengar ini, Han Bu percaya dan girang karena dia tidak
harus menggeledah tubuh mayat gadis itu untuk mencari T ekpai. Dia menengok dan melihat betapa dua orang
penolongnya masih bertanding seru melawan Lam-hai Cin-jin.
Pada saat itu barulah dia memandang mereka dengan jelas
dan hampir dia bersorak karena dia segera mengenal Ui Yan
Bun dan Wan Kim Hui yang dulu pernah datang di Bukit Kera
untuk mintakan obat bagi Nyonya Wan Cun kepada gurunya,
Im Yang Sian-kouw! Tadi dia tidak mengenal mereka karena
dia masih terkejut mendapat serangan tembakan dari Wu Kan
kemudian melihat betapa Ang-mo Niocu roboh tertembak.
Kini, me lihat bahwa yang menolongnya adalah mereka, dia
cepat meloncat dan menyerang dengan sepasang senjatanya,
yaitu pedang Im-yang-kiam yang hitam putih di tangan kanan
dan Im-yang-po-san, kipas sakti di tangan kiri.
"Ha-ha, Saudara Ui Yan Bun dan Nona Wan Kim Hui yang
baik, mari kita hajar kakek yang jahat ini!" katanya dan
serangannya amat dahsyat membuat Lam-hai Cin-jin yang
sudah merasa kewalahan dikeroyok Yan Bun dan Kim Hui,
menjadi semakin repot. Apalagi melihat Wu Kan menggeletak
tak bergerak, hatinya merasa khawatir bukan main. Putera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jenderal atau Raja Muda Wu Sam Kwi itu pergi berdua dengan
dia maka dialah yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Lam-hai Cin-jin adalah seorang datuk selatan
yang amat setia kepada Wu Sam Kwi yang dia anggap sebagai
seorang patriot pahlawan bangsa yang patut dihormati. Maka
dia pun menjadi Koksu (Guru Negara) di Yunnan-hu, menjadi
penasihat Jenderal Wu Sam Kwi. Kini melihat keadaan Wu
Kan, baginya yang terpenting adalah menyelamatkan putera
raja muda itu. Tiba-tiba ruyungnya diputar cepat sehingga tiga
orang muda yang mengeroyoknya menghindar ke belakang
dan pada saat itu, tangan kirinya membanting bahan peledak.
"Darr...!" Benda itu me ledak dan asap hitam mengepul
dibarengi bau yang menyengat hidung.
"Awas asap beracun!" kata Han Bu yang mengenal asap
semacam itu. Ketiganya cepat melompat ke belakang
menjauhi asap. Kesempatan itu dipergunakan Lam-hai Cin-jin
untuk melompat ke arah menggeletaknya Wu Kan,
menyambar tubuh pemuda itu, memanggulnya dan membawanya lari terlindung asap hitam beracun.
Setelah asap membuyar, tiga orang muda itu sudah
kehilangan Lam-hai Cin-jin dan Wu Kan.
Wan Kim Hui membanting-banting kakinya ke atas tanah.
"Sialan! Aku belum dapat membunuh si jahanam Wu Kan dan
kakek iblis Lam-hai Cin-jin!"
"Ah, agaknya engkau mengenal mereka itu, Nona Wan?"
tanya Han Bu. "Tentu saja aku mengenal mereka! Juga aku mengenal iblis
betina Ang-mo Niocu Yi Hong itu. Anehnya, engkau ternyata


Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sahabat baik iblis betina itu!" Wan Kim Hui berkata dengan
sikap galak. "Eh, aku sama sekali bukan sahabatnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, kalau bukan sahabatnya kenapa tadi engkau
dibelanya dan engkau menghampirinya?"
Mendengar suara gadis ini, diam-diam Han Bu merasakan
sesuatu kegembiraan aneh dalam hatinya. Benarkah
pendengarannya bahwa Wan Kim Hui cemburu"
"Aku justru mengejar dan mencarinya untuk merampas
kembali Tek-pai milik Huang-ho Sian-li pemberian dari
mendiang Kaisar."
"Huang-ho Sian-li?" Ui Yan Bun berseru kaget akan tetapi
juga girang. Lalu dia menahan diri dan berkata, "Harap kalian
berdua tunda dulu pembicaraan. Di sana ada sebuah mayat
yang harus kita kubur sebagaimana layaknya, baru nanti kita
bicara agar jangan simpang siur."
"Aku setuju dengan pendapat Saudara Ui Yan Bun," kata
Han Bu. Wan Kim Hui cemberut. "Aku heran sekali melihat kalian.
Apakah semua laki-laki begitu" Kalau melihat gadis cantik lalu
jalan pikirannya menjadi ngawur?"
"Eh, engkau yang ngawur, Nona. Kenapa kaukatakan
bahwa jalan pikiran kami ngawur?"
"Itu sudah jelas. Ang-mo Niocu Yi Hong adalah seorang
iblis betina jahat dan cabul, jelas merupakan musuh. Mengapa
kalian kini hendak merawat mayatnya" Apakah karena ia
cantik?" "Kim Hui, jangan menuduh sembarangan!" Yan Bun berkata
dengan suara mengandung teguran. "Yang jahat adalah
perbuatannya ketika ia masih hidup. Sekarang yang
menggeletak itu adalah jenazah seorang manusia. Sudah
menjadi kewajiban kita sesama manusia untuk mengurus
penguburannya dengan semestinya. Kalau kita membiarkan
jenazah itu begitu saja dan membiarkannya membusuk atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimakan binatang buas, maka kita kehilangan prikemanusiaan
kita." Mendengar ucapan Yan Bun, Kim Hui diam saja, tidak
berani membantah. Memang terhadap Ui Yan Bun yang sopan,
serius dan pendiam, Kim Hui tidak berani banyak membantah,
apalagi karena orang tuanya telah menyerahkannya kepada
Yan Bun untuk diawasi, dan dengan sungguh-sungguh
ayahnya telah memesan kepadanya agar dalam segala hal
suka menurut dan tunduk kepada Yan Bun. Ia hanya duduk di
bawah pohon dengan muka cemberut, menonton ketika Yan
Bun dan Han Bu menghampiri mayat Ang-mo Niocu lalu
mereka berdua menggali lubang. Akan tetapi setelah lubang
digali cukup dalam dan Yan Bun memberi tanda agar mereka
berdua mengangkat mayat itu untuk dimasukkan lubang
galian, Han Bu berkata, "Nanti dulu, Saudara Yan Bun."
Han Bu lalu menghampiri Kim Hui yang masih duduk di
bawah pohon. Sambil tersenyum Han Bu memandang wajah
manis yang cemberut menjadi semakin manis itu, dan
sebelum dia mengeluarkan kata-kata, Kim Hui sudah
menegurnya. "Mau apa kau?"
Han Bu berkata, "Nona Wan Kim Hui, aku ingin minta
pertolonganmu, harap engkau tidak menolak."
Kim Hui mengerutkan alisnya. Ia mengerling ke arah Yan
Bun dan melihat betapa Yan Bun berdiri dan memandang ke
arah mereka, agaknya ikut mendengarkan. "Hemm, minta
pertolongan kepadaku" Pertolongan apa" Aku tidak mau kalau
disuruh bantu menguburkan mayat itu!"
"Ah, bukan, Nona. Saudara Ui Y an Bun dan aku yang akan
menguburnya. Aku hanya minta sukalah engkau menggeledah
pakaian jenazah itu untuk mencari kalau-kalau Tek-pai yang
harus kutemukan itu disimpannya dalam pakaiannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menggeledah mayat" Huh, kenapa engkau menyuruh aku"
Mengapa tidak kaugeledah saja sendiri?"
Wajah Han Bu berubah merah. "Aih, bagaimana aku dapat
melakukan hal itu, Nona Wan" Itu adalah mayat seorang
wanita, dan aku seorang laki-laki, sungguh tidak pantas kalau
aku yang menggeledah. Aku tidak berani. Mungkin saja Tekpai itu ia simpan di balik pakaiannya."
Kim Hui masih hendak "jual mahal", akan tetapi Yan Bun
berkata kepadanya. "Kim Hui, apa yang dikatakan Han Bu itu
benar. Tidak pantas kalau engkau menolak permintaan
bantuan yang begitu ringan. Lakukanlah penggeledahan
seperti yang dimintanya."
Tentu saja Yan Bun mendesak Kim Hui karena selain apa
yang diucapkan pemuda tinggi besar tampan dan gagah itu
benar, juga dia ingin sekali Tek-pai itu dapat ditemukan
karena menurut Han Bu tadi, Tek-pai itu milik Huang-ho Sianli. Milik T hian Hwa! T erbayanglah wajah gadis yang sejak dulu
dicintanya, satu-satunya wanita yang pernah dan masih
dicintanya! Dengan bersungut-sungut Kim Hui bangkit berdiri lalu
menghampiri jenazah Ang-mo Niocu Yi Hong yang tampak
seperti orang tidur dan wajahnya tampak cantik. Kemudian ia
melakukan penggeledahan, memeriksa semua bagian pakaian,
meraba-raba seluruh tubuh jenazah itu. Apa yang
ditemukannya dari kantung dan balik pakaian, ia keluarkan
dan ternyata pada jenazah itu hanya ditemukan beberapa
potong emas, perhiasan wanita, dan beberapa macam obat
luka seperti yang biasa dibawa orang-orang kang-ouw yang
melakukan perjalanan. Tek-pai itu tidak ditemukan. Akan
tetapi Han Bu tidak kecewa, bahkan diam-diam dia merasa
terharu karena Ang-mo Niocu ternyata tidak berbohong
kepadanya. Dia semakin percaya bahwa Tek-pai itu pasti akan
ditemukan di kuil tua yang letaknya belasan li di sebelah utara
tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia minta kepada Kim Hui untuk mengembalikan semua
benda itu ke dalam saku baju mayat itu, kemudian bersama
Yan Bun mengubur mayat Ang-mo Niocu. Setelah lubang itu
ditimbuni tanah, Yan Bun bertanya.
"Saudara Han Bu, engkau tidak berhasil mendapatkan
kembali T ek-pai itu?"
Han Bu tersenyum. "Aku yakin akan bisa mendapatkan
kembali, karena sebelum ia meninggal tadi, Ang-mo Niocu
sudah mengaku bahwa ia menyembunyikan Tek-pai itu di
sebuah kuil tua, belasan li di sebelah utara...."
"Kalau begitu mengapa engkau masih minta aku untuk
menggeledah mayat itu"!" Kim Hui menegur marah.
"Maaf, Nona. Tadi aku masih belum percaya akan
keterangan Ang-mo Niocu, aku khawatir ia berbohong dan
menyembunyikan Tek-pai itu di tubuhnya," kata Han Bu
sambil menjura di depan Kim Hui. Aneh, gadis itu hilang
marahnya, bahkan kini tersenyum kecil.
"Hemm, jadi engkau juga tahu bahwa ia jahat dan tidak
percaya padanya?" katanya.
"Han Bu, Kim Hui, mari kita cepat mencari kuil itu. Tek-pai
itu penting sekali, kita harus segera menemukannya. Setelah
itu baru kita bicara!"
Mereka lalu mengerahkan gin-kang dan berlari seperti
terbang cepatnya menuju ke utara. Menjelang senja, mereka
dapat menemukan sebuah kuil tua yang tidak dipakai lagi dan
keadaannya sudah banyak rusak, di dalam hutan tepi jalan
umum. Segera mereka bertiga melakukan pemeriksaan dan
pencarian. Akhirnya, di balik sebuah arca Jilai-hud yang sudah
berlumut, Kim Hui menemukannya.
"Inikah Tek-pai itu?" tanyanya sambil mengacungkan
sepotong bambu kecil yang ada tulisan dan cap Kaisar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, kalau tidak salah itulah Tek-pai!" kata Han Bu
gembira. "Uuhh, kalau tidak tahu bilang saja tidak tahu! Bilang
benar, akan tetapi kalau tidak salah! Benar atau salah"
Apakah engkau pernah melihatnya?" Kim Hui menegur galak.
Han Bu tersenyum. "Terus terang saja, aku baru kali ini
melihatnya. Akan tetapi kalau itu bukan Bambu Tanda Kuasa
(Tek-pai), lalu apa?"
Yan Bun menghampiri dan mengambil benda itu dari
tangan Kim Hui, lalu memeriksa dan membaca tulisannya.
"Tidak salah, inilah Tek-pai yang kaucari, Han Bu. Sekarang
mari kita bicara. Kita mengaso dan melewatkan malam di sini.
Nah, ceritakanlah apa yang telah terjadi dan yang kaualami,
Han Bu." Mereka duduk di bagian belakang kuil itu, satu-satunya
bagian yang masih ada atapnya di situ sehingga lantainya juga
bersih setelah mereka menggunakan sapu tua untuk
menyingkirkan debu. Mereka duduk di atas lantai batu, saling
berhadapan dan Han Bu mulai menceritakan semua
pengalamannya. Dia bercerita pula tentang pemberontakan
yang dilakukan Pangeran Cu Kiong yang dibantu banyak datuk
kang-ouw, di antaranya yang terpenting adalah Lam-hai Cinjin dan susioknya (paman gurunya) yang bernama Ngo-beng
Kui-ong dan amat sakti. Betapa dia ditawan setelah berhasil
membebaskan Huang-ho Sian-li dari tahanan Pangeran Cu
Kiong. Kemudian betapa pertempuran terjadi dan akhirnya
para pemberontak dapat dihancurkan, Pangeran Cu Kiong
dapat ditawan. Dia sendiri dibebaskan dari penjara oleh
gurunya, Im-yang Sian-kouw dan Huang-ho Sian-li.
"Masih untung engkau tidak dibunuh, Han Bu," kata Yan
Bun. "Ah, tidak. Kakek Ngo-beng Kui-ong itu yang mempertahankan agar aku tidak dibunuh karena dia ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyandera aku agar guruku, Im-yang Sian-kouw mau
dibujuk olehnya untuk membantu Jenderal Wu Sam Kwi."
"Lalu bagaimana engkau dapat bertemu dengan Ang-mo
Niocu, Lam-hai Cin-jin dan Wu Kan itu?" tanya Wan Kim Hui
yang merasa tertarik juga mendengar cerita pemuda itu.
"Ketika aku mendengar pengakuan Pangeran Cu Kiong
bahwa Tek-pai yang dia rampas dari Huang-ho Sian-li ketika
gadis itu dia tawan bahwa dia telah menyerahkan Tek-pai
kepada Ang-mo Niocu dan dibawa ke selatan untuk diserahkan
kepada Jenderal Wu Sam Kwi di Yunnan-hu, aku segera
melakukan pengejaran. Sampai lama aku mengikuti jejaknya
dan berganti-ganti kuda. Akhirnya aku dapat menyusulnya
sampai di sini. Aku minta Tek-pai itu darinya dan ketika kami
bersitegang, muncullah kakek dan pemuda yang membawa
senapan tadi."
"Lam-hai Cin-jin adalah Koksu dari Yunnan-hu dan
merupakan seorang yang setia kepada Wu Sam Kwi dan
pemuda itu adalah Wu Kan, putera Wu Sam Kwi. Dia pemuda
brengsek tak tahu malu!"
"Teruskan ceritamu, Han Bu."
"Lam-hai Cin-jin, seperti juga Ang-mo Niocu, sudah pernah
melihat aku ketika aku ditawan mereka setelah aku berhasil
membebaskan Huang-ho Sian-li. Maka dia lalu menyerangku.
Aku melawan dan terus terang saja, he-he, aku tidak mampu
menandingi kakek itu. Aku terdesak dan tiba-tiba pemuda itu,
Wu Kan namanya" Dia menembakku dengan senjata api,
untung luput. Lalu terdengar tembakan kedua kalinya dan...
Ang-mo Niocu yang ditembaknya
karena gadis itu menghalanginya membunuhku."
"Wah, musuh malah membelamu, ya" Bagus, senang ya
dibela seorang gadis cantik dan genit?" kata Kim Hui
mengejek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Han Bu berubah kemerahan dan dia tersenyum
masam. "Ah, aku sendiri tidak tahu mengapa ia membelaku.
Mungkin ia mulai menyadari akan ketersesatannya."
"Sadar" Ang-mo Niocu menyadari kesesatannya" Ih,
engkau tidak mengenal siapa perempuan itu! Ia iblis betina
yang keji sekali!"
"Hui-moi, biarkan Han Bu melanjutkan ceritanya," Y an Bun
menegur dan Kim Hui terdiam.
"Pada saat itu, kalian muncul dan aku berterima kasih
sekali kepada kalian. Kalau kalian tidak muncul, aku tentu
sudah mati."
"Han Bu, ceritamu menarik sekali. Sukurlah kalau
pemberontakan itu sudah dapat dihancurkan. Sekarang Tekpai sudah dapat kautemukan, apakah engkau akan
memberikannya kepada Huang-ho Sian-li?"
"Tentu saja, aku akan segera kembali ke kota raja dan
menyerahkan Tek-pai ini kepadanya."
"Wah, engkau tentu amat mencinta wanita yang berjuluk
Huang-ho Sian-li itu! Baru julukannya saja Sian-li (Dewi atau
Bidadari), tentu orangnya cantik sekali. Engkau telah
membebaskannya, rela ditawan untuknya, dan sekarang
bersusah payah mencari T ek-pai untuknya!" kata K im Hui dan
kembali Han Bu merasa senang karena suara gadis itu
mengandung kecemburuan!
"Kim Hui, engkau tidak boleh bicara seperti itu!" Yan Bun
menegur. "Tidak mengapa, Yan Bun. Dugaannya salah, aku kagum
kepada Huang-ho Sian-li yang gagah perkasa dan dipercaya
oleh mendiang Kaisar, itu bukan berarti bahwa aku
mencintanya," kata Han Bu.
"Han Bu, di mana adanya Huang-ho Sian-li sekarang?"
tanya Yan Bun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, Bun-ko, apakah engkau mengenalnya?" tanya Kim Hui,
sekarang ia menyebut koko (kakak) kepada Y an Bun, setelah
melakukan perjalanan bersamanya.
"Dulu aku mengenalnya bahkan menjadi sahabat baik,
bahkan boleh kukatakan bahwa ia masih Sumoi-ku (Adik
Seperguruanku) karena aku pernah menerima gemblengan


Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu dari gurunya. Di mana ia sekarang, Han Bu?"
"Tentu saja di rumah ayahnya."
"Ayahnya..." Siapakah Ayah Huang-ho Sian-li?" tanya Ui
Yan Bun dengan jantung berdebar.
"Ayahnya adalah Pangeran Ciu Wan Kong, adik mendiang
Kaisar Shun Chi."
Hampir saja Yan Bun mengeluarkan seruan kaget, akan
tetapi segera ditahannya. Kepahitan memenuhi hatinya.
Kiranya Thian Hwa yang hanya dia kenal sebagai murid dan
cucu Thian Bong Sianjin, yang kabarnya sudah kehilangan
ayah ibunya, bahkan yang tidak pernah mengenal siapa ibu
dan ayahnya, kini telah bertemu dengan ayah kandungnya.
Dan ayahnya itu adalah adik Kaisar, seorang pangeran! Dia
merasa betapa dirinya dipisahkan semakin jauh dari gadis
yang dikasihinya itu.
"Kenapa kalian diam saja" Cerita tentang diriku sudah habis
kuceritakan, sekarang giliran kalian. O ya, aku masih ingin
sekali mengetahui bagaimana engkau mengenal baik Lam-hai
Cin-jin dan putera Wu Sam Kwi tadi, Nona Kim Hui?"
"Sudahlah, jangan pakai nona-nona segala, bikin aku
canggung saja, Han Bu. Tentu saja aku mengenal mereka
karena dahulu aku dan orang tuaku juga tinggal di Y unnan-hu.
Ayah bahkan merupakan sahabat baik Lam-hai Cin-jin karena
keduanya sama-sama dianggap sebagai datuk persilatan di
selatan. Akan tetapi ayahku tidak mau mendukung Wu Sam
Kwi sehingga ayah tidak disukai oleh mereka, juga Lam-hai
Cin-jin lalu memutuskan hubungan dengan ayahku. Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika Wu Kan, pemuda brengsek putera Wu Sam Kwi itu
melamarku, kami menolak. Hal ini membuat mereka marah.
Pada suatu hari, ketika orang tuaku tidak berada di rumah,
Wu Kan datang menggangguku. Dia kuhajar babak belur, juga
belasan orang pengawal kuhajar. Hal ini agaknya membuat
Lam-hai Cin-jin marah dan ketika aku dan Ayah tidak berada
di rumah, dia datang menyerang dan melukai ibuku. Semenjak
itu, kami sekeluarga pergi meninggalkan Yunnan-hu dan
tinggal di Bukit Siluman. Nah, sekarang kau mengerti
mengapa aku mengenal baik jahanam-jahanam itu."
"Wah, ceritamu menarik sekali, Kim Hui!" kata Han Bu
tanpa menyebut nona lagi. "Dan engkau sungguh hebat,
berani menghajar putera Jenderal Wu Sam Kwi yang sekarang
menjadi raja muda!"
"Jangankan hanya putera raja muda, biar putera raja setan
pun kalau berani menggangguku, akan kulawan dan kuhajar!"
kata gadis itu dengan tegas. Han Bu merasa aneh mengapa
dia amat tertarik kepada gadis yang galak ini. Belum pernah
dia tertarik oleh seorang gadis seperti yang dirasakannya
terhadap Kim Hui.
Sementara itu, Yan Bun hampir tidak mendengarkan apa
yang diceritakan Kim Hui. Pertama, karena dia sudah
mendengar kisah itu dan kedua karena hati dan pikirannya
masih penuh dengan kejutan mengenai diri Huang-ho Sian-li
yang ternyata puteri seorang pangeran!
"Yan Bun, mengapa engkau diam saja" Kukira sekarang
giliranmu untuk menceritakan pengalamanmu," kata Han Bu.
Yan Bun sadar dari lamunannya dan menghela napas
panjang. "Tidak banyak yang dapat kuceritakan."
"Ah, Bun-ko, engkau belum pernah bercerita kepadaku
tentang Huang-ho Sian-li itu! Ceritakanlah," kata Kim Hui.
"Sudah kukatakan tadi bahwa kami pernah menjadi
sahabat baik, bahkan aku pernah digembleng ilmu oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya. Akan tetapi kami lalu berpisah dan sudah sekitar dua
tahun ini kami tidak pernah saling bertemu. Aku bertemu
dengan adik Wan Kim Hui dan bersamanya mencarikan obat
untuk ibunya yang terkena pukulan beracun Lam-hai Cin-jin
dan kami menghadap gurumu, Im-yang Sian-kouw.
Selanjutnya kami kembali ke Bukit Siluman di dekat kota Lamhu dan di sana aku memperdalam ilmu silatku di bawah
bimbingan Paman Wan Cun, ayah Kim Hui. Begitulah
ceritaku."
"Dan sekarang kalian hendak pergi ke mana?"
"Sudah lama aku meninggalkan rumah orang tuaku yang
tinggal di Lembah Huang-ho. Aku hendak pulang ke rumah
orang tuaku...."
"Aih, Bun-ko, mari kita pergi ke kota raja lebih dulu. Aku
ingin sekali melihat kota raja! Kebetulan sekali sekarang ada
Han Bu, kita bertiga dapat pergi bersama!" Kim Hui
membujuk. Yan Bun tampak ragu-ragu dan alisnya berkerut.
Sesungguhnya dia sudah lama merasa rindu sekali untuk
dapat bertemu Thian Hwa. Akan tetapi keinginannya itu selalu
dia tekan. Untuk apa bertemu" Hanya akan menambah
kedukaannya saja. Gadis itu sudah dengan terus terang
menyatakan bahwa ia tidak dapat menerima cintanya, bahkan
dahulu mengaku mencinta Pangeran Cu Kiong yang juga
dibencinya. Dahulu saja Thian Hwa tidak dapat menerima dan
membalas cintanya, apalagi sekarang setelah ternyata bahwa
ia puteri seorang pangeran! Ia merasa takut bertemu Thian
Hwa, takut kalau-kalau hatinya akan semakin menderita.
"Mari, Yan Bun. Ucapan Kim Hui itu benar, lebih baik kita
bertiga melakukan perjalanan bersama ke kota raja. Bukankah
engkau ingin bertemu dengan sahabat lamamu, Huang-ho
Sian-li Ciu Thian Hwa?" kata Han Bu membujuk. Tentu saja
hatinya senang bukan main kalau dapat melakukan perjalanan
bersama Kim Hui yang telah mencuri hatinya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yan Bun menghela napas panjang, lalu menggelengkan
kepalanya. "Tidak... aku... belum ingin bertemu dengannya."
"Tapi, mengapa begitu, Bun-ko" Bukankah kaukatakan tadi
bahwa Huang-ho Sian-li adalah seorang sahabat baikmu,
bahkan terhitung Sumoi-mu?" Kim Hui mendesak. "Ayolah,
Bun-ko, aku ingin sekali pergi ke kota raja. Ayah hanya
memberi waktu dua tahun padaku dan aku ingin melihat kota
raja di mana dahulu ayah pernah tinggal!"
Yan Bun menggelengkan kepalanya dan wajahnya tampak
muram, lalu dia berkata. "Begini saja, Hui-moi. Bagaimana
kalau engkau pergi dulu ke kota raja bersama Han Bu" Aku
merasa yakin bahwa sebagai murid Im-yang Sian-kouw, dia
tentu seorang pendekar muda yang baik budi dan bijaksana
sehingga aku percaya kepadanya. Dia pasti akan dapat
menjagamu."
Kim Hui tampak gembira sehingga wajahnya berseri.
"Benarkah, Bun-ko" Aku boleh pergi sendiri ke sana bersama
Han Bu" Akan tetapi... nanti kalau Ayah mendengar bahwa
aku tidak pergi bersamamu, Ayah akan marah...."
"Tidak, Hui-moi. Kalau tahu bahwa pergimu bersama murid
Im-yang Sian-kouw, beliau tidak akan marah. Setelah aku
mengunjungi orang tuaku, kelak aku akan menyusul ke kota
raja." "Ah, terima kasih, Bun-ko!" Kim Hui memegang tangan Yan
Bun dan mengguncangnya sebagai ungkapan kegembiraan
dan terima kasihnya. Setelah itu, ia lalu mengumpulkan kayu
kering dan membuat api unggun di ruangan beratap namun
tak berdinding itu. Han Bu tidak tinggal diam. Dia mencari
rumput kering yang terdapat di bagian belakang kuil tua dan
menaburkan rumput kering itu di lantai ruangan.
"Aku lelah dan mengantuk, ingin tidur dulu!" kata Kim Hui
dan gadis ini langsung merebahkan diri di atas tumpukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumput kering dengan miring membelakangi dua orang
pemuda itu. Melihat ini, Han Bu cepat mengambil sehelai baju
luar yang lebar dari buntalan pakaiannya, menghampiri gadis
itu dan menyelimuti tubuhnya dengan baju luar yang lebar.
"Pakai ini agar jangan kedinginan," katanya.
Kim Hui menerimanya akan tetapi diam saja. Melihat sikap
pemuda ini, Yan Bun diam-diam merasa lega dan girang.
Agaknya Han Bu merasa suka kepada Kim Hui yang galak itu!
Siapa tahu di antara mereka dapat timbul perasaan cinta! Dia
sendiri duduk di dekat api unggun, masih melamunkan Thian
Hwa. Malam semakin tua. Yan Bun masih duduk melamun di
depan api unggun. Kemudian Han Bu yang tadinya duduk
bersila dan melakukan samadhi, menghampiri dan duduk
dekat Y an Bun menghadapi api unggun yang mengusir hawa
dingin malam itu, juga mengusir nyamuk yang mulai
menyerang. "Yan Bun, maafkan pertanyaanku ini, yang keluar dari hati
seorang sahabat yang ikut prihatin. Kalau boleh aku
mengetahui, ada apakah antara engkau dan Huang-ho Sianli?" Yan Bun tampak kaget. "Mengapa engkau bertanya
demikian?"
"Maafkan, kalau hal ini menyinggungmu, boleh kita lupakan
dan tidak usah kaujawab."
"Aku tidak tersinggung dan marah kepadamu, Han Bu. Aku
hanya merasa heran mengapa engkau tiba-tiba menanyakan
hal itu." Yan Bun melirik ke arah Kim Hui yang tidur pulas dan
hatinya lega karena dia tidak ingin orang lain mendengarkan
dia membicarakan tentang Huang-ho Sian-li.
"Begini, sahabatku. Ketika aku memberitahu bahwa Huangho Sian-li Ciu Thian Hwa adalah puteri pangeran, engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkejut sekali walaupun ingin kausembunyikan. Wajahmu
pucat dan engkau tampak berduka. Aku melihat setiap kali aku
menyebut Huang-ho Sian-li, ada cahaya kerinduan di matamu,
akan tetapi juga terselubung kedukaan. Kelirukah dugaanku
bahwa engkau mencintanya, Yan Bun?"
"Mengapa pula engkau menduga begitu?"
"Ah, ia adalah seorang gadis yang amat cantik jelita dan
gagah perkasa, Yan Bun! Apa anehnya kalau seorang
pendekar seperti engkau jatuh cinta padanya" Apalagi engkau
sendiri berkata bahwa kalian pernah menjadi sahabat karib."
"Hemm, kalau begitu, tidak akan aneh pula kalau engkau
juga jatuh cinta kepadanya, bukan?" Yan Bun membalas.
Han Bun tertawa akan tetapi menekan suaranya agar tidak
mengganggu Kim Hui yang sedang tidur. "Ha-ha, memang
tidak aneh, Yan Bun. Akan tetapi dugaanmu keliru. Aku belum
mengenalnya, bahkan pertemuan antara kami hanya sekilas
saja. Selain itu, selama ini aku belum pernah jatuh cinta...."
Tanpa disadarinya, Han Bu melirik ke arah Kim Hui.
"Hemm, belum pernah jatuh cinta, akan tetapi saat ini
engkau jatuh cinta padanya, bukan?" Yan Bun menuding ke
arah Kim Hui. Wajah Han Bu berubah kemerahan dan dia menjadi salah
tingkah. "Eh, itu... ah, aku tertarik kepadanya sejak pertemuan
pertama dulu, akan tetapi... cinta" Entahlah, aku tidak tahu,
Yan Bun. Akan tetapi, agaknya cintamu terhadap Huang-ho
Sian-li menimbulkan kesedihan bagimu, mengapa kalau aku
boleh mengetahui?"
Yan Bun menghela napas. Pemuda ini cerdik sekali dan
agaknya sukar untuk menyembunyikan isi hatinya dari Han
Bu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Han Bu. Karena aku mempercayakan Kim Hui
kepadamu, dan aku percaya sepenuhnya padamu, maka boleh
engkau mendengar rahasiaku yang belum pernah kuceritakan
kepada orang lain ini. Benar, sejak dahulu aku mencinta
Huang-ho Sian-li, bahkan guru kami dan orang tuaku juga
sudah menyetujui sepenuhnya kalau kami berjodoh. Akan
tetapi ia mencintaku sebagai saudara atau sahabat baik.
Selama ini aku masih mengharapkan sewaktu-waktu cintanya
akan berubah dan ia bersedia menjadi pasangan hidupku.
Akan tetapi, ah... mendengar darimu bahwa Huang-ho Sian-li
adalah puteri seorang pangeran, habislah harapanku. Kalau
dulu saja ia tidak dapat membalas cintaku, apalagi sekarang
sebagai puteri pangeran dan bahkan kepercayaan Kaisar...!
Karena itulah, aku tidak berani bertemu dengannya, Han Bu,
karena hal itu tentu hanya akan membuat hatiku semakin
sakit." Han Bu merasa terharu dan sejenak mereka berdua
memandang ke api unggun sambil merenung. Betapa besar
kekuasaan cinta terhadap manusia. Betapa aneh lika-likunya
mempermainkan manusia yang seolah tidak percaya terhadap
kekuasaan yang mampu melambungkan manusia menikmati
kesenangan tingkat tertinggi atau sebaliknya menenggelamkan manusia ke dalam kesusahan tingkat
terendah. Berulang-ulang dia melirik ke arah Kim Hui.
Keadaan manakah yang akan dialami nanti apabila dia jatuh
cinta kepada gadis itu"
Sesungguhnya, kalau dikaji benar, cinta atau kasih itu sama
sekali tidaklah aneh. Kita manusia sendiri dengan hati akal
pikiran kita yang mengada-ada ini yang membuat cinta
menjadi aneh, terkadang membahagiakan terkadang menyengsarakan. Sesungguhnya, cinta adalah perasaan yang
luhur dan suci murni, cinta dirasakan oleh seluruh mahluk
hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak. Bukan hanya
manusia mengenal cinta. Hewan pun mengenal cinta. Bahkan
tanaman mengenal tangan-tangan manusia yang merawatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cinta. Hidup ini sendiri cinta! Tanpa cinta hidup ini
tidak ada artinya. Cinta memang banyak ragamnya, ada cinta
atau kasih terhadap Tuhan, kasih terhadap sesama manusia,
kasih terhadap sanak keluarga, kasih terhadap negara dan
bangsa, juga kasih terhadap sesama hidup seperti hewan dan
tanaman. Namun pada hakekatnya hanya ada dua macam
Kasih. Kasih murni bercahaya dan hidup apabila jiwa diterangi
Sinar Illahi atau Kasih Tuhan sehingga hati kita dipenuhi oleh
Kasih. Buahnya adalah perbuatan atau tindakan tanpa pamrih
untuk diri sendiri, yang hanya didorong rasa belas kasih,


Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat orang yang memiliki Kasih ini siap berkorban, tanpa
mementingkan diri sendiri, tanpa mengharapkan imbalan jasa,
dan bukan timbul dari hati akal pikiran yang dikendalikan
nafsu. Yang ke dua adalah cinta atau kasih yang didorong oleh
nafsu keinginan kita untuk kepentingan dan kesenangan atau
keuntungan diri kita sendiri. Cinta seperti ini penuh dengan
pamrih, walaupun terselubung ketat. Ingin dipuji, ingin diberi
imbalan jasa, baik itu imbalan lahir maupun batin, pendeknya,
cinta seperti ini bersumber demi kesenangan pribadi.
Cinta karena dorongan nafsu daya rendah inilah yang dapat
mendatangkan kesenangan ataupun kesusahan. Memang
selalu demikian sifat nafsu atau si-aku. Kalau diuntungkan
senang kalau dirugikan susah. Dalam hubungan cinta antara
pria dan wanita juga demikian. Cinta nafsu ini selalu
mendatangkan sengsara kalau tidak tercapai atau gagal,
sebaliknya akan mendatangkan kebahagiaan kalau berhasil
baik. Sesungguhnya kalau kita renungkan benar-benar, tandatanda kedua macam cinta itu mudah dikenal. Cinta murni atau
Kasih sejati dapat dikenal sebagai berikut.
Kasih sejati terhadap Tuhan yang kita kenal me lalui kitabkitab suci ialah ketaatan dan penyerahan diri tanpa pamrih
apa pun. Cinta terhadap negara dan bangsa berupa
perjuangan mempertahankan kesejahteraan dan martabat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
negara dan bangsa dengan rela berkorban dan tanpa pamrih
apa pun untuk diri sendiri. Cinta terhadap sesama manusia
didasari belas kasih dan rela berkorban demi kebahagiaan
yang dikasihi. Sebaliknya ciri cinta nafsu adalah: Kasih terhadap Tuhan
didasari ketakutan akan hukuman, penuh pamrih mendapat
imbalan sekarang di waktu hidup ataupun kelak sesudah mati
yang pada hakekatnya hanya pementingan diri mencari
keenakan dan menolak ketidak-enakan diri sendiri. Cinta
terhadap negara dan bangsa yang didasari nafsu berupa
ambisi pribadi dan perjuangannya sesungguhnya untuk
mencapai ambisinya sehingga apabila perjuangan itu berhasil,
dirinyalah yang akan menikmati dan mabok kemenangan, lupa
akan kepentingan nusa dan bangsa. Cinta terhadap sesama
manusia juga merupakan cinta terhadap diri sendiri, mencinta
dengan harapan imbalan yang lebih besar seperti orang
berjual-beli. Beli dengan cinta mengharapkan memperoleh
kesenangan. Maka kalau kesenangan itu tidak diperoleh,
cintanya pun entah lari ke mana!
Pada keesokan harinya, mereka pun berpisah. Si Han Bu
pergi ke kota raja bersama Wan Kim Hui, sedangkan Ui Yan
Bun pergi seorang diri menuju ke Lembah Sungai Kuning, ke
tempat tinggal Ui Houw yang berjuluk Si Ular Air, dahulu
merupakan kepala bajak sungai namun bukan gerombolan
bajak yang jahat. Mereka bahkan menjadi pelindung para
pedagang yang mengangkut dagangan mereka melalui Sungai
Kuning dengan menerima upah sekedarnya. Mereka itu pantas
disebut pengawal pengiriman barang dagangan daripada
bajak sungai. Dengan adanya Si Ular Air Ui Houw dan anak
buahnya, lalu lintas perdagangan di Sungai Kuning menjadi
aman dari gangguan para bajak dan perampok.
Karena mereka memang tidak pernah melakukan
perampokan ataupun pemerasan dengan kekerasan, tidak
pernah melakukan kejahatan, maka baik para pendekar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maupun para komandan pasukan keamanan tidak pernah
memusuhi mereka.
(Oo-dwkz-jTn-oO)
Ketika Han Bu dan Kim Hui tiba di gedung Pangeran Ciu
Wan Kong mereka disambut gembira sekali oleh seisi rumah
karena Han Bu berhasil membawa Tek-pai yang kalau terjatuh
ke tangan orang lain yang jahat dapat membahayakan
pemerintah. Akan tetapi kegembiraan mereka tidaklah sebesar
keterkejutan dan kegembiraan hati Han Bu ketika dia melihat
bahwa kini gurunya telah bertemu kembali dengan suami dan
puterinya, dan tinggal menjadi satu bersama keluarganya di
gedung Pangeran Ciu Wan Kong, suaminya.
Pertemuan itu menjadi semakin akrab karena di situ
terdapat pula Kim Hui yang pandai bicara dan tidak malumalu. Apalagi K im Hui sudah mengenal Im-yang Sian-kouw. Ia
pun merasa kagum sekali melihat Huang-ho Sian-li yang cantik
dan gagah. "Enci Thian Hwa, tahukah engkau bahwa aku telah
berkenalan dan menjadi sahabat koko Ui Yan Bun, sahabat
baikmu itu?"
Thian Hwa terkejut karena tidak mengira sama sekali
bahwa gadis lincah itu mengenal Yan Bun. "Aih, benarkah" Di
mana dia sekarang dan bagaimana keadaannya?"
Baik Kim Hui maupun Han Bu melihat betapa wajah Thian
Hwa berseri dan matanya bersinar-sinar.
"Ah, dia baik-baik saja, Enci Thian Hwa."
"Kim Hui, ceritakan bagaimana engkau dapat berkenalan
dengan Bun-ko." Thian Hwa bertanya sambil menatap wajah
gadis itu dengan penuh selidik. Gadis ini manis sekali dan
lincah. Bukan tidak mungkin Yan Bun jatuh cinta kepada Kim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hui, walaupun ia melihat ada keakraban dan kemesraan
antara Kim Hui dan murid ibunya, yaitu Si Han Bu.
"Ceritanya memang lucu," kata Kim Hui. "Ibuku menderita
luka parah akibat pukulan Hek-tok-ciang yang dilakukan si
jahat Lam-hai Cin-jin. Ayah dan aku membawa ibu mengungsi
dari Yunnan-hu dan tinggal di Bukit Siluman dekat kota Lamhu. Ketika itu aku mendengar ada seorang sin-she (tabib) di
Lam-hu, maka aku lalu pergi ke sana dan menculik tabib
itu...." "Menculik?" Huang-ho Sian-li berseru heran.
Kim Hui tersenyum. "Maksudku, eh, aku memaksa dia agar
ikut aku ke puncak Bukit Siluman untuk mengobati Ibuku.
Tidak tahunya, sin-she itu mempunyai seorang keponakan
yang lihai, yaitu Ui Y an Bun dan dia menyusul ke tempat kami.
Tabib Ui Tiong itu tidak mampu menyembuhkan Ibu dan
mengatakan bahwa yang dapat mengobati adalah Bu Beng
Kiam-sian di Bukit Kera. Yan Bun sanggup mencarikan obat
untuk Ibu, akan tetapi dengan janji kelak Ayah mengajarkan
ilmu s ilat kepadanya. Dia berangkat dan aku ikut. Kami berdua
menuju ke Bukit Kera dan... eh, Bibi Im-yang Sian-kouw ini
yang memberi obat dan aku sempat... eh, berkelahi melawan
Si Han Bu ini! Demikianlah, aku bukan hanya sahabat baik Ui
Yan Bun, akan tetapi dia juga saudara seperguruanku karena
dia menerima gemblengan ilmu s ilat dari Ayahku."
Thian Hwa tampak senang mendengar cerita Kim Hui itu. Ia
ikut merasa gembira mendengar bahwa Yan Bun telah
memperdalam ilmu silatnya dan berada dalam keadaan baik.
Akhir-akhir ini ia memang seringkali terkenang kepada sahabat
lamanya itu dan membayangkan semua kebaikannya,
terutama karena pemuda itu telah mengaku cinta kepadanya,
yang ketika itu ditolaknya.
Pada sore harinya, Pangeran Ciu Wan Kong dan isterinya,
Im-yang Sian-kouw Cui Eng, meninggalkan tiga orang muda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan mereka bicara dengan lebih leluasa. Kesempatan ini
tidak disia-siakan oleh Wan Kim Hui.
"Enci Thian Hwa, aku sungguh merasa amat iba kepada
Kakak Ui Yan Bun."
Thian Hwa memandang heran. "Ah, mengapa, Kim Hui" Dia
kenapakah, sampai engkau merasa iba kepadanya?"
"Dia itu telah menderita duka dan kecewa selama
bertahun-tahun, Enci."
"Eh" Kenapa begitu?"
"Dia menderita patah hati. Dia mencinta seorang gadis,
selama hidupnya baru sekali itu dia jatuh cinta, akan tetapi
gadis itu menolak cintanya. Biarpun begitu, dia tetap
mencintanya. Hanya seorang saja yang pernah dicintanya,
masih dicintanya sampai sekarang, dan yang akan tetap
dicintanya sampai dia meninggal kelak. Cintanya amat tulus,
lahir batin, dan dia akan tetap setia sampai mati. Sungguh
menyedihkan sekali. Aku selalu merasa heran mengapa ada
gadis yang menolak cinta yang demikian tulus dari seorang
pemuda gagah perkasa dan tampan, seorang pendekar
budiman seperti Kakak Ui Yan Bun!"
Wajah Thian Hwa berubah agak pucat. "Kim Hui, apakah
dia bilang kepadamu, siapa gadis yang dicintanya itu?"
"Gadis itu adalah seorang pendekar wanita, dan sekarang
hati Bun-ko semakin menderita karena dia putus asa, tidak
ada harapan sedikit juga baginya untuk berjodoh dengan
pendekar itu setelah dia mendengar bahwa pendekar wanita
yang dicintanya itu adalah seorang gadis bangsawan tinggi,
seorang puteri pangeran...."
"Kau...! Apa maksudmu...?" Thian Hwa berseru.
"Benar, Enci Thian Hwa. Gadis yang dicintanya sampai
detik ini adalah Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa, engkau
sendiri." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim Hui! Engkau tidak boleh membuka rahasia! Jadi dulu
itu engkau mendengarkan percakapan kami?" Si Han Bu
menegur dengan kaget sekali.
Kim Hui tersenyum. "Tentu saja, aku kan punya telinga?"
"Engkau mencuri dengar!"
"Huh, enak saja menuduh orang! Engkau dan Bun-ko
bercakap-cakap ketika aku tidur, dan telingaku mendengar
percakapan itu. Apakah telingaku salah" Engkau saja yang
bodoh, mengira aku tidak dapat mendengar percakapan itu!"
Kim Hui membantah.
"Sudahlah, tidak perlu dipersoalkan," kata Huang-ho Sian-li
yang hatinya masih tergetar oleh cerita Kim Hui. Yan Bun
demikian mencintanya sehingga sampai kini masih tetap
mencintanya. Sebetulnya ia pun merasa suka dan kagum
kepada Yan Bun. Kalau dulu ia tidak dapat menerima cintanya,
karena ia telah lebih dulu jatuh cinta kepada pangeran
brengsek Cu Kiong!
"Si Han Bu, benarkah Bun-ko berkata kepadamu seperti
yang diceritakan Adik Kim Hui tadi?"
"Memang benar demikian, akan tetapi maafkan aku, harap
jangan katakan kepada Saudara Ui Yan Bun. Dia pesan agar
aku jangan bercerita kepada siapa pun juga karena rahasia
hatinya itu hanya kepadaku seorang sajalah dia ceritakan.
Siapa kira Kim Hui ikut mendengarkan dan kini membuka
rahasia itu langsung kepadamu."
"Tentu saja!" kata Kim Hui membela diri. "Aku kan juga
perempuan" Sudah sepatutnya aku memberitahu Enci Thian
Hwa bahwa Kakak Ui Yan Bun sampai sekarang masih
mencintanya dan selamanya akan tetap mencintanya karena
hanya ialah satu-satunya wanita di dunia ini yang dicintanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi Saudara Y an Bun akan marah dan menegurku
kalau sampai dia tahu bahwa rahasianya disampaikan kepada
Enci T hian Hwa!"
"Biar dia marah kepadaku!" bantah Kim Hui.
Melihat dua orang itu sudah s iap bertengkar lagi, Huang-ho
Sian-li tersenyum dan melerai lagi. "Sudahlah, dia tidak akan
marah. Biar kelak aku yang menjelaskannya kalau dia marah
kepada kalian."
"Ah, benar, Enci Thian Hwa" Engkau hendak menemuinya?" Kim Hui berseru girang sekali. "Aku senang
sekali kalau engkau mau menemuinya! Kasihan sekali Bunko...!" "Enci Thian Hwa, kalau engkau hendak menemuinya,
sekarang dia pulang ke rumah ayahnya, katanya di Lembah
Huang-ho...," kata pula Han Bu.
Thian Hwa mengangguk dan tersenyum. "Aku tahu tempat
itu." Malam itu Thian Hwa sukar untuk dapat tidur nyenyak.
Bayangan Yan Bun selalu tampak di depan matanya. Makin
dikenang, semakin iba rasa hatinya terhadap pemuda itu.
(Oo-dwkz-jTn-oO)
Malam itu, Pangeran Ciu Wan Kong dan isterinya juga
bercakap-cakap dengan serius.
"Isteriku, telah banyak engkau menceritakan kepadaku
tentang diri Si Han Bu, muridmu yang kausayang sebagai anak
sendiri itu. Sekarang setelah dia datang dan aku bertemu
dengan dia, aku melihat kebenaran ceritamu. Dia seorang
pemuda yang gagah dan tampan, juga wajahnya selalu cerah
berseri. Selain itu, dia benar-benar gagah dan bertanggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawab sehingga usahanya mendapatkan kembali Tek-pai
berhasil baik. Aku suka sekali kepada pemuda itu!"
"Sukurlah, Pangeran. Memang dia itu seorang murid yang
baik, patuh dan berbakti seperti anakku sendiri," kata Cui Eng.
"Karena itu timbul gagasan yang amat baik dalam
pikiranku, Eng-moi. Alangkah baiknya kalau Si Han Bu itu
menjadi jodoh anak kita Ciu Thian Hwa! Mereka serasi sekali,
bukan" Y ang pria gagah dan tampan, yang wanita cantik jelita
dan keduanya sama-sama memiliki ilmu silat tinggi."
Im-yang Sian-kouw terkejut karena gagasan suaminya itu
begitu tiba-tiba dan sama sekali tidak terduga olehnya. "Si
Han Bu menjadi mantu kita?"
"Ya, mengapa tidak, Isteriku" Bukankah engkau sudah
mengenal betul wataknya yang baik sehingga kelak tidak akan
mengecewakan kalau dia menjadi mantu kita?"
Im-yang Sian-kouw mengerutkan alisnya, menganggukangguk membenarkan penilaian suaminya terhadap Han Bu,
akan tetapi ia tiba-tiba menggelengkan kepalanya.
"Nanti dulu, Suamiku. Kita tidak boleh mengambil
keputusan tergesa-gesa. Memang, kita berdua akan senang
sekali kalau dapat memiliki mantu seperti Han Bu yang pasti
tidak akan mengecewakan hati kita. Akan tetapi...."
"Akan tetapi, apa" Apakah Han Bu tidak akan mau menjadi
suami anak kita?"
Isterinya menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku yakin


Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak. Han Bu belum pernah jatuh cinta kepada seorang gadis,
dan aku yakin kalau kita mengusulkan perjodohan itu, dia
tidak akan menolak. Apalagi agaknya dia juga kagum terhadap
Thian Hwa. Ingat, ketika dia membela Thian Hwa,
membebaskannya dari tahanan dan hampir saja tewas.
Kemudian, dia pun langsung membantu Thian Hwa, mengejar
perempuan yang membawa Tek-pai dan berhasil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapatkannya kembali. Aku yakin Han Bu akan senang
kalau dapat menjadi suami Thian Hwa dan menjadi anak
mantuku." "Nah, kalau begitu, tunggu apa lagi?"
"Pangeran, biarpun belum lama aku berkumpul dengan
anak kita Thian Hwa, agaknya aku sudah dapat mengenal
wataknya. Engkau yang lebih lama berkumpul dengannya
tentu juga mengenalnya. Aku melihat anak kita itu memiliki
watak yang keras. Maka dalam urusan perjodohannya, kita
harus berhati-hati dan tidak tergesa-gesa mengambil
keputusan. Biarlah ia yang memutuskan, apakah ia mau atau
tidak berjodoh dengan Han Bu. Kita tidak mungkin dapat
memaksakan keinginan kita dalam urusan perjodohan kepada
anak kita yang keras hati itu."
Pangeran Ciu Wan Kong mengangguk-angguk. Dia baru
teringat dan menyadari akan kebenaran ucapan isterinya itu.
Dia juga sudah tahu akan kekerasan hati puterinya.
Pada keesokan harinya, suami isteri yang sudah tidak sabar
menanti lebih lama lagi itu mengingat bahwa usia Ciu Thian
Hwa sudah mendekati dua puluh dua tahun, sudah lebih dari
cukup dewasa untuk menikah, lalu memanggil Thian Hwa
untuk diajak bicara di dalam kamar mereka sehingga orang
lain tidak ada yang dapat melihat atau ikut mendengarkan.
Melihat ayah ibunya duduk berdampingan dan memberi
isyarat agar ia duduk di depan mereka, Thian Hwa merasa
heran sekali. Ia memandang kepada mereka dengan sinar
mata bertanya sebelum duduk di depan mereka.
"Duduklah, Thian Hwa. Kami ingin membicarakan urusan
yang amat penting denganmu," kata Im-yang Sian-kouw.
"Untuk sekarang ini, yang paling penting adalah penobatan
Pangeran Kang Shi menjadi kaisar, Ibu. Dan hal itu baru akan
dilaksanakan dua minggu lagi dan aku sudah siap untuk
mengawal bersama keluarga Pangeran Bouw Hun Ki."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan itu, Thian Hwa," kata Pangeran Ciu Wan Kong.
"Memang tentu saja penobatan kaisar itu adalah urusan yang
sangat penting, akan tetapi yang hendak kami bicarakan
adalah urusan kepentingan pribadimu, dan kami juga."
"Aih, Ayah dan Ibu membuat hatiku berdebar saja. Urusan
pribadi apakah yang Ayah dan Ibu maksudkan?"
"Begini, Thian Hwa. Ibu masih ingat bahwa engkau dulu
terlahir pada Lak-gwe Cap-go (Bulan Enam Tanggal Lima
Belas), berarti tiga bulan lagi engkau sudah berusia dua puluh
dua tahun." Cui Eng berhenti dan memandang wajah
puterinya. Wajah itu menjadi kemerahan dan Thian Hwa segera
berkata. "Ah, terus terang saja, Ibu! Ibu dan Ayah hendak
membicarakan urusan perjodohan, bukan?"
Pangeran Ciu Wan Kong tertawa. "Ha-ha, engkau memang
anak pandai, cerdas dan jujur, dapat menduga sebelum kami
bicara." "Thian Hwa," kata Im-yang Sian-kouw Cui Eng. "Ibumu
melahirkan engkau ketika berusia dua puluh tahun, menjadi
isteri ayahmu ketika aku berusia sembilan belas tahun. Dan
engkau sekarang sudah hampir dua puluh dua tahun, Anakku.
Sudah sepantasnya kalau kami, ayah dan ibumu, ingin engkau
agar segera menikah."
Hening sejenak dan pada saat itu, ingatan Thian Hwa
melayang kembali kepada masa lalu. Selama tiga tahun ini ia
sudah bertemu banyak pemuda dan banyak pula pendekarpendekar muda yang bijaksana dan baik, yang agaknya
menaruh hati kepadanya. Namun, ia merasa belum ada yang
ia terima dan sekali ia menerima cinta seorang pemuda,
ternyata cinta pemuda itu, ialah Pangeran Cu Kiong, palsu
adanya! Dan kembali ia terkenang kepada Ui Yan Bun.
"Ayah dan Ibu, saat ini aku belum memikirkan hal itu...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tahu, Nak. Memang tidaklah mudah untuk memilih
seorang suami yang benar-benar baik. Akan tetapi, ibumu ini
mengenal seorang pemuda yang kiranya tepat sekali untuk
menjadi calon suamimu. Aku mengenalnya dengan baik dan
aku yakin dia akan dapat menjadi seorang suami yang
sempurna bagimu."
Thian Hwa mengangkat pandang matanya dan menatap
wajah ibunya. "Siapakah yang Ibu maksudkan?"
"Bukan lain adalah muridku sendiri, Si Han Bu. Dia sudah
kuanggap sebagai anakku sendiri maka kini alangkah baiknya
kalau dia menjadi mantuku. Akan tetapi, tentu saja kami ingin
mendengar dulu pendapatmu, Thian Hwa. Keputusannya kami
serahkan kepadamu, kami hanya mengusulkan karena kami
yakin bahwa pilihan kami itu tidak keliru."
Thian Hwa tersenyum geli. Si Han Bu, pemuda yang lucu
dan agak berandalan itu" Memang pemuda yang baik dan
gagah perkasa, juga sudah beberapa kali menolongnya.
"Ibu dan Ayah mudah saja menjodohkan orang. Apakah
sudah bertanya kepada yang bersangkutan bahwa dia setuju
dengan usul perjodohan itu?"
"Han Bu" Aku yakin dia setuju, Thian Hwa. Selain dia belum
mempunyai pilihan, belum pernah dekat dengan seorang
gadis, juga dia sudah memperlihatkan pembelaannya yang
besar terhadap dirimu, itu saja sudah merupakan tanda bahwa
dia c inta padamu."
Thian Hwa tersenyum. "Sekali ini dugaan Ibu meleset.
Bukan, Ibu, bukan aku yang dicinta oleh Han Bu, melainkan
Wan Kim Hui itulah!"
"Puteri Lam-ong (Raja Selatan) Wan Cun" Ah, aku melihat
kedua orang muda itu sering berbantahan seperti akan
bertengkar!" kata Im-yang Sian-kouw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tampaknya memang begitu, Ibu. Akan tetapi di balik sikap
keras mereka itu terdapat saling kagum dan sa ling mengasihi.
Aku dapat melihat pada pandang mata mereka dan
menangkap getaran dalam suara mereka. Mereka itu saling
mencinta, Ibu. Dan aku kira, karena Han Bu itu sejak kecil
menjadi murid Ibu, dan dia sudah yatim piatu, boleh dibilang
dia itu sebagai anak angkat Ibu. Karena itu, aku akan merasa
ikut bahagia kalau Ibu melamarkan Kim Hui untuk menjadi
isterinya!"
"Ah, benarkah itu, Thian Hwa" Kalau memang benar, hal
itu mudah saja diatur dan kami kira Lam-ong tidak akan
menolak kalau aku mengajukan pinangan."
"Tentu tidak, Ibu. Lam-ong Wan Cun dan isterinya tentu
sudah mendengar nama besar Ibu, bahkan Ibu yang dulu
memberi obat untuk menyembuhkan Nyonya Wan Cun. Dan
akulah yang akan mewakili Ayah dan Ibu untuk mengantarkan
surat lamaran ke Bukit Siluman di Lam-hu."
"Ah, kalau begitu baik sekali!" kata Pangeran Ciu Wan
Kong. "Akan tetapi engkau baru boleh pergi setelah upacara
penobatan Kaisar dilaksanakan dengan baik dan selamat!"
"Tentu saja, Ayah."
"Tapi aku tetap tidak berani mengirim surat lamaran kalau
aku belum mendengar bahwa K im Hui maupun Han Bu setuju
untuk saling berjodoh. Coba panggil mereka sekarang juga,
Thian Hwa!"
Thian Hwa lari dengan gembira mencari Han Bu dan Kim
Hui yang kemudian ia temukan sedang duduk di taman
gedung itu. Mereka duduk di bangunan kecil berada di tengah
taman, duduk menghadapi kolam ikan.
"Aih, asyiknya!" Tiba-tiba Thian Hwa berkata sambil
tersenyum. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang orang muda itu menoleh dan mereka segera
bangkit berdiri. Maklum akan maksud seruan itu, keduanya
tersenyum malu dan muka mereka berubah kemerahan.
"Ah, Enci Thian Hwa! Mari duduk bersama kami, Enci.
Sungguh lucu sekali melihat ikan-ikan emas itu berenang
berkejaran, terutama yang gendut itu, kalau berenang
berlenggang-lenggok seperti menari!" kata Kim Hui dan ia pun
tertawa. "Nanti saja, sekarang yang terpenting, kalian berdua
dipanggil ayah dan ibuku! Hayo, kita pergi ke sana!"
Kim Hui dan Han Bu tentu saja merasa heran, akan tetapi
mereka tidak berani menolak, lalu pergilah mereka bertiga ke
ruangan dalam di mana Pangeran Ciu Wan Kong dan Im-yang
Sian-kouw telah menanti.
"Paman Pangeran dan Bibi, ada keperluan apakah
memanggil saya dan Han Bu?" Kim Hui langsung bertanya.
Han Bu diam saja, hanya mengambil tempat duduk ketika
gurunya memberi isyarat agar mereka duduk. Tiga orang
muda itu mengambil tempat duduk di depan suami isteri itu.
"Han Bu dan Kim Hui, kami telah merundingkan masalah
yang akan kami bicarakan dengan kalian berdua. Karena kami
tahu benar bahwa kalian berdua adalah orang-orang muda
yang terbuka dan jujur, juga berani menghadapi apa pun,
maka kami akan bicara secara terbuka dan mengharapkan
agar kalian berdua juga menjawab sejujurnya, tanpa sungkan
dan malu. Nah, aku akan mulai denganmu, Han Bu. Engkau
tahu bahwa aku bukan saja menjadi gurumu, akan tetapi juga
sebagai pengganti orang tuamu, maka aku harus memenuhi
tugasku sebagai orang tua. Engkau sudah cukup dewasa dan
aku ingin melihat engkau berumah tangga dan hidup bahagia.
Ketika aku bertemu dengan Wan Kim Hui, aku merasa yakin
bahwa aku telah menemukan seorang calon mantu yang baik.
Nah, aku tidak akan memperpanjang kata akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawablah sejujurnya, Han Bu. Aku ingin menjodohkan engkau
dengan Wan Kim Hui. Bagaimana, apakah engkau setuju?"
Wajah Han Bu tiba-tiba menjadi merah sekali, dan dia tidak
dapat mengeluarkan suara. Dia menjadi salah tingkah. Belum
pernah selama hidupnya dia mendapat "serangan" tiba-tiba
seperti ini, yang membuat dia tidak mampu bicara atau
berbuat sesuatu, melainkan menatap wajah gurunya seperti
orang kehilangan akal!
"Hayo, Han Bu!" kata Thian Hwa, "Engkau bukan anak kecil
lagi, bersikaplah jantan dan jawab pertanyaan Ibu dengan
gagah dan sejujurnya!"
Han Bu menarik napas panjang berulang-ulang untuk
menenangkan hatinya yang tegang dan pikirannya yang
bingung. Akhirnya dia dapat menjawab,
"Subo (Ibu Guru), bagaimana mungkin teecu (murid)
berumah tangga kalau keadaan teecu masih seperti ini" T eecu
tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki penghasilan, tiada
memiliki tempat tinggal" Bagaimana mungkin teecu berani...?"
"Ha-ha, Han Bu!" kata Pangeran Ciu Wan Kong. "Engkau
memandang ringan kepada kami! Bukankah gurumu tadi
sudah mengatakan bahwa engkau adalah murid dan juga
sebagai anak kami sendiri" Mengapa mengkhawatirkan
tentang keadaanmu" Rumah kami juga rumah anak-anak
kami, atau kalau engkau ingin memiliki rumah sendiri untuk
membentuk keluarga, tentu kami dapat menyediakannya
untukmu. Juga tentang pekerjaan. Mudah saja bagiku untuk
mencarikan pekerjaan yang cocok untukmu."
"Nah, sekali lagi aku bertanya, Han Bu. Apakah engkau
setuju kalau engkau kujodohkan dengan Wan Kim Hui"
Jawablah sejujurnya!" kata Im-yang Sian-kouw.
Han Bu melirik ke arah Kim Hui yang duduk di sampingnya.
Dia melihat gadis
itu menundukkan mukanya yang
kemerahan, menunduk sampai dagunya menempel pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lehernya dan dia merasa kasihan. Dia dapat membayangkan
betapa besar rasa malu dirasakan gadis itu menghadapi
pembicaraan terbuka tentang perjodohannya seperti itu! Han
Bu mengeraskan hatinya agar berani menjawab dan dia lalu
berkata. "Subo, teecu akan berbohong kalau teecu mengatakan
tidak setuju. Akan tetapi sebaiknya diketahui lebih dulu
pendapat Kim Hui. Kalau ia setuju, maka tentu saja teecu juga
setuju sekali!"
"Bagus!" kata Im-yang Sian-kouw gembira. "Ini berarti
masalah ini sudah disetujui setengahnya, tinggal setengah
lagi. Nah, Kim Hui, engkau tentu sudah mendengar semua
pembicaraan tadi dan sudah mengerti maksudnya. Sekarang
kami ingin sekali mendengar jawabanmu. Apakah engkau
setuju kalau menjadi calon isteri Si Han Bu?"
Wan Kim Hui adalah seorang gadis yang sejak kecil
pemberani, galak, tinggi hati, bengal dan bahkan agak liar.
Akan tetapi sekali ini, biarpun sejak tadi ia sudah
mendengarkan dan tahu apa yang akan ia hadapi, ketika
ditanya begitu, ia pun semakin menunduk sampai
punggungnya agak membungkuk. Terdengar suaranya lirih.
"Aku... aku... ah, aku tidak tahu...."
Thian Hwa memberi isyarat kepada ibunya dengan kedipan
matanya, lalu ia menggeser kursinya mendekati Kim Hui dan
merangkul pundaknya.
"Kim Hui, engkau juga seorang gadis dewasa dan engkau
biasanya tabah dan berani menghadapi apapun juga. Ke mana
perginya keberanianmu" Kalau engkau setuju, katakan saja
setuju, kalau engkau tidak setuju, jangan sungkan dan takut,
katakan saja tidak setuju. Hayo, jawablah pertanyaan Ibuku
tadi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Hui mengangkat mukanya, akan tetapi tidak
memandang siapa pun kecuali wajah Thian Hwa yang berada
dekat dengannya.


Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Enci Thian Hwa, aku masih mempunyai ayah dan ibu,
bagaimana aku dapat memutuskannya sendiri" Urusan
perjodohanku, tentu saja aku serahkan kepada ayah dan
ibuku." "Aih, kukira hatimu tidak bicara begitu, Kim Hui. Benarkah
itu bahwa jika ayah ibumu setuju, engkau pun akan setuju?"
"Tentu saja!" jawab Kim Hui tegas.
"Hemm, bagaimana seandainya ayah ibumu menyetujui
engkau berjodoh dengan Wu Kan putera Jenderal Wu Sam
Kwi itu...?"
"Tidak sudi! Sampai mati pun aku tidak akan sudi!" jawab
Kim Hui tegas. "Nah-nah, jelas bukan ayah ibumu yang memutuskan
melainkan engkau sendiri. Nah, sekarang jawablah, kalau
nanti Ibu me lakukan pinangan kepada orang tuamu untuk
menjodohkan engkau dengan Han Bu dan orang tuamu
setuju, apakah engkau juga setuju?"
Dengan muka merah dan senyum malu-malu Kim Hui
mengangguk, lalu menundukkan kepalanya lagi.
"Eh, mana jawabanmu, Kim Hui" Apakah kau setuju?"
Kembali Kim Hui mengangguk dan tersenyum malu sambil
menundukkan kepala.
"Ih, mengangguk itu bukan jawaban. Jawab yang jelas, Kim
Hui. Engkau setuju atau tidak?"
"Aku setuju!" kini jawaban itu terdengar nyaring sehingga
Pangeran Ciu Wan Kong dan Im-yang Sian-kouw tersenyum
girang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Kalau begitu, kami akan segera menulis lamaran
yang akan diantar oleh Thian Hwa ke Bukit Siluman di Lamhu! Kapan engkau akan berangkat, Thian Hwa?"
"Setelah upacara penobatan Kaisar, Ibu."
"Baik, dan bagaimana dengan engkau, Kim Hui" Apakah
engkau akan pulang bersama Thian Hwa?" tanya Im-yang
Sian-kouw kepada gadis itu.
Kim Hui dengan sikap masih canggung dan malu-malu
melirik ke arah Han Bu dan berkata, "Sebetulnya saya... saya
masih ingin melihat-lihat dahulu, Bibi. Saya berpamit kepada
Ayah Ibu saya untuk merantau dan diberi waktu sampai dua
tahun." "Subo, teecu telah berjanji kepada Saudara Ui Yan Bun
untuk menemani dan melindungi Kim Hui, maka saya akan
mengantarkan dan menemaninya sampai ia kembali di rumah
orang tuanya."
"Baik sekali kalau begitu. Memang engkau harus
bertanggung jawab," kata Im-yang Sian-kouw.
Setelah percakapan yang menegangkan hati Han Bu dan
Kim Hui itu berakhir, mereka kembali ke dalam kamar masingmasing. Han Bu tidak dapat segera pulas karena hatinya
masih berdebar. Dia merasa berbahagia sekali karena
sesungguhnya sejak pertemuan pertama dengan Wan Kim
Hui, dia sudah jatuh cinta. Akan tetapi ada perasaan was-was
dalam hatinya. Bagaimana kalau orang tua Kim Hui
menolaknya"
Ah, tidak mungkin, dia menghibur kekhawatirannya. Mereka tentu melihat subo, apalagi
bukankah ibu dari Kim Hui telah diselamatkan nyawanya oleh
gurunya" Kim Hui juga tidak dapat segera tidur. Selama hidupnya ia
belum pernah jatuh cinta kepada pria. Pernah ia merasa
tertarik kepada Ui Yan Bun, akan tetapi karena sikap pemuda
itu terhadap dirinya seperti seorang kakak, maka akhirnya rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sukanya bukan berkembang menjadi cinta seorang wanita
terhadap seorang pria, melainkan cinta seorang adik terhadap
kakaknya. Dan ia pun harus mengakui bahwa ia tertarik sekali
kepada Han Bu, bahkan merasa suka walaupun rasa sukanya
itu dipendam di balik sikapnya yang keras dan ini hanya
merupakan bentuk kemanjaan. Begitu mendengar bahwa
pemuda ini mencintanya, ia pun diam-diam merasa bahagia
sekali. Thian Hwa sendiri juga sukar memejamkan mata. Ia
memang merasa lega dan ikut berbahagia bahwa Han Bu dan
Kim Hui agaknya memang saling mencinta, walaupun
tersembunyi. Akan tetapi kini ia merasa rindu sekali kepada
Yan Bun. Belum pernah ia merindukan Yan Bun seperti
sekarang ini. Setelah semua yang dialaminya, sekarang baru
ia menyadari bahwa pemuda kawan lama itulah yang paling
menarik dan tidak pernah dapat dilupakannya. Apalagi ketika
ia mendengar dari Kim Hui bahwa sampai sekarang Yan Bun
masih menantinya, mencintanya dan tidak pernah mencinta
gadis lain. Akhirnya lewat tengah malam, ia dapat tidur
dengan nama Yan Bun di bibirnya.
Pangeran Ciu Wan Kong dan isterinya, Im-yang Sian-kouw
Cui Eng, juga sampai malam belum tidur. Suami isteri ini,
terutama Im-yang Sian-kouw, memang merasa senang bahwa
muridnya yang ia anggap seperti anak sendiri itu akhirnya
mendapatkan seorang jodoh. Akan tetapi suami isteri ini juga
prihatin memikirkan puteri mereka, Ciu Thian Hwa! Mereka
tidak mungkin memilihkan jodoh untuk puteri mereka itu.
Mereka sudah mengenal watak puteri mereka yang dalam
perjodohan sudah pasti tidak mau dijodohkan dengan laki-laki
yang tidak menjadi pilihan hatinya sendiri. Dan yang
menyedihkan hati mereka, sampai sekarang mereka belum
melihat atau mendengar adanya pria yang menjadi pilihan hati
Huang-ho Sian-li Ciu T hian Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena merasa tidak berdaya menghadapi urusan
perjodohan puteri mereka, akhirnya Pangeran Ciu Wan Kong
berkata kepada isterinya.
"Mari kita serahkan saja masalah anak kita ini kepada T hian
Yang Maha Kuasa. Sebaiknya setiap tengah malam kita
bersembahyang, mohon kepada T hian Yang Maha Kuasa agar
anak kita itu segera menemukan jodohnya."
Suami isteri itu lalu keluar dari kamar, menuju ke kebun
atau taman belakang dan pada tengah malam itu, mereka
berdua menyalakan hioswa (dupa biting) dan bersembahyang
kepada Tuhan. (Oo-dwkz-jTn-oO)
Upacara penobatan kaisar baru, yaitu Pangeran Kang Shi
yang baru berusia sekitar sebelas tahun itu berlangsung
dengan khidmat dan meriah, dan berlangsung dengan lancar
dan tanpa ada gangguan. Setelah dinobatkan sebagai kaisar
berjuluk Ka isar Kang Shi, mula-mula kaisar kecil ini didampingi
dan dibantu oleh Pangeran Bouw Hun K i, pamannya yang juga
dapat dianggap sebagai gurunya.
Tiga hari setelah penobatan kaisar, pada suatu pagi Han Bu
dan Kim Hui berpamit meninggalkan rumah Pangeran Ciu Wan
Kong. Mereka bermaksud untuk kembali ke rumah orang tua
Wan Kim Hui di dekat kota Lam-hu, akan tetapi dengan
mengambil jalan memutar karena Kim Hui ingin merantau dulu
menambah pengalamannya sebelum pulang ke rumah orang
tuanya. Ketika kaisar baru dinobatkan, di antara mereka yang
diundang, termasuk para pendekar muda yang berjasa
membantu pemerintah menentang pemberontak. Maka ketika
itu Han Bu dan Kim Hui juga diajak oleh Huang-ho Sian-li Ciu
Thian Hwa menjadi tamu kehormatan. Dalam kesempatan ini
mereka berkenalan dengan keluarga Pangeran Bouw dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera menjadi akrab dengan Bouw Kun Liong, Bouw Hwi
Siang, Bu Kong Liang, dan Gui Siang In. Dalam kesempatan
itu Thian Hwa juga mendengar berita menggembirakan bahwa
Bu Kong Liang telah dipertunangkan dengan Bouw Hwi Siang,
adapun Bouw Kun Liong dipertunangkan dengan Gui Siang In!
Setelah Han Bu dan Kim Hui pergi, Thian Hwa juga
berpamit kepada ayah ibunya untuk menyampaikan surat
lamaran Im-yang Sian-kouw kepada keluarga Wan Cun, datuk
selatan yang berjuluk Lam-ong (Raja Selatan) itu. Akan tetapi
gadis ini tidak menceritakan kepada ayah ibunya bahwa
sebelum pergi ke Bukit Siluman dekat kota Lam-hu tempat
tinggal keluarga Wan, ia akan mencari Ui Yan Bun di Lembah
Sungai Huang-ho.
Pada suatu senja tampak seorang gadis cantik meluncur di
atas permukaan air Huang-ho (Sungai Kuning) yang di bagian
itu airnya mengalir tenang. Gadis itu me luncur cepat seperti
terbang atau terapung di atas air. Senja itu di tepi sungai
sudah mulai sepi. Akan tetapi ada beberapa orang melihat
gadis itu dan mereka memandang dengan muka pucat. Lima
orang nelayan ini percaya sepenuhnya akan adanya dewadewa dan dewi-dewi penunggu sungai. Maka ketika melihat
ada seorang gadis cantik "berjalan" di atas air dengan
cepatnya, mereka segera berseru ketakutan.
"Huang-ho Sian-li (Dewi Sungai Kuning)...!" berulang-ulang
mereka berseru lalu menjatuhkan diri berlutut ke arah sungai!
Orang-orang itu tentu salah menduga, akan tetapi tidak
salah menyebut. Biarpun gadis itu bukan dewi, melainkan
seorang manusia biasa, ia adalah Ciu Thian Hwa yang berjuluk
Dewi Sungai Kuning!
Huang-ho Sian-li Ciu Thian Hwa menggunakan papan
peluncur untuk me luncur dengan cepat di permukaan air
sungai, menggunakan sin-kang (tenaga sakti) di kedua
kakinya, mengenjot dan mendorong sehingga papan itu
meluncur dengan cepat sekali menuju ke tempat tinggal Ui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Houw, ayah Ui Y an Bun. Hatinya merasa gelisah, harap-harap
cemas. Bagaimana kalau Yan Bun tidak berada di sana" Ia
merasa pikirannya semakin gelap, seperti gelapnya cuaca
yang menjelang malam. Akan tetapi tiba-tiba ia melihat bulan
muncul, besar dan gemilang, seolah memberi cahaya harapan
kepadanya. Kegelapan pikirannya menghilang dan dengan
senyum di bibirnya ia mempercepat luncurannya ke depan,
seolah menyongsong bulan, menyongsong kebahagiaan
setelah selama ini mengalami banyak kepahitan dalam
hidupnya. Sampai di sini pengarang mengakhiri kisahnya dengan
harapan semoga ada manfaatnya dan dapat menghibur hati
para pembaca! TAMAT Lereng Lawu, medio Mei 1993.
Kehidupan Para Pendekar 3 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Pendekar Kidal 10

Cari Blog Ini