Ceritasilat Novel Online

Keris Pusaka Dan Kuda Iblis 2

Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


kami?" "Aku bukan anak buahmu. Aku membela Mataram!"
"Setan alas engkau! Beritahukan namamu sebelum
putus lehermu!"
"Namaku" Akulah Jarot anak Tengger, pembela
keadilan dan kebenaran, sekarang bertugas sebagal
penyelidik dari Mataram."
Maka setelah mendengar keterangan ini marahlah
ketujuh orang itu dan menyerbulah mereka dengan
tombak mereka. Jarot menggerakkan tubuhnya dan
sekali berkelebat ia telah menyerang ke depan,
miringkan tubuh hindarkan tusukan tombak dari depan
dan cepat bagaikan kilat kempit tombak itu di bawah
lengan terus gerakkan kaki menendang. Terdengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jeritan ngeri dan lawannya Itu terlempar jauh dengan
tombak tertinggal dalam tangan Jarot, Terjadilah kini
perang tanding antara enam orang melawan seorang.
Permainan tombak enam orang perajurit itu cukup kuat
dan cepat, tapi menghadapi Jarot mereka itu bagaikan
kanak-kanak yang baru belajar jalan! Kalau dibicarakan
memang aneh dan tak masuk di akal tapi benar- benar
tombak di tangan Jarot yang hanya sebatang itu telah
membuat enam batang tombak lawan-lawannya hanya
mampu menangkis saja tanpa kuasa menyerang
sedikitpun! Jarot percepat gerakannya dan seorang demi
seorang para lawannya berteriak dan roboh karena
tendangan atau sabetan gagang tombak.
Kepala regu melihat semua perajuritnya roboh,
menjadi takut dan timbul watak pengecutnya. Ia lempar
tombaknya dan berlutut menyembah meminta ampun.
Jarot tersenyum menghina dan seret orang itu pada
rambutnya. De ngan ringan ia kempit tawanannya dan
meloncat ke atas punggung Nagapertala dan kaburkan
kudanya kembali ke kota raja.
Ternyata di alun-alun telah disiapkan perajurit-perajurit
Mataram di bawah pimpinan para senapati. Pada saat itu
Senapati Ki Ageng Baurekso sedang mengadakan rapat
dengan para senapati lai n untuk merundi ngkan cara
yang sebaiknya untuk menahan serangan musuh dari
Surabaya. Semua panglima dan senapati maju menyambut Jarot
yarig datang dengan seorang perajurit musuh sebagai
tawanan. Jarot melemparkan kepala regu musuh itu ke
atas tanah dan berkata kepada Ki Ageng Baurekso,
"Paman senapati, tawanan ini adalah seorang kepala
regu musuh yang sengaja kutawan untuk ditanyai
keterangan tentang keadaan barisa n musuh."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Ageng Baurekso mengangguk-angguk senang dan
ia merasa kagum ketika Jarot dengan ringkas
menuturkan pengalamannya. Kemudian di bawah
ancaman ujung keris, tawanan itu mengaku dan
membuka rahasia kesatuannya yang sedang bergerak
dalam penyerangan ke Mataram. Ternyata bahwa
barisan dari Kadipaten Surabaya itu menggunakan siasat
menyerang dari dua pi hak! Sebagian barisan akan
menyerang dari timur dan sebagian pula menyerang dari
utara. Penyerangan dari timur merupakan serangan
pancingan atau serangan palsu sedangkan sebenarnya
tenaga terkuat dikerahkan dalam barisan yang menyerang dari utara.
Kl Ageng Baurekso girang sekali mendengar
pembukaan rahasia ini, dan setelah tawanan itu habis
bicara, senapati yang terkenal gagah berani itu
menggerakkan tangannya yang memegang keris, maka
tawanan itu tak sempat berteriak dan matilah dia! Hal ini
tak mengherankan para pahlawan lai n karena mereka
semua sudah kenal akan watak Ki Ageng Baurekso yang
sangat benci akan segala macam pengkhianatan. Sekali
waktu pernah tertangkap seorang penyelidik musuh yang
bersikap gagah dan rela dibunuh daripada harus
membongkar rahasia barisannya. Ki Ageng Baurekso
tidak membunuh tawanan yang setia itu, bahkan
memberinya seekor kuda dan membebaskannya! Tapi
jika ada tawanan yang bersikap pengecut seperti
tawanan dari Surabaya ini, biarpun keteranganketerangannya menguntungkan Mataram, namun sikap
tawanan itu demikian menjijikkan hati senapati hingga
selalu dia sendiri yang turun tangan menghabisi
nyawanya. Sikap ini sungguh cocok dengan sikap Sultan
Agung yang menghargai kegagahan dan kesetiaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cepat Ki Ageng Baurekso memberi perintah
kepada para panglima untuk menjaga kedatangan
musuh. Kemudian ia beri tanda kepada Jarot untuk
mendekat. Setelah pemuda itu menghampirinya,
senapati itu berbisik, "Nak Jarot, kau cepatlah pulang dan
tengok Ki Galur serta anaknya. Kalau semua dalam
keadaan baik, barulah kau bantu kami, gusti pangeran
baru saja menuju ke kampungmu!"
Mendengar kisikan ini, tanpa pamit lagi Jarot terus
cemplak kudanya dan membalap ke arah kampung Ki
Galur dengan hati tidak enak. Benar saja, ketika kudanya
memasuki gerbang kampung, ia mendengar jeritanjeritan ngeri dan melihat orang-orang kampung lari ke
sana ke mari dalam keadaan kacau. Ia pegang seorang
kampung yang lari di dekatnya lalu bertanya keras.
"Apa yang telah terjadi?"
Orang itu terkejut dan pucat ketika merasa lengannya
ada yang memegang, tapi setelah dilihatnya bahwa yang
memegangnya Jarot, ia jatuh berlutut dan "Den Jarot,
celaka..... celaka..... gusti pangeran mengamuk.... dia
dan beberapa orang pengawalnya..... marah-marah
mencari Sekarsari, kami diamuknya, dikira menyembunyikan Sekarsari, bahkan ada beberapa orang
kawan yang terbunuh. Tolong, den Jarot, tolonglah....."
Jarot tak sempat menjawab, segera berlari ke arah
pondok Ki Galur. Ia melihat segala barang isi pondok
telah mawut dan rusak, pintu-pintu terbuka dan pondok
itu kosong! Timbul kemarahan hebat di hati Jarot. Ia lari
keluar. dan melihat betapa seorang pengawal pangeran
sedang menyeret seorang laki-laki dan membentakbentak. "Hayo mengaku, di mana mereka?" Orang
kampung itu menyembah-nyembah minta ampun, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal itu menendangnya hingga ia roboh terjengkang. Jarot membentak. "Manusia rendah!" Pengawal itu
cepat membalik sambil mencabut kerisnya, tapi Jarot
yang sedang marah tak memberi waktu padanya, sekali
serang saja pengawal itu terpukul roboh dan kerisnya
terampas! Karena sedang bingung, maka Jarot menjadi
kejam. Keris yang terampas itu diayun ke arah tubuh
lawannya yang rendah. Keris menancap jitu di dada kiri
dan pengawal pangeran itu menjerit, berkelojotan dan
diam, tak berkutik lagi! Jarot lalu lari pula ke arah di mana
terdengar jerit wanita meminta tolong. Dilihatnya
Pangeran Amangkurat memimpi n enam orang pengawalnya menyeret-nyeret Sulastri kawan Sekarsari
yang meronta-ronta dan berteriak-teriak minta tolong!
"Jahanam kalian!" Jarot memaki keras. Suaranya
demikian keras mengguntur hingga para pengawal
terkejut. Ketika mereka menengok dan melihat wajah
Jarot, mereka kaget sekali. Wajah pemuda yang
biasanya tampan dan sabar itu kini sangat menakutkan.
Sepasang matanya memancarkan cahaya ganas dan
tajam hingga dengan rasa takut keenam pengawal itu
mencabut keris masing-masing dan tak terasa pula
mereka melepaskan Sulastri yang hendak dipaksa
diboyong ke keraton untuk dijadikan selir Amangkurat!
Kemudian, sambil mengeluarkan suara geraman
hebat, Jarot menerjang. Enam orang pengawal itu
mengangkat senjata menyerang dan berbareng menghadapi terjangan Jarot, tapi mereka sendiri tak tahu
entah bagaimana, tahu-tahu senjata mereka telah
terlepas dari tangan dan cepat bagaikan kilat menyambar
pukulan Jarot menimpa tubuh mereka. Pukulan-pukulan
yarig dilakukan dengan tenaga penuh dengan hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah ini hebat sekali. Enam orang pengawal pangeran
itu rebah tak dapat bergerak lagi dan empat orang di
antara keenamnya mati di saat itu juga!
Keder juga hati Amangkurat melihat kehebatan sepak
terjang Jarot, tapi la tak dapat menghindari pemuda yang
sedang kalap itu. Terpaksa ia cabut kerisnya dan
menghadapi Jarot dengan hati berdebar.
Jarot melangkah mundur dua tindak ketika melihat,
keris itu. Ternyata keris itu adalah keris pusaka
Margapati! Sinar kilat berapi keluar dari mata keris itu,
hingga Jarot merasa bulu tengkuknya berdiri. Tapi hawa
marah yang memenuhi dadanya lebih kuat lagi
menguasai dirinya hingga tanpa memperdulikan bahaya
ia loncat menerjang. Amangkurat mengangkat keris
pusaka dan mengirim tusukan maut. Tapi Jarot gunakan
kelincahannya berkelit cepat menghindari tusukan. Ia
sama sekali tidak berani menangkis atau merampas keris
itu karena ia maklum betapa ampuh dan jahat keris itu.
Karena Amangkurat juga pandai sekali mainkan senjata
keris, Jarot terdesak juga. Tiba-tiba Jarot mendapat akal.
(Oo-dwkz-hend-oO)
Jilid 3 KETIKA Amangkurat menyerangnya dengan tusukan
bertubi-tubi, Jarot gulingkan tubuhnya di atas tanah dan
sambil bergulingan itu tangannya mengepal tanah pasir.
Kemudian ia meloncat bangun dan sambil berseru keras
tangannya terayun ke arah muka Amangkurat! Pangeran
itu sama sekali tidak menyangka akan mendapat
serangan luar biasa ini hingga tak keburu berkelit. Tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ampun lagi kedua matanya terserang pasir hingga ia tak
dapat membuka matanya lagi. Kesempatan ini digunakan
oleh Jarot untuk mengirim tendangan keras ke arah
pergelangan lengan Amangkurat hingga keris Margapati
terlepas dari pegangan dan terpental ke udara. Jarot
menyambut keris itu dengan cekatan sehingga kini
Margapati berada dalam tangannya.
Dengan pandangan penuh kegemasan ia menghampiri Amangkurat yang tidak berdaya. Maksudnya, dengan sekali tusuk saja tamatlah riwayat
pangeran itu. Tapi pada saat itu ia ditubruk orang dari
belakang dengan jeritan halus. "Mas Jarot.... jangan,
mas....." Mendengar suara Sekarsari, seketika itu juga
lenyaplah semua napsu marah yang menguasai hati
Jarot. Tubuhnya terasa lemas seakan-akan lolos semua
urat bayunya. Ia pandang pangeran yang telah pucat itu
dan berkata lemah, "Pangeran, pergilah sebelum hamba
berobah pikiran...." Dan Amangkurat lalu pergi dengan
menundukkan kepala. Ia demikian malu hingga tiada
muka untuk meminta kembali keris Margapati dari tangan
Jarot. Jarot melihat tubuh para pengawal yang rebah
malang-melintang di tempat itu, lalu menghela napas.
Kemudian ia merasa betapa lengan tangannya menjadi
basah. Ia menunduk dan melihat Sekarsari masih
merangkul lengannya dan menangis. Juga Sulastri yang
terlepas dari bencana berjongkok sambil menangis.
Berangsur-angsur orang-orang kampung yang lari kini
datang kembali dan tubuh serta mayat para ponggawa
pangeran diangkat orang.
Tiba-tiba terdengar titiran dipalu keras. Semua orang
maklum apa artinya ini. Perang! Musuh telah tiba dan
mulai menyerbu. Peperangan dimulai!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jarot yang tadinya masih berdiri sambil tangan kanan
menggenggam keris pusaka Margapati dan tangan kiri
mengelus-elus rambut kepala Sekarsari dan merasa
seakan-akan dalam mimpi, tiba-tiba tersadar dan insyaf
bahwa tenaganya dibutuhkan. Keris pusaka Margapati
tergetar dalam tangannya. Perlahan-lahan ia tunduk dan
cium kepala Sekarsari.
"Sari, lepaskan aku. Aku harus bantu mengusir
musuh. Masuklah ke pondok.'' Sekarsari memandangnya
sesaat dengan pandang mata mesra, lalu pergi.
Jarot cemplak Nagapertala dan kerahkan kuda itu
keluar kota. Ia menuju ke gerbang utara karena tahu
bahwa di situlah adanya musuh yang terkuat. Dari jauh ia
telah mendengar sorak-sorai yang ganas dari para
perajurit yang bertempur hebat. Setelah tiba di tempat
pertempuran, tiba-tiba Nagapertala si kuda iblis meringkik
keras dan menyeramkan dan setelah mengangkat kedua
kaki depannya tinggi-tinggi, kuda itu lalu loncat menyerbu
ke dalam medan pertempuran. Keris Margapati seakanakan telah mencium bau darah yang amis hingga
menjadi haus dan tergetar-getar dalam tangan Jarot.
Serbuan Jarot di atas kuda iblis Nagapertala dengan
keris maut Margapati di tangan menimbulkan kegemparan di kalangan musuh. Keris pusaka Margapati
menyambar-nyambar bagaikan halilintar, seakan-akan
hidup dan menjadi liar dalam tangan Jarot, berpesta-pora
darah dan dagi ng manusia, tak terkendali lagi. Entah
berapa banyak nyawa dilayangkan dari tubuh oleh keris
maut ini. Mayat bertumpuk-tumpuk, jerit tangis dan pekik
liar saling tindih, gaduh hiruk-pikuk bagaikan dunia
kiamat! Barisan musuh tak kuasa membobolkan pertahanan
tentara Mataram yang kuat di bawah pimpinan para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pahlawan yang demikian sakti dan gagah berani. Maka
barisan musuh segera mundur sambil meninggalkan
mayat bertumpuk-tumpuk. Juga di gerbang timur musuh
terpukul mundur. Barisan Surabaya mengalami kegagalan dan kekalahan, mundur dan kembali ke
tempat asal dengan jumlah yang banyak berkurang.
Para perajurit dan Senapati Mataram kagum dan ngeri
melihat sepak terjang Jarot yang demikian hebatnya.
Pada saat Jarot menusuk kanan kiri dengan Margapati
yang berkilat-kilat dan seakan-akan berapi-api di tangan
kanannya, pemuda itu tiada ubahnya seperti seorang
malaikat maut sendiri mencabut nyawa para korban!
Bahkan ketika pemuda itu bertempur dekat Ki Ageng
Baurekso, panglima tua ini merasa seram melihat wajah
dan pandangan mata Jarot! Namun, dalam perjalanan
kembali dengan lagu-lagu kemenangan, tiada habisnya
mereka bicarakan tentang kegagahan Jarot.
Jarot sendiri setelah semua musuh terpukul mundur,
segera bedal kudanya pulang. Sekarsari menyambutnya
dengan senyum bangga, tapi ketika Jarot turun dari kuda
dan berdiri di depannya, gadis itu tak tahan melihat
pemuda yang seluruh tubuhnya berlumuran darah musuh
dengan keris di tangan yang masih basah dengan darah
pula! Sekarsari menengok ke arah Nagapertala, juga
tubuh kuda itu penuh darah sampai ke bibir-bibirnya,
seakan-akan kuda itu baru saja minum darah manusia!
Sekarsari menggunakan kedua tangan menutup mukanya untuk melenyapkan pemandangan mengerikan
itu. "Sari... aku.... aku..... kejam sekali!"
Sekarsari membuka matanya memandang dan
keraskan hatinya, lalu geleng-geleng kepala dan berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras. "Tidak.... tidak, kau hanya menjalankan tugas
kewajiban membela negara!"
Jarot mencoba tersenyum dengan lemah. "Bukan,
Sari....." ia geleng-geleng kepala. "Ketika bertempur tadi,
tiada teringat olehku tentang membela negara, yang
teringat hanya darah, aku seakan-akan gila dan haus
darah." Ia memandang ke arah keris di tangan kanannya.
"Hm, Margapati telah menguasai jiwaku seluruhnya."
Jarot masukkan keris itu dalam werangka yang
dipungutnya dari medan pertempuran tadi, lalu tanpa
berkata sesuatu ia bawa kudanya ke bengawan untuk
mencuci bersih semua noda darah.
Ketika ia kembali, Sekarsari dan Ki Galur telah
menyediakan makan dan mereka makan tanpa banyak
bercakap. Kemudian, setelah minum beberapa teguk air
dari kendi, Jarot berpamit.
"Kau hendak ke mana lagi, mas Jarot"'* tanya
Sekarsari dengan khawatir melihat wajah yang muram
itu. "Aku..... aku akan menyerahkan diri kepada gusti
Sultan." "Apa" Mengapa?"
"Aku telah berdosa, telah berani melawan pangeran,
bahkan hampir saja membunuhnya dengan keris ini, dan
telah membunuh beberapa orang pengawal pangeran.
Dosa ini besar sekali, Sari. Sudah sepatutnya aku
dihukum mati."
"Mas Jarot....!"
Sekarsari menjerit sambil memandangnya dengan terbelalak takut. "Jangan.....
jangan kau menghadap gusti Sultan. Larilah dari sini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mas. Kau kuat, kau gagah, tak mungki n kau dapat
tertangkap!"
Jarot geleng-geleng kepala.
"Gus Jarot, biarpun kau telah melawan pangeran, tapi
kau membela orang kampung. Tak perlu kausesali
perbuatanmu itu," Ki Galur berkata, kemudian menghela
napas. "Agaknya benar juga usul Sari tadi. Kau larilah
saja, gus Jarot."
Sekali lagi Jarot menggeleng-geleng kepala. "Berani
berbuat harus berani bertanggung jawab, itulah sifat
jantan. Dan aku percaya kalian tidak ingin melihat aku
kehilangan sifat jantanku, bukan?"
Ki Galur hanya menghela napas dan Sekarsari tak
dapat menahan keluarnya air mata dari sudut matanya.
Jarotpun merasa terharu, maka tidak mau duduk di situ,
setelah berpamit sekali lagi, ia berjalan cepat ke kandang
Nagapertala. Dengan tak ragu-ragu lagi Jarot naik ke atas
punggung kudanya. Ki Galur da n Sekarsari mengantar ia
sampai di luar.
"Mas Jarot, aku selalu menanti kembalimu," Sekarsari
berkata perlahan dan Ki Galur hanya geleng-geleng
kepala. Ketika Jarot meloncat turun dari kudanya di pintu
gerbang keraton, ia disambut dengan hormat sekali oleh
penjaga gerbang yang telah mendengar akan kegagahannya. Suasana di dalam dan luar keraton
masih penuh dilip uti kegembiraan dan pesta kemenangan. Sultan Agung telah memberi perintah
untuk mengadaka n perayaan tiga hari tiga malam guna
merayakan kemenangan gemilang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot dengan mudah saja diperkenankan menghadap
karena kebetulan sekali Sultan Agung sedang membuka
persidangan dengan segenap senapati dan hulubalang.
Semua mata memandang ke arah pemuda yang gagah
itu, juga Sultan Agung yang sudah mendengar akan
perjuangan Jarot, memandangnya dengan senang. Tapi
Pangeran Amangkurat menatap wajah Jarot dengan
mata merah. Setelah menghaturkan sembah bakti, Jarot berkata,
"Mohon diampunkan hamba telah berlaku lancang,
menghadap tanpa dipanggil. Maksud hamba maka
menghadap dan mengganggu persida ngan paduka, tak
lain ialah bahwa hamba hendak menyerahkan diri dan
mohon diadili karena dosa-dosa yang telah hamba
perbuat, gusti."
Tidak hanya Sultan Agung saja merasa heran, tapi
semua senapati dan hulubalang juga terkejut sekali
mendengar pengakuan ini.
"Jarot, mengapa kau berkata demikian" Menurut yang
kudengar, engkau tidak berdosa bahkan telah membuat
banyak jasa dalam pertempuran tadi."
"Hamba telah berbuat dosa sebelum terjadi pertempuran, gusti, dan jika paduka belum dengar
tentang dosa hamba itu, hamba persilakan bertanya
kepada gusti Pangeran Amangkurat."
Sultan Agung merasa heran sekali dan ia pandang
wajah puteranya dengan mengandung pertanyaan.
"Amangkurat, coba ceritakan, apakah dosa yang
dimaksud oleh Jarot" Apa yang telah terjadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba tak dapat menceritakan, kanjeng rama,
biarlah Jarot sendiri yang bercerita," jawab Amangkurat.
Mendengar ini Sultan Agung menjadi marah.
"Apa artinya ini?" bentaknya marah dan memandang
berganti-ganti kepada Amangkurat dan Jarot.
Tumenggung Suryawidura menyembah. "Ampunkan
jika hamba lancang, gusti. Bolehkah hamba menceritakan peristiwa yang dimaksud itu?"
Sultan Agung mengangguk. Lalu dengan licin sekali
Tumenggung Suryawidura yang membenci Jarot menuturkan betapa Jarot telah membunuh dan melukai
pengawal-pengawal pangeran dan bahkan hampir saja
membunuh Pangeran Amangkurat. Selain dari itu Jarot
juga merampas keris pusaka Margapati. Tentang
kejahatan pangeran dan kaki tangannya sama sekali
tidak disebut-sebut oleh tumenggung itu.
Sultan Agung mendengar laporan ini dengan heran.
Biarpun Tumenggung Suryawidura tidak menyebut hal
kesalahan pangeran, namun Sultan Agung dapat
menduga bahwa tindakan Jarot itu pasti ada latar
belakangnya dan ia hampir yaki n bahwa betapapun juga
Pangeran Amangkurat tentu telah melakukan suatu
pelanggaran, maka diam-diam ia merasa menyesal
mengapa ia telah kabulkan permintaan Pangeran
Amangkurat untuk diberi ijin mengambil keris pusaka
Margapati. Melihat Sultan Agung termenung, Tumenggung
Suryawidura berkata lagi, "Menurut pendapat hamba,
dosa Jarot sungguh besar. Pertama ia telah memberontak dan melawan pangeran, kedua ia telah
membunuh pengawal-pengawal
gusti Pangeran Amangkurat, ketiga ia telah berani merampas keria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusaka Margapati. Hamba usulkan untuk menghukum
picis padanya."
Sultan Agung agaknya baru sadar dari lamunannya. Ia
maklum betapa berat dosa-dosa ini, tapi sebenarnya
hatinya tidak tega untuk menghukum pemuda yang
gagah perwira dan telah berjasa itu.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jarot, kau kuberi kesempatan dan hak membela diri.
Benarkah segala tuduhan yang dikemukakan oleh
tumenggung tadi?" Sultan Agung bertanya kepada Jarot.
Jarot menyembah dan berkata tetap, "Benar, gusti."
"Mengapa kaulakukan hal itu, Jarot?" tanya pula
Sultan. "Karena hamba telah gelap mata, terlampau menuruti
dorongan napsu hati yang menggelora, gusti."
"Tapi mengapa kau menjadi gelap mata, apa
alasanmu maka kau berani melawan pangeran?" Sultan
mendesak. Jarot menyembah hormat. "Ampun gusti. Hamba
hanya ingin menebus dosa, ingin menerima hukuman
karena dosa-dosa ini. Hamba bersedia menerima
hukuman apa saja yang paduka jatuhkan pada diri
hamba." Diam-diam Sultan Agung menyesali puteranya sendiri,
tapi karena Jarot sendiri yang tidak mau mengaku, iapun
tak terlalu mendesak, karena ia yakin bahwa latar
belakang peristiwa ini tentu sesuatu yang memalukan
keluarga keraton.
Tiba-tiba Ki Ageng Baurekso tak dapat menahan
hatinya yang gemas mendengar laporan Tumenggung
Suryawidura yang berat sebelah itu dan ia maju
menyembah. "Gusti Sultan, perkenankan hamba Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyatakan pendapat hamba dalam hal ini. Hamba tidak
tahu peristiwa apa yang terjadi antara gusti pangeran
dan Jarot, tapi karena Jarot sendiri telah mengakui akan
kedosaan-kedosaan
yang dituduhkan padanya, hambapun tak dapat berkata apa-apa. Hanya hendaknya
paduka tidak lupa bahwa Jarot telah berjasa besar dalam
melawan musuh, bahwa dia telah membela Mataram
dengan gagah beraninya. Maka, hamba sama sekali
tidak setuju dan tak dapat menerima usul tumenggung
akan hukuman picis yang dijatuhkan kepada Jarot.
Hamba mengharap keadilan paduka."
Sultan Agung menghela napas. Biarpun dalam hati ia
tak senang untuk memberi hukuman kepada Jarot,
namun di depan sidang ia tak boleh memperlihatkan
kelemahannya dan harus menunjukkan keadilan. Siapa
yang berdosa, harus dihukum, betapapun besar jasanya
yang telah dicurahkan demi kepentingan Mataram. Kalau
keadilan ini tidak dilaksanakan, maka para pahlawan
yang sudah berjasa tentu dapat melakukan penyelewengan dengan mengandalkan kedudukan dan
jasa mereka. "Karena sudah nyata bahwa Jarot berdosa sebagaimana pengakuannya, aku jatuhi
hukuman cambuk seratus kali dan pengasingan dari kota raja!"
Mendengar keputusan hukuman ini, wajah Amangkurat dan Tumenggung Suryawidura berseri puas,
tapi para senapati yang kagum dan sayang kepada Jarot
menjadi pucat. Ki Ageng Baurekso cepat menyembah
dan berkata, "Maaf, gusti. Hamba merasa penasaran sekali jika
Jarot diberi hukuman seberat itu. Bukan semata-mata
rasa sayang hamba kepadanya yang mendorong hamba
majukan keberatan ini, tapi terutama mengingat akan peri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadilan dan kepentingan Mataram sendiri. Jarot telah
berjasa banyak dalam pertempuran dan biarpun dia telah
berbuat dosa, namun belum tentu perbuatannya itu
semata-mata berdasarkan hati jahat, hamba yaki n bahwa
tentu ada apa-apa yang membuat ia lupa dan mengamuk
demikian rupa hingga tak ingat bahwa yang dilawannya
adalah gusti pangeran sendiri. Mohon paduka jangan
lupa pula bahwa kita masih banyak membutuhkan tenaga
panglima-panglima gagah perkasa seperti dia ini, karena
bukankah rencana paduka masih banyak dan luas"
Tidakkah tenaga seorang pemuda seperti Jarot ini akan
sangat dibutuhkan oleh Mataram kelak" Maka hamba
usulkan sebuah pengampunan untuknya. Jika tidak
mungki n dibatalkan semua hukuman yang dijatuhkan
padanya, hamba mohon supaya hukuman pengasi ngan
dibatalkan, supaya Jarot tetap diperkenankan tinggal di
tempat ini. Adapun jika kelak dia melakukan pelanggaran-pelanggaran lagi, biarlah hamba Baurekso
yang menanggungnya!"
Ki Ageng Baurekso besar sekali pengaruhnya dan
terkenal sebagai seorang senapati yang berjasa besar
dan berwatak jujur dan keras, maka terhadap usul ini
biarpun Tumenggung Suryawidura sendiri maupun
Pangeran Amangkurat, tidak berani mencelanya. Sedangkan Sultan Agung sendiri yang memang tadi
mengeluarkan keputusan hukuman itu hanya karena
ingin memperlihatkan sikap adil, mendengar nasi hat dan
usul senapatinya, mengangguk-angguk dan berkata
dengan suara tetap.
"Mendengar usul dan pendapat paman senapati, maka
hukuman dikurangi menjadi hukuman cambuk seratus
kali. Adakah pendapat lai n di antara kalian?" Tapi tak
seorangpun majukan usul hingga hukuman bagi Jarot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah tetap, yakni dicambuk seratus kali. Sedangkan
keris pusaka Margapati dirampas kembali.
Ki Ageng Baurekso tersenyum puas ketika sidang
dibubarkan dan ia mendekati Jarot. "Gusti Sultan
sungguh bijaksana, bukan" Aku yakin beliau juga
maklum bahwa hukuman seratus kali cambukan itu tiada
artinya bagi kulitmu yang kebal! Bukankah kau memiliki
aji kebal dan tidak dapat terluka oleh senjata tajam" Apa
artinya cambukan pecut kulit bagi kulit tubuhmu atau kulit
tubuhku" Ha-ha-ha!" Ki Ageng Baurekso tertawa
bergelak-gelak sambil mengeluarkan air mata. Tapi Jarot
hanya tersenyum dan tak terbawa gelombang kegembiraan senapati tua itu.
Sementara itu, dua orang petugas yang biasa
menjalankan hukuman yang dijatuhkan kepada seorang
hukuman maju menghampiri dan bersiap hendak
melakukan hukuman cambuk seratus kali kepada Jarot.
Ki Ageng Baurekso berkata kepada mereka sambil
tertawa geli, "Eh, kalian algojo tua! Sebelum mencambuk
punggung Jarot, makanlah dulu kenyang-kenyang! Kalau
tidak, kalian akan kehabisan tenaga. Cambuk yang
keras, sekeras-kerasnya, ha-ha!!" Dan kedua algojo itu
tersenyum, lalu tuntun Jarot dengan sikap hormat ke
alun-alun untuk menjalankan tugas mereka.
Semua senapati berkumpul untuk menyaksikan Jarot
menjalani hukuman. Jarot diikat kedua tangannya ke
atas, dihubungkan dengan sebuah tiang dan tubuhnya
bagian atas telanjang. Kedua algojo sudah memegang
dua batang cemeti, yakni pecut dari kulit kerbau yang
panjang dan kuat. Setelah tanda dibunyikan, maka
pecut-pecut itu berputaran di udara dan sambil
mengeluarkan bunyi nyaring pecut pertama menyabet
punggung Jarot yang telanjang. Para senapati Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang tenang karena mereka yaki n akan kesaktian
Jarot, tapi para rakyat yang melihat dari jauh merasa
ngeri, bahkan terdengar pekik wanita di sana-sini.
Ketika pecut yang menyabet kulit punggung itu
terlepas, maka terdengar seruan kaget dan ngeri di
kalangan senapati dan perajurit. Kulit Jarot yang putih
kuning dan bersih halus itu mengeluarkan darah. Dari
batas leher sampai ke pinggang tampak bekas pecut
memanjang, berwarna merah mengerikan karena darah
mulai mengucur keluar! Ki Ageng Baurekso meloncat dari
tempat duduknya dan berdiri di depan Jarot yang
menggigit bibir menahan sakit.
"Jarot! Kau gila" Kenapa kau terima saja derita ini
tanpa perlawanan" Betul-betulkah kau tidak memiliki
kekebalan?"
Kata-kata ini mengandung ketidakpercayaan dan keheranan.
Namun Jarot hanya tersenyum dan geleng-geleng
kepala. Panglima-panglima lain yang dulu menjadi lawan Jarot
dalam sayembara dan kini telah mendapat pangkat, yaitu
Suro Agul-agul yang telah menjadi tumenggung,
Madurorejo yang telah menjadi adipati, dan Uposonto
menjadi adipati pula, juga berada di situ dan mereka
mendesak kepada Jarot untuk gunakan kesaktian
melawan siksaan hukuman itu. Tapi Jarot hanya berkata
perlahan, "Aku telah berdosa, aku telah banyak
membunuh dengan kejam, hukuman ini cukup ringan,"
Dan berbunyilah cemeti itu berkali-kali, menimpa kulit
punggungnya hingga kini menjadi matang biru dan penuh
darah. Pada pukulan cambuk keseratus kalinya, Jarot
jatuh pingsan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang segera menolongnya dan melepas tali
pengikat lengannya, lalu menggotongnya ke rumah Ki
Galur. Alangkah kagetnya Ki Galur dan penduduk kampung
melihat Jarot digotong pulang dengan mandi darah dan
pucat lemah. Sekarsari melihat keadaa n Jarot sedemikian itu, berlari-lari sambil menangis lalu
menubruk tubuh yang berbaring di atas pikulan bambu
dianyam. "Mas Jarot....." katanya liri h dengan hati hancur luluh.
Ia tak dapat menangis, hanya memandang keadaan
pemuda itu dengan mata terbelalak dan wajah sepucat
mayat, lalu buru-buru ia mendahului masuk pondok dan
menyiapkan balai bambu di mana Jarot direbahkan
orang. Belum juga Jarot sadar dari pingsannya. Menjelang
senja Jarot siuman. Ia bergerak dan merintih lirih.
Punggungnya terasa perih dari sakit, sedangkan seluruh
tubuhnya terasa kaku. Ia buka matanya. Sekarsari
berlutut di dekat pembaringannya sambil memandangnya
sayu, air mata membasahi kedua pipinya.
"Bagaimana, mas.....?"
Jarot tersenyum. Hatinya girang bahwa hukuman itu
telah lewat. Memang sakit dan perih, tapi perasaan dan
hatinya lega karenanya. Dadanya terasa lapang. Ia telah
berlaku salah tapi telah pula menjalani hukuman. Ia
paksa diri bangun dan duduk. Sekarsari cepat-cepat
membantunya. Sentuhan tangan
yang halus itu mengurangi rasa panas yang menjalar di seluruh
tubuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Air mata Sekarsari
mengalir lagi ketika
ia melihat punggung
Jarot, Sambil menahan isak gadis
itu menggunakan jari


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan yang dicelup
minyak dengan ramuan jamu untuk
mengobati luka-luka
di punggung. Jarot
menggigit bibir.
"Bagaimana,
mas" Sakitkah?""
suara Sekarsari penuh iba. Sekali lagi Jarot tersenyum. "Sakit sedikit, tapi
tanganmu lembut dan lunak, mengurangi rasa perih."
Makin deras keluarnya air mata di mata Sekarsari, tapi
isaknya ditahan di dada dan di bibirnya bergerak ke arah
senyum, "Tidak sakitkah punggungmu kujamah?"
"Tidak, Sari, bahkan kini hilang rasa panasnya dan
hampir tak terasa lagi perihnya."
"Kasihan kau, mas Jarot! Jahat sekali gusti Sultan!"
Jarot bergerak cepat dan gunakan tangannya
menutup bibir manis yang sedang cemberut itu. "Ssst...
Jangan berkata demikian, Sari."
"Baik..... baik, aku takkan berkata begitu lagi. Tapi kau
berbaliklah, jangan menghadap ke sini saja. Perlihatkan
punggungmu." Jarot dengan hati gembira memutar
tubuhnya. Ia merasa bahagia dan girang sekali hingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah terlupalah olehnya segala siksa yang dideritanya
tadi. Sekarsari dengan hati-hati sekali dan dengan
sentuhan jari tangan yang mengandung penuh rasa
sayang dan iba, setelah melumuri seluruh punggung
dengan minyak lalu menggunakan daun menutup lukaluka itu. Pada saat itu Ki Galur masuk mengiringkan seorang
hulubalang utusan Sultan Agung. Ternyata utusan itu
membawa sekantung emas dan sebungkus obat luka,
hadiah dari Sultan Agung! Jarot merasa berterima kasih
sekali. Harta pemberian Sultan Agung itu oleh Jarot diberikan
kepada Ki Galur untuk membuat sebuah rumah yang
agak besar dan pantas. Semua ini dilakukan oleh Jarot
untuk menyenangkan hati Sekarsari. Karena mengandung harapan untuk memperisteri gadis itu,
maka Jarot sampai pada waktu itu tak pernah
mengandung niat untuk menyelidiki lebih jauh rahasia
yang menyelubungi diri Sekarsari, karena la khawatir
kalau kalau terbongkar rahasia itu akan menjauhkan
Sekarsari dari padanya!
Senapati Ki Baurekso yang menghargai kejujuran
merasa kagum dan sayang kepada Jarot. Panglima tua
yang tadinya tidak sangat perdulikan keadaan anak
muda itu, kini seringkali memanggil Jarot ke gedungnya
dan kadang-kadang ia sendiri datang berkunjung ke
pondok Jarot untuk bercakap-cakap. Jarot juga menaruh
hormat dan kagum kepada senapati yang gagah berani
itu. Mereka suka sekali bercakap-cakap tentang ilmu
kesaktian dan keperwiraan. Dalam hal ilmu batin dan
ketata negaraan. Jarot diam-diam mengakui keunggulan
senapati itu dan dalam hati mengakui senapati sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guru. Pernah Ki Ageng Baurekso bentangkan tentang
cita-cita dan politik Sultan Agung kepada Jarot.
"Gusti Sultan sangat benci akan kelicikan bala tentara
bule yang siwer matanya. Beliau selalu curiga dan tak
pernah percaya kepada Belanda belanda yang mendatangi Pulau Jawa, sungguhpun mereka itu manis
tutur sapanya dan halus gerak-gayanya. Memang, aku
sendiripun tidak suka kepada orang-orang bule siwer
matanya itu. Mereka bukanlah pedagang-pedagang
biasa. Mereka menghendaki tanah kita yang loh jinawi.
Mereka ini berbahaya!"
Jarot yang masih hijau dalam hal keadaan tanah air,
setelah mendengar ucapan ini serentak timbullah rasa
bencinya kepada orang-orang asi ng yang bermaksud
jahat Itu, "Bagaimana cita-cita gusti Sultan?" tanyanya tertarik.
"Gusti Sultan cukup waspada dan maklum bahwa
Belanda bukanlah lawan yang ringan, bahkan kuat
sekali. Mereka mempunyai senjata-senjata api yang
ampuh dan berbahaya sekali. Senapan-senapan dan
meriam-meriam mereka bukanlah lawan tombak dan
keris kita. Maka untuk melawannya, seluruh rakyat di
Pulau Jawa harus bersatu-padu dan di mana-mana harus
ada gerakan perlawanan terhadap Belanda hingga
kerbau bule itu akan tidak betah tinggal lebi h lama di
pulau kita."
"Tapi, saya mendengar bahwa banyak pula adipati
yang bersahabat baik dengan mereka karena kata orang,
orang-orang putih bermata biru itu memberi banyak
hadiah barang-barang indah," kata Jarot.
Ki Ageng Baurekso menghela napas. "Itulah celakanya! Belanda pandai mengambil hati, pandai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membujuk para adipati dan bupati untuk memberontak
terhadap rajanya, untuk saling pukul. Siasat mereka yang
licik ini sudah diketahui oleh gusti Sultan yang waspada,
maka gusti Sultan telah menetapkan untuk mempersatukan semua adipati dan bupati, dan mulai
tahun ini atau tahun depan, gusti Sultan akan mengirim
bala tentara, menjelajah seluruh pulau dan mempersatukan seluruh kadipaten, memperkuat sekutu
dan mentaklukkan mereka yang membangkang untuk
maksud baik ini. Setelah kita bersatu-padu dan cukup
kuat, barulah kita menyerang dan mengusir kerbaukerbau bule itu!"
Demikianlah, sedikit demi sedikit terbukalah mata
Jarot dan pandangannya akan keadaa n tanah air
menjadi agak terang. Ia berjanji kepada Ki Ageng
Baurekso untuk membantu perjuangan Mataram,
Raden Mas Bahar, putera Tumenggung Suryawidura
yang merasa dendam dan benci kepada Jarot, selalu
masih ingin membalas sakit hatinya. Tapi melihat
kedudukan Jarot demikian kuat ia tak berdaya dan
dendamnya makin mendalam. Namun apakah yang
dapat ia lakukan terhadap Jarot yang gagah itu" Tiada
hentinya ia memutar otak mencari daya muslihat untuk
membalas dendam dan mencelakakan Jarot, atau
sedikitnya menghancurkan kebahagiaannya.
Pada suatu senja, seperti kebiasaannya tiap hari,
Jarot pergi mandi di bengawan. Karena ia telah memilih
dan mendapat tempat yang agak jauh dan sunyi, maka ia
boleh mandi dan berenang sesuka hatinya tanpa
khawatir terganggu oleh kehadiran orang lai n. Sambil
bersenandung gembira ia tanggalkan pakaiannya lalu
terjun ke air yang sejuk dan mengalir perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika ia tengah berenang hilir-mudik dengan hati
senang dan perasaan segar, tiba-tiba ia melihat seorang
wanita berdiri di tebing yang tinggi dan curam di pinggir
bengawan. Jarot terkejut karena melihat sikap wanita itu
mencurigakan sekali. Ia tengah menangis tersedu-sedu
sambil menutup muka dengan kedua tangannya,
kemudian ia bergerak hendak meloncat dan, membuang
diri ke bawah! Jarot kaget sekali, lalu berteriak keras. "Hei! Tunggu
dulu! Hati-hatilah!!"
Mendengar seruan ini wanita itu berpaling dan Jarot
melihat wajah seorang gadis muda yang cantik. Ketika
melihat ada seorang lelaki di situ, gadis itu segera ayun
dirinya, terjun ke dalam air yang menerima tubuhnya
dengan percikan tinggi.
"Celaka!" Jarot berseru dan segera berenang cepat ke
arah di mana tubuh itu jatuh, la sama sekali lupa bahwa
pada saat itu ia sedang bertelanjang bulat! Yang teringat
olehnya di saat itu hanya bahwa ia harus bertindak
secepat mungkin tanpa ragu-ragu lagi karena di depan
ada jiwa terancam maut.
Agaknya memang belum nasibnya gadis itu harus mati
di bengawan. Ketika terjun tadi kainnya mengembung
dan kemasukan hingga ketika tubuhnya tenggelam yang
mengembung itu menariknya kembali ke permukaan air.
Hal ini memudahkan Jarot untuk mendapatkannya. Kalau
saja tubuh itu tenggelam terus akan sukarlah bagi
pemuda itu untuk menolongnya.
Jarot pegang lengan yang sudah lemas itu dan
menarik tubuh itu sambil berenang ke pinggir. Dengan
ringan ia pondong tubuh yang masih hangat dan lemah
itu ke tepi, lalu dengan sekali loncat ia naik ke darat. Baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada saat itu ia teringat dan merasa bahwa ia tak
berpakaian sama sekal!! Dengan malu dan gugup ia
pandang muka gadis yang berada dalam pondongannya.
Tubuh gadis Itu bergerak dan mulutnya mengerang
perlahan. Melihat betapa bulu mata yang lentik itu mulai
bergerak gerak hendak terbuka, tanpa menanti sampai
mata itu terbuka dan melihatnya, Jarot segera turunkan
gadis itu dari pondongan dan meletakkan tubuh itu di
atas rumput kemudian secepat kilat ia lari pergi bagaikan
sedang dikejar setan!
Setelah dengan cepat memakai kembali pakaiannya,
Jarot lari kembali ke tempat gadis itu dan melihat bahwa
ia telah siuman dan tengah duduk dengan wajah bingung
dan memandang kedatangannya dengan mata terbelalak
heran. "Siapa...... siapa kau" Di mana aku berada.....?"
Ketika melihat pemuda itu memandang ke arah
bengawan dengan mulut menahan senyum, gadis itu
berkata liri h, "Oh.... sudah.....Sudah matikah aku.....?"
Jarot menghampiri dan duduk di atas rumput.
"Tidak, nona. Kau tidak mati, belum lagi. Masih hid up
seperti aku."
"Bagaimana" Apa yang terjadi?" Bukankah aku
tadi....." ia pandang wajah Jarot dengan heran, lalu
palingkan muka memandang ke arah bengawan.
. "Memang, kau tadi terjun ke sungai untuk bunuh diri,
tapi sayang terlihat olehku hingga tak mungki n aku diam
saja melihat kenakalanmu itu." Jarot mencoba berjenaka.
Untuk sejenak tampak bayangan kecewa pada wajah
yang cantik itu dan alis matanya yang hitam dan panjang
melengkung di atas mata bintang itu bergerak-gerak;
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian ia menarik napas panjang. "Jadi..... jadi aku
masih hidup" Oh... mengapa kau begitu lancang dan
suka mencampuri urusan orang lain?" dan tiba-tiba saja
dia menangis! Jarot bingung dengan muka bodoh! Ia
memandang ke arah langit yang telah mulai gelap dan ia
biarkan saja gadis itu menangis karena ia tahu bahwa
menangis adalah jalan terbaik bagi seorang wanita untuk
melepas sedihnya. Setelah isak tangis gadis itu mereda,
Jarot bertanya,
"Kalau aku boleh bertanya, siapakah namamu dan di
mana kau tinggal?"
Gadis itu gunakan sepasang mata bintangnya yang
agak merah karena tangis Itu untuk menatap wajah
tampan yang berada tak jauh di depannya.
"Saya Maduraras dari kampung Duku."
"Mengapa kau yang masih begini muda belia
mengambil keputusan nekat dan terjun ke dalam
sungai?" Tiba-tiba wajah yang cantik itu menjadi merah dan
cepat-cepat Maduraras menundukkan muka, tapi Jarot
masih sempat melihat betapa sepasang mata itu kembali
mengeluarkan air mata. Gadis itu menahan isak,
tubuhnya bergoyang-goyang dan tak dapat berkata-kata.
"Nona, tahanlah tangismu dan ceritakan padaku
segala kesusahanmu. Segala macam kesulitan di dunia
ini pasti dapat diatasi. Tiada persoalan yang tak dapat
dipecahkan asalkan orang mau berikhtiar. Dan percayalah, aku takkan berlaku setengah-setengah


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam segala usahaku. Aku telah melepaskanmu dari
cengkeraman maut di tengah bengawan, maka tentu aku
akan melanjutkan usahaku membantu kau dan akan
kucoba melepaskan kau dari segala kesulitanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Raden, siapakah kau yang begitu baik hati dan sudi
memperdulikan nasib gadis sengsara seperti aku ini?"
"Namaku Jarot, nona."
"Oh.....!" Gadis itu memandangnya dengan mata
terbelalak heran. "Jadi raden ini adalah pahlawan gagah
berani yang terkenal itu?"
"Ah, itu hanya omong kosong saja. Aku bukan
pahlawan, hanya orang biasa. Nah, sekarang ceritakanlah padaku mengapa kau tadi hendak membunuh diri."
Wajah gadis yang tadinya keruh dan sedih itu setelah
mendengar bahwa pemuda yang menolongnya itu
adalah Jarot, kini menjadi berseri-seri dan matanya yang
indah bercahaya penuh harapan. Wajah yang memang
cantik itu menjadi tambah jelita hingga diam-diam Jarot
menjadi kagum memandangnya. Alangkah halus dan
bersih kulit muka itu. Alangkah indah bentuk alisnya yang
hitam panjang, sepasang mata yang bersinar bagaikan
bintang pagi dengan bulu mata lentik panjang. Alangkah
manis hid ung yang bangir kecil dan bibir yang merah
berbentuk gendewa terpentang itu. Potongan tubuhnya
indah menarik, lebi h nyata bentuknya yang menarik
dengan lekuk lengkung yang menggairahkan karena
pakaiannya basah.
"Raden Jarot! Setelah bertemu dengan kau, maka
besarlah harapanku. Hanya kaulah agaknya yang dapat
menolongku! Ibuku telah meninggal ketika aku masih
kecil dan ayah kawin lagi dengan seorang janda. Ibu
tiriku ini kejam sekali hingga semenjak ayah kawin,
hidupku penuh derita dan sengsara, namun selama a yah
masih ada, setidak-tidaknya aku masih terlindung.
Celaka bagiku, beberapa bulan yang lalu ayah meninggal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula hingga nasib hidupku tergenggam dalam tangan ibu
tiriku. Dan.... akhirnya hal yang paling kutakuti terjadilah.
Aku..... dijual kepada Pak Demang Batuluwih,...."
"Dijual.....?"" Jarot bertanya heran.
"Maksudku.... akan diserahkan sebagai selir yang
entah keberapa belas, tapi karena hal ini semata-mata
terjadi karena ibu tiriku menerima sejumlah uang,
bukankah diriku sama saja dengan dijual?"
Jarot mengangguk-angguk dan diam-diam ia merasa
heran dan kagum akan keberanian dan kenekatan gadis
yang berani memberontak kepada kehendak ibu tirinya.
"Lalu apa yang terjadi?" tanyanya.
"Aku mengambil keputusan lebih baik mati daripada
diselir pak demang tua bangka yang lebih pantas
menjadi kakekku itu. Maka malam tadi aku melarikan diri.
Aku terlunta-lunta, tiada kawan tiada keluarga, tiada
orang mau menolong hingga aku tiba di sini dan karena
putus asa aku hendak membunuh diri.,.."
Jarot mengangguk-angguk lagi, lalu berkata gemas,
"Biar kuhajar pak demang yang hendak memaksa anak
gadis orang itu!"
"Jangan, raden. Apa gunanya" Kalau aku kembali ke
rumah ib u tiriku, pasti aku akan mengalami banyak siksa.
Aku tidak sudi kembali ke sana, lebih baik mati, raden!"
Jarot merasa bingung dan tak tabu apa yang harus
dikerjakan untuk menolong gadis yang buruk nasib ini.
"Habis, bagaimana baiknya" Bagaimana aku harus
menolongmu?"
"Raden Jarot. Kalau kau sudi, kalau kau kasi han
kepadaku, kalau kau memang berhati mulia dan gagah
sebagaimana kudengar disohorkan orang, bawalah aku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raden. Aku hendak suwita kepadamu, aku lebih rela
menjadi bujangmu, menjadi pelayanmu. menjadi pesuruhmu, rela kaujadikan apa saja asal aku jangan
dipulangkan ke rumah Ibu tiriku..." Dan Maduraras
menangis lagi dengan sedih.
Jarot duduk bi ngung dengan wajah bodoh dan
bingung. Kemudian ia geleng-geleng kepala dengan
keras dan berkata, "Tidak bisa.... tidak mungki n.... tak
bisa jadi!!" Jawabannya demikian keras, cepat dan kaku
hingga Maduraras memandangnya dengan kaget dan
khawatir. *Jadi kau tidak sudi, raden" Ah nasib.,, memang kau
benar,,., apa perlunya menolong seorang gadis hina-di na
seperti aku ini...." Biarlah.... biarlah aku mati saja..."
Dan Maduraras bangun berdiri dan lari ke arah tebing
lagi! Jarot dengan sekali loncat menangkap lengannya
dan menariknya kembali duduk di atas rumput.
"Jangan kau putus asa dulu, nona" katanya bingung.
"Jadi, maukah kau menerima aku raden Jarot, jangan
kau khawatir, aku pandai masak, pandai mencuci, rajin
bekerja dan aku pandai memijit urat-uratmu kalau kau
lelah, aku pandai bernyanyi
dan menari untuk
menghiburmu kalau kau bersedih, sedangkan aku tak
mengharap upah apa-apa...... hanya asal mendapat
makan saja.... dan makanku....... makanku tidak banyak,
raden....."
Mendengar kata-kata terakhir ini mau tak mau Jarot
tertawa bergelak hingga sekali lagi Maduraras memandangnya heran.
"Ah, jangan kau anggap aku begitu kikir hingga
penolakanku akan suwitamu adalah karena takut kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makan terlalu banyak! Tidak demikian, Maduraras, tapi
ketahuilah, aku sendiri masih mondok di rumah orang
lain. Sedangkan aku adalah seorang pemuda yang
belum berumah tangga, seorang jejaka yang hid up
sebatang kara, maka kalau aku terima suwitamu, apakah
akan kata orang nanti?" Aku menolak suwitamu bukan
karena aku tidak suka menolongmu, tapi karena hal ini
memang tak mungkin kuterima."
Maduraras tunduk dengan muka muram. "Tapi, bukan
hal yang aneh kalau seorang muda seperti raden ini
mengambil seorang dua orang selir sebelum kawin....."
"Aku....." Mengambil selir.....?"" Jarot mengulangi
dengan mata terpentang lebar.
"Apa salahnya, raden" Gusti pangeran sendiripun
telah mempunyai belasan orang selir sungguhpun beliau
belum kawin...."
*Ah, gusti pangeran lain lagi halnya..."
"Barangkali aku terlampau buruk hingga ka u tidak sudi
menerimaku, raden..."
"Bukan..... bukan begitu, Maduraras. Kau cukup
cantik bahkan sangat cantik..."
"Habis, mengapa kau tetap saja menolak?"
"Belum waktunya bagiku, Maduraras. Sekarang
baiknya begini, adakah kau mempunyai keluarga atau
kenalan yang kiranya bisa kaumintai tolong, dan yang
suka menerimamu tinggal di pondoknya" Kalau ada,
akulah yang akan memintakannya, dan berapa saja ia
minta akan kubayar."
Setelah tunduk dan geleng-gelengkan kepala sambil
berkali-kali menghela napas akhirnya Maduraras Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis lagi. Tubuhnya mulai menggigil dan cuaca
makin gelap. Melihat keadaan gadis itu, Jarot maklum betapa gadis
itu menderita karena kedingi nan. Dapat ia bayangkan
betapa dinginnya dalam pakaian yang basah kuyup itu.
Tiba-tiba ia mengambil keputusan. "Berdirilah,
Maduraras, dan marilah kau ikut aku!" Gadis itu serentak
bangun berdiri dan mengulurkan kedua lengan kepada
Jarot sambil berkata lirih.
"Den-mas Jarot,..,. terima kasih,, terima kasih,...,"
Gadis itu sungguh cantik jelita dan keadaa nnya
demikian mengharukan hingga Jarot seakan-akan
terpesona dan kedua kakinya tak terasa lagi bertindak
maju. Ketika gadis cantik itu maju menubruknya Jarot
terima tubuh hangat itu dalam pelukan dan merangkul
dengan terharu. Beberapa lama mereka diam dalam
keadaan saling peluk, tak bergerak bagaikan patung.
Kemudian setelah rasa haru agak reda menguasai
kalbunya, Jarot lepaskan pelukannya dan berkata
perlahan, "Marilah kita pergi, pakaianmu basah semua,
kau bisa terserang penyakit."
"Kangmas Jarot, kita.....ke mana?" Jarot berdebar
mendengar sebutan mesra ini.
"Akan kucoba minta tolong kepada Mbok Rondo
Gendi ngan. Ia seorang janda yang baik hati dan hanya
mempunyai seorang anak perempuan bernama Sulastri.
lapun seorang gadis yang baik. Kau tentu suka tinggal di
sana." "Tapi..... kau sendiri?"
"Aku tinggal di rumah Ki Galur."
"Jauhkah dari rumah mbok rondo itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dekat saja. Masih sekampung."
Terdengar Maduraras menarik napas lega. "Kau tentu
akan sering datang menengokku ya, kangmas?"
Suaranya terdengar mesra dan manja, dan kembali dada
Jarot berdebar, la hanya mengangguk dan percepat
langkahnya sambil menggandeng tangan Maduraras
yang hangat dan halus.
Bukan main herannya Mbok Rondo Gendi ngan dan
Sulastri ketika mereka membuka pintu dan melihat Jarot
datang dengan seorang gadis cantik yang berpakaian
basah dan rambut basah kusut tak karuan. Tapi setelah
dengan singkat Jarot menceritakan keadaan Maduraras,
Mbok Rondo dan Sulastri segera memeluk gadis itu,
bahkan ketika gadis itu menangis, Sulastri Juga ikut
menangis. Tentu saja mereka suka menerima Maduraras
dengan suka hati hingga Jarot merasa terhibur dan
lapanglah dadanya melihat persoalan ruwet itu akhirnya
dapat terpecah dengan baik.
Ketika ia hendak tinggalkan mereka, Maduraras
berkata padanya dengan suara yang halus merdu penuh
perasaan, "Kang mas Jarot, jangan lupa untuk sering
datang menjenguk ke sini."
Melihat pandang mata Sulastri berkilat menggoda,
Jarot hanya mengangguk kepada Maduraras dan segera
bertindak pergi cepat-cepat tanpa menengok lagi!
Sekarsari telah menanti-nanti dengan tidak sabar.
Gadis itu telah siap dengan makan malam untuk Jarot.
Ketika Jarot memasuki pintu Sekarsari biarpun ingin
sekali bertanya, namun ditahannya perasaannya itu dan
hanya melempar senyum lalu cepat pergi ke dapur
menghangatkan sayur. Sebentar lagi keluarlah dia dan
mengatur makanan di atas tikar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Makanlah, mas Jarot."
"Mana paman" Kita makan bersama," jawab Jarot.
"Ayah pergi ke rumah kawannya dan tadi sudah
makan lebi h dulu karena terlalu lama menunggu-nunggu
kau." " Memang Jarot menghendaki agar Ki Galur tidak
berlaku sungkan kepada nya dan menganggap ia seperti
anak kemenakan sendiri. Maka tidak heran bila orang tua
itu berani mendahului makan.
"Kau tidak makan, Sari?" Sekarsari menggeleng
kepala dengan senyum, lalu berkata,"Lupakah kau ini
hari apa, mas Jarot?" Pemuda itu mengingat-ingat dan
tahulah dia bahwa hari itu jatuh hari pasaran ketiga dan
pada tiap hari ketiga dan kelima, Sekarsari selalu
berpuasa sehari semalam penuh. Maka iapun tertawa.
"Mas Jarot, mengapa kau agak terlambat tadi"
Kemanakah kau pergi setelah mandi, mas?" pertanyaan
ini wajar dan tidak mengandung penyesalan sedikitpun.
"Aku telah menolong seorang yang hampir mati
tenggelam, Sari,"
Sekarsari terkejut dan ngeri,"Adu kasihan, siapakah
dia, mas" Laki-laki atau perempuan?"
"Seorang gadis, Sari, seorang gadis dari kampung
Duku." "Ah, kasihan sekali. Kenapa ia sampai hampir


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenggelam, mas" Mandikah dia" Atau sedang mencuci
pakaian?" "Tidak, Sari. Ia memang sengaja terjun dari tebing,
sengaja hendak bunuh diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarsari hampir menjerit dan menggunakan tangan
menutup mulut. Matanya terbelalak memandang Jarot
dengan ngeri. "B unuh diri" Kenapa, mas" Kenapa?"
Maka sekali lagi dengan singkat Jarot menceritakan
riwayat Maduraras yang ditolongnya. Sekarsari mendengarkan dengan penuh perhatian dan sementara
itu hatinya merasa tidak enak. Entah mengapa, tapi
pikirannya menjadi kacau dan bimbang, kasihan,
bangga, curiga dan cemburu mengaduk-aduk perasaan
dan hatinya. Setelah Jarot habis bercerita, maka bertanyalah
Sekarsari, "Jadi Maduraras sekarang mondok di rumah Sulastri?"
Jarot mengangguk. Sunyi sejenak, kemudian Sekarsari
bertanya tiba-tiba,
"Cantikkah ia, mas?"
Mendengar pertanyaan tiba-tiba dan tak tersangkasangka itu, Jarot agak gelagapan. "Cantik" Siapa, Sari?"
"Siapa lagi" Itu, lho, Maduraras! Cantikkah dia, mas?"
Jarot yang masih belum sadar akan perasaan gadis
itu, mengangguk membenarkan. "Dia memang cantik,
Sari." Sunyi lagi sejenak.
"Kasihan betul nasibnya, ya, mas?"
Kembali Jarot mengangguk. "Memang kasihan. Sari."
"Dia tentu lebih cantik daripada aku, ya. mas?"
Kini Jarot dapat menangkap nada suara Sekarsari dan
ia menengok. Ketika pandang mata mereka bertemu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot terkejut sekali melihat betapa mata Sekarsari
berkaca-kaca dan hampir meneteskan air mata!
"Sari..... kau kenapa, Sari...?" Pertanyaan ini bagaikan
mendorong keluar air mata dari mata Sekarsari. Gadis itu
serentak bangun berdiri dan lari ke kamarnya!
Untuk kesekian kalinya semenjak pertemuannya
dengan Maduraras, Jarot dibikin heran oleh wanita dan ia
duduk bengong dengan muka bodoh, lebih bodoh
daripada ketika dia menghadapi Maduraras tadi! Ia tak
mengerti akan sikap Sekarsari. Maka ia lalu rebahkan diri
telentang di atas balai-balai, sepasang matanya
memandang langit-langit dan pikirannya melayanglayang jauh meninggalkan raganya.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali setelah
mandi, Sekarsari tidak membuang waktu lagi, segera
mengunjungi Sulastri untuk melihat sendiri Maduraras,
gadis yang bernasib buruk. Ketika dilihatnya bahwa
benar-benar Maduraras adalah seorang gadis yang
cantik jelita, hatinya makin cemburu dan khawatir. Tapi ia
tak dapat membenci gadis itu yang menerimanya dengan
ramah-tamah dan yang sebentar saja dapat memikat hati
gadis-gadis lain dan menjadi kawan baik.
Mbok Rondo Gendi ngan yang berwatak peramah dan
baik hati, menerima Maduraras dengan hati terbuka.
Janda yang berkeadaan serba cukup dan punya sawah
beberapa patok itu tidak mau menerima uang kerugian
dari Jarot, bahkan ia menjawab tak senang.
"Gus Jarot mengapa demikian sungkan" Kau telah
begitu baik untuk menolong seorang gadis yang sama
sekali tidak kau kenal sebelumnya apa kau kira aku
demikian kejam untuk menolak gadis yang demikian
buruk nasibnya itu" Jasa baik jangan kau borong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri!" Jarot tak dapat membantah apa-apa hanya
menyatakan terima kasihnya.
Maduraras ternyata seorang gadis lincah dan pandai
bergaul hingga sebentar saja semua orang kenal
padanya sebagai anak angkat Mbok Rondo Gendingan.
Sulastri juga merasa suka dan bangga mempunyai
seorang saudara yang selain cantik, juga pandai dalam
seni tari dan seni suara, juga ahli dalam pekerjaan
kerajinan tangan. Dengan cepat Maduraras dapat
menyenangkan hati Sekarsari dan segera mereka
menjadi kawan baik. Hampir setiap hari Maduraras
berkunjung ke rumah Sekarsari. Sikapnya kepada Jarot
makin mesra dan secara terang-terangan ia perlihatkan
perasaan hatinya kepada pemuda itu.
Tentu saja sikap ini membuat Jarot merasa bingung
dan likat, sedangkah diam-diam Sekarsari merasa sakit
hati. Jarot dapat pula meraba dan memaklumi perasaan
yang terkandung dalam dada Sekarsari, maka sedapat
mungki n ia berusaha menjauhkan diri dari Maduraras
yang seakan-akan mengejar-ngejarnya itu.
Beberapa hari kemudian, Jarot berjalan perlahan
sambil tuntun kendali Nagapertala. Telah beberapa hari
kudanya itu gelisah saja, meringkik-ringkik dalam
kandang dan tak suka makan. Sekarsari sengaja mencari
rumput hijau yang gemuk segar dari seberang
bengawan, namun tetap Nagapertala hanya menciumciumnya saja tapi tak mau memakannya.
"Barangkali dia sakit, mas!" kata Sekarsari cemas.
Tapi Jarot tidak melihat tanda-tanda sakit pada tubuh
kuda itu. "Mungkin dia kesal karena terlalu menganggur di
kandang saja. Biarlah besok akan kucoba dia berlari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja, ketika Jarot meloncat ke atas punggungnya, kuda itu meringkik gembira dan lari ke
depan dengan liarnya. Jarot belokkan kuda itu ke arah
hutan dan Nagapertala dengan cepat sekali lari sekuat
tenaga. Keempat kakinya seakan-akan tak menginjak
tanah dan bulu surinya berkibar tertiup angin.
Kegembiraan Nagapertala itu mempengaruhi Jarot
hingga ia pun menjadi gembira dan lupa pulang.
Demikianlah, Jarot dan Nagapertala berlomba melawan
angin. Setelah cuaca mulai gelap, barulah mereka
menuju pulang. Kini berubahlah watak kuda itu, tidak
gelisah dan lesu lagi. Ketika mereka sudah mendekati
kampung, Jarot membiarkan Nagapertala berjalan
congklang. Tiba-tiba kuda itu menahan kaki depannya dan
mengeluarkan ringkik perlahan.
Jarot memperhatikan keadaan sekitarnya dan tampaklah olehnya bayangan seorang wanita duduk di
atas gelengan sawah sambil menutupi mukanya dengan
tangan, menangis. Alangkah herannya ketika la melihat
bahwa wanita itu bukan lain ialah Maduraras! Ia cepat
turun dari punggung Nagapertala dan menghampiri gadis
itu, membiarkan Nagapertala terlepas dan makan rumput
di pinggir sawah. .
"Maduraras, mengapa kau berada seorang diri dan
menangis di sini?"
Maduraras tampak terkejut mendengar suara ini.
Ketika ia angkat muka memandang dan melihat bahwa
yang bertanya itu adalah Jarot, ia tutup mukanya lagi dan
tangisnya maki n menjadi.
Jarot ikut duduk di atas gelengan. "Maduraras, kau
kenapakah" Siapa yang telah mengganggumu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maduraras hanya geleng-geleng kepala, tapi tak
menjawab. "Bilanglah terus terang. Kenapa kau menangis?" Jarot
mendesak. "Aku..... aku..... ah, biarlah, memang nasibku yang
malang....."
"Apa maksudmu" Hayo kita pulang saja, mbok rondo
tentu mencarimu."
"Aku tidak mau kembali, aku...... aku malu.,,."
Jarot makin penasaran dan ingin tahu. "Kau
mengapaka h" Apa yang telah terjadi?"
Tiba-tiba Maduraras angkat mukanya yang cantik dan
pandang wajah Jarot dengan mesra. "Kangmas Jarot....
kau.... kau kasihankah padaku?"
Jarot mengangguk. "Kau tahu betapa aku kasi han
padamu." "Dan.... dan kau.... ci ntakah kau padaku?" Pertanyaan
ini membuat Jarot merasa mukanya panas dingi n. Ia tak
berani bergerak untuk beberapa lama, pikirannya
bingung. Kemudian ia tetapkan hatinya dan menjawab
juga. "Jangan kautanyakan tentang cinta, Maduraras. Aku....
kasihan dan suka padamu, tapi tentang cinta.....ah, aku
tak dapat mencintaimu, Maduraras."
Maduraras palingkan muka seakan-akan hindarkan
sebuah pukulan. "Kalau begitu... dia berkata benar...."
"Dia siapa?"
"Sekarsari..... dia..... pagi tadi telah cekcok dengan
aku....." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang kalian ributkan?"
"Tentang..... tentang kau!"
Jarot merasa mukanya panas. "Apa" Tentang aku?"
"Kami bertemu di bengawan dan,... Sulastri menyindir
dan menggodaku tentang hubunganku dengan kau....
dan mengatakan bahwa.... kau dan aku saling mencinta.
Sekarsari yang mendengar godaan Sulastri itu hanya
tampak marah tapi diam saja. Aku coba menghiburnya
dengan berkata bahwa Sulastri menyangka salah, bahwa
sebenarnya Sekarsarilah yang menjadi sasaran godaan
itu. Tapi Sekarsari bahkan menjadi marah. Ia berkata
persetan dengan engkau dan ia tidak perduli sedikitpun
juga dengan siapa kau bercinta dan ia katakan aku.....
aku memikatmu, ia katakan aku tak bermalu, katanya aku
gadis terlantar tak tahu diri, ia tuduh aku datang
membuat kacau dan susah orang lain saja Aku menjadi
marah dan..... dan hampir berkelahi...."
Jarot bangun dan berdiri diam bagaikan patung. Ia
bingung dan menyesal. Mengapa Sekarsari sebodoh itu"
Tidak percayakah gadis itu padanya" Maka teringatlah
olehnya bahwa selama itu belum pernah ia menyatakan
cintanya kepada Sekarsari! Tiba-tiba sentuhan tangan
halus pada lengannya menyadarkannya. "Mas Jarot.
benar-benarkan kau begitu kejam" Benarkah kau tidak
mau terima persembahan hatiku" Mas.... aku akan cukup
berbahagia untuk menjadi.... selirmu. Kau kawinlah
dengan Sekarsari kalau itu yang kaukehendaki. Aku....
aku.... asalkan aku boleh ikut padamu, mas. Biar aku
menjadi pelayan Sekarsaripun akan kujalani, asal kau
mau membalas kasi hku..,." Jarot berkata liri h penuh
haru,"Maduraras, kau adalah seorang gadis yang cantik
jelita. Banyaklah kiranya satria gagah dan tampan yang
akan berbahagia untuk menyunting bunga seindah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini. Jangan kaucurahkan perhatia nmu padaku. Aku.... aku
miskin tak berharga, dan.... terus terang saja aku hanya
bisa mencinta seorang gadis di dunia ini, Maduraras."
"Sekarsari?"
Jarot mengangguk dan tiba-tiba Maduraras lepaskan
pegangannya pada lengan Jarot seakan-akan lengan itu
panas membara. "Kau... kau kejam" Kalau begitu, mengapa kau tolong
aku dulu" Untuk apa aku tinggal di sini menerima
hinaan" Biarlah, biarlah aku pergi saja!"
Lalu dengan tak tersangka-sangka, gadis jelita itu
dengan sigap dan cekatan meloncat ke atas punggung
Nagapertala! Jarot berdiri kesima melihat gerakan terlatih
itu, sungguh tak disangka bahwa gadis itu demikian gesit.
Maduraras dengan gemas dan marah menarik kendali
dengan sentakan keras hingga Nagapertala yang merasa
asing dengan perlakuan kasar ini timbul sifat liarnya. Ia
angkat kedua kaki depan, meringkik-ringkik dan
menggoyang-goyangkan
punggungnya hingga tak mungki n bagi gadis itu untuk bertahan lebih lama!
Maduraras terlempar dari punggung kuda itu dan
menjerit. Untung baginya, Jarot berlaku cepat dan dapat
menyambar tubuh yang terlempar itu, tapi tidak urung
kaki gadis itu masi h membentur batu hingga berdarah.
"Sabar, Maduraras. Engkau hendak kemana?"
"Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!!"' gadis itu
menjerit-jerit dan meronta-ronta, Jarot lepaskan tangannya dan Maduraras lari pergi! Tapi baru saja maju
beberapa tindak, ia mengaduh dan roboh terguling. Jarot
cepat memburu. "Kenapa, Maduraras.... kau kenapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aduh..... kakiku....." gadis itu merintih.
Jarot merasa betapa akan sia-sianya berundi ng
dengan gadis yang sedang nekat dan panas hati itu.
maka tanpa banyak cakap lagi ia pondong tubuh itu dan
naikkan ke atas punggung Nagapertala. Kemudian ia
sendiri lalu meloncat dan duduk di belakang gadis itu.
Maduraras hanya meramkan mata dan air mata
membasahi kedua pipinya. Dengan perlahan Nagapertala berjalan menuju kampung mereka.
Sementara itu Sekarsari duduk melamun seorang diri
di kebun belakang rumahnya. Ia heran mengapa Jarot
belum juga pulang. Hatinya makin tak senang, wajahnya
makin keruh. Ia masih merasa marah semenjak
pertemuannya dengan Maduraras pagi tadi.
Tadi, pagi-pagi sekali ia telah pergi ke bengawan
untuk mencuci pakaian dan mandi seperti biasa. Kawankawannya belum datang dan kesunyia n di situ membuat
ia duduk melamun, mendengarkah bunyi riak air dan
kicau burung. Hatinya diliputi kesedihan dan keraguan. Ia
tahu bahwa ada terjadi sesuatu pada diri Jarot semenjak
Maduraras datang ke kampungnya. Mula-mula ia merasa
marah, kecewa dan cemburu. Ingi n ia dapat membenci
Jarot. Ingi n ia dapat mengajak Maduraras berkelahi! Tapi
cintanya yang selalu terpendam terhadap pemuda itu
terlampau besar
hingga tak mungki n ia dapat
membencinya. Sedangkan untuk marah dan mengajak
berkelahi Maduraras, ah, gadis itu terlampau baik dan
ramah-tamah. Maka ia hanya dapat menyiksa hati sendiri
dengan pikiran yang bukan-bukan karena cemburu.
Ketika ia sedang melamun, datanglah Sulastri dan
Maduraras. Memang gadis yatim-piatu ini seringkali
membantu Sulastri mencuci pakaian. Maka mereka
bertiga lalu mulai mencuci. Maduraras tampak gembira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali dan dengan suaranya yang merdu gadis itu
menembang lagu Sinom Parijoto. Kata-kata dalam
tembang itu menceritakan kerinduan seorang gadis
kepada kekasihnya. Setelah Maduraras selesai menembang. Sulastri menggodanya dengan tertawa.
"Aah, kalau mas Jarot sedang berjalan kaki tentu akan
tersandung-sandung dan kalau ia sedang makan tentu
akan keseduan!" Mendengar nama Jarot disebut-sebut,
Sekarsari yang sedang berhati murung itu bertanya
sambil lalu, "Mengapa?"
"Tentu saja, karena barusan Maduraras merindukannya dalam tembang Sinom. Siapa lagi yang
dirindukan oleh Maduraras selain Jarot?"" Sulastri
tertawa dan Maduraras segera gunakan kedua tangannya menyiram muka gadis yang menggodanya itu
dengan air. Sekarsari makin tak senang dan di dalam hati
ia merasa panas dan mendongkol yang bukan-bukan!
Maduraras dengan wajah merah tudi ngkan telunjuknya
kepada Sulastri,
"Mengobrol" Kau hendak menyangkal" Tak tahukah
aku betapa tiap malam kau bermimpi dan dalam
mimpimu kau bertemu dengan mas Jarot?"
"Ah, bohong.....! Mana kau bisa tahu akan mimpi
orang lain!"
"Mengapa tidak tahu" Dalam mimpi kau selalu
mengigau dan menyebut-nyebut nama mas Jarot!"
Maduraras tundukkan kepala dengan wajah merah,
dan matanya yang jeli dan tajam itu mengerling ke arah
Sekarsari, lalu berkata, "Lastri, jangan kau terlalu
menggodaku dengan kangmas Jarot, Sekarsari bisa
marah....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebutan "kangmas" yang diucapkan dengan gaya
mesra itu menambah besar nyala api kemarahan dalam
hati Sekarsari. Ia berhenti mencuci dan sambil bertolak
pinggang ia menghadapi Maduraras dan berkata angkuh,
"Tutup mulutmu! Kenapa kau bawa-bawa aku dalam
percakapanmu yang rendah tak tahu malu itu" Memang
mas Jarot itu apaku maka aku harus marah" Aku
bukanlah wanita serendah engkau, mudah saja
mengaku-aku seorang laki-laki sebagai kekasihnya!"
Senyum kesukaan menghias mulut Maduraras ketika
ia melihat kemarahan Sekarsari. Jawabnya, "Eh-eh, Sari,
kenapa kau marah" Aku tidak mengaku-aku. Aku
memang cinta kepada kangmas Jarot, tapi belum tentu ia
mencintaku sungguhpun dari sikapnya aku tak ragu-ragu
lagi. Tapi, boleh jadi dia mencintamu, karena bukankah
kau serumah dengan ia?"
"Perempuan rendah! Perempuan terlantar yang hanya
mengacau kebahagiaan orang! Kau anggap aku orang
macam apa" Jangan kau berani singgung singgung
namaku lagi dalam percakapan gila dan tak tahu malu
ini!" Maduraras pun timbul napsu marahnya. Ia turunkan
cuciannya dan memandang lawannya dengan mata
bernyala. "Eh-eh, Sari. Mengapa kau memaki orang" Kau ini
siapakah maka mau menghina orang seenaknya dan
mau menang sendiri saja?" tegurnya.
Sekarsari makin marah. "Kau mau tahu aku siapa"
Majulah! Kalau sudah kurobek mulutmu baru kau tahu
aku siapa!" Dan dengan sikap mengancam Sekarsari
maju hendak menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri cepat memisah mereka. "Sudahlah, sudahlah,
Sari, maafkan Maduraras kalau kau anggap dia
menggodamu. Kenapa kau sekarang mudah sekali
marah, Sari, Ada apakah" Sakitkah kau?" pertanyaan ini
diucapkan oleh Sulastri dengan halus sambil pegang
pundak gadis yang sedang marah itu hingga lenyaplah
kemarahan dari hati Sekarsari, terganti oleh rasa
sengsara hati. Sekarsari tutup muka dengan kedua
tangan lalu menangis sedih.
"Sari, maafkan aku..... aku berdosa padamu...."
Maduraras berkata lirih sambil peluk Sekarsari, lalu ia
naik ke atas tebing dan lari meninggalkan tempat itu,
membuat Sulastri heran sekali, karena ia sama sekali
tidak mengerti akan sikap ini.
Sehari itu Sekarsari tak dapat bekerja seperti biasa.
Hatinya terlalu sakit dan pikirannya terlalu bingung.
Mengapa ia harus marah kepada Maduraras dan seakanakan mengukuhi Jarot sebagai hak miliknya" Berhak
apakah ia atas diri pemuda itu" Cintakah Jarot padanya"
Belum pernah pemuda itu menyatakan cinta padanya
dengan kata-kata, walaupun sikap dan perhatian Jarot
terhadapnya tak meragukan lagi.
Tiba-tiba Sekarsari tersadar dari lamunan ketika
mendengar ri ngkik kuda dari jauh. Itu ringkik Nagapertala
tak salah lagi! Maka berlari-larilah ia ke arah bunyi itu
datang. Tapi setelah bunyi kaki kuda terdengar dekat, ia
merasa malu untuk menyambut kedatangan Jarot
sedemikian rupa. Bagaimana kalau sampai terlihat oleh
Maduraras atau Sulastri" Alangkah akan malunya dia!
Pikiran ini mendorongnya untuk menyelinap ke dalam
kegelapan bayang-bayang pohon. Matanya tajam
memandang bayangan orang dan kuda yang makin
mendekat. Hampir saja ia perdengarkan seruan terkejut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika kuda itu lewat perlahan, tak salahkah penglihatannya" Tak mungkin! Jelas tampak olehnya
Maduraras duduk di depan Jarot dan gadis itu sandarkan
kepalanya di dada Jarot. Biarpun cuaca sudah mulai
gelap, namun masih tampak olehnya betapa Maduraras
menangis perlahan dan betapa muram tampak wajah
Jarot! Sekarsari tak merasa lagi detak jantungnya yang
seakan-akan berhenti. Dadanya menjadi panas seakanakan hendak meledak. Pipinya terasa terbakar dan
kepala pening. Cepat-cepat ia berpegang pada dahan
yang tergantung rendah untuk mencegah tubuhnya yang
limbung dan akan roboh itu. Jiwanya menjerit, hatinya
hancur. Setelah dapat kumpulkan kekuatannya kembali,
perlahan-lahan ia berjalan terseok-seok kembali ke
pondoknya. Tapi Sekarsari adalah seorang gadis yang berhati kuat
dan pada dasarnya ia berwatak angkuh dan tinggi hati.
Biarpun merasa sengsara dan sangat bersedih, tak sudi
ia memperlihatkan sikap lemah dan ia mengambil
keputusan untuk tidak memperlihatkan kehancuran
hatinya kepada Jarot. Sebelum masuk pondok, ia pergi
ke belakang rumah dan mencuci mukanya dari bekas air
mata dengan air persediaan di gentong. Kemudian ia
masuk rumah, dan menyiapkan hidangan malam untuk
ayahnya dan Jarot seperti biasa.
KI Galur yang cukup mengenal watak dan keadaa n
gadisnya, maklum bahwa tentu terjadi sesuatu yang luar
biasa pada diri Sekarsari.
(Oo-dwkz-hend-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 4 BELUM pernah ia melihat Sekarsari berwajah seperti
itu, muram dan di ngin. Ia tahu akan perasaan hati
Sekarsari terhadap Jarot, bahkan ia merasa bersyukur
kalau anak gadisnya dapat menjadi isteri Jarot, pemuda
yang ia kagumi itu. Tentu kemuram-durjaan itu ada
hubungannya dengan Jarot, pikir Ki Galur. Dipanggilnyalah anaknya mendekat dan mereka duduk di
atas sebuah bale-bale.
"Sari, kulihat kau mempunyai ganjelan hati. Apakah
yang kausedihkan, nak?"
Sekarsari menggigit bibirnya dan sambil menunduk ia
menggeleng kepala. Kemudian, bibirnya bergerak
perlahan dan berkata liri h, "Tidak apa-apa, ayah."
Ki Galur memandang wajah yang menunduk itu
dengan penuh perhatian dan kasi h sayang, lalu berkata
perlahan, suaranya penuh kesabaran,"Sari, aku sudah
tua, nak. Harapanku satu-satunya hanya ingin melihat
kau berbahagia dan kalau mungki n..... sebelum aku mati,
aku ingin sekali melihat kau..... kau duduk di samping gus
Jarot sebagai isterinya."
Sekarsari mengangkat muka dan memandang wajah
ayahnya dengan terharu, ia tahan-tahan hatinya, tapi
kemudian bagaikan ada yang mendorongnya dari
belakang ia menubruk ayahnya dan menjatuhkan kepala
di atas pangkuan Ki Galur sambil menangis terisak-isak.
"Ayah..... ayah....." suaranya membisikkan rintihan
hatinya yang terluka.
Ki Galur terkejut. Ia mengusap-usap rambut yang lebat
halus di kepala anaknya sambil menghela napas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam-diam ia menyapu kering dua butir air mata yang
menetes turun dari pelupuk matanya.
"Sari, anakku, apakah yang terjadi antara kau dan gus
Jarot" Bercekcokkah kalia n?"
Kembali Sekarsari menggeleng kepala.
"Dia....... dia..... cinta kepada Maduraras, ayah?"
"Apa" Gadis yang ditolongnya itu" Ah, tak bisa jadi. Itu
hanya dugaanmu saja. Gus Jarot bukanlah macam
pemuda yang mudah jatuh hati."
Sekarsari tak menjawab, hanya menangis terisak-isak.
Ia merasa terhibur oleh kata-kata ayahnya dan
dipangkuan ayahnya ia merasa aman.
"Sari, kau cinta kepada gus Jarot, bukan?"
Sekarsari gerakkan kepala mengangguk perlahan
tanpa melihat ayahnya.
"Dan.,,, dia belum melamarmu?"
Kembali gadis itu menggeleng kepala, lalu berkata
malu-malu dan perlahan, "Kalau melamar juga tentu
kepadamu, ayah, bukan langsung padaku."
Ki Galur menghela napas. "Aah, sebetulnya sudah
waktunya bagi gus Jarot untuk mengajukan lamaran.
Biarlah, Sari, nanti kalau dia datang, aku akan bicarakan
urusan ini dengan dia."
Serentak Sekarsari bangun dan memandang ayahnya.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa" Ayah hendak bicara padanya tentang aku" Tidak,
tidak! Jangan kaulakukan hal itu, ayah!"
Ki Galur memandangnya heran. "Kenapa, Sari?"
"Perlukah kita merendah sedemikian rupa" Jangan,
ayah, aku tidak sudi ditawar-tawarkan, aku tak sudi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memaksa dia mengawiniku! Aku tidak sudi seperti
Maduraras, memikat-mikat hatinya!" Dan dengan marah
Sekarsari lari ke dalam biliknya. Ia tidak keluar lagi
biarpun ia mendengar Jarot datang dan makan bersama
ayahnya. Ia mendengarkan baik-baik, siap untuk
mencegah dan membantah, jika ayahnya menawarkan
dirinya. Tapi Ki Galur cukup kenal wataknya yang keras.
Orang tua itu hanya bercakap-cakap tentang soal biasa
dan tidak menyinggung-nyinggung dirinya. Penutup
percakapan mereka adalah sebuah pertanyaan dari
Jarot, "Sari ke mana, paman" Aku tidak melihatnya sejak
tadi." Pertanyaan itu dijawab oleh Ki Galur sambil lalu,"Ia
sudah tidur. Agak pusing barangkali, atau terlampau
lelah." Dan Jarot tak berkata apa-apa lagi, lalu masuk ke
biliknya. Malam itu keadaa n Jarot dan Sekarsari sama. Mereka
gelisah dan tak tenang. Baik Sekarsari maupun Jarot tak
dapat meramkan mata barang sesaat.
Hawa malam itu panas. Agaknya mendung tak juga
mau memberi jalan kepada air yang hendak menghujan.
Setelah dapat menenteramkan pikiran dan agak mereda
gelisahnya, Jarot merasa betapa panas hawa dalam
biliknya dan keluarlah dia dari bilik. Hawa di luar lebih
sejuk karena angin malam bertiup perlahan bagaikan
kipas raksasa yang bergerak tak tampak. De ngan tak
sengaja kaki nya melangkah ke arah bengawan. Ca haya
ribuan bintang di langit yang suram tertutup mendung di
beberapa tempat membuat pohon-pohon tampak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan raksasa-raksasa mengerikan menghadang di
tengah jalan. Ketika tiba dekat bengawan, tiba-tiba Jarot mendengar
suara seorang wanita berkata marah, "Tidak, tidak mau!"
dan suara itu disusul tangisan sedih. Hati Jarot tercekat.
Itulah suara Maduraras!
Ia cepat bersembunyi di belakang alang alang dan
mengi ntai. Alangkah herannya ketika ia melihat bahwa
Maduraras sedang duduk di atas sebuah batu sambil
menangis sedih, seda ngkan di depannya berdiri seorang
laki-laki yang bertolak pinggang. Ketika ia memandang
tajam, ternyata bahwa laki-laki itu bukan lain ialah Raden
Mas Bahar! Jarot menjadi marah sekali dan hasratnya besar sekali
untuk segera meloncat dan memberi hajaran kepada lakilaki jahanam itu! Tapi karena ia tak melihat Bahar
berbuat sesuatu yang jahat, maka ia sabarkan hati dan
terus mengi ntai.
"Raras, apakah kau tidak mau membantu kakakmu"
Bukankah di dunia ini hanya kau seorang yang mau
membantuku, mau membelaku" Kalau bukan kau yang
menolong, siapakah lagi, Raras" Ayah tentu tak sudi
memperdulikan aku atau kau!"
"Kurang apakah aku membelamu" Kurang apakah aku
membuktikan sayangku sebagai adikmu" Kau suruh aku
lakukan sesuatu yang jahat, kau suruh aku bermain
sandiwara, menipu mas Jarot, merusak perhubungan
Jarot dan Sekarsari, kausuruh aku menghancurkan hati
Sekarsari, dan semua itu telah kulakukan! Bukankah itu
sudah cukup membuktikan sayangku kepadamu, mas
Bahar" Tapi, untuk mencelakai jiwa mas Jarot, ah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan, mas. Jangan kau sekejam itu, aku..... aku tak
sanggup melakukan permintaanmu ini....."
"Raras! Tak tahukah kau betapa sakit hatiku
kepadanya belum juga terbalas" Aku telah dipukulnya,
dihinanya, direndahkannya di hadapan Sekarsari. Kau
tahu betapa rinduku kepada gadis itu. Kalau Jarot tidak
disingkirkan, ia merupakan rintangan besar, Raras. Tidak
maukah kau berusaha membantu kakakmu supaya
terlaksana keinginanku kawin dengan Sekarsari?"
Maduraras mendengarkan dengan menunduk dan
masih terisak-isak. Sementara itu Jarot seakan-akan
mendengar suara setan-setan berbicara dari neraka
ketika ia mendengar percakapan itu. Demikian jahatkah
Maduraras" Jadi selama ini, semua perbuatan gadis
jelita itu hanya pura-pura dan gadis itu telah berusaha
memikatnya, agar hubungannya dengan Sekarsari
terputus" Ah, jahatnya! Jarot merasa betapa tubuhnya
menggigil karena marah kepada kakak beradik jahanam
yang tengah bercakap-cakap di depannya itu.
"Aku sudah berusaha, kak, tapi..... apa dayaku"
Kangmas Jarot tidak.... cinta padaku.... Aku tak sanggup
memisahkannya dari Sekarsari....."
"Nah, kalau begitu, tiada jalan lai n, Raras. Mudah saja,
besok kau pergi mengunjungi mereka dan carilah
kesempatan untuk menyuguhkan minuman kepada Jarot.
Kaumasukkan saja bubuk ini ke dalam minumannya,
dan..... akan terbalaslah dendam hatiku!"
"Jangan.......! Tidak mau, mas Bahar! Aku tak
sanggup!" "Kau..... setan alas! Kauberatkan dia daripada
kakakmu sendiri?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan demikian, tapi.... aku.... aku.... mas Jarot....."
Tiba-tiba Bahar melayangkan tangan menempeleng
kepala Maduraras.
"Keparat! Jadi rupa-rupanya kau jatuh cinta kepada
pemuda jahanam itu, ya?"
Pada saat menerima pukulan itu, timbullah perlawanan dalam hati Maduraras. Memang sungguhpun
ia sangat sayang kepada kakaknya, namun ia berani
melawan jika merasa dirinya benar.
"Memang! Aku cinta padanya! Aku cinta padanya! Dan
kaulah yang kejam, kaulah yang membuatku begini!
Kalau bukan karena muslihatmu yang buruk, aku
selamanya takkan kenal padanya! Sekarang aku telah
mengenalnya, telah mengetahui kebaikannya, dan.....
dan aku jatuh cinta. Cinta sia-sia, mas Bahar, cinta
sengsara, karena dia tidak membalas cintaku! Da n aku,
adikmu yang kau sayang ini sekarang menderita, selama
hidup akan menderita karena kau! Ah, aku menyesal.....
bunuhlah saja aku, mas Bahar....!"
"Kau juga cinta kepada Jarot" Ha ha! Sungguh gila.
Kau yang menolak pi nangan Pangeran sekarang jatuh
hati kepada anak melarat itu?"
"Ya! Memang aku cinta pada kangmas Jarot! Ia lebi h
jantan daripada Pangeran, lebih jantan daripada kau,
lebih bijaksana daripada siapa juga. Aku tidak malu jatuh
hati padanya!"
Bahar mencabut kerisnya. "Raras, lihat ini, masih
ingatkah kau pusaka ini?"
"Kau bawa-bawa pusaka ibu mau apa?"
"Ketika akan menutup mata, ibu meninggalkan pusaka
ini untuk kita. Ingatkah kau akan pesan beliau" Bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita harus saling bantu, saling bela. Sekarang kau tidak
mau membantuku, Raras. Ingi nkah kau melihat aku mati
di ujung pusaka ini?"
"Mas Bahar..... kau kejam, mas. Mintalah yang lain,
suruhlah aku menyerbu api menyelami samudra, akan
kujalani dengan patuh. Tapi jangan..,., jangan minta aku
membunuh kangmas Jarot.,..." ratap tangis Maduraras.
"Jahanam! Perempuan tak kenal budi ......!" Dengan
wajah beringas Bahar maju dengan keris di tangan.
Melihat sikap kakaknya, Maduraras tidak gentar
bahkan ia maju setindak mengangkat dadanya. "Kau
mau membunuh aku" Bunuhlah, mas. Aku rela mati di
tangan kakak sendiri. Ini, tusuklah dadaku..., biar aku
menyusul ibu....."
Melihat sikap Maduraras dan mendengar katakatanya, lemaslah tangan Bahar. Kemudian dengan
suara menyeramkan ia berkata,
"Baiklah, aku tak sampai hati membunuhmu, tapi aku
takkan sudah sebelum Jarot mampus dan Sekarsari
menjadi isteriku."
Sampai pada saat itu Jarot tak dapat menahan lagi
kemarahannya. Dengan sekali loncat ia telah berdiri di
depan Bahar sambil bertolak pinggang.
"Pengecut! Macam inikah watak seorang satria"
Bahar, alangkah rendahnya budimu. Kau tidak malu
menaruh dendam padaku, padahal permusuhan kita kau
sendirilah yang membuatnya. Dalam dendam kesumatmu yang buta dan sesat ini kau bahkan
menyeret-nyeret adikmu sendiri yang suci hingga
membuatnya menjadi gadis penipu dan pemikat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rendah!" Terdengar jerit Maduraras disusul tangis
mendengar kata-kata yang menusuk kalbunya ini.
"Jarot, jangan kau banyak tingkah!" Bahar berseru
marah lalu ia bertepuk tangan tiga kali. Dari belakang
batang-batang pohon muncullah empat orang tinggi
besar, kaki tangan Bahar! Tanpa banyak cakap mereka
berlima menyerang Jarot dengan ruyung dan keris.
"Mas Bahar..... jangan, mas......" teriak Maduraras
sambil maju menubruk kakaknya untuk menghalangi, tapi
sekali dupak saja robohlah gadis itu. Jarot menjadi marah
sekali. "Kalian mencari mampus?" bentaknya dan dengan
mengandalkan kegesitan tubuhnya dan kecepatan
tangan kakinya ia melayani lima orang lawan yang
bersenjata itu dengan tangan kosong! Biarpun Bahar
dulu pernah merasai kekerasan tangan Jarot, namun kini
ia tidak takut karena ia dibantu oleh empat orang yang
terkenal cabang atas dan ahli-ahli silat kelas satu. Sambil
mengirim serangan ia berseru,
"Pukul mati keparat ini. Habisi dia!"
Tapi Jarot tak gentar sedikitpun. Tubuhnya bergerak
cepat hingga seakan-akan ia terpecah menjadi lima dan
dapat melayani masing-masing lawannya. Kelima lawan
itu berkunang-kunang melihat kecepatan Jarot dan
seorang di antara .mereka menjadi gentar dan
menyangka pemuda itu menggunakan ilmu iblis. Hal ini
membuat gerakannya menjadi lambat dan sapuan kaki
kiri Jarot membuat sambungan lututnya terlepas dan ia
jatuh terduduk dengan meringis-ringis dan mengurut-urut
dengkulnya yang tiba-tiba menjadi lumpuh! Ketika
seorang lawan lai n dari kanan mengayun ruyung ke arah
kepala Jarot, pemuda ini dengan sigapnya berkelit ke kiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dengan jari tangan terbuka ia menyodok lambung
lawan itu. Orang tinggi besar itu berteriak kesakitan,
ruyungnya terlepas dan ia menggunakan kedua tangan
menekan-nekan perutnya karena sodokan jari tangan
Jarot tadi membuat perutnya tiba-tiba menjadi mulas dan
sakit sekali. Sambil mengerang dan merintih ia mundur,
duduk di bawah sebatang pohon sambil memegangmegang dan menekan-nekan perutnya!
Jarot tidak mau berlaku kejam kepada empat jagoan
itu, karena ia maklum bahwa mereka ini hanya diperalat
oleh Bahar. Kepada Bahar seoranglah kebencia nnya
meluap. Maka dengan beruntun ia robohkan dua
pembantu Bahar yang lain dengan hanya memberi
hadiah tendangan dan pukulan yang tidak membahayakan jiwa mereka tapi yang cukup membuat
mereka rebah tak kuasa bangun lagi. Maka tinggal Bahar
seoranglah yang masi h berlaku nekat.
"Jarot, kalau bukan kau, tentu akulah yang hari ini
menjadi mayat!" geramnya sambil maju menyerang
dengan nekat. "Kau yahg mulai, bukan aku!" jawab Jarot sambil
berkelit dengan mudahnya. Dengan keris pusaka ibunya
Bahar menyerang bertubi-tubi, tapi sambil tersenyum
mengejek Jarot mempermainkannya dengan berloncatan
ke sana ke mari, kadang-kadang tangannya menowel
pundak, menjiwir telinga dan menjambak rambut. Tentu
saja dipermainkan demikian Bahar makin marah dan
nekat. Dadanya terasa panas dan matanya gelap.
"Mas Jarot, ampunkan padanya, mas..." tiba-tiba
terdengar suara Maduraras memohon.
Sambil berkelit Jarot berkata kepada Bahar, "Kau
masih tidak kapok" Hentikan seranganmu dan aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ampunkan padamu. Kalau bukan aku kasihan kepada


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maduraras, tidak nanti aku sudi ampunkan jiwamu yang
rendah." Pada saat itu terdengar isak tertahan di balik batang
pohon kelapa dan sesosok bayangan seorang gadis lari
menyelinap ke dalam gelap. Dia ini bukan lai n ialah
Sekarsari! Gadis ini yang gelisah dan tak dapat tidur,
keluar dari biliknya dan dengan pikiran ruwet ia menuju
ke bengawan. Melihat Jarot sedang berkelahi dikeroyok
dan ada beberapa orang lawan Jarot rebah merintihrintih, ia terkejut sekali. Tapi tiba-tiba terlihatlah olehnya
Maduraras menangis, maka diam-diam ia bersembunyi.
Ketika ia melihat bahwa yang memimpin pengeroyokan
itu bukan lai n ialah Bahar, maka mengertilah ia. Tentu
Maduraras diganggu oleh Bahar dan Jarot datang
menolong! Atau, pikirnya dengan hati panas, mungkin
Jarot dan Maduraras sedang membuat pertemuan di situ
dan diganggu oleh Bahar! Kini ia melihat betapa Jarot
dengan mudahnya mengampuni Bahar hanya karena
diminta oleh Maduraras. Sekarsari tak dapat menahan
panas hatinya lebih lama lagi dan sambil menahan isak
tangisnya, ia lari meninggalkan tempat itu!
Bahar mendengar kata-kata Jarot bukannya menghentikan serangannya, bahkan ia mundur beberapa
tindak dengan napas
terengah-engah dan mata
terbelalak marah. Kemudian, sambil mengeluarkan
geraman hebat, ia ayun keris pusaka ke arah Jarot!
Serangan ini berbahaya sekali karena Bahar memang
mahir melempar keris. Keris pusaka itu dengan lajunya
bagaikan anak panah menyambar leher Jarot.
Jarot maklum betapa berbahaya serangan gelap ini
karena cuaca yang gelap tak memungki nkan ia melihat
datangnya keris dengan jelas. Baiknya telinga Jarot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah terlatih hebat hingga ia dapat menangkap suara
angin yang terbawa keris itu. Karena sudah tiada waktu
untuk berkelit pula, ia menggunakan jari tangan
kanannya menyampok ke arah keris. Keris pusaka itu
terpental sedemikian rupa hingga senjata itu membuat
gerakan membalik dan langsung melayang ke arah
Bahar. Terdengar teriakan
ngeri ketika keris itu
menancap dada Bahar
yang roboh berkelojotan dan menghembuskan napas terakhir setelah
beberapa kali menyebut ibunya! Karena kelalimannya,
pusaka mendiang ibunya telah menghabisi riwayatnya
dengan tak terduga
dan tak disengaja.
Melihat kejadian ini Maduraras menyerbu tubuh
kakaknya dan sambil menangis dan menjerit-jerit ia
peluki tubuh itu. Dan Jarot berdiri kesima dan lesu. Ia
menyesal sekali hingga ia hanya dapat memandang
gadis yang menangis sedih itu tanpa dapat bergerak
maupun berkata-kata. Karena sedih dan putus asa,
Maduraras jatuh pingsan di samping mayat kakaknya.
Dan pada saat itu, jatuhlah air hujan menimpa dan
membasahi segala apa di permukaan bumi. Kilat
menyambar-nyambar, guntur menggelegar, dan udara
penuh dengan gema hiruk-pikuk menyeramkan, seakanakan semua iblis, demit, dan setan bekasakan keluar dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat persembunyian masing-masi ng pada saat itu,
siap untuk mencari korban.
Jarot masih berdiri bagaikan patung. Kemudian ia
mengambil keputusan untuk membawa mayat Bahar dan
mengantarkan Maduraras ke tumenggungan, tempat
tinggal Tumenggung Suryawidura, yang ia kini tahu,
adalah ayah Maduraras! Tapi, pada saat kakinya
bergerak maju, tiba-tiba dari belakangnya datang
berloncatan tiga orang yang memegang tombak.
"Hordah! Berhenti kamu. Siapa di situ?" tiga orang
membentak berbareng dan tiga batang tombak dipalangkan mencegat majunya Jarot! Jarot menggunakan kedua tangan menolak tombak itu, tapi
alangkah terkejutnya ketika tiga tombak itu tidak terpental
karena pemegang-pemegangnya ternyata bertenaga
besar sekali. Semua urat dalam tubuh Jarot menegang
dalam persiapan, karena ia maklum bahwa kali ini ia
harus menghadapi lawan-lawan yang tak mudah
dikalahkan! Secepat kilat ia loncat berbalik menghadapi
ketiga pemegang tombak itu dan ia saling pandang
dengan Adipati Uposonto dan dua orang pahlawan
keraton lai n! "Dimas Jarot!" Uposonto berseru tercengang. "Kau
sedang apa di sini?" Kemudian di antara menyambarnya
kilat, tampak oleh adipati itu tubuh Bahar membujur kaku
dan tubuh Maduraras yang rebah tak bergerak di
dekatnya. "Eh, mereka siapa dan kenapa?" tanya Uposonto
kepada Jarot. "Kangmas Uposonto, sekarang bukan waktunya
bicara, bantulah aku mengangkat mereka. Mereka
adalah Denmas Bahar dan adiknya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa banyak cakap lagi Uposonto dan dua orang
kawannya mengangkat dua tubuh itu dan menaruh
mereka di atas kuda.
"Dimas Jarot. Kami datang sengaja mencarimu atas
perintah paman senapati Baurekso. Kami disuruh
memberitahumu, bahwa balatentara Mataram hendak
mulai dengan penjelajahannya,
pertama-tama ke Wirasaba. Kau tidak diharuskan, tapi kami akan merasa
girang sekali kalau kau suka ikut."
Mendengar hal ini Jarot merasa girang sekali. "Tentu
saja, kangmas Uposonto, aku akan ikut. Nah, tolonglah
kau antar mereka ini pulang ke tumenggungan lebih dulu,
aku hendak mengadakan persiapan. Bila kita berangkat?"
"Besok pagi-pagi pada saat fajar menyingsing."
"Baik."
"Tapi, dimas Jarot, bagaimana kalau nanti paman
tumenggung bertanya tentang mereka ini" Apakah
sebenarnya yang telah terjadi?"
"Kematian denmas Bahar ini karena berkelahi dengan
aku. Lihatlah, kerisnya sendiri masih tertancap di
dadanya. Ia sambitkan keris itu padaku, karena gelap,
terpaksa aku menyampoknya dan dengan tak kusengaja
keris itu tersampok kembali dan menancap di dadanya.
Adapun Madu ..... eh, adiknya ini, kukira ia hanya
pingsan karena sedih dan kaget."
Uposonto mengangguk maklum. "Persoalan dapat
diurus kemudian, kini yang perlu harus mengantar
mereka ini ke tumenggungan. Mari kita berpisah, dimas
Jarot." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian, ketiga pahlawan keraton itu membawa
kedua tubuh itu sambil melarikan kuda mereka. melawan
serangan angin dan hujan. Sedangkan Jarot dengan
cepat berlari pulang.
Dengan cepat ia menengok kudanya di kandang
sebentar, lalu bertukar pakaian kering. Ketika ia
memasuki biliknya, tiba-tiba ia mendengar suara isak
tangis tertahan dari kamar Sekarsari. Ia merasa heran
sekali mengapa Sekarsari menangis pada saat lewat
tengah malam. Mimpikah gadis itu" Tapi ia tak berani
mengganggu. Ia lalu duduk bersamadhi. Besok ia akan
pergi berjuang membela Mataram. Ia akan meninggalkan
Sekarsari. Tapi, kepergiannya ini ada baiknya, karena
pertama ia akan dapat bertempur melawan musuh,
kedua ia akan menjauhkan diri dari segala hal yang tak
menyedapka n hati, seperti urusannya dengan Bahar,
dengan Maduraras, dan dengan Sekarsari yang kini
agaknya berobah
sikap terhadapnya! Biarlah ia
meninggalkan kota raja untuk beberapa lama dan
mudah-mudahan saja sekembalinya nanti keadaan akan
menjadi lebih baik.
Sementara itu Adipati Uposonto telah tiba di
tumenggungan dan menggedor pintu gerbang. Penjaga
muncul dengan marah, tapi ketika melihat siapa
orangnya yang menggedor pi ntu, ia berlaku sangat
hormat dan menanyakan maksud kedatangan Adipati
Uposonto yang dijawab dengan singkat dengan perintah
agar pintu dibuka dan Tumenggung Suryawidura diberi
tahu akan kedatangannya. Penjaga itu merasa ragu-ragu
dan takut untuk membangunkan tumenggung pada saat
seperti itu, tapi ketika ia melihat tubuh Raden Mas Bahar
terkulai di atas punggung kuda, ia terkejut sekali dan,
setelah membuka pintu gerbang, ia berlari-lari masuk
sambil berteriak-teriak!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alangkah terkejutnya hati Tumenggung Suryawidura
melihat mayat anaknya, dan ia heran melihat tubuh gadis
yang pingsan itu, karena sesungguhnya ia lupa da n tidak
mengenali Maduraras. Dengan singkat Uposonto menuturkan tentang perkelahian antara Bahar dengan
Jarot. "Anak bedebah itut Awas, besok akan kulaporkan
kepada Sri Sultan!" tumenggung tua itu mengutuk.
''Saya rasa paman tumenggung hendaknya bersabar
sedikit. Lebih baik tanyakan lebih dulu duduknya hal
kepada puteri paman jika ia telah siuman."
"Ia....... Maduraras?" dan tumenggung Suryawidura
lari ke dalam untuk melihat Maduraras. Uposonto
menanti sebentar dan tak lama kemudian tumenggung
keluar kembali, wajahnya tampak sedih dan marah,
"Ia telah siuman tapi belum mau bicara, hanya
menangis saja."
"Paman tumenggung, saya ulangi lagi bahwa
sebaiknya paman jangan mengganggu Sri Sultan pada
waktu ini. Paman sendiri maklum betapa sibuk pikiran Sri
Sultan dengan rencana penjelajahan bala tentara
Mataram ini. Janganlah hendaknya Sri Sultan diganggu
dengan urusan-urusan pribadi."
Tumenggung Suryawidura memandang marah, "Habis, harus diam sajakah aku di hina oleh Jarot anak
desa itu?"
"Bukan demikian, paman. Urusan ini masih dapat
diselesaikan kelak bila perjuangan ini sudah. dikerjakan
dengan hasil baik. Ketahuilah bahwa dimas Jarot
sendiripun ikut dengan kami membela Mataram. Maka,
kalau paman melaporkan hal ini sekarang, berarti paman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangkan dua kerugian. Pertama, Sri Sultan akan
terganggu dan kedua barisan kami akan kehilangan
tenaga Jarot yang sangat kami andalkan itu. Ingatlah,
paman. Belum terlambat agaknya hal ini diurus lebih
lanjut jika kami telah kembali kelak. Pula, belum tentu
kesalahan berada di pihak dimas Jarot, hal ini sebaiknya
paman pertimbangkan dulu setelah paman mendengar
keterangan dari puteri paman nanti."
Akhirnya Tumenggung Suryawidura hanya mengangguk-angguk dengan penasaran dan kecewa,
dan Adipati Uposonto lalu minta diri untuk mengadakan


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persiapan guna pemberangkatan besok.
Hari itu, pagi-pagi sekali Jarot sudah sadar dari
samadhinya dan ia segera mendahului Sekarsari ke
bengawan, di mana ia sengaja bersembunyi dan menanti
kedatangan Sekarsari. Betul saja, tak lama kemudian
tampak gadis itu mendatangi dengan kelenting tempat air
di tangan kanan dan pakaian cucian di tangan kiri. Jarot
kaget juga melihat wajah yang muram da n sedi h dengan
tubuh yang kelihatan lemah-lunglai itu. Sekarsari tampak
bagaikan seorang yang tidak sehat, mukanya demikian
pucat dan matanya kemerah-merahan karena banyak
menangis. Ketika tiba di pinggir bengawan, Sekarsari menurunkan bawaannya lalu pergi duduk di atas sebuah
batu. Di situ ia duduk melamun, diam tak bergerak
bagaikan patung sambil memandangi air bengawan yang
mengalir tiada hentinya. Ia tidak mendengar betapa
seorang pemuda menghampirinya dari belakang.
"Sari....." Gadis itu tersentak kaget dan cepat ia
menengok, tapi segera ia membuang muka ketika
melihat Jarot. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sari, kau kenapa" Agaknya kau marah padaku."
Gadis itu tidak menjawab, tapi matanya telah penuh
air mata yang ditahan-tahannya dengan menggigit bibir.
Jarot meloncat ke atas sebuah batu di depan
Sekarsari hingga mereka duduk berhadapa n. Gadis itu
menundukkan muka menyembunyikan air matanya.
"Sari, jangan kau marah padaku. Kalau aku bersalah,
katakanlah terus terang, aku akan menerimanya dan
minta maaf....."
Kata-kata ini dikatakan dengan halus hingga untuk
beberapa lama gadis itu menatap wajah Jarot, kemudian
ia menangis tersedu-sedu.
"Sari, kenapakah" Jangan kau terus marah padaku,
Sari. Aku tak kuat menahan jika kau bersikap seperti
ini....." Gadis itu mengangkat muka dan dari sepasang
matanya yang merah terpancar sinar kemarahan.
"Kau..... kau kira aku,.,, akupun senang dan dapat
menahan melihat ....... sikap dan kelakuanmu?"
Jarot mengerutkan kening. "Kaumaksudkan.,..
Maduraras?" Kalau begitu, kau..... kau.... cemburu"
Kalau begitu, kau....kau....... cinta padaku?" Wajah Jarot
berseri, tapi alangkah terkejutnya ketika ia melihat
perubahan air muka gadis itu. Sekarsari menjadi pucat
bagai mayat dan sepasang matanya bagaikan bernyala.
Jarot insyaf dan menyesali kebodohannya. Ia terlampau
jujur dan ceroboh hingga kata-katanya itu tentu saja
menyinggung perasaan halus gadis itu.
"Apa katamu" Cemburu" Cinta.....,." Siapa... siapa
yang cemburu" Apa perduliku akan hubunganmu dengan
Maduraras" Aku tidak,... tidak berhak untuk merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cemburu!! Dan cinta" Aku.... aku.....!" Tiba-tiba Sekarsari
menutup mukanya dan lari meninggalkan tempat itu, lupa
untuk membawa cucian dan kelentingnya. Ia lari pulang
sambil menangis.
"Sari..... Sari..., aku cinta padamu, Sari.....!" Jarot berdiri dan berteriak-teriak.
Tapi Sekarsari lari terus, bahkan isaknya makin
mengeras. Pengakuan Jarot ini dilakukan bukan pada saat yang
tepat, dan Sekarsari mendengar ucapan itu bagaikan
bernada penuh ejekan.
"Sari...... kembalilah, aku cinta padamu, Sari......" dan
Sekarsari lari terus, kini menggunakan dua jari
telunjuknya untuk dipakai menutupi telinganya! Setibanya
di rumah, Sekarsari terus memasuki biliknya, membanting dirinya di atas pembaringan dan menangis
tersedu-sedu. Tuduhan Jarot bahwa ia cemburu dan
mencintai pemuda itu terlalu tepat dengan isi dadanya
hingga sangat menusuk rasa keangkuhannya. Hatinya
telah luka karena persangkaannya bahwa Jarot
mempunyai hubungan dengan Maduraras kini Jarot
memberi obat pada lukanya itu, tapi obat yang sangat
perih hingga ia tak kuat menahannya.
Jarot yang masih bodoh untuk dapat menyelami
perasaan dan hati wanita, sangat canggung dalam
pernyataannya tadi, hingga ia baru menyatakan cintanya
setelah terlambat, setelah tuduhannya yang tepat itu
menyinggung dan menyakiti hati Sekarsari. Kalau saja ia
menyatakan cintanya lebi h dulu, takkan begitu jadi nya!
Kini melihat Sekarsari lari darinya dan tak mau
menerima pernyataan cintanya, hatinya menjadi tawar
dan dingin. Ia tersenyum pahit dan senyum ini membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya tampak lebih tua dan matang. Tanpa
diketahuinya, peristiwa ini menimbulkan garis-garis baru
pada kulit mukanya. Dengan tubuh lesu ia kembali ke
pondok, tak lupa untuk membawa pakaian dan tempat air
Sekarsari yang ditaruhnya di depan bilik gadis itu.
Kemudian ia pergi ke kandang, menuntun Nagapertala
keluar dan sebentar lagi ia sudah berada di alun-alun di
mana para perajurit telah siap berangkat, dikepalai oleh
Uposonto dan beberapa orang panglima lain.
Setelah mendapat doa restu dari Sri Sultan, maka
berangkatlah bala tentara Mataram yang gagah itu,
diiringi gamelan selamat jalan. Rakyat berdesak-desakan
di tepi jalan untuk mengucapkan selamat jalan dan
menyampaika n doa-doa mereka. Di antara rakyat yang
berdesak-desakan, Jarot melihat bayangan Maduraras
disuatu tempat dan bayangan Sekarsari di tempat lain.
Kedua orang gadis itu memandangnya dengan sinar
mata yang sama, kedua-duanya mesra dan penuh api
cinta! Expedisi penjelajah Sultan Agung tidak menemui
rintangan, karena ternyata para kepala daerah kecil-kecil
tahu sampai di mana kekuasaan dan kebijaksanaan
Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung dan mereka
ini dengan senang hati menyatakan tunduk dan taat. Tapi
di Wlrasaba, Lasem, bala tentara menemui perlawanan
yang hebat juga. Dalam pertempuran dengan mereka,
selain para panglima yang gagah perkasa di bawah
pimpinan Uposonto, Jarotpun berjasa besar. Terutama
ketika barisan Laseni mengeluarkan seorang pertapa dari
Gunung Muria bernama Kyai Sidikpermono. Para
panglima Mataram tidak ada yang kuat melawan kyai ini,
karena pertapa ini menggunakan aji kesaktian yang tak
dapat dilawan dengan mengandalkan kekebalan kulit dan
kekerasan tulang belaka. Bahkan Uposonto terpaksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur setelah mengadu kemahiran tenaga batin
dengan Kyai Sidikpermono dan pertapa itu menggunakan ajinya Ciptoguno yang hebat. Apa saja
yang dipegang oleh pertapa itu, baik batu, daun, atau
kayu, setelah dilempar ke arah lawan lalu berubah
menjadi tentara siluman yang mengerikan!
Akhirnya Jarotlah yang maju menandingi pertapa itu.
Melihat kedatangan pemuda yang tampan dan halus itu,
Kyai Sidikpermono terkesiap juga karena dari sinar
matanya ia maklum bahwa pemuda itu bukanlah orang
sembarangan. "Satria perwira, belum pernah aku melihat panglima
Mataram seperti kau. Siapakah namamu, raden?" tanya
Kyai Sidikpermono.
"Saya bernama Jarot dan bukan panglima. Saya
perajurit sukarela biasa saja."
Maka heranlah pertapa itu mendengar jawaban Jarot.
"Hm, kau perajurit biasa" Kau lihat betapa semua
panglima Mataram yang gagah perkasa tak kuat
melawanku. Apakah kau
juga hendak mencoba
kesaktianku, raden" Ah, kau takkan kuat, mundurlah
saja, Raden Jarot, sayang kalau sampai kau kena
bencana." "Paman Kyai, kau menyuruh saya mundur. Mengapa
tidak kau saja yang mundur" Betapapun juga, aku
adalah seorang pemuda yang telah sengaja menjadi
perajurit untuk berperang membela Mataram. Tapi kau,
paman kyai, kau adalah seorang pertapa suci yang
seharusnya menjauhi pertumpahan darah dan berdiam
saja di padepokanmu menyucikan diri dan mengajar ilmu,
memberi penerangan kepada yang kegelapan dan
memberi nasihat kepada yang tersesat. Mengapa kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan memperbesar peperangan ini dengan mengeluarkan aji kesaktianmu?"
Sepasang mata pertapa tua itu mencorong dengan
kagum dan penasaran. "Raden, pandanganmu biarpun
ada benarnya tapi hanya memihak sebelah. Kau hanya
mempersoalkan kedudukan seorang dan pekerjaannya.
Itu kurang luas, raden. Pandanganku lebih luas lagi. Aku
adalah rakyat atau penduduk sini. Sudah menjadi
kewajibanku untuk membela negeri di mana saya tinggal.
Aku tidak mengurus tentang sebab dan akibat perang ini.
Aku hanya patuh kepada panggilan tugas, tugas seorang
kawula. Ingat, yang kulawan bukanlah kau dan kawankawanmu, tapi aku melawan penyerang Lasem, siapa
saja mereka itu adanya."
"Kau betul, paman kyai. Kalau demikian luas
pandanganmu, nah, sekarang kita sebagai petugas
hanya memenuhi kewajiban saja. Majulah, aku akan
mencoba untuk melawan kesaktianmu. Menang kalah itu
hanya akibat kecil. Mati atau hidup itupun hanya
perpindahan sederhana saja."
Kyai Sidikpermono tertawa bergelak. "Ah, tak salah
lagi. Kau panglima sesungguhnya. Aku takkan merasa
malu jika nanti jatuh dalam tanganmu. Nah, majulah,
raden!" "Kau dulu, paman kyai."
Melihat Jarot berlaku sungkan, Kyai Sidikpermono
segera maju menyerang. Biarpun ia sudah tua, namun
gerakannya gesit dan pukulan tangannya ampuh dan
berat. Jarotpun tahu bahwa orang tua ini tak boleh
dipandang ringan, maka ia melayaninya dengan hati-hati
dan mengandalkan kegesitan dan keringanan tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah bertempur puluhan jurus, Kyai Sidikpermono
tak tahan lagi, dan hanya dapat menangkis sambil
mundur. Tiba-tiba Kyai Sidikpermono menyaut sebatang
tombak dari tangan perajuritnya, dan Uposonto yang
sudah siap lalu memberi Jarot sebatang pula. Kini
pertempuran dilanjutkan dengan tombak di tangan. Para
perajurit kedua pihak bersorak-sorak ramai untuk
memberi semangat kepada jago mereka. Namun
ternyata bahwa dalam permainan
tombak, Kyai Sidikpermono bukanlah lawan Jarot. Pada satu saat
terdengar bunyi keras dan tombak di tangan pertapa itu
patah! Kalau saja saat itu digunakan oleh Jarot untuk
menyerang dengan tombaknya, tentu celakalah pertapa
itu. Tapi Jarot melempar tombaknya hingga tertancap di
atas tanah, dan menghadapi pertapa itu dengan tangan
kosong. "Raden Jarot, kau sungguh gagah perkasa!"
"Mari paman kyai, lanjutkanlah, saya layani!"
"Tapi aku belum kalah, raden. Cobalah lawan ajiku
ini!" Dengan gerakan cepat Kyai Sidikpermono melempar
potongan gagang tombak di tangannya ke atas dan
aneh, potongan kayu itu lenyap dan tiba-tiba di depan
Jarot berdiri seorang siluman tinggi besar yang
menyeramkan, hingga para perajurit di pihak Jarot
mundur ketakutan. Juga Uposonto yang tadi telah
merasai kehebatan aji ini, mundur beberapa tindak dan
mengkhawatirkan keselamatan Jarot.
Namun Jarot hanya tersenyum dan berkata kepada
pertapa itu, "Aji ini hanya baik untuk menakut-nakuti
anak-anak saja, paman kyai!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Marahlah Kyai Sidikpermono mendengar ini. Ia
menggunakan jari tangannya menunjuk kepada Jarot
dan pada saat itu juga siluman itu menubruk ke arah
Jarot dengan gerengan hebat. Tapi Jarot sudah siap.
Kedua matanya mengeluarkan cahaya tajam dan sambil
mengucap, "Asal kayu kembali menjadi kayu" ia
memukul dada siluman itu.
Ajaib! Sambil berteriak kesakitan siluman itu lenyap


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditelan bumi dan di atas tanah menggeletak potongan
gagang tombak yang lenyap tadi. Kyai Sidikpermono
merasa penasaran dan berkali-kali ia matak aji dan
mencipta siluman-siluman dari batu, daun, dan tanah,
tapi selalu Jarot dapat memunahkan dengan mudah!
Akhirnya Kyai Sidikpermono mengalah. "Raden Jarot,
sungguh kau gagah. Aku mengaku kalah. He, para
perajurit Lasem, dengarlah. Aku Kyai Sidikpermono
bukan tak kenal kewajiban dan tidak mau membantu
perjuangan kalian tapi hari ini aku dikalahkan oleh Raden
Jarot. Aku telah membantu tapi gagal. Perkenankan aku
kembali ke gunungku!"
Dan pertapa itu lalu meninggalkan medan pertempuran dengan langkah
lebar, diikuti pandangan kecewa oleh para perajurit
Lasem. Maka pecahlah pertempuran hebat. Tapi karena
seperginya pertapa sakti itu semangat perajurit Lasem
telah mengurang, mana mereka dapat menahan serbuan
bala tentara Mataram yang bersemangat baja dan
terpimpin oleh panglima-panglima gagah perkasa.
Terutama Jarot di atas Nagapertala merupakan lawan
berat hingga di mana saja pemuda itu tiba dengan
kudanya, di situ bergelimpangan mayat tentara musuh.
Akhirnya, tanpa dapat mengadakan perlawanan yang
berarti, Lasem jatuh ke dalam tangan bala tentara
Mataram dengan mudah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barisan Mataram pulang dengan gembira sebagaimana biasa tentara menang perang.
Ketika memasuki kota raja, matahari telah naik tinggi.
Jarot dan Nagapertala merasa lelah, terutama kuda itu
yang telah lari tiada hentinya sepanjang malam.
Tubuhnya yang kuat menjadi licin karena peluh dan
ketika Jarot menghentikannya di depan pondok Ki Galur,
dari punggung dan mulut Nagapertala keluar uap putih.
Jarot heran melihat kampungnya sunyi.
Pondok Ki Galur tertutup pintunya. Ia cepat meloncat
turun dari punggung kudanya dan mengetuk pintu, lalu
berjalan memutar dari belakang. Namun ternyata bahwa
pondok itu kosong.
Ketika ia sedang berdiri termenung di depan pondok,
tiba-tiba seorang tetangga menegurnya, "He, Den-mas
Jarot, kau baru kembali?"
Jarot bagaikan tak mendengar teguran orang dan
balas bertanya, "Paman, ke manakah mereka pergi?"
Kakek yang ditanyanya tersenyum. "Kau maksudkan
Ki Galur dan Sekarsari" Belum tahukah kau" Pagi tadi
mereka pindah ke keraton!"
Terkejutlah hati Jarot. "Ke keraton" Mengapa?""
"Eh, bukankah Sekarsari diboyong oleh pangeran"
Hari ini pesta kawinnya," jawab kakek itu dengan heran
melihat perobahan muka Jarot.
"Apa katamu" Sekarsari diboyong oleh pangeran"
Celaka!" Lalu tanpa memperdulika n kakek yang menjadi
heran dan memandangnya dengan mata terbelalak itu,
Jarot cemplak kudanya lagi dan membalapkan Nagapertala menuju ke istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja, gapura-gapura di alun-alun telah dihias
indah. Banyak orang hilir mudik memasuki gerbang
halaman keraton sambil membawa barang-barang
antaran untuk memberi selamat. Bunyi gamelan
menggema sampai ke alun-alun. Hati Jarot makin
berdebar dan tubuhnya yang telah lelah gemetar di atas
kuda. la tidak turun dari kuda seperti biasa kalau orang
hendak menghadap ke istana, tapi terus saja memasuki
pintu gerbang dengan Nagapertala. Banyak orang
mengikutinya dari belakang karena semenjak memasuki
alun-alun, orang-orang telah heran melihat Jarot
membalapkan kudanya hingga hampir-hampir menabrak
orang-orang yang berada di situ. Penjaga pintu gerbang
dengan tombak di tangan hendak mencegah Jarot
memasukkan kudanya, tapi ketika penjaga itu melihat
Nagapertala dan Jarot yang pada saat itu berwajah
menyeramkan, ia mundur ketakutan!
Jarot meloncat turun dan lari ke dalam istana,
melewati beberapa orang pengawal keraton yang tak
kuasa mencegahnya karena merasa segan dan takut
menghalang-halangi pemuda yang terkenal gagah berani
itu. Pada saat itu, di ruang pesta sedang sibuk diadakan
upacara sebagaimana layaknya jika pangeran atau
pembesar lai n mengawini seorang gadis untuk menjadi
selirnya. Sekarsari duduk di atas sebuah bangku dalam
pakaian pengantin yang indah dan rambut kepalanya
terhias bunga-bunga dan cunduk beraneka warna dan
ragam. Gadis itu duduk diam dan menundukkan kepala.
Pangeran Amangkurat dengan wajah gembira dan lagak
gagah duduk di sampi ngnya.
Karena hendak memenuhi syarat dan permintaan
Sekarsari, maka perkawinan itu diadakan secara sah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam upacara itu dihadiri pula oleh Sultan Agung sendiri
dan oleh semua penghuni istana! Peristiwa ini adalah
luar biasa karena belum pernah seorang selir diboyong
ke keraton dengan upacara demikian resmi bagaikan
mengawini seorang isteri atau permaisuri saja.
Pada saat Upacara mencuci kaki pengantin pria
dilakukan, dan Sekarsari sudah berjongkok dengan
bokor kencana berisi air kembang, tiba-tiba seorang
pemuda meloncat memasuki ruang itu dan suaranya
keras menggema,
"Batalkan perkawinan ini!"
Sultan Agung tak senang melihat sikap Jarot ini.
Dengan perlahan Sultan berdiri dan berkata tenang,
"Jarot, alangkah kurang ajar kamu!"
Jarot kaget mendengar suara Sri Sultan, karena tidak
disangkanya sama sekali bahwa Sultan Agung berada
pula di situ. Buru-buru ia maju berlutut dan menyembah.
"Ampunkan hamba, gusti, hamba mengaku telah
berlaku lancang, tapi mohon perkawinan ini ditunda dulu
dan sudi kiranya paduka mendengar keterangan hamba."
Sultan Agung memberi tanda agar upacara ditunda
sebentar dan sepasang mempelai duduk kembali di
kursinya. Sekarsari menundukkan kepala makin dalam
hingga dagunya menempel di dada, sedangkan
Pangeran Amangkurat duduk dengan perasaan tegang
dan memandang ke arah Jarot dengan marah.
"Sekarang, sebelum kau bicara tentang sebab-sebab
kelakuanmu yang aneh ini, terlebih dulu ceritakanlah
tentang hasil bala tentara Mataram. Kau baru kembali
dari Lasem, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarot merasa terpukul dan malu kepada diri sendiri.
Nyata bahwa Sri Sultan yang bijaksana itu jauh lebih
mementingkan persoalan negara daripada persoalanpersoalan pribadi yang remeh. Maka dengan singkat ia
menuturkan tentang kemenangan bala tentara Mataram
di Lasem dan bahwa barisan sedang menuju pulang.
Wajah Sultan Agung berseri mendengar hasil baik ini,
demikianpun seisi ruangan, di sana-sini terdengar tarikan
napas lega. "Untung bagimu kau membawa kabar baik, Jarot. Hal
ini setidaknya mengurangi pengaruh buruk dari sikap dan
tindakanmu yang lancang tadi. Nah, sekarang katakanlah
terus terang, mengapa kau berani mengganggu upacara
perkawinan pangeran,"
"Ampunkan hamba, gusti. Kalau tidak ada sesuatu
yang akan mendatangkan aib dan mencemarkan nama
baik kerajaan, tidak sekali-kali hamba berani mengganggu perkawinan ini. Tapi ada satu hal pelik
yang harus paduka ketahui tentang diri pengantin
wanita." Terdengar suara-suara bisikan memenuhi ruang itu,
Sekarsari mengangkat kepala sekejap lalu menunduk
kembali, sedangkan pangeran memandang penasaran.
"Jarot, kau sungguh berani mati. Jangan kau berani
mengganggu nama baik Sekarsari!"
Pangeran membentak marah dan mencabut keris, tapi dengan
sinar matanya Sultan Agung melarang puteranya, hingga
pangeran terduduk kembali dengan muka merah dan
pandangan mata penuh kebencia n.
"Jarot, apa maksudmu?" Sri Sultan bertanya.
"Gusti Sultan," Jarot berkata dengan suara keras dan
tetap hingga terdengar jelas oleh semua yang hadir,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"sesungguhnya, gusti pangeran adalah masih kakak
sendiri dari mempelai wanita!"
Semua orang terkesiap dan untuk sejenak keadaa n di
ruang itu sunyi. Semua mata tertuju kepada sepasang
mempelai itu yang kini saling pandang dengan heran. Sri
Sultan memandang Jarot dengan heran dan tak senang,
lalu cepat bertanya,
"Apa katamu" Alasan apa yang kau pakai untuk
memperkuat omongan ini?"
"Hamba persilakan Gusti Ayu Bratadewi tampil ke
depan." "Eh-eh, apa maksudmu?" sri Sultan maki n terheran.
"Hamba hendak memperlihatkan bukti, gusti," jawab
Jarot tabah. Bratadewi yang hadir pula di situ dan yang
sejak tadi sudah mendengar ucapan Jarot dengan hati
berdebar, segera maju ke depan dan berlutut di depan
Sri Sultan. "Sekarang hamba mohon juga supaya mempelai
wanita dipersilakan duduk di dekat Gusti Ayu Bratadewi
dan membuka penutup mukanya supaya paduka dapat
memeriksa persamaan mereka," kata Jarot.
Sekarsari yang sejak tadi memandang wajah
Bratadewi dengan terkejut dan heran, mendengar katakata Jarot ini, tanpa menanti perintah lagi dari Sri Sultan
lalu maju dan berlutut di depan Sultan Agung sambil
membuka penutup wajahnya.
Sultan Agung terbelalak melihat wajah Sekarsari
karena gadis yang sedang menyembah ini tiada bedanya
sedikitpun dengan Bratadewi ketika masih gadis dan
yang pernah menggoncangkan dan mencuri hatinya.
Juga lai n-lain orang yang berada di ruang itu menahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
napas karena baru sekarang mereka dapat melihat
persamaan wajah kedua wanita itu. Bratadewi sendiri
memandang dengan tercengang dan muka pucat.
Wanita setengah tua yang cantik ini menekan dada
dengan kedua tangan dan bibirnya gemetar.
"Apa artinya ini?" kata-kata ini diucapkan hampir
berbareng oleh Sultan Agung dan Bratadewi.
"Gusti Sultan, kalau hamba tak salah sangka,
bukankah dulu beberapa belas tahun yang lalu, Gusti
Ayu Bratadewi telah kehilangan puterinya yang masih
kecil" Bukankah puterinya itu hilang tak meninggalkan
jejak dan tak tentu rimbanya?"
"Benar, benar......... kau maksud gadis ini........."
Bratadewi bertanya sambil memandang tajam kepada
Sekarsari yang juga memandangnya.
"Sabar, gusti, hamba sendiripun belum tahu pasti
karena belum tahu duduknya peristiwa, Tapi ada seorang
yang akan dapat memecahkan rahasia ini."
"Siapa dia?" Sultan Agung bertanya cepat.
"Bukan lain ialah paman Galur yang kebetulan hadir
pula di sini."
Kini semua mata tertuju kepada Ki Galur yang menjadi
pucat dan tubuhnya gemetar karena kini terbukalah
matanya akan kemungkinan dan kenyataan yang luar
biasa ini. "Ki Galur, majulah ke sini dan ceritakanlah sejujurnya,
siapakah sebenarnya Sekarsari yang kau aku sebagai
anakmu." Ki Galur maju dan menyembah, lalu bercerita.
"Ampunkan, gusti, tadinya hamba sama sekali tidak ada
persangkaan sedikitpun bahwa Sari mempunyai Istana Yang Suram 12 Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Kehidupan Para Pendekar 4

Cari Blog Ini