Ceritasilat Novel Online

Keris Pusaka Sang Megatantra 9

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 9


tahulah dia siapa yang telah menyebabkan gurunya terluka
dan tewas. Ternyata ada lima orang yaitu Resi Bajrasakti, Ratu
Mayang Gupita dan Tri Kala dari Kerajaan Wura wuri. Hal ini
berarti bahwa gurunya telah dimusuhi oleh para jagoan dari
tiga kerajaan, yaitu Kerajaan Siluman Laut Kidul, Kerajaan
Wengker, dan Kerajaan Wura-wuri! Kini mengertilah dia. Tiga
kerajaan itu, di samping kerajaan kecil lainnya seperti
Kerajaan Parang Siluman dan lain-lainnya, adalah musuhmusuh yang tidak mau tunduk kepada Mataram dan sa mpai
sekarang tidak mau tunduk kepada Sang Prabu Erlangga, raja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerajaan Kahuripan yang menjadi keturunan Mataram.
Adapun gurunya, Sang Empu Dewa murti adalah seorang yang
amat setia kepada Mataram. Maka dia dapat menga mbil
kesimpulan bahwa mereka itu me mbunuh Empu Dewamurti
untuk me lenyapkan orang sakt i mandraguna yang setia
kepada Mataram, tentu dengan maksud untuk me le mahkan
Mataram, gurunya sudah berpesan kepadanya agar ia tidak
bertindak menurutkan denda m sa kit hati karena denda m
merupakan nafsu yang dapat mendorong manusia untuk
me lakukan perbuatan-perbuatan
kejam dan hal itu bertentangan dengan jiwa ksatria! Seorang ksatria akan selalu
menegakkan kebenaran dan keadilan, namun dengan cara
yang benar pula, dan mengumbar kekejaman karena denda m
sama sekali bukan sikap dan tindakan benar. Namun, Nurseta
bagaimanapun juga adalah seorang manusia biasa. Biarpun
dia sudah berlatih di bawah ge mblengan seorang arif
bijaksana seperti mendiang Empu Dewamurti, dan dia telah
dapat menanamkan kesabaran dalam hatinya, selalu ingat dan
waspada, yaitu ingat kepada Sang Hyang Widhi yang sudah
menggar iskan jalan kebenaran yang harus diikutinya, namun
terkadang nafsu dalam dirinya masih se mpat mengusik
kesadarannya sehingga dia yang selalu waspada untuk
mengikut i setiap gerak gerik hati pikirannya sendiri, terkadang
hanyut dalam gelombang nafsu keakuannya. Mendengar dan
me lihat bahwa orang yang telah melukai dan me mbunuh
gurunya terkasih itu kini berada di depannya, dia tidak ma mpu
menahan gejolak hatinya. Biarpun belum tersentuh dendam
yang akan menghancurkan se mua pertimbangannya, namun
sempat menggugah rasa penasaran di dalam hatinya. Dia
harus mencar i keterangan dari pe mbunuh itu mengapa ia
me mbunuh Empu Dewamurti yang tidak me mpunyai
kesalahan apapun! Maka, tanpa dapat menahan gejolak
hatinya, Nurseta melompat dan bagaikan kilat menyambar,
tubuhnya sudah brerkelebat dan tahu-tahu tiba di depan Ratu
Mayang Gupita! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita raksasa ini terkejut bukan main ketika tiba-tiba saja
ada seorang pemuda muncul di depannya tanpa dapat
diketahui dari mana datangnya. Juga Cekel Akson olo dar
Dibyo Mamangkoro tertegun me lihat bayangan berkelebat dan
tahu-tahu seorang pemuda sederhana berdiri di situ.
"Kanjeng Ratu, seperti yang saya dengar tadi, paduka
adalah seorang ratu kerajaan Siluman Laut Kidul. Akan tetapi
mengapa paduka bertindak curang dan kejam, mengeroyok
Eyang Empu Dewamurti yang tidak bersalah apa-apa" Apakah
perbuatan paduka itu dapat dikatakan adil dan gagah" Eyang
Empu Dewamurt i sudah tua dan selalu mengasingkan diri
tidak pernah mengganggu yang lain, akan tetapi paduka dan
teman-teman paduka
mengeroyoknya! Saya menuntut
penjelasan dari paduka!"
Ratu Mayang Cupita mengamati pe muda itu dan dia m-dia m
ia merasa heran sekali. Pe muda yang usianya paling banyak
dua puluh dua tahun itu hanya seorang yang sederhana,
pakaian maupun s ikap dan bicaranya, namun pandangan
matanya mencorong penuh wibawa. Dari gerakan pemunculannya tadi, sang ratu dapat menduga bahwa ia
berhadapan dengan seorang pemuda
yang me miliki kepandaian tinggi. Maka ia bersikap hati hati dan menekan
kesombongannya.
"He mm, orang muda. Sebelum kami menjawab pertanyaanmu, katakan dulu siapa kamu dan mengapa
engkau hendak mengurus tentang kematian Empu Dewa murt i!
Hayo jawab."
"Kanjeng Ratu, nama saya Nurseta dan sudah menjadi
kewajiban saya untuk mengetahui sebab kematian Eyang
Empu Dewamurti karena beliau adalah guru saya."
"Bagus! Jadi andika ini muridnya! Hemm, kalau begitu kami
yakin bahwa engkau pasti tahu di mana adanya Sang
Megatamra, keris pusaka itu Hayo katakan, di mana keris itu
atau aku akan mengirim engkau pergi menyusul gurumu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ratu Mayang Gupita girang sekali karena timbul pula
harapannya akan dapat mene mukan dan me miliki keris pusaka
Sang Megatantra yang diperebutkan se mua kerajaan itu.
Semua raja yakin bahwa sekali mereka dapat menguasai sang
Megatantra, berarti wahyu mah kota berada di tangan mereka
dan menjatuhkan Kahuripan merupa kan hal yang mudah dan
pasti! Nurseta mengangguk-angguk. "O, begitukan" Jadi paduka
dan wakil-wakil dari Wengker dan Wura wuri itu menyerang
mendiang eyang guru karena hendak mendapatkan Sang
Megatantra?"
'Benar, karena dia tidak mau menyerahkan Sang
Megatantra, maka kami menyerangnya! Dan sekarang,
kebetulan andika muridnya berada di sini. Hayo, cepat katakan
di mana adanya Sang Megatantra. Kalau andika menyerahkan
pusaka itu kepada kami, kami a kan me mberi imbalan hadiah
besar. Akan tetapi sebaliknya kalau tidak andika berikan ,
andika akan dis iksa sa mpa i mati!"
'He mm, terus terang saja, Sang Megatantra tidak berada di
tangan saya saat ini Akan tetapi, andaikata keris pusaka itu
berada di tangan saya, pusaka itu tidak akan saya berikan
kepada siapapun juga. Sang Megatantra adalah pusaka
kerajaan Mataram atau yang sekarang bernama Kerajaan
Kahuripan. Maka,sudah seharusnya pusaka itu dike mbalikan
kepada yang berhak, yaitu pada saat ini adalah Sang Prabu
Erlangga, raja Kahuripan. Jadi kalau paduka menghendaki
Sang Megatantra, berarti paduka hendak mera mpas ha k milik
orang lain!"
"Nurseta, jangan banyak cakap! Katakan sekarang juga di
mana adanya Sang Megatantra!" bentak Ratu Mayang Gupita
marah. Nurseta tersenyum dan mengge leng kepala. "Terpaksa aku
tidak dapat mengatakan di mana!" atanya tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam keparat! Hyaaaattt ....Mayang Gupita sudah
menyerangnya dengan pukulan yang mengeluarkan bola api
ke arah Nurseta. Akan tetapi pemuda ini sudah siap. Tadi dia
sudah menyaksikan kedahsyatan pukulan itu ketika ratu itu
me lawan kedua orang laki-la ki yang saat itu masih berdiri
sambil me mandang dan men dengarkan penuh perhatian.
Menghadapi serangan itu Nurseta tidak mau melawan dengan
kekerasan. Dia lalu bergerak dengan ilmu silat Baka Dewa dan
tubuhnya berkelebat ke samping sehingga serangan tenaga
sakti yang me mbentu k bola ap i itu luput, tidak mengenai
dirinya. Kemudian dari samping dia menerjang ke depan dan
mena mpar kearah pundak Ratu Mayang Gupita. serangan ini
saja me mbuktikan bahwa Nurseta tidak dikuasai nafsu
dendam. Tangannya bukan merupakan serangan maut, dan
sasarannya hanya pundak, berarti dia masih menguasai
perasaannya dan tidak digelapkan oleh nafsu amarah. Namun,
karena dia men ggunakan tenaga sakti yang a mat kuat, maka
tamparan itu mendatangkan hawa pukulan yang rasa panas
oleh pundak Ratu Mayang Gupita sebelum jari tangan Nurseta
mengenai sasaran.
"Haiiiihhh .....!" Wanita raksasa itu
menggerakkan tangannya menangkis ta mparan itu dengan pengerahan
tenaga sekuatnya.
"Wuuuttt ..... plakkk!"
Ratu Mayang Gupita terkejut bukan main. Lengannya
bertemu dengan tangan yang mengandung getaran dahsyat
dan terasa panas olehnya. Terpaksa ia melompat jauh ke
belakang untuk menghentikan getaran yang me mbuat
tubuhnya terguncang. Diam-dia m ia terkejut akan tetapi tidak
heran mengingat bahwa pe muda ini adalah murid me ndiang
Empu Dewamurti. Tentu saja pe muda inipun me miliki
kesaktian yang tak boleh dipandang ringan. Betapapun juga,
ia merasa penasaran dan juga malu. Di situ terdapat Dibyo
Mamangkoro dan Cekel Aksomolo yang menyaksikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertandingan itu. Tentu saja a mat me malukan dan
merendahkan kalau ia sa mpai kalah oleh seorang pemuda
remaja! Maka, sambil menge luarkan bentakan nyaring yang
mengandung kekuatan sihir, ia menerjang lagi ke depan, kini
me mbentu k cakar dengan kedua tangannya. Jari-jarinya
menjad i cakar har imau dan kuku-kukunya berubah menghita m. Setiap ujung kuku jari itu mengandung hawa
beracun dan ini merupakan aji yang amat keji dan berbahaya.
Baru bentakan melengking yang keluar dari mulutnya itu saja
sudah ma mpu me ngguncangkan jantung lawan dan yang
kurang kuat sudah dapat dilumpuhkan oleh bentakan itu.
Apalagi disusul terkaman dengan kuku-kuku jar i yang berb isa
seperti itu. Sungguh merupakan serangan maut yang a mat
berbahaya. Namun Nurseta bersikap tenang. Dia sudah mengerahkan
ilmu meringankan tubuh Aji Bayu Sakti sehingga tubuhnya
dapat berkelebatan cepat sekali bagaikan angin sehingga
semua serangan berupa cengkera man dan ta mparan kedua
tangan yang kukunya berubah hita m itu tak pernah
menyentuh kulit tubuhnya. Dan menghadapi serangan maut
bertubi-tubi itu tahulah Nurseta bahwa dia tidak mungkin
hanya menghindarkan diri saja karena hal ini me mbahayakan
dirinya endiri. Bela diri yang baik bukan sekadar
me mpertahankan dan melindungi diri, melainkan ba las
menyerang karenanya dengan demikian maka daya serangan
lawan dapat dilumpuhkan atau setidaknya
dikurangi kehebatannya. "Yaaaahhh!" Dia berseru dan ketika tangan
kanan Ratu Mayang Gupita mencengkeram ke arah kepalanya,
dia menggerakkan diri ke kiri, kemudian tangan kanannya
bergerak me mukul lengan lawan itu dari sa mping dengan
tangan dimiringkan.
"Wuuultt ..... desss!!" Pukulan tangan Nurseta itu tepat
mengenai lengan lawan di bawah s iku. Seketika tubuh Ratu
Mayang Gupita terjengkang ke belakang dan tubuhnya
terhuyung-huyung. Lengannya terasa nyeri bukan ma in,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seolah tulangnya patah. Akan tetapi setelah meneliti ternyata
tulang lengannya tidak patah hanya terasa nyeri, la terkejut
sekali Dibyo Mamangkoro dan Cekel Aksomolo tadinya hanya
menonton saja karena merasa hampir yakin bahwa ratu yanag
sakti mandraguna, yang tadi mampu menandingi mereka,
pasti akan dapat merobohkan pe muda itu dalam waktu
singkat. Akan tetapi alangkah heran dan kaget hati mereka
me lihat betapa semua serangan Ratu Mayang Gupita tak
pernah mengenai sasaran, lebih lagi ketika kini melihat ratu itu
terhuyung-huyung dan agaknya kesakitan. Mereka berdua
me mang sudah condong me miha k Ratu Mayang Gupita yang
menjad i musuh Kerajaan Kahuripan. Maka melihat wanita itu
terdesak, sekali saling pandang mereka sudah bersepakat
untuk me mbantu Ratu Mayang Gupita. Keduanya lalu tanpa
menge luarkan kata-kata lagi menerjang maju mengeroyok
Nurseta. "Trik-rik-rik-tik
.....!!" Dengan mengeluarkan bunyi berkeritikan yang mengandung getaran kuat, tasbih di tangan
Cekel Aksomolo berubah menjadi sinar hita m bergulunggulung menyambar kearah kepala Nurseta.
"Wuuussss .....!" Hawa pukulan yang mengandung hawa
panas seperti api dan juga mengandung racun me matikan
menya mbar dari tangan Dibyo Mamangkoro ketika raksasa ini
menyerang dengan aji pukulan Wisangnolo, me luncur ke arah
dada pemuda itu. Nurseta yang waspada sejak semula,
me lihat datangnya dua serangan ini dan cepat dia melompat
dan menghindar dengan ilmu mer ingankan tubuhnya, yaitu Aji
Bayu Sakti.

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat dua orang itu me mbantunya, besarlah hati Ratu
Mayang Gupita yang tadinya sudah merasa gentar, lapun
berteriak dan menerjang lagi, mengeroyok pe muda itu.
Dikeroyok oleh tiga orang yang me miliki kesaktian tinggi
itu, tentu saja Nurseta menjadi kewalahan dan dia hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menghindarkan diri mengandakkan Aji Bayu Sakti.
Tubuhnya seolah menjad i bayangan yang berkelebatan antara
tiga orang pengeroyoknya. Selagi dia hendak me mpergunakan
aji pa mungkasnya yang amat hebat, yaitu Aji Tiwikra ma yang
dapat membuat tubuhnya tampak besar sekali oleh lawan,
atau Aji Sirnasarira yang membuat tubuhnya tidak dapat
tampak oleh lawan, tiba-tiba terdengar teriakan me lengking.
"Curang! Curang! Tiga orang mengeroyok satu orang!"
Orang yang mencela ini bukan lain adalah Puspa Dewi. Seperti
kita ketahui, setelah tamat me mpe lajari aji-aji kesaktian dari
Nyi Dewi Durgakuma la, kemudian menjadi puteri Raja Wurawuri karena Nyi Dewi Durgakuma la dia mbil isteri dan menjadi
permaisuri Raja atau Adipati Bhis maprabhawa dari Wura-wur i.
la diangkat menjad i anak oleh Nyi Dewi Durgakumala
sehingga dengan sendirinya ia menjadi Puteri Sekar Keraton di
Wura-wuri! Kemudian ia mendapat tugas dari Adipati
Bhis maprabhawa dan Nyi Dewi Durgakumala untuk mewa kili
Wura-wuri dan me mbantu gerakan yang dila kukan kerajaankerajaan kecil lainnya untuk menjatuhkan Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama. Ia ditugaskan untuk
bergabung dengan Puteri Lassmini dan Puteri Mandari, dua
orang Puteri dari Kerajaan Parang Siluman yang kini menjadi
isteri Ki Patih Narota ma dan Sang Prabu Erlangga dalam usaha
mereka untuk meruntuhkan kekuasaan raja dan patihnya yang
dimusuhi itu. Juga ia ditugaskan untuk mera mpas keris pusaka
Sang Megatantra dari tangan Nurseta. Selain itu, ia juga
ditugaskan Nyi Dewi Durga kumala untuk me mbunuh K i Patih
Narotama yang pernah me mbikin guru atau ibu angkatnya itu
patah hati. Dalam perjalanannya itu, ditengah jalan ia melihat
seorang pemuda dikeroyok tiga orang dan mereka se mua
me mpergunakan aji kesaktian, maka ia merasa penasaran lalu
terjun ke dalam pertempuran tanpa bertanya lagi, membantu
pemuda yang dikeroyok sesuai dengan na luri jiwanya yang
tidak senang me lihat ketidak-adilan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terjangan Puspa Dewi dahsyat dan ganas sekali. Melihat
kehebatan tiga orang yang mengeroyok pemuda itu, sudah
mencabut pedangnya. Begitu me nerjang dengan pedang
pusaka Candrasa Langking, pedang itu berubah menjadi
segulungan s inar hita m yang menyambar nyambar!
"Tranggg .....!" Tasbih di tangan Cekel Aksomolo terpental
ketika bertemu dengan pedang di tangan Puspa Dewi
sehingga tokoh sesat duplikat Durna itu terkejut dan
me lompat ke belakang
Puspa Dewi t idak perduli dan ia sudah menyerang Ratu
Mayang Gupita dengan pedang hitamnya. Wanita raksasa
itupun terkejut karena sambaran pedang itu dahsyat sekali,
menge luarkan suara berdesing dan terasa hawanya yang
panas karena mengandung racun yang amat kuat. lapun
me lompat ke belakang dan siap melontarkan pukulan tangan
yang mengeluarkan bola api. Namun, begitu ia mendorongkah
tangannya, Puspa Dewi sudah menyambut dengan dorongan
tangan kiri dengan Aji Guntur Gen i.
"Bresss .....!" Dua aji pukulan dahsyat itu bertemu di udara
dan akibatnya tubuh Puspa Dewi terpental ke bela kang. Akan
tetapi gadis ini dengan keras kepala sudah menerjang lagi
dengan nekat. Pedangnya diputar di depan tubuhnya seperti
kitiran, me mbentu k sinar bergulung-gulung dan menyerang ke
arah tubuh Ratu Mayang Gupita. Diserang seperti itu, wanita
raksasa itu lalu cepat mencabut sebatang keris panjang dari
pinggangnya dan menangkis, lalu balas menyerang. Kedua
orang wanita itu sudah saling serang.
Sementara itu, Dibyo Mamangkoro yang menyerang
Nurseta dengan pukulan Aji Wisangnolo, disambut oleh
Nurseta dengan dorongan tangan. Ketika dua pukulan itu
bertemu, Dibyo Manmangkoro terhuyung ke belakang.
Bantuan Puspa Dewi me ngejutkan tiga orang itu dan
mereka merasa jerih. Baru me lawan Nurseta seorang diri saja
mereka bertiga tadi be lum ma mpu mengalahkannya. Kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muncul gadis liar itu yang me miliki ilmu yang liar pula. Maka
Ratu Mayang Gupita lalu me lompat dan me masuki keretanya
yang lalu dilarikan cepat. Ketika Puspa Dewi hendak
mengejarnya, ia disa mbut oleh belasan orang perajur it
pengawal. Dibyo Mamangkoro dan Cekel Aksomolo lalu maju
me mbantu para pengawal kaarena baru beberapa gebrakan
saja, pedang hitam di tangan Puspa Dewi telah merobohkan
dua orang perajurit. begitu dua orang sakti ini maju dan
menyerang, Dibyo Mamangkoro dengan pukulan jarak jauhnya
dan Cekel Aksomolo dengan tasbihnya, Puspa Dewi terkejut
dan mau tidak mau harus berlompatan ke belakang. Terlalu
berbahaya serangan dua orang itu. Begitu ia me lompat ke
belakang, dua orang tokoh sesat itu lalu melarikan diri
bersama para pengawal, mengejar kereta yang ditumpangi
Ratu Mayang Gupita yanag lari terlebih dulu.
Puspa Dewi yang nekat itu hendak me lakukan pengejaran
sambil me maki maki.
"Heh, orang-orang pengecut hina, Hendak lari ke mana
kalian?" Akan tetapi terdengar suara di belakangnya, "Puspa Dewi,
kukira tidak perlu mengejar mereka."
Dara itu menahan langkahnya dan berbalik dengan cepat,
menga mati wajah Nurseta dan bertanya dengan ketus, "Heh!!
Dari mana engkau men getahui na maku, hah?"
Nurseta tersenyum. Kegalakan dara itu baginya tampak
lucu sekali, seperti melihat seorang anak kecil yang bandel.
"Puspa Dewi, tentu saja aku mengena lmu karena engkau
adalah seorang gadis tukang keroyok. Tanpa tahu
masalahnya engkau langsung saja
mengeroyok dan menyerang!"
"He" Engkau ..... tak tahu diuntung, tak mengenal budi!
Aku tadi bukan mengeroyokmu, malah me mbantu kamu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikeroyok! Bagaimana engkau berani mengatakan bahwa aku
tukang keroyok?" "Sekarang me mang engkau me mbantu aku
dan untuk itu, biar lah kuucapkan terima kasih. Akan tetapi
tempo hari, didusun kita Karang Tirta, tiada hujan tiada angin
engkau datang-datang mengeroyok aku!"
"Di ..... Karang Tirta ....." Eh, oh, ingat aku sekarang.
Engkau adalah Nurseta, kan?"
"Sekarang baru engkau ingat padaku, Biarlah kesalahanmu
yang sudah berlalu itu kubikin habis sa mpai di s ini saja karena
kesalahan itu telah kau tebus hari ini dengan menolongku
terlepas dari anca man bahaya."
Puspa Dewi menegakkan kepalanya dan me mbusungkan
dadanya sambil me mandang wajah Nurseta dengan mata
bersinar. "Bagus sekali kita dapat bertemu di sini, Nurseta.
Memang aku sedang mencarimu!"
"He mm, engkau mencar i aku, Puspa Dewi" Apakah untuk
minta maaf bahwa engkau dahulu itu sudah mengeroyokku
bersama Linggajaya?"
"Aku" Minta maaf padamu" Huh, tak tahu diri! Engkaulah
yang harus minta maaf padaku karena engkau telah berani
mengganggu dan me ngancam hendak me mbunuh ayahku?"
"Siapa hendak me mbunuh ayah mu?"
"Engkau menga muk di ruma h ayahku dan engkau masih
berani pura-pura bertanya lagi?"
"He mm, aku me mpunyai urusan dengan Ki Lurah
Suramengga la, bagaimana mungkin engkau menuduh aku
mengganggu ayahmu" Apakah Ki Lurah Suramengga la itu
....." "Dia ayahku dan jangan katakan dia jahat!"
"Tapi ..... setahuku engkau adalah anak Bibi Lasmi yang
telah janda ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibuku telah menjad i isteri Ki Lurah Suramenggala, maka
dia adalah ayahku."
Nurseta mengangguk-angguk. Sebagai orang yang pernah
bekerja pada lurah itu, tentu saja dia tahu bahwa Ki Lurah
Suramengga la sudah me mpunyai isteri bahkan setahu dia
lurah itu sudah me mpunyai dua orang selir. Hemm, tentu Bibi
Lasmi me njadi selirnya yang ke tiga, pikirnya.
"Oo, begitukah?" kata Nurseta sambil me mandang wajah
yang cantik jelita itu. Memang Puspa Dewi kini telah menjadi
seorang dara yang dewasa dan cantik jelita. Dulu, ia seorang
gadis remaja yang sederhana seperti gadis desa pada
umumnya, pakaiannya sederhana dan sikapnya le mbut dan
pemalu. Akan tetapi kini, sungguh perubahan besar telah
terjadi pada diri dara itu. Dalam usianya yang sekitar sembilan
belas tahun itu, ia bagaikan setangkai bunga yang sedang
me kar mengharum. Kulitnya putih kuning mulus, tubuhnya
sedang dan padat dengan lekuk lengkung sempurna dan
mengga irahkan. Rambutnya hita m panjang dan di dahinya
serta pelipisnya, sinom (anak ra mbut) melingkar- lingkar indah.
Alisnya melengkung me lindungi sepasang mata yang bersinarsinar seperti bintang, hidungnya kecil ma ncung dan bibirnya
segar merah me mbasah. Tahi lalat hita m kecil di dagu itu
mena mbah kemanisannya. Dan yang mencolok sekali,
sikapnya yang dulu pendia m dan pe malu itu, kini sa ma sekali
berubah. Kini ia menjad i seorang dara sakti mandraguna yang
lincah dan ta mpak liar dan ganas! Juga pakaiannya serba
mewah dan indah, seperti seorang puteri saja! Tentu saja ia
sama sekali tidak menyangka bahwa me mang Puspa Dewi
telah menjadi seorang puteri, menjadi Puteri Sekar Kedaton
(Puteri Bunga Istana) Kadipaten Wura wuri. "Tad i engkau
mengatakan bahwa engkau me mang sedang mencari aku
Nah, kita sekarang telah saling berte mu di te mpat ini. Lalu apa
yang kau inginkan dariku, Puspa Dewi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama, aku ingin me mbalaskan penghinaan mu terhadap
ayahku ....."
"Ayah tirimu Ki Lurah Sura menggala itu?"
"Ya, ayah tiriku. Engkau telah bertindak sewenang-wenang
dan menghinanya."
"Tenang dulu, Puspa Dewi. Sangat tidak adil kalau engkau
hanya mendengarkan keterangan sepihak. Kau tahu apa yang
telah dilakukan Ki Suramenggala padaku" Pertama, dia yang
menyebabn orang tuaku terpaksa me larikan diri dar i Karang
Tirta. Kedua, dia telah menipuku, me mbeli rumah dan
pekarangan serta ladang orang tuaku hanya dengan me mberi
aku ma kan selama tiga tahun, itupun aku harus bekerja
sebagai bujang untuknya. Ke tiga, ketika aku datang untuk
menanyakan tentang orang tuaku padanya, dia menyuruh
para jagoannya untuk mengeroyok dan me mukuli a ku.
Keempat, ternyata dia bersahabat dengan kepala gero mbolan
yang merampok di dusun Karang Sari. Nah, itulah sebabnya,
aku menghajarnya, Puspa Dewi. Kalau engkau hendak
me mbe lanya, maka jelas bahwa engkau me mbe la orang yang
bersalah, engkau ikut salah juga. Kalau dia menjadi ayah
tirimu, kewajiban mu adalah untuk menyadarkan dia agar
kembali ke jalan benar, tidak me meeras rakyatnya dan tidak
bertindak sewenang-wenang."
Wajah gadis itu berubah merah, la me mang sudah
menduga bahwa ayah tirinya bukan orang baik-ba ik dan
sebetulnya ia sendiri juga menyesal dan kecewa mengapa
ibunya mau dijadikan selir lurah itu.
"He mm, akan kuselidiki dan kalau benar
semua keteranganmu, aku pasti a kan menyadarkannya. Akan tetapi
ada sebuah hal lagi yang lebih penting, yaitu aku me men uhi
pesan guruku agar mencarimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, siapa gurumu itu" Kalau menyuruhmu mencariku
berarti dia sudah me ngenal aku. Dan mengapa dia menyuruh
engkau mencariku, Puspa Dewi?"
"Guruku adalah ibu angkatku dan juga berna ma Nyi Dewi
Durgakuma la dan kini menjadi Per ma isuri Adipati Wura-wuri"
kata Puspa Dewi dengan nada bangga.
Nurseta me mandang ke arah pakaian dan perhiasan yang
dipakai Puspa Dewi dan men gertilah dia kini. Keterangan ini
sudah menjelaskan segalanya. Nyi Dewi Durgakumala adalah
wanita cantik sa kti yang dulu menculik Linggajaya. Kenapa
ma lah sekarang Puspa Dewi yang dulu diculik oleh Resi
Bajrasakti yang menjadi murid wanita itu" Dia teringat akan
Linggajaya yang kini juga sakti mandraguna. Kalau begitu,
tentu Linggajaya menjad i murid Resi Bajrasakti. Agaknya
mereka berdua itu saling bertukar anak yang mereka culik.
Dan diapun tidak heran melihat Puspa Dewi begitu berrubah.
Murid Nyi Dewi Durgakuma la, datuk wanita sesat itu tentu
saja menurunkan wataknya kepada muridnya, dan tidak aneh
pula kalau Puspa Dewi me makai pakaian mewah dan
perhiasan serba gemerlapan karena dara itu telah menjadi
puteri Adipati Wura-wuri!
"He mm, kiranya engkau sekarang telah menjadi anak lurah
juga puteri adipati! Hebat! Lalu apa maksud Nyi Dewi
Durgakuma la; atau Gusti Permaisuri Adipati Wura-wuri itu
mengutus mu mencari aku" ...
"Serahkan keris pusaka Sang Megatantra ' kepadaku,
Nurseta!" kata Puspa Dewi.
"Oj-'jadi itukah yang dikehendakinya" Apa hak gurumu dan
engkau minta Sang Megatantra itu, Puspa Dewi" Pusaka Itu
bukan milikmu atau milik gurumu'"
"Jangan banyak cerewet. Serahkan Megatantra atau aku
akan mera mpas dengan kekerasan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pusaka Megatantra adalah hak milik Sang Prabu Ertangga
di Kah uripan. "Tida k perduli, serahkan Megatantra padaku!" kata Puspa
Dewi dengan alis berkerut.
"Bagaimana aku dapat menyerahkan Megatantra kepadamu
kalau pusaka itu tidak berada di tanganku?"
"Bohong! Guruku mengatakan bahwa engkaulah yang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mene mukan pusa ka itu daerah pantai Laut Kidul!"
"Benar, akan tetapi sekarang pusaka itu tidak berada
padaku." "Sudah kauserahkan kepada Sang Prabu Erlangga?"
"Belum, akan tetapi ....."
"Kalau begitu, berarti masih ada pada mu?"
"Juga tidak, pusaka itu tida k ada padaku."
"Lalu di mana?"
Nurseta mepggeleng kepalanya. Sungguh aneh, pikirnya.
Dara ini bersikap begini galak dan liar, akan tetapi dia sama
sekali tidak menjad i tak senang atau marah. Agaknya tidak
mungkin dia dapat marah kepada wajah yang manis dan yang
amat menarik hatinya itu.
"Sayang, aku tidak dapat me mberitahukan ha l itu
kepadamu."
"Nurseta! Kalau begitu engkau menantang aku?" bentak
Puspa Dewi marah.
Nurseta tersenyum. "Puspa Dewi, aku tidak pernah
menantangmu. Di antara kita berdua tidak ada urusan apapun
yang patut dipertentangkan. Kalau gurumu menghendaki
Megatantra dariku, katakan saja bahwa Megatantra tidak ada
padaku. Aku tidak berbohong dan selebihnya aku tidak dapat
me mber i tahu apa-apa lagi. Puspa Dewi, aku tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau seorang dara perkasa yang baik hati, buktinya tadi
engkau tidak suka me lihat orang dikeroyok secara tidak ad il
dan me mbantu. Sadarilah bahwa Megatantra itu hak milik
Kerajaan Kahuripan. Amat tidak baik menginginkan hak milik
lain orang."
"Tida k perlu me mberi wejangan! Cepat katakan di mana
sekarang Sang Megatantra!" bentak Puspa Dewi jengke l
"Maaf, aku tidak dapat mengatakannya, Puspa Dewi."
"Keparat, kalau begitu aku harus menggunakan kekerasan
me ma ksamu" kata dara itu dan ia lalu me masang kuda-kuda.
Kedua kaki agak ditekuk yang kanan di depan dan yang kiri ke
belakang, kedua lengan dipentang seperti burung terbang.
Itulah pe mbukaan dari Aj i Guntur Gen i.
Melihat sikap dan gerakan gadis itu dia m-dia m Nurseta
kagum. Sungguh dara itu tampa k gagah bukan ma in.
"Terserah kepadamu, Puspa Dewi. Akan tetapi yang
menghendaki perkelah ian bukan aku, melainkan engkau." kata
Nurseta dengan sikap tenang dan dia berdiri santai saja,
menanti gadis itu menyerang lebih dulu.
"Sa mbut seranganku Hyaaaaattt .....!"
Dara itu sudah me mbuka serangan. Cepat seperti kilat
menya mbar tubuhnya sudah menerjang ke depan, kedua
lengan yang tadinya dipentang itu meluncur dengan cepat
sekali, yang kanan me mukul kearah leher Nurseta dengan
tangan miring, di susul tangan kiri yang mencengkeram ke
arah perut pemuda itu! Bukan cengkra man biasa karena ia
sudah menggunakan Aj i Wisakena ka dalam cengkeraman itu
sehingga kuku-kuku jarinya mengandung racun dan sekali
menggores kulit lawan, kalau sampa i terluka, dapat
mendatangkan bahaya maut seperti gigitan ular berbisa!
"He mm .....!" Nurseta melihat datangnya serangan yang
berbahaya dan juga ganas itu. Dia telah menggunakan Aji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bayu Sakti dan tubuhnya sudah berkelebat, menghindar dari
serangan kedua tangan gadis itu. Akan tetapi setelah
serangan pertamanya luput dan gagal,Puspa Dewi sudah
menyusulkan serangan beruntun dengan cepat dan kuat.
Setelah beberapa kali mengelak, Nurseta lalu melayani dara
itu dengan gerakan silat Baka Denta. Tubuhnya berkelebatan
dan terrkadang melompat tinggi seperti seekor bangau
terbang. Perkelahian berlangsung seru, saling serang dengan
hebat. Namun sesungguhnya, Nurseta tentu saja tidak benarbenar dalam serangannya, tidak mengerahkan tenaga
sepenuhnya dan sama sekali t idak ber ma ksud me lukai gadis
itu. Dia hanya ingin mengalahkan tanpa me luka i, akan tetapi
hal ini sungguh a mat sukar karena sepak terjang Puspa Dewi
hebat dan ganas. Setelah menahan semua serangan gadis itu
dan terkadang me mbalas yang dapat pula dihindarkan Puspa
Dewi, gadis itu menyerang dengan pukulan Guntur Geni yang
mendatangkan hawa panas. Pukulan tangan kanan terbuka itu
mengarah dada Nurseta. Melihat serangan ini, Nurseta
mendapatkan kesempatan untuk mencapai ma ksudnya, yaitu
menga lahkan tanpa me luka i. Dia lalu me ngerahkan tenaganya
dan menyambut pukulan itu dengan tangkisan dar i samping.
"Wuuuttt ..... dessss .....!!" Tubuh Puspa Dewi terdorong
dari samping dengan kuatnya sehingga hampir saja ia
terpelanting. Akan tetapi ia dapat berlompatan dan berjungkir
balik tiga kali seh ingga tidak sa mpa i jatuh, hanya terhuyung
saja. Namun ha l itu sudah je las menunjukkan bahwa ia kalah
dalam pertandingan s ilat tangan kosong itu. Bukannya
menerima dan mengakui kekalahannya, Puspa Dewi yang
keras kepala dan keras hati itu malah me njadi se ma kin
penasaran dan marah.
"He mm, Nurseta! Aku belum kalah! cabut senjatamu keris
pusaka Megatantra dan coba lawan pedangku ini!" Gadis itu
menggerakkan tangan kanannya dan ta mpak s inar hitam
berkilauan dan tahu tahu Pedang Hita m Candrasa Langking
sudah berada di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kukatakan bahwa Sang Megatantra tidak ada
padaku dan aku t idak biasa menggunakan senjata, Puspa
Dewi. Sudahlah, untuk apa kita bertanding" Biar aku mengaku
kalah dan anggap saja engkau menang. Aku tidak ingin
bermusuhan dengan mu, Puspa Dewi. Ingat, kita adalah orangorang sedusun, sama sama berasal dari Karang Tirta." Nurseta
me mbujuk. "Kau pilih saja salah satu. Memberi tahu kepadaku di mana
sekarang keris pusaka Sang Megatantra atau kalau engkau
tidak mau mengatakannya, terpaksa aku akan menggunakan
kekerasan me maksamu dengan pedangku ini!"
"Wah, engkau ini nekat benar, Puspa Dewi. Sudah
kukatakan bahwa keris pusaka itu tidak ada padaku dan keris
pusaka itu adalah milik Sang Prabu Erlangga di Kahuripan
karena itu merupakan pusaka Mataram yang harus diserahkan
kepada keturunan raja Mataram. Untuk apa engkau nekat
ingin me milikinya?"
"Tak perlu banyak cakap lagi. Aku hanya mentaati perintah
guru atau ibu angkatku. Nah, katakan di mana Sang
Megatantra!"
"Nurseta mengge leng kepalanya. "Tidak akan kukatakan
kepada siapa juga."
"Kalau begitu sa mbutlah Candrasa Langking ini!" Puspa
Dewi yang sudah merasa penasaran sekali karena tadi dalam
pertandingan tangan kosong ia dikalahkan Nurseta, kini sudah
maju dan menyerang dengan pedang hitamnya, tidak perduli
bahwa Nurseta tidak me mbawa senjata. Pedangnya
menya mbar nyambar seperti
kilat. Nurseta cepat menggerakkan tubuhnya dengan Aji Bayu Sakti untuk
mengatasi kecepatan sambaran pedang dan tubuhnya
berkelebatan diantara
gulungan sinar pedang hitam. Permainan pedang dara itu me mang hebat sekali dan akhirnya
Nurseta terdesak juga karena dia tidak mau me mbalas dengan
pukulan yang ampuh, takut kalau me luka i gadis itu. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi kalau terus me mpertahankan diri dengan menge lak,
akhirnya dia akan terancam bahaya juga karena pedang hitam
itu mengandung hawd beracun yang amat berbahaya.
Terpaksa Nurseta lalu mengerahkan aj inya yang jarang
dipergunakan, yaitu Aji Sirnasarira. Tiba-tiba saja Puspa Dewi
menge luarkan jeritan tertahan karena tiba-tiba ia kehilangan
lawannya, tubuh Nurseta lenyap dan selagi ia meragu dan
bingung mencari-cari bayangan Nurseta, siku kanannya
ditepuk jari-jari tangan yang kuat sekali namun tidak ta mpak
dan seketika lengan kanannya menjadi lumpuh dan tak dapat
ditahannya lagi pedang hita m yang dipegangnya itu pun
terlepas dari tangannya. Ia terkejut sekali dan pada saat itu ia
dapat melihat Nurseta lagi yang sudah berdiri sambil
tersenyum kepadanya.
Sejenak Puspa Dewi me mandang nanar, tidak percaya akan
apa yang dialaminya tadi. Tida k mungkin Nurseta menghilang
lalu menyerangnya dengan tubuh yang tidak tampak! Akan
tetapi kenyataannya, lengannya masih kesemutan dan
pedangnya sudah menggeletak di atas tanah, terlepas dari
pegangannya. Biarpun begitu, gadis yang berhati keras ini
masih penasaran dan belum yakin bahwa dapat dikalahkan
sedemikian mudahnya. Maka sambil menggigit bibir sendiri
cepat menyambar pedangnya lagi dan kini mulutnya
menge luarkan jerit yang menggetarkan sekeliling te mpat itu.
Itulah Aji Jerit Guruh Bairawa! Dengan jerit ini saja, Puspa
Dewi sudah ma mpu me mbuat lawannya tergetar hebat dan
roboh. Dengan jeritnya yang dahsyat ini masih menyayat
udara, ia sudah menggerakkan pedangnya lagi, menyerang
dengan sekuat tenaga, pedangnya menyambar ke arah leher
Nurseta! "Singgg .....!" Pedang itu menyambar lebih dahsyat
daripada tadi karena didukung dan didorong oleh Jerit Guruh
Bairawa yang melengking nyaring! Namun dengan gerakan
yang lebih cepat lagi, Nurseta sudah menghindar dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
loncatan ringan ke belakang sehingga pedang itu hanya
menya mbar angin. Namun, Puspa Dewi yang sudah marah
sekali dan hatinya dipenuhi rasa penasaran, sudah me loncat
mengejar dan pedangnya berputar-putar sehingga berubah
menjad i gulungan sinar yang berkelebatan mengirim serangan
bertubi-tubi. , Tubuh Nurseta me lompat ke atas dan "lessss .....!" tubuh
itu sudah lenyap lagi dari pandangan Puspa Dewi! Dara itu
kembali menjad i bingung akan tetapi kemarahannya ma kin
berkobar, la menga muk dan mengobat-abitkan pedangnya,
me mbaco k ke sana-sini dengan ngawur. "Keparat kau,
Nurseta! Hayo perlihatkan dirimu, jangan pergunakan ilmu
setan!" Akan tetapi tiba-tiba pergelangan tangannya ditangkap
tangan yang tak tampak dan tahu-tahu pedangnya telah
dira mpas. Pedang itu kini me layang dan tampaklah tubuh
Nurseta dan pemuda itu berdiri depannya sambil me megang
pedang hita m yang sudah dira mpasnya!
"Puspa Dewi, untuk apa kita lanjutkan pertandingan ini"
Ilmu pedangmu hebat sekali, aku tidak kuat me lawannya.
sudahlah, aku mengaku kalah!" Setelah ber kata demikian,
Nurseta melemparkan pedang itu ke arah Puspa Dewi. Dara
itu terkejut melihat pedangnya meluncur dan menganca m
dirinya, akan tetapi setelah dekat, tiba-tiba pedang itu
me mba lik meluncur ke arahnya dengan gagang depan.
Hatinya menjadi lega dan cepat ia menyambut pedang itu dan
menyimpannya kembali ke sarung pedang. Percuma saja
menyerang lagi. Kalau Nurseta dapat menghilang seperti itu,
bagaimana mungkin ia akan ma mpu mengalahkannya"
"Huh, kau ..... curang!" Dara Itu menggerutu dengan bibir
meruncing ce mberut dan matanya dilebarkan. Dala m keadaan
begitu dara itu malah tampa k se makin man is dalam
pandangan Nurseta. "Jangkau menggunakan ilmu setan yang
me mbuat engkau bisa menghilang seperti setan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta tersenyum. "Puspa Dewi, ilmu Ilmu disebut ilmu
setan kalau penggunanya untuk mencelakai orang. Engkau
sendiri me mpergunakan ilmu-ilmu yang mengandung hawa
beracun, bahkan pedangmu itupun beracun sehingga kalau
seranganmu mengenai lawan, lawan akan tewas atau
setidaknya terluka parah. Akan tetapi aku sama sekali tidak
mence lakaimu. Sekarang kuingatkan engkau sekali lagi, Puspa
Dewi. Engkau seorang dara muda namun telah menguasai
banyak aji yang dahsyat, sayang kalau engkau menjadi orang
sesat yang me mpergunakan ilmu mu untuk me mbunuh atau
me lukai orang yang tidak bersalah. Ketahuilah bahwa keris
pusaka Megatantra me mang aku yang mene mukan, dan aku
hendak menge mba likan kepada yang berhak, yaitu Sang
Prabu Erlangga dari Kerajaan Kahuripan. Akan tetapi sungguh
celaka, dalam perjalananku, keris pusaka itu dicuri orang
karena kelengahanku. Aku tertipu dan Pusaka itu dilarikan
orang. Akan tetapi aku harus mera mpasnya kembali dari
angan si pencuri."
Mendengar se mua ucapan Nurseta, di lubuk hatinya Puspa
Dewi me mbenarkan kata-kata pe muda Kebenaran yang tak
dapat dibantah, Pikir gadis yang pada dasarnya me miliki hati
yang condong me mbela kebenaran itu. Hanya karena
pengaruh sifat gurunya dan pengaruh lingkungan, maka
menjad i liar dan ganas. Namun tetap saja ia selalu
me mpertahankan keadilan maka mendengar ucapan Nurseta
itu ia dia m-dia m menbenar kan.
"Akan tetapi aku hanya menaati perintah guruku yang juga
ibu angkatku, Permaisuri Kadipaten Wura-wuri .....!" katanya,
seolah me mbantah suara hatinya yang me mbenarkan Nurseta.
"Bukankah seorang murid harus berbakti dan setia pada
gurunya yang telah melepas banyak budi?"
"Benar sekali kata-katamu itu, Puspa Dewi. Seorang murid
harus berbakti kepada gurunya, itu merupakan suatu
kewajiban seorang murid yang baik dan tahu me mbalas budi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ada kewajiban lain yang lebih penting lagi, Puspa,
yaitu kewajiban sebagai seorang manusia. Karena itu, setiap
tugas harus diperhitungkan dengan prikemanusiaan. Kalau
tugas yang diberikan guru itu menyimpang dari kemanusiaan,
maka kita tidak perlu melaksana kannya. Menyimpang dari
prikemanusiaan berarti kejahatan dan haruskah seseorang
me mbantu orang la in me lakukan kejahatan, biarpun orang lain
itu gurunya sendiri" Tida k, Puspa, engkau bukan seorang
gadis yang jahat. Karena itu, tugas yang bersifat jahat amat


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak cocok dan tidak pantas kaulakukan!" Puspa Dewi
menjad i se makin bimbang, ia lalu men gangguk-angguk.
"Baiklah, aku akan mengatakan kepada guruku bahwa
perintahnya untuk mera mpas Megatantra yang menjadi hak
milik orang lain itu adalah tidak benar dan jahat sehingga aku
berani melanggar perintahnya. Masih ada tugas lain yang tidak
kalah pentingnya dan dapat kulakukan dengan berhas il baik."
Senang hati Nurseta mendengar ucapan ini. Kata-kata dara
itu menunjukkan bahwa Puspa Dewi be lum rusak betul masih
ma mpu me nyadari kesalahannya dan dapat me mpertimbangkan ma na yang benar dan mana yang salah.
"Bagus! Aku girang mendengar bahwa engkau tidak akan
me mbantu guru me mperebutkan Sang Megatantra lagi Puspa
Dewi." Kini Puspa Dewi menatap wajah Nurseta dan sinar matanya
bersinar-sinar "Nurseta, engkau ..... engkau percaya padaku?"
"Tentu saja aku percaya padamu Puspa Dewi. Engkau tadi
sudah begitu baik meno longku dar i pengeroyokan tiga orang
itu. Ratu Mayang Gupita tadi sungguh berbahaya, sakti dan
kejam sekali. Juga dua orang yang membantunya, Dibyo
Mamangkoro dan Cekel Aksomolo,me miliki ilmu kepandaian
yang hebat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, jadi raksasa wanita tadi adalah Ratu Mayang
Gupita?" "Ya, ia ratu dari Kerajaan Siluman laut Kidul."
Puspa Dewi mengerutkan alisnya, dipati Bhis maprabhawa
yang menjadi ayah angkatnya itu berpesan kepadanya agar
bekerja sama dengan para kadipaten, termasuk Kadipaten
Siluman Laut Kidul untuk menentang Kahuripan. Hemm, tak
senang hatinya diharuskan bekerja sama dengan orang seperti
raksasa wanita tadi!
"Dan kenapa mereka bertiga
itu menyerang dan mengeroyokmu?" "Mula- mula Ratu Mayang Gupita itu yang
menyerangku karena seperti juga gurumu, ia ingin minta Sang
Megatantra dariku. Lalu kedua orang yang merupakan tokohtokoh sesat itu me mbantunya."
"Nurseta, sekali lagi aku bertanya,apakah engkau benar
percaya kepadaku bahwa aku tidak akan me mperebutkan
keris pusaka Megatantra lagi?"
Nurseta mengangguk. "Aku percaya padamu, Puspa."
"Kalau beg itu, buktikan kepercayaanmu padaku itu dengan
mengatakan s iapa orangnya yang sudah mencuri pusa ka itu
dari tanganmu." Ia berhenti sebentar me mandang tajam lalu
me lanjutkan "Ka lau engkau tidak mau berterus terang, itu
menandakan bahwa engkau berbohong dan sebetulnya
engkau masih tidak percaya kepadaku."
Nurseta mengerutkan alisnya. Gadis ini sungguh cerdik,
pikirnya. Ucapan itu menyudutkannya dan me mbuat dia tidak
berdaya. Akan tetapi diapun bukan seorang bodoh, maka dia
cepat berbalik me ngajukan pertanyaan.
"He mm, jawablah dulu pertanyaaanini, Puspa Dewi. Kalau
engkau mengtahui siapa pencurinya, kemudian pada suatu
saat engkau bertemu dengannya lalu apa yang akan
kaulakukan" kaurampas Sang Megatantra itu lalu serahkan
kepada gurumu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, bukankah aku sudah berjanji tidak akan mera mpas
keris pusaka untuk guruku" Andaikata aku mera mpasnya dari
pencuri itu, tentu bukan kepada guruku pusaka itu
kuserahkan, melainkan kepadamu! "
"Benarkah itu, Puspa Dewi" Ah, aku girang sekali! Akan
tetapi kenapa tidak langsung saja kauhaturkan kepada Sang
Prabu Erlangga, andaikata keris pusaka Itu dapat kaurampas
dari si pencuri?"
"He mm, tidak mungkin. Aku bukan punggawa Kahuripan,
dan ingat, aku adalah Sekar Kedaton Kerajaan Wura-wuri!"
"Ah, benar juga. Nah, dengarkan baik-baik. Dala m
perjalanan aku bertemu dengan Raden Hendratama yang
ternyata adalah seorang pangeran, masih keluarga sang Prabu
Erlangga sendiri. Dia lah yang menipuku dan mencuri keris
pusaka Sang megatantra itu."
"He mm, Pangeran Hendratama" Belum pernah aku
mendengar na ma itu. Betapa pun juga, terima kasih, Nurseta.
Ternyata engkau benar-benar percaya kepadaku."
"Ada satu hal yang ingin kuketahui, Puspa Dewi. Kalau aku
tidak keliru, dulu engkau diculik oleh Resi Bajrasakti,
sedangkan Linggajaya diculik oleh Nyi Dewi Durgakumala.
Akan tetapi mengapa tahu-tahu engkau dan Linggajaya yang
ketika itu sudah kusuruh me larikan diri dapat tertangkap lagi
dan engkau men jadi murid Nyi Dewi Durgakumala"
Puspa Dewi menghela napas panjang
"Aku dan Linggajaya melarikan diri dan saking takutnya
kami berpencar. Tiba-tiba aku ditawan oleh Nyi Durgakumala
dan dia mbil sebagai murid. Aku bersyukur sekali. Aku masih
merasa ngeri me mbayangkan tertawan oleh raksasa Resi
Bajrasakti itu. Setelah aku bertemu Linggajaya, aku
mendengar dar i dia bahwa ternyata diapun tertawan Resi
Bajrasakti dan menjad i muridnya. Kemudian a ku dia mbil anak
angkat oleh Nyi Durgakumala dan ketika ia menjad i perma isuri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Bhis maprabhawa dari Kerajaan Wura-wuri, aku menjadi
Sekar Kedaton "Wah, hebat sekali engkau, Puspa Dewi. Sudah me njadi
murid seorang sakt i mandraguna, masih diangkat menjadi
puteri istana lagi! Dan sekarang, engkau hendak pergi ke
manakah?" Puspa Dewi tersenyum. "Tidak per lu aku menceritakan
semua urusanku, Nurseta. Aku masih mempunyai tugas-tugas
l ain yang harus kulaksanakan dengan baik setelah tugas
mera mpas keris pusaka Megatantra kubatalkan. Nah, selamat
berpisah, Nurseta."
"Selamat berpisah, Puspa Dewi. Mudah-mudahan kela k kita
akan dapat saling berjumpa dalam keadaan yang lebih baik,
tidak perlu kita harus saling bermusuhan." Kedua orang muda
itu lalu berpisah. Puspa Dewi melompat ke atas punggung
Bajradenta, kuda putih pemberian Adipati wura-wuri yang tadi
ia tambatkan tak jauh dari situ. Nurseta mengikuti bayangan
dara perkasa yang membalapkan kuda putihnya itu dan dia
menghela napas panjang. Biarpun baru sebentar dia mengenal
Puspa Dewi, na mun dia telah dapat meraba watak gadis yang
menarik hatinya itu. Seorang gadis yang me miliki dasar watak
yang baik dan gagah, pembela keadilan, namun s ifatnya
dipengaruhi gurunya sehingga menjad i binal, ganas dan galak.
Sayang kalau gadis seperti itu tidak mendapatkan bimbingan
yang baik, bisa saja menjadi sesat. Dan dia ..... dia akan
senang sekali kalau mendapat kesempatan
me mberi bimbingan kepada Puspa Dewi! Perasaan cintakah ini" Dia
sendiri tidak tahu. Yang jelas, belum pernah dia merasakan
seperti ini. Tiga orang selir Pangeran Hendratama dengan
genit berusaha merayunya, namun dia sa ma sekali tidak
tertarik, tidak bergairah, bahkan dia merasa muak dengan
sikap mereka yang genit. Kepada Widarti, selir termuda
Pangeran Hendratama yang bersikap baikpun dia tidak
tertarik, hanya merasa iba kepada gadis yang terpaksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjad i selir pangeran itu. Kemudian Ki Lurah Warsita, lurah
dusun Karang Sari, ingin menjodohkan dia dengan Kartiyah,
puterinya, akan tetapi diapun sama sekali tidak tertarik. Baru
sekarang dia merasa tertarik sekali kepada seorang gadis,
yaitu kepada Puspa Dewi.
Nurseta mengusir se mua la munan Itu dari hati dan
pikirannya dan melanjutkan perja lanannya. Masih ada dua
buah tugas yang harus dia selesaikan sebelum tugas terakhir,
yaitu me mbantu Kerajaan Kahuripan. Kedua buah tugas itu
ialah, pertama mencar i Senopati Sindukerta yang pernah
dilapori tentang orang tuanya sehingga orang tuanya
ketakutan dan melarikan diri. Dari senopati ini agaknya dia
akan bisa mendapatkan keterangan tentang orang tuanya.
Kedua, dia harus mencari Pangeran Hendrata ma untuk
mera mpas kembali keris pusa ka Megatantra untuk dihaturkan
kepada Sang Prabu Erlangga seperti yang dipesan oleh
mendiang Empu Dewa murti. Teringat akan tugas-tugasnya ini,
Nurseta me mpercepat jalannya.
Dua orang itu berdiri saling berhadapan di sebuah puncak
sebuah bukit kapur gersang d i daerah pegunungan kidul yang
me miliki ratusan, bahkan ribuan bukit itu. Bukit itu tandus
karena tanahnya mengandung banyak kapur dan jauh dari
pedusunan. Siapa mau tinggal di daerah yang gersang dan
tidak dapat ditanami apa-apa itu" Dua orang itu berdiri di situ,
sejak tadi tak bergerak seperti arca. Suasananya sepi karena
selain mereka berdua, di bukit itu dan sekitarnya, dii
pegunungan kapur itu me mang jarang dikunjungi man usia.
Yang seorang adalah seorang wanita yang usianya sudah
lima puluh tahun, na mun wajahnya masih ta mpak cantik,
belum ta mpak d ihias keriput. Juga tubuhnya masih padat dan
sehat sehingga bagi yang tidak me ngenalnya, tentu mengira ia
berusia sekitar tiga puluh tahun. Pakaiannya terbuat dari
sutera halus dan serba hitam, meskipun terhias coretan
kembang di sana-sini. Ra mbutnya di gelung seperti kebiasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita Bali, digelung dan ditekuk dengan ciri khas, masih
dihias ronce-ronce kembang melati, sepasang matanya
mencorong seh ingga me lihat sinar matanya saja mudah
diduga bahwa wanita ini bukanlah orang sembarangan.
Memang ia bukan wanita se mbarangan, melainkan seorang
wanita yang sakti mandraguna, seorang yang menguasai
banyak aji kanuragan dan sihir, yang selama puluhan tahun ia
latih dari para pendeta dan pertapa di Nusa Bali.
Adapun yang berdiri dengan s ikap tenang di depannya
adalah seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluh dua
tahun. Kalau wanita itu berpakaian serba hita m, ma ka pria itu
berpakaian serba putih bersih dan sederhana sekali. Hanya
merupakan kain putih yang dilibat-libatkan di tubuhnya.
Rambutnya yang panjang dibiar kan terurai lepas di pundak
dan punggungnya. Kumis dan jenggotnya juga panjang
namun terawat bersih dan rapi. Wajah laki-laki inipun masih
me mper lihatkan be kas keta mpanan, pandangan matanya
le mbut na mun penuh wibawa, mulutnya terhias senyuman
penuh kesabaran dan gerak geriknya le mbut. Sungguh
merupakan kebalikan dari wajah wanita itu yang tampak
mura m dan murung, seperti wajah orang yang sakit hati atau
sedang susah dan mura m.
"Yayi Gayatri ....." terdengar suara laki-laki itu le mbut. Akan
tetapi segera dipotong oleh suara wanita itu yang terdengar
ketus. "Kakang Ekadenta, namaku sekarang bukan lagi Gayatri.
Gayatri sudah mati dan yang ada ialah Nini Bumigarbo!"
Pria itu tersenyum sabar. "Baik sekali, Nini Bumigarbo dan
ketahuilah, aku send iri sekarang juga me ma kai na ma
Bhagawan Jitendriya. Nini Bumigarbo, mengapa engkau tiada
henti-hentinya berusaha untuk menentang bahkan me mbunuh
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama dari Kahuripan?"
"He mm, Bhagawan Jitendriya, engkau masih berpura-pura
tanya sebabnya kalau engkau sendiri terlibat di dalamnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama adalah muridmurid Sang Resi Satyadharma di Gunung Agung Nusa Bali.
Karena tidak mungkin aku dapat me mbunuh Resi Satyadharma yang sakti mandraguna seperti dewa, maka satu
satunya jalan untuk me mbalas denda m dan me nghilangkan
rasa penasaran di hatiku hanyalah me mbunuh kedua orang
muridnya itu."
"Aduh, yayi (dinda) Gayatri .....! Eh, maksudku Nini
Bumigarbo, kenapa engkau yang dulu amat me mbanggakan
hatiku me miliki adik seperguruan yang cantik lahir batin, sakti
mandraguna, kini dapat tersesat dan membiarkan racun
kebencian mengeram di dalam hatimu" Sudah berulang kali
kujelaskan kepadamu bahwa Sang Resi Satyadharma sama
sekali tidak berdosa, sama sekali tidak me mpunyai kesalahan
terhadap dirimu. Mengapa engkau menana m denda m
kebencian sede mikian men dalam terhadap dia" Engkau akan
kesiku (bersalah) kepada para dewata, yayi!"
"Tida k berdosa, tidak bersalah kepadaku" Itu adalah
pendapat mu, karena engkau tidak merasakan, Kakang
Ekadenta! Sejak muda remaja kita telah saling mencinta.
Sejak dulu aku menda mbakan engkau sebagai calon jodohku
dan aku meno lak se mua pinangan pria, para pendekar,
bahkan pangeran dan adipati kutolak semua karena hanya
engkaulah satu-satunya pria di dunia ini yang kuinginkan
menjad i suamiku. Engkaupun telah menyatakan cintamu
kepadaku dan kita sudah sama berjanji untuk menjad i sua mi
isteri. Akan tetapi engkau bertemu dan berguru kepada Resi
Satyadharma dan dia yang me mbujuk dan mengajar mu agar
engkau tidak menikah selama hidup, sejak itu engkau
me mutus kan hubungan cinta
kita. Dan engkau kini
mengatakan bahwa dia t idak bersalah padaku?"
"Benar, yayi, beliau sama sekali tidak bersalah. Sang Resi
Satyadharma hanya menasihatkan agar aku tidak menikah dan
mengikat diriku dengan keluarga, sama sekali beliau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyinggung tentang dirimu karena beliau tidak me ngenalmu
dan tidak tahu bahwa dulu kita saling mencinta. Jadi yang
me mutus kan hubungan itu adalah aku sendiri. Akan tetapi ini


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan berarti bahwa aku tidak c inta padamu, yayi. Cinta tidak
harus dihubungkan dengan pernikahan, dengan berahi.
Cintaku pada mu lebih murni,lebih mendalam dan leb ih t inggi."
"Omong kosong! Engkau tentu tahu bahwa karena
penolakan mu itu, karena engkau menjauhi aku, engkau telah
me mbuat aku patah hati, engkau telah me mbuat hidupku
merana, kecewa, dan penasaran. Karena itu, bagaimanapun
juga aku sekarang akan pergi me mbunuh Erlangga dan
Narotama "
"Itu tidak adil, yayi. Kalau engkau menganggap Resi
Satyadharma yang bersalah, kenapa tidak kau kunjungi be liau
di Gunung Agung dan berhitungan dengan beliau ?"
"Huh, aku bukan seorang tolol, kakang! Aku tahu, biar aku
mena mbah ilmu-ilmu sa mpai seratus tahun lagi, aku tidak
akan ma mpu mengalahkan Resi Satyadharma. Karena itu, aku
akan me mbunuh dua orang muridnya itu!"
"Yayi, kalau engkau merasa hidupmu merana karena aku,
mengapa engkau tidak me mbunuh aku saja?"
"Tida k, aku harus me mbunuh dua orang murid resi itu agar
dia merasai betapa pedihnya kehilangan orang yang
dicintanya!" kata Gayatri atau Nini Bumigarbo dengan kukuh.
"He mm, karena aku tahu benar bahwa t indakanmu itu
menyimpang dari kebenaran dan keadilan, ma ka terpaksa aku
menentangmu, Yayi Gayatri. Aku yang akan menghalangi
kalau engkau hendak me mbunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki
Patih Narotama."
Sepasang mata itu berkilat dan sepasang alis yang masih
hitam melengkung Itu bergerak-gerak. "Babo-babo, Kakang
Ekodento, engkau menantangku" Engkau, yang dulu menjadi
kekasihku yang amat mencintaku dan menjad i kakak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperguruanku, kini henda k me musuhi aku" Kau kira aku takut
padamu, kakang" Ingat, aku bukan Gayatri yang dulu. Aku
telah me mperda la m ilmu-ilmuku. Sekarang begini saja,
kakang, daripada kita bermusuhan, mari kita putuskan begini
saja. 'sekarang kita mengadu kesaktian. Kalau kau kalah,
maka engkau harus lepas tangan dan tidak menca mpuri
urusanku dengan Erlangga dan Narotama. Sebaliknya kalau
aku yang kalah, aku akan mundur dan berjanji tidak akan
me mbunuh mere ka dengan tanganku sendiri. Bagaimana,
kakang?" Bhagawan Ekadenta atau Bhagawan Jitendriya menghela
napas dan menggeleng-geleng kepalanya. "Yayi Gayatri,
engkau adalah adik seperguruanku. Sudah berapa kali selama
tiga puluhan tahun ini engkau dalam kemarahanmu
menyerangku" Engkau selalu kalah. Sekarangpun engkau
tidak akan menang me lawan aku yayi. Untuk apa kita
bertanding lagi" Sudahlah, lebih baik buang se mua dendam
kebencian itu dan mari ikut aku bertapabrata. Aku akan
menuntunmu ke jalan kebenaran yang akan menerangi
kehidupanmu."
"Babo-babo, kakang! Jangan me mandang rendah Gayatri!
Sekarang engkau t idak a kan menang dan aku pasti akan dapat
me mbunuh Erlangga dan Narotama..heh-heh-hi-hi-hik!"
Wanita itu tertawa terus, cekikikan dan dia m-dia m Bhagawan
Ekadenta terkejut dan cepat dia mengerahkan tenaga saktinya
untuk melindungi telinga dan jantungnya. Suara tawa Nini
Bumigarbo de mikian dahsyat makin la ma sema kin kuat
men imbulkan getaran amat kuat, seperti gelombang lautan
yang makin la ma makin mengganas. Bahkan beberapa ekor
burung derkuku yang sedang berada di balik batu-batu kapur,
terkejut mendengar suara yang menggetarkan udara itu.
Mereka tebang ke atas akan tetapi getaran suara tawa itu
menyerang mereka dan burung-burung itu berjatuhan dan
mati seketika! Hebat bukan ma in serangan Nini Bumigarbo
me lalui getaran suara tawanya itu. Bhagawan Ekadenta sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lindungi dirinya dengan tenaga saktinya. Dia berdiri tegak
dan me meja mkan dua matanya. Namun, betapapun juga,
tubuhnya bergoyang-goyang saking hebatnya serangan
me lalui suara tawa itu.
Nini Bumigarbo yang me mandang dengan sinar mata tajam
ke arah Bhagawan Ekadenta, menjadi penasaran sekali
me lihat tubuh bekas kakak seperguruan dan kekasihnya itu
hanya bergoyang-goyang tubuhnya akan tetapi tidak roboh.
Banyak tokoh sakti yang roboh hanya oleh serangan suara
tawanya itu. Akan tetapi Bhagawan Ekadenta hanya
bergoyang goyang tubuhnya. Ia mengerahkan seluruh
tenaganya, tawanya semakin melengking dan getarannya
semakin dahsyat, namun tetap saja Bhagawan Ekadenta tidak
roboh. Akhirnya Nini Bumigarbo menjad i kele lahan sendiri dan
menghentikan tawanya. Getaran yang timbul dari suara tawa
yang amat dahsyat itu, begitu dihentikan secara tiba-tiba juga
mendatangkan pengaruh kuat. Telinga yang tadinya
digetarkan oleh suara me lengking-lengking itu, tiba-tiba
menjad i kosong dan perubahan mendadak ini men imbulkan
suara berdenging dalam telinga.
Jilid 16 BHAGAWAN EKADENTA menarik napas panjang tiga kali
dan dengingan itu lenyap dari pendengarannya. Dia me mbuka
matanya dan me mandang kepada Nini Bumigarbo sa mbil
tersenyum. Akan tetapi hatinya disentuh rasa iba melihat
wanita itu menggunakan sehela i saputangan untuk menyeka
keringat yang me mbasahi dahinya.
"Yayi Gayatri, cukuplah main-ma in ini, untuk apa
dilanjutkan?" kata Bhagawan Ekadenta le mbut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
' Hemm, a ku be lum kalah, kakang! Kita sudah sepakat,
siapa kalah harus me matuhi janjinya! Nah, sambutlah ini!
Hyaaaaahhh" Nini Bumigarbo me mbaca mantera, lalu kedua
tangannya diangkat ke atas kemudian dila mbaikan dan tiba
tiba dari kedua telapak tangannya keluar asap hitam
me mbubung ke atas. Asap itu makin tebal dan besar,
kemudian dari dalam asap itu beterbangan keluar puluhan
ekor kelelawar hita m sebesar kucing. Puluhan ekor kele lawar
itu dengan suara bercicitan, dengan matanya yang merah,
bergigi bertaring terbang meluncur ke arah Bhagawan
Ekadenta, siap mencakar dan me nggigit!
"Sadhu-sadhu-sadhu ..... Mahluk jadi-jadian, kembalilah ke
dalam kegelapan. Sinar terang mengalahkan kegelapan!" kata
Bhagawan Ekadenta dan begitu dia menggerakkan tangannya
menadah ke atas la lu s inar matahari seolah men impa telapak
tangannya lalu membias dengan terang sekali ke arah
segerombolan kelelawar itu. Diterjang sinar matahari yang
me mbias dari telapa k tangan Bhagawan Ekadenta, mah lukmah luk mengerikan itu tersentak dan tertolak ke be lakang,
mencicit-c icit ketakutan, saling bertabrakan ketika terbang
kembali ke dala m asap hitam.- Kini sinar terang itu menerjang
asap hitam dan asap itu perlahan-lahan mengec il dan
me luncur turun kembali ke telapak kedua tangan Nini
Bumigarbo. Wajah wanita itu menjadi agak pucat dan napasnya
me mburu, la merasa penasaran dan marah bukan ma in.
Hampir tiap tahun sekali sejak ia merasa dibuat patah hati
oleh kakak seperguruannya yang memutuskan tali percintaan
mereka, ia mencoba untuk menga lahkan Bhagawan E kadenta,
namun ia selalu gagal. Setelah gagal, ia cepat memperdalam
ilmu-ilmunya dengan me mpelajari segala maca m aji kesaktian
dan ilmu sihir, ilmu hitam, santet dan tenung.
Namun setiap kali ia mencoba kepandaiannya, Bhagawan
Ekadenta selalu dapat mengalahkannya. Agaknya kakak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperguruannya yang mengasingkan diri dar i dunia ra mai
itupun ma kin me mperdalam ilmu-ilmunya sehingga menjadi
semakin sakti mandraguna! Dua maca m ilmu baru tadipun
ternyata dapat dibuyarkan oleh Bhagawan Ekadenta. Ia masih
me miliki aji pa mungkas yang baru saja dipelajarinya di Nusa
Bali, akan tetapi masih merasa ragu untuk menge luarkannya
karena ajinya -itu berbahaya sekali dan bagaimanapun juga ia
tidak ingin me mbunuh pria yang sampa i sekarang masih
dicintanya itu. la hanya ingin mengalahkannya.
"Sudah cukup ma in-majn ini, yayi"
"Aku belum kalah! Sambut serangan ini!" Nini Bumigarbo
menggerakkan tangan kanannya dan tahu-tahu ia sudah
me megang sebatang ranting sedepa panjangnya, sebatang
ranting hitam. "Haa mtt!" Ranting itu seperti hidup di
tangannya, meluncur dengan kecepatan kilat menyerang ke
arah leher Bhagawan Ekadenta. Pria yang usianya sekitar lima
puluh dua tahun ini melompat ke belakang untuk menge lak,
tangannya merogoh dibalik jubahnya dan mengeluarkan
sehelai kain p utih yang biasa dia pergunakan untuk mengikat
rambutnya. Sehelai kain yang panjangnya selengan, tampak
sederhana lemas. Akan tetapi ketika ranting itu menyambar
lagi, dia menangkis dengan kain putih itu yang tiba-tiba
menjad i kaku seperti sebatang kayu.
"Takkk!" Ranting hita m bertemu kain putih dan sungguh
luar biasa, pertemuan dua benda sederhana itu men imbulkan
bunga api dan asap. Lalu keduanya saling serang dengan
kecepatan kilat seh ingga ranting itu beruban menjadi
gulungan sinar hitam sedangkan kain itu berubah menjadi
gulungan sinar putih. Kedua sinar itu berkelebatan saling
mendesak dan saling mengurung. Kalau kebetulan ada orang
menyaksikan pertandingan ini, dia tentu, akan takjub melihat
dua orang itu hanya tampak sebagai bayang-bayang saja yang
terkurung dua gulungan sinar hita m dan putih. Bukan main
hebatnya pertandingan ini. Gerakan keduanya mendatangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin bersiutan yang me mbuat tanah dan debu berha mburan
lalu me mbubung naik seolah di situ ada dua mahluk raksasa
yang amat kuat sedang berlaga. Kadang-kadang terdengar
suara keras dan batu pecah berha mburan terkena pukulan
ujung ranting atau kain. Bahkan orang-orang yang me miliki
kesaktianpun a kan tercengang menyaksikan pertandingan
dahsyat ini. Keadaan sekeliling te mpat pertandingan, dalam
jarak belasan tombak terlanda gelombang tenaga mereka
yang akan dapat merobohkan orang dari jarak jauh. Memang
tingkat kepandaian dua orang ini sudah a mat tinggi, maka
pertandingan itupun hebat bukan main. Ilmu s ilat yang
mereka pe lajari dan latih selama puluhan tahun telah
mendarah daging di tubuh mereka. Gerakan mereka sudah
otomatis seolah tanpa dikendalikan pikiran lag i, tangan kaki
sudah bergerak sendiri dan seolah olah me mpunyai mata
sendiri. Dan setiap gerakan mengandung tenaga dalam yang
dahsyat dan sakti.
Kedua orang sakti mandraguna itu dahulunya adalah kakak
dan adik seperguruan. Bersa ma mendiang Empu Dewamurti,
mereka bertiga merupakan murid murid terkasih dar i Sang
Mahatma Budhi Dhar ma, pendeta perantau yang tak diketahui
asal-usulnya dan tidak diketahui pula ke mana perginya.
Sebagian besar ilmu-ilmunya diserap oleh tiga orang muridnya
itu, ialah Empu Dewamurti, Bhagawan Ekadenta dan Nini
Bumigar1 Hanya kalau Empu Dewamurti lalu mengas ingkan
diri dan bertapa, kedua orang ini, terutama Nini Bumigarbo,
me mperdalam ilmu-ilmu mere ka dengan belajar kepada para
pendeta sakti mandraguna dan mereka yang mengas ingkan
diri dari dunia ra mai. Maka dapat dibayangkan betapa saktinya
dua orang kakak beradik ini.
Dua orang yang tadinya saling mencinta dan sudah berjanji
untuk menjadi sua mi isteri itu mula i pecah ketika Bhagawan
Ekadenta menyatakan bahwa dia ingin me mperdalam
kerohanian dan metutuskan untuk tidak menikah. Nini
Bumigarbo yang dulu berna ma Gayatri menjadi kecewa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patah hati. Apalagi dalam mencari tambahan ilmu, ia bertemu
dengan datuk-datuk sesat sehingga ia masu k ke dalam
lingkungan dunia hitam, wataknya menjadi keras dan
pendendam. Karena untuk me ma ksa kaka k seperguruannya
jelas tidak mungkin, maka ia melampiaskan kemarahan dan
dendamnya dengan cara mengajak Bhagawan Ekadenta
bertanding hampir setiap tahun. Akan tetapi selalu ia kalah
sehingga hatinya menjadi semakin kecewa dan penasaran.
Kemudian timbul bencinya kepada Resi Satyadharma yang
dianggapnya sebagai biangkelad i sehingga kakak seperguruan
atau kekasihnya itu berubah pikiran dan tida k mau menikah!
Maka, tidak mengherankan kalau kali ini Nini Bumigarbo
menge luarkan seluruh kepandaiannya dan mengerahkan
seluruh tenaganya untuk mengalahkan Bhagawan Ekadenta.
Namun, sampai seratus jurus lebih mereka bertanding belum
juga ia ma mpu mendesak bekas kekasihnya itu. Se mua tenaga
sakti, tenaga hitam dan sihir, telah ia kerahkan na mun se mua
mental, tidak ma mpu mene mbus pertahanan Bhagawan
Ekadenta yang senantiasa sabar dan le mbut terhadapnya itu.
Bhagawan Ekadenta yang banyak mengalah dalam
pertandingan itu merasa sudah cukup la ma me mberi
kelonggaran kepada Nini Bumigarbo. Sebetulnya dia merasa
kasihan kepada kekasihnya itu bahkan sampai kini masih ada
rasa kasih itu dalam hatinya, namun bukan seperti cinta kasih
yang diharapkan Nini Bumigarbo. Dia lalu me mbuat gerakan
kuat dengan kain put ih pengikat, rambutnya dan tiba-tiba
ujung kain itu seperti seekor ular dapat me mbelit ranting di
tangan Nini Bumigarbo dan dengan sentakan kuat, kain itu
telah berhasil me mbetot ranting terlepas dari tangan Nini
Bumigarbo. Bhagawan Ekadenta melompat kebelakang, lalu me le mparkan ranting yang dira mpasnya itu ke arah Nini
Bumigarbo yang menyambut dan menang kap rantingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup sekian saja kita main-main, Yayi Gayatri!" kata
Bhagawan Ekadenta.
"Tida k, me mang rantingku dapat kau ra mpas, akan tetapi
itu belum berarti bahwa aku sudah kalah! Coba Jawan aji
pamungkasku ini! " Nini Bumigarbo lalu bersedakap (melipat
lengan di depan dada) dan me meja mkan matanya, mulutnya


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkema k-ke mik me mbaca mantra. Tiba-tiba tubuhnya
bergetar hebat dan perlahan-lahan tubuhnya berubah!
Wajahnya, rambutnya, tubuhnya, semua berubah menjadi
leyak, menjadi wujud setan betina dan gimbal (le kat)
wajahnya menakutkan dengan mata besar mencorong seperti
menge luarkan sinar berapi, hidungnya besar pesek dan
mulutnya lebar dengan gigi bercaling dan lidahnya panjang
terjulur keluar. Buah dadanya besar dan panjang, keluar dari
bajunya, tergantung sampai perut. Jari-jari tangannya berkuku
panjang. "jagad Dewa Bathara! Sadhu,
sadhu..sadhu .....!"
Bhagawan Ekadenta mengerahkan tenaga saktinya untuk
menggetarkan iblis jadi-jadian itu. Akan tetapi ternyata iblis
jadi-jadian yang ini amat kuat dan sakti, juga kebal sehingga
serangan tenaga sakti yang dikerahkan Bhagawan Ekadenta
tidak dapat mengenyahkannya, bahkan iblis betina itu Ia
mengangkat kedua tangan berkuku panjang itu ke atas. Dari
kedua telapak tangan leyak itu menyambar keluar sinar kilat
ke arah tubuh Bhagawan Ekadenta Sang bhagawan
mengerahkan tenaga sakti menya mbut.
"Blarrr .....!" Tubuh sang bhagawan sempoyongan ke
belakang. Leyak yang menyeramkan itu terkekeh, suara tawanya
mendirikan bulu roma. Bhagawan Ekadenta mengerutkan
alisnya. Sungguh ilmu hitam yang a mat tangguh dan
berbahaya, pikirnya. Kalau Nini Bumigarbo me mpergunakan
ilmu sesat maca m itu, mau tidak mau dia harus mengeluarkan
aji simpanannya. Leyak itu terlalu kuat untuk dilawan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan biasa. Bhagawan Ekadenta lalu bersedakap dan
me meja mkan kedua matanya, mengheningkan cipta. Nini
Bumigarbo yang merasa di atas angin sambil terkekeh sudah
hendak menyerang lagi dengan sinar kilat dari kedua telapak
tangannya. Akan tetapi tiba tiba la menahan serangannya dan
menge luarkan teriakan menyayat hati dan menjadi marah
sekali karena ia me lihat betapa tubuh sang bhagawan itu kini
telah tumbuh menjad i besar sekali! Itulah Aji Triwikra ma!
Begitu me langkah t iga ka li, tubuh sang bhagawan ta mpak oleh
Nini Bumigarbo berubah menjad i sebesar bukit!
Sinar kilat yang meluncur dari kedua telapak tangan Nini
Bumigarbo me mba lik ketika
menghanta m tubuh sang
bhagawan,bahkan menghantam dirinya sendiri sehingga ia
terjengkang dan jatuh terlentang. Melihat lawannya jatuh,
Bhagawan Ekadenta kembali merasa kasihan karena begitu
me mbentur tanah, tubuh leyak itu kemba li menjad i tubuh Nini
Bumigarbo. iaapun menyimpan ajiannya dan kembali menjadi
Bhagawan Ekadenta. Nini Bumigarbo melompat bangun lagi
sambil me ngeluarkan jerit melengking kini ia me nggoyang
tubuhnya dan ketika tubuhnya diselimuti uap hita m sehingga
tak tampak. Yang tampak hanyalah uap hitam itu yang kini
bergerak cepat ke arah Bhagawan Ekadenta. Sang bhagawan
juga menggoyang tubuhnya dan uap putih menyelubungi
tubuhnya. Kalau ada orang kebetulan menyaksikan pertandingan itu, tentu dia akan merasa heran dan bingung
karena kini tidak ta mpak ada orang bertanding, melainkan ada
uap hitam dan uap putih yang saling terjang dan saling
dorong! Tampa knya saja uap hitam dan uap putih yang saling
dorong akan tetapi sebetulnya Nini Bumigarbo dan Bhagawan
Ekadenta sedang bertarung sambil menge luarkan ilmu
masing-masing dan mengerah kan seluruh tenaga.
Seperti juga tadi, Bhagawan Ekaderta banyak mengalah
dan me mber i kesempatan kepada Nini Bumigarbo untuk
me lancarkan serangan-serangannya, mengeluarkan semua
ilmunya dan dia hanya mempertahankan. Setelah seratus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jurus leb ih, barulah dia mena mbah pengerahan tenaganya dan
tampaklah awan atau uap hita m itu mulai terdesak mundur,
bahkan semakin menyuram. Akhirnya, terdengar pekik
me lengking penuh kekecewaan dan kemarahan, dan uap
hitam itu me layang pergi men inggalkan te mpat itu. Awan
putih juga lenyap dan tampak Bhagawan Ekadenta berdiri
sambil mengge leng kepala dan menghela napas panjang.
"Yayi Gayatri, jangan melanggar janjimu! " dia berseru.
"Bhagawan Ekadenta, aku tidak akan membunuh Erlangga
dan Narotama, akan tetapi aku akan menurunkan ilmuku
kepada seorang murid dan dialah yang akan Mewakili aku
me musuhi Kahuripan!" terdengar suara melengking dari jauh,
suara Nini Bu migarbo.
Bhagawan Ekadenta menghela napas panjang, lalu berkata
kepada diri sendiri.
"Sadhu-sadhu-sadhu, kehendak Sang Hyang Widhi pasti
terjadi, tak dapat diubah oleh siapapun juga! Sudah sesuai
dengan garisnya bahwa keturunan Mataram akan menghadapi
banyak gangguan!" setelah berkata demikian, dengan langkah
tenang sang bhagawan meninggalkan bukit itu.
Sementara itu, dengan hati yang mengkal, sakit dan
penasaran, Nini Bumigarbo yang terpaksa tidak berani
me langgar janjinya dan tidak melanjutkan niatnya untuk
me mbunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama, lalu
mencari murid. Akhirnya ia menemukan serang murid yang
dianggapnya baik sekali untuk dapat melaksanakan niatnya
yaitu me mbunuh atau setidaknya mencelaka i sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narota ma sebagai murid-murid Sang
Resi Satyadharma untuk me mbalaskan denda mnya terhadap
sang resi yang dianggap sebagai penyebab kekasihnya,
Ekadenta men inggalkannya. Murid itu adalah per maisuri dari
Adipati Adhamapanuda, Raja Kerajaan Wengker, bernama
Dewi Mayangsari. Permaisuri Wengker ini seorang wanita yang
cantik jelita, genit dan cerdik, berusia dua puluh lima tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah enam tahun ia menjadi per maisuri Adipati Adhamapanuda, akan tetapi belum me mpunyai anak dan ia
amat disayang oleh sang adipati karena selain cantik jelita dan
pandai menyenangkan hati, juga Dewi Mayangsari ini sejak
kecil telah me mpe lajari ilmu kanuragan sehingga ia me miliki
kesaktian. Wanita ini dipilih oleh Nini Bumigarbo karena ia
tahu bahwa Kerajaan Wengker merupakan musuh bebuyutan
Mataram. Ia mengharap agar muridnya ini yang akan dapat
mewakilinya, me mbunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Permaisuri Dewi Mayangsari menya mbut Nini Bumigarbo
dengan girang dan selama tiga tahun ia digembleng oleh guru
barunya itu sehingga Dewi Mayangsari menjad i se makin sakti.
Dengan senang hati pula ia berjanji kepada Nini Bumigarbo
untuk menentang Kahuripan dan berusaha untuk me mbunuh
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama. Demikianlah,
Dewi Mayangsari mendorong suaminya untuk selalu me musuhi
Kahuripan dan per maisuri ini yang menganjurkan Adipati
Adhamapanuda untuk mengangkat Linggajaya menjadi
senopati muda dan mengutus pe muda murid Resi Bajrasakti
untuk me mbantu usaha para puteri Kerajaan Parang Siluman
mengadakan kekacauan di Kahuripan. Kini usia Dewi
Mayangsari sudah dua puluh de lapan tahun dan ia me mbantu
suaminya untuk menyusun pasukan yang kuat, bersiap-siap
dan melatih pasukan itu agar siap siaga ka lau sewaktu-waktu
pecah perang terbuka antara Kerajaan Wengker dan Kerajaan
Kahuripan. Ki Patih Narotama sering melakukan perjalanan seorang diri
dengan menyamar sebagai penduduk biasa. Dengan cara
seperti ini dia dapat melakukan pe meriksaan terhadap
keadaan rakyat jelata dan juga dapat mengawasi cara kerja
para punggawa kerajaan. Pada suatu hari dia melakukan
perjalanan seperti itu, berpakaian seperti seorang petani biasa
dan keluar masu k pedusunan, mendengarkan keterangan dari
rakyat tentang keadaan mereka dan tentang sikap para lurah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau demang yang menjadi penguasa di dusun mereka. Kalau
terdapat laporan tentang seorang kepala dusun yang bersikap
tidak baik dalam me lakukan tugasnya, sewenang-wenang dan
men indas rakyat, maka Ki Patih Narota ma cepat mendatangi
kepala dusun itu dan menga mbil tindakan. Kalau masih dapat
diperbaiki ahlak punggawa itu, maka hanya akan diberi
peringatan keras. Kalau sekiranya tidak dapat diperbaiki lagi,
langsung dipecat dan digant i orang lain. Kalau ada laporan
tentang kepala dusun yang baik, Ki Patih Narota ma juga tidak
tinggal dia m. Dikunjunginya kepala dusun itu dan beri pujian,
serta dicatat jasa-jasanya untuk kemungkinan kenaikan
pangkat. akan tetapi pelaporan apapun yang didengarnya dari
rakyat, Ki Patih tidak tergesa-gesa menerima kebenaran
laporan begitu saja. Dia akan me lakukan penyelidikan dengan
teliti sebelum menga mbil keputusan apakah penguasa itu
benar-benar seperti yang dilaporkan rakyat ataukah tidak.
Hari itu hati K i Patih Narotama merasa ge mbira. Di dusun
Pakis itu dia dapat laporan dari rakyat bahwa kepala dusun itu
amat baik. Bijaksana dan murah terhadap rakyat, suka
me mbimbing dan menolong rakyat sehingga kehidupan rakyat
di dusun itu dapat dikatakan cukup makmur dan
sejahtera,cukup sandang pangan dan kepala dusun juga
me mperhatikan pe mbangunan perumahan
bagi rakyat sehingga rumah-rumah di dusun Pa kis itu rata-rata tampak
rapi dan bersih, walaupun tidak me wah.
Karena itu, dia mengunjungi ki lurah dengan berterang
walaupun masih berpakaian sebagai petani. Ki Lurah dan para
pamong dusun menya mbut Ki Patih Narota ma dengan penuh
penghormatan dan sebentar saja penduduk dusun Pakis
mendengar bahwa dusun mereka dikunjungi Ki Patih
Narotama. Sebentar saja berita itu sudah terdengar semua
orang dan cukup mengge mparkan karena nama besar Ki Patih
Narotama sudah amat terkenal. Para pamong dusun lalu
mengadakan pesta makan seadanya untuk menyambut dan
menghormat i Ki Patih Narotama yang mener ima sambutan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dengan ge mbira. Dia me muji ki lurah dan para
pamong. "Aku sudah mendengar laporan penduduk dusun Pakis ini
tentang pekerjaan andika sekalian dan aku merasa senang
dan lega. Begitulah seharusnya, seorang pamong haruslah
seperti bapak yang momong (me ngasuh) penduduk sebagai
anak anaknya. Membantu mereka yang patut dibantu,
menghukum mereka yang pantas dihukum, bertindak dan
bersikap adil sehingga pantas dijadikan panutan (tauladan).
Ingatlah selalu bahwa rakyat Itu yang terpenting dan semua
kebutuhannya harus dipentingkan. Tanpa rakyat, apa artinya
penguasa" Rajapun tidak a kan ada tanpa rakyat. Sebaliknya
rakyat akan tetap ada walaupun tidak ada raja! Namun
penguasa me mang diperlukan untuk mengatur tata tertib
dalam kehidupan rakyat. Karena itu sudah sepatutnya ada
timbal-balik, jangan kalian sebsgai penguasa hanya minta
dilayani, akan tetapi juga harus melayani, jangan hanya minta
disenangkan akan tetapi harus juga menyenangkan.
Usahakanlah demikian rupa agar rakyat menaruh hormat,
merasa segan kepada kalian dan menncinta kalian karena
kebaikan kalian, jangan sekali-kali sa mpai rakyat merasa takut
kepada kalian dan me mbenci kalian karena kesewenangwenangan kalian." Demikian antara lain nasihat yang diberikan
oleh Ki Patih Narotama kepada para pa mong yang berkumpul
di rumah kepala dusun dan semua orang menerima nasihat itu
dengan hati terbuka. Setelah puas berbincang-bincang dengan
para pamong, K i Patih Narota ma siang hari itu juga
men inggalkan dusun Pakis. Ketika di tiba di jalan yang sepi
agak jauh di luar dusun Pakis, tiba-tiba berkelebat sesosok
bayangan dan tahu tahu di depannya telah berdiri seorang
gadis cantik jelita. Gadis itu berd iri di tengah jalan, bertolak
pinggang dengan kedua kaki dibentangkan, dan sikapnya jelas
menunjukkan bahwa ia me mang sengaja menghadang
perjalanan Ki Patih Narotama. Narotama me mandang dengan
penuh perhatian sambil menahan langkahnya. Seorang dara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih muda, paling banyak se mbilan be las tahun
usianya, wajahnya cantik jelita, kulitnya putih kuning,
terutama mata dan mulutnya amat indah mengga irahkan.
Akan tetapi pandang matanya mencorong dan mengandung
kegalakan dan dari sikapnya yang berd iri dengan kedua
tangan bertolak pinggang, kedua kaki agak dibentangkan,
kepala ditegakkan dan dada dibusungkan, pandang matanya
penuh tantangan dan keberanian maka Ki Patih Narotama
menarik kesimpulan bahwa dara ini berwatak liar dan bebas.
Dan pakaiannya yang mewah itu diapun ma klum bahwa dara
itu bukanlah gadis dusun biasa. Pakaiannya menunjukkan
bahwa ia tentu seorang dara bangsawan, ma ka tentu saja
hatinya merasa heran seka li.
"Nimas, andika siapakah dan mengapa andika menghadang
perjalananku?" Narotama bertanya dengan ramah dan le mbut.
Dara itu me mandang penuh se lidik lalu ber kata. "Aku
mendengar desas-desus penduduk dusun Pakis bahwa engkau
adalah Ki Patih Narota ma dari Kerajaan Kahuripan. Benarkah
itu" Engkau Ki Patih Narotama?"
Narptama melakukan perjalanan menya mar hanya agar dia
dapat melakukan pe meriksaan ke dusun-dusun dengan
leluasa. Akan tetapi dia tidak merasa perlu untuk berbohong
kepada dara yang tidak dikenalnya ini. Dia tersenyum dan
mengangguk. Wajah tampan dan gagah Narotama tampak
semakin menar ik ketika tersenyum.
"Benar sekali, aku me mang Ki Patih Narotama dari Kerajaan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kahuripan. Lalu siapakah andika dan apa maksud andika
menghadang perjalananku?"
"Engkau tidak perlu tahu siapa aku akan tetapi aku
mencarimu untuk me mbunuhmu, Ki Patih Narota ma!" kata
dara itu yang bukan lain adalah Puspa Dewi. Seperti kita
ketahui, dara ini gagal me me nuhi perintah Nyi Dewi
Durgakuma la untuk mera mpas keris pusaka Sang Megatantra
dari tangan Nurseta, bahkan ia mendengar bahwa pusaka itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah dicuri oleh Pangeran Hendratama dan ia menyadari
bahwa perintah merampas pusaka itu adalah tidak benar
sehingga ia sudah berjanji kepada Nurseta untuk me mbatalkan niatnya me menuhi perintah gurunya untuk
mera mpas Sang Mega tantra. Akan tetapi untuk me mba las
budi baik gurunya yang juga menjadi ibu angkatnya itu masih
ada tugas yang kiranya akan dapat ia penuhi dengan hasil
baik, yaitu membunuh Ki Patih Narotama untuk me mba las
dendam sakit hati gurunya.
Mendengar ucapan itu, hampir saja Ki Patih Narotama
tertawa terbahak. Memang bagi dia terdengar lucu sekali
kalau dara yang masih muda remaja ini mengatakan hendak
me mbunuhnya! Akan tetapi dia menahan diri dan tidak
tertawa, hanya tersenyum dan berkata dengan sikap tenang.
"Nimas, engkau berhak untuk tidak me mperkenalkan na ma
padaku, juga engkau boleh saja mengatakan hendak
me mbunuh aku. Akan tetapi sungguh tidak adil kalau engkau
tidak me mberitahu kepadaku mengapa engkau hendak
me mbunuhku. Bagaimana kalau sa mpai eng kau me mbunuhku
dan aku mati tanpa mengetahui apa sebabnya aku dibunuh
orang" Nyawaku tentu akan menjadi setan penasaran dan
akan selalu mengejar mu! Karena itu, jelaskan dulu men gapa
engkau hendak me mbunuhku sehingga a ku mengetahui
apakah me mang sudah adil dan benar kalau engkau
me mbunuhku."
Mendengar ucapan ini, Puspa Dewi mengerutkan alisnya.
Benar juga, pikirnya, tidak adil kalau Ki Patih Narotama tidak
tahu mengapa ia akan me mbunuhnya. Juga ia merasa ngeri
mendengar anca man bahwa kalau tidak diberitahu sebabnya,
kalau mati Ki Patih Narota ma akan menjad i setan penasaran
dan akan selalu mengejar-ngejarnya! Ih, ngeri juga
me mbayangkan dikejar-kejar hantu penasaran!
"Aku harus me mbunuhmu untuk mentaati perintah guruku
kepadamu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, siapa gurumu itu" Dan mengapa dia mendenda m
kepadaku?"
"Guruku adalah Nyi Dewi Durgakumala."
"Ah, datuk wanita dari Wura-wuri itu" Akan tetapi kenapa ia
mendenda m kepadaku?"
"K i Patih Narotama, tidak perlu engkau pura-pura tanya
dan hendak menyembunyikan perbuatanmu yang jahat
kepadanya!" Puspa Dewi me mbentak.
"Lho! Perbuatan jahat kepada Nyi Dewi Durga kumala" Apa
maksudmu, nimas ?"
"Dulu, engkau pernah me mbunuh ana k yang berada dalam
gendongannya! Apa itu bukan perbuatan yang amat jahat dan
karenanya engkau pantas dihukum mati?"
Narotama mengge leng kepalanya "Ah, nimas, agaknya
engkau belum mengenal betu l siapa itu Nyi Dewi
Durgakuma la."
"Aku belum mengenal s iapa ia" hemm, selama lima tahun
lebih aku me njadi muridnya, menerima pendidikannya dan
menerima budinya. Ia seorang yang bagiku amat baik dan aku
harus me mba las budinya, la menceritakan kepadaku tentang
kejahatanmu, dan mengutus aku untuk me mbunuhmu!
Bersiaplah engkau, Ki Patih Narotama!"
Setelah berkata demikian, Puspa Dewi mengerahkan
tenaga saktinya lalu ia mengeluarkan Pe kik Guruh Bairawa.
Jerit me lengking keluar dar i mulutnya, mengandung getaran
yang dahsyat. Orang yang hanya memiliki kesaktian tanggung
tanggung saja dapat roboh dan mungkin tewas menghadapi
gelombang suara yang mengandung getaran yang dapat
mengguncang is i dada dan kepala ini. Namun Ki Patih
Narotama tetap berdiri tenang sa mbil tersenyum, sa ma sekali
tidak terpengaruh oleh jerit itu laksana angin keras menyerang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu karang dan lewat begitu saja tanpa dapat menggoyang
batu karang itu sedikitpun.
Melihat betapa ajinya yang biasanya dapat diandalkan itu
sama sekali tidak me mpengaruhi Ki Patih Narota ma, seolaholah jeritan itu t idak pernah ada Puspa Dewi menjadi terkejut
akan tetapi juga penasaran dan marah. Dalam anggapannya,
Ki Patih Narota ma adalah seorang yang amat jahat dan sudah
sepatutnya dihukum mati. la lalu mulai me nyerang dengan
kedua tangannya sambil me mbentak nyaring.
"Aji Guntur Geni!" Kedua lengannya dipentang seperti
burung terbang dara tiba-tiba kedua tangan itu bersatu
kedepan dan mendorong ke arah dada Narotama. Ki Patih
Narotama mengena l aji pukulan dahsyat, maka dia cepat
menghindar dengan loncatan ke sa mping seh ingga pukulan
yang mengandung hawa panas seperti api itu lewat di
sampingi tubuhnya.
Gadis itu menyerang lag i, lebih ganas daripada tadi, bahkan
kini Puspa Dewi menggunakan kuku-kuku jarinya yang
mengandung racun untuk menyerang sehingga serangannya
menjad i se makin ganas. Wisakenaka (Kuku Beracun)
merupakan ilmu sesat yang amat berbahaya,sedikit saja kulit
lawan tergurat kuku dan terluka, sudah cukup untuk
me mbunuh lawan.
Ki Patih Narota ma adalah seorang sakti mandraguna yang
sudah banyak engalaman. Dia m-dia m dia merasa iba kepada
dara yang masih a mat muda ini. semuda itu sudah me miliki
ilmu-ilmu yang dahsyat, hanya sayang ilmu-ilmu itu s ifatnya
sesat dan keji. Padahal, kalau melihat sikap gadis itu,
walaupun liar dan ganas, namun gadis ini merasa bahwa
tindakannya benar karena ia menganggap dia seorang yang
amat jahat, yang telah me mbunuh anak dala m gendongan Nyi
Dewi Durgakuma la! Gadis ini t idak me miliki dasar yang jahat,
hanya karena menjadi murid seorang datuk wanita yang sesat
maka selain mewarasi Ilmu-ilmu sesat, juga mewarisi watak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ganas, la tidak sadar bahwa ia telah diperalat oleh Nyi
Dewi Durgakuma la. Menghadapi serangan yang nekat dan
ganas itu, dia hanya mempertahankan diri dengan elakanelakan dan terkadang dia menang kis dari samping yang
me mbuat tubuh Puspa Dewi terhuyung.
Puspa Dewi juga bukan seorang bodoh. Setelah menyerang
bertubi-tubi dan terkadang ia sa mpai terhuyung ketika
ditangkis oleh Ki Patih Narota ma, iapun ma klum bahwa
lawannya adalah seorang yang ama l sakti. Pantas saja
gurunya tidak pernah dapat mengalahkannya. Akan tetapi ta
seorang yang keras hati dan keras kepala, tidak menyadari
bahwa sejak tadi Ki Patih Narotama telah banyak mengalah
kepadanya. Karena semua serangannya gagal dan kedua lengannya
terasa nyeri setelah beberapa kali bertemu dengan tangkisan
tangan Ki Patih Narotama, Puspa Dewi menjadi se ma kin
marah. "Sa mbut pusakaku ini!" bentaknya dan di tangannya sudah
tampak pedang hitam yang amat a mpuh itu. la sudah
menerjang Ki Patih Narotama dengan pedangnya yang ia
gerakkan amat cepat sehingga pedangnya berubah menjadi
gulungan s inar hitam yang menyambar nyambar.
Ki Patih Narota ma merasa sudah cukup dia bersabar dan
menga lah. Gadis ini perlu diingatkan. Kalau sampai ia
dipengaruhi Nyi Dewi Durgakumala, ia dapat melakukan
banyak kejahatan yang amat berbahaya tanpa disadari bahwa
ia berbuat jahat. Ketika pedang itu menusuk dengan luncuran
cepat seperti anak panah ke arah dadanya, dia miringkan
tubuh dan ketika sinar pedang hitam itu meluncur lewat
samping tubuhnya, dia cepat menggerakkan tangannya dan
menang kap pedang itu!
Puspa Dewi terkejut dan ha mpir tidak percaya ada orang
ma mpu menang kap pusaka Candrasa Langking yang beracun
dan amat a mpuh itu dengan tangan telanjang. Ia, berusaha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik pedangnya, akan tetapi sia-sia. Pedang itu seolah
telah melekat dengan tangan Ki Patih Narotama. Ia me mbetot
lagi sa mbil mengerah kan tenaganya dan tiba-tiba Ki Patih
Narotama melepaskan pegangannya pada pedang itu. Tak
dapat dihindarkan lag i tubuh Puspa Dewi terjengkang dan
terbanting roboh telentang di atas tanah!
Sebelum gadis itu bangkit, Ki Patih Narotama cepat berkata
dengan suara yang mengandung wibawa kuat sekali karena
dia mengerahkan tenaga batinnya.
"Nimas, aku tidak mengena l siapa andika, akan tetapi
sekarang aku mengerti bahwa engkau telah dihasut oleh Nyi
Dewi Durga kumala yang telah mendidikmu sebagai murid
sehingga engkau tidak menyadari bahwa engkau telah
terjatuh ke dalam tangan seorang iblis betina yang amat jahat
dan kejam. Ketahuilah bahwa Nyi Dewi Durgakumala adalah
seorang datuk wanita sesat dan sesuai dengan na manya, ia
adalah seorang penyembah Bathari Durga, ratu para iblis itu.
Ia me mang me musuhi aku, akan tetapi bukan karena aku
me mbunuh anaknya. Sama sekali bohong ceritanya itu. Ia
tidak pernah me mpunyai anak akan tetapi entah sudah berapa
banyak anak laki-laki yang menjad i korban kekejiannya. Ia
pernah bertemu denganku dan me mbujuk agar aku mau
menerima nya sebagai isteri. Sungguh t idak tahu ma lu.
Sungguhpun ia masih tampak cantik, akan tetapi sesungguhnya ia jauh lebih tua dariku. Aku menolak dan ia
marah lalu ingin me mbunuhku. Akan tetapi beberapa kali
usahanya itu gagal dan ia selalu kalah olehku. Ini yang
me mbuat ia mendenda m sakit hati dan sekarang me mbujukmu untuk me mbunuh aku. Mustahil engkau sebagai
muridnya tidak tahu akan watak dan perbuatannya yang jahat
dan keji tidak tahu malu itu!"
Puspa Dewi sudah bangkit dan berd iri me matung dengan
pedang masih di tangan. Ia mendengarkan semua ucapan
Narotama dan hatinya mulai meragu dan bimbang. Memang ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa gurunya memiliki watak yang memalukan, suka
menculik dan me mper mainkan pe muda pemuda remaja.
Beberapa kali perbuatan itu ia gagalkan dan ia sudah menegur
sifat gurunya yang me ma lukan itu. Juga ketika mau dia mbil
permaisuri oleh Adipati Bhismaprabhawa dari Kerajaan Wura
wuri, gurunya itu menuntut agar Gendari selir sang adipati,
dibunuh. Untung Ia masih dapat mencegahnya sehingga
Gendari tidak jadi dihukum mat i, melainkan dipulangkan ke
kampung ha la mannya.Melihat betapa tampan dan gagah Ki
Patih Narotama, maka cer ita Ki Patih ini leb ih patut dipercaya
daripada cerita gurunya. Akan tetapi ia sudah berhutang
banyak budi kepada Nyi Dewi Durgakumala dan ia harus
me mba las budi itu Gurunya hanya me mberi dua tugas, yang
pertama mera mpas keris pusaka Sang Megatantra dari tangan
Nurseta dan yang kedua membunuh Ki Patih Narotama. Tugas
pertama terpaksa ia batalkan apakah tugas kedua inipun harus
gagal. Ia menjadi ragu dan serba bingung
"Akan tetapi, bukankah seorang murid harus tahu
me mba las budi gurunya" Bukankah seorang murid harus setia
dan berbakti kepada gurunya?" Pertanyaan ini sebetulnya ia
lontarkan untuk dirinya sendiri, akan tetapi terucapkan
sehingga seolah-olah ia bertanya kepada Ki Patih Narota ma.
"Di atas guru, bahkan di atas orang tua, masih ada yang
lebih patut kita taati, yaitu Sang Hyang Widhi Wasa. Yang
Maha Kuasa itu juga Maha Besar dan Maha Suci, dan
menaatinya merupakan kewajiban uta ma di atas segala
maca m kewajiban bagi manusia. Menaati Yang Maha Benar
berarti harus menjunjung tinggi dan me laksanakan kebenaran
dan keadilan, yang berarti melaksanakan kebaikan. Karena itu,
hanya tugas yang baik dan benar saja yang harus kita
laksanakan, karena itu berarti menaati perintah Yang Maha
Kuasa. Biarpun yang me mberi tugas kepada kita itu guru atau
orang tua sekalipun, kalau tugas itu berlawanan dengan
kebenaran dan kebaikan, berarti melawan perintah Yang Maha
Benar. Dan pelaksanaan perintah yang tidak benar adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejahatan! Nah, kalau engkau sudah me maha mi ini semua
akan tetapi hendak me laksanakan perintah Nyi Dewi
Durgakuma la yang tidak baik dan jahat itu, lakukanlah. Ini
dadaku dan aku tida k akan mengelak atau menangkis!'
Ki Patih Narotama me mbusungkan dadanya, kedua
tangannya tergantung di kanan kiri tubuhnya, seolah dia
sudah menyerah untuk dibunuh!
Puspa Dewi terbelalak
me mandang kearah wajah Narotama. Pandang mata mereka bertemu. Pandang mata
Narotama tenang penuh pengertian, sebaliknya pandang mata
Puspa Dewi gelisah dan bingung. Ia melihat betapa mudahnya
me laksanakan perintah kedua gurunya. sekali tusuk ia akan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat me mbunuh Ki Patih Narotama seperti yang dikehendaki
gurunya. Tangan kanannya bergerak, pedang itu sudah
diangkat, siap ditusukkan ke dada ki patih. Seluruh urat
syarafnya menegang, dan tangan yang me megang pedang
hitam itu ge metar. Kemudian, ia melangkah ma ju sehingga
tiba dekat dan getaran di tangannya makin menjadi-jadi.
Getaran itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan tak lama
kemudian seluruh tubuhnya gemetar. Ia me maksa tangannya
hendak menusuk, akan tetapi tidak jadi. Ia menggeleng kepala
keras-keras dan tubuhnya terguncang, lalu kedua kakinya
le mas dan ia terkulai dan jatuh ber lutut melepaskan pedang
hitam ke atas tanah dan Puspa Dewi menang is!
Ki Patih Narota ma tersenyum. Dia telah memperoleh
kemenangan besar, menang tanpa menalukkan dengan
kekerasan. Tentu saja dia tidak ingin me mbunuh diri dengan
nekat ketika mengucapkan kalimat terakhir untuk menerima
serangan pedang hitam di tangan gadis itu tanpa menang kis
atau mengelak. Memang, dia tidak akan menangkis atau
menge lak, dan merasa yakin bahwa kekebalannya akan
ma mpu menahan bacokan atau tusukan pedang, dan
seandainya dia terkena hawa beracun pedang itu, iapun tidak
khawatir karena dia me mbawa tongkat pusakanya, Tunggul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manik, yang dapat menyembuhkan segala keracunan badan.
Dia terlindung oleh kekebalan kulitnya dan keampuhan pusaka
Tunggul Man ik.
Kini me lihat gadis itu duduk mendeprok di atas tanah
sambil menangis, dia merasa semakin kasihan. Anak ini
me mbutuhkan bimbingan, pikirnya. Pada dasarnya, anak ini
berjiwa bersih dan lengan mudah dapat melihat kebenaran.
"Nimas, sudah lah jangan menang is.
Engkau sudah ma mpu mengalahkan nafsu daya rendah di
dalam dirimu sendiri, hal itu semestinya disa mbut tawa
gembira dan bersyukur kepada Sang Hyang Widhi, bukan
dengan menangis."
"Tapi ..... tapi ..... aku tak dapat melaksanakan perintah
guru, aku ..... aku menjadi murid yang tidak berbakti .... huhu-huuu!" Puspa Dewi mas ih menang is
"Nimas yang baik, dengarlah. Berbakti kepada guru atau
orang tua ada dua macam. Pertama, melaksanakan segala
perintah guru yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan,
dengan taat dan dengan taruhan nyawa sekalipun. Ke dua,
mencegah guru melakukan perbuatan yang menyimpang dari
kebenaran dan keadilan, me mbujuknya agar ia me nyadari
kesalahannya dan kembali ke jalan benar. Itulah yang
dimaksudkan dengan kebakt ian bukan me naati segala
perintahnya dengan me mbuta sehingga dapat menyeret kita
ke dalam kejahatan."
Puspa Dewi menghent ikan tangisnya, mengusap air
matanya dan timbul kagum dan hormat da la m hatinya yang
keras terhadap pria itu. la sudah dapat melihat kenyataan
bahwa laki-laki yang dianggap jahat oleh gurunya itu
sesungguhnya merupa kan seorang yang gagah per kasa, sakti
mandraguna dan bijaksana. Kalau tidak bijaksana, tentu ia
yang tadinya ingin me mbunuh orang itu, kini sudah
mengge letak mati atau setidaknya terluka. Akan tetapi Ki Patih
Narotama sama sekali tidak melakukan itu, dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menga lahkannya tanpa melukainya sama sekali! Dan semua
ucapannya itu me mbuka hati dan pikirannya dan me mbuat ia
dapat melihat dengan jelas siapa yang benar dan siapa yang
salah. Akan tetapi ia menjadi bingung sekali. Apakah mungkin
ia harus menentang gurunya, berarti menentang pula Adipati
Wura-wuri yang menugaskannya untuk menentang Kahuripan"
"Aduh, gusti patih ....." keluhnya, "lalu apa yang harus saya
lakukan" Hidup ini begini me mbingungkan, se muanya serba
berlawanan. Berilah petunjuk, gusti patih, dan saya ..... Puspa
Dewi akan berterima kasih se kali."
Senyum di bibir Narotama se makin berseri. "Baiklah, Nimas
Puspa Dewi. Betapapun sukar pelaksanaannya, akan tetapi
ada baiknya kalau pelajaran ini dapat tertanam dalam batinmu
untuk menge mudikan jalan hidupmu. Segala macam kebajikan
itu tidak ada gunanya kalau hanya menjadi hapalan, hanya
dipikir dan diucapkan. Yang penting itu prilakunya karena
prilaku merupakan bukti, merupakan perse mbahan, merupakan ibadah. Usahakanlah untuk me langkah dalam
kehidupan melalui jalan kebenaran dengan pedoman seperti
berikut : Pertama : Dharma atau prilaku kebajikan, semua pikiran,
kata dan perbuatan yang didasari kasih sayang kepada
sesama manusia, bahkan sesa ma mahluk hidup di dunia ini.
Ke dua : Satya, yaitu kesetiaan yang didasari keadilan dan
kebenaran, siap me mbe la kebenaran dan keadilan dengan
setia. Ke tiga : Tapa, berarti dapat mengekang dan menga lahkan
nafsu daya rendah yang berada dalam diri sendiri,
menge mba likan kedudukan segala maca m nafsu itu
menjad i ha mba kita, bukan sebagai maj ikan kita.
Ke e mpat: Dama, yaitu sikap menghormat, sopan santun
lahir batin terhadap sesama manusia, rendah hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ke lima : Wimatsari-twa atau tidak menaruh iri hati
terhadap keberhasilan orang lain, ikut merasa bahagia melihat
orang lain berbahagia dan ikut prihatin me lihat orang lain
prihatin. Ke enam : Rih atau mengenal rasa malu, malu terhadap
Yang Maha Kuasa, malu terhadap orang lain dan terhadap diri
sendiri atas kesesatannya.
Ke tujuh : Titiksa, yaitu dapat menguasai nafsu amarah.
Ke delapan : Hanasuya, yaitu tidak me mbalas denda m
kepada orang la in dengan cara menyakitinya.
Ke sembilan : Yadnya, artinya tekun me muja dan
mengagungkan Yang Maha Agung.
Ke sepuluh : Dana, yaitu suka mengalah, berkorban dan
beramal. Ke sebelas : Drati, berarti selalu tenang, membersihkan isi
hati dan pikiran.
Ke dua belas : Ksama, yaitu me maafkan kesalahan orang
lain, teguh dan tidak berputus asa.
Demikianlah, Nimas Puspa Dewi, sifat manusia yang
berbudi luhur."
"Aduh, betapa sukarnya! Apakah ada manusia yang ma mpu
me laksanakan semua itu, gusti patih?" Puspa Dewi tertegun
karena baru sekarang ia mendengarkan pelajaran seperti itu.
"Ha-ha-ha, pertanyaanmu itu tepat sekali. Memang t idak
mudah mene mukan seorang manusia yang dapat me laksanakan itu se mua. Manusia itu tidak sempurna, bahkan
dewa sekalipun tida k se mpurna. Yang Maha Se mpurna hanya
Sang Hyang Widhi Wasa! Akan tetapi setidaknya pengertian
itu dapat kita jadikan obor, andaikata kita tidak dapat
me laksanakan sepenuhnya, ya sebagian kecil saja sudah
cukup ba ik dan dapat mengurangi dosa kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Puspa Dewi menjadi lega. "Terima kasih, gusti patih.
Saya akan berusaha untuk mengikuti jalan kebenaran itu.
Terima kasih dan maafkan sikap dan perbuatan saya tadi."
"Sebaiknya se mua rasa terima kasih dan maaf itu kita
panjatkan kehadiran sang Hyang Widhi, bukan kepada sesama
manusia, Puspa Dewi."
"Selamat tinggal, gusti patih dan seka li lagi terima kasih."
Entah apa yang mendorongnya, baru pertama kali dalam
hidupnya, Puspa Dewi me mberi hormat dengan sembah
kepada Ki Patih Narotama. Bahkan kepada dipati Wura-wuri
saja ia tidak pernah me mber i hormat dengan sembah.
"Selamat berpisah, Puspa Dewi, mudah mudahan kita dapat
bertemu kembali dalam keadaan yang lebih baik." kata Ki
Patih Narotama.
Puspa Dewi lalu melompat dan me mpergunakan kesaktiannya, berlari cepat bagaikan seekor kijang muda
men inggalkan tempat itu. K i Patih Narotama mengikuti
bayangan itu sampai lenyap, lalu menghela napas panjang,
tersenyum dan menggeleng kepalanya. Dia sama sekali tidak
mengira bahwa Puspa Dewi adalah Se kar Kedaton atau puteri
Adipati Wura-wuri satu di antara kerajaan-kerajaan yang
me musuhi Kahuripan.
0oo0 Puspa Dewi me masuki kota raja Kahuripan. Selama
beberapa hari dalam perjalanan ini, hati dan pikirannya
menga la mi guncangan hebat. Peristiwa berturut-turut yang
dialaminya, pertama kali berte mu dengan Nurseta dan tugas
pertamanya mera mpas keris pusaka Sang Megatantra dari
tangan Nurseta gagal lalu disusul gagalnya melaksanakan
tugas kedua, yaitu membunuh Ki Patih
Narotama, mengguncang hatinya dan me mbuatnya menjad i bingung.
Namun perlahan-lahan ia dapat mencerna nasihat Patih
Narotama dan ia dapat menghibur hati sendiri. Gurunya atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibu angkatnya Nyi Dewi Durgakumala me mang bersalah.
Kedua maca m tugas yang diperintahkannya itu me mang
mengandung ma ksud yang tidak sehat dan tidak benar.
Pertama, ia disuruh mera mpas keris pusaka Megatantra yang
sama sekali bukan hak milik gurunya, melainkan hak milik
Sang Prabu Erlangga dan ini berarti bahwa tugas itu
menyuruh ia menjadi pera mpok atau pencuri! Kemudian tugas
kedua, ia disuruh me mbunuh Ki Patih Narotama yang sama
sekali tidak berdosa dan sifat tugas itu adalah pe mba lasan
dendam yang angkara murka. Gurunya itu me mang seorang
wanita sesat, hal ini ia sendiri sudah mengetahuinya. Apakah
ia harus pula menjadi seorang sesat, menjadi seorang
penjahat" Tidak, ia bukan keturunan penjahat!
Akan tetapi sebagai seorang yang sudah diangkat menjadi
Sekar Kedaton Wura-wuri, ia harus melaksanakan perintah
Adipati Wura-wuri dan ia harus me mbe la Kerajaan Wura-wuri.
Ia ditugaskan me mbantu dua orang puteri Parang siluman
Laut Kidul yang kini menjadi selir Sang Prabu Erlangga dan
selir Ki Patih Narotama, me mbantu untuk menentang Kerajaan
Kahuripan. Ia me milih menghubungi Puteri Mandar i saja yang
menjad i selir Sang Prabu Erlangga. la tidak berani
menghubungi Puteri Lasmini yang menjad i selir Ki Patih
Narotama karena ia t idak berani bertemu lagi dengan ki patih
yang tentu akan mencurigainya. Pula, biarpun ia membantu
usaha Kerajaan Wura-wuri untuk menentang Kerajaan
Kahuripan, iapun t idak a kan melakukannya dengan me mbuta.
Ia tidak mau melakukan perbuatan yang sifatnya jahat.
Para perajurit penjaga di pintu gerbang kompleks istana
Kahuripan mulai mula me ma ndang dengan heran, kagum dan
juga penuh curiga ketika men ghadapi Puspa Dewi yang
mengatakan bahwa ia ingin me nghadap Sang Puteri Mandari.
Heran melihat seorang gadis muda begitu berani seorang diri
hendak me masuki kompleks istana, kagum melihat kecantikan
dara itu, dan curiga melihat Puspa Dewi me mbawa sebatang
pedang tergantung di punggungnya. Akan tetapi ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar bahwa gadis itu hendak men ghadap Sang Puteri
Mandari, mereka tidak berani meno lak. Puteri Mandari
me mang telah mere ka kenal sebagai selir terkasih sang prabu
dan selir itu adalah seorang yang sakti mandraguna, juga
seorang yang galak dan tentu akan menghukum berat mereka
kalau mereka menghalangi gadis ini. Siapa tahu gadis ini
masih ada hubungan de kat dengan sang puteri. Maka s ikap
mereka segera berubah setelah Puspa Dewi menyebut nama
Puteri Mandari. Tadinya, di antara mereka ada yang cengar
cengir seperti biasa sekumpulan orang lelaki kalau melihat
gadis cantik jelita, apalagi gadis itu datang seorang diri. Kini
mereka bersikap hormat, tidak berani main-ma in.
"Silakan andika ikut petunjuk jalan mene mui pengawal
istana keputren," kata komandan jaga. Puspa Dewi la lu diantar
dua orang perajurit me nuju ke istana bagian keputren yang
terletak di sebelah kiri bangunan induk istana. Setelah tiba
dipintu bagian keputren, dua orang penjaga dari depan itu
menyerahkan Puspa Dewi kepada empat orang perajurit
pengawal yang berjaga di situ. Kembali di sini Puspa Dewi
harus me mperkenalkan diri dan menje laskan keperluan
kunjungannya. Seperti juga para penjaga di depan tadi, ketika
para perajurit pengawal mendengar bahwa Puspa Dewi ingin
menghadap Puteri Mandari, merekapun bersikap hormat dan
tidak berani melarang.
Akan tetapi ternyata tidak terjadi seperti tadi. Puspa Dewi
tidak diantar oleh perajurit yang berjaga di pintu gapura itu ke
dalam. Seorang perajurit me mberi isyarat ke dalam dengan
me mukul perlahan kentungan kecil. Tak la ma kemudian
muncullah dua orang pengawal wanita, berlarian dari sebelah


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam. Mereka berdua adalah wanita wanita berusia kurang
lebih tiga puluh tahun, bertubuh tegap dan berpakaian
ringkas, di pinggang mereka tergantung sebatang pedang.
Keduanya mendapat laporan dari perajurit pria yang berjaga di
pintu gapura keputren tentang Puspa Dewi mere ka menga mati
Puspa Dewi penuh perhatian. Seperti juga yang lain,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disebutnya nama Puteri Mandari yang hendak dikunjungi
Puspa Dewi me mbuat dua orang pengawal wanita ini bersikap
hormat. Mereka se mua takut belaka kepada sang puteri dan
hal ini mulai d iketahui Puspa Dewi melalui sikap mereka itu. la
menduga bahwa keputren itu tentu me miliki pasukan
pengawal wanita, sedangkan pasukan pengawal pria hanya
menjaga di luar gedung, dibagi menjadi dua, yaitu pengawal
luar dan pengawal dalam. Ketika seorang di antara pengawal
wanita yang berkulit hitam man is me lihat pedang yang
Kitab Pusaka 10 Suling Emas Dan Naga Siluman Bu Kek Sian Su 11 Karya Kho Ping Hoo Riwayat Lie Bouw Pek 12

Cari Blog Ini