Ceritasilat Novel Online

Pedang Asmara 8

Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


Tiong Sin cepat memberi hormat. "Ah, sebetulnya aku masih ingin sekali bercakap-cakap dengan Toanio dan nona. Sungguh menyenangkan sekali dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan Ji-wi (kalian). Sayang bahwa Ji-wi hendak pulang. Kalau saja aku boleh datang berkunjung untuk melanjutkan percakapan kita, alangkah akan senangnya hatiku. Bolehkah kalau aku datang berkunjung malam ini?"
Sungguh sebuah pertanyaan yang amat berani. Akan tetapi Tiong Sin sudah mengucapkannya dengan penuh perhitungan sambil menyingkap mantelnya sehingga pedangnya nampak. Dia tahu benar akan khasiat pedang itu dan pengaruhnya terhadap wanita, maka dia berani mengeluarkan pertanyaan yang berbahaya itu.
Benar saja. Kedua orang wanita itu nampak terkejut sekali mendengar pertanyaan yang mengandung kekurangajaran ini, akan tetapi sungguh aneh, keduanya tidak jadi marah, bahkan tersenyum senyum dengan muka berubah kemerahan, lalu keduanya membalikkan tubuh dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pergi tersipu-sipu. Mereka itu sama sekali tidak marah, bahkan kelihatan malu malu kucing! Setelah mereka pergi, Tiong Sin tersenyum seorang diri. Boleh jadi Tang Cin Siok tidak ikut mengeroyok ayah kandungnya. Akan tetapi yang jelas dia adalah putera ketua lama Hek-eng pang, dan justeru ayahnya itulah yang telah membunuh ayah kandungnya. Karena ayahnya sudah meninggal dunia maka kewajiban puteranya untuk membayar! Dan dia tahu bagaimana dia akan membalas kepada ayah Li Hwa!
Malam itu hawa amat dinginnya sehingga sore-sore orang sudah memasuki rumah, Jarang yang tinggal di luar kalau tidak ada keperluan penting. Lebih enak tinggal di dalam rumah yang terlindung dari hawa udara yang, amat dinginnya. Apalagi kalau berada di dekat perapian, yang hangat. Banyak pula yang segera memasuki kamar dan.berlindung di bawah selimut atau mencari kehangatan dengan pasangan masing-masing.
Di rumah keluarga Tang. juga sudah sunyi. Tang Pangcu sendiri baru saja pulang dari sebuah pesta pernikahan keluarga seorang pembesar daerah, dan dia pulang dalam keadaan mabuk. Begitu tiba di rumah, dia langsung tidur di dalam kamarnya, sebentar saja sudah mendengkur dengan pulasnya. Lima orang murid wanita yang juga bertugas sebagai pembantu rumah tangga dan penjaga, juga sudah memasuki kamar mereka di belakang.
Hanya ada seorang saja yang masih belum tidur, bahkan ia berada di taman bunga di belakang rumah, berlatih ilmu silat. Karena hawa udara dingin sekali, ia berlatih silat golok untuk memanaskan tubuhnya dari sengatan hawa dingin. Orang itu bukan lain adalah Tang Li Hwa. Li Hwa bukan hanya karena kedinginan maka ia sengaja berlatih golok. untuk memanaskan badan, juga ia merasa gelisah bukan main. Hatinya gelisah tak menentu semenjak ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pulang dari tanah kuburan, semenjak ia bertemu dan bercakap cakap dengan Yeliu Tiong Sin! Tak pernah ia dapat melupakan wajah pemuda itu, dan selalu terngiang-ngiang di telinganya ucapan pemuda itu ketika mereka hendak berpisah. "Bolehkah kalau aku datang berkunjung malam ini?" Kata-kata itulah yang membuat ia merasa gelisah. Terjadi perang di dalam hatinya. Ia dihantui harapan bahwa pemuda itu akan benar-benar datang berkunjung! Akan tetapi harapan ini diserang oleh pendapat bahwa hal itu sungguh tidak semestinya, tidak sopan dan bahwa pemuda itu kurang ajar sekali. Akan tetapi, hati yang sudah condong tertarik kepada pemuda itu selalu membantah dan bahkan membela Tiong Sin. Dia hanya datang untuk bercakap-cakap, mengapa tidak sopan"
Karena perang batin ini, ia meresa gelisah, lalu ia keluar dari dalam kamar, menuju ke taman sambil membawa goloknya, yaitu senjata keluarga ketua Hek-eng-pang dan ia pun berlatih silat golok, untuk mendatangkan kehangatan tubuh dan juga untuk mengusir kegelisahan hatinya.
Anehnya, terselip pula harapan bahwa pemuda itu akan datang berkunjung sehingga ia seolah-olah "menanti"
kunjungannya itu di dalam taman bunga, dengan dalih berlatih silat!
Sesungguhnya, malam itu amat indah, teramat indah!
Bulan purnama telah muncul sejak sore, menciptakan suatu keindahan yang sukar diceritakan. Bukan hanya keindahan yang dapat dinikmati mata dan telinga, bahkan suatu keindahan yang menembus ke dalam batin. Dunia seolah-olah telah berubah dari biasanya. Semua yang nampak bermandikan cahaya bulan yang keemasan, kadang-kadang kalau ada awan tipis melayang lewat dan menyaring cahaya bulan, maka terciptalah sinar yang kehijauan. Pohon-pohon besar nampak hidup dan penuh gairah, daun-daunnya melambai tertiup semilir angin, ranting-rantingnya seperti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggapai dan gemersiknya daun seperti suara tawa halus mulut-mulut manis yang tidak nampak.
Namun semua itu tidak nampak oleh Li Hwa. Juga hampir tidak disadarinya pula betapa begitu ia memasuki taman hidungnya disambut semerbak harum bunga-bunga di taman. Keharuman bunga bunga itu makin kuat ketika tertimpa cahaya bulan purnama. Li Hwa yang sudah sepenuhnya dicengkeram kesibukan pikiran yang gelisah itu sudah kehilangan segala kewaspadaan, kehilangan kesadaran untuk dapat melihat, mendengar atau mencium keadaan yang sebenarnya.
Tuhan Maha Kasih! Alam semesta telah diciptakanNya sedemikian sempurna demikian indahnya dan segala sesuatu yang nampak dan tidak nampak ini seolah-olah sengaja diciptakan untuk kepentingan manusia! Namun sungguh sayang sekali, kepribadian kita, Jiwa kita sudah dicengkeram oleh kesibukan pikiran. Pikiran yang bergelimang dengan daya-daya rendah, membangkitkan nafsu-nafsu, selalu menguasai diri kita sehingga kita seolah-olah telah menjadi buta akan segala nikmat itu, segala berkah itu, segala keindahan itu. Sekali-sekali, kalau keadaan pikiran-pikiran kita tenang, baru kita dapat sedikit merasakan kenikmatan dalam kehidupan ini, sedikit saja.
Seolah-olah kita hanya kadang-kadang melihat ujung dari kebahagiaan, tanpa pernah mampu bertemu dan bersatu dengan kebahagiaan itu sendiri. Semua ini adalah karena hati dan pikiran kita yang tadinya memang disertakan kepada kita sebagal alat untuk dapat menikmati dan mensyukuri ciptaan dan berkah dari Tuhan, telah berubah menjadi penyeret kita ke dalam pengejaran kesenangan nafsu belaka. Mungkinkah bagi kita untuk dapat berbahagia, untuk dapat membebaskan diri dari cengkeraman nafsu-nafsu yang di timbulkan oleh daya-daya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rendah yang sudan melekat pada hati dan pikiran" Jelas tidak mungkin, karena "kita" yang hendak melepaskan diri ini pun timbul dari pikiran! "Kita" yang ingin bebas itu pun sudah bergelimang dengan nafsu sudah berada dalam cengkeraman nafsu daya rendah, maka segala usana kita untuk bebas pun masih dalam lingkungi nafsu!
Namun, ada yang lebih berkuasa dari segala nafsu daya rendah. Ialah Sang Pencipta! Pencipta dari segala yang ada.
Tuhan Sang Maha Pencipta! Hanya Tuhanlah, hanya kekuasaan Tuhanlah yang akan mampu memulihkan keadaan kita, mampu membebaskan kita dari belenggu nafsu. Ingat dan waspada, itulah obatnya. Ingat selalu kepada Tuhan, setiap saat dan menyerahkan segalanya kepada kekuasaan Tuhan! Waspada terhadap setiap gerak gerik badan dan batin, yaitu hati dan akal pikiran, tanpa ingin mengubahnya Mengapa tanpa ingin mengubah"
Karena KEINGINAN MENGUBAH ini pun masih
merupakan kesibukan dari pikiran yang mendorong, maka sudah pasti bahwa di balik keinginan mengubah itu terdapat pamrih! Pamrih untuk memperoleh kesenangan dari perubahan itu! Akibatnya bukan berubah melainkan bertambah sarat dengan keinginan nafsu. Hanya Tuhan yang mampu mengubah dan membersihkan! Kekuasaan Tuhan meliputi segala, yang paling atas dan paling bawah, yang paling dalam dan paling luar. Dan kita tinggal menyerah, penuh kepasrahan, penuh keikhlasan, penuh kesabaran dan ketawakalan. Ingat dan waspada selalu.
Ingat kepada Tuhan setiap saat, menyerah total. Dan waspada terhadap gerak-gerik badan, hati dan akal pikiran seperti kalau dalam perjuangan kita waspada terhadap gerak-gerik musuh yang amat berbahaya.
Li Hwa tidak melihat semua keindahan malam yang dingin itu. Ia berlatih silat golok dan memang dalam latihan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sungguh sungguh ini, tubuhnya menjadi hangat, darah mengalir cepat dan pencurahan perhatian kepada latihannya membuat ia melupakan kegelisahan, hatinya.
Tiba-tiba terdengar suara orang memuji. "Hebat, to-hoat (ilmu golok) yang indah dan hebat sekali!"
Li Hwa terkejut, menghentikan gerakan goloknya, membalik dan seketika ia merasa jantungnya berdebar dan mukanya menjadi merah. Pemuda yang tadi selalu menggoda pikirannya itu telah berada di depannya! Tiong Sin kini mencabut Pedang Asmara, perlahan-lahan, lalu membungkuk sambil melintangkan pedangnya di depan dada.
"Nona, malam dingin sekali, memari enak untuk berlatih. Bolehkah aku menemanimu berlatih" Sedikit-sedikit aku pernah belajar ilmu pedang, dan kumohon petunjuk darimu, Nona!"
Li Hwa yang tadinya merasa sungkan dan malu-malu, kini tersenyum. Ia adalah murid terpandai dari Hek-eng-pang bahkan telah mewarisi seluruh kepandaian ayahnya.
Tentu saja ia tidak gentar menghadapi siapapun juga, apalagi pemuda yang asing ini, dan hanya untuk berlatih.
Bahkan ia berkesempatan untuk menguji kepandaian orang, dan untuk memamerkan ilmu sitatnya kepada pemuda itu dengan mengalahkannya.
"Akulah yang mohon petunjuk dan pelajaran darimu, saudara Yeliu!" jawabnya sambil balas memberi hormat dan melintangkan goloknya depan dada.
Tiong Sin tersenyum. "Baiklah, mari kita sama-sama saling belajar dan bersiaplah, Nona, aku mulai menyerang!"
Pedangnya membuat gerakan menusuk dan gadis itu cepat mengelak ke kiri sambil membalas dengan babatan goloknya dari samping ke arah pinggang lawan. Keduanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergerak perlahan seolah-olah merasa khawatir kalau-kalau gerakan senjata mereka benar-benar mengenai tubuh lawan yang disayangnya. Akan tetapi, setelah masing-masing merasa yakin akan kelincahan lawan, gerakan mereka makin lama semakin cepat dan belasan jurus kemudian, bukan main rasa kagum dalam hati Li Hwa karena ia mendapatkan kenyataan bahwa pemuda lawannya itu selain memiliki ilmu pedang yang hebat, juga amat lincah dan memiliki tenaga yang kuat! Lebih-lebih pedang di tangannya itu, sinarnya membuat ia seringkali silau dan membuat jantungnya berdebar kencang penuh gairah!
"Haiiiittt.....!" Tiba-tiba golok itu membacok dari atas ke bawah, menyerang kepala Tiong Sin. Pemuda ini miringkan tubuh, menjauh dan pedangnya menyambar ketika menangkis sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya.
"Tranggggg..... aihhh.....!" Golok itu terlepas dari tangan Li Hwa dan menancap ke atas tanah, sedangkan gadis itu menjerit lirih karena tubuhnya terpelanting. Akan tetapi, lengan kiri Tiong Sin sudah merangkulnya sehingga ia tidak terbanting jatuh ke atas tanah, melainkan terjatuh ke dalam rangkulan pemuda itu!
"Ahhhhh.....!" Li Hwa yang hendak meronta dan marah itu tiba-tiba saja merasa tubuhnya lemah lunglai dan ia memejamkan matanya tanpa melawan ketika merasa betapa bibir pemuda itu membelai pipi dan lehernya dan ia mendengar bisiknya.
"Siauw-moi..... di luar begini dingin.... aku ingin bicara denganmu di dalam..., marilah kita masuk ke rumah....."
Bagaikan orang dalam mimpi, atau yang sudah ling-lung kehilangan semua perlawanannya, Li Hwa mengangguk lalu melangkah meninggalkan taman, menuju ke bangunan rumah keluarganya. Tiong Sin masih sempat mengambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
golok gadis itu, kemudian sambil menggandeng tangan gadis yang seperti kehilangan semangat itu, dia mengikutinya berjalan ke arah rumah besar yang nampak sunyi.
"Di mana kamarmu....., kita masuk dari jendela saja agar tidak kelihatan orang lain....." Tiong Sin berbisik dan dengan tangan kanan dia memegang Pedang Asmara yang terhunus. Gadis itu hanya mengangguk. Samar-samar ia masih teringat betapa janggal keadaan ini dan bahwa ia seharusnya menolak, Namun, ada kekuasaan dan kekuatan 1ain yang melumpuhkan seluruh kesadarannya. Ia merasa demikian gembira, merasa betapa cinta kasih pemuda itu terhadapnya demikian besarnya, dan ia merasa pula bahwa ia telah jatuh cinta sepenuhnya kepada Yeliu Tiong Sin!
Mereka tiba di depan daun jendela itu. Bagaikan dalam mimpi saja, Li Hwa membuka daun jendela itu lalu meloncat masuk ke dalam diikuti oleh Tiong Sin. Setibanya di dalam kamar, Tiong Sin menutupkan daun jendela, meletakkan pedang dan golok di atas meja, lalu dia merangkul dan mendekap Li Hwa yang hanya pasrah dengan tubuh lemas sambil memejamkan mata.
Selanjutnya, Li Hwa hanya pasrah dan tidak pernah melawan sedikit pun, menuruti segala yang diinginkan Tiong Sin! Sungguh tidak disangka sama sekali bahwa seorang gadis seperti Li Hwa, yang memiliki kegagahan, memiliki kekerasan hati, memiliki harga diri yang tinggi, pada malam hari itu berubah menjadi seperti malam lunak yang mandah saja diperlakukan sesukanya oleh seorang pemuda yang baru saja dijumpainya, la menyerahkan diri tanpa menolak, tanpa membantah, bahkan dengan suka rela dan dengan hati penuh rasa gembira, sama sekali tidak sadar bahwa aib dan noda telah mengotori diri dan namanya sebagai seorang gadis terhormat! Sama sekali ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak menyadari hal ini, bahkan ia terlena, terseret oleh arus nufsu berahi dan pada saat itu hanya tahu bahwa apa yang dilakukanny adalah menyenangkan dan benar!
Dua orang muda itu membiarkan dirinya hanyut dan setelah keduanya terkulai, masih saja Li Hwa terbuai dala kemesraan. Dalam keadaan setengah pulas itu, tiba-tiba daun pintu kamar Li Hwa diketuk orang. Perlahan saja ketuan itu, disusul suara wanita yang memanggil nama Li Hwa.
"Li Hwa, bukakan pintunya.....!"
Tentu saja Li Hwa dan Tiong Sin yang sudah hampir pulas itu, terkejut bukan main mendengar suara ini.
"Ibu tiriku......" kata Li Hwa, berbisik. "Cepat, engkau pergilah dari sini.."
"Li Hwa....." kembali terdengar suar Kwi Nio, ibu tiri Li Hwa, di luar, "bukalah, aku tadi telah melihat kalian..... "
"Celaka.....!" Li Hwa berbisik lagi. "Ia telah melihat kita!"
Tiong Sin merangkulnya. "Tenanglah Li Hwa. Kalau ia sudah melihat kita satu-satunya jalan adalah melibatkan ia dengan hubungan ini. Nah, engkau pura-pura tidur saja, biar aku yang menghadapinya." Berkata demikian, Tiong Sin meloncat turun dari pembaringan, meniup padam lilin di atas, meja, lalu menuju ke plntu kamar itu.
Daun pintu kamar dibuka. Kwi Nio melangkah masuk kamar yang gelap itu memanggil, "Li Hwa....."
"Ia sudah tidur, Toanio. Yang ada aku, marilah kita bicara di dalam." Tiba-tiba ada dua lengan yang merangkulnya lalu menariknya ke dalam kamar itu, dan daun pintunya ditutup kembali. Kwi Nio segera maklum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa pemuda itu yang merangkulnya. Ia hendak meronta, hendak menjerit, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas dan ia tidak mampu mengeluarkan suara karena tubuhnya sudah tertotok.
Akan tetapi tidak lama kemudian, belaian dan rayuan pemuda itu, terutama li didorong oleh kekuatan dan pengaruh Pedang Asmara yang menggeletak telanjang di atas meja, membuat nyonya itu sama sekali tidak ingin meronta dan menjerit lagi. Ketika totokannya itu dibebaskan, ia pun menyerah, bahkan menyambut belaian pemuda itu dengan penuh gairah.
Demikianlah, dua orang wanita itu seperti telah kehilangan kesadaran mereka, telah dikuasai iblis dan nafsu berahi yang berkobar-kobar, membuat mereka sama sekali tidak sadar bahwa mereka berdua telah melakukan hal yang amat kotor dan yang dapat menghancurkan nama dan kehormatan mereka.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XIV Menjelang pugi, Tiong Sin berpamit dengan mesra dan meninggalkan dua orang wanita itu. Setelah pemuda itu.
membawa pedangnya meloncat keluar dari jendela, barulah dua orang wanita itu seperti tersentak kaget, saling pandang dan berulang kali mulut mereka berbisik, "Apa yang telah kulakukan ini.....?" Akhirnya, mereka saling rangkul dan menangis tersedu-sedu, penuh penyesalan. Namun, segalanya telah terlambat, terutama sekali bagi Li Hwa, dunia seperti hancur lebur. Namun, apa yang akan dapat ia lakukan" Mereka berdua bahkan berjanji untuk saling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang teguh rahasia yang memalukan itu, karena keduanya terlibat langsung!
Tiga hari kemudian, sejak pagi di lian-bu-thia yang luas dari Hek eng-pang telan berkumpul belasan orang anggauta Hek eng pang. Mereka adalah para murid yang dahulu ikut ketua lama untuk mengeroyok dan membunuh Bu Siang Hok Mereka mentaati perinlah Tang Pangcu untuk berkumpul di situ pada hari itu karena menurut perintah sang ketua, ada seorang tamu yang ingin bertemu dengan mereka, menghaturkan terima kasih dan juga berkenalan.
Diam-diam mereka itu saling bertanya-tanya, siapa gerangan tamu itu dan apa perlunya dengan mereka.
Urusan dengan Bu Siang Hok yang sudah lewat dua puluh tahun itu hampir terlupa oleh mereka, dan urusan itu merupakan peristiwa yang paling tidak enak bagi mereka.
Ketika Tang Cin Siok memasuki lian bu-thia, para anggauta tua Hek-eng-pang itu segera bertanya kepada sang ketua apa yang sesungguhnya dikehendaki oleh tamu itu dan mana pula tamunya.
"Harap kalian tenang dan bersabar Tentu sebentar lagi dia datang dan kalian boleh mendengar sendiri darinya Akan tetapi, dia amat berterima kasih dan melihat sikap dan kata-katanya mungkin dia akan memberi hadiah kepada kalian."
Lima belas orang murid Hek-eng-pang itu tersenyum.
Tak mereka sangka bahwa urusan dua puluh tahun yang lalu itu kini dihidupkan kembali, bahkan ada orang yang hendak berterima kasih dan memberi hadiah kepada mereka, karena orang itu musuh besar Bu Siang Hok dan dia menganggap mereka telah berjasa!
Tak lama kemudian, muncullah Tiong Sin yang segera memberi hormat kepada Tang Pangcu. Kemudian mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua memasuki lian bu-thia dan Tiong Sin diperkenalkan kepada lima belas orang murid itu. "Yang ada tinggal mereka ini, yang lain ada yang sudah meninggal, ada pula yang sudah berpindah ke kota lain, yang jauh." kata Tang Cin Siok.
Tiong Sin memandang mereka. Mereka semua adalah laki-laki yang berusia antara empat puluh sampai lima puluh tahun, bersikap gagah. Dia tersenyum ramah.
"Pangcu, apakah mereka ini dahulu itu ikut menyerang Bu Siang Hok" Aku hanya ingin bicara dengan mereka yang dulu ikut membinasakan musuh besarku itu, maka sebaiknya kalau yang dahulu tidak ikut, agar jangan masuk ke dalam lian-bu-thia ini."
Tang Cin Siok mengangguk dan tersenyum. "Mereka lima belas orang itu memang dulu mengikuti ayah ketika melakukan pengejaran Aku sendiri mulai tidak ikut. Nah, silakan engkau bicara dengan mereka, orang muda, aku akan menanti di luar." Berkata demikian, ketua itu lalu keluar dari lian-bu-thia.
Tiong Sin lalu menutupkan daun pintu ruangan berlatih silat itu, dan menghadapi lima belas orang itu sambil tersenyum ramah, "Cu-wi telah berjasa besar dan selain ucapan terima kasih yang sedalamnya, aku ingin memberi sekedar hadiah atau tanda mata kepadi Cu-wi (anda sekalian). Kuharap Cu-wi suka berdiri berjajar agar memudahkan aku membagi hadiah."
Lima belas orang itu tersenyum-senyum dan mereka pun bangkit, lalu berdiri berjajar di depan pemuda tampan yang tersenyum-senyum itu. Tiong Sin lalu berkata dengan lantang, "Cu-wi, sesungguhnya aku ingin sekali dapat berhadapan sendiri dengan musuh besarku, Bu Siang Hok itu. Ingin sekali aku mencoba sampai di mana hebatnya ilmu kepandaiannyn. Namun sayang, dia telah mati dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena yang membunuhnya ialah Cu-wi, maka kiranya melalui Cuwi, aku akan dapat menduga sampai di mana tingkat kepandaian Bu Siang Hok. Nah, harap Cu-wi suka bermurah hati dan mengeroyok aku seperti ketika Cuwi mengeroyok Bu Siang Hok dahulu, sehingga Cu-wi akan dapat mengatakan kepadaku, siapa di antara dia dan aku yang lebih lihai. Selelah mendengar pendapat Cu-wi, barulah hatiku akan merasa puas. Nah, harap Cuwi bersiap-siap dengan senjata Cu-wi, dan keroyoklah aku seperti ketika Cu wi mengeroyok Bu Siang Hok!"
Lima belas orang nuggauta Hek eng pang itu saling pandang. Mereka terkejut mendengar permintaan yang aneh dan tidak mereka sangka-sangka itu. Akan tetapi, kalau hanya menguji kepandaian saja, tidak ada salahnya, pikir mereka. Biarlah pemuda yang agaknya amat mendendam kepada Bu Siang Hok ini merasa puas. Sambil tertawa-tawa mereka pun lalu mencabut golok mereka dan mengepung Tiong Sin.
"Nah, mulailah, Cu-wi. Jangan ragu ragu, keroyok aku seperti dulu kalian mengeroyok Bu Siang Hok!" kata Tiong Sin sambil melintangkan pedangnya depan dada, sikapnya waspada. Dia sama sekali tidak merasa gentar. Dia sudah mendapat keterangan bahwa yang paling lihai antara para murid Hek eng pang adalah Li Hwa, dan dia sudah mengukur sampai di mana kepandaian gadis itu. Kini, menghadapi lima belas orang itu, dia sama sekali tidak merasa gentar.
Dengan sikap main-main, seorang di antara para murid Hek eng pang yang berada di belakangnya membentak,
"Awas aku mulai menyerang" Dan dia pun menggerakkan goloknya membacok dari belakang. Tentu saja dia tidak mempergunakan seluruh tenaganya dan andaikata dia melihat pemuda itu kurang cepat menghindarkan diri atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menangkis, dia akan menahan serangannya karena memang sama sekali tidak ada niat hatinya mencelakai pemuda itu.
"Singgg..., tranggg.....!" Nampak sinar terang berkelebat ketika Tiong Sin membalikkan tubuhnya, pedangnya menyambar dan sekali tangkis, golok di tangan murid Hek-eng-pang itu patah menjadi dua, dan sinar pedang masih terus meluncur dan pundak kanan orang itu tertusuk ujung pedang.
"Aduhhh.....!" Dia terhuyung ke belakang memegangi pundaknya yang terluka. Terkejutlah semua murid Hek-eng-pang.
"Heiiiii! Apa artinya ini?"
"Kenapa kau.melukai saudara kami?"
Namun, Tiong Sin tidak mempedulikan teriakan-teriakan dan teguran mereka itu, dia sudah memutar pedangnya, sinar Pedang Asmara bergulung-gulung, menyambar-nyambar dan kembali dua orang sudah roboh terluka! Tentu saja para murid lain menjadi terkejut, heran akan tetapi juga marah sekali. Kini mereka mengepung dan menyerang dengan sungguh sungguh karena jelas bahwa pemuda ini mempunyai niat yang buruk. Dan terjadilah pengeroyokan seperti dahulu ketika Bu Siang Hok dikeroyok tepat seperti diinginkan Tiong Sin. Dan dia pun mengamuk.
Tingkat kepandaian Tiong Sin memang jauh lebih tinggi daripada tingkat para murid Hek-eng-peng. Apalagi dia memegang Pedang Asmara, sebatang pedang yang memiliki daya melumpuhkan wanita akan tetapi kalau bertemu dengan senjata lain merupakan senjata yang amat ampuh, mampu mematahkan senjata yang keras! Baru belasan jurus saja, lebih dari setengah jumlah pengeroyok telah kehilangan golok mereka yang patah-patah disusul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
robohnya tubuh mereka, ada yang tertusuk, ada yang terbacok pedang yang ampuh itu. Tiong Sin mengamuk sambil tertawa-tawa seperti orang gila! Hatinya gembira bukan main melihat para pengeroyoknya, para pembunuh ayahnya roboh satu demi satu!
Sementara itu, Tang Cin Siok yang tadinya berada di luar lian-bu thia, berjalan-jalan di taman tak jauh dari ruangan berlatih silat itu, menjadi heran bukan main ketika dia mendengar suara beradunya senjata di dalam ruangan itu. lebih kaget lagi ketika suara benturan senjata tajam itu disusul tenakan-teriakan kesakitan. Dia pun cepat lari menghampiri dan sekali dorong, daun pintu ruangan itu pun terbuka. Dia terbelalak, terkejut bukan main melihat pemuda itu mengamuk dan melihat betapa dengan cepat, semua anggauta Hek-eng-peng yang berjumlah lima belas orang itu, satu demi satu dalam keadaan terluka parah!
"Heiii, apa yang kaulakukan ini?" bentaknya dan dia pun sudah mencabut goloknya dan langsung saja melompat masuk dan menyerang! Dengan pengerahan tenaga, dia membacokkan goloknya dari samping, dan gerakannya selain amat cepat, juga kuat sekali karena ketua ini sudah marah melihat betapa lima belas orang anggautanya roboh terluka.
Melihat dirinya diserang, Hong Sin tersenyum, pedangnya berkelebat menangkis dan dia mengerahkan tenaganya.!
"Tranggg.... !" Golok di tangan Tang Pangcu itu patah menjadi dua. Tiong Sin tidak ingin melukai ketua itu. Kalau di mau, tentu mudah baginya untuk membacokkan atau menusukkan pedangnya Akan tetapi dia tidak mau melukai ketua itu. Bagi Tang Cin Siok, dia memilih pembalasan yang lain lagi caranya. Ketika golok itu patah, Tang Cin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Siok menjadi pucat dan dia memandang terbelalak ketika pemuda itu sambil tertawa melompat pergi dari situ.
"Heiii! Jelaskan dulu apa artinya perbuatanmu ini!"
bentak Tang Cin Siok yang merasa tidak berdaya untuk melakukan pengejaran, maklum bahwa pemuda itu lihai sekali dan pedang di tangannya itu amat ampuhnya.
Tiong Sin menoleh sambil tersenyum mengejek.
"Pangcu, kalau engkau ingin penjelasan, malam nanti aku akan menjelaskan!" Setelah berkata demikian, sekali melompat, pemuda itu telah lenyap dari Situ. Dia mencoba untuk mengejar keluar, akan tetapi pemuda itu tidak tampak lagi dan dari dalam rumah muncul puterinya, Tang Li Hwa yang memandang kepadanya dengan muka pucat.
"Ayah, apa yang telah terjadi?"
"Celaka, pemuda itu mendatangkan bencana!" kata Tang Cin Siok dan dia segera lari lagi ke lian-bu-thia. Dengan muka menjadi semakin pucat. Li Hwa mengikuti ayahnya.
Ketika mereka tiba di lian-bu-thia, Li Hwa terbelalak melihat betapa lima belas orang murid Hek-eng-pang yang katanya akan menerima ucapan terima kasih dan tanda mata dari pemuda bernama Yeliu Tiong Sin itu kini sudah rebah malang melintang, ada yang luka ringan, ada yang luka berat bahkan ada pula yang tewas. Lian-bu-thia itu berubah menjadi seperti ruangan pembantaian dan lantainya berlepotan darah!
"Cepat, panggil para anggauta lain untuk menolong!"
kata ayahnya. Dengan muka pucat sekali dan hati tidak karuan rasanya, Li Hwa meloncat dan tak lama kemudian, para murid dan anggauta Hek-eng-pang berdatangan dan mereka segera menolong yang luka, dan mengurus yang tewas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Malam itu, asrama Hek-eng-pang berkabung. Lima buah peti mati berjajar di ruangan depan. Di antara lima belas orang murid itu, lima orang tewas, tiga orang luka berat dan tujuh orang luka tidak begitu berat. Li Hwa sendiri tidak keluar, melainkan mengeram diri dalam kamar dan terus-terusan menangis, ibu tirinya menemaninya dan ibu tiri ini pun menangis.
"Akan kubunuh dia! Ah, akan kubunuh dia.....!"
Berulang kali Li Hwa berkata seperti orang gila dan Kwi Nio juga hanya dapat menangis. Wanita ini maklum bahwa ada sesuatu yang tidak wajar yang membuat ia dan anak tirinya begitu mudah menyerahkan diri kepada pemuda itu.
Dan kini pemuda itu bahkan telah merobohkan lima belas orang murid Hek eng-pang tanpa alasan apa pun. Betapa kejamnya! Tentu saja ia menyesal sekali telah menyerahkan diri dinodai pemuda itu. Akan tetapi apa yang dapat ia lakukan" Hal itu terjadi begitu saja malam tadi, seperti juga Li Hwa yang demikian mudahnya menyerahkan
kehormatan dirinya yang masih gadis.
Tan Cin Siok sendiri duduk di ruangan depan, bersila di atas lantai, wajahnya murung dan keruh. Sekali ini, nama Hek-eng-pang menjadi rusak oleh ulah seorang pemuda saja yang tidak diketahui benar asal-usulnya. Karena Hek-eng-pang berhubungan baik dengan pasukan keamanan kota Wang-cun bahkan dia mengenal baik komandan
perbatasan, maka beberapa orang perwira datang melayat dan mereka menjanjikan bantuan untuk menyelidiki dan kalau dapat menangkap pemuda yang mengaku bernama Yeliu Tiong Sin itu. Para isteri dan keluarga yang mati, berkumpul pula di situ dan hujan tangis membuat suasana berkabung itu semakin menyedihkan. Semua anggauta Hek-eng-pang berkumpul di situ dan pada wajah mereka jelas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nampak kemarahan dan dendam terhadap pemuda yang mendatangkan bencana ini.
Siang tadi, mereka semua telah mencoba untuk mencari pemuda itu, semua penginapan diperiksa. Akan tetapi pemuda itu telah meninggalkan kamar di rumah penginapan yang disewanya, dan menurut keterangan orang yang melihatnya, dia telah pergi meninggalkan kota Wang-cun dengan naik seekor kuda.
Biarpun demikian, malam itu mereka menanti dengan hati tegang, siap untuk mengeroyok dan menangkap hidup atau mati pemuda itu. Apalagi mereka mendengar bahwa pemuda itu telah berjanji kepada ketua mereka, bahwa malam ini dia akan datang memberi penjelasan. Kalau benar dia datang, mungkin pemuda itu telah gila! Bukan hanya puluhan orang anggauta Hek-eng-pang yang menanti dan siap mengepung, bahkan Tang Pangcu sudah mendatangkan belabantuan yaitu para jagoan dari benteng pasukan pemerintah. Sedikitnya ada lima belas orang jagoan dari benteng yang menyamar sebagai sahabat-sahabat yang datang melayat dan mereka ini sudah siap untuk membantu Hek-eng-pang kalau pemuda itu benar-benar berani muncul ke tempat itu.
Malam itu bulan masih purnama dan hawa udara masih tetap dingin seperti malam kemarin. Akan tetapi, seorang penunggang kuda membalapkan kudanya, menuruni bukit kecil menuju ke kota Wang-cun. Di luar kota, dia menghentikan kudanya dan melompat turun, menambatkan kudanya pada sebatang pohon dan membiarkan kudanya makan rumput di bawah pohon, lalu dia melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki. Akan tetapi dia bukan berjalan, melainkan berlari, bahkan lebih mirip terbang karena kedua kakinya itu dengan kecepatan luar biasa bergerak dan tubuhnya meluncur ke depan, seolah-olah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua kaki itu tidak menginjak bumi. Itulah ilmu berlari cepat yang hebat.
Di luar tembok kota Wang-cun, dia berhenti di tempat gelap dan dia tersenyum melihat betapa berbeda dengan hari-hari biasa, kini bukan hanya pintu gerbang terjaga ketat, akan tetapi bahkan ada yang mondar-mandir di sepanjang tembok melakukan perondaan! Seperti sudah diduganya, malam ini tentu pihak Hek-eng-pang melakukan penjagaan ketat, bahkan dibantu oleh pasukan pemerinlah.
Orang itu adalah Tiong Sin. Dia memang sudah menduga bahwa dirinya tentu dicari dan kota itu tentu dijaga ketat apalagi karena dia sudah berjanji kepad Tang Cin Siok untuk datang memberi penjelasan. Dan biarpun dia sudah membalas dendam kematian ayahnya kepada mereka yang dahulu mengeroyok ayahnya sampai mati, namun dia masih belum memberi pukulan terakhir kepada keluarga Tang, keluarga ibunya yang telah menghancurkan kebahagiaan ibunya, yang' menyebabkan ibunya sengsara, melarikan diri dalam keadaan mengandung tua sehingga ibunya tewas ketika melahirkan.
Dengan kepandaiannya yang tinggi, tidak sukar bagi Tiong Sin untuk memilih tembok kota yang lepas dari penjagaan para peronda, melompati pagar tembok itu dan menyusup masuk ke dalam kota. Malam itu dingin dan karenanya, seperti kemarin malam, keadaan kota menjadi sunyi biarpun malam belum begitu larut. Dengan mudah Tiong Sin menyelinap dan melompat pagar tembok yang mengurung rumah dan asrama Hek eng-pang, masuk ke dalam taman dari mana dia dapat menghampiri kamar tidur Li Hwa! Pukulan terakhir terhadap keluarga Tang akan dilakukannya dari kamar tidur gadis putih mulus yang cantik manis itu!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja para murid Hek-eng-pang yang melakukan penjagaan di pintu gerbang dan di keempat sudut rumah dan markas Hek-eng-pang, tidak ada yang berani menjaga dekat kamar Li Hwa. bukankah Li Hwa memiliki kepandaiannya yang lebih tinggi daripada mereka semua"
Gadis itu akan tersinggung hatinya kalau melihat kamarnya dijaga anggauta Hek-eng pang. Dan justeru hal ini yang memudahkan Tiong Sin untuk menghampiri kamar itu dan sekali renggut, daun endela kamar itu terbuka dan dia lalu meloncat ke dalam kamar yang terang karena dipasangi banyak lilin untuk menambah terangnya lampu gantung.
Akan tetapi, begitu kakinya menyentuh lantai kamar, tiba-tiba saja terdengar bentakan, "Jananam, mampuslah engkau!" dan sebatang golok sudah menyambar ke arah lehernya! Tiong Sin cepat mengelak sambil mencabut Pedang Asmara. Golok itu menyambar lagi. Dengan kecepatan luar biasa. Tiong Sin merendahkan tubuhnya dan ketika golok menyambar lewat ke atas kepalanya, dia menangkap pergelangan tangan kanan yang memegang golok, lalu menekan lengan itu dan di lain saat tubuh gadis itu telah berada dalam rangkulannya dan Pedang Asmara telah ditempelkannya di dada gadis itu, bukan ditodongkan ujungnya, melainkan ditempelkan.
"Aih, Li Hwa. Bukankah engkau cinta padaku?" Dan dia pun mencium pipi gadis itu. Li Hwa seketika merasa lutut nya lemas dan ia tidak melawan ketika pemuda itu mengambil goloknya dan memondong tubuhnya ke pembaringan. Ketika Tiong Sin melihat Kwi Nio, ibu tiri gadis itu ternyata berada pula di situ dia tersenyum dan menyambar lengan nyonya muda itu dan ditariknya pula bersama-sama duduk di atas pembaringan. Nyonya yang tadinya juga sudah siap untuk menjerit, kini keadaannya tidak berbeda seperti Li Hwa. Ia menjadi lemas dan hanya memejamkan mata ketika pemuda itu membelainya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergantian dengan Li Hwa. Dua orang wanita itu sama sekali tidak dapat melawan ketika pemuda itu memadamkan semua penerangan dalam kamar dan terulanglah kembali peristiwa malam kemarin, di mana kedua wanita itu menyerah tanpa membantah sedikit pun juga karena mereka sendiri telah dibakar nafsu berahi yang berkobar tanpa mereka ketahui apa yang menyebabkannya!
Mereka samar-samar masih ingat bahwa pemuda ini telah mendatangkan bencana, dan hal ini amat menyedihkan hati mereka karena mereka kini menyerahkan diri seperti itu kepada pemuda yang mestinya mereka benci.
Mereka sama sekali tidak tahu bahwa Pedang Asmara telah memperlihatkan pengaruhnya yang mujijat! Ibu tiri dan anak tiri itu merintih dan menangis lirih, namun mereka tidak pernah menolak dan menyerahkan diri dengan suka rela menurut semua kehendak pemuda itu atas mereka.
Setelah Tiong Sin merasa puas mempermainkan mereka, dia membiarkan dua orang wanita itu menangis sambil memeluki bantal. Sambil tersenyum kejam dia mengenakan lagi pakaiannya. Pada saat itu, terdengar suara dari luar.
"Siocia (Nona).....! Toanio.....?" Suara seorang wanita tua, yaitu murid atau anggauta Hek-eng-pang wanita yang juga bekerja sebagai pembantu dan penjaga. Daun pintu diketuk dan agaknya wanita itu mendengar isak tangis mereka, maka didorongnya daun pintu itu terbuka, dan dengan tangan kanan memegang sebuah tempat lilin dengan tiga batang lilin bernyala, dengan hati-hati ia memasuki kamar.
Murid Hek-eng-pang itu tertegun. Matanya terbelalak memandang ke dalam kamar, melihat nonanya dan nyonyanya menangis di atas pembaringan dalam keadaan tanpa pakaian, dan di dekat pembaringan berdiri seorang pemuda yang membereskan pakaiannya dan tersenyum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepadanya! Pemuda yang pagi tadi telah merobohkan lima belas murid tingkat pertama dari Hek-eng-pang! Tentu saja murid wanita itu terkejut dan menjerit, lalu berlari keluar.
Tak lama kemudian, muncullah Tang Cin Siok sendiri diikuti lima orang murid wanita dan beberapa orang murid lain. Ketua itu memegang sebatang golok, dan semua murid Hek-eng-pang juga memegang golok. Ketika Tang Pangcu melihat keadaan di dalam kamar, keadaan isterinya dan puterinya, mukanya berubah pucat sekali, lalu berubah merah padam dan matanya mencorong seolah-olah dia hendak membunuh Tiong Sin dengan sinar matanya.
Pemuda itu tersenyum. Dia sudah selesai berpakaian dan kini pedang pusaka itu berada di tangannya.
"Pangcu, aku memenuhi janji. Engkau ingin penjelasan mengapa aku merobohkan lima belas orang murid Hek-eng-pang pagi tadi" Dan mengapa pula aku sekarang mempermainkan isterimu dan puterimu" Bukalah mata dan telingamu Pandang aku baik-baik dan dengarkan kata-kataku. Nama keturunanku bukan Yeliu melainkan Bu.
Aku bernama Bu Tiong Sin! Mendiang Bu Siang Hok dan Tang Siok Hwa adalah ayah dan ibu kandungku! Hek-eng-pang telah mencelakakan ayah dan ibuku, maka hari ini aku datang membalas dendam!"
Kini mata Tang Cin Siok terbelalak "Kau..... kau.....
anak yang dilahirkan Siok Hwa.... yang hilang itu?"
Tiong Sin tertawa. "Tang Pangcu engkau adalah pamanku, kakak dari ibuku. Akan tetapi, ayahmu telah menghancurkan kebahagiaan ibuku, oleh karena itu hari ini aku datang untuk membalas dendam. Aku tidak bisa membalas kepada kakekku yang sudah mati, akan tetapi engkau sebagai keturunannya dapat mewakilinya menerima pembalasanku, ha-ha-ha!" Setelah berkata demikian,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan hati yang puas sekali, Tiong Sin melompat keluar melalui jendela.
Tang Cin Siok tentu saja sudah dapat menduga apa yang dilakukan oleh pemuda itu. Tentu pemuda itu telah memperkosa isterinya dan puterinya. Melihat betapa isterinya dan puterinya kini bersembunyi di dalam gulungan selimut sambil menangis, hatinya seperti ditusuk-tusuk rasanya.
"Kejar! Bunuh jahanam keparat itu!" teriaknya dan keadaan menjadi kacau dan geger. Para jagoan dari benteng yang menyamar sebagai tamu pelayat, sudah cepat mendengar dan mereka pun ikut mengejar pemuda yang melarikan diri melalui taman itu. Sebagian pula cepat mengatur penjagaan dan kini kota Wang-cun seolah-olah dikepung dan tidak diberi kesempatan kepada siapapun juga untuk keluar kota tanpa diketahui para penjaga.
Tiong Sin yang memandang rendah Hek-eng-pang, ketika melarikan diri dan meloncat keluar dari pagar tembok asrama perkumpulan itu, terkejut juga ketika tiba-tiba muncul lima orang setengah tua yang tanpa banyak cakap sudah mengurungnya dengan pedang mereka.
"Hemmm, kalian sudah bosan hidup!" bentaknya dan dia pun memutar Pedang Asmara untuk membikin patah senjata di tangan para pengeroyoknya. Akan tetapi lima orang itu menarik pedang masing masing dan menyerang lagi dengan cepat jelas bahwa mereka tidak mau mengadu senjata mereka dengan pedang di tangan pemuda itu. Hal ini adalah karena para jagoan benteng ini sudah mendengar dari Tang Pangcu betapa ampuhnya pedang pemuda itu yang mampu mematahki semua senjata lain. Melihat ini, Tiong Sin terkejut dan cepat dia pun memutar pedang melindungi tubuhnya, lalu membalas dengan serangan maut. Bagaimanapun juga, tingkat kepandaian para jagoan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu masih belum mampu menandingi Tiong Sin sehingga mereka terdesak hebat apalagi karena pemuda yang lihai itu menggunakan pedang yang demikian ampuhnya.
Akan tetapi, Tang Pangcu bersama para anggauta Hek-eng-pang segera bermunculan dan ikut mengepung dan mengeroyok. Juga lebih banyak lagi jagoan datang mengeroyok. Tiong Sin terkejut mulai knawatir. Biarpun pedangnya dapat mematahkan beberapa batang senjata para pengeroyok, namun jumlah mereka banyak sekali. Dia pun melompat ke samping lalu melarikan diri.
Tang Pangcu yang marah sekali cepat mengejar bersama para jagoan, diikuti. pula oleh banyak murid Hek-eng-pang.
Ketika Tiong Sin melarikan diri, setibanya di jalan perempatan, dia sudah dihadang oleh banyak lawan.
Terpaksa dia mengamuk lagi, akan tetapi dari belakang, para pengejarnya sudah tiba! Kalau dia lanjutkan perkelahian yang berat sebelah itu, akhirnya dia tentu akan celaka! Dia melawan mati-matian dan berhasil merobohkan beberapa orang. Namun dia dihimpit dan didesak, sehingga terpaksa harus melarikan diri lagi. Dia tidak tahu bahwa kota itu sudah dipenuhi orang-orang yang hendak menangkapnya, maka tak lama kemudian, dia sudah dihadang lagi dan terpaksa dia mengamuk lagi. Karena Tang Pangcu dan para pendekar juga memiliki ilmu kepandaian yang cukup tinggi, dikeroyok oleh orang sedemikian banyaknya, mulailah Tiong Sin tercium ujung senjata para pengeroyok dan sudah menderita beberapa luka yang biarpun tidak terlalu parah, namun cukup membuat darah banyak keluar dan perlawanannya mulai lemah. Dia merasa lelah sekali harus berlari-lari lalu dikepung dan dikeroyok lagi sampai beberapa jam lamanya.
Tiong Sin sudah berputar-putar di sebagian besar kota Wang-cun, namun tidak berhasil berlari keluar karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setiap kali tiba di tembok kota, di sana sudah menunggu pasukan keamanan. Dia dikeroyok dihujani anak panah dan biarpun dia lihai, menghadapi pengeroyokan seperti itu, mulailah dia merasa cemas. Tak disangkanya bahwa Hek-eng-pang memiliki pengaruh yang demikian besarnya, sehingga pemerintah setempat dan pasukan keamanan perbatasan mau membantu Hek-eng-pang seperti itu.
Tiong Sin menjadi semakin bingung dan akhirnya panik ketika melihat betapa sinar matahari pagi mulai membakar ufuk timur, siap untuk mengusir kegelapan malam. Kalau sampai keburu terang, celakalah dia! Akan lenyap, semua harapan untuk dapat lolos dan terpaksa dia harus mengamuk terus sampai mati!
Dan dia masih belum ingin mati! Dia masih muda, dia tidak mau mati sekarang. Tiong Sin menangkis sebatang tombak dan tombak itu patah, akan tetapi mata tombak itu meluncur dan mengenai paha kanannya, menancap di paha. Biarpun tidak berapa dalam, namun menambah luka-lukanya. Dia mencabut mata tombak itu dan melihat sebuah rumah yang tidak berapa tinggi di sebelah kiri, dia lalu mengerahkan seluruh tenaganya dan meloncat ke atas genteng rumah itu. Karena kakinya sudah terluka. maka dia tidak dapat mengatur keseimbangan tubuhnya dengan baik.
Beberapa buah genteng yang diinjaknya pecah dan dia terhuyung. Orang-orang yang tadi mengeroyoknya, mengejar dan berteriak-teriak di bawah rumah. Sebelum rumah terkepung dan sebelum ada yang naik, Tiong Sin berlari dan meloncat lagi ke rumah lain, terus berloncatan dari rumah ke rumah dan akhirnya dia meloncat turun ke tempat yang agak gelap karena di situ terdapat beberapa batang pohon besar.
"Ssttt, ke sinilah. Aku akan menyembunyikanmu!" Tiba-tiba terdengar suara orang. Ada seorang laki-laki setengah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tua yang bertubuh tinggi kurus muncul di kegelapan.
Karena dia sendiri sudah hampir putus asa, Tiong Sin terhuyung menghampiri orang itu. Orang itu memegang lengannya dan menariknya masuk ke sebuah pintu yang kecil dari pagar yang mengelilingi sebuah rumah besar. Dia menarik Tiong Sin masuk ke balik pagar tembok, lalu menutup lagi pintu kecil dan menguncinya, lalu mengajak pemudi itu lari ke dalam rumah besar. Rumah itu besar dan mewah, dan orang tinggi kurus itu terus mengajaknya masuk ke dalam.sebuah ruangan yang luas.
"Siapakah engkau" Dan mengapa engkau membantuku?"
Tiong Sin bertanya dengan pandang mata penuh selidik!.
Orang itu tersenyum. "Aku tidak mempunyai hubungan dengan persoalanmu, akan tetapi melihat, kelihaianmu, aku merasa sayang kalau sampai engkau mati konyol. Nah, engkau bersembunyi di kamar rahasia di balik dinding itu.
Jangan mengeluarkan suara, dan jangan keluar kalau tidak kujemput. Engkau akan aman di sana." Orang itu menggerakkan sebuah arca singa kecil dan tiba-tiba saja almari buku yang berada di ruangan itu bergerak, mengeluarkan suara berderit dan ternyata almari itu telah berputar dan di belakangnya terdapat pintu tembusan ke sebuah kamar.
"Masuklah dan engkau bersembunyi dulu di situ sampai keadaan aman kembali." kata orang tinggi kurus itu.
Tiong Sin tidak mempunyai pilihan lain. Kalau dia menolak, dia akan terus menjadi buruan tanpa dapat keluar dari kota itu dan akhirnya dia akan roboh pula. Kalau dia bersembunyi di sini, andaikata orang ini, mengkhianatinya, setidaknya dia sudah memperoleh kesempatan untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga. Akan tetapi kalau orang itu benar-benar hendak menolongnya, dia akan selamat. Maka, dia pun mengangguk dan memasuki kamar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Si tinggi kurus memutar arca singa dan almari itu berputar kembali, menutupi lubang pada dinding.
Kamar yang dimasuki Tiong Sin itu cukup bersih. Ada sebuah pembaringan kecil dan ada dua buah kursi, bahkan tersedia sebuah poci terisi air teh dan cangkir-cangkirnya, dan seguci arak dengan cawannya. Tiong Sin lalu meneguk secawan arak, kemudian dia naik ke atas pembaringan dan duduk bersila, memeriksa luka-lukanya, menaruhkan obat luka yang dibawanya, kemudian dia pun duduk diam untuk menghimpun tenaga baru. Dia dapat menduga bahwa penolongnya tadi bukan seorang Han, melainkan seorang suku bangsa Mancu atau Mongol. Dari logat bicaranya saja dia sudah dapat menduga walaupun orang itu mengenakan pakaian seperti pribumi. Dia menduga-duga apa yang menjadi pamrih orang itu menolongnya, walaupun tadi orang itu mengatakan sayang kalau dia sampai mati konyol.
Di tempat seperti itu, semua orang berjiwa dagang, tidak akan melakukan sesuatu kalau tidak mendatangkan keuntungan. Dia tidak dapat menduga, keuntungan apa yang dituntut orang itu darinya. Bagaimanapun juga kalau orang itu mampu menyelamatkannya,
menyelundupkannya, sampai dia dapat keluar dari kota Wang-cun dengan selamat dia siap untuk membalas budinya yang besar.
Tiba-tiba dia terkejut dan cepat dia turun dari pembaringan, menyambar pedangnya yang tadi dia letakkan di atas pembaringan di depannya, lalu berindap-indap mendekati almari yang memisahkan dia dari ruangan luas itu. Dia mendengar langkah kaki dan suara orang bercakap-cakap, suara itu jelas sekali dapat dia tangkap. Dia mendengar suara orang tinggi kurus tadi.
"Nah, tuan-tuan sekalian. Sudah saya katakan bahwa saya tidak melihat siapapun memasuki rumah kami, apalagi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemuda yang dikejar-kejar itu. Saya tinggal di sini. bersama beberapa orang pelayan dan mereka semua sudah bertahun-tahun tinggal di sini. Karena hawa dingin, mereka semua belum bangun. Maka, saya terkejut sekali ketika sepagi ini pintu rumah kami digedor....." Di dalam suara itu terkandung penasaran.
"Maafkan kami, saudara Barcan. Kami sudah mengenalmu selama beberapa tahun. Kami tahu bahwa saudara Barcan adalah seorang saudagar besar yang tidak pernah melanggar peraturan. Akan tetapi, malam ini kami mengejar seorang penjahat besar yang telah membikin kacau di Hek-eng-pang, dan tadi kami melihat dia lari menuju ke daerah ini. Maka, terpaksa kami mencarinya di seluruh tempat daerah ini, termasuk rumahmu. Siapa tahu dia bersembunyi di sini di luar tahumu."
"Ahhh! Maksudmu, pembunuh yang telah membunuh banyak saudara Hek-eng-pang" Betapa mengerikan! Dan dia berlari ke daerah ini" Kalau begitu, harus dicari, Ciangkun (Perwira). Mari saya bantu mencarinya, mungkin dia bersembunyi di dalam kebun. Oya, biar kubangunkan semua pelayanku agar mereka ikut membantu dalam pencarian!"
Tiong Sin bernapas lega ketika mendengar langkah kaki banyak orang itu keluar dari rumah dan suara mereka tidak terdengar lagi. Ah, kiranya penolongnya itu bernama Barcan, seorang suku Mongol kalau begitu. Dan kini dia percaya bahwa Barcan itu bersungguh-sungguh dalam usahanya menolongnya. Kalau dia hendak berkhianat, betapa mudahnya tadi, dan tentu dia sudah dikeroyok dan mungkin tertawan atau tewas. Sungguh besar sekali jasa Barcan itu, dan dia berhutang budi, bahkan berhutang nyawa kepadanya. Dan Barcan seorang saudagar besar bangsa Mongol. Agaknya dia cerdik sekali, maka boleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diharapkan akan mampu menyelundupkan dia keluar dari kota itu.
Tiong Sin sama sekali tidak tahu bahwa penolongnya itu, Barcan, adalah orang yang penting di Mongol pada waktu itu. Barcan bukan seorang saudagar kaya biasa saja. Sama sekali bukan! Telah diceritakan di bagian depan bahwa Barcan ini adalah seorang kepala kelompok yang menjadi pembantu dari Temucin! Bahkan dahulu, isteri Barcan yang masih muda bernama Ogui, yang cantik manis, telah mengadakan hubungan cinta dengan Temucin. Mereka berdua menjadi korban dari pengaruh mujijat Pedang Asmara hingga mereka mengadakan hubungan gelap. Akan tetapi, Temucin menyadari ketidakwajaran itu, dan dia diam-diam membunuh Ogui lalu memberitahu kepada Barcan bahwa isterinya itu berlaku tidak senonoh hendak menggodanya maka dibunuhnya wanita itu. Barcan berterima kasih sekali dan memuji perbuatan Temucin yang membersihkan namanya. Dia menjadi pembantu yang makin setia dan karena Barcan seorang yang cerdik, pandai dan gagah, juga banyak pengalamannya di perbatasan, maka dia lalu menerima tugas berat dari Temucin untuk menjadi mata-mata di perbatasan. Demikianlah, Barcan menjadi saudagar kaya di perbatasan. Dia memasukkan barang-barang dari dalam Tembok Besar keluar, dan mendatangkan rempah-rempah dan kulit binatang dari utara. Dengan demikian hubungannya luas, namanya dikenal baik dan diam-diam dia pun menyelidiki keadaan di perbatasan. Dia hafal benar siapa yang menjadi komandan, siapa-siapa para perwiranya, dan berapa besar kekuatan benteng pasukan pemerintah di tapal batas. Dia mencatat semua kekuatan dan kelemahan pihak pasukan pemerintah!
Dia tahu pula bahwa Hek-eng pang terdiri dari orang-orang dengan kepandaian silat tinggi dan puluhan orang anggauta Hek-eng-pang itu membantu pemerintah menjaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keamanan. Maka begitu melihat ada seorang pemuda membikin kacau Hek-eng-pang, bahkan kabarnya merobohkan belasan orang hatinya tertarik sekali.
Kebetulan sekali pada malam itu, ketika dikejar-kejar, pemuda itu lewat di belakang kebunnya. Maka dia pun cepat turun tangan membantu dan menyembunyikan Tiong Sin, dengan harapan kelak pemuda ini akan berguna baginya, atau lebih tepat lagi, bagi pasukan yang. dipimpin Temucin yang sejak lama sudah merencanakan untuk menyerbu ke selatan!
Baru setelah matahari naik tinggi Barcan membuka pintu rahasia kamar itu dan dia tersenyum lebar ketika melihat Tiong Sin bersila di atas pembaringan dengan pedang di tangan.
"Orang muda, simpan pedangmu. Bahaya telah lewat dan engkau aman di sini."
Tiong Sin menyarungkan pedangnya, turun dari pembaringan dan memberi hotmat kepada pria tua kurus itu. "Paman, aku Tiong Sin menghaturkan terima kasih kepadamu dan aku bersumpah bahwa kalau keadaan mengijmkan, kalau terbuka kesempatan, aku akan membalas kebaikanmu hari ini. Akan tetapi, selama masih belum keluar dari Wang-cun, kukira keadaanku belum dapat dibilang aman."
"Duduklah dan mari kita makan pagi dulu sebelum bicara. Banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu."
Mereka berdua sarapan pagi, dilayani oleh seorang pembantu rumah tangganya. Kiranya Barcan tinggal di situ hanya bersama beberapa orang pembantunya yang sesungguhnya merupakah jagoan jagoan Mongol yang menyamar. Barcan tidak membawa keluarganya yang ditinggalkan di utara, akan tetapi sedikitnya sebulan sekali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia menengok keluarganya di utara dengan dalih membawa barang dagangan.
"Aku tidak ingin mencampuri urusan pribadimu, orang muda. Bahkan nama Yeliu Tiong Sin sama sekali tidak pernah kami kenal dan kami pun tidak mempunyai hubungan apapun denganmu Akan tetapi, mulai saat ini, engkau menjadi buruan pemerintah, engkau menjadi musuh pemerintah."
"Sebetulnya, aku pun tidak ingin bermusuhan dengan pemerintah, Paman Barcan, akan tetapi siapa kira bahwa Hek eng-pang ternyata bersekutu dengan pasukan pemerintah sehingga aku dikejar kejar oleh pasukan."
"Hemmm, memang Hek-eng-pang merupakan pembantu pasukan keamanan pemerintah. Oleh karena itu, engkau tidak mungkin lagi bebas seenaknya kalau berada di selatan.
Tentu gambar tentang dirimu telah disebar dan kemanapun engkau pergi, kalau bertemu dengan penjaga keamanan kota, tentu engkau akan ditangkap."
Wajah yang tampan itu berubah panik dan sedih. Hal ini sama sekali tidak pernah dibayangkannya. Dia hendak membalas dengan kematian ayahnya kepada Hek eng pang dan tahu-tahu dia berhadapan dengan pemerintah, bahkan kini menjadi buruan yang membuat dia tak pernah merasa aman, di manapun dia berada.
"Karena itu, aku mohon Paman jangan kepalang tanggung menolongku. Harap paman dapat mengusahakan agar aku dapat keluar dari daerah ini dengan aman."
Barcan tertawa bergelak, hatinya senang sekali bahwa segala rencananya berjalan dengan baik. Dia bersusah payah menolong pemuda ini memang ada pamrihnya.
Bukan hanya susah payah, akan tetapi amat berbahaya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau sampai ketahuan, semua usahanya selama bertahun tahun ini tidak ada artinya!
"Sudah kukatakan tadi, orang muda. engkau tidak mungkin kembali ke selatan, karena di sana engkau akan selalu dikejar kejar. Bukan mustahil karena Hek eng pang juga minta bantuan para pendekar dan tentu hidupmu akan selalu terancam bahaya dan engkau tidak dapat tenang.
Jalan satu-satunya adalah pergi ke utara!"
"Ke utara" Di daerah suku-suku bangsa liar?" Dia lalu teringat bahwa penolongnya seorang suku bangsa Mongol maka cepat-cepat disambungnya. "Maaf Paman. Akan tetapi aku harus berbuat apa di utara yang sama sekali asing bagiku?"
"Yeliu Tiong Sin, jangan menganggap bahwa suku-suku bangsa di utara hanyalah suku liar yang bodoh. Kini telah bangkit seorang pemimpin besar yang akan membawa suku Mongol menjadi bangsa yang paling besar di dunia! Kalau engkau suka membantu pemimpin kami kelak engkau akan memperoleh kedudukan tinggi!" Kemudian Barcan bicara tentang Jenghis Khan. Hati Tiong Sin tertarik sekali dan akhirnya dia pun menyatakan kesediaannya untuk membantu.
"Baiklah, Paman Barcan. Aku akan membantu rajamu, ke dua untuk menyelamatkan diri dari kejaran pemerintah kerajaan Cin, dan ke tiga untuk bisa mendapatkan kemuliaan dengan mengabdikan diriku kepada Raja Jenghis Khan. Akan tetapi ketahuilah, namaku bukan Yeliu Tiong Sin, melainkan Bu Tiong Sin. nama keluarga Yeliu itu hanya kupergunakan agar keluarga Hek-eng-pang tidak mengenal aku sebagai keturunan musuh besarnya." Tanpa diminta, Tiong lalu bercerita kepada Barcan tentang riwayat dirinya, tentang kedua orang, tuanya yang tewas ketika dia masih bayi dan tentang usahanya membalas dendam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada keluarga Hek-eng-pang. Hati Barcan menjadi semakin girang. Pemuda ini dapat menjadi seorang pembantu yang baik sekali, pikirnya.
Baiklah kalau begitu memang kita ini sudah saling cocok.
Besok pagi-pagi kami akan mengatur agar engkau dapat lolos dari kota ini dan langsung menyeberang ke utara, melewati Tembok Besar. Kami akan mengirim kain-kain dalam peti beberapa besar dan engkau dapat bersembunyi di dalam sebuah di antara peti peti itu. Pemimpin kami sudah membuat persiapan untuk menyerbu ke selatan dan kebetulan sekali engkau menjadi pembantu kami, maka engkau depat membuat jasa."
Pagi itu terjadi kesibukan di rumah Barcan. Sebuah kereta besar dibawa masuk dan empat buan peti besar berisi kain dan barang dagangan lain dinaikkan ke atas kereta. Di tengah-tengah terdapat sebuah peti besar yang kosong dan Tiong Sin disuruh memasuki peti ini yang kemudian ditutup. Akan tetapi peti itu berlubang-lubang kecil dari mana Tiong Sin selain dapat bernapas, juga dapat mengintai keluar.
Barcan sudah bersiap-siap, mengenakan pakaian dengan jubah lebar yang bersih berwarna coklat. Juga dua orang diantara pembantunya yang akan ikut pergi, seorang di antaranya menjadi kusir. Pembantu yang lain tinggal di rumah untuk mengurus perdagangan dan menjaga rumah.
Pada saat mereka siap untuk berangkat, tiba-tiba nampak berkelebat bayangan tiga orang dan di lain saat, di depan kereta yang masih berada di pekarangan dalam itu telah berdiri tiga orang laki laki yang sikapnya angkuh dan bengis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Barcan, kami mendapat tugas untuk memeriksa dan menggeledah seluruh tempat tinggalmu ini. Juga isi kereta itu!" bentak seorang di antara mereka.
Tiong Sin yang berada di dalam peti itu terkejut dan dia pun mengintai dari dalam. Melalui lubang-lubang itu, dia dapat melihat dengan jelas. Tiga orang laki-laki yang bertubuh tegap dan sikapnya gagah. Di pinggang mereka tergantung sebatang pedang dengan sarungnya terukir indah, mudah diduga bahwa mereka bukan orang sembarangan, melihat betapa mereka muncul dengan gerakan demikian cepat, seperti masuknya tiga ekor burung garuda saja. Dengan jantung berdebar tegang dia mengintai dengan penuh perhatian. Kalau perlu, dia harus keluar dari peti dan membantu Barcan, pikirnya. Dia melihat betapa Barcan bersikap tenang saja.
Orang Mongol itu tadi terkejut melihat munculnya tiga orang itu, akan tetapi dia segera bersikap biasa, nampak terheran dan dia segera menjura kepada mereka.
"Ah, kiranya Sam-wi Ciangkun (Tiga Perwira) dari pasukan Bulu Emas yang datang berkunjung!" serunya ramah. "Tentu saja kami tidak berkeberatan kalau Sam-wi hendak melakukan penggeledahan di rumah kami, walaupun semalam sudah digeledah dan kami sendiri ikut membantu. Bukankan Sam-wi masih mencari pemuda yang kabarnya telah mengacau dan melakukan pembunuhan di Hek-eng pang itu?"
"Benar, dan kami memperoleh tugas untuk mencarinya sampai dapat. Karena dia menghilang di daerah ini, maka kami masih mempunyai keyakinan bahwa dia berada di sekitar tempat ini dan besar kemungkinan bersembunyi di dalam rumahmu, saudara Barcan," kata orang pertama dari tiga perwira itu. Mereka bertiga itu adalah perwira-perwira pasukan Bulu Emas yang amat terkenal. Pasukan berani
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mati yang rata-rata pandai Ilmu silat, apalagi tiga orang perwiranya, menurut berita,, tiga orang perwira ini memiliki kepandaian yang tinggi. Akan tetapi, Barcan dan para pembantunya kelihatan tenang-tenang saja. Memang, dalam menghadapi bahaya seperti itu, ketenangan merupakan syarat pokok agar dapat melakukan tindakan yang tepat.
"Kalau ada orang bersembunyi di rumah kami, sudah pasti kami akan mengetahuinya, Ciangkun. Akan tetapi kalau Sam-wi Ciangkun menghendaki tentu saja kami tidak berkeberatan kalau Sam-wi melakukan penggeledahan ke dalam rumah. Silakan, Ciangkun. Akan tetapi kami tidak ingin kesiangan. Kami hendak mengirim barang ke utara dan karena tujuan perjalanan kami amat jauh, terpaksa kami akan meninggalkan Sam-wi lebih dahulu Ada para pembantu kami di rumah, Sam-wi Ciangkun boleh memeriksa sampai di semua sudut. Kami hendak pergi lebih dulu." berkata demikian, Barcan memberi isyarat kepada dua orang pembantunya, lalu dia masuk ke dalam, kereta, diikuti dua orang itu.
Akan tetapi, sebelum kereta itu bergerak, tiga orang perwira sudah melompat ke depan kereta dan pimpinan mereka yang berkumis tebal mengangkat tangannya ke atas.
"Saudara Barcan, berhenti dulu! Engkau tidak boleh pergi sebelum kami selesai menggeledah, dan kami pun ingin memeriksa isi kereta itu Apakah isi peti-peti itu?"
Tentu saja Tiong Sin terkejut buka main dan memandang tegang. Agaknya tiga orang perwira itu memang cerdik dan berpengalaman. Akan tetapi dia masih belum mau keluar, ingin melihat bagaimana sikap Barcan.
Ketika dia memandang, ternyata Barcan bersikap tenang saja. Dia keluar lagi dari dalam kereta dan dengan lantang dia menjawab, "Sam-wi Ciangkun sungguh membikin hati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kami kesal! Kami tidak pernah mengganggu, mengapa dicurigai" Peti-peti itu adalah dagangan berupa kain-kain, alat dapur dan lain-lain yang akan kami jual ke daerah luar Tembok Besar. Dan biarpun kami pergi, ada para pembantu kami yang menjaga rumah dan Sam-wi boleh saja menggeledah sampai di seluruh kamar. Kami tidak ingin terlambat sampai ke dusun pertama di luar Tembok Besar!"
Si kumis tebal tersenyum mengejek. "Bagaimanapun juga, kami harus lebih dulu memeriksa isi peti-peti itu!"


Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berkata demikian, sekali meloncat dia sudah berada di atas kereta dan mulai mengetuk-ngetuk peti paling ujung yang terisi kain.
Melihat sikap perwira itu. Barcan maklum bahwa tentu peti yang terisi pemuda itu akan ketahuan, maka dia pun memberi isyarat kepada para pembantunya. Dua orang pembantunya berloncatan ke atas kereta dengan sikap keras mereka itu berkata, "Ciangkun tidak boleh mengganggu barang kami!" Berkata demikian, mereka mendorong tubuh perwira itu. Sang perwira berkumis tebal tentu saja terkejut dan marah. Dia meloncat turun lalu mencabut pedangnya.
"Huh, kiranya Barcan benar-benar hendak memberontak!
Tentu engkau yang menyembunyikan pemuda itu maka kami gagal menangkapnya!"
Barcan sudah memberi isyarat kepada orang-orangnya, dan dua orang pengikut tadi sudah berloncatan turun dari atas kereta, lalu tanpa banyak cakap lagi mereka sudah menyerang perwira berkumis tebal dengan golok mereka.
Perwira itu marah, menangkis dan balas menyerang sehingga terjadilah perkelahian di pekarangan itu! Pintu pekarangan masih tertutup rapat sehingga kalau ada yang lewat di jalan depan pekarangan, tentu tidak akan melihatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat betapa teman mereka dikeroyok, dua orang perwira lainnya sudah maju dan terjun ke dalam perkelahian! menggunakan pedang mereka. Para pembantu Barcan juga sudah berdatangan dan mereka pun terjun mengeroyok. Kini tiga orang perwira itu dikeroyok oleh enam orang pembantu Barcan yang kesemuanya memiliki ilmu kepandaian yang cukup tinggi.
Dari dalam petinya, Tiong Sin mengintai. Dia melihat betapa tiga orang perwira itu pandai sekali bermain pedang sehingga biarpun enam orang pengeroyok mereka juga lihai, namun mereka bertiga mampu mempertahankan diri, bahkan pedang mereka bergulung-gulung semakin dahsyat dan mereka mulai mendesak enam orang pengeroyok itu yang mulai mundur.
Selagi Tiong Sin merasa khawatir dan timbul keinginannya keluar dari dalam peti untuk membantu enam orang itu, tiba-tiba dia melihat Barcan mengeluarkan sebuah busur berwarna hitam. Busur ini ukurannya kecil, demikian pula anak panah yang dia pasang pada busur itu.
Dengan gerakan cepat sekali, Barcan menarik tali busur, terdengar suara menjepret dan sinar hitam meluncur bagaikan kilat menyambar ke arah mereka yang sedang berkelahi, terdengar pekik dan seorang perwira terpelanting roboh, disusul bacokan dan tusukan golok para ngeroyoknya sehingga dia tewas seketika. Masih dua kali lagi busur itu menjepret, dua kali sinar hitam meluncur dan dua orang perwira yang lain juga terjungkal dan menjadi korban tusukan dan bacokan golok para pengeroyok mereka.
Tiong Sin kagum bukan main. Kiranya Barcan memiliki ilmu memanah yang amat lihai. Dan dia melihat betapa Barcan memerintahkan para pembantunya untuk cepat mengubur tiga jenazah itu ke dalam kebun mereka yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cukup luas sedangkan dia sendiri bersama dua orang pembantunya, melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda tadi dengan sikap tenang.
Perjalanan kereta itu ternyata tidak menemui halangan lagi. Para petugas jaga di pintu gerbang kota maupun para penjaga di perbatasan, mengenal Barcan dengan baik dan mereka semua percaya kepadanya yang sudah seringkah keluar masuk perbatasan membawa barang dagangan.
Apalagi karena Barcan amat royal dengan hadiah-hadiahnya. Selagi para penjaga di perbatasan mendapatkan hadiah berharga darinya setiap kali dia lewat dengan barang dagangannya.
Demikianlah, dengan mudah Tiong Sin diselundupkan keluar perbatasan dan pemuda ini melanjutkan perjalanan dengan berkuda setelah lewat perbatasan, mengikuti Barcan yang membawanya menghadap pemimpinnya, yaitu Jenghis Khan yang sudah membuat persiapan untuk menyerbu ke selatan! Jenghis Khan yang pandai sekali mempergunakan orang-orang yang dapat berguna bagi pemerintahannya, menerima Tiong Sin dengan girang, Dia sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menurut Barcan memiliki ilmu silat tinggi ini adalah murid dan anak angkat Yeliu Cutay, dan bahkan pemuda itu menjadi pemilik Pedang Asmara yang tadinya menjadi miliknya.
Barcan sendiri membuat laporan tentang keadaan di kota Wang-cun, tentang kekuatan pasukan yang berjaga di perbatasan, bahkan dia telah berhasil membuat peta perbatasan sampai ke jalur yang menuju ke kota raja Kerajaan Cin. Tentu saja Jenghis Khan menjadi girang bukan main dan mulailan raja baru ini mempersiapkan pasukan untuk nemulai dengan gerakan besar besaran yang sudah lama direncanakan, yaitu penyerbuan ke selatan, ke sebelah dalam Tembok Besar!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jenghis Khan menjalankan siasat yang amat cerdik.
Diam-diam kekuatannya menjadi semakin besar, kekuasaannya kini meliputi seluruh daerah utara. Suku-suku bangsa yang tadinya berdiri sendiri dan tidak pernah mau tunduk, diserangnya dan dia memaksa mereka itu tunduk dan menyerah kepadanya.
Tak lama kemudian, tidak ada lagi suku bangsa yang berani menentangnya Dan Jenghis Khan pandai mengambil hati mereka. Dia tidak mau membeda-bedakan antara para suku bangsa, tidak mau merendahkan yang satu dan mengangkat yang lain. Tidak mengherankan kalau suku bangsa yang tadinya terkenal, semua menggabungkan diri dengan pasukan Jenghis Khan. Suku bangsa Uigur yang terkenal memiliki banyak ahli pikir yang pandai dan bijaksana, suku bangsa Karait yang terkenal setia, suku bangsa Yakka Mongol yang gagah perkasa dan tahan uji, suku bangsa Tartar yang terkenal keras dan ganas, suku bangsa Merkit yang berhati baja, pendeknya seluruh suku bangsa yang besar maupun yang kecil, akhirnya menggabungkan diri dengan pasukan Jenghis Khan, mengakui Jenghis Khan sebagai pemimpin besar mereka.
Jenghis Khan bersikap adil, akan tetapi juga keras. Dia menciptakan hukum tertentu yang keras, sebagai pengganti hukum rimba yang berlaku di antara suku-suku bangsa liar itu. Dia memberikan hukuman mati terhadap kejahatan-kejahatan seperti mencuri, memperkosa, apalagi merampok dan mencuri kuda. Dia melarang perkelahian antara suku, melarang anak tidak patuh kepada orang tuanya, melarang suami bersikap kejam dan sewenang-wenang kepada isterinya dan mengancam hukuman berat bagi isteri yang melakukan penyelewengan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia mengharuskan si kuat membantu lemah, si kaya membantu si miskin, orang-orang menghormati atasannya.
Semenjak Jenghis Khan menjadi raja atau pemimpin besar, mulailah diadakan penertiban dalam kehidupan para suku bangsa yang sebagian besar terdiri suku perantauan itu. Jenghis Khan bukan hanya mengadakan penertiban ke dalam akan tetapi juga mengatur rencana jangka panjang untuk memenuhi cita-citanya yaitu mengangkat bangsa Mongol menjadi bangsa yang besar dan jaya, yang keolak akan menguasai dunia. Dia menyebar orang-orang kepercayaannya menyusup ke dalam Tembok Besar, menjadi mata-mata yang menyamar sebagai pedagang. Dia bahkan mengadakan hubungan baik dengan Negara Cin yang besar, bahkan tidak segan-segan membantu Kerajaan Cin ketika kerajaan itu diganggu dan dirongrong oleh suku bangsa di perbatasan. Jenghis Khan mengirim pasukannya untuk membantu Kerajaan Cin, mengusir para pengacau.
Maka, Kerajaan Cin juga tidak pernah menaruh kecurigaan terhadap pemimpin besar bangsa Mongol di utara itu.
Pada jaman itu, negara di sebelah latan Tembok Besar disebut Negeri Kathai, dan bangsa yang tinggal di selatan Tembok Besar merupakan bangsa yang sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Gurun Go-bi, di luar Tembok Besar. Kebudayaan mereka berkembang sejak ribuan tahun dan mereka membangun kota-kota yang besar. Keadaan kehidupan bangsa di sebelah selatan Tembok Besar ini sungguh jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan bangsa Mongol dengan banyak macam suku bangsa lainnya di utara itu. Mereka itu terdiri dari kaum bangsawan, yaitu keluarga kaisar, lalu para pejabat yang tinggi sampai yang rendah, para perajurit dan perwiranya, kaum terpelajar yang menyebut diri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sastrawan dan filsuf, ada pula petani, pengemis dan budak-budak belian.
Mulai permulaan abad ke tiga belas, yang berkuasa di Kathai adalah Wangsa Cin (Emas) dan istana kaisar berada di Yen-king (dekat Peking). Karena merasa dirinya kuat, maka kaisar Kerajaan menjadi lengah dan para pejabat tinggi hanya tenggelam ke dalam kesenangan dan kemuliaan. Mereka merasa kuat dengan pasukan yang besar. Apalagi ancaman satu-satunya yang mungkin datang dari utara, sudah tidak ada, melihat betapa bangsa Mongol yang kini merupakan suku bangsa terkuat di utara, bersikap baik dan bersahabat, bahkan mau membantu menindas suku-suku bangsa lain di perbatasan yang memberontak.
Ketika Kerajaan Cin menyerang musuh lamanya, yaitu Kerajaan Sung di selatan, Jenghis Khan juga menawarkan bantuannya. Memang dia amat cerdik Selain ingin mengambil hati Kaisar Kerajaan Cin dan membuat kerajaan itu lengah terhadap ancaman yang datang darinya, juga dia ingin agar pasukan intinya memperoleh pengalaman di selatan dan dapat melihat bagaimana keadaan pasukan Kerajaan Cin, kekuatan dan
kelemahannya. Maka, Jenghis Khan lalu mengirim pasukan berkuda yang cekatan trampil, dibawah pimpinan beberapa orang panglimanya yang pandai, dikepalai oleh panglimanya yang dipercaya dan cakap, yaitu Chepe Noyon. Panglima ini memang gagah perkasa, menunggang seekor kuda tinggi besar dengan pakaian baju perang disepuh perak, kedua kakinya mengenakan sepatu yang dihias bulu biruang putih.
Pasukan Jenghis Khan ini dengan gagah perkasa membantu pasukan Kerajaan Cin menyerang Kerajaan Sung di selatan dan di samping itu, para panglimauya mempelajari keadaan Negara Kathai sehingga ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka kembali ke Gurun Go-bi, mereka sudah memperoleh gambaran yang cukup jelas dari kerajaan di sebelah Selatan Tembok Besar itu. Semua pengalaman ini ditambah dengan pekerjaan para mata-mata yang disebar selama beberapa tahun di negara itu, maka matanglah sudah rencana Jenghis Khan untuk memulai dengan penyerbuannya ke selatan.
Telah menjadi kebiasaan sejak dahulu kala, kaisar dari kerajaan besar selalu menuntut upeti dari raja-raja dan penguasa kerajaan atau pemerintah lain yang telah ditundukkannya atau yang telah mengakui kedaulatannya.
Upeti itu merupakan tanda taluk, dan biasanya merupakan pengiriman barang-barang berharga setahun sekali.
Demikian pula dengan Kerajaan Cin yang menuntut upeti dari daerah-daerah yang mereka tundukkan, dan dari para kepala kelompok atau kepala suku yang mengakui kedaulatan dan kekuatan Kerajaan Cin. Menolak pembayaran upeti dapat dianggap mengambil sikap bermusuhan, atau dianggap menentang dan akibatnya biasanya lalu pengiriman pasukan dari raja yang berkuasa untuk menundukkan mereka yang menolak pembayaran upeti itu.
Namun, Jenghis Khan selalu mengabaikan pembayaran upeti ini! Karena beberapa kali dia mengirim pasukan untuk membantu Kerajaan Cin, maka kaisar juga tidak mengambil tindakan, bahkan pernah Jenghis Khan menerima hadiah barang-barang indah dari Kaisar Kerajaan Cin, dan dia pun diberi julukan Panglima Penunduk Pemberontak! Hal itu terjadi ketika Jenghis Khan membantu Kerajaan ini membasmi para pemberontak di perbatasan.
Ketika Kaisar Kerajaan Cin meninggal dunia, seorang puteranya diangkat untuk menjadi kaisar baru. Puteranya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berjuluk Wai Wang bertubuh jangkung dan berjenggot panjang, dan ketika masih menjadi pangeran, Wai Wang suka sekali berburu binatang ke hutan-hutan dan suka pula melukis. Begitu dia duduk di singgasana dan menjadi kaisar dari Negara Cin, Wai Wang lalu memeriksa daftar raja-raja muda yang penguasa yang dianggap bawahan Kerajaan Cin. Lalu dia mengirim utusan-utusan untuk mengunjungi daerah-daerah itu, pertama untuk menyampaikan pengumuman tentang pengangkatan dirinya menjadi kaisar baru Kerajaan Cin, ke dua untuk menuntut pengiriman upeti dari mereka. Nama Jenghis Khan termasuk pula dalam daftar itu, maka pada suatu hari, seorang perwira mengunjungi Jenghis Khan, membawa sepucuk surat dari Kaisar Wai Wang yang baru.
Biasanya, seorang utusan kaisar yang membawa surat kaisar diterima dengan penuh penghormatan, dan surat dari kaisar itu harus diterima sambil berlutut oleh raja muda yang dianggap bawahan kaisar. Namun, Jenghis Khan tidak mau berlutut dan menerima surat dari Kaisar Wai Wang sambil berdiri saja. Bahkan di tidak menyerahkan surat itu kepada juru bahasanya untuk dibacakan dan diterjemahkan, melainkan dengan sikap angkuh dia melempar surat itu ke atas meja dan ditatapnya wajah utusan Kaisar Kerajaan Cin itu dengan sikap garang.
"Hemmm, Kerajaan Cin telah mempunyai seorang kaisar baru, ya" Siapa nama kaisarmu yang baru itu?"
tanyanya tanpa banyak basa-basi dan sopan santun Perwira itu adalah seorang utusan kaisar, dan sebagai seorang utusan kaisar tentu saja dia seorang yang gagah perkasa dan dia sadar akan kemuliaan tugasnya yang amat terhormat. Melihat sikap Jenghis Khan, dia merasa tida senang sekali. Akan tetapi, dia hanya datang dengan pasukan pengawal yang berjumlah selosin orang, dan dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di tengah-tengah bangsa Mongol yang amat besar jumlahnya dan amat kuat. Maka, sambil berdiri tegak dia menjawab, "Kaisar kami yang mulia bernama Wai Wang!"
Jenghis Khan sudah mengenal siapa kaisar baru itu.
Seorang pangeran yang tidak pandai menunggang kuda sambil melepas anak panah, tidak pandai mempergunakan golok atau pedang. Maka, dia pun tertawa mengejek, sama sekali tidak mau memberi hormat ke arah selatan, dan dia berkata dengan suara menghina. "Huh, aku mendengar bahwa yang menjadi kaisar adalah putera dewa yang gagah perkasa. Tidak tahunya hanya seorang manusia tolol seperti dia!" Lalu dia meloncat ke atas kudanya dan menoleh kepada para pembantunya, berkata, Sediakan hidangan dan tempat mengaso bagi para tamu ini!" Kemudian Jenghis Khan meninggalkan tamu-tamu itu tanpa bicara lagi. Sikap ini sudah jelas! Menentang kekuasaan kaisar baru dari Kerajaan Cin!
Malam itu Jenghis Khan mengundang semua kepala suku yang menjadi bawahannya, semua panglimanya, dan para sekutunya, di antara mereka adalah kepala dari suku Uigur dan suku Turki, dia menjamu mereka dan mengadakan perundingan.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XV Jenghis Khan sudah memperhitungkan bahwa saatnya telah tiba untuk menyerbu Kerajaan Cin! Ketika kaisar tua masih nidup, dia masih merasa agak sungkan karena hubungannya dengan kaisar tua cukup baik dan sikap kaisar tua juga baik kepadanya. Biarpun dia tidak pernah mengirim upeti, Kaisar Kerajaan Cin yang tua tidak pernuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menegur. Akan tetapi seorang kaisar baru" Dia merasa tidak perlu untuk tunduk kepada Kaisar Wai Wang. Dalam pertemuan besar dengan para pembantu dan sekutunyu itu, Jenghis Khan menceritakan rencana penyerbuannya ke selatan Tembok Besar. Para sekutunya adalah suku-suku bangsa yang suka berperang, karena berperang dan menang perang berarti keuntungan besar sekali bagi mereka! Maka, dalam pertemuan itu diambil kesepakatan untuk menyatakan permusuhan secara berterang kepada Kerajaan Cin melalui utusan yang menjadi tamu itu.
Demikianlah, pada keesokan harinya Jenghis Khan memanggil utusan Kaisar Wai Wang menghadap, lalu dia berkata dengan suara lantang.
"Sampaikan pesan kami kepada Kaisar Kerajaan Cin!
Kami akan berkunjung ke Kathai dengan balatentara yang amat banyak dan amat kuat. Terserah kepada Wui Wang apakah dia akan menyambut kami sebagai kawan atau sebagai lawan. Kalau dia ingin menjadi kawan kami maka kami akan mengangkat dia sebagai raja muda dan daerahnya berada di bawah kekuasaan kami. Kalau dia lebih suka berperang, kami akan menghancurkan negaranya sampai lumat dan menjadikan Kerajaan Cin sebagai lautan api."
Pesan itu sungguh amat menghina dan keras. Biarpun mukanya berubah merah sekali, namun perwira utusan itu tidak mampu berbuat atau berkata sesuatu kecuali menerima pesan itu, dicatatnya baik-baik semua kata yang keluar dari mulut Jenghis Khan, kemudian mohon diri dan meninggalkan tempat itu, kembali ke selatan bersama selosin perajuril pengawalnya.
Tentu saja Kaisar Wui Wang dari Kerajaan Cin menjadi marah bukan main mendengar laporan utusannya tentang penghinaan yang dilakukan Jenghis Khan terhadap dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Keparat!" Dia mengumpat. "Jenghis Knan kepala suku liar berani menghina kami" Akan kuhancur leburkan dia!"
Kaisar Wai Wang lalu memanggil komandan pasukan yang berjaga di perbatasan utara. Panglima itu datang menghadap.
"Hem, apa saja kerja kalian di perbatasan" Coba katakan, apa yang dilakukan oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan" "
Panglima itu menjadi gentar melihat kaisar yang baru itu marah-marah ke padanya. "Mereka..... mereka hidup dengan aman, mereka membuat anak panah dan
memelihara kuda....."
"Bodoh kau! Tidak melihat gerak-gerik lawan yang menentang kami!" Kaisar memaki dan panglima itu pun disuruhnya tangkap dan dimasukkan dalam penjara. Lalu Kaisar Wai Wang mengangkat seorang panglima lain untuk membuat persiapan dan memperkuat penjagaan di perbatasan utara.
Pada waktu itulah Barcan pulung ke utara dan menghadap Jenghis Knan sambil mengajak Bu Tiong Sin.
Juga Barcan membawa laporan lengkap tentang keadaan di perbatasan. Dengan gembira Jenghis Khan menerima pembantunya itu dan menyambutnya dengan hidungan.
Akan tetapi, dia memandang kepada Bu Tiong Sin dengan alis berkerut. Pemuda tampan yang nampaknya lemah ini hendak membantunya" Menurut laporan Barcan, pemuda ini berkepandaian tinggi akan tetapi melihat keadaan tubuhnya tubuh yang sedang saja besarnya bahkan kelihatan lemah lembut, Jenghis Khan menjadi sangsi.
Setelah mendengarkan laporan Barcan tentang Bu Tiong Sin, Jenghis Khan menatap wajah pemuda yang duduk di depannya itu. Sebagai seorang yang banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengalamannya, dalam usianya yang sudah limapuluh tahun, Jenghis Khan tidak mungkin dapat menerima penghambaan diri seorang asing begitu saja tanpa mengujinya. Dia menoleh kepada Chepe Noyon, panglimanya yang amat dipercaya da disayangnya.
"Panggil puteramu Yuci ke sini dan suruh dia menguji kepandaian Bu Tiong Sin ini!"
Chepe Noyon segera pergi memanggil puteranya dan tak lama kemudian dia datang bersama seorang pemuda yang bertubuh tinggi tegap dan jelas nampak bahwa dia memiliki tenaga yang kuat sekali. Sepasang matanya tajam dan cerdik, usianya sekitar dua puluh tahun lebih, sebaya dengan Tiong Sin. Pemuda itu memberi hormat kepada junjungannya dengan berlutut sebelah kaki.
"Yuci, pemuda ini bernama Bu Tiong Sin dan dia datang bersama pamanmu Barcan, hendak mengabdikan diri di sini. Coba engkau boleh menguji kepandaiannya, apakah dia pantas untuk menjadi pembantu kami apakah tidak?"
"Hamba siap, Khan yang mulia!" Jawab pemuda yang berkulit coklat gelap itu dengan sikap gagah.
"Bu Tiong Sin, kalau engkau mampu menandingi kekuatan dan kepandaian Yuci, baru kami akan mempertimbangkan apakah kami dapat menerima penghambaan dirimu ataukah tidak."
"Hamba siap, Sribaginda'" jawab Tiong Sin tidak kalah gagahnya.
Para panglima yang hadir di situ menjadi gembira sekali.
Mereka adalah orang-orang yang menghargai kegagahan dan semua orang tahu belaka bahwa Yuci, putera Chepe Noyon itu adalah seorang pemuda gemblengan yang gagah perkasa, bahkan telah mewarisi kepandaian dan kegagahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahnya, dan mungkin sudah dapat mengimbangi kekuatan dan ketrampilan ayahnya sendiri. Tidak mudah menandingi kekuatan dan kepandaian Yuci! Tentu saja di dalam hati, mereka itu condong untuk memihak Yuci. Akan tetapi, Barcan hanya tersenyum. Dia sudah tahu benar akan kelihaian Tiong Sin, dan melihat sendiri betapa Tiong Sin melukai banyak anak buah Hek-eng-pang dan dapat meloloskan diri dari kepungan banyak sekali orang yang mengepung dan mengeroyoknya, bahkan mampu
menandingi pengeroyokan para jagoan benteng. Dan Barcan juga tahu sampai di mana tingkat kepandaian Yuci, jago muda Mongol itu. Memang Yuci, merupakan seorang pemuda yang gemblengan, kuat dan jarang tandingannya di antara para jagoan Mongol yang masih muda, bertenaga besar dan kuat, dan memiliki ilmu gulat yang hebat, pandai menunggang kuda dan pandai melepas anak panah karena dia sendiri yang mengajari pemuda itu. Akan tetapi dibandingkan dengan pemuda bangsa Han yang pandai silat ini, agaknya akan sukar bagi Yuci untuk dapat memenangkannya.
"Mulailah kalian, tidak perlu saling melukai. Siapa terjatuh ke atas tanah dia kalah!" kata pula Jenghis Khan berkata dengan gembira. Yuci sudah melepaskan bajunya dan hanya meugenakan cawat saja, seperti biasanya kalau gulat hendak mengadu tenaga dan kepandaian. Akan tetapi, Tiong Sin tidak mau lepas bajunya. Melihat ini, dengan logat asing, Yuci berkata kepada Tiong Sin dalam bahasa Han yang dikuasainya. "Saudara Bu Tiong Sin, lepaskanlah bajumu agar tidak sampai robek!" Ucapan ini saja sudah menunjukkan bahwa Yuci ialah seorang pemuda gagah perkasa yang jujur dan adil. Kalau lawannya berpakaian maka hal itu akan amat menguntungkan dirinya, karena dengan mudah dia akan dapat mencengkeram baju lawan dan membantingnya, berbeda kalau lawan bertelanjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dada. Namun, dia tidak mengatakan demikian, hanya memakai alasan agar baju lawan tidak sampai robek. Sikap rendah hati yang sederhana.
"Harap jangan sungkan, saudara Yuci. Biarpun saya memakai baju ini dan kalau karena itu aku dirugikan dan sampai kalah, aku tidak akan menyesal."
Karena jawaban ini tidak mengandung kesombongan, Yuci tersenyum dan pemuda yang cerdik ini bersikap hati-hati. Kalau saja Tiong Sin menjawab dengan nada sombong, dia malah akan memandang rendah calon lawan itu. Akan tetapi karena Tiong Sin sama sekali tidak memperlihatkan kesombongan, Yuci dapat menduga bahwa tentu lawannya itu memiliki sesuatu yang dapat diandalkan maka dia pun bersikap hati-hati sekali.
"Saudara Bu Tiong Sin, karena engkau adalah tamu atau rekan baru, silakan mulai, aku sudah siap!" kembali Yuci berkata, dan dia memasang kuda-kuda, dengan kedua kaki di depan dan belakang, tubuh agak membungkuk, kedua tangan terbuka dan tangan kiri di depan tangan kanan di pinggang, tubuhnya miring yang kiri di depan, matanya menintai dari muka yang agak menunduk.
"Baiklah, aku akan menyerangmu lebih dulu. Lihat pukulan, saudara Yuci! " kata Tiong Sin dan sembarangan saja tangan kanannya digerakkan untuk menampar ke arah pelipis lawan.
Yuci membuat gerakan merendahkan tubuh untuk menghindarkan tamparan itu akan tetapi dia bukan hanya menekuk lutut merendahkan diri, melainkan langsung dia menubruk dari bawah lengan Tiong Sin yang menampar dengan maksud memeluk pinggang lawan dengan ilmu gulatnya! Tubrukannya itu cepat dan amat kuat dan sukarlah bagi lawan biasa untuk menghindarkan diri dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubrukan yang dilakukan sebagai lanjutan pengelakan tadi.
Tak tersangka-sangka memang gerakan Yuci ini, menunjukkan bahwa dia memang seorang ahli gulat yang lihai. Tiong Sin maklum bahwa melawan orang ahli gulat harus diusahakan agar jangan sampai tubuhnya kena ditangkap, karena hal itu amat berbahaya bagi dirinya.
Maka, melihat tubrukan tiba-tiba itu dengan gerakan amat cepat dia pun menghindar dengan lemparan tubuh ke kiiri, kakinya lalu bergeser dan dia sudah memutar ke arah belakang tubuh lawan, namun, dengan cekatan sekali Yuci sudah membalikkan tubuhnya, kedua tangannya menyambar dari kanan kiri, dengan jari tangan membentuk cakar dan kembali tubrukan tadi diulanginya, kini lebih ganas dan kedua tangannya menutup jalan keluar lawan dari kanan kiri.
"Bagus!" Tiong Sin memuji dan dengan pengerahan ginkang yang tinggi membuat tubuhnya tiba-tiba melesat dan meloncat ke atas, melalui kepala Yuci dan kembali dia berada di belakang tubuh lawan.
Yuci mengeluarkan suara gerengan seperti biruaug marah dan kini membalik cepat, tidak menubruk lagi seperti tadi melainkan sambil membalik, kaki kanannya mencuat dalam tendangan kilat ke arah muka Tiong Sin! Pemuda ini sudi siap siaga, maka dengan mudah dia miringkan tubuh ke kanan dan kaki Yuci meluncur lewat. Secepat kilat sambil meloncat, kaki kiri Yuci menyusul pada saat kaki kanannya turun dan tendangan ke dua menyusul. Diam-diam Tiong Sin kagum. Pemuda Mongol ini memang lihai pikirnya, dan tendangannya itu pun tendangan yang terlatih matang sehingga mengandung tenaga dahsyat. Kaki kiri itu menyambar ke arah pusarnya. Tiong Sin miringkan tubuhnya dan tangannya bergerak cepat, tidak nampak oleh lawan saking cepatnya dan dia sudah berhasil mendorong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tumit kaki kiri yang menendang, mengerahkan tenaga dan mendorongnya dengan sentakan yang mengejutkan!
Pada saat itu, baru saja kaki kanan Yuci menyentuh tanah sehingga tentu saja tanpa berpijak tanah, kuda-kudanya tidak ada dan begitu kakinya kena dorong, tubuhnya sudah terlempar ke belakang! Namun, dia memang lihai dan tubuhnya selain kuat juga cekatan ke belakang, Yuci membuat gerakan jungkir balik sampai tiga kali untuk mematahkan tenaga dorongan yang akan membuat dia terbanting itu. Dengan lunaknya dia mendarat di atas kedua kakinya dan memandang kepada lawan dengan alis berkerut, pandang matanya penuh kagum dan juga penasaran di samping keheranan. Lawannya itu tidak pernah membalas serangan, akan tetapi hampir saja membuat dia terbanting!
"Saudara Bu Tiong Sin, kami menghargai kegagahan dalam adu tenaga dan kepandaian, bukan selalu menghindarkan diri menjauhkan adu tenaga dan hanya menggunakan akal. Mari kita bertanding sebagai laki-laki!"
tantang Yuci yang mulai merasa penasaran.
Tiong Sin tersenyum. Pemuda Mongol yang gagah itu terlslu polos sehingga tidak mengerti bahwa lawan telah mengalah dan hendak menjaga mukanya agar jangan sampai kalah secara keras. Kini, ditantang begitu, dia pun lalu menjawab sambil menggulung lengan baju agar jangan sampai bajunya robek.
"Begitu kehendakmu, saudara Yuci. Baiklah, aku akan melayani semua keinginanmu. Nah, maju dan seranglah, pergunakan semua kekuatan dan kepandaianmu!" kata Tiong Sin dan dia pun sudah siap dengan memusang kuda-kuda yang kokoh dan mengerahkan tenaga sin-kangnya.
Dia kini mulai mengenal watak Yuci, seorang pemuda Mongol yang gagah perkasa dan yang. sudah biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghargai kekuatan dan kekerasan. Lawan seperti ini baru akan tunduk kalau dikalahkan dengan tenaga kasar. Tentu saja kalau harus mengadu otot, dia akan kalah. Namun, dia memiliki tenaga dalam, tenaga sin-kang yang akan mampu menalukkan kekuatan otot lawan yang jauh lebih besar.
''Awas, lihat seranganku!" Yuci berseru dengan lantang dan dia pun sudah menubruk lagi ke depan, kini seluruh tenaga ototnya dia kerahkan ke arah lengan kanan yang menghantam ke arah dada lawan. Sekali ini Tiong Sin yang sudah siap itu lalu menangkis dengan memutar lengan kirinya dari bawah ke atas, sambil mengerahkan sin-kang.
Kini tanpa dapat dicegah lagi, dua buah lengan bertemu.
"Dukkk!" Akibat benturan hebat ini, tubuh Yuci terjengkang dan hampir dia roboh, akan tetapi kedua kakinya masih dapat menahan sehingga dia hanya terhuyung. Dia meringis, merasa betapa lengannya nyeri bukan main. Gerakan memutar lengan yang menangkis tadi ternyata amat kuat, dan dia tadi merasa seolah-olah lengannya bertemu dengan batangan baja yang kuat sekali.
Hal ini membuat dia penasaran. Jarang ada orang di antara para rekannya yang mampu menandingi tenaganya, maka kini dia pun menyerang lagi dengan dorongan kedua tangannya dengan telapak tangan terbuka. Maksudnya untuk mendorong atau menangkap lawan.
Melihat ini, Tiong Sin juga cepat menggerakkan kedua tangannya menyambut dengan kedua tangan terbuka.
"Plakkkkk!" dua pasang telapak tangan bertemu dan akibatnya tubuh Yuci terpental dan terpelanting keras!
Melihat ini, para penonton mengeluarkan seruan panjang karena kaget dan juga kecewa melihat betapa jagoan mereka terpelanting roboh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yuci adalah seorang pemuda gagah yang pantang menyerah. Bukan karenna kesombongan, melainkan karena sejak kecil dia digembleng keras oleh ayahnya, sehingga dia memiliki semangat bertanding yang amat besar dan dalam setiap pertandingan, hanya ada satu ketekadan yaitu dia harus menang! Maka, biarpun sudah dua kali dia merasakan kehebatan tenaga lawan, dia masih penasaran dan sambil mengeluarkan suara menggereng dahsyat dia pun melompat dan rnenyerang lagi dengan gerakan yang cepat dan kuat, bertubi-tubi dia mengirim pukulan, tendangan dan cengkeraman.
Tiong Sin yang melihat betapa lawannya itu mengamuk, mempergunakan kecepatan gerakan tubuhnya, mengelak ke sana-sini, dan ketika dia melihat kesempatan baik, dia pun membalas tamparannya yang cukup keras, mengenai dada lawan.
"Bukkk" Tiong Sin terkejut. Dada itu demikian kerasnya sehingga dia seperti menampar bantal karet yang keras sekali! Tangannya membalik. Kiranya tubuh jagoan muda Mongol ini juga tergembleng dan menjadi kuat dan kebal.
Sementara itu, Yuci yang terkena tamparan seperti tidak merasakan apa-apa dan dia semakin hebat menyerang.
Tiong Sin lalu menghindar dan dari samping, kakinya menendang ke arah lutut, kedua tangannya bergerak pula, yang kiri menotok pundak dan yang kanan menampar lambung.
"Uhhh.....!" Kini tak dapat dicegah lagi, Yuci jatuh berlutut karena lututnya seperti lumpuh rasanya, dan tubuh kesemutan tak mampu bergerak karena totokan tadi, di samping lambung yang terasa mulas oleh tamparan lawan.
Kini mengertilah dia bahwa dia. kalah jauh oleh lawannya dan dengan sikap gagah dia pun lalu memberi hormat kepada Snbaginda Raja Jenghis Khan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Khan Yang Mulia, hamba mengaku keunggulan saudara Bu Tiong Sin. Saudara Bu Tiong Sin, aku mengaku kalah.
Terdengar suara orang-orang bertepuk tangan, didanului oleh Jenghis Khan yang merasa girang sekali melihat betapa pemuda Han yang hendak menghamba diri padanya itu dapat mengalahkan Yuci. Biarpun di lubuk hatinya, dia tetap tidak senang melihat kemenangan atas Yuci itu, namun dia melihat bahwa pemuda Han itu dapat menjadi seorang pembantu yang amat baik. Dia 1ebih senang melihat seorang gagah menang atas perkelahian dengan cara yang adil dan jujur, mempergunakan kekuatan otot kesigapan dan ketebalan kulitnya kekerasan tulangnya.
Akan tetapi, dia tahu bahwa Bu Tiong Sin tidak mempergunakan atau tidak sepenuhnya mengandalkan kemenangannya kepada tenaga otot dan tebalnya kulit, melainkan lebih mengandalkan cara dan akal licik yang dipergunakan orang-orang Han dengan ilmu silat dan tenaga mujijat mereka! Orang Mongol lebih mengandalkan tubuh yang digembleng sehingga menjadi kuat, semangat pantang mundur dan keberanian yang tak mengenal takut.
Mulai hari itu, Bu Tiong Sin diterima pengabdiannya, bankan diangkat menjadi seorang panglima muda yang bekerjasama dengan Yuci. Bahkan pada hari berikutuya, Jenghis Khan memanggil Bu Tiong Sin dan Yuci untuk menghadap.
"Kalian berdua kami beri tugas yang teramat penting,"
kata Jenghis Khan. "Tugas itu penting akan tetapi juga berbahaya. Apakah engkau berani menempuh bahaya itu, Yuci?"
"Khan Yang Mulia, hamba siap untuk mempertaruhkan nyawa hamba demi pelaksanaan perintah Paduka!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagimana dengan engkau, Bu Tiong Sin?"
"Akan hamba laksanakan tugas itu sampai berhasil baik.
Kalau gagal, hamba bersedia menerima hukuman apa pun"
jawab Tiong Sin walaupun di dalam hatinya, dia merasa gelisah dan tentu saja kalau tugas itu gagal, dia tidak aka sudi kembali ke situ menyerahkan nyawanya! Dia menghambakan diri kepada Jenghis Khan untuk mencari, kedudukan dan kemuliaan, bukan untuk mengorbankan nyawa!
Dua orang muda itu diberi keterangan sejelasnya tentang tugas yang harus mereka laksanakan. Kiranya Jenghis Khan sudah mulai mengatur persiapannya untuk menyerbu ke sebelah selatan Tembok Besar, menyerbu Negara Khatai atau Kerajaan Cin. Dia tidak mau tergesa gesa. Memang semenjak dia mengirim pasukan ke selatan atas permintaan Kaisar Cin membantu Kerajaan Cin memerangi musuhnya di selatan, yaitu Kerajaan Sung Selatan, para panglima di bawah Jengnis Khan yang melihat keindahan kerajaan di selatan itu, dengan semangat berkobar-kobar mereka mengusulkan pada Jenghis Khan untuk menyerbu negara di selatan Tembok Besar itu. Namun, Jenghis Khan, biarpun juga amat berkobar semangatnya dan bernafsu besar untuk menduduki Kerajaan Cin, dia tidak mau tergesa-gesa.
Penyerbuan ke selatan harus dilaksanakan dengan penuh perhitungan. Harus sekali serbu berhasil. Karena kalau terjadi sebaliknya, yaitu kalau ampai dia dan pasukannya menderita kekalahan di selatan, hal itu berarti kehancurannya. Para suku yang telah ditundukkan di Gurun- Go-bi tentu akan bangkit dan memberontak kalau melihat ia kalah dan lemah. Tidak, sekali serbu, dia harus menang. Sudah bersusah payah dia mengumpulkan kekuatan selama ini. bahkan akhir-akhir ini dia pun sudah berhasil menundukkan Kerajaan Hia yang aneh, kerajaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
para penyamun yang keras dan berbahaya, yang terdiri dari orang-orang Tibet yang termasuk golongan hitam bersama penjahat-penjahat kejam pelarian dari Kerajaan Cin. Dia berhasil menundukkan kerajaan itu, bahkan untuk membuat ikatan persekutuan antara mereka lebih erat, Jenghis Khan menerima seorang puteri Kerajaan Hia menjadi seorang isterinya. Demikian pula dengan kelompok yang disebut Kathai Hitam dan juga bangsa Kirgiz. Dia telah berhasil menundukkan mereka semua yang akan dapat merupakan rintangan pertama dalam penyerbuannya ke Negara Cin.
Dan sekerang tinggal satu lagi rintangan itu, yaitu suku bangsa Liau. Suku atau kerajaan kecil bangsa Liau ini berada di sebelah utara Kerajaan Cin, sehingga akan menjadi penghalang nomor satu Hanya ada satu keuntungan yang dilihat oleh Jenghis Khan, yaitu bahwa pernah terjadi perang antara Kerajaan Cin dan Kerajaan Liau-tung ini, dan pernah bangsa Liau-tung ditundukkan.
Oleh karena itu, jelas banwa bangsa Liau ini menaruh dendam kepada Kerajaan Cin dan mereka juga terkenal sebagai bangsa yang suka berperang. Kalau dia mampu bersekutu dengan bangsa Liau-tung, maka kekuatannya akan bertambah di samping tidak adanya perintang berat yang akan menghalangi penyerbuannya ke selatan. Kini, Jenghis Khan mengutus Yuci dan Bu Tiong Sin untuk berkunjung kekerajaan Liau-tung itu dan menawarkan persekutuan antara Jenghis Khan dan Kerajaan Liau yang pada waktu itu dipimpin oleh seorang pangeran yang bernama Pangeran Pang Sun. Semenjak suku Liau-tung dikalahkan oleh Kerajaan Cin, hampir tiga puluh tahun yang lalu, suku Liau-tung tidak pernah lagi mempunyai seorang raja karena hal ini dilarang oleh Kerajaan Cin.
Sebaliknya, yang menjadi pemimpin mereka haruslah atas petunjuk Kerajaan Cin yang memilih para pangeran dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pada waktu itu, Pangeran Pang Sun yang menjadi kepala suku Liau-tung
Yuci dan Bu Tiong Sin menjadi utusan Jenghis Khan, membawa surat dari raja besar itu untuk Pangeran Pang Sun, juga membawa banyak barang hadiah di samping membawa pula pasukan pilihan yang jumlahnya lima puluh orang. Setelah mengadakan persiapan, berangkatlah pasukan berkuda ini dipimpin oleh Yuci dan Tiong Sin, menuju ke selatan, membawa tugas yang amat penting akan tetapi juga berbahaya. Penting karena kalau tugas itu berhasil dan suku bangsa Liau-tung mau diajak bersekutu!
maka penyerbuan terhadap Kerajaan Cin dapat segera dilakukan. Sebaliknya, kalau pangeran itu menolak, bukan saja rencana penyerbuan itu akan gagal atau setidaknya harus diundur, juga nasib kedua orang muda ini dapat diancam maut di tangan orang-orang Liau-tung yang suka berkelahi itu.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Pasukan yang dipimpin Yuci dan Tiong Sin terpaksa menghentikan perjalanan mereka ketika senja tiba dan mereka sibuk membuat perkemahan untuk melewatkan malam. Mereka sudah tiba di perbatasan daerah utara negara kecil bangsa Liau-tung dan Yuci mengatakan kepada Tiong Sin bahwa sebagai utusan yang membawa uluran tangan raja mereka untuk tugas perdamaian, amat tidak baik kalau berkunjung di waktu malam. Kunjungan pada malam hari, apalagi membawa pasukan, akan
menimbulkan kecurigaan dan salah paham. "Lebih baik kita melewatkan malam di sini dan besok setelah matahari bersinar baru kita memasuki daerah Liau-tung."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiong Sin yang merasa kalah pengalaman dalam urusan itu, hanya menurut saja. Selelah para perajurit itu selesai membuat perkemahan dan mereka semua mengaso sambil makan ransum perbekalan mereka, Yuci dan Tiong Siri juga makan. Kemudian, keduanya berjalan-jalan di luar perkemahan, mendaki sebuah bukit kecil untuk melihat-lihat keadaan daerah Liau-tung di selatan yang akan mereka kunjungi.
Pemandangan di sebelah selatan, dilihat dari puncak bukit itu, sudah nampak indah dan berbeda dengan pemandangan di utara. Mulai nampak bukit-bukit hijau dan hutan hutan, dusun-dusun dengan bangunan rumah sederhana, tiba tiba Yuci menunjuk ke bawah.
"Lihat, ada rombongan orang membuat api unggun di sana, tidak jauh di kaki bukit ini sebelah selatan. Dekat hutan itu!"
Tiong Sin memandang dan dia melihat sekelompok orang duduk mengelilingi api unggun. Matahari sore masih tinggi dan cuaca belum gelap sedangkan hawa udara juga tidak dingin. Maka api unggun yang nampak dari jauh itu pasti bukan untuk membuat penerangan atau mengusir dingin, melainkan untuk masak. Hatinya tertarik.
"Yuci, apakah tidak sebaiknya kita turun dan mengunjungi mereka" Kalau mereka itu orang-orang Liau-tung, setidaknya dapat kita pakai ukuran bagaimana sikap mereka terhadap kita."
Yuci mengangguk-angguk dan menganggap usul itu baik sekali. "Baik, mari kita turun ke sana. Akan tetapi, apapun yang terjadi, engkau harus dapat menahan diri dan jangan sembarangan bergerak melakukan penyerangan, Tiong Sin ingat, tugas kita adalah membawa persekutuan dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perdamaian, jangan di rusak dengan permusuhan kalau mereka itu benar orang-orang Liau-tung."
Tiong Sin mengangguk. Memang dia dalam perjalanan ini hanya membantu Yuci saja. Yuci lebih berpengalaman dan lebih tahu akan politik rajanya.
Dua orang muda yang gagah perkasa itu lalu berlari menuruni bukit itu dan setelah menuruni lereng terakhir, mereka tidak dapat lagi melihat orang-orang yang membuat api unggun di bawah. Akan tetapi, mereka sudah dapat mengetahui di mana mereka berada dan cepat mereka berdua lalu menghampiri tepi hutan itu.
Ketika mereka sudah tiba di dekat, walaupun mereka belum melihat sekelompok orang itu, namun hidung mereka telah lebih dahulu bertemu dengan bau yang amat sedap, bau gurih daging dipanggang! Biarpun baru saja mereka makan kenyang, namun mencium bau sedap ini, bukan hanya sedapnya daging panggang, melainkan sedapnya bumbu yang terbakar. Yuci dan Tiong Sin saling pandang dan tersenyum menyeringai dengan kalamenjing (jakun) naik turun! Tiong Sin tersenyum dan diam-diam memuji kecerdikannya sendiri. Memang dari atas tadi dia sudah menduga banwa api unggun itu tentu digunakan orang-orang yang berada di sana untuk memasak.
Ketika mereka melangkah semakin dekat, mulai terdengar suara orang-orang itu dan kembali Yuci dan Tiong Sin saling pandang, kini mata mereka terbelalak heran dan alis mereka berkerut. Yang terdengar oleh mereka adalah para wanita-wanita bercakap-cakap sambil tertawa-tawa dengan suara mereka yang merdu! Bahasa mereka adalah bahasa Mancu karena memang suku Liau-tung adalah satu di antara suku-suku bangsa Mancu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiong Sin juga dapat mengerti bahasa ini, demikian pula Yuci, dan mereka mempercepat langkah. Ketika mereka berdua muncul dari belakang sebuah semak belukar yang lebar, dan tiba-tiba mereka berhadapan dengan rombongan wanita itu, mereka berdiri terpesona! Dan para wanita itu pun mengeluarkan seruan seruan kaget dan seketika percakapan mereka terhenti. Tiong Sin dan Yuci terpesona melihat lima orang gadis yang berusia antara enam belas sampai dua puluh tahun, berpakaian pemburu yang ringkas, dan mereka itu rata-rata memiliki tubuh yang padat berisi dan agaknya biasa dengan kerjaan keras, akan tetapi wajah mereka pun semua cantik dan manis-manis! Ada tiga orang gadis Mancu atau Liau-tung, dan dua orang gadis Han. Hal ini mudah dikenal dari cara mereka berpakaian, juga dari kulit mereka. Gadis-gadis Han lebih putih dibandingkan dengan kulit gadis Mancu yang lebih kemerahan. Akan tetapi, yang membuat Yuci dan Tiong Sin sejak tadi bengong adalah kecantikan seorang di antara tiga orang gadis Mancu itu. Sungguh seorang gadis yang luar biasa cantik jelita! Dan pakaiannya paling indah daripada kawan-kawannya. Usianya paling banyak delapan belas tahun dan agaknya bukan hanya kecantikannya saja yang menonjol di antara mereka, akan tetapi juga sikapnya. Ia kini berdiri di kanan kirinya agak di belakang, seolah-olah gadis tercantik itu yang menjadi pemimpin. Tak jauh dari situ, nampak, lima ekor kuda dan nampak pula sebuah tenda besar. Jelas bahwa mereka itu adalah lima orang gadis yang habis berburu dan kini masak hasil buruan mereka di situ, bermaksud untuk melewatkan malam di situ pula. Kulit dan tulang seekor rusa masih nampak di situ, dan daging itulah yang tadi mereka panggang sehingga baunya amat sedap.
Biarpun hatinya merasa tertarik sekali, terutama kepada gadis yang paling cantik itu, namun bukan sikap Tiong Sin untuk memperlihatkan sikap tertarik kepada wanita. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memang memiliki watak yang angkuh terhadap wanita, tinggi hati dan merendahkan, walaupun di balik sikap itu dia berwatak mata keranjang dan mudah tergila-gila kepada seorang wanita. Sebaliknya, Yuci yang berwatak jujur, tidak menyembunyikan perasaan kagumnya terhadap para gadis itu, terutama sekali gadis bertopi bulu putih yang amat cantik itu. Dia tersenyum dan menganggukkan kepala tanda hormat.
Akan tetapi, lima orang gadis itu masih kelihatan terkejut dan khawatir. Mereka terbelalak memandang dua orang pemuda yang tampan dan gagah itu. Yuci adalah seorang pemuda Mongol yang amat gagah. Wajah dan bentuk badan seorang ksatria, pemuda idaman setiap hati wanita Mongol. Sedangkan Tiong Sin dalam pakaiannya yang rapi, nampak sebagai seorang kongcu yang juga amat menarik hati dengan sikapnya yang nampak halus dan senyumnya yang sopan itu.
Akan tetapi, kini gadis yang bertopi bulu putih itu melangkah maju, sikapnya tidak lagi khawatir, melainkan heran dan ingin tahu, juga agaknya marah karena merasa terganggu.
"Siapakah kalian dan mau apa kalian datang ke sini mengganggu kami lima orang gadis yang sedang bersenang-senang?"
Suaranya lembut dan kata-katanya halus. Dari ucapannya ini saja Yuci sudah dapat menduga bahwa .gadis ini bukan gadis sembarangan, bukan gadis Mancu yang liar, melainkan masih berbau "bangsawan'' atau setidaknya tentu puteri seorang kepala suku atau seorang hartawan.
"Aku bernama Yuci dan kawanku ini bernama Bu Tiong Sin. Kami melihat kalian dan api unggun dari atas buki sana, kami tidak tahu bahwa kalian adalah lima orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gadis. Kami hanya ingin menjumpai orang-orang yang membuat api unggun di sini. Kiranya kalian lima orang gadis sedang memanggang daging dengan sedapnya, membuat kami berdua merasa kelaparan lagi." Yuci memang ramah dan sudah menjadi kelajiman antara suku bangsa pengelana di utara itu untuk bersikap ramah kepada tamu asalkan tamu itu beriktikad baik.
Gadis bertopi bulu putih itu mengerutkan alisnya. "Nanti dulu, biar kami sudah mengetahui nama kalian, akan tetapi kami belum yakin apakah kalian datang dengan niat baik.
Ketahuilah bahwa kami bukan gadis sembarangan dan kalau perlu kami mampu mengusir kalian dengan kekerasan! Nah, katakan apakah yang tersembunyi di dalam hatimu terhadap kami!"
Melihat gadis itu menurunkan busur kecil dan di punggung gadis cantik itu terdapat tempat anak panah, diam-diam Yuci merasa kagum dan juga geli. Dia sendiri adalah seorang ahli panah, murid tersayang dari Barcan, ahli panah yang terkenal itu, dan sekarang gadis itu seperti hendak memamerkan kepandaiannya memanah untuk menggertak dia dan Tiong Sin!
Kisah Pedang Bersatu Padu 16 Pendekar Cacad Karya Gu Long Wanita Gagah Perkasa 11

Cari Blog Ini