Ceritasilat Novel Online

Pahlawan Dan Kaisar 19

Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 19


dia menjawab di dekat telinganya.
"Aku ditantang oleh pencuri no. 1 maka daripada itu aku datang kemari
melihat-lihat...."
Lie Hui segera tersenyum girang. Dia segera mengajak Jieji untuk melihat ke dalam. Yunying memang sempat ditahan ketika dia berjalan dari arah
belakangnya Jieji. Tentu pakaian Yunying yang hanya kelihatan bola matanya
saja segera membawa para polisi curiga kepadanya. Meski memang di Persia,
pakaian seperti ini memang sudah tidak aneh. Namun, karena dia datang
mendekat, tentu cukup dicurigai para polisi di sana.
Melihat keadaan demikian, Jieji berkata kepada kepala polisi.
"Dia adalah temanku."
Lie Hui segera mengizinkan wanita ini masuk ke dalam ruangan.
Begitu sudah sampai ke dalam, Lie Hui langsung memalingkan wajahnya kesana
dan kemari seperti ingin mencari sesuatu.
Jieji yang melihat tingkah wanita cantik ini, segera memanggilnya.
"Tidak perlu anda mencari pesan itu... Karena sedang digantungkan di tengah ruangan..."
Lie Hui segera berbalik untuk melihat ke tengah ruangan. Sesaat, dia
menengadahkan kepalanya ke atas.
Dan benar saja...
Terlihat selembar kertas ukuran yang tidak begitu besar telah tergantung. Di sana terlihat sangat jelas tulisan dalam aksara China.
"Terima kasih atas lukisan...
Kali ini akulah pemenangnya..."
Lie Hui segera terperanjat mendapati tulisan pesan bahwa pencurian telah
berhasil dilakukan.
"Bagaimana" Bagaimana dia bisa masuk kemari dan dengan mudah mencuri
tanpa diketahui siapapun?"
Jieji tidak menjawab pertanyaan Lie Hui.
Melainkan dengan kerutan alis yang dalam, dia melihat ke arah lukisan yang
seharusnya memang digantungkan di sana. Di sana hanya berupa dinding
kosong dan berwarna lebih putih dari tembok di sampingnya. Ini membuktikan
bahwa sebenarnya lukisan sudah digantung dalam waktu yang cukup lama,
mungkin sudah belasan atau puluhan tahun.
Sedangkan benang-benang yang jumlahnya sangat banyak dan setipis rambut
masih samar terlihat olehnya di daerah sekeliling tembok. Dan tidak ada yang aneh dengan perangkap yang telah dipasangkan. Sebab benang tidaklah rusak
dan di lantai tidak nampak sesuatu yang mencurigakan.
Lantas, dia berpaling ke arah Lie Hui, kembali dia menanyainya.
"Perangkap itu... Coba kamu periksa, apakah memang ada putus benangnya"
Sebab jika hanya dilihat menggunakan mata biasa saja, susah ditentukan..."
Lie Hui segera meminta anak buahnya untuk memeriksa dengan teliti. Dan
mereka dianjurkan supaya hati-hati. Sebab jika salah sedikit saja, maka hasilnya akan fatal.
"Aku telah menanamkan perangkap paku. Dan paku sudah kulumuri racun
pelemah tubuh. Jika dia beranjak ke sana untuk mencuri, maka paku akan jatuh dari atas dan jumlahnya sangat banyak. Tentu pencuri itu akan kelemasan dan pingsan jika paku menancap ke tubuh. Seharusnya dia tidak bisa lolos."
Baru saja Lie Hui berkata-kata. Anak buahnya sudah melapor.
"Tidak ada sesuatu yang aneh dengan benang-benang di sana..."
Jieji hanya mendengarkan kata-kata polisi itu dalam waktu sebentar saja. Lantas dia sudah berjongkok untuk menyelidik. Yang dia selidiki tentu adalah bekas letusan petasan. Kertas-kertas hasil ledakan mercon sepertinya tidak ada hal yang benar mencurigakannya.
Hanya dia tahu bahwa petasan itu diledakkan dengan cara bagaimana. Sebab di dinding belakang tembok ada dipasang dupa. Dan di tembok ini yang
menghadap ke pintu luar terlihat adalah sebuah altar pemujaan. Jieji melihat dengan jelas bahwa di sana ada sebuah patung yang dipuja oleh pemilik Wisma Fan. Patung yang tidak begitu besar bentuknya adalah patung Dewa Guan
(Guan Yu). Mungkin dupa inilah yang menjadi pencetus ledakan mercon-mercon
yang jumlahnya luar biasa banyak itu.
Suara-suara orang di depan sebenarnya sudah cukup berisik sekali dari tadinya.
Tetapi suara-suara orang sama sekali tidaklah menurunkan konsentrasi dan
pemikirian terpusat dari Jieji. Dia segera menyelidik setiap sudut ruangan yang bisa dipakai untuk melarikan diri dan bukannya untuk masuk.
Lie Hui yang melihat tindakan Jieji beberapa lama. Lantas dia meminta anak
buahnya untuk melihat ke atap. Apakah benar ada bekas pencuri itu lari atau tidak. Tetapi mereka segera dihentikan oleh Jieji.
"Tidak perlu. Sebab sedari tadi aku berada di atap, tetapi tidak kudapati seseorang yang mencurigakan keluar...."
Para polisi segera heran mendengar penuturan pemuda. Salah satu di antaranya segera menegurnya dengan wajah yang tidak senang.
"Jika kau ada di atap maka kau-lah orang yang paling mencurigakan."
Mendengar tuturan polisi yang cukup keras dan tegas. Semua orang yang
berada di luar ruangan segera membenarkan. Dan terang saja, suara ribut-ribut kembali muncul. Sementara itu, mendengar apa kata-kata Jieji. Pemilik Wisma yang bernama lengkap Fan Hanzhu, segera datang masuk ke dalam ruangan.
Dia memaki dan mendamprat Jieji dengan marah luar biasa. Mereka merasa
kata-kata polisi itu memang sangat masuk akal sekali. Untuk apa dia berada di atas atap sedemikian lamanya.
Adalah Lie Hui orang yang segera menegur kesemuanya. Dengan sikap yang
seperti marah dia berkata.
"Wajar saja... Dia adalah pendekar tanpa tanding dan detektif ternama
"Pahlawan Selatan". Lantas atas dasar apa kalian mencurigainya?"
Semua khalayak yang mendengar bahwa Xia Jieji sudah berada disini lantas saja terkejut. Beberapa di antaranya seakan tidak percaya melihat pemuda yang
setiap hari kisah kepahlawanannya diceritakan itu ada disini, dan di depan mata mereka kesemuanya.
Mereka mengarahkan bola matanya masing-masing untuk menatapnya. Tinggi
pemuda dilihat adalah hampir 6 kaki. Pembawaannya tenang, wajahnya alim,
matanya bersinar terang dan bagian mulutnya dihiasi oleh kumis dan jenggot
pendek. Setiap orang yang melihatnya segera terasa kagum kepadanya.
Di antara semua penduduk yang datang di sini, kesemuanya adalah orang yang
pernah mendengar kisah "bualan" pemuda belia di sebelah selatan kota. Lantas dengan segera saja, suara desas-desus kembali terbit.
Tetapi mendengar ujar Lie Hui, Jieji malah menghela nafas panjang. Selama ini, tujuannya tentu dirinya tidak ingin diketahui siapapun. Supaya dia bisa berlatih dan merasa aman tanpa diketahui orang. Dan di antara penduduk kota Anlu yang berada di sini, sangat mustahil tidak ada yang termasuk anggota-nya Huo Xiang, partai bunga senja.
Lantas, segera saja Jieji menyelidik lagi ke tempat lain. Bagian yang
mencurigakan baginya adalah palang tiang penyangga ruangan, jendela atau
apapun. Sesekali, terlihat dia dengan ringan tubuh meloncat ke atas. Sebentar terlihat dia bergelantungan ke tiang penyangga lainnya untuk memeriksa.
Hebatnya... Debu memang mengepul di sana dan tidak ada jejak kaki sama sekali.
Jadi bisa dipastikan pencuri tidak pernah menginjak tempat-tempat yang
dicurigainya ini.
Dengan kepala yang melihat ke kiri dan kanan. Dia mendapati bahwa ruangan
yang menggunakan dasar tembok beton, tidak ada yang rusak disana.
Dan tidak lama, dia turun kembali dan memeriksa jendela. Dibukanya dan dilihat ke arah taman. Ternyata sama sekali tidak ada hal yang mencurigakan
sedikitpun meski dia berdiri cukup lama untuk mengamati.
Ini adalah salah satu pencurian sempurna sekali, dan tidak meninggalkan jejak apapun. Tentu tantangan yang dimaksud oleh pencuri no. 1 tiada lain adalah
kesemuanya hal tersebut. Dia diajak untuk memeras otak oleh pencuri no. 1,
Apakah dia mampu memecahkan kasus yang terlihat sangat sulit itu.
Sudah cukup lama, Jieji hanya berpikir sambil mengelus bibirnya.
Sementara itu, Lie Hui seperti bertindak untuk membantunya. Dia meminta
kesemua anak buahnya untuk memeriksa luar ruangan. Apakah ada jejak kaki
atau hal yang mencurigakan atau semacamnya.
Tetapi tidak lama kemudian, hasilnya tetap nihil sama sekali.
Polisi sangat bingung sekali mendapati semua hal disini. Bagaimana orang yang jelas ada dan mencuri, bisa hilang mengikuti gumpalan asap yang keluar"
Sungguh tidak masuk di akal sama sekali.
Apa pemikiran polisi memang juga sedang dipikirkan oleh Jieji. Dia betul sudah tidak tahu bagaimana caranya pencuri ulung meloloskan diri.
Sesaat.. Dia memikirkan sesuatu hal. Dia memikirkan dahulu bagaimana dia membongkar
kasus hilang-nya 3 tombak termahsyur yang merupakan pusaka kerajaan
Tongyang. Setelah diteliti, rupanya memang ketiga tombak diikatkan ke petasan yang
meluncur. Memang diperlukan sungguh banyak petasan untuk meluncurkan
sebatang tombak. Tetapi hal yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain maka dilakukan oleh pencuri ulung.
"Kenapa dia selalu saja menggunakan petasan" Dan apa ada hubungan petasan kali ini dengan pencurian lukisan" Memang lukisan seperti itu bisa saja dicurinya tanpa untuk menghimbau jika dia mau. Kenapa justru dirinya menantang
bahaya" Apakah hanya untuk menunjukkan kepadaku bahwa aku bukanlah
tandingannya?"
Berbagai pemikiran lantas teringat dan seakan memusing bagai angin topan di kepalanya.
Diingatnya kembali ratusan buah petasan luncur memang diluncurkan langsung
menuju ke pohon lebat luar biasa. Di malam kegelapan, tiada yang tahu bahwa masing-masing tombak sedang "bersarang" di ranting pohon bagian atas.
Karena gelapnya malam, maka tombak panjang yang menancap disangka
adalah ranting tebal.
Dia pikirkan dengan cermat dahulu bagaimana cara-nya mencuri.
Sesaat kemudian...
Dia tiba-tiba terkejut tiada karuan. Air keringat dingin kontan membasahi pipi pemuda. Sepertinya setelah mengingat kejadian tempo dahulu, dia sudah
mendapatkan sebuah ilham.
"Kenapa tiba-tiba aku bisa begitu tolol" Ha Ha Ha......" tuturnya dalam hati sendiri dengan gaya menggelengkan kepalanya seakan menyesali diri sendiri.
Lantas, Dia segera tersenyum manis. Dia memandang lurus saja ke arah pintu
depan sambil berlipat tangan.
Adalah Yunying yang menyaksikan dirinya dari awal sampai sekarang, pun cukup bingung pertama-tama.
Dia hanya diam saja dan sepertinya sama sekali tidak bergerak dari tempatnya sejak dia memasuki ruangan. Dia selalu memalingkan pandangannya ke arah
dimana Jieji berada setiap saat. Semua tindakan pemuda memang selalu saja
dilihatnya, tidak sekalipun matanya berpindah ke tempat lain.
"Mungkin inilah kasus yang paling rumit yang pernah didapati suamiku selama ini..." Begitulah tuturan yang terus menerus bergaung di dalam hatimya. Karena terus berpikir keadaan Jieji, maka sesekali terdengar helaan nafas pendek dan nyaris tak terdengar darinya.
Dia berpikir, bagaimana mungkin dia bisa mengerti kasus ini sedangkan
suaminya yang luar biasa pintar itu sepertinya sangat kesulitan. Tetapi melihat suaminya bisa tersenyum kembali sesaat, tentu dia juga ikut girang.
Dia tahu bahwa pemuda sudah mendapatkan sesuatu cara untuk
mengungkapkan kasus hilangnya lukisan di sini.
Lie Hui tidak kalah sibuknya. Dia terus berpikir bagaimana caranya pencuri itu lolos. Setelah benar-benar mendapat sebuah ilham. Dia segera menanyai pemilik Wisma Fan Hanzhu.
"Apa benar disini tidak ada pintu atau lorong rahasia?"
Fan Hanzhu yang mendengar pertanyaan Lie Hui, kepala polisi kota Anlu segera menjawab.
"Tidak... Setahuku memang dari dahulu, leluhurku hanya mewariskan ruangan penyimpanan lukisan kepadaku. Tetapi tidak pernah menitipkan pesan bahwa
ada sesuatu yang janggal disini, apalagi pintu rahasia segala..."
Lie Hui yang mendengarnya segera mengangguk pelan. Tetapi dia tidak berhenti sampai disini. Lantas dia memerintahkan anggotanya untuk memeriksa lantai.
Apakah benar ada sesuatu yang aneh dengan tegel tempat mereka berpijak.
Kesemua polisi yang berjumlah hampir 20 orang di kamar, segera melaksanakan instruksi Lie Hui.
Tetapi yang anehnya, Jieji tidak ikut untuk memeriksa lantai lagi. Dia terus saja tersenyum sambil mengawasi lukisan lainnya. Memang dia tidak berani untuk
"menyentuh" lukisan lain yang tiada hubungan dengan pencurian. Namun, dia hanya berjalan saja membaca puisi dan menikmati lukisan lainnya yang
jumlahnya mungkin mencapai 2o buah itu.
Yunying yang merasa aneh, segera mendekatinya. Lantas dia bertanya, seperti biasa, dia menggoreskan kata-kata lewat kuku jari ke lengan pemuda.
"Apa yang kamu lakukan?"
Jieji mengamatinya sebentar. Lantas dia berkata dengan suara yang sangat
pelan sekali dan bibirnya menempel ke telinga wanita. Karena memang pakaian Yunying adalah seperti jilbab, maka Jieji yakin bahwa dengan begini maka lebih gampang memberitahuinya.
"Sayang sekali jika lukisan terkenal di sini yang tidak bisa dinikmati di luar kusia-siakan. Mumpung sudah kemari, maka kuamati dan kuhapal-hapal dahulu."
Jawaban Jieji yang seperti demikian tentu sangat membingungkan Yunying.
Sebab dia adalah detektif, tugasnya tentu adalah untuk mengungkapkan kasus
pencurian disini. Tetapi malah dia menjadi sangat santai untuk menikmati lukisan.
Tetapi Jieji yang masih menempelkan bibir ke telinga Yunying saat itu, segera seperti terkejut. Sebab dia sepertinya mencium sesuatu wangi. Sesuatu wangi yang tentunya pernah dicium sebelumnya. Dia segera melihat ke arah-nya.
Pandangan matanya sungguh heran terlihat kemudian kepada Yunying.
Sedangkan Yunying malah terkejut luar biasa. Menyaksikan suaminya
memandangnya seperti demikian tentu membuatnya serba salah sekali. Hatinya
sudah bergoncang keras, sebab dia pikir apakah Jieji sudah mengenalnya"
"Gawat!! Gawat!!!" Begitulah pikirannya saat ini.
Tetapi kembali Jieji mendapatkan sesuatu hal lagi. Di dalam otaknya, kemudian dia berpikir kembali.
"Dia tidak mungkin adalah Yunying. Matanya memang mirip, tetapi....
Dari gerak gerik, ketinggian tubuh, dan sikapnya jelas berbeda semuanya."
Karena tidak yakin akan dirinya sendiri, langsung dia melihat dari atas ke bawah semua tubuh wanita untuk memastikan kembali. Di sisirnya pandangan lewat
kedua bola mata dari ujung rambut dan sampai ke ujung kaki wanita ini.
Menyaksikan cara Jieji melihatnya, dia tentu sangat malu. Apalagi khalayak
masih ramai di depan pintu. Tanpa banyak bicara, dan seperti marah pada
wajahnya. Dia segera menulis sesuatu lagi di lengan pemuda.
"Kau tidak sopan...."
Memang tindakan keduanya yang terlihat aneh, terlebih lagi tindakan tidak
sopannya Xia Jieji mengundang desas-desus yang tidak begitu baik dari
khalayak di luar ruangan. Menyaksikan Jieji memandang wanita secara tidak
karuan, tentu mengundang pertanyaan yang cukup banyak di antara banyak
orang di depan.
Jieji yang melihat cara menulis wanita yang cepat, tentu sudah tahu bahwa
wanita ini sedang marah. Lantas dengan menghormat perlahan, dia bertutur
dengan suara pelan.
"Maafkan aku... Tadi aku teringat seseorang, tetapi sepertinya itu hanya anganku saja...."
Yunying yang melihat pemuda lantas berubah sangat sopan. Hatinya cukup lega kembali.
"Untung saja tidak ketahuan. Aku sudah mengganjal sepatuku sejak lama ketika di Kuil Jetavana. Kali ini memang sudah terlihat betul bergunanya tindakan-ku itu.
Setidaknya si bodoh ini sudah ketipu..."
Dengan berbalik memandang ke tempat kosong, dia sebenarnya telah tersenyum
geli. Tetapi senyumannya yang terlihat lewat bola matanya yang mengecil itu tentu tidak akan diperlihatkan pada siapapun tidak terkecuali suaminya, Xia Jieji.
Sedangkan pemuda, dengan gaya acuh tak acuh langsung menolehkan
pandangan ke lukisan yang lainnya.
"Lantai di bawah ini sepertinya kosong..."
terdengar seorang polisi yang ikut memeriksa lantai yang tadinya diperintahkan oleh kepala polisi, Lie Hui.
Segera, Jieji memalingkan kepalanya ke lantai itu sebentar. Kemudian, lantas dia tersenyum kembali. Sorot matanya menampilkan rasa girang luar biasa.
Terlebih lagi rasa girangya kepala polisi Lie Hui. Dia segera menegaskan dengan suara tinggi.
"Cepat buka lantai dan cari apakah di dalam ada lorong rahasia?"
Semua polisi yang mendengarkan, beberapa di antaranya langsung bergerak
cepat. Mereka mencari alat untuk menghancurkan sebuah tegel yang sepertinya cukup mencurigakan itu.
Berbareng dengan memerintahkan semua polisi, Lie Hui sendiri langsung
kembali memerintahkan polisi yang "nganggur" untuk "mengusir" penduduk yang sudah sembarangan masuk ke Wisma Fan.
Jieji yang melihat semua tindakan polisi lewat samping matanya, tetap saja
tersenyum. Sepertinya dia sudah mendapatkan sesuatu hal yang menjadi
pemecahan masalahnya.
Para polisi dengan tegas dan sangat tangkas menyelesaikan masalah tersebut.
Kesemuanya langsung saja memakai senjata tajam guna "mengusir" para penduduk yang lainnya.
Penduduk kota Anlu yang tadinya berkumpul di depan ruangan penyimpanan
lukisan dibuat keder juga. Mau tidak mau kesemuanya lantas beranjak kaki
dengan dongkol dan rasa sesal.
Lie yang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, segera berpaling ke arah
Jieji. Dia berkata.
"Sepertinya memang ada lorong rahasia disini. Penduduk harus kita ungsikan terlebih dahulu karena jika benar kita para polisi masuk ke lorong rahasia. Maka ditakutkan akan terjadi perampokan atau penjarahan lukisan di ruangan ini..."
Jieji mengangguk pelan, dan sambil tersenyum dia menjawab.
"Betul.. Ini adalah hal yang paling baik...."
Lie Hui merasa senang karena Jieji juga mendukung apa yang dilakukannya.
Penduduk yang jumlahnya hampir 100 orang memang sudah dikeluarkan lewat
pintu gerbang Wisma. Para polisi yang sudah siap dengan peralatan-peralatan untuk menggali segera melaksanakan tugasnya masing masing.
Lie Hui yang merasa pasti disini ada ruangan rahasia, segera menuju ke arah pemilik Wisma yang bernama Fan Hanzhu. Dia menanyainya.
"Tuan Fan... Kita akan mulai membuka sesuatu yang mungkin adalah ruang rahasia. Menurut anda tentunya lukisan yang hilang akan lebih berharga dari pada sebuah tegel yang sudah kita mulai rusakkan kan?"
Fan Hanzhu yang mendengar pernyataan Kepala polisi ini, segera mengangguk.
Dia memberikan komentarnya.
"Betul.. Lukisan memang jauh lebih berharga daripada segalanya. Dan jika disini ditemukan ruang rahasia, maka alangkah baiknya karena anda-lah orang yang
membantu menemukan kembali usaha leluhurku yang sudah "hilang"..."
Lie Hui langsung tersenyum. Begitu dia berbalik kepala ke arah "lubang" tegel.
Dia segera girang. Karena sepertinya tegel memang mengandung sesuatu
keanehan. Setelah di hancurkan, maka terlihat sebuah besi di bawahnya.
Sebuah besi yang seakan memiliki pegangan kontan terlihat.
"Kepala polisi.... Sepertinya pegangan bisa kita buka... Mohon berikan perintah lebih lanjut." lapor seorang perwira polisi yang merupakan bawahannya.
Lie Hui segera berpaling ke arah Jieji. Melihat cara memandang wanita, dia tahu bahwa Lie ingin meminta nasehat kepadanya. Apakah akan memulai atau tidak"
Jieji girang, dia tersenyum puas dan mengangguk perlahan kepadanya.
Lie segera meminta anak buahnya untuk mengangkat pintu besi yang kecil yang muncul akibat tegel yang sengaja dipecahkan. Paling ukurannya hanya 5 kaki
kali 5 kaki. Sementara itu, Yunying yang melihat adanya "pintu masuk baru". Segera menuju ke arah Jieji kembali. Sepertinya dia menuliskan sesuatu di lengan pemuda
kembali lewat jarinya.
"Benarkah pencuri kabur lewat dari sana" Ada yang sangat janggal..."
Jieji memandang ke arahnya sebentar. Dia hanya tersenyum mengangguk saja
tanpa menjawabnya.
Melihat tingkah pemuda, Yunying langsung berpikir. Dia merasakan ada sesuatu hal yang sangatlah janggal sekali.
Sementara, Lie Hui malah sepertinya sangat sibuk. Dia segera menuju ke arah Fan Hanzhu kembali. Dia menanyainya.
"Apakah Tuan Fan ingin ikut kita menyelidik di bawah?"
Fan Hanzhu tentu kegirangan jika dia diizinkan untuk pergi bersama para polisi menyelidiki ruang rahasia itu. Dia mengangguk sambil tersenyum.
Lantas Lie Hui memerintahkan lebih banyak orang untuk segera mengangkat
pegangan pintu besi dimana kemungkinan besar adalah terdapat lorong rahasia.
Dan benar saja...
Pegangan pintu besi memang cukup berat. Dengan tambahan 2 orang untuk
mengangkat, maka pintu besi yang cukup berkarat itu segera terbuka perlahan.
Suara yang cukup berisik langsung muncul akibat gesekan engsel besi yang
sepertinya sudah lama sekali tidak pernah terbuka.
Kontan kesemuanya girang...
Sebab memang sepertinya ada sebuah tangga dari pintu besi berkarat yang
sudah terbuka itu. Memang keadaan di dalam cukup gelap sekali. Lie Hui segera girang, dia memerintahkan para pengawal mengambil 5 batang tongkat berapi
yang bisa digunakan sebagai cahaya penerangan di dalam lorong gelap di
bawah kakinya. Para polisi dengan tangkas melaksanakan tugas mereka.
Jieji masih tetap tersenyum. Wajah tersenyumnya masih belum-lah berubah dari tadinya. Dia berjalan beranjak ke daerah lorong rahasia nan gelap itu. Di
belakanganya di kuti oleh Yunying.
Melihat pemuda sudah datang mendekat, Lie segera tersenyum. Dia segera
meminta sesuatu kepada pemuda yang gagah itu.
"Aku ingin memohon sesuatu hal kepada pendekar besar...."
Jieji mengangguk. Dia segera berkata.
"Anda ingin aku berjalan di depan" Karena apa hal di dalam memang tidak diketahui siapa pun?"
Lie Hui dengan wajah yang penuh kegirangan lantas mengangguk.
Jieji mengangguk kepadanya perlahan. Sementara itu, Yunying yang dibelakang sepertinya merasa gelisah. Dia kembali datang kepada Jieji. Di panggilnya
pemuda dengan cara menepuk punggungnya perlahan.
Jieji berbalik untuk melihatnya kembali. Lantas dia berkata.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak apa-apa... Kamu ikut di belakangku saja."
Mau tidak mau, Yunying hanya mengangguk perlahan. Sebenarnya dia memiliki
sesuatu ide. Tetapi mungkin saja idenya sudah ada dalam pikiran pemuda
menurutnya. Oleh karena itu, dia diam kembali dan dengan was-was mengawasi
ke lubang bawah tanah.
Tidak lama kemudian, tongkat berapi sudah siap di tempat. Jieji diminta
memegang sebuah sebagai penunjuk jalan. Sedangkan Lie Hui berada di tengah
bersama Fan Hanzhu. Para polisi yang jumlahnya sekitar 10 orang akan
mengikuti dari belakang.
Segera saja, Jieji-lah orang pertama yang turun lewat tangga. Memang
sepertinya turunan tangga tidaklah sebegitu tinggi. Paling hanya 10 kaki saja sudah mencapai dasar. Dengan memegang sebuah tongkat berapi, Jieji maju
paling depan. Dia mengamati sekeliling dengan teliti.
Yunying adalah orang kedua yang mengikutinya dari belakang.
Dan sepertinya lorong itu yang tingginya 10 kaki hanya memiliki lebar ruang yang cukup sempit. Paling hanya sekitar 3 kaki saja lebar lorong yang nan gelap ke depan itu.
Para polisi yang jumlahnya sekitar 30 orang lagi diminta untuk berjaga tetap di ruangan penyimpanan lukisan. Dan adalah penghuni wisma yang jumlahnya
sekitar 20 orang juga tetap berada di depan ruangan penyimpanan lukisan sambil was-was mengawasi.
Sudah sekitar beberapa puluh meter mereka berjalan ke depan dari lorong
bawah tanah yang gelap. Lie Hui mengawal Fan Hanzhu adalah berada di
belakang Yunying. Sesekali Fan yang juga memegang sebuah tongkat berapi
lantas saja menyinari sekeliling dengan was was. Dia merasa heran ketika
mendapati lantai disini memang cukup berpasir. Dilihatnya dengan teliti dan dia mendapatkan bahwa pasir disini sepertinya berwarna hitam tentu karena lorong ini sangat gelap sekali.
Tetapi, ketika dia sudah menyinari sekitarnya dengan sikap was-was. Dia sangat terkejut sekali. Sebab di tanah, dia melihat sesuatu benda. Sesuatu benda yang boleh dikatakan cukup menakutkan bagi siapapun. Kontan saja, dia berteriak
sekali. Pegangan tongkat berapi sempat jatuh ke tanah. Lantas begitu pegangan tongkat di tangannya langsung terjatuh ke tanah.
Semua polisi sangat terkejut mendapati tingkah Fan. Mereka tidak habis pikir kenapa orang tua paruh baya ini bisa terkejut luar biasa.
Tetapi.... Ketika pegangan tongkat Fan sudah jatuh ke tanah. Mereka segera
mendapatkan sesuatu yang rasanya sangat aneh. Sebab sepertinya, api dari
tongkat mengundang sesuatu hal yang terkira sangat aneh. Suara desis yang
cukup tinggi segera muncul di kuti oleh asap yang dengan cepat memenuhi
ruangan. Adalah Lie Hui orang yang paling terkejut mendapatinya. Dia segera berteriak untuk mundur. Dan meminta semua orang untuk segera menahan nafas. Sebab
tiada orang yang tahu apakah memang asap adalah asap beracun atau apapun.
Mendengar teriakan Lie Hui, semua orang merasa kaget luar biasa. Kontan
pegangan tongkat berapi dari siapapun jatuh ke lantai. Sebab kesemuanya tentu berharap bisa menyelamatkan diri dari sini.
Mereka segera berlari untuk menuju ke tempat masuk tadinya.
Sepertinya asap yang timbul disini tiada lain adalah asap dari mesiu. Semua orang yang sempat mencium sebentar tentu merasa kaget. Jangan-jangan disini terdapat perangkap untuk menghancurkan siapa saja di dalam ruangan rahasia.
Sementara itu...
Di dalam ruangan penyimpanan lukisan...
Kesemua orang memang merasa sangat cemas, sambil menunggu dengan hati
yang cukup deg-degan. Tetapi...
Kemudian mereka kesemuanya mendengar suara letusan petasan yang
sambung menyambung.
Mendengar hal ini kembali...
Para polisi kontan sangatlah terkejut. Kesemuanya kontan cepat menangkap
sesungguhnya darimana suara itu berasal.
Para penghuni wisma yang berada di sana juga terkejut tidak karuan sama hal nya dengan mereka semua. Tetapi salah satu di antara mereka yang cukup
sensitif pendengarannya segera berseru.
"Dari arah belakang taman suara itu muncul!!!!"
Mendengar tuturan salah satu penghuni Wisma, Kesemua polisi dengan sikap
yang sangat gugup segera saja mendekati taman yang dibicarakan.
Letak taman memang tidaklah dekat. Mungkin jaraknya hampir 1/2 li dari wilayah taman yang cukup luas milik keluarga Fan.
Para polisi hanya ditinggal sekitar 5 orang untuk menjaga ruangan penyimpanan lukisan. Selebihnya semua menuju ke lokasi taman bersama semua penghuni
wisma. Karena hilangnya lukisan tadinya adalah dimulai dari ledakan mercon. Maka
ketika mendapati suara mercon lainnya, kesemua polisi kontan bergerak cepat.
Mereka merasa jangan sampai terdahului oleh pencuri ulung untuk kedua kalinya kembali.
Tetapi ketika mereka semua telah sampai di taman. Kesemuanya mendengar
ledakan mercon memang masih belum berhenti.
Adalah di sebuah air terjun mini, ledakan mercon beruntun itu muncul. Asap
memang sudah terlihat membumbung dari lubang yang hanya bisa dimuat 1
manusia jika merangkak.
Dan... Ketika ledakan mercon sudah berhenti. Kesemuanya segera saja siap dengan
pedang di tangan sambil menyorot tajam ke arah "gua" di belakang air terjun mini.
Tetapi... Tidak lama kemudian...
Betapa terkejutnya kesemuanya secara serentak. Sebab mereka memang
melihat adanya manusia keluar dari goa itu. Tetapi, mereka mengenal orang
pertama yang sudah keluar sambil merangkak dari sana. Tiada lain adalah
pemilik Wisma, Fan Hanzhu sendiri dengan terbatuk-batuk. Dia diikuti oleh para polisi lainnya. Dan wajah mereka kehitaman akibat asap yang mengepul itu.
Di dalam ruangan penyimpanan lukisan...
Di sana terdapat beberapa orang yang berpakaian polisi. Sepertinya
kesemuanya sudah tergeletak. Mungkin dilihat dari gaya nafasnya yang teratur, sudah bisa diketahui bahwa kesemuanya yang berjumlah 5 orang hanya tertidur ataupun pingsan tiada sadarkan diri.
Sebuah tangan yang terlihat lembut sedang memegang sesuatu di dinding.
Dengan cepat, sepertinya dia terlihat mencabut sesuatu. Dan tanpa perlu waktu lama, "sesuatu" benda sudah berada di tangan kirinya. Kemudian orang ini segera jongkok.
Di tangannya sudah terdapat sebuah belati. Terlihat dengan gerakan yang
tangkas juga, dia menyayat sebuah benang.
Benang memang sudah putus dibuatnya lewat gerakan tangan yang sangat
cepat sekali. Dengan seiring putusnya benang, maka sesuatu benda yang
berupa kertas sepertinya langsung tertarik atau terkatrol turun di tengah ruangan.
Di wajahnya terdapat sebuah kegirangan luar biasa. Lantas dengan sebelah
tangan yang memegang sesuatu mirip gulungan kain putih panjang, dia hendak
beranjak keluar dari ruangan.
Tetapi... Suara seseorang pria menghentikannya dengan segera.
"Tipu muslihat yang sangat bagus...."
Orang yang hendak berlalu tadinya, sangat terkejut sekali mendengar suara pria ini. Karena dia sangat mengenalnya. Dia tidak berpaling ke belakang sama
sekali, melainkan hanya diam di tempatnya. Lantas dia berseru.
"Sungguh Xia Jieji adalah seorang detektif terbaik di zaman ini... Ha Ha......"
"Tidak... Aku hampir saja ketipu olehmu...
Nona Lie Hui... Eh, bukan... Tepatnya adalah Pencuri ulung no. 1 ....." Tutur seorang pemuda dengan senyuman khasnya.
"Bagaimana kau bisa tahu akulah pelakunya?" tutur wanita ini.
"Karena kau terlalu banyak berbicara...." tutur Jieji kembali sambil tersenyum kepadanya.
BAB CXVIII : Delapan Belas Telapak Penakluk Naga
"Oh yah" Bagaimana maksudnya dengan terlalu banyak berbicara?" tanya Lie Hui sambil berbalik badan ke arah Jieji dengan wajahnya yang tersenyum.
"Kau terlalu banyak berkata-kata. Saat itulah aku mulai curiga padamu. Terutama adalah saat tadinya kamu meminta anak buahmu untuk menghancurkan tegel..."
tutur Jieji sambil tersenyum pula.
Lie Hui terkaget sebentar. Lantas sambil tersenyum kembali, dia bertanya
kepada pemuda. "Betul... Tidak mungkin pencuri kabur dari sana... Karena tegel sebelumnya masih sangat bagus. Lalu kamu hanya menungguku saja untuk mengikuti-ku
memainkan sandiwara panjang ini?"
Jieji tersenyum manis sambil mengangguk.
Sementara itu, Yunying sebenarnya sudah menyadari hal ini
sebelum-sebelumnya. Dia tadinya sempat berusaha memberitahu Jieji tentang
kejanggalan tegel yang bagus itu. Mana mungkin pencuri bisa kabur lewat sana.
Dan menurutnya, di bawah pasti ada perangkap untuk memerangkapkan dirinya.
Tetapi, tadinya Jieji sama sekali tidak menjawabnya. Tentu, sekarang Yunying sudah tahu betul apa maksud suaminya yaitu hanya mengikuti Kepala polisi Lie Hui alias pencuri ulung memainkan sandiwara di atas panggung kekonyolan.
Yunying tersenyum sambil menghadap ke arah pencuri ulung. Tetapi
senyumannya itu tidak berlangsung lama. Sebab, di arah samping atas
sepertinya dia sempat melihat sesuatu.
Sebuah kain nan putih yang di kat benang sedang berputar karena dihembusi
angin sepoi yang masuk ke ruangan penyimpana lukisan ini.
Lantas, dia segera berpaling untuk melihat.
Kain nan putih ini cukup panjang. Dan herannya, dia sepertinya melihat beberapa goresan kaligrafi di sana. Lalu, dengan loncatan ringan dia mencabut kain putih yang cukup panjang dan lebar itu.
Sesaat... Dia sudah turun ke bawah lantai. Tetapi baru saja dia membaca tulisan ini secara cepat, langsung terkejutnya tiada karuan.
Lie Hui atau pencuri ulung yang melihat tindakan Yunying, segera tersenyum.
"Lantas... Kau akan menggiringku ke penjara?" tanya Lie Hui seraya memalingkan wajahnya ke Jieji.
Jieji menggeleng perlahan. Dia berkata.
"Kau tahu bahwa lukisan itu palsu sama sekali. Oleh karena itu, aku hanya diajak untuk tantangan seperti demikian. Dan...
Satu hal lagi, kau tahu sejak awal bahwa keluarga Fan memiliki lorong rahasia ini. Maka daripada itu, lokasi yang kau ingin untuk beradu kepintaran denganku adalah sungguh tepat disini."
Lie Hui kembali tersenyum. Dia menjawab perkataan Jieji.
"Betul... Lalu bagaimana kau tahu bahwa lukisan yang kuambil adalah lukisan palsu?"
"Sebab... Seorang ahli lukisan tentu tidak akan menyembunyikan lukisan di tempat yang seperti demikian. Apakah kau tahu" Asap dupa bisa membuat nilai lukisan
menjadi berkurang. Dan terlalu banyaknya debu di palang tiang penyangga bisa merusak nilai lukisan juga. Mungkin hanya Fan Hanzhu-lah orang yang sama
sekali tidak tahu bagaimana cara memelihara lukisan demi lukisan terkenal...
Dan... Lukisan asli itu aku tahu berada dimana sekarang...."
Mendengar tuturan Jieji, Lie Hui tertawa terbahak-bahak. Cukup lama pula dia baru menghentikan tawanya.
"Lalu bagaimana kau tahu aku bermain tipu muslihat di dalam lorong rahasia?"
Sambil tersenyum, Jieji menjawabnya.
"Tentu... Dari awal, telah kukatakan bahwa aku sudah curiga padamu. Lalu ketika kau
menginginkanku berjalan di depan lorong. Segera sudah kuketahui maksudmu.
Untuk menipuku, lantas kau pasang segalanya. Termasuk ular palsu yang
sengaja kau lemparkan di kaki pemilik Wisma. Dan..."
"Begitu tongkat api jatuh. Lantas aku sengaja berteriak. Dan herannya, sempat kutahu bahwa kau dan wanita di belakangmu menyusul ke depan dan bukannya
ke belakang. Kenapa bisa kau sampai disini dengan begitu cepat?" tutur Lie Hui memotong perkataan Jieji, dan menanyainya.
Kali ini, Jieji tertawa terbahak-bahak mendengar tuturan Lie Hui.
"Memang benar...
Aku sengaja membiarkan diriku-lah yang sepertinya terpancing akan muslihatmu.
Kau memasang sesuatu benda yang mirip manusia di depan lorong gelap.
Lantas ketika diriku mengira orang di depan adalah pencuri ulung, kau ingin diriku terpancing sampai depan kolam air terjun di taman.
Dan kau bisa melaksanakan lebih lanjut tipu-mu.
Dan karena mengira dirimu telah berhasil mengecohku. Maka kau sengaja balik melalui ruang rahasia tempat masuk tadinya. Begitu kau keluar, kau langsung melemparkan bubuk untuk "menidurkan" para polisi yang berjaga."
Seakan tidak percaya, Lie Hui alias pencuri ulung menggelengkan kepalanya.
Lantas dengan wajah yang sangat heran, dia menanyai Jieji kembali.
"Kenapa kau bisa tahu sesungguhnya lukisan masih di dalam ruangan?"
"Hm.... Itu tidak susah. Aku sebenarnya sempat berpikir keras. Tetapi kutahu bahwa kau selalu menggunakan petasan untuk beraksi. Jika tidak pernah kuketahui
bagaimana caranya engkau memainkan siasat seperti saat di Tongyang
beberapa tahun lalu, maka sungguh tiada heran aku sudah terpancing siasatmu."
tutur Jieji yang berubah serius.
Lie Hui yang melihat perubahan air muka Jieji, segera serius pula. Dia
menanyainya kembali.
"Lalu bagaimana caranya kau bisa sampai kesini sebegitu cepat?"
Jieji tidak menjawabnya. Tetapi dia menunjuk ke salah satu polisi yang tertidur itu.
Lie Hui yang sudah penasaran segera berjongkok untuk memeriksa polisi yang
sudah ditidurkan oleh dia tadinya. Dia memeriksa pergelangan nadi polisi ini. Dan segera saja, dia sudah terkejut luar biasa.
"Bagaimana mungkin?"
"Aku dan wanita di belakangku segera menuju ke depan. Tidak perlu sampai menunggu petasan pertama berbunyi, sesungguhnya aku sudah berada di luar.
Kamu memasang hal yang mencurigakan lainnya lagi selain orang-orangan palsu yang berisi ratusan petasan mercon. Yaitu di depan taman, kamu sengaja
meninggalkan jejak sepatu hitam atau mesiu yang menuju keluar dari gerbang
belakang. Tetapi, aku sama sekali tiada tertarik. Maka, dengan langkah yang cepat aku dan wanita di belakangku sebenarnya sudah di sini menunggumu
keluar dari lubang rahasia." jelas Jieji kepadanya.
"Jadi aku-lah orang yang sudah dibulan-bulani oleh kau. Kupikir siasatku berhasil ternyata malah menjadi malapetaka buat diriku sendiri. Tidak disangka kau dan dia sudah berada disini cukup lama. Dan tidak heran bahwa lima polisi ini
sebenarnya sudah tertotok nadi geraknya sebelum kutidurkan lewat bubuk."
Tutur Lie Hui sambil menghela nafas panjang.
"Kau pergilah, tetapi lukisanmu harus ditinggalkan...."
tutur Jieji kemudian kepadanya.
"Ada satu pertanyaan lagi sebelum diriku pergi. Bagaimana kau tahu bahwa sebenarnya lukisan masih di ruangan ini?" tanya Lie Hui yang seakan tidak sabar.
Mendengar pertanyaan pencuri ulung, Jieji tertawa terbahak-bahak cukup lama.
Lantas dia kembali menjawab pertanyaan pencuri ulung.
"Sebenarnya jika kau bukanlah kepala polisi, maka trikmu yang sederhana itu sudah ketahuan. Tetapi kali ini kau menyamar sebagai kepala polisi, maka trikmu sudah hampir sempurna. Dengan memerintahkan kepada para polisi untuk
segera mengepung tempat lukisan yang hilang dengan dalih itu adalah Tempat
kejadian perkara, maka kau bisa bertindak lebih jauh. Tetapi sayang sekali
memang...."
"Kenapa di sayangkan" Apa ada hal yang aneh?"
tanya Lie Hui dengan gaya yang semakin penasaran.
"Benar... Yang paling aneh adalah diriku dan wanita ini masih berada di atas atap. Tetapi tidak kudapati gerakan seseorang pun di dalam. Jadi tentu bisa kupastikan sebenarnya lukisan masih berada di dalam, hanya saja sengaja
"dihilangkan" dengan sesuatu cara."
tutur Jieji menjawab rasa penasaran Lie Hui.
"Jadi kau sudah tahu sejak saat kau mulai berjalan melihat lukisan lain dan membacanya satu persatu" Berarti aku benar sudah ketipu olehmu sejak awal..."
tutur Lie Hui kembali.
Jieji menganggukkan kepalanya perlahan.
"Dan di tengah ruangan tempat digantungkan pesan tadinya kau menulis sesuatu lagi. Dan tentunya melalui benda yang berupa kain putih yang cukup tebal yang kau hiasi di lukisan terkenal itu sehingga lukisan seakan hilang. Setiap
tindakanmu yang terakhir sudah kulihat jelas sekali..."
"Betul... Tanpa mendekatpun aku sudah bisa mengambil lukisan terkenal itu. Kau sudah
tahu bahwa aku menyayat benang untuk membuka kembali lukisan yang hilang
dan seiring putusnya benang yang sudah kuberi tanda. Maka lukisan seakan
terkatrol, terakhir aku sudah siap mendapatkannya."
tutur Lie Hui sambil menggelengkan kepalanya.
"Sebenarnya apakah kau memang adalah Lie Hui adanya?" tanya Jieji yang mengerutkan alisnya. Sebab dia merasa ada sebuah pertanyaan lagi yang
rasanya sangat janggal. Tiada lain adalah mengapa pencuri ulung juga adalah Lie Hui yang merupakan salah satu wanita malam di rumah bordir Yuen Hua
sekaligus adalah anggota dari 15 pengawal saktinya Zhao Kuangyi.
Lie Hui tersenyum sangat manis. Kemudian dia berkata.
"Bukan.. Aku bukanlah Lie Hui..."
Sesaat, dia membuka sesuatu benda yang mirip kulit tipis dari dagunya.
Dengan gerakan yang cekatan, dia sudah membuka semua kulit yang menempel
di seluruh wajahnya itu. Tetapi....
Begitu melihat asli wajah pencuri ulung. Luar biasa terkejutnya Jieji dan orang dibelakangnya yang tentunya adalah Yunying.
Adalah orang yang sungguh dikenali Jieji sedang terpampang di sini.
Dia melihatnya....
Dia tiada lain adalah Yunying. Eh, mungkin juga adalah Yuan Xufen.
Dengan diam tanpa bergeming, Jieji memandangnya dengan sangat serius dan
mendalam melalui kedua bola matanya yang keheranan itu.
Lantas terdengar suara gumaman yang keluar dari bibir Jieji.
"Tidak mungkin... Xufen?"?"
Pencuri ulung segera berjalan pelan mendekatinya. Adalah Yunying orang yang paling terkejut mendapatinya. Dia ingin segera menghalangi Jieji, tetapi...
Dia tidak bisa bertindak apapun. Sepertinya kali ini, kaki dan tangannya
gemetaran. Bahkan untuk beranjak dari tempatnya saja dia tidak mampu.
Pencuri ulung kali ini berubah menjadi Yuan Xufen ataupun Wu Yunying. Bahkan suaranya juga berubah menjadi suara isterinya Xia Jieji, suara Yunying adanya.
Kali ini dia sudah sangat dekat dengan pemuda. Dan dengan satu gerakan, dia memeluknya.
Jieji merasa seakan sedang melihat hantu. Eh, tidak...
Bukan saja hantu yang sedang dilihatnya. Pikirannya bergolak hebat, darah di tubuhnya berdesir luar biasa kencangnya.
Yunying yang mendapati bahwa Jieji sedang dipeluk orang yang persis dengan
dirinya ataupun Xufen segera saja bertindak. Dia hampir membuka pakaian yang menyelimuti seluruh kepalanya itu. Adalah di saat dia memandang ke depan, dia melihat Yuan Xufen atau Wu Yunying palsu itu seakan tersenyum sinis
kepadanya. Tentu Jieji yang dipeluk dari depan, tidak mungkin bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh wanita ini.
Dan apa maksud dari wanita atau pencuri ulung, tiada yang tahu.
Yunying memang sudah marah. Apalagi di tangannya terpegang sesuatu kain
putih yang bertuliskan sesuatu. Sesuatu yang tadinya telah membuatnya sangat terkejut.
Lalu dia ingin bergerak ke depan.
Tetapi... Pencuri ulung itu segera melepaskan Jieji. Lantas dia terlihat menunduk
sebentar. Hanya perlu waktu yang sangat singkat.
Keduanya kembali terkejut.
"Orang ini............."Tutur Jieji seakan tidak percaya dan melongo.
Mereka melihat bahwa pencuri telah berubah muka lagi. Wajah yang ini juga
tiada lain adalah wajah dari Lie Hui. Tetapi di tangan kirinya dia sudah
memegang sesuatu benda. Sesuatu benda yang mirip kulit wajah manusia itu
segera dia angsurkan ke arah Yunying.
"Ini... Nah...
Tidak usah lagi kau susah-susah menyamar. Aku pinjami ini..." tutur Lie Hui sambil tertawa terbahak-bahak.
Adalah Jieji orang yang paling terkejut. Dia ingin menghalangi tindakan pencuri ulung. Tetapi atas dasar apa"
Dia tahu bahwa jika saja wanita bertopeng setiap hari memakai topeng kulit, tentu akan membuatnya serba susah mengingat wanita bertopeng tentu akan
mengikuti kemanapun dia pergi.
Apakah pantas bahwa wanita bertopeng berubah menjadi Yunying ataupun Yuan
Xufen sungguh membingungkan Jieji. Lantas dia melihat ke arah pencuri ulung.
Dan benar saja, Yunying menerima kulit itu dari tangannya Pencuri ulung.
Wanita ini tahu benar bahwa identitasnya tentu sudah diketahui oleh pencuri ulung. Apapun yang dilakukannya sekarang adalah sedang membantunya dan
bukannya membuatnya merasa serba salah.
Jika Yunying tidak memakai topeng kulit pun, sudah jelas wajahnya adalah milik dirinya sendiri. Dia berpikir, pencuri ulung tentu membantunya supaya tidak usah lagi memakai kerudung dan menutupi kain hampir di seluruh tubuhnya. Sesaat, dia merasa girang juga.
Dia menerima sambil menganggukkan kepala dan memberi hormat kepada
pencuri ulung. "Aku sudah mencuri sesuatu darimu. Sekarang aku sudah mengembalikannya."


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tutur pencuri ulung kepadanya.
Kontan, Yunying tentu sangat heran sekali. Bagaimana dia bisa tahu bahwa
sebenarnya semua hal yang dikarangnya bisa diketahui sangat detail oleh
pencuri ulung. Dan di tangannya memang sudah terpegang sesuatu yang tadinya di gantungkan di tengah ruangan. Dia memang sangat girang sebenarnya, sebab pencuri ulung itu kali ini benar-benar membantunya. Semua hal "kebohongan"
dirinya tentu akan menjadi hal yang benar adanya.
Tulisan di kain putih yang menutupi Lukisan sehingga menjadi "hilang" itu tiada lain berbunyi.
"Xi Shi memang sungguh luar biasa...."
(Xi Shi adalah seorang wanita yang merupakan selir salah seorang raja di zaman Chun Chiu (musim semi dan musim gugur). Dimaksudkan Xi Shi adalah seorang
wanita yang kecantikannya luar biasa sekali. Sehingga katanya ikan akan lupa akan cara berenang jika melihatnya lewat. Dan Xi Shi selain adalah wanita no. 1
kecantikannya, maka sifat merusaknya juga no. 1. Ini di baratkan Yunying yang sangat cantik, tetapi kemampuannya menghancurkan juga sejalan dengan
kecantikannya itu)
Tadinya, dia sangat takut jika saja Jieji ingin melihat apa pesan yang tertulis disana. Tetapi kali ini sepertinya pencuri ulung sangat membantunya, tentu dia sangat girang sekali.
****************************************************************************
Kali ini tulisan dari buku cersil kembali sudah bisa dibaca... Terima kasih atas
perhatian para pembaca disini.
****************************************************************************
"Lalu memang benar bahwa pemuda belia di sebelah selatan kota juga adalah
dirimu" Dan penjual kaligrafi yang kukarang disana itu juga adalah kamu yang
menyamar dengan kulit wajah isteriku?" tanya Jieji ke arah pencuri ulung.
Pencuri ulung yang berwajahkan Lie Hui segera berbalik. Lantas tersenyum dia
berkata. "Betul.. Akulah orangnya..."
Pemuda sudah mengerti seluk beluk segalanya. Mengapa dia melakukan semua
hal yang terasa memang sangat keterlaluan itu. Tiada lain adalah "memancing"
Jieji untuk bertanding dengannya disini.
"Kalau begitu... Kau juga adalah orang dari partai Jiu Qi?" tanya Jieji kembali.
Pencuri ulung hanya tersenyum kepadanya. Dia kemudian menjawabnya.
"Cepat lambat kau akan tahu dengan sendirinya."
Lalu sambil merogoh kantung baju sendiri, pencuri ulung memberikan sesuatu ke
Jieji. Jieji menerima sebuah benda kemudian dari tangan pencuri ulung.
Sebuah benda yang adalah kunci berwarna perak terlihat. Dia tidak tahu kunci
sebenarnya untuk apa. Tetapi berbareng itu, pencuri ulung kemudian
menyerahkan lukisan yang sudah digulung itu di tangan kanannya kepada Jieji.
Sepertinya kali ini pencuri sudah ingin pergi dari wisma.
"Pergilah ke sebelah barat daya kota Lin Qi. Kamu akan menemukan sebuah
gubuk. Di sana kau akan berlatih dengan aman sekali." tutur pencuri ulung
kemudian. "Lantas kenapa kau berikan kepadaku?" tanya Jieji yang agak keheranan.
"Itu karena aku sudah kalah mutlak padamu.. Maka harus kutebus...
Dan aku akan sering mengunjungi kau disana..." tutur pencuri ulung sambil
memberi hormat.
Jieji hanya mengangguk perlahan sambil membalas hormat juga.
Dia merasa karena pencuri ulung tadinya telah mengungkapkan identitasnya di
depan orang banyak. Maka hatinya merasa kurang enak dan lantas memberikan
sebuah tempat tinggal aman untuk dirinya sesementara waktu.
Tetapi baru saja dia berkata sampai disini. Sepertinya para polisi dan penghuni wisma betul sudah dekat di depan pintu. Mereka yang tidak mendapatkan
apa-apa di kolam air terjun mini, segera datang ke ruang penyimpanan lukisan.
Kesemuanya yang melihat tiga orang berdiri dengan mentereng, salah satunya
adalah kepala polisi. Tentu hal ini mengundang rasa terkejut kesemuanya.
Mereka sudah bisa mengira bahwa diantara 3 orang, salah satunya tentu adalah
pencuri ulung terkenal itu.
Namun, sepertinya pencuri ulung tidak-lah mengelak sama sekali. Menyaksikan
banyak sekali orang. Dia lantas berkata dengan lantang.
"Kalian semua bodoh...
Aku yang merupakan pencuri ulung saja kalian tidak tahu..." habis berkata-kata, dia tertawa terbahak-bahak.
Adalah Jieji dan Yunying yang mengerti benar maksud pencuri ulung. Mereka
tidak menyangka ternyata pencuri ulung tidak bermain "curang". Jika saja dia menyebutnya secara terbalik, maka Jieji dan Yunying tentunya akan dicurigai
mengingat gulungan lukisan sekarang sedang berada di tangan Xia Jieji.
Lantas pencuri ulung segera dengan cepat melemparkan sesuatu ke lantai. Dan
dalam hitungan yang sangat kecil jarak waktu asap kembali mengepul dengan
sungguh sangat cepat, dia menghilang seiring dengan asap yang sudah menipis.
Segera, Jiejie berteriak keras sambil menunjuk.
"Dia kabur melalui arah sana. Cepat kejar!!!"
Kesemua orang yang melihat arah jari pemuda segera mengejar dengan sangat
seru. Apalagi para polisi, tentunya tidak ada seorang pun yang ingin pencuri
ulung yang menyamar sebagai atasan mereka lolos begitu saja.
Jieji dan Yunying berjalan pelan keluar kamar setelah mereka berdua melakukan
sesuatu hal. Lukisan memang sudah tergantung dengan baik kembali di tempat
sebelumnya. Dengan sedikit trik yang sama, Jieji melakukannya seperti tadinya
sudah dilakukan pencuri ulung. Yaitu mengkatrolkan kembali benang dan
menyisipkan lukisan di tengah benang. Alhasil, lukisan itu tergantung balik di
tempat tanpa harus mengganggu benang halus yang jumlahnya luar biasa
banyak di depan lukisan.
Lantas terdengar Jieji berkata cukup keras ketika sudah beranjak lebih dari 10
langkah dari ruangan.
"Terima kasih......"
Adalah kedua orang ini tahu benar bahwa pencuri belumlah meninggalkan
ruangan, melainkan hanya bergelantungan. Pencuri sedang girang dan
tersenyum di atas palang penyangga ruangan penyimpanan lukisan melihat Jieji
yang membantunya.
Dan dengan sekali berkelebat, dia melayang keluar setelah Jieji dan Yunying
telah berjalan cukup jauh meninggalkan tempat.
Jieji dan Yunying memang sudah sampai di tengah kota Anlu. Di tangan wanita,
terpegang sesuatu benda yaitu kain berwarna putih dengan sedikit tulisan. Jieji segera menanyainya.
"Apakah benar ini benda yang dicurinya darimu?"
Yunying mengangguk pelan. Tetapi pegangannya dipererat.
Melihat tindakan wanita, Jieji hanya tersenyum saja. Kembali dia menanyai
wanita. "Apakah kamu akan memakai topeng kulit dari pencuri ulung itu?"
Yunying lantas melihatnya sebentar. Dia beranjak mendekati sambil terlihat dia
menulis sesuatu.
"Apakah boleh?"
Jieji dengan tersenyum langsung menjawabnya.
"Itu adalah hadiah dari pencuri ulung kepadamu. Bagaimana bisa aku
melarangnya?"
Terlihat wanita ini menganggukkan kepalanya 2 kali dan matanya terlihat
mengecil sebentar. Tentu dia girang mendengar pernyataan pemuda. Lantas
keduanya mengambil arah gerbang barat kota Anlu guna keluar menuju ke
tempat yang dikatakan oleh pencuri ulung itu.
Selanjutnya, Yunying tentu tidak perlu untuk memakai topeng kulit itu. Karena
wajah aslinya sudah bisa ditunjukkan kepada Jieji. Tentu Jieji yang melihatnya
adalah menganggap bahwa wanita ini bukanlah salah satu di antara kedua
isterinya. Maka disini, tentu Yunying girang sekali dan tidak perlu berpakaian
yang terlalu susah menurutnya.
Tidak perlu waktu yang lama, sekitar 2 hari-an...
Keduanya telah sampai di gubuk yang dikatakan oleh pencuri ulung...
Letak gubuk memang cukup strategis. Yaitu hanya jarak 10 li saja ke kota Lin Qi.
Sedangkan keduanya sempat terheran di awal ketika mereka sampai. Sebab
gubuk itu lumayan asri dan bersih. Pepohonan tampak mengelilingi gubuk yang
sebenarnya tidaklah terlalu kecil.
Selain itu... Gubuk sama sekali tidaklah dikunci. Dengan dorongan yang sangat lemah, pintu
segera terbuka. Lalu, Jieji tetap menyimpan kunci itu. Dengan rajin,
pertama-tama dia dan Yunying membereskan kamar terlebih dahulu. Dilihatnya,
gubuk memiliki 3 buah kamar yang juga tidaklah kecil.
"Ini tempat memang sangat cocok untuk tempat latihanku..." tutur Jieji kepada Yunying kemudian sambil tersenyum.
Mereka sudah tiga hari berada disini. Tiga hari dijalani Jieji dengan cukup keras dalam latihan tenaga dalamnya serta pemikiran setiap jurus dan perubahan dari
Ilmu telapak dari 18 naga mendekam.
Yunying segera menulis di meja tempat keduanya duduk. Dengan berdiri
menghampiri, dia menggoreskan sesuatu.
"Waktumu hanya tinggal 4 bulan lagi. Apa kamu ada keyakinan?"
Jieji menatap wanita yang sudah berwajah isterinya, Wu Yunying cukup lama.
Lantas dia tersenyum.
"Aku tidak tahu... Mungkin saja aku sanggup atau tidak melainkan harus dicoba.
Aku sudah mendapatkannya sampai 72 gerakan perubahan jurus. Kali ini
tugasku hanya memangkasnya menjadi lebih mendetail."
Yunying yang mendengarnya kontan girang. Dia tersenyum manis sekali. Lantas
dia menggoreskan sesuatu lagi di meja.
"Jadi benar kamu sudah menemukan cara kerja setiap jurus" Sekarang hanya
menggabungkannya?"
Jieji tersenyum kepadanya. Lantas dia mengangguk.
"Berarti waktu sekitar 4 bulan cukup untukmu...."
"Tidak... Waktuku tidak sampai 4 bulan. Tetapi hanya sekitar 3 bulan lebih saja. Semoga
saja bisa kulalukan dengan baik. Dari Ilmu tingkatan tenaga dalam Jing-gang
sudah kukomplikasikan dengan gerakan pengeluaran tenaga dalam setiap jurus.
Dari gerakan langkah pun sudah kukuasai mantap benar setiap gerakan dari 72
jurus itu. Mengenai kecepatan, adalah hal yang cukup susah mengingat jurus
pedang surga membelah hanya "mengizinkan" pemakai memakai 1 tangan, yaitu tangan kiri saja...."
Tetapi baru pemuda berkata sampai disini. Yunying menyambung kata-kata Jieji.
"Kalau begitu, sebelah tangan di gunakan menyerang. Sebelah lagi harus siap untuk bertahan dan melakukan perubahan jurus."
"Betul katamu...
Aku memang sudah berpikir sampai di sana. Hanya saja aku akan menggunakan
jurus paling berbahaya dari setiap gerakan menyerang untuk menyempurnakan
dan memangkas setiap gerakan perubahan yang tidak perlu.
Yaitu dari 72 jurus akan kubagi setiap jurus menjadi 1/2-nya yaitu 36 jurus. Tetapi setelah kupikir 36 jurus masih cukup rumit, maka aku mengubahnya kembali
menjadi 18 jurus kembali. Tetapi kesemuanya masih dalam pemikiranku, belum
benar kudapati cara secara keseluruhan dan daya yang sempurna itu." tutur Jieji sambil tersenyum.
Yunying terlihat tersenyum beberapa saat secara manis kepadanya.
Jieji yang melihatnya sebenarnya sangat susah. Tetapi melihat kegembiraan
wanita yang menggunakan topeng kulit sangat kegirangan, dia tentu tidak ingin
mengusik kegembiraannya.
Sebenarnya Jieji cukup susah juga mengahadapi "Yunying" ini. Karena setiap melihatnya, dia merasa sangat rindu akan isterinya yang mungkin sedang berada
di Tongyang. Tetapi karena merasa gadis sangat senang, lantas dia berusaha
benar untuk tidak terlalu mengingat isterinya. Sebab bagaimanapun akan
menghambat cara latihannya.
Maka daripada itu, Jieji selalu berusaha bersikap sewajarnya saja jika wanita ini berada di sampingnya.
Tetapi sepertinya Yunying memang sangat memahaminya. Dia tidak pernah
sembarang mengganggu pemuda ketika dia sedang berpikir atau berlatih. Dia
selalu menunggu sampai sudah selesainya Jieji melaksanakan apa hal yang
patut dilakukan. Baru dia menemuinya, entah untuk memberikan makanan
ataupun mengajaknya ngomong.
Yunying yang keasyikan mendengar cerita pemuda. Segera menggoreskan
sesuatu tulisan kembali ke meja. Tetapi kali ini dia memakai sedikit air di cawan.
"18 telapak naga mendekam..."
Yunying menulisnya dan sesaat terlihat dia berpikir sambil menopangkan kedua
pipi lewat telapak tangan yang disandarkan di meja.
Jieji memang cukup heran mendapati tingkah wanita ini. Lantas dia bertanya.
"Apa ada yang heran dengan nama ilmu yang kamu tulis?"
Yunying segera mengalihkan bola matanya menatap ke Jieji. Dia menulis
kembali di meja.
"Jika ilmu telapakmu sudah disempurnakan. Akan diberikan nama apa yah?"
Jieji lantas tertawa terbahak-bahak mendengar tuturan Yunying. Dia
menjawabnya. "Yah.. Masih tetap Ilmu telapak 18 naga mendekam. Memang ada yang aneh?"
Tetapi Yunying terlihat menggelengkan kepalanya. Dia segera menyapu dengan
kain lengan bajunya di salah satu huruf dari jurus dahsyat ini. Dan dia
menuliskan sebuah huruf yang baru.
Dari sebuah kata "mendekam" yang dihapus, dia ubah menjadi "menaklukkan".
Jadi 5 huruf aksara itu sekarang bertuliskan "Xian Lung She Ba Zang / 18 telapak penakluk naga."
BAB CXIX : Wisma Naga Emas, Tempat Tinggal Ketua Partai Jiu Qi
Jieji melihat tulisan itu cukup lama juga. Lalu kemudian dia berkomentar.
"Tidak... Bagaimana kau bisa berpikir sampai menamakan jurus" Kata "menaklukkan"
tidak begitu enak di dengar..."
Yunying terlihat semakin gencar. Dia menghapus semua aksara di meja,
kemudian dia menulis lagi.
"Apa ada hal yang tidak begitu baik dari kata menaklukkan?"
"Tentu... Jurus ini sebelumnya adalah jurus 18 telapak naga mendekam. Jika kita
menghilangkan sebuah kata mendekam dan diubah menjadi menaklukkan, maka
sungguh sangat tidak baik bagi para pendekar Kaybang(maksudnya Pei dan
Yuan) yang telah menciptakan jurus-jurus dahsyat ini..."
jelas Jieji dengan serius kepadanya.
Terakhir, dengan agak terkejut Yunying menganggukkan kepalanya juga karena
dia merasa apa tuturan Jieji memang sangat benar dan beralasan. Jika sengaja
diubah menjadi kata "menaklukkan" tentu berarti maksudnya jurus tapak ini seakan memaksudkan bahwa "jurus baru" menaklukkan "jurus yang lama".
Dan jika saja sampai terdengar oleh orang-orang dari dunia persilatan akan
nama jurus ini, tentu mereka akan memaksudkan bahwa jurus baru ini dibuat
atau diciptakan untuk menaklukkan jurus yang lama.
Meski sebenarnya maksud Yunying adalah jurus baru ini bakal menaklukkan ilmu
pemusnah raga yang sudah menjadi "naga" semenjak ribuan tahun silam. Oleh karena itu, dia sendiri tidak lagi berkomentar banyak. Lantas dia meminta pamit pada pemuda.
Berselang seminggu kemudian...
Jieji sudah memantapkan perubahan setiap posisi jurus baru. Kali ini tinggal
tugas terakhir yang harus dilakukannya. Dan tugas terakhir melainkan adalah
tugas yang paling rumit. Yaitu menyusun setiap jurus baru sehingga dari 1
tingkatan ke tingkatan di atasnya akan bertambah daya serangnya, juga
mengatur dengan sangat cermat setiap perubahan jurus.
Meski hanya 18 jurus saja, dia merasa cukup rumit. Sebab tidak ada orang yang
benar bisa membantunya. Dia berpikir, jika saja ada Yuan Jielung alias Li Yu
atau Pei Nanyang alias Zeng Qianhao disini. Tentu dia tidak perlu lagi untuk
memeras otaknya sekeras ini.
Tetapi inilah "tantangan" seorang pahlawan. Dia harus menjalaninya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Apakah dia sanggup atau tidak hanya akan terlihat saat pertarungannya dengan Ketua partai bunga senja dalam waktu dekat ini.
Suatu saat, Di saat dirinya sedang keasyikan berlatih...
Dia mendapati sebuah langkah lama, tetapi terkesan baru. Sebab langkah yang
mendekati ruang latihannya adalah langkah dari wanita bertopeng. Hanya saja
kali ini terasa lebih berat dari biasanya.
Mendapati hal yang cukup janggal dia segera membuka mata, berdiri dan segera
beranjak mendekati pintu. Pemuda merasa khawatir, jangan-jangan terjadi
sesuatu padanya. Sebab langkah yang lebih berat dari biasanya bisa juga berarti seseorang mengalami cedera ataupun terluka tenaga dalam.
Tetapi bagaimana mungkin ada orang di dunia yang sanggup mencederai wanita
bertopeng alias Yunying. Memang dia menyeret sebelah kakinya mendatangi
ruangan dimana Jieji berlatih.
Dari tempat yang cukup jauh, pemuda sudah melihat gaya-nya yang seakan
menyeret sebuah benda yang kelihatannya cukup berat.
Lantas, dengan beranjak ke depan. Jieji berniat membantunya.
Tetapi, begitu mendekat. Pemuda juga sempat terkejut melihat benda yang
sedang diseret oleh "Yunying". Adalah sebuah benda yang sepertinya terbuat dari besi dan sangat berat. Yang aneh disini adalah bentuknya. Benda berat
memang kelihatan seperti pedang. Tetapi "pedang" aneh ini seakan berbentuk rantai yang menyambung dengan ujung yang runcing.
Pemuda segera meminta pedang berat ini dari Yunying. Dia sempat memegang
sebentar, tetapi alangkah terkejutnya ia. Sebab memang benda menyerupai
pedang adalah sangat berat sekali.
"Darimana kau dapatkan benda ini?" tanya Jieji yang merasa heran sekali.
Yunying mengeluarkan sesuatu benda dari kantong bajunya. Lantas dia
menunjukkan kepada Jieji. Adalah sebuah kunci berwarna perak yang pernah
diberikan oleh Pencuri ulung kepadanya. Lantas, wanita ini menunjuk ke arah
samping dari gubuk.
"Disana aku mendapatkannya..."
tutur wanita bertopeng ini dengan suara "aneh".
Jieji adalah sangat terkejut menyaksikan wanita ini bisa berbicara. Tetapi wanita ini berbicara bukan dengan mulutnya. Dia terheran-heran sambil melihat
"Yunying".
Tetapi Yunying segera mengeluarkan benda dari kantong bajunya kembali. Kali
ini sepertinya dia mengeluarkan 2 buah benda.
Sebuah buku terlihat beserta sebuah topeng kulit lagi berada di tangannya.
"Kau berbicara sesuai petunjuk buku?" tanya Jieji kemudian.
"Betul... Tetapi suara yang keluar lewat tenaga dalam memang terasa sangat berat." tutur Yunying sambil tersenyum kepadanya.
"Pencuri ulung itu sudah mempersiapkan ini dari awal. Sungguh heran sekali...."
tutur Jieji sambil mengerutkan alis.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu, Yunying yang sebelah tangannya memegang topeng kulit. Berniat
memasangkan topeng kulit ke wajah pemuda.
"Nah... Cobalah..."
Jieji masih terheran-heran. Tetapi karena dia merasa pencuri ulung bermaksud
untuk menebus kekalahannya, maka dia berusaha mengikuti "permainan" dari sang pencuri.
Tanpa menolak, pemuda segera memakai benda yang berupa kulit wajah. Dan
tanpa perlu waktu yang lama. Jieji telah berganti wajah.
Namun disini...
Orang yang memasangkannya adalah orang yang paling terkejut. Sebab wajah di
topeng ini dikenalinya.
Dia hanya termangu-mangu mendapatinya. Adalah Jieji cukup heran mendapti
perubahan di wajah Yunying. Lantas dia menanyainya.
"Ada apa dengan wajahku" Apakah kau mengenalinya?"
Yunying yang terkaget menyaksikan pemandangan di depan segera berusaha
bersikap sewajarnya.
"Tidak....
Kamu berubah menjadi pria yang tampan sekali...."
"Jadi wajah sebelumnya dariku adalah sangat jelek?" tanya Jieji seraya mengerutkan alis kepadanya.
"Tidak.. Bukan itu maksudku..." tutur Yunying sambil melihat ke bawah.
Sepertinya dia kurang berani melihat wajah barunya Xia Jieji.
Tetapi pemuda memang sepertinya bersikap sangat penasaran pula. Dia ingin
melihat wajahnya sendiri adalah sekarang sudah seperti bagaimana. Lantas
dengan langkah cepat, dia mencari empang di sebelah selatan gubuk tempat
tinggalnya. Sesaat... Setelah melihat ke wajah baru-nya. Jieji juga sangat terkejut. Sebab wajah
topeng kulit ini juga sangat dikenalinya. Dia sampai gemetar mendapati wajah
barunya itu. "Kau mengenali pria ini?" tanya Yunying kepadanya dengan wajah pura-pura heran.
"Betul... Aku mengenalinya. Dia dulunya adalah musuh utamaku, Yue Liangxu..."
tutur Jieji dengan tersenyum kepada wanita.
"Sementara kau bisa memakai topeng ini. Karena tiada orang yang betul bisa mengenalimu. Mungkin akan aman mengingat sebenarnya Yue Liangxu adalah
pendekar dari negeri Liao yang letaknya jauh sekali dari sini..." tutur Yunying kembali dengan suara tenaga dalam lewat perut.
Jieji hanya mengangguk pelan saja...
Dia berpikir, apa kerjaan pencuri ulung memang sungguh berguna baginya.
Tetapi baginya memakai topeng kulit berwajahkan Yue Liangxu memang sangat
merisihkan. Tetapi asalkan dia tidak melihat dirinya sendiri, maka baginya bukan masalah.
Jieji mendapatkan sebuah hal yang aneh sekali, karena topeng kulit bukannya
saja sangat pas melainkan juga sungguh nyaman dipakainya.
Sesaat, dia berpikir tentang kepandaian pencuri ulung. Dia benar menyaluti
kemampuannya menukar wajah demi wajah.
Lantas dia melihat kembali pedang yang sangat berat itu. Dengan sebuah tarikan
nafas, pemuda mengangkat pedang itu. Pedang tumpul dan berat sekali dengan
ujung yang sangat runcing. Sesaat, dia berpikir tentang jurus pedang surga
membelah. Memang menurutnya pedang sangat cocok untuk memainkan jurus
pedang tangan kiri itu. Hanya saja kenapa bisa dibuat sampai sebegini berat"
Rahasia pedang tangan kiri sebenarnya adalah dengan penyerangan terpusat ke
"tusukan". Tidak ada jurus menyabet atau membelah seperti nama jurus itu.
Sebab setiap jurus pedang tangan kiri sepertinya diakhiri dengan menusuk dan
menusuk saja. Ilmu pedang surga membelah memang sungguh sakti mengingat ilmu pedang
ketika menyerang selalu memancing lawan untuk mematahkan, terakhir malah
serangan lawan menjadi senjata makan tuan. Dan setiap ilmu bertahan dari jurus
pedang, sepertinya selalu "meminta" lawan untuk menghancurkan diri sendiri.
Sesaat... Jieji sangat kagum luar biasa. Memang pedang di depannya sangat
cocok sekali untuk bertarung singkat mengingat pedang yang kokoh dan berat
sangatlah memadai akan setiap jurus pedang yang terdiri dari 8 tingkatan.
"Pencuri ulung benar adalah orang yang pintar sejagad. Dia sudah
memperkirakan kesemuanya..." tutur Jieji sambil menghela nafas melihat ke
Yunying. Tetapi baru saja Jieji menyelesaikan kata-katanya. Dia mendengar seruan
seseorang. "Pencuri ulung" Sungguh sebuah pujian yang teramat tinggi...."
Suara seseorang ini sungguh mirip atau persis dengan suara yang dikenalnya.
Lantas dengan berpaling cepat ke arah terbitnya suara, Jieji melihat dengan
wajah yang cukup heran.
Adalah di sebuah pohon besar, seorang pemuda paruh baya muncul dari sana.
Orang ini tiada lain adalah orang yang sungguh dikenali Jieji ataupun Yunying.
Lantas sambil berteriak tertahan, pemuda terlihat girang sekali.
"Ayah?"?""
Tetapi dia hanya menyebut kata-kata ini karena spontanitasnya. Ketika
pikirannya sudah mulai bekerja. Lantas dia memandang ke depan dengan wajah
yang tidak senang.
Memang benar, pemuda paruh baya yang keluar dari belakang pohon besar
tiada lain adalah "Hikatsuka Oda".
Mendengar seruan tiba-tiba dari Jieji, "Hikatsuka Oda" lantas tertawa keras sekali. Tetapi suaranya sudah berubah lagi menjadi suara seorang wanita.
"Kau... Apa tidak capek setiap hari berubah menjadi orang lain?" tanya Jieji dengan nada yang kurang senang.
Tetapi pemuda ini segera tertawa terbahak-bahak. Suara pemuda malah
terkesan sangat janggal, sebab suara yang muncul adalah suara seorang wanita
yang juga dikenal oleh keduanya. Adalah tentunya suara Lie Hui yang muncul
kali ini. Dia beranjak ke depan sambil menunduk. Dan ketika dia sudah melihat ke
depan, wajahnya telah berubah lagi. Kali ini adalah wajah Lie Hui telah muncul.
Siapa lagi kalau bukan pencuri ulung yang telah sampai disana"
"Aku sudah mengatakan kalau aku akan mengunjungimu..." tuturnya sambil tersenyum.
Lantas dengan gaya mentereng dia masuk ke dalam gubuk. Jieji dan Yunying
hanya terheran mengikutinya. Entah apa maksud pencuri ulung muncul kali ini.
Tetapi dia sudah duduk di meja, di kuti oleh Jieji dan Yunying kemudiannya.
"Apa kabarnya anda tuan Yue Liangxu?" tanyanya kemudian dengan wajah
bersenyum ceria.
Jieji hanya menggerutu saja. Dia tidak menjawabnya.
Tetapi Yunying yang berada di sampingnya segera menuturkan kata-kata.
"Terima kasih atas buku anda. Sekarang aku sudah bisa berbicara dengan
bebas..." Pencuri ulung melihat wanita itu sebentar. Lantas dengan tersenyum dia berkata.
"Itu adalah dasar ilmu mengganti suara. Dengan begitu maka kau tidak perlu dengan bercapai lelah menuliskan kata-kata di meja atau di lengan pemuda ini..."
Yunying hanya terlihat mengangguk pelan saja. Sedang Jieji segera bertanya
kepadanya. "Apa maksud saudara kemari" Apakah ada sesuatu hal yang perlu dibicarakan?"
Lie Hui palsu ini tertawa terbahak-bahak. Lantas setelah tertawanya berhenti dia berkata.
"Benar... Anda adalah seorang detektif terkenal, jadi kita adalah bersifat kontradiksi satu sama lainnya seperti penjahat dan polisi. Jadi anda merasa
bahwa keduanya tidak pantas duduk bersama" Begitu?"
Mendapat jawaban itu, Jieji berpikir sebentar. Dia kemudian merasa cukup
keterlaluan juga kata-katanya tadi. Lantas kemudian, dia berkata.
"Tidak.. Bukan begitu..
Dengan datangnya anda kemari. Tentu ada sesuatu hal yang perlu dibicarakan?"
Pencuri ulung segera tersenyum. Lantas tidak lama, dia telah berubah serius. Dia menuturkan kata-katanya.
"Betul... Anda sudah tahu bahwa pertarungan anda dengan Huo sudah sangat
dekat. Kau yakin bisa menang?"
Jieji menjawabnya dengan sangat jujur.
"Melawan seorang Huo Xiang bagiku bukan lagi masalah yang sangat besar.
Hanya saja orang disekelilingnya..."
Mendapat jawaban Jieji, tentu mau tidak mau pencuri ulung terkejut juga. Apa
yang perlu disampaikan kepadanya sebelum dia datang menurutnya adalah
informasi berharga. Tetapi detektif hebat ini sudah mengiranya 8 bagian adalah
betul. Lantas kemudian dia heran sambil menanyainya.
"Darimana kau bisa tahu bahwa Huo akan bermain curang?"
Jieji tersenyum kepadanya. Dia lantas memberikan jawaban.
"Huo tidak pernah tahu bahwa sesungguhnya tenaga dalamku sudah tidak bisa
digunakan sebelumnya. Lantas mengira-ngira tentu dia tahu bahwa dirinya
bukanlah tandinganku sama sekali. Tentu kali ini dia akan mengajak orang untuk
bekerja sama yang maksudnya adalah bisa mengalahkanku meski main
keroyokan. Aku memberinya waktu 1 tahun tiada lain bermaksud memberiku
waktu 1 tahun untuk berlatih. Dia tidak pernah menyadarinya, maka kali ini tentu dia tidak akan datang secara sendirian..."
Lie Hui palsu ini kontan terheran-heran. Lantas dia kembali menanyainya.
"Kamu tahu siapa yang dia undang untuk bertarung melawanmu?"
"Aku benar tidak tahu...
Tetapi Zhu Xiang sudah ada di pihak mereka sejak awal. Dan sepertinya ketua
partai Jiu Qi seharusnya juga bersama di pihak mereka. Hanya itu yang
kutahu..."
tutur Jieji sambil menengadahkan kepalanya.
Yunying sangat heran sekali. Tetapi setelah mendengar semua tuturan Jieji, dia
sudah mengerti segalanya. Tidak mungkin si tua Huo Xiang akan bertarung 1
lawan 1 secara jantan dengannya.
"Dewa Lao sudah tidak berada di sini. Dia tidak bisa membantumu. Lantas
bagaimana kamu punya keyakinan untuk menang?" tanya Lie Hui kembali
kepadanya. "Betul... Jika saja Dewa Lao ada dipihakku mungkin hasilnya akan seimbang atau kita
lebih kuat." tutur Jieji kepadanya.
Mendengar tuturan pemuda, Lie Hui tertawa terbahak-bahak sekali lagi. Lantas
kemudian dia berkata dengan wajah yang masih tersenyum geli.
"Bagaimana jika partai bunga senja memiliki seorang Yue Liangxu?"
"Sudah pasti kita seperti burung biasa melawan burung phoenix.. Tetapi apakah benar Yue Liangxu benar hidup" Kabar dunia persilatan tengah mengatakan
bahwa dia sudah tewas. Entah benar atau tidak kabar itu." tanya Jieji kepadanya.
"Tidak perlu kamu terlalu takut. Meski benar Yue Liangxu hidup dengan baik, di pihakmu kan ada Xi Shi...." tutur Lie Hui dengan gaya menggoda melihat ke arah Yunying.
"Xi Shi?" tanya Jieji yang sangat heran.
"Maksudku tentu wanita ini... Dia sangat cantik tetapi kecantikannya benar seimbang dengan daya rusaknya." tutur Lie Hui sambil tertawa besar.
Jieji memandang sebentar ke arah Yunying yang sedang tertunduk. Dia mengerti
memang wanita ini sangat hebat. Sepak terjang wanita nan hebat sudah
diketahuinya dan sekarang tenaga dalam miliknya sudah disalurkan kepadanya.
Maka Jieji yakin bahwa wanita ini mempunyai kungfu no. 1 sejagad. Jika dia bisa bertarung melawan Yue Liangxu pun, maka Huo Xiang, bersama ketua partai Jiu
Qi dan Zhu Xiang adalah 3 lawan yang harus bertarung melawan Jieji yang
hanya sendirian.
"Bagaimana dengan perkembangan jurusmu sendiri saat ini?" tanya Lie Hui kembali kepadanya.
"Aku sudah menyelesaikan kesemuanya. Hanya saja belum bisa kupastikan bisa melawan ketiga orang itu atau tidak..." tutur Jieji sambil tersenyum.
Mendengar suara keyakinan dari Jieji, Lie Hui lantas bertepuk tangan keras.
"Betul.. Aku sudah tahu bahwa kau yakin bisa menandingi Huo Xiang. Hanya
kedua orang lainnya masih jadi masalah bagimu kan" Aku mempunyai sebuah
ide..." Jieji menatap dengan cukup heran kepadanya. Lantas dia bertanya.
"Ide apa yang sudah didapati saudara disini?"
"Sekarang kau pergi mengacau dahulu ke Partai Jiu Qi di India. Sementara aku akan mengirim surat ke Huo Xiang mengatakan bahwa pertandingan di batalkan.
Lantas setelah selesai kamu mengacau, tentunya ketua partai Jiu Qi sudah tidak
menjadi masalah lagi mengingat dia pasti "pulang kampung".
Dan mengenai Zhu Xiang, sebarkanlah gosip bahwa Zhu berniat membangun
kembali Dinasti Liang dengan merebut pasukannya Huo yaitu pasukan istana
Persia. Tentu desas-desus tentang Zhu harus dilakukan dengan sangat baik dan
membuat Huo si tolol itu curiga, dengan begitu Huo sendiri telah kehilangan
pegangannya yang berarti. Saat itulah kau ajak dia bertarung. Dalam 2 bulan
semua taktik sepertinya bisa diselesaikan..."
Yunying adalah orang yang paling girang. Dia tahu bahwa rencana itu tidak
begitu sulit dilaksanakan sama sekali. Huo adalah orang yang berangasan dan
pencuriga, untuk melaksanakan ide hebat dari Pencuri ulung tentu bukan
masalah yang besar.
Tetapi... "Tidak...." tutur Jieji yang segera menyela.
"Ini bukan sikapku sebagai seorang laki-laki. Bagaimanapun sekitar setahun lalu, memang aku melepaskan Huo Xiang. Tetapi itu karena sebelumnya dia tidak
tahu keadaan diriku. Dan saat itu juga, aku sudah berjanji akan bertarung 1
lawan 1 setahun kemudian. Jika dia ingin bermain curang sekalipun tetap
kulayani..."
"Betul seorang pria sejati... " tutur Pencuri ulung sambil menghela nafas.
Jieji tahu dengan benar bahwa pencuri ulung memang sedang membantunya.
Dia tahu benar untuk melaksanakan taktik dan muslihat yang dituturkan adalah
sungguh sangat gampang. Dia bisa menghancurkan seluruh partai Jiu Qi
bersama wanita bertopeng dengan tidak sulit, mengingat keadaannya sekarang
dan Yunying memang sudah termasuk pasangan no. 1 yang kungfunya sudah
tidak ada tandingannya. Dan memancing Huo Xiang memang bukanlah hal yang
sulit sama sekali, karena menurutnya pria paruh baya itu memang sangat jarang
menggunakan otaknya.
"Tetapi medan pertarungan benar adalah penuh muslihat dari awal sampai
akhir..." tutur Yunying yang memandang ke arah Jieji.
Tetapi Jieji menggelengkan kepalanya.
"Memang benar apa yang dituturkanmu. Tetapi aku menolak untuk
menggunakan cara yang terlalu rumit itu meski akan sangat memadai sekali.
Pertarungan ini akan kulakukan dengan baik meski aku harus bertanding dalam
keadaan yang sesungguhnya tidak wajar."
"Aneh... Seharusnya kamu tahu keadilan sudah tidak berpihak pada dirimu. Kenapa tetap
saja kau jalani tanpa mencari jalan keluar lainnya?" tanya Pencuri ulung yang sepertinya cukup penasaran.
"Dahulu...
Ketika aku benar mengira bahwa isteri pertamaku, Yuan Xufen tewas gara-gara
racun pemusnah raga. Aku berkeliling seluruh dunia untuk mencari arti
"pemusnah raga" dan pencipta racun itu. Disini, aku membunuh banyak orang yang berkaitan dengan racun.
Tetapi saat aku menyadari bahwa sebenarnya aku-lah penyebab utama
kematiannya, aku sudah berubah sangat banyak sekali.
Tidak pernah kupikirkan lagi untuk melenyapkan nyawa sesama manusia. Bukan
karena diriku sudah melemah. Sebab menurutku kebenaran akan sebuah hal
kadang sangat samar sekali. Apakah benar sesuatu kebaikan atau kejahatan
adalah murni berasal dari hati manusia" Sampai sekarangpun aku belum bisa
tahu segalanya. Manusia jahat mempunyai sisi baik yang tersembunyi di dalam
hati, begitu pula manusia baik juga memiliki sifat jahat yang tersembunyi di dalam hatinya.
Balas dendam kadangpun adalah sebuah hal yang sangat konyol sebab tiada
yang tahu benar apa yang dimaksudkan dengan "keadilan" itu sendiri.."
Mendengar tuturan panjang dan lebar dari Jieji. Pencuri ulung dan Yunying
hanya bisa diam saja sambil menghela nafas.
Mereka berdua hanya diam saja dan terus berpikir, sedangkan Jieji hanya
menengadahkan kepalanya ke atas. Dia mengaso sebentar untuk
merelaksasikan pikirannya.
Lie Hui alias pencuri ulung kemudian menuturkan sesuatu kembali kepadanya.
"Di China daratan - pasukan sung, Liao - perbatasan, India - Kuil jetavana, Veluvana, Tibet - Kuil Mao Shu serta Persia - Partai bunga senja, Partai surga
mennari aku memiliki banyak anggota yang selalu memata-matai tindakan setiap
orang dan partai. Dari sini aku sudah tahu bahwa sebenarnya sudah banyak
sekali pendekar hebat berada di pihak Persia. Maka daripada itu, aku sendiri
datang mengabarimu..."
Jieji yang mendengar tuturan Lie Hui alias pencuri ulung. Lantas terlihat memberi hormat dengan sangat pelan kepadanya.
"Sungguh ribuan terima kasihku atas adanya saudara disini. Tetapi...
Dengan berkatanya saudara seperti demikian, sudah jelas bahwa saudara
adalah orang yang berasal dari Partai Jiu Qi kan?" tanya Jieji dengan tersenyum kepadanya.
Lie Hui memang agak heran. Lantas dengan berkerut dahi, dia menanyainya
kembali. "Bagaimana kamu bisa mengira bahwa aku berasal dari partai itu?"
Lantas Jieji tentu tersenyum. Dia menjelaskan kepada pencuri ulung.
"Kau tadi mengatakan bahwa sudah ada mata-matamu di China daratan, Liao,
Tibet, India, dan 2 partai di Persia. Lantas mengapa kau bisa tahu bahwa Ketua
partai Jiu Qi juga ada di Persia, bukannya di partai Jiu Qi" Memang ini bukanlah pernyataan yang betul mutlak.
Tetapi anda tidak mengatakan bahwa anda punya mata-mata di partai Jiu Qi
tentu hal ini karena anda sendiri berasal dari sana, bukan begitu?"
Pencuri ulung segera tertawa. Lantas dia menjawab.
"1/2nya memang benar. Tapi 1/2nya lagi betul salah.
Aku benar adalah salah satu tetua dari Partai Jiu Qi."
Yunying yang sudah mendengar tuturan pencuri ulung, segera menanyainya.
"Lantas apa maksud ketua Jiu Qi ingin menangkap nona yang mirip dengan
Yuan Xufen?"
"Yang ingin menangkap nona yang mirip dengan Yuan Xufen ataupun Wu
Yunying sebenarnya bukan adalah ketua partai Jiu Qi. Dari sini aku memang
tidak tahu benar siapa orangnya. Beberapa bulan yang lalu, orang ini datang
sebagai "Yue Liangxu" ke partai bunga senja..." tutur Lie Hui dengan wajah yang sangat serius.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa" Dia datang sebagai Yue Liangxu" Jangan-jangan belum tentu benar dia
adalah Yue Liangxu yang tadinya anda ceritakan. Dia datang ke partai bunga
senja?" tanya Jieji yang sangat merasa aneh.
"Betul... Dia memang datang dengan muka yang seperti anda sekarang. Dari sana, aku
sangat tertarik dan membuat 1 lembar wajahnya itu.
Tetapi bagaimana jika benar orang yang datang adalah Yue Liangxu"
Ada sesuatu hal yang janggal lagi. Kau tahu" Ketua partai Jiu Qi juga salah
seorang yang ahli menyamar sama sepertiku. Aku pernah mendengar bahwa
Yue sudah tewas sekitar 2 tahun yang lalu. Adalah di saat anda sudah
meninggalkan Beiping 2 tahun kemudian. Tetapi sesungguhnya kabar kematian
Yue memang sangatlah janggal sekali dan sampai sekarang belum sanggup
kupecahkan..."
(Disini, pencuri ulung juga menceritakan secara detail pertemuannya di sebelah
selatan kota Anlu. Dia bertemu dengan seorang "Yue Liangxu" dan seorang pria lainnya lagi yang bersamanya dan bagaimana pencuri ulung mengikuti mereka
dengan menyamar sebagai seorang dayang partai hingga dia melihat serta
mendengar segala pembicaraan mereka di dalam balairung istana partai bunga
senja) jelas Pencuri ulung sambil mengerutkan alisnya tanda dia sedang berpikir keras.
"Lalu seorang lagi yang bersama Yue Liangxu adalah siapa?" tanya Jieji yang agak heran kemudian.
"Yelu Xian....." jawab pencuri ulung dengan singkat saja.
"Berarti benar... Orang yang datang bukanlah Yelu Xian ataupun Yue Liangxu yang asli..." tutur Jieji.
"Tetapi...
Mata-mataku melaporkan bahwa Yelu Xian sudah tidak ada di perkemahan
Liao..." tutur Pencuri ulung dengan kelihatan agak bersemangat.
"Hm... Yelu Xian tidak mungkin meninggalkan Liao dengan cara seperti demikian.
Mungkin saja kedua orang ada hubungannya dengan Liao. Tetapi disini aku
yakin sekali bahwa Yue Liangxu bukanlah Yue Liangxu asli dan Yelu Xian bukan
juga Yelu Xian asli." tutur Jieji sambil tersenyum.
"Maksud anda adalah, Yeluxian di Liao juga sudah menyamar" Dan kenapa Yelu Xian palsu kemari tentu adalah untuk membicarakan tentang pertarungan saja
dan pertempuran di timur daratan China?" tanya pencuri ulung kemudian.
"Betul.. Kalau begitu memang benar adanya. Huo Xiang malah telah menjadi biji catur mereka semua..." tutur Jieji sambil tersenyum manis.
Mendengar tuturan pemuda, pencuri ulung sangatlah terkejut. Jieji betul tidak
berada di sana saat itu. Tetapi dia bisa tahu dengan secara mendetail segala hal hanya mendengar cerita saja. Sesaat, dia kagum kepadanya. Namun, segera dia
mengajukan permohonan kepada pemuda lagi.
"Bagaimana kalau besok kita pagi-pagi berangkat untuk menyelidik ke dalam
partai bunga senja?"
"Apa yang kau katakan itu adalah hal serius?" tanya Yunying kepadanya secara spontan.
Jieji yang mendengar kata "menyelidik" tentu sangat senang sekali. Dia segera mengiyakannya. Tetapi kembali Yunying mencegahnya.
"Kamu harus berlatih lagi..."
Jieji menggelengkan kepalanya. Lantas dia berkata.
"Semua jurus gerakan 18 telapak naga mendekam sudah ada di otakku. Untuk
memantapkannya 1 tahap demi tahap adalah tergantung waktu dan jam terbang
pertarungan. Lantas tidak ada gunanya lagi jika aku berdiam disini sekalipun..."
Pencuri ulung segera tersenyum. Segera saja, dia mengeluarkan banyak alat
dari balik bajunya. Sampai keduanya pun heran. Bagaimana mungkin orang ini
selalu membawa sedemikian banyaknya peralatan sambil berjalan-jalan.
Keduanya hanya lantas terlihat menggelengkan kepalanya.
*** 2 Minggu kemudian...
Tiga orang sudah sampai di utara wilayah Persia. Seperti yang diketahui, wilayah utara dari daerah Persia adalah seluruhnya daerah kekuasaan Partai bunga
senja. Raja dari Persia sekarang sudah di bawah naungan Partai bunga senja. Segala
keputusan diputuskan oleh Thing-thing yang merupakan puteri dari Huo Xiang.
Sementara itu, dalam beberapa bulan terakhir, Huo memang sangat rajin berlatih
Ilmu pemusnah raga.
Mereka bertiga mendengar cukup banyak gosip tentang "dunia persilatan utara"
itu. Tiada orang yang tiada tahu bahwa sekarang Huo sedang mengurung diri
memperdalam ilmu-nya.
Mengenai kabar 2 orang (Yue Liangxu dan Yelu Xian) yang berada di Persia
memang sangat jarang sekali diketahui orang. Melalui penyelidikan demi
penyelidikan memang mereka mendapati bahwa kedua orang ini sempat berada
di Partai dan tinggal dalam jangka waktu yang tidaklah lama. Sekarang, dimana
keduanya berada tidak pernah diketahui orang-orang di sana.
Adalah ketiga orang yang nampak berjalan terlunta-lunta di sebuah sudut kota
utara yang sangat sepi sekali. Ketiganya adalah 2 orang kakek reyot dan seorang nenek peot. Cara berjalan mereka memang sudah sangat kepayahan, sehingga
acap kali terlihat mereka saling membantu satu sama lainnya.
Tentu ketiga orang ini adalah dalam penyamaran. Adalah Jieji dan Yunying yang
tiada habis pikir mengapa harus berpakaian yang terlihat bongkok dan jalan pun
terasa sangat susah sekali.
"Bagaimana" Sepertinya kabar tentang Yue Liangxu dan Yelu Xian sudah tidak terdengar lagi... Apakah kita harus pergi dengan cara demikian?" tanya seorang nenek peot dengan suara tenaga dalam yang sangat kecil dan nyaris tidak
terdengar. "Kalau tidak ada kabar mengenai keduanya. Bisa kita cari ketua partai Jiu Qi dahulu." tutur Kakek reyot yang matanya buta sebelah. Ini adalah penyamaran baru dari pencuri ulung itu.
Lantas mendengar tuturan kakek ini, seorang kakek lainnya menanyainya.
"Kau tahu dimana ketua partai Jiu Qi berada?"
"Tentu...." jawabnya dengan suara yang sangat pelan. Tetapi kakek ini segera tertawa terkekeh-kekeh melihat ke arah nenek peot. Nenek peot ini lantas
mengerutkan alisnya tanda bahwa dia tidak mengerti maksudnya.
2 Hari kemudian...
Di Wisma Naga emas, sebelah barat 20 li dari Partai bunga senja...
Seorang nona manis telah duduk di kursi. Wajahnya sungguh sangat manis
dengan mata berbentuk bulat indah dan pipinya terlihat cukup tembem serta
merona merah. Tetapi dari lingkar wajah, semua bisa melihat bahwa nona ini
adalah orang yang sangat cantik meski kelihatan cukup "berisi".
Seorang pria paruh baya sedang berdiri di sampingnya, wajahnya penuh rasa
mesum sambil sepertinya sedang menunggu sesuatu melihat ke arah pintu luar.
Beberapa lama kemudian...
Di ruangan yang tadinya hanya terdiri dari 2 orang. Segera masuk beberapa
orang yang baru. Kesemuanya memakai baju berwarna kuning emas. Sepertinya
ini adalah seragam yang dipakai oleh setiap orang di wisma ini.
Lantas kesemuanya telah berbaris sangat rapi di kiri dan kanan dengan segera
saja. Dan Kesemua orang seperti sedang menunggu seseorang yang bakal sampai
kemari. Kelihatan bahwa para "pengawal" ini cukup angker dengan golok siap di tangan kiri yang sengaja diberdirikan.
Sesaat kemudian...
Suara langkah sudah bisa dirasakan bergetar hebat di tanah kemudiannya.
Sebuah langkah yang terasa sangat berat diikuti langkah dari belakang juga
sama beratnya. Terasa juga dua pasang kaki yang cukup ringan berada di
belakang orang yang berjalan sangat berat itu.
Mereka kesemua yang terdiri dari 3 orang telah mulai memasuki ruangan. Ketiga
orang ini yang ditengah adalah sebuah baju besi yang tidak kelihatan bentuk
tubuh bergerak. Inilah yang tadinya membuat tanah seakan bergetar akan
langkah-langkahnya. Sedangkan 2 orang di belakang adalah seorang pemuda
berwajah agung sedang berpakaian sastrawan tetapi di tangannya terlihat
sedang memegang kipas yang cukup besar juga. Di samping pria berkharisma
itu, terlihat seorang pemuda paruh baya yang lain.
Nona cantik yang terlihat cukup berisi di pipi itu segera memandang ketiga orang yang baru saja masuk. Sesaat, dia sangat terkejut sekali. Dia sempat
memandang ke arah pemuda paruh baya yang sedang bersenyum mesum
tadinya. Tetapi senyuman mesum-nya juga telah berubah sekarang menjadi
sangat kaget sekali menyaksikan arah kiri dari si baju besi. Tiada lain karena
orang ini sangat dikenalinya sendiri.
BAB CXX : Pagoda Wisma Naga Emas Porak Poranda
Pemuda sebelah kiri yang masuk ini sungguh dikenali oleh pria yang tadinya
bersenyum mesum itu. Dan nona berpipi yang agak tembem juga mengenal
orang ini dengan sangat baik.
Karena tiada lain orang ini adalah "Pahlawan dari Selatan" alias Xia Jieji.
Nona berpipi temben tentu adalah Yunying yang sedang menyamar itu. Melihat
"Xia Jieji" yang sedang mentereng membuatnya berkeringat dingin kontan.
Disini... Memang pemuda paruh baya yang bersenyum mesum tiada lain adalah pencuri
ulung. Dia sempat terkaget luar biasa juga ketika melihat orang yang masuk
adalah Jieji. Tetapi dia tahu dengan baik, bahwa orang itu sedang menyamar
menjadi "Pahlawan Selatan".
Oleh karena itu, dengan segera dia telah dapat mengontrol dirinya dengan baik.
Lantas wajahnya kembali berubah mesum.
Dia berjalan mendekati ke arah 3 orang yang berdiri mentereng. Lantas dia
berkata. "Tuan-tuan sekalian...
Apakah memang benar nona disini adalah nona yang kalian cari?"
Adalah Pahlawan dari selatan itu yang maju untuk mendekati gadis yang
menunduk diam dan kelihatan takut. Dengan sebelah tangan yang memegang
kipas, dia mengangkat dagu nona berpipi temben. Lantas dia tersenyum
menggoda ke arah nona.
"Dia bukan orang yang kita cari. Tetapi, sangat mirip sekali kecuali kedua pipinya..." tutur "Xia Jieji" palsu itu.
Tetapi adalah hal yang sangat mengherankan sekali. Jieji disini bersuara seperti suara aslinya.
Adalah pencuri ulung yang tahu dengan benar. Orang ini sedang mengganti
suaranya supaya persis. Yunying yang mendengar perkataan pemuda, memang
sudah tahu dengan benar bahwa suara orang memang cukup mirip dengan
suara suaminya. Yang berbeda hanya adalah cara logat berbicara.
Yunying berpikir cermat "Orang ini berbicara dengan suara yang cukup lembut tetapi terasa menjijikkan. Tidak sama dengan Xia Jieji asli yang berbicara dengan gaya dan logatnya yang seakan sok hebat."
"Jadi benar dia mirip dengan Yuan Xufen?" kemudian terdengar tuturan suara yang muncul dari balik baju besi yang sedang berdiri dengan kokoh.
"Jieji" palsu segera berbalik ke arahnya. Dia mengangguk pelan saja. Tetapi, dia langsung memberi tanda kepada pengawal di samping.
Pengawal sepertinya mengerti, mereka langsung maju mendekati wanita berpipi
tembem itu. Sementara, pencuri ulung yang berwajahkan pemuda paruh baya yang kelihatan
mesum segera beranjak maju.
"Benarkan tuan-tuan sekalian..Anda semua berniat menyimpannya bukan"
Sekarang aku menuntut imbalan...."
Sepertinya disini, pencuri ulung menyamar jadi germo yang mencari
wanita-wanita. Sudah bukan rahasia lagi kalau ketua partai Jiu Qi mencari wanita cantik di seluruh jagad untuk diperiksa wajahnya. Jika sudah benar adalah mirip Yuan Xufen, maka mereka akan membawanya untuk "disimpan". Tidak ada yang tahu bahwa sudah berapa wanita yang mereka "simpan". Disini memang ada hal yang sangat aneh, sebab entah apa tujuan dari mereka, yang jelas tentunya
sudah tidak baik.
Pria yang berwajah Xia Jieji segera mengangkat tangannya tinggi. Lantas
pengawal dari belakangnya segera maju. Mereka mempersembahkan cukup
banyak uang emas kepadanya.
"Kau sudah boleh pergi..." tuturnya kemudian.
Tetapi pencuri ulung segera berkata kepadanya.
"Nona ini meski mirip dengan wanita di lukisan anda. Tetapi sayangnya...
Sayangnya...."
"Sayangnya apa?" tanya seorang pemuda paruh baya dengan suara kasar yang berada di samping kanannya orang berbaju besi. Dia adalah orang yang
berpenampakan sama dengan Yelu Xian.
"Sayangnya dia bisu..." tutur pencuri ulung dengan menunduk dan sepertinya sangat ketakutan.
"Apa katamu?"?"" tutur Yelu Xian yang seakan berwajah marah.
"Betul.. Dia bisu..." tutur pencuri ulung dengan wajah yang terlihat amat ketakutan sekali.
Sementara, "Jieji" palsu itu segera menengahi.
"Tidak mengapa... Bawa masuk saja sekalian dengan dia. Jika tidak cocok, maka baru saja bertindak."
Yelu Xian hanya mengangguk perlahan saja. Di sorot matanya memang masih
tampak kemarahan yang tidaklah sirna.
Lalu sambil ketakutan, pencuri ulung berjalan ke belakang dengan kepala
menunduk. Dan memang benar...
Sepertinya mereka segera keluar dari ruangan ini. Wisma Naga emas memang
bukan wisma yang kecil. Besarnya mungkin jauh lebih luas dari Wisma Sembilan
Keanehan di Wilayah barat kota Chengdu. Mereka berjalan cukup lama juga,
melewati gang pergang. Tetapi pengawal yang berpakaian emas yang jumlahnya
mungkin 20 orang lebih juga ikut mengawal "Yunying" ke arah yang dituju.
Wisma Naga Emas memang seperti istana para pangeran layaknya. Karena
berjalan beberapa tindak, lantas mereka bertemu dengan pengawal. Dan
berjalan beberapa tindak kemudian, mereka langsung ketemu dengan dayang.
Mungkin penghuni disini jumlahnya lebih dari ratusan orang.
Perlu waktu sekitar 1/2 jam kemudian, mereka akhirnya telah sampai. Di depan
ruangan sama sekali tidak terlihat pengawal yang berjaga. Dan ruangan pun
sepertinya terpisah dengan ruangan-ruangan lain yang saling
sambung-menyambung itu. Tempat ini meski dilihat dari luar sudah bisa
dipastikan sangat luas. Mungkin hanya ruangan ini saja sudah mencapai lebar
100 kaki lebih.
Dari dalam, sepertinya sudah ada manusia yang menunggu. Dia hanya
memanggil pelan.
"Masuk saja..."
Mendengar tuturan seorang pemuda. Para pengawal segera membukakan pintu
yang cukup luas dan tinggi. Bersamaan dengan terbukanya pintu, 20 pengawal
segera mengawal mereka berdua masuk.
Disini, yang heran tiada lain adalah ketiga orang yaitu si baju besi, "Xia Jieji" dan Yelu Xian malah tidak menampakkan diri.
Lantas pencuri ulung sambil menyorot ke depan bisa melihat jelas. Sebuah
bayangan memang terpampang di tirai yang cukup tebal. Dan kemungkinan
besar orang ini adalah seorang pria karena mendengar suaranya yang bukan
seakan-akan dibuat.
Pencuri ulung adalah orang yang sangat jago mendengar suara setiap orang,
dan kemudian dia berusaha untuk menirunya. Bagaimanapun dia tahu bahwa
orang di depannya memang sedang "mengganti" suara. Tetapi dari nadanya memang dia adalah pria.
"Kau mengatakan bahwa wanita ini adalah bisu?" tanyanya kemudian kepada pencuri ulung.
Mendapat pertanyaan seperti ini tentu membuatnya terkejut. Bagaimana mungkin
pria ini bisa tahu percakapan dia dengan "Xia Jieji" tadinya. Lantas dengan berkeringat dingin, dia menjawab.
"Betul.. Meski dia adalah seorang wanita bisu. Tetapi katanya dia cukup mirip dengan gadis yang kita cari." tutur suara itu kembali.
"Benar sekali. Oleh karena itu, disini aku hanya ingin menerjemahkan apa
kata-kata wanita ini..." tutur pencuri ulung kembali.
"Apakah kau sehat-sehat saja wanita cantik?" tanya suara dari balik tirai itu.
Yunying tentu tahu bahwa suara pria ini sedang menyapanya. Lantas dia
menganggukkan kepalanya perlahan. Tetapi dia arahkan mukanya ke germo dan
bukannya ke arah tirai.
"Dia berkata dia baik-baik saja..." tutur germo alias pencuri ulung untuk menerjemahkan sikap wanita ini.
"Dia tidak ada masalah dengan kesehatannya?" tanya suara dari balik tirai.
"Tidak ada... Dia betul sangat sehat..." jawab pencuri ulung karena melihat gaya tangan wanita tembem.
"Kalau begitu...
Pengawal!!! Tangkap kedua orang ini............"
teriaknya dengan keras dan seakan dari nadanya terasa kemarahan yang tinggi
sekali. Adalah pencuri ulung sangat terkejut. Lantas dengan gaya penasaran, dia
menanyai pria yang di balik tirai.
"Kenapa" Kenapa kita harus ditangkap?"
"Ha Ha... Kau bisa menipu banyak orang. Bagaimana kau bisa menipu diriku" Adik
seperguruan?"
tutur suara itu kembali dan terdengar dia masih tertawa terbahak-bahak.
Para pengawal sudah beranjak mendekati mereka berdua sambil menyiapkan
golok. Pencuri ulung memang tidak habis pikir, kenapa penyamarannya bisa
terbongkar. Sesaat, dia terkejut kemudian. Dia sudah tahu kenapa tadinya orang
itu menanyai kesehatan wanita berpipi tembem.
"Seharusnya kau tahu. Orang yang menyimpan tenaga dalamnya akan terasa
lebih lemah gerakannya dari orang biasa. Ketika kutanyai wanita ini sehat atau
tidak, kenapa dia bisa menjawab bahwa dia baik-baik saja?" tanyanya ke arah pencuri ulung.
"Hm... Kau pikir bisa menangkap diriku?" tutur pencuri ulung sambil tersenyum
kepadanya. Kali ini dia sudah membuka topeng kulit pria paruh baya yang sudah
melekat di wajahnya. Sekarang, wajahnya yang terpampang tiada lain adalah Lie
Hui, wanita cantik.
Sedangkan pemuda yang di balik tirai segera maju sambil menyingkap tirai itu.
Sudah terlihat disini adalah seorang pemuda paruh baya. Di wajahnya terhias
kumis dan jenggot yang cukup lebat. Pencuri ulung tentu mengenal orang ini
dengan baik dan tiada lain dia memang adalah Ketua partai Jiu Qi.
"Kau memang tidak mudah ditangkap mengingat kau memiliki banyak tipu
muslihatnya. Tetapi gadis ini tentu mudah saja bagiku untuk menangkapnya."
tutur pemuda yang tiada lain adalah ketua partai Jiu Qi.
Yang anehnya sekarang, dari balik tirai kembali muncul 2 orang. Dua orang yang
tadinya memang sudah berada di ruangan sebelumnya. Kedua orang ini adalah
Xia Jieji serta Yelu Xian.
"Jadi kau sudah tahu sejak awal kakak seperguruan" Eh.. Tepatnya putra kaisar dari Tang akhir, Lie Fei." tutur pencuri ulung sambil tersenyum sinis ke arah ketua partai Jiu Qi.
(Kaisar terakhir dari Dinasti Tang akhir(Later Tang) adalah Li Zhu yang bergelar kaisar Ai Di. Kaisar Ai Di digosipkan teracun tewas akibat perbuatan Zhu Wen
atau leluhur dari Zhu Xiang dari Dinasti Liang akhir.
Tetapi Ai Di memang tidak tewas, karena semenjak hari yang mengabarkan
dirinya telah tewas diracuni oleh Zhu Wen. Tetapi malah Ai Di bersembunyi di


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hutan misteri Mongolia kuno. Terakhir, dia kalah dalam pertarungan hebatnya
dengan Xia Jieji yang harus di bayarnya dengan nyawa)
Mendengar tuturan adik seperguruannya, orang yang memakai baju besi segera
tertawa besar. Suaranya yang keras membuktikan bahwa tenaga dalamnya
memang sangat tinggi sekali. Dan ruangan tempatnya berada sempat terlihat
bergetar sebentar.
"Adik seperguruan...
Dahulu, guru hanya menurunkan 3 ilmu keanehan kepadaku. Tetapi kamu justru
dituruni sampai 8 keanehan. Ini membuktikan bahwa memang guru lebih
menyayangi dirimu dari pada diriku. Sekarang, aku sudah menguasai kesembilan
dari keanehan itu sendiri. Lantas, kamu benar sudah tidak berguna untukku..."
Tutur ketua partai Jiu Qi, tetapi dia bertindak aneh kembali. Dia menutup
wajahnya kembali dengan tutup kepala besi kemudian.
Partai Jiu Qi (sembilan keanehan) memiliki 9 kemampuan khusus. Kesemuanya
kemampuan khusus itu tiada lain adalah mencakup kungfu, sastra, militer,
penyamaran, kecepatan, tipu-muslihat, kemampuan berkarya, Menciptakan
senjata, dan sifat dermawan. Disebut 9 keanehan karena di antara kesemua
kemampuan adalah tiada wajarnya jika diteliti oleh orang lain. Tetapi
kesemuanya justru adalah keahlian yang wajib dimiliki oleh "Ketua" partai Jiu Qi.
Siapa yang memiliki kemampuan yang terbanyak maka dia-lah orang yang
berhak menjadi ketua di partai.
Setelah dipikir-pikir, malah Partai ini memang sungguh "aneh".
"Kakak seperguruan...
Sebenarnya partai Jiu Qi dibangun di saat kekacauan yang bersilih ganti di China daratan. Tugas utama partai Jiu Qi sangat mulia yaitu membantu "Naga sejati"
membangun negara. Tetapi, setelah dirimu menjabat. Kau telah mengganti 2 di
antara 9 keanehan itu. Kau adalah murid yang laknat, lantas berdasarkan apa
kau bisa mengajakku berdebat tentang hal partai?"
"Apa maksudmu?" tutur si Baju besi yang terlihat cukup marah dari nada suaranya.
"Kau telah mengganti dua yaitu Kungfu dan sastra..."
"Kungfu dan sastra?" tanya baju besi kembali.
"Betul... Kungfu kau ganti menjadi gemar paras elok. Dan sastra kau ganti menjadi
perampokan dan pemerkosaan. Lantas disini apa pantas kau berbicara tentang
partai dan perguruan kita?" tutur Pencuri ulung dengan nada yang sangat sinis ke arahnya.
Mendengar perkataan pencuri ulung, sebenarnya terlihat betapa marahnya ketua
partai Jiu Qi ini. Dia ingin sekali menghabisi adik seperguruannya yang telah
sangat lancang.
Lantas kemudian dia kembali bertutur.
"Kau mengatakan kemampuan kungfu telah kuubah, dengan begitu berarti
bahwa kungfu-mu sudah sangat tinggi dan mengatakan kalau kungfu-ku tiada
apa-apanya. Bukan begitu adik seperguruan?"
"Betul.. Itulah maksudku..." tutur pencuri ulung dengan tertawa.
Tetapi dengan gaya tertawanya, sepertinya sesuatu benda telah terlepas dari
bajunya. Dengan segera, Ketua partai Jiu Qi yang bernama Lie Fei berteriak.
"Awas!!! Itu bom asap!!!"
Tentu saja ketua ini bersikap sangat waspada. Mengingat jika saja bom asap
ditaburi racun, maka cukup gawat juga kesemua orang di dalam ruangan ini.
Dengan sangat cepat, dia kemudian menghancurkan atap dari ruangan itu.
Sementara, kesemua orang sepertinya cukup panik. Tentu-nya terkecuali 3
orang lainnya yaitu Lie Fei, "Xia Jieji" dan Yelu Xian.
Sepertinya ketiga orang ini segera menerjang lewat atap dengan ilmu yang
sangat tinggi. Dengan sesegera, ketiganya sudah berada di atas atap. Dan ketiganya seperti
sedang menyapu seluruh empat penjuru dengan mata mereka masing-masing.
"Itu dia...."
teriak "Xia Jieji" palsu dengan menunjuk.
Lantas Lie Fei, ketua partai Jiu Qi dan Yelu Xian sempat menengok ke arah yang
ditunjuk. Kelihatan 3 orang sedang berlari dengan ringan tubuh. Yang aneh bagi
mereka adalah orang terakhir yang lari belakangan. Adalah seorang pemuda
yang berpakaian keemasan dengan memegang golok di tangan. Sepertinya
pemuda ini juga menyamar menjadi salah seorang "anggota" mereka.
"Mereka rupanya terdiri dari 3 orang...." tutur Lie Fei dengan baju besi berat yang masih tetap dipakainya.
"Terjang!!!" teriak Yelu Xian dengan segera.
Ketiga orang dari atap segera turun dan maju ke depan dengan ilmu ringan tubuh
yang tidak kalah tingginya dari mereka bertiga.
Pengejaran pun sudah dilakukan oleh ketiganya. Adalah di satu sudut dari
Wisma ini. Terlihat di depan adalah terdapat pagoda pemujaan yang sungguh
sangat luas adanya. Tetapi di belakang pagoda sepertinya telah menunggu
seseorang. Dia berdiri dengan sangat agung sambil menantikan ketiga orang
yang kabur itu menuju ke tempatnya.
"Di depan terdapat hawa yang sangat dahsyat...." tutur pemuda berpakaian emas dan memegang golok dalam keadaan berlari kencang. Tiada lain tentunya
pemuda ini adalah Xia Jieji asli adanya. Dia sudah sejak awal berada di ruangan.
Dengan sedikit penyamaran sebagai pengawal partai, sebenarnya dia juga ikut
dalam aksi yang dipimpin pencuri ulung kali ini.
Kedua orang temannya segera berhenti saja karena bukan Jieji seorang saja
yang merasakan adanya keanehan di depan. Mereka berdua tahu, kali ini tentu
kesemuanya harus diselesaikan lewat pertarungan.
Jieji sudah merasakan bahwa hawa di depan itu yang masih berjarak sekitar 1/2
li bukan hawa manusia sembarangan. Lawan terhebat yang pernah ditemuinya
tentu adalah Yue Liangxu. Tetapi Yue tidak pernah sekalipun menggunakan
semua kemampuannya ketika mereka bertarung.
Namun, orang di depan ini sungguh berbeda. Dari jauh saja, mereka bertiga
memang sudah merasakan bahwa lawan di depan bukan orang yang mudah
dihadapi. "Pendekar di depan... Tunjukkanlah dirimu...." tutur Pencuri ulung sambil menggunakan tenaga dalam tinggi untuk memanggil ke arah pagoda.
Sementara itu, ketiga pengejar juga sudah sampai. Ketiganya berdiri mentereng
menghadap ke arah Jieji bertiga. Jarak mereka terpaut juga tidak begitu jauh
paling 30 kaki saja.
Dengan tanpa bersuara diikuti angin santai yang berhembus. Seseorang sudah
sampai juga disana. Sekarang terlihat 3 orang di belakang, dan 1 orang di depan sudah menantikan.
Adalah Jieji dan Yunying yang cukup merasa terkejut melihat pemandangan di
depan mereka. Seorang tua berdiri dengan rambut terurai memutih. Wajahnya
sekilas terlihat agung. Dia memegang tongkat di sebelah kiri tangannya dan di
sebelah tangan kanan sepertinya memegang sebuah bola kristal. Matanya
bersorotkan sebuah sinar memerah sarat dengan pembunuhan.
"Tetua.... Mereka bertiga adalah penyusup... Entah apa tujuannya, tetapi wanita berpakaian ungu itu adalah adik seperguruanku..." tutur si baju besi sambil memberi hormat ke depan.
Orang tua ini tersenyum mengangguk saja. Lantas tidak berapa lama, dia
berkata. "Apa tujuan kalian bertiga kemari?"
"Kami hanya datang untuk meminjam kakus. Setelah selesai, kita bertiga akan meninggalkan tempat ini. Apa ada yang aneh?" tutur Lie Hui alias pencuri ulung.
"Kakus" Bukankah kakus ada di belakang rumah" Kenapa kalian malah beranjak ke depan?" tutur orang tua ini yang sempat bergaya cukup aneh. Dia
mengerutkan alisnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Sebenarnya tindakan orang tua ini memang terasa sangat aneh betul. Hanya Jieji
yang mengerti apa maksud perkataannya. Dia berkata kepada kedua temannya
dengan pelan. "Orang tua ini bukan orang sembarangan. Hawa di tubuhnya juga mengandung
hawa pemusnah raga.."
Jieji tahu benar. Dahulu ketika dia bertarung hebat melawan Li Zhu di hutan
misteri mongolia. Dia juga merasakan hawa yang sama antara orang tua ini
dengan Li Zhu, Kaisar Ai Di dari Dinasti Tang.
Terlihat Yunying dan Lie Hui mengangguk perlahan saja. Lantas Lie Hui dengan
berani menjawab kepada orang tua.
"Di belakang kakus itu sudah dipakai oleh ketiga teman kita di belakang ini.
Sekarang setelah membuang hajat, lantas kita ingin meninggalkan tempat."
"Oh" Jadi begitu?" tutur orang tua ini. Lantas dia mengayunkan tangannya pelan ke depan. Tetapi...
Berbareng ayunan dan lambaian tangannya ke depan. Segera muncul hawa luar
biasa dahsyat berwarna unguh kehitaman yang sangat kencang mengancam Lie
Hui. Tentu Jieji dan Yunying segera terkejut luar biasa.
Adalah Jieji sangat tanggap adanya, dengan mengayun tangannya juga. Hawa
yang datang secepat kilat itu telah buyar. Dan alhasil, hawa pembuyaran itu
segera meretakkan tanah di sekitar mereka radius 30 kaki lebih.
"Hebat anak muda.... Jurus 18 telapak naga mendekam milik Pei Nanyang alias Zeng Qianhao betul jurus hebat." tutur orang tua ini sambil tersenyum ke arah Jieji.
Jieji memandang lurus ke depan. Dia merasakan hawa energi yang telah
membuat tangannya kesemutan itu memang dahsyat sekali. Ini adalah cara
menyerang dari Ilmu pemusnah raga. Dan kemampuan orang tua ini jelas tidak di
bawah Li Zhu pikirnya.
Tadinya Jieji menggunakan jurus ketujuh dari Ilmu 18 telapak naga mendekam.
Dia memindahkan energi dahsyat itu ke tanah dan mengakibatkan tanah sudah
retak hebat sekali.
"Tetapi jurus tingkat kedua pemusnah raga anda juga tidak kalah hebatnya..."
tutur Jieji membalas dirinya tentu sambil tersenyum.
Orang tua ini tertawa terbahak-bahak. Lantas dia mengatakan.
"Tidak disangka ketua partai pengemis, Yuan Jielung juga berada disini. Ini akan menjadi sebuah pertarungan yang sungguh mengasyikkan..."
Orang tua mengira Jieji adalah Yuan Jielung adanya. Tentu perkiraan orang tua
membuat Jieji tidak kalah senangnya. Tetapi dia tidak menunjukkan kesenangan
di hatinya itu. Tentu lebih bagus orang mengiranya adalah Yuan Jielung
ketimbang orang tahu dia adalah Xia Jieji sendiri menurut pemuda ini.
"Kita kepung mereka semua, aku ingin tahu seorang Yuan Jielung bisa berbuat apa?" tutur "Xia Jieji" palsu itu sambil menunjuk ke depan.
"Kau pergi dahulu... Aku akan melindungimu..." tutur Jieji pelan kepada Lie Hui alias pencuri ulung. Jieji tahu bahwa dia adalah yang paling lemah diantara
mereka bertiga.
"Tetapi......" tutur pencuri ulung sambil mengerutkan alis.
"Kita berdua tidak akan ada apa-apanya disini... Tenang saja..." tutur pemuda kembali.
Yunying mengiyakan dengan mengangguk kepalanya perlahan.
Memang benar, pencuri ulung segera melepaskan bom asap sekali ini lagi.
Dengan bersamaan dengan bom asap. Ketiga orang di belakang dan seorang
kakek di depan terlihat mundur 10 langkah. Pencuri ulung dengan ilmu
meringankan tubuh hebat, segera beranjak ke samping.
Tetapi... Jieji merasakan sebuah hawa yang dahsyat yang segera mengikuti pergerakan
Lie Hui itu. Dengan tidak ayal, dia segera melayang secepat kilat juga untuk
melindunginya. Sementara itu, ketiga orang yang tadinya di belakang sepertinya juga mengejar
seorang Lie Hui yang ingin kabur.
Ketiganya merasakan hal yang sama yaitu sebuah energi seakan meninggalkan
tempat dari tanah tempatnya berpijak.
Dengan teriakan hebat, Jieji segera memutar lengan kananya setelah merasakan
hawa hebat itu berada di sampingnya.
Orang tua tidak mengejarnya. Tetapi dia merapal sebuah jurus penyerangan
jarak jauh untuk "melumpuhkan" pencuri ulung yang mencoba kabur.
Dengan gerakan sangat cepat dan kuat, gelombang energi yang menyerang itu
segera dipentalkan ke arah penyerangnya. Dan sesaat kemudian, terdengar
ledakan dahsyat.
Karena kepulan asap masih hebat, tidak ada yang tahu suara ledakan itu terjadi
karena hal apa.
Namun dari arah belakang punggung, Jieji sudah merasakan tiga buah tapak
yang segera di arahkan ke sasarannya. Memang benar kali ini cukup gawat bagi
pemuda. Karena baru saja dia mengeliminasi energi kakek tua. Ketiga orang
lainnya sudah menyerangnya secara dahsyat.
Sungguh sangat kontras sekali. Asap memang sudah menyebar kemana-mana.
Dan di tempat lapangan luas itu tidak ada orang yang bisa melihat satu sama
Pendekar Remaja 6 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Istana Yang Suram 9

Cari Blog Ini