Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D Bagian 8
yang memenuhi sekeliling penutup peti mati itu sehingga
muncul sebuah celah.
Liem Kian Hoo tidak berani berayal lagi, ia segera kerja
keras membuka penutup peti mati itu.
Sesosok bayangan berwarna abu abu melayang masuk
kedalam ruangan, sebuah serangan segera dilepaskan
menghajar Liem Kian Hoo.
Ong Bwee Chi yang ada disisi sianak muda itu segera
bekerja cepat, pisau belati yang berada dalam genggamannya
segera dibabat mengancam jari jari tangan bayangan
berwarua abu abu itu.
Gerak gerik tigra orang itu diltakukan dengan kqecepatan
laksanra kilat, bahkan boleh dikatakan dalam waktu yang
bersrmaan, kilatan cahaya tajam dari pisau belati Ong Bwee
Chi bergerak lebih duluan, dengan telak ia berhasil membabat
jari tangan orang itu.
"Traaaang !" terdengar suara bentrokan nyaring, ternyata
jari tangan orang itu keras bagaikan baja, bukan saja tidak
berhasil disampok sampai terpental kebelakang.
Namun dengan adanya hadangan ini maka serangan yang
dilancarkan orang itupun jadi rada terlambat.
Liem Kian Hoo kerahkan tenaganya mengangkat penutup
peti mati yang terbuat dari kaca itu lalu mendorongnya
kesamping. Menyaksikan peti mati itu sudah terbuka, kakek berbaju
abu-abu itu depak depakkan kakinya keatas tanah dan
menghela napas panjang.
"Habis ! habislah sudah jerih payah loohu selama banyak
tahun telah hancur berantakan dalam sedetik oleh kalian dua
orang angkatan muda yang tahu diri !".
Pada Kesempatan itulah Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi
baru sempat melihat jelas wajah kakek tua itu mereka
saksikan kakek tua yang berdiri dihadapan mereka saat ini
berwajah penuh welas kasih, perduli ditinjau dari sudut
manapun ia tidak mirip dengan seorang manusia keji yang
berhati telengas dan suka berbuat ganas.
Sepasang mata kakek berbaju abu abu itu mengawasi gadis
cantik yang ada didalam peti mati itu dengan sinar
mendelong, lama sekali tiba-tiba ia mengucurkan air mata dan
bergumam seorang diri:
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau tenaga dalam
yang dimiliki kedua orang bocah cilik itu demikian sempurna,
sungguh tak kuduga kalau mereka bisa menghancurkan peti
mati kaca yang kubuat dengan susah payah dan membuang
banyak waktu dan tenaga, Aaaaai ! kesemuanya adalah
salahku mengapa terlalu memandang rendah kekuatan
mereka !".
Liem Kian Hoo tidak mengerti apa sebabnya sitakek tua itu
bisa begitu bersedih hati, namun ketika ia teringat akan
perbuatan perbuatan terkutuknya yang mengerikan serta
mendirikan bulu roma itu, hawa gusarnya segera berkobar
kembali. "Ciiisss ! hey, bajingan tua, apakah kau she-Ban !"
hardiknya keras-keras.
"Loohu Ban Sioe Sim !" jawab kakek berbaju abu abu itu
dengan nada gusar pula, "pelbagai tokoh sakti kenamaan dari
dunia persilatan akan bersikap menghormat apabila berjumpa
dengan loohu, kau keparat cilik berani benar bersikap
kurangajar kepadaku !".
Tiba-tiba Liem Kian Hoo tertawa.
"Ditinjau dari perbuatan-perbuatanmu yang terkutuk,
mengapa aku harus bersikap sungkan kepada kau bajingan
tua ?" jengeknya.
"Keparat cilik yang tak tahu diri ! apabila mengikuti tabiat
loohu diwaktu lampau, apabila tidak kuhancur lumatkan
tubuhmu. aku bersumpah tidak akan jadi manusia !" teriak
Ban Sioe Sim semakin gusar.
Liem Kian Hoo pun tertawa dingin semakin sinis.
"Bajingan tua !" teriaknya, "Dengan perbuatanmu yang
begitu keji dan telengas pada saat ini, aku rasa tidak jauh
lebih bagus dari pada perbuatanmu pada masa silam !".
"Keparat cilik kau menuduh aku berhati kejam dan berbuat
telengas, dengan dasar bukti apakah kau menuduh aku yang
bukan bukan ?".
"Apa gunanya kuterangkan kembali " sejak aku masuk
kedalam ruang batu ini, apa yang kulihat, apa yang kujumpai
semuanya merupakan peristiwa berdarah yang sangat
mengerikan sehingga mendirikan bulu roma..."
"Hmmm ! kau maksudkan tentang Tan Loo toa beserta
putrinya ?".
"Mereka cuma salah satu bagian belaka, di dalam gentong
gentong besar itu kau simpan potongan tangan serta
potongan kaki dalam jumlah banyak, entah sudah berapa
puluh orang yang telah kau bunuh " sudah berapa banyak
manusia yang kau celakai ?".
"Hmmm ! Hmmm ! keparat cilik, apa yang kau pahami "
kentut busuk !" maki Ban Sioe Sim sambil menahan hawa
gusarnya. "Berhubung Tan Loo toa berhasibl menolong aku duntuk
menangkapakan seekor ularb raksasa berusia seratus tahun,
maka akupun ingin membalas kebaikan mereka dengan
memperpanjang usia mereka berdua, Darah A-Kim sudah
mengandung racun ular, maka sengaja aku membiarkan darah
kotornya dihisap oleh kelelawar putih itu sehingga ia bebas
dari kematian, sedangkan Tan-Loo-toa menderita sakit
jantung lain yang lebih sempurna.".
"Omong kosong." teriak Kian Hoo keras-keras.
"Dengan kemampuan yang loohu miliki, apakah berbuat
begitupun tidak mampu ?" maki Ban Sioe Sim dengan mata
melotot. Liem Kian Hoo tertegun. setelah ragu-ragu sesaat ia baru
berkata: "Walaupun secara dipaksakan kau bisa menghindarkan diri
dari tuduhan dua kejahatan tersebut, lalu bagaimana pula
alasanmu tentang anggota-anggota badan yang ada didalam
gentong ?"
"Hmmm ! mau percaya atau tidak terserah pada dirimu
sendiri, anggota anggota badan itu aku potong dari tubuh
mayat-mayat yang sudah tak bernyawa, Loohu berusaha
untuk menjaga keutuhan serta kesegaran benda tadi agar bisa
digunakan untuk menolong orang bilamana diperlukan !".
Dalam hati Liem Kian Hoo tidak pcrcaya, namun ia tidak
berhasil menemukan alasan yang tepat untuk membantah
ucapannya itu, sebab ia pernah menyaksikan keadaan dari Loo
Sian Khek maka terhadap kemampuan dari siorang tua itu ia
tak berani menyangsikan.
Setelah berpikir sebentar, ia berkata kembali: "Lalu mayat
hidup yang barusan kau utus untuk menyerang kami, sedikit
banyak tentu merupakan korban yang barusan kau bunuh
bukan ?". Dengan menggeleng cepat Ban Sioe Sim menggeleng.
"Selama dua puluh tahun Loohu belum pernah
membinasakan seorang manusia hiduppun, batok kepala itu
aku dapatkan sebagai hadiah dari seorang sahabat yang
memberikan kepadaku !"
"Siapakah sahabatmu itu ?" tanya sang anak muda dengan
hati rada bergerak.
"Keparat cilik, kau suka benar mencampuri urusan orang
lain, apakah nama sahabatku itupun harus kuberitahukan
kepadamu ?".
"Asalkan kau suka mengatakan sbiapakah sahabatdmu itu,
dan apaa sebabnya ia mebmbunuh Loo Sian Lhek maka aku
akan segera dapat memastikan apakah kau seorang manusia
lurus atau kah seorang manusia sesat !".
"Sepanjang hidup loohu berbuat dan bekerja yang kucari
hanyalah ketenteraman hati, aku tidak akan memperdulikan
orang menilai aku seorang manusia lurus atau seorang
manusia sesat!".
"Apabila dalam hatimu tiada setan, mengapa tidak berani
kau utarakan semua perbuatan-perbuatanmu kepada orang
lain !". "Hmmm ! orang itu tidak lebih hanyalah seorang sahabat
karibku yang sudah terjalin puluhan tahun lamanya, kedua
belah pihak ada niat untuk bersahabat namun tidak
membicarakan soal nama, Orang itu mendatangi ketempat
tinggal loohu bersama seorang perempuan disamping
mohonkan pengobatan buat perempuan itu diapun membawa
serta batok kepala ini, katanya dia adalah seorang penghianat
yang tidak setia dan tidak jujur.".
"Aaaaah ! Kalau begitu ayahku benar-benar sudah datang
kemari, sekarang ia berada di mana ?" seru Kian Hoo tak
kuasa lagi. "Siapakah ayahmu " kau maksudkan Giok-Bin-Lang-Koan ?"
tanya Ban Sioe Sim dengan wajah berubah.
Liem Kian Hoo berdiri tertegun.
"Ayahku adalah Liem Koei Lin, beliau membawa Toan Kiem
Hoa Toan loocianpwee dari wilayah Biauw sengaja datang
kemari untuk mengobati racun Hua Kut Sang yang bersarang
ditubuhnya, aku tidak tahu kalau dia orang tua punya gelar
Giok Bin Lang Koen !".
Dengan seksama Ban Sioe Sim mengawasi si anak muda itu
dari atas hingga kebawah, kemudian baru berteriak dengan
nada tercengang:
"Kalau dipandang dari potongan wajahmu, ada beberapa
bagian kau memang mirip dengan sahabat karibku itu, hanya
saja sewaktu aku bersahabat dengan Giok Bin Lang Koen
tempo dulu, aku sama sekali tidak tahu kalau ia bernama Liem
Koei Lin !".
"Seandainya perempuan yang kau obati adalah Toan
cianpwec, maka orang yang bernama Giok Bin Lang Koen
pastilah ayahku !".
" Hmm ! Giok Bin Lang Koen bisa mempunyai seorang
putra yang demikian baik seperti kau. kejadian ini bernarbenar
meruptakan suatu periqstiwa yang paturt dibanggakan
!". Dari perubahan air muka siorang tua itu, Kian Hoo sadar
bahwa Ban Sioe Sim masih menaruh amarah terhadap dirinya,
buru-buru dengan sikap menghormat ia berkata.
"Siauw-tit tidak tahu kalau empek Ban andalan sahabat
karib ayahku, harap empek suka memaafkan semua
perbuatan perbuatan siauw-tit yang lancang dan kurang
hormat itu !".
"Hmm! kau masih mencurigai aku adalah seorang manusia
yang berhati keji serta seorang manusia yang suka berbuat
pekerjaan telengas, sadis dan buas ?".
"Dengan perbuatan Loo-pek selama ini, bilamana tidak
diberi penjelasan yang seksama, dalam hati Siauw-tit benarbenar
masih kebingungan dan tidak habis mengerti !".
Air muka Ban Siu Sim berubah hebat, setengah harian
kemudian ia baru menghela napas panjang.
" Aaaaai... sudah, sudahlah ! dengan ayahmu kau memang
sepasang manusia yang punya watak sama, Tempo dulu
sewaktu ia bertemu dengan aku untuk pertama kalinya, iapun
pernah menaruh salah paham terhadap tingkah laku serta
perbuatanku bahkan ada maksud untuk membinasakan diriku
dari muka bumi, Namun setelah kuberi penjelasan yang
panjang lebar akhirnya ia bisa mengerti juga akan tabiatku
yang sebenarnya.
Sungguh tak disangka puluhan tahun kemudian putranya
kembali mencari gara-gara kepadaku dengan alasan yang
sama ! bocah keparat, kau ingin aku berbuat bagaimana
sehingga kau bisa percaya kalau aku bukan seorang manusia
yang gemar membunuh manusia?".
Liem Kian Hoo dibikin serba salah oleh pertanyaan itu,
untung Ong Bwee Chi yang beradu di sisinya segera
memperingatkan:
"Liem-heng ! buat apa kau bingung-bingung putar otak "
asal kau bertemu dengan ayahmu, bukankah semua persoalan
bisa dibikin jelas ?"
Mendengar ucapan itu Liem Kian Hoo buka mulut hendak
bicara, namun Ban Sioe Siem telah keburu menghela napas.
" Aaaaai... apabila kalian ingin berbuat demikian baru
percaya, maka loohu akan penasaran terus..." keluhnya.
"Bagamana " apakah ayahku telah pergi " kemana ia pergi
?". "Ditempat tinggal loohu sini banyak tersedia pelbagai
macam bahan obat-obatan, namun bahan-bahan obat
tersebut tak sebuahpun yang bisa digunakan untuk
memunahkan racun Hua Kut Sang tersebut, maka untuk
mengumpulkan bahan obat itu Giok-Bin-Lang-Koen harus
berangkat sendiri kepuncak gunung Kun Lun untuk mencari
teratai salju Peng San Soat Lian".
"Bagaimana dengan Toan cianpwee ?" tanya sianak muda
terperanjat. Ban Sioe Sim tertawa.
"Toan Kiem Hoa kurang leluasa dalam gerak geriknya,
maka untuk sementara waktu ia berdiam ditempatku ini, entah
kesulitan yang sedang ia hadapi apakah sudah mendapatkan
penyelesaian sebagaimana mestinya ?".
Liem Kian Hoo jadi tersipu-sipu.
"Hubungan Toan cianpwee dengan Siauw-tit bukan
hubungan sembarangan, lagi pula siauw tit merasa amat
kuatir akan jejak ayahku, maka Siauw tit berharap bisa
bertemu dengan dirinya agar Siauw tit bisa menanyakan
sendiri keadaan dari ayahku...".
"Haaa... haaa... haaa.... bicara pulang pergi, agaknya kau
masih belum mempercayai loohu seratus persen, namun pada
saat ini Toan Kiem Hoa sedang beristirahat apabila kau ingin
bertemu dengan dirinya maka tunggulah empat jam lagi,
seandainya kau masih bdum mempercayai juga akan ucapan
loohu ini, maka terpaksa loohu akan biarkan kalian mengorek
keluar hatiku untuk diperiksa apakah aku bohong atau tidak."
Rasa permusuhan yang menyelimuti dalam hati Kian Hoo
terhadap Ban Sioe Sim, saat itu sudah lenyap sama sekali,
buru-buru dengan wajah menyesal ia berkata:
" Apabila empek sahabat karib dari ayahku tentu saja Siauw
tit tiada alasan sama sekali untuk mencurigai tindak tanduk
empek.". " Loo Ya-cu punya ilmu pertabiban yang sangat lihay "
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambung Ong Bwee Chi dari samping sambil tertawa.
"Meskipun hatimu benar-benar dikorek keluar, peristiwa inipun
bukan suatu hal yang tak mungkin terjadi.".
Ban Sioe Sim mendongak dan segera tertawa terbahak
bahak, seluruh rasa tidak senang hati dan permusuhan
tersapu lenyap tak berbekas dalam waktu singkat.
Dalam pada itu gadis cantik yang berbaring dalam peti mati
itu tiba-tiba mendengarkan suara rintihan, suara itu segera
mengejutkan semua orang dan sama sama berpaIing.
Tampaklah wajah yang semula pucat pasi perlahan-lahan
telah berubah jadi memerah, bulu mata yang panjang dan
hitampun mulai berkedip, napasnya berjalan semakin lancar.
Menyaksikan perubahan tersebut air muka Ban Sioe Sim
berubah hebat, buru-buru ia melancarkan sebuah totokan
kearah tiga gadis cantik itu serangan ini dilancarkan dengan
kekuatan besar.
Liem Kian Hoo jadi amat terperanjat buru-buru ia dorong
telapaknya menangkis serangan tersebut.
"Empek tua ! " teriaknya keras-keras. "Apa yang hendak
kau lakukan terhadap gadis cantik itu ?"
Ujung jari Ban Sioe Sim tajam bagaikan ja rum, dalam
bentrokan yang kemudian terjadi lengan Kian Hoo tertusuk
dan segera terluka, titik-titik darah segera mengucur keluar
membasahi dada gadis cantik dalam peti mati itu.
Namun dengan gerakan ini, serangan yang di lancarkan
Ban Sioe Sim pun segera terbendung.
Tiba tiba gadis cantik itu bangun duduk, sepasang matanya
yang jeli dipentangkan lebar-lebar, dari matanya yang jeli dan
indah terpancar cahaya yang mempesonakan hati manusia.
Ban Sioe Sim tarik tangannya ke belakang, sementara ia
hendak melancarkan serangan kembali tiba-tiba sinar matanya
terbentur dengan sinar mata gadis cantik itu, oleh bentrokan
ini ia berdiri tertegun dan tak sanggup meneruskan
serangannya lagi.
Mendadak gadis cantik itu tertawa ringan, suaranya merdu
bagaikan kicauan burung nuri, begitu nyaring dan merdu
hingga sangat menusuk pendengaran, diikuti sepasang
lengannya dipentangkan bagaikan seekor burung merpati
putih ia sudah meleset ketengah udara.
Ketika rambutnya yang hitam dan indah menawan itu
terbentur dengan atap ruang batu yang keras, segera
muncullah suatu tenaga kekuatan yang maha dahsyat.
"Buummmm!" dalam bentrokan tadi muncullah sebuah
lubang besar diatas langit langit ruang batu tadi, diikuti gadis
cantik itu berkelebat lewat, bayangan tubuhnya seketika
lenyap tak berbekas.
Peristiwa ini berlangsung dengan cepatnya dan didalam
waktu singkat, baik Liem Kian Hoo ma upun Ong Bwee Chi tak
bisa berbuat apa-apa kecuali memandang dengan mata
mendelong. " Aduh celaka... celaka..." keluh Ban Sioe Sim sambil
menghela napas berulang kali. "Keparat cilik, kau sudah
terbitkan bencana besar".
"Loo-pek. kapan siauw-tit telah menerbitkan bencana besar
" ". "Kau telah melepaskan seekor naga berbisa bagi umat
manusia dikolong langit.".
Liem Kian Hoo belum mengerti akan perkataan yang
dimaksudkan, ia hendak bertanya lebih jauh, namun dengan
wajah gelisah Ban Sioe Sim telah berseru kembali.
"Mari cepat cepat kita keluar dan periksa keadaan diluar,
semoga saja Hwie Thian Mo-li tersebut belum pergi terlalu
jauh, dengan pertaruh kan selembar jiwa tuaku, aku harus
berusaha untuk menangkapnya kembali agar jangan sampai
mendatangkan bencana bagi umat manusia..." Selesai berkata
ia segera loncat keluar dari gua di atas langit langit itu dan
meleset kedepan.
Liem Kian Hoo serta Ong Bwee rhi saling bertukar
pandangan sekejap, mereka masih belum tahu apa
sebenarnya yang telah terjadi, tetapi pada saat itulah dari luar
gua mereka dengar suara teriakan teriakan serta bentakan
bentakan keras berkumandang datang tiada hentinya, seakanakan
ditempat luar sedang berlangsung suatu pertarungan
yang maha sengit.
"Mari, cepat kita keluar, coba kita lihat apa yang telah
terjadi !" seru Ong Bwee Chi cepat-cepat.
Ia enjotkan badan keluar lewat lubang gua itu, Liem Kian
Hoo pun segera menyusul dari belakang.
Tampaklah ditengah kebun bunga yang datar dan luas,
suasana diliputi kegelapan, ditengah kegelapan mana
tampaklah cahaya putih berkelebat tiada hentinya kesana
kemari. Cahaya putih itu berasal dari Giok-Bei bunga bwee yang
tergantung didepan dada cantik itu buru-buru mereka maju
menghampiri terlihatlah gadis cantik itu sedang
melangsungkan pertempuran yang amat seru dengan tiga
sosok bayangan manusia.
Gerakan tubuhnya amat ringan dan indah menawan,
seakan-akan bidadari yang turun dari kayangan, ia menari dan
berputar dengan manisnya ditengah sorotan cahaya tajam,
membuat wajahnya kelihatan makin mempesonakan dan
makin menggiurkan.
Musuh yang sedang dihadapi gadis cantik itu bukan lain
adalah Ban Sioe Sim, seluruh rambut orang tua itu berdiri dan
menari tiada henti-nya, jari tangan berkelebat kesana kemari
berusaha mencari peluang untuk menusuk tubuh gadis itu,
seakan akan siorang tua itu hendak menghan curkan
tubuhnya yang indah menawan itu.
Dua orang yang membantu siorang tua she-Ban itu adalah
Loo Sian Khek yang berkepala pria berbadan wanita serta
seorang lelaki setengah baya berbaju hijau, gerak gerik
mereka kaku dan kasar, setiap tubrukan yang dilancarkan
seakap akan hendak mencekik gadis cantik itu hingga mati.
Perlahan tahan Liem Kian Hoo maju menghampiri kalangan
pertempuran tersebut, perhatian nya mulai tertarik oleh
pertarungan itu dan berdiri termangu-mangu.
"Hey keparat cilik !" bentak Ban Sioe Sim dengan suara
keras. "Ayoh cepat maju membantu kami, mungkin hanya kau
seorang yang bisa menguasahi dirinya !".
Liem Kian Hoo merasa sangsi dan ragu untuk turun tangan
atau tidak. Ia perhatikan gadis cantik itu putar lengannya sedemikian
rupa sehingga ujung bajunya beterbangan bagaikan kupu
kupu, Loo Sian Khek yang menerjang kemuka dengan kalap
seketika terhajar telak oleh serangannya sehingga tubuhnya
yang ke ras bagaikan baya itu hancur berantakan ke atas
tanah, disusul lelaki setengah baya berbaju hijen itupun
mengalami nasib yang sama seperti rekannya.
Dalam pada itu gadis cantik tadi meneruskan serangannya
mengancam dada Ban Sioe Sim oleh bentrokan sinar mata
gadis itu sang tabib berdiri tertegun, begitu tertegunnya
sampai ia lupa untuk menangkis datangnya ancaman tersebut.
Liem Kian Hoo tak berani berayal lagi menghadapi situasi
macam ini, ia membentak keras, sepasang telapaknya
didorong kemuka melancarkan sebuah serangan dahsyat.
Agaknya gadis cantik itu merasa amat jeri terhadap
serangannya, tanpa memperdulikan lagi diri Ban Sioe Sim ia
putar badan dan melarikan diri. Ditengah kegelapan yang
mencekam seluruh jagad, tampaklah cahaya putih yang
memancar ke luar dari Giok-Bie tersebut berkelebat ditengah
angkasa laksana bintang kejora, dinding bukit yang keras dan
tegak berdiri menjulang dihadapunnya diterjang begitu saja
sampai hancur, dalam sekejap mata ia sudah lenyap tak
berbekas. Air muka Ban Sioe Sim berubah jadi pucat pias bagaikan
mayat memandang lubang besar yang muncul diatas dinding
bukit dihadapannyaia berdiri termangu-mangu.
-oo0dw0oo- Jilid 13 LAMA SEKALI akhirnya ia depakkan kakinya keatas tanah
dan menghela napas panjang.
" Aaaai..... ! celaka ! celaka ! sepanjang hidup aku
mengabdikan diri kepada masyarakat selamanya aku berusaha
untuk menolong orang sebanyak-banyaknya, sungguh tak
nyana ketika aku menjelang tua, aku telah meninggalkan bibit
bencana buat umat manusia, keparat cilik, kau telan
mencelakai diriku, kaulah yang mengakibatkan kesemuanya ini
!". "Ban Loo-pek, sebenarnya apa yang telah terjadi ?" tanya
Kian Hoo masih belum mengerti juga.
Ban Sioe Sim menghela napas panjang tiada hentinya, ia
bergumam terus: "Celaka.... celaka...".
"Ban Loo-pek, apakah siauw tit telah melakukan suatu
kesalahan besar ?".
Mendadak Ban Sioe Sim naik pitam, maki-nya dengan
penuh kegusaran:
"Kesalahan yang kau lakukan terlalu besar keparat cilik
yang tak tahu diri, sebelum bertindak kau tak mau bertanya
jelas lebih dahulu, kau cuma tahu pura-pura berbuat bajik dan
berbuat baik, tapi kali ini perbuatanmu merupakan suatu
kesalahan yang amat besar karena perbuatan ini maka
beratus lembar jika bakal melayang, bahkan cara untuk
menolong keadaan inipun tak ada !"
Liem Kian Hoo jadi sangat tberperanjat begidtu takutnya
siaanak muda ini sabmpai tak ada ke beranian untuk buka
suara. "Ban Loo-pek " akhirnya Ong Bwee Chi lah yang berseru.
Dapatkah kau terangkan dahulu duduknya perkara ?".
Ban Sioe Sim menghela napas panjang, kemudian perlahan
lahan baru berkata:
"Dibicarakan pada saat inipun percuma sa ja, Hwee Thian
Mo~!i telah berhasil menyempurnakan ilmunya. Bukankah
kalian sudah lihat sendiri betapa lihaynya iblis perempuan itu "
tentu saja dalam peristiwa ini aku tak dapat melepaskan
sebagian dari pertanggungan jawab ini, tetapi siapa yang bisa
menduga kalau kalian bisa berbuat begitu ceroboh dan
gegabah ?".
"Loo-pek, gadis cantik dalam peti mati itu..." Seru Liem
Kian Hoo setengah terperanjat, setengah menyesal.
Sambil menggeleng Ban Sioe Sim menggeleng tiada
hentinya, lama sekali ia baru berkata.
"Perbuatan ini merupakan suatu percobaan yang paling
berbahaya selama hidupku, aaaai..,! sebenarnya percobaanku
ini sudah hampir berhasil, sungguh tak nyana semua jerih
payahku harus berantakan dalam waktu sedetik, mungkin
inilah yang dinamakan takdir, kau anggap dia adalah gadis
biasa ?". "Kecantikan wajah gadis itu luar biasa sekali..." Sela Liem
Kian Hou sambil berdiri termangu-mangu.
"Hmmm ! bukan saja kecantikan wajahnya luar biasa sekali,
bahkan seluruh bagian tubuhnya mempunyai keistimewaan
yang tiada duanya dikolong langit, seandainya ia tidak
berjumpa dengan aku maka gadis itu tak akan bisa hidup
sampai ini hari, Aaaai...".
"Ban Loo-pek, lebih baik terangkan dahulu duduknya
perkara sebenarnya apa yang telah terjadi ?".
Ban Sioe Sim termenung sejenak, akhirnya ia menceritakan
juga kisah yang mengejutkan dan mendebarkan hati itu.
Lima belas tahun berselang, sewaktu ia mencari bahan obat
sembari mengobati orang orang yang sakit, sampailah Ban
Sioeb Sim disebuah ddusun yang terpeancil dan miskinb, ia
diundang oleh seorang hartawan dalam dusun itu untuk
mengobati seorang bocah perempuan yang mengindap
penyakit aneh. Bocah perempuan itu baru berusia lima tahun dan
mempunyai paras muka yang cantik menarik serta amat
mempersonakan setiap orang, tetapi iapun mempunyai suatu
kejanggalan. Pada hari-hari biasa badannya lemah dan sakit-sakitan
tetapi suatu ketika apabila sakit kalapnya kambuh maka badan
yang lemah itu tiba-tiba berubah jadi kuat dan bertenaga
besar, berpuluh-puluh orang lelaki kekarpun tak sanggup
menahan tubuhnya, menanti penyakit itu lenyap dengan
sendirinya, tenaga ajaib dari tubuhnyapun lenyap dengan
sendirinya. Sewaktu Ban Sioe Sim diundang untuk mengobati penyakit
aneh tadi, kebetulan penyakit gila dari bocah perempuan itu
sedang kambuh, orang tuanya merantai tubuh bocah tadi
dengan sebuah rantai besi yang besar lagi kasar, dalam
rontaan tersebut beberapa buah rantai sebesar jari jempol itu
berhasil dipatahkan.
Tibanya Ban Sioe Sim disitu dengan cepat keadaan berhasil
dikuasai, mula-mula ia totok dahulu jalan darahnya agar gerak
gerik bocah perempuan tadi tak bisa berkutik, setelah itu ia
periksa denyutan nadinya.
Didalam pemeriksaan tersebut, ia temukan bocah
perempuan itu mempunyai bakat yang luar biasa sekali dan
lebih kuat dan tiada keduanya dikolong langit, denyutan
jantungnya lebih keras lima enam kali lipat dari pada manusia
biasa bahkan mempunyai pula suatu ciri khas yang istimewa,
yaitu sewaktu penyakitnya sedang kambuh, peredaran
darahnya ternyata berlawanan daripada peredaran darah
manusia biasa. Keanehan yang muncul ditubuh gadis cilik ini hampir boleh
dikata sudah memeras hampir seluruh kepandaian pertabiban
yang ia kuasai, hal ini menimbulkan rasa gembira dan
tertariknya untuk menyelidiki gejala aneh itu lebih jauh.
Maka diberilah obat penenang buat mententeramkan bocah
perempuan tadi, menanti malam hari sudah tiba, diam-diam ia
menyusup masuk ke rumah hartawan itu dan menculik bocah
tersebut untuk rdibawa kabur.
Ptelbagai tempat qsudah ia kunjunrgi, berbagai macam
bahan obat sudah ia coba namun usahanya untuk
menyembuhkan bocah itu tidak berhasil juga, akhirnya ia
mencari suatu tempat yang terpencil dan pusatkan seluruh
perhatiannya untuk menyelidiki gejala aneh tersebut.
Untuk mengetahui perubahan didalam badannya, tabib
inipun berusaha keras untuk menemukan sebuah batu pualam
berusia selaksa tahun, batu pualam tadi dapat menyoroti isi
perut manusia sehingga tertampak jelas dan luas.
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitulah, dengan meminjam keistimewaan dari batu
pualam tadi, perlahan-lahan ia mulai menyelidiki perubahan
dalam tubuh gadis itu, sewaktu penyakitnya kambuh ia dapat
menyaksikan bahwa tenaga besar yang dihasilkan dari
tubuhnya berasal dari peredaran darah yang terbalik,
disamping itu iapun dapat menyaksikan pula denyutan jantung
yang jauh lebih kuat daripada manusia biasa.
Apabila gadis itu berada dalam keadaan normal, niscaya ia
akan jadi sekuntum bunga mawar didalam dunia persilatan,
sungguh sayang justru ia mengidap penyakit kalap ini tak bisa
disembuhkan dengan cara apapun, maka beberapa kali si
tabib ini ada maksud membinasakan dirinya sehingga tidak
mendatangkan bencana bagi umat manusia di kemudian hari.
Tetapi dia sebagai seorang tabib sakti mempunyai
pandangan yang berlainan dengan manusia biasa, tujuan
seorang tabib adalah menolong manusia bukan membunuh
manusia, maka ia tidak tega untuk turun tangan
membinasakan gadis itu, bahkan bulatkan tekat untuk
memerengi penyakit gilanya itu dengan berusaha
menyembuhkan penyakit aneh itu.
Maka ia segera kerahkan segenap pikiran maupun
tenaganya untuk menyelidiki asal mula penyakit tersebut,
bersamaan itu pula ia berusaha mengunakan pengetahuan
yang dimiliki untuk mencegah penyakit tadi jangan sampai
kambuh kembali.
Berada didalam perawatan dan pengawasan nya yang
seksama itulah perlahan-lahan gadis itu tumbuh jadi dewasa,
sebab ia selalu menggunakan obat mustajab untuk
memelihara dan mempertumbuhnya, walaupun ia berhasil
memelihara gadis tadi hingga dewasa, sayang penyakit gilanya
itu gagal untuk dilenyapkan.
Meskipun selama ini penyakit aneh tadi tak pernah kambuh
lagi, tetapi bibit penyakit tersebut selalu mengeram
ditubuhnya dan tak sanggup dibasmi seakar-akarnya.
Ketika gadis itu menginjak usia delapan belas tahun, bukan
saja paras mukanya kelihatan bertambah cantik jelita, bahkan
dibawah didikannva yang ketat baik ilmu silat maupun
pengetahuannya memperoleh kemajuan yang sangat pesat,
namun bibit penyakit yang bersarang ditubuhnya pun makin
hari berakar semakin subur.
Berhubung pergaulannya selama puluhan tahun inilah
menjalinkan hubungan yang akrab di-antara mereka berdua,
meskipun ia sadar bahwa gadis tersebut adalah manusia yang
paling berbahaya dikolong langit, namun ia tidak tega untuk
turun tangan memusnahkannya.
Suatu ketika sewaktu ia sedang memberi pelajaran ilmu
silat kepadanya, tiba-tiba penyakit kalapnya kambuh, berada
dalam keadaan seperti itu ia seolah-olah berubah jadi manusia
lain, kesadarannya sama sekali punah dan muncullah suatu
sifat buas yang sukar dibendung dengan daya apa-pun. setiap
benda, setiap makhuk yang dijumpai segera dimusnakan
tanpa ampun. Meskipun ilmu silat yang dimiliki gadis itu adalah hasil
didikan Ban Sioe Sim sendiri, namun siorang tua itu bukan
tandingannya, ia selalu dikejar-kejar sampai ngacir dan
menyembunyikan diri, beberapa kali jiwanya hampir-hampir
saja melayang ditangan gadis itu.
Namun untungnya setiap kali ia berhasil meloloskan diri,
sebab secara tiba-tiba seekor ular berbisa munculkan diri dan
memagut gadis tersebut.
Ular itu sangat beracun, siapa sangka bukan saja racun ular
itu tidak berhasil meracuni dirinya, bahkan ular tadi malah
berhasil digigit dan dihirup darahnya, namun sehabis ia
menghirup darah ular tadi mendadak penyakitnya lenyap dan
gadis itupun sadar kembali.
Peristiwa yang mengerikan ini seketika menggembirakan
hati Ban Sioe Sim sebab walaupun hampir hampir saja jiwanya
melbayang namun iapdun berhasil menaemukan obat yanbg
paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit aneh itu, tetapi
ular raksasa sukar dicari maka ia segera menidurkan gadis tadi
dengan obat pemabok disamping mulai berusaha untuk
mencari ular raksasa tersebut.
Untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan sebelum
ular raksasa itu ditemukan, ia membuat sebuah peti mati
tembaga dan masukan tumbuh gadis tersebut kedalam peti
mati tadi kemudian menutup peti tersebut dengan penutup
yang terbuat dari kaca.
Usaha untuk mencari ular dilakukan semakin giat, setelah
bersusah payah beberapa lama akhirnya ia temukan seekor
ular raksasa berdiam diatas gunung itu.
Namun pada saat itulah Liem Koei Lin telah tiba, bukan saja
membawa Toan Kiem Hoa yang terluka bahkan iapun
memberitahukan bahwa tiga belas sahabat telah munculkan
diri kembali. Untuk mengindarkan diri dari perjumpaannya dengan Tiga
Belas sahabat, terpaksa sitabib ini menyembunyikan diri terus
menerus diatas gunung disamping melarang para penduduk
disekitar sana untuk membocorkan jejaknya, penduduk sekitar
sana pernah mendapat budinya, tentu saja mereka menurut.
Tetapi dengan adanya peristiwa ini maka usahanya untuk
menangkap ularpun terbengkalai, padahal ular tersebut sangat
dibutuhkan sekali mengingat bahwa gadis cantik itu sudah dua
tahun berdiam didalam peti dan tenaga dalamnya pun kian
hari kian meningkat, bahkan kelihatan sekali bahwa gejala
penyakit anehnya berbangkit makin hebat.
Dalam keadaan serba salah itulah ia lantas serahkan tugas
untuk menangkap ular tadi kepada Tan Loo-toa sedang ia
sendiri setiap saat selalu berjaga-jaga disisi peti mati.
Sungguh tak nyana kehadiran Tan Loo-toa disana telah
memancing kehadiran Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi.
Berhubung kedua orang ini tidak mirip dengan orang-orang
dari Tiga Belas Sahabat, maka ia tidak menaruh rasa
permusuhan dengan mereka, menanti ia mengetahui kalau
Kian Hoo adalah putra dari Giok-Bian-Lang-Koen,
kewaspadaannya pun semakin mengendor.
Namun, mimpipun tak pernah disangka justru karena
keteledorannya ini telah menimbulkan suatu kesalahan besar.
Kisah tbersebut dengan dcepat membuat saepasang muda
mubdi itu berdiri termangu-mangu, lama sekali Liem Kian Hoo
baru menghembuskan napas panjang.
"Siauw-tit cuma membuka penutup peti mati itu belaka..."
Ban Sioe Sim segera melototkan sepasang matanya bulatbuIat.
"Sebenarnya aku hanya akan mengandalkan sedikit hawa
untuk mempertahankan kehidupannya." ia berseru. "Siapa
sangka kau telah membuka penutup peti mati tadi sehingga
lebih banyak hawa yang masuk dan semakin memperbesar
kesempatannya untuk hidup, dalam keadaan seperti itu
penyakit kalapnya langsung kumat. Kini ia sudah lolos, untuk
menaklukannya kembali aku rasa bukan suatu pekerjaan
gampang !"
Liem Kian Hoo merasa amat menyesal dengan
perbuatannya, ia termangu-mangu lama sekali disana,
kemudian baru berkata:
"Loo-pek, bukankan kau mengatakan bahwa darah ular
raksasa bisa menyembuhkan penyakit gilanya " entah....".
"Hmm ! kali ini penyakit edannya kumat sangat lihay,
bahkan aku sendiripun tidak tahu apakah darah itu masih
manjur atau tidak, Hmm!untuk mendekati tubuhnyapun kau
belum sanggup, kau hendak menggunakan cara apa untuk
paksa ia minum darah ular itu ?"
Ucapan ini membuat sianak muda itu tertegun dan
membungkam. Tiba-tiba Ong Bwee Chi bertanya:
"Tenaga dalam yang dimiliki iblis wanita itu tiada
tandingannya dikolong langit, tapi apa sebabnya seakan-akan
ia menaruh rasa jeri terhadap Liem-heng "....".
"Aaaiii....! sebenarnya kejadian itupun berlangsung karena
kebetulan, ketika aku hendak menghalangi niatnya untuk
membuka penutup peti mati tadi, secara tidak sengaja telah
kulukai telapaknya sehingga darah segarnya menetes
membasahi tubuh iblis wanita itu, tetesan darah tadi
menimbulkan suatu reaksi aneh ditubuhnya, sekarang wanita
iblis itu akan membunuh siapapun yang ditemuinya, hanya
terhadap dia seorang perbuatan ini tak bakal dilakukan maka
sewaktu terjadi pertarungan tadi aku minta ia suka turun
tangan membantu, siapa sangka keparat cilik irni masih juga
ttidak mau turun qtangan dengan srekuat tenaga, karena
kesalahan inilah mengakibatkan suatu bencana besar bagi
umat dunia !".
"Aaaaai... siauw-tit merasa amat menyesal sekali atas
segala peristiwa yang telah terjadi namun pada saat itu siauwtit
belum mengetahui duduk perkara yang sebenarnya maka
harap Loo-pek suka maafkan kelancanganku itu, kini apa yang
harus kulakukan " dapatkah Loo pek kasi petunjuk kepadaku "
cobalah pikirkanlah apakah masih ada cara lain untuk
mengatasi masalah ini ?"
"Tiada cara lain, tiada cara lain..." Ban Sioe Sim gelengkan
kepalanya berulang kali. "Dia adalah seorang manusia gila,
maka satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah
membinasakan dirinya, tetapi siapakah yang mempunyai
kekuatan sebesar itu untuk melaksanakan tugas ini "
Beberapa saat telah kita buang, mungkin berpuluh puluh
lembar jiwa telah melayang ditangannya !"
Air muka Liem Kian Koo berubah hebat, mendadak dengan
nada serius dan wajah bersungguh-sungguh ia berkata:
"Bencana ini timbul karena perbuatan siauwtit, maka sudah
menjadi kewajiban siauw-tit untuk mengatasi kesulitan ini,
perduli ia lari keujung langit dan kepalaku harus kutung, akan
kucari juga perempuan iblis itu dan kemudian
memusnahkannya."
Ban Sioe Sim melirik sekejap kearahnya lalu menghela
napas panjang. "Walaupun bencana ini timbul gara gara perbuatanmu,
namun bibit bencana akulah yang tanam, maka apabila
dibicarakan akupun punya tanggung jawab didalam masalah
ini, tetapi mungkin aku tak bisa membantu dirimu sebab reaksi
dari tetesan darah tersebut sedang kepada diriku ia akan
turun tangan tanpa pikir panjang, maka aku rasa seluruh
tanggung jawab ini harus kau selesaikan seorang diri !".
"Akan siauw-tit laksanakan seluruh tugas ini dan akan
siauw-tit pikul semua tanggung jawab ini, sekarang juga aku
hendak berangkat turun gunung untuk mengejar perempuan
iblis tersebut."
"Tepat sekali, semakin cepat kau berhasil menemukan
orang itu berarti semakin sedikit manusia yang menemui
ajalnya ditangan perempuan iblis itu, aku masih harus
menantikan kembalinya ayahmu disamping itu Tan Loo-toa
ayah dan anak pun harus segera dibedah untuk diobati
penyakit nya maka aku tak bisa menemani kalian lebih jauh,
menanti segala persoalan disini telah selesai aku akan
berusaha secepatnya menemukan dirimu. Sehari Mo-li ini tidak
dibasmi maka hatiku akan selalu tidak tenteram.".
"Kalau demikian adanya, maka siauw-tit segera mohon diri
!" kata Kian Hoo sambil men jura dalam-dalam.
"Baiklah, persoalan ini harus diselesaikan secepat mungkin,
aku tak akan menahan kalian lebih lama lagi."
"Liem-heng, siauw-moy pun akan mengiringi dirimu serta
membantu usahamu itu " cepat cepat Ong Bwee Chi
menyambung. Air muka Liem Kian Hoo menunjukan tandatanda
keberatan tetapi dengan cepat Ban Sioe Sim telah
berkata: "Tidak mengapa ! dengan kecerdikan nona Ong, mungkin
ia akan memberi bantuan yang sangat berharga bagimu,
asalkan ia tidak meninggalkan dirimu terlalu jauh, sekalipun
berjumpa dengan Mo-Ii itupun tidak akan ada bahaya yang
mengancam dirinya."
Tentu saja Liem Kian Hoo tak berani mengungkapkan usul
apapun, sebab bagaimanapun juga ia tak bisa memaksa Ong
Bwee Chi untuk tetap tinggal diatas gunung, lagipula
disebabkan ia membantu dirinya, kini gadis tersebut sudah
mengikat tali permusuhan dengan Tiga belas sahabat maka
tak mungkin ia kembali kerumahnya lagi.
Kecuali mengikuti sianak muda itu tak ada tempat lagi yang
bisa dituju gadis she Ong ini.
DemikianIah setelah berpamitan dengan Ban Sioe Sim,
buru-buru mereka berdua lari keujung selat, dari mana Ban
Sioe Sim menghantar kedua orang itu turun kebawah tebing
dengan keranjangnya, setelah itu ia tarik kembali bambu tadi
ke atas. Setelah tiba dibawah tebing Liem Kian Hoo baru teringat
bahwa ia belum sempat bertemu dengan Toan Kiem Hoa serta
menanyakan hal ikh-wal mengenai ayahnya, namun waktu
sangat mendesak, tiada kesempatan lagbi baginya untukd
mendaki bukit aitu kembali.
Sebtelah berada diatas bukit, sianak muda itu baru mulai
mempercayai akan kata-kata dari Ban Sioe Sim bahwasanya
masalah yang mereka hadapi saat ini amat serius sekali.
Sepanjang perjalanan mereka temukan banyak mayat
bergelimpangan dalam keadaan mengerikan, anggota badan
mereka hancur dan putus-putus, rumah pendudukpun banyak
yang roboh dan hancur, jelas kesemuanya itu merupakan hasil
karya dari Mo-li edan itu.
Pemandangan yang sangat mengerikan ini semakin
merisaukan hati Kian Hoo, belum lama ia terjun kedalam dunia
persilatan sudah banyak ma alah yang ia hadapi, namun
persoalan yang ia hadapi saat ini benar-benar luar biasa
sehingga mendatangkan rasa bimbang dalam hati kecilnya,
Si rasul seruling Liuw Boe Hwie serta Soen Tong dan Tong
Thian Gwat sekalian entah sudah tiba disana atau belum "
bagaimanakah nasib Watinah yang terjatuh ke tangan Kauw
Heng Hu dan bagaimanakah keadaan ayahnya yang berangkat
kegunung Kun-lun untuk memberi obat.
Beberapa persoalan itu beIum sempat teratasi kini
bertambah pula dengan satu persoalan yang memusingkan
kepala yaitu perbuatan ganas dari Hwie-Thian-Mo-li.
Diantara beberapa persoalan itu ia merasa masalah HwieThian-Mo-Ii lah yang merupakan persoalan yang harus cepatcepat
diselesaikan sebab ditinjau dari pembunuhan serta
penjagalan massal yang dilakukan perempuan gila itu, apabila
perbuatannya tidak cepat-cepat dicegah, maka keadaan akan
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bertambah runyam, apalagi bencana ini muncul gara-gara
perbuatannya. Pembunuhan berdarah yang dilakukan Hwie Thian Mo-li
berlangsung terus kearah Timur, sepanjang perjalanan ia
banyak mendengar kisah-kisah pembunuhan mengerikan,
rumah yang hancur, mayat yang hancur bergelimpangan di
mana-2, saking banyaknya sampai lama kelamaan terasa tidak
asing lagi pandangan sianak muda itu.
Banyak orang menganggap bahwa ditempat itu sudah
muncul siluman ganas, sebab banyak korban yang mati dalam
keadaan mengerikan sebelum mereka sempat melihat
bagaimanakah raut muka dari Hwie-Thian Moli.
Belasan hari kemudian, Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi
telah mengejar sampai kekota Lok-yang, suatu peristiwa aneh
telbah terjadi. Terdnyata disepanjaang tempat itu tbiada
pembunuhan berdarah lagi yang terjadi.
Namun, meski demikian sepasang muda-mudi itu sudah
kecapaian dan kehabisan tenaga, mereka segera mencari
rumah penginapan untuk beristirahat.
Setelah bersantap malam, berhubung waktu masih terlalu
pagi maka Ong Bwee Chi menyarankan untuk berdiam dahulu
dalam kamar sambil bercakap-cakap, sudah tentu pokok
pembicaraan mereka berkisar pada perbuatan-perbuatan dari
Hwie Thian Moli.
Ketika melakukan perjalanan, sepanjang perjalanan Liem
Kian Hoo mencatat semua pembunuhan yang ia temukan,
ternyata selama beberapa hari itu sudah ada seratus sembilan
puluh jiwa melayang ditangan iblis wanita itu, jumlah tadi
belum termasuk korban-korban yang tak sempat dijumpai oleh
mereka, hal ini membuat si anak muda itu amat sedih sekali.
"Aaaaaai... kesemuanya ini akulah yang jadi gara-gara,
akulah yang menimbulkan bencana tersebut." Keluhnya
dengan alis berkerut.
"Hal ini tak bisa salahkan Liem-heng seorang diri." hibur
Ong Bwee Chi dengan suara halus.
"Kalau mau dikatakan maka otak dari bencana ini adalah
Ban Loocianpwee, sebab tidak pantas baginya untuk
menciptakan bibit bencana tersebut. Sewaktu Liem-heng
menghancurkan peti mati tersebut hal ini kau lakukan
terdorong oleh rasa pendekar dan kegagahanmu siapa suruh
ia tidak terangkan lebih dahulu".
"Ban Loo-pek adalah seorang tabib sakti, telah ia bertemu
dengan suatu penyakit aneh tentu saja ia tak ingin
melepaskan kesempatan untuk melakukan penyelidikan ini
dengan sia-sia, apabila ia benar-benar berhasil
menyembuhkan penyakit edan dari gadis itu, bukankah
penemuannya ini akan sangat berharga bagi umat manusia "
apabila penyakit yang bersarang ditubuh gadis itu berhasil
dipunahkan sehingga kesadarannya pulih, dengan kekuatan
serta kepandaian yang ia miliki, aku rasa Kauw Heng Hu
sekalian manusia laknat tidak akan berani berbuat kejahatan
lagi.". "Liem-heng, kalau kau berkata demikian maka
pandanganmu itu salah besar, kau tidak mengerti tentang ilmu
perrtabiban. Harustlah kau ketahuiq gadis itu bisar lihay dan
punya kekuatan luar biasa berhubung ia mengindap penyakit
aneh, andaikata penyakit tadi berhasil disembuhkan, maka
belum tentu ilmu silat yang dimiliki gadis itu akan selihay saat
ini." "Apa maksud ucapanmu itu ?".
"Bagi orang-orang biasa, dikala ia menemui suatu keadaan
yang kritis maka kadangkala kekuatan badannya akan
bertambah lipat ganda, tahukah kau apa sebabnya bisa
demikian, hal ini dikarenakan denyutan nadinya kena daya
rangsang sehingga berdenyut lebih keras daripada keadaan
biasa, darah yang mengalir dalam tubuhnyapun akan bergerak
semakin cepat, sehingga banyak pembuluh darah yang kecil
dan halus dimana biasanya jarang dilewati aliran darah, dalam
keadaan seperti ini timbullah suatu kekuatan yang luar biasa.
Keadaan dari Hwie Thian Mo-Ii pun sama dengan keadaan
tersebut Berhubung ia gila maka darah yang mengalir dalam
tubuhnya bergerak cepat sehingga seluruh pembuluh
darahnya penuh dialiri darah, timbullah suatu kekuatan yang
maha luar biasa dari balik tubuhnya.
Andaikata penyakit gila ini sembuh maka keadaannya akan
sama seperti manusia biasa dan tak mungkin akan memiliki
kekuatan yang luar biasa seperti sekarang lagi, maka aku rasa
sudah sepantasnya kalau Ban cianpwee melenyapkan gadis
edan ini sejak dahulu.".
Lama sekali Liem Kian Hoo termenung, akhirnya ia
menghela napas panjang.
"Sekarang bukan waktunya bagi kita untuk saling
melemparkan tanggung jawab." ujarnya, "Yang paling penting
adalah cepat-cepat temukan gadis edan itu, tetapi jejaknya
tak menentu, kitapun hanya bisa meraba secara membabi
buta belaka. Aaaaai.... entah sampai kapan ia berhasil kita
temukan". "Seandainya kita benar-benar berhasil temukan gadis itu,
bisakah Liem-heng turun tangan untuk memusnakan gadis itu
?" mendadak Ong Bwee Chi tanya dengan wajah serius.
"Terhadap iblis edan yang suka membunuh manusia
macam dia, kenapa aku tidak tega untuk turun tangan ?".
"Tentang soal ini aku rasa sukar untuk dikatakan." seru
Ong Bwee Chi sambil tertawa riang. " Aku rasa paras muka
dari gadis itu benar-benar amat cantik sehingga sukar
dilukiskan dengan kata-kata, aku berani memastikan bahwa
setiap pria tak akan tega turun tangan kepadanya, coba
bayangkan saja Ban Loo cianpee yang begitu lihay, ia punya
banyak kesempatan untuk berbuat demikian, namun setiap
kali ia selalu tidak tega.".
" Nona Ong, ucapanmu barusan apakah tidak keterlaluan
seolah-olah kau anggap setiap orang lelaki tentu tak tak tahan
melawan godaan !" seru Kian Hoo agak kurang senang hati.
Ong Bwee Chi tersenyum.
"Semoga saja Liem-heng bisa berbuat dan bertindak sesuai
dengan apa yang kau ucapkan, sampai waktunya kau bisa
perlihatkan tingkah laku serta perbuatan seorang lelaki sehat!"
katanya. Hawa amarah menyelimuti wajah sianak muda itu, Ong
Bwee Chi sendiripun merasa apa yang diucapkan rada
keterlaluan maka sambil tertawa ujarnya kembali:
"Hwie Thian Mo-li tidak melakukan pembunuhan lagi
ditempat ini, mungkin penyakit edan nya sudah rada
sembuh...".
Baru saja Liem Kian Hoo akan buka suara mendadak jauh
di ujung langit mereka saksikan serentetan cahaya keperakperakan
muncul ditengah kegelapan yang menyelimuti seluruh
angkasa, cahaya tadi berkelebat cepat laksana bintang kejora
di tengah awang-awang.
Sepasang muda mudi itu merasa sangat hapal dengan
cahaya keperak-perakan itu, sebab cahaya tadi bakan lain
adalah cahaya tajam yang terpancar keluar dari batu kumala
yang tergantung diatas dada gadis tersebut.
Air muka mereka berdua kontan berubah hebat, tanpa
sadar serentak mereka loncat keluar dari jendela.
Namun tatkala mereka sudah tiba diluar, cahaya keperak
perakan tadi telah lenyap dari pandangan mata.
Liem Kian Hoo jadi gegetun, sambil depakkan kakinya
keatas tanah ia menghela napas panjang.
"Celaka ! celaka ! kembali ia bmembunuh orang.d".
Cahaya keperaak-perakan yangb memancar keluar dari
batu kumalanya bisa tertangkap jelas sekali, kendati
seseorang berada ditempat yang jauhpun, tiada halangan kita
mencari suatu tempat yang lebih tinggi untuk melakukan
peneropongan, mungkin saja jejaknya segera ketahuan !" seru
Ong Bwee Chi mengajukan usul.
Disadarkan oleh ucapan itu Liem Kian Hoo tidak ambil
perduli akan suasana disekelilingnya lagi, ia enjotkan badan
melayang naik keatas wuwungan rumah dan menengok
kearah empat penjuru Ong Bwec Chi pun segera mengejar
dari be akang dan ikut melayang keatas wuwungan rumah.
Suasana dibawah loteng jadi sangat gempar, para rakyat
yang secara kebetulan menyaksikan kejadian ini jadi kalut dan
ribut sekali, beberapa orang diantaranya sambil menahan rasa
takut yang mencekap hatinya berteriak teriak lantang: "Ada
pencuri terbang ! ada pencuri terbang.".
"Traang... traang... traang... suara gembrengan dibunyikan
dan petugas keamanan di siapkan untuk membekuk pencuripencuri
yang di maksudkan.
Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi tiada kesempatan untuk
mengurusi persoalan tetek bengek macam itu, mereka berdiri
diatas wuwungan rumah dan memandang keempat penjuru,
Tidak salah lagi mereka saksikan cahaya keperak perakan tadi
sedang bergerak menuju kearah Barat-Iaut dengan kecepatan
laksana sambaran kilat
Buru buru Licm Kian Hoo melayang turun dari atas
wuwungan rumah dan melakukan pengejaran, gerakan tubuh
Ong Bwee Chi jauh lebih cepat daripada dirinya, meski ia
bergerak lebih lambat namun akhirnya gadis itu malahan jauh
berada didepan pemuda tersebut.
Cahaya keperak-perakan laksana seekor naga sakti
berputar dan bergerak dengan cepatnya diujung langit.
Menyaksikan gerakan tubuh Ong Bwee Chi makin cepat,
Liem Kian Hoo jadi amat cemas, segera teriaknya keras-keras:
"Nona Ong, tunggu aku sebentar, kalau knu pergi kesana
seorang diri maka kau bakal mendapatkan kerugian besar !"
Ong Bwee Chi tetap melanjutkan gerakannya meluncur
kearah asalnya cahaya keperak perakan tadi, terhadap seruan
sianak mbuda itu ia tidadk ambil gubris adan berlagak piblon.
Liem Kian Hoo jadi kehabisan akal, terpaksa ia harus mengejar
dengan kerahkan setiap tenaga yang dimilikinya.
Cahaya keperak-perakan makin lama kelihatan semakin
dekat, bahkan boleh dikata secara lapat-lapat mereka dapat
menangkap sesosok tubuh manusia yang terbungkus oleh kain
warna putih. Ong Bwee Chi menubruk kemuka, pisau belati yang tahu2
sudah digenggam dalam tangannya segera ditusukkan kearah
gadis cantik yang berada dihadapannya, cahaya tajam segera
berkilauan dan memancar keempat penjuru.
Dalam pada itu Liem Kian Hoo sudah menyusul tiba, buruburu
teriaknya kembali:
"Nona Ong, jangan bertindak gegabah !".
Namun teriakan itu diutarakan terlambat selangkah,
terhadap datangnya ancaman pisau belati gadis cantik itu
sama sekali tidak ambil gubris, ketika ujung pisau sudah
hampir menyentuh diatas tubuhnya ia baru putar tangan dan
menyentil dengan jari tangannya.
"Criiiing...!" pisau belati yang tajamnya luar biasa itu segera
tcrsentil hingga patah jadi dua bagian.
Badan Ong Bwee Chi terdorong maju ke muka, sementara
gadis cantik itu hendak melancarkan serangan mematikan
Liem Kian Hoo keburu sudah tiba disana, ia membentak keras,
telapaknya segera didorong kedepan melancarkan sebuah
serangan dahsyat kearah gadis itu.
Gadis cantik ku mendesis lirih, telapaknya disentilkan
perlahan sekali, diatas telapaknya kemudian dengan
membawa serentetan cahaya keperak-perakan ia meluncur
masuk kedalam sesosok bayangan hitam yang tinggi besar.
Liem Kian Hoo tidak raengejar dirinya lebih jauh, buru-buru
ia melayang keatas tanah dan menghampiri Ong Bwee Chi
sambil menegur:
"Nona Ong, bagaimana keadaanmu ?"
"Aku tidak apa-apa." jawab Ong Bwee Chi sambil gertak
gigi dan mencekal kutungan pisau belatinya, "ia sudah
melarikan diri kedalam pagoda tersebut, cepat pergilah
mengejar iblis perempuan itu !r"
Setelah mengettahui bahwasannqya Ong Bwee Chir tidak
terluka, Liem Kian Hoo baru berlega hati, karena takut gadis
cantik itu keburu melarikan diri terlalu jauh maka cepat-cepat
ia enjotkan badan dan melayang kearah sebuah pagoda yang
berdiri dihadapannya.
Ternyata tempat itu merupakan sebuah kuil yang
bangunannya berbentuk sebuah pagoda tinggi tatkala Kian
Hoo menyaksikan gadis itu melayang naik ketingkat empat
iapun buru-buru meloncat masuk kedalam, siapa sangka
disana tak nampak sesosok bayangan manusiapun, didalam
pagoda hanya terdapat sebuah patung Buddha serta sekilas
cahaya lampu yang redup sekali.
Ruangan tingkat ketima kosong melompong tiada isi
apapun, ia mengejar naik ketingkat ke-enam, sekilas cahaya
putih terlihat berkelebat naik keatas tingkat ketujuh.
Menanti Kian Hoo mengejar pula keatas ruangan tingkat
ketujuh, ia berdiri tertegun dan untuk beberapa saat lamanya
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Dalam ruang tingkat ketujuh, ia temukan se orang hweesio
tua sedang duduk bersila sambil Liam-keng, dihadapan
hweesio tua itu adalah sebuah meja sembayangan, diatas
meja terdapat sebuah lampu minyak yang amat redup
sinarnya, patung arca yang dipuja adalah Dewi Kwan-lm
Pouw-sat. Ruangan tingkat ketujuh merupakan ruangan yang berada
paling puncak dari pagoda tersebut, tetapi bayangan gadis
cantik tadi lenyap tak berbekas, Kian Hoo segera melakukan
pemeriksaan sekejap keseluruh ruangan serta melongok
keluar jendela namun tak nampak ada cahaya keperakperakan
yang terpancar keluar dari tempat itu.
Karena kehabisan akal akhirnya bertanyalah pemuda itu
kepada sang hweesio tua yang ada dalam ruangan tersebut:
"Thaysu, tolong tanya apakah barusan ada seorang gadis
datang kemari "...".
"Omintohud ! harap sicu jangan bicara sembarangan,
didalam kuil mana ada gadis yang masuk kedalam ruangan ?"
sahut hweesio tua itu sambil angkat kepala.
"Tapi terang-terangan cahye lihat ia naik keatas dan masuk
kedalam ruangan ini ! " seru Kian Hoo tercengang. " ia
memakai baju warna putih dan didepan dadanya tergantung
sebuah Giok Bei yang memancarkan cahaya tajam."
"Oooouw ! kalau begitu sicu tentulah sudah berjumpa
dengan roh suci dari Pouw-sat, kau harus tahu bahwa dewi
Kwan-Im Pouw-sat yang dipuja dalam kuil kami paling suci
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan paling suka menampakan diri. Tentunya sicu ada jodoh
dengan agama Buddha maka Pouw-sat sengaja menampakkan
diri untuk menyambut kedatanganmu ".
Tanpa terasa Liem Kian Hoo berpaling memandang sekejap
patung Kwan-Im yang ada diatas meja pemujaan, tiba-tiba
hatinya rada bergerak sebab patung Buddha yang berada
ditengah meja punya tinggi badan seperti manusia, sedang
disisi patung tadi terdapat pula sebuah patung Liong li yang
sedang menyembah patung Kwan-Im itu sendiri benar-benar
terbuat dari batu pualam, tetapi patung Liong-Li tersebut
mempunyai potongan badan rada mirip dengan gadis yang
barusan dikejar-kejar olehnya itu hanya saja cahaya perak
yang ada didepan dadanya tidak nampak lagi dan wajah
sebenarnya tidak terlihat maka ia tidak berani memastikannya,
ia segera maju beberapa langkah kedepan, maksudnya
hendak melihat jelas paras muka yang sebenarnya dari Liong li
tersebut tetapi hweesio tua keburu sudah mencegah sambil
berseru: "Sicu, apabila kau ingin bersembahyang di depan patung
Pouw-sat, harap lakukan ditempat itu saja jangan terlalu
dekati patung Pouw-sat sebab hal ini punya arti seperti
menghina Dewi !"
Kena dihalangi jdlan perginya, terpaksa sianak muda itu
berkata: "Barusan cayhe benar benar melihat seorang gadis lari
masuk kedalam ruangan ini, bahwa raut wajahnya mirip sekali
dengan patung Liong li itu."
"O-min-to-hud ! dosa, dosa, sicu, tidak pantas kau ucapkan
kata kata yang menodai kesucian para dewi dan malaikat."
Buru-buru hweesio tua itu rangkap tangannya berseru,
"Seandainya pandangan mata sicu belum melamur, maka
pastilah gadis Liong-li telah mendapat ti-tah dari dewi KwanIm untuk menyambut kedatangan sicu ".
Liem Kian Hoo tak mau mempercayai ocehannya itu, ia
melangkah maju beberapa tindak ke depan dan
memandangnya lebih saksama, dengan cepat sianak muda ini
berdiri tertegun.
Tidak salah lagi, patung Liong ii itu mempunyai paras muka
yang tiada berbeda dengan wajah gadis cantik itu, Sejak
berjumpa di gunung Thay Heng-San tempo dulu, ia
mempunyai pandangan yang mendalam terhadap gadis ini
maka sianak muda itu tak bakal melupakan bagaimanakah
raut wajahnya. Meskipun demikian, iapun tidak berani meyakinkan seratus
persen. Sebab walaupun patung Liong-li ini memakai paras muka
yang persis dengan paras muka gadis cantik, namun wajahnya
pada saat ini kelihatan amat keren dan penuh wibawa,
sepasang matanya terpejam rapat, senyuman tersungging
diujung bibirnya dan sepasang telapak dirangkap sejajar dada,
sedangkan kakinya yang putih bersih itupun menginjak diatas
ikan Lee-he besar yang terbuat dari batu pualam putih,
badannya sama sekali tak berkutik, maka ia tidak berani
memastikan apakah patung Liong li itu adalah benar patung
ataukah cuma patung tetiron belaka.
Disamping itu pada dada patung Liong-li i-tu tidak
tergantung batu pualam berbentuk bunga Bwee, maki meski
mirip ia tak berani bertindak gegabah.
Lama sekali ia termenung sianak muda ini merasa bahwa
dikolong langit tak mungkin bisa terjadi peristiwa yang
demikian kebetulannya, dengan suara keras segera
bentaknya: "Kau tak usah berlagak pilon lagi, aku kenali dirimu adalah
Hwie Thian Mo-li !"
Liong-Li tetap tap tak berkutik.
Sebaliknya sihweesio tua itu sambil menghela napas
panjang telah berkata lirih:
"Sicu, kalau kau tidak percaya apabila roh suci dewi Kwan
Im bisa munculkan diri dihadapanmu yaa sudahlah, apa
gunanya kau mengutarakan kata-kata makian untuk mencaci
maki malaikat suci !".
"Cayhe makin tidak salah mencaci orang, dia adalah Hwie
Thian Mo-li yang cayhe kejar selama ini, ia sudah membunuh
banyak orang...".
"Sicu, mengapa kau belum juga sadar dari kesalahanmu ?"
Tegur sang padri tua itu kurang senang, " Meskipun Liong-Li
adalah seorang dari dewi Kwan-Im namun diapun termasuk
malaikat suci. Sicu, apabila kau tak mau mendengarkan
nasehat pinceng sehingga menggusarkan Pouw sat dan
melimpahkan hukuman berat kepadamu, pinceng tak mau ikut
memikul resiko ini loo."
"Hey hweesio gede, kaupun tak usah berlagak pilon lagi."
jengek Liem Kian Hoo sambil tertawa dingin, "jangan-jangan
kau telah bersekongkol dengan iblis wanita itu !".
Dengan wajah tidak senang hati padri tua itu bangkit
berdiri. "O-min-ta-hud ! sicu, bukan saja kau sudah mencaci maki
Pouw-sat bahkan mengacaukan pula ketenangan loolap dalam
bersemedi Loolap adalah seorang padri dan aku tidak ingin
mencari gara-gara dengan diri sicu lebih jauh ! tempat suci
dari kaum Buddha, kami tidak akan melayani tamu buas
macam diri sicu, harap sicu suka memaafkan apabila loolap
terpaksa harus mengusir dirimu dari sini !."
Mendengar ia hendak diusir oleh padri tua itu, Liem Kian
Hoo naik pitam, ia pun tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmm ! sungguh tak nyana seorang pendeta macam
kaupun suka bersekongkel dengan iblis wanita itu ! iblis wanita
yang telah banyak melakukan kejahatan." serunya keraskeras.
"Cahye bertindak demi menyelamatkan jiwa umat
manusia dikolong langit, aku lebih suka menderita tuduhan
telah mengacau ke tengah kuil anda dari pada harus
membiarkan iblis wanita itu bikin keonaran lebih jauh !"
Sembari berkata tangannya bergerak cepat mencengkeram
tubuh patung Liong-li itu.
Liong-li tetap tak berkutik, walaupun begitu serangan Kian
Hoo yang dilancarkan dengan hebatnya itu sewaktu tersentuh
diatas tubuhnya, seluruh tenaga pukulan tiba-tiba lenyap tak
berbekas, ia hanya meraba segumpal daging badan yang
halus, empuk dan lunak, hatinya jadi tertegun.
Menanti ia menarik kembali tangannya, secarik kain putih
telah disambarnya hingga terobek, seketika itu juga tampaklah
sebuah bahu yang putih halus serta separuh dari dada yang
montok dan padat berisi muncul didepan mata, meskipun
berada dibawah sorotan lampu minyak yang redup namun
sangat mempesonakan hati orang, membuat Kian Hoo pun
jadi sedikit kesemsem.
Namun dengan cepat sianak muda itu berhasil menguasi
diri, dengan penemuannya ini semakin meyakinkan bahwa
Liong-li itu bukan lain hasil penyaruan dari gadis cantik itu,
meski pada saat ini ia tak berkutik barang sedikitpun jua
namun kulit badannya yang putih halus itu sudah jelas
membuktikan kalau ia bukan terbuat dari batu porselin yang
tidak akan memberikan perasaan semacam itu.
"Perempuan siluman !" segera hardiknya penuh kegusaran,
"Ambil kesempatan ini cepat-cepatlah menyerahkan diri untuk
dibelenggu !"
Hawa murninya disalurkan keseluruh telapak dan siap
melancarkan sebuah pukulan mematikan, Mendadak terasa
desiran angin tajam menyambar datang dari belakang
punggungnya, tahu tahu padri tua itu sudah menubruk datang
sambil melancarkan serangan.
Liem Kian Hoo terdesak, terpaksa tenaga pukulan yang
telah dipersiapkan untuk menghajar Liong-li diputar
kebelakang dan menyambut datangnya serangan dari padri
tua itu. "Bluuuummm!" dua tenaga pukulan yang maha dasyat,
tenaga dalam yang dimiliki Liem Kian Hoo jauh lebih
sempurna, ia berhasil memaksa sipadri tua itu terdesak
mundur lima enam langkah kebelakang dengan sempoyongan.
Setelah terdesak mundur oleh angin pukulan sianak muda
itu, sang padri tua tadi semakin naik pitam, bentaknya keraskeras:
"Bajingan laknat yang tak tahu diri! dengan andalkan
sedikit kepandaian silatku kau berani bikin keonaran didalam
kuil Buddha kami ini ! Hmmm ! kau anggap kuil ing Tah-Tie
akan membiarkan setiap orang bikin kegaduhan ditempat ?"
Liem Kian Hoo pun naik pitam, dengan penuh kegusaran
teriaknya keras-keras:
"Telur busuk ! kau h'dup sebagai pendeta ternyata
perbuatanmu terkutuk, kau telah melindungi iblis wanita yang
sudah banyak melakukan kejahatan, akupun tidak akan
membiarkan kau hidup dikolong langit dengan penuh
kedamaian !"
Air muka padri tua itu berubah membesi, perlahan-lahan ia
ambil keluar tasbeh yang tergantung dilehernya lalu
menghardik: "Bajingan buas ! lihat serangan..."
"Sreeect ! Sreeet !" ditengah desiran angin tajam, tiga titik
cahaya hitam meluncur kemuka mengancam tubuh Liem Kian
Hoo. Merasakan datangnya desiran angin tajam yang
mengancam tubuh, sianak muda itu sadar bahwa tiga titik
cahaya hitam itu pastilah suatu serangan yang maha dahsyat,
baru-buru ia tarik lehernya menghindarkan diri dari dua
ancaman yang, datang lebih duluan, kemudian salurkan hawa
murninya kejari tangan dan menjepit butiran tasbeh ketiga.
Meskipun biji tasbeh tadi berhasil ditangkap namun jari
tangannya terasa linu dan sakit, hal ini membuat hatinya
terperanjat bercampur gusar ia terperanjat karena tenaga
sambitan dari padri tua itu sangat kuat, gusar karena hweesio
tua ini kelihatannya sebagai seorang padri suci namun dalam
perbuatannya ia malah melindungi yang jahat, Maka dengan
penuh kegusaran kembali teriaknya: Keledai gundul tua,
kukembalikan biji tasbehmu ini !".
Sepasang jarinya menyentil kemuka, biji tasbeh yang
berhasil ditangkap senjata rahasia yang dilepaskan dengan
keras lawan keras, iapun kelihatan rada terperanjat kini
melihat pula ia menyambut balik biji tasbeh tersebut hweesio
tua itu semakin tak berani menerimanya dengan kekerasan.
Sisa biji-biji tasbeh yang ada ditangan segera disambit
keluar, mula-mula ia melepaskan sebiji tasbeh lebih dahulu
untuk menyambut datangnya sambitan Kian Hoo ditengah
udara, dalam bentrokan keras serta percikan bunga bunga api,
biji tasbeh itu hancur berantakan, Setelah itu dengan ilmu
Man-Thian-Hoa-Yu atau seluruh Angkasa penuh dengan bunga
air hujan, ia sebarkan biji-biji tasbeh yang sisanya mengurung
tubuh lawan. Kejadian ini membuat Liem Kian Hoo jadi gugup, ia tahu biji
biji tasbeh itu meluncur datang dengan kekuatan yang maha
dahsyat untuk menerima satu dua biji diantaranya dengan
kekerasan ia masih sanggup namun kalau ia diharuskan
menerima seluruh serangan tersebut, terutama sekali semua
jalan darah ditubuhnya terancam dalam kurungan senjata
lawan, sianak muda ini jadi kewalahan dan kerepotan sendiri.
Dalam keadaan terdesak ia taribk napas panjangd hawa
murninya adisalurkan kesebluruh badan dan kemudian
memaksanya keluar lewat lubang pori pori dan
menggembungkan pakaian yang dikenakan jadi bola hawa.
Pletak... pleetak... biji-biji tasbeh tersebut sama-sama
bersarang telak diatas pakaiannya.
Termakan oleh timpukan biji biji tasbeh itu, muncullah
beberapa puluh lubang kecil diatas pakaiannya itu, namun
dengan adanya hadangan ini maka daya serangan dari biji-biji
tasbeh itupun berkurang.
Sekalipun badan terasa amat sakit oleh timpukan senjata
lawan, namun sianak muda itu sama sekali tidak terluka.
Menyaksikan betapa sempurnanya tenaga Iweekang yang
dimiliki sianak muda itu, air muka padri tua itu tersebut
berubah hebat, teriaknya dengan keras-keras:
"Bangsat ganas ! kiranya kau andalkan ilmu silatmu yang
lihay hendak bikin keonaran ditempat ini, Loolap akan adu
jiwa dengan dirimu !"
Sembari berkata ia membuka jubah Kaa-See nya kemudian
ambil keluar sebuah ikat pinggang berwarna kuning emas,
setelah digetarkan dalam genggamannya segera dihantamkan
keatas kepala Liem Kian Hoo.
Liem Kian Hoo sadar bahwa permainan ikat pinggang
berwarna kuning emas dari padri tua itu pasti jauh lebih susah
dilayani daripada timpukan biji tasbeh, ia tak berani berayal
lagi. Laksana kilat pedangnya diloloskan dari sarung dan
kemudian membabat keluar.
Pleeetaaaak ! ikat pinggang itu mendadak menggulung
diatas tubuh pedang tersebut dan menariknya keras-keras,
sebilah pedang baja yang amat keras seketika itu juga patah
jadi beberapa bagian.
Dengan demikian maka Liem Kian Hoo jadi bertangan
kosong belaka, sementara itu ikat pinggang tersebut bagaikan
seekor ular berbisa kembali menggulung datang.
Dengan senjata ditanganpun Kian Hoo merasa kewalahan
apalagi sekarang harus menghadapi serangan lawan tangan
kosong ia makin keteter, dan saking terdesaknya ia cuma bisa
berkelit dan menghindar kesana kemari sebisanya.
Tetapi ikat pinggang itu seolah-olah mempunyai sepasang
mata, kemana saja tubuhnya hendak bergerak, ujung ikat
pinggang tadi segera mengejar datang dan mengancam
bahunya. Liem kian Hoo gertak gigi menybambut datangnyad
serangan dengaan keras lawan kberas.
"Breet!" pakaian beserta kulit bahunya kena disambar
hingga robek, darah segar segera mengucur keluar dengan
derasnya. Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, padri tua
itu tak mau lepas tangan begitu saja, bahkan seolah-olah ia
mempunyai maksud untuk membinasakan sianak muda itu
makin cepat makin baik.
Tampak ikat pinggangnya digetarkan kemuka menghajar
dada sianak muda itu, keadaan jadi amat kritis bagi
keselamatan Liem Kian Hoo dan tak mungkin lagi baginya
untuk berkelit, maka terpaksa ia harus melakukan perlawanan
sebisanya. Hawa murninya disalurkan keujung jari kemudian disentil
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedepan menghajar ujung ikat pinggang tersebut, inilah ilmu
jari It Goan Ci kang yang berhasil ia pelajari dari kitab pusaka
Koei-Hua Pit Kip yang ditinggalkan almarhum Soen-Tong Hay.
Sebenarnya ilmu tersebut ia pelajari guna menghadapi
Kauw Heng Hu, maka sejak selesai berlatih belum pernah ia
gunakan kepandaian tersebut, kini karena keadaan amat kritis
dan jiwanya terancam, terpaksa ia harus keluarkan
kepandaian itu untuk menolong jiwanya.
Hasil yang diperlihatkan serangan jari ini sungguh luar
biasa sekali, walaupun ujung jarinya terasa amat sakit tatkala
terbentur dengan ikat pinggang lawan, namun senjata
tersebut berhasil ia sentil balik, sehingga senjata makan tuan
dan balik mengancam kening padri tua itu sendiri.
Agaknya hweesio tua itu mimpipun tidak menyangka kalau
ia mempunyai kepandaian selihay itu, tidak sempat lagi
baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman ikat pinggang
sendiri, terpaksa hawa murninya disalurkan keujung telapak
kemudian melemparkan ikat pinggang tadi keluar.
Hasilnya meskipun tenaga pentalan berhasil dipunahkan,
namun ikat pinggangnya pun melayang keluar dari pintu
pagoda. Pada saat itulah sesosok bayangan nunusia berkelebat
lewat diluar pagoda dan kebetulan menyambut datangnya ikat
pinggang tersebut.
Tatkala Kian Hoo melihat orang itu adalah Ong Bwee Chi
segera teriaknya keras-keras:
"Nona Ong. cepat datang kemari, keledai gundul tua
bangka ini sungguh buas dan jahat."
Ketika Ong Bweer Chi melayang mtasuk ke-dalam rquangan
tadi, airr mukanya kelihatan amat serius. Bersamaan itu pula
dari belakang tubuhnya kembali muncul lima enam sosok
bayangan manusia secara beruntun, ada tiga diantaranya
adalah hwesio hwesio tua, sedang dua orang sisanya adalah
seorane kakek tua serta seorang pemuda.
Ketika melihat hadirnya orang-orang itu, padri tua yang
barusan melangsungkan pertarungan melawan Liem Kian Hoo
itu segera berteriak keras:
"Sungguh kebetulan sekali kedatangan suheng bertiga !
bajingan cilik ini lihay sekali !".
Sikakek tua serta sianak muda itu segera meloloskan
senjata dan mengurung Kian Hoo serta Ong Bwee Chi rapatrapat,
terutama sekali pemuda tersebut tampak terburu napsu
dan tak bisa menahan emosi.
"Thian Sim Thaysu !" terdengar ia berteriak dengan wajah
penuh kegusaran, "Apakah bajingan terkutuk ini yang hendak
mencelakai Bwee siocia...?".
Padri tua itu mengangguk sedangkan Liem Kian Hoo berdiri
melengak. Sianak muda itu dapat melihat tatkala pemuda itu
berbicara, sepasang matanya tiada hentinya memandang ke
arah gadis cantik yang menyaru sebagai patung Liong Li itu,
sebab pada saat ini ia sudah meninggalkan tempat semula dan
menyembunyikan diri disudut ruangan, wayahnya kelihatan
mengenaskan sekali.
Terutama bajunya yang tipis dan robek itu membuat
sebagian tubuhnya kelihatan nyata didepan mata, keadaannya
seakan-akan patut dikasihani, sadarlah Liem Kian Hoo setelah
melihat sikap para padri tua serta sikakek dan pemuda itu,
buru-buru teriaknya keras:
"Saudara-saudara sekalian harap jangan ke buru turun
tangan lebih dahulu! kemungkinan besar diantara kita sudah
terjalin sedikit salah paham, kenalkah kalian dengan nona ini
?". Sembari berkata jari tangannya segera menuding kearah
gadis cantik itu, tampak tubuhnya gemetar keras dan
menyembunyikan diri semakin ke sudut ruangan, sinar
matanya memancarkan cahaya ketakutan, sikap maupun
tingkah lakunya cukup menarik simpatik dan rasa iba bagi
setiap lelaki untuk memberi bantuan kepadanya.
"Sedikitpun tidak salah." dengan suara gusar pemuda itu
telah berteriak kembali:
"Tentu saja kami Venal dengan nona Bwee, bahkan
mengetahui pula kalau kau hendak merampas batu pualam
berbentuk bunga bwee yang tergantung didepan dadanya,
semakin tahu pula kalau kau mengandung maksud jahat
terhadap diriku "
"Aku mengandung maksud jahat apa terhadap dirinya ?"
teriak Kian Hoo melengak bercampur terkejut.
Pemuda itu tertawa dingin.
"Tentang soal ini harus ditanyakan kepada dirimu sendiri."
sahutnya. "Kau anggap apakah ilmu silat yang kau miliki
sangat lihay"maka terhadap seorang perempuan lemah kau
akan melakukan perbuatan perbuatan terkutuk yang
merendahkan derajatmu Hmmm ! kau benar-benar sudah
menyia nyiakan bakatmu yang bagus.".
Sambil menahan rasa mendongkol dalam hatinya Liem Kian
Hoo melirik sekejap kearah gadis cantik itu, tampaklah ia
masih bersembunyi disudut ruangan dengan wajah patut
dikasihani apabila sianak muda itu tidak melihat dengan mata
kepala sendiri betapa keji dan kejamnya perbuatan gadis itu,
mungkin ia sendiripun tidak akan percaya kaku gadis cantik
yang lemah lembut dan patut dikasihani ini adalah seorang
iblis wanita tak berperikemanusiaan."
Dan sekarang kenyataan membuktikan bukan saja ia
berwatak jahat dan kejam bahkan pandai memfitnah orang
dengan akal yang licik.
Sikakek tua, sianak muda serta empat padri tua yang hadir
dihadapannya saat ini meski tiada nama dalam dunia
persilatan, namun dapat dilihat bahwasanya ilmu silat yang
mereka miliki tidak lemah, entah secara bagaimana gadis itu
bisa menemukan mereka dan menghasut mereka agar bentrok
dengan dirinya.
Setelah berpikir pulang pergi, akhirnya Liem Kian Hoo
merasa bahwa ia harus bikin terang lebih dahulu duduknya
perkara, maka dengan menekan hawa gusar yang berkobar
dalam dadanya ia bertanya:
"Sejak kapan cuwi sebkalian bertemu ddengan dirinya
a"...".
"Kemarinb dulu ! " sahut hweesio tua itu dingin.
"Kemarin dulu nona Bwee datang kekuil kami karena ia
melihat bahwasanya loolap sekalian berempat saudara
memi!iki ilmu silat, maka ia mohon bantuan kami. Kebetulan
sekali pada hari itu Peng sicu ayah dan anak berada dalam kuil
pula, selesai mendengar menuturannya kami semua jadi agak
gusar dan ambil keputusan untuk turun tangan membelai
dirinya, kami sudah bulat-kan tekat untuk menghajar mampus
bajingan tengik macam kau !".
Mendengar ucapan itu diam-diam Liem Kian Hoo
menghembuskan napas dingin, ia bersama Ong Bwee Chi
telah melakukan pengejaran siang malam tanpa berhenti,
siapa sangka kedatangan mereka berdua masih lebih lambat
dua hari daripada dirinya, bukan begitu saja dengan licik dan
pintarnya gadis cantik itu berhasil pula memancing
kemunculan jago-jago lihay itu untuk memusuhi dirinya.
Apabila ditinjau dari pelbagai kejadian itu, maka dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa kemunculannya ini hari justru
sengaja hendak memancing mereka berdua agar masuk
jebakan. Iblis wanita ini bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat
lihay tiada taranya, bahkan hatinyapun Iicik dan punya banyak
akal busuk. Sadarlah Kian Hoo, kendati ia memberi penjelasan macam
apapun kepada beberapa orang itu pada saat ini, mereka pasti
tak akan percaya dengan ucapannya, oleh karena itu dengan
wajah serius segera teriaknya:
"Cuwi sekalian sudah tertipu oleh siasatnya gadis ini adalah
seorang iblis wanita yang sudah kehilangan daya ingatnya,
didalam belasan hari yang amat singkat ia telah
membinasakan hampir dua ratus lembar jiwa manusia. Tiga
hari berselang peristiwa berdarah yang terjadi disebuah kota
kecil tujuh puluh li diluar kota Lok-yang pun merupakan hasil
karyanya...".
"Kentut mak mu ! " tukas pemuda she Peng itu sambil
tertawa dingin. "Gadis suci macam nona Bwee mana mungkin
merupakan seorang iblis wanita yang suka membunuh orang "
Hmm ! justru kaulah yang mirip dengan seorang manusia
laknat yang pura-pura berbuat bajik."
"Meskipun cayhe tidak berani mengatakan bahwa aku
adalah seorang pendekar sejati yang suka melakukan
perbuatan bajik, namun kedatanganku dari tempat sejauh
ribuan li bukan lain adalah sedang mengejar iblis wanita ini, ia
benar-benar seorang iblis yang akan membawa bibit bencana
bagi umat manusia dikolong lanbgit.".
" Hmmm. d. .. ! Hmmm...!a mengapa tidak bkau katakan
bahwa aku mengejar dirinya sejak dari ribuan li adalah
disebabkan karena kesemsem dengan batu kumala mustika
serta kecantikan wajahnya.".
Dari sikap sang pemuda she Peng yang begitu emosi dan
meluap-luap mara amarahnya sehingga melebihi beberapa
orang tua lainnya, Liem Kian Hoo segera mengerti bahwa
pemuda ini pastilah sudah tertarik oleh kecantikan wajah gadis
itu, tak kuasa lagi ia menghela napas ringan.
"Aaaai...! Heng thay, janganlah dikarenakan ia mempunyai
paras muka amat cantik maka kau mempercayai ucapannya
begitu saja, haruslah kau ketahui dibalik kecantikan wajahnya
tersembunyilah suatu kebuasan dan kekejaman yang tiada
taranya...".
"Kentut busuk !" teriak pemuda she-Peng itu semakin
gusar, "Aku cuma tahu bahwa dibalik wajahmu yang ganteng
dan halus, tersembunyi perbuatan-perbuatan hina yang
rendah dan terkutuk !".
Liem Kian Hoo menghela napas panjang, ia tahu bahwa
sianak muda itu sudah terlalu dalam terjerumus dalam
jebakan gadis itu, meski diterangkan lebih jauhpun percuma,
maka ia berpaling dan bentaknya penuh kegusaran terhadap
gadis cantik itu:
"Siluman perempuan ! apabila kau benar-benar punya
keberanian, ayoh jelaskan kepada mereka duduk perkara yang
sebenarnya, kaupun boleh melakukan pertarungan secara
terang-terangan melawan diriku, kau bisa tantang diriku untuk
berduel Hmm ! sebenarnya apa maksudmu menghasut
mereka yang sama sekali tiada sangkut pautnya dengan
persoalan ini untuk memusuhi diriku ?".
"Kau sudah mendesak aku begitu rupa, apa sebabnya
mengucapkan pula kata-kata macam itu untuk merusak
namaku ?" Keluh sang gadis dengan suara yang patut
dikasihani, seluruh tubuhnya gemetar keras. "Aku rela
menyerahkan batu kumala itu untukmu dan mohon agar kau
suka melepaskan diriku....".
Sembari berkata ia merogo kedalam sakunya dan ambil
keluar batu kumala berbentuk bunga bwee itu dengan tangan
gemetar, air mata bercucuran membasahi seluruh wajahnya,
keadaan gadis itu boleh dikata patut dikasihani.
"Nona Bwee !" teriak pemuda she Peng amat gusar
"janganlah kau menyerah kalah begitu saja terhadap bajingran
tengik tersetbut, kami pastiq akan membantu rdirimu untuk
membinasakan dirinya !"
"Jangan ! jangan kau lakukan hal itu." seru sang gadis
dengan wajah mengenaskan. "Kepandaian silat yang ia miliki
sangat lihay, kalian tak bakal bisa menangkan dirinya, tidak
sepantasnya kalau aku mohon bantuan kalian semua sebab
hal ini sebaliknya malah akan mencelakai kalian sendiri, lebih
baik giok Bei ini kuberikan saja kepadanya, Aku cuma ingin
menjaga kesucian badanku belaka, seandainya ia tak mau
lepaskan diriku lagi, terpaksa aku akan bunuh diri di hadapan
matanya agar ia bisa padamkan niatnya itu...".
Ucapan ini sangat menggusarkan hati Kian-Hoo, begitu
memuncak hawa marahnya sampai-sampai ia tak kuat
mengendalikan diri.
"Siluman perempuan !" bentaknya. "Jangan kau anggap
dengan bertindak licik macam itu kau lantas dapat cuci tangan
dari pertanggungan jawab atas dua ratus lembar jiwa
manusia, Hmmmm ! siapa yang kesudian menerima batu
pualam Giok Bei mu itu...".
"Liem heng, jangan terburu napsu dan mengikuti emosi."
Ong Bwee Chi segera memperingatkan dengan suara lirih. "
Kalau kau bertindak demikian sebaliknya malah lebih gampang
memancing datangnya reaksi dari orang lain, makin emosi
dirimu makin sulit bagimu untuk merebut kepercayaan orang
yang ada didepan mata kita dewasa ini merupakan jago-jago
tangguh semua, akupun kena dipaksa naik keatas oleh
gencetan mereka...".
Liem Kian Hoo tertawa getir.
"Persoalan yang terjadi ini hari perduli bagaimanapun juga
sukar untuk dibikin terang." katanya. "siluman perempuan itu
sungguh lihay, walaupun aku adalah orang yang bersangkutan
dalam perisiiwa ini, namun hampir-hampir saja aku percaya
kalau dia adalah seorang gadis lemah yang patut dikasihani..."
"Nona Bwee tentu saja seorang gadis lemah yang patut
dikasihani." padri tua yang disebut Thian Siin thaysu itu segera
berseru. "ini hari dengan mata kepala sendiri aku saksikan
secara bagaimana kau sudah menghina dan mempermainkan
dirinya !".
"Siapa mempermainkan dirinya!" teriak Kian Hoo sangat
mendongkoI. " Dalam cengkeramanku tadi, aku hendak
mencabut selembar jiwanya !"
"Kau hendak mencabut jiwanya " " jengek Thian Sim
thaysu sambil tertawa dingin. "Dengan tenaga dalam yang kau
miliki, masa dalam seranganinu tadi hanya pakaiannya belaka
yang berhasil kau sambar robek."
Liem Kian Hoo sadar iblis wanita ini terlalu
menyembunyikan keadaan sendiri, hanya andalkan penjelasan
lewat mulut belaka tak mungkin bisa membuat mereka
percaya, bahkan sekalipun Ban Sioe Sim datang dendiri dan
menceriterakan kisah aneh itupun belum tentu mereka suka
percaya. Kecuali kalau beberapa orang ini bisa menyaksikan sendiri
betapa lihaynya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu serta
betapa keji perbuat-anya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu
serta betapa keji perbuatannya maka mungkin mereka baru
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mau percaya. Tetapi dewasa ini usahanya selalu dihalangi oleh beberapa
orang itu, tak mungkin ia bisa paksa gadis itu untuk
perlihatkan kelihayannya. Satu-satunya jalan yang ia tempuh
adalah mengalahkan lebih dahulu beberapa orang ini, dan
lebih baik lagi kalau menotok jalan darah mereka baru
kemudian paksa iblis tersebut untuk turun tangan agar
beberapa orang itu melek matanya dan tahu duduk perkara
sebenarnya. Kalau dibicarakan memang gampang, namun sanggupkah
ia melakukan kesemuanya ini " menghadapi Thian Sim thaysu
seorangpun ia harus ke luarkan banyak tenaga apalagi
ditambah dengan tiga orang suhengnya serta ayah anak she
Peng itu. Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia berpaling
kearah gadis itu dan tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku sungguh tak paham dengan sikapmu sekarang."
serunya, "Dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini, jelas
jauh melebihi diriku, mengapa tidak kau hadapi sendiri diriku,
sebaliknya malah suruh orang lain mencari gara-gara terhadap
diriku ?".
"Ampunilah diriku... ampunilahb diriku..." rendgek sang
gadis asambil mengucurbkan air mata.
Suaranya mengenaskan cukup melelehkan hati manusia
yang keras bagaikan bajapun, kecuali Liem Kian Hoo seorang
yang masih melotot dengan penuh kegusaran boleh dikata
lelaki-lelaki lain dibikin beriba hati semua.
Lama kelamaan pemuda she Peng itu tak dapat menahan
sabar lagi, makinya dengan penuh kegusaran:
"Bajingan tengik ! kau betul-betul bukan manusia, nona
Bwee sudah merengek-rengek macam begini terhadap dirimu,
mengapa kau masih begitu tega untuk memaksa dirinya terus
menerus!".
Sambil berkata pedangnya dikebaskan ke tengah udara
siap mengadu jiwa dengan Liem Kian Hoo, sementara empat
hweesio tua serta kakek tua itupun sudah mempersiapkan diri
untuk turun tangan.
"Suatu hari kalian akan merasa menyesal karena perbuatan
kalian yang gegabah dan tidak pikir panjang ini !" teriak Kian
Hoo marah. "Apabila ini hari aku tidak berhasil membinasakan kau
bajingan tengik, barulah kami akan menyesal sepanjang hidup
!" balas sang pemuda tak mau kalah.
-oo0dw0oo- Jilid 14 DI TENGAH bentakan keras, ujung pedangnya membentuk
sekilas cahaya tajam langsung menusuk ulu hati Kian Hoo
tiada bersenjata, melihat datangnya ancaman yang begitu
hebat ia cuma bisa berkelit kesamping belaka.
Namun pemuda she Peng itu tak mau lepas tangan begitu
saja, ia lanjutkan pengejarannya ke depan, serangan pedang
dilancarkannya semakin gencar hingga membuat Liem Kiun
Hoo jadi kalang kabut.
Ong Bwee Chi yang menyaksikan keadaan sahabatnya jadi
gelisah, buru-buru ia melemparkan ikat pinggang warna
kuning yang berhasil ia rampas tadi kearah Kian Hoo sambil
berseru: "Liem-heng, tangkap senjata ini gunakan-untuk
menghadapi serangan kunyuk dogol itu !".
Tatkala Liem Kian Hoo menyambut datangnya ikat
pinggang tersebut, segera ia getarkan ikat pinggang tersebut
keluar. Tidak ampun lagi pedang tawan bkena dibelenggud
kencang-kencanag dan tak bisa bterlepas lagi, agaknya
pedang pemuda tadi adalah senjatu mustika, terbukti setelah
terbelenggu tidak seperti pedang Kian Hoo tadi segera
tergencet patah jadi beberapa bagian, pedang itu terbelenggu
oleh ikat pinggang itu dan melekat erat-erat sedang kedua
belah pihak berusaha untuk menariknya kearah belakang.
"Adduh celaka ! " salah seorang padri tua itu menjerit
kaget, "Ruyung Merak emas dari sute telah terjatuh ketangan
bajingan jahat itu, hal ini sama halnya dengan memberi sayap
buat harimau ganas.".
Kakek tua she-Peng itu menguatirkan keselamatan
putranya, buru-buru ia kebas pedangnya maju membantu.
Dalam keadaan gemas sekuat tenaga Liem Kian Hoo betot
ikat pinggangnya, dan begitu hebat tenaga betotan tadi
sampai-sampai pemuda itu beserta pedangnya tertarik
kemuka, Cahaya pedang dari sikakek tua itu dengan cepat
mengurung seluruh tubuh Kian Hoo sehingga memaksa sianak
muda itu harus menunjukan kelihayannya, tangannya diangkat
keatas lalu digetarkan keras-keras, tenaga sang pemuda shePeng tidak memadahi Kian Hoo sehingga ia tak kuasa
menahan diri, pedangnya segera terlepas dari genggamannya.
Pada saat yang bersamaan pula serangan dari sikakek tua
itu telah tiba, ia segera putar senjata dan menangkis ancaman
tersebut. ikat pinggang berwarna kuning itu masih te tap
membelenggu pedang panjang pada ujungnya maka terpaksa
Kian Hoo harus putar senjata untuk menghadapi seranganserangan
gencar dari kakek tua itu.
Walaupun ia tidak lancar menggunakan senjata tadi,
namun dengan andalkan ilmu silatnya yang beraneka ragam
serta tenaga dalam yang amat sempurna untuk sementara
waktu ia berhasil membendung seluruh serangan gencar dari
orang tua itu. Sementara itu setelah pemuda she-Peng kehilangan
pedang, ia mundur kesisi kalangan dengan wajah murung dan
sedih, sekarang ia baru tahu kalau musuhnya itu memiliki ilmu
silat yang sangat lihay.
Perlahan-lahan gadis cantik itu maju menghampiri kesisi
tubuhnya, kemudian dengan suara lembut ujarnya:
"Bukankah sejakr tadi aku sudaht berkata bahwa qdia
sangat lihary sekali, sudah kunasehati dirimu jangan berkelahi
dengan dirinya karena kau musti kalah, siapa suruh kau tidak
mau menurut."
Ucapan ini sangat menyinggung perasaan pemuda shePeng tersebut, hawa amarahnya kembali barkobar dalam
dadanya, ia meraung keras, kemudian dengan tangan kosong
menubruk kearah punggung Kian Hoo.
Ketika itu Liem Kian Hoo sedang pusatkan seluruh
perhatiannya untuk menghadapi serangan serangan gencar
dari sikakek tua itu, ia sama sekali tidak memperhatikan
keadaan belakang, dengan begitu punggungnya jadi terbuka
dan gampang terserang.
Tampaklah tubrukan itu segera akan mengena sasaran,
tiba-tiba disaat yang amat kritis itulah dari sisi kalangan
berkelebat lewat sesosok bayangan manusia disusul dua buah
serangan yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan
sambaram kilat.
Serangan pertama telah menghalangi tubrukan dari
pemuda she-Peng itu, sedangkan serangan kedua bersarang
telak diatas dada pemuda tadi sehingga badannya mencelat
kebelakang dan muntah darah segar.
Mendengar suara gaduh dibelskang tubuhnya Liem KianHoo
berpaling, ia temukan orang yang barusan membantu dirinya
bukan lain adalah Ong Bwee Chi, dengan sinar mata penuh
rasa berterima kasih ia melirik sekejap kearahnya.
Dalam pada itu dengan badan gemetar gadis cantik tadi
kembali menyembunyikan diri disudut ruangan.
Sikakek tua she-Peng itu jadi terperanjat tat kala
menyaksikan putranya terluka, ia segera menghentikan
serangannya dan lari menghampiri tubuh pemuda tersebut,
ketika ditemukan bahwasannya lelaki itu muntah darah dan
jatuh tidak sadarkan diri, ia jadi amat sedih bercampur gusar.
"Bajingan ! " teriaknya, "Berani benar kau turun tangan keji
terhadap putraku."
"Hmmm ! siapa suruh ia melancarkan serangan bokongan
dari belakang punggung orang " terhadap manusia pengecut
macam dia sudah sepantasnya kalau dijatuhi hukuman yang
setimpal!" dengus Ong Bwee Chi sinis.
"Lonte busuk ! " teriak kakek itu semakin gusar, sambil
mencekal pedang ia segera loncat kedepan, "Ini hari jangan
harap kau bisa loloskan diri dari ujung pedang loohu....".
Liem Kian Hoo segera melepaskan pedang yang
terbelenggu diujung ikat pinggang itu dan dilemparkannya
kearah Ong Bwee Chi sambil berseru:
"Nona Ong, sambut pedang tersebut ! dan apabila tidak
terpaksa janganlah melukai orang !"
Setelah menyambut datangnya pedang itu belum sempat
Ong Bwee Chi buka suara, cahaya pedang sikakek itu sudah
menggulung tiba, terpaksa ia mengepos tenaga untuk
menyambut datangnya serangan lawan.
Tenaga serangannya tidak sekuat tenaga Kian Hoo, tetapi
gerakan tubuhnya jauh lebih ringan dan lincah, ditengah
serangan-serangan gencar yang dilancarkan sikakek tua itu
meski ia rada keteter namun dengan andalkan kelincahan
badannya setiap kali ia berhasil loloskan diri dari ancaman
bahaya. Sementara itu Thian Sim thaysu telah berpaling
memandang sekejap kearah tiga orang padri tua itu lalu
berkata: "Suheng sekalian ruyung merak emas milik siauw-te telah
lenyap, harap suheng sekalian suka bantu siaute untuk
meranipasnya kembali...".
Air muka tiga orang padri tua itu berubah keren dan
membesi, tanpa mengucapkan sepatah katapun dari pinggang
masing-masing mengambil keluar sebuah ruyung lemas yang
berbentuk seperti ikat pinggang, warna ruyung itu adalah
keperak-perakan, hijau membesi serta merah membara.
Bentuk maupun ukurannya persis seperti ruyung yang berada
ditangan Kian Hoo.
Da!am waktu singkat ketiga orang padri tua itu sudah
menyebarkan diri membentuk posisi segi tiga dan mengurung
Liem kian Hoo ditengah kalangan.
"Thaysu bertiga adalah padri agung " seru Liem Kian Hoo
dengan wajah serius. "Apakah kalianpun hendak mengerubuti
diriku secara massal ?".
Merah padam selembar wajah padbri tua yang berd warna
keperak aperakan itu, sebgera jawabnya:
"Untuk menghadapi seorang bajingan tengik macam
dirimu, buat apa kami harus menuruti peraturan Bu-lim
dengan satu lawan satu ! Hmmm ! justru kami hendak
membinasakan dirimu lebih cepat berarti lebih baik !".
"Kalian semua keledai-keledai gundul yang bermata tak
berbiji, mulut kamu semua tidak bersih dan memaki diriku
dengan bajingan tengik Hmmm ! padahal kalianlah yang
sebenarnya pantas disebut manusia goblok yang tidak punya
otak !" Tiga orang padri tua itu jadi amat gusar mendengar seruan
tersebut, tiga buah ruyung lemas bagaikan hembusan angin
puyuh segera menggulung keluar.
Liem Kian Hoo menanti dengan hati tenang, hawa
murninya disalurkan keseluruh badan, Menanti serangan
lawan telah tiba ia baru putar senjata ruyungnya dan
terjadilah suatu pertempuran yang amat seru ditengah
kalangan itu. Mula-mula hwesio tua yang bernama Thian Sim Thaysu itu
cuma menonton jalannya pertarungan dari sisi kalangan,
tetapi lama kelamaan ia jadi kaget juga setelah menyaksikan
keampuhan Liem Kian Hoo, ia termenung sejenak akhirnya
dari belakang meja sembahyangan ia mengambil keluar
sebuah toya Poothung dan terjunkan diri pula kedalam
kalangan. Dengan demikian keadaan Liem Kian Hoo semakin runyam,
senjata yang biasa ia gunakan adalah sebilah pedang, kini
harus mengunakan ruyung lemas, bukan saja merasa tidak
biasa, bahkan menghadapi pula serangan-serangan gencar
yang semuanya ditujukan untuk mencabut selembar jiwanya,
ia makin kelabakan, seluruh tenaga dalam yang harus
dikerahkan untuk mempertahankan diri.
Tenaga dalam yang dimiliki tiga orang padri tua itu jauh
diatas tenaga dalam dari Thian-Sim Thaysu, jurus serangan
dalam permainan ruyungpun jauh lebih sempurna. Untuk
menghadapi mereka bertiga sudah cukup kerepotan apalagi
sekarang bertambah dengan ancaman toya besi dari Thian
Sim Thaysu, maka tidak sampai belasan gebrakan ia sudah
kecapaian setengah mati, keringat mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya, lengan yang digunakan untuk
mainkan ruyungpun terasa linu dan sakit.
Ketika suatu saat ia punya kesempatan untuk berpaling,
tampaklah olehnya Ong Bwee Chi pun kena terdesak hebat
oleh seranbgan-serangan gedncar kakek tua aitu, ia jauh
lebbih banyak bertahan daripada menyerang dan keadaannya
kritis sekali, berarti keadaan mereka semakin bahaya.
Agaknya sikakek tua she-Peng itu sangat mendendam
terhadap kedua orang muda-mudi ini, terutama sekali setelah
putranya terluka, terdengar ia berteriak keras-keras:
"Thaysu seka!ian, perketat serangan ! kita harus cepatcepat
binasakan sepasang anjing laki perempuan ini !".
Sambil berseru permainan pedangnya pun semakin
dipergencar, membuat Ong Bwee Chi tak sanggup
mengerahkan tenaga untuk menghindarkan diri lagi, terpaksa
gadis itu harus gertak gigi menerima semua serangan dengan
keras lawan keras hingga keadaannya makin berbahaya.
Liem Kian Hoo sendiripun makin bertarung makin lelah, ia
sadar keadaan sangat tidak menguntungkan dirinya, dengan
hati sedih bercampur gusar segera teriaknya:
"Sungguh tak nyana aku bakal mati ditangan kalian
manusia-manusia goblok yang tidak punya otak, dikemudian
hari apabila dunia persilatan dilanda bencana pembunuhan
masal, maka kalianlah yang harus bertanggung jawab atas
kejadian itu".
Thian Sim thaysu tertawa dingin.
"Asal kami berhasil membinasakan kau bajingan tengik
yang terkutuk berarti dalam dunia persilatan telah kehilangan
seorang bibit bencana !" serunya.
Menyaksikan orang orang itu belum juga sadar dari
keadaan yang sebenarnya, Liem Kian Hoo mendongkol
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bercampur gusar, hawa amarah berkobar dalam dadanya,
dengan kerahkan seluruh sisa tenaga yang dimilikinya ia
ayunkan ruyung-nya kedepan.
Plaaaaak...! ruyung tadi dengan telak menghajar diatas
tongkat besi tersebut, diiringi suara bentrokan nyaring,
tongkat tersebut seketika patah jadi dua bagian.
Namun pada saat itulah tiga buah ruyung dari hweesio
hweesio tua itu sudah menyapu datang dari tiga arah yang
berlawanan sianak muda itu dipaksa harus enjotkan badan
untuk menghindarkan diri, ambil kesempatan itulah Thian Sim
thaysu menyodorkan kutungan toyanya ke arah depan.
Dengan demikian keadaan dari Liem Kian Hoo jadi amat
berbahaya sekali. Berada ditengah udara sianak muda itu
segera sambit ruyungpun ke arah gadis cantik itu sambit
berteriak gusarr:
"Siluman peretmpuan! kali iniq apa yang kau hrarapkan
segera akan terwujud !".
Ruyung itu meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa,
agaknya Thian Sim thaysu takut gadis itu tak kuasa menahan
diri, maka pada saat yang bersamaan ia tarik kembali
serangannya dan membabat kearah ruyung tersebut dengan
sekuat tenaga ia berhasil menangkap senjata tadi.
Thian Sim thaycu terperanjat mimpipun ia tidak menyangka
kalau gadis cantik yang kelihatan lemah lembut itu memiliki
tenaga dalan yang begitu sempurna, ia lupa menarik
serangannya sehingga tongkat tadi segera menghantam
kearah tubuh gadis tersebut.
Gadis cantik itu tertawa dingin, ruyungnya digetarkan
mendatar kemuka, mengikuti datangnya serangan toya tadi
senjata tersebut meluncur kedepan.
Tampaklah cahaya berkelebat lewat batok kepala Thian Sim
thaysu yang gundul tahu tahu sudah berpisah dari tubuhnya
dan terjatuh keatas tanah, darah segar muncrat keluar
keempat penjuru.
Menyaksikan peristiwa ini tiga orang padri tua lainnya jadi
amat terperanjat dengan wajah melengak, buru-buru mereka
tarik kembali ruyungnya dan berdiri menjublak.
Gadis cantik itu sama sekali tidak pilih kasih, ruyungpun
dibabat kemuka lebih jauh, laksa na bayangan setan badannya
menubruk kemuka dengan dahsyatnya.
"Brrruuk... bruukkk... bruuuk!" darah segera kembali
muncrat keempat penjuru membasahi lantai, kembali tiga
sosok mayat menggeletak diatas tanah tanpa kepala.
"Aduuuh celaka ! teriak Kian Hoo keras-keras "penyakit
edan dari iblis wanita ini kumat lagi, ayoh cepat kita...".
"Nona Bwee, kau..." terdengar kakek tua she-Peng itupun
berseru kaget sambil berdiri menjublak.
Sinar mata yang amat tajam berkelebat lewat dari ujung
mata gadis itu, ruyungnya digetarkan kemuka menyapu ulu
hati kakek tua tersebut. Melihat datangnya ancaman sikakek
tua she-Peng itu jadi terperanjat buru-buru pedangnya diputar
kedepan hendak menangkis, namun belum sempat ia bergerak
tahu tahu ujung ruyung lawan sudah bersarang diatas
dadanya. Kakek tua itu menjerit ngeri, dadanya berlobang dan darah
segar muncrat keluar membasahi seluruh lantai, tidak sempat
berkutik lagi tubuhnya roboh binasa keatas tanah.
Perbuatan keji gadis cantik itu tidak sampai disana saja,
ruyung lemasnya dibuang keatas tanah dan ia sambar pedang
panjang dari mayat kakek tua itu kemudian ditusukkan kearah
tubuh Ong Bwee Chi.
Sejak gadis cantik itu melakukan pembunuhan massal Ong
Bwee Chi sudah bikin persiapan melihat datangnya ancaman
ia segera putar pedangnya menyambut, sementara badannya
cepat-cepat mundur kebelakang.
Pedang itu tergetar oleh tenaga serangan sang gadis yang
amat kuat itu sehingga terbang ke angkasa, untung Ong Bwee
Chi sempat menghindarkan diri.
Gadis cantik itu ada maksud mengejar lebih jauh, namun
pada saat itulah Liem Kian Hoo telah turun tangan, telapaknya
berkelebat melancarkan serangan sedangkan tubuhnya
menubruk ke-muka, dengan telapak tangan ia tabok ujung
pedang lawan. Agaknya gadis itu benar-benar jeri terhadap Liem Kian Hoo,
sebelum pedangnya sempat melukai Ong Bwee Chi ia sudah
geserkan senjata itu kesamping kiri.
"Perempuan siluman ! kau benar benar sudah edan !"
teriak Kian Hoo keras-keras.
Badannya bergerak kedepan dan sekali lagi melancarkan
sebuah serangan menghantam dadanya, Gadis itu tidak
menghindar maupun berkelit, ia biarkan telapak sianak muda
itu menghajar dada-nya, diiringi bentrokan dahsyat gadis itu
mengeluh lirih.
Perasaan yang timbul dalam hantaman ini ternyata jauh
berbeda sewaktu Kian Hoo melancarkan cengkeraman tempo
dulu, ia merasa tangan nya menyentuh sesuatu yang lunak
dan halus, ia tak mengerti mengapa serangannya tadi tak
berhasil melukai dirinya.
Sinar mata buas yang memancar keluar dari sepasang mata
gadis itu mendadak lenyap tak berbekas, sebagai gantinya
muncullah suatu cahaya aneh dan sukar dilukiskan dengan
kata-kata diatas mukanya, kemudian sang tubuhpun segera
meleset mundur kebelakang.
Liem Kian Hoo mengira gadis itu akan melancarkan
serangan kembali kearahnya, buru-buru ia putar sepasang
telapak mencengkeram urat nadi gadis cantik itu.
Suatu senyuman manis mendadak tersungging diujung bibir
gadis itu, kena senyuman manis iniKian Hoo tergiur, sepasang
tangannya yang semula mencengkeram urat nadi gadis itu
erat-eratpun segera jadi kendor, sebab ia merasa bahwa
senyuman ini laksana sang surya muncul diufuk timur,
bagaikan bunga mawar yang sedang berkembang, indah
menawan dan mempesonakan hati.
Cantik, wajahnya benar benar cantik hingga sukar
dilukiskan dengan kata kata.
Misterius, tingkah lakunya benar benar misterius sehingga
sukar untuk dipecahkan dengan akal. Kecantikan macam ini
serta kemisteriusan macam ini membuat ia jadi tergiur,
terpesona tatkala ia genggam tangannya, begitu tergiur
sampai ia tak tahu apa yang harus dilakukan.
Dan waktupun seolah olah berhenti, waktu sesingkat itu
terasa amat lama bagaikan beratus-ratus tahun lamanya.
Beberapa saat kemudian ia baru mendusin dari lamunan, ia
teringat kembali bahwa gadis cantik ini bukan lain adalah Hwe
Thian Mo-li yang dengan susah payah dicari, dikejar dan
ditangkap untuk dibinasakan tenaga dalamnya segera
disalurkan keseluruh tubuh, sianak muda itu bermaksud
menghancurkan tulang tulang tubuhnya.
Tetapi secara tiba-tiba gadis itu menarik tangannya hingga
terlepas dari genggaman sianak muda itu kemudian meraba
dadanya dan berbisik dengan suara lirih:
"Bwee Hoa dengan penuh rasa hormat menanti
kedatanganmu didepan sana !"
Habis berkata badannya melayang kedepan, bagaikan
seekor kupu-kupu ia melayang keluar lewat pintu pagoda dan
lenyap dibalik kegelapan.
Dengan termangu-mangu Liem-Kian-Hoo berdiri ditempat
sambil mengawasi bayangan punggungnya berlalu dari sana,
lama sekali ia berdiri tertegun disana kendati bayangan
tubuhnya sudah lenyap.
Mendadak terdengar suara helaan napas ringan
berkumandang datang dari belakang tubuh-nya, buru buru ia
berpaling, tampaklah orang yang barusan menghela napas
bukan lain adalah Ong-Bwe-Chi, ia jadi kebingungan dan tidak
habis mengerti melihat sikap gadis itu.
Tampak Ong Bwee Chi tersenyum lalu berkata:
"Liem-heng, bagaimanapun juga kau tetap seorang pria !".
Nada ucapannya penuh dengan nada menyindir dan
mengejek. Merah jengah selembar wajah Kian Hoo, ia tahu Ong Bwee
Chi sedang mentertawakan dirinya karena tidak tega
membinasakan gadis cantik itu, dengan nada kikuk segera
sahutnya: "Nona Ong, aku telah salurkan hawa murniku untuk
membinasakan dirinya, tetapi tenaga seranganku sama sekali
tak berdaya menghadapi dirinya !".
Tentu saja Ong Bwee Chi tak mau percaya dengan
penjelasan tersebut, ia tetap berdiri sambil tertawa.
Buru-buru Liem Kian Hoo membuka tangannya sambil
berseru: "Kalau kau tidak percaya boleh periksa tanganku, warna
merah darah yang ada diteIapak-ku adalah bekas
mengerahkan tenaga dalam masih belum hilang !".
Tetapi ketika ia buka telapaknya kembali si anak muda itu
berdiri tertegun, ternyata tatkala gadis cantik itu hendak
berlalu, ia sudah tinggalkan batu pualam berbentuk bunga
bwee itu didalam genggamannya, entah kepandaian apakah
yang telah digunakan sehingga ia sediripun sama sekali tidak
merasa. Batu pualam Giok-Bei itu masih tetap utuh namun rantai
emas yang ada diujung batu pualam itu sudah berubah jadi
seutas serat tipis yang halus, buru buru Kian Hoo menuding
emas tersebut sambil berseru:
"Coba kau lihat, rantai emas inipun telah berubah jadi serat
serat emas yang tipis oleh tenaga tekananku !".
Air muka Ong Bwee Chi rada berubah, ia segera
mengangguk. "Siauw-moay tidak berani mencurigai watak serta
perbuatan Liem heng." katanya, "Hanya saja aku lihat
agaknya iblis wanita itu sudah menaruh rasa cinta terhadap
diri Liem heng ".
"Aaaaaa ! hal ini mana bisa terjadi " harap nona jangan
ajak diriku untuk bergurau." seru Kian Hoo dengan wajah
berubah jadi merah-padam.
"Meninggalkan Giok-Bei mengambil mutiara, hal ini pada
umumnya menunjukkan apabila kedua belati pihak saling
menaruh hati sekalipun Liem-heng ingin memikirpun pada saat
ini tak mungkin lagi ! pesannya sebelum berlalu tadi mengata
kan bahwa ia akan bertemu kembali dengan dirimu
diperjalanan depan, agaknya iblis wanita itu tidak menaruh
suatu perasaan jahatpun terhadap diri Liem heng".
Selesai mendengar ucapan tersebut, Liem Kian Hoo baru
sadar bahwa pakaian bagian dadanya sudah tersingkap, batu
Giok Bei itu berada disana namun sebutir mutiaranya telah
lenyap sungguh tak nyana rabaan gadis itu menjelang berlalu
dari sana tadi bukan lain adalah mengambil mutiara tersebut.
Sianak muda ini jadi gelisah, serunya: "Aaaaa, sekarang
bagaimana baiknya ! benda tersebut merupakan benda
mustika dari keluargaku, bahkan benda itu sangat bermanfaat
bagiku." "Disimpan dalam sakunya, kan jauh lebih aman daripada
Liem heng bawa sendiri ! " goda Ong Bwee Chi kembali sambil
tersenyum. Melihat gadis itu kembali menggoda, Liem-Kian Hoo tak
bisa berbuat lain kecuali menahan rasa malu bercampur
gelisah. Terdengar Ong Bwee Chi menghela napas kemudian
berkata kembali:
"Gadis cantik macam dia benar-benar merupakan incaran
dari setiap mata pria, setiap lelaki akan bergerak hatinya
setelah berjumpa dengan dirinya apabila dia adalah seorang
gadis yang normal. Ooouw sungguh alangkah baiknya !".
Liem Kian Hoo tak kuasa menahan diri lagi, dengan wajah
merah padam teriaknya:
"Nona Ong, harap kau jangan menggoda diriku lagi, dia
adalah seorang iblis wanita yang sudah banyak melakukan
kejahatan, aku tidak tertarik kepadanya, yang selalu
kupikirkan didalam hati adalah bagaimana caranya
membinasakan dirinya dari muka bumi...!".
"Siauw-moay tiada maksud untuk menggoda, dengan
kepandaian silat yang ia miliki sekarang boleh dikata tiada
tandingannya lagi dikolong langit, tidak mungkin kalau kita
hendak membinasakan dirinya dengan cinta kasih, mungkin
dengan demikian ia akan mengurangi berbuat jahat."
"Dosa ! dosa! hal ini merupakan suatu pekerjaan yang tidak
mungkin bisa kulakukan !".
Sementara Ong Bwee Chi akan buka suara, tiba tiba
tampaklah pemuda she Peng yang menggeletak diatas tanah
mulai menggeiiat dan meronta bangun, akhirnya ia mendusin
dan buka matanya.
Benda pertama yang berhasil ia lihat adalah batu pualam
Giok Bei yang berada ditangan Kian Hoo, dengan cepat ia
loncat bangun kemudian berteriak penuh kegusaran:
"Bajingan keparat ! kau telah apakah diri nona Bwee ?".
Belum sempat Liem Kian Hoo memberi penjelasan, sianak
muda she Peng itu telah menemukan pula empat sosok mayat
yang menggeletak diatas tanah, ia semakin sedih lagi,
teriaknya sambil menangis:
"Bajingan keparat, sungguh keji perbuatanmu." sambil
berteriak ia menubruk kedepan, Ong Bwee Chi yang ada
disisinya dengan cepat turun tangan menotok jalan darahnya,
setelah itu sang telapak diangkat siap membabat batok kepala
pemuda itu. "Nona Ong !" Buru buru Liem Kian Hoo menghalangi
niatnya, "Mengapa kau hendak membinasakan dirinya !".
"Iblis wanita itu sengaja membinasakan beberapa orang ini
dengan menggunakan ruyung lemas ditanganmu, kemudian
meninggalkan pula seorang saksi hidup, jelas ia ada maksud
menjatuhkan tanggung jawab atas hutang darah ini kepada
dirimu, apabila kita tidak membunuh dirinya maka kesalah
pahaman ini tak akan tercuci bersih sepanjang hidup,
terutama sekali kalau berita ini sampai tersiar diluaran, bukan
saja kau tak dapat menancapkan kaki lagi didalam dunia
persilatan, bahkan sepanjang hidup kau tidak akan bisa hidup
dengan aman tenteram."
"Siapa benar siapa salah suatu saat tentu akan jadi jelas
dengan sendirinya." kata Kian-Hoo sambil geleng kepala,
sekalipun orang lain bakal menaruh salah paham sepanjang
hidup terhadap diriku, akupun tidak bakan melakukan
dperbuatan ini !a".
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan pandabngan mendalam Ong Bwee Chi melirik
sekejap kearahnya dan berkata:
"Walaupun beberapa orang ini bukan orang orang
kenamaan didalam dunia persilatan, namun ilmu silat yang
mereka miliki tidak lemah, hubungan serta asal usul mereka
tentu luar biasa sekali, apabila kau biarkan pemuda ini berlalu
maka di kemudian hari kau bakal menjumpai kerepotan yang
tiada tara banyaknya !".
"Soal itu sih tidak mengapa, dalam bertindak aku selalu
mencari ketenteraman hati, asalkan aku tidak pernah berbuat
maka sekalipun dunia bakal ambruk pun aku tidak akan ambil
pusing, lagipula kerepotan yang kuhadapi sudah cukup
banyak, sekalipun bertambah dengan kerepotan lainpun tidak
mengapa ! ".
"Sungguh tak nyana Liem heng mempunyai kebesaran jiwa
yang demikian hebat, siauw moay merasa sangat kagum.".
"Perkataan semacam ini tak perlu kau utarakan, lebih baik
cepat-cepat kita bereskan mayat jang bergelimpangan
ditempat ini !..."
Pedang Asmara 3 Sepasang Golok Mustika Karya Chin Yung Kemelut Di Majapahit 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama