Ceritasilat Novel Online

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam 3

Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Bagian 3


Namun saat itu dilihatnya bahwa tukang perahu sangat
terkejut, karena ternyata pertapa itu telah berada di dekat
perahu, dengan berdiri di atas air!
'''Maafkan, Bapak tidak enak mengganggu, tetapi Bapak
lupa lagi cara pengucapan yang benar. Bolehkah kiranya
diulangi lagi ''Bapak sudah jelas tidak membutuhkannya lagi,'' ujar sang
pelajar tergagap-gagap, tetapi pertapa itu dengan sangat
sopan terus memohon, sampai akhirnya pelajar itu merasa
kasihan juga, dan mengucapkan kembali bagai-mana mantra
itu harus diucapkan.
''Pertapa tua itu mengucapkan lagi mantra tersebut dengan
sangat hati-hati, perlahan-lahan, berulang-ulang, sambil
berjalan di atas air menyeberangi danau kembali ke pulau.''
(Oo-dwkz-oO) DALAM kekelaman semesta, hanya titik kemilau di ujung
sana, mengarahkan pemusatan perhatianku kepada keberulangan mantra.
om mani padme hum
Memusatkan perhatian kepada mantra juga berarti
mempertahankan pemusatan perhatian Jurus Naga Berlari di
Atas Langit untuk selalu menjadi bagian dari cahaya
berkilauan itu. Dalam pemahaman Buddha aliran Tibet,
mantra itu diucapkan dengan keras maupun diucapkan dalam
hati, memohonkan perhatian dan restu daya kebajikan
Chenrezig yang merupakan perwujudan belas
kasih. Memandang mantra itu secara tertulis pun disebutkan akan
memberi akibat yang sama. Mantra itu sering terlihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terpahatkan pada batu, tertuliskan pada lembaran yang
disebut kertas, bahkan pernah kulihat dari kejauhan
tertorehkan dengan aksara raksasa pada dinding tebing curam
menjulang. Memutar-mutar bentuk tertulis mantra sekitar putaran Mani
atau putaran doa juga dipercaya memberikan hasil sama
seperti mengucapkan mantranya. Putaran Mani, putaran
tangan kecil, dan putaran besar dengan jutaan tiruan mantra
di dalamnya, dapat ditemukan di mana pun di wilayah yang
dipengaruhi Buddha aliran T ibet.
Titik cahaya menjelmakan mantra, yang menggenggam
segenap ajaran Buddha. Aku meluncur dengan begitu
cepatnya, tetapi bagaikan tidak pergi ke mana-mana. Hanya
aku dan cahaya, hanya aku dan titik cahaya kemilauan, hanya
aku dan cahaya kemiluan, hanya cahaya kemilauan. T iada lagi
kekelaman, tiada lagi kegelapan, tiada lagi diriku. Hanya
cahaya. Bahkan ruang bagaikan menghilang.
Hanya cahaya. Hanya kilauan. Lantas benderang.
Terdengar ledakan ketika diriku mendadak telah meluncur
kembali di bumi. Tubuhku masih bergerak seperti ikan lumbalumba di dalam lautan, tetapi yang setiap geraknya
melesatkan diriku sampai tidak terlihat oleh mata telanjang,
memburu titik cahaya yang dalam kebenderangan masih saja
berkilauan. Dalam penyatuan dengan putaran mantra, titik cahaya
yang melesat itu tidak pernah lepas lagi dari jangkauan Jurus
Naga Berlari di Atas Langit. Semakin cepat titik cahaya
berkiluan itu melesat, secepat itu pula Jurus Naga Berlari di
Atas Langit me lesatkan diriku, bukan hanya dalam ketetapan
jarak, tetapi bahkan semakin lama semakin dekat, sehingga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
titik cahaya berkilauan
itu semakin membesar dan
memperlihatkan bentuk sesungguhnya, yakni seekor kupukupu hitam.... Bagaimanakah kiranya kupu-kupu hitam bisa tampak
berkilau-kilauan, kiranya itulah yang merupakan keajaiban
penyatuan dan penisbian dalam putaran mantra agung yang
tetap bergumam dalam kesunyian. Antara kehitaman dan
kekemilauan, antara kerapuhan dan kekuatan, antara
kelambanan dan kecepatan,
antara mendatangi dan
meninggalkan, tiada lagi perbedaan. Sayap kupu-kupu hitam
itu mengepak seperti biasanya kupu-kupu mengepak, tetapi
kecepatannya belum juga terkejar oleh Jurus Naga Berlari di
Atas Langit. Kemudian ternyatalah bahwa kepak sayap kupu-kupu itu
adalah kepak sayap yang membuka pikiran. Kepak itu adalah
kepak yang menjadi bagian semesta yang juga terus bergerak.
Semakin terpaku mataku kepada gerakan kepak itu, semakin
hilang diriku menyatu dengan langit dan menjadi bagian dari
gerak itu sendiri.
Kata Hui Hai: pikiran tidak berwarna
seperti hijau atau kuning,
merah atau putih;
tidaklah panjang atau pendek;
tidak menghilang atau menimbul;
bebas dari kemurnian dan kekebalan;
dan lamanya pun abadi
pengucapannya diam
begitulah kemudian
bentuk pikiran sejati kita
yang juga tubuh sejati kita
Apakah kupu-kupu hitam itu memang kupu-kupu hitam
ataukah sekadar gambaran penjelmaan isi dari K itab I lmu Silat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kupu-kupu Hitam" Artinya dengan menghayati dan menyerap
segenap gerak kepakan kupu-kupu yang meluncur sebagai
titik cahaya berkilauan itu sama dengan mempelajari isi kitab
tersebut. Apakah gerak dan apakah bukan gerak" Segalanya
nisbi, dan dalam kenisbian segalanya bisa terjadi, sehingga
yang hitam berkilauan, yang bergerak berdiam, dan yang
melesat tiada pergi ke mana pun. Aku membaca segala kepak
dan bukan kepak kupu-kupu hitam itu, dan bagaikan cara
berpikir Nagarjuna, memecahkan persoalan antara kepak dan
bukan kepak dengan bukan antara itu sendiri. Itukah juga
kiranya yang diberitahukan dalam Pengantar dan Cara
Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam" Betapapun
dengan bersatunya diriku dalam semesta dan semesta dalam
diriku, jika aku boleh merasa begitu, aku seperti telah
menemukan sesuatu dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
yang sedang meluncur itu.
Namun kini titik cahaya kemilau itu telah berubah menjadi
gulungan kitab kembali. Mungkinkah karena aku telah menjadi
lebih dekat, ataukah karena putaran yang melingkari dan
menyelimutinya telah terpecahkan" Ke manakah kiranya kitab
ini menuju dan kapankah kiranya keluncuran kitab ini
berhenti" Dalam ruang dan waktu yang telah berubah masih
mungkinkah diriku menanyakan kapan dan di mana sama
sekali" Betapapun suara
ledakan demi ledakan akhirnya menyadarkanku, betapa diriku telah kembali berada di ruang
waktu bumiku yang terkasih, yang sama sekali belum habis
kukembarai dalam usaha untuk mengerti. Begitulah aku
meluncur, seperti terbang tetapi bukan terbang, karena Jurus
Naga Berlari di Atas Langit bukanlah ilmu terbang. melainkan
ilmu meringankan tubuh yang dalam kematangan penguasaannya membutuhkan sekadar jejakan agar dapat
melesat dan berkelebat, meski itu hanyalah setitik debu di
udara terbuka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ke manakah gulungan kitab ini akan pergi" Aku masih
punya waktu beberapa belas hari untuk membebaskan Elang
Merah dan Yan Zi, tetapi bagaimana jadinya jika kitab ini tiada
pernah akan berhenti dan jaraknya denganku meski tiada
menjadi lebih jauh juga tiada lebih dekat lagi" Dalam ukuran
ruang dan waktu yang berganti-ganti, seperti yang seolah-olah
hanya sekejap kujalani, tetapi ternyata melesat sepuluh tahun
dalam samadhi, tiada kuinginkan waktu bumi terlampaui dan
hanya kutemukan Elang Merah dan Yan Zi sudah mati.
Lagipula, jika kemudian Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
ini memang dapat kuraih lagi, apakah Mahaguru Kupu-kupu
yang menyandera Elang Merah dan Yan Zi masih berada di
tempat diriku meninggalkan mereka untuk kembali lagi"
Tidakkah Mahaguru Kupu-kupu waktu itu berkata justru dialah
yang akan menemuiku" Jika dia telah mengarahkan diriku
menuju wilayah Tiga Sungai Sejajar, tidakkah itu berarti
dirinya tahu pasti di mana akan bisa mencariku, tetapi tanpa
dugaan sama sekali betapa Mahaguru Kupu-kupu Hitam telah
melempar kitab yang dikehendakinya tersebut dengan akibat
seperti ini"
Seperti telah kusebutkan, diriku sungguh taktahu pasti kini,
apakah tenaga dalam luar biasa Mahaguru Kupu-kupu Hitam
atau suatu daya dalam kitab ini sendiri, ataukah keduaduanya, atau juga bukan kedua-duanya yang telah
membentuk peristiwa yang barangkali saja memang takperlu
dipecahkan ini. Gulungan kitab itu meluncur dan meluncur
seolah tanpa akan bisa kukejar, karena meskipun tampaknya
Jurus Naga Berlari di Atas Langit bukan takmungkin sedikit
demi sedikit memperpendek jarak, tetapi saat jaraknya berada
dalam jangkauan dan peristiwa apalagi yang akan terjadi
tiadalah dapat kuperkirakan.
Demikianlah kitab ini meluncur dan meluncur sembari
sesekali diiringi suara ledakan. Aku memusatkan daya batin
dan segala pemusatan perhatian agar terus dapat mengikuti,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meraih, dan memegangnya, karena dalam usaha inilah jiwa
Yan Zi dan Elang Merah menjadi pertaruhan, sedangkan atas
nama apa pun dalam hal ini diriku tidak bisa menerima
kegagalan! (Oo-dwkz-oO) Episode 211: [Kitab yang Bermandi Darah]
Hanya kemudian sete lah mengenal peta bumi dengan agak
lebih baik, aku mengerti betapa kitab ini semula meluncur
lurus dari Shangri-La langsung menuju Ceruk Sichuan. Apabila
dari Y unnan aku telah memanfaatkan hembusan angin menuju
barat daya menuju Shangri-La, kini dengan mengejar kitab
yang meluncur lurus ke Ceruk Sichuan berarti diriku mengarah
ke timur laut. Namun pada saat itu diriku sungguh menjadi
pusing karena susah payah mengingat, bagaimana caranya
kembali menuju tempat Yan Zi dan Elang Merah ditawan dan
menjadi sandera Mahaguru Kupu-kupu. Memang benar
dikatakannya betapa diriku akan mendapat pemberitahuan,
tetapi bagaimana kalau tidak"
Sepintas kilas aku teringat segala tujuan yang belum
terselesaikan. Perasaan sedih menyelimutiku setiap kali
menyadari betapa rasanya diriku telah menjadi semakin jauh
dari tujuan semula untuk melakukan perjalanan di Negeri Atap
Langit. Bukan saja Harimau Perang telah lepas dari
pandangan, sehingga rasanya selimut rahasia kematian Amrita
semakin jauh dari pembongkaran; tetapi tugas yang terbaru
pun, melindungi dan membantu Yan Zi untuk mencuri Pedang
Mata Cahaya bagi tangan kiri di istana Chang'an masih sangat
jauh dari penyelesa ian, karena takdapat kulindungi Y an Zi dari
jerat sihir Mahaguru Kupu-kupu. Perasaanku menjadi semakin
rawan jika mengingat Elang Merah, yang telah menyatakan
pengabdian jiwa dan hidupnya untuk mengikuti diriku ke mana
pun aku menuju, hanya untuk mengalami nasib buruk
disebabkan oleh masalahku, yang dengan sangat terpaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah membantai habis murid Perguruan Kupu-kupu. Alangkah
sangat buruknya keadaanku, jika takmampu menanggapi
siapapun yang nasibnya tergantung dan menggantungkan
dirinya kepadaku dengan tindakan setara. Betapapun, sejauh
ini diriku berusaha sekuat bisa.
Kemudian kusaksikan gulungan kitab itu merendah, begitu
cepatnya kitab itu merendah sehingga hampir saja diriku
kehilangan jejak karena nyaris mendahuluinya. Kitab itu
merendah mendekati bumi, meluncur di antara celah gunung,
menyusur dan berkelak-kelok di atas permukaan sungai serta
menyisiri jurang, seperti telah mempunyai suatu tujuan, yang
membuat keinginanku untuk segera mengambilnya tertunda.
Ke manakah kiranya kitab ini menuju"
Namun meski kecepatan kitab itu tampak seperti menjadi
lebih lambat, ternyata sama sekali tidak berarti menjadi lebih
mudah diikuti. Bagaimana caranya mengikuti suatu benda
yang bisa merendah dan menyelip-nyelip di dalam hutan
seperti memiliki mata dan kehendak, melesat dan berkelebat
di antara batang-batang pohon, menyelip di balik daun,
bahkan mengendap dan meluncur begitu rendah sampai
menyentuh pucuk-pucuk rerumputan dan sesampainya di
Ceruk Sichuan melaju dan menggebu menuju sesuatu seperti
sasaran" Keluar dari hutan diriku sudah berada di belakang kitab itu,
tetapi yang gulungannya kini sudah terbuka dan terurai begitu
rupa panjangnya, melesat dan melayang seperti naga.
Pegangan bambu pada bagian luar bagaikan kepala naga dan
pegangan bambu pada bagian dalam bagaikan menjadi
ekornya, melayang dan melesat, melesat dan melayang,
seperti pelan geraknya tetapi sangat amat cepat berkelebat
dan dengan mendadak segera menukik ke kedalaman Ceruk
Sichuan menyambar suatu sasaran! Mahaguru Kupu-kupu!
Bagaikan seekor naga, kitab yang sudah terurai itu melibat


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh Mahaguru Kupu-kupu dengan seketika. Lantas kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pegangan bambu yang merupakan dua ujung terluar dari
pelibatan ketat itu membuat gerak menusuk dada dari depan
dan punggung dari belakang dengan daya dan kecepatan
taktertahankan. Mahaguru Kupu-kupu yang namanya sangat
ditakuti di wilayah lautan kelabu gunung batu itu tiada sempat
mengaduh ketika dua batang bambu yang bahkan taktajam
menembus badan, lengkap beserta kain kitab yang dijepitnya,
seperti pelayanan atas usaha mendapatkan kitab, yang
terpenuhi hanya sebagai bentuk hukuman.
Ketika diriku tiba Mahaguru Kupu-kupu sudah menghembuskan nafas penghabisan. Terkulai mandi darah
membasahi seluruh kitab yang melibatnya, sehingga tiada satu
aksara dan tiada satu gambar pun bisa terbaca.
Kejadiannya berlangsung terlalu cepat, sehingga tidak
sepenuhnya dapat diceritakan kembali apa yang terjadi.
Mataku sama sekali tiada sempat menatapnya. Aku terdiam
dan menatap berkeliling. Apakah kiranya yang dilakukan
Mahaguru Kupu-kupu itu di Ceruk Sichuan ini, jauh dari
sarangnya di Perguruan Kupu-kupu yang kini terasa begitu
jauh di lautan kelabu gunung batu yang berbatasan dengan
Daerah Perlindungan An Nam"
Dalam kedalaman mangkok raksasa Ceruk Sichuan, gerimis
turun perlahan-lahan dan meski tiada salju di sini jangan dikira
dinginnya tiada membekukan tulang. Dingin udara itulah yang
segera membekukan darah sehingga kitab itu pun menjadi
lengket dan tidak bisa dibuka lagi.
AKU menengok ke kiri dan ke kanan dengan agak
kebingungan, karena berharap bisa menemukan Elang Merah
dan Yan Zi, tetapi tidak kulihat seorang pun di tengah hutan
ini. Bagaimanakah kiranya nasib mereka" Ketika kutinggalkan,
keduanya dijerat dan dilibat ular hidup dalam penguasaan
mantra Mahaguru Kupu-kupu. Telah dijanjikan betapa
keduanya akan dibebaskan, hanya jika Mahaguru Kupu-kupu
mendapatkan kembali Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah mempelajarinya bertarung melawanku. Siapa pun
yang menang keduanya akan mendapat kebebasan.
Mahaguru Kupu-kupu seharusnya telah memasang mantra
itu lengkap dengan ketentuan bahwa setelah dirinya mati pun
pada hari yang ditentukan akan memudar. Namun belumlah
terlalu jelas bagiku, apakah kiranya yang mungkin terjadi jika
Mahaguru Kupu-kupu tewas bukan dalam pertarungan dan
jelas belum pernah menerima Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam itu" Ada mantra yang kunciannya akan memudar
apabila perapalnya meninggal, tetapi ada pula mantra yang
akan mengunci selamanya justru apabila perapalnya itu
meninggalkan dunia ini, apalagi jika perapalnya memang
sengaja membuatnya demikian. Mahaguru Kupu-kupu tampil
kepadaku sebagai pihak yang jahat, jadi bagiku tentu angat
mungkin ia melakukannya, sehingga pemikiran ini bagiku
menimbulkan kepanikan baru!
Kuperiksa mayatnya yang bersama darahnya pun segera
membeku, berusaha mencari sesuatu yang barangkali saja
bisa membantu. Tanganku masuk menembus darah maupun
kitab yang kainnya kini menggulung Mahaguru Kupu-kupu,
mencoba dengan perkiraan akan menemukan sesuatu di balik
baju yang telah mengeras bagaikan kulit kayu. Suara retakan
berderak-derak liat. Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu
sebagian besar menjadi hancur.
''Inikah yang dikau cari, Anak"''
Dengan terkejut aku segera berbalik. Mahaguru Kupu-kupu
Hitam telah berdiri di sana sambil memegang sebuah kitab
gulungan yang lain. Bagaimana caranya ia sudah mendahuluiku berada di sini tanpa kuketahui" Namun tentu
saja seharusnya diriku tidak perlu heran, jika mengingat apa
yang telah kupelajari tentang Jurus Impian Kupu-kupu yang
menegaskan betapa bayangan adalah sama nyatanya dengan
kenyataan. Adapun ini tentu juga berarti sama dengan
kemungkinan bahwa kenyataan itu dapat tergandakan. Ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berarti tidak penting benar apakah Mahaguru Kupu-kupu
Hitam yang berada di sini sekarang masih sama dengan
Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang tadi me lemparkan kitab,
apalagi dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam yang mati
terbunuh di Danau Bita.
Kulihat ia memegang gulungan kitab. Memang, aku
sebetulnya sedang mencari Pengantar dan Cara Membaca
Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, karena kupikir di sanalah
kemungkinan besar terdapat segala kunci pemecahan. Hmm.
Apakah kiranya yang diinginkan Mahaguru Kupu-kupu Hitam
itu sekarang"
''Maafkanlah orang tua ini, Anak, yang telah membuatmu
kebingungan dan panik memikirkan nasib teman-teman
seperjalananmu,'' katanya, ''janganlah khawatir, Anak, mereka
berdua terhubungkan dengan sahabat-sahabatku pada masa
lalu, dan tiada alasan sedikit pun bagiku untuk menyakiti
kedua perempuan pendekar itu.''
Aku pun dengan segera merasa tenang, karena aku
memang percaya kepada kata-kata sang pendekar tua, tetapi
mengapa aku merasakan terdapatnya sesuatu yang belum
dikatakannya juga dalam kalimatnya"
Pertanyaanku ini segera terjawab.
''Namun sekali lagi maafkanlah orang tua yang tidak tahu
diri ini, Anak, karena dalam usia setua ini masih saja diriku
ingin meninggalkan dunia ini dengan cara sebaik-baiknya,''
katanya. Aku terkesiap, bersiap, dan menunggu.
''Sedangkan dalam dunia persilatan tiada kematian yang
lebih baik selain kematian pada puncak kesempurnaan dalam
pertarungan.'' Aku menghela nafas. Sejauh telah kupelajari dari dunia
persilatan Negeri Atap Langit, pendirian seperti itu sebenarnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukanlah satu-satunya pendapat, karena sering juga kudengar
di sini betapa seorang pendekar yang baik itu tidak mencari
musuh, bahkan pendekar terbaik sampai hari kematiannya
mungkin tidak pernah bertarung, bukan karena tidak ada yang
menantangnya, melainkan karena selalu berhasil menghindarinya.
Jadi ketika di satu pihak seseorang mengarahkan hidupnya
dari pertarungan yang satu menuju pertarungan lain, untuk
menegaskan keberadaan dirinya sebagai seorang pendekar, di
pihak lain justru seseorang dengan kemampuan pendekar
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang akan membuat
dirinya disebut sebagai pendekar.
Kong Fuzi berkata:
manusia unggul tertekan oleh kehendak atas kemampuan
ia tidak tertekan oleh ketidaktahuan orang atas dirinya
Tiada cara lain menghadapi pendekar sesakti ini selain
menggunakan Jurus Penjerat Naga dan berarti diriku sejak
saat itu diam seribu bahasa tidak me lakukan apapun. Aku
diam dalam tingkat kewaspadaan yang amat sangat tinggi.
Bahkan dengan kedudukan berdiri tanpa kuda-kuda itu
kutundukkan kepala dan kupejamkan mataku, yang jelas
dianjurkan Zhuangzi sendiri yang filsafatnya ditimba menjadi
Jurus Impian Kupu-kupu dalam Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam. suatu usaha, yang tidak mencukupi pencapaian tujuan,
untuk menghasilkan yang mencapai tujuan,
hanya akan mencapai hasil tak sepadan
suatu usaha, yang dengannya terdapat kepastian,
untuk membuat yang takpasti menjadi kepastian
akan tetap meninggalkan ketidakpastian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia yang hanya menggunakan pandangan mata
bertindak atas dasar apa yang dilihatnya;
adalah kepekaan sukma yang menjamin kepastiannya
bahwa pandangan mata tidak setara
dengan kepekaan sukma
sudah diketahui sejak lama
dan orang bodoh tetap saja
bergantung kepada yang dilihatnya
tidakkah ini menyedihkan kiranya"
Maka dalam keterpejamanku segalanya menjadi jelas tanpa
harus dipandang lagi. Tiada yang lebih sempurna daripada
gabungan ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
dengan Jurus Penjerat Naga. Dalam keterpejaman tertegaskan
kesemuan segala sesuatu yang tampak mengada hanya
karena cahaya; dalam kesabaran penantian tertegaskan
kepastian betapa setiap serangan adalah kelemahan terbuka.
Diriku diam dalam kewaspadaan tinggi menantikan
serangan. Siapapun orangnya, meskipun ilmu silatnya sangat
tinggi seperti Mahaguru Kupu-kupu Hitam, berhadapan
dengan Jurus Penjerat Naga tetap akan tewas pada saat
menyerang. Pikiran ini membuatku tenang, karena juga
teringat cerita tentang bagaimana Pendekar Lautan Tombak
yang sangat tinggi ilmu silatnya telah dikalahkan Pendekar
Satu Jurus, karena setelah berhadapan sehari semalam
akhirnya tetap saja menyerang.
Dengan demikian memang berlangsunglah adegan yang
mengingatkan, bahwa terdapat kemungkinan Mahaguru Kupukupu Hitam akan bertahan sehari semalam, bahkan mungkin
jauh lebih lama, sebelum akhirnya menyerang, tentu dalam
pengertian hanya untuk kemudian dikalahkan.
Angin dingin bertiup mengusir gerimis. Semerbak hutan
memperjelas bau pohon cemara, dedaunan, dan rumput yang
seluruhnya basah. Kudengar segala gerak dan bunyi serangga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak pernah peduli apakah di sekitar mereka darah telah
tumpah dan membeku sementara dua manusia siap mengadu
jiwa, dengan kepastian betapa salah satunya akan segera
tiada. Sayup-sayup di kejauhan, begitu jauhnya sehingga
amatlah sayup-sayupnya, kudengar aliran sungai yang
berdesah pelan dan sabar menampar-nampar tepian,
sementara ketika angin bertiup, permukaan sungai itu menjadi
beriak-riak banyak seolah-olah begitu banyak ikan muncul ke
permukaan dengan mulut menganga dan sisik mengertap
berkeredapan, meskipun memang hanya angin dan hanya
angin, bertiup dingin, tanpa hati untuk kematian.
Aku dapat mendengar suara burung, bukan yang berkicaukicau dengan riuhnya seperti pagi hari, melainkan yang
mengeluarkan suara-suara sunyi di tengah padang kelabu bisu
di luar hutan ini. Kuperhatikan baik-baik suara angin yang
bertiup melalui hutan dan tergambarkan dalam keterpejamanku segalanya yang bergerak-gerak pelan dalam
hembusan yang juga amat pelahan-lahan.
MUNGKIN masih lama Mahaguru Kupu-kupu Hitam akan
melakukan gerakan. Ini belum sehari semalam, bahkan belum
pula sehari, tetapi diriku tentu saja tetap harus berhati-hati.
Tidak semua hal kuketahui dari segenap ilmu silat di atas bumi
ini. Jurus Penjerat Naga memang diciptakan bagai nyaris
dengan sendirinya akan mampu mengatasi setiap serangan,
tetapi bagaimana kalau Mahaguru Kupu-kupu Hitam tidak
menyerang sama sekali" Karena pertarungan belum
berlangsung sehari semalam, bahkan belum pula sehari, sama
sekali tiada dapat kupastikan apakah Mahaguru Kupu-kupu
Hitam akan menyerang atau tidak menyerang.
Kemampuanku untuk memperkirakan tergantung kemampuanku untuk memperkirakan gagasan kunci I lmu Silat
Kupu-kupu Hitam.
Kitab Ilmu Silat Jurus Penjerat Naga ditulis oleh Pendekar
Satu Jurus untuk segala senjata maupun tangan kosong, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang Naga dari Celah Kledung telah mengembangkan
sebagai jurus terakhir dalam Ilmu Pedang Naga Kembar,
mungkin karena dibayangkan jika menghadapi pendekar pada
tingkat naga pertarungan belum akan berakhir sebelum
mencapai jurus-jurus terakhir. Mungkin bagi sepasang
pendekar yang mengasuhku itu, adalah
lebih baik mengalahkan lawan dengan Ilmu Pedang Naga Kembar yang
mereka ciptakan sendiri, daripada Jurus Penjerat Naga yang
terdapat dalam kitab ilmu silat yang ditulis Pendekar Satu
Jurus itu. Betapapun Ilmu Pedang Naga Kembar memang
tidak terkalahkan, sehingga mereka tidak pernah memanfaatkan Jurus Penjerat Naga.
Sejak diriku menginjak Tanah Kambuja dan berhadapan
dengan Amrita, bahkan sejak awal kami memasang Jurus
Penjerat Naga, dan hanya karena Amrita rupanya belajar dari
kitab curian yang salah, maka ia pun menyerang lebih dulu


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan akibat yang parah. Betapapun dari Kitab Riwayat
Pendekar Satu Jurus kuketahui betapa Jurus Penjerat Naga
dimaksudkan sebagai jurus yang digunakan sejak awal, yakni
dengan cara tidak menyerang sama sekali, karena hanya pada
saat lawan menyerang maka Jurus Penjerat Naga akan
bergerak secepat kilat dan pasti mematikan.
Belum pernah terpikirkan memang, apa yang harus
dilakukan jika ketika seseorang berhadapan dengan Jurus
Penjerat Naga, maka ia sama sekali tidak menyerang. Adapun
yang kumaksudkan bukanlah jika dua pendekar yang samasama mengandalkan Jurus Penjerat Naga berhadapan,
melainkan jika terdapat suatu ilmu silat lain yang mungkin saja
memperhitungkan terdapatnya jurus semacam Jurus Penjerat
Naga. Aku pun mempertimbangkan kembali Jurus Impian Kupukupu yang dikuasa i Mahaguru Kupu-kupu Hitam.
Dalam keterpejaman kuketahui dirinya masih berdiri di sana
dalam diam. Pengalamanku dengan Amrita membuatku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpikir tentang peredaran kitab Jurus Penjerat Naga itu.
Sangat mungkin waktu itu Amrita telah memesannya kepada
suatu jaringan rahasia yang menghubungkan Tanah Kambuja
dengan Javadvipa. Namun karena kitab aslinya berada di
dalam peti kayu Sepasang Naga Celah Kledung bersama kitabkitab lain yang kuwarisi, maka sang pencuri membuatkan
baginya yang palsu. Tampaknya pemalsuan ini dilakukan oleh
mereka yang sedikit banyak mengerti ilmu s ilat, bahkan sudah
biasa melakukan penipuan, sehingga ketika kitab ilmu silat itu
berpindah dari tangan satu ke tangan lain, dalam jaringan
rahasia dari Javadvipa sampai ke Vadyapura di Tanah
Kambuja, tidak ada yang mencurigainya sebagai palsu.
Untunglah Pangeran Kelelawar, paman gurunya, kemudian
bisa menolongnya saat itu.
Peristiwa itu sekarang membuatku berpikir, jika Kitab Jurus
Penjerat Naga yang palsu bisa sampai ke Vadyapura, yang
oleh para pedagang Negeri Atap Langit disebut Fu-nan,
mengapa pula takbisa sampai ke Chang'an dan tersebar luas
begitu rupa sampai terdengar oleh Mahaguru Kupu-kupu
Hitam" Adapun yang kupikirkan bukanlah kemungkinan Jurus
Penjerat Naga itulah yang sedang digunakan Mahaguru Kupukupu Hitam, melainkan apakah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
bisa mengatasinya, karena memang dikembangkan untuk
mengatasinya setelah mendengar berita dari kedai ke kedai
tentang Jurus Penjerat Naga yang tiada terkalahkan.
Itulah soalnya. Jika aku memiliki Jurus Impian Kupu-kupu
dan berhadapan dengan seorang pendekar yang memiliki
Jurus Penjerat Naga, apakah yang akan kulakukan" Aku
mencoba berpikir dalam sudut pandang Jurus Impian Kupukupu, yang didasari oleh pemikiran Dao, baik dalam Kitab
Zhuangzi maupun filsafat Zhuangzi sendiri. Dengan cepat
segera kutemukan kuncinya, yang tidak lebih dan tidak kurang
seperti pengalamanku dengan Mahaguru Kupu-kupu Hitam ini
sebelumnya, sejak bagaimana ia bisa mati di Danau Bita
sampai muncul di tempat ini. Jika hidup dan mati tidak bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibedakan, seperti impian yang tidak bisa dibedakan dari
kenyataan, maka Jurus Penjerat Naga memang bisa
menerkam sasaran kosong.
(Oo-dwkz-oO) Episode 212: [Duka Cerita Masa Lalu]
CARA mematahkan Jurus Impian Kupu-kupu adalah dengan
menggugurkan dasar filsafatnya. Jadi kupegang acuan filsafat
yang mendasari Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, yakni filsafat
Zhuangzi, yang kiranya berpendapat sesuai
dengan pendekatan Dao, bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah
menyatu, sehingga pemisahan antara kenyataan dan impian
tidak berlaku. Sebenarnya yang dicakup oleh filsafat Zhuangzi, apakah itu
yang selama ini diujarkan oleh Zhuangzi sendiri, ataukah yang
terhimpun di dalam Kitab Zhuangzi, membahas begitu banyak
persoalan, yang sebagian kecil telah kuungkapkan dalam
pengujian Mahaguru Kupu-kupu Hitam ketika berusaha
mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Namun demi
kepentingan ilmu silat, yang sebagai gerakan memang
menghindari perumitan, agaknya justru dongeng tentang
impian kupu-kupu dalam riwayat Zhuangzi itulah yang
dianggap paling cocok untuk dikembangkan menjadi suatu
ilmu silat, tempat bayangan dan kenyataan sebenarnyalah
tidak bisa dibedakan.
Betapapun, dalam waktu singkat, dan dalam puncak
ketegangan seperti ini, yang tampaknya sederhana tidaklah
menjadi lebih mudah. Dao menyatukam segalanya, yang
hanya dimungkinkan justru karena terdapatnya kesadaran,
betapa segala sesuatunya telah dianggap terpisah-pisah.
Artinya meskipun menyatu tetaplah terdapat keberpasangan,
impian dan kenyataan, di luar dan di dalam, sehingga kita
dapat menerima, betapa akhirnya semesta hanya bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tertampung dalam semesta. Mungkinkah pemikiran Dao yang
tampak kokoh ini dibongkar"
Kurasa tak mungkin membongkar perkara semesta
bertempat dalam semesta yang terlalu benar adanya, dan
justru oleh karenanya dapat kubongkar dan kupatahkan
keberpasangan yang telah disebutkan meski hanya untuk
menghapusnya, dengan apa yang kemudian telah dicapai
pemikiran Nagarjuna dalam Filsafat Jalan Tengah.
tiada yang ada,
apa saja, yang jelas, di mana pun, yang muncul dari dirinya sendiri
dari yang lain dari keduanya atau dari bukan penyebab
Pernyataan Nagarjuna itu tidak menggugurkan kesemestaan semesta, tetapi jelas menghapus kemungkinan
atas gagasan keberpasangan mana pun untuk mencapai
tujuan yang sama, yang justru menjadi sumber gagasan yang
ditimba dalam pembentukan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam,
terutama Jurus Impian Kupu-kupu.
Nagarjuna bahkan juga berkata:
sesuatu yang ada
ditandai sebagai keberadaan
tanpa dukungan atas keadaan yang sebenarnya;
ketika sesuatu tanpa dukungan
atas keadaan yang sebenarnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa gunanya dukungan atas
keadaan yang sebenarnya "
Dengan ini perangkat keberpasangan filsafat Zhuangzi yang
melandasi Jurus Impian Kupu-kupu tergugurkan, dan di atas
segala kecepatan segeralah Jurus Tanpa Bentuk berkelebat
tanpa diriku perlu bergerak sama sekali, sehingga juga
takperlu kupejamkan mataku demi ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Liang untuk membaca segala gerakan di luar
pandangan. Mahaguru Kupu-kupu Hitam tewas seketika tanpa luka,
tubuhnya ambruk ke belakang tanpa nyawa dan aku pun
melesat untuk menerima tubuhnya itu karena betapapun aku
menghormatinya. Di tangannya masih tergenggam gulungan
Pengantar dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam. (Oo-dwkz-oO) PENDEKAR tua itu telah meninggal dunia pada hari yang
sama dengan kematian kakak seperguruannya yang juga
kakak kandungnya, yang dapat dikatakan telah dibunuhnya
sendiri pula. Kubaringkan tubuhnya perlahan-lahan di atas
rumput yang tebal. Aku bermaksud mengambil tubuh
Mahaguru Kupu-kupu, kakak kandungnya itu, dan meletakkannya di samping Mahaguru Kupu-kupu Hitam, agar
keduanya dapat kusempurnakan bersama-sama.
BETAPA cara kematian keduanya sungguh bertolak
belakang. Jika Mahaguru Kupu-kupu Hitam tewas tanpa luka
dan tanpa rasa sama sekali, maka Mahaguru Kupu-kupu jelas
tewas dengan sangat mengenaskan. Kuharap setidak-tidaknya
dalam perkabungan, kedua saudara yang bermusuhan itu
mendapatkan penyucian yang mempersamakan dan memperdamaikan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun ketika bermaksud mengambil tubuh Mahaguru
Kupu-kupu yang sudah beku tanpa nyawa lagi, aku menjadi
sangat terkejut, karena tubuh itu meskipun masih tetap
bergelimang darah yang juga membeku, ternyata sudah tidak
berada dalam gulungan kain dari Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam itu lagi. Siapakah dan bagaimana bisa orang
mengambilnya" Demikian niankah ketekunan para pencuri
kitab sehingga akhirnya sampai juga membuntuti sampai
kemari" Meskipun kemungkinan itu kuragukan, betapapun
kitab itu memang hilang dicuri orang!
Aku segera mempertajam kewaspadaan, karena siapa pun
orangnya, dapat mengambil kitab yang sudah lengket dan
menyatu dengan darah itu, yang menggulung tubuh Mahaguru
Kupu-kupu dan ikut membeku, tanpa sempat kuketahui pasti
bukanlah sembarang pencuri, dan mungkin pula bukan
pencuri sama sekali. Satu kenyataan bagiku, siapa pun dia,
ilmu s ilatnya pasti sangat tinggi.
Maka segeralah kubawa tubuh Mahaguru Kupu-kupu
menuju ke tempat tubuh Mahaguru Kupu-kupu Hitam
terbaring, dan segera kuketahui betapa kini Pengantar dan
Cara Membaca Kitab I lmu Silat Kupu-kupu Hitam yang semula
masih dipegang itulah yang hilang.
Aku terkesiap, pencuri kitab itu masih berada di sekitar
tempat ini! Kupasang ilmu Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang yang dapat menunjukkan segala sesuatu yang
tersembunyi di sekitarku.
Tidak kudengar sesuatu pun yang seperti menunjukkan
pencuri bersembunyi, tetapi kudengar suatu pesan yang
dikirimkan melalui Ilmu B isikan Sukma, yang tentu saja hanya
mungkin dilakukan seseorang yang berilmu tinggi. Suara itu
terdengar dalam bahasa Negeri Atap Langit, tetapi yang jelas
diucapkan seseorang yang lebih terbiasa berbahasa Tibet.
Namun suara itu halus sekali, tenang dan sabar, datang
mendayu bersama angin yang berlalu, seperti diucapkan oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang perempuan yang berumur. ''Pendekar yang mengaku
tidak bernama, jika dikau dengar suaraku ini, daku telah
berada di tempat yang jauh sekali, janganlah membuang
waktu untuk mengejarku, karena daku bukanlah pencuri.
''Kudengar dikau berasal dari Ho-ling, yang terletak jauh di
seberang lautan, jauh di selatan, di sebuah pulau yang disebut
Cho-po. Ada kalanya kudengar tentang kerajaan Buddha yang
bangkit di se-la-tan itu, yang mengerahkan berpuluh ri-bu
manusia untuk membangun mandala semesta jiwa. Tiadalah
heran dari negeri seperti itu lahir ilmu s ilat tingkat naga, yang
setara dengan ilmu s ilat mana pun di dunia persilatan. Kutahu
terdapat pula sejumlah pendekar yang telah menginjakkan
kakinya di sana, dan kembali dengan berbagai cerita
mencengangkan tentang Wangsa Syailendra yang membangun Kamulan Bhumisambhara, maupun Pahoman
Sembilan Naga yang menjaga dunia persilatan itu.
''Namun ilmu silatmu itu, Anak, tiadalah pernah kulihat
sebelumnya. Itulah sebabnya kuambil dahulu kitab warisan
leluhurku ini, agar dapat kupelajari dengan lebih baik, dan
barangkali kuajarkan kepada seorang murid berbakat, yang
sudah semestinyalah kelak memililki cukup semangat untuk
mencarimu, dan meminta pelajaran darimu. Selamat tinggal
anak muda, dan janganlah risau dengan kedua teman
perempuanmu yang perkasa. Jika bukan karena sihir anakku
yang sulung itu, kutahu tidaklah akan terlalu mudah keduanya
dilumpuhkan. Kutitipkan kedua anakku yang malang itu
kepadamu, Anak, sempurnakanlah mereka dan terima kasih
atas segalanya...''
Kemudian hanya angin, yang tanpa kuketahui sebabnya
terasa menjadi amat sangat dingin. Aku tercenung dengan
sikap rendah hati perempuan pendekar yang tentunya sudah
amat lanjut usianya ini. Jika kedua bersaudara ini saja sudah
begitu tuanya, berapa pula usia perempuan pendekar yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mampu meleburkan dirinya dengan angin dan mengirim pesan
melalui Ilmu Bisikan Sukma ini"
Ilmu ini sering dibicarakan dari kedai ke kedai, tetapi
sangat jarang orang mengalami kenyataannya, dan sekarang
inilah aku tahu bedanya, dengan suara yang dikirimkan lewat
udara. Adapun pesan yang dikirimkan Ilmu Bisikan Sukma ini
tidak perlu diucapkan dengan suara, melainkan cukup
dipikirkan sahaja, maka kemudian akan terdengar bagaikan
suara pengirim pesan itu terdengar di telinga. Tidakkah itu


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luar biasa"
Namun kuketahui pula, bahwa dalam Ilmu Bisikan Sukma,
terdapat kemungkinan bahwa pesan yang dipikirkan itu akan
sampai bukan sebagai suara yang terdengar di telinga,
melainkan langsung ke dalam pikiran. Jadi dalam penguasaan
yang sempurna, semacam percakapan atau saling pengertian
dapat dicapai tanpa mengucapkan atau mengeluarkan suara
apa pun, meski dalam jarak yang amat sangat jauhnya.
Tentu ini hanya berlangsung antara mereka yang
penguasaan ilmunya sama tinggi, bukan sama rendah, atau
sementara yang satu ilmunya tinggi maka yang lain ilmunya
rendah, karena dalam keadaan demikian yang satu dapat
menyampaikan pikiran, sedang-kan yang lain tidak dapat
membalas. Aku masih memikirkan semua ini sambil mempersiapkan
batang-batang kayu bagi pancaka pembakaran kedua
mahaguru Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu, ketika dari dalam
hutan muncul banyak sekali orang
yang langsung mengepungku. Mereka menghunus bermacam-macam senjata, hampir
seratus orang banyaknya, lelaki maupun perempuan. Tiada
dapat kutebak, apakah mereka penyamun atau pemberontak,
ataukah murid-murid suatu perguruan. Namun aku tetap
meneruskan pekerjaanku membangun
pancaka untuk membakar tubuh kedua mahaguru Perguruan Kupu-kupu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Siapakah kalian,'' kataku dalam bahasa Negeri Atap Langit,
''jika kalian penyamun daku tidak membawa harta benda
berharga, jika kalian pemberontak daku hanyalah seorang
asing yang tidak terlibat persoalan negeri ini, jika kalian muridmurid suatu perguruan, daku tidak berasal dari perguruan
manapun yang ba-rangkali saja bermusuhan dengan kalian.
Jika kalian memiliki persoalan denganku seorang, izinkanlah
daku terlebih dahulu dapat menyelesaikan upacara ini sebelum
melayani kalian.''
Mereka saling berpandangan, seseorang kemudian maju
dan berbicara. ''Pengembara! Memang benar kami mempunyai urusan
dengan dikau, dan kami memang ingin segera menyelesaikannya, tetapi kami menghormati upacara yang
akan dikau lakukan, karena itu biarkanlah kami membantumu
wahai Pengembara, agar dikau segera selesai dan dapat
memberikan waktu kepada urusan kami.''
Meskipun aku tetap meneruskan pekerjaanku dengan
pancaka, sementara tanpa ditanya beberapa orang dari
mereka segera membawa batang dan ranting sebagai kayu
bakar, aku tertegun menyadari betapa seratus orang dengan
senjata terhunus ini ternyata sangat bersungguh-sungguh.
Mengingat kesediaannya menunggu dan membantu diriku,
kukira aku harus berpikir bahwa mereka memang sungguh
sopan dan beradab, ketika dengan masalah yang sama, meski
belum kuketahui apa, orang-orang lain akan langsung
membacok dan merajam tanpa bertanya-tanya lagi.
Maka sembari mengerjakan persiapan upacara pembakaran
bagi kedua mahaguru itu, kuawasi mereka yang juga
mengawasiku. Busana mereka menunjukkan keberadaan
mereka sebagai orang-orang desa yang tidak mengenal
kemewahan. Senjata mereka bukanlah alat tempur atau
pertarungan yang sesungguhnya, melainkan alat-alat berkebun atau berburu, tetapi yang betapapun tidaklah dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kupandang rendah, karena di Negeri Atap Langit ilmu silat
disebutkan dikenal dengan cukup merata.
Bahkan cara mereka memetik batu api, yang apinya meletik
dengan terarah dan pasti ke arah tumpukan kayu bakar,
seharusnyalah membuat diriku waspada, karena dengan cara
yang sama apinya pun bisa menyambar dan membakar
manusia! Lantas api itu menyala, dalam penyempurnaan perjalanan
hidup manusia, yang telah menyerahkan dirinya kepada ilmu
silat demi pencarian makna. Sungguh beruntung kedua
mahaguru itu karena di tempat sesunyi ini, keberangkatan
mereka ke alam samar bagaikan diiringi doa seratus manusia,
yang setelah menyimpan atau meletakkan senjatanya dengan
khusyuk menundukkan kepala. Asap dari pancaka membubung ke langit, dan kulihat di langit itu seekor burung
elang melayang dengan indah tanpa mengepakkan sayapnya
sama sekali. Ketika upacara selesai, mereka telah memegang senjatanya
kembali. Seseorang yang tadi berbicara ke-padaku maju ke
muka. ''Pengembara! Kami berasal dari Desa Padang Angin yang
terletak di balik hutan ini dan menjadi bagian wilayah
Wanzhou! Seorang pengembara telah kami curigai mencuri
bayi di desa kami dan kami telah memburu jejaknya sampai
sehari semalam. Seseorang yang telah menunjukkan arah
kemari menyatakan bahwa seseorang dengan ciri-ciri yang
kami cari berada di sini. Katakanlah sekarang Pengembara,
apakah dikau telah melihat orang yang kami cari atau tidakkah
pencuri bayi itu tiada lain daripada dikau sendiri!''
Aku menggeleng-gelengkan ke-pala tidak mengerti.
''Semenjak tadi telah kukatakan betapa diriku adalah orang
asing di sini. Masihlah kumaklumi jika dikau bertanya adakah
seseorang dengan ciri-ciri tertentu telah melewati tempat ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan barangkali daku melihatnya, tetapi adakah dasarnya
mengapa dikau katakan diriku ini sebagai pencuri bayi" Daku
tidak pernah menginjakkan kaki di Wanzhou dan tidakkah
kalian lihat apa yang sedang kulakukan di tempat ini dan
tidakkah kalian saksikan juga betapa tidak ada satu bayi pun
di tempat ini"!''
Tentu ia telah melesat dan berke-lebat ke arah ini, yang
membuat seratus pengejar ini memburunya sampai kemari.
Mungkin ia telah berlalu ketika gulungan Kitab Ilmu Silat
Kupu-kupu Hitam yang terurai itu menukik, melibat, dan
membunuh Mahaguru Kupu-kupu. Namun jika tidak, yang
berarti ia telah melihat semuanya dan bersembunyi, tentu ia
masih berada di sekitar tempat ini!
Apabila pencuri ini adalah seorang pencuri bayaran, tentu
dikuasainya pula segenap ilmu bersembunyi!
Aku ingin me lakukan penyeli-dikan, tetapi seratus orang
yang me-ngepungku ini sangat memecah perhatianku.
Betapapun aku tidak dapat meremehkan kemampuan orangorang desa. Dalam tingkat ilmu silat yang paling sederhana
pun, chi seseorang dapat mencapai kesempurnaan dalam
penghayatan dan pemusatan perhatian sepenuhnya.
Seratus orang itu bergerak mende-kat, tetapi pemimpinnya
memberi tanda agar menahan diri.
''Setidaknya dikau bisa membuktikan dirimu tak bersalah,
wahai pengembara dari Yavabhumipala.''
Aku tidak perlu membuktikan apa pun. Setelah berbicara
begitu panjang, aku bahkan tidak merasa berminat menjawab
sama sekali. Kuambil sebatang kayu yang sejak semula
memang ingin kujadikan tongkat pengembara tempat diriku
bisa menggantungkan buntalan bekal, kupasang capingku dan
melangkah. ''Daku hanya ingin melanjutkan pengembaraanku sekarang,'' kataku, ''terima kasih atas segala bantuannya dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selamat tinggal.'' Tentang bayi itu, aku telah meng-ambil s impulan, betapa pada
dasarnya pastilah terdapat suatu alasan dan persoalan yang
kuat sehingga bayi itu harus dicuri. Jika dengan maksud baik
aku mengikuti mereka ke Desa Padang Angin pun, kukira tiada
jaminan persoalan akan selesa i, karena para saksi mata pun
hanyalah melihat bayangan yang berkelebat. Meski aku tidak
pernah menginjakkan kaki ke desa itu, sangatlah mungkin
mereka justru akan mengira memang akulah pencuri bayi itu!
Aku pun melangkah meski tak tahu arah. Ingin juga
kutanyakan ke ma-nakah kiranya jalan ke Chang'an, tetapi
kukira dalam keadaan seperti sekarang aku tidak akan
mendapat jawaban.
Untuk sejenak seratus orang Desa Padang Angin itu
tertegun, tetapi sementara aku melangkah mereka pun
menyerang. Saat itulah kugunakan Jurus Naga Bergeming di
Dalam Badai, sehingga serangan seperti apa pun yang
dilancarkan seratus orang ini secara sendiri-sendiri maupun
bersa-maan, tidak dapat menghalangi lang-kahku sama sekali.
Begitulah aku berjalan selangkah demi selangkah sambil
mengenakan kembali capingku, melangkah perlahan-lahan
dengan tangan memegang tongkat, karena belum ada kain
buntalan bekal yang tergantung di s itu yang membuatku harus
memanggulnya, ke arah yang kuperkirakan saja menuju
Chang'an. Aku melangkah ke arah timur laut, berharap
menjumpai seseorang yang kepadanya dapat aku bertanya di
manakah kiranya letak kotaraja itu, sementara seratus orang
yang masih terus menerus me-nyerangku ini tidak seujung
rambut pun dapat menyentuhku. Jurus Naga Bergeming di
Dalam Badai sesungguhnyalah merupakan pergerakan yang
cepat sekali. Begitu cepatnya sehingga aku tampak seperti
berjalan dan hanya berjalan selangkah demi selangkah,
padahal sebenarnyalah telah selalu menghindar dan kembali
lagi. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan pergerakan yang sangat sulit dilakukan ini, Jurus
Naga Ber-geming di Dalam Badai biasa digunakan untuk
menggentarkan lawan agar dengan sendirinya mundur, karena
tahu belaka betapa lawan yang tiada berminat untuk
bertarung itu tiada mungkin dikalahkan. Dunia persilatan
memang menghargai tinggi pertarungan, tetapi hanya jika
dilakukan dalam kelayakan, bukan antara yang sangat amat
kuat melawan yang sangat amat lemah, yang tentu saja
merupakan kekonyolanlah adanya. Namun mereka yang
berada di luar dunia persilatan, tentu sulit membaca pesan
dalam tanda-tanda seperti ini. Maka mereka pun menyerangku
terus karena tiada kunjung paham, mengapa diriku yang
hanya berjalan selalu saja luput dari segala macam jurus
serangan. Suatu ketika datanglah serangan dari delapan penjuru,
serentak dan berturut-turut dalam waktu yang berdekatan,
yang sebenarnyalah me-rupakan siasat yang tepat untuk
meng-atasi penghindaran dengan kecepatan, meski yang satu
ini masihlah terlalu lamban bagiku. Namun belum lagi
serangan itu berada dalam kemungkinan menyentuhku, dua
bayangan berkelebat membuyarkan dan mengacaukan
kepungan itu. ''Pengecut! Seratus orang me-ngeroyok satu orang!''
''Dasar orang desa bodoh! Hanya bisa menuduh
sembarangan!'' Aku menghentikan langkahku, karena suara keduanya
memang suara dua perempuan yang sangat kukenal!
"ELANG Merah! Yan Zi!"
Keduanya hanya tertawa dengan ceria, mengubah duniaku
yang hampir saja kukira hanya berisi kemuraman. Dengan
segera kuperingatkan mereka.
"Jangan dibunuh!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka kusaksikan bagaimana kedua perempuan pendekar
itu melayang-layang dengan gerakan menawan, selincah walet
dan seanggun elang, menghajar seratus orang pengepung,
lelaki maupun perempuan, yang segera saja bergelimpangan
terpencar-pencar dan berkaparan.
"Anjing-anjing buduk!"
"Seharusnya kalian semua dibunuh!"
Ternyatalah bahwa Yan Zi membawa bayi di dalam
selempang kain gendongan yang melintang di punggungnya.
Gilirankulah kini yang terbelalak tidak mengerti.
"Bayi curian diambil kembali, orang lain dituduh mencuri!"
Yan Zi dan Elang Merah telah me lumpuhkan seratus orang
Desa Padang Angin itu dengan tangan kosong, tetapi kini
keduanya mencabut pedang masing-masing.
"Desa Padang Angin adalah kampung para pencuri bayi!
Perempuan-perempuan ini menyamar sebagai orang yang
mencari kerja, begitu ada kesempatan mereka curi bayi untuk
dijual lagi dengan harga yang mahal sekali!"
"Mereka semua layak untuk mati!"
(Oo-dwkz-oO) Episode 213 :[Para Pencuri Bayi]
MELIHAT Elang Merah dan Yan Zi yang telah mencabut
pedangnya, aku terkesiap mengingat sifat keduanya yang
bukan saja keras dan tegas sebagai pendekar, melainkan juga
selalu mewujudkannya secara ganas. Mencuri bayi barangkali
memang bukan pembunuhan, tetapi merenggut kehidupan
dan masa depan seseorang dari keluarga dan lingkungannya
bagaikan kejahatan yang layak dihukum mati juga, dan kutahu
betapa darah akan segera kembali tumpah jika tidak dicegah.


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku segera melenting jungkir balik dan hinggap di hadapan
kedua perempuan pendekar itu.
"Tunggu!"
Mereka saling berpandangan melihatku.
"Elang Merah dan Yan Zi! Apakah yang telah terjadi"
Janganlah terlalu cepat menambah jumlah mayat
bergelimpangan di muka bumi ini! Mereka semua seratus
orang banyaknya,
benarkah semuanya
harus mati?" Elang Merah maju ke depan.
"Dikau adalah seorang pendekar, tetapi orang-orang Desa
Padang Angin ini adalah anjing buduk!"
Dengan cepat ia pun bercerita, bahwa ketika sedang
melakukan perjalanan keduanya mendengar suara bayi yang
menangis. Semula suara bayi itu hanya terdengar sayupsayup, tetapi kemudian semakin lama semakin keras, dan
mereka pun lantas mencari sumber suara itu. Ternyata bayi itu
berada dalam gendongan seorang lelaki yang tergeletak di
bawah pohon. Orang itu mengenakan fu tou atau turban,
tetapi di sampingnya tergeletak sebuah caping lebar. Ia
mengenakan jubah yang sudah penuh dengan darah.
Sejumlah pisau terbang menancap tidak terlalu tepat di dada
dan punggungnya, sehingga ia tidak langsung mati, meskipun
tampaknya ia memang akan segera mati.
Napasnya sudah tersengal-sengal, tetapi ia masih bisa
berkata-kata dengan lemah dan terbata-bata. Katanya dia
diminta mengambil kembali bayi itu oleh kakak perempuannya, yang telah menangis
terus menerus sepanjang siang dan ma lam, karena bayi lelakinya telah dicuri
setelah suaminya dibunuh terlebih dahulu. Setelah menyelidik
ke berbagai penjuru selama beberapa bulan ia pun
menemukan jejak bayi itu. Ia dan kakak perempuannya
tinggal di wilayah Yaian yang terletak di pegunungan sebelah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selatan dari Kota Chengdu, tetapi pencuri bayi itu telah ia
telusuri jejaknya sampai ke wilayah Wanzhou.
"Desa Padang Angin adalah desa para pencuri bayi,"ujarnya
dengan terputus-putus.
Dari desa ini orang-orang berangkat ke berbagai penjuru
untuk mencuri bay i, dan menjualnya kepada orang-orang kaya
yang tidak mempunyai anak. Desa itu telah membentuk
jaringan perdagangan bayi curian secara gelap ke segenap
pelosok Negeri Atap Langit. Tampaknya saja mereka itu
orang-orang desa yang sederhana, yang sehari-harinya pergi
ke ladang dan memasang jerat bagi binatang layar, tetapi
sebenarnya hanyalah mereka yang sudah tua tinggal di
kampung, sedangkan orang-orang mudanya menyebar untuk
mencari dan mencuri bayi ke berbagai penjuru negeri.
BIASANYA kaum perempuan akan menjadi pembantu
rumah tangga, atau pekerjaan apa pun yang membuatnya
bisa bekerja di dalam rumah, lebih baik lagi jika menjadi
perawat dan pengasuh, sementara yang lelaki akan bekerja di
sekitar rumah itu, kalau perlu pekerjaan yang juga akan
membuatnya keluar masuk rumah keluarga yang menjadi
sasaran, mempersiapkan jalan demi kelancaran pencurian.
Semua bayi akan dibawa dulu ke Desa Padang Angin, sebelum
dikirim atau diambil dan dibawa menuju kepada para pemesan
bayi itu. Para pemesan adalah keluarga tanpa anak di kota besar,
sebagian besar adalah orang kaya, termasuk di antaranya
adalah orang-orang kebiri, dan mereka tidak selalu tahu
menahu betapa bayi yang mereka angkat sebagai anak adalah
curian. Mereka hanya tahu dan ada kalanya memang mencari
bayi tanpa ayah dan tanpa ibu. Di suatu dunia tempat
pemberontakan dan peperangan selalu mewarnai sejarah
negeri, bertebarannya bayi dan anak-anak tanpa ayah dan ibu
bukanlah sesuatu yang baru. Namun bayi yang disalurkan
lewat Desa Padang Angin semuanya adalah bayi curian, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang tergeletak di bawah pohon dengan bersimbah
darah itu melalui segala daya telah berhasil melacak
keponakannya, meski ketika berhasil mengambil dan
membawanya lari ia sempat terpergok. Maka sejumlah pisau
terbang kini menancap di dada dan punggungnya.
''Kuserahkan keponakanku ini kepadamu Puan Pendekar
berdua,'' kata paman si bayi yang malang itu, ''carilah kakakku
di Y a'an, kecil saja kota itu dan tidak semua orang kehilangan
bayi di situ...''
Lantas ia pun sampai kepada akhir hayatnya.
''Apakah kita punya pilihan lain"'' Elang Merah bertanya
setelah menyelesaikan cerita, yang sebetulnyalah dengan
bahasa Negeri Atap Langit yang meluncur telah diceritakannya
dengan lebih ringkas.
Tentu aku sangat ingin mendengar apa saja yang telah
terjadi, sejak mereka kutinggalkan dalam penyanderaan
Mahaguru Kupu-kupu dan sekarang terbebaskan. Namun
tentunya kami masih harus menunggu ruang dan waktu
tersendiri untuk itu.
Kulihat Y an Zi Si Walet yang sedang menengok bayi dalam
kain gendongan tersebut. Agaknya mereka tidak langsung
menuju Y aian untuk mengembalikan bayi itu, yang kemudian
akan kuketahui berada di barat daya, melainkan menyeberangi Ceruk Sichuan untuk mencari Desa Padang
Angin di balik hutan ini ke wilayah Wanzhou, tentu dengan
maksud membasmi penduduknya yang dianggap terlibat
pencurian bayi semua.
Kulihat juga orang-orang Desa Padang Angin yang
sebagian mulai merayap dan merangkak serta berusaha
berdiri. Sadarkah mereka betapa setiap saat sekarang ini,
bahwa nyawa masing-masing mereka bisa melayang" Aku
bergidik mengingat Ilmu Pedang Mata Cahaya maupun Ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang Cakar Elang yang dalam penggabungannya akan
menghabiskan seratus orang ini dalam sekejap mata.
''Daku justru ingin memberikan kepada mereka suatu
pilihan yang menguntungkan,'' kataku
''Menguntungkan bagi s iapa"''
''Bagi semuanya,'' kataku.
Lantas aku pun berujar kepada mereka dengan lantang.
''Orang-orang Desa Padang Angin, dengarlah baik-baik apa
yang akan kukatakan kepada kalian sekarang. Kebusukan
kalian sudah terbongkar! Bukanlah diriku yang telah mencuri
bayi, melainkan kampung kalian itulah yang rupa-rupanya
telah menjadi pusat perdagangan gelap bayi curian! Orangorang Desa Padang Angin, apakah kalian bukan manusia"
Daku dan kedua kawanku akan mengembalikan bayi ini
kepada ibunya, yang suaminya telah kalian bunuh itu, lantas
pergi ke Changian untuk menyampaikan semua ini, bahwa
hilangnya bayi-bayi ini ternyata diatur dan direncanakan dari
Desa Padang Angin! Janganlah heran jika tidak lama lagi
pasukan kerajaan akan menyapu bersih kampung kalian!''
Para pencuri yang tampaknya memang belum pernah
terpergok, tertangkap, apalagi diadili itu sedikit banyak
agaknya terpengaruh oleh kata-kataku. Maka aku pun
melanjutkan kata-kataku.
''Kita sudah tahu apa hukuman untuk pembunuh maupun
hukuman untuk pencuri, tetapi daku sungguh belum mengerti
hukuman untuk pencuri bayi! Apakah dihukum picis sampai
mati, apakah dipotong anggota badannya, atau diletakkan
dalam kurungan dan dipertontonkan keliling kota sebelum
dilepas dengan leher dipasung seumur hidup, daku tidak tahu.
Namun apapun hukumannya dapatlah daku pastikan berat,
dan bila kalian melarikan diri atau bersembunyi, maka seumur
hidup akan menjalani kehidupan sebagai seorang buronan,
sehingga hidup kalian dan seluruh keturunan kalian tidak akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernah tenang! Terserah kepada kalian apa yang akan
menjadi pilihan!''
Mendengarkan kata-kata seperti ini, dengan tubuh yang
sebelumnya telah terbanting dan biru lebam, ternyata mereka
pun menjadi gentar.
Mereka semua dengan susah payah lantas menyembah,
mengetuk-etukkan dahi mereka ke tanah, dan pemimpinnya
pun segera berkata.
"Puan dan Tuan Pendekar! Ampuni kami! Mohon janganlah
kami dibasmi! Mohon janganlah kampung kami dibakar, dan
kami diarak dalam pasungan ke jalanan! Mohon ampun Puan
dan Tuan! Bayi-bayi yang masih berada di kampung kami,
akan kami kembalikan! Mohon ampun!"
Mereka masih terus mengetuk tanah dengan dahi
memohon pengampunan, seolah-olah kami memang memiliki
kekuasaan untuk mengge-rakkan pasukan kerajaan.
Tiada yang lebih me-ngerikan selain serbuan hukuman dari
pasukan kerajaan, karena dalam penghukuman itu pembakaran, penjarahan, pemerkosaan, penyiksaan, dan
pembunuhan bagaikan suatu keniscayaan. Maka tentunya jumlah uang atau harta benda yang mereka
terima, tentulah besar sebagai imbalan bayi-bay i yang mereka
dapatkan. Tentu bukan hanya besar, melainkan sangat besar,
sehingga dapat membangun jaringan yang melibatkan banyak
orang dalam kerahasiaan.
Sebetulnya jika bukan karena paman dari bayi yang dibawa
Yan Zi Si Walet, tentunya aku pun tidak dapat memperkirakan
keberadaan para pencuri bay i itu sebagai suatu jaringan, yang
kemudian memungkinkan diriku melakukan tipu daya
gertakan. Elang Merah dan Yan Zi segera dapat membaca keadaan ini.
"Enak saja kalian! Mengembalikan semua bayi dari kampung
kalian saja, lantas mau menghindari hukuman! Itu tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cukup, wahai anjing buduk, kalian harus mengambil kembali
semua bayi yang pernah dijual oleh jaringan perdagangan bayi
gelap kalian ini, dan mengembalikannya kepada orangtua
mereka masing-masing!"
Elang Merah bicara sambil menunjuk dengan pedangnya.
Seratus orang itu saling berpandangan, lantas mereka bicara
susul menyusul dengan ketakutan.
"Bagaimana mungkin kami mengambilnya lagi Puan
Pendekar" Bayi-bayi itu telah dibayar dengan harga mahal!"
"Bahkan membelinya kembali pun tidak mungkin!"
"Bayi-bayi itu banyak yang sudah besar!"
"Sudah menyatu dengan keluarga besar dan lingkungan
hidup orangtuanya!"
"Dan sebagai anak orang kaya, bagaimana mungkin mau
hidup bersama orang miskin?"
"Itu semua pun hanya jika kam i mengetahui bayi-bayi yang
kami curi menuju ke mana!"
"Kami hanya menyerahkan bayi itu kepada para perantara!"
"Matarantai para perantara, dari desa sampai ke kota-kota
besar ini panjang sekali!"
"Memang sengaja dibuat agar tidak terlacak lagi!"
Demikianlah ternyata bahwa jaringan perdagangan gelap
bayi-bayi curian ini sangat rapi. Segalanya dijaga agar jika
terdapat seseorang yang mengkhianati, tiada bayi yang telah
sampai kepada pembelinya tidak bisa kembali.
Jika matarantai itu belum terputus, artinya semua
pelakunya masih hidup dan jika masih hidup pun bisa
ditemukan kembali di tengah negeri yang luas ini, mungkin
saja satu dua bayi masih bisa dilacak asal-usulnya, tentu
hanya jika dilakukan penyelidikan yang tekun sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun betapapun memang lebih bisa diterima akal bahwa
hanya bayi-bayi yang belum keluar dari Desa Padang Angin
itulah, sebagai matarantai pertama perdagangan gelap bayibayi curian, yang masih bisa diketahui darimana mereka
dicuri. Meski Desa Padang Angin merupakan bagian penting
terbentuknya sejarah perdagangan bayi gelap, peran mereka
kini terbatasi kepada pencurian bayi itu saja, dan tidak tahu
menahu ke mana saja serta kepada siapa kiranya bayi-bayi
yang berhasil mereka curi itu disalurkan.
Perdagangan gelap bayi curian telah merasuk begitu rupa,
sehingga jaringannya melibatkan para pegawai maupun
pejabat pemerintah pada balai kependudukan, yang membuat
bayi-bayi curian itu dapat dilengkapi surat resmi yang berlaku,
sebagai anak pungut maupun kalau perlu anak kandung,
tergantung dari permintaan.
Mereka yang sudah terlanjur bahagia bersama orangtua
yang mengasuhnya, mestikah direnggut dan dilempar kembali
ke dunia yang tidak dikenalnya, meski di tempat orangtua
kandungnya sendiri" Namun bagaimana pula dengan
pasangan yang telah kehilangan buah hati mereka, adilkah
mereka terderitakan begitu rupa"
Hampir serentak pedang Yan Zi dan Elang Merah
menempel pada leher orang yang mengucapkan kalimat


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terakhir itu, yang seperti menghapuskan segala harapan agar
orangtua yang kehilangan bayinya mendapatkan kembali
kebahagiaan. "Orang-orang Desa Padang Angin! Tahukah kalian betapa
layak kepala jahat kalian ini dipisahkan dari badan?"
Dengan dua pedang di lehernya seperti itu, ia sama sekali
tidak bisa bergerak, tetapi 99 anggota jaringan pencurian bayi
yang lain bisa menyembah dan mengetuk-etukkan dahi
mereka di atas tanah dan rerumputan basah. Mereka tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peduli lagi bahwa ketika diangkat dahi mereka menjadi penuh
dengan bercak tanah.
"Ampuni kami Puan Pendekar! Ampuni kami!"
"Tidaklah mungkin kami temukan lagi bayi yang telah
diserahkan kepada perantara dari pembeli!"
"Kami akan kembalikan semua bayi yang berada di Desa
Padang Angin! Kami bersumpah akan me-ngembalikannya
lagi! Mohon ampun Puan Pendekar!"
"Mohon jangan pisahkan kepala kami yang jahat ini dari
badan kami!"
Mendadak bayi dalam gendongan Yan Zi menangis,
sungguh menambah kekeruhan suasana, seperti mengingatkan kembali nasib ayah dan paman itu.
"Bayi bisa dikembalikan! Bagai-mana dengan nyawa yang
terlanjur melayang" Kalian bukan cuma pencuri, kalian juga
pembunuh!"
Seusai mengucapkan kalimat ini, Elang Merah menendang
orang yang berdiri di hadapannya, lantas berkelebat. Kurang
dari sekejap, sekali lagi bergelimpanganlah seratus orang itu
sambil mengeluarkan suara menge-rang-erang.
"Aduh tolong tanganku patah!"
"Aduh tolong kakiku patah!"
"Hidungku remuk!"
"Kepalaku rasanya mau pecah!"
"Tulang-tulangku lepas!"
"Hooeeekkk"
Terdengar suara muntah, dan yang dimuntahkan adalah
darah. Sementara yang lain, tiada peduli lelaki maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perempuan, dengan mulut yang juga berdarah memuntahkan
gigi. Mereka semua mengalami cedera, yang betapapun
parahnya tidak akan menyebabkan cacat badan mengenaskan,
dan dalam kenyataannya mereka semua juga tetap hidup.
Namun kurasa dengan tindakan Elang Merah tersebut, mereka
akan menjadi sangat takut. Aku percaya mereka akan
mengembalikan segenap bayi yang masih ada di Desa Padang
Angin ke tempat mereka telah mencurinya, dan mereka memang tidak memiliki kekuasaan untuk mengambil atau bahkan
membeli kembali bayi-bayi yang telah mereka jual, karena
memang sudah tiada tentu rimbanya. Betapapun Yan Zi masih
merasa perlu menambah tekanan.
"Orang-orang Desa Padang Angin! Kalian tahu bagaimana
kalian telah dijatuhkan! Ketahuilah bahwa dengan kecepatan
yang sama kami akan melaju ke Chang"an dan langsung
melaporkan, dengan bukti bayi ini, bahwa kampung kalian
sungguh layak dimusnahkan dan diratakan dengan tanah. Jika
pasukan kerajaan tiba kemari sebaiknyalah bayi-bayi itu telah
kembali kepada yang berhak, dan pemerintah pasti akan
segera mengirim mata-mata untuk memeriksa dari desa ke
desa, apakah bayi-bay i mereka yang diculik telah kembali,
karena jika tidak pastilah darah tumpah dan Desa Padang
Angin le-nyap dari muka bumi."
Dengan segala daya tersisa, orang-orang Desa Padang
Angin ini berusaha keras menyembah-nyembah lagi, meski
ternyata selalu gagal karena setiap kali mencoba bangkit
selalu saja jatuh kembali. Tidak jelas mengapa, aku teringat
ujaran Laozi: kata-kata yang benar tidaklah bagus
kata-kata yang bagus tidak selalu benar
Aku mengangguk kepada Elang Merah dan Yan Zi. Sekejap
kemudian kami bertiga telah hilang lenyap dari pandangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Episode 214: [ Di Tepi Sungai Yangtze]
Pada suatu senja menjelang bulan Waisaka kami bertiga
sudah berada di tepi Sungai Yangtze. Di atas punggung kuda,
di tepi tebing, kupandang Tiga Ngarai Y angtze curam itu. Kami
tertegun karena merasa seperti berada di dunia yang lain.
Ngarai yang curam dan menjulang dengan latar belakang
matahari yang begitu merah dan begitu membara, membuat
tebing meng-hitam itu bagaikan bagian dari tubuh naga
raksasa yang sedang bertapa. Angin menciptakan suatu
gaung, tetapi arus sungai mendesis pelahan bagai
membisikkan suatu pesan.
Aku mencoba mendengarkan dan menerjemahkan pesan
itu, tetapi kudapatkan puisi yang tetap tinggal sebagai puisi,
yang hanya bisa dirasakan dan dialam i, dan seperti selalu
menolak untuk dimengerti
MAKA kuterima desisan sebagai desisan, dan bisikan
sebagai bisikan, dan dengan cara demikian rupanya aku pun
lantas paham tanpa pertanyaan, mengerti tanpa penalaran,
karena segalanya kemudian memang menjadi jelas tanpa
diterang-terangkan.
Tiga bulan sebelumnya, yakni pada bulan Magha, ketika
dalam satu hari kusaksikan kematian dua mahaguru dari
Perguruan Kupu-kupu itu, Yan Zi Si Walet dan Elang Merah
sebetulnya datang menunggang kuda, bahkan ternyata
membawa seekor kuda untukku, sehingga aku dapat berkuda
bersama-sama mereka menuju Y a'an. Di sana akhirnya dapat
kami temukan ibu dari bayi yang telah dicuri, tetapi yang
kemudian diambil kembali itu. Sulit kuceritakan kembali
betapa mengharu birunya pertemuan ibu dan bayinya
tersebut, ketika kegembiraan dan kebahagiaan yang
menyeruak datang bersama dengan empasan gelombang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedukaan, atas terbunuhnya suami dan berita kematian
adiknya yang terhunjam sejumlah pisau terbang dari depan
maupun dari belakang.
Dengan perasaan sedih, karena tidak dapat memberikan
penghiburan yang cukup meringankan, kami tinggalkan Ya'an
dan menyeberangi kembali Ceruk Sichuan, yang anginnya kali
ini hampir selalu bertiup sambil membawa hujan dan bebauan
bunga yang basah. Demikianlah kami selama tiga bulan, dari
Ya'an menyusuri jalan yang menuju Leshan, Yongchuan,
Hechuan, dan Fuling, mengarungi wilayah Chongqing,
akhirnya sampai ke tepi Sungai Yangtze, tempat diseberangnya terdapat Tiga Ngarai Yangtze tersebut.
Dalam perjalanan itulah, Yan Zi dan Elang Merah, secara
bergantian, menceritakan apa yang terjadi setelah aku
meninggalkan mereka ke arah Tiga Sungai Sejajar untuk
mengambil K itab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam.
''Setelah dikau tinggalkan kami di sana, wahai Pendekar
Tanpa Nama, ular yang telah diberi mantra agar mampu
melibat dan mengikat kami itu ternyata mengendur, bahkan
kemudian pergi dan merayap untuk menghilang, sehingga
kami tiba-tiba saja telah bebas. Terlihat Mahaguru Kupu-kupu
itu sedang memandang ke arah tempat dikau menghilang, dan
kesempatan itu tentu saja tidak kami sia-siakan.''
''Ya, kami segera menyerangnya, dan saat itulah kami
mengerti, kenapa Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam menjadi
rebutan.'' ''Meski telah kami dengar perbincangan dikau dengan
Mahaguru Kupu-kupu, yang mengaku belum sempat
mempelajarinya sampai tamat, tetapi karena ia menguasai
kitab pasangannya, Petunjuk dan Cara Membaca Kitab Ilmu
Silat Kupu-kupu Hitam, maka menghadapi kepungan kami
bagaikan tubuhnya menjadi berganda.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
''Seperti senjata rahasia kupu-kupu hitamnya, begitu pula
tubuhnya taksekadar menjadi dua, melainkan seolah dapat
menjadi empat, delapan, maupun empat puluh, seberapa pun
kebutuhan menuntutnya. Jadi bukanlah hanya sihir andalannya, melainkan juga ketergandaan dalam ilmu silat
yang bagaikan dapat melayani segala kecepatan.''
''Seberapa pun cepatnya Ilmu Pedang Mata Cahaya dan
Ilmu Pedang Cakar Elang yang kami padukan dalam
pengepungan, selalu saja kilatan Pedang Mata Cahaya itu
hanya menembus bayangan, dan begitu pula terjadi dengan
sergapan cakar elang yang dalam sekali gerak membelah
badan lima bagian. Begitu banyak bayangan yang sekali
menjadi kenyataan hanyalah berarti ancaman. Sebenarnyalah
Mahaguru Kupu-kupu itu merupakan lawan yang mengerikan!''
''Maka kedudukan pun berubah dari yang menyerang
dengan gulungan jurus-jurus mematikan, menjadi pihak yang
terancam dengan kemungkinan kembali tertawan. Tidaklah
terbayangkan apa yang akan terjadi jika hal itu menjadi
kepastian. Kami berdua kemudian hanya bisa beradu
punggung, bertahan menghadapi seribu Mahaguru Kupu-kupu
yang kadang tampak dan kadang menghilang dalam
permainan bayangan. Antara impian dan kenyataan, betapa
dapat menjadi sangat membingungkan!''
''Begitulah, semula kami mengira, mungkin seperti dikau
pernah perkirakan pula, betapa kami tidak akan begitu mudah
ditaklukkan jika Mahaguru Kupu-kupu tidak menggunakan
sihirnya, tetapi sesungguhnyalah Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam
telah membuat sihir dan bukan sihir tiada bisa dibedakan pula,
bahkan dapat bertukar-tukar dengan begitu cepatnya,
sehingga tidak lagi dapat kami ketahui sedang menghadapi
yang mana!'' ''Dalam keadaan seperti itulah, ketika angin pukulan
sepasang tangan Mahaguru Kupu-kupu siap melumpuhkan
kembali kami berdua, sesosok bayangan berkelebat, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanpa kami mengetahui apa yang dilakukannya, Mahaguru
Kupu-kupu yang mahasakti itu terpental dan terguling-guling
di tanah. Ternyatalah bahwa desau angin kedatangan sesosok
bayangan ini pun telah membuat daun-daun berguguran.''
"MAHAGURU Kupu-kupu memang langsung melenting
setelah terguling-guling bahkan terseret sehingga membentuk
jejak panjang di atas rerumputan, hanya untuk menjadi
sangat pucat wajahnya ketika menyaksikan siapa sebenarnya
sesosok ba-yang-an, yang desau angin kedatangannya sahaja
telah menggerak-gerakkan dahan dan ranting, sehingga daundaunnya pun berguguran itu..."
"'Ibu...,' katanya kemudian tanpa wibawa sama sekali.
"Sosok itu ternyata memang se-orang perempuan tua,
tetapi yang meskipun jelas berambut putih di balik tu fou lelaki
yang dikenakan, tidaklah menunjukkan tanda-tanda ketuaan
seperti keriput dan bongkok sama sekali. Selain rambut,
alisnya pun putih seluruhnya, tetapi pandangan tegasnya
sangatlah muda, dan bukan hanya muda, melainkan juga
sarat dengan wibawa yang menundukkan."
"'Punya anak hanya dua,' ujarnya, tetapi lebih seperti
kepada diri sendiri, 'saling bermusuhan sejak remaja, garagara ingin menguasai ilmu silat kekasihku, yang hatinya
ternyata begitu culas karena mendekatiku hanya demi
mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan Pengantar
dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang
dimiliki ayahku. Begitu pentingnyakah ilmu s ilat bagi manusia,
sehingga bahkan cinta dengan tega dipalsukannya, demi suatu
wibawa dalam dunia persilatan yang belum jelas apa gunanya.
"'Ternyatalah betapa ayahku telah ditipunya, ketika setelah
mengira mendapatkan menantu terbaik, diserahkannya kedua
kitab itu kepadanya, hanya untuk suatu ketika terbunuh dari
belakang karena tak pernah ber-pra-sangka, betapa seorang
murid tunggal akan mengkhianatinya begitu rupa. Mung-kin
sudah suratan semesta, ayah-ku, yang hanya disebut sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pen-dekar Kupu-kupu Hitam, sebenarnya hanya menyerahkan
salinan kedua kitab itu, karena memang Pengantar dan Cara
Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang asli memang
menyebutkan perkara tersebut.
"'Ya, disebutkan di situ, bahwa karena seorang murid
terpercaya bisa saja berubah sifat maupun sikap setelah
menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, maka penyerahan
kedua kitab berpasangan tersebut justru merupakan bagian
penting dari pengujiannya. Salinan kedua kitab itu
sebenarnyalah memang tidak utuh, karena penyerah-annya
adalah ujian itu sendiri, yakni untuk me lihat apakah seorang
murid terpercaya, setelah merasa menguasai Ilmu Silat Kupukupu Hitam, tidak ingin menguasai dunia persilatan."
"Kemudian, setelah menghela napas, perempuan tua itu
pun berkata lagi, eDalam kedua kitab disebutkan betapa
puncak kesempurnaan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya bisa
dikuasai oleh seseorang yang sangat berbakat, tetapi
sekaligus juga tidak memiliki kepentingan apapun dalam
permainan kekuasaan di dunia persilat-an sama sekali. Justru
isi kedua kitab yang asli itu diturunkan kepadaku, tanpa diriku
sendiri pernah menyadari-nya, karena aku mempelajarinya
sekadar sebagai ilmu bela diri, itu pun diwajibkan oleh ayahku,
tanpa mengetahuinya sebagai berasal dari kedua kitab
tersebut, sehingga tidaklah kuketahui betapa ilmu silat yang
diajarkan ayahku sejak kecil itu adalah Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam selengkapnya berdasarkan kedua kitab yang asli."'


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sampai di sini aku teringat, perempuan pendekar tua yang
berbicara kepadaku dengan Ilmu Bisikan Sukma itu. Kukira
orangnya memang sama, tetapi mengapakah ia berbicara
tentang hal yang sama dengan penjelasan yang berbeda" Jika
Yan Zi dan Elang Merah mendengar bahwa ia telah mendapatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam asli yang sempurna, justru
karena ia tidak memiliki kepentingan apapun di dunia
persilatan, kenapa pula dalam bisikan sukma yang terdengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
olehku, dia berkepentingan mempelajari kedua kitab yang
mestinya kurang lengkap dibanding Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam yang telah dikuasainya" Bahkan setelah jelas Yan Zi dan
Elang Merah hampir tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu,
seperti diceritakan keduanya sendiri, mengapa pula harus
dikatakan oleh perempuan tua itu betapa hanya karena
sihirlah maka Mahaguru Kupu dapat melumpuhkan dan
menyandera keduanya"
Aku tidak mengerti, tetapi baiklah kudengarkan lanjutan
mereka berdua. "Kemudian nada bicara perempuan itu meningkat,
'Bayangkanlah bagai-mana perasaanku dengan segenap
perbuatan ayah kalian itu, ketika ayahku sendiri pernah
berpesan bahwa Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya akan
sempurna sebagai ilmu beladiri dan tidak akan pernah bisa
menjadi sempurna, jika digunakan meski hanya sekali saja
untuk membalas dendam. Bagai-kan ayahku itu sudah tahu,
betapa suatu hari ia akan dikhianati ayah cucu-cucu-nya
sendiri. Sekarang terbukti bagai-mana karmapala para
pelakunya membuat Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu akan bisa
terkalahkan. Begitu juga de-ngan dirimu itu wahai Sulung,
yang karena ingin menguasai ilmu demi suatu kuasa wibawa
di dunia persilatan telah bermusuhan dengan Si Bungsu.
"MAHAGURU Kupu-kupu memang langsung melenting
setelah terguling-guling bahkan terseret sehingga membentuk
jejak panjang di atas rerumputan, hanya untuk menjadi
sangat pucat wajahnya ketika menyaksikan siapa sebenarnya
sesosok ba-yang-an, yang desau angin kedatangannya sahaja
telah menggerak-gerakkan dahan dan ranting, sehingga daundaunnya pun berguguran itu..."
"'Ibu...,' katanya kemudian tanpa wibawa sama sekali.
"Sosok itu ternyata memang se-orang perempuan tua,
tetapi yang meskipun jelas berambut putih di balik tu fou lelaki
yang dikenakan, tidaklah menunjukkan tanda-tanda ketuaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti keriput dan bongkok sama sekali. Selain rambut,
alisnya pun putih seluruhnya, tetapi pandangan tegasnya
sangatlah muda, dan bukan hanya muda, melainkan juga
sarat dengan wibawa yang menundukkan."
"'Punya anak hanya dua,' ujarnya, tetapi lebih seperti
kepada diri sendiri, 'saling bermusuhan sejak remaja, garagara ingin menguasai ilmu silat kekasihku, yang hatinya
ternyata begitu culas karena mendekatiku hanya demi
mendapatkan Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam dan Pengantar
dan Cara Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang
dimiliki ayahku. Begitu pentingnyakah ilmu s ilat bagi manusia,
sehingga bahkan cinta dengan tega dipalsukannya, demi suatu
wibawa dalam dunia persilatan yang belum jelas apa gunanya.
"'Ternyatalah betapa ayahku telah ditipunya, ketika setelah
mengira mendapatkan menantu terbaik, diserahkannya kedua
kitab itu kepadanya, hanya untuk suatu ketika terbunuh dari
belakang karena tak pernah ber-pra-sangka, betapa seorang
murid tunggal akan mengkhianatinya begitu rupa. Mung-kin
sudah suratan semesta, ayah-ku, yang hanya disebut sebagai
Pen-dekar Kupu-kupu Hitam, sebenarnya hanya menyerahkan
salinan kedua kitab itu, karena memang Pengantar dan Cara
Membaca Kitab Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam yang asli memang
menyebutkan perkara tersebut.
"'Ya, disebutkan di situ, bahwa karena seorang murid
terpercaya bisa saja berubah sifat maupun sikap setelah
menguasai Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam, maka penyerahan
kedua kitab berpasangan tersebut justru merupakan bagian
penting dari pengujiannya. Salinan kedua kitab itu
sebenarnyalah memang tidak utuh, karena penyerah-annya
adalah ujian itu sendiri, yakni untuk me lihat apakah seorang
murid terpercaya, setelah merasa menguasai Ilmu Silat Kupukupu Hitam, tidak ingin menguasai dunia persilatan."
"Kemudian, setelah menghela napas, perempuan tua itu
pun berkata lagi, eDalam kedua kitab disebutkan betapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
puncak kesempurnaan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya bisa
dikuasai oleh seseorang yang sangat berbakat, tetapi
sekaligus juga tidak memiliki kepentingan apapun dalam
permainan kekuasaan di dunia persilat-an sama sekali. Justru
isi kedua kitab yang asli itu diturunkan kepadaku, tanpa diriku
sendiri pernah menyadari-nya, karena aku mempelajarinya
sekadar sebagai ilmu bela diri, itu pun diwajibkan oleh ayahku,
tanpa mengetahuinya sebagai berasal dari kedua kitab
tersebut, sehingga tidaklah kuketahui betapa ilmu silat yang
diajarkan ayahku sejak kecil itu adalah Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam selengkapnya berdasarkan kedua kitab yang asli."'
Sampai di sini aku teringat, perempuan pendekar tua yang
berbicara kepadaku dengan Ilmu Bisikan Sukma itu. Kukira
orangnya memang sama, tetapi mengapakah ia berbicara
tentang hal yang sama dengan penjelasan yang berbeda" Jika
Yan Zi dan Elang Merah mendengar bahwa ia telah mendapatkan Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam asli yang sempurna, justru
karena ia tidak memiliki kepentingan apapun di dunia
persilatan, kenapa pula dalam bisikan sukma yang terdengar
olehku, dia berkepentingan mempelajari kedua kitab yang
mestinya kurang lengkap dibanding Ilmu Silat Kupu-kupu
Hitam yang telah dikuasainya" Bahkan setelah jelas Yan Zi dan
Elang Merah hampir tewas di tangan Mahaguru Kupu-kupu,
seperti diceritakan keduanya sendiri, mengapa pula harus
dikatakan oleh perempuan tua itu betapa hanya karena
sihirlah maka Mahaguru Kupu dapat melumpuhkan dan
menyandera keduanya"
Aku tidak mengerti, tetapi baiklah kudengarkan lanjutan
mereka berdua. "Kemudian nada bicara perempuan itu meningkat,
'Bayangkanlah bagai-mana perasaanku dengan segenap
perbuatan ayah kalian itu, ketika ayahku sendiri pernah
berpesan bahwa Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam hanya akan
sempurna sebagai ilmu beladiri dan tidak akan pernah bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sempurna, jika digunakan meski hanya sekali saja
untuk membalas dendam. Bagai-kan ayahku itu sudah tahu,
betapa suatu hari ia akan dikhianati ayah cucu-cucu-nya
sendiri. Sekarang terbukti bagai-mana karmapala para
pelakunya membuat Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam itu akan bisa
terkalahkan. Begitu juga de-ngan dirimu itu wahai Sulung,
yang karena ingin menguasai ilmu demi suatu kuasa wibawa
di dunia persilatan telah bermusuhan dengan Si Bungsu.
DEMIKIANLAH kini kami berada di tepi sungai yang sangat
lebar ini, begitu lebarnya bagaikan seluas laut, menghadapi
Tiga Ngarai Yangtze yang dalam dirinya bagai menyimpan
suatu wibawa, melalui gaung gemuruhnya yang berpadu
dengan bisikan, dan kecipak tepiannya yang menyapa hati
perlahan-lahan.
Kami tidak bermaksud menyeberang, melainkan menyusuri tepian sungainya saja sampai ke dekat
Chang'an, karena kami merasa jenuh dan tidak terlalu
mangkus serta sangkil jika masih harus dalam garis lurus
menyeberangi Pegunungan Qinling dan baru turun ke
Changian. Di samping itu, kami juga ingin menyelami
kehidupan lain di sepanjang tepi sungai daripada kehidupan
serba terpencil di pegunungan batu.
Jadi kami memang hanya akan memandangi saja Tiga
Ngarai Y angtze itu, dan tidak bermaksud menyeberang sungai
untuk mendatanginya. Kami sangat mengerti pepatah tentang
keindahan gunung, yang menyatakan gunung itu hanya indah
jika dipandang dari jauh, dan segalanya akan berubah
takindah lagi ketika kita mendekatinya. Dalam latar cahaya
senja keemasan yang membuat permukaan sungai berkilatan,
kami bertiga meresapi segalanya yang tampak di hadapan
mata, termasuk perahu yang berlalu lalang di sana dan di sini,
dalam keluasan yang memang tidak terkatakan ini.
Kemudian salah satu di antara perahu-perahu itu tampak
didayung ke arah kami. Dalam keluasan dan pantulan cahaya
permukaan, semula yang mendayung di atasnya hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kadang tampak dan kadang tidak sebagai sesosok bayangan.
Namun akhirnya tampaklah betapa ia memang semakin lama
semakin mendekat.
Kami bertiga tentu telah waspada atas kedatangannya.
Elang Merah bahkan dengan perlahan berkata.
''Apa maksud orang ini datang kemari"''
(Oo-dwkz-oO) Episode 215: [Siapa Menunggu di Seberang Sungai]
GERAK permukaan air membuat pantulan langit senja yang
membentang di atasnya berkeredapan. Matahari seperti tibatiba saja membenam lebih cepat ke balik Tiga Ngarai Y angtze,
yang meski terletak di kejauhan, karena begitu menjulang,
sangat terasa kehadirannya yang mencekam.
Perahu besarlah kiranya yang didayungnya itu, semacam
perahu penyeberangan, tetapi bukan rakit, melainkan
memang perahu kayu yang cukup besar untuk sepuluh orang
dan sepuluh kuda, apakah kuda itu ditunggangi ataupun tidak
ditunggangi. Jika orang itu mendayung dengan tenaga kasar,
tiada dapat kuperkirakan besarnya tenaga yang digunakan
untuk mendayung di sungai sebesar ini, yang meskipun
permukaannya tampak tenang, tetapi arus di bawahnya jelas
sangat kuat. Seperti juga Elang Merah, aku pun bertanya-tanya, apakah
maksud orang ini datang kemari" Jika sedari tadi kami sama
sekali tidak melihatnya, maka bagaimana caranya pula ia
melihat kami" Tempat ini adalah tempat yang sangat luas dan
sangat terbuka, siapa pun yang muncul di kejauhan, kami
akan melihatnya. Namun ia telah muncul seperti begitu saja
dari balik cahaya senja, dengan latar belakang Tiga Ngarai
Yangtze yang tegak menjulang, yang dalam bentuk sosok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bayangan hitam, bagaikan seorang utusan berbentuk manusia
dari istana para makhluk di balik dunia.
Aku pun sudah siap untuk menerimanya sebagai bukan
tukang perahu biasa. Kulihat orang-orang memancing dalam
diam di atas perahu yang berhenti. Kulihat pula orang yang
melemparkan jala. Juga tentu di antara berbagai perahu yang
lalu lalang terdapatlah perahu penyeberangan, seperti bentuk
perahu ini, karena memang kulihat perahu yang seperti itu
selalu dipenuhi manusia, yang dipaksa berdiri berdempetdempetan, dan setelah itu barulah diseberangkan. Kadangkala
terasa agak khawatir juga me lihat perahu penyeberangan
yang penuh manusia itu di atas sungai, yang begitu luasnya,
sehingga bila berada di tepi yang satu tidak akan bisa melihat
tepi yang lain.
Mereka berdiri berdempet-dempetan sampai ke pinggir
perahu, seperti tidak ada kesempatan lagi mendapatkan
perahu lain yang bisa membawa mereka ke seberang.
Mungkinkah karena ini menjelang malam" Namun setidaknya
melihat penuh sesaknya perahu yang lalu lalang, perahu
penyeberangan maupun bukan penyeberangan, menunjukkan
terdapatnya pemukiman yang ramai pada kedua sisi sungai.
Sudah kukatakan betapa luasnya tempat ini, sehingga tempat
penyeberangan di sisi tempat berdirinya kami pun tidak
tampak sama sekali.
Di bawah langit senja yang merah kejingga-jinggaan,
perahu-perahu penyeberangan berpapasan, tetapi dalam jarak
yang berjauh-jauhan. Agaknya bukan hanya sepasang
pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan kedua s isi di
tepian Sungai Yangtze di bagian ini, tetapi beberapa pasang,
yang juga menandakan betapa kami selepas mengarungi
hutan belantara dan gunung gemunung, telah memasuki
dunia manusia yang ramai.
KAMI mengerti, peradaban sebetulnya sama berbahayanya
dengan alam yang perawan, karena meski tiada harimau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kumbang siap menerkam dari atas dahan, niat jahat manusia
yang penuh tipu daya bagaikan debu musim panas yang
bertebaran. Maka kami pun sungguh waspada, ketika sosok
yang berperahu dan jelas mengarah ke tempat kami berdiri di
atas kuda itu mendekat.
"Salam Puan dan Tuan," katanya dalam bahasa Negeri Atap
Langit dengan pengucapan Sichuan, "apakah Tuan dan Puan
sudah siap menyeberang?"
Kami saling berpandangan. Dalam suasana senja yang
sudah semakin suram, aku takdapat menangkap ungkapan
wajahnya dengan jelas. Namun nada suaranya bagai tidak
mengucapkan sesuatu yang salah.
Namun aku menjawabnya juga.
"Siapakah kiranya yang Bapak hendak jemput" Kami sama
sekali tidak bermaksud menyeberang."
Kami hanya bermaksud melakukan perjalanan di sepanjang
tepi Sungai Yangtze sebelum berbelok kembali ke Chang'an
melalui dataran di sekitar Dali atau Hancheng, karena kami
memang menghindari perjalanan naik turun Pegunungan
Qinling. "Sahaya mendapat permintaan untuk menjemput Puan dan
Tuan bertiga, bahkan ongkosnya sudah dibayar," katanya,
"apakah Puan dan Tuan bertiga adalah Elang Merah dari T ibet,
Yan Zi Si Walet dari Kampung Jembatan Gantung, dan
Pendekar Tanpa Nama dari Ho-ling?"
Kami tentu saja sangat terkejut. Lelaki yang mendayung
perahu ini tidak tampak seperti berbohong atau sedang
mempermainkan kami, dan kurasa lelaki yang putih rambut
maupun kumisnya ini memang adalah tukang perahu, yang
tampaknya telah menjadi tukang perahu seumur hidupnya di
wilayah ini, sehingga mengenal betul sifat Sungai Yangtze


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti mengenal dirinya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perkiraan ini kudapat dari kepercayaan pemesan penjemputan terhadap bapak tua tukang perahu tersebut,
mengingat jalur yang ditempuhnya ini sangat tidak lazim. Kami
berada di tepian yang sepi, tanpa manusia sama sekali, karena
kami memang baru saja tiba dari Kaix ian setelah menembus
hutan di sebelah barat Ceruk Sichuan maupun Wanzhou, dan
belum bermaksud memasuki keramaian sebelum menyaksikan
Tiga Ngarai Yangtze.
"Atas permintaan siapakah penjemputan ini, Bapak?"
"Itulah masalahnya Puan dan Tuan, permintaan ini
disampaikan oleh seorang perantara, yang mendapat pesan
dari seorang perantara pula, sehingga sahaya tentu tidak
dapat mengatakannya siapa," katanya dengan terus terang
dan bersungguh-sungguh, itetapi pesan permintaannya jelas,
bahwa sahaya harus menjemput Puan dan Tuan bertiga di titik
ini, yang disebut Batu Kera, bahkan bayarannya telah
diberikan pula."
Lantas tanpa ditanya, ia pun meneruskan.
"Sahaya telah dibayar dengan uang emas! Ini bayaran
terbesar yang pernah sahaya terima sebagai tukang perahu,
dan sahaya tentu saja tidak mau melepaskan kesempatan
untuk mendapatkan uang emas itu! Ayolah Puan dan Tuan,
naiklah ke perahu sahaya, nanti sahaya antarkan sampai
tujuan." Hampir serempak kami bertiga bertanya.
"Ke manakah tujuannya?"
Tukang perahu itu sampai terbelalak, tetapi menjawab
juga. "Permintaannya memang aneh," katanya, "kemarin itu
perantaranya menyampaikan, bahwa saya diminta untuk
mengantarkan Puan dan Tuan hanya sampai ke sebuah titik di
tengah sungai."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kemarin?"
"Ya, kemarin!"
"Di tengah sungai" Maksudnya?"
"Memang hanya sampai ke tengah sungai itu, nanti di sana
Puan dan Tuan harus pindah ke perahu yang lain."
Kami bertiga tentu saja saling berpandangan dengan
takjub. Siapakah kiranya dia yang mengetahui dengan tepat bahwa
kami akan, sekali lagi akan, dan bukan telah tiba di tepi
Sungai Yangtze, setelah perjalanan yang begitu panjang dan
jauh dari tempat ini"
Siapa pun dia orangnya, sudah jelas mengetahui lebih
banyak tentang kami daripada kami mengetahui tentang
dirinya. Bahkan dalam kenyataannya kami tidak mengetahui
sesuatu pun tentang dirinya itu. Selain itu, tampak dengan
jelas betapa penjemputan ini sebetulnya mengandung suatu
kerahasiaan. Dengan cara penjemputan berantai seperti ini,
para penjemput dalam setiap matarantai hanya mengetahui
jalur penjemputan masing-masing hanya sepotong. Apakah
sebenarnya yang telah terjadi"
''BAGAIMANA Puan dan Tuan, apakah kita berangkat
sekarang" Sebaiknya kita berangkat sebelum hari menjadi
gelap.'' Tukang perahu ini mengira seolah-olah sudah semestinyalah kami segera naik ke atas perahu, seperti kami
sudah tahu bahwa memang akan dijemput. Namun betapapun
keputusan tentu seharusnyalah berada di tangan kami.
''Kenapa kita harus ikuti begitu saja keinginan orang yang
mengatur penjemputan ini,'' kata Yan Zi Si Walet, ''kita sudah
sepakat tidak akan menyeberang, dan apapun yang akan kita
te-mukan jika menurutinya tidaklah me-rupakan tujuan
perjalanan ini.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang Yan Zi benar, sudah terlalu lama perjalanan ini
tersendat karena berbagai halangan di perjalanan, yang bukan
sekadar menjadi halangan, melainkan nyaris menghentikan
segala tujuan pula, seperti yang terjadi dengan masalah Kitab
Ilmu Silat Kupu-kupu Hitam. Namun aku berpikir, mungkin
saja penjemputan ini justru menjadi bagian dari tujuan kami
yang bermaksud mengambil kembali pedang mestika di dalam
istana Chang'an.
Kukatakan apa yang kupikirkan ini kepada kedua kawan
seperjalananku.
''Jika terdapat niat jahat dalam penjemputan ini, tentu
siapa pun ia tidak perlu menyibukkan diri begitu rupa,'' kataku,
''penjemputan ini pun sebetulnya lebih meminta kepercayaan
kita daripada memaksa, tetapi jika kalian berdua tidak tertarik
dan tidak berminat sama sekali, tiada masalah bagiku untuk
meneruskan perjalanan seperti tujuan semula.''
Elang Merah pun angkat bicara.
''Daku juga melihat kepercayaan itu, bahwa sebetulnya
tidak ada ke-mungkinan bagi s iapapun ia untuk memaksa kita.
Sebaliknya, ini lebih merupakan permintaan agar kita percaya
kepadanya, dan ini pun merupakan usaha yang besar, karena
daku tidak melihat sesuatu yang membuat seseorang haruslah
peduli begini rupa kepada kita.''
Aku melihat kepada Yan Zi. Perbedaan antara kedua
perempuan pendekar itu kutakutkan akan berkembang
menjadi pertentangan, apalagi kutahu betapa pikiran Yan Zi
terpaku kepada Pedang Mata Cahaya untuk tangan kiri yang
harus diambilnya di Istana Chang'an itu. Namun agaknya,
seperti yang telah kusaksikan, memang telah terjadi
perubahan dalam hubungan antara Yan Zi dan Elang Merah,
terutama justru setelah keduanya melakukan perjalanan
bersama tanpa diriku me-ngarungi alam yang berat itu.
Betapapun kebersamaan pengalaman mereka tentu memiliki
pengaruhnya. Lagipula, bukankah sebelum kedua-nya menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sandera Mahaguru Kupu-kupu, telah terjadi perubahan dari
usa-ha saling membunuh menjadi hubungan penuh kemesraan" Aku menghela napas panjang jika mengingat
rumitnya hubungan kami bertiga, yang tidak bisa dengan
mudah diuraikan begitu saja.
Kulihat ia pun menarik napas panjang sebelum akhirnya
berbicara. ''Jika kalian berdua tertarik untuk me layani permintaan
siapapun ia yang belum kita ketahui itu, kurasa daku pun tidak
bisa menghalangi dan akan ikut bersama kalian. Lagipula,
segala ma-cam kemungkinan yang belum dapat kita duga
memang sebetulnya dapat kita anggap sebagai tantangan.
Aku hanya berharap kita cukup siap, jika ini ternyata
dimaksudkan sebagai jebakan untuk mencelakakan kita.''
Betapapun, meski aku yakin betapa takmungkin penjemputan ini tiada hubungannya dengan sesuatu yang
dapat disangkut pautkan dengan urus-an kami, kemungkinan
yang disebutkan Yan Zi itu tentu tidak dapat diabaikan pula.
Lawan yang cerdik mempunyai kemungkinan untuk menjebak
kita dengan dugaan-dugaan kita sen-diri. Maka mungkin
memang harus kuingat kembali Sun Tzu:
prajurit yang baik di masa lalu
pertama-tama menempatkan diri
dalam kemungkinan kalah
lantas menunggu kesempatan
untuk mengalahkan musuh
menyelamatkan diri dari kekalahan
tergantung diri kita sendiri
tetapi kesempatan mengalahkan musuh
diberikan oleh musuh itu sendiri
Kami belum tahu apakah penjemputan ini dilakukan oleh
lawan ataukah seorang kawan, tetapi jika ternyata dilakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oleh siapa pun dia yang berniat jahat, kurasa tidak ada
salahnya pula jika aku berpikir, bahwa segala sesuatunya akan
lebih jelas jika kita turuti saja pancingan untuk masuk jebakan ini, karena betapapun kejelasan itu lebih baik dari
kegelapan, dan dalam kejelasan itulah keberadaan lawan dapat kita pertimbangkan untuk dika-lahkan.
KULIHAT Yan Zi Si Walet mata-nya tak berkedip menatap
kelebat burung-burung walet yang nyaris tidak terlihat itu,
sementara Elang Merah matanya menatap tajam ke atas
memperhatikan sepasang elang itu me layang dengan anggun
tetapi mengawasi ikan-ikan di balik permu-kaan sungai
dengan tajam. Memang para pendekar mempertahankan dan
mengembangkan ilmu silatnya, antara lain dengan selalu
kembali kepada akar gagasan yang menjadi sumber ilmu
silatnya. Pengamatan langsung atas gerakan walet atau elang
ini memungkinkan keduanya menemukan sesuatu, yang akan
membuat mereka lebih memahami ilmu s ilat mereka sendiri.
Maka terlihatlah salah satu elang itu kemudian menukik ke
bawah. Begitu tinggi semula ia melayang di atas sana, dan
betapa terlihatnya ikan di bawah permukaan sungai itu dari
atas sana. Elang itu menukik ke bawah dengan cepat sekali.
Namun dari salah satu perahu yang berlalu lalang di depan,
terlihatlah sebatang anak panah meluncur ke arah burung
elang yang akan dapat menjadi malang itu. Bahkan melihat
arah dan kecepatan anak panah yang melesat itu, dapat
dipastikan betapa burung elang itu dadanya akan tertembus.
Peristiwa ini berlangsung cepat sekali, kurasa orang-orang di
atas perahu lain yang menyeberang pun belum menyadarinya.
Membayangkan betapa dada elang itu akan ditembus
panah membuat dadaku berdesir. Namun rupanya diriku
bukanlah orang satu-satunya, karena sebentar kemudian
Elang Merah yang duduk di dalam perahu di sebelahku telah
melesat dan berkelebat. Di ujung sana tiba-tiba kulihat ia te lah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menebas anak panah tersebut dengan pedangnya, sehingga
jatuh ke sungai dalam keadaan patah jadi dua, sementara
burung elang itu mengangkasa dengan seekor ikan pada
cakarnya. Terdengar nada makian dari arah perahu tempat seseorang
telah melepaskan anak panah itu, tetapi mereka tidak melihat
apapun. Terdengar suara orang tertawa-tawa, tampaknya
menertawakan orang yang anak panahnya tidak mengenai sasaran, kemudian terdengar perteng-karan, karena tentunya
orang yang melepaskan anak panah itu merasa sudah
membidik dengan tepat.
Mendengar suara pertengkaran itu, aku dan Elang Merah
yang sudah kembali duduk di sebelahku saling berpandangan
dan tersenyum. Aku sangat mengerti betapa Elang Merah
tidak akan mungkin membiarkan burung elang itu tertembusi
anak panah di depan matanya.
Mataku masih melihat ke arah kejauhan itu, ketika
kurasakan tangannya memegang tanganku, sebentar saja,
karena kemudian ia me lepaskannya. Sebenarnyalah aku ingin
tangannya memegang tanganku lebih lama, tetapi tidak
sesuatu pun kulakukan sete lah ia melepaskan pegangannya.
Di depan, Yan Zi tampak berdiri ketika perahu ini ternyata
kemudian mendekati sebuah perahu yang sama besarnya, dan
tampak sudah berputar-putar menanti sejak tadi.
"Puan dan Tuan, hanya sampai di s ini saya bisa mengantar
Puan dan Tuan, itulah perahu selanjutnya yang akan
mengantar Puan dan Tuan sampai ke tujuan," kata tukang
perahu itu. Di tengah sungai, perahu itu berdempetan ketika kami
membawa kuda kami masing-masing pindah ke perahu yang
tampaknya sudah cukup lama menanti. Setelah kedua tukang
perahu itu bertukar salam, perjalanan pun segera dilanjutkan.
Kulihat betapa tukang perahu paruh baya yang tadi
menjemput itu menjauh dan menghilang ditelan perubahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suasana yang telah semakin suram. Menyadari bahwa kami
tidak akan bertemu lagi dengan tukang perahu itu, mengingat
cara pertemuan yang tidak terlalu biasa seperti ini, tetapi yang
baginya seperti dijalani sebagai tugas sehari-hari sahaja,
bagiku memberikan perasaan yang aneh. Semacam perasaan
kosong ketika menyadari bahwa setiap pertemuan dengan
pasti akan berakhir dengan perpisahan dan kehidupan di dunia
ini hanyalah sementaraO
Sebentar kemudian kegelapan menelan kami. Tukang
perahu yang sekarang ini mengenakan jin pada kepalanya
seperti yang biasa dikenakan orang kebanyakan, tidak seperti
bangsawan dan orang kaya, yang pastilah mengenakan guan,
sementara pejabat pemerintah dan
kaum terpelajar membedakan diri mereka dengan mengenakan fu tou atau
putou, wushamao, si-fang pingding jin, atau sekadar fangjin
dan Zhuangzi jin. Ia jauh lebih muda dari tukang perahu yang
sebelumnya, dan berbicara dengan nada yang jauh lebih
tegas. "Kita agak terlambat, Puan dan Tu-an, mungkin karena tadi
terlalu la-ma diliputi keraguan. Barangkali Puan dan Tuan
nanti akan terpaksa menempuh perjalanan dalam kegelap-an."
MEMANG benar kami telah berada dalam kegelapan, tetapi


Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang benar juga betapa di arah terbenamnya matahari
masih terdapat sisa keremangan, yang menandakan bahwa
kegelapan belumlah sempurna, sehingga sempat terlihatlah
olehku di dada tukang perahu dengan yi yang tidak sengaja
terbuka bagian lehernya itu terdapatlah suatu rajah yang
bagiku belum jelas gambarnya. Rajah adalah suatu makna
yang bisa menjelaskan banyak perkara, karena tidak semua
orang bersedia atau perlu dirajah tubuhnya. Maka ketika
seseorang menyediakan dirinya dirajah dengan jarum sambil
menahan sakit, tentulah terdapat suatu makna yang
membuatnya bersedia mengalami kesakitan seperti itu.
Jika aku tahu gambar apa yang dirajahkan pada dada tukang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perahu kami ini, mungkin saja kerahasiaan ini akan terbuka
lebih cepat bagiku dari seharusnya, justru karena rajah itu
sengaja ditutupi dan tidak dibiarkan terbuka. Rajah yang
terbuka mungkin hanya hiasan, setidaknya tidak memiliki
makna rahasia, tetapi jika tersembunyi di balik baju maka
sebetulnya merupakan penanda rahasia. Mungkin tanda
anggota perkumpulan rahasia, tetapi misalnya sekadar bagian
dari adat pun sedikit banyak akan memperjelas asal-usulnya.
Kegelapan akhirnya sempurna setelah kami berpindah lagi,
bagaikan berlayar di dalam dunia yang hitam. Kupejamkan
mataku dan menancap ilmu Mendengar Semut Berbisik di
Dalam Liang, dan segera tergambar terjemahan segala suara
bagi mata. Tiada lagi perahu-perahu yang menyeberang.
Hanya pemasang bubu di tepi seberang tampak geraknya
dalam keterpejamanku. Dari gaung angin yang menderu dapat
kuperkirakan letak Tiga Ngarai Yangtze yang juga sudah tidak
kelihatan lagi, tetapi perahu ini jelas tidak menuju ke sana.
Setelah tiga kali berganti perahu, sampailah kami ke tepi
seberang. Perahu tidak mendarat, melainkan masuk ke sebuah
anak sungai, dan dari saat ke saat gaung angin dan bisikan
sungai yang mahaluas itu memudar. Kubuka mataku. Kali ini
pendayung perahu kami adalah seorang perempuan. Hanya
suara dayung membelah air perlahan-lahan. Aku takyakin
dirinya seorang tukang perahu. Bahkan jauh dari itu. Ia
menyimpan dua kipas besi pada kain yang mengikat
pinggangnya. Apakah ia seorang pendekar seperti Elang
Merah dan Yan Zi" Tampaknya memang seperti itu. Namun
seorang pendekar tidak bekerja bagi orang lain, juga tidak
untuk perkumpulan rahasia manapun juga, kecuali jika karena
suatu alasan memang telah menjual jiwanya.
Malam semakin bertambah malam ketika dari anak sungai
kami terus dibawa memasuki cabang-cabangnya, yang
semakin lama semakin sempit, sehingga pepohonan di kiri dan
kanannya dapat kami raih dengan tangan kanan maupun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kiri. Terdengar segala bunyi binatang-binatang malam.
Burung hantu menyambar tikus hutan dan kelelawar saling
menyambar-nyambar di udara.
''Puan dan Tuan harap dimaafkan segala kerahasiaan,'' ujar
perempuan pendekar yang jelas mendayung dengan
penyaluran ch'i ini, ''se-muanya terpaksa dilakukan demi
keamanan kita semua.''
Aku mencari rajah dengan mataku ke dadanya, tetapi tidak
ada yang dapat kulihat karena ia menutupi dadanya dengan
ketat. Sepintas terbandingkan dengan kampung halaman, jika
di sini setiap perempuan menutupi dadanya dengan busana
yang kainnya berlapis-lapis, di Yawabhumipala hanya
perempuan prajurit saja yang terjamin menutupi sambil
merekatkan payudaranya ke dada dengan kain. Sekilas
teringat Harini. Adakah dia masih akan menanti" Segera
kugoyangkan kepala, bagaikan bisa mengusir berbagai bayangan masa lalu yang memasuki kepala dengan tiba-tiba.
''Siapakah kiranya ia yang telah bersusah payah menjemput
kami dengan segala kesulitan seperti ini"''
Malam memang gelap, tetapi segelap-gelapnya malam
tetaplah ada sesuatu yang dapat terlihat, dan dalam
kegelapan seperti itulah sekilas se-nyuman kulihat melesat.
''Dikau akan segera bertemu dengannya, Pendekar, tak lama
lagi. Dikau akan segera mengenalnya sendiri.'' Baiklah, tetapi mengapa perempuan pendekar ini harus
tersenyum mendengar pertanyaanku"
Perahu masih bergerak dengan perlahan. Untunglah
sebelum tiba di tepi sungai tadi kami bertiga sempat mampir
di sebuah kedai dan makan. Kami bertiga makan ikan sungai
rebus yang dipotong-potong, yang setelah diletakkan dalam
mangkuk lantas disiram kuah yang lezat sekali. Kulihat semua
orang makan mengenakan sumpit, begitu juga Yan Zi dan
Elang Merah. Aku sudah terbiasa juga makan dengan sumpit,
jadi kuikuti saja cara mereka makan itu, yakni dengan sumpit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memasukkan potongan-potongan ikan itu ke dalam mulut,
lantas diikuti menenggak kuahnya. Saat itu tidak kuperhatikan,
bahwa setelah potongan masuk ke dalam mulut, orang-orang
lantas mengeluarkan kembali tulang-tulangnya melalui mulut
itu juga, dan barulah kemudian menelan dagingnya bersama
kuah. Melihat diriku menelan potongan-potongan ikan itu
bersama tulangnya, semua orang terbelalak, bahkan Elang
Merah dan Yan Zi pun tidak dapat menahan diri untuk
tertawa. Namun jika pun aku tahu tulang-tulangnya harus
dikeluarkan lebih dulu, aku belum dapat melakukannya di
dalam mulut, sehingga pastilah akan tetap kutelan juga.
Adapun ketika menelan itulah terdapat duri yang tersangkut di
tenggorokan, dan aku menjadi ke-bingungan. Dari luar
mungkin tampak sebagai orang tercekik. Semua orang di
kedai itu pun menjadi s ibuk.
''Telan nasi! T elan nasi!''
Nasi putih hangat berkepul-kepul itu pun kutelan, tetapi
masih saja tulang itu menyangkut di sana. Yan Zi dan Elang
Merah sementara itu terus makan sambil masih menahan tawa
sekuat bisa. Namun di kedai itu pula kami dengar segala cerita, yang
baru kemudian kuketahui kemung-kinannya untuk sedikit
menerangi rahasia dalam kegelapan ini.
(Oo-dwkz-oO) Episode 216: [Yang Mulia Paduka Bayang-bayang]
PERAHU telah melepaskan diri dari anak sungai sempit
yang penuh dengan pepohonan di kiri kanan itu, memasuki
wilayah terbuka yang ternyata telah menjadi penuh sesak
dengan tenda suatu pasukan besar. Tiada tampak api unggun
besar seperti yang biasanya terdapat pada perkemahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebesar itu, karena api untuk masak telah dipindahkan ke
dalam tenda dengan cerobong asap di atasnya, sehingga
perkemahan bagi pasukan sebanyak itu sekilas pintas sama
sekali tidak terlihat dalam kegelapan. Begitu besar pasukan ini,
tetapi sekaligus begitu sunyi. Tampak betapa mereka sudah
sangat terlatih untuk bersikap di medan pertempuran. Jadi,
apakah kami tiba-tiba saja sudah berada di tengah medan
pertempuran"
Di kiri dan kanan sungai para pengawal dengan busana
tempurnya berjaga, dan perahu ini bahkan dihentikan dengan
acungan kelewang.
Setelah saling bertukar kata sandi, pengawal itu bertanya.
''Siapa mereka"''
''Mereka adalah para pengembara yang dijemput itu.''
''Oh, ya, Yang Mulia memang sudah menunggunya.''
Wanita Gagah Perkasa 7 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Renjana Pendekar 1

Cari Blog Ini