Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 10
"Tik Khim duduklah, aku mau bicara padamu," kata Beng Cit Nio lembut.
"Baik, Majikan, hamba menunggu perintah Majikan,"
kata nona Ci. "Rupanya kau memang berjodoh denganku," kata Beng Cit Nio. "Sekalipun kau baru tiga hari bersamaku di sini, tapi aku sangat menyukaimu. Aku tidak punya anak perempuan, kau kuanggap sebagai puteriku." kata Beng Cit Nio.
Setelah mengerutkan keningnya dia tersenyum.
"Kau puteri seorang sastrawan, mahir seni lukis, dan pandai bermain catur. Punya puteri angkat sepertimu, sungguh aku sangat beruntung. Tetapi barangkali aku tidak punya keberuntungan seperti itu. Tapi mulai hari ini dan selanjutnya kau tidak usah tidur bersama para pelayan lagi!
Kau boleh memanggilku Ibu!"
Tik Khim alias nona Ci segera berlutut.
"Terima kasih atas kasih-sayangmu, Ibu angkat," kata nona Ci. "Tik Khim menurut nasihat Ibu!"
657 Beng Cit Nio tampak gembira sekali, dia rangkul Ci Giok Hian dengan mesra.
"Nah, itu baru anak ibu yang baik. Kau baik dan menyenangkan, tahukah kau, di sini masih ada orang yang berjodoh denganmu!"
Ci Giok Hian tertegun jantungnya berdebar-debar.
"Eh, apa yang dia maksud itu Seng Liong Sen?" pikir Ci Giok Hian dengan agak keheranan.
"Tik Khim, apa kau masih ingat pada nona Han itu" Aku kira saat kau baru tiba di tempat ini, kau pernah melihatnya," kata BengCitNio.
Nona Ci sedikit terkejut. Dia agak khawatir Beng Cit Nio sedang menyelidiki apa maksud kedatangan dia ke tempat itu, maka itu dia menjawab dengan hati-hati sekali.
"Ya, aku masih ingat saat Pik Po mengajaknya keluar dari kamarnya dan tanpa sengaja aku melihat dia! Ibu, apa aku telah melanggar peraturan di sini?" kata nona Ci.
Beng Cit Nio tersenyum. "Aku tidak menyalahkan kau, malah aku ingin minta bantuanmu," kata Beng Cit Nio.
"Ibu tidak perlu berkata begitu, apa yang ingin aku laksanaka untuk Ibu, katakan saja!" kata nona Ci.
"Kelihatanya nona Han terkesan baik terhadapmu, dia juga ingat padamu," kata Beng Cit Nio.
"Aku memang melihatnya, tetapi aku tidak sempat bicara dengannya," kata Ci Giok Hian. Beng Cit Nio mengangguk.
"Aku tahu maka itu aku katakan kalian berjodoh.
Terusterang nona Han salah paham terhadapku, dan 658
terhadap semua orang di tempat ini. Dia acuh kepada kami!
Tetapi sejak dia melihatmu, sudah dua kali dia bertanya pada Pik Giok dan Pik Cak tentang kau," kata Beng Cit Nio.
Pik Giok dan Pik Cak dua pelayan yang menjadi pengantar makanan ke kamar Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng.
Ci Giok Hian kaget. "Aah, Pwee Eng sangat ceroboh, kenapa dia menanyakan tentang diriku pada kedua pelayan itu"
Bukankah itu malah akan membuka rahasiaku" Malah aku bisa celaka!" pikir Ci Giok Hian.
"Dia menanyakan, apakah kau pelayan baru di tempat ini" Dia juga memuji kecantikanmu. Pik Giok bilang kau mahir main kecapi, catur dan tahu seni lukis juga sastra.
Mendengar keterangan Pik Giok dia senang sekali. Dia juga menanyakan tentang asal-usulmu, Pik Giok mengatakan bahwa kau puteri seorang sastrawan miskin. Mendengar keterangan itu dia merasa iba padamu!" kata Beng Cit Nio.
"Aah, Pik Giok terlalu banyak mulut" kata nona Ci seolah kurang senang.
Beng Cit Nio tersenyum dan berkata lagi.
"Sekalipun dia tidak mengatakannya, aku tahu dia ingin menemuimu," kata Beng Cit Nio. "Aku suka pada nona Han, maka itu aku izinkan kau menemuinya. Hari ini kau boleh menggantikan Pik Giok mengantarkan makanan untuk mereka!"
"Aah, itu pekerjaan yang sangat mudah, mengapa Ibu begitu sungkan untuk menyuruhku?" kata nona Ci.
Beng Cit Nio tersenyum. 659 "Selain membawa makanan, kau bawa juga arak ini.
Usahakan agar Han Lo-sian-seng mau minum arak ini. Jika kau ditanya arak apa ini, katakan saja ini arak Kiu-thian-sunyang-pek-hoa-ciu" kata Beng Cit Nio sambil tersenyum.
Bukan main girangnya nona Ci ketika mendengar perintah itu. Karenamemang saat diamaumenjadi pelayan, tujuan utamanya adalah untuk mencuri arak obat itu.
Sekarang dengan tidak usah mencurinya, malah Beng Cit Nio menyuruhnya mengantarkan arak obat itu pada Han Tay Hiong. Sekalipun dia girang namun dia masih merasa was-was, dia tidak tahu isi hati Beng Cit Nio, apakah dia memang tidak mengetahui rahasia dirinya" Atau malah sedang menyelidiki dirinya"
Tidak heran jika nona Ci Giok Hianjadi ragu-ragu, tetapi j ika dia menolak, dia merasa sayang. Maka itu dia segera berpura-pura dan berkata demikkian.
"Aah, apa aku bisa melakukannya" Bukankah Han Lo-sianseng itu telah ditotok jalan darahnya oleh See-bun Souw Ya" Aku belum tahu apakah dia masih bisa minum arak atau tidak" Jika dia tidak bisa membuka mulutnya, bukankah percuma saja aku menemuinya?" kata nona Ci Giok Hian sambil mengawasi ingin tahu reaksi dari Beng Cit Nio.
"Hari ini adalah hari yang ketiga setelah Han Tay Hiong ditotok jalan darahnya," kata Beng Cit Nio. "Jalan darahnya yang tertotok pasti saat ini belum bebas, tetapi untuk minum aku kira dia bisa! Tetapi itupun harus atas kesediaan dia. Jika dia menolak maka kau pun tidak akan mampu memaksanya. Oleh karena itu kusuruh kau menasihatinya. Aku lihat nona Han terkesan baik kepadamu, aku yakin dia akan membantumu!"
660 "Tapi....aku tidak tahu bagaimana caranya aku menasihatinya?" kata nona Ci tetap pura-pura bodoh.
Sebenarnya saat itu juga dia sudah ingin segera membawa arak obat itu, tetapi karena Ci Giok Hian khawatir Beng Cit Nio sedang mencurigainya, maka dia berpura-pura tidak tahu, apa khasiat arak itu.
Beng Cit Nio manggut-manggut, sambil mengawasi ke arah nona Ci lalu dia berkata.
"Baiklah, kau kuberitahu," kata Beng Cit Noio. "Arak ini sangat bermanfaat bagi Han Tay Hiong, jadi kau jangan curiga, arak ini tidak beracun! Percaya padaku, jika arak ini beracun mana mungkin aku mau menyuruhmu
menasihatinya!" Awalnya nona Ci kaget saat Beng Cit Nio mengatakan agar dia "jangan banyak curiga" tetapi setelah ia melanjutkan katakatanya maka legalah hati niona Ci.
"Aah, mana berani hamba mencurigaimu...." kata Ci Giok Hian dengan agak tersipu-sipu.
Tetapi sebelum nona Ci bicara habis Beng Cit Nio segera memotong pembicaraannya.
"Hm! Mulai sekarang kau jangan menyebut dirimu hamba," kata Beng Cit Nio. "Apa kau sudah lupa?"
"Oh, ya, maafkan aku. Bu!" kata nona Ci.
Beng Cit Nio tersenyum. "Baik, sekarang kau boleh pergi ke sana! Katakan kepada mereka, bahwa gunung hijau masih ada, jangan khawatirtidak akan punya kayu bakar, dengan kata-kata itu aku yakin mereka pasti paham!" kata Beng Cit Nio.
Kebetulan saat itu seorang pelayan masuk, pelayan itu sedang menjinjing guci arak Kiu-thian-sun-yang-pek-hoa-661
ciu, lalu arak itu dituang ke sebuah guci kecil hingga penuh, sesudah itu guci arak kecil itu diserahkan kepada Ci Giok Hian
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Di kamar tahanan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng...
Sejak Han Pwee Eng bertemu dengan Beng Cit Nio, sejak itu otaknya terus bekerja.
"Dari nada bicara Beng Cit Nio yang aku dengar, orang yang mencelakai Ibuku itu orang lain. Tetapi siapa orang itu" Mungkin saja Beng Cit Nio sengaja membohongiku"
Untung Ayah sudah mau bicara, lebih baik aku tanyakan padanya saja!" pikir Han Pwee Eng.
Ketika dia baru masuk ke ruang batu nona Han langsung memanggil-manggil ayahnya, tetapi tidak ada sahutan.
Ruang agak suram, dia tidak melihat ketika itu Han Tay Hiong sedang terbaring di atas tempat tidur. Melihat hal itu Nona Han Pwee Eng kaget bukan kepalang. Segera dia hampiri ayahnya yang sedang terbaring itu. Kemudian dia ulurkan tangannya ke hidung ayahnya. Segera nona Han jadi lega, ternyata ayahnya masih bernapas.
Buru-buru nona Han membangunkan ayahnya, dia memeriksanya dengan teliti. Nona Han girang, ternyata tidak ada tanda-tanda ayahnya itu keracunan, tetapi dia merasakan denyut nadi ayahnya agak aneh. Setelah diperiksa lagi lebih teliti, segera nona Han mengerti, rupanya dua jalan darah penting ayahnya telah ditotok oleh orang jahat. Saat itu ayahnya sedang mengerahkan hawa-murni untuk membebaskan totokan atas dirinya. Tidak heran jika kondisi dan keadaan ayahnya jadi sangat lemah.
Han Pwee Eng segera mengerahkan lwee-kangnya untuk membantu ayahnya membebaskan diri dari totokan musuh.
662 Setelah secara berturut-turut selama tiga hari Han Pwee Eng membantu ayahnya dengan lwee-kangnya, kecuali saat makan. Pada hari yang ketiga, tampak Han Tay Hiong terdengar menarik napas dalam. Kemudian membuka matanya dan mengawasi ke arah puteri tunggalnya itu.
"Anak Eng, oh ayah telah menyusahkanmu, nak," kata Han Tay Hiong.
Han Pwee Eng tersenyum, tapi karena tahu kondisi ayahnya masih lemah, dia tidak ingin membuat emosi ayahnya meluap. Padahal nona Han ingin bertanya mengenai siapa yang meracuni ibu kandungnya, dan pertanyaan itu terpaksa dia simpan dulu sampai kondoisi ayahnya sehat benar-benar.
Tiba-tiba Han Tay Hiong bertanya pada puterinya.
"Anak Eng, apa yang dikatakan Beng Cit Nio padamu?"
kata Han Tay Hiong. "Sebenarnya ada khabar gembira yang akan aku katakan kepada Ayah," kata nona Han.
Han Tay Hiong mengawasi ke arah puterinya. "Apa Beng Cit Nio akan membebaskanmu, nak?" Nona Han mengangguk.
"Benar! Dia bilang begitu, diaakan berusaha melepaskan aku, namun masih ada khabar gembira yang lain, Ayah!"
kata Han Pwee Eng menerangkan.
Mendengar ucapan puterinya Han Tay Hiong tertegun tampaknya dia keheranan.
"Kau bilang ada khabar gembira yang lain?" kata Han Tay Hiong.
Nona Han mengangguk. 663 "Benar Ayah aku melihat seorang pelayan Beng Cit Nio yang membuat aku heran pelayan itu mirip dengan Ci Giok Hian!" kata Han Pwee Eng.
Mendengar keterangan itu mata Han Tay Hiong terbelalak.
"Ci Giok Hian katamu" Bagaimana dia bisa ke mari"
Yang mengherankan aku, mengapa dia mau jadi pelayan Beng Cit Nio''" tanya Han Tay Hiong secara beruntun.
"Aku juga berpikir seperti Ayah juga," jawab Han Pwee Eng. "Aku yakin benar bahwa pelayan itu mirip sekali dengan Ci Giok Hian. Dilihat dari bentuk tubuhnya juga suaranya, malah dia juga memberi isyarat dengan suara batuknya Kemarin aku bertanya pada pelayan yang membawakan makanan ke mari. Dia bilang pelayan itu berasal dari Kanglam, dia datang kemari baru beberapa hari saja Maka aku mengambil kesimpulan bahwa pelayan itu pasti Ci Giok Hian. Dia sangat cerdas dan banyak akalnya.
Entah dengan cara bagaimana dia bisa menyusup ke mari"
Jelas pelayan itu pasti dia, dan tidak mungkin gadis lain akan sama batuknya dengan Ci Giok Hian!"
"Jadi kau pikir Ci Giok Hian datang ke mari untuk menyelamatkan kita?" kata Han Tay Hiong.
"Ayah, jangan lupa hubunganku dengannya bagaikan kakak beradik," kata nona Han. "Jika dia tidak bermaksud menyelamatkan kita, untuk apa dia menempuh bahaya dan mau datang ke mari?"
Han Pwee Eng agak heran mengapa ayahnya bertanya begitu. "Eng, ada sebuah masalah dan Ayah lupa menanyakannya kepadamu," kata Han Tay Hiong.
"Katakan Ayah tentang apa itu"' tanya nona Han.
"Ketika kau menikah, apakah Kakak Ci-mu itu datang dan 664
ikut minum arak kegirangan di rumah suamimu atau tidak?" kata Han Tay Hiong.
Ketika baru bertemu dengan ayahnya, yaitu sepulang dari Yang-cou, Han Pwee Eng telah membohongi ayahnya.
Dia sengaja mengaku bahwa dia telah menikah dengan Kok Siauw Hong. Tak heran ketika ayahnya bertanya begitu, Han Pwee Eng jadi malu dan hatinya pedih sekali. Untung di ruang batu itu agak gelap sehingga Han Tay Hiong tidak bisa melihat dengan jelas perubahan wajah puterinya.
Sekalipun Han Pwee Eng sangat berduka namun dia berusaha agar tetap bisa tersenyum di depan ayahnya.
Dengan suara perlahan dia lalu menj awab pertanyaan ayahnya.
"Aah, apakah Ayah lupa, ketika aku menikah di kota Yangcou, aku sama sekali tidak mengundang siapapun.
Bagaimana dia bisa ke sana?" kata Han Pwee Eng.
"Letak kota Yang-cou tidak terlalu jauh dari Lembah Pekhoa-kok. Ayah kira dia ke sana" Apakah dari pihak pengantin lelakipun tidak mengundang mereka?" kata Han Tay Hiong.
Nona Han tersenyum. "Tidak Ayah!" jawab nona Han tegas. Tetapi Han Pwee Eng agak heran mengapa ayahnya bertanya begitu" Dia menduga-duga, barangkali ayahnya sudah mendengar peristiwa yang dialaminya" Dengan tajam ayahnya menatap ke arah Han Pwee Eng.
"Hm! Kalau begitu Kok Siauw Hong tidak kenal dengannya dan keluarganya! Benar begitu?" kata Han Tay Hiong.
Pertanyaan Han Tay Hiong membuat jantung nona Han jadi berdebar-debar.
665 "Maaf Ayah, aku tidak menanyakan hal pada Siauw Hong, tetapi mereka itu orang Yang-cou, jika mereka saling mengenal pun itu tidak mengherankan! Mengapa Ayah bertanya begitu?" kata nona Han.
"Dulu di antara keluarga Ci dan keluarga Kok terjadi sedikit kesalahpahaman," kata Han Tay Hiong memberi penjelasan, "tapi kau tidak perlu tahu mengenai masalah apa hingga mereka jadi bertikai. Mungkin saja Kok Siauw Hong mengetahuinya, atau barangkali juga tidak tahu! Jika dia tidak memberitahumu kau tidak perlu menanyakan padanya!"
Han Pwee Eng menarik napas lega.
"Hm, itu urusan masa lalu orang tua mereka!" pikir nona Han. "Aku kira Siauw Hong dan Ci Giok Hian tidak mengetahui tentang pertikaian di antara keluarganya. Jika mereka tahu aku yakin mereka tidak akan begitu akrab, bahkan mereka bisa jadi saling jatuh cinta?"
Nona Han seorang yang bersahaja dan tidak terlalu ingin tahu masalah orang lain, tak heran sekalipun dia ingin tahu masalah itu, tetapi dia diam saja dan tidak banyak bertanya.
"Mengapa Ayah membicarakan soal dua keluarga itu, Ayah?" kata Han Pwee Eng.
"Karena aku ingin kau waspada terhadap keluarga Ci, sekalipun kau berhubungan baik sekali dengan mereka,"
kata Han Tay Hiong. "Baik, Ayah," kata nona Han. "Kesehatan Ayah belum pulih, sebaiknya Ayah istirahat saja sejenak!" kata nona Han.
"Apa yang dikatakan Beng Cit Nio padamu, kau belum menceritakannya pada Ayah," kata Han Tay Hiong, "aku 666
kira itu masalah penting. Jika kau belum mengatakannya pada Ayah bagaimana Ayah bisa tenang?"
"Dia meminta agar aku mau menjadi pengikutnya, tetapi telah kutolak!" kata nona Han.
"Jadi dengan cara itu dia hendak membebaskanmu?"
kata Han Tay Hiong. "Dia memang bilang begitu, tapi aku tidak percaya kepadanya," kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong menghela napas panjang.
"Kau jangan terlalu curiga, Ayah kira kata-katanya boleh dipercaya. Tapi kau tidak bersedia jadi pelayan dia, aku kira itu karena keangkuhanmu, Ayah tidak menyalahkanmu.
Dia masih bilang apa lagi?" kata Han Tay Hiong.
"Dia mengatakan dia sangat terkesan pada Ibu, dan dia bilang kasihan pada Ibu. Aku tidak percaya. Ayah sebenarnya dia atau bukan orang ang meracuni Ibu?" kata nona Han Pwee Eng kelihatan sangat penasaran.
Mendengar kata-kata puterinya itu Han Tay Hiong terperanjat.
"Kau tanyakan masalah itu kepadanya?" kata Han Tay Hiong. Han Pwee Eng mengangguk.
"Benar, Ayah. Tapi dia tidak mau mengaku!" kata Han Pwee Eng.
Kelihatan wajah Han Tay Hiong jadi tegang. "Lalu dia bilang apa?"
"Dia bilang bukan dia tapi orang lain yang meracuni Ibu.
Aku tanyakan padanya, siapa orang itu" Tapi dia tidak mau memberitahuku. Ayah! Katakan padaku, sebenarnya siapa yang meracuni Ibu?" kata Han Pwee Eng.
667 Setelah diam sejenak Han Tay Hiong baru bicara.
"Dengan sesungguhnya Ayah memang mencurigai seseorang," kata Han Tay Hiong, "namun setelah aku pikirpikir dengan cemat, sekarang justru muncul sebuah teka-teki, sehingga Ayah tidak berani memastikan siapa yang meracuni Ibumu itu?"
"Katakan Ayah, siapa yang Ayah curigai itu?" kata Han Pwee Eng.
"Baik, tapi ceritanya panjang sekali," kata Han Tay Hiong.
Tetapi saat Han Tay Hiong baru akan menceritakan sesuatu pada puterinya, mendadak terdengar suara langkah kaki, menyusul suara seorang gadis bicara pada penjaga ruang batu.
"Huss! Orang Beng Cit Nio datang ke mari," bisik Han Tay Hiong. "Kepandaian gadis itu sangat tinggi mungkin tidak di bawahmu. Kita harus hati-hati, masalah yang akan Ayah ceritakan, pasti akan Ayah ceritakan setelah dia pergi!"
Sekalipun dia sedang tidak berdaya namun Han Tay Hiong masih tetap cekatan. Begitu dia dengar langkah kaki gadis itu dia langsung bisa menebak, bahwa gadis itu berkepandaian tinggi.
Gadis itu Ci Giok Hian yang menerima perintah dari Beng Cit Nio untuk mengantarkan makanan pada Han Tay Hiong dan puterinya. Selain makanan dia juga membawa seguci kecil arak. Ci Giok Hian seorang gadis yang cerdas dan sikapnya selalu berhati-hati. Sekalipun dia sangat girang bisa bertemu dengan Han Pwee Eng, namun sikapnya biasa-biasa saja dan tidak dia perlihatkan 668
kegirangannya itu. Ini dilakukannya agar orang tidak mencurigai dia
"Kata Beng Cit Nio ini bukan arak beracun, namun aku tidak bisa menjamin kalau dia tidak berbohong. Maka lebih baik aku memeriksanya dulu," pikir Ci Giok Hian.
Saat dia masih berada di sebuah koridor, kebetulan di tempat itu tidak ada orang lain. Dia segera mengeluarkan sebatang jarum perak dan membuka tutup guci arak itu. Dia langsung mencelupkan jarum-perak itu ke dalam guci. Ini untuk menyelidiki apakah arak itu beracun atau tidak"
Sesaat kemudian jarum-perak itu dia angkat dari dalam guci dan dia periksa Ternyata jarum-perak itu tetap putih bersih, itu tandanya arak itu tidak beracun.
Sesudah itu dia keluarkan obat bubuk pemberian Seng Capsie Kouw, katanya obat bubuk itu bisa memunahkan racun Hua-hiat-to. Karena sikap Seng Cap-si Kouw sangat lembut kepadanya, malah dia yang mencarikan akal untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, Ci Giok Hian tidak mencurigainya. Malah dia mencurigai BengCitNio.
Hari itu yang menjaga kamar batu Pouw Yang Hian, murid See-bun Souw Ya yang pernah bertemu dengannya.
Pouw Yang Hian tidak ingat kejadian itu, yang dia tahu Ci Giok Hian ini pelayan baru Beng Cit Nio. Pada saat Ci Giok Hian baru sampai di tempat itu, dia diantar oleh Tik Bwee. Pouw Yang Hian dikalahkan oleh Tik Bwee.
Hari ini Ci Giok Hian mengantarkan makanan untuk para tahanan itu. Begitu melihat Ci Giok Hian timbul kemarahan Pouw Yang Hian. Namun, dia tidak tahu berapa tinggi kepandaian silat Ci Giok Hian ini.
669 "Pasti kepandaian gadis ini masih rendah," begitu Pouw Yang Hian berpikir. "Ditambah lagi dia sangat cantik, kebetulan dia datang sendirian saja tidak ditemani. Lebih baik aku goda dia!"
Begitu Ci Giok Hian sampai Pouw Yang Hian langsung menghadang gadis itu.
"Kau membawa apa?" kata Pouw Yang Hian dengan sikap ceriwis.
"Aku membawakan makanan untuk tahanan, karena Kakak Pik Cak tidak sempat ke mari, majikan menyuruh aku menggantikan makanan ini. Cepat buka pintunya!" kata Ci Giok Hian dengan angkuh.
Pouw Yang Hian nyengir. "Tunggu! Kau mengantar makanan atas perintah Beng Cit Nio, kenapa kau membawa arak ke mari?" kata Pouw Yang Hian.
"Arak ini aku bawa atas perintah majikanku, memang kenapa?" tanya nona Ci agak terkejut saat dia ditegur begitu.
Memang Pouw Yang Hian berniat menyulitkan gadis ini, maka dia menggodanya.
"Tak apa-apa, tapi aku merasa heran biasanya pelayanpelayan hanya mengantarkan makanan dan tidak membawakan arak!" kata Pouw Yang Hian.
"Mana aku tahu" Kalau kau ingin tahu sebabnya, tanyakan saja pada majikanku!" kata Ci Giok Hian sedikit menggertak.
Pouw Yang Hian tertawa dingin.
"Hm! Kau gunakan nama Cit Nio untuk menggertakku, ya" Kau mau masuk ke ruang batu ini, tetapi kau masih 670
harus memohon agar dibukakan pintu olehku, kan" Atas perintah guruku aku menjaga tempat ini. Aku berhak memeriksa makanan dan arak yang kau bawa itu! He! He!
He! Karena ada tambahan seguci arak ini, maka kau tidak kuizinkan langsung masuk!" kata Pouw Yang Hian.
Tiba-tiba dia buka tutup guci arak itu dan berteriak.
"Oh, harumnya! Harum sekali!" kata Pouw Yang Hian.
"Dengar nona pelayan, Han Tay Hiong tidak bisa minum arak apalagi puterinya. Lebih baik arak ini aku yang minum saja!"
Dia ambil guci arak itu, dia kelihatan hendak langsung meneguknya. Melihat kelakuan Pouw Yang Hian tentu saja Ci Giok Hian jadi kaget Nona Ci langsung membentak.
"Cepat letakan guci arak itu!" kata Ci Giok Hian.
Dia sambar sepasang sumpit di atas nampan makanan, lalu dia siap akan menotok jalan darah Pouw Yang Hian dengan sumpit tersebut. Tapi tiba-tiba dia mengubah niatnya itu.
"Aah, tidak! Aku tidak boleh menunjukkan kepandaianku, jika kutinjukan pasti dia akan mencurigaiku!
Ini bisa merusak semua rencanaku!" pikir nona Ci.
Maka itu dia batalkan menotok jalan darah Pouw Yang Hian, dia hanya memukul tangan Pouw Yang Hian dengan sepasang sumpit itu. Sebenarnya sikap Pouw Yang Hian tadi hanya ingin menggoda nona Ci saja, sebenarnya dia segan juga kepada Beng Cit Nio, majikan rumah batu itu.
Saat nona Ci menggerakan tangan, Pouw Yang Hian sedikit agak curiga. Wajah Ci Giok Hian cantik sekali, dia tidak mirip dengan orang yang pandai silat Pouw Yang Hian juga tahu yang menyuruh nona Ci datang ke tempat itu Seng Cap-si Kouwjuga bukan karena gadis itu lihay ilmu 671
silatnya melainkan karena nona ini pandai menyanyi dan main musik, catur dan ahli sastra. Dia menjadi pelayan di tempat itu khusus untuk menemani Beng Cit Nio main catur dan sebagainya. Ketika Pouw Yang Hian terjungkal di tangan Tik Bwee, tapi sekarang dia masih berani mempermainkan Ci Giok Hian. Semua itu karena dia yakin Ci Giok Hian tidak pandai silat.
Sumpit di tangan nona Ci berhasil memukul tangan Pouw Yang Hian, tapi pukulan itu tidak membuat Pouw Yang Hian merasa sakit, hingga dia jadi keheranan.
"Tadi sepasang sumpit itu bergerak seolah hendak menotok jalan darahku," pikir Pouw Yang Hian. "Eh, apa aku tadi salah lihat" Tapi pukulannya biasa saja tidak punya lwee-kang. Apa dia bisa silat atau tidak" Mengapa kelihatan dia begitu tegang saat arak ini akan aku minum?"
Sekalipun berpikir begitu Pouw Yang Hian sadar gurunya tidak ada di tempat, maka dia tidak berani banyak tingkah lagi, lalu dia berkata pada nona Ci.
"Aku hanya bergurau, kau tampak begitu tegang! Baik, jika kau tidak bersedia memberi penjelasan akan kutanyakan sendiri pada Beng Cit Nio. Baru sesudah itu aku izinkan kau masuk!" kata Pouw Yang Hian.
Ci Giok Hian agak kaget dia tidak ingin buang waktu.
"Majikanku bilang ruang batu ini sangat pengap," kata nona Ci. "Dia takut ayah dan anak itu sakit. Lalu majikan menyuruhku mengantarkan seguci kecil arak ini untuk mereka minum!"
"Hm! Mengapa kau tidak bilang dari tadi?" kata Pouw Yang Hian.
672 "Ini cuma masalah kecil, kau malah mempersulit aku, maka aku sengaja tidak mau memberitahumu!" kata nona Ci.
Pouw Yang Hian manggut-manggut. "Baik, kalau begitu aku minta maaf," kata Pouw Yang Hian. "Biar aku wakili kau mengantarkan makanan dan arak ini pada mereka. Ini kulakukan agar aku bisa menebus dosa dan kesalahanku tadi."
Pouw Yang Hian mengulurkan tangan akan mengambil tempat makanan itu dari tangan Ci Giok Hian.
-o0(DewiKZ~Aditya~Aaa)~0o673 Jilid Ketiga BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) Karya: Liang Ie Shen Sumber Buku Kiriman : Aditya Djvu oleh : Dewi KZ
Edit teks oleh : aaa Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Cersil karya Liang Ie Shen ini dengan latar belakang zaman Song, dimulai saat Nona Han Pwee Eng akan menemui calon suaminya di Yang-cou, di tengah jalan rombongannya dihadang penjahat. Timbul masalah lain, calon suami Nona Han direbut oleh sahabatnya.
Kisah ini selain mengisahkan cinta juga diseling pertarungan silat kelas tinggi. Jalinan kisah asmara yang berliku ini diselingi kisah menegangkan, mengharukan.
Bagaimana bangsa Han mengusir penjajah bangsa Kim (Tartar) dan Goan (Mongol).
BENG CIANG HONG IN LOK (Badai Awan dan Angin) oleh : Liang le Shen Diceritakan kembai oleh : marcus A.S.MARWIN Penerbitan & Percetakan
Judul asli: Beng Ciang Hong In Lok Penulis asli: Liang le Shen Diterjemahkan oleh : Ai Cu Diceritakan kembali oleh
: Marcus A.s.-Diterbitkan atas kerjasama dengan San Agency & Marwin Cetakan pertama : 2005
674 Bab 25 Melihat tangan Pouw Yang Hian terjulur akan mengambil tempat makanan dan arak obat itu, tentu saja Ci Giok Hian jadi kaget bukan kepalang. Segera dia maju mencoba untuk mencegah tindakan murid See-bun Souw Ya ini.
"Jangan! Aku tidak perlu merepotkan Toa-siok (Paman)!" kata Ci Giok Hian.
Melihat sikap Ci Giok Hian itu, Pouw Yang Hian purapura kurang senang.
"Aku yang harus mengantarkan makanan ini, udara di ruang batu itu sangat pengap," kata Pouw Yang Hian. "Aku pikir tidak pantas kau yang masuk ke ruangan pengap itu!
Biar aku saja yang mengantarkan makanan dan arak ini!"
Tangan Pouw Yang Hian tetap bergerak untuk meraih tempat makanan dan guci arak obat itu dari tangan nona Ci. Dalam keadaan yang sangat terdesak, mau tidak mau Ci Giok Hian harus memperlihatkan kepandaiannya Tangan nona Ci langsung bergerak dengan cepat, dia totok jalan darah Pouw Yang Hian. Tetapi pada saat yang bersamaan, Pouw Yang Hian pun sedang menepuk tangan nona Ci yang sedang menjinjing keranjang makanan itu. Akibatnya keranjang itu tersampok hingga jatuh ke lantai.
Saat itu Ci Giok Hian dan Pouw Yang Hian sedang bertarung. Sebenarnya lwee-kang Pouw Yang Hian jauh lebih tinggi dibanding dengan lwee-kang nona Ci, namun saat Pouw Yang Hian berhadapan dengan Kong-sun Po, pemuda itu berhasil memecah lwee-kang Pouw Yang Hian, akibatnya ilmu Hoa-hiat-to Pouw Yang Hian jadi berantakan. Ketika itu lweekang Pouw Yang Hian belum pulih benar, tidak heran kalau tangkisan Ci Giok Hian 675
membuat Pouw Yang Hian terhuyunghuyung beberapa langkah ke belakang.
Saat itu Pouw Yang Hian baru sadar bahwa nona Ci ini berkepandaian tinggi, ketika Pouw Yang Hian hendak berteriak minta bantuan. Ci Giok Hian langsung menotok jalan darahnya. Gerakan nona Ci sangat cepat, Pouw Yang Hian tidak mampu berkelit dari totokan nona Ci. Dengan demikian jalan darahnya kena tertotok tepat oleh Ci Giok Hian.
Saat itu Ci Giok Hian melihat keranjang makanannya tergeletak di lantai, tutup guci arak sudah terbuka, tapi untung araknya tidak tumpah. Ci Giok Hian segera menutup guci arak itu, baru dia menghampiri Pouw Yang Hian dan mengambil kunci ruang tahanan dari tangannya.
Tubuh Pouw Yang Hian diseret dan disandarkan ke dinding batu. Sekarang kelihatan Pouw Yang Hian seperti orang yang sedang tidur bersandar di dinding.
Ci Giok Hian berdoa dalam hati, dia berharap dalam waktu singkat tidak akan ada orang yang datang ke tempat itu.
"Asalkan tidak ada yang datang, aku punya harapan bisa menyelamatkan mereka dari tempat ini!" pikir Ci Giok Hian.
Nona Ci yakin benar khasiat arak Kiu-thian-sun-yang Pekhoa-ciu buatannya itu, ditambah lagi dia tahu Han Tay Hiong memilik lwee-kang yang tinggi. Arak obat itu sekarang telah dicampur dengan obat bubuk yang katanya pemunah racun Hua-hiat-to pemberian Seng Cap-si Kouw.
Ci Giok Hian yakin dalam waktu singkat Han Tay Hiong akan pulih kembali kesehatannya, sekalipun hanya empat sampai enam bagian saja, yakni setelah dia minum arak obat itu. Jika Chu Kiu Sek datang nona Ci pun yakin, dia 676
bersama Han Pwee Eng akan mampu melawan Chu Kiu Sek maupun See-bun Souw Ya. Jika berhasil inilah kesempatan emas yang paling berharga bagi mereka.
Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng telah mendengar suara I perkelahian diluar kamar tahanan mereka. Sesudah pintu kamar tahanan itu terbuka, tampak Ci Giok Hian berjalan ke dalam kamar tahanan dengan langkah tegap.
Melihat kedatangan Ci Giok Hian mata Han Pwee Eng terbelalak.
"Kalau dia pelayan Beng Cit Nio, kenapa dia berkelahi dengan Pouw Yang Hian?" pikir Han Pwee Eng.
Nona Han jadi curiga lalu bertanya pada Ci Giok Hian yang sedang menyamar jadi pelayan itu.
"Siapa kau sebenarnya?" kata Han Pwee Eng.
Ci Giok Hian meletakkan keranjang yang dibawanya di atas meja, lalu dia buka jendela kamar tahanan itu supaya cahaya bisa masuk ke dalam kamar tahanan. Sesudah itu baru Ci Giok Hian membersihkan mukanya yang memakai bedak untuk penyamaran dirinya.
"Eh, Pwee Eng, apakah kau sudah tidak mengenaliku lagi?" kata Ci Giok Hian.
Mendengar suara yang sangat dikenalnya dan melihat wajah Ci Giok Hian yang asli, tentu saja Han Pwee Eng jadi kaget bukan kepalang. Dia juga girang bukan main.
"Kakak Hian rupanya kau, bagaimana kau bisa datang ke mari?" kata Han Pwee Eng.
"Jika kisahnya aku ceritakan sekarang akan panjang sekali," kata Ci Giok Hian. "Nanti setelah kita keluar dari sini, semua akan aku ceritakan kepadamu. Paman Han, apa 677
jalan darahmu yang ditotok See-bun Souw Ya sudah terbuka!"
"Sudah, lalu kenapa?" tanya Han Tay Hiong.
Mendengar jawaban itu nona Ci tampak senang sekali.
"Syukurlah kalau begitu, cepat Paman Han minum arak ini. Dalam waktu singkat Paman Han akan pulih kesehatannu!" kata Ci Giok Hian.
Han Tay Hiong mengerutkan alisnya.
"Arak apa ini?" tanya Han Tay Hiong.
"Arak buatan keluarga kami itu diberi nama Kiu-thian-sunyang pek hoa-ciu" kata Ci Giok Hian.
Han Pwee Eng girang dia langsung berkata pada ayahnya. "Ayah jangan curiga, arak itu mampu mengobati luka yang terkena pukulan Siu-lo-im-sat-kang" kata nona Han.
Han Tay Hiong sedikit tercengang. "Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu"'' kata Han Tay Hiong.
"Aku sembuh oleh arak itu, Ayah!" kata Han Pwee Eng.
Han Tay Hiong bertambah curiga, dia tidak mau segera meminum arak obat itu. Kecurigaan ini terjadi karena Han Pwee Eng telah membohongi ayahnya. Ketika baru bertemu dengan ayahnya di kamar tahanan, Han Pwee Eng mengatakan dia telah menikah dengan Kok Siauw Hong.
Dengan demikian Han Tay Hiong mengira luka Han Pwee Eng sudah sembuh karena pertolongan Kok Siauw Hong yang mengobatinya dengan jurus Siauw-yang-sin-kang.
Jelas Han Tay Hiong tidak mengetahui kalau Han Pwee Eng di tengah perjalanan ketika akan ke Yang-cou telah diculik oleh Ci Giok Hian. Akhirnya Ci Giok Hian mengobati puteri Han Tay Hiong dengan arak obat itu 678
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hingga sembuh dari lukanya. Han Pwee Eng sadar ayahnya mulai curiga. "Memang sulit untuk mengelabui Ayah, tetapi saat ini aku harus membujuk Ayah supaya mau meminum arak obat itu!" begitu nona Han berpikir.
"Ayah, jika aku menceritakan pengalamanku itu akan panjang sekali ceritanya. Cepat Ayah minum arak obat itu.
Aku tidak berbohong, aku pun pernah merasakan khasiat arak obat itu!" kata Han Pwee Eng.
Melihat ayahnya tidak segera meminum arak itu nona Han jadi gugup sekali. Sebaliknya Han Tay Hiong malah bertanya pada Ci Giok Hian.
"Nona Ci, bukankah Beng Cit Nio yang menyuruhmu mengantarkan arak ini?" kata Han Tay Hiong dengan suara tajam.
"Benar, Paman Han," jawab Ci Giok Hian terus terang.
"Kalau begitu dia juga yang mengutusmu untuk menyelamatkan kami?" kata Han Tay Hiong.
"Benar, Paman," kata nona Ci.
Mendengar jawaban yang jujur dari Ci Giok Hian, wajah Han Tay Hiong tiba-tiba berubah.
"Tidak! Aku tidak mau minum arak itu, lebih baik aku mati saja daripada aku menerima budinya!" kata Han Tay Hiong.
"Paman Han jangan salah mengerti," kata Ci Giok Hian.
"Aku salah mengerti bagaimana?" kata Han Tay Hiong ketus.
"Ceritanya begini, Paman! Beng Cit Nio tidak mengetahui siapa aku ini. Dia juga tidak mengetahui arak obat ini sangat berkhasiat dari keluargaku!" kata Ci Giok Hian memberi penjelasan.
679 "Hm! Kalau begitu, jika aku meminum arak ini aku menerima budimu dan bukan budi Beng Cit Nio" Dengan demikian aku jadi hutang budi kepadamu?" kata Han Tay Hiong dengan suara hambar.
Mendengar jawaban ini nona Ci jadi gugup bukan main.
"Kenapa Paman Han memandang diriku seburuk itu"
Dalam keadaan sangat berbahaya ini kenapa dia tidak mau minum arak obat ini. Apakah ini karena Pwee Eng telah memberitahu ayahnya bahwa aku telah merebut calon suaminya?" begitu Ci Giok Hian berpikir.
Tanpa terasa wajah nona Ci berubah jadi merah-padam.
"Ucapan Paman Han sungguh keras sekali. Padahal hubunganku dengan Pwee Eng sudah seperti kakak beradik.
Tetapi mengapa Paman berkata bahwa pemberian arak ini membuat Paman menerima budiku?" kata Ci Giok Hian dengan pilu.
Perubahan wajah Ci Giok Hian sekilas terlihat oleh Han Tay Hiong, sehingga orang tua ini jadi curiga sekali. Sedang Han Pwee Eng yang tidak melihatnya, segera membujuk ayahnya.
"Ayah, aku tahu Ayah tidak mudah menerima budi seseorang," kata nona Han. "Tetapi Kak Ci ini seperti keluarga kita sendiri, minumlah arak ini, Ayah! Ayah jangan terlalu keras hati!"
Setelah mendengar bujukan puterinya Han Tay Hiong berpikir.
"Keluarga Kok dan keluarga Ci tidak bermusuhan dengan keluargaku; sedangkan anakku Pwee Eng menantu keluarga Kok. Tidak mungkin dia ingin menuntut balas kepadaku. Ditambah lagi Pwee Eng pun diobatinya, dia 680
tidak menuntut balas pada Pwee Eng. Aku yakin dia juga tidak berniat jahat ingin meracuniku!" pikir Han Tay Hiong.
Ketika Han Pwee Eng melihat ayahnya diam saja sedang berpikir, Han Pwee Eng kembali membujuknya.
"Ayah, kau jangan hanya memikirkan diri Ayah sendiri.
Apakah Ayah tidak memikirkan aku juga" Jika lwee-kang Ayah sudah pulih kembali, maka aku dan Ayah punya harapan untuk bisa meloloskan diri dari sini!" kata Han Pwee Eng.
Tampak Han Tay Hiong kaget, dia berpikir lagi.
"Memang benar, demi kepentingan Pwee Eng aku harus menempuh bahaya untuk mencobanya," pikir Han Tay Hiong.
Setelah manggut-manggut dia tatap wajah Ci Giok Hian sambil berkata.
"Baiklah, Nona Ci. Demi menyelamatkan kami sekeluarga kau berani menempuh bahaya," kata Han Tay Hiong sambil mengambil guci arak itu dan langsung diteguknya tanpa berpikir panjang lagi. Tetapi baru saja dia minum arak itu beberapa teguk, wajah Han Tay Hiong tibatiba berubah. Sepasang matanya melotot dan membara sambil menatap ke arah Ci Giok Hian. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya Ci Giok Hian saat itu. Tiba-tiba tangan Han Tay Hiong bergerak dengan cepat, dia cengkram urat nadi Ci Giok Hian. Tidak heran gadis ini pun jadi tidak bisa bergerak, sekujur tubuhnya lemas. Pada saat yang bersamaan Han Tay Hiong telah mengangkat tangannya hendak menghajar batok kepala Ci Giok Hian.
Pemandangan ini hebat sekali! Menyaksikan ayahnya akan menyerang Ci Giok Hian, bukan main kagetnya Han Pwee Eng.
"Ayah, jangan!" teriak Han Pwee Eng dengan kaget.
681 "Ci Giok Hian kau manusia kejam! Beng Cit Nio yang menyuruhmu atau kau sendiri yang menaruh racun ke dalam arak ini?" kata Han Tay Hiong.
Ucapan Han Tay Hiong membuat Han Pwee Eng kaget bukan main.
"Apa" Arak itu beracun?" kata Han Pwee Eng.
Pada saat yang bersamaan nona Ci pun merasakan tangan Han Tay Hiong dingin, tidak lama kemudian tubuh Han Tay Hiong pun roboh ke lantai tidak berdaya. Sesudah Han Tay Hiong roboh nona Ci baru sadar kalau bubuk yang diberikan oleh Beng Cit Nio itu bubuk racun.
Dengan gugup dan tergesa-gesa Han Pwee Eng
memeriksa nadi ayahnya, ternyata denyut nadi Han Tay Hiong masih bergerak-gerak, itu tandanya Han Tay Hiong belum binasa, tapi tubuh Han Tay Hiong sudah dingin.
Mendadak Han Pwee Eng melompat bangun.
"Ci Giok Hian! Kau ingin mendapatkan Kok Siauw Hong, aku bersedia mengalah kepadamu! Tetapi mengapa kau mencelakai Ayahku?" kata Han Pwee Eng.
Semula Han Pwee Eng percaya sekali pada Ci Giok Hian bahwa gadis itu akan menolongi mereka dengan tulus, tetapi sekarang telah terbukti di depan matanya, bahwa Ci Giok Hian telah mencelakai ayahnya.
Sebaliknya Ci Giok Hian berani menempuh bahaya demi menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, tetapi tidak diduganya justru sekarang dia telah mencelakakan Han Tay Hiong. Dengan demikian Han Pwee Eng sekarang jadi salah paham dan menuduh dia mencelakai ayahnya. Ci Giok Hian kaget dan berduka sekali. Dengan suara dingin Han Pwee Eng berkata pada nona Ci.
682 "Mengenal orang tetapi aku tidak bisa menjajaki isi hatinya! Baik, Ci Giok Hian sekarang aku baru tahu sifatmu! Hm! Kau sudah tidak bisa bicara apa-apa lagi, kan"
Kepandaianmu lebih tinggi dari kepandaianku, tetapi sekarang kau boleh maju! Kau telah membunuh Ayahku, sekarang kau juga boleh membunuhku!" kata Han Pwee Eng dengan sengit.
Nona Ci tersentak dan sadar dari mimpi buruk yang dialaminya itu.
"Bukan! Bukan aku yang mencelakakan ayahmu!" kata Ci Giok Hian gugup sekali.
"Kalau begitu, siapa yang mencelakai Ayahku?" kata Han Pwee Eng.
Mendadak terdengar suara sahutan.
"Aku sudah tahu siapa dia?" kata suara sahutan itu.
Tak lama tampak seseorang berjalan ke dalam kamar itu.
Orang itu Beng Cit Nio adanya. Ketika dia melihat Han Tay Hiong tergeletak di lantai tidak bergerak, Beng Cit Nio menghela napas seraya berkata.
"Aaah! Sayang aku datang terlambat selangkah!" kata Beng Cit Nio.
Usai berkata begitu Beng Cit Nio menoleh dan menatap ke arah Ci Giok Hian, lalu berkata dengan suara dingin sambil melancarkan sebuah serangan pukulan yang hebat luar biasa.
"Sekalipun kau bukan pelaku utamanya, tetapi kau tetap membantu pelaku utama itu!" kata Beng Cit Nio. "Maka aku tidak akan mengampunimu!"
Ucapan Beng Cit Nio membuat nona Han mulai
mempercayai Beng Cit Nio, bahwa ada orang yang berniat 683
membunuh ayahnya dengan racun, tetapi dia yakin di balik peristiwa itu pasti ada sesuatu sebab lain. Maka itu dia jadi tidak tega menyaksikan Ci Giok Hian mati di tangan Beng Cit Nio.
Saat itu Ci Giok Hian diserang oleh Beng Cit Nio.
Karena dia harus menyelamatkan diri, secara reflek dia tangkis serangan Beng Cit Nio itu.
"Buk!" Tubuh Ci Giok Hian terpental hingga membentur dinding kamar batu. Untung serangan itu tidak melukai Ci Giok Hian, sekalipun nona Ci roboh dan tubuhnya membentur dinding. Melihat Ci Giok Hian roboh dan tidak terluka, Beng Cit Nio semakin gusar. Beng Cit Nio semakin yakin bahwa Ci Giok Hian seorang mata-mata yang diutus Seng Cap-si Kouw ke tempatnya.
Saat Beng Cit Nio akan mengulangi serangannya, nona Han berteriak.
"Tunggu Cit Nio!" kata nona Han.
"Aku sudah tahu siapa pelaku utama semuanya ini, kau jangan banyak bertanya lagi!" kata Beng Cit Nio.
Beng Cit Nio langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian.
Saat itu keadaan sangat kritis, entah bagaimana Ci Giok Hian harus menghindar dari serangan maut itu. Ternyata Beng Cit Nio hendak menotok jalan darah Beng-khie-hiat nona Ci. Tibatiba terdengar Beng Cit Nio membentak keras.
"Mengingat kau pernah menemaniku main catur, maka aku akan membunuhmu dengan tubuh tetap utuh!" kata Beng Cit Nio.
Ci Giok Hian sadar bahwa dia sudah tidak mungkin bisa menghindari serangan Beng Cit Nio itu. Nona Ci juga sadar 684
sasaran jalan darah yang dituju oleh Beng Cit Nio sangat penting, jika tertotok maka dia akan binasa. Dalam keadaan sudah tidak berdaya yang bisa dilakukan oleh Ci Giok Hian adalah memejamkan matanya dan pasrah diserang oleh Beng Cit Nio. Saat jari Beng Cit Nio menempel ke tubuh nona Ci, Ci Giok Hian jadi heran dia hanya merasakan bagian yang tertotok itu sedikit kesemutan, dia tidak terluka dan itu berarti dia tidak akan binasa.
Rupanya saat jari Beng Cit Nio menyentuh tubuh nona Ci, kebetulan jari Beng Cit Nio mengenai benda keras di saku nona Ci. Karena heran dan penasaran Beng Cit Nio mengambil benda itu dari saku Ci Giok Hian. Benda itu ternyata sebuah cincin. Saat melihat benda yang ada di tangan Beng Cit Nio, Ci Giok Hian baru ingat. Malam itu Seng Liong Sen memberi dia sebuah cincin. Ketika pulang dan sampai ke kamarnya, cincin itu dia simpan di dalam sakunya.
Sesudah Beng Cit Nio memperhatikan cincin itu, dia m megenali cincin itu milik Seng Liong Sen. Maka itu dia langsung berkata.
"Jadi kau dan Liong Sen sudah berjanji akan sehidupsemati sampai tua. Karena memandang muka keponakanku, hari ini kau kuampuni! Cepat kau pergi dari sini! Selanjutnya jika aku bertemu lagi denganmu, pasti nyawamu akan kucabut!" kata Beng Cit Nio.
Sekalipun Beng Cit Nio tidak sepaham dengan Seng Cap-si Kouw, tetapi dia juga sangat sayang kepada Seng Liong Sen. Cincin itu rupanya hadiah dari Beng Cit Nio pada Seng Liong Sen untuk pertunangannya.
Ci Giok Hian tertegun dan termangu-mangu di tempatnya. Dia tahu saat itu telah terjadi kesalah pahaman lagi. Ci Giok Hian ingin memberi penjelasan, tetapi Beng 685
Cit Nio dalam keadaan gusar telah mengusir dia dengan kasar, sehingga mana mungkin Beng Cit Nio mau mendengarkan penjelasan dari Ci Giok Hian.
Ci Giok Hian terkejut bukan main, saat mendengar sebuah suara lirih dan samar-samar masuk ke telinganya.
"Cepat! Cepat pergi! Jika terlambat kau akan celaka!"
kata suara lirih itu. Ci Giok Hian kaget bukan main. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Saat dia memandang ke satu arah, dia lihat Pouw Yang Hian masih duduk tersandar ke dinding ruang batu.
"Suara siapa itu?" pikir Ci Giok Hian.
Tiba-tiba Ci Giok Hian mendengar suara tawa terbahakbahak. Sekarang dia melihat seorang lelaki tua di ujung lorong sedang berjalan mendatangi ke arahnya.
Orang itu tidak lain See-bun Souw Ya adanya. Pada saat See-bun Souw Ya sedang tertawa terbahak-bahak, Ci Giok Hian mendengar lagi suara lirih itu.
"Cepat pergi, kau harus pergi ke arah Timur!" bisik orang itu.
Ci Giok Hian seolah mengenali suara lirih itu, tetapi tidak ada waktu baginya untuk berpkir lagi, karena See-bun Souw Ya sudah terdengar berkata dengan suara lantang.
"Nona Tik Khim, kau memang seorang yang berkepandaian tinggi, tetapi kenapa kau menyulitkan muridku?" kata See-bun Souw Ya.
Untung See-bun Souw Ya tidak mendengar suara bisikan lirih yang terdengar ke telinga nona. Ci Giok Hian.
Rupanya ilmu yang digunakan orang yang membisikinya adalah ilmu Thian-tun-coan-im (Ilmu Getaran Langit 686
Untuk Menyampaikan Suara). Ilmu Thian-tun-coan-im lebih hebat darHimu Coan-imjip-pek, dengan ilmu Thian-tun-coan-im orang yang bersangkutan bisa khusus mengirim suara kepada orang yang bersangkutan, sedangkan Coanim-jip-pek tidak bisa. Oleh karena itu ilmu Thian-tun-coan-im lebih sulit dipelajari dibanding dengan ilmu Coan-im-jip-pek. Orang yang menggunakannya juga pasti memiliki lwee-kang yang tinggi.
Dari ayahnya Ci Giok Hian pernah mendengar ilmu itu, tetapi tidak pernah menyaksikan orang mempelajarinya.
Sekarang dia mendengar suara orang yang menggunakan ilmu itu. Sekarang dia sadar ada orang berilmu tinggi sedang melindungi dirinya. Orang itu sayang sekali tidak memperlihatkan diri, mungkin ilmu silatnya masih kalah jauh dari See-bun Souw Ya.
Ci Giok Hian dengan tak banyak bicara langsung melesat pergi ke arah Timur. Tapi See-bun Souw Ya
membentaknya. "Hai! Kau mau lari ke mana?" bentak See-bun Souw Ya.
See-bun Souw Ya menyambit dengan dua buah senjata rahasia ke arah Ci Giok Hian. Yang sebuah diarahkan ke arah Ci Giok Hian sedang yang sebuah lagi ke arah Pouw Yang Hian, muridnya
Saat itu Ci Giok Hian sedang melesat di udara, jelas dia tidak akan mampu mengelak serangan See-bun Souw Ya itu. Sedang senjata yang satunya mengenai Pouw Yang Hian, hingga orang ini berteriak.
"Aaah!" Pouw Yang Hian berteriak bukan karena kesakitan terkena senjata itu, tetapi totokannya kini telah dibebaskan oleh gurunya.
687 Sedangkan senjata rahasia yang ditujukan ke arah Ci Giok Hian meluncur cepat, namun tiba-tiba dari ruang tahanan pun meluncurlah guci arak ke arah senjata itu.
"Tang!" Senjata rahasia yang mengarah ke tubuh Ci Giok Hian beradu dengan guci arak, dan langsung jatuh ke lantai.
Celakanya guci arak yang berbenturan dengan senjata rahasia See-bun Souw Ya itu, justru jatuh dan menimpa ke kepala Pouw Yang Hian.
"Duk! Prang!" Guci arak beradu dengan kepala Pouw Yang Hian sehingga dalam seketika kepala Pouw Yang Hian terluka parah, darah mengucur dari kepalanya dan membasahi wajahnya Pada saat yang bersamaan Beng Cit Nio muncul dari kamar tahanan sambil berkata dengan suara dingin.
"Bagus, kau ingin melampiaskan kedongkolan muridmu, ya"' kata Beng Cit Nio.
"Oh, maaf aku tidak berani!" kata See-bun Souw Ya.
"Hm! Terima kasih karena See-bun Sian-seng tidak banyak bertanya, kalau begitu, silakan!" kata Beng Cit Nio.
Ucapan itu sama seolah Beng Cit Nio telah mengusir See-bun Souw Ya agar segera meninggalkan tempat itu.
Bukan pergi tetapi See-bun Souw Ya malah melangkahkan kakinya dua langkah sambil berkata dengan dingin.
"Ini masalah kecil tidak perlu diungkit lagi," kata See-bun Souw Ya.
Kening Beng Cit Nio berkerut.
"Oh! Kalau begitu masih ada urusan besar yang lain?"
kata Beng Cit Nio. 688 See-bun Souw Ya mendengus.
"Hm! Aku hanya mau bertanya, mau apa kau ke mari?"
kata See-bun Souw Ya. Beng Cit Nio tertawa dingin.
"Ini tempat tinggalku, aku bebas mau ke mana aku suka!"
"Kau sudah mengatakan bahwa penjagaan terhadap Han Tay Hiong menjadi tugasku, tetapi mengapa kau ikut campur lagi dalam masalah ini?" kata See-bun Souw Ya.
Beng Cit Nio mengeluarkan suara dingin dari hidungnya
"Hm! Aku akui aku memang wanita berhati sempit, juga aku sebal melihat kalian bertingkah di tempatku ini! Jika aku ikut campur lalu kau mau apa?" kata Beng Cit Nio.
See-bun Souw Ya tertawa dengan tawa liciknya.
"Aku tidak bisa mencegahmu, jika Cit Nio mau ikut campur aku mohon petunjuk darimu!" kata See-bun Souw Ya.
Beng Cit Nio tertawa dingin.
"Oh! Jadi kau ingin menjajal ilmu silatku?"
Saat keduanya sedang adu bicara, Ci Giok Hian sudah melompat ke pagar tembok dan sudah pergi jauh. Saat dia berlari ke arah timur, terlihat Chu Kiu Sek muncul dari arah barat. Chu Kiu Sek muncul karena mendengar suara tawa See-bun Souw Ya. Sekalipun dia melihat Ci Giok Hian melewatinya, tapi dia tidak mengejarnya
Tapi saat di ruang tahanan, pewarna yang menyamarkan wajah nona Ci telah dihapus, ini membuat Chu Kiu Sek jadi mengenalinya. Melihat hal itu dia tidak rela Ci Giok Hian lolos dari tangannya. Tiba-tiba Chu Kiu Sek 689
mengayunkan tangan, maka meluncurlah senjata rahasia ke arah Ci Giok Hian.
"Seeer! Seer!" Namun suara itu disusul oleh suara.
"Tang!Ting!" Chu Kiu Sek tidak mengira senjata rahasianya terpukul oleh batu kerikil sehingga senjata rahasia itu berjatuhan ke lantai dengan sia-sia. Chu Kiu Sek kaget bukan kepalang.
"Hm! Rupanya Beng Cit Nio menyembunyikan pesilat tinggi di tempat ini"!" pikir Chu Kiu Sek.
Baru saja Chu Kiu Sek berpikir begitu dia mendengar suara pertarungan di ruang tahanan. Oleh sebab itu buruburu Chu Kiu Sek melompat ke arah ruang tahanan sambil berteriak.
"Tangkap gadis itu!" teriak Chu Kiu Sek.
Begitu teriakan Chu Kiu Sek sirna, tampak dua orang melesat ke arah Ci Giok Hian. Yang seorang membawa sebilah pedang sedang yang seorang lagi bertangan kosong.
Selain kedua orang itu tampak ada tiga orang lagi yang baru muncul. Mereka langsung menghadang dan mengepung nona Ci. Maka apa boleh buat Ci Giok Hian harus menerjang para penghadangnya itu.
Melihat nona Ci maju dengan nekat ke arah mereka, para penghadang itu kaget bukan kepalang. Mereka tahu nona Ci anak buah Beng Cit Nio. Bagi orang yang tidak tahu tentang Beng Cit Nio, mereka menganggap Beng Cit Nio ini Iblis Wanita yang sering membunuh orang tanpa belas kasihan. Malah See-bun Souw Ya mau pun Chu Kiu Sek sangat hormat kepada wanita ini. Sedang kedua orang yang menghadang Ci Giok Hian, mereka bawahan See-bun 690
Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Sudah jelas mereka berdua tidak berani melakukan kesalahan terhadap Beng Cit Nio.
Tadi mereka telah mendapat perintah dari Chu Kiu Sek untuk menangkap nona Ci, mau tidak mau mereka harus ikut membantu menghadang Ci Giok Hian. Ketika mereka menyaksikan Ci Giok Hian dengan ganas menerjang ke arah mereka, kedua orang itu jadi serba salah. Jika mereka turun tangan dengan kejam mereka khawatir akan melukai nona Ci.
Jika mereka tidak turun tangan, malah merekalah yang akan celaka oleh Ci Giok Hian.
Berhubung kedua orang itu ragu-ragu, ketika serangan dari Ci Giok Hian mendadak sampai, terpaksa mereka menangkis serangan nona Ci itu. Tetapi sesudah tangan mereka bentrok, tanpa terasa mereka terhuyung ke belakang.
Ini sebuah kesempatan yang baik. Ci Giok Hian segera mempergunakan kesempatan baik itu. Dia segera melakukan serangan yang kedua. Ternyata kepandaian nona Ci lebih tinggi dari kedua anak buah See-bun Souw Ya itu. Tidak heran tak lama kedua orang itu roboh di tangan Ci Giok Hian.
Tidak berapa lama kelihatan ada enam orang
bermunculan dari suatu tempat. Begitu mereka melihat nona Ci berhasil melukai rekan-rekannya, salah seorang dari ketujuh orang itu berteriak.
"See-bun Sian-seng sedang bertarung dengan Beng Cit Nio kita jangan sungkan-sungkan terhadap pelayannya ini!"
kata orang itu. Salah seorang yang bersenjata pedang langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian. Nona Ci segera berkelit, 691
dia ulurkan tangannya akan merebut pedang di tangan penyerangnya itu.
Dengan gesit luar biasa Ci Giok Hian berhasil merebut pedang dari tangan musuhnya. Nona Ci lalu menggunakan jurus Pek-hoa-kiam-hoat untuk menyerang lawanlawannya. Pedang di tangan nona Ci berkelebat.
"Aduuh!" "Aaah!" "....Aaah" Dalam waktu singkat Ci Giok Hian berhasil merobohkan mereka. Saat Ci Giok Hian akan melompat pergi dari tempat itu, mendadak terdengar sebuah bentakan.
"Jangan lari gadis liar!" teriak orang itu.
Dua bayangan melesat ke arah Ci Giok Hian. Melihat gerakan dua sosok bayangan itu Ci Giok Hian terperanjat.
Ci Giok Hian mengenali salah seorang dari kedua sosok bayangan itu, orang itu tidak lain dari The Yu Po, murid kedua See-bun Souw Ya. Sedangkan yang seorang lagi tidak dikenalinya. Tapi orang yang tidak dikenalnya itu yang membentak ke arah nona Ci. Suara bentakan orang itu membuat telinga Ci Giok Hian terasa sakit. Itu pertanda lweekang orang itu cukup tinggi dan mungkin lebih tinggi dari lwee-kang The Yu Po.
Dari pelayan-pelayan lain Ci Giok Hian pernah mendapat keterangan, bahwa kepandaian The Yu Po lebih tinggi dibandingkan dengan kepandaian Pouw Yang Hian.
Ketika Ci Giok Hian melihat The Yu Po muncul, malah bersama orang yang ilmu silatnya tinggi, diam-diam hati Ci Giok Hian cemas juga. Dia yakin akan sulit mengatasi kedua orang itu. Sungguh sulit bagi Ci Giok Hian bisa melarikan diri dari tempat itu. Selain kedua orang tangguh, 692
masih ada enam orang lain yang harus dihadapi oleh nona Ci. Mereka semuanya membawa senjata tajam yang cahayanya gemerlapan.
Tiba-tiba Ci Giok Hian mendengar ada suara benda jatuh.
"Buk!" Ketika diperhatikan ternyata benda yang jatuh itu sebuah batu yang jatuh tepat di sebelah kanan Ci Giok Hian. Orang yang mengejar Ci Giok Hian mengira serangan dengan batu itu ulah temannya, dengan demikian dia jadi tidak begitu curiga.
Sebaliknya Ci Giok Hian, dia jadi keheranan sekali.
"Mungkin ini perbuatan orang yang membantuku dengan diam-diam! Mungkin dia menginginkan agar aku lari ke arah yang ditunjukkannya"'' pikir Ci Giok Hian.
Maka dengan tidak berpikir panjang lagi Ci Giok Hian lalu berlari ke arah kanan. Saat Ci Giok Hian sudah lari cukup jauh dan dia sampai di sebuah gunung-gunungan, dia mendengar ada orang yang memberinya peringatan.
"Cepat masuk ke dalam!" kata suara itu.
Di depan nona Ci sudah tidak ada jalan, sedangkan dari belakang nona Ci kelihatan para pengejarnya sedang mengejar dia. Dengan demikian sudah tidak ada jalan lain untuk nona Ci meloloskan diri, selain dia menuruti nasihat itu. Maka masuklah Ci Giok Hian ke dalam goa di balik gununggunungan. Baru saja Ci Giok Hian melintas masuk ke pintu goa, tiba-tiba dia mendengar batu besar bergeser dan menutupi lubang goa itu.
"Bum!" 693 Ketika The Yu Po sampai ke tempat Ci Giok Hian melarikan diri, The Yu Po sudah tidak melihat nona Ci lagi.
Malah bayangannya pun tidak ada! Dia heran dan bingung, dia sadar kalau dia sedang dipermainkan oleh seseorang.
Sedang Ci Giok Hian yang sudah di dalam goa, matanya terbelalak kaget. Ternyata goa itu buntu selain jalan yang tertutup batu besar itu. Tetapi di situ terdapat sebuah batu yang terletak di sudut kiri. Lalu Ci Giok Hian mendorong batu itu dan dia berhasil menggeser batu itu ke samping.
Dari situ ada sebuah lubang. Ci Giok Hian masuk ke dalam lubang itu,
Dia berjalan sampai di ujung lorong goa itu. Tahu-tahu sekarang nona Ci ada di sebuah halaman. Dari dalam goa Ci Giok Hian masih mendengar suara teriakan dan seruan anak buah See-bun Souw Ya. Mereka terdengar sedang berusaha mendorong batu besar untuk membuka pintu goa itu.
"Sudah! Sudah, jangan buang tenaga percuma. Mari kita asapi saja lubang goa itu sebanyak-banyaknya. Aku yakin dia akan kepengapan dan pingsan atau dia keluar. Sesudah itu jika dia tidak keluar baru kita coba membuka lubang goa itu dan kita bawa dia!" kata salah seorang dari mereka.
"Jangan! Cara begitu sangat berbahaya, bagaimana kalau nona itu sampai mati karena pengap" Chu Sian-seng menginginkan agar kita membawa dia dalam keadaan hidup. Jika nona itu tertangkap hidup kita bisa mengorek rahasia darinya!" kata yang lain.
Ternyata orang yang datang bersama-sama dengan The Yu Po itu bernama Cok Tay Ju, majikan muda
perkampungan Cok-kee-cung. Keluarga Cok sangat terkenal ilmu goloknya.
694 Cok Tay Ju seorang kepala piauw-su yang terkenal, dia ditarik oleh See-bun Souw Ya untuk bergabung dengan si Iblis Tua ini. Orang ini sangat berpengalaman, saat dia melihat batu besar dia tahu batu itu pasti penutup lubang goa.
"Tidak masuk akal kalau saat gadis itu masuk ke dalam goa lalu batu besar itu justru menggelinding dan menutupi lubang goa itu?" pikir Cok Tay Ju. "Aah, jangan-jangan di dalam goa itu ada jalan rahasianya?"
"Saudara The, kalian bersama anak buahmu tetap di sini, sedang aku dan saudara Gan akan menyelidiki keadaan di luar goa. Siapa tahu nona busuk itu sudah ada dHuar, kami akan berusaha menangkap dia!" kata Co Tay Ju.
"Baik," jawab The Yu Po.
Memang dugaan Cok Tay Ju benar. Saat itu Ci Giok Hian sudah ada dHuar goa sedang masuk ke hutan. Setelah berada dHuar goa dan ada di tengah hutan, hati Ci Giok Hian merasa lega.
"Sebenarnya siapa yang telah membantuku?" pikir nona Ci. "Tampaknya dia mendapat kesulitan, dengan demikian dia tidak berani memperlihatkan diri. Ditambah lagi dia sangat faham keadaan tempat ini. Jika dia tidak tahu keadaan di sini, bagaimana dia bisa tahu di dalam goa itu terdapat jalan keluar?"
Setelah berpikir agak lama Ci Giok Hian berkata sendiri.
"Tidak salah, pasti dia orangnya!" begitu pikir nona Ci.
Saat dia ingat orang itu tiba-tiba wajahnya berubah merah.
Orang yang diingat oleh nona Ci itu Seng Liong Sen.
Sedangkan Beng Cit Nio piauw-kouwnya, tidak heran jika 695
dia mengenal keadaan di tempat itu. Ci Giok Hian memperhatikan cincin pemberian pemuda itu, dan Beng Cit Nio yang memakaikan cincin itu ke jari tangannya.
Ternyata cincin itulah yang telah menyelamatkan nyawanya. Tetapi tiba-tiba nona Ci jadi jengah bukan main.
"Mungkin Seng Liong Sen bermaksud baik, tetapi Beng Cit Nio malah salah faham, dan menganggap Liong Sen mencintaiku. Aaah! Kejadian ini membuat aku jadi malu sekali! Hm! Apakah Seng Liong Sen memang bermaksud begitu" Dengan memberi cincin dia ingin menunjukkan isi hatinya?" pikir nona Ci.
Hati nona Ci kacau bukan main. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki orang dan dia tahu orang itu pasti sedang mengejar dia. Malah Ci Giok Hian yakin bahwa langkah kaki itu langkah Seng Liong Sen.
"Walau bagaimana aku harus berterima kasih kepadanya," begitu pikir nona Ci. "Tetapi haruskah aku menyalahkan dia" Dia menyelamatkan aku, maka sudah seharusnya aku berterima kasih kepadanya, bukan menyalahkan dia! Tetapi cincin ini... .Cincin ini... Aaah!
Sudah saatnya aku berterusterang kepadanya, bahwa aku sudah mempunyai seorang pria idaman agar dia tidak memikirkan aku!"
Diam-diam nona Ci melepas cincin itu, dia bermaksud mengembalikannya
Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara bentakan nyaring.
"Gadis busuk kau mau kabur ke mana?" kata suara bentakan itu dari belakang si nona.
Saat nona Ci menoleh dilihatnya dua orang sedang mendatangi ke arahnya, salah seorang dari kedua orang itu 696
aalah Cok Tay Ju, sedang kawannya bukan Seng Liong Sen.
Buru-buru nona Ci menyimpan cincin itu, lalu menghunus pedangnya. Sedangkan Cok Tay Ju berbisik pada kawannya.
"Saudara Gan kau harus waspada, siapa tahu gadis busuk ini masih punya kawan!" kata Cok Tay Ju.
"Baik," kata kawan Cok.
Cok Tay Ju langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian dengan goloknya Mendapat serangan itu, nona Ci tidak berkelit, melainkan menangkis golok itu dengan jurus "Giok Li Toh Cun " (Gadis cantik menunjuk jalan).
"Trang!" Golok dan pedang beradu dengan keras. Nona Ci merasakan telapak tangannya sakit sekali. Buru-buru nona Ci menarik pedangnya tetapi sekaligus menyerang lagi dengan jurus "Eng-cui-pou-ceng " (Bunga terapung di permukaan air). Itu adalah salah satu jurus Pek-hoa-kiamhoat yang sangat lihay. Pedang nona Ci berkelebat cepat luar biasa.
Cok Tay Ju tidak berani menangkis serangan pedang nona Ci itu, ia buru-buru mundur selangkah ke belakang.
Ternyata gerakan ilmu pedang Pek-hoa-kiam-hoat sangat cepat. Melihat hebatnya serangan nona Ci mata Cok Tay Cu dan kawannya membelalak keheranan. Bahkan teman Cok Tay Ju berseru.
"Ilmu pedang yang lihay! Orangnya pun cantik sekali!
Saudara Cok aku harap kau jangan bunuh dia, tangkap saja dia hidup-hidup!" kata kawan Cok Tay Ju.
697 Cok Tay Ju tertawa sambil terus bertarung dengan hebat.
Lama-lama nona Ci mulai kehabisan tenaga karena tadi tenaganya telah terkuras saat dia bertarung melawan beberapa orang musuh.
"Jangan khawatir saudara Gan, tidak sulit untuk menangkap nona ini dalam keadaan hidup!" kata Cok Tay Ju sambil tertawa.
Cok Tay Ju mulai menyerang ke arah Ci Giok Hian secara bertubi-tubi, serangan ini membuat Ci Giok Hiajadi terdesak dan harus mundur terus. Cok Tay Ju saat menyerang menggunakan jurus Cap-pwee-lu-to-hoat (Ilmu golok delapan belas arhat). Ilmu golok ini sangat terkenal di kalangan kangouw.
Serangan-serangan Cok Tay Ju membuat Ci Giok Hian harus mundur, tanpa terasa punggung nona Ci membentur sebuah pohon besar. Sedangkan lawannya terus mendesaknya. Saat itu kelihatan Ci Giok Hian sudah tidak mampu melakukan perlawanan lagi. Melihat lawannya mulai gugup Cok Tay Ju tertawa terbahak-bahak.
"Nona, apa kau tidak mau menyerah. Lebih baik kau menyerah sebelum aku melukaimu, nona!" kata Cok Tay Ju.
Pada saat itu tanpa disadari Cok Tay Ju menginjak sesuatu hingga kakinya terpeleset dan dia nyaris jatuh.
Rupanya yang terinjak oleh Cok Tay Ju buah pohon itu.
Cok Tay Ju kaget bukan kepalang karena tubuhnya seolah-olah akan ngusruk ke depan. Hal ini membuat Cok Tay Ju jadi ragu-ragu dan dia tidak berani maju lagi ke arah Ci Giok Hian. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ci Giok Hian. Dengan cepat Ci Giok Hian menusukkan pedangnya ke arah Cok Tay Ju.
"Aaah!" terdengar teriakan Cok Tay Ju.
698 Teriakan kaget Cok Tay Ju itu disusul dengan teriakan lain.
"Aduh!" Ternyata bahu Cok Tay Ju tertusuk oleh pedang Ci Giok Hian, darah mengucur deras dari bahunya. Kawan Cok Tay Ju ketika menyaksikan kejadian itu jadi terkejut bukan main. Buru-buru dia maju akan menolongi kawannya.
Kawan Cok Tay Ju yang bernama Gan Ceng Kou ini menggunakan rantai yang pada ujungnya terdapat bola besi.
Dia segera menyerang nona Ci dan rantai berujung bola besi itu meluncur deras sekali. Tetapi nona Ci segera berkelit dan dia juga langsung menyerang dan menangkis rantai itu dengan pedangnya.
"Tang!" Pedang yang ada di tangan Ci Giok Hian somplak sedikit, karena tenaga Gan Ceng Kou ini sangat besar, tangkisan Ci Giok Hian membuat pedangnya berbenturan dengan keras. Saat itu Cok Tay Ju membentak dengan keras.
"Nona busuk, kau sungguh kejam! Aku tak tega mencabut nyawamu kau malah melukaiku! Baiklah, terpaksa aku akan membunuhmu!" kata Cok Tay Ju.
Setelah membalut lukanya dengan kain, dia siap akan maju lagi. Sekarang serangan Cok Tay Ju jadi semakin ganas, tetapi karena salah satu bahunya telah terluka, gerakan Cok Tay Ju jadi agak terganggu, sehingga gerakan Cok Tay Ju ini kurang gesit dibanding tadi.
Sambil menangkis dua serangan dari Cok Tay Ju dan serangan bola besi dari Gan Ceng Kou, nona Ci mundur tiga langkah ke belakang. Tiba-tiba Ci Giok Hian menyerang ke arah Cok Tay Ju dengan cepat.
699 Serangan yang mendadak dari Ci Giok Hian ini membuat Cok Tay Ju yang tidak mengira akan diserang demikian jadi kewalahan. Saat itu perut Cok Tay Ju terancam akan tertusuk oleh pedang Ci Giok Hian. Gan Ceng Kou menyerang punggung Ci Giok Hian dengan hebat. Saat ada desiran angin di bagian bahunya, Ci Giok Hian terkejut bukan kepalang.
Jika dia meneruskan serangannya pada Cok Tay Ju, dia yakin orang she Cok itu akan terluka parah oleh pedangnya.
Tetapi punggung nona Ci pun akan menjadi korban bola besi dari Gan Ceng Kou. Ini berbahaya dan dia pasti akan terluka parah.
Terpaksa Ci Giok Hian membatalkan serangan kepada Cok Tay Ju, ini dia lakukan untuk menyelamatkan diri dari serangan Gan Ceng Kou. Ci Giok Hian pun buru-buru berkelit ke samping. Tadi Gan Ceng Kou mengira Cok Tay Ju terluka oleh srangan Ci Giok Hian karena kehebatan nona itu. Sedikitpun dia tidak mengira kalau Cok Tay Ju sedang dipermainkan. Maka itu dia berpikir.
"Jika aku tidak bisa menangkapnya hidup-hidup, aku harus membunuhnya." pikir Gan Ceng Kou.
Setelah berpikir begitu Gan Ceng Kou bergabung dengan Cok Tay Ju, mereka sudah bertekad bulat akan membunuh Ci Giok Hian. Maka tidak heran serangan kedua lelaki ini demikian dasyatnya. Ini membuat Ci Giok Hian jadi terdesak sekali.
Melawan seorang saja Ci Giok Hian sudah agak kewalahan, apalagi sekarang harus melawan kedua orang itu. Tentu saja dia jadi sangat kewalahan. Makin lama Ci Giok Hian semakin terdesak saja, tangkisan dan serangan nona Ci semakin tidak karuan. Ini membuat Cok Tay Ju kegirangan dan dia tertawa terbahak-bahak.
700 "Kita harus menangkap dia hidup-hidup, aku belum puas jika belum membeset kulitnya!" kata Cok Tay Ju.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak boleh jatuh ke tangan mereka," pikir Ci Giok Hian, "jika aku tidak dapat melukai mereka, lebih baik aku bunuh diri saja!"
Pada saat itu tiba-tiba bertiup angin kencang, hal ini membuat buah-buah di atas pohon besar berjatuhan ke tanah. Sungguh kebetulan dari sekian puluh buah yang jatuh itu, ada buah yang menimpa tepat pada jalan darah Thian-eng-hiat di kepala Gan Ceng Kou. Seketika itu juga kepala Gan Ceng Kou seolah tertimpa sebuah batu besar dan sakitnya bukan kepalang.
Menyaksikan Gan Ceng Kou sedang kesakitan, betapa girangnya Ci Giok Hian, tanpa pikir panjang lagi dia menyerang dengan pedangnya. Saat serangannya dihindarkan, tapi tidak urung ujung pedang Ci Giok Hian mengarah ke lengan lelaki itu. Gan Ceng Kou kaget, buruburu dia menarik lengannya, tapi celaka jari tangannya terbabat oleh pedang Ci Giok Hian hingga kutung, dan senjatanya terlepas!
Melihat kegesitan nona Ci yang berhasil melukai kawannya, Cok Tay Ju khawatir nona itu akan kembali menyerang Gan Ceng Kou, sehingga nyawa sang kawan ada dalam bahaya. Oleh karena itu buru-buru Cok Tay Ju melancarkan serangan hebat ke arah nona Ci dengan tujuan untuk melindungi kawannya itu.
Untung salah satu bahu Cok Tay Ju sudah terluka, oleh karena itu gerakannya j adi agak lambat, jika tidak demikian Ci Giok Hian pasti akan terluka oleh serangannya itu. Sebenarnya saat Cok Tay Ju melancarkan serangannya, dia juga berpikir.
701 "Aah, gadis busuk ini bukan tandinganku! Aku heran bagaimana dia bisa menusuk bahuku" Entah kenapa Gan Ceng Kou, pada saat dia hampir berhasil melukai nona itu, mendadak dia tersentak menahan sakit. Celakanya dua jarinya terpapas kutung oleh gadis busuk itu. Kami berdua mengeroyok gadis busuk itu. Jika khabar ini sampai terdengar di luaran, apa kami masih punya muka saat bertemu sahabatsahabat kami di Dunia Persilatan?" pikir Cok Tay Ju.
Saat itu pikiran Cok Tay Ju benar-benar sedang kacau.
Dia ingin meninggalkan gelanggang sendirian, tetapi dia merasa tidak enak hati pada Gan Ceng Kou. Dia juga merasa tidak tega meninggalkan kawannya yang terluka itu.
Pada saat Cok Tay Ju tidak tahu harus berbuat apa, terdengar suara bentakan keras.
"Nona busuk, kau berani mempermainkan aku! Aku akan membeset kulitmu, dan terimalah seranganku!" kata orang itu.
Tidak lama terdengar pukulan dan bau amis menyebar.
Orang yang baru muncul itu adalah The Yu Po, murid kedua See-bun Souw Ya. Dia telah berusaha keras menghabiskan tenaga, baru berhasil menggeser batu besar yang menutupi lubang goa itu. Ketika dia menemukan jalan di dalam lorong, dia yakin Ci Giok Hian lari lewat lorong itu. Gusarnya bukan kepalang saat dia melihat Ci Giok Hian sedang berhadapan dengan Cok Tay Ju dan Gan Ceng Kou.
Tidak heran dia langsung menyerang ke arah Ci Giok Hian dengan ilmu Hua-hiat-to. Kepandaian The Yu Po lebih tinggi dibandingkan dengan Pouw Yang Hian.
Serangan bau amis dan berbahaya ini hanya mampu ditangkis oleh Ci Giok Hian sebentar, tetapi lama-kelamaan 702
dia pun jadi tidak tahan oleh bau amis itu. Bau amis itu membuat mata Ci Giok Hian berkunang-kunang, dan kepalanya pening, Tidak heran jika ilmu pedangnya pun jadi kacau sekali. Gan Ceng Kou sibuk mengobati luka pada jarinya. Sambil mengobati lukanya Gan Ceng Kou berpikir. Dia tidak habis pikir dan semakin dipikirkan jadi semakin aneh, maka itu dia berseru pada The Yu Po.
"The Toa-ko, nona busuk ini aneh, kau harus waspada terhadap serangan gelapnya!" begitu Gan Ceng Kou memperingatkan temannya.
"Nona ini masih berbau susu ibunya, mana mampu dia lolos dari telapak tanganku" Mana mungkin dia mampu melakukan serangan gelap"... .Aduh!"
Mendadak The Yu Po menjerit karena kesakitan.
Kiranya dia terompah buah yang tiba-tiba jatuh dan tepat mengenai kepalanya, Seperti kebetulan buah itu mengenai jalan darah Thian-leng-kay. Sekalipun lwee-kangnya tinggi, tetapi The Yu Po tetap merasa sakit sekali dan kepalanya pun benjol. Mata Gan Ceng Kou terbelalak. Tiba-tiba dia sadar pada satu hal. Maka itu dia segera membentak ke arah pohon besar.
"Melancarkan serangan gelap untuk melukai orang, itu sudah terhitung orang gagah macam apa" Ayo, jika kau punya nyali cepat keluar!" kata Gan Ceng Ko dengan suara nyaring.
Saat itu terdengar suara tawa terbahak-bahak, dan seseorang lompat turun dari atas pohon besar. Orang itu adalah Seng Liong Sen, keponakan Seng Cap-si Kouw.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 703 Bab 26 Melihat Seng Liong Sen muncul, Ci Giok Hian langsung mengangguk. Dia girang ternyata orang yang selama ini melindunginya adalah pemuda itu. "Hm! Ternyata dia orangnya!" pikir nona Ci girang. Memang sejak semula Ci Giok Hian sudah mencurigai orang yang membantu dia diam-diam, pasti itu Seng Liong Sen. Dia pun bersyukur karena setiap kali dia ada dalam bahaya, pemuda itu muncul menolonginya. Sudah tentu munculnya pemuda itu agak membuat Ci Giok Hian kaget dan girang sekali.
Menyaksikan seorang pemuda tampan muncul di hadapan mereka dan gerakannya lincah luar biasa, The Yu Po dan kawan-kawannya sangat terkejut. Seng Liong Sen tertawa menyaksikan orang keheranan itu.
"Aku ada di tempat ini sudah cukup lama, kalian baru tahu sekarang. He, he, he!" kata Seng Liong Sen sambil tertawa. "Kalian yang buta, malah kalian menyalahkan aku" Akulah yang menggunakan beberapa buah pohon ini untuk mempermainkan kalian! Tetapi sebaliknya kalian katakan aku melakukan serangan gelap dan melukai kalian.
Bukan menyalahkan kebodohan kalian malah kau menyalahkan aku! Itu jika ketahuan umum akan jadi bahan tertawaan orang hingga giginya rontok?"
Semua orang itu bengong, dan Seng Liong Sen melanjutkan kata-kata pedasnya itu.
"Kalian cuma bisa menyalahkan orang lain, bukan sebaliknya, salahkan saja kepandaian kalian yang masih rendah" Kalian bilang aku bukan ksatria sejati dan bukan orang gagah, kalian benar aku memang bukan orang gagah!
Tetapi aku ingin bertanya kepada kalian bertiga, apa kalian bertiga terhitung orang-orang gagah" Padahal kalian bertiga 704
mengeroyok seorang wanita, itukah yang dinamakan orang gagah?" kata Seng Liong Sen pedas bukan main.
Mendengar ejekan dan hinaan itu The Yu Po langsung membentak dengan nyaring.
"Aku tidak ingin adu bicara denganmu, terimalah pukulanku!" kata The Yu Po.
Ucapan dan serangan The Yu Po itu hanya ditanggapi oleh Seng Liong Sen sambil tertawa.
"Baiklah, aku sudah menyaksikan kehebatan pukulanmu!" kata Seng Liong Sen.
Saat The Yu Po menyerang Seng Liong Sen
mengulurkan jari tangannya ke arah jalan darah Lau-kiong-hiat di telapak tangan The Yu Po. Bagi orang yang mempelajari ilmu pukulan telapak tangan beracun, sungguh paling pantangan jika jalan darah itu tertotok oleh lawan, karena jika tertotok orang itu akan celaka dan terluka parah.
Bisa kita bayangkan betapa kagetnya The Yu Po saat mengetahui Seng Liong Sen mengarahkan ujung jarinya ke jalan darah Lau-kiong-hiat tersebut. Buru-buru Yu Po menarik telapak tangannya agar tidak terserang oleh lawan, dia juga langsung mundur beberapa langkah ke belakang.
Melihat musuh membatalkan serangannya, bahkan musuhnya itu mundur, Seng Liong Sen tertawa mengejek.
"Eh, bukankah kau ingin mengadu kepandaian denganku. Tapi kenapa malah kau mundur" Apa kau hanya berani kepada kaum wanita saja sedang kepadaku kau tidak bersedia bertarung" He, he, he!" Begitu Seng Liong Sen menyindir.
Mendengar ejekan itu bukan main gusarnya The Yu Po saat itu. Kembali dia maju untuk menyerang. Sedikitpun 705
Seng Liong Sen tidak bergerak di tempatnya. Tetapi setelah lawannya dekat kepadanya, kembali Seng Liong Sen mengulurkan jari tangannya menotok ke jalan darah Hu-kenghiat The Yu Po, tepat di bahu lawannya itu.
Jika totokan itu mengenai The Yu Po, maka pemuda itu akan cacat seumur hidup. Keringat dingin membasahi dahinya, buru-buru Yu Po mundur selangkah, dia mencoba menghindar dari serangan yang berbahaya itu.
Menyaksikan adegan perkelahian kedua pemuda itu Ci Giok Hian terkejut dan girang.
"Dia murid kesayangan Bun Tay-hiap, Bu-lim-beng-cu dari daerah Kang-lam. Gurunya akhli totok jalan darah dan bergelar Tiat-pit Su-seng. Menyaksikan gerak-geriknya memang benar nama Tiat-pit Su-seng bukan hanya omong kosong!" pikir Ci Giok Hian.
Melihat lawan kembali membatalkan serangannya Seng Liong Sen tertawa.
"Jika kau selalu mundur setelah kau menyerang, bagaimana kau bisa menjajal kepandaianku?" kata Seng Liong Sen tersenyum sindir.
Tiba-tiba saking kesal The Yu Po berteriak nyaring.
"Sudah! Sudah!" kata Yu Po dengan keras.
Tiba-tiba tubuhnya bergerak dan melesat pergi tanpa menoleh lagi. Sedang kawannya Cok Tay Ju dan Gan Ceng Kou sudah terluka tidak berdaya. Ditambah lagi tadi mereka sudah menyaksikan betapa lihaynya Seng Liong Sen sehingga dengan mudah dia bisa mempermainkan mereka. Sudah jelas mereka tidak berani maju untuk melawan Seng Liong Sen. Begitu mereka lihat The Yu Po sudah kabur, mereka berdua pun ikut kabur juga.
706 "Hm! Baik, kalian boleh pergi!" kata Seng Liong Sen.
Sambil berkata begitu Seng Liong Sen melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah lawan-lawannya.
"Bum!" Pukulan itu sengaja dilakukan oleh Seng Liong Sen untuk mempertunjukkan kelihayannya pada Ci Giok Hian.
Celakanya Gan Ceng Kou yang lari paling belakang terkena hajaran pukulan Seng Liong Sen ini.
Gan Ceng Kou tersambar angin pukulan Seng Liong Sen, dia terdorong ke depan, dan tubuhnya terasa sakit, sedang matanya langsung kabur dan berkunang-kunang.
Tiba-tiba Gan Ceng Kou roboh ke tanah sambil bergulingan.
Melihat kawannya terhajar oleh pukulan lawan dari jarakjauh, The Yu Po berhenti dan kembali lagi. Dia sambar tubuh Gan Ceng Kou untuk dibawa kabur.
Sedangkan Cok Tay Ju yang ingin segera kabur jauh dari tempat itu, malah sial! Dia tersandung batu hingga dia tidak bisa menahan diri dan jatuh terguling-guling di tanah. Buruburu Cok Tay Ju bangun, lalu lari dengan cepat seperti sedang dikejar setan.
Menyaksikan kejadian itu Seng Liong Sen tertawa terbahakbahak.
Melihat musuhnya sudah kabur Seng Liong Sen tidak mengejar mereka. Dia menoleh ke arah Ci Giok Hian, lalu memberi hormat pada Ci Giok Hian.
"Maaf, aku datang terlambat sehingga kau mendapat kaget!" kata Seng Liong Sen.
Wajah Ci Giok Hian tiba-tiba saja berubah jadi merah.
707 "Terima kasih atas pertolonganmu, Seng Kong-cu!" kata Ci Giok Hian dengan agak tersipu-sipu
Setelah mengucapkan terima kasih dia lepaskan cincin pemberian Seng Liong Sen dari jari tangannya, kemudian dia kembalikan pada Seng Liong Sen dengan wajah merah.
Seng Liong Sen tersenyum.
"Nona Ci, sebaiknya kau simpan saja cincin itu!" kata Liong Sen.
"Maaf, aku tidak bisa menerima pemberian cincin ini,"
kata nona Ci tegas, "karena cincin ini hadiah dari Beng Cit Nio untukmu. Lebih baik kau yang menyimpannya, kelak kau boleh memberikannya pada gadis yang lebih baik dariku!" Mata Seng Liong Sen terbelalak.
"Eh, apa Beng Cit Nio memberitahumu tentang asal-usul cincin ini?" kata Seng Liong Sen.
Ci Giok Hian menganggukkan kepalanya.
"Benar, oleh karena itu aku tidak bisa menerima cincin ini. Lagipula kau jangan sembarangan memberikan cincin ini kepadaku!" kata Ci Giok Hian.
Wajah Seng Liong Sen mendadak berubah merah kemudian dia tertawa.
"Aku harap kau jangan menyalahkan aku. Aku....aku khawatir kau mendapat bahaya, karena aku tahu sikap Beng Cit Nio yang sangat aneh, maka aku... .aku...."
Tetapi sebelum kata-kata pemuda itu yang kelihatan gugup selesai, Ci Giok Hian sudah langsung memotong kata-katanya.
"Aku paham," kata Ci Giok Hian, "cincin ini ternyata bisa menyelamatkan nyawaku. Sekarang sudah tidak ada gunanya bagiku. Ditambah pula aku tidak pantas menerima 708
cincin pusaka ini. Aku harap kau mau menerimanya kembali!"
Dengan sangat kecewa terpaksa Seng Liong Sen menerima kembali cincin itu. Kelihatan dia sangat kecewa.
Tetapi kemudian dia berpikir.
"Bagaimanapun dia telah terkesan baik terhadapku,"
pikir Liong Sen, "sekalipun dia sudah punya pria idaman itu tidak masalah!"
"Terima kasih atas pengertianmu, Nona Ci," kata Seng Liong Sen, "kau tidak menyalahkan aku pun, itu sudah membuat hatiku lega. Tetapi kita tidak boleh lama-lama di tempat ini, lebih baik segera kita tinggalkan tempat ini!"
Otak nona Ci berpikir. Pemuda itu telah menyelamatkan nyawanya dari maut, ditambah lagi banyak masalah yang ingin ditanyakan nona Ci pada pemuda itu, maka itu dia bersedia berjalan bersama-sama dengan Seng Liong Sen.
Seolah Seng Liong Sen mengetahui apa yang ada di otak nona ini, maka itu dia langsung berkata pada Ci Giok Hian.
"Mengenai masalah yang kau hadapi sekarang ini, pasti kau merasa aneh, bukan?" kata pemuda itu.
"Kau benar. Kedatanganku ke tempat ini justru ingin menyelamatkan Han Tay Hong, tidak aku duga malah aku mencelakainya," kata Ci Giok Hian dengan lesu.
"Kejadian itu sudah aku duga sejak awal," kata Seng Liong Sen. "Han Tay Hiong orangnya keras kepala dan kukuh. Aku tahu dia tidak akan tunduk kepada Piauwkouwku, tidak heran jika piauw-kouw membunuhnya!
Harus kau ketahui Han Tay Hiong ini tokoh terkenal dalam Dunia Persilatan masa ini. Sungguh menyesal aku tidak punya kesempatan untuk menyelamatkannya!"
709 "Tidak! Beng Cit Nio tidak membunuhnya" kata Ci Giok Hian. "Dia mati karena Han Tay Hiong meminum arak Kiuthian-sun-yang Pek-hoa-ciu yang aku bawa dari rumahku. Tetapi aku tidak menyangka kalau arak itu sudah dicampur racun!"
Seng Liong Sen mengangguk.
"Oh! Jadi kau kira Han Tay Hiong belum mati?" kata Liong Sen. "Kau mengira dia hanya keracunan" Kalau begitu piauwkouwku belum membunuhnya. Aku juga tidak tahu entah dengan cara apa lagi dia akan menyiksanya"
Aku tahu pasti mereka berdua sama-sama keras kepala!
Mungkin saja nyawa Han Tay Hiong akan melayang di tangan Beng Cit Nio?"
Semula Ci Giok Hian mengira Seng Liong Sen sudah mengetahui, kalau yang menaruh racun ke dalam arak Kiuthian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu Cap-si Kouw, bibi-misannya yang satu lagi. Maka itu Ci Giok Hian berharap Seng Liong Sen akan mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Tetapi tidak diduga oleh Ci Giok Hian, Seng Liong Sen tetap menganggap yang berbuat jahat dan ingin membunuh Han Tay Hiong itu ialah Beng Cit Nio.
Hal itu membuat Ci Giok Hian jadi tidak sabaran.
"Bukan Beng Cit Nio yang menaruh racun ke dalam arak itu," kata Ci Giok Hian, "tetapi orang lain!"
Mendengar keterangan itu Seng Liong Sen tertegun.
"Bagaimana kau bisa mengetahui bukan Beng Cit Nio yang menaruh racun itu ke dalam arak" Bukankah dia yang memberimu arak itu dan dia pula yang menyuruhmu mengantarkannya ke kamar tahanan Han Tay Hiong dan puterinya?" kata Seng Liong Sen.
710 Sekarang Ci Giok Hian mulai berpikir, memang sudah lama arak Kiu-thian-sun-yang Pek-hoa-ciu itu ada di tempat Beng Cit Nio. Jika dikatakan Beng Cit Nio yang menaruh racun, itu masuk akal sekali! Akan tetapi sudah selama tiga hari tiga malam Ci Giok Hian ada di tempat Beng Cit Nio.
Dengan demikian dia tahu jelas sekali kalau Beng Cit Nio ingin menyelamatkan Han Tay Hiong. Ketika Han Tay Hiong keracunan, dia kelihatan begitu berduka dan sangat penasaran, tidak mungkin dia berpura-pura. Setelah berpikir begitu Ci Giok Hian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak yakin Beng Cit Nio yang melakukannya!"
kata Ci Giok Hian. "Jika kau bertanya apa sebabnya" Aku juga tidak bisa menjelaskannya kepadamu..."
"Kalau begitu, siapa yang kau curigai melakukannya?"
tanya Seng Liong Sen. "Sebelum aku datang ke tempat Beng Cit Nio, Kouwkouwmu Seng Cap-si Kouw memberiku sebungkus obat bubuk, kata dia itu obat bubuk pemunah racun Huahiat-to. Dialah yang menyuruh aku mencampur arak obat Kiu-thiansun-yang Pek-hoa-ciu yang akan aku berikan kepada Paman Han. Kata dia lagi, arak yang sudah dicampur obat bubuk pemunah racun pemberiannya itu, katanya bisa segera memulihkan kesehatan Han Tay Hiong!" kata Ci Giok Hian menjelaskan.
Mata Seng Liong Sen terbelalak.
"Oh, begitu ceritanya! Jadi kau mencurigai Seng Cap-si Kouw pelaku utamanya?" kata Seng Liong Sen.
"Terus-terang semula aku tidak mencurigai kouw-kouwmu itu," kata Ci Giok Hian. "Namun, setelah mendengar kata-kata Beng Cit Nio, sudah jelas aku jadi mencurigai Seng Cap-si Kouw! Seng Kong-cu, apa kau tidak menyalahkan aku berkata begitu?"
711 Seng Liong Sen yang mulai yakin kalau Seng Cap-si Kouwlah pelaku utama yang meracun Han Tay Hiong, wajahnyajadi berubah.
"Jika demikian, aku kira tidak salah kau mencurigai Kouwkouwku itu!" kata Seng Liong Sen. "Tetapi aku belum yakin benar Kouw-kouwku yang turun tangan, sebab aku sering mendengar cerita Kouw-kouwku, dia sangat menghormati Han Tay Hiong dan dia kawan akrabnya!
Coba kau pikir! Siapa tahu Kouw-kouwku benar memberi obat bubuk pemunah racun, sedang Beng Cit Nio sudah lebih dulu menaruh racun yang tidak berwarna maupun berbau. Apa kau pikir tidak bisa jadi begitu?"
Ci Giok Hian menghela napas panjang.
"Yaah, masalah ini membuatku jadi bingung sendiri.
Tetapi yang jelas Han Tay Hiong sudah tidak bisa bertalian hidup lebih lama lagi. Kalau begitu kita tidak perlu menyelidiki siapa pelaku pembunuhan itu?" kata Ci Giok Hian.
Ci Giok Hian berkata begitu tetapi dari nada ucapannya seolah dia tetap menuduh Seng Cap-si Kouwlah pelaku kejahatan itu. Hal ini membuat Seng Liong Sen jadi berpikir dan ikut mencurigai bibi-misannya seperti Ci Giok Hian.
"Tidak mungkin Han Tay Hiong akan mati tanpa meninggalkan bekas!" kata Seng Liong Sen.
"Saat aku menerjang keluar, See-bun Souw Ya sudah bertarung dengan Beng Cit Nio. Aku lihat Chu Kiu Sek pun datang dan pergi ke sana! Sekalipun ilmu silat Beng Cit Nio tinggi, aku yakin sulit baginya menghadapi kedua Iblis Tua itu!
Aku tidak yakin dia akan mampu melindungi Han Tay Hiong"!" kata Ci Giok Hian.
712 Dari ucapan Ci Giok Hian jelas dia yakin Beng Cit Nio pasti akan melindungi Han Tay Hiong. Tetapi jika bukan Seng Capsi Kouw maupun Beng Cit Nio yang turun tangan jahat terhadap Han Tay Hiong, lalu siapa"
Mendengar ucapan Ci Giok Hian ini Seng Liong Sen tertawa.
"Kau cuma mengerti sedikit saja masalah ini," kata Seng Liong Sen. "Ingat kedua Iblis Tua itu sangat lihay, tetapi kepandaian piauw-kouwku pun tidak rendah. Ditambah lagi ada kemungkian kedua piauw-kouwku akan saling membantu. Kau tidak bersama Beng Cit Nio bertarung melawan kedua Iblis Tua itu, kenapa kau harus merasa takut pada kedua Iblis Tua itu?"
Mendengar kata-kata itu Ci Giok Hian kaget.
"Apa" Kou-kouwmu Seng Cap-si Kouw juga ke sana?"
kata Ci Giok Hian. "Kau benar! Karena Kouw-kouw Seng Cap-si Kouw ke sana, maka aku jadi tidak berani muncul dan datang ke sana!" kata Seng Liong Sen.
"Kenapa?" tanya Ci Giok Hian.
"Aku sudah bilang kali ini aku pulang aku tidak akan ke rumah Bibi-misan Beng Cit Nio, maka itu aku tidak ingin dia memergokiku!" kata Seng Liong Sen.
Tampak Seng Liong Sen berat untuk berterus terang pada Ci Giok Hian, ditambah lagi Ci Giok Hian tidak ingin menanyakan masalah pribadi pemuda itu, maka dia pun tidak banyak bertanya lagi.
"Jika aku bisa menyelamatkan Han Tay Hiong dan Han Pwee Eng, lega hatiku! Apa Kouw-kouwmu akan membantu Beng Cit Nio?" tanya Ci Giok Hian.
713 "Beng Cit Nio sahabat baik Han Tay Hiong. Aku yakin dia akan menyelamatkan Han Tay Hiong. Tetapi aku khawarir, setelah dia berhasil menolong Han Tay Hiong, lalu dia tidak akan melepaskannya!" kata Seng Liong Sen.
"Jadi Beng Cit Nio akan tetap membunuh Han Tay Hiong atau tidak, aku tidak bisa memastikannya," kata Ci Giok Hian. "Malah sebaiknya kitajangan memikirkannya!
Tetapi sekarang Han Tay Hiong telah keracunan!"
"Kouw-kouwku dan piauw-kouwku akhli-akhli racun,"
kata Seng Liong Sen. "Jika Piauw-kouwku yang memberinya racun, maka Kouw-kouwku bisa
mengobatinya, asal piauw-kouwku tidak menghalangi dan mencegahnya!"
Ci Giok Hian menatap ke arah Seng Liong Sen.
"Kenapa kau mencurigai Beng Cit Nio yang meracun Han Tay Hiong?" kata Ci Giok Hian.
Mendengar pertanyaan itu Seng Liong Sen menghela napas panjang.
"Ini soal cinta! Karena Han Tay Hiong dan Beng Cit Nio merupakan sepasang kekasih, tetapi entah mengapa, Han Tay Hiong malah menikahi gadis lain! Oleh sebab itu Beng Cit Nio benci kepada Han Tay Hiong, malah dia bersumpah akan menuntut balas pada Han Tay Hiong, Isteri Han Tay Hiong meninggal karena diracun olehnya!"
kata Seng Liong Sen. Mengenai kisah cinta antara Han Tay Hiong ini Ci Giok Hian pernah mendengar kisahnya dari Seng Cap-si Kouw.
Tetapi tentang Beng Cit Nio meracuni isteri Han Tay Hiong, tentu saja Ci Giok Hian baru mendengarnya sekarang dari Seng Liong Sen.
714 "Bagaimana kau bisa mengetahui masalah ini begitu jelas" Apakah Kouw-kouwmu yang memberitahumu?" kata Giok Hian.
"Ya, aku yakin Kouw-kouw tidak akan membohongiku!"
kata Seng Liong Sen sambil mengangguk.
Seketika itu bulu kuduk Ci Giok Hian merinding karena ngeri.
"Hm! Jadi Seng Cap-si Kouw tega membohongi keponakannya ini, malah membohonginya sampai sang keponakan begitu percaya padanya. Wanita itu sungguh berbahaya sekali dan sangat menakutkan!" pikir Ci Giok Hian.
Dalam hal ini Ci Giok Hian salah terka, mulut Seng Liong Sen berkata begitu, tapi sebenarnya hatinya malah mencurigai Seng Cap-si Kouw. Kecurigaan Seng Liong Sen muncul, saat dia mengantarkan Ci Giok Hian yang akan pergi ke tempat Beng Cit Nio. Ketika dia pulang, Seng Liong Sen sebenarnya sudah siap menerima teguran dari bibinya. Tetapi aneh sekali Seng Cap-si Kouw malah diam saja dan tidak menegur Seng Liong Sen. Bahkan berturutturut selama dua hari setelah kejadian itu, Seng Liong Sen selalu melihat wajah Seng Cap-si Kouw selalu murung dan tidak tampak berseri-seri. Malah bisa dikatakan wajah Seng Cap-si Kouw sangat menakutkan sekali.
Saat Tik Bwee mendapat perintah dari Seng Cap-si Kouw untuk mengantarkan Ci Giok Hian ke tempat Beng Cit Nio, pelayan itu telah dipesan agar Seng Liong Sen tidak mengetahui saat nona Ci berangkat. Ketika ketahuan Seng Liong Sen malah tahu dan mengantarkan nona Ci saat akan pergi, Seng Cap-si Kouw tidak menegur Tik Bwee.
Namun, hati Tik Bwee jadi tidak tenang dan berdebar-debar terus.
715 Malamnya tanpa sengaja Tik Bwee menjatuhkan sebuah cawan yang terbuat dari batu giok, akibatnya cawan batu giok itu sedikit cacat. Hal itu membuat Tik Bwee jadi sangat ketakutan.
Seng Liong Sen mengetahui betapa takutnya Tik Bwee saat itu, maka itu dia mencoba menghibur pelayan itu.
"Jangan cemas, hanya rusak sedikit suruh orang memperbaikinya pasti tidak akan ketahuan," bisik Seng Liong Sen pada Tik Bwee.
Saat itu tanpa mereka sadari Seng Cap-si Kouw muncul,dia langsung merampas cawan batu giok itu dari tangan Tik Bwee dan langsung membantingnya ke lantai hingga hancur berantakan.
Bukan main kagetnya Tik Bwee melihat cawan batu giok itu hancur berantakan di lantai. Dia langsung menjatuhkan diri dan berlutut di hadapan Seng Cap-si Kouw dengan tubuh gemetaran.
Melihat pelayannya mandi keringat dingin dan tubuhnya gemetar karena ketakutan, Seng Cap-si Kouw berkata dingin.
"Sudah, jangan takut! Aku yang menghancurkan cawan itu tidak ada urusannya denganmu!" kata Seng Cap-si Kouw.
"Kouw-kouw, cawan arak itu masih bisa dipergunakan, kenapa kau menghancurkannya?" tanya Seng Liong Sen.
Mendengar ucapan keponakannya itu Seng Cap-si Kouw tertawa dingin.
"Cawan arak itu sudah cacat, mengapa harus terus dipakai" Sifatku ini sama dengan Piauw-kouwmu!" kata Seng Cap-si Kouw.
716 Ingat kejadian itu Seng Liong Sen tersentak sejenak.
"Mengapa Kouw-kouw tidak ingin aku tahu tentang misi Nona Ci Giok Hian" Semalam dia gunakan obat bius untuk membiusku, apakah ini karena dia khawatir aku akan merusak semua rencananya untuk menyelamatkan Han Tay Hiong dan puterinya itu" Atau malah ada sebab lain" Lalu apa maksud dia mengatakan bahwa cawan arak dari batu giok itu sudah cacat, dan untuk apa dipakai terus" Apa barangkali kata-kata Kouw-kouw ini bukan ditujukan pada cawan arak itu, tetapi untuk perumpamaan lain?" begitu Seng Liong Sen berpikir keras.
"Kouw-kouwku itu cantik jelita, kenapa dia tidak mau menikah" Apa dia juga mengalami nasib seperti Piauwkouwku Beng Cit Nio" Ah, barangkali dia juga sangat mencintai Han Tay Hiong, karena tadi dia bilang dia seperti Kouw-kouw Beng Cit Nio" Apa kata-katanya itu dia tujukan pada Han Tay Hiong" Ci Giok Hian mencurigai Seng Cap-si Kouw yang menaruh racun ke dalam arak yang akan diberikan kepada Han Tay Hiong. Aku yakin dia menuduh begitu tidak mungkin tanpa ada sebabnya?" pikir Seng Liong Sen yang tiba-tiba saja jadi merinding bulu kuduknya.
Sebaliknya Ci Giok Hian, dia sedang memikirkan kejadian yang menimpa nasib Han Tay Hiong dan dia tidak berdaya menolonginya. Selain itu Ci Giok Hian teringat pada Ci Giok Phang yang sekarang berada dalam bahaya, maka dia ingin segera pergi dari tempat itu untuk menolongi sang kakak.
Kedua muda-mudi itu tercekam oleh masalah mereka masing-masing dan tanpa sadar mereka saling menatap.
Wajah Ci Giok Hian berubah kemerah-merahan.
"Nona Ci, sekarang kau mau ke mana?" kata Liong Sen.
717 Bukan menjawab Ci Giok Hian malah balik bertanya.
"Oh ya, aku ingin bertanya kepadamu, apa kau masih akan ke markas Kay-pang dHok-yang atau tidak?" kata Ci Giok Hian. Seng Liong Sen mengangguk.
"Ya, aku masih ada urusan di sana!" jawab pemuda itu.
"Aku dengar sekarang Kay-pang punya harta yang tidak ternilai jumlahnya," kata Ci Giok Hian, "aku juga mendengar harta itu akan diantarkan untuk biaya para pejuang melawan musuh, kau sudah mendengar soal itu?"
Seng Liong Sen tertegun. "Nona Ci, kau cepat sekali kau mendapat berita itu!" kata Seng Liong Sen.
"Begitulah, tetapi kau tidak perlu tahu dari mana aku memperoleh khabar itu, tetapi masalah ini sangat penting!
Dari nada kata-katamu, masalah ini memang serius, iya kan?" kata Giok Hian.
Seng Liong Sen mengangguk mengiakan.
"Kau benar, Liok Pang-cu pernah menceritakan masalah ini kepadaku," kata Seng Liong Sen secara jujur. "Aku dengar yang melindungi harta itu dalam perjalanan menuju ke tempat para pejuang ialah Jen Thian Ngo. Aku dengar Jen Thian Ngo ini seorang jago persilatan yang berilmu tinggi. Oleh karena itu aku yakin tidak akan terjadi apa-apa pada harta itu!"
Mendengar keterangan Seng Liong Sen itu Ci Giok Hian berseru tak tertahan.
"Celaka! Celaka!" kata Ci Giok Hian.
"Eh, kenapa kau bicara begitu?" kata Seng Liong Sen.
"Kau tidak tahu masalahnya, justru karena dia yang mengawal harta itu, maka di tengah perjalanan akan terjadi 718
malapetaka yang sudah mereka rencanakan!" jawab Ci Giok Hian.
Mendengar jawaban nona Ci itu bukan kepalang kagetnya Seng Liong Sen, matanya terbelalak karena herannya.
"Aku dengar Jen Thian Ngo memiliki jurus pedang Cit-siukiam-hoat yang sangat lihay, aku dengar dia juga sangat cerdik dan lihay sekali!" kata Seng Liong Sen.
"Itu benar," kata Ci Giok Hian sambil mengangguk,
"tetapi justru dia bersekongkol dengan orang-orang Mongol!" kata Ci Giok Hian.
Bukan main terkejutnya Seng Liong Sen.
"Apa" Kau tahu dari mana soal ini" Benarkah begitu?"
demikian Seng Liong Sen bertanya secara bertubi-tubi pada nona Ci karena sangat penasaran.
"Tadi pagi Jen Thian Ngo sengaj a mengutus seorang muridnya yang bernama Ih Hoa Liong datang ke tempat kouw-kouwmu. Murid Jen Thian Ngo datang untuk menemui kedua Iblis Tua itu, namun See-bun Souw Ya belum pulang dari suatu perjalanan. Dia hanya bertemu dengan salah satu Iblis Tua, yaitu Chu Kiu Sek! Saat mereka sedang merundingkan masalah akan menghadang kiriman harta itu, semua telah kudengar sendiri. Ketika itu aku bersama Pik Po yang mendengarnya langsung!" kata Ci Giok Hian.
Mendengar keterangan ini Seng Liong Sen jadi bertambah kaget.
"Apa saja yang mereka bicarakan?" kata Liong Sen semakin penasaran ingin tahu.
719 Ci Giok Hian membeberkan semua rencana Jen Thian Ngo yang dia sampaikan lewat muridnya pada Chu Kiu Sek, sesudah selesai bercerita Ci Giok Hian menambahkan.
"Coba kau bayangkan, betapa liciknya Jen Thian Ngo itu. Dia menyuruh kedua Iblis Tua itu menjadi perampok harta karun itu. Mereka merencanakan merampas harta itu di tengah perjalanan. Sedangkan Jen Thian Ngo yang menjadi pengawal akan berpura-pura bertarung mati-matian untuk mempertahankan harta itu. Kemudian Jen Thian Ngo akan berpura-pura tidak sanggup melawan kedua perampok yang lihay itu, bahkan dia bersedia dilukai untuk mengelabui orang Kay-pang agar tidak mencurigainya!
Dengan demikian sekalipun dia gagal melindungi harta itu, siapa yang akan mencurigainya. Malah dia akan merasa bangga sekalipun dia gagal melindungi harta itu, karena namanya tetap harum sebagai pahlawan sejati. Padahal pengatur perampokan keji itu dia!" kata Ci Giok Hian.
Seng Liong Sen benar-benar terkejut.
"Tidak kusangka Jen Thian Ngo demikian liciknya," kata Seng Liong Sen. "Aku dengar selain Jen Thian Ngo yang mengawal harta itu ada lagi dua Hiang-cu Kay-pang, aku yakin mereka berdua akan celaka!"
"Benar, dalam rencana itu mereka akan menghabisi semua orang yang terlibat dalam pengantaran harta itu.
Dengan demikian jejak mereka tidak akan terlacak oleh siapa pun! Dari seluruh pengawal harta yang selamat hanya Jen Thian Ngo. Tahukah kau, di antara para pengawal harta itu terdapat Kakakku, Ci Giok Phang. Secara pribadi aku harus ikut terlibat dalam masalah ini." kata Ci Giok Hian.
"Lalu...." 720 "Aku harus ke markas Kay-pang menemui para ketua Kay-pang untuk menjelaskan masalah ini kepada mereka.
Maka aku ingin tahu, bersediakah kau mengantarkan aku ke sana atau tidak?" kata Ci Giok Hian. "Maksudku ke sana untuk menyampaikan informasi ini kepada Liok Pang-cu!"
Seng Liong Sen tertegun sejenak.
"Aku dengar sekarang kota Lok-yang sedang dikepung oleh pasukan Mongol. Tetapi mungkin saja kita bisa menyelinap masuk ke dalam kota untuk menyampaikan kabar! Aku kira tidak gampang kita bisa masuk ke dalam kota. Malah aku tidak yakin Liok Pang-cu percaya begitu saja pada keterangan kita...." kata Seng Liong Sen.
"Lalu apa akal kita sekarang?" tanya Ci Giok Hian.
"Menurut pendapatku, alangkah baiknya jika kita kejar rombongan Jen Thian Ngo yang mengawal harta karun itu.
Untung kedua Iblis Tua itu masih ada di sini. Walau mereka berdua berhasil mengalahkan Beng Cit Nio, tetapi tetap makan waktu tidak sedikit! Jika kita bisa menyusul rombongan Jen Thian Ngo, maka tidak Sulit untuk membereskan masalah ini!" kata Seng Liong Sen.
Sebenarnya yang ada di otak Ci Giok Hian pun sama seperti yang dipikirkan oleh Seng Liong Sen, tetapi tadi Ci Giok Hian merasa tidak enak untuk menyampaikan niatnya itu. Ketika Ci Giok Hian mendengar ajakan Seng Liong Sen akan menyusul rombongan pengantar harta itu, bukan main girangnya Ci Giok Hian.
"Ah, kalau begitu mari kita berangkat!" kata Ci Giok Hian. "Tetapi, apakah ini tidak mengganggu tugasmu?"
"Urusanku di Lok-yang telah selesai," jawab Seng Liong Sen, "tugasku cuma tinggal melapor kepada Guruku. Tetapi demi masalah ini dan urusanmu, biar aku tunda 721
keberangkatanku menemui Guruku. Setelah masalah ini selesai baru aku pulang ke Kang-lam!"
Ci Giok Hian mengangguk. Tak lama Seng Liong Sen bicara lagi.
"Sekarang kau sudah bebas dari bahaya," kata pemuda itu, "sedangkan aku tidak perlu buru-buru menemui Guruku. Jangankan hanya untuk dua tiga hari, sepuluh hari pun aku tidak pulang ke Kang-lam pun, tidak masalah!"
Kata-kata Seng Liong Sen mirip seorang pria sedang mencurahkan isi hatinya kepada seorang kekasih, maka itu tidak heran kalau wajah Ci Giok Hian tiba-tiba berubah jadi merah. Ci Giok Hian jadi bingung, dia tidak tahu harus bilang apa.
Sedang pemuda itu tertawa riang.
"Nona Ci, kau jangan anggap aku memanfaatkan masalah ini untuk menekanmu. Kau suka atau tidak kepadaku itu masalah lain. Sekarang jika aku bisa melakukan perjalanan bersama-sama denganmu saja, hatiku sudah senang bukan main." kata Seng Liong Sen.
Mendengar ucapan pemuda itu Ci Giok Hian diam saja.Karena hatinya sudah menjadi milik orang lain, diajadi tidak tertarik kepada pemuda itu. Namun, dia berpikir.
"Seng Liong Sen murid jago silat aliran lurus, aku yakin dia bisa menjaga kesopanan selama dalam perjalanan. Jika aku
berjalan bersamanya beberapa hari, aku kira aku tidak bersalah kepada Kok Siauw Hong!" pikir Ci Giok Hian.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Sementara itu di tempat lain.....
722 Beng Cit Nio sedang bertarung dengan sengit melawan See-bun Souw Ya. Iblis Tua itu menggunakan jurus Hua-hiatto tingkat delapan, sedang semua pukulan yang dia lancarkan selain berbahaya juga berbau amis.
Menghadapi serangan ilmu Hua-hiat-to yang ganas Beng Cit Nio menggunakan hawa mumi untuk menghadapinya.
Beng Cit Nio menangkis semua serangan berbahaya dari See-bun Souw Ya dengan cara mengibaskan lengan bajunya yang panjang. Yang mengherankan wajah Beng Cit Nio tidak berubah saat diserang oleh See-bun Souw Ya, bahkan tampak biasa saja. Sedikitpun Beng Cit Nio tidak kelihatan keracunan atau pusing oleh bau amis karena serangan musuh.
Tidak heran ketika See-bun Souw Ya menyaksikan lawannya tidak terpengaruh oleh serangannya, dia jadi berpikir keras.
"Nenek ini lihay dan hebat sekali, jika aku jatuh di tangannya, pasti Chu Kiu Sek akan mentertawakan aku!"
pikir See-bun Souw Ya saat itu.
Oleh karena See-bun Souw Ya khawatir akan kehilangan muka di depan sahabatnya, See-bun Souw Ya terpaksa mempercepat serangannya. Sebaliknya Beng Cit Nio, pada saat bertarung yang dia khawatirkan ialah jika See-bun Souw Ya bergabung dengan Chu Kiu Sek dan mereka mengeroyoknya. Jika dia dikeroyok pasti akan kalah.
Saat serangan See-bun Souw Ya semakin hebat, Beng Cit Nio terpaksa mengerahkan hawa murninya untuk melindungi jantungnya, tetapi karena itu tenaga serangannya jadi tidak sedahsyat tadi. Selain harus berhatihati Beng Cit Nio pun harus tetap waspada terhadap serangan gelap dari Chu Kiu Sek. Sesudah mereka 723
bertarung puluhan jurus, sekarang mulai kelihatan Beng Cit Nio terdesak oleh lawannya.
"Seerr! Week!" Tanpa ampun ujung pakaian Beng Cit Nio robek terkena serangan lawan. Melihat dia berhasil merobek pakaian lawan, See-bun Souw Ya tertawa terbahak-bahak.
"Cit Nio, demi Han Tay Hiong kenapa kau harus bertarung mati-matian melawanku?" kata See-bun Souw Ya.
Pada saat yang bersamaan terdengar suara tawa beberapa orang. Kiranya saat itu murid-murid See-bun Souw Ya sudah berkumpul di tempat itu. Mula-mula semua murid See-bun Souw Ya diam karena merasa segan kepada Beng Cit Nio. Saat melihat See-bun Souw Ya sudah berhasil menekan lawan dan See-bun Souw Ya sudah ada di atas angin, timbul keberanian mereka sehingga mereka berani mentertawakan lawan See-bun Souw Ya.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Salah seorang dari mereka menyindir sambil tertawa.
"Nenek ini selalu memikirkan Han Tay Hiong, sedangkan Han Tay Hiong sekarang sudah menjadi orang cacat! Aku yakin Han Tay Hiong tidak akan mau menerima budi dan pertolongannya!" kata orang itu.
Yang seorang lagi ikut bicara.
"Dia sudah berumur limapuluh tahun, mana mungkin dia masih disukai. Lihat saja pipinya pun sudah keriput lho!" kata orang itu. Orang yang lain lagi ikut bicara.
"Semakin tua semakin jadi, banyak gadis cantik yang tidak bisa dibandingkan dengannya, lho!" kata orang itu.
"Han Tay Hiong memang beruntung, lebih baik See-bun Sian-seng mengampuni nenek ini..." kata orang lain lagi.
724 Tiba-tiba See-bun Souw Ya berteriak.
"Hati-hati, kalian cepat menyingkir!"
Tak lama terdengar suara teriakan orang-orang yang disuruh menyingkir oleh See-bun Souw Ya itu.
"Aduuh!" "Aaahk!" "Aduuh!" "Oh, celaka, aduh!"
Demikian terdengar berbagai teriakan kesakitan di manamana dan saling susul.
"Siapa yang masih banyak mulut dia harus mampus!"
kata Beng Cit Nio dengan suara dingin.
Empat orang anak buah See-bun Souw Ya yang tadi mengejek Beng Cit Nio, sekarang sudah tergeletak di tanah, tubuhnya berlumuran darah. Kelihatannya nyawa mereka telah putus. Pada kepala mereka kelihatan darah mengucur, itu berarti batok kepala mereka semua tertembus oleh senjata rahasia milik Beng Cit Nio. Senjata rahasia Beng Cit Nio berupa jarum yang sangat halus. Jarum itu dinamakan jarum Bunga Bwee yang telah direndam di dalam racun.
Beruntung See-bun Souw Ya lihay, dia berhasil menangkis beberapa jarum beracun yang lihay itu, jika tidak dia juga pasti sudah akan tergeletak di tanah tidak bernyawa.
Setelah serangan gelap Beng Cit Nio berhasil membunuh empat orang itu, beberapa orang yang tadi ikut menyaksikan pertarungan See-bun Souw Ya melawan Beng Cit Nio, sekarang sudah menyingkir semua. Mereka khawatir akan terkena jarum Bunga Bwee yang sangat lihay itu. Sekarang di tempat yang agak jauh dari tempat pertarungan mereka mengawasi ke arena pertarungan, 725
tetapi mulut mereka bungkam tidak ada yang berani bersuara lagi.
"Baik," kata See-bun Souw Ya, "mari kita lanjutkan lagi pertarungan kita agar bisa ditentukan siapa yang lebih unggul!"
Tiba-tiba See-bun Souw Ya melancarkan serangan dahsyat dengan jurus Hua-hiat-tonysL, seketika itu tercium bau amis yang menyesakkan. Jurus yang dia pergunakan adalah jurus dari tingkat yang ke delapan.
Serangan See-bun Souw Ya ini sangat berbahaya, tidak heran kalau Beng Cit Nio jadi agak kewalahan juga diserang secara demikian, Tidak heran jika sekarang kembali Beng Cit Nio berada di bawah angin.
Menyaksikan keadaan di arena pertarungan
dimenangkan oleh See-bun Souw Ya, nyali para anak buah See-bun Souw Ya yang tadi mulai ciut hatinya, sekarang kembali bangkit keberaniannya. Mereka sekarang saling berbisik di antara kawan-kawannya, namun mereka tidak ada yang berani bersuara.
Tiba-tiba mereka terkejut karena mendengar sebuah teriakan.
"Minggir!" kata suara itu.
Ternyata itu suara dua pelayan yang segera mendorong orang-orang itu. Dua pelayan itu Pik Khi dan Pik Po. Di antara orang-orang itu ada Pouw Yang Hian, dia pernah merasakan kelihayan Pik Po, oleh karena itu Pouw Yang Hian tidak berani bergerak.
Di arena pertempuran Beng Cit Nio sedang sibuk menangkis setiap serangan See-bun Souw Ya yang sangat berbahaya Kelihatan jelas Beng Cit Nio sudah sangat terdesak. Orang-orang yang didorong oleh Pik Po dan Pik 726
Khi, salah seorangnya mahir ilmu Tiat-pu-san. Saat kedua pelayan itu mendorong mereka, orang itu berpikir.
"Saat ini Beng Cit Nio sedang terdesak, jarak dari sini ke arena pertarungan cukup jauh. Jika Beng Cit Nio menyerang dengan jarum Bunga Bwee pun, jarum itu tidak akan bisa mengenaiku. Kenapa aku harus takut kepada dua pelayan ini" Di sini banyak orang, jika aku tidak mampu mengalahkan dua pelayan ini, aku akan jadi bahan tertawaan," begitu pikir orang ini.
"Minggir! Cepat minggir!" teriak Pik Po.
"Kau menyuruh kami minggir" Hm! Itu tidak mudah aku ingin melihat sampai di mana kepandaianmu?" kata orang itu.
Dia segera menyerang ke arah Pik Po dan hendak mencengkramnya. Sasaran yang dia tuju bahu Pik Po, tapi sayang gerakan Pik Po lebih cepat dari orang itu.
"Plak!" "Aduuh!" teriak orang itu.
Ternyata tangan Pik Po melayang ke pipi orang itu, tamparan ini keras sekali, mata orang itu tiba-tiba jadi berkunang-kunang.
"Hm! Kau bertanya bagaimana kepandaianku?" kata Pik Po.
Orang itu marah bukan main. Saat dia akan melancarkan serangan lagi, tampak sebuah tangan kembali melayang ke arah pipinya
"Plak!" Kali ini yang menampar pipi orang itu Pik Khi.
727 "Hm! Kau ingin mencoba kepandaian kami, maka aku tampar mulutmu!" kata Pik Khi.
Sejak kecil dua pelayan ini sudah ikut dengan Beng Cit Nio, tidak heran jika mereka berdua sudah sangat mahir ilmu silat yang tinggi. Jika kedua pelayan ini hanya melayani jago silat biasa, mereka tidak akan bisa mengalahkan kedua pelayan ini.
Orang itu penasaran bukan main, dia menyerang lagi dengan hebat.
Pik Khi tertawa dingin. "Jangan salahkan kami, kau yang mencari mampus!"
kata Pik Khi. Serangan orang itu ditangkis oleh Pik Khi, lalu balas menyerang orang itu dengan cepat. Serangan Pik Khi sangat cepat tak heran orang itu terlambat berkelit.
"Plok! Plaak!" "Aduuuh! Tolong!" teriak orang itu.
Dia langsung roboh bergulingan di tanah dengan sangat kesakitan. Dia menjerit-jerit bagaikan seokor babi yang baru dipotong.
Dua kawan lelaki itu kaget bukan kepalang. Mereka berdua menghunus pedang mereka lalu maju mendekati kawannya yang tergeletak sambil menjerit-jerit. Maksud mereka akan menolongi kawannya itu.
Pik Po tertawa cekikikan.
Melihat dua lelaki itu menghunus pedang Pik Po berkata pada Pik Khi.
"Kak Pik Khi, biar aku yang menghadapi dua anjing ini!"
kata Pik Po. 728 Tanpa banyak mulut Pik Po menghunus sepasang pedangnya dan langsung menyerang kedua laki-laki yang hendak menolongi kawannya itu. Serangan Pik Po yang bertubi-tubi membuat kedua lelaki itu kaget bukan main.
"Aaah! Aduh!" "Aduh!" Perguruan Sejati 10 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Pahlawan Harapan 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama