Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 35
"Baik, silakan ikut aku," kata Ci Giok Hian akhirnya.
Bersama-sama Tio It Heng mereka ajak Kiong Cauw Bun menuju ke gudang bawah tanah tempat menyimpan arak Pekhoa-ciu. Ketika mereka sedang menuruni tangga gudang itu, mendadak Kiong Cauw Bun mencengkram bahu Ci Giok Hian sambil membentak tertahan.
"Kau mengatur muslihat apa" Apa kau mau menjebakku?" kata Kiong Cauw Bun.
2501 "Apa artinya ini, Kiong Lo-cian-pwee?" jawab Ci Giok Hian bingung bukan main.
"Musuh bersembunyi di sini, kenapa kau membawaku ke sini?" kata Kiong Cauw Bun.
"Pek-hoa-ciu yang kau inginkan justru tersimpan di gudang ini," kata Ci Giok Hian menjelaskan.
"Baiklah, kalau begitu, terpaksa aku adu jiwa dengan mereka!" kata Kiong Cauw Bun.
Suasana di gudang itu sunyi, tapi begitu pintu didorong, segera terdengar suara tertawa dingin seseorang, berbareng sebuah guci arak melayang. Ci Giok Hian langsung melihat dua orang yang dia kenal. Kedua orang itu kakek-kakek semua. Yang seorang berperawakan tinggi besar, sedang lainnya kurus jangkung. Mereka See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek. Sungguh ini di luar dugaan Ci Giok Hian, mereka bisa bertemu, bahkan kedua iblis itu bersembunyi di rumahnya. Bukan main kagetnya nona Ci ketika itu.
Orang yang menyambitkan guci arak ke arah Kiong Cauw Bun adalah See-bun Souw Ya Begitu guci dilemparkan segera dia berseru dan mengejek.
"Hm, kau ingin Pek-hoa-ciu, nah terimalah!" kata See-bun.
Begitu hebatnya tenaga lemparan See-bun Souw Ya, jika Kiong Cauw Bun menangkis guci itu dengan tenaga penuh, pasti akan hancur berantakan. Padahal dia menginginkan arak di guci itu. Terpaksa dia gunakan tenaga lunak untuk menahan datangnya guci itu. Dia tempel tepi guci itu dengan telapak tangannya lalu diputar dan ditarik ke samping. Tibatiba dia merasakan tidak enak, karena tenaga lemparan orang itu kuat sekali. Jika dia paksakan untuk menahannya itu berarti tenaga dalamnya akan terkuras 2502
habis. Sebaliknya jika guci itu terlepas berarti guci itu akan terbanting hancur.
Syukur tiba-tiba tangannya terasa ringan. Rupanya saat itu Tio It Heng membantunya Dengan sebelah tangannya Tio It Heng menahan tepi guci, hingga guci itu berputar di udara kemudian turun dan sempat ditangkap oleh Ci Giok Hian. Atas bantuan Tio It Heng, mau tak mau sikap Kiong Cauw Bun pada pemuda itu berubah. Diam-diam diapun berterima kasih.
Pada saat lain Chu Kiu Sek maju, dia kaget melihat Tio It Heng mampu menolak lemparan See-bun Souw Ya.
Tanpa bicara lagi dia lancarkan pukulan dahsyat. Tapi Kiong Cauw Bun segera maju dan menyambut pukulan itu.
Kedua orang itu bergetar mundur. Diam-diam mereka jadi heran. Kiong Cauw Bunpun heran kenapa pukulan Chu Kiu Sek tak terasa dingin seperti biasanya. Walau tenaganya cukup kuat, kenapa Siu-loim-sat-ciang lawan bisa berubah begitu. Sebaliknya Chu Kiu Sekpun heran, kenapa tenaga dalam Kiong Cauw Bun seperti kurang kuat, padahal dia sudah meyakinkan ilmu berbisa keluarga Suang. Kenapa dia tak mengeluarkan ilmu itu" Tibatiba Kiong Cauw Bun berseru.
"Nona Ci, lekas berikan arak itu padaku!"
"Tidak, ini bukan Pek-hoa-ciu!" kata nona Ci.
Tiba-tiba See-bun Souw Ya tertawa.
"Jelas kau tak tahu, maka itu kau tertipu olehku. Ini namanya ada jalan ke surga kau tak mau ke sana, neraka tanpa pintu justru kau masuki!" kata See-bun Souw Ya sambil tertawa.
2503 "Hm, aku memang sudah tahu kalian bersembunyi di sini, kau kira aku gentar padamu?" kata Kiong Cauw Bun.
"Ayo maju, tidak perlu banyak bicara!"
"Sebenarnya kita pernah bersahabat, jika kau ingin damai, boleh kita berunding," kata Chu Kiu Sek.
"Hm! Apa yang bisa dirundingkan?" jawab Kiong Cauw Bun acuh tak acuh. Pada kesempatan itu dia coba mengatur pernapasannya.
"Asal kitab pusaka pemberian Kong-sun Po itu kau tinggalkan kami akan memberimu seguci Pek-hoa-ciu yang ada di tangan kami. Aku kira tukar-menukar ini cukup adil dan kaupun segera bisa pergi dengan selamat," kata See-bun Souw Ya.
Kiong Cauw Bun tertawa dingin, dia tak
menanggapinya. Tak lama Chu Kiu Sek ikut bicara.
"Kiong To-cu, aku kira kau tidak perlu berlagak bodoh, kami tahu kau sedang menghadapi bencana Cauw-hwee-jipmo! Lihat kekuatanmu sekarang kau bukan tandingan kami berdua." kata Chu Kiu Sek.
Kiong Cauw Bun kaget, ternyata serangan yang dilakukannya membuat lawan tahu kelemahannya.
Sebenarnya dia merasakan tenaga pukulan Chu Kiu Sek tidak seperti biasanya. Jika dia bertarung mati-matian, sekalipun tak bisa melawan mereka berdua, sedikitnya bisa mati bersama musuh.
Rupanya Kiong Cauw Bun tidak tahu jika ilmu berbisa Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya telah punah oleh Siauw-gokian-kun dan Bu Su Tun. Tapi ilmu mereka yang lain masih tetap kuat.
Semula Wan Ceng Liong merampas kitab pusaka ilmu berbisa keluarga Suang dari tangan See-bun Souw Ya yang 2504
dia serahkan pada Kong-sun Po. Kemudian Kong-sun Po memberikan kitab itu pada Kiong Cauw Bun. Sejak kecil Kong-sun Po memang sudah belajar tenaga dalam dari Beng-beng Tay-su sehingga dia mampu menghindari penyakit Cauwhwee-jip-mo. Menurut perkiraan See-bun Souw Ya, kitab yang diserahkan Kong-sun Po pada Kiong Cauw Bun pasti telah ditambah dengan catatan tentang cara berlatih ilmu berbisa itu, dan cara menghindari penyakit Cauw-hwee-jip-mo-nya
Di luar dugaan See-bun Souw Ya, Wan Ceng Liong justru punya maksud lain. Dia minta agar Kong-sun Po memberikan kitab pusaka itu pada Kiong Cauw Bun, tanpa mengurangi dan menambahi isi kitab itu. Setelah See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek kabur dari Tay-toh, mereka yang merasa senasib dan sepenanggungan, sepakat akan pergi ke Hek-hong-to untuk mencari Kiong Cauw Bun. Di sana mereka akan memaksa agar Kiong Cauw Bun mau menyerahkan kitab pusaka ilmu berbisa itu.
Semula mereka tidak mengetahui akibat berlatih ilmu berbisa menurut kitab pusaka yang diperolehnya. Tanpa dia sadari Kiong Cauw Bun tersesat, dia terserang penyakit Cauwhwee-jip-mo yang mulai kelihatan. Maka menurut perhitungan See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek, setelah bertemu dengan Kiong Cauw Bun mereka akan bicara terus-terang atas kedatangannya. Mereka akan berunding secara baik-baik. Jika Kiong Cauw Bun menolak, mereka akan melabrak sekuatmya Sekarang mereka telah kalah, karena ilmu berbisa mereka sudah punah oleh Siauw-gokian-kun. Maka sekalipun mereka bergabung berdua belum tentu mampu melawan Kiong Cauw Bun. Tapi karena Kiong Cauw Bun sudah tahu lebih dulu tentang niat kedua orang itu, dia segera kabur dari pulaunya
2505 Ketika Kiong Cauw Bun merasakan penyakit Cauw-hweejip-mo mulai menyerang, dia jadi kuatir pada kesehatannya Apalagi dia dengar tentang kedatangan kedua iblis itu. Maka itu dia berpikir jalan yang terbaik ialah bersembunyi.
Karena Kiong Cauw Bun bersembunyi kedua iblis tua itu mengira Kiong Cauw Bun takut, mereka tak tahu kalau Kiong Cauw Bun sedang menghadapi penyakit berbahaya.
Maka itu mereka berani mencari Kiong Cauw Bun.
Semula Kiong Cauw Bun berusaha mencari calon menantunya, tapi tidak pernah berhasil. Karena tak berani mencari ke Kim-kee-leng, akhirnya dia kabur ke Pek-hoakok di Yang-ciu. Dia menyingkir ke Pek-hoa-kok, karena berpikir bisa mencari kabar Kong-sun Po dari Ci Giok Hian atau Ci Giok Phang. Selain itu dia ingin minta arak obat keluarga Ci yang sangat mujarab. Sekalipun tidak bisa mengobati penyakit Cauw-hwee-jip-monya, tapi khasiat arak itu bisa memperlambat kerja penyakit itu.
Namun sebelum berhasil menemukan Ci Giok Hian dan mendapatkan Pek-hoa-ciu, telah datang kedua iblis itu.
Rupanya Chu Kiu Sek ingat bahwa arak obat keluarga Ci yang pernah diberikan pada Han Tay Hiong manjur sekali.
Setiba di Pek-hoa-kok, Chu Kiu Sek langsung mengemukakan keinginannya akan mencari arak itu.
Kemudian bersama See-bun Souw Ya mereka membunuh tukang kebun she Ong dan mengobrak-abrik seluruh isi rumah Ci Giok Hian hingga aldiirnya mereka menemukan gudang bawah tanah dan masuk ke situ mendahului Kiong Cauw Bun.
Ketika Kiong Cauw Bun berhadapan dengan kedua iblis itu, mereka sama-sama merasa jerih. Ketiga orang itu diamdiam mengatur pemapasan agar bisa mengalahkan lawan 2506
mereka See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek yang merasa cukup kuat menghadapi Kiong Cauw Bun, mereka mengambil keputusan untuk melabrak lawan tanpa ampun.
Maka itu Chu Kiu Sek dan See-bun Souw Ya
mendahului menyerang Kiong Cauw Bun yang terpaksa melayani mereka sekuatnya. Tapi Tio It Heng tidak tinggal diam, dia maju membantu. Pedangnya dia putar, sekaligus menyerang kedua iblis itu.
Di tengah pertarungan sengit itu, kembali Chu Kiu Sek mengadu pukulan dengan Kiong Cauw Bun. Saat itu dia merasakan tenaga lawan mulai lemah hingga membuat Chu Kiu Sek girang. Tak lama dia berseru.
"Apa kau masih bisa bertahan?" kata Chu Kiu Sek.
Tapi mendadak terasa angin berkesiur di belakangnya.
Ternyata Tio It Heng telah menusuk dengan pedangnya sehingga menembus lengan bajunya Untung Chu Kiu Sek sempat menangkis dengan cepat, jika tidak pinggangnya akan tertembus.
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 95 See-bun Souw Ya Tewas; Kiong Cauw Bun
Tertolong Jiwanya Dengan gusar Chu Kiu Sek balas menghantam. Sambil mengelak tusukan Tio It Heng menyusul. Chu Kiu Sek menyentil dengan jarinya hingga pedang Tio It Heng bergetar ke samping. Serentak Tio It Heng merasakan tangannya dingin, hampir saja pedangnya terlepas dari 2507
cekalannya Dia terkejut lalu dengan cepat mengerahkan tenaga dalam untuk melawan serangan hawa dingin itu.
Rupanya di tempat persembunyiannya Chu Kiu Sek berhasil minum Pek-hoa-ciu. Berkat arak itu sebagian tenaga Siu-lo-imsat-kangnya berhasil dia himpun. Tetapi tenaganya sedikit sudah tentu tak berguna menghadapi tokoh seperti Kiong Tocu, maka itu sejak tadi Chu Kiu Sek tak berani mencobanya hingga Tio It Heng sempat menyerang lagi.
"Keparat! Biar kubunuh kau dulu!" bentak Chu Kiu Sek murka, sekaligus menyerang Tio It Heng dengan beberapa kali pukulan dahsyat.
Di tempat lain See-bun Souw Ya juga terus menyerang Kiong Cauw Bun dengan pukulan maut sehingga lawannya tidak sempat membantu kawannya.
Sebenarnya rasa dingin yang Tio It Heng rasakan tadi belum lenyap seluruhnya, kini dia sudah diberondong lagi oleh serangan Chu Kiu Sek. Maka itu diajadi kewalahan dan beberapa kali hampir terserang musuh. Ci Giok Hian jadi kuatir, tanpa pikir panjang dia hunus pedangnya lalu menerjang ke tengah kalangan.
"Nona Ci, lekas lari!" teriak Tio It Heng.
"Tidak, kau sudah menolongiku, betapapun aku tak bisa meninggalkanmu untuk menyelamatkan diri sendiri!" jawab Ci Giok Hian tegas.
Semangat Tio It Heng bangkit ketika mendengar tekad si nona, dia putar pedangnya lebih gencar dan berhasil membalasnya beberapa kali serangan Chu Kiu Sek.
"He he, he, Ci Giok Hian, kau setia sekali! Tapi sayang kau akan mati percuma bersamanya!" ejek Chu Kiu Sek.
2508 Ci Giok Hian tidak menjawab, dia terus menghadapi musuh dengan tabah. Namun, setelah beberapa jurus, karena tekanan tenaga pukulan musuh, napasnya mulai sesak. Semakin lama dia semakin payah. Tenaga dalam Tio It Heng lebih kuat, keadaannya pun lebih beruntung dibanding Ci Giok Hian, tapi lambat-laun dia pun mulai kewalahan.
Keadaan saat itu sangat berbahaya. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun menggebrak sekerasnya hingga darah segar menyembur dari mulurnya. Mendadak tenaga pukulannya bertambah dahsyat dan sekaligus menghantam ke kanan dan ke kiri lawan sehingga See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek terdesak mundur.
Rupanya Kiong Tocu menggunakan "Thian-mo-tee-tayhoat", ilmu keji yang merusak diri sendiri. Tapi tenaganya bertambah berlipat dalam waktu singkat. Cara ini biasanya cuma digunakan jika dalam keadaan terdesak sekali. See-bun Souw Ya yang tidak mengira Kiong To-cu berani menggunakan ilmu terakhir itu, terdesak mundur, tapi segera dia mengejek.
"Hm! Rupanya kau ingin lebih cepat bertemu dengan raja akhirat!" kata See-bun Souw Ya.
Tiba-tiba Kiong To-cu menerkam maju lagi dan menghantam kedua lawannya sehingga See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek tak berani menangkis serangannya yang dahsyat. Terpaksa mereka melompat mundur.
"Lekas kalian lari, biarkan aku sendiri yang menghadapi mereka!" teriak Kiong Cauw Bun pada Ci Giok Hian berdua.
"Tidak, kedua iblis itupun musuhku!" jawab Giok Hian.
2509 Rupanya Kiong To-cu sadar bahwa ilmu terakhir yang digunakannya tidak bisa bertahan lama Jika dalam waktu singkat kedua lawannya tak bisa dia robohkan, akhirnya dia yang bakal binasa. Karena itu dia berseru pada Ci Giok Hian berdua supaya mereka lari, sementara dia sendiri terus melancarkan serangan dahsyat.
See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek cukup cerdik, setelah menghindar mereka mundur hingga mereka bisa menerobos keluar gudang di bawah tanah. Sekarang mereka sudah berada di tengah taman.
"Lekas lari, jika terlambat kalian bisa tak sempat lagi!"
seru Kiong To-cu pada Ci Giok Hian dan Tio It Heng.
"Tidak, tadi kami memang menganggap kau sebagai musuh kami, tapi sekarang kita harus bersatu menghadapi musuh! Mati hidup biar kita bersama-sama!" jawab Tio It Heng.
Sekalipun Kiong To-cu terkenal jahat dan ganas, hatinya terharu juga ketika mendengar jawaban Tio It Heng yang simpatik itu. Dia coba berseru pula.
"Bagaimanapun pasti aku akan mati, masa kalian tidak menyadarinya" Lekas kalian lari dan beritahu Kong-sun Po agar dia membalaskan sakit hatiku. Jika ayal pasti kalian bisa terlambat!"
"Ya, memang sudah terlambat!" kata See-bun Souw Ya mengejek.
Dia melancarkan serangan balasan. Begitu juga Chu Kiu Sek menyerang dari arah lain.
Sejak semula mereka sudah menduga tenaga Kiong Cauw Bun sudah lemah. Maka itu mereka berani melancarkan serangan, ia yakin sebentar lagi Kiong Tocu pasti akan lemah dan roboh. Ternyata benar, setelah 2510
belasan jurus keadaan Kiong Tocu mulai payah, napasnyapun terengah-engah dan keringat dinginnya memenuhi dahinya
"Ha..ha. ha! Kiong Cauw Bun, kau hampir mampus!"
seru Chu Kiu Sek sambil tertawa.
Sesudah itu Chu Kiu Sek mencengkram sekuatnya.
Karena keadaan Kiong To-cu sudah lemah, dia tidak sanggup mengelak lagi. Tak lama maka terdengarlah suara robeknya pakaian yang dibarengi muncratnya darah. Di bahu Kiong Tocu terlihat bekas cengkraman kelima jari musuh. Untung tulangnya tidak patah walau lukanya tidak ringan. Tio It Heng menusuk Chu Kiu Sek untuk menolongi Kiong To-cu, See-bun Souw Ya mengibaskan lengan bajunya untuk melibat pedang Tio It Heng sambil membentak.
"Lepaskan pedangmu!" bentak See-bun Souw Ya.
Dengan sekuat tenaga Tio It Heng menusuk lengan baju lawan dengan harapan bisa tembus. Tapi karena dia sudah payah, malah pedangnya hampir terlepas dari cekalannya.
Syukur Giok Hian tiba tak lama sinar perak berkelebat. Dia tusuk lutut See-bun Souw Ya dengan cepat.
"Kurang ajar! Apa kaupun ingin mati?" bentak See-bun Souw Ya gusar.
Karena serangan si nona terpaksa dia tarik tangannya dan mengangkat kakinya. Dengan demikian serangan Ci Giok Hian luput, tapi sebaliknya pedangnya tertendang ke udara.
Di tempat lain Chu Kiu Sek kembali mencengkeram kepala Kiong To-cu. Tiba-tiba Kiong Cauw Bun menyemburkan darah segar lagi dengan dahsyat. Ketika dia 2511
menghantam ke depan, tenaganya mendadak bertambah hebat.
Angin pukulan itu bisa dirasakan oleh Chu Kiu Sek hingga dia kaget. Jika cengkeramannya dia teruskan, sekalipun kepala Kiong To-cu berlubang dan jiwanya melayang, tapi dada Chu Kiu Sekpun pasti terhajar kepalan Kiong To-cu. Jiwanyapun sulit bisa diselamatkan. Karena yakin pihaknya pasti menang, mana mau Chu Kiu Sek adu jiwa dengan lawan" Segera dia mengelak ke samping sambil mengejek.
"Hm, ternyata kau mencari mampus sendiri dengan cara lebih singkat! Akupun bisa menghemat tenagaku, karena kau akan segera mati!" kata Chu Kiu Sek.
Tak lama terdengar tenggorokan Kiong To-cu
mengeluarkan suara ngorok. Kedua matanya merah berapiapi. Ketika itu dia sedang menahan sakit yang luar biasa dahsyatnya. Kulit mukanyapun berkerut seperti kejang. Tibatiba Kiong To-cu menubruk, kembali dia menyemburkan darah segar ke arah See-bun Souw Ya.
Saat itu See-bun Souw Ya ingin merebut pedang di tangan Tio It Heng, Namun, tanpa diduga mukanya tersembur oleh darah segar Kiong Cauw Bun hingga terasa panas sekali. Seketika itu See-bun Souw Ya memejamkan kedua matanya agar tidak cedera. Pada kesempatan itulah Tio It Heng menarik kembali pedangnya dari libatan lengan baju musuh dan melompat mundur.
Pada saat yang sama See-bun Souw Ya menghantam ke depan untuk menahan terjangan Kiong To-cu melompat mundur. Ketika dia membuka kembali kedua matanya keadaan Kiong Tocu sangat mengerikan. Mulutnya berbusa dan matanya merah beringas seperti binatang buas yang sedang kalap.
2512 "Hm! Thian-mo-kay-tee-tay-hoat yang kau gunakan sudah tak berguna lagi, sebentar lagi kau akan terserang Cauwhwee-jip-mo! Apa kau ingin mampus lebih cepat?"
bentak See-bun. Tiba-tiba Kiong Tocu mengeluarkan gerungan aneh, dia memukul dada sendiri sambil berteriak kalap.
"Ayo maju! Lekas kalian maju! Sekalipun pada setan dan iblis aku tak takut!" kata Kiong Cauw Bun.
Sambil berteriak-teriak dan meraung-raung, dia memukuli dada dan perutnya sendiri. Tio It Heng jadi kuatir.
"Eh, Kiong Lo-cian-pwee, kenapa kau?" kata Tio It Heng.
Segera Tio It Heng maju hendak menarik orang tua itu.
Tak diduga, setelah tangannya menyentuh tubuh Kiong Tocu, tubuh Tio It Heng bergetar mundur oleh tenaga dalam orang tua itu.
"Lekas lari, lekas! Sebentar kaupun akan kubunuh!" kata Kiong To-cu berteriak antara sadar dan tak sadar.
Keadaan Kiong To-cu sekarang seperti pelita yang mulai kehabisan minyak. Penyakit Cauw-hwee-jip-mo telah bekerja lebih cepat dari seharusnya. Tadi saat keadaan terdesak dia menggunakan Thiam-mo-kay-tee-tay-hoat, ilmu yang merusak dan bisa menambah tenaga. Tapi hal itu mempercepat bekerjanya penyakit yang ada di tubuhnya.
Saking kesakitan dia memukuli diri sendiri tanpa sadar.
Saat itu keadaan Kiong To-cu menakutkan sekali hingga mencemaskan Ci Giok Hian dan Tio It Heng. Malah See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sekpun jerih melihat Kiong To-cu yang sudah kalap itu. Serentak mereka melompat mundur jauhjauh. Untuk sementara pertarunganpun 2513
terhenti. Kelihatan wajah Kiong To-cu berkerut-kerut menahan sakit, mendadak dia berseru.
"Nona Ci, tolong aku, tusuk aku!" kata Kiong Cauw Bun putus asa.
Ketika Ci Giok Hian gemetar, Tio It Heng memegangi tangan si nona. Pikiran Kiong To-cu mulai kabur, dia ingin memutuskan urat nadinya untuk bunuh diri. Tetapi karena tenaga dalamnya ternyata sudah buyar, ingin bunuh diripun sudah tidak bisa lagi..
Saat itu See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek merasa kuatir jika pada detik mendekati ajal, Kiong To-cu akan melakukan serangan terakhir. Oleh karena itu mereka menyingkir sejauhjauhnya sambil menyaksikan musuh dalam keadaan sekarat. Mereka pikir jika sebentar Kiong To-cu binasa, pasti tidak sulit untuk membereskan Ci Giok Hian dan Tio It Heng berdua. Tak lama Kiong To-cu terlihat mulai terkulai ke tanah sambil menghela napas panjang, perlahan-lahan dia pejamkan matanya.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara suitan panjang seseorang, suaranya melengking nyaring menusuk telinga See-bun Souw Ya terkejut.
"Suara suitan itu keras sekali, siapa dia?" pikir See-bun.
Chu Kiu Sek pun terkejut, dia berseru.
"Lekas kita tangkap kedua anak itu!" kata Chu Kiu Sek.
Rupanya mereka kuatir jika yang datang itu musuh mereka. Tetapi sudah terlambat, sebab sebelum mereka bertindak, terlihat dua sosok bayangan orang secepat terbang melayang ke arah mereka.
"Jangan takut, Ayah! Anakmu dan Kakak Po datang!"
kata suara anak perempuan.
2514 Ternyata yang datang itu Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun. Ketika Kiong Mi Yun berseru pada ayahnya, saat itu Kong-sun Po sudah menghajar Chu Kiu Sek.
Ketika itu Chu Kiu Sek memang sudah siap akan mencengkram Ci Giok Hian. Untung Kong-sun Po tiba.
Suara pukulan Kong-sun Po membuat hati Chu Kiu Sek tergetar hebat. Sesudah terdengar suara angin dasyat menyambar dari belakangnya, pukulan Kong-sun Po tiba.
Segera Chu Kiu Sek membalikkan tangannya untuk menangkis. Tak lama kedua tangan mereka beradu keras sekali. Kong-sun Po menggeliat sedikit, tapi Chu Kiu Sek seperti terpukul oleh martil. Napasnya mulai sesak dan darahnya bergolak. Dia mundur dua-tiga langkah ke belakang.
Setahun yang lalu tenaga dalam Chu Kiu Sek lebih kuat setingkat dibanding Kong-sun Po, tapi sekarang dia malah payah. Karena tidak sanggup menahan tenaga pukulan Kong-sun Po, dia pikir jalan yang paling selamat melarikan diri.
Sebab sekali hantam pukulan itu membuat Chu Kiu Sek bergetar mundur ke belakang. Sambil memutarkan tubuh Kong-sun Po menyiapkan Hian-tiat-po-san. Payung pusaka itu terus disodokkan ke depan untuk menyambut serangan See-bun Souw Ya yang sedang menerjang ke arahnya.
Namun, karena See-bun Souw Ya sudah tahu betapa lihaynya payung pusaka itu, segera menghindar ke samping.
Berbareng dengan itu dia memukul bagian iga lawan sambil berseru pada Chu Kiu Sek.
"Lekas kau tangkap iblis tua calon mertua anak ini!" kata See-bun Souw Ya.
2515 Rupanya seruan itu bertujuan untuk mengacaukan pikiran Kong-sun Po. Dia pikir jika Chu Kiu Sek benarbenar bisa membekuk Kiong To-cu yang sudah tak berdaya itu, sudah tentu suatu keuntungan bagi mereka. Andaikata tidak berhasil pun, sedikitnya bisa memaksa Kong-sun Po menolongi calon mertuanya. Dengan demikian See-bun Souw Ya terbebas dari ancaman maut.
Chu Kiu Sek sadar dan mengerti apa tujuan See-bun Souw Ya, segera melompat ke arah Kiong To-cu. Di luar dugaan mendadak Kiong To-cu membuka kedua tangannya sambil berkata.
"Ayo maju! Sekalipun setan dan iblis aku tidak takut!"
kata Kiong To-cu sambil menyeringai mengerikan.
Melihat keadaan lawan yang beringas dan menakutkan itu, Chu Kiu Sek ngeri juga. Dia jadi ragu-ragu untuk menerjang maju. Tak sedikit dari kelengahannya itu dimanfaatkan oleh Ci Giok Hian, Tio It Heng dan Kiong Mi Yun bertiga. Mereka sudah sempat menghadang di depan Chu Kiu Sek.
Sesudah beradu tangan drngan Chu Kiu Sek, Kong-sun Po merasakan bahwa tenaga Chu Kiu Sek jauh berkurang dibanding dulu. Maka itu dia yakin jika dia bergabung dengan Kiong Mi Yun bertiga pasti mereka cukup kuat untuk menghadapi Chu Kiu Sek. Segera dia
membentangkan payung pusaka dan memutarnya seperti kincir. Tak lama See-bun Souw Ya terkurung di tengah bayangan payung.
See-bun Souw Ya kelabakan, sebab tak menduga kalau Kong-sun Po tidak meninggalkannya untuk menolong Kiong Tocu. Bahkan sebaliknya sekarang dia malah menyerang dengan sepenuh tenaga. Merasa sulit untuk meloloskan diri lagi, See-bun Souw Ya nekat. Sekuat 2516
tenaganya dia melancarkan serangan. Tiba-tiba Kong-sun Po memutar payungnya sedang tangan yang lain menghantam dibarengi bentakan keras.
"Ini, rasakan Hoa-hiat-to!" kata Kong-sun Po.
Bukan kepalang kagetnya See-bun Souw Ya ketika itu, apalagi dia sudah kepayahan dan Hoa-hiat-to yang pernah diyakinkannya sudah punah oleh Bu-lim-thian-kiauw.
Walau dia sadar betapapun serangan Kong-sun Po sulit dihindari lagi, dia tetap ingin mengelak, Namun sudah terlambat, sebab tak lama terdengar suara keras sekali.
"Bluuk!" Disusul jeritan mengerikan, tubuh See-bun Souw Ya terlontar ke atas laksana bola dan jatuh beberapa meter jauhnya.
Sementara itu Chu Kiu Sek yang sudah merasakan suasana buruk ada di pihaknya telah dihadang oleh Kiong Mi Yun bertiga Ketika terdengar suara jeritan See-bun Souw Ya, dia berpura-pura menyerang ke arah Kiong Mi Yun. Namun ketika si nona berkelit, peluang itu digunakan untuk lari.
Ci Giok Hian dan Tio It Heng mengejarnya. Sedang Kiong Mi Yun merangkul tubuh Kiong To-cu lalu digoyang-goyang sambil berteriak-teriak.
"Ayah, Ayah! Ini putrimu! Kenapa kau" Lekas bicara!"
kata nona Kiong. Namun pikiran Kiong To-cu sudah linglung, namun dia berusaha menahan sakit akibat Cauw-hwee-jip-mo yang menyiksanya. Maka itu seruan Kiong Mi Yun seperti tak didengar olehnya
2517 Ketika Kong-sun Po mendekatinya Kiong Mi Yun menangis sambil berkata "Engko Po, kedatangan kita mungkin terlambat. Keadaan Ayah sudah begini, lihatlah!"
Kong-sun Po memeriksa denyut nadi Kiong To-cu, lalu berkata "Ya kita memang datang agak terlambat, tapi masih ada harapan. Jangan kuatir, adik Mi Yun! Biar akan kutolongi Ayahmu!"
Dengan menggunakan kedua telapak tangannya dia menempellannya di punggung Kiong To-cu sambil menyalurkan tenaga murninya ke tubuh calon mertuanya.
Tidak berapa lama kelihatan wajah Kiong To-cu yang tadi berkerut-kerut, sekarang mulai tenang kembali. Air mukanya yang tadi pucatpun mulai bersemu merah.
Melihat hal itu maka legalah hati Kiong Mi Yun.
Di tempat lain, Ci Giok Hian dan Tio It Heng sedang mengejar Chu Kiu Sek. Mereka sempat melihat See-bun Souw Ya tergeletak di samping gunung-gunungan dengan mata dan hidung mengeluarkan darah berbau amis.
Tubuhnya terkulai lemas tak bergerak lagi.
"Iblis itu sudah mampus!" seru Ci Giok Hian girang.
"Lekas kembali, nona Ci! Musuh sudah kabur tak perlu dikejar lagi! Ke mari aku ingin bicara dengan kalian!" teriak Kong-sun Po.
Kong-sun Po telah menyalurkan tenaga dalam ajaran Bengbeng Tay-su yang hebat itu sehingga semua urat nadi Kiong To-cu yang terganggu karena salah latihan ilmu berbisa itu bisa dipulihkan lagi. Setelah jalan darahnya lancar kembali, rasa sakit Kiong Tocu hilang, perlahanlahan dia bisa membuka matanya. Dengan girang Kiong Mi Yun berseru, "Hei, Ayah sudah sadar!"
2518 Meskipun sudah sadar, namun semangat Kiong To-cu masih lemah.Rasa sakit di tubuhnyapun sudah lenyap. Tapi karena siksaan batinnya semakin bertambah, dengan suara lemah dia berkata dengan girang.
"Kalian sudah datang, anak Yun dan Po, sungguh aku sangat girang. Tak disangka aku masih bisa bertemu dengan kalian. Aku merasa malu dan berdosa kepada kalian!" kata Kiong Cauw Bun yang kelihatan sangat terharu sekali.
"Ayah, kau jangan bicara dulu, istirahatlah!" kata Mi Yun.
Kiong Cauw Bun menghela napas panjang, lalu berkata pula.
"Tidak, betapapun aku harus bicara, jika tidak pasti hatiku semakin tertekan. Sia-sia saja hidupku selama ini, mengingat perbuatanku dulu, sungguh aku malu. Anak Po menantuku yang baik, tapi beberapa kali aku berusaha mencelakai dia untuk merintangi perjodohan kalian!
Sebaliknya orang jahat seperti See-bun Souw Ya dan Chu Kiu Sek malah kuanggap sebagai sahabat dan aku bergaul erat dengan mereka. Jika anak Po tidak keburu datang pasti jiwaku sudah melayang di tangan mereka. Ah, sungguh aku sangat menyesal. Anak Po, bisakah kau memaafkan aku?"
"Ayah, sekarang kita sudah jadi keluarga, asal kau tidak cedera, urusan yang sudah lampau buat apa disebut-sebut lagi?" kata Kong-sun Po.
Saat Kong-sun Po memanggil "Ayah", sungguh tidak kepalang senangnya hati Kiong To-cu, dia juga terharu, girang dan malu. Air matanya bercucuran. Orang yang merasa gembira dan paling bahagia pasti Kiong Mi Yun.
Dia mengusap air mata ayahnya sambil berkata lembut.
2519 "Benar, asalkan kau insaf, beres semuanya, buat apa urusan sudah lalu disebut-sebut lagi" Bagaimana keadaanmu sekarang, Ayah?"
"Sudah lebih baik," jawab Kiong To-cu, "cuma bahaya Cauw-hwee-jip-mo mungkin........mungkin........"
"Jangan kuatir, Ayah!" kata Kong-sun Po. "Apapun yang terjadi, pasti Ayah akan kusembuhkan."
Sementara itu Tio It Heng dan Ci Giok Hian sudah mendekati mereka. Ci Giok Hian ikut bicara, "Kong-sun Toa-ko dan Kiong Cici, kenapa kalian bisa ada di tempatku" Sungguh sama sekali tak kuduga."
Seperti diketahui, ketika berpisah di Kim-kee-leng tempo hari, Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun akan ke Tay-toh.
Tapi karena Bu-lim-thian-kiauw hendak melakukan suatu urusan penting di kotaraja bangsa Kim, Kong-sun Po ditugaskan oleh Hong-lay-mo-li ke sana untuk membantu suaminya. Tapi sebeum ke sana Kong-sun Po ingin mengajak Kiong Mi Yun pulang untuk menemui kakeknya serta Beng-beng Tay-su. Sesudah itu baru mereka kembali ke Kim-kee-leng. Siapa sangka setelah belasan hari berpisah, tahu-tahu mereka malah muncul di Pek-hoa-kok.
"Sangat panjang untuk diceritakan," kata Kiong Mi Yun,
"biar nanti saja jika keadaan Ayah sudah membaik pasti akan kuceritakan padamu."
Tiba-tiba Ci Giok Hian ingat sesuatu.
"Oh ya, masih ada simpanan Pek-hoa-ciu di gudang, bisa jadi bermanfaat bagi Paman Kiong."
"Sebenarnya aku ingin menanyakan arak itu padamu,"
kata Kong-sun Po sambil tertawa. "Dengan bantuan arak itu disertai penyembuhan dengan tenaga dalamku, rasanya 2520
tidak sampai sepuluh hari penyakit Ayah pasti bisa disembuhkan."
Sampai di sini, mendadak Tio It Heng mendesis tertahan.
"Ada apa?" tanya Ci Giok Hian.
"Di luar seperti ada suara orang," kata Tio It Heng.
"Ya, akupun mendengarnya, yang datang berjumlah tiga orang! Rasanya seperti tokoh dunia persilatan," kata Kongsun Po. "Eh, Cici Ci, harap kau bantu mengangkat Ayah Mi Yun ke dalam jika musuh......"
"Entah yang datang ini kawan atau lawan?" kata Ci Giok Hian
"Kalian jangan kuatir, silakan masuk saja, biar apa pun yang terjadi di luar kalian tidak perlu menghiraukannya,"
kata Kong-sun Po. "Cici Giok Hian tak perlu kuatir," Kiong Mi Yun ikut bicara, "biar dia yang melayani untuk sementara. Aku kira tak akan terjadi sesuatu."
Ci Giok Hianpun heran, jika menurut nada ucapan Kiong Mi Yun, mungkinkah masih ada bala-bantuan lain yang lebih kuat datang dari pihak musuh" Tapi karena urusan sudah mendesak, ditambah Kiong To-cu harus segera dipindahkan nona Ci tidak bertanya lebih jauh, apalagi saat itu Kiong Mi Yun kelihatan tenang.
Dia bersama Kiong Mi Yun membimbing Kiong To-cu ke rumah bawah tanah untuk diberi minum Pek-hoa-ciu.
Setelah minum arak Pek-hoa-ciu, laksana rumput kering yang mendapat air hujan, tepat pada saat hampir layu, serentak semangat Kiong To-cu bangkit kembali. Dia 2521
menghela napas kemudian berkata, "Sayang aku belum bisa mengerahkan tenaga. Siapa yang datang?"
Kiong Mi Yun yang merasa lega melihat kesehatan ayahnya sudah mulai pulih, menjawab sambil tertawa.
"Kita siap siaga menghadapi serbuan musuh! Tapi barangkali yang datang bukan musuh, malah sahabat lama Ayah."
"Sahabat lamaku" Siapakah dia?" kata Kiong Cauw Bun.
"Biar aku main teka-teki dulu," kata Kiong Mi Yun sambil tertawa "Eh, Cici Giok Hian yang datang itu berjumlah tiga orang, jika tak salah terka, seorang di antaramya sahabat lama Ayahku dan dua orang lanya kau punya........."
"Aku punya apa?" kata Ci Giok Hian menyela.
"Kau punya kenalan baik, tapi juga orang yang tak kau duga" kata Kiong Mi Yun sambil tertawa. "Nah, sementara itu boleh kau terka, siapa mereka?"
Ci Giok Hian melongo. "Apa mungkin dia..." Ci Giok Hian meraba-raba.
Belum selesai ucapannya itu, tiba-tiba terdengar suara suitan nyaring dan tajam memekakkan telinga. Air muka Mi Yun yang tadi berseri-seri mendadak berubah kaget mendengar suara itu.
"Siapa yang datang itu?" tanya Ci Giok Hian kuatir.
"Wah, aku salah terka!" kata Kiong Mi Yun.
Wajah Kiong Cauw Bun berubah, tanpa terasa dia berseru.
"Hei, itu suara Kiauw Sek Kiang!"
2522 Di luar Kong-sun Po yang sedang menunggu kedatangan orang itu terkejut ketika mendengar suara suitan yang tajam menusuk telinga itu.
"Itu bukan suara Wan To-cu!" pikir Kong-sun Po.
Tio It Heng langsung menghunus pedangnya dan berkata sambil menyeringai, "Tampaknyayang datang musuh tangguh lagi!"
Tiba-tiba Kong-sun Po memegang tangan Tio It Heng, seketika suatu hawa panas tersalur ke tubuh It Heng melalui telapak tangannya. Hanya sekejap hawa panas itu telah rata mengalir ke seluruh tubuhnya. Semangat Tio It Heng menyala seketika, dia tahu Kong-sun Po telah membantu memulihkan tenaga murninya dengan tenaga dalamnya yang tinggi. Sungguh tak terkatakan terkejut dan kagumnya Tio It Heng.
"Usianya bisa jadi lebih muda dariku, tapi tenaga dalamnya ternyata sehebat ini danjauh lebih tinggi dariku.
Pantas Suhu sering berkata bahwa di atas langit masih ada langit, ada orang pandai masih ada yang lebih pandai lagi.
Kata-kata ini memang benar."
Ketika itu suara suitan terdengar masih jauh di luar taman. Tapi begitu suara suitan berhenti, seketika itu juga di taman telah muncul tiga orang. Seorang di antaranya bertubuh tinggi besar dan bersenjata tajam, sedang dua orang lagi kakekkakek, tidak ada yang luar biasa. Tapi anehnya suara suitan itu keluar dari mulut seorang kakek.
Tio It Heng kaget lalu berkata.
"Agaknya yang datang ini bajak terkenal Kiauw Sek Kiang dan pembantu utamanya, Ciong Bu Pa!" kata Tio It Heng.
2523 "Benar, seorang lagi Su Thian Tek," jawab Kong-sun Po.
Kong-sun Po tak menduga akan kedatangan ketiga gembong bajak laut itu, mau tak mau dia merasa kuatir juga.
"Barangkali aku hanya sanggup melawan Su Thian Tek dan Kiauw Sek Kiang. Jika saudara she Tio belum banyak membuang tenaga, rasanya dia akan sanggup mengalahkan Ciong Bu Pa. Tapi sekarang rasanya sulit diramalkan apa yang akan terjadi. Aku harap saja semoga Wan Ceng Liong bisa segera datang ke sini!"
Suara suitan Kiauw Sek Kiang ternyata tidak mendapat jawaban, maka itu dia segera berseru.
"Gak Hu-jin!" teriaknya.
Saat mereka bertiga digertak Wan Ceng Liong di Uh-seng, Kiauw Sek Kiang yang kenalan lama Gak Hu-jin mengetahui bahwa Gak Liang Cun sedang mencari pembantu untuk menghadapi kerusuhan Hay-soa-pang.
Maka itu mereka bertiga sengaja datang ke Yang-ciu untuk bekerja pada Gak Liang Cun. Kini mereka ditugaskan oleh Gak Liang Cun untuk mencari Gak Hu-jin. Rupanya mereka tidak tahu kalau Gak Hujin sudah gila dan entah menghilang ke mana.
"Di sana seperti ada orang," kata Su Thian Tek.
Pada saat itu Kong-sun Po muncul sambil membentak.
"Wan To-cu telah mengampuni kalian, kenapa kalian tidak mau sadar. Sekarang kalian berani melakukan kejahatan lagi!"
"Ah, kiranya kau anak muda!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. "He he, karena Gak Hu-jin tak ditemukan, sebagai gantinya kau akan kutangkap."
2524 "Hm! Memang Wan Ceng Liong bisa apa?" kata Su Thian Tek ikut bicara. "Apa kau kira kami takut padanya"
Huh, ketika di Uh-seng kami hanya membantu Kiong To-cu. Jika kami tahu begini dulu kami tak akan mengampunimu!"
Kong-sun Po kaget, dia berpikir.
"Apa dia sudah tahu keadaan mertuaku sekarang"
Apakah Chu Kiu Sek yang baru kabur memberitahu mereka?" pikir Kong-sun Po.
Tak lama terdengar Kiauw Sek Kiang membentak.
"Di mana Kiong To-cu, suruh dia keluar menemuiku.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengar, hutang Kiong To-cu harus kubereskan sekarang!"
kata Kiauw Sek Kiang. "Hm! Menghadapi bangsat seperti kalian, masa harus merepotkan Kiong To-cu?" kata Kong-sun Po.
"Kiong To-cu sedang sekarat oleh penyakit Cauw-hwee-jipmo yang mulai menyerangnya dua hari yang lalu.
Andaikata bocah ini berhasil menolonginya, dalam waktu sesingkat ini rasanya belum bisa berkutik," kata Su Thian Tek.
"Benar, sekarang silakan Su Toa-ko cari tua bangka itu!
Biar aku yang melayani anak ingusan ini," kata Kiauw Sek Kiang.
Pertarungan sengit segera terjadi, pada saat yang sama Ciong Bu Papun menerjang ke arah Tio It Heng.
Sebenarnya Kong-sun Po hendak melawan Kiauw Sek Kiang, tapi mendadak dia berputar. Dengan cepat luar biasa tahu-tahu dia menyerang ke arah Ciong Bu Pa.
"Keparat, kau berani padaku!" bentak Ciong Bu Pa.
2525 Tubuh Ciong Bu Pa memang lebih tinggi dibanding Kong-sun Po. Ketika Ciong Bu Pa mengangkat Tok-kahtang-jin (senjata boneka tembaga berkaki satu) lalu menghajar Kong-sun Po dengan sekuat tenaganya sehingga tepat membentur Hian-tiat-po-san yang dipakai menangkis oleh Kong-sun Po.
'Trang" Sesaat lelatu api pun berpencaran.
Ciong Bu Pa yang bertubuh tinggi besar itu bergetar mundur beberapa langkah jauhnya dan hampir jatuh terjengkang jika Kiauw Sek Kiang tidak keburu menahannya. Sesudah itu Kiauw Sek Kiang melancarkan pukulan dahsyat ke arah Kong-sun Po yang segera membuka payung pusaka untuk diputarkan. Ujung payung yang tajam itu mengarah jalan darah di tengah telapak tangan lawan.
Tapi dengan cepat Kiauw Sek Kiang bergeser ke samping sambil menghantam dengan pukulannya. Kong-sun Po pun berputar, payung pusakanya digunakan untuk menangkis serangan lawan. Bagaimanapun hebatnya Kiauw Sek Kiang, dia tidak berani menangkis payung itu, dengan gesit dia menghindar.
Di tempat lain Tio It Hengpun bertarung melawan Ciong Bu Pa dengan seru dan Tio It Heng memutarkan pedangnya. Setiap serangannya selalu mengincar tempat mematikan di tubuh lawan. Sebaliknya Ciong Bu Pa memutarkan Tok-kahtang-jin atau gadanya dengan cepat, hingga terdengar suara nyaring berulang-ulang. Dalam sekejap boneka tembaga itu sudah penuh luka terkena pedang lawannya. Tangan Tio It Heng terasa pedas, karena pedangnya membentur senjata lawan yang berat itu.
Namun, serangannya tidak kendur, bahkan kekuatan 2526
lawannya kelihatan lemah. Rupanya gebrakan pertama yang dilakukan Kong-sun Po atas Ciong Bu Pa tadi, tujuannya untuk mengurangi tenaga musuh dan meringankan beban Tio It Heng.
Mendadak Tio It Heng memutarkan pedangnya sehingga sinar pedangnya bercahaya menyilaukan mata. Ciong Bu Pa jadi gusar, dia membentak.
"Kurangajar! Kau berani main gila padaku!"
Berbareng dengan itu boneka tembaganya menghantam la-wan. Serangan inilah yang diharap-harap Tio It Heng.
Sambil berkelit mendadak pedangnya menyambar dari samping dan tepat melukai lengan kiri musuh. Ciong Bu Pa mengerang kesakitan, senjatanya dia lemparkan ke arah Tio It Heng.
Tio It Heng melompat ke atas sehingga boneka tembaga yang berat itu menyambar lewat di bawah kakinya. Ciong Bu Pa gusar, dia segera menerjang pula meski darah bercucuran dari lukanya.
Pada saat itulah mendadak Su Thian Tek menarik Ciong Bu Pa ke sampingnya.
"Kau berjaga saja di sini, biar kubekuk anak ini!" kata Su Thian Tek.
Su Thian Tek yang disuruh mencari Kiong To-cu tidak pergi jauh dari taman, dia hanya melongok sejenak. Dia juga merasa jerih pada Kiong To-cu yang dia duga sakitnya tidak separah seperti kata Chu Kiu Sek! Demi keselamatan dirinya dia tak berani mencari jauh-jauh. Maka pada saat yang tepat dia bisa menggantikan Ciong Bu Pa yang mulai terdesak.
Sebelum tubuh Tio It Heng turun ke bawah, segera Su Thian Tek maju dan mencengkramnya hingga terpaksa Tio 2527
It Heng ber-akrobatik di udara. Tak lama dia menukik dari atas dan pedangnya dipakai menusuk lawannya.
Su Thian Tek yang tidak menduga kalau ilmu pedang lawan bisa begitu lihay, karuan saja jadi kaget, Sekarang dia tak berani meremehkan musuhnya lagi. Buru-buru dia mengelak ke samping, jari tangannya segera menyentil dan tepat mengenai pedang lawan. Tangan Tio It Heng terasa panas, hampir saja pedangnya terlepas dari pegangannya.
Bagi seorang ahli silat sekali gebrak saja mereka segera akan tahu bahwa pihak lawan berisi atau tidak"
Tio It Hengpun langsung tahu kepandaian lawan jauh lebih hebat daripada si Raksasa she Ciong tadi. Namun, Tio It Heng tidak bingung atau gentar, begitu kakinya hinggap di tanah, sambil bergeser pedangnya menusuk dengan gerakan sempoyongan. Gerakan tubuh Tio It Heng seperti orang mabuk, tapi pedangnya ternyata tidak kacau, bahkan bertambah lihay. Rupanya ini ilmu pedang perguruannya bernama jurus "Cui-pat-sian" (Delapan Dewa Mabuk) yang termashuritu.
"Bagus! Ternyata kau murid To Pek Seng!" kata Su Thian Tek sambil tertawa.
Untuk menyambut samberan sinar pedang itu dia gunakan kepandaian bersilat tangan kosong untuk merebut senjata lawan. Keakhlian 72 jurus Kim-na-jiu-hoat (ilmu mencengkram dan menangkap) yang dimiliki Su Thian Tek j uga terhitung kelas satu di Dunia Persilatan. Sekalipun sudah mahir dan sedang sehat, Tio It Heng bukan tandingan Su Thian Tek. Apalagi sekarang Tio It Heng hanya menguasai tujuh atau delapan bagian kekuatan biasa, tentu saja dia tidak sanggup melawan Su Thian Tek. Dalam belasan jurus lagi dia terdesak dan terancam bahaya.
2528 Sedangkan Kong-sun Po tadi sudah bertempur, kini diapun mulai merasakan tenaganya berkurang dan agak kewalahan. Merasa yakin akan menang, sambil tertawa Kiauw Sek Kiang berkata.
"Nah, Kong-sun Po, kenapa tidak segera kau panggil mertuamu agar dia menolongi jiwamu ini" He he, Kiong To-cu, kenapa kau sembunyikan kepalamu seperti kura-kura saja! Jika kau tidak segera keluar, sebentar lagi anak perempuanmu pasti akan jadi janda!"
Saat itu Kiauw Sek Kiang menggunakan tenaga dalam untuk melancarkan gelombang suaranya sehingga bisa mencapai jarak jauh. Dengan demikian suaranya terdengar oleh Kiong Cauw Bun yang ada di gudang bawah tanah.
Bukan main gusarnya Kiong Tocu hingga matanya mendelik.
"Biar aku akan keluar untuk melabraknya!" kata Kiong Cauw Bun sengit sekali.
Tapi saat dia akan keluar dan berdiri, kedua kaki tidak bisa bergerak sesuai keinginannya. Baru saja berdiri kembali dia duduk terkulai lemas.
"Ayah, sebaiknya kau bersabar!" bujuk Kiong Mi Yun.
"Jangan urus diriku, kebih baik kau lekas keluar bantu dia, jika sempat biar kalian melarikan diri saja," kata Kiong Cauw Bun.
"Jangan kuatir, Ayah! Tak lama lagi pasti akan datang balabantuan yang akan menolongi Kakak Po," jawab Kiong Mi Yun.
"Tidak perlu kau membohongiku," kata ayahnya. "Tidak ada gunanya kau mendampingiku di sini, akhirnya toh kita akan ditemukan juga! Sebaiknya kau keluar bantu dia saja."
2529 Sesungguhnya Kiong Mi Yun pun kuatir walaupun mulutnya berusaha menghibur ayahnya. Dia berpikir jika bala-bantuan tidak datang tepat pada waktunya, sebentar lagi pasti mereka bisa celaka semuanya.
Syukur, pada saat Kiong Mi Yun sedang gelisah dan cemas tiba-tiba di luar terdengar suara suitan panjang seseorang. Suara suitannya tajam melengking. Suara suitan orang ini berbeda dengan suara suitan Kiauw Sek Kiang tadi, lebih kuat dan keras sekali. Kiong Cauw Bun terkejut, segera dia jadi girang dan berkata pada putrinya
"Anakku, agaknya kau tidak berdusta padaku! Memang betul bala-bantuan kita telah datang! Itu Wan Ceng Liong sahabatku!"
"Benarkah Beng-shia To-cu Wan Ceng Liong datang?"
kata Ci Giok Hian. "Benar, Cici," jawab Kiong Mi Yun sambil tertawa
"Sekarang baru bisa kuberitahu padamu, setelah Wan To-cu datang. Selain itu masih ada dua orang yang tak kau sangka-sangka ikut datang juga!"
"Siapa mereka itu?" tanya Ci Giok Hian.
"Kakakmu dan istrinya!" kata Kiong Mi Yun.
"Ah, benarkah"!" seru Ci Giok Hian kaget bercampur girang, tanpa bicara lagi dia berlari keluar dari ruang bawah tanah.
Saat itu Kong-sun Po sedang menghadapi Kiauw Sek Kiang dengan mati-matian. Saat Kiauw Sek Kiang mau melancarkan serangan maut untuk merobohkan pemuda itu, tiba-tiba suitan Wan Ceng Liong terdengar. Tak lama muncullah Wan Ceng Liong, malah sebelah tangannya mengempit seorang tawanan.
2530 "Hm! Ternyata kalian si kawanan bangsat! Beraninya kalian main gila di sini, ya! Hutangmu di Uh-seng dulu sudah waktunya untuk kuperhitungkan di sini," bentak Wan Ceng Liong.
Orang yang terkempit Wan Ceng Liong, tak lain Chu Kiu Sek yang melarikan diri. Melihat hal itu bukan main kagetnya Kiauw Sek Kiang dan Su Thian Tek saat itu.
Sesudah di tengah taman, sekali pandang Wan Ceng Liong sudah melihat See-bun Souw Ya yang binasa di pojok sana.
Sambil tertawa dia berseru.
"Nah, Chu Kiu Sek, sekarang kau boleh menemani temanmu itu!" kata Wan Ceng Liong.
Berbareng dengan ucapannya itu dia lemparkan tubuh Chu Kiu Sek dan tepat jatuh di samping tubuh See-bun Siuw Ya. Sambil mengerang gusar Ciong Bu Pa menerjang maju.
"Hai, kerbau bengkak macam kau berani melawan padaku?" kata Wan To-cu.
Saat Bu Pa maju menerkam, Wan Ceng Liong segera jongkok dengan kedua tangannya dan mencengkram ke depan, tanpa ampun lagi Ciong Bu Pa yang tinggi besar itu diangkat. Kini percuma saja tenaga Ciong Bu Pa yang besar laksana banteng itu, sebab tak bisa digunakan.
"Pergi!" bentak Wan To-cu,
Ciong Bu Pa yang tak berdaya terlempar beberapa meter jauhnya dan terbanting dengan keras.
"Wan To-cu, lekas kau bereskan bangsat she Su itu!" kata Kong-sun Po.
Melihat keadaan Tio It Heng dalam bahaya, Wan Ceng Liong segera maju untuk menolongi Tio It Heng.
2531 "Hm! Su Thian Tek, barangkali kau sudah lupa pada janjimu di Uh-seng dulu" Kau bukan pergi jauh dan menghilang, sebaliknya berani main gila lagi di sini!" kata Wan Ceng Liong.
Terpaksa Su Thian Tek menjawab dengan sikap tak gentar.
"Wan Ceng Liong, tempo hari ketika di Uh-seng aku sengaja mengalah padamu! Hm! Kau kira aku takut padamu?"
"Baik, mungkin kau belum jera sebelum merasakan kelihayanku," kata Wan Ceng Liong. "Nah, silakan kau mundur dulu, Tio Siauw-hiap biar aku yang melayani dia."
Begitu Tio It Heng mundur, tanpa banyak bicara lagi Su Thian Tek menyerang ke arah Wan Ceng Liong dengan kesepuluh jarinya yang terpentang laksana kaitan yang tajam.
Namun, dengan ringan Wan Ceng Liong mematahkan serangan itu. Diam-diam Tio It Heng merasa kagum melihat kepandaian Wan Ceng Liong itu. Tiba-tiba datang lagi dua orang secepat terbang. Kong-sun Po girang dan berseru.
"Hai, Ci Toa-ko dan nona Wan, kiranya kalian juga datang semua!" kata Kong-sun Po.
Kedua pendatang itu memang Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Ketika itu Ciong Bu Pa bangun dengan kesakitan.
Dia langsung menghadapi Ci Giok Phang. Sambil membuka kedua tangannya, dia mencengkram Wan Say Eng. Wan Say Eng mengelak serangan Ciong Bu Pa Sesudah itu dia dan Ci Giok Phang menghunus pedang dan menusuk. Dalam keadaan dikeroyok, tahu-tahu lengan Ciong Bu Pa tergores oleh pedang Ci Giok Phang.
2532 -0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 96 Kiauw Sek Kiang Tewas Dikeroyok; Chu
Kiu Sek Tewas Di Tangan Su Thian Tek
Melihat Ci Giok Phang berdua sudah berada di atas angin, legalah hati Tio It Heng, lalu berlari ke arah lain untuk membantu Kong-sun Po. Namun Kiauw Sek Kiang sangat lihay, kedua tangannya menghantam kian-kemari.
Payung pusaka Kong-sun Popun ditangkisnya ke samping, lalu tusukan pedang Tio It Heng digentak hingga melenceng oleh pukulannya yang kuat.
Sayang tenaga Tio It Heng telah berkurang banyak, meskipun pedangnya berputar cepat, tapi sukar menembus pertahanan lawan. Walau demikian dengan bergabungnya tenaga mereka berdua, hal itu cukup kuat untuk menandingi Kiauw Sek Kiang.
Sementara itu Ciong Bu Pa dengan sekuat tenaga berusaha menghadapi kepungan Ci Giok Phang dan Wan Say Eng. Tapi tak lama dia mengerang kesakitan karena tertusuk dua tiga kali. Mendadak dia maju menubruk ke arah lawannya.
Melihat Bu Pa menerjang dengan kalap. Wan Say Eng coba menahan dengan melintangkan pedangnya, Tanpa terasa dia menyingkir ke samping ketika melihat lawan menerjang dengan nekat. Tak lama terdengar suara keras.
"Krek-krek!" dua kali.
Dua buah jari tangan Ciong Bu Pa tertabas putus oleh pedang Wan Say Eng, walau Ciong Bu Pa masih sempat lolos ke tempat lain. Ketika Wan Say Eng berniat mengejarnya, Ci Giok Phang mencegahnya sambil berkata.
2533 "Orang dogol itu hanya anak buah dan bukan biang keladinya, aku kira tidak perlu dikejar, biarkan saja!" kata Ci Giok Phang.
"Aneh, kenapa Kiong To-cu tidak kelihatan?" kata Wan Say Eng. "Eh, siapa itu yang keluar?"
Saat Giok Phang menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Say Eng, dia berseru kaget bercampur girang.
"Hai, adik Giok Hian, kau sudah pulang?" kata sang kakak.
"Ternyata benar kau, Kakak Giok Phang!" teriak Ci Giok Hian. "Kiong To-cu dan adik Kiong Mi Yun ada di dalam, mereka selamat!"
Pertarungan sengit masih berlangsung, Wan Ceng Liong yang melawan Su Thian Tek sudah di atas angin, sedang Kong-sun Po dan Tio It Heng masih sama kuat melawan Kiauw Sek Kiang. Ci Giok Phang yang tidak sempat bicara dengan adik perempuannya, segera berlari ke tempat pertarungan membantu Kong-sun Po mengeroyok Kiauw Sek Kiang. Sedang Say Eng dan Ci Giok Hian ikut di belakang Ci Giok Phang. Melihat gelagat buruk bagi pihaknya, Kiauw Sek Kiang ingin mencari selamat dengan jalan kabur lebih dulu. Mendadak dia menggertak.
"Siapa yang merintangiku pasti mampus!"
"Hm! Ajal sudah di depan mata, kau masih berani bermulut besat?" kata Kong-sun Po.
Berbareng dengan itu payung pusakanya menghantam lawan. Setelah Kiauw Sek Kiang mampu menghindari hantaman payung lawan, mendadak dia cengkram Ci Giok Phang. Di tengah samberan angin pukulan dan bayangan pedang, tampak Ci Giok Phang melompat ke samping, 2534
sedangkan Kiauw Sek Kiang mrnggeliat sempoyongan kemudian jatuh tersungkur.
Rupanya sebelum Kiauw Sek Kiang berhasil
mencengkram Ci Giok Phang punggungnya tersodok payung Kong-sun Po. Tiba-tiba sepasang pedang kakak beradik she Ci menusuk. Jika dalam keadaan biasa, Kiauw Sek Kiang tidak perlu gentar oleh serangan itu. Tapi sekarang dia dikeroyok dan terluka. Selain punggungnya tersodok payung, iga dan perutnya tertusuk pedang lawan.
Tadi Ci Giok Hian yang terpaksa melompat ke samping karena getaran tenaga pukulan Kiauw Sek Kiang. Tio It Heng yang melihatnya terkejut dan kuatir. Segera dia memburu maju untuk memeganginya dan bertanya cemas.
"Bagaimana keadaanmu, adik Hian?" kata Tio It Heng.
"Oh, tidak apa-apa," jawab Giok Hian, tanpa terasa tangan kedua orang itu berpegangan erat.
Melihat kemesraan kedua orang itu, Wan Say Eng dan Ci Giok Phang yang sedang memburu ke arahnya berhenti.
Diam-diam mereka merasa girang karena Ci Giok Hian sekarang sudah punya kekasih.
Sedangkan Kiauw Sek Kiang yang sedang merangkak bangun, dia mau lari, tapi langkahnya sempoyongan dan kembai terguling. Dia tidak mampu berdiri. Ketika Kongsun Po mendekatinya, Kiauw Sek Kiang muntah darah tak berkutik lagi.
"Bangsat ini sudah mampus!" kata Kong-sun Po.
Sekarang tinggal Su Thian Tek yang masih bertarung dengan Wan Ceng Liong secara mati-matian. Ketika dia dengar ucapan Kong-sun Po, bahwa Kiauw Sek Kiang sudah binasa, bukan main kagetnya dia. Ketika itu dia menyerang dan segera berputar akan kabur.
2535 "Mau lari ke mana kau?" bentak Wan Ceng Liong.
Ketika Su Thian Tek lewat di samping Tio It Heng dan Ci Giok Hian, segera Kong-sun Po memutarkan payungnya untuk menghadang. Tapi tak terduga Su Thian Tek yang licin lari ke arah Tio It Heng dan Wan Say Eng. Tahu-tahu dia menyerang ke arah Wan Say Eng.
Syukur kepandaian Wan Say Eng tidak lemah, sedikit mengegos saja dia bisa terhindar dari cengkraman Su Thian Tek. Sedangkan Ci Giok Phang yang sudah menerjang maju, menusuk dengan pedangnya. Su Thian Tek tidak berani terlibat lebih lama dalam perta-rungan itu. Secepat kilat dia melompat melintasi gunung-gunungan. Kuatir putrinya terluka, Wan Ceng Liong memburu. Tapi Wan Say Eng berteriak.
"Aku tidak apa-apa, Ayah! Lekas kejar dia!" kata nona Wan.
Tanpa bicara lagi segera Wan Ceng Liong mengejar Su Thian Tek. Saat itu Su Thian Tek sudah hampir bisa ke luar taman. Dia kelihatan girang.
"Sekeluar dari sini aku akan bebas!" pikirnya.
Di luar dugaan, belum habis girangnya, mendadak sebelah kakinya terasa dipegang orang dengan erat.
Rupanya Chu Kiu Sek yang kebetulan tergeletak di dekat gunung-gunungan terluka parah belum mati. Tiba-tiba melihat Su Thian Tek lari lewat di sampingnya, tanpa pikir lagi dia rangkul kaki Su Thian Tek dan memohon.
"Tolong, Su Toa-ko, bawa aku lari..........Aduh!"
Mendadak Chu Kiu Sek menjerit dan langsung binasa.
Karena merasa dihalang-halangi Su Thian Tek geram, dia sendiri sedang mencari selamat, mana mungkin dia 2536
memikirkan keselamatan orang lain" Maka itu sekali tendang saja dia bunuh kawan lamanya itu.
Ketika itu Wan Ceng Liong memungut Tok-ka-tang-jin, atau senjata milik Ciong Bu Pa di atas tanah. Dengan sekuat tenaga dia sambitkan ke arah Su Thian Tek.
Lantaran terhalang oleh Chu Kiu Sek yang memegangi kakinya, ditambah Su Thian Tek belum sempat lari jauh, tiba-tiba ada angin keras menyambar dari belakangnya. Dia pikir mau berkelit, namun sudah terlambat. Punggung Su Thian Tek terhajar tepat oleh boneka tembaga itu. Tak ampun lagi dia jatuh terguling dengan sebagian punggungnya hancur dan seketika itu juga binasa Semua musuh utama bangsa Han sudah mati, sedang yang berhasil kabur hanya Ciong Bu Pa yang tidak berarti, maka itu mereka semua girang.
"Ha, ha, ha! Hari ini terhitung hari paling menyenangkan bagiku!" kata Wan Ceng Liong sambil tertawa. "Sekarang boleh kujenguk sahabat lamaku."
"Kiong To-cu ada di gudang bawah tanah," kata Ci Giok Hian. "Dia telah ditolong oleh Kong-sun Toa-ko, dan dia sudah minum Pek-hoa-ciu. Kini penyakit Cauw-hwee-jipmo nya sudah mulai membaik. Mungkin sudah tidak berbahaya lagi!"
Setelah minum Pek-hoa-ciu dan beristirahat sekian lama, keadaan Kiong To-cu sudah mulai pulih. Ketika Wan Ceng Liong masuk ke gudang, dia sudah bisa bangun untuk menyambut sahabatnya.
"Selamat, selamat! Dari celaka kau telah mendapatkan berkah, kini kau sudah sempurna benar," kata Wan Ceng Liong.
2537 "Terima kasih, Wan Toa-ko! Aku menyesal tidak menuruti nasihatmu, hampir saja aku celaka," kata Kiong To-cu.
Ketika Wan Ceng Liong menceritakan seluk-beluk kedatangannya, Tio It Heng menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan kepada Ci Giok Hian kenapa dia muncul di situ.
Melihat hubungan Tio It Heng dengan adiknya yang begitu baik, Ci Giok Phang mengira mereka bukan sahabat biasa. Diam-diam dia girang sekali. Sambil tertawa kemudian dia berkata.
"Adik Hian, kau belum memperkenalkan saudara ini......"
"Dia she Tio, namanya It Heng," dengan muka merah Ci Giok Hian memperkenalkan penmuda itu. "Sebenarnya kami baru kenal, walau dia pernah menolongku dua kali.
Gurunya tokoh yang terkenal kalangan Kang-ouw 20 tahun yang lalu, yaitu To Pek Seng. Dia punya hubungan baik dengan Liu Beng-cu."
"Oh, kiranya Tio-heng murid To Pek Seng, pantas ilmu pedangmu lihay," kata Wan Ceng Liong. "Melihat gaya ilmu pedangmu tadi sebenarnya aku sangsi, seharusnya sejak tadi aku bisa menerka asal-usulmu."
"Rupanya Wan To-cu sahabat Guruku?" kata Tio It Heng "Sungguh malang, Guruku meninggal di Mongol, kisahnya biar nanti kuceritakan."
Mendengar To Pek Seng sudah meninggal, Wan Ceng Liong ikut berduka. Ci Giok Hian bertanya pada Kong-sun Po, "Kongsun Toa-ko, bukankah kau hendak ke Tay-toh, kenapa kau bisa ke sini" Apa kau tak akan terlambat menjalankan tugasmu di sana?"
2538 "Aku bertemu dengan Ang Pang-cu dari Hay-soa-pang, karena terpaksa kuubah rencanaku secara mendadak dan datang ke sini," kata Kong-sun Po. "Apalagi pertarungan Bulim-thian-kiauw dengan Wan-yen Tiang Cie masih sebulan lagi, aku kira dengan kuda tunggangku yang bagus aku masih keburu menyusul mereka ke sana."
"Walau begitu, sebaiknya kau jangan terlalu lama di sini.
Kalau bisa besok kau dan Mi Yun berangkat," kata Kiong Cauw Bun.
"Tapi kesehatan Ayah belum pulih, mana bisa kutinggalkan begitu saja?" kata Kiong Mi Yun.
Tiba-tiba Kong-sun Po menyela.
''Kalian jangan kuatir, nanti akan kuuraikan kunci rahasia lwee-kang ajaran Beng-beng Tay-su kepada Ayahmu. Sebelum berangkat akan kulancarkan urat nadinya dengan bantuan lwee-kangku. Aku kira selanjutnya penyakit Ayah tak jadi soal lagi."
Sungguh tidak kepalang girangnya Kiong To-cu.
"Anak Po, kau bukan saja menantuku yang baik, bahkan kau adalah penolong jiwaku." kata Kiong Cauw Bun bersyukur.
"Baiklah, sekarang juga aku mohon Cici Giok Hian meminjamkan sebuah kamar, aku kira sehari saja cukup bagiku," kata Kong-sun Po.
"Jika kita berkumpul di sini, aku kuatir Gak Liang Cun sudah dapat laporan dan datang mengepung tempat ini!"
kata Wan Ceng Liong. "Maka itu besok sebaiknya kita tinggalkan tempat ini! Apa kalian kakak beradik masih punya urusan di sini?"
Ci Giok Hian baru sadar. 2539 "Tidak, cuma Liu Beng-cu mengutusku menemui pimpinan Hay-soa-pang, ini harus kuselesaikan sebelum aku pergi dari sini."
Wan Ceng Liong mengerutkan kening.
"Letak tempat Hay-soa-pang di Ang-tek-ouw lebih seratus li dari sini, dalam sehari mungkin tak bisa pulang-pergi?" kata Wan Ceng Liong.
"Jangan kuatir," tiba-tiba Kong-sun Po ikut bicara, "bila perlu pakai saja kudaku, jarak seratus li bukan soal."
Ci Giok Hian mengucapkan terima kasih.
"Aku ikut bersamamu!" kata Tio It Heng.
Ci Giok Phang girang dan tak perlu kuatir keselamatan adiknya.
Sementara itu fajar sudah menyingsing.
Ci Giok Hian dan Tio It Heng berangkat dan langsung menuju ke markas Hay-soa-pang di tepi danau Ang-tek-ouw.
Kuda pinjaman itu memang bagus dan cepat larinya.
Hanya dalam dua tiga jam, dari jauh sudah kelihatan air danau Angtek-ouw yang bergelombang hijau dan bening itu. Jarak dari danau dengan markas Hay-soa-pang tinggal 20-30 li lagi.
Saat Ci Giok Hian dan Tio It Heng sedang melarikan kudanya, tiba-tiba mereka melihat cahaya api disertai suara riuh teriakan dan ringkikan kuda. Samar-samar kelihatan sebuah teluk terhalang oleh rumput alang-alang dan di depan sana tampak bayangan manusia
"Hei, apa orang Hay-soa-pang sedang bertempur dengan pasukan Kim atau pasukan lain?" kata Tio It Heng heran.
2540 "Bagus, kalau begitu kedatangan kita sangat kebetulan,"
kata Ci Giok Hian. Mereka mempercepat lari kuda mereka dan menyusuri sebuah bukit kecil. Tiba-tiba di balik bukit terdegar berkumandang suara beradunya senjata tajam. Bahkan juga terdengar suara seorang perempuan tua sedang membentak.
"Ah, kau kepergok di sini! Kau akan kubunuh untuk ganti jiwa bocah she Tio itu!" kata perempuan itu.
Ci Giok Hian terkejut. Dia mengenali suara perempuan itu.
"Hai, bukankah itu suara Gak Hu-jin" Lalu siapa yang mau dibunuhnya?" kata Ci Giok Hian.
Cepat Tio It Heng membelokkan kudanya menerjang ke arah bukit. Sesudah dekat, betul saja orang yang bicara itu Gak Hu-jin, lawannya seorang lelaki bersenjata golok dan seorang perempuan.
Yang lelaki bersenjata golok dan yang perempuan memakai pedang. Kepandaian kedua orang itu tidak lemah saat bertempur dengan Gak Hu-jin mereka tangkas walau kelihatan Gak Hu-jin sedikit lebih unggul. Tio It Heng heran.
"Aneh, kenapa Gak Hu-jin sudah sembuh dari penyakit gilanya?" pikir Tio It Heng.
Mendadak terlihat wajah Gak Hu-jin berubah beringas, rambutnya yang panjang terurai. Mungkin gilanya tampak kumat lagi. Tongkatnya menyambar secara ngawur. Sambil berteriak Gak Hujin akan membalas sakit hati suami pertamamya Kedua lawannya kelihatan terdesak dan beberapa kali hampir terkena tongkat Gak Hu-jin.
2541 "Suamiku yang baik, jika arwahmu tahu, lindungilah aku supaya aku bisa membalaskan sakit hatimu dan membunuh putri dan menantu To Pek Seng ini!" seru Gak Hu-jin beringas,
Berbareng dengan itu tongkatnya lantas menghajar dengan dahsyat. Melihat keadaan sudah mendesak, tanpa pikir lagi Tio It Heng menerjang maju. Ketika menyelinap dan lewat di samping lelaki itu, dengan pelahan dia berkata
"Ciok Su-heng, biar aku dan Su-ci melayani perempuan gila ini!" kata Tio It Heng.
Karena datangnya Tio It Heng tak terduga, lelaki itu heran dan girang.
"Siapa dia" Bagaimana bisa mendadak muncul seorang Sutee?" pikir mereka.
Tak lama terdengar suara nyaring beradunya senjata.
Saat itu gerakan pedang Tio It Heng sudah bisa langsung bekerja sama dengan serangan perempuan itu. Gerakannya pun sangat serasi dan bagus. Daya serang mereka secara serentak bertambah hebat berlipat ganda. Dalam sekejap tongkat Gak Hu-jin tertangkis beberapa kali. Karena serangan Gak Hu-jin bisa dipatahkan, dia terdesak dan mundur beberapa langkah.
"Hei, dari mana kau belajar ilmu pedang perguruan kami?" kata perempuan itu heran.
"Toa Su-ci, kita usir dulu perempuan gila ini, nanti kuceritakan," jawab Tio It Heng.
Mendadak terdengar Gak Hu-jin berteriak kalap.
"Bagus, bocah she Tio, kaupun datang untuk cari mampus!" kata Gak Hu-jin.
2542 Tapi meskipun dia menyerang dengan lebih dahsyat, gabungan pedang Tio It Heng dan kakak perguruannya itu dapat mematahkannya bahkan tongkat Gak Hu-jinpun tidak bisa terlepas dari incaran pedang mereka.
"Gak Hu-jin," kata Tio It Heng, "suamimu bukan terbunuh oleh Guruku,. Saat pertarungan suamimu memang terluka, tapi Guruku juga terluka. Kenapa kau tidak berpikir secara sehat?"
"Persetan denganmu!" teriak Gak Hu-jin. "Jika bukan karena terluka, masakan suamiku tewas di tangan beberapa bangsat itu?"
"Hm! Sebenarnya setelah kau kawin lagi dengan Gak Liang Cun, semua musuhmu sudah kau bunuh! Tapi kau malah bertambah jahat hingga banyak membunuh orang yang tak berdosa," kata Tio It Heng. "Sekarang kau mau menuntut balas pada siapa lagi" Walau putrimu sudah mati, tapi kau masih punya seorang menantu. Sedang keponakan kesayanganmu Uh-bun Tiong, memang sudah lama mampus! Kenapa kau tidak mencarinya dan bergabung dengan menantumu?"
Gak Hu-jin tidak mau mengerti, malah menyerang lebih ganas lagi dengan tongkatnya.
"Perempuan gila ini tidak bisa diajak bicara baik-baik, buat apa banyak bicara dengannya," kata Su-cinya.
"Bukankah dia sendiri yang cari mampus, kita bereskan dia!"
Begitulah ketika gabungan pedang mereka mulai melancarkan serangan balasan, Gak-hujin tidak mampu menahan ilmu pedang yang lihay itu, Hanya sekejap tubuhnya sudah banyak lukanya.
2543 Pada saat itulah tiba-tiba terdengar orang berseru dari kejauhan, "Hu-jin, lekas ke mari, lekas! Tolongi aku!"
Dari atas bukit ternyata muncul beberapa orang. Orang yang lari paling depan, Bupati Yang-ciu, yaitu Gak Liang Cun serta seorang perwira pembantunya, sedang yang mengejar di belakang mereka pemimpin Hay-soa-pang.
"Ciok-toa-ko! Lekas kau bantu kawan Hay-soa-pang menangkap pembesar busuk itu! Perempuan gila ini serahkan padaku dan Su-tee!" kata kakak seperguruan Tio It Heng.
Sekalipun belum tahu asal usul Tio It Heng, tapi dari ilmu pedang yang dimainkannya dia yakin orang itu memang betul suteenya.
Lelaki itu mengangguk pada istrinya, lalu maju dengan golok terhunus saat itu dia memburu dan berniat menghadang Gak Liang Cun.
Mendadak Gak Hu-jin mengerang keras, tongkatnya menghantam. Tio It Heng dan Sucinya yang ditangkis dengan pedang mereka. Dengan gaya memotong tongkat lawan berhasil mereka papas jadi dua. Gak Hu-jin melemparkan sisa tongkatnya yang patah dan sempat menerobos dari kepungan dua lawannya
"Awas, Toa-ko!" seru kakak seperguruan Tio It Heng.
Gak Hu-jin berlari ke arah Gak Liang Cun.
Saat itu suami kakak seperguruan Tio It Heng sudah bertarung dengan perwira pengawal Gak Liang Cun.
Melihat Gak Hu-jin datang membantu, Gak Liang Cun girang.
"Lekas tolong aku, Hu-jin! Lekas tolong aku!" teriak Gak Liang Cun.
2544 Gak Hu-jin berteriak kalap.
"Putriku sudah mati, keponakanku juga sudah mati!
Semua sanakku sudah mati! Dosaku sangat banyak, pada siapa aku harus menuntut balas?" teriak Gak Hu-jin.
Sambil berteriak-teriak dia berlari ke arah Gak Liang Cun.
Gak Liang Cun yang dalam keadaan terdesak, berharap sang istri bisa menolonginya. Tapi dia jadi kaget ketika melihat keadaan istrinya yang sinting dan mengoceh tak karuan itu. Segera dia berteriak.
"Hai, Hu-jin, sadarlah! Aku ini suamimu, kau kenapa?"
kata Gak Liang Cun bingung.
Tiba-tiba isterinya sudah ada di hadapannya dan langsung mencengkram pinggang suaminya Dia langsung membentak gusar sekali.
"Jangan ngaco! Siapa kau" Siapa istrimu" Kau memang telah membantuku membalaskan sakit hatiku. Tapi aku juga telah membantumu naik pangkat dan jadi kaya hingga puluhan tahun kau hidup mewah! Kini di antara kita sudah tak ada lagi hutang budi. Lekas kau enyah dari sini!" bentak Gak Hu-jin.
Tiba-tiba Gak Hu-jin mengangkat tubuh suaminya yang langsung dia putar dengan cepat, sesudah itu dia lemparkan sekuatnya. Tak ampun lagi tubuh Gak Liang Cun melayang ke dengan kepala di atas dan kaki di bawah. Jatuhnya tepat kepalanya dulu dan membentur sepotong batu besar hingga batok kepala pecah berantakan. Gak Liang Cun menjerit mengerikan dan tewaslah dia.
Sesudah itu Gak Hu-jin tertawa terbahak-bahak sambil berteriak.
2545 "Semua telah beres! Aku bisa segera menyusul suamiku ke alam baka!" katanya.
Tiba-tiba dari mulutnya menyembur darah segar dan tubuhnya terkulai lemas, nyawanyapun binasa. Ternyata dia bunuh diri dengan memutuskan urat nadinya Perwira yang bertempur dengan suami su-ci dan Tio It Heng ketakutan setengah mati. Sambil berpura-pura menyerang lalu dia kabur. Segera lelaki itu hendak mengejarnya tapi isterinya dan Tio It Heng telah memburu dan mencegahnya.
"Pimpinannya sudah mati, biarkan dia kabur!"
Sementara itu kedua orang yang mengejar Gak Liang Cun dari balik bukit tadi sudah sampai. Melihat orang itu Ci Giok Hian girang setelah mengenali kedua orang itu.
"Tuan Chu dan Tuan Lauw, kalian juga ada di sini!" kata Ci Giok Hian girang sekali.
Kedua orang ini adalah Sin Chu Kie dan Lauw Keng yang dulu pernah datang ke Kabupaten Yang-ciu bersama Ci Giok Hian. Mereka berdua memberi hormat pada Ci Giok Hian, lalu memberi hormat pada perempuan setengah umur itu.
"Maafkan atas kealpaan kami menyambut kedatangan Tocee-cu."
Kemudian baru Ci Giok Hian tahu bahwa perempuan setengah umur itu bernama To Hong. Cee-cu dari Long-shiasan yang sekarang, dia putri To Pek Seng. Sedangkan lelaki setengah umur itu Cio Bok, suami To Hong.
"Sayang kepandaianku rendah sehingga antek Gak Liang Cun berhasil kabur," kata Cio Bok agak kikuk.
2546 "Rupanya Ciok Toa-ko belum tahu bahwa perwira itu bukan antek Gak Liang Cun, dia terhitung salah seorang jago terkemuka dari tiga jago pasukan pengawal Kerajaan Kim, namanya Kim Kong Yan," kata Sin Chu Kie. "Jika dia tak dirintangi, kami tadi sudah berhasil membekuk Gak Liang Cun."
"Sungguh kebetulan, begitu datang kami langsung bertemu kalian sedang bertempur dengan musuh," kata To Hong sambil tertawa.
"Pembesar celaka itu sudah mati," kata Chu dengan senang. "Konon kedatangan mereka ini ingin mencari istrinya rupanya dia tidak tahu daerah ini wilayah kekuasaan Hay-soapang."
Setelah Gak Liang Cun mendapat laporan mengenai keadaan istrinya yang kurang waras, dengan perasaan sangsi dia bawa anak buahnya untuk mencari istrinya.
Sebenarnya diapun tahu bahwa di luar kota telah dikuasai oleh Hay-soapang. Tetapi mereka tak tahu di mana markas Hay-soa-pang berada. Saat pergi dia membawa seregu prajurit pilihan, dibantu oleh Kim Kong Yan yang kebetulan ada di Yang-ciu dan bersedia ikut dengan Gak Liang Cun untuk mencari istrinya
Karena mereka merasa cukup kuat, Gak Liang Cun berani memburu sampai ke tepi danau Ang-tek-ouw. Rapi di sini mereka terkepung oleh pasukan Hay-soa-pang dan dihancurkan. Hanya Gak Liang Cun dan Kim Kong Yan yang berhasil lolos dari kepungan, hingga akhirnya yang satu mati dan yang lain kabur.
Setelah Sin Chu Kie menceritakan apa yang telah terjadi, dia coba mendengarkan suara pertempuran dengan cermat.
2547 "Pertempuran di sana sudah berakhir. Jika To Cee-cu tidak keberatan silakan singgah ke tempat kami!" kata Sin Chu Kie.
"Sebenarnya ada masalah yang akan kubicarakan dengan Lo Pang-cu. Tapi karena tak ada kabar dari kalian, aku lancang datang ke mari!" kata To Hong.
Ci Giok Hian juga langsung berkata bahwa dia ingin bertemu dengan ketua Hay-soa-pang.
"Aku ingin memperkenalkan su-teeku, walau aku sendiri belum kenal bagaimana asal-usulnya!" kata To Hong.
Sin Chu Kie dan Lauw Keng tercengang, sejak tadi mereka tidak tahu To Hong datang bersama seorang su-tenya. Sambil tertawa Tio It Heng langsung
memperkenalkan diri. "Aku Tio It Heng dan baru sekarang bertemu dengan Su-ci dan Su-heng," kata Tio It Heng.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka berjalan menuju ke markas Hay-soa-pang, di tengah jalan Tio It Heng sempat menceritakan asal-usulnya pada sang suci.
"Kau murid terakhir Ayahku, pantas ilmu pedangmu begini hebat, tadi berkat bantuanmu kita berhasil mengalahkan musuh," kata To Hong. "Cuma yang aku sesalkan, kenapa sudah sekian bulan kau pulang ke Tionggoan, kenapa kau tidak menemuiku?"
"Harap Su-ci memaafkan aku, soalnya aku harus pergi ke Kim-kee-leng dulu untuk urusan penting yang lain," kata It Heng.
Kemudian dia menceritakan kejadian di Kim-kee-leng.
2548 "Oh, jadi setelah belasan hari kau bersembunyi di Kim-keeleng, kau belum bertemu dengan Hong-lay-mo-li?" tanya To Hong.
"Meskipun belum bertemu, tapi maksud Liu Li-hiap sudah kuketahui," jawab It Heng. "Nona Ci ada di Kimkee-leng, dia pembantu kepercayaan Liu Li-hiap."
To Hong bertanya pada Ci Giok Hian.
"Nona Ci, apa Liu Cee-cu pernah membicarakan tentang aku denganmu" Bagaimana maksud dia?"
"Ya, Liu Beng-cu memang sering bicara mengenai kalian, cuma sayang selama ini kalian belum sempat berhubungan," jawab Ci Giok Hian. "Liu Beng-cu sangat mengharap kerja sama yang erat dengan To Cee-cu untuk menghadapi musuh, untuk itu entah bagaimana pendapatmu?"
"Justru maksud kedatanganku untuk urusan itu," kata To Hong sambil tertawa. "Adik Ci, aku lebih tua beberapa tahun darimu, jika kau tidak keberatan, selanjurnya kau boleh memanggilku Cici saja."
Ci Giok Hian merasa girang mengingat maksud Honglaymo-li ingin berserikat dengan Long-shia-san dipimpin To Hong telah tercapai tanpa susah. Begitulah setiba di markas Haysoa-pang mereka disambut hangat oleh Lo Uh-hong, Pang-cu Hay-soa-pang. Dengan gembira Lo Uh Hong mengucapkan selamat datang pada To Hong dan Ci Giok Hian serta kawankawannya, dia juga mengucapkan terima kasih atas bantuan mereka yang telah membunuh Gak Liang Cun dan istrinya. Dengan rendah hati To Hong menjelaskan bahwa kematian Gak Liang Cun bukan olehnya, begitupun Gak Hu-jin.
2549 "Tapi bantuan kalian tidak kecil bagi kami, ini harus dirayakan dengan meriah," kata Lo Uh Hong.
Tapi Ci Giok Hian menjelaskan bahwa mereka tak bisa lama-lama di tempat itu, karena harus kembali ke Pek-hoakok, begitupun To Hong ingin ikut Ci Giok Hian ke Kim-keeleng. Singkatnya Ci Giok Hian nenceritakan apa yang terjadi di Pek-hoa-kok.
"Oh, Kong-sun Siauw-hiap dan Kiong To-cu ada di tempatmu, sungguh sayang aku tak bisa menemui beliau,"
kata Lo Uh Hong. Kemudian Ci Giok Hian berunding seperlunya seperti tugas yang dia terima dari Hong-lay-mo-li. Selesai bicara, baru Ci Giok Hian mohon diri, Lo Uh Hong meminta agar dia menunggu sebentar, karena mereka akan menjamunya sekadar tanda terima kasih. Selain itu ada seorang kawan ingin bertemu dengan Ci Giok Hian.
Ci Giok Hian heran siapa gerangan orang itu"
Tak lama, saat mereka sedang makan dan minum, masuklah seorang lelaki gemuk. Dia An To Seng, saudagar obat itu.
Setelah kejadian di tepi sungai Hong-hoo, bahan obat yang dibawanya hampir dirampas musuh. Untung dia ditolong oleh Kong-sun Po dan Seng Liong Sen. Setelah obat itu diantar ke Kim-kee-leng, An To Seng ditugaskan Hong-lay-mo-li mengantar obat ke Hay-soa-pang. Saat mengetahui Kong-sun Po ada di Pek-hoa-kok, An To Seng minta pada Ci Giok Hian untuk menyampaikan hormatnya pada pemuda itu.
"Mengenai Seng Siauw-hiap, sebenarnya kami punya suatu masalah dengannya. Apa nona Ci kenal dengannya?"
2550 An To Seng bukan tokoh terkemuka dunia Kang-ouw, dia cuma seorang pedagang selundupan, maka itu dia tidak tahu kalau nona Ci pernah jadi istri Seng Liong Sen.
Wajah Ci Giok Hian berubah merah dia jadi agak kikuk.
Ya, aku kenal dengannya. Tapi dia sudah pulang ke Kanglam, urusan apa hingga kau ingin mencari dia" Bisa kau ceritakan padaku."
"Aku ingin memberi dia hadiah sekadar untuk membalasbudi kebaikannya. Dia telah menyelamatkan aku," kata An To Seng. "Selang beberapa hari lagi aku harus ke daerah Utara untuk sementara mungkin tak akan kembali ke Kim-kee-leng."
"Ah, kita kan sama-sama orang sendiri, aku kira bantuan dia itu wajar saja! Malah kewajiban sesama kawan. Kenapa harus balas budi segala?" kata Ci Giok Hian.
"Tapi hadiahku ini barang yang sangat berguna bagi dia,"
kata An To Seng. "Akan kuberi sejenis obat salep yang sangat mujarab untuk menumbuhkan daging baru, bekas luka yang parah, asal diberi salep ini akan segera timbul daging baru sehingga bekas lukanya itu akan lenyap tanpa bekas."
"Oh, jadi kau mau memberi obat itu?" kata Giok Hian.
"Ya, sebenarnya dia cakap, karena bekas luka di wajahnya itu, pasti dia sangat sedih. Jika wajah aslinya bisa pulih seperti semula, maka dia serasi sekali dengan istrinya yang cantik itu," kata An To Seng sambil tertawa.
An To Seng menitipkan sebuah kotak kecil untuk Seng Liong Sen. Ci Giok Hian menerima kotak obat itu dengan girang dan pilu. Dia tak memikirkan Liong Sen namun memikirkan nasibnya sendiri.
2551 "Baiklah, dia pasti ke Kim-kee-lebng lagi. Titipanmu akan kusampaikan padanya," kata Ci Giok Hian. "Maaf, kami harus pamit pada semuanya!"
To Hong tak ingin bertemu dengan Kiong To-cu, maka itu dia batal ikut Ci Giok Hian, dia berjanji akan bergabung di persimpangan jalan ke Kim-kee-leng.
Di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba Tio It Heng berkata pada Ci Giok Hian.
"Suka-duka manusia sering di luar dugaan. Konon bakal istri Seng Liong Sen itu putri Khie Wie, sedangkan Liong Sen murid pewaris Bu-lim Beng-cu Bun Yat Hoan di Kanglam. Khie Wie dulu terkenal jadi momok di Dunia Kangouw, perjodohan mereka sungguh di luar dugaan siapapun." kata It Heng.
"Benar, hidup ini seperti mimpi, banyak kejadian sering tidak pernah terpikir sebelumnya," jawab Ci Giok Hian.
"Memang, sebelumnya tak pernah kubayangkan aku bisa berkenalan denganmu," kata Tio ItHeng.
"Tio Toa-ko, aku ingin ......." mendadak Giok Hian membatalkan ucapannya.
"Apa yang mau kau katakan" Meskipun kita belum kenal lama, tapi kau bagiku seperti sahabat lama," kata Tio It Heng.
Ci Giok Hian mendengar ucapan itu jadi terharu.
"Tio Toa-ko, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, yakni mengenai........mengenai diriku dulu."
Berceritalah Ci Giok Hian mengenai semua pengalaman dan nasib masa lalunya. Selesai cerita Wajah nona Ci penuh air mata.
Dengan suara pelahan Tio It Heng menanggapinya.
2552 "Adik Hian, kau pernah jadi istri bohongan dari Liong Sen, sudah lama hal itu kuketahui. Begitu banyak pengalamanmu yang tidak beruntung, akupun ikut sedih.
Tapi jangankan kau hanya istri bohongan saja, sekalipun suami istri sungguhanpun, jika kalian tidak cocok terpaksa harus berpisah, bagiku kau tetap seorang nona yang pantas dihormati, aku.. .aku......"
Melihat pemuda itu jadi kikuk bicaranya, Cu Giok Hian merasa geli, akhirnya Giok Hian mendesak agar pemuda itu bicara.
"Sebenarnya apa yang nau kau katakan, katakanlah!"
kata Ci Giok Hian sambil tersenyum.
Tio It Heng mengawasi nona Ci penuh arti.
"Tanpa aku jelaskanpun isi hatiku, pasti kau sudah tahu.
Aku .. .aku harap aku bisa mendampingimu untuk selamanya dan..."
"Sudahlah," kata Ci Giok Hian memotong, "aku paham maksudmu, aku kira tidak perlu kau katakan lagi."
"Jadi......jadi kau setuju?" kata Tio It Heng girang.
Ci Giok Hian menunduk malu tanpa menjawab.
Tanpa terasa tangan mereka saling menggenggam kencang. Tanpa jawaban si nonapun Tio It Heng sudah tahu apa artinya itu.
Sampai di rumah, Kiong To-cu sudah hampir sehat kembali. Apalagi Kong-sun Po sudah mengajarkan inti lwee-kang ajaran Beng-beng Tay-su pada mertuanya. Saat itu merekapun sedang menanti kepulangan Ci Giok Hian berdua. Maka itu sesudah mendapat laporan mereka sudah pulang, maka merekapun
2553 Setelah segala sesuatu diatur beres, Wan Ceng Liong tinggal di Pek-hoa-kok untuk menemani Kiong Cauw Bun.
Ci Giok Phang, Giok Hian, Tio It Heng dan Wan Say Eng berempat kembali ke Kim-kee-leng. Sedang Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun ke Tay-toh, ibukota kerajaan Kim.
Sebelum berangkat Ci Giok Hian berpesan pada Ciu Hong agar menghubungi Hay-soa-pang jika ada sesuatu persoalan, apalagi Wan Ceng Liong masih tinggal di situ.
Maka itu Ciu Hong dengan tenang menunggu kedatangan ayah dan calon suaminya.
Setengah bulan kemudian....
Rombongan Ci Giok Hian dan To Hong juga Cio Bok sudah ada di Kim-kee-leng. Suasana di Kim-kee-leng gembira setelah mengetahui masalah Giok Hian dan Tio It Heng. To Hong dan suaminya menjadi wali dan menetapkan pertunangan Tio It Heng dengan Ci Giok Hian. Tetapi sampai keadaan negara sudah aman baru mereka akan menikah.
Setelah masalah pribadinya mantap, pikiran Ci Giok Hian jadi riang. Wajahnya bercahaya seakan-akan berubah menjadi seorang yang baru. Rasa sedihnya buyar semua laksana awan mendung tersapu bersih oleh hembusan angin. Tetapi kadangkadang bila teringat pada Kok Siau-hong dan Seng Liong Sen, dia merasa kuatir juga.
Sang waktu lewat dengan cepat, musim dingin telah berlalu, maka tibalah pada musim semi. Hari ini tanggal 14
bulan satu, esok harinya adalah hari Cap-go-meh. Tapi berita dari ibukota Kim belum ada sama sekali.
Menurut rencana Wan-yen Tiang Cie akan melakukan perebutan tahta tepat pada hari Tahun Baru Imlek, 2554
sedangkan Bu-lim-thian-kiauw dan Siauw-go-kan-kun akan membunuh Wan-yen Tiang Cie pada hari yang sama dengan bantuan dari Raja Kim. Kini waktunya sudah lewat 14 hari tapi sedikitpun belum ada berita tentang gerakan mereka yang berhasil atau gagal, dengan sendirinya semua orang jadi ragu-ragu dan kuatir.
Siang harinya semua orang berkumpul di ruang pendopo dan ramai membicarakan berita yang terlambat itu, macammacam dugaan dan pandangan mereka. Hanya Jen Ang Siauw yang tampak tidak ikut bicara, selain berkuatir dia juga sedang berduka.
Malam harinya dia tak bisa tidur nyenyak, hatinya merasa tidak tentram. Maklum dia sedang memikirkan ayahnya, dalam peristiwa besar di kotaraja Kim itu entah bagaimana nasib ayahnya.
Walau dia benci pada prilaku ayahnya itu, tapi dalam hatinya senantiasa dia menaruh setitik harapan semoga setelah mengalami berbagai peristiwa, ayahnya bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar. Jika Jen Ang Siauw tak bisa tidur, ternyata pada saat yang sama masih ada seorang yang juga tidak bisa ridur. Orang itu Ci Giok Hian. Dia sedang menguatirkan Kong-sun Po dan Kiong Mi Yun.
Selain itu dia juga memikirkan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng.
Kok Siauw Hong memang kekasihnya yang pertama, orang yang pernah dicintainya dengan sepenuh hati. Walau perpisahan mereka sudah pasti, tapi kini dia sudah punya permata hati sebagai penggantinya Maka itu semua perasaan iri dan cemburu pada masa lalu telah terhapus, karena itu dia berharap bisa selekasnya bertemu dengan kawan-kawannya itu agar mereka bisa bergembira bersamasama.
2555 Di tempat ini Ci Giok Hian sedang memikirkan mereka, di tempat lain merekapun sedang memikirkan Ci Giok Hian. Sungguh tidak pernah terbayang oleh Ci Giok Hian, pada saat dia tak bisa tidur, Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng sudah pulang ke Kim-kee-leng. Mereka baru pulang dari Siau-lim-si dan ingin selekasnya bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
Sang dewi malam sudah menampakkan diri dengan cahayanya yang gilang gemilang. Sambil mendaki ke atas gunung, kedua muda-mudi itu menikmati pemandangan alam yang indah sekali. Angin berhembus semilir membawa harumsemerbaknya bunga-bunga di atas pegunungan. Keadaan di sekeliling tempat itu sunyi dan hanya terdengar suara-suara serangga yang bersahutan.
Melihat suasana di sekitarnya itu, tanpa terasa Han Pwee Eng berhenti dan dia mengawasi rembulan yang sedang memancarkan cahayanya yang gemilang itu. Dia terkenang pada suka-duka dan pengalamannya
"Apa yang kau pikirkan, adik Eng ?" tanya Siauw Hong..
"Aku sedang memikirkan Ci Giok Hian," jawab Pwee Eng.
Kok Siauw Hong melengak. "Kau memikirkan dia?" kata pemuda itu.
"Ya, tapi jangan kuatir, dulu juga aku tidak cemburu pada kalian. Hari ini hari yang baik, aku terkenang pada Cici Hian dan berdoa semoga dalam waktu singkat dia menemukan jodoh yang setimpal baginya" kata Han Pwee Eng.
Siauw Hong diam, dia pikir nasib Ci Giok Hian yang malang itu gara-gara perbuatannya.
2556 "Aku harus bertanggung-jawab atas nasib nona itu." pikir Siauw Hong.
"Eh, kau sedang memikirkan apa?" tanya Pwee Eng.
"Terus-terang, apa yang kupikirkan sama dengan yang kau pikirkan. Sesungguhnya hatiku baru tentram jika Giok Hian sudah mendapatkan jodoh. Adik Eng, kau jangan salah paham jika kukatakan isi hatiku ini."
"Memang kau anggap aku ini perempuan yang berjiwa sempit" Terus-terang akupun ingin minta maaf padanya,"
kata Han Pwee Eng. Mendadak Kok Siauw Hong mendesis.
"Ssst! Ada orang yang datang. Ginkang orang ini sangat tinggi." bisik Kok Siauw Hong.
Kok Siauw Hong dan Pwee Eng buru-buru bersembunyi di balik sebatang pohon besar. Tak berapa lama, tampak sesosok bayangan sedang naik ke atas gunung. Ketika sampai di suatu belokan, samar-samar orang itu sudah bisa melihat pos penjagaan pertama di atas gunung itu. Orang itu mendadak berhenti dan berkata sendiri.
"Apa tepat yang kulakukan ini" Bisakah Hong-lay-mo-li percaya padaku" Bisa jadi dia akan membunuhku. Tapi, ah, sekalipun aku dibunuh olehnya aku harus datang ke tempatnya untuk menemui anakku si Ang Siauw!"
Kok Siauw Hong terkejut, dia berbisik pada Han Pwee Eng.
"Ssst, itu Pamanku!"
Orang itu memang Jen Thian Ngo.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Pwee Eng.
2557 "Sudah lama dia jadi antek Wan-yen Tiang Cie, aku sudah tidak mengakui dia sebagai pamanku lagi. Sekalipun kita bukan tandingannya kita akan lawan dia!" bisik Siauw Hong.
"Tunggu dulu!" bisik Pwee Eng. "Rupanya dia ingin bertemu dengan Jen Ang Siauw. belum tentu dia bermaksud jahat. Biar kita lihat dulu apa maksud kedatangannya itu?"
Ketika itu tiba-tiba... "Hm! Jen Lo-sian-seng, tidak sangka kau berani datang ke Kim-kee-leng, aku yakin pasti kau tidak menduga akan kupergoki kau di sini!" kata suara yang lain.
Saat diintai oleh Kok Siauw Hong, dia terkejut. Orang itu seorang paderi berpakaian merah yang tiba-tiba muncul di tempat itu. Paderi itu pendeta Mongol yang bernama Liongsiang Hoat-ong. dia ditemani oleh seorang pemuda bermantel kulit. Dia adalah Wan-yen Hoo. Kok Siauw Hong kaget yang paling kaget justru Jen Thian Ngo.
"Benar, memang aku tak menduga! Hoat-ong hendak memberi petunjuk apa padaku?" kata Jen Thian Ngo.
"Jangan merendah, justru aku yang akan minta petunjukmu!" jawab Liong-siang Hoat-ong. "Apa maksudmu kau ke mari?"
"Mana berani aku berbohong, putriku ada di sini, aku ingin mengajaknya pulang!" jawab Jen Thian Ngo.
"Hm! Aku pikir kau punya maksud lain?" sela Wan-yen Hoo. "Pada saat terjadi pertarungan malam di Thian-tam.
Tiba-tiba kau menghilang. Sekarang malah kau muncul di tempat ini. Barangkali kau bersekongkol dengan Bu-lim Thian-kiauw dan orang di Kimkee-leng ini, bukan!"
2558 Bukan main kagetnya Jen Thian Ngo atas tuduhan itu, cepat dia menjawab.
"Siauw Ong-ya, kau jangan menuduh sembarangan, Bulim-thian-kiauw itu musuhku, mana mungkin aku bersekongkol dengannya?" kata Jen Thian Ngo.
"Aku memang harus kabur saat keadaan gawat sehingga Ayahku tewas oleh Bu-lim-thian-kiauw! Karena ini dosa yang tak bisa kuampuni," ejek Wan-yen Hoo. "Aku tahu kau bermaksud membelot pada Hong-lay-mo-li dan ingin memusuhi kami. Apa kau pikir kau bisa kubiarkan lolos begitu saja?"
Jen Thian Ngo sadar vahwa persoalan sudah sangat gawat, memberi penjelasanpun rasanaya percuma saja.
"Baik, terpaksa akan kupertahankan beberapa potong tulang tuaku ini." kata Jen Thian Ngo.
Liong-siang Hoat-ong menyela.
"Ah, kenapa Jen Lo-sian-seng bicara begitu" Asalkan kau mau ikut kami pulang ke Mongol, urusan di antara kita bisa didamaikan" Betul tidak, Siauw Ong-ya."
"Ya, jika Hoat-ong yang menengahi soal ini, terpaksa kuturuti saja," jawab Wan-yen Hoo. "Nah, Jen Thian Ngo, ingin mati atau hidup kini terserah kau saja"!"
-0o~DewiKZ~Aditya~aaa~0oBAB 97 Bagian Penutup Sudah bisa dipastikan saat itu mereka sudah memperhitungkan baik-buruknya untuk memancing lawan agar Jen Thian Ngo terpaksa dia akan ikut ke Mongol bersama mereka. Jen Thian Ngo yang dulu berlagak 2559
menjadi pahlawan bangsa Han, padahal pengkhianat bangsa. Dengan cara licin dia membuat para pendekar mau menjadi sahabatnya.
Maka itu Jen Thian Ngo cukup berharga bagi mereka untuk dimintai keterangan, agar rahasia para pendekar yang berhubungan dengannya terbongkar. Begitupun Wan-yen Hoo dan Liong-siang Hoat-ong mereka menatap ke arah Jen Thian Ngo dengan tajam untuk menanti jawaban Jen Thian Ngo.
Kok Siauw Hong berusaha tenang di tempat
persembunyiannya, dia ingin tahu apa jawaban sang paman.
Pada saat-saat yang menentukan itu, tiba-tiba Jen Thian Ngo berkata.
"Baik, aku ikut bersama kalian ke Mongol!" kata Thian Ngo. Sesudah itu dia melangkah mendekati Wan-yen Hoo.
Bukan main gusar dan dongkolnya Kok Siauw Hong saat mendengar jawaban sang paman ini. Tetapi di luar dugaan tiba-tiba Jen Thian Ngo mencengkram ke arah Wan-yen Hoo sambil membentak.
"Aku sudah kenyang jadi budak kalian Ayah dan anak!
Kini aku ingin menjadi manusia bebas. Serahkan jiwamu padaku!" kata Jen Thian Ngo dengan gemas sekali.
Wan-yen Hoo yang kaget masih sempat mengegos menghindari cengkraman itu.
"Week!" Mantel bulu yang dikenakannya robek oleh cengkraman Jen Thian Ngo yang dahsyat. Pada saat terancam bahaya, Wan-yen Hoo merasakan ada dorongan keras hingga dia terdorong mundur. Rupanya Liong-siang Hoat-ong menyelamatkan dia.
2560 Kepandaian Liong-siang Hoat-ong memang jauh lebih tinggi dibanding Jen Thian Ngo, diapun tak ingin membiarkan Wan-yen Hoo celaka oleh Jen Thian Ngo.
Saat itu kedua tangan Liong-siang menghantam ke depan, tangan kiri mendorong Wan-yen Hoo, tangan yang lain mengadu pukulan dengan Jen Thian Ngo.
Tak lama terdengar suara benturan keras. Ternyata Jen Thian Ngo tubuhnya bergetar dan sempoyongan. Untung Liong-siang tidak beniat membunuhnya Ketika itu dia hanya menghalangi niat orang she Jen itu mencelakai Wanyen Hoo. Jika dia mau, Jen Thian Ngo sudah tewas di tangannya.
"Bagus, kau bunuh saja aku!" teriak Jen Thian Ngo.
Kembali dia menghantam dan mengadu pukulan dengan Liong-siang Hoat-ong. Kali ini dia terluka cukup parah sehingga darah segar menyembur dari mulutnya. Liongsiang pun agak tertahan majunya, karena Jen Thian Ngo mengerahkan seluruh tenaga dalamnya hingga dada Liongsiang sesak. Tapi Liong-siang Hoat-ong memang hebat, dia segera mengatur pernapasannya, hingga tenaganya pulih kembali. Dengan gusar dia membentak.
"Jen Thian Ngo, benar-benar kau ingin mati?" kata Liongsiang. Ketika Liong-siang Hoat-ong hendak menyerang, tibatiba Wan-yen Hoo berteriak.
"Tolong, Hoat-ong!"
Liong-siang kaget, segera dia menoleh. Di sana terlihat dua sosok bayangan sedang menyerang ke arah pangeran itu. Kedua sinar pedang menyambar secepat kilat, hingga Wan-yen Hoo terkepung oleh dua pedang yang tak kenal ampun.
2561 Kedua orang itu adalah Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Setelah menyaksikan keadaan sudah sangat gawat, mereka sadar tidak mungkin bisa menyelamatkan Jen Thian Ngo dari tangan Liong-siang yang lihay. Maka itu dengan menggunakan akal 'mengancam Wan-yen Hoo untuk menolongi Jen Thian Ngo'.
Ternyata cara mereka itu sangat tepat, karena terpaksa Liong-siang Hoat-ong menghentikan serangannya untuk menolong Wan-yen HooTapi sayang karena tak sempat lagi, segera dia membuka jubah, lalu dilontarkan ke arah Kok Siauw Hong dan nona Han.
Jubah merah Hoat-ong berubah jadi kaku dan
menyambar ke arah lawan. Walau jubah itu mampu menghalangi serangan Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng, tapi sepasang pedang pemuda pemudi itu mampu melubangi jubah itu. Bagaikan sehelai kain, jubah itu jatuh ke tanah. Tetapi Kok Siauw Hong dan Nona Han merasakan kesemutan, saat yang baik itu digunakan oleh Wan-yen Hoo untuk meloloskan diri. Segera Kok Siauw Hong menyerang tertuju pada Wan-yen Hoo, tapi dia mampu menangkis serangan itu dengan kipasnya.
Kepandaian Wan-yen Hoo memang tidak lemah, walau dikeroyok Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng. Memang dia agak kewalahan juga, tapi coba satu lawan satu, pasti dia sanggup bertahan menghadapi Kok Siauw Hong. Ketika Liongsiang Hoat-ong memburu, dia mengenali Kok Siauw Hong.
"Rupanya kau! Rasakan ini!" bentak Hoat-ong sambil menyerang dengan hebat sekali.
Karena pukulan itu dahsyat, Kok Siauw Hong terdorong mundur beberapa langkah. Dadanya terasa dihantam sebuah martil besar, napasnyapun sesak.
2562 Karena Liong-siang harus menahan Kok Siauw Hong dan nona Han untuk menolongi Wan-yen Hoo, Jen Thian Ngo bebas dari ancaman maut. Walau demikian karena kena getaran tenaga pukulan Liong-siang tadi, kembali dia muntah darah.
Tapi sebisanya Jen Thian Ngo menenangkan hatinya.
Setelah melihat yang menolong itu Kok Siauw Hong, sang keponakan, dia girang bercampur kaget dan berterima kasih juga malu.
"Siauw Hong!" sekuatnya dia berseru.
Seketika itu juga dia maju membantu Kok Siauw Hong untuk menghadapi musuh-musuhnya, walaupun dia sudah payah.
"Kau baik dan mau menolongiku!" kata Jen Thian Ngo.
"Sudah Paman, masa lalu jangan kauungkit lagi!" jawab Kok Siauw Hong.
Saat serangan Liong-siang Hoat-ong tiba. Jen Thian Ngo yang kaget berteriak.
"Siauw Hong serang dia dengan cepat!" kata Jen Thian Ngo.
"Bagus, ternyata kalian mencari teman untuk pergi ke akhirat!" ben-tak Liong-siang gusar sambil menghantam lagi.
Serentak Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng
melancarkan serangan kilat dengan pedang mereka. Karena kerja sama sepasang pedang itu sangat rapih dan cepat, Liong-siang belum bisa menggunakan tenaga Liong-siangkangnya yang hebat, dan secara mendadak dia diserang oleh serangan kilat dari arah yang berbeda
2563 Liong-siang yang tak mengira kalau kerja sama ilmu pedang kedua lawannya bisa begitu lihay, terpaksa berkelit sambil bertahan sekuatnya dia mencari kesempatan untuk menggunakan Liong-siang-kang yang lihay itu.
Namun, sekalipun Kok Siauw Hong berdua dibantu oleh Jen Thian Ngo, tapi karena keadaan Jen Thian Ngo sudah payah, ketika Jen sedikit lengah kesempatan itu oleh Liongsiang digunakan untuk mengerahkan pukulan lihaynya.
Tanpa ampun lagi Jen Thian Ngopun muntah darah. Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng terdorong mundur langkah merekapun sempoyongan.
"Siauw Hong, aku sudah tak berguna lagi, jangan hiraukan aku, lekas kalian lari!" teriak Jen Thian Ngo.
Kok Siauw Hong yang tidak ingin meninggalkan pamannya dalam keadaan bahaya. Dia melirik ke atah Han Pwee Eng, keduanya sudah bertekat akan bertarung matimatian.
"Hm! Akan kubunuh kalian semua!" ejek Liong-siang.
Saat Liong-siang Hoat-ong menggunakan Liong-siangkangnya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari orang yang gin-kangnya tinggi.
"Siapa itu?" bentak Liong-siang.
Saat itu Wan-yen Hoo yang sedang tegang mengikuti pertarungan sengit itu, baru sadar bahwa di belakangnya sudah berdiri se-seorang. Ketika dia menoleh, tampak wajah seorang yang penuh bekas luka sedang mendelik ke arahnya.
"Wan-yen Hoo, apa kau masih kenal padaku?" kata orang itu sambil tertawa.
2564 Orang itu Seng Liong Sen yang dulu hampir mati di tangan Wan-yen Hoo ketika di Sun-keng-san. Di belakang Seng Liong Sen tampak ikut pula Khie Kie. Wan-yen Hoo kaget bukan kepalang.
"Hei, rupanya kau!" kata Wan-yen Hoo.
"Benar, aku sengaja mencarimu untuk membuat perhitungan denganmu!" kata Seng Liong Sen.
Wan-yen Hoo sadar tak ada jalan lain, maka itu dia langsung menyerang Seng Liong Sen. Kipasnya bergerak, cepat dia menusuk iga lawan sambil membentak.
'Terima seranganku!"
Wan-yen Hoo sadar bahwa ilmu totok yang sudah terlatih dengan sempurna dipelajarinya akan berhasli melukai lawan. Tak diduga gerakan Seng Liong Sen tidak kalah cepatnya. Serangan Seng Liong Sen sampai lebih dulu sebelum kipas lawan tiba. Ujung pedang Seng Liong Sen mengancam dada Wan-yen Hoo. Sedang Wan-yen Hoo buru-buru melompat mundur sambil menangkis tusukan Seng Liong Sen. Tap Seng Liong Sen segera mencengkram ke arah Wan-yen Hoo yang kegirangan karena lawannya memandang enteng padanya Tiba-tiba dia mengegos ke samping, kipasnya langsung mengetuk 'Koan-tiauw-hiat' di bagian lutut Seng Liong Sen.
"Roboh!" bentak Wan-yen Hoo.
Serangan itu tepat mengenai sasaran, tapi Liong Sen tidak roboh, sebaliknya cengkramannya terus mengarah ke tulang bahu Wan-yen Hoo. Jika serangan itu berhasil, Wanyen Hoo akan cacat seumur hidup..
Sekian lama tinggal bersama Khie Wie, ditambah mendapat pelajaran intisari lwee-kang dari Tabib Ong dulu, Seng Liong Sen mampu menutup jalan darahnya, hingga 2565
serangan lawan tak berguna Tiba-tiba Liong-siang Hoat-ong menggertak, dia desak Kok Siauw Hong dan Pwee Eng hingga mundur. Sesudah itu dia tendang Jen Thian Ngo hingga terjungkal, lalu menerobos ke keluar kepungan lawan.
Saat itu cengkraman Seng Liong Sen mengancam bahu Wan-yen Hoo. Sedang serangan Liong-siang Hoat-ong bukan untuk menyelamatkan Wan-yen Hoo, tapi sasarannya Khie Kie.
Saat itu Khie Kie sedang mengikuti pertarungan itu di pinggir lapangan, sambil memburu ke arah Khie Kie, Liongsiang Hoat-ong membentak.
"Kau anak Khie Wie, ayo ikut aku sebagai ganti ayahmu!"
Rupanya untuk menolongi Wan-yen Hoo, Liong-siang mau menawan Khie Kie. Sebab jika dia langsung menolongi Wan-yen Hoo tak akan sempat lagi. Seng Liong Sen kaget. Sayang dia tertipu oleh akal Liong-siang Hoa-ong. Sudah pasti tak akan membiarkan istrinya celaka.
Karena sedikit ayal saja cengkramannya hanya merobek pakaian Wan-yen Hoo. Kesempatan ini langsung digunakan Wan-yen Hoo untuk menghindar. Jen Thian Ngo yang ditendang roboh berteriak pada Kok Siauw Hong.
"Lekas lari, Siauw Hong jangan hiraukan aku!"
Siauw Hong terhenti sejenak, tapi tak lama dia mengejar lagi ke arah Liong-siang Hoat-ong untuk membantu Seng Liong Sen menghadapi musuh. Ketika itu Seng Liong Sen sempat melompat untuk menghadang Liong-siang Hoatong, namun Liong-siang menghantam dengan pukulan Liong-siangkangnya
2566 Saat itu pedang Seng Liong Sen menusuk, mengarah tepat pada jalan darah di tengah telapak tangan lawan, tapi berhasil ditangkis oleh Liong-siang ke samping. Dengan demikian Seng Liong Sen bergetar oleh tenaga pukulan lawan yang dahsyat. Mendadak Liong-siang Hoat-ong ingin mencengkramnya.
Syukur Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng datang lalu menyambar ke arah lawan. Dengan demikian terpaksa Liongsiang mengayunkan jubahnya ke belakang hingga jubah merahnya berlubang lagi tertusuk oleh pedang lawan.Tapi pedang Siauw Hongpun tertangkis dan membentur pedang Han Pwee Eng.
Sementara itu cengkraman Liong-siang Hoat-ong terus mengarah punggung Seng Liong Sen. Karena tak bisa mengliindar lagi, terpaksa Liong Sen menangkis serangan itu hingga terjadi adu tangan. Tenaga Liong-siang Hoat-ong harus terbagi dua karena sebagian tenaganya harus melayani serangan Kok Siauw Hong berdua.
Karena Seng Liong Sen sudah berhasil meyakinkan tenaga dalam gabungan dari dua aliran, maka itu adu pukulan itu dia tidak sampai cedera, hanya tubuhnya bergetar mundur. Tapi tak lama dia sudah mampu memasang kuda-kuda lagi. Bersama Khie Kie mereka mengerubuti lawan dari dua arah. Kini keadaan Liongsiang Hoat-ong harus melawan empat orang lawan.
Namun dengan tangkas luar biasa Liong-siang Hoat-ong bisa menghadapi empat lawannya dan masih tetap lebih banyak menyerang daripada bertahan. Khie Kie karena kekuatannya paling lemah, berulang kali harus menghadapi detik berbahaya dari serangan musuh.
"Silakan kau menyingkir saja, adik Kie, biar kami melayani dia!" kata Seng Liong Sen.
2567 Melihat pihaknya sudah di atas angin, sambil tertawa Wan-yen Hoo mengejek.
"Ha..ha..ha..benar, kau istirahat saja, nona Kie, biar aku yang menemanimu." kata Wan-yen Hoo.
Belum lagi bilang suaranya, tiba-tiba seseorang telah menanggapi kata-katanya.
"Wan-yen Hoo, aku saja yang menemanimu!"
Ketika Wan-yen Hoo berpaling, bukan main kagetnya dia. Orang itu Kong-sun Po yang sangat dia takuti.
"Wan-yen Hoo, kau pernah memaksa aku bertanding denganmu, inilah kesempatan yang paling bagus untukmu.
Kau ingin bertanding berapa lama pasti akan kulayani!"
kata Kong-sun Po. Kok Siauw Hong yang tidak mengira Kong-sun Po bisa pulang dari Tay-toh secepat itu girang sekali.
"Tepat sekali kau datang, Kong-sun Toa-ko!" kata Kok Siauw Hong.
Dengan munculnya Kong-sun Po, Wan-yen Hoo jadi kuatir, karena tahu betapa lihaynya Kong-sun Po ini.
Sekalipun Liongsiang Hoat-ong terkenal sebagai jago silat nomor satu, tapi jika dia sendiri saja melawan empat orang maka sulit dia bisa menang, apalagi ditambah dengan seorang Kong-sun Po. Tempat itu berdekatan dengan markas Hong-lay-mo-li. Jika sebentar datang lagi musuh lain, maka jelas sulit bagi mereka untuk meloloskan diri.
Serentak timbul pikiran Wan-yen Hoo untuk mencari selamat dengan cara melarikan diri. Saking terburu napsu ingin hidup, tanpa pikir lagi dia menjatuhkan diri dan menggelinding ke bawah bukit.
2568 Melihat kawan sedang bertempur dengan Liong-siang Hoatong, Kong-sun Po terkejut sehingga tidak sempat mengurus Wan-yen Hoo lagi, dia memburu sambil membentak.
"Bagus, Liong-siang Hoat-ong, biar kulayani kau! Kok Toako dan Seng Toako, silakan mundur, biar kuhadapi dia satu lawan satu untuk belajar kenal dengan ilmu Liong-siangkangnya."
"Ha...ha...ha, bagus, kau yang berkata begitu!" kata Liongsiang sambil tertawa.
"Baik, biar aku dan Seng Toa-ko menonton, silakan adik Eng mengurus Pamanku," kata Kok Siauw Hong.
Dengan dongkol Seng Liong Sen mengejek.
"Hm! Ternyata jago nomor satu di seluruh jagatpun gentar pada beberapa anak muda. Kong-sun Siauw-hiap yang berjanji akan melawanmu satu lawan satu, untuk itu aku tak akan ikut campur, tapi itu tidak berarti urusan kita selesai sampai di sini."
"Ha...ha...ha, persetan kalian mau maju semuanya atau maju secara bergilir, aku tak gentar padamu!" kata Liongsiang.
Liong-siang sadar kalau dia terjerumus di tempat sangat berbahaya, ditambah lagi Wan-yen Hoopun telah kabur.
Sambil bicara dia mengumpulkan tenaganya. Begitu sudah berhadapan dengan Kong-sun Po, seketika itu dia menyerang dan menggunakan ilmu Liong-siang-kang tingkat tinggi.
"Bagus!" kata Kong-sun Po sambil mengangkat Hian-tiatpo-sannya untuk menangkis serangan itu.
2569 Sesudah itu terdengar suara payung pusaka yang berbenturan begitu hebat sehingga menimbulkan suara gemuruh disertai debu pasir yang berhamburan. Kong-sun Po tergetar mundur dua langkah, sedang tubuh Liong-siang Hoatongpun menggeliat.
Saat itu tangan Kong-sun Po terasa kesemutan, diamdiam dia terkejut dan mengakui kehebatan Liong-siangkang sanggup menahan payung pusakanya
Sedangkan Kong-sun Po tidak mengetahui kalau Liongsiang Hoat-ong jauh lebih kaget dibanding dia. Tak terduga oleh Liong-siang bahwa semuda Kong-sun Po ternyata sanggup menahan Liong-siang-kang tingkat sembilan, tingkat yang paling kuat. Hal ini membuat Liongsiang kaget dan jerih.
Kuatir akan datang lagi musuh dari Kim-kee-leng, Liongsiang memutar jubahnya. Dalam sekejap Kong-sun Po sudah terkurung di tengah gumpalan waena merah.
Tapi Kong-sun Po memutar payung pusakanya, dalam sekejap jubah musuh sudah bertambah lubang-lubang kecilnya yang tak terhitung banyaknya. Namun jubah lawan masih tetap menari kian kemari dengan entengnya, payung yang berat itu tidak sanggup menghancurkannya Liong-siang Hoat-ong terus menggunakan bersilat debngan gaya lunak dari lwee-kang yang tinggi yang disalurkan ke jubahnya, selang tak lama, daya serang payung Kong-sun Po jadi kurang leluasa bergeraknya.
Mendadak Kong-sun Po bersuit, dia mementang payungnya yang dia putar laksana kincir. Berbareng dengan itu sebelah tangannya menggunakan ilmu 'Tay-heng-pat-sek'
ajaran Kheng Ciau untuk menahan tenaga sakti Liongsiang-kang musuh. Dalam keadaan demikian, walaupun 2570
tetap di bawah angin, tapi untuk mengalahkan Kong-sun Po tidak mudah bagi Liong-siang.
Ketika itu Han Pwee Eng telah membangunkan Jen Thian Ngo lalu membubuhi obat pada lukanya
'Terima kasih, Nona Han, harap kau bersedia memanggilkan anak perempuanku," kata Jen Thian Ngo sambil menyeringai, mukanya pucat dan suaranya sangat lemah.
Han Pwee Eng merasa ragu.
"Jika aku pergi mencari Jen Ang Siauw, aku khawatir jangan-jangan Kong-sun Toa-ko kalah oleh Liong-siang"
Bagaimana jika Siauw Hong membutuhkan bantuanku"
Jika permintaan Jen Thian Ngo tidak kupenuhi, kasihan dia jika dia sampai mati dan tak bertemu dengan putrinya!"
pikir Nona Han. Di luar dugaan saat itu terdengar Khie Kie berteriak girang.
"Ayah! Lekas ke mari, orang jahat mau mencelakaiku!"
teriak Khie Kie. "Jangan takut anakku, akan kukuliti tubuhnya!" kata Khie Wie nyaring.
Tak lama terdengar suara orang lain.
"Eh, Siauw Hong ternyata kalian ada di sini!" kata orang itu.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sesudah itu tampak dua sosok bayangan meluncur ke tempat itu. Siauw Hong dan Pwee Eng mengenali suara itu, mereka menoleh sambil berseru.
"Ayah. kau juga datang!" kata mereka hampir bersamaan.
2571 Ternyata yang datang Han Tay Hiong dan Khie Wie berdua.
Saat Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng mengantarkan Soa Heng Liu ke Siauw-lim-si, kebetulan HanTay Hiong dan Khie Wie sudah meninggaklan Siauw-lim-sie. Mereka sedang pesiar. Saat kembali dan tahu Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng datang ke Siauw-lim-sie, mereka segera menyusul ke Kim-kee-leng. Ketika baru saja mereka sampai, di tempat itu sedang terjadi pertarungan hebat.
Bukan main kagetnya Liong siang menyaksikan kedatangan dua orang itu. Tapi dia pantang menyerah malah menantang.
"Silakan jika kalian mau maju semuanya! Aku puas jika aku mati di tangan kalian!" kata Liong-siang Hoat-ong.
"Ternyata kau Keledai Gundul!" kata Khie Wie.
"Duapuluh tahun yang lalu, aku dan To Pek Seng pernah bertarung denganmu. Tapi sayang To Pek Seng berhasil kau bunuh. Bukan aku yang membunuhnya, tapi kematiannya karena aku!
Maka itu sekarang kau harus membayar hutang nyawanya padaku!"
Walau Liong-siang sadar bahaya mengancam dirinya, tapi jika dia mau kaburpun sudah tak mungkin lagi.
"Baik, silakan apa kau mau maju satu-persatu, atau kalian mau majui semuanya"' kata Liong Siang.
Dia berkata begitu karena yakin sebagai jago-jago tua, pasti Han Tay Hiong maupun Khie Wie tak akan mengerubutinya.
Khie Wie maju. 2572 "Kong-sun Po, silakan kau mundur!" kata Khie Wie.
Kongsu Po segera mundur. "Nah, gundul kau istirahat dulu, aku tak ingin mengambil keuntungan saat kau sedang kelelahan!" kata Khie Wie.
Tanpa diminta dua kali Liong-siang Hoat-ongpun duduk bersila mengumpulkan kekuatannya. Dia berusaha mengumpulkan seluruh tenaganya yang tadi terkuras.
Hanya sebentar seluruh kekuatannya telah pulih kembali.
Saat dia membuka matanya dia mengawasi dengan tajam ke arah lawannya.
Setelah bertarung mati-matian secara beruntun tadi, Liongsiang memang sempat kehilangan tenaga Untung ketika melawan Kok Siauw Hong, Han Pwee Eng maupun Seng Liong Sen dan Kong-sun Po ternyata lawan-lawannya itu kemampuannya masih di bawah dia. Melihat kemajuan tenaga orang itu sudah pulih lagi, semua kagum sekali.
"Aku harus segera menyelesaikan masalah ini, siapa tahu akan berdatangan orang-orang dari Kim-kee-leng, aku bisa celaka?" pikir Liong-siang.
Pendekar Elang Salju 6 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama