Ceritasilat Novel Online

Rahasia Istana Terlarang 9

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 9


pinto rasa teka teki ini tak akan berlangsung terlalu lama, dalam sepuluh hari atau paling
lambat dua bulan kemudian jawabannya pasti berhasil kita peroleh."
"Mungkinkah mereka berbuat demikian karena mempunyai satu rencana busuk, seperti
misalnya minta balas budi dari kita?" tiba-tiba Soen Put Shia mengajukan pendapatnya.
"Soal ini sukar untuk dikatakan!"
"Aaai! kita semua telah menerima budi pertolongannya. Suatu saat bila mereka ajukan
syarat untuk membalas budi yang pernah mereka lepaskan". wah, saat itulah kita akan
mengalami kesulitan coba menurut kalian haruskah kita terima syaratyang diajukan?""
"Seandainya syarat yang mereka ajukan tidak akan mengganggu ketentraman umat
manusia, tentu saja harus kita terima. Sebaliknya kalau syarat yang mereka ajukan
membahayakan umat dan manusia merugikan masyarakat kita harus menolaknya mentahmentah."
Tu Kioe yang selama ini pejamkan matanya mengatur pernapasan tiba-tiba buka
matanya dan berkata dengan suara dingin bagaikan es, "Ada satu persoalan yang hendak
cayhe sampaikan kediri Tootiang!"
"Persoalan apa?"
"Sebelum meninggalkan tempat ini orang yang menyembuhkan luka racunku tadi telah
beritahukan satu persoalan yang mohon cayhe sampaikan kepada diri Tootiang!"
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang anak murid partai Bu tong dibawah pimpinan Im Yang Tootiang telah
mengundurkan diri dua puluh li kearah barat, sekarang mereka sedang menanti didalam
sebuah kuil kuno dan minta kita segera berangkat kesitu untuk berkumpul dengan
mereka." Boe Wie Tootiang jadi kaget bercampur girang. Sekalipun dia punya iman yang tebal
tak urung rasa gembiranya sukar disembunyikan dibalik wajahnya yang ramah itu.
"Benarkah ucapanmu itu?"
"Benar atau tidak cayhe kurang begitu tahu, tetapi orang itu berkata demikian dan
cayhe pun sekarang sampaikan kepada diri Tootiang tanpa cayhe kurangi sepatah
katapun." Boe Wie Tootiang kerutkan dahinya. Ia bungkam dalam seribu bahasa.
Dari perubahan air muka toosu tua itu Soen Put Shia mengerti betapa gelisahnya hati
Boe Wie Tootiang saat ini, tentu dia ingin buru-buru berangkat kekuil kuno yang
dimaksudkan untuk mengecek kebenaran kabar ini, maka dia lantas bertanya, "Orang itu
suruh kita berangkat bersama ataukah hanya suruh Boe Wie Tootiang seorang diri
berangkat kesitu?" "Orang itu suruh kita berangkat kekuil kuno tersebut untuk berkumpul dengan mereka.
Kata "kita" disini sudah tentu bukan dimaksudkan Boe Wie Tootiang!"
"Lalu bagaimana keadaan luka yang cuwi sekalian derita" apakah sudah sanggup untuk
meneruskan perjalanan?"
"Cayhe rasa sudah lebih cukup!" serasa berkata si pit besi berwajah dingin ini bangkit
berkata, "Kamipun sudah sanggup melanjutkan perjalanan!" Sang Pat serta Suma Kan
bersama-sama bangun berdiri.
"Kalau begitu mari kita berangkat!" kata Siauw Ling dengan langkah lebar ia dekati Thio
Kie An dan siap membopongnya.
"Toako, tak usah kau repot-repot sendiri" cepat Tu Kioe loncat kedepan dan
menyambar tubuh orang she Thio itu untuk kemudian dibopongnya.
"Saudara, janganlah terlalu memaksa"."
"Tidak mengapa, aku sudah sehat kembali!"
Begitulah para jagopun meneruskannya kedepan, sepanjang jalan yang tampak cuma
pegunungan dengan tebing yang curam, tak nampak sosok bayangan manusiapun disitu.
Kurang lebih dua puluh li kemudian, tampaklah sebuah kuil kuno berdiri angker
dibawah sebuah bukit yang tinggi.
Boe Wie Tootiang perhatikan sejenak suasana disekeliling kuil tadi meskipun
bangunannya sudah rusak namun berdiri diatas tanah yang luas, segera ujarnya,
"Janganlah kita mempercayai ucapan orang itu seratus persen, harap cuwi sekalian
menanti sejenak diluar kuil, biar pinto memeriksanya lebih dahulu!!"
"Mari, biar aku sipengemis tua yang menemani!!"
Tanpa banyak bicara kedua orang itu segera berjalan mendekati kuil tersebut.
Ketika tiba didepan pintu, terlihatlah Im Yang cu dengan membawa Cheng Yap Cing
munculkan diri menyongsong kedatangan mereka.
Sesudah mengalami pahit getir sewaktu ada didalam gubuk tadi Boe Wie Tootiang
bertindak lebih hati-hati segera membentaknya.
"Berhenti!" Waktu Im Yang cu sedang bersiap-siap memberi hormat suhengnya, mendengar
bentakan itu dia tertegun dan berdiri mendelong.
"Apabila siauwte ada kesalahan, harap ciangbun suheng suka jatuhi hukuman kepada
diriku!" segera berkata ia merangkap tangannya memberi hormat.
"Aaai".! kalian datanglah kemari" bisik Boe Wie Tootiang sambil menghela napas
panjang. "Baru saja siauw heng ditipu orang, maka dari itu sikapku masih was-was
selalu." "Suheng ditipu siapa?"
"Ada orang menyaru jadi dirimu dan membokong aku dengan cara yang licik, jalan
darahku tertotok dan hampir saja aku melayang. Seandainya Siauw thayhiap serta Soen
Loocianpwee tidak turun tangan, mungkin pada saat ini Siauw heng sudah berada didalam
cengkeraman musuh." "Aaai, sudah terjadi peristiwa macam begini?" teriak Cheng Yap Chin.
Boe Wie Tootiang mengangguk, diapun lantas menceritakan bagaimana sipelajar
bertangan dingin Thian Tiong Goan menyaru sebagai Im Yang cu". kemudian bagaimana
ia ditawan dan dibebaskan oleh Siauw Ling serta Soen Put Shia".
Akhirnya dia menambahkan, "Bagaimana keadaan luka dari Be Cong Piauw Pacu?"
"Sudah rada baikan, sekarang dia sudah bisa bersantap dan bicara"." bicara sampai
disitu Im Yang cu merandek sejenak, lalu tambahnya: "Dia menanyakan diri Siauw
thayhiap!" "Apa yang dia katakan?"
"Ucapannya kurang jelas dan bicaranya masih sukar, hanya pertanyaan itu saja yang
sempat diutarakan." Seakan-akan teringat sesuatu yang aneh tiba-tiba Soen Put Shia bertanya, "Darimana
kalian bisa tahu kalau Djen Bok Hong telah kirim orang untuk melancarkan serangan
bokongan dan bersembunyi disini?"
"Siauwte sendiripun bingung tak habis mengerti. Justru kami hendak tanyakan
persoalan ini kepada suheng" sahut Im Yang cu seraya mengalihkan sinar mata kearah
Boe Wie Tootiang. "Apa yang terjadi?"
"Tidak lama setelah ciangbun suheng sekalian berangkat tiba-tiba siauwte temukan
secarik kertas ditancapkan orang didepan pintu gubuk kita, diatas surat tadi tertulis
dengan jelas kata-kata yang mengatakan bahwa Djen Bok Hong telah kirim banyak jago
lihaynya untuk bersiap-siap membasmi segenap anggota Bu tong pay. Dalam surat itu
meminta siauwte segera kumpulkan segenap anak murid Bu tong pay dan membawa
beberapa orang yang terluka untuk menghindarkan diri dari bencana ini. Bahkan dalam
surat ini tercantum pula dengan jelas keterangan mengenai letaknya kuil dibawah bukit
ini, menurut surat itu disinilah tempat yang paling aman untuk menyelamatkan diri."
"Apakah diatas surat itu ada tanda tangan atau tidak mengenai sipenulis surat itu?"
"Tidak ada, bahkan tanda atau kode apapun tidak ada, sekarang surat itu disimpan oleh
dua orang imam bocah yang mengawal suheng."
"Apakah kalian lakukan perintah diatas surat itu begitu setelah menerima surat tadi?"
"Lama sekali siauwte rundingkan persoalan ini dengan samte, kami merasa bahwa dari
pada bertahan disana memang jauh lebih baik untuk menyingkir, maka sambil mengutus
dua orang anggota partai kita untuk mencari kuil kuno seperti yang dimaksudkan dalam
surat itu. Dan kamipun mengundurkan diri keatas gunung."
"Siapakah orang itu?" seru Soen Put Shia dengan nada tercengang dan tidak habis
mengerti. "Rupanya dia selalu bersembunyi ditempat kegelapan dan terus menerus
membantu kita." Dalam pada itu Siauw Ling beserta Suma Kan dan Tiong Cho Siang Ku sekalian telah
turun kebawah, mengikuti dibelakang Soen Put Shia merekapun masuk kedalam kuil.
"Bukan saja orang itu sudah membantu kita secara diam-diam bahkan menolong pula
partai Bu tong dari kemusnahan" ujar Boe Wie Tootiang setibanya didalam ruang kuil.
"Rupanya dia begitu paham dan tahu akan setiap gerak gerik dari Djen Bok Hong,
sungguh aneh sekali"."
Tiba-tiba Siauw Ling menimbrung dari samping, "Mungkinkah orang itu adalah tokoh
sakti yang telah memukul mundur Djen Bok Hong dengan irama musiknya itu?"
Boe Wie Tootiang termenung sebentar kemudian baru menyahut, "Gerak geriknya
bukan saja bagaikan naga sakti dalam kabut yang nampak kepala tak kelihatan ekornya,
bahkan diapun mempunyai banyak sekali bawahan yang memiliki ilmu silat sangat lihay.
Dibawah komandonya mereka bergerak kesana kemari dengan leluasa."
"Tidak salah, dia memang terhitung manusia misterius dikolong langit dewasa ini."
"Yang aneh lagi, apa sebabnya orang itu selalu membantu kita?" sambung Siauw Ling.
"Sudah banyak kejahatan serta kemunafikkan yang dilakukan Djen Bok Hong dalam
dunia musuh yang menaruh dendam dengan dirinyapun kian lama bertambah banyak,
mungkin saja orang itu mempunyai ikatan dendam sedalam lautan dengan diri Djen Bok
Hong." "Kalau ucapan dari Soen Loocianpwee tidak salah, maka menurut pinto orang itu
bukanlah manusia yang berhasil pukul mundur Djen Bok Hong dengan irama musiknya."
"Kenapa?" "Begitu mendengar irama musik tersebut dengan penuh rasa takut tergopoh-gopoh
Djen Bok Hong melarikan diri. Hal itu menerangkan bahwasanya Djen Bok Hong menaruh
rasa amat takut dengan orang itu, atau paling sedikit dia takut mendengar suara
bagungan dari irama Khiem serta seruling itu."
"Sedikitpun tidak salah!"
"Seandainya Djen Bok Hong sangat jeri terhadap orang itu sedang orang itu terikat
dendam sedalam lautan dengan Djen Bok Hong, bukankah dia bisa secara langsung
mencari diri ketua dari perkampungan Pek Hoa San cung ini?"
Sementara masih bercakap-cakap, mereka sudah tiba dipendopo tengah.
Kuil kuno itu meski secara lapat-lapat bisa tertampak kemegahannya pada masa yang
silam namun berhubung sudah termakan waktu yang lama maka sebagian besar sudah
rusak. Satu-satunya bangunan yang masih utuh hanyalah pendopo tengah kuat dan
megah. Karena itulah Be Boen Hoei serta beberapa orang yang terluka semuanya
berkumpul disitu. Dua puluh orang anggota partai Bu tong dengan terbagi jadi dua rombongan, satu
rombongan beristirahat dalam pendopo tengah sambil melindungi yang luka, rombongan
lain tersebar disekeliling kuil itu menjaga keamanan. Sekalipun sepintas lalu tempat itu
kelihatan tak ada penjagaan tetapi setiap manusia yang berada lima li dari kuil itu sudah
diketahui oleh mereka. Perlahan-lahan Siauw Ling masuk kedalam ruang pendopo. Disitu ia temui patung arca
ditengah ruangan telah hancur namun suasananya amat bersih dan kering.
Pada sudut ruangan berbaringlah tiga orang manusia, rupanya mereka sudah pulas
semua. Ketika Siauw Ling sekalian masuk kedalam ruangan tak seorangpun diantara
mereka yang tahu. "Tootiang" ujar Siauw Ling sambil memandang sekejap kearah Im Yang cu.
"Bolehkah cayhe memeriksa keadaan luka yang mereka derita?"
"Tentu saja boleh"."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya, "Luka yang diderita tiga orang ini sangat
parah, sekalipun hingga kini jiwanya masih bisa diselamatkan tetapi kesadarannya belum
sama sekali jernih, mungkin mereka sulit untuk kenali kembali diri Siauw thayhiap."
"Tidak mengapa, aku cuma ingin melihat keadaan luka mereka saja. Pokoknya aku tak
akan mengganggu ketenangannya" perlahan-lahan ia maju kemuka.
Dimana ketiga orang itu berbaring dialasi dengan sebuah selimut yang sangat tebal.
Badan mereka ditutupi pula dengan sebuah selimut warna putih, Be Boen Hoei pejamkan
matanya seperti sudah tertidur pulas, sedangkan dua orang lainnya sukar dilihat raut
wajahnya karena kepala mereka kecuali sepasang matanya telah dibalut dengan kain
putih. Menyaksikan keadaan mereka, Siauw Ling menghela napas panjang.
"Apakah ilmu silat yang mereka miliki bisa dipertahankan?" tanyanya kemudian.
"Ilmu silatnya mungkin tidak sampai musnah. Namun dua diantara mereka bertiga
mungkin bakal cacad seumur hidup."
Boe Wie Tootiang yang berdiri disisi kalanganpun ikut menghela napas panjang.
"Pinto telah berusaha menolong dan mengobati luka mereka dengan obat paling
mujarab dari partai Bu tong kami. Dapatkah menolong mereka terhindar dari badan yang
cacad masih sulit bagi pinto untuk terangkan."
"Seandainya siraja obat bertangan keji ada disini, badan mereka pasti akan tetap utuh"
pikir Siauw Ling, teringat akan kehebatan ilmu pertabiban yang dimiliki orang itu timbul
rasa kagum dalam hatinya.
Tiba-tiba terdengar Thio Kie An menghela napas dan berkata, "Cayhe benar-benar
merasa sangat lapar, apakah disini terdapat sedikit makanan untuk menangsal perutku
yang sudah tak tahan ini?"
Kiranya setibanya dalam ruang pendopo Tu Kioe telah turunkan Thio Kie An dibelakang
pintu. Kakinya masih terikat diatas kaki kursinya maka ia tak dapat bangun dan harus
berbaring dipintu. Boe Wie Tootiang segera berpaling kearah sutenya sambil berkata, "Suruh mereka
siapkan makanan!" "Siauwte telah perintahkan mereka untuk menyiapkan makanan, mungkin sebentar lagi
bakal dihantar kemari."
Dalam pada itu terlihatlah dua orang bocah berbaju hijau muncul ditengah pendopo
sambil membawa sayur dan nasi.
Setelah melakukan pertempuran sengit sehari semalam dan harus melanjutkan pula
perjalanan jauh. Boleh dibilang para jago sudah mulai merasa sangat lapar sekali hanya
beberapa orang memiliki ilmu silat lihay saja yang masih sanggup bertahan, tidak aneh
begitu nasi dan sayur dihidangkan mereka segera melahapnya dengan penuh bernapsu.
Setelah bersantap sambil memandang kearah Siauw Ling ujar Boe Wie Tootiang,
"Tempat ini tak bisa didiami terlalu lama menurut pendapat pinto sesudah beristirahat
sebentar dan pulihkan tenaga kita harus segera melanjutkan perjalanan"."
Belum habis dia berkata, tampak seorang tootiang berusia pertengahan dengan napas
tersengal-sengal lari masuk kedalam. Sesudah memberi hormat kepada Boe Wie Tootiang
katanya, "Lapor ciangbun suhu, diluar kuil telah muncul jejak manusia!"
Boe Wie Tootiang kerutkan dahinya, belum sempat dia menjawab Im Yang cu telah
bangun berdiri sambil lari keluar dari ruangan.
"Biar aku yang pergi menengok!"
"Seandainya ada orang dari perkampungan Pek Hoa San cung yang membuntuti kita
dari tempat kejauhan, tidak sukar bagi mereka untuk menemukan kuil kuno ini" gumam
Soen Put Shia. "Kalau begitu biarlah siauwte hitungkan nasib kita, apakah kita bakal temui rejeki atau
bencana?" sambung Suma Kan cepat.
Begitu berkata tanpa memperdulikan orang itu lagi dia ambil keluar sebuah kulit kurakura
dari sakunya. Enam buah mata uang emas dimasukkan kedalam kulit kura-kura tadi,
sesudah digoyangkan beberapa kali mata uang tersebut segera disebarkan keatas tanah.
Para jago bungkam dalam seribu bahasa, sinar mata mereka dipusatkan keatas wajah
Suma Kan sambil menantikan hasil ramalannya.
Siapa sangka sudah lama mereka menunggu namun belum juga kedengaran Suma Kan
menjawab. Hal ini membuat hati para jago jadi heran dan tercegang.
Mereka segera menoleh, tampak Suma Kan dengan mata terbelalak dan wajah
termangu-mangu sedang mengawasi hasil ramalannya.
"Bagaimana dengan hasil ramalanmu?" tiba-tiba Soen Put Shia tak kuat menahan diri
dan bertanya. "Apakah kita bakal bertemu dengan rejeki atau bencana?"
"Kalau menurut perhitunganku ramalan ini termasuk bencana, namun diantara bencana
inilah yang membuat cayhe jadi bingung dan tidak habis mengerti. Harus kukatakan
ramalanku ini sebagai bencana atau rejeki."
"Jadi menurut perhitunganmu mula-mula ramalanmu ini menunjukkan bencana lebih
dulu kemudian baru rejeki?"
"Ramalan ini merupakan ramalan yang paling aneh, biarlah siauwte pikirkan lebih dulu!"
"Waah". kalau kita harus menunggu sampai kau berhasil mengetahui ramalanmu ini
bencana atau rejeki, mungkin musuh tangguh telah menerjang kedalam kuil ini" omel
Soen Put Shia. Mendadak tampak Im Yang cu lari masuk kedalam ruangan dengan terburu-buru,
begitu tiba didalam segera serunya, "Celaka! musuh tangguh telah tiba didepan mata
bahkan kedatangan mereka cepat sekali, sekarang mereka sudah berada kurang lebih tiga
li dari kuil ini." "Berapa banyak musuh yang telah datang?" seru Siauw Ling sambil bangkit berdiri.
"Sepintas lalu, agaknya berada diatas belasan orang!"
"Cayhe rasa kita tidak boleh bertindak sungkan-sungkan lagi terhadap orang-orang dari
perkampungan Pek Hoa San cung. Ketemu satu kita basmi satu ketemu sepuluh kita
habisi sepuluh orang itu."
"Kalau cuma belasan orang rasanya kita masih sanggup untuk menghadapinya" Soen
Put Shia menambahkan pula.
"Aku telah kirim tanda rahasia untuk tarik kembali segenap anggota partai Bu tong
yang tersebar diempat penjuru untuk berkumpul dalam kuil ini."
Boe Wie Tootiang mengangguk.
"Betul, setelah kita basmi para kawanan bajingan itu dengan cepat kita tinggalkan
tempat ini" katanya.
"Kalau begitu biarlah cayhe membantu para murid yang bertahan didepan pintu besar"
seru Cheng Yap Cing selesai berkata ia lantas enjotkan badannya melayang keluar dari
pendopo itu.

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepeninggalnya pemuda she Cing itu, Boe Wie Tootiang alihkan sinar matanya kearah
Soen Put Shia seraya berkata, "Loocianpwee harap kau pegang tampuk pimpinan dan
segera mengatur pertahanan!"
"Haaah". haaah". haaah". aku rasa lebih baik tootiang saja yang memegang tampuk
pimpinan biar loohu serta saudara Siauw yang bertugas menghadapi musuh tangguh."
Tanpa menantikan jawaban dari toosu tua itu lagi, bersama Siauw Ling ia lantas keluar
dari ruangan. Dalam pada itu anak murid dari partai Bu tong yang tertinggal dalam kuil telah
menyebarkan diri disekeliling pendopo tersebut, pedang telah dicabut dan mereka berada
dalam keadaan siap siaga.
Boe Wie Tootiang menyapu sekejap wajah para jago yang ada diruang pendopo lalu
ujarnya, "Masalah yang paling penting dewasa ini adalah melindungi serta
mempertahankan keselamatan Be Cong Piauw Pacu bertiga, karena itu pinto rasa kecuali
anak murid Bu tong pay yang telah dibagi jadi dua orang serombongan menjaga dipintu
dan jendela. Pinto harap cuwi sekalian bersama kami bertahan diluar pendopo, entah
bagaimana menurut pendapat cuwi sekalian?"
Si sie poa emas Sang pat termenung sejenak kemudian jawabnya, "Rencana dari
tootiang memang sempurna tetapi entah apa maksud kedatangan pihak lawan?"
"Kalau menurut pendapat pinto lebih baik kita duduk disini sambil menantikan
kedatangan musuh. Kita berusaha pancing mereka masuk kedalam kuil kemudian baru
dibasmi sampai habis, entah apakah pendapat Soen loocianpwee sesuai dengan pendapat
pinto?" "Ucapan Tootiang tepat sekali, akan siauwte sampaikan pesan ini kepada Soen
Loocianpwee!" sahut Sang Pat, dengan langkah lebar dia lantas melangkah keluar.
Sementara itu Soen Put Shia serta Siauw Ling berjalan keluar dari pendopo. Baru saja
mereka tiba didepan pintu tampaklah belasan lelaki kekar berbaju hitam laksana kilat telah
meluncur datang. Cheng Yang Cing dengan memimpin empat orang anak murid partai Bu tong, dengan
pedang terhunus berdiri sejajar didepan pintu.
Suatu ingatan tiba-tiba berkelebat dalam benak Soen Put Shia, pikirnya, "Kenapa aku
tidak bersembunyi dahulu dibelakang pintu sambil memeriksa siapakah yang datang"
kalau musuh yang datang cuma beberapa orang kurcaci rasanya aku tak usah muncul
sendiri, secara diam-diam kubantu saja Cheng Yap Cing dari dalam"."
Selama apa yang telah dipikirkan segera dilakukan, tanpa memperdulikan apakah Siauw
Ling setuju atau tidak ia tarik tanga si anak muda itu untuk diajak bersembunyi dibelakang
pintu. Ketika menengok lagi keluar, tampaklah tiga orang lelaki kekar dengan cepatnya telah
tiba lebih dulu disana. Jilid 20 Orang yang ada disebelah kiri mempunyai perawakan yang tinggi besar, wajahnya
berwarna merah darah dengan sepasang tongkat besi Thiat Hoay Ciang tersoren
dipanggungnya. Ia mengenakan jubah warna merah, sepatu warna merah dan seluruh
tubuhnya merah bagaikan kobaran api.
Sedang orang yang ada disebelah kanan berjubah biru menyoren pedang. Dia bukan lain
adalah sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan.
Dan orang yang ada ditengah memakai jubah warna hitam, diatas alis sebelah kirinya
terdapat codet bekas bacokan golok, hingga alisnya yang panjang dan tebal terpotong jadi
dua bagian. Setelah melihat siapa yang datang dengan suara lirih Siauw Ling segera berbisik,
"Sipelajar bertangan dingin itu berani mengejar sampai kesini. Aku rasa dia pasti sudah
membuat suatu persiapan, mungkin saja kedua orang itu adalah anggota dari Lam Hay
Ngo Hiong." "Aku sipengemis tuapun mempunyai perasaan yang sama!"
"Kalau benar mereka adalah manusia-manusia dari lima laknat, aku rasa Cheng Yap Cing
bukan tandingannya, kita harus segera munculkan diri untuk membantu dirinya."
"Tidak mengapa, lebih baik kita perhatikan dulu secara diam-diam."
Untuk sesaat Siauw Ling tak dapat menebak maksud hati Soen Put Shia, terpaksa ia
menurut dan berdiri membungkam ditempat semula.
Sungguh cepat gerakan tubuh ketiga orang itu. Dalam sekejap mata mereka sudah berada
dihadapan Cheng Yap Cing dan berhenti kurang lebih empat lima didepan jago muda dari
Bu tong pay ini. Tampak orang berbaju hitam yang berada ditengah menoleh dan memandang sekejap
kearah Thian Tiong Goan lalu tanyanya, "Apakah orang itu?"
"Bukan"." "Kalian bertiga hendak cari siapa?" tegur Cheng Yap Cing sambil memutar pedangnya.
"Siauw Ling" jawab orang berbaju hitam sambil menyapu wajah jago muda itu beserta
keempat orang tootiang lainnya.
"Tidak salah, Siauw thayhiap memang berada didalam kuil ini dan tidak sulit bila kalian
bertiga jika mau bertemu dengan dirinya, tetapi sebelum itu kalian harus menangkan dulu
pedangku ini!" "Hmm! siapa kau?"
"Sejak Siauw Ling terjun kedalam dunia persilatan jejaknya selalu misterius" pikir Cheng
Yap Cing didalam hati. Tetapi setiap kali ia berhasil menonjolkan diri. Dalam waktu yang
singkat bukan saja namanya telah terkenal dikolong jagad bahkan secara diam2 dia sudah
menjadi orang yang paling dihormati dalam Bulim, setelah lewat beberapa saat lagi tidak
sukar baginya untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin Bulim. Sebaliknya kami partai
Bu tong sudah bertahun-tahun lamanya tancapkan kaki didunia persilatan, dia bukan saja
nama besarnya sukar menonjol malah jangan-jangan partai kami bisa ternadih oleh nama
besarnya. Seandainya ketiga orang itu memang benar-benar mau menantang Siauw Ling,
kenapa aku tidak menggunakan kesempatan ini untuk kalahkan mereka. Diluar aku
bertindak demi Siauw Ling tapi secara diam-diam aku bisa gemilangkan nama besar partai
kami"." Saking asyiknya dia berpikir sampai lupa sang alis berjubah hitam itu berkerut kencang,
napsu membunuhnya memancar keluar dari balik sinar matanya, jelas ia merasa sangat
gusar, Tetapi entah apa sebabnya ternyata rasa marah yang bergolak dalam hatinya
ditekan selalu, terdengar ia bertanya setelah mendehem berat.
"Apakah kau anak murid Bu tong pay?"
"Sedikitpun tidak salah, cayhe adalah Cheng Yap Cing anak murid partai Bu tong. Kalian
bertiga berani datang kemari menantang Siauw thayhiap. Aku rasa kamu tentu bukan
manusia tanpa nama bukan?"
"Lima rasul dari Lam Hay, kau tentu pernah mendengar bukan!" sahut orang berbaju
hitam itu sambil angkat tangan kanannya dan perlihatkan lima jari.
Cheng Yap Cing tertegun. "Aaah, sudah lama cayhe mendengar akan nama kalian" sahutnya tanpa terasa.
Selama ini orang berjubah serba merah yang ada disebelah kiri serta pelajar bertangan
dingin Thian Tiong Goan membungkam dalam seribu bahasa. Jelas hal ini menunjukkan
bilamana kedudukan orang berjubah hitam ini jauh lebih tinggi dari pada mereka berdua.
Terdengar orang berjubah hitam itu berkata kembali, "Kalau kau sudah tahu akan nama
besar lima rasul, ayo cepat lapor kedalam"."
"Apa yang perlu dilaporkan?"
"Laporkan kepada Siauw Ling dan katakanlah lima rasul dari Lam Hay ada urusan penting
dan hendak bertemu dengan dirinya."
"Cuwi cuma bertiga, kenapa disebut lima rasul?"
Hijau membesi seluruh wajah orang berbaju hitam itu hingga tampak begitu
menyeramkan, jelas orang ini mempunyai perangai yang buruk dan watak yang sangat
berangasan, tetapi oleh sesuatu kekuatan yang tak terwujud ia tak bisa mengumbar
tabiatnya dan seakan-akan terbelenggu. Dengan paksaan diri ditangannya emosi dan
golakan hawa amarahnya. Tampak dia menggelengkan dan berseru, "Apakah kau ingin mengetahuinya sampai
jelas?" "Sedikitpun tidak salah."
Mendadak orang berjubah hitam itu mendepakkan kakinya keatas tanah. Pasir dan batu
berterbangan memenuhi angkasa, diatas permukaan tanah yang keras seketika muncul
sebuah bekas kaki sedalam dua coen, sahutnya dengan dingin, "Cayhe adalah Soh Hoen
Ciang sitelapak membentot sukma Soen Seng, dalam lima rasul dari Lam Hay menduduki
urutan kedua"." sinar matanya beralih kearah orang berbaju merah disebelah kirinya.
"Dan dia adalah samte kami Cay Wie" kembali matanya beralih kearah Thian Tiong Goan.
"Dan dia adalah Ngo te kami sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan. Nah apa yang
ingin kau tanyakan lagi?"
Soen Put Shia dan Siauw Ling yang bersembunyi dibelakang pintu dapat mendengar
semua percakapan itu dengan cepat pengemis tua itu jadi keheranan bisiknya, "Tempo
dulu lima manusia laknat dari Lam Hay pernah membasmi habis semua anggota dari
partai Ciang Shia serta Go Bie, waktu mereka kejam, buas dan tidak berperi kemanusiaan,
sedikit-sedikit saja lantas turun sangat membunuh. Kenapa sikapnya hari ini begitu sadar
dan lunak" sungguh aneh!"
"Kalau ditinjau dari wajahnya yang penuh diliputi napsu membunuh, jelas hawa gusar
yang bergelora dalam dadanya saat ini sukar dilukiskan lagi dengan kata-kata. Cuma saja
ia bersabar terus mempertahankan diri!"
"Nah disitulah letak keanehannya, ia bersabar diri dan menekan hawa gusar yang
berkobar dalam dadanya, maksud dan tujuannya tidak lain ingin bertemu dengan dirimu."
Dengan tidak dapat menahan kesabarannya lantas ia telah bertanya lagi, "Apa maksudmu
kami bertiga mencari Siauw Ling berada disini atau tidak, kau harus tahu bahwa
kesabaran cayhe ada batasnya."
teriak sitelapak pembetot sukma penuh kegusaran.
Siauw Ling siap melangkah keluar dari tempat persembunyiannya, namun Soen Put Shia
segera menahan tubuhnya seraya berbisik, "Jangan gugup, tunggulah sejenak lagi!"
Cheng Yap Cing yang ada dikalangan ingin sekali mencemerlangkan nama partainya. Ia
segera kebas pedang ditangan dan berseru, "Tidak sulit kalau kau hendak berjumpa
dengan Siauw thayhiap namun tembusi dulu pos pertahanan ini."
"Kalau terus menerus menyusahkan diriku, entah apa maksudmu yang sebenarnya?" ia
lantas ulapkan tangan kirinya.
Ada disebelah kiri dengan cepat meloncat keluar, tangan kanannya diayun dan dengan
keras ia cengkeram pedang Cheng Yap Cing.
Jago muda dari Bu tong pay ini tidak menyangka kalau serangan musuh datangnya begitu
cepat, hampir saja pedangnya kena dirampas. Dalam keadaan terdesak dan gugup, cepat
ia loncat mundur lima depa kebelakang. Pedangnya diayun dan menciptakan serentetan
bunga pedang. Cay Wie membentak keras. Weeesss".! tangan kanannya diayun kemuka mengirim satu
pukulan dahsyat. Badannya maju dua langkah kedepan dan tangan kirinya segera
mencabut keluar tongkat besi yang tersoren dibahunya.
Bukan saja gerak geriknya gagah dan ampuh, serangannya tajam dan mengerikan,
ternyata ia sudah anggap pedang baja ditangan Cheng Yap Cing itu bagaikan benda yang
tak berharga. Cheng Yap Cing sendiri terperanjat luar biasa tak kala merasakan datangnya angin
serangan lawan yang begitu dahsyat bahkan mengandung daya tekanan yang hebat,
segera pikirnya, "Sungguh dahsyat angin pukulan orang ini, rupanya dia bukan manusia
sembarangan"." Dalam pada itu Cay Wie telah meloloskan senjatanya.
Buru-buru Cheng Yap Cing melancarkan serangan balasan, pedangnya dengan jurus
"Seng Ko To Kwa" atau binatang berguguran diatas sungai menciptakan beratus-ratus titik
cahaya tajam menyelimuti seluruh angkasa.
Jurus serangan ini merupakan jurus yang ampuh diantara ilmu pedang Bu tong Kiam
Hoat, serangannya rapat dan tajam. Dalam serangan disertai pula dengan pertahanan
membuat seluruh badannya terlindung dengan rapatnya.
Siapa sangka Cay Wie jeri dengan ancaman ini, tongkat besinya disodok kedepan dan
menyerang masuk melalui cahaya pedang yang sangat rapat tadi.
Traaaang".! Traaang".! suara bentrokan senjata berkumandang tiada hentinya
memekikkan telinga. Cheng Yap Cing tak sanggup mempertahankan diri dan ia terdesak
mundur satu langkah kebelakang, pergelangan tangannya secara rapat-rapat terasa kaku
dan linu setelah Cheng Yap Cing dengan serangan dua tongkat besi ditangan kirinya,
dengan cepat tangan kanannya meloloskan tongkat besi kedua dan melancarkan
serangannya. "Tahan!" tiba-tiba Soen Seng membentak Cay Wie tarik kembali tongkat besinya dan
segera loncat mundur kebelakang.
"Kedatangan cayhe kemari sama sekali tiada bermaksud memusuhi kalian, kami
mempunyai persoalan penting yang hendak disampaikan kepada diri Siauw Ling" seru
Soen Seng kembali seraya ulapkan tangannya Cheng Yap Cing membungkam, apa yang
dipikirkan dalam hatinya adalah jurus "Seng Hoo Too Kwa" yang barusan berhasil
dipecahkan oleh Cay Wie itu. Dia merasa serangan tongkatnya tanpa pakai aturan, namun
entah apa sebabnya ternyata semua perubahan tadi berhasil dipecahkan. Ia merasa
terkejut, kaget tercengang dan tidak puas.
Tatkala Cay Wie melihat Cheng Yap Cing tidak menjawab perkataan toakonya, gusar
segera serunya, "Mungkin Siauw Ling tidak berada disini, orang ini sengaja berpura-pura
tuli dan bisu, tak mau memperdulikan kita. Aku rasa tak usah kita banyak bicara lagi
dengan mereka biarlah siauwte jagal dulu orang ini serta keempat orang toosu tua hidung
kerbau itu." Tongkatnya segera dipersiapkan untuk melancarkan serangan kembali.
Mendadak". terdengar gelak tertawa nyaring berkumandang datang, seorang pemuda
berpakaian ringkas perlahan-lahan munculkan diri dari balik pintu.
Orang itu adalah Siauw Ling yang menyaksikan pertarungan antara Cay Wie dengan
Cheng Yap Cing hatinya merasa sangat terperanjat, segera pikirnya, "Orang itu bertempur
tanpa memakai aturan tetapi setiap serangan dan hantamannya mengandung daya
tekanan yang luar biasa, mungkin Cheng Yap Cing bukan tandingannya. Karena itulah
sambil tertawa terbahak-bahak ia lantas munculkan diri mendekati orang she Soen itu."
Cheng Yap Cing melirik sekejap kearah Siauw Ling, dengan wajah jengah ia masukkan
kembali pedangnya kedalam sarung dan mengundurkan diri kesamping.
Dari serangan Cay Wie yang ganas serta daya tekanan yang dahsyat dalam gerakannya
yang sederhana itu pemuda she Siauw lantas berpendapat bila ia tidak memiliki tenaga
dalam yang sakti dan maha dahsyat, murni otaknya berputar mencari akal untuk
menghadapi dirinya. Tampak sitelapak tangan pembetot sukma Soen Seng maju dua langkah kemuka, setelah
menjura katanya, "Apakah saudara adalah Siauw Ling?"
Siauw Ling tidak menjawab. Matanya menyapu sekejap keadaan lawan dimana ia jumpai
kesembilan orang lelaki berbaju hitam mengiringi ketiga orang itu, berdiri jauh dibelakang
Soen Seng, telah termenung sejenak ia menyahut, "Cayhe memang Siauw Ling adanya,
entah ada maksud apa kalian bertiga datang mencari aku?"
"Tadi, adik kami telah melakukan kesalahan terhadap dirimu, disini cayhe mohonkan
maaf." "Aaah". tidak mengapa" seru Siauw Ling sambil tertawa hambar, sementara hatinya
tercengang pikirya, "Sebetulnya apa yang telah terjadi" apakah kedatangan mereka tidak
untuk balas dendam bagi kekalahan yang diderita Thian Tiong tadi"."
Terdengar Soen Seng mendehem ringan dan berkata kembali, "Kami lima bersaudara dari
Lam Hay tidak pernah mempunyai maksud untuk memusuhi diri Siauw thayhiap, namun
apa daya takdir menentukan demikian ditambah pula Djen Bok Hong menghasut dari
belakang, hingga akhirnya kami terpaksa sudah berbuat kasar terhadap diri Siauw
thayhiap." "Kau tak usah sungkan-sungkan!"
"Terus terang saja Siauwte katakan, bahwa kedatangan kami kali ini pertama adalah
untuk minta maaf dan kedua, ada suatu urusan hingga terpaksa kami harus merepotkan
Siauw thayhiap!" Siauw Ling berpaling. Ia jemput Soen Put Shia telah menyusul kesisi tubuhnya, namun
jago tua sudah punya pengalaman luas dan telah lama berkelana dalam dunia persilatan
ini sedang berdiri dengan wajah bimbang dan ragu jelas iapun dibikin tercengang oleh
sikap orang. Ketika Soen Seng tidak mendengar jawaban dari Siauw Ling kembali dia
menjura sambil berkata, "Maukah Siauw thayhiap membantu diri kami?"
"Katakan dulu persoalan apa yang sedang kau hadapi. Nanti cayhe baru ambil keputusan!"
Soen seng tertunduk, dengan nada lirih sahutnya, "Sejak terjun kedunia kangouw kami
lima bersaudara dari Lam Hay belum pernah mohon bantuan orang lain, tapi hari ini
terpaksa kami harus memohon kepada Siauw thayhiap agar suka ringan tangan menolong
kami." "Terangkanlah dahulu persoalan apa yang sebenarnya kalian hadapi!" karena semakin
bingung terpaksa si anak muda itu berkata demikian.
"Sejak berkelana dalam dunia kangouw banyak permusuhan yang telah kami ikat,
tentunya Siauw thayhiap pernah mendengar bukan peristiwa pembasmian terhadap partai
Cing Shia serta partai Go Bie yang kami lakukan tempo dulu."
Meskipun tidak paham apa maksudnya pihak lawan berkata demikian, namun Siauw Ling
mengangguk juga. "Tidak salah." "Bila persoalan itu sudah siauwte utarakan keluar namun Siauw thayhiap tak sudi
menolong. Bisa jadi kami lima bersaudara dari Lam Hay tak ada mula lagi untuk tancapkan
kaki dalam dunia persilatan."
Jelas maksud perkataan itu adalah mengartikan bila masalahnya telah dikatakan maka bila
Siauw Ling tak mau menolong, mereka tentu akan memaksa terus.
"Bilamana permintaan saudara adalah permintaan yang terbuka dan jujur maka
bagimanapun juga aku orang she Siauw pasti akan membantu dengan segenap tenaga,
sebaliknya kalau perminataan itu adalah permintaan yang kelewat batas dan memalukan
sekalipun kepalaku dipancung, jangan harap cayhe sudi mengabulkan."
Cheng Yap Cing yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa malu sendiri pikirnya,
"Siauw Ling betul-betul manusia budiman yang bijaksana, aku benar-benar bukan
tandingannya"."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik!" jawab Soen seng sesudah termenung sejenak. "Sekalipun sudah siauwte katakan
dan siauw thayhiap tak sudi menolong cayhepun tidak akan memaksa."
"Nah katakanlah!"
"Secara tiba-tiba Loo toa serta Loo su dari kelima saudara telah mengindap penyakit edan
yang parah, kami tahu bahwa dikolong langit dewasa ini cuma Siauw thayhiap seorang
saja yang sanggup menyembuhkan penyakit ini. Kami mohon agar Siauw thayhiap suka
menolong kami dan sembuhkan penyakit Loo toa serta Loo su kami. Lima bersaudara dari
Lam Hay pasti tak akan melupakan budi kebaikanmu itu!"
"Mengobati penyakit edan?" seru Siauw Ling tertegun.
"Tidak salah. Sakit yang diderita toako serta sute kami datangnya terlalu mendadak,
meskipun cuma dua belas jam namun mereka sudah gila hebat hingga saudara dan
kenakalanpun tak dinilai lagi. Telah kujelajahi daerah sekeliling tempat ini, tiga belas
orang tabib telah kami undang namun mereka tak sanggup menyembuhkan penyakit itu,
sebab itulah maka terpaksa kami harus merepotkan diri Siauw thayhiap."
"Kalau urusan menyembuhkan penyakit Boe Wie Tootiang adalah jago yang lihay" pikir
Siauw Ling. "Aku orang she Siauw sama sekali tidak mengerti akan ilmu pertabiban,
kenapa mereka mencari aku?"
Dari sakunya Soen Seng ambil keluar secarik kertas, sambil diangsurkan kemuka
sahutnya, "Apakah Siauw Ling thayhiap kenal dengan sipengirim surat ini?"
Siauw Ling segera menerima surat itu dan dibaca isinya, "Penyakit aneh yang diderita
saudara kalian sangat ganas dan berbahaya, bilamana didalam dua puluh empat jam tidak
disembuhkan maka urat nadinya akan pecah dan mati binasa. Keadaannya mengerikan
dan mendirikan bulu roma.
"Untung Thian maha pengasih, dengan ini kutunjukkan satu jalan hidup buat kalian. Satusatunya
orang yang bisa menyembuhkan penyakit edan ini kecuali dirimu adalah Siauw
Ling, tetapi sayang aku masih ada urusan lain yang harus dikerjakan maka tak bisa
kubantu kamu semua. gunakanlah kesempatan yang sangat baik ini untuk mohon bantuan
Siauw Ling." Sederhana sekali isi surat itu, dibawahnya tidak tercantum pula tanda tangan ataupun
tanda apapun jua. Siauw Ling berdiri tertegun, dibacanya berulang kali surat tadi sedang dalam hati ia tidak
habis mengerti siapakah yang sedang mengajak dia bergurau.
"Apa yang ditulis dalam surat itu?" tanya Soen Put Shia.
"Bacalah sendiri Loocianpwee!"
Soen Put Shia menerima surat tadi dan dibacanya, dalam hati ia merasa tercengang dan
tidak habis mengerti. "Siauw thayhiap, kau tentu kenal dengan orang ini bukan?" tanya Soen seng.
"Soal ini"."
"Kalau tidak kenal, mana mungkin dia bisa memberi petunjuk kepada kalian?" sambung
Soen Put Shia dengan cepat.
Siauw Ling jadi terperanjat segera pikirnya, "Menyembuhkan sakit seseorang menyangkut
mati hidup orang itu, mana boleh kuanggap sebagai suatu permainan?"
Sementara dia mau membantah. Soen Put Shia telah berkata lebih jauh, "Dimanakah dua
orang terluka itu?" "Berada dalam sebuah rumah manusia bijaksana yang penuh welas asih, setelah dia
mengetahui akan kejadian ini sudah tentu akan membantu sekuat tenaga."
"Cayhe merasa amat berterima kasih atas kesediaan Siauw thayhiap untuk menolong
kedua orang saudara kami."
"Tetapi sayang kalian bersekongkol dengan Djen Bok Hong sedangkan ketua dari
perkampungan Pek Hoa San cung adalah musuh besar dari Siauw thayhiap. Seandainya
kami menolong kedua orang saudara bukan berarti kami telah mengundang musuh yang
lebih tangguh?" "Kalau Siauw thayhiap suka menolong toako serta sute kami, dengan sendirinya kami lima
bersaudara dari Lam Hay tak akan membantu Djen Bok Hong lagi untuk memusuhi diri
Siauw thayhiap." "Haaah". haaah". haaah"." Soen Put Shia segera tertawa terbahak-bahak, sambil
menuding kearah Thian Tiong Goan serunya: "Ngo te kalian dengan membawa jago-jago
lihay dari perkampungan Pek Hoa San cung telah turun tangan keji dan melukai beberapa
orang saudara dari Siauw thayhiap dengan senjata rahasia beracun. Bagaimana pula
pertanggungan jawab kalian terhadap persoalan ini?"
"Cayhe datang kemari justru hendak menyembuhkan luka beracun yang mereka derita"
buru-buru Thian Tiong Goan berseru.
Soen Put Shia mendengus dingin.
"Hmm, kalau kami harus menunggu sampai kau datang memberi obat pemusnah,
mungkin mereka sudah mati sejak tadi."
Soen seng melirik sekejap kearah Thian Tiong Goan lalu berkata, "Ilmu pertabiban yang
dimiliki Siauw thayhiap sangat sempurna hanya senjata rahasia beracun saja tentu takkan
menyusahkan dirinya. Ngo te! kau telah berbuat salah terhadap Siauw thayhiap, ayo cepat
maju kedepan minta maaf."
Apa boleh buat, terpaksa dengan langkah perlahan Thian Tiong Goan maju dua langkah
kemuka dan menjura. "Bilamana cayhe sudah melakukan kesalahan terhadap Siauw thayhiap, harap Siauw
thayhiap suka memaafkan!"
"Dalam suatu petarungan sudah jamak kalau saling luka melukai. Tak usah kau
murungkan tentang persoalan itu."
"Siauw thayhiap berpikiran luas dan berlapang dada, cayhe merasa amat kagum."
"Hmm". hmm". kelicikan dunia kangouw bagaimanapun juga harus dijaga" jengek Soen
Put Shia dari samping. "Siapa tahu kalau tindakan kalian saat ini bukan lain adalah hendak
memancing Siauw thayhiap masuk perangkap"."
"Walaupun lima bersaudara dari Lam Hay sering kali turun tangan keji namun belum
pernah kami bicara bohong."
"Lalu siapakah yang berdiri dibelakang kalian?"
"Jago-jago dari perkampungan Pek Hoa San cung!"
"Bagus sekali!" teriak Soen Put Shia sambil tertawa dingin. "Orang-orang dari
perkampungan Pek Hoa San cung pun berjalan bersama kalian, sudah semakin jelas lagi
kalau surat itu bukan lain adalah siasat licik dari Djen Bok Hong."
"Baiklah. Kalau kalian tidak percaya terpaksa aku harus bunuh dulu orang-orang dari
perkampungan Pek Hoa San cung ini sebagai pertanda bahwa ucapan kami adalah jujur!"
Mendadak ia putar badan dan menubruk kearah barisan lelaki yang berada dibelakangnya.
Tampak sepasang telapaknya diayun berantai, dua orang lelaki berbaju hitam ini sebelum
sempat mencabut keluar senjatanya telah roboh binasa diatas tanah.
Cay Wie serta Thian Tiong Goan pun segera mengikuti jejak kakaknya. Badan mereka
menubruk kearah lelaki berbaju hitam itu dan tampaklah bayangan tombak berputar
cahaya pedang menggulung, dalam sekejap mata semua orang berbaju hitam yang ada
disitu mati konyol tanpa sempat memberikan perlawanan.
Menyaksikan keganasan orang dalam hati Siauw Ling lantas berpikir, "Nama besar lima
manusia laknat dari Lam Hay benar2 bukan nama kosong belaka, bukan saja hati mereka
kejam bahkan keji dan telengas sekali"."
Sebaliknya Soen put shia sendiripun tidak menyangka kalau ketiga orang itu segera
bertindak setelah ia sampai tertegun dan berdiri melongo.
"Siauw thayhiap sekarang kau sudah percaya bukan." Soen Seng kemudian melangkah
datang. "Setelah kalian bertiga membinasakan jagoan dari perkampungan Pek Hoa San cung,
bagaimana pertanggungan jawab kalian dikemudian hari dihadapan Djen Bok Hong?"
"Sebelum berkenalan dengan Siauw thayhiap kami memang dipergunakan oleh Djen Bok
Hong untuk memusuhi Siauw thayhiap, tetapi kini sesudah kita bersahabat sudah tentu
kami tak akan berbakti lagi kepada pihak perkampungan Pek Hoa San cung."
"Sekalipun kau binasakan Djen Bok Hong tak nanti aku sanggup menyembuhkan sakit
edan yang diderita kedua orang saudaramu" pikir Siauw Ling.
Dia merasa bahwa persoalan ini tak bisa diundurkan lagi, sementara dia siap
menerangkan kalau ia tak pandai ilmu pertabiban kembali Soen put shia menimbrung
lebih dulu, "Harap kalian bertiga menunggu sejenak diluar kuil, biar sipengemis tua
rundingkan dahulu persoalan ini dengan diri Siauw thayhiap."
"Jadi kawan atau jadi lawan semuanya terngantung pada keputusan Siauw thayhiap.
Kalian berdua silahkan berlalu!"
"Saudara Siauw, mari ikut aku dipengemis tua!" seru Soen put shia sambil putar badan
dan berjalan masuk kedalam kuil.
Siauw Ling tak berkutik terpaksa dia mengikuti dibelakang pengemis tua itu, setibanya
didalam kuil segera tegurnya, "Loocianpwee, kenapa kau sanggupi untuk menyembuhkan
luka yang mereka derita?"
"Apabila membiarkan lima manusia laknat dari Lam Hay membantu pihak perkampungan
Pek Hoa San cung dengan sekuat tenaga, itu berarti membuat Djen Bok Hong bagaikan
harimau yang tumbuh sayap, kita harus berusaha untuk memisahkan kerjasama diantara
mereka!" "Tetapi boanpwee sama sekali tidak paham akan ilmu pertabiban, dari mana bisa
kusembuhkan sakit edan yang mereka derita?"
"Dalam hal ini keadaan aku sipengemis tua tiada berbeda denganmu, itulah sebabnya kita
harus rundingkan dahulu persoalan ini dengan diri Boe Wie Tootiang."
Ia percepat langkahnya dan lari masuk kedalam pendopo tengah.
Sementara itu Boe wie Tootiang, Tiong Cho Siang ku serta Suma Kan sekalian sedang
merasa keheranan karena lama sekali belum juga kedengaran ada suara pertempuran,
melihat ketiga orang itu munculkan diri mereka segera menyongsong.
Begitu tiba diruang tengah, Soen put shia segera berseru, "Peristiwa aneh jarang terjadi
dalam kolong langit, tapi tahun ini sungguh banyak yang telah terjadi, aneh, aneh,
sungguh aneh." "Persoalan apa yang aneh?" tegur Boe Wie Tootiang.
"Heeeh". heeeh". heeeh". ruapanya kemampuan Siauw Ling yang disiarkan dalam
kolong langit telah meningkat sehingga seakan2 persoalan apapun sanggup dilakukan
olehnya!" "Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"
"Tiga orang bersaudara dari Lam Hay Ngo Hiong telah datang kemari untuk minta tolong
Siauw Ling guna menyembuhkan sakit edan yang diderita saudara mereka."
"Aaah, sudah terjadi kejadian seaneh itu?"
"Tapi sang siauwte tidak mengerti sama sekali tentang ilmu pertabiban" sahut Siauw Ling
sambil melangkah masuk. "Mana mungkin sakit edan dari Lam Hay sanggup
kusembuhkan?" "Yang aneh lagi, dari mana mereka bisa datang mencari dirimu?"
"Mungkin saja ada orang yang sengaja hendak menyusahkan diriku, maka disuruhnya Lam
Hay Ngo Hiong datang kemari untuk mencari aku, sehingga kalau sampai aku tak mampu
menyembuhkan sakit mereka maka antara mereka dengan kami akan terikat dendam sakit
hati." "Tidak salah, mungkin saja memang demikian?"
"Sudah siauwte tolak berulang kali, tetapi mereka belum mau juga percaya!"
"Lalu bagaimana menurut pendapat Siauw thayhiap?"
"Mereka datang membawa sepucuk surat dalam surat tadi mengatakan bahwa hanya
cayhe yang sanggup menyembuhkan sakit edan tersebut, maka Lam Hay Ngo Hiong
ngotot terus memohon kepada diriku."
"Sudah kau sanggupi?"
"Keadaan sangat mendesak, tidak disanggupipun rasanya tak mati."
"Siapakah yang menulis surat itu" apakah Siauw thayhiap bisa kenali tulisannya?"
"Sungguh menjengkelkan, pada akhir surat itu sama sekali tak ada tanda tangannya."
Boe Wie Tootiang termenung sejenak, kemudian jawabnya, "Kalian memang Siauw
thayhiap sudah menyanggupi mari kita tengok keadaan sakit mereka."
"Tapi cayhe"."
"Pinto akan pergi bersamaan, kita bekerja mengikuti keadaan pada saat itu."
Siauw Ling berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk.
"Yaaah, terpaksa kita harus berbuat demikian."
"Biarlah aku sipengemis tua berangkat bersama kalian! seandainya sampai terjadi
pertarungan, dengan jumlah kita persis seorang lawan seorang!"
"Tempat ini tak bisa didiami lebih jauh, akupun akan suruh mereka sekalian berangkat"."
kata Boe Wie Tootiang. Dia berpaling memandang sekejap kearah Im Yang cu kemudian
sambungnya, "Turunkan perintah agar mereka semua siap sedia, bawalah beberapa orang
yang terluka parah itu menyingkir dari sini."
"Lalu kita akan bertemu lagi dimana?"
"Ehm". kalian berangkatlah lebih dulu keselat Huang Yang Kok!"
Im Yang cu mengiakan dan segera berlalu.
"Mari kita jumpai Lam Hay Ngo Hiong!" teriak Boe Wie Tootiang kemudian, bersama
Siauw Ling kemudian mereka lantas keluar dari kuil.
Sementara itu sitelapak pembetot sukma Soen seng sedang menanti dengan hati gelisah
melihat mereka keluar dia maju menyongsong.
"Siauw thayhiap, kau suka berangkat bersama kami bukan?" serunya sambil menjura.
Siauw Ling berpaling memandang sekejap kearah Boe Wie Tootiang kemudian menjawab,
"Cayhe ingin berangkat bersama2 Boe Wie Tootiang, karena ilmu pertabiban dari Tootiang
sangat lihay dan sempurna, dia merupakan pembantu yang paling berharga bagiku."
"Ooh, sudah lama kami mengagumi nama besar Tootiang, dengan senang hati kami
persilahkan Tootiang untuk ikut berangkat."
"Menolong orang bagaikan menolong api. Urusan tak boleh ditunda2 lagi setelah kita
setuju ayoh mari kita berangkat!" ajak Soen put shia.
Boe Wie Tootiang berbisik memesan beberapa patah kata kepada Cheng Yap Cing,
kemudian segera berangkat.
Begitulah dibawah pimpinan sitelapak pembetot sukma Soen seng, Cay Wie serta Thian
tiong Goan, berangkatlah Siauw Ling sekalian mengikuti dibelakangnya.
Keenam orang itu merupakan jago-jago lihay dalam dunia persilatan, perjalanan yang
dilakukan dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh ini betul2 cepatnya luar biasa.
Perjalanannya kian lama kian bertambah cepat, Siauw Ling segera mengerti bila Lam Hay
Sam Mo sengaja hendak mengunggul kemampuan larinya, hawa murni segera disusulkan
keluar dan ia percepat larinya.
Enam sosok bayangan manusia berkelebat dengan cepatnya ditengah jalan gunung yang
licin dan terjal, begitu cepat seakan2 bintang kejora yang sedang mengejar rembulan.
Kurang lebih empat puluh li kemudian Soen seng baru berhenti, serunya sambil berpaling,
"Kita sudah sampai!"
Siauw Ling tertegun, kiranya dimana mereka berhenti saat ini merupakan ujung dari pada
sebuah selat, kedua belah sisi mereka merupakan dinding tebing yang menulang
keangkasa, dihadapannya terdapat pula sebuah bukit menghalangi perjalanan mereka.
Didasar lembah penuh tumbuh semak belukar yang lebat serta pohon2 yang pendek,
suasana serta pemandangannya amat miskin dan seram.
"Dimana kedua orang saudara kalian"." Boe Wie Tootiang segera menegur.
"Mereka berada didalam sebuah goa yang rahasia sekali letaknya, mari ikuti diri cayhe!"
Siauw Ling sekalian tidak banyak bicara, dengan ketat mereka ikuti dari belakang.
Setibanya dibawah bukit yang menghalangi perjalanan mereka itu Soen seng berhenti dan
segera berseru lantang, "Dua bocah pelindung, kalian ada dimana?"
"Tecu ada disini!" jawaban yang tinggi lengking menyahut dari balik batu besar ditepi
dinding tebing, diikuti munculnya dua orang bocah berusia empat lima belas tahun dengan
memakai baju hijau dan menyoren pedang dipunggung.
Sekilas pandang Siauw Ling dapat melihat jelas wajah kedua orang bocah itu, air muka
mereka berdua berwarna hijau kekuning2an seakan2 orang yang sudah lama kelaparan,
namun sorot matanya tajam bercahaya jelas mereka miliki tenaga kweekang yang
sempurna. Empat buah sorot mata yang tajam dari kedua orang bocah itu menyapu sekejap wajah
Siauw Ling, lalu bersama2 menjura kearah Soen seng sambil berseru, "Menghunjuk
hormat buat Susiok bertiga!"
"Tak usah banyak adat, bagaimana keadaan sakit suhu kalian?"
"Belum menunjukkan tanda2 membaik!" jawab sang bocah yang ada disebelah kiri.
"Ehmm, Siauw thayhiap telah datang, cepat payang suhu kalian keluar agar penyakitnya
bisa diperiksa oleh Siauw thayhiap!"
Kedua bocah itu mengiakan, mereka sapu sekejap wajah ketiga orang itu dengan sorot
mata tajam kemudian perlahan2 berjalan masuk kebalik batu.
"Dibalik batu cadas itu pasti sudah diatur sesuatu yang lihay" Boe Wie Tootiang segera
membatin. "Karena itu mereka tidak ijinkan kami sekalian masuk kedalam"."
Siauw Ling serta Soen put shia pun mempunyai kecurigaan kesana, meski begitu mereka
tetap bersabar dan tidak buka suara.
Rupanya Soen seng dapat menebak kecurigaan Siauw Ling sekalian, ia mendehem dan
segera berkata, "Penyakit dari toako serta sute kami sangat parah, keadaan gua porak
poranda tidak karuan. Kami merasa kurang leluasa untuk mengundang cuwi sekalian
duduk didalam gua!" "Hmm, mungkin saja disitu ada apa2nya" batin Soen Put shia, tapi diluar dia lantas
tertawa terbahak2. "Haah". haah". haah". kami datang kemari adalah untuk memeriksa penyakit dari kakak
serta adikmu, masuk kedalam gua atau tidak itu bukan urusan penting!"
Soen Seng tertawa hambar, diapun tidak banyak bicara lagi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian tampaklah dua orang bocah berbaju hijau sambil
menyoren pedang menggotong keluar sebuah tandu lemas yang terbuat dari rotan.
Diatas ranjang reotan tadi berbaring seorang pelajar berbaju biru yang berwajah hijau
kekuning2an seperti halnya dengan wajah kedua orang bocah itu.
"Turunkan kebawah!" perintah Soen seng. Kedua orang bocah berbaju hijau itu segera
turunkan pembaringan rotan tadi keatas tanah kemudian mundur lima depa kebelakang.
Waktu itu pelajar berbaju biru tadi berbaring dengan mata terpejam rapat2 rupanya ia
sedang tertidur pulas. Siauw Ling memandang sekejap wajahnya lalu seraya menoleh kearah Soen seng ujarnya,
"Saudara ini adalah"."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pemimpin dari Lam Hay Ngo Hiong loota kami, Kioe Kiam Sin Hoan atau sembilan pedang
gelang sakti Thio Cu Yoe adanya!"
"Aaah, kiranya pemimpin dari lima rasul maaf". maaf!"
"Aaai".! toako kami ini bukan saja mempunyai kecerdasan yang melebihi kami sekalian
bahkan ilmu silatnya jauh diatas kami semua. Sembilan bilah pedang pendeknya bisa
menjagal harimau dari seratus tindak. Sepasang gelang saktinya bisa merontokkan burung
yang terbang sepuluh tombak ditengah udara. Oleh sebab itu ia dikenal orang sebagai
sembilan pedang gelang sakti. Sungguh tak nyana manusia gagah seperti dia ternyata
harus menderita penyakit yang begitu parah"."
Terhadap soal pembicaraan Siauw Ling boleh dibilang sama sekali tak berpengalaman,
melihat Thio Cu Yoe pejamkan mata tak sadar ia jadi bingung dan tak tahu apa yang
harus dilakukan. "Siauw thayhiap, lebih baik kau tanyakan dahulu keadaan sakit dari Thio heng ini" kata
Boe wie Tootiang sambil mendehem.
"Ehmm". memang seharusnya demikian"." sinar matanya beralih kearah Soen seng dan
menambahkan: "Apakah kakakmu selalu berada dalam keadaan tidak sadar?"
Soen seng menggeleng. "Dia jadi gila dan terhadap saudara sendiripun tidak kenal, maka dari itu dalam keadaan
terpaksa cayhe totok jalan darahnya."
"Bila ingin mengetahui keadaan sakitnya kita harus bebaskan dahulu jalan darahnya yang
tertotok!" saran Siauw Ling.
Soen seng ragu2, ia termenung sebentar lalu berkata, "Pada saat ini kesadarannya telah
kacau dan hilang, seandainya jalan darahnya kita bebaskan apakah tidak takut kalau ia
turun tangan melukai orang?"
Mula2 Siauw Ling tertegun oleh ucapan tersebut, tetapi dengan cepat dia menjawab,
"Tidak mengapa, asal sedikit lebih berhati2 rasanya sudah cukup".!"
"Hiante berdua harap berhati2" pesan Soen seng kemudian sambil memandang sekejap
kearah Cay Wie serta Thian tiong Goan. Setelah itu dia baru bebaskan jalan darah Thio Cu
Yoe yang tertotok. Tampak seorang she Thio itu membuka matanya lebar2 dipandangnya sekejap beberapa
orang itu kemudian berontak seakan2 mau bangkit berdiri.
Tetapi beberapa jalan darah yang ada dilengan serta kakinya masih tertotok. Oleh karena
itu walaupun dia ingin bangkit namun tiada tenaga sama sekali untuk melaksanakan.
"Jalan darah pingsannya telah kubebaskan" bisik Soen seng.
"Ehmm, alangkah baiknya kalau semua jalan darah ditubuhnya dibebaskan, agar siauwte
bisa segera periksa denyutan nadinya."
"Bebaskan jalan darah dilengan serta kakinya?"
Siauw Ling sama sekali tidak mengerti apakah urat nadi seseorang bisa diperiksa atau
tidak setelah jalan darah dilengannya tertotok, namun ucapan telah diutarakan terpaksa ia
mengangguk. "Tidak salah, jalan darah dilengannya harus dibebaskan lebih dulu!"
"Kalau begitu berhati2lah Siauw thayhiap" sambil berseru tangannya bergerak cepat
membebaskan jalan darah dilengan Thio Cu Yoe, kemudian buru2 loncat mundur tiga
langkah kebelakang. Diam2 Siauw Ling mengempos tenaga dalamnya memperlihatkan reaksi orang she Thio
itu. Tampak Thio Cu Yoe mengulet lalu bangun duduk.
"Bagaimana keadaan sakit anda?" tegur Siauw Ling kemudian setelah menenangkan
hatinya. "Siapa kau?" tegur Thio Cu Yoe sambil menatap wajah lawannya dengan tajam.
"Cayhe Siauw Ling."
"Heeeh". heee kiranya kau adalah Siauw Ling, selamat berjumpa!"
"Sadar sekali pikirannya" pikir Siauw Ling. "Sama sekali tidak menunjukkan tanda sedang
sakit." Sementara otaknya sedang berputar, mendadak pergelangan kirinya mengencang dan
urat nadinya sudah dicengkeram oleh Thio Cu Yoe.
Siauw Ling segera salurkan hawa murninya untuk melindungi nadi, kemudian sambil
tertawa tegurnya, "Segar sekali ingatanmu kawan?"
Tampak tangan kanan Thio Cu Yoe tiba2 diayun kemuka menghantam dada Siauw Ling,
serangan itu membawa deruan angin yang tajam serta daya tekanan yang luar biasa.
Cepat2 si anak muda itu ayun tangan kanan menangkis.
"Cayhe memperoleh undangan dari adik saudara untuk datang memeriksa penyakit yang
diderita Thio heng."
Beberapa kali Thio Cu Yoe hendak bangkit berdiri, namun berhubung jalan darah dilutut
serta kakinya masih tertotok maka setiap kali badannya roboh kembali keatas
pembaringan. Sekalipun begitu serangan pada tangan kanannya tetap ganas dan dahsyat.
Semua hantaman mengancam tempat berbahaya didepan dadanya Siauw Ling.
Sesudah pergelangan kiri si anak muda itu dicengkeram dengan tangan kirinya, maka
jarak kedua belah pihak boleh dibilang cuma terpaut beberapa depa saja, Siauw Ling pun
tidak melancarkan serangan balasan, setiap kali telapaknya selalu berputar menangkis
setiap serangan serta ancaman yang datang dari Thio Cu Yoe, dengan demikian maka
untuk sementara waktu kedua belah pihak masih tetap bertahan.
Dalam sekejap mata Siauw Ling telah punahkan sebelas jurus serangan dahsyat dari Thio
Cu Yoe. Sementara itu Soen put shia yang ada disisi kalangan mengikuti jalannya pertempuran itu
dengan mata melotot dia merasa betapa serangan dari Thio Cu Yoe kian lama kian
bertambah dahsyat dan telengas, tanpa sadar ia jadi curiga pikirnya, "Seandainya Djen
Bok Hong mengatur siasat licik dnegan suruh orang itu pura2 sakit lalu memancing
kedatangan Siauw Ling kemari maka keadaan kami teramat bahaya. Apalagi kalau dia
sudah persiapkan orang2nya disekitar sini". aku harus bertindak hati2."
Karena berpikir demikian, segera teriaknya dengan suara lantang, "Saudara Siauw hati2,
cepat totok jalan darahnya."
Sesudah saling bergebrak sebanyak belasan jurus Siauw Ling sendiripun merasakan
keadaannya kurang beres, dia merasakan urat nadi pada pergelangan kirinya yang
dicengkeram kian lama kian bertambah kencang dan dia mulai merasa tidak tahan.
Pemuda ini sadar bila jalan darahnya tercengkeram hilangnya daya kemampuannya untuk
melawan musuh bahkan ada kemungkinan bakal terluka ditangannya.
Mendengar teriakan dari pengemis tua, dia tidak sungkan2 lagi, serangan balasan segera
dilancarkan dan sekali totok dia hajar bahu Thio Cu Yoe.
Serangan ini cukup berat datangnya, seketika itu juga Thio Cu Yoe merasakan sekujur
badannya kaku, ia tak bertenaga untuk melancarkan serangan lagi, sambil mengedorkan
cengkeramannya dia roboh kebelakang.
"Siauw thayhiap, kau tidak terluka bukan?" tegur Soen seng cepat, kemudian sambil
melirik sekejap toakonya ia bertanya lebih jauh, "Apakah Siauw thayhiap menotok jalan
darahnya kembali?" "Sedikitpun tidak salah!"
"Aaai, itu berarti kita tak akan berhasil memeriksa denyutan nadinya".!"
"Keadaan memang demikian, terpaksa cayhe harus mencari akan lain!" seraya berkata
diam2 ia totok jalan darah dilengan Thio Cu Yoe, kemudian tangan kanannya
mencengkeram pergelangan tangan kiri orang itu.
Tampak denyutan nadinya sangat lambat, mungkin hal itu disebabkan karena jalan darah
pada lengannya tertotok, kecuali itu Siauw Ling tak berhasil menemukan tanda2 aneh
lainnya. "Siauw thayhiap, bagaimana denyutan nadi orang ini?" terdengar Boe Wie Tootiang
bertanya. Dari pemeriksaan tadi Siauw Ling tidak berhasil menemukan perubahan apapun, namun
dalam keadaan yang mendesak terpaksa sahutnya, "Denyutan nadi orang ini tidak tetap,
jelas menunjukkan tanda2 menderita penyakit."
Soen seng menghela napas panjang, sambil angkat kepalanya memandang cuaca ia
berkata, "Toako kami sudah sehari semalam menderita penyakit aneh itu, untuk mencari
Siauw thayhiap telah kehilangan waktu selama empat lima jam lagi, apalagi ucapan dari
orang yang meninggalkan surat itu tidak salah, maka hingga kini cuma tinggal tujuh
sampai delapan jam saja kesempatan untuk hidup baginya."
"Cayhe akan berusaha keras menyembuhkan sakitnya."
"Rupanya Siauw thayhiap belum berhasil juga menemukan sesuatu tanda pada penyakit
toako." sela Thian Tiong Goan dari samping sambil melirik sekejap saudaranya.
"Hmmm!" Soen put shia mendengus dingin. "Kalau sakit yang diderita saudaramu cuma
penyakit biasa saja saudaramu tak nanti pergi mengundang kehadiran Siauw thayhiap."
"Sedikitpun tidak salah" buru2 Soen seng menyambung seraya menjura dalam2.
"Saudaraku ini masih muda dan tak tahu urusan, bilamana ucapannya menyinggung
perasaan cuwi sekalian, disini heng te mewakili dirinya mohon maaf!"
Menghadapi orang yang menderita sakit aneh ini Siauw Ling benar2 dibikin gelagapan dan
tidak tahu apa yang harus dilakukan, segera ujarnya, "Penyakit yang diderita saudara
kalian memang luar biasa dan berbeda dengan penyakit2 lain, cayhe hendak rundingkan
dahulu persoalan ini dengan Boe Wie Tootiang kemudian baru tentukan penyakit aneh
apakah yang sudah dia derita."
"Meskipun cayhe tidak mengerti akan ilmu pertabiban tetapi kalau dibicarakan dengan
kemampuan Toako, boleh dikata ilmu silatnya telah mencapai pada taraf tidak mempan
terhadap penyakit apapun, siapa sangka secara tiba2 ia terserang penyakit aneh. Karena
itulah cayhe lantas curiga mungkin ada orang sengaja mencelakai dirinya."
"Penyakit yang diderita saudaramu memang patut dicurigai!"
"Kalau begitu terpaksa kami harus merepotkan kalian berdua!" sambil membawa Cay Wie
serta Thian Tiong Goan ia mundur satu tombak kebelakang dan duduk bersila disitu.
Siauw Ling menyapu sekejap wajah kedua orang bocah berbaju hijau itu, lalu katanya
pula, "Kalian mundurlah sedikit kebelakang cayhe hendak merundingkan keadaan majikan
kalian dengan diri Tootiang."
Kedua orang bocah berbaju hijau itu saling bertukar pandangan, kemudian bersama2
mundur lima langkah kebelakang.
Setelah kedua orang itu berlalu Siauw Ling baru berkata kepada Boe Wie Tootiang,
"Siauwte benar2 tidak mengerti akan ilmu pertabiban, tak kuketahui penyakit apa yang
sebenarnya diderita orang ini, bagaimana kalau tootiang yang memeriksanya?"
Boe wie Tootiang mengangguk, dia pegang urat nadi pada pergelangan kiri Thio Cu Yoe
untuk diperiksa, kemudian dengan alis berkerut ujarnya, "Pinto rasa dia tidak ada tanda2
menderita sakit." "Apakah orang ini sedang pura2 sakit?"
"Aku rasa dia telah terluka!"
Pembicaraan mereka berdua dilakukan degan suara yang amat lirih, sehingga dua orang
bocah berbaju hijau yang memperhatikan secara diam2 tak sanggup mengetahui sesuatu
apapun. "Apakah Tootiang mempunyai cara untuk mengobatinya?" tanya Siauw Ling.
"Pinto hanya bisa membuat resep sesuai dengan hasil pemeriksaan nadi, bisakah manjur
sukar dikatakan!" "Aaaai, entah siapa yang telah bergurau dengan kita, bukan saja telah meninggalkan
peringatan bahkan menuding diriku yang bisa sembuhkan penyakit ini, dan yang aneh lagi
ternyata Lam Hay Ngo Hiong begitu mempercayai ucapannya."
"Kalau orang yang meninggalkan surat itu ada maksud hendak membantu dirimu untuk
menaklukan Lam Hay Ngo Hiong dia pasti akan membantu kita secara diam2."
"Hingga kini belum ada sesuatu gerak gerik apapun, mungkin dia sengaja hendak
mengacau kita." "Pinto rasa satu2nya jalan yang bisa kita tempuh sekarang adalah membuat dahulu
sebuah resep, lalu suruhlah mereka tunggu sejenak. Kalau tidak ada reaksi juga maka
kaulah yang membuat sebuah resep menuntut petunjukan, sekalipun tidak berhasil
melukai luka dalamnya sedikit banyak tidak sampai mencelakai jiwanya."
"Mengikuti keadaan yang ada saat ini, aku rasa terpaksa kita harus bertindak demikian."
Dalam pada itu Soen seng sekalian yang telah mengundurkan diri sejauh satu tombak
kendati sedang bersemedi namun secara diam2 mereka perhatikan setiap gerak gerik dari
Siauw Ling. Ketika dilihatnya pemuda itu sedang bicara berbisik2 dengan Boe Wie
Tootiang seakan2 sedang merundingkan penyakit dari Thio Cu Yoe terpaksa mereka
menunggu dengan sabar. Siapa sangka setengah jam sudah lewat tanpa menemukan gerak gerik apapun dari Siauw
Ling, akhirnya dia tidak sabar lagi dan segera maju kedepan dengan langkah lebar
serunya seraya menjura, "Lima bersaudara dari Lam Hay telah membuktikan ketulusan
hati kami, semoga Siauw thayhiap suka turun tangan menyembuhkan penyakit yang
diderita toako kami."
Dalam hati Siauw Ling betul2 tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika itu, namun diluar
ia tetap berlagak tenang.
"Menurut denyutan nadi kakak kalian rupanya dia tidak menderita penyakit!"
"Tidak menderita penyakit?" seru sitelapak pembetot sukma Soen seng dengan hati
terperanjat. "Lalu kenapa dia?"
"Rupanya menderita luka dalam yang parah!"
"Kejadian yang sebenarnya cayhe tidak begitu jelas!" kata Soen seng setelah termenung
sejenak. "Ketika aku tiba kembali disini penyakit edan toako kami sedang kumat
bagaimana caranya sampai dia menderita penyakit aneh seperti itu ataukah dia cuma
menderita luka dalam, cayhe tidak mengetahuinya."
"Aaah, kenapa aku tidak tanyakan keadaan penyakitnya lebih dulu?" pikir pemuda kita.
Sinar matanya segera beralih memandang sekejap kearah dua orang bocah berbaju hijau
itu. "Apakah kedua orang murid kakak kalianpun tidak tahu kejadian yang sebenarnya?"
Soen seng segera ulapkan tangannya, dua orang bocah berbaju hijau itu segera
mengiakan dan maju kemuka.
Jilid 20 Orang yang ada disebelah kiri mempunyai perawakan yang tinggi besar, wajahnya
berwarna merah darah dengan sepasang tongkat besi Thiat Hoay Ciang tersoren
dipanggungnya. Ia mengenakan jubah warna merah, sepatu warna merah dan seluruh
tubuhnya merah bagaikan kobaran api.
Sedang orang yang ada disebelah kanan berjubah biru menyoren pedang. Dia bukan
lain adalah sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan.
Dan orang yang ada ditengah memakai jubah warna hitam, diatas alis sebelah kirinya
terdapat codet bekas bacokan golok, hingga alisnya yang panjang dan tebal terpotong jadi
dua bagian. Setelah melihat siapa yang datang dengan suara lirih Siauw Ling segera berbisik,
"Sipelajar bertangan dingin itu berani mengejar sampai kesini. Aku rasa dia pasti sudah
membuat suatu persiapan, mungkin saja kedua orang itu adalah anggota dari Lam Hay
Ngo Hiong." "Aku sipengemis tuapun mempunyai perasaan yang sama!"
"Kalau benar mereka adalah manusia-manusia dari lima laknat, aku rasa Cheng Yap
Cing bukan tandingannya, kita harus segera munculkan diri untuk membantu dirinya."
"Tidak mengapa, lebih baik kita perhatikan dulu secara diam-diam."
Untuk sesaat Siauw Ling tak dapat menebak maksud hati Soen Put Shia, terpaksa ia
menurut dan berdiri membungkam ditempat semula.
Sungguh cepat gerakan tubuh ketiga orang itu. Dalam sekejap mata mereka sudah
berada dihadapan Cheng Yap Cing dan berhenti kurang lebih empat lima didepan jago
muda dari Bu tong pay ini.
Tampak orang berbaju hitam yang berada ditengah menoleh dan memandang sekejap
kearah Thian Tiong Goan lalu tanyanya, "Apakah orang itu?"
"Bukan"." "Kalian bertiga hendak cari siapa?" tegur Cheng Yap Cing sambil memutar pedangnya.
"Siauw Ling" jawab orang berbaju hitam sambil menyapu wajah jago muda itu beserta
keempat orang tootiang lainnya.
"Tidak salah, Siauw thayhiap memang berada didalam kuil ini dan tidak sulit bila kalian
bertiga jika mau bertemu dengan dirinya, tetapi sebelum itu kalian harus menangkan dulu
pedangku ini!" "Hmm! siapa kau?"
"Sejak Siauw Ling terjun kedalam dunia persilatan jejaknya selalu misterius" pikir Cheng
Yap Cing didalam hati. Tetapi setiap kali ia berhasil menonjolkan diri. Dalam waktu yang
singkat bukan saja namanya telah terkenal dikolong jagad bahkan secara diam2 dia sudah
menjadi orang yang paling dihormati dalam Bulim, setelah lewat beberapa saat lagi tidak
sukar baginya untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin Bulim. Sebaliknya kami partai
Bu tong sudah bertahun-tahun lamanya tancapkan kaki didunia persilatan, dia bukan saja
nama besarnya sukar menonjol malah jangan-jangan partai kami bisa ternadih oleh nama
besarnya. Seandainya ketiga orang itu memang benar-benar mau menantang Siauw Ling,
kenapa aku tidak menggunakan kesempatan ini untuk kalahkan mereka. Diluar aku
bertindak demi Siauw Ling tapi secara diam-diam aku bisa gemilangkan nama besar partai
kami"." Saking asyiknya dia berpikir sampai lupa sang alis berjubah hitam itu berkerut kencang,
napsu membunuhnya memancar keluar dari balik sinar matanya, jelas ia merasa sangat
gusar, Tetapi entah apa sebabnya ternyata rasa marah yang bergolak dalam hatinya
ditekan selalu, terdengar ia bertanya setelah mendehem berat.
"Apakah kau anak murid Bu tong pay?"
"Sedikitpun tidak salah, cayhe adalah Cheng Yap Cing anak murid partai Bu tong. Kalian
bertiga berani datang kemari menantang Siauw thayhiap. Aku rasa kamu tentu bukan
manusia tanpa nama bukan?"
"Lima rasul dari Lam Hay, kau tentu pernah mendengar bukan!" sahut orang berbaju
hitam itu sambil angkat tangan kanannya dan perlihatkan lima jari.
Cheng Yap Cing tertegun. "Aaah, sudah lama cayhe mendengar akan nama kalian" sahutnya tanpa terasa.
Selama ini orang berjubah serba merah yang ada disebelah kiri serta pelajar bertangan
dingin Thian Tiong Goan membungkam dalam seribu bahasa. Jelas hal ini menunjukkan
bilamana kedudukan orang berjubah hitam ini jauh lebih tinggi dari pada mereka berdua.
Terdengar orang berjubah hitam itu berkata kembali, "Kalau kau sudah tahu akan nama
besar lima rasul, ayo cepat lapor kedalam"."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang perlu dilaporkan?"
"Laporkan kepada Siauw Ling dan katakanlah lima rasul dari Lam Hay ada urusan
penting dan hendak bertemu dengan dirinya."
"Cuwi cuma bertiga, kenapa disebut lima rasul?"
Hijau membesi seluruh wajah orang berbaju hitam itu hingga tampak begitu
menyeramkan, jelas orang ini mempunyai perangai yang buruk dan watak yang sangat
berangasan, tetapi oleh sesuatu kekuatan yang tak terwujud ia tak bisa mengumbar
tabiatnya dan seakan-akan terbelenggu. Dengan paksaan diri ditangannya emosi dan
golakan hawa amarahnya. Tampak dia menggelengkan dan berseru, "Apakah kau ingin mengetahuinya sampai
jelas?" "Sedikitpun tidak salah."
Mendadak orang berjubah hitam itu mendepakkan kakinya keatas tanah. Pasir dan batu
berterbangan memenuhi angkasa, diatas permukaan tanah yang keras seketika muncul
sebuah bekas kaki sedalam dua coen, sahutnya dengan dingin, "Cayhe adalah Soh Hoen
Ciang sitelapak membentot sukma Soen Seng, dalam lima rasul dari Lam Hay menduduki
urutan kedua"." sinar matanya beralih kearah orang berbaju merah disebelah kirinya.
"Dan dia adalah samte kami Cay Wie" kembali matanya beralih kearah Thian Tiong Goan.
"Dan dia adalah Ngo te kami sipelajar bertangan dingin Thian Tiong Goan. Nah apa yang
ingin kau tanyakan lagi?"
Soen Put Shia dan Siauw Ling yang bersembunyi dibelakang pintu dapat mendengar
semua percakapan itu dengan cepat pengemis tua itu jadi keheranan bisiknya, "Tempo
dulu lima manusia laknat dari Lam Hay pernah membasmi habis semua anggota dari
partai Ciang Shia serta Go Bie, waktu mereka kejam, buas dan tidak berperi kemanusiaan,
sedikit-sedikit saja lantas turun sangat membunuh. Kenapa sikapnya hari ini begitu sadar
dan lunak" sungguh aneh!"
"Kalau ditinjau dari wajahnya yang penuh diliputi napsu membunuh, jelas hawa gusar
yang bergelora dalam dadanya saat ini sukar dilukiskan lagi dengan kata-kata. Cuma saja
ia bersabar terus mempertahankan diri!"
"Nah disitulah letak keanehannya, ia bersabar diri dan menekan hawa gusar yang
berkobar dalam dadanya, maksud dan tujuannya tidak lain ingin bertemu dengan dirimu."
Dengan tidak dapat menahan kesabarannya lantas ia telah bertanya lagi, "Apa
maksudmu kami bertiga mencari Siauw Ling berada disini atau tidak, kau harus tahu
bahwa kesabaran cayhe ada batasnya."
teriak sitelapak pembetot sukma penuh kegusaran.
Siauw Ling siap melangkah keluar dari tempat persembunyiannya, namun Soen Put
Shia segera menahan tubuhnya seraya berbisik, "Jangan gugup, tunggulah sejenak lagi!"
Cheng Yap Cing yang ada dikalangan ingin sekali mencemerlangkan nama partainya. Ia
segera kebas pedang ditangan dan berseru, "Tidak sulit kalau kau hendak berjumpa
dengan Siauw thayhiap namun tembusi dulu pos pertahanan ini."
"Kalau terus menerus menyusahkan diriku, entah apa maksudmu yang sebenarnya?" ia
lantas ulapkan tangan kirinya.
Ada disebelah kiri dengan cepat meloncat keluar, tangan kanannya diayun dan dengan
keras ia cengkeram pedang Cheng Yap Cing.
Jago muda dari Bu tong pay ini tidak menyangka kalau serangan musuh datangnya
begitu cepat, hampir saja pedangnya kena dirampas. Dalam keadaan terdesak dan gugup,
cepat ia loncat mundur lima depa kebelakang. Pedangnya diayun dan menciptakan
serentetan bunga pedang. Cay Wie membentak keras. Weeesss".! tangan kanannya diayun kemuka mengirim
satu pukulan dahsyat. Badannya maju dua langkah kedepan dan tangan kirinya segera
mencabut keluar tongkat besi yang tersoren dibahunya.
Bukan saja gerak geriknya gagah dan ampuh, serangannya tajam dan mengerikan,
ternyata ia sudah anggap pedang baja ditangan Cheng Yap Cing itu bagaikan benda yang
tak berharga. Cheng Yap Cing sendiri terperanjat luar biasa tak kala merasakan datangnya angin
serangan lawan yang begitu dahsyat bahkan mengandung daya tekanan yang hebat,
segera pikirnya, "Sungguh dahsyat angin pukulan orang ini, rupanya dia bukan manusia
sembarangan"." Dalam pada itu Cay Wie telah meloloskan senjatanya.
Buru-buru Cheng Yap Cing melancarkan serangan balasan, pedangnya dengan jurus
"Seng Ko To Kwa" atau binatang berguguran diatas sungai menciptakan beratus-ratus titik
cahaya tajam menyelimuti seluruh angkasa.
Jurus serangan ini merupakan jurus yang ampuh diantara ilmu pedang Bu tong Kiam
Hoat, serangannya rapat dan tajam. Dalam serangan disertai pula dengan pertahanan
membuat seluruh badannya terlindung dengan rapatnya.
Siapa sangka Cay Wie jeri dengan ancaman ini, tongkat besinya disodok kedepan dan
menyerang masuk melalui cahaya pedang yang sangat rapat tadi.
Traaaang".! Traaang".! suara bentrokan senjata berkumandang tiada hentinya
memekikkan telinga. Cheng Yap Cing tak sanggup mempertahankan diri dan ia terdesak
mundur satu langkah kebelakang, pergelangan tangannya secara rapat-rapat terasa kaku
dan linu setelah Cheng Yap Cing dengan serangan dua tongkat besi ditangan kirinya,
dengan cepat tangan kanannya meloloskan tongkat besi kedua dan melancarkan
serangannya. "Tahan!" tiba-tiba Soen Seng membentak Cay Wie tarik kembali tongkat besinya dan
segera loncat mundur kebelakang.
"Kedatangan cayhe kemari sama sekali tiada bermaksud memusuhi kalian, kami
mempunyai persoalan penting yang hendak disampaikan kepada diri Siauw Ling" seru
Soen Seng kembali seraya ulapkan tangannya Cheng Yap Cing membungkam, apa yang
dipikirkan dalam hatinya adalah jurus "Seng Hoo Too Kwa" yang barusan berhasil
dipecahkan oleh Cay Wie itu. Dia merasa serangan tongkatnya tanpa pakai aturan, namun
entah apa sebabnya ternyata semua perubahan tadi berhasil dipecahkan. Ia merasa
terkejut, kaget tercengang dan tidak puas.
Tatkala Cay Wie melihat Cheng Yap Cing tidak menjawab perkataan toakonya, gusar
segera serunya, "Mungkin Siauw Ling tidak berada disini, orang ini sengaja berpura-pura
tuli dan bisu, tak mau memperdulikan kita. Aku rasa tak usah kita banyak bicara lagi
dengan mereka biarlah siauwte jagal dulu orang ini serta keempat orang toosu tua hidung
kerbau itu." Tongkatnya segera dipersiapkan untuk melancarkan serangan kembali.
Mendadak". terdengar gelak tertawa nyaring berkumandang datang, seorang pemuda
berpakaian ringkas perlahan-lahan munculkan diri dari balik pintu.
Orang itu adalah Siauw Ling yang menyaksikan pertarungan antara Cay Wie dengan
Cheng Yap Cing hatinya merasa sangat terperanjat, segera pikirnya, "Orang itu bertempur
tanpa memakai aturan tetapi setiap serangan dan hantamannya mengandung daya
tekanan yang luar biasa, mungkin Cheng Yap Cing bukan tandingannya. Karena itulah
sambil tertawa terbahak-bahak ia lantas munculkan diri mendekati orang she Soen itu."
Cheng Yap Cing melirik sekejap kearah Siauw Ling, dengan wajah jengah ia masukkan
kembali pedangnya kedalam sarung dan mengundurkan diri kesamping.
Dari serangan Cay Wie yang ganas serta daya tekanan yang dahsyat dalam gerakannya
yang sederhana itu pemuda she Siauw lantas berpendapat bila ia tidak memiliki tenaga
dalam yang sakti dan maha dahsyat, murni otaknya berputar mencari akal untuk
menghadapi dirinya. Tampak sitelapak tangan pembetot sukma Soen Seng maju dua langkah kemuka,
setelah menjura katanya, "Apakah saudara adalah Siauw Ling?"
Siauw Ling tidak menjawab. Matanya menyapu sekejap keadaan lawan dimana ia
jumpai kesembilan orang lelaki berbaju hitam mengiringi ketiga orang itu, berdiri jauh
dibelakang Soen Seng, telah termenung sejenak ia menyahut, "Cayhe memang Siauw Ling
adanya, entah ada maksud apa kalian bertiga datang mencari aku?"
"Tadi, adik kami telah melakukan kesalahan terhadap dirimu, disini cayhe mohonkan
maaf." "Aaah". tidak mengapa" seru Siauw Ling sambil tertawa hambar, sementara hatinya
tercengang pikirya, "Sebetulnya apa yang telah terjadi" apakah kedatangan mereka tidak
untuk balas dendam bagi kekalahan yang diderita Thian Tiong tadi"."
Terdengar Soen Seng mendehem ringan dan berkata kembali, "Kami lima bersaudara
dari Lam Hay tidak pernah mempunyai maksud untuk memusuhi diri Siauw thayhiap,
namun apa daya takdir menentukan demikian ditambah pula Djen Bok Hong menghasut
dari belakang, hingga akhirnya kami terpaksa sudah berbuat kasar terhadap diri Siauw
thayhiap." "Kau tak usah sungkan-sungkan!"
"Terus terang saja Siauwte katakan, bahwa kedatangan kami kali ini pertama adalah
untuk minta maaf dan kedua, ada suatu urusan hingga terpaksa kami harus merepotkan
Siauw thayhiap!" Siauw Ling berpaling. Ia jemput Soen Put Shia telah menyusul kesisi tubuhnya, namun
jago tua sudah punya pengalaman luas dan telah lama berkelana dalam dunia persilatan
ini sedang berdiri dengan wajah bimbang dan ragu jelas iapun dibikin tercengang oleh
sikap orang. Ketika Soen Seng tidak mendengar jawaban dari Siauw Ling kembali dia
menjura sambil berkata, "Maukah Siauw thayhiap membantu diri kami?"
"Katakan dulu persoalan apa yang sedang kau hadapi. Nanti cayhe baru ambil
keputusan!" Soen seng tertunduk, dengan nada lirih sahutnya, "Sejak terjun kedunia
kangouw kami lima bersaudara dari Lam Hay belum pernah mohon bantuan orang lain,
tapi hari ini terpaksa kami harus memohon kepada Siauw thayhiap agar suka ringan
tangan menolong kami."
"Terangkanlah dahulu persoalan apa yang sebenarnya kalian hadapi!" karena semakin
bingung terpaksa si anak muda itu berkata demikian.
"Sejak berkelana dalam dunia kangouw banyak permusuhan yang telah kami ikat,
tentunya Siauw thayhiap pernah mendengar bukan peristiwa pembasmian terhadap partai
Cing Shia serta partai Go Bie yang kami lakukan tempo dulu."
Meskipun tidak paham apa maksudnya pihak lawan berkata demikian, namun Siauw
Ling mengangguk juga. "Tidak salah." "Bila persoalan itu sudah siauwte utarakan keluar namun Siauw thayhiap tak sudi
menolong. Bisa jadi kami lima bersaudara dari Lam Hay tak ada mula lagi untuk tancapkan
kaki dalam dunia persilatan."
Jelas maksud perkataan itu adalah mengartikan bila masalahnya telah dikatakan maka
bila Siauw Ling tak mau menolong, mereka tentu akan memaksa terus.
"Bilamana permintaan saudara adalah permintaan yang terbuka dan jujur maka
bagimanapun juga aku orang she Siauw pasti akan membantu dengan segenap tenaga,
sebaliknya kalau perminataan itu adalah permintaan yang kelewat batas dan memalukan
sekalipun kepalaku dipancung, jangan harap cayhe sudi mengabulkan."
Cheng Yap Cing yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa malu sendiri
pikirnya, "Siauw Ling betul-betul manusia budiman yang bijaksana, aku benar-benar
bukan tandingannya"."
"Baik!" jawab Soen seng sesudah termenung sejenak. "Sekalipun sudah siauwte
katakan dan siauw thayhiap tak sudi menolong cayhepun tidak akan memaksa."
"Nah katakanlah!"
"Secara tiba-tiba Loo toa serta Loo su dari kelima saudara telah mengindap penyakit
edan yang parah, kami tahu bahwa dikolong langit dewasa ini cuma Siauw thayhiap
seorang saja yang sanggup menyembuhkan penyakit ini. Kami mohon agar Siauw
thayhiap suka menolong kami dan sembuhkan penyakit Loo toa serta Loo su kami. Lima
bersaudara dari Lam Hay pasti tak akan melupakan budi kebaikanmu itu!"
"Mengobati penyakit edan?" seru Siauw Ling tertegun.
"Tidak salah. Sakit yang diderita toako serta sute kami datangnya terlalu mendadak,
meskipun cuma dua belas jam namun mereka sudah gila hebat hingga saudara dan
kenakalanpun tak dinilai lagi. Telah kujelajahi daerah sekeliling tempat ini, tiga belas
orang tabib telah kami undang namun mereka tak sanggup menyembuhkan penyakit itu,
sebab itulah maka terpaksa kami harus merepotkan diri Siauw thayhiap."
"Kalau urusan menyembuhkan penyakit Boe Wie Tootiang adalah jago yang lihay" pikir
Siauw Ling. "Aku orang she Siauw sama sekali tidak mengerti akan ilmu pertabiban,
kenapa mereka mencari aku?"
Dari sakunya Soen Seng ambil keluar secarik kertas, sambil diangsurkan kemuka
sahutnya, "Apakah Siauw Ling thayhiap kenal dengan sipengirim surat ini?"
Siauw Ling segera menerima surat itu dan dibaca isinya, "Penyakit aneh yang diderita
saudara kalian sangat ganas dan berbahaya, bilamana didalam dua puluh empat jam tidak
disembuhkan maka urat nadinya akan pecah dan mati binasa. Keadaannya mengerikan
dan mendirikan bulu roma.
"Untung Thian maha pengasih, dengan ini kutunjukkan satu jalan hidup buat kalian.
Satu-satunya orang yang bisa menyembuhkan penyakit edan ini kecuali dirimu adalah
Siauw Ling, tetapi sayang aku masih ada urusan lain yang harus dikerjakan maka tak bisa
kubantu kamu semua. gunakanlah kesempatan yang sangat baik ini untuk mohon bantuan
Siauw Ling." Sederhana sekali isi surat itu, dibawahnya tidak tercantum pula tanda tangan ataupun
tanda apapun jua. Siauw Ling berdiri tertegun, dibacanya berulang kali surat tadi sedang dalam hati ia
tidak habis mengerti siapakah yang sedang mengajak dia bergurau.
"Apa yang ditulis dalam surat itu?" tanya Soen Put Shia.
"Bacalah sendiri Loocianpwee!"
Soen Put Shia menerima surat tadi dan dibacanya, dalam hati ia merasa tercengang
dan tidak habis mengerti.
"Siauw thayhiap, kau tentu kenal dengan orang ini bukan?" tanya Soen seng.
"Soal ini"."
"Kalau tidak kenal, mana mungkin dia bisa memberi petunjuk kepada kalian?" sambung
Soen Put Shia dengan cepat.
Siauw Ling jadi terperanjat segera pikirnya, "Menyembuhkan sakit seseorang
menyangkut mati hidup orang itu, mana boleh kuanggap sebagai suatu permainan?"
Sementara dia mau membantah. Soen Put Shia telah berkata lebih jauh, "Dimanakah
dua orang terluka itu?"
"Berada dalam sebuah rumah manusia bijaksana yang penuh welas asih, setelah dia
mengetahui akan kejadian ini sudah tentu akan membantu sekuat tenaga."
"Cayhe merasa amat berterima kasih atas kesediaan Siauw thayhiap untuk menolong
kedua orang saudara kami."
"Tetapi sayang kalian bersekongkol dengan Djen Bok Hong sedangkan ketua dari
perkampungan Pek Hoa San cung adalah musuh besar dari Siauw thayhiap. Seandainya
kami menolong kedua orang saudara bukan berarti kami telah mengundang musuh yang
lebih tangguh?" "Kalau Siauw thayhiap suka menolong toako serta sute kami, dengan sendirinya kami
lima bersaudara dari Lam Hay tak akan membantu Djen Bok Hong lagi untuk memusuhi
diri Siauw thayhiap."
"Haaah". haaah". haaah"." Soen Put Shia segera tertawa terbahak-bahak, sambil
menuding kearah Thian Tiong Goan serunya: "Ngo te kalian dengan membawa jago-jago
lihay dari perkampungan Pek Hoa San cung telah turun tangan keji dan melukai beberapa
orang saudara dari Siauw thayhiap dengan senjata rahasia beracun. Bagaimana pula
pertanggungan jawab kalian terhadap persoalan ini?"
"Cayhe datang kemari justru hendak menyembuhkan luka beracun yang mereka derita"
buru-buru Thian Tiong Goan berseru.
Soen Put Shia mendengus dingin.
"Hmm, kalau kami harus menunggu sampai kau datang memberi obat pemusnah,
mungkin mereka sudah mati sejak tadi."
Soen seng melirik sekejap kearah Thian Tiong Goan lalu berkata, "Ilmu pertabiban yang
dimiliki Siauw thayhiap sangat sempurna hanya senjata rahasia beracun saja tentu takkan
menyusahkan dirinya. Ngo te! kau telah berbuat salah terhadap Siauw thayhiap, ayo cepat
maju kedepan minta maaf."
Apa boleh buat, terpaksa dengan langkah perlahan Thian Tiong Goan maju dua langkah
kemuka dan menjura. "Bilamana cayhe sudah melakukan kesalahan terhadap Siauw thayhiap, harap Siauw
thayhiap suka memaafkan!"
"Dalam suatu petarungan sudah jamak kalau saling luka melukai. Tak usah kau
murungkan tentang persoalan itu."
"Siauw thayhiap berpikiran luas dan berlapang dada, cayhe merasa amat kagum."
"Hmm". hmm". kelicikan dunia kangouw bagaimanapun juga harus dijaga" jengek
Soen Put Shia dari samping. "Siapa tahu kalau tindakan kalian saat ini bukan lain adalah
hendak memancing Siauw thayhiap masuk perangkap"."
"Walaupun lima bersaudara dari Lam Hay sering kali turun tangan keji namun belum
pernah kami bicara bohong."
"Lalu siapakah yang berdiri dibelakang kalian?"
"Jago-jago dari perkampungan Pek Hoa San cung!"
"Bagus sekali!" teriak Soen Put Shia sambil tertawa dingin. "Orang-orang dari
perkampungan Pek Hoa San cung pun berjalan bersama kalian, sudah semakin jelas lagi
kalau surat itu bukan lain adalah siasat licik dari Djen Bok Hong."
"Baiklah. Kalau kalian tidak percaya terpaksa aku harus bunuh dulu orang-orang dari
perkampungan Pek Hoa San cung ini sebagai pertanda bahwa ucapan kami adalah jujur!"
Mendadak ia putar badan dan menubruk kearah barisan lelaki yang berada
dibelakangnya. Tampak sepasang telapaknya diayun berantai, dua orang lelaki berbaju hitam ini
sebelum sempat mencabut keluar senjatanya telah roboh binasa diatas tanah.
Cay Wie serta Thian Tiong Goan pun segera mengikuti jejak kakaknya. Badan mereka
menubruk kearah lelaki berbaju hitam itu dan tampaklah bayangan tombak berputar
cahaya pedang menggulung, dalam sekejap mata semua orang berbaju hitam yang ada
disitu mati konyol tanpa sempat memberikan perlawanan.
Menyaksikan keganasan orang dalam hati Siauw Ling lantas berpikir, "Nama besar lima
manusia laknat dari Lam Hay benar2 bukan nama kosong belaka, bukan saja hati mereka
kejam bahkan keji dan telengas sekali"."


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebaliknya Soen put shia sendiripun tidak menyangka kalau ketiga orang itu segera
bertindak setelah ia sampai tertegun dan berdiri melongo.
"Siauw thayhiap sekarang kau sudah percaya bukan." Soen Seng kemudian melangkah
datang. "Setelah kalian bertiga membinasakan jagoan dari perkampungan Pek Hoa San cung,
bagaimana pertanggungan jawab kalian dikemudian hari dihadapan Djen Bok Hong?"
"Sebelum berkenalan dengan Siauw thayhiap kami memang dipergunakan oleh Djen
Bok Hong untuk memusuhi Siauw thayhiap, tetapi kini sesudah kita bersahabat sudah
tentu kami tak akan berbakti lagi kepada pihak perkampungan Pek Hoa San cung."
"Sekalipun kau binasakan Djen Bok Hong tak nanti aku sanggup menyembuhkan sakit
edan yang diderita kedua orang saudaramu" pikir Siauw Ling.
Dia merasa bahwa persoalan ini tak bisa diundurkan lagi, sementara dia siap
menerangkan kalau ia tak pandai ilmu pertabiban kembali Soen put shia menimbrung
lebih dulu, "Harap kalian bertiga menunggu sejenak diluar kuil, biar sipengemis tua
rundingkan dahulu persoalan ini dengan diri Siauw thayhiap."
"Jadi kawan atau jadi lawan semuanya terngantung pada keputusan Siauw thayhiap.
Kalian berdua silahkan berlalu!"
"Saudara Siauw, mari ikut aku dipengemis tua!" seru Soen put shia sambil putar badan
dan berjalan masuk kedalam kuil.
Siauw Ling tak berkutik terpaksa dia mengikuti dibelakang pengemis tua itu, setibanya
didalam kuil segera tegurnya, "Loocianpwee, kenapa kau sanggupi untuk menyembuhkan
luka yang mereka derita?"
"Apabila membiarkan lima manusia laknat dari Lam Hay membantu pihak
perkampungan Pek Hoa San cung dengan sekuat tenaga, itu berarti membuat Djen Bok
Hong bagaikan harimau yang tumbuh sayap, kita harus berusaha untuk memisahkan
kerjasama diantara mereka!"
"Tetapi boanpwee sama sekali tidak paham akan ilmu pertabiban, dari mana bisa
kusembuhkan sakit edan yang mereka derita?"
"Dalam hal ini keadaan aku sipengemis tua tiada berbeda denganmu, itulah sebabnya
kita harus rundingkan dahulu persoalan ini dengan diri Boe Wie Tootiang."
Ia percepat langkahnya dan lari masuk kedalam pendopo tengah.
Sementara itu Boe wie Tootiang, Tiong Cho Siang ku serta Suma Kan sekalian sedang
merasa keheranan karena lama sekali belum juga kedengaran ada suara pertempuran,
melihat ketiga orang itu munculkan diri mereka segera menyongsong.
Begitu tiba diruang tengah, Soen put shia segera berseru, "Peristiwa aneh jarang terjadi
dalam kolong langit, tapi tahun ini sungguh banyak yang telah terjadi, aneh, aneh,
sungguh aneh." "Persoalan apa yang aneh?" tegur Boe Wie Tootiang.
"Heeeh". heeeh". heeeh". ruapanya kemampuan Siauw Ling yang disiarkan dalam
kolong langit telah meningkat sehingga seakan2 persoalan apapun sanggup dilakukan
olehnya!" "Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"
"Tiga orang bersaudara dari Lam Hay Ngo Hiong telah datang kemari untuk minta
tolong Siauw Ling guna menyembuhkan sakit edan yang diderita saudara mereka."
"Aaah, sudah terjadi kejadian seaneh itu?"
"Tapi sang siauwte tidak mengerti sama sekali tentang ilmu pertabiban" sahut Siauw
Ling sambil melangkah masuk. "Mana mungkin sakit edan dari Lam Hay sanggup
kusembuhkan?" "Yang aneh lagi, dari mana mereka bisa datang mencari dirimu?"
"Mungkin saja ada orang yang sengaja hendak menyusahkan diriku, maka disuruhnya
Lam Hay Ngo Hiong datang kemari untuk mencari aku, sehingga kalau sampai aku tak
mampu menyembuhkan sakit mereka maka antara mereka dengan kami akan terikat
dendam sakit hati." "Tidak salah, mungkin saja memang demikian?"
"Sudah siauwte tolak berulang kali, tetapi mereka belum mau juga percaya!"
"Lalu bagaimana menurut pendapat Siauw thayhiap?"
"Mereka datang membawa sepucuk surat dalam surat tadi mengatakan bahwa hanya
cayhe yang sanggup menyembuhkan sakit edan tersebut, maka Lam Hay Ngo Hiong
ngotot terus memohon kepada diriku."
"Sudah kau sanggupi?"
"Keadaan sangat mendesak, tidak disanggupipun rasanya tak mati."
"Siapakah yang menulis surat itu" apakah Siauw thayhiap bisa kenali tulisannya?"
"Sungguh menjengkelkan, pada akhir surat itu sama sekali tak ada tanda tangannya."
Boe Wie Tootiang termenung sejenak, kemudian jawabnya, "Kalian memang Siauw
thayhiap sudah menyanggupi mari kita tengok keadaan sakit mereka."
"Tapi cayhe"."
"Pinto akan pergi bersamaan, kita bekerja mengikuti keadaan pada saat itu."
Siauw Ling berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk.
"Yaaah, terpaksa kita harus berbuat demikian."
"Biarlah aku sipengemis tua berangkat bersama kalian! seandainya sampai terjadi
pertarungan, dengan jumlah kita persis seorang lawan seorang!"
"Tempat ini tak bisa didiami lebih jauh, akupun akan suruh mereka sekalian
berangkat"." kata Boe Wie Tootiang. Dia berpaling memandang sekejap kearah Im Yang
cu kemudian sambungnya, "Turunkan perintah agar mereka semua siap sedia, bawalah
beberapa orang yang terluka parah itu menyingkir dari sini."
"Lalu kita akan bertemu lagi dimana?"
"Ehm". kalian berangkatlah lebih dulu keselat Huang Yang Kok!"
Im Yang cu mengiakan dan segera berlalu.
"Mari kita jumpai Lam Hay Ngo Hiong!" teriak Boe Wie Tootiang kemudian, bersama
Siauw Ling kemudian mereka lantas keluar dari kuil.
Sementara itu sitelapak pembetot sukma Soen seng sedang menanti dengan hati
gelisah melihat mereka keluar dia maju menyongsong.
"Siauw thayhiap, kau suka berangkat bersama kami bukan?" serunya sambil menjura.
Siauw Ling berpaling memandang sekejap kearah Boe Wie Tootiang kemudian
menjawab, "Cayhe ingin berangkat bersama2 Boe Wie Tootiang, karena ilmu pertabiban
dari Tootiang sangat lihay dan sempurna, dia merupakan pembantu yang paling berharga
bagiku." "Ooh, sudah lama kami mengagumi nama besar Tootiang, dengan senang hati kami
persilahkan Tootiang untuk ikut berangkat."
"Menolong orang bagaikan menolong api. Urusan tak boleh ditunda2 lagi setelah kita
setuju ayoh mari kita berangkat!" ajak Soen put shia.
Boe Wie Tootiang berbisik memesan beberapa patah kata kepada Cheng Yap Cing,
kemudian segera berangkat.
Begitulah dibawah pimpinan sitelapak pembetot sukma Soen seng, Cay Wie serta Thian
tiong Goan, berangkatlah Siauw Ling sekalian mengikuti dibelakangnya.
Keenam orang itu merupakan jago-jago lihay dalam dunia persilatan, perjalanan yang
dilakukan dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh ini betul2 cepatnya luar biasa.
Perjalanannya kian lama kian bertambah cepat, Siauw Ling segera mengerti bila Lam
Hay Sam Mo sengaja hendak mengunggul kemampuan larinya, hawa murni segera
disusulkan keluar dan ia percepat larinya.
Enam sosok bayangan manusia berkelebat dengan cepatnya ditengah jalan gunung
yang licin dan terjal, begitu cepat seakan2 bintang kejora yang sedang mengejar
rembulan. Kurang lebih empat puluh li kemudian Soen seng baru berhenti, serunya sambil
berpaling, "Kita sudah sampai!"
Siauw Ling tertegun, kiranya dimana mereka berhenti saat ini merupakan ujung dari
pada sebuah selat, kedua belah sisi mereka merupakan dinding tebing yang menulang
keangkasa, dihadapannya terdapat pula sebuah bukit menghalangi perjalanan mereka.
Didasar lembah penuh tumbuh semak belukar yang lebat serta pohon2 yang pendek,
suasana serta pemandangannya amat miskin dan seram.
"Dimana kedua orang saudara kalian"." Boe Wie Tootiang segera menegur.
"Mereka berada didalam sebuah goa yang rahasia sekali letaknya, mari ikuti diri cayhe!"
Siauw Ling sekalian tidak banyak bicara, dengan ketat mereka ikuti dari belakang.
Setibanya dibawah bukit yang menghalangi perjalanan mereka itu Soen seng berhenti
dan segera berseru lantang, "Dua bocah pelindung, kalian ada dimana?"
"Tecu ada disini!" jawaban yang tinggi lengking menyahut dari balik batu besar ditepi
dinding tebing, diikuti munculnya dua orang bocah berusia empat lima belas tahun dengan
memakai baju hijau dan menyoren pedang dipunggung.
Sekilas pandang Siauw Ling dapat melihat jelas wajah kedua orang bocah itu, air muka
mereka berdua berwarna hijau kekuning2an seakan2 orang yang sudah lama kelaparan,
namun sorot matanya tajam bercahaya jelas mereka miliki tenaga kweekang yang
sempurna. Empat buah sorot mata yang tajam dari kedua orang bocah itu menyapu sekejap wajah
Siauw Ling, lalu bersama2 menjura kearah Soen seng sambil berseru, "Menghunjuk
hormat buat Susiok bertiga!"
"Tak usah banyak adat, bagaimana keadaan sakit suhu kalian?"
"Belum menunjukkan tanda2 membaik!" jawab sang bocah yang ada disebelah kiri.
"Ehmm, Siauw thayhiap telah datang, cepat payang suhu kalian keluar agar
penyakitnya bisa diperiksa oleh Siauw thayhiap!"
Kedua bocah itu mengiakan, mereka sapu sekejap wajah ketiga orang itu dengan sorot
mata tajam kemudian perlahan2 berjalan masuk kebalik batu.
"Dibalik batu cadas itu pasti sudah diatur sesuatu yang lihay" Boe Wie Tootiang segera
membatin. "Karena itu mereka tidak ijinkan kami sekalian masuk kedalam"."
Siauw Ling serta Soen put shia pun mempunyai kecurigaan kesana, meski begitu
mereka tetap bersabar dan tidak buka suara.
Rupanya Soen seng dapat menebak kecurigaan Siauw Ling sekalian, ia mendehem dan
segera berkata, "Penyakit dari toako serta sute kami sangat parah, keadaan gua porak
poranda tidak karuan. Kami merasa kurang leluasa untuk mengundang cuwi sekalian
duduk didalam gua!" "Hmm, mungkin saja disitu ada apa2nya" batin Soen Put shia, tapi diluar dia lantas
tertawa terbahak2. "Haah". haah". haah". kami datang kemari adalah untuk memeriksa penyakit dari
kakak serta adikmu, masuk kedalam gua atau tidak itu bukan urusan penting!"
Soen Seng tertawa hambar, diapun tidak banyak bicara lagi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian tampaklah dua orang bocah berbaju hijau
sambil menyoren pedang menggotong keluar sebuah tandu lemas yang terbuat dari rotan.
Diatas ranjang reotan tadi berbaring seorang pelajar berbaju biru yang berwajah hijau
kekuning2an seperti halnya dengan wajah kedua orang bocah itu.
"Turunkan kebawah!" perintah Soen seng. Kedua orang bocah berbaju hijau itu segera
turunkan pembaringan rotan tadi keatas tanah kemudian mundur lima depa kebelakang.
Waktu itu pelajar berbaju biru tadi berbaring dengan mata terpejam rapat2 rupanya ia
sedang tertidur pulas. Siauw Ling memandang sekejap wajahnya lalu seraya menoleh kearah Soen seng
ujarnya, "Saudara ini adalah"."
"Pemimpin dari Lam Hay Ngo Hiong loota kami, Kioe Kiam Sin Hoan atau sembilan
pedang gelang sakti Thio Cu Yoe adanya!"
"Aaah, kiranya pemimpin dari lima rasul maaf". maaf!"
"Aaai".! toako kami ini bukan saja mempunyai kecerdasan yang melebihi kami sekalian
bahkan ilmu silatnya jauh diatas kami semua. Sembilan bilah pedang pendeknya bisa
menjagal harimau dari seratus tindak. Sepasang gelang saktinya bisa merontokkan burung
yang terbang sepuluh tombak ditengah udara. Oleh sebab itu ia dikenal orang sebagai
sembilan pedang gelang sakti. Sungguh tak nyana manusia gagah seperti dia ternyata
harus menderita penyakit yang begitu parah"."
Terhadap soal pembicaraan Siauw Ling boleh dibilang sama sekali tak berpengalaman,
melihat Thio Cu Yoe pejamkan mata tak sadar ia jadi bingung dan tak tahu apa yang
harus dilakukan. "Siauw thayhiap, lebih baik kau tanyakan dahulu keadaan sakit dari Thio heng ini" kata
Boe wie Tootiang sambil mendehem.
"Ehmm". memang seharusnya demikian"." sinar matanya beralih kearah Soen seng
dan menambahkan: "Apakah kakakmu selalu berada dalam keadaan tidak sadar?"
Soen seng menggeleng. "Dia jadi gila dan terhadap saudara sendiripun tidak kenal, maka dari itu dalam
keadaan terpaksa cayhe totok jalan darahnya."
"Bila ingin mengetahui keadaan sakitnya kita harus bebaskan dahulu jalan darahnya
yang tertotok!" saran Siauw Ling.
Soen seng ragu2, ia termenung sebentar lalu berkata, "Pada saat ini kesadarannya
telah kacau dan hilang, seandainya jalan darahnya kita bebaskan apakah tidak takut kalau
ia turun tangan melukai orang?"
Mula2 Siauw Ling tertegun oleh ucapan tersebut, tetapi dengan cepat dia menjawab,
"Tidak mengapa, asal sedikit lebih berhati2 rasanya sudah cukup".!"
"Hiante berdua harap berhati2" pesan Soen seng kemudian sambil memandang sekejap
kearah Cay Wie serta Thian tiong Goan. Setelah itu dia baru bebaskan jalan darah Thio Cu
Yoe yang tertotok. Tampak seorang she Thio itu membuka matanya lebar2 dipandangnya sekejap
beberapa orang itu kemudian berontak seakan2 mau bangkit berdiri.
Tetapi beberapa jalan darah yang ada dilengan serta kakinya masih tertotok. Oleh
karena itu walaupun dia ingin bangkit namun tiada tenaga sama sekali untuk
melaksanakan. "Jalan darah pingsannya telah kubebaskan" bisik Soen seng.
"Ehmm, alangkah baiknya kalau semua jalan darah ditubuhnya dibebaskan, agar
siauwte bisa segera periksa denyutan nadinya."
"Bebaskan jalan darah dilengan serta kakinya?"
Siauw Ling sama sekali tidak mengerti apakah urat nadi seseorang bisa diperiksa atau
tidak setelah jalan darah dilengannya tertotok, namun ucapan telah diutarakan terpaksa ia
mengangguk. "Tidak salah, jalan darah dilengannya harus dibebaskan lebih dulu!"
"Kalau begitu berhati2lah Siauw thayhiap" sambil berseru tangannya bergerak cepat
membebaskan jalan darah dilengan Thio Cu Yoe, kemudian buru2 loncat mundur tiga
langkah kebelakang. Diam2 Siauw Ling mengempos tenaga dalamnya memperlihatkan reaksi orang she Thio
itu. Tampak Thio Cu Yoe mengulet lalu bangun duduk.
"Bagaimana keadaan sakit anda?" tegur Siauw Ling kemudian setelah menenangkan
hatinya. "Siapa kau?" tegur Thio Cu Yoe sambil menatap wajah lawannya dengan tajam.
"Cayhe Siauw Ling."
"Heeeh". heee kiranya kau adalah Siauw Ling, selamat berjumpa!"
"Sadar sekali pikirannya" pikir Siauw Ling. "Sama sekali tidak menunjukkan tanda
sedang sakit." Sementara otaknya sedang berputar, mendadak pergelangan kirinya mengencang dan
urat nadinya sudah dicengkeram oleh Thio Cu Yoe.
Siauw Ling segera salurkan hawa murninya untuk melindungi nadi, kemudian sambil
tertawa tegurnya, "Segar sekali ingatanmu kawan?"
Tampak tangan kanan Thio Cu Yoe tiba2 diayun kemuka menghantam dada Siauw Ling,
serangan itu membawa deruan angin yang tajam serta daya tekanan yang luar biasa.
Cepat2 si anak muda itu ayun tangan kanan menangkis.
"Cayhe memperoleh undangan dari adik saudara untuk datang memeriksa penyakit
yang diderita Thio heng."
Beberapa kali Thio Cu Yoe hendak bangkit berdiri, namun berhubung jalan darah dilutut
serta kakinya masih tertotok maka setiap kali badannya roboh kembali keatas
pembaringan. Sekalipun begitu serangan pada tangan kanannya tetap ganas dan dahsyat.
Semua hantaman mengancam tempat berbahaya didepan dadanya Siauw Ling.
Sesudah pergelangan kiri si anak muda itu dicengkeram dengan tangan kirinya, maka
jarak kedua belah pihak boleh dibilang cuma terpaut beberapa depa saja, Siauw Ling pun
tidak melancarkan serangan balasan, setiap kali telapaknya selalu berputar menangkis
setiap serangan serta ancaman yang datang dari Thio Cu Yoe, dengan demikian maka
untuk sementara waktu kedua belah pihak masih tetap bertahan.
Dalam sekejap mata Siauw Ling telah punahkan sebelas jurus serangan dahsyat dari
Thio Cu Yoe. Sementara itu Soen put shia yang ada disisi kalangan mengikuti jalannya pertempuran
itu dengan mata melotot dia merasa betapa serangan dari Thio Cu Yoe kian lama kian
bertambah dahsyat dan telengas, tanpa sadar ia jadi curiga pikirnya, "Seandainya Djen
Bok Hong mengatur siasat licik dnegan suruh orang itu pura2 sakit lalu memancing
kedatangan Siauw Ling kemari maka keadaan kami teramat bahaya. Apalagi kalau dia
sudah persiapkan orang2nya disekitar sini". aku harus bertindak hati2."
Karena berpikir demikian, segera teriaknya dengan suara lantang, "Saudara Siauw
hati2, cepat totok jalan darahnya."
Sesudah saling bergebrak sebanyak belasan jurus Siauw Ling sendiripun merasakan
keadaannya kurang beres, dia merasakan urat nadi pada pergelangan kirinya yang
dicengkeram kian lama kian bertambah kencang dan dia mulai merasa tidak tahan.
Pemuda ini sadar bila jalan darahnya tercengkeram hilangnya daya kemampuannya untuk
melawan musuh bahkan ada kemungkinan bakal terluka ditangannya.
Mendengar teriakan dari pengemis tua, dia tidak sungkan2 lagi, serangan balasan
segera dilancarkan dan sekali totok dia hajar bahu Thio Cu Yoe.
Serangan ini cukup berat datangnya, seketika itu juga Thio Cu Yoe merasakan sekujur
badannya kaku, ia tak bertenaga untuk melancarkan serangan lagi, sambil mengedorkan
cengkeramannya dia roboh kebelakang.
"Siauw thayhiap, kau tidak terluka bukan?" tegur Soen seng cepat, kemudian sambil
melirik sekejap toakonya ia bertanya lebih jauh, "Apakah Siauw thayhiap menotok jalan
darahnya kembali?"

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sedikitpun tidak salah!"
"Aaai, itu berarti kita tak akan berhasil memeriksa denyutan nadinya".!"
"Keadaan memang demikian, terpaksa cayhe harus mencari akan lain!" seraya berkata
diam2 ia totok jalan darah dilengan Thio Cu Yoe, kemudian tangan kanannya
mencengkeram pergelangan tangan kiri orang itu.
Tampak denyutan nadinya sangat lambat, mungkin hal itu disebabkan karena jalan
darah pada lengannya tertotok, kecuali itu Siauw Ling tak berhasil menemukan tanda2
aneh lainnya. "Siauw thayhiap, bagaimana denyutan nadi orang ini?" terdengar Boe Wie Tootiang
bertanya. Dari pemeriksaan tadi Siauw Ling tidak berhasil menemukan perubahan apapun, namun
dalam keadaan yang mendesak terpaksa sahutnya, "Denyutan nadi orang ini tidak tetap,
jelas menunjukkan tanda2 menderita penyakit."
Soen seng menghela napas panjang, sambil angkat kepalanya memandang cuaca ia
berkata, "Toako kami sudah sehari semalam menderita penyakit aneh itu, untuk mencari
Siauw thayhiap telah kehilangan waktu selama empat lima jam lagi, apalagi ucapan dari
orang yang meninggalkan surat itu tidak salah, maka hingga kini cuma tinggal tujuh
sampai delapan jam saja kesempatan untuk hidup baginya."
"Cayhe akan berusaha keras menyembuhkan sakitnya."
"Rupanya Siauw thayhiap belum berhasil juga menemukan sesuatu tanda pada
penyakit toako." sela Thian Tiong Goan dari samping sambil melirik sekejap saudaranya.
"Hmmm!" Soen put shia mendengus dingin. "Kalau sakit yang diderita saudaramu cuma
penyakit biasa saja saudaramu tak nanti pergi mengundang kehadiran Siauw thayhiap."
"Sedikitpun tidak salah" buru2 Soen seng menyambung seraya menjura dalam2.
"Saudaraku ini masih muda dan tak tahu urusan, bilamana ucapannya menyinggung
perasaan cuwi sekalian, disini heng te mewakili dirinya mohon maaf!"
Menghadapi orang yang menderita sakit aneh ini Siauw Ling benar2 dibikin gelagapan
dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, segera ujarnya, "Penyakit yang diderita saudara
kalian memang luar biasa dan berbeda dengan penyakit2 lain, cayhe hendak rundingkan
dahulu persoalan ini dengan Boe Wie Tootiang kemudian baru tentukan penyakit aneh
apakah yang sudah dia derita."
"Meskipun cayhe tidak mengerti akan ilmu pertabiban tetapi kalau dibicarakan dengan
kemampuan Toako, boleh dikata ilmu silatnya telah mencapai pada taraf tidak mempan
terhadap penyakit apapun, siapa sangka secara tiba2 ia terserang penyakit aneh. Karena
itulah cayhe lantas curiga mungkin ada orang sengaja mencelakai dirinya."
"Penyakit yang diderita saudaramu memang patut dicurigai!"
"Kalau begitu terpaksa kami harus merepotkan kalian berdua!" sambil membawa Cay
Puteri Es 1 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Istana Kumala Putih 13

Cari Blog Ini