Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 17
menyusup masuk kedalam lembah ini apakah masih bercekol disekitar sini?"
"Cayhe belum mendengar tanda rahasia yang menunjukkan pihak lawan telah
meninggalkan tempat ini."
"Kalau musuh masih ada didalam lembah tentu saja mereka telah menyembunyikan
diri" kata orang she It Boen itu setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu. "Dari arah
barat hingga sampai disini, tak pernah kita jumpai jejak musuh malah yang terlihat cara
pengaturan penjagaan ditempat ini terlalu ceroboh, sama sekali tak bisa dikatakan ketat."
"Selama banyak tahun meskipun ada orang berhasil menyusup kelembah ini,
kebanyakan sudah terjadi dalam perhitungan kita, mereka kalau bukan dibunuh
kebanyakan sudah ditahan didalam lembah ini. Untuk menambah tenaga kerja yang
sangat kekurangan, belum pernah hitungan kami meleset, tapi beberapa hari ini"."
"Maksud beberapa hari belakangan ini ada orang menyusup pula kedalam lembah ini?"
tukas It Boen Han Too cepat.
Phoa Liong menyapu sekejap wajah Siauw Ling serta Pek li Peng, kemudian dengan
tenang jawabnya, "Walaupun mereka berhasil menyusup masuk tapi jejak kedua orang itu
berhasil ketahuan, saat itu juga mereka sudah mati kami bunuh."
"Oooh, kiranya begitu"." ia tarik napas panjang. "Phoa heng, cayhe mempunyai
pandangan yang aneh, entah Phoa heng bisa menyetujuinya atau tidak?"
"It Boen sianseng, silahkan kau utarakan maksudmu."
"Kalian para mandor apakah kenal satu persatu akan raut wajah para pekerja anak
buahnya?" "Dalam lembah ini kaum pekerja jadi dibagi empat kelompok dengan masing-masing
kelompok dipimpin oleh seorang mandor. Mandor dari setiap kelompok tentu saja kenal
dengan wajah anak-anak buahnya."
"Nah. Itulah dia"."
Belum habis ia berkata terlihatlah Cioe Cau Liong dengan langkah tergopoh-gopoh
sedang jalan mendatangi. It Boen Han Too segera bangkit berdiri dan menegur, "Jie cungcu, apakah pihak musuh
yang menyusup kedalam lembah berhasil ditemukan?"
Cioe Cau Liong gelengkan kepalanya.
"Masih dalam pencarian"." ia merandek sejenak lalu menambahkan, "Rupanya rahasia
lembah ini sudah bocor ditempat luaran. Aaaai".! semoga Toa cungcu bisa cepat-cepat
datang kemari." "Kecerdikan serta kepandaian silat yang dimiliki Shen Bok Hong memang sangat lihay"
pikir Siauw Ling. "Sayang anak buahnya tak seorangpun yang kelihatan becus."
Terdengar It Boen Han Too telah berkata, "Cayhe telah berhasil menemukan sesuatu
pertanda, keadaan serta sifat tanah dari lembah ini memang sangat aneh sekali, ada yang
keras, ada yang subur dan ada yang gersang satu sama lain semuanya berbeda."
"Apa bedanya dengan keadaan dilembah lain?" tanya Cioe Cau Liong cepat.
"Tentu saja berbeda jauh, lembah yang panjangnya hanya beberapa puluh li ini tiada
bedanya dengan perjalanan sejauh ribuan li. Semua keanehan yang jarang ditemui
ditempat lain ternyata sudah muncul semua disini, pada jarak puluhan li yang pendek
mengandung berpuluh-puluh jenis sifat tanah yang luar biasa."
Sinar mata Cioe Cau Liong perlahan-lahan dialihkan kearah selokan, mendadak ia
berseru tertahan, "Eeei, coba lihat! apakah itu?"
It Boen Han Too segera alihkan sinar matanya tampaklah diantara gelombang air
selokan yang hijau terlintas serentetan bayangan merah yang berkilauan, cahaya merah
itu dengan cepat tenggelam kedasar selokan.
Siauw Ling yang berdiri pada jarak tujuh delapan depa dari selokan tadi, mendengar
seruan Cioe Cau Liong hatinya jadi amat gelisah, tapi iapun tak leluasa untuk maju
kedepan terpaksa dari pembicaraan kedua orang itu ia berusaha mendapatkan keterangan
yang diperlukan. Terdengarlah It Boen Han Too menyahut, "Rupanya seekor ikan Lei Hie yang sudah
berusia banyak tahun!"
"Apakah dihari-hari biasa diatas air selokan ini juga sering nampak bayangan merah?"
tanya Cioe Cau Liong sambil alihkan sinar matanya kearah Phoa Liong.
"Hamba belum pernah menyaksikan"." ia mendongak memandang cuaca dan
menambahkan. "Dihari-hari biasa, hamba jarang sekali berjalan-jalan dipagi hari begini,
apalagi Toa cungcu telah menurunkan peraturan yang amat ketat. Bila bukan keadaan
yang memaksa dilarang berlalu lalang diterang hari."
Cioe Cau Liong mengangguk.
"It Boen heng"." serunya.
Tapi memilik dari pesanggrahan Sian Kie Soe Loo itu sedang putarkan perhatiannya
mengawasi bayangan merah didalam telaga, terhadap seruan itu ternyata sama sekali tak
didengar olehnya. Mendadak diatas permukaan air yang hijau muncul kembali gelombang air, bayangan
merah tadi bergerak cepat dan lenyap dari pandangan.
Tiba-tiba It Boen Han Too jatuhkan diri berbaring keatas tanah, telinga kirinya
ditempelkan keatas tanah dan sambil pejamkan mata mendengarkan dengan seksama.
Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru bangkit berdiri, sambil membersihkan
bajunya dari debu katanya, "telaga kecil ini rada aneh!"
"Apanya yang aneh?"
"Didalam lembah ini semestinya terdapat aliran sungai dibawah tanah, dan air itu
semestinya berhubungan dengan air didalam telaga ini, tetapi setelah kudengarkan
dengan seksama ternyata tidak berhubungan."
Mendadak terdengar suara langkah kaki berat berkumandang datang memotong
pembicaraan yang belum selesai itu.
Ketika semua orang berpaling, terlihatlah sikakek yang kehilangan sebelah telinganya
itu dengan langkah amat lambat sedang berjalan mendekati.
Sekilas memandang siapapun tahu kalau keadaannya tidak beres, jelas sikakek tua itu
menderita luka dalam yang amat parah.
"Phoa Liong! cepat bimbing tubuhnya." seru Cioe Cau Liong.
Phoa Liong mengiakan dan buru-buru lari kedepan sambil membopong tubuh kakek tua
itu ia segera lari kembali kesisi tubuh Jie cungcu.
"Jangan berbicara!" seru It Boen Han Too dengan suara berat. Tangan kanannya
bergerak cepat secara beruntun menotok dua buah jalan darah ditubuh kakek itu,
kemudian membuka peti emasnya dan ambil keluar biji obat yang mana segera dijejalkan
kedalam mulutnya. "Salurkan hawa murnimu untuk membantu bekerjanya obat itu, setelah keadaan luka
agak tenang baru berbicara."
Kakek tua itu memandang sekejap kearah It Boen Han Too kemudian pejamkan
matanya. "Entah siapa musuh tangguh yang berhasil menyusup kedalam lembah ini".?" pikir
Siauw Ling. "Jangan-jangan sepasang pedagang dari Tiong chiu. Waaah". bisa jadi
mereka akan merusak rencanaku."
Sementara itu Cioe Cau Liong telah berkata dengan suara rendah, "It Boen heng,
apakah ia bisa mempertahankan diri?"
Maksud dari ucapan itu sudah jelas sekali. Bila jiwanya tak bisa dipertahankan maka ia
akan mengorbankan keselamatannya untuk mengetahui lebih dulu duduknya perkara.
Dengan wajah serius dan sunguh It Boen Han Too menjawab, "Dengan kerahkan
tenaga dalamnya ia bertahan terus hingga sampai ditempat ini, seluruh tenaganya telah
digunakan, bila lukanya tidak diusahakan untuk menjadi tenang kembali, sulit baginya
untuk bercakap-cakap."
"Aaah. Siauwte lupa kalau It Boen heng adalah seorang ahli dalam ilmu ketabiban,
dengan obat mujarab pemberianmu niscaya jiwanya bisa dipertahankan."
"Dapatkah mempertahankan selembar jiwanya, cayhe tidak memiliki keyakinan
tersebut, tetapi setelah kadar obat itu mulai bekerja paling sedikit luka dalamnya yang
diderita bisa tertahan untuk beberapa waktu bila tiada perubahan lain jiwanya masih
dapat dipertahankan selama satu jam lagi."
Diam-diam Siauw Ling memperhatikan keadaan lawannya, ia lihat air muka Cioe Cau
Liong menunjukkan kegelisahan yang tak terhingga, tapi ia berusaha keras untuk
mempertahankan ketenangannya.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian It Boen Han Too baru menepuk bebas jalan
darah dari kakek tua itu, ujarnya, "Sekarang Jie cungcu boleh mengajukan pertanyaan
kepadanya!" Sedari tadi Cioe Cau Liong sudah tidak sabar untuk menanti lebih jauh, buru-buru
tegurnya, "Apakah kau berhasil menemukan pihak musuh?"
Si kakek tua itu mengangguk.
"Yang datang adalah seorang pria dan seorang wanita, delapan bagian dia adalah
Siauw Ling." Rupanya It Boen Han Too merasa amat jeri sekali terhadap Siauw Ling, mendengar
perkataan itu air mukanya segera berubah.
"Macam apakah raut wajah pria itu?"
"Usianya diantara dua puluh tahunan, memakai pakaian ringkas berwarna biru
menyoren pedang dan ilmu silatnya sangat lihay"."
Setelah mengucapkan serangkai kata-kata itu, ia sudah kehabisan tenaga dan napasnya
tersengkal-sengkal. It Boen Han Too menunggu sampai napas orang menjadi tenang kembali, lalu ia
bertanya lebih jauh, "Bagaimanakah potongan wajah yang perempuan?"
"Memakai baju hijau, celana hijau dan ikat kepala warna hijau, wajahnya amat cantik
dan iapun bersenjatakan sebilah pedang."
It Boen Han Too angkat kepala memandang sekejap kearah Cioe Cau Liong, bibirnya
bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan.
Cioe Cau Liong mendehem ringan untuk mengendorkan rasa tegang yang menyelimuti
wajahnya, kemudian bertanya, "Dimanakah kedua orang mandor lainnya."
"Telah mati semua diujung pedang perempuan itu, jurus pedang yang digunakan gadis
itu amat keji dan telengas jauh melebihi pemuda berbaju biru itu."
"Siauw Ling selamanya tidak pernah mengenakan pakaian ringkas berwarna biru" ujar
Cioe Cau Liong. "Tentang soal ini sulit untuk dikatakan"." sahut It Boen Han Too sinar matanya segera
dialihkan keatas wajah kakek tua berambut putih itu.
"Kalian telah berjumpa dengan mereka dimana?"
"Beberapa puluh tombak dari tempat ini."
Tanpa sadar It Boen Han Too serta Cioe Cau Liong sama-sama alihkan sinar matanya
menyapu sekejap kesekeliling tempat itu.
Beberapa saat kemudian Cioe Cau Liong mendehem berat dan berkata, "Kenapa kami
tidak mendengar suara pertarungan atau jeritan dari kalian".?"
"Kami boleh dibilang tidak bertempur sama sekali"."
"Kalau tidak bertempur kenapa kau bisa terluka dengan begitu parahnya".?"
"Gerakan tubuh kedua orang itu etrlalu cepat, kami hanya lihat pedang ditangan gadis
itu berkelebat lewat. Mandir she Ong dan Ku dua orang tahu-tahu sudah mati konyol,
cayhe sendiri sebelum sempat mencabut senjata sudah termakan pula oleh pukulan berat
pria itu." "Mengapa mereka tidak sekalian membinasakan dirimu?"
"Setelah terkena pukulan hamba jatuh roboh keatas tanah, mungkin ia menganggap
aku sudah mati maka tidak menggubris diriku lagi!"
"apakah kau tidak melihat kemanakah mereka pergi?"
"Agaknya lari kesebelah barat, setelah terluka parah hamba merasa pandangan mata
jadi berkunang-kunang, yang jelas bagaimana hamba kurang begitu tahu."
Sampai disini Cioe Cau Liongpun segera menghembuskan napas panjang.
"Huuuh".! kalau begitu, ia memang benar-benar adalah Siauw Ling!" katanya.
"Darimana ia bisa tahu akan letak lembah ini?" tanya It Boen Han Too.
"Mungkin saja mereka menguntit dibelakang tubuh kita!" jawab Jie cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung ini dengan bulu kuduk pada bangun berdiri.
"Lalu siapakah gadis itu" ia bisa membinasakan dua orang mandor kita dalam tebasan
pedang, jelas orang itu bukanlah Kiem Lan atau Giok Lan dua orang dayang yang morat
bersama Siauw Ling."
Mendadak dengan mendengar kata-kata kedua orang dayang itu morat bersama Siauw
Ling, Pek li Peng kontan melotot sekejap kearah si anak muda itu.
Melihat air muka dara tersebut berubah, Siauw Ling takut jejaknya konangan buru-buru
dengan ilmu menyampaikan suara peringatnya, "Peng jie, saat ini kita berada ditengah
kepungan musuh, kau tak boleh bertindak gegabah."
Dalam pada itu Cioe Cau Liongpun telah mengemukakan keheranan.
"Tidak salah, siapakah budak sialan itu" empat mandor kami bukanlah manusia lemah
ia bisa membinasakan mereka berdua dalam sekali kelebatan pedang hal ini menunjukkan
bahwa diapun merupakan seorang jago yang maha lihay."
"Ehmmm, kalau begitu orang yang datang mirip dengan Siauw Ling!"
"Semoga saja apa yang It Boen heng duga tidak meleset"." sinar matanya segera
dialihkan kearah Phoa Liong dan tanyanya. "Didalam lembah ini apakah masih ada jago
lihay?" "Kalau dibicarakan tentang ilmu silat dalam lembah ini kepandaian keempat orang
mandorlah yang paling baik, diantara hamba sekalian berempat, ilmu silat saudara Teng
inilah yang paling ampuh."
"Phoa heng, kau terlalu memuji" buru-buru kakek berambut putih itu berseru. "Diantara
kami berempat bukan saja ilmu silat Phoa heng yang baik, bahkan senjata rahasian jarum
beracun milik Phoa heng tiada tandingannya dikolong langit!"
"Bagus, Phoa Liong! kalau begitu kumpulkanlah beberapa orang jago lihay dan lakukan
pencarian lagi kearah sebelah barat"."
"Jago lihay yang ada dilembah ini kecuali keempat orang mandor hanya tinggal
pasukan pengawal dipelbagai tempat, mereka mempunyai tugasnya tersendiri. Bila kita
turunkan perintah untuk melakukan pemeriksaan secara besar-besaran, andaikata ada
musuh yang menyusup lagi bukankah mereka akan lolos dari pengawalan kita?"
"Jadi kalau begitu kita tak bisa mengatur orang lagi secara bebas".?" tanya Cioe Cau
Liong. "Semua penjagaan yang tersebar disekitar tempat ini adalah hasil pemikiran serta
diatur oleh Toa cungcu sendiri, apabila Jie cungcu suka menurunkan perintahmu".!"
"Kalau begitu, tak usah saja"." sinar matanya menatap wajah Phoa Lioang tajam-tajam
dan menambahkan. "Kau sudah amat lama tinggal didalam selat ini, terhadap segala
sesuatu yang diatur disini tentu memahami dengan jelas bukan"."
"Hamba hanya mengetahui urusan bagian dalam, sedangkan mengenai persiapan diluar
selat untuk menghadapi musuh hamba sama sekali tidak tahu".!"
"Tetapi bagaimanapun juga kau toh lebih jelas dari aku!" seru Cioe Cau Liong ketus.
Melihat wajah Jie cungcunya menunjukkan perasaan tidak senang hati, Phoa Liong
tidak berani banyak bicara lagi, buru-buru jawabnya, "Ucapan Jie cungcu sedikitpun tidak
salah." "Menurut pendapatmu apakah lebih baik kita lakukan mencari serta menggeledah atau
lebih baik tidak usah sama sekali?"
Walaupun ia merasa bahwa orang yang datang bukan Siauw Ling, tetapi ia selalu
kuatirkan bahwa musuh yang telah menyerang datang adalah si anak muda itu, tahu
bahwa andaikata dugaannya tidak salah maka selembar jiwanya pasti akan menemui
bencana. Oleh karena itu ia berusaha menggunakan kesempatan ini untuk cuci tangan dari
masalah itu hingga ia punya peluang banyak untuk berada bersama-sama It Boen Han
Too. Andaikata Siauw Ling betul-betul datang kesitupun ia mempunyai pembantu yang
tangguh. Haruslah diketahui kedudukan It Boen Han Too ketika itu adalah tamu terhormat, tentu
saja Cioe Cau Liong merasa tidak leluasa untuk memerintahkan dirinya ikut pergi mencari
jejak Siauw Ling. Bagaimanapun juga Phoa Liong adalah seorang manusia yang banyak pengalaman
didalam dunia pesilatan, setelah berpikir sejenak ia segera dapat menebak maksud dari Jie
cungcunya itu segera katanya, "Menurut maksud hamba, kita tak boleh kacaukan urusan
hingga mengakibatkan keadaan bertambah runyam, karenanya untuk sementara jejak
mereka berdua tak usah dicari lagi."
It Boen Han Too mendehem ringan, lalu ikut berkata, "Akupun mempunyai perasaan
yang sama untuk mencari jejak kedua orang itu terpaksa kita harus menggerakkan
seluruh jago lihay yang sudah ditempatkan pada posisinya masing-masing, hal itu bisa
mengacaukan keadaan. Bagaimanapun juga didalam selat ini toh tiada barang berharga
yang mereka bisa curi".! bukankah begitu?"
"Perkataan It Boen heng sedikitpun tidak salah. Justru tindakan kita yang tenang dan
kalem malahan akan mencurigakan hati lawan sehingga tak berani berkutik secara
gegabah. Sebentar lagi Toa cungcu akan menyusul kemari dengan membawa sejumlah
jago lihay, saat itu rasanya tidak sulit untuk membelkuk mereka berdua!"
"Siauwte telah melakukan pemeriksaan dipelbagai sudut selat yang terasa penting dan
sudah kulukisakan pula beberapa tempat yang mencurigakan, macam-macam batu dan
pasir yang berhasil dikumpulkan pada hari ini perlu kuselidiki lebih jauh agar bisa
menyusun laporan bagi Shen Toa cungcu. Jie cungcu! kalau memang kau tiada maksud
untuk menggerakkan para jago yang berada didalam selat ini untuk mencari jejak musuh,
siauwte ingin menggunakan beberapa saat ini untuk melakukan penyelidikan!"
"Baiklah"." sahut Cioe Cau Liong. Ia segera berpaling kearah Phoa Liong dan
menambahkan. "Coba pilihlah sebuah ruang batu yang paling kuat pintunya untuk It Boen
sianseng bekerja!" "Ruangan tempat beristirahat Jie cungcu paling kuat dan aman, dalam ruang itu Toa
cungcu telah menempatkan pula beberapa alat rahasia disitu, bagaimana kalau ruangan
tadi dipersembahkan untuk tuan It Boen?"
Cioe Cau Liong mengangguk tanda setuju, sinar matanya segera dialihkan kearah kakek
tua she Teng itu, tegurnya, "Bagaimana keadaan lukamu?"
"Setelah memperoleh bantuan obat mujarab dari It Boen sianseng, keadaanku sudah
bertambah baik" jawab kakek berambut putih itu.
"Bagus sekali, kau boleh pergi beristirahat."
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek tua itu mengiakan dan segera mengundurkan diri.
Kembali Cioe Cau Liong alihkan sinar matanya kearah Phoa Liong sambil perintahnya,
"Dari antara kaum pekerja, pilihlah beberapa orang yang memiliki ilmu silat agak tinggi,
tugaskan mereka untuk menjaga tempat-tempat penting didalam selat."
"Hamba terima perintah!" Phoa Liong bongkokkan badan memberi hormat.
"It Boen heng, mari kita pergi"."
Kedua orang itu segera berlalu dan masuk kedalam goa batu ketempat tinggal Cioe Cau
Liong. Sepeninggalnya kedua orang itu Siauw Ling segera alihkan matanya memandang
sekeliling tempat itu, dibawah sorot sang surya tampaklah suasana diseluruh selat itu
hening dan sunyi senyap, kecuali dirinya serta Pek li Peng dan Phoa Liong tidak nampak
bayangan lain. Phoa Liong berdiri termenung ditempat semula hingga bayangan tubuh Cioe Cau Liong
serta It Boen Han Too sudah lenyap dari pandangan, kemudian baru ujarnya, "Harap
kalian berdua suka mengikuti diriku!"
Pek li Peng teringat akan bau busuk keringat didalam ruangan kamar para pekerja yang
sangat memuakan itu segera mengerutkan alisnya.
"Kenapa?" ia berseru. "Apakah kita harus kembali kedalam kamar para pekerja itu?"
"Itu sih tak usah. Setelah pekerja berhenti maka para pekerja yang memiliki ilmu silat
agak lumayan segera akan mendusin dari impiannya, dalam keadaan begini ingatan
mereka jadi lebih jernih dari keadaan semula. Bila mereka jumpai raut wajah kalian yang
asing tentu akan bertanya ini itu, satu kali salah bertindak malahan rahasia ini bisa
terbongkar." "Lalu bagaimana baiknya?" tanya Siauw Ling.
"Untuk sementara waktu kalian berdua boleh beristirahat didalam kamarku saja,
dengan demikian bisa mengurangi kesempatan untuk terbongkarnya rahasia ini!"
"Kalau begitu cepat bawa jalan buat kami, kami berdua akan mengikuti dibelakang."
Demikianlah Phoa Liong pun membawa kedua orang itu menuju kedalam sebuah goa,
setelah ditutup pintu bisiknya, "Apakah diantara kalian berdua ada yang bernama Siauw
Ling!" Siauw Ling tidak menjawab, sinar matanya melirik sekejap kearah pintu kamar, ia lihat
pintu tersebut tertutup rapat, tidak ada cahaya sang surya yang menyorot kedalam.
Sekalipun diluar berdiri seseorang juga belum tentu akan mendengar pembicaraan
mereka. Jilid 38 Karena itu setelah berpikir sebentar, ia lantas menjawab, "Lebih baik kau pikir sendiri!
kau anggap aku Siauw Ling juga boleh. Anggap bukan juga tak apa, yang penting asal kau
jangan menjual diri kami berdua. Kamipun tak akan melukai dirimu."
Goa batu itu dalamnya hanya tiga tombak, ketika beberapa patah kata itu selesai
diucapkan merekapun sudah tiba diujung goa.
Terlihatlah dalam ruangan batu itu terdapat sebuah pembaringan dari bambu, diatas
dinding tergantung dua bilah pedang serta dua bilah golok.
Dari atas dinding Phoa Liong ambil turun sebilah pedang, sambil disorenkan
dipunggung ia berkata lagi, "Kalian berdua boleh beristirahat sejenak didalam ruangan ini.
Aku hendak pergi mengatur beberapa urusan lebih dulu, paling banter satu jam kemudian
baru akan kembali kesini."
Habis berkata ia segera melangkah keluar.
"Apakah kita perlu berjaga-jaga terhadap penghianatannya?" bisik Pek li Peng lirih.
"Aku rasa tak usah!"
Tampaklah Phoa Liong buka pintu dan keluar dari goa.
"Apakah Cioe Jie cungcu serta It Boen Han Too sangat takut terhadap dirimu?"
Siauw Ling tersenyum. "Kedua orang itu sangat takut mati, asal ada orang memiliki ilmu silat lebih lihay dari
mereka, kedua orang itu akan jeri dan takut terhadap orang itu."
"Ehmm".! perkataan toako sedikitpun tidak salah"."
Ia merandek sejenak, lalu ujarnya kembali, "Keadaan serta unsur tanah yang ada
didalam selat ini agaknya jauh berbeda dengan selat lain, menurut kata Cioe Cau Liong
katanya istana terlarang berada disini, entah betul tidak ucapannya itu?"
"Aku rasa ucapannya sedikitpun tidak salah."
"Dari mana toako bisa tahu?"
"Aku punya peta untuk mencari letak istana terlarang, asal kita berhasil menemukan
bukit lain maka kita bisa meyakinkan bahwa istana terlarang terletak disini. Cuma kita
harus menemukan dahulu pintu masuk istana tersebut untuk bisa memasuki istana
terlarang itu." "Didalam istana terlarang terdapat pusaka apa sih" kenapa banyak orang Bulim masuk
kedalam istana terlarang?"
"Keadaan yang sejelasnya aku sendiripun tidak begitu mengerti, tetapu menurut berita
yang tersiar katanya pada puluhan tahun berselang didalam dunia persilatan terhadap
sepuluh orang jago yang memiliki ilmu silat paling lihay. Masing-masing pihak sudah
bertanding beberapa kali untuk memperebutkan gelar jago paling kosen dikolong langit.
Tetapi puluhan tahun lamanya keadaan mereka masih tetap seimbang, sekalipun ilmu
yang mereka pelajari satu sama lain berbeda, tetapi kesempurnaan yang berhasil mereka
capai ternyata seimbang dan sederajat. Oleh sebab itu masing-masing pihak lantas
menempuh pelbagai cara lain untuk memperhebat ilmu silatnya hingga bisa menangkan
para jago lainnya. Diantara mereka terdapat seornag jago yang bernama "Ciauw Jin Sin
Kong" atau ahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian yang mahir sekali didalam ilmu
bangunan, entak ia sudah buang banyak waktu dan tenaga akhirnya berhasil mendirikan
sebuah istana yang dinamakan istana terlarang. Suatu ketika ia mengundang kesembilan
jago lainnya untuk bertanding ilmu silat didalam istana terlarang tetapi sejak orang-orang
itu masuk kedalam istana ternyata tak seorangpun yang mampu keluar lagi dari istana tadi
dalam keadaan selamat, sejak itulah kabar berita dari kesepuluh ornag jago kosen itu
lenyap tak berbekas"."
"Bagaimana dengan siahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian sendiri" bukankah
dia sendiri yang membangun istana terlarang" kenapa ia sendiripun tak mampu untuk
keluar dari situ?" "Soal itu hingga kini masih merupakan suatu tanda tanya besar, mungkin saja istana
yang dibangun itu adalah sebuah istana yang tak bisa dibuka dari dalam. Mungkin juga
didalam gusarnya para jago kosen yang terkepung telah bersatu padu dan membinasakan
dirinya lebih dulu"."
Ia tarik napas panjang-panjang, lalu melanjutkan, "Apa yang kukatakan hanya
merupakan dugaan pribadiku sendiri, sebelum memasuki istana terlarang siapapun tak
bisa mengetahui sebab musababnya yang sebenarnya."
Pek Li Peng jadi kesemsem mendengarkan kisah itu, ia menghela napas sedih dan
berkata, "Mereka sudah banyak tahun terkurung didalam istana terlarang, entah orangorang
itu masih hidup dikolong langit atau tidak."
"Justru rahasia inilah yang hendak kita selidiki, kalau dibicarakan dari tenaga kweekang
yang dimiliki kesepuluh orang jago kosen itu, untuk hidup hingga kini rasanya bukan suatu
pekerjaan yang menyulitkan, tetapi istana terlarang berada dilambung gunung. Dapatkah
manusia hidup disini sulit bagi kita untuk menduganya."
"Shen Bok Hong telah mengumpulkan beratus-ratus orang pekerja yang bekerja keras
selama banyak tahun ditempat ini namun ia gagal untuk menemukan pintu masuk istana
terlarang, darimana kau bisa menemukannya?"
"Aku pikir diatas peta petunjuk itu seharusnya ada tanda-tanda yang menunjukkan
letak pintu masuk istana terlarang. Sayang dengan kecerdikanku masih belum sanggup
untuk memecahkannya"."
"sekalipun kita berhasil untuk menemukan pintu masuk istana terlarang, bagaimana
caranya kita bisa masuk kedalam?" sambung Pek li Peng.
"Sebelum siahli bangunan bertangan sakti Pauw It Thian memancing kesepuluh orang
jago kosen itu memasuki istana terlarang, rupanya ia mendapat firasat jelek dan
mengetahunya bahwa kepergiannya kedalam istana terlarang kali ini pasti ta akan bisa
keluar lagi dalam keadaan selamat, karena itu ia sudah meninggalkan sebuah anak kunci
untuk membuak istana terlarang tersebut, asal kita bisa menemukan pintu masuk istana
terlarang maka kunci ini tentu saja dapat digunakan untuk membuka pintu masuk istana,
dan untuk masuk kedalam istana sudah tentu bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan!"
"Dan kini anak kunci istana terlarang itu berada dimana?"
Sementara Siauw Ling hendak menjawab, tiba-tiba terdengar pintu kamar terbuka dan
muncullah Phoa Liong. Pek li Peng segera mengerutkan dahinya, bisiknya lirih, "Begitu cepat ia telah kembali
kesini, agaknya urusan telah terjadi perubahan diluar dugaan."
Rupanya Phoa Liong sangat terburu-buru setelah masuk kedalam goa ternyata ia lupa
untuk menutup pintu kembali.
Siauw Ling segera alihkan sinar matanya kearah orang itu, tampaklah lengan kanan
Phoa Liong sudah terluka, darah segar mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya,
pedang ditangan kanannya sudah lenyap tak berbekas, begitu masuk kedalam kamar ia
segera menyambar golok yang tergantung diatas dinding.
Semua kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata, baru saja Phoa Liong
mencabut keluar golok itu dari atas dinding, sesosok bayangan manusia laksana kilat telah
meluncur masuk pula kedalam goa.
Siauw Ling sgeera menoleh kedepan, tampaklah dipintu depan telah berdiri seorang
pemuda berbaju biru yang menyoren pedang.
Orang itu berwajah tampan dan gagah, dia bukan lain adalah Lan Giok tong yang
pernah menyaru sebagai Siauw Ling.
Dengan cepat Lan Giok Tong menyapu sekejap wajah Siauw Ling serta Pek li Peng,
kemudian sambil menatap wajah Phoa Liong tajam-tajam serunya dingin, "Kau tidak akan
mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan golok yang berada dicekalanmu itu lagi.
Bila kau ingin mencekal golok ditangan juga percuma saja, sebab kau tak akan mampu
menerima sebuah tusukan pedangku!"
Sambil mencekal goloknya erat-erat Phoa Liong serta menegur dengan suara dingin,
"Apakah kau adalah Siauw Ling?"
"Hmm!" kau tak usah mengetahui siapakah aku, kalau ingin hidup jawablah semua
perkataanku sejujurnya!"
Bibir Phoa Liong bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat itu
dibatalkan. Terdengar Lan Giok Tong bertanya dengan nada ketus, "Apakah istana terlarang
berada disini?" Phoa Liong mengangguk dan tidak menjawab.
"Apakah kalian berasal dari seperkampungan Pek Hoa San cung?"
Kembali Phoa Liong hanya mengangguk dan tidak berbicara.
"Apakah kalian sudah berhasil menemukan istana terlarang?"
"Belum" Phoa Liong menggeleng. "Sebenarnya siapakah kau?"
Lan Giok Tong mendongak dan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah". haaaaaah". haaaaaaah bukankah kau anggap aku sebagai Siauw Ling"
Nah! panggil saja aku sebagai Siauw Ling."
"Huuuuh! orang-orang ini betul-betul tak tahu malu" maki Pek li Peng didalam hati.
"Berhadapan muka dengan toako pun, kau berani menyaru dan mengaku-ngaku sebagai
toako"." Sebetulnya beberapa patah kata itu hanya dibatin didalam hati, tetapi beberapa patah
kata yang terakhir tanpa sadar telah diucapkan dengan bersuara.
Lan Giok Tong adalah seorang jago kosen yang tajam baik penglihatan maupun
pendengarannya, sekalipun ucapan Pek li Peng amat lirih tetapi si anak muda itu dapat
menangkap dengan amat jelas.
Dengan pandangan dingin ia sgeera menoleh kearah Pek li Peng, tegurnya, "Kau bilang
apa?" Dalam hati Pek li Peng merasa amat gusar, pikirnya, "Bagus! rupanya kau mau jual
lagak dan pamer kekuatan dengan diriku".?" segera sahutnya dengan ketus.
"Aku sedang berkata bahwa kau betul-betul tak tahu malu, mengapa kau mengaku
sebagai Siauw Ling" toh kenyataannya Siauw Ling adalah orang lain!"
Air muka Lan Giok Tong berobah hebat, segera serunya, "Apakah kau kenal dengan
Siauw Ling?" "Bangsat, toako sekarang berada disisiku" pikir Pek li Peng.
"Kenal atau tidak, apa sangkut pautnya dengan aku!"
Mendadak ia maju kedepan sambil memutar pedangnya, cahaya kilat dan langsung
mengancam dua buah jalan darah penting didada gadis itu.
Serangannya dilakukan cepat laksana kilat membuat orang lain jadi tertegun bercampur
kagum. Pek li Peng jumpalitan kesamping, menggunakan gerakan meloncat itu ia
menghindarkan diri dari tusukan kilat tersebut.
Dari gerak tubuh Pek li Peng untuk menghindarkan diri dari tusukan pedang itu Lan
Giok Tong segera menyadari bahwa dirinya sudah bertemu dengan musuh tangguh.
Pergelangannya segera ditekuk dan tarik kembali pedangnya.
"Ilmu silat yang kau miliki sungguh tidak cetek" serunya dingin. "Jelas kedudukanmu
bukan seorang pekerja, ayoh jawab, siapakah namamu yang sebenarnya?"
Pek li Peng yang kena didesak mundur sejauh tiga langkah kebelakang oleh serangan
kilat tadi, dalam hati merasa gusar bercampur mendongkol, ia sgeera menjawab, "Kau tak
usah tahu siapakah aku, yang jelas aku tahu bahwa kau adalah Siauw Ling gadungan!"
Lan Giok Tong yang mendengar suara pembicaraan lawan bening dan merdu, jelas
suara seorang wanita, sepasang alisnya kontan berkerut.
"Aku memang bukan Siuaw Ling" katanya. "Dan siapakah nona" kau berasal dari mana"
kenapa kau menyaru sebagai kaum pria dan menyusup didalam rombongan kaum
pekerja?" Dari dalam sakunya Pek li Peng cabut keluar sebilah pisau belatu, kemudian jawabnya
dingin, "Kau tak usah mencari tahu kenapa aku perempuan jadi lelaki, lebih baik kita
tentukan menang kalah kita dalam adu ilmu silat!"
Siauw Ling menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki Lan Giok Tong sangat lihay dan
luar biasa sekali, terutama sekali ilmu pedangnya yang luar biasa dengan perubahan
jurusnya yang keji. Seandainya Pek li Peng benar-benar sampai bergebrak melawan
dirinya, belum tentu dia bisa menangkan Lan Giok Tong dan sebaliknya kalau dia sampai
ikut campur didalam urusan ini hingga jejaknya ketahuan, apalagi sampai mengejutkan
Cioe Cau Liong sekalian hal ini semakin merugikan dirinya.
Karena itu dengan ilmu menyampaikan suara segera serunya, "Peng jie, jangan turun
tangan melawan dirinya, lebih baik carilah satu akal untuk mengadakan perjanjian dengan
dirinya untuk sementara waktu tidak saling ganggu mengganggu, dalam keadaan serta
situasi seperti ini tidak leluasa bagi kita untuk memperhatikan asal usul yang
sebenarnya"." Dalam pada itu Pek li Peng telah bersiap sedia melancarkan serangan balasan, setelah
mendengar bisikan dari si anak muda itu terpaksa ia harus menyabarkan diri. Setelah
mengerdipkan matanya gadis itu segera berkata, "Apakah kau ingin tahu siapakah aku?"
"Sedikitpun tidak salah, dalam perkiraanku kemungkinan besar kau adalah anak buah
dari nona Gak!" "Siapa sih nona Gak itu?" pikir Pek li Peng didalam hati. "Kalau ditinjau dari sikapnya
sewaktu menyebutkan nona Gak, rupanya ia sangat menaruh hormat kepadanya lebih
baik aku pura-pura mengakui sebagai anak buahnya saja."
Karena berpikir demikian ia lantas menyahut, "Dugaanmu ternyata tepat sekali"."
Tiba-tiba Lan Giok Tong merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya, "Bilamana
aku telah menyalahi diri nona, harap nona suka memaafkan!"
"Sungguh lihay nona Gak itu"." kembali Pek li Peng membatin. "Sampai anak
buahnyapun mendapat penghormatan dari orang lain"."
Segera dia balas memberi hormat.
"Kau tak usah berlaku sungkan-sungkan lagi".!"
"Sudah berapa lama nona mengikuti nona Gak?"
"Huuuuuh, kepalamu. Aku belum pernah berjumpa muka dengan nona Gak, darimana
bisa mengikuti dirinya" pikir gadis itu didalam hati.
Diluaran ia menyahut, "Aku sudah hampir satu tahun lebih mengikuti nona Gak!"
"Oooooh, kalau begitu nona tentu seringkali mengikuti diri nona Gak. Apakah kau
pernah mendengar nona Gak menyinggung tentang diriku?"
"Siapa namamu?"
"aku bernama Lan Giok Tong!"
"Lan Giok Tong".?"
"Sedikitpun tidak salah, aku bernama Lan Giok Tong!"
"Ehmmm, agaknya aku pernah mendengar nona Gak menyinggung tentang namamu
itu." "Aaaaaaaai".! bagaimanakah kesan serta penilaian nona Gak terhadap diriku".?"
"Apa sih yang kau maksudkan?" pikir Pek li Peng dalam hati. "Aku sama sekali tak tahu
apa yang sedang ia tanyakan dari mana bisa menjawab pertanyaannya itu?"
Sementara ia sedang serba salah dan tak tahu musti menjawab apa, tiba-tiba terdengar
suara Siauw Ling berkumandang disisi telinganya, "Peng jie, katakan kepadanya bahwa
kesan dan penilaian nona Gak terhadap dirinya tidak jelek!"
Pek li Peng tertegun beberapa saat lamanya, lalu menjawab, "Oooh, sekarang aku
sudah teringat, kesan serta penilaian nona kami terhadap dirimu tidak jelek!"
Sementara Lan Giok Tong hendak berkata lagi, tiba-tiba terdengar suara suitan panjang
berkumandang datang dari tempat kejauhan buru-buru serunya, "Apakah kedatangan
nona ketempat ini adalah atas perintah dari nona Gak".?"
Sambil mengangguk Pek li Peng berpikir kembali, "Siapa yang kesudian menjalankan
perintahnya"." "Aku datang kemari bersama seorang nona. Lebih baik kalian jangan sampai
membiarkan dia mengetahui akan asal usulmu"." pesan Lan Giok Tong. Kemudian sinar
matanya menyapu sekejap kearah Phoa Liong dan menambahkan, "Orang ini adalah
anggota perkampungan Pek Hoa San cung, lebih baik biar kubunuh dirinya sampai mati!"
"Tak usah, pada saat ini ia sudah bekerja sama dengan kami dan merahasiakan jejak
kami." "Nona Gak telah mengutus beberapa orang untuk datang kemari?"
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pek li Peng melirik sekejap kearah Siauw Ling dan menjawab, "Hanya kami berdua!"
"Baik, sekrang aku sudah jelas, dengan demikian diantara kitapun bisa dihindari kesalah
pahaman yang tidak diinginkan"."
Ia merandek sejenak, lalu melanjutkan, "Aku akan menghalangi kawanku ini hingga
tidak menerjang kemari, harap nona berdua bisa baik-baik berjaga diri. Kalau
membutuhkan bantuan dariku silahkan katakan saja tanpa sungkan-sungkan."
Selesai mengucapkan kata-kata tersebut tanpa menanti jawaban dari Pek li Peng serta
Siauw Ling lagi ia segera meluncur keluar dari goa itu.
Menanti bayangan punggung Lan Giok Tong sudah lenyap dari pandangan Pek li Peng
tak dapat menahan rasa gelinya lagi, ia tertawa cekikikan.
"Hiiiiih". hiiiih". toako ternyata ia sudah menganggap dirimu seorang gadis!"
Siauw Ling tidak menggubris ocehan dari Pek li Peng, ia menoleh kearah phoa Liong
dan bertanya, "Apakah pintu batu itu sudah boleh ditutup lagi?"
"Boleh!" Phoa Liong mengangguk.
"Baik! kalau begitu tolong Phoa heng menutup lebih dahulu pintu batu itu, kemudian
aku mempunyai beberapa persoalan yang ingin dibicarakan secara blak-blakkan dengan
diri Phoa heng!" Phoa Liong termenung berpikir sebentar lalu berjalan menuju kemulut goa dan
menutup pintunya sekalian digerendel, setelah itu sambil melangkah kembali ia tatap
wajah Siauw Ling tajam-tajam dan bertanya, "Sebenarnya siapakah kau?"
Siauw Ling tersenyum. "Namaku lebih baik untuk sementara waktu jangan kau ketahui lebih dulu, tetapi pada
suatu hari aku pasti akan memberitahukan kepada diri Phoa Liong. Sekarang aku ada
beberapa persoalan hendak ditanyakan kepadamu!"
"Kenapa aku tak boleh mengetahui namamu?"
"Pada saar serta keadaan seperti ini aku masih belum dapat memperkenalkan asal
usulku"." bisik Siauw Ling, ia merandek sejenak lalu melanjutkan, "Phoa heng,
pertanyaan yang hendak kuajukan ini harap bisa kau jawab sejujurnya."
"Persoalan apa?"
"Bagaimanakah sikap Shen Bok Hong terhadap dirimu?"
"Sulit untuk dikatakan, bagi setiap orang yang tergabung didalam perkampungan Pek
Hoa san cung, bila menyebut tentang Toa cungcunya rata-rata pada menunjukkan sikap
hormat dan takut." "Seandainya pada saat ini aku suruh kau menghianati dirinya, apakah kau mempunyai
keberanian untuk melakukan hal itu?"
Phoa Liong termenung sebentar, lalu menjawab, "Pertolonganku terhadap kalian
berdua sudah merupakan suatu pelanggaran terhadap peraturan dari perkampungan Pek
Hoa san cung kami!" "Apa hukumannya bila kejadian ini tertangkap basah?"
"Seandainya Toa cungcu sampai mengetahui akan peristiwa ini, maka aku bisa dijatuhi
hukuman mati dibacok oleh beratus-ratus bilah pedang."
"Sampai seserius itulah hukumannya?"
"Tidak salah!" Phoa Liong membenarkan. "Perbuatan itu termasuk sebagai suatu
pelanggaran yang diancam hukuman mati."
"Jadi kalau begitu, pada saat ini perbuatanmu itu sudah terhitung sebagai suatu
penghianatan terhadap perkampungan Pek Hoa san cung?"
"Sedikitpun tidak salah, andaikata rahasia kalian berdua ketahuan maka setiap saat bisa
dijatuhi hukuman mati!"
"Kalau memang begitu kenapa Phoa heng tifak berusaha untuk meninggalkan jalan
gelap menuju kearah jalan terang dan meninggalkan perkampungan Pek Hoa san cung?"
"Aku tidak berhasil menemukan jalan untuk mewujudkan apa yang pernah kupikirkan
itu." Mendengar sampai disini Siauw Ling segera tersenyum.
"Asal Phoa heng mempunyai tujuan kearah situ, hal itu sudah lebih dari cukup"."
Blam" Blam! Blam tiba-tiba terdengar suara gedoran kencang berkumandang datang.
disusul suara teriakan dari Cioe Cau Liong berkumandang datang, "Hay, didalam apa ada
orang?" "Jangan kau ceritakan bantuan kami untuk memukul mundur musuh tangguh itu"."
buru-buru Siauw Ling berpesan.
Sambil mengangguk Phoa Liong segera bangkit berdiri dan membuka pintu goa
tersebut. Tampaklah Cioe Cau Liong serta It Boen Han Too bersama-sama melangkah masuk
kedalam ruangan. It Boen Han Too menyapu sekejap luka dilengan Phoa Liong, lalu bertanya, "Parah luka
yang kau derita?" "Terima kasih atas perhatian dari It Boen sianseng, aku masih sanggup untuk
mempertahankan diri."
Sementara itu Cioe Cau Liong sudah menutup pintu dan menguncinya dari dalam lalu
bertanya, "Sudah kau temui orang itu?"
"Sudah, bahkan hamba telah bergebrak melawan dirinya dan lenganku terhajar luka
oleh babatan pedangnya!"
"Bagaimanakah raut wajah orang itu?" tanya Cioe Cau Liong lebih lanjut.
Ternyata ia sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap keselamatan anak buahnya,
meskipun diketahuinya Phoa Liong terluka agak parah.
"Orang itu usianya masih amat muda tetapi raut wajahnya tampan dan gagah,
terutama sekali ilmu pedangnya amat ganas dan lihay, hamba cuma sanggup bergebrak
sebanyak dua jurus sebelum akhirnya terluka diujung pedangnya".!"
Terhadap jawaban dari Phoa Liong ini rupanya Cioe Cau Liong merasa amat puas,
dengan wajah serius katanya lebih jauh, "Setahun berselang orang ini pernah menyaru
sebagai Siauw Ling gadungan, berkelana didalam dunia persilatan belum sampai satu
tahun. Nama besarnya telah berkumandang dan dikenal setiap orang dalam dunia
kemudian entah apa sebabnya tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas dan jarang sekali
muncuk dalam dunia persilatan, menanti Siauw Ling yang asli telah muncul dalam Bulim,
ia semakin tak pernah kelihatan lagi."
Sementara pembicaraan masih berlangsung ia sudah berada didalam ruang batu itu.
Dalam pada itu Siauw Ling serta Pek li Peng telah mengundurkan diri kesudut ruangan
dan duduk bersila disitu.
Terdengar Phoa Liong berkata, "Hamba tidak becus sehingga mencemarkan nama baik
perkampungan Pek Hoa san cung. Silahkan Jie cungcu menjatuhkan hukuman kepada
hamba!" "Dalam peristiwa ini kau tak bisa disalahkan, orang itu memang memiliki ilmu silat yang
sangat tinggi, sekalipun aku serta It Boen sianseng turun tangan secara berbarengpun
belum tentu bisa menangkan kelihayannya."
"Terima kasih atas kemurahan hati Jie cungcu!" kata Phoa Liong kemudian, ia segera
menarik dua buah kursi kayu untuk junjungannya.
Cioe Cau Liong serta It Boen Han Toopun tidak sungkan-sungkan, mereka segera ambil
tempat duduknya masing-masing seakan-akan urusan hendak dirundingkan.
"Apa It Boen heng telah berhasil menghitungnya semua?" terdengar Cioe Cau Liong
bertanya. "Siauwte telah menghasil menghitung garis besarnya saja, tetapi yang paling sulit
adalah aliran air deras yang berada dibawah permukaan tanah itu, bila kita salah
menghitung sehingga menyentuh aliran air dahsyat dibawah tanah itu. Maka air bah
laksana gulungan bukit akan menenggelamkan daerah disekitar tempat ini, dan semua
orang yang berada didalam selat inipun tak akan lolos dari bahaya maut!"
"Apakah tidak ada cara pencengahan yang baik?"
It Boen Han Too termenung berpikir sebentar, lalu menjawab, "Mungkin siahli
bangunan bertangan sakti Pauw It Thian sengaja mendirikan istana terlarangnya ditempat
ini karena disebabkan tempat itu memiliki aliran air dahsyat dibawah permukaan, bagi
orang yang tidak kenal akan ilmu tanah sulitkah untuk menemukan tempat penting itu,
sebaliknya bagi orang yang ahli dibidang ilmu tanah setelah mengetahui akan aliran air
dibawah tanah itu segera akan timbul rasa was-was dan takutnya bila menyentuh aliran
air itu sehingga mengakibatkan bencara banjir dahsyat. Dalam keadaan begini orang tentu
akan tak berani secara gegabah menyelidiki istana terlarang."
"Ehmm, perkataan itu sedikitpun tidak salah"."
Sinar matanya segera dialihkan keatas wajah Phoa Liong dan meneruskan, "Diantara
para pekerja yang berada didalam selat ini, adakah orang-orang yang memiliki ilmu silat
yang tinggi?" "Sewaktu mula-mula memasuki selat ini, diantara para pekerja memang terdapat
beberapa orang yang memiliki ilmu silat tinggi tetapi setelah kerja rodi selama banyak
tahun ditempat ini, sekalipun memiliki ilmu silat juga tak bisa digunakan lagi!"
"Kalau kita tidak keluar dari sini, mungkin didalam gusarnya orang itu bisa membasmi
para pekerja yang berada diluar ruangan" kata It Boen Han Too memperingatkan.
"Para pekerja itu sudah melakukan kerja paksa selama banyak tahun, semuanya telah
lemas dan kehabisan tenaga. Sebelum pintu istana terlarang dibuka, kita musti mencari
para pekerja baru untuk menggantikan kedudukan mereka."
Maksud dari ucapan itu sudah amat jelas, yaitu kematian dari ratusan orang pekerja itu
bukanlah suatu masalah yang penting.
Siauw Ling yang ikut mendengarkan pembicaraan itu, dalam hati segera berpikir, "Ilmu
silat yang dimiliki Cioe Cau Liong tidak begitu tinggi, tetapi wataknya amat kejam dan
telengas, kekejian hatinya sungguh tidak berada dibawah Shen Bok Hong."
Terdengar It Boen Han Too berkata, "Menurut hasil penyelidikan yang siauwte lakukan,
untuk membuak pintu istana terlarang kita tidak membutuhkan tenaga yang sangat
penting. Bila kita andalkan jumlah tenaga yang terlalu banyak hingga pekerjaan dilakukan
secara gegabah maka bisa jadi aliran air dibawah tanah itu akan tersentuh dan pecah.
Andaikata aliran air itu sampai pecah hingga mengakibatkan terjadinya banjir besar yang
mengenangi sleuruh selat ini, sekalipun pintu istana terlarang ditemukan juga tiada
gunanya." "Jadi maksud It Boen heng, untuk membuka pintu istana terlarang maka kita harus
mendapatkan dahulu anak kunci untuk mebuka pintu istana terlarang itu".?"
"seandainya kita berhasil menemukan anak kunci istana terlarang, hal ini sudah tentu
jauh lebih baik. Tetapi seandainya anak kunci istana terlarang gagal untuk ditemukan,
maka menurut pendapat siauwte terpaksa usaha membuka pintu istana ini harus
diserahkan pada para pekerja yang bisa bekerja dengan teliti dan berhati-hati. yang jelas
kaum pekerja kasar tak dapat digunakan dalam pekerjaan ini."
Cioe Cau Liong mengangguk tanda mengerti.
"Yaaah".! untung Toa cungcu segera akan tiba disini, apalagi It Boen heng mempunyai
keyakinan untuk membuka pintu istana terlrang. Toa cungcu pasti akan mengerahkan
segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menjaga keamanan selat ini."
"Keyakinan untuk sementara waktu jangan kita bicarakan dulu. Pokonya yang penting
selama anak kunci istana terlarang belum didapatkan, maka satu-satunya cara untuk
memasuki istana terlarang adalah menggunakan cara yang aku miliki."
Blaaam". blaaam". blaaam terdengar benturan keras berkumandang datang.
"Siapa?" tegur It Boen Han Too.
"Orang sendiri!" kata Phoa Liong sambil bangkit berdiri, dengan langkah lebar ia segera
pergi membuka pintu. Tampaklah seorang pria berbaju hitam yang menyoren golok dipinggangnya berjalan
masuk kedalam, dia bukan lain adalah pengawal yang berjaga dimulut selat.
Pria berbaju hitam itu dengan langkah lebar berjalan kesisi Cioe Cau Liong, setelah
menghunjuk hormat katanya, "Menjumpai Jie cungcu!"
Cioe Cau Liong mendengus.
"Hmm! bagaimana dengan musuh tangguh itu?" tanyanya.
"Sepasang lelaki perempuan itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay, mereka malang
melintang disleuruh selat tanpa seorangpun mampu untuk menandingi mereka, para
pengawal yang berada didalam ada delapan bagian telah mati terbunuh diujung pedang
mereka." "Bagaimana sekarang?"
"Secara tiba-tiba kedua orang itu menghentikan pembunuhannya dan mengundurkan
diri dari selat ini."
"Sudah pergi?" "Saat ini mereka sudah berlalu dari dalam selat."
"Bagus sekali, kau boleh pergi dan perketat penjagaan, hati-hati kalau mereka
melakukan penyerbuan lagi!"
Pria berbaju hitam itu mengiakan dan segera keluar dari dalam ruangan itu.
Menanti bayangan punggung dari pria berbaju hitam itu sudah lenyap dari pandangan,
It Boen Han Too baru berpaling memandang sekejap kearah Cioe Cau Liong lalu bertanya,
"Jie cungcu, orang yang menyaru sebagai Siauw Ling gadungan itu apakah bernama Lan
Giok Tong!" "sedikitpun tidak salah!"
"Bagaimana dengan ilmu silat yang dimilikinya?"
"Gerakan pedangnya cepat sukar dilukiskan dengan kata-kata, ilmu silatnya sangat
lihay." "Bagaimana kalau ilmu silatnya dibandingkan dengan Siauw Ling sesungguhnya?"
Cioe Cau Liong termenung berpikir sebentar, lalu menjawab, "Tentang soal ini sulit
untuk dikatakan, mungkin ilmu silat mereka seimbang satu sama lainnya!"
"Hmmm!" diam-diam Pek li Peng mendengus didalam hatinya. "Untuk mengalahkan
dirikupun orang itu masih belum mampu, mana ia bisa menandingi toako?"
Terdengar It Boen Han Too telah berkata lagi, "Kalau begitu, Lan Giok Tong itupun
merupakan seornag manusia yang sulit untuk dihadapi?"
"It Boen heng bukan orang inar, akupun tidak ingin membohongi dirimu, cukup
berbicara dari situasi yang kita hadapi saat ini ternyata kita semua tak seorangpun yang
mampu menahan gerakan serangan-serangan mereka, seorang Lan Giok tong sudah
begitu sukar dihadapi apalagi ia membawa seorang pembantu. Kita benar-benar
kewalahan dan sulit untuk membendung serbuan kedua orang itu. Tapi sungguh aneh
sekali mengaoa secara tiba-tiba mereka bisa mengundurkan diri dari tempat sini" inilah
yang membuatku merasa agak bingung dan tidak habis mengerti."
"Ditempat yang begini pentingnya, kenapa Shen Toa cungcu tidak mengutus jago-jago
lihay untuk melindungi tempat ini?"
"Selama banyak tahun ditempat ini belum pernah terjadi perkembangan baru yang
memberikan kesibukan buat kami, lama kelamaan Toa cungcu pun merasa agak putus
asa, karena itu ia tidak mengirimkan jago-jago lihaynya lagi untuk menjaga serta
melindungi tempat ini"."
Setelah merandek sejenak sambungnya, "Kehadiran It Boen heng ditempat sinipun
maksud toa cungcu bukan lain hanya suatu adu nasib belaka, seandainya kehadiran It
Boen heng ditempat inipun tidak mendatangkan hasil, maka Toa cungcu tidak akan buang
pikiran serta banyak tenaga lagi untuk pusatkan perhatiannya didalam selat ini, dan iapun
akan membatalkan niatnya untuk menemukan letak istana terlarang. Siapa tahu
kedatangan It Boen heng disini ternyata mendatangkan hasil besar yang diluar dugaan,
setelah toa cungcu tiba disini ia pasti akan menilai dulu situasi disini kemudian baru
mengirim para jago lihaynya untuk menjaga selat ini."
"Ooooh, kiranya begitu!"
Seakan-akan secara mendadak Cioe Cau Liong telah teringat akan suatu masalah yang
amat berat, ia berpaling memandang sekejap kearah Phoa Liong lalu bertanya, "Ditempat
ini terdapat beberapa buah jalan untuk masuk kedalam selat".?"
"Menurut apa yang hamba ketahui, hanya ada satu jalan saja."
"Seandainya kita tutup mati jalan keluar itu, bukankah tiada orang yang mampu untuk
menyerbu kedalam selat ini lagi?"
"Sedikitpun tidak salah, kedua belah sisi selat ini merupakan tebing bukit yang terjal
dan licin, tingginya mencapai ribuan tombak. Sekalipun seorang jago lihay yang memiliki
ilmu meringankan tubuh bagaimana lihaypun tak akan berani menempuh bahaya untuk
turun kemari." "baik!" ujar Cioe Cau Liong, kemudian sambil mengangguk. "Turunkan perintah dan
kumpulkan semua pengawal selat yang masih hidup untuk berkumpul dimulut selat
siapapun yang berusaha menyerbu masuk lewat sana pertahankan sampai titik darah
terakhir!" Phoa Liong mengiakan dan segera berlalu dari situ.
Terdengar Cioe Cau Liong berseru lebih jauh, "Dari kawanan para pekerja carilah
mereka yang memiliki ilmu silat agak tinggi untuk bantu mempertahankan mulut selat."
Phoa Liong berseru, menanti ucapan dari Cioe Cau Liong selesai diutarakan ia baru
memberi hormat dan keluar.
Memandang hingga bayangan punggung Phoa Liong lenyap dari pandangan Cioe Cau
Liong baru menoleh dan memandang sekejap kearah It Boen Han Too, lalu bertanya, "It
Boen heng, bila semua pekerjaan berjalan dengan lancar, sampai kapan kita baru bisa
masuki istana terlarang?"
"Tentang soal ini sulit untuk dikatakan, mungkin tiga lima bulan mungkin saja dalam
berapa hari lagi." Siauw Ling yang duduk disudut ruangan dalam hati diam-diam berpikir, "Seandainya
pada saat ini aku dan Peng jie secara tiba-tiba melancarkan serangan bokongan, rasanya
tidak sulit untuk merobohkan kedua orang itu atau menotok jalan darah mereka.
Kemudian memaksa It Boen Han Too membantu aku untuk mebuka istana terlarang yang
kutakuti adalah kedatangan Shen Bok Hong beserta para jago-jagonya."
Berpikir sampai disitu diam-diam dia menyesali, seandainya didalam perjalanannya kali
ini diikuti pula oleh Soen Put shia serta Boe wie Tootiang sekalian, maka dengan kekuatan
ilmu silat beberapa orang itu untuk mempertahankan mulut selat, rasanya Shen Bok Hong
sekalian pasti akan mengalami kesulitan untuk membobolkan pertahanan itu, dengan
andalkan kunci istana terlarang yang dimilikinya mungkin saja dengan cepat pintu istana
terlarang bisa dibuka. Tapi sekang ia tak berani bertindak gegabah dan melakukan tindakan yang terlalu
menempuh bahaya. Untuk beberapa saat lamanya pelbagai pikiran berkelebat didalam benaknya, ia tahu
bahwa kesempatan baik segera akan berlalu, tetapi iapun merasa tidak berani untuk
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlalu menempuh bahaya, ditambah pula dalam keadaan begini tidak leluasa baginya
untuk berunding dengan Pek li Peng, terpaksa pikiran itu hanya disimpan didalam hati
saja. Terdengar Cioe Cau Liong menghela napas panjang dan berkata, "Seandainya sedari
dulu Toa cungcu telah mengundang kedatangan It Boen heng mungkin pada saat ini ia
sudah berhasil membongkar rahasia istana terlarang!"
It Boen Han Too tersenyum.
"Menurut pengamatanku tentang keadaan situasi disekitar selat ini, agaknya lembah ini
sudah pernah dirubah dengan kekuatan tenaga manusia, cuma saja bagi orang yang tidak
pandai dalam bidang ilmu tanah, hal tersebut memang sulit untuk ditemukan!"
"Aaaaai".! seharusnya Toa cungcu sudah seharusnya berpikir tentang diri It Boen
heng!" "Mungkin saja Toa cungcu memandang urusan ini terlalu gampang, mungkin juga ia
tidak terlalu memandang serius, kali ini dia mengundang kedatanganku kesinipun mungkin
hanya bermaksud untuk melihat-lihat saja."
"Musuh tangguh setiap saat kemungkinan besar dapat menyerbu kedalam selat lagi.
Sebelum Toa cungcu tiba disini It Boen hengpun rasanya tidak mungkin untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut, apa salahnya kalau kau menggunakan kesempatan ini untuk
duduk beristirahat sejenak"."
"Jie cungcu! silahkan berlalu, cayhepun hendak melakukan penyelidikan lebih dulu
terhadap bahan-bahan batu dan pasir itu."
Habis ebrkata ia membuka peti emasnya dan ambil keluar batu, rumput, pasir, tanah
liat serta bunga karang lalu dijejerkan didepannya, sambil mengetuk dengan tangan ia
mulai menulis catatan diatas kertas, seluruh perhatiannya telah dicurahkan semua dalam
penyelidikannya itu. Pek li Peng yang harus bersabar terus menerus, lama kelamaan habislah kesabarannya
ia segera berbisik, "Toako, apakah kita harus merendahkan derajat dan melayani mereka
terus menerus?" "Kalau tak bisa bersabar darimana urusan dapat diselesaikan".?" jawab Siauw Ling.
"Istana terlarang menyangkut perjuangan kita untuk menumpas kejahatan dari muka
bumi, bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk masuk kedalam istana terlarang.
Walaupun saat ini didalam lembah ini tiada musuh tangguh tetapi dengan kekuatan kita
berduapun belum mampu untuk mengatasi persoalan ini, karena itu kita harus
mengundang kedatangan Tiong chiu Siang Ku datang kemari, lalu kita segera turun
tangan." Sementara Pek li Peng hendak menjawab, mendadak It Boen Han Too angkat
kepalanya dan menggape, "Coba kau, kemarilah!"
Pek li Peng terkesiap, pikirnya, "Apakah diapun sudah ikut mendengar pembicaraanku
dengan toako yang dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara?"
Dalam hati berpikir demikian diluaran ia tetap bangkit berdiri, hawa murninya segera
dihimpun siap menghadapi segala kemungkinan yang tiada diinginkan, selangkah demi
selangkah ia dekati tubuh It Boen Han Too.
Tampak orang itu menyodorkan sebuah bunga karang kepadanya sambil berkata,
"pergilah ketepi telaga kecil itu, dan ambilkan sebiji bunga karang lagi"."
Habis berkata ia tundukkan kepala dan menulis lagi.
Pek li Peng menerima batu bunga karang itu dan segera melirik sekejap kearah kertas
dihadapan orang itu, tampaklah kertad putih yang berada ditangan It Boen Han Too telah
penuh dengan tulisan, untuk sesaat ia tak sanggup melihat sebuah tulisanpun.
Ketika berpaling kearah Siauw Ling tampaklah si anak muda itu pejamkan mata duduk
bersila, terpaksa ia putar badan dan berjalan keluar, dalam hati makinya, "Hmmm!
sekarang kau bisa bertingkah dan sok main perintah kepadaku, besok pagi". lihat saja
kelihayan nonamu".!"
Menanti Pek li Peng sambil membawa bunga karang itu sudah keluar dari dalam kamar,
diam-diam Siauw Lingpun meghembuskan napas lega.
Kurang lebih spertanak nasi kemudian, Pek li Peng serta Phoa Liong bersama-sama
telah masuk kembali kedalam ruangan.
It Boen Han Too mendongak dan memandang sekejap kearah kedua orang itu,
tanyanya, "Apakah sudah didapatkan?"
"Sudah!" jawab Pek li Peng sengaja menyerahkan suaranya, kemudian menyodorkan
bunga karang itu kemuka. It Boen Han Too menerima bunga karang itu lalu diletakkannya dihadapannya. Pek li
Peng sendiri tanpa menanti diperintah lagi segera kembali kesisi Siauw Ling dan duduk.
Si anak muda itu tahu bahwa gadis ini tentu sedang mendongkol dan gusar, karena
takut ia tak sanggup menahan sabar dan mengumbar hawa amarahnya, setelah Pek li
Peng berada disisinya ia segera membisik, "Peng jie, aku telah membuat kau jadi
sengsara!" Mendengar bisikan itu Pek li Peng tersenyum manis, hawa gusar dan mendongkol yang
berkecamuk dalam dadanya seketika lenyap tak berbekas.
Dalam pada itu terdengar Phoa Liong telah berkata, "Hamba baru saja mendapat
laporan, katanya ada serombongan manusia antara belasan orang banyaknya sedang
berjalan menuju keselat ini entah siapakah mereka?"
Cioe Cau Liong yang sebetulnya sedang duduk bersila diatas tanah seera melompat
bangun setelah mendengar laporan itu, serunya, "Apakah Toa cungcu telah datang?"
"Tentang soal ini hamba kurang begitu tahu."
"Cepat pergi selidiki, kalau yang datang adalah musuh kerahkan segenap kekuatan
yang kita miliki untuk menyumbat mulut selat tersebut, jangan memperkenankan
seorangpun diantara mereka masuk kedalam selat ini."
Phoa Liong mengiakan dan berputar badan siap ebrlalu dari situ, mendadak tampaklah
It Boen Han Too menghentikan gerakan pit nya dan tertawa terbahak-bahak.
Perubahan ini terjadi secara tiba-tiba membuat semua orang yang ada didalam ruangan
jadi terkejut. Phoa Liong pun dnegan zwajah melengak segera menghentikan langkah
kakinya. Cioe Cau Liong mendehem perlahan tegurnya, "It Boen heng!"
It Boen Han Too tertawa tergelak tiada hentinya, seolah-olah dia sama sekali tidak
mendengar akan seruan dari Cioe Cau Liong itu.
Ketua kedua dari perkampungan Pek Hoa san cung ini segera melangkah maju setindak
kedepan, sambil menghantam bahu It Boen Han Too keras-keras serunya, "It Boen heng,
apakah ada gejala yang tidak benar?"
Setelah ditabok bahunya, It Boen Han Too segera berhenti tertawa, sahutnya, "Jie
cungcu, terima kasih atas bantuanmu!"
"Kenapa kau berterima kasih kepadaku?" tanya Cioe Cau Liong tidak habis mengerti,
sementara hawa murninya diam-diam dihimpun kedalam telapak kanan dan tetap
ditempelkan diatas jalan darah "Bong Boen" dipunggung It Boen Han Too, asal hawa
murninya disalurkan keluar niscaya jantung orang itu akan tergetar putus.
It Boen Han Too tertawa hambar ujarnya, "Siauwte merasa kelewat girang hingga
hawa murniku mengalir terbalik dan menyumpat dijalan yang salah, seandainya Cioe Jie
cungcu tidak perseni aku dengan sebuah pukulan, niscaya aku masih tetap tertawa keras
tanpa sanggup berhenti sendiri."
Menggunakan kesempatan masih bercakap-cakap, tiba-tiba ia geserkan tubuhnya dan
melepaskan diri dari ancaman jalan darah kematian itu.
Cioe Cau Liong segera tertawa terbahak-bahak, katanya, "It Boen heng! kau telah
memikirkan persoalan apa yang menggirangkan hatimu sehingga hawa murnipun sudah
mengalir sesat?" Siauw Ling yang menyaksikan tingkah laku orang itu, dalam hati segera berpikir,
"Diluaran saja kedua orang ini saling menyebut sebagai saudara. Kiranya didalam hati
masing-masing mempunyai rencana sendiri"."
Air muka It Boen Han Too berubah jadi dingin, dengan nada serius ia berkata, "Dari
beberapa macam bunga karang yang berhasil siauwte kumpulkan ini telah berhasil
menemukan beberapa hal yang mencurigakan."
"Apakah ada hubungannya dengan istana terlarang?"
"Sedikitpun tidak salah, bahkan besar sekali hubungannya."
"Dapatkah kau terangkan lebih dahulu kepada siauwte?"
Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Siauw Ling, pikirnya, "Aku menggembol
anak kunci istana terlarang. Asal bisa mengetahui cara untuk mebuka istana tersebut,
tentu saja aku bisa mendahului mereka untuk masuk kedalam istana terlarang"."
Dalam pada itu terdengar It Boen Han Too sedang berkata, "Apakah Shen Toa cungcu
segera akan tiba disini?"
"Menurut pemberitahuan dari Toa cungcu kepada siauwte, secepatnya ia akan datang
kemari." "Kalau begitu bagus sekali, biarlah kita tunggu sampai Toa cungcu datang lebih dahulu
baru dibicarakan lagi."
Cioe Cau Liong yang mendengarkan perkataan itu diam-diam mengerutkan alisnya.
"Apakah siauwte tidak boleh mengetahui lebih dulu?"
It Boen Han Too tertawa dingin.
"Bilamana tenaga dalam yang terkandung dalam telapak Jie cungcu dilancarkan tadi
urat nadi dalam tubuh siauwte pasti sudah tergetar putus dan sekarang mungkin aku
sudah putus nyawa dan mati."
"It Boen heng, kau salah paham" buru-buru Cioe Cau Liong berseru. "Siauwte"."
It Boen Han Too tertawa hambar.
"Jie cungcu tak usah bersilat lidah jauh. Asal sudah kukatakan keluar maka urusan
kuanggap telah selesai"."
Serentetan suara ketukan pintu yang gencar memutuskan pembicaraan antara kedua
orang itu. Phoa Liong pergi membuka pintu, seorang pria berbaju hitam masuk kedalam dan
memberi hormat kepada Cioe Cau Liong sambil ujarnya, "Lapor Jie cungcu, Toa cungcu
telah tiba." "Sekarang berada dimana?" buru-buru Cioe Cau Liong bertanya.
"Sudah dekat dengan mulut selat!"
"Cepat bawa aku untuk menyambut kedatangannya!" ia berjalan kearah luar pintu.
Tiba-tiba ia berhenti dan menoleh kearah It Boen Han Too, tanyanya lagi, "Apakah It
Boen heng tidak ikut serta?"
Kiranya It Boen Han Too masih tetap duduk ditempat semula.
Mendapat teguran itu ia mendongak dan tertawa hambar.
"Siauwte ingin beristirahat dahulu, bila Jie cungcu telah bertemu dengan Toa cungcu
nanti, tolong sampaikan permintaan maafku."
"Kalau begitu silahkan It Boen heng beristirahat, Siauwte akan pergi dahulu!"
Bersama Phoa Liong berangkatlah dia keluar dari ruangan.
Siauw Ling yang menyaksikan kejadian itu jadi tercengang, pikirnya, "Kalau dilihat
tindak tanduk orang ini, agaknya It Boen Han Too sama sekali tidak merasa jeri, terhadap
kedatangan dari Shen Bok Hong menggubrispun tidak"."
Dalam hati berpikir demikian, diluaran ia segera berbisik lirih, "Peng jie, Shen Bok Hong
adalah seorang manusia yang licik dan cerdik, ia tak bisa dibandingkan Cioe Cau Liong
ataupun It Boen Han Too gerak gerik kita harus lebih berhati-hati lagi."
Walaupun Pek li Peng mengangguk tiada hentinya setelah mendengar ucapan itu,
dalam hati ia merasa tidak puas pikirnya, "Dikemudian hari aku pasti akan ajak dia untuk
berduel"." Sementara itu didalam ruangan batu tinggal Siauw Ling, Pek li Peng serta It Boen Han
Too tiga orang. Tampaklah orang she It Boen itu mebuka peti emasnya dan ambil keluar beberapa
lembar kertas putih yang penuh berisikan tulisan, lalu disembunyikan kedalam sakunya.
Siauw Ling dapat menyaksikan semua perbuatannya itu dengan jelas, dalam hati
segera pikirnya, "Oooh". kiranya diantara mereka berdua, diam-diam pun saling
memperebutkan posisi."
Selesai menyembunyikan beberapa lembar kertas penuh tulisan itu, mendadak It Boen
Han Too berpaling. Sepasang matanya dengan tajam menatap wajah Siauw Ling berdua
tanpa berkedip. "Biarkan aku pura-pura berlagak pilon saja"." pikir si anak muda itu, matanya segera
dipejamkan dan duduk bersila diatas lantai pura-pura tidak melihat.
Perlahan-lahan It Boen Han Too bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang itu,
napsu membunuh telah terlintas diatas wajahnya, jelas dia bermaksud untuk
membinasakan kedua orang itu.
Diam-diam Siauw Ling pun bikin persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan, tapi diluaran berlagak bodoh.
Sedang Pek li Peng sendiri dengan nyalinya yang besar dan ilmu silatnya yang tinggi,
tetap duduk pula ditempat semula berlagak pilon.
It Boen Han Too berjalan menghampiri kedua orang itu, ketika dilihatnya mereka
berdua tetap duduk tak berkutik ditempat semula, tiba-tiba ia berubah pikiran, katanya,
"Bagaimana penghidupan kalian berdua didalam lembah ini?"
"Kehidupan kami sangat baik" jawab Siauw Ling.
"Jadi kalau begitu kalian sudah tak ingin meninggalkan selat ini lagi?"
"Aku harus pura-pura berlahak bodoh agar was-wasnya lebih berkurang"." pikir si anak
muda itu, maka dia menyahut, "Hamba sekalian sudah tak pernah memikirkan untuk
keluar dari sini lagi"."
"Haah". haah". haah". mungkin aku punya kemampuan untuk membantu kalian
berdua cepat-cepat lepas dari tempat ini."
"Semoga saja demikian, semua orang yang ada didalam lembah ini tentu akan pasang
hio dan berdia untuk kemurahan hati itu."
"Baik. Bagaimanapun juga, aku pasti akan membantu kalian untuk memenuhi harapan
tersebut." Sambil berkata perlahan-lahan ia mundur kembali ketempat semula.
"Bukankah orang ini ada maksud untuk membunuh diriku berdua" kenapa secara tibatiba
ia batalkan maksudnya?" pikir Siauw Ling.
Tampaknya It Boen Han Too sambil membawa peti emasnya kembali kesudut ruangan.
Suasana dalam ruanganpun segera berubah jadi hening, begitu hening sampai suara
napaspun kedengaran. Kurang lebih setengah hio kemudian, dari luar ruangan tiba-tiba berkumandang datang
suara langkah manusia. Siauw Ling alihkan sinar matanya kedepan, terlihatlah bayangan tubuh Shen Bok Hong
yang tinggi besar dan bongkok muncul dari balik pintu, dibelakangnya mengikuti Cioe Cau
Liong serta murid tertuanya Tang Hong ciang.
Masih ada banyak pengikut lainnya yang tetap tinggal diluar ruang untuk bersiap siaga.
Dengan sorot mata yang dingin menyeramkan Shen Bok Hong menatap wajah It Boen
Han Too tajam-tajam, tegurnya, "It Boen heng, apakah kau merasa badanmu kurang
sehat?" "Kali ini kedatanganku kemari adalah untuk menjalani perintah, untung jiwaku tidak
sampai melayang." "Bagus, asal kau berhasil membuat pahala besar maka nama besar It Boen heng pasti
akan tersohor dikolong langit."
"Aaaai". soal nama sih aku sudah ogah usiaku telah lanjut dan aku tak ingin
memperebutkan nama lagi!"
Shen Bok Hong termenung dan berpikir sebentar, lalu berkata lagi, "Kalau memang It
Boen heng tidak suka nama besar entah benda apa yang kau sukai asal It Boen heng
katakan keluar, siauwte pasti akan berusaha keras untuk menyanggupinya."
"Selama beberapa hari ini aku telah melakukan penyelidikan diseluruh selat ini dan
memeriksa bahan tanah yang berada disini hasilnya beberapa tempat uang mencurigakan
telah berhasil kutemukan. Aku duga istana terlarang yang diinginkan Toa cungcu delapan
bagian pasti berada diselat ini"."
Ia merandek sejenak. lalu ujarnya lagi, "Siauwte ingin mengambil jalan yang aman saja
untuk melindungi keselamatanku!"
Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, diikuti ia tertawa hambar.
"It Boen heng, pandai amat kau bergurau selama banyak tahun siauwte selalu menaruh
hormat terhadap dirimu. Dikemudian haripun akan masih sangat membutuhkan
tenagamu, dari mana aku bisa punya pikiran jahat terhadap diri It Boen heng?"
"Pepatah mengatakan: sedia payung sebelum hujan, sekalipun Toa cungcu bertulus
hati kepadaku, tapi siauwte pun tak bisa tidak harus melakukan persiapan lebih dahulu."
"Dari mana It Boen heng bisa mengatakan begitu?" tanya Shen Bok Hong dengan
wajah berubah jadi serius.
It Boen Han Too melirik sekejap kearah Cioe Cau Liong lalu jawabnya, "Seandainya
beruntung dan siauwte berhasil membuka istana terlarang tersebut, bagi Toa cungcu
perjuanganku ini tentu merupakan suatu pahala besar bukan?"
"Aku orang she Shen akan merasa sangat berterima kasih kepadamu, tentu saja aku
tak akan melupakan jerih payahmu itu."
"Sebelum istana terlarang berhasil kubuka, maka siauwte dalam pandangan Toa cungcu
pastilah merupakan seorang manusia yang luar biasa, dan rasa was-was Toa cungcu
terhadap diriku pun kian hari akan kian bertambah tebal"."
"It Boen heng" tukas Shen Bok Hong. "Kalau memang kau sudah punya pikiran seperti
itu, walaupun sekarang kau membantu seribu kalipun percuma, lebih baik terus terang
katakan saja apa syaratmu. Asal aku bisa memenuhi pasti akan kuusahakan sebaik
mungkin"." ia merandek sejenak lalu menambahkan, "Tadi akupun ada beberapa
perkataan hendak disampaikan kepada diri It Boen heng."
"Toa cungcu ada pesan apa?"
"Seandainya aku orang she Shen benar-benar punya maksud tertentu, sekarang bisa
saja kupenuhi semua syarat yang kau ajukan, tetapi setelah urusan selesai aku dapat
memungkiri janjiku ini, apa yang hendak kau lakukan pada saat itu?"
"Haaaah". haaaah". haaaah kalau aku tak dapat berpikir sampai disitu, tentu saja
akupun tak akan mengajukan syarat ini."
Wajah Shen Bok Hong yang tegang tiba-tiba mengendor, iapun ikut tertawa tergelak.
"Oh oh, rupanya It Boen heng pun sudah punya perhitungan sendiri, entah apakah
perhitunganmu itu?" It Boen Han Too tertawa hambar.
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Seandainya aku berhasil membuka istana terlarang, maka Toa cungcu harus
memenuhi keinginanku untuk memilih dua macam barang dari dalam istana."
"Barang apa yang kau inginkan?"
"Sekarang aku belum tahu, tapi cuma dua macam saja sedang sisanya akan jadi miliki
Shen Toa cungcu semua!"
Shen Bok Hong termenung sebentar, lalu menjawab, "Aku menerima keinginanmu itu!"
"Sekarang Toa cungcu bisa menyanggupi, seandainya dikemudian hari kau mengingkari
janji, aku yang bicara tanpa bukti darimana bisa menuntut dirimu".?"
"Hubungan kita berdua toh didasari atas saling percaya mempercayai diriku, aku orang
she Shen jadi serba salah, lalu apakah kau punya cara untuk mencegah terjadinya
peristiwa ini?" "Ada, cuma apakah Toa cungcu suka mengabulkan permintaanku ini?"
"Katakan!" "Siauwte menyimpan sebuah benda aneh, asal Toa cungcu suka menelan benda itu"."
"Kau suruh aku orang she Shen menelan racun?" seru Shen Bok Hong dengan wajah
berubah. "Benda ini bukan obat racun, asli racun yang paling lihay adalah siraja obat yang
tangan keji dan diapun sahabat Cungcu, seandainya aku menggunakan racun untuk
meracuni diri Toa cungcu, bukankah kejadian ini sama artinya tak berguna lagi?"
"Lalu kalau bukan racun, benda apakah itu?"
"Buah tak berhati yang tumbuh digunung Thian san lembah Yoe Kok!"
"Lalu apakah gunanya dari buah tak berhati itu?"
"Setelah menelan buah ini, maka perlahan-lahan kau akan melupakan kejadian yang
telah silam!" "Kalau begitu, bukan benda ini jauh lebih jahat daripada racun yang mematikan?"
jengek Shen Bok Hong sambil tertawa dingin.
"Tetapi benda itu tidak sampai mematikan manusia!"
Air muka Shen Bok Hong berubah jadi amat serius, tetapi sesaat kemudian dia telah
berkata lagi sambil tersenyum, "Apakah ada cara untuk menolong korban buah tak berhati
itu?" "Setiap benda yang ada didalam dunia pasti ada tandingannya, siauwte menyimpan
pula sebiji buah aneh, asal buah itu dimakan maka didalam dua puluh empat jam
kesadaranmu akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Setelah aku menelan buah tak berhati itu maka pikiranku akan berubah jadi bodoh
dalam keadaan seperti ini bukankah It Boen heng bisa malang melintang didalam istana
terlarang tanpa tandingan?"
"Itu sih tidak, buah tak berhati adalah suatu buah dengan daya kerja yang amat
lambat, setelah menelan obat itu maka tujuh hari kemudian khasiatnya baru akan ketara
saat ini cayhe pasti telah berhasil membuka pintu istana terlarang."
"Haah". haah". haah". sungguh tak nyana dikolong langit terdapat buah seaneh itu,
sungguh membuat orang tidak percaya".!" seru Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak
ia merandek sejenak lalu tambahnya, "Sekarang buah tak berhati itu berada dimana?"
"Berada didalam sakuku!"
"Dapatkah aku saksikan dulu bagaimanakah bentiuk dari buah itu?"
"Toa cungcu. lebih baik kau pikirkan dulu masak-masak, setelah kau sanggupi tentu
saja aku akan mengeluarkan benda itu, kalau kau tidak setuju ditunjukkanpun tak ada
gunanya." "Kalau aku tidak menyanggupi permintaanmu itu, mungkin kau akan sulit meninggalkan
lembah ini dalam keadaan selamat!"
"Tapi aku percaya bahwa Toa cungcu pasti akan menyanggupi permintaanku ini!"
"Kenapa" pastikah aku menyanggupi permintaanmu itu?"
"Benar, sebab Toa cungcu akan masuk istana terlarang."
"Aku orang she Shen benar-benar tidak habis mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba It
Boen heng bisa muncul jalan pikiran seaneh ini?"
It Boen Han Too alihkan sinar matanya menyapu sekejap wajah Cioe Cau Liong, ia lalu
jawabnya. "Hal ini harus disalahkan Cioe Jie cungcu yang kurang sabar untuk menahan diri hingga
menyebabkan aku mengetahui rahasia ini dan menyadari bahwa Toa cungcu sedari dulu
sudah ada maksud untuk membinasakan diriku"."
Cioe Cau Liong yang mendengar perkataan itu jadi terperanjat, buru-buru selanya, "It
Boen heng kau jangan memfitnah orang seenaknya. Kapan aku orang she Cioe pernah
melakukan tindakan yang merugikan dirimu" dan kapan pula aku menunjukkan niatku
untuk membinasakan dirimu?"
"Hmm! ketika aku berhasil menemukan cara untuk membuka pintu istana terlarang
tadi, saking girangnya aku tertawa terbahak-bahak. Cioe heng tentu salah mengira aku
punya pikiran nyeleweng mala telapakmu segera ditempelkan keatas punggungku,
seandainya aku tak menghadapi situasi itu dengan tenang, bukankah pada saat itu aku
telah menemui ajalnya ditangan Cioe heng".?"
"It Boen heng, kau telah salah paham, ketika siauwte melihat keadaan It Boen heng
rada aneh dan tidak seperti biasanya, segera terpikir olehku bahwa hawa murni dalam
tubuh It Boen heng telah sesat jalan dan menyumbat jalan darahmu, maka aku segera
turun tangan untuk membantu dirimu, sungguh tak nyana kalau tindakanku itu malah
sebaliknya telah menimbulkan kesalah pahaman It Boen heng terhadap kami."
It Boen Han Too mendengus dingin.
"Bagaimana keadaannya setelah aku berhenti ketawa" telapak tanganmu toh masih
menempel diatas punggungku"."
Bicara sampai disini ia segera alihkan sinar matanya kearah Shen Bok Hong dan
melanjutkan, "Seandainya Toa cungcu tidak meninggalkan pesan kepada Cioe Jie cungcu,
aku rasa ia tak akan memiliki keberanian sebesar ini untuk bertindak kurang ajar
kepadaku?" Sepasang mata Shen Bok Hong yang tajam dengan cepat menyapu sekejap wajah Cioe
Cau Liong, tapi dengan cepat pula segera dialihkan atas wajah It Boen Han Too, meskipun
tidak mengucapkan sepatah katapun tetapi Siauw Ling yang berada disisi kalangan dapat
melihat dengan jelas bahwa sekujur tubuh Cioe Cau Liong gemetar keras. Jelas orang
merasa amat terkejut bercampur takut.
Terdengar It Boen Han Too melanjutkan kembali kata-katanya, "Seandainya aku gagal
untuk membuka pintu istana terlarang, bisa dibayangkan hawa amarah yang berkobar
pada Toa cungcu tak tersalurkan keluar, dalam keadaan demikian akulah yang bakal kena
sasaran, kemungkinan besar jiwaku malah akan terancam bahaya maut. Sebaliknya kalau
istana terlarang berhasil kubuka, Toa cungcu pun belum tentu akan melepaskan diriku
dengan begitu saja. Setelah kupikir bolak balik akhirnya kesimpulan olehku bahwa dalam
keadaan bagaimana hanya kenangan yang bakal kuterima olehnya, sebab itulah sebelum
istana terlarang dapat kubukam dan sebelum terlanjur aku kena dibunuh Toa cungcu,
persoalan ini lebih baik dibicarakan dulu sejelas-jelasnya."
Shen Bok Hong tertawa hambar.
"It Boen heng, kau jangan lupa akan satu hal. Andaikata oada saat ini juga aku orang
she Shen menangkap dirimu dalam keadaan hidup-hidup, maka aku bisa jatuhkan
hukuman yang paling kejam dikolong langit untuk menyiksa dirimu."
"Saat ini didalam mulutku telah tersedia sebutir pil yang mengandung racun amat keji,
asal kugigit kapsul itu dan menelannya kedalam perut, maka dalam sekejap mata racun
itu akan bekerja dan jiwaku akan terenggut dari tubuhku. Saat ini Toa cungcu akan
kehilangan kesempatan baik untuk memasuki istana terlarang, atau paling sedikit akan
memperlambat rencana Toa cungcu untuk memasuki istana tersebut selama beberapa
tahun"." Tiba-tiba Shen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah". haah". haah". haah". It Boen heng benar-benar amat banyak menaruh
curiga terhadap diriku, rasanya aku orang she Shen pun tak ada gunanya banyak bicara,
silahkan kau ambil keluar buah tak berhati itu!"
Siauw Ling yang menyaksikan pertengkaran antara kedua orang itu, dalam hati segera
berpikir, "Shen Bok Hong bukan seorang manusia yang bodoh, tentu saja ia tak bakal sudi
menerima ancaman dari It Boen Han Too, aku lihat suatu pertempuran sengit tak akan
lolos pada saat ini"."
Siapa tahu kejadian ternyata berubah diluar dugaan semua orang, Shen Bok Hong rela
menelan buah tak berhati itu.
Tampak It Boen Han Too membuka kotak emasnya dan ambil keluar sebuah kotak
tembaga, dari dalam kotak itu ia ambil keluar sebuah benda sebesar buah Tho yang
berwarna kuning. "Apakah kau maksudkan benda ini?" tanya Shen Bok Hong sambil menjepit buah itu.
"Sedikitpun tidak salah, baunya harum dan tiada berbiji, cuma sayang sudah terlalu
lama disimpan dalam kotak itu hingga keadaannya nampak kurang segar"."
"Apakah It Boen heng pernah makan benda ini?"
"Belum!" "Kalau memang belum pernah mencoba darimana kau bisa tahu kalau rasanya enak
dan baunya harum?" "Tempo dulu ketika aku mengambil buah tersebut, bau harumnya amat tebal dan bisa
mencapai puluhan tombak jauhnya, karena itu aku bisa tahu kalau rasanya enak."
Shen Bok Hong menimang-nimang buah tak berhati itu ditangannya, lama sekali ia baru
berkata, "Kecuali cara ini apakah It Boen heng tidak mempunyai cara lain yang lebih baik
lagi?" "Sebelum kuusulkan cara ini tentu saja masih ada cara lain yang bisa ditempuh, tapi
sekarang telah kuucapkan keluar, rasanya lebih baik tak usah dirubah lagi."
"Baiklah!" sahut Shen Bok Hong sambil tersenyum. "Selama hidup aku orang seh Shen
belum pernah bertekuk lutut dihadapan orang. Kali ini rupanya aku harus menyerah
terhadap It Boen heng"."
"Kalau tak mau bersabar, urusan besar pasti akan terbengkalai" sela It Boen Han Too.
"Untuk mewujudkan ambisi Toa cungcu untuk menguasai seluruh jagad, rasanya
sekalipun menyerah kalah satu kali dihadapan orangpun tak jadi soal."
"Haaah". haaah". haaah". ucapanmu sedikitpun tidak salah" sahut Shen Bok Hong
sambil tertawa terbahak-bahak, ia segera membuka mulutnya dan masukkan buah racun
itu kedalam bibir. "Toa cungcu!" teriak Cioe Cau Liong terkejut.
Bagaimanakah kisah selanjutnya" apakah Shen Bok Hong benar-benar menyerah kalah
dan menelan buah tak berhati itu seperti yang dianjurkan It Boen Han Too"
Bagaimana pula usaha Siauw Ling serta Pek li Peng untuk memasuki istana terlarang"
Dan apa pula yang akan mereka jumpai didalam istana terlarang serba misterius itu"
Kisah Misteri Istana Terlarang sampai disini.
TAMAT Pendekar Pengejar Nyawa 6 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Ilmu Ulat Sutera 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama