Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 17

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 17


maka tanpa ayal Siu-Jan perintahkan anak buahnya meng
awas Hotel serta menjaganya ketat.
Pagi itu Tan Kian-thay dengan beberapa orang keluar hotel,
ditengah jalan mereka kesamplok dengan serombongan lakilaki
berpakaian ketat, dari dandanan mereka yang cukup
menyolok, sikapnya garang melotot kepada rombongan
mereka lagi. Tan Kianthay cukup berpengalaman, dia tahu
gelagat agak ganjil, lekas dia kumpulkan orang-orangnya lalu
diambil putusan, membawa beberapa tenaga yang dapat
diandaikan tenaganya dia berputar kayun menyusuri beberapa
jalan raya laluputar balik kearah hotel. Sementara orang-orang
lain diperintahkan pergi ke Tay-hud-si. Hanya Thio Ping
seorang yang ditugaskan pergi ke Thian-kio, ditempat yang
sudah ditentukan menunggu kedatangan Liok Kiam-ping dan
lain- lain- Waktu Tan Kian-thay kembali ke hotel, orang-orang yang
bertemu ditengah jalan tadi ternyata tersebar disekitar hotel,
hal ini membuktikan rasa curiganya tadi, lekas dia membusung
dada beranjak masuk dengan langkah tegap.
Tujuannya adalah menarik perhatian musuh kepada dirinya
supaya saudara-saudaranya yang lain lolos dengan selamat
tiba di Tay-hud-si. Sikapnya yang tenang seperti menguasai
situasi ini justru diluar dugaan Siu-Jan dan kamrat-kamratnya.
Situasi yang genting diluar dilaporkan kepada Gin-jitaybeng,
maka mereka tak berani bergerak secara gegabah, bila
musuh tidak menyerbu atau mengusik mereka, maka
merekapun takkan beraksi, sambil menunggu tugas Thio Ping,
semoga selekasnya bertemu dengan Liok Kiam-ping serta
datang menolong. Pada hal hari sudah magrib, Thio Ping tidak kunjung pulang
memberi kabar, maka mereka menduga urusan pasti gagal,
akhirnya mereka berkesimpulan untuk bergerak nanti malam
sebelum bertindak malam itu sengaja mereka berpesan
hidangan yang luar biasa untuk makan minum dan brpesta,
sudah tentu maksudnya untuk berunding mencari akal.
Begitu Liok Kiam-ping menerobos masuk lewat jendela
dengan samarannya yang serba aneh dan lucu, karuan orang
banyak melengak heran dan kaget, setelah Liok Kiam-ping
menurunkan kacamata topinya, baru orang banyak mengenali
dirinya, serempak semua berdiri memberi hormat.
Liok Kiam-ping mendekati meja perjamuan meraih sebuah
cangkir lalu membalik kearah luar jendela, setelah menenggak
habis teh dalam cangkir, cangkir beling itu lantas diremasnya
pecah berkeping-keping. Mendadak lengan kanannya terayun
ke arah sepucuk pohon besar diluar jendela.
Terdengar tiga kali jeritan, dari atas pohon yang rimbun
daonnya beruntun jatuh bayangan empat orang, begitu
terbanting di tanah masih berkeleetan beberapa kejap baru
jiwanya melayang. Sudah tentu orang banyak berdiri menjublek. pada hal
betapa tinggi lwekang Ginjutay-beng, namun musuh sembunyi
dalam jarak sepuluh tombak diatas pohon tanpa mereka
ketahui, maka dapat dibayangkan betapa tinggi kepandaian
orang yang sembunyi diatas pohon.
Tanpa hiraukan para korbannya Liok Kiam-ping berkata
kepada orang banyak "Diluar terjaga ketat oleh pasukan kerajaan gelagatnya
malam ini terpaksa kita harus berani bertindak baru bisa
menyelamatkan diri, sekarang mumpung pimpinan mereka
belum tiba, lekas kita beraksi lebih dulu pasti berhasil
melabrak kepungan." lalu dia menanggaikan jubah luarnya
langsung berlompat keluar jendela.
orang banyak sejak tadi sudah menyiapkan buntalan,
serempak mereka bersiap keluar. Tapi pada saat itulah
didengar seorang berkata dengan suara sinis: "Begini saja
kalian mau pergi, apa tidak terlalu mengabaikan sahabat." dari
tempat gelap serempak melompat keluar enam orang.
Waktu Liok Kiam-ping angkat kepala, tampak dibawah
potion berdiri jajar enam orang, Seng-si-ciang Hou Kong-ting
berdiri ditengah. Liok Kiam-ping bergelak tawa, ujarnya:
"Kukira siapa, kiranya Hou-tangkeh yang ke mari, kami
rakyat awam yang mematuhi Hukum. tidak mencuri bukan
maling, entah mengapa tengah malam buta tangkeh main
cegat." Seng-si-ciang Hou Kong-ting terkekeh dingin, katanya:
"Atas perintah Ka-cin-ong Losiu diutus ke mari untuk
mengundang tuan dan kawan-kawan ke istana untuk
mempertanggung jawabkan peristiwa semalam. "
Liok Kiam-ping mendengus ejek: "Meminjam kekuasaan
sewenang-wenang menculik perempuan, tahu salah tidak
berani menyelesaikan urusan secara jantan lalu berbuat
curang menggunakan kekuasaan, berani memalsu perintah
Ka-cin-ong pula, aku heran setua ini kau hidup ternyata tidak
tahu malu, pantasnya nama busukmu tercoret dari kalangan
persilatan-" Berkerut alis Hou Kong-ting, caci maki pedas membuatbolamatanya
melotot, hingga wajahnya yang beringas
kelihatan lebih seram menakutkan, bentaknya: "Tengah
malam menyelundup ke istana hukumannya adalah mati,
masih berani mengoceh tak karuan," kata Hou-tangkeh, "kalau
tahu diri lekas menyerah, mungkin hukuman bisa diperingan,
ketahullah hotel ini sudah terkepung rapat oleh pasukan besar
tumbuh sayap juga jangan harap bisa terbang,"
"cayhe beramai mematuhi Hukum tak pernah melanggar
aturan, sebagai rakyatjelata juga tahu hidup berdampingan.
Kau tua bangka ini sebagai penegak hukum justru main tindak
dan sewenang-wenang. Kalau mampu, hayolah bekuk kami
dengan kemampuanmu." rasa gusar Liok Kiam-ping sudah
memuncak. mumpung, Siu-Jan dan lain- lain belum tiba, maka
mereka harus lekas meninggalkan tempat ini, maka sebelum
Hou Kong-ting menjawab dia sudah menyerang dengan
sebelah tangannya. Sebelum, tenaga pukulan tiba deru angin
sudah melanda sedahsyat badai mengamuk.
Seng-si-ciang Hau Kong-ting sudah buka mulut hendak
balas memaki, melihat lawan menyerang dengan pukulan
keras, lekas dia pasang kuda-kuda dengan menekuk lutut
merendahkan tubuh, tenaga dikerahkan seluruhnya dikedua
tangan langsung menyongsong pukulan"Byaaar." Dua jalur pukulan beradu menimbulkan ledakan
dahsyat. Tubuh Hou Kong-ting terlempar setombak jauhnya,
jatuh duduk ditanah, darah bergolak didadanya, napas sesak,
kedua tulang lengan sampai jari-jarinya putus dan remuk,
mukanya pucat berkeringat, jelas lukanya tidak ringanSegera Liok Kiam-ping memberi tanda supaya orang
banyak dalam kamar lekas keluar dan berangkat, sebelum
mereka melompat keatas tembok. mendadak seorang berkata
lantang: "Para sahabat, urusan belum beres, kenapa mau
pergi ." lenyap suaranya tampak Biau-san-si-sat meluncur
turun di tengah gelanggang.
Melihat Biau-san-si-sat tiba, maka Liok Kiam-ping tahu
sebentar Siu-Jan dan lain- lain tentu juga datang, untuk
mengejar waktu lekas dia memberi aba-aba: "Semua serbu."
lalu dia mendahului memukul dengan tenaga dahsyat kearah
Biau-san-si-sat. Dinilai lwekang Biau-san-si-sat, mereka tidak memiliki
kepandaian yang berarti, lihay mereka dalam permainan
gabungan yang merupakan barisan pedang yang rapat dan
ketat, gerak gerik mereka serasi dan terlatih baik sekali
Hingga lawan tak sempat balas menyerang karena kerepotan
melayani rangsakan mereka.
Demikianpula kali ini mereka berpencar dengan kepungan
barisan kepada Liok Kiam-ping cuma keadaan kali ini berbeda
dengan kemaren malam, soalnya orang-orang Hong-lui-pang
kali ini maju bersama, jumlahnya lebih banyak dari mereka,
jelas mereka takkan bisa mengeroyok Liok Kiam-ping, apalagi
arena pertempuran terlalu sempit, posisinya jadi berdesakan,
salah bergerak bukan mustahil teman sendiri termakan
senjata, jelas mereka tak mampu mengembangkan barisanBegitu Biau-san-si-sat berpencar, Gin-jitay-beng segera
melabrak Nyo Hou, sementara To-pi-kim-to Tan Kian-thay
mencegat Nyo Hong, It-cu-kiam Koan Yong menghadapi Nyo
Hun. Melihat pihaknya tak mampu bergabung yo Liong tahu
mereka takkan bisa mengemban barisan, padahal kepandaian
sendiri terbatas, menghadapi kepandaian Liok Kiam-ping yang
tangguh sudah tentu tak berani dia melawan secara keras,
untung Lwekangnya paling tinggi diantara saudaranya, lekas
dia melompat lima tindak. meski cepat dan cekatan reaksinya,
tak urung dia keserempet oleh angin pukulan Liok Kiam-ping
hingga tersurut setindak baru berdiri tegak, hatinya tersirap
kaget. Liok Kiam-ping menyeringai dingin, segera dia kembangkan
Leng-hi-pou-hoat, gerak geriknya bagai setan gentayangan,
sekalian dia gerakan kedua tangan terus menyodok.
sejalur angin kencang menerpa ke arah Nyo Liong dari arah
Samping. Baru saja berhasil menyelamatkan diri dari pukulan
pertama, belum tegak berdiri, pukulan kedua yang keras telah
menerpa tiba pula, bergegas dia menjejak kaki Seraya
menjengkang kebelakang, meminjam daya dorongan angin
pukulan lawan dia gunakan gerakan ikan meletik, tubuhnya
meluncur lurus Setinggi Satu kaki dipermukaan tanah, gerak
geriknya memang lincah cekatan.
Ginjutay-beng yang mencegat Nyo Hou melabraknya
dengan sengit. Diantara empat bersaudara ini, Lwekang Nyo
Hou paling tinggi, melihat gerakan Gin Jay-beng membawa
getaran angin Serta telapak tangannya berobah perak
kemilau, dia tahu orang tua ini memiliki Lwekang tangguh,
Gini-a-ciang merupakan pukulan ampuh yang ganas pula,
begitu turun tangan lantas merangsak dengan kecepatan
tinggi, dia harap lawan dapat didesaknya dibawah anginMemangnya Gin-a-ciang yang dimainkan Gin-jay-bong
mengutamakan kecepatan dan kelincahan, lawan yang satu ini
agaknya mencocoki seleranya, maka permainan telapak
tangannya makin gencar saja.
Gempur menggempur dengan tenaga keras kedua orang ini
jelas menguras tenaga, ditengah samberan sinar perak yang
menderu keras membuat lingkungan dua tombak disekitar
gelanggang hawa bergolak. debu beterbaran, daon pohon
rontok beri hamburan, betapa cepat gerak gerik mereka
hingga susah dibedakan bayangan mereka yang
sesungguhnya. Dua puluh jurus kemudian, gerakan yo Hou mulai lambat
dan berat, lama kelamaan lebih sering bertahan daripada
merangsak sengit. Lwekang Gin-ji-ay-bong memang amat tinggi, makin
tempur makin gagah, ditengah berkelebat bayangan
tubuhnya, pukulan telapak tangan pasir peraknya semakin
menimbulkan pergolakan yang lawan terdesak dibawah anginIt-cu-kiam Koan Yong menghadapi Nyo Hong, orang ketiga
dari Biau-san-si-sat, kepandaian mereka seimbang, terus juga
berhantam secara kilat, gerak-gerik Nyo Hong sedikit lebih
lincah tapi permainan pedang It-cu-kiam menang dalam
menyerang, bila ilmu pedang dikembangkan, sinar pedangnya
melintas diangkasa, membuat udara bergelombang.
Untung langkah Nyo Hong cukup cepat, pukulan tangannya
menimbulkan suara keras, ditengah samberan pedang ia
berkelit, menyelinap. melompat secara bebas dan cekatan,
sejauh mereka masih sama kuat alias seri
Kalau Nyo Hun yang menghadapi Thi-pi-kim-to Tan Kianthay
berbeda keadaannya, kalau yang satu bergerak pergi
datang selincah kera, yang lain mantap dan kuat, Pat-kwa-to
kan dikombinasikan dengan pukulan lengan kiri yang lihay,
cepat dan tangkas gerak gerik nyata dia dicecar pontang
panting dan menyapu balas menyerang.
Para Hiang-cu Hong-lui-pang bertiga menyerbu ketengah
arena, melabrak orang-orang baju hitam yang baru masuk
dari luar, satu sama lain beri hantam dengan seru. orangorang
Hong-lui-pang menyadari posisi mereka yang terjepit.
Kalau tidak bergerak cepat lolos dari kurungan, setiap saat
jiwa terancam bahaya, maka mereka bertempur dengan
gagah. Suara pertempuran gegap gumpita itu, terdengar seorang
mengerang kesakitan, tampak badan Nyo Liong tersaruk dua
langkah keserempet angin pukulan Liok Kiam-ping, darah
sudah merembes keluar dari bibirnya, mukanya pucat,
tubuhnya gontai. Ternyata menghadapi kelincahan Nyo Liong yang tinggi
Ginkangnya, hingga serangan lihaynya selalu dikelit lawan,
untuk mengejar waktu, timbul hawa membunuhnya mendadak
dia memutar kedua tangan satu lingkar lalu menyodok keluar
dengan jurus Liong-kiap-sin-gan.
Wi- liong- ciang-hoat adalah ajaran kuno yang digdaya,
sejak kecil Nyo Liong hidup di Biau-kiang daerah terpencil
yang masih liar, kapan pernah menyaksikan pukulan dahsyat
yang tiada taranya, terasa ribuan bayangan telapak tangan
seperti memberondang sekaligus kesekujur badan. Karuan
pecah nyalinya, lekas dia menjejak mundur dengan kelincahan
tubuhnya, padahal lompatannya mundur berjangkit dua kali,
namun tak urung damparan angin pukulan musuh masih
membuatnya dadanya sesak darah yang menyembur ke
tenggorokan ditelannya pula.
Insaf luka sendiri tidak ringan, mana dia berani ayal, lekas
dia jejak kaki, tubuhnya melejit tinggi keatas rumah.
Liok Kim-ping siap mengejar, mendadak sesosok bayangan
menusuk. daripuncakpohon dengan sambaran laksana bintang
jatuh, kedua tangannya menindih kepala dan dadanya. Betapa
dahsyat tenaga pukulan yang dilancarkan menukik disertai
daya luncur kencang ini, hakikatnya Liok Kim-ping tidak
sempat berpikir, lekas dia kembangkan kesebatan langkahnya,
tubuhnya berkelebat minggir beberapa kaki lolos dari
jangkauan tenaga pukulan dahsyat ini.
Bila dia membalik badan maka dilihatnya yang membokong
ini bukan lain adalah Hwe-giam-lo Siu-Jan, saking gusar Kiamping
malah tertawa: "Memang hebat serangan Siu-tangkeh
yang main sergap secara curang ini, janjimu sendiri belum kau
tepati, kenapa sudah menjilat ludahmu pula, hari ini main
keroyok dengan bantuan pasukan besar segala. Apa sih
maksudmu ."

Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siu-Jan terkekeh dingin, jengeknya: "Liok-pangcu, jangan
mendapat angin kau tidak mau mengalah kepada lawan, Nyo
Liong jelas kau kalahkan, kenapa kau masih akan
membunuhnya. Apa salahnya Lohu turun tangan menolong
jiwanya. Bicara soal kejadian malam ini, sebagai petugas yang
menjalankan perintah, jauh berbeda dengan janji pribadi
besok malam, bila kalian mau ikut Lohu kembali ke istana,
ongya sendiri yang akan memeriksa persoalan ini."
Liok Kiam-ping tahu lawan sengaja menindas pihaknya
dengan alasan hukum, maka dia menjengek: "Menculik orang
menuntut balas segala adalah kalian yang melakukan, sebagai
petugas hukum kerajaan, kau boleh bekerja secara terangterangan,
kenapa kalian justru bertindak secara pengecut,
main sergap dan intai, mengepung dengan pasukan segala.
Umpama kau kerahkan selaksa pasukan juga kita takkan
gentar. Kalau tahu diri lekas tarik anak buahmu dan jangan
jiwa mereka yang kau korbankan."
Berdiri alis Hwe-giam-lo Siu-Jan, dampratnya gusar:
"Bedebah, kalian berani melawan petugas hukum, baiklah,
jangan menyesal kalau Lohu bertindak secara tegas demi
menegakkan hukum yang berlaku. Disini terlalu sempit, kalau
beranHayo ikut aku keluar. "lalu dia mendahului melompat ke
luar tembok. Liok Kiam-ping tahu mereka hendak main keroyok
denganjumlah yang lebih besar, tapi wataknya memang
angkuh, sejak dia menjabat Pangcu Hong-lui-pang, kapan dia
pernah di kalahkan lawan, bahwa lawan sudah menantang,
umpama masuk ke sarang naga juga pasti di bunuhnya, tanpa
ayal segera dia ikut melompat ke atas tembok. Satu di depan
yang lain dibelakang, kedua orang ini mengembang
kelincahan, hanya beberapa kali lompat jauh mereka sudah
berada disatutanah lapang yang luas. Hwe-giam-lo berdiri
tegak ditengah lapang. cepat sekali Liok Kiam-ping juga sudah melompat tiba,
sebelum dia berdiri tegak, dari tempat gelap mendadak
menerobos puluhan orang mengepung Liok Kiam-ping, situasi
Cukup tegang dan mendebarkan. Sebetulnya dikepung
belasan orang Liok Kiam-ping juga tidak merasa gentar,
bahwa Bong Siu akipicak dari barat serta Pa-kim Tayhud dari
Tibet juga muncul dan berdiri di kanan kiri Siu-Jan benarbenar
mengejutkan hatinya. Pengalaman tempur Liok Kiam-ping sekarang sudah cukup
matang, sengaja dia tertawa lantang, serunya: ,Entah apa
kemampuanku ini sehingga bikin capai para cianpwe
menungguku ditempat ini, tapi baiklah bila kalian ada maksud
maju bersama, cayhe juga tidak akan mundur."
Bong Siu maju selangkah, bolamatanya yang putih
terbeliak, katanya: "Anak muda, jangan setelah mendapat
kemenangan lantas congkak. Semalam kita belum puas,
sekarang Lohu akan mengiringi babak pertama."
"Boleh -aja, hayolah kau boleh menyerang lebih dulu."
tantang Liok Kiam-ping tertawa.
Bong siu amat penasaran bahwa kemaren malam dia
kecundang, maka kali ini dia kerahkan Gun-goan-kang yang
jarang pernah dia gunakan selama hidup, kedua lengan
terangkat lurus didepan dada, Lwekang sudah tersalur
keseluruh tubuh, diserta Hardikan mengguntur dia dorong
kedua tangannya, damparan angin lesus yang menderu hebat
berkisar kearah Liok Kiam-ping.
Liok Kiamping insyaf orang tua ini sudah bertekad
menuntut kekalahannya kemaren dengan pukulan yang
ampuh, maka Kim-kong-put-hoay-sin-kang dia kerahkan,
Lwekang tersalur dari pusar terus bergerak dengan serangan
Liong- kiap-sin-gan. Ternyata begitu dua kekuatan beradu tubuh Liok Kiam-ping
hanya sedikit tergentak saja. Tenaga pukulannya yang
dahsyat seperti batu kecemplung laut tak berbekas, sementara
damparan pukulan sirna oleh ketahanan kesakitan Kim-kongputhoay-sinkang, satu li disekeliling tubuhnya, hawa seperti
meletus karena gesekan keras oleh tekanan dahsyat.
Gun-goan-kang dilontarkan berdasar kekuatan murni
seorang perjaka yang belum pernah kawin, pukulan biasa
takkan mampu menahan atau mematahkannya, maka pukulan
Liok Kiam-ping tersibak buyar keempat penjuru.
Untung Liok Kiam-ping sudah mengerahkan Kim-kong-puthoaykang hingga tubuhnya terlindung dan memunahkan
kekuatan pukulon Gun-goan-kang, kalau tidak jelas dia akan
kecundang. otaknya cerdas, sekilas menepekur, lekas sekali
dia sudah menyadari keanehan pukulan lawan, maka
selanjutnya dia tidak mau mengadu kekuatan, namun tenaga
sakti pelindung badan tidak pernah kendor.
Bahwa pukulan Gun-goan-kang tidak mampu merobohkan
lawan Bong siu juga melengak heran, betapapun dia tidak
habis mengerti dalam usia semuda ini Kiam-ping pernah
meyakinkan ilmu mujijat dari aliran Hud tertinggi. Maka kedua
kali dia menggerakan tangan, kali ini dia menyerang dengan
sepenuh tenaga. Angin bergolak ditengah udara, laksana amukan badai yang
lebih dahsyat, hingga para penonton dipinggir gelanggang
tersedak mundur. Kali ini Liok Kiam-ping sudah punya
pegangan, sejak tadi dia sudah mendapat cara untuk melayani
pukulan lawan, kedua tangan lawan terangkat, sigap sekali dia
sudah menyingkir delapan kaki kepinggir, meluputkan diri dari
damparan telak pukulan lawan- Mendadak kedua tangan
melingkar terus menepuk. serangan balasan dilontarkan dari
arah kanan- Tapi serangan belum berhasil merobohkan
musuh, Bong Siu hanya bergeming sedikit saja
Namun demikian amarah Bong Siu sudah berkobar, biji
matanya melotot, rambut kepalanya tegak kaku. mendadak
dia menarik napas panjang, tenaga tersalur sepenuhnya di
kedua lengan menggempur kearah Liok Kiam-ping.
Desiran angin yang keras dan banyak laksana letusan
gunung seketika menindih badan-Liok Kiam-ping luruskan
kedua tangan, dengan tenaga lengket dia tarik kedua
tangannya kebelakang terus dituntun keluar. Perawakan Bong
siu yang gede kekar tampak terhuyung maju tiga tindak, bila
tenaga pukulan lawan sudah hampir sirna, mendadak Liok
Kiam-ping balas menepuk dengan kedua tangan"Blang." Bong siu tergentar mundur tiga langkah kembali
ketempat semula baru tegak pula, umpama seorang kakek
yang disengkelitj atuh oleh bocah cilik, pada hal Gun-goankang
sudah dia yakinkan puluhan tahun, ternyata tak mampu
merobohkan lawan, celakanya awak sendiri hampir celaka
malah. Pada hal Gun-goan-kang teramat menguras tenaga, setelah
tiga jurus lekas dia menarik diri menghimpun Semangat
mengendalikan tenaga. lwekangnya memang sudah tinggi,
sedikit menghimpun tenaga dan mengatur napas,
semangatnya sudah segar kembali. sebaliknya Liok Kiam-ping
tetap berdiri menggendong tangan sambil tersenyum simpul.
Bong siu memang kawakan Kangouw yang licin, walau
hatinya penasaran, tapi lahirnya dia masih tersenyum ramah,
katanya: "Anak muda, tidak lemah lwekang mu, marilah kau
sambut lagi beberapa pukulan Lohu." mulut bicara kaki
bertindak, dengan keeepatan berantai dia serang Liok Kiamping
tujuh pukulan tiga tendangan
Menghadapi rangsakan hebat dan gencar lawan, Liok Kiamping
tetap tersenyum lebar, dia kembangkan Leng-hi-pouhoat,
badannya turun naik dan berlompatan diantara
samberan pukulan dan tendangan. Beruntun diapun balas
menyerang sembilan pukulan lima tendangan. Rangsakan
Bong siu baru terbendung dan dipunahkan.
Kali ini kedua pihak bergerak dengan kecepatan luar biasa
hingga susah dibedakan bentuk bayangan mereka, laksana
dua ekor naga yang bergelut saling gubat, beruntun terdengar
suara bak-buk yang ramai, angin pukulan berderai keempat
penjuru menimbulkan kepulan debu dan pasir.
Kapan hadirin pernah saksikan adu kekuatan sedahsyat
danselihay ini, kecepatan gerak kedua lawan ini susah diikuti
dengan pandangan telanjang, padahal dalam sekejap mereka
sudah beri hantam lima puluh jurus Keringat sudah
membasahi jidat Kiam-ping napas Bong siu mulai tersengal.
Lambat laun serangan dan tangkisan kedua pihak semakin
lambat. Makin lama situasi takkan menguntungkan pihaknya, maka
Liok Kiam-ping menerawang situasi, bila berjalan lama, bukan
saja tenaga sendiri terkuras, untuk mengalahkan lawan juga
harus lima ratas jurus kemudian, apalagi salah seorang dari
pihak Siu-Jan ikut terjun ketengah gelanggang, maka dirinya
pasti kalah. Maka jalan paling baik adalah lekas mengakhiri
pertempuran- Keinginan timbul segera dia menjejak kaki tubuhnya melejit
setombak lebih, ditengah udara dia menekuk pinggang
memancal kaki Hingga tubuhnya menukik turun sambil
mengembangkan kedua lengan, terus menyerang dengan
jurus Liong-hwi-kiu-thian- Dibawah serangan pukulan Wiliongciang yang dijaya ini, Bong Siu seperti ditindih lapisan
telapak tangan yang berkelebatanSeketika Bong Siu rasakan ribuan telapak tangan
memberondong kearah tubuhnya dalam waktu sekejap.
Lwekangnya melebihi orang lain, meski tahu perbawa pukulan
ini teramat dahsyat dan perobahannya sukar dijajagi, lekas dia
kembangkan ketangkasan langkahnya, beruntun berputar tiga
lingkar baru lolos dari tindihan pukulan dahsyat.
"Blum." ledakan keras menggetar bumi, tanah di mana tadi
Bong Siu berdiri terpukul amblas sedalam satu kaki lebih.
Meminjam daya tolak dari pukulannya, seringan burung gerak
badan Liok Kiam-ping melayang turun kepinggir. Baru saja
ujung kaki menyentuh tanah, jurus Liong-jiau-king-thian telah
dilontarkan lagi dengan kekuatan gugur gunung kepunggung
Bong Siu. Baru saja Bong Siu merasa lega dan bersyukur bahwa ia
lolos dari serangan maut lawan, belum lagi berdiri tegak.
pukulan sedahsyat gugur gunung lawan telah menerjang tiba
pula, mendengar kesiur angin dia sudah siaga, lekas dia
melompat tinggi ke udara sambil melayang maju tiga kaki,
namun gerakannya sedikit terlambat, punggungnya sempat
tertekan oleh daya pukulan dahsyat lawan, sakitnya bukan
kepalang, namun dia kertak gigi.
Gerakan Kiam-ping memang cepat luar biasa, dengan satu
kisaran lebar, dia sudah berkelebat kesebelah depanBong Siu
kedua tangan sekarang bergerak dengan serangan jurus Wiliongtin-gak yang sakti. Sedetik sebelum serangan dilontarkan, dari samping
didengar gerungan keras, dua jalur angin keras melanda dari
kanan kiri, Bila Liok Kiamping tetap melontarkan jurus saktinya
itu, Bong Siu jelas ajal seketika, namun awak sendiri juga
tidak luput dari ancaman kedua pukulan dahsyat itu.
Sudah tentu menolong jiwa sendiri lebih penting, ditengah
jalan dia tarik serangan, meminjam daya tolak tarikan kedua
lengannya dia melayang mundur kebelakang, pada hal sebat
sekali dia menarik atau membatalkan serangan, namun
demikian Bong Siu tergetar sempoyongan oleh sisa tenaga
pukulannya yang tak terkontrol lagi.
Wi-liong-king-thian memang jurus terampuh dari Wi-liongciang,
perbawanya bukan olah-olah hebatnya. Dua puluh
tahun yang lalu, Kiu-thian-sin-liong pernah sekaligus
merobohkan sembilan ciangbunjin dari sembilan parta
perguruan silat kenamaan dengan jurus ini, enam mati tiga
luka parah, tragedi yang menyedihkan ini merupakan peristiwa
yang tecatat dengan tulisan tinta emas dalam lembaran
sejarah persilatan- Betapapun tinggi Lwekang Bong Siu juga
bukan tandingan kekuatan gabungan sembilan ciangbunjin,
untung Liok Kiam-ping dipaksa menarik serangan, hingga dia
hanya tersaruk lima langkah, tapi luka-lukanya tidak ringan.
Peryergap yang menolong Bong Sin bukan lain adalah Hwegiamlo Siu-Jan dan Pa-kim Tayhud, karuan amarahnya tak
terkendali lagi, sindirnya: "Kalian tokoh lihay dari Bulim,
sebagai Cikal bakal dari suatu aliran lagi, perbuatannya
ternyata begini rendah, membokong dengan serangan jahat.
Marilah kalian maju bersama, biar aku tamatkan riwayat kalian
berdua." Dicaci dan dicemooh karuan Siu-Jan dan Pa-kim Tayhud
murka dan malu, mata mendelik gusar seliar binatang buas.
Serempak mereka menggerung sambil siap menerjang.
Mendadak beberapa bentakan nyaring mengurungkan niat
mereka, puluhan bayangan orang meluncur turun kedua pihak
musuh yang beri hadapan- Sekilas Liok Kiam-ping melihat Gin-jlay-beng menyusul
kemari setelah menggasak para musuhnya. Seperti dituturkan
disebelah depan Nyo Liong melarikan diri setelah terluka oleh
samberan angin pukulan Liok Kiamping, lalu Liok Kiam-ping
mengejar Siu-Jan ketempat ini, di dalam pekarangan hotel
Gin-ji-tay-beng masih terus bertarung dengan yo Hou,
memangnya Biau-san-si-sat sudah merasa payah, melihat
saudara tua mereka lari pula, maka semangat tempur mereka
makin luluh. Tapi Gin-jiay-bing pergencar serangannya yang
mematikan, Nyo Hou sebagai orang yang terkuat dari Biausansi-sat juga masih setingkat dibawah Gin-jlay-beng,
mengalahkan lawan jelas tidak mungkin, namun untuk
membela diri jelas masih mampu. Karena itu meski Gin-jitaybeng
sudah pergencar serangannya tetap belum mampu
merobohkan lawan- Saking bernafsu menggasak musuh, mendadak dia
melompat delapan kaki keudara, ditengah udara tubuhnya
berputar laksana burung raksasa, lalu dengan sergapan kilat
dia menukik turun, Kedua tangannya bergerak dengan kilau
peraknya yang mengaburkan pandangan- yo Hou menjadi
pusing dan berkunang-kunang merasa angin menindih tiba,
dia tahu dirinya takkan kuat menangkis, lekas dia
menjatuhkan diri kepinggir sejauh satu tombak.
Ginjutay-beng tertawa ejek. meminjam tenaga pukulan
sendiri dia layangkan tubuhnya kesana sambil pentang kedua
tangan, berbareng kedua kaki menjejak hingga tubuhnya
melesat maju mengudak musuh, dengan jurus bulu besi
terpentang diudara, dia menubruk turun dari belakang batok
kepala Nyo Hou. Jurus ini merupakan permainan Ginji-tay-beng yang sudah
terkenal puluhan tahun, selama hidup jarang digunakan,
menyadari malam ini mereka terkepung musuh, kuatir


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keselamatan Liok Kiam-ping terancam dikeroyok musuh
disebelah luar, dia wajib memberi bantuan kesana, maka dia
merasa perlu secepatnya menyelesaikan pertempuran ini.
Perbawa serangannya kali ini memang cukup mengejutkan,
gerak tubuhnya laksana burung raksasa disertai sultan yang
mengerikan lalu menukik turun dengan samberan kilat.
Baru saja kaki Nyo Hou menyentuh tanah, badan belum
tegak lurus, sultan melengking sudah menyambar tiba,
berkelit ke manapun serba sulit, jelas jiwanya bakal melayang
ditangan musuh. Untunglah meski terdesak dan terancam dia
tidak gugup, meminjam tutulan kakinya sekuatnya, dia bikin
tubuhnya doyong kedepan, lalu secepatnya mengebas tangan
kebelakang, selarik sinar dingin melesat kelengan Gin-j-aybeng.
Agaknya dia bertekad gugur bersama musuh, umpama jiwa
sendiri ajal oleh pukulan lawan, paling sedikit lawanjuga harus
mengorbankan lengan kanannya.
Baru pukulan dilontarkan, tampak oleh Gin-jitay-beng
pundak orang b ergerak. untung pengalaman tempurnya amat
luas, segera dia tahu lawan akan menggunakan tipu licik yang
jahat, terutama dia tahu Biausan-si-sat memiliki kepandaian
menimpuk pisau terbang, maka Sebelumnya sudah siaga.
Begitu sinar dingin melesat lekas dia menurunkan pundak
kanan, sementara samberan pukulannya menyamber ke kiri,
berbareng tenaga dipusar dikerahkan hingga tubuhnya
setengah terbalik, kedua kaki menekuk dan menjejak,
tubuhnya melayang setombak lebih kesebelah kiri.
Dikala pukulan menyapu kekiri itulah di dengarnya Nyo Hou
mengerang tertahan, ternyata pundaknya kesapu pukulan
hingga terhuyung tiga langkah. Untung dia bertindak nekad, di
saat terancam jiwanya menimpukan pisau terbang, kalau tidak
pukulan Ginjitay-bang yang kena pundaknya itu pasti
menamatkan jiwanya. Belum lenyap rasa kagetnya. mumpung Gin-jiay-bang
melayang kesebelah sana, kembali Nyo Hou menimpuk
sebatang pisau tanpa menyaksikan apakah timpukannya dapat
melukai musuh, segera dia bersuit memanggil saudaranya lalu
mendahului lompat keatas genteng dan lari kejalan raya.
It-cu-kiam Koan-yong sedang melabrak Nyo Hong, orang
ketiga dari Biau-san-si-sat, dalam tiga puluh jurus mereka
tetap berimbang, namun permainan pedang Koan Yong lebih
lihay hingga lawan dicecarnya makin terdesak mundur.
Permainan pedang panjang Koan Yong memang peranti untuk
menyerang musuh, tiada pertahanan, maka begitu
dikembangkan, lawan yang kira-kira setaraf kepandaiannya
pasti sukar membendang gelombang serangan yang
memberondang seperti ombak lautan, apalagi Nyo Hong tidak
bersenjata, taraf kepandaiannya setengah tingkat lebih
rendah, karuan dia tak kuat melawan lagi.
Lima puluh jurus lemudian, Nyo Hongjelas tak kuat
melawan lagi. It-cu-kiam melancarkan jurus Heng-sau- Jiankun,
pedang menyambar daritengah menyapu ping gang Nyo
Hong, gerak pedang bagai melayang tertiup angin, sehingga
perbawa serangan initampak lihay dan menakupkan.
Sudah tentu Nyo Hong tak berani ayal, dia tahu sapuan
pedang ini amat lihay, lekas dia menjengkang tubuh
kebelakang, berbareng kakinya menutul bumi, dengan
gerakan ikan gabus melompat melawan arus tubuhnya
meluncur kebelakang hampir satu tombak. Melihat lawan lolos
dari samberan pedangnya, ditengah jalan Koan Yong
menghentikan gerakan lalu melompat maju mengejar, kali ini
pedangnya membabat kedua kaki Nyo Hong dengan jurus
Sim-lui-si-te. Baru saja Nyo Hong menginjak tana h, pedang sudah
menyambar tiba, secara reflek dia mencelat keatas, "Sret" alas
sepatunya terpapas hilang, karuan rasa kagetnya bukan main,
langsung dia melompat minggir sejauh mungkin. Kali ini dia
tak berani ayal lagi, sambil melayangkan tubuh sebelah
tangannya bergerak. selariksinarputih melesat dari tangannya
melesat kearah It-cu-kiam Koan Yong.
Pedang Koan Yong sudah bergerak hendak menyerang
pula, mendadak dilihatnya selarik sinar putih melesat
kemukanya., dia tahu lawan menimpuk pisau terbang, karena
jarak teramat dekat, berkelit tidak mungkin, lekas diaputar
pedangnya hingga pisau terbang disampuknyajatuh. Disaat
itulah Nyo Hong berkesempatan melompat tinggi meluncur
keluar pagar. Dalam babak lain Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay yang
melabrak Nyo Hun juga tengah beri hantam sengit, Tan Kianthay
mengeluarkan Pat-kwa-to-hoat dari perguruanSan-sengbun
yang kokoh dan berat, melabrak Nyo Hun yang bergerak
lincah dan tangkas, sebetulnya mereka cukup berimbang,
untung Tan Kian-thay mengkombinasikan permainan golok
dengan tinju tangan kiri, begitu golok menyambar tahu-tahu
tinju mengancamjiwa lawan, sehingga Nyo Hun yang lincah
dan licin ini merasa kewalahan juga, serangan dan
permainannyapun diperhitungkan dengan cermat kalau tidak
mau tertabas golok berat lawan- Dengan menggunakan
kelincahan tubuhnya Nyo Hun mengharap dapat menguras
tenaga lawan baru akan balas merangsaknya, maka
permainannya meski cukup terdesak. tapi dia masih bertempur
setengah santai. Pengalaman tempur Tan Kian-thay lebih matang, dia tahu
tujuan lawan hendak membikin lelah dirinya, sudah tentu dia
juga harus memperi hitungkan kondisi sendiri, lekas dia
pusatkan perhatian, melawan dengan tabah dan mantap.
hingga lima puluh jurus kemudian, tiba-tiba timbul akal dalam
benak Tan Kian-thay, mendadak dia menghardik sekali, golok
ditangan kanan mencacar lima jurus, sementara tinju kirinya
menghantam tiga kali. Nyo Hun kira lawan sudah bernaftu merobohkan dirinya,
diam-diam dia senang dalam hati, tetap menggunakan
kelincahan tubuhnya dia berkelit kian kemari sambil melompat
dan menyelinap setangkas kera, tapi rangsakan lawan
memang teramat gencar, beruntun dia harus mundur lima
langkah secara zig-zag. Tan Kian-thay tidak memberi angin, serangannya bertubitubi,
meski Nyo Hun kembangkan ginkangnya, namun
kesempatan balas menyerang sudah tak berhasil direbutnya.
Dalam keadaan tercecar dia masih kuat bertahan dua puluh
jurus. Saat itulah Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay mulai memperlih
atkan gerakannya yang lambat, kacau dan ngawur,
napasnyapun mulai memburu. Waktu itu dia tengah
menggunakan tipu Poat-hong-pat-bak (delapan kali pukul
menyibak angin) sekuatnya dia ayun goloknya membelah
kepala Nyo Hun, deruan angin menggulung, perbawanya
memang hebat, selintas pandang seperti ingin gugur bersama.
Nyo Hun kembangkan kelincahan gerak-geriknya, sekali
berkelebat dia menyelinap kebelakang Tan Kian-thay.
Kebetulan golok berat lawan yang membelah kena tempat
kosong, serangan tak mungkin ditarik balik lagi. Nyo Hun
sudah mengincar benar, mendadak dia ayun kedua telapak
tangannya menggaplok ci-tong-hiat dipunggung Tan Kianthay.
Diluar tahunya Tan Kian-thay sengaja memancing
serangannya ini, kupingnya mendengar gerak kedua tangan
Nyo Hun, lekas dia mengendap tubuh kedepan, ujung golok
menopang tanah segesit tupai dia melompat berputar kekiri,
berbareng tinju tangan kirinya memukul pergelangan kiri Nyo
Hun Nyo Hun sudah girang bahwa serangannya bakal berhasli,
maka dia sedikit lena, tahu-tahu bayangan orang berkelebat,
"Plak" pergelangan tangan kiri seperti terpukul martil, sakitnya
bukan kepalang. Gusar dan benci membara dalam rongga
dadanya, nafsu jahatpun timbul, sambil gertak gigi menahan
sakit, tangan kanan beruntun menimpuk tiga kali, tiga batang
pisau terbang meluncur beriring.
Bahwa pancingannya berhasil memukul tangan musuh,
tiba-tiba didengarnya Nyo Hong yang melawan It-cu-kiam
bersuit dua kali, lalu didengarnya pula suara pakaian
melambai tampak Giniji-tay-beng, It-cu-kiam dan para
Hiangcu mengudak keluar tembok. Tahu perobahan telah
terjadi lekas Tan Kian-thay menjejak kaki ikut mengudak
kesana. Diluar tahunya tindakan ini telah menolong jiwa
sendiri, karena tiga batang pisau timpukan yo Hun seluruhnya
jatuh menubruk tembok. Sudah tentu Nyo Hun cepat angkat langkah seribu juga.
Bila Gin-jay-beng, beramai memburu tiba ketempat Liok
Kiamping, musuh yang mengepung diluar juga membanjir
masuk, hingga arena pertempuran dipagari kepala manusia.
Sambil bertolak pinggang Siu-Jan menyapu pandang,
dilihatnya seluruh orang-orang Hong-lui-pang sudah
terkepung, maka dengan terkekeh pongah dia berkata: "Begini
lebih baik, kalian kumpul jadi satu, menghemat tenaga Lohu
malah." "Mengandal permainan badut kalian, orang she Liok tidak
perlu merasa kuatir, hutan golok barisan pedangpun tak
terpandang olehku, hayojah kalian boleh majU seluruhnya."
"Bocah jumawa, dalam wilayah kerajaan yang terlarang,
memangnya kaU boleh mengganas, pasukan kerajaan sudah
mengepung tempat ini, sedikit beting kah kalian akan dihujani
anak panah. Menyerah saja dan ikut Lohu masuk ke istana,
curahkan isi Hatimu kepada ongya, mungkin hukumanmu
tidak berat, kalau membangkang, hehehe..."
"Kalau membangkang kenapa?"
"Hong-lui-pang ditumpas, keluarga kalianpun tak luput dari
hukuman, semua akan dihukum cacah dan gantung."
"Kau kira kami gentar dan tunduk oleh obrolanmu"
"Inilah perintah dan hukum, berani kalian melawan?"
"Jangan sewenang-wenang, meminjam perintah palsu
untuk menindas kita, perbuatanmu lebih rendah dari kawanan
rampok, jikalauperbuatan kotormu diketahui Baginda, yakin
ongya kalianpun takkan bisa menyelamatkan batok
kepalamu." "Kunyuk keparat, kematian didepan mata masih berani
bertingkah, malam ini jangan harap kau bisa lolos serahkan
jiwamu." demikian bentak Siu-Jan lalu memberi kedipan mata
kepala Pa-kim Tayhud. Sebat sekali kedua orang ini brputar kekanan kiri, empat
tangan merabu kearah Liok Kiam-ping dari dua a rah.
Kedua orang ini sudah benci dan d end am, tanpa hiraukan
kedudukan dan rasa malu, segera maju bersama mengeroyok
Liok Kiam-ping, besar tekad mereka untuk membinasakan Liok
Kiam-ping yang dianggapnya sebagai duri didepan mata.
Dua gulung angin mengamuk melanda dari samping
menggencet ketengah. Menghadapi keroyokan dua musuh
tangguh sudah tentu Liok Kiamping tidak berani ayal, dia
kembangkan Leng-hi-pou hingga gerak geriknya laksana
bayangan setan, begitu melayang lima kaki kedepan, dia
menghindari gencetan dahsyat itu, berbareng menggentak
kedua lengan kekiri kanan dengan landasan tenaga besar.
"Blum, byar." dua kali ledakan yang berbeda volume
suaranya, tiga orang yang adu tenaga tersurut mundur
setapak. Mumpung ada kesempatan segera Gin-jitay-beng
membentak: "Kawanan tikus yang main keroyok. Rasakan
pukulan Lohu." segulung tenaga pukulan bagai gugur gUnung
menerjang punggung Siu-Jan Karena gusar dan benci akan
perb uatan musuh yang licik dan kotor, maka diapun
membokongnya setelah bersuara lebih dulu, pukulannya amat
dahsyat. Lekas Siu-Jan menggeser tujuh kaki kesamping, begitu
membalik badan dia balas menampar kearah Gin-ji-tay-beng.
Bahwa gempuran luput Gin-jay-bong sudah siaga menyambut
serangan musuh, begitu Siu-Jan menampar dia mendengus
sambil pasang kuda-kuda, kedua tangan ditepukkan dengan
seluruh kekuatannya. Begitu pukulan beradu menimbulkan
goncangan keras Hwe-giam-lo Siu-Jan tertolak mundur tiga
langkah. Sementara Gin-jitay-berg tergeliat mundur satu
langkah. Melihat dirinya lebih unggul, berkobar semangat
tempurnya, beruntun dia merangsak dua jurus pula. Siu-Jan
menggertak gigi, beruntun dia sambut lagi dua pukulan lawan
dengan tangkis tenaga, kembali dua ledakan suara
menggelegar diudara. Beruntun Siu-Jan tersurut beberapa
langkah baru berdiri tegak pula, darah mendidih dirongga
dadanya, muka pucat pasi, mungkin lukanya tidak ringan lagi.
Melihat Gin-jl-ay-beng membantu dirinya, Liok Kiam-ping
tidak ayal lagi, kedua tangan menggempur tiga jurus kepada
Pa-kim Tayhud. Lawan masih muda tapi Pa-kim Tayhud tahu
tenaga dalamnya amat tangguh, semula dia tidak berani
melawan adu tenaga, namun pukulan Liok Kiam-ping cepat
dan merabu gencar, dia tidak diberi kesempatan memilihcaranya
sendiri, terpaksa dia pusatkan pikiran, kerahkan
setaker tenaga, mengadu kekuatan tiga pukulanTiraikasih
Website "Blang, blang, blang" tiga kali ledakan keras. Pa-kim
Tayhud mundur tiga langkah, sedang Liok Kiam-ping hanya
menggeliat saja. Kedua orang ini terhitung jago kosen kelas tinggi, tenaga
dalamnya amat kuat, begitu angin pukulan mereka beradu,
menimbulkan pergolakan hawa yang menggoncangkan bumi
dan pepohonan disekitar gelanggang. Penonton yang
memagari arena terdesak mundur satu tombak.
Pa-kim Tayhud sebagai seorang guru silat yang kenamaan
didaerahnya, selama hidup dia terlalu mengagulkan diri,
karena undangan pihak kerajaan dia datang ke Pakkhia, tapi
berulang kali dia kecundang oleh orang orang Hong-lui-pang,
kini dihadapan orang banyak kembali dia asor dalam adu
kekuatannya, Liok Kiam-ping mendesaknya keripuhan, karuan
gusar dan penasaran membakar hatinya. Jenggotnya tampak
bergerak mengejang, sambil menghardik murka, dia kerahkan
dua belas bagian tenaganya menggempur kearah Liok Kiamping
dengan dorongan kedua telapak tanganInsaf bila pertempuran malam ini tidak lekas dibereskan,
para Hiangcu kemungkinan bisa celaka. melihat padri Tibet ini
menyerang dengan nekad. Tahu lawan bermaksud adu jiwa,
tegak alis Liok Kiam-ping, nafsu membunuh sudah membakar
hatinya, lekas dia kerahkan Kim-kong-put-hoay sin-kang, lalu
berdiri siaga, bila angin pukulan lawan sudah menerjang tiba
hampir menyentuh tubuh, mendadak dia gunakan tenaga
daya lengket, kedua tangan semula diangkat lurus kedepan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terus ditarik serta menuntunnya kebelakang, pukulan dahsyat
lawan sudah dipunahkan separo, tangan yang terayun
kebelakang itu mendadak diabitkan kedepan balas
menggempur dengan kekuatan besar.
Melihat pukulan dahsyat dirinya dipunahkan kepinggir, Pakim
Tayhud melenggong kaget. Pada saat itulah dirasakan
angin kencang sudah menindih dada. "Bluk" tubuh Pa-kim
Tayhud yang gede tinggi itu ditumbuk terbang delapan kaki
dan "Blang" terbanting keras ditanah, dadanya sesak seperti
dipukul godam, untung Lwekangnya tangguh, sekuatnya dia
masih kuat menahan semburan darah dari.mulutnya, namun
keandaannya sudah hampir sekarat.
Akibat dari pukulannya itu Liok Kiam-ping sendiri juga
tersurut tiga langkah, darah seperti berontak dalam tubuhnya,
jelas diapun terluka tidak ringan.
Sudah tentu akhir pertempuran ini membuat Siu-Jan
berjingkrak lebih gusar, lekas dia membentak: "Hayo semua
maju, malam inijangan biarkan satu diantara kawanan kunyuk
ini meloloskan diri."
Seruannya mendapat sambutan gegap gumpita dari anak
buahnya yang mengurung gelanggang barisan terdepan
segera menyerbu sambil angkat senjata mereka, sudah tentu
orang-orang Hong-lui-pang juga tidak mau menyerah, mereka
bertarung sengit dan nekad.
Lekas Liok Kiam-ping menggeram sekali tanpa hiraukan
luka dalamnya, dia ayun tangannya menggempur kearah SiuJan, biang keladi dari keonaran ini. Luka- luka nya sebetulnya
enteng, diburu amarah, maka gempurannya ini tanpa
meninggalkan sisa tenaga. Siu-Jan sudah merasakan
kehebatan pukulannya, kali ini tak berani menangkis, lekas dia
berkelit delapan kakijauhnya, syukur terhindar dari
serempetan pukulan dahsyat itu.
Amarah Liok Kiam-ping makin berkobar karena
serangannya luput, rasa bencinya terhadap Siu-Jan meresap
ketulang sungsum karena lawan tidak kenal aturan, melanggar
tata tertib dunia persilatan dengan rangkaian muslihat jahat,
mengerahkan pasukan kerajaan lagi, maksudnya menumpas
pihak Hong-lui-pang mereka, betapa keji dan jahat
maksudnya, sungguh ingin sekali pukul membinasakan kurcaci
Hina dina ini. Kiam-ping bergerak dengan seluruh kemampuan, sebelum
Siu-Jan berdiri tegak dia tambahi sekali pukulan pula. Apapun
Siu-Jan tidak mengira di saat dirinya berkelit, serangan kedua
lawan sudah menerjang secepat ini, untung lwekangnya
tinggi, pikiran cerdik tabah dan tidak gugup, mendengar deru
angin menerjang tiba, lekas dia menjatuhkan diri
menggelundung lima kaki jauhnya.
Pukulan Liok Kiam-ping dilancarkan sebatas dada, maka dia
tidak mengincar bagian bawah, begitu Siu-Jan menjatuhkan
diri, dari mendorong dia robah gerakan tangannya menekan
kebawah, namun lawan sudah menggelundang pergi. "Blum."
tanah terpukul belong setengah kaki, tanah muncrat setombak
jauhnya, celaka adalah anak buahnya yang kecipratan tanah.
Sebelum Liok Kiam-ping menambahi serangan lagi, Biausansi-sat sudah menubruk maju mengepung dirinya. Kalau
dulu mereka bertahan lalu balas menyerang, tapi sekarang
mereka justru bergilir menyerang lebih dulu. Su-siang-tin yang
mereka kembangkan berempat, maka rangsakan bergilir, ini
sungguh merobah situasi mereka yang terdesak dulu. Tak
menduga bahwa barisan empat gajah lawan ternyata juga
memilikiperbawa yang cukup mengejutkan ini. sesaat Liok
Kiamping takjub dibuatnya.
Tapi dia berkepandaian tinggi, ketabahannya sudah teruji,
pukulan secara bertubi merabu gencar kesekujur badannya,
lekas dia kerahkan tenaga dalam bertahan, kedua tangan juga
tidak berhenti menyerang, maka terdangarlah rentetan suara
benturan menimlbulkan bergolakan hawa disekitar
gelanggang. Beruntun terancam bahaya dan dia selalu lolos, karuan
disamping jeri dan syukur, gusar Hwe-giam-lo Siu-Jan tak
kepalang, melihat Biau-san-si-sat mampu membendang
serangan Liok Kiam-ping lega juga hatinya, lekas dia membalik
menubruk kearah G in-jitay- beng .
Saat itu Gin-jay-beng sedang menghadapi keroyokan dua
laki-laki seragam hitam, pukulannya yang kuat dan deras
membuat kedua lawannya berputar pontang panting, disaat
dia hampir merobehkan kedua lawan, sejalur angin keras
menerjang dari samping. Lekas dia tarik serangan sambil
berkelit minggir, sempatjuga sebelah tangan nya balas
menampar kearah penyerang.Jarak mereka cukup dekat,
begitu saling bentrok terdengar "Plak" kedua pihak tersurut
selangkah. Melihat yang menyergap dirinya Siu-Jan, menyala
mata Gin-ji-tay-beng. sambil menggerung gusar dia membalik
tangan seraya menubruk pula.
Bahwa sergapannya luput, malah dirinya tertolak mundur
oleh tamparan lawan, sudah tentu tak karuan perasaaa Hwegiamlo Siu-Jan- Melihat lawan menggempur pula dengan
amarah membara, sudah tentu dia tak berani menyambut,
pukuian lawan tadi sudah terukur oleh nya, maka dia
kembangkan kesebatan langkah nya berputar dan
berlompatan diantara samberan telapak tangan perak lawanKedua laki-lakipengeroyoktaditelah ganti napas, kini mereka
keluarkan golok besar terus melabrak majupula. Kekuatan Ginjitaybeng kira-kira setanding dengan Siu-Jan, Siu-Jan sudah
dihajar oleh Liok Kiam-ping, sedikit banyak hatinya sudah jeri
semangat tempurnya tidak segagah tadi, maka Gin-jay-beng
berhasil menguasai arena pertempuran, tapi setelah kedua
lawan ini mengeroyoknya, karuan keadaan terbalik, meski
gusar namun otaknya masih berpikir dengan dingin, dari
menyerang dia merobah pertahanan diperketat.
Tahu gelagat tidak menguntungkan, bila tidak lekas
berusaha membebaskan diri dari tekanan yang makin berat
ini, jiwa bisa celaka, untung pengalaman tempurnya selalu
memberi dorongan semangatnya, meski tak berani balas
menyerang secara gencar, namun dia bisa
mengkonsentrasikan pikiran- melawan dengan tabah, dan
wajar. It-cu-kiam Koan Yong melawan empat jago pakaian ketat,
untung permainan pedangnya ganas dan lihay, sinar
pedangnya bagai lembayung yang mengubat tubuhnya,
sementara gerak-geriknya selincah naga menusuk. menabas,
membelah dan menyapu, setiap jurus mengandung tipu
berbahaya, keadaannya ternyata lebih mending. Tapi tiga
puluh jurus kemudian, permainan pedangnya mulai kendor
dan lamban, namun dalam waktu singkat dia masih kuat
bertahan. Begitu musuh menyerbu Tan Kian-thay sudah menggenjot
roboh seorang lawan dengan tinju kiri, tiga musuh yang
menyerbu, tiba menjadi jeri melihat nasib temannya, maka
mereka tak berani mendesak terlalu ketat, seranganpun
menjadi kepalang tanggung. Apalagi permainan golok Tan
Kian-thay juga menciutkan nyali mereka, hingga serangan
mereka yang bergilir juga selalu kandas ditengah jalan- Lima
Hiangcu yang lain setiap orang melawan satu musuh, tiada
yang bersuara, semua giat berjuang mempertahankan mati
hidup, sedikit lena jiwa pasti melayang.
Ditengah kegaduhan denting senjata yang bentur
memercikan lelatu api, mendadak kumandang sebuah jeritan
keras, seorang laki-laki baju hitam terpukul terbang oleh
telapak tangan perak Gin-jitay-beng, darah menyembur dari
mulutnya, begitu menyentuh tanah orangnya tak bergerak
lagi. Bong Siu sudah siaga dipinggir arena, sebetulnya sejak tadi
dia sudah siap turun tangan membalas pukulan Liok Kiam-ping
dengan sergapan mematikan, namun rangsakan Biau-san-sisat
cukup gencar dan hebat, permainan Liok Kiam-ping juga
mantap dan melayani secara wajar, maka sulit dia terjun
kearena. Dengan jelas dia melihat Gin jitay-beng memukul mampus
anak buahnya itu, maka sambil membentak dia angkat lurus
kedua tangannya, Gun-goan khi-kang segera terlontar dari
kedua telapak tangannya, sebelum tiba tenaga pukulannya,
hawa panas sudah melanda lebih dulu.
Gin-jitay-beng sedang curahkan perhatian melayani
serbuan Siu-Jan dan seorang baju hitam, serangan balas
sudah jarang dan sukar dia lancarkan, mendadak terasa
datang nya samberan hawa panas seperti lahar gunung api
dari samping, seketika dadanya sesak.
Pengalaman memberi tahu bahwa gelagat jelek
mengancam jiwanya, lekas dia tutup seluruh Hiat-to
ditubuhnya, dengan Ginkang yang luar biasa dia bergerak
laksana burung bangau menjulang ke langit tubuhnya
menjejak lurus setombak tingginya. Hamburan angin panas
bagai amukan badai dipadang pasir menggulung lewat
dibawah kakinya dalam hati diam-diam dia merasa leg a dan
syukur sempat menyelamatkan diri. Padahal Gun-goan-khang
teramat ganas, melukai lawan tanpa dirasakan sebelumnya,
syukur reaksinya menghadapi perobahan cukup cekatan,
Ginkangnya luar biasa, namun isi perutnya sudah terluka
sedikit. Bong Siu sendiri juga belum sembuh luka dalamnya.
maka pukulan itu tidak dilancarkan sepenuh tenaga, kalau
terkena telak tentu jiwanya sudah melayang. Tapi di saat
tubuh masih terapung itulah, disaat dia ganti napas mendadak
tenaga dipusar seperti buntu, hingga badannya anjlok seperti
bintang jatuh. Siu-Jan orangnya picik, culas dan kejam, melihat ada
kesempatan dalam hati dia bersorak girang, lekas dia maju
setapak. kedua tangan terbalik, keatas terus menepuk
kepunggung orang. Belum lagi Gin-jitay-beng tancap kakinya
ditanah, deru angin sudah menerjang tiba dari belakang, jelas
dia takkan mampu menangkis atau berkelit, jiwanya tinggal
segaris diambang elmaut. Pada detik kritis itulah mendadak kumandang sebuah
hardikan, sejalur tenaga lunak menyongsong tiba dari
samping, hingga tubuh Gin-ji-tay-beng yang sempoyongan
hampir jatuh itu seperti terpapah hingga satu tombak jauhnya.
Berbareng segulung tenaga keras lain menangkis pukulan SiuJan- "Daaar." ledakan keras membuat Siu-Jan terjengkang tiga
langkah. "Ser, ser," dua bayangan orang segera meluncur turun
hinggap ditengah arena. Karuan Siu-Jan blingsatan, setelah
berdiri tegak baru dia tnelihat didepannya berdiri dua orang
lakl-lakitua tua tinggi pendek dengan rambut dan jenggot
beruban, berjubah panjang. Kedua orang tua ini sudah tentu
bukan lain adalah Ai-pong-sut Thong cau dan Jianli-tok-heng.
Sebetulnya kedua orang tua inipun sudah tiba sejak tadi,
sengaja mereka sembunyi diatas genteng menunggu situasi,
mereka ikuti langkah Liok Kiam-ping yang memimpin Ginijitaybeng dan lain- lain melabrak musuh disaat jiwa Gin-ji-taybeng
terancam bahaya baru mereka dipaksa turun tangan.
Jian-li-tok-heng mendorong tubuh Gln-ji-tay-beng
kepinggir sementara Ai-pong-sut menangkis pukulan Siu-Jan.
Sudah tentu munculnya kedua orang ini memberi pukulan
batin bagi Siu-Jan, sesaat dia berdiri bingung dan melongo.
Ai-pong-sut Thong cau terkial-kial, katanya: "Sebetulnya
Siu-tangkeh terhitung jagoan Bulim yang patut disegani, di
kotaraja namamu juga disegani, sayang kau sewenangwenang,
berkomplot melakukan kejahatan, menggunakan
kekuasan menindas rakyat, bila kebobrokanmu ini dilaporkan
ke istana, Ka-cin-ongpun takkan bisa melindungimu.'
Ai-pong-sut Thong cau dan Jian-li-tok-heng berpakaian
serba baru dengan bahan mahal serta berwibawa, sikapnya
gagah dan garang lagi, maka Siu-Jan menduga kedua orang
ini kalau bukan pembesar yang sedang berkuasa di istana,
pastilah veteran yang sudah mengundurkan diri, sebelum asal
usul lawan diketahui, terpaksa dia bersabar dan menjawab
dingin: 'Mereka adalah kawanan jahat yang sering melakukan
perampokan dan pembunuhan, buronan yang harus ditangkap
oleh kalangan pembesar, cayhe mendapat perintah untuk
membekuk mereka, tuan justru mengacau tugasku,
memangnya kalian juga komplotan mereka, lekas sebutkan
nama kalian." Mumpung ada kesempatan, lekas Gin-ji-tay-beng
bersimpuh ditanah terus bersamadi mengerahkan lwekang
menyembuhkan luka dalamnya. Kuatir orang mengalami
sergapan, lekas Jian-li-tok-heng mundur kesampingnya,
menjaga keselamatannya. Tindakannya ini lantas
menimbulkan dugaan dalam hati Siu-Jan, segera dia
mendamprat pula sebelum Thong cau menjawab
pertanyaannya: 'Ya, kalian memang sekomplotan, agaknya
Lohu kurang hormat.' Dengan lantang Ai-pong-sut berkata: 'Tindakan kalian
dengan Cara kotor dan hina ini pasti menimbulkan kemarahan
kaum persilatan, Lohu berdua sudah berani datang,
memangnya tidak gentar menghadapi kawanan tikus terkutuk
seperti kalian." Mendadak seorang laki- laki baju hitam melangkah maju
lalu berbisik ditelinga Siu Jan. Hwe-giam-lo Siu-Jan lantas
terkekeh dingin, katanya: 'Agaknya kalian memang pandai
sembunyi, lohor tadi kalian berada diThian-tam, tiga orang
kami kau bunuh, malam ini jangan harap kau bisa lolos dari
keadilan," habis bicara segera dia keluarkan Giam-ong-poan
(potlot raja akirat) yang jarang dipakai sudah angkat namanya
kejenjang taraf tertinggi dalam dunia persilatan, maju tiga
langkah segera dia kembangkan Hong- lui-poan-hoat
mengetuk batok kepala Jian-li-tok-heng.
Giam-ong-poan termasuk senjata garis luar, panjang dua
kaki lebar tiga dim, bentuknya mirip sebatang panah perintah
yang besar, dapat digunakan sebagai golok, pedang, potlot
atau alat tutuk yang mematikan. warnanya hitam gemerdep.
bagi seorang ahli akan tahu sekali pandang bahwa senjata ini
bukan terbuat dari besi biasa, pedang golok biasa pasti tak
mampu menabasnya putus. Gusar dan penasaran sudah membakar hati, maka
serangannya mengandung perbawa deru guntur dan
samberan kilat. Jian-li-tok-heng tahu betapa lihay permainan
gaman lawan, segera dia kembangkan Ginkang dengan
langkah enteng menggeser delapan kaki Sambil berputar,jurus
Tui-hun-kan-gwat (mengejar mega memburu rembulan) dari
pukulan kilat telapak tangannya, menepuk dengan gaya


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melintang ke Jian-kin-hiat dipundak kiri Hwe-giam-lo Siu-JanSebelum serangan mengenai sasaran, bayangan lawan
sudah berkelebat hilang, berbareng pukulan keras lawan
sudah menggulung tiba kepundak kiri, lekas dia menyurut kaki
kiri setapak. gamannya melintang miring menyontek kedua
pergelangan tangan lawan dengan jurus Beng-kung-toan-llu
(memutus arus disungai melintang).
Jian-li-tok-heng menekuk sikut menurunkan tangan,
dengan enteng dan berputar kekanan, kedua tangannya
menyodok ke ciangbun-hiat dibawah ketiak Hwe-giam-lo SiuJan-Bahwa serangan gamannya luput, pukulan lawan malah
menindih tiba, lekas Siu-Jan gunakan kelembutan langkahnya
seperti air mengalirpergi, Glar.-ong-poan menderu keras
merabu segencar hujanbadai ketubuh lawanKini kedua orang serang menyerang dengan gerak cepat,
bayangan hitam gaman Siu-Jan menggugus tinggi seperti
gunung yang dita buri telapak tangan yang bermain selincah
naga membelitpohon, keduanya berkutet dengan seru hingga
susah dibedakan satu dengan yang lainDalam sekejap kedua orang sudah serang menyerang
belasanjurus. setelah Gin-jitay-beng mengakhiri semedinya,
Ai-pong-sut segera menantang kepada Bong Siu: "Kita
nganggur dari pada menonton lebih baik terjun ke arena,
hayolah kau layani beberapa gebrak pukulanku?"
Bong Siu menjengek dingin: 'Kalau kau pingin digebuk,
boleh saja, hayo maju', tenaga dikerahkan dikedua lengan,
siap menyambut pertempuranTiraikasih
Website Ai-pong-sut, tahU tenaga lawan amat besar, menerawang
situasi yang tidak menguntungkan pihaknya, maka dia tidak
akan main kekerasan, namun harus mengakhiri pertiarungan
secepat mungkin- Disana dia menepekur mencari akal
Mendadak didengarnya lolong jeritan, tampak seorang
Hiangcu roboh terkapar mandi darah.
Karuan Gln-jay-beng terjingkrak berdiri dengan mata
menyala, sambil memekik nyaring dan terjun ketengah
rombongan musuh terus main gasak dan ganyang, dimana
telapak tangan perak dan kaki melayang beberapa jiwa orang
telah direnggutnya. Melihat darah nafsunya makin menggila,
kaki tanganpun mengamuk merenggut beberapa jiwa pula,
sudah tentu keadaan menjadi kacau balau oleh amukan Ginjitaybeng. Mumpung keadaan kacau itulah Ai-pongsut Thong cau
lontarkan pukulannya kea rah Bong Siu. Bong Siu sedang
mengawasi orang-orangnya yang dibabat roboh oleh amukan
Ginjutay-beng, diserang secara mendadak karuan dia
gelagapan, dalam sesingkat ini tak sempat dia gunakan Gungoankh-kang melawan, lekas dia berkelit minggir, belum
sempat balas menyerang serangan lawan sudah menindih tiba
pula. Ternyata begitu melancarkan serangan, sebelum gaya
permainannya sebelumnya, dia sudah berkelebat pula keposisi
lain, membuntuti gerak-gerik lawan yang berkelit, sebelum
lawan sempat balas menyerang, dia sudah mendahului
dengan serangan yang mematikanpula.
Ginkangnya memang luar biasa, setelah dikembangkan
sungguh laksana bayangan berkelebat susah diraba kearah
mana dia bergerak Lwekang Bong Siu memang tangguh,
namun luka dalamnya belum sembuh, tenaga sudah jauh
berkurang, maka dia terdesak kerepotan dan ikut berputar
mengikuti gerakan lawan yang berkisar seperti rod a.
Dengan ketahanan tenaga dalamnya yang tangguh. Liok
Kiam-ping mainkan kedua telapak tangannya menyambut
keras rangsakan Biau-san-si-sat, gempur-menggempur secara
adu tenaga sudah tentu menguras banyak tenaga, semula dia
masih kuat dan bergerak secara wajar. Tapi lima puluh jurus
kemudian, luka dalam tubuh yang semula tidak pa rah tak
tahan oleh permainan berat yang menggunakan tenaga besar,
luka ringan makin berat, tenagapun makin surut dan lemah,
napas sudah terse ngkal berat. Namun dia kukuh pendapat
dan keras kepala, meski tahu adu tenaga cara demikian
akhirnya akan merugikan diri sendiri, namun dia masih terus
merangsak musuh. Mendadak didengarnya beberapa kali bentakan, dia
mendengar suara Ai-pong-sut dan Jian-li-tok-heng yang telah
menyusul tiba, lega dan senang hatinya, maka otaknyapun
berpikir lebih jernih. otaknya cukup cerdas, sekilas pandang
dia rasakan situasi masih amat genting bagipihaknya, maka
segera dia merobah strategi permainannya. Dengan
mengembangkan Leng-hi-pou, dia berkelit kian kemari dengan
berbagai gaya dan gerakan yang aneh, lucu dan menakubkan,
namun tak pernah dia abaikansetiap kesempatan untuk balas
menyerang lawan- Pada saat itulah, pekik orang yang dikenal suaranya
mengejutkan dirinya, tampak seorang Hiang cu roboh terkapar
tak bernyawa lagi. Kematian Hiang-cu itu membangkitkan
amarahnya pula, memdadak dia memekik keras, suaranya
menggetar langit dan bumi, yang lwekangnya rendah seketika
menungging sambil menutup kuping.
Belum lenyap gema pekik suaranya, dia melompat tiga
tombak. mencapai ketinggian lompatnya dia berputar lalu
menukik turun, di mana cahaya emas berkembang Liat-jitkiam
sudah diloloskan keluar, mumpung tubuh menukik dia
lancarkan Jit-lun-jut-seng. Tampak cahaya kuning emas yang
cemerlang laksana kilat menyambar keatas kepala Nyo Liong.
Nyo Liong kepala barisan, tampuk pimpinan dari barisan
empat gajah ini. bila kepalanya terbunuh tentu barisan
akanpecah sendirinya, maka dia incar lawan yang satu ini
dengan keampuhan jurus pedangnya.
Memangnya Nyo Liong sudah terpengaruh oleh pekik
suaranya, mendadak melihat lawan melambung keudara,
menyusul bola matahari yang padang menyilau mata menukik
turun sederas air terjun raksasa. Cahaya benderang itu
hakikatnya membuat dia tak bisa melihat bayangan musuh,
karuan pecah nyalinya, tanpa ayal segera dia kerahkan
seluruh kekuatan yang dimilikinya melompat dan berkisar
terus menggelundung pula, syukur lolos dari ancaman elmaut.
Begitu berdiri lagi tangannya terayun balik menimpuk
sebatang pisau. Begitu serangan luput Liok Kiam-ping sudah
menjaga kemungkinan ini, sebelum Gerak pedangnya
mencapai gerakan sepenuhnya, dia kuras tenaga dipusar
sambil mengembangkan Leng-hi-pou sekaligus menggunakan
Eng-wi-kiu coan di mana kedua kakinya bergerak turun naik,
tubuhnya laksana roda kereta yang berputar kencang
melayang setombak kepinggir.
Dua batang pisau terbang melesat bersilang dibawah
tubuhnya. Ternyata setelah Nyo Liong lolos dari ancaman
elmaut menimpuk pisau terbang, Nyo Hong juga sempat
sambitkan pisau terbangnya, gerak mereka secara reftek
ternyata mengandung kerja sama yang ketat dan
mengejutkan- Liok Kiam-ping memang sengaja melayang keluar
kalangan, namun sebat sekali Biau-san-si-sat sudah memburu
dari posisi masing-masing berusaha mengepungnya pula. Tapi
kecepatan mereka ternyata masih diungguli oleh Kiam-ping,
sebelum lingkaran mereka terbentuk. Mendadak Liok Kiamping
berputar memapak Nyo Hou yang memburu tiba, terus
menyerangnya dengan pedang, Bola surya yang bend era ng
langsung menerjang kepala. Kejadian mendadak serangan
deras lagi, betapapun tinggi Lwekang Nyo Hou,juga kelabakan
dibuatnya, untung dia tidak gugup, ketabahannya memang
patut dikagumi, lekas dia mengerem daya luncur tubuhnya
sambil mendoyong tubuh terus menggelundung delapan kaki,
syukur jiwanya selamat. Liok Kiam-ping juga jeri menghadapi barisan pisau terbang
Biau-san-si sat, begitu pedangnya luput, dia tak berani
membiarkan tubuhnya mengendap rendah mendekati bumi,
Sekali jejak dan pancal kembali tubuhnya melejit mumbul
b-putar diudara melayang keluar ling ka ranDalam pada itu It-cu-kiam Koan Yong baru saja habis
melancarkan it-cu-kiam-hoat, hingga serangannya sed ikit
terhenti, untuk balas menyerang pula menjadi sulit, maka dia
terdesak oleh rangsakan lawan malah, keringat sudah
membasahi jidat napaspun memburu.
Disaat dia kerepotan melayani serangan musuh, mendadak
sejalur tenaga kencang menerjang tiba dari pinggir, untuk
meluputkan diri dari serangan lawan didepannya, tak mungkin
dia menggeser langkah, beg itu terjangan angin tiba secara
reftek dan hanya bis a miringkan tubuhnya. "Blang" lengan kiri
terpukul telak, tubuhnya terlempar lima kaki, tulang pundak
kirinya keseleo, saking kesakitan dan mengerang sambil kertak
gigi, langkahnyapun sempoyongan hampir jatuh.
Melihat ada kesempatan lakilaki baju hitam disebelah kiri
angkat golok lalu membacok. Dengan amukannya Gin-jaybeng
kembali merobohkan lima orang baju hitam, sekilas
matanya melirik, dan mendangar it-cu-kiam Koan Yong
mengerang kesakitan, dilihatnya seorang musuh sedang
membacoknya pula, karuan dan menggerung gusar: "Bangsat
curang." lenyap suaranya orangnyapun menubruk tiba.
Telapak tangan kananya membelah tegak kearah tangan
kanan laki-laki baju hitam yang memegang golok, sementara
tangan kiri menggenjot Yu-bun hiat, satujurus dua gerakan,
cepat dan ganas. Kepandaian laki-laki baju hitam masih rendah, meski cepat
bacokannya juga kalah cepat dibandang gerakan Gin-jitaybeng,
sebelum goloknya membelah kepala Koan Yong tahutahu
lengan sendiri sudah tertabas buntung oleh telapak
tangan musuh, celaka lagi Hiat-to dipunggungjuga kena tinju,
seketika jiwa melayang tanpa mengeluarkan suara.
Setelah merobohkan musuh lekas Gin-jitay-beng
menyelinap kepinggir Koan Yong serta menarik lengan dan
menekanpundak. "Krak" sekali gentak dansambung lagi tula
ng yang keseleo. Lalu tanyanya "Bagaimana rasanya ?"
It-cu-kiam Koan Yong membuka mata lalu tersenyum,
sahutnya: "Pasti tidak apa-apa, cuma dalam waktu dekat tidak
leluasa bergerak. Padahal luka lengan kirinya cukuparah,
meski dlobati dalam setengah bulan pasti takkan bisa sembuh.
"Syukurlah, hayo maju bersama kita bantai kawanan
kurcaci ini. "lalu Gin-jitay-beng mendahului menyerbu.
Ternyata yang menyergap It-cu-kiam Koan Yong adalah
Seng-ci-ciang Hou Kong-ting, orang ini berjiwa rendah,
telengas dan banyak muslihatnya, sehingga dia mendapat
kepercayaan penuh dari Siu-Jan, kepandaiannya memang
bagus, kalau orang banyak baku hantam setengah harian.
sengaja dia berpeluk tangan dalam rombongan orang banyak,
setelah melihat It-cu-kiam kehabisan tenaga, baru dia tampil
memungut keuntungan, sergapannya itu memang lihay dan
bernafsu. Tak nyana, diluar perhitungannya, It cu-kiam Koan Yong
masih sempat memutar miring tubuhnya dalam posisi yang
sudah amatsulit, dengan sendirinya pukulan telapak juga
hanya menyerempet saja kelengan kiri lawan. Lebih
mengejutkan lagi Ginjuay-beng menerjang tiba disaat yang
menentukan, sekali gebrak bukan saja menolong jiwa Koan
Yong, Sekaligus membinasakan seorang anak buahnya.
Betapa gagah danperkasa sepak terjang Gin-jitay-beng
mcmbikin ciut nya linya. Disaat musuh melenggong Ginjuay-beng angkat kedua
telapak tangannya, begitu sinar perak berkelebat baru Hou
Kong-ting tersentak kaget dari lamunannya. Gin-jitay-beng
sudah teramat gemas kepada musuh yang picik dan licin,
maka serangannya tidak tanggung-tanggung lagi, Hou Kongting
dirabunya dengan sengit hingga membela dirisaja, untung
tiga orang baju hitam segera menyerbu datang dengan
bacokan golok kepundak Ginju tay-beng.
"Hiiaat. "Gin-jitay-beng menggembor keras, sebat sekali dia
menyelinap perg keluar kalangan, kedua tangan bertepuk
sekali. lalu didorong maju serta membelok kekanan yang dia
near adalah musuh bergolok. Permainan dengan gerak yang
menyesatkan pandangan lawan memang cukup menakupkan,
laki-laki itu merasa pandangan kabur, sebelum golok ditarik
balik, gempuran musuh sudah memukul dada "Blang" Ling-taihiat
di dada seperti ditumbuk bend a ribuan kati, pandangan
seketika gelap berkunang, da rah menyembur dari
tenggorokan, badanpun terlempar dua tombak roboh tak
bangun lagi. Ginjutay-beng amat geram menghadapi kekejaman musuh
serta kelicikannya, maka serangannya mematikan musuh.
Setelah merobohkan seorang musuh, kakinya tidak berhenti,
dengan jurus Peksho-can-ji (bangauputihpentang sayap),
kedua tangannya terkembang ke kanan kiri menggempur
kedua laki-laki baju hitam.
Kedua orang itu sedang takjup oleh permainannya yang
lihay, baru saja mereka melompat keluar kalangan, tahu-tahu
gempuran Gin-ji-tay-beng sudah tiba, satu bergerak sedikit
lambat, tubuhnya terpukul terbang setombak lebih, begitu
ambruk tak berkutik lagi. Seorang lagi sempat miringkan
tubuh, maka dia hanya tersodok sempoyongan lima langkah
menerobos kepungan orang banyak terus ngacir entah ke
mana. Song-si-ciang Hou Kong-ting disambut oleh It-cu-kiam Koan
Yong. Tahu luka di lengan kiri lawan cukupparah, hingga
gerak-geriknya tampak terganggu. maka Hou Kong-ting
kembangkan kegesitan tubuhnya, berputar dan menyerang
mengitari lawan. It-cu-kiam terpaksa ikut berputar dan
terdesak dengan napas memburu bagai dengus kerb a u.
Dalam dua gebrak Gin-ji-tay-beng merobohkan tiga orang
baju hitam, kini melihat It-cu-kiam Koan Yong terancam
bahaya, lekas dia membentak serta memburu tiba: "Koansingtong silahkan mundur dan istirahat, "bangsat ini biar
kubereskan. "belum habis dia bicara, kedua langan sudah
menggempur dengan kekuatan menggugurkan gunung kearah
Seng-si-ciang Hou Kong-ting. "Blang". Seng-si-ciang Hou
Kong-ting pontang panting tujuh kaki, muka pucat napas
berat,jelas lukanya parah, serasa terbang arwahnya, lekas dia
menyurut mundur ketempat gelap terus mabur dari tempat
itu. Gin-ji-tay-beng tertolak setapak oleh tenaga yang teritul
balik, sebetulnya dia sudah siap mengudak. mendadak
didengar sebuah jeritan mengerikan, seorang Hiang-cu


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terkapar binasa. Karuan amarahnya memuncak, bentaknya
dengan beringas: ?"Kawanan kurcaci yang harus diganyang,
malam ini biar kalian rasakan kelihayan Gini-oh-ciangku ini,
seperti banteng ketaton dia menyerbu ketengah orang banyak
lalu menggasak dengan serabutan. seumpama harimau lapar
terjun ditengah kelompok kambing.
orang-orang baju hitam yang berkepandaian rendah dan
tengah bertempur itu mana kuat melawan pukulannya, di
mana telapak tangan perak menyambar "Blang" seorang telah
dipukulnya remuk kepalanya "Bluk" kembali kaki menendang
seorang menungging memeluk perut sambil mengeluh
kesakitan,jatuh untuk tidak bangun kembali isi perutnya
tertendang remuk. Tan Kian-thay sedang menggasak tiga orang berpakaian
hitam, goloknya dimainkan dengan tang kas, lawan
mengeroyok sambil memperhatikan permainan goloknya, tak
nyana tinju kiri mendadak menggenjot dagu seorang lawan
hingga terpukul Ko. namun dua temannya menjadi lebih
waspada, jumlah musuh memang teramat banyak gugur satu
majU satu setiap lobang ditambal ataU diganti lagi oleh
seorang temannya. Tiga puluh jurus kemudian Tan Kian-thay
jadi tidak sabar, pengalamannya luas, menerawang situasi
malam ini, dia insyaf untuk meloloskan diri jelas tidak mudah,
bukan mustahil situasi yang lebih genting akan segera
mengancam mereka bersama, maka pertempuran harus
segera diselesaikan- Maka golok dan tinjunya bergerak lebih gencar, tangan kiri
menyerang dengan jurus clong- thian-bau, tinjunya menjotos
Tay-yang-hiat dipelipis laki-laki sebelah kiri. Karena
menghadapi serangan mendadak laki-laki itu agak tertegun,
untung dia sudah bersiaga sejak tadi. lekas dia menekuk
badan seperti orang menjura layaknya, berbareng pundak
diturunkan hingga tinju kiri lawan berhasil dihindarkan.
Tapi tak pernah terpikir bahwa golok baja ditangan Tan
Kian-thay yang gagal membacok temannya sekalian diputar
balik dengan jurus Sim-lui-sin-te, dari kanan dia menabas lakilaki
disebelah kiri bagian bawah, gerakan goloknya aneh dan
mendesis kencang. Di mana sinar golok menyambar "cras,
eras," dan kaki sebatas lutut laki-laki sebelah kiri tertabas
buntung, da rah muncrat orang itupun melolong kesakitan
terbanting menggelepar, saking kesakitan dan mengejang dan
meronta-ronta. SemangatTan Kian-thay tambah menyala setelah
menjatuhkan satu lawan pula dengan goloknya, kini diaputar
balik pula goloknya membabat dan lawan yang sudah
ketakutan, sayang sebelum Tan Kian-thay meneruskan
serangannya. bayangan merah berkelebat, menyusul segulung
angin pukulan telah menindih mukanya. Begitu berat tekanan
pukulan ini Hingga Tan Kian-thay sesak napas, tahu lawan
yang menyergap brkpandaian tinggi, lekas dia kerahkan
setaker tenaga melompat minggir kesamping. Tan Kian-thay
sudah bergerak cukup Cerdik dan dan memilih arah yang
diperi hitungkan, reaksinyapun Cekatan, sayang dia kalah
cepat hingga dan keserempet oleh samberan tenaga pukulan
orang hingga teri huyung beberapa langkah.
Bila dia melihat jelas siapa pembokongnya. seketika dia
berdiri kaget. Seorang padri Tibet yang berperawakan gede
dengan tampang yang menakutkan berdiri setombak
didepannya, bolamatanya melotot sebesar jengkol tengah
menatap kepadanya. Pembokong ini ternyata Pa-kim Tayhud
adanya. Seperti diketahui padri yang satu ini terluka parah
setelah adu pukulan dengan Liok Kiam-ping, untung tenaga
dalamnya amat ampuh, dapat menolong diri tepat waktunya,
segera dia samadi mengerahkan hawa murni menyembuhkan
luka sendiri, sekarang keadaannya sudah mending dan tidak
berakibat fatal lagi. Disaat dia membuka ke duamatanya, dia saksikan Gin-jitaybeng
dan Thi-pi-kim- to berhasil merobohkan dua musuh
hingga pihaknya terdesak ketakutan, maka tidak hiraukan
luka-luka yang belumsembuh benar, lekas dia lontarkan
pukulan mencegah Tan Kian-thay mengganas dengan
goloknya, selamatlah kedua laki-laki baju hitam.
Tahu Lwekang sendiri bukan tandingan lawan, namun
keberanian Tan Kian-thay memang luar biasa, dalam situasi
yang mendesak begini, meski jeri juga harus nekad, maka dia
menjengek dingin: "Hebat benar Lwekang Taysu, ternyata kau
juga pandai berbuat curang, membokong seperti perbuatan
manusia rendah yang tidak tahu malu, memangnya kau tidak
takut nama baikmu runtuh ?"
Pa-kim Tayhud bergelak tawa katanya:
"Bagiku menolong jiwa orang lebih penting, turun tangan
tidak perlu kasihan- Apa lagi dalam situasi seperti malam ini,
siapa kuat dia menang, anak muda, hayolah serang,
permainan apa yang kau mampu kembangkanpasti kusambut
bertangan kosong." Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay juga tokoh yang sudah punya
nama dalam kalangan Kavgouw, kapan dia dihina dan
diremehkan dihadapan umum, segera dia membentak gusar:
"Baik, lihat serangan-" dengan jurus Lat-pi-hoa Sau (Sehuat
lengan membelah gunung).Bacokan golok ternyata Serangan
gertak Sambal, ditengah jalan golok dari membacok berobah
menusuk, ujung golok menusuk kedada lawanPa-kim Tayhud berkepandaian tinggi, memang tidak malu
dia diagulkan sebagai jago silat kosen, golok sudah
mengancam dada, namun dia tetap tak berkelit atau
menyingkir, bila Tan Kian-thay merobah bacokan menjadi
tusukan baru kaki kanan menyurut setengah langkah, kelima
jari kanan terkembang mencengkram Hoan-meh-hiat ditangan
kanan Tan Kian-thay. Dia balas menyerang untuk
menyelamatkan jiwa sendiri, maka gerakannya amat lihay,
disaat cengkramannya hampir mengenai sasaran- Mendadak
Tan Kian-thay menghardik sekali, tenaga dikerahkan
Sepenuhnya ditangan kiri, dengan jurus menjojoh langSung
naga kuning, Sementara tinjunya melayang dengan deru
keraS menggenjot dada si padri.
Jikalau Pa-kim Tayhud tidak menarik serangan merobah
gerakan, umpama tangan Tan Kian-thay cacad seketika, tapi
dadanya yang kena tinju lawanjuga pasti terluka parah kalau
tidak mampus seketika. Serangan balasan Tan Kian-thay yang ajak musuh gugur
bersama ternyata berhasil menggertak si padri Tibet. Lekas
dia menekuk sikut menarik serangan berbareng langkah
berputar setengah bundar, hingga serangan kedua pihak tidak
mencapai sasaran Namun hal ini telah membangkitkan amarah dan sifat
liarnya, mendadak kedua tangannya melingkar yang lain
menyodok dengan tarikan keras, sebelum Tan Kian-thay
membuat ancang-ancang, telapak tangannya sudah menyodok
kepunggung orang. Untung dia membekal luka dalam hingga
pukulannya ini Hanya sekuat delapan bagian dari kekuatan
biasanya. Namun perbawanya sudah cukup mengejutkan.
Sebelum berdiri tegak deru pukulan lawan yang gemuruh
sudah menekan, untuk berkelit atau melompat pergi tidak
keburu lagi, untung dalam terdesak timbal akalnya,
memangnya dia sudah teri huyung kedepan sekalian
menjatuhkan diri terus menggelundung setombak lebih.
Pada hal reaksinya cukup cepat, tak urung dia tersapu
setombak lebih oleh tenaga pukulan yang deras, celakanya
lengan kiri menyentuh batu waktu badannya terbanting
kebumi, "Krak" tulang lengannya patah, saking kesakitan dia
menjerit sekali lalujatuh semaput.
Pa-kim Tayhud memburu maju hendak menambah sekali
pukulan dibatok kepalanya. Mendadak didengarnya pekik
panjang seperti teriakan naga diangkasa, mendadak Liok
Kiam-ping meluncur turun dari udara laksana naga terbang
menghadang didepan Pakim Tayhud.
Seperti diketahui dengan seluruh kekuatannya Liok Kiamping
mengembangkan Ginkang Eng-wi-kiu-coan melawan
barisaan pisau terbang Biau-san-si-sat. Setelah dia
menggunakan cara menyerang dari luar garis lingkaran
mereka, rangsakan Biau-san-si-sat ternyata menjadi kendor
dan permainan pisau terbang mereka seperti tidak berfungsi
lagi, gerak gerik menjadi kacau, dari menyerang menjadipihak
yang dicecar malah. Berhasil memperdayai musuh untuk
menyelesaikan pertempuran lebih cepat, dia rela
mengorbankan tenaga dalam yang terkuras, serangan
dipergencar, Liat-jit-kiam menyerang dengan jurus Liat-jityamyam menabas leher Nyo Hong.
Bola bundar yang menyala benderang membikin
pandangan yo Hong silau, cahaya nya yang panas dan terik
seperti membakar tubuhnya, dalam keadaan terdesak dan
kepepet, dia berusaha menjatuhkan diri terus menggelundung
pergi, sebetulnya dia bis a menyelamatkan diri.
Pada detik itulah mendadak Liok Kiam-ping mendengar
jeritan Tan Kian-thay, dia duga kawannya itu terluka parah
kalau belum binasa, seketika alisnya tegak. hawa nafsu
berkobar dirongga dada, ditengah jalan pedangnya dirobah
dengan jurus Jik-yang-say-loh menerbitkan jalur-jalur kuning
emas laksaan banyaknya. seluruhnya menabas miring ke arah
Nyo Hong. Betapa cepats amberan pedangnya, karena dia
menguatirkan keselamatan Tan Kian-thay, sebelum tubuh Nyo
Hong jatuh menyentuh bumi, di mana tajam pedang
menyambar, kedua pahanya sudah ditabas buntung.
Paha tertabas sudah tentu jiwa belum melayang, namun
sakitnya cukup membuat, Nyo Hong terguling-guling sambil
menjerit-jerit. Sudah tentu tiga saudaranya tidak berpeluk
tangan serempak mereka ayun tangan menimpuk senjata
rahasia, tiga batang pisau melesat bersama kesatu sasaran
dari tiga arah yang berbeda.
Tak sempat perhatikan keadaan lawannya, sekali menjejak
tanah Liok Kiam-ping menjulang keatas tiga tombak tingginya,
sekaligus meluputkan diri dari samberan tiga batang pisau
terbang, lalu meluncur turun kehadapan Pa-kim Tayhud.
Dengan mendelik bundar Liok Kiam-ping menatap Pa-kim
tayhud, desisnya geram: "Betapa terhormat kedudukan Taysu di Bulim namun
berlaku kejam bermain curang, apa kau tidak malu. Baiklah
kau sambut beberapa juius permainan pedangku.'
Saking malu Pa-kim Tayhud, Menjadi gusar semprotnya:
"Dalam arena pertempuran siapa kuat dia menang, hakikatnya
dalam Bulim tidak kenal salah dan benar, siapa berkepandaian
lebih tinggi dia benar, hukum rimba berlaku, apalagi aku
menunaikan tugas menangkap kalian kawanan pemberontak,
kunyuk keparat, memangnya kau mampu lolos dari tanganku "
"Kepala gundul yang tidak tahu malu, sia-sia kau belajar
ajaran agama berbuat mesum menculik perempuan,
meminjam kekuatan kerajaan kau sewenang-wenang
menyembunyikan diri, memutar balik kenyataan, kaum Budhis
ikut malu karena perbuatanmu yang kotor, kaum persilatan
juga akan mencampakkan manusia durjana macam dirimu.
Kedokmu sudah terbongkar, masih berani bermulut besar, bila
kau berani kembali kedalam istana, hukum kerajaan tidak
akan mengampuni dosamu.' '
Tampang Pa-kim Tayhud yang memangnya beringas
bertambah jelek dan mengerikan setelah dicaci maki, kulit
mukanya yang kasar legam menjadi lebih gelap dan buruk.
Sementara itu it-cu-kiam Koan Yong sudah memapah Tan
Kian-thay, wajahnya pucat pias, napas nya masih sengalsengal
keringat sederas hujan diatas jidat dan sekujur badan.
Melihat keadaan orang Kiam-ping tahu luka dalamnya amat
parah, lekas dia keluarkan sebutir Soat-lian, sembari berkata
dia jentik pil obat itu: "Terimalah Koan-siang-tong, berikan
obat ini kepada Tan-tongcu, biar duduk samadi
menyembuhkan luka." Lekas It-cu-kiam Koan Yong raih obat yang meluncur
kearahnya terus dijejalkan kemulut Tan Kian-thay serta
memapahnya duduk semadi. Baru Llok Kiam-piig merasa lega, mendadak Pa-kim Tayhud
menghardik: "Lihat serangan." belum hilang suaranya angin
pukulan sudah menderu tiba laksana damparan angin puyuh.
Ternyata serangan dilontarkan dulu baru dia bersuara.
Kiam-ping slap menyambut pukulan lawan, namun sudah
tidak keburu lagi, lekas dia kerahkan Kim-kong-put-hoay-sinkang,
tubuhnya berkelebat minggir hingga terhindar dari
pukulan telak musuh. Pada hal tubuhnya terlindung ilmu sakti
pelindung badan, tak urung dia masih tersuruk oleh
serempetan pukulan dahsyat lawan. Lekas dia menarik napas
mengerahkan tenaga, syukur dirinya tidak terluka, maka dia
balas membentak: "Sekarang kau pun sambut pukulanku." saking gusar
pukulannya ini sung guh bukan olah-olah hebatnya.
Angin puyuh berputar sederas badai, hawa udara seluas
tiga tombak bergolak seperti mendidih.
Pa-kim Tay-hud tahu lawan pasti menyerang sepenuh
tenaga sehinga angin badai yang menerjang sedahsyat itu.
Maka dia tidak berani ayal, lekas dia pusatkan pikiran
kerahkan tenaga, merendahkan tubuh pasang kuda-kuda,
seluruh kekuatan dikerahkan, ditengah bentakannya tenaga
pukulanpun dilontarkan memapak pukulan lawan.
Adu kekuatan kali ini sungguh luar biasa hebatnya hingga
bumi tergoncang, dua jalur kekuatan menciptakan pusaran
angin kencang yang membumbung tinggi keangkasa hingga
seluruh arena menjadi dingin seketika.
Padri Tibet sempoyongan tujuh langkah dadanya yang
kekar bidang turun naik, kulit mukanya pucat berganti merah
lalu menghijau, dengan keampuhan tenaga dalamnya dia
berusaha menekan da rah yang hampir menyembur dari
mulutnya, padahal luka dalam yang belum terobati ditambah
luka yang lebih parah lagi.
Liok Kiam-ping sendiri juga tergetar dua langkah oleh
tenaga ritul yang hebat, jantungnya berdetak sedikit lebih
cepat. Sebagai maha guru silat didaerahnya yang diagungkan
kapan Pa-kim Tayhud pernah kecundang begini mengenaskan,
sungguh tak nyana latihan Lwekang selama enampuluh tahun
masih terluka oleh kekuatan anak muda yang belum genap
dua puluh tahun, betapa hatinya takkan sedih dan penasaran,
beringas dan gregeten lagi, ingin rasanya mengkremus lalu
menelannya bulat-bulat. Tampak bola matanya mendelik keluar, otot hijau diatas


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jidatnya merongkol bagai cacing, bila dia pentang lebar
mulutnya darah segera menyembur keluar, kedua lengan
terpentang lurus, kakinya beranjak selangkah, seperti singa
yang sudah keok. namun karena lapar masih ingin menyobek
mangsanya dan menggaresnya dengan lahap. Mendadak
tangan kanan tertekuk lalu terangkat pula, secercah cahaya
kemilau segera meluncur dari lengan bajunya langsung
menungkrup kebatok kepala Llok Kiam-ping.
Lick Kiam-ping tahu lawan keluarkan Hiat-te-cu, senjata
rahasia besar berantai yang lihai dan ganas peranti mencaplok
batok kepala manusia. Lekas dia berputar melayang keluar
menyingkir setombak jauhnya tak terduga cahaya gemerdep
itu melayang ditengah udara mendadak melorot jatuh
ditengah jalan. Ternyata luka- luka dalam Pa-kim Tay hud teramat parah,
sisa tenaganya sudah tidak mencukupi untuk melontarkan
Hiat-te-cu lagi, apalagipikirannya sudah tidak karuan hingga
senjata rahasia ini tidak terkendali pula, hingga ditengah jalan
seperti balon bocor mendadak melayang jatuh ketanah, tapi
daya luncurnya betul-betul cepat luar biasa.
Untung lawan sudah lemah, padahal Hiat-te-cu belum
pernah gagal dan tak terlawankan oleh siapapun atau dengan
cara apa pun, kalau Kiam-ping harus menghadapinya langsung
mungkin sukar dia terhindar dari ancaman maut.
Rasa kaget Kiam-ping juga belum hilang, terasa tokoh
selihay dan setinggi Pakim Tayhud merupakan jago yang
jarang di temukan selama hidup, padahal sudah terluka parah,
namun seperti binatang terluka masih mengamuk dengan
nekad, maka diapun tak berani lena, dengan sepenuh
perhatian dia layani labrakannya.
Dari tempat gelap mendadak menubruk keluar dua laki-laki
setengah umur, tujuannya membokong Tan Kian-thay yang
sedang samadi ditanah. Gerak gerik mereka cukup tangkas
dan lincah, jelas memiliki kepandaian yang cukup tinggi. It-cukiam
yang berjaga dipinggir menyambut dengan gerungan
gusar, pedang terayun dia hadang kedua musuh terus
menyerangnya dengan sengit. Kalau da lam keadaan biasa, Itcukiam Koan Yong masih tidak pandang kedua orang ini
sebelah matanya, namun tulang lengan dipundaknya masih
belum leluasa bergerak. sehingga gerak geriknya kurang
lincah, dikeroyok lagi maka permainannya menjadi kacau dan
tak karuan, hingga dia terdesak oleh serangan kedua lawan
yang bertubi-tubi. Dengan langkahnya yang ajaib Ai-pong-sut ajak Bong Siu
bermain petak, gerak geriknya aneh dan lucu berputar seperti
bola menggelinding, namun dia lebih banyak merangsak
musuh dari pa da lawan menyerang dirinya, namun
serangannya selalu kandas ditengah jalan, hal ini memang
disengaja untuk mempermainkan Bong Siu supaya lawan
repot dan tak sempat balas menyerang dirinya.
Dinilai kekuatan Lwekang, mereka seimbang, cuma
ketahanan Bong Siu lebih ampuh, sementara Ai-pong-sut lebih
unggul da lam ginkang dengan permainannya yang lucu, jadi
kedua pihak mempunyai kelebihannya. Sayang Bong Siu
sudah terluka dalam lebih dulu, betapapun tenaga dalamnya
sudah dikorting, dalam pertempuran ini dia lebih banyak
membela diri dari pada merangsak lawan, karena terdesak
tiada kesemptatan dia ganti napas untuk melontarkan Gungoankhi-kang, ilmu khusus yang diyakinkan sejak enampuluh
tahun lalu. Tiga puluh jurus kemudian, gerak gerik Ai-pong-sut makin
kencang, malah mulutnya juga mengoceh: "Jelas matamu
melek, kau justru "pura-pura" picak bekal kepandaian cakar
kucing begini juga bermimpi hendak merajai kaum persilatan
di Tionggoan, kuanjurkan lekas kau mencawat ekor dan
pulang ke daerahmu saja, mungkin masih banyak tahun untuk
menikmati hari tuamu, kalau bandel, kau bisa celaka di sini."
"coba lihat, jurus Siang-tui-ciang ini masih cukup lincah kau
lancarkan, tapi harus maju tiga dim lagi baru terhitung matang
latihanmu, maka perlu kuanjurkan kepadamu sipicak palsu ini,
mumpung ada kesempatan lekas pulang saja melatih ulang
ilmumu ini." Memangnya Bong siu sudah gusar dan penasaran,
mendengar ocehan si kate buntek ini, betapapun sabarnya,,
akhirnya naik pitam juga. Mendadak dia membentak sekali,
kedua lengan dilandasi kekuatan terus menepuk-nepuk ke
berbagai Hiat-to besar disekujur badan Ai-pong-sut Thong
cau. Melihat akalnya berhasil memancing ama rah lawan, diamdiam
Ai-pong-sut merasa senang, maka dia bertahan tanpa
balas menyerang, dengan kesebatan badannya dia berputar
dan menggelindang seCepat bola.
Dalam sekejap lima puluh jurus telah tercapai pula. Karena
terlalu bernafsu menyerang hingga menguras tenaga, maka
luka dalam Bong Siu kumat lagi, keringat sudah membasah
kuyup sekujur badan, napaspun makin berat.
Melihat kesempatan telah tiba Ai-pong-sut tidak sia-siakan
waktu, mumpung dia berputar, sambil berkelit, diam-diam dia
sudah keluarkan kedua pelor bandulannya. Sementara ituBong
Siu sudah terengah-engah, gerak- geriknya mulai berat. Maka
Ai-pong-sut mengincarnya lalu mendadak ayun tang an kanan,
pelor besinya segera meluncur mengepruk Hoa-kiat-hiat
didepan dada Bong siu. Mendengar derusuara luncuran pelor Bong Siu sudah siaga,
lekas dia geser kaki kiri sambil mundur setapak tangan kanan
terulur menepuk kearah bayangan hitam yang meluncur
kearahnya. Ternyata pelor Ai-pong-sut itu seperti hidup dan
punya mata, baru saja Bong Siu angkat tangannya, benda
hitam gemerdep itu mendadak membelok kekanan, tetap
meluncur kearah dadanya pula, Disaat Bong siu bingung dan
bimbang, mendadak didengarnya
Ai-pong-sut membentak sekali lagi: "Nah. sambut lagi yang
satu ini." deru angin kencang disertai luncuran bayangan
hitam yang gemerdep meluncur dari kanan- sementara
bandulan yang pertama seperti merandek sejenak menunggu
kawan untuk kerja sama. bertolak dari arah berlawanan.
Kali ini dua pelor menyerang bersama dalam keadaan
terluka dan lemah tenaga untuk menyelamatkan diri dari
timpukan ke dua pelor besi ini sudah tidak mungkin bagiBong
Siu. Untung dia berkepandaian tinggi, dengan miring tubuh dia
hindarkan samberan bandulan yang meluncur dari kanan, baru
saja dia hendak menjejak kaki melambungkan tubuh keudara,
pelor besi yang lain sudah meluncur tiba dari belakang dan
telak mengenai lengan kirinya.
"Krak" itulah suara tulang lengan kirinya yang patah, pelor
besi ternyata menembus lengan orang hingga tinggal kulit
daging nya yang masih gandeng hingga lengannya kontalkantil
dipinggir pundak. Bong Siu alias akipicak yang tidak picak ini melolong seperti
serigala yang terluka, suara nya yang mengerikan
menggiriskan siapapun yang mendangarnya. Mempertahankan
jiwa lebih penting, maka dia tidak hiraukan orang lain, sebat
sekali dia berkelebat keluar arena, hanya beberapa kali
lompatan bayangannya. sudah lenyap dari pandengan ditelan
tabir malam. Dengan melambaikan kedua tangan Thong cau menarik
balik kedua pelor besinya, maksudnya hendak mengejar
musuh. Tapi pada saat itulah dilihatnya tiga sinar putih
berbareng melesat kearah Lick Kiam-ping. Ternyata setelah
Nyo Hong tertabas buntung kakinya, tiga saudaranya
membentak bersama, dengan beringas mereka menubruk
kerarah Llok Kiam-ping. Sebelum tiba pisau terbang sudah
disambitkan lebih dulu. Mereka bertekad membalas dendam
maka timpukan pisau terbang menggunakan setaker tenaga.
Saat Llok Kiam-ping sedang adu kekuatan dengan Pa-kim
Tayhud, kesempatan berkelit jelas tiada, terpaksa dia
kerahkan Kimkong-put-hoay-sin-kang, siap menyambut ketiga
pisau terbang itu secara keras.
Melihat keadaan gawat Llok Kiam-ping, Ai-pong-sut mana
mau berpeluk tangan, kedua pelornya segera diaputar arah
terus ditimpukkan pula menerjang dua batang pisau terbang,
mulutpun berteriak: "Pangcu jangan kuatir, lekas menyingkir
dari timpukan pisau sebelah kiri, dua yang lain biar Lohu yang
membereskan." "Tring, tring,' dua kali, sinar putih kontan
terpukul jatuh ditanah. Mendengar seruan Ai-pong-sut rasa senang hati Kiam-ping
bukan main, secara reftek dia berkelit kesebelah kiri, pisau
menyerempet lewat diatas pundaknya, untung tidak melukai
kulit badannya. berhasil merontokan pisau lawan, Ai-pong-sut
putar kedua pelornya pula sebelum Biau-san-sam-sat
menimpuk dengan pisaunya, yang diincar adalah Nyo Llong.
Ai-pong-sut gusar karena musuh membokong di saat lawan
menghadapi elmaut, dengan serangan pisau terbang
gabungan berusaha membunuh musuh, betapa keji dan jahat
maksudnya, maka dia timpukan kedua pelor dengan tenaga
penuh, pelor melesat secepat kilat menyambar.
Tak pernah terpikir oleh Biau-san-sam-sat bahwa pelor besi
lawan dapat dikendalikan sesuka hati, maju mundur berputar
atau tolak balik bergerak sesuai keinginan sang penimpuk.
sekilas lena Nyo Llong seketika menjerit karena lengan
kanannya disambar putus, ditengah jeritan yang menyayat
hati dia sempoyongan, untung Nyo Hun berkelit lebih dini
hingga dia selamat, namun nyalinya sudah pecah.
Tampak kedua tangan Ai-pong-sut mendorong dan
melambai, pelor yang melukai Nyo Llong mendadakputar balik,
setelah meluncur setengah lingkar, secepat memburupula
kearah Nyo Hun pula. Dengan telapak tangan kilat Jian-li-tok-heng menghadapi
Glar.long-poan Siu Jan, kedua pihak dahulu mendahului
dengan serangan cepat, gerak gerik mereka amat tangkas dan
gesit, yang tampak hanya bayangan telapak tangan yang
bertaburan ditengah samberan potlot yang menari dengan
deru angin kencang. Pertarungan amat seru, lima puluh jurus kemudian, Jian-litokheng sudah kembangkan seluruh kemampuan Ginkang
yang pernah dia yakinkan, sehingga gerak tubuhnya
sedemikian enteng dan berkelebat kian kemari, kedepan
belakang dan mengelilingi musuh hingga mengaburkan
pandangan- Lwekang SiuJan memang cukup tinggi, tapi bila
ilmu potlotnya itu dikembangkan memerlukan landasan tenaga
yang kuat, sehingga deru anginnya gemuruh seperti guntur
menggelegar dikejauhan, karena itu makin lama bertempur,
diapun merasa makin payah.
Namun otaknya memang pandai berpikir Secara licik dan
jahat, melihat Jian-li-tok-heng menguasai situasi malah
rangsakan senjata nya yang gencar justru menguntungkan
lawan, maka dia kendorkan permainan mulai pusatkan
perhatian, kini setiap jurus permainannya betul-betul
diperhitungkan Namun betapa cerdiknya Jian- li-tok-heng, melihat
perobahan gerak lawan dia sudah tahu ke mana kiblatnya,
sudah tentu dia tidak memberi angin maka pukulan telapak
kilatnya dia lancarkan secepat kilat betul, bayangan telapak
tangannya menyambar kian kemari, hanya sayang tidak
memancarkan cahaya, namun perbawa pukulannya betul-betul
tak kalah cepat dan hebatnya dengan kilat sungguh anMaksud Hwe-giam-lo Siu Jan mengendorkan serangan
memang ingin menghimpun tenaga mengatur napas lalu cari
kesempatan merobohkan lawan dengan jurus tunggaL Tak
nyana kesempatan yang pendek inij ustru dipungut Jian- litokheng untuk mencecar dirinya, karuan dia kerepotan
dansibuk membela diri, Delapan jurus kemudian, napas nya
betul-betul sudah sesak, badan lelah, namun dia masih nekad
mengadu jiwa.. Melihat kesempatan sudah hampir tiba, diam-diam Jian- litokheng sudah jepit dua biji teratai besi dijari tangan kiri,
sementara tangan kanan menyerang dengan jurus Hwi-hun-tui
tian (mega terbang mengejar kilat) menggablok kepundak kiri
SiuJan, SiuJan menarik mundur kaki kiri menghindar gablokan
keras ini, tubuhnya lalu berputar balik, pikirnya hendak
menusuk lawan dengan potlot bajanya, pada saat itulah
tangan kiri Jian-li-tok-heng terangkat, selarik sinar kemilau
melesat langsung ke Yok-kin-hiat dibawah dada SiuJanSiuJan tegakan potlotnya hendak mengetuk jatuh, namun
selarik sinar putih yang lain ditimpukan kebelakang namun
meluncur tiba lebih dulu. Memang itulah kepandaian khusus
Jian li-tok-heng yang sudah kenamaan puluhan tahunTian-toimyang (memutar balik positip dan negatif) , selama kelana di
Kangouw, jarang dia lancarkan kemahirannya ini, namun
sekali turun tanganpasti takpernah gagaL Secara reflek SiuJan
berkelit kekanan- "cret" pundak kirinya ketimpuk biji teratai besi amblas
kedalam dagingnya. Kontan dia menjerit ngeri, tubuhnya
sempoyongan tiga langkah sembari menimpuk potlot kearah
Jian- li- tok- heng, kencang sekali luncuran potlot baja yang
berat panjang ini, dilempar dengan sisa tenaga dalam hati
murka pula. Agaknya Jian- li-tok-heng tidak kira bahwa lawan masih
senekad ini, sekilas melenggong potlot lawan sudah meluncur
satu kaki didepan dadanya, untuk menyingkir jelas tidak
sempat untung dia berlaku Cerdik, lekas dia menjatuhkan
tubuh terus gunakan gerakan ikan gabus melompati arus,
tubuhnya mencelat lurus kebelakang setombak. syukur
jiwanya selamat. Namun Giam-ong-poan menyerempet kepala
nya hingga ikat kepala nya mencelat terbang tak urung diapun
bergidik ngeri. Bila dia berdiri tegak pula, matanya menyapu
kesekitar gelanggang, bayangan SiuJan ternyata sudah
lenyap. Agaknya setelah menimpukan senjatanya, di saat Jian- litokheng repot menyelamatkan diri, dia ngacir lebih dulu Jianlitok-heng masih Celingukan, mendadak diluar tembok
kumandang sempritan panjang dan pendek dua kali, jarak
suara nya sekitar belasan tombak, ternyata sempritan sahut
menyahut dari depan belakang dan kanan kiri disekitar rumah
dan hotel, menyusul bayangan puluhan orang berlompatan
keatas tembok terus lari terbiri-birit. Dalam sekejap seluruh
anak buah siuJan sudah pergi seluruhnya, yang ditinggal
hanya mayat-mayat dan mereka yang terluka tak mampu
jalan. Sudah tentu pihak Hong-lui-pang tidak tinggal diam,


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serempak mereka memburu keatas tembok tapi baru berdiri
tegak. mendadak suara jepretan gencar berbunyi diluar sana.
Hujan panah menyambut mereka yang memburu keluar,
karuan mereka sibUk menangkis dan melompat balik kedalam.
Tengah Liok Kiam-ping dan lain- lain berunding, bagaimana
mereka akan menghadapi perkembangan ini. Mendadak suara
Siu-Jan yang serak dingin kumandang: "Kalian sudah umpama
kura-kura dalam jaring, lekas lempar senjata dan menyerah,
ikut Lohu masuk istana, bila pasukan besar kerajaan tiba,
maka kalian akan mampus dengan tubuh hancur lebur."
Liok Kiam-ping bergelak tawa, serunya lantang: "Jago yang
sudah keok, sukma yang lolos dari elmaut, jangan membual
belaka, kalau berani boleh kau lakukan apa kemampuanmu. "
"Baik, kalian tunggu saja." ancam Siu-Jan.
Keadaan menjadi sepi, gencatan senjata mendatangkan
kesunyian yang mencekam perasaan.
Liok Kiam-ping dan lain-lain tahu bila mengulur waktu
situasi akan makin tidak menguntungkan pihaknya, akhirnya
diputuskan untuk bertindak dengan cara racun dilawan
dengan racun. Ai-pong-sut dan Jian-li-tokheng ditugaskan
sebagai pelopor membawa dua barisan orang yang tak
seberapa jumlahnya. dengan biji teratai besi dan pelor belibis
mereka harus bisa menghancurkan barisan panah musuh,
sementara Liok Kiam-ping bersama Giniji-tay-beng berada
dibagian belakang melindungi orang banyak.
Jian li-tok-heng berdiri membetulkan pakaiannya, kedua
tangannya menggenggam beberapa biji teratai besi. lalu
mendahului lompat keatas tembok, Suara jepretan terdengar
ramai diluar. Anak panah selebat hujan deras memberondang
kearahnya. Jian- li-tok-heng kerahkan tenaga di kedua tangan
yang dia putar serta menimpukan dua genggam biji teratai
besi dengan Boan-thian-hoa-hi (hujan kembang memenuhi
langit). Benturan keras yang menimbulkan suara gemerincing
disertai kembang api ditengah,udara merontokan anak panah
dari busur besi. Sebat sekali Jia n- li-tok-heng sudah melesat
kedepan laksana hembusan angin kencang. Tak nyana baru
saja kakinya menyentuh tanah, tubuh mumbul tiga kaki,
bidikan panah yang lebat sudah memberondang kearah
dirinya. Terpaksa dia ayun pula kedua tangannya menimpukan
biji teratai besi, suara gemerincing disertai pancaran kembang
api, rontoknya anak panah dan busur beserta biji teratai
besinya terdengar ramai, namun hanya sekejap. keadaan
kembali Hening lelap. Gerak gerik Jian-li-tok-heng agaknya sudah diawasi musuh,
ke mana dia melompat anak panah pasti memberondong
kearahnya, betapapun kuat dan banyak senjata rahasianya
juga kewalahan melawan bidikan panah yang meluncur keras,
terpaksa dta melompat balik keatas tembok dan turun
diantara orang banyak yang sedang menunggunya: Padahal
mereka siap bergerak. namun Jian- li-tok-heng geleng-geleng
kepala sambil menghela napas.
Ai-pong-sut Thong cau mendahului lompat keatas tembok,
kedua tangan terayun sepasang pelornya dia timpukkan
kearah hujanpanah, tiga kaki didepannya panah rontok
tersapu pergi. Tapi tak sedikit pula panah yang menyambar
lewat menancap ditanah pekarangan dalam. Hanya beberapa
kali gerakan merontokan hujan panah, Ai-pong-sut sudah tahu
gelagat, dengan sepasang pelornya jelas takkan mampu
membendang bidikan panah sebanyak ini, soalnya dia harus
kerahkan tenaga mengendalikan kedua pelornya, disamping
harus mengembangkan Ginkang. Bila ada seorang lagi ikut
menerjang maju, pada hal tiga kaki disekitarnya sudah tak
mungkin bisa menyelamatkan diri. Terpaksa diapun melompat
balik kedalam tembok. Liok Kiam-ping melihat cuaca, waktu hampir menjelang
kentong keempat, bila terlambat dan hari terang tanah, jelas
lebih sulit mereka keluar kota. Dengan mengerut alis dia
mendengus, katanya: "Keadaan sudah mendesak. terpaksa
kita harus berjuang bersama sekuat tenaga. " setelah
beberapa babak pertempuran sengit, luka dalamnya
bertambah parah, untuk mengembangkan Ginkang tertinggi
dengan mengendalikan Pok-kiam-hwi-hing dia memerlukan
hawa murni yang tangguh, kalau tenaga cadangan kandas
ditengah jalan, akibatnya bisa celaka.
Setelah dipikir-pikir, dia merogoh sebutir Soat-lian terus
ditelannya, duduk samadi mengerahkan tenaga murni. Soatlian
memang obat mujarab, ilmu pengobatannya sekarang
juga sudah cukup lihay, dengan tenaga murni dia dorong
kasiat obat bekerja lebih cepat hingga tersalur keseluruh
badan. Setengah jam kemudian samadinya sudah selesai, bukan
saja luka dalamnya sembuh, tenaga dan semangatnya
bertambah gairah. Kiu-yap-ci-lan didalam tubuhnyapun
menunjukan kasiatnya, sehingga Lwekangnya bukan susut
malah bertambah tangguh. Mendadak dia melompat berdiri,
wajahnya bersemu merah, sorot matapun terang. Setelah dia
memberi tanda dan berpesan seperlunya kepada orang
banyak. dia cabut cui-le-kiam lalu memberi aba-aba: "Serbu."
lalu dia mendahului bergerak dibelakang Ai-pong-sut dan
Jian- li-tok-heng. Begitu hinggap diatas tembok sepasang pelor Ai-pong-sut
sudah ditimpukan kearah barisan pemanah yang sempat juga
melepaskan bidikannya, namun anak panah rontok empat kaki
disekitar badannya. Meski ada beberapa batang yang lolos
kebelakang, juga dipukul jatuh oleh Jian- li-tok-heng dengan
biji teratai besi. Mereka langsung lompat ke rumah penduduk
dan berlari kearah timur. Liok Kiam-ping membuka jalan
sambil putar kencang pedangnya, dibelakang orang banyak
terus mengikuti langkahnya. Jarak mereka tinggal delapan
tombak dari barisan panah musuh yang terakhir, namun
panah bidikan barisan terahir ini ternyata jauh lebih kencang
dan deras, untuk maju lebih lanjut agak terhalang.
Liok Kiam-ping mengincar tempat kedudukan musuhnya,
mendadak dia memekik tinggi suaranya menembus langit
menggetar bumi, genderang telingapun pecah bagi yang
berkepandaian rendah. Mendadak dia jejak kedua kaki terus
melambung tujuh tombak ketengah udara, ditengah udara dia
memutar pedangnya laksana naga mengamuk menerjang
kearah barisan panah musuh, gerakan cui-le-kiam yang
dilandasi Lwekang memancarkan Cahaya benderang seluas
tiga kaki. Tampak Cahaya benderang meluncur pesat laksana
meteor jatuh berputar diangkasa, dalam sekejap beberapa
tombak telah dicapainya. Hakikatnya tiada yang melihat jelas
bentuk bayangan Liok Kiam-ping yang terbungkus cahaya
benderang. Mendadak terdengar jeritan-jeritan di sertai berhamburnya
darah serta kaki tangan dan kepala manusia dari kanan, kiri
tidak sedikit panah yang melesat kedalam lingkaran cahaya
tapi semuanya mental balik dan berjatuhan tanpa guna. Tapi
jumlah musuh terlalu banyak. dalam waktu singkat berat juga
bagi Liok Kiam-ping membabat habis mereka.
Setiap pedang berputar beberapa jiwa melayang dengan
badan yang tidak utuh, hanya beberapa gebrak dia melabrak
musuh, mayat sudah bergelimpangan- Karuan pembidik yang
lain segera ngacir melempar busur dan panah berlompatan
menyelamatkan diri. Beruntun sembilan kali Liok Kiamping
melayang berputar diudara, disaat dia harus ganti napas baru
dia meluncur turun. Sementara itu orang banyak sudah
ratusan tombak meninggalkan kepungan pemanah, baru lega
hati mereka. Luka-luka It-cu-kiam Koan Yong dan Tan Kian-tha memang
cukup parah, maka sukar mereka mengembang ginkang,
maka mereka membelok di gang- gang rumah penduduk terus
menuju ke a rah yang terdekat untuk mencapai jalan raya.
Sambil menenteng cui-le-kiam, Liok Kiam-ping berjalan
paling akhir. Mendadak didengarnya derap kuda yang ramai,
jelas barisan kuda memburu kearah ke sini. Lekas Liok Kiamping
memberi perintah: "Kalian terus maju, biar aku yang
membendung pasukan kuda itu." lalu dia melintang pedang
berdiri dijalan raya. Lekas sekali rombongan kuda itu sudah memburu tiba,
jumlahnya ada belasan kuda. Kuda dilarikan kencang, setiba
didepannya mendadak tali kekang ditarik hingga kuda
meringkik sambil berjingkrak berdiri dengan kaki belakang.
Setelah kuda berdiri tenang, Liok Kiamping melihatjelas,
ada empat kuda berada paling depan, penunggangnya adalah
Wisu berseragam kebesaran menyoreng golok, usia mereka
rata sekitar empat puluhan, namun sorot matanya tajam
menyala, pelipisnya menonjol, jelas mereka memiliki latihan
dasar yang kuat tenaga dalam maupun luar.
Seorang yang ditengah segera angkat kedua tangan lalu
menyapa: "Selamat bertemu Siauhiap. Ka-cin-ong-hu kali ini
keliru memakai orang sehingga nama baik beliau ternoda,
maka Ka-cin-ong amat menyesal dan merasa simpati akan
nasib kalian, biang keladi dalam penggrebekan yang menyalah
gunakan kekuasaan malam ini sudah ditahan dan menunggu
hukuman sesuai dosanya. Padahal urusan menyangkut jiwa
manusia, didaerah kota raja lagi, urusan tidak boleh
terbengkelai ditengah jalan, maka hamba diutus kemari untuk
mengundang Siauhiap untuk membicarakan persoalan ini."
Liok Kiam-ping juga tahu bahwa urusan cukup genting,
maka diapun berkata: "cayhe beramai berjuang untuk
menyelamatkan diri, sudah tentu dalam pertarungan tak kenal
kasihan, Entah ongya ada pesan apa harapsuka memberi
petunjuk" Wisu disebelah kanan lantas bicara:
"Hal itu sudah diketahui oleh ongya, perlu dimaklumi,
undangannya tidak bermaksud jahat terhadap Siauhiap
sekalian. soalnya kejadian dalam wilayah kota raja, bila pihak
penguasa mengusut perkara ini, nama baik onghu juga akan
terseret, maka Siauhiap diundang untuk merundingkan Cara
penyelesiannya." Jelasnya pihak istana akan lempar batu sembunyi tangan,
pihaknya akan ditahan dengan alasan pembuat onar dan
diserahkan kepada yang bewenang. Kalau hal ini ternyata
berarti Hong-lui-pang selanjutnya akan hancur dan lebur,
apalagi jikalau urusan berbuntut panjang, bencana dikelak
kemudian pasti akanselalu mengganggu.
Sebaliknya bila pihak istana yang harus menanggung
segala akibat peristiwa inijuga tidak mungkin. Maka urusan
harus diselesaikan dengan biang keladinya, yaitu Siu-Jan dan
kamprat-kampratnya. Dosa mereka teramat besar, bila
pihaknya terlibat, nama baik mereka juga tak bisa dicuci
bersih lagi. Setelah merenung sejenak. mendadak dia teringat akan
batu jade berbentuk hati pemberian orang tua she Liong,
katanya dengan tersenyum: "Sebetulnya cayhe ingin beri
hadapan dengan ongya kalian, supaya dapat kulaporkan
langsung seluk beluk persoalannya, sayang hari. hampir
terang tanah... " sebelum mengakhiri ucapannya, matanya
menyapu pandang kedalam rombongan berkuda.
Dari belakang rombongan tiba-tiba menerobos seekor kuda,
penunggangnya adalah seorang tua yang berpakaian perlente,
dengan tertawa lebar dia berkata lantang: "Aku ada di sini,
Siauhiap ingin omong apa, silakan katakan saja."
Liok Kiam-ping menduga orang tua ini pasti Ka-cin-ong
adanya, lekas dia menjura hormat, katanya: "Mohon suruhlah
mundur anak buahmu, supaya cayhe dapat bicara terus
terang." sikapnya serius dan tulus.
Tanpa sangsi laki-laki tua mengulap tangan, maka
rombongan berkuda itu mundur belasan langkah jauhnya.
Liok Kiam-ping segera merogoh batu jade berbentuk hati
itu serta mengaCungkan tinggi dengan kedua tangan: 'Ongya
kenal benda ini "' Sudah tentu Ka-cin-ong tahu dan kenal batu jade hijau
berbentuk hati itu, karena mainan kalung ini sering tergantung
dileher SriBaginda, boleh dikata setiap hari dia melihatnya,
namun entah bagaimana bisa berada ditangan pemuda ini, dia
duduk terlongong dipunggung kuda.
Liok Kiam-ping maju selangkah lebih dekat, dengan suara
perlahan dia bercerita bagaimana mainan kalung batu jade ini
bisa berada ditangannya, lalu dia angsurkan batu jade.
Rahasia Mo-kau Kaucu 1 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Bende Mataram 2

Cari Blog Ini