Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 16
begitu lancar, segera dia berkata:
"Baik, bila kalian setuju, tolong bawa Nona Kie keluar."
Kata Ketua Pek-toh-san: "Nona Kie, bisa kalian bawa pulang, tapi syarat pertukarannya
harus diubah sedikit."
Hiat-kun tidak tahu apa permintaan dari mereka, yang penting
Su-giok bisa keluar dari tempat ini, dia berkata:
"Wie Thian-hoan mengatakan harga barang tidak dapat diubah,
tapi apa syarat yang ingin kau ubah" Kalian bisa mengajukannya
mungkin aku bisa membantunya mengambil keputusan."
Ketua Pek-toh-san tertawa dan berkata:
"Kita tidak perlu merundingkan ini dengan Wie Thian-hoan,
asalkan Nona Kang setuju itu sudah cukup bagi kami." Hiat-kun
merasa aneh dan bertanya:
"Untuk hal kecil aku bisa mengambil keputusan, untuk hal besar
sepertinya..." Kata Ketua Pek-toh-san: "Hal ini ada hubungannya denganmu tidak dengan Wie Thianhoan!" Dengan marah Hiat-kun bertanya: "Apa alasannya?"
"Kita tetap akan menukar orang, tapi tidak menukar dengan Bok
Siauya!" "Lalu dengan siapa?"
U-bun Hoo menggantikan ayahnya menjawab: "Denganmu!"
Hiat-kun terkejut dan bertanya: "Aku?"
"Asal kau mau tinggal di sini, kami akan melepaskan Su-giok!
Kata Hiat-kun dengan dingin:
"Kalian tidak sungguh-sungguh dalam berbisnis, kalian anggap
aku ini gampang dihina?"
Kata U-bun Hoo: "Kita hanya menukar, tidak bisa disebut dengan menghina, kami
tidak akan menghinamu, aku akan..."
Bentak Hiat-kun dengan marah: "Kalian ingin melakukan apa
terhadapku?" Kata U-bun hujin: "Nona Kang, tidak perlu marah-marah, bukan aku memihak
kepada putraku, dia ingin kau tinggal di sini pun ada alasannya, kau
datang ke sini untuk berbisnis, satu orang ditukar dengan satu
orang, bukankah ini sangat adil. Kau dengar putraku bicara baru
dipikirkan." "Baiklah, lalu apa alasanmu?" tanya Hiat-kun dengan dingin.
Kata U-bun Hoo: "Ibu, bantu aku untuk bicara!"
Kata U-bun hujin: "Kau tidak perlu malu, katakanlah sendiri!"
"Baiklah, aku akan mengatakannya sendiri. Nona Kang, apakah
kau tahu status Kie Su-giok?"
"Tidak tahu!" "Dia adalah adik angakatku juga calon istriku!"
Dalam hati Hiat-kun berpikir, 'Mereka ingin menjilat Bok Ci-giauw,
tapi mereka tidak peduli dengan keselamatan putra Bok Ci-giauw.'
Tadinya dia ingin marah kepada U-bun Hoo karena sudah
sembarang bicara, tapi bila dipikir-pikir lagi, bila dia mengatakan
bahwa Kie Su-giok adalah calon istri U-bun Hoo dan Kie Su-giok
tidak ada di sini, kemarahannya ini tidak masuk akal.
Hiat-kun menahan diri, dia berharap dia akan menemukan
alasan-alasan dari pembicaraan selanjutnya.
Hiat-kun berkata: "Aku tidak peduli Su-giok itu siapamu, tidak ada hubungannya
denganku!" Kata U-bun Hoo: "Ini ada hubungannya, coba kau pikir, Wie Thian-hoan
menginginkan calon istriku, apakah aku harus memberikan
kepadanya begitu saja" Harus ada penggantinya. Nona Kang, aku
tidak mau membohongimu, begitu melihatmu jiwaku serasa
melayang, aku menyukaimu, kau lebih baik dari Su-giok, aku
berharap kau mau menjadi istriku!"
Dengan tertawa dingin Hiat-kun berkata:
"Aku berharap jiwamu melayang, di mataku kau adalah seekor
katak buruk rupa tapi ingin makan daging angsa!"
Hiat-kun sengaja membuat U-bun Hoo marah, ternyata memang
dia marah dan berkata: "Aku tahu Wie Thian-hoan adalah kekasihmu, demi dirinya kau
meninggalkan suamimu, tapi aku tidak peduli dengan hal ini, tapi
kau malah berani mengatakan bahwa aku adalah si katak buruk
rupa, bagian mana aku tidak sebanding dengan Wie Thian-hoan"
Dia sudah memiliki Kie Su-giok tapi malah berkasih-kasihan
denganmu, orang seperti dia apakah pantas untukmu?"
"Aku datang kemari bukan untuk dihina olehmu, kalian
membatalkan perdagangan ini, lebih baik aku pulang saja!" Kata Ubun Hoo: "Pulang" Kau mau pulang ke mana" Ke pelukan Wie Thian-hoan"
Aku bentahu kepadamu, kau pulang pun belum tentu bisa bertemu
dengan Wie Thian-hoan, bila kau tinggal di sini mungkin ada
kesempatan untuk bertemu dengannya, itupun tentu harus seijin
kami." Hati Hiat-kun bergetar dalam hati dia berkata, 'Apakah Wie
Toako sudah ditangkap oleh orang-orang mereka" Gadis aneh itu
menyuruhku datang ke sini, apakah ini adalah suatu jebakan"'
Dia marah, langsung membalikkan tubuh dan pergi.
Kata U-bun Hoo: "Kau mau ke mana?" dia langsung menghalangi Hiat-kun. Hiatkun tidak menjawab, pedangnya dikeluarkan langsung menyerang.
U-bun Hoo menggerakkan kipasnya, ketika ujung pedang Hiatkun mengenai permukaan kipas itu pedang itu terpeleset ke pinggir.
Sebenarnya kipas terbuat dari besi tipis, walaupun terbuat dari besi
biasanya tidak akan bertahan terhadap tusukan pedang ini.
Melihat serangannya gagal, Hiat-kun merasa terkejut dalam hati
dia berkata, 'Tidak disangka, pemuda jahat ini bisa juga ilmu
meminjam tenaga lawan, padahal ilmu ini sangat sulit!'
Jurus Hiat-kun berubah lagi, jurus yang sekarang sangat ganas
dan tajam, dia sudah siap mati.
Kata U-bun hujin: "Mengapa harus bermain kasar?" segera dia mengibaskan lengan bajunya, kipas besi milik U-bun Hoo dan pedang Hiat-kun sudah
tergulung oleh lengan bajunya.
Ilmu silatnya sangat lihai, walaupun Hiat-kun masih marah dia
hanya bisa bengong. 'Sepertinya Wie Thian-hoan pun tidak dapat menguasai ilmu ini!'
pikir Hiat-kun. Kata U-bun hujin: "Kita tidak perlu marah-marah, bila ada apa-apa katakanlah!"
"Tidak perlu bicara lagi! Aku akan mengalah kepada kalian, aku
hanya bisa mati, aku tidak mau dihina oleh kalian!" Kata Hiat-kun.
"Nona Kang, tidak perlu emosi, putraku tidak pandai bicara, dia
tidak benar-benar mau menghinamu!"
"Benar, aku hanya mengubah syarat saja..." Kata U-bun Hoo
U-bun hujin marah dan berkata:
"Kau tidak pandai bicara, lebih baik diam saja! Nona Kang, kau
ke sini menjadi perantara Wie Thian-hoan, jujur bicara kami pun
ingin perdagangan ini bisa disepakati. Tapi tidak bisa hanya dari
pihak Wie Thian-hoan saja yang mengajukan syarat."
"Aku tidak bisa menerima syarat dari kalian!"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Kata-kataku belum habis, bila syarat ini tidak bisa disepakati
bersama, kita bisa membicarakannya lagi, yang kita inginkan adalah
perdagangan yang adil bukan" Bila perdagangan ini adil maka kedua
pihak akan saling setuju, kami pun tidak akan memaksamu untuk
setuju!" Hiat-kun tidak tahu apa penawaran dari dia kali ini. Kata Hiat-kun
"Benar, kata-katamu sangat masuk akal, kalau begitu aku boleh
pergi?" "Kita belum mulai, mengapa kau sudah ingin pulang?"
Kata Hiat-kun: "Aku ulangi lagi, aku tidak setuju dengan syarat-syarat kalian."
"Nona Kang, jangan marah dulu, kita tidak akan membicarakan
syarat tadi lagi, kita buat persyaratan yang baru."
"Kita tidak perlu meneruskan lagi!"
"Apakah temanmu itu sedang menunggumu di luar untuk
mendengar syarat-syarat yang akan kita sepakati?"
Kata Hiat-kun dengan terkejut:
"Kau bilang apa" Aku hanya dititipi oleh Wei Tian hoan, mana
ada..." Belum habis kata-katanya, U-bun hujin sudah tertawa dan
memotong kata-kata Hiat-kun.
Kata U-bun hujin: "Apakah ini titipan dari Wie Thian-hoan atau bukan, aku tidak
tahu, yang aku tahu Wie Thian-hoan tidak akan tahu aku tinggal di
sini, siapa yang memberitahu kepadamu?"
Tadinya Hiat-kun sudah mencurigai bahwa gadis itu bersekongkol
dengan U-bun hujin membuat jebakan ini, begitu dia mendengar
kata-kata U-bun hujin tadi, kecurigaan semakin bertambah
Kata U-bun hujin: "Bila kau tidak memberitahu pun, kami akan tahu orangnya, lebih
baik kau undang dia masuk, bila kau bisa menyuruh dia datang
kemari aku akan segera melepaskan Su-giok."
Mulut Kang Hiat-kun tetap tertutup rapat.
U-bun hujin berkata: "Kau tidak mau mengatakannya, aku pun bisa menebaknya, dia
adalah gadis seusiamu."
Kang Hiat-kun tetap tidak membuka mulut. Kata U-bun hujin:
"Bila kau tidak mau bicara, lebih baik kami yang
mengundangnya, aku pastikan dia sedang menunggu di luar."
Pada saat U-bun hujin bicara, dia terus melihat ekspresi Kang
Hiat-kun. Wajah Hiat-kun tidak berubah, tapi hatinya sudah berdebardebar, 'Gadis aneh itu mempunyai hubungan apa dengan U-bun
hujin" Musuh ataukah temannya" U-bun hujin menyuruhku menipu
gadis itu supaya masuk, apakah ini juga jebakan yang
dipasangnya"' Kecurigaan sangat banyak, tapi ada satu masalah penting yang
dia terus pikirkan, apakah Hiat-kun harus mengangap dia lawan
atau kawan" Dia tidak bisa menjual teman, lebih-lebih tidak boleh masuk ke
dalam perangkap musuh. Musuhkah" Kawankah" Dia harus segera memutuskannya.
"Baiklah, aku akan mengundang dia masuk." Akhirnya dia
menyetujui permintaan U-bun hujin.
Kata U-bun hujin sambil tersenyum:
"Kau sendiri yang pergi itu sudah cukup, tidak perlu ku temani."
"Apakah kau tidak khawatir aku pergi seorang diri?" "Aku selalu mempercayai teman."
"Kau tahu bahwa aku bukan temanmu, apakah kau tidak curiga
bahwa aku hanya ingin lepas darimu" Jadi aku mencarinya untuk
menggantikanku?" "Apa pun tujuanmu, bila kau sudah setuju, aku percaya kau tidak
akan membohongiku." Kata U-bun hujin lagi: "Untung kau setuju, bila kau menolak, ha...ha...ha..."
"Bila menolak bagaimana?"
"Aku akan menganggapmu musuh, gadis yang akan kau bawa
pun akan terluka dan kau pun tidak boleh pergi!"
"Mengapa gadis itu harus dilukai?"
"Kami mengundangnya, dia pasti tidak akan mau datang,
terpaksa kami harus bertarung dan tentunya dia akan terluka." Kata U-bun hujin.
Tanya Hiat-kun: "Apakah kau tidak takut bila aku dan dia melarikan diri. Dengan
begitu aku akan pulang dengan selamat dan dia pun tidak terluka."
"Aku sudah katakan tadi, aku percaya kepadamu, kata-kata yang
keluar dari mulutmu aku akan mempercayainya."
Kemudian dia berteriak: "Lo Ong, antarkan Nona ini keluar, dia hanya akan keluar
sebentar dan akan kembali lagi!"
Lo Ong adalah pelayan yang membuka pintu tadi. Dia selalu
menunggu di pinggir pintu menunggu perintah dari majikannya,
begitu U-bun hujin berteriak dia segera masuk.
Dalam hati Hiat-kun berpikir, 'Ternyata dia menyuruh seseorang
untuk mengawasiku.' Tadi dia sudah melihat ilmu silat U-bun hujin, ilmu silat pelayan
ini tidak akan lebih tinggi dari U-bun hujin.
Dia pun pernah melihat ilmu silat gadis itu, ilmu silatnya berada
di atas Hiat-kun. 'Bila aku bergabung dengannya dalam menghadapi pelayan tua
ini pasti tidak akan terlalu sulit,' pikir Hiat-kun.
Pelayan tua itu sudah membuka pintu dan mengantar dia keluar,
dia sendiri tidak ikut. "Nona Kang, selamat jalan, aku tidak mengantar lagi," kata
pelayan tua itu. "Bukankah kau akan pergi bersamaku?" Kata Hiat-kun terpaku.
Pelayan tua itu balik bertanya:
"Bukankah Nona akan kembali lagi ke sini?"
"Memang benar, tapi..."
Dengan pelan pelayan tua itu berkata:
"Nyonya hanya menyuruhku mengantar Nona keluar, tidak
menyuruhku menjemput tamu. Maaf, lebih baik aku menunggu di
depan pintu ini, bila kau mengetuk pintu aku akan langsung
membukanya." Pelayan tua itu tidak ikut, memang ini adalah kcmauan Hiat-kun
tapi dia tetap curiga, apakah U-bun hujin begitu mempercayainya"
Dia ingin tahu apa yang menyebabkan perselisihan antara gadis
aneh itu dan U-bun hujin" Membuat gadis itu tidak mau langsung
berhadapan dengan U-bun hujin.
U-bun hujin tidak ikut, Hiat-kun bisa mengerti tapi U-bun hujin
melepaskan Hiat-kun begitu saja, itu yang membuatnya tidak
mengerti. Tapi walau bagaimana pun tidak diawasi oleh siapa pun lebih
baik daripada diawasi, dengan langkah ringan Hiat-kun kembali ke
tempat tadi. Aneh, gadis itu sudah tidak ada. Mereka sudah berjanji bertemu
lagi di tempat ini. Di gunung itu hanya terlihat seorang gadis desa sedang memetik
daun teh, gadis desa yang sangat biasa.
Dia ingin bertanya kepada gadis desa itu, ke mana perginya gadis
itu, tiba-tiba dia mendengar suara yang dia kenal, suara laki-laki
yang aneh. "Mengapa kau hanya kembali seorang diri" Apakah mereka tidak
mau melepaskan Nona Kie?"
Gadis desa itu sedang memetik daun teh, mulutnya tidak
bergerak sedikit pun, untung Hiat-kun sudah tahu, dia sedang
berbicara dengan bahasa perut, bila tidak dia akan terkejut.
Hiat-kun sangat senang malah hampir berteriak, waktu dia akan
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlari menghampiri gadis desa itu, gadis itu sangat marah dan
berkata: "Kang Hiat-kun, kau sudah menjualku!"
Waktu itu dari arah gunung muncul dua orang. Yang berjalan di
depan adalah seorang perempuan tua yang menggendong
keranjang yang di belakangnya adalah seorang pak tua yang
memikul 2 buah gulungan kayu yang besar.
Kedua orang itu seperti tua, tapi gerakan yang mereka keluarkan
seperti kilat. Begitu Hiat-kun melihat, di depan matanya sudah banyak sesuatu
yang berwarna kuning mengkilat
Yang dipakai adalah cara dewi menabur bunga, yang dia tabur
adalah Bwee-hoa-ciam. Kilauan berwarna emas seperti gelombang menggulung ke arah
gadis desa itu, begitu kilau emas itu keluar, suara perempuan tua
itu juga keluar: "Orang-orang mengatakan bahwa kau adalah burung Hong di
atas awan, sekarang burung itu akan menjadi ayam!"
Suara perempuan itu begitu merdu dan sangat dikenal oleh Hiatkun. Sekarang Hiat-kun baru tahu bahwa perempuan itu adalah U-bun
hujin. Bila tidak mendengar suaranya, dalam mimpi pun tidak akan
menyangka bahwa U-bun hujin yang anggun bisa berubah menjadi
perempuan tua dengan baju compang camping.
Begitu U-bun hujin mengeluarkan jurus, Hiat-kun sudah tahu apa
yang dikehendaki oleh U-bun hujin.
Sewaktu si pelayan itu mengantar dia keluar, mereka berjalan
sangat pelan, pada waktu itu U-bun hujin dan suaminya sudah
menyamar dan keluar lewat pintu belakang dan berjalan melalui
jalan kecil, mereka sudah berada di depan Hiat-kun.
Ini adalah cara yang kejam, sebenarnya Kang Hiat-kun sudah
memiliki rencana, walaupun dia tertangkap dia akan memberitahu
gadis itu supaya bisa melarikan diri, siapa yang menyangka semua
berakhir seperti ini. Dia tidak ingin mengkhianati teman tapi
akhirnya dia malah mengkhianati teman!
Semua kecurigaannya sudah terjawab, tapi dia terlambat
mengetahuinya Di dalam cahaya jarum, Hiat-kun bisa menghindar selama
beberapa kali, tapi kali ini dia sudah terkena Bwee-hoa-ciam, dia
pun terjatuh. Di sekitarnya hanya terdengar suara jarum yang berdesing. Hiatkun masih sadar selama beberapa saat. Dia seperti mendengar
suara jarum yang dipukul oleh pisau atau pedang, dia tidak tahu.
Tapi cara apa yang dipakai oleh gadis itu"
Jarum begitu banyak, apakah dia bisa bertahan" Hiat-kun hanya
bisa mendoakan keselamatannya.
Tiba-tiba terdengar gadis itu berkata:
"Datang tapi tidak dibalas itu tidak sopan, siluman, seranganmu
terlalu kesusu!" Terdengar seperti suara ledakan, tempat itu langsung dipenuhi
oleh asap, Hiat-kun hanya bisa mendengar U-bun hujin
mengucapkan: "...main senjata..." dia sudah pingsan.
Apakah gadis itu bisa lolos dari tangan Ketua Pek-toh-san"
---oo0dw0ooo--- C. Pedang Bayangan Panji Sakti
Kembali ke pertarungan antara Kie Lek-beng dengan Wei Tlrian,'
Yuan Sekarang sudah memasuki jurus ke 9, Kie Lek-beng sudah
tidak boleh ragu-ragu lagi.
Dalam waktu yang sangat singkat ini pikiran Kie Lek-beng sudah
berubah selama beberapa kali, akhirnya dia menyentakan
tangannya dua buah telapak tangan berbarengan mendorong
keluar, dia mulai mengeluarkan serangan yang bisa membunuh.
Jurus ini dinamakan Liong-bun-sam-ti-long (Pintu naga
bergelombang 3 lapis), jurus ini begitu dikeluarkan gelombang demi
gelombang serangannya bertambah hebat.
Ujung pedang Wie Thian-hoan sudah tergetarkan oleh tenaga Kie
Lek-beng, jurus pedangnya menjadi tidak sempurna, bulatan yang
dibuat menjadi miring. Ini baru adalah gelombang pertama. Bila Kie Lek-beng mengeluarkan menambah tenaganya, gelombang kedua akan lebih
dahsyat lagi dan bisa membuat pedang Wie Thian-hoan terlepas
dari tangannya. Gelombang ketiga akan membawa dia masuk ke
dalam pintu kematian, bila Wie Thian-hoan tidak mati dia pun tetap
akan terluka parah Wie Thian-hoan sudah berpikir bahwa dia akan mati, maka walau
di depan matanya sudah tampak hawa kematian, dia tatap
menerjang dan masuk. Walau tangannya sudah kesemutan tapi dia tetap mencoba
memegang pedangnya dengan erat-erat, dia masih menusuk ke
depan Dia tidak menyadari gerakan seperti itu
malah akan mempercepatnya masuk ke dalam lembah kematian.
Pada saat itu tiba-tiba ada sesosok bayangan yang datang, dia
muncul tepat menerjang di antara mereka berdua.
Walaupun di sudut rumah ada lampu tapi cahaya lampu itu
terlalu redup, ditambah lagi dengan ada tenaga yang mengeluarkan
hembusan angin, lampu itupun hampir padam.
Wie Thian-hoan sedang berada antara hidup dan mati, orang itu
datang begitu tiba-tiba, dia tidak mempunyai waktu untuk melihat
siapa orang tersebut. Pada saat dia merasa ada sesuatu yang dingin yang
menyerangnya, tidak perlu disangkal lagi dia sudah tahu bahwa
orang yang datang tadi di tangannya ada pedang, dan pedang ini
sedang menusuknya! Dia tidak peduli yang datang itu siapa, jurus pedangnya tidak
bisa di kendalikan lagi kecepatannya, jurus pedang Wie Thian-hoan
siap menggempur orang ini.
Kie Lek-beng pun tidak dapat melihat dengan jelas wajah orang
itu tapi dia tahu yang datang adalah seorang perempuan.
Kie Lek-beng sangat terkejut karena dia menyangka yang datang
adalah putrinya. Karena ilmu silat Kie Lek-beng sangat tinggi
dengan cepat dia bisa langsung menyerang tapi juga bisa langsung
dihentikan, dalam hati dia benar-benar terkejut, segera dia berhenti
dan berdiri di pinggir. Terdengar suara baju yang sobek, lengan baju Wie Thian-hoan
sudah terpotong sebagian oleh perempuan itu.
Perempuan itu berdiri dalam jarak beberapa meter, pedangnya
sudah tergetarkan dan sudah terlepas dari tangannya, ketika
pedangnya terjatuh tempatnya tepat berada di tempat dia berdiri,
segera dia menyambut lagi pedang itu.
Senjatanya yang terlepas tapi sudah kembali tergengam lagi,
sedangkan lengan bajunya Wie Thian-hoan sudah sobek untung
tidak terluka, mereka berdua sama-sama dirugikan, tapi dua-duanya
tidak ada yang menang atau kalah.
Pedang berhenti, telapak tangan pun berhenti, lampu kembali
terang. Kie Lek-beng sudah dapat melihat dengan jelas, yang datang
ternyata bukan putrinya. Kie Lek-beng merasa kecewa tapi Wie
Thian-hoan sangat marah. Yang datang adalah gadis aneh yang
memberikan kunci pintu rumah. Wie Thian-hoan merasa sudah
ditipu mentah-mentah, segera dia berkata:
"Ternyata kau! Masih tidak tahu malu berani datang ke sini!"
Gadis itu tertawa dan berkata:
"Aku adalah pemilik rumah ini, apakah aku tidak boleh pulang ke
rumah sendiri?" Kata Wie Thian-hoan dengan dingin:
"Tentu saja kau boleh datang, yang seharusnya tidak boleh
datang adalah aku, ternyata kalian satu komplotan, baiklah kalian
berdua bunuh saja aku!"
Gadis itu tertawa dan berkata:
"Jurus ini adalah jurus ke 10."
Tanya Wie Thian-hoan masih terheran:
"Apa arti dari kata-katamu?"
"Bukankah kalian sudah menentukan 10 jurus, sekarang sudah
jurus ke 10, masih ingin bertarung apa lagi?"
Wie Thian-hoan sangat terkejut dan menjawab: "Kau, kau bilang
apa tadi?" Gadis itu tidak menjawab tapi Kie Lek-beng yang menggantikan
dia menjawab, "Apakah kau tidak tahu, tadi dia menerima jurusku. Itu artinya
dia sudah membantumu keluar dari gerbang kematian."
Sebenarnya hal ini mudah dimengerti, hanya saja Wie Thianhoan tidak percaya bahwa gadis itu benar-benar sudah
membantunya! Perubahan terjadi begitu tiba-tiba, walaupun Wie Thian-hoan
mengerti sepertinya dia sudah jatuh ke dalam kabut yang tebal.
"Dia mengambil baju Bok Ling-ku katanya untuk ditukar dengan
Su-giok, mengapa dia kembali seoarang diri" Mengapa di rumahnya
ada seorang pembunuh yang begitu tangguh" Apakah dia kawan"
Ataukah lawan?" Dia tidak tahu.
Wie Thian-hoan masih tampak kebingungan tapi Kie Lek-beng
mulai bertanya: "Kau menyambut jurusku yang ke 10, apakah itu juga termasuk
aku?" Gadis itu menjawab dengan dingin:
"Kau adalah seorang Cianpwee, tapi masih sempat-sempatnya
ingin bermain licik."
Kie Lek-beng marah dan bertanya: "Siapa yang licik?"
"Jurus yang ke 10 sudah kau keluarkan!"
Kie Lek-beng tidak dapat menjawabnya.
Sebenarnya Liong-bun-sam-ti-long dalam satu jurus terdiri dari 3
gerakan, dapat dikatakan ada 3 jurus.
Kepala Wie Thian-hoan terasa berputar-putar, sekarang dia baru
bisa memantapkan tubuhnya, dia merasa sangat lelah, dia harus
bersandar ke dinding, baru bisa mendengar kata-kata mereka,
begitu mendengar gadis itu menyebut Cianpwee, dalam hati dia
berkata: "Orang ini sejak tadi bersikap layaknya seorang Cianpwee, tapi
mengapa gadis itu bisa tahu" Sewaktu aku bicara dengan orang ini,
gadis itu tidak ada di sini. Orang itu pasti sudah mengetahuinya
karena ilmu silatnya begitu tinggi, apakah dia adalah dari golongan
tua ku" Tapi aku sudah tidak punya ayah dan ibu, hanya
mempunyai kakek yang berbeda she. Datang dari manakah
Cianpwee ini?" Dia pun berpikir lagi, 'Cianpweenya hanya ada ayah Su-giok,
apakah orang ini adalah ayahnya Su-giok" Peristiwa ini terlalu
menakutkan!' Dia tidak berani berpikir panjang tapi dia pun tidak
bisa hanya diam saja Walaupun Wie Thian-hoan masih merasa lelah, tapi dia masih
bisa berkata: "Dia tidak berbuat licik!"
"Kau masih membantunya bicara!"
"Dalam bertarung harus adil, kau tidak mengetahui semuanya
aku sudah mengambil keuntungan darinya, In-mo-sam-bu pun
seperti Liong-bun-sam-ti-long terdiri dari 3 macam gerakan, karena
itu dia hanya mengeluarkan 8 jurus."
Kata Kie Lek-beng: "Aku rela jurus In-mo-sam-bu milikmu dianggap sebagai 3 jurus
tidak perlu kau beri tahu lagi kepadaku."
Gadis itu tertawa dan berkata:
"Kalau begitu kau tidak mau ini dianggap 3 jurus, aku pun tidak
akan memaksa untuk menerimanya"
Wie Thian-hoan membantu Kie Lek-beng bicara:
"Karena jurus Liong-bun-sam-ti-long, dia hanya memakai salah
satu dari 3 macam gerakan, bila itu dianggap satu jurus kesannya
terlalu memaksa!" Wie Thian-hoan mengambil pedangnya yang terjatuh dan
berkata: "Aku akan menerima jurus ke 10 darinya kau jangan ikut
campur!" Sekarang tenaga Wie Thian-hoan sudah habis, harus menanti 1
jam kemudian baru bisa pulih kembali, gadis itupun tahu, begitu
juga dengan Kie Lek-beng.
Gadis itu ingin mengatakan sesuatu tapi Kie Lek-beng sudah
menyela: "Aku tidak mau kau menyambut jurusku ini!"
"Mengapa?" Tanya Wie Thian-hoan.
"Karena kita sudah sepakat hanya bertarung 10 jurus, dan semua
sudah dilakukan, yang membuat ribut adalah gadis ini, biar dia yang
membayarnya!" "Kau ingin aku yang menyambutnya?" Tanya gadis itu.
"Benar!" "Itu tidak boleh!"
"Apakah kau tidak berani?"
"Bukan aku tidak berani, tapi tidak boleh!"
Kie Lek-beng tidak mengerti maksud gadis itu. Gadis itu sudah
tertawa dan berkata: "Wie Thian-hoan tidak mau mengambil keuntungan darimu,
begitu juga denganku."
"Kalau begitu kau menginginkan apa?" tanya Kie Lek-beng.
"Apakah kau pun mau menerima 10 jurus seranganku?"
Kie Lek-beng tertawa dan berkata:
"Jujur bicara, aku memang ingin melihat jurus pedangmu."
Kata gadis itu: "Tapi tidak dalam 10 jurus."
"Kau ingin berapa jurus?"
"Aku mau menerima 13 jurus darimu."
Kie Lek-beng terpaku dan dengan semangat bertanya:
"Mengapa harus ditambah dengan 3 jurus lagi?"
"Karena kau sudah bertarung, bila menentukan 10 jurus ini tidak
akan adil bagimu." Kata Kie Lek-beng: "Apakah kau yakin bisa menerima 10 jurusnya" Maka masih
harus ditambah 3 jurus lagi" Kau jangan terlalu sombong!"
"Belum pernah aku mengerjakan hal yang tidak kuyakini tapi
bertarung harus adil, kau mau dirugikan tapi aku juga tidak mau
mengambil keuntungan darimu."
Kie Lek-beng tertawa terbahak-bahak:
"Bagus, kau mempunyai prinsip, cara berpikirmu lebih tinggi dan
Wie Thian-hoan, baiklah aku lihat kau bisa menerima 3 jurus, apa
syarat keduamu?" Gadis itu berkata: "Terima kasih kau sudah memuji jurus pedangku, aku pun ingin
melihat jurus pedangmu."
"Apakah kau ingin bertarung dengan jurus pedang?"
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, aku hanya ingin memakai jurus pedang."
"Aku jarang menggunakan pedang bila bertarung, orang yang
pantas kuladeni dengan pedang tidak lebih dari 10 orang."
"Kau mengira aku tidak
pantas bertarung jurus pedang
denganmu?" "Sulit dikatakan, jujur bicara saja apakah ilmu pedangmu bisa
termasuk dalam 10 jurus itu" Aku tidak tahu, tapi aku pernah
melihat jurus pedangmu, kali ini aku mengubah aturanku."
"Terima kasih, kau tidak menghinaku."
Kie Lek-beng tampak berpikir sebentar dan berkata:
"Bila bertarung hanya dengan jurus pedang, apakah boleh
menggunakan tenaga dalam" Kau harus menjelaskannya!"
"Mengeluarkan jurus pedang harus menggunakan tenaga dalam
bila tidak menggunakan tenaga, kehebatan jurus pedang jadi tidak
dapat dikeluarkan!" Kata Kie Lek-beng dengan dingin:
"Sepertinya kau sudah hafal dengan jurus-jurus pedangku."
"Jurus pedang kalian, walaupun tidak pernah melihat secara
langsung, tapi pernah dengar dari orang-orang, jurus pedang kalian
hanya berada di peringkat 4 di dunia persilatan, karena itu aku ingin
tahu." "Apakah ada yang mengatakan bahwa ilmu pedangku ada di
urutan ke 4, huh..Baru pertama kali aku mendengarnya."
Tanya gadis itu: "Apakah kau tidak bisa menerimanya?"
"Siapa yang tiga orang lainnya?"
"Pertama adalah Nyo Yam dari Thian-san-pai."
Kata Kie Lek-beng: "Itu aku sudah tahu, walaupun aku tidak pernah bertarung
dengannya." "Yang kedua adalah Kim Po-lang."
Kata Kie Lek-beng: "Aku tidak pernah mendengar nama itu." Tiba-tiba dia seperti teringat kepada sesuatu dan berkata:
"Apakah dia adalah putra Kim Tiok-liu?"
"Benar, Kim Po-lang adalah putra dari Kim Tiok-liu."
Dengan tertawa dingin Kie Lek-beng berkata:
"Dua puluh tahun yang lalu dia adalah pesilat dengan jurus
pedang nomor satu, tapi sekarang urutan ketiga pun belum tentu
dia layak menyandangnya." Yang dimaksud dengan Kie Lek-beng
adalah ayahnya saja berada di urutan kedua apalagi dia adalah
putranya. Kata gadis itu: "Dua tahun yang lalu Kim Tiok-liu sudah meninggal, kau benar
sewaktu Kim Tiok-liu masih hidup, dia sudah tua tidak dapat
menandingi yang lebih muda, tapi putranya sudah berada di usia
matang, ilmu pedangnya lebih tinggi dari ayahnya, sekarang dia
berada di urutan kedua mungkin 10 tahun lagi dia akan melebihi
Nyo Yam." Kata Kie Lek-beng: "Kausangatmengenalorang-orangpersilatan,aku
mengundurkan diri dari dunia persilatan sudah 10 tahun lebih,
orang-orang yang baru muncul aku tidak tahu siapa yang berada di
urutan ketiga" "Dia adalah ayahmu."
Hati Kie Lek-beng bergetar, wajahnya langsung berubah, dengan
tertawa dingin dia berkata:
"Apakah kau pernah melihat aku dan ayahku bertarung" Kau
berani dengan sembarangan mengomentari ilmu keluargaku."
Kata gadis itu: "Aku tidak berkata sembarangan, orang yang mengatakan
kepadaku tadinya dia ingin mengatur kau berada di urutan ketiga, di
atas ayahmu, tapi karena ayahmu sudah tua dan ayahmu lebih
mengetahui banyak ilmu pedang dan tidak seperti dirimu. Katanya
ilmu pedangmu diturunkan dari keluargamu, kau tidak ada
separuhnya dalam penguasaan ilmu mi, ilmu pedangmu separuhnya
kau latih sendiri, pertama aku mengira kau harus berada di urutan
ketiga, tapi sekarang kau hanya berada di urutan ke 4."
"Mengapa?" Tanya Kie Lek-beng.
"Aku lihat ayahmu di masa tuanya sudah menciptakan jurus
pedang yang sudah digabungkan dengan perkumpulan Thian-san,
dari sana aku sudah bisa memutuskan bahwa jurus ayahmu lebih
tinggi darimu, tapi itu hanya jurus pedang, bila kau bertarung
dengan ayahmu ilmu silatmu pasti sudah melebihi ayahmu."
Kata-kata gadis ini membuat wajah Kie Lek-beng berubah,
apalagi Wie Thian-hoan, dia sangat terkejut
Ting Po pernah mengatakan kepadanya tentang ilmu pedang
kakek gurunya. Kata Ting Po, "Ayahmu termasuk urutan ketiga, yang pertama
adalah Kim Tiok-liu, kedua adalah Nyo Yam."
Wie Thian-hoan berpikir, 'Sewaktu Paman Ting mengatakan ini
kepadaku, Nyo Yam belum menjadi ketua perkumpulan Thian-san,
Kim Tiok-liu adalah mertua dari kakak tiri Beng Hoa, lebih tinggi
sederajat, namanya pun lebih terkenal, waktu itu sudah ada yang
menyusun urutan sebagai berikut: nomor satu adalah Kim Tiok-liu,
nomor dua adalah Nyo Yam, dan yang nomor tiga adalah kakek
gurunya, apakah ayah dari orang itu adalah kakek gurunya?"
Pertanyaan itu tidak perlu ditanyakan lagi karena sudah ada
penjelasannya. Begitu dia mengatakan bahwa ilmu pedang Kie Lek-beng, diambil
dari ilmu pedang Wie Thian-hoan untuk menentukan bahwa ilmu
silat Kie Lek-beng sedikit kurang dari ayahnya.
Wie Thian-hoan belum tahu bahwa dia adalah Kie Lek-beng tapi
jurus ini diajarkan oleh kakeknya, apakah ayah dari orang ini adalah
kakek gurunya" Kakeknya adalah kakek Su-giok, lalu siapa orang ini" Jawabannya
pun terlalu mudah untuk dicari, Wie Thian-hoan tidak berani
memikirkannya lagi, dia merasa semua ini begitu menakutkan.
Dia mengorbankan nyawa demi menolong Su-giok, mengapa
ayah Su-giok malah ingin membunuhnya"
Hati Wie Thian-hoan sangat kacau, dia tidak berani berpikir tapi
mau tidak mau dia harus berpikir, dia melihat Kie Lek-beng,
walaupun wajah Kie Lek-beng penuh dengan bekas luka pedang tapi
tetap bisa melihat kemiripannya dengan Su-giok.
Wie Thian-hoan menjadi bingung, sekarang dia harus benarbenar bersandar ke dinding baru bisa berdiri
Dalam hati dia berpikir, 'Siapakah dia" Siapakah dia"'
Dengan tertawa dingin Kie Lek-beng berkata:
"Bagaimana dengan ilmu pedangku, sepertinya kalian lebih tahu,
aku ingin melihat jurus pedangmu, hayolah cepat keluarkan
jurusmu!" "Bila aku bisa menerima 13 jurusmu, kau sendiri bagaimana?"
Kie Lek-beng tertawa dan berkata:
"Aku adalah orang yang baru keluar dari kuburan, bila aku kalah
aku akan masuk lagi ke dalam kuburan, kali ini untuk selamalamanya dan tidak akan muncul lagi di dunia persilatan."
Kata gadis itu: "Tidak perlu begitu serius, aku hanya ingin kau tidak
menganggap Wie Thian-hoan sebagai hadiah dan diberikan kepada
orang lain." Wajah Kie Lek-beng memerah, dalam hati dia berpikir, 'Gadis ini
tahu banyak tentang diriku, tujuanku datang ke sini dia pun bisa
menebaknya.' "Bila kau tidak bisa menerima 13 jurusku bagaimana?"
"Semua terserah padamu!"
"Aku ingin kau melakukan sesuatu terhadapku, kau mewakili Wie
Thian-hoan bertarung denganku, bila kau kalah, aku masih tetap
menginginkan Wie Thian-hoan menuruti syaratku semula mengikat
dirinya dan ikut pulang denganku."
"Aku mewakili Wie Thian-hoan, bila kalah, aku yang harus
mewakili dia juga." Kata Wie Thian-hoan: "Ini tidak adil, kau sudah membantuku, aku sangat berterima
kasih tapi kau tidak boleh terus menerus terlibat dalam persoalan
ini!" "Apakah kau tidak takut bila aku sengaja mengalah kepadanya,
malah menjerumuskanmu?"
Kata Wie Thian-hoan: "Benar, kuakui aku memang pernah curiga kepadamu, apakah
kau masih marah kepadaku?"
"Aku senang mengurusi masalah yang tidak ada hubungannya
denganku, malah sering dicurigai orang, kau berani datang ke sini
artinya kau mempercayai diriku, mengapa aku harus marah
kepadamu?" Kata Wie Thian-hoan: "Kalau begitu kita tidak perlu berkata hal lain lagi, sebenarnya
dalam pertarungan kali ini aku sudah kalah. Kau membuat
kesempatan untukku agar dapat bertarung lagi, paling-paling kita
tidak dapat mengganti barang taruhan tadi."
Kata gadis itu: "Terima kasih kau sudah percaya kepadaku, menyerahkan
nasibku untuk dijadikan taruhan."
Wie Thian-hoan tidak mencurigai gadis itu lagi, malah Kie Lekbeng yang curiga kepadanya, dalam hati dia berkata, 'Melihat
mereka bercakap-cakap sepertinya mereka belum lama kenal, tapi
mereka saling percaya, bukan teman tapi baru kenal bisa melakukan
hal seperti ini, apakah mereka sudah saling jatuh cinta"'
Dia mengkhawatirkan putrinya, dengan dingin dia tertawa dan
berkata: "Apakah perbincangan kalian sudah selesai" Siapa yang akan
menjadi barang taruhan?"
"Aku tahu Wie Thian-hoan tidak akan memberikan semua
tanggung jawab ini kepadaku. Baiklah, bila aku kalah, kami berdua
menyerahkan diri kepadamu untuk menerima hukuman."
Tanya Wie Thian-hoan: "Apakah aku boleh menanyakan sesuatu?"
Kata Kie Lek-beng: "Kau adalah pelaku utamanya, aku tidak berhak melarangmu
bicara" Kata Wie Thian-hoan: "Kau harus menuruti syarat kami yang pertama, dalam 13 jurus
bila kau tidak dapat mengalahkan dia kau harus ijinkan aku untuk
bertemu dengan adikku!"
Kata Kie Lek-beng: "Syarat tadi kau hanya ingin tahu di mana keberadaan adikmu."
"Tapi sekarang aku sudah tahu, bila kau tidak mengijinkan aku
bertemu dengannya biarpun aku tahu dia berada di mana dia pun
tidak bisa bertemu denganku." Suaranya gemetar dan terdengar
sedih. Hati Kie Lek-beng ikut bergetar, 'Apakah dia sudah tahu siapa
diriku"' "Baiklah, aku setuju, apakah temanmu bisa menerima 13
jurusku" Bila dia mampu, aku akan mempertemukan kau dengan
adikmu, aku akan menepati janji ini, aku juga akan mencungkil
mataku untukmu!" "Tidak perlu begitu..." Kata gadis itu.
Kata Kie Lek-beng: "Aku dan Wie Thian-hoan saling berdagang, kau tidak perlu ikut
campur, yang perlu kau urus adalah apakah kau bisa menerima ke
13 jurusku?" "Baiklah, jurus kesatu dimulai!"
Pedang gadis itu menggambar lingkaran di udara dan menusuk
ke arah Kie Lek-beng. Wie Thian-hoan tidak mengetahui jurus itu, dalam hati dia
berpikir, 'Mengapa seperti jurus pedangku" Tapi lingkaran dia tidak
sempurna, itu tidak boleh terjadi dalam jurus pedangku.'
Gadis itu menggambar lingkaran yang besar dengan pedangnya,
seperti sebuah ring yang terputus.
Ilmu pedang Wie Thian-hoan termasuk tangguh tapi bila
dibanding Kie Lek-beng, dia masih kalah jauh.
Dia tidak bisa melihat keanehan ilmu pedang gadis itu, tapi Kie
Lek-beng bisa Lingkaran yang tidak tertutup adalah ilmu pedang yang dipakai
oleh gadis aneh itu, dia sengaja tidak menutup lingkaran. Di dalam
lingkaran tersimpan banyak keanehan.
Mata Kie Lek-beng menjadi lebih bercahaya dalam hati dia
berpikir, 'Jurus pedangnya merupakan kebalikan dari jurus Wie
Thian-hoan bila tadi aku tidak melihat Wie Thian-hoan
menggunakan jurus pedang ini, aku pasti tidak dapat menghindar.'
Tubuh Kie Lek-beng dilipat ke bawah dan berkata:
"Ada pepatah mengatakan: bila tidak masuk ke sarang harimau
mana bisa mendapatkan anak harimau." Dia langsung menusuk
dengan pedangnya ke dalam lingkaran yang tidak tertutup itu.
Begitu pedang beradu, langsung terpisah lagi.
Gadis itu memuji: "Ilmu pedangmu begitu bagus, tenaganya pun sangat tepat,
sungguh mengagumkan! Jurus pertama aku sudah kalah!"
Wie Thian-hoan terkejut: "Jurus pertama saja sudah kalah, bagaimana dengan 12 jurus
lagi?" Anehnya, gadis itu malah memuji Kie Lek-beng, tapi Kie Lek-beng
sama sekali tidak tersenyum sebaliknya dia malah merasa malu.
Dengan teliti Wie Thian-hoan melihat lagi dan dia baru tahu,
begitu cahaya pedang terpisah, pedang pun diambil kembali, tapi di
udara terlihat ada satu macam benda
Ternyata sewaktu gadis itu mengeluarkan pedang dia melempar
sehelai sapu tangan sekarang sapu tangan itu sudah menjadi
serpihan seperti kupu-kupu. Kain-kain itu mengikuti hembusan
angin yang berasal dari kibasan pedang melayang-layang dan
seperti menari. Ternyata jurus ini dimainkan begitu sempurna oleh gadis itu,
ternyata Kie Lek-beng pun tahu bahwa lingkaran yang tidak tertutup
itu sengaja dibuat oleh gadis itu supaya Kie Lek-beng bisa
memecahkan jurusnya Walaupun di dalam lingkaran itu ada
jebakan. Wajah Kie Lek-beng menjadi merah dan berkata:
"Aku belum bisa memecahkan jurus pedangmu, tapi bila aku
tidak memakai tenaga dalam, mungkin kita berdua akan terluka"
Itu artinya jurusnya tidak dapat dihitung kalah.
"Benar, dengan caramu kau bisa memecahkan jurusku, aku
mengakui kekalahanku. Aku sudah menyiapkan jurusku dan kau
berhasil memecahkan jurusku ini, semuanya bisa terpikir olehmu."
Gadis itu dengan langkah kecil, tubuh bagian atas sama sekali
tidak bergerak tapi kakinya seperti terpasang roda kecil sudah
berputar kesekeliling tubuh Kie Lek-beng, tiba-tiba tubuhnya miring,
pedangnya menusuk ke arah tubuh Kie Lek-beng, gerakannya
sangat indah seperti sekuntum bunga yang mekar dan kupu-kupu
menari di atasnya Wie Thian-hoan melihat dengan teliti, hampir saja
dia tepuk tangan. Tapi Kie Lek-beng tidak hanya menikmati indahnya gerakan itu,
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jurus ini seperti seorang gadis dengan tertawa sambil memetik
bunga, tapi di belakang semua keindahan ini tersimpan kegagahan
seorang jenderal yang menunggu diperintah untuk pergi ke medan
perang. Sangat gagah dan berwibawa. Kie Lek-beng adalah seorang
pesilat tapi dia tidak mengetahui jurus apa ini, dari mana datangnya
jurus ini dan dari perkumpulan mana"
Kie Lek-beng terus memikirkan jurus pedang milik gadis itu, bila
gerakannya keras, tapi tidak sekeras perkumpulan Siong-san, kalau
ringan tidak seringan perkumpulan Go-bi. Gadis ini menyatukan ilmu
pedang Siong-san dan Go-bi dan sangat tepat, ini membuat Kie Lekbeng memuji gadis itu dalam hatinya.
Kie Lek-beng mempunyai banyak pengalaman apalagi dalam ilmu
pedang tapi karena dia belum pernah melihat jurus pedang ini, dia
jadi tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan pertarungan ini, dia
menaruh pedang di dada menunggu gadis itu menusuk ke dadanya
baru dia akan membalasnya. Tapi gadis itu malah memutarkan
pedangnya dan menariknya kembali. Wie Thian-hoan menghitung.
"Ini adalah jurus kedua."
Dalam hati Kie Lek-beng berpikir, 'Gadis ini sangat mahir
mengambil kesempatan, kelihatannya aku harus mulai menyerang
dan memaksanya' Gadis itu seperti tahu pikiran Kie Lek-beng, sebelum Kie Lek-beng
menyerang, dia yang mulai menyerang dulu
Gerakan tubuh dan gerakan pedang sama cepatnya. Wie Thianhoan yang berada di pinggir hanya bisa melihat kilauan pedang dan
bayangan gadis itu yang berpindah-pindah.
Gadis itu menyerang dengan 3 jurus, menyerang sangat cepat
tapi perubahan dalam tiap jurusnya masih bisa dilihat oleh Wie
Thian-hoan dengan jelas. Kemarin dia tidak bisa menerima
kekalahannya, tapi sekarang dia sampai ingin bertepuk tangan,
dalam hati dia berpikir, 'Bila 3 jurus tadi menusukku, aku pasti akan
terluka atau malah dibuat kalang kabut olehnya.
Kie Lek-beng tidak tampak kerepotan dia juga mengeluarkan
semua jurus yang sudah dipelajari baru dapat menahan 3 jurus
gadis itu. Setelah 3 jurus selesai, Kie Lek-beng mulai menyerang pedang
digerakan dari atas ke bawah, tetapi bukan diayunkan.
Begitu Wie Thian-hoan melihat Kie Lek-beng mengeluarkan jurus
seperti itu dia merasa aneh
Ternyata jurus Kie Lek-beng ini disebut Peng-se-lok-yan (Burung
Walet Terbang Sejajar Tanah), ini adalah jurus yang sangat biasa,
semua orang pemah mempelajari jurus ini, perubahannya sangat
sederhana tetapi jurus ini termasuk mempunyai 4 dasar gerakan,
gerakan ini sangat cocok untuk orang yang baru belajar silat.
Wie Thian-hoan mengira Kie Lek-beng akan mulai menyerang
dengan jurus yang aneh, bukan jurus dasar.
Tetapi begitu dia melihat dengan teliti, dia baru menyadari
bahwa jurus itu tidak biasa, terlihat seperti petir yang menyambar
dan guntur yang berbunyi.
Jurus pertama dari Peng-se-lok-yan belum diselesaikan jurus
kedua sudah dikeluarkan, jurus ini pun kelihatan sangat biasa, jurus
ini disebut Tiat-lian-heng-kang (Rantai Besi Sejajar Sungai), dia
hanya menggoyangkan ujung pedang sebanyak 3 kali untuk
menutup serangan lawan. Kedua jurus pedang ini sangat biasa tetapi sekarang terlihat tidak
biasa, Wie Thian-hoan yang berdiri di pinggir pun merasa jurus ini
seperti hujan dan angin. Gadis itu berada dalam kibasan jurus pedang Kie Lek-beng tapi
sepertinya tidak peduli, dia menusuk ke kiri dan ke kanan, Wie
Thian-hoan pun tidak tahu jurus apa yang dipakai oleh gadis itu.
Gadis itu terlihat sangat menikmati dalam memainkan pedangnya.
Pengetahuan jurus pedang Wie Thian-hoan lumayan tinggi,
walaupun dia tidak mengetahui asal jurus ini tetapi lama-kelamaan
dia mulai mengetahui bahwa jurus pedang gadis itu mengandung
hawa membunuh tetapi kadang-kadang hawa itu menghilang.
Begitu Wie Thian-hoan mengetahui sedikit gerakan mereka,
mereka sudah terpisah lagi.
Walaupun hanya sebentar tetapi hati Wie Thian-hoan sudah
beberapa kali berdebar-debar. Dia beberapa kali menyeka keringat
dingin yang mengalir dan berpikir-pikir, 'Jurus pedang orang itu
sudah sampai tingkat yang begitu tinggi, jurus yang biasa menjadi
jurus yang luar biasa, jurus pedang gadis itu seperti kosong, tapi
berkali-kali dia bisa menandingi jurus pedang orang itu.'
Sekarang tampak gadis itu sudah kehabisan tenaga, dia meloncat
ke tempat agak jauh. Wie Thian-hoan yang berada di pinggir pun
bisa mendengarkan nafas gadis itu yang terengah-engah.
"Sekarang sudah masuk jurus ke berapa?" Tanya Kie lek-beng.
"Sudah jurus ketujuh." Kata Wie Thian-hoan.
Kata Kie Lek-beng kepada gadis itu:
"Jurus pedangmu benar-benar
bagus, tetapi kau harus mengeluarkan 5 jurus lagi!"
Kie Lek-beng sudah mengambil keputusan, dia ingin menghadapi
gadis itu seperti pada saat dia menghadapi Wie Thian-hoan, di jurus
terakhir baru mengalahkan gadis itu
Kie Lek-beng berdiri di tempat itu, dia tidak bergerak sama sekali
hanya ujung pedangnya menunjuk ke arah gadis itu, pedang
dengan arah miring menusuk gadis itu karena jaraknya agak jauh
tentu tidak akan mengenainya
Si gadis bergeser dia pun balik menyerang, serangan jurusnya
juga menusuk ke arah Kie Lek-beng.
Jurus mereka ternyata dapat berubah menjadi lambat, Wie
Thian-hoan dapat melihatnya dengan jelas, tetapi dia masih merasa
matanya tidak bisa mengikuti gerakan mereka.
Mereka secara lambat mengeluarkan jurus, tidak terasa 4 jurus
sudah keluar. Dalam 4 jurus ini mereka benar bertarung, tapi
merekapun seperti tidak sedang bertanding.
Jumlah jurus yang sudah dikeluarkan sebanyak 11 jurus.
Tiba-tiba Kie Lek-beng berhenti bertarung dan berkata:
"Orang yang mengatakan jurus pedangku berada di urutan ke-4
itu siapa?" "Dia adalah ayahku." Jawab gadis itu
"Dia memberiku urutan ke-4, itu terlalu tinggi."
"Kalau begitu ayahku sudah salah menempatkan?"
Jawab Kie Lek-beng: "Ilmu pedang nomor satunya bukan Nyo Yam tetapi dia."
Kata Kie Lek-beng: "Nona, apakah kau tahu kau berada di urutan ke berapa?"
"Bagaimana menurutmu?"
Kata Kie Lek-beng: "10 orang yang jurus pedangnya paling tinggi, masing-masing
memiliki kelebihan, menurutku ilmu pedangmu tidak kalah dengan
mereka hanya saja kau kurang pengalaman, karena itu aku tidak
bisa memberikan kepadamu urutan keberapa, tetapi kau bisa
termasuk dalam 10 besar."
"Terima kasih untuk pujianmu." Kata gadis itu,
Kie Lek-beng menghela nafas dan berkata:
"Bila hanya adu pedang aku pasti kalah, tetapi dalam
pertarungan ini aku harus menang, ada 2 jurus lagi, hati-hati
menyambut seranganku ini, kalau tidak sanggup jangan
memaksakan diri, aku bisa melukaimu!"
Setelah berkata demikian dia maju 3 langkah, mengeluarkan
sebuah tusukan, suaranya sangat mengelegar membuat gendang
telinga Hui-thian berdenging terus.
Dia maju 3 langkah lagi, jarak dengan gadis itu hanya tinggal 3
langkah, cahaya pedang Kie Lek-beng sudah mencapai tubuh gadis
itu. Tubuh gadis itu seperti didorong oleh tangan yang tidak tampak,
pedangnya terlepas dan kakinya pun bergoyang.
Segera hati Wie Thian-hoan menjadi dingin, akhirnya gadis itu
kalah juga, pikirannya belum selesai, ternyata sudah ada perubahan
baru lagi. Gadis itu hampir terjatuh, tubuh mengikuti pedang berputar,
begitu tangan dikeluarkan tepat menyambut pedang yang terjatuh,
dia mengambil dengan tangan kiri karena gerakannya sangat cepat
bila dilihat dari kejauhan, gerakan itu seperti memindahkan pedang
dari tangan kanan ke tangan kiri, dia dengan miring menusuk ke
arah ketiak Kie Lek-beng. Hanya tinggal selangkah lagi Kie Lek-beng
bisa menangkap gadis itu tiba-tiba Kie Lek-beng berhenti melangkah
dia malah menghindar ke pinggir dan berkata:
"Terpikir juga olehmu dengan tangan kiri memecahkan jurus ini
benar-benar aku tidak dapat mengalahkan jurus pedangmu."
Gadis itu terlihat sangat senang, dia berkata:
"Apakah benar ilmu pedangku bagus?"
Kie Lek-beng berkata: "Jurus pedang seperti itu tidak banyak dimengerti oleh orang,
yang bisa memakai jurus ini tidak lebih dari 3 orang."
"Kau jangan terus memuji, jurus ini bukan aku yang menemukannya!" "Apakah ayahmu yang menemukannya" sebab jurus tadi aku
sendiri yang menemukannya, ayahmu pun belum tentu pernah
melihatnya, bagaimana dia bisa mengajarimu untuk memecahkan
jurusku?" Gadis itu menhela nafas seperti sedang berbicara sendiri:
"Kali ini pun dugaan ayah ternyata benar."
"Apakah dia dapat menebak jurus yang baru saja ku ciptakan
ini?" Terasa terlalu aneh dan Kie Lek-beng tidak dapat
mempercayainya. "Bukan itu, dia telah menebak dalam 13 jurus, kau pasti akan
mengeluarkan sebuah jurus yang kau kira aku tidak akan mampu
menandingi nnya, kemudian kau mencoba membunuhku. Tapi
dalam jurus ke berapa atau jurus apa yang baru kau ciptakan dia
tidak dapat mengatakannya tetapi ayah mengajarkanku jurus ini,
bila jurus ini dikeluarkan tentu bisa menahan semua serangan."
"Bila sudah bisa ditebak ayahmu, mengapa kau masih menarik
nafas seperti itu?" kata Kie Lek-beng.
"Apakah kau ingin tahu apa yang dibicarakan oleh ayah
kepadaku?" "Akusiapmendengar kalau kau memang mau memberitahukannya kepadaku."
"Kata ayahku bila aku bertarung dengan Bo-tan menggunakan
jurus ilmu pedang, hanya dalam 13 jurus kau akan tahu
keistimewaaan dari ilmu pedangku, kau akan tahu kekurangan jurus
pedangku, juga karena itu ayahku mengatakan aku hanya bisa
bertahan dalam 13 jurus, bila jurus yang tadi sudah dipaksakan
untuk dikeluarkan, maka jurus berikutnya bila kau memakai
sembarang jurus apapun, aku tidak akan bisa bertahan lagi."
Kata Kie Lek-beng: "Tidak bisa bertahan, kalimat ini harus diganti artinya belum
tentu bisa ditahan!"
"Karena ayahku hanya tahu keadaan ilmu pedangmu sewaktu
kau melawan 5 Bu-tong Tianglo, tapi itu sudah 10 tahun yang lalu,
ayahku juga tahu 10 tahun terakhir ilmu pedangmu sudah maju
pesat tetapi sampai di tingkat mana, ayahku juga tidak tahu. Tapi
bila aku sudah mengeluarkan jurus tadi dan kau bisa
memecahkannya maka aku tidak akan bisa menerima jurusmu yang
berikutnya." Kie Lek-beng tertawa kecut dan berkata:
"Aku sudah tahu siapa ayahmu."
"Kau tahu dia?"
"Di Kun-lun barat yaitu di Seng-su-hai, ada sebuah keluarga yang
menyendiri di sana, Seng-su-hai berada di gunung Kun-lun, orang
tidak bisa sembarangan naik ke sana."
"Apakah kau pernah ke sana?"
"Benar, tetapi hanya satu kali, itu pun sebelum aku bertarung
dengan 5 Bu-tong Tianglo."
"Apakah kau tahu mengenai keluarga itu?"
"Benar tapi aku tidak tahu banyak."
Kie Lek-beng melanjutkan lagi:
"Keluarga ini she Shangguan, kapan nenek moyang mereka
pindah kesana aku tidak mengetahuinya. Aku hanya tahu keluarga
Shangguan terkenal dengan Pedang Bayangan dan Panji Sakti nya,
sejak jaman buyutmu, keluargamu selalu diangkat oleh
perkumpulan Tibet untuk menjadi ketua mereka. Di dunia persilatan
ada sebuah kalimat berujar: bila tidak tunduk kepada Bayangan
Pedang dan Panji Sakti, mereka akan mendapat celaka."
"Kau tahu banyak tentang keluargaku, tapi mengapa kau tahu
bahwa aku putri keluarga itu?"
"Karena ilmu pedangmu terus berubah, kecuali jurus Pedang
bayangan milik keluarga Shangguan, tidak ada gerak pedang yang
seperti itu lagi. Bila tidak salah ayahmu adalah Ketua Shangguan
bernama Shangguan Lung dan kau adalah putri tunggal keluarga
Shangguan bernama Shangguan Hui-hong."
Wajah gadis itu sedikit terkejut, ternyata semua hal mengenai diri
dan keluarganya sudah tertebak jitu oleh Kie Lek-beng.
Kata Kie Lek-beng lagi: "Aku pernah melihatmu pada saat umurmu baru 1 tahun, kau
pasti tidak akan bisa mengenaliku."
"Tidak disangka ternyata 2 keluarga mereka sudah berteman,
jurus terakhirnya pasti bisa dihindari," pikir Wie Thian-hoan.
Siapa yang tahu bahwa perkataan Kie Lek-beng malah kebalikan
dari kemauan Wie Thian-hoan.
"Nona Shangguan, tebakan ayahmu sangat tepat sekarang kau
sudah menyambut jurus ke 12 milikku, aku benar-benar tidak dapat
menang darimu, tetapi menurut ayahmu begitu kau dipaksa untuk
mengeluarkan jurus yang sudah dia ajarkan, jurus ke 13 ini pasti
akan menguntungkan bagimu, ini bukan karena ilmu pedangmu
kalah dariku biasanya yang berpengalaman kesempatan untuk
menang lebih banyak, walaupun aku tidak memakai tenaga dalam
aku pun akan lebih beruntung, tapi aku tidak yakin bisa
mengalahkanmu karena itu aku hanya memakai 50% tenaga dalam,
kau harus hati-hati, jangan sampai terluka!"
"Ini tidak adil!' Kata Wie Thian-hoan.
"Apanya yang tidak adil, apakah aku berjanji tidak akan memakai
tenaga dalam pada saat bertarung?"
Kata Shangguan Hui-hong: "Dia menentukan hanya mengunakan 50% tenaga dalam, dia
sudah mengalah"
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena sebelum bertarung, Shangguan Hui-hong sudah setuju
boleh mengunakan tenaga dalam dalam bertarung. Karena itu Wie
Thian-hoan tidak dapat membela dia, apalagi Shangguan Hui-hong
sendiri tidak keberatan. Tetapi Wie Thian-hoan tahu bila orang yang mengunakan 50%
tenaga dalam maka Shangguan Hui-hong tidak akan bertahan
walaupun jurus pedang gadis itu sangat bagus tetapi tenaga
dalamnya hanya setengah dari tenaga dalam Wie Thian-hoan.
Orang ini (Kie) dengan tangan kosong dalam 20 jurus sudah bisa
mengalahkan Wie Thian-hoan apalagi sekarang dia menggunakan
pedang! Hati Wie Thian-hoan tidak tenang, tetapi jurus ke 13 sudah
dilancarkan oleh Kie Lek-beng.
Begitu ujung pedang sudah digetarkan, cahaya
pedang berkilauan membuat pandangan mata menjadi kabur.
Wie Thian-hoan mencoba menahan serangan membantu
Shangguan Hui-hong, tapi untung tenaganya belum pulih dan
gerakannya menjadi lambat, begitu dia maju selangkah Shangguan
Feng sudah berteriak: "Tunggu!!" Kie Lek-beng bertanya: "Nona ingin mengatakan apa?"
"Kita tidak perlu bertarung pada jurus ke 13 lagi!"
"Melihat wajah ayahmu sebenarnya aku pun tidak boleh
menghina yang lebih muda, apalagi dalam ilmu pedang kedudukan
kita seimbang, lebih-lebih aku tidak boleh memaksamu menerima
jurus ke 13 milikku! Hanya sayang karena kau mewakili Wie Thianhoan bertarung maka aku harus memenangkan pertarungan ini!"
Kata Shangguan Hui-hong: "Kau salah, aku bukan menjadikan ayahku sebagai perisai dan
memintamu untuk mengampuni ku, aku tahu dalam pertarungan ini
kau harus menang, karena alasan ini pula aku kira kita tidak perlu
bertarung lagi!" Kie Lek-beng merasa aneh:
"Nona, kau membuat keadaan menjadi aneh, kau sudah tahu aku
harus menang, mengapa kau tidak mau meneruskan pertarungan"
Apakah kau mau mengaku kalah?"
Kata Shangguan Hui-hong: "Ilmu silatku memang berada di bawahmu, boleh dikatakan harus
mengaku kalah dari awal pertarungan.
Kau ingin aku memainkan 12 jurus pedangku, aku sudah merasa
puas, sekarang kita sudah tahu kehebatan ilmu pedang masingmasing, karena itu aku anggap kita sudah tidak perlu lagi
bertarung," kata Shangguan Hui-hong.
Kata Kie Lek-beng: "Tapi dalam pertarungan ini harus ada yang menang dan kalah"
Kata Shangguan Hui-hong: "Aku tidak peduli dengan menang atau kalah. Jujur bicara bila
mau menghitung menang atau kalah, 12 jurus tadi pun tidak perlu
dipertarungkan lagi, karena aku sudah pasti akan kalah mengapa
harus susah-susah menghabiskan tenaga, kalau dibilang bertarung
rasanya lebih tepat dikatakan aku telah belajar langsung
kepadamu." Kata Kie Lek-beng: "Ternyata kau tidak bermaksud mewakili Wie Thian-hoan dalam
bertarung, melainkan hanya memperalatku supaya bisa
mengeluarkan jurus pedangmu."
Kata Shangguan Hui-hong: "Aku benar-benar ingin belajar darimu, tapi bila aku dikatakan
memperalatmu, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi." Wajah Kie
Lek-beng dingin seperti es:
"Mau minta petunjuk" Kau seenaknya mengatakannya, tapi aku
benar-benar serius dalam pertarungan ini."
"Aku tahu" "Bila kau tahu, kau harus mau menerima jurus terakhrku!"
Kata Shangguan Hui-hong: "Aku bisa memberikanmu sebuah hadiah untuk menggantikan
jurusmu." Kata Kie Lek-beng dengan dingin:
"Kau ingin menyuapku dengan hadiah, tapi hadiah apa pun tidak
dapat ditukar!" Kata Shangguan Hui-hong sambil tertawa:
"Jangan jual mahal, aku tanya kau mau memenangkan
pertarungan ini demi apa" Bukankah bila kau menang maka Wie
Thian-hoan harus pulang denganmu dan kesulitanmu bisa langsung
diatasi?" Jawab Kie Lek-beng dengan dingin:
"Sepertinya kau sudah tahu semuanya, mengapa harus balik
bertanya lagi kepadaku?"
Kata Shangguan Hui-hong dengan tertawa manis;
"Sebenarnya kau tidak perlu memenangkan pertarungan ini,
malah kau bisa mendapatkan hadiah dariku, dan kesulitanmu bisa
diatasi." Kie Lek-beng terpaku dan berteriak:
"Kau bilang apa?"
Kata Shangguan Hui-hong lagi:
"Apakah kau masih belum mengerti" Baiklah aku akan langsung
memberitahumu. Tuan Kie, hadiah ini bisa ditukarkan dengan
putrimu." Benar-benar pedang bayangan dan perempuan aneh
Dengan hati mulia menuntaskan dendam.
Apa yang akan terjadi"
---ooo0dw0oo--- Bab 18 Jala pedang dimana-mana Ternyata adalah jala dunia
Perasaan sulit untuk memutuskan
Perasaan tidak kunjung berakhir
A. Terbukanya Teka-Teki 'Tuan Kie', kata-kata ini keluar dari mulut Shangguan Hui-hong
dan masuk ke dalam telinga Wie Thian-hoan, seperti guntur yang
berbunyi di siang bolong, dia sampai terbengong-bengong.
Dia memang kira-kira sudah bisa menebak identitas Kie Lek-beng
tapi hanya sebagian saja, tetapi begitu mendengar suara yang
keluar dari mulut Shangguan Hui-hong membuat dia benar-benar
terkejut! "Ternyata dia benar adalah ayah Su-giok, bagaimana dia harus
menceritakannya masalahnya?" Dia mengorbankan semuanya hanya
untuk menolong Shu Giok-yang sebenarnya Kie Lek-beng sudah
tahu dari awal, mengapa harus dengan cara seperti ini
memperlakukannya" Wie Thian-hoan menjadi bingung, apakah dia harus sedih atau
gembira" Ada Kie Lek-beng yang akan mendorong putrinya sendiri
dia tidak perlu mengkhawatirkan Su-giok lagi, tetapi perlakuan Kie
Lek-beng terhadapnya, dalam mimpi pun tidak pernah terpikirkan.
Dia bingung, tidak terasa dengan terhuyung dia sudah bersandar ke
dinding, dengan begitu dia baru bisa berdiri dengan tegak
Kie Lek-beng juga ingin tahu jawaban dari teka-teki ini, dia tidak
mempunyai waktu memperhatikan Wie Thian-hoan.
"Apa hadiahnya?" Tanya Kie Lek-beng.
"Putra panglima pengawal istana, Bok Ci-giauw. Gunakanlah
hadiah ini untuk ditukarkan dengan putrimu. Lebih baik daripada
menukar dengan orang lain!"
Untuk menutupi rasa malu Kie Lek-beng, Shangguan Hui-hong
mengganti kata-kata itu dengan kata 'orang lain' tidak menyebut
nama Wie Thian-hoan. Tetapi begitu terdengar di telinga Kie Lekbeng wajahnya tetap menjadi merah
"Dimana orangnya?" Kie Lek-beng dengan malu-malu bertanya,
dia tidak berani menatap Wie Thian-hoan.
"Dia ada di sini dan dia adalah Sutitmu, Wie Thian-hoan yang kau
akan tangkap. Wie Toako, mengapa kau tidak datang ke sini untuk
bertemu dengan Susiokmu?"
Wie Thian-hoan menenangkan dirinya, dia melangkah maju dan
berkata: "Tadinya aku ingin menukarkan Bok Siauya dengan adik.
Kebetulan Susiok datang tepat waktunya, bawalah orang ini, maaf
aku jadi merepotkanmu!" dia membalikkan tubuh dan pergi.
Shangguan Hui-hong berteriak:
"Wie Toako, jangan pergi!" tetapi Wie Thian-hoan sudah berjalan sangat cepat dan sudah keluar dari pintu besar, dia seperti tidak
mendengar suara Shangguan Hui-hong yang memanggilnya.
Shangguan Hui-hong tampak ragu, seperti ingin mengejar tapi
dia malah diam saja di tempat
Wajah Kie Lek-beng memucat dan tiba-tiba dia berkata:
"Apakah sejak awal Wie Thian-hoan sudah merencanakan untuk
menolong putriku?" Jawab Shangguan Hui-hong:
"Dia baru kemarin tahu bahwa Su-giok disandera oleh mereka."
Tanya Kie Lek-beng: "Kapan dia menangkap putra Bok Ci-giauw?"
Sepertinya Shangguan Hui-hong sudah tahu bahwa Kie Lek-beng
akan menanyakan hal ini, dia tertawa dan berkata:
"Sandera sudah berada di tanganmu, mengapa kau masih terus
bertanya?" Kie Lek-beng terus memelototi Shangguan Hui-hong dan berkata:
"Aku belum setuju dengan pertukaran ini. Aku harus tahu hal ini
dan kau harus memberitahu kepadaku atau kau harus menerima
jurusku yang ke 13."
Shangguan Hui-hong tertawa kecut dan berkata:
"Sepertinya aku tidak mempunyai pilihan lain."
Dada Kie Lek-beng berdebar-debar:
"Cepat katakan, dia menangkap sandera ini sesudah atau
sebelum dia tahu tentang keberadaan putriku?"
"Sebelumnya." Kata-kata sederhana mengetarkan
hati Kie Lek-beng, membuatnya seperti ingin tumbang.
Wajahnya memerah kemudian memucat, setelah lama dia baru
bisa bicara: "Kalau begitu dia menangkap sandera ini untuk hal lain, karena
dia tahu keadaan Su-giok maka dia mengubah semua rencananya!"
Shangguan Hui-hong tidak menjawab. Kie Lek-beng tertawa kecut:
"Apakah kau tahu alasanku datang ke ibu kota?"
Sengaja Shangguan Hui-hong berkata: "Aku tidak tahu." Tapi
sebenarnya dia tahu. Kata Kie Lek-beng: "Wie Thian-hoan mempunyai musuh yang kuat, dan dibalik
musuh itu mempunyai pelindung yang kuat, pelindungnya adalah
Bok Cigiauw. Tujuanku datang ke ibu kota diam-diam adalah untuk
membantunya tapi..."
Kata-kata selanjutnya adalah apa, Shangguan Hui-hong sudah
tahu. Benar saja, Kie Lek-beng tidak memberi kesempatan pada
Shangguan Hui-hong untuk bicara, dia sudah melanjutkan lagi:
"Aku tidak membantu dirinya malah merebut benda yang bisa
melindunginya." Shangguan Hui-hong berteriak:
"Tuan Kie, kau tunggulah sebentar, sebenarnya kau masih bisa
membantunya..." Tapi Kie Lek-beng sudah pergi.
Bayangan orang itu sudah menghilang, suaranya hanya
terdengar datang dari tempat jauh dan memasuki telinga
Shangguan Hui-hong, "Aku sudah banyak melakukan kesalahan, kali ini aku tidak boleh
salah lagi, kau ada di sisinya, aku pun tidak perlu membantu dia
lagi. Nona Shangguan, terima kasih kau sudah mengaturnya
sedemikian rupa, aku ingin berusaha dengan tenaga sendiri akan
merebut kembali putriku. Kebaikanmu aku terima dalam hati saja."
Ini adalah ilmu Thian-hin-coan-im (Mengirim Suara Melalui
Langit), begitu bicara , orang yang jaraknya 1 li bisa
mendengarkannya. Kata-kata ini pun hanya orang-orang yang dituju
saja yang bisa mendengarnya.
Tujuan Kie Lek-beng datang ke sini hanya ingin mendapatkan
sandera untuk ditukarkan dengan putrinya.
Demi mencapai tujuannya, dia sampai kehilangan hati nurani
menganggapkeponakanseperguruannyasebagaihadiah
pertukaran. Tetapi hadiah yang tersedia untuknya, jauh daripada hadiah yang
dia inginkan meski berguna, tapi dia malah mengubah pikirannya,
walaupun Shangguan Hui-hong memberikan kepadanya tanpa
syarat apa pun, dia tetap tidak mau.
Walaupun Shangguan Hui-hong pernah belajar ilmu silat
mengirim suara dari jauh, tapi dibandingkan dengan ilmu Kie Lekbeng dia masih kalah jauh, dia hanya bisa mendengar, padahal
dengan ilmu ini bisa membicarakan rencana yang sudah
disiapkannya oleh Shangguan Hui-hong yang dianggapnya
sempurna. Tapi dia tidak mempunyai kesempatan bicara dengan Kie
Lek-beng. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, dia hanya bisa tertawa
kecut. Setiap rencana yang dia susun berjalan seperti yang dia inginkan,
tiap rencana berjalan dengan dengan lancar, hanya sampai pada
rencana terakhir dia malah mendapatkan keranjang yang kosong.
Rencana yang gagal bukan berarti rencananya tidak baik, tapi dia
melupakan suatu hal. Dia melupakan harga diri Kie Lek-beng.
Kie Lek-beng memang sering melupakan kepentingan orang lain,
dia hanya mementingkan diri sendiri, dia melakukan sesuatu dengan
tujuan keinginannya harus tercapai, yang lain dia tidak peduli.
Tapi ini tidak terjadi 100% seperti itu, dalam keadaan biasa pun
akan menjadi hal yang tidak biasa. Pada saat harga dirinya terluka
dia lebih memilih mengorbankan dirinya sendiri dibandingkan
kehilangan harga dirinya.
Sekarang identitasnya sudah diketahui, semua hal sudah
terbongkar, apakah dia masih bisa menerima pemberian dari
keponakan seperguruannya" Dia pun tahu bahwa hadiah ini adalah
jimat pelindung keponakannya.
Rencana Shangguan Hui-hong belum selesai, tapi dia tahu bila
ada kesempatan lain, Kie Lek-beng pun tidak mau menerima
kebaikannya lagi. Wie Thian-hoan dan Kie Lek-beng sudah pergi, di dalam rumah
sebesar itu hanya tinggal dia seorang diri.
Sekarang dia harus berbuat bagaimana"
Kie Lek-beng tentu mengira dia dan Wie Thian-hoan
bersekongkol dan dia pasti tahu di mana keberadaan Wie Thianhoan, dia pasti bisa mencari Wie Thian-hoan kembali.
Tapi Kie Lek-beng tidak tahu bahwa Wie Thian-hoan pun tidak
tahu namanya, baru melalui Kie Lek-beng, Wie Thian-hoan bisa
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu, sekarang ke mana dia harus mencari Wie Thian-hoan" Hati
Shangguan Hui-hong terasa bimbang, dia hanya bisa tertawa
masam. Memang di ibu kota ada anak buah ayahnya, dua hari yang lalu
pun dari orang ini bisa mengetahui keberadaan Wie Thian-hoan.
Tapi sekarang ini Wie Thian-hoan sudah pergi secara tiba-tiba, ini
di luar perhitungannya, Shangguan Hui-hong belum sempat
menyuruh seseorang untuk mengikutinya.
Walaupun dia bisa langsung menyuruh orang mengikutinya, ini
pun entah kapan bisa bertemu dengan Wie Thian-hoan lagi, dan jika
sudah menemukan Wie Thian-hoan apakah dia mau mengikutinya
kembali" Apalagi sekarang ada sandera penting yang harus dia jaga mana
bisa dia pergi dengan tenang"
Walaupun mengalami banyak kesulitan, dia tetap harus mencari
Wie Thian-hoan lebih cepat lebih baik
"Di ibu kota dia tidak mempunyai teman, tidak mungkin dia pergi
ke kuil di Cu-san, satu-satunya tempat yang mempunyai hubungan
dengannya hanya kantor Sin-hoan Piaukok yaitu dengan Tong Hwieyan mungkin dia memutuskan untuk pergi meminta bantuannya"
Walaupun dia tidak menemukan Wie Thian-hoan dia masih bisa
meminta tolong pada Tong Hwie-yan menjadi perantara untuk
berdagang dengan Bok Ci-giauw.
Setelah dia mengambil keputusan ini, kemudian dia membakar
sebuah dupa Dupa ini terbuat dari wewangian yang berasal dari
Seng-su-hai, wangi itu bisa menyebar hingga jarak setengah li.
Tak lama kemudian, sudah ada orang yang berjalan ke hadapan
Shangguan Hui-hong, orang itu adalah pak kusir yang mengantar
Wie Thian-hoan ke rumah ini, sejak tadi dia selalu berada di luar
untuk berjaga-jaga. "Nona, ada pesan apa?"
"Kie Lek-beng sudah pergi begitu saja dengan Wie Thian-hoan,
apakah kau sudah melihatnya?"
Lo Ong mengangguk dan berkata,
"Yang satu pergi terlebih dulu yang lain menyusul kemudian, tapi
arah mereka tidak sama, gerakan mereka terlalu cepat, aku sudah
mengejar mereka berdua, tetapi keduanya tidak terkejar."
"Kemana-arah perginya Wie Thian-hoan?"
"Ke arah barat laut." Piau-hang letaknya di sana.
"Nona, apakah ada hal yang bisa kulakukan?"
Jawab Shangguan Hui-hong:
"Ada satu hal yang harus kau lakukan, aku ingin kau menjaga
sandera ini." "Apakah dia adalah Bok Siauya?"
"Benar, Siauya ini sangat berguna untuk Kie Lek-beng dan Wie
Thian-hoan, dia benar-benar benar-benar barang berharga."
"Nona, sepertinya aku tidak dapat melakukan tugas ini, Kie Lekbeng bisa datang ke sini, sepertinya kabar sudah menyebar dengan
cepat, bila kabar ini sudah tersebar pasti akan banyak orang datang
ke sini." Ilmu silat Lo Ong lumayan bagus, tetapi untuk menghadapi orang
yang datang atas perintah oleh Bok Ci-giauw pasti sangat sulit
menghadapinya. Kata Shangguan Hui-hong: "Paman Ong, kau tidak perlu khawatir. Pertama karena sandera
ada di sini, kecuali Kie Lek-beng hanya suami istri Ketua Pek-toh-san
yang tahu, Bok Ci-giauw pun belum tentu tahu."
"Mengapa?" tanya Lo Ong.
"Kie Lek-beng ingin menangkap Wie Thian-hoan untuk ditukarkan
dengan putrinya yang menjadi sandera Pek-toh-san, Ketua Pek-tohsan pun tidak tahu bahwa putra Bok Ci-giauw sudah menjadi
sandera Wie Thian-hoan, terakhir mereka tahu setelah Kang Hiatkun jatuh ke tangan mereka, sewaktu Kie Lek-beng ke sini adalah
saat Kang Hiat-kun sedang berunding dengan mereka!"
Kata Lo Ong "Mereka sudah tahu, pasti mereka akan memberi tahu Bok Cigiauw." Kata Shangguan Hui-hong: "Sebelum Kie Lek-beng kembali ke tempat mereka, mereka tidak
akan memberitahu, tapi setelah Kie Lek-beng kembali, dengan adat
yang dimiliki Kie Lek-beng dia akan menbalas dengan sekuat tenaga
kepada mereka. Apa yang sudah terjadi di sini, dia tidak akan
memberitahu kepada mereka."
Kata Lo Ong "Bagaimana Nona tahu bila Ketua Pek-toh-san tidak akan
memberitahu kepada Bok Ci-giauw?"
Jawab Shangguan Hui-hong sambil tertawa:
"Karena dia ingin menjilat Bok Ci-giauw!"
"Mengapa mereka ingin menjilat Bok Ci-giauw" Oh ya, benar, aku
sudah mengerti sekarang!"
Kata Lo Ong lagi: "Dia ingin dengan kekuatan sendiri mencari purta Bok Ci-giauw,
baru dia bisa mendapatkan jasa yang besar, bila dia sudah
memberitahu kepada Bok Ci-giauw. Orang-orang Bok Ci-giauw akan
segera mencari dan menolong putranya. Jasa Ketua Pek-toh-san
tidak akan berarti."
"Tapi Nona, kapan Nona akan kembali lagi ke sini" Bila terlalu
lama, orang-orang Bok Ci-giauw akan segera tahu, dan Kie Lekbeng pun belum tentu bisa membunuh suami istri Pek-toh-san, putri
Kie Lek-beng masih berada di tangan mereka bila Kie Lek-beng tidak
bisa membunuh sepasang suami istri itu, dia akan datang kemari
untuk mencari seseorang."
Kata Shangguan Hui-hong: "Kata-katamu benar, karena itu aku akan mempersiapkan
semuanya" Dia mengeluarkan sebungkus wewangian, dia mengambil
segenggam kemudian menaruh di tempat untuk membakar dupa
lalu berkata: "Bakarlah dupa ini, siapa yang datang walaupun dia adalah Ketua
Pek-toh-san, dia akan jatuh pingsan, sebutir obat ini kau boleh
masukan di dalam mulutmu, kau tidak akan terpengaruh oleh
wewangian ini. Terakhir, kau masih mempunyai seorang sandera,
kau boleh memakai sandera ini untuk mengancam mereka."
Akhirnya Lo Ong merasa tenang kemudian berkata: "Nona
rencanamu sangat sempurna. Hamba akan mengikuti rencana ini."
Mereka mengira persiapan ini lebih dari cukup, tapi ada hal yang
terjadi di luar dugaan mereka. Hiat-kun pingsan lebih lama, tapi
akhirnya sadar juga Begitu matanya terbuka dia melihat wajah seseorang yang
sangat dia benci. Yaitu wajah U-bun Hoo. Wajah U-bun Hoo sebenarmya tidak terlalu jelek, malah boleh
dikatakan lumayan tampan tapi begitu Hiat-kun melihatnya seperti
melihat seekor katak yang buruk rupa.
Si katak sedang memandangnya sambil tertawa sepasang
matanya seperti ingin menempel di wajah Hiat-kun.
Hiat-kun sangat ingin meninjunya, tetapi saat ini untuk berdiri
pun dia tidak mampu. "Kau mau apa?" tanya Hiat-kun dengan suara gemetar.
"Aku juga ingin bertanya kepadamu kau sendiri mau apa?" suara U-bun Hoo terdengar sangat ramah.
U-bun Hoo berkata lagi: "Aku tahu bahwa kau melarikan diri dari suamimu, suamimu Hie
Tiong-gwee sekarang ini berada di ibu kota, apakah kau mau aku
mengantarkanmu kesana" Karena kau sudah meminum Shu Cu San
milik kami, kau tidak memiliki ilmu silat sedikit pun,"
Hiat-kun tidak tahan diatur seperti itu, katanya:
"Bunuh saja diriku!"
Jawab U-bun Hoo sambil tertawa:
"Kalau begitu kau tidak mau kembali lagi kepada Hie Tiong-gwee,
lebih baik ikut denganku, aku tidak peduli kau sudah pernah
menikah. Aku akan menikah denganmu dengan menjalankan
pernikahan adat." "Tidak tahu malu!" Hiat-kun tidak mempunyai tenaga lagi untuk memukul U-bun Hoo, dia meludah ke atas wajah U-bun Hoo.
U-bun Hoo menjadi pucat karena
sangat marah, dia membersihkan air ludah itu dan berkata:
"Aku bicara baik-baik, kau tidak mau dengar! Aku beri tahu
kepadamu, jangan kau kira ada Wie Thian-hoan yang menjadi
pelindungmu kau bisa berbuat seenaknya. Aku beritahu padamu
Wie Thian-hoan pun akan mati, kau mau atau tidak mau menikah
denganku, kau tetap tidak bisa lari dari tanganku!"
Matanya bersorot penuh nafsu, dia mulai bergerak.
"Dasar katak buruk rupa! Tidak tahu malu!" Hiat-kun meludah
lagi. U-bun Hoo sangat marah dan berkata:
"Kau bilang aku katak butuk rupa, baiklah karak butuk rupa ini
akan memakan daging angsa, suruh Wie Thian-hoan ke sini!"
Sewaktu dia ingin menyobek baju Hiat-kun, tiba-tiba terdengar
ada orang yang tertawa dingin.
Kata orang itu: "Yang bisa menolong orang ini, belum tentu Wie Thian-hoan!"
suara ini sangat dikenal oleh U-bun Hoo.
Karena mengenali suara ini, dia sangat terkejut hingga tidak jadi
mengeluarkan serangan. Dia menolehkan kepala untuk melihat, dia hampir tidak percaya
dengan penglihatannya sendiri, ternyata orang itu adalah Kie Lekbeng. Dengan suara gemetar dia bertanya:
"Paman Kie, apakah kau menginginkan gadis ini juga?"
Kie Lek-beng marah dan menjawab:
"Kentut kau! Yang kumau adalah dirimu!" sekali mencengkram
dia sudah memegang bahu U-bun Hoo, sangkin takutnya U-bun Hoo
tidak berani bergerak Sekarang Hiat-kun sudah mempunyai sedikit tenaga, dia
merangkak untuk berdiri dan melihat Kie Lek-beng dia sangat
terkejut. "Aku adalah Susiok Wie Thian-hoan," kata Kie Lek-beng.
"Aku bisa menolongmu keluar dari sini tapi kau harus menyetujui
satu syaratku, sementara ini kau jangan bertemu dulu dengan Wie
Thian-hoan, setelah beberapa hari kau boleh mencarinya, apakah
kau setuju?" Hiat-kun seperti mengerti apa yang diminta oleh Kie Lek-beng,
dia pun berkata: "Tuan Kie, aku berharap Wie Thian-hoan bisa berkumpul kembali
dengan putrimu, bila selamanya tidak bertemu dengan dia pun aku
rela melakukannya." U-bun Hoo sangat terkejut hingga terbengong-bengong, dia baru
tersadar dan memanggil: "Ayah, Ibu!" seperti anak 3 tahun yang baru mulai belajar bicara saja gayanya.
Dengan dingin Kie Lek-beng berkata:
"Kau tidak perlu memanggil ayah ibumu, biar aku yang mencari
mereka." Ketua Pek-toh-san, U-bun Lui dan istrinya Bok Hoo-hoo ketika
mendengar teriakan U-bun Hoo langsung datang, melihat keadaan
yang terjadi di sana mereka seolah-olah tidak percaya.
Tapi mereka tidak seterkejut seperti putra mereka.
Ketua Pek-toh-san itu masih bisa tertawa-tawa dan berkata:
"Tuan Kie, kau jangan bercanda!"
Mata Kie Lek-beng melotot dan berkata:
"Siapa yang sedang bercanda dengan kalian!"
Kata Ketua Pek-toh-san: "Kami menyuruhmu menangkap Wie Thian-hoan, mengapa kau
malah menangkap putraku?"
Kata Kie Lek-beng: "Wie Thian-hoan adalah Sutitku, apakah kalian tidak tahu itu?"
Kata Bok Hoo-hoo: "Aku tahu kau tidak sungguh-sungguh akan menikahi adikku,
hubungan anakku denganmu memang tidak sedekat Wie Thianhoan denganmu tapi putrimu lebih dekat hubungannya denganmu
daripada keponakanmu!"
Jawab Kie Lek-beng: "Aku hanya menuruti keinginanmu, kalian menangkap putriku,
tentu aku juga boleh menangkap putramu, kalian tidak mau
melepaskan putriku, aku pun tidak akan melepaskan putra kalian."
Kata U-bun hujin: "Tapi ada satu hal yang harus kuberitahu kepadamu, aku sudah
menanamkan Kim-san-cong, bila tidak mendapatkan obat
penawarnya, tahun depan pun kau akan mati!"
Dengan dingin Kie Lek-beng berkata:
"Tapi sekarang ini aku bisa membunuh putramu!"
Ketua Pek-toh-san membentaknya:
"Kau berani melukai putramu, aku akan membunuh putrimu!"
Kata Kie Lek-beng: "Kita sama-sama tidak menginginkan darah daging sendiri mati di
tangan orang lain, mengapa tidak melakukan pertukaran yang adil?"
Kata Ketua Pek-toh-san: "Itu tidak bisa!"
Wajah Kie Lek-beng langsung berubah: "Mengapa tidak bisa?"
Jawab U-bun hujin: "Karena ini bukan pertukaran yang adil, kau harus tahu putrimu
datang ke sini dengan sukarela, kami sama sekali tidak
memaksanya!" "Dia masih muda, dia sudah ditipu oleh kalian!"
Kata Ketua Pek-toh-san: "Disebut menipu pun tidak apa-apa, dikatakan tidak menipu pun
tidak apa-apa, bila kau menginginkan putrimu, bawalah Wie Thianhoan untuk ditukar!"
Bentak Kie Lek-beng: "Bila kau tidak mau melepaskan putriku, aku pun tidak akan
sungkan-sungkan lagi pada putramu!"
Kata Ketua Pek-toh-san: "Terserah padamu, kau memperlakukan putraku seperti apa aku
juga akan memperlakukan putrimu seperti itu."
Ketika mereka bercakap-cakap di lantai bawah, di loteng atas
telah muncul dua orang dengan tiba-tiba.
Yang satu adalah pelayan tua yang menjaga pintu dan yang
satunya lagi adalah putri Kie Lek-beng.
Pelayan tua itu mencengkram Kie Su-giok dengan satu tangan,
sedangkan tangan yang lain menempel di balik tubuh Kie Su-giok,
sepertinya Su-giok pun sudah dipaksa minum Su-kut-san, karena
pada saat dicengkram oleh pelayan itu, dia sama sekali tidak
mempunyai tenaga untuk melawan.
Kata pelayan itu: "Tuan Kie, aku hanya seorang pelayan, ilmu silatku tidak ada
seperseribu dari dirimu, bila ingin membuat putrimu menjadi
seorang idiot, aku masih sanggup, bila tidak mempercayainya kau
boleh lihat!" Sekali dia mengayuhkan telapak tangannya, kayu yang berada di
depannya sudah dipukul hingga hancur oleh tenaga telapak
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannya, dengan berbarengan beberapa balok hancur menjadi
potongan kecil-kecil, ada juga yang menjadi bubuk kayu.
Pelayan itu tertawa dingin dan berkata:
"Tuan Kie, bila kau berani berbuat tidak sopan kepada Siauyaku,
aku akan langsung mengetatkan jalan darah putrimu. Kau dengar
dengan jelas, hanya digetarkan, dia tidak akan mati hanya akan
terluka saja." Menggetarkan jalan darah memang masih bisa hidup tapi orang
itu akan cacat seumur hidupnya. Melihat ilmu silat pelayan itu, Kie
Lek-beng yakin dia tidak berbohong, walaupun Kie Lek-beng adalah
seorang yang pemberani, dia pun masih merasa gemetar.
Kie Su-giok seperti tampak kebingungan, sekarang dia baru bisa
berteriak: "Apa yang sudah terjadi?"
U-bun hujin naik ke atas loteng dan berkata kepadanya:
"Ayahmu tidak percaya bahwa kau sudah menjadi anak
angkatku, dia mengira kau sudah diculik oleh kami, sekarang dia
menangkap putraku dan ingin ditukar denganmu, kau katakan
kepada ayahmu, bahwa kau sendiri yang mau datang ke sini!"
Kie Su-giok seperti boneka yang
dimainkan, dia hanya mengangguk, Kie Lek-beng berteriak:
"Anakku, kau sudah ditipu olehnya, ibu angkatmu bukan orang
baik-baik" U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Siapa yang jahat, siapa yang baik. anak Giok pun akan tahu.
Anakku, apakah aku tidak baik padamu?" dia tertawa genit, Kie Lek-beng malah merasa bulu kuduknya merinding.
"Perbuatan ibu angkat tadi yang kau sebut bukan orang baik"
Lalu kau baru bisa disebut orang baik" Apakah benar?"
"Tadi aku memang berkata seperi itu tapi..."
"Kalau begitu tidak ada tapi-tapian lagi, dia bukan orang baik dia juga bukan ayahku! Ibu angkat, aku percaya padamu, aku ingat ibu
angkat pernah mengatakan bahwa ibu angkat tidak tega
meninggalkan aku, kalau begitu jangan paksa aku untuk
mengikutinya, bila dia terus memaksaku lebih baik akumati!"
Kata-katanya seperti orang yang kehilangan ingatan, tapi
sepertinya ada hal yang ingin dia ungkapkan, Kie Lek-beng tahu
putrinya marah karena dia sudah merugikan orang lain dan
mengambil keuntungan untuk dirinya, dia tidak boleh merugikan
Wie Thian-hoan. U-bun hujin pun mengerti, dengan sengaja dia
memakai kata-kata ini untuk melindungi Wie Thian-hoan, supaya
Su-giok tidak menyetujui, secara tidak langsung tidak akan jadi
ditukar dengannya. Wajah Kie Lek-beng memerah, dia memelototi U-bun hujin
matanya sudah menyimpan kobaran api.
U-bun hujin takut dia merebut putrinya dengan paksa dia juga
takut jika Su-giok akan bunuh diri. Bila salah satu melakukan hal
seperti itu, maka rencananya akan gagal.
Pikir U-bun hujin, 'Bila gadis ini masih ada di tanganku, Kie Lekbeng pasti tidak akan berani melukai putraku, aku akan mengulur
waktu," dia pura-pura meneteskan air mata dan dengan lembut dia
membelai rambut Su-giok, berkata:
"Anak Giok, kau tidak tega meninggalkanku, begitu juga
denganku kau tenang saja tinggal di sini, ada ibu angkat yang
melindungmu! Siapa pun tidak bisa merebutmu dariku!"
Kie Lek-beng berteriak histeris:
"Anakku, anakku!"
Putrinya kemudian dibawa masuk lagi oleh pelayan tadi. U-bun
hujin tertawa dan berkata:
"Tuan Kie, kau sendiri sudah dengar, putrimu tidak mau ikut
denganmu, aku nasihati padamu, lebih baik dengarkan kata-kata
putrimu, lepaskan putraku!"
Kie Lek-beng marah dan berkata:
"Benar-benar tidak tahu malu, kapan putriku berbicara seperti
itu?" Kata U-bun hujin: "Dia marah padamu, kau merugikan orang lain dan
menguntungkan diri sendiri, kau menangkap putraku untuk
dijadikan sandera itu akan merugikan orang lain."
Kie Lek-beng tertawa dingin:
"Cara-caramu lebih memalukan, itu baru disebut merugikan
orang lain dan menguntungkan diri sendiri."
Kata U-bun hujin: "Putrimu rela tinggal denganku di sini, bukan aku yang
menjadikan dirinya sebagai sandera, kata-katamu harus ditarik
kembali!" Kie Lek-beng sangat marah dan berkata:
"Aku tidak ingin adu mulut dengan seorang siluman, aku hanya
ingin tahu bahwa putramu ada di tanganku! Kau tidak melepaskan
putriku, aku pun tidak akan melepaskan putramu!"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Kata-katamu juga adalah kata-kataku, kita masing-masing
mempertahankan pendapat."
Kie Lek-beng tahu, di sini adalah markas musuh, jika dia
bertahan di sini itu bukanlah hal yang menguntungkan untuk dirinya
tapi kecuali dengan cara itu tidak ada cara lain lagi.
Kie Su-giok dan U-bun Hoo sama-sama menjadi sandera mereka,
tapi masih ada sandera ketiga, dia adalah kunci dari semuanya.
Putra panglima Bok Ci-giauw, yaitu Bok Ling-ku.
Lo Ong sedang menjaga sanderanya. Lo Ong adalah anak buah
dari ayah Shangguan Hui-hong.
Ilmu silat Lo Ong lumayan bagus, sewaktu Shangguan Hui-hong
pergi dia meninggalkan sebungkus wewangian yang bernama Pekjit-cui (Seratus Hari Mabuk), wewangian itu sangat dahsyat efeknya.
Sandera berada di ruang bawah tanah, di sana tidak dipasang
perangkap apa pun. Walaupun rencana sudah disusun dengan sangat sempuma, tapi
hati Lo Ong masih merasa tegang.
Tiba-tiba dia mendengar ada seseorang yang datang. Lo Ong
bukan termasuk pesilat tangguh, tapi mempunyai keahliannya
mendengar dengan cara menempelkan telinga ke tanah, dia adalah
ahli nomor satu dalam hal itu. Dia mendengar ada 2 orang yang
datang dari arah yang berlawanan, sekarang sudah memasuki
rumah ini. Ilmu meringankan tubuh mereka tidak begitu tinggi, tidak bisa
menahan nafas dalam waktu panjang. Lampu yang berada di
pinggir pun sudah dipadamkan, walaupun gelap tapi nafas mereka
begitu jelas terdengar. Mereka pun merasa bahwa dalam rumah itu ada orang lain
mereka langsung berteriak:
"Siapa?" Kemudian mereka tertawa, yang satu bertanya:
"Apakah kau adalah Thiat Goan-li?" yang lain berkata,
"Aku kira siapa, ternyata Eng-jiauw-ong ( Raja Cakar Elang)!"
Eng-jiauw-ong dan Thiat Goan-li adalah orang yang terkenal di
dunia hitam, Lao Wang mengetahui identitas mereka.
Nama asli Eng-jiauw-ong adalah Ong Tai-pheng, menurut cerita
orang-orang ilmu silat Eng-jiauw-ong sudah bisa mencakar batu
hingga hancur. Telapak tangan besinya lebih kuat daripada pisau
baja, tapi sudah 10 tahun yang lalu dia menghilang dari dunia
persilatan. Nama asli Thiat Goan-li adalah Liu Li-hong, tongkatnya seberat
72 kati, batu sebesar karung beras kalau sekali pukul oleh
tongkatnya langsung hancur.
Begitu mengetahui 2 orang ini sudah memasuki rumah, Lo Ong
sangat terkejut walaupun ilmu meringankan tubuh mereka bukan
nomor satu, tapi ilmu silat mereka termasuk hebat, mereka terkenal
di dunia persilatan, bila diurutkan nama mereka masih termasuk
dalam 30 besar pesilat tangguh
Kata Thiat Goan-li: "Eng-jiauw-ong, sudah 10 tahun lebih kita tidak bertemu, tidak
disangka kita bisa bertemu di sini, ada apa gerangan kau bisa
datang ke sini?" Kata Eng-jiauw-ong, "Dengan orang kalangan sendiri tidak perlu berbohong, kita
datang dengan tujuan yang sama."
Kata Thiat Goan-li: "Benar, dulu kita melakukan dagang gabungan, bila kali ini pun
seperti itu, bagaimana?"
Kata Eng-jiauw-ong "Dagang kali ini, aku hanya mendapatkan sedikit keuntungan,
karena barang yang akan kubeli sudah ada pemiliknya!"
Kata Thiat Goan-li: "Aku pun demikian, aku mendapatkan sedikit keuntungan."
Lo Ong mendengar pembicaraan mereka di bawah, dia sangat
terkejut dalam hati berpikir,
"Mendengar pembicaraan mereka, mereka mempunyai majikan,
siapakah majikan mereka?"
Teka-teki dengan cepat dapat terjawab.
Kata Eng-jiauw-ong: "Kakak, kau sudah dititipi oleh siapa?"
Kata Thiat Goan-li dengan tertawa kecut:
"Tadi sudah kukatakan bahwa aku diperintahkan oleh majikanku
untuk mencari tahu, tapi aku ingin mencari sedikit keuntungan."
Kata Eng-jiauw-ong, "Sebenarnya kau bisa menjadi seorang ketua perkumpulan,
mengapa..." Sepertinya dia malu untuk meneruskannya.
Tapi Thiat Goan-li malah bercerita sendiri,
"Mengapa aku tidak menjadi ketua tapi menjadi pelayan orang
lain, aku tidak merasa ini memalukan, karena majikanku adalah
seorang yang dapat kujadikan panutan, lebih baik aku jadi pelayan
daripada menjadi ketua perkumpulan."
Tanya Eng-jiauw-ong, "Siapa majikanmu" Apakah aku boleh tahu?" "Kau bilang di belakangmu masih ada pembeli lagi, siapakah pembelinya?"
"Pembelinya adalah majikanku." Jawab Eng-jiauw-ong. Dia
melanjutkan lagi: "Li Toako, apakah kau tidak merasa bahwa semua ini sangat
aneh?" Kata Thiat Goan-li: "Benar, aku pun merasa seperti itu, Kakak maksudku adalah..."
"Kelihatannya kita harus bekerja
sama, bagaimana cara menjelaskannya?" Kata Eng-jiauw-ong.
"Baik, silakan Kakak bicara terlebih dulu!" Kata Thiat Goan-li.
"Aku berada di ibu kota sudah 10 tahun lebih, coba kau tebak
apa pekerjaanku?" "Bukankah kau berdagang di golongan hitam?"
Eng-jiauw-ong tertawa dan berkata:
"Malah sebaliknya aku bekerja di kantor Sin-hoan Piaukok
menjadi pengantar barang, tapi orang-orang di Piau-hang tidak ada
yang tahu identitasku."
Thiat Goan-li tertawa dan berkata:
"Ini sangat aneh, seorang perampok besar yang sudah
melanglang buana di dunia persilatan bisa menjadi pekerja Piauhang, apakah berita ini benar atau palsu."
Kata Thiat Goan-li: "Aku dengar kau sudah meninggalkan dunia hitam, dan menjadi
anak buah Bok Ci-giauw."
"Kau mendapat berita ini dari mana"'
"Panglima Bok sendiri yang mengatakan pada majikanku, tapi
kau tenang saja tidak ada yang tahu mengenai masalah ini. Jujur
bicara, bila bukan kau sendiri yang mengatakannya, aku masih
belum percaya tentang kabar ini."
Tanya Eng-jiauw-ong: "Apakah kau mengira aku tidak bisa menjadi seorang pejabat?"
Jawab Thiat Goan-li: "Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya heran bagaimana
kau bisa betah dengan segala peraturan pemerintah?"
"Sekarang aku pun sudah tidak lagi di pemerintahan."
Kata Thiat Goan-li: "Kalau begitu kabar ini palsu?"
"Separuh benar, separuh lagi salah"
"Mengapa bisa begitu?"
"Aku bekerja untuk Bok Ci-giauw tidak secara terang-terangan,
dia menyuruhku bekerja di kantor Sin-hoan Piaukok dengan tujuan,
yang pertama mengawasi Tong Hwie-yan, kedua karena kantor Sinhoan Piaukok sangat besar, bisa mendapat kabar yang tidak
menguntungkan bagi kerajaan sangat cepat."
Kata Thiat Goan-li sambil tertawa:
"Kau benar di kantor Sin-hoan Piaukok ada beberapa orang
pekerja yang sudah dibeli oleh majikanku."
Kata Eng-jiauw-ong: "Aku tebak majikanmu berasal dari golongan hitam yaitu Ketua
Pek-toh-san, U-bun Lui."
Thiat Goan-li berkata: "Benar, Bok Ci-giauw juga di mata orang dia berada di golongan
putih tapi sebenarnya Bok Ci-giauw adalah orang dari golongan
hitam!" Eng-jiauw-ong tertawa dan berkata,
"Majikan kita memang seperti itu, baiklah kita kembali ke topik
semula, apakah kau kemari untuk mencari Bok Siauya?"
Jawab Thiat Goan-li: "Boleh dikatakan seperti itu, tapi masalahnya sebenarnya begitu
berliku-liku, Ketua U-bun sebenarnya menyuruh Kie Lek-beng
menangkap Wie Thian-hoan, apakah Bok Siauya ada disini?" dia
belum tahu dengan pasti dia hanya menebak hilangnya Bok Siauya
ada hubungan dengan Wie Thian-hoan.
Tanya Eng-jiauw-ong, "Mengapa majikanmu bisa tahu bahwa Wie Thian-hoan ada di
sini?" Jawab Thiat Goan-li: "Dua hari yang lalu putri Hie Tiong-gwee dan putri Coh Kim-sung
naik kereta milik Piau-hang, hal ini seperti yang dikatakan oleh
orang-orang Piau-hang kepada Ketua U-bun. Toako, kau yang
sering berada di Piau-hang, pasti kau lebih tahu daripada aku."
Eng-jiauw-ong mengangguk dan berkata,
"Sepertinya Wie Thian-hoan tidak naik kereta itu kembali ke ibu
kota." Kata Thiat Goan-li, "Ketua U-bun sudah memperhitungkan bila Wie Thian-hoan
membantu mereka ketika berada di luar ibu kota, dia tidak akan
naik kereta itu untuk kembali ke ibu kota, karena itu beliau
menyuruh orang memperhatikan kereta yang mereka naiki juga
memperhatikan kereta tua dan usang, dari sinilah beliau tahu
keberadaan Wie Thian-hoan"
Kata Eng-jiauw-ong: "Majikanmu lebih pintar daripada aku, aku hanya memperhatikan
kereta milik kator Piau, tapi di kereta itu hanya ada seorang gadis
yang tidak jelas identitasnya, akhirnya gadis itu pulang ke rumah ini
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan aku mengikutinya."
"Kau sudah mendapatkan kabar ini,
apakah kau sudah memberitahukannya kepada panglima Bok?"
"Bila sudah kuberitahu, aku tidak akan datang seorang diri ke
tempat ini." Jawab Eng-jiauw-ong.
"Apakah kau takut jerih payahmu akan terbagi?"
"Tidak juga, sejak tadi sudah kukatakan, aku hanya mendapat
sedikit bagian, tapi bila berita ini sudah pasti, baru akan kuberitahu kepada Panglima Bok"
Kata Thiat Goan-li: "Kabar ini sangat berharga, semakin sedikit orang yang tahu
maka akan semakin baik"
Lo Ong mendengar percakapan mereka sekarang dia baru
mengerti. Ketua Pek-toh-san tidak begitu mempercayai Kie Lek-beng maka
dia diam-diam menyuruh orang untuk memata-matainya. Dia takut
Kie Lek-beng yang sudah mendapatkan sandera tidak akan
memberitahukan kepadanya.
Pada saat mereka saling menukar informasi mereka tetap tidak
berani memastikan sandera masih ada di sana. ?" Kata Eng-jiauwong: "Untung aku bukan orang yang serakah, memang Wie Thianhoan tadi berada di sini tapi sekarang sudah pergi."
"Mengapa dia pergi dari sini?" Tanya Thiat Goan-li
"Orang yang keluar dari sini ada 3 orang, tapi mereka masingmasing ke arah yang berlainan, orang yang petama kali keluar
adalah Wie Thian-hoan, dan yang terakhir adalah gadis itu. Ilmu
meringankan tubuh gadis itu sangat tinggi, untung aku cepat-cepat
sembunyi, dia satu komplotan dengan Wie Thian-hoan."
"Toako, ilmu cakar elangmu cukup lihai, mengapa kau begitu
takut?" Kata Thiat Goan-li.
Jawab Eng-jiauw-ong: "Kau belum tahu bahwa Wie Thian-hoan sangat lihai, Tuan Kiamji pun tidak mampu melawannya, Hie Tiong-gwee pun pernah
bertarung dengannya, dia menganggap Hie Tiong-gwee seperti anak
kecil yang dengan mudah dipermainkannya, mungkin ilmunya
sebanding dengan ilmu silat majikanmu, aku hanya setaraf dengan
Hie Tiong-gwee, mana mungkin bisa menandingi Wie Thian-hoan."
Lo Ong tampak berpikir, 'Aku dengar Wie Thian-hoan membuat
keributan di rumah Hie, yang membantu Hie Tiong-gwee dalam
menghadapi Wie Thian-hoan adalah Tuan Kiam-ta. Tuan Kiam-ji
tidak ada di sana, mengapa sekarang mereka menghubungkannya
dengan Tuan Kiam-ji?"
Tuan Kiam-ta dan Tuan Kiam-ji, keduanya mempunyai hubungan
dengan Wie Thian-hoan, tapi semuanya ini tidak ada hubungan
dengannya karena itu Lo Ong tidak mempunyai waktu untuk berpikir
lagi. Eng-jiauw-ong berkata lagi:
"Aku tidak dapat mengalahkan Wie Thian-hoan, gadis yang
belum diketahui identitasnya pun belum tentu bisa kukalahkan,
melihat ilmu meringankan tubuhnya saja, aku sudah mengetahui
kemampuannya, mungkin aku hanya bisa menerima beberapa
pukulannya saja." Kata Thiat Goan-li: "Kalau begitu orang yang keluar dari rumah ini kau sudah kenal,
bagaimana dengan seorang lagi?"
"Aku tidak kenal dengan yang satu itu, ilmu meringankan
tubuhnya sejajar dengan Wie Thian-hoan tapi kalah dengan gadis
itu, siapakah dia?" Kata Thiat Goan-li: "Kali ini kau salah, kau hanya mengetahui ilmu silat Wie Thianhoan sangat lihai, kau tidak tahu ada orang yang lebih hebat 10 kali
lipat dari Wie Thian-hoan, sekarang dia sudah muncul di
hadapanmu!" Eng-jiauw-ong tampak terkejut dan bertanya:
"Apakah dia adalah orang yang keluar setelah Wie Thian-hoan?"
"Benar!" Eng-jiauw-ong seperti tidak mempercayainya dan berkata:
"Wie Thian-hoan sendiri sudah termasuk pesilat nomor satu,
Tuan Kiam-ta pun bukan lawannya, siapa yang mempunyai
kemampuan lebih dan dia sebanyak 10 kali lipat" Kecuali Ketua
Thian-san-pai, Tong Keng-thian"
Tanya Thiat Goan-li: "Apakah kau tahu tentang Kie Yan-gan?"
Jawab Eng-jiauw-ong: "Apakah dia yang 20 tahun yang lalu adalah pesilat nomor satu di
dunia persilatan?" Kata Thiat Goan-li: "Apakah dia adalah nomor satu aku tidak tahu, aku hanya tahu
bahwa di dunia persilatan hanya ada satu Kie Yan-gan." Kata Engjiauw-ong: "Kalau benar Kie Yan-gan masih hidup, usianya sudah mencapai
70 tahun lebih, dia pun bukan orang yang baru keluar itu"
"Aku beritahu padamu, orang itu adalah putra Kie Yan-gan yang
bernama Kie Lek-beng, 20 tahun yang lalu katanya dia sudah
dibunuh oleh 5 Bu-tong Tianglo dan itu adalah kabar bohong,
sekarang ilmu silatnya sudah berada di atas ayahnya Bila diurutkan
lagi, sekarang dia adalah pesilat nomor satu," kata Thiat Goan-li.
"Untung tadi aku tidak masuk." Kata Eng-jiauw-ong
"Sekarang mereka bertiga sudah keluar, mungkin kita bisa
mendapat hal yang kita inginkan."
Kata Eng-jiauw-ong: "Apakah Bok Siauya masih berada disini?" "Aku yakin mereka bertiga keluar dengan tangan kosong, aku tidak akan salah lihat."
Kata Eng-jiauw-ong: "Aku curiga mengapa mereka bisa dengan tenang meninggalkan
sandera, kalau benar Bok Siauya sudah ditangkap oleh Wie Thianhoan, itu adalah hal yang aneh."
Kata Thiat Goan-li: "Kie Lek-beng datang untuk menangkap Wie Thian-hoan, tapi
mungkin karena dia tiba-tiba teringat bahwa dia dan Wie Thianhoan mempunyai hubungan paman dan keponakan seperguruan,
maka sengaja dia melepaskan Wie Thian-hoan, dia melepaskan Wie
Thian-hoan dengan begitu dia pun tidak mendapatkan sandera."
Kata Eng-jiauw-ong: "Gadis itu satu kelompok dengan Wie Thian-hoan, mengapa dia
tidak tinggal untuk menjaga sandera?"
"Mungkin dia melihat Wie Thian-hoan pergi maka dia pun
mengikutinya. Pokoknya sekarang adalah kesempatan baik, kalau
kita bisa mendapatkan Bok Siauya jasa kita akan sangat besar, itu
bukan hanya masalah bagi hasil saja!"
Kata Eng-jiauw-ong: "Baiklah, kita bagi rata hasilnya dan menikmati bersama ada
kesulitan kita tanggung bersama-sama ayo kita mulai mencari!"
Mereka tahu bahwa rumah ini mempunyai ruang bawah tanah,
karena sulit mencari tempat yang mereka cari maka mereka
mengetuk-ngetuk dinding dan mendengar suara aneh yang keluar.
Mereka belum menemukan tempat persembunyian Lo Ong, tapi
walau bagaimana pun dia harus tetap waspada.
Mulut Lo Ong sudah mengulum obat yang diberikan oleh
Shangguan Hui-hong dan dia mulai membakar wewangian itu.
Itu hanya terjadi sebentar, tiba-tiba Eng-jiauw-ong berteriak:
"Celaka!" Thiat Goan-li pun berteriak: "Cepat pergi!"
Suara ketukan di dinding sudah berhenti, tapi aneh suara langkah
kaki yang berlari tidak terdengar.
Walaupun Lo Ong sudah membakar wewangian itu, tapi itu
hanya dipersiapkan seadanya Kalau mereka masuk ke ruang bawah
tanah, wewangian ini baru terlihat khasiatnya,
Hanya berjarak 2 dinding dan satu lapis tanah, wewangian ini
masih bisa membuat 2 pesilat tangguh pingsan seketika.
Sudah lama tidak terdengar suara apa pun, Lo Ong
memberanikan diri mengintip keluar, begitu dia melihat keadaan di
luar 2 orang itu sudah tidak sadarkan diri.
Posisi mereka terbaring tidak sama.
Thiat Goan-li terbaring di bawah, kepalanya terluka dan masih
mengeluarkan darah, keadaan Eng-jiauw-ong lebih aneh lagi dia
seperti menggantung di dinding seberang.
Lo Ong melihat dengan lama, baru berani keluar dari pintu
rahasia, Lo Ong takut kalau mereka hanya pura-pura pingsan.
Sekarang terlihat dengan jelas, ternyata kelima jari Eng-jiauwong sudah masuk ke dalam dinding seperti 5 paku menancap ke
tembok dan memakunya ke dinding.
Walaupun pingsan dia tidak jatuh.
Di pinggir Thiat Goan-li banyak batu bata yang hancur, dahinya
pun banyak luka. Lo ong juga pesilat, begitu melihat keadaan itu dia sudah tahu
apa yang terjadi. Shangguan Hui-hong memberi wewangian yang dinamakan Pekjit-cui, mempunyai khasiat yang sangat dahsyat, begitu tahu
wewangian ini, keadaan mereka seperti orang mabuk, bisa
kehilangan kontrol diri dan rasa terkejut, mereka akan menjadi gila
Terbayang oleh Lo Ong sewaktu keadaan mereka seperti lalat
tanpa kepala. Dalam kegilaan mereka mencari jalan keluar, mereka
menabrak sana-sini, walaupun begitu mereka tetap tidak melupakan
ilmu silat meraka Sewaktu hampir pingsan mereka mengeluarkan
seluruh jurus yang sudah mereka pelajari.
Eng-jiauw-ong menempel di dinding karena antara sadar dan
tidak sadar dia mengeluarkan jurus cakar elangnya Thiat Goan-li
memukul batu bata di sana-sini hingga hancur dan kepalanya
terkena tongkatnya sendin, kemudian terluka
Melihat keadaan itu hati Lo Ong berdebar-debar, dalam hati dia
berpikir, "Bila tidak ada Pek-jit-cui, tubuhku akan seperti dinding itu,
dicakar oleh Eng-jiauw-ong."
Yang membuatnya terkejut adalah wewangian ini dalam jarak 2
dinding masih bisa membuat 2 pesilat tangguh pingsan.
Karena takut akan ada orang datang, Lo Ong menyembunyikan 2
orang ini ke ruang bawah tanah kemudian membersihkan darah
yang menetes ke lantai. Lo Ong sudah tahu dahsyatnya wewangian ini, dia tetap berharap
seperti tadi, berharap Shangguan Hui-hong segera pulang, tapi dia
masih tetap waspada, setengah jam kemudian terdengar suara lagi,
suara ini berasal dari pintu rahasia yang terbuka.
Entah sejak kapan orang itu masuk, begitu dia membuka pintu
rahasia Lo Ong baru mendengar suara, artinya orang itu mempunyai
ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.
Semua tempat rahasia di rumah ini sudah dipasangi jebakan oleh
Shangguan Hui-hong, Lo Ong pun tidak mengetahui seluruhnya.
Apakah yang datang adalah Shangguan Hui-hong"
Lao Wang tidak berpikir lagi, dengan kegirangan dia berteriak:
"Toa Siocia, Anda sudah pulang!"
Tapi semua di luar dugaannya.
Orang yang muncul di hadapannya adalah seorang perempuan
setengah baya yang cantik dan genit.
Perempuan itu tertawa dan berkata:
"Maaf, karena tidak ada yang membuka pintu, terpaksa aku
masuk sendiri, aku ingin bertemu dengan nonamu, tapi dia tidak
ada." Setelah bicara dia menghela nafas dan berkata:
"Sangat wangi, apakah ini adalah wewangian milik nonamu" Dia
memang sangat bisa menikmati hidup."
Lo Ong sangat terkejut dan membentak:
"Siapa kau!" Perempuan cantik itu menjawab:
"Dari tadi sudah kukatakan aku kesini untuk mencari nonamu."
"Ada apa mencari nona?" dalam hari dia berkata, 'Mengapa Nona tidak memberitahuku"'
Kata perempuan itu: "Aku datang untuk berunding dengannya."
"Berunding tentang masalah apa?"
"Kau terlalu banyak tanya, apakah kau mewakili dia untuk
mengambil keputusan?"
"Mengambil keputusan apa?"
"Bila kau tidak bisa mengambil keputusan, aku akan
meminjamnya darimu, bila tidak bisa aku akan mengambilnya
sendiri, yang pasti memang harus kuambil sendiri!"
"Kau mau apa?" Tanya Lo Ong.,
"Nonamu menyuruhmu menjaga apa?" Tidak perlu bertanya lagi,
yang akan dia ambil adalah sandera yang dijaga oleh Lo Ong.
Lo Ong mengeluarkan kedua telapak tangannya, mengipaskan
wewangian ini ke wajah perempuan cantik itu, Lo Ong mengira dia
akan pingsan. Perempuan itu malah semakin keras tertawanya, tetapi dia tidak
pingsan, malah menarik nafas dalam-dalam. Tadinya Lo Ong ingin
berkata: "Robohlah!" tapi lawannya tetap berdiri di hadapannya dia tidak jadi mengatakan kalimat itu
Ilmu silatnya dengan ilmu silat Shangguan Hui-hong masih
berbeda jauh, tapi dia pun bisa disebut pesilat tangguh, dia pikir
belum tentu dia bisa dikalahkan oleh perempuan itu
Dengan malas-malasan perempuan itu menarik nafas dan
berkata: "Ini adalah wewangian Pek-jit-cui, benar-benar tidak kalah
dengan arak yang bagus, membuat merasa nyaman, aku tidak akan
pergi dari sini walaupun kau mengusirku!"
Lo Ong mencabut pisaunya dan berteriak:
"Siluman perempuan, awas kau!"
Baru saja Lo ong ingin mengayunkan pisaunya, dia sudah
merasakan sekujur tubuhnya lemas. Pisaunya pun terjatuh dari
genggamannya. Perempuan itu tertawa: "Aku sudah melihat pisaumu, pisaumu tidak aneh, tapi aku tidak
suka pisaumu, tidak perlu membuangnya, pungutlah kembali!"
Lo ong tidak mempunyai tenaga untuk memungut pisaunya, dia
pun sudah tidak dapat berbicara tubuhnya terus bergoyang.
Perempuan itu tidak pingsan melainkan dia sendiri yang pingsan.
Mungkin karena di mulutnya masih ada obat maka dia tidak
segera pingsan. Perempuan cantik itu tertawa dan berkata:
"Wewangian Pek-jit-cui memang mujarab, aku tidak menyangka
kalau kau cepat mabuk, tamumu sendiri belum mabuk, malah yang
mabuk tuan rumahnya"
Lo Ong benar-benar tidak mengerti, di dalam mulutnya ada obat
tapi dia tetap bisa 'mabuk'.
Perempuan itu seperti mengerti pikirannya dan tertawa:
"Kau sangat bodoh, apakah kau tidak tahu bahwa arak dan silat
itu sama" Silat yang berbeda jurus bisa saling mengalahkan, arak
yang bagus walau cara pembuatannya tidak sama, mereka akan
saling mengalahkan. Nonamu memiliki Pek-jit-cui, maka aku
memiliki Jian-jit-cui (Seribu Hari Mabuk). Jian-jit-cui milikku tidak
perlu dibakar."
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang Lao Wang baru mengerti, dia bertemu dengan orang
yang sering menggunakan obat wewangian. Dia menjelaskan
dengan sangat sederhana dan mudah dimengerti.
Tapi begitu dia mengerti, dia sudah masuk ke alam mimpi.
Kata perempuan cantik itu:
"Kau tidurlah dengan tenang! Kau tidak akan mati kau hanya
mabuk, terpaksa aku mengambil barang itu sendiri."
Dia mengambil sebuah karung kain, dia memasukan Bok Ling-ku
ke dalam kantung itu, dia menggendong kantung itu. Begitu dia
keluar dia melihat langit, ternyata hari masih subuh.
"Bila sekarang ke sana mungkin masih keburu," dia berpikir
seperti itu, dia mengendong kantung itu, walaupun di dalamnya ada
orang langkah kakinya seperti biasa, namun hatinya terasa berat.
Karena orang yang akan dia temui adalah orang yang dia cintai
sekaligus dia benci! Kie Lek-beng dan suami istri Pek-toh-san
masih saling mempertahankan pendapat masing-masing.
Walaupun di tangan mereka masing-masing ada sandera, tapi
karena Kie Lek-beng lebih menyayangi putrinya dibanding mereka
yang menyayangi putra mereka, mau tidak mau dia harus menerima
syarat dari mereka. Dengan tertawa dingin U-bun hujin berkata:
"Bila kau mau menukar dengan putrimu bawa Wie Thian-hoan
kemari, lepaskan putraku, kau menangkap dia pun tidak ada
gunanya. Lepaskan dulu putraku kau baru bisa menangkap Wie
Thian-hoan." Dengan tegas Kie Lek-beng bertanya:
"Apakah harus ditukar dengan Wie Thian-hoan" Apakah tidak ada
hal lain yang bisa kulakukan?"
Jawab U-bun hujin: "Aku hanya menginginkan Wie Thian-hoan, bila kau
menginginkan putrimu, kau harus menangkap Wie Thian-hoan
untukku." Tiba-tiba ada yang berkata dengan dingin:
"Belum tentu harus ditukar dengan Wie Thian-hoan."
Dalam keadaan biasa, Kie Lek-beng bisa melihat sekeliling
dengan tajam, telinganya pun demikian, tapi saat ini dia sedang
tidak enak hati, saat ada seseorang yang keluar di belakangnya, dia
baru merasakannya. Suara yang dia kenal, suara yang dia takuti karena orang ini
pernah menolong nyawanya juga telah menghancurkan hidupnya.
Dia pernah mencintai Kie Lek-beng juga pernah mencelakai Kie Lekbeng. Kie Lek-beng ingin lepas dari orang ini, tapi Kie Lek-beng
tidak dapat melepaskan diri dari orang ini.
Orang itu adalah Bok Koan-koan.
Dia membalikkan kepala, dengan marah Kie Lek-beng berkata:
"Koan-koan, mau apa kau kesini?"
Bok Koan-koan tertawa dingin:
"Kau terlalu menghinaku, kau pikir aku terus mencarimu, ini
adalah rumah kakakku, mengapa aku tidak boleh kemari?"
Koan-koan menaruh kantong kain itu dan berkata:
"Cici, aku datang kesini untuk mencarimu"
Kata U-bun hujin: "Adik, aku sedang menunggu-nunggu kedatanganmu. Apa
maksud dari kata-katamu tadi?"
Kata Bok Koan-koan: "Cici, aku mau berdagang denganmu"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Kita adalah kakak beradik, mudah untuk berunding jangan
menggunakan kata-kata berdagang." Kata Bok Koan-koan:
"Cici, aku tahu kau sudah menghabiskan banyak tenaga
memaksa Kie Lek-beng menyetujui pertukaran ini. Aku tidak akan
merugikan Cici!" "Ternyata kau orang yang mewakili Kie Lek-beng untuk menukar
orang!" "Tidak, aku datang demi diriku sendiri."
U-bun hujin melihat Kie Lek-beng dan tertawa:
"Masalah ini sepertinya agak rumit, sepertinya ketiga-tiganya
harus berbarengan menukarkan benda."
Kata Kie Lek-beng: "Koan-koan, asalkan kau mau mengembalikan putriku, kau
menyuruhku untuk berbuat apa pun, aku akan menyetujuinya."
U-bun hujin tertawa dan berkata: "Adik, apakah yang kau mau
menukar dengannya?" "Dia tidak mengmginkanku, kenapa aku aku menginginkan dia?"
"Adik, kau jangan marah..."
Kata Koan-koan: "Aku tidak marah, hal ini sepertinya tidak rumit, aku hanya ingin mengadakan pertukaran denganmu"
"Kau mau menukarkan dengan apa?" Tanya U-bun hujin.
"Kie Su-giok" "Ditukar dengan apa?"
"Dengan barang yang ada di dalam kantung kain ini."
"Barang apakah yang ada di dalam itu?"
"Bila kau membukanya kau akan mengetahuinya."
U-bun hujin membuka kantung itu, Bok Ling-ku terguling keluar.
Kata Bok Koan-koan: "Dengan orang ini aku ingin berdagang denganmu Bukankah ini
lebih baik dibandingkan dengan Wie Thian-hoan?"
---ooo0dw0ooo--- B. Kekasih gelap Kie Su-giok dikurung dalam sebuah kamar yang gelap. Tubuhnya
lemas tidak bertenaga. Tiba-tiba ada yang membuka kamarnya, di dalam kamar itu
hanya ada sedikit cahaya.
Dia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang datang, orang
itu sudah memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya, dia
mengangkat wajah Kie Su-giok memaksa menelan obat itu.
"Jangan takut, obat itu berguna untukmu." Ini adalah suara
seorang perempuan. Kie Su-giok memelototi perempuan itu, sepasang matanya seperti
mengeluarkan api, Kie Su-giok marah dan berkata:
"Kau mau aku berbuat hingga seperti apa" Terserah padamu,
aku tidak akan tertipu lagi. Kau bukan ibu angkatku! Kau adalah
siluman!" Kie Su-giok mengira dia adalah U-bun hujin dan obat itu adalah racun.
Perempuan itu tertawa kecut dan berkata:
"Aku bukan ibu angkatmu, kau salah orang, tapi bila kau marah
Kasih Diantara Remaja 3 Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Pedang Ular Mas 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama