Ceritasilat Novel Online

Kereta Berdarah 12

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 12


parkumpuian kalian patutnya diberi nama di bawah nama
besar sabenarnya tidak ada jagoan palsu!!"
Ti Siuw-su sama sekali tidak menyangka kalau tenaga
dalam yang dimiliki Koan Ing sedemikian tingginya, diam-diam
dia merasa terkejut. Sebenarnya ilmu silat yang dimiliki pemuda berbaju putih
itupun juga tidak rendah siapa tahu hanya di dalam tiga jurus
saja sudah jatuh kecundang.
Dia manatik ttapas panjang-panjang dan pujinya tawar,
"Nama besar Koan siauw-hiap ternyata bukan nama kosong
belaka." "Oooouuw.... jadi Ti pangcu mau memberi pelajaran juga
kepadaku!" seru Koan Ing sambil tertawa.
Mendengar perkataan itu Ti Siuw-su segera tertawa
terbahak-bahak. "Haa.... haa Koan siauw-hiap, apakah kau tahu
bagaimanakah cara kematian yang dialami oleh ketujuh orang
penyambut tetamu terhormat itu?" tanyanya.
"Cayhe memang tidak tahu. tetapi aku rasa urusan itu tiada
sangkut pautnya dengan urusan kita."
Ti Siauw Su tidak menggubris dirinya, mendadak dia
bertepuk tangan tiga kali, dan dari balik batu segera munculah
dua belas orang lelaki berbaju putih.
"Heee.... heee.... sebentar lagi kau bakal tahu, bagaimana
lihaynya," ejeknya sambil tertawa.
Dengan pandangan yang amat dingin Koan Ing menyapu
sekejap ke arah dua belas orang itu, dia yang pernah
merasakan kepungan dari hweeshio2 Siauw-lim-si beberapa
kali, sudah tahu pada saat ini tidak bakal memandang sebelah
matapun terhadap mereka. "Ti pangcu! apakah kau ingin mencoba kepandaian silatku
lagi kemudian baru suka turun tangan sendiri!" ujarnya
tertawa. "Koan Ing! haaa.... haaa.... kau terlalu sombong yang tidak
memandang sebelah matapun kepada kami!" seru Ti Siauw Su
sambil tertawa terbahak-bahak." Haruslah kau ketahui
bilamana ini hari kau berhasil meloloskan diri dari kepungan
barisan Sang Loo Tin dari perkumpulan Sin Ti Pang kami.
urusan ini hari juga kita bikin selesai."
Sinar mata pemuda itu segera berkelebat, tampaklah Ti
Siuw-su selesai berkata segera kebutkan ujung bajunya
kemudian dengan membawa pemuda berbaju putih dia berlalu
dari sana. Koan Ing pun lantas menarik tangan Sang Siauw-tan
"Siauw-tan, kitapun harus pergi!" serunya.
Mereka berdua pun dengan cepat berjalan ke depan untuk
berlalu dari sana. Sejak tadi kedua belas orang berbaju putih
itu sudah pada mencabut keluar senjala seruling besinya, baru
saja kedua orang hendak berjalan melalui batu-batuan
mendadak terasalah ada tiga orang bersenjatakan seruling
besi dua dari belakang dan satu dari depan melancarkan
serangan gencar. Pedang ditangan kanan Koan Ing segera didorong ke depan
mendesak mundur orang yang ada di depan sedang Sang
Siauw-tan dengan disertai suara bentakan yang amat keras
membalikkan badannya melancarkan dua sentilan jari
menghajar dua orang yang dibelakangnya.
Belum habis jurus serangan mereka gunakan mendadak
ketiga orang itu sudah mengundurkan diri ke balik batu
sedang tiga orang lainnya munculkan dirinya kembali, ketiga
orang serta ketiga batang seruling besi itu dengan amat tepat
berhasil menangkis datangnya serangan kedua orang itu.
Sang Siauw-tan serta Koan Ing yang melihat kejadian itu
jadi amat terperanjat, ketepatan dari ketiga batang seruling
untuk menggagalkan serangan tersebut sungguh tepat sekali,
hal itu benar-benar membuat ke dua orang itu tak dapat
berkutik. Baru saja mereka berpikir keras, kembali menyusul tiga
orang dengan tiga batang seruling menangkis pedang Koan
Ing untuk kemudian ditekan ke arah bawah.
Kerja sama diantara mereka ini benar-benar luar biasa
rapatnya, maju mundur dilakukan bagaikan angin. Koan Ing
yang belum sempat berpikir apa-apa tahu-tahu pedang kiemhongkiamnya kena diapit dan ditekan ke bawah hatinya jadi
merasa amat terperanjat, kini berada di dalam posisi semacam
itu berarti pula telah kehilangan seluruh tenaga untuk
melawan Pada saat tiga orang musuhnya berkelebat ke samping
itulah tampak empat untai benang serat yang amat kuat
dilemparkan ke depan hendak menjerat leher Koan Ing
berdua. Kembali pemuda itu merasa berdesir pikirnya, "Aaaach....
kiranya demikian, jika dilihat dari kerja sama mereka yang
bagitu erat tentu ketujuh mayat tadi mati karena terjerat oleh
benang serat yang amat kuat ini, agaknya ini hari akupun
sukar untuk meloloskan diri."
Kedua belas orang itu dibagi menjadi empat kelompok yang
maju dan yang mundur bekerja sama dengan eratnya, hampir
boleh dikata mereka sama sekali tak memberi kesempatan
untuk dirinya berdua buat berganti napas.
"Engkob Ing, hati-hati.... " tiba-tiba terdengar Sang Siauwtan
menjerit keras. Berturut-turut dia melancarkan tiga buah sentilan jari
menghajar ke arah musuh. dia tahu bilamana di dalam
keadaan semacam ini dirinya tidak turun tangan dengan cepat
mungkin mereka berdua akan segera menemui ajalnya.
Ilmu jari "Han Yang Ci" merupakan ilmu sakti turunan
keluarga Sang, ketiga buah sentilan tadi seketika itu juga
menahan datangnya tiga utas benang serat yang mengancam
datang. "Haaa.... haaa.... mereka bertujuh pun pada mati di dalam
barisan ini," terdengar suara dari Ti Siauw Su berkumandang
keluar dari balik batu. Koan Ing benar-benar merasa hatinya tergetar keras.
karena walaupun Sang Siauw-tan berhasil menahan
datangnya serangan tersebut tetapi kembali muocul tiga orang
yang bersama-sama melancarkan serangan ke arahnya kali ini
mereka berubah jadi satu depan dua belakang bersama-sama
menggencet kedua orang ini.
Kecepatan dari berubahnya barisan itu benar-benar tidak
memberi kesempatan bagi Koan Ing untuk memikirkan cara
yang baik untuk menghadapi mereka, kini dia membentak
keras pedangnya berturut-turut menusuk ke depan dengan
menggunakan jurus "Hay Thian It Sian yang amat lihay.
Barisan "Seng Loo Tin" pun mulai berulah berputar, dari
antara seruling besi yang berkelebat tiada hentinya itu secara
samar-samar mulai mengeluarkan suara yang amat nyaring,
Koan Ing yang setiap kali melancarkan serangan dengan
menggunakan jurus serangan apapun pasti kena ditangkis
lama kelamaan mulai terdesak juga, baru saja berjalan lima
puluh jurus mereka berdua mulai merasa tidak tahan.
Seluruh aagkasa dipenuhi dengan berkelebatnya benang
serat yang amat kuat, Sang Siauw-tan yang tidak berhasil
mengatur pernapasannya saat ini benar-benar kepajahan,
wajahnya berubah pucat pasi sedang napasnya tersengalsengal.
Di dalam keadaan terpaksa Koan Ing segera menggunakan
lengan kirinya untuk menangkisi setiap serangan benang serat
yang mengancam dirinya, walaupun dia mempunyai ilmu "In
Cing Hoat" tetapi serangan yang menggunakan tenaga dalam
ini mana dapat dipergunakan olehnya, kini pakaiannya robek2
sedang sebuah bekas berdarah membekas pada lengannya
itu. Sekali lagi Ti Siuw-su tertawa terbahak-bahak. "Haa.... haa
Koan Ing!! Lebih baik kau lempar pedangmu itu dan menyerah
kalah saja!" Sambil menggigit kencang bibirnya pemuda itu tak
mengucapkan sepatah katapun, berturut-turut dia
melancarkan tiga serangan dahsyat.
Mendadak terdengarlah suara dengusan ringan, maka buruburu
dia menoleh ke belakang tampaklah Sang Siauw-tan
dengan wajah pucat pasi karena kehabisan napas terjatuh ke
atas tanah. Dia jadi amat terkejut, dengan cepat tangan kirinya
menyambar tubuh gadis tersebut.
Ditengah suara tertawa yang amat keras kembali ada tiga
batang seruling besi menekan ke arahnya, maka dengan cepat
pemuda itu menggerakkan pedang kiem-hong-kiamnya untuk
menangkis, tetapi pada saat yang bersamaan pula kembali
tiga batang seruling menyambar datang.
Dengan gusarnya Koan Ing meraung keras, tubuh Sang
Siauw-tan yang ada dilangan kirinya segera dilepaskan sedang
pedangnya dengan gencar melancarkan serangan mendesak
mundur ketiga orang itu. Jurus yang digunakan olehnya ini bukan lain adalah jurus
"Giok Sak Ci Hwee" dari Hiat Hoo Kiam Hoat.
Tampaklah serentetan cahaya emas yang amat mengerikan
berkelebat memotong cahaya seruling menembus ke arah
dalam, serangannya kali ini telah menggunakan seluruh
tenaga dalam yang dimilikinya, sudah tentu mereka bertiga
tidak kuat untuk menahan serangan tersebut.
Terdengarlah suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi
angkasa, tangan kanan dari ketiga orang itu sudah kena
dibabat putus menjadi dua bagian.
Walaupun begitu jurus "Giok Sah Ci Hwea" ini sedikitpun tak
ada gerakkan untuk bertahan. di dalam sekejap mata itulah
pundak kiri, iga serta punggungnya sudah kena digebuk oleh
seruling pihak lawan sedang tiga utas benang serat itu juga
berhasil menjerat lehernya.
Dia mendengus berat, terasa pandangan jadi gelap,
hampir-hampir ia jatuh tidak sadarkan diri.
Bagaimanapun juga dia pernah mempelajari ilmu "Ih Cing
Hoat" serta ilmu tanpa senjata maka kini di dalam keadaan
semacam ini mana mungkin dia orang menyerah dengan
begitu saja" tangannya dengan cepat balik membabat putus
ketiga utas benang serat yang menjerat lehernya itu.
Pada saat itulah lehernya terasa amat dingin tak tertahan
lagi ia muntahkan darah segar.
Kesembilan orang berbaju putih lainnya walaupun pada
merasa terperanjat dengan kejadian yang mereka hadapi
tetapi kini melihat Koan Ing telah terluka parah maka dengan
cepat pada bergerak maju ke depan enam batang seruling
bersama-sama melancarkan serangan ke arah pemuda
tersebut. Dengan gusarnya Koan Ing mendengus, pedang kiem bong
kiamnya diangkat dan dipalangkan di depan dada.
Di dalam keadaan terluka parah mana mungkin pemuda itu
kuat menahan serangan musuh" Begitu pedang dan seruling
terbentur satu sama lain maka dia segera tergetar mundur
sejauh empat lima langkah ke belakang dengan sempoyongan,
sekali lagi dia muntahkan darah segar dan rubuh ke atas
tanah. Melihat musuhnya rubuh kesembilan orang itu segera
merubung maju ke depan, tetapi pada saat itulah....
"Jangan bergerak!"
Dengan keadaan pajah Koan Ing membuka matanya, saat
itu dia dapat melihat orang yang baru saja membentak keras
bukan lain adalah si seruling sakti Ti Siuw-su adanya.
"Eei.... Koan Ing, bagaimana rasanya?" ejek Ti Siuw-su
sambil tertawa dingin. Dengan perlahan Koan Ing bangkit berdiri, tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia melototi orang itu.
Kembali Ti Siuw-su tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa, bila mana kau ingin menggunakan kekerasan
lagi maka jangan salahkan aku akan menggunakan cara yang
luar biasa untuk menghadapi dirimu, kaupun merupakan
seorang yang cerdik, tentu kau mengetahui bukan apa
akibatnya bilamana Sang Siauw-tan ada ditanganku apa lagi
hubungan kalian yang begitu erat! hee hee.... hee, Koan Ing!
pikirlah dengan pikiran jernih!!"
Koan Ing yang mendengar Ti Siuw-su hendak
menggunakan Sang Siauw-tan untuk memaksa dirinya, dia
tertawa dingin. "Hee.... hee, dia adalah putri kesayangan dari
Sang Su-im pangcu dari perkumpulan Tiang-gong-pang"
ujarnya dingin. "Bilamana kau berani berbuat sesuatu
terhadap dirinya mungkin untuk melangkahi Tionggoan kalian
akan menemui kesukaran apalagi ilmu jari sakti Han Yang Ci
bukanlah main-main!!"
"Haa.... haa, bilamana kau tidak suka mendengarkan
omonganku aku akan segera turun tangan membinasakan
dirimu dan tinggal Sang Siauw-tan sebagai barang sandaran
pertempuran kita dikemudian hari dengan perkumpulan Tianggongpang!" "Hmm! kau hendak berbuat apa sesukamu, tetapi kalau
ingin aku mendengarkan perkataanmu hee.... hee jangan
harap!" seru Koan Ing sambil mendengus dingin.
Ti Siuw-su segera tertawa terbahak-bahak, nafsu
membunuh segera berkelebat pada sinar matanya.
"Perkataan yang diucapkan selamanya tidak pernah
berubah. "Tujuh sosok mayat penyambut tetamu terhormat"
yang aku ke luarkan pertanda musuh besar. Dan Sang Siauwtan
tentu akan menurut padaku. dan bilamana kau ingin mati
aku pun tidak dapat berbuat apa-apa lagi!"
Selesai berkata dia mendengus dingin, tangannya diulapkan
maka segera tampaklah tiga batang seruling besi dengan
dahsyatnya melancarkan serangan ke arah pemuda tersebut.
Ooo)*(ooO Bab 41 SINAR MATA Pemuda itu segera berkedip, dia tahu dengan
keadaannya pada saat ini untuk menghadapi serangan
gabungan dari tiga orang itu tidak mungkin bisa terlaksana.
Maka pada saat-saat yang amat kritis itulah mendadak
terdengar suara panggilan dari seseorang:
"Engkoh Ing!" Dengan terperanjat dia dongakkan kepalanya tampaklah
Cha Ing Ing dengan menggunakan sebilah pedang menangkis
datangnya serangan ketiga orang itu.
Koan Ing jadi amat terkejut bercampur girang, tanpa
memperdulikan lagi bagaimana Cha Ing Ing bisa munculkan
dirinya disana dia membentak keras, pedang kiem-hongkiamnya


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera berkelebat ke depan melancarkan satu
tebasan dahsyat. Jurus ini bukan lain adalah jurus "Im Gong Cian Sin" atau
mega kosong jeram curam. Diantara berkelebatnya cahaya
pedang terdengarlah suara jeritan ngeri berkumandang
memenuhi angkasa, darah segar muncrat memenuhi angkasa,
kini kembali seorang pemuda berbaju putih kena ditabas putus
tangan kanannya. Dengan cepatnya ilmu pedang gabungan "Cuo Ci Yu So"
dilancarkan keluar, ditengah suara bentakkan nyaring
sepasang pedang itu bersama-sama melancarkan serangan
dengan menggunakan jurus "Ci Lek Toan Kiem".
Ditengah suara bentakan yang keras mereka berdua
bersama-sama menggetarkan dua batang seruling terakhir.
Si seruling sakti Ti Siauw Su yang melihat kejadian itu
benar-benar merasa amat terperanjat, kerapatan dan
kedahsyatan dari kerja sama ilmu pedang itu belum pernah
ditemuinya selama ini. Di dalam sekejap saja antara kedua belas orang itu ada
empat orang sudah terluka parah, dengan sendirinya barisan
Seng Loo Tin itupun segera terpukul pecah.
"Kalian lekas mundur!" ujar Ti SiauW Su dengan segera.
Melihat musuh2nya sudah mengundurkan diri Koan Ing
baru bisa menarik napas panjang-panjang, diaangkat
kepalanya dan memandang ke arah Cha Ing Ing.
Tampaklah paras muka gadis itu pucat pasi dan penuh
dibasahi butiran air mata, diapun lagi memandang pamuda itu
dengan terpesona. Koan Ing yang melihat kejadian ini hatinya benar-benar
merasa amat menyesal, karena bilamana bukannya Cha Ing
Ing munculkan dirinya di dalam keadaan kritis ini mungkin
saat ini ia sudah menemui ajalnya.
"Ing Ing, kau datang dari mana?" sapanya kemudian
dengan suara halus. "Selama ini aku terus menerus menguntit kalian!!" jawab
Cha Ing Ing sambil menundukkan kepalanya.
Koan Ing jadi melengak, untuk beberapa saat lamanya tak
sepatah katapun yang bisa diucapkan keluar. Demikianlah
mereka berdua berdiam diri sambil berdiri saling berhadap2an.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba Cha Ing Ing
menundukkan kepalanya dan berseru, "Engkoh Ing. biar aku
pergi melihat keadaan dari enci Siauw-tan."
Selesai berkata dengan tergesa2 dia mengusap kering air
matanya yang mengucur keluar setelah itu berjalan mendekati
diri Sang Siauw-tan yang masih menggeletak di atas tanah itu.
"Hee.... hee kerja sama ilmu pedang kalian berdua benarbenar
amat dahsyat sekali!" seru Ti Siuw-su sambil
memandang tajam kedua orang itu bergantian. "Ini hari aku
mau minta beberapa petunjuk dari kalian beidua."
Dengan dinginnya Koan Ing mendongak lalu mendengis
berat. "Hmm! tidak kusangka perkataan dari seorang pangcu
tidak bisa dipercaya, kini barisan Seng Loo Tinmu sudah
terbobol, siapa sangka janji yang sudah diucapkan sendiri
sekarang hendak ditarik kembali hee.... hee pangcu macam
apa itu!" Ti Suw Su yang mendengar perkataan tersebut jadi berdiri
melengak, dia memang pernab mengatakan bilamana Koan
Ing berhasil menghancurkan barisan Seng Loo Tin-nya dia
akan melepaskan untuk pergi, walaupun akhirnya pihak lawan
sudah bertambah lagi dengan satu orang tetapi buktinya
barisan yang paling diandalkan olehnyapun telah dipukul
hancur, bagaimana kini dia harus memenuhi janjinya sendiri.
Setelah berpikir beberapa saat lamanya akhirnya Ti Siuw-su
mendengus dingin dan menyapu sekejap ke arah mereka
bertiga. "Baik! untuk sementara waktu aku lepaskan kalian, dan
jangan lupa sampaikan ke pada Sang Su-im, katakan aku
Thiat Ti Langcoen menantang dia untuk membobolkan barisan
"Seng Loo Toa Tin" ku di atas puncak Jie Giok Hong digunung
Wu San." Koan Ing yang mendengar Ti Siuw-su suka melepaskan
mereka dan mendengar pula perkataan terakhir dari orang itu
dia lantas mengerutkan keningnya.
"Hmmm! jangan kuatir. sampai waktunya empek Sang pasti
akan datang untuk memenuhi janjinya," sahutnya keras.
Sang Siauw-tan sebetulnya tidak terluka dia hanya jatuh
pingsan karena kehabisan tenaga, setelah dibantu Cha Ing Ing
beberapa saat kemudian dia sudah sadar kembali.
Sewaktu dilihatnya Cha Ing Ing ada disana dia segera
tertawa. "Aaach Ing moay-moay, bagaimana kau pun bisa
sampai disini?" tanyanya.
Cha Ing Ing merasa jengah untuk menceritakan keadaan
yang sesungguhnya, maka dengan wajah berubah merah dia
menundukkan kepalanya rendah-rendah
Walaupun selama ini Koan Ing belum pernah menceritakan
sikap Cha Ing Ing terhadap dirinya tetapi dengan ketajaman
mata dari Sang Siauw-tan dia bisa menebak juga tiga bagian.
"Ing moay-moay!" serunya kemudian sambil tertawa dan
menarik tangan gadis itu untuk diajak bangun, "Ini hari aku
harus mengucapkan terima kasih atas bantuanmu!!"
Agaknya Cha Ing Ing tak ada perkataan yang bisa
diucapkan, dan karena itu selama ini terus bungkam diri.
Waktu itulah Koan Ing sudah menuntun kudanya mendekati
mereka, Sang Siauw-tan yang melihat pemuda itu terluka
tetapi tidak ingin menyedihkan hati Ing Ing maka lantas
ujarnya dengan tawar: "Engkoh Ing, kau baik-baiklah menjaga dirimu sendiri!"
Koan Ing pun tahu apa maksud dari perkataan Sang Siauwtan
ini, maka dengan perlahan dia mengangguk.
Demikianlah Sang Siauw-tan dan Cha Ing Ing menunggpng
seekor kuda sedang Koan Ing sendiri menunggang kuda yang
lain mereka melakukan perjalanan meninggalkan tempat itu.
Dengan termangu-mangu Ti Siuw-su memandang
bayangan punggung mereka bertiga yang mulai lenyap dari
pandangan setelah itu dia baru menghela napas panjangpanjang.
Semangatnya untuk menjagoi Bu-lim yang semula
berkobar2 di dalam hatinya kini setelah menemui kejadian
inipun sudah paham separuhnya.
Dengan cepatnya Koan. Ing bertiga meninggalkan tempat
berjaga perkumpulan Sin Ti Pang, Dan pada suatu saat
mendadak dari udara meluncur datang seekor merpati pos
berwarna putih. Dengan cepat Sang Siauw-tan menerima merpati itu dan
melepaskan surat yang terikat dikakinya. sesudah membaca
sebentar akhirnya sambil tertawa ujarnya:
"Aaah.... ayahku sudah ada pada seratus li dari sini, tidak
selang lama segera akan tiba disini!" Selesai berkata dia
menoleh dan memandang ke arah Koan Ing serta Cha Ing
Ing. "Bagaimana kalau kita menyambut keda itangan
mereka?" njaknya dengan penuh gembira.
Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan begitu gembira
karena bakal bertemu dengan ayahnya diapun tidak ingin
menyia2kan harapannya ini. maka dengan cepat ia
mengangguk. "Sudah tentu bagus sekali," sahutnya senmbil tertawa.
"Akupun sudah lama sekali tidak bertemu muka dengan
empek Sang!" Sang Siauw-tan yang melihat pemuda itu sudah setuju
diapun lantas menoleh ke arah Cha Ing Ing. Cha Ing Ing
dengan perlaban mengangguk pula, tetapi dia masih tetap
bungkam seribu bahasa. Mereka bertigapun lantas menjalankan kudanya menuju
sebelah Barat daya untuk memapaki Sang Su-im sekalian.
Kembali mereka melakukan perjalaran sejauh beberapa
puluh li, sewaktu mendekati daerah pegunungan cuaca sudah
mulai gelap. Sang Siauw-tan yang melihat hari mulai gelap
dan rasa kuatir lantas ujarnya, "Engkoh Ing, mungkin Tia tidak
melihat kalau kita ada disini!"
"Kita bikin saja api unggun disini untuk menanti kedatangan
ayahmu, bukankah hal ini lebih bagus?" sahut Koan Ing
tersenjum. Jilid 17 "BAIK!" Sahut Sang Siauw-tan sambil mengangguk.
"Bersama-sama dengan Ing moy moy aku pergi cari kayu
kering, biarlah kau beristirahat sebentar! "
Sebenarnya Koan Ing tidak bermaksud untuk beristirahat
tapi karena lukanya pada saat ini sangat parah, maka
bilamana sampai terjadi suatu urusan lagi mungkin tak ada
kekuatan untuk melawan maka terpaksa sambil tesenyum dia
mengangguk juga. Sang Siauw-tan pun lalu menarik Cha Ing Ing turun dari
kuda dan pergi mengumpulkan kaju2 kering sedang Koan Ing
sendiri segera turun dari kuda untuk bersemedi di atas sebuah
batu. Tidak selang lama kemudian kedua orang gadis itu sudah
berhasil mengumpulkan setumpuk kayu kering untuk
kemudian mulai membuat api unggun,
Ditengah berkobarnya api unggun mereka bertiga duduk
berkumpul di sekeliling api unggun itu dan selama ini Cha Ing
Ing tidak mengucapkan sepatah katapun sedang Koan Ing
berduapun merasa hatinya murung sehingga tak seorangpun
diantara mereka bertiga yang berbicara,
Koan Ing dengan termangu-mangu memandang ke atas api
unggun, mendadak dia dongakkan kepalanya hendak berkata
tapi.... tampaklah olehnya sesosok bayangan manusia
berkelebat dengan amat cepatnya di samping tempat itu.
"Aach....!" jeritnya kaget,
Sang Siauw-tan maupun Cha Ing Ing yang mendengar
suara jeritan tersebut pada meloncat kaget kemudian buruburu
dongakkan kepalanya memandang ke depan, kini
tampaklah sebatang tombak dengan disertai suara desiran
yang amat tajam menghajar ke atas punggung pemuda
tersebut, "Engkoh Ing, awas!" teriak kedua orang itu hampir
berbareng, Walaupun Koan Ing berada di dalam keadaan terluka parah
tetapi pendengarannya masih tetap tajam, maka tubuhnya
dengan cepat meloncat ke atas sedang pedang kiem-hongkiamnya
dicabut keluar dari dalam sarung.
Diantara berkelebatnya sinar tajam tahu-tahu tombak
tersebut sudah kena dibabat putus jadi dua bagian dan
menggeletak dipinggangnya.
Begitu Koan Ing mencabut keluar pedangnya dari empat
penjuru segera terdengarlah suara teriakan yang gegap
gempita, berpuluh puluh batang tombak dengan disertai suara
desiran yang menderu-deru menyambar ke arah mereka
bertiga. Ketiga orang itu bersama-sama jadi amat terperanjat, sejak
kapan pihak musuh telah mengurung tempat itu merekapun
tak ada yang tahu. Maka dengan cepat Koan Ing meloncat ke atas, pedangnya
berkelebat memukul jatuh tiga batang tombak sedang sinar
matanya berkelebat memandang ke arah hutan di
sekelilingnya. Saat itulah tampak bayangan manusia berkelebat tiada
hentinya, agaknya sekeliling tempat itu sudah dikurung rapatrapat
oleh pihak musuh. Saking terkejutnya sambil memukul jatuh tombak yang
menyambar datang laksana titiran air hujan teriaknya keras,
"Kita sudah terkurung musuh!!"
Tanganaja deagan cepat membalik menerima datangnya
sambaran sebatang tombak kemudian dengan menggunakan
tombak itu mengobat-abitkan kiri kanan memukul jatuh
seluruh tombak yang menyerang ke arahnya.
"Engkoh Ing!" Terdengar Sang Siauw-tan berteriak keras
sembari menyambar sebatang tombak. "Kau jagalah adik Ing
baik-baik aku mau pergi mencari Tia!"
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi amat kaget,
baru saja dia hendak berteriak untuk mencegah tahu-tahu
Sang Siauw-tan sudah meloncat naik ke atas kuda dan
menerjang keluar dari kepungan.
Suara teriakan aneh segera bergema memenuhi seluruh
angkasa diantara berkelebatnya sinar mata pemuda itu
mendadak membentak keras, tombak ditangan kirinya dengan
disertai tenaga sambitan yang amat kuat menyambar ke
depan membantu Sang Siauw-tan membuka satu jalan pergi.
Cha Ing Ing pun segera berlari menghampiri diri pemuda
itu dan dengan menggunakan pedangnya menangkis setiap
batang tombak yang menyambar pada dirinya.
Menanti Sang Siauw-tan berhasil menerjang keluar dari
kepungan itu Koan Ing baru menyambar tubuh Cha Ing Ing
sambil ujarnya, "Kita tidak boleh berdiam terlalu lama disini,
mari kita pergi bersama-sama coba menerjang keluar dari
kepungan!" Sehabis berkata mereka berlari mendekati kudanya, siapa
tahu pada saat itulah mendadak datang menyambar sebatang
tombak yang dengan tepat menghajar perut kuda itu sehingga
seketika itu juga rubuh bermandikan darah.
Koan Ing yang melihat kejadian itu jadi tak bisa berbuat
apa-apa lagi, kepada gadis itu kembali serunya:" "Ing Ing, kita
lari ke atas gunung saja!"
Segera Cha Ing Ing mengangguk, demikian mereka berdua
segera kerahkan seluruh tenaganya untuk menerjang naik ke
atas gunung. Pada saat yang bersamaan ditengah suara teriakan yang
aneh orang-orang yang mengurung tempat itu pada
munculkan diri dan menghampiri mereka berdua.
Koan Ing yang melibat munculnya orang-orang itu hatinya
jadi amat terkejut, kiranya wajah maupun kulit orang-orang
itu semuanya berwarna hitam gelap dengan selembar kulit
macan tutul menutupi badannya, ditangannya pada mencekal
sebatang tombak yang amat runcing, jelas kalau mereka
adalah segerombolan orang-orang liar.
Maka dengan gerakan yang amat gesit Koan Ing berdua
melanjutkan terjangannya naik ke atas gunung, tetapi orang
yang mengepung mereka semakin lama semakin banyak
sehingga akhirnya boleh dikata tak ada jalan untuk bergerak
maju lagi. Luka parah yang diderita Koan Ing pun belum sembuh,
saking cemas dan khekienya keringat dingin mengucur keluar


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membasahi seluruh tubuhnya, dan sambil menggigit kencang
bibirnya dia bertahan terus.
Cha Ing Ing sendiripun merasa amat cemas sekali, sambil
memandang keadaan sekelilingnya dia berteriak cemas,
"Engkoh Ing! Disana ada sebuab gua!"
Dengan cepat Koan Ing menoleh kesana ketika dilihatnya di
tempat itu memang benar ada sebuah gua dengan cepatnya
dia menarik tangan gadis itu untuk menerjang masuk ke
dalam gua tersebut.... Dengan kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu
sudah tentu orang-orang liar itu tidak bakal kuat bertahan diri,
tidak selang beberapa saat lamanya mereka sudah berhasil
menerjang masuk ke dalam gua tersebut.
Begitu mereka masuk ke dalam gua, orang-orang liar
itupun ikut menerjang datang. Koan Ing segera membentak
keras, sambil balik badan dia melancarkan satu serangan
mematikan, diantara berkelebatnya sinar pedang yang
menyilaukan mata berturut-turut dia bisa berhasil membunuh
mati dua orang manusia liar sedang sisanya segera berteriak
keras dan pada mengundurkan diri ke belakang.
Koan Ing yang melihat orang-orang liar itu berhasil dipukul
mundur dalam hati merasa amat lega, tak kuasa lagi
pandangannya jadi gelap dan rubuh tak sadar ke atas tanah.
Tapi begitu tersentuh hawa dingin pada lantai gua itu dia
menjadi sadar kembali. "Engkoh Ing!" Teriak Cha Ing Ing sambil menangis tersedusedu.
Tiba-tiba pemuda itu mengerutkan keningnya rapat-rapat
dan mengajunkan pedang kiem-hong-kiamnya ke depan
dengan disertai suara bentakan yang amat keras" Kiranya
pada saat gadis itu tidak waspada itulah tampaklah sesosok
manusia berkelebat masuk ke dalam gua,
Walaupun serangannya ini mencapai hasil tetapi seluruh
tubuhnya sudah dibasahi oleh keringat dingin maka sambil
menghembuskan napas panjang-panjang ujarnya . "Ing Ing!
aku tidak mengapa, badanku cuma terasa amat lelah sekali....
" Lama sekali gadis itu memandang Koan Ing dengan
pandangan terpesona, akhirnya dia bangun berdiri dan
memungut kembali pedarg kiem-hong-kiam tersebut.
Koan Ing yang melibat kelopak mata gadis tersebut
dipenuhi dengan air mata hatinyapun ikut merasa sedih,
sambil tertawa paksa hiburnya, "Haaa.... , haaa.... , entah dari
mana datangnya manusia2 buas yang begitu liar, apalagi
tahu" Mennyari gara2 dengan kita.... sungguh
mengherankan?" Dengan perlahan Cha Ing Ing menyerahkan pedang itu
kepada Koan Ing lalu berjongkok di hadapannya tanpa
mengucapkan sepatah katapun,
"Ing Ing! kau tidak usah kuatir" ujar Koan Ing sambil
memegang tangan gadis itu erat-erat kemudian menarik
napas panjang-panjang. "Untuk beberapa saat lamanya
mereka tidak bakal berani menerjang kemari, bukankah tempo
hari kitapun baru saja berhasil meloloskan diri dari kematian."
Cha Ing Ing segera menundukkan kepalanya rendahrendah,
air mata mengalir keluar semakin deras lagi.
Koan Ing jadi melengak melihat kejadian ini, dia tidak
mengerti mengapa secara tiba-tiba Cha Ing Ing bisa begitu
sedih sehingga terus-menerus melelehkan air mata, apakah
dia sedih karena teringat peristiwa yang lalu"
Suara teriakan2 yang semula bergema di luar gua itupun
dengan perlahan mulai sirap" Kembali, suasana di sekeliling
tempat itu kembali jadi sunyi senyap.
Koan Ing segera menghela napas panjang, dia tahu
bilamana orang-orang buas yang amat liar itu tanpa perduli
nyawa sendiri menerjang terus ke dalam gua sekalipun
mereka memiliki kepandaian silat yang lebih tinggi pun tidak
bakal ada gunanya, apalagi bila mana mereka menyerang ke
dalam dimana dirinya terluka parah mana masih punya
harapan untuk meloloskan diri tapi bilamana sebaliknya....
Mendadak dari luar gua berkumandang datang suara
teriakan yang amat keras disusul dengan suara suitan yang
amat menyeramkan suasana di sekeliling tempat itu kembali
jadi gaduh, entah ada berapa banyak orang lagi yang muncul
disana.... Suara jeritan yang amat seram dan teriakan2 yang tidak
dipahami ini walaupun tidak merupakan serangkaian kata-kata
tetapi di dalam pendengaran mereka berdua mengetahui jelas
kalau inilah suara teriakan Untuk membalas dendam.
Di dalam hati kedua orang itu, kembali merasa amat ngeri
sekali. Dengan perlahan Cha Ing Ing dongakkan kepalanya
memandang ke arah pemuda tersebut, empat mata bertemu
jadi satu membuat hati terasa berdebar.
Dengan meminjam sinar api yang menyorot masuk ke
dalam gua mereka berdua dapat melihat bagaimanakah
perubahan wajah dan masing-masing pihak pada saat itu.
"Engkoh Ing!!! sebelum mati maukah kau memeluk diriku?"
seru Cha Ing Ing dengan amat sedih,
Selesai berkata dengan perlahan dia menjatuhkan diri ke
dalam pelukan pemuda tersebut.
Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar amat keras
dan berdiri termangu-mangu di sana. dia mengerti bilamana
orang-orang buas itu kembali melancarkan serangan
gabungan maka dirinya tidak bakal berhasil mempertahankan
diri beberapa saat lamanya. walaupun kini Sang Siauw-tan
berhasil meloloskan diri tetapi Sang Su-im ada di tempat
seratus li dari sini apakah mereka sempat datang memberi
bantuan" Setelah berdiri termangu-mangu beberapa saat lamanya
terakhir tak kuasa lagi tangannya mulai merangkul tubuh Cha
Ing Ing lalu dipeluknya erat-erat.
Cha Ing Ing yang ada di dalam pelukannya segera
menangis tersedu-sedu, pada saat ini entah dia baru merasa
sedih atau gembira.... , Ditengah suara teriakan yang amat aneh dari luar gua
mendadak melayang datang sebuah benda hitam yang
terjatuh di atas tanah, "Plaak ,....!" dengan ketajaman mata
dari pemuda itu sekali pandang saja dia mengetahui kalau
benda tersebut bukan lain adalah sesosok mayat.
Tidak selang lama kemudian sudah ada dua puluh sosok
mayat yang dilemparkan masuk ke dalam gua, dalam hati baik
Koan Ing maupun Cha Ing Ing mengerti kalau mayat2
tersebut bukan lain adalah mayat2 dari orang buas yang kena
mereka bunuh tadi. Setelah mayat itu selesai dilemparkan ke dalam gua lalu
diikuti dengan panah api dilempar masuk ke dalam gua itu,
melihat kejadian ini pemuda itu jadi amat kaget sekali.
Bilamana tidak menderita luka ada kemungkinan dia masih
bisa melancarkan satu pukulan untuk menghajar keluar panah
berapi itu, tapi kini dia lagi menderita luka parah bahkan boleh
dikata tak ada kekuatan lagi untuk turun tangan, di dalam
keadaan ssperti ini terpaksa dia cuma bisa menunggu saat
kematiannya saja. Ditengah mengepulnya asap api yang berkobar itu Cha Ing
Ing berbatuk keras, Koan Ing yang melihat hal itu jadi berdesir
hatinya. Kini Cha Ing Ing tidak suka menutup pernapasannya dan
ingin mencari mati, apa daya"
"Ing Ing!! Bagaimana kau orang boleh berbuat demikian"
Apakah sudah tidak mau mengurusi ayah ibumu lagi?" teriak
pemuda itu sambil mendorong tubuh Cha Ing Ing.
Dengan wajah penuh air mata gadis itu melirik sekejap ke
arah Koan Ing yang kemudian menundukkan kepalanya
rendah-rendah. "Kau tak usah mengurusi diriku!!"
Mendengar perkataan itu Koan Ing jadi amat terperanjat.
"Heeeei.... mari kita keluar saja!" ajaknya kemudian sambil
bangun berdiri. Dengan perlahan Cha Ing Ing dongakkan kepalanya
kembali memandang ke arah pemuda itu, begitu melihat
wajah yang kukuh dari Koan Ing air matanya kembali
mengucur keluar dengan deras.
Lama sekali dia memnndang pemuda itu dengan terpesona,
terakhir ia baru membuka mulut berkata, "Engkoh Ing! aku
tidak akan pergi dari kini, mau bukan kau kabulkan
permintaanku untuk kali ini?"
Koan Ing sama sekali tidak menyangka kalau Cha Ing Ing
bisa mohon pada dirinya mengenai soal ini. seketika itu juga ia
jadi tertegun. Asap mulai menebal yang akhirnya memenuhi seluruh
ruangan gua itu, kembali Cha Ing Ing berbatuk2 sedang air
mata mengalir keluar semakin deras lagi.
"Ing Ing!" ujar pemuda itu lagi dengan suara yang halus
sekali. "Bilamana kita sampai mati di tempat ini, bagaimana
nanti aku bisa bertanggung jawab di depan paman Cha?"
"Kau tidak usah menipu dan memaksa aku lagi, karena aku
sekarang bukan bocah cilik lagi....!" teriak Cha Ing Ing tibatiba
dengan suara keras. "Kalau kau ingin bertemu dengan
enci Siauw-tan katakanlah saija secara terus terang, kenapa
harus berpura-pura dengan menipu diriku" Buat apa kau purapura
jadi orang baik?" Koan Ing yang disembur dengan kata-kata itu jadi
melengak dibuatnya, karena dalam hati ia sama sekali tak
menduga kalau Cha Ing Ing bisa berkata demikian, maka
untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun bisa
diucapkan keluar. "Baiklah! kau suruh aku keluar akan kuikuti perkataanmu
itu. Tetapi apa kau kira setelah keluar dari sini masih bisa lolos
dari kematian?" teriak gadis itu lagi dengan gusar,
Sehabis berkata dia lantas bergerak keluar dari gua itu.
Melihat tindakan yang begitu nekat dari gadis tersebut Koan
Ing jadi amat cemas. "Ing Ing! kau jangan pergi sendiri, mari kita keluar
bersama?" teriaknya.
Sekeluarnya dari gua itu terlihatlah Cha Ing Ing masih
berdiri disana, hal ini membuat hatinya rada lega. Tetapi
sebentar kemudian seluruh bulu kuduknya sudah pada berdiri,
karena di sekeliling tempat itu hanya tampaklah cahaya sinar
yang amat terang, kiranya mereka sudah terkepung rapatrapat
disana! Diantara gerombolan orang-orang itu tahu-tahu muncullah
seorang lelaki berusia pertengahan yang mengulapkan
tangannya menghentikan suara teriakan yang sangat ramai
tersebut, kemudian dengan bahasa Han yang lancar serunya,
"Kalian sudah membunuh orang, kalian harus ingat hutang
nyawa harus dibajar dengan nyawa!!"
Selesai berkata dia lantas memberi tanda kepada orangorang
yang ada dibelakangnya, tampaklah berpuluh-puluh
orang buas dengan membawa senjata tulup panah beracun
siap-siap melancarkan serangan ke arah kedua orang itu.
Koan Ing yang melihat kejadian ini jadi amat terperanjat
karena dia tahu kalau panah2 yang digunakan mereka adalah
sangat beracun sekali, siapa saja yang terkena tentu akan
menemui ajalnya, karena itu buru-buru ia menarik Cha Ing Ing
ke belakang tubuhnya dan berseru dengan perlahannya, "Kau
jangan bertindak dulu!!"
Dengan sekuat tenaga Cha Ing Ing meronta untuk
melepaskan diri dari cekalan Koan Ing, walaupun begitu dia
tak pergi jauh. Pada saat dan keadaan seperti ini Koan Ing tetap tidak
suka mengurusi lebih banyak lagi.
"Tahan!!" Teriaknya tiba-tiba.
Lelaki berusia pertengahan itu segera mendengus dingin,
tangannya diulapkan menghentikan tindakan anak buahnya.
"Apa yang ingin kau ucapkan?" Tanyanya tawar.
"Kami saling tak kenal dan tiada ikatan permusuhan apapun
dengan kalian, cuma secara tidak sengaja lewat digunung ini,
kenapa tanpa sebab kalian hendak membunuh kami!?"
Sinar mata lelaki berusia pertengahan itu berkelebat tiada
hentinya lalu dia mendengus dingin.
"Selamanya tempat yang kami tinggali tidak
memperkenankan ada orang asing yang menginjak."
Koan Ing yang mendengar perkataan mereka sama sekali
tidak pakai aturan dia pun tidak dapat berbuat apa-apa,
terpaksa ujarnya, "Orang-orang itu akulah yang turun tangan
membunuh, dan peristiwa ini tiada sangkut pautnya dengan
dia, lebih baik kalian lepaskan dia pergi."
"Tidak bisa!!" potong lelaki berusia pertengahan itu dengan
keras. "Dia ada bersama-sama dengan dirimu, apalagi
kamipun melihat dia juga ikut membunuh, kau lagi jual obat
macam apa?" Selesai berkata kembali tangannya diulapkan menyusun
kembali jago-jago tulupnya.
Koan Ing yang melihat orang itu tidak bisa diajak damai
hatinya dibuat semakin cemas lagi, buru-buru teriaknya
kepada gadis tersebut, "Ing Ing cepat kau terjang keluar!"
Selesai berkata dia membentak keras dan menerjang ke
arah lelaki berusia pertengahan itu.
Ditengah suara sambaran senjata yang tajam sederetan
panah2 beracun dengan cepat meluncur ke arah pemuda itu.
Cha Ing Ing yang melihat tindakan Koan Ing untuk
memancing musuh dan memberi kesempatan baginya untuk
meloloskan diri dia jadi terperanjat, kemudian teriaknya
dengan cemas, "Engkoh Ing!!"
Disertai suara jeritan yang keras itu diapun ikut menerjang
dibelakangnya. Dengan gesitnya Koan Ing mengajunkan pedang kiemhongkiamnya menyapu jatuh anak panah yang menerjang ke
arahnya, tapi sewaktu mendengar Cha Ing Ing ikut mengejar
datang hatinya jadi bergetar keras dan karena berajal itulah
lengan kanannya kena dihajar sebatang panah. Seketika itu
juga lengan kanannya menjadi kaku dan hilang daya
kekuatannya. Cha Ing Ing menjerit kaget, sambil menarik napas panjangpanjang
teriaknya keras, "Kau larilah ke arah lain!!"
Ditengah sambaran anak panah beracun yang amat deras
laksana curahan air hujan itu mana mungkin Koan Ing bisa
menghindarkan diri lagi" Berturut-turut badannya kena dihajar
kembali lima, enam batang anak panah.
Pada saat itulah cha ing Ing sudah menerjang ke samping


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh pemuda itu, begitu melihat Koan Ing sudah tidak kuat
memegang pedangnya lagi buru-buru dia menyambar pedang
itu untuk melindungi tubuh.
"Engkoh Ing! aku sudah berbuat salah.... " Teriak gadis itu
sambil menangis dan menyambar tubuh Koan Ing dengan
menggunakan tangan kirinya.
Dengan pandangan sayu pemuda itu membuka matanya
memandang sekejap ke arah Cha Ing Ing tapi kepalanya
terasa amat pening sekali hingga sukar ditahan.
Sambil mengobat-abitkan pedangnya gadis itupun melirik
sekejap ke arah pemuda yang ada dalam rangkulannya, tapi
sewaktu melihat sinar matanya redup dan tak bercahaya lagi
hatinya jadi cemas sehingga air matanya mengalir keluar
bertambah deras. Ditengah sambaran panah beracun yang amat deras itu
akhirnya Cha Ing Ing pun kena dihajar badannya, buru-buru
napas dan jalan darahnya ditutup, tanpa mengucapkan
sepatah katapun dia mencoba terus memperiahankan diri.
Koan Ing yang melibat gadis itupun kena dihajar anak
panah beracun hatinya jadi merasa amat menyesal, karena dia
merasa perkataan dari gadis tadi sedikitpun tidak salah,
memang di dalam hatinya cuma pikirkan Sang Siauw-tan
seorang saja. Tetapi kini.... mereka berdua hampir mati....
Tiba-tiba tardengar tiga buah letusan keras meledak
ditengah udara membuat pemuda itu merasa hatinya targetar
keras. "Aaah.... Sang Siauw-tan tiba.... " karena hatinya bergetar
keras, tak kuasa lagi pemuda itu jatuh tak sadarkan diri
Ooo)*(ooO Bab 42 ENTAH lewat beberapa saat lamanya dengan perlahan dia
baru sadar kembali dari pingsannya dan waktu itu dia
menemukan dirinya berbaring di atas sebuah pembaringan,
Tetapi teringat akan peristiwa yang baru saja terjadi buruburu
tubuhnya bergerak hendak bangun berdiri,
Koan hian-tit, untuk sementara lebih baik kau jangan
bergerak dulu!" seru seseorang secara tiba-tiba sambil
menekan badannya. Koan Ing menarik napas panjang-panjang setelah
pandangannya jadi terang diapun dapat melihat kalau di
samping pembaringannya berdirilah dua orang, mereka bukan
lain adalah Sang Su-im ayah beranak.
Lama sekali ia memandang ke arah mereka berdua dengan
termangu-mangu, bagaimana dirinya bisa tidur di atas
ranyang" Waktu itulah dia dapat mencmukan kalau Sang Siauw-tan
jauh lebih kurusan dari tempo dulu sedang Sang Su-im sambil
tersenyum lagi memperhatikan dirinya.
"Kali ini akulah yang membuat kalian celaka," ujar Sang Suim
sambil tertawa. "Sewaktu berada didaerab Tian Lam aku
mendapatkan berita tentang Sang Siauw-tan, saking girangnya
dan terkejutnya lantas membawa Tian Pian Ih Boen atau
sitabib sakti dari daerah Tian Lam, dan itu Lam Kong Ceng
kiranya juga telah memasuki daerah Tionggoan tetapi sama
sekali tidak menyangka kalau orang-orang buas itu telah salah
paham kalau dikiranya kami menculik tabib itu dengan paksa
maka mereka lantas pada menguntit kemari untuk
menghadapi diriku.... Tetapi siapa sangka kaulah yang kena
getahnya!" Koan Ing cuma tersenyum saja setelah mendengar
perkataan itu, tiba-tiba di dalam benaknya teringat akan
sesuatu ujarnya, "Dimana Cha Ing Ing."
Sinar mata Sang Su-im berkelebat tiada hentinya sedang
Sang Siauw-tan menundukkan kepalanya rendah-rendah,
lewat beberapa saat kemudian baru terdengar Sang Su-im
menjawab: "Bocah itu sungguh keras kepala, baru saja sembuh dia
sudah pergi dari sini tanpa pamit. Dan sampai ini hari kau
sudab berbaring selama setengah bulan lamanya karena Lam
Kong Ceng telah mencekoki dirimu dengan arak Pek Jien
Coeinya yang lihay, sekarang lukamu sudah sembuh semua!"
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, karena
sewaktu mendengar Cha Ing Ing sudah meninggalkan tempat
itu tanpa pamit hatinya merasa tidak enak. karena itu tak
sepatah katapun yang dapat diucapkan keluar.
"Karena urusan manusia2 buas itu Lam Kong Ceng sudah
kembali ke daerah asalnya," ujar Sang Su-im lagi. "Sebelum
berangkat dia mengemukakan kalau dirinya sangat kagum
dengan ilmu pengobatanmu, bilamana ada kesempatan
dikemudian hari ia ingin minta beberapa petunjuk dari dirimu."
Dengan perlahan pemuda itu dongakkan kepalanya
mcmaadang ke arah Sang Su-im lalu serunya, "Empek Sang,
terima kasih." Kemudian kepada Sang Siauw-tan dia tersenyum.
"Siauw-tan! Beberapa hari ini kau tentu merasa sangat
cemas bukan?" "Eeeei.... karena tiba-tiba kau bicara begitu sungkansungkan
terhadap diriku" Sekarang kau sudah sembuh
hatikupun sudah lega," kata gadis itu sambil tersenyum.
"Siauw-tan!" Tiba-tiba Sang Su-im menyela dan samping.
"Kau antarkan engkoh Ingmu untuk jalan-jalan di tempat
luaran, dengan demikian otot2nya yang sudah kakupun biar
luwes kembali, di samping itu diapun memerlukan hawa
segar!" Sang Siauw-tan segera mengangguk, kemudian sambil
membimbing Koan Ing untuk bangun berdiri.
Walaupun pada saat ini luka yang diderita Koan Ing sudah
sembuh semua tetapi karena setengah bulan ini terus
menerus dia berbaring membuat badannya pun menjadi amat
lemah, maka sambil mencekal tubuh Sang Siauw-tan dengan
perlahan-lahan ia berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut.
Kiranya pada saat ini mereka berada di atas loteng,
pemandangan yang ada di hadapannya adalah sebuah sungai
besar yang berliku2, disisi kiri kanannya tumbuhlah
pepohonan nan hijau, kaadaannya jauh berbeda dengan
pemandangan sewaktu berada di daerah Tibet serta tanah
salju. "Siauw-tan! sekarang kita berada dimana?" tanyanya
sambil manarik napas panjang.
"Coba kau tebak!"
Sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat pemuda itu
memandang sekejap ke sekeliling tempat itu lalu ujarnya,
"Sungai yang kelihatan ini tentunya sungai Tiang Kang, jika
ditinjau dari gunung yang ada dikedua belah sampingnya aku
kira tempat ini pastilah selat Sam Shia, apa betul?"
Sang Siauw-tan segera tersenyum. "Kita pada saat ini
berada digunung Toa Wu-san, apakah kau sudah lupa dengan
tantangan Sin Ti Lang Coen terhadap ayahku untuk
merasakan kelihayan dari barisan Sang Loo Toa Tin dipuncak
Jien Giok Hong" Dan mulai ini hari masih tinggal tiga hari
saja!" Koan Ing tersenyum, belum sempat dia mengucapkan
sesuatu mendadak pemuda itu sudah menjerit kaget kiranya
di samping sungai itu terlihatlah olehnya cahaya berdarah
yang berkelebat dengan cepatnya. jika dilihat dari keadaanya
mirip sekali dengan kereta berdarah cuma hanya di dalam
sekejap saja sudah lenyap dari pandangan.
Sang Siauw-tan yang mendengar Koan Ing menjerit
tertahan tak terasa diapun menoleh ke arah sungai.
"Kau sudah melihat sesuatu?" tanyanya.
"Agaknya kereta berdarah, dan hanya di dalam sekejap
saja sudah lenyap tak berbekas!!"
"Kereta berdarah?" seru Sang Siauw-tan sambil
memandang tajam ke arah sungai tersebut,
Sang Su-im yang mendengar perkataan tersebut segera
berjalan mendekat dan memandang ke arah depan.
"Kereta berdarah!!" serunya. "Bagaimana mungkin kereta
berdarah bisa muncul disini sungguh aneh sekali!!
"Tia! apakah kereta berdarah bisa muncul disini?" tanya
gadis itu sambil dengan perlahan menoleh ke arah Sang Suim.
"Memang selama beberapa hari Yaun Si Totiang serta
sijaring emas penguasaha langit sudah memasuki daerah
Tionggoan, sedang Thian Siang Thaysu itu ciangbunjien dari
Siauw-lim-pay pun sudah kembali ke kuil untuk
mempersiapkan delapan ratus lo han tin untuk menghadapi
Yuan Si Tootiang tetapi toosu itu tidak ambil perduli karena
jejaknya masih berkelebat tiada ujuug pangkalnya. Dan oleh
karena perbuatan itu Thian Siang Thaytu terus menyebar
undangan Bu-lim Tiap untuk mengundang seluruh jagoan Bulim
bersama-sama menghadapi Yuan Si Tootiang serta Phoa
ThiaD Coe mungkin sekali apa yang dilihat Koan hian-tit tadi
memang kereta berdarah adanya."
"Empek Sang! apakah kau mengetahui siapakah majikan
dari kereta berdarah pada saat ini?" tanya pemuda itu tibatiba.
"Aku rasa persoalan ini, adalah persoalan yang ingin
diketahui oleh setiap orang yang ada di kolong langit" sahut
Sang Su-im sambil tertawa.
Baru saja dia selesai berkita mendadak terdengarlah suara
dengusan yang amat dingin berkumandang datang disusul
suara seruan dari sesesorang dengan amat dinginnya;
"Sang Su-im! sungguh pandai kau orang mencari
kesenangan!" Diantara berkumandangnya suara tersebut tampaklah
sesosok bayangan abu-abu berkelebat naik ke atas loteng,
Koan Ing melihat munculnya orang itu dalam hati merasa
sangat terperanjat sekali.
Karena orang itu mencekal sebuah tombak yang besar
dengan rambut yang sudah pada memutih, orang lain pasti
bukan lain adalah Ciat Ih Toocu dari lautan Timur. Ciu Tong
adanya! Sang Su-im yang melihat mUnculnya Ciu Tong disana sama
sekali tidak merasa ada diluar dugaan
"OooouuwW.... kiranya kau orang!" Serunya tawar,
Dengan pandangan dingin Ciu Tong segera menyapu
sekejap ke seluruh kalangan, kemudian baru ujarnya dengan
perlahan, "Kau seorang diri berdiam disini dengan tenang,
apakah kau masih tidak tahu kalau Yuan Si Tootiang serta
Phoa Thian-cu dikarenakan hendak mengejar jejak kereta
berdarah sudah pada berdatangan digunung Wu san?"
"Biarlah mereka mau mengejar atau tidak itu kereta
berdarah untuk sementara bukan urusanku," sahut Sang Suim
cepat. "Karena besok pagi2 aku masih ada urusan dipuncak
Jien Giok Hong untuk menghadapi barisan Seng Loo Toa Tin
dari Sin Ti Langcoen itu pangcu dan Sin Ti Pang!"
Terlihatlah sinar mata Ciu Tong berkelebat dengan tajam,
agaknya dia merasa urusan ini rada berada diluar dugaan.
Pada saat itulah dari bawah loteng kembali berkumandang
datang suara tertawa yang amat keras disusul dengan
munculnya sesosok bayangan manusia yang meloncat naik ke
atas loteng pula. "Sang-heng selama perpisahan ini apa kau baik-baik saja?"
serunya. Orang itu bukan lain adalah si dewa telapak dari gurun
pasir Cha Can Hong adanya.
Sang Su-im yang melihat munculnya Cha Can Hong segera
tertawa. "Kiranya kau orang, apakah istri serta putrimu tidak
ikut?" Tanyanya. "Beberapa hari lagi dia baru tiba disini, tadi aku dengar
orang bilang perkumpulan Sin Ti Pang sudah tiba disini,
suasana kali ini benar-benar sangat ramai, apakah Sang heng
sudah melihat budakku?"
Selesai berkata sinar matanya dengan cepat menyapu
sekejap ke arah Koan Ing.
Koan Ing yang melihat sinar mata orang itu amat tajam
hatinya merasa tergetar keras, karena dari sinar mata Cha Can
Hong ini seolah2 mengartikan kalau Cha Ing Ing lari
dikarenakan dirinya. "Oooh kau maksudkan Ing Ing" Memang beberapa hari
yang lalu dia masih berada disini, cuma saja secara mendadak
dia lari pergi tanpa pamit."
"Aaaah.... kalau begitu hatikupun agak tenang kembali,
karena bilamana dia tidak menemukan diriku mungkin akan
balik kembali kemari."
Ciu Tong yang ada di samping mendadak dengan suara
yang amat dingin, "Eeei.... lebih baik kalian jangan
membicarakan terus soal bocah cilik, lebih baik kita bicarakan
persoalan yang ada dihadapan kita pada saat ini. Karena sejak
Yuan Si Totiang serta Phoa Thian-cu masuk ke daerah
Tionggoan ini hingga kini kita orang tak dapat berbuat sesuatu
apapun terhadap mereka bahkan dimanakah mereka pada
saat ini kita juga tidak tahu",
"Soal itu mudah sekali diatasi, karena asalkan kita
mendapatkan kereta berdarah itu mereka pasti akan mencari
kita dengan sendirinya," sahut Cha Can Hong sambil
memandang sekejap sekeliling tempat itu.
Tetapi siapa yang tahu kereta berdarah itu ada dimana"
Bukankah perkataanmu itu sama dengan perkataan kosong
belaka?" seru Ciu Tong tawar.
Sang Su-im yang selama ini berdiam diri lantas ikut buka
mulut, Mendengar perkataan itu dengan cepat Ciu Tong putar
badannya, dari sepasang matanya memancarkan cahaya yang
amat tajam. "Dimana?" tanyanya.
"Sekarang sudah pergi jauh, sekalipun aku memberi tahu
padamu juga percuma, apalagi sekarang kita belum tahu
siapakab majikan dari kereta berdarah itu, orang itu bisa
memperoleh kereta berdarah jelas sekali ilmu silatnya pasti
luar biasa sekali." "Hmm! Coba kau bilang siapa yang memiliki kepandaian
begitu luar biasa?" Tanya Ciu Tong sambil mengetuk2kan
tongkatnya ke atas lantai loteng.
"Haaaa.... haaa.... haaa.... Ciu heng buat apa kau marah2
sendiri?" seru Cha Can Hong sambil tertawa terbahak-bahak.
"Urusan ini tidak mau kita pusing2 pikirkan lagi, karena nanti
bila sampai pada waktunya pasti kita bisa ketahui sendiri!"
Ciu Tong segera mendengus dan tidak mengucapkan katakatanya
lagi, sepasang matanya dengan tajam memperhatikan
sungai yang ada di hadapannya, agaknya dia bermaksud


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak mencari dimanakah jejak kereta berdarah itu
sebenarnya. Cha Can Hong tersenyum kepada Sang Su-im ujarnya lagi,
"Yuan Si Totiang itu jadi orang memang benar-benar kurang
ajar sekali, aku rasa diapun tentu ada di sekeliling tempat ini,
Sang-heng! Bagaimana kalau kau orang mengirim anak buah
untuk mencari tahu jejaknya?"
Belum sempat Sang Su-im menjawab Ciu Tong sudah
mendengus dan menoleh. "Menurut penglihatanku lebih baik
kita bersama-sama berangkat ke gunung Bu-tong-san
bilamana dia tidak suka munculkan diri lebih baik kita
hancurkan saja Bu-tong-pay."
Baru saja bicara sampai disitu mendadak terdengar suara
seseorang yang amat dingin sudah menyambung, "Aku rasa
kau masih belum berhak untuk berbuat demikian."
Diantara suara pembicaran itulah tampak sesosok
bayangan manusia berwarna hijau berkelebat naik Ke atas.
Sekali lagi Ciu Tong mendengus dingin, tubuhnya membalik
melancarkan babatannya ke belakang dengan menggunakan
tongkatnya. Orang berbaju hijau itupan dengan cepat mencabut
pedangnya, diantara berkelebatnya sinar hijau yang
membentuk gerakan setengah lingkaran menekan ke arah
tongkatnya itu. Sinar mata iblis tua dari lautan Timur itu segera berkelebat
tajam, dalam hati ia merasa amat gusar sekali karena di
hadapannya ternyata ada orang yang berani begitu kurang
ajar dan bernyali untuk melancarkan serangan ke arahnya.
"Turun!" bentaknya gusar....
Mendadak tongkatnya didorong sejajar dada menghajar
tubuh orang berbaju hijau itu. Orang berbaju hijau itu
terkejut, pedangnya dibalik menyambut datangnya serangan
tongkat, inilah jurus Bu-tong Kiam Hoat.
Nama besar Ciu Tong sejajar diantara nama2 empat
manusia aneh sudah tentu tenaga dalam yang dimiliki juga
amat dahsyat, sekalipun dia merasa kaget akan ke dahsyatan
dari ilmu silat orang itu tetapi masih tidak dipikirkan dihati.
Tongkatnya kembali digetarkan ke depan, mendadak
sambil meloncat melancarkan totokan ke arah bagian
lehernya. "Tiiing....!!" sekalipun tangan kanan dari orang berbaju
hijau itu berhasil mencekal di atas kayu pagar tetapi pedang
yang ada ditangannya kena dipukul lepas juga dari tangannya.
Sebentar kemudian tampaklah seorang lelaki berusia
pertengahan dengan wajah amat terperanjat muncul
dihadapan mereka, Sang Su-im memandang sekejap ke arah orang itu lalu
tersenyum. "Ooouw.... kiranya sute dari Yuan Si Tootiang,
Koan Yuan Bee adanya!"
Ciu Tong dengan dinginnya mendengus dengan pandangan
menghina dia orang melirik sekejap ke arahnya, Maka dengan
paksakan diri Koan Yuan Bee naik ke atas loteng disertai
wajah jengah karena bagaimanapun juga kesalahannya yang
baru saja dialami benar-benar sangat memalukan sekali.
"Hmm" sakit hati ini hari tentu akan kubalas dikemudian
hari?" serunya dengan rasa malu dan mendongkol.
Selesai berkata dia putar tubuh dan melayang turun ke atas
tanah. "Haaaa.... haaa.... walaupun selama hiduppun jangan
harap kau bisa berhasil membalas sakit hatimu ini!" teriak Ciu
Tong sambil tertawa terbahak-bahak.
Pada saat itulah.... "Coba lihat, itu kereta berdarah!" Teriak Cha Can Hong
secara tiba-tiba. Mendengar teriakan tersebut dengan hati tergetar semua
orang pada menoleh kebawah, memang tampaklah kereta
berdarah bagaikan sesosok bayangan dengan cepatnya
berkelebat ke depan kemudian lenyap dari pandangan Ciu
Tong segera menggerakkan badannya melayang kebawah.
dengan tangan mencekal tongkatnya erat-erat bagaikan
seekor burung rajawali menubruk ke bawah loteng.'
Cha Can Hong yang melihat Ciu Tong sudah barangkat
diapun berseru dengan cepat, "Sang-heng, siauwte pun
berangkat lebih dulu."
Selesai berkata tubuhnya pun melayang sejauh dua puluh
kaki, laksana seekor burung bangau dengan cepatnya
melayang ke bawah dan mengejar dari belakang tubuh Ciu
Tong. Sang Su-im ragu-ragu sejenak, akhirnya dia pun berseru,
"Siauw-tan! kau temanilah engkoh Ing mu aku akan pergi
sebentar!" Tubuhnyapun bagaikan seekor rajawali dengan cepatnya
berputar ditengah udara kemudian meluncur ke dalam hutan,
diantara berkelebatnya bayangan hijau hanya di dalam
sekejap saja sudah lenyap dari pandangan.
Koan Ing menghembuskan napas lega lalu memandang ke
arah Sang Siauw-tan gadis tersebut, hanya di dalam sekejap
saja loteng yang semula amat ramai itu kini tinggal mereka
berdua, "Apa yang hendak dilakukan oleh kereta berdarah itu?"
pikirnya dihati. Bilamana bukannya dia baru saja sembuh dari sakitnya
mungkin dia sendiripun akan ikut melakukan pengejaran.
Sang Siauw-tan agaknya mengerti apa yang sedang
dipikirkan pemuda itu, maka dia tersenyum. "Engkoh Ing, mari
kita masuk saja kedalam, kau harus banyak beristirahat agar
kesehatanmu bisa lekas pulih kembali!!"
Dengan sangat berterima kasih Koan Ing tersenyum dan
mengangguk. Demikianlah mereka berdua pun lantas masuk ke dalam
kamar, setelah menutup pintu dan jendela Koan Ing mulai
duduk bersila untuk melakukan latihannya.
Entab lewat beberapa saat lamanya sewaktu dia selesai
berlatih tenaganya pun sudah pulih kembali, maka sambil
tersenyum dia segera membuka matanya.
Waktu itu keadaan di dalam ruangan itu remang2 karena
hanya diterangi dengan dua buah lilin saja, sedangkan Sang
Siauw-tan lagi berjalan bolak-balik dengan amat cemas.
"Siauw-tan! jam berapa sekarang?" tanya pemuda itu
kemudian sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Ooouw.... kau sudah bangun, sekarang sudah tengah
malam" sabut gadis itu sambil menoleh.
Koan Ing jadi melengak, belum sempat dia mengucapkan
sesuatu Sang Siauw-tan sudah menyambut kembali, "Tia
bilang dia cuma pergi sebentar tetapi sampai sekarang masih
tak ada sedikit beritanya entah apa yang sudah mereka temui"
Kenapa mereka tidak juga pulang?"
Koan Ing menghela napas, diapun termenung berpikir
sebentar kemudian baru turun dari alas pembaringan,
membuka pintu dan berjalan keluar.
Bintang tersebar memenuhi seluruh angkasa sinar
rembulan menerangi seluruh jagat suasana amat sunyi sekali
kecuali tiupan angin malam yang menderu-deru serta
gulungan ombak yang keras, sedikitpun tidak tampak
bayangan manusia lain. Dengan perlahan Sang Siauw-tan berjalan mendekati
samping tubuh pemuda itu dan berdiri bersama-sama.
"Siauw-tan, mungkin empek Sang sudah mengejar amat
jauh sehingga tidak sempat pulang lagi," ujar Koan Ing sambil
mencekal tangan gadis itu kencang-kencang. "Kau tidak usah
kuatir dengan kepandaian silat yang dimiliki empek Sang tidak
bakal dia orang tua menemui kesulitan!"
Sang Siauw-tan tersenyum dan dengan perlahan
menundukkan kepalanya rendah-rendah tadi hatinya kacau
dan murung berhubung tak ada yang menemani dirinya, kini
setelah Koan Ing sadar kembali diapun tidak usah merasa
kuatir lagi. Koan Ing mengalihkan pandangannya keluar loteng lalu
ujarnya sambil tertawa, "Pemandangan di tempat ini sungguh
indah sekali, bilamana ada suatu hari kita berdua bisa berdiam
disini sungguh menyenangkan sekali!!"
Dengan perlahan Sang Siauw-tan menundukkan kepalanya
semakin rendah lagi, lama sekali dia baru angkat kepalanya
dan memandang ke arah pemuda itu dengan hati yang amat
girang. Empat mata bertemu jadi satu membuat hati berdebar,
lama sekali tak seorang pun diantara mereka yang
mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak ditengah suara tertawa panjang yang amat
nyaring tampaklah sesosok bayangan hijau berkelebat naik ke
atas loteng. Sang Siauw-tan yang mendengar suara itu
hatinya jadi bertambah kegirangan.
"Tia! kau baru kembali?" teriaknya sambil melepaskan
tangannya dari cekalan pemuda tersebut.
Begitu tubuh Sang Su-im melayang naik ke atas loteng
sambil tersenyum dia menyapu sekejap ke arah dua orang
anak muda itu. "Mungkin kau masih tidak ingin aku kembali pada saat ini
bukan?" godanya. Seketika itu juga wajah gadis itu berubah jadi merah
jengah. "Tia, kau bergurau lagi. dimana paman Cha sekalian"
Kenapa mereka tidak ikut kemari?" serunya.
"Mereka entah sudah pergi kemana," sahut Sang Su-im
sambil tertawa keras. "Aku cuma melihat kereta berdarah itu
menuju ke sebelah Timur, aku lantas mengejar kesana, siapa
sangka sekalipun sudah mengejar sampai saat inipun tanpa
mendapat hasil apa-apa!"
Selesai berkata dia tertawa, agaknya ia sedang
mentertawakan akan ketidak becusan dari dirinya.
Pada saat itulah dari luar loteng kembali berkumandang
datang suara yang amat dingin dan nyaring,
"Sang pangcu kiranya kau ada disini, sungguh tidak
kusangka duuia benar-benar amat sempit dimanapun kita
selalu berjumpa!" Ditengah suara teriakannya itu tampaklah sesosok
bayangan putih bagaikan segulung kabut dengan cepatnya
melayang naik ke atas loteng itu.
Orang itu bukan lain adalah Sin Hong Soat-Nie adanya,
Koan Ing yang melihat ni-kouw itu memandang ke arahnya
dengan pandangan tajam hatinya lantas merasa rada berdesir.
"Ooouw....! kiranya Soat-nie adanya apakah selama ini kau
baik-baik saja?" seru Sang Su-im sambil tertawa....
"Ehmm! sejak memasuki daerah Tionggoan hingga kini
terus-menerus pinnie mengejar jejak dari Yuan Si Tootiang
beserta kereta berdarah itu tetapi selama ini tak ada sedikit
beritapun yang berhasil aku dapatkan, baru pada waktu ini
pinnie dengar kereta berdarah itu muncul kembali disini
mungkin sebentar lagi Thian Siang Thaysupun bakal tiba
disini!!" Sang Su-im menarik napas panjang-panjang dan tertawa.
"Walaupun tadi akupun ikut mengejar kereta berdarah itu
tetapi tak mendapatkan hasil apa", tetapi sinnie tidak usah
kuatir cayhe sudah perintahkan anak murid perkumpulanku
untuk memeriksa jejak musuh pada daerah sekitar lima ratus li
di sekeliling tempat ini!!"
"Sang Pangcu!!" ujar Sin Hong Soat-nie tiba-tiba. "Aku ingin
meminjam semacam barang dari Sang Pangcu entah sukakah
kau orang mengabulkannya?"
"Soat-nie kenapa kau harus berlaku sungkan" Bilamana
mau pinjam sesuatu katakanlah biar aku mengambilkannya
buat Soat-nie!!" Dengan perlahan Sin Hong Soat-nie menyapu sekejap ke
arah ketiga orang itu kemudian ujarnya:
"Kalau begitu akan harus mengucapkan terima kasih dulu
kepada Sang Pangcu, karena aku ingin membawa Koan Ing
pergi dari sini!" katanya.
Sang Su-im yang mendengar perkataannya ini jadi
melengak dibuatnya, dia sama sekali tidak menyangka kalau
Sin Hong Soat-nie menghendaki diri Koan Ing.
Sewaktu ada di lembah Chiet Han Kok tempo hari Sin Hong
Soat-nie memang sudah menginginkan Koan Ing, tapi
berhubung waktu itu semua orang sedang berada ditepi maut
maka urusan ini tidak diungkat kembali, tapi sekarang
keadaan sudah aman ternyata kembali dia hendak
mendapatkan diri Koan Ing, maka jika dilihat dari sikap Sin
Hong Soat-nie ini agaknya dia bermaksud kurang baik
terhadap pemuda itu "Soat-nie! maaf di dalam urusan ini aku tidak sanggup
untuk melaksanakannya!" serunya kemudian sambil tertawa.
"Bilamana diantara Soat-nie dengan Koan Ing benar-benar ada
sesuatu yang kurang beres lebih baik kau mencari aku orang
saja. buat apa kau harus begitu ngotot untuk mendapatkan
dirinya" Bukankah dia cuma seorang boanpwee saja?"
"Heeeee.... heeeee.... aku rasa Sang pangcu tidak ingin
bentrok dengan aku karena soal Koan Irg bukan?" Seru si nikouw
tua itu dengan dingin. "Koan Ing sudah membohongi
angkatan tua bahkan memancing anak muridku Cing It untuk
menuruni puncak Sun Li Hong bahkan sampai kini jejaknya
tidak ketahuan. Sang pangcu! apakah kau masih ingin
melindungi orang yang terang-terangan bersalah?"
Koan Ing yang berdiri di samping pada saat ini sudah tidak
kuat untuk menahan sabarnya lagi, maka tiba-tiba ujarnya,
"Aku Koan Ing merasa yakin belum pernah menipu Soat-nie,
sedangkan mengenai Cing It suci, dia sendiri turun tangan
atas kemauan sendiri, apa hubungannya dengan diriku" tempo
hari akupun pernah bergebrak sekali dengan dirinya, apakah
hal ini bisa dikatakan sebagai melarikan muridmu?"
"Hmm! pada saat ini apa kau kira merupakan waktumu
untuk ikut berbicara?" bentak nikouw itu gusar.
"Soat-nie!!" sambung Sang Su-im pula dengan wajah
serius. "Suhu maupun supek dari Koan Ing sudah pada
meninggal dan kita sebagai orang-orang Bu-lim yangan kata
sama bersama-sama dengan mereka masih mau
menggunakan kedudukan kita untuk menganiaja seorang
boanpwee yang masih muda."
Mendengar kata-kata yang pedas itu air muka Sin Hong
Soat-nie segera berubah hebat, ujung baju tangan kanannya
segera dikebutkan ke depan.
"Baik!" teriaknya kemudian. "Kalau kau orang masih juga


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membelai bangsat cilik itu akupun ingin sekali minta pelajaran
beberapa jurus ilmu jari "Han Yang Ci" mu yang sudah pernah
menggetarkan duma kangouw!!"
Sang Su-im yang mendengar Sin Hon Hoat Nie menantang
dirinya untuk bergebrak dia lantas kerutkan alisnya rapatrapat,
la u tertawa tawar. "Ooooouw.... jadi Soat-nie
bermaksud untuk memberi pelajaran kepada cayhe dengan
ilmu pedang Sian Thian Kiam Khie-mu itu" Baik.... baiklah, aku
akan menuruti keinginanmu!"
Sin Hong Soat-nie yang melihat dia orang sudah menerima
tantangan maka sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat
dengan perlahan mencabut keluar pedangnya,
Ditengah kegelapan itu tiba-tiba berkumandang datang
suara tertawa yang amat keras sekali diiringi dengan
munculnya sesosok bayangan manusia diantara kedua orang
itu. Begitu tubuhnya mencapai lantai loteng tersebut serunya
dengan suara yang amat keras, "Buat apa kalian bergebrak
sendiri" jejak dari Yuan Si Tootiang sudah aku dapatkan!"
Baik Sin Hong Soat-nie maupun Sang Su-im segera
merasakan hatinya tergeta keras, ketika dongakkan kepalanya
tampaklah orang itu bukan lain adalah Ciu Tong yang berdiri
disana sambil mencekal tongkatnya.
Walaupun Ciu Tong tertawa terbahak-bahak tiada hentinya
tetapi dari sinar matanya berkilas nafsu membunuh yang
semakin menebal. Pada saat ini Sin Hong Soat-nie tidak memperdulikan lagi
bentrokannya dengan Sang Su-im, buru-buru tanyanya, "Saat
ini Yuan Si Tootiang ada dimana?"
Sinar mata yang mengandung nafsu membunuh berkelebat
tiada hentinya dari mata Ciu Tong. terdengarlah dia
mendengus dingin. "Saat ini Cha Loo-te lagi mengawasi gerakgeriknya,
aku takut dia tidak sabaran maka sengaja
memberitahukan soal ini kepada kalian, kali ini kita harus
hancurkan dirinya dari muka bumi!"
Perlahan-lahan Sang Su-im pun menarik napas panjangpanjang,
dia tahu kedahsyatan dari tenaga dalam yang dimiliki
Yuan Si Tootiang jauh berada di atas mereka berempat, dia
tahu bilamana serangannya kali ini meleset maka dikemudian
hari toosu dari Bu-tong-pay itu pasti akan semakin berhati-hati
lagi. "Apakah sijaring emas penguasa langit Phao Thian Coe
juga ada disana"' tanyanya kemudian.
Cuma Yuan Si Tootiang seorang, agaknya diapun datang
kemari karena mangejar kereta berdarah itu. sebetulnya kami
berdua bisa untuk menahan dirinya tetapi bilamana dia
bermakSud untuk melarikan diri maka tiada orang yang bisa
menghalanginya, karena iTu aku Khusus datang kemari untuk
beritahukan urusan ini kepada kalian, ini hari juga kita harus
hancurkan dirinya." "Bagus, mari kita segera berangkat!" seru Sin Hong Soatnie
dengan cepat. Sinar mata Ciu Tong berputar setelah itu sekali enjotkan
badannya dengan cepat dia sudah meluncur ke depan disusul
oleh Sin Hong Soat-nie serta Sang Su-im dibelakangnya.
Koan Ing pun dengan cepat mencekal sarung pedang Kiemhongkiamnya lalu kepada Sang Siauw-tan serunya, "Siauwtan,
mari kitapun pergi!"
Sang Siauw-tan melirik sekejap ke arah pemuda tersebut
sewaktu dilihatnya dia telah sembuh banar2 segera
mengangguk. Dengan cepatnya kedua orang itupun melayangkan
tubuhnya kebawah lalu berlari mengejar ke arah tiga orang
semula. Tetapi beberapa saat kemudian mereka berdua sudah
kehilangan jejak dari mereka bertiga, hal ini membuat Koan
Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia bingung
harus kemanakah pergi mencari jejak orang-orang itu.
Waktu itu hari sudah terang, Koan Ing lantas termenung
berpikir sebentar, "Empek Sang berkata kalau kereta berdarah
menuju ke Timur, baiknya kitapun lari ke sebelah Timur saja!"
Sang Siauw-tan pun waktu itu tak ada pendapat, pemuda
tersebut tiba-tiba berkelebat ke sebelah Timur maka diapun
dengan cepat mengikutinya dari samping.
Kurang lebih dua lie jauhnya mereka berlari tapi apapun
tidak kelihatan, Koan Ing mulai merasakan hatinya rada
cemas, sambil menarik napas panjang-panjang matanya mulai
menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu.
Mendadak dia menjerit kaget, karena sinar matanya
terbentur dengan sebuah jaring merah yang amat besar dan
tergantung pada dahan pohon disebelah kiri, bukankah jaring
itu merupakan pertanda dari orang-orang lembah Chiet Han
Kok" Ooo)*(ooO Bab 43 DALAM HATI Koan Ing benar-benar merasa amat
terperanjat. dia sama sekali tak menyangka kalau dia orang
bukannya berhasil mendapatkan Sang Su-im sekalian
sebaliknya malah sudah masuk ke dalam perangkap musuh.
Sinar matanya kembali menyapu sekejap ke sekeliling
tempat itu, suasana amat sunyi sekali tak kedengaran sedikit
suarapun entah orang-orang dari lembah Chiet Han Kok itu
sengaja tidak menampakkan diri atau kalau memang tidak ada
orang disana. Sang Siauw-tan sesudah menyapu sekejap keadaan di
sekeliling tempat itu lalu ujarnya dengan perlahan, "Kalau
betul-betul mereka memasang jebakan disini tentunya saat ini
mereka telah menemukan kita, tetapi kenapa mereka tidak
juga munculkan dirinya" Apakah mereka lagi memancing
ayahku supaja masuk ke dalam jebakan ini pula?"
Tiba-tiba di dalam benak pemuda itu berkelebat satu
ingatan. "Apakah mungkin orang-orang lembah Chiet Han Kok
sengaja memasang jebakan disini memusnahkan kita semua?"
"Aku rasa ada kemungkinan mereka sengaja berbuat
demikian untuk membendung kekuatan dari perkumpulan
Tiang-gong-pang kita!" ujar Sang Siauw-tan setelah
termenung berpikir sebentar.
Selesai berkata tangan kanannya diajunkan ke depan,
sebatang anak panah berapi dengan cepat meluncur ke atas
udara dan meledak tiga kali. Inilah tanda penyerangan yang
dikirim gadis tersebut kepada anak buahnya.
Begitu anak panah itu meledak dari dalam hutan itu segera
terdengarlah suara yang amat gaduh sekali tapi sebentar
kemudian sudah menjadi tenang kembali.
Diam-diam Koan Ing merasa hatinya berdesir, karena
ditinjau dari suasana yang sangat gaduh itu dia bisa menerka
kalau di dalam hutan pada saat ini sudah barsembunyi kirakira
seratus orang banyaknya, tempat itu pastilah sarang
kekuatan dari orang-orang lembah Chiet Han Kok.
Entah bagaimanakah jadinya bilamana pasukan dari
perkumpulan Tiang-gong-pang sudah tiba disini" Tapi yang
aneh walaupun mereka sudah mengirim tanda bahaya kenapa
tak seorangpun dari lembah Chiet Han Kok yang keluar dan
mencari mereka" Sewaktu dia lagi berpikir sampai disitulah tiba-tiba dari
dalam hutan terdengarlah suara ringkikkan kuda yang
memanjang. Koan Ing merasa amat terkejut, bukankah itu suara
ringkikkan kuda dari kereta berdarah" jelas orang-orang dari
lembah Chiet Han Kok sengaja mengatur jebakan di tempat ini
bukannya ditujukan pada mereka melainkan terhadap kereta
berdarah ini tidak aneh kalau orang-orang tersebut tidak
mengambil tindakan apapun terhadap dirinya.
Suara berputarnya roda itu bergema semakin santar, dan
dari arah sebelah kanan muncullah sebuah kereta yang
dengan cepatnya menerjang datang.
Dari tengah hutanpun segera berkumandang suara yang
amat gaduh sekali diiringi dengan suara desiran anak panah
yang amat santar menghajar ke arah keempat ekor kuda
kereta itu. Koan Ing yang melihat kejadian itu merasa amat
terperanjat, buru-buru dia menarik tangan Sang Siauw-tan
untuk menyingkir kesamping.
"Plaak....!!" dari dalam kereta itu muncullah sebuah cembuk
panjang yang dengan amat cepatnya menyapu seluruh anak
panah yang menyambar ke arahnya, dan kereta itu tidak
menghentikan gerakannya lagi dan langsung menerjang
keluar. "Lepaskan jaring!!" tiba-tiba terdengar suara bentakan yang
amat keras bergema keluar dari dalam hutan.
"Braak....!" dari seluluh penjuru hutan tersebut segera
tersebarlah berpuluh-puluh buah jaring berwarna merah yang
seketika itu juga mengurung kereta itu di-tengah-tengah, jelas
kalau siasat ini diatur khusus untuk menghadapi kereta
berdarah tersebut. Koan Ing yang melihat siasat dari orang-orang Lembah
Chiet Han Kok itu ternyata benar-benar amat lihay dan
sempurna dalam hati merasa rada berdesir juga.
Kembali kereta berdarah itu deugan cepatnya melanjutkan
terjangannya ke depan cambuk panjang yang menyambar
keluar dari dalam kereta membentuk setengah lingkaran
ditengah udara lalu dengan cepatnya menghajar sebuah jaring
merah yang mengancam keretanya,
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, dia tahu
kedahsyatan dari ilmu silat yang dimiliki orang di dalam kereta
berdarah itu benar-benar luar biasa sekali sukar dibajangkan,
bilamana bukannya melihat dengan mata kepala sendiri
mungkin dirinya tidak bakal mampercayainya. Dan menurut
pandangannya tenaga dalam orang itu tidak berada di bawah
tenaga dalam si manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong.
Begitu jaring merah itu kena dipukul miring ke samping dari
dalam hutan segera berkumandang keluar suara bentakan
yang amat keras disusul munculnya tiga sosok bayangan
manusia ke depan. Dengan cepatnya tiga jaring merah di sebarkan pula keluar,
satu menutup jalan maju dari sang kereta sedang yang dua
berebut mengurung kereta berdarahnya sendiri. Bersamaan
waktu itu pula anak panah meluncur keluar laksana hujan
deras. Dari dalam kereta berdarah itu segera terdengarlah suara
dengusan yang amat dingin disuiul suara cambuk yang
dihajarkan ke atas kudanya, ditengah suara ringkikan yang
memanjang segulung hawa pukulan yang tak berwujud
dengan cepatnya memukul jatuh seluruh anak panah yang
mengancam kereta. Cambuk panjang itupun berkelebat ditengah udara
menggulung dua buah jaring merah yang mengurung ke
arahnya kemudian dengan sedikit cambuk tersebut
disentakkan maka jaring serta jagoannya kena dilemparkan
ketengah udara. Koan Ing yang melihat kejadian itu merasa hatinya
berdebar-debar keras, dia merasa kuatir terhadap
keselamatan dari orang yang ada di dalam kereta berdarah itu
ditengah kurungan anak panah yang begitu santar ditambah
lagi dengan kepungan jago-jago lihay, walaupun dia memiliki
kepandaian silat yang amat tinggipun belum tentu bisa
meloloskan diri dari sana.
Siapakah sebetulnya penghuni kereta berdarah itu"
Kepandaian silatnya benar-benar luar biasa tingginya karena
hanya dengan menggunakan sebuah cambuk ternyata dapat
menghadapi jaring-jaring raksasa yang mem bikin orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang Bu-lim merasa kepalanya pusing itu dengan demikian
mudahnya, hal itu benar-benar luar biasa sekali!!!
Anak panah tiada hentinya menyambar ke depan
mengurung seluruh kereta itu yang membuat kereta berdarah
seketika itu juga berhenti bergerak.
Cambuknya kembali dikebutkan ke depan menyapu jatuh
anak panah yang mengurung keretanya itu dan tali les
kudanya ditarik membalikkan kereta berdarah itu meluncur ke
arah Koan Ing serta Sang Siauw-tan berada.
Melihat kereta itu menerjang ke arahnya Koan Ing jadi
amal terparanjat, buru-buru ia menarik tangan Sang Siauw-tan
untuk menyingkir kesamping.
Kali ini anak panah itu berubah arah meluncur ke arah
Koan Ing berdua, pemuda itu jadi gusar maka dengan cepat
dia mencabut keluar pedang Kiem-hong-kiamnya yang
kemudian dengan cepatnya menyapu jatuh anak panah yang
mengancam tubuh mereka berdua itu.
Ditengah suara ringkikan kuda yang amat keras itu kembali
kereta berdarah itu menerjang ke depan.
Cambuk panjang yang muncul dibalik kereta kembali
melayang ketengah udara menyambar kesana kemari dengan
dahsyat. "Lepaskan panah berapi!!!" dari tengah hutan kembali
terdengar suara bentakan keras.
Baru saja dia menutup mulut dari empat penjuru
bermunculan anak panah berapi yang dengan cepatnya
meluncur ke arah keempat ekor kuda beserta kereta berdarah
itu. Orang yang ada di dalam kereta segera membentak gusar,
empat ekor kudanya disenkkan sehingga meloncat ke atas
bersamaan itu pula kereta berdarah itupun terangkat oleh
tenaga sedotan dari jagoan tersebut sehingga melayang
setinggi dua kaki lebih. "Blaam!!" Keempat ekor kuda itu dengan cepatnya berhasil
melangkahi jaring merah itu sedang keretanya sendiri dengan
tepat menindihi jaring merah tersebut.
Suara bentakan segera bergema memenuhi seluruh
angkasa, berpuluh-puluh orang berkerudung dari lembah Chiet
Han Kok bermunculan mencegat kereta berdarah itu. Agaknya
mereka telah mengambil keputusan untuk mendapatkan
kereta tersebut walaupun dengan menggunakan cara apa pun,
Cambuk panjang kembali digetarkan di tengah udara
sehingga terdengar suara ledakan yang amat keras, jelas
sekali kalau orang yang ada di dalam kereta itu sudah dibuat
gusar sehingga menggerakkan nafsu membunuhnya.
"Tunggu sebentar!" Tiba-tiba terdeagar suara yang amat
nyaring bergema datang. Para jago yang siap melancarkan serangan itu segera


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghentikan gerakannya sedang orang yang ada di dalam
kereta itu pun tidak menggubris sama sekali, kereta berdarah
segera dihentikan sedang cambuk yang ada ditengah
udarapun ditarik kembali.
Seorang manusia berkerudung dengan mencekal sebuah
jala emes dengan langkah yang perlahan muncul dari balik
hutan. Sekali pandang saja Koan Ing bisa mengenali kalau dia
bukan lain adalah Kokcu dari lembah Chiet Han Kok, sijaring
emas penguasa langit Phoa Thian-cu adanya, agaknya pada
saat ini dia bermaksud untuk turun tangan menghadapi sendiri
pemilik kereta berdarah tersebut.
Dari mata Phoa Thian-cu segera terlihat memancarkan
cahaya yang amat tajam, dan kepada orang yang berada di
dalam kereta berdarah itu ujarnya, "Saudara, sungguh
dahsyat sekali kepandaian silat yang kau miliki! tetapi kenapa
tidak suka kau orang unjukkan wajah aslimu?"
"Kau sendiri kenapa mengenakan karung juga pada
wajahmu" Kau orang sendiri tidak suka memperlihatkan
wajahmu buat apa aku perlihatkan diri?" sahut orang yang ada
di dalam kereta itu dengan berat.
Sijaring emas penguasa langit Phao Thian Coe segera
dongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... selamanya kami orang-orang lembah
Chiet Han Kok paling pantang memperlihatkan wajah sendiri
terhadap orang lain, lalu siapakah kau sendiri" Kami orangorang
Bu-lim tidak pernah mengetahui adanya manusia
semacam dirimu." "Hmm! urusan yang belum kau ketahui masih terlalu
banyak, akupun kini mengetahui kalau maksudmu hanya pada
kereta bardarah ini, tetapi aku rasa kau masih terlalu jauh
untuk punya pikiran semacam ini lebih baik lebih cepatlah
menyingkir!!" Selama puluhan tahun ini sijaring emas penguasa langit
Phoa Thian-cu selalu menganggap kepandaian silatnya adalah
nomor satu di kolong langit, ternyata kini mendengar orang
yang ada di dalam kereta berdarah itu sedemikian rendahnya
menghina dirinya dalam hati merasa amat gusar sekali.
"Sungguh besar sekali omonganmu," dengusnya murka.
"Ini hari aku Phoa Thian-cu kepingin melihat siapakah
sebetulnya kau orang, dan seberapa tinggi kepandaian silatmu
sehingga berani begitu congkak."
"Heeeee.... heeee.... bagus, bagus sekali, kalau begitu kita
menggunakan taruhan menang kalah kita untuk menentukan
milik siapakah akhirnya kereta berdarah ini!"
"Kau jangan bermimpi. sekalipun kau menang kereta
berdarah ini herus ditinggalkan disini!" teriak Phoa Thian-cu
dingin. Selesai berkata tubuhnya dengan cepat menerjang ke
depan, jaringan emasnya segera disebarkan ke depan
mengurung kereta berdarah itu.
Sewaktu mendengar perkataan terakhir dari Phoa Thian-cu
ini, orang yang ada di dalam kereta berdarah segera
memakinya, "Bangsat, kau sungguh tak punya malu!"
Sekali lagi cambuknya dikebutkan ke depan, dengan
menimbulkan suara desiran yang amat tajam menyapu ke
arah Phoa Thian-cu. Sinar mata Phoa Thian-cu berkelebat tiada hentinya,
walaupun kepandaiannya yang dimilikinya amat tinggi tetapi
diapun sudah melihat bagaimana luar biasanya kepandaian
silat yang dimiliki orang itu maka tanpa terasa hatinya sudah
menaruh tiga bagian rasa jerinya.
Dan tangan kanannya dengan cepat digetarkan menarik
kembali jaring emas itu menjadi segulung tali emas, ditengah
babatan ke depan jaring emas itu kembali membentang
mengurung ruangan duduk dari kereta berdarah itu.
"Hmm! Lumajan juga ilmu silatmu!" ejek orang itu dingin.
Cambuknya ditarik ke belakang dan dengan tepat
menangkis datangnya jaringan tersebut. Sijaring emas
penguasa langit Phoa Thian-cu yang melihat orang yang ada
di dalam kereta berdarah tersebut hanya di dalam satu jurus
sudah berani menangkis jaring emasnya dengan cambuk
tersebut dalam hati semakin gusar sinar matanya berkelebat
tiada hentinya. kembali jaring itu dilemparkan ketengah udara.
Cambuk panjang yang ada di dalam kereta berdarah itu
kembali menggetarkan cambuknya ditengah udara dengan
membentuk gerakan setengah lingkaran busur.
Cambuk dan jaringan bergetar ditengah udara, mendadak
terasalah serentetan cahaya terang menyambar ke arah Phoa
Thian-cu. Dari sepasang mata sijaring emas penguasa langit itu
memancarkan cahaya yang berapi2, walaupun Koan Ing tak
dapat melihat bagaimanakah wajahnya tetapi dalam hati bisa
menebak kalau pada saat ini wajahnya tentu sudah berubah
merah padam. Rentetan cahaya itu dengan perlahan bergerak ke depan,
tiba-tiba Phoa Thian-cu membentak gusar, jaring emasnya
ditariknya ke belakang sedang sepasang kakinya dengan cepat
melancarkan tendangan ke arah tanah sehingga debu pada
beterbangan memenuhi angkasa.
Koan Ing yang melihat kejadian ini segera merasakan
hatinya amat terperanjat karena walaupun keadaan Phoa
Thian-cu kepepet tetapi ilmu tennga dalam meminjam benda
melancarkan pukulannya ini benar-benar luar biasa sekali dan
tidak malu apa bila disebut sebagai seorang jagoan kelas
wahid. Walaupun begitu tetapi yang jelas di dalam bentrokannya
kali ini dia sudah menemui kekalahan.
Dengan gusarnya ia mendengus, jaring emasnya sekali lagi
disebarkan ke depan. sasaran yang dituju bukannya orang
yang ada di dalam kereta itu melainkan keempat ekor kuda
yang ada di depan. Terdegarlah orang yang ada di dalam kereta berdarah itu
mendengus dingin. cambuk panjangnya bergerak setengah
lingkaran busur ditengah udara kemudian laksana seekor naga
beracun dengan cepatnya menyapu leher Phoa Thian-cu.
Dia orang bukannya menolong sang kudanya melainkan
malah melancarkan serangan ke arah leher Phoa Tbian Coe,
hal ini membuat sijaring emas penguasa langit jadi kelabakan
yang terpaksa harus menarik kembali jaring emasnya untuk
menolong diri sendiri dan menangkis cambuk tersebut.
Hanya di dalam sekejap saja puluhan jurus sudah berlalu
dengan cepatnya walaupun kepandaian silat yang dimiliki oleh
orang di dalam kereta itu jauh lebih lihay dari Phoa Thian-cu
tetapi disebabkan tempatnya terbatas ditambah pula Phoa
Thian-cu sebentar menyerang ke dalam kereta sebentar
menyerang sang kuda itu membuat keadaan mereka
berduapun jadi seimbang. Koan Ing adalah seorang jagoan muda yang memiliki
pengetahuan amat luas, tetapi sewaktu melihat berkelebatnya
cambuk dari orang di dalam kereta berdarah itu hatinya
merasa kebingungan juga, dalam hatinya sama sekali tak
berhasil menebak dari aliran manakah jurus-jurus
serangannya itu" Dan siapakah orangnya" .
"Engkoh Ing, mari kita pergi sana!" tiba-tiba Sang Siauwtan
menegur. Koan Ing jadi sadar kembali dari rasa terkejutnya, karena
kini mereka berdua masih berada di dalam kepungan orangorang
lembah Chiet Han Kok. bilamana menang kalah berbasil
ditemukan apakah waktu itu masih ada kesempatan buat
mereka berdua untuk melarikan diri".
Maka dengan perlahan ia mengangguk, walaupun begitu
dalam hati masih merasa amat sayang sekali karena
pertempuran yang sedang berlangsung ini merupakan satu
pertempuran yang benar-benar luar biasa dan jarang sekali
terjadi di dalam Bu-lim. Tak terasa lagi kembali dia melirik sekejap ketengah
kalangan. Tetapi karena pandangannya inilah membuat
pemuda tersebut merasa amat terperanjat, kiranya pada saat
ini cambuk dari orang yang ada di dalam kereta berdarah itu
sedang melancarkan serangannya menembusi jaring emas
mengancam alis Phoa Thian-cu.
Bukankah jurus ini adalah jurus "Hwee Kong Ci Thian" dari
"Hiat Hoo Sin Pian" ajaran si manusia tunggal dari Bu-lim
sesaat menjelang kematiannya" terhadap jurus serangan ini
dia sangat hapal sekali karena tempo dulu ia pernah
memikirkan hendak menggunakan jurus ini untuk
memecahkan jaring raksasa dari lembah Chiet Han Kok, cuma
sayang waktu itu tenaga dalamnya tidak memadahi sehingga
tidak dapat ia lakukan, tidak disangka ini hari jurus serangan
tersebut bisa digunakan orang lain di hadapannya.
Dalam hatinya semakin lama semakin terkejut bercampur
curiga, akhirnya dia bersuit nyaring dan tubuhnya mendadak
melayang ketengah udara kemudian menerjang ke arah kereta
berdarah tersebut. Pedang kiem-hong-kiam ditangannya dengan membentuk
serangkaian sinar tajam menyapu ke arah horden tersebut,
karena dalam hati dia bsrmaksud untuk mengetahui siapakah
manusia misterius yang ada di dalam kereta berdarah itu.
Tindakan yang dilakukan oleh Koan Ing benar-benar berada
diluar dugaan semua orang, agaknya mereka semua tidak
menyangka kalau Koan Ing bisa melancarkan terjangannya
secara tiba-tiba ke arah kereta itu.
Orang misterius yang berada di dalam kereta berdarah
tersebutpun agaknya merasa rada ada diluar dugaan dengan
kejadian ini, dan yang sebetulnya ia lagi melancarkan
serangan-serangan gencar melawan Phoa Thian-cu tetapi
dengan adanya kejadian ini gerakannya jadi rada merandek
sedang Phoa Thian-cu sendiripun dibuat tertegun.
Sewaktu semua orang dibuat melongo-longo itulah pedang
kiem-hong-kiam dari pemuda tersebut sudah mencapai pada
horden kereta tersebut. Orang yang ada di dalam kereta itu segera mendengus
dingin, segulung serangan jari yang amat santar dengan
cepatnya meluncur keluar manghajar bagian leher dari diri
Koan Ing. Koan Ing segera merasakan hatinya berdesir, pada saat
yang sangat kritis ini tubuhnya buru-buru melompat mundur
ketengah udara, ujung kakinya menutul tubuh sang kuda
kemudian sekali lagi menerjang ke arah dalam kereta.
Cambuk panjang dari orang itu segera dikibaskan ke depan
menggulung lengan kanan pemuda itu.
Kecepatan gerak dari serangannya sedikit pun tidak
memberi kesempatan bagi Koan Ing untuk menyingkir, Koan
Ing segera balas kebaskan pedang kiem-hong-kiamnya ke
depan sedang ujuug kaki kanannya menutul permukaan
kereta dan berdiri tegak tak bergerak, dan dengan tepatnya
dia berhasil menghindarkan diri dari serangan cambuk itu.
Cambuk panjang itu dengan cepat membentuk bungabunga
cambuk ditengah udara kemudian dihantamkan ke atas
tubuh sang kuda, diantara suara ringkikan yang keras kereta
berdarah kembali menerjang ke depan.
Dikarenakan kedatangan Koan Ing, maka Phoa Thian-cu
jadi tertutup pandangannya, kini melihat kereta berdarah itu
bermaksud hendak menerjang pergi maka dengan gusarnya
lantas membentak dengan keren, "Kau ingin pergi kemana
lagi?" Tubuhnya dengan cepat menubruk ke depan sedang jaring
emasnya segera ditebarkan ke arah empat ekor kuda itu.
Orang yang ada di dalam kereta itu agaknya jadi gusar
sekali dibuatnya, dia mendengus dingin sedang cambuknya
dikebaskan ketengah udara menggulung ke arah tubuh Koan
Ing. Koan Ing yang melihat cambuk itu menyambar datang
dengan membawa suara desiran tajam dia tidak berani
menerimanya dengan kekerasan, malah buru-buru tubuhnya
merendah kebawah untuk menghindar.
Cambuk panjang itu dengan disertai suara desiran yang
tajam segera menyambar lewat dan dengan tepat menghajar
jaring emas yang disebarkan Phoa Thian-cu.
Begitu jaringan itu berhasil kena disapu miring, kembali
cambuk itu menyapu menghajar punggung Koan Ing.
Baik Koan Ing maupun Phoa Thian-cu merasakan hatinya
berdesir atas kelihayan dari ilmu silat orang itu dan benarbenar
sukar dipikirkan, tidak disangka serangan cambuk itu
memang sukar dilawan. Koan Ing yang punggungnya kena dibokong tubuhnya
dengan cepat berputar setengah lingkaran, sedang pedang
kiem-hong-kiamnya dengan disertai sambaran tajam menutul
ke atas cambuk lawan. Pada saat itulah kereta berdarah kembali menerjang keluar,
sedang orang-orang lembah Chiet Han Kok pun dengan cepat
mengepung kembali tempat itu rapat-rapat, diantara
berkelebatnya jaringan merah yang disebar dari empat
penjuru, berpuluh-puluh buah jaringan merah bersama-sama
meluncur ke atas kereta berdarah tersebut.
Seketika itu juga kereta berdarah itu kena dikurung di
dalam jaringan yang amat kuat.
Orang yang ada di dalam kereta itu dengan gusarnya
segera mendengus, karena bukan saja saat ini kereta
berdarahnya telah terjebak di dalam jaringan merah yang
amat kuat dan banyak itu bahkan disini berada di dalam
kepungan Koan Ing serta Phoa Thian-cu dua orang jagoan
lihay Maka cambuk panjangnya setelah kena ditangkis oleh sang
pemuda dengan dahsyatnya lantas digetarkan ke depan
sehingga kaku laksana sebuah tongkat yang kemudian dengan
cepatnya mencukil ke arah jaring-jaring merah tersebut.
Bersamaan itu pula terasalah segulung angin pukulan yang
amat santar menyapu ke arah Koan Ing serta Phoa Thian-cu.
Melihat datangnya serangan tersebut Koan Ing segera
merasakan hatinya berdesir, jika dilihat dari serangan yang
menyambar datang ini jelas sekali menunjukkan kalau orang
yang ada di dalam kereta sedang merasa amat gusar sekali
sehingga menurunkan tangan yang amat kejam.
Dimana sambaran angin dahsyat yang menggulung datang
itu memaksa pemuda tersebut buru-buru menyingkir
kesamping, Phoa Thian-cu sendiripun dengan terpaksa harus
meloncat untuk menghindar.
Tetapi karena kokcu ini meloncat ketengah udara inilah


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cambuk tersebut berbasil menyingkirkan kesepuluh jaring itu
lalu melarikan kereta berdarahnya menerjang ke arah mereka.
Phoa Thian-cu sebagai kokcu dari lemhah Chiet Hao Kok
selamanya belum pernah menderita kalah ditangan siapapun
juga, bagaimana dia orang mau sudahi dengan begitu saja
pertempurannya ini hari dan apa lagi kereta berdarah itu
merupakan benda yang di-incar2 sejak dahulu.
Selama ini lembah Chiet Han Kok dianggap orang sebagai
tempat terlarang bagi orang-orang Bu-lim, bilamana
kekalahannya ini hari sampai tersebar di dalam dunia
kangouw, akan kemanakah mereka orang-orang lembah Chiet
Han Kok hendak tancapkan kaki"
Berpuluh-puluh ingatan dengan cepatnya berkelebat di
dalam benak si orang berkerudung ini, mendadak dengan
gusarnya ia membentak lalu menubruk ke arah kereta
berdarah tersebut. Orang yang ada di dalam kereta berdarah itupun meraung
keras, diantara menyambarnya angin serangan terasalah
segulung hawa lweekang berwarna hijau tua bagaikan ombak
menggulung dengan dahsyatnya ke arah tubuh Phoa Thian-cu.
Saat ini Phoa Tbian Coe sudah tidak memikirkan mati
hidupnya lagi, di dalam hatinya ia cuma punya satu ingatan
saja jaitu berusaha unluk mempertahankan kereta berdarah
itu disana. Maka sapasang telapak tangannya dengan sejajar dada
segera dihantamkan ke depan segulung tenaga pukulan tak
berwujut dengan cepatnya menyambut datangnya serangan
pihak lawan. "Braak....!" tubuh Phoa Thian-cu ketika terpukul mundur ke
belakang dan menubruk sebuah pohon besar sehingga patah
menjadi dua bagian dan rubuh ke atas tanah.
Begitu tubuh Phoa Thian-cu rubuh ke atas tanah dengan
diiringi suara ringkikan kuda yang amat keras kereta berdarah
itu segera menerjang ke arah tubuhnya dengan cepat,
agaknya orang di dalam kereta berdarah itu sudah menaruh
rasa benci terhadap dirinya sehingga bermaksud untuk
membinasakan dirinya di bawah injakan kereta.
Phoa Thian-cu bukanlah seorang jagoan murahan,
walaupun dia sudah menderita kalah di dalam bentrokan tadi
tetapi tenaga pukulan tersebut olehnya sudah disalurkan ke
arah pohon itu sehingga badannya tidak sampai menderita
luka, kini melihat datangnya terjangan sang kereta maka
buru-buru dia menggelinding ke samping untuk menghindar.
Dengan kecepatan yang luar biasa kereta berdarah
menerjang ke depan, diantara ringkikan kuda dan berputarnya
roda tampak dua orang anak buah lembah Chiet Han Kok
yang tak sempat menghindar sudah kena diterjang.
Suara jeritan ngeri bergema datang memenuhi angkasa.
Pada saat itulah mendadak ditengah udara terdengar suara
ledakan keras menggetarkan seluruh bumi.
Karena Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing ikut
menerjang ke depan dalam hati merasa terkejut bercampur
cemas, tapi diapun tak punya daya, sewaktu hatinya lagi
merasa cemas itulah mendadak di udara terdengar suara
ledakan. Seketika itu juga hatinya merasa amat girang, karena dia
tahu anak buah perkumpulan Tiang-gong-pang sudah pada
berdatangan bahkan ada kemungkinan ayahnyapun sebentar
lagi pasti ikut muncul disana.
Jilid 18 BARU suara ledakan bergema memenuhi angkasa
terdengarlah suara pujian kepada sang Buddha menulikan
telinga, seorang hweesio tua sambil merangkap tangannya
melayang keluar dari tempat persembunyiannya menghadang
jalan pergi dari kareta berdarah itu.
"Sicu, tunggu sebentar!" bentaknya dengan suara yang
berat. Dari dalam kereta berdarah segera bergemalah suara
dengusan dingin yang amat menyeramkan, segulung hawa
pukulan yang berat langsung menumbuk ke arah tubuh
hweesio tua itu, Hweesio tua yang menghadang jalan pergi dari kereta
bardarah itu bukan lain adalah Thian Siang Thaytu itu
cianghun-jin dari Siauw-lim-pay, sewaktu dilihatnya kareta
bardarah itu bukannya berhenti sebaliknya malah menerjang
sambil melancarkan serangan, dengan gusarnya dia
mendengus berat, sepasang telapak tangannya dengan sejajar
dada didorong kedapan. Tampaklah jenggot berwarna putih bergojang tiada
hentinya tertiup angin, hawa khi-kang "Sie Boe Cin Khai" dari
aliran Buddha dengan hebatnya sudah menggulung kedapan.
Pada saat yang bersamaan pula terdengarlah suara tertawa
keras bergema datang disusul berkelebatnya seorang kakek
berambut putih muncul dari balik hutan dengan garakan cepat
laksana kilat, tubuhnya langsung manubruk ke arah kareta
berdarah sedang toya ditangan kanannya bagaikan titiran air
hujan melancarkan serangan berantai.
Dia bukan lain adalah Ciu Tong!!
Cambuk panjang yang meluncur keluar dari balik kareta
bardarah dengan amat cepatnya menghajar tubuh Ciu Tong,
Dari tengah hutan kembali berkelebat keluar seseorsng
yang bukan lain adalah si dewa telapak dari gurun pasir Cha
Can Hong, wajahnya dingin dan membeku,
"Siapa yang berada didalem karata" cepat hentikan
garakanmu dan hentikan kereta ini!" bentaknya dengan suara
berat, Begitu ucapannya meluncur keluar tanganya dengan cepat
sudah menyambar kadepan menahan karinya kereta berdarah
itu. Cambuk serta telapak bentrok jadi satu....
"Braaak....!" walaupun orang yang berada di dalam kereta
itu harus dengan satu melawan dua orang ternyata sama
sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apapun.
Hal ini seketika itu juga mambuat Thian Siang thaytu serta
Ciu Tong merasa amat tarparanjat sekali, merek berdua boleh
dikata terhitung sebagai jagoan kelas satu dari Bu-lim, eangan
tenaga gabungan mereka berdua ternyata tidak
mendatangkan hasil apa-apa, hal ini sudah tentu merupakan
suatu peristiwa yang amat aneh.
Dari dalam hutan kembali muncul dua orang yang berjalan
dengan langkah amat perlahan, mareka bukan lain adalah
sijari Sakti Sang Su-im dan Sin Hong Soat-nie dua orang.
Di dalam sekejap saja kerata bardarah kembali terkapung
rapat-rapat di dalam kurungan para orang gagah, suasana
begitu tegang jelas sebentar lagi bakal terjadi suatu
pertampuran yang benar-benar amat sengit....
Koan Ing yang melihat kejadian ini dalam hati merasa amat
girang, dengan keadaan yang tertera di depan mata pada saat
ini walaupun kapandaian silat yang dimiliki orang dibalik
kerata berdarah itu jauh lebih lihaypun tidak mungkin bisa
maloloskan dirinya lagi. Sinar mata Ciu Tong dengan perlahan manyapu sekejap ke
sekeliling tempat itu agaknya dia merasa amat puas dengan
hasil yang dicapai pada saat ini, dan jika dilihat dari kaadaan
ini terang-terangan pihak mareka itu sudah berada di atas
angin, oraag yang berada di dalam kereta berdarah itu jangan
harap bisa meloloskan dirinya kembali.
"Saudara!! sungguh dahsyat kepandaian silat yang kau
miliki, kenapa kau orang tidak memperliaatkan wajah aslimu?"
serunya kemudian terhadap orang yang berada di dalam
kereta berdarah itu. Ooo)*(ooO Bab 44 SELESAI berkata tubuhnya tampak barkelebat maju ke
depan, tongkat ditangan kanannya menyontek ke atas dan
menghajar horden dari kereta itu.
Dari balik kereta bardarah terdengarlah suara dengusan
dingin yang amat berat, dua gulung hawa pukulan jari yang
berwarna hijau muda dengan cepatnya menyambar keluar
mengancam alis dari Ciu Tong.
Begitu melihat datangnya kedua gulung sambaran angin
yang bagitu dahsyat Ciu Tong merasakan hatinya berdesir,
tubuhnya buru-buru mangundurkan diri ke arah belakang.
Bukan saja Ciu Tong yang merasa terkejut sekalipun para
orang gagah yang hadir disanapun merasakan hatinya
tergetar keras, bukanlah kedua gulung hawa pukulan tersebut
dihasilkan dari ilmu jari "Cha Liong Cie" yang dimiiiki manusia
tunggal dari Bu-lim tempo hari"
Pada dua puluh tahun yang lalu ilmu jari "Cha Liong Cie"
pernah membinasakan berpuluh-puluh orang jagoan Bu-lim,
kedahsyatannya boleh dikata jauh melebihi kedahsyatan dari
ilmu jari "Han Yang Cie" milik Sang Su-im.
Ilmu jari "Han Yang Cie" dapat memunahkan seluruh tenaga
dalam yang dimiliki seseorang sedangkan ilmu jari "Cha Liong
Cie" ini bukan saja dapat melenyapkan tenaga dalam yang
dimiliki seseorang bahkan dapat menembusi pula ilmu Khikang
yang melindungi tubuh seseorang.
Orang yang berada di dalam kereta bardarah itu sesudah
berhasil mengundurkan Ciu Tong ternyata sama sekali tidak
memperlihatkan gerakan apapun, agaknya dia tidak
bermaksud untuk bentrok secara terang-terangan dengan
mereka sebaliknya sedang menanti perubahan selanjutnya
dari kalangan tersebut. Ciu Tong yang kena dikejutkan sehingga mundur ke
belakang, kembali bersiap-siap untuk menerjang ke depan
untuk kedua kalinya, mendadak sinar matanya dapat
menangkap kalau sijaringan emas Phoa Thian Coa lagi
memerintahkan anak buahnya dari lembah "Chiat Han Kok"
untuk menyabarkan diri dan mengepung mereka semua.
Dangan dinginnya dia lantas mendengus, walaupun
kepandaian silat yang dimiiiki orang yang ada di dalam kereta
berdarah itu amat aneh dan lihay tapi bagaimanapun juga dia
cuma seorang diri, hal itu mudah diselesaikan ditambah pula
siapakah dia tidak seorangpun yang tahu.
Bilamana membicarakan soal dendam boleh dikata diantara
mereka tak ada persoalan apa-apa, sebaliknya terhadap Phoa
Thian-cu dia adalah sakit hati terbunuhnya sang putra
kesayangannya. "Phoa Thian Coa!!" serunya kemudian dengan dingin. "Kau
tidak usah mengatur siasat lagi, ini hari tidak bakal ada jalan
mundur buat dirimu!"
"Bagaimana perubaban selanjutnya dari keadaan ditengah
kalangan siapapun tidak tahu, buat apa kau orang bicara
tekebur?" ejek Phoa Thian Coa sambil tertawa dengan dingin.
Kiranya cara berpikir dari tiga manusia aneh serta dua
manusia genah yang ada di dalam kalangan adalah sama,
siapapun di antara mereka lebih penuju untuk menghadapi diri
Phoa Thian Coa lebih dulu serta anak buahnya, karena pihak
lembah "Chiet Han Kok" sudah membuat mereka kehilangan
muka. Terdengar Sang Su-im tartawa terbahak-bahak dengan
amat kerasnya. "Hey Phoa Thian-cu, tidak ada gunanya kau
mengatur siasat dan mengepung kami, sejak tadi di sekeliling
tempat ini sudah menanti anak buah perkumpulan Tianggongpang kami, Bilamana kau bermaksud hendak
meninggalkan tempat ini aku rasa tidak bakal semudah apa
yang kau pikirkan semula!"
Dengan cepat Phoa Thian Coa menyapu sekejap ke
sekelilingnya, diam-diam dia merasa amat terperanjat
bersamaan itu pula hatinya merasa heran mengapa sampai
waktu itu belum juga kelihatan munculnya Yuan Si Tootiang
disana. bilamana apa yang diucapkan Sang Su-im adalah
sungguh-sungguh maka keadaan tentu akan runyam,
Pada waktu itulah dengan langkah yang amat perlahan Sing
Siauw-tan serta Koan Ing barjalan ke arah Sang Su-im.
Sejak diketahui olehnya kalau orang yang barada di dalam
kereta bardarah itu telah menggunakan ilmu silat aliran Hiathopay bahkan berhasil mempelajarinya dalam waktu yang
amat singkat Koan Ing sudah kepingin sekali mengetahui
siapakah orang itu. tetapi orang-orang yang ada di dalam
kalangan pada taat ini kebanyakan merupakan angkatan yang
jauh lebih libay dari dirinya, dia merasa tidak leluasa untuk
turun tangan sendiri sesaat mereka lagi bercakap2 dengan
Phoa Thian Coa. Walaupun langkahnya menuju ke samping Sang Su-im
tetapi sepasang mata dari pemuda itu masih juga
memperhatikan hordan kereta tersebut. dia merasa heran di
kolong langit pada taat ini masih ada jagoan dari mana yang
memiliki kepandaian yang demikian dahsyatnya itu"
"Phoa Thian Coa!" terdengar Thian Siang Thaysu itu
Jiangbunjien dari Siauw-lim-pay berkata dengan suaranya
yang berat. "Cepat perintahkan mereka untuk letakkan
senjata, kau sendiripun seharusnya tahu mengorbankan
nyawa anak buahmu sebetulnya tidak berguna, karena orangorang
Bu-lim akan memberi suatu keadilan buat kalian"
Phoa Thian Coa menarik napas panjang sinar matanya
berkelebat tiada hentinya. "Thaysu, bukankah perkataanmu
rada sedikit sombong!" tiba-tiba dari balik hutan
berkumandang datang suara seseorang yang amat dingin
sekali. Mendangar suara tersebut Koan Ing merasa hatinya
berdesir, ketika dia manoleh ke belakang, sedikitpun tidak
salah tampaklah Yuan Sie Tootiang itu ciangbunjin dari partai
Bu-tong sudah bertindak datang dan di belakang tubuhnya
tampaklah sutenya si "Sin Kiam Tui Hong" Kong Yan Bei.
Dalam hati ia merasa keheranan, bukankah Cha Can Hong
sekalian sedang pada pergi mengejar Yuan Si Tootiang"
Bagaimana mungkin mareka bisa kehilangan jejaknya bahkan
toosu itu bisa munculkan dirinya disini"
"Hmm! tidak kusangka kaupun berani datang juga kemari,"
terdengar Cha Can Hong memaki dengan gusarnya sewaktu
melihat munculnya Yuan Si Tootiang disana. "Kendati kau
tidak berani bergebrak melawan aku pada waktu itu buat apa
kau datang kemari lagi" tidak kusangka sebagai ketua partai
Bu-tong-pay ternyata engkau adalah seorang manusia yang
tidak tahu malu!!!" "Sin Kiam Tui Hong" Kong Yen Bei yang mendengar
perkataan tersebut dengan gusarnya segera membentak. "Cha
Can Hong! kau jangan berbuat kurang ajar terhadap
suhengku. Hm! aku tahu karena kalian beberapa orang


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa iri hati atas kedahsyatan kepandaian silat suhengku
maka dengan menggunakan cara yang amat memalukan
kalian memfitnah kalau suhengku hendak mancelakai kalian!"
Cha Can Hong yang mendengar perkataan ini semula rada
Pendekar Super Sakti 21 Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Alap Alap Laut Kidul 7

Cari Blog Ini