Ceritasilat Novel Online

Pedang Angin Berbisik 17

Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Bagian 17


Kwang, tidak mungkin Partai Pedang Keadilan bisa mencalonkan Ding Tao dalam pemilihan Wulin Mengzhu. Bagaimanapun
juga, masalah kehormatan adalah masalah yang penting dalam dunia persilatan. Sekali mereka memberikan janji di depan
umum, tidak mungkin mereka bisa mengingkarinya tanpa menjatuhkan nama sendiri. Bo He seperti duduk di atas punggung
harimau, turun salah, tetap duduk juga salah.
"Berikan keputusan kalian sekarang!", geram Guang Yong Kwang menekan.
Suaranya bergema di ruangan pertemuan yang besar itu. Dari pihak Partai Pedang Keadilan, tidak ada seorang pun yang
mampu menjawab desakan Guang Yong Kwang, mereka semua hanya bisa memandang Bo He. Menunggu jawaban keluar
dari mulut Bo He, dengan tangan menggenggam senjata masing-masing erat-erat. Satu kata perlawanan dari Bo He dan
ruangan pertemuan itu pun akan banjir dengan darah.
Suasana sudah begitu mencengkam, Bo He hanya berpikir untuk mengulur waktu, memastikan kawan yang di luar sudah
siap untuk mengurung rombongan Kunlun, agar mereka tidak mampu keluar dari ruang pertemuan tersebut. Rombongan
dari Kunlun pun dapat melihat bahwa Bo He sudah mengambil keputusan. Meskipun belum ada senjata yang dicabut,
namun ruangan tersebut sudah pekat dengan hawa pembunuhan. Kedua belah pihak sama-sama yakin bahwa pertarungan
tidak dapat dihindarkan. Kunlun dengan keyakinannya pada kemampuan mereka masing-masing dan terutama ketua
mereka Guan Yong Kwang. Partai Pedang Keadilan dengan modal kesetiaan dan keteguhan hati untuk mempertahankan kehormatan dan keselamatan ketua mereka.
Di saat yang genting itulah tiba-tiba Murong Yun Hua memasuki ruangan diiringi oleh pelayan-pelayan pribadinya, yang
semuanya tentu saja wanita.
Dalam keadaan hamil tua pun Murong Yun Hua masih terlihat cantik. Bahkan wajahnya yang anggun terlihat memancarkan
aura berwibawa namun lembut, layaknya seorang ibu dalam pandangan anak-anaknya. Pengiringnya pun adalah gadis-gadis
pilihan berusia belasan, baru saja meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki usia dewasa. Meskipun tidak secantik
Murong Yun Hua, keremajaan mereka memancarkan daya tariknya sendiri.
Jika mereka tidak mengiringi Murong Yun Hua, orang seorang tentu mereka pun merupakan gadis-gadis yang cantik. Tapi
bersanding dengan Murong Yun Hua, kecantikan mereka jadi tampak begitu sederhana. Namun kesederhanaan itu membuat
kecantikan Murong Yun Hua makin menonjol, seperti bunga mawar yang dikelilingi daun-daunnya yang segar.
Kehadiran mereka yang begitu tiba-tiba mengejutkan setiap orang. Kecantikannya sedemikian anggun dan menggetarkan
hati, hingga melemahkan semangat bertarung setiap orang. Bahkan 6 orang murid perempuan dari Partai Kunlun pun ikut
terpesona melihat kehadiran mereka. Keberadaan mereka yang berbeda 180 derajat, begitu kontras dengan hawa
pembunuhan yang sebelumnya memenuhi ruangan, tanpa bisa dihindari membuat setiap mata terpaku pada mereka dan
menumpulkan konsentrasi setiap orang.
Bagi Bo He dan yang lain, yang sebelumnya sudah bersiap-siap untuk menggadaikan nyawa mereka demi keselamatan Ding
Tao, kejadian itu merupakan satu kelegaan. Bagi Guang Yong Kwang yang sudah bersiap-siap menebas setiap penghalang,
seperti seseorang menebas rumput untuk makanan kambingnya, kejadian itu merupakan satu gangguan. Tapi bahkan
Guang Yong Kwang pun tidak sampai hati untuk bersikap keras pada nyonya rumah yang datang dengan senyum menawan.
Murong Yun Hua merangkapkan tangan dan memberi hormat dengan anggun dan luwes. Tentu saja jauh berbeda rasanya
mendapatkan salam dari Murong Yun Hua yang cantik, jika dibandingkan dengan mendapat salam dari Bo He yang
berewokan. "Salam Ketua Guang Yong Kwang, dari luar kudengar berita tentang kunjungan ketua juga tujuan dari kunjungan ini. Aku
harap, kedudukanku sebagai isteri dari Ketua Ding Tao membuatku cukup pantas untuk mewakilinya ketika dia sedang
berhalangan.", ujar Murong Yun Hua dengan lembut.
Guang Yong Kwang masih muda, dia pun lelaki normal, siapa lelaki yang bisa bersikap kasar jika ditegur oleh seorang
wanita cantik dengan lemah lembut"
Tidak sulit bagi Guang Yong Kwang untuk menahan kekesalan hatinya, karena kemenangan yang sudah hampir dipetik
harus ditunda sementara, dengan senyum dikulum dia menjawab, "Tentu saja, orang she Guang ini tidak keberatan. Tapi
bagaimana dengan orang-orang nyonya sendiri" Bisakah mereka menerima nyonya sebagai wakil dari suami nyonya?"
Murong Yun Hua menengok ke arah Bo He dengan suara merdu dia bertanya, "Saudara Bo He, apakah ada keberatan?"
Bo He tergagap ditanya demikian, "Soal ini" soal ini?"
Murong Yun Hua pun tersenyum manis dan berkata, "Alasan yang dikatakan Ketua Guang Yong Kwang, bukannya tidak
terpikir oleh Ketua Ding Tao. Jika bentrokan terjadi antar calon dan pendukungnya dalam pertemuan Wulin Mengzhu nanti,
maka yang meraih keuntungan justru lawan yang hendak dihadapi. Mengingat kemungkinan bentrok antar saudara sendiri,
Ketua Ding Tao pun mengambil resiko dengan mempelajari ilmu simpanan dengan bertaruh nyawa."
"Apakah menurut kalian Ketua Ding Tao itu orang yang berambisi" Adakah dia menginginkan kedudukan Wulin Mengzhu
bagi dirinya sendiri" Ataukah dia mencalonkan diri demi kepentingan yang lebih luas?", tanya Murong Yun Hua pada sekian orang Partai Pedang Keadilan yang ada di ruangan tersebut.
"Sangka kalian, jika dia hadir di sini saat ini, dia akan meminta kalian untuk mempertaruhkan nyawa kalian demi sebuah
kesempatan untuk maju dalam pencalonan Wulin Mengzhu" Sedemikian lama kalian mengikut dia, serendah itukah
penilaian kalian terhadapnya?", tanya Murong Yun Hua pada orang-orang Partai Pedang Keadilan.
Mendengar pertanyaan Murong Yun Hua dan pandang matanya yang tajam, tanpa terasa mereka menundukkan wajah.
"Saat ini aku hadir di sini untuk mewakili dia, karena aku yakin pilihan apa yang akan dia pilih seandainya dia dapat
memberikan keputusannya saat ini. Sebelum kalian menyetujui atau menentang jawaban yang akan aku berikan, kuharap
kalian mengingat baik-baik sifat dari Ketua Ding Tao. Nilailah dengan jujur, sudahkah keputusanku ini mewakili dirinya?", ujar Murong Yun Hua kepada sekalian orang Partai Pedang Keadilan, sebelum dia mengalihkan pandangannya kembali pada
Guang Yong Kwang. Kehadiran dan perkataan Murong Yun Hua menimbulkan tanda tanya dan ketertarikan dalam diri masing-masing orang
Kunlun yang mendengarkannya. Cara Murong Yun Hua bertanya pada anggota Partai Pedang Keadilan, dengan caranya
yang unik, memberikan gambaran akan sifat dan karakter Ding Tao, yang digambarkan sebagai seorang pemimpin yang
lurus dan mementingkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Seorang pemimpin yang menjadi pelindung
bagi pengikutnya, bukan memanfaatkan pengikutnya demi ambisi pribadi. Tanpa disadari, timbul rasa simpati pada Ding
Tao dalam hati beberapa orang di antara mereka.
Sementara Guang Yong Kwang merasa seperti ditodong oleh Murong Yun Hua. Seakan dirinya ditanya dan dibandingkan
dengan Ding Tao, jika Ding Tao memperhatikan keselamatan pengikutnya, bagaimana dengan dia yang justru siap
mengorbankan pengikutnya demi tercapainya tujuan" Jika Ding Tao digambarkan sebagai seorang pemimpin yang tidak
memiliki ambisi pribadi, maka seakan-skan Murong Yun Hua sedang bertanya pada dirinya, apakah dia sedang mengejar
ambisinya pribadi" Lalu jika hendak menentukan siapa yang pantas menjadi pemimpin seluruh dunia persilatan, maka siapa
yang lebih pantas" Dirinyakah" Atau Ding Tao kah yang lebih pantas untuk menduduki jabatan itu"
Dipojokkan sedemikian rupa, jantung Guang Yong Kwang berdebaran, dia sendiri tidak tahu, apakah dia merasa kagum atau
marah pada wanita cantik yang sekarang ada di hadapannya itu. Mungkin keduanya, antara merasa marah karena Murong
Yun Hua dengan cerdiknya menguasai keadaan, tapi juga kagum pada kemampuannya. Mungkin juga ada rasa kecewa dan
iri karena hati wanita cantik dan cerdik ini sudah dimiliki oleh lelaki lain.
"Jadi, sebagai wakil Ketua Ding Tao, apa jawaban nyonya?", tanya Guang Yong Kwang dengan jantung bergetar.
Pedas sindiran Murong Yun Hua, namun manis senyumnya saat menjawab, "Tentu saja, Partai Pedang Keadilan setuju
dengan pemikiran Ketua Guang Yong Kwang yang bijak. Jika kedua partai bisa bekerja sama dalam pemilihan Wulin
Mengzhu nanti, tentu akan ada banyak korban yang bisa dihindarkan. Setidaknya korban dari Partai Kunlun dan Partai
Pedang Keadilan." "Tentang siapa yang memimpin persekutuan dari kedua partai ini, bagaimana menurut Nyonya?", tanya Guang Yong Kwang
dengan kepala serasa ringan melihat senyum manis Murong Yun Hua.
"Tentang hal itu, paling adil tentu saja jika diukur berdasarkan tingkat kepandaian masing-masing pihak. Hanya saja perlu diingat, karena tujuan yang utama adalah menghindarkan jatuhnya korban, maka dalam mengukur kepandaian hendaknya
dicari cara yang tepat.", jawab Murong Yun Hua dengan penuh keyakinan.
Selama menjawab, senyum manis tidak pernah lepas dari bibir Murong Yun Hua, bahkan matanya yang jeli pun mengerjap
dengan kerlingan yang bisa dianggap menggoda. Lelaki normal tentu terpikat melihat kecantikan Murong Yun Hua dan
Guang Yong Kwang juga lelaki normal. Jika tanpa berusaha pun Murong Yun Hua bisa membuat lelaki terpikat, apalagi
ketika dia sengaja menebar pesona. Mungkin hanya Ding Tao yang bisa menolaknya, meskipun hatinya toh tetap saja
terpikat. Suara Guang Yong Kwang sedikit serak saat dia hendak menjawab, entah mengapa tenggorokannya tiba-tiba menjadi
kering. Tapi tidak malu dia menjadi seorang ketua dari partai yang besar, dengan cepat dia menekan perasaannya dan
meneguk sedikit arak yang disediakan tuan rumah untuk membasahi tenggorokannya. Tindak tanduknya terlihat wajar,
tidak tersirat sedikitpun gejolak perasaan dalam dadanya.
Setelah merasa tenggorokannya lega, Guang Yong Kwang menjawab, "Tidak salah jika orang memuji keberuntungan Ketua
Ding Tao yang mendapatkan dua orang dewi sebagai isteri. Nyonya bisa bercakap begitu yakin, apakah sudah mendapatkan
satu pikiran, dengan cara apa kita akan saling mengukur kepandaian tanpa ada jatuh korban di kedua belah pihak?"
Murong Yun Hua tertawa sopan sambil menutup mulutnya dengan tangan, sikapnya begitu gemulai dan menggemaskan,
tanpa terasa Guang Yong Kwang ikut tertawa bersamanya, "Ketua Guang Yong Kwang pandai memuji. Entah ide apa yang
ketua punya, tentu saja akupun memiliki ide yang baik. Tapi jika hanya aku seorang yang mengajukannya, orang bisa
menuduh aku memilih jenis pertandingan yang hanya menguntungkan pihak kami sendiri."
"Jadi bagaimana pendapat nyonya?", tanya Guang Yong Kwang tanpa sadar dibuat mengikuti kemauan Murong Yun Hua.
"Kita adakan 3 pertandingan, kita adakan lempar dadu untuk menentukan siapa yang boleh terlebih dahulu menentukan
bentuk pertandingan pertama yang akan diadakan. Pihak yang kalah pada pertandingan pertama, berhak menentukan
bentuk pertandingan kedua. Demikian juga setelah pertandingan kedua, pihak yang kalah bisa menentukan bentuk
pertandingan yang ketiga.", ujar Murong Yun Hua dengan gaya yang sedikit manja.
"Bentuk pertandingan boleh apa saja, syaratnya, tidak beresiko akan jatuhnya korban dari kedua belah pihak dan mewakili kepandaian yang digunakan dalam mempelajari ilmu bela diri. Bagaimana menurut Ketua Guang Yong Kwang" Cukup
pantas tidak peraturan ini?", tanya Murong Yun Hua sambil mengerjapkan matanya.
"Pantas, sangat pantas, adil dan tidak berat sebelah.", jawab Guang Yong Kwang sambil bertepuk tangan.
"Syukurlah kalau Ketua Guang Yong Kwang merasa demikian. Hatiku jadi terasa lega, nama besar Partai Kunlun sudah lama
kudengar, jika terjadi bentrokan di antara kawan sendiri tentu sangat disayangkan.", ujar Murong Yun Hua dengan lembut.
"Benar, nyonya memang bijaksana, dengan cara ini dua kekuatan besar bisa disatukan tanpa harus terjadi pertumpahan
darah.", jawab Guang Yong Kwang dengan senyum lebar, yakin akan memenangkan ketiga pertandingan tersebut.
Bo He dan pengikut yang lain hanya bisa mengikuti percakapan antara Murong Yun Hua dan Guang Yong Kwang dengan hati
berdebar. Tidak sedikit di antara mereka yang sempat terkilas dalam benaknya, bagaimana jika Murong Yun Hua sedang
bermain gila dengan Guang Yong Kwang" Namun pikiran itu dengan segera disingkirkan jauh-jauh. Pengabdian Murong Yun
Hua pada Ding Tao sudah tidak perlu diragukan lagi. Pertanyaan Murong Yun Hua juga masih bergaung dalam benak
mereka. Terkoyak antara rasa percaya dan juga ragu, mereka hanya mampu memandangi kejadian demi kejadian.
"Apakah akan kita mulai sekarang?", tanya Murong Yun Hua dengan senyumannya yang menggoda.
"Baik, silahkan dimulai.", jawab Guang Yong Kwang pendek.
Murong Yun Hua dan gadis-gadis yang mengikutinya terlihat jelas sudah siap, hanya dengan satu anggukan kepala salah
seorang pelayan pribadinya maju ke depan.
Pelayan tersebut membawa sebuah tempat kocokan dadu, segera setelah dia sampai di depan dia segera mulai memutar
mangkuk dadunya. Murong Yun Hua masih dengan senyum memikatnya bertanya, "Baiklah Ketua Guang Yong Kwang memilih nilai kecil atau
besar?" "Besar", jawab Guang Yong Kwang dengan yakin.
Gadis pelayan itu pun memutar mangkuk dadu beberapa kali lagi sebelum kemudian dia meletakkan mangkuk di meja.Sejak
melihat munculnya gadis pelayan itu, keraguan Bo He dan beberapa orang lain yang cukup jeli melihat, terhadap Murong
Yun Hua dengan segera lenyap. Tinggal rasa cemas, apakah Murong Yun Hua benar-benar memiliki rencana untuk
menyelamatkan Partai Pedang Keadilan dan apakah rencananya itu akan berhasil. Tentu saja bukan tanpa alasan keraguan
mereka lenyap seketika saat melihat gadis pemegang mangkuk dadu itu. Alasannya tidak lain tidak bukan, adalah karena
mereka mengenal siapa gadis pembawa mangkuk dadu itu.
Shu Lin nama gadis itu, tentu saja dia bukan gadis pelayan, dia adalah salah satu pengikut Partai Pedang Keadilan. Sebelum bergabung, Shu Lin ini bekerja di salah satu rumah judi di daerah Chang Sha.
Dari sini bisa dilihat bahwa Murong Yun Hua tentu sudah memiliki rencana sendiri. Dengan membawa Shu Lin sebagai gadis
pelayan pribadinya, setidaknya Murong Yun Hua sudah menang satu langkah terhadap Guang Yong Kwang, karena dengan
keahlian Shu Lin memainkan dadu, hampir bisa dipastikan nilai dadu yang keluar akan menguntungkan Murong Yun Hua.
Jika Murong Yun Hua bisa menentukan bentuk pertandingan yang pertama, maka kemungkinan besar mereka akan dapat
memenangkan pertandingan pertama. Setidaknya Murong Yun Hua dapat memilih bentuk pertandingan yang
menguntungkan pihak mereka.
Hanya saja apakah dengan kecerdikan Murong Yun Hua, Partai Pedang Keadilan dapat mengalahkan orang-orang dari
Kunlun yang lebih kuat"
Shu Lin membuka mangkuk dadu dan Guang Yong Kwang serta Murong Yun Hua, bersama-sama maju ke depan untuk
melihat hasilnya. "Kecil!", seru Murong Yun Hua sambil bertepun tangan dengan gembira, seakan-akan dia juga ikut menantikan dengan
tegang hasil kocokan dadu Shu Lin.
Guang Yong Kwang yang masih merasa di atas angin pun tersenyum saja, siapa yang tidak senang melihat seorang wanita
cantik tersenyum dan bergembira" Lagipula Guang Yong Kwang merasa yakin dengan dirinya sendiri. Buktinya dia sudah
berani datang ke pusat Partai Pedang Keadilan dan mengajak bertemu Ding Tao. Apalagi sekarang ternyata Ding Tao
berhalangan untuk hadir, keyakinan Guang Yong Kwang jadi berlipat-lipat. Sebelum dia datang, dia sudah mengadakan
penyelidikan dan dia yakin kecuali Ding Tao tidak ada orang lain yang perlu dia kuatirkan.
12 orang yang dia ajak pun bukanlah orang sembarangan, mereka ini memang tidak memiliki nama di dunia persilatan. Tapi
bukan berarti mereka tidak memiliki keahlian, justru mereka inilah orang-orang pilihan yang keberadaannya disembunyikan Kunlun dari dunia luar. Bukan pula berarti mereka hanya diam dan berlatih tanpa memiliki pengalaman di dunia nyata.
Kenyataannya setiap orang dari 12 orang ini sudah pernah menumpahkan darah orang yang cukup ternama. Hanya saja
mereka melakukannya dengan diam-diam. Dengan perhitungan tersebut, Guang Yong Kwang tidak perlu merasa kuatir akan
kalah dalam pertaruhan ini.
"Rupanya keberuntungan berpihak pada nyonya, silahkan, pertandingan seperti apa yang nyonya mau?", ujar Guang Yong
Kwang dengan sopan. "Hmm" orang bilang, seni bela diri tidak ubahnya seni perang, mengatur tangan dan kaki tidak ubahnya mengatur pasukan
untuk menyerang dan bertahan. Dan permainan catur (Xiang Qi) adalah permainan yang mampu mewakili kerumitannya.
Mengatur wilayah, beradu kecerdikan, tahu bertahan, tahu pula kapan menyerang. Jadi untuk pertandingan pertama ini,
biarlah aku mengajukan tanding catur, karena permainan ini mewakili ilmu bela diri dari sisi strategi tanpa harus
menggunakan badan dan beresiko menumpahkan darah.", ujar Murong Yun Hua setelah diam beberapa lama, berpura-pura
berpikir sebelum mengambil keputusan.
Tentu saja aksinya itu ditanggapi Guang Yong Kwang dengan setengah percaya setengah tidak. Bagaimanapun juga Guang
Yong Kwang tahu di pihak mana Murong Yun Hua berdiri. Tapi Guang Yong Kwang tidak mengajukan keberatan. Pertama
karena alasan Murong Yun Hua memang tepat dan sesuai dengan aturan yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Yang
kedua karena di antara orang yang dibawanya ada seorang yang jago bermain catur.
Orang-orang dari Partai Pedang Keadilan sendiri mulai tumbuh harapannya. Mengikuti percakapan Murong Yun Hua dan
Guang Yong Kwang. Kemudian melihat bagaimana Murong Yun Hua memiliki kesempatan, setidaknya dua kali untuk
menentukan bentuk pertandingan. Dan melihat pula bentuk pertandingan yang dipilih Murong Yun Hua, maka mata mereka
pun terbuka dan sadar bahwa masih ada cara untuk lolos dari ancaman yang ditimbulkan orang-orang Kunlun.Jika tadinya
mereka seperti menghadapi jalan buntu, di mana pilihan yang ada hanyalah menyerah atau bertarung tapi kalah. Sekarang
mereka dengan kagum berpikir, kenapa tidak terpikirkan cara diplomatis yang dipakai Murong Yun Hua" Kunlun memakai
alasan untuk menghindarkan bentrokan dan mengurangi jatuhnya korban pada pertemuan Wulin Mengzhu. Murong Yun Hua
dengan luwesnya, menerima alasan Kunlun yang dibuat-buat sebagai kebenaran, tapi kemudian berbalik menggunakan
alasan yang sama, untuk mengajukan bentuk pertandingan yang tidak mengandalkan kekuatan.
Dengan cara ini, Partai Pedang Keadilan yang tadinya berada di bawah angin, karena orang-orang terkuatnya sedang tidak
ada, sedikit banyak berhasil menyeimbangkan keadaan. Rasa hormat dan kagum mereka pada Murong Yun Hua jadi
bertambah. Guang Yong Kwang sendiri juga mulai sadar, bahwa dirinya sudah terseret oleh permainan Murong Yun Hua. Dia maju untuk
menundukkan Partai Pedang Keadilan dengan membawa kelebihan-kelebihan dalam hal ilmu bela diri untuk menunjang
kemenangannya, bersiap untuk menggunakan cara keras atau setidaknya menggunakan kekuatannya itu untuk mengancam
pihak Partai Pedang Keadilan. Tapi permainan kata Murong Yun Hua sudah membuat dia terlena dan menyetujui bentuk
yang berbeda untuk menentukan kalah dan menang. Sambil menggigit bibir dia memaksa diri untuk tertawa, meski terasa
getir dalam dadanya. "Baiklah, pilihan yang tepat, catur memang jenis permainan tanpa resiko tapi juga mampu mewakili salah satu sisi dari
sebuah pertarungan. Dari pihakku aku akan mengajukan Deng Zhi, dia adalah salah seorang ahli catur dari Kunlun.
Bagaimana dengan Partai Pedang Keadilan, siapa yang akan maju?", ujar Guang Yong Kwang.
Orang yang bernama Deng Zhi pun segera maju ke depan saat dia mendengar Guang Yong Kwang menyebut namanya.
Sejak Murong Yun Hua mengajukan bentuk pertandingan pertama, dia sudah tahu bahwa dialah yang akan diperintahkan
untuk maju. Sementara Murong Yun Hua terlihat berpikir, pandangan matanya mengitari mereka semua yang ada dalam
ruangan. Dua orang pelayannya sedang mengatur meja dan kursi untuk kedua orang pemain. Seorang yang lain sudah
pergi meninggalkan ruangan untuk mengambil papan dan buah catur.
Sambil mengetuk-ngetuk dagunya yang runcing dengan jarinya yang lentik, Murong Yun Hua akhirnya menjawab,
"Seandainya Penasehat Chou Liang ada di sini, kukira dialah sepantasnya maju mewakili kami" Namun karena dia
berhalangan" biarlah aku yang maju mewakili pihak kami dalam pertandingan ini. Akhir-akhir ini aku sudah banyak belajar dari Penasehat Chou Liang mengenai permainan catur."
Berkilat mata Deng Zhi mendengar hal ini, dalam banyak kebudayaan seringkali kaum wanita dipandang sebagai makhluk
yang lebih lemah, cenderung mendengarkan perasaan daripada logika dan keberadaannya tidak lebih daripada menjadi
pendukung kaum pria. Padahal dalam setiap sejarah satu bangsa, selalu saja ada sosok pahlawan wanita yang menonjol
dan tidak kalah dengan kaum pria. Tapi seringkali kebanyakan kaum pria tidak juga belajar dari sejarah dan meremehkan
kaum wanita. Deng Zhi yang jago catur pun tidak luput dari kelemahan ini.
Tidak menunggu lama satu set papan catur sudah diletakkan di atas meja. Buah catur sudah tersusun rapi di atasnya. Deng Zhi memegang sisi warna hitam sedang Murong Yun Hua memegang warna merah. Kedua lawan sudah duduk di kursi dan
permainan dimulai oleh Murong Yun Hua.
Tidak ada keraguan dan tidak butuh waktu lama saat Murong Yun Hua menggerakkan buah caturnya yang pertama. Deng
Zhi pun dengan cepat melakukan langkah kedua. Dibalas dengan cepat pula oleh Murong Yun Hua, dalam waktu singkat
kedua pemain sudah melewati tahap pembukaan awal. Deng Zhi yang sempat sedikit kuatir dengan keyakinan Murong Yun
Hua akan permainan caturnya, mulai menampakkan senyum mengejek di wajah. Meskipun hanya berupa seulas senyum,
bagi mereka yang melihatnya, inilah tanda bahwa Deng Zhi sudah yakin bahwa kemenangan akan ada di tangannya.
Murong Yun Hua yang bergerak lebih dulu, menyerang lawan dengan agresif, prajuritnya dengan cepat menyeberangi
sungai. Sayang rupanya Murong Yun Hua terlalu terburu-buru melangkahkan prajuritnya maju ke depan. Akibatnya 2 prajuritnya
terambil oleh lawan, dan Murong Yun Hua pun dengan cepat mengirim kuda dan kereta untuk maju menyelamatkan
sisanya. Tapi sekarang Murong Yun Hua menghadapi masalah lain, prajuritnya yang berhasil menyeberang sungai sudah selamat,
kedudukannya di seberang sungai cukup aman. Masalahnya dengan hampir seluruh buah caturnya di seberang sungai, di
daerah pertahanan hanya tersisa buah catur yang memang tidak bisa menyerang ke depan. Deng Zhi dengan cerdik
memanfaatkan hal ini dan menyerang lubang-lubang pertahanan yang ada. Salah satu buah caturnya, sebuah kereta perang
menyusup masuk dan mengancam raja milik Murong Yun Hua.
Meskipun keadaan sudah kritis, Murong Yun Hua tidak juga menurunkan kecepatannya dalam mengambil keputusan.
Berbeda dengan Deng Xhi yang mulai berhati-hati dan berpikir panjang sebelum melakukan gerakan, setelah melewati
tahap awal. Melihat hal itu tanpa sengaja salah seorang pelayan pribadinya mengeluh dan berujar, "Nyonya, kenapa tidak berhati-hati dalam bermain. Sebelum bergerak seharusnya nyonya waktu untuk berpikir. Jika tidak nyonya akan sering mengambil
keputusan yang salah. Bukankah Penasihat Chou Liang pernah menasihati nyonya demikian?"
Saat itu giliran bergerak sudah kembali pada Deng Zhi, ancaman pada raja dengan cepat digagalkan oleh Murong Yun Hua
dengan mengorbankan salah satu gajahnya. Deng Zhi yang mendengar hal itu hanya tertawa menghina dalam hati, di
luaran dia berpura-pura sedang memikirkan strategi permainan.
Murong Yun Hua yang mendengar masihat pelayan pribadinya, menengok lalu menjawab dengan lembut, "Siauw Hoa,
apakah kamu tidak mengerti" Permainan catur ini aku ajukan, sebagai pengganti pertandingan pedang. Jika kau bermain
pedang, apakah lawanmu akan memberi waktu bagimu untuk berpikir" Apakah pedang lawan yang bergerak untuk
menusuk, akan menunggu sampai dirimu mengambil keputusan sebelum dia benar-benar menusuk?"
Sambil tersenyum lembut dan dengan nada seperti seorang tua yang mendidik anaknya dia melanjutkan, "Itu sebabnya
setiap kali giliranku bergerak, aku pun bergerak dengan cepat. Selayaknya seorang yang bertanding dengan pedang."
"Tapi lawan tidak berlaku demikian, mengapa nyonya tetap saja berlaku demikian.", sahut pelayannya dengan kesal.
"Diamlah Siauw Hoa.", tegur Murong Yun Hua dengan nada yang tegas, meskipun suaranya tetap lembut terdengar dan
tidak menaikkan suara. Ditegur oleh Murong Yun Hua, Siauw Hoa pun menunduk terdiam, meskipu di wajahnya jelas masih merasa penasaran.
Murong Yun Hua melirik sekilas dan melihat rasa penasaran di wajah Siauw Hoa.
"Siauw Hoa, setiap orang memiliki pertimbangannya masing-masing. Pertimbangan siapa yang benar dan pertimbangan
siapa yang salah, tidak mudah untuk ditentukan. Dalamnya lautan bisa diukur, hati orang siapa yang tahu" Karena itu aku berprinsip, untuk tidak menghakimi kelakuan orang lain, tapi lebih baik dengan cermat mewaspadai sikap hati kita sendiri.
Sudahkah kita berpikir, merasa dan berlaku dengan sebenar mungkin" Seadil mungkin dan sebisa mungkin mengikuti jalan
yang menjunjung tinggi kehormatan dan kegagahan."
Mendengar penjelasan Murong Yun Hua, Siauw Hoa hanya bisa mengangguk perlahan dengan wajah menyesali keadaan.
Jawaban Murong Yun Hua mampu membuat kepala orang-orang Partai Pedang Keadilan yang menyaksikan pertandingan
catur itu terangkat ke atas. Meskipun dalam hati mereka merasa khawatir bahwa Murong Yun Hua akan kalah dalam
pertandingan catur itu, namun jawaban Murong Yun Hua yang gagah membuat mereka pun merasa bangga. Sebaliknya
wajah orang-orang Kunlun jadi sedikit bersemu merah, mereka yang awalnya merasa berbesar hati melihat keunggulan
Deng Zhi dalam bermain catur, sekarang berbalik merasa malu. Dunia persilatan didirikan di atas dasar kegagahan dan
kehormatan, tidak jarang nama baik dan sikap-sikap kepahlawanan lebih berarti daripada kemenangan. Keunggulan Deng


Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Zhi berupa beberapa buah biji catur, tentu saja tidak sebanding dengan kegagahan yang ditunjukkan oleh cara Murong Yun
Hua menyikapi pertandingan catur tersebut.
Dengan wajah memerah Deng Zhi pun menggerakkan buah caturnya tanpa menyelesaikan lebih dulu rencana yang sedang
dia susun dalam benaknya.
Murong Yun Hua tidak mengubah gaya permainannya, segera setelah Deng Zhi selesai menggerakkan biji caturnya, Murong
Yun Hua dengan cepat dan tegas mengambil langkah balasan. Permainan pun berjalan dengan cepat, karena sekarang
bukan hanya Murong Yun Hua yang mengambil keputusan dan menggerakkan buah caturnya dengan cepat. Deng Zhi pun
melakukan hal yang sama. Tapi baru beberapa langkah permainan itu berlangsung dengan cara demikian, wajah Deng Zhi yang tadinya merah oleh
rasa malu, berubah menjadi pucat oleh rasa terkejut. Hatinya dicekap oleh rasa takut. Bagaimana tidak" Jika tadinya dia berpikir sudah berada di atas angin, setelah berjalan beberapa langkah lebih jauh barulah dia sadar bahwa Murong Yun Hua yang bermain dengan cepat bukan berarti bermain tanpa rencana. Pertahanan di daerah Murong Yun Hua sepertinya
terbuka dengan kematian salah satu gajahnya dan posisi prajuritnya yang sudah terlanjur jauh di daerah lawan. Tapi lubang yang menganga itu tidak lebih dari sebuah jebakan.
Kereta perang Deng Zhi yang masuk ke daerah Murong Yun Hua, tiba-tiba terjebak jalan mundurnya oleh prajurit-prajurit
Murong Yun Hua yang bergerak ke samping, didukung oleh pergerakan kuda menutup jalan mundur kereta perang Deng
Zhi, di pihak lain kereta perang Murong Yun Hua ditarik ke belakang dan mengancam kereta perang Deng Zhi. Bahkan raja
dan penasehat pun ditempatkan sedemikian rupa sehingga kedua kereta perang Deng Zhi berada di posisi yang sulit.
Perkembangan ini di luar dugaan Deng Zhi, sehingga sebenarnya dia butuh waktu beberapa lama untuk menganalisa situasi
dan memikirkan ulang rencana permainannya. Namun perkataan yang dikeluarkan Murong Yun Hua sebelumnya, membuat
dia mati kutu. Terselip satu kecurigaan dalam hati Deng Zhi, jangan-jangan pelayan yang bernama Siauw Hoa tadi mengeluh dan
menasihati Murong Yun Hua dengan sengaja. Dengan sengaja memberi peluang pada Murong Yun Hua untuk mengeluarkan
kata-kata yang membuat dirinya terpaksa harus bermain dengan cepat, jika tidak nama baik dan reputasinya bisa rusak.
Malu, karena kalah gagah dengan seorang wanita.
Berbagai macam pikiran dan dugaan pun berkelabatan di benak Deng Zhi, pada langkah ke berapa, Siauw Hoa mengeluh
tadi" Seperti apa kedudukan tiap-tiap biji catur pada waktu itu" Jangan-jangan, bahkan pemilihan waktunya pun
disesuaikan dengan kedudukan biji-biji catur miliknya. Jangan-jangan, Siauw Hoa memancing perkataan Murong Yun Hua,
tepat di saat Deng Zhi sudah jatuh dalam perangkap permainan catur Murong Yun Hua. Apakah benar demikian" Entah
benar atau tidak, tapi seharusnya Deng Zhi lebih berfokus pada permainannya daripada menyesali kesalahan di waktu yang
lalu. Permainan berlangsung dengan cepat, hanya orang dengan konsentrasi yang tinggi yang bisa mengambil keputusan
dengan tepat. Bercabangnya pikiran Deng Zhi hanya membuat dia semakin banyak melakukan kesalahan, semakin
bertumpuk penyesalan dan akhirnya semakin ketat hal itu membelenggu pikirannya untuk bekerja dengan tenang.
Jika benar Murong Yun Hua merencanakan itu semua, maka bisa dikatakan Deng Zhi sudah kalah sebelum dia mulai
bertanding. Diawali dengan memanfaatkan kedudukan wanita yang dianggap lebih lemah dari kaum pria, Murong Yun Hua
membuat lawan memandang remeh dirinya. Cara dia menggerakkan biji caturnya yang berakibat hilangnya beberapa
prajurit dan satu gajah semakin menguatkan kesan ini. Di lain pihak, dia menyiapkan perangkap bagi Deng Zhi dan pukulan terakhir adalah komentarnya atas pertanyaan Siauw Hoa yang dilakukan tepat saat perangkap sudah siap dan Deng Zhi
sudah memakan umpannya. Bagaimanapun juga untuk menyiapkan perangkap itu, Murong Yun Hua harus mengorbankan beberapa biji caturnya.
Seandainya Deng Zhi punya waktu untuk berpikir, dengan mudah dia akan dapat meloloskan diri dari perangkap Murong
Yun Hua dengan mengantongi keunggulan beberapa biji catur.
Tapi justru di saat itu, Deng Zhi dibuat tidak sempat berpikir ulang dengan tenang. Biji-biji catur Murong Yun Hua bergerak dengan telengas dan tanpa ampun.
Guang Yong Kwang bukan ahli catur, namun dia seorang petarung yang berpengalaman. Tanpa melihat papan catur pun,
dia sudah bisa melihat kekalahan di pihaknya. Murong Yun Hua bergerak dengan penuh energi dan semangat, tepat di saat
moral Deng Zhi hancur berantakan. Di akhir-akhir permainan Deng Zhi pun akhirnya melupakan gengsi dan berpikir dengan
keras dan lama sebelum dia menggerakkan biji caturnya. Namun kerusakan yang diakibatkan sudah terlalu parah dan
selama apapun dia berpikir, Deng Zhi tidak melihat jalan untuk membalikkan keadaan.
Melihat tidak ada jalan untuk menang, dengan nelangsa Deng Zhi memandang sekilas ke arah Guang Yong Kwang.
Pandangan mata Deng Zhi begitu mengenaskan, dengan mudah Guang Yong Kwang mengartikan pandangan Deng Zhi yang
sekilas itu. Dengan menggigit bibir, Guang Yong Kwang pun berkata dingin, "Pertandingan pertama ini sudah cukup, tidak perlu
dilanjutkan lebih jauh lagi, kami sudah kalah."
Perkataan Guang Yong Kwang itu tentu saja disambut dengan sorakan gembira, terutama dari gadis-gadis pelayan pribadi
Murong Yun Hua yang ikut tegang menyaksikan pertandingan catur antara Murong Yun Hua dengan Deng Zhi. Lebih
menegangkan bagi mereka yang tidak memahami pertandingan yang mereka saksikan dan hanya bisa merasakan
ketegangan antara dua pemain itu. Tapi permainan itu memang begitu menegangkan bagi orang-orang Partai Pedang
Keadilan, hingga bukan hanya gadis-gadis remaja itu saja yang bersorak, beberapa orang dari para penjaga pun ikut
bersorak. Murong Yun Hua pun berbatuk kecil sambil melontarkan pandangan mengingatkan pada mereka semua. Dengan wajah
memerah oleh rasa malu, mereka berhenti bersorak dan menundukkan kepala, meskipun kemudian, ketika Murong Yun Hua
tidak lagi melihat, diam-diam mereka berbisik-bisik membicarakan kemenangan Murong Yun hua dengan teman di
sebelahnya. Setelah memperingatkan orang-orangnya untuk tidak bersorak atas kekalahan lawan, Murong Yun Hua segera berbalik dan
mengangguk hormat pada lawannya dan pada Guang Yong Kwang, suaranya yang merdu berusaha menghibur lawan yang
kalah, "Ah" hanya keberuntungan seorang pemula."
"Terima kasih Kakak Deng Zhi, sudah memberi muka pada kami sebagai tuan rumah dan banyak memberikan kelonggaran
dalam permainan tadi. Jika tidak tentu aku sudah kalah dalam permainan tadi.", ujar Murong Yun Hua pada Deng Zhi yang
wajahnya pucat seperti baru saja ditebas lawan dengan pedang.
Deng Zhi hanya bisa menggeleng dengan lemah, kemudian setelah memberi hormat dia mundur kembali ke tempatnya
dalam barisan Kunlun tanpa berani mengucapkan sepatah katapun.
Wajah Guang Yong Kwang sudah tidak secerah tadi, tapi tidak mungkin pula bagi dirinya untuk marah-marah saat ini. Ada
kewibawaan sebagai ketua dari Partai Kunlun yang harus dia jaga. Tidak mungkin dia mengakui bahwa dia sudah terjebak
oleh permainan kata Murong Yun Hua. Tidak bisa pula dia menarik mundur kesepakatannya dengan Murong Yun Hua. Satusatunya jalan hanyalah meneruskan pertandingan dan memenangkan dua pertandingan yang tersisa.
"Nyonya terlalu rendah hati, sudah jelas nyonya seorang ahli dalam bermain catur. Deng Zhi sama sekali bukan tandingan
nyonya. Sesuai dengan kesepakatan kita, itu artinya, sekarang giliran kami yang menentukan bentuk pertandingan yang
kedua.", ujar Guang Yong Kwang dengan senyum di wajahnya, meskipun hatinya sudah tidak sehangat tadi.
"Ketua terlalu memuji, tapi terima kasih buat pujian ketua. Tentu saja, sekarang giliran ketua untuk mengajukan bentuk
pertandingan yang kedua. Pertandingan macam apa yang Ketua Guang Yong Kwang kehendaki?", tanya Murong Yun Hua
tanpa lupa menyertakan senyum manisnya.
Guang Yong Kwang berpikir dengan dahi berkerut, semakin lama dia berpikir, semakin dia sadar bahwa dia sudah terjebak
dengan ide Murong Yun Hua yang sudah dia setujui itu. Ketika dia membuat rencana untuk menaklukkan Partai Pedang
Keadilan, dia sudah bersiap untuk melakukannya lewat kekuatan. Nmaun sekarang persiapannya itu berbalik jadi
kelemahan, karena salah satu syarat yang dia sepakati bersama Murong Yun Hua menyatakan bahwa pertandingan yang
dilakukan tidak boleh sampai melukai salah satu dari pihak yang bertanding.
Cukup lama dia berpikir, sebelum akhirnya dia mengambil keputusan, "Nyonya, kudengar Partai Pedang Keadilan
menciptakan satu ilmu barisan untuk menahan lawan. Untuk pertandingan kedua ini, baiklah kalian mengepung diriku
dengan barisan itu."
"Jika kalian dapat menahan agar aku tidak dapat keluar dari kepungan berarti kalian menang. Sebaliknya jika aku berhasil lolos dari barisan kalian, berarti aku yang menang. Untuk mencegah agar tidak ada pihak yang terluka, semuanya ini
dilakukan tanpa melakukan serangan pada lawan, hanya dengan mengandalkan olah gerak tubuh saja. Siapapun yang
bergerak dan gerakannya itu membentur tubuh lawan, maka dia dianggap kalah, dengan cara ini maka yang diadu
sungguh-sungguh adalah kecepatan dan ketepatan berpikir dan bergerak. Masing-masing pihak tidak dapat menggunakan
tenaga untuk mengalahkan lawan."
Murong Yun Hua dengan cepat menjawab, "Bagus, sungguh cara yang bagus. Tidak salah, memang beberapa waktu yang
lalu, tokoh-tokoh Partai Pedang Keadilan memang sempat berkumpul bersama untuk menciptakan ilmu barisan. Tapi tentu
saja, sulit dibandingkan dengan ilmu barisan yang diciptakan tokoh-tokoh besar di masa lampau, semoga kepandaian kami
tidak terlalu mengecewakan."
Mendengar jawaban ini, Bo He mengerutkan alis, kemudian dengan berbisik dia menyampaikan sesuatu pada salah seorang
gadis pelayan pribadi Murong Yun Hua. Selesai Bo He berbisik, gadis itu cepat-cepat menghampiri Murong Yun Hua dan
berbisik di telinganya. "Nyonya", Tuan Bo He bertanya, jika tidak ada batas waktu yang ditentukan, bukankah akan merugikan pihak kita" Karena
Ketua Guang Yong Kwang tidak akan pernah bisa dikatakan kalah selama dia belum mengaku kalah.", bisik gadis pelayan
itu pada Murong Yun Hua. Mendengar keprihatinan Bo He, Murong Yun Hua hanya tersenyum saja, kemudian dia pun berbisik pada gadis pelayannya
itu, "Katakan pada Tuan Bo He, hal ini sudah kuperhitungkan. Jika ada batas waktu, maka selepas batas waktu itu habis kita akan sampai pada pertandingan ketiga. Jika tidak ada batas waktu, maka selama barisan kita bisa menahan Ketua Guang
Yong Kwang di dalamnya, selama itu pula pertandingan kedua berlangsung. Yang kuharapkan adalah, barisan kita mampu
menahan Ketua Guang Yong Kwang dalam kepungan, memberi kita waktu untuk menunggu Ketua Ding Tao hadir di sini,
untuk menghadapi mereka di pertandingan ketiga."
Mendapat penjelasan Murong Yun Hua, wajah gadis pelayan itu pun menjadi cerah, buru-buru dia kembali pada Bo He dan
menyampaikan pesan Murong Yun Hua. Mendengar penjelasan itu, Bo He pun menengok ke arah Murong Yun Hua, seakan
meminta kepastian, apakah benar masih ada harapan Ding Tao bisa datang menghadapi rombongan Kunlun di pertandingan
yang ketiga" Murong Yun Hua yang melihat pandangan mata Bo He, samar-samar menganggukkan kepala sambil
tersenyum. Besarlah hati Bo He melihat hal itu. Bo He melihat ke pihak Kunlun,dilihatnya Guang Yong Kwang sudah berdiri di tengah ruangan dan bersiap menghadapi kepungan orang-orang Partai Pedang Keadilan. Buru-buru Bo He pun pergi
untuk memilih mereka yang akan menghadapinya dengan ilmu barisan yang baru saja mereka ciptakan.
Setiap regu pengawal, terdiri dari kelipatan 8 orang. Hal ini bersesuaian dengan ilmu barisan mereka yang menggunakan
sistem Bagua. Di antara mereka yang berjaga hari itu, Bo He sudah kenal siapa yang paling bisa diandalkan, karena itu
tanpa ragu diapun pergi menemuinya.
Sistem barisan yang diciptakan menggunakan 8 orang untuk membentuk segi delapan, menjaga delapan penjuru mata
angin. Tapi bisa dilipat gandakan menjadi penjagaan 16 orang dengan membuat segi delapan di lingkar luar segi delapan
yang sudah ada. Dengan posisi menjaga di titik antara dua orang pada bagian dalam. Dengan mudah hal yang sama
dilakukan dengan membentuk garis penjagaan berikutnya dan barisan pun menjadi rangkap tiga dan meliputi 24 orang.
Guang Yong Kwang hanya mengatakan akan melawan ilmu barisan milik Partai Pedang Keadilan. Dia tidak menentukan
akan melawan berapa orang. Di saat yang sama, yang diminta Murong Yun Hua adalah agar Bo He berusaha, membuat
Guang Yong Kwang tertahan dalam kepungan selama mungkin, memberikan waktu seluas-luasnya bagi Ding Tao untuk
menyelesaikan hambatan yang sedang dia hadapi.
Karena itu tanpa ragu, Bo He memilih 4 orang regu terkuat yang dia tahu, untuk mengepung Guang Yong Kwang dengan 32
orang dalam ilmu barisan delapan penjuru yang diciptakan para pimpinan Partai Pedang Keadilan bersama-sama.
Melihat 32 orang maju ke depan dan mengepungnya dalam 4 lapis barisan penjagaan, Guang Yong Kwang mengumpat
dalam hati. Dari informasi yang sempat dia serap sebelum kedatangannya ke Jiang Ling, barisan yang diciptakan itu terdiri dari 8 orang yang bergerak berdasarkan formasi Bagua. Melihat ada 32 orang yang maju dan melihat bagaimana mereka
menyusun barisan, segeralah Guang Yong Kwang menyadari bahwa dia sedang menghadapi 4 barisan. Namun menjaga
harga dirinya sebagai seorang ketua dari partai besar, dia tidak mau mengajukan protes, seakan-akan dirinya takut
menghadapi kepungan 32 orang penjaga Partai Pedang Keadilan. Jangankan hanya 32 orang, 100 pun akan dengan mudah
dia libas. Lagipula, bagaimana mungkin dia sebagai orang luar bisa mengatakan apakah ilmu barisan buatan Partai Pedang
Keadilan terdiri dari 8 atau 32 orang" Sementara ilmu barisan itu senditi masih jarang digunakan di luaran. Bisa-bisa pihak Partai Pedang Keadilan akan menuduhnya mencuri-curi, mempelajari ilmu barisan buatan mereka.
Dengan menyatakan bahwa dia tahu ada ilmu barisan yang diciptakan mereka saja, sudah menyiratkan hal tersebut.
Meskipun masih bisa dianggap wajar jika orang memasang telinga terhadap berita di luaran. Tapi bila sampai dia
menunjukkan bahwa dia tahu lebih dari apa yang sudah dia katakan, maka pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya berupa
tuduhan bukan tidak mungkin akan dikeluarkan. Sekalipun sulit dibuktikan namun bisa mencoreng nama besar Partai
Kunlun yang terkenal lurus.
Karena alasan-alasan itu, akhirnya Guang Yong Kwang pun hanya bisa menggertakkan gigi sambil merangkapkan tangan ke
8 penjuru. "Apakah kalian sudah siap?", tanyanya dengan suara dingin.
"Silahkan", jawab salah seorang pemimpin regu, kebetulan dia memimpin regu yang akan menjadi barisan pada lingkar
penjagaan terdalam. Dengan satu jawaban itu, Guang Yong Kwang mulai bergerak perlahan-lahan ,menggeser tubuhnya, mencoba mengubah
kedudukannya terhadap barisan yang menghadang jalan keluarnya. Demikian Guang Yong Kwang bergerak perlahan sambil
mengamati reaksi lawan. Dengan cara itu dia berusaha mengenali prinsip yang digunakan barisan lawan.
Barisan Partai Pedang Keadilan, tentu saja bergerak memperbaiki kedudukan, setiap kali Guang Yong Kwang bergerak.
Menyesuaikan posisi mereka dengan posisi Guang Yong Kwang yang baru.
32 orang memusatkan perhatian mereka pada Guang Yong Kwang, hasil dari kerasnya latihan tidaklah mengecewakan.
Apalagi bagi mereka yang tinggal di Jiang Ling, mereka memiliki banyak kesempatan untuk menguji hasil latihan mereka
dengan orang terkuat dari Partai Pedang Keadilan, Ding Tao. Pancingan-pancingan Guang Yong Kwang tidak mampu
menimbulkan celah dalam barisan yang ketat itu. Namun Guang Yong Kwang bukan mendapatkan kedudukan sebagai ketua
Kunlun karena keberuntungan. Sejak dia masih baru memasuki perguruan Kunlun, bakat dan ambisinya menonjol dibanding
teman-teman seangkatannya. Dalam hitungan tahun dia sudah naik menjadi murid langsung dari ketua Kunlun waktu itu
dan tidak menunggu lama sebelum ketua Kunlun menyadari potensi Guang Yong Kwang dan memutuskan untuk
mengkhususkan diri hanya melatih Guang Yong Kwang seorang. Sejak saat itu, kemajuannya tidak bisa ditandingin oleh
murid-murid Kunlun yang lain.
Kunlun juga sudah mengembangkan ilmu barisan khas Kunlun. Jika ilmu barisan yang diciptakan para tokoh Partai Pedang
Keadilan ini baru berumur beberapa bulan. Ilmu barisan milik Kunlun sudah berumur lebih dari seratus tahun. Dari generasi ke generasi dilatih, diuji dan dikembangkan.
Guang Yong Kwang tidak menjadi gugup melihat kesigapan 32 orang yang mengepungnya. Tubuhnya terus bergerak
sementara, matanya yang tajam dan otaknya yang lincah tidak pernah luput mengamati mereka yang mengepungnya.
Dengan sabar dia mencatat dalam benaknya kecekatan tiap-tiap orang. Guang Yong Kwang tidak terburu-buru mencoba
menerobos lewat lubang yang dia lihat. Cukup keterlambatan satu dua orang itu dia catat, untuk selanjutnya dia menguji
bagian lain dari barisan.
Setelah beberapa lama mereka saling menguji, sebuah gambaran sudah terpeta dalam benak Guang Yong Kwang. Untuk
meyakinkan, sekali lagi dia menguji titik-titik lemah dalam barisan itu. Titik-titik lemah yang disebabkan karena tidak meratanya kemampuan setiap orang dalam menjalankan tugasnya.
Dalam hati Guang Yong Kwang pun mengakui bahwa barisan ini adalah sebuah barisan yang baik. Jika Partai Pedang
Keadilan memiliki waktu yang cukup panjang, untuk menyaring orang-orang yang berbakat, maka dalam hitungan tahun
Partai Pedang Keadilan akan memiliki satu regu yang dapat bekerja sama dengan tangguh dan dapat menghadapi tokoh
dunia persilatan tingkat atas. Tapi hari ini mereka belum sampai di sana.
Dengan sebuah seringai puas, Guang Yong Kwang tiba-tiba berteriak nyaring, tubuhnya yang sedari tadi bergerak tidak
terlalu cepat dalam waktu singkat tiba-tiba bergerak bagai kilat. Kecepatannya yang luar biasa membuat dirinya tampak
seperti akan bergerak ke beberapa arah sekaligus.
32 orang yang mengepungnya, tidak kalah gesit, seluruh panca indera mereka sudah dikerahkan untuk mengamati
pergerakan Guang Yong Kwang. Segera setelah Guang Yong Kwang mulai menggebrak, mereka pun dengan cepat bergerak
menutup jalan lari Guang Yong Kwang.
Meskipun demikian, tidak urung ada waktu jeda beberapa saat sebelum mereka bereaksi terhadap gebrakan Guang Yong
Kwang. Lebih-lebih lagi, jeda waktu yang dibutuhkan untuk menangkap gerakan Guang Yong Kwang, kemudian
mengolahnya dalam otak mereka, lalu menentukan langkah-langkah pencegahan yang sesuai dengan ilmu barisan yang
mereka pelajari, tidaklah sama antara satu orang dengan satu orang yang lain.
Semakin lama, perbedaan yang kecil dan keterlambatan yang beberapa saat itu semakin besar. Guang Yong Kwang bukan
bergerak tanpa perhitungan. Jauh sebelum dia mulai bergerak dia sudah mempelajari barisan yang menghadangnya.
Jika dia bergerak ke utara, jika dia berbalik arah, jika dia mengincar bagian bawah dan seterusnya.
Bisa dikatakan sebelum dia bergerak dia sudah bisa membayangkan, ke arah mana para pengepungnya akan bereaksi bila
dia bergerak seperti ini dan ke arah mana pula mereka akan bergerak jika tiba-tiba dia mengubah arahnya ke arah yang itu.
Bukan hanya itu saja, dengan mengenali kemampuan setiap orang dari pengepungnya, dia dapat pula membayangkan
keretakan yang terjadi dalam barisan mereka, setiap kali barisan itu harus mengubah susunan, akibat pergerakan Guang
Yong Kwang. Karena itu Guang Yong Kwang bergerak seakan-akan tidak peduli dengan gerakan yang dibuat lawan. Dia
sudah membuat rencana, setelah menyerbu ke utara, dia harus berbalik dengan tiba-tiba seakan-akan hendak mengubah
arah larinya ke arah selatan. Tapi sebelum dia benar-benar ke selatan, dia harus menggeser titik berat tubuhnya, dan
seterusnya. Benar saja perhitungan Guang Yong Kwang, pada gerakan yang ke 45 terbuka celah yang lebar di lingkaran pertama dan
kedua. Tanpa ragu lagi Guang Yong Kwang pun menerobos dua baris pengepungnya. Barisan ketiga dan keempat yang masih
sempat mengamati keadaan rekan-rekan mereka, dengan cepat menutup lubang-lubang tempat Guang Yong Kwang bisa
meloloskan diri tapi tentu saja Guang Yong Kwang tidak hanya berhenti sampai di sana. Dengan cepat tubuhnya bergerak
menyisir di antara barisan kedua dan ketiga.
Gerakannya yang cepat dan tepat, membuat orang-orang Partai Pedang Keadilan saling berbenturan. Hal ini terjadi karena
lingkaran pertama dan kedua yang berhasil dilewati Guang Yong Kwang, berusaha untuk bergerak keluar. Tujuan mereka
adalah berganti kedudukan sehingga lingkaran ketiga dan keempat akan menjadi barisan pertama dan kedua, sementara
mereka akan menjadi barisan ketiga dan keempat. Dengan cara itu Guang Yong Kwang akan kembali dikepung oleh 4
barisan. Cara ini sangat efektif untuk terus mengurung Guang Yong Kwang, karena aturan dari pertandingan ini tidak
memungkinkan Guang Yong Kwang untuk menyerang dan menjatuhkan lawan.
Sayang Guang Yong Kwang bukan lawan yang bisa diperlakukan demikian. Rencana mereka sudah diperhitungkan oleh
Guang Yong Kwang dan dia pun memanfaatkan detik-detik di mana barisan kesatu dan kedua hendak bergerak keluar,
untuk memancing reaksi barisan ketiga dan keempat untuk bergerak ke jalur lari teman mereka sendiri.
Tidak urung sesama rekan pun saling bertabrakan, sementara Guang Yong Kwang justru berhenti di tempat dengan mata
yang tajam mengamati timbulnya celah untuk dia meloloskan diri.
Namun bukan hanya Guang Yong Kwang yang memiliki akal cerdik. Bo He yang cukup berpengalaman juga menunjukkan
kecerdikannya. Orang yang paling awas dan cekatan justru dia tempatkan dia lingkaran yang terluar, bukan lingkaran yang terdalam. Sewajarnya justru yang paling cekatan berada paling dekat dengan Guang Yong Kwang, karena dialah yang harus
bereaksi paling cepat. Namun tidak demikian pendapat Bo He, Bo He bisa mengukur diri sendiri dan mengakui bahwa tidak seorangpun dari
mereka yang berada di sana mampu mengimbangi kecekatan, kecepatan dan kecerdasan Guang Yong Kwang. Secekatan
apapun orang yang ditempatkan untuk berhadapan langsung dengan Guang Yong Kwang, pasti akan jatuh dalam permainan
oleh geraknya. Jika dia menaruh orang yang paling cekatan pada posisi itu, maka segera setelah lingkaran pertama berhasil diterobos oleh Guang Yong Kwang, barisan kedua, ketiga dan keempat pun akan dengan cepat bergurguran.
Bo He memilih menaruh orang paling cerdas dan cekatan di lingkaran terluar. Dari kedudukannya yang paling jauh dengan
pertempuran dibanding yang lain, orang ini memiliki kesempatan paling besar untuk mengamati jalannya pertandingan.
Benar saja, runtuhnya barisan pertama dan kedua membuat barisan ketiga sama keroposnya. Beruntung mereka yang
berada di barisan keempat memiliki cukup waktu untuk mencerna rencana Guang Yong Kwang, meskipun barisan ketiga
harus dikorbankan. Ke delapan orang yang membentuk barisan terakhir ini dengan cepat bergerak menjaga jalan lari Guang
Yong Kwang. Bentuk dan luasan arena pertarungan yang terbentuk oleh pergerakan mereka sudah meluas, demi menjaga agar Guang
Yong Kwang tidak bisa lolos, bentuk barisan yang segi delapan dengan cepat diubah menjadi barisan garis bersudut dengan dua ujung terbuka. Gerakan mereka yang cekatan membuat Guang Yong Kwang terkurung di antara barisan terluar dengan
sisa barisan yang sudah diterobos di belakangnya. Sekaligus memberikan jalan bagi rekan-rekan mereka untuk keluar dari
barisan keempat tanpa saling menubruk dengan barisan keempat.
Sambil bergerak, pemimpin regu barisan keempat pun berteriak memberikan petunjuk, "Gerbang utara dan barat
membuka!" Bersamaan dengan mundurnya rekan-rekan mereka, barisan keempat pun bergerak merapat dan mengurung Guang Yong
Kwang. Tujuannya adalah membuat barisan mereka perlahan-lahan kembali merapat sesuai dengan jumlah rekan yang berhasil
keluar dari kekacauan. Dengan demikian saat seluruh rekan mereka sudah menjauh dari kekacauan, Guang Yong Kwang
akan kembali dikepung oleh mereka berdelapan dalam bentuk formasi Bagua. Di saat itu, rekan-rekan mereka bisa dengan
tenang bergerak untuk membentuk lapis kedua, ketiga dan keempat.
Sulit untuk menggambarkan kedudukan tiap-tiap orang pada waktu itu, bagi mereka yang mengamati dari luar dan kurang
jeli, maka yang tampak hanyalah satu keruwetan dan kekacauan. Hanya mereka yang cukup cerdas dan jeli dapat melihat
bagaimana Guang Yong Kwang bergerak untuk lepas dari kepungan delapan orang terakhir tanpa menubruk mereka yang
bergerak keluar. Di saat yang sama, ke delapan orang yang membentuk barisan terakhir bergerak pula dengan cepat untuk
mencegah hal itu terjadi.
Untuk sesaat tampaknya ke-delapan orang itu berhasil dalam melakukan tugasnya. Guang Yong Kwang kembali terkurung
dan rekan-rekan mereka mulai berlompatan untuk menempati kedudukan mereka masing-masing, membentuk lapis dua,
tiga dan empat. Namun Guang Yong Kwang pun bergerak lebih cepat berusaha menerobos, sebelum lapisan-lapisan
berikutnya terbentuk dengan mantap. Jangankan ke-32 orang penjaga itu, Guang Yong Kwang yang namanya sudah sejajar
dengan orang-orang nomor satu di dunia persilatan pun bajunya sudah basah oleh keringat.
Desah nafas ke 32 orang itu terdengar menderu-deru, seperti lokomotif yang dipacu kecepatannya.
Semakin tinggi tingkat kelelahan mereka, semakin sulit untuk tetap mengimbangi kecepatan Guang Yong Kwang yang tidak
juga berkurang. Pada satu titik, ke delapan orang itu akhirnya tidak mampu menahan laju gerak Guang Yong Kwang yang
bergerak mundur ke arah yang berada di luar dugaan mereka.
Yang patut dipuji adalah semangat dan moral mereka yang tinggi. Lolosnya Guang Yong Kwang dari barisan terakhir tidak
membuat semangat dan moral mereka runtuh, sehingga kemudian mereka diam di tempat meratapi kekalahan. Melihat
Guang Yong Kwang masih terjebak di antara mereka, sebisa mungkin mereka bergerak menutup jalan lari Guang Yong
Kwang. Ilmu barisan yang mereka pelajari sudah tidak berguna, karena kedudukan mereka sudah tidak lagi teratur seperti
pada awal pertandingan. Tiap-tiap orang hanya bisa bergerak menurut pertimbangan dan keyakinan mereka masing

Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masing. Dengan mudah Guang Yong Kwang bergerak ke kiri dan ke kanan, melewati mereka yang berusaha menghadang jalan
larinya dan menerobos keluar. Hanya berbekal semangat dan kekerasan hati, ke-32 orang itu berusaha menutup jalan lari
Guang Yong Kwang. Namun bagi mereka yang melihat pertandingan itu, hasil akhirnya sudah dapat dipastikan.
Sorak-sorai pun lepas dari rombongan Kunlun saat Guang Yong kwang melewati orang terakhir dan dengan tenang berdiri di
luar 32 orang yang sudah tidak tampak lagi bentuk barisannya dan lebih mirip kumpulan orang yang berkerumun di pasar
malam. "Menang!", seru mereka ditanggapi senyum dingin oleh Guang Yong Kwang.
"Selamat atas kemenangan Ketua Guang Yong Kwang, sungguh tinggi tingkat ilmu ketua sulit dipahami, 32 orang dalam
satu barisan yang teratur bisa dipermainkan sedemikian rupa seperti kumpulan anak-anak kecil yang tidak mengenal bela
diri.", ujar Murong Yun Hua sambil merangkapkan tangan.
Guang Yong Kwang tersenyum tawar sambil menggelengkan kepala, katanya, "Biasa saja, hanya hal yang kecil saja tidak
ada yang patut dibanggakan."
Dalam hati Guang Yong Kwang harus mengakui kelihaian orang yang menciptakan ilmu barisan tersebut. Butuh waktu lama
bagi dirinya sebelum dia dapat membentuk satu rencana untuk memecahkan barisan mereka. Benar memang setelah dia
mulai bergerak, tidak butuh waktu lebih dari satu hio untuk terbakar habis, sebelum dia lepas dari kepungan. Tapi untuk sampai pada titik itu, dia harus memeras otak dan menghabiskan cukup banyak waktu. Bahkan setelah dia berhasil
membongkar barisan itupun dia harus mengakui kebandelan orang-orang Partai Pedang Keadilan yang tidak kenal kata
menyerah sebelum sampai pada garis akhir. Guang Yong Kwang pun dipaksa untuk memikirkan ulang, penilaiannya akan
kekuatan Partai Pedang Keadilan. Kenyataan yang menunjukkan potensi besar Partai Pedang Keadilan, mendorong Guang
Yong Kwang untuk merendahkan mereka dengan sindiran halusnya. Ada perasaan tidak mau kalah yang muncul dari
kebanggaan dirinya sebagai anak murid bahkan sekarang sebagai ketua dari satu perguruan yang ternama.
"Janganlah Ketua Guang Yong Kwang terlalu merendahkan diri, jika ketua berlaku demikian, bagaimana dengan ke -32
orang yang ketua kalahkan hari ini?", ujar Murong Yun Hua dengan senyum yang tak pernah meninggalkan wajahnya.
Guang Yong Kwang hanya bisa menanggapi ucapan Murong Yun Hua dengan senyum masam, tidak ingin berkutat terus
dengan pertarungannya barusan, dia mengalihkan pembicaraan, "Sesuai dengan kesepakatan kita, pertandingan ketiga dan
juga pertandingan penentu. Adalah pihak nyonya yang berhak menentukan bentuk pertandingannya. Jadi pertandingan
seperti apa yang ada dalam benak nyonya?"
Murong Yun Hua tersenyum dan menganggukkan kepala. Matanya melirik ke arah pintu masuk dari arah dalam. Apakah
Ding Tao sudah bisa hadir dalam pertandingan yang ketiga ini"
Bo He dan pengikur Partai Pedang Keadilan yang lain tanpa terasa mengarahkan pandangan mata mereka ke pintu yang
sama. Jantung mereka serasa ingin berhenti ketika pintu itu bergerak terbuka. Siapa yang akan muncul di sana" Berita
seperti apa yang akan dibawa olehnya" Apakah Ding Tao berhasil melewati masa kritis dalam latihannya dan sekarang siap
untuk menghadapi lawan" Ataukah yang datang adalah pembawa berita bagi Murong Yun Hua, yang mengatakan bahwa
Ding Tao belum bisa hadir untuk pertandingan yang ketiga ini. Atau mungkin lebih buruk lagi, yaitu bahwa Ding Tao gagal melewati masa kritis tersebut dan sekarang dalam keadaan lumpuh atau gila"
Pintu akhirnya terbuka lebar dan 4 sosok orang masuk melewatinya. Siapa lagi mereka kalau bukan Ding Tao, Ma Songquan, Chu Linhe dan Chou Liang.
Ding tao sudah mencuci muka dan berpakaian rapi, penampilannya tidak menampakkan bekas-bekas kelelahan setelah
berlatih berminggu-minggu lamanya. Bukankah tadinya Ding Tao sedang bertarung dengan sepasang pendekar Ma
Songquan dan isterinya" Bukankah Chou Liang melarang satu orang pun untuk mengganggu mereka. Lalu bagaimana
mereka bisa tahu akan kedatangan kelompok dari Kunlun jika tidak ada seorang pun yang berani memberitahu mereka"
Tentu saja ada satu orang yang berani menerobos masuk dan memberi tahukan masalah ini pada Chou Liang dan Murong
Huolin yang sedang menonton di pinggir lapangan.
Murong Yun Hua. Sejak kedatangan tamu dari Kunlun di depan gerbang Partai Pedang Keadilan, sampai kemudian Bo He menemui mereka.
Ada waktu yang cukup lama, waktu yang terbuang saat pengantar harus melaporkan kedatangan mereka di tiap gerbang
penjagaan yang berbeda. Setelah sampai di ruang pertemuan pun mereka masih harus menunggu Bo He datang menemui.
Setelah bertemu Bo He pun masih ada tanya jawab yang harus dilewati.
Dikatakan lama, memang cukup lama bagi Murong Yun Hua untuk memikirkan satu rencana. Dikatakan lama, tapi
sebenarnya tidak akan ada cukup waktu untuk bersiap jika Murong Yun Hua tidak berpikir dengan cepat. Ketika secara tidak sengaja mendengar berita kedatangan tamu dari Kunlun, Murong Yun Hua segera menyadari bahaya yang mereka hadapi.
Tanpa membuang waktu otaknya berpikir cepat dan menghasilkan satu rencana nekat. Rencana nekat yang tampaknya
berhasil menyelamatkan Partai Pedang Keadilan dari bahaya yang mengancam. Bukan hanya cekatan dalam berpikir, tapi
juga tegas dalam mengambil keputusan. Tidak jarang ada orang pandai dalam menganalisa masalah, namun ragu-ragu
dalam mengambil tindakan. Hal ini tidak terlihat dalam kecekatan Murong Yun Hua yang menyelamatkan seluruh partai.
Seluruh usaha Murong Yun Hua bersama anggota yang lain akhirnya sampai pada akhirnya. Ding Tao sudah tiba. Sebuah
beban berat terasa lepas dari pundak mereka, meskipun rasa itu hanya sesaat saja lewat dan tidak lama kemudian
digantikan oleh ketegangan yang berbeda.
Ding Tao berjalan ke arah Guang Yong Kwang dan merangkapkan tangan di depan dada, memberi salam, "Salam Ketua
Guang Yong Kwang, selamat datang di Jiang Ling. Maaf jika aku terlambat menyambut kedatangan ketua."
Jantung Guang Yong Kwang berdegup kencang saat Ding Tao memasuki ruangan. Perkembangan yang terjadi berada di luar
perhitungannya, dengan sendirinya keyakinannya pun menjadi goyah. Tapi kebanggaan sebagai ketua dari sebuah
perguruan besar tidak mudah luntur. Dengan menggertakkan gigi dia pun membalas salam Ding Tao.
"Ketua Ding Tao", kiranya bisa hadir di sini. Dari penjelasan salah seorang pengikutmu, tadinya kusangka Ketua Ding Tao sedang berada di dalam ruang latihan dan tidak bisa hadir. Apa mungkin ada salah mengerti?"
Ding Tao hanya tersenyum dingin, sepanjang perjalanan dari ruang latihan menuju ruang pertemuan dia sudah menerima
laporan akan kejadian yang berlangsung hari ini. Jika Guang Yong Kwang merasa kesal karena terperangkap siasat Murong
Yun Hua, maka Ding Tao terlabih lagi merasa kemarahannya sulit ditahan.
"Hmm" kata-katanya memang tidak salah. Selama beberapa hari terakhir aku mengurung diri dalam ruang latihan. Adalah
satu kebetulan yang tidak di sengaja jika kedatangan Ketua Guang Yong Kwang, bertepatan dengan selesainya latihanku.
Justru adanya pertandingan antara Perguruan Kunlun dengan partai kami yang membuatku bertanya-tanya. Jika ketua
sudah tahu aku tidak bisa hadir di tempat, mengapa memaksakan satu pertandingan yang akan menentukan masa depan
dari partai kami tanpa kehadiranku sebagai ketuanya?", tegur Ding Tao tanpa basa-basi.
Memerah wajah Guang Yong Kwang dan sekalian pengikutnya, dengan senyum masam Guang Yong Kwang pun menjawab,
"Keputusan yang akan diambil sangatlah penting bagi kemaslahatan dunia persilatan dan waktunya sudah mendesak. Kapan
Ketua Ding Tao bisa ditemui tidak ada batas waktu yang jelas, demi kepentingan umum mau tidak mau, kami harus
memaksa untuk mendapatkan hasilnya hari ini. Siapa tahu" Jangan-jangan ketidak hadiran Ketua Ding Tao hanyalah siasat
untuk mengulur waktu."
Melotot mata Ding Tao mendengar jawaban Guang Yong Kwang, hawa murni dalam tubuhnya pun bergolak seturut
pergolakan rasa dan semangatnya. Tiba-tiba terdengar suara gemeretak lantai yang dipijak Ding Tao. Terlihat telapak kaki Ding Tao melesak ke bawah setidaknya satu-dua jari dalamnya, marmer yang keras dibuat seperti lunak, tidak ubahnya
tanah berlumpur. Lantai terbuat dari batu marmer, tebal dan kerasnya tidak perlu ditanyakan. Namun hawa murni yang
dilatih Ding Tao berkaitan dengan tenaga bumi, dalam kemarahannya tanpa terasa Ding Tao mengerahkannya sampai pada
puncaknya. Jangankan lantai yang terbuat dari marmer, seandainya dia menginjak bongkahan batu raksasa yang ada di
sungai-sungaipun, mungkin batu itu akan retak oleh ledakan hawa murninya yang seperti menghunjam ke bawah, ke arah
pusat bumi. Pameran tenaga dalam itu membuat jantung setiap orang berdetak setingkat lebih kencang. Guang Yong Kwang yang
terbilang masih muda ikut terpancing emosinya. Tanpa ragu dia pun menghimpun dan mengerahkan hawa murninya sampai
ke puncaknya. Segera saja sebuah hawa panas terasa meledak keluar dari tubuhnya. Beberapa orang yang berdiri terlalu
dekat dengan Guang Yong Kwang pun tanpa terasa menjauh beberapa langkah, seakan terdorong satu tenaga yang tidak
terlihat. Hanya Ding Tao yang berada di hadapannya yang berdiri teguh seperti batu karang yang tidak terpengaruh, meninggalkan
dua orang ketua dari dua partai besar dengan usia yang terbilang masih muda saling berhadapan.
Suasana yang pekat dengan permusuhan kembali muncul dengan hadirnya Ding Tao. Sebelumnya anggota Partai Pedang
Keadilan yang merasa berada di pihak yang kalah kuat, menyambut dengan gembira usulan Murong Yun Hua yang
menghadirkan jalan tengah. Apalagi dengan usulan Murong Yun Hua, kekalahan yang sudah pasti, tiba-tiba menjadi situasi
di mana ada kemungkinan untuk menang. Kehadiran Ding Tao membuat posisi mereka menguat, semangat mereka untuk
bertarung secara keras kembali muncul. Di lain pihak Guang Yong Kwang dan orang-orangnya datang dengan persiapan
untuk menggunakan kekerasan, kecerdikan Murong Yun Hua membuat rencana mereka bergerak ke arah yang berbeda.
Dua kali pertandingan dengan pertandingan terakhir yang menentukan berada di pihak lawan, menunjukkan bahwa siasat
Murong Yun Hua merugikan mereka. Kehadiran Ding Tao dan bergeraknya arah kejadian menuju kembali pada rencana awal
mereka adalah satu keadaan yang bisa diterima. Kedua belah pihak sudah saling berhadapan dengan tangan berada di
gagang senjata masing-masing, siap dicabut begitu kedua pemimpin mereka saling bergebrak.
Gadis-gadis yang mengiringi Murong Yun Hua, yang masih dapat menggerakkan kakinya tanpa sadar sudah berdiri jauhjauh dari Ding Tao dan Guang Yong Kwang. Ada juga yang terpaku beku di tempatnya, merasa ngeri sampai tidak bisa
bergerak. Hanya Murong Yun Hua yang masih dapat menggunakan nalar jernihnya. Sekilas dia menengok ke arah Ma Songquan, Chu
Linhe dan Chou Liang. Melihat pula ke arah Bo He dan teman-temannya. Dari yang sekilas itu dia dapat melihat kalau
mereka pun sudah dibakar oleh amarah dan keinginan untuk bertarung. Diam-diam Murong Yun Hua menghela nafas sambil
tersenyum kecil. "Dasar lelaki" jika sudah bicara soal harga diri, tentu lupa diri?", pikir Murong Yun Hua sambil menggelengkan kepala.
Tadinya dia berharap pada Chou Liang, tapi dia lupa Chou Liang sendiri seorang laki-laki. Meskipun bukan ahli bela diri, tapi hatinya pun tidak kalah panas dengan mereka yang sudah bisa menyandang pedang. Akhirnya Murong Yun Hua pun
berpendapat, dia tidak bisa berdiam diri saja.Dengan langkah yang tegas dan tenang, dia melangkah mendekati Ding Tao.
Ding Tao yang sedang berusaha mengendalikan kemarahannya, tiba-tiba merasakan bau harum yang sudah sangat dia
kenal menyentuh lembut penciumannya. Saat sebuah sentuhan lembut pada bahunya dan suara Murong Yun Hua sampai
pada telinganya, ketegangannya sudah jauh banyak berkurang.
"Suamiku" apakah tidak lupa dengan tujuanmu semula saat mengurung diri dalam ruang latihan?", ujar Murong Yun Hua.
Ucapan Murong Yun Hua seperti guyuran air dingin yang memadamkan api kemaraham dalam dada Ding Tao.
Perlahan hawa murni yang dikerahkan Ding Tao menyurut, kemarahan di wajahnya menyusut. Butuh dua orang untuk
bertarung, butuh dua pihak untuk berperang, jika satu pihak mundur sementara yang lain tetap mengejar, bukan lagi
pertarungan namanya. Perguruan Kunlun bukan perguruan sesat, mereka dihormati oleh banyak orang dan tergolong
perguruan lurus. Meskipun kali ini mereka datang dengan niat untuk menundukkan Partai Pedang Keadilan dengan segala
cara, masih ada garis-garis yang tidak bisa mereka langgar dengan sembarangan. Sekejap saja mata Guang Yong Kwang
melintas, melihat ke arah Murong Yun Hua, tapi yang sekejap itu sudah cukup untuk membuat bulu kuduk Ding Tao
meremang. Menyadarkan dia betapa hampir saja dia justru memberikan api pada suksesnya rencana Guang Yong Kwang.
Hanya ada satu orang dalam ruangan itu yang benar-benar menjadi penghalang atas rencana Guang Yong Kwang, Murong
Yun Hua. Menyadari hal itu membuat Ding Tao semakin tenang dalam menghadapi Guang Yong Kwang.
Ding Tao menengok ke arah Murong Yun Hua dan tersenyum padanya. Tidak perlu ada perkataan apa-apa, Murong Yun Hua
sudah paham bahwa maksudnya sudah tersampaikan. Dengan senyum manis, dia pun meninggalkan Ding Tao untuk
berhadapan dengan Guang Yong Kwang sendirian.
"Kalau begitu aku pamit dahulu", ujarnya pada
Ding Tao. Ding Tao menganggukkan kepala dan meremas lembut tangan Murong Yun Hua sebelum kembali mengalihkan perhatiannya ke
arah Guang Yong Kwang. Murong Yun Hua pun
menghampiri gadis-gadis yang dia ajak untuk
mengiringi dirinya. Bersama-sama mereka
pun keluar dari ruangan. "Kalau Ketua Ding Tao sudah mengetahui apa maksud kedatanganku, lalu sekarang bagaimana sikap Ketua Ding Tao?", tanya Guang Yong Kwang setelah menanti
beberapa saat, menunggu Murong Yun Hua dan rombongannya meninggalkan ruangan.
Ding Tao tersenyum dingin, "Bukankah Ketua Guang Yong Kwang sudah membuat kesepakatan dengan isteriku" Kukira
tidak ada alasan untuk mengingkarinya sekarang. Apa kata orang jika sekarang aku mengingkari apa yang dia katakan saat
bertindak sebagai wakilku?"
Guang Yong Kwang balik tersenyum dingin kemudian menjawab, "Tapi toh isteri Ketua Ding Tao bukanlah Ketua Ding Tao
sendiri. Sudah wajar jika seorang wanita takut melihat darah dan mencari jalan untuk menghindarinya. Atau" apakah
maksud Ketua Ding Tao, bahwa sebenarnya yang menjalankan roda kepemimpinan di sini adalah isteri Ketua Ding Tao?"
"Ketua Guang Yong Kwang salah mengerti?", ujar Ding Tao dengan tenang, tanpa terprovokasi oleh sindiran Guang Yong
Kwang. "Saat isteriku maju ke depan dan berkata hendak menjadi wakilku dalam pembicaraan yang dilakukan dengan ketua.
Bukankah ada puluhan anggota Partai Pedang Keadilan yang ikut mendengarkannya. Adakah mereka menyatakan
keberatannya" Jika sekarang aku berbalik dari kesepakatan yang dia buat, maka bukan saja aku mempermalukan isteriku,
tapi juga puluhan anggota Partai Pedang Keadilan yang setia padaku. Sebagai ketua, aku tidak bisa melakukan hal itu.",
jawab Ding Tao menjelaskan.
"Dan alasan yang kedua adalah, karena pemikiran yang mendasari kesepakatan ini, memang tepat sesuai dengan hati
nuraniku. Bukankah tujuan utama dari diadakannya pemilihan Wulin Mengzhu adalah untuk menyatukan kekuatan seluruh
pendekar di negeri ini, dalam menghadapi ancaman dari luar" Jika sebelum tujuan itu tercapai kita justru sudah saling
membunuh, bukankah hal itu merupakan satu kebodohan yang tidak terkira?", ujar Ding Tao menjelaskan sekaligus balik
bertanya. Guang Yong Kwang pun terpaksa tersenyum masam dihadapkan dengan jawaban Ding Tao, "Hmm" baguslah kalau kita
sepaham. Jadi pertandingan seperti apa yang ketua inginkan untuk menjadi pertandingan penentu kali ini?"
Guang Yong Kwang sadar tidak bisa mengelak dari jebakan yang sudah dibuat Murong Yun Hua. Untuk sesaat dia sempat
berharap bisa memancing Ding Tao untuk bermain keras. Namun melihat ketenangan Ding Tao, Guang Yong Kwang pun
membatalkan niatnya. Ding Tao bukan orang bodoh, jika dia sering terliht bodoh, hal itu muncul karena perasaannya yang
sering menghalangi dia untuk bersikap keras pada lawan-lawannya. Namun Guang Yong Kwang sudah membangkitkan
amarah Ding Tao, perbuatan Guang Yong Kang yang hampir saja membuat banyak jatuh korban membuat Ding Tao tidak
memiliki perasaan semacam itu terhadap Guang Yong Kwang. Justru karena perasaan itu, Ding Tao tidak ingin mengikuti
keinginan Guang Yong Kwang. Dia tidak mau terpancing kemarahannya dan mengikuti keinginan Guang Yong Kwang untuk
melepaskan kesepakatan yang sudah dibuat. Pembalasan yang paling mengena menurut Ding Tao adalah meneruskan
rencana Murong Yun Hua dan menolak memberikan Guang Yong Kwang apa yang dia inginkan.
Ding Tao pun menjawab, "Hmm" karena aku sudah hadir di sini, kukira tidak ada lain yang lebih baik, kecuali satu
pertandingan antara Ketua Guang Yong Kwang melawan diriku. Namun mengingat tujuan dari diadakannya pertandingan
ini, maka kita tidak bisa bertarung secara langsung."
Ding Tao berhenti sejenak untuk mengamati reaksi Guang Yong Kwang. Guang Yong Kwang hanya berdiri tenang,
memandangi dirinya, menunggu Ding Tao menyelesaikan ucapannya. Meskipun rencananya mengalami hambatan yang
tidak kecil, Guang Yong Kwang tidak serta merta berputus asa. Dia masih memiliki cukup keyakinan bahwa dirinya masih
berada di atas Ding Tao baik dalam hal kecerdikan maupun dalam ilmu bela diri.
"Jadi aku ingin mengajukan pertandingan adu jurus di antara kita berdua, sebagai pihak tuan rumah biarlah aku mengalah
dan silahkan Ketua Guang Yong Kwang nanti memulainya terlebih dahulu. Untuk memperagakan jurus yang akan
digunakan, boleh dilakukan sendiri atau lewat seorang perwakilan."
"Bagaimana apakah pertandingan ini cukup memuaskan bagi Ketua Guang Yong Kwang?", tanya Ding Tao usai menjelaskan.
"Kenapa harus bertanya" Bukankah sesuai dengan kesepakatan yang kita buat, maka apapun bentuk pertandingan ketiga
ini aku tidak berhak untuk mengomentarinya. Kecuali jika tidak sesuai dengan syarat yang sudah ditetapkan.", jawab Guang Yong Kwang dengan senyum sinis.
Ding Tao tertawa di dada kemudian menjawab, "Memang benar demikian kesepakatan yang dibuat, namun aku khawatir
jika Kunlun kalah dalam pertandingan ketiga ini, di kemudian hari akan muncul perkataan bahwa kekalahan itu terjadi
karena permainan kata-kata saja. Oleh sebab itu aku berusaha mempertimbangkan segala sisi dan memutuskan bentuk
pertandingan seperti yang sudah kuajukan. Supaya apa pun hasil dari pertandingan ketiga ini, jangan sampai orang
mengatakan kami menang karena keadaan bukan karena kemampuan."
Mendengar itu dada Guang Yong Kwang ingin meledak rasanya, tapi di luar dia masih bisa bersikap biasa, "Oh begitu
rupanya" Ketua Ding Tao tidak perlu khawatir soal itu, tapi jika memang khawatir masalah perkataan orang mengapa kita
tidak bertanding saja secara langsung. Agar tidak saling melukai, buat saja peraturan agar menang kalah hanya dilihat dari satu sentuhan saja."
"Hahaha", Ding Tao tertawa.
"Ketua Guang Yong Kwang bisa-bisa saja, ketua ahli pedang, aku pun ahli pedang. Bermain dengan pedang, memburu
menang dan kalah, meskipun hanya dibatasi dengan sentuhan, apa bisa dipastikan tidak ada yang terluka" Kecuali jika
tingkatan yang seorang berada jauh di atas tingkatan yang lain. Lagipula, sebelum pertandingan Ketua Guang Yong Kwang
sudah harus menguras tenaga untuk memenangkan pertandingan kedua, sementara aku datang dalam keadaan segar
bugar, jika aku menang pun, orang akan mengatakan pertandingan itu berjalan dalam keadaan yang memang tidak
seimbang.", jawab Ding Tao sambil tertawa.
Guang Yong Kwang ingin marah, namun sebelum membuka mulut dia berpikir terlebih dahulu. Benar memang
kenyataannya sebelum Ding Tao datang dia sudah harus menguras tenaga untuk memenangkan pertandingan kedua,
sementara Ding Tao masih tampak segar bugar. Juga tadi sewaktu Ding Tao bangkit amarahnya, dia memamerkan hawa
murninya yang mampu membuat lantai marmer menjadi pecah dan melesak ke bawah. Jadi dalam hal hawa murni pun,
tampaknya Ding Tao lebih unggul, meskipun dia belum dapat memastikan. Jika dia harus bertarung, apakah dia hendak
mengadu kecepatan yang menguras stamina atau mengadu tenaga, dia tidak memiliki keyakinan. Terpikir demikian, maka
mau tidak mau Guang Yong Kwang pun setuju, bahwa mengadu jurus adalah jalan terbaik.
"Hmm" jadi aku menunjukkan satu jurus dan kemudian Ketua Ding Tao akan menunjukkan jurus lain untuk mengatasinya"
Demikian kita saling bergantian menunjukkan jurus-jurus untuk menyerang dan bertahan, sampai salah satu dari kita tidak mampu memecahkan jurus lawan. Begitu?", tanya Guang Yong Kwang memastikan.
"Benar, begitu dan untuk memperagakan jurus-jurus tersebut, bisa diwakilkan atau bisa dilakukan sendiri.", jawab Ding
Tao. "Baiklah", kupikir itu cara yang cukup baik.", ujar Guang Yong Kwang.
"Kalau begitu, silahkan dari pihak Kunlun memulainya terlebih dahulu.", jawab Ding Tao sambil mundur, memberikan
ruangan bagi salah seorang dari pihak Kunlun untuk memperagakan jurus yang hendak digunakan.
Guang Yong Kwang berpikir sejenak, kemudian dia menggamit salah seorang pengikutnya dan memberikan petunjuk.
Setelah mendengarkan petunjuk dari Guang Yong Kwang, orang itu pun maju dan memperagakan sebuah jurus serangan.
Jurus itu tampak sederhana, sebuah tusukan lurus ke depan saja, namun mata Ding Tao yang cermat dengan cepat melihat
keseluruhan tubuh dan tidak jatuh dalam perangkap yang tidak terlihat. Jurus yang sederhana namun menyimpan
perkembangan yang cukup banyak. Sebenarnya bagaimana keadaan Ding Tao saat ini"
Setelah bertarung dengan Ma Songquan dan Chu Linhe, Ding Tao akhirnya terbebas dari pusaran ilmu yang melingkari
benaknya. Pikirannya sudah dapat digunakan, namun ilmu yang dia pelajari jadi tidak berguna. Karena ilmu itu belum luluh lantak ke dalam tubuh dan pikirannya, menggunakan apa yang dia pelajari hanya akan membuat reaksinya melambat. Ding
Tao yang menghadapi Guang Yong Kwang saat ini, tidak ada bedanya dengan Ding Tao sebelum dia mengurung diri dalam
ruang latihan. Tapi Ding Tao tidak kalah cerdik dengan Murong Yun Hua jika dia mau. Bertanding dengan memperagakan
jurus satu demi satu, tentu jauh berbeda dengan bertarung dalam pertarungan yang sesungguhnya. Dalam pertarungan,
kesempatan untuk berpikir sangatlah sempit. Sekali mereka mulai bergebrak, maka keputusan demi keputusan harus
diambil dalam hitungan kurang dari satu kejapan mata. Dalam keadaan itu, maka pengetahuan Ding Tao yang luas namun
belum menyatu dalam dirinya hanya akan jadi hambatan.
Pertarungannya melawan Ma Songquan dan Chu Linhe sudah membuat dia menyadari hal itu. Itu sebabnya Ding Tao
memilih bentuk pertandingan yang dia ajukan sekarang ini. Dengan cara ini, dia memiliki waktu yang cukup banyak untuk
berpikir dan menggunakan pengetahuan yang baru saja dia peroleh dengan semaksimal mungkin. Itu pula alasannya
mengapa Ding Tao yang biasanya tenang bisa kehilangan kendalinya. Sekali-kali bukan karena Ding Tao kehilangan kendali.
Memang benar amarahnya bangkit oleh sifat curang Guang Yong Kwang, tapi pengerahan hawa murni yang dia lakukan
bukanlah karena marah. Hal itu dia lakukan untuk menunjukkan pada Guang Yong Kwang puncak pengerahan hawa
murninya. Dengan demikian Guang Yong Kwang akan berpikir dua kali untuk bertarung dalam pertarungan yang sungguhsungguh melawan Ding Tao. Kemarahan Ding Tao bukanlah pura-pura, itu sebabnya lakon yang dia lakukan tampak begitu
meyakinkan. Sampai-sampai Murong Yun Hua pun tertipu olehnya.
Apalagi citra diri Ding Tao yang lugu dan jujur itu sudah tertanam begitu kuat dalam benakbanyak orang. Hingga ketika dia berpura-pura maka dengan mudah orang pun tertipu olehnya. Begitulah dengan kecerdikannya Ding Tao membuat keadaan
menguntungkan bagi dirinya.
Siasatnya yang kedua adalah menawarkan pada Guang Yong Kwang, bahwa untuk memperagakan jurus-jurus mereka,
mereka bisa menggunakan perwakilan. Dibandingkan dengan berpikir kemudian memperagakan sendiri, berpikir, kemudian
memberitahukan pada orang lain tentu memakan waktu lebih banyak. Yang berarti lebih banyak lagi waktu bagi Ding Tao
untuk mengamati dan memikirkan pemecahannya. Selain sebagai siasat, Ding Tao juga memiliki tujuan yang lain, dia ingin
menggunakan kesempatan itu untuk sebisa mungkin mengajarkan jurus-jurus yang baru saja dia pelajari dan memperkaya
pengetahuan pengikutnya. Setelah mengamati gerakan yang dilakukan oleh pihak Kunlun, dalam hati Ding Tao pun tertawa penuh kemenangan.
Bagaimana tidak, jurus seperti itu sudah pernah dia baca dalam salah satu kitab yang diberikan Murong Yun Hua.
"Bo He, ke mari", ujarnya memanggil Bo He untuk datang mendekat.


Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat-cepat Bo he pun datang mendekat, kemudian dengan setengah berbisik, Ding Tao menjelaskan jurus yang tadi
diperagakan oleh pihak Kunlun. Ding Tao bukan segera menjelaskan jurus yang harus diperagakan Bo He untuk melawan
jurus yang dilakukan pihak Kunlun. Dia justru menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan jurus yang dipakai Kunlun
dengan sejelas-jelasnya. Bagi orang yang tidak tahu, mereka akan mengira bahwa Ding Tao berhasil menguraikan jurus itu
setelah melihatnya. Padahal sepandai-pandainya Ding Tao, tentu tidak dapat dengan cepat menguraikan jurus itu
sedemikian jelasnya, jika dia belum mempelajari teorinya terlebih dahulu dalam salah satu kitab yang dia baca. Demikianlah Ding Tao menemukan cara untuk mengajarkan apa yang dia pelajari pada pengikutnya, tanpa menimbulkan kecurigaan
orang bahwa dia sudah mencuri belajar ilmu orang lain. Selesai menjelaskan barulah Ding Tao mengajarkan pada Bo He
bagaimana cara memecahkannya.
Bo He yang mendengarkan penjelasan Ding Tao pun terkagum-kagum oleh kecerdasan ketuanya. Sebagai orang persilatan
sudah tentu diapun tergila-gila dengan ilmu. Khawatir ada penjelasan yang terlupa, Bo He pun mencurahkan perhatiannya
dengan sungguh-sungguh. Setiap kata yang diucapkan Ding Tao dia pahatkan kuat-kuat dalam otaknya.
Jika Bo He merasa beruntung, sebaliknyalah yang terjadi pada Guang Yong Kwang dan orang-orang Kunlun. Melihat Ding
Tao berlama-lama menjelaskan, gatal rasanya hati mereka. Ingin mereka berteriak-teriak, agar Ding Tao mempercepat
penjelasannya. Tapi mau ditaruh ke mana muka mereka jika mereka melakukan hal seperti itu. Kelakuan yang demikian
tentu tidak sesuai dengan kedudukan mereka sebagai perguruan terhormat.
Guang Yong Kwang hanya bisa menggeram dan memaki, "Awas saja kau nanti, apa kau pikir hanya dirimu seorang yang
bisa menguraikan jurus-jurus lawan."
Setelah selesai mendengarkan penjelasan Ding Tao, Bo He pun maju ke depan dan memperagakan jurus yang digunakan
Ding Tao untuk menghadapi serangan tadi. Bo He tidak menghindari serangan pedang, dia justru bergerak menyerang
kuda-kuda lawan. Serangan ini dan cara Bo He menyerang tepat mengena pada kelemahan jurus dari Kunlun tersebut. Jika
serangan tidak ditarik maka meskipun akan berhasil melukai pundak Bo He tapi serangan Bo He akan menyebabkan kaki
lawan terluka dan pada kedudukan berikutnya Bo He memiliki kesempatan untuk lanjut menyerang titik-titik berbahaya
pada tubuh lawan sementara pedang lawan berada di posisi yang mati.
Guang Yong Kwang ingin membalas kelakuan Ding Tao, setelah mengamati jurus yang diperagakan Bo He dan selesai
menganalisanya. Dia pun ganti memanggil pengikut-pengikutnya dan menjelaskan jurus yang diperagakan Bo He. Tidak
tanggung-tanggung, hampir seluruh pengikutnya yang masih muda dia panggil untuk mendengarkan penjelasannya.
Setelah puas menjelaskan, dia pun memberikan pengarahan, bagaimana jurus Ding Tao bisa ditangkal. Dengan senyum
puas dia melirik pada Ding Tao, seakan-akan berkata, kalau kau bisa, akupun juga bisa.
Ding Tao mengerutkan alisnya, seakan-akan tidak puas dengan perbuatan lawan. Padahal dalam hati dia tertawa terbahakbahak. Jika Guang Yong Kwang ingin membuat dia marah dengan memanggil lebih dari satu orang untuk mendengarkan
penjelasannya, maka Ding Tao justru senang karena di jurus berikutnya dia punya alasan untuk melakukan hal yang sama.
Dengan semakin banyaknya pengikutnya yang mendapatkan kesempatan belajar, tercapailaj keinginan Ding Tao.
Benar saja, segera setelah pihak Kunlun selesai memperagakan jurus mereka. Ding Tao berpura-pura kesal dan membalas
perbuatan mereka dengan memanggil lebih banyak orang untuk mendengarkan penjelasannya. Guang Yong Kwang dan
orang-orang Kunlun pun merasa puas, karena merasa sudah bisa membuat Ding Tao kesal. Demikianlah jurus demi jurus
saling diperagakan. Semakin lama jurus yang diperagakan pun semakin sulit. Perlahan-lahan mulailah terlihat perbedaan
antara Ding Tao dengan Guang Yong Kwang. Jika Guang Yong Kwang membutuhkan waktu yang semakin lama untuk
menganalisa jurus yang diperagakan dari pihak Ding Tao, maka tidak demikian yang terjadi dengan Ding Tao. Demikian
pula penjelasan yang diberikan, penjelasan yang diberikan Ding Tao selalu lebih akurat dan menyeluruh.
Yang mendengarkan pun menjadi semakin sulit untuk mengikuti penjelasan Ding Tao.
Salah seorang dari mereka mengeluh perlahan, "Wah celaka" otakku sepertinya sudah tidak mampu lagi untuk menampung
apa yang ketua jelaskan."
Bo He yang sudah keringatnya sudah bercucuran membasahi dahi dalam hati mengiyakan keluhan itu, tapi tiba-tiba satu ide berkelebat dalam benaknya dan dia pun berucap, "Jangan kuatir, jangan pikirkan macam-macam, usahakan saja untuk
mengingat sebanyak-banyaknya. Nanti setelah ini semua selesai, kita bisa berkumpul bersama untuk membahasnya.
Potongan-potongan ingatan kita, tentu jika dirangkaikan akan menjadi kumpulan yang utuh."
Mereka yang mendengarkan perkataan Bo He itu pun saling berpandangan. Ketika mereka menengok ke arah Ding Tao,
mereka pun dapat melihat senyum di wajah Ding Tao, tanda bahwa jawaban Bo He berkenan di hatinya. Memikirkan ide Bo
He itupun hati setiap orang jadi lebih tenang. Memang benar sulit untuk terus mengikuti penjelasan Ding Tao, tapi mereka melakukannya bersama-sama dan nanti setelah semua ini selesai, masih bisa saling mencocokkan apa yang mereka dengar.
Ketika hati tenang, pikiran pun bekerja lebih terang. Demikianlah jurus demi jurus berlalu, Guang Yong Kwang yang tadinya masih memiliki harapan besar untuk memenangkan pertandingan itu, dibuat menelan pil pahit.
Sudah belasan jurus terakhir dia dibuat terdesak dan hanya bisa bertahan tanpa bisa banyak menyerang. Seandainya
pertandingan ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, dia harus mengakui kekalahannya beberapa jurus yang lalu. Tentu
saja, seandainya pertandingan dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka Ding Tao pun belum tentu bisa mencapai
keunggulan seperti saat ini.
Wajah orang-orang Kunlun pun menjadi semakin suram, sementara Guang Yong Kwang masih berpikir dengan mata
terpejam dan mengerutkan dahinya yang sudah dipenuhi keringat. Belasan jurus terakhir selalu saja ada perkembangan
dari jurus yang diperagakan pihak Ding Tao yang luput dari perhatiannya. Gerakan susulan yang menyudutkan dirinya
karena gagal mengantisipasi setiap kemungkinan, menempatkan dia pada posisi yang terdesak. Berturut-turu sudah
sembilan kali dia diserang tanpa mampu balas menyerang. Itu sebabnya kali ini dengan melupakan harga dirinya, Guang
Yong Kwang berpikir keras berusaha memperhitungkan setiap kemungkinan. Meskipun sudah beberapa kali dia merasa
menemukan jurus yang tepat untuk membalikkan keadaan, tapi setiap kali dia mengkaji lebih jauh lagi, dia menyadari
bahwa dengan jurus itu pun dia masih masuk dalam jebakan yang sudah dibuat Ding Tao.
Jika bukan Guang Yong Kwang, mungkin sudah sejak tadi lawan Ding Tao membuat keputusan dan berakhir pada
kekalahan. Mau tidak mau, Ding Tao harus mengakui juga kelihaian lawan, yang tidak mudah jatuh dalam permainannya.
Para pengikut Ding Tao sudah mulai tidak sabar, terlihat dari cara mereka menggeser-geser kedudukan kaki mereka. Ada
yang sudah mulai bertolak pinggang, ada juga yang sudah ingin membuka mulut dan berteriak. Beberapa orang melirik ke
arah Ding Tao meminta pendapat, yang mereka dapatkan hanya gelengan kepala dan senyum. Ding Tao sudah
memperhitungkan setiap langkah dan yakin, jurus apa pun yang digunakan Guang Yong Kwang, dalam 4-5 jurus ke depan,
Guang Yong Kwang harus mengakui kekalahannya. Hal ini mudah saja bagi Ding Tao yang sudah mengetahui jurus-jurus
yang dimiliki Guang Yong Kwang. Ding Tao cukup yakin akan perhitungannya, Guang Yong Kwang sudah pasti kalah, kecuali
bila pihak Kunlun sempat mengembangkan jurus baru yang belum tercatat dalam kumpulan kitab milik Murong Yun Hua.
Bukan hanya pengikut Ding Tao yang sudah tidak sabar, para pengikut Guang Yong Kwang sendiri juga ada yang sudah
mulai tidak sabar. Mereka yang pemikirannya tidak sedalam Guang Yong Kwang merasa heran mengapa Guang Yong Kwang
harus berpikir selama itu. Dalam hati mereka bertanya-tanya dan berusaha ikut berpikir, namun sulit untuk melihat apa
yang membuat Guang Yong kwang berpikir begitu lama. Benar memang Guang Yong Kwang berada dalam keadaan
terdesak, tapi bukankah keadaan belum sebegitu parahnya"
Hanya Guang Yong Kwang yang memahami kedudukannya saat itu. Meskipun membutuhkan waktu yang sangat lama,
waktu yang dia habiskan itu tidak hilang percuma, dia bisa melihat setiap jebakan dan serangan tersembunyi dalam jurus
Ding Tao. Sayang dia terlambat bertindak, keadaannya sudah tidak tertolong lagi.
Guang Yong Kwang akhirnya sampai pada satu kesimpulan, bahwa tidak ada kesempatan baginya untuk menang dengan
ilmu-ilmu dari Perguruan Kunlun.
"Apakah sebaiknya aku harus menggunakan jurus itu" Atau lebih baik menyimpan jurus itu dan mengakui kekalahan kami
setidaknya untuk saat ini?", renung Guang Yong Kwang dalam diamnya.
Untuk memilih di antara dua pilihan itu bukanlah hal yang mudah bagi Guang Yong Kwang, mengakui kekalahannya
sekarang ini berarti dia harus mundur dari pencalonan Wulin Mengzhu dan menjadi pendukung Ding Tao saat perebutan
Wulin Mengzhu nanti. Sebagai seorang ketua dari sebuah perguruan yang besar, tidak mungkin dia berbalik dari
perkataannya sendiri. Tapi menggunakan jurus simpanan juga satu pertaruhan yang besar. Pertama dia sendiri tidak
memiliki keyakinan apakah jurus itu akan mampu membawa dia memenangkan pertandingan ini. Kedua, sekali sebuah
jurus dipertunjukkan, keampuhannya jadi jauh berkurang karena sekarang lawan akan memiliki kesempatan untuk
mempelajari dan mencari pemecahannya. Itu sebabnya jurus pamungkas biasa disimpan hanya pada keadaan yang sangat
genting dan sekali dia mempertunjukkan jurus itu kepada lawan, sebisa mungkin lawan harus mati di tangannya agar
rahasia dari jurus itu tetap tersimpan.
Orang lain tentu saja tidak tahu pergolakan hati Guang Yong Kwang, mereka hanya bisa menunggu dan menduga-duga.
Lama Guang Yong Kwang termenung sebelum akhirnya dia menghela nafas dan berkata, "Aku kalah."
Seketika itu juga ruangan itu dipenuhi suara helaan nafas. Sepanjang Guang Yong Kwang merenung, mereka yang
mengikuti pertandingan itu tanpa terasa ikut menahan nafas, menanti-nanti jurus apa yang akan dikeluarkan Guang Yong
Kwang. Ketika Guang Yong Kwang tidak juga memperagakan jurus balasan, hati setiap orang mulai berdebar, mendugaduga, apakah ini akhir dari pertandingan"
Justru saat lawan mengaku kalah, hati Ding Tao jadi tersentuh. Wajah Guang Yong Kwang yang tampak menderita setelah
sampai pada akhir yang mengenaskan itu, membuat dia jatuh kasihan. Terbayang semangat dan kepercayaan diri yang
tinggi dari ketua Kunlun yang seumuran dengannya. Terpikirkan beban dari jabatan sebagai ketua yang tentu sama-sama
dirasakan. Meskipun masih ada samar-samar rasa marah yang disebabkan kecurangan Guang Yong Kwang, rasa marah itu
sudah jauh berkurang dengan menyaksikan kekalahan dan keruntuhan dari Guang Yong Kwang yang sombong itu.
"Hmm" syukurlah kalau Ketua Guang Yong Kwang berpendapat demikian, aku pribadi sebenarnya belum bisa memastikan
siapa yang akan menang atau kalah jika pertandingan ini diteruskan. Namun ketua sudah bersedia berbesar hati untuk
mengalah, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih.", ujar Ding Tao sambil merangkapkan tangan di depan dada dan
mengangguk sopan pada Guang Yong Kwang.
Guang Yong Kwang hanya mengangguk lemah sambil tersenyum masam, "Baiklah hal itu tidak usah dibicarakan lagi,
kemudian tentang pencalonan dalam pemilihan Wulin Mengzhu nanti. Sesuai dengan kesepakatan, kami dari Kunlun tidak
akan mengajukan nama calon dari perguruan kami sendiri, melainkan mengajukan Ketua Ding Tao sebagai calon yang kami
dukung." "Terima kasih atas dukungan ketua.", jawab Ding Tao dengan sopan.
Suasana di ruangan itu sudah jauh berbeda dengan suasana sebelumnya yang penuh dengan permusuhan. Kekalahan
Guang Yong Kwang menjatuhkan semangat orang-orang Kunlun untuk bertarung. Di saat yang sama, kesediaan Guang
Yong Kwang untuk mengakui kekalahannya dan berpegang teguh pada kesepakatan yang sudah dibuat, sedikit banyak
menghapus rasa permusuhan yang tadinya timbul dalam hati orang-orang Partai Pedang Keadilan digantikan oleh rasa
kegembiraan yang sangat. Hanya karena takut menyinggung perasaan orang-orang Kunlun saja maka mereka tidak
berteriak dan berjingkrak-jingkrak kesenangan.
"Tentang rinciannya baiklah kami akan mengirimkan utusan sebelum hari pemilihan itu dimulai. Jika tidak ada apa-apa yang ingin Ketua Ding Tao tambahkan, kami akan berpamitan sekarang.", ujar Guang Yong Kwang tanpa semangat.
"Ah" kenapa terburu-buru, Ketua Guang Yong Kwang dan saudara-saudara sekalian baru saja datang. Mengapa tidak
menghabiskan satu-dua hari untuk beristirahat, biarlah kami menjamu kalian sebaik-baiknya.", ujar Ding Tao dengan tulus tanpa maksud apapun.
Tapi Guang Yong Kwang sudah kehilangan semangat dan kegembiraannya, mendengar tawaran Ding Tao yang dilakukan
dengan setulusnya dia hanya tersenyum masam dan menjawab, "Kami masih banyak urusan yang tidak bisa ditinggalkan di
rumah. Maaf, terpaksa tawaran Ketua Ding Tao kami tolak."
Ding Tao tentu saja bisa ikut merasakan apa yang sedang mereka rasakan dan menjawab "Ah, baiklah kalau begitu, aku
pun tidak berani memaksa. Apakah segala sesuatunya untuk perjalanan pulang sudah disiapkan" Jika tidak sebisa mungkin
kami akan membantu."
Guang Yong Kwang menggelengkan kepala, "Tidak perlu, pulang-pergi, segala sesuatu tentu sudah kami siapkan. Sekali lagi maaf kalau kami harus menolaj maksud baik Ketua Ding Tao. Sudahlah, kami berpamitan sekarang."
Sambil berkata demikian Guang Yong Kwang tidak menunggu jawaban dari Ding Tao, sekali lagi merangkapkan tangan di
depan dada, kemudian berbalik pergi meninggalkan ruangan. Pengikutnya yang berjumlah belasan pun segera mengikuti
tindakannya. Bersama-sama mereka merangkapkan tangan di depan dada dan berbalik mengikuti Guang Yong Kwang
dalam sebuah barisan yang rapi.
"Bo He cepat antarkan tamu", ujar Ding Tao buru-buru.
Bo He pun berlarian menyusul rombongan dari Kun Lun, "Mari Ketua, kami antarkan keluar."
Guang Yong Kwang hanya menganggukkan kepala tanpa mengurangi sedikitpun kecepatan dia melangkah. Hingga Bo He
pun harus mengikuti kecepatan langkah Guang Yong Kwang yang berjalan dengan langkah panjang-panjang. Tidak berapa
lama kemudian, rombongan dari Kunlun sudah jauh meninggalkan ruang pertemuan. Ding Tao yang mengawasi kepergian
mereka dengan perasaan yang campur aduk, menghela nafas lalu berpaling ke arah mereka yang berada di belakangnya.
Ma Songquan, Chu Linhe, Chou Liang dan para pengikutnya yang lain.
Melihat wajah-wajah yang penuh semangat, kesedihannya melihat Guang Yong Kwang yang pergi dalam keadaan patah
semangat, hilang seketika. Senyum pun terkembang di wajah Ding Tao dan sambil merangkapkan tangan di depan dada dia
pun mengucapkan terima kasih pada mereka semua.
"Terima kasih, berkat kerja keras kalian semua, partai kita terlepas dari keadaan nyang membahayakan. Bahkan akhirnya
berbalik mendapatkan dukungan dari perguruan Kunlun yang kuat."
Ucapan Ding Tao itu pun disambut dengan sorakan yang keras. Kegembiraan yang sejak tadi ditahan-tahan akhirnya
meledak juga. Perasaan lega setelah lolos dari keadaan yang sulit, ditambah dengan kemenangan yang gemilang, perasaan
setiap orang membuncah dengan kegembiraan. Selain itu, sikap Ding Tao tidaklah seperti kebanyakan ketua yang
berpegang ketat pada tinggi-rendah kedudukan. Sikapnya pada bawahan sangat longgar, tidak meminta penghormatan
yang berlebihan. Itu sebabnya sikap para pengikutnya terhadap dirinya tidaklah terlalu kaku dan diwarnai dengan aturan
dan lebih longgar dibanding hubungan antara pengikut dan ketua di perguruan dan perkumpulan lain.
"Ketua" hebat sekali pertandingan terakhir tadi!"
"Benar! Sekali-sekali perguruan-perguruan besar itu harus dibuka matanya, supaya mereka tidak sembarangan memandang
rendah orang!" "Baru tahu rasa mereka sekarang! Berani-beraninya mau mempermainkan kita."
"Hah!!! Untung saja Ketua masih bermurah hati pada mereka."
"Hei kalian lihat lantai marmer yang melesak ke dalam itu?"
"Kalian lihat bagaimana Ketua Kunlun sampai berpeluh dahinya memikirkan jurus serangan Ketua Ding Tao?"
"Ya, padahal Ketua Ding Tao justru dengan mudah bisa memecahkan jurus-jurus yang dia keluarkan."
Demikianlah mereka ramai saling bersahutan membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Ding Tao dan para pimpinan
yang lain hanya bisa tertawa saja melihat kegembiraan mereka. Bagaimana pun juga mereka bisa ikut merasakan
kegembiraan yang dirasakan.
"Sebenarnya jika bukan karena Nyonya Murong Yun Hua, kejadiannya bisa berbeda.", salah seorang dari mereka berujar
sambil mengingat-ingat urut-urutan peristiwa yang terjadi.
"Benar, benar, kau benar. Tadinya kupikir aku akan mati hari ini, sudah terbayang-bayang wajah anak dan isteriku yang
menangisi mayatku yang terbelah dua.", sahut yang lain.
"Aku juga?" "Ah, kalian ini semuanya penakut. Sudah memilih jalan pedang, masa masih memikirkan hidpu dan mati."
"Hmm" jangan mengecilkan jasa Nyonya Murong Yun Hua."
"Eh, jangan salah, bukan begitu maksudku. Tapi harusnya yang kalian pikirkan adalah tanpa campur tangan Nyonya Murong
Yun Hua, saat ini mungkin partai kita tinggallah nama saja. Sudah menjadi boneka dari perguruan Kunlun."
"Ya" kau benar juga."
"Sungguh beruntung Ketua Ding Tao memiliki isteri yang demikian."
"Kita juga ikut beruntung, bukan hanya ada Ketua Ding Tao yang nomor satu ilmu pedangnya. Di sampingnya juga ada
Nyonya Murong Yun Hua yang ahli strategi."
"Lalu masih ada juga Tuan Ma Songquan, Nyonya Chu Linhe, Tuan Chou Liang, Pendeta Liu Chuncao, Tuan Sun Liang?",
demikian salah seorang dari mereka menghitung satu per satu pimpinan Partai Pedang Keadilan.
"Hahaha", Chou Liang tertawa.
Ketika semua orang menoleh ke arahnya dia pun berucap, "Tidak perlu dihitung-hitung, yang pasti pahlawan penyelamat
Partai Pedang Keadilan kita hari ini adalah Nyonya Murong Yun Hua."
"Benar, tidak seorangpun dari kami dapat hadir untuk mencegah Partai Kunlun membuat kekacauan saat mereka baru saja
datang. Jika bukan karena kecerdikan dan kebijakan Nyonya Murong Yun Hua, mungkin keadaan akan sangat buruk bagi
kita semua.", ujar Ma Songquan memperkuat pernyataan Chou Liang.
"Benar?" "Benar..", setiap orang saling berpandangan dan bergumam.
"Sudahlah, sudah cukup kita bersenang-senang. Sekarang jangan lupa dengan tugas-tugas kalian, kita baru saja melewati
keadaan yang berbahaya tapi bukan berarti kita bisa melonggarkan kewaspadaan.", ujar Ma Songquan setelah keadaan
mereda. "Lagipula, bukankah ada banyak yang harus kalian bicarakan" Bagaimana dengan jurus-jurus yang tadi dijelaskan Ketua
Ding Tao pada kalian.", sambung Chu Linhe.
Teringat dengan hal itu, para penjaga pun jadi bersemangat kembali. Dengan senyum penuh arti mereka saling
berpandangan. "Nah, sudah paham" Baiklah kalian sekarang kembali ke posisi kalian masing-masing.", ujar Ma Songquan sambil
tersenyum kecil. "Baik Tuan Ma!", ujar mereka beramai-ramai.
Dalam waktu singkat ruang pertemuan itu pun telah kosong, hanya tinggal Ding Tao, Ma Songquan, Chu Linhe dan Chou
Liang. Ruang yang tadi terasa penuh dan ramai, tiba-tiba jadi lenggang terisi hanya dengan 4 orang saja.
Mereka saling berpandangan dan akhirnya Ding Tao yang pertama memecahkan keheningan itu, "Kali ini hampir saja kita
semua celaka." Chou Liang mengangguk, "Benar", jika bukan karena siasat Nyonya Murong Yun Hua, kukira Ketua Guang Yong Kwang dan
orang-orangnya akan menyerbu masuk ke dalam. Korban akan banyak yang berjatuhan, meskipun bagaimana akhir dari
pertarungan itu belum bisa dipastikan tapi sudah pasti siapa pun yang menang, kedua pihak akan sama-sama merugi."
"Aku heran, apakah hal ini sama sekali tidak terpikir oleh Ketua Guang Yong Kwang?", ujar Ding Tao sambil mengerutkan
alis. "Orang-orang dari perguruan ternama seringkali memiliki sifat seperti itu. Di luar perguruan mereka, apalagi sebuah partai yang baru terbentuk, sama sekali tidak mereka pandang sebelah mata.", jawab Ma Songquan.
"Meskipun demikian?", Ding Tao bergumam tapi tidak mampu menyelesaikan perkataannya.
"Meskipun demikian, keputusan yang diambil Ketua Guang Yong Kwang sangatlah tidak bijak. Kalaupun dia berhasil
menundukkan kita, bukankah namanya bisa tercemar" Apalagi jika dia kalah, pertaruhan yang dia lakukan, kemungkinan
besar tidak akan memberikan hasil yang baik. Ketua Ding Tao yang merasakan beban yang sama sebagai seorang
pimpinan, merasa keputusan itu sangatlah ganjil, bukankah benar demikian?", urai Chou Liang menjelaskan.
"Benar" Kakak Chou Liang benar sekali. Keputusan itu kurasa sangat ganjil, sehingga di belakang keputusan Ketua Guang
Yong Kwang ini, kurasa masih ada latar belakang yang belum terungkap.", ucap Ding Tao sambil menganggukkan kepala
dengan puas karena Chou Liang bisa menguraikan apa yang dia rasakan.
Ma Songquan dan Chu Linhe ikut tercenung mendengar kecurigaan itu.
"Apakah hal ini masih ada hubungannya dengan serangan atas Keluarga Huang di Wuling" Tidak banyak orang yang bisa
menggerakkan ketua dari perguruan Kunlun. Jika benar ada orang di belakang Ketua Guang Yong Kwang, maka kurasa
kemungkinan besar orang itu adalah orang yang sama, yang berhasil mempengaruhi Hoasan." Ujar Ma Songquan perlahanlahan. Ding Tao dan Chou Liang saling berpandangan, dengan wajah serius Ding Tao menganggukkan kepala, "Kakak Ma Songquan
benar" jika melulu demi kepentingan Kunlun, apa yang dilakukannya kali ini terlalu beresiko. Namun jika hal itu
dikarenakan oleh orang lain yang menyuruhnya, maka ada kemungkinan besar orang yang sama yang menggerakkan
peristiwa di Wuling adalah orang yang menggerakkan Ketua Guang Yong Kwang."
"Kalau begitu akan kusediakan orang-orang khusus untuk mengamati gerakan Ketua Guang Yong Kwang.", ujar Chou Liang
dengan alis berkerut. "Hmm" pertama Hoasan, sekarang Kunlun dan jika benar kata Tiong Fa, maka yang ketiga adalah Kongtong. 3 perguruan
dari 6 perguruan terbesar?", gumam Chou Liang berpikir.
"Apakah menurut Saudara Chou Liang, 3 perguruan besar yang lain pun juga terlibat?", tanya Chu Linhe.
"Entahlah" sulit dikatakan, tapi kemungkinan itu tentu saja ada. Kebanyakan orang akan dengan serta merta mengatakan
bahwa hal itu konyol. Tapi kenyataannya Hoasan terlibat, kemudian dari kesaksian Tiong Fa, Kongtong pun terlibat dan
yang terakhir dari pergerakan Kunlun kecurigaan yang sama muncul.", jawab Chou Liang.
"Dengan kekalahan Kunlun, mereka sekarang menjadi pendukung kita dalan pemilihan Wulin Mengzhu. Jika benar mereka
bekerja untuk lawan, apakah hal ini tidak jadi membahayakan?", tanya Ding Tao.
"Bisa jadi demikian" mereka bisa jadi musuh dalam selimut.", jawab Chou Liang,
"Apakah sebaiknya kita batalkan saja kesepakatan itu?", tanya Ding Tao khawatir.
"Kurasa tidak perlu, mereka jadi musuh dalam selimut yang membahayakan kita, jika kita tidak mewaspadai mereka.
Selama kita selalu waspada dan menyadari adanya kemungkinan itu, mereka tidaklah membahayakan.", jawab Ma
Songquan. "Saudara Ma Songquan benar, lagipula kalaupun benar Ketua Guang Yong Kwang berada di bawah pengaruh tokoh
misterius ini, bukan berarti seluruh Perguruan Kunlun berada di bawah pengaruhnya. Coba saja kita tilik kasus yang terjadi pada Hoasan, apa yang dilakukan Ketua Pan Jun ternyata tidak diketahui oleh para tetua di Hoasan.", sambung Chou Liang.
"Saudara Chou Liang, bisa jadi demikian, tapi bagaimana kalau misalnya ternyata Tetua dari Hoasan pun berada di bawah
pengaruh tokoh misterius itu dan persekutuannya dengan partai kita hanyalah cara untuk mendekati kita dan bersiap-siap
untuk menusuk dari belakang bilamana diperlukan?", tanya Ma Songquan tiba-tiba.
"Kakak Ma Songquan janganlah terlalu berprasangka buruk, kukira Tetua Xun Siaoma bisa dipercaya", cepat Ding Tao
menjawab. Tapi Chou Liang menggelengkan kepala dan berkata, "Maafkan kami Ketua Ding Tao, tapi sebenarnya yang dikatakan oleh
Saudara Ma Songquan itu bukannya tidak beralasan."
"Kakak Chou Liang, jangan bilang kalau kau pun mencurigai Tetua Xun Siaoma. Bukankah kita sampai pada keadaan yang
sekarang ini pun oleh bantuan mereka.", keluh Ding Tao.
Chou Liang tertawa kecil, "Ketua Ding Tao, masalahnya begitu rumit, hingga siapa lawan dan siapa kawan tidak bisa
ditentukan dengan jelas. Selama tokoh misterius dan orang-orangnya belum terungkap. Setiap orang harus diwaspadai."
"Kalau Saudara Chou Liang sudah mengatakan demikian, aku pun bisa bernafas lega", ujar Ma Songquan sambil tertawa.
Ding Tao menengok ke kiri dan ke kanan.


Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dendam Iblis Seribu Wajah 4 Istana Tanpa Bayangan Karya Efenan Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 7

Cari Blog Ini