Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 13
Sambil menyeringai menahan sakit keduanya berusaha
mencabut jarum-jarum kecil yang menembus lengan mereka.
Sungguh tak disangka sama sekali oleh mereka, bahwa
bersamaan dengan beradunya kepalan tadi, dari ujung sepatu lawan meluncur jarum rahasia yang mengenai lengan mereka.
Serangan itu demikian mengejutkan, sehingga keduanya tak
mampu lagi untuk mengelak.
Sementara itu Jeng-bin Siang-kwi segera bangkit kembali
dengan tangkas. Meskipun terpental keduanya ternyata tidak mengalami luka apa-apa. Melihat senjata rahasianya dapat
mengenai sasaran hatinya gembira bukan main. Dengan
tertawa gembira keduanya meloncat ke depan dan menyerang
lawannya yang sudah tidak berdaya itu.
Yap Kiong Lee tertegun seperti patung batu ditempatnya.
Pemuda itu sungguh tak mengira kalau Ho Pek Lian dan Kwa
Siok Eng dapat terkecoh demikian mudahnya. Terluka pada
gebrakan pertama ! Sungguh tak masuk di akal !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal sebagai murid Kaisar Han, Ho Pek Lian tentu
mempunyai kepandaian sangat tinggi. Begitu juga dengan
Kwa Siok Eng. Gadis puteri Ketua Tai-bong-pai itu malah
memiliki kesaktian yang lebih hebat lagi malah. Tapi hanya dalam satu gebrakan mereka telah dapat dilukai oleh Jeng-bin Siang-kwi. Malahan sekarang jiwa mereka justru terancam
oleh lawannya. Betapa mengherankan !
Sementara itu pertempuran antara Im-kan Siang-mo dan
Tiat-tung Su-lo, benar-benar merupakan sebuah pertempuran
yang sangat acak-acakan tapi juga sangat mengerikan! Dua
orang melawan empat orang ! Lazimnya, karena melawan
empat orang musuh, suami isteri itu masing-masing tentulah mengambil dua orang sebagai lawannya. Atau kalau lawan
terlalu kuat, mereka tentu memilih berpasangan untuk
melawan keempat orang musuhnya sekaligus. Itu yang lazim!
Tapi pertempuran yang terlihat kali ini benar-benar lain dari pada yang lain.
Ternyata suami isteri yang tak pernah akur setiap harinya
itu masih saja meneruskan persaingan dan perselisihan
mereka dalam pertempuran ini. Dasar orang-orang dari
golongan sesat, bukannya mereka saling melindungi atau
saling menolong, tapi justru saling berebut dan saling
menjatuhkan malah. Suami isteri itu berlomba-lomba untuk
dapat membunuh lawan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu
mereka saling berebut lawan, masing-masing ingin melawan
sendiri keempat orang musuh mereka. Kalau yang satu
hamper dapat membunuh lawannya, yang lain justru
merintanginya. Kalau perlu justru menyerang suami atau
isterinya malah! Oleh karena itu pertempuran mereka tersebut amat tepat kalau dikatakan sangat acak-acakan, tapi juga
sangat mengerikan! Untung bagi Tiat-tung Su-lo, persediaan racun dan binatang-binatang piaraan kedua suami isteri itu kini amat terbatas, sebab seluruh harta benda mereka hilang dan hancur bersama gerobak mereka. Coba kalau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian, mereka tentu sudah mengalami kesukaran sejak
tadi. Tee-tok ci yang menonton di pinggir arena tampak
tersenyum lega. Semua saudaranya berada di atas angin.
Ceng-ya kang yang bertempur melawan ketua Tiat-tung Kaipang daerah selatan juga telah dapat mengurung lawannya.
Tongkat besi yang dipegang oleh Tiat-tung Lo-kai tidak dapat menahan lagi semburan-semburan ludah Ceng-ya kang
sepenuhnya. Beberapa kali pengemis tua itu jatuh bergulingguling menghindari serangan lawannya.
Hampir seluruh batang jarum itu terbenam ke dalam
daging, sehingga sukar sekali rasanya bagi Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng untuk mencabutnya. Apalagi mereka tidak
mempunyai banyak waktu ! Belum juga mereka sempat
mencabutnya barang sebatang, Jeng-bin Siang-kwi telah
datang menyerang lagi. Kali ini sepasang iblis kembar itu
menyerang dengan kuku-kukunya yang panjang seperti cakar.
Kuku yang tajam meruncing tersebut mencakar ke arah leher
dan muka. Lapat-lapat tercium bau harum semerbak, seperti
bau bunga mawar yang sedang mekar.
"Awas, Pek Lian! Kukunya mengandung racun mawar
hitam....!" Kwa Siok Eng berteriak.
Tanpa mempedulikan lagi pada jarum-jarum yang
menancap pada lengannya Ho Pek Lian meloncat ke belakang
mengikuti Kwa Siok Eng, sehingga kuku-kuku yang mencakar
ke arah dirinya menjadi luput. Lalu dengan gesit kakinya
melangkah ke samping, dan pedang yang berada di tangannya
ia tusukkan ke depan, mengarah ke pinggang Jeng-bin Samni. Sementara ia lihat Kwa Siok Eng juga sedang menyabetkan ikat pinggangnya kearah leher Jeng-bin Su-nio.
Tapi tiba-tiba Ho Pek Lian menjadi bingung. Mendadak
lawannya, Jeng-bin Sam-ni, berubah menjadi dua, sehingga
tusukan pedangnya ia hentikan pula dengan mendadak.
Matanya ia kejap-kejapkan, tapi pandangannya tetap tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berubah. Malah sekarang tidak Cuma Jeng-bin Sam-ni yang
berjumlah dua orang, tapi semua benda yang dilihatnya juga berubah menjadi dua buah pula. Ia lihat kawannya, Kwa Siok Eng, juga berubah menjadi dua!
Ternyata keanehan yang membingungkan itu menimpa
pula pada Kwa Siok Eng. Puteri ketua Tai-bong-pai itu juga mengalami keadaan yang sama dengan Ho Pek Lian. Semua
benda yang dilihatnya seperti berubah menjadi dua pula,
sehingga otomatis serangan ikat pinggangnya juga berhenti di tengah jalan. Kedua gadis itu belum menyadari, bahwa semua itu adalah karena pengaruh bedak wangi yang tadi ditebarkan oleh Jeng-bin Siang-kwi.
Bedak wangi itu dinamakan Seribu Wajah. Apabila
seseorang menyedotnya melalui lobang pernapasan, maka
racunnya akan mengganggu system urat syaraf pada mata
orang itu, sehingga pandang matanya menjadi terganggu.
Semakin banyak racun yang disedot, semakin parah pula
gangguan yang diakibatkan. Bedak ini pulalah yang
mengangkat nama Jeng-bin Siang-kwi di dunia persilatan
selama ini. Dan senjata andalan mereka terburu-buru mereka keluarkan, karena mereka tahu dengan siapa kini mereka
berhadapan. Kalau cuma berkelahi secara wajar, tak mungkin mereka dapat menang melawan kedua orang gadis lihai
tersebut. Untuk melawan puteri ketua Tai-bong-pai itu saja mungkin mereka berdua akan mengalami kesukaran.
"Hi-hi-hi". Kalian berdua telah terkena dua macam racun
kami. Bedak seribu wajah dan jarum bulu merak! Bukankah
kepala kalian terasa pening sekarang" Nah, sebentar lagi
lengan kalian yang terkena jarum itu juga akan lumpuh!"
Jeng-bin Sam-ni tertawa gembira.
"Kurang ajar! Wanita keji!" Ho Pek Lian menjerit marah.
Gadis itu tak mempedulikan lagi rasa pening di kepalanya.
Dengan sekuat tenaga ia menabas salah satu dari bentuk Jeng bin Sam-ni dengan pedangnya. Wuuuut! Dan wanita iblis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak berusaha untuk mengelakkannya, sehingga pedang
dengan telak memotong pinggangnya !
"Lhoh"..?"
Ho Pek Lian membelalakkan matanya. Tadi ia merasa
bahwa pedangnya benar-benar telah mengenai pinggang
lawan, tapi..... mengapa tubuh yang terpotong itu masih tetap berdiri utuh di depannya"
"Hi-hi-hi".ayohh! seranglah kami sepuasmu!" Jeng-bin
Sam-ni tertawa mengejek. "Cici".." bagaimana ini"..?" Ho Pek Lian berteriak bingung.
"Adik Lian! Kau hanya menyerang bayangannya!" Kwa Siok
Eng yang cerdas itu menerangkan. "Kalau ingin
mengenai"..tabaslah semuanya!"
Sambil menerangkan Kwa Siok Eng sendiri juga menyerang
Jeng-bin Su-nio. Ikat pinggangnya yang panjang itu melecut kearah dua bayangan Jeng-bin Su-nio sekaligus! Bau dupa
yang sangat wangi keluar dari tubuhnya, menyertai tenaga
sakti Hio-yan Sin-kang yang ia kerahkan!
Benar juga! Kedua bentuk bayangan itu meloncat
menghindarkan diri, dan kemudian secara berbareng
membalas serangan Kwa Siok Eng. Sekejap kemudian mereka
telah terlibat kembali dalam pertempuran yang sangat seru.
Kwa Siok Eng dengan ikat pinggangnya melawan dua buah
bayangan Jeng-bin Su-nio dengan racun-racunnya! Oleh
karena setiap menyerang harus mengenai kedua buah
bayangan itu sekaligus, maka sebentar saja Kwa Siok Eng
menjadi mandi keringat. Demikian juga halnya dengan Ho Pek Lian. Murid dari
Kaisar Han ini terpaksa harus mengerahkan tenaga dua kali
lipat untuk melawan Jeng-bin Sam-ni. Celakanya, tenaga
dalamnya tidak setinggi Kwa Siok Eng, sehingga sebentar saja kepalanya semakin menjadi pening, dan".. bayangan tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan tiba-tiba tampak bertambah banyak. Tidak hanya
dua".tiga"atau empat, tetapi".belasan! lebih celaka lagi,
lengan kirinya yang terkena jarum tadi mendadak tak bisa
digerakkan sama sekali. Lumpuh! Tak lama kemudian Kwa
Siok Eng menyusul pula, lengannya juga tak dapat digerakkan!
Dalam keadaan gawat bagi semua orang itu tiba-tiba
terdengar bentakan yang menggeledek menulikan telinga. Dan mendadak saja, tanpa seorangpun tahu dari mana datangnya,
di depan Tee-tok ci telah berdiri membelakangi pertempuran, seorang pria gagah berjubah abu-abu! Pakaiannya sangat
bersih dan baik seperti potongan seorang terpelajar (siucai).
Cuma karena membelakangi pertempuran, wajahnya tak
dapat dilihat oleh Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng.
"Keh-sim Siauw-hiap!" Tiat-tung Lo-kai dan Tiat-tung Su-lo tiba-tiba menjura.
Otomatis pertempuran menjadi terhenti.
"Lo-kai! Su-lo! Kalian lanjutkan tugas kalian. Biarlah orang-orang ini aku yang mengurusnya"." Keh-sim Siauw hiap
memberi perintah kepada para pengemis itu.
Tiat-tung Lo-kai dan keempat pembantunya membungkuk
kembali dengan hormat, lalu melangkah pergi kearah sampan
mereka. "Baik, Siauw hiap.....!"
Tapi Hoan Mo-li menjadi penasaran sekali. Tak rela rasanya melepas mangsa yang telah berada di depan mulutnya itu.
Tubuhnya yang gendut itu berkelebat menghadang mereka.
"Hei! Berhenti.....!" bentaknya.
"Lo-kai! Su-lo! Berjalanlah terus! Jangan hiraukan dia!"
Keh-sim Siauw-hiap berseru.
"Huh! Coba saja menerobos aku kalau bisa....." wanita
gendut itu bersiap-siap. Sesaat kemudian suaminya juga
datang mendampinginya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba....ya, tiba-tiba saja, karena seperti juga tadi, tak seorangpun mengetahui bagaimana pendekar muda itu
bergerak, tahu-tahu pendekar tersebut telah berada di depan Im-kan Siang-mo! Sepasang tangannya yang sedari tadi selalu terlipat di atas dadanya, mendadak meluncur ke depan
dengan luar biasa cepatnya.
"Dhees! Dhieess!"
Sepasang Iblis Neraka itu terlempar ketika berusaha
menangkisnya. Setelah itu dengan cepat pula pendekar muda
tersebut kembali ke depan Tee-tok ci dan ?"tetap
membelakangi arena! Sedangkan kelima orang pengemis itu
dengan tenang melanjutkan langkah mereka, seolah-olah tak
pernah terjadi apa-apa di depan mereka. Mereka naik ke atas sampan dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
Yap Kiong Lee menggeleng-gelengkan kepalanya. Hatinya
kagum bukan main melihat kehebatan gin-kang orang itu.
"Bukan main cepatnya.......! Kiranya Bu-eng Hwe-teng bukanlah satu-satunya gin-kang nomer wahid di dunia ini".."
desahnya di dalam hati. Ternyata Tee-tok-ci dan saudara-saudaranya merasa kecut
juga di dalam hati. Selama hidup belum pernah mereka
menyaksikan ilmu gin-kang demikian sempurnanya. Seperti
siluman saja. "Nah, Tee-tok-ci.... Bawalah semua saudaramu pergi
meninggalkan tempat ini! Dan jangan coba-coba kalian
mengganggu orangku lagi!"
"Keparat!" Ceng-ya kang yang berada dibelakang Keh-sim Siauw-hiap
tiba-tiba menerjang. Tanpa memberi peringatan lebih dahulu, tokoh kelima dari Ban-kwi to itu menyerang dengan senjata
rahasianya. Tujuh buah paku baja yang mengandung racun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelabang hijau melesat dari tangannya, menuju ke tujuh jalan darah terpenting di punggung Keh-sim Siauw-hiap.
Melihat Ceng-ya kang sudah memulai, Tee-tok ci dan Jengbin Siang-kwi juga tidak mau kalah. Mereka menyerang Kehsim Siauw-hiap dari segala jurusan. Tee-tok ci yang secara tiba-tiba telah memegang sebatang cambuk, tampak
menyabetkan cambuknya ke arah leher lawan. Sedangkan
Jeng-bin Siang-kwi tampak menyerang ke arah perut dan
pinggang dengan kuku-kuku mereka.
Yap Kiong Lee membelalakkan matanya, takut tak bisa
melihat dengan jelas gerakan-gerakan mereka.
"Tai-hiap.....awasss!" Ho Pek Lian yang masih berkunangkunang itu menjerit tanpa terasa.
"Traak! Dhug! Tesss!"
"Oohh.....!"!?"
Entah bagaimana kejadiannya, tahu-tahu Keh-sim Siauwhiap telah lolos dari kepungan iblis-iblis Bun-kwi-to itu.
Dengan membelakangi mereka, pendekar muda tersebut telah
berdiri di pinggir tebing sungai, tiga tombak dari tempatnya semula. Kedua tangannya tampak memegang tujuh buah paku
dan potongan ujung cambuk! Perlahan-lahan benda-benda itu
dibuangnya ke tengah sungai.
Tee-tok ci saling pandang dengan adik-adiknya. Dengan
wajah pucat dan tubuh gemetar mereka mengawasi punggung
Keh-sim Siauw-hiap. Kemudian masing-masing menunduk,
melihat senjata yang mereka pergunakan. Tee-tok ci melihat ujung cambuknya yang telah putus, Jeng-bin Siang-kwi
memandang kuku-kukunya yang patah ujungnya dan Ceng-ya
kang menatap paku-pakunya yang belum sempat ia lontarkan!
Mereka benar-benar terantuk batu kali ini.
"Kalian belum juga pergi dari tempat ini ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, baiklah..... Kami mengaku kalah kali ini. Tapi suatu saat kami akan mencari tuan untuk membalas kekalahan ini."
Tee-tok ci menggeram. "Jangan khawatir. Aku tak pernah lari dari orang-orang
yang mencariku. Pergilah ke Meng-to sepuluh hari lagi! Aku akan menjamu semua musuh-musuhku pada hari itu."
"Baik! Kami akan kesana untuk minta pengajaran".." Cengya kang menjawab mewakili saudara-saudaranya.
Tee-tok ci melesat pergi diikuti saudara-saudaranya,
termasuk Im-kan Siang-mo yang terluka. Yap Kiong Lee
menjadi gugup dan kelabakan. Di suatu pihak dia ingin terus mengikuti para iblis itu, tapi di lain pihak ia juga ingin bertemu dengan gadis-gadis itu barang sebentar. Dan belum juga ia
dapat mengambil keputusan, Keh-sim Siauw-hiap tiba-tiba
terbang ke depan melintasi sungai meninggalkan mereka.
"Tai-hiap".!" Ho Pek Lian berseru memanggil. Tapi yang
dipanggil tetap berjalan terus seolah tak mendengarnya.
Kakinya melangkah enteng di atas permukaan air, seakanakan diatas sungai itu terhampar permadani yang tak
kelihatan. "Bukan main! Bukan main.....! Hanya dengan beralaskan papan kecil ia mampu berjalan di atas permukaan air.
Siapakah sebenarnya dia ?" Yap Kiong Lee sekali lagi
menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Saudara Yap, beritahukanlah kepada gadis-gadis itu
bahwa racun yang masuk ke dalam tubuh mereka akan punah
apabila diobati dengan cairan merah yang selalu dibawa oleh nona Kwa Siok Eng." Tiba-tiba telinga Yap Kiong Lee
mendengar suara Keh-sim Siauw-hiap yang dikirim melalui
ilmu Coan-im-jib-hit. "Gila!" Yap Kiong Lee tersentak kaget. Ternyata orang itu
tahu pula kalau dia bersembunyi disana. "Hmm, siapakah dia"
Mengapa sudah tahu namaku pula?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cici, lengan kiriku tak bisa digerakkan lagi. Lumpuh.
Padahal kepalaku semakin terasa pening, mataku berkunangkunang, sehingga engkau menjadi berpuluh buah banyaknya
bila kupandang. Oh, cici?"kita keracunan."
"Benar, Lian-moi".kita memang terkena racun iblis-iblis itu.
Sayang kita bukan seorang ahli pengobatan. Oh, coba kalau
Seng Kun toa-ko ada disini". Oh, Tuhan"..masih hidupkah
dia?" "Nona Ho"..! Nona Kwa"..! maaf, aku yang datang".."
Yap Kiong Lee keluar dari persembunyiannya, dan
melangkah mendekati kedua gadis yang kena racun itu. Tentu saja kedatangannya benar-benar amat mengejutkan mereka.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yap toako"..!" Ho Pek Lian berseru.
"Yap kongcu"..!" Kwa Siok Eng ikut pula menyapa.
"Yap Toako! Sungguh kebetulan sekali. Mengapa engkau
sampai pula di tempat ini" Oh, Tuhan". terimakasih".
terimakasih! Engkau agaknya memang belum menghendaki
jiwa kami." Ho Pek Lian menengadahkan mukanya ke langit
dengan wajah gembira. "Sudahlah, nona ... Panjang sekali kalau diceritakan. Yang paling perlu sekarang adalah mengobati racun yang masuk ke dalam tubuh nona dulu."
"Apakah Yap-kongcu mempunyai obatnya?" Kwa Siok Eng
bertanya ragu. "Eh, benar.... Apakah toako mempunyai obat
pemunahnya?" Ho Pek Lian kembali merasa khawatir.
"Oo.... tentu saja ! Hmm, nona Kwa.... dimana botol kecil yang berisi cairan merah itu" Botol yang nona peroleh ketika nona memasuki sarang Tee-tok-ci beberapa tahun yang lalu?"
"Hei, benar! Mengapa aku sampai melupakannya" Yapkongcu, engkau benar! Inilah dia botol itu! Aku tak pernah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan dia barang sekejappun. Heran, mengapa aku
sampai melupakannya?" Kwa Siok Eng mengeluarkan sebuah
botol kecil dari dalam saku bajunya.
"Nah, itu dia ! Sekarang lebih dahulu hirup udara yang keluar dari dalam botol ini !" Yap Kiong Lee mengambil botol itu dari tangan Kwa Siok Eng dan membuka tutupnya, lalu
mendekatkan mulut botol tersebut ke hidung pemiliknya.
Setelah Kwa Siok Eng mengisapnya berkali-kali, Yap Kiong Lee ganti membawa botol itu ke hidung Pek Lian.
"Nah, sekarang rasa pening itu sudah hilang, bukan" Kini tinggal mengobati tangan yang lumpuh...."
Yap Kiong Lee menyingkap lengan baju Kwa Siok Eng,
sehingga jarum-jarum yang menembus pada kulit gadis itu
kelihatan dengan nyata. Kemudian dengan hati-hati Yap Kiong Lee mencabutnya satu-persatu, baru setelah itu bekasnya
diolesi dengan cairan merah yang berada di dalam botol.
Begitu pula yang dilakukan oleh Yap Kiong Lee terhadap Ho
Pek Lian, sehingga akhirnya kedua-duanya terbebas dari
maut. "Terimakasih, Yap toako."
"Terimakasih, Yap kongcu."
"Sebentar, nona....aku tidak mempunyai banyak waktu
disini. Aku harus lekas-lekas mengikuti para iblis Ban-kwi to tadi. Ada sebuah tugas dari Baginda Kaisar yang harus aku
selesaikan, yang berhubungan dengan para iblis tersebut."
Yap Kiong Lee segera berkata, ketika dilihatnya kedua gadis itu mau mengajaknya mengobrol.
"Tapi....." "Sudahlah! Lain kali saja kita mengobrol ! Sekarang
dengarkan saja omonganku!" pemuda itu berhenti sebentar
untuk mengambil napas. "Nona Kwa! Bukankah setahun yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu nona bersama dengan nona Ho dan saudara Chu, pergi
mencari nona Bwe Hong yang hilang?"
"Be-benar, Yap Kongcu ! Apa.... apakah kau melihatnya ?"
"Eh"Jadi nona belum dapat menemukan dia?" Yap Kiong Lee ganti bertanya.
''Be-belum !" tiba-tiba gadis itu menunduk sedih. "Kami malah telah kehilangan Chu Toako pula....."
"Berbulan-bulan kami mencarinya, kami serasa telah putus asa, tapi mereka tak pernah kami ketemukan juga." Ho Pek Lian menyambung perkataan temannya.
Yap Kiong Lee seperti ikut pula merasakan kesedihan
mereka itu. "Dengarlah, nona ... ! Aku memang benar-benar telah
bertemu dengan nona Bwe Hong !"
"Hah?" "Hei" Betulkah?"
Kedua orang gadis itu mencengkeram lengan Yap Kiong
Lee erat-erat, seakan-akan mematahkannya. Mata yang indah
itu terbelalak seakan tak percaya.
"Nona itu katanya telah menjadi isteri Put ceng-li Lo-jin dari Bing-kauw sekarang. Aku secara tak sengaja telah bertemu
dengan dia beberapa jam yang lalu, dan pada mulanya aku
benar-benar tak mengenalnya". Kini dia beserta
rombongannya sedang menuju ke Pantai Karang di dekat teluk Po-hai."
"lsteri Put-cengli Lo-jin.....?" Kedua gadis itu menyela dengan mulut ternganga. "Apakah dia sudah gila?"
Yap Kiong Lee melepaskan pegangan gadis-gadis itu, lalu
menjura memberi hormat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, aku pergi sekarang! Aku takut tak bisa menemukan
jejak para iblis itu lagi."
Sekali berkelebat Yap Kiong Lee lenyap dari hadapan Ho
Pek Lian dan Kwa Siok Eng. Pemuda itu berlari-lari ke arah mana iblis tadi menghilang. Kini tinggal kedua orang gadis itu yang saling memandang satu sama lain, seolah-olah tak
percaya pada apa yang mereka alami.
"Enci Bwe Hong kawin dengan Tua Bangka yang Tak Tahu
Aturan itu" Ohh".cici, benarkah itu" Ah, tidak mungkin! Enci Bwe Hong cantik seperti bidadari".huh, apakah dia menjadi
gila dan dunia ini sudah tidak ada lelaki lain lagi?" Ho Pek Lian mengguncang-guncang lengan Kwa Siok Eng dengan hati
penasaran. Kwa Siok Eng tidak segera menjawab. Beberapa kali ia
menghela napas berat. "Lian-moi, dalam hati aku juga tidak mempercayainya. Aku
sudah sangat mengenal calon iparku itu luar dalam. Tak
mungkin rasanya dia berbuat seperti itu".tapi, rasa-rasanya Yap kongcu juga tak mungkin membohongi kita pula. Yap
kongcu adalah seorang pendekar besar, kepercayaan Kaisar
pula serta kakak dari Yap Tai ciangkun pula. Tak mungkin dia omong sembarangan".."
"Lalu?"bagaimana cici?"
"Marilah kita buktikan kebenarannya! Kita pergi ke Pantai
Karang sekarang!" "Ayoh!" Ho Pek Lian menjawab tak sabar.
Sementara itu di tempat lain, Yap Kiong Lee sedang sibuk
berputar-putar mencari jejak buruannya. Ternyata waktu yang hanya sebentar tadi telah membuat dia kehilangan jejak
mereka. Hampir saja pemuda itu berputus asa, ketika tiba-tiba ia mendengar suara telapak kaki kuda di arah peternakan
kuda itu. Bergegas Yap Kiong Lee berlari kesana dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata".benar juga! Di atas padang rumput itu dilihatnya Ceng-ya kang bersama enam orang kawannya, sedang
memacu kuda masing-masing.
Tidak ada jalan lain bagi Yap Kiong Lee untuk dapat
mengejar mereka selain turut mencuri seekor kuda pula
seperti mereka. Dan diatas tanah peternakan tersebut
memang amat banyak kuda-kuda yang berkeliaran. Yap Kiong
Lee memilih seekor yang tegap dan gagah, kemudian
menaikinya. Sambil berjanji di dalam hati, bahwa pada suatu saat ia akan mengembalikannya kepada yang empunya, Yap
Kiong Lee memacu kuda tersebut untuk mengejar Ceng-yakang. Semalam suntuk mereka berkuda naik gunung turun bukit,
menyusuri aliran sungai, menuju ke arah timur laut. Dalam
perjalanan Yap Kiong Lee selalu mengambil jarak agar tidak diketahui oleh orang-orang yang dibuntutinya, sementara di dalam hatinya selalu bertanya-tanya, dimana sebenarnya para iblis Ban-kwi to yang lain" Ternyata yang sedang ia buntuti sekarang hanyalah Ceng-ya kang dan anak buahnya yang tadi
mendayung perahu. Tee-tok ci dan yang lain-lain tak kelihatan sama sekali.
Pada saat fajar mulai menyingsing, mereka memasuki
dusun Ho-ma-cun. Dusun yang dikatakan oleh kakek Kam
Song Ki sebagai desa tempat tinggalnya. Yap Kiong Lee
bertanya kepada salah seorang petani yang sedang
mengerjakan sawahnya, dimana gerangan rumah kakek Kam
atau yang lebih dikenal dengan Kam Lo-jin itu" Dan begitu
tahu bahwa rumah tersebut tidak demikian jauh lagi dari
tempat itu, Yap Kiong Lee tidak segera meninggalkan
tempatnya berdiri. Sambil beristirahat ia menonton petani itu mengayunkan cangkulnya.
"Ah"..pagi yang segar!" pemuda itu merentangkan
lengannya sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Biarlah aku beristirahat disini sebentar. Kukira mereka juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takkan segera melanjutkan perjalanan ini. Mereka tentu
mampir di warung untuk mencari sarapan pagi."
Petani itu meletakkan cangkulnya. Dengan heran ia
mengawasi Yap Kiong Lee yang tidak segera meninggalkan
tempat itu. "Tuan mau kemana".?" Tanyanya ingin tahu.
"Oh! Aku adalah keponakan Kam Lo-jin yang ingin
menjenguk dia. Tapi hari masih demikian pagi, lebih baik aku melepaskan lelah dahulu disini. Boleh, bukan?"
"Ah, tentu".tentu saja boleh." Petani itu menjawab dengan
tersipu-sipu. "Tapi".tapi harap tuan berhati-hati di dusun kami. Banyak orang di tempat kami yang tak suka kepada
orang asing, terutama para anak buah Tan wangwe," lanjut
orang itu polos. "Hei, begitukah" Ah, biarlah. Asal aku baik-baik membawa
diri, tak mungkin mereka mengganggu aku." Yap Kiong Lee
tersenyum. "Hei, mengapa paman berhenti mencangkul"
Silahkan paman bekerja! Atau"..apakah beradanya aku disini telah mengganggu pekerjaan paman?"
"Ah, tidak"..tidak!" petani itu segera mengambil
cangkulnya kembali dan mengayunkannya ke tanah.
Yap Kiong Lee tersenyum melihat betapa tanah yang
gembur itu amat mudah sekali dicangkul.
"Wah, tanah paman sungguh subur sekali"." Pemuda itu
memuji. "Oo .... bukan..... bukan! sawah ini bukan kepunyaanku!
Tak seorangpun di seluruh lembah yang mempunyai sawah
sendiri. Sejak kedatangan Tan-wangwe di dusun Ho-ma-cun,
seluruh daerah yang ada di lembah sungai ini jatuh dalam
cengkeramannya. Eh....... eh, maaf....... maksudku
".maksudku, daerah ini telah dibeli semuanya!" dengan wajah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan petani itu memperbaiki kata-katanya yang
"terlanjur" lepas dari mulutnya tadi.
"Eh " Ada apa paman" Jangan takut, aku bukan kerabat
Tan wangwe. Aku benar-benar orang asing disini, aku datang dari kota raja."
"Ohh.....anu....eh....bukan.....bukan itu.....!" petani itu terbelalak, memandang ke arah seberang jalan dengan wajah
pucat. Yap Kiong Lee menoleh dan .....matanya ikut terbelalak!
Tampak Tiat-tung Lo-kai dan Tiat-tung Su-lo berjalan tergesa-gesa ke arah mereka. Dan ketika pemuda itu memandang
kepada si petani lagi, keheranannya semakin tambah
memuncak. Petani itu membuang paculnya dan lari terbiritbirit. "Tidak! Tidak....! aku tidak apa-apa....!" jeritnya ketakutan.
Belum juga Yap Kiong Lee tahu apa yang sebenarnya
terjadi, tiba-tiba dilihatnya Tiat-tung Lo-kai dan Tiat-tung Su-lo telah berkelebat mengejar petani itu.
"Tangkap dia! Dia tentu mata-mata Tan-wangwe yang mau
melaporkan kedatangan kita." Ketua Tiat-tung Kai-pang
daerah selatan itu berteriak.
Apa dayanya seorang petani dusun biasa melawan jago
silat seperti mereka. Belum juga ada sepuluh meter ia berlari, para pengemis itu telah datang menangkapnya. Petani itu
menggeliat-geliat dan melonjak-lonjak ketakutan, mengira
bahwa dia telah ditangkap oleh para pengawal Tan-wangwe.
"Lepaskan dia!" tiba-tiba Yap Kiong Lee membentak.
Agaknya Tiat-tung Lo-kai telah menduga sebelumnya,
bahwa Yap Kiong Lee tentu akan membantu petani itu. Dari
jauh mereka telah melihat kedua orang itu saling berbincang dan bercakap-cakap sebelum mereka datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pegang dulu orang ini!" orang tua itu mendorong si petani kearah Tiat-tung Su-lo. "Biar kuhadapi temannya yang
sombong itu." Tiat-tung Lo-kai berdiri menghadapi Yap Kiong Lee.
"Anak muda, kelihatannya kau mempunyai bekal
kepandaian juga, sehingga berani membentak kami. Tapi
engkau benar-benar akan menyesal nanti, kalau tahu siapa
sebenarnya yang kauhadapi kali ini."
"Menyesal" Eh, mengapa saya mesti menyesal" Saya hanya
ingin mencegah, agar Lo-cianpwe tidak menyakiti petani yang tidak tahu apa-apa itu. Aku tahu bahwa Lo-cianpwe adalah
Tiat-tung Lo-kai yang terkenal itu."
"Ho..... jadi kau sudah tahu siapa aku" Kalau begitu kau
memang benar-benar bernyali besar. Tapi aku tahu,
keberanianmu itu tentu disebabkan oleh karena kau merasa
berada di daerah sendiri, hingga sewaktu-waktu kau dapat
meminta bantuan teman-temanmu yang berkumpul di tempat
Tan wangwe." "Maksud Lo-cianpwe....?"
"Maksud kami" He-he....maksud kami tetap akan kami
laksanakan. Pihak kami juga tidak takut menghadapi kawankawanmu yang banyak itu. Harta benda Tan wangwe yang
tidak halal itu akan tetap kami ambil dan akan kami bagikan kepada para penduduk yang membutuhkan. Nah, kau mau
apa?" "Tapi".tak mungkin rasanya kalau Keh-sim Siauw-hiap
memberi perintah seperti itu." Yap Kiong Lee menatap tak
percaya. "Huh, kau tahu apa tentang Keh-sim Siauw-hiap?"
Yap Kiong Lee mengusap dagunya yang licin, sementara
sepasang matanya menatap kosong ke depan. Benar, ia
membatin. Ia memang belum mengenal pendekar itu. Yang ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenal dan ia ketahui barulah ceritera tentang kesaktian dan sepak-terjang pendekar itu di dunia persilatan. Meskipun
khabarnya pendekar itu suka mengganggu harta benda para
hartawan, tapi semuanya dilakukan demi menolong rakyat
miskin. Jadi tak mungkin rasanya kalau pendekar itu sampai memerintahkan anak buahnya untuk merampok. Masih
terngiang-ngiang di dalam telinganya, pesan-pesan yang
bernada bersahabat dari pendekar itu tadi malam.
"Ah, Lo-cianpwe.....sudahlah! aku takkan mencampuri
urusan Keh-sim Siauw-hiap dan Tan wangwe. Tapi aku minta
dengan sangat agar petani itu dilepaskan!" akhirnya pemuda itu mengambil keputusan.
"Kurang ajar ! Kau bilang tidak akan mencampuri urusan kami, tapi kau meminta agar kami melepaskan tawanan kami.
Huh, apa bedanya itu?" Tiat-tung Lo-kai berteriak sambil mempersiapkan tongkat besinya.
Tapi Yap Kiong Lee telah berketetapan hati untuk
membebaskan petani tersebut, meskipun dalam hati
sebenarnya ia tak ingin bentrok dengan mereka. Apalagi iapun tak ingin berlama-lama di tempat itu. Maka dia segera
mengerahkan segenap kemampuannya, dan sekejap
kemudian ia telah bergerak mendahului lawannya!
Tubuhnya yang tegap gagah itu mendadak melenting tinggi
ke atas, melampaui kepala Tiat-tung Lo-kai dengan cepat
sekali. Dan sebelum ia mendaratkan kakinya di dekat Tiat-tung Su-lo yang menjaga si petani, Yap Kiong Lee melontarkan
pukulan Thian-lui-gong-ciangnya!
"Bummmm!" Tanpa ampun lagi keempat orang itu terjengkang ke
belakang, dan sebelum semuanya menyadari apa yang terjadi, Yap Kiong Lee telah menyambar si petani dan membawanya
ke atas punggung kudanya, dan di lain saat kuda tersebut
sudah melompat pergi meninggalkan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kejar dia!" begitu sadar Tiat-tung Lo-kai berteriak marah.
Tapi sebentar saja kuda itu telah hilang dari pandangan
mereka, membuat mereka semakin marah dan mendongkol.
Yap Kiong Lee memperlambat langkah kudanya. Mereka
telah memasuki jalan besar yang menjadi jalan utama dusun
Ho-ma-cun. "Tuan.,,... biarlah aku turun di sini saja. Rumahku sudah tidak jauh lagi dari sini," pinta petani itu dengan suara gemetar. Peristiwa tadi benar-benar amat menakutkan bagi
dirinya. "Baiklah, paman, kau pulanglah! Ingatlah, kau tidak perlu
takut kepada siapapun! Para pengemis yang menangkapmu
tadi bukanlah anak buah Tan wangwe, tapi justru orang-orang dari pihak lawan Tan wangwe."
Petani itu mengangguk-angguk sambil mengucapkan terima
kasih, lalu melangkah pulang dengan cepat sedangkan Yap
Kiong Lee segera meneruskan perjalanannya pula. Perlahanlahan ia mengendarai kudanya memasuki jantung dusun yang
amat ramai itu. Dilihatnya orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan dengan seksama, siapa tahu Ceng-ya kang dan
kawan-kawannya berada diantara mereka" Toko-toko dan
warung-warung makanan telah mulai ramai pula dengan
pembelinya, sehingga pemuda itu juga harus menambah lagi
kewaspadaannya. Tiba-tiba di depan warung bubur Yap Kiong Lee melihat
banyak orang berkerumun. Oleh karena sangat tertarik, ia
membelokkan kudanya kesana. Siapa tahu orang-orang Bankwi to yang biasa membikin keributan itu ada disana.
Ternyata dugaannya betul. Begitu masuk ke halaman
warung, semua orang telah memperhatikannya. Dan di dalam
warung itu sendiri ia melihat Ceng-ya kang beserta anak
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buahnya telah duduk menunggu dia. Karena sudah terlanjur,
maka Yap Kiong Lee juga tidak mau kalah gertak. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenang ia memasuki warung tersebut, dan duduk di hadapan
Ceng-ya kang. Oo0oo "Sudahlah, Yap kongcu. Cerita selanjutnya telah kami
saksikan sendiri tadi pagi. Tak usah engkau
melanjutkannya"..!" Tong Ciak memotong ceritera yang
dituturkan oleh Yap Kiong Lee.
"Hei, dimana Lo-cianpwe menyaksikannya?" Hong-lui-kun
Yap Kiong Lee mengerutkan dahinya.
"Ha-ha-ha".! Kami semua berada di halaman warung itu
pula, bercampur dengan para penonton yang lain." Toat-bengjin tertawa. "Oleh karenanya kami dapat menyaksikan sepak
terjang Yap Siauwhiap dari awal hingga akhir."
"Cuma yang kami herankan ialah mengapa Yap kongcu
tidak segera menghentikan perlawanan Ceng-ya kang,
sehingga akibatnya justru Yap kongcu sendiri yang menderita rugi. Soalnya menghadapi iblis-iblis beracun yang suka
mengobral racun seperti mereka, kita harus lekas-lekas
melumpuhkannya. Kalau tidak".nah, justru kita sendirilah
yang termakan oleh racun mereka!" Tong Ciak memberi
komentar lagi. Yap Kiong Lee mengangguk. "Memang benar perkataan Locianpwe tadi. Tapi....selain iblis itu memang lihai, siauwte memang juga tidak tega untuk membunuhnya. Bagaimanapun
juga iblis itu dahulu adalah sahabat dari Kim-sute."
"Eh.....ya! lalu bagaimana dengan jam enam pagi besok"
Apakah Yap kongcu benar-benar akan menemui dia di warung
bubur itu lagi?" Yap Kiong Lee tertawa terbahak-bahak, sehingga Chin Yang
Kun dan Souw Lian Cu yang sedari tadi selalu merengut saja menjadi ikut-ikutan tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha....mungkin Lo-cianpwe sudah menduga sejak
semula, bahwa perbuatanku itu sebenarnya hanya gertak
sambal belaka, agar iblis itu sungguh-sungguh memberikan
obat pemunah racunnya yang asli, ha-ha-ha...."
"lalu....?" Tong Ciak menegaskan.
"Lo-cianpwe! Guruku tak pernah mempunyai jarum Ulat,
apalagi memberikannya kepadaku. Semuanya itu hanyalah
karanganku saja, agar dia ketakutan dan benar-benar
memberikan obatnya yang asli kepadaku. Ternyata tipu
muslihatnya itu memang benar-benar berhasil. Hal itu dapat dibuktikan ketika akar obat yang diberikan kepadaku itu
siauwte serahkan kepada Kam Lo-cianpwe....untuk diperiksa."
"Wah, celaka!" tiba-tiba Tong Ciak memekik dengan nada sesal, sehingga sangat mengagetkan teman-temannya yang
lain. "Jadi.... jadi Kam Lo-jin yang selama lebih dari lima tahun kusuruh menunggu rumah ini, sesungguhnya...., adalah Song
Ki Lo-cianpwe yang terkenal itu" Sungguh bodoh dan berdosa sekali aku ! Mataku benar-benar buta, tak bisa melihat
permata di depan hidungku......."
"Lo-ya..." terdengar suara halus dan tahu-tahu di ambang pintu telah berdiri seorang kakek tua renta menjinjing
keranjang obat-obatan. Biarpun sudah amat tua, tetapi
badannya masih kelihatan kuat dan kokoh. Dengan pandang
mata heran orang tua itu mengawasi tamu-tamunya yang
memenuhi ruangan kecil itu. Lalu dengan hormat kakek sakti itu menjura kepada Tong Ciak, majikannya.
"Lo-ya......!" sapanya sekali lagi.
Semuanya bergegas berdiri, tak terkecuali Tong Ciak Cu-si.
Dengan khidmat mereka menghormat kepada orang tua itu,
sehingga Kakek Kam yang belum menyadari keadaannya
menjadi kaget dan bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kam Lo-cianpwe.....! Maaf kami mengganggu ketenangan rumah ini." Toat-beng-jin yang sudah tua itu membuka suara mewakili teman-temannya.
Kakek tua itu tidak segera menjawab. Matanya yang sipit
tertutup keriput itu berkilat-kilat memandang ke arah Yap
Kiong Lee. Pemuda ahli waris dari perguruan Sin-kun Bu-tek itu segera maju dengan tersipu-sipu.
"Maaf, Lo-cianpwe. Siauw-te sudah menceriterakan
semuanya kepada mereka."
"Ohh...." akhirnya Kam Song Ki menunduk, lalu dengan halus mempersilahkan para tamunya untuk duduk kembali.
"Silahkan! Silahkan cuwi semua duduk! Silahkan Tong lo-ya!
Maaf, aku tak mempunyai tempat duduk yang baik...!"
"Kam Lo-cianpwe, jangan membuatku malu di depan begini
banyak orang. Sekarang siauwte sudah tahu, siapa
sebenarnya Lo-cianpwe. Dan hal itu benar benar membuat
siauwte merasa amat malu dan berdosa sekali. Oleh karena itu sekarang tidak ada lagi sebutan Lo-ya atau pelayan penunggu rumah lagi. Yang ada sekarang adalah Tong Ciak dan Kam Locianpwe!" pengurus bagian keagamaan dari lm-yang-kauw
itu menyesali kebodohannya.
"Baiklah... baiklah! Sekarang memang sudah saatnya
bagiku untuk meninggalkan dunia ini dan mengembara lagi
entah ke mana. Sudah terlalu lama aku beristirahat."
"Kam Lo-cianpwe....!" Tong Ciak berseru.
"Maaf, Tong sicu. Aku memang sudah merencanakan hal ini berbulan-bulan yang lalu, bukan karena apa-apa. Sungguh
kebetulan Tong sicu berkunjung kemari, sehingga aku tak
perlu mencarimu untuk menyerahkan kembali rumah ini. Dan
aku sungguh amat berterima kasih sekali atas kemurahan hati Tong sicu memberi tempat berteduh padaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kam Lo-cianpwe.....!"
"Sudahlah, Tong-sicu. Marilah, lebih baik kau perkenalkan tamu-tamuku ini kepadaku !"
"Ba-baik, Kam Lo-cianpwe !"
Karena merasa tak mungkin dapat lagi menahan maksud
orang tua itu, maka Tong Ciak tak ingin mempersulit pula.
Satu-persatu ia memperkenalkan teman temannya. Ketika ia
menyebutkan nama Toat-beng-jin, Kam Song Ki segera
menjura dan memotong. "Ah, kiranya Toat-beng-jin Loheng adanya.... Kudengar
dalam Aliran Im-yang-kauw terdapat sebuah ilmu yang ditulis dalam lembaran kulit domba, namanya Im-yang Kun-hoat,
benarkah?" "Ah, pengetahuan Lo-cianpwe sungguh luas sekali. Apa
yang Lo-cianpwe dengar itu memang benar. Tapi ilmu
tersebut bukanlah sebuah ilmu yang sangat baik, apalagi jika diperbandingkan dengan Kim-hong Kun-hoat warisan Bu eng
yok-ong." Toat-beng-jin berkata merendah.
"Ah, Toat-beng-jin Lo-heng terlalu merendahkan diri.
Padahal mendiang Kim-mou-Sai-ong juga mengakui kehebatan
ilmu tersebut. Malah katanya ilmu yang dipelajari oleh datuk besar itu juga bersumber pada lembaran kulit domba tersebut.
Bukankah begitu, Tong-sicu?" Kam Song Ki menoleh dan
menanyakan hal itu kepada Tong Ciak.
"Be-benar!" terpaksa tokoh bertubuh pendek itu
mengiyakan. "Nah, marilah.... ! Sebelum aku pergi, aku akan mengobati
Yap kongcu dahulu." Tapi ketika terpandang oleh orang tua itu wajah Chin Yang
Kun yang pucat, ia menjadi tertegun. Tergesa gesa ia
melangkah mendekati si pemuda. "Eh, kelihatannya Siauw sicu ini sedang menderita luka dalam...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Benar! Mengapa kita sampai melupakannya?" sekali lagi Tong Ciak berteriak mengagetkan teman-temannya.
"Wah! Tong Lo-cianpwe ini mengejutkan orang saja! Ada
apa,sih....?" Souw Lian Cu menggerutu. "Ah, maaf.... maaf!
Anu... maksudku...., mengapa kita sampai melupakan bahwa
Kam Lo cianpwe ini adalah murid mendiang Hu-eng Sin-yokong" Mengapa kita tidak meminta tolong sekalian, agar beliau mau mengobati luka nona Souw dan luka Yang hiante"
bukankah luka itu akan segera sembuh dan tidak usah bertele-tele lagi seperti sekarang?"
"Hmm, betul juga." Toat beng-jin mengangguk
membenarkan. Lalu tokoh sakti dari Im yang kauw ini segera mengatakan hal itu kepada Kam Song Ki.
Kam Song Ki juga tidak berkeberatan. Tapi ketika orang tua itu mencari tahu, siapa yang melukai kedua muda-mudi
tersebut, ia menjadi kaget setengah mati. Jawaban yang ia
terima dari Toat beng jin sungguh membuatnya tertegun.
Tapi perasaan kaget itu ternyata tidak hanya dimonopoli
oleh Kam Song Ki saja. Diam-diam Souw Lian Cu sendiri juga menjadi terkejut bukan main. Sebelumnya gadis itu memang
tidak tahu atau lebih tepatnya, gadis itu tidak pernah
mempedulikan siapa yang melukai pemuda yang dipandang
sangat sombong itu. "Yang melukai saudara ini Hong-gi-hiap Souw Thian Hai"
Hah" Dan yang melukai nona itu Pek-i Liong-ong dari Mo
kauw?" Kam Song Ki berseru kaget.
"Benar, Lo-cianpwe. Mengapa...?" Tong Ciak menjawab dengan tergesa-gesa.
Kam Song Ki menundukkan kepalanya. Beberapa saat
kemudian barulah ia menjawab pertanyaan yang ditujukan
kepadanya. "Pek-i Liong-ong itu adalah suheng-ku"." jawabnya pelan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh. ... !"!" Souw Lian Cu yang baru menderita kaget itu tertunduk kehilangan semangat. Harapan yang semula telah
mekar di dalam hatinya kembali hilang begitu tahu si kakek itu adalah sute dari Pek-I Liong-ong sendiri.
Agaknya Kam Song Ki melihat juga kekecewaan yang
tersimpul pada wajah gadis cantik itu. Maka kakek tua itu
segera melanjutkan ucapannya, "Baiklah! Kalau yang melukai Nona Souw itu memang benar suhengku sendiri, malah
menjadi kewajibanku untuk mengobatinya. Anggap saja
pertolonganku ini sebagai tebusan dari kesalahan suhengku
itu." Demikianlah, hari itu Kam Song Ki benar-benar sibuk sekali.
Seorang diri ia harus mengobati Yap Kiong Lee, Chin Yang Kun dan Souw Lian Cu. Biarpun tidak semahir gurunya, Bu-eng
Sin-yok-ong, tapi kalau Cuma mengobati luka dalam seperti itu ia masih bisa juga. Ketika senja telah mulai turun, semuanya telah dapat ia selesaikan. Yang Kun dan Souw Lian Cu masih harus beristirahat di atas pembaringan sampai besok pagi,
sementara Yap Kiong Lee sudah bebas untuk pergi kemanamana. Malam itu semuanya terpaksa menginap di dalam rumah
induk serta membersihkannya. Lumayan buat tidur mereka.
"Tadi malam aku seperti mendapat firasat bahwa Tong sicu
akan berkunjung kemari. Itulah sebabnya setelah ikut
membantu membereskan akibat kerusuhan di pesta
pengantin, aku langsung pulang kemari. Untung badan yang
telah rapuh ini masih kuat juga untuk berlari." Kam Song Ki berceritera sebelum mereka berangkat tidur.
"Ah, Lo-cianpwe ini suka benar bergurau." Tong Ciak
segera memotong perkataan kakek itu. "Siapakah orangnya di dunia ini yang mampu berlari lebih kencang daripada
Locianpwe" Sedangkan Bit-bo-ong yang mahir Bu eng Hweteng saja tak mampu mengejar, apalagi yang lain!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar".! Siauwte yang berangkat lebih dulu dan......naik kuda, toh masih tetap kalah cepat juga." Yap Kiong Lee tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Wah, Yap Kongcu sih...... anak muda, suka mampirmampir !" Kam Song Ki membantah dengan nada bergurau.
Semuanya tertawa, sampai cangkir teh yang dipegang oleh
Toat beng jin miring tak terasa, dan isinya tumpah membasahi jenggotnya putih panjang itu.
"Eeeh "!" tiba tiba Kam Song Ki menjadi bersungguhsungguh. "Toat beng jin Lo-heng, siapa sebenarnya kedua
anak muda itu" Maksudku asal usulnya......?"
"Maksud Lo cianpwe ,....... kedua anak muda yang terluka
dalam itu" Ah, mengapa Lo cianpwe bertanya demikian"
Apakah Locianpwe sudah mengenal mereka?"
Kam Song Ki menggeleng dengan cepat. "Bukan ! Bukan itu
yang kumaksudkan,... "
"Lalu...." Ooh.... maaf Io-cianpwe. Kalau Lo-cianpwe
bertanya tentang asal usul kedua anak muda itu.., hem...
sungguh menyesal kami juga tidak tahu. Mereka selalu
menyembunyikan keadaan mereka selama ini."
"Uh, heran! Mengherankan benar!" Kam Song Ki mengetuk-ngetuk dahinya.
"Kam Locianpwe" Ada apa dengan mereka?" Yap Kiong Lee menjadi heran juga melihat kelakuan orang tua itu.
"Begini. Tadi ketika aku memeriksa denyut nadi Nona
Souw, aku menemukan suatu keanehan pada sistim peredaran
darahnya. Bahagian kanan dan bahagian kiri dari tubuhnya
sama sekali berbeda tekanannya. Bahagian kanan, tekanan
darahnya Iebih kuat dan alirannya juga lebih cepat dari pada yang sebelah kiri. Sehingga ketika kusuruh mengerahkan
tenaga, anggota badannya yang sebelah kanan amat panas,
sementara yang sebelah kiri amat dingin. Ketika secara sambil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu kutanyakan asal usulnya, dia diam saja dan.....
meneteskan air mata!" kakek itu menghentikan kata-katanya sebentar untuk melihat kesan para pendengarnya, sesaat
kemudian baru ia melanjutkan perkataannya.
"Lo-heng, Tong sicu..... kelihatannya gadis itu memendam sebuah rahasia tentang kesedihan yang sangat mendukakan
hatinya. Padahal kalau melihat tenaga dalamnya yang aneh
tadi, terang kalau dia bukan orang sembarangan. Paling tidak tentu keturunan atau anak murid orang sakti !"
"Menurut penuturannya sendiri tadi pagi, dia tinggal
bersama Keh sim Siauw-hiap di Pulau Meng-to. Mungkin juga
dia adalah murid atau keluarga dari pendekar yang amat
terkenal itu?" Tong Ciak menduga-duga.
"Mungkin betul juga dugaan Tong Lo-cianpwe itu." Yap Kiong Lee mengangguk angguk. "Apakah Lo cianpwe tidak memperhatikannya ketika aku sedang bercerita panjang lebar pagi tadi" Hmm .., kulihat wajahnya berubah hebat ketika
siauwte mulai menyebut nama Pantai Karang yang merupakan
pintu gerbang penyeberangan ke Pulau Meng-to. Beberapa
kali kulirik wajah gadis itu kelihatan sedih mendengarkan
ceritaku." Kam Song Ki cepat-cepat mengangkat dan menggerakgerakkan tangannya tanda tak setuju. "Tidak! Tidak ! Eh ...
anu, maksudku dia bukan murid atau keluarga dari Keh-sim
Siauw-hiap. Bukan.... " katanya sedikit ragu-ragu.
"Maksud Kam Locianpwe" Apakah Lo-cianpwe mengenal
Keh-sim Siauw-hiap dan keluarganya?" Yap Kiong Lee
bertanya heran. "Ya.... ya.. aku sangat mengenalnya."
"Hah" Tapi gadis itu memang benar-benar mengenal anak buah Keh-sim Siauw hiap. Tadi pagi dia saling menyapa
dengan Tiat-tung Lo-kai...Dari pembicaraan mereka dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditarik kesimpulan bahwa gadis itu memang tinggal di pulau itu."
"Entahlah ! Tapi aku yakin bahwa Keh-sim Siauw-hiap tak punya hubungan apa-apa dengan gadis itu." Kam Song Ki juga merasa heran.
Hening sejenak. Masing-masing berpikir dan menduga-duga
di dalam hati sendiri. "Hmm. kalau begitu memang penuh rahasia dan sangat
aneh asal-usul gadis itu." Toat beng-jin menghela napas.
"Jadi..... jadi hal itukah yang membebani perasaan Kam Locianpwe tadi?"
"Benar! Tapi tidak cuma itu saja....."
"Maksud Lo-cianpwe?"
"Seperti sudah kita ketahui tadi bahwa keadaan gadis itu sangat aneh dan penuh rahasia, bukan" Tapi ternyata.....
pemuda itu jauh lebih aneh dan mengerikan lagi dari pada
keadaan gadis itu !"
"Maksud Lo-cianpwe..... saudara Yang Kun?"
"Ya!..... Keadaan tubuh pemuda itu benar-benar sangat aneh dan mengerikan. Darahnya sangat beracun. Racun asli
dari tubuhnya, bukan karena terkena racun dari luar! Aneh
sekali, bukan " Masa ada manusia beracun di dunia ini?" orang tua itu kelihatan sangat heran dan penasaran. "Padahal ketika kuperiksa..... tenaga saktinya hebat bukan main! Mungkin
orang-orang tua seperti kita yang telah bergelut dengan ilmu silat selama puluhan tahun, masih harus pikir pikir dulu kalau bentrok dengan dia ! Sungguh !"
"Apakah Lo-cianpwe juga menanyakan pada dia tentang
asal-usulnya"'' Tong Ciak yang sedikit banyak telah mengenal keadaan Yang Kun itu bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Tapi seperti juga dengan gadis itu, ia tidak mau
mengatakannya. Dia cuma mengatakan bahwa dia sudah tak
mempunyai keluarga lagi. Seluruh keluarga dan kerabatnya
telah habis dibantai orang."
"Memang demikian juga yang dia katakan kepada kita....."
Toat beng-jin mengiyakan.
Semuanya terdiam kembali. Masing-masing sibuk dengan
pikirannya sendiri-sendiri. Yap Kiong Lee tampaknya ingin
bertanya tentang sesuatu hal kepada Kam Song Ki, tapi
melihat orang tua itu seperti sedang memikirkan sesuatu,
hatinya menjadi ragu-ragu.
Sebenarnya Yap Kiong Lee ingin menanyakan, siapa
sebenarnya Keh-sim Siauw-hiap itu. Mengapa pendekar itu
kelihatannya telah mengenal dia" Apakah hubungannya
pendekar itu dengan Kam Song Ki" Tapi semua pertanyaan itu tak kunjung keluar dari mulutnya, sehingga pertemuan itu
bubar cuma bergulung-gulung saja dalam hatinya.
"Besok saja kalau ada waktu Iuang akan kutanyakan....."
pemuda itu berkata di dalam hati.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi esok paginya orang tua itu telah pergi ! Di atas
pembaringannya dia meninggalkan pesan bahwa ia akan
berkelana kembali menurutkan langkah kakinya.
"Orang seperti Kam Lo cianpwe itu memang takkan betah
tinggal terlalu lama di suatu tempat. Padahal usianya sudah lebih dari delapanpuluh tahun. Tapi karena pandai ilmu
pengobatan dan kepandaiannya sangat tinggi, maka tubuhnya
masih kokoh kuat untuk berkelana kemana saja." Tong Ciak berkata seperti kepada dirinya sendiri.
Toat-beng-jin dan Yap Kiong Lee yang berada di
sampingnya tidak menyahut. Keduanya hanya berdiam diri
saja, seolah menyesalkan kepergian orang tua yang terlalu
cepat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu.... apa rencana kita sekarang, Tong Cusi?" Algojo tua dari Im-yang kauw itu akhirnya membuka mulut.
"Tentu saja pulang ke Gedung Pusat. Masalahnya sekarang cuma kedua anak muda itu ikut kita lagi atau tidak" Mereka sudah sembuh dan tidak membutuhkan pertolongan kita lagi,"
Tong Ciak menjawab. "Lalu bagaimana dengan rencana kita untuk menarik dia ke perkumpulan kita itu?"
Tong Ciak menghela napas. "Lo-jin-ong, apa gunanya kita memaksa kalau dia sendiri tak mempunyai minat sama sekali
kepada aliran kita" Kita tak usah tergesa gesa. Biarlah dia berpikir dan menentukan pilihannya sendiri. Sekarang hatinya masih diliputi dendam, sehingga tak mempunyai waktu untuk
memikirkan masalah yang lain. Kita nantikan saja
perkembangannya kelak setelah hatinya menjadi dingin
kembali. Pokoknya kita berdua telah menanamkan pengertian
dalam dadanya, macam apa Aliran Im-yang kauw kita."
"Wah, Tong Cusi benar. Memang tak ada gunanya kita
memaksakan kehendak kita!"
Kedua orang tokoh lm-yang-kauw itu lalu mempersiapkan
segala sesuatunya sebelum mereka berangkat. Sementara Yap
Kiong Lee juga bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu
bersama kudanya. "Yap-kongcu hendak pergi kemana?" Tong Ciak mendekati Yap Kiong Lee yang sedang sibuk membenahi kudanya.
"Menemui Ceng-ya kang dulu di warung Hao Chi."
"Hahaha......!" Tong Ciak yang jarang-jarang tertawa itu terkekeh kekeh geli. "Maksudku.... setelah Yap-kongcu menemui dia?"
"Entahlah, Lo-cianpwe. Mungkin ke Pantai Karang...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Yap Kiong Lee berangkat mendahului yang lain.
Kudanya yang tegar itu melangkah pelan ke jalan besar,
menuju ke bekas Warung Hao Chi.
"Tong Lo-cianpwe....., pergi ke manakah Yap toako tadi?"
tiba-tiba Souw Lian Cu keluar dan mendekati Tong Ciak Cu-si.
"Ooh, Nona Souw.....Sudah baikkah kesehatanmu "
Syukurlah! Anu.....Yap kongcu telah berangkat meneruskan
perjalanannya." tokoh bertubuh pendek itu menerangkan.
Matanya yang tajam itu menatap wajah gadis di depannya
lekat-lekat, agaknya ingin menjenguk isi hati gadis yang
sangat misterius itu. Souw Lian Cu tidak menyadari kalau sedang diperhatikan
orang. Matanya yang bulat indah itu menatap redup dan
kosong ke depan, ke arah mana Yap Kiong Lee tadi pergi.
Wajahnya pucat dan rambutnya kusut. Meskipun demikian
kecantikannya yang khas dan masih asli itu ternyata tidak
menjadi surut, tapi justru semakin tampak menonjol malah.
"Lo-cianpwe, di manakah Kam Lo-cianpwe " Apakah dia
masih tidur?" "Dia sudah pergi, nona. Dia meninggalkan rumah ini
sebelum kita semua bangun." Toat-beng-jin keluar
menghampiri mereka. Tangannya menjinjing buntalan.
"Ooh....."!" gadis itu terhenyak. "Siauw-te belum mengucapkan terima kasih padanya."
"Ah. ... tak perlu, nona. Bagi Kam Lo cianpwe mengobati orang itu sudah ia anggap sebagai kewajibannya." Toat-bengjin tersenyum. "Lalu apa rencana nona sekarang " Pulang atau terus ikut kami " Sekarang kami tidak bisa memaksa lagi, karena nona sekarang sudah sembuh."
"Benar, Nona Souw..... Engkau sudah sembuh sekarang,
dan tidak memerlukan lagi pengobatan kami. Nona kini bebas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menentukan tujuan nona..." Tong Ciak ikut memberi keterangan.
"Baik, Lo-cianpwe! Siauw-te memang bermaksud untuk
pergi pula sekarang. Siauw-te ingin lekas-lekas pulang ke
Pulau Meng-to. Tapi lebih dulu terimalah rasa terima kasih siauw-te yang sebesar-besarnya atas budi baik Locianpwe
berdua, yang sudi merawat siauwte sehingga siauwte masih
bisa hidup sampai sekarang." gadis itu menekuk kedua
kakinya dan berlutut di depan Tong Ciak dan Toat-beng-jin.
"Hai! Hai ! Bangunlah.... !" tergopoh-gopoh Tong Ciak membangunkan si gadis.
"Terima kasih Ji-wi Locianpwe, siauw-te mohon permisi....."
Tanpa menantikan keluarnya Chin Yang Kun lagi, Souw
Lian Cu meninggalkan rumah bersejarah tersebut. Toat-bengjin dan Tong Ciak mengawasinya sampai hilang dari
pandangan mereka. Sebenarnya banyak hal-hal yang ingin
mereka ketahui dari gadis itu, tapi keduanya enggan untuk
menanyakannya, khawatir akan melukai perasaan gadis yang
sangat aneh tersebut. "Seorang gadis yang aneh ! Siapakah sebenarnya dia ?"
Tong Ciak bergumam. Sementara itu Chin Yang Kun juga sudah bangun pula.
Sambil mengucak-ucak matanya pemuda itu melompat dari
tempat tidurnya. Tubuhnya terasa amat enteng dan segar.
Dadanya tak terasa sesak dan sakit lagi. Dan ketika ia
mencoba mengerahkan tenaga saktinya, semuanya berjalan
baik dan lancar. Malah rasanya lebih baik lagi dari pada
dahulu. Sinar matahari telah menerobos lobang-lobang jendelanya.
Di atas meja kecil di dekat pembaringan telah tersedia pula secangkir teh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah..... terlambat bangun aku rupanya!" Yang Kun berkata perlahan.
Chin Yang Kun berdiri tegak di tengah ruangan. Kedua
lengannya ia silangkan di depan dada. Berkonsentrasi. Dia
ingin mencoba Liong cu-i-kang dan Kim-coa ih-hoatnya!
Apakah semuanya sudah lancar kembali seperti dahulu"
Sekejap kemudian mulutnya berdesis seperti ular merah.
Dan sesaat kemudian hawa dingin meniup dari dalam
perutnya, menebar memenuhi ruang tidur yang besar itu.
Makin lama udara dingin itu semakin bertambah menggigilkan, sehingga cangkir teh yang berada di atas meja itu seperti
bergetar dan menguapkan asap.
"Ah, ternyata tenagaku benar-benar sudah pulih kembali.
Kini akan kucoba mengerahkan kim coa ih-hoat.....!"
Yang Kun menarik kaki kirinya lurus ke belakang,
sementara kaki kanannya tetap berada di tempatnya. Cuma
kaki kanan itu ia tekuk ke bawah, agar lebih kuat untuk
menyangga tubuhnya. Kedua lengannya tetap ia silangkan di
depan dada. Kemudian matanya yang telah berubah tajam mencorong
itu menatap ke depan, ke arah jendela yang jaraknya sekitar tiga meter dari tempatnya berkonsentrasi.
Tiba-tiba..... "Hiyaaaaaat!" Telapak tangan kiri pemuda itu tiba-tiba terayun deras ke
depan, menimbulkan desiran suara angin yang mendesis.
Wuuuuusss".! Tapi anehnya, meski lengan itu telah terulur
penuh ke muka, telapak tangan itu masih tetap saja meluncur jauh ke depan, menjangkau kancing jendela serta
membukanya. Padahal jarak jendela itu tidak kurang dari tiga meter jauhnya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 18 "OH" bukan main segarnya udara pagi....!" Yang Kun berseru sambil menghirup udara segar yang masuk dari
jendela yang baru saja dibukanya.
"Wah ..... dan bukan main pula hebatnya ilmu Yang Hiante tadi!" Toat beng-jin dan Tong Ciak Cu si yang telah berdiri di ambang pintu itu memuji."Sudah sehat benarkah kau, Yang Hiante?"
"Ah, Ji-wi Lo cianpwe ! Ji-wi tentu telah menyaksikan permainan siauw-te yang jelek tadi, bukan ?"
"Hei ! Siapa berani bilang jelek " Oh, kalau ilmu seperti itu masih juga dikatakan jelek .....hmm, orang itu tentu buta !
Hehehe......" Toat-beng jin menggoyang-goyangkan
tangannya. "Lo-cianpwe ..," Mana yang lain?" Yang Kun mengalihkan pembicaraan yang tak mengenakkan hatinya itu.
"Sudah berangkat semua. Tinggal kita ini......" Tong Ciak tersenyum.
Tapi Chin Yang Kun tidak ikut tersenyum. Pemuda itu
justeru tertegun. Tiba-tiba seperti ada yang hilang di dalam dadanya. Bergegas tubuhnya meloncat keluar, menjenguk ke
setiap kamar yang malam tadi dipakai oleh Kam Song Ki, Yap Kiong Lee dan ..., Souw Lian Cu ! Di kamar yang terakhir ini ia terpaku untuk beberapa lama, seolah-olah dunia ini menjadi sunyi dengan mendadak.
"Yang-hiante, engkau mencari siapa" Ada apa".?" Toat-beng-jin yang tua itu datang menghampiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, Lo-cianpwe...... mengapa mereka tak pamit kepadaku
?" desah Yang Kun lesu.
"Pamit " Eh..... oh...... anu, mungkin mereka segan untuk membangunkan Yang-hiante." orang tua itu memandang
heran. Mengapa mesti pamit segala " Bukankah mereka samasama tamu di rumah itu " Dan bukankah mereka itu bukan
saudara atau sahabat akrab satu sama lain" Mengapa pemuda
ini merasa kecewa tak dipamiti oleh mereka " Sungguh aneh
sekali ! Dipandang begitu rupa oleh Toat-beng-jin, membuat Chin
Yang Kun segera sadar akan kejanggalan dirinya. Maka
dengan kikuk pemuda itu cepat cepat memperbaiki
kekeliruannya. "Anu...,, eh, maksud siauwte".siauw-te belum sempat
berterima kasih kepada..... kepada Kam Lo-cianpwe," katanya gagap.
"Ooh, tak usahlah. Mungkin bagi Kam Lo-cianpwe hal
seperti itu cuma dia anggap sebagai kewajiban saja." Toat-beng-jin membesarkan hati Yang Kun.
"Tapi...... siauw-te juga akan berangkat saja sekarang.
Terima kasih atas bantuan dan budi Ji-wi Lo-cianpwe, yang
mau bersusah susah merawat siauwte sehingga siauw-te
sekarang dapat sehat kembali. Pada suatu saat nanti siauwte akan berkunjung ke tempat Lo cianpwe untuk minta sedikit
ilmu kepandaian." "Ah, jangan bergurau ! Mana mampu harimau memberi
pelajaran kepada naga. Tapi meskipun demikian aku selalu
berharap akan kedatangan Yang-hiante di Gedung Pusat
kami." "Tong Locianpwe! Toat-beng-jin Lo-cianpwe ! Siauwte
mohon diri......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun berlutut di depan mereka sebentar, untuk
menyatakan rasa terima kasihnya. Dan sebelum kedua tokoh
Im-yang kauw itu datang membangunkannya, Chin Yang Kun
telah melesat pergi dengan cepat sekali. Sebentar saja telah lenyap dari pandang mata orang tua itu.
"Anak-anak muda sekarang banyak yang berwatak aneh!"
sekali lagi Tong Ciak bergumam.
Toat-beng-jin tersenyum. "Mungkin watak Tong Cu-si dulu juga takkan kalah anehnya!" orang tua itu memberi komentar sambil pergi membawa buntalannya.
ooOoo Seperti orang bingung Chin Yang Kun berjalan bolak-balik
mengitari dusun Ho-ma cun yang besar dan ramai itu. Di
dalam hatinya Chin Yang Kun berharap semoga dapat
berjumpa dengan Souw Lian Cu. Tetapi sampai matahari naik
sepenggalan, gadis yang dia harapkan itu tetap tak
diketemukannya. "Betul-betul goblog! Mengapa aku tadi lupa bertanya kepada Tong Cu-si, kemana sebenarnya tujuan gadis itu?" sesal Chin Yang Kun di dalam hati.
Akhirnya bosan juga Chin Yang Kun berjalan kian kemari.
Dengan tubuh Iemas dan pikiran lesu, pemuda itu
menjatuhkan dirinya di bawah pohon Pek yang tumbuh lebat
di pinggir sungai. Dipilihnya sebuah batu besar yang bagian bawahnya terendam aliran sungai. Sambil merenungi
bayangan wajahnya yang terpantul di atas permukaan air,
Chin Yang Kun mencoba untuk mengenang kembali saat-saat
dia berkumpul dengan Souw Lian Cu.
Perkenalan mereka belumlah dapat dikatakan lama, kalau
toh hubungan mereka selama itu boleh disebut berkenalan.
Soalnya, meskipun mereka setiap hari selalu makan minum
bersama, berjalan bersama dan menghadapi bahaya bersamasama, tetapi mereka tak pernah berbicara atau saling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyapa satu sama lain. Mereka berdua lebih cenderung
untuk saling menghindari dan saling membenci.
Tapi sebenarnya Chin Yang Kun tidak merasa membenci
Souw Lian Cu. Di dalam hati kecilnya, pemuda itu justru
merasa suka dan bersimpati.
Tetapi" gadis itulah yang membenci Chin Yang Kun dan
selalu menghindarinya ! Sehingga lambat laun timbul juga
perasaan tak puas di hati Yang Kun. Akibatnya, pemuda itu
sering kali balas menggoda dan membuat dongkol Souw Lian
Cu. Tapi sebenarnya hal itu dilakukan oleh Chin Yang Kun
hanya sekedar untuk membalas perlakuan Souw Lian Cu
kepadanya. "Ah ! Gila ! Tak seharusnya aku terlalu memikirkan gadis cacat itu. Aku bertemu dengan dia baru beberapa hari yang
lalu. Aku belum mengenalnya dengan baik. Ya kalau dia orang baik-baik, kalau tidak " Ya kalau dia masih perawan, kalau sudah bersuami atau bertunangan" Aaaah".!" Chin Yang Kun
berdesah berulang-ulang. Chin Yang Kun bangkit berdiri. Dilihatnya matahari telah
naik tinggi. Beberapa buah perahu nelayan telah mulai
berdatangan kembali dari tempat pekerjaan mereka. Mereka
merapat kembali ke bandar mereka untuk beristirahat siang.
"Hah, aku harus dapat melupakannya. Harus ! Urusanku
sendiri masih sangat banyak, tugas yang diberikan oleh
mendiang ayah dan paman-pamanku masih bertumpuk. Aku
harus segera menyelesaikannya!" akhirnya Chin Yang Kun menetapkan keputusannya. Dibuangnya segala macam pikiran
yang memberatkan dirinya itu jauh-jauh.
Kini dengan dada sedikit lapang Chin Yang Kun berjalan
menyusuri sungai itu. Sambil melangkah pemuda itu membuat
rencana. Pertama tama ia harus mencari para pembunuh
keluarganya. Yang kedua, ia harus mencari Cap Kerajaan yang ternyata diperebutkan oleh banyak orang pula. Ketiga, dan ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang paling memberatkan perasaan hati Yang Kun, yaitu
menegakkan kembali Dinasti Chin !
Tugas yang ketiga ini yang selalu ditekankan oleh ayahnya
dan juga kemudian oleh nenek buyutnya, benar-benar sangat
berat untuk dilaksanakan oleh Chin Yang Kun. Pemuda itu
sedikitpun tak mempunyai minat untuk menjadi penguasa,
apalagi menjadi raja. Sejarah keluarganya yang bergelimang dalam kancah permusuhan, perebutan pengaruh dan
kekuasaan, yang akhirnya justru memusnahkan mereka
sendiri itu benar-benar sangat dibencinya. Pemuda itu lebih suka hidup tentram dan damai sebagai rakyat biasa.
"Ah, tugas yang terakhir itu biar kupikir nanti sajalah...."
pemuda itu menghela napas. "Sekarang yang mula-mula harus
kulakukan adalah mencari para pembunuh itu! Dan lobang
yang harus aku masuki, agar dapat bertemu dan
mendapatkan mereka adalah .. Ceng ya kang! lblis itulah satu-satunya petunjuk yang kuperoleh."
Mengingat nama Ceng-ya-kang pemuda itu Iantas teringat
pada ceritera Yap Kiong Lee. Dan begitu mengingat ceritera Yap Kiong Lee, Yang Kun juga lantas teringat pula ceritera sahabatnya, Chu Seng Kun !
Menurut ceritera Yap Kiong Lee kemarin, iblis gundul itu
menjadi anggota sebuah kelompok yang bermaksud akan
menggulingkan kekuasaan Kaisar Han. Kelompok itu dipimpin
oleh seorang aneh bernama Hek-eng-cu. Dan menurut cerita
dari Chu Seng Kun, orang berkerudung hitam ini sudah
bersiap diri menyusun sebuah kekuatan besar yang
ditempatkan di mana-mana. Dalam ambisinya untuk menjadi
kaisar, tokoh misterius itu juga telah berusaha untuk
mendapatkan pusaka Cap Kerajaan.
Jadi kemungkinan besar memang kelompok itulah yang
dimaksudkan oleh ayah dan paman-pamannya. Sebuah
kekuatan besar yang memusuhi keluarganya dan mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merampas Cap Kerajaan, Chin Yang Kun berkata di dalam
hati. "Kini sudah terang bagiku, siapa lawan yang mesti
kuhadapi." Yang Kun melangkah sambil menggeram.
Tangannya meraih sebatang ranting kemudian meremasnya
hingga hancur, lalu dibuangnya ke sungai.
"Kecopakk !" "Eeii.... kurang ajar! Mengintip orang sedang mandi, kau yaa"...?"
''Haah"!?"" Chin Yang Kun terperangah, lalu cepat-cepat menghindar ketika dilihatnya seorang wanita muda sedang
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merendam diri di tepian sungai yang dangkal.
Tapi belum juga pemuda itu sempat melangkah lebih jauh
lagi, dari atas pohon tiba tiba meloncat turun seorang Iaki-laki tampan menghadang di depannya. Pakaian orang itu sangat
baik dan bersih, sementara wajahnya yang tampan itu juga
dirawat dengan baik. Terlalu baik malah, sehingga berkesan sebagai seorang yang sangat pesolek. Usianya sudah tidak
muda lagi, tapi matanya masih bersinar nakal dan genit.
"Ahaa.... pengintip perempuan yang goblog ! Tidak begitu caranya mengintip wanita yang sedang mandi! Hahaha.... kau ini benar-benar pemuda canggung yang masih ingusan!"
datang-datang orang itu sudah mengolok-olok Chin Yang Kun.
Tentu, saja Chin Yang Kun menjadi marah. "Aku tidak
mengintip!" bentaknya keras.
Tapi orang itu justru tertawa semakin terpingkal-pingkal.
Apalagi ketika tampak olehnya wajah Chin Yang Kun yang
merah padam. "Hoho, tidak usah malu. Aku dulu juga begitu.
Ketika mengintip yang pertama kalinya, aku juga ketahuan
tetanggaku, hoho .... Aku menjadi malu bukan main, saking
maluku, aku jadi mata gelap! Kubunuh tetanggaku yang sial
itu !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat! Aku tidak sekotor pikiranmu !" Chin Yang Kun benar-benar naik pitam. Tangannya diulur ke depan untuk
mencengkeram baju orang bermulut kotor itu.
Ternyata orang itu juga gesit sekali. Tubuhnya berputar
tiga kali ke kanan, dan serangan Yang Kun menemui tempat
kosong, "Hohoho...ternyata engkau juga kalap seperti aku dulu. Hanya sayang yang kau ketemukan sekarang bukan
tetanggaku itu, tapi seorang hantu pencabut nyawa,
hehe.......!" "Aku tidak peduli hantu atau bukan, tapi kalau kau tak mencabut kata-katamu yang kotor itu, kau akan kulempar ke
dalam sungai !" Yang Kun memukul dengan tangan kiri ke
arah kepala. Lagi-lagi orang itu mengelak dengan berjongkok. Cuma kali
ini dia tidak tinggal diam dan membiarkan dirinya diserang terus-menerus oleh Yang Kun. Mendadak dari bawah orang itu menotok jalan darah tia-teng-hiat di ketiak Yang Kun.
Bersamaan dengan itu dari mulutnya juga menyembur asap
putih bergulung gulung, persis seorang perokok yang
menyemburkan asap dari pipanya.
Chin Yang Kun meloncat ke belakang, sehingga totokan
dan semburan asap itu luput dan tak mengenai dirinya.
Meskipun demikian hati pemuda itu menjadi kaget juga.
Ternyata lawannya seorang yang berwatak licik dan
berbahaya. Sekilas tercium bau yang memabokkan pada asap
tadi. Orang itu tidak mengejar Chin Yang Kun. Sambil tertawa
dia menimang-nimang sebuah hun-cwe (pipa tembakau)
panjang yang berasap pada ujungnya. "Haa.... kau terkejut?"
katanya. Sikapnya sangat memandang rendah sekali.
Diam-diam Chin Yang Kun mengerahkan Liong-cu i-kangnya, sehingga tulang-tulang di badannya terdengar
berkerotokan. Sekejap orang yang memegang huncwe itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerutkan dahinya, lalu melangkah setindak ke belakang
ketika tiba-tiba dirasakannya ada hawa dingin yang
menghembus ke arah dirinya. Senyumnya hilang. Dengan
perasaan tegang ia menatap Chin Yang Kun.
"Hah !" sambil membentak Yang Kun memukul ke perut
lawan. la mengerahkan sepertiga dari seluruh tenaga saktinya.
Perbawanya sungguh menggiriskan.
Untunglah orang itu telah bercuriga sejak tadi. Maka begitu Chin Yang Kun memukul dengan disertai hembusan angin
dingin, cepat-cepat ia menjejakkan kakinya ke atas tanah.
Tubuhnya segera melayang tinggi keatas melewati kepala Chin Yang Kun. Sambil melayang tak lupa orang itu menyedot pipa huncwenya, dan kemudian sebelum kakinya turun di belakang
Chin Yang Kun, pipa tembakau yang panjang itu menyabet ke
arah tengkuk lawannya. "Wuuut!" Chin Yang Kun melangkah setindak ke depan, sehingga
sabetan pipa itu melayang lewat, kemudian tubuhnya berputar dengan cepat. Berbareng dengan mendaratnya kaki lawan di
atas tanah, Chin Yang Kun mengirim pukulan lagi ke arah
pinggang ! Sekali lagi pemuda itu cuma mengerahkan
sepertiga dari tenaga saktinya.
Sebenarnya orang itu dapat mematahkan serangan Chin
Yang Kun dengan menarik sikunya ke belakang. Tapi orang itu ternyata tak mau melakukannya. Sekali lagi dia tak mau adu tenaga dengan membenturkan siku itu ke arah pukulan Yang
Kun. Orang itu benar-benar berhati hati sekali, sehingga
akhirnya justru Chin Yang Kun yang menjadi kesal dan tak
sabar. Maka ketika dengan tubuh miring orang itu meloncat
menjauh, Yang Kun cepat mengerahkan Kim-coa-ih-hoatnya.
"Haiiit !" Lengan itu bertambah panjang sejengkal jauhnya, sehingga
lawan yang merasa telah terbebas dari jangkauan Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu menjadi kaget setengah mati ! Ternyata pukulan yang
telah dihindari itu masih saja mengejarnya ! Dengan muka
pucat orang itu bergegas melangkah Iagi ke belakang. Tapi
sungguh hampir pingsan rasanya ketika lengan itu masih saja mengikutinya !
Hampir saja orang yang bersenjata huncwe itu berteriak.
Tapi sebelum ada suara yang keluar dari mulutnya, tubuhnya telah terangkat ke atas, dan di lain saat badannya telah
terlempar ke dalam sungai.
"Byuuuur!" "Hei, ada apa di sini" Apakah yang terlempar ke arah
sungai tadi" Apakah..... oohh, kau ! Tukang ngintip.. ... !" tiba-tiba seorang wanita bermuka cantik dan manis datang
menghampiri Chin Yang Kun. Pakaiannya berwarna hitam,
rambutnya disanggul tinggi seperti seorang puteri Istana.
Usianya mungkin sudah lebih daripada tigapuluh tahun, tapi oleh karena selalu dirawat dengan baik, maka kelihatannya
seperti seorang gadis remaja saja.
Chin Yang Kun mengenali wanita yang baru saja tiba itu
sebagai wanita yang tadi dilihatnya sedang berendam di dalam sungai. Mengingat wanita itu yang membikin gara-gara hingga ia sampai berkelahi dengan seseorang, maka Chin Yang Kun
segan untuk melayani. Tanpa mengeluarkan perkataan
sepatahpun ia melesat pergi meninggalkan tempat itu.
"Tunggu !" Wanita ini berkelebat cepat mendahului Chin Yang Kun dan
menghadang di mukanya. Terpaksa pemuda itu berhenti
melangkah. Ditatapnya wanita cantik itu dengan seksama.
"Maaf, apa maumu " Mengapa menghentikan langkahku?"
Yang Kun bertanya dengan suara kaku.
"Hei, mengapa malahan engkau yang menjadi marah"
Seharusnya akulah yang menjadi marah. Engkau mengintip
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku, lalu kawanku yang menegurmu kaulemparkan ke dalam
sungai, bagaimana ini " Apakah kau mau main pukul dan ingin mau menang sendiri ?"
"Huh ! Siapa yarg mengintip engkau" Jangan terlalu
sombong dan besar perasaan !"
"Apa" Kau maki aku sombong" Kau maki aku besar
perasaan" Kurang ajar! Kau memang layak diberi
pelajaran.......!" wanita itu berseru marah. Telapak tangannya menampar ke arah pipi Chin Yang Kun.
Tapi dengan mudah pemuda itu mengelakkannya, lalu
tubuhnya melejit ke samping dan berusaha lari meninggalkan tempat itu. Tapi wanita itu tak mau melepaskannya begitu
saja. Dengan lincah ia mengejar. Lalu dari belakang, tangan kanannya menghantam ke arah punggung Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun terpaksa meloncat ke kiri. Tapi secara tak
terduga kaki lawannya melayang ke atas, menghantam ke
selangkangannya, sehingga akibatnya Chin Yang Kun terpaksa berjungkir balik ke belakang lagi. Dan belum juga kakinya
berdiri tegak, wanita itu sudah mengejar pula dengan
tendangan berantainya. Mau tak mau Chin Yang Kun terpaksa
mengelak mundur lagi. Repotnya bukan main !
Kini Chin Yang Kun benar-benar hilang kesabarannya!
"Berhenti ! Atau..... kulempar pula kau ke sungai !" pemuda itu menghardik.
"Eee, mengancam ..." Coba saja kalau mampu !"
"Siau-kwi.....! Berhenti !" tiba-tiba orang yang tercebur ke dalam sungai tadi muncul dan berteriak ke arah wanita itu.
Wanita cantik yang dipanggil dengan nama Siau kwi itu
benar-benar mematuhi perintah tersebut. "Ada apa" Mengapa kau melarang aku membunuh dia ?" protesnya penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan gegabah! Dialah yang telah membunuh Togu dan
Huang-ho Heng te......" orang itu berseru sambil mengebut-ngebutkan bajunya yang basah. Pipa tembakaunya yang
panjang itu ia ketuk-ketukkan pada pahanya supaya kering.
"Haah ?" Siau-kwi terbelalak. "Kau tidak main-main ?"
"Aku tidak main-main, Pek pi Siau kwi (Hantu Cantik
Berlengan Seratus)"."
"Bagaimana kau mengetahuinya ?"
"Sudahlah ! Kau turut saja kata kataku !" laki-laki bersenjata huncwe itu menarik lengan Pek-pi Siau kwi.
"Saudara, maafkan kekasaran kami tadi. Kami cuma
bermaksud " mencoba orang yang telah mampu membunuh
dua orang jago kami. Ternyata saudara memang lihai sekali.
Ooh, ya....bolehkah kami mengetahui nama dan gelar saudara
?" Chin Yang Kun mengendorkan urat-uratnya yang tegang.
Namun demikian ia tetap selalu waspada. Bagaimanapun juga
ia belum mengenal mereka dengan baik. Apalagi mereka
ternyata adalah kawan dari orang yang terbunuh di restoran itu. Kalau sekarang mereka bersikap halus dan mau mengalah, hal itu cuma disebabkan karena mereka takut atau segan pada kepandaiannya. Lain tidak! Maka dia harus tetap berhati-hati.
"Jadi... ji-wi ini kawan-kawan dari orang yang terbunuh itu?" Chin Yang Kun menegaskan. "Maaf, aku terpaksa membunuh mereka, karena merekalah yang mengepung aku
dan mendesakku ! Tentang nama..... panggil saja aku Yang
Kun ! Tak punya gelar atau nama besar yang lain ! Apakah
kalian mau membalas dendam ?"
"Ah, tidak ! Tidak ! Mana aku berani" Kami justru ingin berkenalan atau" bersahabat, kalau boleh!" orang yang
bersenjata huncwe itu berkata hati-hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, kau ini bagaimana sih" Sudab gila kau barangkali"
Kawan sendiri telah dibunuh, kau malah mengajaknya
bersahabat....." Pek-pi Siau-kwi menarik lengan kawannya.
"Kaulah yang gila dan buta! Apa gunanya melawan orang
yang berkepandaian melebihi kita" Ingin bunuh diri " Sudahlah kauturut saja aku..." laki-laki itu mencubit tangan kawannya.
"Dan lagi kawan-kawan kita sendirilah yang membuat
kesalahan, bukan saudara ini".."
"Sudahlah, kalian jangan bercekcok. Temanmu yang mati itu memang telah salah mengenali aku dan kawan kawanku.
Temanmu menyangka kami akan menyerang Tan wangwe,
padahal sama sekali tidak ! Buat apa kami menyerang orang
yang tak kami kenal?"
"Wah, kaudengar itu" Saudara Yang ini bukan anggota
rombongan Keh-sim Siauw hiap." laki-laki itu menoleh kepada Pek-pi Siau-kwi.
"Ooo, tahu aku sekarang. Jadi kalian ini sedang menunggu rombongan Keh-sim Siauw hiap. Oleh karena itu ketika teman kalian melihat rombonganku, mereka menyangka bahwa
rombongan Keh-sim Siauw hiap telah tiba. Begitukah?"
"Betul!" laki-laki bersenjata huncwe itu mengangguk.
"Ahh.... kalau begitu kasihan sekali kematian orang-orang itu. Mereka mati karena kesalahpahaman. Aku sungguh
berdosa sekali"." Chin Yang Kun menyesali diri.
"Ah, Yang sicu tidak bersalah. Kawan-kawankulah yang
terlaIu bodoh dan buta."
"Terima kasih. Tetapi akupun ikut bersalah dalam hal ini.
Coba aku lebih sabar sedikit dan merundingkannya dengan
baik, kukira kesalahpahaman itu takkan sampai terjadi."
Ketiga orang itu berdiam diri untuk beberapa saat, seolaholah mengenangkan nasib orang yang telah meninggal dunia
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang-sicu ..!'' akhirnya laki laki bersenjata huncwe itu
menyapa perlahan. "Maukah Yang-sicu kubawa ke tempat
kawan-kawanku" Marilah kita jernihkan kesalahpahaman
antara kita ini di sana! Biarlah mereka mengetahui atau
menyadari kesalahan mereka dan biarlah mereka meminta
maaf kepada Yang sicu.."
"Benar, saudara Yang,.., Kalau saudara Yang mau ke
tempat kami dan menerangkan sendiri kesalahpahaman ini,
kukira semuanya akan menjadi beres. Tak ada lagi dendam
mendendam di antara kita." Pek-pi Siau-kwi ikut membujuk Chin Yang Kun.
Urat-urat Chin Yang Kun kembali tegang untuk sesaat. Ada
dua kemauan yang saling bertentangan di dalam hatinya.
Keinginan untuk meluluskan permintaan orang itu, dan
membereskan semua kesalahpahaman mereka, serta
keengganan untuk mendatangi tempat yang berbahaya itu,
demi keselamatan dirinya.
Agaknya laki laki itu dapat membaca pikiran Chin Yang Kun.
Oleh karena itu dengan lantang ia berkata. "Apakah Yang-sicu belum mempercayai aku" Kalau umpamanya Yang-sicu
memang tidak percaya kepadaku, lalu apa yang harus
ditakutkan pada diriku ini" Tadi aku baru saja saudara
kalahkan. Padahal aku adalah kepala dari semua pengawal
Tan-wangwe. Nah, kalau kepalanya saja dapat saudara
tundukkan, lalu apa yang mesti ditakuti pada anak buahnya ?"
"Bagaimana saudara Yang.....?" Pek-pi Siau-kwi ikut
mendesak. "Baiklah! Mari kita berangkat!" Chin Yang Kun mengangguk dengan dada tengadah.
"Terima kasih!" Pek pi Siau-kwi dan laki laki itu saling melirik, kemudian sambiI tersenyum penuh arti mereka
menyatakan rasa terima kasih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bertiga mereka berjalan menyusuri tepian sungai itu ke
arah bandar yang berada di pinggir dusun. Orang orang di
atas perahu yang lewat ataupun para pejalan kaki yang
kebetulan berpapasan dengan mereka, tentu menyapa dan
memberi hormat kepada Pek pi Siau-kwi dan lelaki pemegang
huncwe itu. "Ji-wi sangat dihormati orang di dusun ini. Hmm, siapakah
sebenarnya ji-wi ini" Siapa pula Tan wangwe itu" Mengapa
saudara sampai bentrok dengan Keh-sim Siauwhiap yang
terkenal itu?" sambil berjalan Chin Yang Kun bertanya tentang mereka.
Laki-laki itu tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan
tersebut secara langsung, "Ah..... mengapa terburu-buru"
Sebentar lagi saudara tentu akan mengerti sendiri."
Mereka melewati bandar tempat menambat perahu di
pinggir dusun. Tempat itu sangat ramai dan penuh dengan
sampan dan perahu. Beberapa orang pengawal atau tukang
pukul yang bersenjata golok tampak menyongsong mereka.
Salah seorang dari mereka segera membungkuk.
"Tan-wangwe telah menunggu tuan berdua sejak tadi,"
katanya memberi Iaporan. "Apakah rombongan Keh-sim Siauw-hiap telah tiba?"
"Belum....." Beberapa waktu kemudian mereka sampai ke sebuah
rumah yang besar, luas, indah dan sangat megah. Bangunan
itu didirikan menghadap ke arah sungai, sehingga kesan
kemegahannya sungguh amat menonjol dengan ruang
pandangan yang sangat luas. Pagar temboknya disusun dari
bata merah setinggi dua meter lebih, meskipun begitu toh
tetap tidak bisa menutupi bangunan gedungnya yang tinggi.
Di pintu gerbang masuk mereka disongsong pula oleh para
penjaga yang berseragam lengkap, lalu diantar melalui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halaman depannya yang amat luas. Para penjaga itu berhenti di bawah tangga pendapa dan mempersilahkan mereka naik
ke atas. Laki Iaki bersenjata huncwe itu mendahului naik tangga,
diikuti oleh Pek pi Siau kwi dan Chin Yang Kun. Di atas
pendapa mereka telah dinantikan oleh para jagoan pengawal
yang dikumpulkan Tan-wangwe, di antaranya Hui-chio Tu
Seng, Houw-ho Lam-hui dan Ngo kui-shui! Ketika orang-orang itu melihat kedatangan Chin Yang Kun, mereka langsung
berpencar dan menghunus senjata masing masing.
"Berhenti ! tidak ada lawan di sini, semuanya adalah kawan
! Kalian mundurlah".!" Laki-laki berhuncwe itu meloncat ke depan dan berteriak keras.
"Jai-hwa Toat beng-kwi (Hantu Cabul Pencabut
Nyawa)......! Pek pi Siau-kwi! Itulah pemuda yang telah
membunuh kawan kawan kita......!" Hui-chio Tu Seng balas
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berteriak. "Kalian keliru ! Duduklah ! Mari kita bicarakan dengan hati dingin!" orang bersenjata huncwe yang dipanggil dengan sebutan Jai-hwa Toat-beng-kwi itu menarik lengan Hui-chio Tu Seng dan kawan kawannya ke kursi. Lalu sambil berbisik lirih Jai-hwa Toat-beng kwi menepuk bahu Hui chio agar menuruti
saja segala perintahnya. Sementara itu Lam Hui menatap Chin Yang Kun dengan
rasa tak keruan. Menurut Hui chio, pemuda itulah yang telah membunuh Togu dan Huang ho Heng te dengan ilmu yang
amat mengerikan. Sebuah ilmu siluman yang bisa
memanjangkan dan memendekkan anggota badan!
Padahal kepandaiannya masih berada di bawah ketiga
orang yang telah mati itu. Oleh karena itu betapa kecut
hatinya bila ia teringat akan lagaknya dulu ketika bertemu dengan pemuda itu di warung Hao Chi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari ! Marilah duduk, Yang sicu.....!" Jai-hwa Toat-beng kwi mempersilahkan Chin Yang Kun.
Dengan wajah tenang tanpa perasaan khawatir sedikitpun
Chin Yang Kun duduk di atas kursi yang disediakan untuknya.
Lalu dengan tenang pula, pemuda itu menatap orang-orang
yang berada di sekitarnya satu persatu. Ketika pandangannya jatuh pada Lam Hui, orang bertubuh tinggi besar yang semula sangat garang itu tiba-tiba menggigil. Rasanya mata itu
mencorong menyilaukan bagi Lam Hui, seperti sorot matahari yang menimpa mukanya.
"Saudara Tu Seng, Lam Hui dan Ngo kui shui...,,," Jai-hwa Toat-beng-kwi berdiri dan mengawasi kawan-kawannya.
"Sekarang aku mau bertanya kepada kalian...... siapa
sebenarnya lawan yang sedang kita tunggu tunggu itu?"
Hui chio Tu Seng, Houw-kho Lam Hui dan Ngo kui-shui
saling memandang dengan bingung. Mereka benar benar tak
mengerti, apa maksud Jai-hwa Toat-beng-kwi bertanya
tentang hal yang telah mereka ketahui bersama itu "
Bukankah semua sudah tahu bahwa mereka sedang
menantikan kedatangan Keh-sim Siauw hiap "
"Ayoh, katakan ! Mengapa diam saja " Katakan, siapa
lawan yang kita tunggu tunggu itu!"
"Jai hwa Toat-beng-kwi, kau ini aneh benar. Bukankah kau juga sudah tahu kalau kita sedang menantikan Keh-sim Siauwhiap?" Tu Seng menjawab.
"Nah, ternyata kalian masih ingat juga. Lalu, apa yang akan kalian perbuat kalau ada rombongan lain yang bukan
rombongan Keh sim Siauw hiap lewat di dusun ini " Hanya
sekedar lewat saja! Apakah rombongan itu akan kalian hantam juga?"
"Huh, apa gunanya kita menghantam mereka" Cuma
mencari kesulitan sendiri saja. Baru berhadapan dengan Kehsim Siauw hiap saja kita sudah kehilangan kawan, mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita harus menambahnya dengan musuh-musuh yang lain?"
Hui-chio Tu Seng menjawab tegas.
Jai hwa Toat beng-kwi tersenyum, lalu melangkah
mendekati Tu Seng. Matanya menatap jago tombak itu lekat
lekat. "Lalu.... mengapa kau menyerang juga rombongan Yang sicu ini" Apakah kalian sudah yakin kalau mereka itu
rombongan dari Keh-sim Siauw hiap ?"
"Ini ".ini".. aku tak tahu ...!" Tu Seng menjawab dengan gagap.
"Nah, ketahuilah sekarang. Yang sicu ini bukan orangnya Keh-sim Siauw-hiap! Jadi kalian kemarin telah keliru
sangka....," "Tapi". tapi... apa buktinya kalau dia bukan orangnya Kehsim Siauw-hiap?"
"Naah, ternyata kalian masih dapat berpikir juga sekarang.
Tapi mengapa kemarin kalian tak punya pikiran untuk
membuktikan terlebih dahulu, siapa sebenarnya dia " Kalian langsung main labrak saja, dan akibatnya.... kalian sendiri yang rugi. Ternyata yang kalian tabrak adalah gunung
karang......." Jai-hwa Toat-beng kwi kembali ke kursinya. Meskipun
banyak yang belum puas, tapi tak seorangpun yang berani
bersuara. Mereka memendam saja perasaannya, hanya
kadang-kadang saja mereka melirik ke arah Chin Yang Kun.
Akhirnya tak enak juga perasaan pemuda itu kalau cuma
berdiam diri saja. Perlahan-lahan ia bangkit dari tempat
duduknya. "Cu wi sekalian.......! Aku tahu bahwa cu-wi belum percaya kepadaku. Tapi sebenarnyalah apa yang dikatakan oleh Jai-hwa Toat-beng-kwi tadi, aku bukan anak buah Keh sim Siauw
hiap. Aku memang tidak mempunyai bukti. Tapi aku dapat
membuktikannya bila Keh-sim Siauw-hiap berada di sini. Nah, sekarang terserah kepada cu-wi semua. Percaya atau tidak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak percayapun aku juga tidak peduli. Aku siap menghadapi siapa saja!"
Tak seorangpun berani berkutik, Ngo kui-shui memandang
Lam Hui, Lam hui yang tinggi besar itu memandaug Hui-chio
dan Jai-hwa Toat-beng-kwi. Tapi dua orang pentolan
pengawal ini juga diam saja menundukkan muka,
"Nah.......memang sebaiknya begitu !" tiba-tiba Pek-pi Siau-kwi memecahkan kesunyian tersebut, "Memang sebaiknya
Yang-sicu berada di tempat ini dahulu untuk membuktikan
bahwa dia bukan anak buah Keh-sim Siauw-hiap. Nanti
setelah Keh-sim Siauw-hiap datang. Yang-sicu dapat pergi....
dengan bebas." "Hahaha..... benar ! Benar ! Aku sepakat !" Jai-hwa Toat-beng-kwi bersorak.
"Hei! Hei! Ini....... aku....." Chin Yang Kun berusaha untuk mencegah keputusan itu.
"Sudahlah, Yang-sicu. Duduk sajalah yang baik, kami akan menjamu Yang-sicu seperti kami menjamu tamu kehormatan
kami...... Hei, pelayan ! Keluarkan meja jamuan selengkap-lengkapnya !" Jai-hwa Toat-beng-kwi berteriak ke dalam.
"Ah !" Chin Yang Kun berdesah kikuk. Dan seperti telah dipersiapkan sebelumnya, dari dalam lantas terlihat beberapa orang gadis keluar membawa nampan berisi segala macam
makanan. Dengan cekatan mereka menata meja itu tanpa
bersuara. Sekejap saja semuanya telah siap.
"Bagus! Bagus"..! Ada tamu agung rupanya ! Marilah.....
kalau begitu aku Tan Hok akan ikut menikmati jamuan ini..."
dari dalam tiba-tiba muncul seorang lelaki gagah berpakaian sangat indah. Usianya sekitar empatpuluh lima tahun. Rambut di atas pelipisnya telah memutih. Begitu juga yang berada di atas ubun-ubunnya. Sebatang pedang panjang tergantung
pada pinggangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan wangwe .,.,!" semuanya berdiri menyambut orang itu.
"Silahkan! Silahkan.....! Jangan sungkan-sungkan ! Ah, siapakah tamu kita kali ini ?"
Jai hwa Toat-beng-kwi menyongsong Tan-wangwe dan
membawanya ke dekat Chin Yang Kun, lalu
memperkenalkannya satu sama lain.
"Yang-sicu, beliau ini adalah pemilik rumah ini. Beliau bernama Tan Hok atau Tan wangwe .. "
Chin Yang Kun membungkuk sambil merangkapkan kedua
belah telapak tangannya di depan dada, tapi mulutnya tetap diam tak bersuara. Sebaliknya ketika namanya disebut oleh
Jai-hwa Toat-beng kwi dan diperkenalkan kepada tamu
rumah, Tan-wangwe menyambutnya dengan sangat hormat
dan gembira sekali. "Ooh, Yang Siauw-hiap rupanya....! Aku telah mendengar tentang kehebatanmu dari Hui-chio Tu Seng kemarin. Katanya seorang diri engkau dapat mengalahkan dan membunuh Togu
dan Huang ho Heng te. Aku benar-benar sangat kagum
kepadamu. Ilmu kepandaianmu tentu tinggi sekali.."
"Dan.... Tan wangwe paling suka berteman dengan jago
silat yang berkepandaian tinggi !" Pek-pi Siau-kwi yang sedari tadi cuma diam saja, tiba-tiba menyahut.
"Benar. Aku memang sangat senang dan menghargai
orang-orang yang hebat..... seperti Yang Siauw-hiap ini pula !
Maka dari itu aku akan bergembira pula hari ini apabila dapat bersahabat dengan Yang Siauw-hiap!"
"Hei, mengapa pula sampai tak bisa! Marilah kita makan dan minum untuk merayakan persahabatan kita ini.....!" Jai-hwa Toat-beng-kwi segera berseru sambil menyambar cawan
arak yang berada di depannya. Yang Iain-lain segera
mengikutinya pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa Chin Yang Kun melayani kegembiraan mereka.
Apalagi sejak kemarin ia memang belum makan sama sekali.
Ia menerima saja setiap mereka menawari makanan dan
minuman, sehingga akhirnya ia menjadi mabuk dan
kekenyangan. Pemuda itu bangkit dari kursinya, lalu dengan
sempoyongan ia berjalan ke dalam rumah.
"Marilah kubantu pergi ke kamarmu, Yang-sicu....." Pek-pi Siau-kwi meloncat mendekati.
Tangannya meraih ke arah pinggang Chin Yang Kun!
Meskipun sedang dalam keadaan mabuk ternyata pemuda itu
tetap sulit sekali untuk didekati orang. Beberapa kali Pek-pi Siau kwi berusaha menyambar lengan atau pinggang Chin
Yang Kun, untuk membantunya pergi ke kamar, tapi selalu tak berhasil. Biarpun sempoyongan, gerakan kaki dan tangannya
masih sangat gesit dan cepat bukan main!
"Ja-jangan dekati a-aku! Aku mau..... mau tidur sesebentar. Si-siapa y-yang mendekati aku akan kubunuh
seperti...... seperti ini! Hiaaat !"
Pemuda itu mencengkeram ke arah ubun-ubun Pek-pi Siaukwi tapi karena sempoyongan sasarannya menjadi berubah ke
arah pundak. Meski pun demikian serangan tersebut juga
tidak kalah berbahayanya dengan sasaran semula. Kalau kena, tak pelak lagi wanita cantik itu tentu akan menjadi cacat
badan seumur hidupnya. Oleh karena itu Pek-pi Siau kwi juga tidak berani sembrono melayani serangan itu.
Wanita itu mengerahkan segala kemampuannya, lalu
dengan cepat memiringkan tubuhnya ke kanan sehingga
cengkeraman Chin Yang Kun mengenal tempat kosong.
Kemudian sebelum pemuda itu sempat menarik lengannya,
Pek pi Siau kwi bergegas menabas lengan tersebut dengan sisi telapak tangannya. Tapi entah karena sedang mabuk atau
karena memang sudah tak sempat lagi, Chin Yang Kun tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha mengelakkan serangan tersebut. Sebaliknya pemuda
itu justru membarenginya dengan sapuan kakinya ke arah
kuda-kuda lawan. Pek pi Siau kwi menyangka bahwa Chin Yang Kun memang
benar-benar sudah mabuk, maka hatinya menjadi gembira
bukan main. Wanita itu sudah membayangkan bahwa sekejap
lagi pergelangan tangan Chin Yang Kun akan terlepas
persendiannya dan selagi pemuda itu merasakan kesakitan, ia akan segera mencengkeram lengan tersebut dan kemudian
membantingnya ke atas lantai! Blug! Dan semuanya akan
bertepuk tangan untuknya.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya benar-benar membuat
wanita itu hampir pingsan karenanya. Pada benturan pertama, bukanlah Chin Yang Kun yang terlepas persendian tulangnya, tapi Pek pi Siau-kwi sendirilah yang menjerit setinggi langit.
Serasa remuk seluruh tulang lengan wanita itu ketika
membentur lengan Chin Yang Kun yang keras bagai besi baja.
Dan selagi rasa sakit itu masih mencengkam tubuhnya, wanita itu menjerit pula sekali lagi ketika mendadak tubuhnya
terangkat ke atas, kemudian terbanting kembali ke lantai
dengan kerasnya ! Serasa ada seribu bintang yang tiba-tiba datang mengerumuninya. Pusing !
Selesai menyapu kaki lawan Chin Yang Kun sendiri lalu
sempoyongan menabrak meja, sehingga meja yang penuh
terisi makanan dan minuman itu terguling jatuh
menumpahkan seluruh isinya. Seguci arak yang masih penuh
terlontar dari meja itu dan pecah ketika menimpa kepala Chin Yang Kun. Isinya tumpah membasahi tubuh Chin Yang Kun
dari ujung rambut sampai ke dalam sepatunya.
"Heheh... segar! Segar sekali ! Mmm ... mandi arak wangi
memang segar sekali !" pemuda itu tertawa terkekeh-kekeh sambil menjilati arak yang mengalir di atas bibirnya. Kaki yang belum dapat berdiri tegak itu tiba-tiba melangkah kembali ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat Pek-pi Siau-kwi masih terbaring kesakitan. Tangannya terkepal, siap untuk memberi pukulan terakhir.
Jai-hwa Toat-beng kwi dan kawan-kawannya terlonjak
kaget dari kursinya melihat bahaya yang akan menimpa
sekutu mereka itu. Seperti mendapat aba-aba mereka melesat bersama-sama ke arah Pek-pi Siau kwi. Jai-hwa Toat-beng-kwi yang tak pernah lekang dari huncwenya, melemparkan senjata andalannya itu ke arah Chin Yang Kun. Begitu juga yang
dilakukan oleh Hui-chio Tu Seng ! Orang yang sangat terkenal karena tombak terbangnya itu melontarkan senjatanya
berbareng dengan Jai-hwa Toat-beng-kwi. Dan kedua senjata
tersebut melesat bagai kilat, menyongsong langkah Chin Yang Kun.
"Siuuuuuuut! Siuuuuuuut!"
"Ceeep ! Ceeep !"
Semuanya ternganga. Dua buah senjata yang melesat
dengan dahsyat itu ternyata disambar dengan amat mudah
oleh Chin Yang Kun, seakan-akan benda berbahaya itu cuma
barang mainan baginya. Hanya karena kakinya memang
sempoyongan sejak tadi, maka begitu berhasil menangkap
senjata yang terlontar dengan kekuatan tinggi itu, Chin Yang Kun langsung terjengkang dan berguling-guling di atas Iantai.
Tapi itupun hanya sekejap, karena sesaat kemudian tubuh
pemuda itu telah melenting ke atas, terus menerkam ke arah orang-orang yang mendatanginya.
Dan orang-orang yang mau menolong Pek-pi Siau kwi itu
juga bersiap-siap menghadapi pula.
"Wuuuut ! Siuuuut ! Plak!"
"Blug! Blug !" Tujuh orang pengawal pilihan dari Tan-wangwe itu
berjatuhan bagaikan buah kelapa yang dipungut dari
tangkainya. Mereka terkapar bergelimpangan di lantai dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulut mengaduh-aduh kesakitan. Sungguh menakjubkan!
Seorang diri, sedang mabuk pula..... tapi dalam satu gebrakan telah mampu menjatuhkan semua musuh-musuhnya.
"Nah ! lni.....hik hik, ini cuma peringatan sa-saja untuk k-kalian, hik ! Lain kali.. jjj-jangan dekati aku lagi ! Eh, Tan-wangwe.... ayoh antarkan aku ke kamarmu!"
"Ba-baik ! Baik !" Tan Hok tersentak kaget. Wajahnya pucat, seolah-olah tak percaya pada kejadian itu. Orang orang yang dia kumpulkan untuk menghadapi Keh-sim Siauw-hiap
ternyata telah disikat oleh pemuda itu dalam satu gebrakan.
Sungguh tak masuk di akal.
Setelah mengantar Chin Yang Kun ke kamarnya, Tan Hok
bergegas keluar kembali menemui para pengawalnya. Orang
orang itu segera ditolongnya. Ngo-kui shui yang lwee-kangnya paling rendah terpaksa harus minum obat, karena pukulan
Chin Yang Kun ternyata mengandung racun.
"Gila! Anak itu kepandaiannya sungguh dahsyat !" Tan Hok berkata heran.
"Aku juga merasa heran. Dulu ayahnya tak sehebat dia.
Maka ketika kemarin Tuan Tan menugaskan aku untuk
membawanya kemari, aku menjadi salah hitung. Tadi siang
tubuhku telah dilemparkannya ke dalam sungai seperti ini
tadi." Jai-hwa Toat-beng-kwi bersungut-sungut.
"Baiklah ! Sekarang kita teruskan rencana kita itu. Kita harus bisa mempergunakan kelihaiannya itu untuk melawan
Keh-sim Siauw-hiap. Sekarang biarlah aku sendiri yang
membujuknya." Tan Hok berbisik ke telinga Jai-hwa Toat-beng-kwi.
Tan Hok lalu berlari kembali ke dalam rumah. Ia melayani
sendiri keperluan Chin Yang Kun. Dengan tekun hartawan itu menunggui sendiri di dekat pembaringan Chin Yang Kun.
Kemudian diajaknya berbicara dan mengobrol. Oleh karena
Chin Yang Kun masih dalam keadaan mabuk, maka kata-kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang keluar dari mulutnyapun juga tak beraturan dan asal
bicara saja. Apa yang terpikir langsung keluar dari mulutnya.
Sama sekali pemuda itu tak memikirkan, di mana dia kini
sedang berada. Di tempat kawan atau lawan, berbahaya bagi
keseIamatannya atau tidak. Yang dirasakan oleh Chin Yang
Kun pada saat itu cuma tubuhnya terasa enteng dan ringan
sekali, seakan-akan ia mau terbang dibawa angin.
"Tan Hok, kau benar-benar kaya sekali..... hik." pemuda itu memanggil nama si tuan rumah dengan enaknya, seolah-olah
memanggil pelayannya saja. "Rumahmu..... hik...rumahmu bagus sekali, perabotannyapun bukan main indahnya.
Semuanya terbuat dari emas....Tapi...hik.... kenapa sepi
sekali" Di mana keluargamu" Maksudku......isteri dan anak-anakmu" Yang kulihat sedari tadi cuma para pelayan dan ...
hik,. . para pengawalmu saja."
Tiba-tiba terdengar suara Tan Hok menghela napas berat.
Beberapa saat lamanya orang kaya itu tak menjawab
pertanyaan Chin Yang Kun, sehingga Chin Yang Kun yang
belum sadar dari mabuknya itu menjadi heran.
"Eh, kau kenapa" Mengapa diam saja" Ooh,kau sedang
sedih hahaha..... hik! Ayoh..... dong, jawab,.,..! Takut dengan Keh-sim Siauw-hiap" Haha.... jangan khawatir! Asal aku....
hik-hik.... masih berada di sini semuanya tanggung beres."
Sekejap air muka Tan Hok tampak berseri gembira, tapi
sekejap kemudian kembali sedih pula lagi. Perlahan-lahan
orang tua itu bangkit berdiri, lalu melangkah ke arah gambar yang tergantung pada dinding kamar. Diambilnya gambar itu
dan dibawa ke pembaringan Chin Yang Kun, dan diperlihatkan kepada pemuda tersebut.
"Keluargaku telah meninggal semua. Mertuaku, isteriku, anak-anakku dan para pelayan dari keluargaku ! Inilah gambar mereka...." katanya sedih. Chin Yang Kun menerima gambar itu serta melihatnya dengan teliti. Tampak Tan Hok bersama isterinya berdiri di belakang sepasang orang tua, yang duduk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di atas kursi mewah. Di samping mereka berdiri empat orang anak kecil berpakaian indah dan anggun. Gambar itu diambil di depan sebuah gedung yang sangat indah mirip istana.
"Ahh, kelihatannya tuan memang keturunan orang kaya
atau keturunan bangsawan." Chin Yang Kun memberi
komentar setelah puas melihat gambar itu. "Rumah yang ada
di dalam gambar ini tentulah sebuah istana atau semacamnya itu."
''Saudara Yang sungguh sangat teliti. Benar. Gedung yang
ada di dalam gambar itu memang sebuah istana kecil tempat
tinggal mendiang Perdana Menteri Li Su."
"Oh, kalau begitu tuan Tan ini masih kerabat dari Perdana Menteri itu" Haha, aku..... hik hik .... aku tahu sekarang.
Keluarga tuan tentu dibunuh oleh pasukan Liu Pang, bukan?"
Tan Hok menggeleng. ''Bukan ....!" jawabnya tegas.
"Hei" Bukan" Ah, lalu siapa kalau bukan mereka" Keh-Sim Siauw-hiap?" Chin Yang Kun yang sudah agak sembuh dari mabuknya itu merasa heran.
"Ah, panjang sekali ceritanya,.,,." Tan Hok tertunduk lesu sambil menghela napas berulang-ulang. "Kematian keluargaku sungguh amat sengsara sekali. Kematian mereka cuma
disebabkan oleh perebutan pusaka warisan keluarga. Aku
mempunyai warisan pusaka yang ternyata juga diinginkan
oleh banyak orang, di antaranya adalah Keh-sim Siauw-hiap.
Tapi semuanya dapat kutanggulangi, selain......eh, panjang sekali ceritanya,"
"Ohh" Bolehkah aku mendengarkan ceritamu itu"
Tampaknya Tuan Tan mempunyai nasib yang sama dengan
nasib keluargaku." Chin Yang Kun bertanya dengan nada sedih pula. Mendadak pemuda itu juga teringat kepada ayah, ibu
dan paman-pamannya yang terbunuh pula.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, nanti aku ceritakan kepada Yang Siauw-hiap. Tapi marilah kita minum-minum dahulu, agar Yang Siauw-hiap
merasa lebih segar lagi!" Tan Hok berkata sambil menuangkan arak ke atas cawan, "Lihat! Matahari sudah hampir terbenam dan sebentar lagi bulan segera akan muncul. Siapa tahu
malam ini Keh-sim Siauw hiap benar-benar datang, sehingga
kita tak mempunyai kesempatan lagi untuk minum bersama."
"Baik ! Marilah ..., !" Chin Yang Kun yang mulai tertarik dan bersimpati kepada Tan Hok itu segera menyambar cawan
yang disuguhkan kepadanya.
Mereka lalu makan minum lagi sepuas-puasnya, sehingga
rasa pusing yang semula telah hilang dari kepala Chin Yang Kun kini kembali menggayuti kepala pemuda itu lagi.
"Nah, kau...... kau berceritalah ! Matahari telah ber..... hik,, bersembunyi sekarang. Bulan s-segera mmm...... muncul, hik !
Nanti tak ada kesempatan I-lagi kalau Keh-sim Siauw-hiap
ddd..," datang." Chin Yang Kun yang telah mabuk lagi itu mengguncang-guncang lengan Tan Hok. Mulutnya yang
berbau arak keras itu berkata serak dan gagap.
"Baiklah, Yang Siauw-hiap". Aku akan bercerita.." Tan Hok yang ternyata tidak ikut mabuk itu berdiri perlahan. Kemudian sambil melipat lengannya di bawah punggung dia mulai
berceritera. Sebelum para pemberontak sampai ke kota raja, Perdana
Menteri Li Su telah berusaha menyelamatkan seluruh harta
dan keluarganya dengan berbagai cara. Selain menyuruh
belasan orang anak cucunya pergi meninggalkan kota raja
dengan menyamar dan membawa harta sebanyak-banyaknya,
Perdana Menteri Li Su juga menyelundupkan seluruh harta
karun yang tak ternilai banyaknya. Harta karun itu
diselundupkan melalui iring-iringan pengungsi yang terdiri dari wanita dan anak anak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata iring-iringan pengungsi itu tak pernah mencapai
tujuannya. Mereka hilang entah di mana, seperti juga anak
cucu Perdana Menteri Li Su yang lain. Semuanya tidak ada
yang bisa menerobos kebuasan para pemberontak yang telah
menguasai hampir seluruh negeri itu. Semua anak cucu
Perdana Menteri Li Su yang menyamar telah dibantai habis
dan seluruh harta yang dibawanya juga habis untuk rebutan.
Hanya seorang yang tidak mengalami perlakuan seperti itu,
yaitu Tan Hok dan keluarga yang dibawanya. Menantu
Perdana Menteri Li Su itu dapat menyelamatkan diri bersama keluarganya, dan hidup mengasingkan diri di daerah padang
ilalang yang sunyi. Dengan harta yang mereka bawa itu
mereka membangun sebuah rumah di tempat terpencil
tersebut. Mereka hidup bebas di tempat terasing itu selama bertahun-tahun tanpa mengalami gangguan dari siapapun.
Malapetaka mengerikan yang menghabiskan seluruh
keluarga itu justru karena ulah Tan Hok sendiri. Ternyata
biarpun sudah mendapatkan harta kekayaan yang sangat
banyak dari mertuanya, Tan Hok masih selalu teringat pada
harta karun yang diselundupkan oleh mendiang mertuanya itu.
Beberapa kali ia keluar dari tempat persembunyiannya,
mengembara seperti seorang pendekar untuk mencari berita
tentang harta karun yang hilang itu.
Berbulan-bulan, bertahun tahun Tan Hok mencari, tapi tak
didapatkan juga harta itu. Berkali-kali Tan Hok menyusuri
daerah pantai sebelah timur, karena khabarnya iring-iringan pengungsi itu mengambil jalan menyusuri pantai timur.
Sehingga di daerah yang sering ia kunjungi itu namanya
menjadi terkenal dan disegani orang.
Akhirnya setelah kira-kira tiga tahun ia berkelana, Tan Hok bisa memperoleh berita tentang harta karun itu. Salah seorang prajurit yang mengawal iring-iringan itu ternyata masih hidup, biarpun tubuhnya cacat. Prajurit itu sebelum mati telah
membuat sebuah peta pada sepotong emas yang ia dapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tumpukan harta karun tersebut. Peta itu ia wariskan
kepada anak laki-laki yang bekerja sebagai nelayan.
Nah, pada suatu hari nelayan muda itu diketemukan oleh
Tan Hok di tepi pantai bersama perahu dan teman-temannya.
Perahu mereka baru saja dirampok ketika berlabuh di tempat itu. Para perampok tersebut mengambil semua harta mereka,
termasuk hasil jerih payah mereka di laut. Yang paling
disayangkan oleh nelayan muda itu ialah terbawanya sebagian dari benda warisan ayahnya yang berada di dalam
buntalannya. Tan Hok menjadi curiga dan merasa aneh ketika
mengetahui bahwa benda warisan yang dimaksudkan oleh
nelayan itu adalah potongan emas. Sungguh mengherankan
bila nelayan miskin seperti mereka mempunyai emas, apalagi berupa potongan yang cukup besar pula. Oleh karena itu
malam harinya Tan Hok menculik nelayan muda tersebut serta memaksanya untuk bercerita tentang potongan emas yang
dibawa oleh perampok itu.
Karena takut nelayan itu mengatakan apa adanya, juga sisa
potongan emas yang masih tertinggal di rumahnya. Akhirnya
Tan Hok membeli potongan emas itu dari tangan si nelayan
dan membawanya pulang. Potongan emas yang ada gambar
petanya itu ia simpan dengan baik. Sekarang tinggal mencari potongannya yang lain.
Ternyata rahasia penemuannya itu tidak tersimpan dengan
baik. Entah bagaimana, ternyata Keh-sim Siauw hiap yang
tinggalnya di atas pulau yang tak jauh dari pantai tersebut, tahu pula tentang rahasia itu. Keh-sim Siauw-hiap yang
mempunyai kegemaran mencari harta lalu membagi-bagikan
kepada fakir miskin itu segera mencari Tan Hok. Dan itulah awal permusuhan antara mereka.
Pertama tama Keh-sim Siauw-hiap mengirim orangorangnya untuk menggeledah seisi rumah Tan Hok. Biarpun
mereka tak mendapatkan benda yang mereka cari, tapi orangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Keh-sim Siauw hiap itu mengambil apa saja yang
mereka ketemukan di rumah Tan Hok. Padahal pada saat itu
Tan Hok sedang mengembara, mencari potongan emas
lainnya. Baru setahun kemudian Tan Hok pulang. Hatinya
marah sekali melihat rumahnya telah dirampok orang.
Seorang diri Tan Hok pergi ke Pulau Meng to untuk
meminta kembali sebagian hartanya yang dirampok oleh anak
buah Keh-sim Siauw-hiap. Dalam perjalanannya ternyata Tan
Hok juga menjumpai banyak orang-orang yang sakit hati dan
ingin pergi membalas dendam kepada Keh-sim Siauw-hiap.
Malahan beberapa orang di antaranya adalah kenalan dan
sahabat baik Tan Hok sendiri. Mereka itu adalah Thio lung
beserta adik-adik seperguruannya dari Kim-liong Piauw-kok.
Lalu Tiat-i Su jin dari kota Tie-an, Jai-hwa Toat beng-kwi, Pek pi Siau-kwi dan lain-lain. Bersama-sama dengan orang-orang itu serta masih banyak lagi yang belum dikenalnya, Tan Hok menemui Keh-sim Siauw-hiap di Pulau Meng to.
Ternyata di tempat itu mereka disambut pula dengan
meriah oleh Keh-sim Siauw hiap dan sahabat-sahabatnya. Lalu terjadilah perang tanding yang amat hebat. Keh-sim Siauwhiap mengatakan, siapapun dapat meminta kembali barangnya
apabila bisa mengalahkannya. Tapi dari sekian banyak orang itu ternyata tak seorangpun yang mampu menjatuhkan Keh
sim Siauw-hiap. Jangankan Keh-sim Siauw-hiap, sedang
melawan anak buah atau sahabat-sahabatnya saja jarang
yang bisa memperoleh kemenangan.
Tan Hok pulang dengan tangan hampa. Hatinya terasa
sakit dan penuh dendam. Tapi apa daya" Untunglah tidak
semua hartanya kena rampok, sehingga ia dapat berdiri tegak kembali seperti semula. Dia lalu berusaha memperdalam dan
mempertinggi ilmu silatnya. Ilmu Pedang Jit-seng Kiamhoatnya ia tekuni siang malam, sehingga akhirnya ia mampu
menguasai ilmu itu melampaui tingkat kepandaian mendiang
gurunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu keinginan hatinya untuk mendapatkan
potongan emas yang lain semakin besar pula. Malahan
maksud hatinya itu dikatakannya pula kepada sahabatsahabatnya. Siapa tahu sahabat-sahabatnya tersebut dapat
menolong atau tahu tempatnya.
Benarlah. Pada suatu hari Jai-hwa Toat-beng kwi membawa
Pek-pi Siau-kwi ke rumah Tan Hok. Penjahat cabul itu
mengatakan bahwa tiga jago silat dari pantai timur, yang
digelari orang dengan nama Tung-hai Sam-mo, sedang
mencari Tan Hok untuk meminta potongan emas itu. Pek pi
Siau-kwi mendengar berita itu dari seorang pemilik
penginapan yang pernah mereka tumpangi.
Demikianlah, Tan Hok kemudian mengundang sahabatsahabatnya untuk menghadapi Tung-hai Sam-mo. Tan Hok
tidak berani main-main menghadapi Tung-hai Sam-mo, karena
Tung-hai Sam-mo adalah murid kesayangan Tung-hai-tiau
(Rajawali Lautan Timur) maharaja bajak laut yang sangat
terkenal akan kekejamannya, kesaktiannya dan banyak
pengikutnya. Dahulu bersama dengan mendiang San-hekhouw (Harimau Gunung) dan Sin go Mo-kai-ci, Tung hai tiau
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 10 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Naga Dari Selatan 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama