Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 14

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 14


disebut sebagai Sam Ok (Si Tiga Jahat Dunia)!
Semua sahabat-sahabat Tan Hok, seperti Jai hwa Toatbeng-kwi, Pek-pi Siau-kwi, Hui-chio dan Thio Lung sudah
berkumpul di rumahnya. Rumah yang dibangun oleh Tan Hok
di tengah-tengah padang ilalang yang sunyi dan terpencil !
Mereka berkumpul dan bersiap-siap untuk menghadapi Tunghai Sam-mo. Begitulah. Malam yang naas dan mengerikan bagi keluarga
Tan Hok itupun terjadilah ! Kejadian itu berlangsung kira-kira satu setengah tahun yang lalu. Malam maut yang
menghabiskan seluruh keluarga Tan Hok!
Malam itu Tan Hok bersama para sahabatnya menunggu
kedatangan Tung-hai Sam mo dengan perasaan tegang. Di
luar rumah udara sangat dingin sekali. Bulan yang tinggal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepotong itupun tidak mau menampakkan wajahnya sehingga
malam yang sunyi dan sepi itu semakin tampak gelap dan
kelam. Sekelam hati orang-orang yang telah bersiap sedia
untuk mengadu nyawa di dalam rumah itu.
Tapi hingga lewat tengah malam Tung-hai Sam-mo belum
juga menampakkan batang hidungnya, sehingga orang-orang
yang sejak sore telah menunggu kedatangannya, menjadi
gelisah sekali. Terutama adalah orang-orang yang
memperoleh tugas di bagian luar rumah ! Suasana yang sepi, udara malam yang kelewat dingin, nyamuk keparat yang
menggigiti kulit mereka, embun malam yang membasahi
rambut dan wajah mereka, serta kejemuan yang mulai
mengikis dinding hati dan kesabaran mereka, itu semua
membuat mereka menjadi manusia yang sangat berbahaya
dan ganas ! Maka dari itu ketika di dalam kegelapan malam menjelang
pagi itu ada lima bayangan manusia yang datang memasuki
halaman rumah tersebut, mereka langsung menggempurnya
tanpa menanya lebih dahulu siapa mereka.
"Pertempuran yang terjadi saat itu adalah pertempuran yang terdahsyat yang pernah saya alami?" Tan Hok
melanjutkan ceriteranya. "Mereka hanya empat orang, karena salah seorang di antaranya cuma pelayan mereka yang telah
tua dan sakit-sakitan. Tapi meskipun hanya empat orang,
kepandaian mereka ternyata hebat sekali. Terutama orang
yang buntung lengan kanannya. Jai-hwa Toat-beng-kwi yang
melayani orang itu sampai kewalahan dibuatnya. Padahal
orang buntung itu cuma memainkan goloknya dengan tangan
kiri"." "Rumah terpencil di tengah padang ilalang.....Lalu lima orang tapi yang satu adalah kakek pelayan yang tua dan sakit-sakitan.... Yang satu lagi buntung lengan kanannya dan
membawa golok!" Chin Yang Kun yang mendengarkan
penuturan Tan Hok itu sibuk mengingat ingat di dalam hati, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga cerita Tan Hok selanjutnya tak begitu ia perhatikan lagi. Tapi karena otak pemuda itu masih dipenuhi hawa arak, maka jalan pikirannya juga tidak jernih lagi. Oleh karena itu meskipun pemuda itu merasa ada sesuatu yang aneh pada
ceritera itu, yaitu seolah-olah ia merasakan bahwa ayahnyalah yang sedang bertempur melawan Tan Hok dan kawan-kawannya, tapi otaknya yang beku itu seakan tak bisa
memikirkan dan menyadarinya.
Sementara itu dengan tak mengurangi kewaspadaannya,
Tan Hok melanjutkan ceritanya.
"Belum juga pertempuran itu dapat dilihat kalah
menangnya, tiba-tiba dari jauh terdengar suara siulan nyaring mendatangi rumahku. Pikir kami, mereka itu tentulah
rombongan dari orang-orang yang bertempur dengan kami
itu. Tapi dugaan kami tersebut ternyata keliru sama sekali.
Ternyata yang datang adalah Keh-sim Siauw-hiap dan anak
buahnya. Begitu datang Keh-sim Siauw-hiap langsung
menanyakan potongan emas itu kepadaku. Ketika kujawab
bahwa benda itu takkan kuberikan kepada siapa pun juga,
maka Keh-sim Siauw-hiap menjadi marah besar. Tanpa
memilih buIu pendekar ternama itu membabat semua orang
yang berada di tempat itu, yaitu para pendatang yang kami
sangka Tung-hai Sam-mo, kawan-kawanku, isteri dan anakanakku! Semuanya dibantai habis oleh Keh-sim Siauw hiap
dan anak buahnya. Untunglah aku, Jai-hwa Toat-beng kwi,
Pek-pi Siau-kwi, Hui-chio dan Thio Lung dapat pergi
meloloskan diri dari malapetaka itu....." Tan Hok berhenti sebentar dan menghela napas sedih sekali.
''Orangnya buntung lengan kanannya..... memegang
golok..., membawa pelayan tua sakit-sakitan....... larut
malam..... di rumah terpencil.....!" Chin Yang Kun masih saja menundukkan mukanya sambil berpikir keras. Kini sama sekali ia tak mendengarkan ceritera Tan Hok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami memang bisa menyelamatkan diri dari kebuasan
Keh-sim Siauw-hiap, tapi aku ternyata tak mampu
menyelamatkan benda yang diperebutkan itu. Semula benda
itu kutitipkan kepada salah seorang pelayanku. Tak tahunya aku lupa sama sekali ketika semuanya bingung untuk
menyelamatkan diri....." Tan Hok meneruskan ceritanya.
"Ketika keesokan harinya aku kembali, kulihat pelayan itu
juga sudah mati, dan..... potongan emas itu juga hilang. Aku benar benar putus asa. Tapi untunglah kawan kawanku mau
membesarkan hatiku. Dengan sisa-sisa harta yang masih ada
padaku, aku mengembara sampai ke dusun Ho-ma-cun ini.
Aku membuat rumah lagi dan berdagang segala macam di
tempat ini. Usahaku berhasil dan aku menjadi kaya raya
kembali." Tan Hok menghentikan ceritanya untuk mengambil napas.
Matanya menatap Chin Yang Kun yang masih saja menunduk
dengan kening berkerut itu. Tan Hok mengira pemuda itu
mendengarkan ceritanya dengan sungguh-sungguh. Oleh
karena itu dengan tergesa-gesa ia melanjutkan pula
ceriteranya. "Tak kusangka keparat Keh-sim Siauw-hiap itu
masih saja mencariku. Dikiranya aku masih menyimpan
potongan emas itu. Beberapa hari yang lalu ia memerintahkan seorang anak buahnya kemari untuk meminta benda itu lagi.
Kalau tak kuberikan ia akan mendatangi rumahku dalam dua
tiga hari ini.,,.. Dan malam ini adalah malam yang terakhir !"
Tan Hok menutup ceritanya dengan menggeram marah dan
penasaran. Sementara itu keadaan Chin Yang Kun yang mabuk itu
sudah menjadi semakin membaik. Sejalan dengan
berkurangnya pengaruh arak yang membelenggu otaknya,
bertambah pula kesadarannya sedikit demi sedikit.
"..... Karena tangan kanannya buntung, ia memainkan
goloknya dengan lengan kiri...... Semuanya ada lima orang, tapi yang satu adalah pelayannya.... sudah tua dan sakit-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakitan," pemuda itu bergumam perlahan. Matanya
memandang kosong ke depan, sementara dahinya yang lebar
itu selalu berkerut-kerut karena sedang berpikir keras.
"Hai !!" tiba-tiba Chin Yang Kun berteriak keras sekali, sehingga Tan Hok hampir terjatuh dari kursinya karena kaget.
Dari atas pembaringannya tiba-tiba Chin Yang Kun
melompat turun. Tangannya menyambar leher baju Tan Hok
dengan cepat sekali, sehingga yang belakangan ini tak mampu lagi mengelakkan diri atau menangkisnya. Maka di Iain saat tubuh Tak Hok yang agak gemuk itu telah terangkat dari
lantai. Ternyata ilmu silatnya benar-benar tak mampu
melindunginya. "Katakan lekas! Apakah orang yang buntung lengannya itu berkumis dan berjenggot lebat" Apakah lengan yang buntung
itu masih baru balutannya" Apakah kakek pelayan itu sakit
batuk" Apakah keempat orang yang bertempur dengan kalian
itu bersenjatakan golok semuanya" Apakah... apakah rumah
terpencil itu berada tidak jauh dari kota Tie kwan" Apakab rumah itu...... eh, rumah itu bergenting merah?" bagaikan air hujan, pertanyaan itu meluncur dengan derasnya dari mulut
Chin Yang Kun. Karena kaget, bingung dan takutnya, Tan Hok malah tak
bisa menjawab apa-apa. Orang kaya itu cuma dapat
mengangguk-angguk saja dalam cengkeraman tangan Chin
Yang Kun. "Lalu. .. siapakah yang membunuh mereka ?" sekali lagi pemuda itu berteriak. Kali ini agaknya kesadarannya telah
benar benar pulih kembali.
"Keh..... Keh-sim Siauw-hiap!" Tan Hok menjawab gagap.
"Kurang ajar ! Keh-sim Siauw hiap! Awas pembalasanku !"
Chin Yang Kun menggeram dengan gigi berkerotan. Suaranya
sungguh sangat menakutkan. Lalu tubuh Tan Hok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilepaskannya begitu saja, sehingga orang itu sempoyongan
mau jatuh. "Siauw-hiap ... kau dapat menunggu pembunuh biadab itu di sini ! Dia mengatakan bahwa dia akan mengunjungi rumah
ini untuk mengambil potongan emas itu," Akhirnya Tan Hok ikut memaki pula, sekedar untuk menutupi atau mengurangi
rasa kikuk yang disebabkan oleh keadaannya yang runyam
tadi. Jika dipandang sepintas lalu, keadaan Tan Hok tadi
memang benar-benar tak masuk di akal. Sebagai seorang jago silat kelas satu dan mempunyai banyak pengalaman pula, tak seharusnya dia ditangkap dan dikuasai oleh Chin Yang Kun
dengan demikian mudahnya. Di dalam kalangan persilatan
Ilmu Pedang Jit-seng Kiam hoatnya selalu ditakuti lawan dan disegani kawan. Buktinya tokoh penjahat lihai seperti Jai-hwa Toat-beng kwi dan Pek-pi Siau kwi tunduk pula kepadanya.
Tetapi apabila dipikirkan lagi lebih mendalam, hal seperti itu memang tidaklah mengherankan. Dalam dunia persilatan
memang berlaku sebuah hukum, siapa lebih cerdik dan encer
otaknya, serta pandai dan tangkas menilai setiap keadaan
yang dia hadapi, dialah yang akan menjadi pemenangnya !
Tentu saja yang dimaksudkan adalah jago-jago silat yang
mempunyai tingkat kepandaian seimbang, atau tingkat
kepandaian mereka terpaut tidak begitu banyak.
Dapat diibaratkan sebagai dua orang jago silat yang
mempunyai guru sama, ilmu sama dan kemampuan tubuh
sama ! Belum tentu dengan kondisi yang semua sama seperti
itu lantas tidak ada yang kalah atau menang bila mereka
dipertandingkan. Niscaya jago silat yang lebih cerdik dan
punya otak yang lebih encerlah yang akan memperoleh
kemenangan. Sebab jago silat yang cerdik akan selalu bisa
mencari keuntungan dalam setiap kesempatan, betapapun
kecilnya, kemudian memanfaatkannya untuk mendapatkan
kemenangan. Hal itu dapat dibuktikan tadi oleh Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika mengecoh dan mengalahkan lawan-lawannya dalam
tempo yang amat singkat ! Pertama, ketika Chin Yang Kun
melemparkan Jai-hwa Toat beng-kwi ke dalam sungai.
Padahal seperti halnya Tan Hok, hantu cabul itu mempunyai
kepandaian yang amat tinggi pula. Jelek-jelek dia adalah
tangan kanan San-hek houw pada sepuluhan tahun yang
silam. Tapi pagi tadi hantu cabul itu sangat meremehkan
kemampuan Chin Yang Kun, sehingga dia menjadi lengah.
Dan kelengahan tersebut tak disia-siakan oleh pemuda yang
sangat cerdik dan berbakat itu. Coba hantu cabul itu mau
berhati-hati dan melawan dengan penuh kewaspadaan belum
tentu Chin Yang Kun mampu menundukkannya dalam sepuluh
atau limabelas jurus! Begitu juga halnya yang dialami oleh Pek-pi Siau kwi dan
beberapa orang kawannya di dalam pendapa tadi. Mereka
juga lengah karena terlalu meremehkan orang yang telah
sempoyongan karena mabuk. Mereka kurang memperhatikan
pertahanan tubuh sendiri, sehingga mereka kecolongan
setelah lebih dulu terpedaya oleh kecerdikan Chin Yang Kun.
Padahal untuk melawan mereka semua bagi Chin Yang Kun
benar benar sangat berat. Biarpun mungkin dapat menang,
tapi kemenangan itu tentu ia dapatkan dengan memeras
keringat dan mengerahkan segenap kekuatannya.
Demikian pula yang terjadi pada Tan Hok tadi. Coba
perasaannya belum dipesonakan oleh kehebatan-kehebatan
Chin Yang Kun ketika menundukkan Pek-pi Siau-kwi dan
teman-temannya di pendapa itu, mungkin ia tidak mudah
terkecoh oleh serangan mendadak Chin Yang Kun tadi. Tapi
karena nyalinya belum-belum sudah gentar, ditambah pula
dengan keteledorannya sendiri, maka untuk sesaat
ketangkasannya seperti hilang dari tubuhnya. Dan waktu yang hanya sesaat itu telah dilihat dan dipergunakan oleh Chin
Yang Kun ! Akibatnya seperti orang yang kena sihir, Tan Hok dengan mudahnya diringkus oleh Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal dibandingkan dengan yang lain, kepandaian Tan
Hok adalah yang paling unggul. Dalam keadaan biasa mungkin tak mudah bagi Chin Yang Kun untuk mengalahkannya.
Apalagi dalam keadaan dirinya mabuk seperti tadi.
Tiba-tiba seorang penjaga masuk dengan tergesa-gesa. Air
mukanya tampak tegang ketika memberi laporan kepada Tan
Hok. "Tuan...... mereka sudah datang !"
"Siapa " Keh-sim Siauw-hiap ?" Tan Hok terkejut. Benar-benar terkejut dia !
Penjaga itu mengangguk dengan gugup. "Ya....ya!"
"Di mana Jai-hwa Toat beng-kwi dan yang lain-lain?"
"Semua telah berada di halaman depan menemui mereka,"
"Bagus!" Tan Hok tersenyum. Hilang semua
kekhawatirannya dan kini timbul pula kembali rasa
kepercayaannya pada diri sendiri. Sekejap diliriknya pemuda yang berada di dekatnya, tapi betapa kagetnya ketika Chin
Yang Kun sudah tidak ada lagi di dalam kamar itu.
"He, ke mana dia...?"
"Tuan..... tuan maksudkan pemuda yang bersama Tuan
Tan tadi" Bu .... bukankah dia telah melompat keluar jendela sejak tadi?" penjaga itu menjawab.
"Wah !" Tan Hok segera berlari keluar dan diikuti pula oleh penjaga itu. Keduanya lari menerobos halaman tengah dan kemudian
meloncat menaiki tangga pendapa bagian belakang. Dan
tempat itu telah terdengar suara percakapan mereka,
sehingga Tan Hok segera mengerahkan ginkangnya untuk
melintasi Iantai pendapa yang luas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Hok membuka pintu pendapa, lalu matanya menatap
ke halaman depan. Di dalam penerangan cahaya obor dan
lampu halaman, dilihatnya Jai hwa Toat-beng-kwi dan kawankawannya tengah berhadapan dengan tujuh orang tamu, yang
terdiri dari lima orang pengemis Tiat-tung Kaipang dan dua orang gadis berpakaian serba hitam. Tapi Tan Hok tak melihat Chin Yang Kun di antara mereka, begitu pula dengan Keh-sim Siauw-hiap! Agaknya pendekar dari Pulau Meng to itu belum
mau menampakkan dirinya. Tan Hok bergegas turun ke halaman, menyibakkan para
penjaga yang telah mengepung tempat itu. Jai hwa Toat beng kwi dan kawan kawannya juga melangkah ke samping untuk
memberi jalan, sehingga Tan Hok dapat langsung berhadapan
muka dengan para tamunya.
"Haha..... Pendekar Li, akhirnya keluar juga kau !" salah seorang tamunya yang tidak lain adalah Tiat tung Lo-kai
menyapa kedatangan Tan Hok dengan tersenyum.
"Pendekar Li" Mengapa para pengemis itu memanggilnya
Pendekar Li?" Chin Yang Kun yang ternyata bersembunyi di atas genting pendapa itu berkemak kemik dengan bingung.
Tadi pemuda itu bergegas meloncat keluar begitu
mendengar Keh-sim Siauw-hiap telah datang. Tapi
sesampainya di halaman depan dia hanya melihat Tiat-tung
Lo-kai, Tiat-tung Su lo dan ..... dua orang gadis yang dulu pernah berkelahi dengan dia di tempat para pengungsi !
Karena tidak ingin bentrok lagi dengan gadis gadis tersebut, apalagi Keh-sim Siauw-hiap ternyata juga belum tiba maka dia segera bersembunyi di atas genting. Dari tempat tersebut dia akan segera mengetahui kalau Keh-sim Siauw hiap datang,
"Hmm, apa maksud kalian maIam-malam datang ke rumahku"
Siapakah kalian?" "Hahaha.... kau tidak usah berpura-pura dan berbelit-belit di depanku. Kau tidak usah mengganti namamu dengan Tan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hok segala. Di manapun kau bersembunyi kami tentu
mengetahuinya. Nah, lekaslah kauberikan benda itu...!"
"Benda apa yang kaumaksudkan?"
"Kurang ajar . .! Engkau masih juga mau melawan" Haha, baiklah... kelihatannyapun masih mengandalkan pengawal-pengawalmu yang banyak ini," Tiat tung lo-kai menyiapkan tongkat besinya. "Su-Io! Hajar mereka !" teriak orang tua itu.
Tiat tung su lo cepat melangkah ke depan dan Ngo kui-shui
segera menghadang mereka. Lalu terjadilah pertempuran
dahsyat di antara mereka, empat melawan lima ! Tiat-tung Su-lo memegang tongkat besi sementara Ngo-kui-shui
bersenjatakan ruyung besar bersegi delapan. Mereka
bertempur dengan keras dan kasar !
"Nah, sekarang siapa yang akan melawan aku" Apakah kau sendiri, Pendekar Li ?" Tiat-tung Lo-kai menantang.
"Tidak perlu ! Biarlah aku saja yang menghadapi tongkat besimu... ." Hui-chio Tu Seng meloncat ke depan dan
melintangkan tombaknya di depan Tiat-tung Lo-kai.
"Hahah..... bagus ! Hui-chio Tu Seng rupanya. Ayoh ! Tapi berhati-hatilah menghadapi ilmu tongkatku! Aku takut kau
takkan tahan menghadapinya...."
Hui chio tidak menjawab ejekan itu, tapi langsung
menikamkan ujung tombaknya ke dada lawan. Wuut ! Tiat


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tung Lo-kai cepat menangkisnya dengan tongkat besi. Traang!
Dan bunga api memercik ke udara. Selanjutnya mereka
bertempur dalam tempo yang sangat cepat dan seru !
Dua orang gadis berpakaian serba hitam itu menghunus
pedang dari pinggang masing-masing, lalu maju pula ke
tengah arena. Keduanya telah bersiap siap untuk turun
tangan. Tapi dari pihak Pendekar Li atau Tan Hok, maju pula Pek-pi siau-kwi dan Lam Hui. Kedua orang pengawal pilihan
dari Pendekar Li ini juga sudah mencabut senjata masingTiraikasih Website http://kangzusi.com/
masing, yaitu pedang dan golok. Tanpa banyak omong lagi
mereka berempat langsung juga bergebrak dengan sengit !
Pendekar Li melangkah ke samping, mencari tempat yang
lapang untuk mengawasi pertempuran tersebut. Jai hwa Toat
beng kwi mengikuti pula di sampingnya. Sambil menonton
mereka memperhatikan seluruh halaman di depan mereka. Di
pojok pojok yang gelap atau di bawah atap-atap bangunan
yang agak terlindung! "Mengapa Keh-sim Siauw-hiap belum juga menampakkan
dirinya" Apakah yang dikatakan oleh cecunguk cecunguk itu
sebelum aku datang" Apakah Keh-sim Siauw-hiap memang
belum datang?" Pendekar Li bertanya kepada Jai hwa Toat
beng-kwi. Hantu cabul itu menggeram menahan marah. "Katanya . .
bangsat itu baru akan muncul setelah dia yakin bahwa benda itu benar-benar tidak diberikan kepadanya. Hmmm..... eh, di mana pemuda itu?"
"Yang Kun" Entahlah, akupun mencarinya pula. Dia sudah lebih dulu keluar ketika mendengar laporan penjaga kepadaku.
Memang dialah satu-satunya andalan kita untuk menghadapi
Keh-sim Siauw-hiap. Bocah itu memang lihai bukan main !
Arak yang kuberi obat pemabuk itu hampir-hampir tidak
berpengaruh sama sekali terhadap dirinya. Hampir saja aku dibunuhnya di dalam kamar tadi."
"Aku juga heran, dulu ayah dan pamannya tidak seberapa kepandaiannya. Dengan mudah kita menaklukkan mereka.
Eeh, Li Tai hiap..... benarkah anak itu putera orang she Chin itu ?"
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri dia menangisi mayat ayahnya, ketika aku kembali ke rumah untuk mencari
pelayan yang kutitipi potongan emas itu. Malahan kutunggu
dia sampai selesai menguburkan mayat ayah dan pamannya.
Maka dari itu aku lantas mengenalinya ketika kemarin aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelidiki sendiri ke rumah Kam Lojin....." Pendekar Li menjawab dengan yakin.
"Wah, apabila demikian anak itu sungguh sangat berbahaya bagi kita." Jai-hwa Toat-beng-kwi menyahut dengan perasaan khawatir.
"Jangan takut ! Rahasia itu hanya kita dan Keh-sim Siauwhiap sendiri yang mengetahuinya. Nah, kalau kedua orang itu sudah dapat kita adu satu sama lain, apa yang mesti
ditakutkan lagi " Siapa saja yang akan mati di antara mereka berdua tidak menjadi masalah lagi bagi kita."
Kedua orang itu lalu berdiam diri kembali, matanya
mengawasi jalannya pertempuran. Tiba-tiba mereka
dikejutkan oleh suara teriakan Hui-chio Tu Seng yang
bertempur dengan Tiat-tung Lokai di tempat yang agak gelap di pojok halaman.
Pendekar Li dan Jai-hwa Toat-beng-kwi bergegas
menghampiri, tapi sudah terlambat ! Tampak oleh mereka
Hui-chio Tu Seng sudah terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap perutnya yang tertusuk oleh tombaknya sendiri.
Darahnya mengucur dengan deras dari sela-sela jarinya.
Sekejap orang itu menoleh ke arah Pendekar Li yang datang, tapi sesaat kemudian tubuhnya telah terjerembab ke tanah
dan...... mati ! "Hahaha.. . . ayo siapa lagi yang akan melawanku" Kau Pendekar Li.....?"
"Lewati dulu mayatku !" Jai hwa Toat-beng-kwi menyerang dengan tangkai huncwenya.
"Traang !" Tiat-tung menangkis dengan tongkat yang dibawanya.
Mereka sama-sama tergetar mundur, hanya kakek pengemis
itu menjadi kaget ketika telapak tangannya terasa panas bagai terkelupas kulitnya. Gila ! Ketua Tiat-tung Kai-pang bagian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selatan itu mengumpat di dalam hati. Kelihatannya dia
memperoleh lawan berat kali ini.
Memang. Jai hwa Toat-beng-kwi tidak bisa dipersamakan
dengan Hui chio Tu Seng. Hantu cabul ini selain mempunyai
kepandaian yang lebih tinggi, orangnyapun lebih licik dan
berbahaya. Huncwenya yang biasa untuk mengisap tembakau
itu kadang kadang tidak berisi tembakau yang nikmat untuk
diisap, tapi berisi racun memabukkan yang sangat berbahaya bagi lawannya. Dan lobang pipanya yang panjang ini kadang
kala tidak hanya berisi kerak tembakau saja tetapi sering kali juga berisi jarum-jarum beracun yang sangat mematikan.
Maka dari itu Tiat tung Lo-kai juga tidak ingin terjebak oleh senjata lawan yang aneh tersebut. Dari mula bergerak
pengemis tua itu selalu mengambil jarak dengan Jai-hwa Toat-beng-kwi. Selain ia lebih beruntung dengan senjatanya yang lebih panjang, iapun dapat selalu berjaga-jaga terhadap
serangan mendadak hantu cabul itu. Siapa tahu hantu cabul
tersebut secara tiba-tiba meniupkan asap pipanya, atau siapa tahu hantu cabul itu mendadak melepaskan jarumnya " Oleh
karena itu pertempuran mereka benar-benar alot dan hati hati sekali. Sementara itu di kalangan lain, yaitu di dalam arena Tiat-tung Su-lo, agaknya pertempuran juga sudah akan
berakhir. Ngo kui-shui yang baru saja terluka oleh pukulan Chin Yang Kun itu memang bukanlah lawan yang seimbang
bagi Tiat-tung Su lo. Biarpun jumlahnya lebih banyak tapi
tingkat kepandaian mereka memang masih berada di bawah
Tiat-tung Su-lo. Sudah berkali-kali terlihat beberapa orang di antara anggota Ngo kui-shui terkena hantaman tongkat besi
lawannya. Sedangkan di kalangan yang lain lagi, keadaannya juga
sama saja. Lam Hui yang tinggi besar dan juga memegang
golok raksasa itu ternyata juga tidak berdaya menandingi
kegesitan gadis yang jauh lebih kecil dan kelihatan lemah itu.
Tubuhnya yang besar itu justru kelihatan sangat kaku dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamban untuk menghadapi ketrampilan dan kelincahan
lawannya. Beberapa kali ia menjadi salah tingkah, sehingga akhirnya tubuh yang kokoh kuat itu malah menjadi bulan-bulanan lawan.
Yang agak berimbang dan setanding adalah perkelahian
antara Pek-pi Siau-kwi melawan gadis berbaju hitam lainnya.
Gaya pertempuran mereka sama, yaitu sama-sama gesit,
sama-sama lincah dan sama-sama menggunakan pedang.
Cuma bedanya, ilmu pedang Pek-pi Siau-kwi tampak ganas
dan penuh tipu muslihat, sementara ilmu pedang lawannya
lebih bersifat lembut, indah tapi kokoh dan mantap ! Oleh
karena itu dalam waktu singkat pertempuran di antara mereka sulit diramalkan siapa yang akan menjadi pemenangnya.
"Aduuh... !" tiba tiba Lam Hui yang sedari tadi telah jatuh di bawah angin itu berteriak kesakitan. Pedang lawannya telah menggores sepanjang lengan kanannya, sehingga golok yang
dia pegang terlepas dari tangannya. Otomatis pertempuran
berhenti, karena Iawannya juga tidak berusaha untuk
mengejar dia. Sebaliknya gadis itu justru pergi bergabung
dengan kawannya yang bertempur melawan Pek-pi Siau-kwi.
Sehingga hantu cantik itu kini harus melawan dua orang
sekaligus. "Kurang ajar !" Pendekar Li mengumpat-umpat.
Tapi sebelum pemilik rumah itu terjun ke dalam arena
pertempuran, lagi-lagi terdengar teriakan Ngo-kui-shui yang silih berganti. Satu-persatu anggota Ngo kui-shui itu
berjatuhan ke tanah dibantai Tiat-tung Su-lo.
''Gila......!" sekali lagi Pendekar Li mengumpat keras sekali,
"Kubunuh kalian semua !"
Orang kaya itu menghunus Jit-seng-kiamnya (Pedang
Tujuh Bintang). Dalam keremangan sinar obor tampak tujuh
buah permata yang menempel pada batang pedang itu
gemerlapan seperti bintang pagi. Lalu sambil berteriak keras Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang itu diayun ke depan sehingga mengeluarkan suara
mendesing yang keras sekali. Perbawanya sungguh
menakutkan. Pendekar Li meloncat ke samping Pek pi Siau-kwi.
Pedangnya yang gemerlapan itu menyontek ke atas, ke arah
pedang gadis berbaju hitam yang sebelah kiri, sedang tangan kirinya menyambar pergelangan tangan gadis lainnya. Sekali gebrak Pendekar Li menyerang kedua orang lawan dari Pek-pi Siau-kwi sekaligus! Gerakannya memang cepat dan sigap,
suatu pertanda kalau ilmunya sudah matang dan mantap.
Ternyata kedua orang gadis berbaju hitam itu mengenal
bahaya pula. Mereka segera mengelak dengan meloncat
mundur, karena keduanya tahu bahwa tenaga mereka masih
kalah jauh bila dibandingkan dengan tenaga dalam Pendekar
Li. Benturan-benturan di antara mereka hanya akan
melemahkan kekuatan mereka saja. Satu-satunya jalan bila
mau berhadapan dengan Pendekar Li hanyalah dengan
kegesitan mereka saja. Celakanya pihak tuan rumah dibantu
oleh Pek-pi Siau-kwi yang mempunyai kelincahan setaraf
dengan mereka, sehingga sedikit banyak hantu cantik itu
dapat membantu Pendekar Li untuk mencegat gerakan
gerakan mereka. Benarlah, sebentar kemudian kedua gadis itu telah terdesak dengan hebat. Untunglah Tiat-tung Su lo sudah selesai
membereskan lima orang lawannya, sehingga ketika mereka
melihat kesukaran yang dialami oleh kedua orang temannya
tersebut, mereka segara datang menolong. Kini pertempuran
menjadi lebih seru lagi. Dua orang melawan enam orang!
Tapi Jit-seng-kiam-hoat dan Pendekar Li memang hebat
sekali. Hampir semua unsur gerakannya yang cepat dan
mantap itu mengambil dasar segi empat. Baik gerakangerakan kakinya maupun gerakan-gerakan pedangnya.
Memang ilmu pedang tersebut diciptakan oleh penciptanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdasarkan kedudukan Bintang Tujuh yang selalu muncul di
langit pada lewat tengah malam itu.
Sementara itu pertempuran antara Tiat-tung Lo-kai
melawan Jai-hwa Toat-beng-kwi, semakin lama semakin seru.
Meskipun hanya satu lawan satu, tapi pertempuran mereka
tidak kalah ramainya dengan pertempuran antara Pendekar Li yang dibantu oleh Pek-pi Siau-kwi dengan Tiat tung Su-lo
yang dibantu oleh dua orang gadis berbaju hitam-hitam itu.
Tiat tung Lo-kai yang sudah tua dan banyak pengalaman itu
bertempur dengan hati-hati sekali. Tongkat besinya
menyambar-nyambar ke arah lawan untuk menahan agar
lawannya tidak terlalu dekat dengan dirinya. Tongkat yang
tidak begitu besar itu menghantam, memotong, menolak dan
menyapu lawan dengan keras dan kuat !
Ternyata lawannya, Jai-hwa Toat-beng-kwi, tidak kalah
pula cerdiknya. Karena tak bisa bertempur dalam jarak dekat, sehingga huncwenya tak bisa ia pergunakan dengan baik,
maka hantu cabul itu segera mengobral asap mautnya.
Malahan sering-sering, di antara asap tembakaunya yang
bergulung-gulung itu, Jai-hwa Toat beng kwi menyelipkan
serangan jarum rahasianya. Ternyata cara yang dilakukan oleh Jai-hwa Toat beng-kwi ini memang benar-benar menyulitkan
Tiat-tung Lo-kai. Bagaimanapun juga, hembusan asap dan
luncuran jarum-jarum rahasia itu ternyata lebih jauh dan lebih luas daya jangkaunya dari pada tongkat besi Tiat-tung Lo-kai.
Sehingga lambat laun pengemis tua itu terpaksa hanya sibuk untuk menghalau dan mengelakkan serangan asap dan jarum
rahasia tersebut, sedikit pun tak ada kesempatan lagi untuk membalas. Tentu saja keadaan tersebut membuat Tiat-tung
Lo-kai terjatuh di bawah angin.
"Hehehe..... pengemis tua yang malang, kini giliranmu untuk menghadap kepada Giam lo-ong. Kau tadi telah
membunuh temanku, sekarang akulah yang ganti
membunuhmu....." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan kau..... aduuh!"
Sedikit saja pengemis itu memecah perhatiannya, sebatang
jarum yang dilepaskan oleh Jai hwa Toat-beng kwi menancap
di atas sikunya. Tentu saja hal itu membuat Tiat-tung Lo-kai semakin mendongkol dan marah, sehingga gerakannyapun
semakin ngawur dan sia-sia.
"Heheh.,,.. kau jangan terlalu bernafsu begitu, pengemis tua! Ingatlah tubuhmu yang sudah waktunya pensiun itu !
Belum-belum sudah kehabisan napas kau nanti.., atau janganjangan tubuhmu tak mau menuruti perintahmu lagi nanti!
heheh......semangat besar, tapi tenaga..... apa daya ! Huah-hahah.....!" Jai-hwa Toat beng-kwi tertawa terbahak-bahak untuk memanasi perut lawannya. "Babi ! Anjing ! Keparat...
aduuh !" Jilid 19 ORANG tua itu terluka lagi. Gerakannya yang ngawur dan
tak terkontrol itu mengakibatkan banyak lobang
kelemahannya sehingga dengan mudah Jai hwa Toat beng kwi
memasukkan jarum-jarumnya. Kini sudah ada empat jarum
lagi yang menembus kulitnya, dua buah di dada dan dua buah lagi di dekat pusarnya. Racun yang terkandung pada jarum
keciI itu memang bukan jenis racun yang amat ganas, tapi
meskipun demikian racun itu juga bukan racun yang tidak
berbahaya. Hanya daya kerjanya saja yang lamban, padahal
pengaruh yang diakibatkannya juga sama saja. Orang yang
terkena racun tersebut apabila tidak lekas Iekas diobati, otot-otot tubuhnya akan semakin melemah, sehingga akhirnya
orang itu akan menjadi lumpuh dan tak bisa bergerak sama
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengemis malang......! Lihat ! Sudah ada lima jarum
rahasiaku yang terbenam dalam dagingmu ! Nah, mulai
sekarang tidak kulawanpun sebenarnya kau sudah akan
terjatuh sendiri. Badanmu sedikit demi sedikit akan menjadi lemah dan akhirnya kau akan tergelimpang tak berdaya
dengan sendirinya, heheh......"
"Bangsat....." "Ssst!" Jai-hwa Toat-beng-kwi buru-buru memberi tanda agar lawannya tidak berteriak lagi. "Kau jangan banyak bicara lagi, karena hal itu hanya akan mempercepat kematianmu saja
! Menyerahlah saja kepadaku, nanti akan kuberi jalan
kematian yang lebih enak, hehe...!"
Ternyata nasib yang amat buruk itu tidak hanya menimpa
Tiat tung Lo-kai saja, karena di arena yang lain kawankawannya juga mengalami nasib yang tidak kalah buruknya.
Tiat tung Su-lo yang lihai itu bersama-sama dengan sepasang gadis berbaju hitam, ternyata juga sedang didesak habis-habisan oleh kedua orang lawannya. Kepandaian Pek-pi Saukwi memang tidak begitu mengejutkan, yang amat
merepotkan justru ilmu pedang Jit-seng kiam-hoat dari
Pendekar Li itu. Ujung pedang yang dihiasi dengan batu
permata itu selalu berkelebat mencegat permainan gabungan
mereka. Langkah-langkah kaki yang berbentuk empat persegi
itu selalu dapat membendung serangan-serangan yang
dilancarkan dari mana saja. Lambat-laun mereka berenam
seperti terjerat dalam kotak kotak segi empat yang tak ada habis-habisnya ! Darah mulai menetes dari lobang-lobang luka yang diakibatkan oleh pedang lawan.
Chin Yang Kun yang berada di atas genting menonton
pertempuran itu dengan tenangnya. Dia tidak mempunyai
kepentingan sama sekali dengan mereka. Oleh karena itu ia
juga tidak mau terlibat dalam pertempuran tersebut. Yang ia cari dan ia nantikan hanyalah Keh sim Siauw-hiap, orang yang menurut penuturan Tan Hok atau Pendekar Li adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh ayah dan pamannya! Ia percaya, sebentar lagi
pendekar yang sangat ternama itu tentu akan muncul untuk
menolong anak buahnya. Jika ia turut campur dan membantu
salah satu pihak, kemungkinan besar pendekar tersebut malah takkan keluar dari persembunyiannya.
Benarlah ! Panca indera dan perasaannya yang amat
terlatih itu mendadak seperti mendengar langkah beberapa
orang di luar pintu gerbang halaman, dan sebentar kemudian pintu besar yang tertutup rapat itu telah didobrak dari luar.
"Brraak ! Grobyaag !"
"Lam-pangcu (Ketua Perkumpulan Daerah Selatan).....!
Jangan khawatir, aku datang menolongmu!"
"Siang-sumoi (kedua orang adik seperguruan) ...! Lihatlah, kami telah datang !"
Dari luar pintu, tiba-tiba masuk seorang pengemis dan dua
orang gadis manis berbaju serba putih. Pengemis itu berusia kira-kira limapuluh tahun, bermata kocak dengan rambut putih terurai acak-acakan sampai ke bahu. Tangannya
menggenggam sebatang tongkat besi yang bentuk dan
ukurannya, persis dengan kepunyaan Tiat-tung Lo-kai.
Begitu datang pengemis tua berambut acak-acakan itu
langsung terjun membantu Tiat-tung Lo-kai. Tongkat besinya yang panjang terayun datar menghantam perut Jai-hwa Toat-beng kwi. Dilihat sepintas lalu gerakan tongkatnya amat mirip dengan gaya permainan tongkat Tiat-tung Lo-kai. Hanya
tenaga dan kecepatannya saja yang berbeda. Gaya permainan
tongkat pengemis yang baru tiba ini tampak lebih lamban
tetapi tenaga atau kekuatan yang ditimbulkan, ternyata jauh lebih kuat dan lebih dahsyat dari pada kekuatan Tiat-tung Lokai. Oleh karena itu ketika Jai-hwa Toat-beng-kwi mencoba
untuk menangkis serangan tersebut, menjadi terkejut
setengah mati. Huncwe yang dipegang oleh hantu cabul itu
terpental dan hampir saja terlepas dari tangannya. Untunglah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia cepat-cepat melompat meraihnya kembali. Tapi untuk
beberapa saat lamanya hantu cabul tersebut hanya berdiri
tertegun di tempatnya, seolah-olah ia tak percaya pada
kenyataan itu. Dan kesempatan itu dipakai oleh lawannya untuk menolong
Tiat-tung Lo-kai. "Lam-pangcu, kau tidak apa apa bukan!" pengemis
berambut acak-acakan itu bertanya.
"Ah, untung saja Pak-pang-cu (Ketua Perkumpulan Daerah Utara) segera datang, kalau tidak... yah, mungkin saja aku sudah tak ada lagi di dunia ini. Eh, di mana Keh-sim Siauwhiap ...?" Tiat-tung Lo-kai memijit-mijit lengan dan dadanya dan berusaha mengeluarkan jarum yang terbenam di tempat
itu. Sementara itu dua orang gadis berbaju putih yang datang
bersama-sama dengan ketua Tiat tung Kai-pang bagian utara


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu langsung menghambur ke arena pertempuran yang lain.
Sepasang gadis berbaju putih itu menghunus pedangnya dan
menyerang Pendekar Li dan Pek-pi Siau-kwi. Pedang mereka
menusuk dan kemudian memotong jalur pengepungan yang
dilakukan oleh kedua orang itu terhadap kawan-kawan mereka sehingga kepungan itu menjadi patah dan tak berfungsi lagi.
Tiat-tung Su-lo dan kedua orang gadis berbaju hitam-hitam
itu meloncat mundur dan berpencar. Semuanya menghela
napas lega, seolah-olah batu yang menghimpit mereka telah
hilang. "Siang su-ci, terima kasih ...!" sepasang gadis berbaju hitam itu mengangguk.
"Maaf, su-moi..... kami datang terlambat."
Mereka lalu berdiri bahu membahu menghadapi Pendekar
Li dan Pek-pi Siauw-kwi. Begitu pula dengan Tiat-tung Lo-kai dan ketua Tiat-tung Kai-pang daerah utara yang bergelar Tiat-tung Hong-kai itu ! Kedua orang Tiat-tung Kai-pang tersebut juga berdiri bahu membahu di hadapan Jai-hwa Toat beng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kwi! Dan tanpa mereka kehendaki bersama sebelumnya
pertempuran itu terhenti untuk sementara.
Perkembangan yang terjadi di halaman itu membuat Chin
Yang Kun merasa berdebar debar juga di dalam hatinya.
Perimbangan kekuatan itu sekarang kelihatannya menjadi
berubah lagi. Tampaknya pihak tuan rumah atau pihak dari
Pendekar Li jatuh di bawah angin lagi sekarang. Bala bantuan lawan yang baru tiba itu kelihatannya terdiri dari orang orang kuat yang berkepandaian tinggi. Dan hal ini benar-benar
menggelisahkan hati Chin Yang Kun, karena bila orang orang itu sudah dapat menguasai pihak Pendekar Li, alamat Keh-sim Siauw hiap takkan muncul sendiri di tempat itu.
"Aku harus memaksa orang itu keluar dari
persembunyiannya," pemuda itu menggeram di dalam hatinya.
"Asal semua anak buahnya itu dapat kukuasai, mustahil dia takkan keluar....."
Memperoleh keputusan demikian, Chin Yang Kun segera
bersiap siap untuk terjun dalam arena pertempuran tersebut.
Dikerahkannya seluruh kekuatan Liong-cu-ikang ke seluruh
tubuhnya. Sementara itu orang-orang yang saling berhadapan di halaman rumah depan itu telah berbaku hantam kembali
dengan dahsyatnya. Jai-hwa Toat-beng-kwi dikeroyok oleh dua orang ketua Tiat
tung Kai pang, sedangkan Pendekar Li yang dibantu oleh Pek-pi Siau-kwi dikeroyok delapan orang, yaitu Tiat-tung Su lo, dua orang gadis berbaju hitam-hitam dan dua orang gadis
berbaju putih-putih. Bagaimanapun juga lihainya Pendekar Li, menghadiri jago
jago silat kelas satu seperti delapan orang itu, kewalahan juga akhirnya. Mula-mula Pek-pi Siau-kwi dahulu yang jatuh
terkena senjata lawan, kemudian baru Jai-hwa Toat-beng-kwi.
Hantu cabul itu harus mengakui kelihaian permainan tongkat gabungan lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sebelum orang kaya itu jatuh pula terkena serangan
para pengeroyoknya, Chin Yang Kun keburu datang
menolongnya. Pemuda itu melesat turun sambil melancarkan
pukulan jarak jauhnya. "Buuuum !" Mereka berloncatan menghindarkan diri dari pukulan itu,
sehingga angin pukulan tersebut menghantam tanah berpasir
yang mereka pijak. Debu berhamburan ke mana-mana. Sesaat
halaman itu menjadi gelap, sehingga rasa-rasanya tak
seorangpun bisa melihat kedatangan Chin Yang Kun di
tengah-tengah kepulan debu tersebut. Baru beberapa saat
kemudian mereka dapat melihat dengan jelas setelah debu
yang memenuhi tempat itu habis larut terbawa angin.
"Yang Siauw hiap..,,.! Akhirnya kau datang juga." Pendekar Li menyambutnya dengan hati lega.
"Huh .... kau lagi!" dua orang gadis berbaju serba hitam itu tersentak kaget.
Otomatis pertempuran menjadi terhenti untuk beberapa
saat. Semua mata memandang Chin Yang Kun yang
kedatangannya seperti hantu malam yang tersembul dari
dalam tanah begitu saja. "Siapakah dia" Apakah nona mengenalnya.... ?" Salah
seorang dari Tiat tung Su lo bertanya kepada gadis berbaju hitam.
"Su-moi, kau kenal pemuda itu ?" gadis berbaju putih itu ikut pula bertanya.
"Su-ci..... dialah pemuda yang kemarin kuceriterakan itu."
"Yang membunuh anggota Tiat-tung Kai-pang dan merebut pedangmu"..?"
"Betul!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh kurang ajar ! Lo-cianpwe, awas".! Pemuda inilah yang membunuh anak buah Lo-cianpwe di tempat
pengungsian itu !" "Heh" Diakah orangnya,.,.," Bangsat!" Tiat-tung Lo-kai mengumpat marah. "Su-lo ! Bunuh dia ! Jangan diberi ampun
orang yang telah berani membunuh anggota perkumpulan kita
!" "Baik, pang-cu !"
Sementara itu Pendekar Li beserta Jai-hwa Toat-beng-kwi
dan Pek-pi Siau-kwi merasa terkejut bercampur gembira
mendengar pemuda andalan mereka itu ternyata justru sudah
bermusuhan dengan orang-orangnya Keh-sim Siauw-hiap.
Dengan begitu rencana yang telah mereka susun menjadi
semakin licin jalannya. Tidak usah mereka dorong lagi pemuda itu tentu akan bertanding mati-matian dengan Keh-sim Siauw hiap.
"Lihat serangan !" Salah seorang dari Tiat-tung Su-lo
berteriak ketika empat orang tokoh pengurus Tiat-tung Kaipang itu menyerbu kearah Chin Yang Kun.
"Huh, ternyata kau juga hanya seorang pengikut dari orang she Li itu ! Lo-cianpwe, awas.... ! Dia lihai sekali !" gadis berbaju hitam-hitam itu meloncat maju pula sambil
memperingatkan para pengemis tersebut.
Sekaligus diserang oleh enam orang lawan, sedikitpun Chin
Yang Kun tidak merasa gentar.
Dengan mudah pemuda itu mengelakkan seranganserangan para pengeroyoknya. Malah kadang-kadang pemuda
itu mencoba menepiskan serangan tongkat atau pedang
lawannya dengan lengan telanjangnya. Dan akhirnya setelah
yakin kekuatan tangannya mampu menahan senjata lawan,
Chin Yang Kun menjadi semakin berani pula. Tebasan pedang
lawannya ia tangkis begitu saja dengan lengannya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kesaktian Chin Yang Kun, kedua orang gadis
berbaju putih itu segera terjun pula ke dalam arena. Ayunan pedang mereka yang lebih galak dan lebih mantap dari pada
su-moi mereka yang berbaju hitam itu menyambar-nyambar
dengan ganas dan selalu mengarah ke tempat-tempat yang
mematikan. Tapi Chin Yang Kun tetap tak terpengaruh ataupun
tergoyahkan oleh serangan-serangan itu. Meskipun sekarang
dia dikeroyok delapan orang, tapi mereka tetap tak mampu
mendekatinya. Tubuhnya yang terlindung oleh Liong cu-i-kang itu bagaikan kebal terhadap segala macam senjata dan
pukulan. Malahan perbawa hawa dingin yang tersebar dari
pengaruh tenaga sakti Liong-cu i-kang, membuat lawan
lawannya menjadi sesak serta menggigil kedinginan.
"Lam-pangcu! Pak-pangcu.....! Anak ini mempunyai ilmu
siluman !" akhirnya salah seorang dari Tiat-tung Su lo berteriak karena tak tahan.
"Heh" Hem, kurang ajar.....! Pak-pangcu, mari kita labrak
bersama-sama anak itu!" Tiat-tung Lo-kai mengajak rekannya, Tiat tung Hong-kai ! Tiat tung Hong-kai mengangguk ragu,
tapi tidak segera beranjak dari tempatnya, pengemis yang
dianggap gila oleh kebanyakan orang itu belum juga
mempercayai apa yang telah dia lihat di depan matanya.
Dalam hati Tiat tung Hong-kai benar-benar belum dapat
menerima seorang pemuda belasan tahun yang belum hilang
wajah kekanak-kanakannya mampu menahan pukulan tongkat
besi dan sabetan pedang tanpa menderita luka sedikitpun.
Padahal lawannya terang bukan tokoh-tokoh sembarangan.
Tiat-tung Su-lo adalah pengurus pusat Tiat-tung Kaipang
bagian selatan. kepandaiannyapun hanya di bawah ketua
perkumpulannya. Sedang dua pasang gadis berbaju putih dan
hitam itu adalah pembantu-pembantu utama dari Keh-sim
Siauw-hiap sendiri, kepandaiannya justru lebih tinggi bila dibandingkan dengan Tiat-tung Su-lo. Tapi meskipun begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berdelapan masih terdesak juga menghadapi pemuda
itu. Sungguh tak masuk akal ! Kini Lam-pangcu dari Tiat-tung Kai pang malah sudah terjun pula ke dalam gelanggang.
Sembilan orang yang mengeroyok Chin Yang Kun sekarang.
Tapi lagi-lagi tambahan bala bantuan tersebut seperti tidak ada artinya pula bagi pemuda itu. Kepandaian atau kesaktian pemuda itu seperti tak ada batasnya. Setiap lawan yang
mengeroyoknya bertambah, kekuatan dan kesaktiannya
seperti ikut bertambah pula.
Akhirnya Tiat-tung Hong-kai sadar juga dari rasa
ketidakpercayaannya yang keliru itu. Pemuda yang berada di hadapannya itu memang benar-benar seorang pemuda yang
lain dari pada yang lain. Pemuda itu benar benar seorang
pemuda yang berkepandaian sangat tinggi. Mungkin tidak
kalah tingginya dengan kepandaian Keh-sim Siauw-hiap yang
juga sangat hebat itu. Oleh karena itu tanpa rasa sungkan
sungkan lagi Tiat tung Hong-kai segera terjun pula membantu kawan-kawannya, sehingga sekarang mereka bersepuluh
orang mengeroyok pemuda sakti tersebut.
Setelah ikut terjun sendiri dalam arena pertempuran,
barulah pengemis gila itu benar-benar terbuka hatinya.
Sekarang dia sungguh sungguh percaya dan mengakui bahwa
pemuda itu memang lihai bukan main ! Biarpun mereka
berjumlah banyak tetapi seluruh badan pemuda itu seperti
terlindung dalam perisai besi yang kokoh kuat, sehingga tak sebuah senjatapun yang mampu menembusnya.
Sebaliknya, Chin Yang Kun juga tak mudah untuk
mengalahkan para pengeroyoknya itu. Selain mereka
berjumlah banyak, kepandaian merekapun juga tidak rendah.
Mereka bertempur bahu-membahu dan saling melindungi,
sehingga Hok-te Ciang-hoat yang dikeluarkan oleh pemuda itu tidak bisa berbuat banyak terhadap mereka. Berkali-kali orang yang akan menjadi kurban pukulannya selalu dapat
diselamatkan oleh yang lainnya. Kalau Chin Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh tenaganya dalam pukulannya mereka
tentu menyambutnya secara beramai-ramai pula.
Limabelas jurus telah berlalu dan pertempuran itu belum
juga menampakkan tanda-tanda akan berakhir. Pendekar Li
dan dua orang kawannya, mendadak seperti tersadar dari rasa kagum dan rasa heran mereka melihat pertempuran yang
berlarut-larut itu. Mereka bertiga segera menyadari bahwa
pemuda itu bukanlah seorang dewa yang selalu menang
dalam setiap pertempuran. Oleh karena itu mereka harus ikut pula turun tangan untuk membantu menyelesaikan
pertempuran tersebut. Maka setelah memberi tanda kepada Jai-hwa Toat bengkwi dan Pek-pi Siau-kwi agar mengikuti dirinya, Pendekar Li terjun pula ke dalam gelanggang pertempuran. Pendekar Li
langsung mencegah Tiat tung Hong-kai, orang yang ia anggap paling berbahaya di antara mereka. Sedang Jai-hwa Toat-beng kwi cepat memilih sepasang gadis berbaju putih sebagai
lawannya. Hantu cabul itu membiarkan Pek-pi Siau-kwi
sendirian melawan Tiat-tung Lo-kai !
Kini tinggal Tiat-tung Su-lo dan seorang gadis berbaju
hitam itulah yang menghadapi Chin Yang Kun. Maka tak heran kalau sebentar saja mereka sudah didesak habis-habisan oleh pemuda itu. Malahan sebentar kemudian salah seorang dari
gadis berbaju hitam itu tampak terpental jatuh terkena
pukulan Chin Yang Kun. Beberapa saat kemudian diikuti pula oleh dua orang dari Tiat-tung Su lo, mereka juga menggeletak tak berdaya terkena tendangan Chin Yang Kun.
"Cici..... lepaskan tanda peringatan ke atas !" gadis berbaju hitam yang masih sehat itu menoleh, lalu berteriak
memperingatkan gadis berbaju putih yang sibuk berunding
dengan Jai-hwa Toat-beng-kwi.
"Hehe.,..,. kau mau memanggil bala bantuan lagi " Eee, nanti dulu.....! Kita belum puas bertanding......." Jai-hwa Toat-beng-kwi menyahut sambil memperhebat serangannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga kedua orang lawannya tak punya kesempatan untuk
melepas tanda peringatan itu.
Hal itu memang bisa terjadi karena kekuatan kedua belah
pihak memang berimbang. Kekuatan dan kemampuan dua
orang gadis itu secara bersama-sama berimbang dengan
kekuatan dan kemampuan Jai-hwa Toat-beng-kw! Malah
dalam beberapa hal kemampuan Hantu Cabul itu agak lebih
menang bila dibandingkan dengan lawannya. Oleh karena itu
tidak heran kalau kedua orang gadis itu tak mampu berbuat
lain selain harus bertempur dengan konsentrasi penuh ketika Jai hwaToat-beng kwi memperhebat serangannya.
Sedangkan pertempuran antara Pendekar Li dan Tiat-tung
Hong-kai tidak kalah pula serunya. Sebagai seorang ketua
perkumpulan besar seperti Tiat-tung Kai pang, apalagi Tiat-tung Kai pang bagian utara yang lebih besar dan lebih banyak anggotanya dari pada bagian selatan, Tiat-tung Hong kai
benar benar mempunyai kepandaian yang amat tinggi, lebih
tinggi dari pada Tiat-tung Lo-kai ! Tetapi lawannya sekarang adalah Pendekar Li, seorang jago silat yang telah mempunyai nama besar pula seperti dirinya, sehingga pertempuran
diantara mereka memang sungguh seru sekali. Sulit untuk
dapat memastikan dengan segera, siapa yang lebih unggul di antara keduanya.
Begitu pula dengan pertempuran antara Pek-pi Siau-kwi
dengan Tiat-tung Lo-kai. Sebenarnya dalam keadaan biasa
kepandaian Tiat-tung Lo-kai masih sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan kepandaian Pek-pi Siau-kwi, tapi karena pengemis tua itu telah terkena lima buah jarum Jai-hwa Toat-beng-kwi maka kekuatan dan kelincahannya sudah banyak
berkurang. Malahan sejalan dengan semakin kuatnya daya
pengaruh racun jarum itu ke dalam tubuh Tiat-tung Lo-kai,
Pek pi Siau-kwi semakin mempunyai banyak kesempatan
untuk menundukkan orang tua itu. Tetapi seperti juga dengan kedua orang kawannya yang lain, hantu cantik itu harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjuang dahulu untuk waktu yang lama agar bisa
mengalahkan lawannya. Yang paling celaka dan paling menderita dalam
pertempuran itu adalah orang-orang yang terpaksa harus
menghadapi Chin Yang Kun ! Karena tidak berimbang, maka
satu persatu orang-orang yang mengeroyok pemuda itu jatuh
terkapar di atas tanah. Mula mula yang jatuh adalah salah
seorang dan gadis berbaju hitam itu, kemudian yang kedua
adalah dua orang dari Tiat-tung Su-lo.
Sekarang tinggal tiga orang yang melayani Chin Yang Kun,
tapi sebentar kemudian merekapun terpaksa mengikuti jejak
kawan-kawannya pula. Terpental bergelimpangan di atas
tanah ! Selesai membereskan para pengeroyoknya Chin Yang Kun
mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya tapi Keh-sim
Siauw-hiap belum juga muncul. Apakah pemilik Pulau Meng-to itu belum mengetahui kalau anak buahnya sedang di dalam
kesukaran" Tiba-tiba Chin Yang Kun menoleh ke arah gadis
berbaju putih yang sedang bertempur melawan Jai hwa Toatbeng-kwi. Sebelum roboh gadis yang berbaju hitam tadi telah menyuruh gadis berbaju putih itu untuk melepaskan tanda
peringatan ke atas. Apakah tanda itu dimaksudkan untuk
memanggil atau memberi tahu kepada Keh-sim Siauw-hiap "
Memperoleh pikiran demikian Chin Yang Kun segera
melesat menghampiri mereka. Tanpa memberi peringatan lagi
tangannya segera bekerja. Mula mula tangan kirinya justru
menangkis pukulan Jai hwa Toat beng kwi yang tertuju ke
arah tengkuk lawan setelah itu tangan kanannya sebat bagai kilat mencengkeram lengan salah seorang dari kedua gadis
itu. Gadis itu bergerak dengan tidak kalah gesitnya. Dengan
mudah serangan Chin Yang Kun yang datang dengan secara
tiba-tiba itu dapat ia elakkan. Tapi gadis itu lupa bahwa di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dekatnya masih ada Jai hwa Toat-beng kwi yang segera
memanfaatkan kelengahan gadis tersebut.
"Wuus !" Gadis itu terbatuk batuk dengan hebatnya. Ternyata Jai
hwa Toat-beng kwi memanfaatkan kesempatan itu dengan
meniupkan asap pipanya ke wajah gadis tersebut. Lalu
sebelum gadis itu dapat membebaskan diri dari pengaruh asap huncwe, sekali lagi Chin Yang Kun menyambar. Dan kali ini
lambaian tangannya benar-benar berhasil ! Sekali angkat gadis itu telah terlempar jauh.
"'Nah, lepaskan tanda peringatanmu itu ! Panggil Keh-sim Siauw-hiap kemari !" Chin Yang Kun berteriak lantang.
Suaranya yang dilandasi Liong-cu-i-kang itu membuat orangorang yang berada di tempat itu menjadi tertegun dan
tergetar hatinya. Sekejap semuanya berhenti bergerak.
"Saudara..... aku sudah berada di sini sejak tadi," tiba-tiba terdengar suara halus.
Semua orang memandang ke atas tangga pendapa. Dalam
keremangan cahaya obor tampak seorang laki-laki muda
berdiri tenang di tengah-tengah pintu pendapa yang besar.
Biarpun tidak jelas tetapi dengan dandanannya yang rapi itu Keh-sim Siauw-hiap kelihatan tampan dan menarik.
Pakaiannya yang lebar dan anggun itu menyebabkan dia lebih tampak sebagai seorang pelajar dari pada sebagai seorang
jago silat yang ditakuti orang.
"Keh sim Siauw-hiap"...!"
Semua mulut hampir berbareng mengucapkan kata-kata
itu. Cuma nada dan cara menyebutkannya yang berlainan.
Kawan-kawan dari Keh-sim Siauw-hiap sendiri menyebutkan
nama itu dengan wajah dan suara bersyukur, sementara pihak dari Pendekar Li menyebutkannya dengan suara kaget serta


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

khawatir. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi dari semuanya itu yang paling mengagetkan adalah
reaksi dari Chin Yang Kun sendiri ! Begitu tahu orang yang berada di ambang pintu pendapa itu adalah Keh-sim Siauw
hiap, pemuda itu segera berlari meninggalkan lawanlawannya, lalu meloncat menaiki tangga yang tinggi itu.
Matanya telah berapi-api seakan akan mau melumatkan orang
yang telah berani membunuh orang tuanya itu.
Sebaliknya, seperti orang yang mau menghindarkan diri,
Keh-sim Siauw-hiap mendadak terbang lewat di atas kepala
Chin Yang Kun dan turun di halaman. Kemudian tubuhnya
yang tegap itu melesat menghampiri anak buahnya yang
tergeletak berserakan di tengah-tengah halaman. Gerakannya cepat bukan main, sehingga tak seorangpun dapat melihat
gerakan kakinya. Pendekar itu seolah-olah terbang begitu saja
! "Sebentar, anak muda ! Aku akan melihat kawan-kawanku
dahulu. Setelah itu baru aku dapat menemui engkau dengan
bebas dan leluasa,.." Keh-sim Siauw-hiap berkata diantara langkahnya.
Chin Yang Kun berdiri tertegun di tengah-tengah anak
tangga. Matanya menatap kagum seolah-olah tak percaya
kepada laki-laki yang kini tampak berlutut di halaman
mengobati anak buahnya itu. Hampir-hampir Chin Yang Kun
tak percaya bahwa di dunia ini ada seorang manusia dapat
bergerak sedemikian cepatnya. Rasa-rasanya orang itu
bukanlah seorang manusia, tetapi...seekor burung!
Tetapi bayangan tubuh ayahnya yang mandi darah dan
pamannya yang terluka parah membuat pemuda itu
menggeretakkan giginya kembali.
"Pembunuh keji ! Jangan lari kau.. !" Chin Yang Kun
menjerit. Pemuda itu melompat turun dari atas tangga, lalu
menyerbu Keh-sim Siauw hiap kembali. Dari jauh Chin Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun sudah melancarkan pukulan Tiat gong ciangnya (pukulan
udara kosong atau pukulan jarak jauh). Suaranya menderu
serta memancarkan hawa dingin yang hebat, sehingga Kehsim Siauw hiap dan orang-orang yang berada di tempat itu
terkejut juga dibuatnya. Orang-orang itu segera menyingkir.
Tangan Keh-sim Siauw-hiap yang cekatan itu sudah bisa
mengobati empat orang pengemis yang tergabung dalam Tiattung Su-lo itu. Kini tinggal dua orang lagi yang terluka dan harus lekas-lekas diobati, yaitu dua orang gadis berbaju
hitam-hitam itu. Seperti para pengemis tadi, kedua orang
gadis itu terluka karena pukulan beracun Chin Yang Kun. Tapi sebelum pendekar itu sempat memeriksa luka si gadis,
pukulan Chin Yang Kun sudah tiba. Karena tidak ada waktu
lagi, terpaksa Keh-sim Siauw-hiap mengungkit tubuh yang
tergeletak tersebut dengan sepatunya sehingga melayang ke
atas. Lalu sambil berjumpalitan menjauh, Keh sim Siauw hiap menyambar tubuh yang terluka itu.
"Buuum !" Tanah dan pasir bekas tempat berpijak Keh-sim Siauw hiap
tadi bertebaran ke udara. Tapi Keh sim Siauw-hiap bersama
gadis itu telah tiada lagi di tempat itu. Pendekar dari Pulau Meng-to itu telah mendaratkan kakinya beberapa langkah dari sana dan meletakkan gadis yang dibawanya di atas tanah.
Tangannya cepat mengurut di bagian yang luka, setelah itu
tangannya merogoh ke dalam baju dan mengeluarkan sebutir
pil berwarna putih. Tapi sebelum pil tersebut sempat dimasukkan ke dalam
mulut si gadis, pukulan Chin Yang Kun keburu datang lagi.
Keh-sim Siauw-hiap bergegas menyambar gadis itu lagi.
Bagaikan burung walet tubuhnya meluncur jauh ke dekat
tangga dan kemudian meletakkan tubuh gadis tadi di sana.
"Buuuum !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi debu dan pasir beterbangan terkena pukulan
Chin Yang Kun! Tapi kali inipun tidak menemui sasarannya
lagi. Dengan geram pemuda itu melihat lawannya telah berada di dekat tangga dan baru melolohkan sesuatu kepada gadis
yang terluka itu. Chin Yang Kun mengerahkan lagi Liong-cu i-kangnya, kemudian tubuhnya meloncat lagi kearah Keh-sim
Siauw-hiap. Tapi Chin Yang Kun kecele lagi! Begitu tubuhnya mulai
bergerak mau meloncat, Keh-sim Siauw-hiap sudah terlebih
dahulu melesat ke tempat gadis berbaju hitam lainnya. Gadis itu juga tergeletak luka di atas tanah. Seperti juga yang telah dia lakukan terhadap gadis yang pertama, Keh-sim Siauw-hiap dengan cekatan segera memeriksa luka-luka gadis itu. Setelah diurut beberapa kali, gadis itu diberi sebutir pil berwarna kuning. Tapi seperti juga tadi, pukulan Chin Yang Kun kembali datang dengan menderu-deru, sehingga pil tersebut gagal
untuk dimasukkan ke dalam mulut. Keh-sim Siauw-hiap sambil membawa tubuh gadis itu melenting tinggi ke udara,
kemudian meluncur ke dekat tangga lagi dengan manisnya.
Sambil meletakkan tubuh itu berdampingan dengan tubuh
gadis yang pertama, pendekar dari Pulau Meng-to itu
memasukkan pil kuning tadi ke dalam mulut si gadis!
"Nah, aku sudah selesai mengobati mereka. Kini aku sudah
leluasa untuk menghadapi engkau. Nah, saudara..... coba
katakan! Apa sebabnya kau menuduh aku seorang pembunuh
keji" Dan kulihat ilmu silatmu hebat bukan main, tapi
mengapa kau sudi menjadi pembantu dari Pendekar Li itu?"
dengan tenang Keh-sim Siauw-hiap menghadapi Chin Yang
Kun. Wajahnya yang tampan tapi amat pucat itu tampak tak
bergairah sama sekali ketika menatap Chin Yang Kun.
Pendekar Li segera meloncat ke depan Chin Yang Kun.
Sambil bertolak pinggang putera mendiang Perdana Menteri Li Su tersebut berdiri menghadapi Keh-sim Siauw-hiap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keh-sim Siauw-hiap ! Apa sebenarnya kemauanmu
sehingga kau selalu memburu aku kemanapun aku pergi?"
tanyanya penasaran, "Bukankah benda itu milikku sendiri"
Bukankah sudah wajar kalau aku memiliki harta warisan orang tuaku" Kenapa kau selalu ingin merebutnya?"
Wajah yang amat pucat itu mencoba untuk tersenyum, tapi
gagal. Agaknya sudah lama pendekar yang namanya
menjulang ke langit itu tidak pernah tersenyum. Buktinya
wajah itu bukannya tersenyum, tapi lebih tepat dikatakan
meringis! "Pendekar Li, sepintas lalu apa yang kaukatakan itu
tampaknya benar. Tapi kalau caramu menilai tidak hanya
sesempit itu, artinya tidak hanya dari sudut kepentinganmu saja, kukira engkaupun akan segera menyadari sendiri
kekeliruanmu. Coba kaupikirlah yang lebih jauh lagi.....!
Siapakah sebenarnya pemilik harta karun yang tersimpan
dalam peta itu?" "Bukankah harta itu milik ayahku" Mendiang Perdana
Menteri Li Su" Beliaulah yang mengumpulkannya......"
"Benar sekali ! Dialah yang mengumpulkannya. Bagus !
Tapi katakan.... dari mana ayahmu itu mengumpulkan harta
sebanyak itu" Coba katakan....!"
"Ini....aku....aku tak tahu." Pendekar Li menjawab kikuk.
"Nah, kau sukar menjawabnya, bukan" Kalau begitu
marilah kubantu kau menjawabnya. Dengarlah".! Mendiang
Perdana Menteri Li Su mengumpulkan harta benda sebanyak
itu dari hasil kerja paksa dan memeras keringat rakyat. Selain itu bersama-sama dengan pejabat-pejabat korup yang lain,
ayahmu mencuri dan menggerogoti kekayaan negara untuk
kepentingan diri sendiri. Nah, sekarang katakan"..! sudah
semestinya atau tidak kalau harta itu dikembalikan kepada
rakyat kecil lagi" Dan sudah wajar atau tidak bila harta karun itu dibagikan kepada fakir miskin?" Pendekar dari Pulau Meng-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
to itu mendesak Pendekar Li dengan pertanyaannya yang
bertubi tubi. Pendekar Li terdiam tak bisa menjawab. Wajahnya merah
padam, bibirnya gemetar tapi tak sepatah katapun yang keluar dan mulut itu. Lambat laun dapat juga bibir itu berbicara, tapi ternyata yang keluar hanyalah umpatan-umpatan kasar.
"Persetan .....! Aku tidak peduli dari mana asal usul harta karun itu ! Yang kuketahui hanyalah harta itu kepunyaan
mendiang ayahku, karena itu aku harus memilikinya ....!"
"Hmm, jangan bermimpi ! Kau tak mungkin dapat
memilikinya." Keh-sim Siauw hiap mendengus.
"Heh" Apa....." Apa maksudmu" Kau mau merampasnya
dari tanganku ?" Pendekar Li melangkah setindak ke depan.
Kedua orang pengawalnya, Jai-hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi
Siau-kwi, segera maju pula mendampinginya. Mereka berdiri
di kanan kiri Pendekar Li, siap untuk membantu majikan
mereka itu. Melihat itu Tiat-tung Hong kai dan Tiat-tung Lo-kai segera ikut bergerak pula ke depan. Kedua orang tua ini bersiap-siap pula untuk membantu Keh-sim Siauw-hiap.
"Benar, Pendekar Li. Aku memang bermaksud merampas
harta itu bila kau tak mau menyerahkannya dengan baik-baik.
Harta itu akan kukembalikan kepada rakyat yang berhak. Nah, kini lebih baik kau tak usah banyak omong. Berikan potongan emas yang berisi peta itu !" Keh-sim Siauw hiap mulai serius.
"Hahaha..... alasan kuno ! Merampas harta untuk dibagikan kepada fakir miskin! Hahaha !" Pendekar Li tertawa mengejek.
"Ho, siapa percaya omonganmu" Apakah harta itu tidak akan kau simpan sendiri" Hahah... "
"Diam! Lekas serahkan! Atau.... aku harus membunuhmu
dahulu, baru nanti kugeledah tempat tinggalmu ini ?" Keh sim Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw-hiap menghardik, tangannya telah diangkat, siap untuk melancarkan serangan maut.
"Berhentiii.....!" tiba-tiba Chin Yang Kun yang berada di belakang rombongan Pendekar Li itu berteriak keras sekali.
Tangannya mendorong ke arah punggung Pendekar Li dan Jai
hwa Toat-beng-kwi. "Ayoh, menyingkirlah kalian dari depanku
!" Pendekar Li dan kedua orang pembantunya terpaksa
melompat ke samping ketika tiba-tiba terasa ada hembusan
angin dingin yang menyerang punggung mereka. Kebetulan
ketiga-tiganya melompat mendekati tempat Tiat-tung Lo-kai
dan Tiat-tung Hong-kai berdiri. Maka tanpa diberi komando
lagi mereka segera bergebrak dengan sengitnya. Ketika Kehsim Siauw-hiap melangkah lagi ke depan untuk membantu
anak buahnya, Chin Yang Kun segera mencegatnya.
"Keh-sim Siauw-hiap, jangan hiraukan mereka! Biarlah
mereka bertempur sendiri !"
Pendekar dari Pulau Meng-to itu menghentikan langkahnya.
Wajahnya yang pucat tak bergairah itu menoleh. Dahi yang
selalu tampak berkerut itu kelihatan berkilat-kilat ditimpa sinar obor yang suram.
"Apa maksud saudara.... ?" tanyanya datar. Chin Yang Kun mendekat lagi. Dengan sinar mata penuh dendam pemuda itu
menggeram. "Kau tak perlu terlalu mendesak atau membunuh orang itu ! Tidak ada gunanya.,... Dia tak membawa potongan emas itu!"
"Hmh" Lalu...... maksud saudara, saudarakah yang
membawanya ?" mata yang redup itu mulai berkilat, sehingga Chin Yang Kun agak tergetar juga memandangnya.
"Aku juga tidak.. " Chin Yang Kun menggeleng.
Mata yang dingin itu semakin berkilat. Kerut-merut pada
dahi itu juga semakin bertambah banyak. "Lalu siapa......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berdiri berhadapan, tak lebih dari lima langkah
jauhnya. Chin Yang Kun dan Keh-sim Siauw-hiap ! Sama-sama
masih muda, tapi juga sama-sama mempunyai kepandaian
yang tidak lumrah manusia. Keduanya saling menatap bagai
ayam aduan yang siap mau berlaga.
"Siapa..... ?" Keh-sim Siauw-hiap bertanya lagi, kini suaranya sedikit lebih keras.
"Hek-eng-cu...." Mata itu terbelalak sekejap, tapi kemudian meredup kembali, "Jangan mengada-ada! Orang itu tak
mungkin tahu tentang persoalan ini. Dia hanya sibuk dengan rencana pemberontakannya saja."
Chin Yang Kun tersenyum mengejek. "Benar. Semula dia
memang tak tahu menahu tentang peta harta karun itu. Tapi
dia dan kawan-kawannya secara tak sengaja telah
menemukannya. Lengkap. Dua potong emas itu sekaligus!"
"Hei, di mana mereka menemukan benda itu" Dan....
bagaimana kau juga tahu tentang masalah dua potong emas
itu?" Keh-sim Siauw-hiap menatap tajam. Kini pendekar itu
mulai percaya pada omongan Chin Yang Kun.
"Yang sepotong mereka merampasnya dari tanganku dan
yang sepotong lagi mereka merampas dari tangan Tung-hai
Sam-mo. Nah, jelas bukan" Kini mereka telah berangkat ke
tempat yang ditunjukkan dalam peta itu. Besok malam....
tepatnya pada saat tengah malam, mereka akan sudah
berkumpul di tempat tersebut untuk mengambil harta karun
itu...." "Hah....?" wajah yang pucat itu tampak menegang, lalu
dengan cepat kakinya bergeser ke depan, mendekati Chin
Yang Kun. Tapi sebaliknya Chin Yang Kun juga bergeser pula ke samping dengan gesitnya, sehingga mereka tetap berdiri
berhadapan dalam jarak lima langkah.
Sementara itu pertempuran antara Pendekar Li dan dua
orang ketua partai pengemis tersebut benar-benar ramai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan main! Kepandaian dari Pendekar Li memang lebih tinggi daripada kepandaian Tiat-tung Hong-kai serta Tiat-tung Lokai. Oleh karena itu sebentar saja Pendekar Li yang dibantu oleh kedua orang pembantunya itu dapat mendesak lawannya.
Tapi ketika dua orang gadis berbaju putih datang menolong
Tiat-tung Hong kai, maka pertempuran itu menjadi agak
berimbang. Salah seorang dari gadis berbaju putih itu
bersama-sama dengan Tiat-tung Hong-kai, mengeroyok
Pendekar Li. Sedangkan gadis yang satunya lagi bersama
dengan Tiat-tung Lo-kai menghadapi Jai-hwa Toat-beng-kwi
dan Pek-pi Siau-kwi. Meskipun begitu tampaknya kedudukan
Pendekar Li agak sedikit lebih baik dari pada lawannya.
"Yang Siauw-hiap, marilah kita selesaikan mereka dengan segera, sebelum bala bantuan mereka datang lagi....!"
Pendekar Li masih juga sempat berteriak kearah Chin Yang
Kun. Agaknya orang ini merasa takut apabila Chin Yang Kun
terlalu banyak omong dengan Keh-sim Siauw-hiap.
Sementara itu Keh-sim Siauw-hiap sendiri dalam keadaan
tegang masih tetap mendesak Chin Yang Kun dengan
pertanyaannya yang gencar.
"Saudara, benarkah ceritamu itu..." Benarkah ?"
"Mengapa aku mesti berbohong kepadamu" Kau dapat
bertanya juga kepada Hong lui-kun Yap Kiong Lee, apakah
kata-kataku tadi bohong atau tidak! Hmm, kenal tidak kau
dengan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee ?" Chin Yang Kun
menjawab pertanyaan lawannya dengan keras pula.
"Gila!" Keh-sim Siauw-hiap mengumpat. Tapi pendekar itu
semakin percaya seratus persen pada kata-kata Chin Yang
Kun. "Tentu saja aku kenal padanya. Tapi..... eh, mengapa dia juga tahu tentang masalah peta ini?"
"Hehehe,... kau jangan mengira bahwa hanya engkau
sendirilah yang mengetahui tentang rahasia peta itu. Setiap orang kini sudah tahu belaka akan rahasia harta karun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut! Kau datang ke tempat yang ditunjukkan dalam peta itu besok tengah malam".hehe, kau akan melihat banyak
orang yang berebut untuk mengambil harta itu!"
Mata Keh-sim Siauw-hiap terbelalak karena hatinya
semakin tegang. Tiba-tiba tubuhnya melesat ke depan, kedua belah tangannya menerkam pundak Chin Yang Kun.
Gerakannya sungguh amat mendadak dan cepatnya bukan
main, sehingga tak seorangpun tahu bagaimana caranya ia
bergerak! Tahu-tahu kedua belah tangan itu tinggal beberapa jengkal saja dari sasarannya!
Chin Yang Kun mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
mengelak. Memang sejak semula pemuda itu sudah bersiap
siaga! Dari Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dia telah mendengar bahwa ginkang Keh-sim Siauw-hiap benar-benar tiada taranya di dunia ini. Meskipun demikian ternyata Chin Yang Kun tetap saja agak terlambat.
Memang, Keh-sim Siauw-hiap gagal mencengkeram pundak
Chin Yang Kun. Tapi cengkeraman tersebut hanya selisih
beberapa senti saja dari pundaknya, sehingga bajunya yang
lebar itu menjadi hancur pangkal lengan bajunya akibat jeriji Keh-sim Siauw-hiap yang luput mencengkeram dagingnya.
Dan kelambatan yang mengakibatkan rusaknya lengan baju
itu membuat Chin Yang Kun menjadi marah sekali.
"Berhenti!" pemuda itu berteriak dengan Liong-cu i-kangnya, sehingga rasa-rasanya malam yang cerah penuh
bintang itu tiba-tiba ada petir menyambar dengan dahsyatnya.
Beberapa orang penjaga yang berjaga jaga di sekeliling
halaman itu langsung menggeletak karena tak tahan. Orangorang yang sedang asyik bertanding itu juga menghentikan
gerakan mereka dengan mendadak. Yang lwee-kangnya
sedikit rendah tampak sempoyongan mau jatuh. Masingmasing berusaha dengan sekuat tenaga agar selaput
pendengarannya tidak pecah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sekejap kemudian Jai-hwa Toat-beng-kwi telah
memulai lagi pertempurannya itu. Hantu cabul itu tidak
menyia-nyiakan kesempatan selagi lawannya, Tiat-tung Lo-kai, belum bisa mengatasi pengaruh teriakan Chin Yang Kun tadi.
Untunglah gadis berbaju putih, yang berada di samping Tiat-tung Lo-kai, mengetahui siasat licik tersebut. Dengan marah sekali pedangnya menghantam huncwe Jai-hwaToat-beng-kwi


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

! Dan pertempuran yang tertunda itu berkobar pula kembali
dengan hebatnya. Keh-sim Siauw-hiap menatap mata Chin Yang Kun lekatlekat. Rasanya mata itu semakin lama semakin tampak
mencorong seperti mata seekor naga di kegelapan malam.
Diam-diam pendekar dari Pulau Meng-to itu sedikit merinding juga hatinya. Tak ia sangka ia kan bertemu dengan seorang
pemuda hebat di rumah Pendekar Li ini.
Tadi secara mendadak ia benar-benar telah mengerahkan
seluruh kemampuannya untuk menyerang pemuda itu. Ia
sudah amat yakin bahwa serangannya akan berhasil, karena
selama ini ia belum pernah gagal dengan serangan seperti itu.
Tapi kenyataannya sungguh memalukan. Biarpun dia dapat
mencengkeram lengan baju pemuda itu hingga hancur, tapi
sebagai seorang pendekar ternama mukanya benar-benar
terasa panas karena malu. Dia yang telah mencuri
kesempatan ketika menyerang tadi ternyata mengalami
kegagalan! "Mengapa saudara menyuruh aku berhenti untuk
menyerangmu?" Keh-sim Siauw-hiap membuka mulut untuk
mengurangi rasa kikuknya. Pendekar ini bertanya seolah-olah dia tadi memang sudah benar-benar mau memulai
pertempuran, padahal sebetulnya dia tadi ingin menangkap
Chin Yang Kun untuk memaksa agar pemuda itu lekas-lekas
mengatakan tempat dimana harta karun itu berada.
Pemuda yang sebenarnya telah mulai marah karena
bajunya terobek itu tersenyum mengejek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita belum selesai berbicara, mengapa engkau tadi tibatiba menyerangku" Huh! Aku telah berbicara banyak dan aku
telah menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, kini ganti aku
yang akan bertanya kepadamu dan engkau kuharap
menjawab pula pertanyaanku dengan baik!"
"Aku belum selesai dengan pertanyaanku....." Keh-sim
Siauw-hiap memotong. "Persetan ! Kau telah menyerang aku ". Itu berarti kau telah selesai ! Tapi kalau kau memang masih ingin bertanya lagi, akupun juga masih bersedia menjawabnya. Tapi..... nanti setelah aku selesai bertanya kepadamu. Bagaimana....?"
"Baik! Cepatlah kau bertanya, aku akan menjawabnya bila aku dapat !"
"Sebentar......!" Chin Yang Kun berdesah melalui hidungnya. Matanya memandang ke langit seolah-olah ingin
menghitung ribuan bintang yang pada saat itu tampak
bertaburan di sana. Lalu sambil melangkah perti menjauhi
arena itu pemuda tersebut berkata pelan,"Ikutilah aku...!"
Wajah yang pucat itu tampak kemerah-merahan karena
merasa dipermainkan. "Mau kemanakah kau" Mengapa tidak
lekas kausebutkan pertanyaanmu itu?" Keh-sim Siauw-hiap
menggeram marah. Baru sekali ini saja sejak namanya
menjadi terkenal dan ditakuti orang, Keh-sim Siauw-hiap
menemui orang yang berani bertingkah di depannya. Sudah
berani bertingkah orang itu tak mengenal rasa takut pula,
seolah-olah yang dihadapinya Cuma seorang dari tingkat
rendahan saja! Memang bisa dimaklumi bila Keh-sim Siauw-hiap sampai
merasa tersinggung menghadapi tingkah Chin Yang Kun
tersebut. Selama lima-enam tahun ini pendekar dari Pulau
Meng-to itu selalu dihormati, disegani dan ditakuti orang.
Nama Keh-sim Siauw hiap sudah begitu termashurnya hingga
tak seorangpun berani bertingkah atau mempermainkannya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan citra seperti itu sudah merasuk mendarah daging dalam
jiwa Keh-sim Siauw-hiap, sehingga pendekar itu merasa
tersinggung melihat tingkah polah Chin Yang Kun yang
seenaknya sendiri itu. "Anak muda! Engkau masih ingin berbicara dengan baikbaik atau tidak" Kalau masih, lekas katakan kemauanmu.....!
Kalau tidak, hmm.....jangan menyesal....!" Keh-sim Siauw-hiap sekali lagi menggeram. Kedua belah tangannya kelihatan
terkepal dan siap untuk turun tangan! Mata yang semula
redup dan tak bergairah itu kini tampak mencorong marah
ketika menatap punggung Chin Yang Kun yang berjalan
menjauhinya. Tetapi Chin Yang Kun seperti orang yang tak mengenal
bahaya! Tanpa memperdulikan kemarahan maupun ancaman
Keh-sim Siauw-hiap terhadapnya, pemuda itu tetap berjalan
ke pojok pendapa tanpa menoleh. Dengan tidak kalah
garangnya pemuda itu justru membentak. "Apakah kau ingin
agar setiap orang mendengar tempat harta karun itu"
Hmm"..baik!" Chin Yang Kun berhenti melangkah lalu badannya berputar
menghadap Keh-sim Siauw-hiap dengan cepat sekali. Dalam
keremangan malam itu tatapan matanya tidak kalah
mencorongnya dengan sinar mata Keh-sim Siauw-hiap ketika
berteriak. "Baik ! Kalau begitu aku akan berteriak sekeras-kerasnya di sini, supaya seluruh dunia tahu tempat itu!
Dengarrrr.. .! Tempat itu berada di?"
"Tutup mulutmu!" tiba-tiba Keh-sim Siauw hiap menjerit dengan tidak kalah kerasnya. Kemudian pendekar itu melesat bagai kilat ke depan Chin Yang Kun. Suaranya gemetar ketika berkata.
"Keparat! Kau benar-benar.....gila ! Baik, aku mengalah.
Mari kira pergi dari tempat ini !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmh !" Chin Yanug Kun mendengus atau membuang
napas kuat-kuat dari hidungnya. "Tapi kau jangan dekat dekat denganku ..!"
"Mengapa".?"
"Untuk menjaga diri! Gin-kangmu terlalu cepat bagiku ! Aku khawatir kau akan menyerangku Iagi dengan mendadak
seperti tadi." Chin Yang Kun menjawab sambil melangkahkan kakinya.
"Dan... kau takut tak bisa mengelak atau menghindarinya?"
Keh-sim Siauw-hiap mengejek.
"Benar! Aku memang takut dan khawatir tak bisa
mengelakkan seranganmu. Dan hal itu berarti...." Chin Yang Kun tidak meneruskan perkataannya.
"Berarti apa?" Keh-sim Siauw-hiap tersenyum bangga.
"Berarti bahwa aku....terpaksa harus membunuhmu!"
"Hah" Apa katamu?" pendekar dari Pulau Meng-to itu
tersentak kaget. Matanya berkilat marah. Otomatis langkahnya berhenti.
Chin Yang Kun berhenti pula. Tubuhnya yang jangkung itu
segera bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.
"Mengapa " Apakah engkau tersinggung mendengar katakataku tadi" Jangan terburu nafsu! Masih banyak waktu untuk kita bertanding nanti. Urusan kita atau pembicaraan kita itu selesaikan dahulu ..." desahnya pelan.
"Tapi........ apa maksud perkataanmu tadi ?" Keh-sim
Siauw-hiap penasaran. Benar-benar penasaran sekali !
"Aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya." Chin Yang Kun menjawab. "Kalau aku sudah terpepet dan tak bisa
mengelak lagi, apa yang mesti kukerjakan selain"
menyongsong seranganmu itu dengan seluruh tenagaku pula"
Dan hal inilah yang sebenarnya kutakutkan dan kukhawatirkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
! Aku takut kau takkan kuat menahan gempuran lweekangku"." Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Keh-sim Siauw
hiap mendengar kata-kata yang sombong luar biasa itu!
Hanya karena ia masih membutuhkan keterangan tentang
tempat harta karun itu saja yang membuat pendekar tersebut tidak segera mencekik leher Chin Yang Kun.
"Dan kalau kau mati....." pemuda itu masih meneruskan perkataannya yang menyakitkan itu, ?" aku akan kehilangan jejak pembunuh ayahku lagi! Maaf! Maaf".aku tidak
bermaksud menyombongkan diri, aku hanya mengatakan apa
yang kupikirkan dalam benakku saja, lain tidak?"
"Bocah sombong"..!"
"Kau tidak percaya" Boleh coba!" Chin Yang Kun
menantang. "Kaulihat tiang pojok pendapa itu" Tiang itu ada sepuluh meter jaraknya dari tempat ini. Nah, apakah kau
mampu menghantamnya hingga roboh dari sini" Ingat, hanya
dengan tangan kosong saja".! Kalau dengan bantuan kerikil, batu atau lainnya"..aku percaya engkau dapat melakukannya.
Tapi dengan tangan kosong dan hanya mengandalkan lweekang saja, apakah kau mampu?"
"Kurang ajar! Bocah sombong, apakah".kau juga mampu?"
pucat pias wajah Keh-sim Siauw-hiap saking tak kuat
menahan perasaannya. "Tentu saja! Lihatlah".!"
"Yang Siauw-hiap".! Menunggu apa lagi" Bereskan saja
Keh-sim Siauw-hiap itu!" Pendekar Li yang sibuk melawan
Tiat-tung Hong-kai itu berteriak.
Chin Yang Kun tidak memperdulikan teriakan itu. Ia baru
menghimpun tenaga sakti Liong-cu i-kangnya! Dengan posisi
badan lurus kaki kirinya ia lempar ke belakang sejauhjauhnya, sehingga tubuhnya yang jangkung itu seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor ular yang tiarap di atas tanah. Kaki kanannya tertekuk rendah sekali sebagai tiang tumpuan seluruh berat badannya.
Kedua belah telapak tangan pemuda itu dirangkap di depan
mukanya seolah-olah orang menyembah. Dan sebentar
kemudian dari mulut pemuda itu terdengar suara desis ular
yang makin lama semakin keras. Dan sejalan dengan suara
desis ular tersebut, tiba-tiba Keh-sim Siauw-hiap merasakan hembusan udara dingin yang semakin terasa menggigilkan.
Lalu sesaat kemudian kedua belah telapak tangan tadi tibatiba mendorong ke depan, ke arah tiang pendapa yang terbuat dari kayu besi sebatang paha orang dewasa itu !
"Ssssssssssss.......!"
"Kraaak! Broooool !"
Tiang kayu itu patah di tengah dan dengan mengeluarkan
suara hiruk-pikuk pojok pendapa itu runtuh ke bawah. Orang-orang yang sedang bertempur di halaman itu seketika berhenti semua, dengan air muka heran mereka mengawasi Chin Yang
Kun dan Keh-sim Siauw-hiap yang berdiri berhadapan.
"Yang Siauw hiap, ada apa..,.?" Pendekar Li berseru dengan dahi berkerut.
"Jangan pikirkan aku! Selesaikan saja urusanmu sendiri !
Aku sedang mencoba kekuatan dengan Keh-sim Siauw-hiap..."
Chin Yang Kun berteriak pula menjawab.
"Benar! Pemuda itu berkata benar. Marilah kita selesaikan
dulu pertempuran kita! Jangan mengurusi yang lainnya!" Tiat-tung Hong-kai berkata sambil mengayunkan tongkatnya ke
tengkuk Pendekar Li. Pendekar Li terpaksa mengelak, kemudian dengan
pedangnya ia membalas pula serangan itu. Gerakan tersebut
lalu diikuti oleh yang lainnya sehingga sebentar kemudian
mereka telah bertempur kembali dengan serunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Keh-sim Siauw-hiap benar-benar merasa
terpukul hatinya melihat kekuatan lwee-kang Chin Yang Kun
yang luar biasa dahsyatnya itu. Dalam hati pendekar itu
terpaksa mengakui kehebatan lwee-kang lawannya.
"Keh-sim Siauw-hiap, bagaimana .......?" Chin Yang Kun minta pertimbangan.
"Hebat sekali! Kau memang benar benar hebat !" Seret
sekali rasanya kata-kata itu keluar dari tenggorokan Keh-sim Siauw-hiap, sehingga hampir hampir suara itu hanya dapat dia dengar sendiri saja. Segala macam perasaan dongkol, marah, penasaran, terhina, tapi juga sekaligus kagum, seperti
bergabung menjadi satu, sehingga terasa memenuhi rongga
dadanya dan menyumbat tenggorokannya !
"Maaf, sebenarnya bukan sifat saya menyombongkan diri di muka orang lain," Chin Yang Kun berkata lagi. Agaknya pemuda itu merasakan juga apa yang kini sedang berkecamuk
di dalam hati lawannya. "Tetapi semua itu terpaksa kulakukan demi untuk meyakinkan kau, serta untuk menarik perhatianmu pula, agar kau mau bersungguh-sungguh dan tidak terlalu
memandang enteng kepadaku. Aku ingin agar kau
menanggapi dengan serius persoalan persoalan atau
pertanyaan yang akan kuajukan kepadamu nanti, bukan hanya
sekedar sebuah persoalan sepele yang datang dari seorang
anak kemarin sore yang belum punya nama di kalangan
persilatan !" Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya. Dengan tenang
dipandangnya Keh-sim Siauw-hiap yang berdiri tidak jauh
darinya. Beberapa saat kemudian, setelah dilihat oleh pemuda itu mata yang mencorong dari Keh sim Siauw-hiap telah
meredup kembali, ia berbalik dan melangkahkan kakinya
menuju ke pohon rindang yang tumbuh di pinggir halaman
depan tersebut. "Marilah ke bawah pohon itu. Kita berbicara di sana."
pemuda itu berkata di antara langkahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang-siauw-hiap, mau kemanakah kau?" Jangan terlalu
memberi hati kepada Keh sim Siauw-hiap ! Bunuh saja dia,
habis perkara !" lagi-lagi Pendekar Li berteriak di belakang mereka.
"Tutup mulutmu, pengecut! Ayoh, selesaikan dulu urusan
kita ini !" Tiat tung Hong-kai membentak. Tongkat besinya dengan galak menyambar-nyambar mencari sasaran.
"Bangsat ! Kau pengemis tua ini memang sudah bosan
hidup rupanya !" Pendekar Li menjadi marah bukan main.
Dengan ganas pedangnya menghujam ke arah tenggorokan
lawan, tapi ujung pedang itu segera berputar setengah
lingkaran ketika tampak Tiat-tung Hong-kai mengelak ke kiri.
Kini ujung pedang tersebut berusaha mencocok sepasang
mata pengemis tua itu. Tiat tung Hong kai berusaha menangkis dengan
tongkatnya, tapi sudah tak keburu lagi. Satu-satunya jalan hanyalah menjatuhkan diri ke belakang, tapi itu pun tak berani ia lakukan sebab di belakangnya berdiri Jai hwa Toat-beng-kwi yang sedang bertempur dengan Tiat tung Lo-kai. Kalau
melakukannya, itu sama saja ia menyerahkan diri untuk
dihantam oleh Hantu Cabul tersebut.
Untunglah dalam keadaan sulit seperti itu, datang
pertolongan dari gadis berbaju putih. Dengan berteriak keras gadis itu melompat dan menangkis ujung pedang yang sudah
nyaris mencocok mata itu dengan pedangnya. Traaang!
Biarpun harus terhuyung-huyung, tapi jiwa Tiat-tung Hong-kai selamat.
"Wah, terima kasih nona. Marilah kita hadapi lagi orang ini bersama-sama....!"
Demikianlah, mereka lantas terlibat dalam pertempuran
yang sengit kembali. Begitu juga halnya dengan arena yang
lain. Jai-hwa Toat-beng-kwi tampak bertanding dengan seru
melawan Tiat-tung Lo-kai yang dibantu oleh sepasang gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbaju hitam yang agaknya telah sembuh dari luka-lukanya.
Sedangkan Pek-pi Siau-kwi tampak masih bertanding
seimbang dengan gadis berbaju putih lainnya.
Sementara itu Chin Yang Kun dan Keh-sim Siauw-hiap
sudah berada di bawah pohon yang rindang itu. Mereka
berdiri berhadap-hadapan sejauh lima langkah, karena seperti kata-katanya tadi, Chin Yang Kun takut kalau mereka berdiri terlalu dekat.
"Nah, lekaslah kaukatakan saja semua kemauanmu, aku
akan mendengarkannya dengan sungguh-sungguh!" Keh-sim
Siauw-hiap mendahului berkata.
"Terimakasih!" Chin Yang Kun mengangguk. Lalu,
"Pertama-tama ingin kuajak tuan untuk mengingat-ingat
sebuah peristiwa yang terjadi kira-kira setahun yang lalu.
Peristiwa itu berlangsung di suatu daerah terpencil di luar kota Tie-kwan. Tepatnya di rumah Pendekar Li yang dibangun di
tengah-tengah padang ilalang. Sebuah rumah bergenting
merah.....masih ingatkah kau?"
"Setahun yang lalu....di rumah Pendekar Li....yaa....ya aku masih ingat. Lantas bagaimana?" Keh-sim Siauw-hiap
mengangguk-angguk. "Bagus! Terimakasih! Sekarang kulanjutkan...." Chin Yang
Kun menatap lawannya dengan air muka tegang. "Peristiwa itu terjadi pada waktu lewat tengah malam, sudah menjelang pagi malah."
"Lewat tengah malam..... menjelang pagi .... lalu terus bagaimana?"
"Pada saat itu di rumah tersebut sedang berlangsung
sebuah pertempuran seru, antara para pembantu Pendekar Li
melawan lima orang tak dikenal yang kesasar memasuki
rumah itu. Kelima orang tak dikenal itu semuanya membawa
golok dan salah seorang diantaranya ternyata Cuma pelayan
mereka saja. Pelayan itu sudah amat tua dan menderita sakit."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya sebentar. Lalu
sambungnya lagi. "Nah, pada saat sedang berlangsung pertempuran sengit itulah datang lagi seorang laki laki tak dikenal ke rumah itu untuk mencari Pendekar Li. Laki laki tak dikenal itu datang untuk meminta sebuah benda pusaka yang berwujud
potongan emas kepada Pendekar Li. Karena benda itu tak
diberikan oleh Pendekar Li, maka laki-laki tak dikenal itu lantas mengamuk! Semua orang yang berada di rumah dibunuhnya
tanpa pandang bulu, termasuk wanita, anak-anak dan
"..sekaligus lima orang lelaki yang sebelum kedatangannya
telah bertempur dengan pihak tuan rumah!"
Pendekar dari Pulau Meng-to itu mendengarkan ceritera
Chin Yang Kun dengan sungguh-sungguh. Tapi semakin
panjang cerita itu semakin banyak pula kerut-merut di dahi Keh-sim Siauw-hiap! Dan akhirnya ketika ceritera itu selesai, pendekar yang amat disegani dan dihormati orang itu justru terlongong-longong mengawasi Chin Yang Kun, seperti
seorang murid bodoh yang kebingungan karena belum bisa


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangkap keterangan atau mata pelajaran yang diberikan
oleh gurunya. Sebaliknya pemuda yang baru saja selesai menceritakan
riwayat kematian ayah dan pamannya itu kelihatan sulit
mengendalikan emosinya. Dengan mata merah dan jari-jari
tangan terkepal pemuda itu membalas tatapan mata Keh-sim
Siauw-hiap. Suaranya terdengar gemetar ketika mulutnya
berbicara. "Nah, Keh-sim Siauw hiap,.,., bagaimana dengan ceritera
itu" Kau tentu sudah menangkap apa yang kumaksudkan,
bukan?" "Menangkap" Menangkap yang mana yang kau
maksudkan" Eh, maaf.... aku benar benar belum tahu apa
yang kaumaksudkan dalam cerita itu.
Sebenarnya....sebenarnya aku juga sudah dapat menebak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah dan tujuan dari ceritamu itu, tapi karena ada sebagian yang tak kumengerti, maka aku jadi bingung menangkap
maksud dari ceritamu itu."
"Jangan berbelit-belit! Lekas katakan pendapatmu!" Chin
Yang Kun menggeram. "Baiklah....!" pendekar yang bernama besar itu menghela
napas panjang. Lalu sambil melipat tangannya di depan dada pendekar itu memutar tubuhnya membelakangi Chin Yang
Kun, agaknya hatinya mulai tersentuh dan tidak tega melihat ketegangan dan kesedihan yang terpancar dalam sinar mata
pemuda itu. Seraya melihat anak buahnya yang sedang
bertempur dengan Pendekar Li, Keh-sim Siauw-hiap
berkata,"Aku dapat menduga siapa yang kaumaksudkan
dengan"orang tak dikenal, yang datang pada waktu lewat
tengah malam di rumah Pendekar Li, untuk meminta benda
pusaka yang berwujud sebuah potongan emas itu".!
Hmm....orang itu....aku, bukan" Benar! Orang itu memang
aku, aku masih ingat itu! Dan aku tidak akan ingkar! Tapi
kalau dikatakan bahwa saat kedatanganku itu bertepatan
dengan sedang berlangsungnya pertempuran antara lima
orang bersenjata golok melawan Pendekar Li....itu tidak benar!
Aku yakin betul hal itu. Ketika aku datang ke rumah itu, yang kutemukan hanyalah mayat-mayat yang bergelimpangan
dimana-mana. Aku tak melihat siapapun disana selain mayatmayat itu. Jangankan melihat lima orang bersenjata golok,
sedangkan Pendekar Li dan kawan-kawannya pun tak kutemui
dalam rumah tersebut."
"Bohong!" tiba-tiba Chin Yang Kun berteriak tinggi,
memotong ucapan Keh-sim Siauw-hiap. "Kau sengaja
berbohong! Kau tidak berani mengakui perbuatanmu! Kau
takut menerima pembalasan dari orang-orang yang telah
kaubunuh! Pengecut?"!"
Tiba-tiba Keh-sim Siauw-hiap berputar dengan cepat. Cepat
sekali malah! Sehingga Chin Yang Kun menjadi terkejut sekali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan segera bersiap-siap penuh. Apalagi ketika pemuda itu
melihat mata lawannya telah berkilat-kilat menunjukkan
kemarahannya. "Anak muda! Kau benar-benar anak kurang ajar dan tak
tahu diuntung! Coba, lihat".siapakah aku ini" Kau sudah
mengenalnya, bukan" Kalau kau belum pernah melihatku,
setidak-tidaknya telingamu tentu sudah pernah mendengar
nama dan sepak terjangku, bukan" Nah, kini
perbandingkanlah sendiri dengan dirimu! Siapakah engkau dan siapakah Keh-sim Siauw-hiap itu" Apakah yang pernah
kauperbuat di dunia persilatan dan".apakah yang sudah
kausumbangkan pada dunia ini" Lalu kaucobalah
memperbandingkan dengan apa yang pernah diperbuat dan
disumbangkan oleh Keh-sim Siauw-hiap itu" Maaf"..jauh
sekali, bukan" Nah, sekarang cobalah pergunakan otakmu,
mengapa orang seperti Keh-sim Siauw-hiap itu mau melayani
engkau seperti sekarang ini" Menuruti segala kemauanmu,
kau bentak-bentak seenakmu sendiri, padahal dimana-mana
setiap orang sangat menghargai dan menghormati Keh-sim
Siauw-hiap?" Keh-sim Siauw-hiap yang sedang marah itu menghentikan
kata-katanya sebentar. Melihat lawannya yang masih muda itu tertegun dan berdiam diri saja di tempatnya, Keh-sim Siauwhiap menghela napas berulang-ulang. Tapi apabila teringat
kembali, betapa anak muda itu memaki-maki dan mengumpat
dia, hatinya menjadi panas lagi.
"Apakah kau menganggap Keh-sim Siauw-hiap takut
kepadamu" Takut pada kehebatan lwee-kangmu yang dahsyat
itu" Hmmm".kau benar-benar sangat keliru kalau mempunyai
anggapan demikian." Pendekar itu menghentikan lagi katakatanya. "Mungkin lwee-kangmu memang lebih tinggi dari
pada lwee-kangku! Meskipun aku percaya bahwa selisihnya
juga tidak banyak".dan itu satu-satunya kelebihanmu dari
pada saya. Tapi, apakah kemenangan dalam pertarungan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cuma ditentukan oleh lwee-kang saja" Itu hanya bisa terjadi pada zaman purbakala dahulu, dimana dalam setiap
pertandingan orang-orang yang sedang bertarung bergantian
memukul lawannya untuk menunjukkan kekuatan tubuhnya.
Sekarang zamannya sudah berbeda. Apa gunanya kekuatan
lwee-kangmu itu kalau aku bisa mengelakkannya" Palingpaling kau hanya bisa menghancurkan benda-benda yang
berada disekitarku saja seperti tadi".dan sementara itu
dengan gin-kangku aku bisa leluasa menyerangmu dengan
pedangku. Mau kutusukkan matamu atau kuhunjamkan pada
ubun-ubun kepalamu atau".dimana saja yang tak bisa kau
lindungi dengan kekuatan lwee-kangmu."
"Yang Siauw-hiap".! Mengapa kau diam saja" Ayolah"..!"
dari jauh Pendekar Li berteriak-teriak kembali.
"Jangan hiraukan orang itu! Pikirkan saja perkataanku
tadi!" Keh-sim Siauw-hiap menggeram.
"Nah, coba sekarang kaupikirkan....apa sebabnya Keh-sim
Siauw-hiap sampai mau melayani engkau, menuruti
kemauanmu di tempat ini?"
"Kau ingin mengetahui tempat dimana harta karun itu
disimpan!" Chin Yang Kun menjawab kaku.
"Benar. Itulah alasannya. Jadi bukan karena takut seperti
dugaanmu tadi. Aku justru berjudi dengan maut serta
menyabung nyawa untuk mendapatkan harta karun itu.
Padahal seperti yang selalu kulakukan selama ini, harta itu hendak kubagi-bagikan kepada rakyat miskin. Belum pernah
selama ini aku mengambil barang sedikitpun dari harta yang kubagikan kepada orang-orang miskin itu."
Bagaikan terbuka hati Chin Yang Kun sekarang setelah
mendengar uraian yang panjang lebar dari Keh-sim Siauwhiap. Pemuda itu dapat merasakan kebenaran kata-kata yang
diucapkan oleh pendekar itu kepadanya. Dan kini Chin Yang
Kun percaya bahwa apa yang diceritakan oleh Keh-sim Siauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hiap di rumah Pendekar Li itu tentu benar. Cerita dari
Pendekar Li itulah yang kini harus diusutnya. Jangan-jangan orang yang telah mengganti namanya menjadi Tan Hok itulah
yang membohongi dia. "Jadi".tuan tidak membunuh mereka?" akhirnya Chin Yang
Kun bertanya, sekedar untuk mengusir kecanggungan yang
terjadi diantara mereka. "Tidak !" "Lalu siapa yang membunuh mereka itu ?" kali lagi Chin Yang Kun bertanya seolah-olah pada dirinya sendiri. Suaranya terdengar sedih juga sangat penasaran.
Sambil menengadahkan kepalanya ke langit Keh sim Siauw
hiap menyilangkan kembali kedua belah tangannya di atas
dada. Beberapa kali terdengar suara elahan napasnya,
seakan-akan ikut memikirkan dan merasakan apa yang
berkecamuk di dalam dada Chin Yang Kun.
"Maaf, anak muda. Sudah sekian lamanya kita berbicara,
tapi aku belum sempat menanyakan namamu. Eh, bolehkah
aku mengetahui namamu" Apakah kau salah seorang keluarga
dari Pendekar Li itu" Atau kau..... ah, benar..... apakah kau salah seorang keluarga dari..... dari lima orang bersenjata golok yang kesasar ke rumah Pendekar Li itu?"
Tanpa terasa Chin Yang Kun mengangguk.
"Aku..... aku memang putera dari salah seorang yang
bersenjatakan golok itu. Namaku adalah Yang Kun...... Chin Yang Kun !"
"Chin Yang Kun.....! Lalu mengapa engkau tadi menuduh aku yang membunuh ayahmu" Apakah kau juga berada di
tempat itu ketika peristiwa tersebut terjadi?"
"Tidak!" "Ehmm..... lalu siapa yang mengatakan hal itu kepadamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan Hok...., eh. Pendekar Li."
"Ohh..... dia rupanya. Kalau begitu tanyakan kepadanya, mengapa dia membohongimu" Aku yakin dia mengetahui
peristiwa yang sesungguhnya, karena dialah pemilih rumah
itu." "Tapi mengapa dia menyatakan bahwa tuanlah pembunuh
ayahku?" "Orang itu sangat takut kepadaku. Berbulan-bulan dia
bersembunyi di dusun ini untuk menghindari aku dan para
pembantuku. Kukira engkau hanya diperalat oleh mereka
untuk menghadapi aku, sebab mereka melihat kepandaianmu
sangat tinggi." "Kalau begitu aku akan meminta pertanggungan jawab
Pendekar Li...." Chin Yang Kun segera beranjak dari
tempatnya. Tapi Keh-sim Siauw hiap segera menahannya.
"Eit, nanti dulu ! Kau belum mengatakan tempat di mana
harta karun itu berada."
"Ah, benar.... Kau pergilah ke Pantai Karang di dekat Teluk Po hai ! Tepat di waktu tengah malam besok akan ada suatu
pertemuan di sana." "Hei, tempat itu adalah tempat penyeberangan menuju ke pulau tempat tinggalku. Tapi mana mungkin besok " Tempat
itu sangat berbahaya dalam enam tujuh hari ini, karena saat ini adalah musim pasang besar dan badai laut. Tiap nelayan tahu hal itu. Akupun tak bisa pulang dalam saat saat begini...."
"Tapi menurut penuturan Hong lui-kun Yap Kiong Lee, Hek eng-cu dan anak buahnya akan datang ke sana besok malam,"
"Ohh... kau memperoleh berita ini dari Hong lui-kun Yap
Kiong Lee rupanya. Tapi percayalah kepadaku. Pantai itu
sangat berbahaya dalam beberapa hari ini. Mungkin Hek-engcu tidak tahu tentang hal itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu ?" Chin Yang Kun menatap Keh-sim Siauw-hiap dengan tajam.
"Biarlah ! Aku tidak perlu tergesa-gesa ke sana. Semuanya tentu akan menanti sampai badai itu berhenti dan laut
menjadi surut kembali. Dan menurut pengalaman hal itu baru akan terjadi enam atau tujuh hari lagi. Sekarang aku akan
melihat dulu caramu mengadili Pendekar Li. Siapa tahu aku
dan para pembantuku masih diperlukan sebagai saksi" Kalau
aku pergi, orang itu mungkin masih akan bisa mengarang
cerita yang bukan-bukan untuk mengadu domba kita lagi.
Biarlah aku berada disini dahulu. Siapa tahu aku diperlukan pula nanti?"
"Terima kasih! Tapi kumohon kau jangan ikut campur
apabila terjadi apa-apa nanti." Pemuda itu semakin yakin
ketulusan hati Keh-sim Siauw-hiap.
"Baik!" Keh-sim Siauw-hiap menyetujui. Kemudian
teriaknya," Hong-kai! Lo-kai! Siang In! Siang Yen.....! Kalian harap mundur semua......!"
Dengan patuh Tiat-tung Hong kai, Tiat-tung Lo-kai, dua
orang gadis berbaju putih-putih yang dipanggil dengan
sebutan Siang In (Sepasang Awan) dan dua orang gadis
berpakaian serba hitam yang disebut Siang Yen (Sepasang
Asap), menghentikan serangan mereka. Berturut-turut mereka melompat mundur menjauhi lawan-lawannya. Pertempuran
berhenti. Pendekar Li dan dua orang pembantunya saling
memandang dan mengawasi lawan-lawan mereka yang
mundur meninggalkan pertempuran dengan perasaan tak
mengerti. Dengan perasaan curiga mereka menoleh ke tempat
Keh-sim Siauw-hiap, tapi betapa terkejutnya mereka serentak melihat Chin Yang Kun sedang melangkahkan kakinya ke
tempat mereka bersama-sama dengan Keh-sim Siauw-hiap!
Mereka segera mengenal bahaya, tapi untuk lari terang tidak mungkin lagi. Mereka Cuma bertiga dan berada di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lapang pula. Dan disana ada Keh-sim Siauw-hiap yang
dapat bergerak seperti siluman.
"Bagaimana, Li Tai-hiap?" hampir berbareng Jai hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi bertanya, suaranya bergetar
tanda hati mereka benar-benar merasa khawatir sekali.
Sebenarnya hati Pendekar Li pada saat itu juga tidak kalah khawatirnya dengan mereka. Tapi orang tua itu masih dapat
menyembunyikan perasaannya. Malah dengan tenang ia masih
bisa tersenyum dan membesarkan hati para pembantunya.
"Tenanglah....! Biarlah aku yang menyelesaikannya."
Mereka berdiri berhadap-hadapan. Chin Yang Kun dan
Pendekar Li ! Jai hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi
tampak dengan tegang berdiri di belakang Pendekar Li.
Sedangkan Keh-sim Siauw hiap dan para pembantunya yang
lain lain berada agak jauh dari mereka.
"Siauw hiap, apa yang telah terjadi sebenarnya" Mengapa Siauw hiap urung bertanding dengan anak muda itu "
Mengapa sekarang mereka malah mau saling cakar-cakaran
sendiri?" Tiat-tung Lo-kai yang berada di sisi Keh-sim Siauwhiap itu berbisik keheranan.
"Heheh"..benar! ada apa sih sebenarnya?" Tiat-tung Hongkai menyambung pula. Keh-sim Siauw-hiap memandang kedua orang tua itu
dengan wajah murung. Ciri khas dari pendekar muda yang
bertempat tinggal di Pulau Meng-to itu. "Pemuda itu telah
diperalat oleh Pendekar Li untuk menghadapi aku. Sekarang
pemuda itu hendak meminta pertanggungan jawab Pendekar
Li karena telah berani memperalatnya...."
"Lalu bagaimana urusan pemuda itu dengan kita?" Tiattung Lo-kai mengerutkan keningnya.
"Urusan"." Urusan apakah itu?" Keh-sim Siauw-hiap
menatap bingung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siauwhiap, pemuda itu telah membunuh tiga orang
anggota Tiat-tung Kai pang beberapa hari yang lalu." salah seorang gadis berbaju hitam memberi keterangan. "Hahh?"
sekarang ganti Keh-sim Siauw hiap yang kaget. "Benarkah ?"
"Benar, Siauw-hiap. Kebetulan aku berada di tempat itu
pula saat itu. Mereka berkelahi di tempat penampungan para pengungsi. Mula-mula tiga orang anak buah Tiat tung Lo-kai berselisih dengan rombongan Kim-liong Piauwkiok. Lalu
pemuda itu membantu anggota Kim-liong Piauw-kiok
tersebut." Gadis itu menerangkan terlebih jelas lagi.
Pendekar itu terdiam sesaat, lalu sambil menghela napas
panjang ia berkata kepada Tiat-tung Lo-kai. "Lo-kai".! Biarlah urusan itu kita tunda dahulu untuk sementara. Sekarang
biarlah pemuda itu menyelesaikan urusannya dengan
Pendekar Li." "Baik !" Tiat-tung Lo-kai mengiyakan. Sementara itu
pembicaraan antara Chin Yang Kun dan Pendekar Li kelihatan semakin bertambah panas. Berulang kali Chin Yang Kun
mendesak lawannya agar menceritakan apa yang sebenarnya
terjadi di rumah bergenting merah malam itu. Tapi Pendekar Li selalu mengatakan seperti apa yang telah dia ceriterakan kepada Chin Yang Kun di dalam kamar sore tadi, sehingga
akhirnya justru Chin Yang Kun sendirilah yang menjadi
bingung dan tak bisa memutuskan siapa sebenarnya yang
telah berbohong kepadanya. Selain menjadi bingung, pemuda
itu juga menjadi mendongkol dan penasaran bukan main! Tapi kepada siapa dia harus menumpahkan rasa
kemendongkolannya itu ia tidak tahu.
"Kau berani bersumpah bahwa yang datang pada malam
itu dan membunuh semua orang yang ada disana adalah
benar-benar Keh-sim Siauw hiap" Kau yakin benar akan hal
itu?" akhirnya pemuda itu menjerit jengkel.
"Siapa lagi selain dia" Hanya Keh-sim Siauw hiap yang
selalu mencari aku! Memburu aku! Dan hanya dialah satuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
satunya jago silat di dunia yang mampu membunuh sekian
banyak tokoh-tokoh dunia persilatan tanpa mengalami
kesukaran. Kawan-kawanku adalah jago-jago silat kelas satu dan lima orang pendatang yang bersenjatakan golok itu juga bukan tokoh-tokoh sembarangan pula. Tapi dalam jangka
waktu pendek, mereka telah dibunuh semua tanpa mereka
sempat menyaksikan siapa yang telah membunuhnya. Nah,
siapakah di dunia ini yang mampu bergerak seperti siluman
selain Keh-sim Siauw hiap?" pendekar Li menjawab dengan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak kalah kerasnya. "Jangan banyak omong! Yang kumaksudkan dan
kutanyakan adalah keyakinanmu! Apakah kau melihat dengan
jelas wajah atau rupa Keh-sim Siauw hiap saat itu?" Chin Yang Kun membentak saking mendongkolnya.
"Siapa yang dapat melihat dengan jelas pada waktu malam
seperti itu" Apalagi gerakannya demikian cepat seperti setan?"
Pendekar Li ikut-ikutan menjawab dengan suara tinggi.
"Oooo....jadi kaupun juga belum yakin sekali, bukan"
Tepatnya....kau hanya menduga saja, biarpun dugaanmu itu
memang sangat masuk akal dan beralasan sekali!" suara Chin Yang Kun menurun dengan nada kesal.
"Yaa!" Pendekar Li menyahut dengan nada yang tetap
keras. "Tapi....dugaan itu benar, bukan" Nah, sekarang tak usah kita ribut dan bertengkar yang tidak karuan! Tanyakan saja kepadanya, benar tidak dia pergi kerumahku malam itu?"
Chin Yang Kun terdiam tak bisa menjawab. Meskipun hati
pemuda itu sangat kesal dan mendongkol setengah mati, tapi kata-kata yang diucapkan oleh orang itu memang sangat
beralasan dan tidak dapat dipersalahkan.
"Aku memang pergi ke rumahmu malam itu !" tiba-tiba Keh sim Siauw-hiap tak dapat menahan mulutnya lagi. Pendekar
itu memang telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan
mereka. Tetapi melihat Chin Yang Kun menjadi kebingungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tak bisa memutuskan sendiri perkara itu, maka Keh-sim
Siauw-hiap menjadi tak tega untuk berdiam diri terusmenerus. "Nah, kau dengar itu ?" Pendekar Li hampir bersorak.
"Tapi..... aku tak membunuh mereka !" pendekar dari Pulau
Meng-to itu lekas-lekas memberi keterangan. "Ketika aku
datang, mayat-mayat itu sudah bergelimpangan di sana."
"Aaa,... itu alasan kuno ! Anak kecilpun berkata begitu."
Pendekar Li mencemooh. "Bangsat! Jagalah mulutmu,"!" kini Keh-sim Siauw hiap
yang tidak dapat mengendalikan diri malah. Tangannya
diangkat, siap untuk menghajar Pendekar Li. Otomatis Tiat
tung Lo-kai dan yang lain-lain menyebar, mengepung
Pendekar Li dan kedua orang pembantunya!
"Tahaan.....!" tiba-tiba Chin Yang Kun berseru. Tubuhnya yang jangkung itu melesat dengan cepat dan berdiri di antara mereka. "Keh-sim Siauw hiap, biarkan mereka tetap hidup!
Kematian mereka tidak akan menjernihkan suasana, tetapi
justru akan lebih menggelapkan persoalan ini. Kalau engkau membunuh mereka, hal itu sama saja engkau telah
membunuh saksi-saksi terpenting dalam perkara ini. Setiap
orang justru akan mencurigai engkau, karena engkau salah
seorang terdakwa yang telah membunuh beberapa orang
saksi....." "Lalu..... apa maumu?"
"Biarlah mereka kita tinggalkan dulu di sini. Aku akan berusaha menyelidiki perkara ini sampai selesai dan
menangkap para pelakunya."
"Baiklah, aku takkan membunuh mereka. Tapi tunggu dulu, kau jangan tergesa-gesa pergi dari tempat ini!"
"Ada apa ....?" Chin Yang Kun mengerutkan dahinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku telah mengenal orang-orang ini untuk beberapa waktu lamanya. Aku telah mengetahui benar sifat dan watak mereka.
Oleh karena itu aku berani bertaruh bahwa sepeninggal kita nanti mereka akan segera angkat kaki dan lari terbirit birit dari tempat ini, sehingga untuk selanjutnya kau akan mengalami
kesukaran untuk menemukannya kembali."
"Kurang ajar! Kau benar-benar menghina kami ! Kau sama
saja mengatakan bahwa kami cuma sekumpulan orang-orang
pengecut! Huh, benar-benar tak mau bercermin diri. Kaulah
sebenarnya yang pengecut ! Berani berbuat tapi tak berani
bertanggung jawab ! Beraninya cuma dengan orang-orang
yang lebih lemah !" Pendekar Li naik pitam.
"Tutup mulutmu !" Chin Yang Kun menghardik. Lalu
pemuda itu menoleh ke arah Keh-sim Siauw hiap dan berkata,
"Lalu bagaimana maksudmu?"
"Hmm, apakah kau tak mempunyai barang bukti
sedikitpun" Sebenarnya apa yang diceriterakan oleh orang itu banyak sekali kelemahannya. Asal kau mempunyai tanda atau
barang bukti, kukira amat mudah untuk mendesaknya agar
mau berceritera tentang apa yang sesungguhnya terjadi di
dalam rumahnya itu."
"Aku sudah menceriterakan apa yang telah terjadi di
rumahku malam itu ! Dan aku tidak bohong ! Kaulah yang
berbohong !" "Diam !" Chin Yang Kun membentak, lalu, "Di mana segi
kelemahannya" Coba sebutkan!"
"Dia mengatakan dengan yakin bahwa aku telah
membunuh semua orang yang ada di dalam rumahnya itu.
Tapi coba kaupikir......,kalau orang-orang yang tak kukenal seperti lima orang bergolok itu saja telah aku bunuh
semuanya, mengapa justru orang-orang yang kucari-cari
seperti mereka ini malah kudiamkan saja" Bukankah hal itu
tidak tidak masuk akal?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa bilang tidak masuk akal" Mereka kau bunuh karena
engkau tidak ingin ada orang luar yang tahu tentang masalah harta karun itu. Dan kau tidak membunuh aku dan kawan-kawanku karena akulah yang menyimpan potongan emas itu!
Kalau aku mati, kau akan kehilangan jejak harta karun
tersebut! Nah, apa katamu".?" Pendekar Li cepat memotong
ucapan Keh-sim Siauw hiap.
Pendekar dari Pulau Meng-to itu menjadi merah padam
mukanya, tapi Chin Yang Kun yang sudah percaya seratus
persen kepala kejujuran Keh-sim Siauw-hiap segera
menyabarkannya. "Sudahlah ! Biarkan saja dia mengoceh tidak keruan! Lalu apa kecurigaanmu yang lain ?"
Keh-sim Siauw-hiap menghela napas panjang. "Aku tidak
mencurigainya sebenarnya. Aku Cuma heran kenapa orang itu
seolah-olah yakin benar bahwa akulah yang membunuh
semua orang itu. Sekarang aku malah menjadi khawatir,
jangan-jangan memang ada orang yang menyaru sebagai aku
malam itu! Ah, andaikata kedatanganku di rumah tersebut
bisa lebih awal lagi, mungkin aku dapat menyaksikan
semuanya....." "Janganlah engkau berpikir yang bukan-bukan! Marilah kita
sekarang mengurus orang-orang ini saja! Nah, apa lagi segi kelemahan dari ceritera Pendekar Li tadi yang dapat kita pakai untuk mengusut kebenarannya?" Chin Yang Kun mendesak.
"Banyak sekali sebenarnya. Tapi tanpa barang bukti
maupun saksi juga tidak ada gunanya. Semuanya hanya akan
berhenti pada kecurigaan-kecurigaan saja."
"Lalu"..?" Chin Yang Kun menyahut dengan kecewa.
"Sudahlah! Marilah kita tinggalkan tempat ini dahulu! Nanti kita rundingkan cara dan jalan keluar yang paling baik untuk mengusut persoalanmu ini." Keh-sim Siauw hiap berkata perlahan, lalu dia mengajak semua pembantunya agar pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan orang-orang yang mereka kepung tersebut.
Dengan wajah penasaran Chin Yang Kun meninggalkan pula
tempat itu. "Wah, hampir saja aku menghadap Gia-lo-ong hari
ini.......!" Pek-pi Siau-kwi menghela napas lega setelah semuanya pergi meninggalkan halaman itu.
Kisah Si Bangau Putih 1 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Hina Kelana 10

Cari Blog Ini