Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 16
tindakan mereka ini, aku tetap merasa penasaran juga melihat mereka terdesak oleh orang Bing kauw yang sinting dan gila-gilaan itu. Seharusnya kalau mereka bertiga mau berpikir
tenang dan mengenyampingkan segala perasaan risih dan jijik di hati mereka, mereka takkan serepot itu keadaannya."
"Lalu apa yang hendak kaulakukan ?" Souw Lian Cu
bertanya lagi, suaranya tetap keras biarpun tidak sekaku
sebelumnya. Bagaimanapun juga baiknya orang tua itu
sebenarnya, tapi dia pernah melukai tubuhnya hingga cukup
parah. "Sebenarnya aku tadi mau melerai mereka. Tapi dengan
kedudukan orang-orangku yang berada di bawah angin seperti sekarang ini, aku jadi serba salah untuk melakukannya.
Jangan-jangan aku cuma dikira mau membantu atau mau
menolong muka anak buahku sendiri nanti. Oleh karena itu
aku malah menjadi bingung sekarang. Mau melerai nanti
disangka membantu, tidak melerai orang-orangku sedang
kerepotan !" orang tua itu meremas-remas jari tangannya sendiri.
"Lalu apa hendak kaudiamkan saja mereka, sehingga ada salah satu yang mati, begitu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm, ...." "Mengapa tidak kaubantu dulu orang-orangmu itu dengan diam-diam agar bisa menang, sehingga setelah itu kau bisa
dengan leluasa melerai mereka " Misalnya kaubisiki anak
buahmu itu dengan ilmu coan-im-jib-bit bagaimana caranya
lumpuhkan ilmu orang sinting itu..."
Pek-i Liong-ong tersenyum mendengar usul gadis cantik
yang agak berbau kekanak-kanakan itu. "Wah, kau ini masih
muda sudah pelupa benar," orang tua itu berkata.
"Maksudmu ...?" Souw Lian Cu bertanya tak mengerti.
"Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa kepergian mereka kemari itu tidak dengan seijinku " Lalu apa jadinya kalau
mereka yang kini sedang dalam keadaan terdesak itu
mendengar suaraku " Apakah hal itu justru tidak berbahaya
bagi mereka " Lain halnya kalau engkau mau menolong
aku......." "Hah " Maksudmu aku yang harus menjadi juru bicaramu
dalam hal ini?" "Tepat! Mau........?"
Souw Lian Cu terdiam. Sekejap ia melirik ke arah
pertempuran, tapi serentak terlihat olehnya tubuh Put-pai-siu Hong-jin yang telanjang bulat itu, ia segera memejamkan
matanya. Tapi yang sekejap itu sudah cukup baginya untuk
dapat menilai keadaan pertempuran. Tiga orang Mo-kauw
berjubah coklat itu memang tampak sangat kacau
gerakannya. Mereka benar-benar repot harus melayani ilmu
silat Put-pai-siu Hong-jin yang gila-gilaan itu.
Souw Lian Cu lalu teringat kepada utusan Mo-kauw yang
beberapa waktu yang lalu berkunjung ke Kuil Delapan Dewa
untuk mengusut kesalah-pahaman yang terjadi di antara dua
buah aliran agama tersebut. Masih terbayang juga di depan
mata Souw Lian Cu sikap dan tingkah laku kedua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utusan itu ketika meminta keterangan kepada Tong Ciak Cu-si dan Toat beng jin. Sikap yang amat sabar, tenang, dan penuh maksud-maksud damai.
"Bagaimana, nona ?" Pek-i Liong-ong mendesak.
"Baiklah, lekas katakan.....!"
"Terima kasih!" orang tua itu tersenyum. "Lekas kaukatakan kepada orang orangku yang sedang terdesak itu
untuk membuang jauh-jauh perasaan jijik mereka ! Atau kalau mereka tak bisa berbuat itu, suruh saja mereka untuk
mengambil senjata apa saja yang dapat mereka pergunakan
untuk mengatasi rasa jijik tersebut! Kayu, ranting, batu, ikat pinggang atau yang lain! Terserah kepada mereka!"
Souw Lian Cu mengangguk, kemudian dengan sebat ia
mengerahkan tenaga sakti Ang-pek Sinkang andalan
keluarganya. Sebuah ilmu lwee-kang yang amat dahsyat, yang khusus hanya dapat dipelajari dan dimiliki oleh keluarga Souw saja! Sebab untuk mempelajari ilmu yang amat sulit itu
dibutuhkan persiapan yang matang dan terarah sejak orang
itu lahir. Apalagi untuk menampung atau menghimpun tenaga
sakti tersebut, harus diperlukan pula susunan jalan darah
tersendiri, yang cara dan pengaturannya telah dimulai dan
dilaksanakan sejak kelahirannya.
Beberapa saat kemudian dengan disertai oleh pandangan
kagum ketua Mo-kauw Souw Lian Cu mulai berkemak-kemik
membisikkan pesan-pesan Pek-i Liong-ong kepada tiga orang
jago Mo-kauw berjubah coklat itu. Sebuah bisikan jarak jauh yang hanya dapat diterima oleh orang yang dimaksudkan saja.
Sekejap kemudian tampak perubahan pada wajah ketiga
orang tokoh Mo-kauw yang sedang bertempur seru melawan
Put-pai-siu Hong jin itu. Ketiga-tiganya menjadi kaget begitu mendengar suara wanita yang memberitahu bagaimana
caranya mengatasi kesulitan mereka saat itu. Tapi serentak mereka menyadari kebenaran dari pesan-pesan tersebut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka merekapun lantas melaksanakannya dengan
bersemangat. Bagi yang bisa menghilangkan rasa jijiknya tak perlu mencari alat untuk senjata, tapi yang sukar untuk
melepaskan perasaan tersebut lalu mengambil barang
seadanya untuk senjata. Ternyata apa yang mereka lakukan itu membawa hasil pula
sedikit demi sedikit. Lambat tapi pasti mereka bisa
mengembalikan kepercayaan mereka pada kemampuan
sendiri, sehingga mereka bertiga tidak kikuk dan ragu-ragu lagi. Akibatnya memang segera dapat dilihat. Sedikit demi
sedikit mereka dapat mengurung dan menguasai pula kembali
seperti keadaan mereka sebelum orang sinting itu membelejeti pakaiannya.
Sekarang ganti Put-pai-siu Hong-jin yang jatuh di bawah
angin. Si Gila Yang Tidak Tahu Malu itu benar-benar terkurung dan repot sekali sekarang. Ketiga orang pengeroyoknya yang kini sudah tidak merasa ragu-ragu lagi itu mencecarnya hingga kalang kabut. Meskipun dengan lweekangnya yang tinggi Put-pai-siu Hong-jin dapat menahan beberapa pukulan musuhnya,
tapi kalau harus terus menerus demikian, ia tentu takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Akhirnya ia tentu akan roboh pula!
Dalam keadaan yang sulit itu, tiba-tiba Put-pai-siu Hong-jin mendengar suara bisikan pula di telinganya. Suara bisikan
yang dikirim orang dengan ilmu Coan-im-jib-bit pula. Hanya yang amat mengejutkan tapi juga amat mengecutkan hati Put-pai-siu Hong-jin adalah suara orang itu, karena orang sinting itu segera mengenali suara tersebut sebagai suara suhunya!
Suara Put-chien-kang Cin Jin (Pendeta Yang Tidak Waras),
bekas ketua Bing kauw atau suheng dari Put-cengli Lo jin
sendiri. "Hong jin, bocah gila....! Sekarang tahu rasa tidak kau"
Itulah akibatnya kalau kau berani mengelabuhi suhumu
sendiri. Kini kau benar-benar merasakan bagaimana enaknya
dihajar orang, hihihi..... Untung aku sudah curiga pada tingkah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lakumu sejak semula, maka kuikuti kau sampai tempat ini.
Dan aku benar-benar bisa menyaksikan muridku yang sering
membuat onar itu dihajar orang, hihihahahihi...."
"Suhu.....!" Put-pai-siu Hong-jin menjerit tidak terasa.
"Huss, tutup paruhmu". eh, tutup mulutmu
hihihahahihi!.... eh, burung kecil di dekat ekor! Mengapa
engkau kini terberak-berak dan terkencing-kencing dikeroyok tiga ekor burung besar" Huaahahah-hah hah-hah...!" Put chien-kang Cin jin mengirimkan suaranya lagi dengan Coan-im-jib-bit.
"Suhu, tolonglah aku....!" Put-pai-siu Hong-jin kembali berteriak seperti anak kecil.
"Eh! Apakah bekas ketua Bing-kauw itu benar-benar berada di sekitar tempat ini?" dengan tegang Pek-i Liong-ong menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Apa " Bekas ketua Bing kauw" Bukankah ketua Bing-kauw sekarang masih dipegang oleh Put ceng Ii Lo-jin ?" Souw Lian Cu menatap Pek-i Liong-ong dengan wajah bingung.
"Benar ! Tapi yang kumaksudkan adalah Put-chien-kang Cin jin, guru dari orang sinting itu. Delapan tahun yang lalu dia menjabat sebagai ketua Aliran Bing-kauw, sebelum digantikan oleh Put-ceng-li Lo-jin, adik seperguruannya, seperti sekarang ini......"
"Oh, begitu...... Tapi mengapa dia digantikan oleh Put-ceng-li Lojin, padahal dia masih hidup?" Souw Lian Cu yang selalu ingin tahu itu mendesak.
Pek-i Liong-ong tersenyum meskipun mata dan telinganya
tetap waspada memperhatikan keadaan di sekeliling tempat
itu. Orang tua itu masih bercuriga, kalau-kalau bekas ketua Bing-kauw yang amat lihai itu benar-benar berada di sekitar tempat tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergantian ketua itu disebabkan oleh karena terjadi
bentrokan antara Aliran pula seperti sekarang ini. Pada waktu itu Aliran Mo-kauw kami belum terurus rapi dan belum
dipersatukan pula. Saat itu yang ada barulah Aliran Bing-kauw dan Aliran Im-yang-kauw. Perselisihan-perselisihan kecil yang selalu terjadi di antara anggota-anggota mereka, membuat
kedua Aliran itu akhirnya bentrok satu sama lain. Bentrokan-bentrokan yang semakin panas di antara tokoh-tokohnya
membuat kedua tokoh puncaknya, yaitu Kauw-cu Bing-kauw
Put-chien-kang Cin-jin dan Tai si-ong Im-yang-kauw yang
lama, bertempur satu sama lain. Pertempuran itu disaksikan oleh seluruh anggota aliran masing-masing....." Pek-i Liong-ong menghentikan ceritanya sebentar, sambil sekali lagi
mengedarkan pandangnya ke segala penjuru. Setelah itu
barulah dia meneruskannya. "........Keduanya bertempur tanpa melibatkan seluruh anggota aliran mereka masing-masing,
sebab telah diputuskan bersama bahwa perselisihan di antara kedua aliran mereka itu akan diselesaikan dengan pi-bu antara ketua masing-masing. Siapa yang kalah harus pergi dan
membubarkan diri........"
"Lalu bagaimana?"
Sekali Iagi ketua Aliran Mo-kauw itu tersenyum. "Bukankah sudah kauketahui sendiri, tak satupun dari kedua aliran
tersebut yang membubarkan diri sekarang ?"
"Ya... tapi bagaimana kelanjutan dari pi-bu itu?" Souw Lian Cu tetap belum mengerti apa yang dimaksudkan oleh Pek-i
Liong-ong. "Mereka tidak ada yang kalah atau menang ! Seharian
mereka bertempur tetap tak ada yang bisa menyelesaikan
pertandingan tersebut. Biarpun masing-masing mempunyai
ilmu yang dahsyat, keduanya tetap seimbang, sehingga
akhirnya kedua-duanya sama-sama menderita......,"
"Menderita " Apakah yang Io-cianpwe maksudkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka berdua sama-sama terluka, sehingga pi-bu itu
dianggap seri, tidak ada yang kalah maupun yang menang.
Maka keputusan yang diambil pun juga tidak berat sebelah.
Masing-masing tetap berdiri serta mengurus kepentingan
mereka sendiri-sendiri. Karena ternyata ilmu mereka juga
seimbang dan sama hebatnya, maka mulai saat itu, masing
masing tidak boleh mengganggu lawannya. Kalau ada suatu
perselisihan yang timbul harus segera dilaporkan ke atas agar bisa lekas-lekas diselesaikan,"
"Ah, mengapa tidak dari semula mereka berbuat begitu...."
Souw Lian Cu menghela napas sesal.
"Kalau pagi-pagi mereka berbuat demikian bukankah tidak usah terjadi pi-bu itu ?"
Pek i Liong-ong memandang Souw Lian Cu dengan senyum
lebar. "Ah, kau ini seperti bukan orang persilatan saja.....
Justru karena masing-masing tidak mau kalah dan merasa
Iebih kuat itulah yang menyebabkan bentrokan tersebut. Baru setelah kedua jago terlihai mereka masing-masing ternyata
bertanding sama kuat, mereka menjadi sadar bahwa ilmu
mereka ternyata juga tidak lebih baik dan lebih kuat dari pada yang lain."
"Ooooh !" Souw Lian Cu berdesah. "Lo-cianpwe tadi mengatakan bahwa dua orang ketua yang pi-bu itu sama-sama terluka. Apakah luka mereka begitu parahnya sehingga
kedua-duanya tak bisa menduduki kursi ketua lagi?"
Ketua Aliran Mo-kauw itu mengangguk. "Kedua-duanya
digotong pulang ketika selesai pibu. Tai-si-ong (Ketua Kuil Agung) dari Aliran Im-yang kauw menjadi buta kedua biji
matanya, sedangkan Kauwcu Aliran Bing-kauw menderita
lumpuh kedua buah kakinya."
"Oooh.....!" "Hei ?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Pek-i Liong ong membelalakkan matanya. Souw
Lian Cu menjadi heran. Sekilas gadis itu melirik ke arena
pertempuran, lalu cepat-cepat melengos kembali. Tapi yang
sekilas itu sudah cukup untuk melihat apa yang terjadi di
arena tersebut. Ternyata Put-pai-siu Hong-jin yang tadi sudah terdesak kembali oleh ketiga orang lawannya, kini tampak bisa berbalik mendesak pula lagi!
Tentu saja keadaan itu sangat mengherankan Pek-i Liongong. Ketua Aliran Mo-kauw ini sudah amat yakin bahwa anak
muridnya tentu akan menang setelah bisa menghilangkan rasa kikuk dan jijik mereka. Ternyata dugaannya keliru. Put-pai-siu Hong-jin yang sudah kewalahan tadi kini tampak bangun
kembali menyusun serangan-serangan yang berbahaya,
seolah-olah mendapat tambahan semangat baru lagi.
Apakah sebenarnya yang terjadi " Apakah Si Gila Yang
Tidak Punya Malu itu telah memperoleh bantuan dari suhunya, Put chien-kang Cin-jin "
Memang benar! Biarpun pada mulanya Put chien-kang
Cinjin selalu mentertawakan muridnya, tapi setelah Put-pai-siu Hong-jin itu benar-benar tidak bisa berkutik lagi dan hampir dijatuhkan lawannya, ternyata orang tua itu tidak tega juga akhirnya. Masih dengan nada berkelakar bekas ketua Aliran
Bing-kauw itu memberi petunjuk kepada muridnya.
"Hihih..... burung kecil yang goblog ! Kau pintar sekali berceloteh dengan nyanyian-nyanyian dungu, tapi kau sendiri ternyata tak bisa memetik maknanya". Hoho, kau tadi baru
saja menyanyikan lagu jorok. Burung kecil di dekat ekor!
Heheheh......! Kenapa dalam keadaan terpepet seperti
sekarang ini kau masih lupa juga untuk memanfaatkannya?"
"Maksud suhu......?" Put-pai-siu Hongjin berbisik pula dengan ilmu Coan-im jib-bit.
"Kau masih bisa kencing tidak?" Put-chien-kang Cin-jin membentak dengan ilmu itu pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaa..... masih, donggg.....! Masakan pekerjaan anak kecil begitu saja tidak bisa" Suhu ini ada-ada saja ! Memangnya
burungku ini sudah rusak?" Put-pai-siu Hongjin yang
terkurung dengan hebat itu masih dapat melawak pula.
"Nah, kalau begitu buang dia sedikit demi sedikit!"
"Hwaduuuh, jangannn....! sakit dong nanti. Burung sudah
enak-enak bertengger di tempatnya sendiri suruh
membuang.....suhu ini bagaimana sih.....?" Put-pai-siu Hongjin berteriak dengan tidak mempergunakan ilmu Coan-im-jibbit tanpa terasa, sehingga ketiga orang pengeroyoknya
menjadi kaget sekali. "Bocah sinting! bocah goblog! Yang dibuang itu airnya, bukan burungnya! Tahu" Asal kau tidak bisa berkutik lagi,
buang dia sedikit sambil tetap bersilat, biar lawan-lawanmu mandi air neraka itu, hahahah".! Kutanggung mereka takkan
berani mendekatimu lagi!"
"Kalau mereka mendekati lagi ?"
"Ya ...... siram lagi dengan air nerakamu itu!"
"Lha .... kalau air neraka itu sudah habis?"
"Wah, bodoh benar kau ini ! Kalau sudah habis"ya lari !
Mengapa mesti malu-malu segala?"
"Hehe, bagus sekali".! Ada burung kecil di dekat ekor,
karena ngeri dan takut lalu terkencing-kencing ! Huah hah
hah...! Awaass aku mau kencingggg.....!"
Kontan saja tiga orang Mo-kauw berjubah coklat itu segera
berloncatan surut, ketika secara mendadak lawan mereka
yang bertelanjang bulat itu membuang air ke arah mereka.
Dan begitu terbebas dari kurungan, Put-pai-siu Hong-jin lalu ganti menyerang mereka. Dengan kegembiraan yang meluap-luap orang sinting itu ganti mencecar lawannya tanpa ampun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan inilah yang kemudian dilihat oleh Pek-I Liong-ong
dan membuat heran ketua Aliran Mo-kauw itu. Padahal orang
tua itu sudah amat yakin bahwa tiga orang anak buahnya
tersebut tentu menang. Ternyata tidak demikian, mereka
kembali terdesak lagi oleh orang gila itu.
"Bagaimana sekarang, Lo-cianpwe" Agaknya tiga orang
anak buah Lo-cianpwe itu memang bukan tandingan orang
Bing-kauw itu." Souw Lian Cu bertanya kepada Pek-I Liongong. Ketua Aliran Mo-kauw itu menggeram perlahan.
"Seharusnya mereka bertiga tidak kalah. Seharusnya mereka
menang. Tapi entah apa yang menyebabkannya" Mungkin
bekas ketua Bing-kauw itu memang benar-benar datang dan
memberi petunjuk kepada muridnya itu seperti kita."
"Lalu apa yang akan Lo-cianpwe perbuat" Menolong
mereka?" Pek-I Liong-ong terdiam. Wajahnya yang penuh keriput
ketuaan itu tampak berpikir keras. Alis matanya yang putih panjang seperti rambut kepalanya itu berkerut sehingga
kelihatan bertemu satu sama lain. "Sebentar". Aku tidak akan menolong mereka. Aku justru akan menghukum orang-orangku yang pergi tanpa seijinku itu. Tapi yang sedang
kupikirkan sekarang adalah cara untuk melerai mereka.
Bagaimana cara yang paling baik agar tidak menimbulkan
salah pengertian..."
"Hmh! Hmh! Waduh..... banyak benar semutnya pohon ini,"
tiba-tiba terdengar suara orang menggerutu di atas mereka.
Pek-i Liong-ong dan Souw Lian Cu cepat menengok ke atas.
Mereka menjadi terkejut sekali ketika kira-kira empat atau lima meter di atas mereka, duduk dengan santai di atas dahan
seorang kakek tua renta berkepala gundul. Dengan tersenyum simpul kakek tua itu memandang ke arah mereka. Kedua
belah lengannya yang tergantung bebas di samping tubuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tampak memegang dua batang tongkat besi seperti yang
biasa dibawa oleh orang yang cacat kakinya.
"Put-chien-kang Cin-jin...!" Pek-i Liong-ong berdesah.
Sedang Souw Lian Cu hanya terlongong-longong saja melihat
kakek tua itu. "Benar! Selamat bertemu, Pek-i Liong-ong... hihihihahaha!
Sebenarnya sudah sejak tadi kita berada di atas pohon yang sama, cuma ..." Put chien kang Cin jin tidak meneruskan perkataannya. Dipandangnya wajah Pek-i Liong-ong yang
terheran-heran itu beberapa saat lamanya dengan air muka
yang berseri-seri. ?"Cuma kau tidak usah heran, mengapa
sampai kau tidak tahu kalau aku berada di sini, hihi.. Soalnya aku telah lebih dulu berada di atas pohon ini dari pada kau,"
katanya tanpa basa-basi, seperti kawan akrab saja.
"Ohh!" Pek-i Liong-ong menghela napas lega, makanya dia tak tahu kedatangan orang itu.
"Aku telah mendengar semua percakapan kalian sejak tadi.
Dan ternyata kita mempunyai pendapat yang sama untuk
menyelesaikan urusan ini. Oleh karena itu aku lantas bersuara agar kalian tahu bahwa aku berada di sini, sehingga kita
berdua bisa memikirkan bersama jalan keluar yang baik untuk menyelesaikan pertikaian ini." Put-chien-kang Cin-jin melanjutkan lagi keterangannya. Sementara itu tubuhnya
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meluncur ke bawah, mendekati ketua Mo-kauw.
"Jadi maksud Lo-heng...." Pek-i Liong-ong bergeser ke samping untuk memberi tempat kepada bekas ketua Aliran
Bing-kauw tersebut. "Seperti juga orang-orangmu itu, orang-orang dari aliran kami itu juga datang ke sini tanpa sepengetahuan Kauw-cu
Bing-kauw. Muridku yang kurang ajar itu juga pergi ke tempat ini tanpa seijinku. Untunglah aku tak dapat dikelabuhinya, sehingga aku bisa mengikutinya sampai di tempat ini. Kalau tidak, bagaimana nanti aku mempertanggungjawabkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesalahan muridku itu di hadapan suteku, Put-ceng-li Lo jin"
Padahal suteku itu juga sedang pergi mengurus persoalan ini pula...."
"Kalau begitu mari kita bersama-sama melerai mereka!"
Pek-i Liong-ong mengajak.
"Marilah.....!"
Lalu bagaikan berIomba kedua orang tokoh puncak Mokauw dan Bing-kauw itu meloncat dari dahan yang mereka
duduki, ke bawah ke arah arena pertempuran. Masing-masing
mengerahkan kesaktian mereka!
Put-chien-kang Cin-jin yang sudah lumpuh kedua buah
kakinya itu meluncur turun dari atas pohon bagaikan seekor burung walet menyambar mangsanya, cepatnya bukan main !
Hampir-hampir tidak dapat dipercaya bahwa seorang kakek
tua renta, lumpuh pula kakinya, dapat bergerak sedemikian
gesitnya. Semakin mengherankan lagi ketika dua batang
tongkat besi penyangga tubuhnya itu mendarat di atas pasir yang empuk, sedikitpun ujung tongkat yang kecil tersebut
tidak ambles atau terbenam seperti halnya sebatang anak
panah yang mengenai sasarannya! Enteng bagaikan kapas,
tubuh Put-chien kang Cin-jin bergoyang-goyang di atas kedua tongkatnya. Benar-benar sebuah demonstrasi gin-kang yang
bukan main hebatnya ! Meskipun begitu, ketika bekas ketua Bing-kauw itu
menatap ke depan hatinya benar-benar kaget sekali !
Ternyata ketua Aliran Mo-kauw tersebut telah berdiri
tersenyum di depannya beberapa detik lebih awal! Seketika
hati tokoh tua dari aliran Bing-kauw itu bergetar.
"Ah, bagaimanapun juga Pek-ih Cin-kang warisan Bu-eng Sin-yok-ong ternyata memang tidak bisa ditandingi oleh
siapapun juga," akhirnya Put-chien-kang Cin-jin mengakui.
"Lo-heng terlalu memuji, padahal aku tadi hampir saja berputus asa......" Pek-i Liong-ong merendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata kedatangan kedua tokoh tersebut benar-benar
mengagetkan orang-orang yang sedang berkumpul di tepi
telaga itu. Tanpa diminta lagi semuanya meloncat mundur dan bergegas menghampiri tokoh mereka masing-masing dengan
wajah ketakutan. Tiga orang berjubah coklat itu segera berlutut di depan
Pek-i Liong-ong diikuti kawan-kawannya yang lain. Dengan
wajah pucat mereka membentur-benturkan dahinya ke atas
pasir. "Mo-cu......!" mereka berseru berbareng dan tak bisa berkata-kata lagi. Semuanya diam dan tak berani mengangkat wajah mereka masing-masing. Mereka bagaikan sekumpulan
orang pesakitan yang menunggu keputusan hukumannya.
Orang-orang Bing-kauw juga tidak berbeda dengan orangorang Mo-kauw itu. Merekapun dengan wajah ketakutan
berdiri menunduk di depan bekas ketua mereka. Hanya Putpai-siu Hong-jin seorang yang kelihatan tenang seperti tak ada masalah apa-apa. Orang sinting itu justru pergi menyelam
mencari pakaiannya di dalam telaga, padahal Put-gi-ho dan
Put-chih-to sudah gemetar seluruh tubuhnya.
"Hong-jin".! Ayoh, pulang"..!" Put-chien-kang Cin-jin
memanggil muridnya. "Sebentar, suhu! Celanaku hilang, tak ada dalam air ini"."
"Sudahlah, tak usah dicari lagi. Ambil saja akan atau daun untuk menutup badanmu!"
"Wah, suhu".nih!" Put-pai-siu Hong-jin terpaksa keluar dari dalam air sambil menggerutu. Tangannya sudah
menggenggam akar-akaran beserta tumpukan lumut untuk
menutupi badannya. Lalu sambil tersenyum-senyum dia masih
bisa bergoyang pinggul menuju ke perahu mereka.
Put-chien-kang Cin-jin mengangguk ke arah Pek-I Liongong sebelum mengajak para anggota alirannya ke perahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pek-I Liong-ong, aku berangkat dahulu. Biarlah semua urusan ini diselesaikan oleh petugas-petugas kami nanti"."
"Baik, Cin-jin".."
Ketua Aliran Mo-kauw itu menanti sampai perahu orangorang Bing-kauw itu pergi, lalu mengajak pula anak buahnya sendiri untuk meninggalkan tempat itu. "Kalian pulanglah
dahulu! Tinggalkan sebuah perahu untukku, nanti aku
menyusul!" "Baik, Mo-cu".!" Ketiga orang berjubah coklat itu
mengiyakan, kemudian dengan diikuti oleh kawan-kawannya
yang lain mereka pergi meninggalkan tempat itu dengan
perahu mereka. Tidak lupa mereka meninggalkan sebuah
perahu untuk Mo-cu mereka.
Telaga itu menjadi sunyi dan sepi kembali. Tak seorangpun
akan menyangka bahwa di tempat tersebut baru saja terjadi
pertempuran yang seru dan menegangkan.
"Nona Souw, kau turunlah....!" Pek-i Liong-ong berseru ke arah pohon dimana Souw Lian Cu tadi bersembunyi.
"Bukankah kau mau pergi ke sungai Huang-ho" Kalau kau
mau, mari kita pergi bersama-sama! Akupun mau pergi ke
sana juga." "Pergi ke Sungai Huang ho" Eh, mengapa lo-cianpwe tahu
aku akan pergi kesana?" Souw Lian Cu meloncat turun dan menghampiri ketua Aliran Mo-kauw itu.
Pek-i Liong-ong tersenyum. "Nona tak usah merasa heran.
Lo-hu memang telah lama mengikutimu, yaitu sejak engkau
meloloskan diri dari keributan yang terjadi di rumah makan dan kemudian pergi meninggalkan dusun Ho-ma-cun ini. Oleh
karena itu Lo-hu juga menyaksikan ketika kau beberapa kali ditolak untuk menumpang pada perahu-perahu yang sudah
sarat dengan muatan mereka sendiri itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, celaka! Mengapa aku tidak mengetahuinya" Bukankah di sepanjang jalan itu sepi sekali. Tapi"ah, benar! Tentu saja aku takkan mungkin bisa melihatnya!" Souw Lian Cu yang
merasa terkejut itu tiba-tiba mengetuk-ngetuk dahinya sendiri dengan jari tangannya, seolah-olah baru teringat dengan siapa sekarang dia sedang berhadapan.
"Apa" Nona Souw, apa yang kaukatakan?"
"Oh, tidak apa-apa".! Siauw-te Cuma menyesali
kebodohanku sendiri, mengapa siauw-te sampai melupakan
bahwa orang yang mengikuti siauw-te itu adalah pewaris Pek-in Gin-kang dari mendiang Bu-eng Sin-yok-ong."
"Ahhh"..nona Souw, kau itu bisa saja memukul hati orang.
Kedengarannya saja kau ini menyanjung ilmuku, tapi bila hal itu dirasakan dengan mendalam kata-katamu itu justru
menyakitkan sekali malah!" Pek-i Liong-ong tersenyum kecut.
"Menyakitkan...." maaf, Lo-cianpwe, apa yang
kaumaksudkan?" Souw Lian Cu menjadi kaget.
Pek-I Liong-ong membalikkan tubuhnya, lalu dengan
menghela napas berat ia memberi keterangan. "Nona".bila
yang mengeluarkan pujian itu bukan kau, itu tidak menjadi
apa. Tapi kalau yang memuji ilmuku tadi adalah orang dari
keluarga Souw seperti engkau".wah, suasananya menjadi
lain." "Menjadi lain....." Lo-cianpwe, siauw-te benar-benar tidak mengerti kata-katamu." Souw Lian Cu bertambah bingung.
Ketua Aliran Mo-kauw itu kembali menatap ke depan,
seakan-akan matanya yang tajam sedang merenungi aliran
sungai yang pekat bergelombang itu. "Nona, apakah kau belum pernah mendengar cerita dari ayahmu tentang dongeng
Kakek Pelukis yang menundukkan Empat Datuk Besar
Persilatan di zaman seratus tahun yang Ialu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek Pelukis menundukkan Empat Datuk Besar
Persilatan" Maaf, Lo-cianpwe..... ayah belum pernah
menceriterakannya kepadaku." Souw Lian Cu memandang
orang tua itu dengan wajah ragu.
"Lebih dari seratus tahun yang lalu, Empat Datuk Besar Persilatan yang sangat terkenal akan kesaktiannya dan belum pernah terkalahkan itu sebenarnya sudah pernah ditundukkan dan dibuat malu oleh seorang kakek pelukis yang bertempat
tinggal di lereng Gunung Hoa-san. Biarpun kejadian itu tidak ada yang menyaksikan selain mereka sendiri, tetapi hal itu benar-benar tak pernah dilupakan oleh Empat Datuk Besar
Persilatan beserta anak keturunan mereka. Dan.... tahukah
nona, siapakah kakek pelukis yang sangat sakti tersebut?"
Souw Lian Cu menggeleng dengan cepat.
"Dia adalah kakek Souw....... nenek-moyangmu sendiri !"
akhirnya Pek-i Liong-ong memberi keterangan. "........Maka kaIau nona tadi memuji ilmu silatku, hal itu benar-benar tidak kena, karena ilmu silat keluargamu jauh lebih hebat dan lebih dahsyat dari pada ilmu silat warisan Empat Datuk Besar
Persilatan seperti kepunyaanku ini...."
"Tapi..... tapi ayahku tak pernah menceritakannya
kepadaku. Mungkin...... mungkin ayahku juga tak
mengetahuinya pula, sebab segala macam dongeng tentang
anak keturunan keluarga kami sudah dituturkan ayah
kepadaku, Semuanya......."
Ketua Aliran Mo-kauw itu kembali tersenyum pahit. "Hmm, itulah kebesaran jiwa keluarga Souw. Mendiang suhuku
memang pernah berkata kepadaku, bahwa beliau amat sangat
menghormati Kakek Pelukis ini meskipun sudah dikalahkan.
Sebab selain pihak Empat Datuk Besar Persilatan sendiri yang mula-mula membuat gara-gara dengan kakek itu, ternyata
cara-cara yang dipakai oleh Kakek Pelukis tersebut untuk
menaklukkan mereka benar-benar amat bijaksana. Sedikitpun
tidak melukai hati maupun perasaan empat jago silat tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkalahkan itu. Kakek Pelukis tersebut justru menyadarkan bahwa mereka bukanlah malaikat yang tak terkalahkan !"
"Kalau begitu siauw-te sungguh minta maaf kepada Locianpwe. Sungguh mati siauw-te tak bermaksud menghina
dengan ucapan-ucapan tadi. Siauw-te memang benar-benar
kagum di dalam hati bila membayangkan kehebatan ilmu Locianpwe...." "Sudahlah, nona Souw. Lo-hu juga tidak apa-apa. Lo-hu malah sangat bergembira sekali melihat kau mau melupakan
kejadian yang tak mengenakkan hati antara kita itu. Dalam
hati Lo-hu juga amat menyesal sekali telah melukai engkau.
Beberapa hari lamanya Lo-hu mencari jejakmu, takut kalau
pukulanku itu berakibat buruk terhadap jiwamu....maka
betapa senang hatiku kau sehat wal-afiat ketika memasuki
rumah makan di pinggir sungai itu."
"Oh, jadi selama ini Lo-cianpwe selalu mencari saya?"
Pek-i Liong-ong mengelus-elus kumis dan jenggotnya yang
putih panjang, lalu mengangguk. "Benar!...... Ah, kita omong saja di sini. Lihat! Matahari sudah condong ke barat. Kita bisa terlambat sampai di Pantai Karang nanti," orang tua itu
berkata dan bergegas melangkah ke perahu yang ditinggalkan oleh anak buahnya.
"Hah" Lo-cianpwe tahu pula tentang harta-karun itu?"
Souw Lian Cu tersentak kaget, kemudian berlari mengikuti
orang tua itu ke perahunya.
"Ya ! Lo-hu mengetahui rahasia tersebut tanpa sengaja....
Tetapi demi Tuhan kepergianku kali ini bukan untuk turut
memperebutkan harta karun itu! Sama sekali tidak ! kalau
sekarang aku hendak pergi ke sana, hal itu bukan karena
harta karun tersebut, tetapi karena keinginanku untuk
menemui seseorang yang kutahu juga pergi ke tempat itu,"
ketua Aliran Mo-kauw menjawab sabil melompat ke atas
perahunya. "Marilah, nona....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa segan-segan lagi Souw Lian Cu ikut melompat ke
atas perahu. "Terimakasih, Lo-cianpwe?" gadis itu
mengangguk di depan orang tua tersebut untuk menyatakan
rasa terima kasihnya. Hanya matanya yang bulat bening itu
masih mengawasi ketua Mo-kauw, seolah-olah masih
menuntut keterangan yang lebih lengkap lagi dari orang tua tersebut.
Tampaknya Pek-I Liong-ong menangkap juga keinginan
Souw Lian Cu yang terpancar lewat sinar matanya itu. Maka
sambil mendorong perahu kecil tersebut ke tengah, ketua
Aliran Mo-kauw yang amat lihai itu memberi keterangan lagi.
"Kepergianku dari rumah kali ini memang khusus untuk
menyelidiki sebab musabab terjadinya pertempuran dan
perselisihan antara Bing-kauw, Im-yang-kauw dan Mo-kauw.
Lo-hu tidak menginginkan perselisihan-perselisihan kecil itu semakin menjadi besar dan meruncing, sehingga akhirnya
terjadi perang terbuka seperti yang terjadi delapan tahun yang lalu," orang tua itu menghentikan kata-katanya sebentar untuk mengambil napas, kemudian ia melanjutkannya lagi, "Oleh
karena itu Lo-hu merasa belum puas juga meskipun sudah
mengirim dua orang Kauw-tai-sih kepercayaan kami.
Sepeninggal mereka Lo-hu juga pergi untuk ikut menyelidiki pula. Suatu saat Lo-hu membayang-bayangi dua orang utusan
kami tersebut dan ternyata jerih payahku itu membuahkan
hasil pula. Ketika Lo-hu berkeliaran di sekitar Pat-sian-gai (Bukit Delapan Dewa), Lo-hu melihat dua orang yang sangat
mencurigakan sedang diintip dan diikuti oleh putera seorang sahabatku....."
"Putera dari sahabat Lo-cianpwe..... ?" Souw Lian Cu memotong.
"Benar. Kau kenal Yap Kiong Lee" Putera dari Yap Cu Kiat, ahli waris perguruan Sin Kun Bu Tek itu" Dialah yang
membayangi dua orang yang mencurigakan itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kenal sekali sih..... belum. Baru kemarin siauw-te melihat dan mengenal pendekar muda itu. Justru dari dialah siauw-te mengetahui tentang Pantai Karang dan harta karun
itu." Lalu Souw Lian Cu bercerita tentang pengalamannya
setelah mendapatkan luka akibat pukulan dari kakek itu, yaitu semenjak gadis itu digotong oleh Put-gi-ho dan Put-chih-to sampai dibawa oleh tokoh-tokoh Im-yang-kauw ke rumah Kam
Lo-jin di dusun Ho-ma-cun. Dimana di rumah kakek ahli obat itu dia bertemu dengan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, yang
kemudian bercerita tentang Hek-eng-cu dan anak buahnya.
Pek-I Liong-ong mendengarkan cerita Souw Lian Cu
dengan penuh perhatian. Berkali-kali ketua Aliran Mo-kauw itu membelalakkan matanya atau menggeleng-gelengkan
kepalanya ketika gadis itu menyebut tokoh-tokoh sakti yang dijumpainya. Apalagi ketika gadis tersebut menyebut nama
Kam Lo-jin, orang tua itu sampai ternganga karena rasa
kagetnya. Dan Souw Lian Cu merasakan pula kekagetan ketua Aliran
Mo-kauw tersebut. Maka begitu selesai bercerita, gadis itu segera menanyakannya pula. "Kam Lo-jin berkata bahwa
beliau masih mempunyai hubungan perguruan dengan Locianpwe, benarkah".?"
Pek-I Liong-ong cepat-cepat mengangguk. "Dia adik
seperguruanku. Dimana dia sekarang?"
"Entahlah. Kata Toat-beng-jin dan Tong Ciak Cu-si, beliau
mau pergi mengembara lagi entah kemana."
"Hmmh!" Pek-i Liong-ong menghela napas dalam-dalam,
hatinya kelihatan berduka. Mata yang dilingkari keriput dan tampak tua itu sedikit berkaca-kaca. "Adikku itu sejak muda memang suka bertualang, sehingga sampai lupa untuk
berumah tangga pula. Tapi kepandaiannya bukan main
hebatnya, semua kakak seperguruannya tak ada yang menang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan dia. Mendiang guruku, Bu-eng Sin-yok-ong sangat
sayang kepadanya...."
"Tapi orang tua itu sangat sederhana sekali. Hampir-hampir tidak kentara kalau dia mempunyai kepandaian yang maha
hebat." Souw Lian Cu menyahut dengan nada kurang percaya.
Pek-i Liong-ong tersenyum pahit. "Itulah salah satu dari kehebatannya yang membuat suhu semakin menyayanginya.
Hatinya sangat baik, jujur, sederhana, tidak sombong dan
sangat bijaksana ! Padahal adik seperguruanku itulah satusatunya ahli waris guruku yang sebenarnya paling berhasil
dalam menerima ilmu perguruan kami. Nona Souw, tahukah
kau siapa sebenarnya Keh-sim Siauw-hiap yang dalam empat
atau lima tahun terakhir ini sangat terkenal di dalam dunia persilatan melebihi tokoh-tokoh tua seperti Lo-hu ini?" Tiba-tiba orang tua itu bertanya kepada Souw Lian Cu.
Souw Lian Cu tergagap. Gadis itu mengetahui bahwa ketua
Aliran Mo-kauw tersebut tidak bermaksud menggodanya,
sebab Souw Lian Cu yakin tak seorangpun di dunia ini yang
tahu tentang rahasia hatinya terhadap Keh-sim Siauw hiap
selain pendekar itu sendiri. Tapi meskipun demikian,
pertanyaan yang mendadak tentang Keh sim Siauw-hiap
tersebut memang sungguh mengejutkannya. Apalagi
pertanyaan itu datang dari orang yang tak disangka-sangka
seperti ketua aliran Mo-kauw tersebut!
Souw Lian Cu berpegang pada tiang layar dengan eratnya,
seakan-akan mencari kekuatan agar supaya tubuhnya tidak
menjadi gemetar karenanya. Matanya yang lebar dan bening
itu menatap kosong kepada Pek-i Liong-ong, lalu menunduk
mengawasi gelombang air di bawah perahunya yang berbuihbuih karena terbelah oleh lajunya perahu yang didorong oleh angin.
"Pendekar muda yang amat terkenal itu adalah murid
kesayangan dari adik seperguruanku".." akhirnya ketua Aliran Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mo-kauw itu menjawab sendiri pertanyaannya ketika dilihatnya Souw Lian Cu tidak berusaha untuk menjawabnya.
Kembali gadis buntung itu tersentak kaget. ''Aah"! Dia
murid dari Kam Lo-jin"'' desahnya hampir tak kedengaran.
Souw Lian Cu benar-benar tak menyangka bahwa dua orang
yang pernah menyelamatkan nyawanya itu ternyata adalah
guru dan murid. Tapi bagi Pek-i Liong-ong kekagetan Souw Lian Cu tersebut
diartikan lain. Ketua Aliran Mo-kauw itu menganggap Souw
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lian Cu benar-benar kaget karena tidak menduga bahwa
kesaktian adik seperguruannya, yang dipanggil dengan nama
Kam Lo-jin itu sedemikian tingginya, sehingga pendekar
ternama seperti Keh-sim Siauw-hiap saja ternyata hanya
seorang muridnya. "Nah, kau dapat membayangkan betapa tingginya ilmu
suteku itu?"" Pek-I Liong-ong berkata bangga.
Souw Lian Cu mengangguk-angguk tanpa terasa. Lalu
untuk beberapa saat Iamanya mereka berdua berdiam diri dan sibuk dengan jalan pikiran mereka sendiri-sendiri. Pek-i Liong-ong berpikir tentang adik seperguruannya yang tak pernah
jumpa, sedangkan Souw Lian Cu sibuk melamunkan Keh-sim
Siauw-hiap yang dikaguminya.
Sementara itu angin sore mulai datang meniup, membuat
perahu kecil yang mereka tumpangi itu semakin bertambah
laju jalannya. Dan mataharipun telah jauh pula condong ke
arah barat, sehingga sebentar lagi tentu akan tertutup oIeh pucuk-pucuk pohon yang tumbuh rimbun di sepanjang tepian
sungai. Apabila tidak ada aral melintang, mungkin perahu itu sudah akan tiba di Sungai Huang-ho sebelum matahari
terbenam. Dan kalau cuaca masih tetap baik seperti sekarang, maka pada waktu tengah malam nanti mereka juga sudah
akan tiba pula di pantai timur. Kemudian dari muara tersebut mereka tinggal berjalan beberapa saat untuk mencapai Pantai Karang yang mereka tuju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau siauw-te tidak salah dengar, Lo-cianpwe tadi
mengatakan bahwa Lo-cianpwe ikut membayang-bayangi dua
orang yang mencurigakan yang saat itu sedang diintip dan
diikuti oleh Hong-lui kun Yap Kiong Lee..." Lalu... apakah mereka itu kemudian pergi ke sebuah perahu yang dinaiki oleh tokoh-tokoh dari Ban kwi-to" Dan kemudian mereka bersama-sama berperahu ke arah hilir untuk bertemu dengan seorang
aneh yang terkenal dengan nama Hek-eng-cu..." apakah....?"
"Hei, benar! Bagaimana kau tahu" Orang-orang yang
mencurigakan itu memang... eh, kau tentu mendengar
tentang hal itu dari Yap Kiong Lee, bukan" Benar, engkau tadi telah mengatakannya kepadaku...." ketua Aliran Mo-kauw
yang semula terperanjat itu tiba-tiba tersenyum mengangguk-anggukkan kepalanya. "Dua orang yang mencurigakan itu
memang sudah dinantikan oleh tokoh-tokoh Ban-kwi-to di atas perahu. Dan ketika mereka mengayuh perahu ke hilir aku
terpaksa berlari-lari mengikuti mereka dari tepian sungai.
Sesekali Lo-hu bisa menangkap percakapan mereka. Itulah
sebabnya Lo-hu mengetahui serba sedikit tentang mereka dan rencananya....putera sahabatku itu! Sejak kedua orang yang mencurigakan itu naik ke atas perahu, aku tidak melihatnya lagi. Kemana gerangan bocah lihai itu?"
"Dia berada di atas perahu," Souw Lian Cu menjawab.
"Diatas perahu bersama orang-orang itu?" Pek-i Liong-ong
mengernyitkan keningnya seolah tak percaya.
Souw Lian Cu mengangguk lalu menceritakan pengalaman
Yap Kiong Lee seperti yang diceritakan oleh pendekar muda
itu kepadanya. Pek-I Liong-ong mendengarnya dengan penuh
perhatian. Sekali-sekali tampak air mukanya berubah atau
kadang-kadang kepalanya yang berambut putih itu
menggeleng-geleng bila mendengar tentang keberanian dan
kecerdikan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah itu memang cerdik dan lihai sekali"." Akhirnya
ketua Aliran Mo-kauw tersebut berkata,?"tak heran baginda
Kaisar Han amat percaya kepadanya."
Semakin lama permukaan air sungai itu semakin tampak
lebar dan luas. Ombak atau gelombang airpun kelihatan
semakin besar sehingga perahu kecil yang mereka tumpangi
terasa bergoyang semakin keras pula. Langit tampak
kemerah-merahan seolah-olah sinar matahari yang hampir
terbenam itu mencat semua gumpalan awan yang bertebaran
memenuhi angkasa dengan warna kuning menyala.
"Lihat, sungai ini tampak semakin lebar! Dan". Lihat juga
warna airnya itu! Nona Souw, sebentar lagi kita akan masuk ke sungai Huang-ho. Awas, kau berpeganganlah dengan kuat
agar supaya gelombang dan pusaran air pada pertemuan
kedua sungai ini tidak melemparkanmu ke dalamnya!" tibatiba Pek-I Liong-ong memperingatkan Souw Lian Cu.
Benarlah. Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh
pertemuan antara sungai kecil itu dengan sungai Huang-ho
yang besar. Perahu mereka yang kecil itupun mulai bergoyang ke kanan dan ke kiri. Sebentar-sebentar ujung perahu mereka seperti ditampar dari arah depan atau samping sehingga
kemudi perahu bagaikan mau berbelok dengan paksa. Tapi
Pek-I Liong-ong memegangnya dengan kuat.
Aliran sungai kecil itu seperti berhenti dan tak bisa mengalir ke depan lagi. Meskipun begitu gelombang airnya justru
bertambah besar dan kuat, sehingga rasa-rasanya dibawah
permukaan air yang tampak tenang ini seperti ada puluhan
ekor ikan raksasa yang sedang bergulat dengan seru!
"Nona, tolong kendalikan kain layar kita itu! Dia jangan
boleh menerima hembusan angin yang terlalu kuat, juga
jangan sampai kehilangan angin! Dalam keadaan seperti ini
kita hanya dapat mengandalkan tiupan angin saja! Untunglah kali ini angin menolong kita".! Biarlah Lo-hu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengendalikan kemudi perahu ini agar tidak terperosok ke
dalam pusaran air yang berbahaya!"
Souw Lian Cu belum begitu mahir mengendalikan perahu
layer. Meskipun demikian karena dia pernah tinggal lama di Pulau Meng-to, maka sedikit banyak ia tahu pula cara
mengemudikannya. Gadis-gadis anak buah Keh-sim Siauwhiap sering bercerita kepadanya tentang cara-cara
mengemudikan kain layar. Meskipun perlahan, perahu kecil tersebut maju pula ke
depan. Dengan mahir Pek-I Liong-ong mengemudikannya
lewat tempat-tempat yang aman. Jika pada suatu saat perahu itu terseret oleh pusaran arus air, dengan cepat ketua Aliran Mo-kauw yang lihai itu mengeluarkan kesaktiannya. Dengan
pukulan jarak jauhnya yang dahsyat, pewaris ilmu perguruan mendiang Bu-eng Sin-yok-ong itu mampu menahan arus air
dan memindahkan posisi perahu kecil tersebut dengan cepat.
Hembusan angin pukulannya yang mampu menyibak air itu
benar-benar sangat menggiriskan! Souw Lian Cu yang juga
bukan gadis sembarangan itu terbelalak pula menyaksikannya.
Demikianlah, akhirnya perahu mereka lolos pula dari
tempat berbahaya tersebut dan segera meluncur dalam arus
sungai Huang-ho yang deras. Dan pelayaran mereka kali ini
berbeda sekali dengan pelayaran mereka tadi. Kalau di sungai kecil tadi mereka dapat berperahu dengan tenang dan santai, kini perahu mereka terpaksa harus menari diantara
goncangan-goncangan gelombang besar Sungai Huang-ho!
Perahu mereka yang kecil itu seolah hanya merupakan
setangkai daun kering yang hanyut dalam ganasnya
gelombang air Sungai Huang-ho yang terkenal sangat
berbahaya. Beberapa buah perahu besar dan kecil tampak terayunayun pula di sekitar perahu Pek-I Liong-ong dan Souw Lian
Cu. Kebanyakan dari mereka adalah perahu-perahu dagang
yang mengangkut hasil bumi dari daerah untuk dibawa ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota-kota yang membutuhkan. Dan diantaranya juga ada
perahu-perahu nelayan yang berusaha mencari ikan atau
membawa hasil mata pencaharian mereka itu ke kota. Tetapi
selain itu ada pula perahu-perahu yang memang khusus hanya untuk berpesiar saja dari kota yang satu ke kota yang lain.
Memang, biarpun gelombangnya amat ganas, tetapi sungai
Huang-ho memang merupakan arus lalu lintas air yang cukup
padat pula. Hampir setiap saat tentu terlihat berlalunya perahu besar atau kecil yang lewat. Meskipun demikian, apa yang
dilihat oleh Pek-I Liong-ong sore ini benar-benar lain dari biasanya.
"Heran benar".! Kenapa sore-sore begini banyak sekali
perahu-perahu yang meninggalkan tempat berlabuhnya?"
ketua aliran Mo-kauw itu terheran-heran.
Tentu saja Souw Lian Cu yang belum pernah berlayar di
sungai Huang-ho itu menjadi heran pula mendengar kata-kata Pek-I Liong-ong itu. Gadis itu segera menghubungkan
peristiwa itu dengan adanya pertemuan di Pantai Karang
tengah malam nanti. "Apakah biasanya tidak seperti ini, Lo-cianpwe?"
Pek-i Liong-ong menggelengkan kepalanya. "Memang pada
hari-hari panen hasil bumi atau pada hari-hari besar, sungai ini ramai juga. Tetapi pada hari-hari biasa seperti ini....memang sungguh mengherankan sekali!"
"Jangan-jangan mereka juga akan pergi ke Pantai
Karang....?"" "Ah.....masa berita itu begitu cepatnya beredar" Kukira
bukan itu penyebabnya!" Pek-i Liong-ong menyanggah.
"Tapi?"ooh!" tiba-tiba Souw Lian Cu tidak jadi
meneruskan perkataannya. Matanya yang bulat bening itu
memandang ke samping dengan terbelalak, lalu kepalanya
cepat-cepat menyuruk di balik kain layar sehingga terlindung Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pandang mata orang-orang yang sedang berada di atas
perahu besar yang saat itu kebetulan lewat.
Pek-I Liong-ong mengernyitkan alis sambil melirik ke
perahu besar yang saat itu sedang melewati perahu mereka.
Dan ketua aliran Mo-kauw itu ikut terperanjat pula. Dilihatnya seorang lelaki gemuk berkepala gundul sedang asyik makan
daging ayam diatas geladak. Dan ketua aliran Mo-kauw itu
tidak akan lupa pada wajah bulat yang agak kehijau-hijauan tersebut!
"Ceng-ya-kang".!" Desahnya sambil membalikkan badan
agar tidak terlihat oleh tokoh kelima dari Ban-kwi-to itu.
Perahu besar itu melaju dengan cepat meninggalkan
gelombang air yang menggoncangkan perahu-perahu kecil di
sekitar tempat itu, termasuk juga perahu yang dipakai Souw Lian Cu dan Pek-I Liong-ong.
"Mengapa iblis gundul itu masih berada disini" Seharusnya
dia sudah berada di Pantai Karang sekarang...." Souw Lian Cu bergumam dengan keras setelah perahu besar itu jauh
meninggalkan mereka. "Sebab ia itu tentu segera berangkat
dengan naik kapal setelah menemui Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee di bekas warung bubur Hao Chi pagi tadi."
Dan ketika Souw Lian Cu melihat Pek-i Liong-ong tampak
kebingungan mendengar perkataannya, dia segera bercerita
serba sedikit tentang peristiwa hebat yang terjadi di warung Hao Chi kemarin. Dan ketua Aliran Mo-kauw itu segera
mengangguk-anggukkan kepalanya pula begitu tahu
masalahnya. "Memang, seharusnya orang itu sudah tiba di sana saat ini...." orang tua itu menyahut dengan tenang.
Souw Lian Cu menatap tokoh puncak Aliran Mo-kauw itu
dengan tajam. Diperlihatkannya wajah orang tua yang tampak damai dan welas asih itu beberapa saat lamanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-cianpwe, kau tadi berkata bahwa kepergian Lo-cianpwe ke Pantai Karang itu hanya untuk menemui seseorang. Lalu
apakah orang yang Lo-cianpwe maksudkan itu iblis gundul
tersebut?" Pek-i Liong-ong menoleh dengan cepat. "Bukan ! Orang
yang akan kutemui itu adalah Hek-eng-cu, pemimpin mereka.
Kasak-kusuk yang dapat kusadap ketika mereka berunding di
atas perahu itu menunjukkan bahwa orang berkerudung itu
sedikit banyak mempunyai hubungan dalam perselisihan antar aliran ini. Oleh karena itu lo-hu akan bertanya kepadanya ..."
Gelombang air terasa menghantam perahu mereka lagi
ketika dari arah belakang meluncur dengan cepat sebuah
perahu besar yang tampak kuat dan kokoh. Perahu itu
didayung oleh sepuluh orang laki laki yang mempunyai
perawakan tegap-tegap. Dan dilihat dari cara mereka yang
kaku dalam menggerakkan dayung, tapi sebaliknya tenaga
yang mereka keluarkan ternyata bukan main dahsyatnya
dapat diduga bahwa sepuluh orang itu bukan tukang dayung
biasa. Mereka tentulah sekelompok jago silat yang sedang
menyamar. Sementara di atas anjungan perahu yang besar itu tampak berdiri seorang pemuda tampan berpakaian
sasterawan. "Lo-hu seperti pernah melihat pemuda itu, tapi lupa siapa dia...." Pek-i Liong-ong memejamkan matanya untuk
mengingat-ingat wajah pemuda tampan berpakaian
sasterawan tadi. "Lo-cianpwe, siauw-te rasanya juga pernah melihatnya...
tapi siauw-te lupa juga sekarang," Souw Lian Cu ikut memeras ingatannya pula.
Tapi berjam-jam keduanya mengingat-ingat, tetap juga tak
bisa mengingatnya. Sementara itu hari telah mulai menjadi
gelap. Matahari telah terbenam dan di angkasa mulai terlihat bintang-bintang yang satu persatu menampakkan sinarnya.
Udara yang berhembus terasa berubah menjadi dingin pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perahu-perahu yang bertebaran di atas sungai itu mulai
memasang lampu penerangan pula, sehingga di antara
gemerlapnya air yang berkilau-kilau ditimpa sinar bintang, lampu-lampu tersebut bagaikan kunang-kunang yang bersukaria di atas permukaan air.
"Nona Souw, tolong kaunyalakan lampu kita di atas pintu bilik perahu itu ! Batu apinya berada di dalam .." Pek-i Liong-ong berseru.
"Sebentar, Io-cianpwe, siauw-te akan... ouwhh !"
"Brraak ! Grobyagggg !"
Tiba-tiba perahu kecil mereka ditabrak oleh perahu lain
dengan kuatnya dari belakang. Souw Lian Cu terpelanting.
Begitu pula dengan Pek-i Liong-ong yang pada saat itu berdiri di ujung perahu ! Di tempat tersebut sentakannya justru
berlipat ganda, sehingga Ketua Aliran Mo-kauw itu terlempar ke udara.
Perahu yang dinaiki oleh Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong
pecah menjadi beberapa bagian, kemudian tenggelam.
Sedangkan perahu yang menabrak mereka terpental ke atas,
kemudian terbalik. Sementara penumpangnya yang ternyata
hanya seorang saja tercebur ke dalam sungai !
Untunglah bagi Souw Lian Cu, meskipun gadis itu sangat
kaget sehingga tubuhnya terpelanting keluar perahu, tapi ia tetap tidak kehilangan ketangkasannya. Dengan enteng tubuh yang ramping itu berjumpalitan beberapa kali di udara untuk menahan daya luncurnya, agar tidak lekas-lekas terbanting ke dalam gelombang air yang ganas itu. Sementara dalam waktu
yang sangat singkat dan amat terbatas itu Souw Lian Cu
membuka matanya lebar-lebar untuk mencari alas berpijak,
agar tubuhnya tidak segera tertelan oleh arus air yang
menakutkan itu. Diantara pekatnya malam gadis itu melihat
tiang layar perahunya yang patah ketika terjadi tabrakan tadi.
Potongan kayu besar itu tampak timbul tenggelam di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permukaan air. Dan...di atas potongan kayu itulah Souw Lian Cu mendaratkan sepasang kakinya !
Sedangkan apa yang diakukan oleh Pek-i Liong-ong ketika
terlempar dari tempatnya benar-benar membuat takjub bagi
siapa saja yang mungkin dapat menyaksikannya. Seperti
halnya ketika dia tadi mengemudikan perahu, kini dalam
keadaan kritis orang tua itu terlebih hebat lagi dalam
menunjukkan kesaktiannya!
Dengan meminjam tenaga sentakan yang melontarkannya
dari ujung perahu, Pek-i Liong-ong melenting ke atas setinggi-tingginya, sehingga tubuhnya yang jangkung itu melayang
enam atau tujuh meter dari permukaan air. Lalu dengan
mengembangkan baju luarnya yang lebar orang tua itu secara mentakjubkan turun perlahan-lahan seperti seekor capung
terbang yang bermain di atas permukaan air. Dan di saat
tubuhnya melayang turun itulah Pek-i Liong-ong mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Kedua belah telapak
tangannya tampak menghantam ke depan dengan jari-jari
terbuka dan angin pukulannya menderu dengan dahsyatnya!
"Brraaaak! Byuuuur!"
Angin pukulan yang dilontarkan oleh Pek-i Liong-ong
menerjang perahu lawan yang tadi terbalik, sehingga perahu sepanjang empat meter itu terangkat ke atas bagaikan
disentak oleh sebuah tenaga raksasa yang tak kelihatan. Dan di lain saat perahu tersebut telah terbanting lagi di atas permukaan air dalam keadaan terlentang seperti sediakala!
Sehingga ketika kedua kaki orang tua itu turun ke bawah,
tubuh tersebut tidak jadi terjun ke dalam air, tapi mendarat di atas perahu lawan.
Dan begitu dirinya sudah dapat membebaskan diri dari
malapetaka, Pek-i Liong-ong segera menolong Souw Lian Cu
yang masih terkatung-katung pada tiang layar itu. Selanjutnya mereka berdua segera bergotong-royong membuang
genangan air yang berada di dalam perahu tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh! Siapa yang mengemudikan perahu ini" Enak saja
menabrak perahu orang!" Souw Lian Cu menggerutu
penasaran. Hampir saja gadis yang tak pandai berenang itu
mengorbankan nyawanya gara-gara perahu sial itu.
"Kemana gerangan penumpangnya".?"
"Dia terlempar keluar dan tertelan oleh arus sungai yang
ganas!" Pek-I Liong-ong menjawab dengan hati mendongkol
pula. Orang tua itu juga hampir membuang nyawa gara-gara
perahu celaka itu. "Oouuughhh....! Brrrrrr......!"
Tiba-tiba muncul sesosok tubuh di samping perahu mereka,
membuat Souw Lian Cu dan Pek-I Liong-ong terkejut setengah mati ! belum juga hilang kekagetan mereka, sesosok tubuh
tersebut telah menggapai tepian perahu dan meloncat ke
dalam perahu, persis di depan mereka! Kemudian sambil
mengibas-ibaskan rambutnya yang basah, orang yang baru
keluar dari dalam air tersebut berkata kearah Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong. Suaranya amat lantang dan nyaring !
"Tolong kalian kayuh perahu ini secepatnya....! Nanti kalian ayah beranak ini akan kuberi hadiah satu tail emas !
Cepat....!"
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sejenak Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong justru hanya
berdiri diam saja tak bersuara. Keduanya cuma saling
memandang saja satu sama lain. Selain hati mereka masih
terkejut oleh kemunculan orang itu yang tiba-tiba, mereka
juga sibuk memikirkan, apa maksud orang itu menyuruh
mereka untuk berangkat dengan tergesa-gesa " Malah berani
memberi bayaran tinggi pula" Siapakah sebenarnya orang itu
" Tapi kenapa naik perahu kecil dan tanpa lampu pula "
Ataukah dia orang pelarian dan merupakan buruan kerajaan "
Tapi kenapa dia mempunyai demikian banyak uang "
Masih banyak pertanyaan yang bergulung-gulung di dalam
hati Pek-I Liong-ong dan Souw Lian Cu tentang orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba muncul di hadapan mereka itu. Baru setelah Pek-I Liong-ong dan Souw Lian Cu ingat, bahwa kemungkinan besar
orang itu adalah seorang peminat harta karun yang sedang
mengejar waktu pula, maka mereka menjadi waspada.
Agaknya orang itu segera menyadari pula akan keraguraguan Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong. Maka dengan nada
yang lebih sopan dan pelan, ia menjura kepada Pek-I Liongong yang ia anggap ayah dari Souw Lian Cu.
"Maaf, aku tadi telah menabrak perahu orang sehingga kini aku menjadi bingung dan gugup. Sekarang perahuku telah
hilang. Mohon sudilah kalian menolongku untuk membawaku
ke laut dengan segera! Aku mempunyai kepentingan yang
sangat mendesak di sana. Kalau kalian mau, aku akan
memberi imbalan satu tail emas. Bagaimana?" Tolonglah?"
ratap orang itu. Jilid 22 SEKALl lagi Souw Lian Cu menatap Pek-i Liong-ong, karena
sebagai orang yang hanya ikut menumpang perahu, gadis itu
merasa tak berhak untuk memutuskannya. Sementara bagi
Pek-i Liong-ong sendiri masalah itu ternyata juga tidak terlalu dipikirkan benar. Mereka toh juga mau pergi ke pantai, apalagi perahu itu sebenarnya milik orang itu pula. Maka ketua Aliran Mo-kauw itu juga balas menjura.
"Ahh.... perahu kamilah yang tuan tabrak tadi. Oleh karena perahu kami tenggelam, maka kami lalu memakai perahu tuan
ini sebagai ganti. Maka tak usah sungkan-sungkan lagi,
marilah sekarang kita bersama sama ke pantai ...! Kebetulan kami ayah beranak ini memang mau pergi ke sana pula."
orang tua itu berkata halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih... terima kasih !" orang yang basah kuyup itu membungkukkan tubuhnya berulang-ulang. "Akulah yang
bersalah karena menabrak perahu tuan, maka silahkan
mengambil perahuku ini kalau tuan suka....!"
Begitulah, akhirnya Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong
mendapatkan seorang kawan lagi dalam perjalanan mereka.
Seorang kawan yang bersikap aneh dan mencurigakan! Souw
Lian Cu diam-diam memperhatikan orang itu dengan seksama,
dari rambutnya yang digelung ke atas sampai pada
dandanannya yang sederhana seperti seorang pengembara
itu. Orang itu berusia kira-kira tigapuluh dua atau tigapuluh tiga tahun. Tubuhnya hanya sedang-sedang saja, tapi tampak
tegap dan cekatan, seperti layaknya seorang prajurit. Hanya yang amat mengherankan adalah gerak-geriknya yang kaku
dan tegang seolah-olah sedang menghadapi bahaya besar.
Berkali-kali orang itu menoleh ke belakang atau menghela
napas panjang, seakan-akan tidak sabar melihat jalannya
perahu yang sangat lambat tersebut.
Padahal perahu itu meluncur dengan cepat sekali ke depan
mendahului yang Iain-lainnya, sehingga kalau dipikirkan,
keadaan perahu tersebut sudah amat berbahaya sebenarnya !
Selain sewaktu-waktu dapat terbalik perahu yang berlayar di sungai saat itupun bukan main banyaknya. Apalagi bila diingat bahwa perahu itu melaju tanpa penerangan sama sekali !
Untunglah di langit tak banyak terlihat gumpalan awan,
sehingga sinar bintang yang beribu-ribu jumlahnya itu dapat sedikit menyibak tirai kegelapan malam. Meskipun tak jarang mereka terpaksa harus menerima umpatan dan makian orang
karena perahu mereka hampir menghantam atau menyenggol
perahu lain. Untunglah Pek-i Liong-ong benar-benar seorang jurumudi
yang hebat dan pandai ! Berkali-kali ketua Aliran Mo-kauw itu dapat menyelamatkan perahu mereka dengan amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagumkan, sehingga di mata orang yang melihatnya
seolah-olah orang tua itu memang benar-benar seorang
tukang perahu atau seorang pelaut yang amat berpengalaman
! Padahal tidak demikian sebenarnya....!
Bagi yang memperhatikan tentu akan segera tahu bahwa
tokoh puncak Aliran Mo-kauw itu Iebih banyak
mempergunakan kesaktiannya dari pada menggunakan
keahliannya dalam mengemudikan perahu. Hanya saja cara
yang dipergunakan oleh tokoh sakti itu begitu halusnya
sehingga jarang orang yang bisa menangkapnya, apalagi
kegelapan malam itu amat membantu pula !
Dan ternyata orang yang menumpang perahu mereka itu
amat kagum pula melihat ketangkasan Pek-i Liong-ong !
Orang itu juga menyangka bahwa Pek-i Liong-ong dan Souw
Lian Cu memang benar-benar keluarga pelaut atau tukang
perahu yang sudah sangat berpengalaman sekali.
"Ah, kalian ayah beranak ini memang betul-betul jagoan perahu yang hebat !" serunya gembira. "Marilah! Kita tentu akan tiba di pantai tidak lama lagi ! Dan aku,.. ooh !"
Tiba tiba dengan gugup orang itu mengawasi perahu besar
di hadapan mereka Perahu besar yang dinaiki oleh pemuda
sasterawan dan sepuluh orang berperawakan tegap tangkas
tadi ! "Eh, jangan terlalu dekat bila mendahului perahu itu!
Menyisihlah agak jauh!" orang itu berseru kepada Pek-i Liong-ong dengan tegang.
Tentu saja Pek-i Liong-ong dan Souw Lian Cu menjadi
heran sekali. Tapi ketua Aliran Mo-kauw itu mengabulkan pula permintaan tersebut. Selain tidak ingin ribut-ribut dengan penumpang mereka, orang tua itu juga tidak ingin perjalanan mereka yang terbatas waktunya tersebut mendapat hambatan
di jalan. Maka dengan tangkas Pek-i Liong-ong membelokkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ujung perahunya ke samping, sehingga perahu tersebut lewat pinggir sungai, jauh dari perahu-perahu itu.
Tetapi di jalur tepi sungai ternyata lebih padat lalu
lintasnya. Di situ banyak perahu-perahu besar kecil, maupun sampan-sampan nelayan, yang lalu lalang menuju ke tempat
tujuan mereka masing-masing! Memang arus di bagian tepi
tidak begitu besar dan berbahaya seperti halnya di tengah
sungai. Oleh karena itu untuk berjalan cepat di daerah yang padat itu terpaksa Pek-i Liong ong harus semakin
meningkatkan "kebolehannya" dalam mengemudikan
perahunya. Seperti seekor ular air yang berenang di antara daun-daun ilalang yang mencuat di permukaan air, perahu
tersebut meluncur berlenggak-lenggok di antara perahuperahu lainnya. Sepandai-pandai tupai melompat sekali waktu akan jatuh
pula. Begitu juga halnya dengan Pek-i Liong ong ! Meskipun sudah mengerahkan segala kehebatannya dalam
mengemudikan perahu, ternyata dalam kepadatan lalu-lintas
di bagian pinggir sungai itu tetap saja ia menyerempet sebuah sampan kecil yang dikemudikan oleh seorang nelayan hingga
terbalik. Hampir saja Souw Lian Cu menjerit. Begitu pula dengan penumpang mereka itu, Pek-i Liong-ong secara reflek malah
sudah bergerak mau menolong nelayan yang terjerumus ke
dalam air itu. Tapi semuanya segera mengurungkan niat
masing-masing! Mereka justru ternganga melihat reaksi
nelayan yang terjungkal dari sampannya tersebut.
Bagaikan seekor cengkerik meloncat, nelayan itu melenting
tinggi ke atas dan berputar-putar sebelum akhirnya hinggap dengan enteng di atas perahu mereka. Sedikitpun tidak ada
goncangan ketika kaki orang itu mendarat di atas perahu
mereka yang melaju pesat! Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong sampai melongo saking kagetnya meskipun dasar dari
kekagetan mereka masing-masing sangat berbeda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Lian Cu merasa kaget karena sekali lagi dia
menyaksikan sebuah pertunjukan gin-kang yang maha hebat
dari seorang nelayan di Sungai Huang-ho sehingga gadis yang juga tumbuh dari keluarga sakti menjadi heran pula dibuatnya.
Gadis itu benar-benar tak habis mengerti mengapa di dunia ini ternyata banyak orang yang mempunyai ilmu mengentengkan
tubuh yang sangat hebat" Pertama kali ia melihat kedahsyatan gin-kang Keh-sim Siauw-hiap. Kemudian yang kedua kali ialah tokoh aneh yang bergelar Hek-eng cu. Selanjutnya berturut-turut ia menyaksikan kehebatan gin-kang Put chien-kang Cinjin dan Pek-i Liong-ong. Sekarang diatas sungai ini lagi-lagi ia melihat nelayan melompat berputar-putar tinggi di udara
seakan-akan seekor burung terbang saja!
Sedangkan Pek-i Liong-ong merasa kaget karena tokoh
puncak Aliran Mo-kauw itu segera mengenal gaya loncatan
dari nelayan tersebut. Gaya meloncat seperti yang dilakukan oleh nelayan itu amat sangat dikenalnya karena gaya tersebut adalah ciri gaya Pek-in Gin-kang warisan Bu-eng Sin-yok-ong gurunya !
Tapi Pek-i Liong-ong tidak segera dapat mengenali siapa
adanya nelayan yang mahir Pek-in Gin kang itu, karena
nelayan yang berdiri beberapa langkah di depannya itu
menutupi kepalanya dengan caping lebar sehingga sinar
bintang tak dapat mencapai wajahnya yang gelap itu.
"Kau siapa?" Pek-i Liong-ong menyapa dengan hati-hati.
Nelayan itu menghela napas panjang sekali seolah ada
beban berat yang menindih hatinya.
"Seharusnya aku yang rendah ini memanggil susiok-couw kepadamu karena memang demikianlah seharusnya urut-urutannya. Tapi karena kau pernah memhunuh ayah angkatku
atau keponakan muridmu sendiri maka lebih baik aku tak
memanggil apa-apa kepadamu......." akhirnya nelayan itu mengeluarkan suaranya yang kaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah, kau Bu Seng Kun"..anaknya Bu Kek Siang?"
"Benar! Tidak salah! Aku adalah putera Bu Kek Siang dan namaku yang sebenarnya adalah Chu Seng Kun bukan Bu
Seng Kun !" nelayan itu menjawab sambil membuka topinya
sehingga wajahnya yang tampan itu terlihat dengan jelas.
"Ooooooh".!" Souw Lian Cu dan Pek-i Liong-ong berdesah hampir berbareng. Keduanya benar benar tak menyangka
dapat bertemu dengan pemuda itu di sini karena keduanya
memang telah mengenal pemuda yang menyamar sebagai
nelayan itu sebelumnya. Souw Lian Cu tak mungkin bisa melupakan wajah itu,
karena pemuda itu adalah kakak kandung Chu Bwe Hong,
gadis yang pernah melepas budi kepadanya tapi juga yang
membuatnya lari dari rumahnya sekarang ini. Sementara bagi Pek-i Liong-ong, peristiwa menyedihkan yang menimpa ayah
angkat pemuda itu memang merupakan beban batin yang
maha berat baginya selama ini.
Beberapa tahun yang silam, sebelum dirinya menjadi ketua
Aliran Mo-kauw, memang pernah terjadi perselisihan hebat di antara anak murid keturunan Bu-eng Sin-yok-ong. Perselisihan itu terutama terjadi antara anak muridnya sendiri melawan
anak murid mendiang su-hengnya. Dan pada suatu saat tanpa
sepengetahuannya Bhong Kim Cu dan Leng Siau, muridnya
yang kini menjabat sebagai Kau Tai-shih dari Aliran Mo-kauw pergi menyerang ke kediaman ayah angkat Chu Seng Kun dan
membunuhnya. Sebenarnya peristiwa itu sangat memilukan
hatinya tapi karena sudah terlanjur ia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menghukum berat kedua orang muridnya
itu. Apalagi jika diingat bahwa perselisihan itu memang bukan hanya karena kesalahan kedua orang muridnya saja. Tetapi
bagaimana juga peristiwa itu memang sangat melukai hatinya.
"Bukankah kau sudah mengetahui masalah yang
sebenarnya yang menyebabkan terjadinya peristiwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyedihkan itu?" Pek-i Liong-ong dengan sedih menatap muka Chu Seng Kun.
Chu Seng Kun menghela napas dalam-dalam, kemudian
menghembuskannya kembali dengan kuat, seolah mau
melemparkan ganjalan yang menghimpit hatinya. "Aku dan adikku memang sudah menyadari semuanya, kami memang
tidak bisa menyalahkan siapapun dalam peristiwa itu. Malahan kalau mau dikaji, pihak kamilah yang lebih dulu bersalah
karena telah menyebabkan kematian puteramu,.. Tapi ".
bagaimanapun juga ayah angkatku telah mati karena
muridmu! Oleh sebab itu aku tetap tidak mau menyebut
susiok-couw kepadamu, meskipun di dalam hati aku sudah tak ingin mengingat lagi peristiwa itu." pemuda itu berkata dengan nada kaku.
"Baiklah ... baiklah ! Kita tak usah memikirkannya lagi! Lo-hu menjadi sangat sedih pula karenanya.,.." Pek-i Liong-ong berdesah dengan sedihnya. "Lo-hu jadi teringat kepada mendiang anakku pula.. "
Sementara itu perahu yang mereka tumpangi telah berada
di jalur tengah sungai kembali, sehingga tempatnya menjadi lapang dan tak banyak berpapasan dengan perahu lain lagi.
Semuanya berdiam diri, sibuk dengan jalan pikiran masingmasing. Orang yang tadi tercebur ke dalam sungai dan kini
juga ikut menumpang dalam perahu mereka itu tampak
berdiam diri pula seperti mereka. Hanya wajahnya saja yang kelihatan bengong mendengar pembicaraan Pek-i Liong-ong
dengan Chu Seng Kun yang tidak keruan ujung pangkalnya
itu. "Maaf, Lo-hu telah menyerempet sampanmu sehingga
terbalik...." akhirnya Pek-i Liong-ong memecahkan kesunyian itu. "Tapi tak apalah".! Biarlah kita berperahu bersama-sama untuk sementara. Kemanakah tujuanmu " Ke pantai juga
seperti kami?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke pantai juga boleh. Aku tak mempunyai tujuan yang
tetap, karena aku sedang mencari seseorang di sekitar
perairan sungai ini." Chu Seng kun menjawab tanpa menoleh.
Matanya yang tajam itu meneliti setiap perahu yang mereka
lewati, seakan-akan memang sedang mencari seseorang yang
dia maksudkan itu. "Siapakah yang kau cari itu" bolehkah Lo-hu
mengetahuinya" Siapa tahu aku melihatnya?" Pek-i Liong-ong mengerutkan keningnya. "Hek-eng-cu!"
"Hek-eng-cu ?" Pek-i Liong-ong, Souw Lian Cu dan orang
yang ikut menumpang perahu mereka itu berseru kaget
hampir berbareng. "Ya! Mengapa.......?" ganti Chu Seng Kun sekarang yang terkejut. Satu-persatu dipandangnya ketiga orang yang berdiri di depannya. Pek-i Liong-ong, Souw Lian Cu dan orang asing yang pakaiannya basah kuyup itu. Sementara itu Pek-i Liong-ong dan Souw Lian Cu, yang baru saja berseru kaget itu juga tampak terheran-heran memandang kepada penumpang
mereka yang basah kuyup tersebut. Dalam hati mereka
bertanya-tanya, mengapa orang itu juga tersentak kaget
ketika mendengar nama Hek-eng-cu"
"Ah, tidak apa-apa....." Pek-i Liong-ong yang menjadi
curiga itu lekas-lekas menjawab pertanyaan Chu Seng Kun
untuk menutupi kekagetannya. "Lo-hu pernah pula mendengar
nama yang pada akhir-akhir ini menjadi sangat terkenal itu.
Hanya sayang sampai saat ini Lo-hu belum pernah mendapat
kesempatan untuk menjumpainya. Tapi....siapa tahu kita nanti dapat berjumpa dengannya?" orang tua itu mengakhiri kata-katanya dengan tersenyum penuh arti kepada Souw Lian Cu.
"Benar! Siapa tahu kita nanti dapat bertemu dengan orang
itu?" gadis itu mengangguk pula sambil mengedipkan
matanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Chu Seng Kun menangkap pula isyarat-isyarat
yang diberikan oleh Pek-i Liong-ong tersebut. Hanya ia sedikit ragu-ragu ketika memandang ke arah Souw Lian Cu karena
dia merasa tidak mengenal gadis bertangan buntung itu. Oleh karena itu dengan perlahan-Iahan ia melangkah mendekati
Souw Lian Cu. "Maaf, nona. Bolehkah aku mengenal namamu.......?"
sapanya halus. Souw Lian Cu tersenyum pula, dan setiap orang tentu akan
memuji betapa cantiknya kalau gadis itu membuka mulutnya.
"Namaku Souw Lian Cu, Chu-taihiap......." jawabnya dengan halus pula.
"Souw Lian Cu.. ?" Chu Seng Kun berseru kaget. Matanya melirik sekejap ke arah lengan yang buntung itu. "Apakah kau ini puteri saudara Souw". Souw Thian Hai ?"
Souw Lian Cu mengangguk, mulutnya masih tetap
tersenyum manis sekali. "Wah, aku benar-benar sudah tak mengenalmu lagi. Kau
sudah demikian besar sekarang. Lalu dimanakah ayahmu itu
sekarang?" Chu Seng Kun tertawa gembira sambil menepuk-nepuk pundak gadis itu.
"Ayahku berada di rumah. Dia......."
"Hei" Berada di rumah........?" pemuda itu terkejut.
"Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan ayahmu,
katanya sudah berbulan-bulan dia berada di tempat seorang
keluarga bekas pangeran Chin ! Dia malah menjadi pengawal
pribadi putera pangeran Chin itu........"
"Ohh ?" sekarang ganti Souw Lian Cu yang terhentak kaget. "Ayahku menjadi pengawal pangeran Chin " Ah, di mana ayahku sekarang.......?" gadis itu mengguncang
guncang lengan Chu Seng Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Chu Seng Kun menjadi bingung dan tak
mengerti melihat sikap gadis itu. Tadi gadis itu berkata bahwa ayahnya berada di rumah tapi setelah ia mengatakan bahwa
beberapa hari yang lalu ia telah berjumpa dengan ayahnya,
gadis itu malah menjadi kaget dan bertanya tentang ayahnya!
Bagaimana ini"."
Agaknya Souw Lian Cu mengetahui kebingungan Chu Seng
Kun tersebut. Perlahan-lahan gadis itu melepaskan
pegangannya. "Ah, maaf, Chu Tai-hiap.... Aku sampai lupa diri," katanya meminta maaf. "Aku memang sudah lama sekali meninggalkan rumah. Maka aku menjadi kaget ketika Chu Taihiap tadi mengatakan telah bertemu dengan ayahku beberapa
hari yang lalu....... Eh, dimanakah ayahku itu sekarang ?"
"Lhoh, bagaimana sih engkau ini........?"
"Chu Tai-hiap, sudahlah". panjang sekali kalau diceritakan.
Nanti kita berbicara lagi tentang itu kalau ada waktu.
Sekarang yang ingin kuketahui adalah........ di mana ayahku itu ?"
Chu Seng Kun tidak mendesak lagi. Pemuda itu bisa
meraba, tentu ada masalah apa-apa di antara gadis ini dengan ayahnya, sehingga gadis ini meninggalkan rumahnya dan
berbulan-bulan tak berhubungan lagi dengan ayahnya
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersebut. "Sayang aku tak mengerti di mana ayahmu berada
sekarang........ Hanya ketika aku bertemu dengan dia di desa Hok-cung, dia pergi dengan putera pangeran Chin itu........"
pemuda itu memberi keterangan.
Souw Lian Cu menjadi lemas kembali. Berita tentang
ayahnya yang telah bertahun-tahun dia tinggalkan itu
membuat hatinya menjadi sedih. Perasaannya tergugah, dan
kini rasanya dia menjadi rindu sekali kepada ayahnya itu.
Chu Seng Kun menghela napas. Pemuda itu dapat
merasakan kesedihan yang diderita oleh gadis tersebut. Maka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengalihkan perhatian ia menoleh kepada laki laki
basah kuyup yang sedari tadi cuma diam saja itu.
"Hmm, siapakah saudara ini...." Apakah saudara juga satu rombongan dengan nona Souw Lian Cu ?"
"Ah, benar.....! Lo-hu juga sampai lupa menanyakannya.
Sudah sekian lamanya berperahu bersama, kita belum juga
saling mengetahui nama masing-masing..." Pek-i Liong-ong tersentak pula dari lamunannya. Dengan sikap ramah ketua
Aliran Mo-kauw itu menatap penumpangnya tersebut.
Orang itu semakin tampak kegugupannya. Dengan gagap ia
menjawab. "Aku...... aku....eh, namaku Liok Cwan".."
"Liok Cwan?"" Chu Seng Kun dan Pek-i Liong-ong
menyebut nama itu dengan kening berkerut. Keduanya seperti mau memeras ingatan mereka masing-masing, siapa tahu
mereka pernah mendengar nama itu di dalam perbendaharaan
hati mereka. "Ya........ ya, aku Liok Cwan..... seorang pedagang dari Kota Raja Tiang An. Apakah tuan sudah pernah mendengar
namaku?" Chu Seng Kun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lalu apa maksud tuan pergi ke pantai malam- malam begini?" pemuda itu bertanya.
"Ough........oh, anu....... anu .......soal dagang tentu saja.
Aku mau menemui seseorang........ eh, maksudku....... aku
mau menemui langganan di sana."
"Ehmm !" Semuanya berdiam diri lagi. Sementara orang yang
mengaku bernama Liok Cwan itu semakin kelihatan gelisah
dan tidak tenang. Beberapa kali orang itu mengusap muka
dan lehernya dengan telapak tangan, seolah mau
mengeringkan keringatnya yang bercampur dengan air sungai
yang tadi membasahi tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam semakin dingin. Sementara permukaan airpun
semakin melebar, sehingga rasa-rasanya perahu mereka
sedang berlayar di sebuah telaga yang panjang dan tak tentu ujungnya. Tetapi dengan demikian perahu mereka malah
dapat melaju dengan lebih tenang, karena gelombang air
sungai juga tampak mereda. Meskipun demikian Pek-i Liongong masih harus tetap waspada pula dalam mengemudikan
perahunya, karena ternyata di sekitar mereka masih tetap
banyak perahu yang berlayar seperti mereka.
Chu Seng Kun mendekati Souw Lian Cu, kemudian duduk di
sampingnya. Liok Cwan berdiri jauh di ujung perahu,
sementara Pek-I Liong-ong tampak sibuk memegang kemudi
di buritan. "Kau tidak merasa dingin, nona?"?" Chu Seng Kun
membuka percakapan. "Tidak!" Souw Lian Cu menggeleng, lalu menundukkan
kepala. Mereka berdiam diri kembali.
"Jadi"..kau sudah lama sekali meninggalkan ayahmu" Ah,
dia tentu kebingungan mencarimu. Mengapa kau tidak
berusaha menemui ayahmu" Kulihat dia seperti sedang dalam
kesukaran sekarang...." sekali lagi Chu Seng Kun mencoba
menarik perhatian Souw Lian Cu, dan kali ini berhasil.
"Kesukaran" Apa yang tai-hiap maksudkan?" gadis itu
tersentak dari duduknya. "Bukankah dia pergi bersama........
ah, tidak!" tiba-tiba gadis itu membungkam mulutnya sendiri.
Sekilas matanya yang bening lembut itu berkilat tajam
menatap Chu Seng Kun. Sepintas lalu seperti akan marah tapi tak jadi.
Sebenarnya Souw Lian Cu mau mengatakan bahwa
ayahnya tentu pergi bersama Chu Bwee Hong, adik
perempuan Chu Seng Kun itu! Sebelum dia pergi
meninggalkan rumah dahulu dia melihat wanita ayu itu datang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersama seorang lelaki ke rumahnya. Tapi Souw Lian Cu tak
jadi mengatakannya. "Mengapa nona ......?" Chu Seng Kun mendesak, tapi gadis itu tetap tak mau menyebutkannya, sehingga akhirnya Chu
Seng Kun melanjutkan sendiri kata-katanya. "Memang ayahmu pergi dengan pangeran Chin itu".. dan........ Inilah yang amat mengherankanku ! Selamanya ayahmu tak mau menjadi
pelayan orang, apalagi menjadi tukang pukuI seperti itu.
Tentu ada apa-apanya dalam hal ini......."
"Apakah ayah tidak bertanya tentang aku ketika bertemu dengan tai-hiap?"
"Ah, waktu itu kami bertemu dalam sebuah pertempuran
yang luar biasa ributnya, sehingga tiada waktu untuk
berbincang-bincang dengannya. Hanya yang kulihat waktu itu ialah ayahmu seperti sedang tertekan jiwanya karena harus
melindungi seseorang tanpa dia kehendaki."
"Oh, ayah".!" gadis itu mengeluh dengan sedih. Timbul perasaan sesalnya karena telah meninggalkan ayahnya.
Chu Seng Kun membiarkan gadis itu merenung untuk
beberapa saat lamanya, sehingga suasana menjadi sunyi
kembali seperti tadi. Pek-i Liong-ong masih sibuk dengan tiang kemudinya, sedangkan Liok Cwan juga masih berdiri gelisah di ujung perahu.
"Nona........mengapa kau tega meninggalkan ayahmu
sampai berbulan-bulan lamanya" Bukankah kalian bertemu
dan berkumpul bersama juga belum lama " Apakah engkau
tidak merasa kasihan kepada ayahmu " Bagaimana kalau
saking sedihnya dia menjadi kambuh kembali
penyakitnya........?" dengan lembut Chu Seng Kun menegur Souw Lian Cu, seperti menegur adiknya sendiri.
Dalam hati Chu Seng Kun merasakan, tentu ada suatu
persoalan pelik yang membuat gadis ini pergi meninggalkan
ayahnya. Hanya yang belum bisa diketahui oleh pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah persoalan apakah itu " Meskipun demikian Chu Seng
Kun berusaha untuk menyadarkan Souw Lian Cu agar mau
kembali kepada ayahnya. Sebab bagaimanapun juga pemuda
itu sudah merasa dekat sekali dengan Souw Thian Hai, ayah
gadis ini. Mereka bersahabat akrab sekali, karena Chu Seng Kun itulah yang dahulu merawat dan mengobati penyakit lupa ingatan Souw Thian Hai. Malah tidak hanya itu saja hubungan baik yang terjadi di antara mereka karena tanpa diduga adik Chu Seng Kun yang bernama Chu Bwee Hong ternyata secara
diam-diam jatuh cinta kepada Souw Thian Hai yang telah duda dan beranak satu itu. Mungkin kalau tidak karena ulah Hek-eng-cu yang menculik adiknya itu mereka telah menikah
dengan bahagia. Diingatkan tentang penyakit ayahnya, Souw Lian Cu
menjadi merah mukanya. Dan Chu Seng Kun menjadi salah
tafsir, pemuda itu mengira Souw Lian Cu telah benar-benar
tergugah perasannya dan sudah teringat kembali kepada
penderitaan ayahnya. Tampaknya gadis itu mulai menyesali
kelakuannya. Maka dari itu Chu Seng Kun segera menyambung
perkataannya. "Nah, apakah engkau tidak merasa kasihan kepada ayahmu" Mengapa.....?"
Tapi pertanyaan itu terhenti dengan tiba-tiba. Dengan
kaget Chu Seng Kun mengawasi Souw Lian Cu yang berdiri
dengan mendadak. Dengan muka merah dan mata berkilatkilat karena penasaran gadis itu menatap Chu Seng Kun.
"Mengapa " Mengapa........" Mengapa engkau hanya
menyalahkan aku saja " Mengapa engkau tidak menyalahkan
yang lain juga" Mengapa ayahku itu mesti kawin lagi dengan orang lain, misalnya ?" gadis itu berseru dengan bibir gemetar dan hampir menangis, membuat Pek-i Liong-ong tersentak
kaget melihat mereka. Orang tua itu terlongong-longong
mengawasi Chu Seng Kun dan Souw Lian Cu silih berganti.
Begitu juga dengan Liok Cwan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh" Mau kawin lagi........" Kawin dengan siapa?" Chu Seng Kun berdiri juga dengan tidak kalah terkejutnya.
Otomatis pemuda itu lantas teringat kepada adiknya yang
hilang. "Dengan siapa lagi kalau tidak dengan enci Chu Bwee
Hong, adikmu.,......?" Souw Lian Cu menjawab keras, dengan muka masib tetap meradang.
"Whah" Apaaaa......." Adikku" Di mana dia sekarang?" Chu Seng Kun berteriak dan meloncat untuk menyambar lengan
Souw Lian Cu. Tapi dengan tidak kalah gesitnya, Souw Lian Cu melejit ke
belakang melewati atap perahu dan mendarat di dekat Pek-i
Liong-ong. Gerakannya yang amat ringan itu bukan main
indahnya, sehingga Liok Cwan yang semula tidak menyangka
bahwa gadis remaja itu bisa ilmu silat, menjadi ternganga
mulutnya. Tetapi Chu Seng Kun cepat mengejar pula dengan lebih
tangkas lagi. Meskipun bergerak kalah dulu, tetapi ternyata mereka mendarat di lantai perahu secara berbareng ! Mereka berdiri berhadap-hadapan lagi. Saking tegang hatinya, Chu
Seng Kun sampai pucat-pias wajahnya.
Memang dapat dimaklumi kalau Chu Seng Kun bersikap
demikian. Dua tahun lamanya pemuda itu mencari adiknya
tanpa mengenal lelah. Di dalam hati ia percaya bahwa pada
suatu saat ia tentu dapat bertemu dengan adiknya tersebut.
Meskipun Hek-eng-cu, yaitu orang yang melarikan Chu Bwee
Hong mengatakan bahwa adiknya telah mati, tetapi pemuda
itu tetap tidak mempercayainya. Chu Seng Kun percaya bahwa adiknya masih tetap hidup. Maka begitu mendengar Souw Lian Cu menyebut nama adiknya, otomatis pemuda itu seperti
orang kesetanan! "Souw Lian Cu ! Apakah kau melihat Chu Bwee Hong "
Dimana dia sekarang ?" Chu Seng Kun berteriak keras tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempedulikan Pek-i Liong-ong yang berdiri tak jauh dari
tempatnya. "Seng Kun ! Ingatlah, kenapa kau ini.......?" Pek-i Liong-ong berseru memperingatkan.
Chu Seng Kun menoleh. Wajahnya masih tetap tegang.
"Lo-cianpwe, jangan khawatir"! Aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya kepada gadis ini tentang adikku, Chu Bwee
Hong. Adik perempuanku itu telah lenyap diculik oleh Hekeng-cu dua tahun yang lalu dan sampai hari ini belum juga
kembali"." "Diculik oleh Hek-eng-cu dua tahun yang lalu?" sepasang mata Souw Lian Cu terbelalak dan wajahnya menjadi pucat
seketika. "Jadi .... jadi lelaki yang datang ke rumahku bersama enci Bwee Hong itu adalah ". Hek-eng-cu?" gadis itu berseru dengan suara serak.
Sekali lagi Chu Seng Kun menyambar lengan Souw Lian Cu,
dan kali ini gadis itu tidak mengelak lagi. Gadis itu telah menjadi lemas karena khawatir atas nasib ayahnya.
"Jadi....... eh, jadi Hek-eng-cu telah membawa Bwee Hong ke rumahmu" Lalu........lalu bagaimana keadaannya" Di mana dia sekarang?" Chu Seng Kun mengguncang lengan yang
dipegangnya itu keras-keras.
Souw Lian Cu yang sekarang telah mulai merasakan adanya
sesuatu hal yang tidak beres dalam persoalan ini segera
bercerita tentang apa yang telah terjadi di rumahnya pada dua tahun yang lalu. Semuanya ia ceritakan tanpa terkecuali,
termasuk pula rasa tidak suka dalam hatinya berhubung
ayahnya teIah jatuh cinta lagi kepada wanita lain selain
ibunya. "Oohh....!" Chu Seng Kun berdesah dan menjadi lemas pula seperti Souw Lian Cu. "Jadi....... jadi kau juga tak tahu pula kemana Chu Bwee Hong pergi" Oh, kemana sebenarnya anak
itu" Apakah dia benar-benar telah dibunuh oleh Hek-eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cu........?" pemuda itu mengeluh sedih, kemudian
menjatuhkan dirinya di atas bangku.
"Hmmh.,. adikmu diculik oleh Hek-eng-cu" Kenapa engkau tidak mencari orang itu dan mengambiInya kembali ?" tiba-tiba Pek-i Liong-ong menggeram. Bagaimanapun juga sikap
yang ditunjukkan oleh Chu Seng Kun tadi kepadanya, tetapi
kedua kakak beradik itu tetap keponakan muridnya juga. Maka perbuatan Hek-eng-cu itu sedikit banyak juga membuat malu
dirinya pula. "Aku telah menemui orang itu. Tetapi selain kepandaiannya sangat tinggi, kawannyapun sangat banyak dan rata-rata ilmu mereka setingkat dengan aku. Bagaimana aku bisa menang
melawan dia.......?" Chu Seng Kun menjawab hampir merintih.
"Begitukah.......?" Pek-i Liong-ong merah mukanya. "Coba kausebutkan, siapa saja teman temannya itu!"
Chu Seng Kun menghela napas. "Song-bun kwi Kwa Sun
Tek, enam orang Iblis dari Ban-Kwi-to dan........ seorang jago lihai lagi yang belum kukenal namanya!" pemuda itu
menyebutkan semua lawannya.
"Hmmh, baik......!" ketua Aliran Mo-kauw itu menggeram lagi. "Seng Kun ! Dengarlah ! Kini kau bersiap-siaplah, karena sebentar lagi kita akan bertemu dengan Hek-eng-cu....! Kau hadapilah musuhmu itu dengan tenang! Biarlah aku nanti yang membantumu menghadapi kawan-kawannya ......"
"Hah " Jadi penjahat keji itu benar-benar berada di sekitar tempat ini?" Chu Seng Kun terlonjak dari tempat duduknya.
"Benar! Tunggulah.....!" Pek-i Liong-ong menjawab tegas.
"Oh, Tuhan....... terima kasih!"
Demikianlah, malam telah semakin larut dan perahu
mereka juga semakin dekat dengan tempat tujuan. Suara
debur ombak juga sudah mulai terdengar pula di telinga
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, lihatlah itu ! Lautan telah kelihatan dari tempat ini......." Pek-i Liong-ong menunjuk ke kaki langit sebelah timur, di sana sebuah garis putih tampak membentang dari
utara ke selatan. Sebuah garis melengkung yang seolah-olah membatasi langit dan bumi. Souw Lian Cu melangkah ke
ujung perahu, kemudian memandang garis putih itu dengan
takjub. "Alangkah indahnya.......!" gadis itu bergumam perlahan.
"Ya ! Tapi sebentar lagi kita juga harus segera merapat ke pinggir, karena sangat berbahaya sekali membawa perahu
kecil ini ke muara. Tempat itu benar-benar sangat berbahaya.
Hanya perahu-perahu besar saja yang dapat melewatinya.
itupun kalau cuaca sedang baik. Di muara itu terdapat
pusaran-pusaran air yang mampu menghisap dan menelan
perahu-perahu kecil seperti kepunyaan kita ini untuk kemudian dimuntahkan kembali di tengah-tengah laut sana," tiba-tiba orang yang bernama Liok Cwan itu menyahut dengan wajah
ketakutan, sehingga Souw Lian Cu yang sedang menikmati
keindahan alam itu menjadi ngeri pula hatinya.
Tapi apa yang dikatakan oleh orang itu memang benar
pula. Beberapa saat kemudian perahu mereka telah mencapai
dusun yang terakhir, yaitu sebuah dusun yang tumbuh di
pinggir sungai seperti juga halnya dusun Ho-ma-cun yang
siang tadi mereka tinggalkan. Mereka melihat banyak sekali perahu-perahu dan sampan yang ditambatkan pada tonggak-tonggak kayu yang disediakan di tepian sungai. Meskipun
waktu telah larut malam, keadaan di tempat itu ternyata
masih tampak hidup dan bergairah. Warung-warung kecil yang bertebaran di sepanjang sungai juga masih tampak terbuka
pintunya. Sehingga sinar lampunya yang terang benderang
menyorot keluar melalui pintu dan jendelanya, menyibakkan
selubung kegelapan malam yang melingkupi dusun kecil
tersebut. Beberapa orang lelaki tampak hilir-mudik di sekitar warung-warung itu. Dari jauh kelihatan seperti bayang-bayang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam yang sekali-kali tampak menembus cahaya lampu yang
keluar dari pintu warung.
Pek-i Liong-ong membelokkan perahunya ke pinggir,
kemudian menambatkannya di tempat yang kosong.
Semuanya ikut turun, dan Liok Cwan bergegas datang
mendekati Pek-i Liong-ong untuk memberikan bayaran emas
yang telah ia janjikan tadi. Tapi dengan tegas ketua Aliran Mokauw itu menolaknya.
"Ah, tidak usah. Berikan saja benda itu kepada fakir miskin yang lebih membutuhkan!"
"Fakir miskin........" Oh, ya....... ya ! Terima kasih ! Akan saya laksanakan perintah tuan ini. Sekarang aku........ aku mohon diri !"
Liok Cwan terbungkuk-bungkuk mengiyakan. Dan sebentar
kemudian orang itu telah melangkah pergi dengan tergesagesa dan menghilang dalam bayang-bayang kegelapan
malam. "Siapakah sebenarnya orang itu" Gerak-geriknya
mencurigakan sekali.....!" Chu Seng Kun bergumam perlahan.
Pek-i Liong-ong melangkah menghampiri Chu Seng Kun
dan berdiri di samping pemuda itu. Matanya yang tajam
berkilat itu menatap ke tempat gelap, di mana Liok Cwan tadi menghilang.
"Entahlah. Mungkin juga dia salah seorang yang tahu
masalah harta karun itu dan sekarang datang untuk ikut
memperebutkannya," orang tua berkata perlahan pula.
"Harta karun" Harta karun apa itu ?" Chu Seng Kun bertanya heran. "Jadi tujuan lo-cianpwe kemari ini untuk memperebutkan harta karun" Ah, lalu bagaimana rencana
pertemuan kita dengan Hek-eng-cu itu?"
"Ahaa, bersabarlah.......! Sebentar lagi kita juga akan bertemu dengan dia, sebab dialah yang nanti menjadi tokoh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utama dalam masalah perebutan harta karun ini," Pek-i Liong-ong menjawab cepat. Lalu dengan cepat pula orang tua itu
menceritakan serba sedikit tentang pertemuan di Pantai
Karang tengah malam nanti.
"'Pantai Karang" Bukankah tempat itu adalah tempat
penyeberangan ke Pulau Meng-to" Apakah dalam hal ini Kehsim Siauw-hiap ikut terlibat juga ?"
Pek-i Liong-ong tidak menjawab. Orang tua itu hanya
mengangkat pundaknya tanda tak mengerti lalu berjalan
perlahan ke tempat yang agak gelap. Chu Seng Kun dan Souw
Lian Cu segera melangkah pula mengikutinya. Dari tempat itu mereka memperhatikan orang-orang yang hilir-mudik di
sekitar mereka. "Apakah yang lo-cianpwe cari?" Souw Lian Cu bertanya.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lebih baik kita berhati-hati di sini. Kulihat banyak orang yang mencurigakan berkeliaran di tempat yang sepi ini. Siapa tahu ada orang yang telah mengenal kita?"
"Apakah kita tidak langsung saja menuju ke Pantai Karang sekarang ?" Souw Lian Cu bertanya.
"Tentu! Tapi kita mesti melalui orang-orang itu pula, bukan" Tiada jalan lain selain menerobos dusun ini bila kita mau menuju ke Pantai Karang itu. Sebelah timur dusun ini
adalah rawa-rawa, sementara sebelah barat adalah bukit-bukit terjal yang sukar dilalui. Jika kita mengambil jalan dengan cara mengendap-endap di pinggiran dusun, kita justru akan
dicurigai orang. Siapa tahu kita malahan berjumpa dengan
seorang tokoh sakti di sana?"
"Jadi........?"
"Kita menyeberangi jalan dusun ini.......!" Pek-i Liong-ong menjawab tegas.
Kemudian mereka bertiga keluar dari tempat gelap itu dan
berjalan perlahan ke Jalan besar yang membelah dusun kecil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dengan sikap yang wajar, seolah-olah mereka bertiga
adalah rombongan pedagang yang sedang kemalaman di jalan
dan kini bermaksud singgah untuk mencari penginapan di
dusun itu. Mereka melangkah di antara orang-orang yang hilir mudik di jalan tersebut. Mereka sengaja melewati tempat-tempat yang agak gelap dan tidak mendapatkan sinar secara
langsung dari pintu dan jendela warung yang terbuka.
Sementara itu secara diam-diam mereka mengawasi orangorang yang sedang makan minum di dalam warung serta
orang-orang yang hilir mudik dan berpapasan dengan mereka
di jalan. Meskipun diantara orang-orang yang mereka jumpai itu tidak ada yang terasa aneh atau mencurigakan tapi Pek-i Liong-ong percaya bahwa tentu ada seorang atau dua orang
diantara orang-orang itu yang mempunyai tujuan yang sama
dengan mereka, yaitu pergi ke Pantai Karang.
"Kelihatannya seperti tidak ada apa-apa tapi bila kita rasakan dengan sungguh-sungguh, kita akan merasakan
sesuatu yang aneh dan menegangkan menyelubungi dusun
ini....... Lihatlah orang-orang yang duduk makan minum di
dalam warung itu !" Pek-i Iiong-ong menunjuk ke sebuah warung di pinggir jalan. "Kelihatannya mereka makan dan minum dengan wajar. Tapi bila kita perhatikan benar-benar, kalian akan menemukan seorang atau dua orang yang selalu
melirik ke sana ke mari, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
Misalkan orang yang berbaju kuning dan biru itu...,"
Chu Seng Kun dan Souw Lian Cu cepat memperhatikan
dengan seksama dua orang yang ditunjuk oleh Pek-i Liongong itu. Dua orang itu tampak tegap dan gagah, gerakgeriknya juga sangat tenang dan berwibawa. Mereka duduk
terpisah agak jauh, meskipun begitu mereka sering tampak
memberi isyarat atau saling berkedip satu sama lain.
"Ah ! Lo-cianpwe, aku mengenal dua orang itu !" tiba-tiba Chu Seng Kun berseru tertahan.
"Siapakah mereka?" ketua Aliran Mo-kauw itu tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka adalah anggota barisan Sha-cap-si-wi (Tigapuluh Pengawal Rahasia Kerajaan)!"
"Anggota Sha-cap-si-wi yang amat terkenal dan sangat
dibangga-banggakan oleh Kaisar Han itu?"
"Benar. Aku pernah mengenal dua orang itu ketika pada suatu hari aku berjumpa dengan Kaisar Han. Kedua orang itu malah pernah diperbantukan padaku ketika Kaisar Han
berusaha membantu aku untuk mencari adikku."
"Hmmmm .... Ialu apa maksudnya kedua orang itu di sini"
Apakah Kaisar Han juga telah mencium berita tentang harta
karun itu" Rasanya mustahil......" Pek-i Liong-ong
mengerutkan keningnya. "Mungkin Kaisar Han memang telah mendengar juga
tentang hal itu. Tetapi mungkin juga belum!" Chu Seng Kun menyatakan pendapatnya. "Setahun yang lalu Kaisar Han telah menyebar tigapuluh orang pengikut pilihan itu ke seluruh negeri untuk mencari Cap Kerajaan yang hilang ........ Hanya persoalannya sekarang adalah....... apakah kedatangan dua
orang ini kemari dalam rangka mencari Cap Kerajaan itu atau bukan?"
Mereka berbincang sambil berjalan. Tapi kini mereka harus
semakin berhati-hati, karena di dusun itu ternyata berkumpul jago-jago silat dari kerajaan pula. Mereka berjalan dengan hati-hati di tempat-tempat yang gelap yang jauh dari sinar lampu.
Tiba-tiba Souw Lian Cu menggamit lengan Pek-i Liong-ong
dan Chu Seng Kun. Gadis itu lalu mengangkat jari telunjuknya ke arah bangunan yang mirip dengan kandang kuda di dekat
warung yang paling ujung.
"Lo-cianpwe, lihat........! Bukankah dia orang yang bernama Liok Cwan tadi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana " Oh, benar........! Sedang berbicara dengan siapa dia ?"
Sambil memperlambat langkah kaki mereka melirik ke arah
Liok Cwan. Tampak oleh mereka Liok Cwan sedang berdiri
berhadapan dengan seorang laki-laki berbadan tinggi gemuk
di emper sebuah kandang kuda yang tak jauh letaknya dari
jalan. Sebuah lampu teng yang tergantung di depan pintu
kandang menerangi wajah kedua orang itu. Keduanya tampak
asyik berbicara dengan serius, kelihatannya sedang
membicarakan persoalan yang amat penting.
"Hei, bukankah orang itu".?" Pek-i Liong-ong dan Chu
Seng Kun berdesah berbareng sehingga mereka saling
memandang satu sama lain dan tidak meneruskan
perkataannya. "Hah " Siapa".?" Souw Lian Cu memandang kedua orang
temannya itu berganti-ganti.
"Dia adalah salah seorang dari dua orang mencurigakan
yang telah kuikuti jejaknya itu."
"Hei "! Jadi orang itu adalah kawan dari Hek-eng-cu "
Hmm, kalau begitu Liok Cwan itu juga salah seorang kawan
dari Hek-eng-cu pula.... Wah, kita tadi terkecoh jadinya!
Setengah harian dia berperahu dengan kita, kita sampai tidak menyadarinya. Padahal kita tadi membicarakan persoalan Hek-eng-cu seenak kita sendiri.... " Souw Lian Cu menggerutu.
"Benar ! Kita memang kurang berhati-hati tadi. Kita terlalu meremehkan orang yang sebenarnya wajib kita curigai. Awal
pertemuan kita yang sangat aneh itu seharusnya telah
membuat kita berwaspada terhadap dia. Tapi ....sudahlah!
Semuanya telah terlanjur. Hanya kini kita tidak bisa enakenakan lagi, karena orang yang akan kita jumpai tentu telah tahu akan kedatangan kita. Mungkin mereka akan menyambut
kita secara meriah atau mungkin juga malah tidak menyambut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama sekali ! Mungkin mereka tidak akan menampakkan diri
karena tidak ingin rahasia mereka diketahui orang lain."
Pek-i Liong-ong bergegas menyelinap meneruskan
langkahnya, diikuti oleh Chu Seng Kun dan Souw Lian Cu.
Mereka melangkah dengan cepat, sehingga sebentar
kemudian mereka telah keluar dari dusun itu.
"Marilah kita mengerahkan gin-kang kita, agar kita lekas-lekas meninggalkan tempat ini! Kawan-kawan Hek-eng cu
yang berada disini tentu akan berusaha mencari kita."
Pek-l Liong-ong menjejakkan kakinya ke tanah dan sekejap
kemudian tubuhnya telah melesat ke depan dengan cepat
sekali ! Chu Seng Kun mengikuti pula tidak kalah gesitnya.
Tubuhnya yang jangkung itu 'terbang" di belakang Pek-i Liongong seperti bayang-bayang saja. Sebagai ahli waris ilmu Pek-in Gin-kang, mereka berdua dapat bergerak cepat seperti kilat.
Hanya tingkatan ilmu mereka saja yang berbeda, Pek-i Liongong sebagai ahli waris langsung dan Bu-eng Sin-yok-ong
tampak lebih matang dan lebih sempurna dari pada Chu Seng
Kun. Kedua orang itu melesat pergi meninggalkan Souw Lian Cu
begitu saja, karena agaknya mereka telah yakin bahwa gadis itu akan dapat berlari cepat pula seperti mereka. Sebagai
keturunan keluarga Souw, Souw Lian Cu tentulah mempunyai
gin-kang yang hebat juga, meskipun belum sehebat dan
setinggi ayahnya tentunya.
Memang benar juga. Karena dua orang kawannya telah
melesat meninggalkan dirinya, Souw Lian Cu terpaksa
mengerahkan pula ilmu meringankan tubuhnya agar dapat
mengejar mereka. Bagaikan seekor kijang berlari kaki gadis itu menjejak tanah dan berloncatan cepat sekali menerobos
semak belukar meninggalkan dusun kecil tersebut. Biarpun
tidak bisa mengejar Pek-i Liong-ong dan Chu Seng Kun, tetapi setidaknya dia juga tidak akan tertinggal jauh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, mereka bertiga berlari cepat sekali menuju ke Pantai Karang yang letaknya sudah tidak begitu jauh lagi dari tempat itu. Mereka berlari di antara semak-semak belukar,
rumput-rumput ilalang dan batu-batu karang yang bertonjolan di tepi pantai.
"Lihat, kita sudah hampir tiba di Pantai Karang! Pukul berapa sekarang?" Pek-i Liong-ong menoleh sambil
memperlambat langkah kakinya.
"Sudah hampir tengah malam. Kita masih mempunyai
sedikit waktu lagi untuk melihat-lihat suasana di tempat itu?"
Chu Seng Kun menjawab. "Dimanakah Souw Lian Cu ?"
"Dia masih berada di belakang!" Chu Seng Kun
mengarahkan ibu jari tangannya ke belakang melalui
pundaknya. Pek-i Liong ong menghentikan larinya, kemudian menoleh
ke belakang. "Hebat juga gin-kang gadis itu"..!"
"Tentu saja, seekor singa tak mungkin beranakkan kambing
! Souw Thian Hai demikian saktinya, masakan anaknya tidak
bisa apa-apa?" Chu Seng Kun berhenti berlari pula dan berdiri di depan Pek-i Liong-ong.
"Kau benar, Seng kun ".."
Sebentar kemudian Souw Lian Cu telah datang, napasnya
terengah-engah. "Wah, kalian ini sungguh kejam! Masakan aku ditinggalkan begitu saja ......" gadis itu menggerutu dengan bibir cemberut.
Pek-i Liong-ong datang menghampiri Souw Lian Cu dan
menepuk-nepuk pundak gadis itu. "Sudahlah, kau jangan marah! Bukankah kita sedang mengejar waktu tadi " Sekarang kita dapat berjalan bersama-sama lagi" Lihat, kita telah
sampai di Pantai Karang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menunjuk ke bawah lereng, di mana air laut
menjilat pantai. "Oh " Tapi" tapi dimanakah adanya batu-batu karang yang berbentuk aneh itu?" tiba-tiba Souw Lian Cu berseru perlahan.
"Hah " Hei, Lian Cu.... kau benar! Di manakah batu-batu itu?" Pek-i Liong-ong tersentak kaget pula seperti orang yang baru dibangunkan dari tidurnya.
"Oh, iya ! Kemana larinya batu-batu itu " Dan". Eh,
kenapa pula angin laut ini bertiup demikian kuatnya ?" Chu Seng Kun ikut berseru heran juga.
Seperti diketahui bahwa pantai tempat penyeberangan ke
Pulau Meng-to itu disebut orang dengan nama Pantai Karang, karena di pantai itu berserakan batu-batu karang besar yang mempunyai bentuk aneh-aneh. Ada yang seperti seekor naga
sedang mengangakan mulutnya, ada yang menyerupai
manusia sedang berkelahi, dan ada juga yang mirip seekor
binatang ki-lin, yaitu seekor binatang yang sangat disenangi dan dipuja oleh sebagian penduduk negeri itu.
Tapi sekarang batu-batu tersebut tidak ada di sana,
semuanya hilang lenyap tak berbekas. Kini yang terlihat
justeru gelombang air yang bergulung-gulung menggelora
menghajar pantai. Buih air yang berwarna putih tampak pula memenuhi pinggiran pantai yang menjorok ke tengah laut itu.
Sementara hembusan angin laut yang amat kuat tampak
menerbangkan butiran-butiran air yang memercik ketika
gulungan ombak menghempas tebing karang !
"Seng Kun, kaulihatlah ! Agaknya sekarang memang
sedang terjadi air pasang di sini"!" Pek-i Liong ong berkata sedikit lebih keras, karena tiupan angin mulai bergemuruh
menulikan telinga mereka.
"Hmm, kelihatannya malah akan terjadi badai laut di sini."
Chu Seng Kun berseru pula sambil mengusap mukanya yang
mulai basah pula oleh hembusan angin yang mengandung air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-i Liong-ong menengadahkan kepalanya dan menatap
awan hitam yang bergumpal-gumpal menutupi bintang.
Kemudian sambil menghela napas dalam-dalam orang tua itu
mengawasi pantai yang sunyi sepi itu.
"Dugaanmu agaknya memang benar. Sebentar lagi
mungkin akan terjadi badai laut yang dahsyat. Hmmm,
lalu".bagaimana dengan pertemuan itu, ya ".?" Pek-i Liongong berkata. "Entahlah! Tempat ini kelihatannya sepi benar...." Chu Seng Kun menoleh kesana kemari.
"Yaa" kelihatannya memang sepi, tapi keadaan yang
sebenarnya kukira tidak demikian halnya. Aku berani bertaruh di sini tentu telah banyak orang yang bersembunyi dan
menantikan saat keluarnya atau saat diketemukannya harta
karun itu. Aku yakin diantara semak-semak dan batu-batu
karang itu tentu ada orangnya." Pek-i Liong-ong bergumam pula sambil menebarkan pandangannya, ke lereng tebing yang berada di bawah mereka.
Chu Seng Kun menatap ketua Aliran Mo-kauw itu sebentar
kemudian mengangguk-angguk. Dalam hatinya pemuda itu
membenarkan kata-kata orang tua tersebut.
"Lalu....... apa yang mesti kita perbuat, lo-cianpwe ?"
tanyanya perlahan, sehingga hampir saja suaranya hilang
tersapu angin laut yang bertiup amat kencang itu.
"Ya..... tentu saja kita harus menunggu keluarnya orang yang akan kita cari itu." orang tua itu menjawab. "Marilah kita mencari tempat persembunyian yang enak!"
"Mari. Eh, nona Souw.....marilah kita beristirahat dahulu !"
Chu Seng Kun mengajak Souw Lian Cu yang sedari tadi cuma
diam saja tak berkata-kata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu kelihatan terkejut. "Apa " Oh, anu........ya,......
ya.....marilah!'' katanya tergagap, sehingga Chu Seng Kun
yang melihatnya menjadi tersenyum.
"Ah, engkau melamun........ nona," pemuda itu berkata sambil melangkah mengikuti ketua Mo-kauw.
"Oh ! Tidak........ tidak!" gadis itu tersipu-sipu malu.
Pek-i Liong-ong berjalan ke samping kiri di mana terdapat
banyak batu-batu karang besar yang berserakan diantara
semak-semak perdu yang lebat. Ternyata orang tua itu tidak menuruni lereng tebing yang luas itu.
"Kita tak usah turun mendekati pantai. Biarlah kita di atas sini saja. Dengan berada di atas kita bisa melihat dengan
bebas ke lereng dan ke pantai. Setiap orang yang muncul di tempat itu akan segera kita ketahui."
Akhirnya ketiga orang itu memilih duduk berdesakan di
celah sebuah batu karang besar yang berlobang besar di
tengah-tengahnya. Pek-i Liong-ong duduk bersila di tengah, sementara Chu Seng Kun dan Souw Lian Cu duduk di kanan
kirinya. Mereka duduk diam tanpa mengeluarkan ucapan
sepatah katapun, mereka menatap lereng tebing di depan
mereka dengan sikap tegang.
Rasanya waktu berjalan dengan lambat sekali. Rasanya
kaki Souw Lian Cu sudah mulai kesemutan, tapi suasana di
tempat itu masih tetap sepi dan sunyi. Mereka tak melihat
sesosok bayangan pun yang muncul atau melintasi lereng di
depan mereka. Sejak tadi mereka cuma melihat bayangbayang hitam dari semak-semak kecil atau batu-batu karang
yang bertebaran di lereng nun luas itu.
"Jam berapa sekarang,......?" Pek-i Liong-ong yang sudah mulai tidak sabar itu menoleh kepada Chu Seng Kun.
"Sudah lewat tengah malam,......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heran! Apakah orang-orang itu tidak jadi kemari" Kakiku rasanya sudah kesemutan....." orang tua itu mengeluh sambil melirik Souw Lian Cu. "Bagaimana,, nona.....?"
Souw Lian Cu seperti tak mendengar pertanyaan itu. Gadis
itu sudah mulai melamun lagi. Wajahnya yang ayu itu tampak menatap dengan tegang dan gelisah ke tengah-tengah lautan.
Hati dan pikirannya telah dipenuhi lagi dengan bayangan Kehsim Siauw-hiap, seorang lelaki pemurung yang mengasingkan
diri di Meng-to karena cintanya yang gagal.
"Nona Souw......" Chu Seng Kun memanggil pula dengan
suara perlahan. Souw Lian Cu tetap tak bereaksi sedikitpun. Wajah itu
malah tampak semakin sendu sehingga Pek-i Liong-ong dan
Chu Seng Kun saling memandang dengan heran. Apalagi
ketika wajah yang semula sendu itu tiba-tiba berubah menjadi berseri-seri gembira. Mata yang bening indah itu menatap
dengan suka-cita ke tengah-tengah lautan, seolah-olah gadis itu menemukan kekasihnya di sana.
"Dia....dia datang,,,,,,..! Oh, dia benar-benar datang......."
gadis itu mendadak berbisik dengan gembira.
Pek-i Liong-ong menoleh kepada Chu Seng Kun dengan
kening berkerut, begitu pula dengan pemuda itu ! Chu Seng
Kun menatap ketua Aliran Mo-kauw tersebut dengan wajah
tak mengerti ! Tapi keduanya secara otomatis lalu menoleh ke atas ke tengah laut, mengikuti arah pandangan Souw Lian Cu.
Dan........tiba-tiba mata mereka menjadi terbelalak !
"Hah"!" Lo-cianpwe" lihat! Ada orang datang dengan
meluncur di atas ombak... !" Chu Seng Kun berseru perlahan, jarinya menunjuk ke tengah laut, ke arah bayangan hitam
yang meluncur di atas permukaan air.
Pek-i Liong-ong mengangguk-angguk. Orang tua itu juga
melihat sesosok bayangan hitam yang berjalan cepat di atas permukaan air yang bergelombang besar. Bayangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak begitu jelas dalam keremangan malam itu tampak timbul tenggelam dipermainkan ombak. Mantel lebar yang membelit
pundaknya berkibar ke belakang ditiup angin, sehingga
sepintas lalu seperti sebuah perahu yang sedang memasang
layer. "Hek-eng cu"!" ketua Aliran Mo-kauw itu berbisik.
"Keh-sim Siauw hiap......!" Souw Lian Cu berbisik pula di
dalam hatinya. Ternyata jalan pikiran mereka berbeda. Souw Lian Cu yang
sedang terbelenggu oleh bayangan pendekar Pulau Meng-to
itu menganggap bayangan yang meluncur di atas permukaan
air laut tersebut adalah Keh-sim Siauw hiap. Sedangkan Pek-i Liong ong dan Chu Seng Kun yang sejak semula memang
ingin menemui Hek-eng-cu di situ, segera mengira bahwa
bayangan tersebut tentulah orang yang mereka cari-cari itu.
Bayangan itu meluncur datang semakin dekat, sehingga
caranya meluncur di atas permukaan air itu terlihat dengan jelas. Di bawah sepasang sepatunya tampak terikat sepotong bambu sepanjang satu setengah atau dua meter. Sekali-sekali potongan bambu itu tampak mencuat di atas permukaan air.
Orang itu memakai pakaian hitam-hitam dan mantel
berwarna hitam pula. Kepalanya tertutup sebuah topi lebar
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbuat dari bambu hitam yang halus anyamannya. Dan dari
jauh wajahnya tidak begitu jelas terlihat, apalagi dari
pinggiran topinya terjuntai lembaran sutera tipis yang
menutupi seluruh wajah orang itu.
Bayangan hitam yang tidak lain memang Hek-eng cu itu
mulai memasuki perairan Pantai Karang. Dan sebelum
tubuhnya yang ringan bagai kapas itu meloncat ke daratan,
dari dalam mulutnya terdengar suara siulan nyaring yang
melengking mengatasi gemuruhnya ombak dan angin yang
berkecamuk di tempat itu.
Pedang Penakluk Iblis 5 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Walet Besi 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama