Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 30

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 30


lekat, tapi kegelapan malam ternyata tidak dapat
membantunya untuk mengenali orang itu.
"Kalau begitu kaliankah yang merusakkan pohon cemara
tua itu?" Chin Yang Kun bertanya.
Hek-eng-cu memiringkan kepalanya yang tertutup oleh topi
dan kerudung itu. "Eh! Apakah yang kaumaksudkan adalah pohon cemara
yang tumbang itu" Yah"..kalau itu yang kaumaksudkan,
memang akulah yang menumbangkannya. Habis, pagi tadi
gadis itu bermaksud melarikan diri dan bersembunyi di puncak pohon itu, maka aku terpaksa menumbangkannya".." orang
itu berkata dengan tenang.
"Hmm"..bukan itu yang kumaksudkan! Yang kumaksudkan
adalah bekas guci tanah liat yang merusakkan kulit pohon
itu?"" Sebenarnya Chin Yung Kun hendak mengatakan......... guci
tanah liat yang merusakkan guratan namanya itu tapi karena takut dikatakan terlalu kekanak-kanakan, maka ia lalu batal menyebutkannya. Pemuda itu cuma mengatakan tentang kulit
pohon itu saja yang rusak.
"Bekas guci tanah liat" Huh"... siapa yang membawa guci tanah liat ke tempat ini?" Hek-eng-cu malah kaget mendengar perkataan Chin Yang Kun itu. Kepalanya menoleh kesana
kemari, seolah-olah ingin memastikan bahwa Chin Yang Kun
hanya sendirian datang ke tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya Chin Yang Kun juga merasa heran melihat sikap
Hek-eng-cu yang aneh itu. Tetapi karena tidak bisa menebak hati lawannya, pemuda itu juga diam saja.
"Guci tanah liat"..guci tanah liat....," iblis berkerudung itu bergumam terus seperti orang linglung. "Eh, apakah guci itu berwarna putih kekuningan seperti warna......gading gajah?"
"Ya......! Memangnya ada apa ?" Chin Yang Kun
mengangguk dengaa kening berkerut.
"Ah, setan itu lagi-lagi datang membayangiku.......!" Hek-eng-cu menggeram.
"Siapa" Apa yang kaukatakan?" Chin Yang Kun yang tidak begitu mendengar ucapan lawannya itu menegaskan.
Tapi Hek-eng-cu diam saja tak menjawab. Iblis
berkerudung itu kembali termangu-mangu di tempatnya.
Berita tentang guci yang terbuat dari tanah liat itu tampaknya benar-benar sangat mengganggu ketenangannya. Begitu
risaunya hatinya sehingga beberapa kali mulutnya berdesah
panjang pendek. Malahan di lain saat tanpa mempedulikan
Chin Yang Kun lagi, ia berteriak ke segala penjuru dengan
tenaga dalamnya yang dahsyat.
"Penyanyi Sinting........! Hayo, keluarlah kalau kau memang ingin bermain-main denganku ! Jangan selalu bermain kucing-kucingan saja.......!"
"Penyanyi Sinting" Siapakah yang dimaksudkan itu ?" Chin Yang Kun bertanya-tanya di dalam hatinya.
Teriakan Hek-eng-cu itu bergema di dalam Iembag seperti
gemuruhnya halilintar yang hendak menyingkirkan kelamnya
malam di saat itu. Dan diam-diam Chin Yang Kun bergetar
juga hatinya menyaksikan kedahsyatan ilmu lawannya. Lagilagi pemuda itu menjadi ragu-ragu akan kemampuannya
sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan! Aku tidak takut mati!" Chin Yang Kun
menggeram di dalam hatinya.
Pemuda itu melangkah ke depan. Tapi sebelum mulutnya
membuka suara, tiba-tiba kesunyian malam itu dikuakkan oleh suara nyanyian yang seolah-olah juga bergema di seluruh
lembah itu. Malahan suara nyanyian itu diiringi pula dengan suara harpa yang melengking-lengking tinggi.
Chin Yang Kun terkejut di dalam hati. Dengan ketajaman
serta ketinggian Liong-cu-I-kangnya, ternyata dia tak bisa menemukan sumber atau asal dari suara itu. Suara itu
bergema dimana-mana. Dari pada memegang sampai penuhnya
Lebih baik berhenti pada saatnya.
Menempa untuk mencapai tajamnya
Tidak akan tahan lama, Ruangan penuh dengan emas dan permata
Tak mungkin bisa dijaga, Angkuh karena kemewahan dan kemuliaan
Dengan sendirinya akan membawa bencana.
Tugas selesai, nama menyusul, diri mundur
Demikian jalan yang ditempuh Langit!
"Ahh"..kalau tak salah syair ini diambil dari kitab To-tikking bagian ke sembilan. Dan kelihatannya syair ini memang ditujukan kepada Hek-eng-cu," Chin Yang Kun yang sejak kecil juga diajari menulis dan membaca kesusasteraan lama itu
berkata di dalam hatinya.
Dilain pihak Hek-eng-cu tampaknya juga merasakan
sindiran itu. Buktinya dengan kemarahan yang meluap-luap
tiba-tiba saja tubuhnya melesat bagai kilat ke depan, menuju Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke gerumbul perdu di belakang rumah. Kedua belah telapak
tangannya yang penuh berisi Pat-hong sin-kang (Tenaga Sakti Delapan Penjuru) itu tampak mendorong ke depan dengan
kekuatan penuh! Tapi hampir bersamaan pula dengan gerakan Hek-eng-cu
tersebut, Chin Yang Kun juga melenting pula ke depan dengan tangkasnya, mengejar Hek-eng-cu! Lengan kanan pemuda itu
memanjang hampir dua kali lipat panjangnya ke arah
punggung iblis berkerudung itu. Dalam kagetnya pemuda itu
mengira bahwa Hek-eng-cu hendak melarikan diri.
"Bangsat, jangan lari kau"..!"
Kroooosak"..broooollll !
Srrrt"..! Plaaaak! Bagaikan dihantam oleh angin puting beliung yang maha
dahsyat gerumbul perdu di belakang rumah itu tiba-tiba
meledak berhamburan ke sekelilingnya! Tempat yang semula
rimbun dan gelap itu mendadak berubah menjadi terang dan
lapang. Namun demikian si penyanyi yang dikira bersembunyi di tempat itu ternyata tidak berada di sana. Tempat tersebut kelihatan kosong tidak ada apa-apanya. Sementara itu, seperti tidak pernah terjadi apa apa, suara nyanyian itu terus saja mengalun memenuhi udara di dalam Iembah itu. Suara
petikan harpanyapun juga masih terus melengking-Iengking
menggelitik hati, seolah-olah mengajak para pendengamya
untuk ikut menciptakan kedamaian di atas dunia ini.
Sebaliknya jari-jari tangan Chin Yang Kun yang terulur ke
punggung Hek-eng-cu dengan tepat mencengkeram mantel
pusaka yang dikenakan oleh iblis berkerudung tersebut. Lalu dengan dilandasi tenaga sakti Liong-cu-l-kangnya yang maha hebat Chin Yang Kun menyendalnya (menariknya) ke belakang
kembali. Entah karena disebabkan oleh kuatnya tarikan Chin Yang
Kun, atau entah karena disebabkan oleh kendornya tali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengikat mantel pusaka itu sendiri, tapi yang terang mantel pusaka tahan senjata itu tiba-tiba terlepas dari tubuh Hek-eng-cu. Malah saking kuatnya tarikan itu, menyebabkan tubuh Hek-eng-cu terpelanting dan hampir saja terbanting ke atas tanah.
Dapat dibayangkan betapa marahnya orang berkerudung
hitam tersebut. Mata di balik kerudung itu bagaikan menyala di dalam kegelapan. Selanjutnya, seperti seekor harimau
kelaparan tubuhnya melesat ke depan, menerkam tubuh Chin
Yang Kun ! Dengan ilmu Bu-eng Hwe-tengnya yang sangat
termashur itu gerakannya hampir tidak bisa diikuti dengan
mata biasa. Tahu-tahu jari-jari tangannya yang penuh dengan tenaga sakti Pat hong sin-kang itu telah berada di depan mata Chin Yang Kun.
"Keparattt........! Kembalikan mantel itu kepadaku !"
Iengkingnya buas. Untunglah sejak semula Chin Yang Kun
sudah melipat-gandakan kewaspadaannya ! Apalagi jauh-jauh
sebelumnya pemuda itu telah berjaga-jaga terhadap gin-kang Hek-eng-cu yang hebat tiada tara itu. Maka begitu iblis
berkerudung itu bergerak, Chin Yang Kun segera
menyongsongnya dengan jurus Tiang Bendera Meruntuhkan
Panah Lo Biauw, yaitu salah sebuah jurus dari Hok-te To-hoat.
Mantel pusaka yang masih terpegang di dalam tangannya itu
ia sabetkan ke arah lawannya. Dan oleh karena gerakan
tersebut ditunjang oleh tenaga sakti Liong-cu-i-kang yang
maha dahsyat, maka berkelebatnya mantel itu sampai
menimbulkan suara mengaung yang sangat keras.
"Dhukk.....srrrt! Tapi ternyata sekali ini Chin Yang Kun benar-benar terkena batunya. Sebagai seorang keturunan Chin, tentu saja Hek-eng-cu juga mendalami ilmu Hok-te To-hoat pula. Melihat Chin Yang Kun menyerang dengan jurus Tiang Bendera
Meruntuhkan Panah Lo Biauw, dengan mudah ia bisa
menebak arah dan cara-cara mengatasinya. Kedua tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terjulur ke depan itu segera ditekuk ke bawah, kemudian ditarik sedikit ke samping, sehingga ayunan mantel pusaka itu otomatis tidak mengenai lengannya. Setelah itu dengan
kecepatan luar biasa jari-jarinya mengejar dan menjepit
mantel yang baru saja lewat tersebut. Dan sekejap saja ujung mantel itu telah berada di dalam genggamannya.
Chin Yang Kun dan Hek-eng-cu lalu memasang kuda-kuda.
Keduanya lantas saling menarik ujungnya. Dan masing-masing segera mengerahkan tenaga saktinya. Hek-eng-cu
mengerahkan Pat-hong sin-kangnya, sementara Chin Yang
Kun mengerahkan Liong-cu-i-kangnya! Masing-masing
merupakan tenaga sakti yang jarang ada bandingannya di
dunia persilatan, dan masing-masing juga sudah boleh
dikatakan hampir mencapai kesempurnaan dalam
mempelajarinya. Untunglah yang menjadi ajang adu tenaga itu juga bukan
benda biasa. Mantel tersebut adalah sebuah mantel pusaka
yang kebal segala macam senjata. Oleh karena itu
kekuatannyapun juga luar biasa pula. Meskipun kedua
ujungnya telah ditarik oleh kekuatan yang maha dahsyat,
ternyata mantel itu sedikitpun tidak mengalami kerusakan.
Masing-masing tidak mau mengalah. Perlahan-lahan kedua
kaki mereka amblas ke dalam tanah. Uap atau asap tipis
tampak mengepul di atas ubun-ubun mereka, suatu tanda
bahwa mereka benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan
mereka. Tigapuluh jeruji berpusat pada satu poros,
Pada tempat yang kosong terletak gunanya.
Dari tanah liat terbuat jambangan,
Pada tempat yang kosong terletak gunanya.
Lobang dibobol untuk pintu dan jendela ruangan,
Pada tempat yang kosong terletak gunanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, Ia diadakan untuk menjadi pegangan,
Ia dikosongkan supaya berguna.
Dalam keadaan yang sangat menegangkan itu lagi-lagi
suara nyanyian itu mengganggu pemusatan pikiran mereka.
Kini si Penyanyi itu melagukan syair yang dipetik dari kitab To-tik-king bagian yang ke sebelas. Suara nyanyian itu terdengar lebih renyah dan mantap seperti suara seorang guru sekolah di depan murid-muridnya.
Yang sangat mengherankan, dengan tingkat ilmu
kepandaian mereka yang sangat tinggi itu Hek-eng-cu maupun Chin Yang Kun sama sekali tak bisa melepaskan diri dari
pengaruh suara nyanyian yang mengalun riang itu. Semakin
mereka itu berusaha menutup pikiran dan perasaan mereka,
nada dan kata-kata di dalam lagu itu semakin menggelitik hati mereka malah. Apalagi ketika si Penyanyi itu selalu
mengulang-ulang lagu tersebut, pemusatan pikiran mereka
semakin menjadi runyam dan perhatian mereka semakin
menjadi terpecah-pecah pula.
"Bangsat keparat.......!" Hek-eng-cu mengumpat-umpat di
dalam hati. Memang dapat dimaklumi bila iblis berkerudung itu menjadi
jengkel dan mendongkol. Pada mula pertama dari adu tenaga
dalam memang ia bisa mengimbangi kekuatan Chin Yang Kun.
Tapi beberapa saat kemudian Pat-hong sin-kang yang ia
andalkan itu ternyata tak kuasa membendung derasnya arus
tenaga sakti Liong-cu-i-kang milik Chin Yang Kun yang
dahsyat. Sementara daya tahan Pat-hong sin-kangnya
semakin menurun, kekuatan Liong-cu-i-kang lawannya
ternyata justru semakin berkembang dan bertambah terus
seperti tiada habis-habisnya.
"Gila! Sungguh gilaaaa.......!" lblis berkerudung itu
berteriak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa ujung mantel yang dipegangnya itu dilepaskannya
lagi ke tangan Chin Yang Kun. Kemudian masih dengan
mengumpat-umpat Hek-eng-cu bersiap siaga kembali
menghadapi Chin Yang Kun.
Sementara itu suara nyanyian yang sangat mengganggu
itupun telah berhenti pula. Dan sebagai gantinya, terdengar suara tertawa terkekeh-kekeh yang ditujukan kepada Hek-eng-cu.
"Hi-hi-hi?"! Hek-eng-cu, anak malang"..! Tak usah kau
bersikeras untuk merebut kembali mantel pusaka itu, karena hal itu akan sia-sia belaka. Telah disebutkan di dalam Buku Rahasia, bahwa kau akan jatuh di tangan keluargamu sendiri hari ini?""
"Buku Rahasia?".Buku Rahasia?"..! Kau selalu saja
menyebut tentang Buku Rahasia itu! Huh! Siapa kau ini
sebenarnya" Ayoh?"..keluarlah!" Hek-eng-cu menjerit marah.
Tapi si Penyanyi itu tetap saja tertawa terkekeh-kekeh.
"Kukatakan namakupun kau takkan mengenalnya, hi-hi-hihi?".dan tak seorangpun di dunia ini yang mengenalku,
karena aku baru saja keluar dari tempatku bertapa selama
seratus tahun, hi-hi-hi-hiii?"..!"
"Apa".." Seratus tahun "'' tanpa terasa Chin Yang Kun
berdesah. "Hihi"..kalian tak percaya" Akupun dulu juga tak percaya
kepadaku sendiri pula. Dan aku mulai bertapa pada umur
delapanbelas tahun. Kepalaku gundul?"oleh karena itu aku
memilih tempat bertapa di sebuah gua di tepi Telaga Tai-ouw yang sejuk. Tapi ketika aku selesai dengan tapaku, ternyata aku tak bisa keluar lagi dari gua itu. Mulut gua tempat aku masuk dulu ternyata sudah tertutup oleh akar-akar pohon dan semak-belukar. Malah persis di depan mulut gua itu telah
tumbuh pohon pek besar sekali, yang batang pohonnya
sepelukan dua orang lelaki dewasa besarnya. Terpaksa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat liang seperti seekor tikus untuk keluar dari gua itu.
Kemudian aku sudah kembali lagi ke dunia ramai. Tapi aku
menjadi kaget ketika melihat bayanganku sendiri di Telaga
Tai-ouw. Mukaku sudah berkeriput, rambutkupun telah putih
semua. Paras dan kepalaku yang dulu tampan dan gundul itu
kini tak ubahnya seperti seekor anjing berbulu panjang
dengan jenggot dan rambut yang melambai-lambai sampai di
tanah ini, hi-hi-hiii?"."
"Diaaaam?".!" Sekali lagi Hek-eng-cu menjerit kesal
karena tak tahan mendengar suara ketawa yang terkekehkekeh itu. "Aku tak butuh cerita khayalanmu! Yang kuinginkan adalah"..nyawamu! ayoh?"kau keluarlah! Kita bertanding
mengadu kepandaian!"
"Bertanding dengan aku" Hi-hi-hi-hiii..... itu terlalu berat bagimu. Di dalam Buku Rahasia, namamu cuma tercantum di
urutan yang ke tujuh pada Daftar Tokoh-tokoh Persilatan
Terkemuka dewasa ini. ltupun kau harus bersaing dengan
anak muda di depanmu itu, karena pada urutan yang ke tujuh tersebut tercantum tiga buah nama yang memiliki kepandaian setarap, yaitu Toat-beng jin, kau dan pemuda itu!"
"Omong kosong?"! Omong kosong dengan Buku
Rahasiamu yang menyesatkan itu ! Aku adaIah orang yang tak terkalahkan! Dengan ilmu warisan Bit-bo-ong almarhum,
kesaktianku tiada yang bisa menandingi lagi?"." Hek-eng-cu berteriak.
"Sudahlah! Kau jangan berteriak-teriak begitu! Apalagi menjerit-jerit menyombongkan diri sebagai orang yang tak
terkalahkan di dunia persilatan seperti itu, hi-hi-hiii?".
Apakah kau lupa, bahwa kau selama ini tak pernah menang
melawan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang selalu kau
curangi dan kau tipu itu" Hi-hi-hiiii?"padahal pendekar
ternama itu baru yang nomer lima di dalam Daftar Tokohtokoh Persilatan Terkemuka itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai"..nomer lima?" Chin Yang
Kun berdesah di dalam hatinya, seolah-olah tak percaya
bahwa pendekar sakti yang ia kagumi kesaktiannya itu Cuma
mendapatkan nomer yang kelima. "Ahh, tampaknya orang ini
memang benar-benar hanya omong kosong belaka, biarpun
kesaktiannya memang tidak meragukan lagi."
Sementara itu, begitu diingatkan pada musuh besarnya,
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, Hek-eng- cu semakin menjadi
berang dan penasaran. "Apa" Hong-gi hiap Souw Thian Hai" Kurang ajar........!
Ayoh, bawalah dia ke sini! Akan kuhancurkan dia ! Akan
kulumatkan tubuhnya !" teriaknya setinggi langit.
Tapi lagi-lagi si Penyanyi itu cuma tertawa terkekeh-kekeh, tanpa mau menampakkan dirinya sedikitpun.
"Sudahlah! Jangan terlalu besar kepala ! Lawanlah dulu pemuda di hadapanmu itu untuk memperebutkan nomer yang
ke tujuh. setelah itu baru kau memikirkan untuk menantang
tokoh yang duduk pada nomer di atasmu !" si Penyanyi itu
memperdengarkan lagi suaranya.
"Persetan dengan urutan nomermu yang tak masuk di akal itu! Tapi....... baiklah, akan kutunjukkan kepadamu sekarang, bahwa?"Buku Brengsekmu........ itu........."
"Buku Rahasia.......!" Si Penyanyi itu membetulkan.
"Peduli amat ! Aku bebas menyebutnya apa saja ! Buku
Gila, kek! Buku Brengsek, kek ! Pokoknya aku akan
menunjukkan bahwa tulisan itu adalah salah dan ngawur!


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

AkuIah sebenarnya orang yang nomer satu di dunia ini!
Hmmh........!" "Baik! Sekarang buktikanlah dulu kata-katamu itu! Kalau kau bisa menyingkirkan pemuda itu, kau boleh bertanding
dengan tokoh yang berada diurutan ke enam nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang berada diurutan ke enam menurut Buku
Brengsekmu itu, heh?"
"Tokoh yang berada diurutan nomer enam kebetulan juga tidak cuma seorang saja. Ada dua tokoh sakti yang kebetulan mempunyai kepandaian seimbang pada tingkatan itu. Mereka
adalah Kam Song Ki atau Kam Lo-jin dan......... Lo-si-ong, muridku sendiri !"
"Lo-si-ong" Siapakah Lo-si-ong itu" Apakah dia itu bekas
ketua lm-yang-kauw yang buta matanya karena pi-bu dengan
Put-chien-kang Cin-jin dulu itu?" Hek-eng-cu menggeram keheranan.
"Ya, benar. Sekarang orang tua itu telah menjadi muridku."
"Huh....... jadi menurut Buku Brengsekmu itu dia menjadi tokoh yang ke enam di dunia persilatan saat ini! Di mana dia itu sekarang?"
"Dia....... berada di belakangmu !" Si penyanyi itu menjawab, kemudian tertawa lagi terkekeh-kekeh.
Hek-eng-cu dan Chin Yang Kun cepat membalikkan tubuh
mereka. Dan dengan wajah kaget mereka menatap seorang
lelaki tua, yang secara tiba-tiba telah berdiri di tengah-tengah pintu rumah, di mana Hek-eng-cu tadi keluar.
Orang tua yang usianya tentu lebih dari tujuhpuluhan tahun itu berdiri menggandeng lengan seorang gadis, yang tidak lain adalah Tiau Li lng. Di atas pundak orang tua itu tergantung sebuah Khim atau harpa yang bertali banyak itu.
"Li lng.....," Chin Yang Kun menegur gadis itu perlahan.
Tapi Tiau Li Ing tidak mempedulikan teguran itu. Seperti
orang yang belum pernah saling berkenalan gadis itu malah
membuang mukanya ke tempat lain. Tapi sekilas Chin Yang
Kun dapat menyaksikan setetes air mata yang meloncat keluar dari mata gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm .... kenapa dengan Tiau Li Ing itu ?" Chin Yang Kun bertanya-tanya di dalam hatinya.
"Eh....... apakah dia ini .......pemuda yang kauceritakan itu?" tiba-tiba orang tua itu bertanya kepada Tiau Li Ing.
"Be-benar........ kek !" gadis itu menjawab dengan suara berbisik.
"Kalau begitu, jangan kauhiraukan dia! Sekarang katakan saja kepadaku, di manakah orang berkerudung itu?"
"Dia....... dia...... ohh! Dia...... berada kira-kira sepuluh langkah di depan kita. Kakek harap berhati-hati terhadap dia.
Gin-kangnya hebat sekali !" Tiau Li Ing, menjawab dengan suara sendu.
Lo-si-ong atau orang tua itu tertawa halus. "Jangan
khawatir! Dia itu bukan lawanku. Kau mendengar kata-kata
guruku tadi bukan" Aku masih berada satu tingkat di atasnya.
Dan yang jelas orang berkerudung itu akan bertanding Iebih dahulu dengan Chin Yang Kun, bukan dengan aku."
Sementara itu Hek-eng-cu sudah tidak dapat lagi
mengendalikan dirinya. Melihat tawanannya telah dibebaskan oleh Lo-si-ong, iblis berkerudung itu segera mengeluarkan dua bilah pisau panjangnya yang ampuh itu. Meskipun salah satu dari ciri kebesarannya telah berada di tangan Chin Yang Kun, tapi perbawa pisau yang bersinar kebiruan itu masih tetap
menggiriskan hati juga. Di dalam keremangan malam pisau itu tampak berkilat-kilat seperti hidup.
Tetapi ketika iblis itu hendak menyerang Lo-si-ong, dengan cepat Chin Yang Kun menghadangnya. Selain khawatir
terhadap keselamatan Tiau Li lng, pemuda itu juga takut
kehilangan kesempatan bertanding dan membunuh musuh
besarnya itu. Sambil mengenakan mantel rampasannya tadi, Chin Yang
Kun bertolak pinggang di depan Hek-eng-cu. "Pembunuh keji!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jangan kau layani orang tua itu ! Hadapilah aku dulu, baru nanti yang lain-lainnya..........!"
"Hmmmh.......! Bocah tak tahu diri! Minggirlah........! Kau bukan lawan yang setimpal buatku. Hok-te To-hoat maupun
Hok-te Ciang-hoat yang kaupelajari itu takkan berguna untuk menghadapi aku. Jangan percaya pada Buku Brengsek atau
pada ramalan Penyanyi Sinting itu......! Nah....,,, cepatIah kau menyingkir !" Hek-eng-cu membentak dengan suara nyaring.
Iblis berkerudung itu sengaja mengisi suaranya dengan
Pat-hong-sin-kangnya yang mempunyai kekuatan sihir itu,
sehingga suaranya menjadi nyaring sekali. Begitu nyaring
suara bentakannya itu sehingga suara itu seakan-akan dapat menembus dada Chin Yang Kun dan bergema atau
berkumandang di dalam sudut hatinya.
Untuk sesaat pemuda itu seperti tidak bisa menolak
perintah lawannya. Perlahan-lahan kakinya terangkat untuk
melangkah pergi dari tempat itu. Tapi sekejap kemudian
Liong-cu-i-kangnya yang maha hebat itu segera bergolak
untuk menyadarkannya kembali dari pengaruh sihir tersebut.
Kaki yang telah terangkat itu cepat-cepat diturunkannya
kembali. Dan ternyata keadaan itu sungguh tepat sekali datangnya.
Terlambat sedetik saja, kemungkinan besar nyawa Chin Yang
Kun sudah melayang ke alam baka. Karena seperti kebiasaan
Hek-eng-cu yang menyerang lawannya selagi mereka
terpengaruh oleh kekuatan sihirnya, tiba-tiba saja kedua bilah pisaunya telah berkelebat menyambar leher dan ulu hati Chin Yang Kun !
Untunglah kesadaran itu segera memberi kesempatan bagi
Chin Yang Kun untuk menghindari serangan berbahaya
tersebut. Sambil menggeser tubuhnya ke samping pemuda itu
menghantam ke depan dalam jurus Raja Chin Miu
Mematahkan Kim-pai. Kedua sisi tangan pemuda itu
menebang pergelangan tangan Hek-eng-cu !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekejap Hek-eng-cu kaget juga menyaksikan lawannya bisa
melepaskan diri dari pengaruh sihirnya tapi melihat pemuda itu menyerangnya dengan ilmu silat Hok-te Ciang-hoat, diam-diam mulutnya tertawa.
"Bocah ini benar-benar tidak bisa melihat kenyataan.
Masakan dia masih juga berani melawan aku dengan ilmu
Hok-te Ciang-hoat" Sungguh kasihan benar.......!"
Karena iblis berkerudung itu juga mahir memainkan ilmu
silat tersebut, maka dengan gampang serangan itu dapat ia
elakkan. Malah untuk selanjutnya iblis itu juga tahu, gerakan apa yang hendak dilakukan oleh Chin Yang Kun.
"Hei ! Siapa mengajari kau melakukan gerakan Panglima Yi Po Mengatur Barisan seperti itu" Kenapa kakimu kau tekuk
terlebih dulu, heh?" suatu saat Hek-eng-cu menegur, ketika Chin Yang Kun melakukan jurus Panglima Yi Po Mengatur
Barisan yang diajarkan oleh Nenek Buyutnya.
Chin Yang Kun yang merasa serangannya selalu mengenai
tempat kosong menggeram penasaran. "Jangan menggurui
aku ! Justeru gerakan seperti yang kulakukan itulah yang
betul. Kalau kau tak percaya, marilah kita mengadu ilmu silat Hok-te Ciang-hoat kita ...............!"
"Baik!" Hek-eng-cu tertawa mencemooh, lalu menyimpan kembali kedua bilah pisaunya.
Demikianlah, kedua orang she Chin itu segera bertarung
dengan ilmu keluarga mereka sendiri, yaitu Hok-te Ciang-hoat.
Karena masing-masing sudah hapal dan mendalami ilmu silat
tersebut sampai ke dasarnya, maka masing-masing seperti
sudah tahu apa yang hendak dilakukan oleh lawan mereka.
Malahan pada suatu saat keduanya mengeluarkan jurus yang
sama pula, sehingga benturan-benturan yang sangat keras
tidak bisa dielakkan lagi.
Lo-si-ong dan Tiau Li Ing menyaksikan pertempuran
tersebut dengan hati tegang. Tiau Li Ing yang mengetahui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa hebatnya kesaktian Hek-eng-cu itu menjadi gelisah
sekali terhadap keselamatan Chin Yang Kun. Meskipun gadis
itu sedang marah dan kecewa kepada Chin Yang Kun, namun
tak dapat dipungkiri hatinya masih terpaut kepada pemuda itu.
Sebaliknya, Lo-si-ong yang buta itu, meskipun tidak dapat
melihat langsung pertempuran mereka, tetapi dengan indera
tubuhnya yang sudah sangat terlatih, ia bisa menduga-duga
apa yang telah terjadi. "Tenanglah, cucuku.....! Kau tak perlu mengkhawatirkan nasib temanmu itu. Biarpun mereka bertanding dengan ilmu
yang sama, tapi aku dapat merasakan perbedaanperbedaannya." "Berbeda........." Apanya yang berbeda, kek" Ilmu silat mereka sama, jurus-jurus yang mereka keluarkanpun sama
pula. Kalau toh berbeda....... itu cuma karena Hek-eng-cu
Iebih tangkas dan lebih mendalami ilmu tersebut!" Tiau Li lng bertanya dengan kening berkerut.
Lo-si-ong tertawa perlahan, sehingga mulutnya yang
ompong tak bergigi lagi itu terbuka dengan jelas. "Kau keliru, cucuku. Kalau kaukatakan bahwa Hek-eng-cu itu lebih cepat
dan gesit gerakannya, itu memang benar. Siapapun sudah
tahu bahwa Hek-eng-cu mempunyai ginkang yang hebat
sekali. Tapi kalau kaukatakan bahwa Hek-eng-cu itu lebih
dalam ilmunya dari pada Chin Yang Kun..........hmm, kau
salah! Yang terjadi justeru sebaliknya malah ! Meskipun
mereka melakukan gerakan yang sama, tetapi apa yang
dilakukan oleh Chin Yang Kun ternyata lebih baik dan lebih bermutu dari pada Hek-eng-cu.........."
"Lebih baik dan lebih bermutu" Apanya yang lebih baik"
Kulihat mereka sama-sama tangkasnya......" sekali lagi Tiau Li Ing memotong perkataan Lo-si-ong dengan wajah tak
mengerti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangan Lo-si-ong terangkat, lalu menepuk-nepuk pundak
Tiau Li Ing. "Li Ing, memang masih sulit bagimu untuk melihat
perbedaan-perbedaan itu. Tapi suatu saat kaupun akan bisa
juga melihatnya, hanya saja mulai sekarang kau harus belajar lebih giat lagi."
Tiba-tiba wajah Tiau Li Ing menjadi murung sekali. "Ohh !
Tidak.......! Aku tidak berminat lagi untuk belajar silat......."
desahnya seperti berputus asa.
Tapi Lo-si-ong segera menutup mulutnya.
"Ssstt ! Lihatlah......!" orang tua itu berbisik sambil memasang telinganya dengan sungguh-sungguh. "Tampaknya mereka sama-sama mengeluarkan jurus yang sama, sehingga
kedua kepalan mereka saIing beradu satu sama lain. Tapi
karena gerakan Chin Yang Kun lebih baik dan lebih betul,
maka jurus yang dilakukan oleh pemuda itu lebig
menampakkan hasilnya dari pada jurus yang dilakukan oleh
Hek-eng-cu....... Hei, lihat! Benar bukan perkataanku "
Lihat........ Hek-eng-cu terjatuh kesakitan." orang tua itu berseru gembira. Tiau Li lng memandang ke arah
pertempuran. Gadis itu benar-benar melihat Hek-eng-cu
terpelanting karena beradu kepalan dengan Chin Yang Kun !
Namun demikian dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang maha
hebat, iblis berkerudung itu cepat-cepat melenting kembali, sehingga tubuhnya tidak jadi menyentuh tanah. Meskipun
begitu iblis itu telah merasa malu bukan main.
"Gila.....!" Hek-eng-cu mengumpat. "Darimana kau mempelajari ilmu silat itu " Mengapa ilmu silat itu sudah tidak sesuai lagi dengan aslinya?"
Chin Yang Kun tersenyum puas melihat keberhasilannya.
Dan di dalam hati pemuda itu semakin percaya kepada nenek
buyutnya yang telah tiada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei " Siapa bilang ilmu silat Hok-te Ciang-hoatku tadi sudah tidak sesuai lagi dengan aslinya " Hmmh...... mengapa sebagai seorang ahli kau tidak bisa menilainya " Dari hasilnya saja setiap orang tentu bisa melihat, bahwa ilmu silatmu itulah yang telah menyimpang dari aslinya." pemuda itu
menerangkan, lalu lanjutnya lagi. "Ketahuilah....,! Jurus Menatap Lantai menyembah Raja tadi diciptakan oleh
mendiang Raja Chin yang ke tiga, yaitu Raja Chin Luan. Dan jurus itu khusus diciptakan dan dipersiapkan oleh beliau untuk menghadapi Raja Chouw yang menduduki istana kerajaan
Chin pada waktu itu. Ketika Baginda Raja Chin Luan diseret ke depan Raja Chouw dan dipaksa untuk berlutut didepan raja
penakluk itu, Baginda Raja Chin Luan lalu mengeluarkan jurus Menatap Lantai Menyembah Raja itu. Dengan telapak tangan
penuh Iwee-kang Baginda Raja Chin Luan menghantam lutut
kiri Raja Chouw sehingga remuk ! Oleh karenanya dalam jurus Menatap Lantai Menyembah Raja ini, tangan kanan kita
bergerak dari atas ke bawah seperti layaknya sebuah kaki
yang hendak memasang kuda-kuda. Dan karena bergerak
seperti kaki, maka tumpuan tenaga kitapun terletak pada
bahu, bukan dari pinggang ..... seperti yang kaulakukan tadi."
Pemuda itu menerangkan atau lebih tepatnya membuka
rahasia jurus Menatap Lantai Menyembah Raja kepada Hekeng-cu, seperti halnya dulu nenek buyutnya menerangkan hal tersebut kepadanya.
"Selain kau tadi salah dalam menyalurkan tenaga saktimu, gerakan tubuhmu juga masih terlalu tegak dan kurang
membungkuk sedikit. Meskipun kepalamu sudah menunduk,
tapi matamu masih dapat melihat aku sebagai lawanmu.
Sehingga jurusmu tadi lebih tepat disebut Menatap Kaki
Menghantam Lutut dari pada Menatap Lantai Menyembah Raja
! Hmm......untunglah aku tadi tidak mengerahkan seluruh
Iwee-kangku. Kalau aku tadi mengerahkan seluruh tenagaku,
niscaya lenganmu sudah patah......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa merahnya muka di balik
kerudung hitam itu. Namun karena perkataan lawannya itu
memang terbukti dan masuk akal, maka iblis yang banyak
akalnya itu tak bisa membantah atau menyanggahnya lagi.
Dan untuk menutupi perasaan malunya, iblis itu segera
mengerahkan tenaga sakti Pat-hong-sin-kangnya. Yang
bergejolak di dalam benak iblis itu sekarang hanyalah
membunuh mati pemuda yang telah membuatnya malu itu !
Perlahan-lahan tangan yang gemetar itu telah memegang
sepasang pisaunya lagi. "Bocah sombong.......! Kini aku tak bisa mengampunimu lagi ! Kau bersiaplah! Pisauku ini akan mengerat tulang dan dagingmu, sepotong demi sepotong, sehingga darahmu akan
terkuras habis dan tak bisa berdiri lagi........"
Asap tipis kehitam-hitaman mengepul di atas kepala Hekeng-cu, suatu tanda bahwa iblis itu benar-benar telah
mengerahkan seluruh kesaktiannya. Oleh karena itu Chin Yang Kun juga tidak berani berlaku sembrono Iagi. Pemuda itu tahu bahwa dirinya tak mungkin bisa melawan gin-kang Hek-eng-cu yang tersohor itu. Maka untuk menghadapi keIincahan dan
kegesitan iblis itu, Chin Yang Kun segera membentengi
tubuhnya dengan Liong-cu-i-kangnya yang maha dahsyat itu
pula. Dan untuk membatasi gerak langkah lawannya yang
cepat seperti angin itu Chin Yang Kun segera bersiap-siap
untuk bertempur dalam jarak jauh.
"Sayang aku tak membawa senjata untuk melawan
pisaunya. Hmm, tampaknya hari ini harus benar-benar
mengerahkan seluruh kemampuanku." Chin Yang Kun
mengeluh di dalam hatinya.
"Hei ! Kenapa kau tidak lekas-lekas mengeluarkan
senjatamu " Jangan salahkan pisauku kaIau kau terluka atau tak bisa menahannya nanti.......!" Hek-eng-cu menggeram dan bersiap-siap menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mulailah ! Aku memang tidak pernah membawa
senjata....." Chin Yang Kun menantang seraya membetulkan
letak bungkusan pakaian yang terikat di atas pinggangnya.
"Kurang ajar........!" Hek-eng-cu yang semakin merasa terhina itu menjerit dan menyerang dengan buasnya.
Bagaikan kilatan halilintar sepasang pisau itu berkelebat ke arah leher dan ulu hati Chin Yang Kun! Sepintas lalu tangan yang tergenggam itu seperti tidak memegang apa-apa. Itulah sebabnya ilmu silat yang sedang dikeluarkan oleh Hek-eng-cu ini mendapat sebutan Kim-Iiong Sin-kun atau Kepalan Sakti
Naga Emas! Dan pada zamannya Bit-bo-ong asli, iImu silat ini hampir tak pernah mendapatkan tandingan.
Melihat lawannya menggerakkan pisau ke arah leher dan
ulu hatinya, Chin Yang Kun segera melangkah ke samping dua tindak. Kemudian sambil meliukkan badannya ke depan,
pemuda itu menotok ke arah tulang rusuk Hek-eng-cu bagian
kiri bawah, yaitu pada jalan darah leng-siu-hiat.
Begitu serangannya gagal dan kemudian malah
mendapatkan serangan balik dari lawannya, Hek-eng-cu buruhuru menarik sepasang pisaunya. Dengan cepat ujung
sepatunya menotol ke tanah, sehingga tubuhnya melesat ke
atas seperti burung meninggalkan sarangnya. Ketika tubuhnya berada di atas Chin Yang Kun, iblis berkerudung itu kembali menyerang dengan kedua bilah pisaunya. Kali ini yang diincar adalah ubun-ubun kepala Chin Yang Kun!
"Sungguh lihai.........!" Chin Yang Kun berdesah seraya menarik kembali tangannya, lalu bergeser setengah langkah
lagi ke depan, sehingga serangan lawannya itu juga menemui tempat kosong pula.
"Hmmh ....... !" Hek-eng-cu menggeram penasaran, lalu sebelum tubuh meluncur kembali ke atas tanah kakinya
menendang ke arah punggung Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tangkas Chin Yang Kun memutar badannya pula.
Siku tangan pemuda itu dengan cepat menghantam tumit
Hek-eng-cu ! Dhuuuk ! Chin Yang Kun terdorong ke samping
dan hampir jatuh tertelungkup. Sebaliknya tubuh Hek-eng-cu yang berada di atas itu juga terpelanting dengan kuatnya,
sehingga menghantam batang pohon yang-liu (cemara) yang
tumbuh di dekat pintu rumah.
Lagi-lagi Iwee-kang Chin Yang Kun menunjukkan
keunggulannya bila dibandingkan dengan Iwee-kang Hek-engcu ! Dan hal itu semakin membuat penasaran Hek-eng-cu !
"Anak gila! Awas, kubunuh kau ........! Kubunuh kau.........!"
iblis berkerudung itu menjerit-jerit seraya menyerbu Chin Yang Kun kembali dengan ganasnya.
Dan pertempuran selanjutnya sungguh-sungguh dahsyat
tidak terkira. Tubuh Hek-eng-cu berkelebat kesana kemari
dengan gesitnya seperti burung walet menyambar
mangsanya, sementara Chin Yang Kun yang telah
membentengi tubuhnya dengan Liong-cu-i-kang itu tampak
bergerak lamban namun pertahanannya kelihatan kokoh dan
rapat sekali. Sepuluh jurus. Duapuluh jurus. Dan akhirnya tigapuluh
juruspun telah berlalu. Hek-eng-cu benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan dan kesaktiannya. Semua ilmu
peninggalan Bit-bo-ong yang dahsyat itu ia keluarkan
semuanya, sehingga tubuh iblis berkerudung itu bergerak
bagaikan badai angin yang hendak melumatkan tubuh Chin
Yang Kun. Sepasang pisau pusaka di tangan Hek-eng-cu, yang
mempunyai perbawa mengerikan karena telah banyak
meminum darah manusia itu, tampak berkelebatan memenuhi


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arena. Pisau itu tampak berkilat-kilat di keremangan malam, memburu serta mengejar Chin Yang Kun kemanapun pemuda
itu pergi, seolah-olah pisau tersebut memang bernyawa iblis, yang haus akan kehangatan darah Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang sungguh berat lagi Chin Yang Kun sekali ini.
Meskipun sudah menguras seluruh kemampuan dan kesaktian
yang diperolehnya selama ini, pemuda itu masih tetap saja
kewaIahan menghadapi kebuasan ilmu lawannya. Hok-te
Ciang-hoat yang tadi sempat membuat malu Hek-eng-cu
ternyata menjadi kalang kabut menghadapi kim-liong Sin-kun dan Pat-hong sin-ciang warisan Bit-bo-ong. Untunglah dengan Kim-coa-ih-hoatnya yang aneh pemuda itu dapat sekedar
membingungkan lawannya, sehingga dengan demikian dia
bisa bertahan dan mengulur waktu. Apalagi dengan
perlindungan Liong-cu-i-kangnya yang dahsyat itu, Chin Yang Kun semakin sulit untuk ditundukkan dalam waktu singkat.
Namun demikian kalau hal itu berlanjut terus tanpa ada
pertolongan dari luar, tak pelak lagi Chin Yang Kun benarbenar akan mengalami kesulitan yang serius.
Benar juga beberapa saat kemudian Chin Yang Kun mulai
kebobolan pertahanannya. Untunglah dengan mengenakan
mantel pusaka yang dapat direbutnya tadi, pemuda itu dapat terhindar dari goresan pisau yang mengandung racun
mematikan itu. "Kurang ajar ! Gin-kang iblis ini semakin lama semakin memusingkan aku !" pemuda itu mengeluh di dalam hatinya.
Memang tak dapat disangkal lagi. Tanpa memegang
senjata yang sekali waktu dapat ia pergunakan sebagai perisai untuk menangkis pisau beracun itu, Chin Yang Kun tak
mungkin dapat bertahan terus-menerus. Sekali waktu pisau itu tentu akan terhunjam pula ke dalam tubuhnya.
Sementara itu di tepi arena pertempuran, Tiau Li Ing
menjadi gelisah bukan main melihat Chin Yang Kun terdesak
terus tanpa bisa membalas. Tanpa terasa saking gelisahnya
gadis itu mencengkeram lengan Lo-si-ong yang berdiri di
sampingnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun matanya buta, namun orang tua itu tahu juga
keadaan Chin Yang Kun yang "repot" itu. Tapi karena bekas ketua lm-yang-kauw itu sangat percaya pada ucapan gurunya, maka hatinya tidak segelisah hati Tiau Li Ing. Orang tua itu tetap yakin bahwa lblis berkerudung itu akan jatuh di tangan Chin Yang Kun. Hanya saja orang tua itu tidak mengetahui
cara bagaimana pemuda yang telah terdesak habis-habisan itu akan bisa mengalahkan Iawannya.
Yang sangat mengherankan, meski sudah sedemikian jauh
pertempuran antara Hek-eng-cu dan Chin Yang Kun itu
berlangsung, namun Si Penyanyi Sinting itu tetap belum
menampakkan dirinya juga. Malahan suara nyanyiannya yang
sejak tadi selalu mengganggu konsentrasi Hek-eng-cu, kini
telah tiada dan tidak terdengar pula. Seolah-olah orang itu memang telah pergi meninggalkan tempat itu.
Langit tampak bersih tanpa awan, sehingga bintangbintang kelihatan jelas bertaburan di angkasa. Mereka
berkelap-kelip berdesakan, seolah-olah mereka juga ingin
menyaksikan pertempuran seru antara Chin Yang Kun dan
Hek-eng-cu tersebut. Sementara itu angin pegunungan yang
dingin terasa meniup semakin kencang pula, sehingga udara
di dalam Iembah itupun seolah-olah menjadi beku karenanya.
Dan pada saat yang sama, udara dingin juga bertiup di atas Pulau Meng-to yang sunyi. Angin laut yang mengandung air
itu bertiup kencang membasahi pepohonan dan bebatuan di
atas pulau kecil tersebut, sehingga suasana di atas pulau itu menjadi lembab dan basah. Maka tidak mengherankan bila
semua penghuninya menjadi enggan untuk keluar dari pintu
rumah, padahal d Pendapa Utama saat itu banyak berkumpul
tamu-tamu yang ingin bertemu dengan majikan pulau mereka,
Keh-sim Siau-hiap. Tamu-tamu yang berdatangan sejak pagi hari itu banyak
yang sudah bosan dan mulai tak sabar lagi untuk bertemu
dengan Keh-sim Siau-hiap. Meskipun mereka semua dijamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan diberi tempat istirahat yang baik, tapi semuanya
berkeinginan untuk lekas-lekas bertemu dengan Keh-sim Siau-hiap dan mengutarakan maksud kedatangan mereka masingmasing. Kini semuanya berkumpul di tengah-tengah Pendapa
Utama yang luas itu. Tapi sejauh ini mereka juga baru ditemui oleh Sepasang Gadis Berbaju Putih dan Sepasang Gadis
Berbaju Hitam, pembantu Keh-sim Siau-hiap itu. Beberapa
orang tamu yang mulai terpengaruh oleh arak yang
disuguhkan kepada mereka, mulai terdengar menggerundel
dan mengeluarkan rasa ketidak-senangan mereka. Tapi
dengan sabar dan halus gadis-gadis pembantu Keh-sim Siauhiap itu menenangkan hati mereka. Gadis-gadis itu memberi
tahu kepada mereka bahwa Keh-sim Siau-hiap memang baru
akan keluar pada tengah malam nanti, sebab Keh-sim Siauhiap sekarang sedang menyelesaikan samadhinya.
Untuk mengurangi perasaan kesal serta bosan itu beberapa
orang tamu tampak berdiri dari tempat duduk mereka, lalu
keluar dari pendapa, menuju ke arah pantai. Mereka berjalan sendiri-sendiri atau dengan teman seperjalanan mereka, tanpa menghiraukan hembusan angin laut yang membasahi tubuh
mereka. Dan diantara mereka itu terdapat seorang lelaki muda dan dua orang gadis cantik yang berjalan perlahan-lahan
menyusuri tepian pantai. Diantara suara angin dan debur ombak yang memecah
pantai itu terdengar desah suara mereka bertiga dalam nada yang amat kesal dan mendongkol.
"Lagaknya seperti seorang raja saja.....hah ! Tahu begini aku tidak mau berkunjung ke mari." salah seorang dari kedua gadis itu menggerutu seraya menyepak sepotong kayu
kecil yang dilemparkan ombak di atas pasir.
"Ah, sudahlah Adik Pek Lian.....! Kau tak perlu menggerutu begitu.....! Kau harus ingat, bahwa pulau ini adalah rumah dan tempat tinggalnya. Tentu saja dia bebas untuk berbuat apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja di rumahnya sendiri. Apa lagi dia tak memintamu atau
mengundangmu kemari. Kau datang ke pulau ini atas
kehendakmu sendiri. Apa salahnya ia menemui kita tengah
malam nanti " Dan...... eh, Adik Pek Lian.......kau jangan Iupa bahwa dia pernah menyelamatkan kita dari keganasan
mendiang para iblis Ban-kwi-ti itu !" gadis satunya yang tidak lain adalah Kwa Siok Eng menegur Ho Pek Lian, gadis yang
sedang kesal itu. "Benar, Nona Ho ........ biarlah kita bersabar lagi barang sejenak. Toh waktu yang dijanjikannya itu sudah tidak lama Iagi........." lelaki yang bersama mereka itu ikut membujuk Ho Pek Lian.
"BaikIah.......... ! Baiklah ! Tapi....... aku tetap ingin segera tahu, macam apa sebenarnya pendekar yang disanjung-sanjung orang itu"'' Ho Pek Lian terpaksa mengalah, meskipun mulutnya masih tetap cemberut juga.
"Hei....... bukankah kita dulu pernah melihatnya?" Kwa Siok Eng memotong.
"Ya ! Tapi kita tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
Selain sangat gelap, waktu itu dia selalu membelakangi kita."
"sudahlah.......! Sebentar lagi kita juga akan melihatnya.
Yang terang, melihat namanya... dia itu masih muda," Chu Seng Kun, lelaki yang bersama mereka itu, menengahi
perdebatan mereka. "Benar ! Masih muda dan......... sukar diajak bersahabat !"
tunangannya menambahkan dengan suara menggoda.
Chu Seng Kun menatap wajah Kwa Siok Eng dengan kening
berkerut. Namun demikian mulutnya tetap bersenyum ketika
bertanya, "Sukar diajak bersahabat" Mengapa demikian.....?"
Kwa Siok Eng juga tersenyum. "Ko-ko, sebutan atau
gelarnya saja Pendekar Patah Hati (Keh-sim Siau-hiap).
Nah.......mana ada seorang yang sedang patah hati bisa diajak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersahabat di dunia ini" Ko-ko sudah bisa melihat sendiri
sekarang, bagaimana ia selalu menutup dirinya........"
Chu Seng Kun menunduk serta menghela napas dalamdalam. "Memang. Sejak kedatangan kita di pulau ini akupun sudah berpikir tentang......... dia ! Namanya begitu disanjung dan dikagumi orang karena kemuliaannya. Hartanya banyak,
kaya raya, kepandaiannyapun tinggi sekali. Lalu apa yang
masih kurang pada dirinya itu " Mengapa dia masih bisa patah hati" Puteri mana yang telah menolak manusia pilihan seperti dia itu?"
"Ah, Chu twa-ko jangan berpendapat demikian........" Ho Pek Lian cepat-cepat menyahut perkataan Chu Seng Kun itu.
"Patah hati itu bisa diakibatkan oleh bermacam-macam sebab.
Dan salah satu di antaranya memang bisa seperti yang twa-ko katakan itu. Tapi selain hal itu, patah hati dapat juga
disebabkan oleh karena hal yang lain. Misalnya .....salah
seorang dari mereka meninggal dunia, padahaI keduanya
sudah saling mencinta satu sama lain. Atau........ patah hati itu bisa juga terjadi karena adanya rintangan dari pihak luar yang sama sekali tidak dapat mereka atasi, sehingga akhirnya
mereka tak bisa mewujudkan cita-cita dan impian mereka itu.
Dan hal-hal yang demikian itu bisa mengakibatkan mereka
menjadi patah hati pula.......Banyak contoh tentang peristiwa seperti itu di masa lampau. Misalkan pada zaman Dinasti Chou Barat dahulu, seorang pangeran mahkota telah dipaksa untuk melepaskan kekasihnya yang hanya seorang gadis rakyat
jelata ketika ia dinobatkan sebagai raja. Akibatnya gadis itu menjadi patah hati dan akhirnya bunuh diri, sementara putera mahkota itu juga patah hati dan tak mau kawin pula selama
hidupnya. Dan contoh yang lain tak usah jauh-jauh kita cari.
Baginda Kaisar Han yang sekarangpun juga seorang yang
menderita patah hati, sehingga beliau memilih tidak kawin
pula sampai sekarang......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Seng Kun dan Kwa Siok Eng saling memandang satu
sama lain. Wajab mereka malah kelihatan bingung dan
terheran-heran mendengar ucapan Ho Pek Lian yang seolaholah malah membantu atau melindungi Keh-sim Siau-hiap itu.
Padahal gadis itu tadi baru saja marah-marah karena kesal
dan dongkol kepada Keh-sim Siau hiap.
Dan yang lebih mengherankan Iagi adalah sikap dan cara
gadis itu berbicara. Gadis itu berbicara dengan bersemangat dan bersungguh-sungguh, seakan-akan gadis itu sendiri
sedang mewakili orang-orang yang patah hati tersebut.
Oleh karena itu sambil tertawa menggoda, Kwa Siok Eng
berkata kepada Ho Pek Lian, ''Adik Lian ....... mendengar kata-katamu yang bersemangat tadi hatiku malah menjadi
berdebar-debar. Ehh......., jangan-jangan kaupun.........
kaupun juga pernah menderita patah hati pula."
Tiba-tiba wajah yang cantik itu menyeringai kecut.
"Ahh, ci-ci....... kau ini ada-ada saja. Patah hati....... sih tidak. Cuma pada suatu saat aku memang pernah merasa
kecewa kepada seseorang dan kepada hidupku sendiri,
sehingga sampai sekarang akupun belum mempunyai minat
untuk mencari teman hidup......." Ho Pek Lian terpaksa
menerangkan dengan suara lirih.
"Kecewa......." Ah, sungguh tak masuk akal. Siapa yang telah berani mengecewakanmu" Apakah orang itu tidak tahu
kalau kau ini murid terkasih dari Baginda Kaisar Han?"
"Ahh, kau ini ..... Apa hubungannya Kaisar Han dengan masalah pribadiku " Apa lagi waktu itu su-hu belum menjadi kaisar seperti sekarang ini........"
"Oh, jadi peristiwa itu terjadi pada waktu kau dan Kaisar Han masih suka berkelana di dunia kang-ouw dahulu"
Hmm........ kalau begitu sudah hampir sepuluhan tahun yang lalu, ya " Eh, Adik Lian........ kalau aku boleh bertanya". kalau aku boleh bertanya, siapa sih pemuda yang pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengecewakanmu itu ?" Kwa Siok Eng yang sudah amat
akrab dan sudah seperti saudara sendiri dengan Ho Pek Lian itu berbisik sambil merangkul pundak gadis itu.
Ho Pek Lian menjadi merah pipinya, sementara matanya
melirik ke belakang, kearah Chu Seng Kun yang berjalan enam atau tujuh langkah di belakang mereka. Tampaknya pemuda
ahli obat itu memang sengaja memperlambat langkahnya
begitu mendengar pembicaraan mereka yang mulai bersifat
pribadi itu. "Bagaimana Adik Lian " Apakah"..apakah aku boleh tahu siapa orang itu?" Kwa Siok Eng mendesak lagi.
"Aaaaah...... !" Ho Pek Lian mengerling dan berdesah panjang, seakan-akan masih merasa enggan atau malu
mengatakannya. "Ayolah........ Adik Lian! Kita toh sudah seperti keluarga sendiri. Apa lagi usia kitapun sudah tidak muda lagi. Kau
duapuluh lima dan aku duapuluh enam, yang kalau menurut
adat kebiasaan kita sudah dianggap terlambat kawin.
Mengapa kau masih merasa malu dan ragu-ragu untuk
mengatakannya kepadaku ?"
"Tapi........" Ho Pek Lian sekali lagi melirik ke belakang. Dilihatnya Chu Seng Kun tertinggal semakin jauh di belakang mereka.
Pemuda itu tampak sedang bermain-main dengan air laut
yang menjilati kakinya. "Baiklah, ci-ci Siok Eng ....... Aku akan berbicara. Tapi kuminta kau jangan menceritakannya kepada Chu twa-ko.
Maukah kau ?" akhirnya gadis itu mengalah.
Kwa Siok Eng tersenyum lalu menoleh ke arah
tunangannya. "Jangan takut ! Kalau kau memang
menginginkan demikian, akupun takkan mengatakannya
kepada siapapun. Aku berjanji ! Nah....... ayolah !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening sejenak. Kedua orang sahabat itu lalu berjalan
menuju ke gardu pemandangan, yang khusus dibangun oleh
Keh-sim Siau-hiap dan anak buahnya di tempat itu. Mereka
berdua duduk berendeng seperti sepasang kekasih atau
seperti dua orang kakak-beradik yang sedang menikmati
hamparan ombak di depan mereka. Keduanya tidak
mempedulikan lagi pada Chu Seng Kun yang bermain-main
dengan air sendirian. "Ci-ci.....! Sebenarnya aku malu menceriterakan hal ini kepadamu. Tapi karena kau sudah berjanji untuk tidak
mengatakannya kepada siapa pun juga, maka aku berani pula
berterus-terang kepadamu. Begini"..! Sebenarnya sampai
saat ini aku sendiri juga masih bingung terhadap hatiku
sendiri. Aku benar-benar tak tahu, siapa sebenarnya Ielaki yang kudambakan itu" Dan aku sendiri juga masih bingung,
siapa sebenarnya lelaki yang kupilih diantara mereka itu" Ci-ci....... aku benar-benar bingung bila memikirkan hal itu. Rasa-rasanya aku menjadi asing terhadap diriku sendiri........"
"Heh".." Adik Lian......." Kau ini sungguh aneh sekali.
Bagaimana bisa sampai begitu" Coba kau terangkan kepadaku
! Aku malah menjadi bingung pula mendengar ceritamu
itu....... Eh, apakah" apakah kau mencintai lebih dari seorang lelaki" Ataukah........kau ini dicintai dan dilamar oleh beberapa orang lelaki, sehingga kau malah menjadi bingung dan sulit untuk memilihnya ?" Kwa Siok Eng berbisik dengan suara heran.
"Ahh, ci-ci...... bukan begitu maksudku." Ho pek Lian
mencubit lengan sahabatnya itu dengan cemberut.
"Aku........aku....... ah, bagaimana ya?"
"Wah?"..kau ini bagaimana sih?" Kwa Siok Eng pura-pura
merasa kesal. "Sudahlah! Marilah kita pulang kembali saja
kalau kau memang tak ingin menceritakannya!"
Kwa Siok Eng pura-pura bangkit dari tempat duduknya, tapi
dengan cepat lengannya ditarik kembali oleh Ho Pek Lian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik! Baiklah"..! Aku akan mengatakannya kepadamu?""
gadis itu berkata kepada Kwa Siok Eng.
"Kalau begitu cepatlah bercerita?"!" Siok Eng mendesak
tak sabar. Sambil menundukkan mukanya Ho Pek Lian akhirnya
bercerita, meskipun suaranya terdengar semakin lirih di telinga Kwa Siok Eng.
"Ci-ci, aku mulai merasa tertarik kepada laki-laki pada usia tujuhbelas tahun. Dan perasaan itupun bermula dari rasa
kasihan pula, karena pemuda yang kumaksudkan itu
menderita penyakit aneh yang sukar disembuhkan. Rasa
kasihan itu ternyata berkembang menjadi perasaan tertarik
dan perasaan kagum pula ketika aku semakin bisa mendalami
watak dan sikapnya yang jantan penuh keperwiraan. Tetapi
karena waktu itu usiaku masih terlalu muda dan belum punya pengalarnan sama sekali, maka aku belum menyadari bahwa
sebenarnya aku telah jatuh cinta kepada pemuda itu. Oleh
karena itu ketika salag seorang sahabat akrabku juga merasa tertarik kepada pemuda itu, bahkan kemudian malah jatuh
cinta pula kepadanya, aku langsung saja menyetujui dan
merelakannya. Bahkan aku ikut membantunya malah ! Saya
sangat bergembira pemuda itu memperoleh kebahagiaannya.
Tapi.......lama-kelamaan justru hatiku sendiri yang akhirnya menjadi sedih. Entah mengapa aku seperti telah kehilangan
sesuatu yang tak kumengerti. Hatiku seakan-akan selalu
merasa menyesal terus-menerus........"
Ho Pek Lian berhenti untuk mengambil napas. Wajahnya
pucat, matanya menerawang jauh ke tengah laut, seolah-olah benar-benar menyesali sikapnya selama ini.
" ......Lalu datanglah pemuda yang kedua mendekatiku. Di dalam segala hal pemuda ini jauh lebih baik dari pada pemuda yang pertama. Selain masih muda, kaya, tampan dan
berkepandaian tinggi, pemuda yang kedua ini juga sangat
dihormati orang. Sebab pemuda itu adalah seorang pemimpin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan yang mempunyai anggota lebih dari ribuan orang.
Dan pemuda ini juga seorang pejuang serta ksatria pembela
kaum lemah pula. Apalagi secara terus terang pemuda itu juga telah menyatakan cinta kasihnya kepadaku.....,"
Sekali Iagi Ho Pek Lian menghentikan ceritanya. Matanya
yang sayu itu tampak berkaca-kaca ketika bercerita tentang pemuda yang kedua itu, sehingga Kwa Siok Eng sama sekali
tak berani mengganggunya. Gadis itu takut kalau-kalau Ho
Pek Lian menjadi terganggu konsentrasinya.
"Sebetulnya....... di dalam hati aku telah menerimanya.
Memang pemuda seperti itulah yang selalu kucari-cari selama ini. Gagah, tampan, berkedudukan baik, berwatak ksatria pula.
Nah...apalagi yang kurang" Tapi........ ci-ci, aku sungguh heran terhadap hatiku sendiri. Kenapa aku tak bisa melupakan pemuda yang pertama itu" Wajahnya yang polos, yang
kadang-kadang tampak sangat menderita karena penyakitnya
itu sering mengganggu hatiku. Biarpun di sana sudah ada
seorang gadis yang mendampinginya, namun hatiku ini
rasanya masih tetap juga belum yakin dan belum percaya
kepada gadis tersebut. Rasanya hatiku ini seperti hati seorang ibu yang tidak tega melihat bayinya dalam perawatan wanita lain. Dan celakanya, perasaan itu selalu saja mengejar dan menggangguku di manapun aku berada, sehingga lambat-laun
hatiku menjadi terpengaruh pula karenanya. Tanpa terasa
sikapku terhadap pemuda yang kedua itu menjadi berubah
dingin dan acuh tak acuh, padahal aku sama sekali tak
bermaksud demikian. Akibatnya pemuda yang telah kupilih
dan kucintai sepenuh hati itu menjadi salah sangka
terhadapku. Dengan perasaan kecewa dia lantas


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengundurkan diri dari sampingku, dan kemudian pergi entah ke mana......... Oh, ci-ci". bagaimanakah menurut
pendapatmu " Salahkah sikapku itu" Apa yang mesti
kuperbuat" Ci-ci, aku benar-benar bingung sekali. Aku benar-benar tak tahu, apa sebenarnya yang kukehendaki selama ini.
Sebab sepeninggal pemuda yang kedua itu, hatiku juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pecah berantakan pula. Kalau semula sikapku
terhadap pemuda yang pertama itu seperti sikap seorang ibu yang tidak tega melepaskan bayinya dalam perawatan orang
lain, kini sikapku terhadap pemuda yang kedua malah justru lebih parah lagi. Sikapku sekarang benar-benar seperti sikap seorang ibu yang telah kehilangan anaknya! Setiap hari hatiku menangis tak henti-hentinya menyesali kepergiannya. Tapi
apalah dayaku........ nasi telah menjadi bubur, semuanya telah terjadi dan tak mungkin diulang kembali. Kini tinggallah aku seorang diri, terombang-ambing tak menentu, seperti perahu yang kehilangan arah di tengah lautan."
Gadis itu menghela napas panjang ketika menyelesaikan
ceritanya. Matanya yang semula hanya berkaca-kaca, kini
benar-benar meneteskan air mata. Wajahnya tampak pucat
dan hampa, sungguh berbeda sekali dengan sikapnya seharihari yang riang dan gembira.
Sekejap Kwa Siok Eng juga termangu-mangu saja di
tempatnya. Meskipun gadis itu bisa menebak siapa yang
dimaksudkan dalam cerita Ho Pek Lian itu, namun kenyataan
yang tak pernah diduganya itu sungguh-sungguh telah
mengagetkannya. Hampir tak terlintas sama sekali di dalam
hati Kwa Siok Eng bahwa temannya itu akan mengalami hal
yang demikian. "Adik Lian....... sungguh tak kusangka kau akan mengalami persoalan yang rumit seperti itu. Selama ini aku hanya
menyangka bahwa kesendirianmu ini memang telah kau
sengaja karena engkau belum mendapatkan pasangan yang
cocok dengan selera hatimu. Ternyata dugaanku atau
bayanganku itu adalah salah sama sekali. Ternyata kau telah menyimpan persoalan yang demikian peliknya di dalam
hatimu. Adik Lian, kita telah lama menjalin persababatan. Oleh karena itu kukira aku telah bisa menebak siapa-siapa yang
kaumaksudkan dalam ceritamu itu. Hmm........ pemuda yang
pertama, yang menimbulkan rasa belas kasihanmu itu tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai, bukan" Dan pemuda yang kedua, yang
sebenarnya merupakan pemuda yang sangat mencocoki
hatimu itu tentulah saudara Kwee Tiong Li, bukan " Dan tentu saja gadis yang kau maksudkan itu adalah Enci Chu Bwe
Hong. Benar tidak?" dengan sangat hati-hati Kwa Siok Eng menanggapi cerita Ho Pek Lian itu.
Gadis itu mengangguk tanpa menjawab.
Kwa Siok Eng merangkul pundak sahabatnya itu. "Adik
Lian....... sungguh malang benar keadaanmu. Seharusnya kau tak perlu mengalami keruwetan itu apabila kau mau meminta
pendapat atau petunjuk kepada sahabat-sahabatmu.
Persoalanmu itu sebenarnya sangat jelas dan mudah sekali
pemecahannya..." Dengan cepat wajah yang tertunduk itu menengadah,
menatap wajah Kwa Siok Eng.
"Ci-ci Siok Eng........?" gadis itu berdesah kaget.
Siok Eng merangkul pinggang Pek Lian. Dengan suara
tenang dan halus gadis itu berbisik, "Adik Lian....... jangan terkejut ! Aku tidak bergurau, aku berkata sebenarnya. Kalau hal itu terasa sulit dan ruwet, semua itu karena kau ikut
terlibat langsung di dalamnya, sehingga akibatnya kau malah tak bisa melihat persoalan tersebut secara jelas dan terang."
Wajah yang cantik itu semakin tertunduk lesu.
"Ohhh........kalau begitu lekaslah ci-ci katakan pendapatmu itu !"
"Baik........!" Siok Eng berkata seraya bangkit dari tempat duduknya, lalu berdiri bersandar pada dinding gardu tersebut.
"Sebagai orang luar aku justru dapat melihat persoalanmu itu dengan jelas sekali. Oleh sebab itu aku dengan mudah juga
bisa mengetahui di mana letak kesalahannya dan bagaimana
pula pemecahan serta jalan keluarnya....... Nah, Adik Lian.......
marilah kita bahas masalahmu itu perlahan-lahan !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bulan tipis yang tadi berada di atas langit sebelah barat, kini sudah hampir tenggelam di balik cakrawala, suatu tanda bahwa hari sudah mendekati tengah malam. Dan dengan
sabar serta penuh pengertian Chu Seng Kun masih tetap
berada di tepi laut, bermain-main dengan percikan air
sendirian. "Adik Lian ........ Dari dasar atau landasan perasaan tertarikmu kepada kedua orang pemuda itu saja sebenarnya
sudah bisa dipergunakan sebagai pedoman, siapa sebenarnya
pemuda yang kaupilih. Karena kasihan kau menaruh perhatian kepada Saudara Souw Thian Hai. Dan perhatian itu akhirnya
berkembang menjadi rasa kagum melihat kepandaian dan
keperwiraannya. Dari hal ini saja sebenarnya sudah dapat
ditarik kesimpulan bahwa kau sesungguhnya tidak mencintai
Saudara Souw Thian Hai. Kau cuma merasa kasihan
kepadanya dan juga sangat menyayangkan kepandaiannya
yang tinggi. Kau sebenarnya tidak mencintainya, karena di
dalam hati kecilmu kau sendiri merasa kurang cocok dengan
keadaannya. Sebab sebagai seorang puteri pejabat tinggi kau sudah terbiasa berkecimpung dalam dunia kemewahan,
kemuliaan dan kehormatan. Kau tidak akan merasa puas dan
cocok dengan pemuda biasa seperti Souw Thian Hai itu. Apa
lagi dia mempunyai penyakit gila. Itulah sebabnya ketika Enci Chu Bwee Hong jatuh cinta kepada Souw Thian Hai, kau
merasa girang luar biasa, sebab kau merasa seperti
mendapatkan wakil yang bisa kaupercayai untuk merawat
pemuda hebat seperti Saudara Souw Thian Hai itu. Sementara itu kau sendiri sudah cocok dengan Saudara Kwee Tiong Li.
Sebab selain di dalam segala hal Saudara Kwee Tiong Li itu tidak kalah dengan Saudara Souw Thian Hai, diapun juga
datang dari golongan terhormat, kaya dan berpangkat pula.
Apa lagi Saudara Kwee Tiong Li tidak gila seperti Saudara
Souw Thian Hai. Dan semua penilaianku ini sebenarnya juga
sudah tercermin di dalam pendapatmu sendiri. Bukankah Adik Lian sendiri sudah mengibaratkan tentang kepergian mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu" Kau mengibaratkan Saudara Souw Thian Hai sebagai bayi yang diasuh oleh wanita lain, sementara kau menganggap
kepergian Saudara Kwee Tiong Li sebagai ibu yang kehilangan anaknya. Dari perumpamaanmu itu saja sudah dapat ditarik
kesimpulan bahwa kau lebih merasa berat kehilangan Kwee
Tiong Li dari pada kehilangan Souw Thian Hai......" dengan panjang lebar Kwa Siok Eng memberi petunjuk kepada Ho Pek
Lian. Bagai terbuka rasanya hati Ho Pek Lian sekarang. Ternyata
persoalan tersebut sebenarnya tidaklah sesulit yang ia
rasakan. Hanya karena dia sendiri ikut terlibat di dalamnya, maka dirinya seolah-olah menjadi buta dan tak bisa mengurai persoalan tersebut dengan baik.
"Ohh, ci-ci...... lalu apa yang harus kukerjakan sekarang?"
gadis itu bertanya dengan suara sendu.
Kwa Siok Eng menghampiri Ho Pek Lian dan kemudian
duduk di samping gadis itu kembali. Dengan suara tenang
namun pasti Siok Eng berkata, "Tentu saja kau harus mencari Saudara Kwee Tiong Li sampai dapat, lalu meminta maaf
kepada dia karena kau telah menyakiti hatinya."
"Mencarinya sampai dapat " Ohhh....... Ci-ci, ba bagaimana kalau........ kalau ia sudah kawin dengan wanita lain" Delapan tahun bukanlah waktu yang pendek, siapa tahu kalau dia telah melupakan aku ?" Ho Pek Lian berdesah
hampir menangis, lalu menubruk ke atas pangkuan Kwa Siok
Eng. Siok Eng menghela napas panjang. Matanya ikut berkacakaca melihat penderitaan sahabat akrabnya itu.
"Adik Lian........ kau jangan buru-buru berputus asa dahulu.
Serahkanlah semuanya ini kepada Thian. Yang penting kau
harus berusaha, siapa tahu Thian masih menaruh belas
kasihan kepadamu" Namun demikian kalau Thian nanti
terpaksa menentukan lain, kaupun juga harus menerimanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan hati lapang pula. Anggaplah semua cobaan itu sebagai tebusan atas kesalahan-kesalahanmu di masa lalu........"
"Ci-ciii..........!" Ho pek Lian tak dapat menahan tangisnya.
Angin laut bertiup semakin kencang, mengawali pasangnya
air laut, tepat pada waktu tengah malam. Begitu kuatnya
hembusan angin tersebut sehingga mampu menerbangkan
pasir-pasir Iembut ke udara. Sekejap tempat itu menjadi gelap oleh debu-debu pasir tersebut.
Namun demikian Chu Seng Kun tidak menjadi terhalang
pandangannya ketika dari arah Pendapa Utama mendatangi
dua sosok bayangan ke tempat itu.
"Berhenti ! Siapakah kalian.......?" pemuda ahli obat itu menyapa.
Kedua sosok bayangan itu berhenti beberapa langkah di
depan gardu pemandangan, sehingga Chu Seng Kun dengan
tergesa-gesa menghampiri mereka.
"Oh, Tuan Chu rupanya.......! Inilah kami yang datang.
Kami berdua mau menjemput To-cu (Majikan Pulau) karena
waktu yang beliau janjikan telah tiba." kedua sosok bayangan yang tidak lain adaIah kedua gadis pembantu Keh-sim Siau-hiap itu menjawab teguran Chu Seng Kun.
"Ahh....... nona berdua kiranya." Chu Seng Kun bernapas lega, "Hmm, jadi pertemuan itu sudah akan dimulai "
Tapi....... kenapa nona berdua malah datang kemari......."
Apakah nona berdua mau memberi tahu kepada tamu-tamu
yang berada di luar pendapa ?"
Kedua gadis pembantu Keh-sim Siau-hiap itu saling
memandang satu sama lain. Tiba-tiba mereka menjadi curiga
ketika dalam gardu pemandangan itu muncul Kwa Siok Eng
dan Ho Pek Lian menghampiri mereka.
"Kami...... kami berdua mau menjemput To-cu kami. Eh,
kenapa cu-wi bertiga berada di sini " Di sini tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlarang......," dengan suara gemetar gadis-gadis itu menjawab gemetar.
"Gerrriiit.......!" tiba-tiba terdengar suara daun pintu terbuka di dalam gardu pemandangan itu.
Kwa Siok Eng dan Ho Pek Lian menjadi terkejut setengah
mati, sebab mereka tahu bahwa tidak ada pintu di dalam
gardu pemandangan tersebut. Bangunan itu cuma bangunan
kecil berukuran tiga kali tiga meter, dengan tembok di bagian samping dan belakang saja. Sementara di dalamnya hanya
ada tumpukan batu-batu tebal memanjang, di mana di bagian
atasnya ditutup papan kayu tebal untuk alas duduk orangorang yang ingin beristirahat di sana.
Empat sosok bayangan hitam tiba-tiba berdiri di tengahtengah bangunan itu. Dua orang lelaki dan dua orang wanita.
Dan salah seorang dari ke empat bayangan itu segera
melangkah keluar dari dalam gardu pemandangan tersebut,
kemudian diikuti pula oleh ketiga sosok bayangan yang lain.
Meskipun udara sangat gelap, namun sinar bintang yang
berkelap-kelip di atas langit ternyata mampu juga menerangi raut wajah mereka berempat.
"To-cu....... !" dua orang pembantu Keh-sim Siau-hiap tadi segera berlari menyongsong bayangan yang pertama dan
berlutut di hadapannya. "Hari sudah tepat waktu tengah malam. Para tamu sudah lama menantikan kedatangan To-cu." mereka melapor.
Lelaki yang tak lain adalah Keh-sim Siau-hiap atau pemilik Pulau Meng-to sendiri itu mengangguk. "Aku sudah siap.
Kalian berangkatlah lebih dahulu, nanti aku menyusul
bersama-sama sahabat-sahabatku ini !"
Dua orang gadis itu mengerutkan kening mereka.
Sebenarnya mereka agak curiga kepada orang-orang yang
berada di tempat terlarang itu. Tapi karena majikan mereka telah mengatakan bahwa orang-orang itu adalah sahabatnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka keduanya tidak berani berbuat apa-apa lagi. Keduanya
lantas pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Chu Seng Kun, Kwa Siok Eng dan Ho Pek
Lian seolah-olah menjadi patung saking kaget mereka melihat siapa yang keluar dari gardu pemandangan itu. Meskipun tidak begitu jelas, namun mereka semua takkan melupakan wajah-wajah yang telah lama mereka kenal itu.
"Kwee Tiong Li........ koko !" Ho Pek Lian menatap wajah
Keh-sim Siau-hiap seakan tak percaya, lalu tiba-tiba saja
tubuhnya telah menghambur ke dalam pelukan.
"Saudara Thian Hai......!" Chu Seng Kun menegur Ielaki tinggi besar yang berada dibelakang Keh-sim Siau-hiap.
"Bwee Hong......! Lian Cu......! Kenapa kalian diam saja?"
Kwa Siok Eng berteriak dan segera menghambur memeluk
kedua wanita itu pula. Jilid 43 DEMIKIANLAH, pertemuan itu sungguh-sungguh sebuah
pertemuan yang tak mereka sangka sebelumnya. Semuanya
benar-benar tak mengira bahwa Keh-sim Siau-hiap yang
tersohor dan amat terkenal di dunia persilatan itu adalah Kwee Tiong Li, sahabat lama mereka sendiri (baca Darah Pendekar).
Sahabat lama yang telah delapan tahun tak pernah berjumpa.
Dan khusus bagi Ho Pek Lian, pertemuan itu sungguhsungguh sangat membahagiakan hatinya. Rasanya ia bisa
mendapatkan kembali anaknya yang hilang itu. Dunianya yang semula sepi itu tiba-tiba terasa ramai dan cerah kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lian-moi, aku dan Saudara Souw telah mendengar semua pembicaraanmu tadi. Sungguh tak kusangka kaupun juga
menderita pula seperti aku......." Keh-sim Siau-hiap atau Kwee Tiong Li berbisik di telinga Ho Pek Lian, kekasihnya.
Sekejap pipi gadis itu menjadi merah. Sekilas matanya
mengerling ke dalam gardu pemandangan itu. Tatkala
dilihatnya papan kayu tempat duduknya tadi kini telah
terbuka, gadis itu maklum apa yang telah terjadi.
"Tampaknya di bawah tempat duduk itu merupakan pintu
masuk ke ruangan di bawah tanah. Benarkah, ko-ko ?" gadis
itu bertanya. "Benar. Tempat ini adalah tempat terlarang, karena tempat ini adalah tempatku melakukan samadhi setiap harinya.
Kebetulan pula sejak sore tadi aku telah berada di sana
bersama saudara Souw Thian Hai, Chu Bwee Hong dan Souw
Lian Cu....." "Ohh.......kalian sungguh nakal. Mengapa kalian tidak lekas-lekas keluar menemui kami" Huh........ dasar tukang intip dan mendengar omongan orang !" Ho Pek Lian pura-pura
mengomel, padahal sesungguhnya hatinya merasa malu
sekali. Malu sekaligus berbahagia !
Keh-sim Siau-hiap tersenyum pula. "Tapi kalau aku tadi terus keluar, kami semua ini tentu takkan bisa mendengarkan isi kesulitanmu itu. Dan tanpa mendengarkan pengakuanmu
yang tulus dan berterus terang tadi, kami semuapun tentu
masih akan tetap salah sangka terhadapmu, sehingga
pertemuan ini juga tidak akan dapat semeriah dan sebahagia ini pula. Tanpa pengakuanmu tadi semuanya masih akan tetap gelap dan ruwet.......... Bukankah demikian, sahabat-sahabatku ?" pendekar itu berkata sambil menoleh ke arah tamu-tamunya, terutama kepada Souw Lian Cu yang
kelihatannya baru saja selesai menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai melirik ke arah puterinya sebentar, lalu
mengangguk-anggukkan kepalanya. Demikian pula yang
dilakukan oleh Chu Bwee Hong. Wanita ayu bekas isteri ketua Bing kauw itu juga menatap wajah Souw Lian Cu sambil
menepuk-nepuk bahu gadis berlengan sebelah itu.
"Ayolah, Lian Cu.......! Tunjukkanlah kebesaran dan
keluhuran hatimu ! Bukankah kau tadi sudah mengatakan,
bahwa kau telah maklum dan sadar pula akan kekeliruanmu
selama ini, seperti halnya yang terjadi pada Ho Pek Lian, yang sadar akan sikapnya yang kurang benar itu ?" katanya lembut kepada gadis calon anak tirinya tersebut.
Souw Lian Cu tersenyum getir, namun demikian matanya
yang bulat dan indah itu menatap Chu Bwee Hong penuh
pengertian. SeteIah itu dengan dada tengadah gadis tersebut melangkah maju menghampiri Keh-sim Siau-hiap dan Ho Pek
Lian. "Apa yang telah dikatakan oleh Paman Tiong Li tadi
memang benar, Ci-ci Pek Lian...... Tanpa mendengar
pembicaraanmu dengan Ci-ci Siok Eng tadi, suasana tentu
belum akan sejernih sekarang ini. Semuanya tentu belum akan menyadari kesalahannya. Dan masing-masing tentu juga
masih salah sangka terhadap yang lain. Alhasil, persoalan ini masih akan tetap ruwet sepanjang masa......." gadis itu
berkata dengan suara dalam seolah-olah tertahan di dalam
tenggorokannya. "Ehh......Lian Cu, kau " Mengapa kau ....kau berkata
demikian" Ada..... ada hubungan apa kau dengan masalah ini
?" Ho Pek Lian tersentak kaget, matanya menatap heran.
Souw Lian Cu menarik napas panjang untuk lebih
menenangkan hatinya, kemudian melangkah lagi semakin
dekat. Tangan yang tinggal sebelah itu mencengkeram lengan Ho Pek Lian dengan eratnya. Mata yang merah bekas tangis
itu tampak basah kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ci-ci..... ternyata tidak cuma kau yang mengalami
kebingungan serta salah tafsir dalam masalah cinta itu!
Ternyata aku.......akupun telah mengalaminya pula seperti
halnya engkau. Keadaanku.......... serta persoalanku ternyata persis seperti yang kau alami pula. Cuma bedanya, aku yang masih sangat muda ini tidak dapat mengendalikan diri seperti engkau. Aku masih terlalu kekanak-kanakan pikirankupun
belum dewasa. Untunglah semua yang telah kulakukan selama
ini belum sampai merugikanmu, atau merugikan Paman Tiong
Li. Baru aku sendirilah yang menanggung rugi akibat
kedangkalan pikiranku itu........."
Ho Pek Lian semakin merasa bingung dan tak mengerti.
Matanya menatap Kwee Tiong Li, Souw Thian Hai, Chu Bwee
Hong berganti-ganti. Tapi gadis itu semakin menjadi heran
menyaksikan orang-orang itu juga tercenung diam tak
bergerak di tempat masing-masing. Mereka semua seperti
deretan patung batu di keremangan malam.
"Ci-ci Pek Lian, ketahuilah......! Pada pertemuanku yang pertama dengan Paman Tiong Li, aku juga merasa kasihan
melihat penderitaannya. Dan seperti juga yang terjadi di hati ci-ci Pek Lian terhadap ayahku, rasa kasihan itu akhirnya juga berkembang menjadi rasa....... rasa.......cinta pula. Padahal di dalam hati aku sudah merasa bahwa langkahku itu telah
menyimpang dari angan-angan dan cita-citaku selama ini.
Akibatnya lalu terjadi pertentangan yang hebat di dalam diriku sendiri. Dan pertentangan itu semakin memuncak tatkala
kuketahui bahwa Paman Tiong Li ternyata tidak mau
menyambut uluran tanganku itu. Akibatnya aku menjadi
marah karena malu. Aku merasa telah mengesampingkan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepentingan dan cita-citaku sendiri, dan aku juga merasa telah merendahkan diriku sendiri dengan mengasihani seorang lelaki yang telah patut menjadi ayah atau pamanku sendiri. Tapi
semuanya itu ternyata tidak memperoleh tanggapan yang baik dari orang itu. Oleh karena itu aku lantas menjadi benci
kepadanya ! Aku benci kepada laki-laki ! Aku benci kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua orang.....! Maka ketika seorang pemuda lain hendak
mendekatiku, akupun lantas menghindarinya. Aku sudah tak
mau lagi berhubungan dengan lelaki, meskipun di dalam hati sebenarnya aku menyukai pemuda itu......"
Souw Lian Cu berhenti sejenak untuk mengambil napas.
Kemudian sambil memandang ke arah Keh-sim Siau-hiap gadis
itu meneruskan kembali ceritanya. "....... Tetapi rasa benciku itu ternyata semakin hari semakin luntur pula, dan akhirnya aku kembali ke sini untuk menengok Paman Tiong Li.
Meskipun demikian rasa marah dan penasaranku masih tetap
belum mereda juga. Rasa marah dan rasa penasaran itu baru
lenyap setelah mendengar percakapan Ci-ci Pek Lian dengan
Ci-ci Siok Eng tadi. Seperti halnya Ci-ci Pek Lian, akupun Iantas menjadi sadar pula akan kekeliruanku. Aku sebenarnya tidak cinta kepada Paman Tiong Li, aku hanya merasa kasihan saja melihat nasibnya. Sebenarnya aku hanya ingin
menghiburnya saja, sebab aku tak rela orang seperti Paman
Tiong Li menderita demikian hebatnya hanya karena patah
cinta........" "Oooohh....... Lian Cu !" Ho Pek Lian menjerit lirih, lalu merangkul gadis berlengan buntung itu.
Semuanya menghela napas lega, tak terkecuali pula ayah
Souw Lian Cu sendiri, Souw Thian Hai. Pendekar bernama
besar itu kelihatan mengangguk-anggukkan kepalanya,
sebagai tanda bahwa hatinya merasa puas dan bangga
terhadap kebesaran dan kelapangan hati puterinya itu.
"Ci-ci Pek Lian, maafkan aku...!" Souw Lian Cu berbisik di telinga Ho Pek Lian.
"Tidak, Lian Cu...... kau sama sekali tidak bersalah ! Itu sudah lumrah dan wajar bagi seorang gadis sebayamu ! Aku
malah kagum sekali kepadamu. Ternyata kau lebih terbuka,
dan lebih berani dalam hal ini dari pada aku. Semuda ini
usiamu, namun demikian ternyata kau sudah mempunyai
pemikiran yang dalam dan pertimbangan yang matang dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal ini...... Dan..... eh, omong-omong siapakah pemuda yang mencintaimu itu " Apakah pemuda itu bernama Yang Kun,
yang berada di tepi pantai kemarin malam itu ?"
"Be-benar, Ci-ci........" Souw Lian Cu menjawab perlahan.
"Oh......... dia! Hmm ...... benar-benar pemuda yang hebat!
Aku sudah mengenalnya pula." tiba-tiba Keh-sim Siau-hiap menyahut. "Malah hampir saja aku terjatuh di tangannya."
"Kau......" kau kalah melawannya?" Ho Pek Lian menatap wajah kekasihnya seolah tak percaya.
"Kukira Saudara Kwee memang tidak berbohong, Nona Ho.
Akupun pernah terluka pula ketika berbaku hantam dengan
anak itu. Selain lwee-kangnya amat tinggi, pukulannya
mengandung racun pula........." Souw Thian Hai yang sejak tadi belum membuka suara mendadak ikut menyahut pula.
Ho Pek Lian semakin terperanjat. Kemarin malam gadis itu
juga sudah menyaksikan kehebatan Chin Yang Kun, yaitu
ketika pemuda itu memukul patah pedangnya di tepi pantai
itu. Namun demikian gadis itu sungguh tak menyangka kalau
pemuda tersebut bisa menandingi Keh-sim Siau-hiap dan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai sedemikian rupa. Padahal gadis itu sudah lama mengenal pemuda tersebut, yaitu sejak
pemuda itu dibawa oleh Kaisar Han ke istana beberapa tahun yang lalu.
Melihat keheranan Ho Pek Lian, Chu Seng Kun segera
menyela, "Ah........ kukira tidak hanya Saudara Kwee dan
Saudara Souw saja yang pernah merasakan kuatnya pukulan
Saudara Yang Kun. Akupun pernah melihat Hek-eng-cu yang
lihai bukan main itu dibuat jatuh bangun oleh pemuda itu......"
"Hek-eng-cu.....". Dia dibuat tak berdaya oleh Yang Kun?"
tanpa terasa Kwa Siok Eng, Chu Bwee Hong dan Ho Pek Lian
berdesah tak percaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah........! Padahal pada waktu itu Hek-eng-cu ada bersama dengan........ kakak dari Siok Eng sendiri, yaitu Song-bun-kwi Kwa Sun Tek." Chu Seng Kun mengiyakan seraya
melirik tunangannya. Demikianlah, mereka berbicara tentang Chin Yang Kun,
tanpa mereka ketahui sama sekali bahwa pada saat itu
pemuda tersebut sedang memeras keringat beradu tenaga
dengan Hek-eng-cu pula ! Tanpa memegang senjata yang dapat ia pakai sebagai
perisai untuk menahan sabetan-sabetan pisau beracun itu,
Chin Yang Kun semakin tak berdaya menghadapi kecepatan
gerak lawannya. Untunglah dengan Kim-coa-ih-hoatnya yang
mempunyai gerakan-gerakan aneh di luar kewajaran manusia
itu Chin Yang Kun mampu bertahan serta meloloskan diri
setiap menemui jalan buntu.
"Setan! Iblisss........! Kau ini manusia atau hantu, hah"
Gila........! Ilmu apa sebenarnya ini?" beberapa kali Hek-eng-cu mengumpat dengan suara agak takut-takut setiap kali
pemuda itu melakukan gerakan-gerakan yang tak masuk akal.
Sebenarnya apabila diperbandingkan ilmu kepandaian
mereka, Chin Yang Kun agak lebih unggul dari pada Hek-engcu. Setelah sehari lamanya mereka bertempur, ternyata Pathong-sin-kang yang sangat dibangga-banggakan oleh Hekeng-cu itu benar-benar tak mampu mengimbangi kedahsyatan
Liong-cu-i-kangnya Chin Yang Kun. Begitu pula dengan Kimliong Sin-kun dan Pat-hong Sin-ciang. Ilmu silat yang dulu sangat disegani orang itu kini ternyata juga tak mampu
menaklukkan Kim-coa-ih-hoat pula.
Satu-satunya keunggulan Hek-eng-cu hanyalah ginkangnya yang maha hebat itu! Apa lagi keunggulan tersebut
ditunjang pula dengan sepasang pisau pusaka beracun itu.
Maka tak mengherankan kalau Chin Yang Kun lantas menjadi
terdesak karenanya, bagaimanapun hebatnya Iweekang dan
ilmu silat Chin Yang Kun, tapi menghadapi lawan yang dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakannya seolah-olah bisa menghilang dari pandangan itu, tentu saja sedikit keunggulannya itu seperti menjadi tak
berguna lagi. Apalagi orang yang hampir tak bisa dilihat
bentuknya itu membawa sebuah pusaka yang ampuh dan
berbahaya pula. Alhasil, pertempuran itu memang terasa sangat berat dan
melelahkan bagi mereka berdua. Dengan Bu-eng Hwe-tengnya
Hek-eng-cu memang mampu mendesak dan menghujani
lawannya dengan sabetan-sabetan pisaunya. Namun demikian
dengan memeras tenaga dan keringat ternyata Chin Yang Kun
masih dapat juga melindungi dirinya pula, sehingga rasarasanya pertempuran itu takkan selesai-selesai meskipun
sampai pagi hari nanti. Memang, telah beberapa kali Chin
Yang Kun kecolongan serta tak mampu menangkis pisau Hekeng-cu. Namun dengan mantel pusaka yang dipakainya,
pemuda itu berhasil lolos dari kematian. Atau pula, kalau
pemuda itu sudah benar-benar terpojok, ia lalu mengobral
pukulan dengan seluruh kekuatan Iweekangnya! Biarpun
sangat melelahkan serta menguras tenaganya, tapi dengan
demikian pemuda itu dapat memaksa lawannya untuk
mengundurkan desakannya. "Wah, pemuda itu memang hebat bukan main ! Usianya
masih muda, tapi Iweekangnya ternyata benar-benar sudah
mencapai tingkat kesempurnaan. Dan Iweekangku yang telah
kuhimpun dengan susah payah selama puluhan tahun inipun
agaknya juga belum bisa menandinginya pula.
Hmmm........sungguh tidak masuk akal !" Lo-si-ong yang buta itu menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berdecak kagum.
Dengan cepat Tiau Li Ing memandang orang tua itu.
"Tapi....... menurut suara yang terdengar berkumandang tadi, kepandaian kakek masih tetap lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka berdua itu" Suara itu tadi mengatakan bahwa
kakek berada di urutan yang ke enam bersama Kam Lo-jin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sementara Hek-eng-cu dan Chin Yang Kun itu berada di
urutan yang ketujuh." Gadis itu menyela.
Lo-si-ong tersenyum. "Memang benar......tapi
keunggulanku itu sebenarnya juga tidak terpaut terlalu banyak dengan mereka itu. Apalagi kalau dibandingkan dengan
kepandaian Hek-eng-cu. Aku hanya mempunyai kelebihan
sedikit dari pada dia, yaitu ilmu melontarkan senjata rahasia.
Gin-kangnya yang hebat itu hampir tak ada gunanya
menghadapi lontaran senjata rahasiaku......." bekas ketua
Aliran Im-yang-kauw itu menerangkan.
"Oh.......!" Tiau Li Ing berdesah dengan suara gemetar.
Di dalam hati gadis itu semakin merasa kecil dan lemah di
hadapan jago-jago silat berkepandaian tinggi itu. Diam-diam gadis itu menyesali sikapnya yang sombong dan pongah
selama ini. Dia yang merasa tak terkalahkan di kalangan para perompak anak buah ayahnya itu, kini ternyata seperti seekor anak ayam yang lemah begitu berada di daratan Tiongkok.
Setiap saat gadis itu merasa selalu bertemu dengan jago silat berkepandaian tinggi, lebih tinggi dari pada kepandaian
ayahnya malah! "Prraaaaaang !!!"
Tiba-tiba Tiau Li Ing dikejutkan oleh suara gemerincing
senjata yang terjatuh di depannya. Dan ketika gadis itu
memperhatikan senjata itu hatinya menjadi kaget sekali!
Beberapa langkah di depannya tergeletak sebilah golok
bersinar kuning keemasan! Dan gadis itu tidak akan lupa
kepada golok itu, karena golok itu adalah golok pusaka
kebanggaan ayahnya selama ini! Golok mustika yang bisa
mematahkan besi baja! Dan sebelum gadis itu sempat berteriak atau mengambil
suara, mendadak di angkasa terdengar lagi suara Si Penyanyi Sinting itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-si-ong.....! Pisahkanlah dahulu perkelahian mereka !
Lambat laun Lo-hu merasa perkelahian ini tidak adil. Yang
satu hanya bertangan kosong, sementara yang lain malah
membawa dua buah senjata. Kauberikanlah golok di depanmu
itu kepada....... Chin Yang Kun agar pertempuran ini menjadi adil!"
Kakek buta itu tampak tersentak kaget mendengar suara
gurunya. Tapi sekejap kemudian tangannya telah terulur ke
arah golok mustika itu untuk melakukan perintah gurunya
tersebut. Dan tanpa bisa diketahui bagaimana caranya, tiba-tiba saja dari dalam lobang lengan bajunya yang lebar,
meluncur seutas tali kecil panjang, membelit gagang golok
tersebut. Dan kemudian seperti seorang pemain sulap saja,
golok tersebut sudah berpindah ke tangannya. Semua gerakan itu berlangsung dengan cepatnya, sehingga sepintas lalu golok tersebut bagaikan terbang sendiri ke tangan kakek Lo-si-ong itu.
"Berhenti !" kemudian orang tua itu berseru ke arah
pertempuran. Dan sebelum gema suaranya hilang, kakek itu sudah
menggenggam duapuluh batang paku besi di masing-masing
telapak tangannya. Lalu sambil mengerahkan Iweekangnya,
kakek itu mengayunkan tangannya empat kali berturut-turut
secara bergantian. Dan sebentar kemudian delapan kelompok
paku, yang masing-masing terdiri dari lima batang melesat ke arena pertempuran, membentuk gambar bunga teratai yang
berdaun bunga delapan lembar.
Dan sampai dengan satu tombak jauhnya dari arena
pertempuran, paku-paku tersebut masih tetap juga
membentuk daun bunga teratai. Tapi setelah satu tombak
jauhnya dari arena pertempuran, paku-paku itu berguguran
satu persatu, bertebaran menyerang ke arah Chin Yang Kun
dan Hek-eng-cu bagaikan derasnya titik-titik hujan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja kedua orang yang sedang terlibat dalam
pertempuran itu menjadi kaget setengah mati ! Terutama bagi Chin Yang Kun yang secara kebetulan sedang membelakangi
paku-paku itu. Apalagi saat itu pisau Hek-eng-cu juga sedang menusuk ke arah dadanya.
"Kurang ajar.......!" Chin Yang Kun yang mendapat serangan dari muka dan belakang itu mengumpat marah.
Karena sebagian besar dari paku-paku itu menyerang ke
arah dirinya, maka tiada pilihan lain bagi Chin Yang Kun selain mengebutkan mantel pusaka yang dipakainya itu ke belakang, yaitu untuk menangkis atau meruntuhkan paku-paku tersebut.
Dan bersamaan dengan itu pula kakinya melangkah ke
samping untuk menghindari tusukan pisau Hek-eng-cu yang
mengarah ke dadanya. Sementara itu beberapa buah paku yang lain juga
menyerang ke arah dada dan muka Hek-eng-cu pula. Tapi
dengan tenang serta penuh keyakinan diri, iblis berkerudung itu menyongsongnya dengan pisaunya yang lain. "Traaaang !"
Begitulah, pada saat yang bersamaan paku-paku itu
ditangkis oleh Chin Yang Kun dan Hek-eng-cu dengan kebutan mantel dan pisau mereka. Dan seperti tanpa kekuatan sama
sekali, paku-paku itu segera terpental dengan mudahnya.
Tetapi betapa terperanjatnya kedua orang itu tatkala pakupaku yang terpental tersebut tiba-tiba meliuk kembali ke arah mereka, seperti layaknya senjata bumerang yang tidak
mengenai sasaran. Dan yang amat mengejutkan, paku-paku
itu ternyata justru melaju lebih cepat daripada tadi.
"Gila! Ilmu melempar senjata rahasia macam apa ini, hah?"
Hek-eng-cu memekik keras seraya berjumpalitan ke belakang
untuk menghindarkan diri.
Begitu pula halnya dengan Chin Yang Kun! Dengan sekuat
tenaga pemuda itu terpaksa melemparkan dirinya ke atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanah untuk meloloskan diri dari sergapan paku-paku yang
bergerak seperti setan itu.
Demikianlah, paku-paku itu meluncur terus tanpa mengenai
sasarannya. Namun demikian maksud Lo-si-ong untuk
memisahkan perkelahian mereka ternyata telah berhasil.
"Nah, anak muda........! Terimalah golok pusaka ini, agar kau bisa melawan musuhmu itu !" orang tua itu kemudian berteriak sambil melemparkan golok pemberian Si Penyanyi
Sinting tadi. Chin Yang Kun menatap Lo-si-ong dengan air muka kurang
senang, namun demikian golok pusaka itu diterimanya juga.
Sebaliknya Hek-eng-cu semakin merasa kesal serta jengkel
kepada orang tua itu. Selain merasa telah diganggu
perkelahiannya, Hek-eng-cu juga merasa marah karena
lawannya kini telah memegang senjata pula seperti dirinya.
"Hmmh, bangsat tua yang mau mampus! Tunggulah !
Selesai membereskan bocah ini akan kubereskan pula
nyawamu!" iblis itu berteriak menggeledek.
"Apa........." Mau membereskan nyawaku" Oh-ho-ho ho
ho........!" Lo-si-ong tertawa terkekeh-kekeh, "Boleh........
boleh ! Tapi....... bereskanlah dulu lawanmu itu, ho-ho-ho...!"
"Baiklah! Kalian saksikan saja, golok itu tidak akan banyak berarti di tangan bocah pandir itu ! Dia tetap akan kubereskan dalam waktu singkat !" Hek-eng-cu tetap saja bersuara besar.
"Kurang ajar ! Sombong benar .......!" Chin Yang Kun
menggeram marah. Kemudian tanpa memberi peringatan lagi pemuda itu
menerjang dengan golok pusakanya. Sambil melompat golok
itu mula-mula diayun dari atas ke bawah, seakan-akan golok itu mau membelah tubuh Hek-eng-cu menjadi dua bagian
yang sama besar. Dan disebabkan karena kemarahannya pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu sengaja mengerahkan seluruh kekuatannya yang
maha dahsyat ! "Whuuuuus .......!"
Seketika tubuh Hek-eng-cu bagaikan membeku karena
terhembus oleh udara dingin yang keluar dari golok pusaka
itu! Begitu dingin rasanya, sehingga iblis berkerudung itu seperti diguyur dengan air es yang keluar dari ujung golok pusaka itu !
Tentu saja Hek-eng-cu terperanjat ! Dia yang selama ini
juga mempelajari tenaga dalam yang bersifat dingin ternyata masih tetap merasa menggigil juga oleh hawa yang terpancar dari golok pusaka tersebut.
"Bangsat ! Bocah ini tampaknya mendapatkan sebuah
senjata yang amat cocok dengan ilmunya ! Sungguh golok
mustika yang tiada duanya...! Aku harus berhati-hati
menghadapinya." iblis itu berkata di dalam hatinya.
"Traaaang !" Bunga api berpijar menerangi arena pertempuran ketika
Hek-eng-cu menangkis golok itu dengan sepasang pisaunya.
Dan masing-masing segera meloncat mundur untuk
memeriksa senjatanya. Dan begitu melihat senjata tersebut
masih utuh serta tidak kurang suatu apa, maka mereka
berdua lantas maju bergebrak kembali.
Begitulah, sebuah pertempuran yang sangat dahsyat
kembali berlangsung pula di dalam lembah yang sunyi itu.
Masing-masing berusaha dengan sekuat tenaganya untuk
cepat-cepat mengalahkan lawannya. Dan karena masingmasing kini memegang senjata pusaka, apalagi keduanya
mempunyai ilmu silat yang seimbang, maka pertempuran itu
benar-benar sulit untuk diduga kesudahannya. Paling-paling keduanya tentu akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk
memanfaatkan kelebihan mereka untuk mendepak atau


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menindih kekurangan lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-eng-cu semakin meningkatkan ginkangnya. Tubuhnya
berkelebat dan berputaran dengan cepatnya seperti balingbaling, sehingga Chin Yang Kun terpaksa harus mengerahkan
seluruh tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya untuk bertahan.
Pemuda itu memutar golok mustikanya di sekeliling tubuhnya, untuk membendung serangan pisau lawannya. Kemudian
sekali waktu, kalau ada kesempatan pemuda itu balas
menyerang dengan tidak kalah dahsyatnya.
DemikianIah, begitu dahsyatnya pertempuran sehingga tak
terasa embun pagi telah turun membasahi mereka. Sinar
cerah kemerahan telah mulai menyibak di langit sebelah timur lembah itu. Hari telah mulai menjelang fajar.
"Kek, lihatlah ........fajar sudah mulai menyingsing ! Ohh, lama benar pertempuran mereka. Belum pernah aku melihat
pertempuran seperti ini......" Tiau Li Ing tiba-tiba berseru sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah langit.
"Ya, cucuku........! Kedua orang itu memang boleh
dikatakan mempunyai kesaktian yang seimbang. Itulah
sebabnya mereka berdua sama-sama menduduki urutan yang
ketujuh di dalam Buku Rahasia itu. Mereka itu mempunyai
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Coba,
kaulihatlah yang lebih baik......! Hek-eng-cu mempunyai ginkang yang lebih tinggi, bukan" Namun demikian sulit juga
baginya untuk mendesak Chin Yang Kun, karena lweekangnya
ternyata masih kalah jauh dengan pemuda itu. Padahal ilmu
silat mereka boleh dikatakan seimbang, kalau tidak lebih tinggi si pemuda itu malah! Kalau tadi Hek-eng-cu bisa menang di
atas angin, hal itu disebabkan oleh karena Chin Yang Kun tak bersenjata. Untunglah pemuda itu tadi memakai tutup mantel pada tubuhnya, kalau tidak.......dia bisa kalah! Dan
sekarang......mereka sama-sama bersenjata, sementara Chin
Yang Kun malah mempunyai kelebihan sedikit yaitu......mantel pusaka itu!" kakek Lo-si-ong memberi penjelasan panjang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebar, seolah-olah orang tua itu bisa menyaksikan
pertempuran tersebut dengan jelas.
"Jadi.......?" Kakek Lo-si-ong tersenyum lebar. "Kau tidak usah gelisah,
cucuku.......! Pertempuran ini akan segera selesai. Bukankah sudah kukatakan semuanya tentang mereka itu......." Kau
harus bisa menebak pula, bagaimana akhir dari pertempuran
ini........" "Ohh .......!" Benar juga, sejalan dengan semakin susutnya tenaga
mereka masing-masing, maka semakin tampak pulalah selisih
perimbangan kemampuan mereka. Kelelahan yang diakibatkan
oleh pertempuran yang berkepanjangan itu membuat Hekeng-cu seolah-olah kehabisan napas. Gerakannya tidak
selincah dan segesit tadi. Berbeda dengan Chin Yang Kun.
Meskipun pemuda itu juga tampak lelah, namun tenaga
dalamnya yang hebat itu ternyata masih tetap membuatnya
kokoh dan bersemangat. Angin pukulan yang keluar dari
tangan pemuda itu masih tetap juga menderu-deru seperti
sedia-kala, seolah-olah sumber tenaga Liong-cu-i-kangnya itu tidak pernah habis atau kering.
Maka dari itu jalan pertempuran merekapun segera menjadi
berat sebelah. Hek-eng-cu yang sudah semakin kehabisan
tenaga itu sudah tidak dapat memainkan Bu-eng Hwe-tengnya
dengan lincah lagi. Akibatnya semua gerakan-gerakannya
dengan cepat bisa dicegat dan dibuat kalang kabut oleh Chin Yang Kun yang masih segar dan bersemangat itu. Malahan
beberapa saat kemudian golok pusaka di tangan Chin Yang
Kun itu sudah mulai menggores dan melukai kulit Hek-eng-cu pula.
Iblis berkerudung itu mulai mengumpat-umpat karena
ketakutan. Tapi ia sudah tidak bisa berbuat banyak lagi. Tanpa mantel pusaka di tubuhnya iblis itu tidak bisa berlindung lagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari amukan golok Chin Yang Kun. Dan akibatnya semakin
banyak pula luka yang tergores pada tubuh iblis berkerudung itu !
Akhirnya, iblis yang selalu merasa tidak akan terkalahkan
itu, yang selama ini selalu bertindak kejam, ganas dan tidak berperikemanusiaan itu, menjadi hancur keangkuhan dan
kesombongannya ! Iblis keji itu mulai merintih dan menjerit-jerit ketakutan! Lenyap sudah semua kegarangan dan
kebiadabannya selama ini! Kini iblis yang menakutkan itu tak ubahnya seekor babi yang menguik-nguik ketakutan ketika
dibawa ke tempat penjagalan.
"Ingat, Yang Kun ! Bila kau membunuh aku, kau akan
menanggung dosa yang besar. Kau akan dikutuk keluarga
kita, karena kau teIah membunuh aku !" Hek-eng-cu berteriak dengan suara gemetar.
"Persetan! Kaupun telah membunuh ayah dan pamanku!
Apa bedanya itu?" Chin Yang Kun balas berteriak.
"Tapi.......kau belum tahu, siapa aku ini sebenarnya! Kalau kau sudah tahu.....kau benar-benar akan menyesal setengah
mati nanti!" Hek-eng-cu sekali lagi berusaha untuk
melemahkan hati Chin Yang Kun.
Golok yang hampir mengenai punggung Hek-eng-cu itu
mendadak berhenti di tengah jalan. Perkataan yang diucapkan Hek-eng-cu itu sungguh-sungguh mengena di hati Chin Yang
Kun. Perkataan itu segera mengingatkan Chin Yang Kun pada
kata-kata kakek pengasuhnya tadi siang.
"Kurang ajar......! ayoh, bukalah kedokmu itu! Siapakah
sebenarnya kau ini" Pengecut.....!" dalam kemarahannya Chin Yang Kun berteriak, lalu meneruskan serangannya kembali.
Tapi kesempatan yang hanya sesaat itu telah dipergunakan
dengan baik oleh Hek-eng-cu. Sambil menahan rasa sakit
yang diakibatkan oleh luka-lukanya, iblis itu telah meloncat menghindarkan diri. Namun ketika iblis berkerudung itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha untuk melarikan diri, Chin Yang Kun segera
melompat mencegatnya. Traaaaaang......! Sekali lagi golok dan pisau itu saling beradu di udara.
Namun sekarang akibatnya sungguh lain. Kalau semula tenaga mereka masih boleh dikatakan seimbang, kini Hek-eng-cu
terpaksa harus terbanting dan jatuh tunggang langgang
karena terdorong oleh kekuatan Chin Yang Kun! Itupun
ternyata belum menjamin keselamatan Hek-eng-cu pula.
Karena begitu iblis itu terpental jatuh, Chin Yang Kun segera mengejar lagi dengan sabetan goloknya.
"Aaaaah.........!" iblis berkerudung itu menjerit setinggi langit.
Chin Yang Kun cepat-cepat melompat mundur kembali
untuk menghindari percikan darah segar yang menyembur
dari lengan Hek-eng-cu. Dan iblis berkerudung itu sendiri
tampak terhuyung-huyung sambil mendekap lengan kirinya
yang putus akibat golok Chin Yang Kun tadi.
"Bangsat kurang ajar! Anak durhaka.....ohh!" Hek-eng-cu
mengumpat dan merintih dengan suara tak jelas.
Tapi suara itu cukup untuk didengar oleh Chin Yang Kun.
"Anak durhaka" He-he-he.....pembunuh keji, sungguh
menggelikan sekali ucapanmu itu. Huh! Apakau kau sudah
lupa lagi pada ucapanmu sendiri tentang arti perkataan
"durhaka" itu, heh?" pemuda itu mengejek.
"Bangsaaat.......!" Hek-eng-cu yang diingatkan pada
ucapannya sendiri itu berteriak marah.
Kemudian tanpa menghiraukan lagi pada luka-lukanya, iblis
berkerudung itu menerjang Chin Yang Kun dengan pisaunya.
Tapi karena gerakan iblis keji itu sudah tidak tangkas dan gesit lagi, maka dengan mudah Chin Yang Kun mengelakkannya.
Pemuda itu berputar ke kiri untuk kemudian menyerang lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ujung goloknya ke arah pinggang Hek-eng-cu! Kali ini Chin Yang Kun benar-benar ingin menghabisi lawannya!
Tampaknya iblis berkerudung itu sudah berputus asa pula.
Dengan nekad iblis itu memutar tubuhnya, dan dibiarkannya
saja golok Chin yang Kun itu menabas ke arah pinggangnya.
Dan pada saat itu juga, pisau yang masih terpegang di tangan kanan iblis itu melesat menyambar tenggorokan Chin Yang
Kun. "Wusssss.......!"
"Croooooot !" Chin Yang Kun menundukkan kepalanya, dan pisau itu
melayang di atas ubun-ubunnya dan berbareng dengan itu
goloknya dengan tepat menabas pinggang Hek-eng-cu!
Bagaikan sapi disembelih tubuh iblis berkerudung itu
menggeliat, kemudian jatuh berdebam di atas tanah. Pinggang itu menganga hampir putus!
Namun demikian ketika Chin Yang Kun mendekat untuk
membuka kerudung hitam itu. Tiba-tiba Hek-eng-cu bergerak
untuk bangkit kembali. Dan.......dengan susah payah iblis itu akhirnya bisa berdiri juga. Tapi karena perutnya sudah terbuka dan pinggangnya hampir putus, maka iblis itu tak dpat berdiri tegak lagi. Dengan darah yang mengucur dari luka-lukanya,
iblis itu bertelekan pada lututnya.
"Kakek........!" Tiau Li Ing yang telah biasa membunuh orang itu menjerit kecil dan membuang muka karena tak
tahan melihat pemandangan itu.
Lo-si-ong merangkul pundak Tiau Li Ing. Orang tua itu juga menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan main ......!
Sungguh hebat sekali daya tahannya !" desahnya seolah tak percaya.
Jikalau orang lain saja sampai merasa heran menyaksikan
daya tahan yang sangat mentakjubkan itu, apalagi Chin Yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun yang langsung berhadapan sendiri dengan iblis itu.
Pemuda itu hampir-hampir tak mempercayai matanya lagi
melihat Hek-eng-cu yang putus lengannya dan terbuka isi
perutnya itu masih hidup. Masih mampu berdiri pula malah!
Tak terasa Chin Yang Kun melangkah mundur perlahanlahan saking tegangnya. Tapi langkahnya segera terhenti
begitu mendengar suara geram Hek-eng-cu. Dan pemuda itu
lantas berdiri tegak seperti patung, dengan perasaan yang
semakin menjadi tegang dan.....heran!
Tiba-tiba pemuda itu melihat atau merasakan adanya suatu
perubahan dalam sikap lawannya yang hampir mati itu.
Meskipun tidak bisa melihat wajah yang tertutup oleh
kerudung hitam itu, namun Chin Yang Kun seperti melihat
adanya sinar kedamaian yang memancar keluar dengan
kuatnya, seolah-olah mau mengusir kabut kejahatan yang
selama ini selalu membungkus jiwa Hek-eng-cu!
Mendadak pemuda itu seperti melihat kembali wajah
Paman Bungsunya yang telah meninggal dunia itu !
"Aaaaah........!" Chin Yang Kun berdesah seraya menatap lawannya itu dengan tajamnya.
"Yang .......Yang Kun ! Kemarilah........! A a-a-aku hendak membisikkan sesuatu kepadamu. Kau....... kau datanglah
kemari !" Hek-eng-cu tiba-tiba membuka mulutnya.
Tiada lagi nada permusuhan di dalam suara itu. Dan tiada
lagi hawa kejahatan yang menyelubungi manusia yang hendak
pergi meninggalkan kehidupan dunia itu. Namun demikian
Chin Yang Kun masih curiga dan tak mau melakukan perintah
lawannya yang mau mati itu.
"Anakku....! cepatlah kemari! Aku ingin meninggalkan
pesan kepadamu! Jangan takut! Aku sudah tak bisa berbuat
apa-apa lagi. Sebentar lagi aku akan mati. Dan aku tak ingin menambah bebanku dengan dosa yang lebih besar lagi. Oooh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun......anakku, cepatlah.....!" Hek-eng-cu merintih
dengan suara yang semakin lirih.
"Huh, iblis keji! Kau telah membunuh seluruh keluargaku!
Kini dalam keadaan sekaratpun kau masih menunjukkan
kekejamanmu! Hmm, jangan harap aku akan termakan oleh
tipu dayamu ini......" Chin Yang Kun menggeram.
"Tapi....... tapi....... aku benar-benar hendak meninggalkan pesan kepadamu. Aku benar-benar tak bermaksud jelek, apa
lagi hendak memperdayai engkau....... Yang Kun, lihat!
Lihatlah, siapa aku...........!"
Hek-eng-cu cepat menarik kerudung hitamnya. Dan karena
tangannya satu-satunya yang dipakai untuk menopang
tubuhnya itu dipakai untuk membuka kerudung, maka
tubuhnya yang mandi darah itu pun lantas tersungkur ke
depan. Namun demikian wajahnya yang putih pucat itu sudah
dapat dilihat oleh Chin Yang Kun. "Paman Bungsu........!"!"
tiba-tiba Chin Yang Kun menjerit sekeras-kerasnya.
Kemudian tanpa memikirkan keselamatannya lagi, Chin
Yang Kun melompat dan menubruk paman bungsunya itu.
Golok yang dipegangnya dibuang begitu saja, dan kepala Hekeng-cu atau paman bungsunya itu didekap serta dipeluknya
sambil mencucurkan air mata.
"Bun su-siok (Paman Bun)........ oh, benarkah engkau Bun su-siok" Bukankah Bun su-siok telah meninggal dunia?"
seperti orang yang tak waras Chin Yang Kun memeluk dan
mengguncang-guncang tubuh Hek-eng-cu yang basah dengan
darah itu. "Kau....... kau tidak salah lihat, anakku...... Aku memang benar paman bungsumu. Aku..... aku memang tidak mati pada
waktu itu. Semuanya itu hanya sandiwara belaka, agar aku
bisa terlepas dari lingkungan keluarga Chin. Dan hal itu telah kurencanakan dengan matang bersama pamanmu Wan It,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-eng-cu menjawab dengan suara yang masih tetap jelas
dan terang. "Ohh.......... tapi mengapa........ mengapa paman berbuat
demikian" Dan....... dan kenapa paman juga tega membunuh
ayah serta Kong su-siok (paman Kong)?"
"Inilah yang hendak kuutarakan kepadamu, anakku.
Sekarang cobalah kaukeluarkan dulu bungkusan kain yang
terikat di punggungku ini, kemudian kau bukalah!" Hek-eng-cu memberi perintah.
Tanpa membantah lagi Chin Yang Kun segera mengambil
bungkusan yang dimaksudkan itu. Tapi pemuda itu segera
mengkerutkan dahinya begitu melihat beberapa buah buku
kumal di dalamnya. Buku itu terbuat dari lembaran-lembaran kain sutera yang dijilid menjadi satu, dan sudah berlobang-lobang saking tuanya. Dan ketika pemuda itu membaca
tulisan-tulisan yang tertera di sampulnya, seketika menjadi kaget.
"Kim-liong Sin-kun.......Bu-eng Hwe-teng........ Pat hong Sin-ciang ! Eh....... bukankah buku-buku ini peninggalan Bit-bo-ong almarhum?"
Tubuh Hek-eng-cu tampak menggeletar menahan sakit,
namun tak sepatah katapun suara rintihan terdengar dari
bibirnya. "Benar, anakku......... Buku ini memang benda peninggalan almarhum Bit-bo-ong. Dan buku ini kudapatkan secara licik
dari tangan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai beberapa tahun
yang lalu. Nah, anakku......... kuminta dengan sangat
kepadamu, kembalikanlah buku-buku ini kepada Hong-gihiap Souw Thian Hai! Atau........kalau engkau tidak bisa
melakukannya, hmm.......lebih baik kaumusnahkan saja, agar tidak terjatuh ke tangan orang lain! Jangan sekali-kali
kaumiliki ataupun kau pelajari isinya, sebab hal itu benar-benar sangat berbahaya! Ilmu yang tertulis di dalam bukuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
buku ini tampaknya memang diciptakan oleh seorang manusia
iblis, sehingga ilmu yang dahsyat itupun seolah-olah
mempunyai pengaruh buruk, kotor dan jahat terhadap siapa
saja yang mempelajarinya."
Chin Yang Kun mencoba membuka beberapa halaman dari
buku-buku itu. Semuanya tampak biasa dan tak ada
keistimewaannya. Hanya suatu hal yang membuat kening Chin
Yang Kun berkerut, yaitu dilihatnya beberapa halaman terakhir pada setiap buku itu telah hilang tersobek. Dan pada setiap buku itu, yaitu pada halaman terakhir yang tersisa, tentu
tertulis kata-kata : HALAMAN SELANJUTNYA TELAH DIMUSNAHKAN KARENA
SANGAT BERBAHAYA ! TERTANDA HOA-SAN LO-JIN Tampaknya Hek-eng-cu juga dapat membaca pikiran Chin
Yang Kun. Tetapi karena sudah tidak punya banyak waktu
lagi, maka iblis yang pada saat-saat terakhirnya telah
menyadari kesalahannya kembali itu tidak bertanya lebih
lanjut. Sebaliknya iblis itu malah meneruskan kata-katanya.
"Yang Kun, anakku.....! Ketahuilah! Sebelumnya sudah
kauketahui pula, bahwa sifat dan watak pamanmu ini tidak
demikian jahat, kejam serta angkara murka, bukan......" Tapi semenjak berhubungan dengan Hek-mou-sai Wan It dan
kemudian mempelajari ilmu-ilmu peninggalan Bit-bo-ong, aku lantas menjadi berubah pikiran. Watakku juga berubah. Aku
lantas ingin menguasai dunia. Aku ingin semua orang tunduk dan menuruti segala kemauanku. Aku menjadi kejam, serakah
dan senang melihat penderitaan orang lain. Dan karena tak
seorangpun bisa mengalahkan aku, maka akupun lantas
semakin lupa daratan. Aku ingin berkuasa di Tiongkok. Aku
ingin merebut kembali singgasana kerajaan yang telah
dikuasai oleh Liu Pang itu. Tapi ternyata masih ada sedikit ganjalan untuk melaksanakan cita-cita keinginanku itu.
Sebagai saudara termuda di dalam keluarga Chin, aku tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak berhak untuk menduduki singgasana apabila perjuanganku itu nanti berhasil."
"Dan....... oleh sebab itu paman lalu membunuh ayah serta Kong-siok (Paman Kong)?"
Hek-eng-cu berusaha untuk menggelengkan kepalanya,
tapi tidak bisa lagi. Sebaliknya mulutnya malah meringis dan mendesis menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang
seluruh tubuhnya. Dan karena otot-ototnya menegang, maka
darahpun segera mengucur semakin deras dari luka-lukanya.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sehingga sekejap saja wajah yang pucat itu semakin menjadi putih pula seperti kapas.
"Yang Kun........ uuuuuh........! Semula aku tidak bermaksud membunuh kakak-kakakku itu. Aku ingin berjuang sendiri
tanpa melibatkan semua keluarga Chin. Untuk itu aku dan
Hek-mou-sai Wan It lalu membuat sandiwara "kematianku"
itu. Aku berpura-pura mati dan meninggalkan pesan agar
seluruh keluarga Chin "lari" dari lembah itu. Sandiwara itu kulakukan dengan maksud agar mereka tidak memikirkan aku
lagi. Selain itu, dengan keberangkatan mereka semua dari
lembah itu, otomatis semua barang-barang berharga tentu
akan mereka bawa pula, termasuk di antaranya Cap Kerajaan
itu ! Sebab selama ini hanya ayahmu saja yang tahu di mana benda itu berada."
"Dan kemudian........ paman bermaksud untuk merampas
benda itu di tengah perjalanan! Hmm...... paman sungguh
lihai sekali, bisa bermain sandiwara sedemikian rapinya tanpa diketahui oleh ayah dan Paman Kong," Chin Yang Kun
menyela perkataan Hek-eng-cu.
"Benar. Aku dan anak buahku memang bermaksud untuk
merampas benda pusaka itu. Tapi semuanya itu ternyata tidak dapat terlaksana. Orang-orang kepercayaanku, yang
kutugaskan untuk merampas benda itu, kembali kehadapanku
dengan tangan kosong, Benda itu ternyata tidak dibawa oleh ayahmu. Sementara itu orang-orangku malah melapor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadaku bahwa ada kelompok lain yang juga menginginkan
benda pusaka itu. Aku menjadi marah. Dengan diam-diam aku
lalu menemui ayahmu sendiri. Kutemui dia di rumah Pendekar Li. Dan kebetulan juga mereka sedang bertempur karena
saling salah paham. Maka langsung saja kuringkus ayah dan
pamanmu itu dan selanjutnya kuminta kepada mereka Cap
Kerajaan itu. Tetapi ternyata mereka tidak membawanya. Dan lebih celaka lagi, ayahmu dan Kakak Kong seperti mengenali penyamaranku. Aku menjadi gelisah dan khawatir, maka aku
Senopati Pamungkas I 17 Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam 15

Cari Blog Ini