Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 6

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 6


membuatnya bangkit dari atas tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Chu twa-ko". engkau tidak apa-apa bukan ?" Yang Kun
bertanya khawatir melihat muka Chu Seng Kun yang pucat.
Bibirnya membiru dan tubuh yang dipegangnya terasa dingin
bukan main. "Jangan khawatir, aku tidak apa-apa?"..! Ini hanya
pengaruh dari ilmu silat orang itu saja. Begitu aku terkena pukulannya, tenaga Pai-hud Sin-kang yang kukerahkan
menjadi buyar sehingga pertahananku menjadi lemah.
Akibatnya pengaruh dari ilmu iblis itu memasuki diriku"..
Saudara Yang Kun, terima kasih ! Sebentar kalau aku telah
memakan obat, badanku tentu akan menjadi baik kembali."
"Syukurlah kalau begitu".."
Sementara itu Hek-eng-cu dan Kwan Sun Tek semakin
yakin kalau orang yang berada di depan mereka itu memang
benar-benar Chin Yang Kun adanya.
"Ong-ya, anak ini memang bocah yang kita cari dahulu"..
Tapi mengapa sekarang"..?"
"Benar ! Aku juga sangat heran ! Dari mana anak ini
memperoleh ilmu yang begitu dahsyat " Kwa-heng tidak
melihatnya tadi".. ketika ia menyerang punggung Kwa-heng
dari kejauhan, lengannya mulur (memanjang) menjadi dua
kali lipat panjangnya ! Oleh karena itu biar Kwa-heng
meloncat pergi, tangan itu tetap mengejar juga."
"Oh " Jadi". hmm "!" Dan?". lwee-kang anak itu juga
hebat sekali ! Hio-yen Sin-kang yang siauw-te kerahkan
ternyata tidak berhasil membendung tenaganya."
"Jika demikian kita memang harus berhati-hati
menghadapinya." "Ong-ya apakah kita akan menangkapnya sekali lagi untuk
memaksa agar dia mengaku di mana cap Kerajaan itu
disembunyikan " Kita telah membongkar hampir semua goa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
negeri kita, baik yang bernama goa harimau maupun yang
bukan, tapi benda itu tetap belum kita ketemukan."
"Ya ! Tapi kita tidak boleh memandang rendah bocah itu
sekarang ! Kepandaian bocah itu ternyata telah meningkat
dengan hebatnya." Tapi belum juga mereka menggerakkan kaki untuk
melangkah, tampak Yang Kun dan Chu Seng Kun mendahului
tiba di depan mereka. Kedua orang ini tampak datang dengan pandang mata merah penuh rasa dendam. Chu Seng Kun
yang telah menjadi baik kembali setelah minum obat, tampak menatap Hek-eng-cu dengan mata menyala. Sementara Yang
Kun juga memandang mereka tanpa berkedip.
"Nah, Hek-eng-cu ! Di mana adikku kau sembunyikan "
Lekas katakan !" teriak Chu Seng Kun kepada Hek-eng-cu.
Tidaklah mengherankan kalau Chu Seng Kun yang biasanya
tenang dan sabar itu kini dapat menjadi demikian kasar dan marahnya. Ketenangan dan kesabaran hatinya telah habis
dimakan perasaan tegang dan khawatir selama berbulan-bulan sejak ia berkelana ke seluruh pelosok negeri untuk mencari jejak adiknya yang hilang. Apalagi usaha pencariannya itu
dapat dikatakan sebagai usaha yang sangat mustahil dan
penuh sia-sia. Sehingga pertolongan dari seorang kaisar
seperti Kaisar Hanpun tidak memperoleh hasil apa-apa.
Usaha pemuda itu dalam mencari adiknya dapat diibaratkan
sebagai mencari sebuah jarum yang terjatuh ke dalam
samodra luas. Sangat sulit dan mustahil diketemukan kembali
! Betapa tidak " pemuda itu tidak mempunyai petunjuk sama
sekali, ke mana atau di mana adik perempuannya itu pergi.
Pemuda itu juga tidak mengetahui, apa yang menyebabkan
adiknya itu pergi meninggalkan rumah dan dengan siapa
adiknya itu pergi. Adiknya seperti hilang begitu saja dari muka bumi ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya petunjuk yang dapat dipegangnya hanyalah
sebuah topi bambu lebar yang pada pinggirnya digantungi
kain sutera tipis berwarna hitam. Itupun kalau boleh dianggap sebagai petunjuk. Karena topi tersebut hanyalah pemberian
dari seorang pemilik warung, yang merasa bahwa tempat
tinggalnya pernah dipakai oleh seorang laki-laki yang terlihat oleh pemilik warung itu berjalan bersama dengan adiknya.
Tapi bagaimana mungkin untuk mencari pemilik topi
tersebut di antara jutaan penduduk di dunia ini "
Tapi karena terdorong oleh perasaan sayang dan cinta
terhadap adiknya, membuat pemuda itu tidak pernah
mengenal perasaan putus asa. Biarpun kawan-kawannya yang
membantu dia telah putus asa dan menghentikan usaha
pencarian itu, ia tetap tekun dan terus mencari tanpa
mengenal lelah. Thian agaknya merasa kasihan juga kepada pemuda itu,
sehingga akhirnya ketekunannya tersebut membuahkan hasil
juga. Ketika keluar dari kota Tie-kwan bersama-sama dengan Kwa Siok Eng, tunangannya, dan nona Ho Pek Lian, murid
Kaisar Han, Chu Seng Kun menuju ke kota Lou-yang dan
menginap di kota itu. Mereka ingin memulai penyelidikan
mereka di kota tersebut. Ketika Chu Seng Kun yang selalu tekun dan selalu
memanfaatkan setiap waktunya untuk mencari adiknya itu
secara kebetulan berjalan-jalan seorang diri di pinggiran kota, matanya melihat seorang gemuk tinggi besar sedang berusaha mengobati luka-lukanya. Sebagai seorang ahli obat Chu Seng Kun menjadi sangat tertarik dengan mendekati orang itu.
Maksudnya hanyalah ingin membantu orang itu mengobati
luka-lukanya. Tak disangkanya orang itu justru menjadi marah dan
mengusirnya pergi. Tentu saja keadaan itu membuat Chu
Seng Kun menjadi melongo keheranan. Sungguh aneh sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap orang itu ! Biasanya orang tentu sangat berterima kasih apabila ada orang yang memperhatikan penderitaannya.
Oleh karena merasa penasaran atas sikap orang yang
sangat aneh itu, Chu Seng Kun secara diam-diam justru selalu membayanginya. Dalam hati sebenarnya ia hanya ingin
mengetahui, apa sebenarnya yang menyebabkan sehingga
orang itu mempunyai kelakuan yang begitu anehnya.
Kemanapun orang itu pergi, Seng Kun selalu mengikutinya.
Begitu juga ketika orang itu berlari keluar kota dan menuju ke arah bukit-bukit kecil yang melingkari kota tersebut.
Di sebuah kuil kosong yang telah hampir roboh karena
tidak terawat, orang itu berhenti. Kedua tangannya bertepuk tiga kali, setelah itu dengan mendongakkan kepala ke atas
orang itu bersuit panjang satu kali. Lalu beberapa saat
kemudian dari dalam kuil terdengar suara nyaring yang
mempersilahkan orang itu masuk ke dalam kuil.
"Wan Li-heng (saudara Wan)?" silahkan masuk ! Kami
semua telah menanti Wan Lo-heng sejak tadi."
Karena hari masih sore dan di sekitar tempat itu tidak ada tempat berlindung yang baik, maka Chu Seng Kun tidak berani mengikuti orang itu masuk ke dalam kuil. Chu Seng Kun
berlindung di antara semak-semak yang tumbuh tidak jauh
dari bangunan tersebut. Dengan sabar dia menanti di tempat itu, biarpun sebenarnya hatinya ingin segera mengetahui apa yang diperbuat oleh orang itu dan kawan-kawannya di dalam
kuil. Tetapi untuk berlari menyeberangi halaman kuil yg
terbuka itu terang tidak mungkin !
Tetapi sebelum hari menjadi gelap, orang yang tadi dia
ikuti telah melangkah keluar dari pintu kuil. Seng Kun segera memasang matanya dengan seksama. dia ingin tahu, siapa
saja yang berada di dalam kuil tersebut. Dan?" kedua buah
matanya terbelalak lebar begitu melihat orang-orang yang
melangkah keluar dari dalam kuil tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang di antara mereka telah dikenalnya atau
diketahuinya dengan baik. Di antaranya adalah Si Tikus Tanah Beracun dan tiga orang adik seperguruannya, yaitu Iblis
Kembar Jeng-bin Siang-kwi dan Si Gundul Ceng-ya-kang !
Adapun seorang lagi yang telah dikenalnya pula dengan baik adalah Song-bun-kwi Kwa Sun Tek (Setan Berkabung) ! Yaitu
laki-laki rambut riap-riapan yang mengenakan baju putih
bersih itu. Tapi yang membuat kaget dan terbelalak mata Chu Seng
Kun bukanlah orang-orang yang telah dikenalnya itu, tetapi justru orang yang belum pernah dilihat maupun dikenalnya
malah. Orang yang dimaksudkan itu berperawakan tinggi kurus
dan melangkah di samping Song-bun-Kwi Kwa Sun Tek.
Pakaiannya yang berwarna kelabu tua itu tertutup oleh sebuah mantel hitam sampai di bawah lututnya. Tetapi bukan pakaian maupun jubah mantelnya yang lebar itu yang membuat Chu
Seng Kun tergetar di dalam hati, tapi".. Topi lebar yang
dikenakan oleh orang itu !
Topi itu terbuat dari anyaman bambu yang sangat halus.
Dan pada pinggirannya terjuntai kain sutera tipis yang
menutupi wajah pemakainya. Otomatis Chu Seng Kun menjadi
teringat pada topi pemberian seorang pemilik warung
minuman kepadanya. Topi tersebut sampai sekarang masih
disimpan dengan baik dan rupa maupun bentuknya".. persis
dengan yang dipakai oleh orang yang sedang keluar dari kuil itu !
Chu Seng Kun merasa dadanya seperti mau meledak saking
menahan perasaan gembira yang memenuhi seluruh rongga
hatinya. Ia seperti menemukan jarum yang selama ini dicaricarinya di dalam gelombang samodra luas. Biarpun dalam
kegembiraannya kali ini dia juga tidak mau meninggalkan
kewaspadaannya. Dia tidak mau tergesa-gesa mencegat orang
itu untuk menanyakan persoalan adiknya. Sekarang orang itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang dikelilingi oleh tokoh-tokoh silat yang bukan
sembarangan. Mereka adalah iblis-iblis dari dunia persilatan yang mempunyai kepandaian atau kesaktian yang tidak
lumrah manusia. Begitulah, karena takut kehilangan jejak orang bertopi lebar tersebut, Chu Seng Kun tidak sempat memberi tahu kepada
nona Ho dan tunangannya di penginapan. Dengan Pek-in
ginkangnya yang hebat pemuda itu membuntuti orang-orang
tersebut kemanapun mereka pergi, dengan sangat hati-hati
sekali. Tujuh orang itu berlari-lari menyusup hutan keluar hutan
dan melalui tanah kosong serta perbukitan. Dan akhirnya
mereka masuk ke dalam sebuah lembah yang dikelilingi oleh
bukit-bukit yang tinggi. Beberapa orang bersenjata tampak
menyongsong mereka, kemudian bersama-sama dengan
ketujuh orang itu memasuki pintu gerbang lembah.
Chu Seng Kun terpaksa mencari tempat yang terlindung
dan menaiki bukit untuk masuk ke dalam lembah tersebut.
Dan?" Seng Kun melihat perkemahan orang-orang
bersenjata yang menebar di tanah yang luas ! Tampak pula
oleh Seng Kun ketujuh orang itu telah berada di suatu tanah yang lapang, dikelilingi oleh ribuan orang bersenjata.
Seng Kun menjadi berdebar-debar hatinya. Pasukan apa
pula ini " Mengapa ada pemusatan pasukan di tempat yang
tersembunyi begini " Pasukan siapakah gerangan " Tak
mungkin kalau orang-orang ini adalah pasukan pemerintah,
karena pasukan kerajaan maupun pasukan para kepala daerah
tentu memakai seragam dan perlengkapan perang yang
komplit. Sedangkan pasukan yang berada di lembah itu
tampak bercampur baur serta tak berseragam. Sepintas lalu
seperti kumpulan orang-orang kang-ouw (persilatan) yang
sedang berkumpul untuk memilih seorang beng-cu (pemimpin
rakyat) ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu Chu Seng Kun terpaksa tidur di atas pohon.
Maksud hatinya untuk bertemu empat mata dengan orang
berkerudung itu belum dapat terlaksana. Orang itu selalu
dikelilingi oleh kawan-kawannya !
Menjelang pagi Seng Kun dikejutkan oleh langkah kaki
beberapa orang yang lewat di bawah pohon tempat dia
berlindung. Ketujuh orang yang dibuntutinya itu tampak
sedang pergi meninggalkan lembah itu lagi. Dengan tergesagesa Seng Kun turun dari atas pohon dan mengikuti langkah
mereka. Ketujuh orang itu berlari menuju ke arah sungai dan
menyewa sebuah perahu besar. Chu Seng Kun terpaksa
menyewa sebuah perahu pula. Mereka berperahu hampir
sepanjang hari. Beberapa buah dusun dan kota telah mereka
lewati, sehingga akhirnya pada suatu sore hari perahu orang-orang itu berlabuh di suatu perkampungan kecil.
Ketujuh orang itu turun dari perahu dan kembali berlari-lari melintasi bukit dan pegunungan. Dan akhirnya mereka
berhenti di kaki sebuah bukit terjal yang mempunyai puncak menembus awan. Satu persatu mereka merembet naik.
Chu Seng Kun yang selalu mengikuti langkah mereka juga
turut memanjat tebing itu pula. Sampai di atas tampak oleh pemuda itu sebuah gua besar yang menghadap ke arah timur.
Mulut gua itu menyerupai mulut seekor harimau yang sedang
menganga. Tempat itu benar-benar sangat sepi. Ketujuh orang yang
telah naik terlebih dahulu tadi tak seorangpun yang kelihatan.
Agaknya mereka telah masuk semua ke dalam gua tersebut.
Biarpun hatinya sangat berhasrat untuk melihat ke dalam. tapi Chu Seng Kun tidak berani secara gegabah memasuki gua itu.
Pemuda itu memilih di luar saja menunggu mereka.
Bintang tampak mulai bermunculan di langit. Sinarnya yang
berkelap-kelip itu ternyata mampu mengusir kegelapan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelubungi bukit terjal tersebut, sehingga Seng Kun dapat melihat dengan jelas seluruh permukaan bukit itu.
Dengan hati tegang Seng Kun duduk mengawasi ke arah
mulut gua. Dan baru pada saat menjelang tengah malam
orang-orang itu keluar lagi dari dalam gua. wajah mereka
kelihatan lesu, marah dan kecewa.
"Gila ! Mungkinkah pemuda itu membohongi aku ?" tibatiba orang yang pertama-tama dibuntuti Chu Seng Kun itu
mengeram marah. Sambil melangkah ke tempat di mana mereka tadi
memanjat tebing, kawan-kawannya menyabarkan orang itu.
"Sudahlah, Wan Lo-heng ! Mungkin yang dimaksudkan oleh
pemuda itu bukanlah Goa Harimau Gunung) ini. Mungkin yang
dimaksudkan adalah Goa Harimau yang lain." Tee-tok-ci yang berperawakan kecil itu menghibur dengan suaranya yang
nyaring. "Benar?"! Rasanya memang tidak mungkin kalau bocah
itu sampai membohongi Wan Lo-cianpwe. Sandiwara yang
Wan Lo-cianpwe lakukan waktu itu sungguh sangat hebat,
sampai aku sendiri juga tidak menyangka maupun
menduganya." Song-bun-kwi Kwa Sun Tek ikut meredakan
kemarahan orang itu. "Tentu saja Kwa-sicu tidak akan menduga akan hal itu,
karena sandiwara itu memang telah dipersiapkan oleh Ong-ya untuk menjebak bocah she Chin itu. Kami sebelumnya juga
belum pernah mengenal Wan Lo-heng ! Baru setelah Ong-ya
menemui kami dan Tee-tok-ci suheng serta memberi perintah
tentang rencana jebakan itu kami berkenalan dengan Wan Loheng," salah seorang dari Jeng-bin Siang-kwi berkata sambil tersenyum ke arah kawannya yang berbaju putih tersebut.
Orang berkerudung yang selalu diincar oleh Chu Seng Kun
itu tampak menghentikan langkahnya, kemudian kepalanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tertutup oleh kerudung hitam itu menoleh kepada orang yang dipanggil dengan nama Wan Lo-heng tersebut.
"Wan Lo-heng jangan cepat menjadi kecewa ! Perkataan
saudara-saudara kita ini memang benar. Marilah kita pergi ke Laut Timur ! Aku pernah mendengar bahwa di salah satu
pantainya juga terdapat sebuah goa yang bernama Goa
Harimau. Mungkin goa itulah yang dimaksudkan oleh pemuda
itu." Demikianlah, dengan terpaksa Chu Seng Kun mengikuti
mereka kembali ke arah yang mereka tuju. Pemuda itu selalu berharap bahwa sekali waktu orang berkerudung tersebut
pergi meninggalkan teman-temannya barang sebentar agar ia
dapat berhadapan muka satu lawan satu. Tapi harapannya itu tidak pernah terlaksana. Orag itu kelihatannya sangat
diagung-agungkan oleh teman-temannya, sehingga
kemanapun orang itu pergi tentu ada beberapa orang yang
menemaninya. Jilid 8 SELAIN bingung memikirkan siapa sebenarnya wajah di
balik kerudung itu, Chu Seng Kun sangat kaget melihat apa
yang dilakukan oleh kelompok tujuh orang tersebut di
sepanjang perjalanan mereka. Hampir di setiap tempat
ketujuh orang itu tentu mengunjungi tempat-tempat
pemusatan pasukan liar yang tersembunyi di daerah sepi dan jarang dikunjungi orang. Lambat-laun Chu Seng Kun menjadi


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

curiga juga. Kelihatannya orang-orang itu telah
mempersiapkan sebuah pemberontakan terhadap kekuasaan
pemerintah. Tak mungkin kelompok-kelompok pasukan orang
bersenjata yang sedemikian banyak dan di tempatkan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbagai daerah seperti yang dilihatnya itu hanya merupakan sebuah pertemuan antara orang-orang persilatan. Orang-orang itu tentulah merupakan sebuah kekuatan yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu hal yang besar dan
hebat. Dan satu-satunya kemungkinan yang paling tepat
adalah...... sebuah pemberontakan !
Chu Seng Kun mengikuti mereka sampai di daerah pantai
Laut Timur. Dengan lebih meningkatkan kewaspadaannya
pemuda itu selalu membayang-bayangi ketujuh orang
tersebut, karena di tempat yang terbuka seperti itu sungguh sangat berbahaya baginya. Orang-orang itu berjalan
menyusuri pantai untuk mencari goa yang mereka maksudkan.
Tapi setelah berhari-hari mereka menyusuri pantai, goa itu baru mereka ketemukan. Dan kali inipun mereka dikecewakan
lagi dengan kenyataan bahwa di dalam goa tersebut juga tidak mereka dapatkan benda yang mereka cari-cari itu. Kemudian
ketujuh orang itu pergi meninggalkan daerah pantai tersebut dan mengembara kembali untuk mencari sebuah goa yang
bernama Goa Harimau. Dan seperti seekor anjing pelacak
yang baik Chu Seng Kun membuntuti mereka dengan sabar
dan tekun. Berbulan-bulan mereka berjalan dari tempat yang satu ke tempat yang lain, hingga akhirnya mereka tiba di
dekat kota raja. Dan secara kebetulan ketujuh orang tersebut saling berpisah pula di tempat itu. Masing-masing mendapat tugas dari orang berkerudung tersebut untuk memeriksa dan
melihat keadaan pasukan-pasukan mereka sehubungan
dengan terjadinya bencana gempa bumi dua hari yang lalu.
Dan saat yang seperti itulah yang sangat dinanti-nantikan
oleh Chu Seng Kun. Berhadapan muka satu lawan satu
dengan orang berkerudung itu! Tapi ternyata kali ini Chu Seng Kun salah duga lagi. Kalau selama ini dia dapat membayang-bayangi mereka hal itu disebabkan oleh karena mereka selalu berjalan bersama-sama. Sehingga masing-masing dari mereka
tidak pernah mempergunakan gin-kang mereka secara
sepenuhnya. Tapi begitu tinggal berjalan seorang diri, orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkerudung itu ternyata tancap-gas dengan ginkangnya!
Sebentar saja orang itu hilang lenyap dan pandang matanya, sehingga Chu Seng Kun yang keturunan jago ginkang nomer
wahid di dunia itu menjadi kehilangan jejak sama sekali!
Tentu saja Chu Seng Kun menjadi penasaran sekali. Jerih
payahnya selama ini ternyata lenyap begitu saja. Berbulan
bulan dia hidup seperti orang gila, makan tak teratur tidurpun tak tentu sehingga tubuhnya menjadi kurus kering dan
matanya cekung. Tapi begitu kesempatan itu terpampang di
depan mata, buruan itu lenyap tanpa dia sanggup
menahannya. Dapat dibayangkan betapa sakit dan penasaran
hatinya! Ingin rasanya dia menangis. Tahu begitu, lebih baik dia menggasak orang itu dulu-dulu! Tak perduli orang tersebut berkawan atau tidak!
Chu Seng Kun menjadi teringat kembali pada tunangannya
yang ditinggalkan di kota Lou yeng tanpa pamit itu. Ah, gadis itu tentu bingung mencarinya. Apa lagi sampai berbulan bulan dia tak memberi kabar maupun berita apa apa. Ah, jangan-jangan gadis yang sangat mencintainya itu menjadi pendek
pikiran. Tapi"..tapi disana ada nona Ho Pek Lian yang tentu dapat menghiburnya dan mengawaninya! Hmm, ternyata
kekhawatirannya terhadap nasib adik satu-satunya itu
membuat dia melupakan segala-galanya. Sampai-sampai
keadaan dirinya sendiripun juga dilupakannya!
Bagaikan orang yang tidak waras pemuda itu berputarputar di daerah tersebut untuk mencari-cari orang
berkerudung yang lenyap dari depan matanya. Oleh karena itu dapat dimengerti kalau di depan telah diceritakan betapa
marah dan kasarnya pemuda itu ketika dapt menemukan
kembali buruannya di dekat mata air baru tersebut! Marah dan penasaran, tapi juga lega!
"Hek-eng-cu".dimana adikku kausembunyikan" Katakanlah
lekas!" Chu Seng Kun mengulangi bentakannya.
Orang berkerudung itu kelihatan tersinggung hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, mengapa kautanyakan hal itu kepadaku"
Apakah"..?" "Diam! Jangan mungkir! Lihat, benda apakah ini?" Chu
Seng Kun membentak lagi dengan keras.
Tangannya merogoh buntalan yang berada di atas
punggungnya, lalu mengambil sesuatu dan membantingnya di
depan orang tersebut. Hek-eng-cu hampir terlonjak saking kagetnya. Di depannya,
diatas tanah, terlentang sebuah topi lebar yang serupa benar dengan topi kerudung yang sekarang dikenakan di atas
kepalanya. Oleh karena itu mulutnya menjadi terdiam tak bisa berkata apa-apa.
"Seseorang telah memberi tahu kepadaku, bahwa orang
yang membawa pergi adik perempuanku ialah orang yang
selalu mengenakan topi khusus seperti ini. Setahun lebih aku berkelana di seluruh pelosok negeri, kulihat dan kuselidiki semua tokoh persilatan yang ada, ternyata hanya engkaulah
yang mengenakan tanda khusus seperti ini. Oleh karena itu
engkau tidak bisa mengelak lagi ".."
"Benar! Akulah yang menculik gadis ayu itu ! Nah, engkau
mau apa" Membalas dendam" He-he"kalau begitu".ayolah!
kuantar sekalian kau menyusul dia ke akherat!"
"A-apa k-katamu".." kau".kaua-apakan adikku?" Chu
Seng Kun tergagap. "Kubunuh! Kubunuh dia setelah kuperkosa lebih
dahulu"..!" jawab orang berkerudung itu menyakitkan hati.
Wajah pemuda yang cekung kurus itu seketika menjadi
pucat! Jantungnya seakan copot dengan mendadak sehingga
aliran darahnya juga seakan berhenti mengalir pula! Bibirnya tampak bergetar, tapi tak sebuah suarapun yang terucapkan!
Lidahnya keluar, matanya melotot!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat".!" Akhirnya bibir itu mengeluarkan suara serak
dan perlahan. Ternyata Hek-eng-cu tidak menyia-nyiakan kesempatan
tersebut. Selagi lawannya dalam keadaan kaget dan berdiri
mematung seperti orang kehilangan akal, ia menyerang
dengan sepenuh tenaganya. Memang agaknya dia tidak ingin
membuang-buang waktunya di tempat itu. Maka sekali
gempur dia ingin membinasakan Chu Seng Kun.
Perbawa dari pukulan orang itu memang benar-benar
menggiriskan ! Tidak heran kalau orang-orang sakti seperti Song bun-kwi, Tee tok-ci, Jeng bin Siang-kwi dan yang lain-lain sampai begitu mengagung-agungkan dan begitu tunduk
kepadanya. Perbawa dari pukulan yang kini sedang
dilontarkan ke arah Chu Seng Kun itu ternyata tidak hanya
dirasakan oleh pemuda ahli obat tersebut tetapi juga
dirasakan oleh orang-orang yang sekarang berada di tempat
itu. Termasuk pula Chin Yang Kun dan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek! Setiap orang yang sekarang berdiri di sekitar orang
berkerudung tersebut merasa seolah-olah dari segala penjuru bertiup angin badai yang menggencet ke arah diri mereka
masing-masing, sehingga tubuh mereka seperti terpaku di
atas tanah tempat mereka berpijak. Sukar sekali rasanya
untuk menggerakkan anggota badan mereka.
"Pat-hong-sin-ciang (Tangan Sakti Delapan Penjuru)"..!"
Song-bun-kwi berbisik perlahan.
Dapat dibayangkan, jikalau yang lain saja sampai
merasakan kehebatan ilmu tersebut, apalagi Chu Seng Kun
yang langsung menjadi sasaran dari pada ilmu pukulan itu.
Lebih lebih pemuda itu kini sedang dalam keadaan bengong
ditempatnya! Untunglah Yang Kun yang sedari tadi selalu
memperhatikannya segera bergerak menolong. Lebih dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu mengerahkan Liong cu-I-kangnya untuk mengusir
pengaruh ilmu lawan yang mengerikan tersebut, setelah itu
baru dia maju menyongsong pukulan lawan dengan kedua
belah tangannya. Di balik kain kerudungnya Hek-eng-cu tersenyum
menghina. Anak muda ini sungguh tidak melihat tingginya
langit, sehingga berani menyongsong pukulannya yang
dahsyat. Jangankan baru bocah kemarin sore seperti dia,
sedang orang-orang sakti seperti mendiang Empat Datuk
Besar Persilatan itu jika masih hidup tentu harus berpikir seribu kali bila ingin adu tenaga dengan dirinya!
"Bresss..... !!"
Yang Kun merasakan sebuah kekuatan yang maha dahsyat
menghantam dadanya dan menghimpit seluruh urat urat
darahnya. Untuk sesaat pemuda itu menjadi gelagapan seperti anak ayam terbenam di dalam empang. Tubuhnya yang
jangkung itu bergetar menahan Pat hong-sin-ciang yang maha hebat!
Memang. Betapapun tingginya tenaga Liong-cu-i-kang yang
kini terkandung di dalam tubuh Yang Kun, tapi pemuda itu
belum dapat menyesuaikan dirinya, sehingga kekuatan
tersebut belum mampu dia kendalikan maupun dia
pergunakan menurut keinginan hatinya. Dapat diibaratkan
sebagai sebuah pusaka yang ampuh, kehebatan maupun
kedahsyatannya akan tetap tersembunyi bila berada di tangan seorang yang belum dapat menjiwai dan mengungkapkannya.
Antara orang dan pusaka itu harus terdapat suatu pertalian jiwa dan persenyawaan yang sangat erat ! Dan hal seperti itu tentu saja harus membutuhkan waktu dan usaha yang lama.
Padahal Yang Kun baru mendapatkan tenaga sakti itu dua hari yang lalu.
Meskipun demikian, Liong-cu-i-kang memang bukan ilmu
yang sembarangan. Apalagi telah dipupuk dan dihimpun
selama seratus tahun lebih oleh orang sakti seperti Chin Hoa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Kedahsyatan dan keampuhannya tak dapat diragukan lagi.
Oleh karena itu biarpun berada di tangan seorang yang belum berpengalaman seperti Chin Yang Kun, kehebatannya toh
masih terpancar pula dengan sendirinya !
Ketika tangannya beradu dengan tangan Hek eng-cu, untuk
sesaat Yang Kun memang menjadi gelagapan seperti anak
ayam tercebur ke kolam. Tapi sesaat kemudian tenaga sakti
Liong-cu-i-kang yang tersimpan di dalam tubuhnya meronta
dengan dahsyat dan menggempur gencetan Pat-hong-sinciang lawan bagai seekor ayam aduan yang membalas
sabetan Iawan dengan tajinya!
Akibatnya, orang berkerudung itulah kini yang menggelepar
seperti ayam jago kalah perang. Senyum hina yang tadi
terlukis di balik kerudungnya seketika lenyap bersama dengan terbantingnya dia dari tempatnya berdiri. Mata di balik
kerudung itu juga melotot seakan tak percaya pada apa yang telah terjadi ! Pat-hong-sin-ciang yang dibangga-banggakannya itu ternyata dengan mudah digempur oleh
kekuatan lawan yang masih sangat muda tersebut.
Song-bun kwi Kwa Sun Tek melompat ke depan untuk
menolong kawannya, tapi Hek-eng-cu dengan tangkas telah
berdiri tegak kembali. Tak seorangpun mengetahui apa yang
tersimpul pada wajah yang terbungkus oleh kerudung hitam
tersebut. Yang terang orang itu seperti menggigil menahan
suatu perasaan yang tak tertahankan. Kadang-kadang secara
tidak sadar jari-jarinya tampak berusaha menggaruk kulit
tubuhnya yang terbungkus mantel jubah yang lebar itu,
seakan di balik baju dan mantelnya tersebut telah bersarang kutu dan semut gatal. Tentu saja kawannya merasa heran
sekali melihatnya ! Tapi sebelum semuanya menyadari apa yang telah terjadi,
orang berkerudung itu telah menyambar lengan pembantunya
dan lenyap ditelan oleh redupnya malam. Ketika Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud untuk mengejar Chu Seng Kun segera
mencegahnya. "Percuma ! Orang itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang dinamakan orang Bu-eng Hwe-teng ! Sebuah ilmu sakti
yang dahulu pernah dipunyai oleh mendiang Bit-bo-ong. Tak
seorang pun di dunia ini yang mampu mengejarnya apa bila
dia sudah berlari begitu !"
"Tapi... bagaimana dengan., dengan nona"..?"
"Adikku" Saudara Yang Kun terima kasih! Terima kasih atas perhatian saudara terhadap adikku. Yang-hiante tentu juga
dapat merasakan betapa dendamku pada orang berkerudung
itu. Dia telah" ohh, lihat" aku tentu akan membunuhnya
sendiri nanti! Tapi aku sudah terluka, padahal dia sakti bukan main. Entah dari mana asalnya, ternyata orang itu kini
mewarisi semua ilmu-ilmu iblis dari Si Raja Kelelawar Bit-bo-ong almarhum lengkap dengan seluruh ciri-ciri
kebesarannya?" "Lalu... , mengapa kita melepaskannya" Belum tentu kita akan kalah!"
"Sudahlah, Yang-hiante! Aku percaya pada suatu saat tentu akan kuketemukan juga dia, lambat atau cepat. Tapi aku
harus bersabar dan tidak boleh bertindak sembrono apabila
aku ingin berhasil dalam membalas dendam terhadapnya.
Karena salah-salah aku bisa gagal atau menjadi korbannya.
Oleh karena itu sekarang yang harus aku perbuat adalah
mengobati lukaku, kemudian membenahi ilmu silatku. Baru
setelah itu aku akan mencarinya lagi untuk membunuhnya !
Dan aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa orang itu akan dengan..... cara yang sangat sengsara sekali!"
Chu Seng Kun mengakhiri keterangannya dengan nada
yang mengerikan sekali, sehingga Yang Kun yang
mendengarkan kata kata itu menjadi meremang bulu
kuduknya. Kalau yang mengucapkah kata seperti itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lain, mungkin Yang Kun tidak akan merasa ngeri seperti itu. Tapi karena yang mengucapkan sekarang adalah Chu
Seng Kun, seorang ahli pengobatan yang ia kenal sangat
sabar dan lemah lembut, maka Yang Kun ikut merasa seram
pula mendengarnya. Tapi dengan demikian Yang Kun semakin
bisa merasakan, gejolak apa yang sebenarnya sedang bergulat di dada pemuda ahli pengobatan itu. Hanya karena cara
berpikirnya yang telah matang itu saja yang membuat Tabib
muda itu mampu mengendalikan perasaannya.
Yang Kun membuang napas dengan berat. Ia sangat
terpengaruh akan perkataan Chu Seng Kun tersebut sehingga
dia menjadi urung menceriterakan persoalannya sendiri yang mungkin juga akan melibatkan orang berkerudung itu pula.
"Yang-hiante... sebelumnya kita belum pernah saling
mengenal sama sekali. Tapi agaknya Tuhan telah menakdirkan kepada kita untuk saling bersahabat dan saling menolong. Dua kali kita bertemu dan kedua pertemuan itu benar-benar sangat bermanfaat bagi kita masing masing. Eh .... kemana saja
Yang-hiante selama beberapa bulan ini" Agaknya Yang-hiante telah memperdalam ilmu silat serta tenaga dalam yang hilang itu, benarkah" Kulihat lweekang Yang-hiante telah pulih
kembali malah kurasa menjadi lebih hebat malah! Hek eng-cu yang tersohor dengan Pat-hong-sin ciangnya yang berbau sihir itupun dapat saudara gertak dengan sekali pukul."
Yang Kun mengangguk biasa. Sedikitpun tidak ada tandatanda kalau dia merasa senang dengan kemenangannya itu.
"Chu twako, siauw-te memang merasa penasaran sekali
atas lenyapnya Iweekang siauw-te dahulu itu. Maka siauw-te lantas mencari tempat sepi untuk mempelajari kembali apa
yang telah hilang itu," pemuda itu berbohong.
Sebenarnya Chu Seng Kun kurang begitu mempercayai
jawaban tersebut, tapi sebagai orang yang tidak mau
mencampuri urusan pribadi orang lain maka dia tidak
mengurusnya lebih lanjut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu ke mana tujuan Yang-hiante sekarang?" tanyanya
untuk mengalihkan pembicaraan mengenai hal itu.
Tiba-tiba Yang Kun mengertakkan giginya.
"Seperti juga dengan Chu-twako, siauw-tepun sedang
mencari musuh besar yang telah menganiaya siauw-te dan
keluarga siauw-te!" geramnya keras.
Suasana menjadi hening kembali. Masing-masing sibuk
dengan khayalan mereka sendiri-sendiri. Mendadak terdengar suara ketawa riuh di kejauhan yang mengagetkan mereka.
Yang Kun tiba-tiba menjadi teringat akan maksudnya semula, yaitu untuk menghajar para perampok yang menculik dan
menduduki dusun sebelah! "Chu-twako! Suara itu adalah suara para perampok yang sedang berpestapora di dusun sebelah. Menurut beberapa
orang penduduk yang tadi siauw-te temui, mereka telah
mengganggu dan menculik gadis-gadis di daerah ini. Maka
siauw-te saat ini sebenarnya sedang dalam perjalanan ke
tempat itu." "Hah" Ada perampok di dekat kota raja" Gila, orang-orang
itu benar benar sangat berani! Agaknya mereka
memanfaatkan keadaan saat ini, dimana kaisar dan para
perajuritnya tentu sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri sendiri akibat malapetaka gempa itu. Huh, Yang-hiante!
Marilah, kita pergi bersama-sama ke sana ! Akupun paling
benci dengan segala macam perampok !"
Kedua orang pemuda yang sama-sama jangkungnya itu
bergegas pergi menuju ke tempat para perampok itu
berpestapora. Masing-masing mengerahkan ginkang mereka
yang tinggi. Tetapi baru saja mereka menginjakkan kakinya di jalan
besar yang menuju ke dusun itu, telinga mereka dikejutkan
oleh suara keleningan kuda yang datang dari arah utara. Chu Seng Kun yang berada di sebelah depan cepat menghentikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
larinya, sehingga Chin Yang Kun juga ikut berhenti pula di sampingnya.
"Sebentar, Yang-hiante! Kita lihat dulu siapa yang datang.
Jangan-jangan Hek-eng-cu kembali lagi dengan membawa


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teman-temannya. Mari kita bersembunyi dahulu!"
Begitu kedua orang tersebut meloncat ke dalam semak
semak yang tumbuh di pinggir jalan, dari utara muncul
seorang gadis muda berpakaian dan berdandan sangat mewah
sedang menuntun kuda yang didandani dengan sangat mewah
juga. Agak jauh di belakangnya tampak berjalan dua gadis
pula. Hanya dandanan kedua orang gadis itu biarpun bersih
tapi tidak semewah gadis yang menuntun kuda tersebut.
Kedua orang gadis masing-masing juga menuntun kuda pula.
Hanya bedanya kuda yang mereka tuntun itu juga tidak
didandani dengan mewah seperti kuda yang didepan itu.
Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun mengawasi ketiga orang
gadis itu dengan heran. Keduanya sibuk menduga duga,
mengapa ketiga orang gadis itu membiarkan kuda mereka
berjalan tanpa menungganginya" Apakah mereka takut
mengendarai kuda pada malam hari dan takut terperosok ke
dalam semak atau lubang yang dalam" Tapi saat itu suasana
cukup terang benderang. Bintang dan bulan tampak bersinar
dengan cemerlang diatas langit.
Semakin dekat dengan tempat persembunyian mereka,
semakin jelas pula wajah dan dandanan mereka.
Gadis yang berjalan di depan itu ternyata sangat cantik
sekali dan benar-benar masih muda belia. Umurnya tentu
tidak lebih dari pada enam belas tahun. Pakaiannya terbuat dari kain sutera halus yang dihiasi dengan berbagai macam
perhiasan yang mahal-mahal. Sedangkan rambutnya disanggul
dan dikepang menjadi dua bagian. Beberapa buah tusuk
kundai emas yang dihiasi dengan batu-batu giok yang mahal
tampak menancap di sanggulnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lengannya yang putih dan halus itu penuh dengan gelanggelang emas yang bermatakan intan berlian, sehingga di
bawah sinar bulan dan bintang, lengan itu seperti dihinggapi ribuan kunang-kunang yang gemerlapan !
Gadis cantik itu menuntun seekor kuda putih yang tegar
dan gagah. Tubuhnya yang panjang mengkilap dengan otot
yang keras melingkar-lingkar itu menandakan kalau kuda
tersebut adalah seekor kuda yang hebat. Apalagi dengan
pelana dan hiasan kendali yang bertaburan batu-batu
permata, membuat kuda itu semakin terlihat gagah dan
anggun. Sayangnya kuda itu berjalan dengan kaki pincang. Kaki
depan yang sebelah kiri tampak membengkak di bawah
lututnya. Mungkin hal itulah yang menyebabkan gadis itu tidak mau menaikinya. Beberapa kali kuda itu memperdengarkan
rintihannya sehingga beberapa kali pula gadis cantik itu
menghentikan langkahnya guna membujuk dan membelai
kuda tersebut. Dua orang gadis yang berjalan beberapa Iangkah di
belakang itu ternyata berpakaian seperti seorang pelayan.
Masing-masing juga menuntun kuda berwarna coklat yang
kelihatan tegap pula biarpun tidak secantik dan segagah kuda putih itu. Dan melihat sepintas lalu Yang Kun dan Seng Kun sudah dapat menduga kalau kedua gadis itu adalah pelayan
dari gadis cantik itu. "Chu-twako, gadis ini benar-benar tidak mengenal bahaya !
Masa dalam suasana yang keras dan banyak orang jahat
seperti ini malah mempertontonkan kekayaannya ke manamana," Yang Kun berbisik perlahan.
"Benar! Baru kuda putih yang dibawanya saja setiap orang tentu mengincarnya. Kuda itu tentulah seekor kuda mustika
yang mampu berlari seribu lie dalam sehari"." Chu Seng Kun mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan celakanya gadis itu justru berjalan menuju ke dusun
yang sedang diduduki oleh para perampok itu!" sambung Yang Kun dengan perasaan khawatir. "Chu twako, apakah kita akan menghentikannya dan memberi tahu tentang bahaya yang kini
berada di depan matanya?"
Chu Seng Kun tersenyum menyaksikan kekhawatiran
kawannya itu. "Yang-hiante, kenapa hiante menjadi repot amat" Kalau
kita secara tiba-tiba lalu menghadangnya, apakah bukan kita sendiri yang akan dia curigai sebagai perampoknya" Ingat,
hari telah malam dan kita belum saling mengenal dengan
gadis itu"." "Wah"..lalu bagaimana yaa"..?"
"Yaa biarkan saja mereka berlalu"..! kemudian kita nanti
berjalan agak jauh di belakangnya, sambil bersiap-siap untuk menolongnya apabila mereka mendapat kesukaran di dusun
itu. Bagaimana Yang-hiante?"
Yang Kun menunduk sambil mengerutkan alisnya, lalu
kembali mendongak ke depan.
"Terserah Chu twako sajalah"."
Keduanya lalu duduk kembali di atas rumput. Celakanya,
ketiga orang gadis itu justru datang mendekati semak-semak yang kini sedang mereka pakai untuk bersembunyi, lalu duduk bersama melepaskan lelah di atas batu di depan semak
tersebut. Bau harum semerbak menyentuh hidung mereka
sehingga udara yang mereka isap seakan bertambah segar.
"Bersabarlah untuk beberapa saat lagi, Hong ma ! Kota raja sudah tidak jauh lagi dari sini. Di sana tentu banyak tabib yang akan dapat mengobatimu....." gadis cantik itu menghibur sambil membelai kepala kuda putihnya.
Kedua orang pelayan itu tampak sibuk dengan barang
bawaan mereka. Setelah itu mereka seakan berlomba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melayani gadis cantik tersebut. Ada yang membenahi pakaian si gadis yang agak kedodoran, ada yang merapikan rambutnya yang sedikit kotor dan tak teratur.
Gadis yang manja, Seng Kun dan Yang Kun berkata di
dalam hati. Gadis cantik itu tampak menepiskan tangan-tangan yang
sibuk melayani dirinya. Lalu dengan gaya seorang majikan
yang sudah terbiasa dilayani segala keperluannya ia memberi perintah kepada pelayan-pelayannya tersebut.
"A-Kin! Kau pergilah bersama A-Kun mencari air bersih untuk membasuh muka dan tanganku. Kotor dan lengket
benar rasanya pipiku ini".."
Kedua orang pelayan itu tampak ragu-ragu dan berat
meninggalkan majikannya. ".... Lalu siapakah yang akan menemani siocia (nona) di
sini?" "Teman" Uh".. !" gadis itu mengerenyitkan cuping
hidungnya. "Di sini telah banyak kerbau yang sudah setahun tidak dimandikan.......,mengapa kalian masih repot
memikirkan aku pula?"
Kontan Yang Kun dan Seng Kun mencium baju mereka
masing-masing lalu menoleh dan saling berpandangan dengan
senyum kecut di wajah mereka. Kurang ajar! Apakah gadis itu menyindir mereka" Kalau benar, memang sungguh keterlaluan
sekali bocah ini ! Kedua orang pelayan itu memandang majikannya dengan
bingung. "Kerbau bau " A-apakah maksud siocia,.....?" pelayan yang berbaju kuning membelalakkan matanya dengan bingung.
"Sudahlah! Cepat kalian pergi mengambil air!'' Kedua orang pelayan itu segera melangkah dengan tergesa-gesa biarpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati mereka masih diliputi berbagai macam pertanyaan.
Mereka kelihatan sangat takut kepada nona majikannya yang
masih sangat muda itu. "Nah, sekarang keluarlah kalian semua dari semak-semak
itu !" gadis tersebut berkata sambil menengadahkan mukanya yang cantik. Suaranya terdengar acuh dan sombong serta
sangat memandang remeh pada orang lain. Seperti suara
seorang majikan yang sedang memerintah hambanya. Chu
Seng Kun meraih tangan Chin Yang Kun untuk mencegah tapi
terlambat! Pemuda yang berada di sampingnya itu telah
berdiri seakan menjawab tantangan yang dikeluarkan oleh
gadis tersebut. Mata temannya yang tajam itu tampak
memandang dengan sangat gemas, seakan hilang semua
perasaan simpatinya terhadap si gadis. Tetapi Chu Seng Kun juga memaklumi sifat temannya yang masih berdarah panas
itu. Terpaksa Chu Seng Kun juga berdiri di sebelah Chin Yang
Kun. Tapi bukan main terkejut hatinya ketika dari semak
semak yang lain muncul belasan laki-laki berwajah kasar dan bengis. Orang orang itu menyeringai ganas dan kurang ajar
sekali seakan mereka mau berebut untuk menelan dan
memiliki gadis cantik yang membawa harta benda banyak
tersebut. Seperti juga Chu Seng Kun, Chin Yang Kun juga tidak kalah
pula kagetnya melihat begitu banyaknya orang yang muncul
dari balik semak-semak di pinggir jalan itu. Pemuda itu
menjadi terkejut karena ternyata dia telah kehilangan
kewaspadaan sehingga tidak mengetahui kehadiran mereka di
sekitar tempat tersebut. Agaknya orang-orang itu telah lama bersembunyi disana sebelum dia sampai di tempat itu. Melihat posisi mereka agaknya orang-orang itu memang telah
merencanakan untuk mencegat perjalanan gadis cantik itu
guna merampas kekayaannya yang berlimpah-limpah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun balik menjadi bersimpati kembali kepada si gadis
cantik. Mungkin kata katanya yang sombong tadi memang
bukan ditujukan kepada dirinya tapi kepada orang-orang itu.
Mungkin mereka memang telah bermusuhan sejak lama dan
rombongan pencegat itu sekarang bermaksud untuk membuat
perhitungan di tempat ini. Buktinya gadis itu telah
menyingkirkan para pelayannya agar dapat menghadapi
Iawannya ini dengan bebas.
Melihat lagak dan gayanya, Yang Kun dapat menduga
bahwa gadis cantik itu tentu mempunyai kepandaian yang
tinggi. Gayanya yang sombong dan terlalu percaya kepada diri sendiri itu menandakan bahwa selama ini dia tidak pernah
menemui kesukaran dengan orang lain. Namun demikian Yang
Kun merasa khawatir juga melihat begitu banyaknya orang
yang kini mengepung gadis itu.
Sebaliknya gadis itu tampak sedikit terperanjat memandang
Chin Yang Kun dan Chu Seng Kun yang tiba-tiba muncul dari
semak di belakangnya. Kelihatannya gadis itu tidak
menyangka kalau di balik semak tersebut ada penghuninya.
Dari kaget gadis itu menjadi marah. Apalagi begitu muncul
Yang Kun tampak menatap dirinya dengan menantang!
"Bocah sombong!" laki-laki pendek kecil itu berteriak
mengguntur. Tongkatnya yang besar dan panjang melebihi
tinggi tubuhnya itu ia hentakkan di samping kakinya lalu
badannya meloncat ke depan dengan cepat sekali. Kawankawannyapun segera mengikuti langkahnya, mereka berdiri
mengepung gadis cantik itu.
Gadis itu tidak merasa takut sedikitpun. Dengan tenang dia mengeluarkan sebuah kipas yang terbuat dari lempengan-lempengan baja tipis yang tajam dan kuat. Dan ketika kipas tersebut dibuka terlihat gambar seekor burung rajawali yang sedang mengembangkan sayapnya, ditatah halus di tengah-tengah kipas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah sombong! Kaukira engkau demikian hebatnya
sehingga semua orang kami harus keluar untuk
menangkapmu" Huh! Secara kebetulan saja engkau dapt
masuk ke gedung pusat kami. Engkau mengambil kesempatan
selagi orang baru sibuk menyelamatkan diri dari keganasan
gempa bumi. Apakah kaukira engkau akan mampu apabila
dalam keadaan biasa" Jangan kauharapkan. Nah, lekas
kaukembalikan barang yang kauambil itu!"
"Kembalikan?" Ih, enaknya! Dahulu kalian mendapatkan
benda itu tentu dengan mencuri pula. Maka kalau sekarang
aku ganti mencurinya, bukankah hal itu sudah lumrah?" gadis itu menjawab seenaknya. ?"..tapi jika kalian ingin merebutnya kembali?"ya"..silahkan! akan kuhajar kalian seperti aku
menghajar puluhan orang Im-yang-kauw yang mencegat aku
kemarin!" "Hmmm"..perempuan tak tahu diri, kali ini kau jangan
bermimpi dapat lolos dari tanganku," laki-laki pendek kecil itu membentak. "Tangkap bocah ini!"
seperti belasan ekor anjing yang sedang memperebutkan
tulang, orang-orang itu menerjang ke arah gadis cantik
tersebut. Senjata mereka yang terdiri dari bermacam-macam
jenis itu saling berebut dahulu untuk mencacah tubuh molek lawannya. Sementara itu si pendek kecil justru mundur ke
samping untuk memberi tempat kepada anak buahnya.
Dengan waspada ia mengawasi ke sekelilingnya. Matanya
melirik ke samping, ke arah Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun berdiri. Dia berjaga-jaga kalau dua orang yang tidak
dikenalnya itu turut campur dalam pertentangan ini.
Sementara itu Yang Kun dan Seng Kun diam saja tak
bergerak di tempatnya. Ternyata mereka telah salah duga
lagi. Mendengar percakapan mereka tadi keduanya justru
menjadi salah tingkah dan bingung, tidak tahu apa yang mesti mereka lakukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang demikian cantik dan molek, dengan dandanan
dan kekayaan yang demikian melimpah ternyata bukanlah
seorang gadis yang baik. Gadis itu ternyata seorang pencuri!
Dan barang yang sekarang dicurinya benar-benar tidak
tanggung-tanggung, yaitu".. barang kepunyaan Im-yangkauw! Padahal setiap orang tahu belaka macam apa
perkumpulan Im-yang-kauw itu.
Yang Kun pernah pula mendapat keterangan serba sedikit
tentang aliran kepercayaan Im-yang-kauw ini dari mendiang
paman bungsunya. Pamannya itu pernah mengatakan bahwa
aliran kepercayaan itu muncul pada akhir abad ke lima
sebelum masehi, jadi sekitar duaratus tahun yang lalu. Dan aliran kepercayaan ini menjadi ternama serta memperoleh
banyak pengikut pada abad ke empat sebelum masehi sampai
sekarang. Nenek moyangnya, mendiang raja-raja Chin semua
adalah penganut aliran kepercayaan ini. Dan aliran
kepercayaan ini memperoleh kejayaannya pada masa
pemerintahan kakeknya, yaitu Kaisar Chin Si Hong-te. Banyak sekali tokoh-tokoh aliran ini yang ditarik oleh mendiang
kakeknya untuk dijadikan pembantunya.
Aliran Im-yang atau Yin-yang ini beranggapan bahwa alam
semesta terbentuk oleh unsur "wu-sing" atau unsur penggerak dan unsur "im-yang" atau daya negatif dan positif. Kedua buah unsur itu mengakibatkan segala kejadian di alam dunia. Aliran kepercayaan ini menggali serta mempelajari segala kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat yang
dihubungkan dengan perjalanan matahari, bulan, bintang,
musim dan gejala-gejala aneh yang lain. Oleh karena itu aliran ini banyak menghasilkan ahli-ahli nujum dan peramal yang
sangat pandai. Begitu hebat kepercayaan mendiang Kaisar
Chin Si Hong-te terhadap para ahli nujum ini sehingga sekali waktu kaisar itu pernah mengadakan perjalanan seorang diri mendaki gunung Tai-san yang sangat tinggi, hanya untuk
mencari obat untuk hidup abadi. Padahal gunung yang paling Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi di seluruh daratan Tiongkok itu beribu-ribu lie jauhnya dari istana kerajaan.
Tapi dalam menyebarkan pengaruhnya, aliran Im-yangkauw ini banyak mendapatkan saingan dari berbagai macam
aliran kepercayaan yang lain, biarpun mereka itu tidak sehebat dan sebesar Im-yang-kauw. Aliran-aliran itu diantaranya yang terbesar adalah aliran Mo (Mo-kauw) dan aliran Bing (Bing-kauw). Dan seperti juga Im-yang-kauw, kedua aliran
kepercayaan itu mulai menyebar pada abad kelima sebelum
masehi. Ketiga buah aliran besar ini saling berebut pengaruh di kalangan masyarakat sehingga karenanya mereka sering
bentrok satu sama lain. Demikianlah, karena tidak tahu apa yang seharusnya
mereka lakukan, Yang Kun dan Seng Kun akhirnya
berketetapan hati untuk tidak mencampuri urusan mereka.
Keduanya lalu duduk kembali dan menonton pertempuran itu.
Ternyata dugaan mereka tentang kepandaian gadis itu
memang benar. Biarpun dikeroyok oleh belasan orang Imyang-kauw ternyata gadis tersebut masih dapat bergerak
lincah seperti burung walet yang menyambar-nyambar. Kipas
bajanya yang kadang-kadang terbuka atau kadang-kadang
tertutup itu terayun kesana kemari mengincar nyawa lawan
dengan ganas. Selain ganas permainan ilmu kipas gadis tersebut sungguh
sangat aneh. Begitu anehnya sehingga Yang Kun, Seng Kun
maupun laki - laki pendek kecil itu menjadi bingung dan tidak bisa menebak asal-usulnya.
Biasanya orang yang bersenjata kecil, pendek dan mudah
rusak seperti yang dibawa oleh gadis itu tentulah seorang
yang sangat mengandalkan gin-kang atau lwee-kang yang
sangat hebat. Selain daripada itu biasanya ilmu silat kipas itu tentu dilakukan dengan gerakan yang lemas dan lemah
lembut bagaikan seorang penari yang mahir dan
berpengalaman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi apa yang mereka lihat sekarang sungguh sangat
berlawanan sekali dengan semua kebiasaan tersebut. Memang
benar lwee-kang dan ginkang gadis itu sangat hebat, tetapi kehebatan tersebut ternyata tidak dipergunakan sebagai
landasan untuk memainkan ilmu silat kipasnya secara ringan dan lemah gemulai! Ternyata kehebatan itu dipakai untuk
menunjang ilmu silat kipasnya yang kasar, ganas, keji serta penuh tipu muslihat yang lain. Kipas yang terdiri dari
lempengan-lempengan dari baja itu lebih banyak berfungsi
sebagai sebuah kipas yang berjari banyak dari pada sebagai kipas biasa. Sepintas lalu jari-jari kipas yang tajam bagai pisau belati itu seperti jari jari tangan si gadis yang bertambah panjang.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang Kun dan Seng Kun menggeleng gelengkan kepalanya.
Mereka sungguh sangat menyayangkan keadaan itu. Seorang
gadis yang demikian cantik, molek, kaya raya, dan tampaknya juga dari kalangan keluarga yang terhormat, ternyata hanya seorang pencuri yang mempunyai ilmu silat begitu ganas, keji dan licik! Biarpun sangat hebat tetapi ilmu silat itu sungguh tidak cocok untuk gadis tersebut. Ilmu silat seperti itu lebih pantas dipergunakan oleh seorang benggol penjahat atau
seorang iblis yang tidak mengindahkan lagi norma-norma
hukum dan susila! "Aaaarrrghhhh".!"
Tiba-tiba Yang Kun dan Seng Kun dikejutkan oleh suara
salah seorang pengeroyok yang berteriak setinggi langit
sehingga dalam kesepian malam yang mencekam itu benarbenar mendirikan bulu roma. Lalu tampak orang-orang Imyang-kauw itu saling berloncatan mundur.
Yang Kun dan Seng Kun tersentak berdiri dari tempat
duduknya! Apa yang mereka lihat sungguh sangat
mengerikan! Hampir-hampir mereka tidak mempercayai apa
yang telah terpampang di depan mata mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang pengikut Im-yang-kauw yang berperawakan tinggi
besar tampak berkelojotan di atas tanah dengan suara
mengorok dari mulutnya. Kedua belah tangannya tampak
mendekap sela-sela pahanya yang telah basah oleh darah
yang membanjir keluar. Sementara itu di depannya berdiri
gadis cantik itu dengan kaki terkangkang dan mulut
tersenyum sadis. Tangan kirinya tampak teracung ke depan,
masih mencengkeram potongan alat kemaluan korbannya
yang hancur! Tampak darah menetes dari sela-sela jari
tangannya tersebut! "Hih! Mengapa kalian malah mundur" Ayoh"..majulah!
Lihat! Kalian akan kubunuh dengan cara seperti kawanmu ini!"
gadis itu menggeram, membuat semua laki-laki pengepungnya
meremang di dalam hati. Kelihatannya gadis itu telah menjadi marah benar. Matanya
yang bulat besar itu tampak berkilat-kilat menatap para
pengeroyoknya. Hawa pembunuhan terasa mengembang di
antara mereka. "Cepat majulah!" gadis itu membentak.
Orang-orang Im-yang-kauw itu terkejut. Dari terkejut
mereka menjadi marah. Dengan berteriak keras mereka
kembali menyerbu berbareng.
Tapi kali ini agaknya gadis itu tidak ingin mengulur-ulur
waktu lagi. Begitu bergerak ia telah mengerahkan segala
kemampuannya. Kipas bajanya menyambar-nyambar tidak
mengenal ampun lagi. Terdengar suara teriakan kesakitan
saling susul-menyusul memenuhi udara malam yang dingin
itu. Dan beberapa saat kemudian tempat itu telah menjadi
sebuah medan berdarah, yang sangat mengerikan. Belasan
orang pengeroyokya tampak berkelojotan saling tumpang
tindih tidak keruan. Semuanya mendekap sela-sela pahanya.
Darah muncrat dan memercik membasahi seluruh arena
bersama potongan-potongan daging yang berserakan. Baunya
amis memuakkan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biadab! Sungguh biadab!" Chu Seng Kun bergumam
dengan hati kecut. "Siocia"..! siocia"..!"
Tiba-tiba dari dalam gelap muncul dua orang pelayan yang
pergi mencari air tadi. Dengan cemas mereka berlari
menghampiri nona mereka. Masing-masing membawa kantong
kulit domba yang telah diisi dengan air. Kedua orang pelayan itu tampak sangat cemas sekali, apalagi melihat demikian
banyak orang yang terkapar sambil mengaduh-aduh di sekitar majikannya.
"A-a-apakah siocia terluka?" mereka bertanya khawatir.
Dengan tenang gadis itu menggeleng. Dijulurkannya kedua
lengan yang berlumuran darah itu kepada mereka. Dan tanpa
diperintah kedua orang pelayan itu segera mengurusnya.
Yang seorang cepat membasuh lengan yang terkena darah
itu dengan air dan alat pembersih, sementara yang lain
mengambil kipas baja itu siap membersihkannya pula dengan
sikat. Setelah itu masing-masing mengeluarkan minyak wangi yagn berbau harum untuk dioleskan pada lengan dan kipas
yang baru saja mereka bersihkan tadi. Semuanya itu
dikerjakan oleh kedua orang pelayan tersebut dengan cepat
dan terlatih. "Siocia, seharusnya siocia tidak boleh memegang tubuh orang-orang itu dengan tangan telanjang begini. Mengotori
saja..." pelayan yang berbaju kuning menggerutu. Dari dalam kantungnya ia mengeluarkan sepasang sarung tangan putih
halus dan mengenakannya pada tangan majikannya.
"Kurang ajar! Bocah iblis !" laki-laki pendek kecil yang memimpin rombongan orang-orang Im-yang-kauw itu
meloncat ke depan dengan garang. Senjata tongkatnya yang
besarnya lewat ukuran itu diayun ke depan, ke arah dimana
gadis cantik tersebut berdiri bersama pelayannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hembusan angin dahsyat melanda ketiga orang gadis yang
berdiri berdampingan itu. Agaknya orang pendek kecil itu ingin membalaskan dendam teman-temannya dalam sekali terjang.
Gadis cantik itu menyiapkan kembali kipas bajanya yang
telah dibersihkan oleh pelayannya. Tapi sebelum ia bergerak untuk menyongsong pukulan lawan, kedua orang pelayannya
telah lebih dulu melangkah ke muka sambil mencabut
pedangnya. "A-kin! A-kun! Jangan sembrono!" gadis itu
memperingatkan pelayannya.
"Traaaannngg!!"
Terlambat! Kedua orang pelayan itu terlempar ke belakang
dengan keras. Lalu jatuh terbanting di atas permukaan tanah.
Pingsan! Si gadis memburunya dengan tergesa-gesa. Begitu melihat
kedua orang pelayannya itu terluka dalam dan pingsan, ia
menjadi marah sekali. Dengan mengeretakkan gigi tangan
kirinya mengeluarkan sebuah kipas lagi. Bentuk dan bahannya serupa dengan kipasnya yang pertama, Cuma yang kini
dikeluarkan dua kali lipat besarnya.
"Bangsat cebol! Engkau berani melukai pelayanku"..!
Hmm, akan kukorek keluar seluruh isi perutmu dan akan
kusebar di atas jalan ini!" ancamnya dengan suara tandas.
"Tapi sebelum semua itu terlaksana, katakan dulu siapa
dirimu!" "Hahaha"..bocah! kaukira aku takut dengan selorohmu itu"
Hahaha?"dengarlah, kau memang tidak percuma akan mati
di tanganku! Engkau sekarang sedang berhadapan dengan
salah seorang jago dari Ruang Pengadilan Im-yang-kauw!"
"Berhenti! Aku tidak perduli apakah kau ayam jago atau
ayam betina! Yang kuperlukan adalah namamu, agar aku tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapakah yang telah menjadi korban kipas bajaku ini. Nah,
jangan berbelit-belit! Lekas katakan!"
bukan alang kepalang marahnya orang pendek kecil itu.
Begitu hebat kemarahan yang melibat dirinya sehingga orang itu justru terdiam tak mampu berkata sepatahpun. Matanya
yang sipit kecil itu mendelik, rambutnya seakan tegak berdiri di atas kepalanya.
"Bedebah! Bangsat! Kau sungguh sangat menghina sekali pada Mo-tung Lo Bin (Si Tongkat Setan Lo Bin)!" akhirnya orang itu berteriak dengan suara serak.
Tanpa berkata apa-apa lagi orang Im-yang-kauw yang
bernama Mo tung Lo Bin itu mengayun tongkatnya mendatar
ke arah pinggang lawan. Suaranya menderu, sehingga Yang
Kun dan Seng Kun yang berdiri belasan langkah dan tempat
itupun merasakan hembusan anginnya. Gelar Si Tongkat Setan yang diberikan orang kepadanya itu memang sungguh amat
sesuai baginya. Tapi gadis cantik itu tidak kalah pula sigapnya. Sebelum
tongkat itu dapat menyentuh ujung pakaiannya gadis itu telah meloncat tinggi ke atas sehingga serangan Mo tung Lo Bin
lewat di bawah kakinya. Dan bersamaan dengan terputarnya
tubuh Lo Bin yang terseret oleh ayunan tongkatnya sendiri, gadis itu menyabetkan kipas besarnya ke arah kepala lawan
secara melintang. Yang Kun menghela napas, llmu silat gadis itu benar-benar
keji sekali. Jurus serangan kipasnya selalu berbau
pembunuhan yang sadis. Ilmu dari golongan putih apabila
menyerang dari atas kepala lawan biasanya tentu tertuju ke ubun-ubun, mata atau pelipis. Sehingga biarpun serangan
tersebut adalah serangan yang mematikan pula, tetapi tidak akan merusakkan tubuh lawan. Berbeda dengan serangan
yang kini sedang dilakukan oleh gadis itu. Serangan melintang dengan daun kipas yang terbuka seperti itu sama saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud memotong kepala lawannya bagai membelah
kayu! Ternyata Mo-tung Lo Bin tahu bahaya itu. Dan ia juga tahu
bahwa akan percuma baginya kalau ingin menghindari
serangan tersebut. Dengan kedudukan lawan yang berada
diatas kepalanya, praktis lawan itu sudah menguasai medan
geraknya. Satu-satunya jalan untuk mematahkan kurungan
tersebut hanyalah dengan menangkis dan kemudian
melibatnya dengan serangan beruntun. Dan hal itu memang
benar-benar dilakukan oleh Mo-tung Lo Bin.
Dengan gerakan Liong-bwe-chuo-goat (Ekor Naga
Menangkap Bulan) Lo Bin memapaki kipas lawannya. Ujung
tongkatnya bagian belakang dia sontek keatas melalui bawah ketiaknya. Gerakannya demikian bagus dan manis sambil
membungkuk ke depan. Dan seperti seorang pemain sulap
saja, ujung tongkat yang muncul dari balik ketiaknya itu
meluncur keatas memapaki kipas lawan.
"Traaaang!" Kipas itu terpental ke samping, sementara gadis itu
terpaksa berjumpalitan pula untuk mematahkan kekuatan Lo
Bin yang sangat besar. Dan begitu kakinya menginjak tanah
gadis tersebut bermaksud menyerang lagi dengan kipasnya
yang lain, tapi rangkaian serangan dari lawannya keburu
menerjang lagi dengan hebatnya. Terpaksa gadis itu
menangkis dengan kedua buah kipasnya sambil berloncatan
kekiri dan kekanan. Tak ada kesempatan baginya untuk
membalas serangan si pendek kecil dari Im-yang-kauw itu.
Malahan pada sabetan toya Lo Bin yang terakhir membuat
gadis itu seperti kehilangan keseimbangannya, sehingga
tongkat yang sangat berat itu menyerempet punggungnya.
Kontan gadis itu terjungkal ke atas tanah.
Gadis itu meregang sebentar lalu diam tak bergerak.
Pingsan. Tubuh yang ramping dan molek itu tergolek miring
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diatas tanah yang kotor dan berbatu-batu. Dari mulutnya yang mungil segar itu mengalir darah segar.
Yang Kun dan Seng Kun terkejut sekali.
Begitu juga Mo-tung Lo Bin sendiri! Sejenak tokoh Imyang-kauw tersebut justru seperti orang kehilangan akal
malah. Serangan beruntun yang dilakukan tadi sebenarnya ia maksudkan untuk membebaskan dirinya dari kurungan gadis
itu. Dengan serangannya yang menggebu susul-menyusul itu
ia berharap agar gadis tersebut meloncat mundur dan
memberi kesempatan padanya untuk melepaskan diri. Jadi
tidak terlintas sedikitpun dalam pikirannya bahwa gadis itu akan termakan oleh senjatanya. Gadis muda itu demikian
lihainya, sehingga tak mungkin rasanya kalau ia akan menang dengan begini mudah. Tapi kenyataannya memang demikian.
Gadis itu kini telah menggeletak di depannya.
Terbetik juga suatu perasaan sesal dalam hati Mo-tung Lo
Bin. Bagaimanapun sombongnya gadis itu terhadapnya, tak
seharusnya dia menghajarnya sampai demikian keras. Apalagi sebagai seorang tokoh agama yang setiap harinya selalu
mengumandangkan kebaikan dan kebajikan seperti dirinya itu.
Mo-tung Lo Bin segera mendekat, lalu membungkuk di
hadapan korban tongkatnya itu. Ia ingin memeriksa, apakah
luka yang diderita oleh gadis tersebut kira-kira masih dapat ia obati. Begitu tangannya terjulur ke depan, tiba-tiba?"
"Aaaaarrrggghhhh"..!"
Yang Kun sampai terlonjak saking kagetnya. Tampak
olehnya tubuh kecil dari Mo-tung Lo Bin terlempar tinggi ke udara. Dari mulut orang itu terdengar suara mengorok keras sekali seperti orang disembelih. Bersama dengan tubuhnya
kelihatan pula sebuah benda kecil panjang yang berbelit-belit melayang mengikutinya. Kemudian tubuh itu terhempas
dengan keras di pinggir jalan, sedang benda panjang tadi
telah terburai dan tercecer kemana-mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Mo-tung Lo Bin tampak menggeliat beberapa kali,
lalu mati! Dan seperti perkataan yang pernah diucapkan oleh si gadis, perut tokoh Im-yang-kauw tersebut benar-benar
telah terbuka dan". Ususnya telah terburai keluar memenuhi medan itu.
Ternyata gadis itu tidak terluka sama sekali, apalagi
pingsan. Ternyata semua yang dilakukannya tadi hanyalah
siasat belaka. Siasat yang kotor dan licik! Sehingga tokoh agama yang lihai seperti Mo-tung Lo Bin terperangkap oleh
jebakannya. Begitu jago Im-yang-kauw tadi lengah dan
membungkuk kearahnya, gadis itu secepat kilat menyabetkan
kipas bajanya ke perut lawannya. Usaha Lo Bin untuk
melenting menghindari sudah tidak keburu lagi, perutnya
tersobek lebar oleh kipas lawannya sehingga terbuka
menganga dan seluruh isi perutnya tumpah keluar.
Sekarang gadis itu tegak berdiri dengan tersenyum penuh
kegembiraan. "Anak iblis.." Yang Kun bergumam dengan hati muak dan ngeri.
Tak terasa pemuda itu melangkah maju ke depan. Hatinya
yang terluka melihat kenyataan itu membuat dirinya menyesal bukan main. Coba dia tadi tidak terpengaruh oleh wajah gadis yang cantik, tidak terpengaruh oleh keadaan si gadis yang
dikasihani karena kudanya yang terluka dan tidak terpengaruh oleh sikap si gadis yang seakan-akan seperti orang baik dan tidak mengerti bahaya, tentulah dia dapat segera mengambil keputusan untuk menyelamatkan orang-orang Im-yang kauw
itu. Sekarang semuanya telah terlanjur. Rombongan dari Imyang-kauw itu telah habis dibabat oleh si gadis yang kejam.
Melihat seorang pemuda mendekati dirinya, gadis cantik itu mempersiapkan kipasnya kembali. Bibir yang tadi tersenyum
kembali terkatup rapat. Matanya yang bulat dan bersinar
kejam itu menatap dengan waspada kepada Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berhenti ! Sebutkan dulu namamu sebab engkau juga
mengalami nasib yang sama dengan orang itu !" gadis itu berteriak nyaring.
Yang Kun berhenti melangkah. Hampir saja bentakan itu
menyinggung perasaannya yang sudah terluka. Tapi meskipun
demikian tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya tanpa ia sadari telah tersalur dengan sendirinya ke seluruh urat-urat darahnya.
Dalam keremangan malam sinar matanya tampak mencorong
mengawasi gadis cantik itu.
Tak terasa pula gadis itu melangkah mundur setindak.
"Mengapa diam saja" Hayo, cepat katakan namamu".dan
apa kedudukanmu dalam Im-yang-kauw?" sekali lagi gadis itu membentak, sebab untuk mengusir perasaan ngerinya melihat
pandangan mata Chin Yang Kun yang tajam itu.
Yang Kun mengerutkan dahinya. Ternyata gadis itu
menyangka bahwa dia adalah anggota dari Im-yang-kauw
pula. Oleh karena itu dalam sekejap terlintas pada pikirannya untuk memberi pelajaran kepada gadis itu dengan meminjam
nama Im-yang-kauw pula. Dan juga sekalian untuk memberi
peringatan kepada si gadis agar tidak terlalu kejam dan
memandang rendah agama yang sangat dimuliakan oleh
keluarganya itu. "Nona... ," katanya pelan tapi jelas. "Perbolehkan juga aku mengetahui nama dan asalmu.... sehingga apabila aku nanti
sungguh-sungguh mati di tanganmu, aku si algojo dari Imyang-kauw ini tidak akan merasa penasaran di alam baka,"
sambungnya berbohong. Chin Yang Kun mengambil nama sekenanya karena ia tidak
tahu sama sekali siapa tokoh-tokoh yang sekarang duduk di
dalam kepengurusan Im-yang-kauw. Hanya karena ia
bermaksud untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada
gadis itu maka ia berbohong sebagai algojo dari Im-yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kauw. Ia tidak memikirkan lebih lanjut apakah dalam aliran kepercayaan tersebut ada jabatan algojo atau tidak.
Tapi ucapan pemuda itu ternyata mengagetkan semua
orang ! Chu Seng Kun tertegun di tempatnya. Begitu pula gadis itu.
Mereka terbelalak matanya tidak percaya. Masih terngiang di dalam telinga mereka tentang ceritera burung yang selalu
menjadi bahan pembicaraan umum di kalangan persilatan.
Setiap orang tentu telah mendengar bahwa di dalam aliran
Im-yang-kauw berkumpul jago-jago silat yang mempunyai
kepandaian tidak lumrah manusia. Selain sakti beberapa orang diantaranya juga merupakan ahli nujum atau peramal yang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat terkenal di dunia kang-ouw. Dan diantara sekian
banyak tokoh sakti itu ada dua orang yang mempunyai
kehebatan melebihi yang lain, sehingga namanya sangat
terkenal dan ditakuti orang. Kedua orang tokoh Im-yang-kauw itu adalah ketua dan?"algojonya!
Oleh karena itu tidak heran kalau pernyataan Chin Yang
Kun yang mengaku sebagai algojo dari Im-yang-kauw tadi
mengagetkan pendengarnya, termasuk Chu Seng Kun !
Pemuda ahli pengobatan ini sudah sering mendengar
dongeng-dongeng tentang kehebatan kedua orang tokoh
puncak Im-yang-kauw itu biarpun dia belum pernah melihat
ataupun mengenalnya. Tapi menurut cerita orang kedua orang tokoh tersebut usianya sudah tidak muda lagi. Apalagi baru belasan tahun seperti pemuda yang kini berdiri di hadapan
mereka itu. Meskipun begitu Chu Seng Kun juga tidak berani gegabah untuk tidak mempercayainya. Sebagai seorang ahli
pengobatan dia tahu bahwa banyak orang-orang sakti di dunia ini yang mempelajari ilmu awet muda atau ilmu yang sejenis dengan itu. Apalagi dia memang belum mengenal asal-usul
dari pemuda yang pernah ia selamatkan nyawanya itu dengan
baik. Siapa tahu pemuda itu memang sungguh-sungguh si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
algojo dari Im-yang-kauw yang bergelar Toat-beng-jin
(Manusia Pencabut Nyawa) itu"
?".Toat-beng-jin,. Benarkah engkau Toat beng-jin dari ImYang kauw ?" gadis cantik itu menegaskan. Suaranya sedikit gemetar. Tak terasa kakinya juga melangkah mundur setindak lagi.
Seperti juga yang lain, gadis itu belum pernah bertemu
dengan si algojo dari aliran Im-yang-kauw pula. Diapun hanya mendengar tentang kehebatan orang itu dari cerita-cerita
yang tersebar di dunia kang-ouw, sehingga ucapan Yang Kun
yang mengaku sebagai Toat-beng jin tersebut benar-benar
mengagetkan dirinya. Ketika dirinya memasuki gedung pusat Im-yang-kauw
tempo hari tak seorangpun tokoh-tokoh sakti yang
dijumpainya. Juga tidak seorang penjagapun yang
memperhatikan kedatangannya, sehingga dengan mudah ia
memasuki gedung yang amat besar itu dan mengambil sebutir
mutiara ya-beng-cu (mutiara yang dapat bersinar di dalam
gelap) di sanggar pemujaan. Seluruh penghuni gedung
tersebut sedang dalam keadaan panik berlarian kesana kemari akibat gempa yang sedang melanda seluruh daerah itu.
Ternyata Yang Kun sendiri menjadi tersentak juga hatinya
melihat sikap si gadis yang kaget dan agak takut-takut itu.
Toat-beng-jin " Siapakah dia " Mengerikan benar julukannya !
Kenapa gadis yang lihai dan sangat ganas itu kelihatan
gemetar ketika mengucapkan nama tersebut " Benarkah di
dalam lm-yang-kauw terdapat seorang algojo yang bernama
Toat-beng-jin " Tetapi karena sudah terlanjur berbohong dan kepalang
untuk mundur lagi, maka terpaksa Yang Kun mengangguk
mengiyakannya. Biarpun di dalam hati dia merasa bergetar
juga. Tidak biasanya ia berbohong, apalagi sampai memalsu
nama orang. Bukannya dia merasa takut, tapi ia sungguh tidak merasa enak di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar..!" jawab pemuda itu sendat, "Menyerahlah kau untuk kuikat lenganmu !"
Ternyata jawaban gadis cantik itu benar-benar di luar
dugaan ! Perasaan kaget dan sedikit takut yang tadi terpancar pada sinar matanya kini ternyata sudah hilang. Sekarang
tampak wajah gadis itu kembali ganas seperti semula.
"Menyerah....." Huh ! Menyerah.....untuk akhirnya akan kauperkosa" Jangan harap ! Kau majulah, aku tidak takut
pada nama besarmu !" gadis itu berteriak keras sekali.
Yang Kun terperangah ! Merah benar mukanya! Gila,
omong apa pula gadis ini..." Kotor benar pikirannya !
"A-apa... apa katamu" Si-siapa akan memperkosamu"
Kau" kau sungguh rusak jiwamu.. !" sukar sekali rasanya pemuda itu mengeluarkan perkataannya.
Gadis itu semakin marah. Dengan berteriak nyaring ia
menyerang Yang Kun. Kipas bajanya ia kebutkan ke arah
muka Yang Kun dengan pengerahan tenaga sepenuhnya.
Tampak serangan angin yang sangat dahsyat menghembus
menerpa tubuh pemuda itu, sehingga rambut dan pakaian
yang dikenakannya berkibaran seperti dihembus oleh angin
kencang. Tapi Chin Yang Kun sekarang bukan lagi Chin Yang Kun
yang lemah dan mudah dilukai seperti dahulu. Chin Yang Kun sekarang adalah seorang pemuda yang kepandaiannya tentu
telah melampaui kepandaian paman bungsunya, andaikata
gurunya itu masih hidup. Dan tenaga sakti Liong-cu-i-kang
yang kini mengeram di dalam tubuhnya adalah tenaga sakti
yang dihimpun oleh seorang maha sakti selama seratus tahun lebih. Maka dapat dibayangkan betapa hebat kekuatan
pemuda itu sekarang. Mungkin tokoh tokoh persilatan yang
kini dapat disejajarkan dengan dirinya cuma beberapa orang saja jumlahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu biarlah di mata orang lain serangan
tersebut tampak sangat hebat dan dahsyat, tetapi bagi Chin Yang Kun serangan gadis itu tidak lebih dari pada hembusan angin lalu saja.
Pemuda itu tetap berdiri tegak di tempatnya, sehingga Chu
Seng Kun yang menonton di pinggir justru yang menjadi
khawatir malah. Apalagi ketika gadis cantik itu menyusuli
serangannya dengan kipasnya yang lain.
Yang Kun mengerahkan separuh dari tenaga sakti Liong-cui-kang untuk melindungi tubuhnya. Kini dia telah yakin dan mantap dengan kekuatan yang dipunyainya, oleh karena itu
sekarang dia mulai berhati-hati dalam melontarkan
kemampuannya tersebut. Dia tidak ingin setiap kali harus
melihat korban yang berjatuhan akibat pukulannya. Hanya
dalam tempo satu hari dia telah melihat kenyataan bahwa tak seorang jago silatpun yang mampu menahan Liong-cu-I-kangnya, betapapun lihainya orang itu.
Dengan jurus Chan-san-li-chio-tiap (Puteri Pagi Menangkap
Kupu), yaitu jurus keduapuluh satu dari Hok-te-ciang-hoat, pemuda itu memapaki kedua buah kipas lawan yang melayang
ke arah dirinya. Seperti layaknya seorang penangkap kupu,
sepuluh jari tangannya terulur ke depan membentuk sepasang jepitan yang sangat kuat. Dan sepasang jepitan itu berusaha untuk menangkap kedua buah kipas yang terbang mengurung
dirinya itu. Bibir yang tipis itu merekah dengan manjanya seakan mau
mengejek tingkah Yang Kun yang sembrono, mau menangkap
kipas bajanya yang tajam bagai mata pedang itu.
"Traaaang!" terdengar suara nyaring seperti suara logam beradu yang
sangat keras ketika kipas baja itu bertemu dengan jari-jari Yang Kun yang mengandung Liong-cu-I-kang! Dan sebuah
pemandangan yang menarik hati kembali terpampang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan mata Chu Seng Kun. Lagi-lagi pemuda ahli pengobatan
ini dikejutkan oleh kehebatan pemuda yang dulu hampir mati terkena racun yang ganas itu.
Tubuh cantik molek dari gadis itu terdorong mundur bagai
didesak oleh sebuah tenaga raksasa, sehingga hampir saja
terhempas ke dalam parit di pinggir jalan. Tanpa mengerti
sebab-musababnya gadis itu merasa kedua buah tangannya
menjadi kesemutan dan kedua buah kipas bajanya".terlempar
ke atas tanah. Dengan muka pucat gadis itu mengawasi Chin
Yang Kun yang sedang berdiri mengamat-amati telapak
tangannya. Ternyata kali ini Yang Kun juga telah salah sangka dalam
menilai kepandaian lawannya. Meskipun gadis itu dapat ia
rampas senjatanya serta dapat ia hempaskan ke belakang,
tetapi ujung kipas yang dipegangnya ternyata masih sempat
menggores dan melukai telapak tangannya. Sehingga
sepasang kipas lawan yang telah berhasil ia rebut terpaksa dilepaskannya kembali dan jatuh ke atas tanah.
Melihat Yang Kun terluka, Chu Seng Kun segera berlari
mendatangi. Pemuda itu tidak mempedulikan lagi apakah
kawannya itu benar-benar Toat-beng-jin atau bukan. Melihat telapak tangan itu mengalirkan darah otomatis jiwa tabibnya tergugah.
"Yang-hiante"..apakah lukamu parah" Marilah ku"."
Chu Seng Kun tidak meneruskan kata-katanya. Matanya
yang awas itu melihat sesuatu yang aneh pada darah yang
menetes dari telapak tangan Yang Kun.
"Darahmu.... eh, Yang-hiante ... kau terkena racun!"
Terdengar suara tertawa puas dari gadis cantik itu.
"Pemuda itu memang sangat bodoh, hihihi". Biarpun
kepandaiannya setinggi langit tetapi otaknya tolol dan
pengalamannya nol.....! Mana dapat dia menang dengan aku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangannya telah kemasukan racun getah Jamur Batu Karang
yang kuoleskan pada kipas bajaku. Sebentar lagi tulangtulangnya akan retak, sehingga setiap gerakan yang
bagaimana lemahpun akan membuat tulang-tulang dalam
tubuhnya remuk dan berpatahan di dalam dagingnya. Nah....
bukankah tidak lama lagi tubuhnya hanya merupakan
onggokan daging yang tidak bertulang" Mengerikan sekali,
bukan " Coba kalian lihat mayat-mayat itu!"
Gadis itu menunjuk ke arag mayat Mo-tung Lo Bin dan
kawan kawannya. Chu Seng Kun mencengkeram buntalannya erat-erat. Tak
terasa kakinya melangkah mundur dua tindak ke belakang.
Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan telah terjadi di depan matanya. Mayat-mayat itu masih tetap utuh seperti
semula. Hanya bentuknya yang sekarang berubah menjadi
sangat menakutkan. Bagaikan boneka-boneka karet yang
kempes tanpa udara, mayat-mayat itu peot-peot tidak karuan bentuknya. Semuanya tidak dapat dikenal lagi wajahnya.
Kepala-kepala itu tidak bulat lagi bentuknya tapi seperti ban karet yang belum diisi dengan udara.
Bukan alang kepalang marahnya Chin Yang Kun. Gadis
cantik itu benar-benar luar biasa kejamnya.
"Perempuan keji! Engkau jangan keburu merasa puas dulu
di dalam hati.....! Awaslah! Sebelum aku akan mati, lebih
dahulu aku akan mematahkan dulu kaki dan tanganmu,
setelah itu aku akan membeset kulitmu sehingga terkelupas
semuanya. Baru kemudian aku akan mencekik lehermu sampai
akupun akan mati bersama-sama denganmu !"
"Yang-hiante... tenanglah! Kau bersabarlah ! Biarlah aku memeriksa tanganmu dahulu....." Chu Seng Kun berusaha untuk mencegah kemarahan kawannya. Rasa-rasanya berdiri
semua bulu romanya mendengar ancaman itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kemarahan Chin Yang Kun sudah tidak bisa dibendung
lagi. Seluruh urat-uratnya tampak menegang, pertanda tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya telah siap-siaga penuh dalam
tubuhnya. Dan beberapa saat kemudian kepalan tangan
kanannya telah meluncur ke depan dengan disertai suara yang sangat mengerikan dari sela-sela bibirnya. Suara desis ular kobra kalau sedang marah! Terpaksa Chu Seng Kun
melangkah mundur kembali.
Gadis itu meloncat ke belakang. Tapi betapa terkejutnya
ketika kepalan tersebut masih saja mengejar tubuhnya.
Terpaksa ia membanting badannya ke samping! Brukk! Lalu
melejit pula sekali lagi ke belakang dan".. tangan itu tetap berada di depan hidungnya!
Gadis itu mulai panik. Bagaikan sebuah bayangan, kepalan
tersebut selalu mengikuti dirinya. Akhirnya gadis itu
memberanikan diri untuk menangkisnya. Tapi seperti kepala
seekor ular berbisa, kepalan itu melingkar ke bawah
menghantam dadanya. "Buukk...!" Seperti dihempas oleh gelombang pasang tubuh gadis itu
terlempar tinggi ke udara, kemudian terbanting ke bawah ke arah batu-batu tajam yang berserakan di tepi jalan besar itu.
Ternyata tenaga dalamnya yang tampak hebat ketika melawan
orang-orang Im-yang-kauw tadi benar-benar tidak ada artinya sama sekali begitu berhadapan dengan Liong-cu-i kang si
remaja. Untunglah ginkangnya cukup lumayan sehingga tubuh
yang terbanting ke bawah itu tidak sampai menghantam batu
! Dengan bersalto beberapa kali tubuhnya bisa mendarat di
atas kedua kakinya dengan ringan dan manis.
Gadis itu tampak pucat pasi wajahnya. Bibirnya yang
mungil dan berwarna merah itu juga tampak bergetar. Baju
pada bagian dadanya telah hancur, sehingga tampak lapisan
Kim-pouw-san (Baju Mustika Emas) yang berwarna kuning
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
emas di sana. Sebuah baju pusaka yang tidak mempan segala
macam senjata ! Pada mulanya Yang Kun sangat terkejut sekali menyaksikan
gadis itu hanya terpental saja dan seperti tidak terpengaruh oleh daya keampuhan pukulannya. Tapi serentak terlihat
olehnya lapisan kuning yang melindungi dada gadis itu ia
menjadi maklum. "Perempuan ganas, ternyata engkau mengenakan sebuah
baju mustika yang tidak tembus senjata, sehingga dapat
terhindar dari kematian"! Tapi baju itu tentu tidak menutupi kaki dan tanganmu! Apalagi lehermu yang akan kucekik itu!
Maka hati-hatilah...,, aku akan tetap melaksanakan
ancamanku tadi!" ancam pemuda itu sambil meremas-remas jari tangannya.
Gadis itu tampak semakin pucat dan gemetar. Semua
kesombongan dan keganasan yang diperlihatkan tadi seperti
hilang musnah dan tubuhnya. Ilmu yang diperlihatkan oleh
Chin Yang Kun tadi benar-benar sangat mencekam hatinya
dan merontokkan seluruh keberaniannya. Sungguh tak pernah
terbayangkan sebelumnya bahwa lengan manusia bisa
bergerak seperti ular, panjang pendek dan dapat ditekuk ke segala arah !
"Toat.... beng-jin! Ilmu". a-apakah yang kau pergunakan
tadi ?" Chin Yang Kun tertawa panjang sehingga wajahnya yang
tampan itu semakin kelihatan ganteng dan menarik. Dia
memang jarang-jarang tersenyum, apalagi tertawa.
"Nah, ternyata engkaupun punya perasaan takut juga.
Kukira hatimu yang keras, kasar dan kejam itu sudah tidak
mengenal takut lagi ! Kukira perasaanmu telah mati"..
hemm". . ternyata tidak! Nah, ketahuilah...... ilmu yang baru saja kaulihat tadi adalah Kim coa-i hoat, ilmu andalan dari Toat beng jin yang terkenal!" Yang Kun berbohong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim-coa-i-hoat.....! Kim-coa-i-hoat"..!" gadis itu
bergumam sambil berpikir.
"Siocia".! Siocia"..! Apakah yang telah terjadi?" tiba-tiba kedua orang pelayannya yang pingsan tadi telah bangkit dan berlari menghampiri. Dan begitu mengetahui nonanya hampir
saja mati dipukul Yang Kun, kedua pelayan itu segera
mengambil senjata masing-masing dan berdiri menghadang di
depan majikannya. "Berani benar engkau menyakiti nona majikanku" Siapakah kau" Apakah kau belum tahu siapakah sebenarnya nonaku itu
" Kau"." "A-Kin?" A-Kun... !" gadis itu mencegah pelayannya untuk berbicara lebih jauh.
Yang Kun memandang kedua orang pelayan tersebut
dengan tenang. "Mmm..... mengapa aku mesti takut kepada nonamu itu"
Aku justru akan menghukum majikanmu itu karena dia telah
berani membunuh orang-orang lm-yang-kauw serta berani
mencuri benda pusaka kami. Aku tidak peduli siapa pun
dia...Nah".. kalian minggirlah!"
"Tahaan... !" "Apalagi"." Apakah kalian ingin kubunuh terlebih dahulu ?"
Sementara itu si gadis cantik yang berdiri di belakang
kedua orang pelayannya tampak semakin resah hatinya,
lawannya tampaknya belum terpengaruh oleh racun getah
Jamur Batu Karang yang ia oleskan pada kipas bajanya.
Hatinya mulai bertanya-tanya, adakah orang yang mengaku
Toat-beng jin ini telah kebal terhadap racunnya yang ganas itu
" Oleh karena itu ketika lawannya hendak mulai bergerak
untuk membunuh pelayannya, ia segera merogoh kantong di
balik bajunya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toat-beng-jin ! Inilah barang itu kukembalikan
kepadamu" ! Aku mengalah malam ini. Tapi lain waktu aku
akan datang mencarimu kembali untuk membalas
kekalahanku"." gadis itu melemparkan mutiara yang dulu dicurinya kepada Chin Yang Kun, kemudian mengajak kedua
orang pelayannya, untuk pergi dari tempat itu bersama kuda kuda mereka.
Yang Kun menjadi gelagapan. Tangannya otomatis
menerima mutiara pusaka sebesar kelereng itu. Tapi hatinya menjadi bingung dan serba salah, tak tahu apa yang harus
dikerjakan dengan benda pusaka yang bersinar biru cemerlang itu. Ia hanya mengawasi saja dengan bengong kepergian
lawannya. "Yang-hiante coba kulihat lukamu itu...." tiba tiba suara Chu Seng Kun menyadarkan Yang Kun.
"Oohh... terima kasih, Chu-twako. Kukira.. kukira aku tidak apa-apa dengan lukaku ini...."
"Memang .... tapi siapa tahu ada sesuatu yang lain "


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sudahlah, biarkanlah aku memeriksanya."
Yang Kun terpaksa menurut. Tidak enak hatinya harus
menolak kebaikan itu terus-menerus.
Chu Seng Kun memegang nadi Yang Kun, lalu memeriksa
dan mengamat-amati luka pada telapak tangan itu. la
mendekatkan hidungnya dan berusaha mencium bau yang
keluar dari luka tersebut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah botol yang berisi cairan putih dan meneteskan pada luka itu.
"Yang-hiante, engkau tadi mengatakan bahwa dirimu
adalah Toat-beng-jin dari aliran Im-yang-kauw. Benarkah itu?"
Yang Kun hanya tersenyum.
"Chu-twako, bagaimana menurut pengamatanmu " Adakah
diriku ini cocok berperan sebagai Toat-beng-jin ?" pemuda itu balik bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda yang ahli dalam pengobatan itu menggelenggelengkan kepalanya lalu melepaskan tangan Yang Kun yang
telah selesai ia periksa.
"Entahlah, Yang-hiante". Aku juga bingung. Aku seperti
ingin mempercayainya tapi juga seperti tidak,.....
Kepandaianmu yang sangat aneh dan hebat itu seakan akan
memang seperti kepandaian Toat-beng jin yang pernah
kudengar. Tapi kalau melihat umurmu yang masih muda ini
aku rasa sangat bertentangan dengan berita yang tersebar di dunia kang-ouw tentang tokoh Toat-beng-jin itu."
"Lalu., .?" "Yang-hiante, racun ganas yang memasuki tubuhmu itu
sebenarnya sangat keji sekali. Tak seorangpun di dunia ini yang mampu bertahan terhadap keganasannya," kata pemuda ahli pengobatan itu sambil menghela napas panjang. Lalu
dengan wajah heran seakan tidak percaya pada apa yang
telah dilihatnya pemuda itu meneruskan kata-katanya. "Tapi anggapan itu ternyata salah.....Ternyata racun yang keji itu tidak bisa mencelakai tubuhmu. Setelah kuperiksa darahmu
tadi, racun itu justru telah melebur menjadi satu dengan racun yang selama ini berada di dalam cairan darahmu. Sehingga
racun yang terkandung di dalam darahmu sekarang menjadi
bertambah hebat kekuatannya!"
Hening sejenak Chu Seng Kun menghentikan kata katanya,
seolah ingin mencari kesan dari wajah Chin Yang Kun.
"Yang hiante, oleh karena itu aku mempunyai dugaan
bahwa pengakuanmu tentang diri Toat-beng-jin itu mungkin
benar juga. Setidak-tidaknya engkau tentu mempunyai
hubungan erat dengan nama itu. Entah muridnya, entah
keluarganya! Dan pengakuanmu sebagai seorang putera
kepala desa yang baru tamat belajar silat itu hanya untuk
menutupi rahasiamu saja. Yang-hiante benarkah tebakanku
ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mendengarkan semua perkataan temannya
itu dengan perasaan geli sehingga wajahnya yang biasanya
selalu gelap itu kini ramai dengan senyuman.
"Chu twako! Sambil omong-omong marilah kita kubur
mayat mayat yang berserakan ini. Nanti akan kujawab semua
pertanyaan Chu twako itu." pemuda itu berkata sambil
memungut sebuah tombak yang terletak di dekatnya. Lalu
dengan senjata tersebut ia menggali sebuah lobang di pinggir jalan.
''Oh..... benar! Marilah ! Biarlah aku yang mengumpulkan
mayat-mayat ini !" Chu Seng Kun mengiyakan. Disambarnya
tongkat besar kepunyaan Mo-tung Lo Bin yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dengan tongkat
tersebut ia mengumpulkan mayat itu ke pinggir jalan.
"Uh! Ah ! Uh !"
Tiba-tiba semak lebat yang berada di dekat lobang galian
Yang Kun tampak bergoyang goyang. Chu Seng Kun dan Chin
Yang Kun saling pandang. Keduanya menghentikan
pekerjaannya lalu bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan. "Siapa" Silahkan keluar.....!" hampir berbareng mereka menyapa.
"Ah! Uh! Ahh ".!"
Semak itu bergoyang semakin keras, tetapi tak seorangpun
yang keluar. Yang Kun sekali lagi menatap ke arah kawannya, minta pertimbangan.
Chu Seng Kun mengangguk, kemudian melangkah
mendekati tempat itu. "Agaknya ada seorang anak buah Im-yang kauw yang
terlolos dari keganasan kipas baja gadis cantik itu, biarpun juga mengalami luka parah......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu berdesah perlahan. Lalu disibakkannya rantingranting semak tersebut dengan tongkat Mo-tung Lo Bin yang
besar dan panjang. Seorang laki-laki tua dengan rambut yang memutih tampak
terbaring di sana. Kaki tangannya terikat erat dengan tali.
Mulutnya juga tersumbat dengan kain.
"Hei?" 'Uh". Uh....." Chu Seng Kun bergegas menolong orang itu. Tali
pengikatnya dia potong dan kain yang dipakai untuk
menyumbat ia lepaskan. "Uh..... uh...terima kasih?".terima kasih!" orang tua itu menjura berulang ulang, sehingga jenggotnya yang putih
panjang tampak melambai ke kiri dan ke kanan. Lalu dengan
muka ketakutan ia melihat tumpukan mayat yang telah
dikumpulkan oleh Chu Seng Kun tadi.
"Mereka... mereka......?" bibirnya gemetar.
"Mereka sudab mati semua, kek. Apakah mereka itu teman kakek?" Chu Seng Kun bertanya.
Orang tua itu menggeleng kuat-kuat.
"B-bukan! bukan! Oh, iya". iya!" jawabnya gugup.
Chu Seng Kun duduk di dekat orang tua itu. Dengan sabar
ia tersenyum sambil berusaha untuk menenangkan hati orang
tua tersebut. "Tenanglah, kek. Jangan gugup! Jawablah perlahan
lahan".!" Kakek itu menghela napas berulang-ulang. Akhirnya dapat
juga dia menenteramkan hatinya sendiri. Lalu dengan
memandang kepada pemuda yang menolongnya dia mulai
bercerita. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan, saya" saya adalah seorang pengurus Im-yang-si
(Kuil Im-yang) yang terletak di belakang bukit itu!" katanya sambil menunjuk ke arah bukit di sebelah kiri mereka. "Dan mereka semua itu adalah para anggota perkumpulan kami
yang baru saja datang dari Gedung Pusat. Mereka
mengatakan bahwa mereka sedang mengejar seorang pencuri
yang berani mengambil benda pusaka kami. Sebagai seorang
anggota Im yang-kauw tentu saja saya ikut membantunya.
Tapi ketika kuketahui pencurinya seorang gadis kecil, aku
menjadi sangat kasihan. Kuusulkan kepada mereka agar
bocah itu tidak usah dihukum. Tapi mereka tidak setuju
sehingga akhirnya terjadi perselisihan. Aku diikat dan ditaruh di sini agar supaya tidak mengganggu rencana mereka."
Chu Seng Kun mendengarkan ceritera itu dengan sungguh
sungguh. Begitu penuturan itu selesai ia segera menoleh ke arah Chin Yang Kun lalu kembali mengawasi kakek tersebut.
"Kek, kalau begitu engkau tentu mengenal kawanku ini ".."
katanya menunjuk Chin Yang Kun.
Orang tua itu menatap Yang Kun dengan kening berkerut,
lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siapakah dia, tuan"
A-aku belum pernah melihat".."
"Benarkah" Dia termasuk orang terpenting di dalam
perkumpulan kalian. Dia adalah algojo dari Im-yang-kauw".!"
"Toat".Toat beng-jin... ?"
"Nah"..kau masih ingat?"
Tak terduga orang tua itu menjadi sangat ketakutan.
Bergegas dia merangkak ke hadapan Chin Yang Kun dan
membentur-benturkan jidatnya di atas tanah.
"Oh, Lo-jin-ong...... maafkan aku! Ampunkanlah diriku !
Karena belum pernah ke Gedung Pusat maka aku orang tua ini tidak segera mengenal pada Lo-jin-ong......" ratapnya berkali-kali, membuat Yang Kun menjadi gelagapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek... kakek! Kau... kau bangkitlah! A-aku.....aku....."
"Jangan! Oh.......jangan bunuh aku! Lo-jin-ong..... maafkan aku! Ampunkanlah diriku......!" kakek itu menangis sambil membenturkan jidatnya semakin keras.
Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun menjadi bingung. Mereka
sungguh tidak mengerti. Semakin halus Yang Kun menyapa,
orang tua itu semakin ketakutan. Ternyata mereka berdua
tidak mengetahui akan kebiasaan dari tokoh Toat beng jin. Di kalangan orang Im-yang-kauw, Toat-beng jin dikenal sebagai tokoh yang mempunyai sifat aneh. Semakin tidak senang ia
terhadap seseorang, justru semakin ramah pula sikap yang ia tunjukkan!
Oleh karena itu semakin halus Chin Yang Kun membujuk
semakin keras pula tangis orang tua tersebut. Sehingga
akhirnya Chin Yang Kun menjadi jengkel juga dibuatnya.
"Diam! Siapa bilang aku Toat-beng-jin. Sungguh
menyebalkan sekali! Ayoh". berdiri !" bentaknya.
Heran! Begitu mendengar bentakan Yang Kun orang tua itu
langsung bangun ! Hup! Wajahnya yang kotor dan penuh air
mata itu kelihatan berseri-seri. Bibirnya yang keriput dan tertutup oleh jenggot dan kumis lebat itu tampak tersenyum lega.
"Terima kasih, Lo-jin-ong" oh, terima kasih, Lo-jin ong! Lojin-ong sungguh sangat bijaksana! Ohh... Thian Yang Maha
Agung......!" teriaknya penuh kegembiraan seperti anak kecil yang memperoleh kembali mainannya. Lalu tanpa diperintah
orang itu mengambil tongkat yang dibawa oleh Chu Seng Kun
dan ikut sibuk membantu mengumpulkan mayat-mayat
kawannya. Yang Kun dan Seng Kun mengangkat pundak masingmasing, lalu saling pandang dengan mulut meringis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang-hiante..... jadi kau ini bukan Toat-beng-Jin?" Chu
Seng Kun berbisik dan mendekati kawannya. Keduanya lalu
duduk bersama di atas batu sambil menonton orang tua itu
memasukkan mayat-mayat kawannya ke dalam lobang yang
dibuat oleh Yang Kun. "Saya memang hanya berbohong ketika berhadapan
dengan gadis itu. Semula saya hanya ingin memberi pelajaran kepadanya. Dan saya mengarang sebuah nama sekenanya"
eh, tak tahunya betul-betul ada!" Yang Kun menjawab dengan perlahan pula, takut terdengar oleh orang tua yang sinting itu.
"Ternyata tebakanku salah..... Yang hiante tidak ada
hubungan sama sekali dengan tokoh yang ternama itu. Eh,
kalau begitu apa... . apakah Yang-hiante ini sungguh-sungguh putera seorang kepala desa yang baru tamat belajar silat?"
"Bukan juga" " Chin Yang Kun menggelengkan kepalanya.
"Ohh.. lalu ?" Yang Kun menghela napas panjang, lalu mengalihkan
pandang matanya ke arah puncak bukit yang terlihat remangremang di kegelapan malam. Pikirannya melayang tinggi di
udara mengingat semua peristiwa yang menimpa diri dan
keluarganya. Hingga beberapa saat lamanya ia berdiam diri
tak menjawab pertanyaan itu.
"Yang-hiante, maafkan aku. Tak seharusnya aku terlalu mendesakmu. Setiap orang memang mempunyai urusan
pribadi masing-masing"."
Chu Seng Kun segera menarik kata-katanya begitu melihat
temannya tampak sedikit sukar mengeluarkan isi hatinya.
Chin Yang Kun menolak dengan cepat. "Ah ... tidak apa
apa, Chu-twako. Tidak apa-apa.... Engkau tidak bersalah sama sekali. Pertanyaan Chu-twako itu memang wajar sekali. Hanya aku sedang berpikir, mana yang perlu aku ceriterakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadamu, karena memang ada sebagian yang sampai
sekarang harus aku rahasiakan... ..."
"Ah..... sudahlah, Yang-hiante. Aku juga hanya bertanya sambil lalu saja. Lupakanlah.........!"
"Tidak, Chu-twako, mana berani aku bersikap begitu
kepadamu. Chu-twako mempunyai arti tersendiri bagiku.
Tanpa adanya Chu-twako aku sudah tidak mungkin hidup lagi
di dunia. Aku tentu sudah mati termakan racun ubur ubur dan tikus laut." Yang Kun cepat memotong perkataan Chu Seng Kun. Lalu dengan nada rendah pemuda itu mengatakan siapa
dirinya. Biarpun di dalam pengakuannya kali ini ia masih tetap menyembunyikan nama keluarganya. Ia masih tetap memakai
she Yang seperti pengakuannya di depan Liu-twakonya
dahulu. Jilid 9 "CHU TWAKO, namaku yang sebenarnya memang Yang
Kun....... Dan sebelum berkelana di dunia kang-ouw aku
tinggal bersama orang tuaku di suatu lembah yang terpencil di daerah Ho-pak. Aku belajar silat dari ayah dan paman-pamanku. Kami hidup bersama dengan aman dan damai.
Bercocok tanam dan menanam gandum sendiri, mendirikan
rumah sendiri. Hanya kadang-kadang saja sekali waktu ayah
atau pamanku pergi ke kota untuk berbelanja kebutuhan kami yang tidak dapat kami hasilkan sendiri." Yang Kun
menghentikan ceriteranya sebentar untuk mengambil napas.
Lalu, "Chu-twako". ternyata kebahagiaan kami itu tidak berlangsungl. Pada suatu hari paman bungsuku kami dapatkan mati dibunuh orang. Aku tidak tahu siapa pembunuhnya. Kata ayah, musuh keluarga kami telah datang menemukan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persembunyian kami itu dan kini telah mulai dengan
gerakannya untuk menumpas kami semua. Oleh karena itu
ayah membawa kami semua meninggalkan lembah tersebut,
pergi menghindar dari kejaran mereka.."
"Ah".masa ! Mengapa tidak dilawan saja mereka " Kau
saja demikian lihainya, apalagi ayah dan pamanmu. Kukira
tidak ada lagi yang mampu melawan keluargamu... !" Chu Seng Kun memotong dengan nada tak percaya.
"Itulah". Chu-twako! Akupun dulu berpendapat demikian.
Tapi kata ayah lawan kami itu tidak hanya satu dua orang,
mereka merupakan sebuah kekuatan besar yang mungkin
terdiri dari ribuan orang."
"Hah" Ribuan orang?" Chu Seng Kun tersentak kaget.
Yang Kun mengangguk. Terbayang kembali peristiwa hebat
yang sangat melukai hatinya itu. Wajah ibunya yang selalu
ketakutan di dalam perjalanan, wajah ayah dan pamannya
yang tak pernah tidur dan beristirahat, serta wajah-wajah
adiknya yang pucat pias menahan tangis dan lapar ! Dan
wajah-wajah yang sangat dicintainya itu kini telah tiada.
Tak terasa air mata pemuda itu mengalir membasahi
pipinya. Tapi dengan cepat disekanya dengan lengan bajunya, sambil meminta maaf kepada Chu Seng Kun atas
kelemahannya tersebut. "Aku memahami kesedihanmu itu, Yang-hiante ... Lalu di manakah keluargamu itu sekarang ?"
Wajah Chin Yang Kun tertunduk semakin dalam. Suaranya
hampir tidak terdengar ketika menjawab.
"Mereka semua telah pergi".."
"Pergi" Pergi ke".. oh, Yang-hiante maksudmu....
maksudmu... ?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Yang Kun mengangguk. Matanya kembali
berkaca-kaca. "Satu persatu keluargaku dibantai secara menggelap oleh mereka".."
"Bangsat keji!" Chu Seng Kun terlonjak dari tempat duduknya, sehingga kakek tua yang sedang sibuk menimbun
lobang itu tersentak ketakutan.
"Ssssaya .. s-saya.."!" kakek tersebut tergagap dengan tubuh gemetar.
Chu Seng Kun menjadi tersipu-sipu. "Oh, tidak apa-apa.
Kau teruskan pekerjaanmu.....!" katanya sambil duduk kembali di samping Yang Kun.
Untuk beberapa saat orang tua itu masih tetap berdiri
bengong, tapi begitu terlihat kedua orang pemuda itu kembali asyik berbicara satu sama lain, ia menjadi lega. Perlahan-lahan ia mengambil alatnya kembali dan meneruskan pekerjaannya.
"Jadi ... kau sekarang tinggal sebatangkara saja di dunia ini" Tapi kata Hong.... eh, anu... kata orang kau bersama-sama dengan seseorang ketika ditolong dari penjara bawah
tanah itu" Siapa dia" Orang tersebut mengaku sebagal
gurumu pada saat itu."
Hampir saja Chu Seng Kun keseleo lidahnya menyebut
Hong-siang (Kaisar Han). Untunglah ia segera teringat pesan baginda bahwa dia harus turut menutupi rahasia penyamaran
baginda. Dan untuk beberapa saat lamanya pemuda itu
menatap wajah Yang Kun. kalau-kalau kata katanya tadi
menimbulkan kecurigaan kawannya. Tapi dilihatnya Yang Kun
tidak bereaksi apa apa. Pemuda itu kelihatannya masih terlibat dengan kesedihannya.
Chu Seng Kun menjadi lega hatinya. Dengan sabar ia
berdiam diri menanti jawaban Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia adalah pembantu ayahku yang paling terpercaya.
Dialah satu-satunya orang kami yang sekarang masih tinggal hidup. Besar sekali pengorbanannya terhadap keluargaku.
Entah sekarang ada di mana dia....." akhirnya Yang Kun memberikan keterangannya.
"Yang hiante, engkau tidak usah bersedih. Pada suatu saat nanti engkau tentu akan berjumpa pula dengannya.
Bagaimanapun juga dia tentu akan mencari engkau pula...."
"Orang itu tidak mungkin mencari aku!" Yang Kun
memotong dengan cepat. "Dia telah menganggap aku sudah


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mati. Bukankah aku diselamatkan oleh Liu-twako dalam
keadaan tak bernyawa?"
"Hmm ". kalau begitu kitalah yang akan mencari dia !"
ucap Seng Kun tegas. "Kita........?" Chin Yang Kun tersentak kaget.
"Benar ! Aku akan membantu mencari orang itu. Tentu saja kalau engkau memperbolehkan... ."
"Ah, Chu-twako..... mana aku berani menolak uluran
tanganmu" Tapi..... tapi......." Yang Kun menyela dengan kikuk.
"Sudahlah Yang-hiante, kau tak perlu sungkan kepadaku.
Anggap saja kita bekerja sama dalam hal ini. Kita sama-sama mencari seseorang. Kau mencari orangmu itu, aku mencari
adikku....." "Ya! Ya! Tetapi...."
"Aku tahu! Jangan khawatir! Aku cukup memaklumi
kesulitanmu. Engkau tentu akan mengatakan bahwa selain
berusaha mencari orangmu engkau akan mengurus juga
sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Begitu bukan" Haha, Yang-hiante, percayalah kepadaku. Begitu aku
tahu engkau sedang mengurus suatu rahasia aku tentu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat-cepat menghindar untuk sementara dari sampingmu.
Bagaimana....?" "Terima kasih, Chu-twako. Kau sungguh sangat bijaksana."
Chu Seng Kun tersenyum, tapi hanya sebentar, karena
wajah itu berubah menjadi tegang dan keruh kembali.
"Tapi omong-omong".eh... siapakah sebenarnya musuh
keluargamu itu" Sudahkah kau menemukannya?" katanya
berhati-hati. Perlahan-lahan Yang Kun bangkit dari tempat duduknya,
lalu menoleh ke arah kakek tua yang sudah hampir
menyelesaikan pekerjaannya itu. "Itulah yang sampai
sekarang masih tetap membingungkan aku, Chu-twako!
Sebelum meninggal ayah dan pamanku belum pernah
memberitahukannya kepadaku, sehingga kini aku
mendapatkan kesukaran untuk mengenal mereka." Pemuda itu berkata kesal. "Memang, dalam berkelana selama ini aku telah beberapa kali mencurigai orang! Malah di antaranya adalah
orang yang kau sebut Hek-eng-cu dan Kwa Sun Tek itu !"
"Hah?" "Ya .... tapi kecurigaan itu menjadi kabur kembali. Aku tidak memperoleh bukti yang kuat untuk membuktikan
keterlibatan mereka."
"Ohh...!" Chu Seng Kun bernapas lega. "Tapi". tapi apakah tidak ada petunjuk barang sedikitpun yang dapat kaupakai
untuk melacak para pembunuh itu?"
Yang Kun menggelengkan kepalanya.
"Kalau toh ada hal itu tidak cukup kuat untuk membuktikan
keterlibatan mereka," keluhnya lirih.
"Lo-jin-ong....." tiba tiba kakek yang telah selesai menimbuni lobang itu menghampiri mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa kedua pemuda itu mengakhiri pembicaraan
mereka. "Chu-twako, semula maksudku datang ke daerah ini hanya ingin melihat para perampok yang katanya sedang
mengganggu penduduk desa Hok-cung. Tapi baru sampai
disini perjalananku telah terhambat oleh beberapa peristiwa yang datang secara beruntun tadi".. maka aku
bermaksud?"" "Baik. Kita berangkat menuju desa Hok-cung sekarang!"
Seng Kun memutuskan. "Lo-jin ong, saya ikut!" kakek itu memohon kepada Chin Yang Kun.
"Hei, kek! Bukankah kau sudah bebas sekarang" Mengapa engkau tidak lekas-lekas kembali ke kuilmu" Mengapa malah
ingin mengikuti kami?" Chu Seng Kun menyela.
Orang tua itu menjawab pertanyaan Chu Seng Kun tanpa
berani beranjak dari tempatnya. Kepalanya tertunduk,
sedikitpun tidak berani memandang Yang Kun.
"Sudah lama sebetulnya saya ingin mengabdi kepada Lojin-ong. Sejak pengangkatan Tai-si-ong (Raja Kuil Agung)
baru, kira-kira empat tahun yang lalu saya sudah berusaha
untuk menghadap Lo-jin-ong, tapi selalu tidak berhasil... Oleh karena itu kesempatan ini tentu tidak akan saya lewatkan
begitu saja. Boleh tidak boleh saya akan ikut Lo-jin-ong !"
jawabnya mantap. "Kakek yang baik..." Yang Kun berkata dengan halus. Tidak enak juga rasanya membohongi kakek itu terus terusan.
"Ketahuilah, sebenarnya aku ini........"
Tapi bukan main kagetnya Yang Kun ketika tiba-tiba kakek
itu menangis meraung-raung kembali begitu mendengar
ucapannya yang sopan dan halus tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-jin-ong, jangan bunuh aku! Ampunkanlah diriku yang
tua ini! Aku sangat ingin menjadi pelayanmu! Jangan
kaubunuh diriku!" "Kurang ajar! Siapa mau membunuh dirimu" Ngaco!
Hmmh...... terserah! Kau boleh mati sekarang atau mau ikut denganku !" Yang Kun berteriak sambil meloncat pergi
meninggalkan tempat itu. Menghadapi ulah kakek sinting
tersebut hatinya terasa jengkel bukan main. Chu Seng Kun
mengangkat pundak. Lalu sambil tersenyum kecut ia juga
berlari mengikuti kawannya.
Oo0dwkz0hend0oO Malam semakin larut. Udarapun terasa dingin sekali. Tapi
Yang Kun tidak memperdulikan semua itu. Bagai seekor kijang ia berloncatan cepat sekali menyusuri jalan besar yang menuju ke desa Hok-cung. Sementara tidak jauh di belakangnya,
tampak Chu Seng Kun yang mewarisi Pek-in-gin-kang dari Bueng Sin-yok-ong, menempel terus seperti bayangan saja! Dan tak seorangpun dari kedua orang itu yang mau memikirkan
keadaan si kakek tua lagi.
Sekejap saja dusun yang mereka tuju telah berada di
depan mata. Biar malam sudah mulai larut, ternyata suara
gelak ketawa para perampok itu masih saja terdengar dengan ramainya. Sinar obor yang mereka sulut kelihatan terang
benderang menerobos rimbunnya daun dan pepohonan yang
melingkari dusun kecil tersebut. Dari jauh kadang-kadang
terlihat beberapa orang sedang hilir mudik dengan obor besar di tangan mereka.
Yang Kun berhenti tidak jauh dari mulut jalan yang
membelah desa itu. Tampak tujuh atau delapan orang laki-laki kasar berdiri di mulut jalan tersebut, lengkap dengan senjata mereka masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Agaknya mereka menempatkan para pengawal juga di
setiap mulut jalan. Kalau begitu mereka memang bukan
perampok biasa. Mereka tentu pernah mendapatkan latihan
latihan khusus." Yang Kun berkata kepada Chu Seng Kun yang telah berdiri pula di sampingnya.
"Selain itu orang-orang ini sungguh berani sekali. Desa ini hanya beberapa puluh lie dari kota raja, meskipun begitu
mereka seakan-akan tidak memperdulikan bahaya itu." Chu
Seng Kun mengiyakan. "Tapi menurut pembicaraan Hek-eng-cu dan Kwa Sun Tek
tadi, perampok ini justru datang dari kota raja. Mereka
menyerbu istana kira-kira dua atau tiga hari yang lalu....."
Yang Kun mengatakan apa yang didengarnya dari kedua tokoh
sesat itu. "Hah" Kalau demikian itu pemberontakan namanya...."
"Benar! Chu-twako, hatiku rasanya jadi ingin sekali bertemu dengan Liu twako."
Chu Seng Kun tersenyum penuh arti. Untunglah suasana
sangat gelap di sekitar mereka, sehingga senyum itu tak
terlihat oleh siapapun juga.
"Yang-hiante, lalu apa yang akan kita kerjakan sekarang"
Menggasak para penjaga ini atau langsung masuk menemui
pimpinan mereka?" "Bagaimana kalau kita masuk dulu secara rahasia agar kita bisa menilai keadaan sebaik-baiknya?" Chin Yang Kun
mengajukan usul. "Bagus sekali! Itu memang jalan yang terbaik. Dan untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan luas,
sebaiknya kita masuk secara berpencar. Yang-hiante masuk
dari sebelah utara, aku masuk dari sebelah selatan. Kita
masing-masing harus berusaha mengumpulkan keterangan
sebanyak-banyaknya agar kita dengan mudah dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentukan apa yang mesti kita lakukan nantinya. Kita
bertemu di tempat mereka berkumpul dan bersuka-ria.
Bagaimana, Yang-hiante?"
"Setuju ! Mari kita berangkat !" jawab Yang Kun tegas.
Keduanya lalu berpisah. Yang Kun berlari ke arah utara,
sedang Chu Seng Kun menyelinap ke arah selatan. Sebentar
saja mereka telah lenyap ditelan kegelapan malam.
Yang Kun melangkah perlahan lahan menyusuri selokan
kecil yang mengalir di tepi dusun. Lalu dengan tenang ia
mendekati tembok halaman seorang penduduk yang hanya
diterangi oleh lampu minyak, sehingga di antara rimbunnya
tanam-tanaman di sekitarnya sinar itu hampir tidak berarti sama sekali.
Melihat tempat itu sepi sekali dan tak seorang penjagapun
yang kelihatan Yang Kun segera meloncat ke atas tembok.
Matanya yang tajam lalu mengawasi seluruh halaman rumah
yang luas di bawahnya. Tampak olehnya halaman yang
remang-remang karena cahaya beberapa buah lampu minyak
yang ditaruh di beberapa tempat itu benar-benar sangat
bersih dan terawat rapi. Suatu tanda bahwa penghuni rumah
itu adalah seorang yang berkecukupan serta suka akan
kebersihan. Yang Kun meloncat turun, kemudian berlari menyelinap di
antara pohon-pohon perdu dan bergegas melintasi halaman
samping. Pemuda itu lalu berhenti sebentar di dekat kandang kuda. Agak lama ia berdiri di tempat itu. Hatinya merasa
bergetar. Perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang
tidak beres, yang mungkin dapat membahayakan jiwanya di
sekitar halaman itu. Tapi ia tidak dapat mengetahui, bahaya apakah itu" (Seperti telah diceriterakan di bagian depan,
secara tidak sengaja Yang Kun telah berlatih semacam ilmu
yang biasa disebut orang Lin-cui Sui-hoat ketika sedang
mengobati kakinya di istana. Ilmu kesaktian ini didasarkan pada ketajaman perasaan dan kesempurnaan panca indera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia. Sehingga apabila ilmu ini telah dipelajari dengan sempurna, orang akan mampu mencium dengan perasaannya,
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong 9 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 10

Cari Blog Ini