Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok Bagian 10
Pek-hoa-pangcu tertawa tawa, katanya. "Seolah2 Ji-moay
membela undang2 setegak gunung, sedikit2 lantas main bunuh,
umpama betul Liok dan Li tidak menunaikan tugas semestinya,
dosa-nya belum setimpal dihukum mati."
"Inilah yang dinamakan bunuh yang dua ini untuk peringatan bagi yang lain, Siau-moay sudah hukum mati mereka," kata gadis baju kuning.
"Ji-moay telah bunuh mereka?" seru Pek-hoa-pangcu kaget.
Gadis baju kuning tertawa lebar, katanya: "Itulah maksud Thaysiang, para Hou-hoat-sucia ini sudah biasa makan kenyang kerja
malas2an, sudah biasa hidup senang, maka perlu diberi peringatan supaya selalu waapada dan hati2 setiap menjalankan tugas."
Peh-hoa-pangcu tampak serba kikuk. katanya kemudian sambil
manggut: "Thay-siang memang bijaksana, tindakan demikian
memang tepat" "Thay-siang juga bilang, Toaci memang cocok menjadi Pangcu pada waktu damai, kalau jaman kalut dan perlu menggunakan
tindakan keras, maka harus pakai cara kejam, oleh karena itu Toaci selalu menjadiorang baik, dan biarlah Siaumoay jadiorang jahat."
Sampai di sini tiba2 dia angkat kepala dan bertanya: "o,ya, orang yang menyaru Cu Bun-hoa itu sudah berada ditempat kita,
Thaysiang amat perhatikan obat penawar getah beracun itu,
apalagi setelah orang Hek-liong-hwe mencari setori kemari maka
obat penawar harus diusahakan secepatnya, sebetulnya dia yakin
tidak akan menemukan obat itu . . .?"
"Kami sudah bekerja sesuai petunjuk Thay-siang, semuanya
sudah dipersiapkan dengan baik, nama asli orang ini adalah Ling Kun-gi, menurut laporan Giok-Je, dia sudah berhasil mengubah
getah beracun jadi air bening, pagi tadi akupun sudah bicara sama dia supaya secepatnya bekerja, maka boleh Ji-moay sampaikan
semua ini kepada thay-siang supaya beliau berlega hati."
Agaknya dia tidak berani berterus terang kepada Thay-siang,
maka semua persoalan yang menyangkut diri Ling Kun-gi tidak dia jelaskan seluruhnya. . .
"Thay-siang suruh Siau-moay menyampaikan perintahnya
kepada Toaci, dalam jangka tiga hari, dia harus sudah berhasil
menyelesaikan tugasnya"demikian katasi gadisbaju kuning.
"Apa?" seru Pek-hoa-pangcu bergidik: "Dalam tiga hari harus menunaikan tugas?"
"Bagaimana"." Gadis baju kuning cekikkan. "Tiga hari masih belum cukup", Di Coat Sin-san-ceng, dia sudah berhasil di situ, cukup dia meracik obat2nya sekali lagi, kukira sehari juga sudah bisa selesai."
"Tiga hari mungkin tidak bisa, Ling Kun-gi bilang, secara tidak sengaja dia berhasil punahkan getah beracun jadi air bening, untuk benar2 menemukan racikan obatnya yang tulen, mungkin
memerlukan tenaga dan pikirannya pula, jadi harus diusahakan
kembali dari permulaan, hal ini tidak boleh didesak, apa lagi harus buru2, nanti, kalau Ji-moay pulang bolehlah kau mohon kepada
Thay-siang agar suka undurkan lagi batas waktunya beberapa
hari?" Giok-lan menimbrung: "Demikianlah, Ling Kun-gi juga berjanji akan bekerja sekuat tenaga untuk menemukan obat itu, hasil
permulaan sudah dicapai, asal Thay-siang sudi memberi
kelonggaran beberapa hari, pasti hasilnya akan jauh lebih
memuaskan." "Wah, cara kalian bicara, Toa-ci dan Sam-moay, se-olah2 akulah yang memutuskan waktu tiga hari ini, kalian kan tahu juga , setiap perintah Thay-siang harus segera dilaksanakan, memangnya siapa
yang berani membantah" Toa-ci, suruhlah Sam-moay
menyampaikan hal ini kepada orang she Ling supaya dia
selekasnya menyelesaikan tugasnya, sebaiknya jangan lewat batas waktu yang ditentukan," walau dia tertawa, namun wajahnya tidak kelihatan berseri, nada suaranyapun dingin, kalau tak berhadapan tentu orang tidak mau percayabahwadiabicarasambiltertawa.
Sambil mengawasi Giok-lan, akhirnya Pek-hoa-pangcu
manggut2, katanya: "Sam-moay, besok kau beritahukan padanya, coba saja apakah dalam jangka tiga hari dia bisa menyelesaikan" "
Giok-lan manggut sambil mengiakan.
Mendadak gadis baju kuning berseri tawa, matanya yang indah
mengawasi Pek-hoa-pangcu tanyanya: "Kudengar orang she Ling itu muda, malah sangat cakap. apa benar" Sayang waktu sudah
larut malam, kalau tidak ingin siau-moay menemuinya," lalu dia berdiri sambungnya pula: "Toaci, perintah sudah kusampaikan, aku harus lekas kembali memberi laporan kepada Thai-siang" cadar dia kenakan pula, lalu mengenakan mantel lagi, setelah menjura dia
lantas melangkah pergi. Setelah gadis baju kuning berlalu, tiba2 tergerak hati Ling
Kun-gi, batinnya: "Agaknya dia akan pulang memberi laporan kepada sang Thay-siang".
Thay-siang mendidik sedemikian banyak gadis2 remaja dan
mendirikan Pek-hoa-pang, tentu punya suatu rencana dan tujuan
tertentu. Apa lagi dia ingin selekasnya menggunakan obat penawar getah beracun, naga2nya bukan hanya untuk menghadapi senjata
orang2 Hel-Liong-hwe yang dilumuri getah beracun tentu masih
ada maksud lainnya lagi" "
Pek hoa-pangcu dan lain2 mahir menggunakan Hwi Liong-samkiam, sudah tentu ilmu pedang ini hasil didikannya pula Tapi
dirinya kemari memang hendak menyelidiki kedua hal ini, kini
setelah tahu di atas Pek-hoa-pangcu masih bercokol lagi seorang Thay-siangpangcu, maka sasaran yang diincarnya ikut beralih pula.
Sekilas berpikir cepat dia bertindak. kesempatan baik ini tak
boleh di-sia2kan, sekali berkelebat sebat sekali dia meluncur ke luar jendela, di atas wuwungan paling tinggi matanya menjelajah ke tempat jauh, dilihatnya bayangan ramping gadis baju kuning
yang bermantel melambai2 tengah meluncur cepat di kejauhan
sana. Segera Kun-gi melayang turun, dengan alingan bayangan
semak2 bunga, dia menguntit dari kejauhanSudah tentu gadis baju kuning tidak pernah berpikir di
belakangnya dikuntit orang, apa lagi Kun-gi selalu menguntit dalam jaraktertentu sehingga lebih sulit diketahui.
Bagai dua titik bintang meluncur keduanya terus menyusuri
tanaman bunga, yang terbentang luas, akhirnya tiba di ujung
taman. Tanpa berhenti gadis baju kuning melejit ke atas melompati pagar tembok dengan gaya yang indah gemulai.
Waktu Kun-gi melejit ke atas tembok dilihatnya bayangan gadis
baju kuning sudah puluhan tombak jauhnya, gerak-geriknya cepat
bagai terbang, tujuannya ke arah danau.
Tempat itu berada sebuah semenanjung tepi Phoa-yang-ouw,
taman bunga keluarga Hoa letaknya di bawah sebuah bukit kecil,
luasnya ada dua tiga li persegi.
Seringan mega mengambang Kun-gi terus me-nguntit, Kira2
setengah li kemudian, gadis baju kuning tiba dipinggir danau
disana terdapat sebuah batu cadas, dengan enteng dia melompat
ke atas batulalu kebawah, dibaliksanasebuah perahusudah
menunggu, di situ, seorang laki2 baju hijau di atas perahu segera kerjakan penggayuhnya, perahupun laju ke tengah danau.
Kun-gi jadi berpikir: "Agaknya Thay-siang-pangcu tidak tinggal di sini," dengan rasa kecewa terpaksa dia putar balik langsung masuk kamar terus tidur.
Esoknya baru saja Kun-gi selesai berdandan didangarnya suara
Sin-ih berkata di luar pintu: "Ling-kongcu congkoan datang."
Ling Kun-gi tahu maksud kedatangan orang, maka dia
mengiakan dan menyambut keluar. pakaian Giok-lan tetap serba
putih laksana salju, dia sudah menunggu di ruang tamu, melihat
Kun-gi keluar, segera dia berdiri, katanya dengan tersenyum
manis: "Selamat pagi Ling kongcu, hamba mengganggu."
Lekas Kun-gi menjura, katanya: "Selamat pagi nona, silahkan duduk"
Setelah sama duduk. Sin-ih menyuguh teh, lalu menyiapkan
sarapan pagi, katanya: "Ling-kongcu silakan sarapan."
"o, Ling-kongcu belum sarapan, silakan saja, tidak usah
sungkan,"kata Giok-lan.
Kun-gi tertawa tawar, katanya: "Tidak apa, nona datang begini pagi, entah ada pesan apa, silahkah bicara saja"
Mata Giok-lan yang hitam bening mengerling kearah Kun-gi,
katanya tertawa: "Ling-kongcu sepandai dewa meramal, memang ada dua persoalan yang akan hamba bicarakan"
Heran dan ketarik Kun-gi, katanya dengan tersenyum: "ada
urusan apa silahkan nona katakan saja."
Ragu2 sesaat dia awasi orang lalu berkata: "Bentrokan Pang kita dengan Hek-Liong-hwe sudah terjadi, yang harus kita kuatirkan
adalah senjata mereka yang beracun, setiap korban takkan
tertolong jiwanya, petaka mungkin bisa menimpa Pang kita, maka
hamba perlu kemari pagi2 untuk merundangkan soal ini dengan
Kongcu, mungkinkah obat penawar itu dapat dihasilkan lebih
cepat?" Hambar senyum Kun-gi, tanyanya: "Lalu maksud Pangcu dan
congkoan, berapa hari kiranya cayhe harus menyelesaikan tugas
ini?" Agaknya pertanyaan ini diluar dugaan Giok-lan, katanya
kemudian: "Kau minta aku sebutkan jangka waktunya?"
"Pengarang kalau tidak didesak takkan rampung hasil karyanya, apalagi cayhe sudah biasa bermalas2an, kalau nona tentukan
waktunya, cayhe akan bekerja giat dan rajin, tentu hasilnyapun
akan lebih cepat." Giok-lan tersenyum, katanya: "Bagaimana kalau tiga hari?"
Diam2 Kun-gi geli, tapi dia pura2 mengerut kening, katanya:"
Waktu tiga hari sebetulnya terlalu buru2, tapi baiklah, tiga hari juga boleh.".
Giok-lan ragu2 malah, katanya sambil menatap tajam: "Lingkongcutidakbergurau bukan?"
"Memangnya nona minta aku menulis surat perjanjian?"
"Tidak, aku percaya padamu," katanya sambil mengerling penuh arti. "Kuyakin Kongcu pastiberhasil, akupun takperlu kuatir lagi."
"Tadi nona bilang ada dua persoalan, lalu ada soal apa lagi?"
tanya Kun-gi. "Mohon keterangan Kongcu, kedatanganmu kemari apakah
sepanjang jalan ada teman yang menguntit?"
Kun-gi melenggong, katanya: "cayhe kan di-selundup keluar dan diblus nona Giok-je serta di-bawa kemari, mana mungkin ada
teman yang menguntit kemari" Memangya Ada..."
"Baiklah, ingin hamba tahu apakah Kongcu punya saudara?"
Semakin heran tapi juga ketarik hati Kun-gi, jawabnya: "Aku sebatang kara."
"Jadi beberapa orang itu tidak kau kenal?"
"Siapa mereka, coba nona sebutkan namanya."
"Mereka berlima, masing2 bernama Ban Jin-cun, Kho Keh-hoa, Cu Jing, Tong Bun-khing dan Ling Kun-ping..
Ketiga nama yang pertama tidak dikenal oleh Kun-gi, tapi waktu
mendangar nama Tong Bun-khing, tergerak hatinya setelah
Giok-lan menyebut nama Ling kun-ping, ia melonjak kaget,
pikirnya: "Tong Bun-khing tentu nona dari keluarga Tong itu, sedangkan Ling Kun-ping adalah samaran Pui Ji-ping, mungkinkah mereka
sedang mencariku?" Dengan gelisah segera dia bertanya: "Mereka ditawan oleh Pang kalian?"
Giok-lan menggeleng, katanya: "Bukan, mereka ditawan orang2
Hek-liong-hwe." Kun-gi betul2 kaget, serunya: "Ditawan pihak Hek-liong-hwe"
Darimana nona tahu?"
"Kau kenal mereka?"
"Ling Kun-ping adalah adik angkatku, Tong Bun-khing adalah sahabat karibku, bagaimana merceka bisa jatuh ke tangan Hekliong-hwe" Sudikah nona menjelaskan?"
Dari lengan bajunya Giok-lan keluarkan sepucuk surat, katanya
sambil diangsurkan:."inilah surat dari Hek-liong-hwe kepada Pang kita, mereka kira kelima orang itu adalah Hou-hoat su-cia kita, maka syaratnya adalah menukar Ling-kongcu dengan jiwa
mereka." Setelah membaca surat itu, berkeringat telapak tangan Kun-gi,
Pui Ji-ping dan Tong Bun-khing adalah perempuan, kalau dia
tertawan kawanan jahat itu bagaimana baiknya. Karena gelisah dia gosok2 telapak tangan, katanya: "Bagaimana baiknya sekarang?"
Giok-lan tertawa, katanya: "Buat apa gugup, Hek-liong-hwe
minta mereka di tukar Cu Bun-hoa, dalam waktu dekat terang tak
perlu dikuatirkan, jadi titik tolak persoalannya terletak pada usaha Ling-kongcu sendiri dalam mengerjakan obat penawar getah
beracun, kalau secara mendadak kita sergap mereka tentu dengan
mudah dapat menolong mereka."
Cara ini memang tidak jelek. yang jelas Ling Kun-gi hanya
memiliki Pi tok-cu, memangnya dia punya cara meracik obat
pemunah" Jadi Pek-hoa pang sudi membantu dengan syarat Ling Kun-gi
harus cepat menyelesaikan pembuatan obat pemunah getah
beracun, Sebenarnya soal menolong orang tidak jadi soal bagi Ling Kun-gi, cuma di mana letak sarang Hek-liong-hwe, untuk ini dia
perlu bantuan Pek-hoa-pang.
Maka persoalan hanya bergantung dari obat penawar itu,
sebelum obat penawar diserahkan pada Pek-hoa-pang, mereka
takkan memberi tahu dimana letak sarang Hek-liong-hwe. Untuk ini cukup lama Kun-gi memeras otak. sambil merentang tangan dia
mondar-mandirdidalamkumar, akhirnyadiaduduk menepekur.
Mendadak timbul suatu ilham aneh dalam benaknya. cepat2 ia
berdiri menuju ke almari di sebelah utara, membuka almari bawah serta mengeluarkan buli2 berisi getah beracun, diambilnya sebuah mangkuk porselen, dengan hati2 dia tuang getah beracun ke
dalam mangkuk kecil ini, lalu dia pergi ke belakang mengambil
segayung air jernih, semua dia taruh di atas meja. Lalu dia buka beberapa laci mencomot berbagai macam obat, dan dimasukkan ke
dalam lumpang besi dan menumbuk obat2 itu menjadi bubuk.
dituangnya ke dalam sebuah guci kecil. Semua kerja ini sudah
tentu memang sengaja dia lakukan karena waktu berjongkok
mengambil buli2 berisi getah beracun tadi, dia dapati seorang
bersembunyi di belakang almari mengintip gerak-geriknya. Terang Pek-hoa-pang suruhan orang mengawasi dirinya secara diam2.
Siang hari belong mengintip gerak-geriknya terang hanya ada
satu tujuan, yaitu memperhatikan dan mencatat semua obat2an
yang diambilnya, cara bagaimana meraciknya hingga bisa
menawarkan getah beracun.
Maka Kun-gi pura2 tidak tahu, dia tetap bekerja, di waktu
membalik badan, Pik-tok cu sudah dia keluarkan dan dimasukkan
ke dalam air jernih yang diambilnya, ia berpindah ke sebelah,
dengan sendok perak dia mengaduk bubuk obat tadi di dalam guci
hingga kira2 sepempat jam kemudian baru berhenti.
Dia keluar kembali ke kamar buku, duduk dikursi serta menuang
secangkir teh lalu di minumnya pelan2. Kira2 setengah jam
kemudian dia kembali dengan gayung berisi air jernih, waktu
memutar tubuh secepat kilat Pi-tok-cu di dalam gayung dia jemput dan disimpan ke dalam lengan baju.
Waktu di Coat Sin-san-ceng dia pernah mencoba mutiara
mestika itu, ternyata berhasil mengubah getah hitam kental itu
menjadi air jernih. Maka timbul ilhamnya yang aneh yaitu coba2
merendam mutiara ini di dalam air, dengan air rendaman mutiara
ini mungkin berkasiat untuk menawarkan getah beracun. Kalau
berhasil berarti obat penawar getah beracun yang dituntut
Pek-hoa-pang tidak akan jadipersoalan lagi, Selama
urusanjadiberes. Dengan menjinjing gayung berisi air jernih pelan2 dia tuang ke
dalam guci berisi bubuk obat serta diaduk beberapa kali, kemudian air obat ini ia saring sedikit lalu dituang kedalam mangkok berisi getahberacun.. Kaliinitidakterjadi perubahandrastis sepertitempo hari waktu dia masukkan mutiara kedalam getah yakni
mengeluarkan suara serta mengeluarkan asap kuning. tapi setelah dituangi air obat, getah kental hitam sekarang pelan2 mulai cair dan berubah warnanya, berubah bening seperti air jernih.
Dengan tajam Kun-gi ikuti perubahan ini, tanpa terasa sorot
matanya memancarkan cahaya terang, Wajahnya nan cakap
mengulum senyum puas kemenangan. Dia berhasil. Sebetulnya dia
tidak yakin akan ilhamnya yang aneh dan hanya ingin coba2, tapi ternyata berhasil dengan baik, keruan bukan kepalang senang
hatinya. Tapi dia tahu, ada orang mengawasi gerak geriknya dari pintu
rahasia. Maka dengan wajar dia lalu pindah mangkok berisi getah beracun tadi ketempat yang agak jauh, kembali dia ambil cangkir teh serta menghirupnya seteguk. lalu menengadah seperti
memikirkan sesuatu. Tiba2 dia letakan cangkir dengan cara
terburu2, dengan langkah lebar menuju ke almari obatan, dari sini
,sekenanya pula dia mencomot dua tiga puluh macam obat2an, kali ini dia tidak menumbuknya dengan lumpang besi, tapi diusap di
telapak tangannya, obat2an itu segera diusapnya jadi bubuk yang lembut.
Tiba2 di luar ada orang mengetuk pintu, lalu terdengar Sin-ih
berteriak: "Ling-kongcu"
Tanpa berpaling Kun-gi menjawab: "Masuklah"
Pelan2 daun pintu terbuak. Sin-ih melangkah masuk, biji
matanya yang jeli mengawasi Kun-gi, katanya heran: "Ling-Kongcu apa yang sedang kau lakukan"
Kun-gi sebarkan bubuk obatnya ke atas meja sambil menjawab
tertawa: "Malas aku menumbuknya, maka ku-usap2 saja."
"Kenapa tidak serahkan pada hamba untuk menumbuknya?"
"Pekerjaan ringan saja kenapa harus menyusahkan orang
lain-Baiklah nona bantu aku ambil segayung air hujan saja, lalu masukkansemua bubukobatyangdimejaini."
"Hamba tahu, hidangan makan siang sudah tersedia, hamba
kemari memanggil kongcu untuk makan," lalu dia kumpulkan
bubuk obat yang terserak di atas meja dan dibungkusnya kertas
terus di bawa ke belakang.
Lekas Kun-gi ambil mangkok berisi getah beracun yang sudah
menjadi air jernih itu dan dibuang keluar taman, lalu ia kembali ke kamar buku.
Hidangan memang sudah tersedia. Setelah berhasil
membuktikan air bekas rendaman Pi tok-cu juga berkhasiat
menawarkan getah beracun, legalah perasaan Kun-gi, maka
makannya jadi tambah lahap.
Sin-ih keluar dari kamar buku, katanya: "Hamba sudah rendam racikan obat didalam air."
Kun-gi mengangguk, Sin-ih lalu meladeni dia makan-Selesai
makan Sin-ih angsurkan handuk pada Kun-gi untuk cuci muka.
Setelah membersihkan muka dan cuci tangan Kun-gi berkata: "Aku perluistirahat, nonatidakusah meladeni lagi."
"Hamba ditugaskan membantu Ling Kongcu, kalau nanti di
tanya congkoan, bagaimana hamba harus menjawab?"
"Baiklah, setelah kau makan, ada satu hal boleh kau kerjakan."
"Tugas apa yang Kongcu serahkan pada hamba?"
"Dua macam racikan obat yang direndam air harus diaduk
dengan sendok perak. tugas ini kuserahkan padamu," habis bicara dia melangkah ke kamar buku.
"Hamba terima tugas," seru Sin-ih berseri sengan.
Belum lama Kun-gi duduk di kursi ma las, Sin-ih sudah datang
menyuguhkan teh, "Letakkan saja di meja, kau boleh pergi makan," katanya.
Manis tawa Sin-ih, katanya: "Hamba sudah makan, sekarang
juga mulai bekerja," setelah meletakkan cangkir dan poci teh lantas berlari keluar.
Pelan2 Kun-gi pejamkan mata, ia istirahat di kursi malas sambil menenangkan pikiran, di dengarnya suara lirih di belakang almari, kiranya orang yang sembunyi dan mengawasi dirinya sedang
mengundurkan diri. Kun-gi tersenyum, lekas dia berdiri, lalu menuang setengah
mangkuk getah beracun pula ditaruh di meja. Lalu cepat2 dia tarik setiap laci, 72 macam obat2an yang ada tanpa ukuran asal comot
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terus di-gosok2 di telapak tangan sehingga jenis obatnya sukar
dibedakan lagi, semuanya dia bagi menjadi tujuh tumpuk, lalu
disingkirkan satu persatu, setelah itu di kembali ber-malas2an di kursi malas.
Tak lama kemudian di dengarnya langkah pelahan masuk.
terang Sin-ih yang masuk. Kun-gi bertanya: "Apakah Sin-ih?"
"Ya, inilah hamba," sahut Sin-ih, sekilas dia melirik, maka dilihatnya tujuh kelompok obat2 di atas meja, dengan suara heran dia bertanya: "Ling-kongcu mau diapakan ketujuh tumpuk obat bubuk ini?"
Kun-gi menggeliat lalu berbangkit, katanya:
"Boleh nona merendam ketujuh, kelompok obat bubuk itu
dengan air hujan, di dalam tujuh guci yang berbeda," Lalu dia berbangkit dan katanya pula:
"Setelah obat2 ini direndam nona harus mengaduknya dengan
sendok perak. aku terlalu penat, ingin kembali kekamar, kalau
tiada urusan, jangan ganggu aku" lalu dia kembali ke kamar tidurnya..
Sin-ih mengiakan. Sesuai pesan Kun-gi, dia masukkan tumbukan
obat bubuk itu ke dalam tujuh guci, kecil, lalu direndam dengan air hujan dan pada setiap guci dia mengaduk sekian lamanya secara
bergiliran. .. Pada saat dia sibuk mengaduk. terdengar suara Giok-lan sang
congkoan memanggil: "Sin-ih"
Lekas Sin-ih letakkan sendok. serta menyahut:
"Hamba ada di sini." Buru2 dia berlari keluar, dilihatnya sang congkoan Giok-lan mengiringi Hu-pangcu So-yok (bunga melur)
sudah masuk kamar buku. Ter-sipu2 dia menekuk lutut memberi
hormat seraya berkata: "Hamba menyambut kedatangan
Hu-pangcu dan congkoan."
"Berdirilah." kata Giok-lan "sedang apa kau barusan?"
Sin-ih berdiri lurus, sahutnya: "Atas pesan Ling kongcu hamba sedang mengaduk obat"
"Mana Ling Kun-gi?" tanya So-yok. sang Hu-pangcu.
"Ling-kongcu kembali ke kamarnya, katanya mau tidur" sahut Sin-ih.
So-yok berdehem keras2, jengeknya "Memangnya dia kemari
untuk tetirah?" merandek sebentar, dia berpesan: "Pergi kau panggik dia, katakan aku sengaja kemari menengoknya."
Sin-ih mengiakan, lalu membungkuk badan dan berkata dengan
serba susah: "Lapor Hu-pangcu, Ling-kongcu sudah tidur, tadi dia berpesan, kalau tiada urusan penting dilarang mengganggu dia."
"Huh, bertingkah, besarkepala,"jengek So-yokuring2an
"Dia tidak tahu kalau Hu-pangcu akan datang, ia pesan Sin-ih supaya tidak mengganggu, betapapun dia adalah tamu kita,
silahkan Hu-pangcu duduk di kamar buku untuk menunggu
sebentar," lalu Giok-lan berpaling memberi kedipan mata pada Sin-ih, katanya: "Lekas seduhkan secangkir teh untuk Hu-pangcu."
Sin-ih mengiakan dan buru2 mengundurkan diri. So-yok
tersenyum, katanya: "Sam-moay memang pintar jadi tuan rumah, teramat sayang pula kepada tamu," kata2nya bernada menyindir.
Merah muka Giok-lan, katanya serba salah: "Kita mengundang Ling-kongcu untuk membuat obat penawar getah beracun, urusan
menyangkut kepentingan Pang kita, adalah jamak kalau kita
melayaninyasebagaitamu terhormat."
So-yok mendekati rak obat, dia melihat getah beracun yang ada
di dlam mangkuk, katanya: "Thay-siang minta dia di dalam tiga hari menyelesaikan obat penawarnya, kalau setiap siang dia harus tidur, kapan dia bisa menunaikan tugas?"
"Hamba sudah sampaikan perintah ini kepada Ling-kongcu, dia berjanjiakan menyelesaikantugasnyadalamtigahari."
"Sam-moay juga katakan kalau gagal Thay-siang akan
memenggal kepalanya?"
"Hamba pikir dia berjanji menyelesaikan tugas dalam tiga hari, jadi tidak kukatakan perintah ini."
"Memangnya kuduga Sam-moay tenntu rikuh mengatakan hal
ini kepadanya, maka sengaja aku kemari untuk membereskan soal
ini." Waktu mereka bicara Sin-ih sudah datang membawa dua
cangkir teh yang masih mengepul, katanya: "Hu-pangcu,
congkoan, silahkan minum."
"Sin-ih.." tanya So-yok, "Ling Kun-gi menyuruhmu mengaduk kedua guci air obat ini?"
"Ya, semuanya ada sembilan guci."
"Apa sembilan guci?" seru So-yok heran, "Giok-je bilang pertama kali dia mengambil enam belas macam obat lalu ambil dua puluh tiga macam, semua hanya direndam jadi dua guci,
bagaimana bisa jadi sembilan?"
Kiranya yang sembunyi di belakang almari mengintip gerak-gerik
Ling Kun-giadalahGiok-je,
"Semula memang merendam dua guci, akhirnya ditambah lagi
sembilan guci, ini dilaksakan setelah makan Siang, Sin-ih
menerangkan" So-yok melengak, tanyanya: "obat apa saja yang dia ambil, apa kau masih ingat?"
"Ling-kongcu sendiri yang mengambilnya, dari laci, waktu
hamba masuk. semua sudah dibagi menjadi tujuh kelompok.
semuanya sudah jadi bubuk. jadi sukar diketahui obat apa yang
telah dia ambil" "Memangnya permainan apa yang sedang dia lakukan?" kata Soyok bingung.
"Hakikatnya Ling-kongcu tanpa menggunakan lumpang besi, dia hanya menggosok2an obat ditelapak tangannya, semua lantas
hancur jadi bubuk" Berubah air muka So-yok, katanya sambil berpaling pada Gioklan-"orang ini mampu menggosok obat menjadi bubuk,
Lwekangnya tentu tidak lemah. "
"Menggosok batu jadi bubuk. sudah teramat sukar dilakukan
kaum persilatan umumnya, tapi di hadapan Hu-pangcu kepandaian
sepele ini tentu tidak jadi soal" demikian Giok-lan mengumpak.
"Kepandaian setaraf itu, Sam-moay sendiri kan juga sanggup"
kata So-yok. Terdengar pintu di seberang sana berkeriut di buka orang lalu
terdengar suara berkumandang : "Sin-ih, siapa yang datang?"
"Ling-kongcu," seru Sin-ih berjingkrak girang, "Inilah Hu-pangcu dan congkoan yang kemari menengokmu."
Terdengar langkah cepat mendatang, tampak pemuda cakap
gagah melangkah masuk. Seketika terbeliak mata So-yok. dengan tajam dia tatap wajah
Kun-gi, lalu berkata dengan tertawa lebar: "Sam-moay, inikah Lingkongcu?"
"Ling-kongcu" sambut Giok lan: "Inilah Hu-pangcu, kami sengaja datang menemui kongcu."
Kun-gi tertawa ramah, dia menjura kepada So-yok, katanya:
"Hupangcu sudi berkunjung, cayhe terlambat menyambut,
sungguh kurang hormat, harap di maafkan-. . . ."
Gemerlap biji mata So-yok, katanya sambii menbalas hormat:
"Ling kongcu cakap ganteng dan gagah perwira, beruntung aku dapat bertemu"
"Hu-pangcu terlalu memuji," ujar Kun-gi.
"Kabarnya Kongcu berhasil menyelesaikan tugas dalam tiga hari di Coat Sin-san-ceng, tentunya mahir dan ahli dalam ilmu obat2an, entah siapakah guru besarmu?" biasanya sikapnya dingin dan angkuh terhadap siapapun, tapi setelah berhadapan dengan Ling
Kun-gi, entah kenapa sikap dinginnya lantas berubah, wajahnya
dihiasi senyuman gembira.
"Guruku, seorang pelancongan yang suka mengembara di
Kangouw, beliau tidak suka diketahui namanya harap Hu-pangcu
maaf." "Tidak apa2," "ujar So-yok. "gurumu seorang kosen, kalau tidak boleh diketahui namanya, kongcu tidak usah merasa rikuh."
Diam2 Giok-lan membatin: "Entah kenapa hari ini Ji ci berubah sikap?"
Tiba2 So-yok. menegurnya "Sam-moay, kenapa kau diam saja
dan membiarkan aku ngoceh?"
Lalu dengan tertawa dia menambahkan: "silakan duduk Lingkongcu." setelah berduduk: So-yok mengawasi Kun-gi dan berkata:
"Kudengar dari Sam-moay bahwa Kongcu berjanji dalam tiga hari akan membuatkan obat penawarnya, entah bagaimana hasil
usahamu?" Kun-gi tertawa, katanya: "cayhe sudah meracik tujuh macam
obat, terbagi menjadi tujuh guci dan direndam air, apakah bisa
untuk menawarkan getah beracun, besok baru dapat diketahui
setelah dicoba" Mata So-yok mengerling, katanya: "Agaknya Ling-kongcu sudah punya persiapan dan yakin akan berhasil."
Kun-gi tertawa dan katanya. "Kalau cayhe tidak yakin mana
beraniberjanjitigahari menunaikantugas?"
"Syukurlah kalau begitu," ujar So-yok, "kalau Ling-kongcu betul2
dapat membuat obat penawar dalam tiga hari, betapa senang hati
suhu." Tergerak hati Kun-gi, tanyanya: "Entah cianpwe siapa kah guru Hu-pangcu?"
So-yok tertawa, katanya: "Suhu adalah Thay-siang-pangcu dari Pang kita, setelah kau berhasil membuat obat penawar, akan
kubawa kau menghadap beliau."
"Setelah cayhe menyelesaikan tugas hanya satu keinginanku,"
ujar Kun-gi.. .. . "cobakatakan keinginanmu,"tanyaSo-yokberseri.
"cayhe harap Pang kalian suka memberitahu di mana sarang
Hek-Liong-hwe sebenarnya."
"Apa?" seru So-yok terbeliak heran, "Kau ingin pergi ke sarang Hek-Liong-hwe.?"
Giok-lan segera menimbrung "Dua teman Ling-kongcu ditawan
orang2 Hek-Liong-hwe."
Sesaat So-yok menepekur, lalu bersuara lagi:
"Jejak orang2 Hek-Liong-hwe amat rahasia dan tersembunyi,
sudah tentu sarang merekapun sukar diketahui, jangan kata Pang
kita, orang" Hek-Liong-hwe sendiripun hanya beberapa gelintir saja yang tahu, dipihak kita kecuali Thay-siang mungkin tiada orang
kedua yang tahu." Lalu dengan cekikikan dia menambahkan:
"Jangan kuatir, setelah kutanya kepada Thay-siang, nanti
kuberitahukan padamu."
"Terima kasih atas bantuan Hu-pangcu, soal ini tidak perlu terburu2, Bila cayhe berhadapan dengan Thay-siang belum terlambat
kuajukan pertanyaan ini."
"Begitupun baik, akan kunanti kau bicara, asal Suhu
mengangguk, seluruh Pek-hoa-pang akan bantu kau meluruk ke
Hek-liong-hwe dan menolong kawanmu."
"cayhe hanya ingin tanya alamat mereka saja, soal menolong orangtakberaniakubikinrepotPang kalian-"
"Kalau begitu Ling-kongcu kurang simpatik," ujar So-yok. "kau telah bantu kesulitan kami, kan jamak kalau kami Bantu kau
menolong temanmu?" Tanpa menunggu Kun-gi bersuara segera
dia menambahkan, "Baiklah, hal ini diputuskan begini saja, besok aku datang untuk melihat Ling-kongcu melakukan percobaan,
entah kehadiranku diperbolehkan tidak?"
"Berat ucapan Hu-pangcu," jawab Kun-gi. "Mencoba obat bukan soal rahasia, Hu-pangcu dan congkoan kalau berminat boleh saja
datang dan akan kusambut dengan senang hati"
"Baik besok aku pasti datang" kata So-yok dengan tertawa, lalu ia berbangkit, serunya: Sam-moay hayolah kita pergi." Giok-lan lantasiringi So-yokkeluar.
Kun-gi mengantar sampai depan pintu, katanya: "Maaf cayhe
tidak mengantar lebih jauh."
Setelah kedua orang itu pergi, Sin-ih unjuk tawa lucu penuh arti, katanya: "Ling-kongcu baru pertama kali hamba melihat
Hu-pangcu bersikap begini ramah terhadap tamu."
Kun-gi tertawa, katanya: "Apakah biasanya Hu-pangcu galak?".
"Dalam Pang kita hanya Hu-pangcu saja yang sukar diajak
bicara, semua orang tak berani banyak bicara sama dia, kuatir
kalau kelepasan omong."
Mendadak dia merendahkan suara, katanya: "Kabarnya
semalam Hu-pangcu menjatuhkan hukuman mati kepada dua
Hou-hoat-sucia lantaran seorang Hek-Liong-hwe, berhasil lolos,
tapi sikapnya tadi ramah dan gembira terhadap Kongcu, baru hari ini dia betul2 tertawa."
"Memangnyatertawasajaadabetuldansalah?"goda Kun-gi. .
"Memang ada, biasanya kalau Hu-pangcu tertawa suaranya
terasa dingin kaku, tidak seperti tadi"
XXdewiXX Kentongan pertama baru saja lewat, Kun-gi bersimpuh di atas
ranjang mulai bersemedi, mendadak indranya merasakan sesuatu
di luar. Setiap insan persilatan dikala bersemadi mengerahkan
kekuatan batinnya, dalam jarak dua puluhan tombak umpama ada
jarum jatuh di atas tanah juga dapat didengarnya dengan jelas.
Maka dalam perasaannya sayup2 ada sesosok bayangan orang
melompat masuk ke dalam pekarangan. Tergerak pikirannya,
segera dia pasang kuping mendengarkan lebih cermat, terasa
gerak-gerik oranginiamathati2dan waspada.
Malah me-runduk2 maju mepet dinding, kalau dirinya tidak
selalu waspada tentu takkan mendengar apa2, setelah berada di
pekarangan orang itu lewat kamar tengah dan cepat menuju ke
rumah kecil di belakangh taman
Kun-gi membatin: "Rumah kecil di belakang itu adalah tempat tinggal nenek tua yang bekerja di dapur bersama Sin-ih, orang ini diam2 masuk kesana untuk apa?" Sembari berpikir sekenanya dia raih jubah luarnya, baru saja hendak buka pintu untuk periksa
keluar, tiba2 didengarnya pula suara lambaian pakaian orang
tertiup angin, orang itu sudah bergerak keluar pintu pula dari
belakang, kali ini gerak-geriknya lebih berani, agaknya tidak main sembunyi lagi, arahnya ke kamarnya.
Sudah tentu Kun-gi tidak tahu orang itu kawan atau lawan" Tapi
dia berani pastikan bahwa orang diluar adalah seorang gadis. ini dapat dibedakan dari langkahnya yang lembut dan ringan, malah
ginkang orang ini amat tinggi, rasanya lebih unggul daripada Giokje,
Tangan Kun-gi yang terulur hendak membuka pintu tak
bergerak. soalnya dia hendak melihat gerak-gerik orang
selanjutnya, maka dia berdiri diam menunggu. Setelah sampai di
depan pintu, orang itu juga menghentikan langkah dan lantas
mengetuk pintu dua kali, ketukan yang amat pelahan serta
memanggil lirih: "Ling-siangkong."
Melenggong Kun-gi mndengar panggilan ini, batinnya: "Siapa dia"Kukenal suaranya."Segeraiapun membukapintu.
Tampak seorang gadis berperawakan ramping semampai, padat
dan menggiurkan berdiri anggun di depan pintu, kedua bola
matanya tampak bersinar bak bintang kejora di malam gelap.
Begitu mala saling pandang, timbul suatu perasaan aneh dalam
benak Kungi, terasa olehnya sorot mata inipun sudah amat
dikenalnya, sekilas dia melenggong, tapisegeraiabertanya:"Nona.
..." Tanpa bersuara gadis itu menyelinap masuk kamar.
Cepat Kun-gi putar badan seraya membentak dengan suara
tertahan, "Siapa kau?".
Mungkin teramat gelap. kalau Kun-gi dapat melihat jelas orang,
tapinonaitu tidak jelas melihat keadaankamar.
Terdengar nona itu telah menyalakan sebatang obor kecil,
katanya dengan suara lembut: "Kalau mau bicara, tunggulah
setelah aku menyulut api." Dia mendekati meja menyulut lentera, lalu membalik, suaranya tetap lembut: "Aku bernama Bi-kui (bunga mawar)."
Sudah tentu Kun-gi tidak kenal siapa Bunga mawar, jelas iapun
orang Pek-hoa-pang, namun sorot matanya yang memancarkan
kasih mesra ini semakin dipandang semakin mengetuk hatinya,
katanya kemudian: "Malam2 nona datang kemari, entah ada
keperluan apa?" Tiba2 gadis itu tertawa, katanyanya: "Lantaran kau maka aku kemari, memangnya Ling-siangkong tidak ingat padaku lagi?"
Kikuk juga Kun-gi, katanya: "cayhe memang seperti kenal sorot mata nona, tapi nona pakai topeng, bagaimana aku bisa tahu"
Silahkan duduk nona."
"Akutidak mau duduk."sahutgadis bajuhitam.
"Kurasa kedatangan nona tentu ada urusan, betul tidak?"
"Kalau tidak ada urusan, untuk apa aku kemari?" kata gadis tiu cekikikan-Kali ini Kun-gi merasa kenalsuaranya, sekilas iatertegun, dengan tajamdia tatap orang, katanya: "Kau . . . ."
Gadis baju hitam sudah angkat sebelah tangan membuka
topengnya, katanya tertawa manis: "Sekarang tentu
Ling-siangkong dapat mengenalku?"
"Ternyata betul kau" seru Kun-gi kaget dan heran. Gadis baju hitaminiternyataUnHoan-kunadanya, lekasdia menutup pintu.
"Siangkong tak usah kuatir," kata Un Hoan-kun, "Sin-ih berdua takkan siuman sebelum terang tanah."
Kun-gi mendekati nona itu, tanyanya pelahan: "pulau ini
dikelilingi air dan penjagaan amat ketat, bagaimana kau bisa
menyelundup kemari?"
Dengan kedua tangan Un Hoan-kun membetulkan rambut
dipelipisnya, katanya tertawa dengan kepala mendongak: "Aku punya lencana dan paham sandi rahasia mereka, sudah tentu
dapat keluar masuk dengan leluasa."
"Apa tujuanmu menyelunduk ke Pek-hoa-pang" tanya Kun-gi.
Merah muka Un Hoan-kun, katanya sambil mengerling: "Apa
tujuanku" Soalnya kau disekap dalam karung dan dibawa masuk ke
Pek-hoa-pang ini, aku. . . kuatir, maka kuikut kemari."
Terharu hati Kun-gi, kedua tangan terulur memegang pundak
orang, katanya halus: "Memang cayhe sengaja membiarkan
mereka mengangkut kemari. Terus terang hanya karung saja
takkan mampu mengurungku,
kenapanonaharusmenempuhbahayabeginibesar."
Un Hoan-kun biarkan saja orang pedang pundaknya, katanya:
"Aku tahu Pek-hoa-pang takkan kuasa menahanmu, tapi aku tetap kuatir, maka kuikuti kau kemari dengan adanya aku di antara
mereka, sedikitbanyakbisa membantumujuga."
Kini Kun-gi ganti pedang kedua tangan orang, katanya lembut:
"Betapa haru dan terima kasihku akan kebaikan nona, tapi kau lihat aku tidak kurang suatu apapun, kalau nona berada di antara mereka, rasanya juga berbahaya, bila jejakmu konangan pasti
menggagalkan urusan, lebih baik nona cepat meninggalkan tempat
ini." Pelas2 Un Hoan-kun tarik tangannya, katanya: "Mereka
meladenimu sebagai tamu terhormat lantas tidak berbahaya
bagimu?" "Paling tidak. dalam waktu dekat ini aku tidak akan mengalami bahaya."
"Kalau tidak ada bahaya, memangnya untuk apa malam2 begini aku mengunjungimu?"
Ling Kun-gi melengak. tanyanya: "Nona mendengar khabar
apa?" "Tujuan mereka menculikmu kemari supaya kau membuatkan
obat penawar getah beracun bukan", Thay-siang suruh kau
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelesaikan tugas dalam tiga hari, betul tidak?"
"Betul, kenapa?"
"Ketahuilah, Thay-siang sudah memberi perintah kepada Hupangcu, kalau dalam tiga hari kau tidak bisa menyelesaikan
tugasmu, dia harus membawa kepalamu menghadap beliau?"
"Hal ini aku memang tidak tahu," kata Kun-gi, "tapi tidak perlu tiga hari, besok juga aku sudah berhasil menyelesaikan tugas."
Kini ganti Un Hoan-kun yang tertegun, katanya dengan suara
ragu2: "Kau sudah berhasil membuat obat itu?"
"Belum," sahut Kun-gi meng-geleng2, "tapi aku sudah ada akal,"
Lalu dia jelaskan cara bagaimana dia merendam mutiara ke dalam
air dan ternyata bisa menawarkan getah beracun itu..
"Kau pernah bilang mau mencari jejak bibi yang hilang, kini kenyataan bahwa bibi tidak berada di Pek-hoa-pang ini, buat apa kau harus membuat obat itu pula?"
"Nona hanya tahu yang satu dan tak tahu yang lain, bahwa aku rela disini sementara, maksudku hendak mencari tahu asal usul
getah beracun dan Hwi-Liong sam-kiam."
"Hwi-Liong sam-kiam?" Hoan-kun menegas.
"Hwi-liong-sam-kiamsebetulnya ilmu pedang warisan
keluargaku, tapi Tin-pang-sam-kiam (tiga jurus pelindung Pang)
dari Pek-hoapang ternyata Hwi-liong-sam-kiam keluargaku."
"Bisa demikian?" seru Un Hoan-kun heran, "Ehm, sudah kau selidiki?"
"Belumsempat, tapisekarang ketambahan lagi suatukejadian."
"Kejadian apa?" tanya Hoan-kun.
"Beberapa temanku khabarnya ditawan orang2 Hek-Liong-hwe,
disangka bahwa mereka dijadikan sandera disangka bahwa mereka
adalah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang, maka mereka dijadikan sandera supaya Pek-hoa-pang menyerahkan diriku sebagai
imbalannya." Bertaut alis Un Hoan-kun, tanyanya: "Lalu apa tindakanmu"
"Kecuali Thay-siang, tiada orang kedua yang tahu letak sarang Hek-Liong-hwe, terpaksa aku harus tanya kepada Thay-siang."
Un Hoan-kun kaget, serunya: "Kau mau menemui Thay-siang?"
"Hu-pangcu sudah berjanji, bila aku selesai membuat obat, dia akan membawaku menemuiThay-siang."
"Kudengar Hu-pangcu So-yok, perempuan yang berdarah
dingin, cantikrupanya, kejamhatinya, banyakcuriga dangampang
berubah pendirian, kau harus hati2"
"Aku dapat melayaninya."
Un Hoan-kun melirik. mencibirnya serta berkata dengan
tertawa: "Kelihatannya kau banyak akal, kudengar Pek-hoa-pangcu Bok-tan amatramahterhadapmu, mungkinSo-yokjuga."
"Kiranya Pek-hoa-pangcu bernama Bok-tan."
Merah muka Kun-gi, katanya lirih: "Nona jangan kuatir, aku bukan laki2 bergajul."
Pipi Hoan-kun jadi merah, tapi hatinya merasa bahagia, kepala
terunduk mulutpun menggerutu: "Memangnya aku peduli
padamu." Lalu ia menambahkan: "Waktu sudah larut, aku harus lekas pergi."
"Kuharap nona selekasnya meninggalkan tempat ini saja," bujuk Kun-gi.
Hoan-kun sudah melangkah beberapa tindak. tiba2 berpaling:
"Setelah kau menanyakan sarang Hek-Liong-hwe, aku akan pergi bersamamu." Begitu pintu terbuka, cepat ia berkelebat keluar.
Setelah Un Hoan-kun pergi, sementara sudah mendekati
kentongan kedua, Kun-gi dorong pintu kamar buku langsung
menuju kamar masak obat, ia mengeluarkan Pi-tok-cu terus
dimasukkan ke dalam guci yang merendam obat bubuk. lalu
kembali menutup pintu dan masukke kamartidur.
Ooo d-w ooO Mataharisudahtinggi,Kun-gi masihtidurnyenyak.
Pagi2 Hu-pangcu So-yok bersama congkoan Giok-lian sudah
datang, mereka duduk menunggu di kamar buku.
Giok-lan mondar-mandir tidak sabar, katanya kepada Sin-ih:
"coba dilihat apakah Ling-kongcu sudah bangun?"
So-yok menggoyang tangan, katanya tertawa: "Sam-moay,
kenapa tabiatmu sekarang lebih gopoh daripadaku, kita sudah
menunggu, lebih lama sedikit tidak jadi soal Sin-ih, biarkan Lingkongcu tidur lebih lama, jangan ganggu dia."
Sin-ih mengiakan lalu berdiri meluruskan tangan
Sudah tentu Giok-lan tahu Hu-pangcu yang biasanya bertabiat
kasar, angkuh dan tinggi hati serta suka aleman ini, ternyata
sekarang begini sabar, rupanya dia telah jatuh hati pada Ling
Kongcu Dia cukup kenal Thay-siang, kalau Ling Kun-gi tidak berhasil
membuat obat, jiwanya tentu amblas. Umpama betul dia berhasil
membuat obat, Thay-siang juga takkan gampang memberi
kebebasan padanya untyuk meninggalkan Pek-hoa-pang. Maka
sejak mula dia sudah berpikir, pemuda seperti Kun-gi, jalan paling baik adalah melamarnya menjadi Huma, kalau tidak nasibnya tentu akan menyedihkan.
Tentunyahalini jugasudah terpikirolehToaci(Pekshoa-pangcu), ini dapat dilihat sikapnya waktu dia menyambut dan menjamu Ling
Kun-gi. Pada hal dia baru merancang cara bagaimana untuk
merangkap perjodohan ini, tahu2 sekarang dilihatnya Ji-ci (So-yok) juga kepincut pada Kun-gi, sudah tentu urusan bisa runyam. Dikala hatinya gundah itulah, didengarnya pintu kamar Kun-gi berkeriut dan pelan2 terbuka.
Cepat Sin-ih berlari kesana, serunya: "Ling-siangkong sudah bangun, sebentar hamba ambilkan air buat Cuci muka"
Kun-gi menggeliat, katanya tertawa: "Hampir tengah hari, hari ini tiada kerja apa2, lebih baik tidur lebih lama" Habis berkata dia putar kembali ke kamarnya.
Sin-ih sudah dipesan oleh Hu-pangcu agar jangan bilang mereka
berdua sudah menunggu di kamar buku, maka dia tidak berani
banyak mulut, dia membawa sebaskom air dan melayani Kun-gi
membersihkan badan-Lalu dia menyuguhkan sarapan pagi.
Setelah makan Kun-gi mendongak melihat cuaca, katanya:
"Waktu hampir tiba, nona Sin-ih, siang nanti mulai meracik obat, pergilah kau panggil Hu-pangcu dan congkoan kemari."
Sin-ih tertawa, katanya: "Hu-pangcu dan congkoan sudah sejak tadi menunggu di kamar buku."
"Apa?" Kun-gi pura2 berjingkrak bangun dengan kaget, "Hupangcu dan congkoan sudah datang, kenapa kau tidak bilang?"
Bergegas dia melangkah ke kamar buku.
Terdengar tawa So-yok semerdu kelinting dan berkata: "Jangan Ling-kongcu salahkan Sin-ih, akulah yang suruh dia jangan
mengganggu tidurmu."
Bayangan merah menyala tahu2 berdiri semampai di depan
pintu, bau harum seketika merangsang hidung pula, Hari ini So-yok mengenakan gaun panjang berkembang sakura berwarna dasar
merah mulus, buatannya sopan, tepat didepan dadanya bersulam
sekuntum bunga melur yang indah hingga menambah asri
dandanannya, wajahnya nan ayu dihiasi senyum manis, ternyata
hariini diabersolek lebih daripadabiasanya.
Ber-ulang2 Kun-gi menjura, katanya: "Maaf Hu-pangcu, soalnya obat yang direndam barus menunggu waktu baru bisa dicampur,
karena kerja sampai jauh malam dan mengingat pagi ini tiada
pekerjaan, maka tidurku sampai kesiangan-"
Dengan berani So-yok mengawasi Ling Kun-gi muda belia,
gagah dan tampan, "kulihat kau terlalu hati2 dan membatasi diri, selanjutnyatidakperlu kau bicarabegini sungkan kepadaku."
Giok-lan berdiri di belakang, segera dia menimbrung:
"Hu-pangcu seorang yang terbuka dan suka blak2an, harap Ling kongcu tidak usah sungkan-"
Setelah berada di kamar buku, masing2 menempati tempat
duduknya, So-yok lantas buka suara lebih dulu: "Mendapat
laporanku, Thay-siang sangat senang, beliau bilang kalau
percobaan berhasilakudisuruhsegeramembawamu
mememuibeliau." "Hari ini baru akan diadakan percobaan pertama, bagaimana
hasilnya belum diketahui, kenapa buru2 dilaporkan, kalau gagal, bagaimana cayhe harus bertanggung jawab?"
"Kau pernah berhasil sekali, aku yakin Kongcu pasti akan
berhasil pula, kalau pertama gagal boleh diulangi sampai berhasil, kepada Thay-siangakan kubantu memberipenjelasan."
"Terimakasih Hu-pangcu" Kun-gi menjura pula.
"Kapan Ling-kongcu akan mulai?" tanya Giok-lan, "apa yang harus dipersiapkan?"
"Tiada yang perlu dipersiapkan, waktunya sudah tiba, cukup asal menuang getahberacundidalammangkuksaja."
"Biar hambayang menuangnya,"kataSin-ih.
"Jangan nona, getah itu amat beracun, biar aku sendiri yang turun tangan-" Kata Kun-gi, "sekarang kau kumpulkan seluruh wadah yang tersedia disini dan dijajar di atas meja."
"He, di almari ada seratus wadah porselen, apa semua harus dikeluarkan?" tanya Sin-ih.
"Sembilan guci, kalau satu sama lain semuanya begiliran harus dicampur, seluruhnya berjumlah 9x9 -81, cukup kau keluarkan 81
saja." Sin-ih mengiakan, segera dia bekerja. Sementara Kun-gi
keluarkan buli2 berisi getah beracun, So-yok dan Giok-lan tidak bersuara, mereka ikut mondar-mandir mengikuti Kun-gi.
Sementara itu, sesuai pesan Kun-gi, Sin-ih sudah keluarkan wadah dan dibaris di atas meja.
Kun-gi membuka tutup buli2, dengan hati2 ia pegang buli2 serta
menuang ke dalam sembilan wadah, masing2 diisi setngah getah
beracun, lalu dia taruh buli2, mengambil sendok perak mengaduk
guci obat yang pertama, lalu mengedus baunya, mulutnya
bergumam: "Ya,sudah boleh" Dia taruh sendok ganti menyambar cangkir kecil, dari dalam guci dia menyendok sedikit air obat terus dicicipi dengan mulut seperti membedakan kadar obatnya. So-yok, Giok-landan Sin-ih menyaksikan dengandiamsajadanterbeliak.
Lalu Kun-gi berpaling, katanya "Sembilan guci obat ini adalah hasil yang kucapai waktu berada di coat-sin-san-ceng untuk
memunahkan getah beracun, cuma waktu itu aku belum punya
keyakinan,jadi sudah lupa obat2 apa saja yang kuracik dan
akhirnya berhasil menawarkan getah beracun" Kalau malam itu
nona Giok-je tidak menyelundupkan diriku keluar, satu dua kali
percobaan lagi mungkin obat penawarnya sudah kuperoleh. Jadi
tidak perlu mengulang lagi seperti sekarang."
So-yok manggut2, ujarnya: "Memang, kenapa Giok-je terburu
nafsu waktu itu." "Ini tak bisa salahkan Giok-je," sela Giok-lan, "malam itu juga coat-sin-san-ceng digempur bobol oleh gabungan kekuatan para
Hwesio dan orang2 keluarga Tong, kalau tidak, mana kita bisa
mengundang Ling kongcu kemari?"
Sementara Ling Kun-gi sedang menggunakan sendok yang
terbuat dari Giok untuk mengambil air obat, lalu pelan2 dituang ke dalam wadah yang berisi getah beracun. Getah beracun itu kental gelap. setelah dituangi sesendok air obat, sedikitpun tidak
memperlihatkan sesuatu perubahan.
SertamertaSo-yokdanGiok-lanangkatkepala, memandangLing
Kun-gi. Tapi yang dipandang tetap tak acuh, seperti apa yang
dikatakannya, untuk menemukan obat penawar getah yang tulen
paling tidak dia harus mengadakan delapan puluh satu kali
percobaan. Kini baru yang pertama, sudah tentu belum berarti
gagal. Dengan sendok perak yang lain Kun-gi kembali mengaduk guci
obat kedua seperti cara semual, percobaan kedua inipun tidak
berhasil. Sudah tentu semua ini memang disengaja diatur oleh
Kungi. Sebetulnya dalam hati dia sudah punya perhitungan matang,
cuma sengaja dia hendak menggunakan beberapa guci obat itu
untuk mencoba supaya permainan sandiwaranya kelihatan
sungguh2. Getah beracun dalam buli2 berturut telah dia tuang kedalam
beberapa wadah pula, semua dia masih gunakan cangkir kecil
untuk menciduk air obat, belakangan karena tak sabar dia angkat gucinya terus dituang kesana kemari, beruntun puluhan kali telah dia lakukan, betapapun cerdik otak So-yok dan Giok-lan juga sukar pula untuk mengingatnya campuran obat2 dari guci yang mana"
Memangnya inilah tujuan Kun-gi supaya mereka kebingungan
sendiri. Setengah jam telah berselang, getah beracun yang digunakan
percobaan sudah 36 wadah, kini Kun-gi kembali memegangi buli2,
sedang mengadakan percobaan ulang yang kelima kalinya, dia isi
sembilan wadah dengan getah kental hitam itu. Lalu dengan
cangkir kecil dia menciduk sedikit air obat, setelah diaduk dengan sendok lalu pelan2 dituang ke dalam getah beracun pada wadah ke 37. Kali ini dia sudah perhitungkan air obat pada guci inilah yang pernah dia rendam mutiara.
Jika khasiat mutiara untuk menawarkan getah beracun masih
bekerja, maka percobaan kali ini pasti berhasil. cuma satu hal yang membuatnya kuatir, yakni apakah air bekas rendaman mutiara ini
setelah bercampur dengan racikan obat2an itu masih berkhasiat
seperti semula. Dengan tegang dan seksama So-yok, Giok-lan dan Sin-ih
mengawasi setiap tetes aitr obat itu masuk kedalam wadah, napas tertahan jantungpun ikut berdebar keras. Tetes pertama air obat tetap tidak membawa perubahan-Kini tetes kedua telah jatuh. Jidat Kun-gi sendiri juga telah dibasahi keringat. Ketika tetes ketiga jatuh, terlihat seperti setetes air kecemplung dipermukaan cat
berminyak. tetes air obat ketiga seketika menjadi bening dan
bergerak2 kian kemaridipermukaan getahkental itu.
"Nah, kali ini takkan salah lagi," seru So-yok terbelalak tegang.
"Semoga demikian," ujar Kun-gi, tetes ke empat dia jatuhkan pula kedalam wadah, perubahan kini semakin nyata dan kerja
perpaduan obat dengan getahpun cepat sekali, getah kental hitam itu kini sudah mulai cair dan berubah warnanya, dengan cepat
berubah menjadiairbening.
So-yok bersorak girang sambil berkeplok: "Ling-kongcu, kau berhasil."
Kun-gi menengadah sambil tertawa, katanya: "Akhirnya cayhe
menemukan obat penawarnya".
Sepasang mata Giok-lan memancarkan cahaya terang, bukan
kepalang senang hatinya, serunya: "Ling-kongcu, kuaturkan
selamat padamu" Sin-ih juga terbelalak. serunya: "Ling-kongcu hanya pakai empat tetes obat dan getah setengah wadah ini telah tawar sama sekali, airobatinitentuamat lihay."
Tiba2 So-yok bertanya: "dari guci yang mana kau tadi
mengambil air obat itu, apa kau masih ingat?"
Sengaja Kun-gi mengingat2, lalu mengasi guci2 obat, katanya
sambil menghitung: "Kali ini aku mengambil dari guci ke 3, 5, 6, 8, dan 9 lima guci. Lalu dia berpesan kepada Sin-ih: "Sisa yang lain boleh kau buang ke belakang." cepat Sin-ih bersihkan sisa obat lain yang tidak terpakai lagi.
Kun-gi ambil dua tempayan kosong, lalu dia ukur air obat guci
ketiga dan kelima, masing2 di ambil 20 mangkuk, demikian pula
pada guci keenam dan kesembilan masing2 dia ambil 30 mangkuk,
lalu guci kedelapan dia angkat, setelah sari obatnya dia bersihkan, seluruh air obatnya dia tuang kedalam tempayan serta diaduk lagi dan kebetulan penuh kedua tempayan itu.
Menunjuk kedua tempayan obat itu, Kun-gi berkata kepada
Gioklan-"congkoan membatasi cayhae tiga hari untuk
menyelesaikan tugas, hari ini telah kubuat dua tempayan air obat penawar getah beracun, harap congkoan suka menerimanya."
Lekas Giok-lan balas hormat, katanya: "Ling-kongcu memang
dapat dipercaya, hamba mengaturkan terima kasih."
Kata Kun-gi kepada So-yok: "Tadi aku sendiri yang mencoba
dan berhasil, kini silahkan Hu-pangcu mencobanya sekali lagi." Lalu dia ambil sendokdan diangsurkan kepadaSo-yok.
So-yok tertawa manis, katanya: "Aku belum pernah mencoba,
memang ingin aku mencobanya."
Dengan sendok itu dia menyiduk air obat terus dituang pelan2
ke dalam wadah lain yang berisi getah beracun. Perubahan pada
getah beracun dalam wadah kali ini lebih cepat, dari kental segera menjadi cair dan bening. Seru So-yok girang: "obat penawar ini memang betul2 mujarab."
"Setengah sendok air obat yang diambil Hu-pangcu tadi
sedikitnya bisa menawarkan satu baskom getah beracun."
"Jadi, berapa banyak getah beracun dapat di-tawarkan oleh air obat kedua tempayan ini?".
Kun-gi tertawa, katanya: "Thay-ouw seluas tiga puluh enam ribu hektar, kalau air danau semuanya getah beracun, kiranya cukup
ditawarkan dengan air obat kedua tempayan ini"
Giok lan segera berpesan kepada Sin-ih: "Laporkan kabar
gembira ini kepada Pangcu, katakan bahwa Ling-kongcu telah
berhasil membuat obat penawarnya,"
Sin-ih mengiakan dan buru2 lari keluar.
"obat penawar sudah kubuat, air obat kedua tempayan ini boleh silakan congkoan menerimanya "
Giok-lan manggut2, katanya: "Nanti kusuruh agar orang
menggotongnya keluar," lalu dia tatap Kun-gi, "Cuma sudikah Lingkongcu serahkan pula resep obatnya?".
Kun-gi, sudah menduga akan hal ini, katanya tersenyum: "obat penawar yang kubuat sudah ku-serahkan dan Pang kalian boleh
memakainya, tentang resep obat......."
So-yok mengedip mata, katanya riang: "Mungkin resep itu
warisankeluargaLing-kongcu, jadiharus dirahasiakan?" .
"Bukan begitu," ujar , Kun-gi tertawa: "Jiwa raga cayhe ada di dalam Pang kalian, keselamatan jiwapun sukar diramalkan, kalau
dalam jangka tiga hari cayhe tidak berhasil, batok kepala cayhe tentu sukar dipertahankan, tapi setelah berhasil mungkin tetap
menghadapi kesulitan, salah2 bisa dibunuh untuk menutup mulut. .
. . ." Berubah air muka Giok-lan, katanya: "Ling-kongcu berjerih
payah membuat obat untuk Pang kami, Pang kami berkecimpung
dalam kangouw dan selalu mengutamakan keadilan dan
kepercayaan, mana mungkin membalas air susu dengan air tuba?"
"Dari siapa Ling-kongcu dengar orang bilang demikian?" sela Soyok. "terang sengaja hendak memecah belah belaka."
"Maaf, mungkin cayhe mengukur seorang Kuncu dengan hati
seorang Siaujin, cuma dalam percaturan kangouw, tiada jeleknya
berlaku hati2 terhadap sesama insan persilatan, air obat dalam
kedua tempayan itu bertahan tiba bulan, selama itu bertahan pula jiwa raga cayhe, harap kalian tidak salah paham."
"Ucapan Kongcu memang masuk akal," Ujar Giok-lan, "liku2
kehidupan kangouw memang serba buruk dan bahaya, adalah
pantas kalau berlaku hati2. cuma Pek-hoa-pang kami takkan
berlaku curangdan lupabuditerhadapKongcu."
Kata So-yok manis mesra: "Kalau Ling-kongcu tidak mau
serahkan resep obatnya juga tidak soal, kau boleh tinggal saja
disini, memangnya kau akan membocorkan hal ini kepada HekLiong-hwe?" Sementara itu Sin-ih sudah balik bersama seorang pelayan baju
hijau, "Lapor congkoan," kata Sin-ih, "Pangcu sudah siapkan perjamuan di Ing-jun-koan, Bak-ni (melati) disuruh mengundang
Ling-kongcu, Hu-pangcu dan congkoan kesana."
Si melatiadalah salahsatupelayanpribadi Pek-hoa-pangcu, lekas
dia tampil memberi hormat, katanya: "Mendengar Ling-kongcu berhasil membuat obat penawar, Pangcu sengaja mengadakan
perjamuan di Ingjun-koan untuk merayakan keberhasilan Ling
kongcu ini, silahkan pula Hu-pangcu dan congkoan mengirinya."
So-yok tertawa riang, katanya: "Toaci mengadakan perjamuan di Ingrjun-koan, inijarang terjadi, silakan Ling-kongcu"
Ing-jun-koan adalah tempat tinggal Pek-Hoa-pangcu,
"ucapannya kedengaran simpatik, tapi mengandung nada
sindiran," Lalu ia berpaling kepada si melati, katanya: "Hayo tunjukkan jalan. "
Bak-ni atau kembang melati mengiakan, dia berjalan di depan
So-yok dan Giok-lan mengiringi Ling Kun-gi langsung menuju ke
Ing Jun-koan-
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah dekat si melati mendahului beberapa langkah serta
membungkuk sambil berseru: "Lapor Pangcu, Ling-kongcu telah tiba"
Lenyap suaranya tertampak Pek hoa-pangcu sudah beranjak
keluar menyongsong di ambang pintu. Hari ini dia menggunakan
baju merah gemerlap dengan gaun panjang kain sutera bersulam
mengikat pinggang, pada dua ujungnya dihiasi ronce beludru dan
diikat menyerupai telur angsa, langkahnya ringan lembut tak
ubahnya bidadari, kelihatan suci dan anggun. Memang setimpal
sebagaibungapeoni (Bok-tan)yang menjadirajadarisegalabunga.
Pek-Hoa-pangcu tetap mengenakan kedok, tapi sepasang
matanya nan jeli dan bening tampak bercahaya penuh kasih
mesra, katanya merdu: "Sudah kutunggu cukup lama, silakan
Ling-kongcu masukdan duduk."
Begitu beradu pandang, jantung Kun-gi lantas berdebar keras,
tanpa terasa timbul semacam perasaan aneh dalam benaknya,
sesaat dia melongo mengawasi orang. Hal ini tak perlu dibuat
heran, pemuda mana yang tidak terpesona berhadapan dengan
sang jelita, apalagi pandangan Pek-Hoa-pangcu sedemikian mesra.
Tapi cepat Kun-gi sadar, dengan muka merah ia menjura, katanya:
"Pangcu mengundang dan menjamu secara besar2an, sungguh
cayhe amat bangga dan terima kasih."
Pek-hoa-pangcu mengiringinya masuk ke kamar makan, mereka
jalan berjajar, katanya tersenyum manis: "Kongcu berhasil
membuat obat, besar artinya bagi kepentingan Pang kami, aku
hanya suruh mereka sekedar menyiapkan perjamuan untuk
membalas budi kebaikan ini, rasanya masih jauh untuk mengimbali jerih payah Kongsu, haraptidakusahsungkan-"
"Bantuan yang tak berarti kenapa harus dipikirkan, Pangcu
menyambut begini rupa sungguh tidak tenteramperasaan cayhe."
Sebuah meja besar segi delapan berada di tengah ruangan
sebelah timur yang bertutup kain gordyn, Pek-hoa-pangcu
persilakan tamunya duduk di sebelahnya, sementara So-yok di
sebelah kiri dan Giok-lan di depannya. Tanpa diperintah delapan pelayan bergiliran menyuguhkan hidangan dan arak.
Pek Hoa pangcu angkat cawan araknya, katanya: "Ling-kongcu sudah membuatkan obat mujarab bagi Pang kami, seluruh anggota
Pek-Hoa-pang merasa bersyukur dan berterima kasih, secawan
arak ini kusampaikan selamat dan terima kasih, haraf kongcu sudi menerimanya . "
Kun-gi angkat cangkir araknya dan menjawab: "Seharusnya
cayhe yang menyampaikan selamat pada Pangcu, sayang cayhe
tidak biasa minum arak. apalagi nanti akan menghadap
Thay-siang, terpaksa cayhe harus membatasi diri minum arak."
Lalu dia teguk habis isiCangkirnya.
"Kau akan menghadap Thay-siang?" seru Pek-hoa-pangcu heran
"Ya, hal ini memang akan kulaporkan kepada Toaci," ujar So-yok. "waktu aku datang pagi tadi Thay-siang sudah berpesan bila Lingkongcu berhasil, beliau minta aku membawanya
menemuinya." "Thay-siang amat besar perhatiannya terhadap getah beracun ini, Ling-kongcu berhasil temukan obat penawarnya dalam waktu
sesingkat ini, tak heran beliau ingin benar bertemu," lalu Pek-hoapangcu berkata kepada Kun-gi: "Biasanya thay-siang tak mau menemui orang luar, umpama anggota Pang kita sendiri juga
jarang dipanggil, Ling Kongcu ternyata lebih beruntung."
Sedemikian besar perhatiannya membicarakan undangan Thaysiang ini, padahal sinar matanya tidak mengunjuk rasa senang
kalau tidak mau dikatakan menampilkan rasa kuatir dan gelisah
malah. Sudah tentu Kun-gi tak bisa menyelami pikiran Pek hoa pangcu,
katanya tertawa lebar: "Beruntung cayhe diundang Thay-siang, hal ini merupakan kebanggaanku seumur hidup,"
Pek hoa pangcu tersenyum, katanya: "Hanya bicara saja sampai lupa makan, hidangan sudah dingin, silakan makan-"
Baru dua cangkir arak masuk perut, muka Ling Kun-gi lantas
merah seperti kepiting rebus, celakanya So-yok selalu ambilkan
hidangan terus main dorong kepiringnya, ditolak tidak bisa,
diterima akhirnya perutnya kekenyangan. Perjamuan ini untuk
merayakan kesuksesan Ling Kun-gi, tapi lantaran yang dijamu tidak pandai minum arak sehingga makan minum berjalan kurang
semarak, Pek hoa pangcu dan Giok-lan bersikap pasif pula karena tingkah So-yok yang ber-muka2. Hampir setiap masakan yang
dihidangkan sedikit atau banyak masuk ke perut Kun-gi, untung
perjamuan ini berakhir juga , Kun-gi merasa seperti lepas dari
hukuman, buru2 dia berdiri. Pekhoapangcu
mengiringinyakembalikeruangtamu.
Baru saja Kun-gi menghabiskan teh panas yang disuguhkan, Soyok lantas berkata sambil berdiri "Toaci, hari sudah siang, kiranya Ling-kongcu harus berangkat."
"Mungkin Thay-siang akan menguji Ling kongcu membuat obat
itu, Ji-moay sudah bawaobatnyabelum?" tanyaPekhoapangcu.
"Sam-moay sudah menyiapkan untukku," sahut So-yok tertawa.
"Baiklah, bolehlah kau bawa Ling kongcu dan segera berangkat, supayaThay-siangtidakterlalu lama menunggu."
So-yok mengiakan, dia menoleh dan berpesan kepada si melati:
"Bak-ni, lekas kau beritahu supaya perahu disiapkan-" Si melati mengiakan terus berlaripergi.
So-yok berdiri, katanya: "Ling kongcu, hayo berangkat" Sembari bicara dia mengenakan mantel terus beranjak ke luar.
Kun-gi memberi hormat kepada Pek hoa pangcu serta Giok lan
dan mohon diri. Mereka mengantar sampai di depan pintu.
Sepasang mata Pek hoa pangcu sejeli mata burung hong
menatapKun-gi, katanya:"Kamitidak mengantar lebih jauh."
Beradu pandang seketika terasa oleh Kun-gi sorot matanya
mengandung kasih mesra nan penuh arti, diam2 terkesiap hatinya, berkumandang pula suara Pek hoa pangcu selirih bunyi nyamuk di
tepi telinganya: "Dihadapan Thay-siang kau harus berlaku hati2, setiap pertanyaan harus kau jawab dengan baik, kalau dia tidak
tanya, jangan banyak bicara."
Segera Kun-gi balas menjawab dengan ilmu gelombang suara:
"cayhetahu."Lalucepat2dia megikuti langkahSo-yok.
Perahu yang disiapkan ternyata kecil saja, di tengahnya beratap jerami, bentuknya bulat panjang, di kedua ujung perahu masing2
duduk seorang perempuan setengah umur berperawakan kekar
kuat, So-yok melompat turun lebih dulu terus menyelinap masuk
dan duduk, terpaksa Kun-gi ikut melompat turun, tapi dia berdiri saja, karena ruang perahu sempit, hanya cukup untuk dua orang
bersimpuh berhadapan, di kanan kiri terdapat sebuah meja kecil
rendah di mana ditaruh cangkir minuman, jadi tiada barang
perabot lainnya, laki-perempuan duduk dekat berhadapan rasanya
kurang leluasa, tapi setelah berada di atas perahu tak mungkin dia duduk. . .
Apa boleh buat, akhirnya dia menyelinap masuk dan duduknya
sedikit mundur di atas kasuran berhadapan dengan So-yok. dengan menyengir dia berkata: "Perahu ini terlalu kecil.".
"Perahu ini memang khusus kami buat secara istimewa, kalau badanperahulebihbesarsedikittidakakanbisa masuk."
Perempuan di buritan segera angkat galah, ia menarik tali kerai bambu yang bentuknya bundar segera bergerak menutup tempat
duduk So-yok dan Kun-gi. Keruan keadaan menjadi gelap. untung
Lwekang Kun-gi. cukup tinggi, dia masih bisa melihat jelas keadaan sekitarnya. Tak lama kemudian So-yok menyalakan lentera yang
terletakdisamping atas. Terasa oleh Kun-gi perahu mulai bergerak. pengayuh bekerja
menerbitkan gemercik air. Diam2 Kun-gi membatin: "Kiranya tutup ini sengaja dipasang supaya aku tidak dapat melihat pemandangan di luar"
Setelah api menyala, So-yok tersenyum, kata-nya: "Tentunya Ling-kongcu merasa heran kenapa perahu ditutup begini rapat?"
"Mungkin daerah rahasia yang penting artinya, orang luar
dilarang melihat keadaan di sini," kata Kun-gi..
"Bukan begitu, perahu ini khusus dibuat-untuk Thay-siang
seorang saja. Beliau tidak ingin dilihat orang, apalagi diketahui tempat tinggalnya. Dalam Pang kita kecuali aku, Toaci dan Sammoay tiada orang lain yang tahu tempat beliau bersemayam, kau
adalah orang luar satu2nya yang melanggar kebiasaan Thay-siang, ini menandakan betapa besar perhatian Thay-siang kepadamu."
"Sungguh cayhe amat bangga dan senang hati."
"Maukah kau tinggal di tempat kita ini untuk selamanya?" tanya So-yok menatap Kun-gi lekat2..
Berdetak jantung Kun-gi, katanya tawar: "Anggota Pang kalian semua perempuan, boleh cayhe tinggal di sini?"
"Asal kau manggut, aku akan bicara dengan Thay siang, dalam Pang kitakan juga ada laki2 lain-"
"Merekakan Hou-hoat-su-cia."
"Jangan kau pandang enteng para Hou-hoat-su-cia itu, di antara mereka tidak sedikit murid perguruan ternama, ilmu silatnya tinggi, kalau Ling-kongcu mau tinggal di sini, kau tidak akan dijadi-kan Hou-hoat-su-cia"
Sengaja Kun-gi, bertanya: "Hu-pangcu hendak memberi jabatan apa kepada cayhe.?"
Merah muka So-yok, katanya menunduk malu. "Dinilai dari ilmu silatmu, masakah kau boleh diberi kedudukan rendah", Sekarang
kau tidak perlu tanya, soal ini akan kurundingkan dengan Thaysiang" "Masakah Hu-pangcu tidak bisa memperkirakan supaya cayhe
bisa mempertimbangkannya?" Semakin merah wajah So-yok.
suaranya lirih: "Bagaimana maksuk hatiku padamu, memangnya tidak terasa
olehmu" Kalau tidak buat apa kubawa kau menghadap
Thay-siang?" cukup jelas dan gamblang kata2nya.
Tanpa terasa tergunang juga hati Kun-gi, laki perempuan duduk
berhadapan dan membuka isi hatinya lagi seCara blak2an, lalu
bagaimana dia harus menanggapi" Terpaksa Kun-gi berkata
sekenanya: "Hu-pangcu bermaksud baik, membimbingku, setulus hati kunyatakan terima kasih, soalnya beberapa temanku berada di tangan Hek liong-hwe, setelah kuketahui mereka terjeblos di
sarang iblis, betapapun aku harus berusaha menolong mereka,
karena itu sukaruntukkutinggal dalamPang kalian-"
"Menurut Thay-siang, Hek liong-hwe merajalela melakukan
kejahatan, kelak pasti mendatangkan petaka di Kangouw, sudah
lama kita bermaksud menumpasnya, cuma mereka memiliki getah
beracun yang tiada obatnya sehingga soal ini tertunda sampai
sekarang, kini setelah obat penawar getah telah kau buat, mungkin Thay-siang akan pimpin sendiri gerakan besar2an untuk
menggempur Hek liong-hwe, itu berarti kawanmu juga akan
tertolong pula." Tengah bicara gemercik air tiba2 semakin keras, Kun-gi dapat
membedakan suara gemercik air ini membawa pusaran yang keras
dan berdaya sedot yang kuat, kalau tidak salah perahu kini tengah memasuki suatu gua yang dalam dan luas.
Terasakan pula laju perahu tiba2 menjadi lambat, kalau tadi
perahu bergerak melawan arus sehingga menimbulkan guncangan
cukup keras, tapi laju perahu sekarang mesti lambat namun kira2
tiga puluhan tombak kemudian lantas pelahan dan Akhirnya
berhenti. TaktertahanKun-gibertanya:"Apakahsudahsampai?"
So-yokcekikikan, katanya:"Kupingmu tajamjuga."
"Kurasa perahu sudah berhenti."
"Krek." tiba2 kerai bambu yang rapat itu tersingkap. Tapi keadaan sekeliling gelap. tak terlihat bintang2 di langit, kiranya perahuberlabuhdibawah dinding batuyangterjalgelap.
So-yok mendahului berdiri, katanya: "Letak puncak tebing di atas cukup tinggi, biarlah ku lompat naik dulu, kau boleh
menyusul." Sekali tutul kaki, dengan enteng tubuhnya lantas melejit ke atas, hanya sekali berkelebat lantas tak kelihatan-Kejap lain terdengar suara So-yok berseru di atas batu: "Ling-kongcu, boleh kau lompat kemari, tapi hati2, batu ini berlumut dan sangat licin-" Lalu terdengar suara percikan api.
Mata Kun-gi dapat melihat di tempat gelap. tanpa sinar api
iapun bisa melihat cukup jelas keadaan sekelilingnya, segera dia menjawab: "Ya, cayhe segera naik," iapun tiru gerakan orang, ujung kaki menutul papan perahu, tubuhnya terus melambung ke
atas. Karena tidak ingin pamer kepandaian di depan So-yok, kira2
setombak lebih badannya melejit ke atas ia terus meluncur turun ke samping So-yok,
Buru2 So-yok ulur tangan pegang lengannya, katanya: "Berdiri ke sini sedikit, batu sebelah pinggir berlumut dan licin-" Karena tarikan ini badan mereka hampir berhimpitan. Lekas So-yok
menunduk dan meniup padam obor, seketika keadaan gelap gulita
pula. Dalam kegelapan So-yok berkata pula: "Disini sebenarnya
dilarang menyalakan api, demi keselamatanmu barusan aku
melanggar larangan untuk selanjutnya kau harus menggremet di
tempat gelap." Tanpa tunggu Kun-gi bersuara cepat ia
menambahkan: "Tak usah kuatir, jalanan di sini aku sangat apal, asalkaugandeng tanganku, pastitakkan terjatuhdari ketinggalan-"
Jari tangan yang halus segera menarik Kun-gi, katanya manis:
"Hayo, kita ke atas, hati2 lima langkah lagi ke atas adalah lorong sempit yang harus dilewati dengan badan miring, jangan sampai
kepalamu kebentur benjut."
Kun-gi tidak ingin orang tahu dirinya dapat melihat di tempat
gelap. maka ia biarkan saja dirinya ditarik dan digandeng. Apa
yang dikatakan So-yok memang tidak salah, di depan hanya
sebuah lorong sempit, hanya cukup untuk tubuh seorang, kaki
terasa menginjak tanah berbatu yang naik turun tidak rata.
Walau So-yok sudah apal tempat ini juga jalan menggremet
hati2, kembali dia bertanya: "Ling kongcu, di rumah masih adakah sanak saudaramu?"
"Keluargaku hanya ibu dan aku saja," sahut Kun-gi.
Bersinar mata So-yok di tempat gelap. tanyanya: "Kau tidak punya adik perempuan?" tiba2 dia menghentikan langkah.
"Bagaimana kalau aku menjadi adikmu?" Badannya yang padat dan montok tiba2 menggelendot ke dada Kun-gi.
Kun-gi tahu, nona ini bertabiat buruk. aleman, keras kepala dan suka menang, Pek-hoa-pangcupun suka mengalah padanya, kalau
dirinya sampai membuatnya marah, bukankah usaha dan
rencananya bakal gagal total" Maka tanpa pikir tangannya segera memapah badan orang, katanya: "Hu-pangcu suci dan berbudi
luhur, laksana berbadan emas, mana cayhe berani terima?"
Menggeliat pinggang So-yok yang ramping, katanya aleman:
"Ah, kau kira aku tidak setimpal" Jelas kau memandang rendah aku."
"Manacayheberanipandang rendahdirimu?".
So-yok mendongak, katanya, "Kami ada banyak saudara
perempuan di sini, tapitiadapunyatoako, mungkinadajodoh, sejak
pertama kali melihatmu se-olah2 kau sudah menjadi Toakoku,
bagaimana jika betul kau menjadi, Toakoku?"
"Sungguh, cayhe tidak berani terima."
"Mau tidak mau aku tetap anggap kau sebagai Toako," omel Soyok seperti anak kecil merengek minta permen, Kedua bola
matanya terpentang lebar, walau dalam gelap dia tidak melihat
wajah Kun-gi, tapi badannya yang halus padat menempel badan
Kun-gi, kepala mendangak dengan malu2 dan merdu dia
memanggil: "Toako."
Kecuali tabiatnya yang jelek. perawakan So-yok boleh masuk
hitungan, apalagi cantik menggiurkan, suara panggilannya berdaya tarik menggetar sukma, seketika hati Kun-gi terguncang, tanpa
sadardia memelukpinggang So-yokyangrampingdengan erat.
So-yok bersuara lirih terus merebahkan badannya ke dalam
pelukan Kun-gi serasa lunglai otot tulang tubuhnya, maklumlah dia masih perawan ting-ting, tumbuh dewasa di kalangan wanita yang
tidak pernah bergaul dengan lelaki, apalagi disentuh dan dipeluk begini rupa, keruan hatinya berdebur seperti gelombang samudara memukul pantai, seperti anak kambing yang kaget, takut dan jinak pula, badannya rada gemetar.
Kun-gi juga pemuda yang baru menanjak dewasa, jiwa laki2nya
baru mekar pula begitu dia peluk So-yok, badannya seketika
bergetar seperti kena aliran listrik, jantung seperti hendak copt, tiba2 pikirannya tersentak sadar dan cepat2 melepaskan
pelukannya. Walau ditempat gelap. tapi Kun-gi sendiri merasakan mukanya
panas, katanya tergagap: "cayhe pantas mati, berani kurang ajar, terhadap Hu-pangcu, harap . . . ."
Cepat So-yok mendekap mulut anak muda itu, katanya lirih:
"Tak usah menyalahkan diri sendiri, aku tidak menyalahkan kau, karena aku sudah anggap kau sebagai Toakoku"
"Bisa punya adik seperti kau, sungguh amat beruntung dan
berbesar hati, cuma. . . "
"Tidakusah pakai alasan, kau mau terimaaku sebagaiadikmu?"
Apa boleh buat, terpaksa Kun-gi berkata: "Baiklah, kupanggil kau adik."
"Nah kan begitu, Toako yang baik."
Muka Kun-gi masih terasa panas, lekas dia mendesak: "Hayolah kita melanjutkan perjalanan."
"Biar tetap kugandang tanganmu, setelah lewat lorong sempit ini baru jalan agak datar"
Cukup panjang juga lorong sempit ini, kalau badan sedikit
gemuk takkan bisa lewat lorong sempit ini. Dinding batupun tidak rata, ada yang runcing, kurang hati2 sedikit pakaian biaa tercantol sobek. Begitulah mereka menggeremet miring ke depan. Kira2
semasakan air baru mereka keluar dari lorong sempit ini: Di luar tanah memang datar dan lapang, mereka berada di dalam gua
alam yang besar, tapi tetap gelap dan lembab, sayup2 terdengar
suara tetesan air dari langit2 gua.
Diam2 Kun-gi heran, pikirnya: "Thay-siang-pangcu dari Pek-hoapang kenapa malah bertempat tinggal di tempat seperti ini?". .
So yok tetap menggandeng tangannya terus maju ke depan
menuju dinding batu di depan. Tampak dia ulur tangan menekan
sebuah lobang kecil di atas dinding. . . Maka terdengar seorang membentak tanyadaribalik dinding: "Siapa?"
"Aku, So-yok" sahut So-yok. Lalu terdengar suara gemuruh, dinding batu persegi di depan mereka tiba2 bergerak dan tampak
sebuah pintu, sinar lampupun menyorot keluar, dari balik batu.
Lalu muncul seorang perempuan setengah umur berbadan tinggi,
sorot matanya dingin kaku, sekilas dia lirik Kun-gi, tanyanya: "Dia inikah yang di-panggil Thay-siang?"
So-yok manggut, katanya: "Dia bernama Ling Kun-gi." Lalu dia berpaling, katanya pula: "Ling-kongcu, mari kuperkenalkan inilah Ciok-lolo."
Lekas Kun-gi menjura, katanya: "cayhe menyampaikan hormat
kepada Ciok-lolo." Tidak nampak secercah senyum pada wajah keriput Ciok-lolo
ataunenekciok:"Tidakusahsungkan, lekaskalian naik keatas."
So yok aturkan terima kasih dan ajak Kun-gi masuk. Kini mereka
berada di sebuah kamar batu berbentuk lonjong persegi, di depan ada undakan batu, di sebelah kiri ada sebuah pintu, agak-nya di sanalah kamar tidur Ciok-lolo.
Dari atas dinding So-yok menurunkan sebuah lampion, setelah
menyulutnya dia berkata tertawa: "Ling-kongcu, ikutilah aku." Dia mendahului naik ke undakan batu. Undakan batu Cukup lebar, ia
menenteng lampion, maka tidak perlu bergandeng tangan lagi.
Undakan batu ini melingkar naik ke atas, langkah mereka
dipercepat, setiba di ujung undakan kembali mereka dia dang
dinding batu. Diam2 Kun-gi menghitung sedikitnya dia sudah naik lima-enam
ratus undakan-Di depan dinding So-yok menekan dua kali,
terdengar suara berkeriat-keriut, muncul sebuah pintu di dinding itu, pandengan mereka menjadisilauolehbenderangnyasinar
matahari. So yok tiup padam lampion dan menggantung di atas dinding,
lalu katanya: "Silakan Toako."
Kun-gi tidak rikuh2 lagi, segera dia melangkah keluar, terasa
angin menghembus semilir, semangat seketika terbangkit. So-yok
mengintil di belakangnya, setelah berada di luar, dia menekan
dindingdua kalipula, pintubatu pelan2 menutup sendiri.
Di luar pintu batu ini letaknya di sebuah paseban di lamping
gunung, paseban ini besar dan megah, enam sakanya berwarna
merah cukup sepelukan satu orang. Bunga bertaburan di segala
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pelosok memenuhi lereng yang terbentang luas, anehnya bunga
yang tak diketahui namanya ini beraneka macam jenis dan
warnanya, Semuanya, mekar Semerbak. Tepat di tengah paseban
ini di-pasang sebuah panggung batu kecil bulat halus mengkilap
menyerupai meja bundar dikelilingi kursi bundar yang berbentuk
men erupaigendang, semuanyaterbuatdaribatugunung.. Setelah
pintu merapat, tampak di pagan batu yang besar itu, setinggi
setombak berukir empat. huruf yang berbunyi "Pek-hoathing-kip".
"Tempat apakah ini" " seru Kun-gi heran.
"Inilah Pek-hoa-kok (lembah seratus bunga)," sahut So-yok.
"Hayolah, setelah membelok ke lamping gunung sana, kau dilarang buka suara lagi." Lalu dia mendahului jalan menyusuri jalanan yang dilandasi pagar batu.
Sambil mengikutilangkahorangKun-giber-tanya:"Kenapa?"
"Thay-siang tidak senang kalau ada orang suka bertanya,
apalagi beliau sudah berhasil meyakinkan Thian-ni-thong, setelah membelok pengkolan gunung itu, semua pembicaraan kita akan
terdengar olehnya." Kun-gi manggut2. Langkah mereka dipercepat, setelah keluar
dari pengkolan gunung, seluas mata memandang lembah ini bagai
bertaburkan bunga, beraneka warnanya, di antara bayang2
pepohonan sana ada bangunan rumah bersusur, dengan berbagai
bentuk artistik, Jauh di atas sana, seperti ada jembatan gantung yang
menghubungkan satu rumah berloteng dengan bangunan megah
yang lain-Sungguh pemandangan permai yang menyegarkan
semangat dan perasaan. Tak tertahan Kun-gi menarik napas
panjang, katanya memuji: "Bile cayhe tidak tahu tempat ini adalab tempat semayam Thay-siang, melihat keadaan lembah yang
permai dan teratur rapi ini tentu membayangkan bahwa pemiliknya pasti seoranganehdan memilikikepandaianyangjauh
melebihiorang." Mendengar Kun-gi buka suara. So-yok tampak kaget, mau
mencegah tapi tak sempat lagi. Syukurlah yang didengar adalah
kata2-pujian, barulah lega hatinya. Tapi pada kejap lain ia
mendengar seseorang mendengus sayup2 dari kejauhan.
Suara dengus ini kedengarannya sangat jauh, tapi seperti juga
sangat dekat sehingga sukar orang meraba dari mana datangnya.
Yang terang So-yok berubah air mukanya, seketika dia bergidik,
katanya lirih: "Lekaslah" Bergegas dia masuk ke lembah sana.
Sudah tentu Kun-gi tahu suara dengus tadi dikeluarkan seorang
yang memiliki Lwekang tinggi dan dia pasti Thay-Siang adanya.
Ucapan Kun-gi tadi juga diutarakan secara spontan karena melihat panorama lembah yang mempesona ini, padahal kata2 pujiannya
diucapkan setulus hati, memangnya kenapa orang mendengus". Ini
berarti bahwa jiwa Thay-siang rada nyentrik, wataknya, pasti aneh dan menyendiri, tak heran Pek-hoa-pangcu dan So-yok berpesan
wanti2 dihadapan Thay-siang nanti supaya dirinya tidak banyak
bicara kalau tidak di-tanya.
Cepat sekali mereka sudah tiba di depan sebuah rumah
berloteng yang dibangun amat megah. So-yok berhenti, katanya
menoleh: "Ikutilah aku." Dia bawa Kun-gi masuk ke sebuah kamar tamu yang bentuknya agak kecil, katanya pula: "Ling-kongcu duduklah menunggu di sini, aku akan masuk memberi laporan
kepada Thaysiang, sebentar ku-kembali."
"Hu-pangcu boleh silakan," ucap Kun-gi.
Tanpa bicara lagi So-yok beranjak keluar. Seorang diri Kun-gi
duduk di kursi, dia kira So-yok akan segera kembali, tak tahunya ditunggu setanakan nasi masih belum keluar, lambat laun hatinya menjadi gundah dan tidak tenteram, sambil menggendong tangan
dia mondar-mandir melihat lukisan di dinding. cukup lama juga dia meneliti setiap lukisan itu baru didengarnya langkah ringan
seseorang mendatangi. cepat Kun-gi membalik badan, tampak
yang datang adalah seorang gadis berpakaian kain kembang.
Usia gadis Cilik ini sekitar 12-an, tapi wajahnya tampak ayu
jenaka, rambutnya dikuncir, bagian depannya dipotong poni,
bibirnya yang merah delima tampak mungil dan mengulum
senyum, kelihatannya masih kanak2: Waktu dia melangkah masuk
kebetulan Kun-gi membalik badan, biji mata yang jeli dan bening itu seketika menatap Kun-gi dengan tajam, langkahnyapun
berhenti, pipinya yang putih halus seketika bersemu merah, cepat dia menunduk malu.
Maklumlah, sejak kecil nona ini dibesarkan di lembah nan sunyi
dan putus hubungan dengan dunia luar, kapan dia pernah melihat
seorang laki2, apa-lagi laki2 seperti Kun-gi yang cakap ganteng ini, karena malu, hampir saja dia tidak kuasa berbicara.
Kun-gi malah bersuara dulu dengan tertawa: "Apakah
Hu-pangcu suruhnona memanggilcayhe?"
Setelah tenang hatinya baru gadis cilik itu manggut2 dengan
malu2, katanya: "Jadi kau ini Ling kongcu" Thay-siang
mengundangmu." "Silakan nona tunjukkan jalan," kata Kun-gi.
Sambil menunduk gadis cilik itu membalik terus melangkah
pergi, katanya: "Marilah Ling-kong-cu ikut aku." .
Keluar dari ruang tamu dia belok ke kiri adalah serambi panjang yang menjurus ke lembah diseberang sana, pemandangan
menghijau permai, air terjun mencurah deras di ujung timur sana, seluruh pemandangan didasar lembah terlihat amat jelas.
Pada ujung puncak di atas lembah itulah di-bangun rumah lima
tingkat, yang ditengah merupakan pendopo luas dari besar,
kelihatannya seperti ruang sembahyang, tepat di tengah ada
sebuah meja panjang dengan patung Hud-co yang terbuat dari
batu jade putih. Kiranya Thay-siang yang diagungkan itu beragama Buddha.
Gadis berpakaian kembang membawa Ling Kun-gi masuk ke
ruang sembahyang, terus menuju ke pintu di sebelah timur dan
berhenti di depan sebuah kamar, dari luar kerai dia membungkuk
serta berseru. "Lapor Thay-siang, Ling-kongcu telah tiba"
Terdengar seorang perempuan tua bersuara dari dalam: "Suruh dia masuk."
Gadis baju kembang segera menyingkap kerai dan berkata lirih:
"silakan masuk, Ling-kongcu."
Sedikit membungkuk badan Kun-gi melangkah masuk. Kiranya
di sinilah Thay-siang bermukim, di sebelah sana adalah sebuah
dipan yang berukir, bantal guling lengkap. serba baru bersih dan rapi, di atas dipan inilah duduk seorang perempuan berpakaian
serba hitam. Wajahnya berkeriput tua, tulang pipinya sedikit
menonjol, kulit badannya putih, rambutnya bercampur uban, tapi
disisir rapi berminyak. jidatnya terikat selarik kain hitam bersulain indah dan tepat diantara kedua alisnya dihiasi sebutir mutiara.
Melihat sikap duduk orang yang kelihatan angker berwibawa
meski wajahnya tidak kelihatan marah, jelas perempuan tua inilah Thay-siang-pangcu dari Pek-hoa-pang.
So-yok tampak berdiri di belakangnya, kedua tangan lurus ke
bawah, sikapnya kelihatan amat hormat dan patuh. Di kedua sisi
dipan ada delapan kursi, tepat di tengah ada sebuah meja segi
delapan, di atas meja terletak semangkuk getah beracun dan
sebotol air obat buatan Kun-gi.
Tak heran setelah So-yok masuk sekian lamanya baru
mengundang dirinya, kiranya ia hendak mencoba dulu kasiat
obatnya dihadapan-Thay-siang.
Baru saja Kun-gi melangkah masuk. suara So-yok lantas
berkumandang: "Ling-kongcu, inilah Thay-siang dari Pang kita."
Karena dia berdiri di belakang Thay-siang, maka dengan leluasa dia bisa memberi kedipan mata dan monyongkan mulut kepada Ling
Kun-gi, maksudnya supaya Kun-gi lekas menyembah.
Kun-gi justeru anggap tidak tahu, ia maju dua langkah dan
hanya menjura dengan membungkuk badan, serunya: "cayhe Ling Kun-gi, menyampaikan hormat kepada Thay-siang."
Thay-siang duduk diam saja, kedua biji matanya setajam ujung
pisau menatap Kun-gi lekat2, seakan2 dari wajah orang dia hendak menemukan apa2, sesaat lamanya baru dia berkata: "Kau
duduklah" "Di hadapan Thay-siang, mana cayhe berani duduk" "
Terunjuk rasa dongkol pada sinar mata Thay-siang, suaranya
lebih dingin: "Kusuruh kau duduk. maka kau harus duduk, ada pertanyaan akan ku-ajukan."
Sorot mata So-yok tampak gelisah dan tidak tenteram, beberapa
kali dia berkedip kepada Kun-gi. Maksudnya menganjurkan supaya
anak muda itu menurut dan lekas duduk.
Kun-gi tertawa dengan tabah, katanya: "Terima kasih."
Ia lantas duduk dikursi sebelah kiri, lalu bertanya: "Thay-siang memanggil, entah ada keperluan apa, cayhe siap mendengarkan. "
Tertampak rasa dongkol pada rona muka Thay-siang, katanya
tidaksabar, "KausheLing" Kelahiran mana" "
"Ya, hambadilahirkandicin-ciudansejak kecil tinggal di sana."
"Siapa nama ayahmu" "
Kun-gi heran, agaknya Thay-siang amat memperhatikan riwayat
hidupnya, malah diwaktu mengajukan pertanyaan matanya
menatapnya lekat2, mimiknya menunjukkan sikap yang kurang
bersahabat. Memangnya dirinya pernah melakukan kesalahan
terhadapnya" Tapi dengan kalem dia menjawab: "Ayah bernama Ling Swi-toh." .
"Ling Swi-toh?" Thay-siang mengulang nama itu dengan suara lirih, lalu bertanya pula: "Ayah-mu sudah marhum" Berapa tahun dia meninggal" "
"Waktu ayah wafat aku berumur tiga tahun, sampai kini sudah
19 tahun." "Di waktu hidupnya apa kerja ayahmu?" pertanyaannya semakin aneh dan ber-belit2, So-yok yang berdiri dibelakangnyapun
melongo heran "Ayahhidupbercocoktanamdan belajar membaca."
"Siapa pula keluargamu" " "Hanya ibunda seorang saja."
"Ibumu she apa" "
Pertanyaan semakin jelas dan teliti, mau tidak-mau timbul
kewaspadaan Ling Kun-gi, maka sekenanya dia menjawab: "ibu she ong."
Setelah menjawab baru hatinya mencelos, mendadak ia ingat
pernah memberitahukan kepada Pek-hoa-pangcu bahwa ibunya
she Thi, untung Thay-siang tidak
Jilid 16 Halaman 17/18 Hilangjaman ini, tokoh Bu-Iim yang tiada bandingannya pula, sudah
lama Losiu mengaguminya, sayang tiada jodoh bertemu, Lingsiangkong adalah murid kesayangan Taysu, Losiu merasa
beruntung dapat bertemu denganmu."
Ling Kun-gi berdiri dan menyatakan tidak berani dan bersyukur
juga . Dilihatnya So-yok yang berdiri di belakang Thay-siang
menunjuk mimik aneh, kaget, heran, tidak percaya dan berbagai
perasaan yang campur aduk. selamanya belum pernah dia
mendengar Thay-siang bicara seramah ini, apa lagi merendah diri terhadap orang lain, lambat laun sorot matanya yang menatap Ling Kun-gi berubah menjadi tatapan melamun, wajahnyapun berseri
tawa. Lebih lanjut Thay-siang berkata: "Ling-siangkong berhasil
membuatkan obat penawar getah beracun itu, sungguh Losin amat
senang dan berterima kasih." Setelah batuk2 kering dengan sikap rikuh dia menambahkan-. "Bolehkah Ling-siangkong sekalian
memberitahu resep obatnya kepada Losin" "
Sebetutnya hal ini sudah dalam pikiraan Kun-gi, cuma sejauh ini dia belum berhasil menemukan alasan apa untuk menolak. apa lagi dia memang tidak punya resep segala, sesaat dia jadi ragu2,
sahutnya: "Ini. . . . ."
So-yok segera menyeletuk: "Thay-siang, agak-nya Lingsiangkong sungkan bicara, biar Tecu saja yang menjelaskan."
"Baiklah, coba katakan,"ucapThay-siangsam-bil menoleh.
Berseri tawa So-yok, Kun-gi dipandangnya lekat2, katanya:
"Tecu pernah tanya soal resep itu kepada Ling-kongcu, katanya keselamatan jiwa raganya ditempat kita ini susah diramalkan, kalau resep obat diserahkan, dia kuatir kita mengambil tindakan yang
merugikan dirinya." Ternyata Thay-siang tidak marah, malah manggut2, katanya:
"Liku2 kehidupan Kangouw memang serba-serbi, penuh kejahatan dan berbahaya, memang cukup beralasan kekuatiran Lingsiangkong, tapi selama hidup ini Los in sudah patuh akan ajaran agama, Pek-hoa-pang yang kudirikan inipun khusus untuk
menghadapi kelaliman Hek-liong-hwe, mungkinkah sampai
melakukan perbuatan sekotor dan sekejam itu?"
"Tecujugabilangdemikian,"ujar Soyok.
Kun-gi menjura, katanya: "Harap Thay-siang tidak salah paham,
sebetulnya tiada maksud apa2 cayhe terhadap Pek-hoa-pang
kalian, cuma. . sebetulnya."
"Ling-siangkong ada kesulitan apa, silakan bicara saja," tatap Thay-siang dengan mata bersinar.
Dasar otak Kun-gi memang cerdas, tiba2 berkelebat suatu ilham
dalam benaknya, seketika terpikir olehnya jawaban atas
pertanyaan orang. Soalnya wajah Thay-siang tadi berubah dan kini sikapnyapun
berganti ramah tamah setelah dirinya menyebut nama kebesaran
gurunya, biarlah soal resep obat ini dikatakan berada ditangan
gurunya. Maka dia lantas berkata sambil sedikit membungkuk: "Harap
Thay-siang maklum, resep obat ini diperoleh guruku dari seorang pendeta asing dari benua barat, memang khusus untuk
memunahkan segala racun aneh dan jahat di kolong langit ini,
cayhe hanya bisa membuat obat itu menurut catatan, soal
resepnya kalau belum memperoleh izin langsung dari guru, cayhe
tidak berani membocorkan kepada siapapun, untuk ini harap
Thay-siang suka memaafkan-"
Alasannya memang tepat dan dugaan Kun-gi ternyata tidak
meleset. Mendengar resep obat itu milik Hoan-jiu-ji-lay yang
dirahasiakan, Thay-siang tidak tanya lebih lanjut, katanya dengan tertawa lebar: "Ling-siangkong tidak usah rikuh, setiap aliran mempunyai ilmu yang dirahasiakan, Losin takkan main paksa,
untung Ling-siangkong sudah bikin dua guci besar obat penawar
itu, kukira cukup berkelebihan untuk digunakan-"
"Thay-siang," sela So-yok, "Ling-siangkong bilang, dua guci obat hasilbuatannyaitu hanyaberkasiatselamatiga bulan saja."
"Ya, itu dapat dimengerti," ujar Thay-siang, "kalau obat itu dibuat dariair, makatidakbolehdisimpanlama2."
Mendadak ia seperti teringat sesuatu, katanya pula: "Ada
sebuah permintaan Lo-sin, entah Ling-siangkong sudi memberi
persetujuan tidak" "
"Berat kata2 Thay-siang" Kun-gi merendah, "Thay-siang ada pesan apa, silakan katakan."
Berkata Thay-siang dengan kalem: "Pek-hoa-pang aku yang
mendirikan, maka seluruh anggota dimulai dari Pangcu sampai
para dayang dan semua pembantunya adalah murid-muridku
semua, tapi Pang kita juga ada puluhan Hou-hoat-su-cia, mereka
adalah murid2 dari aliran ternama yang berhasil kami undang.
Ling-siangkong didikan Hoan-jiu-ji-lay, soal watak dan kepandaian silat jelas tidak perlu diragukan lagi, tapi Losin juga tahu,
Pek-hoa-pang sebagai organisasi kecil terdiri dari kaum hawa ini mungkin sukar untuk menahan Ling-siangkong di sini meski kami
mengangkatmu sebagai Hou-hoat-su-cia segala, Tapi terus terang, dalam lubuk hatiku amat ingin bantuan Ling siangkong terhadap
Pek-hoa-pang, maka menurut hemat Losin, bagaimana kalau
Ling-siangkong kita angkat sebagai kepala dari para Houhoat itu, entah bagaimana pendapat Ling-siangkong" "
So-yok yang berdiri di belakang Thay-siang tertawa lebar,
matanyapun bercahaya. Ber-ulang2 Ling Kun-gi menjura, katanya: "cayhe sebagai
angkatan muda dari Kangouw amat bersyukur dan terima kasih
mendapat perhatian Thay-siang, sebetutnya sukar menampik
kebaikan Thay-siang, tentang obat yang diperlukan sembarang
waktu cayhe masih bisa membuatnya pula, soal pengangkatan
tadi, Harap Thay-siang suka menunda-nya saja."
"Losin tahu, Ling-siangkong bak naga di antara sesama
manusla, agaknya sukar Pek-hoa-pang menahanmu: tapi Houhoat
yang kumaksud jauh berbeda dengan kedudukan para Hou-hoat-su
Cia, Houhoat boleh bebas, tidak perlu selalu tinggal dalam Pang, kedudukan ini amat cocok dengan Ling-siangkong, dan harap Lingsiangkong tidak menolak pengangkatan ini."
"Betapa senang dan terima kasih cayhe akan maksud baik Thaysiang,cumacayhemasih mudadanCetekpengalaman,sungguhtak
berani menerima kedudukan setinggi dan seberat ini. Malah cayhe memberanikan diri mohon petunjuk suatu hal kepada Thay-siang."
Terunjuk mimik aneh pada wajah Thay-siang, tanyanya: "Soal apa yang ingin Ling-siangkong tanyakan" "
"Mohon Thay-siang suka memberitahu di mana letak sarang
HekLiong-hwe?" Berubah air muka Thay siang, lama ia menatap lekat2, tanyanya
pula: "Ling-siangkong ingin mencari sarang Hek-Liong-hwe?"
Pelan2 sorot matanya yang tajam mulai pudar lalu berkata
pula:-"Memang tepat kalau Ling-siangkong tanya padaku,
Hek-Liong-hwe merajalela di Kangouw, tapi mereka beraksi secara diam2, kecuali beberapa pentolan tinggi, meski anggota setia
mereka sendiri juga tiada orang yang tahu di mana letak sarang
mereka yang sebenarnya, hanya aku saja yang tahu paling jelas.
Untuk apa Ling-siangkong hendak pergike Hek-Liong-hwe"
Sudah tentu Kun-gi juga merasakan tatapan tajam serta
perubahan air muka orang tadi, "Memangnya ada hubungan
rahasia yang sukar diketahui orang luar antara Hek-Liong-hwe dengan
Pekhoa-pang?" demikian batinnya, pikiran ini hanya berkelebat dalam benaknya, sementara mulutnya berkata: "Dari congkoan cayhe pernah dengar bahwa dua temanku katanya terjatuh ke
tangan orang2 Hek-Liong-hwe, mereka menuntut barter dengan
diriku." "Ya, soal ini So-yok sudah memberitaku kepada Losin, lalu bagai mana pendapat Ling-siang-kong sendiri" "
"Kedua teman itu adalah sahabat setia cayhe, demi keselamatan mereka cayhe rela berkorban, semoga Thay-siang suka
memberitahu letak sarang Hek-Liong-hwe, menolong orang bagai
menolong kebakaran, maka kupikir harus berangkat secepatnya."
Thay-siang manggut2, katanya tersenyum: "Ling-siangkong
memang gagah perwira, keberanian dan kesetiaan diri terhadap
kawan sungguh mengetuk sanubariku, cuma harus diketahui tidak
sedikit jumlah jago2 kosen Hek Liong hwe, meski Ling-siangkong
murid Hoan-jiu-ji-lay, tapi seorang diri menempuh bahaya, bukan saja mungkin tak berhasil menolong teman malah awak sendiri
salah2 bisa celaka pula . . . . " merandek sebentar lalu ia menyambung pula:. "Losin sendiri juga punya dendam kesumat sedalam lautan dengan Hek-Liong-hwe, selama 20 tahun
bersemayam di sini, soalnya racun getah itu amat jahat dan lihay, sejauh ini sukar memperoleh obat penawarnya, pula Losin seorang diri, jelas takkan unggul melawan keroyok-an musuh, tujuan Losin mendirikan Pek-hoa-pang adalah untuk menghadapi mereka."
Kun-gi manggut2. Thay-siang berkata lebih lanjut: "Syukurlah, Thian memang maha pengasih, hari ini Ling-siang-kong datang dan telah bikin obat penawar getah beracun itu, selama kugembleng 20
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahun ini, tidak sedikit pula kekuatan murid2 perempuan yang
kudidik dalam Pek-hoa-pang. Harap Ling-siangkong suka bersabar
dua tiga hari, setelah Losin mempersiapkan seluruhnya, akan
kupimpin sendiri seluruh kekuatan kita untuk bikin perhitungan
lama dengan mereka, kalau Ling-siangkong hendak menolong
teman2, boleh kau ikut bersama Losin"
Tanpa menunggu jawaban Kun-gi, dia lantas berpaling kepada
So-yok dan memberi pesan: "So-yok, suruh Teh-hoa antar Ling siangkong turun gunung."
"Biar Tecu sendiri yang mengantar Ling-siangkong" kata So-yok,
"Tidak, kautinggal di sinisaja, adatugaslain untukmu."
Terpaksa So-yok mengiakan lalu beranjak ke pintu memanggil
Teh-hoa. Teh-hoa, si bunga kamelia adalah gadis kecil yang tadi
membawa Kun-gi kemari, segera muncul di ambang pintu dan
membungkuk berkata, "Hu-pangcu ada pesan apa?"
"Atas perintah Thay-siang, antarlah Ling-siang-kong turun
gunung." Diam2 Teh-hoa melirik Kun-gi, pipinya merah seketika, mulut
mengiakan sambil berputar ke arah Kun-gi, katanya, "Silakan Lingsiangkong ikut hamba."
Kun-gi menjura kepada Thay-siang mohon pamit, Thay-siang
manggut2 tanpa bersuara. Setelah Kun-gi pergi, muka Thay-siang
tampak membesi dingin, katanya mendesis: "So-yok, bagaimana pandanganmu mengenai dia" "
Tercekat hati So-yok. katanya: "Tecu rasa kita jangan
membiarkan dia meninggalkan gunung demikian saja."
"Betul" pandangan Thay-siang tampak memuji, "sejak pertama melihat bocah ini", gurumu sudah bermaksud melenyapkan dia."
So-yok kaget, serunya terbeliak: "Thay-siang hendak
membunuhnya" " "Sungguh tak nyana bahwa bocah ini adalah murid Hoan-jiu-jilay." So-yok merasakan nada perkataan Thay-siang agak ganjil, seolah2 kalau murid Hoan-jiu-ji-lay dia tidak berani membunuhnya, maka hatinya jadi senang, tanyanya: "Apakah Hoan-jiu-ji-lay amat lihay" "
"20 tahun yang lalu, dia membuat onar di Siau-lim si, menjadi murid murtad dari aliran-hud, padahal pihak Siau-lim-si tiada yang dapat menandingi dia, maka dapatlah kau bayangkan betapa hebat
kepandaian silatnya. Selama bertahun2 tak pernah dia menerima
murid, kalau sekarang telah mendidik bocah she Ling ini, sudah
tentu segala kepandaian telah diturunkan kepadanya, kalau
gurumu bunuh bocah ini, memangnya Hoan-jiu-ji-lay terima" "
"Lalu bagaimana sikap dan tindakan Thay-siang" " tanya So-yok.
"Sudah tentu Losin punya perhitungan sendiri," ujarnya sambil mengeluarkan sebutir pil warna putih dari lengan bajunya terus
diangsurkan kepada So-yok, katanya: "Serahkan kepada Toacimu, suruhlah Giok lan berusaha mencampurkan di dalam makanan
bocah she Ling, hati2, jangan gagal."
"Bi-sin-hiang-wan" (pil wangi penyedap pikiran), tangan So-yok yang menerima pil itu rada gemetar.
Tajam dan dingin penuh wibawa tatapan mata Thay siang,
katanya: "Asal dia telah telan Bi-sin-hiang-wan ini baru dia akan tunduk dan patuh selama hidupnya terhadap Pek-hoa-pang, secara
tidaklangsungkitatidakakan menyalahipulapadaHoan-jiu-ji-lay."
So-yok mengiakan dan memuji tindakan gurunya, Thay-siang
mengulap tangan, katanya: "Beritahu pula kepada Toacimu, besok saat tengah hari, gurumu akan memilih orang2 yang akan diikut
sertakan dalam gerakan di Pek-hoa-tian, maka seluruh
Hou-hoat-sucia dan anak didik Pang kita harus hadir sebelum
waktunya." So-yok mengiakan dan cepat mengundurkan diri. .
Bahwa Thay-siang sendiri akan pimpin gerakan besar2an ini
sudah tersiar luas ke seluruh Pek-hoa-pang.
Seperti dibakar dan penuh semangat 36 Hou-hoat-su-cia serta
ratusan murid2 perempuan Pek-hoa-pang, semuanya mengepal
tinju dan menggosok tangan serta menyinsing lengan baju siap
tempur. Cuaca masih remang2, Pek-hoa-pangcu yang kembali dari ruang
pendopo tampak melangkah berat dan lesu, pelan2 dia memasuki
Ing-jun-kuan. Di ruang pendopo dia hanya mengumumkan
perintah Thay-siang, tapi tugas ini serasa beban berat yang
menindih tubuhnya sehingga seperti orang yang baru sembuh dari
sakit parah. Begitu masuk kamar dia terus menjatuhkan diri di atas kursi kebesarannya, badannya lunglai, pelan2 dia pejamkan mata.
Dengan mata terbeliak. Bak-ni, si melati bertanya penuh
perhatian: "Pangcu, kenapa kau" Badan kurang sehat" "
Pek-hoa-pangcu menggeleng dan berkata: "Tidak apa2, hanya
sedikit pening." LekasBak-ni tuangsecangkirtheterusdibawa kedepan Pangcu,
katanya: "Minumlah teh panas ini, mungkin peningnya akan sedikit baik."
"Taruh saja di meja," ucap Pek-hoa-pangcu.
Dari luar didengarnya langkah enteng yang tersipu2
mendatangi, cepat sekali Giok sian telah melangkah masuk. Bak-ni memberi hormat lalu mundur ke samping. Terpentang lebar mata
Pek-hoapangcu, tanyanya: "Sam-moay, kau sudah kembali."
"Pangcu tadi berpesan, setelah menyelesaikan tugas, harus
lekas kemari," sahut Giok sian.
"Ya!" Pek-hoa-pangcu manggut2, "ada satu hal ingin kurundingkan denganmu." Lalu dia berpaling kepada Bak-ni
katanya: "Jagalah di luar pintu, siapapun tanpa seizinku dilarang masuk kemari."
Si melati mengiakan terus beranjak keluar.
"Duduklah Sam-moay."
"Pangcu tidak enak badan" Ada soal apa serahkan kepada
hamba saja" " Dengan lesu Pek-hoa-pangcu mengeluarkan sebutir pil putih dan
diangsurkan kepada Giok-lan.
Mendelik mata Giok-lan melihat pil itu, mulutpun mendesis: "Bisin-hiang-wan." Lalu dia ulur tangan menerima, tanyanya tak mengerti: "Untuk apa ini Pangcu" "
Bola mata Pek hoa pangcu yang jeli lambat laun berkaca2,
suaranya lesu dan putus asa, katanya masguh "Usahakan supaya diminum olehnya."
BergetartubuhGioksian, serunyaheran:"Di-minumkan dia" "
Seperti main teka-teki saja, namun mereka sama maklum, apa
artinya. "dia" dan siapa yang dimaksud, cuma mereka tidak mau bicara terus terang.
"Ya," suaranya sumbang, se-olah2 sukma Pek-hoa-pangcu telah meninggalkanraganya, badannyatampaklemah sekali.
Gemetar semakin keras tangan Giok sian yang menggengam pil
putih itu, suaranya tergagap: "Ini .... maksud .... Pangcu ....
sendiri" ". . Sedikit menggeleng, lemah suara Pek-hoa-pangcu,
senyumnyapun pilu: "Sam-moay, kau salah sangka terhadapku "
"Memangnya maksud siapa" "
"Inilah perintah Thay-siang."
"Perintah Thay-siang" Pangcu tega?"
"Apa yang dapat kita lakukan" Kita tak mampu menolongnya."
"Kalau Pangcu ada maksud ......"
"Sam-moay," tukas Pek-hoa-pangcu, "jangan kau berkata demikian."
"Kurasa dia seorang berbakat, tunas muda punya harapan besar di kemudian hari, sayang kalau Pangcu menyia2kan kesempatan
baik ini." "Aku. .....". Pek-hoa pangcu menggeleng malu. .
"Siau-moay merasa engkau penujui dia. . Demi tercapainya
keinginan Toaci, aku rela menempuh bahaya dan berkorban malam
ini biarlah dia... . "
Mendadak bercucuran dua baris air mata Pek-hoa-pangcu,
katanya sambil menggeleng: "Sam-moay, aku amat berterima
kasih akankeluhuranbudimu, tapi inibukanakalyangbaik."
"Memangnya Toaci ingin dia betul2 menelan pil penyerap pikiran ini"
"Kukira belum tentu pikirannya bisa terserap oleh pil ini,"
demikian ujar Pek-hoa-pangcu, "sudah lama hal ini ku timang2, yang terang kita tak mungkin membangkang perintah Thay-siang,
sementarabiarlah ia makan, obatini........"
"Tapi Toaci pil initiadaobatpenawarnya"seru Giok-lan. .
Pek-hoa-pangcu tertawa getir, katanya: "Sam-moay jangan
lupa, kitakan juga tak punya obat penawar getah beracun"
Giok-lan menjerit tertahan sambil membanting kaki.
"Tadi Ji-moay, ada bilang padaku, katanya dia murid Hoan-jiu-jilay, obat penawar itu juga buatan gurunya, bilamana dapat
menawar getah beracun, sudah tentu juga dapat memunahkan
racun dari Bi-sin-hiang-wan ini." Bercahaya mata Giok-lan.
"oleh karena itu, maksudku biar sementara dia telan pil ini, setelahpersoalanlewat, belumterlambat kitaberusaha lagipelan2."
Berkedip2 mata Giok-lan, katanya sambil keplok tangan:
"Kiranya Toacisudah punyaperhitungan-"
"Tapi hal ini harus kurundingkan dulu dengan kau baru berani
kuambil putusan" "ApayangToacipikir memangtidaksalah."
"Kalau perintah sudah kita terima dari Thay-siang, tak boleh tidak dilaksanakan, biarlah persoalan ini berlalu sampai besok pagi, untung kadar racun Bi-sin-hiang wan ini bekerja lambat dan lunak.
kecuali tunduk dan patuh lahir batin, setia terhadap junjungan, tiada pengaruh sampingan terhadap kesehatan urat syaratnya,
besok akan kita pikirkan lagitindakan selanjutnya."
"Sam-moay, kau memang dapat menyelami pikiranku, sungguh
mengharukan." "Toaci, jangan kau berkata demikian, sesama saudara sendiri pakaiterima kasih segala"cuma kuharap...... "
"Sam-moay," ucap Pek-hoa-pangcu dengan lembut, "kau tak usahkuatir,apayangdapatkumilikiberarti menjadi milikmujuga."
Seketika merah jengah selembar muka Giok-lan, suaranya lirih
sambil menunduk: "Ah, Toaci."
"Sam-moay, hal ini tak usah diragukan lagi, Waktu amat
mendesak, lekaslah kau kerjakan."
Giok-lan mengiakan, setelah memberihormatterusberlari keluar.
Tapi dikala dia melangkah keluar pintu tiba2 dia berhenti dan
bersuara heran dan kaget.
Sudah tentu Pek-hoa-pangcu mendengar seruan kaget ini,
seketika mencelos hatinya, lekas dia memburu maju, tanyanya:
"Sam-moay ....." begitu dekat dan mata melihat, seketika wajahnya berubah, teriaknya "Bak-ni, kenapa kau" "
Ternyata si melati yang ditugaskan jaga di luar pintu entah
mengapa badan tampak lunglai bersandar dinding dengan mata
terpejam, lagaknya seperti orang tidur pulas. Waktu itu hari baru saja gelap. belum saatnya tidur, meski capai dan mengantuk juga tak mungkin tidur sambil bersandar begitu.
Giok lan sudah coba meraba dan mengurut beberapa Hiat-to
ditubuhnya, tapi Bak-ni tetap tidur pulas, ia jadi heran, katanya:
"Kelihatannya bukan tertutuk Hiat-tonya."
Pek-hoa pangcu mendekatinya ia membalik kelopak mata si
melati dan diperiksa kanan-kiri, ia meraba tangan kiri Bak-ni,
memeriksa nadinya, lalu katanya: "Darah berjalan normal, napas teratur, memang bukan tertutuk Hiat-tonya, kelihatan memang
mirip tidur nyenyak. "Sembari bicara kedua tangannya menepuk pipi si melati seraya memanggil: "Bak-ni, hayo bangun "
Kepala Bak-ni tetap lemas lunglai, tetap tidak memberi reaksi.
Tiba2 tergerak hati Giok-lan, lekas dia lari balik ke kamar dan mengambil secangkir air teh dingin terus diguyurkan ke muka Bakni. Bak-ni tampak gelagapan, badannya bergetar serta membuka
mata. Giok-lan menggeram, katanya gemas: "Kiranya terbius oleh obat wangi musuh,"
"Bagaimana perasaanmu" Adakah kau melihat siapa dia" " tanya Pek-hoa-pangcu.
Bak-ni terbeliak. sahutnya: "Tiada kulihat apa2, sejak tadi aku berdiridisini, cuma, tiba2 kurasa mengantuk. tahu2jadi begini."
"Lekas kau periksa keluar," suruh Giok-lan "Apakah Sui-hiang dan Jiang-hwi juga kecundang" " Kedua orang yang disebut malam ini bertugas jaga dipintu besar bagian luar, Bak-ni mengiakan,
bergegas dia lari keluar. Bertaut alis Pek-hoa-pangcu, katanya:
"Sam-moay, mungkin tidak ... ."
"Kukira bukan Ji-ci," tukas Giok-lan, "dia sudah pergi sejak tadi, tak mungkin dia bisa menggunakan obat bius segala" Setelah menepekur lalu menambahkan: "Lalu siapa orangnya yang bisa menggunakan obat bius ini, bahwa dia beroperasi di Ing-jun-koan ini pasti bermaksud tujuan tertentu, jadi jelas dia bukan anggota Pang kita."
Tampak Bak-ni melangkah masuk, Swi-hiang dan Jiang-hwi ikut
dibelakangnya. . "Swi-hiang," tanya Giok lan, "malam ini kau berdua yang tugas dipintu luar, adakah melihat orang masuk kemari" "
"Lapor congkoan," seru Swi-hiang., "kecuali engkau, tiada orang kedua yang masuk kemari."
Rada berubah air muka Giok-lan, katanya sambil mengulap
tangan: "Baiklah, kalian boleh pergi, tiada urusan kalian di sini."
Swi-hiangberduamemberihormatdan mengundurkandiri.
"Toaci," ucap Giok-lan sambil mengawasi Pek-hoa-pangcu,
"kuduga orang itu masuk dari jendela belakang, agaknya dia sudah apalseluk-beluk keluarga"bunga" kita...."
Pek-hoa-pangcu manggut2, katanya: "Sam-moay, lekaslah kau
pergi, jangan menunda urusan, kejadian di sini akan kusuruh orang menyelidiki." Giok-lan mengiakan terus mohon diri.
o0dw0o Hari kedua pagi2 benar, mentari baru raja menongol. Di tengah
pekarangan luas di depan pendopo keluarga Hoa (bunga) sudah
berkumpul sekian banyak kembang2 nan molek. Memang tidak
berkelebihan kalau gadis2 cantik dan ayu itu diibaratkan kembang yang molek dan mekar, karena mereka semua adalah anggota Pekhoa-pang, gadis2 belia jelita, pakaiannya berwarna-warni, pakaian ketat dan memanggul senjata, dandanannya ringkas tapi juga
sederhana, di sanggul mereka masing2 terselip sekuntum bunga
yang beraneka warna dan berbeda pula jenisnya untuk
membedakan nama dan julukan mereka.
Umumnya di mana berkumpul sekian banyak gadis belia dan
cantik2, ada berbisik, tapi ratusan gadis2 berpakaian ringkas yang berdiri teratur dipelataran ini semuanya berdiri tegak tanpa
Perjodohan Busur Kumala 17 Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Golok Naga Kembar 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama