Ceritasilat Novel Online

Rahasia Kampung Garuda 10

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 10


maka terpaksa meninggalkan rumah itu.
Sementara itu Tee soan hong berdiri di dalam kamar
dengan perasaan mendelu, pada saat itu mungkin
pikirannya sedang memikirkan masa lampau yang
menyedihkan, wajahnya tampak diliputi oleh perasaan
duka, air matanya mengalir keluar.
Ho Hay Hong yang baru berjalan beberapa langkah
ketika menoleh dan menyaksikan keadaan Tee soan
hong hatinya semakin heran. Selagi hendak menanya
tangannya sudah ditarik oleh gadis berbaju ungu.
Tanpa berkata apa apa sigadis memberi isyarat
kepada Ho Hay Hong naik kuda. kemudian ia sendiri juga
naik dan kaburkan kudanya dengan cepat kuda itu
dilarikan menuju ke kota.
"Kau hendak kemana?" tanya Ho Hay Hong.
"Selatan!" jawab gadis itu sigap. "Benarkah kau hendak ikut pergi?"
"Mengapa tidak ?"
Ho Hay Hong bungkam, sementara otaknya berpikir:
Maksudmu ke selatan tidak lain hanya hendak
menjumpai dia, untuk minta obat Liong yan hiang"
Jikalau kau ikut, bukankah menyulitkan dirimu ?"
Mendadak ia dapat satu akal, katanya:
"Didaerah selatan keadaan rimba persilatan sangat
ruwet, tidak dapat dibandingkan dengan daerah utara.
Kau belum mempunyai pengalaman sedikitpun juga
tanpa sadar kita mungkin bisa terjebak akal busuk
kawanan bangsat, aku pikir sebaiknya kau jangan ikut
saja!" "Ada kau disampingku, apapun aku tidak takut!"
Ho Hay Hong tidak bisa berbuat apa-apa, hanya dalam
hatinya mengeluh. "Apa kau sedikitpun tidak memikirkan kongkongmu
yang sudah tua" Ia hidup seorang diri, perlu ada orang
yang merawati dikampungnya. Kau harus tahu bahwa
perjalananku ini belum diket ahui masih bisa hidup atau
tidak, apabila mati di selatan, kau seorang diri tanpa
sanak saudara bagaimanapun juga aku merasa berat,
sebaiknya." Belum habis ucapannya sudah menimbulkan
kecurigaan gadis itu, ia menghentikan kudanya dan
bertanya dengan heran: "Ho koko kalau aku menyatakan hendak ikut keselatan
kau lantas mengajukan banyak soal supaya aku jangan
ikuti. Sebetulnya kau ada urusan apa yang perlu harus
mengelabui mataku" Mengapa kau rupanya tidak senang
kalau aku ikut kau."
Ho Hay Hong tidak bisa berkata apa-apa, lama baru
menjawab: "Adikku, kau jangan salah paham, aku hanya takut
kau mendapat kesulitan dijalan."
"Aku rela menderita, mengapa tidak boleh?"
Namun demikian, dalam hatinya sangat resah, ia
mengalihkan pembicaraannya ke soal lain, lantas tidak
menyebut-nyebut lagi persoalan itu.
Setelah perjalanan mereka mulai memasuki daerah
selatan, hawa udara tidak sedingin seperti di utara, tetapi karena dua orang itu masing-masing ada urusannya
sendiri, maka sepanjang jalan tidak banyak yang
dibicarakan. Ho Hay Hong mendadak ingat sesuatu, Ia berkata:
"Aku pikir Tee soan hong Tok Bu Gou pasti bukan
seorang she Tok, nama Tok Bu Gouw itu aku duga pasti
adalah nama samaran. Apa kau tidak dengar diwaktu ia
sedang bicara tanpa disengaja sudah menyebutkan
dirinya sendiri orang she Ho, aku kira nama sebetulnya
tentu orang she Ho!"
"Kau ini benar-benar sangat aneh, usiamu sendiri
masih belum terang. sudah mengurusi urusan orang lain.
Aku heran selagi menghadapi bahaya maut, kau masih
mempunyai pikiran semacam itu, memikirkan diri orang
lain "Apa maksudnya perkataan ini" Aku tidak mengerti!"
"Kau masih hendak tanya orang lain, lantaran
urusanmu, hatinya bingung tidak karuan, sedang kau
sendiri." Ho Hay Hong melihat sikap gadis itu nampak murung,
tidak berani bicara lagi.
Dua muda mudi itu setiap hari melakukan perjalanan
tanpa kenal siang atau malam, mereka hanya berhenti
jikalau hendak makan. Maka pada hari ketiga diwaktu
pagi mereka sudah tiba dikota Kay hong.
Kota itu merupakan kota dagang yang penting bagi
daerah utara dan selatan, kira-kira enam puluh pal dari
kota itu, disitulah letaknya Kampung Setan yang terkenal
angker dan hampir diket ahui oleh semua penduduk
daerah tengah. Ho Hay Hong meskipun melakukan perjalanan jauh
dan belum makan, tetapi ia tak merasa letih, apalagi
Kampung Setan sudah berada didepan matanya.
Terdorong oleh semangatnya yang menyala-nyala
sehingga lupa semua keletihan dan kelaparan.
Tetapi, tidak demikian dengan keadaan sigadis,
kesedihan dan keletihan selama beberapa hari itu,
membuatnya yang biasa hidup senang dan dimanja,
badannya nampak banyak kurus.
Ho Hay Hong khawatir kesehatan gadis itu terganggu,
maka ia t idak melanjutkan perjalanannya, mencari rumah
penginapan untuk beristirahat dulu.
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 21 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 21 HO HAY HONG waktu itu masih tidak menunjukkan
perasaan sedih, ia minta pelayan yang menyediakan
barang hidangan spesifik daerah selatan, yang sengaja
untuk menyenangkan hati gadis itu.
"Ho koko. Kebaikanmu selamanya tidak akan
kulupakan, tetapi jiwamu hanya ah, Ho koko ceritalah
sedikit hal-hal yang menyenangkan hatiku, aku hendak
mengenang segala cerita mu dimasa hidup."
Sehabis berkata demikian air matanya mengalir
bercucuran. hingga tidak dapat melanjutkan katakatanya.
Ho Hay Hong sangat bersyukur, selagi hendak
menghibur kekasihnya Itu dengan kata-kata yang manis,
disuatu sudut rumah penginapan tampak seorang padri
tinggi besar berjubah putih, sepasang mata bercahaya,
tangannya memegangi sebuah sangkar burung yang
besar sekali. Padri yang tinggi besar itu sedang melambaikan
tangan hendak minta diri kepada kawan-kawannya. Apa
yang mengherankan baginya, dalam sangkar besi itu
ternyata terkurung seekor burung garuda yang besar
sekali. Dalam terkejutnya, ia menduga bahwa burung
garuda itu yang agaknya luar biasa, mungkin salah satu
burung garuda peliharaan si kakek penjinak garuda.
Selagi hendak mencari tahu, seorang Kang ouw telah
mendekati padri tinggi besar itu dan bertanya sambil
tertawa terbahak-bahak: "Taysu, boleh aku numpang tanya, orang yang
beribadat itu apakah boleh melanggar agamanya ?"
Oleh karena pertanyaan itu diucapkan dengan suara
nyaring maka dapat didengar oleh semua orang yang
ada disitu, dengan perasaan terheran-heran, semua
orang mengawasi dirinya. Padri tinggi besar itu ketika mendengar pertanyaan
demikian, dalam hati merasa heran. Ia tidak mengerti
apa maksudnya orang yang tidak dikenal itu bertanya
demikian" Tetapi bagaimana layaknya ia harus
menjawab. "Bagaimana orang beribadat terbagi dari golongan
yang jujur atau yang palsu, kalau yang jujur dan
memang harus mencari kebenaran sudah tentu tidak
boleh melanggar aturan, yang palsu maksudnya bukan
mencari kebenaran, maka melanggar atau tidak terserah
kepada kesenangan hatinya !"
Orang Kang ouw itu agaknya hendak menggoda padri,
ketika banyak yang perhatikan dirinya, ia lalu berkata
sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kalau demikian halnya, Taysu jadi termasuk orang
yang beribadat yang palsu !"
Padri tampaknya tidak senang, tetapi ia tidak marah,
sambil merangkapkan kedua tangannya ia bertanya:
"Pertanyaan siecu ini apa maksudnya" Bolehkah siecu
beritahukan kepada lolap?"
"Aku tadi telah menyaksikan Taysu sangat gembira,
minum arak dan makan daging sepuas-puasnya, maka
aku menganggap Taysu adalah tergolong beribadat palsu
itu. Coba Taysu pikir ucapanku ini benar atau tidak?"
Semua orang yang mendengar pertanyaan itu, lantas
pada tertawa ramai. Padri itu rupanya mengerti bahwa orang Kang ouw itu,
sengaja mencari set ori dengannya hingga tidak dapat
mengendalikan hawa amarahnya lagi, ia berkata dengan
suara gusar. "Siecu rupanya mencari setori, sengaja menghina
lolap, apakah kedatanganmu ini ada yang kau andalkan?"
Orang itu tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Salah, salah, aku dengan Taysu masih sangat asing,
kesatu tidak kenal, kedua tidak ada permusuhan apaapa,
perlu apa buat menghinamu" Hanya kelakuan Taysu
yang tidak selayaknya sebagai orang yang beribadat,
menimbulkan keherananku, maka terpaksa aku menanya
padamu. Tak kuduga Taysu lantas marah, ini suatu bukti
bahwa Taysu belum cukup kuat ibadahnya. Ha ha ha "
Sehabis berkata demikian, dengan langkah lebar ia
berjalan di hadapan padri itu, seolah-olah tidak pandang
mata padanya. Ho Hay Hong juga merasa bahwa orang tu agak
kurang sopan, kedatangannya itu tentu bukan tidak ada
sebabnya, maka ia berkata pada gadis itu dengan suara
pelan: "Adik, seperti tadi dengar atau tidak" Tempat seperti ini sering terdapat manusia macam yang tak karuan
sifatnya sehingga mudah sekali timbul perkara. Keadaan
seperti ini, mungkin kau tidak pernah melihatnya di
daerah utara, maka dikemudian hari kau harus berlaku
hati-hati kalau bisa sabar, sabarlah."
Ucapannya itu seperti memberi nasehat kepada
kekasihnya, sehingga gadis berbaju ungu yang
mendengarkan itu merasa pula air matanya kembali
mengucur keluar dan menjawab sambil menganggukkan
kepala: "Ho koko, ucapanmu aku akan ingat dan tidak akan
melupakan untuk selamanya, kau jangan khawatir."
Pada waktu itu padri tinggi besar itu nampaknya
sudah marah benar, dengan keras ia berkata:
"Jangan pergi dulu."
Suaranya bagaikan geledek hingga mengejutkan
semua orang yang berada di dalam rumah penginapan
itu. Kini semua baru tahu bahwa padri itu memiliki
kekuatan tenaga dalam yang hebat.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Padri itu jelas
menggunakan ilmunya dari golongan gereja Siao lim si,
apakah padri ini orang dari golongan Siao lim pay?"
Belum lenyap pikirannya, orang Kang-ouw tadi sudah
berdiri tegap, dan perlahan-lahan berpaling serta
bertanya: "Taysu ada keperluan apa?"
Sikapnya masih tetap tenang, sedikitpun tidak merasa
jeri oleh ilmunya padri tinggi besar itu, jelaslah sudah
bahwa orang itu setidak-tidaknya mempunyai pegangan
yang kuat. Padri tinggi besar itu meletakkan sangkar yang
dibawanya, ia berkata dengan suara gusar:
"Aku adalah Hui Ceng dari Siauw lim-sie, sejak aku
mengembara, belum pernah menjumpai seorang tidak
sopan seperti ini, hari ini jikalau siecu tidak menjelaskan duduknya perkara, kau jangan harap bisa pergi dengan
seenaknya!" "Oh, jadi Taysu ingin bertanding dengan aku" Ha he
he begitu bagus sekali, mari sebutkan caranya!"
Ho Hay Hong sementara itu berpikir "Orang ini
romannya biasa saja. sedikitpun tidak ada apa-apa yang
luar biasa, jelas bukan tandingan padri itu, mengapa ia
berani menantang demikian rupa?"
Tetapi kemudian ia pikir kembali: "justru orang yang
berkepandaian kepalang tanggung ini yang biasanya
sering suka mengagulkan kepandaiannya, dan tidak
pandang mata pada orang lain. Oh, orang itu benarbenar
tidak tahu diri." Pada saat itu matanya tiba-tiba dapat melihat seorang
muda tinggi kurus, dengan kelakuannya seperti maling
berjalan mendekati padri tinggi besar itu, dan selagi padri itu tidak ambil perhatian, ia lalu mengambil sangkar besi
besar itu dan dibawa kabur.
Ketika padri itu mengetahui, anak muda itu sudah
turun dari tangga. Dengan demikian padri itu segera
mengetahui bahwa dirinya telah tertipu oleh akal
muslihat kawanan bangsat.
Ia meninggalkan orang yang menantang dirinya,
dengan cepat lari turun mengejar pemuda kurus itu.
Kejadian ini diluar dugaan orang banyak, hingga
semua pada tertegun. Ilmu lari pesat padri itu sungguh hebat, dalam waktu
singkat ia sudah berhasil menyandak pemuda kurus
tersebut. Tetapi selagi hendak menangkapnya, dari atas
mendadak lari turun seorang tua bermuka hitam, yang
melancarkan serangan dari jarak jauh dengan mendadak.
Serangan itu dilakukan cepat dan hebat sekali,
sekalipun Ho Hay Hong yang berada agak jauh juga
merasakan sambaran hembusan anginnya.
Paderi tinggi besar itu terpaksa menarik kembali


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya dan lompat mundur selangkah.
Orang tua bermuka hitam itu perdengarkan suara
dingin, sama sekali tidak menghiraukan sikap paderi itu.
Dengan langkah lebar ia berjalan menuju kesalah satu
meja yang kosong, setelah duduk, minta pelayan supaya
menyediakan arak dan hidangan, seolah-olah disitu
hanya ia sendiri yang duduk.
Paderi tinggi besar itu ketika menyaksikan sikap dan
kelakuan orang bermuka hitam itu, sesaat tidak bisa
mengambil keputusan hingga berdiri tertegun dipinggir
tangga loteng. Pemuda kurus yang menyambar sangkar besi tadi,
menggunakan kesempatan itu lari. Ho Hay Hong yang
duduk dipinggir jendela. telah melihat sebuah kereta
mewah dilarikan dengan cepat, menyambut pemuda
kurus tadi dan kemudian dikaburkan kearah barat.
Paderi tinggi besar yang berdiri tertegun ketika sadar
kembali, pemuda yang membawa kabur sangkar dan
burung garudanya itu ternyata sudah tidak tampak
bayangannya lagi. Dengan alis berdiri ia menghampiri dan berkata
kepada orang tua bermuka hitam:
"Siecu telah berkomplot merencanakan perbuatan ini,
rencanamu itu meskipun bagus tapi juga tidak akan
terhindar dari hukum, aku Hui Ceng, sudah lama
berkelana di dalam Kangouw, bagaimanapun juga tokh
tak boleh kehilangan muka ditempat umum seperti ini,
siecu pikir ucapanku ini betul atau tidak?"
Orang tua bermuka hitam itu diam saja sambil
menundukkan kepala tetap makan hidangannya, seolaholah
tidak dengar ucapan paderi itu.
Kejadian itu juga mengherankan Ho Hay Hong,
sementara dalam hatinya berpikir, kelakuan orang tua
muka hitam ini meskipun sangat aneh, tetapi mungkin
juga suatu kebetulan saja. Sebab paderi itu hendak
menyerang pemuda itu, dan saat itu justru orang tua itu
hendak naik keloteng, dengan sendirinya menangkis
serangan paderi itu untuk menolong jiwa pemuda tadi.
Semua ini kejadiannya agak aneh, sulit diduga
bagaimana keadaan yang sebetulnya.
Sementara itu paderi tinggi besar itu sudah berada
dimeja orang tua bermuka hitam. Dengan muka merah
padam ia berkata. "Siecu berkepandaian cukup tinggi, tentunya orang
kenamaan dalam rimba persilatan. Lolap seorang yang
tidak tahu diri, mendapatkan kehormatan ini!"
Sehabis berkata, ia mengambil poci arak dituang
kedalam cawan orang tua bermuka hitam itu.
Orang tua bermuka hitam itu mendadak angkat muka
tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Baik, baik, budi kebaikanmu, ku terima dalam hati!"
Ia sodorkan cawannya, menerima pemberian arak
paderi tinggi besar. Sungguh aneh, dua orang tampak berkenalan, saling
mengadu kekuatan tenaga dalam, hingga tangan dua
orang tampak sedikit gemetar. Mata paderi itu tampak
bercahaya napasnya memburu, sedangkan orang tua
muka hitam itu meskipun bibirnya tersungging
senyuman, tetapi agaknya juga sudah mengeluarkan
banyak tenaga. Pertandingan kekuatan tenaga dalam itu berlangsung
dengan cepat, setelah mengadu kekuatan itu, dua orang
sudah tahu kekuatan masing-masing.
Dibawah sorotan mata orang banyak, orang tua muka
hitam itu minum kering arak yang dituang oleh paderi
tadi. Hui Ceng meletakkan kembali pocinya diatas meja,
kemudian serunya pada orang bermuka hitam:
"Siapakah nama siecu yang mulia" Apakah siecu tidak
keberatan memberitahukan pada lolap?"
"Nama julukanku kurang sedap didengar, kusebutkan
barangkali mengotori telingamu, lebih baik tidak
kusebutkan!" jawab orang bermuka hitam sambil
tertawa. "Siecu berkepandaian sangat tinggi, jelas tentulah satu jago kenamaan dari satu daerah. Sayang lolap tidak
mempunyai peruntungan untuk mengetahui nama siecu
yang mulia." "Demikian besar cinta Taysu terhadap diriku yang hina ini, kalau aku tidak mau menyebutkan namaku, Taysu
tentunya akan menganggap aku terlalu sombong.
Dengan terus terang, nama julukanku ialah Liang hay
Hek keng." Ketika mendengar disebutnya nama julukan itu, para
tamu dalam rumah penginapan itu ramai membicarakan
dengan suara pelahan. Ho Hay Hong meskipun belum pernah dengar nama
itu, tetapi dari sikap orang banyak ia juga dapat
menduga bahwa orang muka hitam itu tentunya orang
ternama dalam rimba persilatan, jikalau tidak, orangorang
itu tentu tidak menunjukan sikap terkejut.
Lama Hui Ceng berdiam kemudian berkata.
"Kiranya siecu adalah Liang hay Hek-heng, lolap tidak tahu. Sudah lama lolap dengar bahwa Bengcu rimba
hijau tujuh propinsi daerah selatan, Liong ceng Hauw sie,
mempunyai tiga pembantu yang namanya sangat
kesohor. Kini lolap telah berjumpa dengan salah satu
diantara, sesungguhnya merupakan suatu kehormatan
bagi lolap." "Tetapi lolap ingin tanya kepada siecu, kita Siau lim pay dengan Liong ceng Houw sie tidak ada permusuhan
apa apa, mengapa sering mendapat gangguan dari orang
orangnya. Bahkan merampas barangku yang sangat
berharga." "Benar ucapan Taysu memang sangat beralasan,
tetapi sangat menyesal, aku yang hina hanya berbuat
atas perintah atasanku tentang ini. barangkali Taysu juga
dapat memaklumi. hingga tidak perlu aku memberi
keterangan lagi!" kata orang tua bermuka hitam.
"Kalau begitu, Bengcu-mu memang sengaja
menantang Siao lim pay?"
"Tentang ini maaf, karena aku bukan Bengcu maka
tidak dapat menjawab!"
"Lolap kata, Bengcu-mu sudah beberapa tahun
berusaha memperkuat kedudukannya, dengan ambisi
besar hendak menelan semua partai dan golongan dalam
rimba persilatan, mengapa siecu tidak menjawab
demikian, yang barangkali agak tepat?"
"Menyesal sekali, perlu kujelaskan lebih dulu, bahwa
urusan Bengcu aku tidak akan turut campur tangan!"
Perdebatan semakin sengit, agaknya hendak berubah
menjadi perkelahian. Tetapi Hui Ceng agaknya bisa
berpikir panjang setelah berpikir sejenak mendadak
meninggalkan meja orang tua bermuka hitam dan
berkata: "Baik, lolap akan memberitahukan hal ini kepada ketua lolap, entah bagaimana hendak dibereskannya! Sampai
berjumpa lagi!" Tanpa menoleh lagi, ia sudah meninggalkan tempat
tersebut. Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "ucapan Hui Ceng
mungkin juga ada benarnya Liongceng Houw sie
bermaksud hendak menguasai rimba persilatan, maka
hendak menyelidiki rahasia kekuatan si kakek penjinak
garuda. Kalau benar demikian halnya aku harus berusaha
mencegahnya." Kemudian ia berpikir pula: "sebetulnya burung garuda
itu kecuali digunakan sebagai pesuruh, tidak ada lain
guna. Liongceng Houw sie mendapatkannya, juga
percuma saja!" Karena ia sendiri sudah pernah mengalami, maka
diam-diam merasa geli. Dengan mendadak dijalan raya tampak sebuah kereta
sangat mewah berjalan mendatangi dan kemudian
berhenti dihadapan rumah penginapan.
Seorang muda tampan berpakaian mewah dengan
sikapnya yang jumawa, turun dari kereta, dibelakangnya
menyusul seorang tua hidung bengkok yang
membimbing seorang perempuan yang mukanya ditutupi
oleh kerudung kain hitam.
Perempuan itu meskipun tidak tertampak wajahnya,
tetapi dari potongan tubuhnya yang indah mungkin juga
memiliki paras cant ik. Ia mengenakan gaun panjang berwarna kuning muda,
dengan dibimbing oleh pemuda perlente dan lelaki tua
hidung bengkok naik ke atas loteng rumah penginapan.
Dengan munculnya perempuan itu, manusia bermuka
hitam itu mendadak menjadi tegang. Matanya yang
tajam berputaran mengawasi keadaan disekitarnya
sebentar, setelah merasa puas baru ia tenang kembali.
Pada saat itu orang Kangouw yang menyaru sebagai
tamu rumah penginapan merangkap rumah makan,
lantas pada bangkit dari tempat duduk masing-masing,
lantas menyambut dan mempersilahkan perempuan
berkerudung itu duduk disalah satu sudut.
Dari kekuasaan dan perbuatan orang-orang itu, segera
dapat diketahui bahwa mereka pasti komplotan orang
tua bermuka hitam. Orang-orang itu jumlahnya tidak
kurang dari belasan, hingga Ho Hay Hong diam-diam
berpikir, "kalau begitu mereka sudah merencanakan
sangat rapih lebih dulu, untung Hui ceng tahu gelagat,
sehingga tidak sampai terjadi bentrokan. Kalau tidak
betapapun tinggi kepandaiannya, ia akan pasti
kewalahan menghadapi demikian banyak musuh."
Gadis berbaju ungu sejak tadi memperhatikan wanita
berkerudung, maka ia segera mengetahui bahwa
perempuan itu tidak bertenaga sama sekali, jalannya
juga memerlukan bimbingan orang. Ia lalu berkata
kepada Ho Hay Hong dengan suara pelahan:
"Ho koko, apa kau tidak lihat bahwa orang itu
sebetulnya hanya merupakan satu boneka?"
Ho Hay Hong lalu memperhatikan keadaan perempuan
itu, ia juga segera melihat tanda-tanda yang
mencurigakan, maka lalu berkata sambil menganggukkan
kepala: "Benar, ia berjalan saja tidak bertenaga hingga perlu bantuan orang lain. Mungkin ia dalam keadaan tidak
sadar." Diam-diam ia merasa heran, apa maksudnya orangorang
Kang ouw Ini menawan orang perempuan"
Pada waktu itu, para tamu yang bernyali kecil, ketika
melihat gelagat tidak beres, satu persatu meninggalkan
tempat itu, hingga yang tinggal hanya orang-orang
komplotan situa bermuka hitam, bersama Ho Hay Hong
dan gadis berbaju ungu, serta beberapa gelintir orang
yang bernyali besar. Ho Hay Hong yang bermaksud hendak menyaksikan
apa yang akan terjadi. Maka sekalipun sudah makan dan
minum cukup kenyang, ia masih belum mau
meninggalkan tempat duduknya.
Pada saat itu, seorang lelaki tua berambut panjang
mendadak muncul di tangga loteng.
Orang tua bermuka hitam itu ketika nampak
kedatangan lelaki tua itu, nampaknya sangat girang.
Mereka saling menyapa sambil melambaikan tangan, lalu
bersama-sama orang tua hidung bengkok, duduk
mengurung perempuan berkerudung.
Gadis berbaju ungu mendadak angkat kepala,
kemudian berkata: "Ho koko, sang waktu berlalu cepat sekali."
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu wajahnya
sangat murung. Ho Hay Hong yang mendengar perkataan yang tidak
karuan juntrungannya itu, ia merasa sangat bingung,
tetapi setelah di pikir, ia segera mengerti maksud ucapan
itu. Sementara itu matahari sudah naik tinggi, ini berarti jiwanya tinggal setengah hari saja.
Ia mulai khawatir, karena kepergiannya ke kampung
setan nanti, apabila tidak bertemu dengan gadis kaki
telanjang, berarti jiwanya tidak tertolong lagi.
Dilain pihak, ia juga bingung bagaimana harus
melepaskan diri dari kekasihnya gadis berbaju ungu,
karena apabila dua gadis saling bertemu, pasti akan
menimbulkan akibat tidak baik.
Mendadak ia mendapatkan suatu akal, tetapi akal ini
besar sekali resikonya, maka ia tidak berani mengambil
keputusan. Dari mulut Tok-heng lojin ia dapat tahu bahwa orangorang
golongan rimba hijau daerah selatan selalu
memandang rendah kepada orang-orang rimba
persilatan daerah utara bahkan sering menghina dan
mengejeknya. Dahulu ketika ia mendengar penuturan itu, diam-diam
pernah bersumpah pada diri sendiri, pada suatu hari ia
pasti akan unjuk gigi kepada orang-orang rimba
persilatan daerah selatan untuk membikin melek mata
mereka. Ia anggap pemimpin golongan rimba hijau daerah
selatan, Liong ceng Houw sie mungkin seorang yang
sombong dengan sepak terjangnya, mungkin masih
banyak perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan
oleh kawanan berandal itu.
Ia berpikir bolak-balik. Karena waktunya sudah terlalu
mendesak, maka lantas mengambil keputusan dengan
segera. Dengan mendadak ia bangkit dari tempat duduknya
dan berkata dengan suara keras.
"Liang hay Hek-kheng, kau kemari!"
Gadis berbaju ungu terkejut, dengan wajah pucat ia
bertanya: "Ho koko kau mau apa ?"
Ho Hay Hong sudah bertekad bulat, maka ia tidak
menghiraukan pertanyaan kekasihnya. Selagi banyak
orang masih berada dalam keadaan keheran2an ia sudah
membentak keras lagi: "Liang hay Hek kheng, kau dengar tidak."
Pertanyaan itu seolah-olah suatu perintah dari seorang


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkedudukan tinggi kepada orang bawahannya, Liang
hay Hek kheng yang masih dalam kebingungan, juga
merasa mendongkol, karena ia sama sekali tidak kenal
dengan pemuda asing itu. Betapapun tinggi kedudukannya, sesungguhnya ia
tidak berhak berlaku demikian kasar terhadapnya.
Namun sebagai seorang Kang ouw ulung sekalipun
hatinya panas, tetapi kepalanya tetap dingin, dengan
mengendalikan marahnya, ia menghampiri dan bertanya:
"Siaohiap ada keperluan apa ?"
Ho Hay Hong yang sengaja mencari onar, dengan
mata melotot dan nada tidak senang ia menanya:
"Bagaimana kau menyebut aku ?"
Liang hay Hek kheng yang tidak mengerti maksud
pemuda itu, ketika mendengar pertanyaan itu, sekalipun
sudah banyak pengalaman juga tercengang. Tapi
akhirnya menjawab: "Siaohiap !" "Goblok, dengan kedudukan apa kau panggil aku
siaohiap ?" Liang hay Hek kheng marah diperlakukan demikian
kasar. Ia pikir dengan sebut siaohiap itu sudah cukup
merendah, tak sangka pemuda itu masih kurang senang,
mungkinkah pemuda itu gila.
Gadis berbaju ungu juga ketakutan, berkata dengan
suara gemetar: "Ho koko, aku minta."
Ho Hay Hong mengulapkan tangannya, memotong
perkataannya: "Kau jangan turut campur, semua aku yang tanggung
jawab !" Ia tahu benar bahwa bagi orang yang mengembara
diluar, yang terpenting ialah wibawa. Untuk menghadapi
manusia-manusia bangsa berandal seperti itu, bersikap
keras dan keberanian yang luar biasa, melakukan
perbuatan hal-hal yang tidak diduga, hingga di kemudian
hari baru diindahkan. Dengan sikap keren, ia berkata pula: "Lekas bebaskan
nona itu, jikalau tidak, ku nanti terpaksa akan melakukan
pembunuhan besar-besaran !"
Liang hay Hek khang yang masih dalam keadaan
marah, namun tetap berlaku tenang, setelah berpikir
sejenak ia sadar. Maka setelah mendengar ucapan itu,
lantas menjawab sambil tertawa dingin.
"Hmm, orang yang bernyali besar seperti kau ini,
dalam hidupku begini tua. baru pertama kali ini aku
bertemu kau. Biarlah hari ini aku berikan sedikit hajaran
padamu, supaya kau tahu berapa ketinggian langit dan
berapa tebalnya bumi!"
Ho Hay Hong tahu orang bermuka hitam itu setiap
saat bisa mengambil tindakan terhadap dirinya, maka ia
tidak berlaku ayal lagi, sebelum bertindak, ia sudah
menyerang lebih dahulu. Liang hay Hek kheng masih sangsi, pemuda itu
berotak miring atau tidak" Sudah lama ia berkecimpung
dikalangan Kang ouw juga mendapatkan sedikit nama.
Belakang ini ia mengikuti Liong ceng Houw sie,
memperkokoh kedudukannya dan memperluas
pengaruhnya. Selama itu tidak sedikit andilnya terhadap Liong ceng
Houw sie, namanya juga semakin terkenal. Bagi orangorang
rimba persilatan biasa saja, baru mendengar
namanya sudah merasa jeri, sungguh tidak diduganya,
pemuda yang tidak dikenalnya itu berani menyerang
padanya lebih dahulu. Tak ada kesempatan lagi baginya untuk berpikir lebih
jauh, karena serangan Ho Hay Hong sudah mengancam
dirinya, hingga mau tak mau ia lompat, sedang tangan
kirinya menyerang batok kepala Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tahu saat itu waktu sangat penting
baginya, ia sudah mengambil keputusan hendak lekaslekas
mengakhiri pertempuran. Tanpa menunggu
lawannya bergerak lebih jauh, mendadak ia bersiul
panjang. Suara siulan itu nyaring sekali, dan bersamaan dengan
itu orangnya sudah lompat melesat sangat tinggi,
ditengah udara kakinya bergerak menyapu lawannya Ia
melakukan itu semuanya dengan menggunakan gerak
tipu dalam ilmu silat Garuda Sakti.
Liang hay Hek kheng tidak dapat meraba asal-usul
ilmu silat lawannya, maka saat itu agak bingung, dalam
keadaan demikianlah kaki Ho Hay Hong sudah
menyambar bahunya hingga dirasakan sakit sekali dan
lantas mundur berulang-ulang.
Orang Kang ouw kawakan ini biasanya melakukan
pembunuhan dengan mata tidak berkedip, pertempuran
besar kecil. Juga sudah banyak dialaminya sungguh tidak
disangka hari itu terjungkal ditangan seorang jago muda
yang belum dikenalnya. Rasa malu dan marah sesungguhnya tidak mudah
diredakan begitu saja, maka ia lantas menggeram,
tulang-tulangnya pada berbunyi, dengan kalap menyerbu
Ho Hay Hong. Ho Hay Hong mendadak lompat kelain tempat,
tangannya bergerak dan salah satu anak buah orang
bermuka hitam itu lantas jatuh roboh.
Dengan demikian keadaan disitu lantas menjadi kalut,
tamu-tamu berlari dengan serabutan.
Pemuda berpakaian perlente itu sedang menghunus
pedangnya, dengan cepat digerakan, sedang mulutnya
berkata dengan suara lantang:
"Anak liar dari mana berani berlaku sesukanya
ditempat ini" Rebahlah kau!"
Pedang ditangannya bergerak bagaikan kilat, sinarnya
berkelebat menyilaukan mata.
Ho Hay Hong menggerakkan dua tangannya, dengan
satu gerak tipu yang luar biasa menerobos keluar dari
jaring pedang pemuda itu, kemudian satu tangannya
menyerang siorang tua hidung bengkok.
Pemuda berpakaian perlente itu terkejut dan terheranheran, sebab serangan dengan ilmu pedangnya yang luar
biasa itu, jarang sekali ada orang yang bisa lolos dari
tangannya kecuali jika kepandaian orang itu tiga kali lipat dari kepandaiannya sendiri.
Dari sini dapat diukur, sesungguhnyalah tidak mudah
menghadapi pemuda asing yang belum di kenalnya ini.
Orang tua hidung bengkok ketika melihat Ho Hay
Hong menyerang dirinya, buru-buru melindungi dadanya
dengan kedua tangannya, setelah itu ia coba balas
menyerang. Ho Hay Hong terpaksa mundur selangkah karena
gerakannya yang gesit, selama mundur itu kakinya telah
menggaet salah seorang lawan, hingga senggolan
tersebut membuat orang itu rubuh ditanah.
Orang tua hidung bengkok dalam terheran heran, ia
segera menanyai. "Kau siapa lekas jawab!"
Ho Hay Hong tidak menggubris pertanyaannya, ketika
melihat datangnya serangan dari orang tua lainnya, ia
buru-buru angkat tangannya menyambuti serangan itu.
Orang tua ini juga terkejut dan terheran-heran, karena
kekuattan tenaga Ho Hay Hong sesungguhnya hebat
sekali. Tetapi rupanya ia masih penasaran, dengan cepat
menyerang lagi hingga untuk kedua kalinya kekuatan
mereka saling beradu, ternyata masing-masing mundur
selangkah. Kalau dilihat sepintas lalu, kekuatan tenaga kedua
pihak sangat berimbang, tetapi Ho Hay Hong hanya
menggunakan satu tangan, sedang orang tua itu
menggunakan dua tangan, sekalipun berimbang, tetapi
kalau dihitung sesungguhnya, Ho Hay Hong masih lebih
kuat. Orang tua itu juga tahu kalau kekuatan tangan kosong
pemuda itu jauh lebih kuat dari padanya sendiri, maka ia
tidak berani melawan dengan kekerasan.
Ia merubah menggunakan jari tangan untuk menotok,
sedang kakinya digunakan untuk menendang.
Ho Hay Hong yang sedang mengamuk, dengan cepat
mengelakkan serangan orang tua itu, tangannya
bergerak berputaran sehingga beberapa anak buah
orang tua itu yang kepandaiannya kurang cukup, telah
pada kesambar oleh hembusan angin yang keluar dari
serangan Ho Hay Hong. Dimedan pertempuran itu meskipun jumlahnya orang
yang mengeroyok Ho Hay Ho cukup banyak, tetapi
kecuali Liang hay hek kheng, pemuda berpakaian
perlente, orang hidung bengkok dan seorang kawannya
yang masih sanggup memberi perlawanan yang lainnya
hampir semuanya lumpuh, bagaikan daun tertiup angin.
Ho Hay Hong mengharap salah seorang diantara
mereka supaya menawan gadis berbaju ungu, tetapi
orang-orang itu sedang menunjukan semua perhatian
kepada dirinya seorang, hingga tiada seorangpun yang
perhatikan gadis itu. Dengan mendadak ia dapat satu akal, dalam keadaan
repot menghadapi empat orang kuat, tiba t iba ia berkata
dengan suara nyaring. "Adik lekas lari, supaya jangan tertangkap oleh
mereka." Sebelum gadis itu bergerak. Liang hay hek kheng
dengan cepat sudah menyerbu lebih dulu. Ia tidak tahu,
itu adalah akalnya Ho Hay Hong, maka dengan cepat
jerijinya menotok untuk mengendalikan gadis itu.
Ho Hay Hong pura-pura marah, ia berkata:
"Liang hay Hek kheng. Jikalau kau tak bebaskan dia,
jangan sesalkan kalau aku nanti menindak tanpa
memandang persahabatan kita!"
Liang hay Hek kheng tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Kau boleh coba, asalkan berani bergerak, aku lebih
dulu akan bunuh dia!"
Tetapi setelah ia mengeluarkan ucapan itu, orang tua
itu mendadak merasa malu sendiri, sebab ia selalu
pandang tinggi dirinya sendiri. Bagaimanapun juga ia
adalah seorang jago kenamaan, sungguh tidak disangkasangka karena terdesak oleh seorang anak muda telah
menggunakan seorang gadis untuk memperdayai
lawannya! Ho Hay Hong pura-pura marah, ia lompat ke samping
dan berkata dengan suara keras:
"Kau mau melepaskan atau tidak?"
"Kalau kau mempunyai kepandaian cukup, boleh cobacoba menolong dirinya." berkata Liang hay hek kheng.
"Manusia tidak tahu malu, perbuatanmu itu adalah
perbuatan seorang rendah. Apakah tidak malu masih
mengaku sebagai seorang gagah" Liang hay Hek kheng,
kau ingat baik-baik!"
Gadis berbaju ungu itu meronta dia berkata:
"Ho koko. kau pergilah. jangan khawatirkan tentang
diriku!" Ho Hay Hong yang mendengar perkataan itu, merasa
sangat menyesal menggunaka akal demikian, hanya
semata-mata hendak menyingkir dari samping gadis itu.
"Adik, semua ini adalah salahku, harap kau maafkan."
demikian ia berkata. Gadis itu masih belum tahu maksud perkataannya itu,
ia anggap perbuatan sewajarnya, maka buru-buru
berkata. "Ho koko, kau jangan berkata demikian, bagi kita tidak ada urusan yang di beda-bedakan, kau lekas pergi,
semoga tidak mendapat halangan lagi."
Berkata sampai disitu, ia tidak tahan perasaan
sedihnya, sehingga air mata mengalir bercucuran.
Ho Hay Hong dalam hati mengeluh, karena tindakan
itu ia lakukan dengan terpaksa, maka ia hanya berdoa
supaya gadis itu berlaku sabar dan menantikan
pulangnya. Ia lalu pura-pura marah terhadap Liang hay Hek
kheng: "Kau juga salah seorang gagah dalam rimba hijau, kau
tokh tahu benar peraturan menawan orang yang tidak
berdaya" Hari ini aku masih ada urusan penting yang
perlu diselesaikan. Nona ini untuk sementara kutitipkan
padamu, kau harus jamin keselamatannya Setelah
urusanku selesai aku akan mencarimu lagi, kita akan
bertempur sepuas puasnya. Apabila aku mengetahui kau
berbuat tidak pantas terhadap dirinya aku bersumpah
akan menggunakan darah kalian untuk menuntut
perbuatan ini, ingat baik-baik, sekarang aku pergi."
Selesai menitipkan diri gadis tersebut, ia
menggunakan ilmunya meringankan tubuh lompat keluar
melalui jendela dan lari ke arah barat, sebentar saja
sudah tidak kelihatan. Setelah Ho Hay Hong berlalu. Liang hay Hek kheng
bertanya kepada gadis berbaju ungu:
"Dia itu bernama siapa" Lekas jawab."
Jilid 21 Halaman 41 s/d 48 Hilang
Ia lalu mengambil keputusan dengan cepat, pikirnya:
"aku harus lekas menolong dia, selagi aku masih bisa
bernapas." Dengan tangan kiri menggandeng tangan Tang siang
Sucu, ia bertanya padanya:
"Kau juga sedang mengalami nasib sial, kakek
penjinak burung garuda mengapa tidak menuduh orang
lain, sebaliknya menuduhmu yang membawa lari
gadisnya?" "Hanya disebabkan aku pernah mengejar gadis itu,
kakek itu lantas timpahkan kemarahannya diatas
kepalaku. Ia mengutus orang-orangnya memancing aku
datang kemari, dan katanya harus mengalami siksaan
seperti ini! "Baik, aku sekarang juga mendadak ingin masuk ke
Kampung Setan. Kalian berjalanlah dulu, jangan sampai
dicegat lagi oleh orang-orang Kampung Setan !"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia menyerahkan Tang siang Sucu ke empat bintang,
dan ia sendiri lalu balik menuju ke Kampung Setan.
Karena ia sudah kenal baik keadaan tempat itu maka
sepanjang jalan tidak menemukan rintangan, dengan
mudah tiba kedekat patung Gak Hui.
Ia melihat tiga laki laki tua berambut putih duduk
diatas bangku batu sambil memandang awan diudara.
Disebuah pohon besar dekat bangku itu tergantung
beberapa potong baju kulit, mungkin karena basah,
hingga jemur ditempat itu.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada salah seorang
yang bermuka merah, pura-pura mengeluh dan berkata:
"Ow. lama aku tidak datang kemari, kampung setan
nampaknya sudah banyak tenang. Dahulu tempat ini
selalu diliputi oleh angkara murka, tapi sekarang tidak
tampak lagi." Orang tua bermuka merah itu mendadak bangkit dan
berkata dengan nada suara dingin:
"Bocah, apa kau kembali datang hendak mencari tahu
keadaan tempat ini ?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku acuh tak acuh,
jawabnya dengan tenang: "Aku datang dari daerah utara, dahulu memang ada
maksud demikian, tetapi kulihat kampung setan sekarang
sudah aman, maka kedatanganku ini, merasa sangat
kecewa!" "Bocah, kau sekarang masih keburu, seandainya kalau
kau ingin mencari keramaian."
Ho Hay Hong pura-pura heran, ia bertanya:
"Apa kedatangan tuan juga hendak menyelidiki tempat
ini?" Orang tua bermuka merah itu hanya tertawa tidak
menjawab, Ho Hay Hong berkata:
"Aku sebetulnya ingin menjumpai kakek penjinak
garuda, entah dia ada dirumah atau tidak ?"
Orang tua bermuka merah itu mendadak tertawa
terbahak-bahak dan kemudian berkata:
"Bocah, kau benar-benar pandai berlagak, apa kau
kira kita orang ini goblok semuanya" Hahaha! Lekas
beritahukan maksud kedatanganmu, sebab sebentar lagi
kau tidak akan bisa hidup lagi."
Ho Hay Hong juga tertawa tergelak-gelak dan berkata:
"Dengan sejujurnya kedatanganku ini ialah hendak
mencari kakek penjinak garuda."
Waktu itu ia sudah tidak memikirkan soal mati
hidupnya sendiri, maka meskipun tempat itu sangat
berbahaya dan banyak orang-orang kuat yang setiap
waktu bisa mengurung dirinya, tetapi ia sedikitpun tidak
merasa takut. Orang tua bermuka merah itu berkata:
"Kau tunggu sebentar." Tangannya lalu menepok
patung kuning dan sebentar kemudian patung itu
bergerak dan menggeser ke samping. Kakek penjinak
garuda yang seluruh rambutnya sudah putih bagaikan
salju lompat keluar dari dalam lobang di bawah patung
itu. begitu berada di atas lantas bertanya.
"Ada apa" Apakah kau melihat apa-apa lagi?"
Orang tua bermuka merah minggir ke samping seraya
berkata. "Bocah ini dengan berani mati menyusup kemari,
katanya hendak mencari cianpwe."
Kakek penjinak garuda memandang Ho Hay Hong
sejenak, kemudian berkata dengan nada suara dingin:
"Aku kenal denganmu, kau ada urusan apa " Lekas
katakan!" "Aku hendak menjumpai nona yang berdiam di sini
untuk mengembalikan pedang pusakanya?" jawab Ho
Hay Hong. "Kau berikan padaku juga sama saja." kata Kakek
penjinak garuda. Ho Hay Hong menggeleng-gelengkan kepala dan
berkata: "Menyesal sekali karena dahulu aku sudah berjanji
dengannya, selain kepada ia sendiri tidak boleh diberikan
kepada orang lain." Kakek penjinak garuda mendadak tertawa besar
menggema di angkasa, puas tertawa ia berkata:
"Dia sudah tidak berada disini, kau apakah ini memang berlagak bodoh atau benar-benar tidak tahu?"
Ho Hay Hong yang mendengar suara tertawa orang
tua itu seperti penuh kemarahan, ia mengerti lantaran
kehilangan gadis kaki telanjang, namun demikian ia
masih pura-pura berlagak tidak tahu, tanyanya heran:
"Apa" Dia sudah tidak berada di sini?" Kemudian ia berlaku seperti kecewa dan katanya lagi:
"Aku dari tempat sangat jauh sengaja datang kemari,
tak kusangka dia tak ada. Ai! akankah akan hilang
kepercayaanku lagi terhadapnya."
"Dia juga pernah menyebut-nyebut dirimu. Kau jangan
coba berlagak!" Ho Hay Hong dalam hati terkejut, ia bertanya:
"Apa kata ia?" "Kau adalah seorang jahat yang tidak tahu malu!
Tinggalkan lengan kirimu, lalu lekas enyah dari sini!
Sekarang aku masih belum menghendaki jiwamu!"
"Apa! Betulkah aku dianggap orang semacam itu?"
"Kau dengarkah perkataanku tadi?"
Ho Hay Hong tidak takut, sebaliknya malah tertawa
besar dan berkata. "Kakek penjinak garuda, itu adalah kau sendiri yang
bikin-bikin, tidak mungkin menganggap aku demikian
rendah. Ha ha!" "Bocah, dengan alasan apa kau mengatakan aku
demikian?" Ho Hay Hong ingin menundukkan orang tua itu, ia
segera mengeluarkan plat emas lambang kebesaran
seorang pemimpin, ia perlihatkan kepada orang tua itu
seraya berkata. "Dengan kedudukan sebagai pemimpin golongan
rimba hijau daerah utara aku berhadapan denganmu,
kau mau apa?" Kakek penjinak garuda agak terkejut, berkata:
"Oh! Bocah, kau benar-benar hebat, tentang nama
kehormatan dan kedudukan ini kalau dibandingkan
dengan aku si Kakek penjinak garuda, bukan berarti apaapa, tetap harus potong sendiri lengan kirimu lekas
enyah dari sini." Ho Hay Hong tidak menghiraukan kembali ucapan
kakek itu, ia berkata: "Sekarang aku perlu bertemu muka dengannya,
tahukah kau apa sebabnya ia menghilang" Mungkin aku
bisa menolong dia terlepas dari bahaya, sekarang ini kita
harus kerja sama, jikalau tidak, mungkin lebih berbahaya
baginya. Jikalau kau tidak percaya kau lihat nanti!"
"Urusannya tidak perlu kau campur tangan, jikalau aku tidak bisa mencari dia kembali, semua nama baikku
diwaktu yang lalu, juga akan tersia-sia saja."
"Kau tetap tidak mau bekerja sama?"
"Aku harus bekerja sama denganmu! Bocah! Apakah
kau sudah tengok dirimu sendiri?"
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong benar-benar
jadi marah, ia berkata: "Baik, kau tidak sudi bekerja sama denganku, aku
hendak mengandalkan tenaga sendiri untuk mencari dia
kembali!" Tanpa pamit ia lantas memutar tubuhnya dan berlalu.
Kakek penjinak garuda gerakkan kakinya berada
dihadapannya dan berkata dengan nada suara dingin:
"Kau hendak pergi" Hm, tidak gampang, tinggalkan
dulu lengan kirimu!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak takut, berkata sambil
tertawa nyaring: "Benarkah kau hendak bermusuhan denganku?"
Kakek penjinak garuda tidak menduga bahwa Ho Hay
Hong berani mengeluarkan perkataan demikian jumawa
dihadapannya maka seketika itu malah dibuat heran
tidak dapat berkata apa apa.
Melihat kakek itu tidak menjawab, Ho hay Hong
berkata lagi dengan nada luar biasa.
"Ada satu hal aku hendak beritahukan kamu, dua
saudara Ing-ie yang pada enam puluh, tahun berselang
sangat terkenal namanya, kini sudah muncul di dunia
Kang ouw lagi, beberapa hari berselang aku pernah
bertemu dengannya di daerah utara.
"Dia berulang-ulang mengatakan dendam sakit hatinya
terhadapmu, ia hendak ke selatan untuk membalas
dendamnya. Dia dewasa ini sudah melatih ilmu luar
biasa, maka kau harus berhati-hati sedikit terhadapnya"
Kakek penjinak garuda kembali dikejutkan oleh
perkataan Ho Hay Hong ini, Ing-ie adalah seorang musuh
paling tangguh selama hidupnya. Ia benar-benar tak
menduga bahwa musuh besar itu kini muncul di dunia
Kang ouw lagi. Permusuhan antara mereka berlangsung sudah
puluhan tahun, hal ini membawa ia kembali kepada
kenangan dimasa lalu. Ho Hay Hong menggunakan kesempatan itu untuk
minta diri kepada Kakek penjinak garuda.
Orang tua bermuka merah dan kawan-kawannya,
karena tidak mendapat perintah dari Kakek penjinak
garuda tidak berani berlaku lancang, maka mereka
membiarkan Ho Hay Hong meninggalkan Kampung Setan
dengan langkah lebar. Tiga orang itu berdiri tertegun dengan muka pucat,
sebab sejak mereka mengabdi kepada Kakek penjinak
garuda di Kampung Setan ini, mereka tahu benar bahwa
siapa yang berani masuk di daerahnya, jikalau tidak mati
ialah bercacad, hanya Ho Hay Hong seorang yang dua
kali masuk keluar dengan keadaan selamat.
Waktu itu matahari sudah mendoyong ke barat, ini
berarti Ho Hay Hong sudah makin dekat kepada ajalnya.
Dengan cepat ia menyusul rombongan Tang siang Sucu,
rombongan yang itu ketika melihat ia balik kembali
dalam keadaan selamat, semua dikejutkan.
Tang siang Su-cu lantas berkata: "Saudara, lukaku
sangat parah, apakah kau berusaha".
Empat orang berjalan juga sudah susah, sembari lagi
harus membantu Tang siang Su cu, maka keadaan
mereka bertambah mengenaskan.
Melihat Ho Hay Hong diam saja. Tang siang Su cu
mendadak menarik napas dan berkata:
"Aku sangat menyesal tidak bisa segera pulih kembali
kesehatannya untuk mencarinya pulang, kemudian aku
bersama orang-orang minta keadilan pada sikakek itu!"
"Tahukah kau dimana adanya dia sekarang " Dia
sekarang tidak tahu bagaimana asalnya, juga tidak tahu
dimana berada, sekalipun kau berkepandaian tinggi juga
tidak dapat menemukannya, aku lihat sudahi saja."
berkata Ho Hay Hong. "Belum tentu, aku tahu dengan pasti, ia telah terjatuh dalam tangan orang-orangnya Liong ceng Houw sie,
sebab kepala berandal itu bermaksud hendak
menundukkan semua partai dan golongan dalam rimba
persilatan, ia berambisi . . . ."
Ho Hay Hong heran, ia bertanya: "Ada hubungan apa
dengan hilangnya gadis itu ?"
"Liong ceng Houw sie ingin menundukkan semua
partai, maka harus memiliki kepandaian dan akal yang
luar biasa, mungkin ia merasa tenaganya belum cukup
maka ia memerintahkan orang-orangnya untuk
menangkap nona itu. Ia tahu benar bahwa gadis itu
adalah orang yang paling disayang oleh Kakek penjinak
Garuda, maka ia hendak mempergunakan gadis itu untuk
memaksa Kakek penjinak Garuda supaya menurunkan
kepandaian . . ." "Dengan berdasar apa kau berani memastikan bahwa
gadis itu ditawan oleh Liong hong Houw sie?"
"Tidak berdasar apa-apa, hanya sebagai orang yang
ketiga sudah tentu mengetahui kepala berandal itu
berulang kali memerintahkan orangnya menyelidiki
keadaan kampung setan, lagi pula ia juga mendapat
bantuan Sun hong Khaw khik, yang memberi info banyak
sekali kepadanya. "Meskipun ia juga kehilangan banyak jiwa dari anak
buahnya, tetapi bagi Liong ceng Houwsie yang berani ini,
sedikit pun tidak menghiraukan, asal maksudnya tercapai
segala apa ia dapat melakukan.
"Liong cing Houw sie adalah pemimpin golongan rimba
hijau daerah selatan, anak buahnya banyak sekali,
demikianpun mata-matanya, maka gadis itu sudah tentu
tak lolos dari tangan mereka. Liong cing Houw sie
sebetulnya hanya ingin menjadikan dirinya sebagai
seorang tawanan untuk menekan atau memaksa si kakek
Penjinak garuda supaya jangan merintangi tindakannya.
"Diluar dugaan tindakannya itu berjalan dengan
lancar, maka nyalinya semakin besar hingga kemudian
hendak memaksa si kakek penjinak garuda menurunkan
kepandaian ilmunya!"
"Kau dapat keterangan dari siapa?"
"Kau tidak usah tanya, urusan Liong cing Houw sie
dan segala rahasianya aku mengetahui dengan jelas?"
"Mengapa kakek penjinak garuda tidak tahu?"
"Sigoblok itu setiap hari mengasingkan dirinya didalam kampung setan, bagaimana dia tahu urusan diluar?"
-oo0dw0ooo- Bersambung Jilid 22 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 22 HO HAY HONG tiba-tiba teringat dirinya perempuan
muda yang dikerudungi mukanya sewaktu ia berada
dirumah penginapan, sekarang ia ingat kembali bahwa
potongan tubuh perempuan itu banyak mirip dengan
gadis kaki telanjang, mungkinkah perempuan itu adanya
dia"

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mengingat itu semangatnya segera terbangun, ia ingin
segera menjumpai Liong Ceng Houw sie untuk mencari
keterangan yang sebenarnya.
Sementara itu ia berjalan sudah mendekati tembok
kota. Ho Hay Hong mendadak ia sesuatu, ia lalu berhenti
dan berkata: "Lukamu sebetulnya tidak parah, hanya dibagian kulit
saja. Kau mencari tabib yang mengerti yang bisa
mengobati luka bagian luar sudah cukup. Aku harap
setelah lukamu sembuh, supaya kau perlukan pergi
keutara, disana ada familimu yang menantikan
kedatanganmu." Tang siang Sucu heran, ia bertanya: "Apa katamu"
Aku mempunyai famili?"
"Ya, kau boleh pergi menanya It-jie Hui kiam, ia nanti akan memberitahukan pada tentang asal-usul d irimu."
"It-jie Hui kiam itu siapa?"
"Didaerah utara namanya sangat kesohor, asal kau
menanya orang, siapa saja bisa menunjukan orangnya.
Sekarang waktu sudah tidak pagi lagi, aku perlu lekas
selesaikan urusanku, sampai ketemu dilain waktu!"
Ia berjalan beberapa tombak, mendadak berpaling
dan berkata: "Ingat pesanku ini, saudara."
Matanya lama menatap wajah Tang siang Sucu.
Pemuda itu sebetulnya memang masih pernah saudara
sekandungnya sendiri, meskipun sipat dan kelakuannya
jauh berbeda, tetapi Ho Hay Hong penuh cita rasa.
Sampai sebelum meninggalkan saudaranya itu, ia juga
merata sedih. Tang siang Sucu masih menanya lagi,
tetapi ia sudah berlalu jauh.
Ho Hay Hong buru-buru balik kembali kerumah makan
yang dahulu pernah melihat perempuan yang
dikerudungi mukanya, tapi rombongan orang-orang itu
sudah tidak nampak lagi, yang ada ialah tamu-tamu
biasa yang sedang makan minum.
Ia sangat menyesal telah menitipkan gadis berbaju
ungu kepada musuhnya, akhirnya didalam keadaan
terdesak seperti itu, ia tidak tahu bagaimana harus
mencari gadis kaki telanjang.
Ia pergi keistal kudanya untuk mengambil kuda
tunggangannya, dipunggung kuda itu ia menemukan
sepotong kertas yang tertulis dengan kata-kata: "Ho
Siaohiap, setelah melihat tulisan ini, kau lekas menemui
aku!" Di bawah tertulis alamat yang menulis, tetapi tidak
menyebutkan namanya, juga tidak menyebutkan urusan
apa, hanya pesan ia segera menjumpainya.
Ho Hay Hong kehilangan akal, ia tidak tahu siapa
orangnya yang menulis itu, mengapa ia tahu dirinya
seorang she Ho. Ia minta keterangan dari para pelayan,
tetapi tiada seorang yang tahu, dia lantas berlalu.
Dijalan raya ia menanya orang-orang tentang jejak
alamat yang disebutkan dalam surat, tetapi orang-orang
yang ditanya pada heran, karena di kota itu tidak
terdapat nama tempat yang disebutkan itu.
Ho Hay Hong tidak putus asa, ia pikir bolak-balik nama
tempat itu, yang disebut Lam leng kota barat. Mungkin
kata-kata kota barat itu dimaksudkan sebelah barat kota
itu. Ia lalu berjalan menuju ke arah barat kota itu, tetapi tiba ditempat tersebut, ternyata merupakan suatu tempat
sunyi, yang terdapat banyak rimba lebat, tiada terdapat
bangunan ramah satupun juga.
Karena ia tidak pandai menunggang kuda maka ketika
ia menyusuri tempat itu, terpaksa berjalan sambil
menuntun kudanya. Sepanjang jalan hatinya masih penasaran maka ia
keluarkan lagi surat itu, dibacanya sekali lagi, sedikitpun tidak salah, disitu dengan jelas tertulis alamatnya yang
menyebutkan disalah satu rumah penduduk disebelah
barat kota. Mendadak ia memperhatikan tulisannya, karena tulisan
itu mirip dengan tulisan tangan seorang wanita.
Penemuan ini semakin mengherankan hatinya, karena
sejak ia turun gunung, kawan wanitanya hanya beberapa
gelintir saja, kecuali si gadis berbaju ungu dan gadis kaki telanjang, ialah Toan bok Bun Hoa dan Suto Cian hui.
Seluruhnya tidak lebih dari empat orang, tetapi Gadis
berbaju ungu tertawan oleh orang, tidak mungkin
mendapat kesempatan meloloskan diri.
Gadis kaki telanjang telah menghilang, tidak ketahuan
jejaknya, bahkan mungkin sudah tertawan oleh Liong
ceng Houw sie. Suto Ciang hui masih berada dalam
golongan lempar batu, mungkin juga sudah pergi
menemui suhunya. Sedangkan Toan bok Bun Hoa tidak
mempunyai hubungan erat dengannya, tidak mungkin
meninggalkan surat itu. entah siapakah orangnya"
Otaknya terus bekerja keras, memikirkan soal itu.
Balik kedalam kota, tiba-tiba dapat pikiran: "Apakah
tidak mungkin ada orang yang mempermainkan dirinya
supaya ia membuang waktu cuma-cuma?"
Tetapi kemudian ia berpikir lagi: "mungkinkah alamat
yang disebutkan barat kota itu kota yang berdekatan
dengan kota ini " Mungkin orang yang meninggalkan
surat ini menulis secara tergesa-gesa, sehingga lupa
menuliskan nama kotanya"
Untuk memperkuat dugaannya, ia bertanya kepada
orang jalan, kota apakah yang letaknya terdekat dengan
kota ini" Dari orang itu ia mendapat keterangan bahwa kota
yang terdekat adalah kota Siang, yang letaknya kira-kira
tiga-puluh pal. Tanpa ayal lagi ia lantas tuntun kudanya berjalan
menuju kekota tersebut. Tiba dikota tersebut, ia menanyakan pada salah
seorang penduduk dalam kota mana letaknya tempat lam
leng sebelah barat kota itu"
"Dari sini berjalan kebarat, kalau menampak tiga buah pohon Pek toa, lalu membelok kekiri. Setelah melalui dua
jalan simpangan, adalah tempat yang dinamakan Ci lak
po!?" demikian orang yang ditanya memberikan
keterangannya. Mendengar jawaban itu, Ho Hay Ho sangat girang,
setelah mengucapkan terima kasih, buru-buru menuju
ketempat tersebut. Tak lama kemudian, benar saja ia menemukan tiga
buah pohon pek tua. menurut petunjuk orang yang
ditanya tadi, ia berjalan membelok kekiri.
Dari jauh, tampak beberapa buah rumah batu yang
letaknya berpencaran. Semangatnya lalu terbangun
dengan menuntun kuda tunggangannya ia berjalan
melalui jalan simpangan, kemudian tibalah didepan
sebuah ramah batu. Bangunan rumah itu bentuknya sangat aneh, mirip
dengan tapal kaki Kuda, tengah-tengah adalah lapangan
seluas kira-kira enam tombak, jelas tempat itu adalah
tempat untuk melatih ilmu silat.
Sebagai seorang yang banyak pengetahuan, ia segera
ingat bahwa rumah itu adalah bentuk rumah jaman kuno
yang dinamakan rumah pedang, yang pada jaman itu
sangat terkenal. Bentuk rumah semacam itu berasal dari ai tong. Pada
jaman itu, terkenal sebagai jamannya pendekar
berkelana, dimana-mana terdapat bangunan rumah
pedang semacam itu. Perasaannya mulai tegang, karena dilihat dari keadaan
kediamannya, orang yang meninggalkan surat itu jelas
bukan sembarangan. Menurut tradisi, penghuni rumah pedang semacam itu,
oleh seseorang ahli pedang di tugaskan untuk menguji
set iap orang yang minta menginap.
Apabila pendekar yang menginap dalam rumah itu
tidak memiliki dasar ilmu pedang yang sempurna, setiap
saat bisa diusir keluar. Oleh karena itu, maka rumah-rumah peninggalan
jaman kuno itu hanya ditinggali oleh orang-orang yang
berkepandaian tinggi. Ho Hay Hong mengerti betul keadaan itu maka ia
ragu-ragu masuk kedalam. Mendadak ia ingat bahwa ia adalah pemimpin besar
golongan rimba hijau daerah utara hingga tidak perlu
merasa khawatir lagi. Rumah itu sebetulnya ada tiga jendela dan pintunya,
tetapi saat itu pinta dan jendela tertutup rapat.
Ia maju menghampiri dan mengetok pintu seraya
berkata: "Tolong buka pintu, aku Ho Hay Hong datang untuk
memenuhi janji !" Ia memanggil berulang-ulang, tetapi tak ada orang
membuka pintu, hingga hatinya merasa curiga, apakah
rumah itu sudah kosong "
ia merasa dipermainkan, dengan cuma-cuma
membuang waktunya yang berharga. Dalam gusarnya, ia
lalu menghunus pedangnya dan mulai mendobrak pintu.
Ujung pedangnya yang membabat gelangan kunci dari
besi, telah menimbulkan suara nyaring, tetapi ia tidak
berhasil membuka pintunya.
Hatinya sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Dengan mendadak tiga pintu dari pintu timur, selatan
dan utara terbuka berbareng kemudian disusul banyak
orang Kang ouw yang keluar dari dalam rumah.
Ha Hay Hong yang masih berada dalam keadaan
keheranan, sudah dijambret oleh orang yang berjalan di
muka. Ho Hay Hong bertanya dengan heran: "Apa artinya
ini" Mengapa kalian tanpa tanya lebih dulu sudah
menangkap aku?" Orang-orang itu tidak menjawab, Hay Hong dibawa
oleh tiga orang. Keadaan rumah itu teratur sangat rapi, dindingnya
penuh lukisan dan tulisan kuno. Ditengah-tengah
ruangan terdapat sebuah meja persegi, di atas meja
terdapat alat-alat tulis lengkap.
Di samping meja. di atas sebuah kursi, duduk seorang
wanita muda dan cantik jelita.
Ketika Ho Hay Hong menampak wanita cantik itu,
mendadak tercengang dan berseru: "Aaaah kau!"
Ia sungguh tidak menduga bahwa wanita cantik itu
adalah gadis kaki telanjang yang sedang dicarinya.
"Benar. aku. Silahkan duduk." jawab gadis itu tenang.
Seorang Kangouw membawakan sebuah kursi,
mempersilahkan Ho Hay Hong duduk, waktu itu
lengannya masih dipegangi oleh tiga orang Kang ouw,
tetapi setelah mengetahui siapa adanya orang yang
minta ia datang kesitu, ia lantas duduk tanpa merasa
khawatir. Kini ia baru sadar bahwa orang yang meninggalkan
surat di atas punggung kuda, adalah gadis kaki
telanjang. Diam-diam ia merasa heran, tapi juga girang,
sebab ia memang sedang mencarinya.
Ia memandang orang di seputarnya, semua
menunjukkan sikap dingin, berdiri tanpa bergerak dan
bersuara, semua seperti patung hidup, hingga diam-diam
merasa heran entah apa sebabnya gadis itu perlakukan
dirinya demikian rupa"
"Kalau dibilang, sudah setengah bulan lebih kita tidak bertemu, hari ini aku bisa bertemu muka lagi denganmu,
dalam hatiku merasa girang sekali." kata gadis kaki
telanjang. Perasaan Ho Hay Hong mendadak tegang, ia pikir:
"Sewaktu gadis ini meninggalkan surat untukku, gadis
berbaju ungu sedang di sampingku, entah diketahui
olehnya atau tidak?"
Karena berpikir demikian maka ia merasa bimbang
atas pertanyaan gadis itu, khawatir kalau kalau gadis itu
sudah mengetahui segala-galanya, maka lantas
menjawab. "Aku juga merasa girang sebab kenanganku keselatan
ini, sebab yang utama ialah hendak menengok kau."
Sehabis berkata demikian, ia memperhatikan keadaan
gadis tersebut, ia melihat gadis itu masih tetap tenang,
hatinya merasa lega, lalu sambungnya: "lama tidak
ketemu, kau masih tetap cantik seperti dulu. bahkan
tambah tampak gembira, aku juga merasa turut
gembira!" Mendengar perkataan itu, senyum dibibir gadis itu
mendadak lenyap, sikapnya berubah.
"Terima kasih atas perhatianmu, sebetulnya aku tidak
begitu gembira, senyum ada kalanya juga bukan suatu
tanda gembira. Aku minta kau datang kemari tokh tidak
boleh menyambut kedatanganmu dengan muka masam!"
demikian katanya. Ho Hay Hong terkejut, dalam hatinya berpikir: kiranya
senyummu tadi hanya sekedar sebagai suatu tanda
persahabatan saja, ini benar benar sangat
mengecewakan hati. Ia memperhatikan lagi sikap dan gerak-gerik orangorang
yang lainnya, ia lalu mengambil kesimpulan bahwa
maksud gadis kaki telanjang minta ia datang kemari,
sesungguhnya tidak mengandung maksud baik.
"Tahukah kau, mengapa aku minta kau datang
kemari?" tanya gadis itu.
"Aku sedikitpun tidak tahu, dan tolong kau jelaskan!"
jawab Ho Hay Hong sambil menggelengkan kepala.
Gadis itu tersenyum, ia tidak menjelaskan lebih dulu,
tangannya menunjuk orang-orang Kang ouw seraya
berkata: "Mereka semua adalah sahabatku."
Ho Hay Hong menganggukkan kepala, diluarnya ia
menunjukkan senyum merendah, tetapi dalam hati
timbul berbagai pertanyaan dari mana kau dapatkan
demikian banyak sahabat" Apa pula sebabnya "
Gadis itu memerintahkan salah seorang untuk
mengambil barangnya. Seorang diantara mereka menerima baik tugas itu, tak


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lama kemudian ia balik kembali dari dalam dengan
membawa sepotong kain sutra, yang terdapat tanda
darah. Ho Hay Hong tidak mengerti, selagi hendak menanya,
gadis itu sudah berkata: "Kain sutra ini adalah sobekan baju ayah dimasa
hidupnya, ia sudah meninggal dunia pada delapan belas
tahun yang lalu." Sehabis berkata, ia menghela napas, sikapnya nampak
sangat berduka. Ho Hay Hong segera mengerti bahwa potongan kain
sutra itu pasti mengandung riwayat permusuhan atau
dendam sakit hati yang sangat dalam. Jikalau tidak, gadis
yang adanya tinggi itu tidak mungkin bisa berduka
demikian rupa. Pada saat itu, dari dalam muncul seorang wanita
pertengahan umur, gadis kaki telanjang ketika
menampak wanita itu. lantas memperkenalkannya
kepada Ho Hay Hong: "Ini adalah ibuku !"
Ho Hay Hong buru-buru bangkit dari tempat duduknya
dan berkata: "Oh, kiranya adalah bibi, silahkan duduk!"
Maksudnya hendak memberikan tempat duduknya
sendiri kepada wanita pertengahan umur itu, tetapi
sungguh tidak diduganya, belum ia menyingkir bahunya
sudah ditekan oleh orang-orang yang berdiri di
belakangnya. Karena diperlakukan demikian, ia terpaksa duduk lagi,
matanya memandang gadis kaki telanjang.
Ia mengira bahwa pasti kelakuan ketiga orang-orang
itu akan menimbulkan perasaan tidak senang gadis itu,
sebab biar bagaimana ia adalah tetamu yang datang dari
tempat jauh, tidak selayaknya mendapat perlakuan
demikian. Tetapi dugaannya itu ternyata keliru. Gadis itu seolaholah tidak melihat, bahkan memerintahkan orang itu
untuk menyediakan kursi bagi ibunya.
Ho Kay Hong diam-diam merasa tidak senang, ia tidak
mengerti mengapa mendapat perlakuan demikian rupa"
Mendadak gadis itu berkata: "Ho siaohiap, aku sangat
menyesal, sebetulnya aku tidak ingin perlakukan kau
demikian, tetapi kau adalah musuhku!"
Ho Hay Hong terkejut, tanyanya: "Dengan cara
bagaimana kau anggap aku sebagai musuhmu?"
"Dilenganmu ada tanda cacahan burung garuda!"
"Ini ada hubungan apa?"
"Kau adalah orangnya Kakek penjinak garuda !"
Ho Hay Hong terperanjat katanya.
"Apa" Kau dengan kakek penjinak garuda sudah
berbalik menjadi musuh " Apa sebetulnya yang telah
terjadi ?" "Aku sudah mendapat keterangan, bahwa kakek
penjinak garuda adalah musuh besarku yang membunuh
ayahku !" "Kau mempunyai bukti ?"
"Bukt inya banyak sekali, biarlah aku suruh orang
bacakan untuk kau dengarkan."
Gadis itu mengacungkan tangannya, seorang laki laki
berwajah kuning lalu membacakan tulisan yang
dipegangnya. "Pada tahun 30 musim kemarau, di suatu waktu senja,
pemimpin perkumpulan Keng Hong pang Tiat Ciang
Seng, oleh karena salah satu sebab telah berlaku salah
terhadap kakek penjinak garuda. Kakek penjinak garuda
lalu memerintahkan orangnya membunuh satu anaknya,
anak itu bersama Tiat Siang Hai, terkenal dengan
ilmunya meringankan tubuh, anak muda itu mati
digunung lo lo san."
Ia berhenti sejenak dan dari dalam sakunya
mengeluarkan sepotong papan yang tertulis: "Lambang
garuda sakti " Meskipun sudah terlalu lama disimpan tapi hurufnya
masih dapat dibaca. Wanita pertengahan umur itu lalu berkata: "Dia adalah anak lelakiku yang pertama, sikapnya lemah lembut,
mempunyai hari depan gilang gemilang, tak disangka
selagi namanya hendak menanjak telah dibunuh mati
oleh suruhan orangnya kakek penjinak garuda,
kematiannya itu sangat menyedihkan hatiku dan
ayahnya" Wanita setengah umur itu parasnya mirip sekali
dengan gadis kaki telanjang maka dapat dipastikan
dimasa mudanya tentu juga cantik.
Seorang Kangouw lain berkata dengan suara keras:
"Pada tahun 40, pangcu Ceng liong pang karena soal
perebutan tanah, telah bermusuhan dengan orang-orang
Kowlow pang dari daerah See coan. Tak lama kemudian
setelah itu, pangcu Kowlow peng dengan suatu akal licik
telah mengadu domba pangcu Ceng liong peng dengan
kakek penjinak garuda, hm kakek penjinak garuda
memerintahkan burung garudanya mengubrak abrik
Ceng liong pang, Jie kongcu mati dalam cengkeraman
burung garuda, orang-orang Ceng liong pang yang
binasa dalam peristiwa itu seluruhnya berjumlah tiga
puluh enam orang." Selanjutnya orang itu mengeluarkan beberapa batang
bulu burung garuda berwarna hitam, Ho Hay Hong
segera dapat mengenali bahwa bulu itu memang benar
bulu burung garuda piaraan kakek penjinak garuda.
Dalam marahnya ia lantas berkata dengan suara
keras: "Benarkah kakek penjinak garuda dimasa lalu berlaku
sewenang-wenang demikian apa" Aku ingin mencoba
kekuatannya nanti dimana?"
Gadis kaki telanjang berkata pelahan:
"Saudara sekandungku semua mati di tangannya, aku
tidak menyangka kalau ia adalah musuh besarku, dan
selama itu aku telah anggap dia sebagai famili."
Matanya berkaca-kaca, kepalanya menunduk, agaknya
sedang mengenangkan segala perbuatannya dimasa
yang lampau. Dengan suara keras, kembali seorang kangouw yang
tangannya hanya tinggal sebelah berkata dengan penuh
emosi: "Partai Ceng liong-pang, Tiat Ciang Seng berulangulang tertimpa nasib malang. Mereka dalam marahnya
lantas ia bersumpah, hendak bertempur mati-matian
dengan kakek penjinak garuda. Tetapi, hal itu telah
diketahui lebih dulu oleh kakek penjinak garuda.
Beberapa hari kemudian ia telah datang sendiri dengan
membawa tujuh ekor burung garuda raksasanya untuk
menanyakan soal itu. Dalam pertempuran itu, akhirnya
Tiat pangcu telah binasa. Anak buahnya yang turut
korbankan jiwa semua ada delapan belas orang. Sejak
saat itulah, Ceng liong pang kehilangan pemimpin dan
merekapun bubarlah. Sebagian anak buahnya ada yang
masuk ke perkumpulan lain, ada juga jatuh menjadi
berandal" Dengan sinar mata tajam gadis kaki telanjang itu
menatap wajah Ho Hay Hong kemudian berkata:
"Pada potongan kain sutera ini terdapat bekas darah
almarhum, sebagai tanda dalamnya permusuhan antara
kakek penjinak garuda bersama turunannya dengan
keluargaku. Sekarang, kau masih hendak berkata apa?"
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis kaki telanjang itu
menganggap ia sebagai orangnya kakek penjinak garuda
hingga diam-diam ia mengeluh. Pikirnya: "ia perintahkan
orangnya menangkap aku, apakah lantaran hendak
menuntut balas dendam kepadaku?"
Ia sekarang sudah tahu bahwa pangcu Ceng-liong
pang, Tiat Ciang Seng adalah ayah gadis itu, dan orangorang Kang ouw ini adalah bekas anak buah Ceng liong
pang dahulu. Tetapi masih ada sedikit pertanyaan dalam hatinya,
kalau kakek penjinak garuda tersebut adalah musuh
besarnya, mengapa gadis itu terus berada di
sampingnya, bahkan menghormatinya sebagai ayah
sendiri" Maka ia lalu bertanya: "Aku lihat kau telah bersama-sama kakek penjinak
garuda, dan hubunganmu dengannya juga nampaknya
tidak buruk, mengapa kau tidak tahu kalau dia adalah
musuh besarmu ?" "Aku lahir didunia belum lama, keluargaku lantas
tertimpa bencana itu, oleh karena itu, maka keluarga kita
terpencar kemana-mana. Sebab usiaku masih terlalu
muda, aku tidak tahu sama sekali. Dalam suatu keadaan
yang kebetulan, aku telah diketemukan oleh kakek
penjinak garuda dan aku dibawa kampung setan! Waktu
itu, ia sama sekali tidak tahu bahwa aku adalah anak
keluarga Tiat, maka ia perlakukan aku baik sekali,
sedang aku sendiri juga tidak tahu kalau adalah musuh
besarku, maka selama itu aku melakukan segala
perintahnya." "Kemudian dengan cara bagaimana kau mengetahui
permusuhan ini?" "Beberapa hari berselang, oleh karena hendak
melakukan sedikit urusan, aku keluar dari kampung
setan, ditengah jalan secara kebetulan aku bertemu
dengan ibu. Ibu melihat aku yang mirip dengan anaknya
yang hilang, lantas timbul curiga, setelah ia menanyakan
padaku, hingga persoalannya menjadi terang."
Wanita pertengahan umur itu lantas berkata sambil
menghela napas: "Mungkin ini adalah kehendak takdir, sejak suamiku
meninggal dunia, seorang diri aku terpaksa jadi orang
terlunta-lunta, meskipun selama itu juga berhasil
mengumpulkan tidak sedikit bekas anak buah Ceng-liong
pang, tetapi karena menginsyafi kekuatan sendiri susah
melawan kakek penjinak garuda, mata hasrat untuk
menuntut balas, pelahan-lahan mulai pudar.
"Aku tidak berdaya terpaksa mengasingkan diri,
bekerja di rumah Bengcu rimba hijau daerah selatan
sambil menantikan kesempatan baik, barulah
melaksanakan cita-citaku untuk menuntut balas.
"Tak disangka, sewaktu aku sedang melakukan tugas
diluar untuk berbelanja, telah berjumpa dengan anak
perempuanku. Begitu bertemu muka aku segera
mengenali bahwa gadis itu adalah anak perempuanku
yang hilang. "Setelah kutanyakan asal-usulnya ternyata benar.
Sungguh tidak kusangka, ia bukan saja sudah bekerja
dirumah musuh besarnya, bahkan sudah anggap
musuhnya sebagai ayah. Untung Tuhan masih adil, kita
ibu dan anak akhirnya diketemukan kembali."
Ho Hay Hong sadar, ia segera memberitahukan
maksud kakek penjinak garuda, setelah itu ia bertanya:
"Apakah kakek penjinak garuda tahu perubahan yang
terjadi atas dirimu?"
"Aku tidak memberi keterangan padanya, bagaimana
ia tahu" Patut disesalkan ialah perbuatannya dahulu yang
terlalu kejam!" jawab gadis kaki telanjang.
"Kakek penjinak garuda sangat memikirkan dirimu,
menghilangnya kau, membuatnya sering marah-marah,
bahkan kadang-kadang tumpahkan kemarahannya
kepada orang-orang yang tidak berdosa. Apakah kau
tahu?" tanya Hoa Hay Hong.
Pertanyaan itu sebetulnya bermaksud hendak
menjejak isi hatinya, tak disangka gadis itu setelah
mendengar pertanyaan demikian, alisnya lantas berdiri
dan balas menanya: "Apakah kedatanganmu ini ialah
hendak membujuk aku ?"
Melihat gadis itu marah, Ho Hay Hong buru-buru
berkata: "Kau jangan salah paham, aku sedikitpun tidak ada
maksud demikian! Dalam perjalananku ke selatan kali ini,
aku pernah datang ke kampung setan. kakek penjinak
garuda bingung melihat kedatanganku, lantas marahmarah
dan minta aku tinggalkan satu lengan tanganku.
Tetapi aku tidak takut, aku tidak menghiraukan padanya
begitu saja. Ia ternyata tidak bisa berbuat apa-apa.
Seandainya waktu itu aku tahu dia dahulu demikian
kejam, aku pasti hendak mencoba kepandaiannya.
Sayang waktu itu aku sama sekali tidak mengetahui
urusan ini !" Apa yang diucapkan itu memang sejujurnya, tetapi
gadis itu tidak merasa gembira, sebaliknya malah
keluarkan suara dihidung, kemudian berkata:
"Kau coba merayu aku dengan kata-kata manis juga
tidak ada gunanya. Kau adalah keluarganya, juga
merupakan musuhku, aku harus perlakukan kau sebagai
musuh !" Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong terkejut, ia
sungguh tidak menyangka bahwa maksud baiknya
dianggap sebagai kata-kata rayuan.
Dengan perasaan tidak senang ia berkata: "Tidak
perduli aku betul keluarganya atau bukan, kau tidak
perlu cari tahu. Sekarang aku hendak tanya padamu,
bagaimana kau hendak perlakukan aku?"
"Mendengar kata-katamu, seolah-olah kau
menyangkal bahwa dirimu tidak ada hubungan
dengannya, dengan sebetulnya, pada berapa tahun
berselang dia pernah menceritakan padaku tentang kisah
yang menyangkut diri kalian. Meskipun kau bukan
anaknya sendiri, tetapi bagaimanapun juga adalah anak
dari seorang ibu yang pernah menjadi isterinya.
Hubungan ini sangat erat, kau jangan pikir untuk
melepaskan diri!" Ho Hay Hong sejak mengetahui riwayat dirinya sendiri,
paling takut bila ada orang mengungkap rahasia yang
menyedihkan itu. Dia adalah orang yang tinggi hati.
baginya asal-usul dirinya yang mengandung riwayat
menyedihkan itu merupakan suatu pandangan sulit untuk


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibicarakan. Sungguh tak diduganya gadis itu telah mengatakan
dengan terus terang. Apa mau, orang tersebut justru
seorang perempuan yang menjadi kekasihnya sendiri.
Dalam kedudukannya, ia tak dapat mengandalkan
peranannya sendiri, maka lalu berkata dengan suara
keras: "Kau benar-benar pandai bicara, aku tidak bisa bicara apa-apa. Kau hendak berbuat apa terhadapku, terserah
sesukamu sendiri, aku tidak akan menolak!"
Wajahnya telah berubah demikian menakutkan, kulit
mukanya berkerenyut berkali-kali suatu tanda hatinya
telah disakiti oleh gadis itu, ia berkata pula:
"Dengan terus terang, aku telah mengetahui bahwa
dalam hal ini aku akan mati, aku dari perjalanan
Thiansan pai jauhnya di sebelah utara, sengaja datang
kemari, maksudku hanya untuk bertemu muka
denganmu sebagai penghabisan kalinya, tak kuduga
dengan cara demikian kau perlakukan diriku."
Ia lalu memejamkan matanya, dengan tenang duduk
diatas kursinya, seolah-olah menyerahkan nasibnya
ditangan gadis itu. Gadis itu hatinya mendadak bimbang, ia bertanya:
"Benarkah malam ini kau mau mati?"
Perasaan Ho Hay Hong yang sudah terjadi perubahan
besar, sebetulnya hendak memberi keterangan, tetapi
mengingat sikap dingin gadis pujaannya itu, ia urungkan
maksudnya, hanya mengeluarkan suara dari hidung
sebagai jawaban. "Kau tidak mau menjawab juga tidak apa2, tetapi
kedatanganmu ke selatan yang sengaja hendak
menengok aku adalah bohong, aku sudah mengerti kau
tidak perlu membohongi aku!"
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong mendadak
membuka matanya dan berkata:
"Aku selamanya tidak pernah membohong, kau jangan
demikian menghina aku!"
"Aku telah menyaksikan dengan mata sendiri, kau
berjalan bersama-sama dengan nona berbaju ungu,
kalian berdua nampaknya sangat intim sekali, tapi
sekarang setelah kau bertemu dengan aku kau
sebaliknya mengatakan sengaja datang untuk menengok
aku. Apakah ini bukannya bohong semua?"
Sehabis berkata demikian gadis itu mendadak merasa
bahwa perkataannya terlalu kasar dan blak-blakan, ia
hendak menarik kembali tetapi tidak keburu, mukanya
merah seketika, buru-buru menundukan kepalanya.
Ho Hay Hong seorang yang pintar, dia segera dapat
merasakan dari sikap dan kata-kata gadis itu dapat
meraba sedikit isi hati gadis pujaannya, ia berpikir:
"Perkataannya itu jelas menunjukan hatinya tidak senang
tampaknya, marah karena melihat aku jalan bersamasama
dengan gadis berbaju ungu. Kalau begitu, apakah
ia ada maksud terhadapku?"
Oleh karena itu pula, ia telah mendapat kepastian
bahwa segala gerak-geriknya dengan gadis berbaju
ungu, sudah diketahui semua olehnya.
Ia coba menenangkan pikiran kembali, ia merasa
bahwa selama berada diselatan ia tidak menunjukkan
hubungan yang terlalu mesra dengan gadis berbaju
ungu, maka lalu berkata: "Nona berbaju ungu yang kau katakan tadi adalah adik
perempuan sepupuku ia ikut ke selatan juga ingin
melihat kau, sebab aku sering menceritakan dirimu
dihadapannya!" Gadis itu tercengang, ia bertanya: "Apa katamu
terhadapnya?" "Aku pernah menceritakan kepadanya bahwa
beberapa kali aku mengalami bakal kematian, tetapi
karena munculnya kau, akhirnya aku terhindar dari
bahaya. Ia sangat mengagumi Kepandaian ilmu silatmu,
maka menyatakan hendak berkenalan denganmu.!"
"Aku dengan dia sama-sama seorang wanita, apa yang
perlu dilihat." Mulut gadis itu meskipun berkata demikian, tetapi
nada suaranya sudah banyak berubah, jelas bahwa ia
merasa girang mendapat pujian Ho Hay Hong.
"Dengan terus terang terhadap Kakek penjinak
Garuda, selama ini aku tidak senang, orang itu terlalu
mengagulkan kepandaian sendiri, sikapnya terlalu
sombong, seolah-olah didalam dunia yang luas ini, hanya
dia sendiri yang terkuat. Terutama ketika dari mulutmu
aku mengetahui segala dosanya dimasa yang lampau,
aku benar-benar hendak menguji kepandaiannya!"
Mata Ho Hay Hong menengok keluar, melihat matahari
yang sudah mulai silam, ia menghela napas panjang.
Gadis kaki telanjang itu tiba-tiba merasakan kedukaan
pemuda itu. yang agaknya benar-benar telah dirundung
nasib malang, ia sebetulnya ingin berkata:
Kepandaianmu selisih jauh dengan kepandaian Kakek
penjinak garuda, sama sekali bukan tandingannya." tapi sebelum dikeluarkan, ucapan itu ditelannya kembali.
Ia seperti mendapat perasaan bahwa pemuda itu
bersifat tinggi hati, maka ketika ia melihat keadaan yang
menyedihkan itu, hatinya lantas lemah.
Ia berpikir sejenak, akhirnya berkata:
"Kau tadi kata tengah malam tentu akan binasa, aku
merasa geli. jikalau benar bahwa mati hidupnya
seseorang bisa diket ahui lebih dahulu maka manusia
didalam dunia ini setiap saat akan merasa risau."
"Kau salah, aku bukannya dapat mengetahui lebih
dahulu tentang kematianku, melainkan disebabkan diriku
terkena pukulan kekuatan tenaga dalam yang sangat
ampuh, jiwaku hanya terbatas tinggal tiga hari, maka aku
buru-buru dari utara melakukan perjalanan kemari dalam
perjalanan aku sudah menggunakan waktu dua hari,
maka aku tahu bahwa malam ini aku pasti mati!"
Gadis itu mengerutkan alisnya dan bertanya:
"Apa namanya ilmu kekuatan tenaga dalam itu?"
"Namanya Sanhoa tok cing, ilmu kekuatan tenaga
dalam yang dipelajari oleh seorang tokoh terkuat rimba
hijau daerah utara, Kay see Kim kong. terhadap ilmu
pukulan itu aku sendiri masih belum jelas, aku hanya
merasa bahwa keadaan diriku tetap seperti biasa,
sedikitpun tidak ada perasaan terluka, tapi aku dengar
orang kata. bahwa orang yang terkena pukulan ilmu itu,
dalam waktu tiga hari pasti binasa. Coba kau pikir aneh
atau tidak?" "Aku belum pernah dengar nama itu, mungkin juga
mempunyai pengaruh demikian dahsyat!" berkata gadis
itu sambil menggelengkan kepala, kemudian bertanya
kepada seorang wanita pertengahan umurnya yang
berada di sisinya: "Ibu, kita harus bertindak bagaimana terhadap musuh
kita ini?" "Aku percaya dia tidak puas terhadap sepak terjang
kakek penjinak garuda, dari sifat dan bahasanya aku
sudah melihat bahwa dia ada seorang pemuda yang
putih bersih dan besar harapannya dikemudian hari, apa
lagi ia kata jiwanya dalam keadaan bahaya, pasti ada
banyak tugas penting yang akan dilakukannya. Menurut
pikiranku, tidak perlu mempersulit dia lagi. Dalam
permusuhan kita itu dia bukanlah pelaku utama, maka
bebaskan saja dia!" "Tetapi, dia adalah keluarga kakek penjinak garuda!"
berkata gadis itu. "Jikalau naga menurunkan sembilan anak, sifatnya
masing-masing berlainan, meskipun dia keluarga kakek
penjinak garuda, belum tentu sifatnya boleh disama
ratakan! Jika kita rasa masih perlu memberi ampun,
ampunilah dia!" kata ibunya.
Gadis itu lalu berkata pada orang-orangnya:
"Lim piu. Ong Kui lepaskan dia!" Lim piu segera
melepaskan tangannya yang memegangi tangan Ho Hay
Hong. tetapi tidak demikian dengan Ong Kui. Orang she
Ong ini jarinya menotok jalan darah Ho hai hiat ditubuh
Ho Hay Hong kemudian berkata dengan gemas:
"Aku protes, coba pikir bagaimana menyedihkan
kematian Tiat Pangcu, masa dengan enak kita
perlakukan musuh ?" Ho Hay Hong hanya merasakan hatinya seperti hendak
meloncat keluar, darahnya segera menggolak dan
matanya berkunang-kunang, jikalau bukan karena latihan
kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna,
barangkali ia sudah rubuh.
Ia menahan rasa sakit dalam badannya berkata sambil
tertawa nyaring: "Kalau kau tidak sudi melepaskan diriku, berbuatlah
menurut sesuka hatimu, jikalau aku Ho Hay Hong sampai
mengerutkan alis, bukanlah seorang gagah!"
Dengan alis berdiri, Ong Kui menyerang dada Ho Hay
Hong dengan tinjunya. Serangan itu cukup berat, bagi
orang biasa pasti akan rubuh binasa. Tetapi Ho Hay
Hong tetap tidak berubah, malah ia berkata dengan
suara nyaring: "Dalam perjalanan ke selatan kali ini, dapat bertemu
muka denganmu, aku sudah rasa puas, meskipun aku
mati juga tidak penasaran . . ."
Selama bicara itu matanya terus ditujukan keluar
memandang matahari yang sudah tenggelam ke barat,
diwaktu bicara ujung bibirnya banyak mengalirkan darah.
Gadis itu terkejut, ia berkata kepada orangnya:
"Ong Kui ! Apa kau sudah gila" Lekas lepaskan
tangannya ." Ong Kui seolah-olah tidak mendengar, tinjunya
kembali memukul dada Ho Hay Hong sementara
mulutnya menjawab: "Jika tidak pukul anaknya, orang tuanya tidak akan
keluar. Hajaran ini anggaplah sebagai tamparan bagi
muka Kakek Penjinak Garuda !"
Wanita pertengahan umur menghela napas pelahanlahan
dan berkata: "Anak, kau seharusnya juga memaafkan pada mereka,
sudah beberapa puluh tahun menahan sabar, dendam
sakit hatinya begitu meluap, pantas kalau dia tidak
mendengar perintahmu!"
Setelah mendengar perkataan ibunya, gadis itu tidak
bisa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu Ong Kui terus menghajar Ho Hay Hong
dengan tangan dan kakinya hingga pemuda itu beberapa
kali dalam keadaan pingsan. Setelah diguyur air dingin
baru sadar lagi. Walaupun dihatinya sangat marah dan
beberapa kali hendak berontak, tapi akhirnya ia bersabar
sambil menggertak gigi. Tak lama kemudian Ong Kui telah merasa puas, baru
melepaskannya. Ia tidak tahu bahwa pemuda itu adalah
seorang laki-laki yang bersifat jantan. Betapapun dihajar
demikian rupa, sedikitpun tidak merintih atau minta
ampun. Ho Hay Hong perlahan-lahan menyusut darah yang
mengalir di bibirnya, kemudian bangkit dari tempat
duduknya dan berkata. "Dengan memandang matamu, sebelum ajalku tiba,
aku sudah dihajar oleh orang-orangmu tanpa melawan."
Ia sebetulnya hendak minta obat Lio yan-hiang, tetapi
melihat suasana demikian buruk, ia tahu bahwa
permintaannya itu pasti akan dipandang rendah oleh
orang lain, maka dengan badannya yang terluka,
perlahan-lahan berjalanlah ia keluar.
Pada saat itu, semua harapannya telah padam,
hatinya sudah mati. Maka ia hanya ing in mencari suatu
tempat yang sunyi sebagai tempat untuk mengubur
dirinya sendiri. Tetapi, baru saja ia melangkahi pintu, tiba-tiba ia ingat
bahwa gadis berbaju ungu masih berada di tangan
musuh, maka buru-buru ia balik kembali, menurunkan
pedangnya dan diletakkan di atas meja, kemudian
berkata: "Aku ada sedikit permintaan, masih mengharap kau
suka menolong." "Katakanlah," kata gadis itu. .
"Tadi aku dengar kata bibi, bahwa bibi bekerja pada
Bengcu rimba hijau, apakah itu betul?"
"Apa perlunya kau menanyakan itu?" balas menanya gadis itu dengan perasaan tidak mengerti.
"Adik perempuan sepupuku ini, ialah nona berbaju
ungu yang pernah kau lihat, belum lama berselang telah
ditawan oleh tiga anak buah Bengcu. aku pikir hendak
minta pertolongan bibi, untuk minta kepada Bengcu
supaya dibebaskan. Sudikah kau menerima permintaanku
ini" Oleh karena jiwaku dalam keadaan bahaya, mungkin
sekali aku tidak sanggup melakukan sendiri pekerjaan
itu, maka mohon pertolonganmu. Pedang ini anggaplah
sebagai barang terima kasihku, aku tidak tahu
bagaimana pikiranmu?"
"Bagaimana seandainya Bengcu tidak mau
membebaskan?" Ho Hay Hong tercengang, pikirnya: Itu memang suatu
persoalan sulit, apabila Liong-ceng Houw-sie tidak
menerima permintaannya, bukankah ini berarti bahwa
gadis itu telah kucelakakan sendiri"
Ia berpikir sejenak, akhirnya berkata: "Kalau begitu
aku minta tolong kau bawa aku kepada Bengcu sendiri,
aku akan minta sendiri kepadanya."
"Bengcu besar kepala, mungkin dia tidak mau
menjumpaimu." "Apakah ia mengandalkan kedudukannya, tidak sudi
menemui seorang yang tidak bernama?"
"Kalau kau hendak anggap demikian, aku terpaksa
menjawabnya." Ho Hay Hong mendadak tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Nona, asal kau sudi bawa aku pergi kepadanya,


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bengcu pasti akan keluar menyambut aku sendiri, jikalau
kau percaya, aku perlihatkan padamu sebuah barang!"
Ia lalu mengeluarkan sepotong emas yang terukir
lukisan gambar naga. lalu diberikan kepada gadis itu dan
berkata: "Emas ini merupakan lambang kepercayaan
kedudukan Bengcu rimba hijau daerah utara, aku
percaya Liong ceng Houw sie setelah melihat benda ini,
pasti akan terkejut!"
Gadis itu terperanjat, ia lalu bertanya: "Kau pemiliknya benda emas ini?"
"Benar, aku adalah Bengcu rimba hijau daerah utara!"
Ketika ucapan itu keluar dari mulut Ho Hay Hong yang
ada disitu mengunjuk sikap terkejut dan terheran-heran,
Ong Kui yang tadi pernah menghajar dirinya, mendadak
menghampiri dan berkata dengan suara gusar.
"Bocah, kau mengaco belo."
Ho Hay Hong dapat menduga bahwa orang itu
diluarnya saja nampak galak, tetapi sebetulnya dalam
hatinya merasa jerih maka, lantas menjawab:
"Ong Kui, aku telah mandah kau hajar tanpa melawan,
semua ini karena semalam aku pandang muka nonamu
ini, jikalau kau anggap aku seorang yang mudah kau
perhina, maka anggapanmu itu salah besar!"
Ong Kui terkejut, ia mundur beberapa langkah, tidak
berani memandangnya lagi.
Ho Hay Hong menyimpan lagi pelat emasnya, lalu
berkata: "Nona aku harap kau sudi menerima permintaanku
yang terakhir ini!" Gadis itu sejenak nampak ragu ragu sejenak, lalu
berkata: "Golongan rimba hijau daerah selatan dan utara
selamanya tidak akur, kau berdua telah bersua kemuka,
pasti timbul percekcokan Liong ceng Houwsie adalah
penolong ibuku, aku tidak mengharap kau sampai
berbuat demikian terhadapnya."
"Maksudku hanya minta orang saja, asal ia tidak
berlaku keterlaluan, sudah tentu aku tidak akan berbuat
apa-apa kepadanya. Hal ini harap kau jangan kuatir."
Melihat sikapnya yang sungguh-sungguh gadis itu
merasa tidak enak menolak lagi, ia lalu bangkit berdiri
setelah meninggalkan pesan beberapa patah kata kepada
orang-orangnya, lantas berjalan keluar bersama Ho Hay
Hong. Ho Hay Hong membuka tambatan kudanya, dengan
membuka kudanya itu jalan menuju kejalan raya.
Ia jarang sekali berada berduaan den gadis itu, maka
dalam hatinya sebetulnya banyak perkataan hendak
dikatakan, tetapi tidak tahu bagaimana harus mulai.
Sedangkan gadis itu juga tidak berani berpandangan
mata dengan Ho Hay Hong, selama hidupnya ia sering
dengan pandangan mata yang dingin membuat musuhmusuhnya
berdebaran hatinya. Untuk pertama kali ini ia menyerah terhadap seorang
laki-laki. dalam hatinya lalu memikirkan persoalan ini,
tetapi ia tidak mengerti apa sebabnya. Mengapa ia selalu
takut berpandangan mata dengan pemuda itu. Bahkan
set iap kali berhadapan dengan pemuda itu hatinya selalu
berdebar. Diam-diam ia merasa sayang akan hari depan pemuda
itu, jago muda yang sudah mulai menanjak nasibnya itu,
sebetulnya mempunyai hari depan yang cerah, tetapi
sayang usia jiwanya begitu pendek, sehingga tidak dapat
memperkembangkan kepandaiannya.
Dalam perjalanan itu Ho Hay Hong akhirnya
menemukan bahan percakapan, ia lalu bertanya.
"Kau anggap Kakek penjinak Garuda itu bagaimana
orangnya?" "Sombong tidak kenal aturan, menganggap dirinya
sendiri terlalu tinggi, kurang sopan dan tidak tahu malu,
ia suka berbuat menurut perasaan sendiri, tidak
memikirkan akibatnya !"
Ho Hay Hong merasa heran gadis itu menggunakan
istilah kurang sopan dan tidak tahu malu, untuk
menggambarkan pribadi kakek Penjinak Garuda.
Bagi orang tua yang sifatnya berangasan itu,
menggunakan kata-kata sombong tak tahu aturan,
terlalu pandang diri sendiri terlalu tinggi dan suka
berbuat menurut sesuka hatinya untuk menggambarkan
sifatnya memang paling tepat, tapi kalau di anggap ia
sebagai seorang yang kurang sopan dan tak tahu malu,
sesungguhnya agak aneh. Sebagai seorang pintar, Ho Hay Hong tahu bahwa
gadis itu menggunakan istilah yang sebetulnya sesuai
untuk melukiskan sifat pemuda bangor, untuk
menggambarkan sifat Kakek Penjinak Garuda, pastilah
ada sebabnya, ia lalu berkata:
"Bolehkan nona mengungkap sedikit perbuatanperbuatan
tua bangka itu, yang nona anggap kurang
sopan dan tak tahu malu?"
Muka gadis itu mendadak merah membara, kemudian
ia balas menanya: "Mengapa hanya soal ini yang kau tanyakan?"
"Sebab aku anggap tua bangku itu meskipun tinggi
hati dan tak kenal aturan, tetapi bukanlah seorang yang
kurang sopan dan tak tahu malu, maka aku heran
mendengar pernyataanmu tadi, bolehkah kau ungkapkan
sedikit kelakuannya yang kau anggap tidak tahu malu
itu?" "Kau belum kenal begitu dalam terhadap pribadinya,
maka kau bisa mengatakan demikian, sebetulnya di
dalam mataku, dia seorang yang martabatnya sangat
rendah, setelah pada suatu hari dia... dia."
Berulang kali dia mengucapkan "dia" tapi tak dapat melanjutkan, sedang pipinya yang merah nampak
semakin merah. Sikap itu banyak menimbulkan tanda tanya bagi Ho
Hay Hong, maka ia berkata lagi:
"Nona, sekali-kali jangan anggap aku sebagai orang
luar, ceritakanlah terus terang jikalau ada urusan yang
sifatnya rahasia, aku nanti akan merahasiakan?"
Untuk meyakinkan gadis itu, ia menambahkan:
"Atau kau boleh anggap aku sebagai patung sebab
tidak lama lagi tokh akan meninggalkan dunia ini!"
Gadis itu berusaha menahan perasaannya, akhirnya
meluncurkan kata-kata yang mengejutkan:
"Pada suatu hari ia telah minta aku untuk dijadikan
istrinya." Ho Hay Hong terkejut, ia bertanya dengan alis berdiri:
"Benarkah ia berbuat demikian?"
Gadis itu menundukkan kepala, ia tak menjawab.
Ho Hay Hong mendadak merasa bahwa pertanyaan itu
agak kelebihan, sebab gadis itu tak bisa berbohong
padanya, dan juga tiada perlunya untuk berbohong.
Entah apa sebabnya setelah mendengar penuturan itu,
Ho Hay Hong mendadak timbul perasaan cemburu.
Meskipun ia tahu tapi ia masih pura-pura menanya.
"Akhirnya kau terima atau tidak?"
Mendengar pertanyaan itu gadis itu agaknya terkejut,
ia balas menanya: "Apa kau anggap aku bisa menerima?"
Ho Hay Hong lantas bungkam, ia sendiri juga tidak
mengerti mengapa mendadak timbul perasaan
cemburunya. Meskipun ia tahu benar bahwa gadis itu
tidak mungkin cinta pada seorang laki-laki tua yang
usianya beberapa kali lipat dari usianya sendiri, tetapi
bagaimanapun juga perasaan cemburu itu tokh tetap
timbul dalam hatinya. Mengingat kelakuan sendiri, ia merasa geli hingga
tertawa sendiri. Gadis itu angkat muka, tiba-tiba berkata dengan
perasaan tidak senang: "Mengapa kau ketawa?"
"Mana aku tertawa?" Ho Hay Hong balas menanya
dengan hati terkejut. "Apa kau merasa senang karena aku dihina oleh Kakek
penjinak garuda?" "Aku sedikitpun tidak ada itu maksud, harap kau
jangan salah paham!"
Saat itu mendadak ia dapat lihat dimata gadis itu
mengembang air mata, "jangan jangan." ia terkejut dan kemudian bertanya:
"Kau marah?" Gadis itu berjalan cepat-cepat, meninggalkan dirinya
sebab saat itu hatinya merasa pepet, ia ingin mencari
suatu tempat yang sunyi, supaya bisa menangis sepuaspuasnya.
Ho Hay Hong tahu bahwa gadis itu mempunyai sifat
rangkap, jikalau selagi baik, bisa berlaku demikian baik
sekali, tetapi kalau sedang keluar jahatnya, mukanya
begitu asin laksana salju, sehingga orang tidak berani
memandangnya. Ia dapat menyelami perasaannya pada waktu itu,
maka buru-buru berkata: "Sayang, dalam hidupku ini sudah tidak ada
kesempatan untuk mengadu kekuatannya dengannya!"
Sehabis berkata demikian ia menghela napas panjang,
kemudian alihkan pembicaraannya ke soal lain: "Hanya
seorang jahat yang dapat balasan jahat, musuh
besarnya, Ing siu ini sudah muncul di daerah utara, aku
percaya tidak lama lagi dia pasti bisa mencari padanya
untuk membuat perhitungan. Kau tunggu saja tanggal
mainnya!" Tanpa menunggu pertanyaan gadis itu, ia telah
menceritakan semua perihal permusuhan antara Ing su
dengan si kakek penjinak garuda.
Ia juga menceritakan bahwa kepandaian ilmu silat Ing
siu tidak dibawah Kakek penjinak garuda, kekuatan dua
orang tua sangat berimbang, kalau pertempuran itu
terjadi, dua-duanya pasti hancur.
Mendengar penuturan itu, gadis itu baru merasa lega
hatinya. Tetapi, perasaan girangnya lenyap Ia lalu
menundukkan kepala untuk memikirkan urusannya
sendiri. Ho Hay Hong merasa heran, beberapa kali ia hendak
menanya, tetapi akhirnya batalkan.
Tibalah mereka dijalan raya.
Jalan raya yang tidak seberapa luas itu justru
merupakan tempat yang paling ramai di kot a itu, banyak
orang berlalu lalang dan suara hiruk pikuk. Dua tepi jalan terdapat banyak pedagang yang menawarkan
dagangannya masing-masing.
Waktu itu, hari sudah menjelang senja, sudah
waktunya bagi pedagang untuk pulang, pedagangpedagang
yang belum habis menjual barang
dagangannya ramai berkaok-kaok menawarkan
dagangannya dengan harga rendah, supaya lekas terjual
habis. Gadis kaki telanjang mengeluarkan sepotong kain
sutra, selagi hendak menatap motifnya. di belakangnya
tiba-tiba terdengar orang memanggil: "Chin Khim. Chin Khim"
Mendengar panggilan itu, wajah gadis itu pucat
seketika. Ho Hay Hong yang belum pernah menyaksikan
gadis itu demikian ketakutan, diam-diam ia merasa
heran. Ia menoleh, dibelakangnya tampak seorang lelaki
bermuka merah sedang menghampiri dengan langkah
lebar. Orang lelaki tua bermuka merah itu, adalah orang dari
kampung setan. Ho Hay Hong dapat mengambil tindakan dengan
cepat, dan tangannya mengeluarkan hembusan angin
hebat sekali, menyapu barang-barang dagangan yang
terdapat dipinggir jalan, sehingga pada berterbangan dan
keadaan lantas menjadi keruh.
Ada yang berebut barang dagangan, ada juga yang
lari terbirit-birit, ada yang baku tuduh, ada juga yang
terpelanting atau terhuyung-huyung. Yang sial adalah
para pedagang yang belum habis dagangannya, terus
menjerit-jerit tidak terhentinya.
Tetapi Ho Hay Hong lantas melemparkan sepotong
uang perak, untuk menutup kerugian mereka.
Ia menggunakan kesempatan selagi keadaan keruh
menarik tangan gadis kaki telanjang dan lari jauh. Ia
sengaja lari, berputar-putaran, menyusup diantara orang
banyak hingga sebentar saja sudah tidak kelihatan mata
hidungnya. Gadis kaki telanjang masih belum hilang rasa kagetnya
dengan napas tersengal-sengal ia berkata.
"Orang tua bermuka merah itu adalah pembantu
kakek penjinak burung garuda yang paling diandalkan.
kesaktiannya masih jauh di atasku, maka aku tidak
berani melawan dia, satu-satunya jalan ialah kabur!"
Ho Hay Hong sedikitpun tidak nampak tegang, ia
berkata. "Ia panggil kau Chiu Khim, apakah itu namamu yang
sebenarnya?" "Ya nama itu kakek penjinak garuda yang
memberikan, sudah lama aku tidak ingin menggunakan
lagi!" "Apakah aku ada itu kehormatan untuk memberikan
nama baru untukmu ?"
"Kau benar-benar aneh, sudah dekat ajalmu, masih
mempunyai waktu untuk berkelakar !"
Ho Hay Hong tertawa terbahak-bahak, ia berkata:
"Manusia sejak dahulu kala tidak terhindar dari
kematian, mengapa harus takut mati" Bedanya ialah
diwaktu mati orang itu merasa gembira atau tidak."
"Dengan cara bagaimana pada setelah mati kau baru
merasa gembira?" "Ini." Ho Hay Hong ragu-ragu, "untuk sementara aku tidak bisa memberitahuku padamu, tunggu kalau aku
sudah akan mati, saat itu kau nanti akan mengerti
sendiri." "Kau t idak mau mengatakan, aku juga mengerti!"


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jantung Ho Hay Hong berdebar, ia bertanya dengan
heran: "Kau mengerti apa?"
"Perlu aku menjelaskan" Agar nona baju ungu itu
datang, kau tentu gembira betul bukan?"
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 23 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 23 MUKA Ho Hay Hong mendadak merah, kemudian
berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Keliru, kau selalu anggap aku baik sekali dengannya, padahal orang yang kucinta sebetulnya bukanlah dia!"
Ia sebetulnya hendak menggunakan kesempatan itu
untuk mengutarakan isi hatinya tetapi mendadak
terdengar suara yang tidak asing lagi baginya tengah
berseru: "Betul dia. betul dia, jangan membiarkan ia
kabur lagi." Ho Hay Hong terkejut, karena suara itu dikenalnya
sebagai suara Tang siang Sucu.
Di samping Tang siang Sucu adalah seorang pemuda
tampan, di sisi pemuda itu adalah seorang laki-laki
berusia lanjut berjubah kuning.
Ketika Ho Hay Hong melihat laki-laki tua itu, dalam
hati terkejut, karena lelaki tua itu tidak lain adalah guru Tang siang Sucu sendiri, Lan kiang Tay bong!
Disamping itu masih ada empat bintang yang masih
belum sembuh dari luka-lukanya hingga nampaknya
masih letih, namun kalau dibanding keadaan mereka
sewaktu baru keluar, sudah jauh lebih baik.
Sedang di belakang empat "bintang" adalah delapan pengawal yang terkenal sebagai tukang pukul Tang siang
Sucu. Ho Hay Hong tidak menduga bahwa Tang siang Sucu
yang baru mengalami kekalahan sedikit saja sudah
mengerahkan seluruh kekuatannya bahkan gurunya juga
dibawa. Maka seketika itu lantas berkata pada gadis kaki
telanjang dengan suara perlahan:
"Kau jangan ribut-ribut dulu, urusan ini biarlah aku
yang menghadapi!" "Apakah mereka hendak menangkap ku?" tanya si
gadis heran. Ho Hay Hong tahu bahwa gadis ini sifatnya tinggi hati,
apabila diberitahukan terus terang, pasti akan
menimbulkan kemarahannya. maka lalu menjawab
sambil menggeleng: "Aku pikir bukan demikian maksud mereka. Sebab
antara kau dengannya tokh tidak pernah terjadi
perselisihan." Mata si gadis ditujukan kepada Tang-siang Sucu
kemudian bertanya kepada Ho Hay Hong dengan suara
pelahan: "Apakah kau kenal dengan orang itu?"
"Kenal," jawabnya singkat.
"Bagaimana orangnya" Bagaimana hubungan
persahabatannya dengan kau?"
"Perlu apa kau menanyakan soal itu?"
"Orang itu sering mengejar-ngejar aku, aku merasa
jemu!" Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong mendadak
merasa tidak senang terhadap Tang siang Sucu,
jawabnya: "Dia memang paling suka berbuat ceriwis demikian,
kau tidak perlu hiraukan."
"Aku memang tidak marah, sebaliknya dengan kau "
"Apa katamu?" "Aku pernah menanyakan padanya tentang
kepergianmu, dia." "Apa kata dia?"
"Dia kata bahwa kau suruh aku jangan menghiraukan
dirinya!" "Aku suruh kau?" tanya Ho Hay Hong terheran-heran,
"aku tokh tidak pernah berkata demikian terhadapmu,
mengapa ia memfitnah demikian?"
"Siapa tahu apa maksudnya, dia kata hubungannya
denganmu baik sekali, lebih dari saudara sendiri."
Ho Hay Hong sangat mendongkol, ia bertanya-tanya
kepada hati sendiri: "Apakah Tang siang Sucu suka pada gadis ini, sehingga perlu mengadu domba demikian,
supaya gadis ini menjauhi aku?"
Semakin dipikir semakin mendongkol, dengan sikap
dingin ia mengawasi Tang siang Sucu.
Tang siang Sucu tersenyum dan menyapa padanya:
"Saudara, kita benar-benar berjodoh, sekarang kita
bertemu lagi!" Dalam hati Ho Hay Hong meskipun merasa jemu
terhadap sifat rendah saudaranya itu, tetapi diluarnya
tetap berlaku manis. "Lukamu sudah sembuh ?" pemuda itu balas
menanya. "Terima kasih atas perhatianmu, lukaku sudah
disembuhkan oleh suhu."
"Syukurlah. Kalau dugaanku tidak keliru,
kedatanganmu ini tentu hendak membuat balas dendam
ke kampung setan !" "Dugaanmu hanya tepat sebagian, sebagian lagi aku
minta saudara rela" Begitu ucapan itu keluar dari mulut Tang siang Su cu,
delapan pengawalnya lantas berpencaran keempat
penjuru, hingga orang-orang yang sedang berjalan
terpaksa menyingkir dan terbukalah suatu lapangan
kosong. "Apa maksudmu?" tanya Ho Hay Hong.
"Aku minta saudara rela supaya dia ikut kita pergi!"
Dijalan raya itu meski masih ada banyak orang yang
ingin tahu, tetapi karena menyaksikan delapan pengawal
Tang siang Su cu semuanya membawa senjata tajam,
lagi pula sikap mereka menunjukkan sikap tidak baik,
maka akhirnya pada lari menyingkir, hanya ada tiga
orang dari kalangan Kang ouw yang rupanya tidak takut,
yang tetap tinggal disitu untuk menyaksikan apa yang
akan terjadi. Lam kiang Tay-bong yang harus pegang derajatnya,
tidak mau campur tangan urusan anak-anak muda, maka
ia hanya berdiri di samping sebagai penonton.
"Saudara dengannya ada permusuhan apa" Mengapa
harus bawa dia" jelaskan dulu duduk perkaranya!" kata Ho Hay Hong tenang.
Oleh karena dua muka pemuda itu seolah-olah pinang
dibelah dua, maka hal itu menimbulkan keheranan
orang-orang yang menonton.
Tang siang Su cu menyaksikan sikap tenang Ho Hay
Hong, diam-diam ia juga merasa kagum.
"Permintaanku ini, bukan tidak ada sebabnya. Kau
tahu bahwa aku disiksa ekakek penjinak garuda, hingga
harus mengalami luka-luka berat. Semua ini ialah
lantarannya gadis ini, maka aku merasa tidak senang dan
penasaran. Aku pikir hendak bawa sendiri gadis ini ke
kampung setan, sekaligus hendak menuntut balas
dendam terhadap kakek penjinak garuda. Sudikah
kiranya saudara memberi bantuan?"
"Dia sekarang sudah meninggalkan kampung setan,
permintaan saudara, barangkali aku tidak bisa terima!"
Tang siang Su cu tertawa tergelak-gelak, dan berkata:
"Aku lihat saudara adalah seorang tinggi hati, sudah
tentu tidak mau berdamai. Tetapi nona ini bagaimanapun
juga kita akan bawa pergi, nampaknya terpaksa saudara
harus mengalah sedikit!"
"Apakah maksud saudara hendak menggunakan
kekerasan?" Tanya Ho Hay Hong juga sambil tertawa
terbahak-bahak. "Benar," jawabnya sambil menganggukkan kepala.
Mendengar jawaban itu, delapan pengawal dengan
serentak bergerak. Empat menyerang Ho Hay Hong,
empat lagi menyerbu gadis kaki telanjang.
Ho Hay Hong selagi hendak membuka jurus untuk
menghajar empat pengawal sombong Itu, mendadak
dikejutkan oleh berkelebatnya sesosok bayangan orang
yang bergerak diantara delapan pengawal dengan
kegesitan luar biasa, kemudian disusul oleh suara
kelepak-kelepok beberapa kali, delapan orang itu setiap
orang mendapat hadiah tamparan di kedua pipi masingmasing.
Delapan pengawal yang biasanya tidak pandang mata
orang lain, kali ini benar-benar sangat terkejut. Karena
melihat gelagat tidak beres, terpaksa mundur teratur.
Kalau mereka tadi menyerbu dengan cepat, sekarang
mundurnya lebih cepat lagi. Dalam waktu sekejap mata
saja, lapangan di tepi jalan sudah kosong, hanya tinggal
gadis kaki telanjang seorang, berdiri disitu dengan sikap
tenang. Pipi delapan pengawal pada merah dan bengkak
semua, dibawah mata demikian banyak orang, begitu
sangat memalukan. Maka semua pada menundukan
kepala. Ho Hay Hong lantas berkata dengan tenang.
"Saudara, aku hendak bicara dimuka, mau tidak mau
kau harus dengar. Dia sekarang sudah tidak ada
hubungannya lagi dengan kampung setan, segala
permusuhan anggap saja sudah habis, siapapun tidak
boleh mengganggu seujung rambutnya. Jikalau tidak,
aku siorang she Ho lebih dulu yang akan mencegah!"
Dengan langkah lebar ia berjalan kehadapan si gadis
itu, sinar matanya yang tajam menyapu muka semua
orang sejenak, kemudian berdiri dengan sikap
menantang. Pemuda tampan yang berdiri disamping Tang siang
Sucu lantas maju dan berkata:
"Jangan bangga dulu, aku Seesiang Sucu disini, ingin
belajar kenal dengan kepandaianmu!"
Dua tangannya lalu dipentang, tangan itu
mengeluarkan hembusan angin hebat, yang menyerbu
Ho Hay Hong Ho Hay Hong geser kakinya, lompat kekiri sejauh tiga
kaki. Kemudian mengangkat tangannya, dengan
beruntun melancarkan serangan hingga tiga kali.
Serangannya itu meskipun tidak seberapa hebat tetapi
mengandung macam macam gerak tipu yang sangat
aneh, dapat menutup lawannya dari segala sudut,
sehingga sulit untuk mengelak.
Seesiang Sucu yang tidak menduga akan menghadapi
serangan semacam itu, sesaat menjadi kelabakan dan
terpaksa mundur tiga langkah.
Tang siang Sucu yang menyaksikan keadaan
demikian, dalam hatinya terkejut, sebab ia tahu benar
bahwa kepandaian Ho Hay Hong dahulu tidak seberapa
tinggi, tetapi sekarang mendadak seperti bertambah
beberapa kali lipat, entah apa sebabnya"
Suatu pikiran terlintas dalam ot aknya, ia maju
menghampiri dan berkata: "Saudara, ada suatu persoalan aku harus menanyakan
kau!" "Katakanlah." Sambil melirik kearah si gadis, Tang siang Sucu
berkata: "Apa kau mengakui bahwa hubungan antara aku
dengan kau bukan hubungan biasa?"
"Benar, aku mengakui bahwa kau adalah saudaraku!"
"Kalau begitu, aku sekarang hendak tanya padamu,
manakah sebetulnya yang lebih berat, saudara ataukah
wanita?" "Kau jelaskan dulu duduk persoalannya!"
"Tidak perlu aku menjelaskan duduk perkaranya aku
tanya kau, mana sebetulnya yang lebih berat, saudara
ataukah perempuan?" Ho Hay Hong tidak dapat meraba maksud yang
sebenarnya dari pertanyaan itu, maka sesaat tidak bisa
menjawab dan berdiri melongo.
Sementara itu, gadis kaki telanjang juga tujukan
matanya ke arahnya meskipun tidak menunjukan sikap
apa-apa tetapi agaknya juga ingin mengetahui
bagaimana reaksi Ho Hay Hong.
Ketika menyaksikan Ho Hay Hong ragu-ragu, ia lantas
berkata, "Jawablah padanya, sudah tentu saudara lebih berat!"
Ho Hay Hong mendadak angkat muka dan menjawab:
"Benar, saudara lebih berat daripada perempuan.
Tetapi Tan siang Sucu karena perbuatanmu selama ini
sangat tercela, kau, suka mengandalkan pengaruh
gurumu untuk melakukan perbuatan sewenang-wenang
sebetulnya tidak pantas menjadi saudaraku!"
"Kalau memang benar saudara lebih berat maka kau
harus serahkan dia kepadaku."
"Aku tidak berhak atas kemerdekaannya!"
"Kalau begitu harap saudara jangan campur tangan
biarlah aku yang bertindak sendiri."
"Tidak bisa, dia sudah putuskan hubungan dengan
kampung setan!" "Bulak balik itu itu saja. Mulutmu mengatakan saudara lebih berat, tetapi dalam hatimu anggap wanita sebagai
pusaka!" "Tang siang Sucu. sifatmu kejam, tanganmu ganas,
kau suka menindas kaum yang lemah, segala kejahatan
kau selalu turut ambil bagian. Ini sudah sangat
mengecewakanku, janganlah coba menghina aku lagi!"
"Asal aku menyebut dia, kau lantas melupakan segala
galanya. Maka aku juga tak mau mengaku saudara lagi
padamu. Kita lihat saja!"
Tang siang Sucu menutup kata-katanya yang bersifat
ancaman kemudian menggapai kepada orang-orangnya
seraya berkata: "Turun tangan!"
Dengan serta merta empat bintang dan delapan
pengawalnya beserta See siang Sucu menghunus senjata


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masing-masing dan mengurung Ho Hay Hong dari empat
penjuru. Wajah Ho Hay Hong mendadak berubah, katanya
dengan suara keras: "Tahan dulu!" Matanya di tujukan ke arah barat yang saat itu
mendadak muncul tiga orang tua pakaian aneh dan
berjalan cepat menghampiri ke arahnya.
Tiga orang tua itu berkata nyaring:
"Ada urusan apa" Heh, kalian sungguh berani, diwaktu
siang hari bolong hendak melakukan pertempuran dekat
markas Bengcu rimba hijau, apa itu bukan suatu
perbuatan yang tidak sopan?"
Tiga orang tua itu adalah tiga tokoh rimba hijau
daerah selatan yang merupakan pembantunya Bengcu.
Mereka itu adalah Leng hay Hek kheng, orang tua hidung
bengkok dan orang tua mata burung yang mengenakan
pakaian warna merah. Pahlawan Padang Rumput 2 Pendekar Buta Karya Kho Ping Hoo Misteri Pulau Neraka 6

Cari Blog Ini