Ceritasilat Novel Online

Rahasia Kampung Garuda 5

Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung Bagian 5


keras: "Tua bangka, kau telah menghapus tanda asal-usul
diriku, aku yang sebatang kara tanpa sanak tanpa
kadang, semua adalah perbuatanmu, satu hari kelak, aku
akan suruh kau mengucurkan darah dihadapan mataku."
"Anak haram, sekalipun tandamu itu masih ada, dalam
hidupmu ini juga jangan harap dapat menemukan ayah
bundamu!" berkata si Kakek.
Ho Hay Hong maju menghampiri, menatap si Kakek
dengan sinar mata dingin, kemudian berkata sambil
tertawa mengejek: "Kakek penjinak garuda, apa arti ucapanmu itu?"
Mata si Kakek dialihkan kepada Ho Hay Hong, sinar
mata yang dingin dan buas itu membuat Ho Hay Hong
bergidik, tetapi luarnya Ia masih tetap berlaku tenang,
katanya dengan suara dingin:
"Kau adalah seorang yang mempunyai reputasi baik,
Berbicara harus jangan asal keluar dari mulut saja,
jangan sampai menjadi buah tertawaan orang!"
Kakek itu semakin marah, dalam matanya, anak muda
itu bagaikan duri, katanya gemas:
"Kau berdua ditakdirkan sebagai anak yang bernasib
malang, seharusnya kuhabiskan jiwa kamu, tetapi
mengingat." Tiba-tiba ia menutup mulut, matanya yang bersinar
buas menatap wajah mereka berdua, wajahnya
menunjukan sikap berduka, katanya pula sambil
menghela napas perlahan: "Yah ini adalah takdir, siapa suruh aku beradat aneh, tidak berprikemanusian?"
Mata gadis kaki telanjang itu menatap Ho Hay Hong
beradu dengan mata yang jernih tadi, agaknya
mengandung perasaan menghina. Maka seketika itu ia
lantas naik darah. Dalam hatinya berpikir: "kalau aku benar-benar anak
haram, apakah dosanya" Apakah anak haram harus
dihina." Hatinya mendadak merasa pilu, ia merasa simpati
terhadap Tang siang Sucu yang bernasib serupa
dengannya. Ia merobek baju bagian lengan tangannya,
diperlihatkan tanda cacahan burung garuda itu kepada
Tang siang Sucu, kemudian, berkata dengan suara sedih:
"Ho Hay Thian, kau bernama Ho Hay Thian, dan aku
bernama Ho Hay Hong. Muka kita mirip sekali, nama kita
juga hanya terpaut satu huruf. Kita sama-sama
mempunyai tanda cacahan burung garuda dilengan kita,
tanda ini sudah ada sejak aku dilahirkan, aku pikir, kita
berdua pasti mempunyai hubungan erat."
Tang siang Sucu terheran-heran, ia berkata.
"Ya, benar. Hal ini jelas bukan suatu hal yang
kebetulan." Matanya ditujukan kepada Ho Hay Hong dengan
perasaan menyayang. Kakek rambut putih tidak menghiraukan, mengajak
orang aneh berbaju kelabu dan gadis kaki telanjang
berlalu. Sewaktu hendak meninggalkan tempat itu, gadis kaki
telanjang tiba-tiba melemparkan segumpal kertas kepada
Ho Hay Hong. Ho Hay Hong menyambuti gumpalan kertas itu dengan
hati bingung dan duka, dari jauh terdengar suara Kakek
berambut putih: "Kau berdua barulah anakku, ow, apakah luka mu
parah" Lam kiang Tay-bong tadi kena kuhajar, meskipun
tidak terluka, tetapi nama baiknya sudah runtuh, kali ini
aku tentu merasa puas"
Ho Hay Hong mengingat kepada tugasnya sendiri. ia
segera mendapatkan suatu pikiran, ia membiarkan si
kakek tua itu pergi karena ia pikir masih ada seekor
burung garuda yang berada dalam sangkar gedung Cie
lui Kiam kek, burung itu mungkin dapat di gunakan untuk
menyelidiki sarang kakek itu.
Dari jauh tampak sinar api, anak buah golongan
Lempar batu yang sejak tadi hampir terlupakan, kini
mendadak berseru dengan bersemangat, bahwa pangcu
mereka telah tiba. -ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 10 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 10 HO HAY HONG membuka gumpalan surat yang
diberikan oleh gadis kaki telanjang tadi dan dibacanya.
Diatas kertas itu terdapat tulisan yang berbunyi:
"Ingat, besok senja bertemu ditepi danau Liok-ing ouw, jangan salah!"
Tiada tanda tangan, hanya terdapat tulisan awan
putih, ditengah tengah awan ada tangkai bunga teratai
yang hendak mekar, ia pikir tanda itu mungkin adalah
nama gelarnya In Tiong Lian, yang berarti bunga teratai
ditengah awan. Dari sepotong kertas kecil itu, ia seolah-olah dapat
mencium bau harum yang khas dari tubuh itu,
semangatnya terbangun seketika Dalam kertas itu
meskipun tidak terdapat pernyataan apa-apa, t etapi dari
kata-katanya yang terakhir, menunjukkan betapa besar
perhatiannya terhadap dirinya.
Ia tidak mengharapkan apa-apa, hanya menginginkan
supaya gadis itu tidak menunjukkan sikap menghina, itu
saja sudah cukup! Tak lama kemudian, Chim kiam sianseng datang
bersama tiga kacungnya berpakaian merah dan empat
laki laki tua berkumis pendek.
Kali ini Chim Kiam sianseng berpakaian ringkas warna
hijau tua, dibagian atas di tutup oleh mantel berbulu
harimau, nampaknya sangat gagah.
Ho Hay Hong menyambut dengan menganggukkan
kepala, Chim Kiam sianseng baru menjawabnya: "Ho
siauhiap, lama kita tidak berjumpa."
Melihat sikapnya yang sangat sopan, Ho Hay Hong
merasa tidak enak berlaku kasar. Ia minggir,
memberikan kesempatan anak buah golongan lempar
batu untuk memberi hormat kepada pemimpinnya.
Chim Kiam sian seng segera melihat Lam-kiang Tay
bong sedang berdiri tidak jauh dari situ sambil
mendongakkan kepala melihat rembulan.
Sejenak ia seperti terkejut, tetapi tidak dikentarakan.
Sambil tertawa ia berkata :
"Kiranya Lam-Kiam loya juga ada disini. Selamat
bertemu !" Kecuali jago tua itu, ia juga melihat Tang Siang Sucu,
Empat bintang dan delapan pengawal juga berada disitu.
Diam-diam ia merasa heran. Hanya sejenak ia
mengawasi keadaan tempat itu, lalu menemukan mayat
Srigala kuning Hek tek yang mati terkapar.
Ia diam saja, hanya mukanya nampak guram, dengan
sinar matanya yang tajam memandang Lam kiang Tay
bong. Tang siang Sucu agaknya dapat menebak pikiran Chim
Kiam sianseng, maka ia lantas berkata:
"Pangcu jangan salah paham, orang ini mati terbunuh
oleh orangnya kakek penjinak garuda!"
Terkejut Chim Kiam sianseng mendengar keterangan
itu. "Aku dengan kakek penjinak garuda selamanya tidak
pernah bermusuhan, apa sebab orangnya kakek penjinak
garuda membunuh mati orangku" Tahukah saudara
sebab musababnya ?" "Aku tidak tahu, tanyalah sendiri kepada kakek
penjinak garuda!" Mata Chim Kiam sianseng beralih kepada semua anak
buahnya, orang-orang itu pada menundukkan kepala,
tidak berani bicara. Karena ketika mereka tiba ditempat
itu Hek Tek sudah mati. Kini mata Chim Kiam sianseng ditujukan kepada Ho
Hay Hong katanya: "Menurut apa yang kutahu, kepandaian ilmu silat
siauhiap yang berasal dari kakek penjinak Garuda, sudah
tentu ada hubungan dengannya. Bolehkah aku ingin
menanya, dengan cara bagaimana ketua cabang Hak ek
ini terbinasa ditangan orang kakek itu?"
"Kau salah, si kakek penjinak garuda sedikitpun tidak ada hubungannya denganku!" jawab Ho Hay Hong.
Ia teringat ucapan keji kakek itu, hatinya sangat
mendongkol, maka lantas berkata: "Aku hanya tahu si
kakek penjinak Garuda itu masih hidup, sekarang
berdiam dalam kampung setan. Kau boleh mencari dia
sendiri untuk menanyakan."
Matanya mendadak tertuju kepada gagang pedang
yang tergantung dipundak kiri Chim Kiam sianseng, ia
segera dapat mengenali bahwa pedang model kuno itu
adalah pedang pusaka garuda sakti.
"Kalau begitu, aku harus pergi sendiri kekampung
setan untuk menjumpai dia," berkata Chim Kiam
sianseng. "Chim Kiam sianseng, ada satu hal yang ingin
kutanyakan padamu," berkata Ho Hay Hong "tentang kematian kakek hidung Merah, kau sudah berhasil
mengetahui sebab musababnya atau belum" Jikalau
belum, aku ingin menyumbang suatu pikiran, tetapi kau
harus pegang janjimu, untuk mengembalikan pedang
itu!" "Itu baik, katakanlah!"
"Kakek hidung merah dan lain-lain telah di adu
dombakan oleh kakek penjinak garuda, mereka baku
hantam sendiri sehingga masing-masing menemui
ajalnya. Kalau kau pergi kekampung setan, tanyakan
sekalian, tetapi pedang pusakaku harus kau kembalikan
padaku sekarang!" Chim Kiam sianseng terperanjat. "Benarkah
keteranganmu ini?" "Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Kau
harus tahu bahwa kakek penjinak garuda itu bukan
orang baik, Kakek hidung merah meskipun tidak binasa
ditangannya, tetapi secara tidak langsung, kematiannya
itu disebabkan oleh perbuatannya. Pendek kata,
dikemudian hari pasti akan menjadi terang, lekas
kembalikan pedang pusakaku!"
Ho Hay Hong mengeluarkan tangannya, matanya
menatap wajah pemimpin itu, apabila pemimpin itu
mencoba hendak mengingkari janjinya, ia segera turun
tangan untuk merampasnya.
Chim Kiam sianseng menggeleng-gelengkan kepala
kemudian berkata: "Aku kira urusan ini terlalu ruwet, susah untuk
memberi ketetapan. Atas bantuan pikiran siauhiap, sudah
tentu aku ucapan banyak terima kasih, tetapi sekarang
ini masih belum bisa membalikkan pedangmu. Hm
siauhiap maafkan." Ho Hay Hong tertawa dingin, dengan tiba tiba
melakukan serangan, suatu kekuatan yang sangat kuat
menekan pundak kiri Chim Kiam sianseng, serangan itu
mengandung hawa Khiekang.
Dengan mudah serangan itu dapat dielakkan oleh
Chim Kiam sianseng, Ho Hay Hong menggunakan lagi
ilmunya dari Kun hay sam kay, tangannya dengan cepat
menyambarnya. Urusannya itu semata-mata ditujukan kepada gagang
pedang yang berada dipundak Chim Kiam sianseng.
Chim Kim sianseng dengan badan atas masih tetap,
hanya kakinya bergerak, berhasil menggagalkan maksud
Ho Hay Hong. Ho Hay Hong tahu lawannya itu sebagai satu
pemimpin partay persilatan, tidak dapat dipandang
remeh, buru-buru merubah pula gerakannya, kali ini
menggunakan ilmu totokan, menotok jalan darah Khie
hay hiat lawannya. Tetapi, sebelum totokannya berhasil mengenai
sasarannya, pundak sendiri dirasakan sakit, hampir saja
ia menjerit. Tak lama kemudian, tangan kuat Chim kiam sianseng
disodorkan dihadapan matanya, ia buru-buru miringkan
kepalanya kekiri, meskipun terlepas dari ancaman tangan
lawannya, tetapi tidak berhasil mengelakkan serangan
yang ditujukan kepada samping badannya.
Tidak ampun lagi, baju bagian lengan tangannya
kejambret. dagingnya mengelupas.
Ho Hay Hong menggeram, buru-buru lompat mundur.
Chim Kiam sianseng menghentikan gerakannya,
matanya ditujukan kepada cacah garuda hitam dilengan
Ho Hay Hong. tanda itu membuatnya tertegun dan
terheran-heran. Lama, ia baru berbicara lagi:
"Tanda ini mengingatkan aku kepada kisah dari satu
jago silat yang sangat drastis. Saudara Ho, dihadapan
orang jujur, tak perlu kau membohong. Kau sebetulnya
masih pernah apa dengan Kakek penjinak garuda.
Mengapa pula kau tadi menjelekkan namanya."
Dengan menekan hawa amarahnya, Ho Hay Hong
balasnya: "Menurut pandanganmu, tanda garuda hitam ini
sebetulnya untuk tanda apa?"
"Tanda garuda hitam ini adalah tanda gambar tunggal
si Kakek penjinak garuda, sudah jelas kau adalah orang
paling dekat dengannya."
Mendengar perkataan paling dekat, wajah Ho Hay
Hong berubah seketika, ia berkata dengan suara gusar:
"Aku tidak suka menjadi kerabatnya, apalagi orang
yang paling dekat. Sekalipun ia seorang paling kuat
dalam dunia, aku juga ingin mencoba kekuatannya."
Chim Kiam sianseng membuka lebar matanya ia tidak


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerti ada permusuhan apa antara anak muda itu
dengan sikakek penjinak garuda, maka setelah berdiam
sejenak, akhirnya berkata:
"Tanda gambar garuda hitam ini berada dilenganmu.
kalau sejak kecil kau sudah ada tanda itu, sudah pasti
kau adalah anaknya, atau setidak tidaknya adalah
muridnya yang tersayang. Jikalau tidak, tanda
kehormatan ini tidak mungkin ia berikan kepada orang
lain cuma-cuma." Ho Hay Hong marah mendadak, dalam hatinya
berpikir: "Kalau aku benar anaknya mengapa ia katakan
aku anak haram?" "Begini saja." demikian Ia berkata, "untuk sementara
kau juga tidak perlu mengembalikan pedangku, tetapi
kau harus berjanji jika pergi bersama-sama aku
kekampung setan. Kalau kakek hidung merah benar mati
karena perbuatan si kakek penjinak garuda, kau harus
segera mengembalikan pedangku jikalau tidak, ini adalah
urusanku dengan si kakek penjinak garuda sendiri, kau
juga tidak perlu campur tangan, biarlah aku sendiri yang
bikin perhitungan dengannya."
Chim Kiam sianseng berpikir dahulu kemudian baru
menjawab. "Begitupun baik. kau ternyata mengerti aturan. Karena kau memberi keterangan tentang kematian kakek hidung
merah, sebagai balasan terima kasihku, akan akan
menceritakan kisah yang menyangkut dengan burung
garuda hitam itu, kisah ini juga ada hubungannya
dengan menghilangnya si Kakek penjinak burung garuda
dari dunia Kang ouw, selain dari itu, juga menyangkut
urusan pribadinya dan perkawinannya serta perbuatan
gilanya." Ho Hay Hong sangat tertarik, ia diam saja,
mendengarkan penuturan kisah yang mungkin ada
hubungannya dengan riwayat dirinya sendiri.
Dilain fihak. Tang Sang Sucu agaknya juga merasa
tertarik oleh keterangan Chim Kiam sianseng, ia
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kisah ini adalah salah satu sahabatku dari luar daerah perbatasan yang menceritakan kepadaku." demikian
Chim Kiam sian-seng memulai ceritanya, "sahabatnya itu kini sudah tiada, jenazahnya di kubur jauh dari tempat
ini. Kau boleh memperhatikan jalannya kisah, coba kau
renungkan dengan pikiran jernih, tetapi tidak boleh
menanya. Hal ini aku jelaskan dulu, supaya kau jangan
mengganggunya penuturanku."
"Aku tahu." menjawab Ho Hay Hong.
"Delapan puluh tahun berselang. Kakek penjinak
garuda itu adalah seorang tukang pikul air. Dengan
mengandalkan kedua pundaknya dan sepasang pahanya
yang kuat, ia berjalan kesana kemari, dengan pikulan air
yang berada dikedua pundaknya, ia tukarkan uang,
sekedar untuk menyambung hidupnya.
Dia tidak beruang juga tidak mempunyai sanak
saudara, hidup membujang seorang diri. Maka kalau lagi
mendapat banyak uang, lantas ia pergi minum arak
sampai mabuk. Oleh karena itu, maka orang-orang pada
jamannya memberikan nama julukan kakek pemabukan."
Ho Hay Hong tiba-tiba menyala.
"Aku tidak percaya kakek penjinak garuda pada
delapan puluh tahun berselang sudah disebut kakek !"
"Bukan itu masalahnya, kakek penjinak garuda itu
pada delapan puluh tahun berselang meskipun baru
berusia kira kira tiga puluh tahun, tetapi karena hidupnya susah dan banyak menderita serta tidak teratur hidupnya
maka kumis dan jenggotnya sudah lebat seperti lebih tua
dua kali dari usianya yang sebenarnya.
Pada suatu hari, ketika si kakek penjinak garuda
sedang memikul air, telah dipanggil oleh orang penduduk
baru dari daerah itu. Karena daerah itu memang
merupakan daerah kering lagi pula letaknya agak jauh
dengan kota. Penduduk baru itu minta kakek penjinak garuda
membawa air dalam jumlah tertentu setiap hari. Semula
kakek penjinak garuda agak keberatan, karena letaknya
agak jauh, lagipula set iap hari mundar mandir beberapa
kali. Tetapi karena tertarik oleh jumlah uangnya yang
besar, ia terima juga tawaran itu. Demikianlah ia
memikul dan mengambil air untuk keluarga penduduk
baru itu untuk setiap harinya. Tetapi ketika sudah
berjalan beberapa hari dan ia hendak meminta upahnya,
orang itu ternyata tidak mau bayar.
Timbullah percekcokan mulut, tapi akhirnya si kakek
penjinak garuda malah d ihajar oleh mereka. Kemudian ia
baru tahu bahwa penduduk baru itu ternyata keluarga
jagoan, hampir set iap orang pandai ilmu silat, ia sendiri meskipun bertenaga kuat, tetap karena tidak pandai ilmu
silat, akhirnya dikalahkan.
"Peristiwa itu membangkitkan hasratnya untuk
mencari guru silat, supaya lain kali jangan dihinakan
orang lagi. Demikianlah ia meninggalkan
penghidupannya, pergi melakukan perjalanan
kegunungan Kat nia. "Gunung itu sangat tinggi, daerahnya sangat luas,
kakek penjinak garuda yang mendaki gunung itu mulamula
tidak mengalami kesukaran apa-apa, tetapi
kemudian mendapat kesulitan, karena sudah beberapa
hari tidak mendapatkan barang makanan.
"Ia mulai putus asa, selagi hendak membunuh diri
sendiri, matanya tiba-tiba tertumbuk oleh seekor burung
besar, yang sudah habis bulunya, sehingga tak bisa
terbang, dan sembunyikan diri dalam tumpukan daundaun
kering. "Burung itu ternyata amat berbeda jauh dengan
burung biasa. Badannya luar biasa besarnya, gemuk
padat, hanya bulu-bulu dibadannya sudah rontok,
sehingga menjadi gundul kelimis. Tetapi parah dan
kukunya tajam sekali, matanya merah membara.
"Kakek penjinak garuda yang sudah kelaparan, terus
menangkapnya, dipikirnya burung besar itu dapat
digunakan untuk barang santapan beberapa hari
lamanya. Tetapi setelah hendak menyembelihnya,
mendadak maksudnya diurungkan, karena kakek yang
selamanya belum pernah membunuh barang berjiwa itu.
merasa kasihan hingga akhirnya ia melepaskan lagi.
Tetapi aneh, burung itu setelah dibebaskan, bukan
saja tidak melarikan diri, sebaliknya lantas berlutut
dihadapan kakek penjinak garuda sambil meringik ringik.
Sikakek mengerti bahwa burung itu sudah kelaparan.
Lalu diambinya suatu keputusan luar biasa, mengiris
sepotong daging pahanya sendiri dan diberikannya
kepada burung itu." Ho Hay Hong membuka lebar matanya dan menyela:
"Apakah itu benar ?"
Chim-kiam sian seng mendelikan matanya dan
berkata: "Aku tadi sudah jelaskan lebih dulu, kau tidak boleh
mengajukan pertanyaan, maafkan aku tidak dapat
menjawab!" "Kalau begitu, teruskanlah!"
"Burung itu merasa heran, tetapi akhirnya dimakannya
juga. daging potongan paha itu. Mungkin karena sudah
beberapa hari tidak makan, apalagi waktu itu hawa udara
sangat dingin, hingga kelihatannya lesu. Setelah dahar
daging, semangatnya terbangun, badannya nampak
segar, namun demikian, matanya nampak mengembang
air mata, mungkin merasa terharu atas pengorbanan
kakek penjinak garuda itu."
"Burung itu setelah pulih kesehatannya, lalu pergi
mencari makanan, hasilnya dibagi dua dengan sikakek
penjinak garuda. Dengan demikian, kakek itu dan
memulai penghidupannya dengan binatang burung itu.
"Tiga bulan kemudian, musim dingin berganti dengan
musim semi, bulu burung yang pada gundul itu sudah
tumbuh lagi. Kakek penjinak garuda saat itu baru tahu
bahwa bulu-bulu burung itu seluruhnya berwarna hitam
jengat tidak tercampur warna lain.
"Mulai saat itu. diantara dua makhluk itu telah terjalin persahabatan akrab, meski pun bahasa mereka
berlainan, tetapi karena burung itu sangat cerdik,
gampang mengerti maksud sikakek yang berbicara
padanya dengan menggunakan gerakan tangan.
"Pada suatu hari, burung raksasa itu menggendong si
kakek terbang kepuncak gunung yang belum pernah
diinjak o leh si Kakek itu. Berada diatas burung itu saja, ia sudah ketakutan setengah mati.
"Burung itu membawanya kedalam gua bekas
kediaman seorang jago silat luar biasa yang waktu itu
sudah meninggal dunia. Menyaksikan keadaan dan
perlengkapan dalam goha itu. bukan kepalang kagetnya
si Kakek penjinak garuda.
"Akhirnya, matanya tertumbuk oleh satu tengkorak
manusia yang besar sekali, yang berbeda dengan
manusia biasa. Diatas dinding batu, belakang tengkorak
itu, tergantung sembilan pedang pusaka yang diawaknya
terdapat ukiran huruf pedang pusaka garuda sakti.
"Ia menduga bahwa tengkorak itu pasti adalah
tengkoraknya seorang berkepandaian tinggi dimasa
dahulu, maka Ia berlutut dihadapannya.
"Diluar dugaannya, ketika ia menjatuhkan diri
dihadapan tengkorak itu telah menyentuh pesawat dalam
gua itu, hingga terdengar suara "ser, ser, ser" yang amat halus, dari berbagai penjuru beterbangan jarum-jarum
halus. "Hampir saja kakek yang tidak mengerti apa-apa itu
binasa karena jarum itu, untung burung garuda itu
dengan kecepatan luar biasa, telah menjambret dirinya
dan mengangkatnya terbang.
"Setelah terjadinya kejadian Itu, ia tidak berani
mendekati tengkorak itu lagi. Dengan satu gerakan
tangan ia suruh burung raksasa itu membawanya turun
gunung lagi. Tetapi burung yang sangat cerdik yang
biasanya sangat menurut itu, mendadak berubah
kelakuannya, bukan saja tidak mau menurut, bahkan
mau meninggalkannya sendirian."
"Sikakek sangat mendongkol, tetapi ia tidak bisa
berbuat apa apa. Terpaksa dengan sangat hati hati
mencari jalan keluar sendiri. Gua itu ternyata sangat
dalam, ia berjalan hampir setengah hari baru
menemukan mulut gua, tetapi ia sangat kecewa, karena
mulut gua itu berada disuatu tebing yang sangat tinggi.
Akan keluar dari guha itu, sudah Jangan harap lagi !
"Dalam keadaan demikian, terpaksa ia menyerahkan
nasibnya kepada Tuhan dan mau tidak mau ia harus
berdiam dalam gua itu. Untung setiap hari dimulut gua
itu selalu ada yang mengantar barang hidangan,
sehingga ia tidak sampai mati kelaparan, Ia mengerti
bahwa semua makanan itu adalah burung raksasa itu
berbuat demikian" Mengapa menempatkan dirinya dalam
gua diatas gunung yang sangat tinggi itu?"
"Beberapa hari kemudian, ia mulai betah berdiam
dalam gua itu, tetapi perlahan-lahan juga ingat kepada
burung yang menjadi kawan selama ia berada didalam
gunung itu. tetapi, selama itu si burung belum pernah
memperlihatkan diri, agaknya sengaja tidak mau
menemui. "Perlahan-lahan ia mulai tertarik oleh sikap aneh
burung itu, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk
menyelidiki keadaan dalam gua.
"Dari sela-sela dinding ia menemukan sejilid kitab
tebal yang terbuat dari kulit kambing. Kitab itu lembab,
hingga ia menyalakan api untuk mengeringkan. Setelah
kering, tampaklah beberapa huruf besar diatas kitab
"Menurut petunjuk dalam kitab itu, telah menemukan
beberapa jilid kitab ilmu silat luar biasa seperti, ilmu silat Khun hap sam kay dan lain-lainnya. Ia kegirangan. Di
pelajarinya sendiri semua pelajaran ilmu silat itu.
sehingga lupa makan dan tidur. Dalam waktu satu tahun,
ia sudah mendapat banyak kemajuan.
"Selama satu tahun itu, burung raksasa itu pernah
menemuinya dua kali, tetapi lantas pergi lagi. Dari sikap
burung itu, ia mengerti bahwa burung itu nampaknya
sangat girang bahwa ia mendapat banyak kemajuan
dalam pelajaran ilmu silatnya.
"Setelah ia menyelesaikan seluruh pelajaran dalam
ilmunya gerakan garuda sakti yang terdiri dari lima jurus, mulutnya mengeluarkan suara siulan panjang, suara itu
ternyata demikian hebat, hingga menggetarkan gua.
"Suara yang menggema sekian lama itu telah
mengejutkan burung raksasa, buru-buru terbang
menghampiri kali ini bahkan datang bersama-sama
seekor burung betina yang berbulu putih mulus dengan
tujuh ekor anak-anaknya. Ternyata selama satu tahun
itu, burung raksasa itu telah bertemu kembali dengan
kawan hidupnya dan waktu itu sudah beranak tujuh ekor.
"Apa yang mengherankan si kakek penjinak garuda,
adalah sikapnya burung raksasa itu yang pada saat itu
nampak sangat berduka, bahkan mengalirkan air mata.
Mungkin ia mengerti bahwa itulah saatnya bagi mereka
harus berpisah. "Karena pada waktu itu si kakek penjinak garuda
memang sudah niat hendak turun gunung.
"Sewaktu si kakek meninggalkan gua, burung raksasa
itu bersama tujuh anaknya burung yang sudah mulai
besar-besar mengikutinya, sedang ia sendiri bersama
yang betina tetap berdiam digunung itu"
Menuturkan sampai disitu, Chim Kiam sian seng
melirik kepada Lam kiang Tay bong. Jago tua itu ternyata
sedang mengawasi dirinya dengan sinar mata tajam.
Dengan sikap sangat hati-hati, Chim Kiam sianseng
memperhatikan Lam kiang Tay bong, kemudian baru
melanjutkan penuturannya:
"Dengan bekal kepandaian yang didapatkan dan kitab
pelajaran ilmu silat peninggalan jago silat luar biasa
jaman dahulu itu, si kakek penjinak garuda mulai terjun
kedunia Kang ouw. Ia melakukan banyak perbuatan
mulia, membela keadilan, dalam waktu sangat singkat,
namanya sudah menggemparkan dunia Kang ouw.
"Selama itu belum pernah ia menemukan tandingan.


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam waktu beberapa tahun, ia sudah berhasil
menempati kedudukan paling atas dan menjatuhkan tiga
jago daerah Tionggoan diwaktu itu.
"Dalam waktu satu bulan lagi, ia telah mengalahkan
Pak hak Tay yo, Lam kie Gwat cu dan Tayang Sin kun,
tiga iblis yang namanya sangat terkenal didaerah Tiong
goan. Kematian Thay ang Sin kun yang paling
mengenaskan, dadanya terhembus oleh pedang terbang.
"Hanya Lam kie Gwat cu yang berhasil melarikan diri
dalam keadaan terluka, Pak hay Tay yo ia terluka parah,
beberapa tahun kemudian juga mati. ."
Bicara sampai di situ, tiba-tiba dipotong oleh Lam
kiang Tay bong dengan mata besar dan suara bengis:
"Hm, ilmu pedang terbang belum tentu menjagai
dunia, aku yakin masih bisa menghadapinya !"
"Tentu saja, cianpwee adalah salah satu dari lima
manusia luar biasa" berkata Chim kiam sianseng. Tetapi belum sempat melanjutkan, kumis dan jenggot Lam
kiang Tay-bong nampak berdiri, dan menyerang padanya
tiba-tiba. Serangan yang dilakukan seenaknya dan nampaknya
tanpa bertenaga telah bersarang telak membuat Chim
kiam sianseng mundur terhuyung-huyung.
Chim Kiam sianseng tak dapat menahan sabarnya lagi,
ia berkata dengan suara gusar.
"Lam kie Gwat cu, sekalipun kau coba menutup rapatrapat rahasiamu, jangan kira tidak ada orang yang tahu.
Aku adalah salah satu dari orang-orang yang mengetahui
rahasiamu. Hm, sahabatku itu ketika hendak menutup
mata, telah menceritakan semua rahasiamu. Jangan kau
anggap bahwa kepandaianmu sudah tinggi, namamu
dahulu dibenci oleh orang banyak, tetapi kalau
bertanding benar-benar aku sedikitpun tidak takut pada
mu!" Semua orang yang ada disitu menjadi gempar ketika
mendengar perkataan itu. tak disangka bahwa Lam kiang
Tay bong ini adalah penggantinya Lam kie Gwat cu, yang
pada beberapa puluh tahun berselang namanya pernah
menggemparkan dunia persilatan.
Wajah Lam kiang Tay bong berubah seketika, katanya
gusar. "Chim Kiam, kau boleh ukur tanganmu sendiri,
sanggup tidak melawan aku tiga jurus saja ?"
Chim kiam sianseng setapakpun tidak mau mundur, ia
berkata dengan suara nyaring:
"Hah, kau jangan coba menggertak aku. Kalau aku
takut padamu, juga tidak akan berani membuka rahasia
kejahatanmu. Heh heh Lam kie Gwat cu. tak kusangka
kau telah terkena pedang terbang si kakek penjinak
garuda, masih bisa hidup sehingga sekarang, benarbenar
panjang umurmu." Lam kiang Tay bong semakin marah, kakinya bergerak
dengan kecepatan bagaikan kilat menghampiri Chim
kiam sian seng. Chim kiam sianseng yang sudah siap, segera ia lompat
melesat setinggi lima tombak lebih. ditengah udara ia
berkata lalu tertawa. "Ha ha Lam kie Gwat cu, apakah kau hendak
membunuh aku supaya rahasiamu tidak ada orang yang
tahu ?" Dengan muka beringas Lam kiang Tay bong
mengawasi semua orang yang ada disitu sejenak
kemudian berkata: "Kalau ya kau mau apa" Apa kau kira aku takut
menghadapi golongan Lempar batu."
Dengan tangan terbuka ia melancarkan serangan
keras, memaksa Chim kiam sianseng turun kebawah.
Tang siang Sucu dengan cepat ia maju dan menyerang,
demikian hingga Chim kiam sianseng terpaksa lompatlompat
kekanan kekiri menghindarkan serangan Tang
siang Sucu. Dari pihaknya golongan Lempar batu lantas muncul
empat laki-laki tua berpakaian ringkas, menahan Tang
siang Sucu. Chim Kiam sianseng lalu berkata dengan gemas:
"Lam kie Gwat cu, apakah kau sudah apa dengan
lukamu"! Ilmu pedang terbang tu benar-benar luar biasa
hebatnya, meskipun sudah beberapa puluh tahun, tetapi
luka itu masih tetap menimbulkan rasa sakit pada dirimu.
Ilmuku Khian khun Khie khang adalah suatu ilmu yang
khusus untuk memecahkan ilmu Ceng khie yang
melindungi badanmu. Meskipun kau memiliki kepandaian
luar biasa, tapi kelemahanmu sudah ada ditanganku heh,
heh, mudah-mudahan kita jangan sampai melakukan
pertempuran mati-matian."
"Kau mengaco aku."
Chim Kiam sianseng melihat sikap Lam kiang Tay bong
agak gugup. Ia telah yakin bahwa dugaannya tidak
salah, maka lantas ia memotong perkataannya:
"Lam kie Gwat cu, apa yang harus kau sembunyikan"
Luka didadamu belum sembuh, sebaiknya jangan marahmarah.
Kalau mengganggu ilmumu, ini bukan main-main
Aih sebetulnya kita tidak ada permusuhan apa-apa,
mengapa harus mengadu jiwa?"
Ho Hay Hong heran, ia bertanya:
"Lam kiang Tay bong masih ada kelemahannya, bagai
mana ia bisa menjagoi dunia Kang ouw?"
Chim Kiam sianseng pura-pura mendeliki matanya,
katanya dengan nada kurang senang.
"Kau masih terlalu muda tahu apa" Kekuatan tenaga
dalamnya sudah mencapai tingkat tinggi dengan mudah
melindungi dirinya. Karena kepandaian ilmu silatnya
sudah tiada orang yang mampu menandingi, maka tiada
seorang pun yang berani mencoba melawan."
Ia berkata dengan suara nyaring, meski diucapkan
kepada Ho Hay Hong, tetapi sebenarnya memberi
peringatan kepada Lam kiang Tay bong, supaya jangan
bertindak sembarangan. Katanya pula:
"Apa lagi, kelemahannya itu jarang orang yang tahu
dan hanya orang yang bertemu dengannya, kebanyakan
orang itu mati tanpa bersuara. Aku berani menghadapi
dia, juga karena aku memiliki ilmu Khian khun khie
khang, yang khusus untuk menghadapi ilmu itu. Ilmuku
ini kudapatkan dari seorang jago silat luar perbatasan,
hebatnya bukan main"
Ho Hay Hong masih belum mau percaya, tetapi ketika
melirik kepada Lam kiang Tay bong, jago tua itu ternyata
berdiri tertegun. maka Ia lantas menganggukkan kepala.
Chim Kiam sianseng juga merasa lega hati, ia berkata
lagi sambil tertawa: "Oh, ya, aku ingat sesuatu hal, belakangan ini
dikalangan Kang ouw banyak bermunculan jago-jago
muda, diantara mereka agaknya yang pandai ilmu
pedang terbang, dan Ho siauhiap, juga terhitung salah
satu diantaranya." "Apakah kau pernah melihat ada orang lain yang
pandai ilmu pedang terbang ?" bertanya Ho Hay Hong
heran. Ia sebetulnya hendak berkata bahwa dalam dunia
dewasa ini, kecuali beberapa orang tingkatan tua dari
partay Ngo bie pay. yang pandai ilmu itu. mana ada jago
tingkatan muda yang pandai ilmu pedang terbang"
Tetapi ia batalkan hendak mengutarakan maksudnya itu
dan dengan cepat dirubahnya:
"Oh, aku mengerti, jago-jago tingkatan muda itu pasti murid murid dari golongan Ngo bie pay !"
Chim Kiam sian seng berkata sambil menggelengkan
kepala: "Kalau mereka dari golongan Ngo bi pay, sejak dahulu
kala memang terkenal dengan ilmu pedangnya, siapa
yang tidak tahu bahwa partay itu adalah sumbernya ilmu
pedang terbang ?" "Mendengar kata-katamu, orang yang kau maksudkan
itu seolah-olah bukan orang dari Ngo bie pay ?".
"Memang bukan, kalau dia orang dari golongan Ngo
bie-pay tidak mungkin mengejar-ngejar dan hendak
membunuhnya empat tokoh persilatan yang terkenal
sebagai tukang menangis !"
Ho Hay Hong sadar bahwa orang yang dimaksudkan
itu adalah toa-suhengnya. Sungguh aneh, mengapa
urusan itu sampai diket ahui olehnya " ia ingin
mengetahui lebih jauh, maka coba mengorek
keterangannya: "Chim Kiam sian seng, ucapan ini aku sedikitpun tidak mengerti, siapakah sebetulnya orang yang kau
maksudkan itu ?" "Caranya menggunakan ilmu pedang terbang orang
itu, mirip dengan ilmu pedangmu, hanya ia lebih mahir
daripada kau. Aku tidak kenal siapa dia, tetapi dengan
keterangan ini, kau pasti lebih mengetahui lebih
daripadaku." Ho Hay Hong tertegun, ia menggumam. "Eh, orang itu
ilmu pedangnya mirip denganku, memang aku pernah
dengar dari beberapa orang yang mengatakan demikian,
sungguh aku heran, kalau bukan hanya menuruni ilmu
itu kepadaku seorang diri, siapakah sebetulnya dia itu ?"
Dengan penuh perhatian ia balas menanya Chim Kiam
sianseng: "Urusan ini sedikit banyak ada hubungannya dengan
perguruanku, apakah kau tidak keberatan kalau
menyebutkan namanya orang itu?"
"Ho siauhiap, kau benar-benar pandai berpura-pura."
berkata Chim Kiam sianseng sambil tertawa dingin, tetapi
kemudian dikejutkan oleh sikap jujur dan yang ditujukan
oleh Ho Hay Hong. Sikap itu bukanlah sikapnya seorang
yang berlaku pura pura, hingga dalam hati diam-diam
merasa heran. Pikirnya: "pemuda ini sifatnya aneh, kalau bukan
seorang jujur, putih bersih, tentunya seorang cerdik dan
banyak akal." Pemimpin golongan lempar batu sudah banyak
pengalaman dan pengetahuan ini, benar-benar
dibingungkan oleh sikap Ho Hay Hong. Karena orang
seperti ia itu paling susah dijajaki kepribadiannya.
Ho Hay Hong berkata sambil tersenyum.
"Chim Kiam sianseng, tentang perkawinan dan sebab
musababnya kakek penjinak garuda itu menghilang dari
dunia kang ouw, kau masih belum menceritakan
padaku!" "Di masa muda, kakek penjinak garuda
penghidupannya sengsara, belum pernah memikirkan
tentang rumah tangga. Setelah usianya lanjut dan
memiliki kepandaian ilmu silat sangat tinggi, baru
merasakan kesepian. "Selama ia berdiam diatas gunung, hanya berkawan
dengan burung garuda, dan dikalangan Kang ouw sering
muncul bersama piaraannya tujuh ekor burung garuda,
yang ternyata menurut segala perintahnya, maka
kemudian orang-orang dunia kang ouw memberikan
nama julukan padanya si kakek penjinak garuda.
"Beberapa puluh tahun berselang, ow. kalau dihitung
kini barangkali sudah dua puluh tahun, tiba tiba ia
mengeluarkan suara mencari seorang gadis yang dengan
suka rela menjadi kawan hidupnya.
"Sebagai imbalan ia akan mewariskan seluruh
kepandaiannya kepada kawan hidupnya itu. Hal ini
membuat heran semua orang-orang rimba persilatan
pada masa itu, dianggap mereka sebagai suatu kejadian
aneh yang belum pernah ada
"Tetapi anehnya, walaupun usia kakek penjinak
garuda itu meskipun sudah lebih seratus tahun, boleh
dikata sudah mendekati liang kubur, diluar dugaan
semua orang, ternyata masih ada seorang gadis yang
naik ke-gunung menerima tawaran itu.
"Gadis itu berparas cant ik, lagi pula pintar dan faham
ilmu silat. Apa yang mengherankan ialah, gadis itu
bahkan masih keturunan seorang tokoh persilatan yang
namanya sangat terkenal."
Berkata sampai disitu, Chim Kiam sian-seng
menggelengkan kepala dan menghela napas panjang,
agaknya menyesalkan perbuatan gadis itu.
Ho Hay Hong lalu bertanya: "Siapa namanya tokoh
persilatan terkenal itu, dimana tempat tinggalnya ?"
"Tentang tokoh itu, dalam rimba persilatan tiada
seorangpun yang tidak kenal namanya. Dia adalah jago
silat daerah utara yang namanya sangat kesohor It Jie
Hui kiam Tang Hay Chiang."
"Bagaimana sikap Tang Hay Ciang terhadap perbuatan
anaknya ?" "Ia tidak menyatakan apa-apa !"
Ho Hay Hong masih hendak menanya tapi Chim Kiam
sianseng sudah berkata lagi.
"Jangan menanya lagi, biarlah aku meneruskan
ceritaku ! Akhirnya, si kakek penjinak garuda menerima
gadis itu dengan dua tangan terbuka. Mulai hari itu, anak
perempuan Tang Hay Chiang lantas hidup bersama-sama
si kakek penjinak garuda, sebagai kawan dalam
kesepiannya, tetapi ia sendiri juga mendapatkan seluruh
kepandaian si kakek. "Dimata umum, penghidupan mereka nampak rukun,
seharusnya merupakan sepasang suami istri yang
bahagia. Diluar dugaan, mereka hidup senang belum
cukup satu tahun pasangan yang tidak setimpal itu sudah
terjadi perubahan. Dalam waktu satu hari, kakek itu
seolah-olah gila mendadak, membinasakan orang hutan
yang menjaga kediamannya, membubarkan tujuh burung
garudanya. "Kemudian ia meninggalkan rumah tangganya, ini
merupakan suatu tragedi yang tragis, ternyata anak
perempuan Tang Hay Chiang sebelum menikah dengan si
kakek penjinak garuda, telah ada kandungan dalam
perutnya. "Si Kakek penjinak garuda meski sudah lanjut usianya,
tetapi cemburunya besar sekali, oleh karena merasa


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya terhina, dan khawatir hal ini akan menodai nama
baiknya, maka ia lantas pergi begitu saja, selanjutnya
tidak muncul didunia kangouw lagi . . .
"Rahasia ini orang lain tidak tahu, entah dari mana
sahabatku itu mengetahuinya. Kalau aku sekarang
menceriterakan padamu, mungkin sangat berbahaya
bagiku." Nada Chim Kiam sianseng mendadak berubah, dengan
sikap sungguh-sungguh ia bertanya:
"Terus terang saja, kau sebetulnya masih pernah apa
dengan sikakek penjinak garuda Muridnya" Ataukah."
Ho Hay Hong mengeluh, pikirannya melayang jauh
bahkan memikirkan kebagian yang paling buruk.
Andaikata Dewi ular dari gunung Ho lan san itu adalah
anak perempuannya Tang Hay Chiang, ia sendiri
mungkin adalah anaknya yang didapatkan dari hubungan
gelap dengan laki-laki lain.
Jikalau tidak, asal usul dirinya tidak merupakan tekateki, dan sikakek penjinak garuda itu juga tidak akan
mengatakan dirinya anak haram.
Dengan hati pilu ia menundukkan kepala, berusaha
keras menenangkan pikirannya kalut, otaknya hampir
pecah. Hatinya juga seperti ditusuk-tusuk jarum halus,
demikian sakit ia rasakan, hingga hampir tidak sanggup
berdiri. Tiba-tiba ia kehilangan keberanian untuk menghadapi
kenyataan, kenyataan memang kejam, hingga pikirannya
ditujukan ketempat kosong, biarlah kekosongan yang
mengusir kerisauannya. Ia dapat memahami mengapa Chim Kiam sian seng
memajukan pertanyaan pada muridnya atau orang yang
terdekat si kakek penjinak Garuda, pertanyaan itu
mengandung ejekan, tetapi ia tidak bisa marah, sebab
kalau ia berbuat demikian, ini berarti ia telah mengakui
diri sendiri sebagai anak haram. Maka ia sedapat
mungkin pura-pura berlaku tenang, sambil tertawa ia
berkata: "Aku sebetulnya muridnya si kakek penjinak Garuda,
tetapi karena melanggar peraturan, beberapa tahun
berselang telah diusir dari perguruannya."
"Oh. kiranya begitu, pantas kau paham ilmu pedang
terbang, ilmu silatmu juga agak mirip dengan ilmu silat
Khun hap sam kay, jadi itu adalah hasil dari didikannya !"
Lam kiang Tay bong dengan secara tiba-tiba maju
kedepan Ho Hay Hong sambil menyerang dan berkata:
"Kau adalah muridnya si kakek penjinak Garuda, siapa
yang mewarisi kepandaiannya seharusnya memikul
dosanya !" Dengan sendirinya Ho Hay Hong mengangkat tangan
menangkis serangan Lam Kiang Tay bong sesaat itu
perasaan bencinya terhadap si kakek penjinak Garuda
mendadak memuncak, sebab segala kesulitan dan
kesengsaraan yang menimpa d irinya, semua telah timbul
karena ia. Selagi hendak melakukan serangan pembalasan. Tibatiba
ingat kepada bahunya yang sudah terluka, maka
buru-buru membatalkan maksudnya dan lompat mundur,
tetapi Lam-Kiang Tay bong dengan cepat sudah berada
lagi d ihadapannya, tangannya sudah mengancam lagi.
Serangan itu sangat jitu dan hebat, mau tidak mau
harus ditangkis dengan tangan, kalau tidak badannya
akan dibuat bulan-bulanan oleh tangan Lam kiang Tay
bong. Dalam keadaan terpaksa, dengan menanggung
resiko hancur tulang bahunya, ia mengangkat tangan
menyambuti serangan tersebut.
Ketika kekuatan kedua fihak saling beradu, ia tidak
dapat pertahankan kedudukannya lagi, lalu ia mundur
terhuyung-huyung. Tetapi sebentar kemudian, ia merasa bingung sendiri.
Sebab dalam mengadu kekuatan tadi, bukan saja tidak
menghancurkan tulang bahunya, seperti apa yang
diduga, sebaliknya malah menambah kekuatan tenaga
dalamnya, bahkan jauh berbeda daripada yang dimiliki
sebelumnya. Ketika ia terdorong mundur, ia mencoba menyerang
pohon besar dengan tangannya, pohon itu tergoncang
hebat, hampir roboh. Percobaannya ini telah meyakinkan
dirinya bahwa kekuatan tenaga dalamnya telah
bertambah secara aneh. Ia sudah memperhitungkan lebih dulu serangan Lam
kiang Tay-bong tadi, kalau diukur secara biasa,
serangannya tadi pasti akan melukai dirinya. Tetapi, ia
hanya terdorong mundur beberapa langkah, bukan saja
tidak terluka, bahkan menambah kekuatan tenaga
dalamnya secara gaib. Kini ia percaya benar bahwa latihannya untuk
menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya yang
selama itu belum berhasil, kini telah tercapai dengan
tidak terduga-duga. Untuk kedua kalinya, ia mengadu kekuatan tenaga lagi
dengan Lam kiang Tay bong, suara hebat terdengar
nyaring, pasir dan batu batu pada berterbangan. Lam
kiang Tay bong diam-diam terkejut, ia bertanya dengan
mata terbuka lebar: "Kau murid siapa ?"
Ho Hay Hong tidak menjawab, rupa-rupa perasaan
mengaduk jadi satu dalam pikirannya.
Ia mengerti bahwa perubahan dalam tubuhnya tadi
ketika mengadu kekuatan dengan Lam kiang Tay bong,
adalah berkat pemberian sikakek penjinak garuda. Kakek
itu diluarnya memaki-maki dirinya, tetapi ketika ia dalam
marah dan menyerang dirinya, sebetulnya membuka dua
bagian urat penting yang selama itu belum terbuka,
sehingga ia tidak berhasil menyempurnakan kekuatan
tenaga dalamnya. Mengapa kakek itu berbuat demikian terhadap dirinya
yang dibenci " Mungkin tiada seorangpun yang bisa
menjawab, kecuali si kakek itu sendiri !
Chim Kiam sianseng berkata:
"Kalau sudah tidak ada urusan lain, mari kau ikut aku pergi!"
Pemimpin Lempar batu itu karena mengandalkan
ilmunya Kian khun cie yang juga merupakan ilmu satusatunya untuk memecahkan ilmu Lam kiam Tay bong,
maka meskipun dalam hati masih tidak tenang, namun di
luarnya ia tetap berlaku tenang.
Ho Hay Hong yang sudah ingin mengetahui rahasia
itu, lantas menerima baik ajakan pemimpin Lempar Batu.
Chim kiam sianseng berjalan beberapa langkah, baru
menoleh dan minta diri kepada Lam kiang Tay bong.
Ketika matanya beralih kepada mayat Srigala kuning
Hek Tek, ia berkata kepada dirinya: "Srigala kuning ini sangat setia, kematiannya sungguh menyedihkan."
Ia perintahkan anak buahnya supaya mengubur baikbaik,
setelah itu baru ia pergi.
Lam kiang Tay bong meskipun tahu bahwa ucapan
Chim Kiam sianseng tadi, sedikitnya ada mengandung
ejekan terhadap dirinya, tetapi karena kelemahan diri
sendiri berada ditangannya, terpaksa ia berlaku purapura
tidak mengerti. Ho Hay Hong ketika berjalan dihadapan Tang sian
Sucu, berkata padanya dengan suara perlahan:
"Kalau kau benar adalah saudara kandungku,
persoalan antara kita selama ini benar-benar sulit
diselesaikan!" "Saudara, apa kau kata ?" tanya Tang siang Sucu
kaget. "Cie lui Kiam khek adalah sahabatku, kau telah
membunuhnya, ini mudah saja. Tetapi kau membiarkan
orang orangmu mendesak anak perempuannya. Kalau
kau benar adalah saudara kandungku, bagaimana urusan
ini harus kita bereskan ?"
"Saudara Ho, Ini hanya suatu kebetulan saja, aku
tidak percaya kebenarannya!" berkata Tang siang Sucu
sambil menggelengkan kepala.
"Tetapi andaikata benar, bagaimana?"
"Selama hidupku aku tidak mudah percaya, andaikata
itu benar adalah soal lain. Saat ini tiba waktunya, masih
terlalu pagi untuk membicarakan soal itu, kau pikir
bagaimana?" "Aku juga mengharap bahwa soal itu adalah soal
kebetulan saja!" Ho Hay Hong tidak menghiraukan Tang siang Sucu
lagi, dengan mengikut Chim Kiam sianseng ia berlalu
meninggalkan tempat tersebut.
0odwo0 Esok hari d iwaktu senja, orang2 Lempar batu dibawah
pimpinannya sudah tiba ditepi danau Hok ing ouw.
Ho Hay Hong yang juga berada dalam rombongan itu,
karena pikirannya kalut, selama berjalan terus
menundukkan kepalanya. Ketika tampak air danau yang
bening berada dihadapan matanya, barulah ia tersadar.
Semangatnya terbangun mendadak, matanya celingukan.
Agaknya ada yang dicarinya.
Dalam waktu singkat, ia sudah berhasil menemukan
sebuah pohon kayu putih yang berada disebelah timur.
Pohon kayu putih Itu bukanlah dari asal sudah
berwarna putih, melainkan dicat oleh tangan manusia,
sebagai petunjuk jalan. Ho Hay Hong ketika lewat
dibawah pohon, tiba-tiba mendongak keatas, matanya
mengawasi keatas pohon. Kelakuannya itu segera menimbulkan perhatian orang
banyak, hingga pada menanyakan padanya:
"Sahabat Ho, kau melihat apa?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, hanya berkata
sambil mendongak keatas : "Heran !"
Dari atas pohon, tiba-tiba melayang turun sesosok
bayangan orang. Ketika orang itu berada dibawah,
segera menimbulkan keheranan orang banyak.
Orang itu ternyata seorang wanita yang mukanya
buruk sekali, ia mengenakan gaun warna hijau muda,
usianya kira kira baru delapan belas tahun. Tetapi
wajahnya sangat jelek, tidak menarik.
Ho Hay Hong berkata dengan nada suara tidak
senang: "Kau pernah apa dengan dia?"
Ia semula menduga yang berada diatas pohon itu
adalah sigadis kaki telanjang, yang berjanji dengannya
hendak bertemu ditempat itu, tak disangka bahwa yang
ada sekarang adalah seorang gadis bergaun Hijau muda
yang wajahnya justru menjadi kebalikannya dengan
wajah gadis kaki telanjang.
Gadis jelek itu tidak mau menjawab, bahkan balas
menanya. "Ditilik dari potongan badan dan dandananmu, kau
tentunya pemuda she Ho itu?"
"Benar, aku adalah seorang she Ho, di mana dia
sekarang?" Gadis baju hijau mendelikkan matanya dan berkata:
"Aku lihat, kau selalu menanyakan dia saja, ada
hubungan apa sebetulnya kau dengan dia?"
Sehabis berkata, gadis itu tertawa cekikikan,
sedikitpun tidak memperdulikan perasaan orang lain.
"Dia telah berjanji denganku, hendak menjumpai aku
ditempat ini. Hal ini tidak perlu nona campur tangan,
panggillah saja dia supaya lekas datang kemari!" kata Ho Hay Hong sambil mengerutkan kening.
"Astaga, hanya hendak bertemu muka saja kok
demikian galak. Dia denganku seperti saudara kandung,
urusan apa saja dia selalu beritahukan padaku. Aku kata,
Ho siauhiap, kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri
dalam hal apa aku berbeda dengan orang lain" Mengapa
aku tidak boleh mewakili dia ?"
Mendengar kata-kata itu, Ho Hay Hong semakin tidak
senang, ia bertanya. "Apakah dia minta kau mewakili untuk menjumpai
aku?" "Benar, apakah Ho sianseng sudah bawa pedangnya?"
Ho Hay Hong memandang Chim Kiam sianseng
sejenak. Chim Kiam sianseng lalu berkata sambil tertawa:
"Pedang berada ditanganku, kau boleh ambil."
Wanita baju hijau itu agaknya sudah tidak bisa
menunggu lagi, ia sudah mengeluarkan tangannya, tapi
Chim Kiam sianseng berkata lagi:
"Hanya, nona harus bawa kita kekampung setan,
karena aku ada urusan penting hendak mencari kakek
penjinak garuda locianpwee !"
Wanita itu ketika mendengar perkataan itu, wajahnya
yang jelek lantas berubah, ia berkata dengan suara
gusar: "Siapa kakek penjinak garuda itu" Di dalam kampung
setan mana ada kakek penjinak garuda" Siapa yang
memberitahukan padamu" Eeee, kau jangan berkata
sembarangan!" Perkataannya itu diucapkan demikian cepat dan galak,
bukan saja mengejutkan Ho Hay Hong, tetapi juga
mengherankan orang orang dari golongan lempar batu.
Hanya Chim kiam sianseng yang masih tenang-tenang
saja. "Nona tidak perlu merahasiakan lagi, aku sudah tahu
bahwa kakek penjinak garuda....."
Belum lagi habis perkataannya, dari tepi danau
sebelah barat muncul seorang gadis cant ik berpakaian
warna putih. Ketika Ho Hay Hong melihat gadis itu
wajahnya mendadak berubah.
Sebab ia melihat dua tangan gadis itu menenteng dua
kotak kecil, dari sela-sela kotak itu nampak menetes
darah merah, ia menduga dalam kotak itu tentu adalah
kepala manusia lagi. Ia segera maju menyongsong seraya berkata :
"Kau benar benar seorang yang bisa pegang janji !"
Selagi gadis itu mendengarkan perkataannya, ia telah
merampas kotak dari tangan sigadis, Ketika kotak
dibuka, dalamnya benar saja batok kepala manusia.
Kepala manusia itu dipotong batas jenggot, tetapi


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jenggotnya masih ada, matanya tampak mendelik, jelas
bahwa kematian orang itu dalam keadaan penasaran.
Gadis itu bukan saja tidak melarang, sebaliknya malah
mengawasi perbuatan Ho Hay ong dengan berdiri
tenang. "Apa yang perlu kau lihat" Kecuali kau, barang siapa
yang menginjak tanah kampung setan, semua akan
mengalami nasib begitu!" demikian katanya.
Ho Hay Hong marah mendengar ucapan itu. ia
membuka lagi kotak yang lain. benar seperti apa yang
diduganya, dalam kotak itu juga berisi kepala manusia
yang masih basah darahnya.
Ia tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi,
dengan mendadak melakukan serangan terhadap gadis
itu. Gadis baja putih Itu hanya menggeser kakinya berkata
dengan suara tenang: "Jangan marah dululah! Lihat dulu dua orang ini
siapa." Ho Hay Hong mengamat-amati dua kepala manusia
itu, bulu romanya berdiri seketika, kiranya dua kepala itu adalah kepalanya orang-orang yang dikenalnya. Satu
adalah kepala pendekar berpenyakitan. Sedang yang lain
adalah kepala jie suhengnya sendiri !
Kematian pendekar berpenyakitan, tidak ada
hubungannya dengan dirinya, kecuali merasa sayang dan
simpatik, tidak ada yang dibuat pikiran. Tetapi tentang
kematian suhengnya, benar-benar sangat mengejutkan
dan menyedihkan hatinya. Jie suhengnya itu sudah mendapat seluruh kepandaian
suhunya, dengan ia sudah tinggal bersama-sama sepuluh
tahun lebih. Meskipun selama itu hidup mereka tidak
begitu akur, tetapi persahabatan dan persaudaraan
dalam satu perguruan, sudah seperti saudara sendiri,
maka seketika itu ia lantas berdiri terpaku.
Gadis berbaju putih itu memandang sejenak, lalu
bertanya: "Apakah mereka orang-orang yang terkenal
namanya?" Karena tidak mendapat jawaban, maka lantas berkata
lagi sambil tertawa dingin:
"Begitupun baik, dari orang terkenal di buat contoh,
lihat kemudian hari siapa yang berani menginjak
kampung setan ?" Pikiran Ho Hay Hong mendadak tenang kembali, ia
bertanya, dengan sabar: "Bolehkah aku menumpang tanya, bagaimana
kematian mereka berdua?"
"Urusan ini aku tidak begitu jelas tetapi karena kau
ingin tahu, bolehkah aku beritahukan padamu apa yang
aku tahu" berkata gadis baja putih itu, "mereka berdua, agaknya ada permusuhan, mereka saling kejar-kejaran.
Orang yang berada dikotak sebelah kanan itu yang
masuk kekampung setan lebih dulu kemudian dikejar
oleh orang yang kepalanya berada dalam kotak sebelah
kiri. Mungkin dia orang tua sudah lalai, sudah lupa bahwa
tanah yang diinjak mereka adalah kampung setan. Maka
dengan beruntun dua-duanya sudah memasuki daerah
terlarang dan terjebak dalam barisan orang liar, hingga
akhirnya mereka menemukan ajal masing-masing."
Ho Hay Hong dengan penuh perhatian mendengarkan
penuturannya, setelah itu dengan sinar mata tajam,
memandang gadis itu kemudian berkata:
"Tahukah kau siapa orangnya, yang kepalanya berada
dalam kotak sebelah kiri ini?"
Dengan sikap ragu-ragu, gadis itu menjawab sambil
menggelengkan kepala: "Aku justru hendak menanyakan kau?"
"Orang ini adanya keras sebelum mati pasti
mengadakan perlawanan hebat. Kalau orang dari
kampung setan. Dari permainan dan gerakkan ilmu
silatnya, tentunya kau dapat tahu dari golongan mana,
heh, heh, kau ternyata sudah membohong, tidak
mungkin kalau kau juga tidak tahu !"
"Ucapanmu ini agak keterlaluan dengan terus terang,
kita hanya tahu bahwa ia faham Ilmu mengendalikan
pedang, tetapi tidak tahu dari golongan mana.
Mendengar kata katamu ini, kau agaknya sangat jelas
mengetahui dirinya, kalau begitu kau beritahukanlah
padaku !" Ho Hay Hong melihat bahwa Chim Kiam sianseng dan
lain-lainnya semua telah memperhatikan dirinya. Untuk
beberapa saat ia tidak menemukan kata-kata yang tepat
untuk memberi keterangan, maka hanya berkata sambil
tertawa dingin: "Kau benar-benar lihay !"
"Ho siauhiap, tolong perkenalkan, siapa orang ini ?"
bisik Chim Kiam sianseng.
"Ia adalah salah satu anggota penghuni kampung
setan, aku tidak begitu jelas mengenai dirinya !" berkata Ho Hay Hong sambil mengawasi gadis itu.
Pada saat itu, mendadak ia mendapat satu akal, maka
lantas berkata pula sambil tertawa dingin:
"Kau tidak mau omong terus terang, jelas kau sudah
menganggap aku sebagai musuh, maka aku juga tidak
perlu memegang janjiku untuk mengembalikan
pedangmu !" -ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 11 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 11 ALIS gadis itu nampak berdiri, lalu berkata dengan
nada kurang senang: "Lantaran kau, aku telah mendapat banyak kesulitan,
nyatanya kau seorang yang tidak mempunyai liangsim
sedikitpun juga!" Setelah Itu, dengan kecepatan bagaikan kilat
badannya bergerak menghampiri Ho Hay Hong,
tangannya juga bergerak, hingga Ho Hay Hong berada
dalam kurungan bayangan tangannya.
Ho Hay Hong sudah pernah menyaksikan kepandaian
ilmu silat nona itu, maka ia tahu benar sampai dimana
kekuatannya. Ia tidak berani berlaku gegabah sambil
memasang kuda kuda dan dengan mempergunakan
salah satu gerak tipu dalam ilmu silatnya Khun-hap sam
kay, tangan kanannya menyerang ketiak kirinya, tangan
kiri menyerang dada. Dua rupa serangan itu nampaknya sederhana, tetapi
sebetulnya mengandung serangan maut. Tetapi serangan
dengan tangan kanannya, mendadak ditarik kembali dan
dirubah menjadi gerak tipu yang dinamakan cambuk
berkibaran dan marah membelah rambutnya.
Sebentar kejadian terdengar suara beradunya tangan
kedua pihak, masing-masing segera lompat mundur.
Gadis baju putih itu melayang mundur dengan satu
gerakan burung elang terbang diatas air, kalau dilihat
dari jauh, seperti bunga putih berterbangan ditengah
udara, sungguh indah dalam pandangan mata.
Di pihak Ho Hay Hong mundur setengah langkah
dengan badan terhuyung-huyung, tetapi ia tidak mau
menyerah kalah. Dalam keadaan kepepet mendadak
menemukan satu akal, ia paksa pertahankan kakinya,
kemudian berbalik merangsak maju menyerang lagi.
Serangan itu bahkan didahului oleh hembusan angin
yang keluar dari tangannya, sehingga menimbulkan
suara menderu. Hal ini nampaknya mengejutkan gadis
baju putih itu. Agaknya ia sudah lupa menangkis serangan itu,
hingga terdorong oleh hembusan angin yang sangat
hebat. Ia diam-diam merasa heran dengan kekuatan
tenaga pemuda itu, karena dalam perhitungannya. orang
yang dapat mengeluarkan serangan kekuatan tenaga
dalam sedemikian, set idak-tidaknya sudah mempunyai
latihan kira-kira dua puluh tahun lebih.
Tetapi ia hanya baru berpisah satu malam dengan Ho
Hay Hong, sedangkan kekuatan tenaganya sudah
diketahui pada waktu kemarinnya. Dari manakah
kekuatan tenaganya itu "
Ho Hay Hong sendiri juga tidak menduga, bahwa gadis
yang pernah mengalahkan Tie cu Sin kun ini, telah
terpukul mundur olehnya. Diam-diam ia merasa girang, kepercayaannya juga
semakin bertambah. Dengan beruntun ia melancarkan
serangan sampai tiga kali.
"Ternyata kau menyembunyikan kepandaianmu!"
berkata gadis itu gemas. Gadis itu mendadak ingat bagaimana keadaan ketika
Ho Hay Hong terkepung dengan orang-orangnya
golongan Kawa-kawa. Oleh karena agak kewalahan
menghadap Tie cu Sinkun dan karena merasa simpati
terhadap dirinya, ia telah turun tangan memberi bantuan,
dan berakhir dengan dijatuhkannya Tie cu Sin kun,
sehingga kehilangan muka.
Tetapi, semua itu ternyata merupakan tipuan belaka.
Ho Hay Hong yang di anggapnya tidak sanggup melawan
Tie cu Sin kun, ternyata hanya berpura-pura saja.
Ingatan akan peristiwa itu ia merasa seperti
dipermainkan oleh Ho Hay Hong, maka hatinya sangat
mendongkol. Bagaimanapun keras dan dingin hatinya, ia tidak
sanggup menahan hinaan itu, maka dengan mendadak ia
lompat melesat setinggi enam tombak lebih.
Ditengah udara badannya berputaran, kemudian
mementang kedua lengannya bagaikan burung
mementang sayap, lalu menukik seperti garuda
menerkam mangsanya. Dengan cepat Ho Hay Hong teringat kejadian didepan
gedung Kan lui Kiam khek, sewaktu gadis itu bertempur
dengan Tie cu Sin kun. Ia segera mengetahui bahwa itu
adalah permulaan melakukan serangan dengan
menggunakan ilmu serangan lima gerakan serangan
garuda sakti. Serangan dengan ilmu inilah itu, Tie cu Sin
kun masih belum bisa melawannya. apalagi ia sendiri
yang kepandaian ilmu silatnya masih dibawah Tie cu Sin
kun. Belum lenyap pikiran itu dalam otaknya, suara siulan
nyaring terdengar dari mulut gadis itu, kemudian tampak
berkelebatnya bayangan putih, dengan cepat menukik
turun. Pada saat itu Chim Kiam sianseng telah berseru:
"Ilmu serangan garuda sakti."
Seruan yang mengandung kecemasan itu dalam
telinga Ho Hay Hong kedengarannya sangat tajam, Ia
yang memang sudah gentar, maka ketika mendengar
seruan itu, pikirannya semakin kalut.
Sesaat mendadak ia ingat tugasnya sendiri dan
kewajibannya yang belum selesai. Tanpa pikir akan
mendapat malu lagi, ia meloncat kedanau.
Tindakan Ho Hay Hong itu disusul oleh Chim Kiam
sianseng. yang memerintahkan semua orang-orangnya
supaya lekas undurkan diri. Maka ketika Gadis baju putih
itu melancarkan serangannya garuda garuda sakti
keadaan menjadi kalut. Gadis muka jelek berbaju hijau, yang sejak munculnya
gadis baju putih diam saja belum pernah turut bicara,
kini ketika melihat gadis baju putih mengamuk lantas
berseru: "Adik, kau jangan marah, ilmumu Cit khim Liang hoat
itu jangan gunakan sembarangan. lekas tarik kembali
seranganmu. Suaranya itu sangat tajam, hingga mengejutkan Chim
Kiam sianseng, tetapi ia segera mengerti maksud gadis
jelek itu. Sebab sudah jelas bahwa ilmu serangan itu
adalah ilmu serangan garuda sakti, mungkin karena takut
rahasianya terbuka, maka sengaja dikatakannya ilmu Cio
khim Ciang hoat. Gadis baju putih itu menjawabnya dengan hati
mendongkol: "Bocah itu benar-benar terlalu menghina aku, aku
harus beri hajaran padanya!"
Sehabis berkata kemudian, orangnya sudah melayang
turun. Tetapi ia masih belum menghentikan
serangannya. Dengan cepat mengeluarkan segumpal
jarum perak dari sakunya, dilontarkan kedalam danau.
Dengan kekuatan yang sangat hebat, jarum itu masuk
kedalam air seluruhnya. Gadis bermuka jelek berbaju hijau itu berkata sambil
tertawa dan tepuk tangan:
"Kiranya kau juga membawa jarum menembus
gelombang, kini bocah itu sekarang baru tahu rasa."
Tak lama kemudian air dipermukaan danau nampak
bergerak-gerak, dari dalam air muncul satu kepala
manusia yang sudah basah kuyup, napasnya sengalsengal,
ia adalah Ho Hay Hong. Ia mahir berenang, begitu masuk kedalam air, lantas
dapat merasakan bahwa dalam air itu ada hawa pedas,
hingga matanya hampir tidak dibuka. Dalam ot aknya
segera ingat makluk aneh dalam danau itu. Wajahnya
berubah seketika. Tetapi sipatnya yang keras kepala, meskipun ia tahu
bahwa dalam air itu ada bisanya, ia masih membandel.
Matanya dibuka sedikit, tiba-tiba nampak olehnya benda
bersinar berkeredep didasarnya danau itu. ia segera
mengambilnya dan dimasukkannya kedalam saku.
Ia berhenti didanau sambil menahan napas dengan
menggunakan Ilmu mendengar suara dari bawah tanah,
ia sudah tahu bahwa gadis baju putih sudah turun
ketanah. Samar-samar ia juga mendengar suara orang
berbicara. Ia tidak berani mendarat ketempat semula. Selagi
hendak berenang kelain tempat untuk menghindarkan


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan gadis itu, tidak diduganya bahwa tempat
sembunyi yang dianggapnya paling aman itu masih
ditembusi oleh jarum berbisa gadis itu.
Sebuah jarum-menembus lengan kanannya dan
menimbulkan rasa sakit tidak terkira. Dengan demikian ia
tidak dapat bertahan lebih lama lagi di dalam air,
terpaksa lompat naik kepermukaan air.
Melihat darah warna hitam mengucur keluar dari
dagingnya yang terluka dan melihat sebuah jarum perak
yang sangat halus menancap didagingnya, segera ia
mengetahui bahwa dirinya sudah terkena serangan jarum
beracun. Dipandangnya gadis baju putih itu dengan sinar
mata beringas. Gadis baju putih itu tidak menyerang lagi, dengan
sinar mata dingin mengawasinya. Ketika menampak Ho
Hay Hong marah, ia bahkan berkata dengan nada
mengejek: "Rasakan. Sekalipun kau hendak lari ke ujung langit,
aku juga ada akal untuk memaksa kau kembali. Sekarang
kau harus menepati janjimu. Serahkan kembali pedang
pusaka itu. Jikalau tidak, aku tidak akan perduli, biar kau mati keracunan!"
Pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kekotak
dimana terdapat kepala ji suhengnya, perasaannya
semakin sedih. "Kecuali sikakek penjinak garuda yang datang
mengambil sendiri, kalian berdua jangan harap bisa
mendapatkan kembali barang itu." ia berkata dengan
nada suara dingin. Ia merasa menyesal terhadap perguruannya sendiri,
karena ia pernah mencegah tindakan Ji suhengnya, Dan
Ji suhengnya itu sudah menutup mata untuk selamalamanya.
Kematiannya yang mengenaskan itu telah membuat ia
mengenangkan kembali hubungannya dengan Ji
suhengnya selama masih anak-anak dan sama-sama
berguru. Demikian sedih perasaannya pada waktu itu,
hingga ia berlaku nekat dan hendak memancing supaya
dua gadis itu semakin marah.
Benar saja, ketika mendengarkan ucapannya, dua
gadis itu nampak sangat marah.
Terlebih dulu cacian yang tidak sedap dilancarkan oleh
gadis baju hijau: "Jahanam siapakah sebenarnya si kakek penjinak
Garuda itu " jawab !"
Kemudian, disusul oleh kata-kata gadis baju putih:
"Kau selalu menyebut-nyebut nama kakek penjinak
Garuda, siapakah sebetulnya orang itu " Kalau kau tidak
dapat memberi penjelasan, hari ini aku tidak akan
memberi kesempatan padamu untuk pulang dalam
keadaan hidup !" "Aku sudah terkena serangan jarum beracun, memang
sudah tidak bisa hidup lama lagi, mengapa aku harus
takut gertakanmu ?" Ho Hay Hong gusar.
Dengan menggemertakkan gigi, menahan sakit, ia
mencabut jarum beracun dari lengannya hingga
darahnya menyembur keluar membasahi mukanya.
Oleh karena terjadinya penyerangan itu, hanya sedikit
perasaan hangat Ho Hay Hong terhadap gadis itu. Dan
kini, telah lenyap seluruhnya.
"Siapa kakek penjinak Garuda, aku percaya kau lebih
tahu daripadaku, jikalau kau ingin tahu sampai sedalamdalamnya, terus terang aku beritahukan padamu, dia
adalah orang yang memberi pelajaran ilmu silat dengan
gerakan garuda sakti, juga adalah pemilik pedang pusaka
garuda sakti. Semua permintaanku ini ada buktinya,
siapapun tidak bisa menyangkal. Apakah kau masih
hendak membantah?" katanya pula dingin.
"Kata-kata orang Ini sangat menjemukan, mengapa
kau tidak lekas membunuhnya saja?" berkata wanita
jelek baju hijau kepada gadis baju putih.
"Sebab pedang pusaka itu masih berada di tangannya,
jikalau tidak." berkata gadis baju putih.
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong tiba-tiba
mendapat satu akal. Ia lantas sengaja berpaling dan
berkata kepada Chim Kiam sianseng:
"Sianseng apa sudah dengar atau belum ucapannya
itu sudah jelas merupakan suatu peringatan yang berarti
kalau pedang kita keluarkan, orangnya pasti binasa.
Hoo... aku bukan seorang tolol, untuk mempertahankan
nyawaku, aku terpaksa tidak akan memberikan pedang
itu lagi." Kemudian ia berkata kepada gadis baju putih:
"Lenganku sudah terkena serangan jarum beracunmu,
aku tahu, cepat atau lambat aku pasti mati Tetapi
sebelum aku mati, aku ingin melakukan suatu perbuatan
yang melukai hati!" "Apakah Ho siauhiap hendak mengubah maksudmu
yang semula?" bertanya Chim Kiam sianseng yang tidak
mengerti. Ho Hay Hong menekan perasaan amarahnya. Ia
berjalan beberapa langkah, mendekati padanya dan
berkata dengan baik baik:
"Jangan bingung, kalau ia tetap tidak mau berkata
terus terang, kita juga tidak berdaya. Kita terpaksa harus berlaku sabar, aku ada akal untuk mengorek tentang diri
Kakek penjinak garuda !"
Melihat sikap Ho Hay Hong yang seram Chim Kiam
sianseng tidak menanya lagi, buru-buru mengajak orangorangnya berlalu.
Setelah Chim Kiam sianseng dan orang-orangnya
berlalu jauh. Ho Hay Hong tiba-tiba mengeluarkan suara
bentakan keras melancarkan satu serangan hebat kepada
dua wanita itu. Gadis baju putih itu mengangkat tangan dengan
perasaan ragu-ragu menyambuti serangan itu.
Di luar dugaannya, serangan Ho Hay Hong yang
nampaknya demikian hebat, ternyata satu tipu muslihat
belaka. Selagi perhatian dua wanita itu dipusatkan
kepada serangannya, mendadak ia lompat merampas
dua kotak berisi batok kepala manusia dan lantas kabur !
Wanita jelek baju hijau itu merasa heran ia
membentak dengan suara marah:
"Kau berani lari?"
Dengan satu enjotan, cepat bagaikan kilat ia
mengejar. Selagi melancarkan serangan dari jarak jauh untuk
membinasakan Ho Hay Hong, gadis baju putih sudah tiba
disisinya dan berkata sambil mencegah:
"Enci tidak perlu mengejar, ia sudah terkena serangan jarum beracun, ia pasti tidak tahan menderita kesakitan
dan akhirnya pasti akan mencari kita lagi untuk minta
ampun. Saat itulah kita nanti bereskan dirinya."
Dengan terhadangnya oleh tindakan gadis baju putih
itu, wanita baju hijau itu terpaksa merandek. Tapi Ho
Hay Hong sudah berada sejauh tujuh delapan tombak
lebih, hingga tidak dapat dikejar lagi.
"Adik, kau benar-benar goblok, pedang pusaka itu
tokh tidak boleh dia bawa kembali lagi!" berkata wanita baju hijau sambil membanting kaki.
"Apakah kau tadi melihat dia ada membawa pedang?"
bertanya gadis baju putih.
Mendengar pertanyaan itu, wanita jelek baju hijau itu
melongo. Memang betul ia tidak menampak pedang itu
dibawa oleh Ho Hay Hong. "Oh, bocah itu rupanya memang sengaja hendak
mengingkari janjinya, memang benar pedang pusaka itu
tidak dibawa!" berkata wanita baju hijau itu sambil
mengawasi berlalunya Ho Hay Hong.
"Itulah, enci, kalau bukan lantaran itu, bagaimana aku membiarkan dia berlaku sesuka hatinya " berkata gadis baju putih sambil tersenyum.
Ho Hay Hong yang samar-samar mendengarkan
pembicaraan mereka, berkata kepada diri sendiri: "Jarum beracun meskipun sangat berbisa, tetapi dalam tubuhku
tokh sudah mengeram racun yang lambat bekerjanya Itu
hanya dapat menambahkan sedikit kesulitan bagiku,
selain dari pada itu, tidak ada yang perlu kutakuti."
Kematian, baginya bukan merupakan suatu yang perlu
ditakuti. Ia lari belum berapa jauh, tampak Chim Kiam sianseng
dan orang orangnya menunggu ditepi jalan. Ia lalu
menggabungkan diri dengan rombongan Chim Kiam
sianseng, kemudian bersama-sama memasuki kota untuk
mencari rumah penginapan.
Dengan diliputi berbagai pertanyaan, Chim Kiam
sianseng bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho siauhiap, aku benar-benar tidak mengerti,
mengapa kau melepaskan kesempatan baik untuk
memasuki kampung setan" Kalau sekarang kita akan
memasuki tempat itu, rasanya sudah tidak mudah lagi!"
Ho Hay Hong nampak sangat berduka, ia menjawab
dengan suara sedih: "Kau tidak tahu persoalannya, si Kakek penjinak
garuda itu melarang orang memasuki kampung setan,
barang siapa yang berani melanggar larangan itu, akan
menemukan ajalnya ditempat itu juga"
"Si Kakek penjinak garuda ini memang seorang aneh
yang susah didekati." berkata Chim Kiam sianseng sambil menghela napas panjang, "munculnya ilmu silat garuda
sakti dan pedang garuda sakti, ditambah lagi dengan
bukti yang dapat kita kumpulkan telah membuktikan
bahwa kakek penjinak garuda masih hidup. Tetapi apa
sebabnya orang yang mendapat didikan ilmu silatnya,
sebaliknya menutup mulut rapat-rapat?"
Ho Hay Hong khawatir Chim Kiam sian-seng dapat
mengenali salah satu korban kampung setan itu adalah si
pelajar berpenyakitan, maka ia coba menanya:
"Tahukah sianseng bahwa dua kepala manusia dalam
kotak ini kepala siapa?"
"Aku hanya melihat sepintas lalu saja, salah satu
diantaranya seperti kepala pelajar berpenyakitan, entah
betul atau tidak?" jawabnya.
Ho Hay Hong diam-diam terkejut, ia khawatir hal itu
akan diket ahui oleh suhunya, sehingga menyulitkan
kedudukan sendiri. Ia kini baru menyesal, mengapa tadi
dengan tergesa-gesa membawa kabur dua kotak itu.
Disamping itu, timbullah pula suatu pertanyaan dalam
hatinya: "apa sebabnya suhunya memerintahkan Jie
suhengnya membunuh pelajar berpenyakitan?"
Ia mengerutkan alisnya, otaknya bekerja sedang
memikirkan apa yang perlu dibicarakan untuk
mengalihkan perhatian Cim Kiam sianseng.
Sementara itu seorang pendek berwajah putih yang
duduk disatu sudut, tiba-tiba menggapai padanya ia agak
terkejut, karena orang itu masih sangat asing baginya,
mengapa berlaku demikian kepadanya"
Tertarik oleh perasaan heran. tanpa ayal lagi, ia lantas
bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri orang
itu seraya bertanya "Sahabat ada keperluan apa?"
"Aku melihat sikapmu seperti sedang menghadapi
kesulitan yang tak mudah terpecahkan, bolehkah aku
numpang tanya, apakah kesulitanmu itu lantaran
asmara?" berkata orang itu sambil tertawa.
Ho Hay Hong semakin tertarik oleh pertanyaan itu. ia
pura-pura mengangguk kepala dan menjawab:
"Memang betul, apa perlunya sahabat menanya?"
Dengan sikap bangga orang pendek itu menggoyanggoyangkan
kepalanya. "Orang tua berkumis pendek itu apakah Chim Kiam
sianseng?" Mendengar pertanyaan itu ia semakin heran maka lalu
balas bertanya: "Apa sahabat kenal padanya?" Katanya berpaling
mengawasi Chim kiam sianseng pemimpin itu nampaknya
tak senang, dan berpaling kearah lain. Sikapnya seperti
menunjukkan maksud memandang rendah kepada orang
pendek itu. Penemuan ini tambah mengherankannya.
Tiba-tiba terdengar suara orang pendek itu berkata
dengan suara pelahan: "Beberapa tahun berselang, Chim Kiam sianseng
pernah minta tolong padaku, mungkin karena waktunya
sudah terlalu lama. urusan yang sudah lama itu juga
sudah tak dipandang lagi, Siauwtee juga tidak ingin
bersahabat dengannya, karena dewasa ini kedudukan
kita jauh berbeda, sudah tentu ia tidak pandang mata
padaku lagi!" Ho Hay Hong diam diam berpikir: "urusan ini ada
hubungan apa denganku ?"
Karena berpikir demikian, maka jawabannya juga
terus terang: "Kalau sahabat tidak ada keperluan lain, maaf aku
tidak bisa mengawanimu."
"Jangan kesusu," berkata orang itu sambil
menggelengkan kepala, "siauwt ee ingin melakukan suatu
perdagangan dengan saudara ! Perdagangan ini mungkin
sangat penting bagimu, asal kau sudi mengeluarkan
uang sejumlah tiga puluh tail perak, kau nanti akan
mencapai segala maksudmu dengan memuaskan, tidak
usah khawatir menemukan kegagalan lagi!"
Ini merupakan suatu hal yang masih baru bagi Ho Hay
Hong, tidak heran kalau ia lantas merasa tertarik.
"Sahabat ingin jual apa?"
"Barang mujijat!" menjawab orang itu, dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah bungkusan, "barang ini
akan memuaskan saudara untuk selama-lamanya dalam
soal asmara" "Barang ini apa gunanya?" tanya Ho Hay Hong yang masih tidak mengerti.
"Ini mungkin kau baru saja menginjak dunia Kang
ouw, hingga tidak mengetahui bagaimana dahsyat
barang ini. Orang-orang yang sudah kenal denganku,
mereka tidak sayang mengeluarkan banyak uang untuk
membeli barangku ini. Baiklah sekarang kuberitahukan
padamu, tentang khasiatnya barang ini. Betapapun keras
kepalanya seorang wanita, asal kau membuka bungkusan
ini dan taburkan bubuk itu kepadanya, pasti berhasil.
Seumur hidupku aku selalu pegang kepercayaan ku,
kalau kau tidak percaya, boleh tanyakan kepada Cim
Kiam sianseng." Dalam hati Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "kalau
benar demikian besar khasiatnya, boleh juga


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kegunaannya untuk menghadapi ia."
Tanpa banyak pikir lagi, ia lantas mengeluarkan tiga
puluh perak, diberikan kepada orang pendek itu,
kemudian diterimanya bungkusan barang mujijat itu dan
dimasukkan ke dalam sakunya.
Urusan jual beli itu berlangsung dengan lancar, orang
pendek itu dengan hati girang meninggalkan rumah
penginapan, sebentar kemudian sudah menghilang.
Ho Hay Hong kembali ketempatnya duduknya, baru
hendak mengeluarkan bungkusan itu dari dalam
sakunya, untuk memeriksa isinya, Chim Kiam sianseng
yang duduk dihadapannya sudah bertanya:
"Ho siauhiap, apakah kau kenal dengan orang itu
tadi?" Ho Hay Hong tidak dapat dengar saat Chim Kiam
sianseng ada mengandung jengekan, diam-diam terkejut,
lalu menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Aku tidak kenal, entah siapa orang itu tadi. Dia kata sianseng kenal dengannya, betulkah itu" Dan siapakah
dia ?" "Hm dia adalah tukang memelet kaum wanita yang
sudah terkenal dikalangan Kang ouw, namanya Yo Hong
julukannya si kupu kupu."
Ho Hey Hong yang belum mempunyai pengalaman
dalam dunia Kang ouw, tetapi juga tidak mau
menunjukkan kebodohannya, maka terpaksa menjawab
sekenanya: "Oh, orang itu memang ada sedikit nama."
"Manusia begituan cuma merupakan seorang bangsa
kurcaci, menodai nama baik orang orang Kang ouw."
"Menurut keterangannya, dia sudah lama kenal
dengan sianseng!" Mendengar perkataan itu, alis Chim Kiam sianseng
berdiri, katanya dengan nada kurang senang:
"Manusia tidak tahu malu itu adalah bangsa pencuri,
maka aku tidak sudi bergaul dengannya!" ia tertawa
dingin, mendadak seperti ada yang dikhawatirkan, maka
lantas bertanya lagi: "Ia pernah berkata apa saja padamu?"
"Ia hanya mengatakan pernah melakukan soal jual beli
satu kali dengan sianseng. tapi kejadian itu sudah lewat
beberapa tahun lamanya dan karena kedudukan
sianseng sekarang sudah tinggi, ia tidak berani
mengadakan perhubungan lagi.!"
"Orang itu benar benar cerdik, ia bisa berlaku dengan menyesuaikan keadaan." berkata Chim Kiam sianseng,
dengan menganggukkan kepala, merasa puas, tapi ia
amatinya dengan tajam menatap wajah Ho Hay Hong.
"Orang tua itu namanya sudah sangat tercela, t idak ada harganya untuk dibicarakan Ho siauhiap seorang muda
yang mempunyai hari depan sangat cemerlang,
sebaiknya jangan mengadakan perhubungan dengannya,
supaya nama baik yang kau pupuk dengan susah payah,
nanti akan menjadi rusak olehnya!"
Mendengar perkataan itu, dalam hati Ho Hay Hong
terkejut. Selagi hendak menceritakan urusan jual beli
dengan orang pendek itu timbul diotaknya, mendadak
diurungkannya maksud itu. sebab ia pikir bahwa urusan
itu tidak perlu diberitahukan kepada orang lain. selama ia sendiri tidak mengadakan perhubungan lagi dengan
orang pendek itu, tentunya tidak akan merusak
namanya. "Tentang nasehatmu ini, aku ucapkan banyak-banyak
terima kasih!" Ketika pandangan matanya ditujukan ke arah jendela,
perhatiannya tertarik oleh seorang anak laki-laki, berusia kira-kira delapan tahun, yang sedang main layangan,
beberapa anak lain sedang bertepuk tangan sambil
tertawa. Pemandangan itu mengingatkannya kembali kepada
penghidupannya sendiri dimasa kanak-kanak, tetapi juga
membuka pikirannya ke sesuatu hal yang sedang
dihadapinya. Tanpa disadarinya, ia tepuk tangan dan
berkata kepada diri sendiri:
"Benar, aku harus ikat kakinya dengan benang,
kemudian kulepaskan, dari arah tujuan perginya binatang
itu, aku dapat menduga di mana tempat sembunyinya
kakek penjinak Garuda, akal ini adalah yang paling baik"
Ia juga ingat ucapan gadis kaki telanjang yang
sombong, bahwa burung Garuda itu sifatnya luar biasa
dalam keadaan yang bagaimanapun juga, dapat mencari
jejak majikannya dengan memperhatikan keadaan hawa
udara dan keadaan tanah. Karena ia telah menemukan akal untuk menyelidiki
jejak kakek penjinak Garuda hatinya merasa sangat
gembira. Dengan sendirinya semangatnya terbangun
lagi. Menanti orang memandangnya dengan perasaan
heran, mereka tidak mengerti mengapa dengan secara
mendadak anak muda itu berubah menjadi girang.
Saat itu pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan
kepada seorang tua baju pendek dengan senjatanya
yang istimewa, itulah sebuah bandulan besar yang diikat
dengan tali benang lemas,
Ia pikir benang emas itu sangat lemas, tidak mudah
patah, tetapi dapat digunakan untuk mengikat senjata
sedemikian berat, dapat diduga benang itu pasti bukan
barang sembarangan. Kalau digunakan untuk mengikat
kaki burung Garuda rasanya sangat tepat.
Karena tertarik oleh benang emas itu, maka ia lalu
berkata kepada Chim Kiam sianseng:
"Sianseng, aku ada sedikit permintaan yang tidak
pantas, apakah sianseng tidak akan mencela ?"
Chim Kiam sianseng merasa heran, lama tidak
menjawab. Matanya ditatapkan kepada mukanya dengan
penuh tanda tanya. Ho Hay Hong menunjuk kepada senjata orang tua itu
dan berkata pula: "Tali bandulan ini pasti bukan barang sembarangan,
bolehlah kupinjam?" Orang tua itu mendadak bangkit dari tempat
duduknya, bertanya dengan tidak senang:
"Apa artinya ini?"
Tangannya sudah dikepal, siap hendak menyerang.
Chim Kiam sianseng buru buru mencegah, kemudian
ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"siauhiap hendak gunakan untuk keperluan apa"
Bolehkah kau beritahukan padaku?"
"Dengan sejujurnya, aku hendak gunakan untuk
mengikat kaki burung garuda piaraan Kakek penjinak
garuda, dengan burung garuda itu aku hendak mendapat
kepastian dimana jejak kakek itu. Apakah kiranya
sianseng tidak keberatan ?"
"Apakah siauwhian benar-benar mempunyai burung
itu?" berkata Chim Kiam sian-seng dengan membuka
lebar kedua matanya, "Kakek penjinak garuda itu
sembunyikan diri didalam kampung setan, ini sudah
pasti. Aku pikir siauhiap t idak perlu berbuat demikian lagi
!" "Aku juga menduga pasti bahwa Kakek penjinak
garuda itu adalah pemimpin penghuni kampung setan,
tetapi semua penghuni kampung setan tidak mau
mengaku "cara" terang. Untuk mendapatkan
kebenarannya, hanya dengan akal itu saja. Sekalipun
berhadapan dengan kakek penjinak garuda, juga tidak
usah takut kalau kita telah membuka rahasianya. Apakah
sianseng suka bekerja sama denganku?"
Chim Kiam sianseng berpikir sejenak, akhirnya
menganggukan kepala menerima baik usul itu, ia lalu
perintahkan kepada orang tua itu supaya membuka tali
bandulan itu di berikan kepada Ho Hay Hong.
Menurut taksiran Ho Hay Hong, benang emas itu kirakira
lima atau enam tombak panjangnya, ia pikir sudah
cukup digunakan untuk mengikat kaki burung garuda itu.
Maka buru-buru mengajak Chim Kiam sian-seng dan
orang-orangnya, bersama-sama pergi ke rumah
perguruan Kang lam Bu-koan.
Tak lama kemudian, Kang lam Bu-koan sudah berada
didepan matanya. Tanpa mengetok pintu. Ho Hay Hong
lompat melesat melalui tembok pekarangan. Sedangkan
Chim Kiam sianseng dan orang-orangnya menunggu
diluar. Dengan tiba-tiba matanya tertuju kepada sesosok
bayangan orang yang sudah tidak asing baginya.
Bayangan orang itu berdiri membelakangi dirinya
dibawah sebuah pohon sedikitpun tidak bergerak,
agaknya dia lagi melamun. Ketika angin malam meniup,
gaun merah yang menempel ditubuhnya menjadi ketat,
sehingga potongan tubuhnya yang langsing padat
nampak jelas dalam mata Ho Hay Hong.
Karena bayangan orang itu berdiri membelakangi
dirinya, Ho Hay Hong tidak melihat wajahnya, begitupun
bayangan orang itu, juga tidak melihat kalau dibelakang
dirinya ada orang yang sedang mengawasi dirinya. Dari
potongan tubuh bayangan orang itu, Ho Hay hong sudah
dapat menduga dengan pasti bahwa orang itu adalah Su
to Cian hui. Melihat keadaannya yang menyedihkan, Ho Hay Hong
tiba-tiba teringat waktu pergi pesiar kedanau Liok ingouw
dengan menunggang kuda pada beberapa hari
berselang. Betapa riang gembiranya pada waktu itu" Dan siapa
akan mengira hanya dalam beberapa hari saja, kemudian
sudah berubah demikian rupa"
Ia turut merasa duka atas nasib buruk gadis itu,
gedung megah dan pekarangan luar yang dahulu ramai
itu, kini hanya terdapat gadis itu seorang diri timbullah
rasa herannya. Heran mengapa Kan lui Kiamkhek belum pindah
kemari" Apakah terjadi apa-apa lagi dengannya"
Demikian ia bertanya-tanya kepada diri sendiri.
Perlahan lahan ia maju menghampiri, Su to Cian Hui
yang mendengar tindakan kaki orang, lantas berpaling,
dengan mata terbuka lebar, mengawasi padanya.
Keadaan pada waktu itu seperti orang yang merasa
ketakutan, dari sini Ho Hay Hong dapat menduga bahwa
kejadian yang menimpa diri nona itu pasti menimbulkan
banyak penderitaan bathinnya.
Ia melihat gadis itu masih tetap cantik hanya agak
pucat. Ho Hay Hong merasa simpati, tetapi mulutnya tidak
tahu bagaimana harus menghiburi nona itu, terpaksa ia
menegurnya sambil tertawa:
"Oh, nona sudah pulang, apakah selama ini baik-baik
saja ?" Sudah lama rasanya, Su to Cian Hui tidak mendengar
kata kata demikian. Sejak terjadinya peristiwa yang
menimpa keluarganya, baru pertama kali ia merasakan
betapa kejam sifatnya manusia"
Dulu dimasa masih jaya, banyak orang menyanjung,
banyak orang memuji-muji. Tetapi sekarang setelah
rumah tangganya berantakan, tiada seorangpun yang
datang menengok, apalagi menghibur.
Dari situ, pandangannya terhadap dunia terhadap
manusia telah banyak berubah, ia bukan seorang anakanak
lagi, pertanyaan Ho Hay Hong yang sangat singkat
itu, meski pun singkat dan biasa, tetapi sangat besar
pengaruhnya. Maka sesaat itu, airmata mengalir keluar tanpa dapat
dibendungnya. Ia menundukkan kepala dan menjawab
dengan suara lemah: "Kau masih ingat aku, aku merasa girang dan sangat
bersyukur." Dihadapannya, Ho Hay Hong kini tidak rendah diri lagi.
Ia seperti berubah menjadi orang lain, semangatnya
menyala-nyala. Dengan tiba-tiba ia mengambil keputusan, Ia ingin
menggunakan sisa hidupnya, untuk melindungi gadis
yang sebatang kata itu supaya hidup tentram dan
bahagia. Keputusan demikian secepat kilat terlintas dalam
otaknya, nyalinya mendadak menjadi besar. Katanya
menghibur. "Nona, legakan hatimu. Untuk selanjutnya, aku Ho
Hay Hong, sekalipun harus mengucurkan darah, juga
akan berusaha melindungimu supaya kau aman."
perkataan demikian, kalau diucapkan pada beberapa hari
berselang, bukan saja tidak menarik perhatian si nona,
bahkan sebaliknya akan menimbulkan rasa muaknya.
Sebab Su to Cian Hui juga termasuk seorang wanita
gagah berani, tidak mau menyerah mentah-mentah
begitu saja. Perkataan demikian, tentunya akan dianggap
memandang lemah dirinya. Tetapi, kini keadaan sudah lain, kesulitan dan
penderitaan yang dialaminya selama beberapa hari ini
telah memudarkan ambisinya, ia tidak berani berebut
pengaruh lagi. Demikian hebat pukulan bathin yang dideritanya,
hanya lantaran ingin menengok ayah dan keluarganya, ia
telah menempuh bahaya yang datang ke rumahnya.
Namun demikian, ia seperti orang yang ketakutan, takut
kalau bertemu lagi dengan musuh musuhnya.
Diluar dugaannya dalam keadaan terjepit seperti itu, ia
telah bertemu dengan seorang gagah yang dapat
diandalkan. Maka kecuali merasa sangat berterima kasih,
dalam hatinya timbullah suatu perasaan aneh, yang
selama itu belum pernah dirasakannya.
Ho Hay Hong mendadak ingat sesuatu, bertanyalah ia:
"Aku dengar kabar bahwa nona sudah pergi kegunung
Bwee san untuk mencari suhu, mengapa."
"Suhu sudah turun gunung pergi pesiar, hingga hari ini belum kembali."
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "pantas ia seperti
orang kebingungan, kiranya satu-satunya orang yang
dapat dibuat andalan juga tidak ketemu."
Sewaktu otaknya berpikir, matanya di tujukan kepada


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangkar besi raksasa, yang dibuat mengurung burung
Garuda raksasa, burung itu ternyata masih ada hingga
hatinya merasa lega. Ia segera menanya kepada Su to
Cian Hui. "Apakah nona tidak keberatan, apabila burung garuda
ini aku pinjam untuk sementara?"
"Kau memerlukan apa, ambil saja tidak perlu
menanyakan pikiranku." jawabnya sinona dengan suara
lemah lembut. Baru saja Ho Hay Hong hendak menghampiri sangkar
besi itu, tiba-tiba ia berpikir: "Ya, kali ini aku pergi menyelidiki kampung setan, belum tahu bagaimana
nasibku. Dengan meninggalkan ia seorang diri dalam
gedung ini, keselamatannya masih merupakan satu
pertanyaan. Bagaimana baiknya?"
Ia diam untuk memecahkan persoalan itu. diluar tibatiba
terdengar ada orang mengetok pintu. Ia lantas
berpikir lagi: "golongan Lempar batu pengaruh cukup
besar Chim Kiam sianseng juga memiliki ilmu Kh ian khun
cie, rombongan orang-orang Lam kiang Tay bong dan
Lam kiang Tay bong sendiri masih jeri terhadapnya.
Mengapa aku tidak minta tolong padanya, supaya
menjaga keselamatan nona ini" Asal kujelaskan duduk
perkaranya, barangkali Chim Kiam sianseng tidak akan
menolak!" Pikirannya seketika itu merasa lega, ia buru-buru
membuka pintu pekarangan, mempersilahkan Chim Kiam
sianseng dan orang orangnya masuk.
Ia perkenalkan Su to Cian Hui kepada Chim Kiam
sianseng kemudian menceritakan nasib sinona akibat
perbuatan Lam kiang Tay bong yang membiarkan
muridnya berlaku sewenang-wenang dan akhirnya minta
pertolongan pemimpin itu supaya suka bantu menjaga
keselamatan nona itu. Chim Kiam sianseng berpikir sejenak, akhirnya ia
terima baik permintaannya.
"Tetapi dalam waktu satu bulan Ho siauhiap harus
membawanya keluar dari golongan lempar batu, sebab
aku tidak ingin kebentrok secara langsung dengan Lam
kiang Tay-bong!" "Sudah tentu, setelah aku menyelesaikan urusanku,
aku tidak berani mengganggu sianseng lagi! Nona Su to
adalah murid Bwee san Sin nie, salah satu dari lima
tokoh luar biasa dalam rimba persilatan, sianseng tidak
perlu pikir terlalu banyak. Nanti kalau Bwee san Sin nie
sudah kembali dari perjalanannya, pasti juga tidak
mengijinkan muridnya merepotkan sianseng!"
Dengan demikian, malam itu juga Su to Cian Hui
lantas dibawa pulang oleh orang tua pendek, kemarkas
tempat golongan lempar batu.
Dengan perasaan tidak tenang Ho Hay Hong
membuka pintu sangkar, tiba-tiba di cakar oleh cakar
burung garuda raksasa yang sangat tajam, sehingga
lengannya terluka dan mengucurkan darah banyak sekali.
Ia lantas naik pitam, tangannya segera bergerak
menerkam leher burung. Burung itu meronta dengan
kekuatan yang hebat, hingga hampir terlepas dari tangan
Ho Hay Hong. Tetapi dengan kecepatan bagaikan kilat Ho Hay Hong
sudah mengikatkan benang emasnya kekaki burung itu,
kemudian dilepaskannya dari kurungan.
Burung itu terbang keluar, tetapi agaknya mengerti
kalau kakinya terikat, maka ia lantas mengamuk. Dengan
kedua kakinya ia menyambar, sedang paruhnya yang
tajam coba mematok jidat Ho Hay Hong.
Baru pertama kali Ho Hay Hong mengadakan
pertempuran langsung dengan burung Garuda raksasa
itu. Karena burung itu terbang melayang-layang dan
menyambar lawannya dari atas. maka sia-sia saja Ho
Hay Hong memiliki kepandaian ilmu silat tinggi terpaksa
membiarkan dirinya dibuat bulan-bulanan burung itu, ia
tidak mampu balas menyerang, hanya lompat kekanan
kekiri untuk mengelakkan serangan yang hebat itu.
Beberapa kali ia hampir terpatok oleh paruh burung yang
amat tajam itu. Dalam keadaan demikian, dengan tiba-tiba sekali
timbul satu akal dibenaknya, ia pikir hendak
memperlihatkan tanda cacahan burung Garuda diatas
lengannya mungkin. Harapan itu meski sangat tipis, tetapi dalam keadaan
terpaksa, ia mau coba juga.
Dengan cepat ia merobek baju lengan tangan
kanannya, supaya tanda gambar barang garuda
tertampak nyata. Sungguh aneh ketika mata burung garuda-raksasa
yang beringas itu melihat tanda itu, mendadak
memperdengarkan suara yang tidak dimengerti oleh Ho
Hay Hong, kemudian sikapnya berubah tenang.
Ho Hay Hong dengan sinar mata keheranan
mengawasi burung raksasa itu, mendadak teringat
ucapan si Kakek penjinak garuda, hatinya mengeluh,
suatu pertanyaan timbul dalam otaknya: "benarkah aku
ini anak haram?" Begitu ingat diri orang tua itu, dalam hatinya timbul
dua macam perasaan yang berlainan. Satu adalah
merasa menanggung budi atas perbuatannya yang telah
menyempurnakan kekuatan tenaga dalamnya.
Yang lain adalah penyesalan karena ucapkannya yang
membuatnya selalu rendah diri. Ia tidak dapat
menimbang mana yang lebih berat antar dua macam
perasaan itu. Ia menarik napas dalam-dalam, matanya
menatap burung garuda itu, mendadak amarahnya
berkobar lagi. Dengan suara keras ia membentak:
"Binatang, lekas bawa aku menemui majikanmu."
Burung raksasa itu mengeluarkan suara perlahan, lalu
perlahan-lahan terbang berputaran diatasnya. Ho Hay
Hong mengikatkan benang emas dilain ujung kepada
pinggangnya sendiri, untuk menjaga supaya burung itu
jangan sampai terlepas. Selesai semua, burung Raksasa itu terbang rendah
menuju ke suatu arah, dengan diikuti oleh rombongan
orang-orang golongan Lempar batu.
Kejadian aneh itu segera menarik perhatian banyak
orang, semua memandangnya dengan terheran-heran.
Ho Hay Hong merasa sedih, karena dari perbuatan
burung raksasa itu telah menunjukkan bahwa si Kakek
penjinak garuda itu jelas ada hubungan dengannya.
Pikirnya: "Kalau benar aku adalah anak haram, Tang
siang sucu mungkin juga begitu. Dia adalah musuh
besarnya Su to Cian Hui, bagaimana harus membereskan
permusuhan ini?" Ikatan persaudaraan sebetulnya lebih berat daripada
ikatan kasih, tetapi sifat Tang-siang sucu yang tidak
kenal budi sangat memusingkan kepalanya. Bayangan
dan senyuman Su to Cian Hui saat itu mendadak selalu
terbayang dalam matanya. Burung raksasa itu perlahan-lahan terbang menuju
kearah kampung setan, Ho Hay Hong yang terbawa
terbang kesana. perlahan-lahan juga mulai tegang
perasaannya. Kini semakin jelas persoalannya, bahwa si
kakek penjinak garuda itu benar benar ada hubungan
dengan dirinya, dan hubungan itu mungkin juga
menyangkut diri ibunya. Rombongan orang-orang golongan Lempar batu juga
mulai gelisah. Kecuali Chim Kiam sianseng, yang lainnya
menunjukkan sikap bimbang, Chim Kiam sianseng sendiri
meskipun juga merasa tidak tenang, tetapi
bagaimanapun juga ia adalah seorang yang sudah
banyak pengalaman, hingga diluar ia masih menunjukkan
sikap tenang. Katanya dan sambil tertawa dingin:
"Benar, seperti apa yang kita duga, kampung setan ini adalah tempat sembunyinya kakek penjinak garuda. Heh.
rahasia ini apabila tersiar keluar, kampung setan benar
benar akan menjadi kampung setan yang sebenarbenarnya."
Diwaktu senja, rombongan orang-orang itu sudah
mulai menginjak tanah kampung setan.
Suara burung-burung yang dikejutkan oleh datangnya
rombongan orang banyak itu, menimbulkan rasa seram
bagi mereka, hingga pada berhenti dan saling
memandang. Chim Khiam sianseng berkata dengan nada kurang
senang: "Manusia biar bagaimana tokh musti mati, tetapi kalau kematian kita itu ada harganya, apa yang harus d itakuti"
Apabila nasib kita jelek, harus mati dalam kampung
setan, apa boleh buat. Tetapi, apabila kita berhasil bisa
keluar dengan selamat, nama kalian akan menjadi pujian
banyak orang!" Ucapan yang bersifat membakar semangatnya itu, kini
sudah menarik perhatian orang-orangnya lagi. Kecuali Ho
Hay Hong, yang lainnya diam saja, wajah mereka
berubah seketika. Dengan mendadak burung raksasa yang berada
ditengah udara mengeluarkan suara panjang dan hendak
menukik turun kedepan Ho Hay Hong menarik kuat-kuat
benang emasnya, burung itu lantas membatalkan
maksudnya. Ia tahu benar bahwa kelakuan burung itu pasti ada
sebabnya, maka lantas memberi isyarat kepada orangorang golongan Lempar baru supaya berhenti dan ia
sendiri pasang mata memandang keadaan depan
matanya. Tidak jauh ditempat ia berdiri tampak berkobarnya api
unggun. Dari sinar api itu tampak tegas tiga laki laki tua berambut putih sedang duduk bersila.
Cuaca sudah gelap, hanya bintang-bintang dilangit
yang menerangi jagat. Angin malam meniup kencang
menimbulkan suara menderu-deru hingga keadaan
kampung setan itu semakin menyeramkan.
Tiga orang tua yang duduk bersila itu tetap dalam
keadaan diam. tidak bergerak, agaknya sedang
bersemedi. Sebelah kiri dekat mereka ada sebuah patung
besar yang terbuat dari perunggu. Patung itu adalah
patungnya Gak Hui. Dulu waktu, pertama kali Ho Hay Hong kesasar
kedalam kampung setan, didalam gua dibawah patung
itu ia pernah menemukan sebilah pedang pusaka.
Pedang pusaka garuda sakti yang dikemudian hari
menjadi rebutan orang banyak tidak hentinya.
Ia tahu benar patung itu diperlengkapi dengan
pesawat rahasia, maka lalu diberitahukannya kepada
Chim Kiam sianseng dengan suara bisik-bisik.
Ia khawatir burung raksasa itu akan berbunyi lagi,
maka lantas memberi isyarat padanya, kemudian
menarik benang emasnya. Setelah burung itu mendekati
dirinya, ia lalu menyambar lehernya dan dipegang eraterat.
Sungguh mengherankan, burung itu kini tidak meronta
atau melawan, malah membiarkan dirinya di pegang.
Pada saat itu dari jauh terdengar suara siulan nyaring,
lama menggema diudara. Jelas bahwa orang yang
mengeluarkan siulan itu, adalah orang yang sudah
memiliki kekuatan tenaga dalam sangat sempurna.
Sebagai seorang yang sudah banyak pengalaman dan
banyak pengetahuan, Chim Khiam sianseng segera
mengerti hal itu, wajahnya berubah seketika.
Suara itu baru saja berhenti, tiga orang tua yang
duduk bersila itu mendadak bangkit, masing-masing dari
tanah mengambil sepotong baju kulit berbulu kelabu, lalu
di pakai dibadannya dan sebentar kemudian telah
menghilang. Ho Hay Hong yang menyaksikan keadaan demikian,
mendadak tersadar. Ia teringat seorang makhluk aneh
berbulu kelabu yang diceritakan oleh Cie lui Kiam khek.
Makhluk aneh itu ternyata adalah tiga orang tua itu yang
menyaru. Pantas sikipas besi Hok Yauw menghilang
secara mendadak . Dengan berlalunya tiga orang itu, disekitar patung itu
kini tidak tampak satu manusiapun juga. Sekali lagi Ho
Hay Hong mengamat-amati tempat itu, mendadak
lompat meleset kedekat patung dan mendorongnya.
Patung itu segera tergeser kekanan setelah
memperdengarkan suara keresekan, di bawahnya lantas
tampak sebuah gua. Ia mendekam ditanah, telinganya ditempelkan ditanah
memperhatikan didalam gua, tetapi tidak mendengar
suara apa apa,maka lantas berkaok-kaok: "Kakek
penjinak garuda. Kakek penjinak garuda Kakek penjinak
garuda." Chim Kiam sianseng dikejutkan oleh perbuatan anak
muda itu, tanpa banyak bicara ia telah diajak orangorangnya pindah kelain tempat untuk sembunyikan diri.
Tempat itu terpisah agak jauh dengan patung
perunggu. Dengan pandangan matanya yang tajam ia
masih dapat melihat keadaan disekitar api unggun
dengan jelas. "Ho siauhiap, mengapa kau tidak melepaskan burung
garuda itu supaya ia bawa kita menemui kakek penjinak
garuda?" Bertanya Chim Kiam sianseng dengan suara
pelahan. "Tidak perlu lagi, tuan tuan harap tunggu sebentar
mungkin akan terjadi apa apa!" jawab Ho Hay Hong
sambil menggelengkan kepala.
Belum habis ucapannya dari jauh terdengar suara
tindakan kaki dan suara tambur. Orang-orang Lempar
batu yang mendengar suara itu terkejut dan ketakutan,
mata mereka ditujukan kearah datangnya suara itu.
Tetapi, tempat itu sepi sunyi, dengan tempat agak jauh
yang ramai suara tambur itu bagaikan dua dunia.
Ho Hay Hong yang mengetahui lebih banyak keadaan
kampung setan, begitu mendengar suara tambur itu
segera mengetahui bahwa ditempat itu sudah terjadi
peristiwa pembunuhan. Maka ia lalu berkata:
"Entah siapa yang bernasib sial yang masuk
kekampung setan ini, mereka sudah diketahui oleh
penghuni kampung setan, dan sedang dikurung dengan


Rahasia Kampung Garuda Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan pasukan orang liar."
Chim Kiam sianseng yang tidak mengerti apa yang
dikatakan oleh anak muda itu, lalu bertanya:
"Kakek penjinak garuda berkepandaian tinggi sekali,
untuk membinasakan orang-orang yang memasuki
kampung setan rasanya tidak susah mengapa....."
Ho Hay Hong yang mengerti maksudnya segera
memotong: "Itu juga mungkin merupakan salah satu siasatnya,
yang sengaja hendak membuat kampung setan menjadi
suatu daerah seram dan menakutkan."
"Pasukan orang liar itu jumlahnya agaknya tidak
sedikit, tahukah siauhiap dari mana mereka datang?"
"Aku pernah menyaksikan pasukan orang liar itu
dengan mata kepala sendiri, maka aku tahu bahwa
pasukan itu adalah orang-orang Kang ouw yang
menyaru. Keadaannya serupa dengan tiga orang tua tadi.
Sengaja mengaburkan mata orang, supaya dunia luar
menjadi bingung!" "Perbuatan si Kakek penjinak garuda itu benar-benar
susah dipikirkan oleh pikiran waras!"
Berkata sampai disitu, matanya tiba-tiba dibuka lebar,
memandang kearah timur, Ho Hay Hong yang
menyaksikan itu, juga terkejut, buru-buru mengikuti
pandangan matanya, seorang tua berambut putih, entah
sejak kapan tampak di belakang patung.
Tubuh orang tua itu agak bongkok, di tangan kirinya
membawa sebuah kotak kayu dibahu kanannya hinggap
seekor burung garuda besar. Orang tua itu sedang duduk
dengan tenang diatas rumput, serta matanya
dipejamkan. Dari dalam tenggorokan Chim Kiam sianseng
mengeluarkan suara halus.
"Dia adalah Kakek penjinak garuda" Ho Hay Hong
menongolkan kepalanya, memandang dengan seksama.
Saat itu Kakek penjinak garuda itu sudah tidak memakai
topinya yang lebar. W ajahnya yang guram sudah penuh
guratan keriput, dipandang sepintas lalu, seperti seorang
tua yang sangat loyo, yang sudah mendekati liang kubur.
Sedikitpun tidak mirip dengan orang gagah luar biasa,
yang namanya menggemparkan dunia rimba persilatan.
Dengan munculnya si Kakek penjinak garuda itu, telah
membuat burung garuda raksasa disamping Ho Hay
Hong, seperti kemasukan setan, mengeluarkan suara
nyaring dan meronta-ronta dan setelah terlepas dari
tangan Ho Hay Hong, terbanglah ia keangkasa.
Dengan perbuatannya itu, seolah-olah
memberitahukan tempat sembunyinya orang-orang itu
kepada siorang tua itu Ho Hay Hong marah sekali, tetapi
tidak bisa berbuat apa-apa.
Si Kakek penjinak garuda ternyata tak mengunjukkan
rasa kaget atau heran. Sikapnya masih tenang-tenang
saja, seolah olah sudah mengetahui segala-galanya.
Dengan sangat menyayang ia mengelus-elus bulu burung
garuda itu, berkata padanya:
"Jangan takut, jangan takut anakku, akhirnya kau
kembali !" Dengan tenang ia membuka ikat benang emas
dikakinya. matanya melirik kearah tempat sembunyi Ho
Hay Hong dari mulutnya mengeluarkan kata kata yang
sangat singkat: "Kalian keluarlah semua."
Lirikannya dan ucapannya itu, seolah-olah
mengandung pengaruh yang sangat besar sehingga
seorang keras hati dan banyak pengalaman seperti Chim
Kiam sianseng juga merasa gentar.
Terpaksa ia lompat keluar dari tempat
persembunyiannya dan berkata sambil memberi hormat.
"Locianpwee, boanpwee Cee Bu Kie disini menghadap
Lo cianpwe, harap ampuni dosa boanpwe yang sudah
berani memasuki kampung setan."
Melihat Pangcunya sudah unjuk diri. orang-orang
golongan lempar batu juga lantas keluar semua,
menghadapi sikakek penjinak garuda untuk memberi
hormat, mereka berdiri berbaris dibelakang Pangcunya,
hampir tidak berani bernapas.
Ho Hay Hong kini sudah mendapat kepastian bahwa
orang tua itu adalah penjinak garuda. karena semua
sudah menjadi kenyataan, tidak ada gunanya berlaku
takut lagi. Ia lalu maju menghampiri, tidak memberi hormat, juga
tidak menyapa. Hanya berdiri tegap dihadapan siorang
tua kira kira sejarak tiga tombak, dengan mata tidak
berkedip. Berbeda dari biasanya, kali ini si kakek itu sedikitpun
tidak marah, dengan sikap tenang dan nada teratur ia
berkata: "Ce Bu Kie. beritahukanlah dulu kedudukanmu !"
"Boanpwee tidak berani menyombongkan diri, kini
hanya merupakan satu pemimpin dari golongan Lempar
batu yang tidak ada namanya!" kemudian ia menunjukan
orang-orang yang berdiri dibelakangnya.
"ini adalah sebagian dari anggauta Lempar batu yang
berada dibawah pimpinan boanpwee ."
"Cee Bu Kie, kau sebagai pemimpin salah satu
perkumpulan persilatan, apakah tidak tahu, larangan di
dalam kampung setan?" bertanya sikakek sambil
mengangguk-anggukkan kepala.
"Boanpwee telah datang tanpa diundang, itu memang
sudah kurang sopan. Tetapi kedatangan boanpwee ini
memang ada sedikit keperluan, ingin minta keterangan
locianpwee, apakah locianpwee tidak keberatan untuk
memberi bantuan ?" Sambil mendongak keatas, si kakek berkata dengan
nada suara dingin. "Kalian semua benar-benar bernyali besar, dengan
berani mati menggunakan burung garudaku untuk
menyelidiki jejakku. Hah, siapa yang mendapatkan akal
itu?" Ho Hay Hong segera maju kedepan dengan
membusungkan dada. katanya dengan suara keras:
"Akal ini adalah aku yang merencanakan, tidak ada
hubungannya dengan mereka."
Sinar mata sikakek penjinak garuda yang dingin dan
tajam, lalu ditujukan kepadanya.
-oo0dw0ooo- Bersambung Jilid 12 RAHASIA KAMPUNG GARUDA Karya : Khulung Saduran : Tjan ID Jilid 12 TERINGAT kematian Ji suhengnya yang sangat
mengenaskan, kemarahan Ho Hay Hong semakin
meluap, maka tanpa menghiraukan keselamatan dirinya,
U berkata dengan berani: "Kakek penjinak garuda, meskipun kau seorang besar,
yang tersohor namanya, tetapi perbuatanmu yang kejam
dan tidak berprikemanusian sangat tercela. Dengan terus
terang aku adalah orang yang pertama yang tidak puas
terhadap sepak terjangmu."
Ucapannya yang gagah berani ini sungguh
mengagumkan Chim Kiam sianseng dan semua orangorangnya,
kini mereka baru tahu bahwa anak muda yang
belum ada namanya ini, sesungguhnya seorang kesatria
yang gagah berani. Pandangan mereka terhadap dirinya kini telah
berubah, Chim Kiam sianseng diam-diam berpikir: "Kakek penjinak garuda pada beberapa puluh tahun berselang
sudah kesohor dengan sepak terjangnya yang luar biasa,
ia membunuh orang sama mudahnya dengan memitas
semut. Aku sendiri juga tak berani mencela secara
terang-terangan di hadapan mukanya, bocah she Ho ini
benar-benar sangat berani."
Kakek penjinak garuda menoleh kearah lain, katanya
tidak senang: "Aku yakin sudah cukup baik perlakuanku terhadap
dirimu, apakah kau masih merasa kurang puas?"
Ucapan orang tua itu mengandung maksud sangat
dalam, kecuali Ho Hay Hong yang mengerti apa yang
dimaksudkan dalam perkataan, "cukup baik" itu, yang lainnya semua merasa heran.
Ho Hay Hong bungkam seketika, lama tidak membuka
mulut. "Kampung setan ini sudah lama mengadakan
larangan, barang siapa yang menginjak tanah ini, semua
akan dihukum mati. aturan ini sudah tentu tidak
terkecuali bagi kalian. Tetapi karena mengingat kalian
mengembalikan burung garudaku, ini akan meringankan
dosa kalian. Hukuman mati tidak akan kugunakan, hanya
kalian masing-masing harus dihukum potong kaki dan
tangan sendiri, sebagai peringatan bagi yang lainlainnya."
Begitu mendengar keputusan itu, Chim-Kiam sianseng
yang lebih dulu tidak tertahan lagi menahan
kesabarannya, maka lantas berkata:
"Locianpwee, bolehkah boanpwee minta sedikit
keterangan, kematian si Kakek hidung merah, betulkah
karena hasutan locianpwee?"
Kakek penjinak garuda tidak menghiraukan keadaan
Chim Kiam sianseng, jawabnya singkat:
"Aku tidak kenal siapa si Kakek hidung merah itu, kau jangan tanya kepadaku."
"Kalau begitu, sebelum boanpwee menjalani hukuman
potong kaki tangan, ingin minta sedikit pelajaran dari
locianpwe dulu!" "Cee Bu Kie, nyalimu sungguh besar berani
menantang aku . . ."
"Maaf, boanpwee sungguh tidak sanggup menahan
penderitaan dari hukuman potong tangan kaki . . ."
Kakek penjinak garuda mengangkat tangannya, tibatiba
meluncur hembusan angin hebat. Mata Khim Kiam
sianseng membelalak. dengan mendadak mengerahkan
seluruh kekuatan tenaganya, jari tangan telunjuknya
menuding. Ia. tahu benar bahwa gerakan sederhana
orang tua itu, sesungguhnya merupakan suatu gerak tipu
serangan yang mematikan, maka ia terpaksa
menggunakan ilmu simpanannya yang paling ampuh Kian
khun cie. untuk menghadapinya.
Serangan dengan menggunakan jari tangan itu
menimbulkan suara "ser, ser" yang cukup nyaring, hembusan angin meluncur ke luar, langsung mengancam
jalan darah Khie-hay hiat didada si kakek penjinak
garuda. "Kau anak kemarin sore, baru miliki sedikit kepandaian saja, sudah tidak pandang mata orang tua, cis!" berkata kakek penjinak garuda. Baru saja menutup mulutnya,
Chim Kiam sianseng sudah mengeluarkan seruan
tertahan dan mundur terhuyung-huyung.
Mata orang banyak seperti dikaburkan, mereka tidak
tahu dengan cara bagaimana kakek itu melakukan
serangannya, tetapi Chim Kiam sianseng sudah
dikalahkan. Kepandaian luar biasa seperti itu, siapa yang mau
percaya" Tetapi, percaya atau tidak, kenyataannya
memang begitu, maka semua anak buah golongan
Lempar batu, kini tiada satupun yang berani bergerak
lagi. Dengan kedua tangan menekap dada, Chim Kiam
sianseng menahan rasa sakitnya, orang tidak dapat
menduga, sampai dimana parahnya luka pemimpin ini.
Yang sudah jelas ialah: luka itu pasti bukan luka biasa,
kalau tidak, orang kuat seperti Chim Kiam sianseng, tidak
mungkin sampai menderita demikian rupa.
"Siapa lagi yang berani berlaku gagah-gagahan?"
berkata si Kakek penjinak garuda lambat-lambat.
Semua mata kini ditujukan kepada Ho Hay Hong,
karena dengan keberaniannya yang ditunjukkan tadi,
mungkin juga hanya ia yang berani melawan.
Dugaan orang-orang itu ternyata tidak meleset,
Laron Pengisap Darah 6 Nona Berbunga Hijau ( Kun Lun Hiap Kek ) Karya Kho Ping Hoo Kehidupan Para Pendekar 5

Cari Blog Ini