Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana Bagian 11
taburan pasir hitam, Gagak Pratala siap hendak loncat
menerkamnya. Tetapi baru kaki hendak berayun, tiba-tiba
bahunya telah dicengkeram sebuah tangan yang dengan kuat
telah menyentakkan ke belakang.
Saat itu Birawapun bergerak. Ia ayunkan gadanya untuk
menghantam punggung Sambu, tetapi pa da saat gada sedang
diangkat, tiba-tiba dadanya telah diterjang tubuh Gagak Pratala
yang disentakkan ke belakang oleh Sambu tadi. Birawa
terhuyung-huyung mundur. Pamintihpun siap menyambut
627 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pedangnya. Namun pada saat pedang hendak diayunkan,
dia disambar ujung pecut Singa Kunting. Sebenarnya pecut Singa
Kunting itu ditujukan kepada Gagak Pratala yang menabur pasir
hitam kepadanya tetapi karena Gagak Pratala membentur dada
birawa dan raenum-pah ke samping, ia terh'ndar dari pecut
Samandika. Pamintih terkejut. Cepat dia loncat mundur. Namun setelah itu
dia maju lagi membabat dengan pedang. Ia menyerang setiap
orang yang menghadang di-hadapannya tanpa memilih siapa
orang itu. Birawa juga mengamuk dengan gada dan Singa
Kunting menghajar dengan pecut. Gagak Pratala sibuk
melontarkan pasir hitam. Hanya Sambu yang tetap tak
menggunakan senjata. Dengan tangan kosong, ia menghadapi
pertempuran acak-acakan itu dengan melakukan gerak tata langkah yang amat gesit. Beberapa saat pertempuran berlangsung seru, tiba-tiba
sesosok tubuh muncul dan terus loncat ke tengah lingkaran lalu
menghardik keras "Hai, berhenti kalian semua !"
Teriakan itu bukan teriakan biasa melainkan ber-lambarkan aji
Senggoro-macan yang hebat. Suaranya sedahsyat halilintar
meletus sehingga kelima orang yang sedang bertempur itu
berhenti seketika. Mereka terkejut ketika melihat seorang lelaki
muda bertubuh kekar, mengenakan busana seorang priagung,
tegak di tengah lingkaran medan laga itu. Sepasang matanya
yang bundar, memancarkan sinar kewibawaan yang mengundang
kepatuhan orang. "Hai, siapa engkau!" teriak Singa Kunting yang paling cepat
memberi tanggapan atas setiap peristiwa. Singa yang bertubuh
pendek itu ternyata tangkas mulut, lincah tangan.
Birawa, Pamintih, Gagak Pratala dan Sambu mencurah
pandang tajam ke arah lelaki itu. Mereka harus mengakui kesan
yang terdapat pada diri orang itu, bahwa dia seorang yang
memiliki kewibawaan dan kekuasaan.
628 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku patih Dipa, patih Daha yang mengemban tugas gusti
Rani Kahuripan untuk menyelenggarakan sayembara di
Kahuripan" Berhamburan suara desis dan desus keluar dari mulut kelima
orang itu "O, ki patih Dipa yang termasyhur itu, kiranya tuan ?"
seru Gagak Pratala dengan nada menyembunyikan rasa heran.
"Ya" sahut patih Dipa "inilah perwujutan-nya"
"Apakah maksud ki patih berkunjung kemari ?"
"Setiap hari aku selalu berkeliling melakukan ronda keamanan
selama sayembara sedang berlangsung. Kulihat kalian berlima
sedang berkelahi. Apakah persoalannya " Dan kuperhatikan cara
kalian berkelahi tadi tidak teratur, acak-acakan sekali"
"Gusti patih" tiba-tiba Singa Kunting berteriak terkejut "silakan
menyingkir dari tempat tuan, mari kita bicara di s ini"
Patih Dipa terkesiap lalu meminta keterangan
"Mengapa ?" "Silakan tuan kemari, nanti akan kuberi keterangan" Singa
Kunting makin gugup. Sebenarnya untuk menyingkir dari tengah lingkar pertempuran, patih Dipa tak keberatan. Tetapi ia heran ketika
melihat sikap dan nada Singa Kunting sedemikian gugup. Tentu
ada sesuatu, pikirnya. Sebelum dia meminta penjelasan tiba-tiba
pula Sambu berseru "Gusti patih, jangan mendengarkan kata orang pendek itu.
Silakan tuan tetap di situ"
629 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin heran patih Dipa. Adakah sesuatu yang menyebabkan kedua orang itu berbeda permintaan, yang
seorang meminta dia menyingkir dan yang seorang
meminta dia supaya tetap di
situ. Sejenak ia memandang
kesekeliling dan kemudian
menundukkan kepala. Tibatiba pandang matanya tertumbuk akan sebuah kotak batu kumala yang terhampar di tanah. Seketika
timbul rasa curiga. Tak mungkin kedua orang itu berbantah apabila tiada sesuatu pada kotak itu "Gerangan apakah benda itu" pikirnya
seraya membungkuk tubuh hendak menjemputnya.
"Tar" serentak terdengarlah bunyi menggeletar macam kilat
meletus dan pada lain saat tanahpun berhamburan menebarkan
debu yang gelap sehingga tubuh patih Dipa tak tampak.
Gigak Pratala, Pamintih dan Birawa yang sedianya hendak
menyerang patih itu terpaksa tertegun. Mereka kesima, demikian
pula Sambu. Hanya terdapat perbedaan antara perasaan kesima
Sambu dengan ketiga orang itu. Apabila ketiga orang itu ingin
melihat bagaimana kehancuran tubuh patih itu akibat pecut
pusaka Singa Kunting adalah Sambu mempunyai rasa cemas
akan nasib patih itu. Ia belum mengenal patih Dipa tetapi sudah
mendengar kemasyhuran namanya sebagai seorang patih yang
adil, bijaksana, tegas dan berani. Mmgapa ia meminta agar patih
itu tetap berada ditengah lingkaran gelanggang adalah karena ia
mengharap patih itu akan memungut kotak kuma la dan akan
630 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelesaikan persoalan itu. Ia yakin patih itu tentu akan
mengembalikan kotak itu kepadanya.
Hamburan tanah debupun makin menipis dan saat itu mulai
tampak bayangan patih Dipa yang masih tegak berdiri
ditempatnya dan .... betapalah kejut Gagak Pratala, Birawa dan
Pamintih ketika menyaksikan apa yang telah terjadi.
Mereka melihat batang pecut masih rebah mendatar diatas
tanah dan ujung pecut berada dibawah telapak kaki patih itu.
Merekapun segera terkejut pula ketika mendengar desah napas
Singa Kunting yang memburu keras. Mereka cepat berpaling. Ah,
kiranya Singa Kunting tengah berusaha keras untuk menarik
pecutnya. Sedemikian keras ia berjuang untuk melepaskan ujung
pecut yang diinjak patih Dipa sehingga mukanya tampak merah
membara "Ah, uh" mulutnya tak henti-hentinya mendesuh-desuh
macam seekor banteng yang marah.
Kini mereka tahu apa yang telah terjadi. Ujung pecut Singa
Kunting itu bukan saja tak mengenai tubuh patih Dipa, pun
bahkan telah dipijak oleh kaki patih itu. Kesan itu menyebabkan
Gagak Pratala tertegun sehingga beberapa saat mereka
memandang ter-longong-longong walaupun tangan mereka
masing-masing sudah mempersiapkan senjata.
Sesaat kemudian Gagak Pratala yang bertindak lebih dulu. Ia
segera ayunkan tangannya kearah patih Dipa.
"Awas ki patih, pasir hitam!" serentak Sambupun berteriak
memberi peringatan. Sekonyong-konyoag patih Dipa mengendap ke-bawah seperti
berjongkok, tangan menjemput sebutir batu kecil lalu
disambitkan "Aduh" terdengar Gagak Pratala menjerit keras lalu
berjongkok mendekap lutut kakinya. Lutut itu telah terhantam
batu yang dilontarkan patih Dipa, sakitnya bukan alang kepalang.
Birawa tertarik akan kesaktian patih itu. Memang sejak dulu,
dia paling tertarik apabila melihat seorang yang mempunyai ilmu
631 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat. Ia terus lari menghampiri patih Dipa dan menghantam
dengan gadanya "Uh" ia mendesuh kejut ketika tiba-tiba tubuh
patih itu telah berkisar ke samping pada hal jelas ia melihat dan
merasa bahwa gadanya telah mendarat di kepala orang.
Memang patih Dipa tak mau beranjak dari tempat ia berdiri.
Kakinya masih tetap menginjak ujung cambuk Singa Kunting,
dengan ilmu Lembu sekilan ia beringsut sedikit ke samping. Ia
tak kenal siapa Birawa. Tetapi melihat orang bertubuh gagah
perkasa itu bertindak liar, patih Dipapun mengkal juga. Secepat
beringsut, ia segera menerpa bahu orang itu.
"Aduh" Birawa memekik dan terseok-seok beberapa langkah
ke belakang Bluk, gadanya terlepas jatuh dan diapun mendekap
bahunya yang sakit itu. Pamintih terkejut. Ia tak menyangka bahwa patih yang masih
muda itu memiliki kesaktian yang sedemikian mentakjubkan.
Iapun mdangkah maju dan menghantam dengan pukulan.
Krak, patih Dipa agak terkesan dengan pemuda yang cakap
itu. Ia tak mau bertindak keras, cukup menangkis pukulan
pemuda itu. Tetapi ketika dua kerat tulang mereka saling beradu,
Pamintihpun menyurut mundur dan mengangguk-angguk "Hebat"
gumamnya. Namun dia tak mau maju lagi.
"Dan engkau ki sanak, apakah tidak maju juga ?" tegur patih
Dipa kepada Sambu. Sambu tersenyum "Tidak, ki patih"
"O, mengapa?" "Karena kutahu engkau cukup bijak untuk menyelesaikan
persoalan ini" Dalam pada itu Singa Kuntingpun diam2 telah mencabut
pedang dan sekonyong-konyong sambil meluncurkan tangan
pada batang pecut, dia-maju membabat kaki patih Dipa. Memang
lincah sekali gerak orang itu. Patih Dipa terkejut dan cepat loncat
632 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mundur sehingga berhasillah Singa Kunting menarik pecutnya
dan menguasainya kembali. Kini dia memegang dua buah
senjata, pecut dan pedang. Diam-diam patih Dipa mengakui
bahwa orang yang bertubuh pendek di hadapannya saat itu,
tampak seram sikapnya. "Sekali lagi kuperingatkan kepadamu, jangan engkau ikut
campur dalam urusan ini" serunya kepada patih Dipa.
"Baik" sahut patih Dipa "asal engkau mau mengatakan,
apakah sebenarnya yang telah terjadi pada kalian"
"Itu bukan urusanmu !"
"Benar" sahut patih Dipa pula "tetapi karena ditempat ini telah
terjadi perkelahian yang dapat menimbulkan pertumpahan darah,
maka aku sebagai patih yang dititahkan gusti Rani untuk
mengamankan sayembara, harus bertindak untuk mencegah"
"Ini bukan persoalan kerajaan, ini persoalan kita, enyahlah
engkau patih!" teriak Singa Kunting makin marah.
"Lutung, jangan menghina seorang patih" tiba-tiba Sambu
loncat menyerang Singa Kunting. Singa Kunting membabatkan
pedang, ketika Sambu dapat menghindar, ia menyerempaki pula
dengan pecut. Masih Sambu mampu lolos dan bahkan
merangsang maju untuk menerkam tetapi Singa Kunting telah
menyelinap kesamping dan secepat kilat menabas pinggang
orang. "Uh" ia terkejut ketika tabasannya mengenai tempat kosong.
Memandang ke muka dilihatnya Sambu telah berada pada patih
Dipa dan sedang berbicara "Mengapa ki patih menarik aku?" kata
Sambu. "Ki sanak" jawab patih Dipa "dia menyerang aku, biarlah
kuhadapinya dulu" 633 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu mengangguk. Ia tahu bahwa memang kurang layak
apabila seorang yang belum bertindak harus dibantu "Baik,
silakan, tetapi kuminta jangan ki patih membunuhnya"
"Mengapa ?" tanya patih Dipa.
"Agar akupun mendapat bagian untuk menghajarnya" jawab
Sambu. "Silakan ki sanak minggir" kata patih Dipa lalu me langkah ke
hadapan Singa Kunting "apakah sesungguhnya yang engkau
kehendaki, ki sanak?"
"Sederhana" sahut Singa Kunting "silakan engkau tinggalkan
tempat ini" Patih Dipa segera mendapat kesan bahwa diantara beberapa
lelaki muda yang berada di tempat ini adalah orang yang
bersenjata pecut itu yang paling bersitegang, seorang
pemberontak yang keras kepala
"Rupanya ia terlalu membanggakan pecutnya Mungkin pecut
pusaka. Untuk meminta supaya dia mau bersikap ramah,
hanyalah setelah meruntuhkan kebanggaannya" diam-diam patih
Dipa menimang tiba pada keputusan itu.
"Rupanya ki sanak seorang pendekar yang sakti, suka
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membanggakan diri, mengabaikan perundingan yang damai,
bukan?" seru patih Dipa "baik, aku bersedia memenuhi seleramu.
Aku akan menurut perintahmu untuk pergi dari sini apabila
engkau dapat mengalahkan aku, setuju ?"
Singa Kunting terbeliak. Diapun terangsang keangkuhannya.
Seketika ia menerima penawaran itu
"Baik, ki patih, jika engkau mampu lolos dari seranganku,
akupun akan tinggalkan Kahuripan"
"Silakan mulai" seru patih Dipa.
634 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Singa Kuntingpun tak mau banyak kata lagi. Melangkah maju
dia segera ayunkan pecut Samandika ke udara dan tiba-tiba dari
udara mencurah beribu-ribu letik sinar yang mencurah ke arah
patih Dipa. Patih Dipa diam-diam terkejut. Ia tahu bahwa pecut
Singa Kunting itu ternyata sebuah pecut pusaka. Suaranya yang
bergeletar nyaring, segera mengingatkan dia akan cambuk dari
Arya Adityawarman yang termasyhur itu
"Hm, inilah sumber dari kebanggaannya" pikirnya.
Memang agak sulit juga patih Dipa menghadapi ilmu
permainan pecut Singa Kunting. Bukan melainkan ilmu
memainkan pecut itu memang hebat, baik bunyinya yang
menggeletar-geletar bagai halilintar meringkik-ringkik, pun deru
sambaran anginnya yang sedahsyat angin puyuh, pecut itu pun
merupakan senjata yang panjang sehingga patih Dipa selalu
tertahan pada jarak setombak, tak dapat maju merapat.
Beberapa saat kemudian diam-diam patih Dipa mengakui
bahwa jika terus-menerus menghadapi serangan lawan dalam
keadaan seperti itu, lambat sedikit atau lengah untuk
menghindar, tentulah dia akan terhajar pecut. Sesekali ia
menyaksikan, ketika menghindar ke samping dan pecut itu
menghantam segunduk batu, ternyata batu itu pecah
berantakan. Diam-diam dia sudah menimang. Apabila dia memancarkan
ilmu pukulan sakti Rajah Kalacakra, Singa Kunting pasti akan
rubuh, mungkin binasa atau paling tidak tentu terluka. T etapi dia
enggan melakukan hal itu karena ia merasa tak mempunyai
dendam suatu apa dengan orang itu. Apabila dia mengeluarkan
pusaka Gada Inten, tentulah pecut itu akan hancur berantakan.
Tetapi diapun belum sampai pada keputusan itu karena gada
pusaka itu tak dibenarkan untuk digunakan terhadap masalah
yang tak penting. Ia anggap Singa Kunting belum tergolong
seorang musuh yang berbahaya.
635 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia teringat akan kotak yang telah dipungutnya dari
atas tanah tadi. Bukankah Singa Kunting marah karena dia tak
mau menyingkir dari tempat kotak itu " Dengan demikian jelas
bahwa Singa Kunting tentu sangat menghasratkan sekali kotak
itu. Serentak dia segera mendapat akal. Setelah menghindari ke
samping, sekonyong-konyong ia melemparkan kotak itu ke arah
Singa Kunting "Ki sanak, terima kotak yang engkau inginkan ini !"
Terkejut Singa Kunting mendengar ucapan itu. Lebih terkejut
pula ketika ia melihat sebuah kotak perak putih melayang ke
arahnya. Segenap perhatian tercurah ruah pada kotak. Sesaat
tanpa sadar ia ulurkan tangan kiri menyambut! "Ah" hatinya
serasa sejuk sekali setelah
kotak itu berada dalam genggamannya. Tetapi rasa sejuk itu tak lebih lama dari kejaban mata karena
saat itu ia melihat segunduk tubuh orang telah menutup pandang
matanya dan sebelum ia sempat berpikir, pergelangan tangannya
telah dicengkeram sebuah tangan kuat lalu diputar ke belakang
sehingga ia ikut berputar membalik tubuh "Aduh" ia menjerit
sekeras-kerasnya ketika bahunya diterpa sedemikian keras
sehingga lengan kirinya lunglai. Dan belum lenyap kumandang
erang jeritannya, punggungnya telah didorong kemuka sehingga
ia terhuyung-huyung seperti layang-layang putus tali untuk
kemudian rubuh tersungkur ke tanah.
Rupanya Singa Kunting juga kuat daya-tahannya. Dengan
menahan nyeri kesakitan pada pergelangan tangan dan bahu, ia
segera melenting bangun dan memandang ke muka. Dilihatnya
pecut dan kotak telah berada di tangan patih Dipa.
Singa Kunting terlongong lalu menggigil.
636 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 9 637 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit teks & PDF Ebook : Dewi KZ & Myrna KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 638 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Patih Dipa tenang-tenang memandang Singa Kunting.
Betapapun patih itu juga seorang muda yang masih berdarah
panas. Semula dia marah atas sikap Singa Kunting yang nyatanyata hendak mengagulkan kedigdayaan dan memamerkan
kesaktian pecut Samandika. Namun setelah berhasil menguasai
senjata orang, kemarahan patih Dipapun berangsur-angsur
turun. Dia tidak merasa bangga karena dapat merebut senjata
lawan. Tujuannya bukanlah untuk memburu kebanggakan,
melainkan mencari penyelesaian secara damai. Dan yang penting
dapat memberi rasa kesadaran kepada Singa Kunting bahwa
suatu sikap Hadigang-hadigung itu hanya mengundang suatu
kekalahan belaka. Kalau tidak sekarang tentu kelak pada suatu
saat. Tetapi pasti. Gagak Pratala, Pamintih, Birawa dan putera adipati Sadeng
yang bernama raden Sambu, tertegun menyaksikan kedigdayaan
patih Dipa. "Ki sanak" sesaat kemudian patih Dipa berkata kepada Singa
Kunting lalu membungkuk dan menjemput pecut, kemudian
disorongkan kehadapan Singa Kunting "terima lah pecutmu dan
maafkan aku" Singa Kunting hanya memandang pat!h itu tetapi tak
menyambut pecut yang diserahkan kepadanya.
"Ki sanak" kata patih Dipa pula "engkau seorang ksatrya.
Kupercaya dadamupun selapang seorang ksatrya. Menang dan
kalah, sudah lumrah. Dan lagi persoalan yang kita hadapi ini
bukan mencari kemenangan melainkan mencari penyelesaian
secara wajar dan damai"
Masih Singa Kunting diam.
639 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau menyerang dan akupun wajib membela diri. Ini sudah
wajar. Andaikata kuserang, engkaupun pasti berbuat demikian"
kata patih Dipa pula "pada hal kita belum kenal mengenal. Maka
kuanggap persoalan ini hanya berkisar pada kesalah- fabaman
belaka. Aku tak faham maksudmu dan engkau tak faham
kehendakku maka timbullah salah faham. Jika persoalan ini dapat
kita selesaikan secara berunding, mengapa kita harus perlu
bertempur?" Singa Kunting masih diam namun dahinya sudah berkurang
kerut ketegangannya. "Demikian anggapanku, ki sanak" seru patih Dipa " namun jika
engkau beranggapan lain, akupun menurut saja akan
kehendakmu" Karena Singa Kunting masih tak mau menyambuti, patih Dipa
lalu melemparkan pecut itu kepadanya. Kemudian berkata "Ki
sanak, kurasa persoalan ini berkisar pada kotak yang berada di
atas tanah tadi dan yang kupegang ini. Apakah engkau
menghendaki kotak ini" Jika demikian terimalah" patih Dipa terus
mengangsurkan kotak itu kepada Singa Kunting.
"Ki patih" tiba-tiba Sambu melangkah maju "kotak itu adalah
aku yang menemukan. Penemuan itu harus kubayar dengan jerih
payah bertapa selama beberapa hari di Waringin Sapta.
Selayaknya ki patih menyerahkan kembali benda itu kepadaku"
"Kutahu" Sambu terkesiap mendengar jawaban singkat dari patih Dipa
"Ki paiih sudah tahu?" ulangnya menegas.
"Ya" "Mengapa ki patih hendak memberikan kotak itu kepadanya?"
Patih Dipa tersenyum "Masihkah raden meragukan jawabanku
tadi?" 640 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu tertegun. Disaat ia merenungkan apa yang
dimaksudkan patih Dipa, patih Dipapun beralih kata kepada Singa
Kunting "Bagaimana ki sanak, apakah engkau tak mau menerima
kotak ini " Bukankah engkau hendak memperebut kotak ini?"
Merah muka Singa Kunting. Ternyata dia lebih cerdas dan
cepat dapat menangkap makna ucapan patih Dipa.
Patih Dipa sempat pula memperhatikan s inar mata dan cahaya
yang menebar pada permukaan dahi Singa Kunting. Diam-diam
dia terkejut. Rasa kejut tak lain karena lintasan cahaya yang
memancar dalam ingatannya. Bahwa perbuatan mendesak
seseorang sehingga orang itu merasa malu, merupakan tindakan
siksa yang lebih menderita daripada tikaman senjata kepada
orang itu. Kedua, berbahaya apabila lawan yang sudah kalah itu
masih didesak terus menerus. Akibat daripada kedua tindakan itu
akan menimbulkan akibat yang sama, bahwa orang atau lawan
itu akan nekad dan kalap.
Demikian penilaian patih Dipa terhadap Singa Kunting. Ia
merasa menyesal atas langkah yang telah dilakukan terhadap
Singa Kuntirg, walaupun semula dia merasa perasaran melihat
sikap congkak Singa Kunting yang keras kepala itu. Setelah
menyadari akan sikapnya yang kurang layak itu, cepatlah patih
Dipa beralih kepada mereka yang berada di tempat itu "Ki sanak
sekalian, adakah diantara ki sanak yang menghendaki kotak ini"
Jika ada, silakan ambil"
Makin heran dan terkejut Sambu mendengar ucapan patih itu
"Ki patih, benar-benar aku tak mengerti apa maksudmu" Kotak
itu akulah yang menemukannya, mengapa tidak engkau
kembalikan kepadaku bahkan engkau tawarkan kepada orang
lain?" "Bukankah karena kotak ini maka timbuh perkelahian tadi?"
sahut patih Dipa "maka hendak kuselesaikan persoalan ini dari
sumbernya" 641 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adakah ki patih benar-benar hendak memberikan kotak itu
kepada yang menginginkannya?" tiba-tiba Gagak Pratala berseru.
"Ya" "Jika begitu..."
"Ki sanak berminat menghendakinya, bukan?" cepat patih
Dipa menukas "baik, tetapi lebih dulu jawablah pertanyaanku ini
setelah itu baru nanti kuterimakan kotak ini kepadamu"
"Apa yang hendak ki patih tanyakan"
"Sederhana" kata patih Dipa "dengan maksud dan tujuan
apakah ki sanak hendak mengambil kotak ini?"
"Aku akan menghadap gusti Rani Kahuripan..."
"Dan mengaku bahwa engkau yang menemukan kotak ini" Ha,
ha, ha" patih Dipa tertawa.
"Mengapa engkau tertawa ki patih" seru Gagak Piatala heran.
"Karena geli menyaksikan peristiwa aneh yang terjadi pada
saat ini. Bahwa manusia hidup dianggap sebagai orang mati"
Gagak Pratala terkesiap kemudian berseru "Ki patih bergurau,
apa yang ki patih maksudkan?"
"Engkau kira gusti Rani akan percaya setulusnya apa yang
engkau haturkan itu" Bukankah aku masih hidup dan demikian
juga beberapa ki sanak yang berada di tempat ini akan menjadi
saksi hidup pula" T idakkah engkau akan mendapat pidana karena
berani menipu gusti Rani, rmrampas hak milik orang dan
memalsukan jasa oraag" Tidakkah engkau masih ingat bahwa
akulah patih yang mendapat tugas untuk menyelenggarakan
sayembara ini" Aku, engkau dan ki sanak sekalian yang hadir
disini, tentu tahu bahwa benda ini adalah putera adipati Sadeng
yang pertama berhasil menemukannya"
Gagak Pratala merah padam.
642 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa engkau dan ki sanak sekalian, tentu mengetahui,
bahwa ada ntau tiada kolak ini, aku sebagai patih yang
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melaksanakan tugas, tentu akan menghaturkan laporan
kehadapan gusti Rani bahwa putera Adipati Sadcnglah yang
berhasil menemukan kotak berisi lencana pusaka ini. Dengan
demikian sia-sia belaka segala jerih payah mereka-mereka yang
coba hendak melakukan penipuan"
Kini baru raden Sambu mengetahui apa tujuan patih Dipa
hendak memberikan kotak kepada Singa Kunting dan bahkan
menawarkan kepada beberapa orang ditempat itu. Diam-diam ia
memuji akan kecerdikan patih Dipa itu. Sementara Gagak Prataia,
Pamintih dan Birawa tertegun longong.
"Engkau benar, ki patih" tiba-tiba Birawa yang bertubuh tinggi
besar berseru lantang "memang tidak patut kita yang mengaku
sebagai ksatrya, harus merebut hak milik orang lain. Silakan
engkau berikan kepada yang berhak, aku takkan mengganggu
lagi" "Terima kasih ki sanak" ucap patih Dipa "lalu bagaimana
dengan ki sanak" serunya kepada Pamintih pemuda yang
berparas cakap. "Akupun sejak mula sudah mempunyai pendirian demikian, ki
patih" kata Pamintih "hanya satu hai yang masih menyebabkan
hatiku mengganjal" "Hal apa?" "Bahwa cara raden putera adipati Sadeng menemukan benda
itu. Dia menghaki lingkungan Waringin Pitu, melarang dan
mengganggu setiap orang yang hendak ikut bersemedhi di
tempat itu" Sambu terkejut dan cepat menanggapi "Bagaimana mungkin
engkau menuduh aku demikian, ki muda" Aku sedang bertapa
dalam lingkungan Waringin Pitu, dapatkah aku keluar berkeliaran
643 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggu orang lain" Andaikata aku mau, memang bisa saja.
Tetapi tidakkah hal itu akan mengganggu ketenangan tapaku?"
"Memang bukan engkau, raden, tetapi seseorang yang tentu
mempunyai hubungan dengan engkau"
"Benar" seru Gagak Pratala "seorang resi aneh yang
berpikaian serba hitam. Dialah yang mengganggu orang orang
itu" "Siapa resi itu, raden" tegur patih Dipa kepada Sambu.
"Ki patih" kata Sambu "telah kukatakan, selama beberapa hari
aku bertapa mengheningkan semedhi di Waringin Sapta. Aku tak
tahu menahu tentang resi. Bahwa dia mengganggu orang-orang
di sekitar tempat itu, adalah diluar pengetahuanku"
"Tetapi menurut keterangan mereka yang menderita
gangguan, mengatakan bahwa barang siapa berani ikut bertapa
di lingkungan Waringin Pitu, tentu akan dilempar kedalam
bengawan" seru Gagak Pratala.
"Maksudmu ?" "Jelas bahwa resi itu mempunyai hubungan dengan engkau"
"Jelas" Begitu yakinkah engkau akan tuduhanmu itu?" balas
Sambu "jika demikian silakan menghadapkan resi itu kepada ki
patih" "Gila" teriak Gagak Pratala "bagaimana mungkin hendak
menangkap resi itu. Dia amat sakti dan sukar diketemukan
jejaknya" "Dan engkau terus sembarangan saja mengaitkan dirinya
dengan aku?" kata Sambu lalu berpaling ke-arah patih Dipa "ki
patih, aku m inta keadilan atas fitnah yang dilemparkan kepadaku
itu" Patih Dipa mengerut kening "Dalam hal ini, memang tidak
mudah untuk memberi keputusan. Kata orang, dimana terdapat
644 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
asap tentulah ada api. Berita-berita yang terkumpul dari
penduduk mengatakan tepat seperti keterangan ki sanak itu.
Tetapi setiap berita hanya tetap menjadi berita apabila tiada
bukti yang nyata. Ada tetapi tak ada, tak ada tetapi ada"
Patih Dipa berhenti sejenak untuk menghela napas kemudian
berkata pula "Namun hukum adalah hukum dari suatu
kebenaran. Saat ini karena tiada bukti, maka keterangan ki sanak
itu tidak dapat dibenarkan. Hanya suatu tuduhan fitnah"
"Hm" raden Sambu mendesuh. Sedangkan Gagak Pratala
menyeringai. "Tetapi seperti telah kukatakan" kata patih Dipa pula "bahwa
hukum itu berpijak pada Kebenaran dan berdasar pada
Kenyataan. Kebenaran dan Kenyataan itu takkan berobah,
walaupun persoalan dan keadaan dapat berobah. Karena
persoalan dan keadaan itu adalah hasil perkembangan dari ulah
manusia, dimana manusia dengan seribu satu macam cara dan
akal, dapat mengaburkan dan menciptakan persoalan serta
keadaan. Tetapi ingat, hakekat daripada Kebenaran dan
Kenyataan itu hanya satu, sebagai satunya asap dengan api itu.
Tak mungkin asap tanpa api, tak mungkin pula Kebenaran tanpa
Kenyataan" "Maksud ki patih, apabila bukti tentang diri resi itu dapat
diketemukan, maka akan berobah pula nilai keputusan ki patih?"
tanya Pamintih. "Demikianlah, ki sanak" patih Dipa memberi penegasan.
Kemudian dia menyerahkan kotak itu kepada Sambu "raden
terima lah kotak raden"
Sambu menghaturkan terima kasih.
"Mari kita menghadap gusti Rani" kata patih Dipa. Setelah
memberi salam dengan anggukan kepala maka patih Dipa dan
Sambu segera tinggalkan tempat itu.
645 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepeninggal patih Dipa dan Sambu, tampaknya keempat lelaki
itu masih tertegun. Serasa mereka kehilangan sesuatu yang
mereka tak ketahui apa adanya. Mereka, terutama Singa Kunting
dan Gagak Prataia, merasa bahwa tindakan mereka itu terarah
pada sasarannya. Tetapi setelah mendapat penjelasan dan
tindakan dari patih Dipa, mereka sadar.
"Patih muda itu memang benar" akhirnya Pamintih yang
membuka pembicaraan "segala sesuatu tak dapat hanya
berdasar atas tuduhan. Hukum menghendaki pembuktian.
Kerajaan Majapahit sebuah negara yang telah memiliki undangundang yang lengkap dan sempurna sehingga dapat mengayomi
kesejahteraan kawula dan menegakkan kekuasaan serta
kewibawaan kerajaan"
"Huh, undang-undang?" dengus Singa Kunting "kalian tahu
apa yang dibalik kata-kata patih itu?"
Pamintih hendak segera menjawab tetapi pada lain saat ia
menahan diri. Ia ingin tahu apa keterangan Singa Kunting
mengenal diri patih Dipa itu maka dia pun hanya gelenggelengkan kepala. "Kalian tentu masih ingat bagaimana patih itu menyebut
pemuda yang memiliki kotak tadi sebagai putera adipati Sadeng,
bukan?" "Ya" "Bukankah lebih baik dan bermanfaat bagi patih itu untuk
membela kepen'ingan seorang putera adipati daripada kita,
manusia-manusia dari atas angin ini. Kedua, memang pintar
sekali patih itu mengambil hati putera adipati Sadeng. Kalian tahu
apa sebabnya ?" Pamintih, Gagak Pratala dan Birawa tertegun diam. Hanya
pandang mata mereka yang mencurah suatu tuntutan kepada
Singa Kunting. Dan tampaknya Singa Kunting bangga.
646 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini merupakan suatu rahasia yang mungkin belum diketahui
orang" katanya dengan nada tinggi "pada waktu baginda
Jayanagara masih hidup, beberapa adipati di daerah-daerah
menunjukkan sikap yang tak tenang dan tak patuh kepada
Majapahit. Diantara-nya yang paling menonjol adalah adipati
Sadeng" Singa Kunting berhenti sejenak untuk mengamati tanggapan
ketiga orang itu. Birawa dan Gagak Pratala tampak kerutkan
kening sementara Pamintih tenang-tenang saja.
"Itulah sebab kedua mengapa patih Dipa membela putera
adipati Sadeng. Jelas dia hendak mengambil muka kepada adipati
Sadeng" kata Singa Kunting dengan makin bangga. Bangga
karena merasa hanya dia sendiri yang tahu akan rahasia itu.
"Ki sanak, lalu apakah maksudmu mengatakan hal itu kepada
kami ?" tiba-tiba Pamintih menyelutuk.
"Agar kalian bangkit semangat dan mengetahui apa yang
sesungguhnya tersembunyi dibalik diri patih itu" jawab Singa
Kunting. "Hm" desuh Pamintih "ki sanak, mengapa dan bagaimana
engkau dapat mengetahui hal itu" Bukankah engkau mengatakan
bahwa itu sebuah rahasia yang jarang diketahui orang ?"
"Eh, ki sanak muda" seru Singa Kunting "sudah berapa lama
engkau menginjak bumi Kahuripan ini?"
"Apa maksudmu" Aku baru pertama kali ini datang ke
Kahuripan dengan tujuan hendak ikut dalam sayembara"
"O, pantas" seru Singa Kunting "engkau 'seperti rusa masuk
kampung', selalu heran me lihat sesuatu. Beda dengan aku.
Silakan tanya, di telalah dan praja mana yang engkau kehendaki,
aku pasti sudah pernah mengunjungi. Aku mendapat berita
tentang hal itu ketika aku berada di pura Majapahit"
647 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik" kata Pamintih tanpa mengunjuk rasa marah " engkau
mengatakan bahwa setelah mendengar keteranganmu, semangat
kami dapat bangkit. Tetapi a-ku benar-benar tak mengerti, untuk
apakah semangatku harus bangkit?"
Singa Kunting terkesiap " Engkau seorang ksatrya, adakah
engkau berpeluk tangan saja melihat peristiwa yang kurang
benar dan kurang adil tadi?"
"Dalam hal apa yang engkau katakan kurang adil dan benar
itu?" "Jelas bahwa patih Dipa menggunakan wewenangnya untuk
melindungi putera adipati itu. Padahal jelas dia tentu sudah
mendengar pula berita tentang resi berjubah hitam yang
mengganggu lain-lain ksatrya di Waringin Pitu"
"O, engkau maksudkan, bahwa penemuan kotak pusaka oleh
putera adipati Sadeng itu, tidak sah karena dia menggunakan
siasat curang?" "Kiranya engkau mengerti juga"
"Karena itu engkau berhak untuk merebut kotak pusaka itu?"
"Tentu" sahut Singa Kunting dengan lantang "dan bukankah
engkau sendiri juga ikut serta ?"
"Ya"jawab Pamintih "tetapi aku terjun karena melihat suatu
keganjilan. Aku hendak menyelamatkan kotak itu dari tangantangan yang tak berhak"
"Uuah, uah" desis Singa Kunting "seolah-olah hanya engkau
sendiri yang ksatrya dan yang lain-lain ini durjana"
"Jangan menghasut orang" bentak Pamintih "persoalan bukan
pada hal itu. Persoalan tentang hal kotak pusaka telah selesai.
Sekarang mempersoalkan keteranganmu tadi. Cobalah jawab,
setelah kami bangkit semangat dan mengetahui hal itu, lalu apa
yang engkau kehendaki?"
648 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita harus menghadap Rani Kahuripan untuk meminta
peradilan" seru Singa Kunting.
"Tidak perlu!" Sebelum Pamintih dan yang lain membuka suara, tiba-tiba
terdengar suara penyahutan yang nyaring dan pada lain saat
muncul lima lelaki tegap dari balik gerumbul pohon. Mereka
berlima adalah Kebo Angun-angun dan kawan-kawan. Singa
Kunting, Gagak Pratala, Pamintih dan Birawa terkejut.
"Siapa kalian?" seru Singa Kunting yang menganggap dirinya
sebagai jurubicara ketiga orang yang lain.
"Aku Kebo Aigun-angun dan kawan-kawan"
"O" desuh S;npa Kunting "engkaukah yang berseru kepada
kami tadi ?" "Ya" "Apa maksudmu dengan mengatakan hendak melarang
langkah kami tadi ?"
Kebo Aigun-angun tersenyum "Tunggu dulu, ki sanak.
Sebelum melanjutkan pembicaraan, selayaknya kita harus
berkenalan. Aku telah menyebutkan namaku, kurasa ki sanak
sekalian tentu tak keberatan untuk memperkenalkan diri, bukan?"
Singa Kunting, Gagak Pratala, Pamintih dan Bira-wa
memperkenalkan nama masing-masing. Dan atas pertanyaan,
mereka menjawab tujuan mereka datang ke Kahuripan.
"O, kita senasib ki sanak" seru Kebo Angun-angun "kamipun
demikian juga. Kami hendak ikut dalam seyembara tetapi tak
berhasil" "Ya" kata Singa Kunting "tetapi menurut arah kedatangan ki
sanak, rupanya ki sanak datang dari desa Kemlayagyan, bukan?"
"Benar, kami memang menyepi di Waringin Pitu"
649 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, jika demikian kalian tentu diganggu juga oleh seorang
resi" "Bagaimana engkau tahu ?"
"Berita itu telah tersiar luas. Setiap orang tahu. Lalu apakah ki
sanak tak bertindak?"
"Apa yang engkau maksudkan?"
"Bukankah kotak lencana pusaka itu telah didapatkan oleh
seorang putera adipati dari Sadeng" Dan apabila ki sanak berada
disekitar Waringin Pitu, tentu ki sanak berjumpa dengan putera
adipati itu" "Ya, memang kami berjumpa"
"Dan ki sanak tak mengadakan tindakan suatu apa?"
"Tidak" "Tidak" Aneh" gumam Singa Kunting "apakah ki sanak diam
saja melihat perbuatan yang curang itu?"
"Ki sanak sendiri ?"
"Kami telah menyerangnya. Baru saja peristiwa rebutan kotak
lencana itu selesai"
Kebo Angun-angun terkejut "Dimana kotak lencana pusaka itu
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang?" "Dibawa putera adipati itu"
"Ah" Kebo Angun-angun menghela napas lega sedangkan
Singa Kunting merasa heran "Mengapa ki sanak bersyukur atas
kejadian itu?" "Karena dialah yang berhak atas kotak itu" Seketika muramlah
wajah Singa Kunting "Apa katamu" Dia berhak" Benar, memang
dia yang mendapatkan kotak itu tetapi dia menggunakan cara
yang curang!" 650 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, sudahlah ki Barak" kata Kebo Angun-angun "peristiwa itu
sudah selesai, mengapa kita perlu tarik utat untuk
mempersoalkan lagi" "Ki sanak" seru Singa Kunting dengan wajah membesi "jika
engkau tak ingin mempersoalkan peristiwa itu, silakan ki sanak
melanjutkan perjalanan. Tetapi janganlah ki sanak melarang
langkah kami untuk menghadap kepada Rani Kahuripan"
"Aku tak melarang, ki sanak" kata Kebo Angun-angun "tetapi
hanya menasehati, daripada ramai-ramai, lebih baik kita pulang
saja. Relakan anugerah itu kepada yang berhak mendapatkan"
"Huh" dengus Singa Kunting "setiap orang berhak memiliki
pendirian. Jika engkau berpendirian begitu, silakan saja. Tetapi
aku, Singa Kunting, tetap akan memperjuangkan hal-hal yang
tidak adil" Kebo Angun-angun terkesiap. Rasanya dia pernah mendengar
tentang perguruan Singa yang merajalela di telatah Wengker dan
Matahun. Mungkin Singa Kunting ini salah seorang murid dari
perguruan itu" "Ki sanak" katanya menahan diri "menilik s ikapmu yang masih
penasaran itu, tentulah penyelesaian dari peristiwa perebutan
kotak pusaka itu, tidak memuaskan hatimu. Bagaimanakah
peristiwa itu telah diselesaikan ?"
Singa Kunting menggeram "Hm, sebenarnya tak mungkin
putera adipati itu mampu mempertahankan kotak pusakanya
andaikata tak muncul seorang manusia yang mengagulkan diri
dengan kesewenangannya"
"O, siapakan orang itu ?" Kebo Angun-angun terkesiap.
"Patih Dipa" "Patih Dipa?" ulang Kebo Angun-angun makin terkejut
651 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Dialah yang menggunakan wewenangnya sebagai
seorang patih untuk menyelesaikan peristiwa tadi dengan
mengembalikan kotak itu kepada putera adipati Sadeng"
"Ah"desah Kebo Angun-angun. Dia hampir kehilangan faham
untuk menilai peristiwa itu. Haruskah dia bersyukur kepada patih
Dipa yang oleh pejuang Daha dianggap sebagai duri dalam
daging, dikarenakan pauh itu telah membantu raden Sambu"
Atau haruskah dia mengutuk patih itu karena membantu raden
Sambu yang saat itu justeru telah mengikat perjanjian dengan
Nurwenda dan dengan perjanjian itulah maka akan terbuka
lembaran baru bagi para pejuang Daha"
"Yang penting adalah kepentingan, bukan orangnya. Aku haius
dapat melepaskan patih itu sebagai perintang perjuanganku dulu,
karena saat ini dia justeru berjalan pada arah yang segaris
dengan tujuan kita" akhirnya ia menimang-nimang.
"Mengapa engkau mendesah ki sanak" Engkau merasa
kecewa atau gembira?" tiba2 Singa Kunting menegur.
Kebo Angun-angun agak terhentak "Kecewa itu hanya
melemahkan semangat. Peristiwa ini telah selesa i dan yang
menyelesaikan patih Dipa. Ini suatu kenyataan. Mengapa kita
harus memuram hati kita dalam kungkungan rasa kecewa apabila
kita menghadapi sesuatu yang sudah menjadi kenyataan?"
"Lalu, apakah engkau gembira?"
"Jangan engkau memanjakan nafsu kemarahan, ki sanak" kata
Kebo Angun angun "karena marah itu hanya membuat p,kiran
kita makin gelap dan keruh. Dalam persoalan ini, bukanlah rasa
kecewa atau gembira yang harus kita persoalkan tetapi suatu
kepentingan lain. Kepentingan yang beda jauh tetapi sama
tujuan dengan maksud kedatanganmu ke Kahuripan ini"
Singa Kunting terbeliak "Aku tak mengerti apa yang engkau
katakan" 652 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukaakah tujaanmu ikut dalam sayembara itu karena
menginginkan kelak dapat menjadi suam i dari gusti Rani
Kahuripan yang kemungkinan besar akan diiobatkan sebagai
prabu puteri kerajaan Majapahit?"
"Hm" desuh Singa Kunting. "pengharap adalah ibarat api yang
menyalakan semangat hidup. Tetapi apa.Ha harapan itu gagal
apakah akan padam semangat kita" T idak. Semangat adalah api
yang menyalakan kehidupan kita. Harus tetap menyala sampai
diakhir hayat" Singa Kunting makin heran "Uh, apakah gerangan maksud
yang engkau katakan itu " Aku benar2 tak mengerti"
"Pengertian itu segera akan tiba kepadamu" kata Kebo Angunangun "peristiwa hari ini mengunjukkan bahwa harapanmu,
harapanku, dia dan kita sekalian gagal. Yang beruntung adalah
putera adipati Sadeng yang bernama raden Sambu itu. Dan
ketahuilah ki sanak sekalian, kita sudah mengadakan janji
dengan raden Sambu bahwa dia akan membagi rejeki kepada
kita. Apabila kelak raden Sambu telah menjadi suami Rani
Kahuripan, maka kita akan diberi kelungguhan pangkat dalam
kerajaan" "Kita?" Singa Kunting menegas heran.
"Ya" jawab Kebo Angun-angun "aku dan kawan-kawanku serta
kalian sekalian yang berada disini apabila bersedia bekerja sama
dengan kami" "Bekerja sama dalam hal apa ?" tanya Singa Kunting.
"Membantu raden Sambu"
"Membantu dengan cara bagaimana?"
"Seiya dan menjadi kadehannya yang terpercaya agar kelak
dapat diangkat dalam jabatan penting dalam pemerintahan"
653 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, jangan membual. Bagaimana mungkin dia akan
mendapat kekuasaan yang sedemikian besar untuk memberi
kelungguhan kepada kita?"
"Tidak saja mungkin tetapi pasti" seru Kebo Angun-angun
"sebagai seorang suami dari raja puteri kerajaan Majapahit, tentu
saja dia mempunyai pengaruh besar. Dan ketahuilah, bahwa
mengaca adipati Sadeng tidak patuh kepada kerajaan Majapahit
adalah karena tidak senang dengan biginda Jayanagara yang
dianggapnya bukan keturunan raja Singasari. Demikian pula
dengan adanya beberapa ksatrya Malaya yang menjabat
kedudukan mentri dan lain lain jabatan penting di pura kerajaan.
Kesemuanya itu kelak akan dicopot dan dibersihkan oleh raden
Sambu" "Hm" desuh Singa Kunting sambil mengerut dahi. Rupanya dia
tengah mempertimbangkan hal itu.
Melihat itu Kebo Angun-angun tak mau mengusik. Ia memberi
kesempatan kepada orang untuk berpikir. Kemudian dia beralih
kepada Pamintih "Ki sanak, bagaimana pendirianmu?"
"Maaf ki sanak, aku hendak melanjutkan perjalanan" kata
Pamintih seraya terus ayunkan langkah.
Melihat itu Kebo Angun-angun terkejut. Ada suatu kecemasan
yang melintas dalam hatinya. Cepat dia memburu "Hai, ki sanak,
berhentilah" Pamintih terkejut dan berhenti "Mengapa?"
"Engkau belum memberi jawaban atas pertanyaanku ?"
"Mengapa aku perlu memberi jawaban. Bukankah karena tak
menghendaki terikat dalam pembicaraan itu maka aku hendak
pergi" "Tidak dapat!" "Eh, aneh" gumam Pamintih "mengapa?"
654 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau harus memberi jawaban"
"Menjawab bagaimana?"
"Engkau bersedia bekerja sama dengan kami atau tidak!"
"Telah kukatakan, aku ingin berada diluar pembicaraan itu.
Aku mempunyai urusan sendiri yang harus kuselesa ikan. Jangan
mengganggu aku dan akupun takkan mengganggumu"
"Tidak!" teriak Kebo Angun-angun "engkau Harus memberi
jawaban" Pamintih mengerut dahi, menyalang mata "Eh, apakah engkau
bermaksud hendak merampas kebebasanku" Mengapa engkau
memaksa aku harus memberi jawaban ?"
"Engkau harus menjawab karena engkau sudah terlibat dalam
pembicaraan ini" "Terlibat?" Pamintih terbeliak "ah, jangan mengada-ada, ki
sanak. Menyingkirlah"
Kebo Angun-angun tak mau berkisar dari tempatnya bahkan
terus menuding "Engkau sudah mendengar pembicaraanku maka
engkau sudah terlibat dan harus memberi jawaban"
"Kalau aku tak mau menjawab?"
"Berarti engkau cari penyakit sendiri"
"O, engkau hendak memaksa dengan kekerasan?"
"Tak ada lain pilihan lagi bagi orang yang telah mengetahui
sesuatu rahasia. Dia harus ikut mendukung rahasia itu atau
lenyap" Mulut Pamintih mendecak-decak "Cek, cek, itulah cara suatu
komplotan bertindak. Rahasia mereka tentulah rahasia yang tidak
baik bahkan kadang jahat berbahaya, oleh karena itu mereka
akan membunuh setiap mulut yang dianggap akan 655 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membocorkan. Baik, ki sanak, bagaimana aku harus menjawab
pertanyaanmu itu?" "Setuju atau tidak" kata Kebo Angun-angun.
Pamintih tertawa mencemoh "Bohong engkau !"
Kebo Angun-angun terbeliak "Bohong?" ulangnya penuh
pertanyaan. "Ya" kata Pamintih "lebih tepat apabila engkau mengatakan
bahwa aku harus setuju. Karena bukankah engkau akan
melenyapkan juga orang yang tak setuju akan rencana
komplotanmu itu?" Merah muka Kebo Angun-angun "Tutup mulutmu ! Ya,
memang benar. Engkau harus setuju atau mati"
Pamintih tertawa nyaring "Nyawaku bukan engkau yang
memberi. Hidupku bukan engkau yang menghidupi. Kemanusiawianku bukan engkau yang mencip-takan. Mengapa
engkau berani membunuh...."
"Keparat" tiba-tiba dari belakang terdengar gerak tubuh
meloncat hendak menerkam punggung Pamintih. Tetapi
walaupun sedang mengadu lidah dengan Kebo Angun-angun,
Pamintih tetap mengembangkan kewaspadaan, menebarkan
perhatian kesekeliling karena dia tahu bahwa Kebo Angun-angun
membawa beberapa kawan. "Duk, uh...." terdengar debuk tinju mendarat di tubuh
serempak dengan suara mengaduh.
Pamintih yang sudah siapkan kesiagaan, serentak mendahului
loncat ke samping manakala ia melihat dirinya terancam dari dua
arah. Dari muka, Kebo Angun-angun menghantam. Dari belakang
Gendring loncat menerkam punggung Pamintih. Yang berseru
memaki tadi adalah Gendring dan dialah yang menerjang lebih
dahulu. Tetapi karena Pamintih menghindar ke samping maka
terjadilah peristiwa yang tak terduga-duga. Karena hendak
656 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerkam maka Gendringpun merentang kedua tangannya.
Sementara karena terkamannya luput, dia disongsong tinju Kebo
Angun-angun yang melayang ke muka. Kebo Angun-angun
terkejut namun karena jarak amat dekat sekali, dia tak sempat
lagi untuk menghentikan pukulannya. Akibatnya dada Gendring
terhunjam tinju tetapi tangan Gendringpun sempat menerkam
baju kutang Kebo Angun-angun. Dan karena dia terpelanting
jatuh ke helakang, dia tak sempat melepaskan cengkeramannya
sehingga kutang Kebo Angun-angun tertarik robek.
Melihat itu Kuda Sempalan, Lembu Nindra dan Narbada
serempak menyerang Pamintih.
"Hai, curang" tiba-tiba pula B irawa lari menerjang ketiga orang
Daha itu. "Hm, engkau juga hendak menentang?" seru Kuda Sempalan
yang menyambut serangan Birawa. Maka terjadilah pertempuran
yang ramai Pamintih menghadapi Lembu Nindra dan Narbada.
Birawa bertempur melawan Kuda Sempalan. Sementara di
sebelah sana Kebo Angun-angun masih menolong Gendring
dengan mengurut-urut dadanya yang kena tinjunya tadi.
Dalam sebuah kesempatan berhasillah Pamintih menepis
lengan Narbada sehingga Narbada tersurut mundur. Rupanya
malu dan marahlah orang Daha itu. Serentak dia mencabut golok
dan hendak membabat Pamintih dari belakang. Saat itu Pamintih
sedang berdiri membelakanginya karena menghadapi serangan
Lembu Nindra yang gencar. Dalam keadaan itu andaikata dia
tahu bahwa dirinya akan dibabat golok dari belakang, pun juga
sukar untuk meloloskan diri dari serangan Lembu Nindra yang
seolah menelungkupi sekelilingnya.
Dalam saat-saat yang menegangkan itu, tiba-tiba Narbada
memekik kaget dan kesakitan sehingga goloknya terlepas.
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah batu sebesar buah brahraastana telah menghantam
punggung tangannya. Lontaran batu itu amat kuat sekali
sehingga tulang tangan Narbada serasa pecah. Karena kejut dan
657 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakit, diapun lepaskan golok dan mendekap dengan sebelah
tangannya. "Engkau" serentak berpaling diapun berteriak kejut ketika
melihat seorang pemuda tengah lari menghampiri. Dia tak lain
adalah Nurwenda. Jerit Narbada itu mengejutkan Lembu Nindra sehingga dia
loncat tinggalkan Pamintih. Demikian Kuda Sempalan, pun loncat
ke samping, melepaskan Birawa.
"Mengapa engkau melukai tanganku?" seru Narbada.
"Maaf, kakang Narbada" kata Nurwenda "aku terpaksa
bertindak demikian untuk mencegah agar kakang jangan
terjerumus dalam lumpur dosa"
"Apa maksudmu?"
"Mengapa kakang hendak membunuh pemuda itu?"
"Dia...dia menentang kakang Kebo Angun-angun"
"Baik" kata Nurwenda "soal ini akan kutanyakan kepada
kakang Kebo Angun-angun. Tetapi andaikata benar demikian,
pun kurasa kurang layak apabila kakang hendak membantu
kakang Lembu Nindra. Demi menjaga keharuman nama kaum
pejuang Daha, hendaknya kita wajib menjunjung tata susila
dalam kehidupan, perjuangan dan termasuk pertempuran pula.
Tidakkah akan cemar nama kita apabila pejuang-pejuang Daha
itu dimasyhurkan orang sebagai ksatrya yang gemar
mengeroyok" Dan lagi kakang Narbada, suatu langkah yang
kurang terpuji apabila kita menyerang lawan dari bilakang. Kita
harus pantang bertindak curang"
Merah wajah Narbada mendengar teguran itu. Seketika rasa
sakit pada punggung tangannya tadi hilang karena terhanyut
dalam rasa sakit dalam perasaan hatinya.
658 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nurwenda" tiba-tiba Kebo Angun-angun bangkit dan
menghampiri. Rupanya dia tahu akan perasaan Narbada saat itu.
Diapun kuatir peristiwa itu akan menimbulkan akibat yang tak
diinginkan yaku keretakan diantara sesama kawan. Maka cepat
cepat dia hendak menyalurkan persoalan itu pada dirinya "tujuan
Lembu Nindra dan Narbada semula hanya hendak menyadarkan
pemuda itu. Tetapi karena dia keras kepala maka kedua adi
itupun hendak menangkapnya. Dalam perkembangan karena dia
telah memukul Narbada maka Narbada telah kehilangan
kesadaran dan hendak menyerangnya"
"Dalam persoalan pemuda itu" Kebo Angun-angun tak
memberi kesempatan pada Nurwenda untuk memberi tanggapan
dan cepat mengalihkan persoalan "memang pemuda itu telah
ingkar" Kebo Angun-angun lalu menceritakan peristiwa tadi dari awal
sampai terjadi pertempuran "Jika sebelumnya dia terus angkat
kaki, alupun takkan mengganggunya. Tetapi setelah ?lia
mendengaikan keteranganku dengan penuh perhatian, tanpa
menyatakan apa-apa, dia terus pergi. Tidakkah hal itu
membahayakan diri kita" Oleh karena itulah maka aku terpaksa
menindaknya" "O, kakang bermaksud agar dia mau kerja sama dengan kita?"
tanya Nurwenda. "Ya" "Ah" Nurwenda geleng-geleng kepala "sebaiknya janganlah
kita memaksa seseorang yang tak setuju akan pendirian kita,
kakang. Andaikata dia setuju karena terpaksa takut kepada
kakang, bukankah dia tetap akan melaksanakan kerja sama itu
dengan setengah hati. Bahkan bukan mustahil kalau dia akan
berhianat menjadi musuh dalam selimut"
Kebo Angun-angun terbeliak.
"Lalu apakah kita lepaskan dia begitu saja?"
659 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa lebih baik demikian, kakang" kata Nurwenda.
"Tetapi apakah dia takkan menyiarkan rencana kita kepada
orang lain?" "Jika dia berbuat begitu, kita akan menindaknya"
"Tetapi bukankah hal itu akan terlambat" Mengapa kita tidak
lebih baik menjaga lebih dulu daripada bertindak setelah terjadi?"
Melirik sejenak kearah Pamintih, berkatalah Nurwenda "Kurasa
dia juga seorang ksatrya. Seorang ksatrya tentu takkan
memfitnah orang. Namun apabila dia benar-benar menyiarkan
hal ini kepada orang, kita anggap dia bukan ksatrya dan kitapun
wajib menindaknya" "Tetapi Nurwenda" bantah Kebo Angun angun "yang kita
hadapi adalah soal rahasia besar dan penting sekali. Akibatnya
dapat menimbulkan peristiwa besar apabila rahasia itu sampai
bocor. Kurasa dalam menghadapi kepentingan ini, janganlah kita
memancang diri dengan segala ajaran kesatryaan"
"Kakang Angun-angun apakah yang kakang kuatirkan tentang
akibatnya?" "Raden Sambu tentu akan gagal dan kitapun akan ditangkap"
"Tidak mungkin" kata Nurwenda lalu berganti nada setengah
berbisik "sayembara ini akan tetap berlangsung sesuai dengan
janji Rani Kahuripan. Dengan menemukan lencana pusaka itu
tentulah raden Sambu akan diangkat sebagai suami Rani.
Siapakah yang akan menggagalkan usaha raden Sambu"
Bukankah sebagai,suami seorang raja puteri, raden Sambu akan
mempunyai kekuasaan besar dalam kerajaan" Kita akan
ditangkap, kata kakang " Ah, kecuali raden Sambu tak menetapi
janji, tak mungkin hal itu akan terlaksana"
Kebo Angun-angun terdiam. Ia mengakui bahwa keterangan
Nurwenda itu memang beralasan sekali.
660 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian Nurwenda minta kepada Lembu Nindra supaya
melepaskan Pamintih pergi "Aku yang bertanggung jawab
terhadap diri ki sanak itu. Kalau dia hendak mencelakai kita,
kelak akulah yang akan meminta pertanggungan jawab
kepadanya" Pamintih memandang sejenak kearah Nurwenda. Dia
mempunyai kesan baik terhadap Nurwenda. Setelah mengangguk
kepala sebagai salam pamit, diapun terus melangkah pergi.
"Engkau bijaksana, ki sanak" tiba-tiba Birawa menghampiri
Nurwenda "aku berkelahi dengan kawanmu bukan karena aku ini
kawan pemuda tadi. Tetapi karena aku tak setuju kalau orang
bertempur dengan cara mengeroyok"
"Ya" sahut Nurwenda singkat "lalu apa maksudmu, ki sanak"
"Aku berasal dari daerah Jiwana. Aku datang ke Kahuripan
untuk mengikuti sayembara. Syukur aku berhasil namun kalau
gagal akupun ta< merasa kehilangan suatu apa. Yang penting
aku memang senang mencari pengalaman dan mengikat
persahabatan dengan orang-orang yang berwatak ksatrya seperti
engkau" Nurwenda hanya tersenyum sipu.
"Karena aku tak mempunyai tujuan tertentu untuk bekerja
pada kerajaan maka akupun tak tertarik akan rencana yang
dikatakan kawanmu itu " kata Birawa seraya menurjuk pada Kebo
Angun-angun "tetapi janganlah engkau cemas, ki sanak" katanya
pula kepada Nurwenda "karena tak tertarik maka akupun takkan
mengatakan hal itu kepada siapapun juga. Selama ini aku tak
pernah memberi kepada orang, sesuatu yang aku sendiri tak
suka. Demikian watakku dalam segala hal, termasuk soal soal
seperti rencana dari kawanmu itu. Sudahlah, akupun aku
melanjutkan perjalanan lagi"
"Tunggu ki sanak" seru Nurwenda ketika Birawa hendak
ayunkan langkah. 661 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Birawapun berhenti "Apa engkau hendak menghalangi aku ?"
"Sama sekali tidak" kata Nurwenda "aku pun senang
berkenalan dengan engkau. Aku Nurwenda dan siapakah
namamu?" "Birawa" "Birawa ?" "Ya" sahut Birawa "mengapa engkau terkejut?"
"Nama itu sepadan dengan orangnya, tinggi besar gagah
perkasa "engkau tentu bertenaga kuat sekali, bukan ?"
"Kata orang" sahut Birawa "tetapi aku sendiri merasa tidak"
"O, aneh juga. Bagaimana engkau mengatakan begitu?"
"Ketika pada suatu hari aku tiba disebuah desa, penduduk
didesa itu tengah ketakutan karena digemparkan oleh seekor
kerbau yang tiba-tiba gila. Kerbau itu mengamuk kemana-mana.
Beberapa orang telah di lukai. Aku segera mencari binatang itu
dan akhirnya kuajak dia berkelahi. Aku berhasil mencekal
tanduknya dan kerbau itupun menyerah ketika tanduknya
kupelintir" "Luar biasa" seru Nurwenda memuji. Ia tertawa "sungguh
kebenaran sekali aku bertemu dengan engkau, ki birawa"
"Kenapa?" Birawa terkesiap.
"Sejak aku turun gunung mengembara, aku ingin mencari
orang yang mampu mendorong tubuhku sampai rubuh. Tetapi
beberapa orang yang kumintai bantuan itu tak berhasil. Maukah
engkau membantu aku?"
"Tetapi mengapa engkau menghendaki begitu?"
Nurwenda tertawa "Waktu kecil aku bertemu dengan seorang
pertapa tua. Entah bagaimana rupanya dia iba melihat tubuhku
yang kurus. Aku dipanggilnya dan diberi ajaran supaya tiap pagi
662 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan malam duduk bersila melakukan ilmu Prana. Setahun
kemudian aku bertemu pula dengan pertapa tua itu. Dia terkejut
dan gembira sekali melihat perobahan pada tubuhnya yang
tampak sehat dan bersemangat. Lalu aku diberinya beberapa
macam ilmu kanuragan. Setelah memberi pelajaran dia terus
pergi, setahun kemudian datang lagi. Berturut-turut resi itu telah
datang lima kali, setelah itu lenyap tak pernah bertemu dengan
aku" "Dan bagaimana maksudmu?" "Aku telah menerima pelajaran sebuah ilmu. Dan
untuk menyatakan kesaktian
ilmu itu maka pernah beberapa kali kuminta orang
yang bertenaga kuat untuk
mendorong tubuhku. Ternyata selama ini tiada
orang yang mampu. Oleh karena itu maka dalam kesempatan ini akupun hendak minta bantuanmu, ki
Birawa" "Untuk mendorong engkau sampai rubuh ?"
"Begitulah" kata Nurwenda tertawa "pertama,
kulihat engkau bertenaga kuat dan jujur. Dan kedua, hal itu takkan mengakibatkan suatu
apa. Maukah engkau?"
"Baik, ki sanak" seru Birawa langsung maju ke hadapan
Nurwenda dan berkemas-kemas.
663 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan" Melihat Nurwenda seorang pemuda yang bertubuh ramping
dan tak menampakkan sesuatu yang menonjolkan kekuatan,
maka Birawapun ulurkan tangan kanan ke dada Nurwenda lalu
mulai mendorong. Ia merasa dengan sebelah tangan saja sudah
lebih dari cakup untuk mendorong pemuda itu. Tetapi alangkah
kejutnya ketika ia merasakan bahwa tubuh Nurwenda itu
sekokoh karang. Birawa tambahkan tenaga tetapi tetap tak berhasil. Setelah
mengerahkan segenap tenaga juga tak memperoleh hasil barulah
dia ulurkan tangan kiri lagi. Dengan kedua tangan maka ia
mendorong sekuat-kuatnya "Uh, uh" terdengar mulutnya
mendesuh-desuh, hidung berkembang kempis dan urat
melingkar-lingkar pada dahinya. Birawa telah mengerahkan
seluruh tenaganya yang cukup untuk menumbangkan sebatang
pohon namun setitikpun tubuh Nurwenda tak terkisar dari
tempatnya. Dia berobah seperti segunduk bukit yang tegak
dengan kokohnya. Demikian telah berlangsung sampai cukup lama. Tampaknya
Birawa pantang mundur. Walaupun tahu kalau tak mampu
mendorong namun dia tetap bersitegang, memaksakan diri.
"Ki Birawa, sudahlah, silakan berhenti" bisik Nurwenda.
Namun lelaki tinggi besar dari Jiwana itu masih kalap walaupun
tak berhasil. "Ki sanak" kata Nurwenda pula "jika engkau tetap tak mau
berhenti maka akupun terpaksa akan berkisar ke samping dan
engkau tentu akan terjerumus jatuh ke muka"
Kali ini Birawa menurut. Dia menarik tangannya dan berdiri
tegak "Engkau memang hebat, ki sanak. Apakah nama dari ilmu
kesaktian yang engkau gunakan itu?"
"Kata resi guruku, ilmu itu disebut aji Pengantepan"
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
664 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adakah engkau juga mahir dalam ilmu ulah kanuragan ?"
"Ah" Nurwenda tertawa "hanya sekedar untuk membelah diri
belaka. Tetapi aku tak berminat untv ik mengajak ki sanak adu
ilmu itu. Kurasa cukup sekian, silakan kalau ki sanak hendak
melanjutkan perjalanan lagi"
"Tidak" tiba-tiba Birawa berseru menolak "aku tak bermaksud
pergi" Nurwenda terkesiap "Ki sanak tak pergi" Lalu hendak
kemana?" "Ikut engkau, ki sanak"
"O, ikut aku" Mengapa tiba-tiba saja engkau memiliki
keinginan serupa itu?"
"Aku bersedia mengabdi kepadamu asal engkau mau
mengajarkan ilmu aji Pengantapan itu kepadaku"
"O" desuh Nurwenda tersenyum "hanya karena ingin
mendapatkan ilmu itu?"
"Benar" kata Birawa "aku memang paling gandrung apabila
melihat sebuah ilmu yang mengherankan"
"Tetapi ki Birawa" seru Nurwenda "bukankah engkau sudah
memiliki seonggok ilmu kedigdayaan" Mengapa harus menginginkan ilmu yang tak berguna seperti itu?"
"Aku gemar menuntut ilmu, mengaji pengalaman"
"Adi" seru Kebo Angun-angun "karena orang begitu
bersungguh hati hendak mengabdi kepadamu, kurasa baiklah
engkau terima. Ki Birawa seorang lelaki jantan yang gagah
perkasa" Mendengar itu Nurwendapun terpaksa menerima "Baiklah
kakang Birawa" katanya "tetapi aku tak ingin memaksamu. Setiap
waktu engkau merasa tak senang ikut aku, silakan engkau pergi"
665 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian Birawa, karena tertarik akan ilmu kesaktian
Nurwenda telah menyatakan bersedia ikut pada Nurwenda.
"Lalu bagaimana dengan ki sanak yang lain..." Nurwenda
memandang ke sekeliling untuk bertanya ke pada Gagak Prataia
dan Singa Kunting. Tetapi dia terpaksa hentikan kata-katanya
karena kedua orang itu sudah tak berada ditempat. Ternyata
pada waktu Kebo Angun-angun dan kawan-kawan sedang
mencurah perhatian menyaksikan adu tenaga yang dilakukan
antara Birawa dengan Nurwenda tadi, diam-diam Singa
Kuntingpun menyelinap pergi. Me lihat itu Gagak Pratabpun
mengikuti jejaknya. Rupanya kedua orang itu tak mau mengikat
diri dalam keterlibatan dengan orang-orang Daha itu.
"Hai, mereka lolos" teriak Kuda Sempalan dan terus beranjak
hendak mencari. "Tak perlu kakang." cegah Nurwenda "biarkanlah mereka
pergi. Karena dengan begitu jelas mereka tak ingin bergabung
dengan kita. Perlu apakah kita harus memaksa mereka?"
"Tetapi kedua orang itu, terutama yang bertubuh pendek dan
mengatakan bernama Singa Kunting itu, amat berbahaya. Jika
dia menyiarkan rencana kita, tentulah raden Sambu akan
menderita rintangan dari mereka-mereka yang merasa hendak
disingkirkan" Nurwenda tertawa "kalau sampai begitu, seperti telah
kukatakan tadi, aku berjanji akan mencari mereka dan meminta
pertanggungan jawak mereka"
Demikian setelah cukup lama berada ditempat itu merekapun
segera menuju ke tempat yang direncanakan sebagai tempat
meneduh. (Oo-myrnakz-ismo-oO) 666 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Rani Kahuripan terkejut sekali ketika menerima laporan dari
raktyan demung Samaya bahwa patih Dipa mohon menghadap
bersama seorang pemuda. "O, adakah pemuda itu telah berhasil mendapatkan lencana
pusaka itu, paman demung?"
Demung Samaya sebagai mentri keraton yang mengurus
keselamatan dan kesejahteraan keraton segera berdatang
sembah "Demikian gusti, sebagaimana keterangan patih Dipa"
"Siapakah pemuda itu, paman demung?"
"Mohon ampun, gusti. Rasanya paman belum pernah
mengenalnya. Hanya menurut kata ki patih Dipa, pemuda itu
putera seorang adipati"
Rani terkejut pula. Setelah rakryan demung mengundurkan
diri, Rani masih termenung-menung.
"Putera adipati " Siapakah gerangan pemuda itu" percikpercik keraguan mulai berkembang dalam hati membentuk
gumpal-gumpal keresahan. Putera adipati, memang seorang pemuda keturunan priagung
berpangkat. Tetapi bukan pargkat dan kekayaan yang
didambakan Rani kaiena dia sendiri seorang puteri raja, bahkan
seorang calon prabu puteri kerajaan Majapahit yang besar.
Layaknya seorang puteri harus mendapat jodoh dengan seorang
pangeran keturunan raja. Itu katau menilai dari segi derajat,
pangkat dan keturunan. Namun dalam hati Rani, bukan derajat dan pangkat yang
dipertimbangkan dalam menentukan pasangan hidupnya. Tetapi
seorang prianom, seorang ksatrya muda yang benar-benar telah
berkenan dalam hatinya. Dan rasanya, Rani telah menjatuhkan
667 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pilihan kepada diri raden Kertawardhana, putera bekas akuwu
Tumapel. Untuk menjawab mengapa Rani berkenan kepada raden
Kertawardhana, memang sukar, sesukar orang hendak melihat
angin. Terasa tetapi sukar dikatakan bagaimana bentuk dan
keterangannya. Hanya perasaan hati yaag dapat menghayati
persoalan rasa asmara itu. Demikian pula dengan Rani
Kahuripan. Menilik soal wajah, walaupun raden Kertawardhana
memiliki wajah yang tampan, tetapi bukanlah yang luar biasa.
Bahkan tak kurang diantara putera-putera para mentri, senopati
dan narapraja kerajaan Majapahit yang lebih tampan pula.
Menilai soal derajat, tidak pula derajat rama Kertawardhana
sebagai seorang bekas akuwu itu jauh lebih tinggi dari para
pangeran, putera atau putera kemanakan raja. Dan apabila
mempertimbangkan soal kedigdayaan, raden Kertawardhana
bukan yang paling menonjol diantara ksatrya-ksatrya Majapahit
lainnya. Tetapi mengapa Rani berkenan kepada raden itu" Ah,
entahlah, hanya sang Rani yang dapat menjawab. Pada hal
bahkan Rani sendiri juga tak dapat memberi jawaban yang tepat
dan penuh kesadaran. "Rasa asmara adalah getar-getar dari serabut yang paling
halus dalam relung hati, yang tuasa mengumandangkan suara
alunan yang lebih syahdu dari nyanyian dendang puji doa para
bidadari di kahyangan, lebih merdu dari bahana garrelan
Lokananta, lebih sejuk dari semilir angin yang paling lembut,
lebih jernih dari air telaga yang telah disaring tujuh kali. Dan
masih mempunyai kelebihan dari segala sesuatu yang paling
lebih. Demikjan pernah Rani mendengar nyanyian dari seorang
dayang keraton. Kini Rani merasakannya sendiri hal itu. Dan kini pula perasaan
itu makin terasa sekali manakala segala keindahan dan
668 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesyahduan dari rasa asmara itu telah dikabut dengan awan
mendung yang berupa laporan dari rakryan demung tadi.
"Kata patih Dipa, pemuda itu putera seorang adipati, gusti"
terngiang pula kata-kata yang diucapkan rakryan demung tadi
"Jelas, jelas dia tentu bukan raden Kertawardhana" serentak
berteriaklah hati Rani "ah, bagaimana...."
Rani mendekap muka dengan kedua tangan bagaikan ingin
menghapus berita itu dari ingatannya. Ingin bahwa kesemuanya
itu tak pernah terjadi "Mungkinkah dia raden Kertawardhana ?"
beberapa saat kemudian merekah suatu pertanyaan dalam
hatinya. "Ah, tidak, tidak mungkin" kembali wajah Rani bertebar merah
dilanda gejolak hati yang menggelorakan debar jantung dan
menggolakkan darah di tubuh "paman demung mengatakan
kalau tak kenal dengan ksatrya muda itu. Keterangan itu berasal
dari patih Dipa....."
"Dipa" serentak Rani mengulang nama itu. Sejenak tertegun
maka Ranipun meregang hatinya "Dipa, patih itulah yang
menyarankan sayembara ini.
Dan ternyata aku harus menderita...." Hati yang berduka mudah beralih pada rasa kemarahan.
Antara sedih dan marah hampir seiring dan senada. Keduaduanya memerlukan suatu sasaran untuk menumpahkan rasa
sedih dan marah itu. Sasarannya berkisar pada sebab musabab
dari peristiwa yang dideritanya. Bagi Rani, pengadaan sasaran itu
amat mudah dan sudah tersedia yani pada diri patih Dipa. Dan
terhanyut dalam alam bawah sadar yang digenangi dengan rasa
sedih, meluaplah buih-buih kegeraman lalu meletup menjadi
gelembung-gelembung kemarahan.
Lama sang Rani terhanyut dalam perasaan yang serba tak
menentu, antara kekecewaan dan kemarahan, sampai akhirnya ia
kehilangan arah bagaikan air sungai yang bermuara ke laut
669 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bebas. Dalam keadaan hampa faham itu sayup sayup seperti
terdengar ngiang suara yang bernada penuh kasih sayang "Duh,
angger, nini dewi, keutamaan wanita itu terletak dari keluhuran
peribadrnya. Engkau telah ditakdirkan dewata sebagai puteri
raja, yang berarti dalam segala keagungan anugerahNYA itu,
mengandung pula suatu kepercayaan dan tanggung jawab besar
agar engkau senantiasa dapat meluhurkan keutamaan martabatmu sebagai puteri"
Tersibak hati Rani mendengar ngiang suara itu. Rasanya dia
tak asing pula dengan nada suara yang penuh dengan rasa kasih
sayang dan wejangan wejangan yang luhur. Ah, itulah
ibundanya, sang Rajapatni Gayatri yang semenjak ayahanda
baginda Kertatajasa mangkat maka ibunda ratu itupun
menyepikan diri dari segala kehidupan pemerintahan, memperdalam ilmu agama untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Bahkan tehih masuk menjadi seorang bhiksuni.
"Duh, nini dewi, keluhuran budi dan martabat seorang puteri
itu bersumber pada sikap, tutur dan budinya terhadap para
kawula dan sesama irisan dewata. Jauhkan dari ra-a dendam, iri,
dengki dan nafsj yang tak layak. Berpijak pada kebenaran dan
keadilan, berlandas pada kepatuhan terhadap Dewata Agung.
Siapa tahu, nini dewi, kalau kelak engkau akan menjadi prabu
puteri Majapahit...."
Makin mereganglah perasaan hati sang Rani. Suara halus yang
mengiang dalam telinga, serasa menyusup kedalam relung hati,
menyejukkan hawa panas dan menjernihkan kegelapan awan
hatinya "Ah...." ia tersipu-sipu dalam hati dan serentak
kesadarannyapun memancar pula "Memang 'kesemuanya itu
patih Depalah yang menyarankan. Tetapi keputusan adalah
padaku. Aku telah berkenan menerimanya, mengapa aku harus
menimpahkan kesalahan itu kepada patih Dipa" Ah, kurang
layak. Andaikata aku murka, tentulah Dipa sanggup mempertanggung jawabkan kesemuanya ini. Kutahu jiwa dan
670 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peribadinya. Tetapi layakkah itu" Adakah aku kalah luhur budi
dan tinggi martabat dengan dia?"
Berhenti sejenak maka meluncurkan kata-kata yang tegas dari
Rani "Tidak, tidak! Aku seorang Rani, harus memegang ucapan
yang telah kujanjikan. Harus berani mempertanggungjawabkan
atas segala keputusanku, baik maupun buruk, suka atau duka.
Kesemuanya hanyalah kehendak Batara Agung. Kuserahkan
segala yang akan terjadi kehadapanNYA"
"Gusti" tiba-tiba terdengar sebuah suara yang lembut bernada
cemas dan takut. Namun suara itu cukup menjagakan lamunan
sang Rani. Serentak Rani tersadar dan berpaling "O, nyi
tumenggung, engkau. Apakah ada sesuatu yang hendak engkau
hatuikan kepadaku ?"
"Ampun gusti" lurah dayang yang berpangkat tumenggung itu
menghaturkan sembah "gusti rakryan demung datang menghadap dan memberitahukan kepada hamba agar hamba
menghaturkan persembahan laporan kehadapan paduka, gusti"
"O, laporan apakah itu?"
"Bahwa di balairung gusti patih Tanding, gusti patih Dipa,
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gusti demang, para tanda, gusti kanuruhan, gusti senopati dan
para nayaka kerajaan paduka telah lama bersiap menanti
kehadiran paduka, gusti"
Rani terkesiap "O, baiklah, nyi tumenggung. Aku segera akan
keluar menghadiii" Beberapa saat kemudian setelah mengenakan pakaian
kebesaran maka dengan diiring oleh beberapa dayang, Rani
Kahuripanpun menuju ke balairung. Para mentri senopati
Kahuripan serempak menghaturkan hormat penyongsong yang
khidmat. Setelah duduk disinggasana maka pertama-tama pandang
Ranipun tertuju pada patih Dipa. Dibelakang patih itu duduk
671 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kepala menunduk seorarg ksatrya muda dalam busana
yang indah. Tergetar hati Rani seketika manakala mengetahui
bahwa ksatrya yang diduga sebagai orang yang menemukan
lencana pusaka, ternyata bukan raden Kertawardhana.
Getar itu menggelorakan debur darah sehingga wajah sang
Rani bertebar warna merah. Beberapa saat serasa berat sang
Rani untuk mengucap. T etapi ketika menyadari bahwa berpuluh
pasang mata mencurah kepadanya, Ranipun agak gugup.
"Paman patih Arya Tanding" terlebih dulu sete lah
menenangkan perasaan, Rani berujar kepada patih Kahuripan
"apakah makna daripada sidang perapatan yang dihadiri segenap
mentri senopati dan na-yaka secara lengkap ini?"
"Hamba mohon menghaturkan persembahan ampun ke bawah
duli paduka apabila paduka tak berkenan menerima persidangan
ini, gusti" "Sama sekali jauh dari maksud yang kukandung dalam
menerima persidangan ini, paman patih" ujar Rani "hanya
wajiblah paman menghaturkan laporan mengenai kepentingan
persidangan ini" "Sesungguhnya hamba tak berani melanggar segala perintah
yang paduka titahkan, gusti" kata patih Tanding "bahwa hamba
telah menyambut kedatangan rakryan patih Dipa yang
menghaturkan seorang ksatrya muda dan mengabarkan kepada
hamba bahwa ksatrya muda itu telah berhasil mendapatkan
lencana pusaka yang paduka amanatkan dalam sayembara,
gusti" "O, baiklah, paman patih" ujar Rani lalu beralih kepada patih
Dipa "patih Dipa, benarkah laporan yang dihaturkan paman patih
itu?" "Demikian keluhuran sabda paduka, gusti Rani" sembah patih
Dipa "hari ini hamba telah bertemu dengan seorang ksatrya yang
membawa kotak berisi lencana pusaka Garuda-mukha. Oleh
672 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena itu maka bergegaslah hamba menghaturkan ksatrya itu
kehadapan paduka" "O" seru Rani dengan berusaha untuk menekan getar
perasaannya "siapakah gerangan ksatrya itu, kakang patih?"
"Raden Sambu, putera sang adipati Sadeng, gusti. Hamba
menghaturkan raden Sambu kehadapan paduka agar paduka
berkenan melimpahkan pertanyaan dan pemeriksaan atas
lencana pusaka itu" "Baik, titahkan dia maju menghadap"
Patih Dipa lalu meminta raden Sambu mematuhi titah sarg
Rani. Raden itupun beranjak maju ke hadapan sang Rani dan
menghaturkan sembah hormat.
"O, siapakah namamu, ksatrya muda"
"Hamba Sambu, gusti. Anak dari rama adipati Sadeng"
"Benarkah engkau telah memperoleh lencana pusaka itu?"
"Demikian berkat restu paduka, gusti, hamba telah mendapat
petunjuk dewata untuk menemukan kotak yang berisi lencana
pusaka Garuda-mukha, gusti"
"Dimana dan bagaimanakah engkau dapat menemukan
pusaka itu?" "Hamba bertapa semedhi di lingkungan Waringin Sapta gusti.
Sampai beberapa hari lamanya hamba tak pernah beringsut dari
tempat itu. Tekad hamba apabila tidak mendapatkan pusaka itu,
biarlah dewata Agung mencabut jiwa hamba"
"Hm, lalu?" "Pada malam itu, dikala seluruh penjuru alam sunyi senyap,
antara sadar tak sadar hamba seperti menerima seorang eyang
yang berambut dan berjanggut putih. Dalam wawancara dengan
673 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba, eyang itu mengaku sebagai eyang patih Narotama, patih
dari sang prabu Airlangga yang memiliki lencana Garuda-mukha"
"O" "Atas pertanyaan eyang patih Narotama, hamba mempersembahkan seluruh peristiwa yang telah terjadi di
Kahuripan dan hamba menyatakan bahwa hamba tel h bertekad
untuk mendapatkan lencana pusaka itu demi menyelamatkan
seluruh kawula paduka di keranian Kahuripan ini"
"Demikian setelah selesa i berwawancara maka eyang patih
Narotamapun memberi petunjuk supaya hamba menggali sebuah
sudut dari Waringin Pitu. Setelah melaksanakan amanatnya,
hambapun berhasil mendapatkan sebuah kotak yang berisi
lencana Garudamukha, lambang dari sang prabu Airlangga yang
dahulu telah diberikan kepada patih Narotama sebagai penolak
bala pada empang yang dibangun patih Narotama di desa
Kemalagyan. Empang itu untuk menangkal bahaya banjir
bengawan Brantas yang setiap tahun selalu me luap dan
menimbulkan penderitaan kepada para kawula"
Rani tertegun diam. Keterangan Sambu itu telah menimbulkan
berbagai tanggapan dalam kalbunya. Benarkah dewata telah
menggariskan bahwa garis jodohnya putera adipati yang
bernama Sambu ini" Keterangannya yang sedemikian teratur dan
mengesankan, ditopang pula dengan kenyataan-kenyataan,
peristiwa gaib dari pertemuannya dengan seorang mahluk halus
dalam perwujutan sebagai patih Narotama. Kemudian yang
penting dari yang terpenting, pemuda itu telah memenuhi syarat
dari sayembara karena telah berhasil mendapat kotak yang berisi
lencana pusaka Garudamukha.
Kenyataan itu suatu kebenaran. Kenyataan memang putera
adipati Sadeng itulah yang dapat menemukan lencana pusaka.
Dan kenyataan itu harus diterima. Apapun yang harus terjadi.
674 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, raden, haturkan kotak itu kepadaku" akhirnya Rani
Kahuripan menitahkan. Tiada keraguan, kekecewaan yang
mengumandang dalam nada perintahnya. Suara sang Rani
sejernih hatinya yang telah bertebarkan alas untaian ratna
manikam. Keutamaan seorang puteri sejati dan kesetyaan akan
kepercayaan terhadap kekuasaan Hyang Batara Agung.
Setelah menerima kotak dari Sambu maka Rani Kahuripanpun
memeriksa isinya. Rani terpesona seketika sesaat melihat bentuk
lencana ilu. Entah terbuat daripada batu mustika apa tetapi yang
jelas lencana itu memancarkan sinar gemilang yang menyilaukan
pandang. Ukiran burung garuda sedemikian indah, terutama
sepasang matanya yang terbuat dari batu permata, memancarkan sinar yang seolah tampak seperti seekor burung
garuda hidup. "Baik, raden" sesaat kemudian Rani berujar "kotak ini telah
kuterima dan silakan mundur" kemudian Rani menyerahkan kotak
itu kepada rakryan patih, rakryan demung, rakryan kanuruhan,
patih Dipa, dan para pamegat dari kedua aliran agama Syiwa dan
Budha agar mereka ikut meneliti dan menghaturkan penilaian.
"Hamba rasa lencana Garuda-mukha ini, memang benar
sebuah pusaka dari rahyang ramuhun prabu Airlangga, gusti "
kata patih Tanding. Demikian pula dengan keterangan dari para mentri dan
pamegat itu. Merekapun sependapat dan senada dengan
penilaian rakryan patih. "Dan bagaimana keteranganmu, patih Dipa?" akhirnya Rani
berujar pula kepada patih itu.
"Hambapun menunjang pendapat para gusti ra? kryan
sekalian" kata patih Dipa "bahwa lencana Garuda- mukha itu
memang ase!i dari peninggalan sang prabu Airlangga yang
diberikan patih Narotama. Tetapi hamba memiliki sebuah
pandangan yang lain"
675 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani Kahuripan terkesiap. Ia tahu bahwa patih Dipa itu
memang memiliki ketajaman indriya dan pandangan yang lebh
meningkat daripada orang lain. Banyak kali selama patih itu
dahulu menjabat patih di Kahuripan, pandangan-pandangannya
baik dalam hal tata-praja, peradilan den hal-hal yang
menyangkut kepentingan kawula, selalu patih itu mempunyai
saran dan pandangan yang lebih luas. Kemudian apabila Rani
memberi kesempatan untuk meluluskan patih Dipa melaksanakan
rencana menurut saran pandangannya itu, hasilnya selalu
mengena pada sasaran. "O, katakanlah bagaimana pandanganmu, patih"
"Gusti" kata patih Dipa "menurut hemat hamba, sayembara ini
hanyalah suatu sarana untuk melaksanakan titah paduka
menanggulangi ma lapetaka yang tengah diderita para kawula
Kahuripan. Oleh karena itu tujuan sayembara tak lain hanya
hendak menyelamatkan kawula paduka yang tengah menderita
itu" "Ya" sahut Rani.
"Atas perkenan paduka maka dalam sayembara itu telah
dicantumkan syarat yang berupa beberapa ketentuan serta
imbalannya. Yang mutlak, barang siapa dapat menemukan
lencana pusaka Garuda-mukha yang dapat menumpas bencana
yang disebarkan para jin dedemit di Waringin Sapta itu, dialah
yang dianggap menang dan berhak menerima anugerah seperti
yang dijanjikan dalam sayembara itu"
"Benar, patih" ujar Rani Kahuripan "tetapi bukankah lencana
pusaka itu sudah berhasil ditemukan raden Sambu putera adipati
Sadcng ?" "Keluhuran sabda paduka, gusti" sembah patih Dipa "memang
raden Sambu telah menemukan sebuah kotak yang berisi lencana
Garuda-mukha, tetapi hal itu belum dapat menjadi pegangan"
676 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani terkesiap "Apa maksudmu" Bukankah lencana itu
memang benda yang tulen" Apakah hal itu belum dapat dijadikan
bukti yang kuat?" Para mentri dan nayakapun ikut terbeliak mendengar ucapan
patih Dipa. Terutama raden Sambu. Dia menyalangkan mata
memandang ke arah patih Dipa.
"Lencana Garuda-mukha itu memang tulen, gusti" kata patih
Dipa "tetapi bukan hal itu yang hamba maksudkan, gusti"
"Lalu apa yang engkau kehendaki, patih?"
"Bertolak pada tujuan sayembara yang telah paduka kenankan
dan titahkan hamba untuk menyelenggarakannya, tujuan
daripada sayembara itu adalah mencari pu aka yang dapat
mengatasi karya, menumpas zat-sakti jahat dari demit-demit itu.
Oleh karena itu, layak dan wajiblah hamba buktikan lebih dahulu
apakah benar lencana yang didapatkan raden Sambu itu dapat
menunaikan tugas itu, gusti"
Terdengar suara berisik pelahan dari napas yang berdesuh
desah sebagai tanggapan dari pernyataan patih Dipa. Mereka
merasa terbuka pikiran akan suatu kenyataan baru. Bahwa alam
pikiran mereka yang menganggap bahwa persoalan sayembara
itu sudah selesai dengan diketemukannya lencana pusaka oleh
raden Sambu, ternyata masih perlu suatu tahap penyelesaian
lagi. Suasana balairung yang sunyi beberapa saat tiba-tiba
diledakkan oleh suara raden Sambu yang menghaturkan kata
kepada Rani "Gusti Rani, mohon gusti memperkenankan hamba,
untuk menghaturkan sepatah kata kehadapan paduka"
"Baik, katakanlah"
"Dalam sayembara paduka, hanya dimaklumkan bahwa
barang siapa menemukan lencana pusaka Garuda-mukha dari
prabu Airlangga maka dia akan mendapat ganjaran paduka.
677 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apabila wanita, akan paduka angkat sebagai saudara, dan
apabila pria...." "Ya, memang demikian" cepat Rani menukas. Rupanya
enggan rasanya ia mendengar kata-kata itu diucapkan oleh
Sambu. "Dan berkat pertolongan dewata, hamba telah berhasil
menemukannya. Adakah hal itu tak sesuai dengan ketentuan
dalam sayembara" Mengapa gusti patih Dipa masih hendak
mempertangguhkan penyelesaiannya?"
"Patih Dipa hendak membuktikan dahulu adakah lencana
pusaka itu benar-benar mempunyai daya kesaktian untuk
memberantas wabah penyakit yang menimpa kawula Kahuripan "
ujar Rani. "Adakah hai itu dapat dibenarkan, gusti?"
"Gusti" tiba-tiba patih Dipapun menghaturkan kata,
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perkenankanlah hamba menjawab pertanyaan raden Sambu"
"Ya" "Para gusti rakryan mentri dan senopati sekalian" seru patih
Dipa dengaa suara lantang "Gusti Rani telah mengamanatkan
untuk mengadakan sayembara yang bertujuan agar penderitaan
para kawula kerajaan Kahuripan, dapat terbebas Sarana daripada
pembebasan musibah itu adalah lencana pusaka Garuda-mukha.
Kemudian gusti Rani telah berkenan me limpahkan kepercayaan
kepada hamba, sebagai penyelenggara sayembara ini. Hamba
melaksanakan titah amanat gusti Rani dengan sepenuh hati dan
tanggung jawab akan amanat murni yang menjiwai sayembara
itu, yani menyelamatkan kawula Kahuripan"
"Walaupun hamba telah membawa raden Sambu menghadap
gusti Rani untuk menghaturkan hasil penemuannya lencana
pusaka itu, tetapi atas dasar kepercayaan gusti Rani yang
menitahkan hamba sebagai penyelenggara sayembara itu, maka
678 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hambapun wajib memiliki hak untuk menilai setiap hasil
sayembara itu. Sebelum lencana yang diketemukan raden Sambu
itu terbukti dapat melenyapkan wabah penyakit yang merajalela
mengganas kawula Kahuripan, hamba berhak tintuk menilai
bahwaraden Sambu belum dapat dianggap memenangkan
sayembara ini. Mohon para gusti rakryan sekalian dapat
mengetahui hal itu demikian pula sembah ampun hamba
terhunjuk ke bawah duli gusti Rani apabila ucapan hamba ini tak
berkenan di hati paduka"
Kembali terdengar suara berisik pelahan dari para mentri
nayaka yang sibuk berbicara dalam perasaan hati masingmasing. "Apa yang engkau haturkan memang benar, patih Dipa" tibatiba Rani berujar "kepercayaan untuk melangsungkan sayembara
itu telah kuberikan kepadamu dan engkaulah yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala hasil yang tercapai dalam
sayembara ini. Yang kuinginkan hanyalah lencana pusaka yang
benar-benar dapat membasmi wabah penyakit di keranian
Kahuripan s ini" "Gusti Rani" tiba-tiba pula rakryan patih Tanding menghaturkan kata "mohon paduka peikenankan hamba
bertanya kepada raden Sambu, gusti"
"Ya, silakan paman patih"
"Raden Sambu" kata rakryan patih Tanding "benarkah raden
telah menemukan lencana pusaka itu"
"Benar, gusti patih"
"Benarkah keterangan yang engkau haturkan ke hadapan
gusti Rani bahwa penemuan itu berkat ketekunanmu bertapa
semedhi di Waringin Pitu ?"
"Benar, gusti patih"
679 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan dalam semedhimu itu telah bertemu dengan patih
Narotama yang memberi petunjuk dimana engkau dapat
menemukan lencana itu ?"
"Demikian" "Jika begitu engkau tentu merasa bahwa lencana itu tentu
sebuah pusaka peninggalan patih Narotama yang aseli, bukan ?"
"Ya" "Lalu apa alasanmu mengapa engkau merasa berat dan
merasa diperlakukan tak adil apabila ki patih Dipa hendak
menguji dahulu kesaktian dari lencana pusaka itu ?"
Sambu terkesiap. "Tidakkah pendirian ki patih Dipa itu memang tepat dalam
menjalankan kebijaksanaannya sebagai orang yang bertanggung
jawab akan sayembara itu?" rakryan patih Tanding menyusuli
pertanyaan pula. Agak merah muka Sambu menderita dua buah pertanyaan
dari rakryan patih Tanding itu. Diam-diam ia menimang dalam
hati "Benar kata patih ini. Jika aku keberatan atas langkah patih
Dipa, bukankah aku seolah menunjukkan bahwa lencana pusaka
itu bukan pusaka yang tulen?"
"Gusti patih" akhirnya ia menjawab "bukan hamba merasa
keberatan. Tetapi kalau hal itu sudah menjadi ketentuan yang
diamanatkan gusti Rani, hambapun pasti taat"
"Hm, pendirian itulah yang benar"
"Tetapi gusti patih, hamba mohon diberi keterangan, akan
makan waktu berapa lamakah pengujian itu berlangsung ?" tanya
Sambu. Rakryan patih Tanding sejenak mengerling ke arah patih Dipa
"Ki patih Dipalah yang akan menentukan kesemuanya ini karena
dialah yang bertanggung jawab akan pelaksanaan sayembara ini"
680 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar paman patih" sambut patih Dipa. Kemudian dia
mempersembahkan kata-kata ke hadapan Rani "Gusti, hamba
mohon waktu tiga hari untuk menghaturkan penutupan
sayembara ini ke hadapan paduka"
"Agar engkau dapat menguji kesaktian lencana yang
dihaturkan raden Sambu?" ujar Rani Kahuripan.
"Demikian gusti" sembah patih Dipa "akan hamba
permaklumkan kepada segenap ksatrya peserta sayembara,
bahwa sayembara ini akan ditutup tiga hari kemudian. Pertama,
karena seorang peserta yani raden Sambu, telah berhasil
menemukan lencana pusaka Garuda-mukha. Kedua, untuk
memberi kesempatan apabila lain ksatrya peserta, yang juga
menemukan lencana semacam itu, agar segera dihaturkan. Dan
ketiga, agar hamba dapat menguji kesaktian daripada lencana
pusaka yang dihaturkan raden Sambu itu"
"O" seru Rani Kahuripan "apakah lencana pusaka eyang prabu
Airlangga itu bukan hanya satu?"
"Mohon paduka limpahkan ampun apabila kata-kata hamba
tadi tak berkenan dihati paduka" kata patih Dipa "dalam hal
lencana pusaka dari sang prabu Airlangga, hamba tidak tahu
pasti adakah hanya satu atau beberapa buah. Tetapi menilik
keterangan arwah patih Narotama yang berkunjung dalam alam
semedhi raden Sambu, lencana pusaka itu diberikan kepada
Narotama untuk alat penolak bala dari air banjir bengawan
Brantas. Dengan demikian, tak mungkin sang prabu Airlangga
lalu tak mempunyai lencana lambang kebesaran peribadinya.
Tentulah sang prabu Airlangga masih menyimpan lencana pusaka
Garuda-mukha lagi di-kerajaan"
"O" seru Rani. Diam2 dalam hati timbul percik harapan.
Semoga yang dikatakan patih Dipa itu akan menjadi kenyataan
"Jika demikian, kuserahkan kepadamu untuk melaksanakan
penyelesaian sayembara ini"
681 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti Rani yang mulia" tiba2 terdengar sebuah suara
"perkenankanlah hamba menghaturkan sembah kata ke hadapan
paduka, gusti" "O, raden Sambu" seru Rani ketika berpaling ke arah orang
yang berkata itu "baiklah, apa yang hendak engkau katakan"
"Hamba hendak menanggapi persembahan kata gusti patih
Dipa" seru Sambu "bahwa memang benarlah kiranya keterangan
gusti patih Dipa tentang lencana pusaka itu. Tentulah pada waktu
itu sang prabu Airlangga masih mempunyai beberapa buah
lencana Garuda-mukha. Tetapi gusti, lencana itu menurut
keterangan eyang patih Narotama dalam pertemuan di alam
semedhi adalah untuk penolak bala bengawan Brantas.
Sedangkan wabah penyakit yang dewasa ini sedang melanda
kawula paduka, tak lain berasal dari perbuatan para jin dedemit
yang telah dikuasai oleh lencana pusaka itu di Waringin Sapta
tempat dahulu eyang patih Narotama menghimpun zat sakti.
Dengan demikian, tidakkah lencana pusaka yang hamba
ketemukan itu, temulah tepat akan dapat memusnahkan wabah
penyakit itu" Hamba sungguh heran, mengapa gusti patih Dipa
masih meragukan hal itu dan masih memberi kesempatan kepada
lain ksatrya, barangkali masih ada yang menemukan lencana
pusaka yang lain" Rani Kahuripan tertegun. Memang ucapan putera adipati
Sadeng itu beralasan sekali. Sebenarnya saat itu juga, sudah
dapat diumumkan siapa yang berhak dinilai sebagai pemenang
sayembara. "Gusti Rani" tiba-tiba patih Dipapun menghaturkan kata
"sesuatu yang aseli murni tentu tidak takut diuji. Demikian
dengan lencana pusaka yang ditemukan raden Sambu. Tetapi
betapapun, hamba sebagai penanggung jawab sayembara ini,
takkan berani untuk menghaturkan penilaian bahwa lencana itu
memang benar benar sebuah pusaka yang dapat membasmi
682 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malapetaka itu ke hadapan paduka sebelum hamba yakin telah
membuktikan akan kesaktiannya"
"Raden Sambu" seru patih Dipa kepada putera adipati Sadeng
"demi kehormatanku, aku berjanji akan menyelesaikan persoalan
ini dalam tiga hari. Jika kuputuskan sekarang, bagaimana nanti
lain ksatrya yang berhasil menemukan lencana seperti itu lagi.
Maka jalan yang bijaksana, sayembara ini akan kututup tiga hari
lagi. Selain memberi kesempatan barangkali masih ada lain
ksatrya yang memperoleh penemuan,
sehingga takkan menimbulkan pertengkaran yang tak diinginkan. Begitupun
karena raden yang pertama dapat menghaturkan lencana itu,
akan segera kubuktikan kesaktiannya. Kalau memang lencana
yang raden temukan itu dapat mengatasi wabah penyakit, demi
Batara Agung aku berjanji pasti akan kuakui bahwa radenlah
yang berhak memenangkan sayen;bara ini"
Rakryan patih Tandingpun ikut menambah keterangan bahwa
apa yang diputuskan patih Dipa itu memang amat bijaksana dan
adil. Maka ia minta agar raden Sambu tak perlu cemas.
Karena seluruh mentri mendukung keputusan patih Dipa,
demikian Rani Kahuripanpun berkenan menyetujui, maka
persidangan lalu dibubarkan. Hanya patih Dipa seorang yang
dititahkan Rani untuk tetap tinggal di balairung.
"Ki patih" ujar Rani setelah para mentri dan nayaka
meninggalkan ruang agung "ingin kuketahui bagaimana
pendirianmu yang sebenarnya" Mengapa engkau mengundurkan
penutupan sayembara ini sampai tiga hari lagi?"
"Karena hamba ingin mencoba kesaktian lencana itu, gusti"
"O" seru Rani "lalu bagaimana cara engkau hendak
mencobanya ?" "Akan hamba sajikan di Waringin Sapta"
"Bilakah engkau akan menyajikannya?"
683 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga hari kemudian pada waktu penutupan sayembara gusti"
"Mengapa harus menunggu tiga hari lagi. Bukankah malam
nanti engkau dapat melakukannya?"
"Maksud hamba akan menunggu barangkali ada ksatrya lain
yang memperoleh penemuan juga. Setelah itu barulah hamba
akan mengadakan upacara sesaji di Waringin Sapta dengan
menghaturkan lencana pusaka itu"
Rani terkesiap"Tetapi patih Dipa, menilik nada ucapan yang
engkau persembahkan, seolah engkau masih menunggu
sesuatu?" "Benar, gusti. Hamba memang sedang menunggu seorang
yang hamba harapkan menemukan juga lencana pusaka seperti
yang diperoleh raden Sambu itu"
Berdebar hati Rani "Siapakah orang itu, patih ?" Patih Dipa
menghela napas. "Ih, mengapa engkau malah menghela napas" Apakah yang
engkau sayangkan?" "Gusti Rani" sembah patih Dipa "ada suatu perasaan dalam
naluri hati hamba bahwa orang itulah yang akan memenangkan
sayembara. Tetapi sungguh aneh benar mengapa sampai saat ini
belum juga orang itu datang menghadap paduka"
"Siapakah sih?"
"Raden Kertawardhana, gusti" Hati sang Rani makin mendebur
keras. "Raden itulah yang sejak semula te lah hamba harapkan untuk
mendapat kemenangan. Hamba tak dapat mengatakan
keterangannya tetapi ada suatu keyakinan dalam hati hamba
bahwa raden Kertawardha-nalah yang akan menyelesaikan
karya" 684 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kenyataannya lain, patih. Yang mendapat hasil adalah
putera adipati Sadeng"
"Oleh karena itu maka hamba hendak menguji dahulu akan
kesaktian lencana itu agar dapat dibuktikan lencana itu pusaka
aseli atau bukan. Karena...."
"Karena apa, patih?" mendengar Dipa tak melanjutkan katakatanya sampai beberapa jenak, Rani Kahuripanpun menegurnya. "Gusti" patih Dipa menghunjukkan sembah "sesungguhnya
ada sesuatu, yang hamba rahasiakan dalam perasaan hati
hamba" "O, katakanlah patih"
Patih Dipa bersangsi sejenak untuk mengemasi hatinya.
Haruskah dia memberitahukan hal itu sejujurnya kepada Rani "
Atau haruskah dia berbohong " Tetapi apa guna dia harus
berbohong. Bukankah Rani telah me limpahkan kepercayaan
penuh kepadanya untuk menyelenggarakan sayembara itu ?"
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Gusti" kata patih Dipa akhirnya "mungkin hal itu hanya suatu
perasaan yang hamba derita sendiri. Tetapi memang demikianlah
yang hamba rasakan gusti. Pada saat hamba menerima lencana
Garuda-mukha tadi, hamba lekatkan lencana itu ke pusar hamba
dan ternyata lencana itu memang memancarkan getaran"
"O, apakah dengan begitu menandakan bahwa lencana itu
memang benar-benar sebuah pusaka?"
"Demikianlah menurut perasaan hamba, gusti"
"O, tetapi adakah hal itu dapat dibuat menanda isi atau
kosongnya sebuah pusaka, patih Dipa?"
Patih Dipa tertegun sejenak baru menjawab "Menurut hemat
hamba memang demikian gusti"
685 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adakah hal itu merupakan cara untuk menanda sebuah
pusaka?" "Tidak, gusti" sahut patih Dipa "hal itu disebabkan daya
perbawa dari pusaka hamba sendiri"
"O"Rani mendesuh kejut "engkau juga mempunyai pusaka ?"
Patih Dipa menghaturkan sembah "sudah bertahun-tahun
hamba memperoleh pusaka itu. Tetapi pusaka itu jarang sekali
hamba keluarkan dan gunakan sehingga jarang orang
mengetahui. Atau mungkin orang telah mendengar tentang
berita itu tetapi belum pernah melihatnya"
Rani makin tertarik "Apakah nama pusakamu, patih Dipa?"
"Gada Intan, gusti" kata patih Dipa "pusaka peninggalan
sanghyang empu Bharada yang ditanam di kuburan Wurare
sebagai pusaka yang menguasai zat sakti yang dihimpun empu
Bharada ketika melaksanakan tugas sang prabu Airlangga untuk
membagi kerajaan Panjalu menjadi dua dahulu"
Rani mengangguk "Pusaka itu tentu sebuah pusaka yang
ampuh. Aku gembira sekali karena engkau telah mendapat
anugerah kekuatan yang mujijat untuk dipercayakan menyimpan
pusaka yang ampuh itu. Tidakkah sebuah pusaka itu juga
memilih tuannya" Tidak sembarang orang sanggup memiliki
pusaka yang sakti" "Berkat restu paduka, gusti"
"Kurasa tidak begitu, patih" sambut Rani "Itulah suatu
kepercayaan dari dewata kepadamu bahwa engkaulah yang
dipilih dewa untuk menjaga kelangsungan kerajaan Majapahit"
"Ah, gusti" serta-merta patih Dipa menghaturkan sembah ke
hadapan Rani "tujuan hidup hamba tak lain memang untuk
mengabdi kepada kerajaan Majapahit"
686 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku percaya patih bahwa engkau tentu dapat melaksanakan
tujuan hidupmu" ujar Rani kemudian bertanya pula "engkau
katakan bahwa karena engkau memiliki pusaka Gada Intan maka
engkau dapat menanda lencana Garuda-mukha itu. Lalu
bagaimanakah caranya?"
"Tak lain gusti" kata patih Dipa "setelah hamba lekatkan
lencana itu pada pusar hamba, kalau memang sebuah pusaka,
tentu akan memancarkan getaran yang dapat hamba rasakan
dengan tangan hamba"
"O, jika demikian lencana itu benar-benar sebuah pusaka"
seru Rani "dengan begitu tentu dapat mengatasi musibah di
Kahuripan" "Mudah-mudahan, gusti" sambut patih Dipa.
"Jika begitu akan sia-sia jua engkau menunggu ksatrya lain
untuk menghaturkan penemuannya selama tiga hari ini"
"Harapan itu masih tetap hamba miliki" sahut patih Dipa.
"Ah, bagaimana mungkin, patih"
"Karena lencana tadi walaupun memancarkan getaran tetapi
getarannya tidak keras. Itulah sebabnya maka hamba masih
berani mengharap akan timbulnya ksatrya lain yang akan
menghaturkan lencana pusaka itu"
Rani menyetujui lalu menanyakan bagaimana kotak berisi
lencana Garuda-mukha itu akan disimpannya. Patih Dipa
mengusulkan agar kotak lencana itu disimpan dalam ruang
pusaka dan dijaga keras oleh prajurit.
Sepengundur diri dari hadapan Rani, maka patih Dipapun
melanjutkan tugasnya sehari-hari,
berkeliling di telatah Kahuripan. Pengumuman tentang waktu penutupan sayembara
telah diperintahkan pengalasan untuk menyebar luaskan di
kalangan para ksatrya peserta sayembara.
687 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun berita tentang diketemukan lencana Garuda-mukha
oleh seorang ksatrya yang bertapa di lingkungan Waringin Pitu,
telah tersiar dan cepat sekali hampir seluruh kawula pura
Kahuripan mendengarnya. Berbagai tanggapan, timbul di
kalangan rakyat. Sebagian besar bersukacita akan berita itu.
Mereka ibarat orang yang terkatung-katung di laut. Setiap
melihat gunduk hitam tentu disambut dengan rasa gembira
penuh harap. Karena mereka akan menemukan pulau tempat
mereka dapat mendarat. Kawula Kahuripan sudah hampir tak
berdaya menghadapi wabah penyakit itu. Mereka benar-benar
bingung dan kehilangan faham.
Turunnya amanat Rani untuk membuka sebuah sayembara
guna menemukan lencana Garuda-mukha yang dipercaya akan
dapat membsmi wabah penyakit itu, disambut dengan rasa
syukur. Mereka memuji Rani sebagai junjungan yang amat
bijaksana dan sangat memikirkan kepentingan para kawula.
Bahwa sang Rani rela pula mengorbankan peribadinya sebagai
imbalan yang akan dianugerahkan kepada ksatrya pemenang
sayembara, makin menimbulkan rasa haru yang tidak terhingga
dalam hati para kawula Kahuripan. Sedemikian besar rasa haru
itu telah naenelungkupi hati mereka sehingga mereka hampir
melupakan penderitaannya. Dalam doa sesaji yang dilakukan tiap
malam, tidak lagi mereka memohon kepada dewata agar wabah
itu lenyap tetapi mereka memohon agar dewata melimpahkan
berkah kepada sang Rani, semoga ksatrya yang berhasil
menemukan lencana pusaka itu benar-benar seorang ksatrya
utama yang dapat membahagiakan sang Rani dan kelak dapat
menurunkan keturunan raja besar.
Sayembara itu telah berhasil mendapat tempat di hati kawula
Kahuripan. Mengurangi rasa penderitaan dan menambah
ketaatan mereka terhadap Rani Kahuripan, Maka tak heran kalau
berita tentang telah diketemukan lencana pusaka oleh salah
seorang ksatrya peserta sayembara itu telah menimbulkan
perhatian besar dikalangan para kawula.
688 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah gerangan ksatrya itu ?"
"Ah, tentu ksatrya yang telah mendapat berkah dewata"
Demikian berita itu telah menimbulkan harapan besar dari
para kawula Kahuripan. Tetapi mereka heran waktu mendengar
wara-wara yang disiarkan oleh pawara tentang sayembara itu.
Bahwa sayembara baru akan ditutup tiga hari kemudian.
"Mengapa harus menunggu tiga hari lagi?"
"Ya, bukankah lencana pusaka itu telah diketemukan ?"
"Benar, memang aneh. Adakah terjadi sesuatu dalam hal
penemuan itu?" "Apakah lencana itu belum memenuhi syarat?" Demikian
pertanyaan pertanyaan yang mencengkam setiap kawula
Kahuripan. Mereka saling bertanya, menduga dan menafsirkan.
Sudah tentu segala pertanyaan dugaan dan tafsiran itu menurut
selera masing-masing. Namun tiada jawaban yang dapat bersua.
Patih Dipa dapat menyelami hal itu. Namun dia mempunyai
pendirian sendiri. Ia tak mau terhanyut dalam gelombang
keheranan para kawula yang berusaha keras untuk menuntut
jawaban. Dan tetap tenanglah langkah yang diayunkan menurut
sipembawa kakinya. Ia tak ingin terhimpit dalam suasana pura
Kahuripan yang sudah mulai menampakkan kesibukan-kesibukan
maling berkunjung, berkelompok-kelompok di jalan atau? pun di
kedai, hiruk memperbincangkan sayembara dan lencana pusaka
itu. Setelah keluar dari pura, terasalah hatinya mulai tersejuk
dengan ketenangan alam. Biasanya ia senang berkuda untuk
berkeliling ke daerah dan pedesaan. Tetapi entah bagaimana,
saat itu ia lebih senang berjalan kaki dan tak ingin membawa
barang seorang pc-ngiringpun jua. Dia benar-benar hendak
menyendiri, bebas dari kesibukan hidup.
689 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh, kemanakah gerangan raden Kertawardhana ?"
pikirannya mulai membayangkan diri raden itu. Sejak berpisah
setelah memasuki pura Kahuripan, belum juga dia bertemu lagi
raden itu. "Salahkah pandanganku terhadap diri raden itu ?" dalam
menimang-nimang peristiwa yang dihadapinya, mulailah ia
menelusuri seluruh jejak. Dan penelusuran itu harus ia mulai dari
dalam dirinya. Demikian kebiasaan patih Dipa apabila
menghadapi masalah yang berakibat seperti yang tak
diharapkan. Sebelum menjatuhkan suatu kesimpulan, lebih dulu
dia akan meneliti lagi persoalan itu dari awal mula. Dan sebelum
menimpahkan setiap kegagalan kepada sasarannya ataupun
kepada lain orang, terlebih dahulu dia akan meneliti dirinya
sendiri. Karena ia anggap, bahwa diri peribadi itu merupakan
sumber utama dari segala yang dilakukannya.
"Adakah dewata hendak menunjukkan kesalahanku karena
aku berani lancang mendahului kehendak-NYA ?" salah sebuah
kesimpulan dari penelitian atas peribadinya, iapun menghubungkan masalah Kertawardhana itu dengan ketentuan
dewata. "Adakah raden Kertawardhana itu memang tak direstui dewata
menjadi suami gusti Rani Kahuripan?"
"Adakah memang putera adipati Sadeng itulah yang
ditentukan dewata sebagai suami gusti Rani?"
Kemudian terbayang dalam ingatannya untuk mencari
perbandingan diantara kedua pemuda itu, Kertawardhana dan
Sambu. Kertawardhana ia sudah mengenalnya sejak lama,
semasa ia masih menjadi patih di Kahuripan. Ia tahu bagaimana
sifat dan peribadi pemuda itu. Sederhana, setya dan luhur budi.
Kemudian terbayang akan wajah Sambu, putera adipati
Sadeng. Memang pemuda itu memiliki wajah yang cakap,
690 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memancarkan cahaya sebagai putera seorang priagung. Tetapi
sinar matanya memancarkan rasa congkak dan kurang jujur.
Patih Dipa pun teringat akan sikap adipati Sadeng terhadap
rahyang ramuhun Jayanagara yang lalu. Adipati itu kurang
senang tak menunjukkan sikap tak patuh kepada seri baginda.
Mengapa puteranya ikut serta dalam sayembara " Adakah hal itu
memang sengaja diutus oleh ramanya "
"Ah" patih Dipa terkesiap demi membayangkan suatu
kemungkinan. Apabila dugaan bahwa Sambu itu memang
diperintah ramanya untuk ikut serta dalam sayembara, tentulah
adipati Sadeng mempunyai rencana tertentu apabila puteranya
berhasil memenangkan sayembara itu.
"Tetapi setiap orang memang berhak ikut dalam sayembara
itu. Bagaimana mungkin akan menolak tindakan Sambu" Dan
bukankah sebelumnya tiada seo-rangpun yang tahu, siapa yang
berhasil menemukan lencana pusaka itu ?" ia membantah
pertanyaannya sendiri. Kemudian beberapa saat pula, ia tiba
pada suatu kesimpulan "Ah, kesemuanya itu akulah yang
bersalah. Mengapa aku harus menghaturkan pendapat ke
hadapan sang Rani agar diadakan sayembara ?"
Menilai diri dalam kesalahan, patih Dipa mulai mencari sumber
daripada kesalahan itu "Ah, tak lain karena cipta semedhiku di
Waringin Pitu yang lalu. Perwujutan yang menamakan diri
sebagai patih Narotama itulah yang menganjurkan aku" tanpa
disadari langkahpun tertuju ke arah desa Kamlayagyan tempat
Waringin Pitu. Ada sesuatu rasa kekecewaan yang menggumpal
sebagai rasa penasaran yang hendak ia tuntut kepada
perwujutan patih Narotama itu.
Langkah pun makin melaju pesat. Sebelum hari petang, ia
harap dapat mencapai tempat itu. Tetapi belum berapa lama ia
berjalan, tiba tiba ia mendengar suara orang bicara keras, -Suara
itu tidak begitu jelas karena hanya kumandang yang terbawa
desir angin. Dan menurut perkiraannya, suara itu berasal dari
691 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balik tikung jalan yang terpisah dengan sebuah gerumbul hutan
kecil. Saat itu surya sudah mendarat di punggung gunung. Tak
lama tentu akan lenyap. Patih Dipa mempertajam daya.pendengarannya dan serentak
diapun terkejut manakala mendengar suara pembicaraan itu
berganti dengan debar-debar keras dari benda yang melayanglayang deras, macam ayun pukulan dan gerak loncat tubuh.
"Perkelahian.... !" serentak dia tersentak ketika tiba pada
suatu kesimpulan. "Siapakah yang berkelahi di tempat dan saat seperti ini?"
pikirnya. Cepat dia mendapat jawaban bahwa kemungkinan besar
tentulah kaum penyamun yang sedang melaksanakan tindakannya terhadap seseorang.
Patih Dipa segera lari ke arah suara itu bertiup. Perkelahian
harus dicegah terutama perkelahian karena hendak merampas
harta benda orang, lebih harus dibe -rantas. Walaupun resminya
dia seorang patih Daha, tetapi hampir sebagian besar ia sering
berada di pura Majapahit. Bahwa saat itu dia sedang berada di
telatah Kahuripan, tidaklah menjadi soal baginya untuk bertindak.
Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia selalu menanamkan pengertian dan kesadaran kepada
segenap narapraja dan prajurit bahwa Majapahit itu meliputi
telatah Kahuripan dan Daha serta seluruh daerah di nusantara.
Oleh karena itu setiap narapraja dan prajurit, tidak dibenarkan
mempunyai rasa kedaerahan tetapi harus satu, negara Majapahit.
Bagi narapraja dan prajurit, kecuali tidak terbatas garis-garis
telatah, pun juga tidak terbatas pada soal waktu. Sekalipun
sudah lepas tugas dan sedang berada di rumah atau
diperjalanan, apabila bertemu dengan peristiwa yang melanggar
undang-undang kerajaan, harus dan wajib bertindak. Adapun
langkah selanjutnya, dapat dijerahkan kepada penguasa
setempat. 692 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya maka patih Dipa bergegas hendak
mengetahui apa yang terjadi di balik tikung tanjakan tanah di
Pendekar Pendekar Negeri Tayli 4 Pedang Medali Naga Karya Batara Golok Bulan Sabit 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama