Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 24

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 24


"Tentu saja boleh" sahut sikakek.
Maka pertarunganpun kembali berkobar dengan sengitnya.
Dipihak lain, kemarahan sipedang emas sudah mencapai pada puncaknya dengan suara keras
dia membentak: "Tua bangka celaka, sebetulnya apa maksud tujuanmu?"
"Aku menghendaki lentera hijau" jawab sikakek terang-teranganKontan saja pedang emas tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeeh......heeeeeh......heeeeeh.......aku lihat kau belum mempunyai kemampuan yang
cukup untuk berbuat begitu"
"Haaaaah.....haaaaah......kau tahu, waktu itu Ko Anjin sendiripun pernah menderita kekalahan
sebanyak tiga jurus ditanganku, sekarang kau baru berhasil mempelajari kulitnya saja dari
Malaikat pedang berbaju perlente, tapi nyatanya lagakmu luar biasa" Perlu diketahui, Ko Anjin
yang dimaksud adalah ayah kandung sipedang emas.
Mendengar perkataan mana, pedang emas menggertak giginya kencang-kencang menahan
emosi, serunya kemudian- "Rupanya kau sitelur busuk tua masih punya perselisihan dengan ayahku?"
"Ko Hong liang, kepandaian apa sih yang kau miliki?" jengek kakek berambut putih itu. "Apa itu
pedang emas" IHuuuuh, kalau hendak digunakan untuk menakut-nakuti seorang bocah cilik mah
pantas, tapi kalau untuk mengancam diriku" Waaaah, masih ketinggalan jauh."
Rupanya nama asli sipedang emas adalah Ko Hong liang, teguran secara langsung itu semakin
mengobarkan hawa amarahnya. Terdengar kakek berambut putih itu berkata lagi: "Ko Hong liang,
ayoh cepat serahkan lentera hijau itu kepadaku"
Didalam gusarnya pedang emas segera mengerahkan lentera hijau ketangan putri Kim huan,
lalu serunya: "Hey tua bangka celaka, sekarang juga akan kuserahkan lentera hijau ini kepada putri Kim
huan." "oooh, rupanya kau masih mempunyai pendukung yang tangguh?" kata sikakek sambil
mengelus jenggotnya dan tertawa.
Dalam pada itu putri Kim huan telah menerima lentera hijau itu seraya berseru: "Hey, mana
boleh jadi, aku tak sanggup melindungi benda mestika tersebut."
Untuk berapa saat lamanya gadis itu kebingungan setengah mati dan tak tahu apa yang mestu
diperbuat. Sambil tertawa dingin pedang emas segera berseru:
"Aku toh berada disampingmu, siapa yang berani merebut lentera hijau itu dari tanganmu?"
"Siapa lagi" Tentu saja aku" sambung sikakek sambil tertawa terkekeh-kekeh suaranya sangat
aneh. "Bagus sekali" dengus pedang emas. "Asal kau memiliki kemampuan tersebut, tentu saja
lentera hijau akan kuserahkan kepadamu"
"Kalau begitu, aku akan segera merebutnya"
Dengan suatu gerakan cepat pedang emas menghadang dimuka gadis tersebut, lalu katanya:
"Tua bangka celaka, sebelum kau berhasil merampas benda tersebut, coba melangkahi dulu
mayatku" "Haaaah.....haaaaah^.....haaaaaah.......kalau itu mah gampang sekali"
Seraya tertawa tergelak. selangkah demi selangkah kakek berambut putih itu maju mendekat.
"Tua bangka celaka" kembali pedang emas membentak. "Tahukah kau, siapa yang berdiri
dihadapanmu sekarang?"
"Hey pedang emas Ko Hong liang, buat apa sih kau berkaok-kaok terus macam kera
kepanasan-" "Kalau sudah tahu, mengapa kau tidak segera meloloskan senjata andalanmu itu?"
Dibelakang punggung sikakek tersoren sepasang senjata poan koanpit,jelas benda itu
merupakan senjata andalannya, tapi kakek itu sama sekali tidak mencabutnya keluar.
Pedang emas segera menganggap tindakan musuh sebagai suatu penghinaan terhadapnya,
dengan geram ia berseru: "Tua bangka busuk. bila kau enggan mencabut keluar senjatamu, jangan menyesal kalau mati
konyol nanti." "Haaaah.....haaaah......haaaaah......untuk menghadapi manusia seperti kau, kenapa aku mesti
mempergunakan senjata andalanku?"
Sikapnya amat angkuh dan sama sekali tak memandang sebelah mata pun terhadap lawannya.
Putri Kim huanpun turut tertegun sehabis mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya:
"Kalau dibilang siapakah manusia paling latah dikolong langit dewasa ini, rasanya orang
tersebut adalah kakek ini, ia betul-betul sombong dan takabur" Sementara itu kakek berambut
putih tadi telah berkata lagi:
"Ko Hong liang, kau jangan kuatir, asal aku betul-betul tak sanggup menghadapi dirimu nanti,
aku akan pergunakan senjata. Nah cabutlah pedangmu sekarang."
Sebagai seorang jago kenamaan, sudah barang tentu pedang emas enggan menunjukkan
kelemahannya dihadapan orang lain, dengan cepat dia menyarungkan kembali pedangnya,
kemudian berkata: "Baiklah, jika kau tak pergunakan senjata akupun tak akan menggunakan pedang ku."
"Hey, kalau pedang mu tak dipergunakan jangan menyesal bila sampai mampus diujung
telapak tanganku nanti"
Berbicara sampai disitu, kedua belah pihak sama-sama mulai bergerak menuju kedepan.
Gerakan tubuh mereka berdua sama-sama diluar dengan kecepatan luar biasa dalam waktu
singkat mereka telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Suatu ketika sepasang telapak tangan mereka saling beradu satu sama lainnya tanpa
menggerakkan posisi semula, dan hal ini dilanjutkan dengan gerakan saling menggempur. Berapa
saat kemudian seluruh badan pedang emas sudah basah kuyup oleh keringat.
Begitu pula keadaan sikakek berambut putih itu, badannya basah kuyup bagaikan baru tercebur
kedalam air. sementara tanah yang mereka injak pun kian lama melesat kian kedalam dari sini dapat
dibayangkan petapa serunya pertarungan adu jiwa yang berlangsung saat itu.
Dalam pada itu pertarungan antara pedang kayu dengan Kian Ji pun berlangsung tak kalah
serunya: Sesudah bertempur seperminum teh lamanya dengan cepat pedang kayu menemukan bahwa
jurus serangan yang digunakan Kian Ji meski sangat hebat dan luar biasa namun tenaga dalam
yang dimilikinya amat bersahaja.
Berhasil menemukan titik kelemahan itu pedang kayu segera memanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Kian Ji bukan orang bodoh, dengan cepat diapun berhasil menebak jalan pemikiran lawannya,
serta merta dia mengandaikan kelincahan dan kegesitan tubuhnya untuk bergerak kian kemari.
Makin bertarung pedang kayu semakin gemas karena usahanya tak pernah berhasil seperti
yang dlinginkan, akhirnya sambil bertarung dia mengumpat tiada hentinya. Suatu ketika, tiba-tiba
pedang kayu berpikir: "Jika aku tak berhasil membunuh sibudak ingusan, dan merobek mulutmu yang kotor, aku
bersumpah tak akan hidup sebagai manusia dikemudian hari....."
Begitu amarahnya makin berkobar, tanpa disadari dia semakin terperangkap oleh jebakan Kian
Ji. Rupanya Kian Ji memang bermaksud hendak membangkitkan hawa amarah lawannya sebab
dengan berkobarnya amarah musuh, berarti kekuatan serangannya akan bertambah mengendor.
Mendadak terdengar suara ledakan keras yang amat memekikkan telinga bergema
memecahkan keheningan- Rupanya pertarungan antara sipedang emas dengan kakek berambut putih itu sudah mencapai
pad a puncaknya, dua kekuatan yang saling beradu menimbulkan ledakan yang amat dahsyat.
Pasir dan debu berguguran dimana-mana, bukan saja seluruh badan pedang emas
berpelepotan lumpur, bahkan kakek berambut putih itupun menjadi mengenaskan sekali
keadaannya, baik badan maupun jenggot putihnya penuh dengan pasir dan tanah.
"Hey tua bangka" seru pedang emas kemudian- "Pertarungan semacam ini benar-benar
memantapkan hati bukan?" Kakek itu tertawa tergelak.
"Haaaaah.......haaaaah.......haaaaaah........Ko Hong liang, ilmu Tay jiu eng hoatmu memang
benar-benar luar biasa hebatnya"
"Hey tua bangka celaka, kau tak usah banyak bicara lagi, bagaimanapun juga ilmuku masih
seimbang dengan ilmu pukulan Tui mo jiu mu bukan?"
Mendengar perkataan tersebut berubah hebat paras muka sikakek berambut putih itu dia sama
sekali tak mengira kalau musuhnya dapat mengenali ilmu pukulan andalannya secara tepat.
Setelah menghela napas panjang, akhirnya kakek itu mengeluh: "Aaaai, dasar sudah tua, dasar
sudah tua....." "Bagaimana" Sekarang kau harus meloloskan senjata andalanmu bukan?" jengek sipedang
emas lagi. "Kau anggap ilmu pedangmu memiliki kemampuan yang luar biasa?"
"Tentu saja,aku justru akan menyuruh kau rasakan kehebatan ilmu pedang tangan kiriku"
Pelan-pelan kakek berambut putih itu meloloskan senjata poan koan pitnya lalu bergumam:
"Sudah lama sekali aku tak pernah menggunakan sepasang penaku ini....."
"Oleh sebab itu kau pasti akan teledor dengan latihanmu dan aku percaya kau bukan
tandinganku lagi." "Aaaah, belum tentu begitu"
Meski berkata begini, namun ia sudah tak berani memandang enteng kemampuan lawannya
lagi. Dalam pada itu pedang emas pun telah meloloskan dan melepaskan sebuah serangan gencar
kedepan. Kakek berambut putih itu sama sekali tak menjadi gugup, dengan cekatan dia menggetarkan
senjata poan koan pitnya lalu melancarkan bacokan balasan-Pertarungan sengitpun berkobar
dengan serunya. Dalam pada itu, pedang perak masih belum sembuh sama sekali, dia tetap tertidur dengan
nyenyaknya. Sebaliknya pedang air telah sadar kembali sepasang matanya sedang mengawasi kearena
tanpa berkedip. Walaupun dia melihat bagaimana sipedang kayu terdesak hebat dan saban kali menghadapi
ancaman bahaya maut, tapi sayang kekuatan tubuhnya sudah banyak menderita kerugian hingga
ia tak berani maju kemuka untuk memberikan bantuannya. Putri Kim huan yang melihat kejadian
ini kontan saja berseru: "Hey pedang air, bagaimanapun jua pedang kayu adalah sesama saudara seperguruanmu.
Apakah kau hanya akan berpeluk tangan belaka membiarkan saudaramu dibunuh orang?" Ucapan
mana dengan cepat membangkitkan kembali semangat didalam dada pedang air.
Tanpa memikirkan resikonya lagi, pedang air segera melompat bangun, meloloskan pedangnya
dan langsung membacok tubuh Kian Ji.
Dengan ikut sertanya pedang air didalam pertarungan ini, keadaan situasi perta runganpun
segera mengalami perubahan besar.
Pedang kayupun merasakan semangatnya berkobar kembali, serangan demi serangan segera
dilancarkan makin bersemangat dan bertenaga.
Dibawah gencetan sipedang kayu dan pedang air yang hebat, pelan-pelan keadaan Kian Ji
makin terdesak. Posisinya makin terjepit dan keselamatan jiwanya berada diujung tanduk.
Tak selang berapa saat kemudian tiba-tiba terdengar Kian Ji menjerit kesakitan lalu roboh
terjungkal keatas tanah dengan tubuh berlumuran darah.
Kasihan gadis yang cantik jelita itu, jiwanya segera melayang meninggalkan raganya.
Melihat putri kesayangannya tewas, kakek berambut putih itu menjadi amat gusar, teriaknya
keras-keras: "Bocah keparat, aku bersumpah akan mencincang tubuh kalian berdua hingga hancur
berkeping- keping . "
Sayang sekali serangan demi serangan yang dilancarkan pedang emas dengan ilmu tangan
kirinya terlampau cepat dan luar biasa, sehingga untuk berapa saat kakek berambut putih sama
sekali tak mampu bergeser dari kedudukannya semula.
Belum lagi kakek berambut putih itu sempat menyerang pedang kayu dan pedang air,
sebaliknya kedua orang lawan tangguhnya ini telah menyerbu masuk kearena pertarungan dan
mengerubutinya dari empat penjuru.
Dengan demikian, kakek berambut putih itu harus menghadapi serbuan dari tiga orang
musuhnya sekaligus. Mendadak terdengar pedang emas berteriak:
"Kalian tak usah membantu aku, ayoh cepat mundur."
Padahal perkataan itu hanya diucapkan untuk melindungi dirinya dari rasa malu, sebab yang
benar dia memang sangat mengharapkan bantuan dari pedang kayu danpedang air.
Bagaimanapun jua kepandaian silat mereka berimbang, ini berarti tanpa bantuan dari kedua
orang saudara seperguruannya mustahil baginya untuk bisa meraih kemenangansementara
itu sikakek berambut putih itu paling benci terhadap pedang kayu, sebab dengan
mata kepala sendiri dia menyaksikan bagaimana sipedang kayu membunuh putrinya.
oleh sebab itu begitu pedang kayu terjunkan diri kedalam arena pertarungan, ia segera
mengalihkan seluruh serangannya ketubuh pedang kayu.
Jalan darah Hu tiong hiat merupakanjalan darah penting yang mematikan, saat itu sikakek telah
memusatkan perhatiannya untuk menghajar jalan darah itu ditubuh pedang kayu dengan
senjatanya. Bisa dibayangkan, andaikata jalan darah tersebut sampai terhajar, niscaya selembar jiwa
pedang kayu akan melayang.
Namun pedang kayu sama sekali tak gentar, dengan memutar pedangnya menggunakan jurus
sukma gentayangan dalam neraka, dia sambut datangnya ancaman tersebut.
"Traaaaannnggggg......"
sepasang senjata saling beradu menimbulkan suara benturan yang amat nyaring.
Akibat dari bentrokan tersebut, tubuh sipedang kayu tergetar mundur sejauh beberapa langkah
dari posisi semula. Tapi pada saat itu pula sipedang emas dengan jurus "delapan penjuru angin berhembus"
langsung melepaskan ancaman maut ketubuh kakek berambut putih itu.
Serangan itu datangnya sangat cepat dan sama sekali diluar dugaan menanti kakek berambut
putih itu menyadari akan datangnya ancaman, ia tak sempat lagi untuk berkelit kesamping.
JILID 47 Dalam keadaan begini terpaksa dia harus menggetarkan senjatanya untuk menyambut
ancaman mana dengan kekerasan.
Tapi sayang pada saat yang bersamaan pula sipedang air telah melepaskan serangan mautnya
pula dengan jurus ombak dahsyat memecah dipantai. Tak terlukiskan rasa kaget kakek berambut
putih itu, tiba-tiba ia menjerit lenking: "Habis sudah riwayatnya kali ini......"
Disusul kemudian terdengar suara badan yang tersambar senjata, semburan darah segar
memercik keluar dari tubuh kakek berambut putih itu.
Tatkala pedang emas mencabut keluar pedangnya yang berlumuran darah, kakek berambut
putih itu tak mampu menahan diri lagi. ia mundur tiga langkah dengan sempoyongan dan tak
pernah bangun kembali. Ditengah keheningan yang mulai mencekam seluruh ruangan, tiba-tiba terdengar seseorang
memuji: "Bagaimanapun juga pedang emas masih tetap pedang emas"
Ketika semua orang berpaling, ternyata orang yang berbicara barusan adalah pedang perak.
Waktu itu dia sudah bangkit berdiri dengan semangat yang lebih segar kembali. Sebaliknya
sipedang air terbatuk-batuk keras sambil berbisik:
"Habis sudah.....habis sudah riwayatnya..... oooh.....oooh......aku benar-benar tak sanggup
menahan diri lagi." "Siapa suruh kau banyak mencampuri urusan orang lain?" tegur pedang emas dengan kening
berkerut. Kemudian setelah mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap sekeliling ruangan,
dia berkata lagi: "Sudahlah, sekarang kalian segera mengikuti aku"
Dalam keadaan begitu, meski mereka enggan menuruti, namun tak seorangpun yang berani
membantah. Maka pedang emaspun membopong putri Kim huan dan berlarian meninggalkan tempat
tersebut dengan kecepatan tinggi.
Pedang perak serta pedang kayu dan pedang air terpaksa harus mengikuti dari belakang.
Sepanjang jalan tak seorangpun berani berbicara, kalaupun ada suara yang terdengar maka
suara itu hanya pedang air yang makin lama makin bertambah parah.
Semakin cepat mereka melanjutkan perjalanan, semakin kepayahan sipedang air untuk
mengikutinya . Tapi pedang air tak berani banyak bicara, terpaksa dia harus pertaruhkan nyawa sendiri untuk
mengikuti terus. Waktu itu, putri Kim huan yang berada dalam bopongan pedang emas merasa kegirangan
setengah mati, terdengar ia berkata:
"Tak disangka kau mampu berlarian secepat ini, betul-betul sangat menarik hati, kalau aku bisa
berbuat seperti dirimu. ooooh..... betapa bahagianya hatiku"
"Jadi kau ingin berlarian secepat aku?" tanya pedang emas.
"Mengapa tidak?"
"Kalau begitu kau harus melatih diri dengan tekun."
"Sebetulnya aku ingin berlatih, sayang tak ada orang yang mau mengajarkan kepadaku,
bersediakah kau mengajarkan ilmu itu kepadaku?"
"Tentu saja, tapi kau harus mengangkat diriku sebagai guru?"
"Aku bersedia" "Bukan masalah yang gampang untuk bisa diterima sebagai murid" kata pedang emas tertawa.
"Boleh saja bila kau ingin, tapi ada sebuah syarat yang harus dipenuhi dulu."
Putri Kim huan memang berhasrat sekali belajar ilmu silat, dengan wajah bersungguh-sungguh
ia segera bertanya: "Apa syaratmu" cepat katakan-"
"Dekatkan telingamu kemari, akan kuberitahukan kepadamu."
Putri Kim huan segera menempelkan telinganya diatas bibir pemuda itu.
oleh karena mereka berdua memang berjalan dalam jarak yang begitu dekat maka pedang
emas perlu berbicara dengan suara keras.
Bukan saja pedang kayu, pedang perak danpedang air yang mengikuti dari belakangnya tidak
mendengar apa yang dibicarakan, rasanya para membacapun tidak akan mendengarnya bukan"
Apa yang sebenarnya dibisikkan oleh pedang emas"
Tiba-tiba saja terlihat paras muka putri Kim huan berubah menjadi merah padam seperti
kepiting rebus, lalu serunya gemas: "Huh, dasar cabul"
Perjalanan kembali dilanjutkan hampir selama berapa jam lamanya sebelum akhirnya tiba


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didepan sebuah gua yang rahasia sekali letaknya. Sambil menghentikan perjalanannya, pedang
emas berkata: "Tuan putri, disinilah rumahku, orang menyebutnya gua sembilan tikungan, sukakah kau
dengan tempat ini?" Waktu itu pedang kayu, pedang air danpedang perak telah menghentikan pula perjalannnya
dan berdiri mematung disamping. Mereka tak habis mengerti apa sebabnya pedang emas
mengajak mereka datang kesitu, sebab sebelum hari ini tak seorangpun diantara mereka yang
pernah berkunjung kemari.
Putri Kim huan memeriksa sebentar sekeliling tempat itu, lalu serunya tertahan: "Woo..... gua
ini betul-betul aneh"
Pedang emas merasa sangat gembira mendengar gadis itu memuji tempat tinggalnya dengan
bangga dia berkata lagi: "Disini mah belum seberapa, setelah masuk kedalam nanti, kau pasti akan menjumpai hal-hal
lain yang lebih menarik lagi"
Putri Kim huan benar-benar amat gembira apalagi tujuan kedatangannya kedaratan
Tionggoanpun untuk berpesiar, maka cepat-cepat katanya: "Bagus sekali, cepat kau ajak aku
masuk kedalam." Pedang emas tidak menanggapi perkataan itu, sebaliknya kepada para adik seperguruannya dia
menjelaskan: "Gua ini disebut gua sembilan tikungan karena ditempat ini terdapat sembilan buah tikungan
gua, tapi yang benar-benar bisa tembus sampai keruang tidurku hanya tiga buah saja."
Pedang perak, pedang kayu danpedang air tidak memahami maksud abang seperguruannya,
maka sahutnya bersama-sama: "Mengerti.......mengerti......"
"Sesungguhnya aku mengajak kalian datang kemari karena kubutuhkan bantuan dari kalian
semua" kembali pedang emas menerangkan"Silahkan toa suheng memberi perintah."
"Aku hendak meminta kepada kalian masing-masing menjaga pintu masuk ketiga mulut gua
tersebut, barang siapa saja yang berani datang kemari, kalian harus berusaha untuk
menghalaunya pergi."
Untuk sesaat ketiga orang itu saling berpandangan tanpa berkata-kata.
Sebagaimana diketahui, baik pedang perak. pedang kayu maupun pedang air, mereka semua
merupakan orang-orang sibuk yang mempunyai pekerjaan serta kepentingan sendiri. Tentu
mereka segan menjadi anjing penjaga pintunya pedang emas. Tapi perintah dari pedang emas
pun tak berani dibantah atau ditentang oleh siapapun.
Tak heran kalau untuk berapa saat lamanya semua orang berdiri menjublak dengan wajah
serba salah. Terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Tapi kalian tak usah gelisah, sebab aku hanya minta bantuan kalian selama tiga hari saja."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua orang segera merasa hatinya amat lega, buru-buru
sahutnya: "Kami bersedia, kami bersedia."
"Bagus sekali kalau kalian bersedia, mulai sekarang pedang perak menjaga dimulut gua sebelah
timur pedang kayu menjaga diutara danpedang air dibagian selatan .Jangan biarkan siapapun
memasuki tempat ini sekalipun dia adalah Baginda raja, mengerti?" Ketiga orang itu segera
mengangguk bersama. Kembali pedang emas menjelaskan:
"Pada ketiga buah mulut gua itu masing-masing terdapat sebuah ruang batu, disitu telah
kusiapkan semua kebutuhan yang diperlukan, termasuk pula bahan rangsum."
"Aku percaya pekerjaan ini tidak terlalu melelahkan, asal tak biarkan orang lain masuk. aku rasa
kalian pun tak usah menguatirkan keselamatan jiwa kalian lagi."
Ketiga orang itu cukup memahami watak abang seperguruannya, apa yang telah diucapkan
dapat pula dilaksanakan, dengan membawa beban pikiran yang berat merekapun bergerak
menuju ke posnya masing-masing.
Pedang emas sendiri dengan mengajak putri Kim huan langsung memasuki gua tersebut
melalui mulut gua sebelah timur.
Setelah menempuh perjalanan yang berliku-liku sekian waktu, akhirnya sampailah mereka
didalam sebuah ruangan. Ruangan itu amat indah dengan perabot yang mewah, cahaya lentera menerangi setiap sudut
ruangan- Pedang emas mengajak putri Kim huan menuju kesebuah pembaringan, lalu katanya: "Kita
sudah sampai ditempat tujuan"
"Mau apa kau mengajakku kemari?" tanya putri Kim huan"cepat letakkan lentera hijau disana"
Putri Kim huan menurut dan meletakkan lentera hijau itu diujung pembaringan.
Pada saat itu pedang emas sudah berjalan makin mendekat, bau aneh yang terpancar keluar
dari tubuh pedang emas segera menggetarkan perasaan putri Kim huan-Tiba-tiba gadis itu seperti
menyadari akan sesuatu, segera teriaknya tertahan-"IHey......mau.......mau apa kau?"
"Masa kau masih belum mengerti?" pedang emas balik bertanya sambil tertawa terkekehkekeh.
Putri Kim huan semakin terperanjat, dengan wajah ketakutan cepat-cepat berteriak:
"Jangan..... jangan-......aku tidak mengerti"
Sambil berkata ia berusaha menahan gerak maju pemuda tersebut dan menolak
permintaannya. Tapi dengan kemampuan yang dimiliki pedang emas, mampukah gadis tersebut untuk menolak
keinginannya" Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa putri Kim huan harus mencakar, menyambar dan
mendorong dengan menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya.
Suatu ketika karena bersikap kurang hati-hati, dia telah menyambar kain kerudung muka
pedang emas hingga terlepas.
Raut muka pedang emas yang jelek dan menyeramkan pun segera muncul didepan mata. Putri
Kim huan menjerit histeris, teriaknya keras-keras: "Kau.......kausetan-.....kau bukan manusia"
Pedang ems tertawa keras, suara gelak tertawanya lebih mengerikan daripada jeritan
kuntilanak. ditengah malam.
"Bagus, bagus sekali" serunya dingin. "Setelah kau melepaskan kain kerudung mukaku, rasanya
akupun tak perlu merahasiakan wajahku lagi dihadapanmu."
Putri Kim huan merasa takut bercampur sedih, sambil menangis tersedu-sedu pintanya:
"Lepaskanlah aku....bebaskanlahaku.... kumohon-.. lepaskan aku........"
"Membebaskanmu" IHuuuuh, gampang amat kalau bicara" jengek pedang emas dengan suara
dalam. "Setan busuk. kau......kau setan biadab"
"Hmmm, apakah kau menganggapku kelewat jelek" Siapa suruh nasibmu kurang beruntung,
salahmu kau masih mau ikut bersamaku"
"Tidak. jangan-... jangan sentuh aku" sekuat tenaga putri Kim huan berusaha memberikan
perlawanan. "cepat lepaskan aku, lepaskan aku......"
Pedang emas tertawa seram gelam tertawanya kian lama kedengaran makin mengerikan hati.
"Haaaaah....haaaaaah......bukankah kau mengatakan aku cabul" Baik, anggaplah aku memang
cabul, sekarang akan kubuktikan kecabulanku dihadapanmu"
Putri Kim huan menjerit sambil menangis, dia masih berusaha memberikan perlawanan yang
terakhir, meski perlawanan tersebut sama sekali tak ada artinya.
Sesungguhnya pedang emas berniat memulihkan wajahnya lebih dulu dengan menggunakan
lentera hijau. Namun setibanya dalam ruangan tadi, ia tergiru oleh kecantikan wajah putri Kim huan sehingga
tak mampu untuk mengendalikan diri lagi.
Kini, pedang emas telah dipengaruhi oleh kobaran api birahi, tiada hentinya dia tertawa seram.
Putri Kim huan merasa mual, dia ingin muntah, gelak tertawa yang begitu mengerikan dari
pedang emas membuat perutnya seperti diaduk-aduk. dia tak mampu menahan diri lagi, dia
mencoba memberi perlawanan sekuat mungkin"Kau....kau setan biadab, kau setan jelek...... lepaskan aku......kau setan terjelek didUnia ini....."
teriak-teriakan keras bergema mengiringi isak tangisnya yang memilukan hati.
Pedang emas tetap tertawa, ia tertawa terus dengan suaranya yang mengerikan hati.
"Haaaah....haaaaah.....haaaaah.....memang aku memang jelek. aku memang manusia terjelek
dikolong langit......."
Sambil berseru dengan sepasang tangannya yang kuat dia mulai merangkul tubuh putri Kim
huan dan memeluknya kencang-kencang.
Putri Kim huan sudah berusaha untuk melawan, tapi tubuhnya seketika terpeluk oleh rangkulan
pedang emas sehingga tak berkutik lagi.
Tangannya yang halus lembut sudah tertindih dibalik tubuh pedang emas yang keras berotot, ia
tak mampu berkutik saat itu dia hanya bisa merasakan aliran darahnya yang mendidih.
"Setan jelek. setan busuk. lepaskan aku, cepat lepaskan aku......." jerit putri Kim huan lagi
sambil menangis. "Melepaskan kau" Haaaah.....haaaah..... takdirlah yang telah mengatur kesemuanya itu,
takdirlah yang mengirim kau dari negeri Kim yang begitu jauh kesisi tubuhku, mengapa aku harus
menentang takdir dengan membebaskan dirimu?"
"Tapi aku....aku tak sudi bersama setan jelek seperti kau....." putri Kim huan masih mencoba
meronta. "Haaaah.....haaaaah.....aku tak perduli kau bersedia atau tidak, pokoknya saat ini kau harus
melayani aku" gelak tertawa pedang emas semakin keras.
ooo0ooo Putri Kim huan merasa napasnya sesak. pelukan pedang emas membuatnya sukar bernapas,
sambil meronta terus kembali teriaknya:
"Aku tak mau, aku tak mau..... apa artinya kau memaksaku untuk melayani dirimu?"
"Justru keadaan beginilah baru asyik, semakin kau menolak. semakin asyik bagiku."
"Aku benar-benar tak mengerti, mengapa kau harus berbuat begini" Uuuuh......uuuh.....aku
sama sekali tak suka kepadamu"
"Jadi kau ingin tahu" "jerit pedang emas. "Baik, akan kuberitahu, aku berbuat begini karena
kau perempuan dan aku laki-laki."
"Apakah seorang laki-laki harus menganiaya seorang perempuan?"
"Memang begitulah seharusnya, setiap lelaki harus dapat menaklukkan kaum wanita."
"Kuharap kau jangan berbuat demikian, jangan-.... kumohon kepadamu.... jangan-" Kembali
pedang emas tertawa seram.
"Heeeeh......heeeeh.....heeeeh......tuan putri, semestinya kau bangga karena kutaklukkan,
sebab akulah lelaki diantara kaum lelaki, sedang kau adalah perempuan diantara kaum
perempuan- Kita memang sudah ditakdirkan untuk berpasangan-"
"Hmmm, siapa yang sudi berpasangan denganmu" Kau manusia kotor, manusia rendah cabul"
Pelan-pelan pedang emas menarik napas panjang-panjang, katanya kemudian"Kau tak usah takut karena tubuhmu berhasil kucicipi, sebab disaat kaum lelaki berhasil
menaklukkan kaum wanita, kaum wanita belum menderita kekalahan total, sebab wanitapun bisa
membentak kaum lelaki semua dengan keinginan hatinya."
Berbicara sampai disitu secara setengah paksa dia menempelkan wajahnya yang jelek dan
rusak itu keatas wajah putri Kim huan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan itu.
Tiba-tiba saja putri Kim huan merasakan jantungnya berdebar keras, bau lelaki yang khas
serasa menyusup kelubuk hatinya, membuat dadanya terasa sesak. Tak lama kemudian suasana
pun menjadi hening dan sepi.
Yang terdengar hanya dengusan napas dan rintihan kenikmatan dari pedang emas yang sedang
merasakan kenikmatan hidup,...
Sampai lama kemudian-....pedang emas baru menghembuskan napas panjang hembusan napas
kepuasan-.... Saat itu pula terdengar putri Kim huan berteriak dengan penuh amarah:
"Kau setan jelek. manusia biadab berhati busuk. kau pasti akan mati konyol, mati secara
tragis....." Pedang emas tertawa tergelak.
"Haaaah.....haaaaah.....haaaaah......apakah aku kurang baik terhadap dirimu" Kau toh bisa
menciptakan aku sebagai lelaki yang sesuai dnegan kehendak hatimu?"
"Tidak, tidak, aku tak sudi bersama lelaki semacam kau" Kau lelaki cabul, lelaki biadab" putri
Kim huan menangis terisak.
"Tak usah takut" bujuk pedang emas sambil merangkul pinggang gadis itu erat-erat. "Bila kau
bisa melahirkan seorang putri untukku, aku percaya putri kita pasti merupakan seorang gadis
paling hebat dikolong langit dewasa ini."
"Tapi sayang aku tak sudi" tampik putri Kim huan tegas-tegas.
"Tidak usah kau kelewat keras kepala, putri kita pasti yang akan mewarisi kecantikan wajahmu
dan kecerdikan setiap orang didunia ini tentu akan mengagumi mereka."
"Tidak- bila aku melahirkan anak dengan kau, sudah pasti bocah itu akan menjadi manusia
yang paling dikasihani dikolong langit."
"Kenapa?" tanya pedang emas keheranan"sebab bocah itu akan mewarisi wajahmu yang jelek dan watak yang lemah dariku"
Mendengar sampai disitu, pedang emas tak bisa menahan diri lagi, ia segera tertawa terbahakbahak.
Gelak tertawa mana segera membuat wajahnya yang jelek kelihatan lebih seram dan
menggidikkan hati. Memandang raut muka pedang emas yang rusak dan jelek seperti setan itu kembali putri Kim
huan merasa muak dan ingin muntah segera bentaknya sinis: "cepat lepaskan aku, kau manusia
jelek." Pedang emas berbicara, dia hanya tertawa tiada hentinya. Kembali putri Kim huan berkata:
"Kumohon kepadamu, lepaskan aku, aku percaya tak akan ada seorang manusiapun yang
bersedia hidup secara baik-baik dengan manusia jelek macam dirimu itu."
Pedang emas kelihatan tertegun, lalu tanyanya serius: "Kau selalu mengatakan aku jelek
benarkah kau tidak menyukai diriku......"
"Tentu saja" Pedang emas segera tertawa seram.
"Toaya toh tidak harus memaksamu untuk mencintai aku, lagi pula tampang ku jelek atau
tidak- toh merupakan urusan pribadiku sendiri"
"Tapi sayang tampangmu kelewat jelek andaikata aku menjadi dirimu......."
"Mau apa kau?" sela pedang emas gusar.
"Aku pasti akan menjauhi setiap orang aku pasti akan membebaskan semua perempuan,
daripada mereka merasa muak dan ingin muntah, daripada orang menyumpahi dirimu, ini
merupakan langkah pertama."
Pancaran sinar amarah mulai mencorong keluar dari balik mata pedang emas, tiba-tiba jeritnya:
"Apa langkah yang kedua?"
"Langkah kedua, aku akan pergi kelautan timur dan menceburkan diri kedalam laut untuk
menghabisi hidup sendiri, daripada kejelekannya dicaci maki orang dan disumpahi orang
sepanjang masa" Perlu diketahui, titik kelemahan yang terbesar bagi manusia adalah disaat kelemahannya
dikorek-korek orang, apalagi buat pedang emas yang selalu menganggap dirinya hebat dan luar
biasa, kata-kata putri Kim huan diterimanya bagaikan sebuah tamparan keras.
Untuk berapa saat lamanya pedang emas berdiri tertegun, memandang wajah putri Kim huan
dengan termangu- mangu sementara kobaran api kegusarannya makin membara didalam
dadanya. Putri Kim huan yang menyaksikan peristiwa ini menjadi tertegun, katanya kemudian:
"Hey......kenapa......kenapa kau?"
"Kau tak usah mencampuri urusanku"
"IHuuuh, siapa yang akan mencampuri?"jengek putri Kim huan dengan nada menghina. "Benarbenar
manusia tak tahu diri cepat lepaskan aku" Dengan berangnya pedang emas segera
berteriak: "Kau anggap dirimu adalah perempuan yang luar biasa, siapa yang kesudian denganmu?"
Sambil berkata ia segera membebaskan pelukannya dan mendorong gadis itu kebelakang.
Putri Kim huan sama sekali tak menyangka kalau pedang emas akan membebaskannya secara
tiba-tiba lalu mendorongnya, seketika itu juga tubuhnya terlempar keujung pembaringan, dan
kepalanya menumbuk ditepi ranjang hingga terasa pusing sekali. Kembali pedang emas berseru
sambil tertawa dingin: "Sebenarnya aku menyukai dirimu, tapi sekarang....seka rang aku sudah berubah pikiran- Aku
benci dirimu, tidak.....aku muak kepadamu, aku bosan kepadamu....."
"Aku tak ambil perduli kau bosan kepadaku atau muak kepadaku....." seru putri Kim huan
sambil menangis. "Lalu apa yang kau minta?" teriak pedang emas sambil menggertak giginya kencang-kencang .
"Aku hanya berharap kau jangan menggubris diriku lagi." Pedang emas segera meludah.
"cuuuh, sekalipun kau berlutut dihadapanku dan merengek-rengek, tak nanti aku tak akan
menggubris dirimu lagi."
"Bagus, sepanjang hidup kau tak usah berpikir untuk mengusik diriku lagi....." putri Kim huan
tertawa dingin. Pedang emas agak tertegun, tapi segera teriaknya gemas:
"Apa kau bilang" Aku belum sempat mendengarnya dengan jelas."
Dengan angkuh putri Kim huan melengos kearah lain, sambil membelakangi pedang emas dia
berkata: "Kecuali kau menggunakan kekerasan untuk menggagahi diriku, jangan harap aku bisa berbuat
baik kepadamu." Tapi....saat itulah mendadak pedang emas menerjang kemuka seperti harimau kelaparan yang
menerkam domba, dengan suatu gerakan cepat ia mencengkram tubuh putri Kim huan-Dengan
perasaan terkejut putri Kim huan berpaling, jeritnya kaget: "Kau.......mau apa kau?"
Dengan kasar pedang emas menarik celananya hingga robek. teriaknya keras-keras:
"Akan kurobek kulit luarmu yang palsu itu, agar kau bisa mengetahui dirimu yang sebenarnya."
Tidak menanti reaksi dari putri Kim huan ia menarik celana itu keras-keras hingga kerobek
sama sekali. Tubuh putri Kim huan yang indahpun segera muncul didepan mata dalam keadaan bugil, diatas
kulit tubuhnya yang putih, kini telah membekas sambaran jari kuku yang panjang.
Keadaan pedang emas saat itu seperti orang kalap. dia menarik dan merobeki semua pakaian
yang dikenakan putri Kim huan dari atas sampai kebawah sehingga dalam waktu singkat gadis
tersebut berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa secuwil benangpun.
Putri Kim huan berusaha menutupi tubuh bagian rahasianya dengan jari tangan, ia merasa
malu, gusar dan mendongkol, sambil menangis terseduh-seduh teriaknya:
"Apa maksudmu....... kau.......kau tak ubahnya seperti hewan, kau binatang berkedok
manusia." Melihat keadaan putri Kim huan yang begitu mengenaskan, pedang emas merasa amat puas
dan bangga, serunya sambil tertawa terbahak-bahak:
"H^aaah......haaaaah......haaaaah......sekarang boleh bercermin, coba lihat siapa yang lebih
mirip hewan" Secara kasar dia menarik tangan putri Kim huan dan diajak berdiri didepan cermin, setelah itu


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali katanya: "coba lihatlah, beginikah tampang seorang tuan putri dari negeri Kim" Betul-betul tak mirip..."
Dalam keadaan dicengkeramnya tak mungkin buat putri Kim huan untuk membungkukkan
tubuhnya, tapi diapun enggan melihat keadaannya yang bugil didepan cermin, maka sambil
menjerit-jerit teriaknya:
"Kau bajingan keparat, manusia laknak suatu ketika kau bakal mati konyol disambar geledek"
Pedang emas sama sekali tak menanggapi dia malah tertawa terbahak-bahak. Kembali putri
Kim huan berteriak: "Setan jelek. cepat lepaskan aku, jepitan tanganmu membuat aku merasa kesakitan."
"Kau takut kesakitan" jengek pedang emas sambil menyeretnya kembali kearah pembaringan.
Kembali putri Kim huan didorong hingga roboh tertelentang diatas pembaringan, melihat itu
dengan suara gemetar gadis tersebut berseru: "Kau.....kau jangan mengulangi lagi perbuatan
biadabmu itu." Pedang emas tidak menggubris, dia masih tertawa dengan seramnya.
Dalam keadaan begini, putri Kim huan tak bisa berbuat banyak kecuali tidur terlentang dengan
badan gemetar keras, ia takut ia ngeri tapi diapun merasa marah dan mendongkol.
Pedang emas masih berdiri diujung pembaringan bagaikan seekor serigala yang sedang
mengincar mangsanya, ia tidak berbuat lain kecuali melayangkan pandangan matanya dari atas
hingga kebawah, dia seperti hendak menikmati keindahan tubuh sinona yang bugil sepuaspuasnya
. Saat ini putri Kim huan memang berada dalam keadaan telanjang bulat, seluruh lekukan
tubuhnya yang paling rahasia tertera dengan jelas.
Dalam keadaan begini, dia bukan lagi seorang bangsawan putri darisuatu kerajaan.
Kini dia tal lebih hanya seorang wanita.
seorang buruan yang sedang diincar serigala lapar.
"Kau setan jelek, binatang rakus......" putri Kim huan mengumpat tiada habisnya.
Kalau bisa, dia ingin menggunakan semua kata-kata yang paling kotor dan paling keji untuk
menghina dan memaki pedang emas. Dengan suara dalam pedang emas menyahut:
"Yaabetul, aku memang jelek, sekalipun aku mirip binatang rakus, kaupun belum tentu mirip
manusia baik. Hmmm, kau sendiripun tak lebih cuma seekor rase yang licik"
"Aku memang rase, lebih baik kau jangan mengusikku lagi"
"Kalau aku senang, mau apa kau?"
Putri Kim huan betul-betul merasakan seluruh badannya lemas, tulang belulangnya seperti
sudah terlepas dari kerangka tubuhnya, dengan perasaan apa boleh buat akhirnya dia memohon:
"Lebih baik.....berilah......berilah kematian secepatnya kepadaku, agar aku terbebas dari siksaan
secepatnya......." Melihat rasa takut yang mulai membayangi wajah gadis itu, tanpa sadar sekulum senyum
kemenangan tersungging diujung bibir pedang emas.
Semula putri Kim huan mengira permohonannya percuma saja, tak mungkin pemuda tersebut
akan memenuhi permintaannya.
Diluar dugaan, tiba-tiba saja pedang emas menarik tangannya hingga terbangun dari
pembaringan. Dengan wajah tak percaya putri Kim huan segera berseru: "Apa" Kau bersedia membebaskan
aku?" "Haaaah.....haaaah.....haaaaah......omong kosong, kau anggap aku benar-benar berniat
memaksamu" " "Tapi kau tadi......" putri Kim huan berbisik ragu-ragu.
"Hmmm, tadi toaya cuma bermaksud menjajal dirimu."
"Apa yang hendak kau coba?"
"Aku ingin tahu apakah kau benar-benar seorang perempuan suci yang saleh dan jujur."
"Hmmmmm, ngaco belo."
"Biar kau menuduh apa saja, buktinya kau memang tak bisa menahan diri nyatanya kau tak
sanggup mengendalikan rangsanganku. Kau memang seorang perempuan rendah yang murahan?"
Merah padam selembar wajah putri Kim huan karena ucapan trsebut serunya kemudian:
"Rupanya kau sengaja hendak mempermainkan aku?"
"Haaaah.....haaaaah.....haaaaah.....memang begitulah niatku. Padahal sekalipun kau berlutut
dihadapanku dan mohon kepadaku untuk memuaskan dirimu, belum tentu aku
bersedia......hmmmm, kau anggap dirimu itu manusia macam apa" Masih ketinggalan jauh sekali."
Putri Kim huan tak tahan menghadapi ejekan tersebut, dia segera membantah:
"Aku adalah tuan putri dari negeri Kim sedang kau manusia macam apa" Huuuh kau tak lebih
cuma manusia gelandangan dari dunia persilatan, berani amat kau menghina aku?"
"Jadi kau merasa terhina bukan?" jengek pedang emas. Setelah berhenti sejenak. dengan
wajah serius terusnya: "Tapi tahukah kau siapakah aku sipedang emas" Semenjak masih kecil dulu aku yang telah
berkelana didalam dunia persilatan mencari nama besar dan banyak mendapat cinta kasih dari
gadis-gadis cantik, tapi tak seorangpun yang kusenangi. IHmmm, sedang kau manusia macam apa
dirimu itu?" "Aku toh tak pernah memohon kepadamu untuk mengusikku" teriak putri Kim huan
mendongkol. Dengan geram pedang emas menyambar pakaian putri Kim huan yang kini sudah terkoyakkoyak
tak karuan itu dan dilemparkan kearahnya sambil berseru penuh kegusaran"Lebih baik tutup tubuhnya yang jelek itu secepat mungkin, kemudian enyah dari tempat ini"
Putri Kim huan tak kuasa menahan rasa sedihnya lagi, dia menangis tersedu-sedu.
"IHey, sudah kau dengar perkataanku?" kembali pedang emas berteriak nyaring. "Sekarang
juga enyah dari sini, enyah dari hadapanku"
Ternyata apa yang telah diucapkan itu benar-benar pula dilaksanakan, tanpa menggubris
apakah putri Kim huan bersedia atau tidak- ia segera mencengkeram tubuh gadis itu kemudian
mendorongnya keluar. Putri Kim huan adalah seorang gadis yang lemah dan tak pandai bersilat terpaksa ia
membiarkan pemuda tersebut berbuat sekehendak hatinya.
Tak selang beberapa saat kemudian, putri Kim huan sudah didorong dari ruangan itu.
"Blaaaaammmmm......"
Terdengar pintu ruangan dibanting keras-keras, dengan penuh amarah pedang emas telah
menutup kembali pintu kamarnya.
Kini, tinggal putri Kim huan seorang diri tersekap diluar ruangan dalam keadaan telanjang
bulat. Sesungguhnya putri Kim huan ingin meninggalkan tempat itu secepatnya, berusaha menjauhi
cengkeraman iblis hingga tak sampai diperkosa kembali oleh pedang emas.
Tapi kini, dia berada dalam keadaan telanjang bulat, bagaimana mungkin ia dapat
meninggalkan tempat tersebut dalam keadaan begini"
Membayangkan apa yang baru saja dialaminya, putri Kim huan tak sanggup menahan diri lagi.
Rasa malu, menyesal, marah dan jengkel bercampur aduk menjadi satu dalam hatinya. Sebaliknya
pedang emas kelihatan amat senang, ia tertawa terbahak-bahak. Sambil menahan rasa malu, putri
Kim huan berteriak: "Pedang emas, jikalau kau masih berperasaan, seharusnya kau memberi sebuah pakaian
untukku......" "Pakaian?" jengek pedang emas sambil tertawa tergelak. "Untuk apa kau minta pakaian?"
"Kau betul-betul biadab" umpat sinona sambil menggertak gigi. "Tak ada manusia didunia ini
yang tak bermoral semacam dirimu."
"Bagus sekali, bukankah kau merasa muak melihat wajahku yang jelek" Nah sekarang kau
boleh pergi dari sini, coba buktikan sendiri adakah orang didunia luar yang menganggap dirimu
cantik" Selesai mengucapkan perkataan itu, suasana menjadi hening dan tak terdengar suaranya lagi,
jelas hal itu merupakan keputusannya yang terakhir.
Betapapun sedihnya putri Kim huan menangis dan berteriak^ pedang emas sama sekali tidak
menggubris. Sampai lama kemudian-.....setelah yakin kalau permintaannya tak mungkin terkabul, dengan
perasaan sedih terpaksa putri Kim huan meninggalkan tempat itu.
Gua sembilan tikungan memang aneh sekali bentuknya, bukan saja tikungannya berliku-liku,
terdapat pula banyak cabang jalan yang membingungkanBerada dalam keadaan yang amat mengenaskan inilah putri Kim huan meneruskan
perjalanannya menelusuri gua.
Sambil berjalan, tiada hentinya dia berpikir:
"Bagaimanapun juga aku adalah seorang putri bangsawan, kenapa aku tak mau hidup senang
dalam istana, sebaliknya malah mengembara kedaratan Tionggoan dan mengalami nasib setragis
ini." "Pedang emas sisetan jelek. manusia biadab itu benar-benar terkutuk, dia telah menodai diriku
secara biadab." "Setan jelek ini memang lelaki yang paling busuk didUnia saat ini, mungkin semua lelaki sama
jahatnya seperti dia...."
Berpikir sampai disitu, mendadak terlintas bayangan seorang lelaki didalam benaknya:
"Lelaki itu kekar, jujur, polos dan mengandung jiwa kelakian yang jantan serta perkasa."
"Rasanya hanya lelaki seperti dialah merupakan lelaki yang baik......"
Lelaki yang dipikirkan sekarang tak lain adalah Kim Thi sia.
"IHmmm, bila lelaki macam pedang emas dibandingkan dengan Kim Thi sia maka mereka
berdua ibarat iblis dan Malaikat"
Diapun mulai membayangkan, seandainya orang yang merobek-robek pakaiannya tadi adalah
Kim Thi sia, sekalipun pemuda itu berbuat lebih jauh pun akan dia layani dengan hati rela dan
gembira. Berpikir demikian tanpa terasa merah padam selembar wajah putri Kim huan, kembali pikirnya:
"Heran, mengapa aku mempunyai jalan pemikiran seperti ini" Kim Thi sia tak nanti akan
berbuat sekurang ajar pedang emas, tak mungkin dia akan mempergunakan cara yang licik dan
kotor semacam itu......"
Tiba-tiba terasa angin kencang berhembus lewat dia merasa menggigil dan bersin berulang kali.
Rupanya tanpa disadari ia telah berjalan keluar dari gua itu.
Dengan mempercepat langkahnya gadis itu segera berhambur keluar dari situ, dia ingin
secepatnya meninggalkan tempat itu.
Mendadak...... Dihadapannya tahu-tahu telah muncul seorang jago pedang yang masih muda, putri Kim huan
segera mengenali siapakah orang itu serunya tertahan: "Pedang perak, rupanya kau"
Dengan sepasang mata yang tajam tak berkedip. pedang perak sedang mengawasi dirinya
terus menerus, senyuman menghiasi ujung bibirnya. Putri Kim huan menjadi sangat keheranan
pikirnya: "Sungguh aneh, mengapa dia mengawasi diriku terus menerus?" Berpikir demikian iapun
segera menegur: "Hey apa yang kau lihat?"
"Aaaah, tidak apa-apa....." sahut pedang perak sambil tertawa. Putri Kim huan semakin
keheranan oleh tingkah lakunya itu.
"Mengapa kau tidak bersama-sama toa suheng?" tanya pedang perak kemudian dengan suara
lembut. Mendengar ia menyinggung kembali soal pedang emas, putri Kim huan menjadi tak senang
hati, ia tidak menjawab selain menggeleng:
"Jadi dia telah melepaskan dirimu dengan begitu saja?" sambung pedang perak lebih jauh.
"Lebih baik jangan kau singgung tentang sisetan jelek itu lagi, aku membencinya setengah
mati" "ooooh, rupanya kalian sedang cekcok?"
"Bukan hanya cekcok. pokoknya selama hidup aku tak sudi bertemu lagi dengannya"
Untuk sesaat pedang perak menjadi tertegun, diawasinya gadis tersebut dengan pandangan
termangu-mangu. Mendadak putri Kim huan menjumpai sorot mata yang sangat aneh dari balik pandangan mata
pedang perak. cahaya tersebut bagaikan sambaran petir yang menyambar hatinya seketika membuat hatinya
bergidik dan merasa ngeri.
Penampilan cahaya mata yang terpancar dari balik mata pedang perak saat ini lebih mirip
dengan pandangan rakus seekor binatang buas yang sedang mengawasi mangsanya.
Putri Kim huan pernah menyaksikan pandangan rakus ini belum lama berselang yakni disaat
pedang emas sedang menerkamnya secara brutal dan memperkosanya secara keras.
Sungguh tak disangka, setelah bersusah payah meloloskan diri dari terjangan harimau lapar,
kini harus berhadapan kembali dengan serigala buas.
"Pedang perak" gadis itu segera menegur. "Apa yang sedang kau tertawakan?"
Pedang perak segera mendorong dinding batu dibelakang tubuhnya dan membuka pintu
rahasia menuju keruangannya, kemudian menyahut:
"Tidak apa-apa, aku hanya akan mengajakmu memasuki kamar penjaga disudut timur gua
sembilan tikungan-" Begitu pintu ruangan terbuka, maka tampaklah sebuah ruangan yang indah dengan segala
perabot yang mewah. "Hey, apa maksudmu?" tegur putri Kim huan dengan wajah tercengang.
"Aku hanya berniat baik, aku ingin mempersilahkan dirimu untuk tidur dulu disini" kata pedang
perak lagi sambil tertawa. Putri Kim huan jadi tak senang hati, ia segera menegur: "Mengapa aku
harus tidur disini?"
"sebab kau butuh istirahat."
"Tidak, aku tak mau beristirahat."
Pedang perak segera menengok sekejap kearah luar ruangan, kemudian katanya lagi:
"sekarang sudah menjelang tengah malam, kau ingin pergi kemana......?"
"Kau tak usah mencampuri urusanku" tukas putri Kim huan sambil cemberut. Selesai berkata,
dia segera melanjutkan langkahnya menuju keluar gua.
Dengan suatu gerakan cepat pedang perak segera melompat kedepan dan menghalangi jalan
perginya, dia berseru: "Tapi aku hanya bermaksud baik"
"Tidak. kaupun bukan orang baik-baik" bentak sinona nyaring.
"Sekarang tengah malam sudah tiba, bila kau berada seorang diri ditempat luar, bisa jadi akan
bertemu dengan orang yang lebih jahat daripada aku.......apa jadinya bila sampai demikian?"
"Aku benar-benar tak habis mengerti, permainan busuk apakah yang sesungguhnya sedang kau
rencanakan?" Pedang perak segera tertawa nyaring.
"Apakah kau ingin pergi keluar untuk memikat hati semua lelaki didunia ini?"
"Kau anggap aku sudah gila....." jerit putri Kim huan dengan geramnya.
"Kau memang belum gila, tapi lelaki-lelaki yang bertemu denganmu akan menjadi gila semua."
"IHmmm, rupanya kau pun seorang manusia rendah yang cabul dan bejad moralnya."
"Bukan aku yang sudah bejad moralnya atau cabul......" kata pedang perak cepat.
Kemudian setelah menelan air liur terusnya:
"Sebaliknya keadaanmu sekaranglah yang membuat orang tak bisa menahan diri dan menjadi
gila." "Apa istimewanya dengan keadaanku sekarang?" tanya putri Kim huan sambil berkerut kening.
"Apakah kau sendiripun tidak tahu?"
Perlu diketahui, sejak putri Kim huan dicemooh dan dipermainkan pedang emas mungkin
karena cekaman rasa tegang, kaget dan ngeri yang kelewat batas, hal ini membuatnya seperti
melupakan keadaan dirinya yang sesungguhnya.
Ia sudah lupa kalau pakaian yang dikenakan telah dicabik-cabik oleh pedang emas hingga tak
karuan lagi bentuknya. Dia lupa kalau dirinya saat ini berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa selembar
pakaianpun yang melekat ditubuhnya.
Sekalipun kemudian ia telah bertemu dengan pedang perak. namun saat itu yang terpikir
olehnya hanyalah berusaha melepaskan diri dari tempat itu, sehingga dia sendiripun lupa kalau
dirinya saat itu belum berpakaian sama sekali.
Seandainya dia tahu kalau dirinya sekarang sedang berdiri dihadapan seorang pria dalam
keadaan bugil, niscaya ia sudah dibuat malu sekali^
Begitulah, ketika pedang perak mengingatkan dirinya, dengan cepat gadis tersebut memeriksa
tubuhnya.^ Begitu mengetahui keadaan dirinya, dia segera menghembuskan napas dingin seraya berseru:
"Aduh celaka, aku lupa kalau tak berpakaian...." sebaliknya pedang perak tertawa terbahakbahak
kegelian. cepat-cepat putri Kim huan berusaha menggunakan sepasang tangannya untuk melindungi
bagian tubuhnya yang paling rahasia dan terlarang.
Sayang dalam gua tersebut hanya terdapat berapa butir batu kecil saja, sekalipun batu kecil itu
bisa diambil namun tak mungkin bisa digunakan untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling
rahasia. Dalam keadaan begitu, dia hanya bisa berjongkok diatas tanah sambil menutupi alat vitalnya.
Pedang perak tertawa makin keras, malah sambil bertepuk tangan serunya:
"Bagus, bagus sekali, dalam gaya begitu kau nampak lebih cantik dan menarik hati"
Putri Kim huan merasa malu selain mendongkol, cepat-cepat dia mengambil segenggam pasir
kemudian diayunkan kewajah pedang perak.
Pedang perak tidak menyangka kalau gadis itu akan berbuat demikian matanya kemasukan
pasir hingga mesti dikucak cepat-cepat.
Menggunakan kesempatan itulah putri Kim huan segera melarikan diri masuk kedalam ruanganSambil berlarian, gadis itu berteriak tiada hentinya:
"Pedang perak. kau setan menjemukan, kau betul-betul bukan manusia."
Dengan cepat pedang perak menyusul dari belakangnya, sambil berlarian ia menyahut:
"Baru saja aku bicara, kau sudah menjadi begini tegang, padahal tak perlu kau sembunyikan
lagi, aku toh sudah melihat semua bagian tubuhmu dengan amat jelas."
"Apa yang kau lihat, apanya yang bagus dilihatnya?" jerit si nona.
Meskipun berkata begitu, dia merasa tak rela membiarkan tubuhnya yang telanjang bulat
ditonton oleh pedang perak.
Sambil tergesa-gesa masuk kedalam ruangan dia mencoba menemukan sesuatu guna menutupi
bagian tubuhnya yang rawanTapi untuk berapa saat dia menjadi bingung, apa yang harus dicari untuk digunakan menutupi
badannya" Tak sedikit benda yang terdapat dalam kamar itu, tapi sedikit sekali yang bisa digunakan untuk
dipaksa menutupi badannya.
Setelah mencari kesana kemari dengan susah payah, akhirnya putri Kim huan berhasil
menemukan selembar handuk kecil untuk mencuci muka.
Dengan cepat dia menyambar handuk tersebut, tapi kembali kesulitan lain dijumpai.
Bila handuk kecil itu dipakai untuk menutupi tubuh bagian atasnya, maka bagian bawah


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya akan kelihatan, kalau dipakai untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, bagian atasnya
akan terlihat jelas. Belum lagi dia sempat berbuat sesuatu, pedang perak telah tertawa tergelak sambil berteriak:
"Waaaah..... jangan, jangan kau gunakan handuk tersebut, handuk itu kupakai untuk mencuci
muka, masa kau memakainya untuk menutupi anumu...waah, mukaku bakal ikut bau jadinya....."
Putri Kim huan sungguh merasa malu bercampur mendongkol, dalam gemasnya ia segera
melemparkan handuk itu kearah pedan perak.
Secara kebetulan sekali handuk tadi terjatuh menimpa batok kelapa sipedang perak. Melihat itu
kembali pedang perak berteriak:
"Habis sudah, aku bakal sial selamanya, masa handuk yang kau pakai untuk menutupi anumu,
sekarang kau lemparkan keatas kepalaku?"
Sementara dia membuang handuk itu keatas tanah, putri Kim huan telah melompat naik keatas
pembaringan dan menyembunyikan diri dibalik selimut yang tebal.
Pedang perak segera menutup rapat pintu ruangan, lalu sambil tertawa ia berjalan
mendekatinya : "Tuan putri yang cantik" katanya pelan- "Rupanya takdir menghendaki demikian...."
Dengan tubuh gemetar keras putri Kim huan melindungi badannya dibalik selimut, serunya
agak tertegun: "Kau......mau apa kau mendekati aku" Jangan, kau jangan menyentuh tubuhku."
Kembali pedang perak tertawa.
"Apa salahnya kau tidur denganku" Thian lah yang telah mengaturkan kesempatan baik ini
untuk kita, anggap saja kita berdua memang berjodoh"
"Pedang perak" jerit putri Kim huan keras-keras. "Kau tak boleh meniru perbuatan sipedang
emas yang biadab, dia amat jahat...."
"Tidak- aku pasti berbeda dengan toa suheng" kata pedang perak sambil mendekati
pembaringan- "Aku bisa melayanimu secara baik-baik, aku tak akan membuatmu menderita biar
sedikitpun." Putri Kim huan benar-benar tersudut, dia tak mampu untuk melarikan diri lagi.
Sementara itu pedang perak telah melompat naik keatas pembaringan dan memeluk tubuh
putri Kim huan erat-erat.
Tubuh yang lembut dan halus serta gemetar keras itu segera membangkitkan napsu birahi
dalam tubuhnya, terutama sekali bau khas kewanitaan yang terpancar keluar dari tubuh gadis itu,
pedang perak semakin terbuai dalam api birahinya.
"Jangan, jangan Kumohon janganlah kau berbuat demikian, jangan berbuat demikian"
pinta putri Kim huan setengah merengek.
Pedang perak sama sekali tidak menggubris, dia malah tertawa tergelak penuh rasa senang.
Manusia macam pedang perak memang merupakan manusia yang banyak melakukan kejahatan
didalam dunia persilatan, tak ada perbuatan jahat yang tak berani ia lakukan- Bagaimana mungkin
dia bersedia menuruti permintaan dari putri Kim huanDisaat pedang perak sudah mulai bersiap-siap melakukan tindakan lebih lanjut......mendadak
tubuhnya nampak bergetar keras.
Getaran keras yang muncul sangat mendadak ini hampir saja mengejutkan hati putri Kim huanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Rupanya dari balik pintu ruangan terdengar gema suara keleningan yang amat nyaring.
ooooooo Paras muka pedang perak segera berubah hebat, serunya tertahan: "Aduh celaka."
"Apa yang terjadi?" tanya putri Kim huan dengan perasaan terperanjat pula.
Pedang perak sama sekali tidak menjawab, dengan suatu gerakan yang amat cepat sekali dia
melompat bangun dari atas pembaringanKemudian sambil menyambar pedangnya dia berhambur menuju kepintu ruanganPutri Kim huan benar-benar tercengang dibuatnya, dengan perasaan ingin tahu kembali dia
bertanya: "Kenapa sih kau ini" Soal kecil saja dibesar-besarkan, bikin orang kaget saja?"
Tapi sikap pedang perak bagaikan berhadapan dengan musuh tangguh, ia segera berbisik:
"Kau jangan mengurusi aku, untuk sementara waktu lebih baik kau beristirahat dulu disini?"
Kemudian setelah mengencangkan bajunya, dia membuka pintu dan melompat keluar dari
dalam ruangan- Menanti putri Kim huan menyusul kedepan, pedang perak sudah lenyap dari pandangan mata.
cepat-cepat gadis itu melompat bangun dan memeriksa isi ruangan tersebut, ketika dari bawah
ranjang ditemukan pakaian lelaki, buru-buru dia mengenakannya.
Setelah merapikan bajunya, putri Kim huan mendekati jendela dan melongok keluar dengan
cepat hatinya dibuat sangat gembira.
Rupanya pada waktu itu pedang perak sedang bertarung seru melawan seorang kakek
berambut putih yang mengenakan gelang emas diatas kepalanya.
Kakek berambut putih itu mempunyai wajah berwarna merah darah, kepandaian silat yang
dimilikinya sangat hebat.
Putri Kim huan tahu, kakek berambut putih yang berwajah merah ini sudah pasti anak buah
Lembah Nirmala, ini berarti bukan pekerjaan yang mudah bagi pedang perak untuk
mengalahkannya . Diam-diam gadis itu berpikir:
"Mengapa aku tidak manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk keluar dari sini dan
meloloskan diri?" Berpikir begitu ia segera mendekati pintu ruangan dan mendorongnya.
Siapa tahu pintu ruangan amat kuat dan berat, sekalipun sudah didorong dengan sepenuh
tenaga, pintu itu sama sekali tak bergerak. Putri Kim huan adalah gadis yang cerdik, dengan cepat
dia berpikir. "Ya a, betul sudah pasti pintu ruangan ini dikendalikan oleh alat rahasia, bila aku berhasil
menemukan tombolnya, sudah pasti dapat keluar dari sini....."
Maka diapun mulai melakukan pemeriksaan disekeliling dinding ruangan, dia tahu waktu sangat
berharga pada saat ini, dia harus dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebab bila harus
menunggu sampai pedang perak selesai bertarung melawan kakek bermuka merah itu, akan
hilanglah kesempatan baik baginya untuk meloloskan diri. Dalam pada itu, pertarungan diluar
berlangsung amat serunya.
Apa yang diduga putri Kim huan memang benar, kakek bermuka merah itu memang anak buah
si Dewi Nirmala. Ketika pedang perak munculkan diri dengan pedang terhunus tadi, kakek bermuka merah itu
sudah menanti dimuka gua. Dengan perasaan terkesiap pedang perak segera berpikir.
"Sungguh sempurna tenaga dalam yang dimiliki kakek bermuka merah ini, kehebatan ilmu
meringankan tubuhnya boleh dibilang telah mencapai taraf sama sekali tidak bersuara, aku tak
boleh memandang enteng kemampuannya."
Sementara dia masih berpikir, kakek bermuka merah itu telah tertawa terbahak-bahak seraya
berseru: "Haaaah.....haaaah.....haaaaah......hebat betul persiapan rahasia yang ada ditempat ini."
Belum selesai perkataan itu diutarakan pedang perak telah maju kedepan sambil membentak:
"Tua bangka celaka, lebih baik tak usah banyak bicara ditempat ini" Kakek itu tetap tertawa.
"Sudah cukup banyak ilmu barisan yang kutemui, tapi kalau dibandingkan dengan tempat ini,
rasanya tempat ini merupakan tempat yang paling hebat....."
"Apa maksudmu?" tegur pedang perak sambil menatapnya lekat-lekat.
"Aku lihat alat rahasia ditempat ini berhubungan langsung dengan ruang dalam, buktinya baru
saja aku datang kemari, ternyata sudah ada orang yang menyambut kedatanganku, kewaspadaan
yang begitu tinggi sungguh mengagumkan diriku"
"Huuuh, kau ini manusia macam apa" Siapa yang kesudian dengan kagumanmu itu?" jengek
pedang perak sambil tertawa sinis.
Mendadak paras muka sikakek yang sudah merah nampak lebih merah lagi, untuk sesaat dia
terbungkam dalam seribu bahasa. Terdengar pedang perak berkata lagi:
"Bila ditinjau dari dandananmu itu, semestinya kau adalah anak buah dari Dewi Nirmala
bukan?" "Betul" kakek itu mengangguk. "Aku adalah Nirmala nomor sembilan."
"Bagus sekali" teriak pedang perak nyaring. "Setiap anak buah siluman perempuan itu yang
bertemu dengan aku, jangan harap bisa pulang lagi dalam keadaan hidup" Selesai berkata, ia
segera maju kedepan melancarkan seranganSudah cukup banyak penderitaan yang dialami pedang perak ditangan Dewi Nirmala, rasa
bencinya boleh dibilang sudah tak terbendung lagi, tak heran kalau begitu melancarkan serangan,
ia segera pergunakan jurus serangan yang paling tangguh. Kalau bisa, dia ingin membunuh
lawannya didalam sekali bacokan pedang saja.
Sayang sekali kakek bermuka merah itu bukan manusia sembarangan, sebagai Nirmala nomor
sembilan dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya.
Begitu melihat datangnya serangan, dengan cekatan Nirmala nomor sembilan berkelit
kesamping lalu melejit keudara.
Sementara itu serangan dari pedang perak sudah terlanjur dilontarkan, ia tak sempat lagi untuk
menarik diri, buru-buru tubuhnya berputar sambil memutar pedangnya melindungi badan,
serunya: "Aduh celaka......"
Baru selesai ia berseru, segulung angin pukulan yang kuat telah mengancam tiba.
Ternyata Nirmala nomor sembilan telah menyerang dengan telapak tangannya, sementara
kelima jari tangannya yang dipentangkan lebar-lebar secara terpisah mengancam jalan darah Khi
hay hiat, Hu tiong hiat, lo teng hiat, yu hun hiat, dan Koan hiat ditubuh lawanDalam serangannya ini bukan saja Nirmala nomor sembilan menyerang dengan pukulan, lagi
pula mengancam jalan darah lawan sekaligus, kelihayan dan kehebatannya benar-benar tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Namun sipedang perakpun tak malu menjadi murid Malaikat pedang berbaju perlente, sekalipun
menghadapi ancaman maut, dia tidak menjadi gugup karenanya. Sambil tertawa dinginjengeknya:
"Serangan yang amat bagus."
Dengan gerak langkah "pemabuk melangkahi mayat" dia berjalan sempoyongan kian kemari
dan menyusup kedepan. Tanpa terasa berubah hebat paras muka Nirmala nomor sembilan melihat kejadian itu, segera
teriaknya: "Aaaah, teringat aku sekarang rupanya kau lah yang disebut orang sebagaipedang perak."
Dimulut ia berbicara, gerak serangannya sama sekali tak terhenti, dalam waktu singkat kembali
dia melancarkan tiga buah serangan berantai.
Pedang perak sama sekali tidak menghindar atau mengalah dengan mengandalkan sim hoat
perguruannya ia halau semua ancaman yang datang kemudian serunya keras-keras:
"IHmmm, akan kusuruh kau situa bangka celaka merasakan juga kelihayan dari pedang perak"
Dikala pergelangan tangannya digetarkan keras-keras, bayangan pedang yang berlapis-lapis
telah menyelimuti seluruh angkasa.
Ilmu pedang dari pedang perak memang amat termashur dalam dunia persilatan, begitu
serangan dilancarkan, nyata sekali kehebatannya.
Tampak bayangan pedang berlapis-lapis bagaikan bukit, berkuntum-kuntum bunga pedang
yang aneka ragam berhamburan dimana-mana.
JILID 48 Agaknya Nirmala nomor sembilan dapat merasakan gawatnya situasi yang dihadapi sekarang,
dia tidak berani berbicara lagi, tapi memusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi serangan
musuh. Dengan gerakan-gerakan yang lincah dia berkelit kiat kemari, semua gerak serangan yang
dipergunakan kelihatan sangat aneh tapi amat gesit dan lincah sekali. Pedang perak merasakan
gerak gerik Nirmala nomor sembilan bagaikan monyet yang berlompatan diantara lapisan
bayangan pedangnya yang membukit. Dilihat hanya sepintas lalu, gerak gerik Nirmala nomor
sembilan memang amat tak beraturan, sebentar keatas sebentar kebawah, lalu kiri dan mendadak
kekanan, tapi pukulan-pukulan kombinasinya betul-betul hebat, semuanya ditujukan ketubuh
bagian mematikan lawan. Seperminum teh kemudian dua puluh gebrakan sudah lewat dengan begitu saja. Tapi gerak
gerik Nirmala nomor sembilan masih tetap lincah dan cekatan, bayangan pukulan dan serangan
jari tangannya kian lama pun kian bertambah gencar.
Walaupun saat itu posisi pedang perak nampaknya berada diatas angin, sesungguhnya ia
berada dalam keadaan yang amat sulit. Tiba-tiba ia membentak keras:
"Hm-mm, jika aku sipedang perak tak mampu menaklukkan seorang manusia semacam dirimu.
apalah artinya berkelana lagi didalam dunia persilatan.......?"
Selesai membentak, ia segera mengayunkan pedangnya sambil menghindar lalu mundur sejauh
tiga depa lebih dari posisinya semula. Nirmala nomor sembilan seperti tidak memahami tujuan
musuhnya, tapi seperti juga telah mempunyai perhitungan yang masak, ketika melihat musuhnya
mundur, ia justru mendesak maju lebih kedepan. Dalam pada itu pedang perak yang telah mundur
senjauh tiga langkah telah mempersiapkan serangan yang gencar tiba-tiba saja pedangnya
diayunkan ketengah udara membentuk sebuah gerakan busur. Gerakan busur itu sama sekali tidak
meninggalkan bekas apa-apa, namun tahu-tahu saja ujung pedangnya telah mengancam dada
lawan. Jurus serangan dari sipedang perak boleh dibilang amat dahsyat, sakti dan
membahayakan. Nirmala nomor sembilan menjadi amat terkesiap, untuk menghindarkan diri jelas sudah tak
sempat lagi. Nampaknya serangan pedang dari pedang perak segera akan menembusi dada lawan serta
merenggut nyawa Nirmala nomor sembilan.
Disaat yang amat kritis itulah tiba-tiba terlihat Nirmala nomor sembilan memutar tubuhnya
dengan kecepatan tinggi, lalu dia melejit ketengah udara hingga ketinggian berapa kaki.
Pedang perak bukan manusia sembarangan, melihat musuhnya hendak meloloskan diri dengan
melejitkan diri keudara, serta merta dia menggetarkan kembali pedangnya dengan gerakan
"Bunga pedang memenuhi angkasa." "Sreeeettt......"
Kedengaran suara baju yang robek tersambar pedang, tampakiah pakaian yang dikenakan
Nirmala nomor sembilan telah tersambar robek, bahkan ujung pedang tersebut sempat melukai
tubuh lawan sedalam berapa inci.
Melihat serangannya berhasil melukai lawan, pedang perak segera tertawa terbahak-bahak,
Belum habis gelak tertawanya, mendadak ia merasa datangnya desingan angin tajam dari
belakang kepalanya, ingatan kedua belum sempat melintas lewat, jalan darah Im seng hiatnya
sudah digempur Nirmala nomor sembilan keras-keras.
"Aduh celaka" keluh pedang perak dihati. Cepat-cepat dia menghimpun tenaga dalamnya
sambil mundur delapan langkah dengan sempoyongan, walaupun akhirnya dapat berdiri tegak, tak
urung darah segar mengucur juga membasahi ujung bibirnya.
Menanti ia memandang kearah Nirmala nomor sembilan, sekujur tubuhnya terlihat telah basah
oleh darah, napasnya tersengkal-sengkal bagaikan dengusan napas kerbau. Pedang perak nampak
agak tertegun, kemudian bentaknya dengan suara dalam:
"Kakek celaka, apakah kau.......kau adalah Pangeran berkaki sakti Khu Kong?"
Nirmala nomor sembilan membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat lawannya
membungkam, dengan napas terengah-engah kembali pedang perak berseru:
"Seingatku, hanya pangeran berkaki sakti Khu Kong seorang yang mampu mempergunakan
ilmu sakti lompatan dewa. Kau pasti sipangeran sakti bukan.....?"
"Aaaaai......apakah kaupun mengetahui tentang Pangeran berkaki sakti Khu Kong?"
tanya Nirmala nomor sembilan menghela napas panjang. Sewaktu pedang perak baru belajar
silat dari Malaikat pedang berbaju perlente, dia pernah mendapat keterangan tentang pelbagai
ilmu silat yang berada didalam dunia persilatan, dari situlah dia pernah mendengar tentang si
Pangeran berkaki sakti Khu Kong beserta kepandaian tunggalnya. Menurut penuturan gurunya,
Pangeran berkaki sakti Khu Kong amat lihay didalam ilmu meringankan tubuh, terutama sekali
ilmu "lompatan dewanya". Konon sangat hebat dan tiada tandingannya.
Sekalipun selama ini pedang perak belum pernah bersua dengan si Pangeran berkaki saktu Khu
Kong, namun penampilan yang barusa dilihat olehnya membuktikan bahwa apa yang didengarnya
dulu memang nyata selalu.
Sementara itu Nirmala nomor sembilan masih berdiri termangu disitu dengan sepasang
matanya berkaca-kaca. Cepat-cepat pedang perak berkata lagi:
"Hey tua bangka celaka, Ketahuilah meski aku belum pernah bersua dengan Pangeran berkaki
sakti Khu Kong, namun kuketahui dia adalah seorang tokoh silat yang terhormat serta mempunyai
harga diri, tak mungkin dia menjadi cecunguknya siluman perempuan Dewi Nirmala dan
membantunya berbuat pelbagai kejahatan." Nirmala nomor sembilan kembali menghela napas.
"Yaa, kau memang benar, aku memang bukan Pangeran berkaki sakti Khu Kong."
"Lantas darimana kau pelajari ilmu lompatan dewa itu?" bentak pedang perak,
Nirmala nomor sembilan tertawa pedih. "Soal ini lebih baik tak usah kau urusi"
"Hmmm, tua bangka celaka"jengek pedang perak sinis. "Padahal kau tak usah merahasiakan
identitasmu lagi, akupun tahu bahwa kaulah si Pangeran berkaki sakti Khu Kong. Aku benar-benar
merasa malu atas perbuatanmu itu, akupun ikut bersedih hati atas nasibmu yang tragis"
begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka Nirmala nomor sembilan segera berubah
hebat, dengan penuh amarah bentaknya: "Aku katakan sekali lagi, aku bukan Pangeran berkaki
sakti Khu Kong, dia adalah seorang enghiong hohan, seorang lelaki sejati yang tak mau tunduk
kepada siapapun, tapi sayang umurnya tak panjang, sebab.....Pangeran berkaki sakti Khu Kong
sudah mati" "Lalu siapakah kau?" jengek pedang perak lagi sambil tertawa dingin.
"Bukankah sudah kukatakan sedari tadi, aku adalah Nirmala nomor sembilan....."
"Yaa, aku memang tahu kau adalah Nirmala nomor sembilan, tapi akupun tahu bahwa Nirmala
nomor sembilan adalah Pangeran berkaki sakti Khu Kong" Nirmala nomor sembilan menjadi
teramat gusar, paras mukanya merah membara seperti kobaran api, tiba-tiba saja dia melepaskan
sebuah serangan dahsyat kedepan.
Waktu itu, walaupun pedang perak masih bisa berbicara sampai tertawa, sesungguhnya jalan
darah Im teng hiatnya telah terluka dan darah segar mengucur keluar tiada hentinya, ataw
dengan perkataan lain dia hanya mampu menahan diri secara paksa agar Nirmala nomor sembilan
tak tahu kalau ia sudah terluka. Oleh sebab itu disaat serangan lawan menyambar tiba, pada
hakekatnya dia tak mampu lagi untuk menghindarkan diri.
Tampaknya sipedang perak segera akan tewas diujung tangan Nirmala nomor sembilan. Pada
saat yang terakhir inilah, mendadak terdengar seseorang membentak keras:
"Kawanan tikus darimana yang berani membuat keonaran disini?" Bersamaan dengan
bergemanya bentakan itu, terdengus desingan suara nyaring bergema tiba, dan segulung hawa
pedang yang menyayat tubuhpun mengancam datang. Nirmala nomor sembilan segera merasa tak
sanggup menahan diri lagi, ia segera roboh terjungkal keatas tanah.
"Siapa kau?" Nirmala nomor sembilan segera menegur.
"Bila tahu diri, cepatlah menggelinding pergi dari sini. Hmmmm Jika aku sipedang emas sampai
naik darah,jangan salahkan bila kucabut selembar nyawamu"
"Apa" Kau adalah pedang emas?" seru Nirmala nomor sembilan dengan perasaan terperanjat.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendatang adalah seorang pemuda gagah yang berwajah tampan, andaikata ilmu silatnya tidak
amat hebat, siapapun tak akan percaya bahwa orang ini adalah sipedang emas, pemimpin dari
sembilan pedang dari dunia persilatan.
"Bagus sekali, kalau toh kau mengaku sebagai pedang emas, aku percaya kau memang
orangnya." kata Nirmala nomor sembilan lagi.
"Mau apa kau datang kemari?"
"Aku segera akan melaporkan kejadian ini kepada Dewi Nirmala, ia akan segera kemari untuk
mencarimu" Perkataan tersebut seperti diutarakan sebagai gumaman, tapi begitu selesai berkata ia segera
beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Dalampada itu sipendatang sudah tak sabar lagi, tiba-tiba dia membentak keras:
"Hmmm, manusia macam apakah Dewi Nirmala itu, mau dia datang kemari?"
Seraya berkata, sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilontarkan kemuka. Angin
serangan yang gencar dan kuat seperti amukan angin puyuh, dengan secepatnya menyambar
kemuka. Tapi sayang Nirmala nomor sembilan sudah keburu beranjak pergi dari situ, bukan saja
serangan mana tak berhasil melukainya malahan membantu Nirmala nomor sembilan untuk
meninggalkan tempat tersebut jauh lebih cepat lagi. Dalam waktu singkat bayangan tubuh Nirmala
nomor sembilan sudah lenyap dari pandangan mata.
Agaknya sipendatang tidak berniat untuk melakukan pengejaran; dengan langkah pelan dia
berjalan menghampiri sipedang perak, Saat itu walaupun sipedang perak roboh terlentang diatas
tanah namun kesadarannya masih jernih dia hanya merasa peredaran darahnya saja kurang
lancar. Maka Ketika dilihatnya orang itu berjalan menghampirinya, dengan perasaan gelisah segera
menegur: "Be.....benarkah kau adalah sipedang emas, toa suko?"
Orang itu tersenyum sambil mengangguk.
"Betul, masa sampai akupun tidak kau kenali lagi?"
Ternyata orang ini memang benar-benar adalah sipedang emas. Setelah mengusir putri Kim
huan tadi, seorang diri ia mengobati luka wajahnya dengan lentera hijau.
Dalam perhitungannya semula, dia mengira paling tidak membutuhkan waktu selama berapa
hari untuk mengembalikan wajah jeleknya seperti bentuk wajah semula.
Diluar dugaan ternyata kasiat lentera hijau memang sangat hebat, tidak sampai dua belas jam,
wajahnya telah berubah sama sekali, kesegarannya pun jauh melebihi keadaan semula.
Begitulah, setelah kenyataan membuktikan bahwa orang yang berada dihadapannya adalah
sipedang emas, dengan perasaan gembira pedang perak segera berseru: "Toa suko, maaf kalau
aku pangling, aku harus mengucapkan selamat atas keberhasilanmu kali ini"
Pedang emas tidak berkata apa-apa, dia hanya tertawa hambar.
Setelah mengatur sebentar napasnya yang terengah-engah, kembali pedang perak berkata:
"Toa suko, tidak seharusnya kau lepaskan bajingan tua tadi"
"Mengapa?" "Dia bukan manusia sembarangan."
"Aku tahu akan hal ini, dia adalah anak buah Dewi Nirmala."
"Bukan itu maksudku" sela pedang perak cemas. "Kau tahu sesungguhnya orang itu adalah
Pangeran berkaki sakti Khu kong."
"Apa hubungannya dengan diriku?" pedang emas balik bertanya sambil tertawa.
"Besar sekali hubungannya"
"Apa maksudnya?"
Sembari berkata dia segera mengawasi wajah pedang perak dengan lebih seksama. Ternyata
paras muka pedang perak nampak pucat pias bagaikan mayat jelas kalau isi perutnya terluka
parah. "Aduh celaka" pekik sipedang emas kemudian. "Rupanya jalan darah Im teng hiatmu telah
tertotok olehnya." "Itulah sebabnya aku bilang, melepaskan orang itu merupakan tindakan yang salah." Pedang
emas manggut-manggut pelan, kemudian gumamnya:
"Tak kusangka Pangeran berkaki sakti Khu Kong telah menjadi anak buahnya Dewi Nirmala,
lantas kemana larinya semua kegagahan dan keperkasaannya dulu?"
Pedang perak segera berkata lagi: "Orang itu telah membantu lembah Nirmala melakukan
pelbagai perbuatan, bisa jadi dia akan mengajak sepasukan besar anggota Lembah Nirmala untuk
menggempur kita...."
"Kenapa aku mesti takut kepadanya?" jengek sipedang emas dengan angkuhnya. Cepat-cepat
pedang perak tertawa paksa.
"Bukan begitu maksudku......"
"Sudahlah, tak usah memperbincangkan masalah lain lagi, yang penting sekarang peredaran
darahmu harus disembuhkan lebih dulu......"
Seraya berkata, dia mengeluarkan lentera hijau dari sakunya dan mengobati luka pedang
perak, Sembari melakukan pengobatan, merekapun berbincang-bincang kian kemari, pedang
perakpun segera menceritakan masalah sekitar putri Kim huan kepada kakak seperguruannya ini.
Walaupun ada sementara persoalan telah dirahasiakan olehnya, tapi pada garis besarnya dia
telah menuturkan apa adanya. Ketika pedang emas mendengar kalau putri Kim huan masih
tersekap didalam ruangan, dengan cepat dia menarik tangan pedang perak sambil serunya: "Ayoh
jalan, kita tengok kedalam." Dengan langkah yang amat cepat, pedang emas dan pedang perak
berlarian memasuki gua. Siapa tahu apa yang kemudian terlihat sama sekali diluar dugaan.
Pintu rahasia ruang batu itu sudah berada dalam keadaan terbuka lebar, ternyata putri Kim
huan telah berhasil menemukan tombol rahasianya sehingga berhasil pula melarikan diri dari situ.
Melihat kejadian mana, sambil menghela napas panjang sipedang perak segera berkata: "Tak
kusangka perempuan ini betul-betul sangat cerdik dan hebat sekali."
"Bagaimana cerdiknya?" tanya pedang emas dengan wajah agak tertegun.
"Bukan saja dia telah berhasil menemukan tombol rahasia sehingga berhasil melarikan diri,
lagipula......" "Lagi pula kenapa?" sela pedang emas lagi. "Lagi pula ia dapat merobek kain seprei ranjangku
untuk menutupi anggota badannya, bahkan dengan cara tersebut dia mencoba meloloskan diri
dari tempat ini." Perkataannya memang benar, karena seprei ranjangnya berada dalam keadaan kacau balau tak
karuan. Pedang emas segera termenung dan berpikir sejenak, kemudian berkata:
"Ehmmmm....yaaa betul juga perkataanmu, disaat putri Kim huanpergi meninggalkan aku tadi,
ia memang berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang melekat
ditubuhnya." "Betul, dia memang muncul disini dalam keadaan demikian." Pedang emas segera menarik
mukanya, dengan bersungguh-sungguh dia menegur:
"Ditengah malam buta begini, apa yang sedang kalian lakukan ditempat ini?"
"Ti....tidak.....tidak.....kami tidak berbuat apa-apa......." sahut pedang perak dengan perasaan
tegang, jawabannya sampai terbata- bata. Pedang emas kembali mendengus:
"Hmmm, lebih baik kau tak usah membohongi aku"
"Toa suko, kau tak usah kuatir...." pedang perak mencoba untuk tertawa paksa.
"Tak usah menguatirkan apa?"
"Aku toh tahu bahwa putri Kim huan adalah perempuan yang paling disukai toa suko. masa aku
berani berbuat sesuatu yang kurang sopan terhadap dirinya?"
"Hmmm, memangnya aku belum cukup memahami perangaimu?"jengek pedang emas sambil
tertawa dingin. Cepat-cepat pedang perak menjura dan memberi hormat, serunya gelisah: "Toa suko-, kau tak
boleh menaruh kecurigaan kepadaku, aku sungguh-sungguh tidak berbuat sesuatu dengan putri
Kim huan." "Kecurigaan apa" Kau toh bukan patung yang sama sekali tidak berperasaan, mungkinkah
seorang lelaki akan tetap alim bila ia berada dalam satu kamar dengan seorang wanita telanjang,
cantik lagi rupanya?"
Seperti diketahui, pedang emas memang merasa tak senang hati karena penolakan putri Kim
huan untuk bercinta dengannya. Diapun sadar, bila putri Kim huan yang meninggalkannya
kemudian berbaikan dengan pedang perak, atau mungkin juga mereka berdua malah saling
bercinta. Dapat dipastikan kejadian tersebut akan merupakan sebuah tamparan yang cukup keras
baginya. Begitulah perasaan pedang emas sekarang, walaupun ia tak bisa membuktikan bahwa
pedang perak telah bercinta dengan seorang gadis pujaannya, namun rasa kesal dan
mendongkolnya tak bisa dihilangkan dengan begitu saja. Pedang perakpun bukan orang bodoh,
sebagai orang yang teliti dan pandai membaca perasaan orang lain, dengan cepat dia dapat
memahami perasaan pedang emas saat itu, maka kembali serunya: "Toa suko, kau tak usah
gelisah" "Kenapa?" "Kau tak usah cemas, karena aku dan putri Kim huan benar-benar tidak melakukan sesuatu
perbuatanpun." Mendengar perkataan mana, dari malunya tiba-tiba saja pedang emas menjadi naik darah,
segera bentaknya keras-keras: "Apa maksud perkataanmu itu" Apa yang tak perlu kucemaskan"
Apa pula yang perlu kau jelaskan kepadaku.......Hmmm, dihadapanku, lebih baik kau tak usah
menggunakan cara seperti ini......"
"Baik, baik....." pedang perak harus menahan sabar dengan mengiakan berulang kali.
Pedang emas semakin naik darah, kembali bentaknya:
"Lebih baik kau jangan memancing kemarahanku, jika aku sampai marah betul-betul....hmmm,
tentu akan kubuat kau tersiksa jadinya." Pedang perak sendiripun merupakan seorang jago
kenamaan yang tinggi hati, akan tetapi berada dihadapan pedang emas sekarang boleh dibilang
semua kewibawaannya seperti hilang lenyap tak berbekas.
Sewaktu mendengar perkataan itu, paras mukanya berubah menjadi hijau kepucat-pucatan, ia
benar-benar merasa sakit. Kembali pedang emas berkata dengan hambar:
"Ayoh bicara, sebenarnya kau masih mempunyai alasan apa lagi" Permintaan busuk apa lagi
yang belum kau gunakan?" Betapapun tebalnya iman seseorang, bila rasa harga dirinya mulai
tersinggung, dia tak akan tahan juga apa lagi beberapa patah kata itu jelas menunjukkan sikap
yang kelewat keterlaluan.
Pedang perak tak bisa menahan diri lagi, dengan nada melawan dia berseru: "Lantas kau
inginkan aku berbuat apa?" Pedang emas semakin naik darah lagi setelah mendapat pertanyaan
ini, teriaknya: "Sungguh tak kusangka kau berani berdebat dihadapanku. Hmmm, sesungguhnya apa
maksudmu?" "Aku tidak bermaksud apa-apa, aku justru sedang mendengarkan perkataanmu."
"Bagus sekali" bentak pedang emas kemudian. "Aku perintahkan kepadamu untuk segera enyah
dari hadapanku, makin jauh kau pergi semakin baik, mengerti?"
Merah padam selembar wajah pedang perak dibuatnya sambil berusaha menahan kobaran
hawa amarah didalam hatinya dia berkata: "Toa suko, sungguh tak kusangka gara-gara seorang
wanita, kau menjadi begitu marah kepadaku?"
"Aku bukan marah karena urusan wanita"
"Lalu karena apa?"
"Karena aku muak melihat tampangmu, muak melihat kecerimisanmu, muak melihat segala
tingkah lakumu, mengerti" Nah, sekarang kau boleh enyah dari hadapanku, enyah secepatnya dari
sini" Kali ini pedang perak tak bisa menahan ledakan hawa amarahnya lagi, dengan perasaan yang
tak karuan dia menjawab: "Baik, pergi yaa pergi....."
Begitu selesai berkata, dia segera membalikkan badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat
itu. Sebagaimana diketahui, sesungguhnya pedang perak memang enggan menjadi sipenjaga
pintunya pedang emas, setelah keadaan berkembang menjadi begini rupa, dia pun segera
manfaatkan kesempatan baik ini untuk pergi meninggalkannya.
Gara-gara persoalan putri Kim huan, akhirnya hubungan persaudaraan harus menjadi retak
seperti ini, sesungguhnya pedang emas sendiripun tidak menduga sampai disini. Tapi karena nasi
sudah menjadi bubur, peristiwapun telah berlangsung, maka pedang emaspun tidak berusaha
untuk mencegahnya lagi. Menanti pedang perak sudah pergi jauh, pedang emas mulai merasa
kesepian, iapun berpikir:
"Aaaaai.....mengapa harus terjadi begini" Yaaa, watak pedang perak memang terlalu
berangasan, mengapa sih dia tak mau mengalah kepadaku?" Darimana dia tahu bahwa bencana
sering kali disebabkan urusan wanita, setiap masalah wanita sudah muncul, maka berbagai
kesulitan dan kerumitanpun akan berdatangan. Begitulah dengan membawa perasaan yang
murung dan masgul pedang emas berjalan menuju kegua sebelah utara.
Gua sebelah utara dijaga oleh pedang air.
Waktu itu dia bermaksud menuju kegua sebelah utara untuk mengobati luka dalam yang parah
dari si pedang air dengan menggunakan lentera hijau mestika itu.
Tapi dikala pedang emas tiba digua sebelah utara dan belum lagi memasuki ruangan batu, ia
sudah dibuat naik darah lagi.
Waktu itu, bukan saja ia sudah tak berniat mengobati luka dalam dari pedang air lagi. Bahkan
kalau bisa ingin membacok mampus adik seperguruannya ini. Apa yang telah terjadi"
Seperti apa yang telah disebutkan tadi, wanita adalah sumber dari segala bencana. Rupanya
disaat pedang emas tiba dimulut gua sebelah utara, dari luar ruangan dia telah mendengar suara
pembicaraan sepasang lelaki perempuan yang memanaskan hatinya. Tak salah lagi yang lelaki
adalah sipedang air sedang sang perempuan adalah putri Kim huan.
Terdengar pedang air sedang berkata waktu itu. "Apa salahnya kalau mengikuti aku"
Huuuh.....aku telah mencarikan pakaian untukmu, mempersilahkan kau tidur diatas
ranjangku......huuu....huuu.....apakah kurang baik pelayananku ini kepadamu?"
"Setan kau, kau jahat sekali tadi....."
"Bagaimana jahatnya?" Putri Kim huan segera mengucapkan sesuatu dengan suara rendah,
namun karena suaranya kelewat kecil sehingga sama sekali tak terdengar secarajelas.
Walaupun begitu sipedang air yang berada disampingnyajustru tertawa terbahak-bahak. Selang
sesaat kemudian, suasana didalam ruangan gua itu pulih kembali dalam keheningan, tidak
kedengaran suara apapun disitu.
Pedang emas yang berada diluar gua segera merasakan hatinya tersiksa hebat, dia tak dapat
membayangkan bagaimanakah perasaan hatinya sekarang......
Mendadak terdengar suara putri Kim huan berseru kembali:
"Jangan....jangan berbuat begitu"
"Tadi saja kau mau dibeginikan, mengapa kau menolak sekarang?" tanya pedang air.
"Tidak, aku tak mau......" seru putri Kim huan dengan manjanya.
"Apakah aku membohongimu" Tak usah kuatir, aku pasti akan mewariskan ilmu silatku
kepadamu, agar kaupun bisa lari secepat terbang seperti aku.....uuuhuuu.....uuuhhuuu.....apakah
semua perbuatanku ini bukan untuk memenuhi keinginanmu?"
Sewaktu berbicara, seringkali ia harus berhenti sejenak karena terbatuk-batuk, nampak luka
yang dideritanya masih cukup parah.
Namun putri Kim huan tidak memperdulikan hal itu, malahan nampaknya lebih bergembira.
Pedang emas yang mengikuti jalannya pembicaraan itu semakin mendongkol lagi, tanpa terasa
umpatnya: "Mak-nya benar perempuan ini, bedebah terkutuk, karena melihat wajahku jelek, dia berlagak
seperti perempuan suci yang alim dan tak suka begituan. Siapa tahu setelah bertemu dengan
pedang air yang bertampang agak mendingan, meski keadaannya seperti orang yang terserang
penyakit, ia sudah memperlihatkan sifat lontenya......?"
Rupanya disaat putri Kim huan berhasil kabur keruang tempat tinggal pedang air tadi, ia sudah
berada dalam keadaan lemah dan lelah, itulah sebabnya dia tak mampu menolak kehendak
pedang air sewaktu menyetubuhi dirinya tadi. Bagi seorang wanita yang sudah terlanjur ternoda,
biasanya dia tak akan menampik untuk disetubuhi lagi oleh pria lain disaat keadaannya lemah dan
tak mampu menolak, terutama sekali berada dihadapan pedang air yang pandai merayu dan merangsang. Sementara
itu terdengar putri Kim huan telah berkata lagi:
"Aku merasa agak takut, kalau sampai diketahui pedang emas, bagaimana jadinya?"
"Apa salahnya kalau diketahui oleh toa suko?"
"Dia pasti akan cemburu dan membencimu, dia pasti akan berusaha merusak hubungan kita
dan bahkan mencelakai kita berdua." Mendengar sampai disitu, pedang emas sudah tak sanggup
menahan diri lagi, tiba-tiba ia membentak keras:
"Kentut busuk!!! Siapa yang akan cemburu siapa yang berminat untuk mencelakai dirimu.
Hmmm, perempuan macam apa sih dirimu itu?"
Dua orang yang berada dalam ruang gua itu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan
ini. Buru-buru sipedang air berkata:
"Toa suko, rupanya kau sudah datang." Sebaliknya putri Kim huan ketakutan setengah mati, air
mulanya pucatpias seperti mayat, untuk berapa saat lamanya dia tak tahu bagaimana mesti
berbuat. Terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Yaa benar, memang aku telah datang, tapi sekarang aku tak berniat bertemu lagi dengan
kalian, lebih baik kalian sepasang laki perempuan anjing segera enyah dari hadapanku"
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa pedang air mengajak putri Kim huan berjalan keluar
dari ruangan. Sambil menyembunyikan diri dibalik kegelapan, pedang emas berkata lagi: "Hey
pedang air, sebenarnya aku bermaksud mengobati luka dalammu dengan menggunakan lentera
hijau, tapi kenyataannya sekarang kau telah lalai didalam menjalankan tugas, bahkan kaupun
berani berbuat mesum dengan perempuan tersebut disini, kau.....perbuatanmu benar-benar
kurang ajar." "Toa suko" seru pedang air agak gemetar. "Aku mengaku salah, tapi aku benar-benar kelewat
mencintai putri Kim huan, itulah sebabnya tak kuasa lagi aku telah...." Sementara itu putri Kim
huan pun sadar bahwa pedang emas akan naik pitam, maka dengan nekad dia menyela:
"Akupun sangat mencintai pedang air, bila kau ingin membunuhnya, lebih baik bunuhlah kami
berdua bersama-sama, aku tak akan kerdipkan sepasang mata ku......."
Baru berbicara sampai separuh jalan, pedang air telah menukasnya dengan cepat:
"Toa suko....kau....uuuhuuu.....uuuhuuu....kau harus mengampuni kesalahanku?"
Pedang emas segera tertawa dingin.
"IHaaaah.....haaaah.....haaaah......pedang air, bila kujatuhkan hukuman berat kepadamu hanya
disebabkan urusan perempuan semacam putri Kim huan, aku rasa tindakanku ini kelewat cepat
pikirannya." "Yaa, betul-betul....." buru-buru sipedang air mengiakan berulang kali.
Baru saja putri Kim huan hendak menimbrung, buru-buru pedang air mendekap mulutnya
seraya berkata lagi: "Toa suko, kuharap kau jangan menjadi marah hanya dikarenakan berapa patah perkataan tadi


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang wanita" Kali ini pedang emas tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaaah....haaaah.....aku tak akan marah, tapi aku berharap kaupun jangan
menjumpai diriku lagi seumur hidupmu. Cepat ajak perempuan itu dan pergi dari sini sejauhnya,
aku tak akan menarik panjang persoalan ini lagi"
Sambil terbatuk-batuk pedang air mengiakan berulang kali, kemudian ia berkata lagi:
"Tapi kuharap toa suko sudi menyembuhkan penyakit batukku ini dengan lentera hijau,
aku......" Belum selesai perkataan itu diutarakan, terdengar pedang emas telah membentak keras: "Lebih
baik tak usah berangan-angan yang muluk, enak betul jalan pemikiranmu itu, bila kau tidak segera
angkat kaki dan enyah dari sini sekarang juga ,jangan salahkan bila aku akan berubah pikiran
serta bertindak keji kepadamu" Pedang air dan putri Kim huan benar-benar dibuat kelabakan
setengah mati. mereka jadi bingung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan. Sementara itu pedang emas hanya
menyembunyikan diri dibalik kegelapan, dia tak pernah munculkan diri, hal mana menambah
suramnya situasi disekitar sana. Akhirnya putri Kim huan berseru:
"Pergi yaa pergi, apalagi yang memberatkan hatimu?" Agaknya pedang airpun cukup tahu
bahwa pedang emas bukan manusia yang gampang dihadapi, setelah ia perintahkan kepadanya
untuk pergi dari situ, lebih baik dituruti saja kemauannya daripada ditentang. Karenanya sambil
menjura diapun berkata: "Toa suko, aku akan pergi duluan, bila bertamu kembali dikemudian hari
aku tentu akan memberikan penjelasan kepadamu atas kesalahan paham yang terjadi hari ini"
Selesai berkata, sambil terbatuk-batuk dia segera mengajak putri Kim huan beranjak pergi
meninggalkan tempat itu. Suasanapun pulih kembali dalam keheningan dan kesepian yang luar
biasa. Pedang emas merasakan pikirannya kosong dengan langkah yang sedikit gontai akhirnya
dia berjalan menuju kepintu gua sebelah selatan. Tapi sebelum ia mencapai tempat tujuan,
seseorang telah munculkan diri dari depan situ.
Ternyata orang itu adalah sipedang kayu. Pedang kayu memang mendapat perintah untuk
menjaga kawasan tersebut. begitu bertemu dengan pedang emas, sambil tertawa paksa pedang
kayu segera berkata: "Kionghi toa suko atas keberhasilanmu pulihkan kembali raut mukamu, aku
yakin ilmu silatmu pasti akan peroleh banyak kemajuan ketimbang keadaan dahulu?"
Berkat lentera hijau, pedang emas memang memperoleh banyak manfaat dan kemajuan dalam
ilmu silatnya. Tapi dengan suara dingin ia segera menyahut: "Tak ada urusan yang perlu diberi selamat"
"Tapi toa suko, selama bertugas disini, segalanya berjalan dengan lancar......"
pedang kayu mencoba memberi penjelasan.
"Sudahlah, tak usah banyak bicara lagi" tukas pedang emas cepat. "Darimana kau bisa tahu
kalau aku telah mencapai kesuksesan?"
Sebenarnya pertanyaan ini diutarakan tanpa maksud, tapi pedang kayu segera menyahut:
"Tadi......." Baru berbicara sampai setengah jalan, tiba-tiba saja dia menelan kembali kata berikut.
Pedang emas segera mendesak lebih jauh: "Kenapa tadi" Apakah pedang air dan putri Kim
huan telah datang kemari" Atau kah mungkin putri Kim huan sudah datang kemari lebih duluan?"
Pedang kayu adalah seorang lelaki yang cerdas dan panjang pikirannya, mendengar ucapan
mana, sambil tertawa paksa ia segera menjawab:
"Dugaan toa suko memang sangat hebat, aku rasa segala sesuatunya pasti sudah kau ketahui,
sehingga rasanya akupun tak usah banyak berbicara lagi."
"Hmmm, memang tak ada yang perlu dibicarakan lagi." Selama ini dia selalu menganggap
penampikan putri Kim huan untuk bercinta dengannya sebagai suatu peristiwa yang sangat
memalukan, karena itu setelah pedang kayu enggan membicarakan persoalan mana, sudah
barang tentu diapun tak ingin mengorek luka sendiri.
Maka setelah hening sesaat, diapun bertanya: "Kini tugasmu telah selesai, apa rencanamu
selanjutnya?" "Aku mempunyai kedudukan digedung pembesar Kanglam, oleh sebab itu aku harus pergi
kesana untuk menjenguk keadaan ditempat tersebut."
Pedang emas termenung berapa saat lalu sahutnya:
"Yaa, begitupun ada baiknya juga ." Pedang kayu kembali berkata:
"Selama berapa hari terakhir, didalam dunia persilatan pasti sudah terjadi perubahan besar,
entah permainan busuk apa lagi yang sedang dilakukan Kim Thi sia sisetan kecil itu, aku ingin
mencari berita tentang semuanya itu."
"Bagus sekali, tapi kau mesti berhati-hati dalam perjalananmu kali ini, bila ada suatu berita
penting cepat laporkan kepadaku, tak sampai tiga hari aku tentu akan datang kegedung pembesar
Kanglam untuk mencarimu......"
Pedang kayupun segera mohon diri dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
sepeninggal pedang kayu, pedang emas manfaatkan sisa tiga hari yang ada untuk menambah
tenaga dalam sendiri dengan bantuan lentera hijau, lagi pula dia mencoba melatih kembali semua
kepandaiam silat yang pernah dipelajarinya. Hingga dia merasa puas dengan hasil latihannya,
berangkatlah pemuda ini menuju kegedung pembesar Kanglam. Setibanya digedung istana
tersebut dan bertemu dengan pedang kayu, ia menjumpai adik seperguruannya datang melapor
dengan gugup. "Aduh celaka toa suko, Kim Thi sia bocah keparat itu sedang datang mencarimu katanya dia
hendak mengambil kembali lentera hijau tersebut untuk mengobati seorang wanita yang bernama
Lin lin." Mendapat laporan itu, sipedang emas segera tertawa terbahak-bahak,
"Haaaah.....haaaah......haaaah.....kebetulan sekali kedatangannya, aku memang bermaksud
pergi mencarinya serta minta kembali pedang mestika Leng gwat kian, agar dua mestika dari
dunia persilatan, pedang Leng gwat serta lentera hijau bisa berkumpul menjadi satu ditanganku"
Maka diapun mengikuti petunjuk pedang kayu pergi mencari Kim Thi sia serta mencoba
kepandaian silatnya. Siapa tahu ilmu silat yang dimiliki Kim Thi sia pun telah peroleh kemajuan yang amat pesat,
hingga tak mungkin buat pedang emas untuk menangkan pertarungan itu dalam waktu singkat.
Karenanya dia berlari keluar dari ruangan dengan maksud mencari tempat lain guna
melanjutkan perta rungan ini. Diluar dugaan Kim Thi sia sama sekali tidak mengenali dirinya
sebagai sipedang emas hingga tidak melakukan pengejaran, sampai pedang kayu muncul kembali
dan menjelaskan duduknya persoalan, Kim Thi sia baru memahami apa gerangan yang telah
terjadi. Karena ingin menolong Lin lin dengan menggunakan lentera hijau, begitu mendengar
penuturan tersebut Kim Thi sia segera berangkat meninggalkan ruangan untuk melakukan
pengejaran. Tak lama kemudian sampailah disebuah tempat yang sepi dan jauh dari keramaian manusia,
disitulah dia mendengar suara pekikkan nyaring yang bergema memecahkan keheningan.
Kemudian ia mendengar sipedang emas membentak keras: "Bocah keparat, memang kebetulan
sekali kedatanganmu, hari ini aku hendak mengajakmu untuk berduel serta menentukan siapa
yang lebih unggul diantara kita, akan kulihat seberapa banyak kepandaian silat yang berhasil kau
pelajari dari suhu."
Kim Thi sia yang bertemu kembali dengan pedang emas, dengan suara keras berseru pula:
"Hey pedang emas, tak kusangka kau telah merubah tampang mukamu seperti ini dengan
menggunakan lentera hijau."
Pedang emas tertawa tergelak, "Haaaah....haaaah....haaaah.....bukan cuma tampang mukaku
yang berubah, lagipula ilmu silatku telah peroleh kemajuan yang amat pesat, kau jangan samakan
keadaan sekarang dengan keadaan dulu"
"Kionghi, kionghi....." buru-buru Kim Thi sia menjura memberi selamat.
"Hmmm, tak usah banyak adat"
Setelah hening sesaat, kembali Kim Thi sia berkata:
"Sesungguhnya lentera hijau itu merupakan benda milikku yang hilang, sekarang kau harus
mengembalikan kepadaku" Pedang emas tidak menjawab, dia malah mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak.
Gelak tertawanya amat keras dan mengandung nada bangga selain sindiran yang tajam.
Hingga sepertanak nasi lamanya dia baru menghentikan gelak tertawanya itu.
oooOooo Selama ini, Kim Thi sia hanya berdiri tenang disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun,
agaknya dia memang sengaja memberi kesempatan buat pedang emas untuk tertawa sepuasnya.
Sampai lama kemudian, Kim Thi sia baru menegur: "Apa yang kau tertawa kan selama ini?"
"Kau ingin kembali meminta lentera hijau tersebut dari tanganku?"jengek pedang emas sambil
tertawa geli. "Benar" jawaban Kim Thi sia tegas dan keras.
"Tahukah kau apa maksud kedatanganku kemari mencarimu?"
"Darimana aku bisa tahu?"
"Aku justru kemari untuk meminta pedang Leng gwat kiam tersebut dari tanganmu"
Tanpa terasa Kim Thi sia meraba gagang pedang Leng geat kiamnya, lalu menjawab: "Omong
kosong, benda ini milik keluargaku, mengapa aku harus serahkan kepadamu?"
"Atas dasar apa kau mengatakan bahwa pedang Leng gwat kiam tersebut milikmu?"
"Sekarangpun masih tergantung dipinggangku, inilah bukti yang paling jelas."
"Oooh, lentera hijaupun saat ini berada disakuku, apakah benda inipun milikku?" jengek pedang
emas sambil tertawa hambar.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia ia segera mengumpat:
"Kau benar-benar kurang ajar." Sebagai seorang pemuda yang polos dan jujur, dia memang
takpandai berdebat, karenanya dia berteriak lagi:
"Hmmm, kau hanya membuat-buat alasan saja"
"Oya" Lantas apa alasanmu?"
"Pedang Leng gwat kiam merupakan mestika dari keluargaku sejak turun temurun"
"Oooh......begitu" Bagus sekali, kebetulan lentera hijau inipun merupakan pusaka keluargaku
sejak turun temurun."
"Mengapa aku belum pernah mendengar tentang soal ini?" teriak Kim Thi sia dengan
mendongkol. "Akupun belum pernah mendengar kalau pedang leng gwat kiam merupakan benda pusaka dari
keluarga Kim kalian."
"Mungkin telingamu sudah tuli sehingga berita inipun belum pernah kau dengar."
"Hey Kim Thi sia, terus terang aku bicara kepadamu, Leng gwat kiam maupun lentera hijau
merupakan benda mestika dari dunia persilatan, kau tak perlu mengaku-ngaku lagi" bentak
pedang emas nyaring. "Siapa yang tak mengerti tentang soal ini?"
"Tapi mungkin kau belum pernah mengerti tentang sepatah kata......."
"Perkataan apa?"
"Benda mestika dari dunia persilatan hanya diperoleh bagi mereka yang berbakat serta
berjodoh dengan benda tersebut......"
Mendengar ucapan ini, Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak,
"Haaah....haaah....hey pedang emas, apakah kau anggap dirimu adalah seorang manusia yang
berbakat serta berjodoh dengan benda mestika itu?"
"Tepat sekali perkataanmu itu"
Dengan gemas Kim Thi sia segera meludah, serunya: "Aku jadi malu karena mendengar
ucapanmu itu, kau betul-betul seorang manusia latah yang tak tahu diri."
Tiba-tiba pedang emas menarik mukanya lalu dengan serius dia berseru: "Itu mah menurut
pandanganmu pribadi, apa sangkut pautnya dengan diriku" Tapi......"
Berbicara sampai disitu dia sengaja termenung sampai lama sekali, tingkah lakunya kelihatan
amat rahasia. "Tapi kenapa?" Kim Thi sia yang tak sanggup menahan diri segera bertanya dengan
rasa ingin tahu. "Siapa yang membawa benda mestika, dia bisa ketimpa malapetaka, pernah kau dengar ucapan
ini?" "Apa maksudmu?"
"Artinya bila kau tidak segera menyerahkan pedang mestika Leng gwat kiam tersebut
kepadaku, maka bencana besar mungkin akan segera menimpa dirimu."
"Bencapa apa?" "Bencana kematian."
Mendengar itu, Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak,
"IHaaah....haaah....haaaah....justru kau si penghianat perguruan, murid durhaka yang bakal
ketimpa bencana kematian."
"Kentut busuk."
"Tidak kau akuipun percuma, sebab kenyataan toh demikian, nah cepat serahkan lentera hijau
itu kepadaku atau kalau tidak......"
"Kalau tidak kau bisa berbuat apa kepadaku?"
"Kau toh sudah tahu sejak dulu, aku adalah murid kesepuluh dari Malaikat pedang berbaju
perlente." "IHuuuuh, terhitung jagoan macam apaan dirimu itu?" kembali pedang emas menjengek sinis.
"Aku mendapat pesan terakhir dari suhu untuk mengirim kalian semua berangkat keakhirat."
Kali ini pedang emas tertawa menyeramkan. "IHeeeehh.....heeeeeh.....heeeeeh......sebaliknya
aku justru akan mengirim nyawamu untuk berpulang kealam baka, agar bisa bersua kembali
dengan gurumu itu" Tanpa meloloskan pedangnya lagi, tiba-tiba saja dia menerobos maju kedepan sambil
melepaskan sebuah pukulan gencar. Kim Thi sia tidak menyangka kalau musuhnya akan
melancarkan serangan secara tiba-tiba dengan kekuatan demikian dahsyatnya, dia tak sempat lagi
menghindarkan diri buru-buru ilmu Ciat khi mi khi dikerahkan untuk menahan datangnya
gempuran tersebut. begitu ilmu Ciat khi mi khi dikerahkan, segenap kekuatan tubuhnya terhimpun menjadi satu.
Tapi serangan yang dilancarkan sipedang emas ini benar-benar mengandung kekuatan yang
mengerikan, ibarat amukan topan yang menggulung ombak ditengah samudra, dengan dahsyat
dan hebatnya menyambar dan melanda kemuka.
Kim Thi sia sama sekali tak gentar, ia memang sengaja mengandalkan ilmu Ciat khi mi khinya
untuk menerima gempuran musuh, sebab dia ingin mencoba sampai dimanakah taraf kemampuan
yang berhasil dicapai pedang emas. Sebab ia mendengar pedang emas berhasil mendapat
kemajuan yang pesat dalam bagian tenaga dalamnya berkat bantuan dari lentera hijau tersebut.
Siapa tahu begitu dicoba, ia segera menyadari betapa dahsyat dan luar biasanya kekuatan
lawan. Sementara itu serangan yang dilancarkan pedang emas telah menerobos kemuka siap
menghajar bahu kiri Kim Thi sia. Serta merta sianak muda itu menggetarkan bahu kirinya siap
menghisap kekuatan inti musuh.
Akan tetapi diluar dugaan kekuatan yang dimiliki pedang emas sekarang sudah jauh berbeda
dengan keadaan dulu. "Blaaaammm......"
Bentakan keras yang memekikkan telinga pun segera bergema memecahkan keheningan.
Ditengah berhamburannya pasir dan debu keempat penjuru, terdengar Kim Thi sia berseru
tertahan, sambil muntahkan darah segar tubuhnya terpental kebelakang. Seketika itu juga ia
merasakan perutnya terguncang hebat, kepalanya pusing tujuh keliling dan kesadaranya mulai
kabur. Melihat musuhnya mundur dengan sempoyongan, pedang emas menjadi kegirangan
setengah mati, kembali ia tertawa tergelak, Apa bila menuruti adatnya semula, pedang emas tentu
akan menganggap Kim Thi sia pasti akan mati oleh serangannya dan saat itu akan merasa
bergembira. Tapi ilmu Ciat khi mi khi yang dimiliki Kim Thi sia sudah cukup termashur dalam dunia
persilatan, terutama sekali pedang emas sudah beberapa kali menderita kerugian ditangan
lawannya, sudah barang tentu dia tak mau menyudahi serangannya sampai disitu saja.
Belum habis gelak tertawanya bergema, pedang emas telah melompat kemuka dengan
menggunakan jurus "delapan langkah mengejar comberet" sekali lagi ia mendesak maju kemuka.
Tak sampai darah yang muntah keluar dari Kim Thi sia selesai mengucur, dan tak sampai
pemuda itu sempat merangkak bangun, kembali sebuah serangan telah dilancarkan kedepan.
Perlu diketahui, ilmu Ciat khi mi khi memiliki daya kemampuan sangat hebat, betapa pun
besarnya tenaga serangan yang mengancam datang, kepandaian tersebut mampu untuk
menghisap sarinya tanpa merugikan tubuh sendiri. Tapi seandainya tenaga dalam yang dimiliki
pihak musuh jauh lebih dahsyat dan kuat, sekalipun kepandaian tersebut tetap berfungsi
menghisap sari kekuatan lawan, namun paling tidak keadan pada saat itu amat tidak
menguntungkan. Begitulah posisi Kim Thi sia saat ini, berhadapan langsung dengan musuh seperti
pedang emas yang sama sekali tidak memberi peluang baginya untuk istirahat, ia benar-benar
Si Rase Kumala 5 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 3

Cari Blog Ini