Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 16

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 16


datanglah musim dingin dengan saljunya yang beterbangan
seperti tak hentinya, sang musim membuat kedua nona
berduka pula, sepasang alis mereka senantiasa berkerut Tidak
lewat satu hari tanpa mereka memikirkan tunangan mereka
itu. In Gak telah berjanji akan pulang untuk merayakan tahun
948 baru bersama, tetapi sampai sekarang ia belum kembali,
wartanya pun tidak ada sama sekali..
Sebaliknya pada suatu hari, tiba-tiba muncullah Kian Kun
ciu Lui siauw Thian yang datang dari kota raja, Begitu melihat
tetamu-nya ini, Lian ciu segera menanya, "Lui Losu, apa kabar
dari engko cia?" Siauw Thian tertawa berkakan.
"Nona- nona, jangan terburu napsu" kata dia, "Kabar ada
hanya tak dapat aku segera memberitahukannya"
Lian ciu heran, mukanya menjadi merah, Dia membanting
kaki "Berani kau tidak memberitahukan" kata-nya. "Awas,
nonamu nanti keset kulitmu" Dia benar meluncurkan
tangannya ke pundak Kian Kun cia.
Siauw Thian berkelit. "Nona yang manis, tahanlah kepalanmu" katanya tertawa,
"Sediakanlah itu untuk lo-sam, tulang-tulangku tak kuat
menerimanya" Habis berkata, ia lompat ke dalam.
Lian ciu tidak mengerti, ia menguber. Di dalam, Tio Kong
Kiu lagi duduk bicara bersama Ciu Wiseng, ia melihat
datangnya siauw Thian yang dikejar puterinya yang mukanya
merah. ia tidak heran, sebab biasanya dua orang itu bergurau,
cuma ia kata nyaring, "Eh, Lian ciu, jangan kurang ajar terhadap Lui Losu" ia
berbangkit bersama Wi seng, untuk menyambut sahabatnya
itu. "Banyak baik?" ia tanya,
"Aku si orang she Lui tidak kurang suatu apa. Makan
kenyang, tidur nyenyak" sahut sahabat itu, tertawa lucu.
"Cuma sekarang ini begitu masuk ke mari, hampir kulitku
dikeset si nona manis - Aku bilang, Tio Tayhiap. penilikanmu
kurang keras, aku kuatir nanti lo-sam tak sanggup bertahan..."
Kong Kiu tertawa, juga Wiseng "siapa suruh kau jail"
katanya, "Kau cari penyakit sendiri.."
949 Siauw Thian tertawa pula "Ini dia yang dibilang, ada
ayahnya, ada puterinya" ia kata. "Baik, dasar aku yang sial"
Ia lantas berpaling kepada Lian ciu, niatnya menggoda, tapi
ia lantas berdiam, ia mendapatkan mata si nona merah, air
matanya mengembeng. ia jadi merasa kasihan, ia menjura
kepada nona itu dan kata, "Sudah, nona manis, aku mengaku
salah, Kalau sebentar losam pulang, harap kau tidak omong
apa apa padanya, jikalau dia marah, asal dia menggerak saja
satu jeriji tangannya, celaka aku Lian ciu tertawa, mendadak
tangannya menyamber. "Benarkah engko Cia bakal lekas pulang?" dia tanya,
katanya begitu, Siauw Thian berdiam, ia melongo. Lian ciu
heran, ia berkuatir, "Benarkah engko cia bakal lekas pulang?" si nona
menegaskan, Kong Kiu dan wi seng turut merasa heran tetapi
mereka sabar. "Lian ciu," kata Wi Seng tertawa, "Lui Losu baru sampai dia
letih, pergi kau ambilkan air, sekalian kau suruh Goat Go
keluar" Nona itu berdiam, ia tak sudi berlalu, maka ia memberi
tanda pada bujangnya. Siauw Thian tidak berdiam lebih lama, ia tahu orang keliru
mengerti terhadap lagaknyaIa ambil cangkirkan Wi seng, setelah batuk-batuk. Ia
minum dengan bernapsu. "Kamu jangan kuatir," katanya kemudian-tertawa. "Lo-sam
sudah berangkat dari Tiang Pek san-"
Kong Kiu lenyap kekuatirannya. Ia tertawa- "Menantuku itu
sudah berangkat dari Tiang Pek san," katanya, "sekarang ia
berada dimana?" Ketika itu tampak Goat Go muncul, ia lantas memberi
hormat pada Siauw Thian. Hampir orang she Lui terus menggoda Lian ciu kalau ia
tidak lantas melihat si nona berdiam saja, romannya masgul,
950 sebenarnya ia mau menggoda nona itu tak tahu aturan seperti
si nona Ciu. ia bersenyum dan kata, "Ketika aku berada di kota
raja, aku menerima surat Gouw Hong piu dari Utara, katanya
lo-sam berdiam dua hari di sana, lantas menuju ke siamsay
dengan menunggang kuda. Katanya dia mendengar ada
musuh-musuhnya Ceng Hong Pang. dari itu dia mau pergi
membikin penyelidikan. Dengan begitu tahun baru ini dia tidak
keburu pulang..." Kong Kiu mengurut kumisnya dan tertawa, "Dasar anak
muda, dia kurang sabar," katanya.
Hatinya Lian ciu menjadi lega juga tetapi di dalam hatinya
itu ia kata: "Tahun baru kau tidak pulang, kau tega..."
Malam itu Kong Kiu menjamu siauw Thian, Malam itu gelap.
rembulan tak muncul, angin sebaliknya meniup keras. Justeru
begitu dari luar terlihat satu bayangan putih melompati
tembok pekarangan, masuk ke dalam, terus menuju ke arah
kamarnya Nona-nona Tio dan Ciu.
Di mana ada pohon gouwtong yang lebat cabang dan
daunnya. sang angin bertiup terus, salju mulai menebal.
Lauwteng Gouw Im Kok di bagian belakang taman pun
sudah gelap. Di sana Lian ciu dan Goat Go tidur dengan
memadamkan api. Diwaktu begitu, mereka sudah tidur pulas,
justru itu bayangan tadi mendekati lauwteng, ia lompat naik
ke pohon gouwtong, berdiri di sebatang cabang, tangannya
lantas mencabut pedang di punggungnya.
Habis itu, dia lompat ke depan jendela, Dengan tangan kiri
dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dengan pedangnya
dia mengorek kertas jendela, terus barang itu diceploskan ke
dalam kamar, terus dia meniup perlahan-lahun.
Itulah sebatang selubung kuningan, Tiba tiba orang dengan
pakaian putih ini mengasih dengar suara tertahan, terus ia
meraba mata kirinya, lantas tubuhnya mencelat mundur,
951 untuk turun ke bawah lauwteng dimana segera ia lari lebih
jauh, lenyap di tempat gelap.
Menyusul berlalunya orang itu, daun jendela terpentang,
dua tubuh melompat ke luar, tangan mereka masing-masing
mencekal pedang, orang yang satunya melihat ke lantai
jendela. lantas dia tertawa.
"Enci Lian, kau telah menghajar matanya" kata dia. "Di sini
ada beberapa tetes darah. Biarlah bangsat itu dikasih ampun "
Nona Lian itu, ialah Lian ciu, menggeleng kepala.
"Inilah pasti bukan soal penjahat biasa saja," katanya,
"Marilah kita pergi ke depan untuk menemui ayah serta Lui
Losu, untuk memberitahukan mereka, Coba dengar, apa kata
mereka." Nona yang bicara itu, Goat Go, mengangguk "Mari" ia
mengajak. Lian ciu mengikut, maka dengan cepat mereka
meninggalkan kamar mereka, Tiba di depan, mereka heran,
Mereka mendapatkan api dinyalakan terang terang, Ketika
mereka sampai di dalam, terlihat Kong Kiu dan Wi seng, ayah
mereka duduk dengan sikap keren Siauw Thian berdiri dengan
menolak pinggang, wajahnya berseri-seri, Di lantai terlihat
seorang muda dengan pakaian putih, mata kirinya
mengeluarkan darah, mukanya pucat meringis, tubuhnya
bergemetaran, Rupanya dia telah kena ditotok Kian Kun ciu.
Begitu melihat tegas orang muda itu, Goat Go merah
mukanya, ia lantas maju menikam.
"Sabar" siauw Thian mencegah. "Nona-ku yang baik, kau
tunggulah sampai Lui loji menanya jelas padanya, habis itu
kau dapat berbuat sesukamu..."
Nona itu batal menikam, tetapi pedangnya telah menggores
dada orang. Siauw Thian berpaling kepada siorang muda berpakaian
putih itu, dia tertawa haha-hihi. "sin it Beng" katanya, "kau
meminta kematian yang cepat, aku si Loji akan memenuhkan
952 kehendakmu iiu, tetapi kau mesti menjelaskan dulu segala tipu
muslihatnya Oey Ki Pay jikalau tidak. maka kau mesti mengerti
lihaynya Lui Loji" It Beng berdiam. sekarang tidak tampak lagi
keangkuhannya, Darah masih saja keluar dari mata kirinya itu
mukanya tetap pucat, Tubuhnyapun menggetar, tandanya ia
mesti menahan sakit. Siauw Thian mengawasi, ia bersenyum ewah. ia
meluncurkan sebelah tangannya dan menotoksatu kali pada
orang punya iga kiri, sembari tertawa, ia kata, " Totokannya
Lui Loji ini ialah dinamakan san Kut Kang Bangsat yang
menjadi kurbanku sudah bukan sedikit jumlahnya, semua
mereka itu tidak ada satu dua yang dapat mempertahankan
diri, Maka itu orang she sia, aku mau lihat apakah kau
benarkan laki-laki yang terbuat dari baja dan besi..."
Belum berhenti suaranya siauw Thian atau It Beng sudah
mengasih dengar jeritan yang menyayatkan hati, tulangtulangnya
terdengar berbunyi, tubuhnya terus roboh
bergulingan. "san Kut Kang" ilmu yang disebutkan itu ialah
ilmu membubarkan tufang-tulang.
Hanya sebentar, It Beng mencoba mengugulkan diri, ia
bangun untuk berduduk. tangan kirinya dipakai menutupi
matanya yang luka, mata kanannya mendelik hingga hampir
keluar separuhnya. Dengan suara menggetar ia kata: "Baiklah, orang she Lui,
aku Sin It Beng, suka aku bicara... orang she Lui, sampai aku
mati aku tidak akan mengampuni kau..."
Siauw Tiiian menotok pula, untuk membebaskan ia tertawa.
"Asal kau tidak menitis pula, bolehlah kau menantikan aku di
kota iblis" katanya. Sin It Beng mengeluarkan napas, lantas
setelah itu, ia berbicara,
"Nyatalah Pat Pi Kim-kong U bun Lui, ketua dari Oey Ki Pay,
semundurnya dari Ciu Ke Chung, lantas mendendam sakit
hati, ia menganggap kekalahannya itu suatu malu yang
terbesar, ia kata ia tidak puas apabila ia tidak dapat menuntut
953 balas, Maka ia sudah lantas mengirim orang ke pelbagai arah,
untuk mencari tahu In Gak dan asal usulnya.
Tiga bulan sudah berselang, pelbagai juru warta itu pulang
beruntun- runtun, akan tetapi semua pulang dengan tangan
kosong, tidak ada yang berhasil mendapatkan asal usul In
Gak, yang dikenal sebagai Gan Gak. dan tidak ada juga yang
pernah menemuinya, Yang didapatkan cuma "nama Gan Gak
itu bakal menantu dari Tio Kong Kiu dan Ciu Wi seng, dan
bahwa Wi seng dan gadisnya lagi menumpang di rumah Kong
Kiu di Chong-ciu. Sebagai seorang licin, U-bun Lui lantas mengatur tipu
dayanya itu. Untuk itu ia minta bantuannya banyak kawan dan
sahabat: selang satu bulan, ia meninggalkan markasnya.
Sementara itu Hu-pangcu Cin Lok ketua muda Oey Ki Pay
yang bergelar Liat We Che si Bintang Api, surup sekali dengan
julukannya itu, dia lebih panas hati daripada ketuanya. Dia tak
cukup sabar seperti ketuanya itu. Dia menganggap air yang
jauh tak dapat dipakai menolong memadamkan kebakaran
didepan mata. U-bun Lui mau bekerja di tempat yang jauh dari wilayah
kekuasaannya, dia mau turun tangan atas dirinya sahabatsahabatnva
Wi seng dan Kong Kiu. Ini tidak disetujui Cin Lok
sebab katanya, musuh mereka toh Gan Gak seorang, sedang
yang lain-lainnya tak usah ditakuti Cin Lok menghendaki,
justru Gan Gak tidak ada di Congciu, baik mereka perintah
orang menculik kedua nona-nona ciu dan Tio, supaya dengan
begitu Gan Gak dipancing datang ke markas mereka.
Di markas mereka, selain jumlah mereka banyak. keletakan
tempat pun berbahaya, U-bun Lui mementang tipu ini dan ia
jalan dengan rencananya sendiri, Cin Lok pun tidak puas. ia
mendapat kawan dalam dirinya Chong-si Keay siu beramai,
bahkan Chong si Keay siu menganjurinya.
Demikian Cin Lok memanggil Giok-bin Ji Long sin It Beng
dan menitahkan It Beng bekerja.
"Giok bin Ji Long" itu berarti malaikat Ji Long Sin Muka
Kemala". julukan itu didapat It Beng karena dia tampan sekali.
954 It Beng suka menerima tugasnya itu. ia sangat ketarik
kecantikannya Tio Lian Cu. si nona yang pernah muncul di
atas panggung pertandingan silat - ia sampai merindui nona
itu, walau si nona dan Goat Go lihay tetapi ia tidak takut.
Demikian ia naik di lauwtengnya nona. Celaka untuknya
selagi ia meniup masuk asap pulas, Lian Cu memberi presen
jarum pada matanya, hingga ia kesakitan bukan main. ia
melarikan dirinya, Dengan matanya terluka dan memberi rasa
sangat nyeri, ia lari tanpa memilih arah, apa lacur dilapis lacur
Lui siauw Thian lagi keluar untuk buang air, ia berpapasan
dengan Lui siauw Thian.Tidak ampun lagi ia kena dibekuk.
Siauw Thian tertawa. "Kau datang seorang diri atau berkawan, ia tanya "Kalau
kau datang berkawan, kau beritahulah Lui Lo-jie, supaya aku
dapat mengirim orang mengundangku supaya kawanmu itu
datang mengurus jenazahmu "
"Orang she Lui " It Beng berteriakjangan kau memutar
lidah didepan tuan besarmu Lekas kau bunuh aku " Siauw
Thian tertawa jenaka, "Kau berani sekali, kau memandang
kematian seperti orang berangkat pulang, baik, Lu Lo-jie akan
mengiringi kau?" katanya, "Baiklah, kau boleh mengadap Raja
Akherat untuk mendakwa aku. Nah sekarang kau boleh pergi
keneraka sambil tertawa " Kedua nona tertawa melihat
kejenakaan orang. Siauw Thian berkata dan bekerja, ia segera menotok
kebelakang pinggang It Beng, atas mata mendadak mata It
Beng melotot, romannya jadi bengis.
"Kau ...." katanya seraya menuding. Tapi ia tidak bisa
bicara terus, ia lantas tertawa berkakak, ia telah ditotok urat
tertawa-nya. ia tertawa terus hingga tubunya melengking:
Goat Go menjadi tidak tega, maka ia menikam orang jahat
itu, hingga habislah jiwa It Beng.
Beberapa orang lantas membawa pergi mayat sijahat, buat


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikubur. 955 Goat Go menuding Kian Kun Ciu, sembari tertawa ia kata.
"Kau telengas ..."
Siauw Thian tertawa dan kata. "Dasar si nona yang hatinya
mulia. Bangsat semacam dia, kalau dia terjatuh dalam
tangannya Lui Lo-jie, dia mesti dibikin seperti tikus, dia harus
disiksa sepuasnya, baru dia dibikin habis jiwanya .."
Baru siauw Thian berkata begitu, mendadak datang angin
menghembus, membikin penerangan hampir padam, ketika
api lilin menyala pula, maka didalam ruang itu tampak seorang
lain, ia seorang imam yang matanya seperti tiga dan
berewokannya gompyok dan kaku.
Melihat imam itu, Kong Kiu berseru, ia mencelat dari
kursinya. untuk menyerang. Imam itu lincah sekali, dia
berlompat berkelit, lantas dia tertawa.
"Haha, Tio Tayhiap " katanya. "Sudah banyak tahun kita
tidak bertemu, kau masih saja as era n sekali Kenapa kau
main menyerang" ini toh bukan caranya menyambut tamu...?"
"Song cinjin," kata Kong Kiu kemudian, "malam buta rata
kau datang berkunjung, ada apakah pengajaranmu " silakan
duduk " Imam itu tertawa, Dialah Soh beng Pat Ciang shong Lok.
koancu atau ketua dari kuil Cin Koan di san-im. Dia berpakaian
luar biasa, sebab jubahnya merah, dipinggangnya tergantung
sebatang golok kang-to panjang dua kaki, sarungnya dari kulit
ikan yang berwarna biru berkilau, sepatunya sepatu rumput
buatan secuan, mukanya berminyak, kopiahnya miring.
Yang hebat ialah sepasang matanya yang tajam dan kedua
tempilingannya menandakan dia mahir tenaga dalamnya.
"Meskipun pinto telengas, tetapi pinto tahu, ada budi harus
dibalas." Katanya. "Dulu hari Tio Sicu telah menaruh belas
kasihan di ujung pedangmu sehingga muka terangku
teriindung, maka itu malam ini pinto sengaja datang kemari
untuk membawa kabar. Aku minta agar sicu suka berjagajaga.
Kebetulan saja pinto mendapat kabar buruk. Paycu UTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
956 bun Lui dari Oey Ki Pay sudah datang ke San-im untuk
membujuki seorang hantu yang sudah lama tak pernah turun
gunung. Sicu tentu pernah mendengar tentang hantu itu, ialah
Poan Poan-siu yang tinggal di gunung di belakang kuilku..."
Mendengar sampai di situ, dua-dua Kong Kiu dan Wi Seng
melengak. Siauw Thian pun nampak tegang, cuma Goat Go
dan Lian cu yang bersenyum, sebab nama Poan Poan Siu itu
lucu terdengarnya, "Siur berarti si "orang tua" dan "Poan
Poan-" ialah "setengah-setengah "
Jilid 13 : Bentrokan di peternakan Charhar Utara
"POAN POAN SIU pernah muncul pada lima tahun yang
sudah," Shong Lok melanjuti, "Aku percaya Tio Sicu tidak jeri
terhadapnya, Hanya paling belakang ini dia telah memperoleh
kemajuan, Paling belakang ini dia telah dapat sebuah kitab
Seng Siu Mo Keng, kitab Hantu, dia telah mempelajarinya
hingga dia berhasil memperoleh kemajuan, hingga
terbangunlah semangatnya, hingga dia membangun agama
San im Kauw. Dia telah menaklukkan beberapa partai lain. Banyak kali dia
mengundang pinto bekerja sama dengannya, sampai sekarang
pinto belum memberikanjawa banku menerima atau menolak,
pinto cuma tetap bersahabat dengannya, sekarang U-bun Lui
membujuki dia. Katanya U-bun Lui, kalau Poan Poan siu, mau menaklukkan
semua partai, dia mesti mulai turun tangan atas dirinya
menantumu, Tio sicu, sebab menantumu sangat lihay, asal ia
dapat dibikin tunduk. semua partai lainnya akan tertundukkan
sedikitnya separuhnya. Menurut rencana U-bun Lui, paling dulu Poan Poan siu,
mesti turun tangan atas dirinya In Liong sam Hian To Ciok
sam serta di peternakan di Chahar Utara dan di kota raja.
957 Dengan begitu menantumu akan dapat dipancing ke luar, U
bun Lui menjanjikan partainya akan terus mengekor Poan
Poan siu. Poan Poan siu lagi membangun, mana dapat dia tidak kena
dibujuk" Habis tahun baru ini atau selambatnya permulaan
bulan dua, pasti dia bakal datang ke timur. Dari itu pinto
mendahulukan dia datang ke mari." Kong kiu berbangkit untuk
menjura dalam kepada imam itu.
"Terima kasih," katanya, Lantas ia mengajar kenal imam itu
dengan Wi Seng dan Siauw Thian serta anak-anak mereka.
Lian Cu bersenyum dan menanyai "Ayah apakah artinya
Poan Poan siu?" Kong Kiu mendelik, tapi ia berkata perlahan:
"Kau mau tahu saja Banyak mulut" Puteri itu berdiam, tetapi ia
melirik ayahnya itu. "Semua orang tidak tahu, mari Lui loji yang
memberitahukannya" kata Siauw Thian tertawa, "Dia itu pada
setengah bulan yang lampau ialah laki-laki dan setengah bulan
kemudian ialah perempuan, jadinya, setengah lawan
setengah, maka dia pakai namanya itu, Poan Poan siu
sekarang kau mengerti bukan"."
Mukanya Nona Tio menjadi merah.
"Siapa kesudian kau banyak mulut" tegurnya.
Siauw Thian berpaling kepada Kong Kiu, ia memperlihatkan
roman Jenaka, kemudian ia menggoyang-goyang kepala,
katanya, "sekarang ini benar-benar sukar menjadi manusia." ia
terus memandang si imam, untuk sembari tertawa menanya,
"Shong cinjin, bukankah kau telah kena ditarik ke dalam
jaringnya Poan Poan siu?"
Shong cinjin menyeringai dia likat, "sebenarnya, Lui Losu,
itulah hal sangat terpaksa," sahutnya.
Belum berhenti suaranya imam ini atau di luar jendela
terdengar tertawa nyaring yang dingin yang diiring kata-kata
tajam ini, "Benar-benar tidaklah meleset terkaanku si orang
958 tua. Aku bilang hatimu tidak tetap. kau berpikir bertentangan
lalu dengan lain, karena itu aku telah nasehati Kauwcu
menyingkirkan kau tetapi Kauwcu menyayangi ilmu silatmu
yang mahir, sedang sekarang ini saatnya tenaga orang
dibutuhkan, aku dilarang bertindak tergesa-gesa siapa sangka,
justeru kauwcu baik budi, dia meninggalkan orang yang
makan di dalam tetapi membahayakan dari luar. Shong Lok,
kau keluarlah, atau jangan nanti kau mengatakan aku si orang
tua kejam-" suara itu nyaring dan tak sedap untuk telinga.
Shong Lok kaget, mukanya menjadi pucat, akan tetapi
begitu lekas suara orang berhenti ia memutar tubuh sambil
tangannya diayun ke arah jendela, maka belasan sinar seperti
bintang menyamber ke luar.
Berbareng dengan itu, beberapa tubuh dari dalam ruang itu
pada berlompat ke luar. Pelbagai sinar itu sirap. seperti
lumpur masuk kedalam laut.
Dari luar jendela terdengar suara seram ini: "segala
kepandaian tidak berarti berani dipertunjuki jikalau aku si
orang tua takut, tidak nanti aku menguntit kau sampai disini."
suara itu berhenti, lalu disusul suara bentrokan senjata
tajam. Tio Lian Cu sangat cerdas, begitu ia me- dengar suara
orang, begitu ia keluar, ia dapat menduga dari mana suara itu
datang, d angan lantas ia menerjang.
satu tubuh yang besar lompat meleset lompat kesaiju,
tetapi segera dia disamberpula cahaya hijau, Kali ini Ciu Goat
Go yang menerjang dengan pedang Ceng Hong Kiam.
Serangan pedang itu disusul dengan serangan tangannya
Kong Kiu, Wi Seng dan Siauw ThianOrang itu tertawa berkakak, dia berkelit, segera dia lenyap.
Sia-sia orang mencari, maka semua lantas kembali
kedalam, segera meraka menjadi kaget, Shong Lok kedapatan
duduk miring diatas kursi, kedua matanya memperlihatkan
sinar kedukaanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
959 Siauw Thian bercuriga, segera ia menghampirkan, Maka ia
melihat dipundak kiri imam itu menancap sebatang jemparing
pendek dua cun, jemparing itu bercahaya biru. ia mau lantas
mencabut anak panah itu, atau Shong Lok berkelit seraya
berkata: Jangan, Lui Losu inilah senjata rahasianya Poan Poan
siu yang diberi nama panah biru Lan-lin Mo-cian yang
beracun, siapa yang terkena itu, darahnya lantas menjadi
beku. Lekas kau kutungi sebelah tangan pinto "
Habis berkata si imam tertawa dingin, lantas dia
menambahkan: "Pinto tidak bakal mati. Pinto telah menutup
jalan darahku. Pinto cuma akan kehilangan sebelah lengan
kiriku. Yang datang itu murid kepala Poan Poan siu-namanya
Chia-hoat kie Leng it, jikalau kemudian aku tidak dapat
membakar tulang-tulang-nya menjadi abu. sakit hati ini sukar
dilampiaskannya " Kong Kiu mengawasi luka orang itu, ia mengerutkan alis.
"Anak Lian, pergi kau ambil koyok Lay Giok Hwee-leng-ko,"
ia kata, Terus tertawa. "Shong cinjin, lengan kirimu ini tidak
bakal hilang Aku si orang she Thio menjaminnya"
Shong Lok kelihatan girang tetapi tubuhnya bergemetar, ia
merasakan luar biasa dinginCiu Wi Seng berdiam, ia sangat berduka, Bukankah mereka
berjumlah lebih banyak Bukankah mereka semua bertelinga
celi dan bermata tajam. Benar angin santer dan sukar untuk
mendengar apa-apa, tetapi mereka tidak berhasil memegat
musuh yang tersembunyi itu Maka teranglah musuh sangat
lihay. Cepat sekali Lian cu sudah kembali dengan obat yang
diminta ayahnya. Kong Kiu melihat Shong Lok mulai tak sadarkan diri, ia
lantas minta pedang Kie Kwi Kiam, dengan itu ia memotong
daging dipundak orang, guna menyingkirkan anak panah yang
beracun, Tidak ada darah yang mengalir jadi benar
960 keterangan jarum tentang liehaynya racun itu, Dengan sebat
luka itu di obati ditutup dengan koyok. terus dibalut.
Kong Kiu tertawa sambil mengurut kumisnya.
Tidak lama muka Shong Lok tak pucat lagi bahkan menjadi
dadu, ia pun tidak bergemetaran pula. ia membuka matanya
dan tertawa. "Tio siu, dari mana kau dapat obat mujarab ini?"
"Turut keterangan yang aku peroleh, luka ini mesti diobati
oleh pemiliknya, atau orang akan terluka parah dan mati
karenanya sicu, rasanya sukar untuk aku membalas budimu
ini..." "Shong cinjin, buat guna aku si orang she Tio, kau
bercelaka, tak tenang hatiku" katanya, "maka itu, jangan kau
mengatakan demikian, kau membuat aku merasa makin tak
enak. Aku menyesal dan malu sekali, obat ini aku peroleh dari
seorang berilmu, khasiatnya untuk mengobati racun yang
sifatnya dingin. Kau baik cinjin maka kau ketemu pertolonganShong Lok menggeraki tubuhnya, untuk berduduk dengan
tegak. "Aku bukan bangsa lurus tetapi aku mengerti peribadi, aku
mengenal keadaan-" katanya. "Dengan munculnya Poan Poan
siu ini pasti suasana bakal jadi buruk dan berbahaya, bencana
besar tak akan dapat dicegah lagi. Meski begitu, semasa pinto
masih hidup, hendak pinto mendayakannya supaya semua
orang bersiap sedia dari siang-siang" Habis berkata. imam ini
berlompat bangun untuk berlompat terus keluar ruang.
"Shong cinjin- Kong Kiu berteriak memanggil seraya ia
berlompat juga untuk menyuruh. sia-sia percobaan itu, sang
imam sudah lenyap. di situ hanya terasa samberan angin dan
hawa dingin, ia masuk dengan menyesal, katanya: "Shong
cinjin bangsa sesat yang lurus, dia mengerti suasana, jarang
orang seperti dia. kekacauan bakal terjadi, semua itu
disebabkan munculnya In Gak..."
961 "Kau jangan kuatir," Siauw Thian kata tertawa, "biarlah U
bun Lui bekerja sekarang juga Lui loji mau berangkat untuk
mencari losam di Thay-goan, guna mengajak dia pulang agar
kita dapat mendamaikan pada jalan untuk menyambut musuh"
Liang Hoay Tayhiap Ciu Wi Seng yang pendiam, turut bicara.
"Lui Losu," pesannya, "kalau kau bertemu dengan
menantuku itu, jangan kau sebut-sebut urusan di sini, aku
kuatir pikirannya nanti terpecah, kau bilang saja bahwa aku
dan saudara Kong Kiu mengharapi dia lekas pulang untuk
melangsungkan pernikahannya." Dengan kata-katanya ini Wi
Seng menunjuki kesayangannya kepada menantunya itu.
Siauw Thian mengangguk. Dia menoleh kepada kedua nona
dan bersenyum. Muka Goat Go dan Lian cu menjadi merah, lantas Lian ciu
panas hatinya, dia menghunus pedangnya.
Siauw Thian cerdik, ia sudah mendahului lompat ke luar
dari mana ia kata nyaring. "Nona-nona yang manis, sampai
ketemu pula" Dan lantas dia menghilang....
Lian cu mengawasi Goat Go, si nona Cupun memandang
dia, lantas keduanya mengerutkan alis mereka, kedukaan
mereka berjalan terus hingga lewat beberapa hari kemudianBesok ada malaman tahun baru, bagaimana kalau tunangan
mereka tetap tidak pulang"
Lian cu duduk sambil mengawasi Goat Go yang berada di
depan jendela, di meja rias, ia menghela napas, seperti
kunnya itu bersusah hati. Mereka cuma memikir, mengharapharap.
Mau tak mau, dengan bunyinya petasan, mereka toh
menyambut tahun baru. Pada tanggal dua, Siauw Thian kembali dari Thay-goanLian cu menyambut dengan kegirangan"Apakah engko Cia tidak pulang?" tanya-nya. "Mana dia?"
Siauw Thian melirik. Ia bersenyum.
"Losam sudah ada di tengah jalan," ia menyahut "Ia kuatir
dengan berjalan bersama si pengemis Chong si dan Lui Loji
962 nanti mendatangkan kecurigaan kawanan bangsat, dan itu ia
menyuruh kami berdua berjalan lebih dulu dua hari, ia
mengambil jalan dari Lok-yang dan Kayhong pulang ke kota
raja, ia memesan Lui Loji membawa berita bahwa ia tidak
dapat pulang ke Chong ciu, maka itu ia minta kedua nona
suka pergi ke peternakan di Chahar Utara untuk menantikan ia
di sana." Lian cu bersangsi, alisnya terbangun-"Benarkah ini?" dia


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanya. Siauw Thian melembungkan dada, matanya dikecilkan"Mana bisa dusta?" katanya, " Losam bilang paling baik
kedua nona berangkat lebih dulu, ia dapat berjalan cepat,
umpama kata ia sudah sampai tetapi kedua nona belum,
apabila urusan penting, ia akan pergi pula, Maka itu, kalau
sampai terjadi begitu, tak dapat kau menyebalkan Lui Loji"
Baru sekarang Nona Tio mau percaya, ia tertawa dan kata
pada Goat Go: "Enci Go, mari kita berkemas, kita berangkat
dengan kereta keledai" Tanpa menanti jawaban, ia menarik
tangan kawannya, buat diajak pergi ke lauwtengnya.
Kong Kiu mengawasi tajam, ia merasa Siauw Thian tidak
omong sepenuhnya. Tapi ia tidak segera menanyakan.
Siauw Thian tahu, kalau dia omong sebenarnya In Gak
pergi ke Lokyang bersama nona Kouw Yan Bun, mungkin Lian
cu dan Goat Go bercemburu, itulah berbahaya. Baru kemudian
seberlalunya kedua nona itu, ia omong jelas pada Kong Kiu
dan Wi Seng. Wi Seng menghela napas, katanya berduka: "Anak itu
terlalu membawa adatnya. Untuk membalas sakit hati masih
ada jalan lainnya. sekarang ini urusan Nona Kouw Yan Bun ini
baik jangan diberitahukan dulu kepada anak-anak itu."
Kong Kiu sangat menyayangi puterinya, maka itu, ia
menitahkan enam orangnya pergi mengantarkan.
Dengan lekas Lian cu dan Goat Go berangkat. Ayah mereka
berjanji akan menyusul di permulaan bulan kedua, Mereka ini
963 merasa tak kuat melawan hawa udara terlalu dingin, sakit
pernapasan Kong Kiu telah diobati menantunya tetapi ia masih
takut hawa dingin-Siauw Thian memujikan kota Celam yang
hawanya hangat. Habis itu, Siauw Thian berangkat ke Utara.
ooo Hari sudah lohor ketika sang saiju berhenti turun untuk
sementara waktu, Tebal saiju lebih sebatas mata kaki, Di
mana-mana cuma saiju putih yang tertampak. di tanah dan di
atas pepohonan. Melihat jauh ke depan, tak dapat dibedakan
mana langit dan mana bumi, Melainkan sang angin masih tak
mau berhenti bertiup, Tiba-tiba terlihat dua titik hitam yang seperti muncul dari
ujung langit. Lekas sekali, kedua titik itu mulai terlihat tegas, Dilain saat lagi
maka tertampak nyata itulah dua penunggang kuda, yang satu
seorang tua dengan kumis dan jenggot ubanan, yang lainnya
seorang usia kira-kira empat puluh tahun tanpa kumis.
Kedua duanya nampak bersemangat. Kuda mereka
menghembuskan napas yang ber-uap dan tubuhnya
bermandikan keringat, tanda habis melakukan perjalanan jauh
dan sukar. Tepat di sebuah tanjakan- kedua kuda itu berhenti
dengan tiba-tiba. "Aneh, hiante" berkata orang yang tua itu. "sudah seratus li
lebih kita menyusul, kita masih belum melihat si pencuri kuda,
tak ada tapaknya juga Pencuri itu lihay sekali" orang tua itu
bicara dengan matanya menyapu sekitarnya.
"Memang, toako, pencuri itu bukan pencuri biasa," berkata
orang yang lebih muda, yang dipanggil "hiante," - adik, "sudah
setengah bulan kita terus diganggu pencuri, yang munculnya
setiap angin santer dan saiju lebat, begitu kita mendusin,
pencurinya sudah lenyap. Mungkinkah ada orang yang
mengenal wilayah ini yang menjadi cecolok?"
964 "Kalau begitu, siapakah yang kau sangka" orang-orang
kita. dapat dipercaya semuanya, tidak dapat aku menduga
jelek kepada satu diantaranya...
Orang tua itu bukan lain daripada Hui-In-Ciu Gauw Hong
piu, pemilik dari peternakan Cat Pak Bok-thio, peternakan
chahar Utara, dan yang muda yalah pemilik yang kedua, PatKwa Kim-to The Kim Go. "Sebenarnya hal ini sudah lama Siauwtee duga hanya
sebegitu jauh Siauwtee berdiam saja," sahut sang adikangkat.
"Aku belum mempunyai buktinya tidak berani
sembarang bicara. Terutama aku kuatir toako nanti menjadi
tersinggung dan berduka, Toako, orang itu yalah anak-angkat
toako sendiri, Cie Tiauw som"
Hong piu heran hingga ia melongo, "Dia" Buat apa dia
melakukan itu?" "Dasar toako seorang yang sangat jujur," kata Kim Go,
menghela napas, "Cie Tiauw sim itu kelihatan halus dan
hormat diluar, didalam hatinya dia sangat licin, dari siangsiang
Siauwtee telah melihatnya, Urusan ini berpangkal pada
Pok Eng dari Pok Ke Po. Pok Eng sudah lama mengilar
mengincar peternakan kita, Dan cie Tiauw som telah
dipengaruh kan oleh Le Hi, gadisnya Pok ting. Apakah toako
masih ingat peristiwa pada sepuluh tahun dulu halnya Liong
Kang sam Kwe" sekarang ini mereka itu bertiga ada di dalam
Pok Ke Po, maka itu aku menyangka kepada Pok Eng."
Hong piu berdiam, ia berpikir keras, "Jikalau benar
sangkaan kau ini, hiante. aku percaya urusan tak sesederhana
begini," katanya kemudian, "soalnya Pok Eng itu memang
sudah berbulan-bulan mengganjel dalam hatiku..."
Belum habis suara itu, dari kiri mereka, di mana ada bukit
saiju, terdengar satu suara yang nyaring: "Benarlah jahe tua
itu semakin pedas. Memang juga urusan bukan urusan
sederhana" 965 Kedua pemilik peternakan itu terkejut. Dengan mendadak
Hong piu lompat dari atas kudanya, menubruk ke arah bukit
saiju itu. ia bergerak dengan tipu silat "Burung elang
menerkam kelinci" Hui In ciu sebat tetapi orang yang bersuara itu lebih sebat
pula. Dia telah mendahului berlompat menyingkir dia
berlompat sambil tertawa terbahak-bahak. Lantas dia
memisahkan diri lima tombak jauhnya, Ketika dia berlari pula,
segera dia lenyap. Tadi pun cuma terlihat dia berupa
bayangan abu-abu. Hong piu melengak. Ia tidak mengejar sebaliknya, ia naik
pula atas kudanya. "Dia lihay, dia tak ada di bawahan kita," katanya, "Katakata
dia membuktikan benarnya dugaan kita. Mari kita pulang"
The Kim Go menurut tanpa banyak omong, keduanya
lantas kabur pulang. Peternakan cat Pak Bok-thio berada di utara kota To-lun
atau di barat kota Sulong, luasnya ribuan li sekitarnya, Di
antara musim-musim semi dan panas, tegalan merupakan
padang rumput yang hijau segar tercampur pohon pohon
bunga hutan yang kembangnya merah, rumputnya tinggi
hampir setengah pendirian orang.
Di sanalah kawanan kuda, sapi, dan kambing biasa mencari
makannya. Baru di waktu udara dingin dan bumi seperti beku
semuanya berdiam di kandangnya masing-masing, Kandang
mereka berada di tepinya telaga kecil bernama Kat-sip ju.
Di tengah-tengah tanah peternakan itu berdiri empat
rumah besar yang seperti menjadi satu, semua kamarnya
besar dan kecil tak kurang dari seratus lebih.
Saat itu, di sebuah kamar timur, dua orang lagi bermain
catur dengan asyik, Ruang dibikin hangat dengan dapur yang
apinya lagi berkobar-kobar, Bahan apinya ialah kotoran ternak
yang kering, yang kadang-kadang terdengar meletus.
966 Walaupun api guram akan tetapi mukanya kedua pemain
catur itu tampak tegas Yang satu berumur lebih kurang empat
puluh tahun, kumisnya pendek dan tajam, mukanya merah
disebabkan pengaruh air kata-kata, Yang lainnya orang umur
tiga puluh tahun, matanya tajam, hidungnya bengkung,
mukanya putih tanpa kumis.
"Sudahlah, Liauw Busu, kali ini pasti kau kalah" tiba-tiba
yang muda berkata sembari tertawa, " Lebih baik kita mulai
pula dari baru" ia terus melongok ke luar jendela, ketika itu
sudah jauh lohor, " Hari sudah mulai gelap. tiang- cu belum
kembali.. Mungkinkah terjadi sesuatu?"
Orang yang dipanggil Liauw Busu itu tidak menyahuti,
matanya terus menatap biji-biji caturnya yang sudah kacau
balau, baru kemudian dia menggaruk-garuk belakang telinga
dan berkata: "Baiklah, aku kalah. Mari kita mulai lagi" Tapi
yang muda itu mendadak berlompat bangun
"Mereka sudah pulang" katanya, "Nanti aku lihat dulur Dan
dia lari ke luar. Hong piu dan Kim Go baru saja sampai,
setelah menyerahkan kuda mereka pada pegawainya, mereka
berjalan masuk sambil berendeng, tindakannya perlahanKapan Hong piu melihat orang yang menyambutnya,
matanya menyapu tajam. "Tiauw som" katanya tiba-tiba sambil bersenyum, "diluar
dugaan, pencuri kuda kita itu ialah orangnya Houw-ge-thung
Pok Eng" Orang muda itu, ialah Ci Tiauw som, sepasang alisnya
terbangun sedikit, lantas dia tenang pula.
"Tak mungkin" dia kata tertawa, "Pok Po-cu toh bersahabat
kekal dengan Gi-hu, mustahil dia melakukan perbuatan
semacam itu?" Dia memanggil "gi-hu" - ayah angkat, "sekarang ini dunia
sudah berubah," berkata Kim Go. "sekarang ini banyak
967 manusia yang licin, hingga darah daging sendiri tak dapat
dipercaya seluruhnya, apa pula baharu sahabat"
Air mukanya Tiauw som berubah, ia berdiam saja. Mereka
berjalan masuk ke ruang besar.
Gouw Hong piu tinggal di peternakannya ini bersama
isterinya serta satu cucu yang masih kecil, anak mantunya
berdiam di Thoan-en, membuka piauwkiok. The Kim Go
sebaliknya lengkap isteri dan anak-anaknya laki-laki dan
perempuan, jumlah delapan jiwa, yang termuda usia sebelas
tahun- Tiauw som lantas menarik anaknya Kim Go, ia berbicara
sambil tertawa, akan tetapi nyata sekali dia tak tenang
hatinya. Kim Go melihat itu, ia tertawa di dalam hati, ia ingat
kisikannya In Gak waktu In Gak balik dari Cian san.
"Tiauw som berhidung elang dan beroman serigala, dia
sangat licin, biarnya dia anak angkat Gouw Tiang cu,
terhadapnya tiang- cu harus waspada, supaya bisa dicegah
terjadinya sesuatu."
Kim Go biasa tak takluk pada siapa juga, tetapi nasihatnya
In Gak ia perhatikan, maka itu selalu ia memasang mata atas
diri Tiauw som. Malam itu pun angin santer, saiju memenuhi seluruh
padang peternakan, Semua ternak menderita hawa dingin,
binatang kuda meringkik dengan suaranya yang sedih.
Hong piu beramai berkumpul sambil minum arak, untuk
menghangat tubuh. Justeru itu, seorang pegawai lari masuk
tergesa-gesa, melaporkan "Tiangcu Hu tiang cu celaka Ada
penjahat penjahat bertopeng menyerbu kandang timur.
Mereka pun melepas api sudah ada empat- lima orang kita
yang roboh" Hong piu berlompat bangun, lantas ia menitahkan- "Pergi
kau menitahkan supaya semua orang menjaga tempatnya
masing masing jangan bingung tidak keruan Aku akan lantas
ke luar." 968 Pegawai itu, tukang rawat kuda, lantas lari pergi.
"Hiante, kau berdiam di sini melindungi keluarga kita" Hong
piu kata pada Kim Go. "Jangan kasih diri kita kena tertipu akal
memancing harimau meninggalkan gunung. Aku akan lekas
kembali" Terus ia menoleh pada anak pungutnya dan
mengajak dengan nyaring "Tiauw som mari"
Tiauw som menurut. Ketika mereka tiba di luar, di arah timur terlihat api
berkobar, angin seperti neniup-nya, asap bergulung naik, Pula
berisik suaranya kuda dan orang.
Bukan main gusarnya Hong piu, ia lantas lari dengan
menggunai ilmunya lari cepat, ingin ia segera tiba di kandang
ternaknya itu, tapi itu tidak dapat dilakukan dalam sejenak.
sebab letaknya kandang puluhan li.
Tiauw som agaknya gelisah, Dia ikut lari. tapi dia terpisah
dua tombak dari ayah angkatnya itu.
Tiba-tiba di depan terlihat satu bayangan melintas.
"Yap Busu?" Hong piu menegur, "Tiang cu?" balik tanya
orang itu. "Jumlah pencuri banyak sekali. Nanti aku pergi ke
depan" Lantas dia lari terus.
"Bagus" Hong piu memuji. Ia menoleh kepada anaknya dan
kata, " Lihat Yap seng Dia doyan air kata kata tetapi disaat
perlu, dia melebihi sahabat sahabat tukang makan minum saja
ini dia sifatnya orang Kang ouw yang dapat dihargakan, Tiauw
som, kau mesti mencontoh Yap Busu"
Anak itu mengangguk. mukanya merah, tapi dalam gelap
itu tak tampak. Tidak lama tibalah mereka di kandang timur itu, Api sudah
mulai padam, Perawat kuda serta kawan-kawannya. yang
berjumlah seratus orang lebih, terpecah dua, sebagian
melawan pencuri, yang sebagian memadamkan api.
Hong piu melihat musuh pada bertopeng, agaknya mereka
kosen semua, serangan-serangan mereka berbahaya, sudah
969 banyak orangnya yang terluka ia menjadi sangat gusar.
penyerbuan itu memusnahkan usahanya puluhan tahun, ia
memandang tajam, lantas ia melihat musuh yang melayani
tiga orangnya,amenduga dia itu ialah kepala penjahat, maka
ia berlompat ke arahnya, setibanya segera ia lompat
menyerang. Penjahat itu melihat ada tenaga baru, dia lompat mundar
dua tombak lebih, Dengan begitu dia pun menyelamatkan diri
dari serangan Pemilik peternakan ini kagum untuk kelincahan
orang itu tetapi ia merangsak terus, ia lompat dengan tipu
"Mega terbang menutup gunung" Tapi musuh itu menyingkir
dengan lompatan "Naga hitam membalikkan awan-, Dia benar
sangat sebat. "Bagus" berseru Hong piu memuji, ia lantas mengenali
gerakan orang, hingga ia ingat arangnya. ia tertawa terbahak
dan berkata nyaring: "Aku kira siapa Kiranya In Tong ke yang
tiba di sini Tong ke, aku si orang she Gouw tidak pernah
bentrok dengan kau, kenapa malam ini kau mengunjungi aku"
Adakah ini disebabkan aku si orang she Gouw tidak cakap
menyambut tetamunya?"


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Memang pencuri bertopeng itu ialah Hwi Thian Kiat-cu, si
Kala Terbang, atau Kwantiong it Koay, siluman dari Kwantiong, yang bernama
In Ho, yang pernah menunjuki kepandaiannya di panggung
Wan Yoh Tay di Ciu Ke Cung selama diadakan pertandingan
silat. Dia tercengang ketika dia ditegur, hanya sebentar, dia
pun tertawa nyaring. "Gouw Tiang cu bermata tajam, segera kau mengenali aku"
katanya, "Tapi aku harap tiangcu jangan sembarang meludah
dengan darah. Meski aku telengas, tidak biasanya aku
melakukan perbuatan membunuh orang sambil melepas api"
Habis itu dia menarik ke muka-nya, untuk meloloskan
topengnya, hingga terlihat muka kurusnya dengan kumis
970 jenggotnya yang dipanggil jenggot kambing gunung, sedang
matanya berjelalatan- "In Tongke pandai bicara" kata Hong piu tertawa dingin,
"Bukankah sekarang ini nyata bukti perbuatanmu" "
"Jikalau tiangcu tetap menuduh, tak dapat aku
menyangkal," kata In Ho, tertawa menyeringai. " Hanya dapat
aku menerangkan, aku datang kemari karena permintaan
orang" Hong piu tertawa lebar. "Mustahil aku tidak mengerti duduknya perkara?" katanya,
" Liong Kang sam Kwe itu orang macam apa" Hanya aku tidak
percaya In Tongke dapat dibujuk mereka hingga tongke suka
membantu Kaisar Tiu berbuat kejahatan" Kenapa mereka
tidak datang sendiri sebaliknya mereka membikin letih kepada
In Tongke yang mesti sampai datang ke mari?"
Mata Hui Thian Kiat-cu memandang tajam pada pemilik
peternakan itu "Jangan kau mengatakan demikian, Gouw
Tiangcu" ia kata dingin "Permintaan bantuan sahabat sukar
untuk ditolaknya, sedang aku dan Tong Kang sam Kwe adalah
sahabat-sahabat akrab. Urusan malam ini sulit untuk
dibicarakan, siapa salah dan siapa benar, hanya yang jelas,
Liong Kang sam Kwe telah tiba di sini. Mengapa Tiangcu tidak
menyalahkan orang-yang satu" Gouw Tiangcu, baik kau
ketahui, malam ini lebih banyak bahayanya daripada
kebaikannya untukmu, maka tak usahlah kau mencapaikan
lidah lagi" Hong piu heran, Liong Kang sam Kwe sudah datangi Maka
mereka itu" Kenapa mereka tidak lantas muncul" Karena ini, ia
menduga orang pasti lagi menjalankan akal muslihat ia lantas
merasa ancaman bahaya hebat, maka ia menjadi nekad.
Maka ia tertawa dingin dan kata pula: "In Tongke, harap
kau tidak omong besar Mana dapat aku si orang she Gouw
dibereskan sesuka kamu" sahabat, kau majulah" Meski ia
menantang, Hong piu pun menyerang lebih dulu.
971 Senjatanya Hong piu ialah tongkat dan ilmu silatnya
dinamakan "Hui in Koay hoat" ilmu tongkat Awan Terbang,
yang terdiri dari tiga puluh sembilan jurus Hui Thian Kiat-cu
melawannya dengan kangpian, ruyung baja, karena dia lihay,
berdua mereka jadi bertanding seru.
Kuda dan banyak orang masih berisik dengan suara
mereka, kuda berlari lari dan meringkik, orang berseru-seru
dan bertempur tapi sebaliknya makin lama makin berkurang,
cuma asap masih mengepul naik dan bau hangus tersiar.
Sedang api di kandang timur itu dapat dikuasai, maka di
kandang barat terlihat mulai berkobar, Hal ini mengejutkan
peternakan, mereka mesti lari ke barat itu untuk
memadamkannya juga. Yap Busu telah merobohkan tiga musuh, masih ada musuh
musuh lainnya, Dua musuhnya melayani ia dengan hati-hati,
sebab ia agaknya nekad. Dalam belasan busu, separuhnya sudah roboh. ini pun
salah satu sebab kenapa Yap Busu berkelahi mati-matian.
Di pihak penyerbu terdengar tertawa mengejek mereka, Ci
Tiauw som tidak terlihat lagi.
Hong piu gelisah melayani musuh, yang tubuhnya sangat
enteng, hingga musuh itu dapat bergerak dengan gesit dan
lincah, sia sia belaka pelbagai penyerangan nya, tidak dapat ia
memperoleh kemenangan segera, ia gelisah sebab selagi
musuh ini tangguh, di sana masih ada Liong Kang sam Kwe.
"Pasti Hui Thian Kiat-cu hendak membikin aku letih,"
pikirnya juga, "Dia tidak dapat dibikin maksudnya
kesampaian... Maka ia lantas menyerang beruntun tiga kali,
mulanya dengan tangan kiri, terus dua kali dengan tangan
kanan. Melihat demikian, In Ho tidak main berkelit lagi. In
menggunai ruyungnya untuk me-nangkis, maka satu kali
bentroklah senjata mereka, keras suaranya, sampai mereka
972 masing-masing terhuyung mundur setengah tindak. In Ho
penasaran, habis itu ia menyerang sengit.
Hong Piu menyambut serangan itu, atau ia menjadi kaget,
Tiba-tiba ia mendengar jerit-annya YapBusu, yang pundaknya
muncrat darahnya dan tubuhnya sempoyongan Justeru itu In
Ho tertawa nyaring, ruyungnya menghajar pula, sedang
tangan kirinya mengayun sembian biji Kiat-bwe Tok-piauw,
ialah senjata rahasia beracun "Ekor kala". sembilan
Biji piauw itu berpencaran begitu lekas ditimpukkan, ini
pula piauw yang In Ho sangat jarang gunai, hingga cuma
sedikit orang yang mengetahui dia pandai menggunai itu.
Hong piu terkejut, Dalam keadaan terdesak itu, sulit ia
meluputkan diri dari pelbagai senjata rahasia ituJusteru ia
sudah mati daya dan seperti lagi menantikan kematiannya,
tiba-tiba ia mendengar seruan nyaring tapi halus, lalu
tertampak sinar seperti rantai, menyusul mana kesembilan
piauw lenyap semua. Sinar itu sebaliknya menyamber terus ke
arah pemilik piauw beracunHui Thian Kiat-cu In Ho kaget bukan main- ia justeru lagi
bergirang karena ia percaya senjata rahasianya bakal
merobohkan lawannya yang tangguh, ia bingung hingga tak
sempat ia menangkis atau berkelit, dengan lantas ia menjerit
keras, sebab kedua dengkulnya telah tertabas kutung sinar
itu, yang sebenarnya sinar pedang, ia roboh dengan muka
pucat dan darahnya berhamburanPedang yang lihay itu tidak berhenti sampai disitu, pedang
itu menyamber terus kearah musuh yang baru saja
merobohkan Yap Busu, Maka terdengarlah jeritannya
beberapa orang, suatu tanda beberapa musuh lagi telah kena
dijadikan kurban seperti Hui Thian Kiat-cu.
Hong piu tersadar dari kagetnya waktu ia melihat siapa
adanya orang yang lihay ilmu pedangnya itu, yang segera
973 menghampirkan ia untuk berdiri dihadapannya. "Nona Tio" ia
berseru, heran dan kagum, "Bagaimana kau ada di sini?"
Memang nona iiu Lian cu adanya dengan pakaiannya
singsat warna merah tua, matanja bersinar, wajahnya
bersenyum, tangan kanan mencekal pedang Ki Kwat Kiam dan
tangan kiri menyingkap rambut di dahinya.
"Kau tidak akan menyangkanya, Gouw si-okhu" berkata
nona itu tertawa, "Aku tidak datang sendiri saja hanya
bersama adik Goat Go. Adik Goat telah melukai dan mengusir
Liong siang sam Kwe dan sekarang ia ada bersama Jie siokhu
di rumah lagi menantikan kau" Bukan main girangnya Hong
Piu. ia merasa kagum dan bersyukur.
"Syukur kau datang, Nona Tio" katanya, Jikalau tidak.
jiwaku ini tidak bakal ketolongan. Akupun girang untuk
mendapatkan ilmu silatmu maju begini pesat." ia berdiam
sejenak. untuk meneruskan "sekarang baik kita melihat dulu
ke kandang barat sana, baru kita pulang"
Ia lantas menitahkan busu yang tidak terluka akan
menolongi Yap Busu dan lainnya sekalian mengurus kurbankurban
jiwa. "Tak usah kau melihatnya lagi, siokhu," kata Lian Cu
bersenyum, "Kami datang bersama beberapa pembantu
ayahku dan mereka telah pergi untuk memberikan
pertolongan seperlunya, sebelum aku sampai di sini, aku telah
menerima warta bahwa musuh telah dapat dipukul mundur
semuanya dan api telah dapat dikuasai"
Hong Piu menoleh ke barat, ia melihat kebakaran tinggal
asapnya saja. ia menghela napas. ia mengerti, untuk
membangun pula, ia mesti mengeluarkan banyak uang dan
tenaga, ia lantas mengikut nona itu pulang.
-00000000- IN GAK jatuh ke dalam jurang Cian Tiang Yan dengan
turunnya cepat sekali. Biarnya ia telah diserang hebat,
974 pikirannya masih sadar, Demikian ia mendengar suara tertawa
dingin yang riuh di atas jurang, tandanya musuh-musuhnya
sangat bergirang yang ia telah kena dirobohkanHabis itu ia cuma mendengar suara angin- Tidak ada suatu
apa yang dapat disamber tangannya atau dipakai untuk
menaruh kakinya, ia bermata sangat tajam tetapi baru masuk
di tempat gelap. ia tidak melihat apa juga kecuali semua
gelap-petang, ia cuma tahu bahwa ia lagi menghadapi bahaya
maut, seperti jatuhnya dulu hari dijurang puncak Ciu Auw
Hong tatkala ia dihajar si iblis pendeta Po Tan- Karena ingat
peristiwa dulu hari itu, ia jadi memikir untuk mendapat
pertolongan pula. "Tapi mungkinkah kejadian yang tidak di-sangka-sangka itu
dapat terulang?" pikirnya pula sejenak kemudian, "Ah..."
Ia mengeluh karena sekarang ini ia memperoleh gempuran
yang hebat sekali. "Mungkinkah umurku begini pendek?" kemudian ia berpikir
sebaliknya. ia tidak takut mati tetapi kalau ia mati, ia menyesal
sekali, lantaran sakit hati ayahnya belum terbalas. ia
penasaran- "Aku mesti hidup..."
In Gak letih karena gempuran musuh mengakibatkan
tenaganya habis. Tapi keinginannya hidup ini membuat
semangatnya terbangun. Ia memang masih sadar, maka ia
lantas ingat bahwa dalam Poute sin Kang ada pelajaran untuk
mengobati diri sendiri sedang suatu pelajaran dalam Hian Wan
sip pat Kay dapat menyalurkan pernapasan yang lemah.
Begitu ingat ini ia lantas mencoba mengerahkan tenaganya
menurut kedua pelajaran itu, ia menyalurkan darahnya dijalan
darah khi-hay. Bukan main girangnya anak muda ini ketika rasa letihnya
hilang, hingga ia menjadi sehat pula seperti biasa, hingga ia
mendapatkan kembali tenaganya. Karena ini lantas ia
menggeraki kaki-tangannya, tubuhnya juga, untuk
berjumpalitan "di tengah udara"
975 Namanya tengah udara sebab ia lagi jatuh. Ketika kakinya
turun, tiba-tiba kaki itu membentur apa-apa yang menahan
dirinya, hingga ia dapat berdiri tegak. Bukan main ia kaget,
bukan main juga ia lega hati.
"Oh, sungguh berbahaya" katanya dalam hati. Ia lantas
mengeluarkan keringan dingin. " Hampir saja tubuhku hancur
lebur.." Ia berdiri diam dengan menenangkan diri, telinga dan
matanya dipasang. ia melihat lurus ke depannya, lalu
perlahan-lahan ke sekitarnya. Ia melihat gelap di seputarnya
itu. Ia mengira gelap itu..
Dengan dapat menenteramkan diri, In Gak tidak berpikir
buat buru-buru keluar dari jurang itu Ia bahkan mengambil
keputusan buat menanti datangnya sang pagi. Ia percaya
disatu waktu, ia mesti bisa melihat apa-apa. Siapa tahu kalau
jurang itu dapat memberikan ia cahaya terang dari siang hari"
Maka ia lantas mengeluarkan obatnya, untuk menelan dua
butir. ia berdiam seraya memusatkan pikiran, untuk
bersemedhi, matanya juga dirapatkan selang setengah jam,
baru ia membuka matanya itu. ia merasa segar sekali, ia
seperti tak pernah mendapat luka apa-apa. ia merasa
tenaganya seperti bertambah berlipat ganda. Jurang masih
tetap gelap. Memandang ke atas. ia tidak melihat apa juga.
"Sayang tadi aku terlalu mengandalkan diri," pikirnya
kemudian, Kalau tidak. belum tentu ia terbokong secara
demikian mengecewakan, Kalau ia lantas membalas
menyerang mesti ia dapat merebut kemenangan ia cuma
bertahan, itulah siasat yang keliru, sekarang ia menginsafi
bahwa orang jahat tak dapat dikasihani.
"Memang si lurus dan si sesat tak dapat hidup bersama,"
pikirnya lalu, "si sesat itu, dibinasakan satu berarti lenyapnya
satu kejahatan-... 976 Beng Liang Taysu telah melihat sifatnya In Gak telengas,
itulah pengalamannya ini yang membuat sifatnya berubah.
saban-saban ia menemui bangsa sesat yang kejam, yang
mempermainkan hati pemurahnya, sedang sebagai murid
pendeta ia hendak menjalankan ajaran sang Buddha untuk
berhati mulia dan sabar. Jurang ini sunyi sekali, sampai suara kutu bau tak
terdengar Hawanya juga hangat seperti biasanya iklim musim
semi. Tengah berdiam itu, mendadak In Gak mendengar tindakan
kaki, yang datang dari kejauhan, suara mana disusul suara
bicara yang perlahan. ia heran berbareng girang, pendengaran
itu segera membangkitkan harapannya.
Tadinya ia masih ragu-ragu dan mau menanti datangnya
sang siang, kesunyian luar biasa sang jurang membikin
tindakan kaki dan suara bicara itu terdengar tegas.
segera In Gak bangun dari bersilanya, untuk memasang
kuping, sedang dengan matanya ia memandang ke arah dari
mana suara itu datang, Dengan lekas, ia mendapat tahu, yang
datang itu ialah dua orang yang berjalan berendeng. ia terus
mengawasi hingga samar-samar ia melihat bergelimpangnya
sesuatu seperti bayangan.
"Aku tidak mengerti apa maksudnya sin Kun," demikian
satu suara, yang sekarang terdengar terang sekali " orang
sudah mati tetapi kita diperintah memeriksanya juga, Umpama
kata orang itu benar benar belum mati, bukankah kita seperti
mengantarkan jiwa cuma-cuma...?"
"Dia tentu maksudkan aku," pikir In Gak. Maka ia tertawa
dalam hatinya. "Kau ngaco" terdengar suara orang yang kedua.
"Maksudnya sin Kun ialah mencari sesuatu barang
peninggalan orang itu, sin Kun kata orang itu sangat tangguh,


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jikalau dia bukan menyerang dengan tenaga siau Yang ciang
yang telah dilatih beberapa puluh tahun, tidak nanti dia
berhasil merobohkan orang ke dalam jurang cian Tiang Yan
977 ini, Kau tahu sendiri lihaynya pukulan sin Kun ilu, dalam jarak
sepuluh tindak, batu pun dapat terhajar remuk dan hancur,
Maka ia percaya orang itu tidak bakal lolos dari tangannya,
Tanpa kepercayaan itu, tidak nanti sin Kun mengirim kita ke
mari... Mereka itu berjalan terus, tindakannya terdengar semakin
nyata. Banyak kali mereka kena injak batu yang berserakan" Kebetulan-" kata In Gak di dalam hati, "Aku beruntung
sekali, Tadinya aku menyangka jurang ini tempat di mana aku
akan membuang jiwaku secara kecewa, tidak tahunya ini
justeru tempat yang aku cari, maka rumput Ho Yan cauw itu
mesti aku dapatkan di tubuh mereka ini berdua."
In Gak lekas jaga melihat dua tubuh orang, ia lantas
bersiap. ia menyembunyikan diri di belakang sebuah batu
besar. Dua orang itu menghentikan tindakannya-Tiba tiba yang
satunya menyalakan lentera kertas hingga tempat gelap itu
menjadi terang. "Heran" berkata orang yang satu, sesudah mereka
menyoroti sekitarnya dan melihat
keliling an- "Sin Kun bilang orang itu roboh di bagian sini
atau dekat dekatnya. Kenapa tidak ada mayatnya di sini"
sedikitnya dia mesti remuk tubuh berikut tulang-tulangnya,
Mungkinkah dia belum mati?"
Suara orang itu menggetar, itulah tanda hatinya yang kecil.
"Ha, setan cilik yang bernyali kecil" berkata kawannya.
"Umpama kata kau yang jatuh ke dala m jurang ini, apakah
kau masih mengharap masih hidup" Apa pula orang itu yang
terlebih dulu telah dihajar sin Kun dengan pukulan siau Yang
ciang" Dia mesti berada di dekat-dekat sini, mari kiti cari
terus" Dan bergeraklah lentera mereka, sinarnya menyorot ke
sana ke mari. 978 Luasnya jurang lima tombak sekitarnya. Disitu banyak
batunya yang besar dan kecil, yang berdiri tinggi. sekitarnya
ialah pohon rotan atau oyot lainnya. karena tempat tidak
lebar, kedua orang itu jadi datang semakin dekat ke tempat
sembunyinya si anak muda.
"Selamanya rumput Ho Yan ouw harus di-dapatkan dari
mereka ini berdua, lolosku dari sini pun mesti aku mengandal
pada mereka," pikir In Gak. Karena ini ia tidak sudi
membuang-buang ketika lagi, ia lantas keluar dari tempatnya
sembunyi, sambil berlompat menubruk mereka guna
membekuk. Ia berlompat dan menubruk menurut suatu tipu
dari Hian Wan sip-pat Kay, maka itu tubuhnya melesat tanpa
suara. Orang yang pertama disamber lengannya ialah orang yang
jalan di depan, yang tidak mencekal lentera. Dia kaget dan
menjerit. Dia Cuma merasa seperti mendadak disamber dan
dipagut ular, lantas tenaganya habis, terus tubuhnya
terlempar dan terbanting, suara jatuhnya sampai
berkumandang. Kawan yang membawa lentera itu kaget, Dia tidak melihat
sebabnya orang roboh itu, tahu-tahu dia mendengar jeritan
dan melihat tubuh terbanting. Habis itu baru mendapatkan
tubuh kawan itu meringkuk. Tidak berpikir lagi dia memutar
tubuhnya untuk berlari pergi. Tak ingat dia akan setia kawanAkan betapa tak dapat berlari jauh.
Sekonyong-konyong dia merasa pundaknya ada yang
samber. Dia kaget, dia merasa sakit, tubuhnya lantas kaku,
hingga lenteranya padam, jurang menjadi gelap gulita seperti
tadinya. In Gak tidak menyangka kesudahannya demikian hebat,
Pikirnya, kalau orang mati semua sia-sia tindakannya ini.
"Rupanya kaulah orangnya Sin Kun," katanya keras, "Aku
tidak bakal mencelakai kau asal kau memenuhi baik tiga
permintaanku" 979 Orang itu tidak mati, meski dia tidak melihat tegas- dia
tetap takut. Dia lantas menjawab dengan suaranya yang
menggetar. "Asal aku sanggup tayhiap biarnya tiga puluh titah
aku nanti-jalankan. ..."
In Gak tertawa. "Bukankah yang menyerangku itu Tok Pi sin Mo Ca Kun?" ia
menegasi. "Benar. Dialah guruku, sebenarnya guruku tidak bermusuh
dengan tayhiap, ia hanya membantui chong-si Koay Siu sebab
chong si Koay Siu itu keponakan muridnya."
"Baik, Bukankah jurang ini jurang cian Tiang Yan" Nah, di
manakah adanya rumput Ho Yan cuuw" Bukankah lima hari
yang lalu ada seorang tua she Tio yang datang kemari
mencari rumput itu" Lekas bilang jangan kau berdusta"
"Aku tidak berani omong dusta" orang itu menyahut.
"Selama yang belakangan ini tidak ada orang datang ke mari
jurang cian Tiang Yan ini selamanya gelap gulita, di sini tidak
ada sinar matahari, ke sini tak pernah ada orang datang.
sekalipun penduduk gunung ini, tak tahu halnya jurang ini.
Mungkin orang yang tayhiap tanyakan itu tidak pernah
datang ke mari, Tentang rumput Ho Yun cauw itu, itulah
banyak di tembok jurang ini. Rumput itu berbatang ungu
berdaun hijau, bagian atasnya merah bintik-bintik, umumnya
ungu gelap. itulah obat manjur untuk menyembuhkan racun.
sayang di sini tidak ada api hingga sulit untuk mencarinya."
Senang In Gak mendengar keterangan itu, yang ia percaya.
Dengan lantas ia menotok dada orang hingga tiga kali, terus ia
kata: "Aku bebaskan kau dari kematian, tetapi tenagamu tak
dapat kau gunai lagi seumur hidupmu ini. Kawan mu itu sudah
mati, maka lekas kau pergi dari sini"
Orang itu berdiam, dengan cepat dia mengangkat kaki,
hingga dengan cepat juga dia lenyap di tempat gelap itu
980 In Gak mengawasi mayat di dekatnya, Dalam jarak tiga
kaki ia dapat melihat cukup tegas, ia menghela napas, ia
menyesalkan ke matian orang itu, yang telah tersesat
mengikuti orang jahat. Kemudian ia pikirkan jalan untuk
mendapatkan rumput Ho Yan cauw, ia tidak mempunyai api
sedang menurut orang tadi, jurang ini gelap seluruhnya
sekalipun diwaktu siang. Bagaimana akal "
"Bagaimana " Mertuaku lagi menghadapi kematian...."
demikian pikirnya bingung. Tanpa api, ada lentera pun
percuma, ia jadi membanting-banting kaki, ia menumbuki
kepalanya. "Dasar aku yang tolol " ia sesalkan diri kalau tadi ia tidak
menyerang orang yang kedua, ia tentu telah memiliki lentera
itu, "Ah" serunya kemudian. ia segera merogo kedalam sakunya,
untuk keluarkan serupa barang. Maka teranglah
disekitarnya, terang seperti siang.
Ia merogo giokpee hadiah kaisar Kian Liong. giok pee itu
ada mutiaranya - mutiara ya-beng-cu - yang bercahaya sangat
terang, bahkan mutiara itu berhasil melawan hawa dingin dan
memunahkan juga pelbagai macam racun.
Bukan main girangnya ia. la lantas ikat mustika itu
didadanya, ia memandang kesekitar, keantara pohon-pohon
rotan dan oyot lainnya. meski sudah ada penerangan, masih
tak mudah mencari rumput ajaib itu. sebab rumput itu tumbuh
dari liurnya burung hong-burung jenjang -dan mesti menanti
tumbuhnya untuk banyak tahun. Anehnya Ho Yan Couw
beracun, siapa makan itu, dia mati, tetapi racun itu dapat
dipakai memunahkan racun.
Dengan berpegangan di antara oyot-oyot rotan, In Gak
merayap maju. Dengan membuka mata, ia mencari rumput
itu. syukur ia telah mendapat penjelasan dari orang tadi
tentang rumput beracun itu. Akhir-akhirnya untuk
kegirangannya, ia berhasil juga. Ia mendapatkan rumput itu
981 ketutupan daun lebat. Ia mesti menggunakan banyak tempo
akan mendapatkan dua pohon.
sekarang tinggal jalan untuk keluar dari jurang. Untuk pergi
pulang ke Ce-lam cukup asal ia berlari-lari. Kalau ia turuti
jalanan di dasar jurang, ia tentu bakal menggunakan terlalu
banyak waktu. Untuk merayap terus naik, juga bukannya
urusan. Tidakkahjurang ini sangat dalam" Apa akal "
Tengah anak muda ini berpikir keras, tiba-tiba ia
mendengar siulan nyaring yang menakuti. siapa berhati kecil,
dia tentu terbangun bulu romanya. Tapi ia tidak takut. Ia
bahkan berlaku tenang. Ia pikir. " Kebetulan sekali Aku tidak
pikir mencari kau, kau justeru datang kemari. Kaulah yang
dapat membuatku keluar dari Cian Tiang Yang "
Tanpa menanti lama, In Gak lantas melihat orang yang
bersiul itu. Dia bertubuh besar, romannya bengis, kepalanya
botak jenggotnya pendek dan kaku, dan tangan kirinya
meroyotkan hanya tangan baju. Dia berdiri dengan roman
agung-agungan. Dialah Tok Pi sin Mo Ca Kun, si hantu yang muridnya
membahasakan sin Kun. Dia pun lantas perdengarkan
suaranya yang bernada jumawa. "Adalah kebiasaan dari aku,
jikalau aku menghajar orang gagal maka meski aku tidak
mengulanginya ini sebabnya aku memerintah orang mencari
mayatmu, supaya andaikata kau tidak mati, kau dapat
dibiarkan keluar dari jurang ini. Tetapi kau tidak tahu diri, kau
telah membinasakan dan melukakan orangku, maka tidak
dapat aku menahan sabar, tidak dapat aku membiarkan kau.."
Belum berhenti suara orang itu, In Gak sudah memotong
dengan tertawanya. "Ca Kun, enak kau bicara" ia kata, "satu tanganmu berarti
sakit hati sebesar lautan, jikalau kau tidak dapat menahan
sabar, bagaimana lagi orang lain?"
982 Matanya Ca Kun bersinar tajam. Jadinya kau berniat
menuntut balas?" katanya. "Hati manusia itu saa saja" balas
In Gak. "Kau sendiri apa perlunya kau datang kemari?"
Ia tertawa perlahan, tetapi nadanya tajam, hingga Ca Kun
merasa dia seperti ditikam jantungnya.
"Baik, Baik" kata dia sengit, tak dapat dia mengendalikan
diri "Kau sangat jumawa. Aku si orang tua memang ingin
menerima pelajaran dari kau"
In Gak memang panas sekali, sambil tertawa ia menyerang.
Lima jari tangannya menyambar hantu itu.
Ca Kun terperanjat. orang bergerak cepat luar biasa.
Dengan gesit dia berkelit, lalu bertanya: "Mengapa tanpa
bersuara apa-apa kau membokong aku?"
"Hm" menjawab In Gak tertawa dingin "Bukankah kau
sendiri si tukang membokong" Mengapa kau menuduh aku?"
Pertanyaan itu disambungi dengan serangan ulangan.
Ca Kun kaget, menyesal dan malu sendirinya. Ia kaget
sebab si anak muda dalam satu kelebatan saja sudah berada
di depannya, Kalau ia tidak melihatnya sendiri, sukar ia
mempercayai kejutan orang ini. ia lantas berkelitpula,
sekarang ia tidak berani memandang enteng lagi kepada
lawannya. In Gak panas hati, ia menyerang pula, Kali ini Ca Kun siap
untuk menangkis, Apa mau dia kalah sebat, Dia kena
didulukan maka lengannya batas yang buntung kena dicekal
musuhnya, Tapi In Gak terperanjat. ia mencekal lengan keras
seperti batu atau logam, selagi begitu, ia pun lantas
merasakan angin menyamber ke dadanya, terasa panas
seperti api. syukur untuknya mutiara mestika di dadanya
dapat menghindarkannya tujuh bagian.
Kalah pukulan Siauw Yang Ciang yang lihay dari Tok pi sin
Mo, si Hantu Tangan satu. Pukulan itu sama lihaynya dengan
pukulan cek-sat Mo-ka dari Thian Gwa sam Cuncia. siapa
terkena itu, tidak ada bekasnya tetapi hawa panas menyerang
983 tembus ke tulang, Disamping itu Tok pi sin Mo masih
mempunyai jarum berbisa Cui-tok Hul Ciam yang lihay sekali
karena beracunnya. Dalam pertempuran, siapa menang sebat dia berarti
unggul. Demikian In Gak. Ia beruntung dengan sambarannya
itu. sebaliknya Ca Kun lihay, benar dia takut tetapi lantas dia
ingat untuk menyerang. Akan tetapi In Gak telah memperoleh
pelajaran tadi, pelajaran yang membuatnya terlempar
kejurang maut, Maka setelah dapat mencekal, selagi ia
diserang, dengan tipu huruf " Gempur," ia menolak keras
tubuh lawannya. Tidak dapat Ca Kun menutup diri dari gempuran Bie Lek sin
Kang, tidak ampun lagi dia tergempur terpental empat tombak
jauhnya, hingga pukulannya itu - pukulan Siauw Yang Ciang,
tidak ada hasilnya, dia merasa dadanya sesak. Hal itu
membuatnya sangat mendongkol, maka berdirilah brewoknya
dan bersinar bengislah matanya.
"Kau menyambut aku satu kali lagi " dia berseru,
serangannya meluncur, cepat dan dahsyat. Kali ini dia
membuka kelima jeriji tangannya, untuk menotok Sembilan
jalan darah. Tok pi sin-Mo sangat gesit, akan tetapi In Gak terlebih gesit
pula, si anak muda waspada dan siap sedia, segera ia
menggunai tindakan Hian Thian cit seng Pou untuk berkelit.
Ketika satu jari tangannya Ca Kun mendekati jalan darah
thian-soan dari anak muda ini, tiba-tiba lenyaplah tubuh si
anak muda. "Celaka " berseru si hantu di dalam hatinya. Tapi yang
membikin dia kaget tak terkirakan yaIah ketika ia merasa
dadanya terbentur sepuluh jeriji In Gak yang keras seperti
gaetan baja, yang membikin ia merasa beku juga dan sakitnya
merasuk ke dalam tulang-tulang. Mau atau tidak, dia menjerit
keras. 984 Dia mengerahkan tenaga Siauw Yang, guna membela
dirinya, Dia berhasil melepaskan diri, kendati begitu dia
mundur sempoyongan tiga tindak, Ketika dia berontak itu,
bajunya robek dengan bersuara nyaring, juirannya berada di
tangan lawannya Kaget, gusar dan berkuatir adalah perasaan Ca Kun waktu
itu, matanya bersinar bengis sekali.
In Gak pun heran musuh dapat lolos dari cengkereman


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hian sip-pat Kay. Itulah bukti si tangan satu ini benar-benar
liehay. ia juga menggunai tenaga Siauw Yang ciang dari lawan
sehingga ia merasai ujung jerijinja nyeri sedikit.
"Ca Kun " ia kata tertawa, "Bagaimana sekarang " kau
menyerah atau tidak " Boleh kita mencoba-coba pula "
Setelah memperlihatkan sinar yang bengis itu, perlahanlahan
sinar mata Ca Kun itu menjadi lunak. dalam begitu,
romannya yang keren juga berubah menjadi sabar, lantas dia
menghela napas dan berkata seperti orang putus asa: "Aku si
orang tua telah berusia begini lanjut, banyak penglihatanku,
dan tentang ilmu silat pelbagai partai, lebih dari pada
separuhnya yang kuketahui akan tetapi orang seperti kau,
yang masih begini muda, yang begini liehay, baru aku
menemuinya, bahkan mendengarnya pun belum pernah,
benar-benar aku tidak ketahui kau asal partai persilatan mana.
Aku merasa malu sekali dari itu, Umpama kata kita mencoba
pula dan aku menang sejurus, kemenangan itu tidak ada
artinya, maka aku pikir baiklah kita menyudai permusuhan kita
ini. jikalau kau sudi, suka aku mengajak kau keluar dari jurang
ini." Selagi berkata-kata itu, matanya Tok Pie sin-Mo menjadi
layu. In Gak seorang berhati mulia dan permurah, maka itu
mendengar kata-kata yang lemah, hatinya lantas menjadi
lemah juga, bahkan ia mengagumi hantu ini yang tidak
bersakit hati padanya. 985 "Jikalau sin Kun berkata demikian, baiklah, untuk
sementara dapat kita singkirkan permusuhan ini," ia
menjawab tertawa, "Asal selanjutnya sin Kun tidak
memusuhkan aku terlebih jauh, aku suka tak mengingat pula
soal permusuhan kita."
Anak muda ini berkata demikian sebab ia merasa pasti,
beda dengan ini jago tangan satu Chong-sie Koay siu
sebaliknya tak nanti dapat mengubah kejahatannya, ingin ia
membinasakannya dan apabila ia membinasakan Koay siu,
rasanya tak mungkin Ca Kun berdiam saja. Dengan berkata
begini, ia sudah memegat lebih dahulu pada hantu ini...
Ca Kun lantas menjura. "Kau memanggil aku sin Kun, tuan, tidak berani aku
menerimanya" ia berkata merendah, "Sin Kun" itu berarti
dewa atau malaikat. "Yang benar yalah tabiatku suka hidup
menyendiri dan sudah lama aku menyebunyikan diriku, karena
mana aku tidak menghiraukan pula segala adat istiadat aku
harap kau mengerti sifatku ini." ia berhenti sebentar, baru ia
menambahkan: "Tentang ini jurang Cian Tian Yan, baiklah
tuan ketahui bahwa memang selamanya dia beruap gelap dan
ada sangat jarang orang yang datang kemari, sampai sebegitu
jauh cuma aku sendiri yang ketahui jalan masuk dan
keluarnya Maka itu, mari aku memimpin kau "
Meskipun ia berkata demikian, Ca Kun toh lantas bertindak
terlebih dahulu. In Gak percaya perkataan si hantu, buktinya ia melihat
orang dapat berjalan dengan cepat tanpa bantuan api
penerangan, ia lantas menyusul, ia tetap mengandal bantuan
mutiaranya. Tok Pie sin Mo berlari-lari dengan keras, ketika kemudian ia
menoleh ke belakang, ia menjadi heran dan kagum. orang
dapat mengikuti ia dengan baik, Ia menghela napas dan
berkata dengan pelan: "Tuan kau dapat jalan cepat sekali,
tidak sanggup aku melayani kau..."
986 In Gak merendahkan diri, sementara itu, diam-diam
memperhatikan jurang itu.
Lekas juga merasa berjalan di tempat di mana ada sedikit
cahaya terang. Disini orang bisa jalan berendeng, Tanah di
situ demak. "Tanpa bantuan mutiara, pasti aku mestijalan merayap dan
meraba-raba di sini." pikir si anak muda "Benar-benar sulit
untuk keluar darijurang ini."
Mereka jaan lagi sekian lama, lalu terdengar suara nyaring
dari Ca Kun: "kita sudah sampai, tuan silakan kau berjalan
lebih dulu " In Gak melihat mereka berada di mulut goa atau
trowongan darijurang Cian Tiang Yan itu ia merangkap kedua
tangannya, guna memberi hormat, sambil tertawa ia berkata :
"Terima kasih sin Kun, silakan sin Kunjalan lebih dulu " Tok Pie
sin-Mo bersenyum. "Jikalau tuan tetap menggunai aturan, baiklah maafkan aku
si orang tua berjalan lebih dulu." berkata dia, yang terus
bertindak di depan. In Gak mengikuti dengan berjaga-jaga, pengalamannya
satu tahun lebih membuat ia mengenal sifat manusia, hingga
ia tidak mau gampang-gampang menaruh kepercayaan penuh
pada sembarang orang. Mulut gua itu memperlihatkan jalanan dari bawah naik ke
atas, rada miring, lalu berliku liku banyak jalan cabangnya
juga, In Gak terus memperhatikannya.
sesudah sekian lama tibalah mereka di tempat di mana di
kedua tembok gua ada api pelita, api mana manjadi guram
sebab cahaya mutiara. Ca Kun berpaling dan tertawa.
"Tuah, mutiaramu sungguh mutiara mustika " katanya
memuji "Aku si orang tua telah mencarinya tetapi aku cuma
mendapatkan sebutir yang kalah jauh sekali dengan mutiara
mu" 987 In Gak tersenyum. la merasa diri nada orang bahwa jago
ini sangat kagum. sedang begitu diam-diam ia memperhatikan
ruang di mana mereka berada itu, Di situ ia tidak
mendapatkan barang seorang muridnya Ca Kun, karena mana
ia menjadi bercuriga. Ketika Ca Kun bertindak, ia mengikut.
Tanpa merasa tibalah .mereka di sebuah ruang besar di
mana terlihat sebuah pembaringan batu dengan meja batu
serta tempat kursinya dari batu juga. Ruang itu di terangi
sembilan buah pelita tembok. Karena itu In Gak sudah lantas
menyimpan mutiaranya, "Tempatku buruk sekali," kita Ca Kun bersenyun. "silahkan
duduk sebentar, aku si orang tua memerintahkan orang
mengambil arak dan barang hidangan sekedarnya"
"Terima kasih "kata In Gak, "jangan sin Kun membikin
berabe. Aku pun ingin lekas-lekas pulang ke Ce-lam, sekarang
ini aku masih belum lapar, Lain kali saja aku mengganggu
padamu " Ca Kun tertawa. "Kau memandang asing kepadaku, tuan " katanya, "Apakah
artinya perjamuan satu kali saja ?"
Mustahil tuan tidak lapar setelah kau bercape lelah selama
satu malam" jangan tuan curiga, dalam arak dan barang
makananku tidak ada racunnya, Tak usahlah tuan terlalu
tergesa-gesa pulang ke Celam."
Mukanya In Gak merah. ia memang mencurigai racun, ia
menjadi malu hati, Tapi ia berpikir: "Tidak peduli apa dia bikin,
kalau perlu, aku turun tangan terlebih dulu " Maka ia lantas
duduk di sebuah kursi. Ca Kun pergi ke pembaringannya, dari kolong itu ia
mengeluarkan sebuah martil batu, untuk dengan itu mengetuk
tembok tiga kali, setelah mana dari luar terlihatnya masuk dua
orang dengan tubuh kekar dan roman keren. Alis mereka
gompyok sekali. 988 "Lekas sajikan arak dan makanan, tetamu kita yang mulia
hendak lekas melakukan perjalanan" si hantu menitahkanDua orang itu mengangguk dan segera mengundurkan diri,
"Kau baik sekali sin Kun " kata In Gak bersenyum, "Tak
enak hati..." Ca Kun menatap tajam, Jangan bilang begitu
tuan," ia kata. "Sebenarnya sukar untuk sahabat-sahabat
minum pusing bersama " ^
Kedua orang tadi kembali dengan cepat membawa dua
nampan besar terisi arak dan barang makanannya, berikut
mangkuk sumpit dan cawannya Habis menyajikan, mereka
berdiri hormat di pinggiran, kepalanya tunduk. matanya
melihat ke bawah. Barang hidangan itu terdiri dari daging ayam dan babi
hutan dan abon manjangan.
Ketika Ca Kun menuang arak. arak itu bersinar hijau
baunya harum sepeui baunya arak simpanan tahunan, In Gak
mengicipi dulu, setelah tidak merasakan apa apa yang luar
biasa, ia minum itu. Maka bersantaplah mereka sambil memasang omong Ca
Kun yang bicara banyak, perihal sepak terjangnya dahulu hari,
bahwa karena ia bertabeat aneh, ia jadi menyebunyikan diri,
bercerita tanpa tedeng-aling.
In Gak mendapat kesan orang jujur, dengan begiru
lenyaplah kekuatirannya, Cuma orang belum bercerita kenapa
tangannya kutung, Atas ini ia berdiam saja, ia tidak mau
membangunkan luka hati orang.
Tengah mereka bersantap itu, ke situ terlihat datangnya
seorang muda dengan pakaian serba hitam, Melihat dia itu,
alisnya Ca Kun berkerut matanya bersinar bengis, itu hanya
terjadi sekejap saja, atau ia sudah tenang seperti biasa. In
Gak sebaliknya merasa heranCa Kun tertawa dan berkata: "Bagus kau datang, hiantit,
Mari aku mengajar kenal" ia berkata kepada anak muda itu,
989 terus ia menoleh pada In Gak. melanjuti: " "inilah anaknya
mendiang sahabatku, she Heng nama Thian seng, Karena ia
selalu berpakaian serba hitam, orang menyebutnya Tiat-jiauw
Hek Eng. Aku harap di belakang nari sukalah tuan tolong
memperhatikannya . "
In Gak bersenyum, ia merendahkan diri
"Saudara Heng, silakan duduk" ia mengundang. Di dalam
hatinya ia kata, mereka toh musuh, sulit untuknya
memperhatikan anak muda ini. Heng Thian seng menjura
dalam. "In Tayhiap. sudah lama aku mendengar namamu yang
besar." ia kata, "maka itu aku merasa beruntung sekali hari ini
dapat bertemu denganmu. ini pula sebabnya kenapa tanpa
memberitahu lagi dan tanpa menanti perkenan aku lancang
masuk ke mari, Aku harap aku diberi maaf."
In Gak tertawa. "Terima kasih untuk pujian kau ini, Hong Tayhiap."
katanya. Mereka lantas memasang omong, maka tahulah In Gak
bahwa Thian seng ini muridnya si sin Lojin dari gunung Hong
san. Hal ini membuatnya heran, ia tahu si sin Lojin orang
pihak lurus dan tak usilan juga, kenapa muridnya bergaul
dengan Ca Kun si hantu" Diam-diam ia memperhatikan
wajahnya Thian seng, ia melihat mata orang bersinar jumawa,
sedang pipi kanannya bertapak bacokan warna merah tua.
Ketika itu terdengar suara samar-samar seperti kentongan,
mendengar itu, mukanya Ca Kun pucat tiba-tiba, tetapi cuma
sebentar, lantas ia berkata: "Itulah isyarat, mungkin ada
musuh lamaku datang ke mari, aku si orang tua ingin
melihatnya, Harap tuan duduk sebentar."
Lantas ia berbangkit danp^rgi ke luar dengan tergesa-gesa.
Heng Thian seng tertawa, sinar matanya memain, lantas ia
berbangkit, untuk bertindak ke luar.
990 In Gak terkejut, ia lompat bangun, menghadang di depan
anak muda itu, ia hendak menanya ketika Thian seng
mendahului berkata, perlahan: "jangan gelisah, tayhiap. Aku
mau keluar untuk melihat ada orang atau tidak..."
In Gak heran tetapi ia memberi jalan.
Baru Tian seng jalan empat lima tindak. dari luar terlihat
masuknya seorang dengan golok besar di tangan, gerakan dia
itu cepat, dia menghadang di depan anak muda serba hitam
ini. "Heng Thian seng mau pergi ke mana?" tanyanya bengis.
Anak muda itu bersenyum sikapnya tenang.
"Aku mau pergi ke luar untuk melihat-lihat. Kenapa saudara
Li memegat aku?" "Ca Kun menugaskan aku melindungi tuan-tuan berdua."
kata orang itu. "Kalau tidak ada urusan tuan-tuan berdua tidak
dapat keluar dari sini dikuatir nanti terjadi sesuatu."
Thian seng tertawa dingin.
"Kata-katamu dapat mengakali bocah cilik, tidak aku Heng
Thian seng" katanya, "Aku mau keluar Apakah dapat kau
melarang aku?" Orang itu tidak senang mendadak dia mengangkut
goloknya membacok cundak kiri Tiat-jiauw Hek Eng si Garuda
Hitam Kuku Besi. In Gak melihat bacokan itu ialah bacokan ilmu golok Thian
Lam Kwi Tauw To. Heng Thian seng tidak segera berkelit karena bacokan itu,
dia menunggu sampai golok hampir mengenai sasarannya,
baru tangan kanannya bergerak menangkap lengan
penyerangnya, sedang kaki kirinya membarengi melayang naik
kejalan darah khi hay. Kesudahannya itu si penyerang mengasih dengar seruan
tertahan, tangannya tertarik meretek. lengannya itu patah,
991 lalu tubuhnya roboh dengan mulut mengeluarkan darah, Dia
roboh untuk segera terbinasa.
Habis itu, dengan cepat Thian seng bertindak terus ke luar.
Diam-diam In Gak kagum untuk kegesitan si anak muda,
siapa pun telengas, karena sekali turun tangan saja dia minta
jiwa orang. Cepat sekali Hong Thian seng sudah kembali, kedua
tangannya berlumuran darah, wajahnya tegang. Dia
mendekati In Gak dan berkata sambil tertawa. "Cia tayhiap.
tahukah kau lagi terancam bahaya?" Dia tertawa pula, dingin,
matanya memancarkan sinar tajam. "Hm Dia mau sekalian
mengubur aku disini. Itulah pikiran kabur" "Bagaimana
sebenarnya duduknya hal" tanya In Gak, "Aku tak mengerti."
Thian seng heran melihat orang tenang saja, tak kaget
sekalipun. ia kata dalam hatinya. " Kenapa orang ini begini
sabar" Aku merasa aku cerdik tetapi aku tidak seperti dia . . ."
Ia menjadi kagum. Maka ia tertawa dan kata. "Panjang untuk
menutur semua, dari itu baiklah kita menanti dulu, sampai kita
sudah keluar dari tempat berbahaya ini, baru kita bicara pula,


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ca Kun si hantu mau menguruk mati pada kita berdua di
guanya- ini, tidakkah itu lucu" Mari tayhiap turut aku"
In Gak tertawa terbahak. "Ca Kun beroman demikian manis, siapa tahu di dalam
perutnya dia menyembunyikan pedang" katanya, "Mari, mari
kita cari dia." Lantas keduanya bertindak.
Mendadak dari luar menghembus asap. yang terus
memenuhi ruang itu, dan asap itu pun berbau luar biasa,
membikin orang batuk-batuk. kepala pusing dan dada sesak...
"Lekas menahan napas, tayhiap" Thian Seng berseru.
"inilah asap dari bunga beracun" sembari berkata, ia
menyerang dengan kedua tangannya untuk memukul buyar
asap itu. 992 Jilid 14 : Mencari rumput Ho Yan cauw
SELAGI diserang, asap itu mundur, habis itu terus
menghembus pula, Thian seng lantas batuk-batuk tak hentinya,
In Gak berkuatir juga, Asap itu lama-lama bisa mencelakai
mereka, ia lantas ingat giok-pwe mustika, lekas-lekas ia
keluarkan itu Begitu cahaya mutiara memancar, asap lenyap seperti
disapu badai, Ruang pun menjadi terang sekali.
Dengan cepat Thian seng pun berhenti batuk-batuk.
kepalanya tidak terasa pusing dan napasnya tidak sesak.
sedang tadi, ia sudah merasa sangat tidak enak. ia menjadi
girang dan kagum, hingga ia bisa tertawa.
"Sekarang aku yang rendah tahu akan takdir manusia," ia
kata, "Bahwa kita tidak boleh bertindak dengan
menentangnya. Mari, tayhiap. mari ikut aku" In Gak
mengikuti. "Jangan memanggil aku tayhiap. saudara Heng" ia kata
sambil berjalan, "Sudilah kita berbahasa saudara saja."
"Baiklah, aku menurut." kata anak muda serba hitam itu.
Dengan cepat keduanya tiba di terowongan. Di situ
bergelimpangan beberapa mayat dengan tubuh mereka tak
utuh, ada yang tangannya patah atau kepalanya pecah. Itulah
hasil bekerjanya Thian seng barusan, In Gak menghitung
semuanya sebelas mayat. "Dia hebat," pikirnya orang gagah dan sebat, ia heran
kenapa anak muda ini mendadak mau berbuat baik untuknya
dan kenapa Ca Kun hendak membinasakan mereka berdua.
Asap masih saja mengepul, makin lama makin tebal, akan
tetapi mutiara mustika selalu membuyarkannya.
Hingga sebaliknya, menarik akan memandang asap itu
bergulung-gulung. 993 segera Thian seng sampai di jalanan yang sempit, hingga
cuma satu orang dapat lewat di situ, itulah liang yang wajar,
tingginya kira empat tombak. In Gak mengikuti melalui
terowongan sempit itu. "Saudara Heng, kenapa kita tidak langsung pergi ke luar?"
ia tanya, "Dengan tenaga tangan kita dapat kita menghalau
pokoknya asap itu." Thian seng tertawa. "Saudara Cia, kau memandang Ca Kun terlalu enteng.
katanya, "sebelum saudara tiba sini, dia sudah mengatur
persediaan bahan apinya, Di depan dan di belakang, semua
pintu dan keluar telah ditutup rapat, ditutup dengan batu-batu
besar, Dia hanya tidak menyangka bahwa aku datang kemari
hingga aku turut terkurung bersama."
In Gak heran- "Benar-benar aku tidak mengerti Kenapa mulanya saudara
tidak ketahui Ca Kun mengandung pikiran mencelakakan kau
juga?" Thian seng tertawa pula. "Mengapa saudara tidak melihat atau menerkanya?" dia
balik menanya, "Bukankah tadi waktu aku baru sampai, dia
berubah air mukanya" itulah alamat buat mencelakai orangHanya ketika itu aku belum tahu, dia maksudkan saudara atau
aku, adalah setelah terdengar suara genta dan dia keluar
sendiri, baru aku menduga jikalau dia mau mencelakai
saudara sendiri, mengapa dia tidak mengajak aku pergi
bersama?" "Sungguh berbahaya," pikir In Gak. la tertawa dan kata:
"Aku tidak percaya dengan kita bekerja sama, tidak dapat kita
menggempur pintu" "Nyata saudara Cia masih belum ketahui jelas, Mungkin kita
dapat menggempur pintu, hanya setelah itu, kita bakal jadi
letih sekali- Dengan tenaga kita habis, mana bisa kita berkelahi"
Ca Kun berjumlah lebih banyak, dan bersamanya juga
994 ada dua hantu lainnya yang lihay Jika tidak demikian, sudah
tentu tadi aku telah turut dia keluar bersama."
Mereka berbicara sambil berjalan, jalanan makin sempit
dan makin kate hingga mereka hampir merayap. In Gak
menggunai pula mutiaranya untuk menyuluhi jalanan yang
gelap dan sukar itu In Gak heran tetapi ia diam saja. ia tidak mengerti kepada
Heng Thian seng ketahui jalanan rahasia ini dan kenapa Ca
Kun sendiri tak mengetahuinya.
Mereka jalan terus sampai ditempat yang buntu, In Gak
heran tapi Thian seng tertawa dan berkata: "saudara tentu
mengerti ilmu silat Pek Houw Kang Biarlah aku yang terlebih
dulu memperlihatkan kejelekanku"
In Gak tahu orang mau naik ke tinggi dengan merayap.
"Pek Houw Kang", itu ialah "Ilmu Cecak" ia lantas mengangkat
kepala, untuk melihat ke atas, ia mendapatkan asap
mengulak. hingga untuk melihatjauh ke tinggi, sinarnya
mutiara pun masih tidak dapat.
Heng Thian seng berkata dengan terus bekerja. ia
menggeraki tangan dan kakinya untuk diangkat dan ditempel
ke tembok. untuk manjat, ia dapat bergerak dengan cepat,
sebentar saja ia sudah naik lima enam tombak.
"Bagus" In Gak memuji di dalam hati, Pek Houw Kang
bukan sembarang ilmu, Tapi ia tidak berdiam saja, ia pun
lantas naik, untuk menyusul. "Saudara hati-hati" terdengar
suaranya Thian seng "Kita akan menikung"
In Gak mendengar nyata, ia berwaspada, Dengan begitu
tak usahlah kepalanya membentur lelangit batu.
"Hati- hati" terdengar pula suaranya Thian seng terus
berulang-ulang. Ketika In Gak mengikuti, ia telah melalui jalan naik
sembilan tikungan, habis itu barulah terlihat cahaya terang
dari sebelah atasan itu. 995 Biar bagaimana, In Gak merasa letih juga. Thian seng
sebaliknya telah bermandikan keringat dan napasnya mulai
mengorong, Dia menyusuti keringatnya itu.
"Kita sudah lolos dari kurungan, mari kita beristirahat dulu,"
katanya tertawa, "Masih ada selintasan lagi, kita perlu terus
menggunai Pek Houw Kang." In Gak bersenyum
"Baiklah, akupun merasa sedikit letih."
Thian seng heran, Diam diam ia mencuri lihat muka orang,
ia tidak mendapatkan peluh mengalir.
"Benar hebat tenaga dalamnya orang ini," katanya dalam
hati" ?"Entah ia murid siapa. Aku sudah membanggakan tenaga
dalamku tetapi nyatanya aku masih kalah jauh..." Tanpa
merasa dia menjadi jelus.
Thian seng tidak tahu bahwa orang memakai kedok. ia
cuma mendapatkan sinar mata
orang yang tajam dan berpengaruh ia menjadi jengah
sendirinya. In Gak tertawa.
"Saudara Heng, aku tidak mengerti kenapa kau mengetahui
jalan rahasia ini ?" tanyanya, "Mungkinkah Ca Kun pun tidak
mengetahuinya ?" "Banyak untuk menutur." sahut Thian seng, "Nanti saja
setelah lolos benar-benar baru aku mejelaskannya, aku
bahkan mau minta bantuan kau, saudara Cia. sekarang ini
cuma dapat aku mengasi tahu, gua inijalan tempat kediaman
asalku." In Gak mengangguk. Baru sekarang ia mendapat tahu, ia
lantas menduga-duga orang mau minta bantuan apa.
"Tapi inilah urusannya, sebelum ia bicara, tak dapat aku
menanyakannya," pikirnya pula.
"Mari kita segera keluar," kata Thian seng kemudian. ia
lantas mengeraki tangan dan kakinya, buat memanjat pula,
Dan sebentar saja ia sudah naik sembilan tombak.
996 In Gak mengawasi, ia percaya orang lie-hay, hanya ia
melihat orang pun rada terkejut ia melihat itu dari gerakgeraknya,
Diam-diam ia bersenyum. ia merasa banyak orang
Rimba persilatan yang mau menang sendiri saja. Habis itu ia
pun lantas menyusul. Selagi mereka mendekati mulut lobang lagi belasan
tombak. In Gak mendapatkan Thian seng bergerak lambat, ia
menduga orang sudah mulai letih. ia terkejut, Tapi ia diam
saja, ia tidak mau menanya, ia hanya bersiap untuk menjaga
andaikata sahabat baru ini terjatuh karena keletihannya.
Tiba-tiba terlihat Thian seng berhenti manjat. Rupanya
benar benar dia telah kehabisan tenaga, Hampir In Gak menjerit saking kagetnya.
Kalau orang jatuh, ia bisa ketimpa, sulit untuk menjaganya:
Hanya sekejab, terlihat Thian seng menjamberet ke atas,
tangan kanannya mencekal, disusul dengan kaki kanannya
menjejek. menolak tembok. hingga dia berdiam dengan kedua
tangan dan kakinya menahan diri
"Syukur lobang ini kecil dan orang dapat mementang
tangan dan kaki disini," kata In Gak dalam hati dengan hatinya
lega bukan main, Thian seng beristirahat sebentar, lantas ia memanjat pula,
Kali ini ia bagaikan dapat semangat, ia dapat memajat terus
sampai diatas. In Gak menyusul dengan cepat, maka ia melihat mereka
berada di tempat tinggi yang berdampingan dengan jurang
yang dalamnya seribu tombak di sekitarnya nampak mega
bergumpal-gumpal. Hawa dingin. Mengawasi segaia apa, ia
menjadi teringat puncak Ciu Auw Hong, segalanya mirip satu
dengan lain. Ketika itu Heng Thian seng sudah duduk bersila, untuk
bersemedhi, untuk meluruskan pernapasannya, guna
melenyapkan letihnya, Dia terlihat pucat sekali.
997 In Gak tidak mau mengganggu, sambil menggendong
tangan, ia memandang pula ke sekitarnya, Menarik hati untuk
melihat awan dansaijudi gunung Tay san itu.
Tidak lama, muka pucat dari Thian seng kembali bersemu
merah, lantas dia membuka matanya, terus dia berlompat
bangun, "Tadi aku keputusan napas, hampir kita bercelaka bersama,
katanya tertawa, "Mengingat itu, aku takut bukan main "
Benar-benar untuk sekelebatan, mukanya mendadak pias.
In Gak tertawa. "Demikian biasanya kita yang gemar ilmu silat," ia bilang,
"Ada kalanya kita alpa atau gagal, Aku sering mengalaminya,
cuma kau, saudara Heng, baru ini pertama kali, sekarang kita
pergi kesana ?" Thian seng berdiam seperti lagi berpikir, "sebenarnya
adalah di waktu masih kecil aku mengetahui ini, katanya, "
Ketika itu aku tidak dapat naik ke mari karena aku tidak
mempunyai tenaga dan kepandaian merayap naik, Maka itu
berada di atas sini pun baru kali ini. Menurut dugaanku,
bagian depan dari gua ini mestinya itu di sebelah sana, yalah
melalui lagi sebuah puncak,
Di sini kita tidak dapat naik pula maka kita harus mencari
jalan turun. Aku percaya setelah berjalan mutar kita akan
sampai di depan gua, untuk turun terus."
In Gak mengangguk ia melihat ke bawah di mana ada uap
tebal yang telah menjadi awan, yang melayang-layang
terbawa angin gumpal demi gumpal, ia megoyang kepala dan
tertawa. "Sungguh kejam Ca Kun," katanya, "Sungguh hebat dia
menggunai tipu- muslihatnya ini, jikalau aku bertemu
dengannya, dia tidak dapat diberi ampun lagi "
"Memang" kata Thian seng tertawa, "Jikalau dia tidak
dibinasakan kita hendak menanti siapa lagi ?"
998 In Gak mengawasi pula kebawah, Bagaimana mereka dapat
turun " jalanan tidak ada, pohon rotan pun tiada, Hanya
belasan tombak jauhnya ada beberapa p^hon cemara tua
yang tumbuh di tepian, Kalau orang lompat turun ke pohon
itu, mungkin dia dapat berpegangan untuk menahan diri.
"Aku lihat kecuali itu pohon cemara, tidak ada jalan lain,"
katanya pada kawannya, ia berkata begitu tanpa ia mau
menanya orang sanggup berlompat turun atau tidak,
percobaan itu yalah percobaan mati-hidup,
Thian seng mengawasi kebawah, ke arah pepohonan, ia
bersenyum. "Karena tidak ada lain jalan, terpaksa kita mesti mencoba,"
katanya. selama berada di Hong san setiap hari aku mesti
berlompatan di atas pohon, maka itu mungkin percobaan kita
ini tidak bahayanya, Nah, nanti aku coba "
Kata- kata itu disusul dengan lompatan kepala dulu,
kakinya belakangan, Dengan begitu terlihat tegas nyali besar
dari pemuda serba hitam ini, yang berani terjun itu, Ketika ia
hampir tiba di pohon, terlihat tubuhnya terbalik pula, untuk
berdiri, tangannya di pentang. Maka dengan tenaga dia
menaruh kakinya di cabang pohon.
In Gak kagum, ia tahu itulah tipu silat ringan tubuh dari
partai Liong san Pay, namanya "burung patok Indang jatuh di
ranting." Lantas terdengar suaranya Thian seng dari bawah, dari
pohon cemara itu :"saudara Cia, kenapa kau tidak lekas
lompat turun " Lekaslah, supaya aku dapat menyaksikan
kepandaianmu yang liehay " suara itu bernada kepuasanIn Gak bersenyum, tanpa menyahuti, ia pun terjun, ia
mementang kedua tangannya, ia turunnya dengan perlahan,
tak secepat kilat Thian seng barusanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
999

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menyaksikan kepandaian orang itu Tiat-jiauw Hok Eng
menjadi kagum sekali, ia menjadi malu, Karena ini, jelusnya
bertambah, ia kalah, ia penasaranMulai dari pohon itu keduanya lantas dapat mencari jalan
untuk turun terus, selanjutnya ada kedapatan pohon cemara
atau lainnya atau rotan, Ketika akhirnya mereka tiba di bawah,
selagi mereka berlari-lari hendak keluar dari situ, dari sebuah
pengkolan mereka menampak munculnya belasan orang ialah
Ca Kun dengan rombongannya. Kedua pihak sama-sama
terkejut, Yang satu heran, yang lain kaget. Mereka telah
segera berdiri berhadapan, sebab mereka bersamplokanSekonyong-konyong, bagaikan kalap Heng Thian seng
lompat menerjang seorang yang bertubuh besar, yang berdiri
di sisinya Ca Kun menjadi sasarannya, Dengan menerbitkan
suara keras tangannya mampir di dada orang hingga tulang
tulangnya dia itu patah dan tubuhnya terlempar jatuh ke
bawah di mana ada jurang lainnya yang rendah. orang itu
menjerit dan jeritannya berkumandang di lembah maut itu.
-00000000- BAB 6 SEMUA orang terkejut dan hatinya giris mendengar jeritan
itu, tak terkecuali In Gak.
Setelah penyerangannya itu, Heng Thian seng tidak lantas
berhenti, segera ia memutar tubuh, sambil mengangkat
tangan kanannya ke depan, ia menyerang Ca Kun dengan
tangan kirinya, Ia berlaku cepat seperti yang bermula itu.
Ca Kun terkejut untuk serangannya Thian seng tadi, maka
itu ia berlaku waspada, atas datangnya serangan terhadap
dirinya, ia menolak ke depan, setelah mana ia mencelat
mundur sembilan kaki. Thian seng menyerang tetapi dia tertolak hingga dia
mundur dua tindak. mukanya
1000 menjadi merah. malu bercampur penasaran- Hampir tanpa
meluruskan napasnya, ia menyerang pula, sepuluh jeriji
tangannya yang kuat mencarijalan darah "soan-ki" dari si
hantu bertangan satu. itulah pukulan menurut ilmu
cengkeraman "Nao Kim Jiauw" atau "Kuku Lima Ternak
Unggas" ajarannya sin si lojin dari Hong san, dan kelihatannya
si anak muda serba hitam itu sudah dapat menguasai
kemahiran nya. Akan tetapi Tok pi sin Mo Ca Kun ialah seorang hantu yang
lihay, yang telah banyak pengalamannya, dia tidak takuti ilmu
cengkeraman musuhnya ini, dia sebaliknya jeri terhadap In
Gak hingga semenjak mula-mula dia senantiasa melirik ke
arah pemuda itu yang berdiri terpisah setombak lebih jauhnya.
Dia bahkan telah memikir jalan lolos apabila bahaya
mengancam, Dia memang sangat tidak menyangka akan
dapat menemui kedua pemuda itu dengan masih hidup, sebab
dia telah mengukup mereka dengan asap beracun dan kedua
jalan keluar depan dan belakang sudah ditutup mati.
Untuk menjaga diri, dari siang-siang dia juga telah
menggenggam jarum rahasianya yang beracun, "Tok bong
Hul-cian- guna membokong si orang she Cia, Dia melihat
kawannya diserang Thian seng, dia bersiaga, dari itu ketika
dia diserang, dia dapat membela diri, sekarang dia diserang
pula, sambil memperdengarkan ejekan
"Hm" dia berkelit sambil memutar tubuh, sambil berkelit
tangannya terayun- Dia mengguna i tenaga "siauw Yang
ciang" sembari juga menimcuk dengan senjata rahasianya itu.
Thian seng kaget sekali mendapatkan serangannya gagal
dan ia berbalik diserang dengan jarum beracun. ia tahu benar,
asal ia kena diserang jalan darahnya yang
berbahaya. jiwanya akan melayang pergi seketika. Untuk
berlompat menyingkir sudah tidak ada ketikanya.
Maka terpaksa ia menggunai kedua tangannya untuk
menutup jalan darah yang paling berbahaya. Kalau ia
1001 terlukakan di lain bagian, ia percaya, ia akan dapat menolak
racun dengan emposan tenaga dalamnya...
Ca Kun lihay sekali, beberapa batang jarumnya itu
mengenai tubuh lawan. Thian seng kaget, ia merasai dadanya kaku, matanya
gelap. sudah begitu, ia terhajar serangan siauw Yang ciang,
karena mana tubuhnya kena dibikin terpental
selagi terpental itu, pemuda ini sudah mulai pingsan, akan
tetapi telinganya masih mendengar seruan In Gak. disusul
dengan punggungnya disambut dengan cekalan yang kuat,
yang menahan terpentalnya itu, habis itu barulah ia tak tahu
apa-apa lagi. Selama menyaksikan pertempuran In Gak telah memasang
mata dan telinganya matanya melihat pertempuran
berlangsung, telinganya mendengar suara, maka itu ia
mendengar suara luar biasa dari bergeraknya saiju yang telah
membeku menjadi es. ia tahu apa artinya itu, ia terkejut
melihat akhirnya tubuh Thian seng terlempar akan tetapi
karena ia selalu siap sedia, ia dapat menggunai ketikanya
dengan baik. Tanpa mempedulikan segala apa, cuma terdorong niatnya
menolongi kawan, ia lompat, menyambut tubuh kawannya itu,
menyusul mana ia bertempat terus seraya- membawa
kawannya. Itulah percobaan sangat berbahaya, Dengan dia telah
pingsan, tubuhnya Thian seng menjadi lebih berat daripada
biasanya, maka itu injakan kakinya In Gak menjadi melesak
jauh lebih dalam, hingga lompatannya menjadi sedikit
terintang dan terlambat Akan tetapi la mahir ilmu ringan tubuhnya "Leng Khong Hi
Touw" "Melayang di udara menyeberang di tempat kosong" ia
dapat berlompat seperti tebang melayang, hingga ia tiba di
bawah dengan tidak kurang suatu apa.
1002 Syukur sekali, habis menyerang itu, Ca Kun pun mengajak
rombongannya menghilang, rupanya dia jeri melihat
gempanya es. Thian Seng diletaki di atas saiju, dia meram saja, mukanya
pucat, tubuhnya tak berkutik In Gak berduka dan menyesal
Barusan ia terlambat menolongi, hingga kawan itu menjadi
kurban jarum rahasia, hingga dia tak dapat berdaya lagi, Di
lain pihak ia mendengar terus gempanya es yang
membisingkan. Sekian lama In Gak mengawasi keempat penjuru, buat
mencari jalan untuk berialu dari situ. ia tidak melihatnya,
Terpaksa ia menyabarkan diri, Menanti sampai redanya gempa
es itu. ia lantas meraba tubuh Thian Seng la terperanjat
Tubuh kawan itu panas seperti api.
"Sungguh lihay tenaga Siauw-yang cin-lek diri Tok Pie sin
Mo Ca Kun," pikirnya. ia jadi ingat hal dirinya pernah dihajar
musuh itu, hingga ia terpental jatuh sedalam seribu tombak,
sedang itu waktu, ia dapat membela diri hanya dengan
pertahanan tenaga "Siauw Yang Jit Kong, kalau tidik pastilah
ia tidak masih hidup sekarang ini. ia melihat pula keletakan
tempat di mana ia berdua berdiam ini. ia merasa untuk
sementara, tempatnya ini aman- Lagi sekali ia meraba nadinya
Thian Seng, ia mengerutkan alis, Luka kawan itu tak ringanCa Kun menggunai tangan jahat, teranglah dia membenci
sangat kepada Tiat Jiauw Hek Eng Heng Thian Seng, itu
tentulah suatu permusuhan besar, Entah permusuhan apa itu.
Dua macam kepandaian diri Ca Kun, yaitu jarum beracun Tok
Bong Hui Ciam atau Cui Tok Hui Ciam cdan tangan lihay siauw
Yang sin Ciang tersohor saking hebatnya.
Biasanya dia menggunai salah satu diantaranya tapi
terhadap Heng Thian Seng, dia menggunai dua-duanya
dengan berbareng. 1003 Dari pemeriksaan nadi itu, In Gak tahu racun sudah mulai
meresap masuk ke dalam sum-sum, selewatnya dua belas
jam, hawa panas akan membakar meluluhan tanpa tujuan,
karenanya, ia menjadi bingung, ia mengerti ilmu obat-obatan
tetapi ia tidak tahu bagaimana harus menolong orang she
Heng ini. Rumput Ho Yan Cauw dapat melawan racun cui Tok Hui
Ciam, hanya pada lukanya Thian seng tambah hawa
panasnya, ia jadi sangsi menggunainya. syukur kalau ia
berhasil, kalau tidak, ia dapat menambah hebatnya bahaya.
Pula di dalam piauwkiok lagi menantikan dua orang yang
membutuhkan pertolongan rumput Ho Yan cauw itu,
sedangkan yang ia miliki cuma dua pohon- Dapat ia menolak
racun yang berhawa panas itu dengan tenagi Poa Te sin Kang,
hanya untuk itu, ia memerlukan tempo dua hari dua malam....
Mengawasi mukanya Heng Thian seng, In Gak percaya
orang bukanlah seorang lurus, Menurut ilmu meramal, wajah
dia bukan wajahnya seorang sahabat yang diakhirnya bakal
ada faedahnya untuknya. "Baiklah, aku tinggalkan dia," pikirnya, Tapi rasa peri
kemanusiaannya mencegah ia berlaku begitu, Tak dapat ia tak
menolong ancaman kematian itu. orang pun telah membantu
ia keluar diri tempat berbahaya, Maka setelah bersangsi
sejenak, ia keluarkan rumputnya, ia buka paksa mulutnya
Thian Seng dan masuki rumput itu ke mulut orang, ia
mencairkannya dengan menggunai tekanan tenaga dalam dari
Bi Lek sin Kang. Pati rumput itu, yang berwarna merah lantas mengalir
masuk di dalam kerongkongan segera setelah itu, mulut orang
itu lekas dirapatkan pula, untuk seterusnya, tubuhnya dibalik
menjadi tengkurap. untuk menekanjalan darah ci-tiong, guna
mengalirkan masuk hawa Pou Te Pwe Yap sian Kang Cin-khi.
1004 ia berhenti menekan sesudah hawa itu memasuki seluruh
tubuh. Lekas sekali, Heng Thian seng sadar dari pingsannya, ia
membuka matanya, ia melihat In Gak. lantas ia mengerti,
pemuda itu ialah tuan penolongnya, ia mengawasi seraya
bersenyum. "Terima kasih saudara Cia," katanya bersyukur. "Selama
seumurku, pasti aku satu kali akan balas budimu ini" Lalu ia
paksakan diri, untuk bergerak baigun, Karena ia masih lemah,
ia terhuyung huyung hampir jatuh, sedangkan mukanya tetap
pucat Ketika itu gempa es sudah berhenti, di sekitar puluhan li,
pemandangan alam telah bersalin rupa seluruhnya dari
asalnya. In Gak bersenyum. "Menolong sesamanya itulah tugas kita kaum hiap-gi,"
katanya ramah "Kau sendiri lain saudara Heng, kau telah
berbuat kebaikan terhadapku, jangan kau pikirkan soal kecil
itu, Kau terluka hebat pukulan siauw Ying sin ciang, karenanya
sekarang baik kau pulang ke gunung Hong san kepada
gurumu, untuk diobati terlebih jauh, jalan darah ci-tiong perlu
diurut selama dua hari dua malam, baru kau akan sembuh
seluruhnja." Thian Seng mengerutkan alisnya.
"Dengan kepandaian kau, saudara Cia, tak dapatkah kau
menolong menyembuhkan aku seluruhnya?" tanya ia.
Hati In Gak bereaksi. Tahulah ia bahwa Thian seng
mencurigainya. Dengan lekas, dengan sungguh-sungguh ia
menjawab: "saudara Heng, tahu aku bagaimana harus
menyembuhkan kau, akan tetapi aku cuma dapat membikin
kau merasa lega saja, Tak sanggup aku menolongi kau lebih
jauh lantaran aku kurang latihan. Umpama kata aku paksa
menolong tetapi aku gagal bukan saja aku kecewa, saudara
sendiri bakal menyesal seumur hidup, Kalau kau bercacad, apa
1005 daya" Disamping itu mentuaku lagi sakit berat jiwanya
terancam bahaya siang atau malam, dari itu perlu aku lekaslekas
pulang, Untuk mencegah supaya aku tidak gagal di duadua
pihak-aku jadi mau menasehati untuk saudara lekas
pulang kepada guru saudara."
Mendengar begitu, Thian seng tunduk. pada matanya
nampak sinar tak puas atau penyesalan, sedang di dalam
hatinya ia kata: "Nyatalah kau bermaksud buruk, kau tidak
sudi memulihkan tenagaku. Hm selama aku masih hidup, akan
aku balas sakit hati ini."
In Gak melihat orang tunduk. ia menduga orang berduka,
handuk ia menghibur, mendadak Thian Seng mengangkat
kepalanya dan kata sambil tertawa: "Kau benar saudara Cia,
Baikhh, akan aku segera pergi kepada guruku, setelah aku
sembuh, akan aku belajar silat terlebih jauh. Hendak aku
membalas jarumnya Tok pi sin Mo Ca Kun ini..."
Belum habis dia mengucap. Thian Seng berhenti dengan
tiba-tiba. Mendadak tubuhnya menggigil hingga dengan suara
tak nyata ia mengatakan: "Dingin-.. dingin..."
Ketika itu, angin gunung memang lagi bertiup keras, hawa
dinginnya meresap masuk ke tulang tulang, pantas kalau
Thian Seng, yang baru sadar, merasakan dingin luar biasa,
"Sudah, saudara Heng," kata In Gak. Jangan saudara
bicara banyak, Marilah kita lekas-lekas berlalu dari gunung
ini." Berkata begitu, In Gak lantas memegang lengan orang
untuk diangkat, buat ia membawanya berlalu. ia lari dengan
cepat, hingga Thian Seng merasa dia seperti dibawa terbang,
Disamping kagum, dia menjadi mengiri, hingga kedengkiannya
bertambah-tambah. Dengan petunjuknya Thian Seng, tak sampai satu jam, tiba
sudah In Gak di desa Ban Tek Cun. Di situ mereka mencari
sebuah pondokan yang buruk. guna melewatkan sang malam.
1006 Paling dahulu mereka minta barang makanan, guna mengisi
perut, habis itu, In Gak kata: "saudara Heng, ketika tadi kita
lewat di depan desa, di situ ada rumah obat, maka itu
sekarang ingin aku pergi ke sana, buat membeli obat
untukmu, supaya tubuhmu menjadi terlebih kuat, sekarang
silakan saudara masuk ke kamar untuk beristirahat - lebih baik
lagi apabila kau dapat tidur - aku akan lekas pergi dan lekas
kembali." Thian Seng mengangguk. "Baiklah, saudara Cia" sabutnya,
"Kau baik sekali, tidak nanti aku lupakan budimu ini." In Gak
merandek. lantas ia keluar, Melihat orang pergi, Thian Seng
mengawasi dengan mata bersinar, mukanya bersenyum iblisnya.
Ia perdengarkan tertawa tawar, perlahan ia tidak pergi


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beristirahat seperti dinasehati, ia hanya memanggil jongos,
meminjam kertas dan perabot tulis, terus ia duduk menulis.
sesudah selesai, dari sakunya ia keluarkan semacam bubuk
putih, yang ia tiup tersebar di atas kertas tulis itu.
Pada mukanya yang pucat tampak senyuman iblisnya, ia
pun menelan dua butir obat
pulung warna merah, yang ia telan dengan air untuk
diakhirnya ia keluar dari pondokan, untuk berlalu selekas
mungkin. Tak lama In Gak kembali dengan sebungkus obat, ia heran
tak menemukan kawan yang lagi sakit itu. sebaliknya, ia cuma
bisa melihat sehelai kertas di atas meja, Tanpa sangsi pula ia
jemput itu, untuk membaca tulisannya. Thian Seng menulis
sebagai berikut: "Saudara Cia yang baik. Seberlalunya saudara, tiba-tiba aku
ingat bahwa aku membekal dua butir obat pulung guruku,
lantas aku makan itu, Dengan lekas aku merasa tenagaku
mulai pulih. Saudara tahu, sekarang aku ingat betul bahwa Ca Kun itu
benar musuhku, Dialah yang dulu hari membunuh ayahku,
semasa hidupnya ayah, Ca Kun menjadi sahabat karibnya,
1007 sayang, ketika ayah terbunuh dia aku masih sangat kecil, aku
tidak tahu apa-apa, bahkan aku tidak melihatnya. Aku dibawa
guruku naik gunung sebulan sebelum pembunuhan kalau
tidak. mungkin akupun akan terbinasa bersama.
Didalam sebuah petarungan, tidak akan ada telur yang
utuh. setiap tiga tahun sekali, Ca Kun menjenguk aku di atas
gunung, ia kata bahwa pembunuh ayahku ialah soat san Jin
Mo, satu di antara Goan-uh sam Ciat, Tiga jago Dunia, Karena
itu sekarang aku mau menyangka mungkin mereka berdua
bekerja sama merampas jiwa ayahku, Aku sangat ingin
membalaskan sakit hati itu, maka tak dapat aku menanti
kembalinya saudara, aku sudah lantas berangkat terlebih
dahulu. inilah sebabnya maka aku hendak minta bantuan kau,
saudara jikalau saudara tidak menampik dan sudi membantu
aku, nanti di bulan keenam, di saat terangnya bulan, aku
bersedia menantikan saudara di kuil Cu-kat Bu Houw di kota
seng-tou. Tak dapat aku menulis banyak maka aku menulis begini
saja. Terimalah hormatnya: Heng Thian seng,"
Baru sekarang In Gak mengerti kenapa Thian seng
mengenal baik gua dan jalanan, kiranya dia pernah tinggal
sedari kecil di atas gunung, ia sedikit mencurigai permintaan
bantuan itu, Mereka toh baru kenal satu pada lain, Tapi suka
ia meluluskan ia pikir dapat ia pergi ke seng-touw, sekalian
pesiar untuk menyambangi kuburan ibunya.
Ada bersama kawanpun akan membikin ia tak kesepian di
sepanjang jalan, sementara itu, ia mulai merasa sebal dengan
penghidupan di dalam dunia Kang ouw. ia cuma bertempur
dan membunuh orang busuk. Maka ia pikir, habis menuntut
balas, ia tak akan menghiraukan apa juga.
Memikir sampai disitu, In Gak merobek suratnya Thian
seng, terus ia membayar uang sewa kamar dan harganya
barang santapan, tidak berayal lagi, ia meninggalkan
pondokan itu. sekarang ia memikirkan dua orang yang lagi
sakit di dalam piauw-kiok. mereka itu lagi menantikan rumput
1008 Ho Yan cauw. ia menyesal yang ia tidak dapat terbang, Karena
itu dijalan besar ia lari keras sekali, hingga ia menarik
perhatian orang-orang di sepanjang jalan, yang pada
mengawasi padanya. Hanya di dalam perjalanan ini, In Gak mengenakan
topengnya yang pertama hingga ia nampak seperti seorang
yang lagi sakit... Diwaktu tengah hari, pemuda ini tiba di sin Ke Chung yang
terpisahnya diri kota Ce-lamtak lebih daripada dua puluh li.
Justeru itu, di situ, sering ia berpapasan dengan orang-orang
yang berdandan sebagai orang Kang ouw yang mengaburkan
kudanya lewat pergi datang, yang romannya - di mata ia mencurigakan ia menjadi heran. Tak tahu ia, mereka itu
mempunyai urusan penting apa. ia sendiri pun tak sempat
memperhatikan mereka itu.
Begitu memasuki batas sin Ke Chung, In Gak
memperlambat tindakan kakinya. Justeru itu, ia menjadi
heran, lantas ia menjadi terkejut. Mendadak jeriji-jeriji
tangannya sedikit kaku, terus ia merasakan tak enak. tak
leluasa untuk menggerakinya, Gejala apakah itu" Tidak ayal
lagi, ia menutup jalan darahnya- inilah sebab rasa kaku itu
bekerja semakin cepat. sebentar saja sudah merambat ke
sikut, ia tidak menyangka kepada Thian seng, yang telah
menggunai racun bubuk putih.
Racun itu dapat membuat tubuh kaku dan kejang, dari
tangan sampai ke tubuh dan otak, hingga orang bakal jatuh
pingsan dan akan mati karenanya tanpa sadar pula, sebaliknya
dari menyangka jelek pada Thian seng, ia justeru mengira
bahwa ia telah terkena racun sebab ketularan dari Thian seng
disaat di gunung Tay san ia menolongi orang she Heng itu
Karena itu, ia lantas lari ke sebuah tempat yang lebat
dengan pepohonan di luar dusun, ia mencari sebuah tempat
yang sunyi, lantas ia duduk bersila untuk menjalankan ilmu
1009 Pou Te Pwe Yap sin Kang guna mengusir rasa kejang itu,
Kalau gangguan -itu benar disebabkan racun, racun itu bakal
terusir ke luar. Benar luar biasa latihannya In Gak. Tak sampai sehirupan
teh, Pou Te Pwe Yap sinking sudah memperlihatkan hasilnya,
Kedua tangan si anak muda, dari sebatas sikut, lantas
menghembuskan asap hitam yang buyar tertiup angin,
Dengan begitu juga lenyaplah rasa kejang itu. Tentu saja
habis itu, hendak ia berbangkit untuk keluar dari rimba, untuk
melanjuti perjalanannya. Atau mendadak ia merandek. inilah
sebab ia mendengar suara orang bicara di dalam rimba di
dekatnya. "Engko Liang, jangan jadi tolol," demikian suara seorang
wanita, " Kematian itu ada perbedaannya berat dan ringan,
jikalau orang mengandalkan saja tenaganya si orang biasa,
itulah tidak ada artinya, Dengan begitu juga jiwa gurumu tidak
akan ketolongan, Di sana chungcu mempunyai kepandaian
silat yang lihay yang tak dapat kau layani.
Di sana pula ada Koay Han cu si pengemis yang telengas
itu, siapa bertemu dia siapa tak bakal dapat hidup lebih lama
pula, jikalau kau gagal, bukankah kau bakal menyesal seumur
Tangan Berbisa 7 Kitab Ilmu Silat Kupu Kupu Hitam Naga Bumi 3 Karya Seno Gumira Pendekar Bodoh 6

Cari Blog Ini