Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 21

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 21


saban-saban menarik napas panjang.
Nyonya san-cu yang muda sedang berbadan dua, hal itu
membikin lo-sancu dan isterinya girang bukan main- Keduaduanya
memang sangat ingin mengempo cucu, Mereka sering
nampak bersenyum-senyum. Tapi pada suatu hari datanglah
peristiwa buruk- Mendadak datang serbuan oleh Hok San Siu
serta kawan-kawannya berjumlah beberapa puluh orang Kang
ouw, Gangguan itu dapat disingkirkan kawanan penyerbu
terpukul mundur. Diluar dugaan, nyonya sancu yang muda itu terganggu
kandungannya. Mulanya dia tidak merasakan sesuatu, sampai
tahun baru, bayi dalam kandungannya bergerak tak hentinya,
Dia menderita sangat, kepalanya pusing, matanya kabur, terus
dia rebah saja di atas pembaringannya .
Lo-sancu berduka dan berkuatir, lebih-lebih ketika ia
mengundang tabib. Tabib yang memeriksa nyonya mantunya
itu menggeleng kepala dan pergi tanpa memberikan obat atau
resep. ia menjadi bingung, kedukaannya bertambah.
Beberapa tabib lain diundang, Umumnya mereka
membilang, kalau bayi itu terlahir, susah buat ditolong,
bahkan sang ibu mungkin tak tertolong juga.
Belasan hari setelah itu, tengah lo-sancu berduka, beruntun
ia kedatangan rombongan-nya Hu Llok Koan, Hu Wan, Pek Ie,
Kouw YanBun, Tio Kong Kiu dan Ciu Wi Seng, begitu juga Lian
Cu dan Goat Go. ia menyambut- mereka itu dengan girang.
1261 Lian Cu meninggalkan peternakannya Hong Piu karena
cemburu dan jelus, hingga hatinya menjadi panas, siapa
sangka setibanya di Hoan Pek san chung ini, ia justeru melihat
Hu Wan dan Yan Bun, kejelusannya bertambah.
Baik dengan sinar matanya maupun dengan kata-katanya
ia suka berlaku kasar terhadap dua nona yang dianggap
sebagai saingannya itu. Kong Kiu ketahui itu ia menegur dan
memberi nasihat kepada putrinya, Lian Cu tidak dapat
menguasai diri, bahkan ia lantas meninggalkan san-chung,
katanya tak tahah ia dengan hawa dingin di situ, ia berangkat
ke Kanglam, katanya untuk sekalian pesiar. Kong Kiu bersama
Wie Seng dan Goat Go terpaksa menysul anak dara itu yang
berhati keras. Selagi Lian Cu pergi, Say-Hoa-To Gui Peng Lok tiba, Kiong
Thian Tan girang bukan main, ia mendapat harapan- Lantas ia
minta tolong tabib itu memeriksa nyonya mantunya.
Pemeriksaannya beberapa tabib terdahulu itu tidak keliru,"
kata Peng Lok habis memeriksa nadi menanti tuan rumah.
"Siauw-hujin mengandung bayi kembar, kandungannya
tergerak maka bayi-bayinya mendapat goncanganTubuh nyonya muda panas dan dingin, aku kuatir tak dapat
aku menolong dua-duanya. Baiklah ibunya saja yang ditolong
lebih dulu, Cuma obat Gu-Hong Ceng Sim Tan yang dapat
menolong nyonya muda. Tentang bayinya, terserah kepada
Thian-.." Sedikitnya Kiong Thian Tan merasa lega juga. Tak apa
kehilangan cucu, jangan nona mantu, yang di belakang hari
masih dapat memperoleh anak pula, Toh ia tetap berduka.
"Tadi aku menyebutkan obat Gu-Hong Ceng sim Tan" kata
Peng Lok kemudian- "obat itu cuma dipunyai - Im Liong Hoatsu
Huketu, lama dari wihara Potala di Sin-tek. Tapi pendeta
lama itu menyayangi obatnya seperti dia menyayangi jiwanya
sendiri, sukar untuk mendapatkannya, sekalipun kita
1262 menempur dia, belum tentu dia sudi menyerahkannya. Lain
dari itu, habis makan obatku, liwat lima hari nyonya bakal
melahirkan, jadi temponya pun sudah tidak ada..."
Ketika Kouw Yan Bun mendengar perkataannya tabib she
Gui itu, diam-diam dia meninggalkan Hoan Pek san-chung
untuk pergi ke Sin-tek, ke wihara Potala itu. Tidak ada orang
yang mengetahui kemana perginya dia.
Tiga hari kemudian Lui Siauw Thian tiba bersama Gak
Yang, Ketika Kian Kun Ciu mendengar kesulitan nyonya san-cu
yang muda itu, ia kata: Jikalau shate ada di sini, aku tanggung
ibu dan anak selamat semuanya."
"Kau terlalu," kata Peng Lok, kurang puas. "Di dalam enam
propinsi Utara dan tujuh propinsi Selatan ini, apakah masih
ada lain orang yang dapat melebihkan aku si orang she Gui"
Walaupun Cia Siauwhiap mengerti ilmu obat-obatan, untuk
melebihkan aku, tak mungkin"
Siauw Thian tertawa. "Kau tidak percaya, aku si orang she Lui tidak bisa bilang
apa-apa," katanya. Mendengar disebutnya nama In Gak. Thian Tan suami istri
dan Leng Hui lantas ingat anak muda itu, roman siapa lantas
berbayang di depan mata mereka.
"Kalau dia datang dan benar seperti katanya Siauw Thian,
kita ketolongan-.." mereka kata di dalam hati.
Hati mereka itu tak dapat dibikin tenang, lebih-lebih Leng
Hui. Dihari kelima, Yan Bun kembali, ia membawa Gu Hong
Ceng Sim Tan dari In Gak serta dua helai resep obat begitu
pun sepucuk surat untuk lo-saucu. Ketika Peng Lok memeriksa
resepnya In Gak. dia menghela napas.
"Anak itu benar benar luar biasa," katanya, "Benar-benar
aku tak dapat melawan dia. Tanpa melihat surat obat ini,
sungguh sukar orang mempercayai."
1263 Memang selama makan obat tabib ini menantunya lo sancu
masih suka pingsan- Siauw Thian tertawa. "Apa aku kata?" bilangnya, "Gelaran Say Hoa To kau
baiklah kau serahkan pada shate kami itu"
Peng Lok mendelik. "Kunyuk" bentaknya.
Kiong Thian Tan membaca suratnya In Gak. dia lantas
tertawa lebar, kumis jenggotnya di-urut-urut. Kemudian ia
serahkan surat In Gak itu pada Peng Lok.
In Gak menulis, habis makan Gu Hong Cong sim Tan dan
dua rupa obatnya itu kandungan nyonya Leng Hui bakal
selamat, selamat ibu dan anak dan besokannya bakal
melahirkan- Dikatakan, meski kelahiran itu belum tepat waktunya, kalau
terawat baik, sepasang bayi kembar tak akan kurang suatu
apa. Surat pun menambahkan halnya GurPeng Lok.
Katanya tabib ini terlalu berhati hati, hingga dia tak berani
sembarang membuat resep. jadi dia bukannya kurang pandai.
Peng Lok tertawa. "Cia Siauwhiap tahu hatiku, dia sungguh sahabat sejati."
dia memuji. Thian lun lantas menyuruh orang membeli
obatnya In Gak itu Benar sekali, di hari kedua, nyonya sancu yang muda telah
melahirkan dengan selamat dan anaknya satu laki-laki dan
satu perempuan hingga losancu semua menjadi sangat girang.
Maka lenyaplah kedukaan Koan Pek San-chung, semua orang
bergembira. Sementara itu Ghak Yang bergaul erat sekali dengan Pin-ji.
Usia mereka berdua memang sebaya, Setiap hari hampir
mereka tak mau berpisah. Pin Ji senantiasa ingat In Gak. ia
telah dijanjikan, kapan si anak muda kembali ke san-chung, ia
bakal diajari satu atau dua rupa ilmu silat, ia ada begitu baik,
1264 ia ajari Gak Yang ilmu melepaskan panah yang ia peroleh dari
nyonya losancu. Demikian itu hari, habis bersantap. selagi orang tak
memperhatikannya, kedua bocah ini pergi ke rimba yang
berdekatan. "Ghak Yang," kata Pin ji, " ilmu panah mu sudah mahir,
bagaimana kalau kita mencoba dengan- memanah beberapa
ekor mencak?" Ghak Yang setuju, bahkan ia girang sekali. Maka keduanya
lantas lari berkeliaran mencari binatang yang bakal dijadikan
mangsa mereka. Tanpa merasa mereka sudah berlari-lari kira
tiga puluh li. "Lihat," kata Pin Ji, tangannya menunjuk-" Coba kaupanah"
Didepan mereka, di bawah sebuah pohon, terlihat
kepalanya seekor mencak yang tubuhnya teraling pohoNitu.
Mereka sendiri bersembunyi, mengawasi binatang itu yang
bercelingukan. Ghak Yang sudah lantas menyiapkan batang anak panah
nya, tepat ketika ia hendak menimpuk. mencak itu lari kabur
sesudah dia nampak kaget, seperti dia melihat sesuatu yang
menakutkannya. "Sayang" kata di bocah, menyesal seraya membanting kaki.
"Sstt" PinJi menutup mulutnya, mencegah kawaNitu
bersuara, sedang matanya memperlihatkan sinar kaget, mata
itu di arahkan kedepan. Ghak Yang heran, ia mengawasi dan-tidak melihat sesuatu,
Memang diwaktu itu, selagi-angin bertiup dan salju berjatuhan
mereka tak dapat melihat lebih jauh daripada belasan tombak.
Tapi selagi ia hendak menegaskan kawannya, ia segera
melihat tiga orang yang baru tiba, yang lantas berhenti berlari
tiga tombak lebih terpisahnya dari mereka berdua.
Ketiga orang itu imam semua, jubahnya abu2, kondenya
tinggi, Mereka pada membekal pedang dengan ronce merah.
1265 Mereka tak mirip dewa tetapi roman mereka bukan roman
sembarangan- "Heran," PinJie berpikir "Di sekitar lima puluh li dari Hoan
Pek San- chung ini ada penjaganya gelap dan perangkap dan
umpama kalau ada tetamu, mesti ada pengantarnya, kenapa
mereka ini cuma bertiga saja" pastilah mereka musuh dan
bukannya sahabat, Bagaimana caranya mereka masuk ke
mari?" Dari tiga imam itu yang satu, yang jangkung kurus dan
lurus berewoknya tipis dan mukanya kuning, terdengar
berkata: "Heran. mana mereka itu" Terang sekali pinto
mendengar tindakan kaki berlari-lari, Mungkinkah pinto salah
dengar?" "Sudah biarkan saja." berkata imam yang kedua. "Kita
datang ke mari untuk mencari saudara Ang Ban Thong, jikalau
bisa lebih baik kita jangan sampai turun tangan- Kita baik jaga
agar si orang tua she Kiong tidak mengatakan orang Bu Tong
Pay menghinanya." "Hm" kata si jangkung, yang matanya terbuka lebar,
bersinar tajam, suatu tanda dia sedang gusar, "jikalau bukan
kedua saudara mencegah berulang-ulang dan menganjuri aku
mendapatkan bukti-bukti dulu, pasti sudah aku serbu Hoan
Pek San-chung ini untuk membikinnya jadi seperti langit
ambruk dan bumi gempur"
Mendengar suara itu, Pin Jie panas hati. Terdengar si imam
berkata pula: "Saudara Ban Thong itu menghilang dari dunia
Kang ouw sepuluh tahun yang lalu, telah aku cari ia di empat
penjuru, tidak aku berhasil menemuinya, ataupun mendengar
saja namanya. Baru belakangan aku mendengar bahwa pada
tiga tahun yang lalu dia telah meninggalkan Hoan Pek San
chung ini. Tiga bulan yang lalu telah aku datang kemari, menurut
Klong Thian Tan dan menanyakannya, Thian Tan bilang
bahwa sejak kepergiannya tiga tahun yang lalu, ia tak
1266 mendengar apa-apa lagi mengenai saudaraku itu. Aku tidak
percaya, aku menegur dia. Dia gusar, dia mengangkat cawan
tehnya, Itulah tanda dia mengantar tetamu pergi.
Maka itu, aku berlalu dengan mendongkol Di tengah jalan,
tanpa disengaja, aku mendengar orang omong halnya saudara
Ban Thong dibinasakan secara diam-diam dalam Hoan Pek
San-chung." "Sute, di mana kau mendengarnya?" tanya imam yang
ketiga. "Di saat aku meninggaikan mulut gunung, yang bicara
yalah beberapa penjaga, bicaranya sambil tertawa-tawa."
"Ah kau keliru." kata sang kawan, "Kau tidak bekuk orang
itu mana ada saksinya" Mana si tua- bangka she Klong mau
mengarti" Kau sembrono."
Selagi mereka itu bicara, dari dalam rimba terdengar satu
suara bocah: "Tuan tuan bertiga bangsa lurus yang
berkenamaan, semua orang suci, kenapa tuan-tuan lancang
memasuki tempat ini" Kenapa tuan-tuan tidak mau
melaporkan diri dulu" Lancang memasuki tempat orangapakah
itu tak bakal jadi buah omongan ?"
Ketiga imam terkejut. berbareng mereka menoleh,
bahkaNimam yang jangkung dengan mengawasi tajam, sudah
lantas lompat kearah dari mana suara itu datang, untuk
menerkam. Itulah gerakan "si kera" salah satu macam ilmu
kepandaiaNistimewa dari Bu Tong Pay.
Akan tetapi ia gagal. Di belakang pohon, di mana ia
menyangka orang bersembunyi, tak ada siapa juga.
Merekalah murid-murid turunan kedua Bu Tong Pay, nama
mereka Ceng Seng, Ceng Hoat dan Ceng Beng, dan yang
menyerang gagal ini yalah Ceng Beng Cinjin. Mereka memang
datang untuk mencari Ang Ban Thong, yang menjadi kakaknya
ceng Beng itu. Ceng Beng menduga Kiong Thian Tan, majikan dari Hoan
Pek san Chung, yang membunuh saudara itu. Dugaan ini
1267 bukan tak beralasan, Sebab katanya Ang Ban Thong pernah
berdiam didalam san-chung itu. ceng Seng, dan ceng Hoa:
diminta bantuannya, maka itu mereka datang bertiga.
Pula memang sengaja mereka masuk dengan diam-diam,
sebab maksudnya yalah lebih dulu mencari keteranganSekarang mereka dipergoki orang yang tidak dikenal, tak
heran mereka kaget sekali, Maka ceng Beng sudah lantas
berlompat untuk menangkap orang, ia kecele hingga ia
melengak. "Sute, jangan sembarangan" ceng seng berkata. "Kita
sudah kepergok. mari kita masuk secara berterang Mintalah
sahabat ini, yang menemui kita, untuk tolong mengantar kita"
ceng Beng tak setuju, ia menggoyang kepala.
"Dengan begitu berarti kita melakukan perjalanan sia sia
belaka," ia kata, "Mana si tua bangka she Klong suka omong
terus terang" Bahkan ada kemungkinan dia akan mengejek
kita atau menerka kita tak keruan-ruan datang mengacau.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah itu tidak memalukan" Menurut aku baiklah kita bekuk
saja bocah ini" ia lantas melihat tajam kelilingan, guna
mencari si bocah. "Sungguh muka tebal" terdengar satu suara makian
membarengi menyambernya serupa barang putih seperti bola.
Ceng Beng menyampok dengan tangan bajunya, barang itu
terkena dan jatuh hancur sebab itulah sepotong es. Berbareng
dengan itu ia lompat pula ke kiri, untuk menyamber pula,
seperti yang semula barusan, ia kembali gagal.
Di situ tidak ada seorang jua, maka mukanya menjadi
merah, hatinya panas. "Tidak sukar jikalau kamu mau keluar dari Hoan Pek Sanchung,"
terdengar satu suara lain, dari sebelah kanan- "Kamu
turunkan saja pedang kamu masing-masing Rimba ini
dipanggil Kay Kiam Lim, yaitu rimba tempat meloloskan
pedang, sama aturannya seperti Kay Kiam Gay, tempat
melepaskan pedang di gunung Bu Tong San kamu."
1268 Ceng Beng menoleh. ia heran, ia mengenali dua rupa lagu
suara. Kalau di situ mestinya ada dua orang bocah.
Ceng Seng dan Ceng Hoat berdiam terus semenjak tadi.
Mereka dapat bersikap tenang, Tapi, mendengar kata-kata
untuk menurunkan pedang, mereka terkejut, air muka mereka
berubah tegang Ceng Beng kembali lompat, sekarang ke kanan- Hanya baru
satu tombak. ia sudah mencelat pula ke kiri.
Itulah siasat yang lihay, yang dilakukan dengan kecepatan
luar biasa, ia menyamber cabang pohon, sampai cabang itu
patah dan saljunya jatuh berhamburan-Tapi lagi-lagi ia gagal,
rimba itu sunyi, ia berdiam, matanya dipasang tajam. Tiba-tiba
satu bayangan tubuh melesat di sebelah kiri.
"Kemana kau hendak lari?" membentak imam yang
bertabiat keras ini, yang sudah jadi sangat mendongkol dan
penasaran, ia hendak berlompat menubruk.
Tapi sekarang ia di-dului, Bayangan itu berkelebat sambil
tangannya terayun, menimpukkan tiga potong barang yang
berwarna perak. yang datangnya bersusun dua di bawah, satu
di atas. ia lihay dan gesit, ia berkelit sambil menanggapijeriji
tangannya yang kiri menjepit dua, yang kanan satu, lalu yang
kanaNitu terus dipakai menimpuk balik, sebab itulah semacam
panah tangan- "Aduh" terdengar jeritan tajam, lantas orang itu tak lari
lebih jauh, sebab ia terpanah pundaknya, yang terus
mengeluarkan darah. Dia ternyata Ghak Yang adanya, Dia
memegangi pundaknya, dia mengawasi tajam. Kena terserang
itu, dia terhuyung beberapa tindak, Ceng Beng lantas lompat
maju, berniat membekuk bocah itu.
Mendadak Pin Jie muncul di lain arah, "Bangsa bulu campur
aduk tua bangka" ia membentak. "Jangan kau lukai adikku"
Ceng Beng mendengar suara itu, ia segera menoleh, ketika
melihat ada serangan, ia menggeser tubuh ke kiri, berbareng
dengan itu kaki kanannya menyapu, sapuannya ini tidak
1269 memberi hasil. orang yang diserang berhenti jauhnya lima kaki
dari ianya, ia melihat seorang kacung tampan umur dua atau
tiga belas tahun, yang mengawasi ia dengan roman gusar.
Walaupun ia seorang imam, pikiran Ceng Beng cupat,
sedang ketika itu, hatinya panas bukan main ia dipermainkan
dua orang bocah. "Anak-anak tidak tahu selatan cara bagaimana kamu berani
mempermainkan cinjin kamu" dia membentak.
Tapi Pin Jie gusar, bahkan ia mendamprat "Bulu campuran
tak tahu selatan cara bagaimana kau berani lancang
memasuki tempat kami dan sekarang melukai juga saudara
kami" Apakah kau tidak mau lekas mengganti jiwa?"
Bocah ini memegang sebatang rotan, dengan itu ia lantas
menyerang, mengarah alis si imam, ialah bocah sangat
disayang Pek Hoat Kiu tiang-po Yap Han Song, istrinya losancu
dari Hoan Pek san-chung maka itu ia telah
diajarkaNilmu tongkat si nyonya tua, yang diberi nama "Kiu
Hong SinThung" yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus, ia
juga cerdas dan berbakat baik, maka itu ia dapat bersilat
dengan baik. Kelemahannya ialah usianya masih terlalu muda hingga
tenaganya masih sangat terbatas, Dalam kesebataNia tak
kalah dengan sembarang orang Kang Ouw yang lihay.
Ceng Beng kaget melihat lawan cilik ini demikian lihay, ia
berkelit, tangan kanannya diangkat untuk menangkap rotan
itu. Pin Ji benar benar gesit, ia menarik pulang rotannya terus
ia menyerang pula, sekarang kejalan darah simji.
"Celaka" kata Ceng Beng dalam hati. Jikalau aku tidak
berhasil merampas rotannya bocah ini, nama besarku bisa
menjadi runtuh..." Maka ia lantas berkelit sambil menggerak
pula tangan kanannya, menabas dari atas ke bawah, itulah
tipu silat "Kim cian cian ek", atau " Gunting emas
1270 menggunting sayap." Kelihatannya ia bergerak lambat,
sebenarnya sangat cepat. ^
Dengan terdengar suaranya, rotan Pin Jie terkurung empat
dim. ia kaget sekali, Toh ia tidak takut, bahkaNia menjadi
mendongkol ia menjejak tanah, untuk mengapungi diri guna
segera menyerang dari atas ke bawah.
Ceng Beng terperanjat ia lompat mundur. ia jadi habis
sabarnya, ia terus menghunus pedangnya, yang
mendatangkan cahaya berkilauan- Dengan senjata tajamnya
itu, ia melayani si bocah, ia menimpali Ghak Yang
menyaksikan pertempuran itu begitu asyik hingga ia lupa pada
sakit di pundaknya, ia pikir: "Bagaimana bagus kalau aku
mempunyai kepandaian silat seperti Pin Jie pasti cari si bulu
campuran ini untuk memberi rasa padanya- Ah. imam busuk
jangan kau bertingkah"
Jikalau ada guruku di sini, pasti kau bakal dibikin sengkok
tangan dan kakimu pendeknya nanti datang harinya yang aku
pun akan mendaki Bu Tong San, guna membikin kamu di sana
ayammu terbang gelapakan dan anjingmu ngiprit terkuwingkuwing
kalau tidak demikian, jangan panggil aku Ghak Yang."
Itulah kata kata hebat, karena bocah ini berakibat keras
dan mestinya ia bakal membuktikan ancamannya itu...
Ceng Seng dan ceng Hoat menonton dengan alis
mengkerut, Heran mereka menyaksikan seorang bocah
demikian lihay ilmu tongkatnya.
"Suheng," kata ceng Hoat, rkelihatannya ilmu silat bocah ini
ilmu tongkat Yap Han song, maka dialah tentu muridnya
nyonya itu. Kalau toh ceng Beng Sute menang, namanya bakal
rusak juga, sebab ia seperti mempermainkan anak kecil Paling
baik ia dipanggil mundur untuk kita memikirkan daya lain-"
Ceng Seng berpikir, dia menggeleng kepala.
"Memang selayaknya kita mundur siang-siang," katanya
masgul. "Apa mau sute ceng Beng bertabiat keras dan ia
mengumbar tabiatnya itu. Sekarang ini busur telah disiapkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1271 jenparing tak bisa tak dilepaskan- Aku pikir, sebelum
pertempuran berakhir, baik kita menguasai itu bocah yang
satu guna menghentikannya untuk menanyaka keterangan
mereka itu, jikalau benar Ang Ban Thong bukan terbinasa di
cang in Kiong Thian Tan dan ia benar-benar tidak ada di sini,
kita dapat lekas mundur.."
Ceng Hoat setuju, ia mengangguk. Mendadak ia berlompat,
tangannya diulur. Ghak Yang kaget ketika tahu tahu sebelah tangannya
sudah kena disamber. ia tungkulan nonton hingga ia menjadi
alpa. "Kau mau apa" dia tanya, suaranya parau. Biar bagai mana
dia jeri. Jangan takut, sahabat kecil." berkata si imam. "Pinto tidak
bermaksud jahat?" Ketika itu gerakannya Pin Jie mulai kendor mereka bentrok
maka ia merasai lengannya ngilu, ia kaget mendapatkan Ghak
Yang tercekal imam lainnya. Justeru itu, rotannya disampok
hingga tak ampun lagi, senjatanya itu terlepas, terlempar
tinggi, lalu jatuh nancap di salju ia sendiri hampir menjerit
karena tangannya sakit sampai susah diangkat.
Masih bocah ini tak takut, ia mengawasi tajami ia sangat
mendongkol. Ceng Beng cinjin tertawa berkakak. "Aku kira kau liehay
bagaimana" katanya mengejek, "Bagaimana kau berani
mempermainkan toya kamu?" Terus dia mengasi lihat roman
bengis, Dia kata keras: "Sekarang aku hendak tanya kau.
Mana Ang Ban Thong" Apakah dia ada di sini" Kau omong
terus terang toyakamu akan tak membikin susah padamu"
Pin Jie cerdik, "Hm" dia perdengarkan suara menghina.
"Kau hendak mencari Ang Locianpwe buat main gila di
hadapannya" kau dapat mengalahkan aku, itu tidak ada
artinya Tapi terhadap Ang Locianpwe, sepuluh kau pun tak
berarti" 1272 Ceng Seng heran, bahkan bingung. Suara si bocah berarti
mungkin Ang Ban Thong berada di dalam Hoan Pek Sanchung,
ia ingat: "Pada tiga tahun dulu, ketika aku datang ke mari, aku
perkenalkan diri sebagai adik kandung kakak Ban Thong, kalau
kakak ada di sini kenapa dia menyangkal" Sekarang bocah ini
mengatakan begini?" ia hening sejenak baru ia tanya pula:
"Aku cuma tanya kau, Ang Ban Thong ada di sini atau tidak
Kenapa kau berkata tidak karuan-"
"Tidak. dia tidak ada di sini." sahut Pin Jie, alisnya bangun,
"Ang locianpwe telah berlalu dari sini pada tiga tahun dulu,
terhitung sampai sekarang ini, dia tak ada kabar beritanya Eh.
apakah perlunya kau menanyakan locianpwe itu?"
Ceng Beng melengak. jawaban bocah ini sama dengan
jawaban Klong Thian Tan dulu.
hanya, Toh ia dengar penjaga disini sendiri yang
mengatakan kakaknya itu sudah dibinasakan secara diamdiam.
ia berpikir keras, ia lebih percaya pendengarannya itu.
"Setan cilik, kau berani permainkan toyakau?" dia
membentak gusar, "Kau cari mampusmu sendiri," Pin ji
tertawa. "Kau tidak percaya, buat apa kau tanya banyak-banyak?"
katanya. Ceng Beng tetap bersangsi, ia mau berpikir mungkin Klong
Thian Tan merahasiakan urusan kakaknya itu terhadap ini
bocah yang belum tahu apa apa. Dengan mendadak ia
menotok di tiga tempat yaitu jalan darah tuli, gagu dan
pingsan, Maka kacung itu lantas roboh tak sadarkan diri.
Ilmu totok Bu Tong Pay itu, untuk menutup jalan darah,
akan punah sendirinya selang tujuh hari.
Ghak Yang kaget, hatinya ciut- Sedang begitu ia ditanya
pula Ceng Hoat, ia berdiam saja, nampaknya ia bingung.
Ceng ^ Hoat tidak berniat melukakan bocah itu yang terusterusan
menyangkal. Jawabannya selamanya "Tak tahu",
1273 Memangnya dia benar-benar tidak tahu urusan Ang Ban
Thong itu. "Suheng aku terpaksa berbuat begini, untuk menjaga
jangan perbuatan kita ini ketahuan orang," kata Ceng Beng
pada kedua kakak seperguruannya.
"Sute, kau berbuat keterlaluan- Ceng Seng menegur,
wajahnya suram, "Turut apa yang aku dengar Pek San it Ho
Klong Thian Tan jujur dan dengan kakakmu itu dia bersahabat
kekal, maka itu kenapa dia mesti membikin celaka kakakmu.
Di tempat mana yang kakakmu tak dapat menyembunyikan
diri" Bukankah dunia ini luas" Kenapa dia justru pergi ke Hoan
Pek San-chung ini" Ada, kemungkinan benar-benar dia telah
berlalu pada tiga tahun dulu itu, Sekarang kau mendesak
Kiong Thian Tan, bagaimana dia dapat menjawab?"
Ceng Beng berdiam. "Inilah benar," pikirnya^ "Bagaimana sekarang" Aku
mengajak dua saudaraku ini dengan paksa, aku kata hendak
mencari kakakku yang hilang sejak sepuluh tahun yang lalu.
sekarang kakakku itu tak dapat dicari, dia tidak ada di sini.
Tapi aku mendengar omongan orang di mulut gunung itu...
Bagaimana" Coba tadinya aku berdamai dulu, tidak nanti
terjadi seperti sekarang, hingga aku tak dapat turun dari
punggung harimau..."
Ia menyahuti: "Tapi, saudara, sakit hati kakakku itu
menjadi bakal terpendam dalam penasaran tak habisnya..."
Ceng Seng agak jengah, tapi wajahnya tetap suram.
"Sute, kau terlalu sembrono," kata dia. "Bukti tidak ada,
cara bagaimana kau bisa bilang kakakmu sudah mati"
sebaliknya sekarang ini pamor Bu Tong Pay bakal runtuh di
tangan kau. coba pikir apa kita mesti buat terhadap dua bocah
ini" Mereka bakal mendusin selang tujuh hari. Apa kata jikalau
mereka membeber perbuatan kita ini dan mengatakan kita
menghina anak-anak" 1274 Kita pun sudah lancang masuk ke mari, kita melanggar
aturan mereka, Bagaimana jikalau Kiong Thian Tan pergi ke
gunung kita untuk mengacukan protes kepada ketua kita" Kita
yang bersalah, apa kita mesti bilang?"
Ceng Beng melengak. Dia berdiam saja. Tiba tiba ceng
Hoat tertawa. "Suheng, janganlah kau terlalu mendesak sute," ia kata,
"Kita sudah menunggang harimau, tak dapat kita berbuat lainPula kecurigaannya sute bukannya tak ada alasannya.
Kakaknya bersembunyi di Hoan Pek San-chung, itu tentu
disebabkan kakak itu ada musuhnya. itu tentulah untuk
menyingkirkan diri, soalnya sekarang ialah Kiong Thian Tan
mesti mengetahui kenapa Ang Ban Thong bersembunyi di
rumahnya. Maka marilah kita ajak kedua bocah ini pergi
padanya, untuk menanyakan demikian, inilah lain daripada
kita menuduh dia mencelakai Ban Thong atau mendesak ke
mana perginya saudaramu itu, Kita menemui Kiong Thian Tan
untuk menghaturkan maaf, baru kita mengajukan pertanyaan
itu. Aku percaya Thian Tan tidak bisa tidak menjawab."
"Urusan akulah yang mulai, biar aku sendiri yang
bertanggung jawab." kata Ceng Beng, "Urusanku tak dapat
membawa-bawa partai dan saudara-saudara semua,


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana kalau dua bocah ini disembunyikan dulu dan aku
sendiri pergi menyelidikinya?"
"Jikalau kau mau pergi, mari kita pergi bertiga." kata Ceng
Seng, "Kita sudah berbuat, kita mesti bertanggung jawab. Nah
mari kita pergi bersama,"
Ketiga saudara ini bicara asyik sekali ketika Ceng Beng
berpaling, untuk melihat Ghak Yang dan Pin Ji, dia terperanjat.
Kedua bocah, yang tadi ditinggaikan, lenyap tidak keruan
paran- Di situ cuma terlihat salju bekas mereka meringkuk.
Entah kapan dan ke mana lenyapnya bocah-bocah itu.
1275 Ceng Seng dan Ceng Hoat turut terkejut Bertiga mereka
berdiri menjublak Mereka heran dan malu. Merekalah jagojago
Bu Tong, mereka lihay, tetapi mereka kehilangan kedua
bocah yang seperti berada di depan mata mereka...
Tak mungkin bocah itu dapat kabur sendirinya, Tapi kalau
ada orang menolongi mereka, siapa orang itu" Kenapa dia tak
terlihat" Mungkinkah ada orang yang demikian lihay, yang
mendekati mereka tanpa mereka melihat atau engah.
Akhirnya mereka menjadi masgul.
"Ah..." Ceng Seng menghela napas, "Robohlah kita bertiga,
kita yang dikenal sebagai Bu Tong Sam Eng. Sudah tak usah
kita pergi ke Hoan Pek San-chung... Dengan kepandaian kita
ini jikalau orang hendak mengambil kepala kita, sungguh
mudah." Ceng Beng dan Ceng Hoat bungkam, Mereka malu dan
bersusah hati. Memang runtuhlah
sudah kehormatan Bu Tong Sam Eng " tiga jago gagah
perkasa dari Bu Tong Pay...
Selagi berdiam itu ketiga imam ini menggigil sendirinya.
Angin yang santer meniup mereka, hawanya dingin luar biasa.
Mendadak ceng Beng cin-jin kata sengit: "jikalau aku tidak
membalaskan sakit hati kakakku, mana dapat aku menjadi
manusia" Saudara-saudara sudah, silahkan saudara berdua
pulang, nanti aku yang pergi sendiri."
Tepat suara itu habis, angin menghembus pula.
Heran ketiga imam itu, itulah angin tak wajar, Mestinya itu
angin buatan manusia, Mereka bingung. Siapa demikian lihay
tenaga dalamnya" Salju berterbangan hingga mata mereka itu
sukar melihat tegas. justru itu mereka kaget pula. Mereka
merasakan sesuatu yang membentur pundak mereka, Tahutahu
lenyap pedang mereka masing masing.
1276 Mereka saling mengawasi lantas mereka melihat kelilingan,
Tengah mereka bingung itu, mereka melihat seorang keluar
dari belakang pohon di dalam rimba. Dialah seorang tua
dengan kayu kuning yang pendek dan sepan, Dia bertubuh
kecil dan kurus, kumisnya pendek.
Mata kirinya buta tapi kanannya bersinar tajam sekali, Di
tangannya, dia mencekal tiga batang pedang. Dia bertindak
sambil tertawa, menghamplrkan ketiga imam itu, Kata dia
Jenaka: "Tolong sampaikan pesanku kepada Lan Sam si
hidung kerbau. Bilang janji pertemuan mati dua puluh tahun
bakal lekas tiba." Ketiga imam kaget, muka mereka menjadi pucat sekali
Mereka lantas mengenali orang tua itu. Tanpa omong lagi,
mereka mengibaskan tangan baju mereka, lantas mereka lari
ke luar rimba. Di dalam rimba itu lantas terdengar tertawa yang nyaring
dan panjang, yang dapat meng g iriskan hati. Tertawa itu
berkumandang tinggi, baru perlahan-lahan menjadi keodor
dan akhirnya berhenti, lenyap. Dengan begitu sunyi pulalah
rimba itu... Di dalam Hoan Pek San chung, orang masih tetap dalam
kegembiraan- Baru kemudian Kian Kun ciu heran, ia tidak
melihat Ghak Yang. "Eh, ke mana perginya dia?" dia kata pada
tuan rumah yang tua. Kiong Thian Tan tertawa.
"Anak-anak gemar bermain-main," katanya, "Tentulah dia
pergi bersama-sama Pin Ji, Biarlah mereka bersuka ria, kita
tak usah pedulikan-"
Jilid 22 : Pin Ji dan Ghak Yang diculik
JAWABAN ITU melegakan Siauw Thian, Tapi ketika cuaca
mulai guram si bocah belum juga muncul, timbul pula
kekuatirannya, Thian Tan pun turut berpikir keras, "Ah,
mereka mesti dicari," pikirnya. Maka ia berniat menyuruh
1277 orang mencarinya. Bertepatan dengan itu, seorang datang
masuk dengan tergesa-gesa. "Ada apa?" tuan rumah tanya
terperanjat. orang itu menekuk sebelah kakinya dan berkata: "Ada
diterima laporan dari perangkap nomor empat di lembah Tay
Him Kok bahwa ada tiga orang imam lari ke luar gunung,
mereka itu telah melukakan belasan orang kita."
Tuan rumah yang tua itu kaget.
"Cuma tiga orang?" dia tegasi. "Tak ada yang lainnya?"
"Tidak. cuma mereka bertiga, Diantaranya ialah Ceng Beng
cinjin yang pernah berkunjung ke mari."
Thian Tan mengulapkan tangannya, maka orangnya itu
segera mengundurkan diri. ia mengerutkan alis.
"Aneh," katanya, Terus ia tuturkan pada Siauw Thian apa
perlunya imam itu datang berkunjung. "Herannya dia sudah
pergi, lantas dia datang pula secara diam-diam, lantas dia
pergi kabur... Kenapa?"
Siauw Thian berpikir. "Orang-orang Bu Tong Pay bangsa lurus, kenapa mereka
berbuat demikian?" kata ia. Mendadak ia terkejut,
"Mungkinkah mereka mencelakai segala bocah" Kalau tidak.
mengapa mereka kabur" Ah, baiklah dilakukan pemeriksaan.." Kiong Thian Tan setuju, maka ia memberikan titahtitahnya.
Sampai fajar maka datanglah pelbagai laporan, semua
kosong, kecuali dari sebelah utara di mana katanya di dalam
rimba terlihat tanda tanda darah serta dua pohon tumbang.
Thian Tan mengajak Siauw Thian dan lainnya pergi
memeriksa sendiri laporan itu benar, bahkan mereka
menemukan tiga batang panah tangan, yang diketahui
menjadi miliknya Pin Ji. Maka teranglah di situ bocah itu sudah
bertempur, mungkin dengan Ceng Beng.
Hu Liok Koan berduka, ia kata: "Mungkinkah Ceng Beng
menyingkirkan bukti" Kalau benar, dia sangat kejam..."
1278 "Aku sangsikan Ghak Yang dan Pin Ji pendek umurnya,"
berkata Gui Peng Lok. "Menurut penglihatanku, mereka
sebaliknya mesti berumur panjang, Umur manusia ada di
tangan Tuhan, tak dapat mereka gampang-gampang
mencelakainya." Siauw Thian berduka, ia berdiam saja.
"Yang datang itu mestinya Bu Tong Sam Eng," kata Thian
Tan. "Kalau Pin Ji dan Ghak Yang bercelaka, tentulah
perbuatannya Ceng Beng, Sekarang juga aku mesti pergi ke
Bu Tong San untuk membuat perhitungan dengan si hidung
kerbau Lan Seng yang menjadi ketuanya."
"Jangan kesusu," kata Siauw Thian, walaupun ia berkuatir
dan berduka, "saudara ku kata mereka bukan mestinya
pendek umur, dari itu aku percaya mereka cuma mengalami
kaget tetapi tidak bahaya jiwanya, san-cu kau sabarlah sampai
tiga hari lagi, nanti kita berdamai pula, Shate pun bakal
datang ke mari." Thian Tan menurut, akan tetapi ketika mereka berjalan
pulang, keriangan mereka habis tersapu peristiwa ini.
XXX Pin Ji dan Ghak Yang kena ditotok tiga jalan darahnya,
mereka tak ingat apa juga, ketika mereka mendusin, mereka
dapatkan berada di dalam sebuah gua di mana cuma ada
sebuah pembaringan dengan sebuah kursinya, semua terbikin
dari batu hijau, pembaringan itu rada celong, suatu tanda
bekas dipakai orang bersemedhi. Di bagian belakang ada
bertumpuk rumput obat warna kuning serta dua buah cupucupu
merah yang besar. Kedua bocah ini heran, mereka saling mengawasi Mereka
ingat apa pengalaman mereka tadi. Gua itu termasukkan
angin, hawanya lebih dingin daripada di Hoan pek San-chung.
Mereka sampai menggigil. Waktu Pin Ji mengawasi terus
kawannya, ia mendapatkan kawan itu bermuka biru dan
1279 mulutnya merah matang, itulah akibat kedinginan yang
sangat. Pin Ji percaya mereka bukan berada di gunung Bu Tong
San. ia belum pernah pergi ke gunung itu tetapi ia pernah
mendengar orang bicara dan melukiskannya, inilah bukan
gunung yang kesohor itu. "Gua begini dingin, penghuninya mesti bukan sembarang
orang," pikir Pin Ji kemudian-Dia kurang pengalaman tetapi
pendengarannya sudah banyak. Ghak Yang terus kedinginan,
dia menggigil bibirnya bercatrukan.
"Saudara Ghak. bagaimana rasamu?" tanya Pin Ji. Dia
merayap menghampirkan, Tadinya mereka rebah terpisah.
"Aku... aku dingin-.." Ghak Yang susah jawab.
Pin Ji berkuatir, ia tahu kawan itu belum pernah
memahamkan ilmu dalam, kalau tidak, gampang dia menolak
serangan hawa dingin itu. sekarang dia terancam, dia bisa
menghadapi maut... Dalam bingung dan berkuatir itu, Pin Ji mengawasi ke
tumpukan pohon obat, ia melihat rumput oey-ceng yang besar
dua lipat daripada biasanya, kulitnya kuning.
"Mungkin rumput ini dapat dipakai melawan hawa dingin,"
pikirnya, ia lantas menghampirkan, ia mengambil dua pohon
yang besar luar biasa. ia bagi Ghak Yang sepohonKasihan kawan itu, dia tak dapat menyambut karena
tangannya kaku, Mau atau tidak, Pin Ji menyuapi, Dengan
begitu bisalah Ghak Yang memamah, memakannya.
Benar-benar itulah rumput luar biasa. Baru Ghak Yang
makan separuhnya, tubuhnya sudah mulai terasa hangat,
karena itu, hilang rasa kakunya, ia tak beku lagi, lidahnya
yang kaku pun kembali menjadi lemas.
"Saudara, terima kasih." katanya kemudian, suaranya
keras, "Rumput ini ajaib sekali, habis makan, kesehatanku
lantas pulih," 1280 Selagi bicara itu keluar hawa panasnya, lalu datang angin
yang dingin, Mendadak ia menggigil Tapi cuma sebentar.
"Apakah ini Bu Tong san?" dia tanya kemudian
Pin Ji makan oey-ceng sampai habis, lalu dia bertepuk
tangan, Dia tertawa. "Bukan-" sahutnya. "ini bukannya Bu Tong San- Rasanya
kita masih berada dekat Hoan Pek san-chung, Tempat ini
terletak di tempat rada tinggi, Tadi kita ditotok si hidung
kerbau, kita roboh, rupanya kita diketemukan dan ditolongi
penghuni gua ini, yang berhasil mengusir kawanan hidung
kerbau itu, lalu dia membawa kita ke guanya ini. Entah siapa
dia dan ke mana perginya sekarang" Kenapa dia
meninggalkan kita di sini?"
"Aku percaya dialah seorang golongan lurus." Ghak Yang
menyatakan dugaannya.. Pin Ji menggelengkan kepala, di
tenaga. "Dia mesti orang lihay, hanya orang lurus belum
tentu... Dia membikin mulutnya monyong dan diarahkan ke
bawah pembaringan- Ghak Yang mengawasi ke arah yang ditunjuk itu, dia kaget
hingga dia mundur dua tindak. Lantas dia kata cepat: "Kalau
tempat ini dekat Huan Pek san chung, justru penghuni ini
keluar, mari kita pergi meninggalkannya"
Pin Ji berpikir, ia mendapat kecocokan- "Mari" katanya.
Lantas mereka bertindak ke luar, Tiba-tiba mereka merandek
saking kaget. Mereka mundur setindak. mata mereka
melongo. Gua itu berada di atas puncak. Di depan mereka nampak
tebing yang curam. Di sekitar mereka tampak hanya awan
atau kabut yang putih, Melihatnya saja rasanya mata mau
kabur. Di luar situ angin menyampok tajam.
Tidak ada jalanan naik, tidak ada jalanan turun- Habis dari
mana orang naik turunnya" Dari mana si penghuni gua
mengambiljalan" Apakah dia mengandalkaNilmu ringan
1281 tubuhnya" Tapi dapatkah orang berlompat naik setinggi seribu
tombak" Biarnya mereka cerdas, kedua bocah ini tak dapat
memikirnya. Tentu sekali, mereka merasa tak tenang.
"Eh saudara lihat di sana, apakah itu?" tiba-tiba Pin Ji
tanya, tangannya menunjuk ke kiri, di puncak yang bersalju.
Ghak Yang berpaling dengan cepat, ia melihat empat orang
dengan pakaian hitam lagi berlari lari. Gunung putih, pakaian
mereka itu hitam, mudah untuk melihat tegas muka mereka
itu. Yang terang ialah mereka berlarian cepat sekali. Mereka
pun membekal senjata, yang berkilauan di antara sinar salju.
"Apakah di antara mereka berempat ada penghuni gua ini?"
Ghak Yang tanya. Pin Ji mengawasi terus, tak sempat ia menjawab.
Mendadak terdengar teriakan keras diatas gua mereka, hingga
mereka kaget bukan main- Telinga mereka terasa tergerak
dan sakit, lantas mereka lihat lompat turunnya seorang
dengan pakaian warna kuning.
Keempat orang berbaju hitam juga mendengar teriakan itu,
mereka berhenti berlari semuanya berdongak. Ketika itu,
mereka sudah mendekati gua.
orang dengan pakaian kuning itu menghampirkan mereka
berempat, lantas dia kata sambil tertawa: "Inilah janji mati
Tak dapat kita berpisahan kecuali kita sudah tidak saling
melihat." Kedua bocah terpisah jauh dari mereka itu tetapi mereka
dapat mendengar nyata perkataan orang. Mereka heran,
Mereka berdiam terus, mengawasi sambil mendengari.
"Siauw Yauw Kek" berkata seorang berpakaian hitam itu,
suaranya keras, "Memang perhitungan kita yang sudah lama
ini harus dibereskan berikut bunganya."
Si baju kuning yang dipanggil Siauw Yauw Kek itu tertawa
lebar. 1282 "Memang seharusnya dibereskan dari siang-siang"
sahutnya, "Pada tiga belas tahun dulu itu kamu tak punya
guna, sekarang tentulah terlebih tak berguna lagi, jangan kata
untuk membayar bunga, bahkan itu mungkin bakal


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertambah." "Oh adik Ghak," kata Pin Ji, "Penghuni gua ini ialah Siauw
Yauw Kek itu, Dulu hari dia menjadi begal tunggal, biasa dia
hitam makan hitam, tapi dia lihay sekali, dia pun seperti
pandai menghilang. orang-orang jalan Hitam sangat
membenci dia, tetapi mereka itu tidak berdaya.
Dia pun bertabiat sangat aneh, asal dia marah, enam
macam tingkat sanaknya pun dia tak sudi kenal, kalau dia
turun tangan, dia telengas sekali. Hanya entah apa sebabnya
dia bersembunyi di gua ini..."
Ghak Yang mengawasi mereka itu berlima, kata-kata
sahabatnya, ia seperti tak mendengarnya.
Salah satu si hitam berkata nyaring: "Sekarang ini kami coa
San Su Hiap bukan lagi Coa San Su Hiap yang dulu Setan tua
Siauw Yauw, jangan kau memandang kami terlalu enteng."
Siauw Yauw Kek menatap. ia mendapati tempilingan
mereka itu bercahaya, itulah tanda tenaga dalam yang mahir,
Maka ia kata dalam hatinya: "Entah di mana empat Ular
berbisa ini mendapati guru yang baru. Dulu hari yang terlihay
ialah dua saudara Sim, sekarang kelihatannya Sim Liong maju
pesat sekali, dari itu mungkin Liu Siang Kwe dan Li Bun Pin
juga tak dapat dipandang ringan-"
Ia mengawasi sim Liong, orang yang berkata itu dan kata
keras: "Baiklah, Sudah
sembilan tahun aku si tua tidak membuka pantangan
membunuh, sekarang tanganku gatal, tak dapat aku
menahannya, Kau bilang, bagaimana caranya kamu hendak
membuat perhitungan-"
Sim Llong tidak menyahuti, hanya Li Bun Pin yang berseru:
"Siauw Yauw Kek. kenapa mata kirimu itu?"
1283 Siauw Yauw Kek menjadi gusar, ia memang paling pantang
orang menyebut cacad-nya. ia tertawa dingin, lantas tubuhnya
melesat maju, tangan kirinya diluncurkam Itulah totokan
"Mendorong gunung, membangun perapian kaki tiga", dan
yang diarah ialah jalan darah giok-tong di dada.
Lie Bun Pin terkejut, sembari berseru, ia berkelit ke
samping, Berbareng dengan itu ia mengeluarkan senjatanya,
tombak Teng-coa-sok yang berbuku sembilan, hingga
terdengar suara berkontrangnya yang nyaring.
Dengan tombak itu ia bermaksud hendak menusuk
telapakan tangan penyerangnya, sedang dengan tangan kiri,
dengan dua jari ia menotok kejalan darah thian-ju.
Siauw Yauw Kek terkejut. Hebat serangan berbareng itu.
Dia pikir: "Kalau aku membiarkan kamu lolos dari tanganku,
sia-sia belaka peryakinaNilmu silatku selama sembilan tahun"
Maka ia lantas merubah cara bersilatnya, ia tidak menarik
pulang tangannya itu, cuma serangan diputar menjadi
tangkapan- Sambil berkelit dari totokan, ia menjepit ujung
tombak. terus dia melempar^
Li Bun Pin kaget, belum sempat ia berdaya, tombaknya
sudah terlepas dari cekalannya dan terpental. Menyusul itu
tangan kanan lawannya meluncur terus kepadanya, tangan itu
mengeluarkan hawa dingin.
Dengan terpaksa ia menangkis. Kembali ia terkejut,
sendirinya ia terhuyung-huyung sampai empat tindak. terus ia
jatuh numprah di tanah, mukanya pucat seperti muka mayat,
kedua matanya mencilak. Siauw Yauw Kek girang bukan main- inilah sebab ia baru
mengguna i tenaga empat bagian, itulah bukti nyata
hasilperyakinannya sembilan tahunsim
Llong lompat kepada kawannya, ia menduga orang
terluka parah di bagian dalam. Ketika ia meraba h, ia kaget
dan menggigil Bun Pin sudah tak bernyawa lagi, tubuhnya
1284 dingin, tetapi jidatnya mengeluarkan keringat, keringat yang
dingin juga. Dalam kagetnya tertua dari Coa San Su Sat, Empat Siluman
dari Gunung Ular, menjadi sangat gusar. Segera ia
mengeluarkan senjatanya, sepasangJit Goat Lun, g egaman
yang merupakan roda "Matahari dan Rembulan". Dengan
berkilauan, kedua roda lantas merabuh musuhnya.
Siauw Yauw Kek berlaku tenang, ia membela diri. ia tidak
segera balas menyerang. ia memasang mata tajam, ia
mengguna i otaknya.Pikirnya: "Kenapa aku tidak mau menung
kuli dia untuk mencuri mempelajari ilmu rodanya ini"
Kepandaian ini bagus untuk diturunkan kepada kedua bocah di
dalam gua... Baru bertempur kira setengah jalan, mendadak Siauw Yauw
Kek lompat mencelat, ia mendengar samberan angin- ia
lompat dua tombak jauhnya. Terus ia menoleh kepada Sim
Houw dan Liu Siang Kvve, dua musuh yang telah membokong
ia dengan senjata rahasia mereka itu, ialah dua puluh empat
batang Pek-houw-teng, paku Harimau Putih, Semua paku itu
tak mengenai sasarannya. Habis itu, sebat luar biasa, Siauw Yauw Kek berlompat,
tangannya digeraki dua-duanya.
Segera terdengar dua jeritan yang menyayatkan hati, yang
berkumandang nyaring, itulah jeritannya kedua penyerang
paku rahasia itu yang terhajar roboh terpental dengan jiwanya
lantas terbang melayang. Sim Llong kalap. ia lompat maju sambil berteriak keras
sekali, hingga teriakaNitu berkumandang juga. Bagaimana ia
tidak menjadi kalap melihat tiga saudaranya terbinasa secaru
demikian kecewa. Sim Houw dan Liu Siang Kwe sampai
muntah darah. Yang hebat ialah teriakannya itu sampai
menggempurkan es. Siauw Yauw Kek kaget. Habis merobohkan dua penyerang
gelap itu ia melayani Sim Liong, untuk merampas sepasang
1285 rodanya, kali ini ia tidak usah bertempur lama akan
memperoleh hasil. xxx BAB 16 BARU SAJA Siauw Yauw Kek merampas sepasang
senjatanya Sim Llong itu, atau ia menjad kaget sekali hingga
ia berteriak " Celaka" itulah disebabkan kakinya merasakan
apa-apa yang bergerak. Secepat kilat ia lompat mencelat ke
atas puncak ia baru menaruh sebelah kakinya atau tanahnya
melekah, hingga kakinya itu melesak masuk.
Kembali ia menjadi sangat kaget. Akan tetapi ialah seorang
yang berpengalaman, yang tabah, ia tidak menjadi bingung,
Dengan kaki kiri ia menjejak paha kanannya, untuk berlompat
mengapungi diri, sedang dengan tangan kanannya yang
memegang roda, ia menghajar ke tembok gunung, Dengan
tangan kirinya, dengan roda yang lainnya ia menyambar ke
pangkal pohon cemara di dekatnya.
Secara demikian ia membuat dirinya seperti menempel
diam di tembok gunung dari puncak itu. ia menutup rapat
kedua matanya, hingga tinggal telinganya yang mendengar
suara gelagar-gelugur dari es gempa bagaikan guntur
berbunyi saling susul. Dari atasan kepalanya, Siauw Yauw Kek merasai salju dan
batu hancur meluruk seperti hujan, ia lantas pasrah diri pada
nasib, MungkiNinilah yang dinamakan kiamat...
Sementara itu Pin Ji bersama Ghak Yang dari puncak
melongok ke bawah melihat salju yang bersinar putih
menyilaukan mata. Mereka ketarik sekali akan menyaksikan
Siauw Yauw Kek menempur Coa San Su Sat, justru tengah
bertanding itu maka sim Llong yang sangat berduka karena
kebinasaan adiknya, sudah perdengarkan seruannya yang
dahsyat yang menyebabkan gempurnya es hingga
terdengarlah suara yang memekakkan telinga itu. Mereka
berdua kaget sebab mereka merasa tubuh mereka seperti
1286 dibawa terbang. " Lekas rebah" Pin Ji berseru, ia menarik
tangan orang untuk diajak menjatuhkan diri.
Walau demikian keduanya merasa kepala mereka pusing,
mata mereka kabur. Mereka tak tahu apa apa lagi kecuali
telinga mereka masih mendengar samar-samar gempurnya
es... Entah telah berapa lama, Ghak Yang dan Pin Ji sadar
dengan perlahan-lahan- Mereka membuka mata mereka.
Sunyi di sekitarnya, Salju sudah tidak gempa lagi. Apa yang
tampak ialah putih di empat penjuru, sinar salju menyilaukan
mata. Cuma sang angin masih menderu deru.
"Sungguh dingin" kata Ghak Yang, tubuhnya menggigil.
Pin-ji mengawasi kawan itu, bibirnya bergerak
"Mari kita pergi ke gua belakang untuk makan pua batang
oey-ceng" katanya. Ghak Yang menurut. Berdua mereka lantas buruan pergi
Mereka mengambil dua batang oey-ceng dan memakannya,
Cepat sekali Ghak Yang merasai tubuhnya nyaman-"Tentulah
dia mati teruruk salju..." mereka pikir tentang-Siauw Yauw
Kek. Kemudian mereka ingat bahwa mereka tak dapat berdiam
terus di gua itu, mesti mereka mencari jalan ke luar untuk
meninggalkan puncak, Maka pergilah mereka ke depan gua
untuk memeriksa. "Tak dapat aku lompat turun," pikir Pin Ji melihat jurang
yang dalam, karena ia tidak sanggup, lebih lebih lagi
kawannya itu, ia pun tak dapat meninggalkan Ghak Yang.
Karena-nya ia menjadi berduka dan berkuatir. Ghak Yang
sendiri tak kurang kuatirnya.
Tengah mereka bingung, tiba-tiba mereda dikejutkan suara
tertawa nyaring di belakang mereka. keduanya lantas
memutar tubuh. Maka terlihatlah Siauw Yauw Kek berdiri di
depan pembaringan, kedua matanya bersinar tajam
mengawasi kepada mereka. 1287 Siauw Yauw Kek basah seluruh pakaiannya yang serba
kuning, sedang kumisnya yang pendek kena kecipratan salju,
Pada kedua tangannya ada senjata rampasannya, sepasang Jit
Goat Siang- lun, roda "Matahari dan Rem- bulanGhak Yang bersikap tenang, tapi Pin Ji, heran hingga ia
terbengong, matanya terbuka mulutnya celangap^ ia tidak
mengerti dari mana jalannya maka Siauw Yauw Kek dapat
memasuki gua yang mulutnya tertutup mati... Siauw Yauw
Kek dapat membade keheranan Pin Ji, ia tertawa,
"Bukankah kau heran aku si orang tua dapat masuk ke
mari?" tanyanya, "inilah rahasia. Kecuali aku tak ada orang
lainnya yang mendapat tahu sekalipun kamu tinggal di sini
satu tahun, tak berdaya kamu mencarinya."
Pin Ji berdua berdiam. Tak senang Siauw Yauw Kek karena orang tak
menggubrisnya, parasnya sudah memperlihatkan roman
gusar, tetapi lekas ia dapat menyabarkan diri.
"Aku si orang tua," katanya seraya mengangkat kepalanya,
"aku telah tolongi jiwa kamu dari ketiga imam hidung kerbau
dari Bu Tong San, apakah kamu tidak sudi menghaturkan
terima kasih padaku?"
Ghak Yang jujur, mendengar bangkotan itu ia merasa tak
enak hati, Mereka memang lupa menghaturkan terima kasih
mereka, ia mau membuka mulutnya tempo Pin Ji mendahului
ia, "Turut pantas kami harus mengucap terima kasih kepada
kau, akan tetapi kau belum mengantarkan kami pulang ke
Hoan Pek San-chung barang sekali, kau mempunyai lain
maksud." kata dia. Siauw Yauw Kek mengasihi lihat roman ^ak senang.
"Bocah-bocah kamu tidak tahu diri" kata-nya. "Benar aku si
orang tua mempunyai ganjalan dengan Kiong Thian Tan,
tetapi itulah urusan tak berarti, dapat aku menemui dia, akan
tetapi aku melihat kamu berbakat baik-aku berkeinginan
1288 mengangkat kamu menjadi ahli waris semua kepandaianku,
dari itu aku tidak sudi menemuinya."
Pin Ji mencibir mulutnya.
"Siapa kesudian guru semacammu?" katanya "Baiklah kau
matikan saja hatimu."
Matanya Siauw Yauw Kek mendelik, mata itu mengeluarkan
sinar tajam. ia gusar sekali.
"Kenapa aku tidak pantas menjadi guru kamu?" tanyanya
membentak. Pin Ji tidak takut. Dia tertawa.
"Orang mempunyai cita citanya masing-masing." sahutnya
singkat. Siauw Yauw Kek mengasih dengar tertawa nyaring yang
dapat menyiutkan nyali. "Baik Baik" katanya, "Tidak mau aku memaksa kamu, Asal
kamu mempunyai daya untuk turun dari sini aku akan
membiarkan-nya kamu pergi, Aku si orang tua mau pergi ke
Bu Tong, buat sementara aku hendak berlalu dari sini." ia
hening sejenak, laju dengan tertawa dingin dia
menambahkan- "Gua ini terpisah dari Hoan pek San-chung tak kurang dari
seribu li, taruh kata kamu lari ke luar dari sini, tidak nanti
kamu dapat tiba di san-chung itu."
Habis berkata dia menggeraki tubuhnya untuk berlompat
pergi hingga Pin Ji dan Ghak Yang melihat dia di lain saat
sudah sampai di bawah puncak itu, tubuhnya nampak sebagai
titik kuning yang kecil sekali.
Hanya sebentar keduanya lantas pergi mencarijalanan
keluar, Masih merasa tidak berhasil mendapatkan hingga
mereka jadi heran sekali dari mana masuknya Siauw Yauw
Kek tadi. Mau atau tidak, kecuali berduka, mereka pun
bergelisah... XXX Tujuh hari lewat seperti sekelebatan- Kegirangan di Tiang
Pek San berubah menjadi kedukaan, Kiong Thian Tan telah
1289 mengirim orang pergi mencari ke empat penjuru, sama sekali
mereka tidak berhasil mendapatkan atau mendengar saja
halnya kedua bocah yang lenyap itu.
Juga Cia In Gak masih belum muncul, Lui Siauw Thian
menjadi tidak sabaran "Shate menyuruh aku membawa G^ak
Yang ke mari." katanya, "sekarang Ghak Yang lenyap. kalau
nanti shate tiba mana ada muka aku menemui dia" Tidak bisa
lain, aku mesti pergi ke Bu Tong San akan mencari si hidung
kerbau Lan Seng untuk minta pulang kedua bocah itu..."
Belum lagi Kiong Thian Tan menyahuti, Hu Liok Koan sudah


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendahului tanya. "Lui Losu pergi sendiri, itulah berbahaya," bilangnya,
"Seorang diri mana dapat kau melawannya" Baiklah aku
bersama anak Wan mengikutnya, Beres urusan di sana, aku si
orang tua mau terus pergi ke Siong San untuk menjenguk
anak Ceng, Nanti sekembalinya ke mari, baru kita memikirkan
soal tinggal menetap."
Kiong Thian Tan tidak dapat menyetujui tindakan Siauw
Thian itu akan tetapi Siauw Thian memaksa, akhirnya ia
menerima baik juga, Maka berangkatlah Kian Kun ciu bersama
si orang she Hu, kakek dan cucu.
Sementara itu Kouw Yan Bun memikirkan In Gak yang
pergi ke Bu Leng San, ia menduga-duga jikalau bukannya
pemuda itu menghadapi musuh tangguh tentulah dia "dilibat"
Ni Wan Lan, atau Yan San Sin ni murka dan tak sudi
berdamai. Dalam menimbang-nimbang ia merasa lebih mungkin In
Gak terganggu Nona Ni. Maka itu dengan alasan mau mencari
In Gak ia pun meminta diri, sebenarnya ia pergi ke Bu Leng
San- Dua hari seperginya mereka itu, In Gak tiba di Hoan Pek
San-chung, ia menjadi hilang kegembiraannya mendapat tahu
orang pada pergi meninggaikannya, apa pula mengenai Nona
Kouw. 1290 Eratnya perhubungan ia dengan nona itu melebihkan yang
lainnya, ia menduga orang pergi ke gunung Bu Leng San
mencarinya, Maka itu, baru lewat satu hari, ia pun berangkat
lagi. Begitu lekas tiba di Bu Leng San, In Gak mendapatkan kuil
yang sunyi. ia berduka sangat. Dengan bengong ia berdiam di
bawah kelima pohon cemara aneh di depan kuil itu.
Setelah meninggaikan Ni Wan Lan dengan menulis surat, di
tengah jalan In Gak mesti mengurus dua hal, karenanya ia
terlambat, siapa tahu keterlambatannya itu berakibat
kegagalan menemui Siauw Thian semua, inilah sungguh di
luar dugaannya ia menjadi ruwet pikiran, hingga ia menghela
napas panjang, ia pun memikirkan Pin Ji dan Ghak Yang.
"Baiklah sekarang aku pergi ke Selatan, pikir ia kemudian"Sekalian aku pergi ke chong ciu dan Kang touw, di sana tentu
aku dapat bertemu dengan Lian cu dan Goat Go. Baru
kemudian aku menuju ke Bu Tong San akan bertemu dengan
saudara Siauw Thian dan Hu Wan- Tanggal satu bulan
delapan masih lama, aku masih dapat ketika untuk pulang ke
Po Hoa San guna menyambangi kuburan ayahku."
Meski ia memikir demikian, ia tetap berduka hingga hatinya
menjadi tawar. Selama perantauannya banyak yang ia alami,
benar ia memperoleh nona-nona manis, ia toh selalu
menghadapi bahaya, pelbagai peristiwanya semuanya yang
mengejutkan hati. Dengan masgul- ia berangkat pula.
Pada tanggal dua bulan dua kota chong-ciu ramai luar
biasa, tidak peduli langit mendung dan salju belum lumer,
hingga hawa udara tetap sangat dingin. Dijalan-jalan umum
orang mundar-mandir berduyun-duyun dan suara petasan
terdengar bergemuruh sekali.
Di antara orang banyak itu terdapat Cia In Gak seorang diri,
ia berada dalam rupanya yang asli, mukanya putih dan
tampan, sikapnya halus dan agung.
Hanya ia bukan menggembirakan diri sebagai banyak orang
lainnya ia lantas pergi dengan diam-diam ke sebuah gang
1291 lebar di sebelah kanan, terus ia berjalan berliku tujuh atau
delapan kali, hingga ia berdiri di depan sebuah pintu kecil
yang bercat merah. Dengan jeriji tangan ia lantas mengetukngetuk.
Itulah pintu taman keluarga Tio, yang berada di sebelah
belakang rumah. "Siapa?" terdengar suara menanya seorang
tua. "Apakah Giam Samya di dalam?" In Gak membaliki.
Dengan mengasih dengar suara, daun pintu terbuka sedikit,
di situ muncul kepalanya seorang tua, yang rambutnya sudah
ubanan, begitu dia melihat orang yang mengetuk pinlu, dia
kaget saking girang. "Oh, Kouwloya yang datang?" serunya. "Bagus" "Kouwloya"
itu ialah "baba mantu"
In Gak terkejut, Suara orang itu mesti ada sebabnya, Sebab
orang tua ini, Glam In Hot, bujang yang dipercaya selama dua
turunan keluarga Tio. "Ada apa?" ia tanya.
Giam Hok mengawasi, terus ia menyahuti perlahan:
"Apakah Lui Tayhiap belum mengasih tahu pada kouwloya?"
In Gak menggeleng kepala.
"Kalau begitu, baiklah," kata hamba tua yang setia itu. ia
lantas memberitahukan bahwa selama tahun baru, So Beng
Pat ciang Siang Lok sudah datang membawa berita bahwa
Poan Poan Siu sudah muncul pula serta oey Ki Pay pun
beraksi. "Dengan begitu Tio Loya dan Tio Siocia jadi belum pulang?"
tanya In Gak. Giam Hok menggeleng kepala.
Tepat disitu detik, telinga In Gak mendengar suara tertawa
dingin dari gang di samping-nya, Dengan sebat ia lantas
berpaling, Maka belasan tombak dari ianya, ia melihat seorang
tua yang tubuhnya besar, yang mengenakan baju kulit.
orang tua itu bermuka kurus dan rambutnya yang berwarna
merah merupakan konde, Dia tengah mengawasi dengan
wajahnya bersenyum mengejek.
1292 "Hm" In Gak mengasih dengar suara dinginnya, Mendadak
tubuhnya mencelat, hingga tahu-tahu ia sudah berada di
depan orang tua yang sikapnya tidak menyenangi itu.
orang tua itu mencelat mundur, romannya kaget. Rupanya
gerakannya si anak muda berada di luar perkiraannya.
Dengan sikap dingin dan bengis, In Gak mengawasi wajah
orang. ia membungkam. Hanya sebentar hilang kaget atau herannya si orang tua.
Dia lantas menyeringai Dia terus tertawa dingin"Benarlah lihay sekali baba mantu yang manis dari Keluarga
Tio" ejeknya. "Kau siapa?" In Gak tanya dinginKedua matanya orang tua itu mendelik.
Kembali dia tertawa, Hanya kali ini tertawanya nyaring dan
menyeramkan seperti suaranya kokok beluk. Siapa nyalinya kecil, bulu romanya
dapat bangkit berdiri. "Aku si orang tua ialah Cek Hoat Ki Leng dari Im San," dia
menyahut begitu lekas dia berhenti tertawa, "Aku dengar
kabar kau terlalu mengandalkan kepandaianmu dengan apa
kau terlalu menghina orang, kau melihat tak mata kepada
sesama kaum Kang ouw, dari itu hari ini aku datang untuk
menguji kau." Mendengar itu, terbangun sepasang alisnya ia Gak. ia pun
tertawa nyaring. "Aku kira siapa, tak tahunya segala manusia tak bernama,"
katanya memandang enteng, "Bertempur dengan kau berarti
aku membikin kotor tanganku, Di mana adanya Poan Poan
Siu" Suruhlah dia yang datang menemui aku."
Matanya Cek Hoat Ki Leng si Rambut merah melotot.
"Oh, anak yang belum hilang bau susunya" dia membentak
saking mendongkol "Kau begini jumawa. Tidak sukar untukmu
ingin menghadap Kauw-cu kami, tetapi untuk itu kau mesti
mencoba menempur aku dulu"
1293 In Gak tidak menunjuki amarahnya, sebaliknya ia tertawa
geli. "Kauwcu kamu itu kena dibujuki dan dipermainkan oey Ki
Pay," katanya, " karena itu dia muncul pula dalam dunia Kang
ouw untuk melakukan pelbagai kejahatan, sekarang aku
menyuruh kau memanggil Kauwcu kamu itu supaya dia
menemui aku. Hendak aku memberi nasihat kepadanya agar
dia membebaskan diri. Kau sendiri, kau tidak berharga untuk
bertempur dengan aku."
Ki Leng gusar tak tertahan lagi, dia melotot bengis dan
berteriak: "Anak muda, kau kurang ajar sekali Maka kau
cobalah tangan aku si orang tua" Mendadak kedua tangannya
diluncurkan cepat sekali.
Itulah tipu silat Jaring bumi merangsang naik" salah satu
pukulan terlihay dari kitab ilmu silat "Seng Siu Mo Keng"
pukulan itu dari bawah naik ke atas, itulah serangan
menyangsut, Sengaja Ki Leng menggunai itu sebab dia telah
mendengar anak muda di depannya ini sangat lihay.
In Gak menggeraki tangan kanannya, agaknya enteng,
tetapi serangan lawan itu lantas terpunahkan- Menyusul itu,
tubuhnya lenyap dari hadapan si Rambut Merah.
Ki Leng heran hingga ia melempuk. Segera ia memutar
tubuh, ia menduga orang berlompat mutar ke belakangnya.
Setelah ia berkelit ia tetap tidak melihat anak muda itu, cuma
Giam Hok yang berdiri di ambang pintu rumahnya heran
bercampur girang, ia menduga mestinya In Gak berada pula di
belakangnya. Ia heran dan kaget. Lagi sekali ia memutar tubuh sangat
cepat. Tanpa merasa ia menggigil.
Tetap tubuh si anak muda tak nampak. yang terlihat cuma
salju di tanah. Ki Leng menjadi heran berbareng panas hatinya. Lagi sekali
ia berbalik, sambil berbalik tangannya menyerang. Kali ini pun
ia gagal, maka ia terus berbalik pula, terus ia menyerang. Dan
1294 seterusnya berulang kali ia memutar tubuhnya sambil
menghajar hebat, hanya selalu ia menyerang sasaran
kosong... Mendadak ia mendengar suara tertawa dingin sangat
perlahan di samping telinganya ia kaget hingga ia lompat
mencelat untuk menyingkirkan diri, itulah lompatan "Naga
terbang ke langit", Sambil berlompat itu ia berputar, dan
sambil berputar tangannya diayun, menerbangkan sebuah
panah kecil. Di dekat mereka ada sebuah rumah kecil, serangan
diarahkan ke atas rumah itu. Ki Leng seperti melihat bayangan
melesat naik ke atasnya. Memang In Gak berlompat ke arah rumah itu, hanya di
sana ia tidak berdiam diri, sebelum serangan tiba, ia sudah
lompat turun pula, berdiri di depannya si Rambut Merah,
sambil tertawa dingin, ia kata: "Hantu tua, aku tidak mau
membunuh kau Sekarang pergilah juga bilang Poan Poan Siu
supaya dia menyiutkan diri dan pulang ke Imsan, dengan
begitu dapat dia menyelamatkan dirinya"
Habis berkata, anak muda itu menggeser tubuh, untuk
memberi jalan buat orang mengangkat kaki...
Baru sekarang Cek Hoat habis akal, Sama sekali tidak
berani ia membuka mulut lagi, Hanya cuma dengan tertawa
dingin, ia berlompat untuk pergi menghilang. In Gak tunggu
sampai orang sudah pergi jauh, ia bertindak menghampirkan
Giam Hok. Ketika itu dari balik pintu terlihat munculnya seorang imam,
yang terus menjura dan berkata sambil bersenyum: "Aku
mendengar saudara Lui Siauw Thian membilang Cia Siauwhiap
bagaikan naga di antara manusia, bahwa kepandaianmu lihay
luar biasa, hari ini aku menyaksikan nya, pujian itu tepat
sekali" In Gak melengak, imam itu sangat asing untuknya.
1295 Giam Hok dapat mengerti keheranan si baba mantu, ia
lantas datang sama tengah.
"Inilah So Beng it Siang Sing Lok, koancu dari kuil Coan cin
Koan dari Im lian," ia memperkenalkan.
In Gak lekas-lekas memberi hormat.
"Oo, Siang Losu" katanya manis. "Beruntung aku dengan
pertemuan ini." Imam itu mengawasi, ia tertawa, senang ia melihat orang
begitu tulus sikapnya, "Siauwhiap." katanya, " kecuali kau
lihay, kau pun cerdas sekali. Turut penglihatanku, kali ini cek
Hoat Ki Leng pasti kaget hingga dia pecah nyalinya."
Mukanya si anak muda bersemu dadu. ia mengerti bahwa
Siang Lok telah melihat tipunya barusan mempermainkan Ki
Leng. Sejak ditegur Beng Liang Taysu gurunya bahwa ia rada
telengas, In Gak sudah lantas membataskan diri. Maka juga
sekalipun di Bu Leng San, dia menggunai Hian Wan Sip-pat
Kay hanya sampai di batas cuma main towel.
Begitupun melayani Ki Leng, ia melainkan main berkelit.
itulah tipu huruf "Lolos" dari Bi Lek Sin Kang dicampur dengan
tindakan Hian Thian cit Seng Pou. ia sebenarnya tidak
selamanya berlompatan untuk memernahkan dirl di belakang
Ki Leng, ia hanya berlompat ke balik tembok di mana ia berdiri
diam. Tapi Ki Leng menduga salah, dia main putar-putaran
dengan pelbagai serangannya, sampai waktu In Gak lompat
ke atas rumah, baru dia menyerang dengan anak panahnya
tapi dia gagal. Siang Lok dapat menyaksikan In Gak, maka itu
ia memuji anak muda ini. "Aku menggunai akal, syukur itu berjalan,"
In Gak kata pula, " itulah bukan akal yang berarti, maka itu
harap Siang Losu tidak mentertawakan aku." Siang Lok
tertawa. "Siauwhiap gagah dan pintar, tak dapat aku melawannya."
katanya, "Mana berani aku mentertawakan Siauwhiap" - Mari
kita masuk ke dalam, angin keras dan hawa dingin tidak dapat
1296 kita berdiri saja di sini, Aku pun hendak memberitahukan
sesuatu" In Gak mengucap terima kasih. Giam Hok lantas memimpin
masuk. In Gak jalan berendeng dengan imam dari gunung Im San
itu, Ketika ia tiba di dalam pekarangan taman atau kebun, ia
melihat tegas buktinya musim dingin. Kecuali pohon cemara,
pek dan bambu, semua pohon lainnya gundul daunnya.
Cabang-cabang kering pun berserakan di tanah yang
merupakan es. Sang angin masih bertiup keras.
Pemandangan itu mendatangkan rasa tawar dalam hati si
anak muda. Siang Lok heran melihat orang demikian pendiam, tetapi ia
tidak dapat memmyakannya, ia turut berdiam saja.
Sampai di ruang tetamu, mereka disambut beberapa busu


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta pegawai keluarga Tio, lalu kepada mereka In Gak minta
keterangan hingga ia mendapat tahu semenjak kepergian tuan
rumah serta keluarga Ciu, pihak oey KiPay tidak pernah
datang mengganggu, mereka itu cuma melakukan
mengawasan "Cuma kemarin ada tiga orang yang lancang masuk ke
mari," Giam Hok menjelaskan-"Mereka menanyakan halnya
siang Cinjin- Rupanya mereka telah mendengar atau melihat
kepada cinjin, oleh Lauw Busu mereka itu dapat dibikin suka
mengangkat kaki." In Gak mengangguk, lalu ia memberi tanda untuk mereka
itu mengundurkan diri, hingga dalam ruang itu tinggal dia
berdua Siang Lok. "Ketika baru ini aku dilukai panah Ki Leng, aku telah
disembuhkan oleh Tio Tayhiap." kata Siang Lok dengan
masgul, "setelah itu aku berangkat pergi dengan niat memberi
kisikan kepada sahabat-sahabat Kang ouw agar mereka
bersiap-sedia untuk munculnya pula Poan Poan Siu, tetapi aku
pergi belum ada seratus li, aku telah mendapat kenyataan aku
1297 dikuntit oleh lima murid kepala dari Puan Poan Siu, juga Ki
Leng sendiri. Beberapa kali aku menghadapi saat-saat yang berbahaya,
syukur aku ditolongi Tonghong Giok Kun dan Kiang cong
Yauw, anak-anak muda dari Ngo Bi Pay."
"Sekarang di mana adanya mereka itu ber-dua?" Ujar In
Gak, Mendadak ia nampak gembira.
Siang Lok sebaliknya menjadi berduka.
"Sekarang mereka dalam kesukaran," sahutnya. "Sebentar
jam tiga mereka itu mesti berada di muara Ya Ap Thoa empat
puluh li dari kota chong- ciu ini untuk bertempur dengan
murid-muridnya Poan Poan Siu serta orang-orang oey Ki Pay.
In Gak terkejut. "Kenapa mereka bentrok dengan pihak oey KiPay?" dia
tanya. "Tentang itu aku tidak tahu jelas, tetapi kabarnya
ditimbulkan gara-gara sebab ditangkap atau diculiknya dua
nona-nona she Lo dan she Kang oleh orang-orang oey Ki
Pay..." Matanya In Gak bersinar. "Bukankah nona she Kang itu bernama Yauw Hong?" ia
tanya. Siang Lok menepuk pahanya.
"Benar" sahutnya, "Ketika mereka berbicara, aku terpisah
jauh, aku tidak mendengar tegas. sekarang aku ingat mereka
menyebut-nyebut Lo Siang Bwee dan Kang Yauw Hong."
In Gak berdiam pula, ia berpikir keras, ia ingat bagaimana
untuk pertama kali ia bertemu Yauw Hong di Cio Ke Chung,
Nona itu yang kulit mukanya bercahaya dadu dan sepasang
alisnya lentik, sangat menggiurkan hati, siapa yang melihatnya
pasti merasa berkasihan terhadapnya. Sayang ilmu silat nona
itu masih jauh daripada sempurna.
Siang Lok tidak tahu apa yang si anak muda pikir, ia
melainkan menduga orang tentu erat hubungannya dengan
1298 Nona Kang, ia dapat melihatnya dari sinar mata anak muda
itu. "Lukaku masih belum sembuh seluruhnya, lalu aku kena
terserang pula satu muridnya Poan Poan Siu, karena itu aku
kembali ke mari untuk berobat," ia berkata pula, "Tapi
sekarang aku sudah sembuh betul, maka aku berniat pergi ke
Ya Ap Thoa untuk memberikan bantuanku. Aku dengar
Siauwhiap bersahabat dengan Tonghong Giok Kun berdua,
aku harap sukalah Siauwhiap membantu mereka."
In Gak mengangguk. "itulah pasti," sahutnya, "Tapi mengenai kedua nona itu, di
manakah mereka ditahannya?"
"Mereka ditahan dalam sebuah kampung di dekat Ya Ap
Thoa, Kalau Siauwhiap suka, mari kita pergi bersama. Ataukah
Siauwhiap ingin pergi sendiri?" In Gak berpikir sebentar.
"Aku masih mempunyai urusan, baiklah Siang Losu pergi
sendiri lebih dulu, Tepat jam tiga sebentar malam, aku akan
tiba di sana." Siang Lok mengangguk, terus ia memberi hormat.
"Baiklah kalau begitu, aku akan berangkat lebih dulu,"
katanya, dan terus ia berangkat pergi dengan mengambil jalan
lompat di jendela. In Gak duduk diam seorang diri, matanya mengawasi ke
jendela, Kembali ia pikirkan hal dirinya. Satu tahuNia
merantau, namanya untuk mencari balas, kenyataannya
maksudnya itu belum tercapai, sebaliknya ia senantiasa main
asmara, hingga sekarang ia ditinggal nona-nona itu, cinta
yang sangat memang dapat menimbulkan kejelusan...
"Yauw Hong menyintai aku, bagaimana aku harus bersikap
terhadapnya?" demikian pikirnya pula, "Bagaimana aku harus
melayani yang lain-lain?"
Saking masgul, ingin In Gak terbang balik ke Po Hoa Sin,
untuk buat selama-lamanya menemui saja kuburan
ayahnya.... 1299 Habis menghela napas, anak muda ini pergi ke depan- Di
situ ada menjaga seorang busu, ia memberikan pesannya,
setelah mana ia lantas pergi meninggalkan rumah keluarga Tio
itu. Cuaca guram, hawa dingin. Demikian pula suasana di Ya
ApThoa di mana salju putih di sekitarnya. Kawanan bebek
pada bersembunyi di antara rumput gelaga, cuma suaranya
yang terdengar itulah bebek liar yang biasa datang berkumpul
setiap musim rontok dan dingin, jumlahnya sampai ribuan, itu
pula bebek yang biasa ditangkap untuk mendatangkan hasil
besar, karena daging binatang itu gemuk dan lezat.
Tak jauh dari muara itu terdapat sebuah kampung yang
besar, itulah tempat kediamannya Pat-pou Kan Mam Hong hu
Siong, seorang jago Rimba Hijau yang sudah banyak tahun
tinggal hidup menyendiri.
Dia lihay terutama ilmu enteng tubuhnya, Karena sudah
banyak tahun berdiam di kampungnya itu, orang Kang ouw
seperti melupakannya. Bagus sekali keletakannya kampung, karena di sekitarnya
air melulu, maka itu dia mirip sebuah pulau, Meskipun dikitari
air, dari jauh kampung tak terlihat tegas, itulah sebab di
sekitar air- itu tumbuh pohon gelaga yang tinggi dan rapat, ini
pula lantarannya jarang ada yang ketahui pulau kecil itu
merupakan sebuah kampung dengan keletakannya demikian
bagus. Rumahnya Honghu Siong pun merupakan gedung yang
besar dan indah. Adalah di bagian selatan dari gedung itu, di atas sebuah
lauwteng, terlihat dua orang nona cantik lagi duduk di kursi dengan tangan
mereka terbelenggu hingga walaupun mereka cantik dan
manis, alis mereka berkerut, roman mereka berduka. Mereka
tidak memakai pupur atau yanci, rambut mereka kusut, tapi
mereka tetap cantik. Merekalah Lo Siang Bwe dan Kang Yauw
Hong. 1300 "EnciBwe," kata Yauw Hong, yang menghela napas, "jikalau
saudara Tonghong tidak ketahui kita ditahan di sini, kita bisa
mendapat malu besar, Maka aku pikir baiklah kita mati saja..."
Siang Bwe tertawa dingin, "Tak gampang mati secara
demikian" katanya. "Aku pikir lebih baik meloloskan diri
Bukankah setiap kali kita diantarkan barang hidangan kita
dibebaskan dari belengguan ini. sayangnya setiap dibebaskan,
kita terus ditotok dulu tiga jalan darah kita, hingga kita tidak
berdaya untuk kabur, Tapi adik Hong, jangan putus asa, baik
kita bersabar, Aku percaya akhirnya aku akan peroleh pikiran
baik..." Yauw Hong menghela napas, "Aku kuatir percuma saja,"
katanya berduka, "Mereka itu bilang asal si hantu cabul Poan
Poan Siu datang, kita tidak mempunyai harapan lagi..."
Siang Bwe menghela napas. "Biarlah kita pasrah pada
Tuhan- Sekarang ini aku setiap waktu mengerahkan tenagaku
di tangan kanan, asal ada ketikanya, aku nanti gunai totokan
Thay Hi Hui-goan Kang. Biarnya hantu tua itu lihay, aku
percaya dia tidak bakal lolos dari tanganku..."
Mau atau tidak Yauw Hong bersenyum juga. ia mengawasi
ke luar jendela dimana salju memenuhi hutan gelaga,
pikirannya kusut sekali. Dengan lewatnya sang waktu, cuaca mulai menjadi guram
dan gelap. Sekarang sang angin meniup santer, Dalam
keadaan begitu, kedua nona berdiam saja, hati mereka
masing-masing pepat sekali, Mereka hilang kemerdekaan dan
setiap saat bahaya kehinaan dan jiwa mengancam mereka...
Tiba-tiba maka terdengarlah suaranya kunci pintu, lantas
daun pintu terpentang, cahaya api pun meuyerot masuk.
Dengan begitu terlihatlah masuknya seorang wanita tua,
rambutnya sudah separuh ubanan dan mukanya keriputan,
sebelah tangannya membawa lentera, yang sebelah lagi
menengteng kotak nasi. 1301 Dia meletaki lenteranya di atas meja, matanya lantas
dibuka hingga nampak sinarnya yang bengis. Wajahnya
terlihat bersenyum bukannya bersenyum...
"Poan Poan Loelanpwe sudah datang," dia kata mengejek.
"maka besok ialah hari kegirangan kamu, ncna-nona. Maka
sekarang aku menyajikan barang hidangan untuk memberi
selamat terlebih dulu kepada kamu"
Kedua nona kaget, lebih-lebih Leng Po Sian-cu Lo Siang
Bwe. ia mengawasi tajam, ia bersiap begitu tangannya
dimerdekakan, hendak ia menyerang.
Akan tetapi si nyonya tua tidak meninggalkan
kebiasaannya, ia bukan membebaskan dulu dan baru
menotok, ia hanya mau menotok jalan darah dulu dan baru
membukai belengguan. Tepat nyonya itu hendak menotok
Siang Bwe, Yauw Hong berseru: "Locianpwe" Nyonya itu
terkejut, ia heran, Batal ia menotok, "Kau mau bicara apa?" ia
tanya nona Kang. "Kami telah terkurung selama tiga hari, tangan dan kaki
kami lemas sekali," kata Yauw Hong, suaranya menggetar,
"maka itu kami mau minta locianpwe jangan menotok kami,
supaya dapat kami bergerak sebentar dengan merdeka..."
Nyonya tua itu mengawasi tajam, ia heran untuk suara
orang yang berubah itu. ia pun menatap Siang Bwe. Akhirnya
ia tertawa aneh. "Jangan harap kamu dapat menyasarkan perhatianku."
katanya, "Apakah kamu kira dapat kamu menipu aku si orang
tua?" ia mengulur pula tangannya, guna melanjuti menotok
Siang Bwe. Tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki enteng di lantai
lauwteng, Nyonya itu kaget, ia menarik pulang tangannya,
cepat luar biasa ia lompat ke luar. "Siapa?" ia tanya nyaring.
Tatkala nyonya ini menaruh kakinya, ia cuma merasai angin
berkesiur, di tempat yang gelap. ia tidak melihat apa juga.
Bayangan manusia pun tak ada. ia heran hingga ia berpikir
1302 "Terang aku mendengar tindakan kaki orang, kenapa
orangnya tidak ada" Jangan-jangan aku kena tertipu akal
memancing harimau meninggalkan gunung... Maka bagaikan
kilat ia lompat masuk pula ke dalam kamar.
Siang Bwe dan Yauw Hong masih terikat seperti tadinya, di
situ tidak nampak sesuatu yang mencurigai ia tertawa di
dalam hati, pikirnya pula: "Di bawah lauwteng ini penjagaan
kuat sekali, orang luar tak nanti dapat terbang masuk ke mari.
Aku ketakutan tidak keruan..." Maka ia memandang kedua
nona dan tertawa. "Tentulah kamu berdua sudah lapar," katanya, "Baiklah,
aku nanti merdekakan kamu..." Lantas tangannya digeraki.
Kedua nona itu girang ketika tadi mereka mendengar
tindakan kaki di luar kamar dan si nyonya tua berlompat untuk
melihatnya, tempo mereka melihat orang kembali, mereka
berduka sekali, habis pengharapan mereka hingga tangan dan
kaki mereka dirasakan dingin.
Kembali terdengar tindakan kaki tadi. Ketika itu, totokan si
nyonya hampir mengenai jalan darah Siang Bwe. Dengan
sebat ia menariknya pulang, telinga dan matanya dipasang.
Lalu ia mendengar suara berisik, seperti ada tubuh jatuh dari
atas lauwteng. Segera ia mendengar suara susulan yang
nyaring: "oh, kucing besar sekali"
Nyonya tua itu tertawa, dia menggeleng kepala, Lantas dia
melanjuti menotok kedua nona, sehabis mana ia membukai
ikatan pada kaki dan tangan mereka itu.
Dalam keadaan sangat berduka dan putus asa itu, siang
Bwe dan Yauw Hong tidak punya nafsu untuk berdahar,
Mereka bahkan berdiam saja.
Si nyonya tua tertawa kembali, aneh suara tertawanya itu,
ia melirik kepada kedua nona itu, Kelihatannya ia mau
membuka mulutnya ketika ia mendengar panggilan perlahan
1303 dari luar jendela: "Ling Toaso, chungcu ada urusan
mengundang kau" Nyonya tua itu terkejut.
"Siapa itu?" ia tanya keras, menyusul mana tubuhnya
sudah berlompat ke luar. "Aku Peng Ji Houw." menjawab suara di luar itu, suaranya
terdengar makin jauh, ketika keluar kata-kata "Houw" dia
sudah terpisah kira dua puluh tombak.
Leng Po sian-cu Lo siang Bwe lantas kata perlahan pada
Yauw Hong: "Itulah tipu daya memanggil harimau
meninggalkan gunung, orang itu tentu ketahui lauwteng ini
terjaga kuat dan banyak perangkapnya, maka dia menggunai
akal ini. Entah dia saudara Tonghong atau saudara Kiang..."
Mendengar disebutnya "saudara Tonghong" Yauw Hong
tertawa di dalam hati, ia pun melihat alisnya Nona Lo bergerak
dan pipinya berwarna dadu.
"Dasar cinta," pikirnya, "Disaat begini, cinta masih besar
pengaruhnya..." ia terus bersenyum mengawasi kawan itu.
Siang Bwee tahu ia di tertawakan, ia mendelik kepada nona
itu, tetapi ia segera mengawasi ke luar jendela.
Dengan mendadak terasa angin menyamber, gerakan
orang kabur matanya, kedua nona ini tahu2 melihat di
depannya berdiri seorang Imam yang matanya tiga dan
berewokan pendek, romannya luar biasa sekali, Mereka
menjadi kaget, hati mereka guncang.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selama dikurung didalam lauwteng itu, belum pernah
mereka ditemui seorang pria, dari itu mereka menduga orang
ini mestinya Poan Poan Siu.
Imam itu mengawasi dan bersenyum.
"Jangan takut, nona-nona," katanya sabar. "Aku ialah So
Beng Pat cang Siang Lok. aku datang kemari dengan
menempuh bahaya membawa pesain Cia Siauwhiap untuk
nona Kang bahwa ia nanti segera datang menolongi."
1304 Yauw Hong heran dan girang luar biasa, ia lantas membuka
mulutnya. "Jangan bicara." si imam mencegah, tangannya diulapkan
"Aku telah bertemu Tonghong Siauwhiap dan Kiang Siauwhiap
di Ya Ap Thoa, mereka itu dirintangi musuh, tak dapat mereka
datang ke mari. Aku pun datang ke mari dengan menggunai
akal. Kamu ditotok, nona-nona, tidak dapat aku
membebaskannya, kalau aku paksa membebaskan, mungkin
kamu dapat celaka. Karena itu, aku memancing pergi pada si
nyonya tua she Llong tadi. sekarang nona-nona boleh legakan
hati, kamu boleh berpura-pura dahar, supaya nanti tidak
dicurigai, sampai sebentar Cia Siauw hiap datang." Habis
berkata, imam itu lantas berlalu dengan cepat.
Siang Bwe dan Yauvv Hong percaya keterangan itu,
walaupun mereka heran, mereka toh bersantap.
Tidak lama maka ke situ datanglah dua orang yaitu si
wanita tua serta seorang pria jangkung kurus dan berkumis
hitam, Wanita itu heran melihat nona-nona itu mau dahar, ia
mengawasi si orang tua dan kata: "Inilah aneh, Tadi Peng Ji
kouw membilangi aku bahwa aku dipanggil chungcu, ketika
aku turun dari lauwteng dia tidak ada, chungcu sendiri bilang
kau tidak memanggil aku... Di sini mesti ada terjadi sesuatu."
orang tua itu tertawa dingin.
"Terang inilah tipu memanggil harimau turun gunung."
katanya, "Selagi kau turun dari sini orang menaiknya, tetapi
karena ia lihat kedua nona ditotok dan ia tidak dapat
menolongi ia mundur sendirinya. Nanti aku si orang tua tanya
ini dua nona, kita akan ketahui duduknya kejadian."
Cepat luar biasa, tubuh orang tua ini sudah mencelat ke
depannya siang Bwee dan Yauw Hong. Dua nona itu tunduk.
mereka dahar tanpa menghiraukan siapa juga. Hati mereka
sebenarnya berdenyutan keras.
Orang tua itu ialah Pat-pou Kan Siam Hong Hu Siong
bersenyum. 1305 "Nona-nona, apakah barusan kamu melihat orang datang
ke mari?" ia tanya sabar.
Belum dapat mulutnya chungcu atau tuan rumah ini,
mendadak dari luar jendela terlihat menyambernya belasan
sinar terang biru seperti bintang, menyamber ke arah tuan
rumah. "Chungcu, awas" teriak si nyonya tua.
Honghu Siong awas dan gesit, sambil mengasih dengar
ejekan "Hm" tubuhnya melesat ke kiri lima kaki, maka semua
sinar itu menghajar tembok. meletik lelatu apinya. Menyusul
itu, ia berlompat ke luarjendela diikuti si wanita tua. Mereka
melihat satu bayangan berlompat turun dari lauwteng.
"Enso Liong, tunggu di sini" Honghu Siong kata dingin,
"Nanti aku si orang tua sendiri membekuk dia"
Belum lagi tuan rumah ini lompat menyusup telinganya
telah mendengar jeritan dahsyat dari bawah lauwteng, ia
lantas menduga bahwa mesti ada orangnya yang telah kena
dibikin celaka, Alisnya menjadi terangkat karena gusarnya. ia
merogo ke sakunya, ia menimpuk ke bawah, maka terlihatlah
satu sinar terang merah, Hingga terlihat kumisnya bangun
berdiri. "Jangan kasih dia lolos" ia berteriak. itulah titahnya, ia terus
lompat turun untuk menyusul, hingga ia mirip burung garuda
terbang melayang. Di antara sinar terang itu terlihat sejumlah orang, ialah
orang-orangnya Honghu Siong lompat memburu. Honghu
Siong sendiri telah lantas melombai mereka itu. Dari sini
ternyata kegesitannya, hingga tepatlah julukannya "Pat-pou
kian-siam" atau Pengejar Tonggoret
Di sebelah depan terlihat satu bayangan orang
berlompatan, lari ke timur dan ke barat, jaraknya belasan
tombak. Honghu Siong tertawa dingin dan kata nyaring: "Sahabat,
kenapa kau berpemandangan cupat" ketahuilah Honghu Siong
1306 paling gemar bergaul. Kau telah lewat di sini, kenapa kau tidak
mampir" Sahabatjikalau kau tidak menghentikan tindakanmu
terpaksa Honghu Siong akan menahannya dencan cara
paksa." Kata-kata itu dikeluarkan dibarengi lompat tubuh yang
pesat hingga mereka berdua menjadi terpisah kira lima atau
enam tombak. Sekonyong-konyong bayangan itu membentak: "Honghu
Siong kau terlalu Aku tidak sudi menemui kau, kau mau apa?"
Mendadak pula dia tertawa lebar, tubuhnya, terus mencelat
naik ke arah sebuah pohon besar di dekatnya.
Honghu Siong berlompat terus, selagi orang tertawa ia
sudah menyusul dengan lantas ia menjambak ke arah lengan
orang itu.. orang itu pun gesit gerakannya, dia berkelit hingga dia
lolos. Honghu Siong bertambah gusar, ia berlompatpula, atau
mendadak ia merasakan tolakan keras hingga ia menjadi
terperanjat. Selagi berlompat itu hingga ia seperti tergantung
di udara, tak sanggup ia bertahan, maka ia lekas-lekas turun
seraya memperkokoh tubuh dengan tipu "Berat Seribu Kati"
guna membikin tubuhnya tak roboh, ia melihat sesuatu yang
meny amber padanya, ia gunai dua tangannya untuk
menyampok itu. Segera ternyata serangan itu berupa cabang pohon yang
ada esnya. Maka merahlah muka chungcu ini, yang merasa
malu dan jengah. orang di atas pohon itu tertawa berkakak.
"Honghu Siong, janganlah tergesa-gesa hendak menemui
aku" katanya nyaring, "Segera juga akan tiba jam tiga, maka
sebentar di Ya Ap Thoa bakal terjadi pertempuran yang
dahsyat, Mari kita berjanji untuk mati bersama, sebelum
bertemu jangan kita berpisah, Pasti sebentar kau bakal
bertemu denganku. Hanyalah aku kuatir belum lagi fajar
1307 menyingsing, rumahmu ini bakal menjadi rata dengan bumi,
Maka sekarang ini terlalu siang kau berlagak-lagak."
Habis itu sunyi siraplah suasana yang barusan tegang itu.
Honghu Siong tahu baik bahwa telah pergi jauh, bahwa
percuma ia mengejar orang tidak dikenal itu. justru itu orangorangnya,
yang menyusul, telah menyandak ia, maka ia
memberikan perintahnya: "Semua balik ke tempatnya masingmasing,
jangan ada yang sembarang meninggalkannya. Pada
jam tiga sebentar aku hendak pergi ke Ya Ap Thoa, maka
kamu harus menjaga supaya tidak ada orang yang menyerbu
ke mari" Habis berkata, ia mendahului berlari pulang.
Sementara itu tadi si nyonya tua bermuka keriputan begitu
dia mendengar pesan Honghu Siong untuk kembali ke dalam
kamar, telah mentaati pesan itu. Tanpa bersangsi dia
membalik tubuhnya guna bertindak ke dalam, Atau mendadak
dia merasa ada orang yang mengusap punggungnya.
Dia kaget, dengan sebat dia memutar diri. Maka dia melihat
seorang muda dengan muka dingin dan mata tajam berdiri
mengawasi padanya, Dia lantas mundur dua tindak.
"Kenapa aku menjadi begini tidak punya guna" Biasanya
sekalipun bunga terbang atau daun rontok di tempat sepuluh
tombak dapat aku dengar, tetapi dia ini sangat ringan
tubuhnya. Sungguh sukar dipercayai pikirnya.
Dia berkata begitu di dalam hati, sembari berkata
tangannya menyiapkan senjatanya yang berupa gaetan
panjang, terus dia menyerang anak muda itu. Tidak kepalang
tanggung dia menyerang kejalan darah.
Anak muda itu tertawa perlahan, tubuhnya berkelit lincah,
ia bukan menyingkir jauh, ia justru lompat masuk ke dalam
pintu kamar. " Kurang ajar" si nyonya tua membentak dan
memburu. 1308 Lo Siang Bwe dan Kang Yauw Hong terkejut apa pula
kapan mereka melihat roman seram dari anak muda itu, tetapi
Yauw Hong lantas melihat tegas tubuh orang, dari kaget ia
menjadi heran dan bersangsi, ia mengenali baik potongan
tubuhnya In Gak yang tak ia lupai di dalam impian pun.
Sementara berteriak itu, si nyonya tua sudah masuk dan
menyerang pula, ia lihay sekali, gerakannya sangat cepat, Gaetannya itu bersinar
berkelebatan mengarah tubuh orang.
Anak muda itu mengulur tangan kanannya, ia menyambut
gaetan dengan sentilan- Satu suara nyaring terdengar sebagai kesudahannya, lantas
terlihat gaetan mental dan si nyonya tua sendiri terhuyung
mundur tiga tindak. Bukan main kagetnya nyonya keriputan ini, ia merasai
tangannya kesemutan dan hilang tenaganya. Maka ia berdiri
mengawasi dengan tercengang, Tak dapat ia menerka siapa
adanya anak muda ini. Anak muda muka jelek dan seram itu tertawa dingin.
"Ilmu gaetanmu masih jauh, tak dapat kau mencapai
puncak kemahiran" katanya mengejek "Baiklah kau lekas
simpan itu, jikalau tuan mudamu mau mengambil jiwamu,
Siang-siang aku telah melakukannya. Mana dapat kau hidup
hingga sekarang ini" Lekaslah kau menotok bebas kedua nona
itu" Begitu ia mendengar suara orang, dari takut dan heran,
Kang Yauw Hong lantas bersenyum. Sekarang ia memperoleh
kepastian pemuda jelek dan bengis itu ialah In Gak adanya.
Hanya ia heran mengapa In Gak menyuruh si nyonya tua yang
membebaskan mereka berdua.
Bukankah pemuda itu sendiri cukup pandai untuk
menolongi mereka" ia tidak dapat mem-bade maksudnya anak
muda itu. 1309 In Gak jeri dengan soal asmara, Kalau ia yang menolongi,
ia jadi mesti meraba tubuhnya kedua nona itu, itulah hebat
untuknya. Merekalah nona-nona yang suci bersih, satu kali ia
merabah tubuh mereka, maka tak dapat tidak mereka mesti
menjadi miliknya... Yauw Hong bingung, hingga ia lantas bertanya: "Engko In,
kau singkirkan perempuan tua ini Bukankah lebih sempurna
untuk kau sendiri yang menolongi kami?"
Hati ln Gak tergetar. Demikian akrab nada si nona, ia jadi
bingung. Si nyonya tua sebaliknya tak takut dengan ancaman
Dia menyeringai seram. "Bocah jelek kau berani bertingkah di depan aku si orang
tua?" katanya bengis, Jikalau kau dapat melawan gaetanku,
baru dapat aku membebaskan nona-nona ini. jikalau tidak
taruh kata kau dapat menolong Imereka, mereka bakal jadi
seperti sampah" In Gak tertawa, ia tahu orang mengandalkan ilmu totoknya
yang istimewa. "Kau bilang tuan mudamu jelek. kau sendiri tak bagus
seberapa" ia kata bergurau, "Menurut suara kau rupanya
gaetan kau lihay luar biasa. Baiklah, di dalam tiga jurus kau
boleh menggunai gaetanmu, akan aku bikin kau tunduk."
Hebat nyonya Llong itu. Belum berhenti suara si anak
muda, ia sudah bersiul. itulah tanda buat ia minta bantuanApa celaka, belum habis siulannya itu, ia merasai angin
menyamber ke mukanya, dan belum ia tahu apa-apa, "Pok"
maka mukanya itu telah kena di-tampar, hingga ia merasa
sangat sakit dan matanya kabur, pipi kanannya menjadi
merah dan bengap seketika.
"Jangan harap kau dapat berteriak minta tolong" kata si
anak muda, tertawa menyindir "Siapa pun tak dapat
menolongi kau.Jikalau kau ingin tunduk benar-benar, lekas
kau gunai gaetanmu atau kau mesti segera menotok bebas
kedua nona ini nanti aku beri ampun padamu."
1310 Keras kata-kata itu, sampai si nyonya jeri dan mundur lagi
dua tindak. hanya sekarang ia sekalian bersiap untuk
menyerang. In Gak berdiri diam, kedua tangannya di-gendong, ia
bersenyum ewah. Yauw Hong terus mengawasi si anak muda, tak ia berkedip
atau berkisar, ia heran dan berpikir: "Kenapa sekarang dia
berubah menjadi begini jelek" Mungkinkah dia lagi
menyamar?" ia mengawasi dengan sia-sia belaka, ia tidak
dapat melihat apa-apa yang mencurigai pada anak muda itu...
Lo Siang Bwe pun berdiam dengan hati-nya berpikir keras,
Dari suaranya Yauw Hong terang nona she Kang itu sangat
mencintai Cia In Gak. tetapi aneh, mengapa si pemuda begini
buruk wajahnya" Si nyonya tua she Liong sudah lantas menyerang, Gaetan
kanannya meluncur dengan sangat cepat dan hebat.
In Gak tidak menangkis, ia hanya berkelit nyamping,
hingga dilain sedetik ia sudah berada di belakang
penyerangnya itu. Yauw Hong dan siang Bwe mengawasi tetapi mereka
hampir tak dapat melihat orang berkelit membebaskan diri
dari serangan hebat itu. Si nyonya melengak. karena ia kehilangan sasarannya, ia
baru terkejut ketika ia merasa punggungnya ada yang towel,
hingga ia mengeluarkan keringat dingin- Sambil memutar
tubuh ia menyerang ke belakang. Belum lagi serangannva
mengenai tubuh orang, sudah merasa telapakan tangannya
sakit, tanpa ia menghendaki gaetannya terlepas dari
tangannya, gaetan itu tahu tahu sudah pindah ke tangan
orang muda muka jelek di depan itu...
Dan si anak muda mengawasi ia sambil tertawa.
xxx BAB 17 1311 WANITA TUA keriputan itu menjadi bingung, tak tahu ia


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenapa senjatanya lepas, ia tidak melihat bergeraknya si anak
muda. orang nampak mengawasi ia dengan berdiri sambil
menggendong tangan, ia heran akan tetapi ia mengawasi
bengis, matanya mirip api bersinar marong...
In Gak mengawasi ia tertawa, Lantas ia mengangsurkan
gaetan orang. "Tuan mudamu tidak bermusuhan denganmu, tak sudi ia
mencelakai kau," katanya. "Untuk kau membebaskan kedua
nona ini, pekerjaannya mudah sekali, cukup asal kau satu kali
menggeraki tanganmu, bukankah aku tidak memaksa dan
menghina aku" Kenapa kau hendak mengadu jiwa denganku?"
Dengan perlahan si wanita mengulur tangannya, guna
menyambuti gaetannya itu. ia malu, mendongkol dan gusar
menjadi satu. "Aku si orang tua kalah tak puas" kata-nva. "Kau cuma
mengandalkan kelincahanmu. Apakah kau berani menyambuti
Pek-khong-ciang dari aku?"
Jilid 23 : Libatan asmara lagi
IN GAK tertawa. "Kau jumawa hingga kau tak kenal dirimu sendiri" katanya,
"Kau tidak dapat diajak bicara Nah kau menyeranglah"
Pemuda ini menunjuki bahwa dia tak jeri akan Pek-khongCiang pukulan "udara kosong" Wanita itu menggeser
gaetannya dari tangan kanan ke tangan kiri, ia segera
menyiapkan tangan kanannya.
In Gak bermata awas, ia melihat telapaka n tangan orang
dari putih berubah menjadi merah, Tanpa merasa ia
bersenyum tawar. Segera juga wanita itu melakukan
penyerangannya. 1312 In Gak mengawasi dengan tertawa dingin, sama sekali
tubuhnya tak bergerak. jangan kata tubuhnya bajunya pun tak
tertowel Wanita tua itu terkejut Dia tahu dia menyerang dengan
tenaga penuh, Tapi pukulannya seperti tanah lempung
kecemplung di dalam air. Lalu habis itu dia merasakan
lengannya lemas, disusul dengan tenaga menolak yang
dahsyat sekali, ia mesti mundur dengan dada sesak.
Dan lagi mendadak kedua kakinya pun terasa lemas, tanpa
maunya dia roboh duduk di lantai lauwteng. Setelah roboh,
lenyaplah tenaga menolak itu. Dia mengangkat kepalanya
mengawasi si pemuda jelek.
"Sudah, sudahlah..." katanya masgul tawar "Buat apa aku
hidup di dalam dunia."
Dengan tiba-tiba dengan tangan kanannya dia menghajar
ke mukanya sendiri, maka terkulailah tubuhnya, napasnya pun
berhenti kemudian terlihatlah darah keluar dari mata, hidung,
mulut, dan telinganya, hingga mukanya yang jelek menjadi
bengis dan menakuti. In Gak melengak. Tidak ia sangka orang demikian keras
hati, Barusan ia menggunai tipu-tipu dari huruf-huruf "Lolos"
dan "Menindih" dari Bi Lek Sin Kang. ia membebaskan diri dari
serangan, lantas ia balas menolak dan menekan, ia ingin si
nyonya sadar dan menyesal, tak tahunya orang menjadi putus
asa dan nekad. "Pantas wanita jahat ini mampus" kata" Yauw Hong sengit
"Dia tak harusnya dikasihani Engko In, lekas kau tolong
membebaskan kami. Totokan ini siksaan tak sedap sekali."
In Gak melengak. ia lantas menoleh ke lain arah. Ketika ia
berpaling pula, dua-dua nona itu nampak lagi mengawasi ia
dengan mendelong. Kedua nona itu agak heran, roman
mereka itu pun meminta ditolongi... Mau atau tidak. ia
bertindak perlahan menghampirkan.
1313 "Nona Kang, di bagian mana kamu ditotoknya" "ia tanya,
Kalau tadi ia menghela napas, sekarang ia bersenyum.
Nona itu mengerutkan alis. perlahan sekali ia
memberitahukan tubuh bagian mana dari mereka yang ditotok
si wanita tua jelek setelah itu mukanya menjadi merah, ia
malu dan likat. Muka In Gak pun menjadi merah, tangan dan kakinya
menjadi dingin tanpa merasa. Totokan itu ialah di bagian
tubuh yang terlarang - di bawahan buah susu.... "Lekas,
engko In" Yauw Hong minta, ia mendesak walaupun ia malu.
In Gak menguatkan hatinya, Tanpa mengatakan apa-apa
lagi, ia lantas menotok beberapa kali, sebat dan tepat,
Kemudian ia mau menolongi Lo Siang Bwe atau mendadak ia
menahan jari jari tangannya....
Lo Siang Bwe bermuka merah, kedua matanya ditutup
rapat, ia pun malu seperti Yauw Hong.
"Engko In, kenapa?" tanya Nona Kang, ia heran.
In Gak menghela napas, Mendadak saja ia menotok nona
Lo. Hanya sejenak. kedua nona itu lantas dapat berlompat
bangun-"Nona nona, mari turut aku ke Ya Ap Thoa" In Gak
mengajak. "Tunggu dulu" kata Yauw Hong cepat, pemuda itu heran, ia
mengawasi. Yauw Hong mengawasi anak muda di depannya.
"Engko In, mengapa mukamu berubah begini rupa?" dia
tanya, "Maukah kau mengasih ketera ngan padaku" "
In Gak memandang nona itu, yang terus menatap ianya,
Siang Bwe pun mengawasi sama tajamnya, ia bingung juga
karena ia ingin segera pergi ke Ya Ap Thoa.
"Aku memakai topeng," akhirnya ia beritahu "Sebentar
sesampainya di Ya Ap Thoa aku akan menyingkirkannya. Mari
lekas" Yauw Hong penasaran ia tidak mau mengikuti
1314 "Jikalau kau tidak menyingkirkan topengmu untuk aku
melihat dulu wajahmu, kami tak suka turut kau pergi"
katanya, ia menggeleng kepala, mulutnya mencibir.
In Gak kalah desak. terpaksa ia merabah ke mukanya,
maka tempo topengnya sudah diloloskan terlihatlah romannya
yang tampan dan menarik hati, hingga Lo Siang Bwe
melengak saking kagum. "Sungguh tampan" pujinya, sedang hatinya goncang.
In Gak sudah lantas mengenakan pula topengnya, tanpa
menanti jawaban, ia bertindak ke luar.
Sekarang Yauw Hong berdua mengikuti
Setelah lompat turun dari lauwteng, mereka berlalu terus
dengan cepat. Di sepanjang jalan, mereka tidak menemui
rintangan apa-apa. Pelbagai penjaga telah ditotok. melainkan sang angin yang
menyampok tajam ke muka mereka, hawanya dingin, Ketika
mereka sampai di sungai yang beku menjadi es, di sana
kawanan bebek liar beterbangan karena kaget. "Mereka
berada di gili-gili" kata In Gak perlahanKedua nona mengawasi ke depan, Di sana ada belasan
orang lagi berdiri. "Kiang Suheng" Yauw Hong memanggil.
"Ya" menjawab orang yang ditanya.
Tanpa sangsi lagi, Yauw Hong berdua Siang Bwe lari
kepada suheng itu yang ada bersama-sama kawannya, Tapi
sementara itu, In Gak tidak turut, bahkan dia hilang.
Ketika Yauw Hong mengetahui itu, ia menjadi menyesal
sekali, romannya menjadi berduka. Begitu juga Lo Siang Bwe.
"Pasti saudara Cia hendak melakukan sesuatu" kata cong
Yauw tertawa, "Tidak nanti dia meninggalkan kita tanpa sebab
Mari, su-moay, dan kau, Nona Lo, mari aku ajar kamu kenal
dengan orang orang pandai."
Lantas juga mereka saling belajar kenal dan saling
mengutarakan kekaguman masing-masing.
1315 Tonghong Giok Kun berdiri disamping Lo Siang Bwe,
hatinya memukul. ia merasa nona itu semakin asing
dengannya. Dulu-dulu nona itu suka berbicara dan tertawa,
sikapnya memperhatikan sekali Malam ini dia aneh...
"Mungkinkah ini disebabkan sudah tiga hari aku tidak
menolong dia?" ia menduga-duga.
Thian ketahui sendiri, selama tiga hari aku telah bekerja
keras tapi tak dapat aku berdaya, bahkan kalau tidak ada
saudara In, tentulah aku sudah runtuh ditangan muridmuridnya
Poan Poan Siu." ia berhenti memikir sebentar lantas
ia kata pula dalam hatinya:
"Tapi inipun ada baiknya. syukur aku tidak sampai
melakukan apa apa yang melewati batas. Kalau tidak,
bagaimana aku harus bersikap kepada adik misanku pilihan
orangtua?" meski demikian, ia masih merasa kehilangan
sesuatu. Pemuda ini tidak tahu si nona justru mempunyai kesulitan
yang tak dapat dijelaskannya, bahwa dia pun lagi bimbang
sekali. Ketika itu mereka mendadak melihat seorang dari antara
hutan gelaga. "Siapa?" cong Yauw menegur.
"Aku Siang Lok" sahut orang itu, yang segera juga tiba di
antara mereka. Melihat kedua nona, Siang Lok girang.
"Selamat kamu telah lolos dari bahaya nona-nona." ia kata,
Tapi mendadak ia melongo, agaknya ia heran. "Eh, mana Cia
Siauwhiap?" ia tanya, matanya melihat kelilingan-Tidak ada
jawaban, Semua orang bungkam.
"Tentu dia pergi, entah ke mana," pikir Siang Lok. ia lantas
merasa bahwa malam itu lebih banyak bahaya daripada
kebaikannya untuk mereka, ia batuk-batuk. ia lantas berkata
pula: "Nona-nona sudah bebas, maka janji pertempuran jam
tiga sebentar sudah tak ada perlunya, Kitab Seng Siu Mo Keng
dari Poan poan Siu lihay sekali, orang tentu telah dapat
memahamkannya dengan sempurna, dari itu kita tentulah
1316 bukan tandingan mereka itu, maka aku pikir baiklah kita
mengundurkan diri. Dengan perlahan-lahan saja kita nanti
berdaya pula..." Atas kata-kata itu, tiba-tiba terdengar satu suara nyaring di
antara mereka: "Coan cin Koan-cu dulu kau jumawa sekali,
kenapa sekarang kau mengeluarkan kata-kata begini" Apakah
kau masih terhitung jago Rimba Persilatan?"
Siang Lok melihat, kata-kata itu diucapkan Pek Bi Siu Hoan
Siauw coan, si Alis Putih, adik seperguruan ketua Siang Yang
Pay. Dulu hari, dia telah menjagoi di selatan dan utara Sungai
Besar, dia berjumawa dengan ilmu silatnya yaitu "Liong Yang
Tay Kiu ciu. ia tertawa dingin.
"Kami bangsa jujur, kami tidak dapat ber-pura-pura." kata
ia, "Kami bicara dengan melihat kepada tenaga sendiri, Syukur
jikalau Hoan Losu mempunyai kepandaian untuk
menyingkirkan Poan Poan Siu. Aku harap diberi maaf untuk
kata-kataku barusan-"
"Poan Poan Siu dapat nama kosongnya saja," kata Hoan
Siauw coan terkebur, "Buat apa kita jeri tidak keruan?"
Ketika itu angin malam tengah menderu- deru, tiba-tiba
terdengarlah suara ini: "Onong kosong Tak tahu malu..." Hoan Siauw coan terkejut
dan mendongkol, alis putihnya terbangun"Manusia rendah siapa itu?" bentaknya, "Kenapa main
sembunyi-sembunyi takut melihat manusia?" Sambil
membentak itu ia berlompat sambil menyerang ke arah
tempat dari mana suara itu datang, itulah yang dinamakan
"Ciang hong" - pukulan anginSebagai kesudahan dari itu, pohon-pohon gelaga rubuh
terpisah, dari antara itu
terlihat satu bayangan orang lompat melesat dibarengi
suara tertawanya yang nyaring dan menyeramkan- Hanya
dengan tiga kali lompatan, bayangan itu lenyap pula di lain
bagian rumpun gelaga itu.
1317 Siauw Coan menjadi jengah sendirinya, Svukurlah malam
gelap. wajahnya tak nampak tegas.
Tatkala itu ada sekira jam tiga, Dari dalam dusun terlihat
cahaya terang yang bergerak mendatangi, tempo sudah dekat
terlihatlah satu rombongan dari beberapa puluh orang, yang
pada membawa obor. Dua diantara mereka itu mudah sekali
untuk dikenalnya. Yang satu mengenakan baju panjang abu-abu, tubuhnya
jangkung dan kurus, kumis hitamnya sampai di dada, kedua
matanya tajam mengawasi kedua nona, Teranglah dia sangat
murka. Yang lainnya, yang rambutnya dikonde, yang romannya tak
sebengis si tua itu tidak ada kumis jenggotnya, usianya
ditaksir baru tiga puluh lebih, pakaiannya indah.
Dengan dua biji matanya yang memain tak hentinya, dia
mengawasi kedua nona, senyumannya senyuman ceriwis. Dia
mempunyai dua baris gigi yang putih dan bagus. Dia mirip
dengan seorang banci. Maka teranglah dia Poan Poan Siu
adanya. Cepat sekali, si orang tua berkumis hitam nampak tak
segusar semula, bahkan ketika dia membuka mulut, suaranya
ramah. Dia pun memberi hormat dengan merangkap kedua
tangannya, Katanya: "Aku ialah Honghu Siong. Beruntung sekali malam ini aku
bertemu dengan kamu, sahabat-sahabat, "Hatiku si tua sudah
tawar, sudah lama aku tidak mencampuri lagi urusan dunia
Kang ouw, maka apa lacur pada setengah bulan yang baru
lalu, ketika Pat-pi Kimkong U-bun Lui, ketua dari oey Ki Pay,
berkunjung ke mari, ada orang sebawahannya yang
terbinasakan murid Ngo Bi Pay, dari itu terpaksa tak dapat aku
berdiam saja" ia mengawasi tajam kedua nona, sembari
tertawa ia menambahkan: "Selama menantikan pemberesan, aku si tua sudah
menahan kedua nona pihak Ngo Bi Pay, aku telah minta Tonghong
Siauwhiap membawa berita mengundang ketuanya
1318 datang ke mari untuk mengurusnya, maka adalah di luar
dugaanku, Tonghong Siauwhiap terlalujumawa, malam ini
mengajak kawan-kawan datang ke mari menantang
mengangkat senjata, Masih mending kalau dia cuma
menolongi kedua nona, dia justru sudah membinasakan
banyak orangku, Mana dapat itu dibiarkan saja..."
Hoan Siauw coan tertawa, dia memotong kata-kata orang:
"Orang-orang bangsa tukang membantu orang jahat
melakukan kejahatan, dia dapat dibinasakan siapa juga,
jikalau kau tidak dapat bersabar, bagaimana dengan lain
orang?" Honghu Siong melirik dan mendelik kepada Pe Bi Siu, si Alis
putih lalu tertawa lebar.


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku menyangka siapa, kiranya Hoan Losu dari Siong Yang
Pay " katanya dingin,
"Ketika tiga tahun dulu losu bertempur hebat dengan Tok pi
Hong In Kay, kegemparan itu sampai menulikan telinga,
Rupanya Hoan Losu masih tetap gagah seperti dulu hari itu.
sungguh aku kagum" Siauw coan berdiam, akan tetapi mukanya merah, matanya
bersinar tajam. Pada tiga tahun yang lampau itu, ketika ia
merantau ke Tiang Kang, di sana kebetulan sekali ia bertemu
Tok pi Hong In Kay, keduanya sama-sama jumawa mereka
bentrok mulut, terus bertempur kesudahannya Siauw Coan
dihajar tiga batang jarum rahasianya Hong In Kay hingga tiga
bulan ia mesti rebah di atas pembaringanPeristiwa itu didengar ketua Kay Pang, partai Pengemis,
maka Hong In Kay ditegur ketuanya itu, sebab kecuali
menghadapi musuh besar dan lihay, senjata rahasia itu tak
dapat sembarang digunakan Ketua itu, yaitu Tek Thung Siu
Ang Hong lantas datang sendiri pada Hoan Siauw Coan, untuk
menghaturkan maaf, sedang Tokpi Hong In Kay, si anggauta
Kay Pang dihukum tiga tahun tak dapat keluar pintu, peristiwa
itu jarang yang ketahui, siapa tahu Honghu Siong
1319 mengetahuinya, maka dia lantas mengeluarkan kata-kata
mengejeknya itu. U-bun Lui berada di belakang Honghu siong, dia maju ke
depan dan berkata pada Poan Poan Siu, suaranya terkebur,
Katanya: "Pertemuan malam ini tak dapat dibereskan
melainkan dengan mulut dan lidah Baiklah kita mengangkat
senjata saja, siapa yang menang dialah yang berada di tempat
terlebih tinggi" "Dasar U-bun pangcu yang jujur dan polos" berkata Kiang
Cong Yauw tertawa, "Baiklah, begini saja caranya kita
mengambil keputusan- ia lantas bertindak ke gelanggang
dengan pedang terhunus di depan dadanya.
Pat pi Kimkong mengangguk dengan roman dingin, ia juga
maju dua tindak. kedua tangannya dibawakan ke
pinggangnya, maka dilainsaat ia sudah mencekal sepotong
joanpian panjang lima kaki, ketika senjata lemas itu
dikibarkan, lantas nampak lempang dan kaku.
Melihat demikian Cong Yauw terperanjat Nyata orang lihay
sekali, Tak gampang ruyung lemas dibuatnya keras dan kaku
seperti itu. Sementara itu Poan Poan siu yang kedua matanya tak
pernah sekejap pun terpisah dari kedua nona, tertawa dan
turut bicara. "Ada pembilangan bahwa permusuhan itu harus
dilenyapkan bukan diperhebat maka itu mengapa kita mesti
menumpahkan darah" Dari itu melihat adanya jodoh diantara
kedua nona dengan aku, baiklah hal ini didamaikan kedua
pihak lalu menjadi sahabat satu pada lain-"
Kata-kata itu manis, terang terdengarnya. dan
diucapkannya juga dengan tingkah menggiurkan.
Hati kedua nona guncang, muka mereka menjadi merah.
Hendak mereka menegur, tapi belum sempat mereka
membuka mulut, maka terlihat satu bayangan orang melesat
1320 ke depan Poan Poan Siu, tahu-tahu dia sudah ditempiling
hingga dia gelagapan dan menjerit keras.
Bayangan itu sebaliknya lantas lompat mundur pula, terus
lari pergi, Dia menjadi gusar. maka dia berlompat untuk
menerjang. perbuatannya itu segera diturut kelima murid
kepalanya. Kang Yauw Hong tahu apa artinya itu. Ialah Cia In Gak
maju guna memancing Poan Poan Siu.
Honghu Siong nampak tak tenang hatinya ia memandang
ke sekitarnya. Menampak demikian, Hoan Siauw coan bertindak maju. ia
tertawa dingin dan berkata "Honghu chungcu, kenapa kau
Nampak jeri" Dengan berlalunya Poan Poan Siu, kau mirip
orang lagi kematian ayah bundamu, alismu mengkerut,
mukamu meringis. Ah kau membikinnya aku si orang she
Hoan menjadi ingin tertawa."
"oh tua bangka yang pandai menggoyangkan lidah"
mendamprat Honghu Siong, "Apakah kau sangka aku takut
padamu?" Kata-kata itu ditutup dengan satu serangan kedua tangan
berbareng. Hoan Siauw Coan tertawa pula, sembari tertawa ia berkelit
lalu habis menghindarkan diri itu, ia balas menyerang, ia
lantas bersilat dengan ilmu silatnya Siong Yang Tay Kiu Ciu,
yang telah mengangkat namanya, bahkan ia menyerang terusterusanDemikian mereka berdua menjadi bertarung seru.
Di pihak lain Kiang Cong Yauw dan U-bun Lui juga sudah
mulai bertarung, Cong Yauw menggunai ilmu pedang Ngo Bi
Pay dengan tipu "Menyerbu istana Naga Kuning"
U-bun Lui melawannya dengan ruyung lemasnya. Setika
Cong Yauw mengarah jalan darah su-kiat, U-bun Lui mesti
mencelat mundur lima kaki saking hebatnya tikaman itu. Cong
Yauw tidak mau mengerti, ia lompat maju pula, untuk
merangsek 1321 "Akulah ketua satu partai, mana dapat aku membiarkan dia
menang?" kata U bun Lui di dalam hati. "Apa kata orang
banyak" Bagaimana dapat aku menaruh kaki dalam dunia
Kang ouw?" Maka habis menyingkir dari serangan yang
berbahaya, ia memaksa melawan, ia menangkis serangan
yang lainnya. "Pantas dia menjadi ketua partai, sebenarnya dia lihay."
Cong Yauw berpikir selagi melayani musuh yang menjadi
seperti nekad itu. " Untuk memperoleh kemenangan
nampaknya aku mesti berani menempuh bahaya...
Pikiran ini lantas diwujudkan, ia menggunai ilmu silat Khong
Tong Pay yaitu "Daun bambu tertiup angin". Dengan itu ia
menangkis, terus ia berlompat dengan gerakan "Naga sakit
menggoyang ekor", habis mana, selagi turun, ia menyerang
denganpukulan "Naga terbang menari."
U- bun Lui dapat menduga maksudnya lawan, begitu lekas
joanpiannya disampok. ia tidak takut bahkan ia bersedia
melayani, dengan bersikap tenang ia bersenyum tawar. Begitu
serangan tiba, begitu ia menangkis dengan keras.
Satu bentrokan dahsyat diakhirkan pedangnya cong Yauw
terlepas dari cekalan dan muntah cong Yauw terperanjat, ia
lompat mundur. Tapi U- bun Lui sebaliknya, Dia lompat maju
guna menyusuli dengan serangannya.
Tonghong Giok Kun terperanjat, ia lompat menikam. ia
hendak menolongi kawannya yang terancam bahaya itu.
U-bun Lui melihat datangnya serangan dari belakang, ia
mesti menolong dirinya, ia batal menikam terus, ia berkelit ke
kiri, sesudah mana ia memutar tubuh mengawasi pemuda she
Tonghong itu, ia agak marah, tapi ia berkata sambil tertawa:
"Ha, anak muda Ngo Bi Pay Kau main keroyok, apakah kau
tidak malu?" Tonghong Giok Kun tidak sudi melayani bicara, ia
mengulangi serangannya, terus hingga tiga kali.
1322 Kiang cong Yauw lantas mengambil kesempatan memungut
pedangnya, terus ia kembali tanpa banyak omong, ia
menyerang pula, hingga ketua oey Ki Pay itu kena terkepung.
Dia tidak takut, dia melawan dengan sengit. Ketika dia
menangkis dua batang pedang, beruntunjoanpiannja
mengeluarkan suara nyaring yang lama.
Tengah orang bertarung seru itu, maka terdengarlah jeritan
yang nyaring, jeritan kesakitan orang juga sudah lantas
mengenali suaranya Pat-pou Kan-siam Honghu Siong .Jago itu
roboh dengan iga kirinya tertancapkan sebatang panah
pendek dua dim, mukanya pucat, tubuhnya menggigil, tetapi
matanya bersorot bengis sekali. Hoan Siauw Coan melongo
mengawasi jago itu. Dua lawan itu ialah lawan-lawan tangguh yang seimbang,
Honghu Siong menang gesit karena mahirnya ilmunya enteng
tubuh, Siauw Coan menang tenaga dalam tapi ia repot
menghadapi musuh yang lincah, yang tubuhnya berlompatan
dengan sangat cepat. Satu kali Honghu Siong menyingkir dari
serangan Siauw Coan "Sepasang naga turun tangan-, sembari
berkelit ia lompat ke kiri penyerangnya, untuk ia membalas
menghajar ke iga kanan lawannya itu.
Siauw Coan lagi kosong, dia terancam bahaya. Kalau dia
kena diserang, dia bisa roboh mati di situ juga, Kedua
tangannya orang she Honghu itu dapat meremukkan isi perut
dan lainnya. Tepat selagi Siauw Coan terancam bahaya maut itu,
mendadak terlihat menyambemya satu cahaya terang
berwarna biru, menyamber ke dada Honghu Siong, inilah tidak
disangka-sangka, Honghu Siong kebetulan memusatkan
perhatian pada musuhnya, ia merasa pasti ia bakal berhasil.
Istana Pulau Es 4 Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Seruling Perak Sepasang Walet 3

Cari Blog Ini