Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 27
tertawa, "Barang didalam karungku itu yalah mustika yang
Partaimu ingin mendapatkannya, yang membuat kau
memikirkannya sampai tak terlupakan sekalipun diwaktu tidur
bermimpi" jawabannya, "Aku menggendol ini buat dihaturkan
kepada Pit Siauw Hong yang menjadi ketua dari partai kamu"
1631 Imam itu terkejut "Kalau begitu tolong sie-cu buka untuk aku lihat" ia kata
nyaring, "Aku perlu lihat apakah sebenarnya itu." In Gak
tertawa "Tak berhak kau melihatnya, totiang" sahutnya.
Mukanya si imam menjadi merah padam, jawaban itu
menurut ia yalah suatu penghinaan Tanpa merasa wajahnya
memperlihatkan sinar pembunuhan ia lantas mengebut.
Empat imam lainnya lantas menghunus pedangnya masingmasing
serentak mereka menikam In Gak.
Anak muda kita sudah pikir apa yang ia mesti lakukan ia
berlaku tenang sekali. Tempo ke-empat pedang hampir
sampai mendadak ia memutar tubuh, tangannya dikibaskanHanya segebrak itu, keempat imam menjadi kaget,
semuanya mundur dengan muka pucat Mereka menyerang
hebat, tetapi mereka tidak tahu bagaimana duduknya, padang
mereka semua lolos dari cekalan, pindah ketangan sianak
muda yang dikeroyok itu Si imam jenggot panjang menjadi kagetjuga, Belum pernah
ia menyaksikan kepandaian semacam itu, Tanpa merasa ia
memuji: "Bu liang siu hud" sekarang tahulah ia kenapa orang
berani mendaki Giok Hong Tong kiranya ada yang dibuat
andalan, ia menjadi bingung hingga ia memikirkan adakah ini
alamat baik atau buruk untuk ceng shia Pay. Lantas ia
bertindak maju, ia memberi hormat sambil menjura.
"Kau liehay sekali, sie cu" ia kata, "Aku mohon diberi maaf,
sekarang aku minta sie-cu memberi penjelasan, kau datang
kemari selaku sahabat atau musuh?"
In Gak bersenyum. "Jikalau aku datang untuk bermusuh, didepanmu ini tidak
nanti ada mayat yang tubuhnya utuh" ia menyahut "Aku
datang tetapi aku mempunyai kesulitan untuk dijelaskan
sekarang. Aku justeru tidak mau bicara dulu guna mencegah
nanti terjadi salah mengarti. inilah sebabnya kenapa aku mau
langsung bertemu dengan Pit Siauw Hong Lototiang"
1632 Imam itu berpikir sekian lama, "Kalau begitu pembilangan
sie-cu, baik aku tidak usah banyak omong lagi," kata ia
kemudian- "Silakan sie-cu mendaki. Ambillah jalan kecil yang
ada pohon bambunya disamping itu, terus mutar kebelakang
kuil, setelah sampai di jembatan In Teng Kio, siecu boleh naik
terus. itulah jalan yang benar hanya disana mungkin ada
banyak rintangannya, Gunung kami baru saja mengalami
peristiwa, Aku minta siecu jangan salah mengerti, supaya kau
jangan menurunkan tangan bengis."
In Gak tertawa pula. "Terima kasih, totiang," ia mengucap. "Aku nanti turut
perintah mu ini." Lantas ia jalan menuju kesamping kuii, mendapatkan jalan
kecil berpohon bambu yang ditunjuk itu.
Si imam mengawasi orang pergi, lantas ia mengajak empat
kawannya menghilang didalam kuil Tiang Seng Kiong, Hanya
sebentar, dari dalam kuil bagian belakang terlihat belasan
burung dara putih terbang naik, sesudah berputaran beberapa
kali semua terbang kearah puncak sambil semuanya mengasi
dengar suara kukuknya. In Gak sendiri berjalan terus dengan cepat ia sampai
dijembatan In Teng Kio. Dipinggiran itu kedapatan sebuah
paseban yang indah, ia tidak memperhatikan itu, ia hanya
jalan dijembatan untuk melintasinya, untuk berjalan terus
sepanjang tepian kali kecil. Gunung disitu penuh dengan
pohon cemara dan bambu, tempatnya nyaman, Burungburung
juga lagi pada berkicau. Tiga ekor burung dara terlihat
terbang terus naik kepuncak.
Pemuda kita bersenyum. ia tahu itulah burung pembawa
berita, ia lantas percepat tindakannya.
Tengah berjalan itu In Gak mendengar suara genta yang
datangnya dari dalam rimba. ia heran juga tetapi ia bertindak
1633 terus, Maka didepan ia, ia lantas melihat sebuah kuil yang
romannya angker ia mendapatkan tiga huruf nama kuil itu:
"Tiang Jin Koan." Kuil itu mempunyai tiga pendopo.
Tiang Jin Koan dinamakan juga Hok Kian Kiong, mula
pertama dibangun di jaman Song utara dan menjadi tempat
sucinya Leng Hong cinjin. Kuil itu berdiri ditepi jurang ceng
shia, dikurung dengan hutan pek, cemara dan bambu. Dari
situ memandang ketimur terlihat puncak Tiang Jin Hong yang
tinggi tetapi tenang. Sunyi keadaannya pintu kuil itu. In Gak heran kenapa disitu
tidak ada imamnya, ia jadi berpikir. Justeru itu, lantas dari kiri
dan kanan dari hutan bambu, terlihat munculnya belasan
imam, diantaranya seorang imam tua dengan roman pendiam
yang bertindak dimuka. "Numpang tanya, siecu," dia tanya, "ada urusan apa siecu
mau bertemu dengan Pit Tiang lo yang menjadi ketua kami?"
"Tadi telah aku jelaskan kepada lotiang di Tiang Seng
Kiong," In Gak menjawab. "Aku datang bukan dengan maksud
jahat. Tetapi aku mesti bertemu sendiri dengan Pit Tiang lo,
setelah itu baru aku mau bicara banyak. Kenapa totiang
merintangi aku?" Imam itu ragu-ragu. "Apakah sie-cu kenal ketua kami?" dia tanya.
In Gak tertawa dingin- "Menurut suara kau, totiang," katanya, "untuk bertemu
dengan Pit Losu, orang jadi kudu mengenalnya dulu?"
Imam itu mengerutkan alis. ia tetap bimbang. "itu..."
katanya tertahan. Kembali In Gak tertawa dingin.
"Aku yang rendah masih punya urusan penting yang mesti
diurus," ia kata, "karena itu mesti aku cepat bertemu Pit Losu
supaya aku dapat lekas lekas turun gunung pula. Aku tidak
dapat bicara banyak dengan lotiang...."
1634 Mendadak ada bentakan datang dari sebelah kiri, dibarengi
dengan meluncurnya sebatang pedang kearah karungnya si
anak muda. "Hm" In Gak mengasi dengar suara menghina matanya
bersinar bengis, tangan kanannya melayang cepat sekali, lima
jerijinya dibuka semua. Si imam penyerang terkejut melihat tangan orang
menyamber dengan cepat dia menarik pulang pedangnya itu.
Sayang dia kalah sebat, pedangnya terasa terbentur, lantas
tangannya kesemutan, telapakannya pecah pedangnya itu
terus terlepas, mental kegombolan pohon disampingnya.
In Gak tidak berhenti sampai disitu, Tangannya diputar
balik, untuk dipakai menolak. ia menggunai jurus huruf,
"Menggempur" dari Bie Lek Sin-kang dengan tenaga hanya
tiga bagian. Tetapi inipun sudah cukup, Tubuh si imam tertolak
keras, dia memperdengarkan suara tertahan- Sisa
tandanya si anak muda terus menghajar pepohonan
dibelakang imam itu, hingga pohon-nya rebah, daun-daunnya
beterbangan. Tiang Jin Koan-cu menjadi kaget, dia mundur
satu tindak. berdiri melongo.
In Gak tertawa dingin dia berkata: "Aku tidak sangka kaum
ceng Shia Pay yang termasuk bangsa lurus yang mempunyai
murid begini buruk. Dia main membokong sungguh tidak tahu
malu " Mendengar demikian Tiang Jin Koancu menjadi
mendongkol sekali dia lantas tertawa berkakak.
"Biarnya sie cu datang dengan maksud apa juga, aku ceng
Leng, melihat kepandaian sie-cu, aku menjadi gatal " katanya
nyaring, "Tolong sie-cu letaki karungmu itu, supaya tidak
sampai nanti terusak, aku ingin mencoba-coba tangan sie-cu "
Melihat orang gusar, In Gak tertawa, "Tak usah aku
menurunkan karungku ini" kata ia jumawa, "Untuk melayani
koancu, cukup aku menggunai sebelah tanganku"
1635 Ceng Leng Tojin, atau Tiang Jin Koancu, ialah kepala dari
kuil Tiang Jin Koan itu, bertambah mendongkol, maka dia kata
singkat: "Sie-cu, silahkan kau memberikan pengajaranmu."
Dia lantas memasang kuda-kudanya dengan sikap "Tong-cu
Pay Koan Im" atau "Kacung menghormati Dewi Koan Im."
Melihat sikapnya ceng Leng itu, In Gak bersenyum. Nyata,
walaupun dia gusar sangat, imam itu tidak melupakan tata
sopan-santun. ia lantas kata: "Aku yang rendah tidak
bermusuh dengan totiang, buat apa kita beradu tangan hingga
kita menjadi bentrok " Baiklah aku mohon maaf buat
kelakuanku barusan terhadap murid totiang." Kegusaran
siiman nampak berkurang, ia berdiam untuk berpikir.
"Kelihatannya keras sekali sie-cu ingin bertemu dengan Pit
Tiang lo," katanya sabar, "baiklah nanti aku mengirim berita
burung dara untuk memohan Pit Totiang beramai datang
kemari, supaya sie-cu tak usah berjalan jauh, Tapi, meski
demikian, aku masih mau minta sie-cu memberi pengajaran
juga padaku " In Gak berpikir: "Imam ini masih belum dapat melepaskan
semua pikiran keduniawian, sedikitnya dia masih terpengaruh
sifat suka menang dari manusia umumnya, Pantaslah kalau
kaum agama Buddha mengatakan paling sukar ialah
melepaskan tujuh perasaan dan enam keinginan . . ." Maka ia
menghela napas dan berkata:
"Oleh karena totiang memaksa juga aku mesti mengasi
lihat kejelekanku, baiklah, terpaksa aku menuruti perintahmu."
Ceng Leng lantas menggape, maka seorang imam lari
menghampirkannya. ia berkata perlahan pada imam itu, yang
lantas lari kedalam kuil, Habis itu ia tetap dengan sikapnya
Tong-cu Pay Koan In. Menampak demikian, In Gak menjadi masgul sekali, ia
serba salah, Kalau ia menang, imam itu pasti bakal dapat
malu. Kalau ia kalah, atau mengalah, imam itu bakal naik
nama nya, tetapi berbareng dengan itu, ia dapat membikin
1636 siiman celaka, Ceng Leng belum dapat membersihkan diri,
dengan namanya naik, ada kemungkinan dia jadi jumawa dan
akan menjagoi, hingga akhirnya dia bisa roboh ditangan orang
lain, ia pun tak sudi dijatuhkan imam itu. Maka perlu ia
bertindak tepat untuk membikin siimam insaf dan mundur
sendirinya, Lantas ia menyerang dengan satu ancaman.
Ceng Leng lantas merasakan tolakan yang keras tetapi itu
tak dapat membikin dia tergeming, Dia menduga pemuda itu
menggunai tenaga hebat, lantas dia membalas, dengan duadua
tangannya. In Gak juga merasakan perlawanan yang hebat. ia tidak
melayani, ia lantas berkelit.
Segera Ceng Leng merasa tangannya tertarik, hingga dia
terjerunuk dua tindak walaupun dia telah mencoba menahan
diri, Lekas-lekas dia berkelit kesamping.
Kesudahannya itu membikin imam ini kaget sekali, Sebuah
pohon besar dibelakangnya terhajar hebat sang lawan, Akan
tetapi dia sangat penasaran"Sie-cu, mari menyambut pula " dia kata, "Inilah tenaga
dari pukulan Hang Mo ciang-lek" Dan benar-benar dia
menyerang hebat dengan dua tangannya. Untuk itu dia
bertindak maju. "Ah, dia masih belum puas," pikir In Gak menyesal, ia tidak
mundur atau berkelit, sebaliknya ia maju, guna menyambut.
Ceng Leng lantas memperdengarkan suara tertahan, tubuhnya
terpental tinggi, lalu berjumpalitan setelah itu barulah dia
turun, untuk menginjak tanah. Kalau tidak. dia mestinya roboh
terbanting, Sekarang dia selamat akan tetapi mukanya pucat
matanya guram. Dia malu sekali.
In Gak melawan dengan menggunai huruf "Lolos" dari Bie
Lek Sin- Kang, dengan begitu meski ia lawan keras dengan
keras, tubuhnya lolos dari serangan, Lawannya sebaliknya tak
dapat mempertahankan diri dari serangannya.
1637 Ceng Leng kena disamber lengannya, lalu dilemparkan
maka terpentallah dia. Tepat itu waktu, diudara terdengar suara siulan berulangulang,
makin lama makin terang, terus terlihat berlari lari
turunnya beberapa orang dari atas gunung, Ketika In Gak
mengawasi, ia melihat sembilan orang, kecuali Bu Eng Sinciang
Pit Siauw Hong serta tujuh imam tua lainnya, ada
seorang pendeta tua kurus kering yang kumis-jenggotnya
putih panjang sampai didadanya.
Melihat sembilan orang itu, Ceng Leng nampak girang
sekali Segera dia maju memasak sambil memberi hormat,
terus dia omong dengan perlahan.
In Gak mengawasi, ia mendapatkan Pit Siauw Hong merasa
heran, terus imam itu mengawasi tajam kepadanya,
sebaliknya seorang imam yang romannya gagah, yang
tangannya memegang kebutan, menghampirkan ianya,
tindakannya cepat, ia masgul, ia melihat semua imam itu
bersikap bermusuh terhadapnya.
Lekas juga si iman tua sampai, lantas dia tanya keras: "Sie
cu, dapatkah kau memberitahukan she dan namamu serta
maksud kedatanganmu sekali ?"
Biar bagaimana, anak muda ini menjadi tidak puas.
"Sayang, totiang, sayang" katanya, dingin tetapi menyesal
"ceng Shia Pay satu partai lurus, banyak anggautanya yang
pandai silat dan liehay, hingga orang menghormatinya, akan
tetapi sekarang aku mendapatkan kenyataan kebalikannya
Aku lihat totiang berpandangan cupat. Totiang, kamu sukar
maju, makin lama kamu makin mundur Sayang..."
Mukanya imam itu menjadi merah, Dia malu dan gusar,
Matanya mendelik, Seorang imam lain maju dengan cepat, "Ham Tek sute
sabar," dia berkata. Jangan berlaku keras terhadap sie-cu ini"
Lalu dia mengawasi si anak muda, untuk berkata sambil
bersenyum: "Sie-cu datang kegunung kami yang belukar, ada
1638 apakah pengajaran sie cu " Akulah cian Yap. ketua partaiku,
Harap sie-cu memberikan penjelasanmu."
In Gak berlaku sabar.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku yang rendah datang kemari dengan niat
membereskan sesuatu," ia menyahut. Imam itu heran
nampaknya. "Urusan apakah itu?" ia menegasi.
"Belum lama berselang," berkata In Gak, "Ada orang yang
menggunai namaku yang rendah, orang itu lancang mendaki
gunung totiang ini, dia mencuri sebuah kitab, dia pun
menghajar lima murid pandai dari ceng Shia Pay..."
Kata-kata itu dibarengi serangan dengan kebutan, yang
setiap helainya lantas menjadi lempang dan kaku bagaikan
jarum panjang. In Gak berkelit kekiri, dengan tangan kanannya, ia serang
lengannya imam itu. Ham Tek kaget bukan kepalang, Mendadak dia merasa
lengannya sakit seperti dikampak, dia menjerit tak tertahan
lagi, kebutannya terlepas diturut roboh tubuhnya dia pingsanSemua orang ceng Shia Pay kaget, muka mereka pias,
Hebat anak muda ini. Si pendeta tua dan kurus kering memuji dengan seruan
sucinya, kedua alisnya yang putih rapat satu dengan lain.
Pit Siauw Hong tak kurang kagetnya, Lantas ia
membayangi peristiwa dijurang cian Siong Gay dimana ia
mendapat malu hampir mati ditangannya Nio Kiu Kie.
Mengingat itu, ia menggiggil sendirinya, Sekarang ia melihat
pemuda ini yang usianya masih demikian muda tetapi ilmu
silatnya luar biasa sekali. Tapi ia tidak bisa berdiam saja, maka
habis menghela napas, ia mengajukan diri.
"Tuan, kau berniat memusuhkan Partai kami, apa perlunya
kau mesti ingin menemui aku si orang tua?" ia berkata,
"Belum lama berselang tuan sudah menyerbu gunung kami ini,
kau telah menurunkan tangan yang jahat, itulah sangat
1639 keterlaluan jikalau diantara kita ada sangkutannya, kenapa
tuan tidak mau segera omong dengan terus-terang ?"
Habis berkata itu dia melirik kepada Ham Tek Tojin, yang
rebah terkulai, sebelah tangannya bengkak matang biru dan
mukanya bermandikan peluh, sendirinya dia giris hatinya.
In Gak berkata dengan tenang: "Pit Losu, benarkah kau
percaya orang yang baru baru ini menyerbu kemari ialah aku
orangnya?" Pit Siauw Hong menunjuk kepada Ham Tek. dia menyahut:
"Ham Tek sute beradat keras tetapi dia belum pernah
mendusta, itulah yang menyebabkan kepercayaan kami,
jangan kau menganggap kau sangat liehay, tuan, walaupun
tenaga kami tak sanggup melawan kau aku toh ingin main
main juga denganmu" Baru si imam menutup mulutnya, atau si-pendeta tua
sudah maju mendekati, sambil mengangkat sebelah
tangannya dia lantas berkata: "Tam-wat, lolap ialah Hoat In
ketua dari Siau Lim Sie Tam-wat boleh gagah sekali tetapi
lolap harap kau sukalah mengendalikan sedikit dirimu, jangan
kau lancang melukai orang, perbuatan itu bertentangan
dengan kedamaian Thian . , . Sie cu, aku melihat pada alismu,
di situ ada sinar pembunuhan, maka itu aku percaya, di waktu
mendatangi yang dekat ini, kau mestinya menghadapi
kesukaran terkurung ataupun mati terbunuh... Maka itu..."
Sampai disitu, dia berhenti sendiri-nya, matanya menatap
anak muda itu. In Gak berdiam ia memuji liehaynya mata pendeta dari
Siauw Lim Sie itu, Tetapi ia tidak takut, orang telah melihat
muka palsunya dan meramalkannya. Topengnya itu topeng
buatan ayahnya, kulitnya diambil dari tubuhnya seorang jahat
kurban ayahnya itu. 1640 "Taysu," katanya sambil bersenyum, "benarkah taysu dapat
meramalkan pasti bahwa aku bakal mati terbunuh " Tak
salahkah itu?" Ciangbunjin dari Siauw Lim Sie itu mengawasi terus, dia
mengasi dengar suaranya yang tak tegas ini: "Aneh... Aneh..."
Dengan begitu, pertanyaannya In Gak itu dia seperti tak
mendengar atau menghiraukannya.
Melihat sikap si pendeta, In Gak tidak mengulangi
pertanyaannya, ia lantas berpaling kepada Pit Siauw Hong.
"Pit Losu," katanya, "meski benar losu tidak kenal aku
tetapi kita pernah bertemu satu dengan lain-..
Ketua ceng Shia Pay itu heran, dia menatap.
"Sebenarnya aku si orang tua tidak mengenal kau, tuan,"
katanya, "Aku numpang tanya tuan, kapan dan ditempat
manakah tuan pernah bertemu denganku?"
"Itulah duluhari didalam kelenting cie cie Am di gunung Bu
In San," sahut In Gak tenang, "Ketika itu aku yang muda
mendapatkan Pit Losu serta Yan San Sin-Nie di bokong orang
hingga kamu rebah pingsan diruang suci. Kebetulan itu waktu
aku membawa obat maka aku menolongi Pit Losu serta SinNie. oleh karena ada urusan habis itu aku berlalu dengan
cepat." Pit Siauw Hong terkejut. "Oh, tuankah itu?" dia tanya, Jikalau begitu tuan jugalah
yang mengundurkan Nio Kiu Kie oh, tuan aku si tua harus aku
mati. Bagaimana penolong jiwaku aku pandang sebagai
musuh..." Ketua Ceng Shia Pay lantas bertindak maju untuk menjura.
"Pinto tidak tahu siauw-hiaplah yang datang, kami berdosa,
harap kami diberi maaf" dia kata.
In Gak tertawa. "Kata kata yang bagus Kata-kata yang bagus " bilangnya,
"Untukku sudah cukup asal ceng Shia Pay tidak memusuhkan
1641 aku sebagai musuh turunan, untuk itu aku akan sangat
bersyukur" Mukanya cian Yap Tojin menjadi merah.
"Tak nanti, tidak nanti aku berani berbuat demikian,"
katanya terpaksa, In Gak tidak berkata kata lagi, sebaliknya ia lompat kepada
Ham Tek Tojin, untuk mengangkat bangun tubuh imam itu, buat terus menotok
jajan darahnya-jalan darah cie- yang atas mana siimam lantas
mengasi dengar suara terus dia sadar, bahkan lekas sekali
mukanya yang pucat barulah menjadi dadu, sedang bengkak
dilengan kanannya lantas mulai kempes.
Hoat in si ketua Siauw Lim Pay maju menghampirkan anak
muda itu. "Numpang tanya, tan-wat, adakah wajahmu ini
wajahmu yang asli?" dia tanya. In Gak memandang pendeta
itu, ia tertawa lebar. "Taysu ialah pendeta berilmu dari agama Buddha,"
katanya, "pasti sekali taysu ketahui wajah manusia itu ialah
wajah kosong belaka Aku ialah aku, maka itu, buat apa ada
soal lagi yang hendak dibicarakan ?"
Hoat in melengak. Lantas dia merasa bahwa orang
berbakat bagus sekali hingga dibelakang hari ia bakal menjadi
kepala Rimba Persikatan. Ham Tek Tojin sudah lantas sadar seluruhnya, Dia
membuka matanya, Seketika dia terus lompat menyerang
anak muda itu, Dia mengerahkan sepuluh jari tangannya
dipentang dipentang- dibuka sepuluh buah gaetan.
ooooooo Itulah kejadian diluar dugaan, semua orang kaget.
Juga Ham Tek sendiri tidak kurang kaget-nya. Tepat
serangannya mengenai sasarannya, akan tetapi kesudahannya
diluar dugaannya, Sepuluh jarinya yang dia andalkan itu
mendadak terasa seperti kulit busuk tenaganya lenyap sama
1642 sekali sebaliknya dia merasa dadanya tertolak keras, sangat
susah dia menahan diri, tidak urung dia toh terhuyung mundur
sepuluh tindak baru dia dapat berdiri diam.
Ketua ceng Shia Pay, yang kaget seperti yang lainnya,
berseru: "Sute, jangan kurang ajar Sie-cu ini bukanlah orang
yang itu hari menyerang gunung kita"
Ham Tek berdiam, tetapi kegusarannya tak segera lenyap.
Setelah reda suasana tegang itu Pit Siauw Hong bertindak
maju. "Siauwhiap. apakah isinya karung yang kau bawa bawa
ini?" ia tanya, Baru sekarang ia ingat karung goni itu.
"Siauwhiap sangat terkenal, memang tidak selayaknva
Siauwhiap melakukan pembunuhan tanpa sebab kepada
orang-orang partai kami. Salah paham ini pun terjadi karena
karung Siauwhiap. Kami kehilangan satu orang kami menduga
kurungmu terisi mayatnya orang itu, karena itu kami lantas
menduga pasti Siauwhiap mesti orang yang duluhari itu
menyerbu gunung kami. Mestinya dia telah memalsukan nama
Siauw-hiap. hingga terjadilah peristiwa yang menyedihkan
itu..." In Gak tertawa, ia lantas menjawab : "Pit Losu, orang
didalam karung ini ialah orang yang duluhari mengacau
gunung kamu. Dialah Hing Thian Seng muridnya Sie Lin Lojin
dari gunung Hong San."
Cian Yap menoleh kepada Pit Siauw Hong.
Dia menunjuk rasa heran bukan kepalang, Pit Siauw Hong
sebaliknya mergerutkan keningnya beberapa kali dia batukbatuk.
"Aku situa sekarang sudah mengerti," ia kata kemudian"Pada sembilan tahun dulu Sie Sin Lojin dan ketua kami telah
merundingkan ilmu silat di puncak Thian Touw Hong diatas
gunung Hong San, mereka tidak mendapat kata sepakat,
bahwa mereka jadi bertentangan, hingga pertemuan bubar
1643 secara tak menyenangkan Tidak disangka sekali Sie Sin Lojin
telah mendendam hati karenanya. Sungguh diluar dugaan-.."
Mendengar keterangan itu, In Gak mendapat pikiran baru,
ia merasa tidak selayaknya Heng thian Seng diserahkan pada
ceng Shia Pay atau nanti bakal muncul peristiwa yang hebathebat,
Dalam dunia Persilatan, sakit hati itu menyebabkan
balas membalas yang tak putusnya.
Bila itu terjadi, ceng Shia Pay bakal terancam bahaya,
Maka, ia lantas berkata: "Datangku kemari ialah guna
membikin terang duduknya perkara, sekarang telah menjadi
jelas dan salah paham sudah lenyap. ingin aku berangkat
pergi dari sini dengan membawa Heng Thian Seng, untuk aku
sendiri yang mengurusnya, pihak ceng Shia Pay boleh bersikap
tidak tahu menahu." Mendengar demikian Pit Siauw Hong tertawa lebar.
"Siauwhiap memandang Partai kami terlalu ringan- Kata
dia. "aku si orang tua, aku bukannya bangsa lemah yang takut
berperkara. Biar bagaimana, Heng Thian Seng harus
ditinggalkan disini"
Mendengar sikap orang itu, In Gak terpaksa meluluskan- ia
menurunkan karungnya, ia membuka ikatannya, lantas tubuh
si jahat, itu ditunggingkan keluar.
Heng Thian Seng tetap tak sadarkan diri, mukanya pucat
sekali. Dengan sebat In Gak menotok dia dua kali pada
iganya, menyusul tepukan pada punggungnya.
Mendadak Thian Seng bersuara, lantas dia mengeluarkan
reak dari mulutnya, habis itu kedua matanya dibuka hingga
dia dapat melihat kesekitarnya. Dia kaget, mukanya menjadi
pucat, Dia mengenali siapa berada diantaranya.Jadi dia
terjatuh kedalam tangan ceng Shia Pay, Lantas dia
menggeraki tangan dan kakinya untuk berlompat bangun tapi
dia kaget pula. Dia telah kehilangan tenaganya Dia mengaturkan napas,
lalu dia merayap bangun. 1644 Melihal kepada Hoat In Siangjin, dia bersenyum.
"Mohon tanya, taysu, aku ini berada dimana?" dia
menanya. Pendeta itu bersikap tenang, "Di ceng Shia San," sahutnya,
Heng Thian Seng berpura kaget, "Aku berlaku alpa, aku kena
dicurangi sahabatku," dia berkata, "Aku menduga diriku
bagian mati. Tapi sekarang aku ditolongi taysu, oh, aku sangat
berterima kasih" In Gak tertawa tawar tak hentinya, Pit Siauw Hong
berpengalaman, dia tahu Thian Seng tidak mau menyerah
mati. Dia tertawa dan berkata "Aku si orang tua kebetulan lagi
lewat di Bu Houw itu disana aku melihat kau rebah ditepi
jalan, tuan maka itu aku bawa kau kegunung ceng Shia San ini
dan menolong hingga kau sadar, Dapatkah aku ketahui nama
besarmu?" Thian Seng tahu orang lagi mempermain-kannya, dia kata:
"Menanam labu mendapat labu menanam kacang mendapat
kacang demikian karma. Aku ini jikalau bukan karena urusan
ceng Shia Pay tidak nanti sahabatku Sekarang ini aku ditolongi
pihak totiang, sungguh, Thian itu maha adil Aku yang rendah
bernama Heng Thian Seng."
Pit Siauw Hong mengisi lihat roman heran.
"Kenapa tuan menyebut urusan ialah urusan Partai kami?"
dia tanya. Thian Seng tertawa, dia menjawab: "Sahabatku yang jahat
itu bernama Cia in Gak. Dia terlalu mengandalkan
kepandaiannya yang lihay, dia menjadi besar ambekannya
hingga dia ingin menimbulkan peristiwa bau bacin di kalangan
Rimba persilatan supaya kemudian dia dapat membangun
partai tunggal. Begitulah baru-baru ini dia telah mendaki
gunung ceng Shia San ini, dia telah membinasakan lima orang,
dia juga mencuri kitab rahasia..."
1645 "Cia in Gak?" kata Siauw Hong dengan roman ragu-ragu,
"Tentang dia pernah juga aku mendengarnya. Tapi partai kami
tidak punya sangkutan dengannya, dia menyerbu kami apakah
maksudnya" Aku heran sekali..."
Thian Seng bersenyum. "Bukankah telah aku mengatakannya barusan?" dia bilang,
Cia in Gak hendak mewujudkan ambekannya itu Selama yang
belakangan ini, dia banyak melakukan perbuatan perbuatan
jahat sekali. Beruntunglah ceng Shia Pay aku mendapat tahu
niatnya menyerbu kemari, aku lantas menasihati dia agar dia
jangan berbuat yang tidak-tidak, agar dibelakang kali dia
bercelaka karenanya, apa lacur, dia tidak sudi dengar
nasihatku itu, bahkan dia menjadi sakit hati, lantas dia
membokong aku..." "Apakah tuan tahu dimana dia melakukan kejahatannya
itu?" Siauw Hong tanya pula,
Heng Thian Seng menggoyang kepala, "Biarlah dia berbuat
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jahat padaku, aku tidak sudi berbuat jahat terhadapnya?"
katanya, "Di-akhirnya, perkara toh bakal menjadi terang
sendirinya, Maka sekarang aku tidak mau menjual
sahabatku..." In Gak mendengar ocehan orang itu, ia gusar bukan main"Dia sangat jahat, dia tidak bisa dibiarkan hidup lebih
lama," pikirnya, Jikalau dia dikasi tinggal hidup, dibelakang
hari dia bakal mendatangkan banyak malapetaka" Maka ia
kata bengis: "Sungguh seorang yang berhati mulia. Pantas
kalau kau akhirnya makan juga buah perbuatanmu yang getir"
Thian Seng terkejut, Dia kenal baik lagu suara itu, Dia
Lantas menyedot hawa dingin, segera dia menoleh untuk
mengawasi orang yang bicara seram itu. Dia melihat seorang
muda dengan roman bengis, yang matanya bersinar sangat
tajam. "Kau siapa, tuan?" dia tanya.
1646 In Gak tertawa pula, tertawa dingin, terus ia bawa
tangannya ke mukanya, untuk menarik. Maka disitu terlihatlah
wajahnya yang asli, yang tampan sekali, tetapi sekarang
wajah itu keren Hanya sekelebatan, tubuh Thian Seng gemetaran, akan
tetapi dia menyeringai dia kata: "Aku Heng Thian Seng, aku
terjatuh ditanganmu, mati atau hidupku terserah pada kau.
Memang telah aku palsukan namamu, telah aku lakukan
empat macam kejahatan, tak aku sangkal itu inilah
perbuatanku sebab kau telah berlaku kejam sudah tidak
menolongi orang yang bercelaka"
In Gak gusar hingga ia tidak suka banyak omong lagi, ia
sudah mengulur tangan kanannya untuk menotok guna
mengorek keterangan dari mulut orang atau ia membatalkan
itu, sebab dari kejauhan terdengar, siulan yang nyaring, yang
segera disusul dengan berlari-lari datangnya belasan orang,
Dan cepat sekali mereka itu sudah sampai. Melihat mereka itu,
hati In Gak lega bukan mainMereka bukan lain orang daripada Song-bun Kiam-kek Leng
Hui bersama-sama ketiga tianglo Kay Pang, Kian Kun ciu Lui
Siauw Thian, Ay-Hong Sok Kheng Hong dan lainnya lagi.
Kapan Leng Hui melihat Heng Thian Seng masih hidup, dia
menepuk dahinya dan memuji.
"Syukur jahanam ini belum mampus" kata-nya. "Dia telah
melakukan banyak macam kejahatan dia juga telah
memalsukan nama siauwhiap. Ketiga tiang lo dari Kay Peng
sekarang datang dengan mengajak beberapa saksi korbankorbannya,
supaya mereka itu dapat mencuci bersih noda atas
namamu, siauw-hiap" Ketika tiang lo itu sudah lantas saling memberi hormat
dengan pihak ceng Shia Pay dan ketua Siauw Lim Sie, Setelah
itu Kiu Sim-Kay chong Sie lompat kepada Heng Thian Seng.
1647 "Sie Sin Lojin mempunyai mata seperti buta karena dia
menerima murid celaka sebagai kau" katanya tertawa tawar,
"Kau mempunyai sakit hati apa terhadap Cia In Gak maka kau
memalsukan namanya untuk membikin dia celaka?"
Thian Seng sudah malang maka dia berlaku bandel.
Dengan datangnya ketiga tianglo dia sudah tidak mempunyai
harapan lagi, akan tetapi dia mau adu untung, Dia masih
percaya tidak nanti ceng Shia Pay berani membunuh padanya
mengingat adanya permusuhan diantara Partai itu dengan
gurunya, Maka mau dia menyangkal terus.
"Untuk menuduh orang tidak kekurangan alasan- kata dia
dengan berani, "Aku Heng Thian Seng, aku murid kaum lurus,
aku berani berbuat, aku barani bertanggung jawab Buat apa
aku pakai nama lain orang" Hm Cia In Gak tahu dia tak dapat
tempat dalam Rimba Persilatan tak malu-malu dia menggunai
caranya yang hina-dina menuduh aku supaya aku
terbinasakan. Tapi aku, meski aku mati, aku tidak harus dibuat
sayang, hinya aku kuatir, mulai hari ini selanjutnya, tuan tuan,
kamu bakal tak lagi dapat mengalami hari hari yang amanBersungguh-sungguh Thian Seng ketika ia berkata kata itu.
Hoat In dan pihak Pit Siauw Hong mengawasi satu pada
lain- Mereka bingung karena "persakitan" ini demikian lihay,
Kalau dia tetap menyangkal mana ada bukti kejahatannya"
Chong Sie pun terbengong. Tapi In Gak lompat kesisi Thian
Seng, dia kata bengis. "Perbedaan diantara kebaikan dan
kejahatan bagaikan sehelai benang. Kau kenal aku, aku satu
laki-laki jikalau aku berbuat sesuatu aku tidak takut
didepannya, tidak takut dibelakangnya, aku lakukan apa yang
aku rasa baik Aku pula tidak takut dibuat omongan Aku tidak
sangka kaulah satu manusia takut mati. Bilamana kau berani
menyebut-nyebut dirimu sebagai orang dari kaum lurus"
Banyak hadirin disini masih memandang satu dan lain, mereka
tidak berani turun tangan atas dirimu, tetapi aku... aku Cia In
Gak... aku tidak memperdulikan apa juga. Kau mau mengaku
1648 atau tidak terserah padamu Aku mau lihat kau dapat bertahan
atau tidak terhadap siksaan tujuh hari Souw-im Toan-hun ciuhoat"
Mendengar disebutnya, "cit Jit Souw-im Toan-bu ciu hoat"
itu, semua orang terkejut, itulah semacam ilmu totok yang
sudah lenyap diri dunia Rimba Persilatan, siapa sangka
sekarang ilmu ini dimiliki anak muda she Cia ini.
In Gak baru menutup mulutnya atau tangannya telah dikasi
bekerja, dengan luar biasa cepat dan tepat ia menotok tiga
belas kali dipelbagai anggauta tubuhnya Heng Thian Seng, Ia
telah menjadi sangat sengit.
Hebat penderitaannya orang she Heng itu. Kontan
tubuhnya menjadi lemas dan roboh. Dia merasakan sakit pada
tiap bagian tubuhnya yang ditotok itu sakit dan dingin luar
biasa, Tulang-tulang atau otot ototnya pada berbunyi sedang
dari mulutnya keluar rintihannya yang menyayatkan hati.
Dia mencoba menguatkan hati untuk bertahan, tetapi tidak
dapat, Dia merintih- rintih, dia berjengit, kedua matanya
membalik, sinar matanya itu guram. Semua orang
mendengarnya giris, semua hatinya berdebaranHoat in Siangjin memuji dan berdoa, hendak dia mencegah,
akan tetapi dia melihat matanya In Gak bersinar bengis, dia
terpaksa membatalkan niatnya, Dia cuma bisa menghela
napas. Tidak lama, lalu terdengar suaranya Thian Seng: "Saudara
Cia, adikmu mengaku salah..." Aku telah mensia-siakan budi
kebaikanmu... Memang aku harus mati... sekarang ini aku
tidak mempunyai muka lagi untuk mencuri hidup, maka aku
minta kau... kau bunuhlah aku..."
Sukar Thian Seng mengeluarkan semua kata-katanya itu.
Dia meringkuk berkoseran dari semua lubang keringatnya
keluar darah. Sungguh hebat untuk menyaksikan
penderitaannya itu. 1649 In Gak masih panas hatinya. ia kata dingin, "Totokan citJit
Souw im Toao-hun ini gampang dilakukannya tetapi sukar
untuk ditarik pulang. Paling banyak ialah penderitaanmu
diperkurang akhir-akhirnya kau toh mesti mampus jikalau kau
menghendaki kematian yang mempuaskan hatimu, tidak ada
lain jalan daripada sekarang, dihadapan orang banyak ini, kau
beber semua kejahatanmu dalam mana kau pakai namaku"
Kata-kata itu disusul totokan dua kali beruntun pada jalan
darah ceng-cok. Thian Seng lantas merasakan tidak terlalu sakit lagi, akan
tetapi tubuhnya tetap risi seluruhnya, itulah perasaan seperti ribuan ular nyelosor
pergi-pulang diantara dagingnya . . .
Sampai itu waktu orang jahat dan keras kepala ini lenyap
kebandelannya, maka lantas dia membeber kejahatannya
semua. Banyak kejahatanya itu, dari itu dia membutuhkan
tempo sampai tengah-hari untuk menamatkannya. Maka
teranglah sudah bahwa dialah tukang mencuri, merampok
berjina dan membunuh orang.
In Gak begitu murka hingga giginya bercatrukan, hingga
mukanya menjadi pucat-pasi. Dengan tiba-tiba ia
melayangkan sebelah tangannya kearah dada si jahat itu atas
mana Thian Seng menjerit hebat, darah hitam muncrat dari
mulutnya, dia menjerit pula, lalu napasnya berhenti.
Baru sekarang hati In Gak lega tetapi masih belum
semuanya, Maka untuk menghiburkannya, Pit Siauw Hong dan
Hoat In mengundang ia pergi kegua Thian Su Tong untuk
dimana mereda duduk memasang omong. In Gak tidak
menampik ajakan itu. Selagi berjalan kearah gua, Kheng Hong berbisik pada anak
muda itu: "Hian-tit, sesampainya di Thian Su Tong, kau duduk
sebentar saja lantas kau meminta diri, lantas kau lekas pergi
1650 ke Ngo Bie San-.." In Gk heran hingga ia melengak. "Untuk
apakah itu?" ia tanya.
Kheng Hong melirik, agaknya dia merasa berkasihan, Dia
mau membuka mulutnya, untuk menjawab atau chong Sie
berkata kepadanya: "Kheng Losu, kalau kau bicara sekarang,
cuma-cuma kau mengacau pikiran orang. Baiklah kau bicara
sebentar sesudah kita turun gunung"
Kheng Hong berkicap matanya, lantas dia bungkam.
In Gak melihat kawan-kawan itu, lantas ia menduga, itulah
tentu urusannya Kheng Tiang Siu. Mestinya Kim Teng Siangjin
berkeras hendak membelai muridnya dan dia hendak
menghukum siapa yang memusuhkan muridnya, ia tidak minta
keterangan tetapi ia bersenyum tawar.
Tengah mereka berjalan itu, tiba tiba Hoat in Siangjin ketua
Siauw Lim Pay menghentikan tindakannya. Dia memutar
tubuh menghadapi si-anak muda.
"Hampir aku lupa satu urusan " katanya, "Aku mohon tanya
siauw-hiap apakah, siauw-hiap itu orang yang telah menolongi
Siauw Lim PaY mendapatkan pulang kitab Bu Siang Kim Kong
cing Keng?" Ditanya begitu, siaoak muda bersenyum, "Urusan kecil
"jawabnya "Tak usahlah taysu pikirkan itu"
Pendeta itu mengasi lihat roman sangat bersyukur
"Lolap telah menutup diri tiga tahun, selama itu lolap tidak
mencampur tahu segala urusan diluaran," ia bilang, "baru
kemudian Hoat Hoa Sute bicara tentang siauw-hiap yang dia
puji tinggi. Lolap pelupaan sekali, baru sekarang lolap ingat,
oleh karena itu, Siauwhiap. lolap minta sukalah kau
memaafkannya." "Taysu telah berusia tinggi dan beribadat, aku yang muda,
mana berani aku menerima pujian taysu." In Gak merendah.
"Siauw-hiap tampan dan bermuka terang, segala apa
mengenai kau bakal berjalan lurus," berkata pendeta itu.
Meskipun benar bakal ada beberapa kesulitan tetapi itu semua
1651 akhirnya akan berubah menjadi kebaikan, jikalau siauwhiap
suka dengar lolap cuma mengharap sukalah siauwhiap
mengurangi melakukan pembunuhan, dimana bisa, baiklah
siauwhiap memberi ampun siauwhiap ketahui sendiri didalam
pergaulan manusia itu terdapat pelbagai kepalsuan- Maju
boleh tetapi baiklah orang memikir juga untuk mengalah dan
mundur." In Gak memberi hormat. "Terima kasih, taysu," ia kata,
"Aku yang muda akan mengingat baik-baik nasihat taysu yang
berharga ini." Mereka berjalan terus sampai melewatijembatan ceng Shia
Kio, Dari situ orang mulai jalan mendaki gunung, jalanan telah
diperbaiki tetapi tetap berliku-liku, maka itu jalanan yang
sukar itu meminta tenaga.
Gunung ceng Shia San indah, sekarang orang
membuktikannya. Sembari mendaki, mereka itu memandang
kekiri dan kekanan, Dengan begitu tanpa merasa mereka
melihat sebuah tembok merah yang bernawung dibawuh
teduhnya pepohonan, itulah kelenting keramat kemana orang,
tidak lama kemudian Cian Yap Tojin sebagai ketua Ceng Shia
Pay berdiri dengan hormat mempersilahkan para tetamunya
masuk kedalam, itulah yang disebut "gua" Thian Su Tong, kuil
utama di ceng Shia San, yang dibangun pada permulaan
Kerajaan Sui. Nama asal kuil yalah Yan Keng Koan, di masa dinasti Song
dirubah menjadi ciauw Keng Koan kemudian saat ini, dinasti
ceng ditukar lagi menjadi Tiang To Koan, Akan tetapi umum
memanggilnya Thian Su Tong.
Di belakang kuil itu ada jurang yang curam, sedang dikiri
dan kanannya mengapit kedua puncak Hek Houw Hong dan
che Liong Hong. sepasang kali Hay Tong dan Pek In mengalir
dilembahnya kedua puncak bukit itu. Didepan kuil tumbuh
1652 ratusan pohon aras yang banyak cabang dan lebat daunnya,
itulah pepohonan yang meneduhi kuil itu.
"Keindahan ceng Shia San mengarungi seluruh negara,"
kata In Gak pada cian Yap. ia kagum dan memuji, "Jikalau aku
bukannya telah menyaksikan sendiri, pasti aku tidak mengicipi
sendiri keindahan ini. Berada ditempat ini, rasanya lapang
dadaku. Sayang tempat ini kepunyaan Partai kamu, totiang,
coba ini tempat tanpa pemiliknya, pasti sekali suka aku
berdiam disini selama hidupku, buat tidak lagi turun menginjak
dunia..." Mendengar itu, cian Yap tertawa lebar.
"Terima kasih untuk pujian kau ini, siauw-hiap." berkata
ketua ceng Shia Pay itu. "Siauwhiap telah menjadi tetamu
kami, maka itu tempat ini ada terbuka untuk siauwhiap
sembarang waktu siauwhiap dapat datang kemari, Hanya aku
kuatir siauwhiap nanti mencelanya."
Anak muda itu bersenyum. "Totiang baik sekali, Baiklah lain kali aku pasti akan seringsering
berkunjung kemari" Sampai disitu, cian Yap mengundang semua tetamunya
masuk keruang dalam hingga orang dapat menyaksikan segala
tiang dan penglari yang terukir indah. Habis melewati pendopo
besar Sam ceng Tian sampailah mereka diruang belakang
dimana ada berhawa oey Te Su.
Disini ada terdapat banyak lauwteng atau ranggon, yang
nyambung satu dengan lain, dengan setiap pekarangannya
ditanami banyak pohon dan bunga.
Cian Yap memimpin sekalian tetamunya masuk keruang
dibawah lauwteng kiri, itulah ruang tetamu dimana sudah
disajikan barang hidangan sayuran, Maka disitu semua orang
bersantap. Habis dahar orang duduk pasang omong, sampai tiba-tiba
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlihat seorang imam setengah tua datang masuk dengan
bergegas gegas romannya bergelisah. Cian Yap mengerutkan
1653 alis melihat orang datang dengan kelakuan tak biasanya itu.
"Biauw Hong, ada apakah?" dia mendahului menegur.
Imam itu berhenti didepan ketuanya, dia memberi hormat.
"Barusan tecu merondai gunung, dipuncak che Liong Hong
terlihat dua orang berlari-lari mendatangi." ia memberi
laporan, "Lantas tecu memapaki mereka itu untuk
menanyakan mereka siapa dan apa maksud kedatangan
mereka, Merekalah seorang tua laki-laki bersama seorang
nona, orang tua itu memperkenaikan diri sebagai It Goan Kisu,
bahwa ia datang bersama puterinya untuk menemui
Siauwhiap In Gak. Dengan lantas tecu ajak kedua letamu itu datang kemari,
Ditengah jalan kita justeru bertemu dengan Siauw-tocu Nio
Kiu Ki, majikan muda dari pulau Giok ciong To. Dia lantas
sesumbar, bahwa dia hendak menginjak-injak ceng Shia San
hingga rata dengan bumi, Karena itu dia bentrok dengan ouw
Sicu dan jadi berkelahi karenanya..."
Bu Eng Sin ciang lantas berlompat bangun, "Dimana
adanya dia sekarang?" dia tanya,
"Diatas puncak che Liong Hong tak jauh," sahut Biauw
Hong. Tanpa menanti orang berbicara habis, Pit siauw Hong
sudah berlompat untuk terus lari keluar, dia lantas disusul In
Gak yang melesat bagaikan jemparing terlepas dari busurnya.
Habis mereka maka menyusullah yang lain-lainDiatas puncak che Long San, it Goan Ki-su tengah
bertarung seru dengan Nio Kiu Ki, Nona ouw Kok Lan
mengawasi dari pinggiran dengan sinar matanya yang guram,
ia dapat kenyataan lawan ayahnya tangguh sekali. Ayahnya itu
sudah menggunai ilmu silat "It Goan Khong Ki" akan tetapi
lawan itu tak dapat didesak, jangan kata dipukul mundur,
sebaliknya kedua tangan lawan itu seperti juga mengurung
ayahnya, ia bersusah hati karena sulit untuknya buat
1654 membantui ayahnya, Maka itu kemudian ia menoleh keempat
penjuru, hatinya bingung, ia mengharap- harap datangnya Cia
In Gak... Akhir-akhirnya terlihat juga dua orang lari mendatangi, Dari
jauh mereka itu berdua nampak sebagai titik-titik hitam. Baru
kemudian mereka sampai diatas puncak. Begitu ia mengenali
salah satu diantara dua orang itu, sinar matanya yang guram
lantas menjadi bercahaya, sedang wajahnya yang kucal terus
tersungging senyuman- Itulah In Gak yang tiba berbareng bersama Pit Siauw Hong,
Lantas sianak muda menarik ujung baju slorang tua seraya ia
berbisik: "Pit Losu, tolong kau berjaga-jaga saja dipinggiran,
biarlah aku yang muda yang maju terlebih dulu, untuk aku
mencoba coba ilmu kepandaian apa yang diandaikan Nio Kiu
Ki maka dia menjadi begini jumawa, jikalau aku keteter,
barulah losu maju membantui aku."
Pit Siauw Hong tahu baik sekali orang muda ini hendak
melindungi muka terangnya, ia menjadi sangat berterima
kasih. "Baiklah," kata ia mengangguk.
In Gak bertempat maju, bukan langsung ke gelanggang
pertempuran, hanya ia tiba dulu didepan ouw Kok Lan seraya
ia menyapa: "Nona ouw, kau baik" Tapi ia tidak berdiam disitu,
kakinya terus menjejak. membikin tubuhnya melesat
lebih jauh, Baru sekarang ia lompat kedalam gelanggang,
dengan kedua tangannya terus ia menolak diantara mereka
itu. Nio Kiu ci terkejut, Mendadak ia merasakan tolakan keras
sekali, yang menggempur tenaga dalamnya yang dipakai
melindungi tubuhnya, ia lantas merasa dadanya sesak, Maka
itu, menduga kepada musuh lihay, dia lompat kesamping,
Baru setelah menaruh kaki, ia melihat tegas kepada orang itu,
yalah seorang anak muda yang tampan, yang halus gerakgeriknya.
1655 "Siapa kau?" ia membentak "Kau berani campur tahu
urusan siauw-tocu?" Dengan kejumawaannya dia menyebut dirinya "siauwtocu"
yala h "majikan pulau yang muda"
In Gak bertindak perlahan. ia maju mendekati dua tindak.
ia pun tertawa. "Kau benar hidup dengan tidak tahu malu" ia menegur,
"Diatas puncak Bu Leng Hong telah aku mengasihi ampun
padamu. Kau tentunya masih ingat pernah aku mengatakan
jikalau kau berani pula menaruh kaki di Tiong-goan, sedikitnya
aku akan kutungkan kedua belah kakimu"
Nio Kiu Ki mundur satu tindak. Sinar matanya menunjuki
dia terperanjat. "Jadi kaulah yang itu malam membokong aku?" dia tanya,
"Jadi kaulah Cia In Gak?"
"Benar, itulah aku" jawab In Gak, suaranya dalam, "Tapi
malam itu kau sendiri tidak mempunyai tenaga cukup banyak
untuk melawan aku, bukannya aku membokong kau"
Mukanya Nio Kiu Ki menjadi pucat terus berubah menjadi
merah, itulah bukti ia merasa sangat malu dan gusar.
Kedua matanya juga bersorot tajam hingga nampak berapi
Dia lantas mengasih turun kedua tangannya seperti dia lagi
mengerahkan tenaganya. Ketika itu rombongannya Cian Yap Tojin telah tiba, Mereka
tidak meluruk maju, semua berdiri dipinggiran dengan semua
matanya diarahkan kedalam gelanggang pertempuran, Siapa
yang belum mengenal sekarang dapat mengenali majikan
muda dari pulau Giok ciong To itu yang duluhari telah
merobohkan Pit Siauw Hong dan Yan San Sin Ni.
"Nio Kiu Ki," kata In Gak tenang, "kali ini kita bertempur
kalau kau tidak memperoleh kemenangan kau tak bakal luput
dari kedua kakimu dikutungkan."
1656 "Jangan kau berjumawa" Kiu Ki membentak "Jangan kau
sudah puas hati terlebih dulu. Baik kau ketahui, kekasihmu
telah siauw-tocu kurung dipulau Giok ciong To Aku lagi
menantikan bulan purnama malaman Tiong ciu untuk
merayakan pernikahanku dengan-nya. Kau manusia jumawa
jangan kau bertingkah didepan siauwtocu kamu. Kau harus
ketahui ilmu kepandaian Hong In Pat Jiauw dari Gick ciong To
sudah menjagoi Rimba persilatan diluar dan didalam negeri.
Kali ini kita bertempur sedikitnya kau bakal bercacad
tubuhmu, setelah itu akan aku bekuk kau dan bawa kau
pulang kepulauku, untuk disana aku menyiksa perlahan-lahan
padamu, sampai kau mati mereras. Hanya dengan cara itu
baru hatiku puas" "Apakah kau maksudkan nona Ni Wan Lan?" tanya In Gak.
Didalam hatinya, ia kaget. Nio Kiu Ki memperlihatkan
kejumawaan-nya. "Tidak salah Dialah Ni Wan Lan." jawabnya.
"Bagaimana dengan Leng Giok Song?" In Gak tanya pula. "Dia
pun dikurung bersama sama "
"Bagaimana dengan Yan San Sin Ni dan Yu Su Kouw?"
"Cia In Gak. kau menanyakan terlalu banyak" Nio Kiu Ki
memotong. "Tapi baiklah aku memberitahukan kau. Ayahku
telah mengirim surat mengundang Yan San Sin-ni berkunjung
kepulau kami, maksudnya untuk membicarakan soal
pernikahan Giok Song dengan siauwtocu. Dalam suratnya itu,
ayahku memberitahukan jikalau Yan San Sin-ni tidak
menerima baik undangan itu ayahku sendiri yang bakal pergi
ke Tionggoan menemui dia. Yan San Sin-ni kuatir, kalau
ayahku datang, nanti tidak ada orang yang melawannya,
maka dia menerima baik undangan itu, dia datang kepulau
kami, Lantas saja dia dikurung oleh ayahku dalam rumah batu
Thian Ki" In Gak mengendalikan dirinya untuk menahan
kemendongkolannya. ia tertawa lebar,
1657 "Nio Kiu Ki, aku tidak mau mengambil jiwamu" katanya
nyaring, "Aku cuma bakal mengutungkan kedua kakimu untuk
nanti di kirim pulang kepada ayahmu di pulaumu itu supaya
ayahmu memerdekakan orang orang tawanannya . . ."
Perkataannya In Gak masih belum habis diucapkan atau
Nio Kiu Ki sudah berlompat maju dengan penyerangannya.
Lima jarinya menyamber seperti lima buah gaetan, Benarbenar
dia sangat sebat dan berbahaya.
Para hadirin kaget melihat itu, umumnya orang tidak tahu
ilmu apa itu yang digunai tocu muda itu. Tentu sesaat, mereka
menjadi berkuatir untuk In Gak.
Lebih-lebih Pit Siauw Hong serta sekalian imam dari ceng
Shia San- "Hong in Pat Jiauw" atau "Delapan Kuku Angin-Mega"
asalnya ilmu silat ceng Shia Pay, kitab ilmu silat ini disimpan
diatas lauw-teng peranti menyimpan pelbagai kitab suci, apa
celaka kitab silat itu kena dicuri pemilik dari pulau Giok ciong
To, yang terus meyakinkannya hingga sempurna, hingga
pulau Giok ciong To menjadi menjagoi melebihkan ceng Shia
Pay. Akan tetapi In Gak tidak kena disamber untuk dicengkeram.
Dengan lincah dia berkelit. "Mari sambut satu kali lagi" Nio Kiu
Ki berseru. "inilah Pek in Hoan Bu" "Pek In Hoan Bu" yalah
"Mega putih menari-nari".
Dia lantas menyerang, tangannya bergerak sangat cepat,
memain dimuka In Gak. Memang gerakan tangan itu dapat
membingungkan lawan- Pemuda itu tertawa nyaring, ia pun menggeraki tubuhnya,
ia menyingkir dari samberan dengan tindakan Hian Thian cit
Seng Pou Kiu Ki heran melihat lawan lenyap dari hadapannya, ia juga
heran yang serangannya itu kembali gagal, Tengah ia berpikir,
ia mendengar suara tertawa menghina dari belakangnya.
1658 Suara tertawa itu disusul dengan kata-kata ini: "Sebelum lima
jurus dari Pek In Hoan Bu kau ini, aku akan tidak membalas
menyerang. Aku akan menunggu sampai kau sudah
menyerang secara kalap tiga jurus, baru aku hendak
membekuk kau" Nio Kiu Ki kaget, Segera memutar tubuh sambil berlompat,
maka itu, dia dapat lantas menyerang pula, Seperti yang
pertama dan kedua kali, dia bergerak dengan kegesitan luar
biasa Tapi kali ini dia gagal pula.
In Gak menyingkir seperti menghilang dari hadapannya.
Justeru itu orang mendengar pujiannya seorang pendeta.
Kiu Ki memutar tubuh dengan cepat, dari itu ia lantas
melihat seorang pendeta berdiri berhadapan dengannya.
Pendeta itu telah ubanan rambutnya, benar dia kurus kering
tetapi kedua matanya bersinar tajam berpengaruh.
Dilain pihak, dia melihat In Gak berdiri di samping, dua
tombak jauhnya dari dia, anak muda itu bersenyum
mengawasi padanya. Pendeta itu berkata dengan sungguh-sungguh: "Siauwtocu,
lolap ialah Hoat in ciangbunjin dari Siauw Lim Pay
Tahukah kau bahwa pada lima puluh satu tahun yang lampau
ayahmu telah bertanding dengan mendiang ketua kami?"
Bahwa ketika dia menggunai Hong in Pat Jiauw, ketua kami
mempunyai satu jurus dengan apa ia dapat membikin tidak
berdaya ilmu silat kamu itu?"
Nio Kiu Ki mengawasi orang suci itu, dia tertawa tawar.
"Pernah aku mendengar keterangan ayahku," dia menyahut
"Itulah jurus cian Hud Hoa Sie, Tapi ayahku sudah
menciptakan satu jurus lain guna memecahkan jurus kau itu,
hanya ketika itu ayahku telah berusia lanjut, hatinya sudah
tawar, maka tak lagi ada keinginannya buat merebut nama itu
pula sebabnya ayahku lantas menempatkan diri dipulau yang
mencil sendirian Apakah kau kira ayahku jeri kepada Siauw
Lim Si maka ia jadi takut datang ke Barat, ke Tionggoan ini?"
1659 Hoat In seorang pendeta beribadat, ia tidak menjadi gusar
dengan kata kata yang bernada mengejek itu, Sebaliknya, ia
bersenyum. "Tak lebih tak kurang lolap cuma menanya kau, siauwtocu,"
katanya sabar. "Karena ayahmu sudah tawar hatinya dan tiada
niatnya pula merebut nama maka lolap pun seorang berhati
lapang, yang hatinya kosong sama sekali, Mustahil lolap masih
mengharapi kehidupan keduniawian?"
Habis berkata begitu, pendeta itu lantas lompat mundur,
Dilain pihak In Gak sudah berlompat maju, hingga ia jadi
berada pula di depan majikan muda dari pulau Giok ciong To
itu. Hatinya Kiu Ki panas, tidak menanti orang menaruh tetap
kakinya, dia sudah menyerang. Dia menggunai dua dua
tangannya, Dia tetap menyamber-nyamber. Hingga terdengar
suara angin dari kedua tangannya itu.
In Gak melayani dengan sama gesitnya. ia menggunai jurus
huruf "Lolos" dari Bi Lek Sin Kang, Sekarang ia tidak cuma
main berkelit, Tangan kirinya ia menangkis, dengan tangan
kanannya ia menyamber, ia pun hendak mencoba membekuk
lawan, ia mau menangkap tangan kiri lawan itu.
Kiu Ki bermata celi dan sebat, Dia putar tangan kirinya itu,
supaya lolos dari tangkapan, lalu sekalian memutar, dia
meneruskan untuk menangkap.
Kedua pihak sama-sama menggunai kesebatannya, Tapi
Nio Kiu Ki lantas menjadi kaget. Berbareng dengan itu, In Gak
telah menggunai jurus dari Hian Wan Sip-pat Kay, tangannya
bergerak dengan terlebih cepat pula.
Lalu tocu muda itu terkejut, Mendadak dia merasa nadinya
tercekal keras sekali, lima jari tangan lawannya berupa seperti
lima buah cakar nancap dalam kedalam dagingnya, Tak dapat
dia berkutik, Dia menjerit, Lantas tenaganya habis.
1660 In Gak berlaku sangat cepat. ia tahu bagaimana harus
menggunai ketikanya, Dengan mencekal lengan orang ia
mengangkat naik tangannya Dengan begitu ia menjadi
mengangkat juga tubuhnya lawan, Terus ia memutarnya.
Tepat kedua kaki si orang she Nio berputar, tepat ia
menyambit dengan bacokan dengan tangan kirinya.
Diantara suara keras dari tulang tulang patah Nio Kiu Ki
mengasih dengar jeritan hebat, Kakinya telah kena dihajar
patah, Setelah itu lengannya dilepaskan maka tubuhnya
terpental lima tombak, roboh terbanting ditanah.
Semua penonton kaget, semuanya kagum, Nio Kiu Ki
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terluka hebat tanpa pingsan, dia terbanting dengan tetap
sadar, tetapi dia merasa sangat sakit, maka juga dia telah
memuntahkan darah hidup, Begitu dia mendapat kenyataan
kedua kakinya sudah patah, pikiran pendek menyandingi
padanya, dia menjadi nekad. Sebelah tangannya lantai diayun
kebatok kepalanya. --ooo0dw0ooo- Jilid 32 : Murid yang lebih pandai dari sang guru
MAKA pecahlah kepalanya itu, remuk tulang-tulangnya,
darahnya muncrat pula, Dengan roboh tubuhnya, jiwanya juga
melayang pergi. Hoat In Siangjin memuji pula, tetapi ia meneruskan
berkata: "Siauwhiap. kau telah membawa datang ancaman
mara bahaya untuk kaum Rimba persilatan di Tionggoan . .
In Gak heran hingga ia melongo.
"Aku minta taysu jangan buat kuatir," kata ia kemudian,
"Berhubung dengan perkara ini aku sendiri akan pergi kepulau
Giok Ciong To untuk berurusan dengan Nio Tocu untuk
1661 membereskannya, Melainkan aku minta supaya peristiwa ini
janganlah disiarkan dulu."
Ketika itu Lui Siauw Thian menghampirkan saudara
angkatnya, "Shate," ia berkata, "kita perlu lekas pergi ke Thian San,
akan tetapi sekarang ada dua urusan yang membutuhkan
yang kau sendiri harus menyelesaikannya. Aku Lui Losu, aku
bingung, Sekarang aku mau tanya kau, bagaimana kau
hendak bertindak.." In Gak tercengang, ia mengawasi kakak angkat yang
nomor dua itu. Tempo ia hendak menanya, ia mendengar
suara batuk-batuk dari Chong Si, sang kakak pertama, ia
lantas menoleh kepada kakak itu. ia melihat orang
mengerutkan alis. "Tidak perduli ada urusan apa juga, sekarang marilah kita
turun gunung dulu" berkata pengemis itu. "Sebentar barulah
kita bicara pula." Lantas dia menoleh kepada Hoat in dan
pihak ceng Shia San, untuk memberi hormat, buat meminta
diri. Cian Yap tidak dapat menahan lagi, maka ia mengantarkan
semua tetamunya itu turun gunung.
Ketika hendak berpisahan didepan kuil Tiang Seng Kiong,
In Gak memberikan janjinya dengan berkata: "Kapan nanti
aku yang muda pergi ke Giok-ciong To pasti aku akan
mengambil pulang kitab Hong In Pat Jiauw, untuk diantar
pulang kegunung ini."
Pit Siauw Hong yang turut mengantar menyahuti: "Kalau
nanti siauwhiap pergi kepulau itu aku minta mesti siauwhiap
mengabarkan padaku, Aku mau turut pergi bersama Apakah
siauwhiap setuju?" "Baik," menjawab In Gak.
Maka berangkatlah mereka meninggalkan gunung ceng
Shia SanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1662 Ditengah jalan Lui Siauw Thian berkata: "Shate, Biauw ciu
Kun Lun Ce Hong pun turut datang bersama, oleh karena
sebelumnya dia sucikan diri dia bermusuh dengan ceng Shia
Pay, dia tidak turut dalam rombonganku. Sekarang dia lagi
menunggui kau dikuil Jie ong Bie di kecamatan Koan koan."
In Gak mengasi dengar suara "oh" ia tidak membilang apaapa,
ia berdiam, kelihatannya ia berpikir keras.
oooo Kuil Jie ong Bic ada kuil untuk menghormati Lie Peng ayah
dan anak. Lie Peng adalah orang dari jaman Kerajaan Cin dan
ia berjasa karena ialah ahli pengairan untuk propinsi Su-coan.
Bersama puteranya ia membuat waduk sungai Touw Kang di
Goan-koan yang mendatangkan berkah itu.
Maka orang membangun kuil itu buat menghormati dan
memujanya Di dalam situ sekarang berkumpul bersama
rombongannya, Disitulah Lui Siauw Thian omong banyak.
"Shate, adakah tidak selayaknya ketika di In Bong Tek kau
meninggalkan kita tanpa bicara lagi," demikian Kian Kun ciu
menyesalkan adik angkatnya itu, "Karena itu Kim Teng
Siangjin mendapat ketika memaksa Kang Yauw Hong, Lo
Siang Bwe, Kiang cong Yauw dan Tonghong Giok Kun pulang
ke Ngo Bi San untuk menerima hukumannya.
Kau tahu, kepala keledai gundul itu sangat membenci kau
tidak datang sendiri kegunungnya untuk minta maaf, dia
hendak merusak juga mukanya Yauw Hong katanya supaya
kau puas..." In Gak mengerutkan alis, lalu alis itu terbangun kedua
matanya mengeluarkan sinar tajam.
Lui Siauw Thian mengangkat tangannya untuk mencegah
orang membuka mulut, ia berkata pula: "oleh karena itu
keempat nona Tio, Ciu, Kouw dan Hu sudah berangkat ke Ngo
Bi San untuk menemui Ban in Su-thay guna memohon
bantuan, sayang sekali, Ban in Su-thay tidak dapat menolongi
1663 Yauw Hong, ia kata kalau ketuanya telah mengeluarkan
putusan, ia menjadi tidak berdaya lagi... inilah baru satu
gelombang. Gelombang ini belum lagi tenang lantas mendampar
gelombang yang lain-nya. Di Giok ciong To ada Ni Wan Lan
serta adiknya yang memerlukan pertolongan kau. Aku tahu
kau sendiri, dimuka tanggal satu bulan delapan, kau sudah
mesti berada digunung Thian San. Kau lihat, kau harus
memecah diri Bagaimana itu" Bagaimana sekarang kakakmu
beramai harus bertindak?"
In Gak berdiam tetapi dadanya berombak-Benar-benar ia
lagi menghadapi soal sulit dan hebat. Bagaimana ia mesti
memecah diri untuk menolongi dua-dua pihak yang sangat
membutuhkan tenaganya itu" oleh karena ia berdiam,
perlahan-lahan ia dapat juga menenangkan hati. ia berpikir
terus. "Perkara telah menjadi begini rupa kita bingung juga tidak
ada faedahnya," kata ia kemudian "Aku juga tidak dapat
menentang perintah guruku, Mana dapat aku memecah diriku"
sekarang begini saja, Aku minta Kheng Sipe bersama ce Losu
pergi ke NgoBi San- tolong kamu perlihatkan kepandaian
kamu untuk mencuri sin-hu dari NgoBi Pay, supaya untuk
sementara waktu, Kim Teng Siangjin tidak dapat menjalankan
kekuasaannya sebagai ketua. Kapan sinhu itu telah didapatkan
harap sipe berdua kembali kekuilJi ong Bin ini menantikan
aku." Kheng Hong tertawa terbahak.
"Buat guna kau keponakanku," ia kata, "baiklah tak segan
aku pergi pesiar ke Ngo Bi San untuk mempertunjuki
kepandaianku yang buruk disana"
Mukanya In Gak merah saking jengah.
"Chong Toako," ia terus kata pada chong Si, "dapat atau
tidak kau buat gunaku pergi ke Giok Ciong To?"
Kiu ci sin Kay si Pengemis Sembilan Jari, bersenyum.
1664 "Shate," katanya tenang tenang, "urusanmu yalah
urusanku, diantara kita tidak ada soal lagi, maka itu pasti aku
dapat pergi kepulau itu."
Orang muda she Cia itu jadi sangat terharu, Bagaimana
besar saudara-saudara angkatnya menyayangi dia.
"Toako." ia berkata pula, "tolong kau bersama LuiJiko pergi
ke Giok Ciong To. Daya apa pun kamu dapat gunakan, guna
menolongi Yan San Sin Ni semua, cuma pesanku yalah jangan
toako memperlihatkan dirimu, jangan kamu memandang
enteng kepada musuh. Artinya, toako berdua harus bekerja
secara menggelap." Sampai disitu, It Goan Kisu menyelak: "Aku si tua bersama
anakku, suka aku pergi turut chong Losu"
In Gak dapat menerima baik tawaran tenaga itu. "Terima
kasih" ia mengucap. Maka itu selesailah sudah rapat mereka bahkan habis itu,
semua lantas berangkat ke masing-masing tujuannya.
Pak Thian San, yaitu gunung Thian San bagian Utara,
bermandikan salju selama seluruh tahun, maka itu dimanamana
didalam wilayah gunung itu, putih segala apa, Dilembah
angin bertiup keras, membikin potongan-potongan es
beterbangan merupakan seperti kabut.
Diwaktu demikian maka taklah dapat dibedakan yang mana
langit dan yang mana bumi....
Justeru itu, dalam bulan ketujuh In Gak telah berada
dilembah cap in Gay, ia menyaksikan salju beterbangan, ia
merasakan hawa dingin yang menusuk tembus ketulang
tulang, ia mesti menempuh terjangan angin selagi ia bertindak
dilembah bertaburkan es itu, Syukur ia dapat bertahan,
kebagian karena waktu ia baru tiba di Tekshoa, disana ia telah
membeli baju kulit yang dapat menutupi seluruh tubuh dan
kepalanya kecuali mata, hidung, dan mulutnya, ia berjalan
1665 sambil tunduk. kadang-kadang saja ia memandang kedepa
atau kekiri dan kanan- Telinganya terus mendengar, bahkan terserang sang angin,
yang suaranya seperti memecah angkasa. Kedua matanya pun
sampai sukar dibuka kapan angin lagi menyamber santer. Pula
jalanan yang mendaki sukar sekali dijalani, Karena itu ia mesti
menggunai ketiga macam ilmu ringan tubuhnya yaitu "cit
Kim", "Te ciong" dan Thien Liong Pat Si" untuk dapat naik
keatas. Dan akhirnya pemuda ini sampai juga di atas puncak cap In
Gay, hampir ia tak dapat pertahankan diri dari kerasnya
sampokan angin dari serangannya, lempengan lempengan
salju yang beterbangan, yang menyamber-nyamber
kemulutnya. Selagi kabut tertampak putih disekitarnya mendadak In Gak
melihat berkelebatnya satu bayangan yang disusul dengan ini
pertanyaan perlahan: "Anak In, disana?"
Perlahan suara itu, bagaikan suara nyamuk akan tetapi In
Gak mengenali baik suara Beng Liang Taysu, gurunya hingga
ia menjadi girang tak kepalang. "suhu" ia berseru.
Mendadak In Gak merasa tangan kanannya tersamber
keras, belum ia tahu apa-apa, ia sudah lantas tertarik
kedepan, hingga ia mesti menutup kedua matanya. Ketika
sesaat kemudian tak terdengar lagi suara angin dan ia
membuka kedua matanya, ia mendapatkan dirinya sudah
berada didalam sebuah kamar batu dimana hawa pun hangat.
ia lantas melihat wajah gurunya, yang nampak terlebih tua
sedikit akan tetapi kesehatannya tetap sebagaimana sedia kala
dan romannya tetap ramah tamah.
Dengan lantas ia menjatuhkan dirinya, untuk memberi
hormat, Tak dapat ia mencegah rasa terharunya, lantas saja
air matanya meleleh keluar dan ia menangis terisak-isak.
1666 "Anak In," berkata guru itu sabar, "bagaimana halnya kau
selama setengah tahun ini?"
In Gak menjawab gurunya dengan menuturkan semua
pengalamannya, sampai pun ia membeber urusan di Giok
Ciong To dan Ngo Bi San- ia tidak berani menyembunyikan
apa juga. Beng Liang Taysu bersenyum.
"Anak In, aku beri selamat padamu yang sakit hatimu telah
tertuntut balas," kata guru yang baik hati ini. "Dengan begitu
maka arwah ayah bundamu dilain dunia dapat dibikin
tenteram dan berbahagia, Tentang kejadian di Ngo Bi San dan
Giok ciong To, kejadian itu telah merupakan kenyataan,
mengenai itu gurumu tidak hendak menegur kau, cuma aku
mengharap sukalah kau ingat kepada Thian, jangan sekali kau
sembarang melakukan pembunuhan supaya kau tak sampai
menelad mendiang ayah-mu"
Hatinya In Gak menggetar "Murid akan menurut pesan
suhu," ia ber-kata, Baru sekarang ia mengangkat kepalanya
dan sempat menoleh kekiri dan kanan, ia heran tidak
mendapatkan Bu Liang Siangjin diantara mereka..
"Mana suslok-couw?" ia tanya - menanyakan paman
kakeknya. Mendengar pertanyaan itu, sang guru memperlihatkan
roman duka. ia menghela napas. "Setelah itu hari gurumu
menemani suslok couwmu pulang ke cap in Gay ini," ia
berkata memberi keterangan, "aku lantas mengobati
suslokoouwmu itu yang kesehatannya terganggu. Setelah
berselang setengah tahun, syukur aku berhasil
menyembuhkannya, sementara itu selama setengah tahun itu,
susiokcouw mu telah memperoleh kesadaran, Hanya sekarang
ini..." In Gak heran, ia menatap gurunya itu, ia tidak berani
lancang menanya. "Belum lama ini kebetulan saja susiokcouw-mu itu dan
gurumu telah mendapatkan surat wasiat sucouwmu," Beng
1667 Liang Taysu menyambungi perkataaanya, "Pesan kakek
gurumu itu berbunyi begini: "Lolap pernah menakluki Soat San
Jin Mo Wi Sun, si manusia hantu dari gunung salju, setelah
menggunai tempo tiga tahun barulah dia dapat dikurung
didalam kamar dalam tanah didalam gua dibelakang jurang
cap in Gay kita ini. Wi Sun lihay luar biasa Lolap telah beritahukan dia, didalam
tempo seratus tahun, dia tidak boleh lancang keluar dari
dalam kamarnya itu, jikalau dia berani keluar, dia bagian mati
tanpa ampun lagi. Setelah nanti dia sadar dan insaf, apabila
sudah cukup temponya seratus tahun, baru dia dapat
kemerdekaannya, Meski demikian lo-lap telah menghitung
hitungi, tahun ini dibulan tujuh tanggal lima belas, dia bakal
berdaya membebaskan dirinya.
Sekarang mengenai Bu Liang, Dia berbakat baik tetapi dia
ada cacadnya, yalah satu sifat buruk. Selama hidupku belum
berhasil lolap melenyapkan sifatnya itu, Maka itu terus lolap
mendayakan-nya, supaya dia sadar sendirinya, Laut
kesengsaraan tak ada ujung pangkalnya, orang cuma mesti
memalingkan kepalanya sendiri, baru dia dapat mencapai
tepian, Lolap harap dia nanti berhasil memperoleh kesadaran,
agar dia dapat bertindak guna mencegah perlawanannya Wi
Sun itu. Baik bencana, baik kebahagiaan, dua-duanya tak ada
pintunya, pada itu bergantung diri orang yang bersangkutan
sendiri. Demikian pesan lolap."
Lohu itu yalah kata-kata dengan apa sucouwmu menyebut
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinya, Nyatanya ketika surat wasiat itu diketemukan kita,
harinya yalah fajar tanggal lima belas bulan tujuh. Pula di
detik itu juga, kita lantas mendengar suara bergemuruh digua
belakang. Kita menjadi terkejut, kita pergi sambil berlari lari
melihatnya. Kita mendapatkan guha batu sudah gempur dan
disana ada satu terowongan, Aku lantas mau maju untuk
mencegah Wi Sun kabur, Susiokcoumu mencegah aku.
1668 Dia kata, untuk mentaati pesan sucouwmu dia sendiri yang
mesti maju. Tidak dapat aku menantang susiokcoumu itu
maka aku membiarkan dia masuk seorang diri kedalam gua
itu, Tiga hari sudah lewat, guha sepi saja, Aku adi heran dan
berkuatir. Akhirnya aku lompat turun kedalam gua untuk
melihat. Lalu aku mendapatkan Wi sun dan susiokcouwmu lagi
duduk bersila berhadapan, kedua tangan mereka saling
diluncurkan- jadinya keduanya lagi mengadu tenaga dalam
mereka, Mereka sama tangguhnya. itulah alamat bahwa
mereka bakal runtuh bersama."
In Gak terkejut. "Bagaimana kesudahannya, suhu?" ia tanya. "Sampai
sekarang ini, susiokcouw sudah
bertempur lamanya setengah bulan, Apakah suhu tidak
memikir untuk membantu?" Beng Liang Taysu menggeleng
kepala, dia menghela napas.
"Kenapa gurumu tidak dapat memikir ini?" katanya, "Aku
membantui, aku menghadapi kesulitan- Diantara
susiokcouwmu dan Wi Sun dalam gelanggang dua tombak
sekitarnya, tenaga dalam mereka telah merupakan semacam
tembok tangguh, Tak dapat aku memasuki itu, jikalau aku
memaksa, meski benar Wi Sun bisa dirobohkan, tetapi juga
susiokcouwmu bisa turut bercelaka sendirinya.
Oleh karena itu gurumu menjadi tak berdaya, terpaksa
setiap hari tiga kali gurumu pergi kedalam gua itu untuk
melongok, Selama itu selalu gurumu memikirkan daya untuk
menolongi, selalu aku tidak berhasil..."
Habis berkata itu Beng Liang menjadi berduka.
In Gak berpikir keras. "Suhu, dapatkah suhu mengijinkan murid pergi dalam gua
itu?" ia tanya kemudian "Murid ingin melihat ada jalan atau
tidak untuk mencoba membantui susiokcouw." Beng Liang
Taysu berpikir keras. 1669 "Baiklah," katanya sejenak kemudian "mari gurumu
mengantarkan kau. Tapi ingat jangan sekali kau sembrono
turun tangan supaya kau tidak mencelakai susiokcouw-mu."
"Murid tahu suhu," kata In Gak berjanji Lantas berdua guru
dan murid itu pergi kebelakang keguha, In Gak lantas melihat
terowongan yang dikatakan gurunya. Lubang itu luas
setombak bundar, ia berdiri dimuka lubang, untuk mengawasi
kedalamnya. Gelap segala apa tak terlihat nyata.
"Suhu, berapakah dalamnya gua ini?" ia tanya.
"Kira-kira dua puluh tambak." sahut Beng Liang Taysu.
"jikalau kau lompat turun dengan menggunai Te ciong sut,
kau dapat naik pula, Wie Sun pun dapat keluar jikalau ia mau,
apa mau dia di sangsikan ancaman sucouwmu maka itu dia
keburu dirintangi susiokcouwmu. Mari"
Guru itu terus mencekal tangan muridnya maka bersamasama
mereka lompat turun. In Gak cuma mendengar suara angin, lantas kakinya
menginjak tanah ia terus memasang mata, Samar samar ia
melihat dua orang berduduk diam bagaikan patung-patung
tanah liat, Sesudah lewat sekian lama ia menjadi biasa
ditempat gelap. ia dapat melihat dengan terlebih nyata pula.
Wie Sun itu mempunyai rambut panjang yang menutupi
kepalanya, juga tangan dan kakinya, hingga dia mirip seekor
orang hutan- Kedua matanya bersinar sangat tajam, Kedua tangannya
ditaruh didepan dadanya. Bu Liang Siangjin duduk bersikap sama seperti Wie Sun,
Maka itu keduanya tetap saling mendorongkan tenaga dalam
mereka, Susiok-couw ini meram matanya, sikapnya tenang
tapi tegang. Diam diam In Gak meluncurkan tangannya lantas ia
merasakan tenaga menolak yang kuat, maka lekas-lekas ia
1670 menarik pulang tangannya itu. Segera ia berpikir keras, ia
mengasah otaknya, ia ingin mendapat jalan untuk
memisahkan kedua orang itu dengan kesudahan
susiokcouwmu terlindung keselamatannya dan Soat San Jin
Mo, sihantu manusia dari gunung salju-soat San- dapat
dikuasai, inilah kesulitan paling sulit yang ia pernah
dihadapkan- Beng Liang Taysu berdiam saja, matanya mengawasi
muridnya ini. ia tahu murid yang cerdas itu lagi mengasa otak.
ia tidak mau mengganggu. In Gak terus berdiam ia ingat ilmu Pouw-te pwe Yap Sian
Kang. Pikirnya: "Kenapa aku tidak mau menggunai ini supaya
aku bisa berbareng menolongi orang dan melukai lawan?" ia
tidak berpikir lama untuk mengambil putusannya, Maka ia
lantas memilih tempat untuk segera duduk bersila untuk lantas
membaca mantara sedang kedua tangannya diangkat
perlahan-lahan- Beng Liang Taysu heran menyaksikan gerak gerik muridnya
itu, Meski demikian, ia tetap tidak hendak mengganggu .
Dalam suasana tegang itu ia dapat menguasai diri untuk terus
bersikap tenang. Belum lama maka Wie Sun merasa ia tertiup hawa
bagaikan angin bersilit lembut. ia heran hingga hatinya
bercekat, Lantas juga ia terkejut, ia merasakan siliran hawa itu
berubah menjadi berat, sangat mendesak kepadanya.
Dengan perlahan tetapi tentu perubahan desakan itu
berlanjut terus, Makin berat, makin berat, lalu dadanya sesak.
susah ia bernapas, ia menjadi kaget sekali, ia lantas melirik
kearah dari mana hawa itu datang ia melihat seorang muda
tengah meluncurkan tangan kearahnya, ia menjadi kaget dan
bingung. "Celaka aku apabila aku tidak balas menyerang dia,"
pikirnya, Maka timbullah niatannya untuk menyerang supaya
1671 kedua pihak bercelaka bersama ia pun tidak bepikir lama,
Mendadak ia berseru, mendadak ia menggeraki kedua
tangannya, yang dikerahkan dengan tenaga penuh dua belas
bagian. Dengan tangan kanan ia menolak Bu Liang Siangjin secara
kaget, dengan tangan kirinya ia menyerang si anak muda.
In Gak lantas merasakan gempuran, yang membuat
tubuhnya bergeming beberapa kali hingga ia mengeluarkan
suara "Hm" ia tetap duduk tegaki tubuhnya tertutup
terlindung, tenaga menolaknya tak berkurang, bahkan
bertambah. Wi Sun menjadi bertambah heran dan kaget, ia lantas
mengulangi serangannya, sekarang dengan kedua tangannya,
ia menarik pulang tangan kanannya yang dipakai menolak Bu
Liang Siangjin. Melihat datangnya serangan dahsyat itu, matanya In Gak
mengeluarkan sinar tajam. Tubuhnya terus bergerak mumbul,
ia pun membarengi menyerang, dari atas kebawah.
Segeralah terjadi satu bentrokan yang maha dahsyat,
Kamar gua itu bagaikan gempa, suaranya sangat berisik,
Akibatnya itu yalah Wi Sun memperdengarkan jeritan hebat
dan tubuhnya roboh, sedang In Gak juga jatuh.
Beng Liang Taysu kaget bukan main, Paling dulu ia melihat
Bu Liang Siangjin duduk menyender ditembok. kedua matanya
terus meram. Paman itu lagi meluruskan jalan napas-nya,
ketika ia melihat In Gak, ia mendapatkan murid itu rebah
ditanah mukanya pucat dari mulutnya keluar darah, Tubuh
murid itu diam tak berkutik. Ketika itu tubuh Wi Sun bergerak.
rupanya dia mau berbangkit bangun.
Melihat demikian, Beng Liang Taysu berlompat kepada
hantu manusia dari Gunung Salju itu, kedua tangannya
digeraki, untuk menyerang.
1672 Tiba-tiba Wi Sun tertawa menyeringai dan kata: "Aku situa
bakal segera berangkat ke alam baka, apakah taysu masih
hendak menurunkan tangan atas diriku?"
Beng Liang Kuatir orang menggunai akal licik, ia mengawasi
bengis, kedua tangannya terus siap sedia.
Wi Sun kembali tertawa menyeringai ia berkata pula:
"Pendeta tua Bu Wi benar-benar pendeta sakti, dia dapat
menduga yang aku si tua tentu tidak bakal dapat bertahan
berdiam didalam guna ini hingga seratus tahun. Dia telah
mengatakan, jikalau aku paksa keluar juga, aku pasti bakal
terbinasakan, sekarang kata-katanya itu berbukti Aku s itua,
aku mati dengan mata meram... Kau pernah apa dengan Bu
Wi si pendeta tua itu?"
"Bu WiSiangjin yalah guruku," sahut Beng Liang. Wi Sun
menunjuk pada In Gak. "Siapa dia itu?"
"Dialah muridku," sahut pula Beng Liang suaranya dalam.
"Si Hwesio tua sakti" kata Wi Sun. "Aku yang tolol"
Mendadak dia roboh seraya muntah darah, Tapi dia tertawa
menyeringai dan kata, "Si Hwesio tua pernah membilangi aku
bahwa aku bakal terbinasa ditangan cucu muridnya, dia nyata
tidak omong kosong: Aku si tua tadinya menyangka bahwa
kecuali aku dikolong langit ini sudah tidak ada lawanku, siapa
sangka... Eh muridmu itu juga tidak bakal tertolong lagi, maka
aku situa dapat memejamkan mataku." Lagi sekali dia muntah
darah, hanya kali ini terus kepalanya lemas dan napasnya
berhenti. Maka didalam guha itu terdengarlah doa pujian-..
ooo BAB30 Setelah mengawasi Wie Sun dan memuji, Beng Liang
menoleh kepada Bu Liang Siangjin, dan Cia In Gak. ia
memandangnya bergantian Bu Liang mengejar pada tembok
dipojokan mukanya pucat seperti kertas.
1673 Teranglah bahwa ia telah terluka didalam hebat sekali,
walaupun ada obat mujarab, dalam beberapa tahun ini tak
dapat ia berjalan atau bergerak seperti biasa, Sebagai ahli
obat-obatan dengan sekali melihat saja pendeta itu
mengetahuinya, sebaliknya hatinya bercekat mendengar
ucapan Wie Sun bahwa In Gak pun tak bertahan lama sedang
ia tahu tak selayaknya muridnya berumur pendek. Maka itu, ia
lantas bertindak menghampirkan muridnya itu.
Luar biasa kasih sayang diantara guru dan murid ini,
sembari bertindak perlahan itu airmatanya Beng Liang meleleh
turun. In Gak melihat gurunya menghampirkan ia membuka kedua
matanya, ia paksakan bersenyum.
Beng Liang heran hingga ia menghentikan tindakannya. ia
melihat pada matanya murid itu, selainnya sinar tak tenteram
ada juga sinar yang menyatakan supaya sang guru jangan
mendekatinya, ia mengawasi terus dengan perlahan ia
menbacakan doa Thian Liong Sian Ciang.
Melihat gurunya merandak, In Gak merapatkan matanya
pula. Tiba tiba Bu Liang Siangjin mengasi dengar suaranya yang
lemah "Beng Liang, tak usah berdoa lebih jauh. Lolap tahu
dosaku berat sekali, tidak nanti lolap mencapai nirwana dari
itu tak usahlah lolap didoakan agar lolap bebas dari segala
dosaku itu, hanya muridmu itu... Ah..."
Dia mengawasi In Gak sekian lama, mendadak dia
terperanjat, matanya bersorot tajam. "Beng Liang, kau lihat
tidak?" katanya. "Lihat paras muridmu-dia nampak merah mukanya. Terang
dia lagi menggunai tenaga dalamnya menyembukan lukanya
Lukanya itu lebih parah daripada lukaku tetapi darimana
datang tenaganya yang luar biasa itu" Aku tidak percaya kau
1674 dapat mendidik murid hingga kepandaiannya jauh melebihkan
kau sebagai gurunya... Beng Liang pun menatap muridnya itu, ia mendapat bukti
dari kata katanya Bu Liang itu, Memang paras mukanya In
Gak berubah dari sangat pucat menjadi merah dadu. Tentu
sekali disamping berlega hati, ia heran bukan mainBu Liang mengawasi terus, terdengar ia menarik napas dan
kata: "Nampaknya untuk memajukan Pak Thian San, selainnya
anak ini tidak ada lain orang lagi. Baru sekarang lolap
mendapat bukti bahwa takdir itu sudah tertulis dan sedikit
juga tidak dapat ditentang"
Beng Liang mendengar suaranya Bu Liang makin lama
makin perlahan lemah. "Susiok jangan suslok terlalu banyak omong," katanya,
"Tecu masih mempunyi beberapa butir pil Tiang cun Tansilakan
suslok makan, Lalu susiok beristirahat"
"Obat itu untuk menyembuhkan penyakit yang tak
mematikan dan Sang Buddha menyeberangi orang yang
berjodoh dengannya," kata dia lemah. "Tentang kepandaian
kau dalam ilmu pengobatan aku tahu betul kau dapat melebihi
Hoa To atau Pian ciok. akan tetapi disamping itu lolap ketahui
diriku baik sekali, ketika barusan aku beradu tangan dengan
Wie Sun, aku terluka hebat dibagian dalam, maka sekarang
lolap sudah bagaikan minyak habis pelita pudar Meskipun ada
obat dewa Kiu coan Sin Tan tak dapat jiwaku ditolong pula.
Maka itu buat apa mengurbankan lagi Tiang cun Tan?"
Beng Liang berlompar maju, ia mencekal lengan kanan Bu
Liang ketika ia meraba nadi, alisnya berkerut.
Justeru itu, In Gak pun berlompat menghampirkan- Muka
murid ini bersinar terang, Dia tertawa dan kata: "Suhu, jangan
berduka dan berkuatir, biarkanlah muridmu yang melayani
mungkin susiok-couw dapat ditolong"
Bu Liang heran tetapi hatinya lega sedikit
1675 "Benarkah kau dapat menolong?" tanya ia. Lantas ia
nampak girang. In Gak belum menjawab gurunya, atau Bu Liang
menyeringai dan berkata: "Lolap sudah berusia seratus lebih,
dosaku telah bertumpuk hingga sukar ditebus, maka itu apa
perlunya aku mencari hidup lama didalam dunia ini" In Gak
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jangan kau menyusahkan diri untukku Semoga kau ingat
Thian dan suka menanam kebaikan, dengan begitu maka lolap
didalam neraka akan memperoleh keringanan hukuman-.." ia
menghela napas pula. Demikian pendeta itu yang insaf setelah ia merasa tiba saat
akhir hidupnya hingga ia ingat segala kekeliruannya. inilah
cocok dengar kata-kata: Burung mau mati, suaranya sedih,
Manusia hendak menutup mata, kata- katanya sempurna.
In Gak bersikap sangat menghormat, ia kata: "llmu tabib
yalah ilmu peri kemanusiaan, maka itu tak dapat tecu melihat
kematian tetapi tidak menolongnya...
Bu Liang menjadi sangat bersyukur, ia menatap pemuda
itu, lalu terlihat senyumannya yang mengasihi.
"Lukaku berat sekali, belum tentu kau dapat menolong aku"
katanya, "Tetapi kau baik hati tak dapat aku menampik
kebaikan kau itu, sekarang begini saja. Dosaku banyak sekali,
kau harus melakukan selaksa kebaikan untuk menebus dosaku
itu. Dapatkah kau melakukannya?"
"Susiokcouw menitakan, mana tecu berani menentang?"
sahut si anak muda. "Kau ingat, sebelum kau mengumpul jasa sepuluh laksa itu,
tak dapat kau membunuh orang itu artinya kau bakal
menambah dosaku, sekarang kau tolonglah aku"
Diluar gua suara angin menderu- deru mengutarakan
kegusarannya, hawa pun dingin meresep ke dalam tulangtulang,
Walaupun demikian, hawa dijalan gua hangat dan
nyaman seperti dimusim semi. Didalam gua In Gak duduk
1676 numprah didepannya Bu Liang Siangjin, kedua tangannya di
letaki dijalan darah beng bun pendeta itu, lalu ia mengerahkan
tenaga dalamnya menurut ilmu Poute Pwe yap Sian-kang,
guna mulai menolong susiokcouwnya itu...
Beng Liang Taysu berada dipinggiran, ia mengawasi aksi
muridnya itu. Ia heran tetapi la mengasi lihat roman girang.
ooo Selang tiga hari In Gak sudah bertindak turun diantara es
dan salju di cap In Gay, ia menuju ke kuil Jie ong Bio di
Touwkang-yang di kecamatan Hoan-koan, ia memikirkan
urusan di Ngo Bie San, maka ia ingin dengan satu tindak saja
tiba di tempat tujuan itu, ia ingin segera mendapat keterangan
Ay Hong-sok Kheng Hong berhasil atau tidak mencuri sin-hu
dari ciangbunjin dari Ngo Bie Pay.
Demikian, ia melakukan perjalanan siang dan malam cuma
berhenti untuk menangsal perut dan bermalam. Ketika ia tiba
di wilayah Hoan koan, sudah musimnya bunga kui hoa
menyiarkan keharumannya, Itulah di pertengahan musim
rontok. Matahari lohor sedang bersinar ketika akhirnya In Gak
berada didepan kuil Jie ong Bio yang mentereng diantara
pepohonan lebat dan rimbun disitu, Disana ia melihat Ay
Hong-sok di belakang siapa ada Kauw ciu Kun Lun ce Kong
keduanya lagi berdiri sambil menggendong tangan-.. ,
Memdadak mata Ce Hong bersinar, "Kheng Losu, lihat
disana" katanya sambil menunjuk. "Lihat itu yang lagi jalan di
jembatan. Bukankah dia Cia Sia uwhiap?"
Kheng Hong terpaling, ia mengawasi "Kalau bukan dia,
siapa lagi?" ia berseru, alisnya yang pulih terbangun, ia girang
luar biasa setelah mengenali In Gak yang lagi berlari-lari di
atas jembatan. 1677 Sebentar saja, tibalah anak muda itu, bahkan ia lantas
menegur: "Kheng Siepe ce Tayhiap Bagaimana dengan
perjalananmu ke Ngo Bie San-?" Itulah pertanyaan pertama
pemuda itu, yang sangat bernapsu. Mata Kheng Hong
mengedip-ngedip. "Jangan terlalu tergesa, hiantit," katanya, ia tertawa, "Kau
harus ingat pepatah bahwa urusan penting itu diurus dengan
perlahan, bahwa air sedikit dapat berkumpul menjadi kobakan
atau pengempang, Kau tentu letih, mari masuk dulu kedaam
untuk beristirahat, baru kita bicara"
Dengan menahan keinginan tahunya yang keras, In Gak
bertindak masuk ke-dalam bio Bertiga meereka duduk
berhadapan. Ce Hong mengawasi si anak muda yang tangannya
mencekal cangkir teh dengan romannya ber-duka, nampak
hatinya tidak tenteram. "Siauwhiap." katanya, "syukur Kheng Tay-hiap dan aku tak
mensia-siakan tugas kami, kami berhasil mencuri sinhu dari
Ngo Bie Pay. Keempat nona Tio, Ciu, Kouw dan Hu tak dapat
menanti siauwhiap. mereka sudah lantas berangkat ke pulau
Giok ciong To. Kami kuatir Kim Teng Siangjin nanti mencurigai
sinhu tercuri oleh keempat nona, maka juga kami menanti
sampai lewat tiga hari kepergian mereka itu, baru kami turun
tangan," Sembari berkata Kiauw ciu Kun Lun menyerahkan sebuah
kantung kulit pada sianak muda terus dia menambahkan:
"Inilah sinhu itu, harap siauwhiap menyimpannya baik-baik,
Baik siauwhiap lekas berangkat. Sampai ini waktu, mungkin
Kim Teng belum ketahui prihal kehilangan itu. Kedua nona
Kang dan Lo berada di Ngo Bie San mereka lagi menanti
hukumannya. Kim Teng siangjin sudah menetapkan
tanggalnya, tanggal delapan belas bulan depan-Jadi masih ada
tempo tiga hari... cuma karena Ban In Su-thay telah ketahui
duduknya hal, paling baik siauwhiap..." Sampai disini dia
1678 melanjuti dengan pelahan sekali, In Gak mengangguk
beberapa kali, lalu airmukanya nampak sedikit terang.
Kheng Hong mengawasi dengan kedua matanya dikecilkan,
habis Ce Hong berbicara itu, ia membukanya lebar-lebar, terus
ia tertawa nyaring, tandanya mengurut-urut kumisnya.
"Ah Losu mengapa kau bicara begini cepat?" katanya,
"Menurut aku si orang ini, aku akan membiarkan dia berduka
dan berkuatir terus hingga setengah harian. Siapa suruh dia
gemar sekali main asmara" Kenapa orang demikian halus
gerak geriknya di sebaliknya membawa lagaknya" Kecuali dia
berhati keras, tibalah saat nya dia kabur dari medan perang..."
Mukanya sianak muda menjadi merah.
"Pantas siepe menegur aku," katanya, Janganlah siepe
main mutar-mutar Apakah siepe ketahui apa sebabnya sikapku
itu?" Kheng Hong tertawa.
"Sekarang ini kaulah si jago muda yang utama," katanya
"maka itu aku yang menjadi siepemu, tidak berani omong
langsung..." "Siepe kau bikin aku malu..." kata sianak muda, benar
benar mukanya menjadi sangat merah.
"Sudah," Ce Hong menyela, "Mari kita masuk didalam, aku
mempunyai arak untuk menyambut siauwhiap."
In Gak menurut, maka bertiga mereka masuk keruang
dalam, untuk minum dan bersantap Lalu besoknya seorang
diri In Gak menuju ke Ngo Bie San, ia berpisah dari Kheng
Hong dan Ce Hong. ooo Diantara enam gunung diSeSiok. maka gunung NgoBie San
yang terutama, di sampingnya barulah gunung ceng Shia San,
lalu Kim Pin San lalu Pek Yam dan KiamBun. Yang ke enam
yalah Bin San, Ngo Bie terdiri dari dua gunung yang berdiri
berhadapan yang pun disebut Gie Mui SanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1679 Gunung itu menjadi cabang dari gunung Bin San, maka itu
juga disebut Sam Ngo, yalah Toa Ngo. Tiong Ngo, dan Siauw
Ngo. Gunung Toa Ngo itu yang terbesar, banyak jurang dan
guanya, lembahnya, dan untuk mendaki separuhnya saja
sudah harus melewati delapan puluh empat tanjakan, dan
jalannya sekira enampuluh lie, baru sampai dipuncaknya.
Digunung itu pula kedapatan seratus dua belas tempat suci
yang dipanggil cio kam, duabelas gua besar dan duapuluh
delapan buah gua kecil, umpama gua-gua saini Hie, Dewi Lie
Ho dan Dewa Kwie Kok. Satu gua lain yaitu Lui Tong, atau
Guha Guntur, dimana sering keluar mega dan hujan, maka itu
umum menyebutnya guanya Malaikat Geledk, Belum lagi
sepuluh tempat lainnya yang kesohor pemandangan alamnya
yang indah Kim Ting atau puncak Emas yang menjadi puncak tertinggi,
masih kalah beberapa tombak dari puncak Ban Hud Teng,
tetapi disana salju terus turun seluruh tahun, kelihatannya
tinggi seperti langit, pemandangannya sering berubah-rubah.
Pada tanggal delapanbelas bulan delapan pagi maka
ramailah suara genta dipuncak Kim Teng itu, hingga seperti
memecah mega dan salju, mengalun dilembah-lembah.
Dibawa h puncak. daun daun rontok terbang berhamburan,
sedang pohon cemara danpek bagaikan saling bersaing dalam
kesegarannya, Banyak orang tampak berlari-lari naik kepuncak
ke pendopo ciat In Tian. Di sana orang berkumpul dengan roman berduka, Semua
berdiam, Dan Ban in Suthay nampak matanya bersinar tajam.
Ia didampingi Kang Yauw Hong dan Lo Siang Bwe, yang
romannya berduka, terlihat nyata bekasnya menangis.
Kiang cong Yauw bersama Tong-hong Giok Kun berdiri
dipojokan, airmuka mereka menyatakan mereka tidak puas.
1680 Lalu terlihat seorang pendeta kurus menghampirkan Ban In
suthay untuk memberi hormat seraya merangkap kedua
tangannya untuk berkata sambil bersenyum: "Harap sebentar
sumoay jangan berselisih mulut dengan ciangbun kita, dikuatir
urusan nanti menjadi bertambah sulit hingga sukar untuk
dibereskan, kakakmu akan mencoba sebisanya guna
mendamaikannya." Bie in Suthay tertawa dingin.
"Jikalau ada harapannya, tak nanti urusan berlarut menjadi
seperti sekarang ini" katanya, mendongkol, "Pek siang Saieng
tak usahlah kau berduka buat urusan siauw-moay ini.
Siauwmoay tahu bagaimana harus bertindak. Dulu pun suhu
pernah membilang kalau Kim Teng suheng tidak merubah
sifatnya, dia bakal makan sendiri buah usahanya. Dia
bertindak secara bertentangan, dikuatir sebentar dia nanti
kehilangan muka bertemu dengan orang banyak..."
Pek tiang Taysu menghela napas tanpa kata apa apa lagi,
ia kembali kepinggiran. Diatas puncak kembali terdengar suara genta tiga kali.
Mendengar itu rombongan ini lantas bertindak berbaris keluar
dari pendopo ciat In Tian untuk pergi kepuncak dimana,
didalam Kim-tian pendopo Emas terlihat seorang pendeta tua
lagi berduduk diam romannya keren.
Dia beralis dan berambut putih, matanya bersinar tajam
Dibelakangnya berdiri Keng Tiang siu, romannya yang tampan
rusak dengan banyak titik atau tapak luka. ia melihat kebawah
tetapi tegas ia sangat mendongkol atau bergusar.
Di kedua samping berdiri delapan pendeta dengan jubah
hitam, tangan mereka memegang toya, Ketika itu, mereka
semua tunduk. Teranglah mereka situkang melaksanakan
hukuman-.. Murid murid tiga generasi dari Ngo Bie Pay dengan
beruntun memasuki pondopo, mereka tak bersuara tetapi
1681 sikap mereka keren. Sunyi seluruh ruang hingga pastilah
terdengar suaranya andaikata ada jarum jatuh.
Kim Teng Siangjin mengawasi semua orang, baru dia kata
perlahan: "Sekarang ini lolap hendak menjalankan aturan,
aturan, Bia-sanya lolap tak lancang atau sembarang dan itu
cuma untuk dijadikan teladan bagi mereka yang muda, supaya
tak ada muridku yang murtad, ini pula untuk menjaga nama
baik Partaiku" ia terus menoleh kepada Ban in Suthay, untuk
menambahkan- "Sumoay lolap tak berat sebelah lolap menjadi
keadilan, maka itu sebelum hukuman dijalankan apalagi kau
hendak bilang?" Ban in Su thay berdiam sejenak baru ia menjawab.
"Ciangbun suheng menanya, tak dapat siauw-moay tak
bicara," sahutnya, "Barusan suheng bicara dari hal nama baik
Partai, Nama baik apakah itu?"
Airmuka Kim Teng berubah keren- "Muka Keng Tiang Siu
dirusak Cia in Gak" katanya keras, "Cia in Gak juga telah
memandang enteng kepada lolap." Dengan begitu tak
ubahnya dia dengan musuh kami Sudah begitu sebaliknya
Kang Yauw Hong, Lo Siang Bwe, Kiang cong Yauw dan Tong
hong Giok Kun bersahabat kekal dengan dia, itu tandanya
mereka tak menghiraukan urusan Tiang Siu itu. perbuatan
mereka itu berarti terhadap Partai mereka tidak menghormati.
Maka itu nama baik Partai kami terletak pada diri mereka
berempat jikalau mereka itu tidak dihukum lolap kuatir mereka
dapat menjadi contoh buruk, Bagaimana sumoay pikir apakah
lolap tidak adil?" Ban In Suthay memberikan jawabannya, suaranya sungguh
sungguh. "Didalam hal ini martabat ciangbunjin yalah yang utama"
katanya, "Kalau seorang ciangbun bertindak tepat, tidak nanti
ada murid atau murid-muridnya yang membilang sesuatu,
Mengenai Keng Tiang Siu ingin siauwmoay mengatakan bahwa
1682 dia telah mencari-cari sendiri kehinaannya itu, Nie Wan Lan
menjadi murid dari Yan San, nona itu sudah kenal In Gak buat
banyak tahun mereka saling menyukai, hanya kemudian
karena suatu urusan kecil, mereka berselisih paham, mereka
menuruti adat mereka tak mau mereka saling mengalah.
Justeru itu Keng Tiang Siu yang melihat hal mereka itu telah
memikir inilah ketikanya yang baik untuk turun tangan.
Begitulah dia gilain Nie Wan Lan, dia melihat tak sudah nya
pada nona itu, Sebaiknya Nie Wan Lan tidak
menghiraukannya, seharusnya Tiang Siu mengundurkan diri.
Sayang dia tidak kenal selatan, dia tetap masih mengintil Wan
Lan Maka kejadianlah di Sinchung, Shoatang dia bertamu
dengan In Gak. Ketika itu salah paham diantara In Gak dan Wan Lan masih
belum teredakan, Dari situ Tiang Siu mencaci In Gak ceriwis
dan tak tahu malu, bahwa perbuatannya bagaikan binatang,
Pasti In Gak tak dapat menerima penghinaan itu. Maka
terjadilah mereka benterok. Tiang Siu menyerang dengan hek
cie-ie senjata rahasianya, In Gak menyampok itu balik, Tiang
Siu makan buah pekerjaannya sendiri Senjata rahasianya itu
makan tuan Maka sekarang ingin aku menanya ciangbun
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suheng, siapakah yang bersalah?"
Kim Teng Siangjin terkejut tetapi ia tidak kentarakan itu.
"Bagaimana sumoay ketahui hal itu begini jelas?" ia tanya,
berlagak pilon. "Lebih dulu daripada ini belum pernah lolap
mendengar kau menceritakannya."
"Tak usah suheng tanya siauwmoay ketahui jelas perkara
itu" Ban in menjawab, "Keng Tiang Siu berada disini, suheng
tanya saja dia benar atau tidak kejadian itu?"
Kim Teng menoleh. "Tiang Siu benarkah itu?" Keng Tiang Siu bertindak maju,
mukanya pucat, Didalam hati ia malu dan menyesal. Tapi
didalam seperti sekarang tak dapat ia tak mengambil putusania
jeri ketika ia mendapat kenyataan semua mata diarahkan
kepadanya, ia tidak membenci Kang Yauw Hong berempat ia
1683 cuma membenci In Gak satu orang, ia tidak menyangka
gurunya mengambil sikap begini rupa, urusan yang
dianggapnya kecil telah diperbesar menjadi mengenai
kehormatan Partai. Dengan lantas ia mengeluarkan peluh
dalam tetes tetes besar. ia maju tetapi ia tunduk. mulutnya
bungkam. Kim Teng mengawasi, ia dapat mengerti kesalahan berada
pada Tiang Siu. Kalau tidak murid ini tidak nanti menutup
mulut. Toh ia mendongkol ia menyesali Ban In Suthay sudah
tak memberitahukannya dari siang-siang hari, hanya justeru
disaat ini. ia menjadi serba salah. Kalau ia bersikap tetap
keras, pasti ia akan dituduh berat sebelah pasti martabatnya
rusak. Maka dengan sinar mata bengis ia mengawasi pendeta
wanita itu. "Sumoay Ban In lolap mengerti hatimu" katanya dingin.
"Kang Yauw Hong itu muridmu. pantas kau membelanya
supaya dia bebas dari hukuman, Memang Tiang Siu bersalah
tetapi kenapa Cia In Gak tidak datang untuk diadu
keterangannya"... Baiklah supaya kau menjadi puas, nanti aku
menghukum Tiang Siu..."
Ketika itu Pek siang Taysu bertinkak maju, "Ciangbunjin..."
katanya, ia berhenti dengan tiba tiba sebab ia disela Kim
Teng. "Lolap sudah memutuskan harap sute jangan banyak
omong lagi" kata ketua itu, yang mengulapkan tangan, sedang
sepasang alisnya bangun berdiri. Pek Siang kembali
ketempatnya ia menghela napas perlahan.
Ban In Suthay tidak puas, "Suheng begini angkuh apalagi
yang siauw moa y dapat bilang?" katanya, "Peraturan Partai
kita sudah tigapuluh tahun belum pernah dijadikan lagi
walaupun demikian siauwmoay masih ingat itu seperti
kejadian yang baru, siaumoay mohon suheng menjalankan
peraturan yang benar, tak dapat ada yang dirobah"
1684 Kim Teng Siangjin menjadi gusar tak terkira. Dengan
mendongkol ia menjawab: "Baik sekali sumoay telah memberi
ingat ini kepada lolap. lolap bersyukur. Lalu dia berkata pula:
"Minta Hiat Tian"
Dua pendeta yang memegang toyadi barisan kanan
bertindak maju, terus mereka lari ke dalam.
Kim Teng Siangjin berseru pula: "minta Leng hu" Dari
sebelah kiri, dua pendeta lantas lari ke dalam juga.
Tidak antara lama dua pendeta yang diperintah minta "Hiat
lian" sudah kembali. Mereka membawa nenampan diatas
mana ada sesuatu yang ditutup dengan sutera kuning, Mereka
berjalan dengan perlahan.
Dua pendeta yang diperintah minta Leng-hu atau sin hu,
kembali dengan tergesa-gesa, romannya gelisah mereka
membungkuk didepan Kim Teng Siangjin seraya berkata
gugup, "Leng hu tak kedapatan-.."
Kim Teng kaget seperti mendengar guntur, ia sampai
duduk menjublak. Semua orang pun heran dan bingung
karenanya. Kemudian Kim Teng mengawasi Ban In Suthay matanya
suram, sinarnya dingin. Ban In berdiri diam, sikapnya tawar. ia tahu ketua itu gusar
sekali, maka entah apa bakal terjadi disitu. ia siap sedia untuk
melayani sesuatu kemungkinan meskipun hatinya pepat, ia
tidak mengarti kenapa leng hu lenyap.
Kim Teng perpikir keras Melihat sikapnya Ban In ia mau
menduga mungkin adik seperguruan ini ketahui hal lenyapnya
leng hu itu, hanya ia sangsi apa benar siaumoay berani
melakukan semacam kedosaan besar sekali, itu pun perbuatan
kurang ajar terhadap couw su mereka.
"Didalam kehilangan ini, tugas yalah tugas si penjaga lenghu,"
kata Kim Teng kemudian, "meskipun demikian, aku tak
lepas dari tanggangjawab seluruhnya. Baiklah, sebentar akan
1685 aku mengaku salah didepan couwsu, Hanyalah mestinya
bukan tanpa sebab Leng-hu lenyap...
Diantara para hadirin lantas terdengar seorang yang
suaranya nyaring, Menurut pasal 5 dari kitab Hoit Sian jikalau
ciangbunjin membikin hilang Leng hu, maka dengan
sendirinya ciangbunjin tidak dapat menjalankan peraturan
partai kita. Karena itu kewajiban ciangbunjin harus diserahkan
untuk diwakilkan oleh empat Hok Hoat Tianglo, juga
ciangbunjin di bebankan tugas mencari Leng hu sampai dapat,
untuk ini tidak dapat ciangbunjin menolak untuk meloloskan
diri tak peduli dengan alasan apa juga..."
Kim Teng siangjin menghela napas: "Sudah Kouw Siu Sute
tak usah kau bicara lebih banyak pula "pendeta itu memotong
"Lolap akan terima ini tugas sangat berat. Hanya masih ada
satu kata kataku yang belum aku ucapkan, Leng-hu itu lenyap
itu mestinya dilakukan oleh satu orang dalam pasti dia tak
puas dengan tindakan loiap ini maka dia telah melakukan itu
perbuatan hina dina ..."
Sabar kata-kata itu akan tetapi terang itulah tuduhan
terhadap Ban In Suthay, Para hadirin dapat menduga itu,
maka semua mata lantas diarahkan kepada itu bhikshuni.
Parasnya Ban In suram. ia perdengarkan tertawa dingin.
"Orang angkuh dan jumawa dan cupat pandangannya, dia
mana pantas menjadi seorang ciangbunjin" katanya keras,
"Suheng Kim Teng, tak usah kau- memanah bayangan, jangan
kau menyembur orang dengan darah jikalau siauwmoay yang
melakukan perbuatan yang hina dina itu disini juga siauwmoay
akan membunuh diri" Kata-kata itu keras dan tajam, semua orang terkejut
mendengarnya. Memang mulanya orang menyangsikan
bhiksuni ini. Tetapi orang tahu Ban In selama puluhan tahun
selalu menghargai dirinya hingga orang menghormatinya,
1686 Maka sekarang orang menjadi bingung, Semua lantas berdiam
mereka cuma bisa saling mengawasi
Kim Teng pun berdiam tetapi hatinya panas bukan main,
hampir tak dapat ia mengendalikan diri.
Selagi keadaan sangat tegang itu seorang pendeta terlihat
datang berlari-lari, Dia berbaju abuabudan tangannya
mencekal tongkat sian thung yang panjang Dia menuju
langsung ke depan Kim Teng siangjin, untuk melaporkan"Di bawah gunung ada datang seorang bernama Ji In yang
mengaku menjadi pamannya Cia In Gak. dia mohon bertemu
dengan ciangbunjin. Dia kata dia membawa serupa barang
yang hendak dipulangkan-"
Matanya Kim Teng bersinar dengan mendadak. "Dimana
adanya Ji In sekarang?" dia tanya.
"Dia berada di Kauw Kok Si dimana dia lagi ditemani teh,"
sahut pendeta pembawa laporan itu.
Belum berhenti suaranya sipendeta maka dari luar pendopo
sudah lantas terdengar suara tertawa yang nyaring, yang
disusul dengan ini kata kata terang dan jelas: "Aku yang
rendah Ji In, tanpa diundang lagi aku datang ke- mari, aku
minta sukalah siangjin tidak menegurnya"
Lantas setelah itu tertampak seorang sasterawan usia
pertengahan bertindak tenang memasuki pendopo
Kang Yauw Hong bersama Lo Siang Bwe, Kiang Cong Yauw
dan Tonghong Giok Kun mengenali Ji In itu, didalam hati,
mereka girang sekali, tanpa merasa mereka bersenyum. Kim
Teng Siangjin merangkap kedua tangannya.
"Lolap tidak tahu Ji Sicu datang kemari, tak dapat lolap
menyambut dari jauh jauh, maka itu lolap mohon diberi maaf"
katanya. Hormat katanya pendeta ini tetapi kedua tangannya itu
dirangkap bukan untuk dirangkap saja hanya ketika diajukan
1687 dia menolak dengan tenaga dalamnya yang dahsyat. Ji In
bersenyum. ia juga merangkap kedua-tangannya.
"Maaf" katanya. "Aku yang rendah datang di saat Siangjin
lagi menjalankan peraturan Partai kamu, dari itu aku mohon
diberi ijin untuk berdiri dipinggiran guna menyaksikan-nya . "
Kim Teng kaget, Tolakannya itu lenyap tidak keruan,
Mukanya pun menjadi merah.
"Upacara sudah selesai," ia berkata. "Barusan muridku dari
generasi ketiga mengabarkan bahwa sicu datang dengan niat
membayar pulang suatu barang milik Partai kami, maka itu
lolap mohon tanya, barang itu barang apa-kah?"
Tiba-tiba JiJn memperlihatkan roman lesu. agaknya dia
kecewa, Dia pun terus menghela napas.
"Oh kalau begitu aku yang rendah menjadi tidak
mempunyai untung bagus untuk menyaksikan upacara yang
besar," katanya, menyesal "Siangjin menanyai tentang barang
yang hendak dipulangkan bukan" Mengenai itu baiklah
sebentar kita bicarakannya. Sekarang aku yang rendah mohon
menanya: Siangjin mencari keponakanku yang bernama In
Gak, yang katanya harus datang kegunung ini guna
menghaturkan maaf, apakah Siangjin suka mengas
keterangan padaku, urusan itu urusan apa?"
Sudah sekian lama Kim Teng menahan
kemendongkolannya, yang tak dapat dilampiaskan maka
sekaranglah ketikanya. "Kenapa keponakanmu itu tidak turut datang" dia tanya
bengis, "Bukankah siapa berutang ada yang mengutanginya
dan penasaran itu ada sebab musababnya" Ji Sicu,
kedatangan kau ini rasanya ada bersifat menghinakan dan
mendesak..." Ji In tertawa. "Siangjin menjadi orang Bu Lim terhormat Siangjin ketua
sebuah partai, kenapa Siangjin omong seperti anak kecil?" dia
meneguk "Datangku yang rendah kemari ini dengan maksud
1688 menyudahi urusan Syukurlah aku seorang sabar, jikalau
keponakanku yang datang, apakah bukan Siangjin mencari
malu sendiri?" "Mendengar perkataan kau ini, Sicu, rupanya kepandaian
keponakan kau itu dapat membuatnya memandang kaum
Rimba persilatan secara angkuh" kata Kim Teng gusar.
"Rupanya partai kami tak akan bertahan untuk serangan satu
jurus saja Kalau begitu kenapa keponakanmu tidak datang"
walaupun lolap sudah berusia delapan puluh lebih, penglihatan
dan pengetahuanku tidak luas, lolap mirip dengan katak dalam
tempurung." Ji in mengerutkan alis, tetapi dia bersenyum.
"Siangjin, janganlah Siangjin memancing hawa amarahku,"
ia berkata tenang, "Aku yang rendah datang kemari bukannya
buat menghina Partai Siangjin, Tapi mengenai keponakanku
itu, dapat aku membilangi bahwa dia berbakat sangat baik,
hasil latihannya tak ada dibawahanku hanya yang beda yalah
dia muda dan sedang gagahnya, maka kalau dia datang
kemari, aku kuatir karena murkanya, dia nanti menerbitkan
bahaya tumpah darah itu pula sebabnya kenapa aku yang
rendah sudah memberanikan diri datang kemari untuk
mewakilkannya, Baik aku menjelaskan dalam perkara itu,
kesalahan ada pada Keng Tiang Siu yang menjadi muridmu,
oleh karena itu aku minta, karena ini urusan kecil, Siangjin
nanti tidak menerbitkan hal yang tak ada perlunya...
Matanya Kim Teng bersinar tajam, dia tertawa dingin, Dia
sebenarnya mau membuka mulutnya atau Ban In Suthay
sudah mendahuluinya: "Jie Siecu, aku minta sukalah siecu menanti sebentar," kata
ia, yang terus menoleh kepada suhengnya yang menjadi
ciangbunjin itu untuk meneruskan berkata: "Siauwmoay tidak
mau terlibat didalam urusan ini, maka itu siauwmoay meminta
diri, untuk mundur dari pendopo Kim-tian ini. Saudara saudara
1689 yang siapa diantara saudara yang setuju dengan sikap
siauwmoay ini, yang ingin menaruh dirinya di luar kalangan
silakan turut mengundurkan diri Tentang jabatan ciangbunjin,
siauwmoay minta sukalah itu diwakilkan kepada keempat
suheng Kouw Siu, Pek siang, Cie Tiok dan Sim Jie."
Mendengar suara sumoay itu Kim Teng menghela napas.
"Mana dapat karena kegusaranku satu saat aku membikin
goncang akarnya partai kita?" katanya, "Semua urusan lolap
seoranglah yang menanggungjawab benar apa yang sumoay
bilang" Lalu ia menambahkan nyaring: "Sekarang ini tugas
ketua aku serahkan dulu kepada keempat sute yang
disebutkan barusan untuk mewakilkannya dan aku sendiri
dengan tubuhku yang berdosa, akan aku cari Leng hu yang
hilang itu" Dari antara para hadirin lantas muncul empat pendeta yang
kumis jenggotnya telah putih semua, romannya tenang tetapi
agung. Mereka lantas menjura kepada Kim Teng Siangjin dan
berkata: Maafkan kami yang menerima tugas sementara ini"
Kim Teng sudah lantas menggeser kesamping. Keempat
pendeta itu sebaliknya maju untuk berdiri berendeng Dengan
begitu mereka mengambil kedudukan ketua. Lalu yang
disebelah kiri, pedeta yang kedua merangkap tangannya.
"Lolap bernama Cie Tiok." ia kata "lolap ingin menanya
sesuatu kepada Jie sie cu, Dapatkah?"
Jie In bersenyum. "Jikalau ada pertanyaan, taysu, silakan ajukan," ia kata
manis, "Aku yang rendah nanti menjawab dengan sebenar
benarnya." "Tadi siecu omong hendak mengembalikan suatu barang
penting Partai kami kepada kami," tanya cie Tiok "bukankah
itu Leng-hu kami adanya?"
Jie In bersenyum pula.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1690 "Memang, itulah sin-hu dari Partai taysu beramai,
"jawabnya. "Kemarin dulu malam selagi Kim Teng Siangjin
membaca doa aku yang rendah mengambil dari belakangnya."
Keempat tiang lo dan Kim Teng kaget hingga muka mereka
berubah menjadi pucat, lebih-lebih Kim Teng sendiri,
wajahnya sampai tak sedap untuk dipandang.
Sungguh celaka untuknya, ia tidak mengetahui orang
nyelundup masuk dan mencuri leng hu mereka, Bukankah itu
menyatakan lihaynya pihak sana"
"Si cu berani mencuri sin hu kami bukankah si cu
mengandung sesuatu maksud?" tanya ci Tiok setelah ia dapat
menenteramkan hatinya. "Taysu ketahui itu buat apa taysu menanyakannya lagi?" Ji
In baliki, Ci Tiok tunduk. ia memuji.
"Maaf jikalau aku sipendeta tua banyak mulut," katanya
kemudian- Jikalau sin-hu diserahkan kembali kepada Kim Teng
Suheng maka dengan sendirinya Kim Teng Suheng lantas
menjadi pula ketua kami dengan begitu tak usahlah kami
berempat mewakilkannya."
Ji In berdiam saja lalu ia menjawab, "Dalam hal itu terserah
kepada kepandaian Kim Teng Siangjin, sanggup atau tidak dia
merampas pula sin hu itu dari tanganku..."
"Omitohud" Ci Tiok memuji terus ia menarik napas
panjang. "Jikalau umpamanya Kim Teng Suheng tidak memperoleh
kemenangan bukankah itu berarti leng-hu kami itu seterusnya
tak bakal kembali lagi?" ia tanya.
Ji In bersenyum. "Dalam hal itu taysu jangan berkuatir," sahutnya, manis,
"Disaat aku yang rendah hendak meninggalkan gunung, itu
waktu sin-hu itu bakal diserahkan kepada taysu berempat."
Ci Tiok merangkap kedua tangannya.
1691 "Sicu seorang yang dapat dipercaya, semoga hatimu sama
dengan apa yang dikatakan mulut sicu" katanya, ia memberi
hormat pula lalu bersama ketiga saudaranya ia bertindak
mengundurkan diri dari pendopo Emas itu, di belakang mereka
turut semua pendeta lainnya, Kang Yauw Hong dan Lo Siang
Bwe girang sekali, mereka heran dan kaget melihat munculnya
si anak muda. Tonghong Giok Kun dan Kiang Cong Yauw
ragu-ragu sedikit maka itu ketika kedua nona keluar, mereka
saling melirik. Dengan berlalunya banyak orang disitu tinggal belasan
orang lagi, Bersama-sama Kim Teng Siangjin semua mereka
itu mengawasi Jie In. Mendadak tetamu tidak diundang itu tertawa nyaring dan
lama tangannya menuding kepada Keng Tiang Siu.
"Dalam perkara ini kaulah si biang celaka" katanya bengis,
"Ketika dulu hari itu Cia In Gak memberi hidup terus padamu
itulah karena dia ingat kau bukannya bangsa kurcaci kau
dapat diberi maaf Siapa sangka kau tidak saja sudah tidak
menyesal dan bertobat bahkan kau sebaliknya memutar
lidahmu yang jahat, hingga sekarang kau menimbulkan
kejadian yang bukan-bukan Bagaimana kau masih mempunyai
muka untuk berdiam didalam pendopo Kim Tian ini?"
Keng Tiang Siu tidak takut, ia ada bersama gurunya, Maka
ia pun tertawa dingin. "Tiang Siu, jangan banyak omong" berkata Kim Teng, yang
mengulapkan tangan, mencegah muridnya membuka mulut,
Tadinya murid itu hendak menggoyang lidahnya, Kemudian
sambil memandang tetamunya, Kim Teng berkata terus: Ji Sicu,
walaupun lolap baru mendengar sebelah pihak saja kau
sendiri dan keponakanmu bersikap keterlaluan Baiklah lolap
akan mencoba segala kepandaianku untuk main-main dengan
kau untuk merampas pulang sin-hu Hanya lolap minta tempo
sampai malam ini supaya lolap dapat ketika untuk
1692 menyelesaikan segala apa urusanku, Entah sicu suka
meluluskan atau tidak?"
Ji In bersenyum, tanpa mengucap sepatah kata ia lantas
berlalu dari pendopo itu.
Malam itu malam Tiong ciu, rembulan indah, apapula
keindahan itu tampak diatas puncak Ngo BiSan yang kesohor
permai, Maka itu dengan perlahan Jie In berjalan, matanya
melihat kesekitarnya. Ketika ia sampai dijalan yang sempit
mendadak ia mendengar samberan angin dibelakangnya, ia
heran- Justeru itu, ia merasakan angin itu menolak keras. Tidak
tempo lagi ia berkelit sambil lompat jauhnya kira sepuluh
tombak, Habis angin itu ia mendengar seruan perlahan,
seperti orang heran- Tanpa menoleh lagi Ji In berjalan terus. Tapi sekarang ia
memasang telinga, ia mendengar suara orang menguntitnya.
Didalam hatinya ia tertawa, ia sengaja memperkendor
tindakannya. Tiba tiba terdengar pula suara angin yang membawa suara
tertawa dingin disusul dengan ini kata-kata bengis: "Ji In,
berhenti" Tidak ayal lagi Ji In menghentikan tindakannya sambil terus
berpaling, ia melihat seorang usia pertengahan alisnya tebal,
matanya besar, kumis dan berewoknya lebat. Sinar mata
orang itu tajam, penuh dengan kemurkaan"Apakah kau murid Ngo Bi Pay?" ia menegur tawar, "Hari
ini aku Ji In cuma berurusan dengan Kim Teng Siangjin
seorang maka janganlah kau campur tahu hingga kau dapat
menerbitkan onar." Orang itu tertawa j umawa.
1693 J i In, percuma kau bertingkah" katanya, bengis, "Apakah
kau sangka malam ini kau dapat meninggalkan gunung ini
dengan masih bernyawa?" sepasang alisnya Ji In terbangun.
"Belum tentu kau dapat melakukan itu" katanya dingin,
"Apakah datangmu ini atas titahnya Kim Teng Siangjin-.."
Belum habis Ji In menanya atau mendadak orang itu sudah
menyerang ia dengan samberan tangan kanan kejalan darah
kin-ceng sedang tangan kirinya dengan lima jeriji yang kaku
menyerang keiga kanannya Tidak salah lagi orang itu hendak
merampas sin-hu. Ji In berkelit kesamping, mengasih lewat tangan orang
yang kanan itu sedang dengan tangan kanannya, dengan dua
jeriji ia menyamber kenadi kirinya perampas tak dikenal itu,
itulah gerakan "Burung walet menggores pasir"
Sembari balas menyerang itu, ia tertawa dan kata: "Tuan
mengapa kau berlaku begini hina" Aku si orang she Jie
jemparingku sudah berada pada busurnya tak dapat aku tidak
melepaskannya Baiklah tuan lekas kembali."
Orang itu kaget. Bukan saja serangannya sendiri gagal
Misteri Tirai Setanggi 2 Kisah Para Penggetar Langit Karya Normie Pendekar Bayangan Setan 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama