Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana Bagian 4
masuk dan menuju kamar dimana Kwaa-yun-peng terbaring,
badan dan mukanya dilamuri dengan obat berwarna putih.
sebelah matanya masih rabun dan bergerak ketika merasakan
kehadiran orang "ayah?" seru Yang-bun mendekat
"kamu sudah datang bun-ji."
"benar ayah, aku bersama bibi hoa dan paman Han-jin." sahut
Yang-bun, sebelah mata Kwaa-yun-peng tiba-tiba
mengambang air mata "cici..! aku tidak menyambutmu dengan layak."
"tidak mengapa adikku, musibah yang menimpamu sungguh
luar biasa adikku, bisakah kamu ceritakan bagaimana
kejadiannya ?" "cici malam itu sepulang dari sini, saat kami tertidur ada orang
yang melemparkan bahan peledak kedalam rumah,
kejadiannya sangat cepat, aku berlari dan pingsan di dalam
kolam, hanya itu yang saya tahu cici"
"baiklah, lalu matamu itu apakah dapat melihat feng-te ?"
"semuanya masih rabun cici, wajahmu masih bayang-bayang,
246 tapi siapakah bayangan yang satu lagi ?"
"dia datang khusus untuk mengunjungi kita adikku."
"siapakah dia cici ?"
"kamu tentu terkejut, karena dia adalah adik bungsu kita yang
dilahirkan ibu kwee-kim-in
"aoh..adikku"!" seru Yun-peng
"benar peng-ko, aku Kwaa-han-jin datang menemui Peng-ko."
sela Kwaa-han-jin "jin-te bagaimana dengan ayah dan ibu ?"
"ayah sudah meninggal demikian juga dengan ibu, peng-ko."
"jin-te, aku tidak menyambutmu dengan hangat, rasanya aku
ingin memelukmu." "tidak mengapa Peng-ko, kita sudah bertemu tentunya hati kita
sudah bertaut dengan erat, peng-ko."
"benar adikku, bagaimanakah wajah adik kita ini cici ?"
"ingat saja wajah ibu kwee-kim-in, hidung dan matanya sama,
tapi dagunya seperti ayah," sahut Hoa-mei
"kamu istirahatlah peng-te, kami akan keluar dan beramah
tamah dengan keluarga abang iparmu." ujar Hoa-mei
"baiklah cici." sahut Kwaa-yun-peng, lalu merekapun keluar.
"bagaimana hasil penyelidikan selama dua hari ini, sudah
adakah petunjuk tenyang pelakunya ?" tanya Hoa-mei
"belum ada she-taihap, polisi baru semalam memulai
pengusutan." "jin-te kita akan coba bantu penyelidikan pelaku peledakan ini."
"tentu cici, apakah cici punya ide kita mulai dari mana "
247 "dikota ini banyak orang asing, dan yang getol dengan senjata
api dan bahan peledak adalah orang asing berambut perak,
apakah bao-sicu tahu ada berapa orang berambut perak yang
terkenal dikota ini dan punya hubungan baik dengan pejabat
pemerintah." "setahu saya ada tiga orang she-taihap."
"siapakah mereka dan dimana kediamannya ?"
"tuan Edmundo, tuan Fendrix dan tuan Alfonso, ketiganya
berada di timur kota dekat pelabuhan"
"pergilah jin-te kesana dan selidiki ihwal mereka sampai pada
anak buahnya "baik cici, saya akan segera menemui mereka."
"sebaiknya saya ikut she-taihap." sela Bao-hui
"demikian lebih baik bao-sicu." sela Hoa-mei, lalu Han-jin dan
Bao-hui berangkat menuju timur kota.
Bao-hui menuju rumah Alfonso seorang pedagang asing, dua
orang pribumi yang menjaga rumahnya mendekat
"ada kepeluan apa kalian datang kemari ?" tanya seorang
diantaranya "apakah tuan alfonso ada dirumah ?"
"beliau sedang istirahat dan tidak boleh diganggu."
"kapan dia boleh ditemui ?" sela Han-jin
"nanti sore mungkin bisa, ada urusan apa ?"
"masalah peledakan perguruan pek-lek-twi, tentu anda sudah
dengarkan ?" sahut Bao-hui
"apakah kalian mencurigai tuan kami pelakunya ?"
"benar, kami mencurigai tuanmu pelakunya." sahut Bao-hui
248 "jangan sembarangan menuduh !"
"oleh karena itu maka kami perlu bertemu tuanmu, tapi nanti
sore saja kami datang lagi, dan kami permisi" sela Han-jin, lalu
Bao-hui menuju rumah Edmundo.
"kalian ini siapa ?" tanya penjaga rumah tuan Edmundo
"kami keluarga korban peledakan dua hari yang lalu."
"kenapa kalian datang kemari ?"
"untuk bertemu dengan tuan Edmundo, apakah ia ada ?"
"tuan Edmundo sudah sebulan tidak disini."
"tuanmu pergi kemana ?" sela Han-jin
"tuan sedang berlayar ke Taiwan." Jawab penjaga itu
"baik, kami permisi dan terimakasih atas waktunya." sela Hanjin, kemudian mereka melanjutkan kerumah tuan Fendrix
"bao-twako, orang ketiga ini pekerjaannya apa ?"
"tuan fendrix seorang pedagang, sama dengan tuan Alfonso."
"lalu kalau tuan Edmundo ?"
"tuan Edmundo seorang pelayar penangkap ikan, memang
kenapa she-taihap ?"
"melihat dari pekerjaan yang mereka lakukan disini, sebaiknya
kita kita fokus pada tuan Edmundo."
"kenapa demikian she-taihap ?"
"karena menurut saya, orang yang cendrung memiliki bahan
peledak dalam jumlah yang banyak adalah tuan Edmundo."
"jadi kalau begitu bagaimana menurut she-taihap ?"
"kita kembali ke tempat tuan Edmundo." sahut Han-jin
249 "baiklah kalau begitu, marilah !" ujar Bao-hui, lalu keduanya
kembali kerumah tuan Edmundo
"eh..kalian, ada apa lagi ?" tanya penjaga
"jika tuan Edmundo tidak berada ditempat, siapakah yang
berwenang ?" tanya Han-jin
"putranya, tuan Richard de mundo."
"dapatkah kami bertemu dengannya ?"
"tidak bisa, karena tuan sedang istirahat."
"lalu kapan kami bisa bertemu ?" tanya Bao-hui
"kalian harus buat janji dulu dengannya, baru bisa bertemu."
"kalau begitu laporkanlah kepadanya bahwa nanti sore kami
akan kesini menemuinya."
"tidak bisa, karena nanti sore, tuan ada acara, lalu malamnya
juga ada acara." "baiklah kalau begitu, kami permisi dulu, ayok Bao-twako" ujar
Han-jin, lalu keduanya pergi
"kenapa she-taihap mengajak saya pergi, padahal kita belum
tahu jelas kapan bisa bertemu."
"adat orang berambut perak ini luar biasa, jadi menurut saya
Bao-twako kembali saja kerumah, biar saya urus hal ini,
semoga nanti sore saya sudah dapat petunjuk." ujar Han-jin
"begitukah menurutmu she-taihap ?"
"benar twako, tentu twako tidak keberatan kan ?"
"baiklah kalau begitu, kami akan menunggu she-taihap
dirumah." sahut Bao-Hui, lalu merekapun berpisah, saat Bao250 hui menoleh kebelakang Kwaa-han-jin sudah raib entah
kemana. Kwaa-han-jin dengan ilmu "goat-koan-sim-hang" memasuki
rumah tuan Edmundo, didalam rumah putra Edmundo sedang
mengatur anak buahnya mengangkati peti kedalam sebuah
lorong, Richard de mundo seorang lelaki tampan berumur dua
puluh tiga tahun "Gao-sang cepat kalian masukkan semua keruang bawah
tanah." "tenang tuan Richard, kita pasti aman dari penyelidikan polisi."
sela Gao-sang "yang didalam kapal juga sudah diamankan Gao-sang ?"
"sudah tuan Richard, hehehe..hehehe.."
"baagus kalau begitu, setelah ini kalian boleh libur selama tiga
hari, sehingga ketika polis datang, saya bisa mengajukan
bahwa kalian libur, jangan ada yang berada di sekitar
pelabuhan." ujar Richard
"sebelum libur saya ingin menemui semua anak buah tuan
Richard." sela suara, dan tiba-tiba Han-jin sudah berdiri
disamping Richard "eh..si..siapa kamu ?" seru Richard terkejut dan muka pucat
"saya Kwaa-han-jin, keluarga korban peledakan dua hari yang
lalu." "ke..kenapa kamu bi..bisa masuk kesini !?"
"tidak perlu tuan Richard ketahui bagaiaman saya bisa ada
disamping tuan, sekarang perintahkan semua anak buahmu
251 berkumpul." sahut Han-jin
"a..apa yang mau kamu lakukan ?"
"menanyakan kepada mereka sehubungan dengan peledakan
itu." "kami tidak hubungan dengan itu." bantah Richard
"kalau tidak ada hubungan, kenapa peti-peti itu disembunyikan
" apakah isi peti itu ?"
"apa isinya tidak perlu kamu tahu !"
"tuan Richard harus bantu saya, saudaraku dan dua puluh
muridnya terbaring dengan tubuh terbakar, kakak iparku tewas
bersama enam puluh muridnya, apakah tuan Richard tidak
perduli dengan korban-korban itu ?"
"saya tidak bisa bantu, itu urusan polisi untuk mengusutnya."
"benar tuan Richard, tapi anda berusaha untuk menipu polisi
dengan menyembunyikan peti-peti ini, kenapa kamu lakukan
hal itu tuan ?" tanya Han-jin,
"ayo..kalian semua kumpul dan berbaris !" perintahnya, sambil
mengatur empat puluh orang yang berada di ruangan itu, Gaosan menyelinap melarikan diri, ketika dia sampai dihalaman,
Han-jin sudah berdiri didepannya
"hah"kamu manusia apa setan ?"
"hehehe..hehehe".aku bukan setan sicu, eh"kenapa kamu
lari ?" "ti..ti..tidak apa-apa , a..a..aku hanya mau buang air besar."
Jawab Gao-sang terbata-bata, dan tiba-tiba orang dari dalam
berserabutan keluar, namun mereka berhenti saat melihat Hanjin berhadapan dengan Gao-sang, mereka terkejut melihat Han252
jin menghilang, lalu semua bubar dari barisan dan berlari
keluar, tidak terkecuali Richard pun lari menuju keluar.
"kalian mau kemana ?" tanya Han-jin
"eh..kapan kamu masuk ?" tanya panjaga itu heran dan wajah
pucat "nanti saya ceritakan, sekarang kamu bariskan semuanya
termasuk tuan Richard." sahut Han-jin, penjaga itu
membariskan semua, Han-jin juga menyuruh Gao-sang masuk
barisan "tuan Richard, saya menghormati anda sebagai tamu dirumah
kami, namun apa yang kamu bawa kerumah kami ini membuat
kerusakan yang luar biasa ditempat kami, jadi sekali lagi saya
minta supaya anda sedikit peduli dengan yang terjadi akibat
apa yang kamu miliki."
"sa..saya tidak tahu menahu dengan peristiwa peledakan."
sahut Richard "lalu siapa yang tahu ?"
"Gao-sang yang tahu dengan semua itu." jawab Richard, Gaosang terkesiap dan tubuhnya menggigil, ketika Han-jin
mendekatinya "pantas kamu lari Gao-sicu, sekarang ceritakanlah tentang
peledakan itu !?" "bu..bukan saya yang meledakkan rumah she-taihap."
"lalu siapakah yang melakukannya ?"
"ada dua orang wanita yang bertemu dengan saya, mereka
merasa sakit hati dengan she-taihap."
253 "siapa nama dua perempuan itu ?"
"namanya Ma-bi-eng dan Suma-hoa." Jawab Gao-sang
"kamu tahu mereka akan mencelakakan orang, lalu kenapa
kamu berikan bahan peledak kepada mereka " apakah kamu
juga sakit hati dengan saudaraku ?"
"ti..tidak taihap, a..a..aku hanya suka pada mereka."
"enam puluh orang tewas karena rasa sukamu pada mereka,
sepadankah Gao-sicu ?"
"a..a..aku sangat menyesal taihap."
"baguslah kalau begitu, tapi hukum tetap akan ditegakkan, jadi
saya minta tuan Richard dan Gao-sicu ikut saya menemui
pejabat yang berwenang."
"taihap urusan ini jangan sampai pada polisi, dan kami akan
menggati rugi rumah taihap dan biaya pengobatan yang
terluka" sela Richard
"kenapa demikian tuan Richard, anda ini tamu dirumah kami,
lalu kenapa anda takut untuk menemui kepala rumah tangga
rumah kami, tamu macam apakah anda ini ?"
"masalahnya taihap, ayah saya tidak ada disini." ujar Richard
"tuan berani memutuskan mengganti rugi tanpa keberadaan
ayah tuan disini, lalu kenapa tuan mengharapkan ayah anda
untuk urusan menghadap pada yang berwenang?"
"urusan ganti rugi saya bisa mempertanggung jawabkannya
pada ayah saya, tapi urusan hukum saya tidak bisa."
"apakah tuan Richard sudah tahu, apa hukum yang akan
menimpa tuan jika menemui yang berwenang ?"
"saya tidak tahu."
254 "kalau begitu kenapa takut, mari tuan Richard !" ujar Han-jin,
namun Richard tetap berdiri ditempatnya dan mencabut senjata
api dibalik bajunya "dor"augh..dor"heghh?" Richard menembak kearah Han-jin,
Han-jin yang waspada telah melihat gerakan tangan Richard
yang masuk kedalam baju, dan ketika senjata itu keluar dan
diarahkan, ia cepat bergerak mengjilang, malang Gao-san kena
sasaran, sehingga ia ambruk dan tewas seketika, karena bahu
dan kepalanya kena tembus peluru panas.
"augh?" jerit Richard karena tiba-tiba tangannya terkulai lemas,
dan senjata apinya lepas dan jatuh, tiba-tiba dia melayang,
karena tubuhnya di panggul Han-jin dan berlari dengan gesit,
semua mata melonggo "habislah kita, berani main-main dengan she-taihap." Keluh
seorang "ini semua gara-gara pecundang satu ini." sela yang lain sambil
menunjuk mayat Gao-sang.
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"saya yakin kita juga akan mendapat imbas dari kepemilikan
bahan peledak ini." "saya harap tidak, karena saya lihat pendekar itu sangat cakap
hal keadilan, jiwa keadilannya yang penuh rasa kasih, lebih
besar dari emosi dan dendam, walaupun yang jadi korban itu
keluarganya sendiri."
"eh..apakah itu Jin-sin-taihap yang kita dengar di Hopei."
"oh..iya benar sekali, itu pasti Jin-sin-taihap." sela yang lain.
255 Kwaa-han-jin sampai dirumah Bao-hui, kedatangannya
disambut Bao-hui dan Hoa-mei
"bagaimana she-taihap ?" tanya Bao-hui
"saya sudah dapatkan siapa pelakunya twako, dan ini tuan
Richard harus segera dihadapkan pada yang berwenang,
tuntutuannya adalah membunuh orang dan menyembunyikan
bahan peledak yang sangat banyak diruang bawah tanah
didalam rumahnya." "baik akan segera saya bawa dia ke pejabat yang berwenang."
"oh ya twako, akibat hokum yang mungkin diterima tuan
Richard ini akan menelantarkan empat puluh buruh kasarnya,
semoga pejabat yang memutuskan dapat berlaku adil pada
mereka." "hmh..saya akan sampaikan rekomendasi jin-te pada beliau."
sahut Bao-hui, lalu Bao-hui menggiring Richard kepolisi.
"bagaimana hasil penyelidikanmu Jin-te ?"
"dugaan cici memang benar, ini kelompok lain yang hendak
melenyapkan kita." "siapa kelompok ini Jin-te ?"
"mereka dua orang wanita dan nama keduanya adalah Ma-bieng dan suma-hoa, dan sepertinya kelompok ini lebih dari dua,
karena kedua wanita ini hanya alat untuk mendapatkan bahan
peledak." "hmh"ini hari ketiga Jin-te, dan jika mereka melarikan diri pada
malam meledakkan kediaman peng-te, bagi kita itu belum jauh,
jadi sebaiknya bawalah pek-thouw untuk melacak keluar kota,
dan bun-ji akan melacak didalam kota." ujar Hoa-mei
256 "baik cici, saya akan berangkat sekarang." sahut Han-jin,
setelah Hana-jin berangkat, Hoa-mei menyuruh Kwaa-yang-bun
untuk melacak didalam kota, terutama tempat penginapan.
Enam hek-to setelah meledakkan kediaman Kwaa-yun-peng,
mereka kembali kepenginapan.
"apakah kita akan langsung meninggalkan kota ?" tanya tungmo-san
"tidak usah, kita dengar dulu bagaimana hasilnya." sahut Lamliong-sian, merekapun menunggu sampai pagi, paginya
dipenginapan heboh membicarakan ledakan dikediaman shetaihap
"ada apa sicu ?" tanya lam-liong-sian pura-pura
"rumah she-taihap diledakkan orang."
"lalu bagaimana ?" tanya Lam-liong-sian
"tidak tahu, orang lagi berbondong-bondong kesana, aku juga
hendak melihatnya." "aku ikutlah sicu, mari kita kesanan melihatnya." sahut Lamliong-sian.
Lam-liong-sian bersama tamu yang lain pergi ke lokasi, Lamliong-sian sampai ditempat saat Kwaa-hang-bi membawa
ayahnya ketempat lou-sinse
"bagaimana apa yang terjadi dengan she-taihap sicu ?" tanya
Lam-liong-sian kepada orang yang terlebih dahulu datang
"kata putrinya ayahnya masih hidup dan sekarang hendak
dibawa ketempat lou-sinse." ujar orang itu, lalu Lam-liong-sian
mengikuti Bao-hui yang mengikuti Kwaa-hang-bi, di berhenti
257 digang masuk areal perumahan Lou-sinse, dia tidak berani
mendekat, takut diketahui Hang-bi, tidak lama ia menunggu,
tiba-tiba Bao-hui muncul "bagaimana keadaan she-taihap sicu ?"
"syukurlah ia selamat dan sekarang sedang diobati lou-sinse,
eh anda siapa sicu ?"
"aku keluarga dari tetangga she-taihap yang rumahnya ikut
diledakkan." "oh..bagaimana dengan keluargamu sicu ?"
"tidak ada yang selamat sicu." sahut Lam-liong-sian
"ah kasihan sekali dan sungguh sadis orang yang melakukan
peledakan itu, baiklah sicu aku lagi buru-buru hendak menemui
kepala polisi." ujar Bao-hui.
"baiklah sicu, semoga aparat cepat bertindak." sahut Lam-liongsian, lalu keduanya berpisah, Lam-liong-sian kembali
kepenginapan "sial kita gagal, she-taihap tidak mati." keluh Lam-liong-sian
gemas "lalu apa yang akan kita lakukan " tanya tung-mo-san
"sebaiknya kita meninggalkan kota hari ini." sela see-bi-kui
"tidak, kita harus berusaha membunuh she-taihap, dimana dia
sekarang ?" tanya thian-kui
"dia bersama putrinya di tempat seorang tabib." sahut Lamliong-sian
"bagus kalau begitu, ini kesempatan kita untuk membunuhnya.
"tunggu dulu, kalau kita pergi sekarang, kita akan dicurigai,
258 para polisi banyak yang berpatroli, nanti kita dicurigai." sela
Lam-liong-sian. "jadi kapan kita akan bertindak ?" tanya Tee-kui
"nanti malam baru kita bertindak." sahut lam-liong-sian,
semuanya mengangguk, lalu siang itu mereka lewatkan sambil
mendengar berita dari mulut para tamu, setelah makan malam
mereka keluar menuju kediaman Lou-sinse, namun mereka
tidak menduga, bahwa menjelang sore Kwaa-yun-peng sudah
dibawa kerumah Bao-hui, mereka kembali kepenginapan
"bagaimana sekarang lam-liong-sian ?" tanya see-bi-kui
"besok kita tanya pemilik likoan dimana kediaman saudara shetaihap itu, dan pagi itu juga kita bertindak." sahut Lam-liongsian.
Pagi-pagi sekali Lam-liong-sian menemui tan-wangwe
"loya bagaimana kabar ledakan itu ?"
"saya dengar sudah diusut oleh polisi." sahut tan-wangwe
"kasihan sekali she-taihap ya loya, dimana ia tinggal jika rumah
sudah luluh lantak seperti itu."
"sementara mungkin ia akan dirumah kakak iparnya Bao-hui di
selatan kota." "ohh..untunglah ternyata she-taihap masih ada saudara yang
menampung." Ujar Lam-liong-sian
"benar sicu, sicu mau pesan apa ?"
"oh iya, kami minta sarapan bubur loya." jawab Lam-liong-sian,
lalu meninggalkan tan-wangwe.
259 Lima rekannya turun dan Lam-liong-sian telah duduk
menunggu mereka "setelah sarapan kita akan keselatan kota." ujar Lam-liong-sian,
tanpa menyahut lima rekannya menikmati sarapan bubur,
setelah selesai mereka keluar, dan lam-liong-sian terkesiap
berhenti demikian juga lima rekannya, karena mereka melihat
Kwaa-han-jin lewat bersama Hoa-mei dan Kwaa-yang-bun
"ini tidak baik sebaiknya kita menyingkir dari sini." ujar Lamliong-sian, pagi itu juga mereka melarikan diri lewat gerbang
timur. Enam rekanan itu berlari cepat seakan dikejar setan, mereka
istirahat setelah lewat siang disebuah hutan.
"apakah menurut kalian kita sudah aman ?" tanya see-bi-kui
"tentu sudah, jadi mari kita cari hewan buruan untuk
mengganjal perut." sahut thian-kui
"menurut saya kita hanya istirahat dulu, nanti malam baru kita
mengisi perut." sela tung-mo-san
"saya sependapat dengan tung-mo-san." ujar see-bi-kui,
akhirnya mereka sepakat untuk hanya istirahat, lalu setelah itu
mereka melanjutkan pelarian, kecepatan lari mereka tidak
diturunkan, mereka seperti berlomba lari melintasi hutan dan
lembah. Malamnya mereka istirahat disebuh lembah dekat sebuah
sungai, tung-mo-san dan tee-kui memburu binatang untuk
pengganjal perut, see-bi-kui menyalakan api, tidak lama tee-kui
dan tung-mo-san membawa seekor babi hutan, pak-giamlo260
sianli menguliti babi hutan dan membersihkannya, setelah itu
panggang babi guling pun di jerang diatas bara api.
"kreeekkk" sebuah teriakan datang dari atas, enam rekanan itu
mendongak, dan mereka terperanjat ketika melihat Jin-sintaihap sudah berdiri didepan mereka, Kwaa-han-jin yang
mengitari luar kota shanghai hingga sore hari, namun tidak ada
gerakan yang mencurigakan dibawah sana, akhirnya malam
pun tiba, Han-jin memutuskan untuk kembali, baru saja Han-jin
melintasi sebuah bukit, disebuah lembah ia melihat cahaya api,
lalu Han-jin turun dan mendapatkan enam rekanan itu terkejut.
"ternyata kalian, selamat bersua kembali sicu." sapa Han-jin
"apa maksudmu datang kemari jin-sin-taihap ?" tanya lam-liongsian
"mungkin aku sedang mencari kalian liok-sicu."
"kenapa kamu mancari kami ?" sela pak-giamlo-sian-li, Han-jin
menatap mata suma-hoa dan bergantian menatap wajah Ma-bieng
"bukankah kalian pacarnya si Gao-sang ?" tanya Han-jin, sumahoa dan bi-eng saling pandang
"kami bukan pacarnya !" sahut keduanya serempak
"hehehe..liok-sicu kalian luar biasa sadis telah meledakkan
keluargaku di shanghai, kenapa bertindak sepengecut itu ?"
"taihap, apa saja boleh dilakukan untuk menggapai keinginan,
itu satu kewajaran dalam rimba persilatan, seraaang..!": sela
Thian-eng sambil menyerang, tiga orang rekannya mengikuti
261 perintah itu, namun tung-mo-san dan see-kui-bi ragu, sehingga
keduanya berdiri saja Kwaa-han-jin bergerak gesit, diantara deru serangan empat
lawannya, ilmu im-yang-sian-sin-lie digerakkan oleh she-taihap
dengan indah, sampai tujuh puluh jurus Han-jin belum
memberikan perlawanan berarti, namun setelah itu, Han-jin
mengeluarkan kipas hadiah dari suhengnya Yo-seng, dengan
Im-yang-bun-sin-im-hoat ujung kipas itu digerakkan, gerakan
melukis dan menulis kata-kata itu demikian indah dan kokoh,
gerakannya yang rumit dan penuh gerakan-gerakan tidak
terduga membuat empat lawannya kalang kabut
"see-bu-kui, apa lagi yang kamu tunggu, ayok maju !" teriak
suma-hoa, lalu kedua rekannya bergerak dan ikut masuk dalam
pertempuran, Han-jin bergerak cepat menyambut kedua orang
terlemah diantara rekanan ini.
Baru dua puluh jurus see-kui-bi masuk
"tuk"." Gagang kipas han-jin sudah mengenai lambungnya,
see-bi-kui merasa perutnya mual, hawa dingin menyetrum
tubuhnya hingga menggigil, dia terpaksa berlutut Manahan
nyeri dan rasa dingin, dan tidak lama kemudian
"wuut"tuk..auh,,auhh"panas?" sambaran kipas membuat
tung-mo-san terperanjat dan disusul tiba-tiba gagang kipas
mengetuk punggungnya, tung-mo-san muntah darah, tubuhnya
merah saga menahan hawa panas yang menyetrum tubuhnya,
ia menggelepar seperti cacing kepanasan sambil menjerit
kepanasan. 262 Empat lawannya makin ciut, namun untuk mundur mereka tidak
punya kesempatan, akhirnya mereka nekat untuk bertarung
mati-matian, dengan segala ilmu yang mereka miliki dikerahkan
dengan sepenuh sing-kang yang ada, namun sampai ratusan
jurus keadaan makin berbahaya bagi mereka, mereka sudah
terdesak hebat, kurungan Im-yang-bun-sin-im-hoat membuat
mereka bingung "kita hantam dengan pukulan sakti !" teriak thian-kui, lalu empat
tenaga pukulan luar biasa kuat dari empat penjuru menuju Hanjin
"dhuar"dhuar"." Dua ledakan keras membuat lembah itu
bergetar, empat rekanan itu melayang laksana layangan putus,
thian-kui melabrak pohon hingga tumbang, lam-liong-sian jatuh
menimpa sebuah batu di tengah sungai, lam-liong-sian dan
thian-kui langsung tewas seketika, suma-hoa dan tee-kui
memuntahkan darah segar. Tubuh suma-hoa pucat kedinginan, sementara tee-kui merah
kepanasan, keduanya sama-sama diujung maut, sementara
Han-jin berdiri dengan tenang, akhirnya suma-hoa diam tidak
bergerak, karena ajalnya menyusul dua rekannya, sementara
tee-kui masih menggelepar dengan darah yang terus muncrat
laksana dipompa dari dalam, dan tidak lama setelah suma-hoa
tewas tee-kui pun nyawanya terbang, see-bi-kui dan tung-mosan menyaksikan semua itu dengan rasa takut dan ngeri
disamping nyeri yang mereka derita
"kalian ini akan sembuh jika mendapatkan pengobatan yang
tepat, tapi jika kalian aku obati aku kasihan pada kalian, tapi
263 aku lebih kasihan jika kalian mati tanpa bisa memperbaiki diri."
ujar Han-jin, kemudia dia menotok punggung tung-mo-san dan
menotok lambung bi-eng. Tubuh keduanya hangat seketika, Han-jin kemudian bersuit,
saat bayangan besar turun, Han-jin melenting dan naik ke atas
rajawali, Han-jin sampai ke shanghai hampir
pagi,kedatangannya disambut Hoa-mei yang tidak tidur
menunggu adiknya "bagaimana jin-te " apa yang kamu dapatkan ?"
"aku sudah menemui mereka cici, dan kenekatan empat orang
dari mereka telah berakhir pada kebinasaan, dan dua semoga
dapat berubah dengan mengambil hikmah dari peristiwa yang
mereka alami." "kalau begitu kamu istirahatlah Jin-te."
"cici juga belum tidur, sebaiknya istirahat juga."
"benar jin-te, cici juga akan tidur sebentar." sahut Hoa-mei.
Keduanya pun istirahat Selama tiga hari pengadilan menggelar pengadilan untuk
Richard, semua bukti di sita oleh pengadilan berupa ratusan
peti bahan peledak, sehingga diputuskan menghukum mati
Edmundo dan Richard de mundo, kemudian memberi ganti rugi
pada she-taihap dan tiga rumah rumah lainnya, rumah shetaihap pun kembali dibangun, Kwaa-yun-peng sendiri, setelah
seminggu luka bakarnya sudah mulai mengering, dan sebelah
matanya sudah normal kembali.
264 :"Peng-te, saya dan jin-te akan pergi ke lokyang untuk melihat
situasi disana, serangan pada kita ini telah terencana oleh
kelompok hek-to, saya yakin telah terjadi sesuatu pada liong-te
sebagaimana yang terjadi pada saya dan kamu." ujar Hoa-mei
"baiklah cici, semoga saja liong-ko baik-baik saja, kapan cici
dan jin-te berangkat ?"
"hari ini kami akan berangkat peng-te." Jawab Hoa-mei
"jin-te jaga cici baik-baik dan lain kali berkunjunglah kesini, saya
masih ingin berlama-lama denganmu."
"baik peng-ko, lain kali saya akan mengunjungi peng-ko
kembali." sahut Kwaa-han-jin. Kemudian Hoa-mei dan Han-jin
meninggalkan kota shanghai.
Sudah tiga hari lokyang diguyur hujan lebat, jalanan becek dan
tergenang, para warga lebih memilih menghangatkan diri
didalam rumah daripada keluar, menjelang sore hujan reda
seperti kemarin, namun saat tengah malam hujan turun lagi,
sore itu beberapa warga keluar untuk menyelesaikan
urusannya, ditengah jalan berbecek dua orang kakek dan dua
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang lelaki paruh baya melintasijalan menuju sebuah likoan,
empat orang itu adalah kelompok ketiga dalam misi pelenyapan
she-taihap, dua cianpwe adalah kwi-ban-ciang dan kwi-sianhengcia, sementara dua lelaki paruh baya adalah koai-ma dan
mo-miauw "bur..bur"." koai-ma menggedor pintu penginapan, seorang
pelayan membukakan pintu "hari ini kami tidak menerima tamu." ujar pelayan
265 "kalau tidak menerima tamu, kami juga tidak sebagai tamu,
melainkan pemilik penginapan ini, jadi kamu dan tuanmu cepat
keluar dari sini." "maaf tuan, lo-ya sedang sakit." ujar pelayan
"eh..tengik kamu sampaikan pada tuanmu, dia memilih keluar
dari sini atau melayani kami." sela kwi-ban-ciang
"b..b..baik cianpwe." sahut pelayan dengan wajah pucat
ketakutan, lalu ia menemui tuannya
"sim-loya, empat orang ada diluar dan memaksa masuk."
"sial..kamu usir dan katakana kita tidak menerima tamu."
"sudah saya katakan tuan, namun mereka katakan, kita pilih
keluar dari sini atau tetap melayani mereka."
"masa bodo. pergi usir mereka, aku makin pusing
mendengarmu." "hehehe..hehehe sekalian saja kamu mampus ! plak"prak?"
sela kwi-ban-ciang yang muncul tiba-tiba dan menampar kepala
sim-loya hingga remuk, sim-loya tewas diiringi jerit histeris istri
mudanya, rambut sim-hujin ditarik kwi-ban-ciang
"hehehe..lumayan cantik, ditengah hawa yang sejuk dan dingin
begini, tentu enak kelonan sama perempuan muda,
hehehe.,.hehehe.." mendengar kata-kata kakek tua itu sim-hujin
makin ketakutan. Kwi-ban-ciang menendang mayat sim-loya sehingga menjebol
pintu dan jatuh dilantai bawah, kemudian menarik sim-hujin
keatas ranjang, sementara pelayan masih berlutut ketakutan
sambil menundukkan kepala
266 "eh,,,kamu kenapa masih disitu, mau nonton kami yah, enak
saja kamu nonton tidak pake bayar, pergi sana..! siapkan
makanan untuk kami.." bentak kwi-ban-ciang, pelayan itu keluar
terbirit-birit "eh pelayan cepat hidangkan arak untuk kami !" teriak momiauw
"b..b..baik tuan." sahut pelayan berlari kedapur untuk
menyiapkan arak, lalu dengan tubuh mengggil ia
mengidangkan seguci arak dan tiga cangkir
"makanan apa yang ada ?" tanya koai-ma
"hanya nasi dan goreng ayam sambal, tuan."
"goblok, cepat bawa kesini !" bentak koai-ma
"b..baik tuan." Sahut pelayan dan segera berlari untuk
mengambil makanan dan menghidangkan dimeja.
Kwi-ban-ciang turun dengan senyum cengegesan
"hengcia, ada yang enak dikamar, dan sangat hangat di tengah
cuaca begini, kamu mau menghangatkan tubuh tidak ?"
"jelas mau dong ban-ciang." sahut kei-san-hengcia dan segera
naik keatas dan masuk kamar, Sim-hujin terpaksa melayani
nafsu kwi-sian-hengcia, setelah merasa puas kwi-san-hengcia
meninggalkan kamar, koai-ma langsung lari kekamar dan
menuntaskan birahinya pada sim-hujin, demikian juga dengan
mo-miauw. "koai-ma pergi buang mayat ini jauh-jauh !" perintah kwi-banhengcia
"baik cianpwe !" sahut Koai-ma, lalu dia membungkus mayat
267 sim-loya dengan tikar, dan membawanya keluar kota lokyang,
setelah itu ia kembali dengan buru-buru karena hujan lebat
turun lagi, sesampai di likoan bajunya sudah basa kuyup,
segera ia ganti dengan pakaian sim-loya.
"hehehe"pas benar." Pikirnya, lalu ia menatap sim-hujin yang
meringkuk di bawah ranjang dengan wajah pucat
"eh"bagaimana menurutmu, bukankah aku lebih gagah dari
suamimu yang tua itu " hehehe..hehehe.." ujar koai-ma, simhujin hanya diam dan memeluk lutut.
Koai-ma turun kelantai bawah
"koai-ma panggil pelayan dan si nyonya itu kemari !" ujar kwiban-ciang, koa-ma kembali naik keatas dan menyeret sim-hujin,
sementara mo-miauw juga telah membawa pelayan dan
mendudukkan didepan dua cianpwe, sim-hujin duduk
disamping pelayan, keduanya sama-sama takut dan pucat pias
"kalian kenal she-taihap yang ada di kota ini !?" tanya Kwi-sanhengcia
"ke..kenal loya." sahut pelayan
"bagus siapa namamu ?" ujar kwi-ban-ciang
"a..aku A-liok loya."
"nah..A-liok kamu ceritakan tentang she-taihap dan
keluarganya." "she-taihap termasuk orang penting di kota ini, karena mereka
adalah orang baik dan terkenal kesaktiannya, she-taihap
membuka toko obat di pusat kota, dan rumahnya berada
sebelah timur kota."
"berapa orang anaknya ?" tanya kwi-ban-ciang
268 "anak she-taihap ada dua, kwaakgan-bao dan kwaa-tan-bouw
"apakah kedua anaknya ada sekarang ?"
"sepertinya anaknya Tan-bouw yang ada, sementara yang
sulung sudah lama tidak disini."
"hmh"bagus kalau begitu, besok kamu pergi ke toko obat shetaihap, beli obat luka dan kamu minta tolong kepada salah
seorang she-taihap supaya datang kesini, katakana bahwa
rumah majikanmu diancam penjahat, dan penjahatnya akan
datang besok siang kerumah majikanmu, mengerti !?" ujar kwisan-hengcia
"me"mengerti loya." sahut A-liok
"bagus, sekarang kamu pergilah kembali kedapur." ujar kwiban-ciang, A-liok segere bangkit dan meninggalkan ruangan
"dan kamu manis, dengan siapa kamu tidur malam ini ?" tanya
kwi-ban-ciang "hehehe"hahaha"hahaha?" suara tiga rekannya meledak
"kita harus cabut undi, yang muncul pilihannya menang, dari
dari kita memilih satu pilihan, saya genap." sela kwi-sanhengcia sambil mengambil dadu diatas meja kasir
"saya juga genap." Sela mo-miauw
"baik kami berdua ganjil." ujar kwi-ban-ciang, lalu dadu pun
dilempar, ternyata ganjil
"hahaha..hahaha kami menang ujar kwi-ban-ciang
"kamu milih apa koai-ma ?" tanya kwi-ban-ciang
"aku milih ganjil cianpwe." sahut koai-ma, lalu kwi-ban-ciang
melempar dadu, dan ternyata ganjil
"hehehe..hahaha..mari manis malam ini kita akan tidur
269 bersama." ujar koai-ma sambil menarik sim-hujin yang sudah
pasrah dan ketakutan. Keesokan harinya A-liok mendatangi toko obat Kwaa-sin-liong,
A-sung seorang pegawai kwaa-sin-liong melayaninya
"sicu cari obat apa ?" tanya A-sung
"aku mencari obat luka twako."
"luka senjata tajam, luka terbakar atau luka pukulan ?" tanya Asung
"luka kena senjata tajam twako." sahut A-liok, A-sung menarik
sebuah laci "twako she-taihap belum datang ?" tanya A-liok
"belum, mungkin sebentar lagi." sahut A-sung
"ini harganya lima ketip sicu." ujar A-sung, A-liok membayar,
dan dia masih tetap berdiri didepan toko.
"apa lagi sicu ?" tanya A-sung heran
"aku hendak menunggu she-taihap, twako." sahut A-liok
"ooh, kalau begitu masuklah kesini, dan sicu bisa duduk sambil
menunggu." ujar A-sung
"terimakasih twako." sahut A-liok, lalu ia pun masuk dan duduk,
agak sepemimum teh Tan-bouw datang
"kongcu sudah udah datang sicu." ujar A-sung pada A-liok, Aliok bangkit dari duduknya
"ini obat yang di bawa ayah semalam, tolong paman A-sung
pilah-pilah." ujar Tan-bouw sambil menyerahkan buntalan yang
ia bawa. "baik kongcu, oh sicu ini mau ketemu dengan kongcu." sahut A270
sung "oh-ya paman siapakah ?" tanya Tan-bouw
"aku A-liok she-taihap." jawab A-liok
"ada apa paman A-liok " apa yang bisa saya Bantu ?"
"begini taihap, majikan saya diancam seseorang, dan dia akan
datang lepas siang."
"eh yang mengancam siapa paman ?"
"majikan saya tidak kenal, jadi majikan saya teringat she-taihap
dan minta tolong supaya taihap datang ke tempat majikan
saya." "dimana tempat majikan paman ?"
"majikan saya im-loya, pemilik likoan yang ada diselatan, kalau
bisa kita sekarang kesana taihap." ujar A-liok
"baiklah paman, mari kita ketempat majikan paman." sahut Tanbouw
"oh ya paman A-sung, jika ayah datang dan saya belum tiba,
katakan saya ke likoan sim-loya disebelah selatan kota." ujar
Tan-bouw :baik kongcu, hati-hati." sahut A-sung.
A-liok dan Tan-bouw menuju likoan sim-loya diselatan kota,
sesampai di likoan "kenapa kalian tutup paman A-liok ?" tanya Tan-bouw
"sim-loya ketakutan, jadi menutup likoan." jawab A-liok sambil
membuka pintu likoan "silahkan duduk taihap ! saya akan menemui loya." ujar A-liok
langsung segera kedapur 271 "hehehe"hehehehe"hahaha".hahaha".." she-taihap mari
kuantar keneraka." Sela suara dan tiba-tiba kwi-ban-ciang dan
kwi-san-hengcia muncul, Tan-bouw sudah dari tadi mendengar
gelagat tidak baik sudah siap dan waspada
"kalian ini siapa ?" tanya Tan-bouw
"baik kami saya adalah kwi-ban-ciang dan kwi-san-hengcia,
puas ! dan sekarang mampuslah !" sahut kwi-ban-ciang, lalu
kedua cianpwe itu menyerang tan-bouw, she-taihap dengan
tenang menghadapi dua lawan kosen ini, benturan tenaga yang
disatukan menekan sin-kang tan-bouw membuat tan-bouw
bergetar. Koai-ma dan mo-miauw muncul dan bergerak sambil menonton
pertandingan, mereka siap dengan pukulan gelap yang
mengintai tan-bouw, sesuai aba-aba dari kedua cianpwe, Tanbouw mengerahkan im-yang-sian-sin-lie, gerakan luar biasa
dan indah menyapu segala tekanan dua cianpwe, namun lama
kelamaan, Tan-bouw makin merasa tertekan dengan serangan
yang bertubi-tubi dari kedua lawannya yang luar biasa, baru
menginjak juru keseratu Tan-bouw sudah meningkatkan daya
serangnya untuk mengurangi tekanan dengan Im-yang-bun-sinim-hoat, gerakan ini sedikit banyaknya mengurangi tekanan,
terlebih suara gemerisik menawarkan benatakan-bentakan
magis dari kwi-san-hengcia.
Pertempuran pun kian seru dan sudah pindah dari ruangan
ketaman belakang likoan, serangan dan pukulan kedua iblis itu
mengurung jurus melukis she-taihap, setiap serangan yang
272 dilakukan patah ditengah jalan karena kecepatan rekanan iblis
itu saling membantu mengancam dengan pukulan berbahaya,
sehingga pada satu kesempatan
"tuk"buk?" ketukan pukulan im-yang-bun-sin-im-hoat
mengenai lambung kwi-ban-ciang, lalu tan-bouw menerima
pukulan kuat dari kwi-san-hengcia, kwi-ban-ciang merasa nyeri
dan hawa dingin merasuki tubuhnya, namun hanya sebentar
karena sin-kangnya masih dapat mengimbangi kekuatan hawa
yang masuk. pukulan sakti kwi-san-hengcia juga tidak mempengaruhi
kehebatan dan kegesitan she-taihap berkat ilmu "siu-to-po-in"
kedua cianpwe itu merasakan kejanggalan itu, lalu trik kedua
mereka jalankan, mereka mendesak secara bersamaan,
sehingga seat tan-bouw mundur, dan
"buk.dess.." dua pukulan tidak terduga menghantam
punggungnya dan tidak bisa dielakkan Kwaa-tan-bouw,
untungnya siu-to-po-in masih ampuh, dan Tan-bouw terpancing
menyerang koai-ma dan mo-miaw, kedua orang ini langsung
lari menjauh ementara dua pukulan telak dari kedua cianpwe
menghantam pundak dan lambungnya, she-taihap masih prima
dengan seabrek ilmu rahaia yang diwariskan padanya..
Waktu sudah sore, namun she-taihap masih alot dan kuat,
walaupun beberapa pukulan sudah ia terima dari keempat
lawannya, dua iblis mengerahkan seluruh kekuatannya untuk
mempercepat daya serangan, tan-bouw sudah mengeluarkan
ilmu im-yang-pat-sin-im-hoat, pukulan tingkat delapan sudah
273 beradu membuat suara gemuruh pertempuran, dan satu saat
"dhuar"..crak..crak?" suara ledakan dahsyat terdengar
membuat likoan itu bergetar hebat, Tan-bouw bergetar sesaat
dan tiba-tiba kedua tangannya putus dibacok koai-ma dan momiauw, pengaruh kekuatan ledakan yang luar biasa itu sudah di
antisipasi sebelumya dengan menutup lobang telinga mereka
dengan kapas, dan saat ledakan tersebar mereka menunggu
saat tubuh she-taihap bergetar dan menyerang sehingga
mereka berhasil membuntungi tangan she-taihap, tanpa
bersambat dua iblis memyusulkan sebuah serangan ganda,
berupa dua kekuatan pukulan yang disatukan
"des..buk"cras"prok.." kaki tan-bouw menghantam paha kwian hengcia, namun dua kekuatan ganda terus menghantam
lambung tan-bouw, pedang kwi-ban-ciang merobek bahu kanan
tan-bouw dan hudtim kwi-sian-hengcia menghantam belakang
kepala tan-bouw, biji hudtim itu jatuh berserakan.
Kwaa-tan-bouw terjerembab kedepan, koai-ma dan mo-miauw
meluncur dengan ayunan pedang
"crak..crak?" pinggang tan-bouw robek besar dan lehernya
juga robek besar, she-taihap yang masih berumur sembilan
belas tahun ini menghembuskan nafa terakhir pada saat
pergantian malam itu, kwi-san-hengcia langsung duduk untuk
memulihkan kakinya yang tiba-tiba kejang, saat dia berdiri
"bouw-ji..!" terdengar suara panggilan, dua iblis tanpa bersuara
melarikan diri diikuti oleh koai-ma dan mo-miauw, mereka lari
sekencang-kencangnya. 274 Kwaa-sin-liong membuka pintu likoan, sim-loya"! Bouw-ji"!"
panggil kwaa-sin-liong, kwaa-sin-liong menunggu dagangan
hingga sore hari bersama A-sung, ketika malam tiba mereka
menutup toko "A-sung, bouw-ji kok belum pulang ?"
"tidak tahu juga loya, saya jadi cema." Sahut A-sung
"hmh..kamu pulanglah duluan, aku akan melihat bouw-ji
ditempat sim-loya." ujar Kwaa-sin-liong, lalu sin-liong menuju
likoan sim-loya, karena pintunya tertutup dia memanggil nama
anaknya dan didengar oleh kedua iblis, sehingga mereka lari.
Kwaa-sin-liong terus masuk kedalam, dan akhirnya sampai
ketaman belakang, melihat pakaian mayat yang tergeletak
tengkurap kwaa-sin-liong memejamkan mata, air matanya
bercucuran dan ia duduk disaamping maya anaknya yang
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersimbah darah, Kwaa-sin-liong tertunduk mengerahkan
kekuatan indra pendengarannya, dilikoan itu tidak ada orang
selain mayat anaknya, A-liok dan sim-hujin ternyata sejak
terjadi pertempuran ditaman belakang sudah melarikan diri
lewat pintu depan. Kwaa-sin-liong mengangkat mayat anaknya, ia keluar dari
likoan sim-loya dan begerak cepat menuju rumahnya
dikeremangan malam, sesampai di rumah istrinya dengan
tangis pilu menangisi mayat anaknya, selama dua hari mayat
Kwaa-tan-bouw disemayamkan, sementara empat rekanan
sedang mengatur rencana dipinggir kota
275 "setelah memulihkan tenaga selama dua hari kita akan kembali
berusaha membunuh he-taihap." ujar kwi-ban-ciang
"bagaimana strateginya cianpwe ?" sela Mo-miauw
"sebaiknya kita kirim surat tantangan padanya untuk datang
kesini." sela kwi-san-hengcia
"cianpwe, dari pengalaman pertempuran kita dengan putranya,
menurut saya kita harus menambah trik jebakan." sela Mpmiauw
"trik jebakan bagaimana maksudmu ?" tanya kwi-san-hengcia
"kalau kita mengundangnya kesini, maka pada arena
pertarungan harus kita pasang beberapa jebakan."
"jebakan apa yang ada dalam pikiranmu mo-miau?" sela kwiban-ciang
"kita buat beberapa lobang yang didalamnya kita pasang pasak
bambu runcing." "baik kalau begitu, kalian kerjakan dan haru selesai dalam dua
hari." ujar kwi-ban-ciang.
Koai-ma dan mo-miauw kerja dengan cepat, enam lobang
dengan kedalaman dua tombak selesai digali, lalu
menancapkan beberapa bambu runcing didasar lobang,
kemudian lobang itu ditutup dengan semak dan rerumputan
hutan "sudah selesai cianpwe, dan sekarang kita bisa mengundang
she-taihap kesini, dan saat pertarungan berlangsung, dua
cinpwe mendesak she-taihap sehingga tersudut kedalam
jebakan, dan jika dia terjebak maka mudah bagi kita untuk
membantainya dengan pukulan atau senjata, untuk
276 memastikan kematiannya." ujar mo-miauw
"kalau begitu pergilah kalian bawa surat ini dan berikan pada
she-taihap." ujar Kwi-ban-ciang, koai-ma dan mo-miauw
berangkat kedalam kota. Ketika mereka lewat rumah Kwaa-sin-liong mereka
melemparkan surat dengan sebilah pisau dan menancap
ditiang teras rumah Kwaa-sin-liong, A-sung yang masih
menemani majikannya mendapatkan surat tantangan itu, lalu ia
cepat laporkan pada Kwaa-sin-liong, Kwaa-sin-liong membaca
surat "she-taihap ! jika engkau mau memperhitungkan kematian
putramu, datanglah ke hutan sebelah selatan !
Kwi-ban-ciang "apakah liong-ko akan memenuhi tantangan ini ?" tanya Kwaahujin
"benar wei-moi, jadi tabah dan sabarlah." sahut Kwaa-sin-liong
"saya tidak khawatir liong-ko, tapi hati-hatilah, anakku tewas
karena kecurangan." sahut Kwaa-hujin
"ya..saya akan hati-hati." Ujar Kwaa-sin-liong, lalu Kwaa-sinliong menuju hutan sebelah selatan
"hahaha..hahaha"bagus ternyata kamu datang juga untuk
menjemput kematian."
"jangan sesumbar orang tua, untuk hal-hal yang bukan
wewenangmu !" 277 "hehehe..haha". hengcia mari kita serang !" seru kwi-banciang.
Pertempuran seru berlangsung dengan cepat, Kwaa-sin-liong
langsung mengeluarkan ilmu Im-yang-bun-sin-im-hoat, Kwiban-ciang mengeluarkan dua jurus andalannya "liang-jiu-po"
(pelukan tangan sukma) dan "liang-lo-kiam" (pedang pengacau
sukma), sementara Kwi-san-hengcia dengan dua juru
andalannya "jiangshi-lek-kun" (pukulan gaib mayat hidup) dan
"jiangshi-Hudtim" (kebutan mayat hidup).
Kwaa-sin-liong dengan tenang dan gesit menghadapi dua iblis
luar biasa ini, puluhan jurus telah berlalu, kedua iblis itu belum
dapat mendesak Kwaa-sin-liong pada lobang jebakan, dua
pukulan koai-ma dan mo-miauw belum pernah dapat
kesempatan untuk memukul, dua ratus jurus berlalu keadaan
masih imbang, dua iblis tidak kenal lelah, mereka yakin bahwa
she-taihap sudah dalam tekanan yang kuat dari serangan
mereka, sehingga dengan perpaduan dua pukulan mereka
mencoba menguji she-taihap
"dhuar"." ledakan dahsyat membuat area itu bergetar
"buk?" pukulan koai-ma menghantam lambung Kwaa-sin-liong,
namun tidak mempengaruhi Kwaa-sin-liong.
Mo-miauw jengkel karena jebakannya, sepertinya tiada guna,
sehingga dia nekat menyerang, saat kedua cianpwe
menghantam dua pukulan dahsyat, Kwaa-sin-liong menyambut
pukulan 278 "dhuar"." Untuk kesekian kalinya ledakan dua pukulan
menggetarkan hutan, "buk.." mo-miuaw memeluk tubuh kwa-sin-liong dan mendorong
dengan kekuatan penuh, Kwaa-sin-liong masih tidak
bergeming, namun saat dua pukulan dua iblis menghantam,
kuda-kuda sin-liong bergeser dan tepat pada jebakan, Kwaasin-liong reflek menggerakkan badan namun karena tubuh momiauw yang mati kaku memeluknya menghalangi usaha Kwaasin-liong, dan malang tiga pukulan datang menghantam.
"dhuar?" tubuh Kwaa-sin-liong melesak kebawah, namun luar
biasanya kwaa-sin-liong refelek memutar tubuh sehingga dia
terhempas telungkup, dan mayat mo-miuaw jadi perisai dari
tusukan bambu runcing, tubuh Kwaa-sin-liong selamat dari
tusukan bambu, namun, tiga rekanan itu tidak mau sudah,
dengan pukulan andalan masing-masing membombardir tubuh
kwaa-sin-liong yang telungkup didalam lobang, ledakan
dahsyat berkali terdengar membuat muncrat semburan tanah
dari dalam, setelah lobang itu longsor dan menutupi lobang,
koai-ma dan dua iblis meninggalkan hutan.
Hutan itu lengang, pertempuran luar biasa hanya menyisakan
gelondongan pohon yang tumbang, malam pun merayap, sura
burung hantu memecah keheningan malam, sementara di
rumah she-taihap, kwaa-hujin gelisah, suami tercinta sampai
tengah malam belum pulang, dia hanya bersama A-sung dan
beberapa pelayan "A-sung kita harus kehutan sebelah selatan kota." ujar Kwaa279
hujin "baik hujin." sahut A-sung dan segera membawa lampu, lalu
mereka menaiki kereta kuda yang dikusuri sendiri oleh A-sung.
Asung menghentikan kereta di pinggir hutan
"loya"!" seru A-sung sekuat-kuatnya ke arah hutan, namun
yang menjawab hanya gema suaranya, dengan tertatih-tatih
keduanya masuk kedalam hutan, sehingga mereka sampai di
temoat dimana banyak pohon yang tumbang
"liong-ko..! liong-ko"."
"loya"..!"
hanya gema suara yang menjawab seruan itu
"liong-ko"!" kembali menyeru suaminya, hatinya sendu dan
rasa iba muncul menyesakkan dadanya
"liong-ko"hiks..hiks"liong-ko"uuu..uuuu".uuuu"liong-ko
kamu dimana !?" seru Kwaa-hujin dengan tangis pilu, malam
kian larut dan angin berhembus kencang menerpa rerimbunan
pohon, suara gemerisik pepohonan makin riuh, lalu hujan lebat
pun turun diselingi tiupan angin kencang.
"hujin, marilah kita pulang, besok kita lanjutkan mencari loya."
ujar A-sung, KWaa-hujin berdiri dengan dibantu A-sung, suara
isaknya masih terdengar tertelan suara derunya hujan,
keduanya dengan basah kuyup keluar dari hutan, A-sung
membantu majikannya masuk kedalam kereta, dengan cepat ia
memutar arah kuda dan memacu kuda menuju kedalam kota,
sesampai di rumah, dua pelayan wanita segera membantu
Kwaa-hujin yang ternyata pingsan didalam kereta, mereka
280 segera membawanya kekamar dan membuka baju kwaa-hujin
dan mengeringkan tubuhnya, kemudian mereka mengganti
pakaian yang baru dan kering, lalu menyelimutinya dengan
selimut. Tidak lama kemudian Kwaa-hujin bangkit dan bersin-bersin, lalu
seorang pelayan memberikan obat untuk diminum kwaa-hujin,
lalu kemudian Kwaa-hujin tertidur, malam pun terus merayap
menyisir derunya hujan yang turun hingga pagi, susana
dirumah she-taihap sunyi, taman halaman yang penuh aneka
bunga bermekaran ditengah kesejukan pagi yang dingin,
aromanya yang harum menyeruak saat angin berhembus.
Seorang pemuda memasuki halaman, dia adalah Kwaa-ganbao yang baru pulang kerumahnya dari perjalanan panjang,
kesunyian itu membuat hatinya heran, karena biasanya ayah
dan ibunya sudah bangun dari sejak dini hari
"ayah"! Ibu".!" serunya sambil menaiki tangga, namun tidak
ada jawaban "ibu"! serunya sekali lagi sambil mengetuk pintu, tidak lama
daun pintu terbuka, A-sung yang membuka pintu
"oh..kongcu sudah datang." serunya sendu
"paman A-sung ibu dimana ?"
"hujin ada dikamar, dan sedang sakit." sahut A-sung
"oh"sakit ..!?" serunya terkejut, lalu Gan-bao langsung menuju
kamar ibunya, dan membuka daun pintu
281 "ibu ..!?" panggilnya, suara itu membangunkan Kwaa-huji dan
menoleh yang datang, melihat anak sulungnya tangisnyapun
pecah "bao-ji..uuu..uuu..bao-ji?" serunya sambil merenggangkan
tangan ke arah anaknya, Gan-bao langsung mendekati ibunya
dan memeluknya lembut "aku sudah datang bu, apakah yang terjadi ibu ?"
"hmh".bao-ji penjahat telah membunuh adikmu, ayahmu entah
dimana sekarang." "ibu"bouw-te"tewas.." serunya ngambang terkejut, hatinya
bergejolak, adiknya yang periang telah meninggalkan mereka,
desakah rasa sedih menjulang dadanya sehingga
memuntahkan deraian air mata bercampur isak.
"lalu ayah kemana, ibu ?" tanya Gan-bao setelah mengusap air
matanya "ayahmu pergi kehutan selatan memenuhi tantangan orang
yang membunuh adikmu." jawab ibunya
"ibu aku akan segera kesana." ujar Gan-bao, kemudian ia
dengan cepat keluar dari rumah dan berlari menembus
dinginnya pagi yang basah menuju hutan sebelah selatan, Ganbao berdiri tegak diantara reruntuhan pohon yang tumbang, ia
tahu pertempuran terjadi ditempat itu
"ayah?" seru Gan-bao dengan lantang sehingga seluruh
rerimbunan hutan bergema dan suara burung-burung sontak
terdengar karena kaget, namun sampai tiga kali Gan-bao
menyeru ayahnya, tidak ada jawaban.
282 Gan-bao duduk di batang kayu yang tumbang sambil berpikir,
seharusnya ayahnya sudah pulang, jika ayahnya menang
dalam pertempuran itu, ayahnya tidak mungkin mengejar lawan
yang melarikan diri, jika ayahnya terluka tidak mungkin tidak
menyahut panggilannya yang menembus seluruh pedalaman
hutan, hanya satu jawaban dari semua kejanggalan ini, yakni
ayahnya kalah dan tewas dalam pertempuran, pikirnya, lalu
Kwaa-gan-bao mengangkat dan melemparkan pepohonan yang
tumbang laksana mematahkan dan melemparkan sebuah
ranting. Areal pertempuran itu pun bersih, bahkan dia menemukan tiga
lobang yang dasrnya dipenuhi cagak bambu runcing, melihat
keadaan tempat itu, Gan-bao mengitari arena dan menemukan
dua lobang yang sama persis, dan melihat tata letak lobang
yang melingkar matanya menatap satu-satu lobang, hingga
sampai pada sebuah reruntuhan tanah yang liat, Gan-bao
mendekari reruntuhan itu dan menginjaknya dan terasa lembut
seperti tanah urukan, Gan-bao langsung menggali tanah dan
dia dapatkan bekas lobang, dengan kekeuatan dan kecepatan
luar biasa Gan-bao mengali, dan dalam sekejap dia
mendapatkan tubuh terbungkus pakaian.
Kwaa-gan-bao membawa tubuh itu keatas dan hatinya tersedak
melihat ayahnya yang dingin dan kaku terbujur, perut dan dada
ayahnya penuh luka berlobang ditembus sesuatu, lalu Gan-bao
menyentuh urat nadi ayahnya, dan hatinya menangis matanya
melimpah air mata sesugukannya terdengar sambil mencium
283 ayahnya, she-taihap Kwaa-sin-liong telah tewas dengan
mengenaskan, Kwaa-gan-bao mengangkat tubuh ayahnya dan
menuju sumber air, Gan-bao membersihkan tubuh ayahnya dari
lumpur yang melekat. Kwaa-gan-bao masuk kedalam kamarnya dengan diam-diam, ia
mengeringkan tubuh ayahnya dan menyelimuti dengan
selimutnya, setelah itu ia keluar dan menemui ibunya
"bao-ji kamu sudah pulang, apakah kamu menemukan ayahmu
?" tanya ibunya lemah
"ibu...Thian menetukan taqdir manusia, dan manusia tunduk
pada taqdir itu, bouw-ji sudah meninggal sesuai taqdirnya, dan
ayah juga demikian ibu."
"oh".uuu..uuuu"liong-ko"." jerit ibunya
"bao-ji"dimanakah jasad ayahmu nak !" seru KWaa-hujin
disela tangisnya. "marilah ibu saya gendong, dan kita melihat jasad ayah." ujar
Gan-bao sambil merengkuh tubuh ibunya, lalu Gan-bao
membawa ibunya kekamar, jerit histeris ibunya makin pilu
ketika melihat wajah suaminya yang membiru kaku.
"ibu"ayah dan adik telah pergi, maka aku sangat
membutuhkan ibu disisiku, demikian sebaliknya keberadaanku
sangat ibu butuhkan, ibu mesti sabar dan tabah, sebagaimana
ayah sering ajarkan pada kita." sela Gan-bao, raungan tangis
Kwaa-hujin mereda mendengar perkataan anaknya, dengan
mengangkat kepala dari tubuh suamianya ia mengusap air
matanya, 284 "aku tidak boleh larut dalam musibah ini, aku adalah istri shetaihap, dan aku telah melahirkan dua she-taihap, tidak"aku
harus kuat, aku akan tabah suamiku"aku akan sabar duhai
sayang" pikirnya dengan limpahan air mata yang membanjir
tanpa isak dan raungan. A-sun dan dua pelayan berdiri dibelakang Gan-bao
"Bao-ji semayamkan ayahmu di altar ruang tengah, dan A-sung
beri tanda kemalangan kita ini kepada para tetangga, dan
dapatkan peti untuk loya" ujar Kwaa-hujin, A-sung langsung
keluar dan memberi tanda musibah dan segera menuju tempat
pembuat peti mati, para tetanggapun datang menjenguk
kemalangan yang menimpa keluarga she-taihap, asap dupa
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
binting mengepul diluar dan diatas meja altar, jasad she-taihap
diletakkan didalam peti, dua she-taihap tewas dalam jangka
empat hari, membuat kota lokyang menjadi sendu, sesendu
mendung yang mulai mengarak saat sore itu.
Dua tamu datang memasuki halaman, Hoa-mei matanya
berkaca-kaca mendapatkan rumah adiknya bertanda
kemalangan "Jin-siok"!" seru Gan-bao ketika melihat Han-jin masuk dan
mendekat kemeja altar, Han-jin yang sudah melihat Gan-bao
mendekatinya "jin-siok ayah dan adikku sudah meninggal." bisiknya dengan
sendat tertahan "bao-ji, jika Thian berkehendak, maka hanya kehendak itu yang
akan terjadi." sahut Han-jin memeluk keponakannya.
285 "Wei-cici, saya dan mei-cici datang disaat musibah ini menimpa
kita." Tang-bi-wei menatap Han-jin yang baru dua minggu yang
lalu berada bersama mereka, lalu menatap Hoa-mei, matanya
berkaca-kaca, Hoa-mei memeluk adik iparnya, deraian air
matapun bercucuran. "mei-cici, liong-ko.."
"benar adikku, musibah ini memang beruntun menimpa kita,
tidak cuma disini, di wuhan, dan di shanghai, cobaan datang
menguji kita, kita mesti kuat adikku, sabar dan tabah dalam
meghadapinya, tunduk dengan ketentuan yang, lapang dada
dalam mengecap pahit getirnya musibah yang datang." sahut
Hoa-mei. Sore itu di tengah mendung yang mengarak diangkasa, Kwaasin-liong dimakamkan, setelah pemakaman selesai, hujan rintikrintik pun turun, para tetangga dan pelayatpun buru-buru
meninggalkan pemakaman, Han-jin dan ketiga keluarganya
kembali kerumah, kesunyian hati KWaa-hujin mencekik hatinya,
namun ia harus telan dengan hati lapang, dia harus kuat untuk
anak sulungnya. Dua hari kemudian keluarga itu dan para pembantu berkumpul
"wei-moi ceritakanlah bagaimana kejadian dari hal yang kita
hadapi ini !" ujar Hoa-mei
"awalnya seorang she-sim pemilik likoan diselatan kota
meminta bantuan bouw-ji untuk menghentikan ancaman dari
seseorang, Bao-ji pergi kesanan, lalu liong-ko mendapatkannya
malam itu sudah meninggal, dua hari setelah bouw-ji
286 dimakamkan sebuah surat kami dapatkan atas nama kwi-banciang menyatakan bahwa ia bertanggung jawab atas kematian
Bouw-ji, lalu liong-ko memenuhi tantangan surat itu dan pergi
ke hutan sebelah selatan, malamnya aku kesana bersama Asung untuk mencari liong-ko namun tidak berhasil, lalu kami
pulang, esoknya Bao-ji baru datang, dan segera hutan sebelah
selatam dan menemukan ayahnya." ujar Kwaa-hujin menutup
ceritanya "bagaimana ayahmu kamu temukan Bao-ji ?" tanya Hoa-mei
"aku menemukan ayah tertimbun didalam sebuah lobang
jebakan yang dipenuhi cagak bambu, melihat arena
pertarungan, saya yakin ayah dikeroyok Kwi-ban-ciang
berasama rekan-rekannya." sahut Gan-bao
"hal itu benar bao-ji, apa kamu kenal dengan kwi-ban-ciang ?"
"saya dan jin-siok pernah bertemu mereka di hutan kongciak,
dan kwi-ban-ciang salah satu lawan yang sangat tangguh
ketika kami menghadapinya." sahut Gan-bao
"jika Bao-ji pernah bertarung dengan kwi-ban-ciang, maka
siapakah kawan-kawannya ?"
"saya yakin kwi-ban-ciang dibantu kwi-san-hengcia, kedua ini
merupakan cianpwe dari hek-to yang getol menantang kita saat
di hutan kongciak." sahut Gan-bao
"bagaimana menrutmu Jin-te ?"
"saya akan segera mencari kwi-ban-ciang dan kwi-sanhengcia."
"baik, kamu besok berangkat Jin-te, aku akan disini beberapa
hari, dan jika engakau datang kesini dan aku tidak ada lagi,
287 berarti aku sedang atau sudah berada di pulau kura-kura." ujar
Hoa-mei "baiklah cici, besok saya akan berangkat." sahut Han-jin.
Kwi-ban-ciang mengajak kedua rekannya menuju kota
Huangsan, dimana ia selama ini bertempat tinggal, ketiganya
menunggu hasil dari tugas kelompok lain, lalu menjelang
pertemuan kedua di Guangdong, tiba-tiba dua orang wanita
datang, dan keduanya adalah tok-lian dan ang-mou-kuibo.
"eh..kenapa kalian hanya datang dua orang ?"
"misi membunuh she-taihap gagal, karena jin-sin-taihap tibatiba muncul."
"apa kalian berhadapan dengan jin-sin-taihap ?"
"tidak, tapi kami bertemu dengan she-taihap yang lain, salah
satu pemuda yang berada di hutan kongciak.
"lalu apa yang terjadi ?" tanya kwi-sian-hengcia
"kami hanya tinggal enam orang, karena tai-twi mati ditangan
she-taihap yang di wuhan, dan dengan berenam ternyata kami
masih kalah, sehingga empat orang dari kami tewas ditangan
she-taihap "sialan..! she-taihap.." sumpah Kwi-ban-ciang
"lalau bagaimana dengan kelompok kedua yang dipimpin oleh
lam-liong-sian ?" "kami belum mendengarnya cianpwe."
"apakah mungkin mereka langsung ke tempat lam-liong-sian ?"
sela Koai-ma "mungkin jadi mereka langsung kesana." sahut kwi-sian288
hengcia "kalau begitu kita kesana saja cianpwe." sela ang-mou-kuibo.
"baik, kalian istirahatlah dan besok kita akan ke Huangdong."
ujar kwi-ban-ciang. Keesokan harinya kwi-ban-ciang dan empat rekannya
berangkat ke Guangdong, perjalanan dilakukan dengan cepat,
sesampai di Guangdong mereka langsung menuju kediaman
llam-liong-sian, namun ternyata mereka tidak lam-liong-sian
tidak ada ditempat, lalu mereka menginap disebuah likoan.
"bagaimana cianpwe, apa yang harus kita lakukan " tanya Toklian
"jika dua hari lagi mereka tidak muncul, maka kita bicarakan
rencana selanjutnya." sahut kwi-ban-ciang, selama dua hari
mereka menunggu namun lam-liong-sian dan kelompoknya
tidak ada satupun yang muncul.
"bagaimana koai-ma ?" tanya kwi-ban-ciang
"saya sudah pergi kerumahnya dan Lam-liong belum juga
datang," sahuit koai-ma
"baik, kalau begitu, mari kita bicarakan rencana kita." ujar Kwiban-ciang, lalu merekapun mengitari meja
"bagaimana menurutmu hengcia ?" tanya kwi-ban-ciang
"melihat dari hasil yang kita raih pada rencana awal ini, tidak
ada gunanya kita membicarakan rencana kedua." sahut kwisian-hengcia
"jadi kalau begitu apa yang mau kita bicarakan ?" tanya kwi289
ban-ciang "kita membicarakan ketuntasan rencana yang pertama."
"maksudmu bagaimana hengcia
"dari tiga kelompok yang kita bentuk hanya kelompok kita yang
berhasil membunuh she-taihap, dan dua kelompok gagal."
"lalu apa kita akan menuntaskan bagian yang gagal ?" sela kwiban-ciang
"benar, kita harus tuntaskan bagian yang gagal, jadi kita ke
shanghai dank e wuhan untuk melenyapkan she-taihap di dua
tempat itu." ujar kwi-san-hengcia.
"bagimana menurut kalian bertiga ?" tanya kwi-ban-ciang
"saya setuju pendapat kwi-ban-ciang-cianpwe." sela tok-lian
"saya juga setuju menuntaskan pekerjaan yang terbengkalai."
sela koai-ma, ang-mo-kuibi mengangguk.
"baik mari kita tuntaskan, dan kita bicarakan strategi yang lebih
matang untuk membunuh she-taihap." ujar kwi-ban-ciang
"cianpwe, strategi kami ketika menghadapi she-taihap empat
orang berhadapan langsung dan dan tiga orang menyerang
secara menggelap." "hal itu juga sudah dilakukan oleh koai-ma dan mo-miuaw, tapi
cukup sulit juga untuk menghadapi she-taihap. sahut kwi-sanhengcia
"saya kira kali ini, seorang she-taihap akan mudah kita
kalahkan." ujar tok-lian
"kenapa engkau berpikir seperti itu ?" tanya kwi-ban-ciang
"jika yang penyerang gelap melakukan dengan pukulan sakti.
290 Menurut saya tidak berguna, karena she-taihap memiliki daya
tahan yang tidak lumrah, jadi trik yang paling tepat jika
penyerang gelap itu menyerang dengan senjata rahasia, itu
lebih merepotkan she-taihap." ujar tok-lian
"hahaha..hehehe" pemikiranmu hebat juga tok-lian, dan apa
yang kamu katakan itu benar, bahwa kalau pukulan sakti, shetaihap tidak akan terpengaruh." sela kwi-ban-ciang
"terus bagaimana formasi serangan yang tepat menurutmu toklian?" sela kwi-san-hengcia
"jika melihat formasi kami di wuhan rasanya lumayan, yakni
empat dan tiga, hasil yang kami capai mutlak cianpwe, hanya
gagal karena jin-sin-taihap, jadi coba cianpwe bayangkan jika
cianpwe dibantu dua orang dari kita menghadapi langsung shetaihap, dan tiga orang pelempar senjata rahasia mengintai."
"hahaha..hahaha..benar..benar sekali tok-lian, aku sudah dapat
membayangkan hasilnya yang luarbiasa." sela kwi-san-hengcia
tertawa senang. "kalau begitu, siapa menurutmu tiga pengintai yang kita
butuhkan." sela ang-mou-kwi
"yang kita butuhkan hanya dua orang lagi disamping saya
sendiri, dan dalam hal ini saya merekomendasikan dua nama
kepada cianpwe." "siapa dua orang itu tok-lian ?" sela kwi-ban-ciang
"yang pertama "shantung-tok-piauw" (pisau beracun dari
shantung) dan kui-ting-lo-tong" (bocah tua paku siluman)."
sahut tok-lian 291 "dimana kita menemukan mereka ?" tanya ang-mou-kuibo
"kita harus ke shantung, karena merekan berdua ada dipropinsi
tersebut." sahut tok-lian.
"baiklah kalau begitu, kita akan ke shantung untuk menemui
keduanya." "sebentar cianpwe, bagaimana menurut cianpwe ide dari momiauw, karena hasil pemikirannya kelompok kita berhasil baik."
Sela koai-ma "hal itu juga kita lakukan, jika keadaannya memungkinkan."
sahut kwi-san-hengcia, koai-ma mengannguk mengerti, llau
mereka bubar dan beristirahat, keesokan harinya lima rekanan
itu meninggalkan kota Guangdong, mereka menuju propinsi
shantung. Kota shantung termasuk kota besar dan padat penduduk, siang
itu hawanya luar biasa panas, sehingga membuat gerah para
pedagang jalanan, seorang pedagang buah berumur dua puluh
lima tahun yang akrab disebut A-bing, setelah melayani
beberapa orang pembeli, A-bing mengipas badannya yang
kepanasan dengan topi bututnya, A-bing terkenal dikalangan
orang-orang pasar karena ia memiliki istri berparas cantik, yang
membuat iri para lelaki, terutama para hartawan hidung belang,
sejak suami istri itu datang kekota shantung dua tahun yang
lalu, pasangan ini sudah jadi buah bibir para hartawan, istrinya
yang berparas cantik bernama He-yin dan akrab dipanggil yinyin membuat gemes empot-empotan hati lelaki yang
melihatnya. 292 Setelah lewat siang He-yin berangkat kepasar membawa
makanan untuk suaminya A-bing, beberapa lelaki
pengangguran bersuit-suitan menggoda yin-yin yang sedang
berjalan, demikian juga para pedagang yang lain tidak
melewatkan kesempatan untuk cuci mata menatap wajah Yinyin
"yin-moi, seharusnya kamu tidak datang!" tegur A-bing merasa
risih dengan pandangan beberapa pedagang di sekitar tempat
itu "tapi bing-ko makan siangmu lupa kamu bawa karena buru-buru
tadi pagi." sahut yin-yin maklum dengan kerisihan suaminya,
Yin-yin sudah lebih enam bulan tidak pernah lagi kepasar
membantu suaminya, untuk menghindari godaan dan canda
ceriwis para lelaki yang menatapnya, namun karena tadi pagi,
A-bing sudah berangkat kepasar sebelum matahari terbit, dan
melupakan bekal makan siangnya.
A-bing membuka bekal makan siangnya, lalu dengan lahap ia
makan karena memang sudah merasa lapar, tiba-tiba seorang
lelaki paruh baya yang tampan dengan menunggang kuda yang
berjalan congklang berhenti didepan dagangan A-bing, dan Yinyin pun berdiri untuk melayani penunggang kuda tersebut,
penunggang kuda itu salah seorang dari orang kaya di kota
shantung, bahkan lelaki pamogaran ini, disamping orang kaya,
juga seorang kalangan kangowu yang berhati bengis, dia
adalah sim-wangwe, dan dikalangan lioklim dia disebut dengan
shantung-tok-piauw. 293 Shantung-tok-piauw baru pulang dari pengembaraannya yang
sudah hampir tiga tahun, hari itu ia baru kembali kekotanya,
dan berkebetulan ia melihat yin-yin yang sedang duduk
melayani A-bing yang sedang makan, orang-orang yang tadi
cuci mata melihat paras yin-yin cepat-cepat menyingkir, karena
kemunculan shantung-tok-piauw, A-bing dan yin-yin yang tidak
tahu siapa shantung-tok-piauw tenang-tenang saja, karena
shantung berhenti didepan dagangan, Yin-yin berdiri dengan
senyum ramah "apa tuan mau membeli buah ?"
"buah apa saja yang kamu punya ?" tanya sim-wangwe sambil
menatap tajam pada gundukan buah dada yin-yin, Yin-yin
terperangah dan mukanya merah karena jengah dan risih
merasakan pandangan yang begitu melekat pada dadanya.
Yin-yin segera menutup dadanya dengan kain pembungkus
bekal makan suaminya yang berkebetulan ditangannya
"ada leci, melon, pisang dan semangka, tuan hendak beli yang
mana ?" tanya Yin-yin
"hehehe..hahaha"apakah kalian orang baru dikota ini ?"
"benar tuan, kami baru dua tahun disini." Sela A-bing berdiri
karena sudah menyelesaikan makannya, dan cepat
menggantikan istrinya melayani Sim-wangwe
"hehehe..hahaha"buahmmu tidak menarik hatiku, namun buah
yang ada dibelakangmu sangat mengiurkan." ujar Sim-wangwe,
A-bing tahu bahwa yang dimaksud pembeli ini adalah istrinya
yang sedang mengemasi makannya dibelakang.
294 "tuan ! jika memang tidak tertarik, tidakkah sebaiknya tuan pergi
daripada berdiri dibawah panas terik matahari ?"
"bangsat tidak tahu diri, kamu kira kamu bicara dengan siapa !"
hah..!" bentak Sim-wangwe
"memang kami tidak mengenal tuan, jadi maafkan saya dan
tolong tinggalkanlah kami."
"sialan"! tidak ada yang berani menantang perkataanku, apa
kamu mau mampus !?" "saya tidak mementang tuan, dan saya hanya minta tolong
supaya meninggalkan kami." sahut A-bing, tiba-tiba simwangwe menarik tali kekang kudanya, sehingga kuda itu
meringkik dan mengangkat kaki tinggi-tinggi dan menghantam
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meja dagangan A-bing hingga hancur, dan buah dagangannya
berserakan. A-bing mundur dan istrinya yin-yin dengan wajah cemas dan
takut memegang pundak A-bing, A-bing melihat sekitarnya, dan
orang-orang hanya menonton dari kejauahan
"kalau kamu mau hidup berikan wanita itu padaku !"
"jangan tuan, dia adalah istriku." bantah A-bing
"hehehe..hahaha".walaupun dia istrimu, kamu harus serahkan
padaku." ujar sim-wangwe, A-bing menarik lengan istrinya dan
mengajaknya lari dari tempat itu, sambil tertawa sim-wangwe
mengejar dengan kudanya, A-bing dan istrinya memasuki
sebuah gang dan bersembunyi didalam sebuah bangunan yang
hampir rubuh, Sim-wangwe memasuki gang terebut, dan
dengan suara hentakan kaki kuda yang menelusuri jalan gang,
membuat suami istri saling berpelukan dan meringkuk ditempat
295 persembunyian, sim-wangwe memasuki bangunan tidak
terpakai itu, meja-meja dan tiang yang malang melintang
didalam bangunan di perhatikan dengan awas untuk
menemukan suami istri itu
"hahaha..hahaha"aku tahu kalian ada didalam,jadi sebaiknya
kalian keluar sebelum aku marah dan membunuh kalian."
ancam sim-wangwe sambil tertawa, A-bing dan Yin-yin tetap
diam dan saling berpelukan, tiba-tiba sim-wangwe memukul
atap rumah dengan pukulan sakti, sehingga membuat genteng
rumah berjatuhan kebawa, suara jeritan kecil Yin-yin membuat
sim-wangwe mengetahui keberadaan mereka, lalu dengan
gesit sim-wangwe melompat kea rah suara, dan berdiri angker
dia hadapan A-bing dan Yin-yin yang pucat ketakutan.
"tu"tu"tuan ! kami ini orang lemah, jadi tolong jangan berbuat
aniaya pada kami." pinta A-bing
"hehehe..hahhaa"segala sesuatu yang diinginkan shantungtok-piauw harus didapatkan." ujar sim-wangwe sambil
mencengkram bahu Yin-yin dan menariknya dari pelukan Abing,
"ti..tidak..! lepaskan aku, tolong lepaskan aku"!" jerit Yin-yin
memelas dengan wajah pucat ketakutan
"tidak cantik"kamu demikian memepesona, aku tidak akan
melepaskanmu, kamu harus menjadi penghuni rumahku yang
megah, hahaha..hahaha?" sahut Sim-wangwe sambil
memanggul tubuh Yin-yin dan melangkah keluar bangunan.
296 A-bing nekat melompat dan mengejar sim-wangwe, dia
berusaha memukul tubuh Sim-wangwe dari belakang, namun
serangan itu luput, karena Sim-wangwe sudah terbang ke
punggung kudanya, dan memacu kudanya, A-bing berlari
mengejar, Sim-wangwe yang tahu ia dikejar tertawa-tawa, lari
kudanya disengaja lambat dan berputar-putar di tengah pasar,
orang-orang yang berada dipasar menyaksikan A-bing
mengejar-ngejar Sim-wangwe yang tertawa sambil memanggul
Yin-yin. A-bing terduduk dengan nafas tersegal-segal dan mandi
keringat di tengah sengatan terik matahari, Sim-wangwe
berhenti sambil tertawa mencemooh pada A-bing
"kenapa berhenti, lari dan rebutlah istrimu, hahahha..hahaha?"
"tuan tolonglah berbaik hati, kembalikanlah istriku." pinta A-bing
dengan memelas sedih "hahaha..heehehe..hahaha..tidak akan kuserahkan, kamu bisa
apa pemuda tolol !?" sahut Sim-wangwe, tiba-tiba seorang
wanita cantik muncul dengan langkah tenang dan wibawa yang
agung, pakaiannya yang ringkas menunjukkan ia seorang dari
kalangan kangowu, dia adalah she-taihap Kwaa-hong yang
hendak pulang kembali ke kekaifeng dan berkebetulan lewat
kota shantung, Kwaa-hong yang baru masuk dari gerbang kota
sebelah timur melihat kejadian dan mendengar percakapan
keduanya "sungguh tidak berbudi merebut istri orang dengan paksa dan
mempermainkannya suaminya menjadi tontonan orang banyak,
297 ini kelakuan rasa tekebur yang melewati takaran" tegur kwaahong, melihat wanita cantik dengan sabuk warna kuning
keemasan yang tersampir di bahunya dan melingkar di
lehernya yang jenjang, membuat hatinya kecut, apalagi ia
pernah melihat Kwaa-hong di hutan konciak
apakah kamu she-taihap "kim-kin-sianli" (dewi bersabuk emas)
?" "benar, apakah menurutmu aku tidak boleh ikut campur dengan
yang terjadi dihadapanku ini ?" sahut Kwaa-hong, mendengar
jawaban Kwaa-hong "sudahlah ! aku kembalikan ia pada suaminya." ujar Simwangwe sambil menurunkan Yin-yin dari kudanya, Yin-yin
berlari sambil terisak mendapatkan suaminya,
Sim-wangwe hendak pergi meninggalkan tempat itu
"tunggu dulu ! saya ingin mendengar cerita saudara ini, tentang
apa yang kamu lakukan." sela Kwaa-hong.
"saya hanya mengambil istrinya dan sekarang istrinya sudah
kukembalikan." sahut Sim-wangwe
"melihat kelakuanmu yang manjadikan saudara ini menjadi
tontonan orang banyak, apa hak mu sehingga menjadikan
saudara ini jadi permainanmu " apakah cukup mengembalikan
istrinya dan kamu tidak meminta maaf pada mereka ?" sahut
Kwaa-hong dengan sorotan matanya yang tajam, Sim-wangwe
tertunduk dengan wajah pucat
"sicu, ceritakan padaku ! apa yang telah ia perbuat pada kalian
!" ujar Kwaa-hong 298 "terimakasih lihap, cukuplah ia mengembalikan istriku dan tidak
menggangu kami lagi." sahut A-bing
"hmh"jadi menurutmu sicu, dia tidak harus minta maaf pada
kalian ?" tanya Kwaa-hong
"tidak perlu lihap." sahut A-bing menunduk
"boleh tahu alasannya ?" tanya Kwaa-hong, A-bing terkesiap
mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kwaa-hong
"a..a"aku ti..tidak mau berurusan dengannya."
"sicu tidak mau berururusan dengannya, tapi apakah ia sama
tidak mau berurusan denganmu " istrimu sangat cantik sicu,
jika kamu merasa cukup, maka kita cukupkan." ujar Kwaa-hong
lembut, A-bing tertunduk dan menatap istrinya
"lihap a.aku mau ia minta maaf dan berjanji tidak akan
menggangu kami lagi, dan mengganti rugi dagangan kami" sela
Yin-yin "kamu dengar itu sicu !?" ujar Kwaa-hong sambil menatap Simwangwe, Sim-wangwe mau marah tapi tidak berani, nyalinya
sudah ciut, urusannya terjadi didepan she-taihap, Sim-wangwe
akhirnya turun dari kudanya dan melangkah mendekati suami
istri itu "maafkan kelakuanku tadi dan aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi, dan saya akan mengganti rugi dagangan
kalian." ujar Sim-wangwe sambil memberikan dua tahil emas
pada A-bing. A-bing termenung sambil menerima dua tahil
emas yang lebih dari cukup sebagai ganti rugi dagangannya,
orang yang tadinya menonton semua terperangah melihat
hartawan bengis itu meminta maaf pada A-bing
299 "terimakasih sicu, kamu ternyata bisa diajak berunding, dan
orang banyakpun menyaksikan bahwa kamu meminta maaf
pada sicu ini, dan urusan pun selesai sampai disini." ujar Kwaahong, lalu Sim-wangwe segera meninggalkan tempat itu
"terimakasih lihap, dengan kemunculan lihap yang luar biasa
telah menyelamatkan kami dari aniaya orang itu." ujar Yin-yin
"sudahlah nyonya, sekarang kembalilah ketempat kalian, dan
hati-hatilah menjaga istrimu sicu." sahut Kwaa-hong
"baik lihap kami permisi dan sekali lagi terimakasih." ujar Abing, lalu merekapn kembali ketempat dagangan dan
mengemasi barang dagangan yang masih bagus, lalu kembali
kerumah, Kwaa-hong menuju sebuah likoan untuk menginap
semalam dikota Shantung. Sim-wangwe dengan hati jengkel dan malu kembali
kerumahnya, delapan selirnya yang hangat menyambutnya
menjadi hambar rasanya karena gejolak amarah yang
membakar hatinya, amarah ia itu tertelan sendiri karena mau
bagaimana melampiaskan amarah pada she-taihap yang jelas
ia tidak mampu menghadapinya, sehingga karena itu membuat
sim-wangwe uring-uringan hingga tiga hari lamanya, pada
malam keempat rumahnya kedatangan lima tamu
"siapakan kalian dan hendak apa kesini ?" tanya penjaga
"sampaikan pada tuanmu, seorang kenalannya datang hendak
berjumpa." sahut Tok-lian, penajaga itupun masuk kedalam
"tuan ! ada lima orang tamu hendak bertemu."
"siapa mereka !?" tanya Sim-wangwe ketus
300 "seorang dari mereka kenalan baik wangwe." Sahut penjaga
"heh..kenalanku !?" gumam Sim-wangwe sambil berdiri dan
segera keluar "eh..hahaha..hehehe..engkau rupanya bian-moi, eh"dua
cianpwe juga ikut mari..silahkan masuk." ujar Sim-wangwe, lalu
kelima tamunya pun masuk "hehehe,,hahaha,,angin apa yang membuatmu menemuiku
Bian-moi dan bahkan dua cianpwe juga besertamu ?" tanya
sim-wanngwe "aku ada perlu denganmu kuang-ko, dan amat penting sekali."
sahut Tok-lian, yang nama sebenarnya adalah Lu-ci-bian
"hal apakah yang amat penting itu bian-moi ?"
"kenalkan dulu, ini cianpwe kwi-ban-ciang dan kwi-san-hengcia,
lalu ini ang-mou-kuibo dan koai-ma."
"ya dua cianpwe saya pernah lihat saat di hutan kongciak, lalu
ada apakah cianpwe ?" sahut sim-kuang
"begini shantung-tok-piauw, kami membutuhkan keahlianmu
dalam berpartispasi untuk membunuh she-taihap."
"membunub she-taihap " maksudnya bagaimana cianpwe ?"
"kami punya misi untuk membunuh semua she-taihap, dua shetaihap di lokyang sudah berhasil kami bunuh."
"oh..benarkah " wah luar biasa kalau bisa dibunuh semua."
sela Sim-kuang "makanya kami perlu kau ikut dalam misi ini kuang-ko." sela
Tok-lian "tentu aku sangat bersedia ikut bian-moi, lalu bagaimana
cianpwe ?" 301 "baguslah kalau kamu ikut bergabung, dan kita akan ke
shanghai menuntaskan kerjaan yang belum selesai, namun kita
masih butuh seorang lagi."
"butuh seorang lagi ?"
"benar kuang-ko, kita butuh kui-ting-lotong, apakah kuang-ko
tahu dimana dia ?" "si lotong biasanya berada di lembah sungai huangho." jawab
sim-kuang "kita harus menjumpai dia, setelah itu kita akan beraksi." Sela
kwi-ban-ciang "baiklah cianpwe, besok kita akan ke lembah huangho, dan
sekarang marilah kita keruang makan, dan saya akan menjamu
cianpwe dan teman-teman sekalian." ujar Sim-kuang, lalu
merekapun makan dan minum, Tok-lian dan shantung-tokpiauw mempunyai hubungan mesra mempunyai acara sendiri,
dua cianpwe dilayani empat selir sim-kuang, ang-mou-kuibo
dan koai-ma juga mengambil kamar untuk bercinta.
Keesokan harinya shantung-tok-piauw membawa kelima
rekannya kelembah sungai huangho, sungai huangho yang
membentang dari pegunungan kwen-lun di Tibet dan bermuara
diteluk Tsii-li laut kuning, sungai ini mengalir melalui
pegunungan utara cina, dan membentuk dataran indah dan
subur, disebuah lembah yang bernama "ui-kok" (lembah
kuning) dari sebuah pondok mengepul asap menandakan
penguhuninya sedang beraktivitas didapaur rumah itu.
302 Seorang lelaki tua bertubuh kate sedang mengaduk air dalam
wajan besar, kumisnya yang tebal berwarna putih melambailambai sat ia meniup perapian untuk memperbesar nyala api, ia
adalah tokoh kenamaan dalam dunia kangowu dari aliran hekto, namanya adalah Lu-mou dan dikenal dengan julukan kuiting-lotong, hari itu ia sedang merebus paku yang merupakan
senjata andalannya yang luar biasa, paku yang direbus
bersama daun beracun sudah berjalan tiga hari tiga malam,
sekarang hari keempat, dan pagi itu dia kembali memperbesar
api, lalu mengambil sebuah keranjang besar yang ternyata
isinya adalah lima ekor ular beracun, dengan cekatan
tangannya menangkap kepala ular dan memicit kepala ular,
kemudian menancapkan taring ular pada sebuah cawan yang
ditutup dengan kulit, bisa ular keluar mengalir kedalam cawan,
setelah bisa kelima ekor ular itu dikeluarkan, Lu-mou
memasukkan bisa ular kedalam wajan, lalu mengaduk sehingga
air rebusan yang tadinya hijau, berubah jadi hitam pekat.
Lu-mo keluar dari pondoknya menuju desa huain, desa huaian
tiga hari yang lalu menguburkan perempuan hamil yang tewas
mendadak, kejadiannya seminggu yang lalu, Bao-can
sebagaimana biasa menggarap dua petak sawah warisan
orang tuanya, biasanya ia bersama Can-hui istrinya, namun
saat hamil Can-hui berusia enam bulan, Can-hui tidak lagi
menemani suaminya kesawah
"besok kita akan panen, jadi saya sudah minta bantuan pada
pada A-gou dan A-sin untuk membantu saya memanen padi
kita." ujar Bao-can sambil baring diranjang
303 "kalau begitu saya akan memasak makan siang untuk koko dan
dua teman koko." sela Can-hui dan baring disamping suaminya
"benar hui-moi, dan masaklah yang istimewa."
"kira-kira apa yang akan saya besok koko ?"
"kamu masaklah ayam goreng dan sayur capcai dan gulai
kacang tauco." sahut Bao-can, Can-hui mengangguk, lalu
suami istri itupun tidur.
Keesokan harinya Bao-can berangkat kesawah dengan dua
temannya A-gou dan A-sin, sementara Can-hui menemui
tetangganya untuk membeli dua ekor ayam, Can-hui membuat
masakan istimewa, sebagaimana pesan suaminya,
pekerjaannya selesai menjelang siang, setelah Can-hui
menyiapkan segalanya, lalu Can-hui berkemas untuk
mengantarkan makan siang untuk suaminya, dengan langkah
ringan can-hui meninggalkan rumah menuju areal persawahan
dibalik hutan kira-kira satu li dari desanya.
Can-hui memasuki hutan dengan tidak menduga apa-apa,
walaupun sudah dua bulan ia tidak melewati hutan itu, lalu tibatiba ia dikejutkan dengan munculnya seorang lelaki tua
bertubuh kate, dia adalah Lu-mo
"hehehe"mau kemana nyonya ?" sapa Lu-mo
"ih"lopek mengejutkan saya saja." teriak Can-hui, Can-hui
tanpa menggubris melewati Lu-mo, Lu-mo dengan muka
nyengir mengikutinya dari belakang
"eh-lopek, kenapa kamu mengikuti saya ?"
"hehehe?" Lu-mo hanya tertawa dan tidak menjawab, Can-hui
304 jadi takut "mungkin orang ini orang gila." Pikirnya
"pergi kamu ! jangan mengikutiku !" bentaknya
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"hehehe?" melihat tawa itu makin merinding bulu roma Canhui, lalu ia berbalik dan berlari
"ihh..orang gila"setan"to"tuk.." Can-hui terkejut ketika si
tubuh kate sudah berdiri dengan berkacak pinggang
didepannya, lalu ia menjerit dan mau minta tolong, namun tibatiba tubuhnya lemas dan lidahnya kelu.
Can-hui dengan pandangan takut melihat Lu-mo yang tertawa
sambil mondar mandir disampingnya, lalu tiba-tiba Lu-mou
membuka bajunya sehingga telanjang didepan Can-hui, jantung
Can-hui makin berdetak kencang karena saking takutnya
"hehehe..hehehehe"manis".kamu nikmati yah
hehehe..hehehe?" ujar Lu-mo sambil mengelus-elus wajah
Can-hui, can-hui menjerit namun tidak ada suara yang keluar,
tubuhnya sudah diremas-remas oleh tangan kasar dan pendek
Lu-mo, lalu mempreteli pakainnya, Can-hui makin lemas dan
jantungnya makin kencang berdetak saking takutnya akan hal
yang menimpa dirinya, tangan kasar Lu-mo mengangkat
kakinya yang telanjang dan merejangnya dengan brutal, Lomou meremas-remas perut Can-hui yang hamil yang berpacu
dengan birahi iblisnya, Can-hui tidak berdaya, rasa takutnya
sekarang bercampur dengan rasa sakit dan nyeri pada
perutnya. 305 Lu-mo melakukannya hingga ia merasa puas, dan sadisnya Lumo baring diatas perut buncit Can-hui, rasa sakit dan nyeri yang
luar biasa mendera urat syaraf Can-hui, terlebih saat Lu-mo
bangkit dari baringnya dan duduk diatas perutnya serta
bergoyang sambil meremas-remas dadanya dengan nyengir
gemas, rasa sakit yang melebihi takaran fisiknya membuat
Can-hui mati dengan mulut menganga sesak dan mata yang
berair karena pedih dan nyeri yang bersangatan.
"hehehe..hahaha?" Lu-mo meninggalkan mayat Can-hui yang
mati mengenaskan sambil tertawa.
"hmh..sudah lewat siang begini kok istriku belum datang yah ?"
gumam Bao-can sambil bangkit dan menatap ke arah hutan
"mungkin kondisinya yang hamil tidak dapat mengantarkan
makan siang kita twako." sela A-sin
"ya setidaknya dia bisa minta Bantu pada tetangga." sahut Bacan tidak enak hati pada dua temannya.
"begini saja, twako kembalilah kerumah menjemput makan
siang kita." sela A-gou
"baiklah, tunggu dan istirahatlah kalian disini, aku akan cepat
untuk membawa makan siang kita." sahut Ba-can, lalu berjalan
cepat meninggalkan kedua temannya.
Saat melewati hutan, Ba-can berlari, dan sebentar lagi akan
sampai ke jalan raya, ia melihat tubuh yang terbujur, ditengah
jalan setepak "hui-moi"!" jeritnya histeris sambil memeluk istrinya, ia
menangis meraung melihat istrinya yang sudah jadi mayat,
306 bahkan Bao-can pingsan, Bao-can siuman karena wajahnya
disiram air oleh A-gou "oh..istriku"uu".uuuu istriku apa yang terjadi " kenapa kamu
mati hui-moi..!?" jeritnya
"sudahlah twako, mari kita bawa mayat cici, tidak baik kita
berlama-lama disini, karena hari juga sudah mulai petang." ujar
A-sin, lalu ketiganya mengangkat mayat Can-hui keluar dari
hutan dan dengan buru-buru mereka menuju perkampungan.
Warga terkejut dan datang melayat kerumah Bao-can, peristiwa
mengenaskan itu memmbuat gempar warga huaian, kematian
Can-hui merupakan misteri, karena tidak ada satu petunjukpun
yang mereka dapatkan tentang kematian Can-hui, dua hari
kemudian mereka menguburkan mayat Can-hui, Lu-mo dari
kejauahan menyaksikan pemakaman itu sambil senyum aneh.
Tiga hari setelah pemakaman Lu-mo melintasi hutan, dan saat
malam tiba ia sudah sampai di daerah pemakaman warga,
dengan tangannya yang pendek kekar menggali makam Canhui, mayat Can-hui sudah rusak dimakan ulat dan berlendir
busuk, namun bau itu tidak menggangu Lu-mo, dengan anteng
ia menggendong mayat Can-hui dan berlari dengan cepat
meninggalkan pemakaman menuju kediamannya jauh dibalik
hutan dilembah dimana ia berdiam.
Saat malam sudah larut Lu-mo sampai kerumahnya, ia
meletakkan mayat Can-hui disebuah meja diruang dapurnya,
lalu tanganya mengeruk perut Can-hui dan mengambil janin
307 Can-hui, janin itu dimasukkan ke wajan yang menggelegak, lalu
Lu-mo menusuk dua buah paku di telapak kaki mayat Can-hui,
cairan hitam busuk keluar dari bekas tusukan paku, Lu-mo
menampung cairan hitam dan memasukkannya kedalam wajan,
kemudian diaduk beberapa lama.
Menjelang pagi Lu-mo membuang mayat Can-hui kedalam
jurang, dan menunggu wajannya yang berisi paku mengering
kehitaman, lalu paku-paku itu dimasukkan kedalam
kantongnya, menjelang siang saat ia sedang bersantai di
beranda pondoknya, rombongan sim-kuang tiba
"eh"shantung-tok-piauw, hehehe..hahaha"angin apa yang
membawamu ketempatku yang bobrok ini ?" sapa Lu-mo
"hehehe..hahaha". aku ada perlu denganmu lotong." sahut
Sim-kuang "kamu membawa banyak teman, siapakah mereka ?" tanya Lumo
"hehehe"lo-tong, kedua orang ini adalah cinpawe aliran kita,
Kwi-san-hengcia dan kwi-ban-ciang."
"hehehe"selamat berjumpa lo-heng." sapa Lu-mo pada kedua
cianpwe." "selamat bertemu lotong." sahut kedua cianpwe datar
"dan ini adalah Tok-lian, ang-mou-kuibo dan koai-ma." ujar Simkuang
"hehehe"hahaha".tok-piauw ada apa hal sehingga kalian
datang kesini ?" "lotong, kami sedang menjalankan misi untuk membunuh she308
taihap, jadi kami minta supaya kamu bergabung dalam misi ini."
sela Kwi-ban-ciang "membunuh she-taihap " hehehe..hahaha"apakah kalian
sedang melantur mencoba membangunkan naga ?" sahut
Lotong "kami tidak melantur lotong, dan kami sudah berhasil
membunuh dua she-taihap di lokyang." sela Tok-lian
"heh".bagimana kalian bisa membunuhnya ?" tanya Lu-mo
heran "dua cianpwe dihadapanmu ini hampir menyamai kemampuan
seorang she-taihap, dan dengan kerjasama beliau-beliau ini
berhasil membunuh dua she-taihap." sela Koai-ma.
"lalu kenapa datang menemuiku, apa yang bisa saya lakukan
untuk misi ini ?" tanya Lu-mo
"dengarlah lotong, dengan kerjasama yang baik, kita akan
dapat membunuhi she-taihap, kamu direkomendasikan Tok-lian
dalam hal ini, karena kami butuh orang yang memiliki keahlian
senjata rahasia." sela Kwi-san-hengcia
"ooh, begitu, kalau kita dapat membunuhi she-taihap itu hal
yang amat menyenangkan." ujar Lu-mo
"baguslah kalau begitu, rencana kita akan dapat kita jalankan."
sela kwi-ban-ciang "bagaimana rencananya kwi-ban-ciang ?" tanya Lu-mo
"dengarlah kalian, setelah menganalisa misi yang kamu lakukan
sebelumnya, maka kita akan membentuk formasi untuk
melawan she-taihap, mereka jelas orang-orang sakti, namun
309 formasi dan kekuatan kita akan menundukkan mereka satu
persatu." sela Kwi-ban-ciang
"jelaskanlah loheng supaya saya lebih yakin dan mengerti !"
ujar Lu-mo "seorang she-taihap pasti dapat kita kalahkan dengan formasi
empat dan tiga, maksudnya empat orang berhadapan lansung
dengan she-taihap, dan tiga orang mengintai dengan senjata
rahasia, dan kita bertujuh sudah memenuhi formasi itu." sahut
kwi-ban-ciang "bagiamana loheng yakin ?" tanya Lu-mou
"karena dua she-taihap dapat kami bunuh hanya dengan
keroyokan empat orang." sela kwi-san-hengcia.
"luar biasa kalau begitu, sekarang kita akan mengeroyok
seorang she-taihap dengan formasi tadi, sungguh itu pemikiran
yang tepat dan jitu, hehehe..hahaha.."
"jadi lotong sebaiknya hari kita akan berangkat." sela tok-lian
"kemana kita akan berangkat ?" tanya Lu-mo
"kita akan ke shanghai, menuntaskan misi pertama yang gagal."
"baiklah kita berangkat dan ditengah jalan ceritakan kenapa
misi pertama gagal." sahut Lu-mo, lalu ia masuk kedalam dan
mengemas buntalan pakaiannya.
Tujuh orang itu meninggalkan kediaman Lu-mo
"misi pertama ke shanghai di lakukan oleh enam orang, mereka
adalah lam-liong-sian."
"lam-liong-sian " anak muda itu luar biasa dan sangat sakti."
sela Lu-mo 310 "benar, namun kenyataannya mereka tidak kembali, jadi kita
harus selidiki apa yang terjadi dishanghai." sahut koai-ma
"loheng..! kita ini hampir seumur, tapi nama kalian baru saya
dengar," ujar Lu-mo pada kwi-ban-ciang
"kami berdua menenggelamkan diri dalam peningkatan
kesaktian." sahut Kwi-ban-ciang
"kalian berdua " apakah kalian satu perguruan ?" tanya Lu-mo
"awalnya kami satu perguruan, kami adalah murid Ma-tin-bouw
orang tertua dari kwi-sian-pat." sahut Kwi-ban-ciang
"ooh begitu, jadi kalian ini cucu murid dari pah-sim-sai-jin."
"benar sekali lotong." sahut kwi-ban-ciang
"hehehe..hahaha ternyata kita sangat dekat loheng."
"maksudmu dekat bagaimana lotong ?" tanya kwi-ban-ciang
"hehehe"hahaha"kalian adalah cucu murid dari ayahku pahsim-sai-jin." sahut Lu-mo
"ah"begitukah ?" tanya keduanya sambil berhenti
"apakah kalian tahu siapa nama asli dari pah-sim-sai-jin ?"
"hal itu kami tidak tahu, dan bahkan suhu kami juga tidak tahu,
karena sebutan pah-sim-sai-jin lebih dikenal dunia."
"benar, saya juga yakin bahwa Ma-tin-bouw dan tujuh
saudaranya dalam kwi-sian-pat tidak mengetahui nama pahsim-sai-jin, pah-sim-sai-jin hanya memberikan namanya pada
wanita-wanita yang disukainya, dan dalam hal ini termasuk
ibuku, ibuku adalah salah satu selirnya di kota Lijiang saat ia
memulai misinya setelah turun dari kwi-ban-san." ujar Lu-mo
"lalu siapakah nama asli dari sukong pah-sim-sai-jin ?"
311 "namanya adalah Lu-koai, dan namaku adalah Lu-mo."
"heheh..hahah"ternyata susiok sendiri yang dihadapan kita
hengcia." sela Kwi-ban-sian, lalu kedua cianpwe itu menjura
hormat "sudahlah basa-basi itu, walaupun aku susiok kalian, aku tidak
mewaris apa yang dimiliki oleh ayahku, jadi tidak bisa
disamakan dengan kalian." ujar Lu-mo
"heheh..hahaha..tidak masalah susiok, yang penting kita samasama berusaha mewujudkan prinsip-prinsip hidup dari sukong
pah-sim-sai-jin." sela kwi-san-hengcia, kenyataan itu membuat
tiga kakek itu makin akrab dan selama dua hari mereka
mengadakan pesta di kota Jiangsu.
Kwaa-yun-peng sudah pulih dari luka bakar yang ia alami, dia
sekarang hanya dapat melihat dengan sebelah mata,
sementara mata yang sebelah hanya rongga hitam, ia dan
kedua anaknya sudah tiga bulan menempati rumah yang sudah
dibangun kembali, Kwaa-yang-bun dan Kwaa-hang-bi melayani
ayah mereka, perguruan pek-lek-twi sudah kembali beroperasi
selama dua minggu, Yang-bun mengambil alih dalam mengajari
dan mengawasi latihan murid-murid yang tinggal empat puluh
orang. Sore itu Kam-sin-bu, istrinya dan anaknya Kam-kui datang
berkunjung keruma she-taihap, mereka disambut oleh Kwaahang-bi
"silahkan masuk paman dan bibi." sambut Kwaa-hang-bi dan
312 membawa tamunya masuk keruang tengah, Kwaa-yun-peng
yang sedang duduk sambil minum diruang tengah segera
berdiri "ah..ternyata kam-sicu yang datang berkunjung, mari silhkan
duduk !" sambut Kwaa-yun-peng
"hahaha..hehhe..terimakasih kwaa-sicu, kami jadi merepotkan."
sahut Kam-sin-bu "ah..tidak merpotkan kam-sicu, malah kami senang dengan
kunjungan ini." ujar Kwaa-yun-peng, lalu keluarga kam duduk
"bagaimana keadaanmu kwaa-sicu ?"
"aku semakin baik kam-sicu, dan terimakasih kami dapat
perhatian dari pemerintah dan kam-sicu sendiri." sahut Kwaayun-peng
"hal itu sudah kepatutan kwaa-sicu, jadi jangan terlalu
sungkan." ujar Kam-sin-bu
"hehehe..oh ya bagaiman kui-ji, apakah penempatanmu sudah
terealisasi ?" "bulan depan saya akan mulai bekerja di Guangdong pamankwaa." sahut Kam-kui
"oooh..baguslah kalau begitu." ujar Kwaa-yun-peng, lalu
minuman dan sekedar makanan kecil di hidangkan Kwaa-hangbi
"silahkan paman diminum dan maaf hanya ini yang bisa kami
hidangkan." ujar Kwaa-hang-bi."
"ah..ini sudah lebih dari cukup bi-ji, dan tehnya sungguh
nikmat." sahut kam-sin-bu sambil meletakkan cangkir
313 minumnya, Kwaa-hang-bi senyum menunduk dan duduk
disamping ayahnya. "kwaa-sicu, sebenarnya disamping mengunjungimu, saya dan
keluarga ada hajat yang amat penting ingin kami sampaikan
pada kwaa-sicu." ujar Kam-sin-bu
"oh..begitukah kam-sicu, hal apakah yang penting itu, dan
semoga saja kami dapat Bantu dan penuhi."
"hehehe..hal ini merupakan harapan besar dari keluarga kami,
semoga minat ini bersambut gayung." ujar kam-sin-bu,
mendengar itu Kwaa-yun-peng senyum
"bi-ji ajaklah kui-ji ketaman yang baru dibuat, dan temani ia
melihat-lihat rumah kita." ujar Yun-peng pada putrinya, Kwaahang-bi merasa perintah itu aneh, namun ketika melihat Kamkui, hatinya berdesir
"baiklah ayah, mari kui-ko..!" sahut Hang-bi, lalu muda mudi itu
keluar dan pergi ketaman belakang.
Keduanya duduk di paviliun sambil senyum-senyum
"kenapa kui-ko senyum-senyum ?"
"karena bi-moi juga senyum-senyum." sahut Kam-kui
"ih kalo begitu kita ini dua orang gila karena senyum karena
orang senyum "hehehe..hahaha"tidak apa, asal gilanya bersamammu bimoi." sela Kam-kui mulai masuk pada niat hatinya
"eh..hi..hi". apa maksudnya Kui-ko, aku tidak mau gila ah.."
"aku juga bi-moi, tidak mau gila, namun melihatmu dipesta
paman Bao, aku jadi gila memikirkanmu."
314 "kui-ko"ka..kamu memikirkanku ?" tanya Hang-bi dengan hati
yang berdegup kencang "benar bi-moi, selama dua bulan ini aku selalu memikirkanmu,
kamu membuat aku rindu entah kenapa, hatiku bergetar hangat
membayangkan dirimu bi-moi." Sahut Kam-kui dengan rona
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pucat pada wajahnya, Hang-bi yang hatinya berdegup kencang
semakin membuat telapak tangannya dingin.
"lalu kedatangan paman bersamamu ?"
"kedatanganku bersama ayah erat kaitannya dengan hatiku
yang menggila ini bi-moi, a..aku"a..aku tidak bisa lagi
menahannya bi-moi, a..aku mau bilang aku sangat cinta
padamu bi-moi, a..aku ingin hidup bersamamu bi-moi." sahut
Kam-kui dengan wajah semakin pucat
"oh"kui-ko, a..aku"ti..tidak tahu harus menjawab apa."
"a..aku mengerti bi-moi, ini sangat mendadak dan
mengejutkanmu, ta..tapi"apa yang kamu rasakan saat ini bimoi ?"
"a..aku gemetar kui-ko, tapi hatiku hangat mendengar
perkataanmu." sahut hang-bi sambil menunduk dan meremas
jemarinya yang berkeringat.
"bi-moi, apakah saat kita berdekatan seperti ini, kamu
merasakan sesuatu ?"
"tadinya aku tidak merasa apa-apa, namun setelah kui-ko
mengungkapkan perasaan kui-ko a..aku jadi gemetar begini."
"hmh".mungkin kamu tidak menyukaiko bi-moi
"ti..tidak"kui-ko, a.aku senang dan suka padamu." sela Hang315
bi cepat, Kam-kui menatap mata Hang-bi dalam-dalam, ia
tersenyum hangat dan bahagia
"bi-moi"be..benarkah engkau suka padaku ?" tanya Kam-kui
sambil meraih jemari hang-bi, terasa dingin dan bahkan basah.
"be..benar kui-ko, aku suka dan hatiku yang bergetar ini terasa
nikmat ta..tapi aku takut
"tanganmu dingin bi-moi, aku mungkin telah menyusahkanmu
bi-moi." "ah..maafkan aku kui-ko, a..aku tidak tahu kenapa aku
kedinginan, tapi kui-ko aku hatiku semakin lama semakin
hangat dan nyaman." "Bi-moi a..apakah kamu mau ikut denganku, hidup bersama
denganku ?" "kui-ko kedengarannya sangat menyenangkan, hidup,
ah"hatiku makin nyaman kui-ko, a..aku juga menginginkanmu
kui-ko." sahut Hang-bi sambil memejamkan mata.
"aku juga sangat mendambakanmu bi-moi, aku mau kau
menikah dengaku, maukah kamu bi-moi ?"
"menikah..oh"kui-ko, ki..kita akan mebina keluarga kui-ko ?"
desah Hang-bi dan matanya berkaca-kaca dan air matanya pun
turun membasahi pipinya "benar sayang..kita akan membina keluarga." sahut Kam-kui
semakin terenyuh melihat air mata yang bercucuran dipipi
hang-bi. "dimanakah kita akan membina keluarga kui-ko ?"
"bulan depan jika dapat restu dari orang tua, kita akan ke
316 Guangdong, aku akan bekerja disana dan sekaligus aku akan
menjagamu disana sepenuh hatiku."
"kui-ko, ajakanmu mmebuat aku berdebar, namun aku harus
memikirkan, berilah aku waktu tiga hari." ujar Hang-bi,
"baiklah bi-moi, semoga dalam tiga hari ini saya mendapat
jawaban." sahut Kam-kui
"marilah kita kembali kedalam kui-ko.!" ujar Hang-bi, lalu
keduanya meninggalkan taman dan masuk kembali kedalam
rumah "hehehe..apakah kalian sudah selesai bicara ?" tanya Kam-sinbu
"sudah ayah." Jawab Kam-kui, Hang-bi hanya tertunduk
dengan wajah bersemu malu
"baiklah kwaa-sicu, kami akan menunggu kabar dari Kwaasicu." ujar Kam-sin-bu
"baik, saya akan segera sampaikan apapun kabarnya." sahut
Kwaa-yun-peng, keluarga Kam pun meninggalkan rumah shetaihap
"bi-moi..! duduklah disini nak.!" seru ayahnya, seruan itu
membuat hati Hang-bi takut dan cemas
"a..ada apa ayah ?"
"hehehe..keluarga Kam menyampaikan sesuatu pada ayah."
ujar Kwaa-yun-peng, hati Hang-bi yang tadi cemas berubah
menjadi malu, dia menunduk dalam disamping ayahnya
"bi-ji umurmu sudah sembilan belas tahun, jadi kau ingin
dijadikan menantu oleh pamanmu, untuk anaknya Kui-ji, jadi
317 bagaimana menurutmu ?" tanya ayahnya, mendengar itu Hangbi spontan menunduk
"ayah, aku akan memikirkannya selama tiga hari ini." ujar Hangbi
"baiklah bi-ji, pikirkanlah dengan tenang dan jernih." sahut
ayahnya, Han-bi mengangguk dan meninggalkan ayahnya dan
masuk kedalam kamar. Dikamar Hang-bi mencoba tidur, namun bayangan wajah dan
tatapan mata Kam-kui mewarnai pikirannya, Hang-bi
mengerahkan tin-liong-siulian untuk melenyapkan bayangan
Kam-kui, dan diapun tertidur dengan nyaman, saat malam tiba,
Hang-bi bangun, dan kembali muncul kembali membayang
wajah Kam-kui, Hang-bi senyum sendiri, hatinya bergetar, lalu
ia bangkit dan pergi mandi. setelah mandi dan berganti baju, ia
menemui ayah dan kakaknya untuk makan malam.
"kamu tidur seharian Bi-moi, ada apa ?" tanya Yang-bun
"jangan ganggu adikmu Bun-ji."
"hehehe..ayah ada apa ini ?" sahut Yang-bun heran melihat
ayahnya yang baru kali ini merasa ditegur.
"tadi keluarga kam dan putranya datang menemui ayah." sahut
Yun-peng, mendengar itu mengertilah Yang-bun
"ooh, begitu, hehe..jangan lupa makan yah adikku sayang."
"ih bun-ko, jangan becanda ah." sahut Hang-bi dengan senyum
tertunduk dan menyumpit makanannya.
318 Hari kedua Hang-bi merasa rindu sekali dengan Kam-kui,
hatinya semakin hangat jika membayangkan wajah tampan dan
tatapan tajam mata Kam-kui, memang mata Kam-kui sangat
tajam, alisnya yang hitam melengkung memberikan wibawa
pada wajahnya yang tampan, sebagai ahli hokum, perawakan
wajah Kam-kui sangat memberikan kesan tegas dan cerdik,
sehingga membuat orang menatapnya menjadi segan. Tidak
terkecuali she-taihap yang cantik ini.
Hari ketiga ajakan Kam-kui pada saat itu membuat hati Hang-bi
yakin, bahwa ia benar suka dan cinta pada Kam-kui,
kerinduannya yang mencuat, kehangatan hatinya yang
merasuk dikalbunya membuat ia bahagia membayangkan ia
mendampingi Kam-kui sebagai suaminya, lalu Hang-bi
menemui ayahnya "ayah, anak ingin menyampaikan perihal tiga hari yang lalu."
"baiklah bi-ji, katakanlah nak, ayah akan mendengarkan." sahut
Kwaa-yun-peng "ayah, setelah menyelami apa yang kurasakan selama tiga hari
ini, maka dapat kuputuskan bahwa hatiku tepaut dengan kui-ko,
dan ajakan untuk menikah satu dambaan yang membuat hatiku
bahagia." ujar Hang-bi dengan wajah tunduk dan bersemu
merah "bi-ji pandanglah ayah anakku !" seru Kwaa-yun-peng, Hang-bi
mengangkat kepalanya dan menatap wajah ayahnya yang
mana sebelah matanya hanya rongga hitam
"sudahkah bulat tekad akan mendapingi kam-kui anakku ?"
319 "sudah ayah, kui-ko menempati segala bayangan tentang
rumah tangga dalam benakku ayah."
"hmh..jika demikian anakku, ayah akan dukung dan restui, dan
ayah akan menyampaikan pesan pada she-kam tentang
keputusan kita ini." ujar Kwaa-yun-peng, Hang-bi mengangguk.
Sore harinya Kam-sin-bu beserta istrinya datang lagi kerumah
she-taihap "kam-sicu, hasrat baik dan niat yang terucap, telah menjadi
buah pikiran kami selama beberapa hari ini, putriku juga telah
memikirkan dan menimbangnya, aku dan putriku melihat
banyak kebaikan dari niat suci itu, maka Kam-sicu, kami
menerima lamaran yang diajukan."
"hehehe..sungguh luarbiasa senang dan bahagianya hati kami
sekeluarga kwaa-sicu mendengar jawaban yang memang
sangat kami harapkan, kami tidak mampu mengungkapkan
betapa rasa syukur yang terbetik dalam hati kami akan anugrah
Thian dalam hubungan ini." sahut Kam-sin-bu
"demikian juga kami skeluarga Kam-sicu, lalu hal selanjutnya
marilah kita bicarakan Kam-sicu." ujar Kwaa-yun-peng, Kamsin-bu merasa bahagia mendengar perkataan she-taihap,
hatinya mendadak lapang dan nyaman, karena keluarga luar
biasa ini sangat terbuka dan tegas
Lalu dua orang tua itupun membicarakan hal pernikahan,
karena penempatan Kam-kui ke Guangdong kurang dari
sebulan lagi, maka pernikahanpun akan dilangsungkan tiga
minggu didepan, sebelum keberangkatan Kam-kui ke
Guangdong. 320 Hari pernikahnpun tiba, arak-arakan dari rumah Kam-sin-bu
sangat meriah, para undangan banyak yang menghadiri
pernikahan putra wakil kungcu itu, bahkan kungcu sendiri ikut
hadir, para pembesar pun ikut datang beramai-ramai, kedua
mempelai disandingkan, pasangan yang serasi, celutuk
beberapa undangan ketika melihat wajah kedua mempelai,
biksu menjalankan upacara pernikahan dengan hikmat, hiburan
dan nyanyianpun di gelar, Bao-hui sang paman luar biasa
gembira, saat Kam-kui hendak memboyong istrinya
kerumahnya, Hang-bi menangis memeluk ayah dan kakaknya
"bi-ji"semoga rumah tangga yang kamu bina ini nak, dapat
langgeng dan mengecap kebahagiaan, ayah akan selalu
mendoakanmu." "ayah"aku belum cukup bakti padamu, bagaimana ayah
nantinya, uuuu..uuu ?"
"hehehe,,anakku yang baik, baktimu padaku akan terpenuhi jika
kamu dapat menunaikan bakti pada suami dan mertuamu, tapi
jika kamu anakku tidak mampu memenuhi bakti pada suami
dan mertuamu, maka kamu juga mengalpakan baktimu padaku,
janganlah hal ini terjadi anakku, sebab ayah akan merasa sakit
hati, berjanjilah anakku !"
"baik ayah aku akan tunaikan amanah ayah, aku akan berbakti
pada suamiku dan ayah mertuaku, supaya ayah jangan sakit
hati padaku." "demikianlah harusnya anakku, aku dan ayah mertuamu sama,
suamimu sekarang lebih utama dari ayah, maka dulukanlah ia,
karena ayah sudah metlak menyerahkan kamu padanya." ujar
321 Kwaa-yun-peng, Hang-bi mengangguk sambil meghapus air
matanya. Lalu Hang-bi dibawa Kam-kui ketandu pengantin, iringiringanpun berangkat dikala senja itu, Hang-bi akan menjalani
kehidupannya, dia akan menjadi bagian keluarga kam, dia akan
mengharungi kehidupan bersama suaminya tercinta, selama
tiga hari mereka mereguk nikmatnya malam pengantin, setelah
itu suami istri yang baru membina rumah tangga itu berangkat
kekota Guangdong, Kwaa-yun-peng melepas putrinya dengan
berkah restu yang penuh. Seminggu kemudian rekanan kwi-ban-ciang memasuki kota
shanghai, disebuah likoan dibelahan timur kota mereka
menginap, sutau malam tok-lian dan ang-mou-kuibo berjalanjalan sambil menikmati indah kota shanghai pada malam hari,
keduanya lewat sebuah pokoan besar dikota itu, beberapa
lelaki yang baru keluar dari pokoan sedang mabuk, melihat dua
wanita cantik separuh baya sedang duduk di jembatan depan
pokoan, mereka langsung menghampiri
"hehehe"keluar malam-malam begini sedang apa nona ?"
"hi..hi"sedang cari angin dong tuan." sahut Tok-lian
"nggak takut masuk angin nona ?"
"hi..hi"angin apa yang masuk tuan ?" sela ang-mou-kuibo
"hehehe..hahaha"malam begini angin siluman bisa saja
masuk , hahaha..hahha.."
"angin siluman rasanya dingin tidak, tuan ?"
"angin siluman rasanya tidak dingin tapi panas."
322 "hi..hi"kalau panas, aku ingin jika ada angin siluman yang
datang, karena tubuhku lagi kedinginan." sahut Tok-lian sambil
senyum penuh menggoda. "tuan ! kalian ini apakah orang kota ini ?" sela ang-mo-kuibo
"hehehe.. benar nona, kalian tentu orang luar kota."
"benar tuan, kami baru datang malam ini, dan kami tidak tahu
mau kemana, apakah tuan punya tempat untuk melewatkan
malam ini ?" "hehehe..hahaha..tentu nona, jangankan semalam, beberapa
malam boleh juga." "ih..tuan bisa saja, hi..hi"." sela Tok-lian
"baik marilah kita ke villa ayah saya, kita boleh bermalam
disana." "ihh..apakah tuan juga mau menemani kami ?" sela ang-moukuibo manja
"tentu menemani wanita cantikcantik seperti kalian, siapa tidak
mau, hehehe?" "apa istrimu tidak akan marah tuan ?"
"hehehe..jangan khawatir, marilah, rasanya aku sudah tak
tahan lagi." "tuan tahan kenapa ?" tanya Tok-lian dengan senyum nakal
"tidak tahan ingin memeluk dan menciummu, hehehe..:"
"ih, tuan-tuan ini genit, mikirnya yang macam-macam
"hehehe..habis kalian menggemaskan." sahut lelaki itu sambil
memukul buah pinggul ang-muo-kuibo
323 "hi..hi"tuan ini nakallah ?" jerit ang-mou-kuibo, empat orang itu
menuju sebuah vila diluar gerbang sebelah timur.
Pesta mesum pun berlangsung semalam suntuk, diselingi derai
tawa nakal dan gurauan kotor,
"liu-kongcu, kenal she-taihap tidak ?" tanya tok-lian
"semua orang dikota ini kenal she-taihap, terlebih setelah apa
yang she-taihap alami beberapa bulan yang lalu."
"eh..memangnya apa yang terjadi liu-kongcu ?"
"beberapa bulan yang lalu rumahnya di ledakkan orang, hingga
istri dan enam puluh muridnya tewas."
"ih negeri benar, lalu bagaimana dengan she-taihap sendiri ?"
"she-taihap luka terbakar yang amat parah, namun untunglah ia
selamat dan sudah sekarang sudah pulih, hanya sekarang
matanya tinggal sebelah"
"wah"lalu pelakunya sudah ditangkap ?"
"pelakunya sampai sekarang tidak tahu, haya tuan edmundo
yang menyediakan bahan peledak itu di hukum mati bersama
putranya." "jadi sekarang siapa saja dalam rumah she-taihap kalau ia
sudah menduda ?" "sekarang hanya ada anaknya yang sulung kwaa-yang-bun,
karena lebih seminggu yang lalu putrinya sudah menikah
dengan Kam-kongcu yang menjadi tihu di Guangdong."
"hmh"apakah kamu sudah mengantuk liu-kongcu ?"
Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"benar, marilah kita tidur." sahut liu-kongcu sambil memeluk
324 tubuh telanjang Tok-lian, Tok-lian juga makin menyusupkan
tubuhnya kedalam pelukan Liu-kongcu.
Keesokan harinya, Tok-lian dan ang-mo-kuibo kembali ke
penginapan, lima rekan mereka sedangh sarapan di lantai
bawah "darimana saja kalian tok-lian ?" tanya Sim-kuang
"heiihi..hi.., cari hiburan sambil mencari informasi." sahut Toklian
"informasi apa yang kalian dapatkan ?" sela koai-ma
"informasi terkait dengan she-taihap."
"oh-ya apa yang kalian ketahui sehubungan dengan she-taihap
?" sela Kwi-ban-ciang
"she-taihap beberapa bulan yang lalu rumahnya diledakkan
orang, yang saya yakin pelakunya adalah enam rekan kita."
"eh..lalu bagaimana " apa yang terjadi ?" sela kwu-san-hengcia
"istri she-taihap beserta enam puluh muridnya tewas, rumahnya
luluh lantak, hancur rata dengan tanah.
"taihap sendri bagaimana ?" sela shantung-tok-piauw
"she-taihap selamatm tapi sekarang matanya sebelah sudah
buta, dan hal yang penting untuk kita ketahui bahwa sekerang
she-taihap hanya bersama putra sulungnya."
"hmh".baiklah kita selesaikan makan, dan lalu kita kembali
kekamar untuk membicarakan strategi selanjutnya." ujar kwiban-ciang, lalu merekapun makan dengan buru-buru.
Tujuh rekanan itu berkumpul dikamar Kwi-ban-ciang
"jika sekarang she-taihap bersama putranya, maka rencana kita
325 adalah mengundang seorang dari mereka untuk dibunuh
duluan, apa ada ide yang jitu untuk mewujudkan strstegi ini ?"
"dengan surat tantangan tidak mungkin, karena tentunya
mereka akan hati-hati setelah peristiwa yang mereka alami."
sela kwi-san-hengcia, tujuh rekanan itu terdiam sambil berpikir
"aku ada ide dalam strategi ini." sela koai-ma
"apa idemu itu kuibo ?" sela kwi-san-hengcia
"kita buat seperti yang dilokyang, cianpwe." sahut koai-ma
"hmh"demikian juga bagus, jadi kalau begitu kita hari
mendapatkan korban untuk dijadikan pemancing keluarnya
salah satu dari she-taihap." sela kwi-ban-ciang
"benar kwi-ban-ciang, jadi sebaiknya kita ambil rumah yang
dekat dengan gerbang kota, sehingga kita bisa memancing
yang kedua keluar dari kota." Sela kwi-san-hengcia.
Kwi-ban-ciang dan tujuh rekannya malam itu mengincar sebuah
rumah yang berdekatan dengan gerbang kota sebelah timur,
rumah itu milik seorang kapten kapal bernama Ma-bin, Ma-bin
baru berlabuh tiga malam yang lalu, dan sekarang sedang
istirahat di rumahnya, besok lusa ia akan kembali lagi berlayar,
rumahnya ini dihuni oleh istri tuanya yang berumur empat puluh
tahun dan tiga orang pembantu wanita serta dua orang
pembantu laki-laki. Kehidupan Ma-bin sebagai seorang pelaut yang lebih lama
hidup ditengah laut, sangat glamour, ia mempunyai beberapa
rumah persinggahan di beberapa kota, dan di beberapa kota
326 itu, ia memiliki istri yang menemaninya selama ia berada dikota
itu, malam itu Ma-bin sedang bersantai diberanda atas
rumahnya sambil menikmati taburan bintang di langit, istrinya
menemaninya dengan mesra, karena suaminya ini hanya
seminggu paling lama dirumah, dan mungkin akan bertemu lagi
setidaknya tahun depan. "jika berlayar ke macau bin-koko jangan lupa belikan kalung
untukku jika kembali kesini." ujar ma-hujin ,manja sambil
memijit paha suaminya yang bertelekan di kursi panjang
"hehee..jangan khawatir ang-moi." sahut Ma-bin sambil
menikmati pijatan istrinya, tujuh orang bayangan gesit
mengintai kemesraan suami sitri itu, ketika keduanya
berpelukan mesra, ketujuh orang itu muncul secara tiba-tiba,
ma-bin dan istrinya terkejut
"hehehe"hahaha".malam ini memang suasananya indah dan
romantis." ujar kwi-ban-ciang
"heh ! siapa kalian..!" bentak Ma-bin sambil berdiri menatap
ketujuh orang itu "tidak perlu kamu tahu siapa kami." sela koai-ma sambil
bergerak cepat menyerang Ma-bin, Ma-bin dengan cepat
berkelit dan hendak memukul lambung Koa-ma
"buk"aughhh".plak"buk"hegk.." Lambung koai-ma
dihantam pukulan kuat dari Ma-bin, tapi yang menjerit kesakitan
malah Ma-bin sendiri, lambung itu kerasnya laksana baja ketika
Ma-bin pukul, ketika ia menjerit sebuah tamparan menghantam
pipinya hingga giginya ambrul dan disusul sebuah tendangan
327 yang menghantam dadanya, hingga ia terlempar kedalam
rumah. Ma-bin menggeloso sambil meringis, istrinya yang ketakutan
meringkuk dibawa kursi panjang, shantung-tok-piuaw menarik
Ma-hujin masuk kedalam rumah, Ma-bin dan istrinya diseret
kelantai bawah, tiga pelayan yang sedang menyiapkan makan
malam terkejut dan menjerit, namun dengan sigap tok-lian
membungkam mulut ketiganya, Koai-ma keluar untuk
membekuk dua penjaga yang ada di pos gerbang rumah,
kedua penjaga itu tanpa perlawanan lemas ditotok Koai-ma dan
diseret kedalam rumah, tujuh orang penghuni rumah di tumpuk,
sementara tujuh rekanan menikmati makanan diatas meja.
Setelah makanan diatas meja mereka lahap, lo-tong menyeret
Ma-hujin kekamar, "mau kemana kamu Lu-siok ?" tanya Kwi-ban-ciang
"hehe"kemana lagi kalau tidak bersenang-senang dikamar."
sahut Lu-mo, satu kebiasaan bagi lotong yang kate, setiap
wanita yang terintimidasi membuat gairahnya muncul dan dia
akan melakukan kemesuman, korbanya kali ini wanita empat
puluh tahunan, "hmh..sebelum kita membicarakan rencana tidak salah kita
berpesta." ujar Kwi-ban-ciang, koai-ma dan shantung-tok-piauw
membawa dua pelayan kekamar lain, sementara ang-mou-kwi
dan tok-lian kembali ke lantai atas menunggu pesta itu selesai
sambil menikmati bulan sepotong, seorang pelayan yang
tinggal digilir kebejatan dua cianpwe.
328 Ma-bin dan dua penjaganya tergeletak lemas dengan wajah
pucat, beberapa jam kemudian pesta mesum itu pun selesai,
semua korban kembali dikumpulkan, tiga pelayan sesugukan
menangis pilu, Ma-hujin hanya meringis kesakitan serta
bingung dengan kemalangan yang menimpa mereka
"hehehe..hehehe"kalian semua akan mati, jika tidak menuruti
perintah kami, bagaimana " apa kalian mau mati ?"
"ti..tidak tuan, kami akan menuruti apa saja yang tuan katakan."
sahut Ma-bin dengan wajah memelas
"bagus kalau begitu, besok kalian dua penjaga pergilah
kerumah she-taihap, usahakan seorang dari mereka mengikuti
kalian hingga kesini." ujar Kwi-ban-ciang
"ba..,baik tuan, ka..kami akan lakukan perintah tuan ?"
"hmh"apa yang akan kalian katakan padanya ?" sela Kwi-sanhengcia, kedua penjaga itu saling pandang, seorang dari
mereka berkata "ka..kami akan katakan bahwa rumah majikan kami didatangi
perampok dan menawan majikan kami."
"bagus tapi ingat hanya seorang she-taihap yang boleh kalian
bawa kesini, jika kalian melanggar, kalian semua akan mati,
dan kelian berdua akan diawasi salah satu dari kami." ujar Kwiban-ciang
Tongkat Rantai Kumala 2 Tusuk Kondai Pusaka Liong Hong Po Cha Yan Karya S D Liong Tugas Rahasia 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama