Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 16

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 16


"Alap-alap Perak itu justru mengancam, guru"sahut Ki Rantam.
"Baiklah, Kalian memang harus berhati-hati menghadapi orang itu. Orang itu licik dan tanpa malu-malu melakukan apa saja untuk mencapai niatnya. Karena itu jangan abaikan ancamannya" kepada kedua murid Ki Wigati, Ki Margawasana berpesan "Sampaikan kepada gurumu, bahwa gurumu jangan mengabaikan ancaman Alap-alap Perak itu, karena ia benar-benar akan melakukannya"
"Baik, Uwa. Aku akan menyampaikannya kepada guru. Ki Margawasana itupun mengangguk-angguk sambil berkata
"Baiklah. Sekarang kalian dapat beristirahat. Yang akan pergi ke dapur, pergilah ke dapur. Yang akan melihat-lihat, silahkan.
Aku akan mengantarkan kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang murid Ki Wigati itupun menyahut "Biarlah aku pergi ke dapur, uwa. Wikan yang belum pernah datang kemari, akan dapat melihat-lihat bersama Ki Rantam jika ia tidak merasa letih"
"Bukankah kita akan tinggal disini untuk dua tiga hari"
sahut Wikan "biarlah besok saja aku melihat-lihat. Sekarang aku juga akan pergi ke dapur"
Ki Margawasana itupun tersenyum. Dibiarkannya saja
keempat orang itu berbuat sekehendak mereka sebagaimana mereka berada di rumah sendiri.
Ternyata seorang murid Ki Wigati itupun terampil pula kerja di dapur. Sementara yang seorang lagi membantunya dengan cekatan pula. Sedangkan Wikan telah menimba air untuk mengisi jambangan di pakiwan. Ketika Wikan mandi, maka Ki Rantampun telah mengusung air untuk mengisi gentong di dapur.
Ki Margawasana sendiri duduk saja diruang dalam. Namun setiap kali murid Ki Wigati itu bertanya, dimana Ki
Margawasana menyimpan bahan bahan mentahnya.
Ketika malam turun, maka Ki Margawasana serta tamutamunya duduk diruang dalam. Dihadapan mereka lelah
dihidangkan makan malam seadanya.
"Ternyata kalian terampil pula di dapur" berkata Ki
Margawasana sambil memperhatikan nasi yang masih
mengepul, ikan mas yang ditangkap dibelumbang yang
digoreng hingga kering. Sambal terasi dan sayur yang masih panas.
"Sayur apa ini?" bertanya Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salah seorang murid Ki Wigati itu tersenyum sambil
menjawab "Aku telah memetik sebuah ketela gantung yang masih muda di belakang dapur itu"
Ki Margawasanapun kemudian mencicipi hidangan itu.
Sambil mengangguk-angguk iapun berkata "Enak sekali. Aku yang setiap hari masak buat diriku sendiri, tidak dapat masak seenak ini"
"Ah, uwa memuji"
"Aku berkata sebenarnya. Hanya sedikit kurang garam"
Mereka yang sedang makan malam itupun tertawa. Murid Ki Wigati itupun segera bangkit dan pergi ke dapur.
"Kau mau kemana?"
Orang itu tidak menjawab. Tetapi sejenak kemudian, maka iapun kembali sambil membawa garam yang sudah di
lembutkan. Yang lainpun tertawa pula.
Bagi mereka yang berada di bukit Jatilamba itu merasa bahwa mereka telah mendapat waktu beristirahat yang sebaik-baiknya.
Mereka dapat melupakan urutan waktu yang sangat padat Sejak mereka bangun tidur sampai saatnya mereka masuk ke biliknya
Di Bukit Jatilamba perasaan mereka tidak menjadi tegang menghadapi para pemula yang agak sulit mengikuti ajaran-ajaran yang diberikan. Baik mengenai olah kanuragan, maupun mengenai pengetahuan yang lain.
Di bukit kecil itu mereka dapat meletakkan semuanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di hari berikutnya, maka Wikan, Ki Rantam dan kedua
orang murid Ki Wigati itu telah melihat-lihat hampir semua sudut di bukit Jatilamba. Pohon jati raksasa satu-satunya, namun di sisi lain banyak pula terdapat pohon-pohon raksasa yang lain. Sedangkan di sepanjang jalan-jalan setapak terdapat pohon gayam yang berbuah disegala musim.
Merekapun sempat melihat-lihat kolam yang berisi berbagai jenis ikan. Merekapun sempat memperhatikan mata air yang deras, yang dipergunakan untuk mengairi belumbang-belumbang di bukit itu. Namun ternyata airnya melimpah dan mengalir ke bulak persawahan, sehingga orang-orang Gebang yang sawahnya mendapat air dari bukit kecil itu disegala musim, merasa sangat berterima kasih.
Di hari pertama mereka berada di bukit kecil itu, telah mereka
pergunakan sebaik-baiknya untuk melihat-lihat Sementara itu, kedua orang murid Ki Wigati yang melihat hutan yang tidak terlalu jauh dari bukit Jatilamba itu, telah terusik hatinya untuk pergi berburu.
Tetapi agaknya Wikan dan Ki. Rantampun ternyata tertarik pula. Keduanya telah mempelajari pula cara berburu dari kedua orang murid Ki Wigati itu.
"Kita minta ijin dahulu kepada guru" berkata Wikan.
"Kau sajalah yang minta ijin" desis salah seorang murid Ki Wigati.
Wikan tidak dapat mengelak. Iapun segera menyampaikan maksudnya kepada Ki Margawasana.
"Hutan itu sangat lebat dan jarang sekali di datangi orang.
Didalamnya terdapat berbagai macam binatang buas. Jika kalian akan melihat-lihat ke dalamnya, kalian harus sangat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhati-hati. Aku yang tinggal di Gebang sejak kanak-kanak belum pernah melihat orang berburu ke hutan itu"
"Kami akan berhati-hati guru. Kami tidak akan memasuki hutan itu terlalu dalam. Sementara itu kedua orang murid paman
Wigati itu adalah pemburu-pemburu yang berpengalaman" "Baiklah. Tetapi hati-hatilah"
Demikianlah, keempat orang itupun segera mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa berburu. Sebagian dari peralat an itu mereka pinjam dari Ki Margawasana.
"Tidak ada apa-apa disini" berkata Ki Margawasana "tetapi aku mempunyai beberapa jenis senjata yang aku simpan di Gebang"
"Jika guru berkenan".." Wikan tidak melanjutkan kata-katanya.
"Kau akan mengajak aku pergi ke Gebang, begitu?"
Wikan tersenyum sambil menjawab "Ya, guru"
Ki Margawasanapun tersenyum pula. Katanya "Baiklah. Kita akan pergi ke Gebang. Aku tahu, bahwa kalian tidak dapat berburu dengan mengandalkan pedang kalian. Kalian harus membawa senjata yang dapat dilontarkan menyusul kecepatan lari binatang buruan kalian"
Demikianlah, maka mereka berlimapun pergi ke Gebang.
Agaknya Ki Margawasana meninggalkan berbagai jenis
senjatanya di Gebang. Ketika mereka sampai di Gebang, maka Ki Margawasanapun mengajak mereka berempat ke sanggarnya. Sanggar yang sudah jarang sekali di pergunakan. Agaknya Ki Margawasana menyimpan senjata-senjatanya di sanggarnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang yang sudah setua Ki Margawasana telah diserahi oleh Ki Margawasana untuk menjaga dan setiap kali
membersihkan sanggarnya. Ki Margawasanapun memperkenalkan orang tua itu sebagai saudara sepupunya yang sudah berpuluh tahun tinggal di.
rumah itu pula. "Biarlah mereka memilih kakang" berkata Ki Margawasana.
Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itu terkejut ketika mereka memasuki sanggar Ki Margawasana yang sudah jarang dipergunakannya itu. Didalamnya terdapat segala jenis senjata. Bahkan jenis-jenis senjata yang sering dipergunakan oleh orang asing. Ada berbagai jenis pedang, tombak dan senjata-senjata yang hampir tidak pernah
dipergunakan. Bahkan ada jenis senjata yang belum pernah mereka lihat.
"Inilah masa lampauku" berkata Ki Margawasana kepada keempat orang yang akan pergi berburu itu "sekarang yang ada dibukit tidak lebih dari sebilah parang pembelah kayu, sumbat untuk mengupas sabut kelapa, serta pisau dapur untuk memotong sayur-sayuran"
Keempat orang itupun kemudian dipersilahkan memilih, senjata apa saja yang mereka perlukan untuk berburu di hutan yang lebat itu.
Yang menarik perhatian kedua orang murid Ki Wigati adalah busur serta anak panahnya. Di sanggar itu terdapat beberapa buah busur yang beraneka bentuk dan warnanya.
"Pilihlah. Tetapi sebelumnya, cobalah. Didepan dinding di sisi Utara itu terdapat sasaran yang dapat kalian bidik. Kalian akan mendapatkan busur yang paling cocok bagi kalian masing-masing. Karena mungkin yang satu lebih senang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan busur yang lebih berat, sedangkan yang lain memilih yang ringan. Baru kalian dapat meminjam yang paling sesuai bagi kalian masing-masing"
Keempat orang itupun kemudian memilih busur yang
bergayutan di dinding sanggar. Merekapun kemudian mencoba untuk mempergunakannya. Merekapun kemudian.membidik
sasaran yang tergantung di depan dinding disisi Utara dari sanggar itu.
"Dinding itu telah dirangkapi dengan kayu, anyaman rami dan damen"
Ternyata mereka berempat adalah pembidik-pembidik yang baik. Dengan pengetahuan berburu yang cukup, maka mereka adalah pemburu-pemburu yang ulung.
Beberapa saat kemudian, maka merekapun telah memilih busur yang sesuai bagi mereka masing-masing. Ternyata bahwa persediaan busur Ki Margawasana mencukupi untuk mereka berempat, sehingga mereka tidak perlu bergantian mempergunakannya.
Sedangkan untuk melengkapi senjata berburu, merekapun telah membawa lembing pula.
Beberapa saat kemudian, maka keempat orang itupun
segera berangkat ke hutan yang tidak terlalu jauh dari pebukitan. Satu diantara bukit-bukit kecil itu adalah bukit Jatilamba.
Namun sekali lagi Ki Margawasana berpesan "Hati-hatilah.
Meskipun kalian berpengalaman berburu, tetapi kalian belum mengenal hutan itu. Kalian belum mengenali jenis tanahnya yang gembur, berawa-rawa, sehingga terdapa banyak jenis ular berbisa. Saat ini angin bertiup dari Selatan k Utara.
Perhatikan itu" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, guru"jawab Wikan.
Demikianlah, maka mereka berempatpun kemudian meninggalkan Gebang menuju ke hutan. Sementara itu, Ki Margawasanapun agaknya tidak segera kembali ke bukit kecilnya. Ki Margawasana akan menunggu para pemburu itu kembali ke Gebang.
Demikianlah, maka keempat orang yang akan berburu
itupun berjalan di pematang, kemudian turun ke jalan setapak menuju ke padang perdu. Sambil menjinjing lembing-lembing mereka, keempat orang itu berjalan menuju ke hutan.
Semakin dekat mereka dengan hutan yang lebat itu, maka merekapun menjadi semakin jelas melihat keadaannya.
Tanahnya memang gembur. Pepohonan raksasa tumbuh
hampir berhimpitan, sedangkan dicelah-celahnya tumbuh pepohonan yang lebih kecil, gerumbul-gerumbul perdu serta semak-semak yang berduri.
"Hutan ini masih benar-benar liar" berkata salah seorang murid Ki Wigati yang sudah mempunyai pengalaman berburu cukup lama.
"Ya "Yang lain mengangguk-angguk "seperti pesan uwa
Margawasana, kita memang harus sangat berhati-hati"
Mereka berempatpun kemudian mencari celah-celah yang dapat mereka pergunakan untuk memasuki hutan yang lebat itu.
Ternyata kedua orang murid Ki Wigati itu benar-benar pemburu yang sangat berpengalaman. Meskipun hutan itu sangat lebat dan belum pernah disentuhnya, namun dengan pengalaman yang luas, keduanya dapat menyusup semakin dalam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak keduanyapun berhenti. Mereka mengangkat
wajahnya sambil memperhatikan angin yang lembut.
Sebenarnyalah bahwa Wikan dan Ki Rantam yang juga
sudah mengenal cara-cara berburu, juga dapat mencium bau binatang buruan. Namun mereka masih belum yakin
sebagaimana kedua orang murid Ki Wigati.
"Kita berada di arah angin?" desis murid Ki Wigati "Kita tunggu saja disini"
Keempat orang itupun kemudian menyelinap dibelakang
pepohonan untuk menunggu. Mereka berharap bahwa ada
seekor binatang buruan yang melintas.
Sebenarnyalah sejenak kemudian mereka melihat beberapa ekor kijang yang melintasi gerumbul-gerumbul perdu menuju ke Utara.
Pada saat yang tepat, maka keempat orang itupun telah menarik busurnya dan hampir berbareng mereka melepaskan anak panah mereka.
Serentak beberapa ekor kijang itupun meloncat berlari.
Namun baru beberapa langkah, dua ekor diantara merekapun telah jatuh dan tidak dapat bangkit kembali.
Keempat orang itupun dengan cepat berloncatan diantara pohon-pohon perdu menuju ke tempat dua ekor kijang yang terbaring diam itu. Agaknya pilihan keempat orang pemburu itu jatuh pada kedua ekor kijang muda yang gemuk itu, sehingga ditubuh masing-masing tertancap dua batang anak panah.
Namun Wikan yang ingin cepat-cepat sampai ke tempat
kedua ekor kijang itu terbaring, telah memilih jalan pintas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun berlari menyeberangi genangan air yang kental seperti lumpur, yang berwarna kehitam-hitaman.
"Wikan" teriak kedua murid Ki Wigati hampir berbareng
"jangan" Tetapi terlambat. Wikan telah menceburkan kakinya keatas lumpur yang hitam itu.
Namun tiba-tiba saja tubuh Wikan ini bagaikan terhisap masuk ke dalam lumpur yang berwarna kehitam-hitaman itu.
Wikan berusaha dengan sekuat tenaga berenang menepi.
Tetapi ternyata tenaganya yang terlatih, bahkan dengan mengerahkan tenaga dalamnyapun. Wikan tidak mampu
bergeser menepi. "Jangan bergerak Wikan. Jangan bergerak. Semakin banyak kau bergerak, maka kau akan menjadi semakin cepat
tenggelam" teriak kedua orang murid Ki Wigati itu hampir berbareng.
Wikan mendengar teriakan itu. Iapun tidak lagi berusaha berenang menepi. Tetapi ia berusaha untuk tetap diam.
Seorang murid Ki Wigati itu mencoba menjulurkan
lembingnya dari tepi genangan lumpur yang hitam itu. Tetapi lembingnya terlalu pendek, sehingga tidak tergapai oleh Wikan. Sementara itu, yang seorang lagi telah berusaha memotong beberapa jalur sulur pepohonan liar di hutan itu.
Kemudian sulur-sulur itu dikatnya menjadi satu, disambung dan kemudian ujungnya dilemparkan kepada Wikan yang
sudah hampir tenggelam sampai ke wajahnya.
Dengan cepat Wikan menggapai tali itu. Bertiga, tali itu ditarik dengan sekuat tenaga, sehingga akhirnya Wikan itupun dapat diangkatnya menepi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Wikan yang menjadi lemah itupun telah dibaringkannya di atas tanah yang lembab. Diusapnya lumpur yang hitam dari wajahnya. Namun pakaian Wikanpun sudah menjadi hitam lekam.
Baru sejenak kemudian Wikanpun bangkit dan duduk di
tanah. Nafasnya masih terengah-engah. Sambil menyilangkan kaki
dan tangannya, Wikanpun berusaha mengatur pernafasannya. Hal itu merupakan satu pengalaman baru bagi Wikan. Di hutan didekat padepokannya, tanahnya tidak gembur dan apalagi ada kubangan yang dapat menghisap tubuh menusia dan tentu juga binatang yang tersesat. Namun agaknya binatang hutan itu justru sudah mengenali kubangan yang dapat menghisap tubuh mereka itu.
Baru beberapa saat kemudian, degup jantung Wikan telah pulih kembali. Nafasnyapun tidak lagi terengah-engah, sementara darahnyapun telah mengalir wajar.
"Aku merasakan, betapa ketakutan mencengkam jantungku" desis Wikan.
"Kau merasa takut?" bertanya Ki Rantam.
"Ya. Dengan jujur aku harus mengaku. Lebih baik aku harus berhadapan dengan Alap-alap Perak daripada harus terjun lagi ke kubangan itu.
"Jadi kau juga mengenal ketakutan, Wikan" bertanya salah seorang murid Ki Wigati.
"Tentu. Seseorang tentu mengenal rasa takut. Bahkan
ketakutanku hampir saja tidak teratasi ketika wajahku mulai terendam air |kubangan yang [hitam dan kental itu. Untunglah bahwa aku masih mendengar teriakan untuk menangkap sulur http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kalian lemparkan itu, sehingga aku masih sempat menangkapnya dan menggenggamnya erat-erat"
"Satu pengalaman yang berharga" desis ki Rantam.
"Ya. Juga mengalami dicengkam oleh ketakutan yang
hampir tidak tertasi"
"Jika keadanmu sudah baik, marilah kita pungut hasil buruan kita itu"
Wikan mengangguk. Iapun kemudian bangkit berdiri sambil berkata "Marilah"
Keempat orang itupun kemudian mengambil dua ekor
kijang yang telah berhasil mereka kenai dengan anak panah.
Tetapi keempat orang itupun memutuskan untuk kembali saja ke Gebang.
"Kita akan sampai ke Gebang menjelang senja"
"Ya. Kita tidak jadi bermalam di hutan. Pakaianku menjadi hitam dan agaknya tidak akan segera kering. Lumpur itu ternyata mengandung minyak" sahut Wikan.
Keempat orang itu tidak jadi bermalam di hutan dan
memanggang hasil buruan mereka. Tetapi peristiwa yang terjadi atas Wikari itu seakan-akan telah mendesak mereka agar mereka kembali saja ke Gebang.
Ketika mereka sampai di Gebang pada saat matahari sudah menjadi
sangat rendah, maka ternyata bahwa Ki Margawasanapun masih berada di Gebang.
Apa yang terjadi atasmu, Wikan?" bertanya Ki Margawasana yang nampak menjadi cemas.
"Aku hampir saja terhisap kubangan yang berwarna hitam, guru "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Katanya "Sukurlah bahwa kau dapat diselamatkan"
"Kedua murid paman Wigati itulah yang telah menyelamatkan aku" "Tanpa bantuan orang lain, tidak ada yang dapat
menyelamatkan diri dari kubangan itu. Betapapun tinggi ilmu seseorang, namun orang itu tidak akan dapat keluar sendiri.
Kubangan yang berwarna hitam itu tidak saja tidak dapat direnangi, tetapi kubangan itu memang menghisap. Di bawah kubangan itu berputar dan segala sesuatunya yang masuk ke dalamnya akan dihisap masuk ke dalam bumi"
"Mengerikan sekali, guru. Aku belum pernah merasakan ketakutan sejak kecil sebagaimana saat aku terperosok ke dalam kubangan itu"
"Itu wajar sekali* Wikan, karena kubangan itu tidak akan dapat dilawan Sama sekali"
Wikan mengangguk-angguk. "Nah, sekarang mandilah. Bersihkan dirimu hingga semua lumpur hitam yang berbau minyak itu hilang"
"Nanti saja di bukit Jatilamba, guru"
"Tidak usah menunggu sampai di Jatilamba. Mandilah disini.
Airnya Sama jernihnya dengan air bukit Jatilamba"
"Tetapi... "Wikan menjadi ragu-ragu.
"Pakailah pakaianku. Aku juga masih menyimpan pakaian disini"
Wikan tidak dapat menolak. Iapun segera pergi ke pakiwan.
Baru kemudian disadarinya, bahwa semakin lama kotoran yang melekat tubuhnya itu akan semakin sulit untuk
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibersihkan. Jika ia menunggu sampai ke Jatilamba, maka akan sulitlah baginya untuk membersihkannya.
Ketika matahari terbenam, maka semuanya telah siap untuk kembali ke bukit Jatilamba. Tetapi Ki Margawasana berkata kepada mereka "Kali ini, kita tidak akan makan di bukit kecil itu. Tetapi kita akan makan disini. Kalianpun akan menguliti hasil buruan kalian disini. Kita akan tidur disini. Besok pagi-pagi sekali kita akan kembali ke bukit kecil itu"
Tidak ada yang dapat menolak. Apalagi makan malampun sudah dihidangkan. Jauh lebih baik dari makan yang dapat mereka siapkan sendiri di bukit kecil Jatilamba.
"Aku bukan orang yang mengasingkan diri dari kehidupan beberayan. Itulah sebabnya, sekali-sekali aku masih juga makan yang aku gemari sejak aku di padepokan"
"Terima kasih, guru" desis Ki Rantam.
"Nanti, setelah makan dan beristirahat, kalian dapat menguliti binatang buruan kalian disini"
"Ya, uwa" sahut
salah seorang murid Ki Wigati.
Demikianlah, maka merekapun kemudian telah menghadapi makan malam di ruang dalam rumah Ki Margawasana yang besar di Gebang. Jauh lebih besar dari gubugnya di bukit Jatilamba.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa saat kemudian, pembicaraanpun telah terhenti.
Mereka sedang sibuk menyuapi mulut mereka masing-masing.
Tetapi demikian mereka selesai maka terdengar derap
beberapa ekor kuda di halaman. Nampaknya ada beberapa orang berkuda yang memasuki halaman rumah itu tanpa turun dari kuda mereka. Bahkan kuda-kuda itupun berputar-putar di halaman sambil meringkik.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa mereka?" desis Wikan.
"Entahlah. Biarlah aku menengoknya"
"Silahkan guru duduk saja. Biarlah aku yang keluar"
"Akulah yang punya rumah. Karena itu, mereka tentu
sedang mencari aku" Wikan tidak dapat mencegahnya. Ki Margawasanapun
kemudian bangkit berdiri dan melangkah ke pintu.
Sebelum Ki Margawasana sampai ke pintu, maka terdengar suara seseorang dengan kasar "Ki Margawasana. Keluarlah"
"Baik, baik Ki Sanak. Aku sedang menuju ke pintu" jawab Ki Margawasana.
Namun dalam pada itu, Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigatipun telah bangkit berdiri pula dan menyusul Ki Margawasana ke pintu.
Demikian pintu pringgitan terbuka, maka mereka melihat dua orang berdiri di pendapa, sementara masih ada yang lain yang duduk dipunggung kudanya. Ada diantara kuda-kuda itu yang berputar-putar di halaman dengan penunggangnya
masih berada di punggungnya.,
"Siapakah kalian?" bertanya Ki Margawasana kepada kedua orang yang berdiri di pendapa itu.
"Apakah aku berhadapan dengan Ki Margawasana?"
"Ya" jawab Ki Margawasana.
"Dengar, Ki Margawasana" berkata salah seorang diantara dua orang yang berdiri di pendapa "Aku mendapat perintah dari Ki Rina-rina untuk memanggil Ki Margawasana"
"Ki Rina-rina dari perguruan Tapak Mega?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Ki Rina-rina dari perguruan Tapak Mega"
"Kenapa Ki Rina-rina dari Tapak Mega itu memanggil
aku?" "Bertanyalah kepada Ki Rina-rina. Aku tidak tahu. Aku hanya diperintahkan untuk memanggil Ki Margawasana.
Selebihnya Ki Rina-rina sendirilah yang akan mengatakannya"
"Aneh, Ki Sanak. Adalah aneh jika Ki Rina-rina itu
memanggil aku" "Kenapa aneh" Ki Rina-rina berhak memanggil siapa saja yang dikehendakinya"
"Ki Sanak. Siapakah kalian berdua dan mereka yang berada di halaman itu?"
"Kami adalah murid-murid terpercaya Ki Rina-rina"
"Kalian murid-murid dari perguruan Tapak Mega?"
"Ya. Kami adalah murid-murid dari perguruan Tapak Mega"
Ki Margawasana itupun menarik nafas panjang. Namun
kemudian iapun berkata "Angger para murid dari perguruan Tapak Mega. Adalah aneh sekali bahwa Ki Rina-rina
memerintahkan kalin untuk memanggil aku. Aku tidak yakin bahwa Ki Rina-rina akan berbuat demikian. Ia tahu pasti, siapakah dirinya dan siapakah aku. Kami memang sudah saling berkenalan. Bahkan terhitung akrab. Karena itu, maka tidak mungkin Ki Rina-rina itu dengan sertamerta memanggil aku. Jika ia memerlukan aku, maka ia tentu akan datang kepadaku"
"Persetan kau kakek tua. Kau harus tahu diri. Guruku adalah seorang yang jauh memiliki kelebihan dari kau. Apalagi kau sekarang sudah tidak mempunyai kedudukan apa-apa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, maka sebaiknya kau tidak menolak panggilannya.
Sekarang kau harus menghadap bersama kami"
"Angger berdua. Katakan kepada Ki Rina-rina; bahwa jika ia ingin menemui aku, aku berada di bukit Jatilamba. Biarlah ia pergi kemari. Aku akan menerimanya dengan senang hati"
"Kau mulai merendahkan guru, kakek tua. Guruku adalah orang
besar yang pantas dihormati. Kaupun harus menghormatinya. Karena itu, kau harus pergi menghadap guru bersamaku sekarang"
"Aku hanya merasa aneh, bahwa Ki Rina-rina memanggilku.
Hubungan yang tidak lajim dari dua orang sahabat yang setara. Umur kamipun hampir sebaya, bahkan agaknya aku sedikit lebih tua"
"Jangan terlalu banyak alasan. Sekarang bersiaplah. Jika kau tidak mempunyai kuda, aku sediakan kuda bagimu.
Kecuali jika kau memang tidak dapat naik kuda"
"Kau membuat aku kebingungan. Tetapi jika benar Ki Rina-rina memanggil aku, maka katakan, bahwa aku sedang sibuk.
Sekali lagi aku minta, sampaikan kepadanya, agar Ki Rina-rina sajalah yang datang kemari"
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 15 "Ki RINA-RINA tidak dapat
meninggalkan perguruan. Di perguruan kami sedang ada seorang tamu yang juga ingin
bertemu dengan Ki Margawasana"
"Siapa?" "Tamu itu sedang terluka agak
parah di bagian dalam tubuhnya.
Karena itu, ia tidak dapat pergi
kemana-mana. Ia sedang dalam
pengobatan yang memerlukan
waktu satu dua hari. Karena tamu
itu juga berkepentingan dengan
Ki Margawasana, maka aku diperintahkan untuk membawa Ki Margawasana menghadap guru"
Tiba-tiba saja ki Margawasana itu teringat ceritera Ki Udyana pada saat ia bertemu dengan para murid dari
perguruan Tapak Mega. Karena itu, maka Ki Margawasana itupun
bertanya "Angger. Kalian sama sekali tidak menunjukkan watak murid-murid Tapak Mega. Aku kenal
dengan salah seorang murid Tapak Mega yang sifatnya sama sekali berlawanan dengan kalian. Apakah kalian mengenal Raden Mas Wiraga"
"Aku tidak mengenal orang-orang baru yang masih belum dapat berbuat apa-apa. aku adalah kepercayaan guru yang rianya berhubungan dengan orang-orang terpenting di dalam maupun di luar perguruan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak. Sekarang aku yakin, bahwa kalian bukan murid dari perguruan Rina-rina. Kalian tentu orang lain yang berniat mengadu domba antar perguruan Tapak Mega dengan
perguruan yang sekarang dipimpin oleh Ki Udyana. Bahkan dengan perguruan yang dipimpin oleh adi Wigati"
"Persetan dengan celotehmu itu. Ki Margawasana. Sekarang bersiaplah untuk pergi bersama kami. Jika kau menolak, maka kami akan memaksamu dengan kekerasan"
"Jangan begitu, ngger. Tidak baik uniuk memaksakan
kehendaknya. Apalagi dengan kekerasan. Bukankah kita dapat berbicara, manakah yang terbaik yang dapat kita lakukan daripada harus melakukan kekerasan terhadap sesama"
"Sudahlah. Pulanglah. Bukankah kalian sekedar utusan.
Sampaikan jawabanku kepada orang yang mengutusmu"
"Sudah aku katakan, aku tidak dapat pergi sekarang. Aku justru minta Ki Rina-rina sajalah yang datang kemari"
"Tidak. Ki Margawasana sajalah yang pergi sekarang
bersama kami. Ini perintah yang tidak dapat dibantah lagi"
"Tidak" Wikan menjadi tidak sabar lagi. Iapun kemudian melangkah maju sambil berkata "Ki Sanak, pergilah. Jangan paksa guru dengan cara yang kasar dan tidak tahu adat itu.
Bahkan Ki Rina-rina sendiri tidak akan berbuat sebagaimana kalian lakukan itu, karena Ki Rina-rina bukan orang sekasar kalian"
"Siapa kau?" "Aku adalah murid Ki Margawasana. Karena itu, jika kalian ingin memaksa guru untuk pergi, maka kalian akan
berhadapan dengan kami. Jika kalian dapat mengalahkan kami, barulah kalian dapat membawa guru menemui Ki Rina-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rina. Tetapi bahwa Ki Rina-rina memanggil guru itupun sudah merupakan satu perintah yang tidak masuk akal"
"Cukup. Sebaiknya kau tidak turut campur"
"Aku adalah murid Ki Margawasana. Karena itu, aku berhak untuk mencampuri persoalan yang melibatkan guruku?"
"Aku hanya memberi kalian peringatan. Jika kami terpaksa mempergunakan kekerasan untuk memaksa Ki Margawasana, maka jika kalian ikut campur, maka justru kalianlah yang akan mati lebih dahulu. Mungkin Ki Margawasana dapat bertahan beberapa saat karena kemampuannya yang tinggi. Tetapi kalian akan segera terbaring di tanah. Mati. Karena itu, pikirkan baik-baik, apakah seumurmu itu sudah pantas untuk mati"
"Kalian semakin meragukan" sahut Ki Margawasana "dan bahkan aku semakin yakin, bahwa kalian bukan murid Ki Rina-rina"
"Jangan banyak bicara lagi"
"Guru" berkata Wikan kemudian "Tentu ada hubungannya dengan tingkah Alap-alap Perak yang mencegat perjalananku serta saudara-saudaraku. Alap-alap Perak yang tidak berdaya itu masih saja berusaha untuk membalas sakit hatinya. Kini ia tentu bekerjasama dengan iblis-iblis yang kasar itu untuk mencoba menggertak guru"
"Tutup mulutmu" teriak orang yang berdiri di pendapa itu
"Kau racuni otak gurumu dengan ceritera ngayawara itu"
"Kau menjadi semakin kasar dan tidak tahu unggahungguh. Ki Sanak. Pergilah. Atau kami harus mengusir kalian"
Kedua orang yang berada di pendapa itu tertawa. Seorang yang lain berkata "Kau kira kau ini siapa, he" Kami adalah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid-murid dari perguruan terbesar di daerah ini. Perguruan Tapak Mega. Tidak ada orang yang dapat mengalahkan murid-murid dari perguruan Tapak Mega"
"Nah, sudah jelas guru" berkata Wikan "murid-murid Tapak Mega tidak akan berkata begilu. Kakang Udyana mengenal beberapa diantara mereka"
Ki Margawasana itupun mengangguk-angguk sambil berkala
"Sudahlah Ki Sanak. Kembalilah. Tidak ada gunanya kau memaksa kami. Hanya membuang waktu serta kerja yang sia-sia. Aku tidak akan pergi. Apalagi aku sudah yakin bahwa kalian bukan murid Tapak Mega. Meskipun aku tidak
menyebut kalian darimana, tetapi kami icntu dapat menduganya" "Persetan. Bersiaplah Ki Margawasana. Aku akan membawamu dengan paksa"
Ki Margawasana menarik nafas panjang. Namun Wikanlah yang kemudian berkata "Turunlah ke halaman. Kita akan tahu, siapakah yang mulutnya saja yang besar"
"Bagus. Jangan melarikan diri lewal pintu butulan. Aku akan turun ke halaman"
Kedua orang itupun kemudian turun ke halaman. Beberapa orang
yang masih duduk di punggung kudanyapun berloncatan turun pula. Seorang yang bertubuh raksasa menggeram "Jadi kakek tua itu tidak mau pergi ke perguruan Tapak Mega?"
Adalah diluar dugaan mereka kelika tiba-tiba Ki Rantam yang sudah berada di tangga pendapa itu bertanya "Ki Sanak.
Tolong sebut, dimana letak perguruan Tapak Mega itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang bertubuh raksasa itu memang menjadi bingung
sesaat. Ia tidak mengira bahwa ia akan mendapat pertanyaan seperti itu.
"Nah, adalah aneh sekali bahwa murid perguruan Tapak Mega tidak tahu, dimana letak padepokannya"
"Tutup mulutmu. Kau adalah orang pertama yang akan
mati" Yang kemudian tertawa adalah Ki Rantam. Katanya "Kau tidak berhak mencabut nyawa seseorang ki Sanak. Siapa lahu.
bahwa hari ini kaulah yang sudah pasti akan mati "
"Turunlah" geram orang itu.
Ki Rantampun kemudian turun dari tangga pendapa Adalah tiba-tiba
saja orang bertubuh raksasa itu meloncat menyerangnya. Tetapi Ki Rantam tidak lengah. Karena itu, maka iapun segera meloncat menghindar, sekaligus mengambil jarak dari orang-orang yang berada di halaman itu.
Orang bertubuh raksasa itu begilu bernafsu untuk segera mengakhiri perlawanan Ki Rantam. Namun justru karena itu, maka kelika ia meloncat menerkam Ki Rantam dengan
menjulurkan kedua tangannya meraih leher, Ki Rantam itu menjatuhkan dirinya. Kedua kakinyapun dengan cepat,
mengangkat tubuh raksasa yang seakan-akan terjerembab menimpanya.
Kekuatan kaki Ki Rantam ternyata besar sekali. Orang bertubuh raksasa itu terlempar dengan derasnya, justru menimpa sudut tangga pendapa.
Terdengar raksasa itu mengumpat kasar. Namun kemudian ketika ia mencoba untuk bangkit, ia harus menyeringai http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan sakit. Tulang punggungnya yang menimpa sudut tangga pendapa itu rasa-rasanya menjadi retak.
Ki Rantam yang juga sudah menahan kemarahannya itu
tidak membiarkannya tetap tegak. Sambil berputar, kaki Ki Rantam itu terayun deras sekali menampar wajah raksasa itu, sehingga raksasa itu terguncang lagi. Bahkan sekali lagi Ki Rantam
meloncat menyamping seperti lembing yang dilontarkan, kedua kakinya telah menghantam dada raksasa itu.
Raksasa itu berteriak. Namun tubuhnya terlempar dengan derasnya menghantam sebatang pohon belimbing tua yang besar.
Pohon belimbing itu terguncang. Buahnya yang rimbun
melekat pada batangnyapun berguguran runtuh di tanah.
Namun raksasa itupun kemudian telah runtuh pula.
Ketika sambil mengerang ia mencoba berdiri, ternyata tubuhnyapun terkulai lagi bersandar pohon belimbing itu.
Kulitnya terkelupas di beberapa tempat dibagian tubuhnya.
Namun luka-lukanya yang paling parah, adalah justru luka-luka dalam tubuhnya.
Orang-orang yang datang bersamanya tidak sempat
berbuat apa-apa. Semuanya itu terjadi dalam waktu yang terhitung singkat. Apalagi kawan-kawan raksasa itu tidak menduga, bahwa akan terjadi pertarungan yang sesingkat itu.
Ki Rantampun kemudian berdiri di tengah-tengah halaman sambil berkata lantang "Inikah murid perguruan Tapak Mega yang namanya tersebar dari pesisir Lor sampai ke pesisir Kidul" Nah, jika benar kalian murid-murid dari perguruan Tapak Mega, tunjukkanlah kelebihan kalian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus" berkata orang yang nampaknya memimpin
saudara-saudara seperguruannya itu "Jangan membuangbuang waktu. Paksa mereka. Jika mereka tetap keras kepala, apaboleh buat. Bunuh saja mereka"
Orang-orang yang datang berkuda itupun segera menyerang. Namun Ki Margawasana tidak segera melibatkan diri. Ia ingin melihat, apakah orang orang itu benar-benar dalang dari pcrguaian Tapak Mega.
Namun baru sejenak mereka bertempur, Ki Margawasanapun segera mengetahui, bahwa orang-orang itu sama sekali bukan murid-murid dari perguruan Tapak Mega.
Demikianlah pertempuran itupun semakin lama menjadi
semakin sengit. Orang-orang yang datang berkuda itu segera menyadari, bahwa mereka telah berhadapan dengan orang-orang berilmu tinggi.
Orang yang memimpin saudara-saudara seperguaiannya
itupun lelah berhadapan dengan Wikan. Ternyata orang itu adalah juga seorang yang berilmu tinggi. Namun orang itu tidak dapat segera menghentikan perlawanan murid bungsu Ki Margawasana itu. Bahkan semakin lama orang ilupun menjadi semakin terdesak.
Ketika orang itu dengan sekuat tenaganya, menyerang
kearah dada Wikan dengan kakinya, maka dengan tangkasnya Wikan itupun mengelak. Bahkan tubuh Wikan itupun kemudian berputar dengan kaki terayun mendatar, sehingga kaki Wikan itu menyambar kening lawannya.
Lawannya itupun terpelanting jatuh berguling-guling.
Namun ia masih mampu bangkit dengan cepat meskipun
harus menyeringai menahan sakit.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan merasa menang lebih dahulu" geram orang itu
"Siapa yang mampu mengakhiri pertempuran ini dengan
membunuh lawannya, maka barulah ia disebut menang.
"Jadi ukuran menang bagimu adalah membunuh lawan,
Ki Sanak" "Ya" "Bagus. Aku akan mempergunakan ukuran yang akan kau
terapkan itu. Kau atau aku"
Demikianlah, maka keduanyapun bertempur semakin
sengit. Namun"orang yang mengaku dari perguruan Tapak Mega
itu, akhirnya tidak dapat menyembunyikan kelemahannya. Beberapa kali ia terdesak sehingga ia harus berloncatan mengambil jarak.
Tetapi ketika Wikan akan meloncat memburunya, maka
iapun tertegun. Tiba-tiba saja di tangan orang itu telah tergenggam sebilah pedang panjang.
"Kau akan mempergunakan pedang?" bertanya Wikan.
"Kau mulai menjadi ketakutan" Tetapi kau sudah terlambat.
Aku sudah mencabut pedangku dari sarungnya. Karena itu, maka pedangku harus dibasahi dengan darah"
"Aku mengerti. Bukankah ukuran menang atau kalah itu kematian?"
Wikanpun kemudian telah mencabut pedangnya pula.
Digenggamnya hulu pedangnya dengan kedua belah telapak tangannya.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku juga belajar ilmu pedang" berkata Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lawannya termangu-mangu sejenak, la melihat Wikan
begitu yakin akan dirinya. Anak muda itu menggenggam pedangnya dengan mantap.
Demikianlah maka keduanyapun terlibat dalam pertempuran yang semakin seru. Lawan Wikan tidak
menduga, bahwa anak muda itu memiliki ilmu pedang yang tinggi.
Dalam pada itu, Wikan, Ki Rantam serta kedua murid Ki Wigati telah terlibat dalam pertempuran yang sengit.
Sementara Ki Margawasana masih belum merasa perlu untuk melibalkan diri.
Namun ternyata bahwa orang-orang yang mengaku dari
perguruan Tapak Mega itu tidak mampu untuk memaksakan kehendaknya kepada Ki Margawasana agar Ki Margawasana bersedia pergi bersama mereka. Bahkan sebelum Ki
Margawasana sendiri turun ke arena.
Wikan. Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itu, ternyata sangat sulit untuk diatasi. Bahkan setiap kali lawan-lawan merekalah yang harus terlempar dan terpelanting jatuh.
Ki Margawasana mengamati kedua orang muridnya dengan saksama. Agaknya mereka sudah mendapat kemajuan yang patut di banggakan. Apalagi Wikan. Murid bungsu Ki
Margawasana. Ia masih muda sehingga kemungkinannya
untuk berkembang lebih jauh, masih sangat luas. Wikan kelak tentu akan dapat meramu unsur-unsur gerak terbaik dari perguruannya, serta perguruan-perguruan yang lain.
Sementara itu, kedua orang murid Ki Wigatipun telah
menguasai ilmu yang memadai pula, meskipun belum setataran dengan Wikan dan Ki Rantam. Namun ternyata lawan-lawan merekapun tidak dapat menguasainya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian maka lawan-lawan murid Ki
Margawasana dan murid-murid Ki Wigati itu justru semakin terdesak. Mereka tidak mampu lagi mengimbangi ilmu mereka yang meningkat semakin tinggi. Orang-orang yang datang berkuda itu telah mencoba mempergunakan senjata mereka, tetapi senjata mereka itu justru telah mengundang mala petaka. Lawan Wikan itupun ternyata tidak segera mampu menembus pertahanan anak muda itu. Namun sebaliknya, ujung pedangnya justru telah menggores lengan lawannya.
Lawannya itupun meloncat selangkah surut. Ketika ia
mengusap lengannya yang terasa pedih, maka terasa cairan yang hangat telah membasahi lengannya itu.
"Anak iblis" geram orang itu "Kau lukai kulitku. Kau sakiti tubuhku. Maka tidak akan aku ampuni kau"
Wikan tertawa pendek sambil menjawab "Kita sudah
bertempur sejak tadi. Bahkan menurut pendapatmu, kemenangan itu hanya dapat diakui jika lawannya sudah terbunuh"
"Persetan dengan kau"
Serangan lawan Wikan itupun kemudian datang seperti
badai. Namun serangan-serangan itu sama sekali tidak menyentuh sasaran. Bahkan ketika Wikan menghentakkan pedangnya sambil meloncat maju selangkah, sekali lagi pedangnya menyeruak, menyusup diantara pertahanannya.
Kali ini ujung pedang Wikan menyentuh agak dalam justru di bahu orang itu. Lukanya menyilang itu segera meneteskan darah yang segar.
Orang itu menjadi marah sekali. Tetapi justru karena itu, maka penalarannyapun menjadi terbalut dalam bingkai
kemarahannya, sehingga pandangan matanya menjadi kabur.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sebelum keadaannya menjadi semakin parah, maka tiba-tiba saja terdengar seseorang tertawa perlahan sambil berkata "Ternyata murid-muridmu telah kau bekali ilmu dengan baik, Ki Margawasana"
Ki Margawasana yang masih belum melibatkan diri itupun menjawab "Aku sudah menduga, tentu ada yang tua yang datang kemari. Anak-anak tidak akan berani berbuat
sebagaimana dilakukannya itu. Seberapa tinggi ilmu mereka, telapi aku yakin, bahwa mereka telah bersandar kepada yang tua-tua itu"
"Penggraitamu memang tajam sekali, Margawasana. Seperti kau sendiri, ketika kau masih berguru serta belum
menuntaskan ilmumu, kau sudah mendapat banyak kepercayaan dari gurumu untuk melakukan tugas-tugas yang berat. Sekarang murid-muridmupun telah memiliki ilmu yang tinggi, selagi mereka masih berada didalam perguruanmu"
"Kau memuji Alap-alap Perak. Tetapi agaknya mereka telah sampai ke puncaknya, sehingga mereka tidak akan meningkat lagi"
"Jangan kau bodohi aku, Margawasana. Aku telah melihat sendiri, betapa kau mendapatkan murid-murid pilihan"
"Terima kasih atas pujianmu, Alap-alap Perak. Tetapi aku tidak terlalu berbangga karenanya"
Ketika orang yang disebut Alap-alap Perak itu meloncat turun di halaman, maka Wikanpun terkejut. Bukan orang itu yang disebut Alap-alap Perak, meskipun rambutnya sama-sama putih seperti perak.
"Guru" berkata Wikan "Bukan itu orangnya yang disebut Alap-alap Perak"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang datang ke padepokan Udyana serta yang bertempur melawan pamanmu Wigati, memang bukan orang itu. Orang yang ke padepokan itu adalah murid orang yang berdiri di halaman itu.
Wikan mengangguk-angguk. Namun iapun sadar, bahwa
orang itu tentu orang yang berilmu sangat tinggi. Alap-alap Perak adalah orang yang berilmu tinggi. Sementara itu, ia adalah guru Alap-alap Perak.
"Muridmu tentu belum mengenal aku. Tetapi agaknya ia sudah mengenal Alap-alap muda"
"Ya. Ia sudah mengenal Alap-alap muda. Karena muridmu itu pernah datang ke padepokan kami. Tetapi waktu itu aku sudah tidak ada di padepokan"
"Ya, kau sudah berada di sini atau di bukit kecil itu"
"Nah. sekarang apa maumu, Alap-alap Perak tua"
"Margawasana. Aku telah menemukan surya-kanta yang
tentu akan cocok dipasang di lingkaran yang besar itu. Karena ini. aku memerlukan lingkaran-lingkaran yang lebih kecil. Jika benda itu aku peroleh, maka aku akan dapat membual emas sesukaku. Aku dapat memenuhi rumahku dengan perabot-perabot dari emas?"
"Jika benar benda im dapat kau pergunakan untuk
membual emas, maka benda itu akan merupakan sumber
malapetaka di dunia ini. Setiap orang akan berusaha
memperebutkan benda itu"
"Aku tidak peduli. Sekarang kita akan pergi ke padepokanmu. Aku akan mengambil benda itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengarlah, Alap-alap Perak. Benda itu sama sekali tidak dapat kau pergunakan untuk membuat emas. Jangankan
emas, besipun tidak dapat"
"Kau jangan membohongi aku. Karena itu, marilah.
Pulanglah ke padepokanmu. Perintahkan Mina menyerahkan benda itu"
"Jangan memaksa, Alap-alap Perak"
"Jika perlu aku memang akan memaksamu"
"Apakah kau lidak memperhitungkan kemungkinan buruk
yang dapat terjadi atasmu di padepokanku itu. Murid-muridku yang sudah dapat aku andalkan cukup banyak"
"Kau bukan jenis seorang pengkhianat, Margawasana. Jika kau sudah berjanji, maka kau tidak akan mengingkarinya.
Kalau kau sudah sepakat untuk menyerahkan benda itu, maka kau tentu akan melakukannya"
Sayangnya aku tidak pernah menyatakan kesediaanku
untuk menyerahkan benda itu, Alap-alap Perak. Jika pada waktu itu guru memerintahkan untuk mengambil kembali benda yang kau curi dari padepokanku ilu, maka benda itu tentu merupakan benda yang sangat berharga bagi
padepokan kami. Tetapi harga dari benda itu bukanya harga dalam hitungan uang. Tetapi benda itu sangat berharga karena merupakan lambang pergantian kepemimpinan di
padepokanku" "Hentikan omong kosongmu itu. Kau pertahankan benda itu karena benda itu dapat menjadikan benda apa saja menjadi emas.
Jika benda itu menjadi lambang pergantian kepemimpinan di padepokanmu, itu adalah salah satu caramu untuk memberikan alasan, kenapa benda itu harus kau
pertahankan" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Alap-alap Perak. Kenapa kau tidak mempergunakan
nalarmu. Jika benda itu memang dapat menjadikan apa saja menjadi emas, bukankah aku justru akan mempertahankan mati-matian?"
"Tetapi kau tidak mempunyai surya-kanta pada lingkaran yang lebih besar itu. Jika surya-kanta itu kau miliki, maka benda itu tidak akan kau sia-siakan hanya sebagai lambang perpindahan kepemimpinan. Tetapi setiap saat selama
matahari masih nampak, kau akan membual emas dari semua benda yang kau kciemukan. Bahkan genting bangunan di padepokanmupun akan terbuat dari emas"
"Aku tidak percaya bahwa benda itu dapat dipergunakan untuk membual emas. Jika kau ingin meyakinkan, bawa surya-kanta itu ke padepokan Udyana. Kau dapat mencobanya, apakah benda itu dapat dipergunakan untuk membuai emas"
"Aku bukan orang sebodoh kau, Margawasana. Jika aku
membawa surya-kanta itu masuk ke padepokanmu maka yang akan terjadi, akulah yang akan mati terkapar di padepokanmu"
Keduanyapun kemudian telah bersiap di halaman rumah Ki Marggawasana yang luas itu. Keduanya telah bersiap untuk bertempur habis-habisan. Nampaknya Alap-alap Perak itu berniat untuk bertempur antara hidup dan mati.
"Baru saja kau mengatakan, bahwa aku bukan jenis
pengkhianat. Apakah kau sudah lupa?"
"Margawasana. Nafsu keserakahan dapat merubah sifat
seseorang. Jika kau tahu, bahwa benda itu dapat menjadikan benda apa saja menjadi emas, maka keserakahanmu tentu akan segera timbul. Kau tentu tidak lagi menghargai sifat-sifat luhurmu. Tetapi yang akan muncul adalah keserakahan dan ketamakanmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Alap-alap Perak. Jika demikian, maka sebaiknya aku menolak saja untuk menyerahkan benda yang sangat berharga bagi padepokan kami itu kepada siapapun, karena benda itu memang tidak akan berarti apa-apa bagi siapapun"
"Kau telah menyakiti hatiku, Margawasana"
"Seharusnya kau tidak usah menjadi sakit hati. Tetapi jika kau memang harus menjadi sakit hati, maka biarlah bukan akulah yang mengalami"
Orang yang menyebut dirinya Alap-alap Perak itupun
menjadi tidak sabar lagi. Kemarahan telah membakar ubun-ubunnya. Meskipun ia masih mencoba menahan diri, namun akhirnya Alap-alap Perak itu pun berkata "Margawasana. Aku akan memaksamu. Jangan menyesali nasibmu yang buruk jika terjadi
bencana atas dirimu. Aku sudah mencoba melakukannya dengan cara yang baik. Tetapi kau memang keras kepala. Karena itu, maka aku akan memaksamu"
"Kau tidak akan dapat memaksaku, Alap-alap Perak"
"Aku yakin bahwa kau masih seorang laki-laki sejati, Margawasana. Aku kira kau tidak akan berbual licik"
"Maksudmu?" "Sekarang giliran kita bermain-main. Biarlah anak-anak tidak mengganggu kita"
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Jika itu yang kau inginkan Alap-alap Perak, maka aku lidak mengelak. Meskipun sebenarnya keberadaanku disini berniat menjauhi kekerasan.
Teiapi karena kau sudah datang kemari, maka aku akan melayaninya"
"Adik seperguruanmu telah melukai murid tertuaku pada bagian dalam dadanya cukup parah. Meskipun sebenarnya aku http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ingin menumpahkan dendamku kepadamu, tetapi karena kau menjadi keras kepala, maka kaulah yang akan
mendapatkan kesulitan. Aku ingin memaksamu menyerahkan benda itu, sekaligus aku ingin membalaskan dendam muridku tertua itu"
"Baiklah, Alap-alap Perak. Aku sudah siap. Keduanyapun kemudian telah bersiap di halaman rumah Ki Margawasana yang luas itu. Keduanya telah bersiap untuk bertempur habis-habisan. Nampaknya Alap-alap Perak itu berniat untuk bertempur antara hidup dan mati.
Murid-murid Ki Margawasana serta murid Ki Wigatipun
berdiri termangu-mangu. Tetapi tanpa berjanji mereka berniat untuk menghalau murid-murid Alap-alap Perak itu dari halaman nimah Ki Margawasana.
"Bukankah dengan demikian, kamrtidak mengganggu
pertarungan antara Ki Maragawasana dengan Alap-alap Perak itu"
Dalam pada itu, maka Alap-alap Perakpun sudah mulai
meloncat menyerang Ki Margawasana. Namun nampaknya
serangan itu masih belum bersungguh-sungguh, sehingga Ki Margawasana hanya perlu bergerak, sedikit saja untuk menghindarinya.
Namun kemudian, serangan Alap-alap Perak itu menjadi semakin lama semakin garang.
Ki Margawasana menyadari, bahwa Alap-alap Perak adalah seorang yang berilmu sangal linggi. Apalagi Alap-alap Perak yang satu ini termasuk angkatan diatas Ki Margawasana.
Namun Ki Margawasana sendiri adalah orang yang tuntas berbagai ilmu kanurangan sehingga karena itulah, maka Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Margawasana itupun mampu mengimbangi kemampuan Alapalap Perak. Demikianlah pertarungan antara Alap-alap Perak dengan Ki Margawasana itupun semakin lama menjadi semakin sengit.
Agaknya mereka telah meningkatkan ilmu mereka semakin lama semakin tinggi, sehingga bergantian mereka saling mendesak.
Wikan, yang sudah berniat untuk melanjutkan pertarungannya dengan murid Alap-alap Perakpun tiba-tiba telah bergeser pula mendekali lawannya. Senjata yang digenggamnya telah mulai bergetar. Namun ketika Wikan itu akan mulai, maka terdengar Ki Margawasana itupun berkata
"Wikan. Kau dan saudara-saudaramu akan menjadi saksi dari pertarungan ini. Biarkanlah orang-orang itu juga bersaksi.
Wikan mengurungkan niatnya. Tetapi ia tidak menjawab sama sekali, la sadar, bahwa gurunya tidak ingin Wikan dan saudara-saudaranya itu mempengaruhi perang tanding yang sedang dilakukannya.
"Bukankah dugaanku benar, Margawasana" desis Alap-alap Perak.
"Dugaan apa?" bertanya Ki Margawasana.
"Kau masih tetap seorang laki-laki sejati. Kau cegah murid-muridmu mempengaruhi pertarungan kita"
"Aku memerlukan saksi. Jika mereka bertempur, maka
mungkin saja terjadi bahwa mereka akan memburu muridmuridmu sampai keluar regol halaman, karena murid-muridmu melarikan diri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak perlu merendahkan murid-muridku, Ki Margawasana. Bukankah biasanya kau tidak pernah menyombongkan diri?"
"Semakin tua aku menjadi semakin sombong. Tetapi itu terdorong-oleh kebanggaanku atas murid-muridku"
"Persetan" geram Alap-alap Perak. Iapun kemudian
meloncat menyambar. Tangannya berusaha mencengkam
leher Ki Margawasana. Tetapi Ki Margawasanapun sempat mengelak, sehingga kuku-kuku Alap-alap Perak itu tidak menghunjam di lehernya.
Demikianlah pertempuranpun menjadi semakin sengit. Ki Margawasanapun berloncatan dengan cepatnya, seakan-akan tubuhnya tidak mempunyai bobot sama sekali. Namun
serangan-serangannya tetap saja mantap, seperti ayunan bola-bola besi yang berat.
Wikan dan saudara-saudaranya, serta murid-murid Alap-alap perak itupun menyaksikan pertarungan itu dengan hati yang berdebaran.
Namun tidak segera dapat diduga, siapakah yang akan
keluar sebagai pemenang. Dengan garang, Alap-Alap Perak itu menyerang dengan
jari-jari tangannya yang mengembang. Jari-jari tangan itupun berusaha mencekam leher, dada dan bahkan bahu Ki
Margawasana. Tetapi Ki Margawasana ternyata cukup
tangkas. Ia masih mampu menghindari goresan kuku-kuku Alap-alap Perak yang tajam itu.
Bahkan Ki Margawasana masih juga mampu membalas
serangan-serangan itu dengan serangan-serangannya yang tidak kalah berbahayanya. Ternyata kaki Ki Margawasana lebih berbahaya daripada tangannya. Ketika pertahanan Alap-alap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perak itu terbuka di bagian lambung, maka Ki Margawasana mampu memanfaatkannya dengan baik. Kakinya terjulur
dengan cepat, menghantam lambung.
Alap-alap Perakpun lerdorong beberapa langkah surut.
Tciapi ia masih mampu mempertahankan keseimbangannya, sehingga Alap-alap Perak itu tidak jatuh terguling.
Namun Ki Margawasana itu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ketika Alap-alap Perak terhuyung-huyung serta sedang berjuang untuk berlahan agar ia lelap tegak berdiri, Ki Margawasanapun meluncur dengan derasnya.
Kakinya terjulur menyamping langsung mengenai dada Alap-alap Perak.
Alap-alap Perak itu tidak mampu lagi mempertahankan
keseimbangannya. Tubuhnya terlempar dan jatuh berguling di tanah.
Alap-alap Perak itupun segera meloncat bangkit sambil mengumpat "Setan kau Margawasana. Kau telah membuat
kesalahan yang besar sekali"
"Kenapa?" "Kau lelah menyerang dadaku sehingga aku jatuh terguling.
Itu adalah pantangan yang besar sekali. Setiap orang yang pernah menjatuhkan tubuhku, akan menyesalinya, karena aku tidak akan mengampuninya lagi"
Ki Margawasanapun tertawa. Katanya "Kau masih saja suka bergurau, Alap-alap Perak. Apakah kira-kira aku memerlukan pengampunanmu?"
"Ternyata kaulah yang berubah. Aku kira kau masih saja rendah hati. Ternyata kau sekarang benar-benar menjadi sombong"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah sudah aku katakan, bahwa semakin tua aku
menjadi semakin sombong"
Alap-alap Perak tidak menjawab. Namun tiba-tiba Alap-alap Perak itu meloncat menyerang. Tangannya terayun mendatar.
Alap-alap Perak justru menyerang dengan punggung telapak tangannya yang jari-jarinya terbuka.
Ki Margawasana agak terlambat mengelak. Karena itu,
maka tangan Alap-alap Perak itu telah menampar wajahnya.
Ki Margawasanalah yang kemudian terdorong surut. Tetapi ketika Alap-alap Perak memburunya, Ki Margawasana berhasil melenting tinggi. Sekali melingkar diudara, kemudian kedua kakinyapun menapak di tanah. Justru dibelakang Alap-alap Perak.
Jantung Alap-alap Perak bagaikan tersentuh ujung duri.
Sambil mengumpat kasar, Alap-alap Perak itu meloncat menyambar Ki Margawasana dengan jari-jari.
Ki Margawasana masih belum siap menerima serangan itu Karena itu, maka Ki Margawasanapun tidak sempal mengelak.
Jari-jari Alap-alap Perak itupun sempat menyambar bahu Ki Margawasana.
Kuku-kuku Alap-alap Perak itupun telah mengoyakkan baju serta menggores kulit di bahu Ki Margawasana. Ternyata buku-buku Alap-alap Perak telah dilapisi perak di ujung-ujungnya, sehingga ketika buku-buku jari-jari tangan Alap-alap Perak itu menggores bahu Ki Margawasana, maka di bahu itupun terdapat goresan-goresan luka. Meskipun luka-luka itu tidak begitu dalam, namun dari luka-luka itu telah mengalir darah.
Ki Margawasana meloncat surut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak yakin akan kekuatan bagian-bagian dari
tubuhmu sendiri Alap-alap perak. Kau lapisi ujung kuku-kukumu dengan perak.
"Persetan kau Margawasana,

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau kau berniat mempergunakan senjata, pergunakanlah. Murid-muridmu itu membawa pedang. Kau dapat meminjamnya"
"Aku belum memerlukannya. Aku masih mempercayai
bagian-bagian dari tubuhku sendiri sebagai senjata yang terbaik"
"Kesombonganmu sudah keterlaluan. Bukan saja semakin tua kau menjadi semakin sombong. Tetapi ternyata
Margawasana sekarang memang sudah berubah"
"Itu juga karena aku menjadi semakin tua"
Alap-alap Perak itupun terdiam. Namun serangan- serangannya kemudian dalang seperti banjir bandang. Dengan melukai bahu Ki Margawasana, maka Alap-alap Perak merasa bahwa ia masih mempunyai kesempatan. Ia tentu akan dapat melukainya lagi.
Dengan demikian, maka pertarungan itupun menjadi
semakin sengit. Kedua belah pihak semakin meningkatkan ilmu mereka masing-masing.
Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati dan bahkan juga murid-murid Alap-alap Perak itu memperhatikan pertarungan itu dengan tegang. Mereka seakan-akan melihat, bagaimana guru mereka masing-masing memperagakan ilmu mereka sampai ke puncak.
Semakin lama, maka kedua belah pihakpun semakin sering berhasil menyusup penahanan lawan. Mereka menyemak
dengan serangan-serangan mereka yang tiba-tiba.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tubuh Ki Margawasanapun semakin lama terdapat
semakin banyak goresan-goresan kuku Alap-alap Perak.
Darahpun semakin banyak mengalir membasahi pakaian Ki Margawasana. Di lengan, di lambung, di dada, di bahu dan bahkan di punggung. Pakaian Ki Margawasanapun telah
terkoyak-koyak pula. Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun menjadi berdebar-debar. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
Meskipun mereka mempunyai kesempatan, tetapi mereka
tidak akan berani mengganggu Ki Margawasana yang sudah berpesan,
agar mereka sekedar menjadi saksi dari pertarungan itu. Mereka tidak dapat ikut bertempur, karena pertarungan itu merupakan perang tanding antara keduanya.
"Kau akan segera kehabisan darah, Margawasana" geram Ala-alap Perak.
Ki Margawasana tidak menjawab. Tetapi nampaknya ia
masih tetap mampu bertempur dengan kekuatan dan
kemampuan penuh. Karena itulah, maka Alap-alap Perakpun menjadi semakin berpengharapan bahwa ia akan dapat
memenangkan pertempuran itu.
Tetapi ternyata tidak semudah itu untuk mengalahkan Ki Margawasana. Meskipun Ki Margawasana sudah terluka
dimana-mana, tetapi ia masih saja berbahaya. Bahkan tenaga dan
kemampuannya, seakan-akan menjadi semakin bertambah. Ki Margawasana memang merasakan luka-lukanya yang
dibasahi oleh keringatnya menjadi pedih. Tetapi luka-lukanya itu belum mempengaruhi kemampuannya. Darah memang
sudah menetes, tetapi belum membuatnya menjadi lemah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dalam pada ilu, Alap-alap Perak masih nampak
utuh. Kulitnya masih belum terluka. Darah masih belum mengalir dari kulitnya yang terkoyak.
Wikan dan saudara-saudara menjadi sangat tegang. Ia
melihat dalam keremangan malam, dibawah cahaya lampu minyak yang redup dan hampir tidak terjangkau, darah yang merah di pakaian Ki Margawasana. Tetapi Wikan masih saja tetap berpengharapan, karena Ki Margawasana masih tetap bertempur dengan kekuatan dan kemampuan yang utuh.
Sementara itu, Alap-alap Perak yang masih belum terluka sama sekali itu, justru nampak kemampuannya mulai
menyusut. Meskipun demikian, masih belum dapat ditebak, siapakah yang akan menang dan siapakah yang akan kalah.
Tetapi justru Alap-alap Peraklah yang nampak mulai
mengalami kesulitan. Dalam pada itu, Alap-alap Perak yang telah berhasil
menggoreskan luka-luka di tubuh Ki Margawasanapun mulai menjadi gelisah. Meskipun luka-luka hampir memenuhi
tubuhnya, tetapi Ki Margawasana itu justru mulai mendesaknya. "Gila orang ini" geram Alap-alap Perak "seharusnya ia sudah mulai kehilangan tenaganya. Tetapi Margawasana iril justru semakin liar"
Dalam pada itu, lampu minyak di pendapa terayun di
guncang angin, sehingga hampir saja padam. Pada saat itu, Alap-alap Perak itu bagaikan terbang menyambar dada Ki Margawasana. Namun Ki Margawasana sempat mengelak
dengan merendahkan diri, sehingga tangan Alap-alap Perak itu tidak menyentuhnya. Namun demikian kaki Alap-alap Perak itu menyentuh tanah, maka Alap-alap Perak itu telah melenting http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cepat. Dengan jari-jari yang mengembang tangan Alap-alap Perak itu sempat menggores punggung Ki
Margawasana. Beberapa goresan lagi telah menyilang panjang di
punggung Ki Margawasana. Namun ketika Alap-alap Perak itu membuat ancang-ancang menerkam Ki Margawasana, maka Ki Margawasana itu sudah melenting dengan cepatnya. Tubuhnya berputar sekali
sementara kakinya terayun mendatar. Dengan derasnya kaki Ki Margawasana itu mengenai dada Alap-alap Perak, sehingga Alap-alap Perak itu terpental beberapa langkah. Sebelum Alap-alap Perak itu sempat meloncat dengan mengerahkan segenap kekuatan serta tenaga dalamnya. Kakinya yang terjulur menyamping tiba-tiba saja telah hinggap di dada Alap-alap Perak.
Alap-alap Perak itupun terlempar beberapa langkah surut.
Tubuhnya telah membentur sebatang pohon tanjung yang tumbuh disudut halaman.
Alap-alap Perak itupun mencoba untuk mempertahankan
keseimbangannya. Namun setelah terhuyung-huyung sejenak, maka Alap-alap Perak itupun terkulai jatuh.
Bahkan kemudian darah segar telah mengalir dari sela-sela bibirnya.
Meskipun kulit tubuh Alap-alap Perak belum terluka, namun bagian dalam tubuhnya seakan-akan telah diremukkan oleh kekuatan serta kemampuan Ki Margawasana. Sebaliknya, luka-luka yang dialami oleh Ki Margawasana adalah luka-luka pada permukaan kulitnya. Tetapi bagian dalam tubuhnya masih tetap utuh. Jika terjadi luka didalam, maka luka itu tidak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seberapa serta tidak berpengaruh sama sekali terhadap tenaga serta kemampuan Ki Margawasana.
Beberapa saat kemudian. Alap-alap Perak itupun berhasil berdiri tegak lagi. Pakainnya telah dibasahi oleh darah segar yang tertumpah dari mulutnya.
"Setan kau Margawasana" geram Alap-alap Perak "ternyata kau memiliki daya tahan tubuh yang luar biasa. Tetapi itu tidak berarti bahwa kau kebal terhadap segala macam ilmu.
Karena itu, maka aku akan membunuhmu dengan Aji
Mahabala" "Jangan Alap-alap Perak. Kalau kau mau mendengarkan
aku, kau jangan mempergunakan Aji Mahabala"
Alap-alap Perak itu tertawa berkepanjangan. Namun
tertawanya itupun terhenti, ketika dadanya rasa-rasanya bagaikan terbakar. Darah kembali mengalir lewat sela-sela bibirnya.
Tetapi dengan manahan nyeri di dadanya, Alap-alap Perak itupun bertanya "Kau menjadi ketakutan, Margawasana" Aji Mahabala memang Aji yang tidak terlawan"
"Alap-alap Perak. Bukan karena aku menjadi ketakutan.
Tetapi akupun pernah menjalani laku untuk menguasai Aji Mahabala"
"Kau curi ilmu itu dari perguruan Alap-alap Perak?"
"Tidak. Aji Mahabala bukan bersumber dari perguruan Alap-alap Perak, tetapi bersumber dari perguruan Sawo Kembar.
Perguruan yang menjunjung tinggi kebenaran. Jika kau dalam keadaanmu yang terluka dalam, serta lebih daripada itu, untuk tujuan yang tidak seharusnya, maka Aji Mahabala akan berbahaya bagi orang yang akan mengetrapkannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mencoba menyelamatkan dirimu. Margawasana. Aku
sudah menguasai Aji Mahabala, meskipun tidak terlalu sering aku pergunakan. Tetapi untuk melawan kemampuanmu, maka Aji Mahabala akan menyelesaikan pertempuran ini dengan segera"
"Kau yang terluka di dalam, tidak akan memiliki tenaga yang cukup untuk melontarkan Aji Mahabala itu. Seandainya kau tetap akan mempergunakan, maka kau tentu sudah
mengetahui akibatnya"
"Persetan dengan igauanmu. Margawasana. Tubuhmu tentu akan lebur diterpa oleh Aji Mahabala"
"Dengarkan aku, Alap-alap Perak. Jangan kau pergunakan Aji itu"
"Persetan kau. Margawasana"
Alap-alap Perak tidak mau mendengarkan peringatan Ki Margawasana yang ternyata juga sudah menguasai Aji
Mahabala. Dalam keadaan berputus-asa maka Alap-alap Perak itupun segera mempersiapkan diri untuk mempergunakan Aji Mahabala.
Ki Margawasana tidak mempunyai waktu untuk mencoba
mengetrapkan Aji yang sangat ditakuti itu. Sebenarnyalah bahwa ia menjadi ragu-ragu. Ia sadar, bahwa ia telah mempelajari ilmu Aji Mahabala untuk mengimbangi Alap-alap Perak yang ternyata telah mampu mencuri mengutip isi kitab tentang Aji Mahabala. Tetapi karena waktu itu, Alap-alap Perak merasa sangat tergesa-gesa, maka ada beberapa bab yang belum sempat dikutibnya. Karena itu, maka Alap-alap Perak itu masih belum menjalani beberapa bagian dari laku untuk menuntaskan Aji Mahabala.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Margawasana tidak sempat membuat berbagai
macam pertimbangan. Karena itu, ketika Alap-alap Perak setelah membangun ancang-ancang, kemudian melepaskan Aji Mahabala, maka Ki Margawasana yang juga sudah menguasai Aji itu, justru lebih dalam, mengetahui dengan pasti pula, bagaimana ia harus menghindari serangan Aji Mahabala itu. Ki Margawasana sengaja tidak melawan kekuatan Aji Mahabala dengan Aji yang sama, karena dengan demikian, maka Alap-alap Perak itu akan menjadi debu karenanya. Selain Alap-alap Perak masih belum menguasai ilmu itu dengan tuntas, maka keadaan luka dalam Alap-alap Perakpun sudah sedemikian parahnya.
Sejenak kemudian, maka Alap-alap Perak itupun telah
meluncurkan kekuatan Aji Mahabala. Segumpal kabut yang sangat tipis meluncur dari telapak tangan Alap-alap Perak.
Namun dengan tangkasnya, Ki Margawasana itupun telah menghindarinya.
Ternyata Aji Mahabala itu tidak dapat mengenai sasarannya. Dalam keadaan yang terluka parah di bagian dalam butuhnya, maka Aji Mahabala itu meluncur dengan lamban, sehingga Ki Margawasana dengan mudah dapat
menyingkir dari garis serangan.
Namun ketika gumpalan awan tipis itu mengenai dinding halaman rumah Ki Margawasana, maka dinding itu bagaikan meledak. Sebuah lubang yang besar telah terbuka pada dinding halaman rumah itu.
Namun seperti yang dikatakan oleh Ki Margawasana, untuk melontarkan Aji Mahabala, maka Alap-alap Perak telah menghentakkan segenap tenaganya yang tersisa, sehingga dengan demikian, maka setelah meluncurkan Aji Mahabala, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka Alap-alap Perak itupun terhuyung-huyung jatuh
terjerembab di tanah. Murid-muridnyapun berlari kearahnya. Merekapun segera berjongkok di sekelilingnya. Seorang diantara merekapun telah menelentangkan Alap-alap Perak dan meletakkan kepalanya di pangkuannya.
"Guru" desis orang itu.
Alap-alap Perak membuka matanya. Ia mencoba untuk
berbicara. Lambat sekali.
"Margawasana benar. Tenagaku sudah tidak cukup lagi
untuk melepaskan Aji Mahabala"
"Bertahanlah guru. Kami akan membawa guru pulang"
Alap-alap Perak itupun menggeleng. Katanya "Tidak ada waktu lagi. Agaknya sudah sampai saatnya aku kembali kepada asalku"
"Jangan berkata begitu, guru. Aku akan mencari tabib terbaik yang akan dapat mengobati guru"
"Lukaku sangat parah. Bahkan aku telah membuat lukaku itu bertambah parah dengan melontarkan Aji Mahabala. Aku tidak mau mendengar peringatan Margawasana. Agaknya
Margawasana juga menguasai Aji Mahabala itu"
"Marilah guru. Kita akan pergi berkuda"
Tetapi Alap-alap Perak itupun menggeleng sambil berkata dengan suara yang semakin perlahan "Tidak ada waktu lagi"
"Guru, guru" orang yang meletakkan kepala Alap-alap Perak itu di pangkuannya itupun berteriak semakin keras "Guru"
Tetapi Alap-alap Perak sudah tidak mendengarnya lagi.
Iapun telah memejamkan matanya untuk selama-lamanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang kehilangan gurunya itupun meletakkan kepala Alap-alap Perak. Iapun segera bangkit berdiri. Sambil menuding kearah Ki Margawasana orang itupun berkata "Kau telah membunuh guru"
Ki Margawasana yang pakaiannya telah diwarnai oleh
darahnya itu menggeleng sambil berkata "Tidak, Ki Sanak.
Bukan aku yang telah membunuhnya. Tetapi ia telah
membunuh dirinya sendiri. Aku sudah memperingatkannya, tetapi ia tidak mau mendengarkannya"
"Apapun yang terjadi, tetapi kaulah yang telah menyebabkannya. Kaulah yang telah memancing pertempuran. Jika kau mau menuruti perintahnya, maka tidak akan terjadi seperti ini"
Yang Menjawab adalah Wikan "Guru tidak wajib memenuhi perintah Alap-alap Perak. Bahkan guru sudah berbaik hati memperintahkannya agar gurumu tidak mempergunakan Aji Mahabala. Tetapi Alap-alap Perak tidak mendengarkannya"
"Diam. Aku koyakkan mulutmu"
Wikan itupun segera meloncat mendekati orang itu sambil berkata "Bagus. Kau sudah melanggar banyak sekali
pantangan di halaman rumah guru. Aku sudah siap untuk membunuhmu"
Murid Alap-alap Perak itu tiba-tiba menyadari, bahwa gurunya sudah tidak ada. Tidak akan ada lagi orang yang dapat melindungi mereka. Sedangkan mereka ternyata tidak akan dapat mengalahkan murid-murid Ki Margawasana itu. .
Untunglah bahwa Ki Margawasana itupun berkata "Pergilah.
Jangan membuat kami kehilangan kendali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Aku sekarang akan pergi.Tetapi pada suatu saat, aku akan kembali lagi"
Ki Margawasana tidak menjawab. Dibiarkannya murid-murid Alap-alap Perak itu mengusung tubuh gurunya dan di
letakkannya diatas punggung seekor kuda. Demikian pula mereka membantu saudara-saudara seperguruannya yang
tertatih-tatih untuk naik ke punggung kudanya pula.
Sejenak kemudian, maka murid-murid Alap-alap Perak
itupun segera meninggalkan halaman rumah Ki Margawasana.
Demikian mereka pergi, maka Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun segera mendekati Ki
Margawasana. "Guru terluka cukup parah" berkata Wikan.
"Hanya luka dipermukaan" jawab Ki Margawasana.
"Tetapi luka-luka guru memerlukan pengobatan" sahut Ki Rantam.
Ki Margawasana tidak membantah. Ki Margawasanapun
berjalan perlahan-lahan masuk ke dalam rumahnya.
Sementara itu, orang tua yang menunggu rumah di Gebang itupun telah membawa air hangat serta sepotong kain putih.
Ki Rantamlah yang kemudian membersihkan luka-luka Ki Margawasana. Ternyata goresan-goresan kuku perak dari Alap-alap Perak itu cukup dalam. Namun daya tahan Ki Margawasana itupun cukup tinggi untuk dapat mengatasinya.
Setelah luka-luka itu dibersihkan, maka Ki Margawasana telah memberikan sebuah bumbung kecil yang berisi serbuk reramuan obat untuk memampatkan darah serta merapatkan luka-luka baru.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Ki Rantam menaburkan obat itu, maka Ki
Margawasana berdesis menahan pedih. Namun lambat laun perasaan pedih itupun menjadi hilang.
Beberapa saat kemudian, setelah Ki Margawasana serta kedua muridnya dan kedua orang murid Ki Wigati itu menjadi tenang, maka Wikanpun mulai bertanya "Kenapa Alap-alap Perak
itu menganggap bahwa lamoaug penyerahan kepemimpinan perguruan Udyana itu dapat dipergunakan untuk membuat emas, guru?"
"Entahlah, Wikan. Darimana Alap-alap Perak mendapatkan mimpi itu"
"Tetapi menurut pendapatku, kematian Alap-alap Perak belum berarti usaha untuk merebut benda itu, berakhir"
"Ya. Alap-alap Perak muda, yang datang ke perguruan
Udyana bersama pamanmu Wigati, tentu masih akan tetap memburu benda itu. Karena itu, berhati-hatilah menjaganya.
Mungkin sekali Alap-alap Perak-akan mengambilnya dengan cara yang sangat licik. Benda itu memang pernah dicuri, seperti orang mencuri perhiasan yang disimpan di dalam peti"
"Mungkin Alap-alap Perak itu benar-benar pernah bermimpi bahwa benda itu dapat dipergunakan untuk membuat emas"
"Mungkin. Tetapi mungkin Alap-alap Perak juga pernah mendengar dongeng tentang benda-benda yang dapat
dipergunakan untuk membuat emas"
Wikan serta mereka yang lainpun mengangguk-angguk.
Tetapi menurut penalaran mereka, tentu ada sumber ceritera tentang pembuatan emas itu.
"Guru" berkata Wikan kemudian "Apakah mungkin dongeng itu sengaja dibuat untuk mengacaukan dunia olah kanuragan, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar perguruan yang satu saling berebut dengan perguruan yang lain, sehingga perguruan-perguruan itu menjadi saling bermusuhan"
"Mungkin sekali, Wikan. Ada orang-orang yang sengaja, membuat agar perguruan-perguruan yang ada itu saling bermusuhan. Mereka tidak ingin melihat perguruan-perguruan itu dapat hidup rukun dalam kedamaian. Mungkin juga karena mereka merasa iri terhadap perkembangan perguruan yang ada. Mungkin pula kecemasan bahwa kebesaran nama
pergutuan mereka sendiri akan menjadi pudar karena
kebesaran nama perguruan yang lain"
"Jika terjadi seperti tadi, guru" berkata Ki Rantam
"Bukankah kita tidak akan dapat mengelak lagi. Kita harus bertarung sehingga Alap-alap Perak terbunuh"
"Ya. Kita dihadapkan pada suatu keadaan tanpa pilihan.
Kecuali jika kita ikuti perintah mereka. Dan bukankah hal itu tidak akan mungkin terjadi?"
"Ya, guru" "Guru" bertanya Wikan pula "Apakah guru juga menguasai Aji yang disebutnya Aji Mahabala?"
"Ya" jawab Ki Margawasana "Aku memang mempelajari Aji Mahabala. Sementara itu, Alap-alap Perak lewat seorang petugas sandinya dapat mengetahui dimana guru menyimpan kitab yang memuat Aji Mahabala itu. Pada suatu sat, Alap-alap Perak sempat mencurinya. Bersamaan waktunya dengan saat ia mencuri lambang penyerahan kekuasaan yai-g kita miliki itu.
Sementara itu, ketika aku mengambil kembali benda itu sekaligus kitab yang memuat Aji Mahabala itu, Alap-alap Perak sedang berusaha untuk mengutip isinya. Tetapi ternyata kutipan itu masih belum lengkap. Ada sebagian laku yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertinggal. Meskipun demikian, Aji Mahabala itu telah dikuasai oleh Alap-alap Perak, meskipun belum sempurna karena ada laku yang seharusnya dijalani"
"Tetapi guru sendiri tidak mengembangkan Aji Mahabala itu" bertanya Ki Rantam.
"Tidak. Kakek gurumu juga tidak. Tetapi kakek gurumu telah menyusunnya kembali menjadi ilmu yang lebih baik dari Aji Mahabala itu. Ilmu itulah yang kalian kenal sebagai ilmu andalan perguruan Udyana sekarang ini"
"Apakah kelebihannya ilmu itu dengan Aji Mahabala, guru?"
"Aji Mahabala memerlukan waktu yang lebih banyak untuk melepaskannya. Aji Mahabalapun memerlukan dorongan
tenaga dalam yang besar, sehingga dapat justru membahayakan diri sendiri, sebagaimana yang terjadi pada Alap-alap Perak?"
Yang mendengarkan keterangan Ki Margawasana itupun
mengangguk-angguk. Sedangkan Ki Margawasana itupun
berkata lebih lanjut "Sedangkan kakek guru telah menyusun kembali Aji Mahabala itu menjadi kekuatan yang dalam sekejap dapat dilontarkan. Tidak memerlukan dorongan kekuatan tenaga dalam yang terlalu besar.
Dengan menyalakan tenaga oleh sentuhan-sentuhan pada simpul-simpul syaraf sebagaimana telah kalian pelajari dengan seksama, maka kalian tidak perlu menghabiskan tenaga kalian sehingga kalian menjadi tidak berdaya. Bahkan dalam keadaan yang parah, Aji Mahabala itu akan dapat mencabut nyawanya sendiri"
Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati itupun mengangguk-angguk. Kedua orang murid Ki Wigati itupun sedang
dalam

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tataran mula untuk menguasai ilmu http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagaimana diturunkan oleh kakak gurunya. Karena Ki Wigati dan Ki Margawasana adalah saudara seperguruan.
Sementara itu, Ki Margawasanapun berkata selanjutnya
"Baiklah. Pada kesempatan lain, mungkin Ki Udyana dapat berceritera pula tentang Aji Mahabala itu"
Wikan tidak bertanya lebih jauh lagi. Demikian pula Ki Rantam yang sudah mempunyai sedikit gambaran tentang perkembangan Aji Mahabala.
"Guru" berkata Ki Rantam kemudian "silahkan guru
beristirahat. Darah telah banyak mengalir dari luka-luka di tubuh guru. Karena itu maka guru tentu perlu beristirahat.
"Baiklah. Aku akan beristirahat dahulu. Tetapi kalianpun perlu beristirahat pula"
"Ya, guru. Kami juga akan segera beristirahat"
Demikianlah, maka Ki Margawasana itupun segera pergi ke biliknya. Tubuhnya memang kelihatan lemah. Jauh berbeda dengan saat Ki Margawasana itu menghadapi Alap-alap Perak.
Agaknya Ki Margawasana memang harus mengerahkan
segenap tenaga dan kemampuannya untuk menghadapi Alap-alap Perak tua, yang memiliki ilmu yang tinggi itu.
Namun, demikian pertarungan itu selesai, maka segenap tenaganya seakan-akan telah terkuras habis.
Wikan, Ki Rantam dan kedua murid Ki Wigati itu untuk beberapa saat masih saja duduk di ruang dalam. Mereka masih berbincang tentang Alap-alap Perak dengan Aji
Mahabala yang menggetarkan itu.
Kedua murid Ki Wigati yang meskipun masih pada tataran mula
untuk menguasai ilmu Mahabala yang sudah http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disempurnakan itu, merasakan watak yang sangat berbeda dari Aji Mahabala itu sendiri.
"Tentu telah terjadi perubahan besar pada saat kakek guru memimpin padepokan Udyana" desis Wikan.
"Ya . Tentu telah terjadi perubahan sifat dan watak dari perguruan ini. Tetapi bersukurlah kita, bahwa kita mengenali perguruan kita sebagai satu perguruan yang bersih sekarang ini sahut Ki Rantam.
"Perubahan itu tentu tidak lepas dari dukungan para murid pada masa guru masih menjadi murid dari perguruan ini"
Wikan itupun mengangguk-angguk. Tiba-tiba saja seorang diantara murid Ki Wigati itupun berkata seakan-akan kepada diri sendiri "Mungkin guru kurang tanggap terhadap
perubahan yang terjadi, sehingga guru masih mudah
dipengaruhi oleh Alap-alap Perak yang muda, sehingga guru telah datang ke padepokan Udyana"
"Mungkin sekali" sahut Ki Rantam "tetapi bukankah
sekarang paman Wigati telah benar-benar menghayati
perubahan itu?" "Ya. Agaknya gurupun telah benar-benar berubah sekarang" Mereka yang masih duduk di ruang dalam itupun terkejut ketika seorang tua memasuki ruangan itu sambil membawa minuman panas. Sambil meletakkan mangkuk minuman itu dihadapan mereka yang masih berbincang di ruang tengah, orang tua itu berkata "Mari. Silahkan ngger. Kalian tentu memerlukan minuman segar malam ini, setelah kalian
bertarung dengan orang-orang berkuda itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, kek" jawab keempat orang itu hampir
berbareng. Untuk beberapa saat mereka masih berbincang sambil
menghirup minuman hangat. Baru kemudian setelah malam menjadi larut, maka merekapun pergi ke bilik mereka masing-masing.
Di keesokan harinya, maka keempat orang itu telah bangun pagi-pagi. Semalam mereka telah melupakan binatang buruan mereka, namun ketika mereka bangun, maka binatang buruan mereka itu sudah dikuliti, bahkan sudah dipanggang diatas api.
"Siapa yang telah mengulitinya?" bertanya Ki Rantam.
Orangtua yang menunggu rumah di gebang itu tersenyum sambil menjawab "Aku ngger"
"Terima kasih, kek. Kakek telah bersusah payah mengulitinya" "Aku dahulu juga sering berburu. Aku tahu caranya
menguliti binatang buruan. Aku tahu caranya memanggangnya. Nah, sekarang jika binatang buruan itu akan kalian bawa ke bukit, bawalah"
Ketika keempat orang itu ragu-ragu, Ki Margawasanalah yang berkata, demikian ia keluar dari pintu butulan "marilah kita bawa hasil buruan kalian. Bukankah kalian masih akan pergi ke bukit Jatilamba"
"Ya, guru" jawab Wikan dan Ki Rantam bersama-sama.
Ketika matahari terbit, maka mereka telah selesai berbenah diri. Ki Margawasana telah nampak menjadi segar kembali.
Tidak ada bekas kelelahan semalam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, namun luka-luka goresan yang dalam dari kuku-kuku perak Alap-alap Perak masih belum kering.
Diatas luka"luka itu masih ditaburkan serbuk ramuan obat-obatan.
Hari itu, Wikan, Ki Rantam dan kedua orang murid Ki Wigati masih berada di Bukit Jatilamba. Baru keesokan harinya mereka akan pulang ke padepokan mereka masing-masing.
Wikan dan Ki Rantam serta kedua orang murid Ki Wigati itu merasa perlu untuk segera melapor tentang kematian Alap-alap Perak yang tua. Mungkin sekali kematian Alap-alap Perak tua itu akan dapat menimbulkan masalah bagi padepokan mereka.
Sementara itu, Wikanpun bertanya kepada Ki Margawasana.
Lalu bangaimana dengan guru?"
"Kenapa?" "Jika Alap-alap Perak itu datang dengan semua muridmuridnya mengepung bukit Jatilamba ini?"
Ki Margawasana tersenyum. Katanya "Mereka tidak akan melakukannya. Tetapi seadainya mereka juga melakukannya, maka aku mempunyai cara tersendiri untuk menghadapi
mereka" "Maksud guru?" "Tentu tidak ada diantara mereka yang mampu berlari
secepat aku. Karena itu, maka senjataku untuk menyelamatkan diri, aku rasa sudah yang terbaik diantara segala macam senjata"
Mereka yang mendengarnya termangu-mangu sejenak.
Namun merekapun kemudian tersenyum.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika malam turun, keempat orang itu masih sempat
menikmati malam yang segar dibukit Jatilamba. Angin
mengalir lembut, sehingga dedaunan bergoyang perlahan.
Daun nyiurpun seakan-akan melambai menahan .agar
keempat orang itu tidak tergesa-gesa meninggalkan bukit kecil itu. Gemercik air yang mengalir dari belumbang turun ke dalam parit induk terdengar dalam iramanya sendiri.
"Kami akan berangkat esok pagi-pagi sekali guru. Seperti pada saat kami berangkat, maka di jalan pulangpun kami akan singgah di padepokan paman Wigati"
"Baiklah. Pesanku kepada pamanmu Wigati, berhati-hatilah menghadapi Alap-alap Perak yang licik. Kematian Alap-alap Perak yang tua, tentu akan menanamkan dendam di hati Alap-alap Perak yang muda itu. Dengan demikian, maka
dendamnya kepada pamanmu Wigati tentu akan semakin
berlipat" "Baik guru" jawab Wikan.
Sementara itu kepada kedua orang murid Ki Wigati itu, Ki Margwasana berpesan pula "Kau wajib mengingatkan jika gurumu tergelincir ke jalan yang tidak semestinya. Memang mungkin kalian akan dianggap berani menentang gurumu, tetapi setelah gurumu sempat merenungi, maka ia akan mengerti. Ia tentu tidak akan mengulangi kesalahannya sampai dua kali"
"Ya, uwa. Aku akan memberanikan diri jika guru tergelincir lagi"
Malam itu, rasa-rasanya keempat orang itu tidak ingin tidur.
Rasa-rasanya mereka ingin merasakan segarnya udara dibukit Jatilamba itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun karena di keesokan harinya mereka akan
menempuh perjalanan panjang, maka merekapun lelah pergi ke bilik mereka lewat tengah malam.
Pagi-pagi sekali mereka telah terbangun. Merekapun segera berbenah diri. Merekapun telah menyiapkan kuda-kuda
mereka pula. Sebelum matahari terbit, maka merekapun telah bersiap. Ki Margawasanapun telah bangun pula.
"Guru, kami mohon diri. Kami akan kembali ke padepokan.
Paman Wigati dan kakang Udayana harus segera mengetahui apa yang telah terjadi disini" berkata Ki Rantam.
"Baiklah. Hati-hati di jalan. Adi Wigati dan Udayanapun harus berhati-hati pula menghadapi Alap-alap Perak yang licik dan licin. Alap-alap Perak muda itu sama-sama licik dan lic innya dengan Alap-alap yang tua itu"
"Baik uwa. Pesan akan kami sampaikan kepada guru" jawab seorang diantara kedua murid Ki Wigati itu.
Sementara itu, Wikan dan Ki Rantam pun telah dipesan pula mawanti-wanti oleh Ki Margawasana.
Demikianlah ketika sinar matahari mulai mencuat di langit, maka keempat orang itu meninggalkan bukit kecil yang disebut Bukit Jatilamba itu.
Seperti yang dikatakannya, maka Wikan dan Ki Ran-tampun ikut pula bersama kedua orang murid Ki Wigati itu. Mereka akan singggah di padepokan itu dan bermalam semalam. Baru di keesokan harinya mereka akan meneruskan perjalanan.
Wikan dan Ki Rantam memang berniat untuk lebih
mempererat hubungan antara kedua perguruan yyang
memiliki sumber ilmu yang sama itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak ada hambatan yang berarti di perjalanan mereka.
Sekali-sekali merekapun berhenti untuk memberi kesempatan kuda-kuda mereka beristirahat.
Ketika mereka sampai di padepokan yang dipimpin oleh Ki Wigati, maka Ki Rantam itupun dipersilahkan naik ke pendapa bangunan utama padepokan Ki Wigati.
"Apa kalian mendapatkan pengalaman baru di bukit
Jalilamba itu?" bertanya Ki Wigati.
"Ya, guru. Pengalaman yang sangat berharga"
Ki Wigati mengerutkan dahinya. Nampaknya ia tertarik kepada keterangan salah seorang muridnya itu. Ki Wigatipun kemudian bertanya "Pengalaman apa?"
"Ketika kami berada di Gebang selagi kami berburu kijang dihutan tidak terlalu jauh dari Gebang, Wikan telah tercebur kedalam pusaran lumpur yang berwarna kehitam-hitaman"
"Pusaran lumpur?"
"Ya, guru" jawab murid Ki Wigati itu. Iapun kemudian berceritera
tentang kubangan lumpur yang agaknya mengandung minyak itu. Ki Wigati yang mendengarkan ceritera muridnya itu
mengangguk-angguk. Iapun kemudian bergumam "Sukurlah, bahwa jiwamu masih mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Maha Penyayang, sehingga kau masih dapat bertemu lagi dengan gurumu, Wikan"
"Ya, paman. Satu pengalaman yang sangat mengerikan"
"Selain pengalaman itu, kami masih mendapat pengalaman lain yang tidak kalah menariknya, guru" berkata murid Ki Wigati yang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengalaman apa lagi"
"Pada saat kami berada di Gebang, telah mendatangi uwa Margawasana, setan Berambut Putih itu"
"Siapakah yang kau maksud?"
"Alap-alap Perak"
"Alap-alap Perak" Jadi Alap-alap Perak itu menyusul kalian ke Gebang?"
"Tetapi bukan Alap-alap Perak yang bertempur dengan guru waktu itu"
"Jadi Alap-alap Perak tua yang kau maksud?"
"Ya, guru. Tetapi diluar kehendaknya, uwa Margawasana telah menghentikan perlawanan Alap-alap Perak itu. Alap-alap Perak telah terbunuh oleh kekuatan ilmunya sendiri"
"Ilmu apa yang kau maksud?"
"Aji Mahabala" Ki Wigati menarik nafas panjang. Katanya "Aku sudah
mengira. Alap-alap Perak masih belum menguasai Aji
Mahabala itu sepenuhnya"
"Nampaknya justru uwa Margawasana yang telah menguasainya" "Ya. Uwakmu memang sudah menguasai ilmu itu. Tetapi
bagi kami, Aji Mahabala itu tidak berarti dibandingkan dengan ilmu yang telah disusun kembali oleh kakek gurumu. Aji Mahabala yang bersumber dari peguruan Sawo Kembar itu memang ilmu yang dimaksudkan untuk melindungi orang-orang yang lemah yang memerlukan keadilan dan kebenaran.
Tetapi Aji itu mempunyai banyak kelemahan, sehingga kakek gurumu telah menyusunnya kembali"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Uwa Margawasana juga berkata begitu"
"Sebenarnya Alap-alap Perakpun sudah mencoba untuk
menyusun kembali Aji Mahabala itu. Mengisi beberapa
kekosongan karena Alap-alap Perak tua memang tidak berhasil mengutip seluruh isi kitab itu. Tetapi agaknya Alap-alap Perak tua itu belum berhasil. Ketika aku bertempur melawan Alap-alap Perak yang muda itu, aku masih melihat Aji Pemungkas yang dilontarkannya, unsur dari Aji Mahabala masih
mewarnainya. Tetapi memang ada usaha untuk menyempurnakannya" "Sekarang Alap-alap Perak tua itu sudah tidak ada guru"
Ki Wigati menarik nafas panjang. Katanya "Ya. Alap-alap Perak tua itu sudah tidak ada. Tetapi dendam Alap-alap Perak muda itu tentu menjadi semakin bertimbun"
"Ya, guru. Uwa Margawasana juga berpesan, agar guru
menjadi lebih berhati-hati. Uwa Margawasana juga berpesan kepada Wikan dan Ki Rantam untuk disampaikan kepada
kakang Udyana, bahwa Alap-alap Perak itu akan menjadi orang yang sangat berbahaya. Bahkan agaknya perguruan Ki Rina-rina juga harus diberi-tahu kapan-kapan, karena ketika murid-murid
Alap-alap Perak itu mendatangi uwa Margawasana, mereka menyebut diri mereka murid perguruan Ki Rina-rina"
"Alap-alap Perak tentu berniat mengadu domba antara
beberapa perguruan. Betapa bodohnya aku, sehingga akupun telah dapat dibujuknya pula. Untunglah bahwa kakangmu Udyana mewarisi sifat-sifat kakang Margawasana. Jika tidak, maka perguruan kita tentu tinggal namanya saja"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembicaraan merekapun terhenti. Seorang cantrik tengah menghidangkan minuman hangat serta beberapa potong
makanan. Pembicaraan merekapun kemudian beralih. Mereka mulai berbicara tentang binatang buruan di hutan. Tentang binatang peliharaan dan kemudian mereka berbicara tentang kuda.
Ki Wigatipun kemudian mempersilahkan kedua muridnya
untuk membawa Wikan dan Rantam ke bilik yang disediakan bagi mereka.
"Jika kalian ingin pergi ke pakiwan, silahkan" berkata Ki Wigati "kemudian kalian dapat beristirahat"
Seperti yang direncanakan, maka Wikan dan Ki Rantam
bermalam semalam di padepokan Ki Wigati. Di keesokan harinya, keduanya di pagi-pagi benar telah bersiap untuk meneruskan perjalanan.
"Kenapa kalian begitu tergesa-gesa?" bertanya Ki Wigati.
"Guru berpesan, agar kami segera menyampaikan kepada kakang Udyana berita tentang kematian Alap-alap Perak yang tua, paman"
Ki Wigati mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Kau memang harus segera menyampaikan berita kematian itu. Meskipun aku kira Alap-alap Perak masih belum sembuh benar, tetapi orang itu mempunyai banyak akal yang licik"
Demikianlah, ketika langit menjadi semakin terang, Ki Rantam dan Wikanpun telah siap untuk meneruskan
perjalanan mereka kembali ke padepokan.
"Hati-hatilah di jalan " pesan Ki Wigati.
"Ya, paman:-Aku mohon doa dan restu paman"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan berdoa bagi kalian"
Sejenak kemudian, Ki Rantam dan Wikanpun telah
meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Wigati, kembali ke padepokan yang kemudian disebut padepokan Udyana.
Perjalanan mereka memang cukup jauh. Bahkan masih
banyak ruas-ruas jalan yang sulit dilalui. Jalan-jalan setapak, lorong-lorong kecil, tebing-tebing yang curam dan kadang-kadang berbatu kerikil tajam. Namun ada juga ruas-ruas jalan yang rata, lebar dan bahkan beberapa ruas sudah dikeraskan dengan batu-batu kali serta setiap hari di lewati pedati.
Sedikit lewat tengah hari, Ki Rantam dan Wikan itupun berhenti di pinggir sebuah sungai yang airnya nampak jernih.
Ketika mereka menyeberang, maka kuda-kuda merekapun
telah minum air yang jernih itu. Nampaknya betapa segarnya.
"Aku jadi haus pula" berkata Wikan.
Ki Rantampun tersenyum. Katanya "Tetapi kita tentu tidak akan minum air sungai itu"
"Kalau ada belik di pinggir sungai itu, kita dapat minum"
"Di dekat pasar itu tentu ada mata air"
"Ya. Mata air sumur. Bahkan sudah direbus"
Keduanya tertawa. Ki Rantampun berkata "Baiklah. Kita akan singgah untuk mencari minuman pula"
Keduanyapun kemudian melanjutkan perjalanan setelah
kuda-kuda mereka minum sepuasnya di sungai yang airnya jernih itu.
Beberapa saat kemudian, mereka memang melewati sebuah pasar. Tetapi lewat tengah hari, pasar itu sudah agak sepi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian masih juga ada beberapa buah kedai yang pintunya masih terbuka. Agaknya mereka masih ingin
menghabiskan dagangan mereka. Nasi serta beperapa jenis makanan.
Namun masih juga ada beberapa orang yang berada di
dalam kedai-kedai itu. Nampaknya para pedagang yang
berjualan di pasar yang sudah menjadi agak sepi itu. Mereka beristirahat sambil minum minuman hangat serta makan siang.
Ki Rantam dan Wikanpun kemudian berhenti di depan
sebuah kedai kecil. Diikatnya kudanya di patok-patok yang nampaknya memang disediakan bagi para pembeli di kedai itu.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejenak kemudian, maka Ki Rantam dan Wikanpun
memasuki kedai kecil itu pula.
Namun mereka justru terkejut. Justru di kedai kecil itu terdapat lebih banyak pembeli daripada kedai-kedai yang lain.
"Tentu ada masakan yang khusus di sini" berkata Ki
Rantam. "Apa yang khusus itu?" bertanya Wikan.
"Aku belum tahu. Tetapi tentu ada yang menarik banyak orang itu"
Ketika pelayan kedai itu mendekati Ki Rantam dan Wikan untuk menanyakan apa yang mereka pesan, maka Ki
Rantampun bertanya "Apa yang menarik di kedai ini" Tentu ada masakan khusus yang lain dari yang ada di kedai-kedai lainnya"
Pelayan itu tersenyum. Katanya "Ada Ki Sanak. Kami
menyediakan mangut belut"
"Mangut belut?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" Ki Rantam menarik nafas panjang. Namun Wikan berbisik di telinganya "Aku tidak mau kakang pesan mangut belut. Aku takut pada belut"
"He?"Ki Rantam tertawa "Kalau takut kepada belut, apalagi kepada ular"
"Ya, aku memang takut kepada ular dan binatang
sejenisnya" Ki Rantam masih saja tertawa sambil mengangguk-angguk.
Katanya "Baik, baik. Kita tidak akan memesan mangut belut"
Ki Rantampun kemudian telah memesan nasi liwet,
dendeng ragi dan sambal terasi.
"Minumnya, Ki Sanak?"
"Dawet. Apakah disini ada dawet cendol?"
"Ada Ki Sanak. Jika Ki Sanak pesan dawet, akan kami
sediakan" "Pemanisnya legen atau sudah menjadi gula kelapa lalu dicairkan lagi?"
"Gula kelapa. Ki Sanak"
"Baiklah. Tidak apa-apa" sahut Wikan yang sudah
kehausan. Sejenak kemudian, maka pelayan itupun menyiapkan
pesanan Ki Rantam dan Wikan.
Namun tiba-tiba saja diluar dugaan mereka berdua yang sedang menunggu pesanan mereka, dua orang telah datang mendekatinya. Seorang diantara mereka berkata lantang
"Nah, inilah orang-orang dari perguruan yang baru-baru ini http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disebut perguruan Udyana. Perguruan yang semula di pimpin oleh Ki Margawasana dan yang kemudian dipimpin oleh Ki Mina yang berubah namanya menjadi Ki Udyana"
Ki Rantam dan Wikan terkejut. Dengan serta-merta Ki
Rantam pun bertanya "Ki Sanak telah mengenal kami?"
"Tentu saja. Bukankah perguruan Udyana yang mfeskipun belum lama mempergunakan nama itu, sudah terkenal sampai kemana-mana sehingga hampir setiap orang mengenalnya"
"Jika itu yang kau maksud sebagai pujian, kami
mengucapkan terima kasih"
"Aku tidak mengira, bahwa kalian hari ini lewat jalan ini dan singgah di kedai kecil ini"
"Siapakah kalian Ki Sanak?"
"Kalian tentu tidak mengenal kami. Kami adalah orang-orang yang sama sekali tidak berarti. Kami adalah murid-murid dari perguruan kecil. Aku adalah murid Alap-alap Perak. Dan sahabatku ini adalah murid dari perguruan Ki Rina-rina.
Perguruan yang kemarin malam telah kau singgung harga dirinya"
"Kenapa?" "Ki Margawasana telah sangat meremehkan Ki Rina-rina sebagai seorang pemimpin sebuah padepokan.
"Siapa yang meremehkan. Aku bersama guru kemarin
malam ketika beberapa orang murid dari Alap-alap Perak datang menemui guru, Ki Margawasana"
"Aku melihat kalian berdua, bahwa kalian berdua bersama dengan guru kalian. Selain kalian berdua ada juga dua orang lainnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau ada, kau dapat mengatakan bahwa kami telah meremehkan Ki Rina-rina. Apa yang telah kami lakukan pada waktu itu?"
"Kalian telah nyenyamah nama baik Ki Rina-rina. Kalian tentu tidak mengaku sekarang, karena disini ada murid Ki Rina-rina yang sebenarnya. Kalian memang sangat licik, sehingga kalian tentu akan mengingkarinya"
"Begitukah?" bertanya murid dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Rina-rina itu.
"Jadi inilah salah satu caramu untuk menampar dengan meminjam tangan?" bertanya Wikan. Kemudian katanya
"Sebaiknya kau tidak usah memfitnah kami. Jika kau
menantang aku atau kakang Rantam aku atau kakang Rantam akan melayani. Tidak usah dengan cara seperti itu. Bukankah kau ingin perguruan Udyana dan perguruan Tapak Mega akan berbenturan?"
"Kalian benar-benar pengecut. Kalian sama sekali tidak berani bertanggung jawab atas sikap yang sudah ditunjukkan oleh gurumu terhadap guru Alap-alap Perak"
"Aku tidak akan ingkar, bahwa kemarin malam telah terjadi perselisihan antara gurumu dan guruku. Tetapi kenapa tiba-tiba kau sangkutkan persoalan itu dengan perguruan Tapak Mega?"
"Jangan banyak bicara, pengecut. Kalau kau tidak berani mengakui penghinaan yang telah kalian tujukan kepada Ki Rina-rina, sudahlah. Kau tidak usah membusungkan dadamu sebagai murid Margawasana"
"Bukankah kami berdua tidak membusungkan dada kami
sambil menengadahkan wajah kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murid Ki Rina-rina itu termangu-mangu sejenak. Namun agaknya orang itu bukan orang yang jantungnya mudah
terbakar. Sebagai murid perguruan Tapak Mega, maka segala tingkah lakunya terkendali oleh ajaran-ajaran dari Ki Rina-rina.
"Akan kau biarkan saja orang-orang ini lepas dari tangan perguruan Tapak Mega?" bertanya orang yang mengaku murid Alap-alap Perak itu.
"Aku masih belum jelas persoalannya" berkata murid
perguruan Tapak Mega itu "Tetapi sepengetahuan kami, kami memang tidak mempunyai persoalan dengan perguruan yang kau sebut sebagai perguruan yang berada di padepokan Udyana.
Guru memang pernah berceritera, tentang perkembangan perguruan yang dipimpin oleh seorang yang dikenal baik oleh guru Ki Margawasana. Ki Margawasana nampaknya
sudah menyerahkan kepemimpin dari padepokannya kepada Ki Udyana"
"Namanya Ki Mina. Adalah atas kemauannya sendiri
mengganti namanya Udyana untuk membantu mengangkat
wibawanya" "Bukan atas kemauan kakang Udyana sendiri. Tetapi atas kehendak guru, Ki Margawasana"
"Omong kosong" "Jadi Ki Udyana itu adalah orang yang bernama Ki Mina?"
"Ya" Murid dari perguruan Tapak Mega itu termangu-mangu
sejenak. "Kenapa?" "Seorang adik seperguruanku pernah mendapat pertolongan dari dua orang suami isteri yang rambutnya sudah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ubanan. Ketika hal itu aku tanyakan kepada guru, guru menduga, bahwa kedua orang suami isteri itu adalah Ki Mina Jika benar, maka Ki Udyana adalah orang yang pernah
menolong adik seperguruanku itu"
"Siapakah nama adik seperguruan Ki Sanak itu?" bertanya Wikan.
"Seorang yang masih mempunyai darah keturunan
bangsawan. Namanya Raden Wiraga atau Raden Mas Wiraga"
"Raden Mas Wiraga" Paman Udyana pernah menyebut
nama itu dari perguruan Tapak Mega. Siapakah nama Ki Sanak?"
"Namaku Prasaja"
"Meskipun sederhana, tetapi bukankah nama itu dapat kau sebutkan?"
"Ya itu. Namaku Prasaja. Maksudku Prasaja itu adalah namaku. Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa namaku itu sederhana.
"O" Wikan dan Ki Rantam mengangguk-angguk, sementara Prasaja sendiri tersenyum. Namun murid Alap-alap Perak itupun membentak "Kau tidak perlu mengalihkan perhatian Prasaja. Kau harus minta maaf kepadanya atas pelakuan gurumu yang telah merendahkan nama baik Ki Rina-rina"
"Kami dan guru tidak melakukan kesalahan apa-apa, Ki Sanak. Kenapa kami harus minta maaf"
Namun Prrasaja itupun kemudian berkata "Aku percaya
kepadamu Ki Sanak "Lalu katanya kepada murid Alap-alap Perak itu "sudahlah. Jangan dipersoalkan lagi"
"Kau sama sekali tidak mengambil tindakan apa-apa?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku yakin bahwa saudara-saudara seperguruan Ki Mina tidak akan melakukannya. Bahkan Ki Mina itu telah membantu adik seperguruanku dalam perselisihan yang tidak adil dengan orang-orang dari Alas Roban. Orang yang menyebut dirinya Alap-alap Alas Roban" tiba-tiba saja murid Ki Rina-rina itupun bertanya "He, apakah alap-alap Perak itu mempunyai
hubungan dengan Alap-alap Alas Roban?"
"Tidak. Tidak ada hubungan apa-apa antara Alap-alap Alas Roban dengan Alap-alap Perak. Nampaknya Alap-alap alas Roban itu telah mendapatkan ilham dari nama guru, alap-alap Perak. Karena perguruan mereka berada di Alas Roban, maka mereka menyebut diri mereka Alap-alap Alas Roban"
Murid Ki Rina-rina itu mengangguk-angguk. Katanya
kemudian "Sudahlah. Biarkan saja. Jangan ganggu mereka"
"Apakah kau juga sudah menjadi pengecut sekarang?"
bertanya murid Alap-alap Perak itu.
"Jangan berkata begitu. Nanti dapat terjadi salah paham diantara kita"
Prasaja, murid Ki Rina-rina itupun kemudian melangkah meninggalkan Wikan dan Ki Rantam sambil berkata "Silahkan menikmati mangut welut. Kedai ini mempuyai masakan khusus yang sangat digemari banyak orang. Mangut Welut"
"Terima kasih, Prasaja" sahut Wikan.
Murid perguruan Alap-alap Perak itu menjadi sangat
kecewa. Ia tidak berhasil mengadu kedua perguruan itu.
Karena itu, maka iapun melangkah mengikuti Prasaja itu pula.
Namun dalam pada itu, demikian kedua orang murid dari perguruan Tapak Mega dan perguruan Alap-alap Perak itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pergi, maka Wikan dan Ki Rantampun merasa heran, bahwa rasa-rasanya keduanya tinggal berdua saja di kedai itu.
Ketika pelayan kedai itu menghidangkan dawet cendol, Wikanpun bertanya "Kemana orang-orang yang tadi ada di dalam kedai ini?"
"Mereka takut terjadi apa-apa. Mereka sudah pergi"
"Tetapi bukankah kau tidak dirugikan?"
"Tidak. Mereka membayar sebagaimana seharusnya.
Namun agaknya dagangan kami tidak akan habis hari ini"
"Maaf. Bukan maksud kami menakut-nakuti para pembeli"
"Aku tahu. Bukan kalianlah yang bersalah"
Sambil menghirup dawet yang segar itu, Ki Rantampun
berkata "Untunglah murid dari perguruan Rina-rina itu sempat berpikir. Jika tidak, maka kedai ini akan menjadi porak-poranda"
"Ya. Agaknya telah ditanamkan kebencian yang sangat
mendalam pada murid-murid Alap-alap Perak itu kepada kita.
Agaknya Alap-alap Perak benar-benar menginginkan lambang pengalihan kepimpinan itu" jawab Wikan.
"Mereka mengira, akan dapat membuat emas dengan alat itu"
"Tentu ada yang meniup-niupkan kabar itu, agar setiap perguruan menjadi saling berebutan"
Keduanyapun kemudian terdiam. Keduanyapun kemudian
sibuk dengan nasi liwet mereka serta dawet cendol yang segar itu.
Demikian mereka selesai serta membayar harga makan dan minum mereka, maka keduanyapun segera minta diri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun keberadaan murid dari Alap-alap perak serta murid dari perguruan Tapak Mega itu telah membuat keduanya berdebar-debar. Karena itu, maka merekapun serasa ingin terbang untuk segera sampai di padepokan untuk segera memberitahukan persoalan yang mungkin akan mereka
hadapi. Disore hari keduanyapun telah memasuki gerbang padepokan mereka, keduanyapun menarik nafas panjang, bahwa tidak terjadi apa-apa di padepokan mereka.
Ki Udyana dan Nyi Udyana menemui mereka di pendapa
bangunan utama padepokan Udyana. Keduanyapun menanyakan keadaan kedua orang murid Ki Margawasana itu.
"Kami dalam keadaan baik-baik saja kakang" jawab Ki
Rantam "bagaimana dengan padepokan ini?"
"Semuanya baik-baik saja. Tidak ada persoalan apa-apa yang gawat terjadi disini"
"Sukurlah kakang"
"Nah, sekarang mandi-mandilah dahulu. Nanti setelah kau berbenah diri, kita akan dapat berbicara panjang. Kau dapat berceritera tentang perjalananmu mengunjungi rumah guru di Gebang atau di Jatilamba"
"Baik, kakang. Biarlah kami membersihkan diri dahulu.
Agaknya di perjalanan tubuh kami telah dilekati debu"
Wikan dan Ki Rantam itupun kemudian turun kehalaman.
Merekapun segera pergi ke bilik mereka masing-masing.
Namun langkah Wikan tertahan oleh suara tangis. Agaknya Tatag sedang merajuk. Ia menangis keras-keras seperti biasanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun mendekatinya sambil bertanya "Kenapa anak itu mengamuk?"
"Anak ini memang nakal sekali" sahut Tanjung "semakin besar, anak ini menjadi semakin nakal"
Wikanpun kemudian menyentuh pipi Tatag dengan jarijarinya. Tatag berpaling kepada Wikan sejenak. Namun tangisnyapun tiba-tiba saja mereda, dan bahkan akhirnya iapun terdiam.
"Anak nakal. Apa yang kau tangisi?" bertanya Wikan.
Tiba-tiba saja Tatag itu tertawa.
"Ia mulai menjadi manja" berkata Tanjung.
"Tentu anak itu belum tahu, bagaimana ia harus bermanja-manja" sahut Wikan.
Namun Tanjungpun kemudian bertanya "Kapan kakang
pulang?" "Baru saja. Aku baru akan mandi. Keringat dan debu
membuat tubuhku seperti berminyak"
"Bagaimana keadaan Ki Margawasana?"
"Guru dalam keadaan baik-baik saja, Tanjung"
"Kakang lama sekali berada di Gebang"
"Lama sekali" Bukankah aku hanya beberapa hari saja
berada di Gebang?" Tanjung tidak bertanya lagi. Katanya kemudian "Silahkan kakang mandi dahulu. Kakang akan menjadi segar kembali"
Tanjungpun kemudian masuk ke dalam biliknya. Namun
kemdian iapun telah pergi ke pakiwan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alangkah segarnya mandi setelah menempuh perjalanan
panjang. Demikian pula Ki Rantam. Agaknya Ki Rantam juga tidak betah lagi tubuhnya dilekati debu yang tebal. Namun Ki Rantam masih sempat membakar tangkai padi untuk membuat landa merang. Dengan landa merang Ki Rantam mandi sambil keramas.
Di senja hari, Wikan dan Ki Rantam duduk pula di pendapa.
Yang ikut duduk pula di pendapa adalah Ki Udyana dan Nyi Udyana, Ki Parama dan Ki Windu, serta beberapa orang cantrik.
Ki Rantam dan Wikanpun berganti-ganti menceriterakan apa yang sudah terjadi di Gebang dan di Jatilamba. Mereka menceriterakan bagaimana Wikan hampir saja terhisap oleh pasuran lumpur berminyak. Kemudian kadatan-gan murid-murid Alap-alap Perak. Kematian Alap-alap Perak tua serta perjumpaan mereka dengan murid Alap-alap Perak tua serta perjumpaan mereka dengan murid Alap-alap Perak bersama-sama dengan murid dari perguruan Tapak Mega yang dipimpin oleh Ki Rina-rina di pinggir Kali Bagawanta.
"Sebelumnya Alap-alap Perak itu sudah menghadang kami, paman. Tetapi Alap-alap Perak yang muda. Untunglah bahwa paman Wigati tanggap, sehingga paman Wigati sempat
menyusul kami. Alap-alap perak itu telah dilukai oleh paman Wigati meskipun paman Wigati juga terluka. Tetapi tidak banyak pengaruhnya. Sedangkan Alap-alap Perak yang datang ke Gebang itu adalah Alap-alap Perak yang tua. Ia terbunuh oleh tingkahnya sendiri"
Ki Udyana, Nyi Udyana serta para cantrik yang
mendengarkan ceritera perjalanan Wikan dan Ki Rantam itu mengangguk-angguk. Ternyata ada beberapa peristiwa
penting yang telah terjadi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan demikian, berarti dendam Alap-alap Perak itu menjadi semakin dalam" berkata Ki Udyana.
Perjodohan Busur Kumala 16 Memburu Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Jaka Lola 9

Cari Blog Ini