Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 4
"Siapa?" bentak seorang diantara mereka.
Ki Rangga mendorong dahi orang yang bertanya itu sambil berkata "Buka. matamu, he. Apakah kau tidak mengenal aku?"
"O, Ki Rangga" desis orang itu sambil tergeser selangkah surut. Namun kawannya yang seorang lagi bertanya "Siapakah kawan Ki Rangga itu?"
"Ini bukan kawanku. Tetapi kemanakanku. Ia berada dalam tanggung jawabku"
Orang yang bertanya itu mengangguk-angguk. Sementara Ki Rangga berkata pula "Ia seorang penari. Aku ingin membuat tledek penari janggrung itu iri melihat tariannya"
Orang itu mengangguk-angguk. Lalu katanya "Silahkan Ki Rangga"
"Apakah sudah banyak orang yang datang?"
"Sudah Ki Rangga. Nampaknya Ki Rangga hari ini datang agak lambat"
"Persetan kau" Ki Ranggapun kemudian mengajak Wikan memasuki
halaman yang samar-samar o leh cahaya lampu di pendapa dan serambi gandok itu.
"Di mana mereka bersuka-ria tanpa tatanan itu, Ki
Rangga?" bertanya Wikan.
"Kau dengar suara gamelannya?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di belakang. Di belakang rumah induk, masih terdapat sebuah bangunan joglo sebesar pendapa itu. Disanalah mereka
mneyelenggarakan keramaian sekedar untuk bersenang-senang itu"
Wikan rasa-rasanya menjadi tidak sabar lagi. Namun Ki Ranggapun kemudian berdesis "Kita duduk di belakang saja.
Bukankah kau sekedar ingin membuktikan, apakah Wiyati dan Wandan berada di sini?"
Wikan mengangguk "Ingat pesan Ki Tumenggung. Jangan
berbuat apa-apa jika kau tidak-ingin melumuri nama Ki Tumenggung Reksaniti dengan lumpur karena banyak orang yang tahu, bahwa kau tinggal di rumah Ki Tumenggung itu"
Sejenak kemudian mereka melewati longkangan samping.
Dua orang petugas berjaga-jaga di longkangan itu. Tetapi ketika mereka melihat Ki Rangga, maka mereka justru
mengangguk hormat. "Ki Rangga ini agaknya sudah terbiasa berada ditempat ini sehingga nampaknya ia bebas keluar masuk"
Sejenak kemudian, maka merekapun telah memasuki
halaman samping sebuah ruangan yang luas, mirip sebuah pendapa. Namun letaknya justru dibelakang bangunan induk rumah yang besar itu.
Di pendapa telah banyak orang yang duduk diatas tikar yang terbentang berkeliling. Sedangkan di tengah-tengah terdapat beberapa orang penari janggrung' sedang menari bersama beberapa laki-laki yang ikut menari dengan kasarnya.
Mereka seakan-akan telah melupakan unggah-ungguh dan tata krama. Mereka bahkan telah melupakan kedudukan
mereka masing-masing. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Rangga dengan diam-diam duduk di belakang deretan orang yang sudah menjadi agak mabuk karena kebanyakan minum
tuak. "Jaga perasaanmu, Wikan"
Wikan tidak menjawab. Tetapi Wikan tidak melihat kakak perempuannya berada diantara para penari itu.
Ki Rangga yang agaknya mengetahui bahwa Wikan sedang memperhatikan beberapa orang perempuan yang menari
tanpa mengenal malu itupun menggamitnya sambil berkata
"Wikan. Kau lihat beberapa orang perempuan yang duduk diseberang para penari itu" Beberapa orang perempuan yang duduk diantara beberapa orang laki-laki yang sudah mulai mabuk, sehingga tidak mampu mengekang tingkah lakunya sendiri itu"
Wikan mengerutkan dahinya. Semula ia tidak melihat dalam keremangan cahaya lampu yang nampaknya memang
disengaja itu, beberapa orang perempuan duduk bersama-sama dengan beberapa orang laki-laki dengan tingkah lakunya yang sangat tidak pantas.
Sejenak Wikan memperhatikan perempuan itu seorang
demi seorang. Perempuan yang tertawa-tawa dengan tingkah laku yang dibuat-buat.
Jantung Wikan seakan-akan berhenti berdetak ketika ia melihat Wiyati memang ada diantara mereka.
Sejenak Wikan justru mematung. Namun kemudian Wikan
itupun bergeser setapak. Dengan cepat Ki Rangga memegang lengannya sambil
berkata "Apa yang akan kau lakukan, Wikan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan menyeretnya keluar dari tempat terkutuk ini"
"Kau tidak dapat melakukannya sekarang"
"Aku tidak peduli"
"Kau akan melanggar pesan Ki Tumenggung Reksaniti.
"Tetapi ia saudaraku. Aku berhak melakukannya"
"Kau akan melupakan kebaikan Ki Tumenggung dengan
melumuri wajahnya dengan lumpur yang paling kotor" Kau sampai hati mencapakkan Ki Tumenggung ke dalam kubangan yang paling pekat"
"Tetapi...." "Apa yang harus dikatakan oleh Ki Tumenggung Reksaniti jika persoalan ini sampai kepada para pemimpin di Mataram.
Bahwa salah seorang bawahan Ki Tumenggung yang akan
ditempatkan di Prambanan telah mengamuk di tempat yang kotor ini" Wikan. Kau akan segera dicampakkan dari
mencalonanmu. Itu tidak apa-apa, karena kau memang sudah melakukannya dengan sengaja. Tetapi Ki Tumenggungpun tentu akan disingkirkan pula. Tumenggung Darmakitri akan dikeluarkan dari penjara dan akan menduduki jabatan yang memang sangat diharapkannya itu"
Wikan menggeretakkan giginya. Tetapi apa yang dikatakan oleh Ki Rangga itu masih sempat didengarnya, sehingga apapun yang bergejolak didadanya, Wikan berusaha untuk menahan diri.
Ki Rangga yang mengetahui, betapa Wikan menekan
perasaannya itupun berkata "Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini sebelum jantungmu meledak"
Wikan tidak menjawab. Tetapi iapun segera bangkit berdiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Ranggapun segera berdiri pula. Keduanyapun segera melangkah meninggalkan tempat itu.
Di longkangan kedua orang yang bertugas itu mengangguk hormat. Seorang diantara mereka bertanya "Kenapa segera pergi Ki Rangga?"
"Edan. Uangku ketinggalan. Bagaimana aku dapat ikut
ngibing tanpa membawa uang. Nanti aku akan kembali"
Para petugas itu tidak bertanya lebih jauh.
Demikian pula para petugas di pintu regol halaman.
Merekapun bertanya pula, kenapa Ki Rangga segera
meninggalkan tempat itu. Sebagaimana jawabnya kepada para petugas di longkangan, maka Ki Ranggapun menjawab pula "Uangku
ketinggalan. Tanpa uang aku tidak berarti apa-apa di tempat itu"
Sebenarnyalah bahwa Ki Rangga telah membawa Wikan
kembali ke rumah Ki Tumenggung Reksaniti. Ternyata Ki Tumenggung masih belum tidur. Ia menjadi gelisah
memikirkan Wikan yang dapat saja kehilangan kendali.
Ki Rangga dan Wikan itu telah ditemui oleh Ki Tumenggung di pringgitan. Ki Ranggapun segera menceriterakan apa yang telah mereka lihat di rumah Ki Tangara. Perempuan yang bernama Wiyati dan Wandan itu memang berada di tempat terkutuk itu.
"Ki Rangga sudah sering pergi ke tempat itu?" bertanya Ki Tumenggung.
"Tidak terlalu sering, Ki Tumenggung. Tetapi aku memang sekali-sekali pergi ke tempat ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas sikapmu, Wikan" berkata Ki Tumenggung "Kau masih mampu menahan dirimu. Aku
berjanji untuk memerintahkan seorang prajurit mengantarmu ke rumahnya esok. Ki Rangga akan dapat memberikan ancar-ancar di mana kakak perempuanmu itu tinggal"
"Sama sekali tidak di dekat alun-alun pungkuran" berkata Ki Rangga.
"Aku mohon maaf Ki Tumenggung" berkata Wikan
kemudian "besok aku mohon diri. Aku akan pulang"
"He?" "Aku tidak pantas mengabdi kepada Ki Tumenggung
Reksaniti. Kakak perempuanku adalah sosok yang pantas di lemparkan ke tempat sampah. Dengan demikian, jika aku berada disini. maka sampah itu akan memercik kepada Ki Tumenggung pula"
"Tidak. Wikan. Aku akan membantumu membawa kakak
perempuamun itu pulang kapan saja kau mau"
"Tidak Ki Tumenggung. Aku minta maaf. Besok aku akan pulang. Aku akan mengurus kakak perempuanku itu atas nama keluargaku. Aku tidak ingin Ki Tumenggung terlibat dalam persoalan yang sangat memalukan ini?"
"Sebenarnya aku ingin memilahkan antara kau dan. kakak perempuanmu"
"Besok, jika segalanya sudah selesai, maka aku akan
datang kembal i" "Aku ingin kau memegang salah satu tugas yang penting di Prambanan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun Ki Tumenggung. Besok, jika aku sudah berhasil menjernihkan tatanan hidup keluargaku, aku akan datang menghadap Ki Tumenggung"
Ternyata Ki Tumenggung Reksaniti tidak dapat mencegah niat Wikan untuk pulang. Keberadaan kakak perempuannya di tempat yang terkutuk itu telah membuat nalarnya menjadi buram.
Ki Rangga tidak dapat berbuat apa-apa. Sebenarnyalah ia merasa menyesal, bahwa ia telah memberitahukan langsung kepada Wikan, apakah kerja kakak perempuannya di Kota Raja.
"Tidak, Ki Rangga. Aku justru berterima kasih kepada Ki Rangga, sehingga aku segera mengetahui tingkah laku kakak perempuanku itu. Dengan demikian aku akan segera
mengambil langkah-langkah yang perlu"
"Kau akan mengatakan kepada ibumu?" bertanya Ki
Tumenggung Reksaniti. "Aku tidak mempunyai pilihan lain"
"Ibumu akan sangat bersedih"
"Tetapi itu lebih baik daripada tertunda-tunda. Selama ini ibu berbangga terhadap mbokayu Wiyati. Setiap kali mbokayu mengirimkan sejumlah uang kepada ibu di rumah. Sehingga keadaan ibu menjadi cerah kembali sepeninggal ayah. Selain dari Yu Wuni. maka Yu Wiyati juga membuat ibu menjadi gembira. Ibu merasa bahwa kedua anak perempuannya sudah mapan dan hidup berkecukupan. Sementara aku dapat
mengerjakan sawah yang ditinggalkan oleh ayah. Sawah yang cukup luas, sehingga hasilnyapun cukup memadai. Tetapi aku telah meninggalkan ibu untuk mengabdi kepada Mataram. Ibu juga berharap agar aku dapat menjadi seorang priyayi yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai hari depan lebih baik dari seorang petani. Akupun berpengharapan pula, bahwa aku akan dapat lebih banyak mengamalkan ilmu yang telah aku pelajari di Mataram
daripada di kampung halaman. Tetapi jiwaku telah terpukul oleh tingkah laku kakak perempuanku"
Niat Wikan untuk pulang esok pagi telah bulat. Ketika Ki Rangga minta diri, maka sekali lagi Wikan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Di keesokan harinya, pagi-pagi sekali Wikan sudah siap.
Setelah minum minuman hangat dan makan beberapa potong makanan, maka Wikanpun benar-benar meninggalkan rumah Ki Tumenggung Reksaniti.
"Pada satu kesempatan aku akan menghadap Ki
Tumenggung lagi" berkata Wikan.
Ki Tumenggung menepuk bahunya sambil berkata "Kau
menyimpan kemampuan yang tinggi. Jangan kau sia-siakan.
Dengan mengabdi kepada Mataram, maka kemampuanmu itu akan lebih berarti bagi banyak orang"
"Terima kasih atas kepercayaan Ki Tumenggung Reksaniti.
Masih banyak kesempatan di hari-hari mendatang"
"Kau sebaiknya menghadap kepada gurumu. Mintalah
pertimbangan kepadanya. Oleh gurumu kau dititipkan
kepadaku" "Baik. Ki Tumenggung"
Demikianlah, maka Wikanpun meninggalkan rumah Ki
Tumenggung Reksaniti. Beberapa saat kemudian, Wikanpun telah meninggalkan pintu gerbang Kota Raja. Tempat yang menjanjikan banyak harapan kepada para pendatang. Tetapi juga tempat yang banyak menelan korban dari mereka yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengah dan tidak berdaya menghadapi garangnya kehidupan serta godaan lahiriah.
Ketika ia meninggalkan rumah Ki Tumenggung, Wikan
memang berniat untuk pergi menemui gurunya. Tetapi tiba-tiba ia merasa malu. Seperti ia merasa tidak pantas mengabdi di Mataram dan bertugas sebagai seorang pejabat di
lingkungan tugas Ki Tumenggung Reksaniti, maka Wikanpun merasa tidak pantas menghadap gurunya dan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh kakak perempuannya.
Di perjalanan Wikan tidak menemui banyak hambatan.
Rasa-rasanya ia ingin terbang secepat burung srigunting agar ia segera sampai ke rumah.
Namun Wikan tidak dapat menghindari kenyataan, bahwa ia harus
berhenti untuk memberi kesempatan kudanya beristirahat. Betapapun keinginannya mendesak untuk segera sampai di rumah, namun Wikanpun telah berhenti di sebuah kedai. Kedai yang juga dapat memberikan makan dan minum bagi kudanya.
Wikan yang duduk di sudut kedai itu nampak gelisah. Ketika pelayan kedai itu kemudian menghidangkan minuman dan makan
yang dipesannya, Wikan tidak sempat menghabiskannya. Setelah kudanya cukup beristirahat, maka Wikanpun
kemudian minta diri. Dibayarnya harga minuman dan makan bagi dirinya dan bagi kudanya. Ia masih saja nampak tergesa-gesa.
Ketika Wikan keluar dari pintu kedai, dituar sadarnya pundaknya telah menyentuh pundak seorang anak muda yang sedang memasuki kedai itu. Ketika Wikan menyadarinya, maka iapun segera minta maaf.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Agak tergesa-gesa Ki Sanak. Maaf. aku tidak sengaja"
Anak muda itu memandanginya dengan sorot mata yang
bagaikan menyala. Dua orang kawannya, tiba-tiba saja sudah berdiri di depan dan di belakangnya.
"Kau taruh dimana matamu, he?" geram anak muda yang
tersentuh pundak Wikan itu.
"Aku minta maaf"
Anak muda yang berpakaian rapi itu tertawa. Kemudian katanya "Berlutut di hadapanku jika kau minta maaf"
Jantung Wikan tergetar mendengar kata-kata itu. Tetapi ia masih menahan diri. Ia ingin segera meninggalkan tempat itu.
"Sungguh aku tidak sengaja, Ki Sanak. Aku tergesa-gesa.
Ada persoalan keluarga yang harus segera aku selesaikan"
"Persetan dengan urusan keluargamu. Berjongkok, menyembah dan mohon ampun"
"Jangan begitu, Ki Sanak. Aku sudah minta maaf. Biarkan aku pergi"
"Jangan membantah. Apakah kau belum mengenal aku?"
"Belum Ki Sanak"
Anak muda itu mengangguk-angguk. Katanya "Pantas kau berani memandang wajahku. Dengar. Aku adalah anak
seorang yang sangat berpengaruh di kademangan ini. Ayah adalah seorang yang sangat kaya. Hampir separo dari jumlah, sawah yang ada di kademangan ini adalah milik ayahku.
Orang lain hanya bekerja upahan di sawah ayahku itu"
Wikan mengangguk-angguk. Tetapi ia mulai menjadi muak atas tingkah laku anak muda itu. Sementara itu anak muda http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itupun berkata "Karena itu, kau tidak dapat mengelak lagi.
Berjongkok dan mohon ampun kepadaku"
Wikan tidak segera menjawab. Namun dua orang kawan
anak muda itu yang berdiri di muka dan di belakang Wikan, bergeser semakin dekat. Wikan merasa tangan orang yang berdiri di belakangnya itu mulai menekan pundaknya.
Wikan menarik nafas panjang, seakan-akan ia ingin
mengendapkan perasaannya yang mulai bergejolak.
Sebenarnya Wikan tidak ingin perjalanannya pulang itu terhambat.
Tetapi nampaknya ia tidak mempunyai kesempatan untuk mengelakkan perselisihan.
Wikanpun kemudian berpaling kepada pelayan dan pemilik kedai itu. Ia ingin pemilik kedai itu melerainya. Tetapi agaknya pemilik kedai itu hanya dapat diam mematung. Apalagi pelayan kedai itu. Bahkan orang-orang yang sudah berada didalam kedai itupun sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk melerai perselisihan yang timbul.
"Aku harus mengatasinya sendiri" berkata Wikan di dalam hatinya "Namun peristiwa ini akan dapat menghambat
perjalananku. Aku tidak tahu, seberapa tinggi ilmu anak-anak muda ini. Jika ilmu mereka cukup tinggi, maka aku
memerlukan waktu yang lama untuk mengatasinya. Atau
bahkan aku akan terkapar di halaman kedai ini. Pingsan atau bahkan mati"
Tetapi agaknya Wikan tidak mempunyai pilihan lain. Anak muda yang berdiri di belakangnya itupun semakin menekan pundaknya.
"Berjongkok, menyembah dan mohon maaf" geram orang
yang berdiri di belakangnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah minta maaf"
"Berjongkok, kau dengar. Apakah kau tuli?"
"Jangan memaksa, Ki Sanak. Hanya kepada Raja di
Mataram kita harus menyembah, atau kepada para Adipati yang berkuasa di kadipaten-kadipaten. Tidak kepada orang-orang kaya yang mempunyai tanah hampir separo tanah se kademangan. Apalagi kepada anaknya"
"Gila kau monyet buruk" bentak orang yang berdiri di depan Wikan "masih ada waktu bagimu untuk mohon ampun.
Berjongkok, menyembah dan mohon ampun"
Sebenarnyalah bahwa hati Wikan sendiri sedang gelap.
Karena itu, ia tidak dapat menyabarkan dirinya lagi. Sikap ketiga orang anak muda itu sudah keterlaluan baginya.
Karena itu, maka Wikanpun menggeram "Minggir atau aku dorong kalian"
"Anak iblis" bentak orang yang disebut anak seorang
pemilik tanah separo dari tanah kademangan itu "Kau berani mengancam kami"
"Bukan salahku. Aku sudah minta maaf jika aku dianggap bersalah hanya karena aku menyentuh tubuhmu dengan
pundakku tanpa aku sengaja"
Adalah di luar dugaan. Anak muda yang berdiri di depan Wikan itupun tiba-tiba mengajunkan tinjunya mengarah ke perut Wikan.
Dengan gerak naluriah, Wikan menangkis pukulan itu.
Namun kemudian hampir dituar sadarnya pula, Wikan
mendorong anak muda yang berdiri di depannya itu.
Ternyata dorongan Wikan cukup kuat. Anak muda itu
terpelanting dari tangga kedai dan jatuh terlentang di http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halaman. Wikan tidak mempunyai pilihan lain. Ia harus bergerak cepat untuk
menghindari serangan orang yang
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiri di belakangnya serta anak muda yang mengaku anak pemilik tanah yang sangat luas itu.
Dengan cepat Wikanpun meloncat ke halaman, melangkahi orang yang jatuh terlentang dan berusaha untuk bangkit itu.
Kedua orang anak muda yang lainpun segera menyusulnya turun ke halaman. Dengan wajah yang merah anak muda
yang mengaku anak pemilik tanah yang sangat luas itupun menggeram "Kau kira kau siapa, he. Hanya orang-orang gila yang berani menentangku. Tanah di sekitar pedukuhan ini adalah tanahku. Jika kau keluar dari padukuhan ini, kau akan melewati tanahku. Aku dapat berbuat apa saja diatas tanahku sendiri"
"Tetapi tanahmu ini terletak di dalam satu negeri yang mempunyai tatanan. Yang mempunyai paugeran. Ayahmu
bukan seorang Kepala Tanah Perdikan. Bukan pula seorang Demang atau bahkan Bekel. Ayahmu adalah seorang yang kaya, yang mempergunakan kekayaannya untuk membeli
kekuasaan. Namun kekuasaannya tidak akan dapat melampaui paugeran Bumi Mataram"
"Persetan dengan paugeran. Apa yang dikatakan oleh
ayahku adalah paugeran disini"
"Tidak. Biarlah orang-orang yang terpercik toleh kekayaan ayahmu mengakuinya. Tetapi aku tidak"
Dalam pada itu, beberapa orang sudah mulai berkerumun.
Mereka memang merasa heran, bahwa seseorang telah berani menentang anak seorang yang kaya raya, yang memiliki tanah hampir separo tanah kademangan. Bahkan Ki Demang sendiri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berani menentang kemauannya, karena dengan uangnya orang itu dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya.
"Anak muda itu tentu tidak tahu, dengan siapa ia
berhadapan" desis seseorang.
Namun orang yang disebelahnya menyahut "Tadi anak
penguasa tanah itu sudah mengatakan tentang dirinya"
"Tetapi anak muda tentu asing disini, sehingga ia tidak mengetahui seberapa besar kuasanya"
Kawan bicaranya mengangguk-angguk.
Sementara itu, Wikan sudah siap untuk menghadapi ketiga orang anak muda yang memang belum dikenalnya itu. Karena Wikan belum mengenal tataran kemampuan mereka, maka.
Wikanpun cukup berhati-hati.
Dalam pada itu, ketiga orang anak muda itu mulai bergerak.
Orang yang terpelanting jatuh itupun menggeram "Aku akan membuatmu menjadi pangewan-ewan"
Wikan tidak menjawab. Tetapi ia mempersiapkan diri
sebaiknya. Ternyata ketiga orang anak muda itupun segera memencar.
Mereka menghadapi Wikan dari tiga arah yang berbeda.
"Hati-hatilah" berkata anak penguasa tanah itu "Anak ini merasa memiliki bekal ilmu yang tinggi sehingga ia berani menantang kuasaku disini. Mungkin ia memang berbekal ilmu.
Tetapi mungkin hanya mulutnya sajalah yang terlalu besar untuk menyombongkan diri"
"Jangan cemas" sahut seorang kawannya "Aku akan
menjerat lehernya dan menuntunnya seperti seekor kerbau keliling padukuhan ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawannya yang lain tertawa sambil berkata "Kita jadikan anak ini ledek munyuk. Ia harus menari seperti seekor kera dengan iringan dua buah terbang"
Wikan sama sekali tidak menyahut. Tetapi hatinya yang sedang kalut itu menjadi semakin kalut.
Karena itu, maka Wikan tidak menunggu lebih lama lagi.
Ketika ketiga orang anak muda itu masih bergerak
melingkarinya, maka tiba-tiba saja Wikan merendah dan menyapu kaki anak muda yang mengaku anak penguasa
tanah itu. Gerak Wikan yang tidak terduga itu tidak mampu dihindari oleh lawannya. Demikian kaki Wikan menyapu kakinya, maka iapun segera jatuh terlentang.
Wikan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia sadar, bahwa anak muda itu adalah panutan dari kedua orang
kawannya yang lain. Jika anak muda itu dapat ditundukkannya, maka yang laipun akan segera tunduk pula.
Karena itu, maka dengan cepat Wikan berguling. Kakinya terangkat tinggi. Sejenak kemudian tumitnyapun telah mengenai dada anak muda itu.
Terdengar anak muda itu mengaduh. Namun ternyata
Wikan tidak sempat menyerangnya lagi. Kedua orang
kawannya telah berloncatan menyerang Wikan yang dengan cepat meloncat bangkit.
Wikan meloncat surut mengambil jarak. Namun kedua
orang anak muda itu memburunya. Seorang diantara mereka melenting sambil memutar tubuhnya. Kakinya menebas
mendatar mengarah ke kening..
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Wikan dengan cepat merendahkan kepalanya,
sehingga kaki yang menyambar keningnya itu terayun tanpa menyentuhnya.
Dalam pada itu, yang seorang tidak tinggal diam. Tubuhnya bagaikan meluncur dengan derasnya. Kakinya terjulur
menyamping mengarah ke punggung Wikan. Tetapi Wikan
seakan-akan mempunyai mata di tengkuknya. Dengan cepat ia meloncat menghindari serangan itu. Bahkan demikian kaki anak muda yang tidak mengenai sasarannya itu menyentuh tanah, maka Wikan telah memutar tubuhnya sambil
mengayunkan kakinya. Demikian cepatnya, sehingga anak muda itu tidak sempat mengelakkannya ketika kaki itu menyambar dadanya.
Orang itu terdorong beberapa langkah. Kemudian jatuh berguling di tanah.
Anak muda itu berusaha untuk dengan cepat bangkit.
Sehingga sejenak kemudian, ketiga orang anak muda itupun telah siap mengelilingi Wikan untuk menyerang dari arah yang berbeda.
Namun ketiganya tidak lagi setegar pada saat perkelahian itu mulai. Anak penguasa tanah itu setiap kali harus meraba dadanya yang sakit serta nafasnya yang tertahan-tahan.
Sementara itu, kawannyapun merasakan seakan-akan tulang-tulang iganya menjadi retak. Sedangkan yang seorang lagi lambungnya menjadi sangat nyeri. Bahkan terasa ia menjadi muak-muak seperti akan muntah.
"Anak iblis" geram anak muda yang merasa dirinya anak penguasa tanah yang kaya raya itu.
Wikan yang ingin segera pulang itu tidak memberi banyak waktu. Beberapa saat kemudian, perkelahianpun telah terjadi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semakin lama semakin seru. Namun semakin nampak betapa ketiga orang anak muda yang berkelahi melawan Wikan itu mengalami kesulitan.
Dalam pada itu, selagi ketiga orang anak muda itu
berkelahi, seorang yang melihatnya, telah berlari-lari ke rumah anak muda yang mengaku anak penguasa tanah itu. Ia ingin mendapat pujian atau bahkan hadiah beberapa keping uang.
Anak itupun langsung memberitahukan kepada penguasa
tanah itu, bahwa anaknya telah diserang oleh seorang anak muda yang tidak dikenal.
Dengan tergesa-gesa penguasa tanah itupun memerintahkan dua orang pengawalnya terbaik untuk ikut bersamanya pergi ke kedai yang menurut laporan yang
diterimanya, anaknya tengah mengalami kesulitan di tempat itu.
Dalam pada itu, perkelahianpun tidak berlangsung terlalu lama. Wikan ingin segera pergi meninggalkan tempat itu.
Karena itu, maka iapun berusaha untuk menyelesaikan
perkelahian itu secepatnya.
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 4 Namun seorang diantara kawan anak penguasa tanah itu
sempat berteriak "Pukul kentongan. Cepat" Pemilik kedai yang ketakutan
itu tidak menyia-nyiakan waktu.
Jika ia dianggap menghambat,
maka ia akan mengalami kesulitan. Karena itu, maka iapun segera
memukul kentongan dua kali tiga
ganda berturut-turut. Isyarat yang memberitahukan bahwa
ada bahaya yang mengancam
keluarga penguasa tanah itu.
Namun demikian kentongan itu mulai dibunyikan, terdengar suara penguasa tanah itu "Aku sudah disini. Jangan bunyikan lagi kentongan itu"
Suara kentongan itupun berhenti. Penguasa tanah yang agak gemuk dan tidak cukup tinggi itu melangkah ketengah-tengah arena perkelahian.
Suasana menjadi sangat tegang. Wikanpun menjadi
semakin berdebaran. Ia merasa bahwa perjalanannya akan menjadi semakin terhambat. Tetapi Wikan sudah bertekat untuk mdawan habis-habisan. Apalagi hatinya yang sedang gelap itu membuatnya semakin sulit untuk membuat
pertimbangan-pertimbangan yang jernih.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, ketika orang yang bertubuh agak kegemukan itu mendekatinya, maka iapun segera mempersiapkan diri.
Wikanpun sudah mengira bahwa orang itu tentu penguasa tanah yang mempunyai kuasa yang sangat besar itu.
Ketiga anak muda yang kesakitan itu bergeser berdiri di sebelah orang yang bertubuh kegemukan itu sambil bertolak pinggang.
"Anak itu sudah menghina kuasa ayah" berkata anak
penguasa itu "Ya" sahut kawannya "Ia tidak mau mengakui kuasa paman di daerah ini"
"Anak itu justru menghina paman" berkata yang lain.
Namun ketika anak penguasa itu akan berbicara lagi,
penguasa itupun membentaknya "Diam. Aku dapat bertanya sendiri kepadanya"
Anaknya terdiam. Namun ia menjadi heran melihat sikap ayahnya. Biasanya ayahnya segera menghukum orang yang telah berani meremehkan kuasanya.
Namun penguasa itu justru bertanya kepada Wikan "Siapa namamu anak muda?"
Wikan masih tetap bersikap hati-hati. Dengan nada berat iapun menyahut "Namaku Wikan"
"Kau mempunyai kemampuan yang sangat tinggi. Aku
kagum kepadamu. Jarang ada anak muda yang memiliki ilmu setinggi ilmumu itu"
Wikan tidak menjawab. Tetapi ia justru menjadi semakin berhati-hati.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wikan" berkata penguasa tanah itu pula "sebenarnyalah aku ingin kau singgah dirumahku"
Wikan merasakan ajakan itu sebagai satu jebakan. Apalagi ia ingin segera sampai di rumah bertemu dengan ibunya.
Sehingga karena itu, maka iapun menjawab "Terima kasih Ki Sanak. Aku tergesa-gesa pulang. Aku sudah mengatakan kepada anakmu, bahwa aku mempunyai persoalan keluarga yang ingin segera aku selesaikan. Tetapi anakmu memaksaku untuk berkelahi"
"Bohong ayah" sahut anak penguasa tanah itu. Namun
ayahnya segera membentaknya "Diam kau. Kau yang selalu berbohong kepadaku. Kau selalu membakar perasaanku agar aku marah kepada orang-orang yang sebenarnya tidak
bersalah. Bahkan menghukunya. Sekarang akupun yakin
bahwa Wikan tidak bersalah"
Wajah ketiga anak muda itu menjadi pucat. Mereka tidak pernah melihat sikap ayahnya seperti itu.
Dalam pada itu, maka penguasa tanah itupun berkata
"Wikan. Kau kenal dengan Ki Pamerdi?"
Wikan termangu-mangu sejenak. Dengan nada dalam iapun menjawab "Kenal, Ki Sanak. Setidak-tidaknya namanya"
"Siapakah Ki Pamerdi itu menurut pengenalanmu?"
"Guruku adalah murid Ki Pamerdi. Jadi Ki Pamerdi adalah eyang guruku"
"Aku sudah mengira. Aku mengenali unsur-unsur gerak
yang nampak pada ilmumu. Jika kau tidak mau singgah di rumahku barang sebentar, baiklah. Aku titip salam kepada gurumu. Siapakah nama gurumu?"
"Ki Margawasana"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Margawasana" penguasa tanah itu menarik nafas panjang
"Bukankah sekarang Margawasanalah yang mewarisi kedudukan Ki Pamerdi, setelah Ki Pamerdi menghilang dari padepokan?"
"Ya. Darimana Ki Sanak mengetahuinya?"
"Aku adalah saudara seperguruan Ki Margawasana. Tetapi aku adalah murid yang buruk. Aku berhenti di tengah jalan.
Dengan ilmuku yang tidak tuntas itu, aku mengembangkan diri di jalan yang aku tempuh sekarang ini"
"Jadi Ki Sanak adalah paman guruku?"
"Seharusnya demikian. Tetapi ternyata bahwa ilmu bagiku sudah berada di awang-awang yang tidak akan pernah dapat aku gapai. Itulah sebabnya, tidak seperti biasanya, jika anakku membakar perasaanku, aku langsung bertindak meskipun kadang-kadang aku tahu, bahwa itu salah. Tetapi melihat ilmumu, maka jika aku bertindak, akulah yang akan kau lemparkan ke kubangan"
"Aku belum apa-apa, paman" sahut Wikan kemudian.
"Kau agaknya sudah tuntas. Margawasana memang
seorang murid yang jarang ada duanya. Murid-muridnya menjadi orang-orang yang mumpuni pula, termasuk kau
sendiri" "Hanya sekedarnya paman"
"Sudah sepantasnya, bahwa Margawasana sekarang
memimpin perguruan itu" penguasa itu berhenti sejenak. Lalu katanya "Salamku buat gurumu. Aku mohon maaf atas
kelakuanku dan kelakuan anak-anakku. Anak-anakku mempunyai aliran perguruan yang lain, karena aku sendiri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mengajarinya. Tetapi ternyata bahwa ilmu gurunya itu lebih buruk dari ilmuku yang hanya sepotong ini"
"Akulah yang harus minta maaf, paman"
"Nah, jika kau masih mempunyai keperluan yang lain,
teruskan perjalananmu. Aku harap pada kesempatan lain, kau dan gurumu bersedia singgah di rumahku"
"Tetapi siapakah nama paman. Aku akan menyampaikannya kepada guru nanti"
Orang itu menarik nafas panjang. Kemudian katanya
"Namaku Wirabrata. Gurumu mengenalku dengan sebutan
Wirabrata. Tetapi disini aku disebut Wira Tiyasa"
"Baiklah paman. Aku akan menyampaikan kepada guruku, bahwa aku sudah bertemu dengan paman Wira Tiyasa"
"Jangan sebut aku Wira Tiyasa dihadapan gurumu. Kecuali barangkali gurumu tidak akan mengenal nama itu, aku juga merasa malu dengan nama itu. Sebut saja bahwa kau bertemu dengan paman Wirabrata. Nama itu justru lebih baik"
"Baik paman. Terima kasih atas kelapangan hati paman.
Aku akan menyampaikan kepada guruku"
"Aku yang harus mengucapkan terima kasih serta minta maaf"
Wikan mengangguk hormat. Ia sempat memandang ketiga
orang anak muda yang telah mengganggu perjalanan itu.
Untunglah bahwa ayah anak muda yang sombong dan
mengandalkan kuasa ayahnya itu dapat mengenali beberapa unsur gerak dari ilmunya, sehingga persoalan yang
berkepanjangan tidak harus terjadi.
Dalam pada itu, Wikanpun telah memacu kudanya. Iapun ingin segera sampai di rumahnya untuk berbicara dengan ibu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kakak perempuannya tentang seorang kakak perempuannya yang lain, yang telah terjebak dalam dunia yang hitam di Kotaraja.
Wikan sampai di rumahnya setelah malam turun. Lampulampu minyak telah dinyalakan di mana-mana.
Kedatangan Wikan telah mengejutkan ibunya. Apalagi
ketika Nyi Purba melihat sikap Wikan yang nampaknya sangat gelisah. Pakaiannya yang kusut
serta keringat yang membasahi bajunya. "Wikan" desis ibunya.
"Ibu. Aku ingin memanggil mbokayu Wuni dan suaminya"
"Ada apa Wikan" Ada apa" Sikapmu membuatku berdebardebar" "Ibu. Aku ingin berbicara tentang mbokayu Wiyati"
"Nanti dulu, Wikan. Tenanglah. Duduklah. Biarlah seseorang mengambilkan minuman hangat bagimu"
Wikan memang duduk di tikar pandan yang dibentangkan di ruang dalam. Namun ia masih saja nampak gelisah.
"Ketika gurumu pulang dari Mataram, ia sempat singgah di rumah ini, Wikan. Ia mengatakan, bahwa kau akan tinggal di rumah Ki Tumenggung Reksaniti. Kau akan ikut mengabdi kepada Mataram dengan tugas yang akan diberikan oleh Ki Tumenggung Reksaniti"
"Ya, ibu. Seharusnya memang demikian, tetapi mbokayu Wiyati telah merusak segala-galanya.
"Kenapa dengan mbokayumu, Wiyati" Apa hubungan
pengabdianmu dengan mbokayumu itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu. Aku minta ibu memerintahkan seseorang memanggil mbokayu Wuni dan suaminya. Aku akan berbicara dengan seluruh keluarga kita"
"Kau membuat aku berdebar-debar, Wikan"
"Kita harus segera membicarakannya"
"Tetapi malam sudah turun. Kaupun tentu merasa letih.
Karena itu, sebaiknya kau beristirahat saja dahulu. Kau sempat menenangkan hatimu. Besok pagi, biarlah aku minta seseorang memanggil mbokayumu dan suaminya"
"Tidak banyak waktu ibu. Sebaiknya ibu memanggilnya
sekarang" "Kenapa harus sekarang" Kenapa waktu kita tidak banyak"
Apakah ada sesuatu yang akan terjadi dengan mbokayumu Wiyati sehingga kita harus segera bertindak?"
"Sesuatu itu bukan saja akan terjadi pada mbokayu Wiyati.
Tetapi justru telah terjadi"
"Kau belum mengatakannya, Wikan"
"Karena itu, panggil mbokayu Wuni dan suaminya"
Ibunya tidak dapat menolak. Iapun ingin segera tahu, apa yang telah terjadi dengan Wiyati. Karena itu, maka katanya
"Baiklah. Aku akan menyuruh memanggil Wuni dan suaminya.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara itu kau sempat minum, mandi dan barangkali makan"
"Tidak. Aku akan menunggu mereka"
Ibunya menarik nafas panjang. Sementara itu, seorang pelayannya telah menghidangkan minuman hangat bagi
Wikan. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan memang haus. Karena itu, maka iapun segera
menghirup minuman yang masih hangat itu, sementara ibunya menyuruh pelayan itu memanggil seorang pembantu laki-laki.
Ketika laki-laki itu menghadapnya, maka Nyi Purbapun berkata "Pergilah ke rumah Nyi Wuni. Katakan, bahwa Nyi Wuni dan suaminya aku panggi 1 sekarang juga. Ada suatu yang penting yang harus segera dibicarakan"
"Baik Nyi" jawab laki-laki itu.
Sejenak kemudian, maka laki-laki itupun segera pergi ke rumah Wuni.
Wikan masih saja duduk di ruang dalam. Ia masih belum mau mandi. Ketika ibunya bertanya kepadanya, apakah ia lapar, maka iapun menjawab "Tidak. Aku tidak lapar"
Nyi Purba sendiri menjadi sangat ingin segera mengetahui persoalan yang dibawa anaknya itu tentang Wiyati. Anak perempuannya yang berada di kota. Yang selama ini
dianggapnya telah berhasil dengan usahanya bersama
Wandan. Beberapa kali Wiyati telah mengirimkan uang bagi ibunya untuk membeayai keperluan keluarganya. Untuk
memelihara rumah, halaman serta melengkapi perabotperabot di rumahnya. Bahkan dengan mengumpulkan uang dari Wiyati dan Wuni yang tersisa. Wikan sempat membeli seekor kuda yang besar dan tegar ditambah dengan hasil sawahnya yang dikerjakannya dengan tekun dan bersungguh-sungguh.
Dalam pada itu, Wikan yang duduk diruang dalam ditemani oleh ibunya, masih belum mengatakan, apa yang sebenarnya terjadi dengan Wiyati. Agaknya Wikan ingin mengatakannya setelah keluarganya berkumpul.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menjelang wayah sepi uwong, maka Wuni dan suaminya
telah datang. Di wajah mereka membayang kegelisahan.
"Ada apa ibu?" bertanya Wuni yang kemudian duduk pula di ruang dalam bersama suaminya. Di getiar suaranya terasa kecemasan hatinya yang tersirat. Bahkan terasa pula, bahwa Wuni menjadi tidak sabar menunggu untuk mendengarkan, berita apa yang akan disampaikan kepadanya.
"Katakan Wikan" desis ibunya.
Wikan menarik nafas panjang. Ia memang agak sulit.
Darimana ia harus mulai berbicara.
Namun akhirnya Wikan berhasil juga memulainya. Ia mulai menceriterakan keberadaannya di Mataram serta usahanya mencari Wiyati dan Wandan.
Namun ketika Wikan menceriterakan apa yang dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri, ia masih sadar, bahwa ia harus menyampaikan berita yang menyakitkan itu dengan berhati-hati.
Meskipun demikian, ketika ibunya mendengar kenyataan yang dikatakan oleh Wikan itu, ia sempat menjerit. Kemudian terdengar tangisnya yang meledak.
"Ibu, ibu" Wunipun kemudian mendekap ibunya "tenanglah ibu. Tenanglah. Kita akan membicarakannya. Kita akan berbuat sesuatu untuk mengentaskan Wiyati dari dunia hitamnya itu"
"Wiyati, Wiyati. Sampai hati kau nodai nama baik
keluargamu. Nama baik ayahmu"
"Sudahlah ibu" suara suami Wuni berat
menekan "persoalannya tidak akan selesai dengan kita tangisi. Kita harus mengambil langkah-langkah yang jelas"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbokayu Wiyati harus dipanggil pulang" berkata Wikan dengan nada datar.
"Ya" sahut kakak iparnya.
"Bagaimana jika kakang memanggilnya pulang?" bertanya Wikan.
"Aku tidak berkeberatan. Tetapi aku belum tahu dimana ia tinggal"
"Ada ancar-ancarnya" sahut Wikan.
"Ya. Kakang harus memanggilnya pulang" berkata Wuni
"jika Wikan telah mengetahui ancar-ancar rumahnya, maka kakang dapat pergi bersama Wikan"
"Jika ibu mengijinkan, aku akan pergi bersama kakang besok untuk menyambut mbokayu Wiyati"
"Pergilah, Wikan. Bawa mbokayumu itu pulang" berkata ibunya diantara isak tangisnya.
Setelah segala sesuatunya di sepakati, maka Wuni dan suaminya minta diri. Besok pagi-pagi Wikan dan kakak iparnya itu akan berangkat. Tetapi mereka tidak akan menemui Wiyati besok karena mereka akan sampai di Mataram setelah sore hari Mereka akan bermalam semalam, dan baru dikeesokan harinya mereka akan menemui Wiyati untuk memaksanya
pulang. "Kita akan membawa tiga ekor kuda" berkata Wikan.
"Apakah Wiyati dapat naik kuda?"
"Ia pernah mencoba-coba naik kuda ketika ayah masih ada.
Dalam keadaan terpaksa, ia akan dapat naik"
"Ia pernah belajar naik kuda" sahut Wuni "ayah tidak pernah menaruh keberatan. Tetapi waktu itu aku memang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak tertarik sama sekali. Namun agaknya Wiyati agak berbeda"
Sepeninggal Wuni dan suaminya, dada Wikan yang pepat itu terasa sedikit longgar. Beban yang diusungnya sebagian sudah diletakkannya. Bahkan telah dibuat satu kesepakatan, bahwa esok Wikan dan kakak iparnya akan pergi menjemput Wiyati ke Mataram. Kota yang semula membangun harapan bagi kehidupan yang lebih baik. Namun yang ternyata telah membawa Wiyati ke jalan sesat.
"Jangan urusi Wandan" berkata ibunya "Wandan memang
bersalah. Agaknya Wandanlah yang telah membujuk Wiyati untuk terjun ke dunia hitam itu. Tetapi kesalahan terbesar terletak pada Wiyati sendiri. Karena itu, ambil Wiyati. Tetapi kau tidak perlu membuat persoalan dengan Wandan"
"Ya. ibu" sahut Wikan.
Baru setelah Wuni dan suaminya pulang, Wikan itu dapat pergi ke pakiwan untuk mandi dan berbenah diri. Sementara itu, ibunya telah menyediakan makan baginya. Nasi yang sudah dingin. Namun pembantunya sempat memanasi
sayurnya. Wikan sebenarnya tidak berselera untuk makan. Namun ia sadar, bahwa ia harus mengisi perutnya meskipun hanya sedikit. Apalagi meskipun malam telah semakin dalam, ibunya telah menjadi sibuk menyiapkannya.
Malam itu, Wikan sulit untuk dapat tidur nyenyak. Hanya kadang-kadang saja ia telah terlena. Namun kemudian
matanya telah terbuka kembali. Gambaran-gambaran buruk telah bermain di kepalanya.
Pagi pagi sekali Wikan telah bangun. Iapun segera pergi ke pakiwan dan bersiap untuk pergi ke Mataram.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum matahari terbit, kakak iparnya telah singgah di rumah Wikan untuk bersama-sama pergi ke Mataram.
Keduanya tidak menjumpai hambatan yang berarti di
perjalanan. Keduanyapun melarikan kuda mereka melintasi bulak-bulak panjang dan pendek serta padukuhan-padukuhan.
Mereka berhenti ketika kuda mereka menjadi letih di sebuah kedai. Bahkan Wikan dan kakak iparnya itupun sempat juga minum dan makan di kedai itu.
Di Mataram Wikan dan kakak
iparnya tidak singgah dirumah Ki
Tumenggung Reksaniti. Bahkan
seandainya berpapasan di jalanpun, Wikan akan menyembunyikan wajahnya. Malam itu, Wikan dan kakak
iparnya bermalam di sebuah
penginapan di dekat pasar. Penginapan yang memang kurang baik. Dipenginapan itu,
para pedagang dan saudagar
yang kemalaman menginap. Di halaman penginapan yang luas terdapat beberapa buah pedati yang memuat barang-barang dagangan yang akan atau setelah di gelar di pasar.
Malam itu, Wikan dan kakak iparnya tidak beringsut dari penginapan kecuali keluar sebentar untuk makan malam.
Setelah itu keduanyapun kembali ke penginapan dan tidak beranjak lagi.
Ketika matahari terbit, keduanyapun telah bersiap. Mereka sengaja untuk tidak pergi ke rumah Wiyati terlalu pagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mungkin sekali Wiyati masih belum berada di tempat
tinggalnya. Baru ketika matahari naik, setelah makan pagi di sebuah kedai, maka keduanyapun pergi. ke tempat tinggal Wiyati.
Mereka naik diatas punggung kuda sambil menuntun seekor kuda yang telah siap untuk dipergunakan.
Kakak ipar Wikan telah beberapa kali pergi ke Kotaraja.
Karena itu, maka dengan ancar-ancar yang diketahui oleh Wikan, maka merekapun akhirnya berhasil menemukan
tempat tinggal Wiyati, di sebuah rumah yang letaknya agak terpencil. Sebuah rumah yang besar dengan dinding halaman yang agak tinggi.
Keduanya termangu-mangu sejenak di pintu regol halaman.
Namun ketika Wikan mendorong daun pintunya dan ternyata tidak diselarak, maka setelah turun dari kuda mereka, keduanyapun memasuki halaman rumah yang terhitung besar dengan halaman yang luas itu.
Sejenak mereka termangu-mangu di halaman. Namun
kemudian merekapun beranjak mendekati pendapa rumah itu.
Mereka tertegun ketika mereka mendengar suara beberapa orang perempuan yang sedang bergurau. Namun suara itupun segera menjauh. Yang tertinggal adalah suara tertawa yang melengking tinggi dan berkepanjangan. Namun suara tertawa itupun kemudian menghilang juga.
Ketika Wikan melangkah ke pendapa, kakak iparnyapun
bertanya "Kau akan kemana?"
"Aku akan masuk. Aku akan mengambil mbokayu Wiyati
dari tempat terkutuk ini dan membawanya pulang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan tergesa-gesa. Kita berada di suatu tempat yang tidak kita ketahui apa isi yang sesungguhnya"
"Kakang dengar suara mereka?"
"Itu yang terdengar. Tentu ada yang lain yang tidak dapat kita dengar suaranya"
Wikan terdiam "Kita naik ke pendapa. Kita ketuk pintu pringgitan"
Keduanyapun kemudian naik ke pendapa. Ketiga ekor kuda mereka sudah tertambat pada patok-patok sebelah pendapa.
Kakak ipar Wikanpun kemudian mengetuk pintu pringgitan perlahan-lahan.
"Siapa?" terdengar suara seorang perempuan melengking.
"Aku Nyi" jawab kakak ipar Wikan.
"Aku siapa?" "Aku datang dari jauh"
Sejenak suasana justru menjadi hening. Namun kemudian terdengar
langkah seseorang mendekati pintu dan mengangkat selaraknya. Demikian pintu itu terbuka, maka seorang perempuan gemuk dengan rambut kusut dan mata yang kemerah-merahan muncul.
Sebelum kakak ipar Wikan mengatakan sesuatu, perempuan itu tertawa sambil berkata "Sepagi ini kalian sudah datang kemari. He, apa kerja kalian malam tadi" Apakah kalian petugas jaga malam di rumah seorang saudagar
sehingga kalian tidak dapat datang malam hari" Tetapi tidak apa-apa. Aku akan memanggil gadis-gadisku untuk menemui kalian.
Ada diantara mereka yang memang sudah mempersiapkan dirinya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Wikan bergeser setapak, kakak iparnya menggamitnya. "Duduklah" perempuan gemuk itu mempersilahkan.
"Terima kasih, Nyi. Kami tidak perlu duduk. Kami datang untuk menemui saudara perempuan kami"
"Saudara perempuan" Ada apa?"
"Ayah kami sakit keras. Saudara perempuan kami perlu mengetahuinya.
Ayah selalu menanyakannya. Dalam igauannya ia selalu menyebut-nyebut namanya"
"Siapa namanya?"
"Wiyati" "Wiyati" He" Bukankah Wiyati sudah tidak mempunyai ayah lagi" Menurut keterangannya, ayahnya sudah meninggal"
"Meninggal" Wiyati berkata begitu?"
"Ya" "Tolong Nyi. Aku ingin bertemu"
"Kau akan mengajaknya pulang?"
"Ayahnya memerlukannya. Jika keadaan ayahnya membaik, biarlah ia kembali kemari"
Perempuan itu termangu-manggu sejenak. Namun kemudian perempuan itupun berteriak "Wiyati. Kemarilah"
"Ya, bu " terdengar jawaban dari ruang yang agak jauh.
"Kemarilah. Ada orang yang mencarimu"
"Sepagi ini?" terdengar suara itu pula. Kemudian terdengar suara beberapa orang perempuan yang lain bersahutan. Yang terdengar kemudian adalah suara tertawa yang melengking.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung Wikan rasa-rasanya hampir rontok karenanya.
Tetapi melihat sikap kakak iparnya yang masih saja nampak tenang, Wikan mencoba menahan dirinya.
Sejenak kemudian terdengar langkah beberapa orang.
Hampir bersama-sama, tiga orang perempuan muda muncul dari balik pintu.
Darah Wiyati rasa-rasanya telah berhenti mengalir ketika ia melihat kakak iparnya dan adik laki-lakinya berdiri di pringgitan. Bahkan terdengar Wikan itu menggeram.
"Kakak" desis Wiyati "Wikan"
Wikan tidak dapat menahan diri lagi. Dengan nada tinggi iapun berkata "Kita pulang sekarang"
Namun kakak iparnya segera menyahut "Ayah sakit keras"
"Ayah?" bertanya Wiyati.
"Ya" Wikan yang tidak sabar itu menyambar pergelangan tangan Wiyati sambi! berkata "Sekarang mbokayu harus pulang"
"Tunggu, Wikan. Tunggu"
"Apa yang ditunggu"
"Bukankah aku harus membawa selembar dua lembar
pakaian" "Tidak. Tinggalkan semua milikmu yang kotor itu. Pulang.
Jangan bawa apa-apa. Pakaian yang kau pakai itupun nanti harus kau bakar di rumah"
"Ada apa ini sebenarnya?" bertanya perempuan gemuk itu
"ada apa?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mbokayuku harus segera meninggalkan tempat terkutuk ini"
"Terkutuk" Kenapa kau sebut tempat ini tempat terkutuk"
"Persetan. Pokoknya mbokayu harus pulang. Sekarang"
"Jangan bawa gadis itu pergi" geram perempuan gemuk itu
"Ia sudah menjadi anak angkatku. Aku harus melindunginya"
"Ia kakak perempuanku. Aku membawa amanat ibuku. Ia
harus pulang" "Tidak semudah itu membawanya pergi" berkata perempuan gemuk itu "Aku sudah membeayainya. Aku sudah mengeluarkan banyak uang baginya. Aku sudah membuatnya semakin cantik. Aku sudah membeli berbagai macam
reramuan dan jamu untuk menjadikannya seorang gadis yang digilai oleh banyak laki-laki. Aku sudah membawanya ke seorang dukun yang pintar untuk memasang susuk di tiga tempat pada tubuhnya. Aku sudah membelikan pakaian dan perhiasan baginya. Memberinya uang dan mencukupi
kebutuhan-kebutuhannya, bahkan kebutuhan bagi keluarganya. Sekarang begitu saja kau akan membawanya pergi"
"Wikan" berkata Wiyati "pulanglah dahulu. Nanti aku segera menyusulmu"
"Tidak Wiyati" berkata kakak iparnya "Kau harus pulang bersama kami. Kami datang untuk menjemputmu. Bukan
sekedar memberitahukan agar kau pulang"
"Tidak mungkin" teriak perempuan gemuk itu.
Sementara itu beberapa orang perempuan muda berdiri
berjejal di belakang pintu. Diantara mereka terdapat Wandan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang" berkata Wiyati kemudian "Aku tidak dapat pergi begitu saja. Aku harus membuat perhitungan dengan ibu"
"Ibu siapa?" bertanya Wikan.
"Ibu angkatku. Ibu angkatkulah yang menampung aku
ketika aku tiba di tempat yang asing ini. Ibu angkatkulah yang memberikan tempat kepadaku. Memberikan makan sebelum aku mempunyai penghasilan sendiri"
"Kami bukan anak-anak lagi, Wiyati. Bukan pula orang yang sangat dungu. Aku tahu yang sebenarnya terjadi. Wandan dengan sengaja telah menjebakmu kedalam rumah terkutuk ini"
"Cukup" teriak perempuan gemuk itu mengatasi segala
suara "pergilah dari rumahku. Jika kalian tidak mau pergi, maka aku akan mengusirnya"
Wiyatipun menjadi sangat bingung. Dengan suara bergetar iapun berkata "Kakang. Wikan. Pulanglah. Aku akan segera menyusul. Aku berjanji"
"Tidak" jawab Wikan tegas "Aku akan pergi bersamamu"
"Itu tidak mungkin"
"Kenapa tidak mungkin" sahut kakak iparnya.
"Jangan banyak bicara lagi" geram perempuan gemuk itu
"pergi, atau kami akan mengusir kalian seperti mengusir seekor anjing"
"Pulanglah dahulu kakang. Pulanglah Wikan. Jika kalian tidak pulang, akibatnya akan kalian sesali"
"Tidak. Kami akan menyesal jika kami tidak dapat
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membawamu pulang" sahut kakak iparnya "Karena itu, kau harus pulang sekarang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak" suara perempuan gemuk itu bagaikan menggetarkan atap rumahnya.
"Kakang" "Tidak ada pilihan lain" berkata kakak iparnya. Namun perempuan gemuk itu tiba-tiba berteriak sekeras-kerasnya
"Panggil Depah dan kawan-kawannya"
Beberapa orang perempuanpun segera berlari-lari untuk memanggil orang yang disebutnya bernama Depah itu.
Sejenak kemudian, lewat pintu seketeng, seorang laki-laki bertubuh
raksasa dengan perut yang menggembung melangkah ke halaman samping. Dibelakangnya berjalan dua orang yang tidak kalah tingginya meskipun mereka tidak sebesar Depah.
"Ada apa Nyi?" suara Depah terdengar bagaikan
gemuruhnya suara seribu pedati yang berjalan beriring.
"Usir kedua orang ini"
"Jangan ibu" minta Wiyati "Aku akan membujuk mereka
agar mereka pergi. Jangan pergunakan tangan paman Depah"
Tetapi jawab kakak ipar Wiyati jelas "Tidak ada orang yang dapat menggagalkan niat kami. Wiyati. Kau harus pulang bersama kami"
"Tetapi kakak dan Wikan akan diusir oleh paman Depah dengan kekerasan"
"Jika demikian, maka aku akan membawamu dengan
kekerasan pula" geram Wikan.
"Wikan" Wiyati melangkah mendekatinya. Tetapi Wikan
bergeser surut sambil berkata "Jika ada orang yang
menghalangiku, maka aku akan menyingkirkannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi paman Depah adalah seorang yang tidak
terkalahkan, Wikan" "Aku akan menantangnya"
"Setan kau anak muda" geram Depah "Kau sudah
meremehkan aku. Kemarilah. Aku akan memilin lehermu"
"Usir mereka, Depah" berkata perempuan gemuk itu.
"Ya, Nyi. Aku akan mengusirnya. Jika keduanya keras
kepala, maka kepalanya itu akan aku lunakkannya. Aku justru merasa bersukur, bahwa mereka datang dengan membawa
kuda. Sudah lama aku ingin mempunyai kuda yang baik, besar dan tegar"
Tetapi Depah itu terkejut ketika tiba-tiba saja Wikan sudah berdiri di hadapannya "Aku tantang kau iblis"
Depah bukan saja terkejut karena tiba-tiba saja Wikan sudah berdiri di hadapannya, tetapi tantangan itu tidak pernah di-dengarnya sebelumnya. Setiap orang menjadi gemetar melihatnya jika ia nampak menjadi marah. Tetapi anak muda itu justru datang menantangnya.
Suasana menjadi sangat tegang. Kakak ipar Wikanpun telah turun ke halaman pula. Iapun telah mempersiapkan diri jika ia harus terlibat dalam perkelahian melawan orang-orang upahan itu.
Dengan kemarahan yang membakar jantungnya Wikanpun
berkata "Jangan campuri urusanku dengan saudara perempuanku" "Kalian telah datang kerumah ini dengan sikap yang sangat buruk. Kami berhak mengusir kalian atau bahkan membunuh kalian disini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan tidak menjawab. Tetapi ia telah mempersiapkan diri untuk berkelahi,
Depah benar-benar heran melihat sikap Wikan. Tetapi
Depah dapat mengerti, betapa sakitnya hati anak itu melihat saudara perempuannya ada di rumah itu.
Tetapi sebagai orang upahan ia tidak peduli perasaan orang lain. Ia akan menjalankan tugasnya dengan baik. Karena tugas-tugas itulah, maka ia menerima upahnya yang cukup besar.
Sejenak kemudian, Wikanpun telah mulai memancing
lawannya yang bertubuh raksasa itu, sehingga dengan
demikian, maka keduanyapun segera terlibat dalam pertempuran. Wiyati menjadi sangat tegang. Namun dengan demikian, ia bahkan telah berdiri bagaikan membeku di pendapa.
Ketika kedua orang kawannya mulai bergerak, maka orang yang bertubuh raksasa, yang merasa sangat diremehkan oleh Wikan itupun berkata "Jangan ikut campur. Biarlah aku selesaikan anak ini sampai tuntas"
"Ibu" tiba-tiba saja Wiyati berlari dan berlutut di depan perempuan gemuk itu "jangan sakiti adikku. Aku yang mohon maaf baginya. Ia akan pergi bersama kakang"
Tetapi suaranya tidak didengar oleh perempuan gemuk itu.
Bahkan perempuan gemuk itu justru melangkah ke tangga pendapa sambil berteriak "Hancurkan kesombongan anak itu.
Aku akan memberimu upah berlipat, Depah"
"Jangan cemas, Nyi. Aku akan mematahkan tangan dan
kakinya. Seandainya ia tidak mati, maka hidupnya tidak akan berarti lagi, karena ia akan menjadi seorang yang setiap saat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus dilayani. Tangan dan kakinya tidak akan pernah dapat dipergunakannya lagi untuk selamanya"
"Jangan ibu, jangan. Perlakukan aku apa saja semau ibu.
Tetapi jangan sakiti adikku. Ia masih terlalu muda. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya"
"Persetan dengan adikmu" geram perempuan gemuk itu.
Perempuan gemuk itu justru mengibaskan Wiyati yang
memeluk kakinya sehingga Wiyati itu terpelanting jatuh.
Dalam pada itu, di halaman, Wikan berkelahi dengan orang bertubuh raksasa yang dipanggil Depah itu. Orang yang mempunyai kekuatan dan tenaga yang sangat besar.
Namun Wikan adalah seorang anak muda yang telah
menempa dirinya dibawah bimbingan seorang guru yang
mumpuni. Bahkan Wikan dalam usianya yang masih muda itu telah menimba ilmu sehingga tuntas.
Karena itu, maka dihadapan orang yang bertubuh raksasa dan bertenaga sangat besar itu, Wikan sama sekali tidak menjadi gentar.
Perkelahian itu semakin lama menjadi semakin sengit.
Wikan berloncatan dengan tangkasnya seperti seekor burung sikatan memburu bilalang. Setiap kali Depah dikejutkan oleh serangan Wikan yang tiba-tiba dari arah yang tidak
diketahuinya. Betapa besar tenaga Depah, namun serangan-serangan
Wikan yang setiap kali mengenainya, ketahanannyapun mulai menjadi goyah.
Ketika Wikan bagaikan terbang dengan kedua kakinya
menyamping meluncur dengan cepatnya, Depah tidak sempat http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengelak. Kedua telapak kaki Wikan itu telah menghantam dadanya.
Depahpun terhuyung-huyung beberapa langkah surut.
Betapapun ia berusaha, namun Depah itu tidak berhasil.
Tubuhnyapun kemudian terpelanting jatuh terguling di halaman.
Wikan yang marah tidak memberinya kesempatan. Ketika Depah mencoba untuk bangkit berdiri, maka Wikanpun meloncat
sambil berputar. Kakinya terayun
mendatar menyambar kening. Sekali
lagi Depan terlempar. Bahkan Depah
telah terbanting jatuh. Wajahnya
yang tersuruk di tanah telah penuh
dengan debu. Apalagi wajahnya itu
basah oleh keringatnya. Depah mencoba untuk segera bangkit. Tetapi kepalanya terasa menjadi sangat pening. Dadanya masih saja sesak sehingga nafasnya menjadi tersengal-sengal.
Wikan yang marah itu tidak membiarkannya. Tiba-tiba saja Depah merasa tangan yang kuat telah mencengkam punggung bajunya. Dengan kuat Depah ditarik untuk berdiri
Namun demikian Depah berdiri, maka tubuhnyapun telah diputar menghadap kepada Wikan yang sangat marah itu.
Dengan sepenuh tenaga, Wikan telah memukul dagu Depah yang tubuhnya jauh lebih besar dari tubuhnya sendiri.
Ternyata Depah itu terlempar beberapa langkah surut.
Iapun kemudian jatuh terlentang di tanah. Ketika ia mencoba http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk bangkit, maka matanya justru menjadi berkunang-kunang. Semuanya seakan-akan telah menjadi kabur.
Perempuan gemuk yang berdiri di tangga pendapa itu
melihat kekalahan Depah dengan wajah yang tegang.
Demikian ia melihat Depah terbaring diam, maka iapun segera berteriak "Apa yang kalian berdua lakukan. Bunuh anak muda itu"
"Jangan" teriak Wiyati.
Tetapi suaranya tenggelam dalam teriakan perempuan
gemuk itu "Cepat. Apa yang kalian tunggu"
Keduanyapun segera menyadari apa yang terjadi. Agaknya mereka terpancang pada perintah Depah, agar mereka tidak mengganggu perkelahiannya dengan anak muda itu.
Karena itu, maka keduanyapun segera bergerak. Seorang diantara mereka dengan serta merta telah menyerang Wikan.
Dengan loncatan panjang, ia menjulurkan kakinya.
Tetapi orang itu terkejut ketika kekuatan yang lain telah membenturnya, sehingga ia terdorong kesamping. Namun demikian ia terjatuh, maka iapun berguling beberapa kali.
Kemudian dengan tangkasnya ia pun meloncat bangkit.
Yang berdiri dihadapannya adalah seorang yang satu lagi.
Kakak ipar Wikan yang tidak kehilangan kewaspadaan.
Wikanpun segera berpaling. Pada saat itu, seorang lagi dari kedua orang kawan Depah itu telah menyerangnya pula.
Tangannya terayun menyambar tengkuk anak muda itu.
Namun Wikan yang menyadari datangnya serangan itu,
segera mengelak. Bahkan sambil berputar, kakinya dengan derasnya telah menyambar dada orang itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tidak mampu mempertahankan keseimbangannya. Iapun kemudian telah terlempar jatuh pula.
Namun demikian ia bangkit, maka serangan Wikan yang
masih saja marah itu telah menerpanya, sehingga sekali lagi ia terlempar dengan kerasnya. Tubuhnya menimpa tangga
pendapa, hampir mengenai kaki perempuan yang gemuk itu.
Terdengar orang itu mengerang kesakitan. Tulang
punggungnya terasa bagaikan retak, sehingga ketika ia mencobanya, maka ia tidak sanggup lagi untuk berdiri.
Sementara itu, kakak ipar Wikanpun telah menyerang
lawannya pula. Namun perkelahian merekapun tidak berlangsung lama. Kakak ipar Wikan itupun kemudian berhasil menghantam pangkal leher lawannya dengan sisi telapak tangannya, sehingga lawannya itupun terjatuh dan langsung menjadi pingsan.
Perempuan gemuk itu menjadi pucat. Apalagi ketika dengan geram Wikan berkata "Jika kau masih menghalangi aku, perempuan jahat yang telah sampai hati menjual martabat kaumnya sendiri, aku akan membunuhmu"
Dengan suara yang gemetar perempuan gemuk itu
mencoba untuk membela diri "Tidak. Aku tidak menjual mereka. Aku justru berusaha menolong mereka. Mereka
datang dengan masalah-masalah yang berbeda. Namun
mereka memerlukan seorang yang dapat menerima mereka, memberi mereka makan dan bahkan kemudian kesenangan"
"Kesenangan macam apa" teriak Wikan "Kau sebut apa
yang telah mereka lakukan sebagai kesenangan?"
"Mereka datang kepadaku sambil menangisi nasib mereka.
Ada yang ditinggalkan oleh suaminya pada malam pernikahan mereka. Ada yang ditinggalkan kekasihnya yang telah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghamilinya, ada yang meronta karena kelaparan dan ada yang menjadi ketakutan melihat masa depannya yang suram karena tidak ada kepercayaan diri. Aku menerima mereka dan berusaha membantu mengatasi permasalahan yang mereka alami"
"Kau justru mencari keuntungan karena permasalahan
mereka. Kau menjadi kaya dengan menjual perempuanperempuan yang seharusnya kau entaskan dari permasalahan mereka. Kau jerumuskan mereka ke jalan sesat namun yang dapat memberimu banyak uang"
"Aku justru memberi mereka uang"
"Darimana uang itu kau dapatkan" Darimana?"
Perempuan gemuk itu terdiam. Wajahnya yang pucat
menjadi basah oleh keringat.
"Sekarang aku akan membawa mbokayuku pulang"
Wiyati berdiri termangu-mangu. Terasa jantungnya berdegup semakin keras. "Wikan" berkata Wiyati dengan suara terbata "pulanglah bersama kakang. Nanti aku akan pulang"
"Sekarang" teriak Wikan. Wajah Wikanpun nampaknya
menjadi sangat garang. Lebih garang dari wajah Depah yang masih terbaring di tanah.
Wiyati tidak pernah melihat wajah adiknya seperti itu.
Karena itu, maka hatinyapun menjadi ngeri sekali.
Perempuan gemuk yang pucat itu masih mencoba menahan Wiyati. Katanya "Anak muda. Pulanglah. Nanti Wiyati akan menyusul. Aku akan memberinya bekal secukupnya"
"Diam. Diam" teriak Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan tidak berbicara lebih banyak lagi. Iapun segera meloncat
mendekati Wiyati. Menangkap pergelangan tangannya dan menariknya "Sekarang kau pulang. Aku sudah membawa seekor kuda buatmu"
"Aku tidak dapat naik kuda"
"Bohong. Kau justru mencuri naik kuda meskipun ayah
memperingatkanmu" "Tetapi tidak dengan pakaian seperti ini"
"Aku tidak peduli. Atau aku harus mengikatmu dan
menyeretmu dibelakang kaki kudaku?"
"Wikan. Aku mbokayumu"
"Justru karena kau kakakku, maka aku sekarang datang kemari untuk mengambilmu. Jika kau orang lain, aku tidak akan mempedulikan. Aku tidak peduli kepada Wandan dan kepada siapapun yang ada di rumah ini"
Wiyati tidak dapat membantah lagi. Ia tidak sempat
mengambil pakaiannya yang tertinggal atau barang-barangnya yang lain. Bahkan Wikan berkata " Sudah aku katakan, jangan bawa apapun dari rumah ini"
Sejenak kemudian, Wikan telah mendorongnya naik ke
punggung kudanya meskipun Wiyati harus duduk menyamping karena ia mengenakan kain panjangnya.
Tetapi sebenarnyalah, Wiyati yang gelisah di masa
remajanya, sudah sering naik kuda. Bukan saja di halaman, tetapi juga di ara-ara yang luas. Di padang rumput dan padang perdu.
Demikianlah, tanpa minta diri, Wikan, Wiyati dan kakak iparnya meninggalkan rumah perempuan gemuk yang berdiri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaikan membeku di tangga pendapa rumahnya yang
terhitung besar itu. Ketiga orang berkuda itu memang sempat menarik
perhatian di sepanjang jalan. Tetapi demikian ketiganya berlalu, maka orang-orang di sepanjang jalan itupun tidak menghiraukannya lagi.
Ketiganya yang kemudian meninggalkan pintu gerbang kota itu. tidak terlalu banyak berbicara. Mereka menyusuri jalan-jalan bulak panjang, menyusup lorong-lorong yang membelah padukuhan-padukuhan. Melintasi padang perdu, menyusur tepi hutan panjang, menyeberangi sungai dan melintas di jalan-jalan sempit.
Pada saat kuda mereka menjadi letih, mereka tidak berhenti di kedai atau di tempat-tempat yang banyak di lalui orang.
Tetapi mereka berhenti di pinggir sungai untuk memberi kesempatan kudanya minum dan makan rerumputan segar.
Namun ternyata Wiyati menjadi sangat haus, sehingga
karena itu, maka iapun berkata kepada kakak iparnya
"Kakang. Aku haus sekali"
"Nanti kita akan menemui persediaan air minum di gentong-gentong yang banyak terdapat di samping regol-regol
halaman" "Apakah kita tidak dapat berhenti di kedai yang manapun?"
"Kau dapat menimbulkan masalah di kedai itu" desis Wikan.
"Kenapa?" Wikan termangu-mangu sejenak. Tetapi ketika ia melihat Wiyati mengusap matanya yang basah, maka hatinyapun
terasa tersentuh juga. Bagaimanapun juga Wiyati adalah kakak perempuannya. Mereka bermain bersama di masa
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
remaja mereka, makan bersama dan bahkan kadang-kadang mereka harus bertengkar karena persoalan yang kecil saja.
Tetapi beberapa saat kemudian, merekapun segera menjadi damai kembali.
Bahkan di masa-masa kecilnya, Wiyati yang kadang-kadang malas makan sendiri dan harus disuapi itu, justru sering menyuapi adiknya jika Wikan tidak mau makan.
Ingatan di masa kecil yang muncul dari dasar hatinya itu membuat Wikan menjadi lebih lunak. Karena itu, maka iapun berbisik kepada kakak iparnya "Apakah kita dapat singgah di sebuah kedai sebentar kakang. Kasihan juga mbokayu Wiyati yang
kehausan itu" "Kita akan mencari kedai yang kecil dan sepi" desis kakak iparnya.
Ketika mereka sampai disebuah simpang empat, mereka
mendapatkan sederet kedai. Mereka tidak tahu, kenapa di tempat itu terdapat beberapa buah kedai. Biasanya sederet kedai itu terdapat di sebelah pasar atau di tempat-tempat yang ramai.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru kemudian mereka tahu, bahwa di padukuhan sebelah terdapat kalangan adu ayam yang ramai.
Sebenarnya kakak ipar Wikan ingin mencari kedai yang lain, yang berada di tempat yang lebih sepi. Tetapi nampaknya Wiyati sudah tidak dapat menahan haus lagi, sehingga merekapun singgah di kedai yang paling ujung. Kedai yang mereka anggap paling kecil dan paling sepi.
Semula di dalam kedai itu memang tidak terdapat
seorangpun. Yang ada hanyalah pemilik kedai dan seorang pelayan yang membantunya.Namun nampaknya pemilik kedai http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih muda itu bersikap kurang wajar menghadapi Wiyati.
Dalam batas-batas tertentu, Wikan dan kakak iparnya masih saja berdiam diri. Meskipun pada saat menghidangkan
minuman yang dipesannya, pelayan kedai itupun nampak tersenyum-senyum dibuat-buat.
Karena itu. maka mereka bertigapun berusaha untuk
menghabiskan minuman mereka secepatnya. Tetapi minuman itu masih terlalu panas untuk begitu saja diteguknya.
"Makan, nini?" bertanya pemilik kedai itu. Yang ditanya justru Wiyati.
"Tidak" jawab Wiyati.
Pemilik kedai itu tertawa pendek. Katanya "Aku akan
menyuguh makan kepadamu seperti seorang tamu. Tidak
seperti seorang yang memesan makan di sebuah kedai seperti ini. Maksudku, kau tidak usah membayarnya"
"Terima kasih" jawab Wiyati.
Dituar sadarnya, Wikan memandang wajah kakak perempuannya sekilas. Agaknya Wiyati memang sudah merias dirinya ketika ia datang. Rias yang berlebihan. Demikian juga pakaian dan perhiasan yang dikenakannya. Seperti di
katakannya sendiri, bahwa Wiyati itu akan dapat menimbulkan masalah di kedai itu.
Karena itu, maka Wikanpun berdesis "Marilah. Kita
meneruskan perjalanan"
Wiyati yang menyadari keadaan dirinyapun berusaha untuk secepatnya menyelsaikan minumannya. Meskipun masih agak panas, namun sedikit demi sedikit, di teguknya minuman yang dipesannya itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, merekapun sudah selesai. Kakak ipar Wikanlah yang kemudian bangkit berdiri dan menemui pemilik kedai itu "Berapa semuanya"
Pemilik kedai itu tertawa. Suara tertawanya meringkik seperti suara seekor kuda.
"Tidak usah Ki Sanak. Kalian tidak usah membayar, justru karena kalian datang bersama perempuan cantik itu"
Wajah kakak ipar Wikan itu menjadi merah. Tiba-tiba saja tangannya menghentak sandaran lincak bambu "Kau jangan macam-macam Ki Sanak. Aku dapat meluluh-lantakkan
kedaimu ini. Katakan, berapa aku harus membayar?"
Pemilik kedai itu terkejut. Ketika ia memandang wajah kakak ipar Wikan itu. ia melihat seakan-akan dari matanya menyembur api kemarahannya.
Tetapi pada saat itu. beberapa orang laki-laki mendekati pintu
kedai itu. Mereka nampaknya sedang memperbincangkan sabung ayam yang baru saja dilihatnya.
Agaknya mereka adalah penjudi-penjudi yang sering berada di arena sabung ayam untuk berjudi.
"Sudah selesai kang?" bertanya pemilik kedai itu kepada beberapa orang laki-laki yang sikapnya agak kasar itu.
"Edan" geram seorang diantara mereka "Aku kalah banyak sekali hari ini"
"Salahmu" sahut kawannya "jika kau dengar aku, maka
kekalahanmu tidak akan sebanyak itu"
"Tidak apa" berkata pemilik kedai itu "sekali-sekali seorang penjudi harus mengalami kekalahan"
"Kau kira aku baru kali ini kalah?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang menang?"
"Setan yang rambutnya sudah putih itu. Tetapi Blegog ini juga menang meskipun tidak sebanyak Setan belang itu"
"Nah; yang menang akan mendapatkan hadiah" berkata
pemilik kedai itu. "Hadiah apa?" "Kau lihat perempuan itu" Ambil jika kau mau" berkata pemilik kedai itu.
Wikan, kakak iparnya dan bahkan Wiyati terkejut
mendengarnya. Adalah dituar sadarnya jika kakak ipar Wikan itu tiba-tiba meraih baju pemilik kedai itu. Sambil menariknya itupun bertanya "Apa yang kau katakan?"
Pemilik kedai itu mengibaskan tangan kakak ipar Wikan itu sambil membentak "Kau mau apa" Biarlah laki-laki yang datang itu mengambilnya dari tanganmu. Mereka tentu
mempunyai uang lebih banyak dari uangmu. Mereka akan lebih banyak memberikan kesenangan kepada perempuan itu daripada kalian berdua. Menilik pakaian kalian, kalian berdua adalah petani-petani lugu yang mencoba-coba membawa
perempuan cantik itu. Tetapi beberapa orang laki-laki yang datang ini sudah terbiasa membawanya"
"Diam kau iblis" bentak kakak ipar Wikan.
Tetapi seorang laki-laki yang bertubuh raksasa yang disebut Blegog itupun tertawa berkepanjangan. Katanya "Bagus. Aku akan mendapatkannya. Aku mempunyai uang banyak"
"Tentu bukan kau sendiri" sahut yang lain "sambil tertawa pula.
Namun orang-orang yang berada di dalam kedai itu terkejut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Wikan telah membanting mangkuk minumannya
sambil berteriak "Minggir. Kami akan keluar"
"Kau pecahkan mangkukku" teriak pemilik kedai itu.
"Aku akan menggantinya. Berapa harganya" sahut kakak ipar Wikan.
"Tidak usah. Tetapi tinggalkan perempuan itu disini" jawab pemilik kedai itu.
Bukan hanya Wikan yang membanting mangkuk. Tetapi
kakak ipar Wikan itu telah melemparkan tidak hanya sebuah mangkuk, tetapi setumpuk mangkuk yang baru saja dicuci.
Ketegangan telah mencengkam kedai itu. Beberapa orang laki-laki yang datang itupun tersinggung pula. Karena itu,maka Blegog itupun berkata "Kau jangan mencoba-coba memancing persoalan disini. Tetapi ini agaknya lebih buruk dari sebuah rimba yang tidak terjangkau oleh tatanan dan paugeran. Tidak ada petugas yang dapat melarang keberadaan beberapa
kalangan sambung ayam dipadukuhan ini. Tidak ada petugas yang dapat memberikan perlindungan kepada siapapun yang berada di tempat ini. Karena itu,maka setiap kali terjadi perkelahian dan pembunuhan di tempat ini, tidak akan pernah ada yang mengusutnya. Ki Bekel dan Ki Demang tidak berdaya sama sekali. Apalagi mereka adalah orang-orang yang gemar sekali kepada uang. Dengan uang, maka segala-galanya dapat diselesaikan. Karena itu, sadari ini. aku tahu bahwa kalian adalah orang-orang yang nampaknya asing disini, sehingga kalian tidak berusaha mengendalikan diri kalian"
"Baik" jawab Wikan "jika demikian, biarlah aku pergi"
Tetapi Blegog itu menyahut "Pergilah. Tetapi tinggalkan perempuan itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan itu mebokayuku" jawab Wikan hampir dituar sadarnya.
"O" sahut Blegog "Jadi kau akan membawa mbokayumu
kemana" Laki-laki manakah yang telah memesannya"
"Cukup" teriak Wikan "minggir, aku akan pergi"
"Sudah aku katakan. Pergilah. Tetapi tinggalkan perempuan itu disini"
Wikan benar-benar telah kehabisan kesabaran. Karena itu,
maka iapun berkata lantang "Jika
kalian tidak mau minggir. maka
aku akan menyingkirkan kalian"
Beberapa orang laki-laki itu
tertawa serentak. Seakan-akan
seorang diantara mereka telah
memberikan aba-aba. Bahkan seorang laki-laki pendek yang
agak gemuk melangkah maju
sambil berkata "Nampaknya kau
sudah berkelakar. Nah. jika kau ingin menyingkirkan kami, lakukan"
Wikan tidak mampu menahan diri lagi. Tiba-tiba saja
tangannya sudah melayang menghantam dagu orang itu.
Pukulan itu sama sekali tidak diduga oleh orang yang bertubuh pendek agak gemuk itu, sehingga iapun terpelanting menimpa kawan-kawannya yang berdiri di belakangnya.
Namun ternyata bahwa laki-laki pendek itu tidak segera dapat bangkit berdiri. Demikian kerasnya pukulan Wikan, sehingga orang itu langsung menjadi pingsan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangan Wikan itu merupakan satu isyarat, bahwa
perkelahian tidak mungkin dapat dihindari lagi. Kakak ipar Wikan itupun segera meloncat menerkam pemilik kedai yang dinilainya bersikap buruk sejak awalnya. Dengan sekuat tenaganya, kakak ipar Wikan itu memukul perut pemilik kedai itu bertubi-tubi.
Terdengar orang itu menjerit kesakitan. Tetapi kakak ipar Wikan tidak menghentikannya, sehingga orang itupun terjatuh dan menjadi pingsan pula.
Sementara itu, pelayan kedai itupun mencoba untuk
membantunya. Tetapi dengan tangkasnya, kakak ipar Wikan itu justru mendahuluinya. Demikian pelayan itu mendekatinya.
maka kakinyapun segera menyambar dadanya.
Orang itu terpelanting menimpa sebuah lincak bambu,
sehingga suaranyapun berderak keras. Lincak bambu itu patah, sedangkan pelayan itupun berteriak mengaduh. Tulang punggungnya seakan-akan telah menjadi retak.
Sementara itu. Wikanpun telah berkelahi di tempat yang sempit. Tetapi Wikan memang memiliki kelebihan dari
kebanyakan orang. Ilmunya yang telah tuntas, membuatnya menjadi garang seperti seekor harimau yang terluka.
Beberapa orang yang ada disekitarnya itupun bergeser surut. Beberapa orang bahkan terdorong oleh serangan Wikan yang datang begitu cepatnya. Sementara kakak ipar Wikan yang telah membuat pemilik kedai dan pelayannya itu tidak mampu berbuat apa-apa lagi, telah bergabung pula dengan Wikan.
Wiyati sendiri bergeser menjauh. Jantungnya berdebaran keras sekali. Pada saat-saat seperti itu, ia sempat menyadari, betapa penilaian orang terhadap dirinya. Betapa orang-orang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu merendahkannya, sehingga seakan-akan ia tidak lagi dihargai sebagai sesamanya. Dinilainya dirinya seperti seonggok benda mati yang tidak mempunyai hak untuk
berbuat apa-apa dan bahkan berpendapat bagi dirinya sendiri.
Di dalam kedai yang tidak terlalu luas itu telah terjadi perkelahian yang sengit. Beberapa orang penjudi yang bersikap keras dan kasar itu berkelahi melawan dua orang saja. Tetapi dua orang yang memiliki kemampuan olah
kanuragan. Bahkan Wikan adalah seorang yang mumpuni.
Keributan itupun kemudian telah didengar oleh orang-orang yang berada di luar kedai itu, bahkan mereka yang ada di kedai sebelah. Dengan demikian, maka merekapun segera menghambur ingin melihat apa yang telah terjadi.
Tetapi yang terjadi tidak begitu jelas bagi mereka. Mereka hanya melihat beberapa orang yang terlihat dalam perkelahian yang sengit, tetapi mereka tidak tahu, siapakah yang berkelahi melawan siapa.
Meskipun demikian mereka sempat mengenali beberapa
orang kawan mereka dalam perjudian di kalangan sabung ayam. Mereka mengenal Blegog dan beberapa orang
kawannya. Namun seorang demi seorang, para penjudi itupun
terlempar jatuh menimpa lincak-lincak bambu yang ada di warung itu. Gledeg berisi makananpun telah roboh sehingga makanan yang ada diatasnyapun telah tumpah.
Isi warung itupun telah menjadi porak poranda. Lincak-lincak bambu berpatahan. mangkuk-mangkukpun menjadi
pecah dan makanan, nasi dan lauk pauknya telah berserakkan.
Beberapa saat kemudian, para penjudi itupun telah terkapar di lantai. Pada saat pemilik kedai itu mulai sadar dari http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pingsannya serta mengingat apa yang terjadi, maka iapun segera bangkit dan berteriak "kedaiku, barang-barangku, daganganku"
Namun Wikanpun menjawab "Tempat ini agaknya memang
lebih buruk dari sebuah rimba yang tidak terjangkau oleh tatanan dan paugeran. Jika terjadi perkelahian dan
pembunuhan disini tidak akan pernah ada yang mengusutnya.
Kerusakan yang terjadi di kedai inipun tidak akan ada artinya apa-apa. Karena memang tidak tidak ada tatanan dan
paugeran yang dapat melindunginya.
"Tetapi aku tidak akan dapat bangkit lagi setelah kerusakan yang parah ini"
"Kaulah yang telah memulainya. Kau hinakan kami dan kau pulalah yang telah menimbulkan persoalan pada orang-orang kasar yang berdatangan memasuki kedaimu ini. Karena itu.
aku tidak peduli. Jika kau minta ganti, mintalah kepada para penjabung ayam itu"
Kakak ipar Wikanpun tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera memberi isyarat kepada Wikan dan Wiyati untuk keluar dari kedai itu"
"Tunggu. Bagaimana dengan kerusakan yang timbul di
kedaiku ini?" "Bukan kami yang bertanggung jawab. Tetapi orang-orang itu dan kau sendiri. Tetapi jika kau masih banyak tingkah, aku akan membakar kedaimu. Mudah saja. Menggulingkan
perapian itu dan menghamburkan minyak di guci sebelahnya"
"Jangan, jangan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan dan Wiyatipun kemudian tidak menghiraukan mereka lagi. Dengan cepat Wikan menyambar pergelangan tangan mbokayunya dan menyeretnya keluar.
Sejenak kemudian, maka ketiga ekor kuda itupun telah berderap berlari meninggalkan kedai yang perabotnya menjadi hancur itu. Beberapa orang laki-laki yang pingsan dan kesakitan mulai bangkit. Blegog sendiri, harus dipapah oleh dua orang kawannya dan didudukannya di sebuah lincak di sudut yang masih utuh.
Dalam pada itu, Wikan, Wiyati dan kakak iparnya menjadi semakin jauh. Di perjalanan Wiyatipun berkata "Aku minta maaf, kakang. Seharusnya aku tidak minta singgah di kedai itu. Wikan benar, bahwa aku akan dapat menimbulkan
persoalan" Kakak iparnya tidak menjawab. Wikanpun tidak menjawab pula.
Ketiganya,masih saja melarikan kuda mereka. Tetapi karena Wiyati tidak siap unt.uk melakukan perjalanan berkuda, sehingga pakaiannyapun tidak cukup memadai, maka kuda-kuda mereka tidak dapat berlari terlalu kencang.
Namun tiba-tiba saja Wiyati menarik kendali kudanya, sehingga kudanya itupun berhenti.
Wikan dan kakak iparnyapun segera menghentikan kuda
mereka pula. Dengan nada tinggi Wikanpun bertanya "Kenapa kau berhenti mbokayu?"
Suara Wiyati bagaikan tertahan di kerongkongan "Aku
takut, Wikan" "Apa yang kau takuti?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wiyati tidak segera menjawab. Dipandanginya jalan yang membujur panjang dihadapannya, menuju ke padukuhannya.
"Aku takut kepada ibu"
"Kau harus mempertanggung-jawabkan semua perbuatanmu, yu" "Ibu tentu akan marah sekali kepadaku"
"Bukankah itu wajar?"
"Ya. Itulah sebabnya aku menjadi takut"
"Mbokayu. Kau justru harus segera bertemu dengan ibu.
Biarlah semua persoalan segera selesai dengan tuntas. Jika persoalanmu itu tertunda-tunda, maka semua orang didalam keluarga kita akan selalu gelisah dari waktu ke waktu. Apa yang akan terjadi, biarlah segera terjadi" berkata kakak iparnya.
Wiyati masih saja termangu-mangu. Namun kemudian
Wiyatipun mulai menggerakkan kendali kudanya lagi.
Untunglah, bahwa langitpun menjadi muram. Cahaya
kemerahan membayang di bibir mega-mega yang mengambang. Dengan demikian, Wiyati tidak akan menjadi tontonan di saat ia memasuki padukuhannya. Karena rasa-rasanya semua orang di padukuhannya sudah mengetahuinya, apa kerjanya di Mataram.
Sebenarnyalah ketika Wiyati memasuki pintu gerbang
padukuhannya, malam sudah turun. Kebanyakan pintu-pintu rumah sudah tertutup rapat, meskipun masih nampak cahaya terang di ruang dalam rumah itu, mengintip disela-sela dinding.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika ketiga orang itu sampai di regol halaman rumah Nyi Purba, merekapun berhenti. Wiyati menjadi ragu-ragu lagi untuk
memasuki halaman rumahnya. Rasa-rasanya halamannya itu menjadi panas seperti panasnya bara api tempurung kelapa.
"Marilah" berkata kakak iparnya.
Wiyati mengusap matanya yang basah. Tetapi ia tidak
dapat mengelak. Perlahan-lahan kuda merekapun berjalan memasuki halaman rumah itu.
Kuda-kuda itupun berhenti di sebelah pendapa rumah Nyi Purba. Ketiga orang penunggangnya segera berloncatan turun.
Nyi Purba yang masih duduk di ruang dalam mendengar
desir kaki mereka yang turun dari kuda, kemudian melangkah naik ke pendapa. Karena itu, maka iapun isegera bangkit dan pergi ke pintu.
Wuni yang masih berada di rumah ibunyapun mengikut pula di belakangnya.
Sejenak kemudian, sebelum Wikan mengetuk pintu
pringgitan, pintu itu telah terbuka.
Demikian Wiyati melihat ibunya berdiri di belakang pintu, maka iapun segera berjongkok menyembah. Tangisnya
mengambur bagaikan bendungan yang pecah.
"Ibu, ampun ibu "
Nyi Purba berdiri mematung untuk beberapa saat. Namun tanpa menanggapi sikap Wiyati, ibunya itupun kemudian melangkah kembali ke ruang Jengah. Wajahnya nampak
gelap. Jantungnya berdebaran semakin cepat. Isi dadanya rasanya bagaikan terguncang-guncang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, ibu" Wiyati merangkak dibelakang ibunya "Aku mohon ampun"
"Jangan sentuh aku dengan tubuhmu yang kotor itu"
terdengar suara ibunya yang geram.
"Aku mohon ampun. Hukumlah aku ibu. Lakukan apa yang ingin ibu lakukan atas diriku"
"Kau harus menghukum dirimu sendiri"
"Apa yang harus aku lakukan ibu. Katakan. Aku akan
melakukannya" "Tidak ada yang dapat membersihkan tubuhmu, mbokayu"
berkata Wikan "meskipun kau berendam di sungai itu tujuh hari tujuh malam, maka kau tetap saja seorang perempuan yang kotor "
"Aku tahu, aku tahu " suara Wiyati melengking tinggi "lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Kau adalah sampah yang teronggok di rumah ini" berkata ibunya "besok, kau harus menyingkirkan semua benda yang aku beli dari uang yang pernah kau kirimkan kepadaku. Aku akan membakar semua lembar-lembar pakaian yang pernah kau berikan kepadaku. Yang kau dapatkan dengan cara yang telah menodai kebersihan nama keluarga kita"
"Ibu. Beri kesempatan aku. memperbaiki tingkah laku. Ibu, beri kesempatan aku sekali saja. Jika aku tergelincir lagi kedalam kubangan seperti yang pernah aku lakukan, maka aku tidak pantas lagi menyentuh kulit kaki ibuku"
"Semuanya sudah terlambat" berkata Wuni "Kau sudah
tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi"
"Tubuhmu dan bahkan hatimu ternyata lebih kotor dari lumpur di rawa-rawa yang hitam itu" berkata Wikan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak pantas berada diantara kami"
"Kau, kau dalah sampah"
Suara-suara itu terdengar beruntun, melingkar-lingkar di ruangan itu, menyusup telinganya dan menusuk jantungnya.
"Cukup. Cukup" teriak Wiyati sambil menutup telin-ganya
"Jika demikian, buat apa aku diminta untuk pulang?"
"Kau harus mendengar pendapat kami" Wiyati "ibunyalah yang menjawab "Kau harus mendengarnya. Kau harus tahu nilai dari dirimu sendiri di mata kami"
"Aku sudah mengakui kesalahanku itu ibu. Aku sudah
merasa betapa rendah nilai kesadaranku akan diriku sendiri"
"Ya. Kau harus mengakuinya. Tetapi pengakuanmu itu tidak dapat menjadi alasan untuk mengampunimu" sahut Wuni.
"Lalu apa" Apa yang harus aku lakukan?"
"Bawa semua barang-barang yang berlumuran lumpur
kubangan itu pergi. Jika itu tidak mungkin, maka aku akan membelahnya menjadi potongan kayu bakar. Sedangkan
barang pecah belah yang sudah aku beli dengan uang yang penuh noda itu, akan aku remukkan dan aku kubur di kebun belakang, sejauh-jauhnya dari rumah ini"
"Ibu" tubuh Wiyatipun menjadi gemetar. Betapapun rendah martabatnya, tetapi Wiyati masih mempunyai harga dirinya.
Ketika tiba-tiba dadanya bergetar, maka Wiyati itupun bangkit berdiri sambil berkata lantang "Ibu. Itu tidak adil. Sikap ibu tidak adil terhadap anak-anaknya"
Nyi Purbapun membelalakkan matanya. Dengan nada tinggi iapun bertanya "Apa yang tidak adil?"
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu tidak mau memaafkan aku karena melacurkan diri di Mataram. Tetapi kenapa ibu tidak bersikap sama kepada mbokayu Wuni?"
"Kenapa dengan mbokayumu Wuni" Ia berkeluarga dengan baik-baik. Ia sudah bersedia menuruti keinginan ayah dan ibunya, menikah dengan laki-laki pilihan kami, yang ternyata memenuhi harapan kami. Seorang laki-laki yang dapat
menempatkan dirinya diantara keluarga kami"
"Ya. Kakang memang seorang laki-laki yang baik. Justru terlalu baik. Tetapi bagaimana dengan mbokayu Wuni" Ia tidak saja menerima kehadiran suaminya yang baik itu. Tetapi ia tetap saja selingkuh. Ia masih saja selalu menemui laki-laki yang pernah dicintainya dimasa gadisnya. Ia masih tetap mencintainya meskipun ia sudah bersuami. Apakah yang dilakukan itu bukan perbuatan yang rendah dan bahkan selingkuh"
"Omong kosong" teriak Wuni "Aku tidak pernah berhubungan lagi dengan laki-laki itu"
"Aku tidak omong kosong. Aku tahu bahwa kau masih
sering menjumpainya. Sikapmu, pandangan matamu dan
bahkan kata-katamu, masih menunjukkan, bahwa kau tetap mencintainya. Lebih dari itu, kau sering memberinya uang karena laki-laki tampan yang ceria itu selalu kekurangan uang"
"Tidak. Tidak "
"Mbokayu. Aku memang seorang perempuan yang telah
menjual diri. Tetapi tidak seorangpun yang pernah aku khianati. Tetapi kau" Kau telah mengkhianati suamimu. Suami yang baik dan yang telah berbuat apa saja bagimu. Mungkin suaminya seorang laki-laki yang menurut pendapatmu kurang bergairah. Mungkin ia seorang yang lugu dan tidak memenuhi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayanganmu tentang seorang laki-laki idaman. Bukan soal kebendaan karena ia seorang yang berkecukupan. Tetapi ada yang kau anggap kurang memenuhi seleramu, sehingga kau masih saja lari kepada laki-laki yang tidak tahu diri itu" Laki-laki yang jahat dan memanfaatkan ketampanannya dan
keceriaannya untuk mengikatmu dan bahkan beberapa orang perempuan yang lain. Mbokayu, laki-laki itu pernah
merundukku dan dengan diam-diam
menciumku dari belakang. Aku memukulnya sampai bibirnya berdarah. Tetapi ia masih saja tersenyum dan tidak merasa bersalah"
"Diam. diam kau jalang"
"Kita sama-sama jalang mbokayu. Seandainya kau tidak selingkuh dalam ujud kewadagan, tetapi batinmu sudah selingkuh. Bukankah itu sama saja" Bahkan seperti yang sudah aku katakan, kau telah mengkhianati suamimu"
"Cukup" teriak kakak ipar Wiyati "Aku tidak pernah merasa berkeberatan. Aku sudah tahu apa yang dilakukan oleh Wuni.
Tetapi aku memang harus mengakui kekuranganku"
"Dan kau membiarkannya berlangsung terus?"
"Aku tidak mau rumah tanggaku terganggu oleh
pertengkaran-pertengkaran
yang akan dapat membuat keluargaku kehilangan kedamaian"
"Dengan membiarkan perselingkuhan itu terjadi?"
"Aku tidak berkeberatan jika Wuni memberi sekedar uang kepada laki-laki itu, asal ia tidak mengganggu keluargaku"
"Jadi kakang tidak merasa terganggu dengan sikap batin mbokayu itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam-diam" Wikanlah yang kemudian berteriak "aku baru mengerti sekarang, bahwa keluarga ini adalah keluarga sampah yang harus di bakar menjadi abu"
"Wikan" terdengar suara ibunya.
"Ibu. Aku tidak dapat tinggal didalam ruangan yang
pengab, penuh debu yang kotor ini. Biarlah aku meninggalkan tempat ini. Biarlah terjadi apa yang akan terjadi disini. Tetapi aku tidak ingin terpercik oleh kotoran-kotoran yang
berhamburan disini" "Wikan. Tunggu. Kita masih harus
berbicara panjang " cegah ibunya.
Tetapi suara Wikan itu bergaung di
ruang itu "Biarkan aku pergi. Aku akan
pergi. Aku tidak tahu akan pergi
kemana asal aku meninggalkan rumah
ini" Tidak seorangpun dapat mencegah.
Wikanpun kemudian dengan cepat
pergi ke pintu dan berlari keluar,
menusuk kegelapan malam. Wikan masih mendengar suara ibunya, suara kakak
perempuannya Wuni dan Wiyati, serta kakak iparnya. Namun Wikan tidak mau berpaling lagi. Iapun berlari semakin kencang menyusuri jalan utama padukuhannya. Semakin lama semakin jauh dari regol halaman rumahnya.
Wikan berlari terus. Berlari dan berlari, sehingga akhirnya ia berada di jalan menuju ke rumah pamannya, Ki Mina yang juga saudara tua seperguruannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun mengakhiri ceriteranya. Katanya "akhirnya, aku mengetuk rumah bibi di dini hari ini"
Nyi Mina menarik nafas panjang. Dengan nada rendah
iapun berkata "Jadi, kau bertemu dengan guru terakhir kalinya, bukan tiga hari yang lalu"
"Mungkin empat atau lima hari atau sepuluh hari.
Mudahnya saja bibi. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa belum lama ini aku bertemu dengan guru, bahkan aku telah dibawanya ke Mataram"
"Wikan" berkata bibinya "seharusnya kau tidak begitu saja pergi dari rumahmu"
"Aku tidak tahan lagi, bibi"
"Setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan. Kau
jangan memandang terlalu rendah kepada kedua orang
mbokayumu itu" Bukankah hari-hari mereka masih panjang.
Bukankah segala sesuatunya masih dapat berubah. Menurut ceriteramu, Wiyati benar-benar sudah menyadari bahwa jalannya telah tersesat. Sedangkan Wuni yang masih belum sejauh Wiyati, masih akan dapat dituruskan. Tidak dengan sikap yang keras dan kasar Tetapi dengan cara yang lebih lunak, persoalan mereka akan dapat ditangani. Menurut pendapatku, semuanya masih belum terlambat, Wikan"
"Entahlah, bibi. Tetapi untuk sementara aku tidak ingin pulang"
"Kita harapkan akibat baik dari sikapmu yang tergesa-gesa itu. Mudah-mudahan ibumu, Wiyati, Wuni dan suaminya dapat segera
mengenali keadaan sedalam-dalamnya serta mengendapkan perasaan mereka, sehingga persoalannya akan dapat mereka lihat dengan terang. Selama hati mereka masih buram, maka segala-galanyapun akan nampak buram"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku berharap paman dan bibi pergi menemui ibu dan
kakak-kakakku" "Aku akan menyampaikannya jika pamanmu datang"
"Terima kasih, bibi"
"Nah, sekarang beristirahatlah. Kita harapkan pamanmu datang esok, meskipun mungkin setelah tengah hari"
"Ya, bibi" "Ada bilik di sebelah longkangan"
"Sudah hampir pagi, bibi. Biarlah aku pergi ke pakiwan"
"Masih belum terang tanah Wikan. Kau dapat berbaring barang sebentar. Kau tentu sangat letih lahir dan batin. Sehari-harian kau berada dan diperjalanan pulang dari Mataram.
Kemudian kau tinggalkan rumahmu untuk datang kemari"
Wikan menarik nafas panjang. Baru ketika bibinya
mengatakan bahwa ia tentu sangat letih, maka Wikanpun merasa bahwa ia memang letih.
Karena itu, seperti yang dikehendaki bibinya, maka
Wikanpun pergi ke sentong disebelah longkahgan. Sentong yang agaknya memang jarang dipergunakan.
Dengan tebah sapu lidi, Wikan membersihkan debu diatas tikar yang sudah di bentangkan di amben bambu yang ada didalam bilik itu. Kemudian membaringkan tubuhnya yang memang terasa letih. Urat-urat dibetisnya terasa bagaikan menjadi kencang dan ditertarik ke bagian belakang lututnya.
Tetapi Wikan sudah tidak dapat tidur lagi. Sebentar lagi, fajar akan-segera menyingsing.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat setelah Wikan terbaring, didengarnya suara tangis bayi di sentong yang menghadap ke ruang dalam.
Agaknya Tatag terbangun. Popoknya telah menjadi basah lagi.
Wikan menarik nafas panjang. Suara tangis itu sangat menarik perhatiannya. Sekilas suara tangis itu tidak bedanya dengan tangis bayi-bayi yang lain. Namun semakin tajam telinga yang mendengarnya, maka semakin jelas, bahwa diantara suara tangis itu, terpancar getaran-getaran yang menyimpan kelebihan.
Suara tangis Tatag memang keras sekali. Namun tidak
terlalu lama suara tangis itupun terdiam. Tanjung telah memberikannya minuman bagi bayinya itu.
Ketika Tatag tertidur dan setelah Tanjung mengganti alas pembaringan Tatag, maka Tatagpun segera diletakkannya.
Tanjung sendiri segera pergi ke dapur untuk merebus air seperti biasanya. Bukan saja untuk memandikan bayinya, tetapi juga untuk membuat minuman.
Beberapa saat kemudian, Nyi Minapun telah berada di
dapur pula. Nyi Mina itupun kemudian mencuci beras dan ditanaknya dengan kendil gerabah.
"Agaknya bibi tidak tidur semalaman"
"Ketika Wikan datang, bukankah aku sudah tertidur
beberapa saat" "Sebaiknya bibi beristirahat. Biarlah aku yang menanak nasi"
"Kau tentu juga tidak tidur setelah Wikan datang. Kau tentu juga mendengar ceriteranya"
"Aku tidur nyenyak bibi"
"Kau tahu bahwa aku tidak tidur setelah Wikan datang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjung terdiam. Sementara Nyi Minapun berkata selanjutnya "Dengan demikian, maka kaupun tentu tidak tidur lagi sampai pagi. Sampai anakmu menangis lagi"
Tanjung tidak menjawab lagi.
Sementara itu terdengar derit senggot di belakang. Setelah meletakkan kendil di atas perapian untuk menanak nasi, maka Nyi Minapun pergi ke pintu dapur di belakang.
Ternyata Wikan sudah berada di sumur untuk mengisi
pakiwan. Hari itu terasa Tanjung menjadi sangat canggung karena keberadaan Wikan. Demikian pula Wikan. Keberadaan seorang perempuan di rumah bibinya itu sama sekali tidak diduganya.
Meskipun perempuan itu janda dan membawa seorang anak angkat, namun umurnya agaknya masih lebih muda dari umur Wikan.
Wikan berusaha mengatasi kecanggungannya dengan
mengerjakan apa saja di kebun binatang. Dicarinya kapak pamannya yang sering dipergunakannya untuk membelah
kayu dan dibawanya ke kebun belakang. Dibelahnya
gelondong-gelondong kecil yang ada di kebun belakang untuk dijadikannya kayu bakar.
Namun di tengah hari, Nyi Mina telah minta Tanjung dan Wikan untuk makan bersama.
"Aku nanti saja bibi, setelah menyuapi Tatag" berkata Tanjung.
"Mumpung anakmu tidur. Marilah. Kita makan bersama"
Tanjung dan Wikan tidak dapat mengelak. Merekapun
kemudian makan bersama di ruang tengah bertiga.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah makan, maka Tanjungpun sibuk membersihkan
ruang tengah. Kemudian mencuci mangkuk dan perabot dapur yang baru dipergunakan. Sementara itu Tatag berada di dalam gendongan Nyi Mina yang ikut merawat Tatag seperti merawat anaknya sendiri.
Justru pada saat Tatag berada di gendongan Nyi Mina, Wikan dapat menyentuh anak itu. Sambil menggelengkan kepalanya Wikanpun berkata "Begitu kokoh tubuh bayi ini"
"Ya. Itulah yang mendorong pamanmu pergi menemui
guru" "Jika berada di tangan yang baik, anak ini akan menjadi harapan bagi masa depan"
"Ya. Wikan. Aku yakin. Khususnya dari segi kanuragan"
"Lalu, apa lagi yang perlu dinilai?" bertanya Wikan.
"Kita harus membentuk watak dan sifatnya. Jika ia menjadi seorang yang mumpuni dalam olah kanuragan, maka ia harus dapat mengamalkan ilmunya itu untuk tujuan yang baik, yang bermanfaat bagi banyak orang, dan menjadi anak yang
shaleh" "Ya. Bibi. Agaknya tugas itu akan lebih berat daripada membuatnya menjadi seorang yang mumpuni dalam olah
kanuragan. Nyi Mina mengangguk sambil menjawab "Pamanmu harus
berhati-hati sekali menangani anak ini"
"Ya, bibi" Nyi Minapun kemudian mengayun Tatag didalam gendongannya ketika Tatag itu menggeliat. Kemudian anak itu menggapai-gapai dengan tangannya yang kokoh.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jari-jarinya seolah-o lah terbuat dari besi" desis Wikan.
"Kau dengar detak jantungnya?"
"Ya. Seperti langkah seekor gajah di atas jembatan kayu"
Nyi Mina tersenyum. Kemudian iapun berdesis "Tidur ngger, tidurlah.
"Kenapa ia harus tidur terus, bibi. Biarlah ia bangun.
Memandang hijaunya dedaunan. Mendengar lenguh lembu
serta merasakan semilirnya angin"
Nyi Mina tertawa. Katanya "Semasa bayi, kaupun lebih banyak tidur daripada bangun" Wikanpun tertawa pula.
Seperti yang dikatakan oleh Nyi Mina, maka ketika matahari turun semakin rendah disisi Barat langit, Ki Minapun datang dari perjalanannya menemui gurunya. Keringatnya yang membasahi pakaian dan tubuhnya, menandai betapa ia
berjalan di bawah teriknya matahari.
Nyi Mina menyambut suaminya di tangga sambil
menggendong Tatag. Tatag yang seakan-akan mengerti bahwa Ki Mina telah
datang itupun tiba-tiba tertawa. Terdengar suara tertawanya yang lembut bernada tinggi.
"Kakang. Kau dengar" Ia mengucapkan selamat datang
kepadamu demikian kau naik tangga"
Ki Mina mencium pipi anak itu. Namun Nyi Mina berdesis Kakang masih berkeringat"
"Keringatku akan membuat kulitnya menjadi liat"
"Ah, aida-ada saja kau ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Ki Mina terkejut ketika ia melihat Wikan berdiri di belakang pintu yang sudah terbuka.
"Wikan. Kenapa kau berada di sini" Apa yang kau lakukan"
Bukankah kau seharusnya berada di Mataram?"
"Ya. paman" "Tetapi kenapa kau berada di sini?"
"Ceriteranya panjang, kakang. Semalam Wikan berceritera kepadaku,
apa yang terjadi .dengan dirinya. Nanti
aku atau Wikan sendiri akan berceritera kepada kakang. Tetapi
sebaiknya kakang beristirahat dahulu"
"Dimana Tanjung?"
"Mumpung Tatag sedang tidak rewel, Tanjung sedang berada di
dapur. Ia baru saja selesai mencuci
pakaian anak ini, lalu merebus air. Sebentar lagi Tatag harus mandi"
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Aku pergi ke pakiwan dahulu"
Sementara Ki Mina berada di pakiwan, Nyi minapun
menyiapkan minuman hangat baginya. Wikan yang melihat kesibukan Nyi Mina itupun tiba-tiba saja berkata "Biarlah aku mencoba mengajak anak itu?"
"Kau" Apakah kau dapat menggendong anak ini?"
"Tidak usah dengan selendang, bibi. Aku sering melihat tetangga ku mengajak anak bayinya di tangannya tanpa selendang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi hati-hatilah. Jangan lepaskan jika anak ini meronta atau membasahi pakaianmu"
"Tentu tidak bibi"
Nyi Minapun kemudian menyerahkan Tatag kepada Wikan
yang mendukungnya di tangannya tanpa mempergunakan
selendang. Tetapi agaknya Tatag justru merasa senang berada di
tangan Wikan. Anak itu tertawa-tawa saja sambil menggapai-gapai, menggerakkan kakinya, menendang-nendang. Seakanakan Tatag itu merasa bebas di dukung tanpa selendang.
"Hati-hati Wikan. Yang kau dukung itu anak orang . Bukan sekedar golek mainan"
Wikanpun kemudian mengajak Tatag keluar dan turun di halaman. Wikan mengajak anak itu ke bawah rimbunnya daun pepohonan.
Ternyata Tatag menjadi semakin gembira. Tangannya yang kecil itu bergerak-gerak seakan-akan ingin meraih dedaunan di pepohonan yang tinggi itu.
"Besok ya. ngger. Kalau kau sudah besar, kau akan terbang menggapai dedaunan itu" berkata Wikan sambil menggoyang tubuh Tatag.
Tatag menjadi semakin gembira. Suara
lembutnya terdengar berderai berkepanjangan.
"Anak ini memang luar biasa" desis Wikan "tulangtulangnya seakan-akan terbuat dari baja. Kulitnya sekeras tembaga. Pada saat anak ini dapat berjalan, maka apa-apa yang dipegangnya akan dapat diremasnya menjadi debu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Tanjung yang berada di dapur terkejut melihat Nyi Mina menyangkutkan selendangnya di bahunya. Tetapi Tatag tidak ada di tangannya.
"Apakah Tatag tidur bibi?" bertanya Tanjung "sudah
waktunya untuk mandi"
"Tidak. Tatag tidak sedang tidur"
"Jadi?" "Tatag bersama Wikan"
"Maksud bibi. Tatag bibi baringkan di amben di tunggui kakang Wikan?"
"Tidak. Tatag digendong Wikan di halaman depan"
"He" Tetapi apakah kakang Wikan dapat mengajak anak
selembut Tatag" "Ternyata Wikan terampil juga menggendong Tatag"
Tanjung menjadi cemas. Karena itu, maka iapun segera berlari ke halaman.
Namun Tanjung itupun tertegun. Ia melihat Wikan
menggendong Tatag di bawah pohon jambu air di halaman.
Bahkan ia melihat Tatag itu tertawa-tawa di timang oleh Wikan.
Meskipun demikian. Tanjung itu masih Saja merasa cemas bahwa Tatag akan meronta dan menangis. Karena itu,
betapapun segannya. Tanjung itupun mendekati Wikan sambil berkata "Biarlah aku mandikan anak itu. kakang"
Wikan memandang Tanjung sekilas. Namun yang sekilas itu membuat Wikan sendiri terkejut.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat Wikan mengalihkan pandangan matanya
kepada Tatag sambil berkata "Anak ini senang disini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi sudah waktunya Tatag harus mandi" jawab
Tanjung. Wikan tidak dapat menahan Tatag lebih lama lagi. Ia harus menyerahkan Tatag itu kepada Tanjung.
Tetapi agaknya Wikan mengalami kesulitan untuk menyerahkannya, Tatag yang masih bayi itu. Ia harus
menyerahkan Tatag langsung ke tangan Tanjung.
"Kepalanya diarah kanan tanganku kakang" minta Tanjung.
"Tetapi bagaimana?"
"Baik, baik. Biarlah ia membujur kekiri. Nanti aku sendiri dapat memutarnya"
Akhirnya Tatagpun berpindah tangan meskipun agak
mengalami kesulitan. Tetapi kesulitan itu justru telah menimbulkan kesan tersendiri.
Beberapa saat kemudian. Tanjungpun telah membawa
Tatag ke dapur, sementara Nyi Mina sedang menyiapkan minuman hangat bagi Ki Mina.
"Aku membuat minuman bagi pamanmu, Tanjung"
"Paman sudah datang?"
"Ya. Pamanmu baru saja datang. Sekarang ia berada di pakiwan untuk mencuci kaki dan tangannya yang basah oleh keringat dilekati debu yang tebal"
"Sukurlah" desis Tanjung "paman tentu letih, haus dan barangkali juga lapar"
"Jika saja pamanmu tidak singgah di kedai" jawab bibinya sambil tertawa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, maka Ki Minapun telah duduk di ruang tengah bersama Nyi Mina dan Wikan. Sementara itu,
Tanjungpun sibuk memandikan bayinya.
"Nah. sekarang jawab pertanyaanku, Wikan. Kenapa kau berada di sini" Menurut guru, seharusnya kau berada di Mataram"
"Aku melarikan diri dari kewajiban yang dibebankan
kepadaku oleh Ki Tumenggung Reksaniti"
"Kenapa?" "Ceriteranya panjang, paman"
"Aku ingin mendengarnya"
"Biarlah malam nanti Wikan berceritera, kakang. Ceriteranya memang panjang. Tetapi pada dasarnya, Wikan mengalami tekanan batin yang tidak dapat diatasinya"
"Tekanan batin?"
"Ya. Tetapi baiklah sekarang kakang minum dan makan
lebih dahulu. Mungkin kakang haus dan lapar. Atau sangkali kakang sudah singgah di kedai?"
"Aku tidak singgah di kedai, Nyi. Tetapi aku sempat
membeli dawet cendol di sudut sebuah padukuhan. Banyak orang yang sedang turun ke sawah untuk menuai padi di terik matahari. Karena itu. ada penjual dawet cendol di sudut padukuhan. di pinggir bulak"
"Kalau begitu, kakang tentu belum makan. Sebaiknya
kakang makan lebih dahulu"
"Aku akan makan. Tetapi sambil makan, aku ingin Wikan menceriterakan apa yang telah terjadi, sehingga ia sekarang berada di sini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan menarik nafas panjang. Sambil mengangguk iapun berkata "Baiklah paman. Aku akan mengulangi ceritera yang sudah aku sampaikan kepada bibi. Aku tidak sabar menunggu paman, karena dadaku serasa menjadi sesak semalam"
Sambil makan, maka Ki Minapun mendengarkan ceritera
Wikan. Meskipun Wikan hanya menceriterakan dengan
singkat, namun semuanya menjadi jelas bagi Ki Mina.
Wikan mengakhiri ceriteranya, pada saat Ki Mina selesai makan. Setelah meneguk minumannya, Ki Minapun menarik nafas panjang. Katanya-dengan nada berat "Seharusnya kau tidak meninggalkan ibumu dalam keadaan kalut, Wikan"
"Aku tidak betah lagi berada di rumah yang kotor itu?"
"Jangan beranggapan seperti itu. Kita justru harus mencari jalan untuk membersihkan kotoran yang ada di rumahmu.
Bukan meninggalkannya dalam keadaan yang kotor seperti itu"
Wikan tidak menjawab. Kepalanyapun menunduk dalamdalam. "Kita harus mencari jalan keluarnya. Kita masih berpengharapan. Wuni masih muda dan Wiyatipun masih
muda pula. Masih ada waktu untuk mencari jalan yang benar dengan cara yang baik"
"Tetapi apa kata orang tentang mbokayu Wiyati. Bahkan agaknya banyak pula orang yang telah memperbincangkan kelakuan mbokayu Wuni. Namun keluarga kami tidak
mengetahuinya" "Tidak ada orang yang tahu, apa yang dilakukan oleh Wiyati di Mataram"
"Jika Wandan bercerita tentang mbokayu Wiyati?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita temui Wandan. Kita peringatkan anak itu. Jika ia membuka rahasia Wiyati, berarti Wandan telah membuka rahasianya sendiri"
Wikan mengangguk-angguk. Namun katanya "Mungkin
dalam waktu yang tidak terlalu panjang. Namun akhirnya semua itu akan terbuka pula"
"Jika masanya sudah jauh berlalu, sementara sikap dan sifat Wiyati sudah berubah, maka pengaruhnya tentu tidak akan terlalu besar. Sementara itu, Wiyati sudah tidak tinggal bersama ibumu lagi. Ia akan lebih baik tinggal bersama suaminya kelak"
"Laki-laki manakah yang mau menjadi suaminya paman.
Kecuali jika mbokayu Wiyati membohongi laki-laki itu. Tetapi jika pada suatu saat kebohongannya itu tersingkap, maka rumah tangganya, yang barangkali berjalan dengan baik-baik, akan menjadi hancur"
"Wiyati tidak boleh berbohong. Ia harus berterus terang kepada laki-laki yang dengan bersungguh-sungguh akan menikahinya.
Tangan Geledek 15 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Naga Dari Selatan 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama