Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 9

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 9


"Apakah mereka akan kembali" Atau barangkali malah
membawa kawan-kawan mereka?"
"Mudah-mudahan tidak" sahut Wikan "paman sudah
mengancam agar mereka tidak kembali lagi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sukurlah jika tidak terjadi apa-apa"
"Tidak paman" sahut suami Wuni "Tidak terjadi apa-apa selain beberapa batang tanaman bunga kami rusak
berserakan. Besok kami harus mengaturnya kembali"
Orang-orang yang berdatangan itupun kemudian minta diri.
"Terima kasih atas perhatian paman, kakang dan saudara-saudaraku sekalian. Maaf, agaknya persoalan yang terjadi di keluarga kami telah mengganggu ketenangan kalian"
"Tidak apa-apa" sahut seseorang "Kami berkewajiban untuk tolong menolong. Pada kesempatan lain, mungkin saja
diantara kami ada yang minta pertolongan kalian"
"Jika saja kami dapat membantu, paman" sahut Wikan.
Sejenak kemudian, maka orang-orang yang berada di
halaman itupun telah pergi.
"Apakah Wandan benar-benar telah hilang?" bertanya
Wikan kemudian. "Wiyati sempat menolongnya dan membawanya masuk ke
ruang dalam" sahut Ki Mina.
"Jadi Wandan ada di dalam?"
"Ya" Wikan memang nampak menjadi gelisah. Katanya "Aku
tidak ingin Wandan itu bertemu lagi dengan mbokayu Wiyati"
"Mungkin sekali Wiyati menjadi kasihan melihat keadaan Wandan"
"Kita temui saja perempuan itu, Wikan" berkata Nyi Mina dengan suara lembut "mudah-mudahan keadaannya sudah
berbeda. Wandan tentu tidak akan dapat membujuk Wiyati http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi, sementara Wandan sendiri tidak akan berani kembali ke Mataram"
"Tetapi rahasia mbokayu Wiyati akan dapat terbuka disini jika Wandan pulang"
"Kita dapat melihat, Wandan pulang dalam keadaan yang bagaimana" sahut bibinya "sebaiknya kita temui saja
perempuan itu. Kita akan menjajagi keadaannya"
Wikan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya
"Baik. Kita temui perempuan itu. Jika ia menyulitkan kedudukan mbokayu Wiyati, biarlah perempuan itu pergi"
"Pergi kemana?" bertanya Nyi Mina "pergi pulang
kerumahnya sendiri maksudmu?"
Wikan tidak menjawab. Namun mereka yang masih berada di halaman rumah itupun segera naik ke pendapa dan
mengetuk pintu pringgitan.
Wunilah yang membuka pintu.
Demikian mereka memasuki ruang tengah, maka merekapun segera melihat Wandan berada diantara mereka yang ada di ruang dalam.
"Apa maumu sekarang Wandan?" tiba-tiba saja Wikan
bertanya dengan nada berat.
"Duduklah Wikan" suara ibunya terdengar sareh.
Wikan menjadi heran melihat sikap ibunya. Kenapa ibunya tidak memaki Wandan yang telah menjerumuskan Wiyati ke dalam kehidupan yang gelap.
Wikan, suami Wuni, Ki Mina dan Nyi Minapun kemudian
telah duduk pula. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian mereka duduk, Wikanpun telah bertanya pula "Kenapa kau tidak ikut kembali ke Mataram bersama orang-orang yang kau bawa kemari itu?"
"Bukan aku yang membawa mereka, Wikan" suara Wandan
menjadi semakin gemetar "Akulah yang mereka paksa untuk menunjukkan rumah Wiyati"
"Kau ingin mbokayu Wiyati menemanimu lagi di dunia
gelapmu itu?" "Tidak, Wikan. Bukan aku. Tetapi ibu yang gemuk itulah yang masih saja penasaran. Agaknya kehormatannya telah tersinggung karena kau telah mengambil Wiyati serta
mengalahkan Depah waktu itu"
"Apakah perempuan seperti itu masih juga mempunyai
harga diri?" "Tentu, Wikan. Siapapun juga tentu mempunyai harga diri.
Bahkan orang yang sudah tidak mempunyai apa-apapun,
masih juga mempunyai harga diri. Seorang pengemis yang merangkak di sepanjang jalan itupun masih mempunyai harga diri. Meskipun ada juga, tetapi jumlahnya sangat sedikit, orang yang sudah tidak mempunyai harga diri " Ki Minalah yang menjawab.
Wikan mengerutkan dahinya. Sementara itu Nyi Purbapun berkata "Wikan. Wandan menjadi sangat ketakutan ketika ia dikat di sebatang pohon di halaman, lapun menjadi sangat ketakutan pula jika orang-orang yang gagal mengambil Wiyati itu membawanya kembali ke Mataram. Ia tidak dapat
membayangkan, jika orang-orang kecewa akan kegagalannya itu
menumpahkan kemarahan dan dendam mereka kepadanya. Lalu apa akan jadinya Wandan nanti"
"Tetapi semua itu adalah akibat dari perbuatannya sendiri"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar Wikan" sahut Wuni "Kau benar. Wandanpun
mengakui, bahwa yang terjadi itu adalah akibat kesalahannya sendiri. Ia telah salah memilih jalan. Tetapi itu bukan berarti bahwa Wandan harus menjadi korban"
Wikan menarik nafas panjang. Sementara itu Nyi Purba-pun berkata "Wandan sudah minta maaf kepada kita semuanya.
Keluarga Wiyati" "Lalu sekarang, apa yang akan dilakukan oleh Wandan" Ia akan pergi kemana?" bertanya Wikan.
"Aku tidak tahu Wikan. Tetapi aku memilih mati daripada aku harus kembali ke Mataram bersama laki-laki liar itu. Aku belum memikirkan, kemana aku akan pergi setelah orang-orang liar itu meninggalkan rumah ini"
"Kau akan pulang?"
"Tidak. Aku tidak akan pulang"
"Lalu?" "Aku akan pergi, Wikan. Meskipun aku tidak tahu, aku akan pergi kemana. Aku mengerti bahwa aku tidak dapat berada di rumah ini. Bahkan untuk malam inipun tidak pantas. Karena itu sebaiknya aku harus pergi"
"Kemana?" bertanya Wiyati.
"Aku tidak tahu, Wiyati"
"Jangan pergi malam ini Wandan " cegah Wuni.
"Tetapi esok pagi, sebelum fajar menyingsing, mbokayu Wiyati akan pergi bersama kami" sahut Wikan.
"Karena itu, sebaiknya aku memang pergi Masih ada jalan lapang yang dapat aku lalui"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa maksudmu?".
Wandan. tidak menjawab. Namun nampaknya Nyi Mina
tanggap akan perkataan Wandan itu. Karena itu, maka
katanya "Jangan tempuh jalan itu Wandan. Jika kau lakukan, maka kau akan sampai ke dunia yang lebih gelap dari dunia yang membelunggumu di Mataram. Kau akan hanyut ke
seberang batas yang akan memisahkanmu dengan Tuhan
Sang Pencipta. Jalan menuju kematian memang lapang. Tidak akan terjadi desak-desakan berebut dahulu. Siapapun dapat menempuhnya disaat yang dikehendakinya. Tetapi seperti yang aku katakan, jalan itu adalah jalan yang sesat"
"Wandan. Kau akan membunuh diri?" bertanya Wiyati
sambil mendekapnya. "Aku tidak mempunyai pilihan lain, Wiyati. Aku tidak tahu lagi, apa yang harus aku perbuat"
"Jangan ngger. Jangan lakukan itu" berkata Nyi Purba dengan suara yang lembut.
"Wandan" berkata Nyi Mina kemudian "masih ada jalan
yang lain jika kau setuju. Pagi ini kami akan pergi bersama Wiyati. Wiyati akan tinggal bersama uwaknya, Ki Leksana dan Nyi Leksana. Jika kau tidak berkeberatan, kau dapat pergi bersama kami. Kau dapat tinggal bersama Wiyati di rumah uwaknya. Mudah-mudahan kau dapat menemukan tatanan
baru didalam jalan hidupmu. Tetapi dunia itu bukan dunia yang dipenuhi oleh gebyar kadonyan. Dunia itu adalah dunia yang penuh keprihatinan. Kerja keras dan berbagai laku yang harus
kau tempuh. Jika kau bersungguh-sungguh sebagaimana kesediaan Wiyati untuk melakukannya, maka kaupun mendapat kesempatan itu Wandan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secerah cahaya seakan-akan telah bersinar di hati Wandan.
Dalam kegelapan ia tidak tahu arah yang harus ditempuhnya.
Namun tiba-tiba sinar itu datang menyoroti jantungnya.
"Bibi" berkata Wandan sambil mengusap air matanya "Jika bibi masih mempunyai belas
kasihan kepadaku yang sudah
sepantasnya dianggap sebagai
sampah ini, maka perkenankan
aku ikut bibi. aku akan melakukan apa saja yang diperintahkan kepadaku. Aku
bersedia menjadi budak untuk
mengerjakan pekerjaan apa saja" "Baiklah" berkata Ki Mina
kemudian "jika demikian, maka
esok kita akan pergi bersamasama. Tetapi ada yang aku
pikirkan. Jika kita semuanya pergi, maka siapakah yang akan menjaga Nyi Purba jika terjadi sesuatu disini. Jika ada orang-orang yang mendendam datang kemari?"
"Aku akan tinggal disini dalam beberapa hari ini" berkata suami Wuni.
Tetapi Nyi Purba itupun menyahut "Jika kakang tidak
berkeberatan, bagaimana pendapat kakang jika untuk
sementara Wikan juga tinggal bersama kami disini"
Wikan memandang Ki Mina dan Nyi Mina berganti-ganti.
Namun kemudian iapun berkata "Jika paman dan bibi tidak berkeberatan biarlah aku menemani ibu untuk sementara, sehingga keadaan menjadi tenang. Berdua kami berharap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa kami akan dapat setidak-tidaknya memukul kentongan, memanggil tetangga-tetangga"
Ki Mina mengangguk sambil menjawab "Baiklah. Biarlah Wikan berada di rumah ini untuk beberapa pekan. Jika keadaan tidak lagi berbahaya, biarlah Wikan langsung saja pergi ke padepokan"
"Ya, paman. Pada saatnya aku akan langsung pergi ke
padepokan" Namun dalam pada itu, Nyi Purbapun berkata "Kakang
Mina. Kakang dan mbokayu tentu merasa letih. Apakah
kakang tidak berniat menunda keberangkatan kakang dan mbokayu barang sehari?"
"Tidak usah Nyi. Mungkin Wiyati dan Wandanlah yang
merasa letih, sehingga mereka tidak mungkin berangkat nanti di dini hari"
"Tidak, paman. Aku tidak letih. Aku tadi sudah sempat tidur barang sebentar. Semakin cepat kita pergi, agaknya akan terasa lebih baik"
"Bagaimana dengan Wandan?"
"Aku dapat pergi kapan saja, paman. Apalagi pergi ke tempat yang dapat memberikan harapan. Seperti kata Wiyati, semakin cepat semakin baik"
Ternyata Ki Mina dan Nyi Mina tidak menunda keberangkatan mereka. Meskipun malam itu mereka seakanakan tidak mendapat kesempatan untuk tidur, namun mereka merasa tetap tegar karena mereka adalah orang-orang yang terbiasa menempa diri dalam berbagai macam laku.
Sedangkan Wiyati dan Wandanpun bertekad "untuk
melakukan perjalanan itu secepatnya. Mereka melihat, bahwa http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di ujung jalan itu terhampar padang yang menyimpan harapan bagi masa depan, meskipun beberapa syarat harus mereka penuhi.
Sebenarnyalah beberapa saat kemudian, setelah beristirahat sebentar, mereka yang akan pergi itupun segera berbenah diri. Bergantian mereka pergi ke pakiwan untuk mandi.
Sementara itu, Nyi Purba dan pembantu perempuannya sudah sibuk di dapur pula.
Menjelang fajar, maka mereka yang akan pergi meninggalkan rumah itupun sudah siap pula. Mereka sudah sempat minum minuman hangat serta makan pagi agar
mereka tidak merasa lapar diperjalanan yang panjang. Apalagi bersama Wiyati dan Wandan, yang tidak terbiasa menempuh perjalanan jauh.
Menjelang fajar menyingsing, empat orang telah meninggalkan regol halaman rumah Nyi Purba. Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan. Sementara itu, Wikan tetap tinggal menunggui ibunya bersama Wuni dan suaminya.
Sebelum pagi, saat padukuhan itu seakan-akan masih
terlelap dalam tidur yang nyenyak, seperti dikehendaki oleh Wiyati, agar tidak seorangpun diantara para tetangga menyaksikannya meninggalkan padukuhan, keempat orang itu sudah keluar dari pintu gerbang. Wiyati dan Wandan yang berjalan didepan, nampaknya seperti orang-yang tergesa-gesa. Mereka ingin segera menjauh dari padukuhannya, dari tetangga-tetangganya dan dari orang-orang yang sudah mereka kenal dengan baik. Jauh dari tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan sebagai gadis-gadis kecil yang manis dalam lingkungan permainan gadis-gadis kecil sebayanya. Mereka merasa seolah-olah sedang melarikan diri dari lingkungannya, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena mereka telah berkhianat. Mereka telah menodai kebersihan sifat dan watak gadis sebayanya di padukuhannya.
Ki Mina dan Nyi Mina mengikuti saja mereka di belakang.
Mereka dapat mengerti, bahwa keduanya merasa diburu dan harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka terhadap lingkungannya. Karena itulah maka mereka berdua telah melarikan diri, karena mereka merasa tidak akan dapat mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka itu.
Namun ternyata daya tahan mereka tidak memungkinkan
mereka berjalan dengan cepat untuk selanjutnya. Ketika tenaga mereka sudah mulai menyusut, maka merekapun telah dengan sendirinya berjalan lebih lambat.
Hanya kadang-kadang saja, jika jantungnya didera lagi oleh perasaan bersalah, mereka berjalan lebih cepat, Namun beberapa saat kemudian, mereka menjadi lebih lamban.
Ketika matahari mulai memanjat langit, dan panasnya
terasa menggatalkan kulit, Wiyati dan Wandan nampak sudah menjadi letih. Apalagi hampir semalam mereka tidak tidur.
Lebih-lebih lagi Wandan yang dibawa oleh beberapa orang laki-laki kasar dari Mataram sebagai seorang tawanan yang dapat diperlakukan apa saja sekehendak hati mereka.
Namun Wandan masih dapat mengucap sukur, bahwa ia
tidak harus dibawa kembali oleh orang-orang itu. Jika itu terjadi, maka mungkin sekali Wandan akan mati dalam
keadaan yang paling hina di perjalanan pulang. Orang-orang liar yang membawanya itu tentu tidak akan takut lagi kepada perempuan gemuk yang mengupah mereka.
Perjalanan merekapun semakin lama memang menjadi
semakin jauh. Mataharipun menjadi semakin tinggi. Panasnya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai terasa tidak lagi sekedar gatal, tetapi mulai menusuk-nusuk.
"Beristirahatlah sebentar jika kalian merasa letih" berkata NyiMina "Kita dapat duduk sebentar diatas tanggul parit, dibawah pohon gayam itu"
Wiyati dan Wandan merasa ragu-ragu. Namun Nyi Mina itu berkata pula "Berhentilah. Kita tidak tergesa-gesa. Bahkan seandainya kita sampai di tujuan mendekati tengah malam"
"Kitapun sudah berjalan jauh" berkata Ki Mina "Tidak akan ada yang melihat kita disini. Kecuali secara kebetulan ada seorang tetangga Nyi Purba bepergian jauh melewati, jalan ini.
Tetapi bukankah kemungkinan itu kecil sekali"
Wiyati dan Wandan mengangguk. Mereka sempat pula
mempergunakan nalar mereka untuk menilai kemungkinan itu.
Perjalanan yang sudah mereka tempuh hampir setengah
hari itu memang sudah jauh dari padukuhan mereka.
Wiyati dan Wandanpun ternyata memang sudah merasa
letih. Karena itu, maka merekapun sependapat untuk
beristirahat barang sejenak di bawah pohon gayam yang daunnya rimbun.
Namun tidak mereka sadari, bahwa tidak jauh dari pohon gayam itu terdapat sebuah perempatan jalan. Perempatan jalan yang banyak di lalui orang. Di perempatan itu juga terdapat pohon gayam. Bahkan tidak hanya sebatang, tetapi dua batang. yang berdekatan, sehingga daunnya yang rimbun merupakan naungan yang sejuk bagi mereka yang melewati simpang empat itu.
Tetapi perempatan itu merupakan perempatan yang sangar bagi perempuan. Di perempatan itu sering terdapat banyak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak-anak muda yang duduk-duduk sekedar melihat orang lewat. Kadang-kadang mereka hanya bersuit-suit saja jika seorang perempuan yang mereka anggap cantik lewat. Tetapi kadang-kadang mereka juga sering mengganggu dengan
menyentuh perempuan-perempuan yang lewat itu.
Pada saat-saat banyak orang yang pulang dari pasar, maka anak-anak muda yang tidak mempunyai kerja itu duduk-duduk di perempatan sambil membeli dawet cendol. Meskipun
kadang-kadang ada saja diantara mereka yang tidak
membayar, tetapi penjual dawet cendol itu tidak juga jera berjualan di perempatan itu.
Bahkan penjual dawet cendol itu sering membawa legen bukan saja untuk membuat agar dawetnya menjadi enak, tetapi juga legen yang sudah disimpan cukup lama dan diberi reramuan agar menjadi tuak.
Tuak itulah yang memberinya banyak keuntungan. Anakanak muda yang sering berkeliaran di perempatan itu sering sekali menjadi mabuk setelah meneguk tuak. Mereka tidak mempedulikan waktu. Kapan saja mereka mendapatkannya, maka tuak itu segera diminumnya sampai mabuk.
Ki Mina yang memberi kesempatan Wiyati dan Wandan
beristirahat itu baru melihat bahwa ada penjual dawet di perempatan, di bawah sepasang pohon gayam yang rimbun.
Karena itu, maka Ki Minapun kemudian berkata "Apakah kalian haus?"
"Kenapa kami haus?" bertanya Nyi Mina.
"Ada penjual dawet di perempatan itu"
"Perempatan mana?"
http://ebook-dewikz.com/

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu. Disebelah jalan yang agak menikung itu ternyata sebuah perempatan. Ada penjual dawet dibawah pohon
gayam" Nyi Minapun bangkit berdiri pula. Baru kemudian iapun melihat penjual dawet di simpang empat itu.
Nyi Minapun kemudian berkata kepada Wiyati dan Wandan
"Marilah kita beristirahat di perempatan itu. Disana benar-benar ada penjual dawet"
Wiyati dan Wandan yang memang haus itu tidak
membantah. Merekapun segera bangkit berdiri dan berjalan bersama Ki Mina Ki Mina dan Nyi Mina ke perempatan.
Sepasang pohon gayam itu memberikan perlindungan yang lebih sejak kepada mereka yang berhenti dibawahnya. Bahkan seperti sebuah payung raksasa, daun sepasang pohon gayam itu mengembang.
Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandanpun duduk di sebuah amben bambu yang agaknya memang disediakan oleh penjual dawet itu.
Ketika mereka berempat itu sampai di perapatan, perapatan itu masih sepi. Satu dua orang lewat. Beberapa orang perempuan yang berjalan beriring bersama beberapa orang laki-laki. Agaknya lang dari pasar.
Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan itupun kemudian telah memesan masing-masing semangkuk dawet.
"Apakah kalian baru pulang dari pasar?" bertanya penjual dawet itu.
"Tidak Ki Sanak" jawab Ki Mina "Kami sedang dalam
perjalanan ke rumah saudara kami"
"Perjalanan jauh?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak terlalu jauh"
Penjual dawet itu mengangguk-angguk. Katanya "Aku
sudah mengira bahwa kalian tentu bukan penghuni padukuhan di sekitar tempat ini"
"Kenapa?" Penjual dawet itu tersenyum. Katanya "Hanya dugaan.
Tetapi dugaanku benar"
Ki Mina mengangguk-angguk. Dihirupnya dawet legen yang terasa teramat segar pada saat panasnya matahari seperti membakar langit.
Perempatan itu agaknya termasuk jalan yang terhitung ramai.
Beberapa orang laki-laki yang lewat ada pula yang berhenti membeli dawet sambil beristirahat di bawah pohon gayam yang
besar itu. Namun kemudian mereka segera meninggalkan tempat itu setelah menghabiskan satu atau bahkan ada yang dua mangkuk dawet. Tetapi jarang sekali perempuan yang lewat berhenti untuk membeli dawet. Kecuali satu dua orang perempuan tua yang kehausan.
Ketika dua orang anak muda sambil bergurau berjalan dan berhenti, penjual dawet itupun bertanya "Kalian hanya berdua?"
"Edan si Kanu" sahut yang seorang.
"Kenapa?" Anak muda itu nampak ragu-ragu. Namun keduanyapun
kemudian tertawa meledak.
"Apa yang kau tertawakan?"
"Si Kanu. Matanya menjadi sempit sebelah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa?" "Sebentar lagi ia akan datang kemari"
Penjual dawet itu tidak menjawab. Tangannya sibuk
menyiapkan dua mangkuk dawet buat kedua orang anak
muda itu. Kedua anak muda itu tertegun ketika mereka melihat Wiyati dan Wandan. Meskipun keduanya berpakaian sederhana,
tetapi keduanya masih nampak lain dengan perempuan
kebanyakan. Bersama kedua perempuan muda itu, hanyalah seorang laki-laki dan perempuan tua.
Karena itu, maka keduanyapun segera tertarik kepada
Wiyati dan Wandan. Dengan tanpa ragu-ragu lagi, seorang diantara anak muda itu duduk disamping Wandan.
"Maaf, tempatnya terlalu sempit"
Anak muda itu justru telah mendesak Wandan.
Wandan beringsut Tempatnya memang sempit. Amben
bambu itu tidak cukup panjang untuk duduk mereka berenam.
Tetapi Wandan semula tidak menghiraukannya. Ia sudah terbiasa duduk berdesakkan dengan laki-laki. Karena itu, maka laki-laki muda yang duduk disampingnya itu tidak terlalu banyak menarik perhatiannya.
Namun terasa udara terlalu panas meskipun mereka duduk dibawah rimbunnya dedaunan. Karena itu, maka Wandan yang kepanasan itupun bangkit berdiri.
"He, kau mau kemana?" laki-laki muda itu tiba-tiba saja menangkap pergelangan tangan Wandan "duduk sajalah
disini" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jika saja Wandan masih berada di Mataram, maka sapaan dengan cara yang kasar itu akan ditanggapinya. Tetapi di tempat itu, ia bersama Ki Mina dan Nyi Mina serta Wiyati dalam suasana yang jauh berbeda.
Karena itu, maka Wandan telah mengibaskan tangan anak muda itu sambil berkata "Apa yang kau lakukan padaku ini?"
Anak muda itu tertawa. Katanya "Ternyata kau galak juga anak manis"
Wandan yang telah lepas dari pegangan anak muda itu
bergeser surut. Ia sempat memandang wajah anak muda itu sekilas.
"Tampan juga wajahnya" berkata Wandan di dalam hatinya.
Tetapi Wandan memang telah berubah.
Sementara itu, ketika anak muda itu bangkit berdiri, penjual dawet itupun berkata "Minum sajalah dahulu. Kau tentu haus"
"He?" Sebelum penjual dawet itu menjawab, maka kawannya
telah menyambar mangkuk itu dan meneguk minuman di
dalam mangkuk itu hingga habis sampai titik yang terakhir.
"Mana bagianku" bertanya anak muda yang telah menarik pergelangan tangan Wandan.
"Jangan cemas. Aku masih mempunyai banyak". Seperti
kawannya, maka anak muda itupun telah menghirup minuman semangkuk penuh.
"Tuak"desis Ki Mina.
"Tuak?" bertanya Nyi Mina.
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian ajak anak-anak kita itu melanjutkan
perjalanan. Tempat ini bukan tempat yang baik untuk
beristirahat" Ki Minapun segera membayar harga empat mangkuk dawet yang telah mereka minum. Kemudian katanya kepada Wiyati dan Wandan "Marilah kita melanjutkan perjalanan kita"
Wiyati dan Wandan tidak menjawab. Merekapun sadar,
bahwa mereka memang harus pergi.
Namun demikian mereka beranjak, mereka melihat empat orang anak muda yang berjalan sambil tertawa-tawa. Seorang nampak berceritera dengan suara yang keras. Tangannya bergerak-gerak untuk memberikan tekanan pada ceriteranya.
Namun anak muda yang telah menangkap pergelangan
tangan Wandan serta telah meneguk tuak semangkuk itu bertanya " He, kau mau pergi kemana nduk?"
Wandan tidak menjawab. Ia berjalan bersama Wiyati
mendahului Ki Mina dan Nyi Mina.
Ketika mereka berpapasan dengan keempat orang yang
berjalan sambil tertawa dan berbicara keras-keras itu, mereka justru telah memalingkan wajah mereka.
Keempat orang itu berhenti, sementara kedua orang yang sudah mulai mabuk tuak itu melangkah mendekati mereka.
"Jangan ganggu mereka. Mereka adalah gadis-gadis kami"
berkata salah seorang diantara kedua orang yang mabuk itu.
Namun ternyata keempat kawan merekapun sedang mabuk
pula. Agaknya mereka telah mendapatkan tuak di tempat yang lain.
Dengan keras seorang diantara mereka berkata "Tetapi aku berhak juga mengambilnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan ganggu aku. Lakukan apa saja nanti setelah aku tidak memerlukan mereka lagi"
Tetapi seorang yang lain berkata "Kau lihat kalungnya" Aku tidak memerlukan orangnya. Aku memerlukan kalungnya"
Ternyata keenam orang itu justru telah mengikuti Ki Mina dan Nyi Mina dan berjalan di belakang.
"He, kakek tua" seorang diantara anak-anak muda itu
memanggil Ki Mina. Bahkan sambil memegangi lengan Ki Mina anak muda itu berjalan disampingnya
"Siapakah perempuan-perempuan cantik itu?"
"Anak-anakku ngger" jawab Ki Mina.
"Anak-anakmu" Kau dapat membelikan anak-anakmu
kalung sebesar itu?"
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab "Aku menabung Ki Sanak"
"Bagus, seseorang memang harus menabung. He, apa
kerjamu sehingga kau dapat menabung sedemikian banyak sehingga dapat membeli dua untai kalung yang besar. Bahkan mungkin perhiasan yang lain"
"Kami, maksudku aku dan isteriku adalah petani, ngger"
"Petani. Apakah sawahmu seluas negeri ini, sehingga kau dapat menyisihkan penghasilanmu untuk di tabung?"
"Tidak terlalu banyak, anak muda. Aku hanya mempunyai tanah seluas sembilan bahu"
"Sembilan bahu" Cukup luas. Lalu apa lagi?"
"Pategalan di lereng pebukitan"
"Berapa luas?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga puluh enam bahu ngger"
"Tiga puluh enam bahu" Bukan main"
"Tetapi tanahnya kurang subur, ngger. Meskipun demikian pategalan itu memberikan penghasilan pula kepadaku"
"Bagus kek, bagus. Sekarang kakek akan membawa anakanak perempuan kakek itu kemana.?"
"Kerumah uwaknya, ngger"
Anak muda itu mengangguk-angguk Kawan-kawannya
masih saja mengikutinya di belakang.
"Bagus kek. Tetapi sebaiknya kakek dan nenek singgah lebih dahulu ke rumahku. Rumahku dekat saja kek?"
Ki Mina itu tersenyum. Katanya "Terima kasih anak muda.
Kami berdua mengantarkan anak kami. Jika kami berdua singgah, nanti anak kami akan berjalan sendiri"
Anak-anak muda yang menjadi agak mabuk itu tertawa.
Seorang diantara mereka berkata lantang "Buat apa kau dan nenek singgah di rumah kami, tetapi kedua orang anakmu tidak"
Anak-anak muda itu tertawa serentak. Seorang diantara mereka berkata "Pergilah jika kau mau pergi. Tetapi kedua anak gadismu Ku tidak. Justru merekalah yang kami harapkan singgah di rumah kami"
"Terima kasih ngger. Perjalanan kami masih panjang"
"Tidak apa-apa. Besok sajalah kalian meneruskan perjalanan. Sekarang, kalian berempat berhenti dan beristirahat di tempat kami. Kalian akan bermalam semalam.
Kami akan memenuhi segala keperluan kakek dan kedua anak perempuan itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Minapun menarik nafas panjang. Katanya hampir diluar sadarnya "Kenapa anak-anak seperti kalian itu dimana-mana ada dan selalu mengganggu orang"
"He?"Anak-anak muda itu tertawa lagi. Lebih keras dari sebelumnya.
Seorang diantara mereka tiba-tiba saja berkata "Di depan kita itu terdapat sebuah jalan simpang. Aku minta kalian mengikuti jalan itu. Jalan itu akan langsung sampai ke halaman rumah kami. Jangan menolak dan jangan mencoba untuk berbuat macam-macam"
"Terima kasih, anak muda. Kami tidak dapat menerima
tawaranmu. Kami akan berjalan terus saja "
"Kami tidak sekedar menawarkan, kek. Tetapi jika kalian menolak, kami akan memaksa. Kalian harus singgah" tuak itu agaknya sudah semakin dalam mempengaruhi otak anak-anak muda itu.
Tetapi Ki Mina menyahut "Maaf, ngger. Kami tidak dapat singgah. Terima kasih atas kesempatan itu, tetapi sayang, bahwa kami harus melanjutkan perjalanan kami"
"Tidak" tiba-tiba saja dua orang diantara mereka berjalan mendahalui
dan berhenti di tengah jalan sambil mengembangkan tangan mereka. Seorang diantara mereka berkata "Kalian harus singgah. Mau tidak mau"
"Apa artinya ini ngger?" bertanya Ki Mina.
"Aku tidak peduli"
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Sementara Wiyati dan Wandan menjadi ketakutan. Namun Nyi Minapun berbisik di telinga mereka "Jangan takut anak-anak. Aku dan pamanmu akan melindungimu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sikap Ki Mina masih belum berubah. Katanya
"Ngger. Tolong, jangan ganggu kami. Kami agak tergesa-gesa karena kami mempunyai keperluan yang sangat penting. Salah seorang dari kedua orang anakku itu akan dilamar orang.
Karena itu, kami tidak boleh datang terlambat"
"Aku tidak peduli. Dilamar orang atau keperluan apapun, aku tidak berkepentingan. Jika kalian tidak mau, maka kalian akan kami paksa dengan kekerasan"
Wiyati dan Wandan menjadi semakin ketakutan. Ketika
mereka berdiri berpegangan tangan Nyi Mina, Nyi Mina itu berdesis "Jangan takut, ngger"
"Tetapi paman nampaknya juga ketakutan"
"Tidak. Pamanmu tidak pernah mengenal takut. Tetapi ia memang berusaha menghindari benturan kekerasan. Ia pura-pura minta belas kasihan kepada anak-anak itu. Tetapi jika anak-anak itu tetap keras kepala, maka ia akan memukuli mereka sehingga mereka menjadi jera"
Wiyati dan Wandan terdiam. Mereka memang yakin akan
kemampuan Ki Mina dan Nyi Mina. Meskipun demikian ada juga kecemasan yang menusuk di jantung mereka.
Namun dalam pada itu, selagi Ki Mina masih belum
menunjukkan sikap yang sebenarnya, dua orang berkuda memperlambat kudanya sehingga kuda itu berjalan di sebelah menyebelah Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan. Namun kemudian keduanyapun menghentikan kuda mereka, karena keempat orang itupun berhenti pula. Di depan mereka, dua orang anak muda berdiri bertolak pinggang memandang
kedua Orang berkuda itu. "Kalian adalah anak-anak muda yang tidak tahu diri"
berkata seorang diantara kedua orang berkuda itu "Aku sudah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawasi kalian dari kejauhan. Kemudian setelah kami dekat, kamipun yakin, bahwa kalian berdua berniat buruk"
"Apa pedulimu?" bertanya anak muda yang berdiri didepan.
"Tentu saja aku peduli. Sikap kalian sama sekali tidak mencerminkan sikap anak-anak muda yang baik. Kenapa
kalian pada mempunyai sawah" Bukankah sebaiknya kalian membantu orang tua kalian mengerjakan apa saja yang
pantas kalian kerjakan" Tidak hanya sekedar bermabuk-mabukan dan menyia-nyiakan waktu muda kalian"
"Persetan" geram anak muda yang berjalan di sisi Ki Mina pergi atau kami akan mengusir kalian seperti kami mengusir burung di sawah"
Orang itu tertawa. Katanya "Anak-anak memang sering
merasa dirinya pilih tanding. Anak-anak muda. Sebelum terlanjur, pergilah. Jangan ganggu orang tua dengan kedua anak gadisnya itu. Biarlah mereka melanjutkan perjalanan yang agaknya masih panjang itu"
"Diam. Diam" bentak seorang yang lain "kalianlah yang akan menyesali kesombongan kalian"
Kedua orang penunggang kuda itupun segera berloncatan turun. Mereka adalah orang-orang yang usianya tentu sudah mendekati setengah abad. Namun kedua orang itu masih nampak tegar. Wajahnya masih tetap cerah dan matanya memancarkan keteguhan hati.
"Sekali lagi aku peringatkan. Pergilah" bentak seorang diantara anak-anak muda itu.
"Jangan keras kepala anak muda. Kami adalah orang-orang yang sudah berpengalaman. Kamilah yang memperingatkan kalian agar kalian jangan sering mengganggu orang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perbuatan itu tentu akan menyinggung rasa kedalian setiap orang yang menyaksikannya. Karena itu, pergilah"
"Cukup" bentak seorang anak muda yang bertubuh tinggi kami tidak mempunyai banyak waktu"
Tetapi kedua orang itu justru mempersiapkan dirinya.
Seorang diantara mereka berkata "Jika kalian tidak mau mendengarkan nasehat kami, maka kami akan terpaksa
mengusirmu" Anak-anak muda itupun segera bergeser menjadi dua
kelompok. Masing-masing menghadapi seorang diantara
kedua orang berkuda itu. Ki Mina dan Nyi Minapun kemudian telah mengajak Wiyati dan Wandan untuk menepi.
Kedua orang berkuda itupun segera menghadapi enam
orang anak muda yang sedang tumbuh. Mereka adalah anak-anak muda yang kokoh dan kuat
Namun kedua orang berkuda itu sama sekali tidak kelihatan gelisah apalagi menjadi gentar. Mereka masih saja tersenyum-senyum. Namun agaknya merekapun telah bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan.
Sejenak kemudian, maka anak-anak muda itupun mulai
menyerang. Berganti-ganti mereka berloncatan sambil mengayunkan tangan dan kaki mereka.
Tetapi sebenarnyalah bahwa kedua orang berkuda itu
memiliki ilmu yang tinggi. Karena itu, maka mereka, tidak banyak mengalami kesulitan menghadapi anak-anak muda itu.
Meskipun demikian, anak-anak muda itupun tidak terlalu mudah untuk dikuasai. Agaknya merekapun telah pernah berlatih olah kanuragan. Karena itu, maka anak-anak muda itu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani menengadahkan wajah mereka menghadapi orangorang yang belum pernah mereka kenal.
Perkelahian diantara merekapun berlangsung beberapa
lama. Anak-anak muda itu menyerang lawan-lawan mereka dengan garangnya. Mereka berloncatan, berputaran sambil mengayunkan tangan dan kaki mereka, bahkan berteriak memekakkan telinga.
Perkelahian itu telah menarik perhatian beberapa orang yang kebetulan berada di sawah. Bahkan beberapa orang yang sedang lewat. Tetapi mereka tidak berani mendekat Mereka menyaksikannya dari kejauhan.
Ki Mirta dan Nyi Mina memperhatikan perkelahian itu
dengan seksama. Mereka mencoba untuk menilai kemampuan kedua orang berkuda itu. Namun agaknya mereka tidak
merasa perlu mengerahkan segenap kemampuan mereka
untuk mengalahkan keenam orang lawan mereka.
Beberapa saat kemudian, maka anak-anak muda itu mulai mengalami kesulitan. Bergantian mereka terlempar dari arena, terpelanting atau jatuh terguling.
Akhirnya, anak-anak muda itupun telah kehilangan
kesempatan. Tulang-tulang mereka merasa seakan-akan
berpatahan. Perut mereka menjadi mual dan kepala mereka menjadi pening. Tubuh merekapun terasa menjadi sakit dimana-mana.
Kedua orang penunggang kuda itupun masih menyerang
mereka meskipun anak-anak muda itu sudah tidak berdaya.
"Kalian harus menjadi jera" geram salah seorang dari kedua orang berkuda itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun. Hentikan serangan-serangan kalian.

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kami menyerah" "Katakan bahwa kalian sudah menjadi jera" berkata seorang diantara kedua orang penunggang kuda itu sambil memukul perut anak muda yang bertubuh tinggi.
"Ampun. Aku minta ampun"
"Katakan bahwa kau sudah menjadi jera"
"Ya. Kami sudah jera"
"Katakan bahwa kalian tidak akan mengganggu orang lewat lagi, apalagi perempuan"
"Ya. Kami tidak akan mengganggu orang lewat lagi. Apalagi perempuan"
Kedua orang itupun akhirnya berhenti menyakiti anak-anak muda itu. Tetapi sebagian dari mereka telah menjadi .pingsan.
"Bawa mereka pergi" berkata seorang diantara kedua orang berkuda itu.
Merekapun segera meninggalkan tempat itu dengan wajah ketakutan. Mereka memapah dua orang kawan mereka yang menjadi pingsan.
Bahkan dua orang yang memapah kawan mereka yang
pingsan itu sempat terjatuh pula.
Kawan-kawan mereka mencoba membantunya berdiri
meskipun mereka masih juga menyeringai menahan sakit di punggungnya.
Setapak demi setapak anak-anak muda itu beringsut pergi.
"Marilah, Ki Sanak" berkata salah seorang penunggang kuda itu kepada Ki Mina "Kita meneruskan perjalanan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami mengucapkan terima kasih atas pertolongan Ki Sanak berdua, yang telah menyelamatkan anak-anak kami" berkata Ki Mina.
Orang berkuda itu tersenyum. Katanya "Bukankah sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menolong. Kali ini kami telah menolong anak-anak Ki Sanak. Tetapi pada kesempatan lain, kamilah yang mungkin membutuhkan pertolongan itu."
Ki Minapun kemudian mengajak isterinya serta Wiyati dan Wandan untuk meneruskan perjalanan.
"Semuanya sudah lewat ngger" berkata Ki Mina "Marilah kita melanjutkan perjalanan. Nanti, jika kalian letih, kita dapat beristirahat lagi"
Kedua orang berkuda itupun kemudian meloncat ke
punggung kudanya. Seorang diantara merekapun berkata
"Kami mendahului Ki Sanak. Mudah-mudahan perjalanan
kalian tidak ada hambatan lagi"
"Silahkan Ki Sanak. Kami mengucapkan terima kasih sekali lagi"
Kedua orang berkuda itupun segera meninggalkan keempat orang yang mulai melanjutkan perjalanan mereka itu.
Sambil.berjalan di belakang Wiyati dan Wandan, Ki Minapun berkata "Masih juga ada orang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya yang mengalami kesulitan, Nyi"
"Ya. Masih banyak" jawab Nyi Mina.
Ki Mina mengerutkan dahinya. Sementara itu sambil
tersenyum Nyi Minapun berkata "Selain kedua orang berkuda itu, kakang juga mempunyai kepedulian yang tinggi. Wikan dan tentu masih banyak yang lain"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Minapun tertawa. Katanya "Kau benar. Sebenarnya aku ingin berkata bahwa ada juga orang yang sama sekali tidak mempedulikan orang lain"
"Nah, aku setuju. Ada orang yang tidak mempedulikan
orang lain. Tetapi ada orang yang mempunyai kepedulian yang tinggi"
"Mana yang lebih banyak Nyi?"
Nyi Mina tertawa pula. Katanya "Aku belum pernah
menghitung. Tetapi bedanya tentu tidak terlalu banyak.
Jumlahnya" "Kenapa harus disebut jumlahnya"
"Tataran dan lingkungan kehidupan merekalah yang
berbeda. Orang-orang yang masih terbiasa hidup dalam lingkungannya, tentu masih mempedulikan sesamanya. Tetapi orang-orang yang merasa tidak ada ketergantungan dengan lingkungannya, biasanya tidak lagi saling mempedulikan.
Mereka hanya peduli kepada dirinya sendiri. Atau sejauh-jauhnya
kepentingan keluarganya. Mereka memburu kebutuhan mereka masing-masing tanpa menghiraukan orang lain. Bahkan seandainya mereka harus menginjak kepala tetangganya yang tidak pernah dikenalnya"
Ki Mina mengagguk-angguk. Katanya "Aku mengerti
maksudmu Nyi. Meskipun jumlahnya hampir sama, tetapi kadar kehidupannya yang berbeda. Yang mempedulikan
sesamanya adalah orang-orang dari tataran yang lebih rendah, sedangkan mereka yang sudah berada di tataran kehidupan yang lebih tinggi, justru lebih mementingkan diri sendiri"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kedua orang itu nampaknya berada dalam tataran kehidupan yang tinggi. Setidak-tidaknya bukan yang berada di tataran bawah"
"Bukankah ada perkecualian. Orang yang hidup dalam
lingkungan yang ketatpun ada yang tidak mempedulikan lingkungannya. Bahkan di dalam keluargapun ada orang yang tidak peduli apa yang terjadi dengan keluarganya itu, karena ia sibuk mengurus dirinya sendiri"
Ki Mina menarik nafas panjang.
Dalam pada itu, perjalanan merekapun menjadi semakin jauh. Panas matahari terasa semakin terik membakar udara di atas bulak panjang. Meskipun di sebelah menyebelah jalan terdapat pohon-pohon perindang, namun diatas tanaman padi di sawah, nampak udara bagaikan uap air mendidih yang bergetar.
Ketika mereka memasuki daerah pategalan, terasa udara menjadi lebih sejuk. Selain pepohonan yang tumbuh di sebelah menyebelah jalan, di pategalan itupun banyak terdapat pepohonan, bahkan pohon buah-buahan.
Namun Ki Mina, Nyi Mina dan bahkan Wiyati dan Wandan merasa agak aneh, bahwa kedua orang berkuda yang telah menolong mereka itu terhenti di pinggir jalan yang melintas di tengah-tengah pategalan.
"Bukankah keduanya orang yang telah menolong kami tadi, paman Mina" bertanya Wiyati.
"Ya" "Kenapa mereka berhenti?"
"Entahlah. Mungkin kuda-kuda mereka menjadi letih"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wiyatipun terdiam. Namun langkahnyapun menjadi semakin lambat.
Ketika mereka menjadi semakin dekat, maka Ki Mina dan Nyi Minalah yang kemudian berjalan di depan. Beberapa langkah di depan kedua orang penunggang kuda yang sudah turun dari kudanya itu, Ki Mina dan Nyi Mina berhenti.
"Apakah Ki Sanak sedang beristirahat?" bertanya Ki Mina.
Kedua orang berkuda itu tertawa. Seorang diantaranya kemudian berkata "Kami memang menunggu kalian berempat"
"Menunggu kami?"
"Ya" "O" Ki Mina mengangguk-angguk. Tetapi iapun kemudian bertanya "Untuk apa?"
"Tadi aku sudah mengatakan, bahwa mungkin pada suatu saat kamilah yang minta pertolongan kepada kalian"
"O" Ki Mina mengangguk-angguk "pertolongan apa yang
dapat kami berikan?"
"Ki Sanak. Rumahku sudah tidak terlalu jauh lagi" berkata salah seorang penunggang kuda itu.
Ki Mina mengerutkan dahinya.
"Di sebelah pategalan ini ada sebuah padukuhan. Aku
mempunyai rumah di padukuhan itu. Tetapi rumah itu kosong.
Sejak rumah itu aku bangun, belum pernah dihuni. Aku membuat rumah itu bagi pamanku yang sudah tua. Tetapi sebelum rumah itu siap, paman sudah meninggal di rumah keluargaku. Karena itu, rumah itu jadi urung dihuni. Selama ini, seorang kakek tua menunggui rumah itu"
Ki Mina berdiri termangu-mangu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki Sanak. Setelah berkelahi melawan anak-anak bengal itu kami merasa sangat letih. Kami akan minta tolong kepada kedua anak gadismu untuk memijit kami berdua di rumahku itu"
Terasa telinga Ki Mina menjadi panas. Bahkan Wiyati dan Wandanpun segera bergeser mendekati Nyi Mina. Namun
sikap Ki Mina masih belum berubah. Dengan nada yang
rendah iapun bertanya "Apa maksud Ki Sanak berdua
sebenarnya?" "Kedua anakmu itu sudah aku selamatkan. Karena itu,
maka kami merasa berhak atas mereka. Jika saja kami biarkan kedua anakmu itu diseret oleh anak-anak muda yang bengal dan sedang mabuk tuak itu, maka kedua orang anakmu itu akan mengalami perlakuan yang sangat menyedihkan. Nah, sekarang mereka sudah bebas. Aku akan memperlakukan
mereka dengan baik" "Aku tidak mengerti Ki Sanak. Aku mengira bahwa Ki Sanak berdua tadi telah menolong kami tanpa pamrih. Tetapi ternyata aku keliru"
"Apakah sekarang ada orang yang berbuat sesuatu, apalagi mempertaruhkan nyawanya tanpa pamrih" Omong kosong, Ki Sanak. Karena itu aku tidak ingin berpura-pura baik hati.
Berpura-pura menjadi pahlawan. Terus terang, aku memerlukan kedua orang yang kau sebut anak-anakmu itu.
Aku tahu, bahwa mereka bukan anak-anakmu. Aku pernah melihat mereka di Mataram. Mereka berada di rumah Nyi Ladak yang gemuk itu. Aku belum sempat memperkenalkan diri kepada mereka, karena setiap kali aku singgah di rumah Nyi Ladak, aku sudah ditunggu oleh seorang perempuan yang sebenarnya bagiku sudah sangat menjemukan. Demikian pula kawanku ini. Sebenarnyalah bahwa kami berdua yang hanya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melihat mereka dari kejauhan menginginkan memesan mereka berdua. Tetapi sebelum hal itu dapat kami lakukan, mereka berdua dapat kami temui disini. Bukankah ini
merupakan satu anugerah bagi kami" Itulah sebabnya kami bersedia berkelahi melawan anak-anak muda itu dengan mempertaruhkan nyawa, karena kami tidak tahu, sebenarpa tingkat kemampuan mereka yang sebenarnya"
Ki Minapun mengangguk-angguk Sementara itu Wiyati dan Wandan menjadi semakin ketakutan. Bukan saja menjadi ketakutan kepada kedua orang itu, tetapi merekapun menjadi ketakutan bahwa kedua orang itu ternyata dapat mengenali mereka pada saat mereka berada di dunia yang gelap di Mataram.
Sebelum Ki Mina menjawab, maka yang seorang lagi telah berkata pula "Agaknya keduanya sekarang telah berganti ibu asuh. Sebenarnya kalian akan pergi ke mana" Atau sekedar memenuhi satu pesanan" Jika demikian, maka berapa orang yang memesan kalian itu bersedia membayar" Kami akan membayar berlipat"
"Ki Sanak" sahut Ki Mina "Baiklah aku tidak akan
menyembunyikan kenyataan tentang kedua orang perempuan itu. Keduanya memang bukan anakku. Tetapi mereka adalah kemanakanku. Sebenarnya kemanakan. Mereka adalah anak adikku. Nah, jika kalian pernah melihatnya di Mataram, itupun benar. Keduanya memang pernah berada di Mataram, di
rumah perempuan gemuk yang aku tidak tahu namanya.
Tetapi keduanya sekarang sudah berubah. Kami menerima mereka kembali dengan segala perubahan itu. Kedua
perempuan yang pernah berada di rumah perempuan gemuk di Mataram itu sudah mati. Yang ada sekarang adalah dua orang perempuan yang lain"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang laki-laki berkuda itu tertawa. Katanya "Jangan omong kosong seperti itu. Kau jangan menganggap bahwa kami adalah anak-anak ingusan yang baru sekali keluar dari pintu rumah sesaat setelah kami dapat berjalan. Kami sudan merambah ke berbagai macam dunia. Juga dunia yang hitam itu. Tetapi kamipun pernah berkenalan di dunia olah
kanuragan, sehingga siapapun tidak akan mudah menipuku"
"Ki Sanak" berkata Ki Mina kemudian "sebaiknya Ki Sanak berdua mengurungkan niat Ki Sanak. Sekali lagi kami
mengucapkan terima kasih atas pertolongan Ki Sanak. Tetapi kami tidak akan mampu membalas kebaikan hati Ki Sanak itu dengan cara yang Ki Sanak inginkan"
"Sudahlah. Sebaiknya kita tidak usah berbantah disini.
Serahkan kedua orang perempuan itu. Berapa banyak kami harus membayar. Kami adalah pedagang-pedagang yang
memiliki uang seberapapun dibutuhkan"
"Maaf Ki Sanak. Kami tidak akan dapat menyetujuinya.
Sekarang, biarkan kami me lanjutkan perjalanan. Perjalanan kami masih panjang"
"Ki Sanak" berkata salah seorang penunggang kuda itu
"apakah Ki Sanak bersungguh-sungguh atau sekedar untuk menaikkan harga kedua orang perempuan itu. Jika Ki Sanak hanya ingin menaikkan harga, Ki Sanak tidak perlu berputar-putar. Katakan saja berapa kami harus membayar"
"Tidak Ki Sanak. Kami tidak sekedar ingin memeras Tetapi kami bersungguh-sungguh. Kami tidak dapat memenuhi
keinginan Ki Sanak itu. Pergi sajalah ke Mataram. Mungkin di rumah perempuan gemuk itu masih akan Ki Sanak temui
banyak perempuan yang Ki Sanak inginkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan main-main denggan kami berdua. Kami adalah
orang-orang yang dapat berlaku halus, justru kami adalah pedagang yang harus dapat melayani kebutuhan orang
banyak dengan sikap yang baik. Tetapi kami pada dasarnya bukan orang yang baik-baik. Kami dapat berbuat kasar dan bahkan dengan cara apapun juga untuk dapat mencapai
maksud kami" "Jangan Ki Sanak"
"Dengar kakek tua. Kami dapat membunuhmu dan
membawa kedua orang perempuan itu. Justru tanpa
mengeluarkan uang sekepingpun. Kau dengar?"
"Aku dengar Ki Sanak. Tetapi aku tidak akan memberikan mereka"
Kedua orang penunggang kuda itupun mulai kehilangan
kesabaran. Seorang diantara merekapun kemudian melangkah maju mendekati Ki Mina "Kakek tua. Jangan paksa aku
mempergunakan kekerasan"
Ki Mina surut selangkah. Katanya "Jangan Ki Sanak, Jangan mempergunakan
kekerasan. Kekerasan tidak akan menyelesaikan persoalannya"
"Tentu. Jika kau mati, maka persoalannya selesai bagi kami berdua"
"Jika aku tidak mati?"
"Itu hanya terjadi dalam mimpi. Jika aku ingin membunuh seseorang, maka orang itu tentu akan mati"
"Jika tidak?" "Tentu. Kau dengar?" orang itu benar-benar telah
kehabisan kesabaran. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika kemudian Ki Mina menggelengkan kepalanya, maka orang itu tidak dapat menahan diri lagi. Tangannya tiba-tiba saja telah terayun menampar wajah Ki Mina.
Tetapi orang itu terkejut. Tangan itu sama sekali tidak menyentuh wajah Ki Mina. Sementara itu, seakan-akan Ki Mina tidak bergerak sama sekali.
"Apakah kau berniat melawan?"
"Ya" Ki Mina mengangguk "sejauh-jauh dapat aku lakukan.
Aku harus melindungi kedua orang kemanakanku itu. Kedua orang yang berada dipadang kesesatan justru berusaha menemukan lorong yang menuju ke jalan kebenaran"
"Omong kosong. Tetapi baiklah jika kau ingin tulangtulanggmu yang sudah rapuh itu aku patahkah"
Ki Mina tidak menjawab lagi. Tetapi iapun berkata kepada Nyi Mina "ajak kedua orang anak itu menepi Nyi"
Nyi Minapun mendekap kedua orang perempuan yang
ketakutan itu sambil berkata "Marilah ngger, menjauhlah dari arena perkelahian"
Sementara itu orang yang sudah siap bertarung dengan Ki Mina itupun berkata kepada kawannya "Awasi perempuan-perempuan itu. Jangan ada seorangpun yang pergi. Mereka akan dapat mengundang kesulitan"
"Baik. Aku akan mengawasi mereka bertiga"
Penunggang kuda yang berdiri di depan Ki Mina itupun berkata "Aku masih memberimu kesempatan sekali lagi. Kau tentu sudah melihat, bagaimana aku memperlakukan anak-anak muda itu. Beruntunglah mereka bahwa akhirnya mereka menurut saja apa yang aku katakan kepada mereka, sehingga aku tidak akan memperlakukan mereka lebih kasar lagi. Tetapi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap orang-orang yang keras kepala, maka aku akan bersikap lain. Bahkan mungkin aku harus membunuhnya"
Ki Mina bergeser selangkah sambil menjawab "Apapun yang akan terjadi atas diriku, aku tidak akan dapat menyerahkan kedua kemanakanku itu kepada buaya-buaya seperti kalian"
Orang berkuda itu tidak menunggu lagi. Tiba-tiba saja ia sudah meloncat menyerang. Sambil menjulurkan tangannya ke arah dada, orang itu bagaikan bilalang yang melenting dengan kecepatan yang tinggi sekali. Kecepatan yang belum
diperlihatkan saat orang itu berkelahi melawan anak-anak muda bengal yang mabuk itu.
Tetapi sekali lagi orarig itu menjadi heran. Tangannya sama sekali tidak menyentuh sasaran.
Tetapi orang itu tidak melepaskan sasarannya. lapun segera memburunya. Sambil meloncat, orang itu memutar tubuhnya.
Kakinya terayun mendatar kearah kening.
Sekali lagi serangan itu tidak mengenai sasaran. Ki Mina dengan cepat pula merendah, sehingga kaki itu terayun di atas kepalanya.
Orang berkuda itu mulai menyadari, bahwa lawannya itu bukan sekedar seorang tua yang pikun yang tulang-tulangnya sudah rapuh sehingga tidak berani berbuat apa-apa terhadap anak-anak muda yang bengal yang telah mengganggu kedua orang perempuan yang diakunya sebagai kemanakannya itu.
Karena itu, maka orang itupun kemudian menggeram
"Siapa sebenarnya kau Ki Sanak?"
"Kita belum pernah berkenalan. Jika aku memberitahukan namaku, maka nama itu tidak akan mempunyai arti apa-apa bagimu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan. Aku hanya ingin tahu nama laki-laki tua yang telah aku bunuh hari ini"
Ki Mina mengerutkan dahinya. Dengan nada tinggi Iapun bertanya "Jika kau mengaku seorang pedagang, apa saja yang kau perjual belikan. Kepala orang atau jantungnya atau hatinya?"
"Iblis tua Kau benar-benar akan mati hari ini"
Ki Mina menyadari, bahwa orang itu tentu tidak hanya sekedar main-main lagi. Orang itu sudah mulai mencurigainya, bahwa iapun memiliki ilmu yang tinggi.
Sebenarnya orang berkuda itu mulai berhati-hati menghadapi Ki Mina. Orang itu memang mulai menyadari bahwa orang tua itu bukan orang kebanyakan
Sejenak kemudian, keduanya telah terlibat dalam pertempuran di tengah jalan yang melintasi pategalan itu.
Jalan yang terhitung sepi, sehingga tidak seorangpun yang menyaksikannya.
Dalam perkelahian itu, Ki Mina sempat berdesis "Tempat ini ternyata cukup sepi, Ki Sanak. Jika aku membunuhmu dan kemudian membunuh kawanmu itu, tidak akan ada orang
yang dapat memberikan kesaksian akan kematianmu"
"Gila kau kakek tua. Kaulah yang akan mati. Bukan aku"
Tetapi Ki Mina tertawa. Katanya "Kau memang pemimpi.
Yakinkan dirimu bahwa kau tidak akan dapat memenangkan perkelahian ini. Sebenarnyalah bahwa aku sama sekali tidak membutuhkan pertolonganmu ketika anak-anak bengal itu mengganggu kedua kemanakanku. Jika aku mengucapkan
terima kasih kepadamu itu semata-mata karena kekagumanku, bahwa pada masa ini ada juga orang yang mempunyai
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya. Namun ternyata aku keliru"
"Pada saat tulang-tulangmu menjadi rapuh, kau masih juga dapat menyombongkan dirimu. Betapapun tinggi ilmu, kau sudah terlalu tua untuk bertarung melawan aku. Seandainya kau mempunyai landasan ilmu yang sangat tinggi, namun unsur kewadaganmu sudah tidak mendukungmu lagi"
Ki Mina masih saja tertawa. Katanya "Marilah kita lihat, siapakah diantara kita yang lebih kokoh. Tulang-tulang siapakah yang telah rapuh"
Orang berkuda itu tidak menyahut lagi. Namun dengan
garangnya orang itu menyerang Ki Mina. Dikerahkan
kemampuannya untuk dengan cepat menyelesaikan pekerjaan yang tidak menyenangkan itu. Selanjutnya ia akan dapat membawa dua orang perempuan itu kemanapun yang
dikehendakinya. Tetapi Ki Mina telah benar-benar bersiap. menghadapinya.
Ki Mina yang sudah melihat bagaimana kedua orang itu dengan mudah, bahkan dengan tidak memerlukan banyak
tenaga dan waktu, telah menghentikan perlawanan beberapa orang anak muda yang tubuhnya masih segar dan kokoh itu, harus tetap berhati-hati.
Sejenak kemudian, keduanyapun bertempur dengan sengitnya. Orang berkuda yang mengaku sebagai pedagang itu menyerang Ki Mina seperti angin prahara. Beruntun, susul-menyusul.
Tetapi Ki Mina yang memiliki ilmu yang sangat tinggi, tidak dapat digoyahkannya. Bahkan sekali-sekali serangan Ki Minalah yang justru mulai menyeruak menyusup pertahanan orang berkuda itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika orang berkuda itu mencoba untuk menerkam Ki Mina dengan jari-jari tangannya yang mengembang, Ki Mina justru menyongsongnya dengan serangan kakinya yang terjulur lurus menyamping.
Orang itu terkejut Bahkan ia tidak dapat bertahan ketika dorongan kaki itu demikian kuatnya melontarkannya beberapa langkah
surut. Bahkan orang itu telah kehilangan keseimbangannya pula. Orang berkuda itupun kemudian telah terjatuh menimpa pagar pategalan. Namun dengan cepat orang itupun bangkit berdiri. Tetapi demikian ia tegak, maka Ki Minapim telah meloncat sambil menjulurkan tangannya menghantam dada.
Sekali lagi orang itu terpelanting. Bahkan tubuhnya yang menimpa pagar petegalan telah menerobos masuk ke
dalamnya menimpa sebatang pohon kelapa. Pagar pategalan itupun telah berpatahan dan bahkan telah roboh pula.
Tetapi Ki Mina tidak memburunya. Dibiarkannya orang itu tertatih-tatih berdiri. Tatapan matanya yang memancarkan kemarahnya bagaikan memancarkan api.
Dengan suara yang bergetar oleh kemarahannya, orang
itupun kemudian menggeram "Setan kau kakek tua. Ternyata kau memiliki ilmu yang tinggi. Tetapi kau jangan tergesa-gesa merasa menang. Aku belum benar-benar mulai"
Ki Mina tidak menjawab. Beberapa langkah ia bergeser surut. Kemudian iapun berpaling kepada Nyi Mina yang nampaknya tanggap maksud Ki Mina. Nyi Mina itu harus hati-hati. Mungkin orang berkuda yang seorang lagi itu akan berbuat licik. Wiyati dan Wandan harus benar-benar mendapat perlindungan.
http://ebook-dewikz.com/

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, orang yang terlempar ke pategalan dan menimpa pohon kelapa itu perlahan-lahan telah menapak kembali keluar pagar pategalan yang telah roboh. Dengan kemarahan yang membuat darahnya mendidih, orang itupun segera mengambil ancang-ancang.
Ki Minapun telah mempersiapkan dirinya pula menghadapi segala kemungkinan. Agaknya orang berkuda itu akan
meningkatkan lagi ilmunya.
Sejenak kemudian, maka orang berkuda itu telah
menyerangnya lagi. Dengan garangnya ia meloncat dengan kedua tangannya terjulur kedepan. Jari-jarinya mengambang seperti kuku-kuku harimau yang menerkam lawannya.
Ki Mina meloncat menghindar. Orang itu tidak menerkam leher Ki Mina, tetapi kedua tangannya itupun tarayun dengan cepatnya seperti tangan-tangan harimau dengan kukunya yang mengembang, mencakar lawannya.
Ki Mina terkejut. Meskipun jari-jari orang itu tidak menyentuhnya, tetapi getaran anginnya telah menusuk
kulitnya. "Serangan yang sangat berbahaya" desis Ki Mina.
Dengan demikian maka Ki Minapun harus bertempur
dengan sangat berhati-hati. Lawannya itu seakan-akan telah berubah menjadi seekor harimau yang sangat garang. Jari-jarinya tetap saja mengembang untuk berusaha mencakarnya.
Ketika jari-jarinya itu menggapai wajah Ki Mina, namun karena Ki Mina mengelak, sehingga jari-jari tangan itu mengenai sebatang pohon, maka Ki Mina melihat akibat yang mengerikan. Kulit serta kayu dilapisan luar sebatang pohon yang tersentuh jari-jari orang itupun telah terkelupas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina meloncat mengambil jarak. Sambil menarik nafas panjang, iapun berkata didalam hatinya "Luar biasa. Jika jari-jarinya itu menyentuh kulitku, maka kulitkulah yang akan terkelupas seperti pohon itu"
Namun Ki Mina bukan sabatang pohon yang tidak dapat
bergerak. Ki Mina adalah seorang yang sangat tangkas dan mampu bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Karena itu, maka sulit bagi lawannya untuk dapat
menyentuh tubuh Ki Mina. Bahkan sambil berloncatan
mengelakkan serangan jari-jari lawannya yang mengembang itu, Ki Mina sempat berloncatan menyerang menembus
pertahanan lawannya yang rapat.
Ketika lawannya meloncat seperti seekor harimau yang menerkam dengan cakar-cakamya yang akan dapat mengoyak tubuhnya, Ki Mina dengan cepat mengelak selangkah
kesamping. Demikian tangan lawannya itu terayun dengan cepat, maka Ki Minapun telah meloncat sambil berputar.
Kakinya terayun mendatar menghantam dada lawannya itu.
Pemakian kerasnya, sehingga lawannya itupun terdorong beberapa langkah surut. Namun Ki Mina tidak melepaskannya.
Ia sadar, bahwa lawannya adalah lawan yang sangat
berbahaya. Karena itu, maka Ki Minapun telah mempergunakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang
tinggi, maka Ki Minapun telah meloncat menyerang. Tubuhnya menyamping, sementara kedua kakinya terjulur lurus sekali lagi menghantam dada orang berkuda itu.
Terdengar orang itu mengaduh tertahan. Tubuhnya
terpental beberapa langkah surut, kemudian terbanting di tanah. Beberapa kali ia terguling. Namun kemudian dengan susah payah orang itupun berusaha bangkit berdiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata daya tahan orang itu sangat tinggi" berkata Ki Mina didalam hatinya.
Meskipun demikian, Ki Minapun melihat bahwa pertahanan orang itu mulai menjadi goyah.
"Iblis tua" geram orang itu "Kau benar-benar tidak tahu diri.
Kau tentu mengira bahwa kau akan dapat mengalahkan aku.
Tetapi kau akan menghadapi kenyataan, bahwa aku akan membunuhmu serta mengambil kedua orang gadis itu"
Tetapi Ki Minta tidak menjawab. Ia masih saja bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Namun tiba-tiba saja orang itu berteriak kepada kawannya
"Adalah tugasmu untuk mengurus perempuan-perempuan itu.
Iblis tua ini harus dihentikan. Jika kau ancam ketiga orang perempuan itu, maka iblis ini tentu akan menyerah"
Wiyati dan Wandan yang mendengar perintah itu menjadi semakin ketakutan. Merekapun mendekap Nyi Mina sambil berkata dengan suara gemetar "Aku takut, bibi"
Tetapi Nyi Mina kemudian melepaskan dekapan kedua
orang perempuan itu sambil berkata kepada orang berkuda itu
"Jangan sakiti kami, Ki Sanak. Bukankah kami tidak melibatkan diri dalam pertempuran itu"
"Aku memerlukan kedua perempuan itu. Kalau kau
serahkan keduanya kepada kami, maka kami akan segera pergi dari tempat ini. Kami tidak akan menyakiti kau dan kakek tua itu. Apalagi kedua orang perempuan itu. Kami akan membuat mereka bahagia"
"Jangan Ki Sanak" jawab Nyi Mina "Biarlah suamiku dan kawanmu itu sajalah yang menentukan. Apakah kami harus menyerahkan kedua orang kemanakan kami ini, atau tidak"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan banyak tingkah, nenek tua. Minggirlah. Kami akan mengambil kedua orang perempuan itu"
"Jangan " "Atau kami akan mengambilnya dengan paksa"
"O, ya?" sahut Nyi Mina.
Sementara itu lawan Ki Minapun berkata "Lihat iblis tua.
Kawanku telah menguasai ketiga orang perempuan itu.
Isterimu dan kedua orang kemanakanmu. Jika kau masih mencoba melawan, maka isterimu akan mati. Jika kau masih keras kepala, maka kedua orang kemanakanmu itu tentu juga akan menjadi korban. Jika kami tidak dapat membawanya, maka lebih baik kami membunuhnya. Kemudian kawanku itu akan membantuku membunuhmu. Kau harus mati yang
terakhir kalinya, agar kau sempat melihat bagaimana ketiga orang perempuan itu mati"
"Aku tidak berkepentingan dengan mereka. Jika kawanmu itu akan membunuh perempuan itu, terserah saja. Sedangkan kedua orang kemanakanku itupun telah terlalu banyak
merepotkan aku. Jika mereka-harus mati disini, apa boleh buat. Akupun akan terbebas dari padanya"
"Kau benar-benar berhati iblis. Kau tidak menyayangi isteri dan kedua kemanakanmu itu" Jadi kenapa kami tidak boleh membawanya
pergi jika keduanya telah sangat merepotkanmu" "Aku akan berbuat sejauh dapat aku lakukan untuk
melindungi mereka. Tetapi aku tidak ingin mati. Jika aku serahkan kedua orang perempuan itu, bukankah tidak ada bedanya" Kau juga akan tetap membunuh aku dan isteriku?"
"Tidak" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong. Sekarang kita bertempur terus. Biarlah isteriku mengurus dirinya sendiri"
Ki Minalah yang kemudian menyerang lawannya yang sudah semakin terdesak. Ilmunya yang diangkatnya dari pengamatan seorang yang mengamati tingkah laku harimau bertahun-tahun sehingga akhirnya diturunkan kepadanya itu, tidak mampu melindungi dirinya dari serangan-serangan lawannya yang sudah ubanan itu.
Sekali lagi serangan Ki Mina telah melemparkan lawannya terpelanting membentur sebongkah batu padas di pinggir jalan. Orang itu menyeringai kesakitan. Ketika ia bangkit berdiri, maka kedua tangannya bertelekan pada pinggangnya.
"Iblis tua" teriak penunggang kuda yang berdiri di hadapan Nyi Mina "hentikan perlawananmu atau aku lumatkan ketiga orang perempuan ini"
"Lakukan apa yang akan kau lakukan. Biarlah perempuan itu berbuat bagi dirinya sendiri" jawab Ki Mina "jika perempuan itu mampu menyelamatkan dirinya serta menyela-.
matkan kedua kemanakannya biarlah itu dilakukan. Jika tidak, terserah saja kepadamu"
"Setan alas" geram penunggang kuda itu "Kau sekarang tidak mempunyai pelindung lagi perempuan tua. Suamimu tidak mempedulikanmu lagi"
"Tidak hanya sekarang" jawab Nyi Mina "sejak dahulu ia begitu. Ia membiarkan saja apakah aku akan dapat melindungi diriku sendiri atau tidak"
"Persetan. Sekarang kau mau apa?"
"Tentu saja aku akan melindungi diriku dan kedua
kemanakanku ini" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika laki-laki itu menggeram lagi, maka Nyi Minapun segera menyingsingkan kain panjangnya, sehingga perempuan tua itupun kemudian telah mengenakan pakaian khususnya.
Laki-laki berkuda itu justru melangkah surut. Dengan pakaiannya itu, perempuan tua itu tentu akan melawannya.
"Jadi kau akan melawan nenek tua?"
"Ya. Apakah maumu aku berjongkok sambil membungkukkan kepalaku agar kau mudah memenggalnya"
"Persetan kau iblis perempuan"
Laki-laki itu tidak menunggu lebih lama lagi. Iapun segera meloncat menyerang Nyi Mina yang telah mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.
Dengan tangkasnya Nyi Mina meloncat menghindar. Namun kemudian iapun meloncat sambil memutar tubuhnya. Kakinya dengan cepat terayun mendatar, menyerang lawannya yang agaknya tidak menduga sama sekali.
Kaki Nyi Mina itu telah menyambar dagu lawannya.
Terdengar orang mengumpat kasar ketika ia jatuh terguling di tanah. Namun dengan cepat orang itu melenting berdiri.
Sementara mulutnya masih saja mengumpat-umpat
"Aku akan membunuhmu perempuan binal" geram orang
itu. "Tidak terlalu mudah membunuh orang" sahut Nyi Mina
hidup dan mati itu sudah pinesti. Kau tidak akan dapat merubah batasan yang telah digariskan oleh Yang Maha Pencipta. Bahkan jika justru garis batas hidupmu sudah berakhir sampai disini, maka kaulah yang akan mati"
Orang itu tidak menjawab. Sambil berteriak marah orang itu meloncat menyerang dengan garangnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-oo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 9 TETAPI Nyi Mina sudah bersiap sepenuhnya. Karena
itu, maka ketika orang itu
menyerangnya, maka dengan cepat pula Nyi Mina
bergerak menghindarinya. Namun dengan cepat pula Nyi Mina melenting, justru
membalas menyerang. Keduanyapun segera terlibat dalam pertempuran
yang sengit. Ternyata penunggang kuda itu harus
menghadapi kenyataan. Perempuan tua itu adalah seorang yang memiliki ilmu
yang tinggi. Namun penunggang kuda itupun berkata "Seberapapun
tinggi ilmumu, perempuan tua. Tubuhmu tentu sudah tidak mendukung lagi. Daripada kau harus memaksa diri untuk bertempur melawanku, sebaiknya kau menyerah saja.
Kemudian serahkan kedua orang kemanakanmu itu kepadaku"
"Enaknya" sahut Nyi Mina "Kenapa tidak kau saja yang.
menyerah" Nah, kelakuanmu telah menimbulkan gagasan
yang baik bagiku. Kita bertaruh"
Orang berkuda itu meloncat surut. Dengan kening yang berkerut iapun bertanya "Bertaruh apa?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tahu, bahwa kau membawa uang banyak sekali
didalam kampil kulitmu itu"
"Apa hubungannya dengan keinginanku membawa kedua
orang perempuan itu" Apakah aku harus membelinya"
Bukankah sejak semula sudah aku katakan, berapa kami harus membayar"
"Bukan begitu. Aku mempunyai cara bertaruh yang lain"
"Katakan" "Jika kau menang dan dapat membunuhku, maka bawa
kedua orang kemanakanku itu. Tetapi jika aku yang menang, maka akulah yang akan membunuhmu. Maka uang itu akan menjadi milikku"
"Setan betina. Aku koyakkan mulutmu"
Orang itupun segera meloncat menyerang. Tetapi Nyi Mina sudah siap menghadapinya. Karena itu, maka serangannya sama sekali tidak menyentuhnya.
Sejenak kemudian, maka keduanyapun segera terlibat
dalam pertempuran yang sengit. Keduanya berloncatan
dengan cepatnya, sambar-menyambar seperti dua ekor ayam yang sedang berlaga. Mereka saling menyerang dan
menghindar. Ternyata orang berkuda itu harus menghadapi kenyataan.
Perempuan tua itu tidak terlalu mudah untuk ditundukkan.
Ternyata serangan-serangannyalah yang lebih sering mengenai tubuh orang berkuda itu daripada sebaliknya.
Dalam pada itu, penunggang kuda yang seorang lagi, yang bertempur melawan Ki Minapun sudah menjadi semakin tidak berdaya. Beberapa kali ia terpelanting dan terbanting jatuh.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa kali ia terlempar membentur batu padas di pinggir jalan.
Semula orang itu berharap, bahwa dengan mengancam
ketiga orang perempuan yang menyertai laki-laki tua itu, perlawanan laki-laki tua itu akan berhenti. Tetapi ternyata bahwa kawannya yang berkelahi melawan perempuan tua
itupun tidak segera dapat menyelesaikan. Bahkan orang berkuda yang bertempur melawan Nyi Mina itupun telah mengalami kesulitan pula. Beberapa kali ia terlempar jatuh.
Seperti kawannya, maka tubuhnyapun telah membentur
batang-batang pepohonan atau batu padas di pinggir jalan.
Sehingga ketika sekali lagi tubuhnya terlempar dan
membentur sebatang pohon yang tumbuh di pinggir jalan itu, maka orang itupun berusaha dengan susah payah untuk
bangkit berdiri. "Perempuan iblis" geram orang itu "Kau kira kau akan dapat memenangkan pertempuran itu?" bertanya orang itu.
"Entahlah. Tetapi keadaanmu sudah menjadi sangat parah sahut Nyi Mina "Apakah kau masih akan melawan" Jika kau masih mencoba melawan, maka aku peringatkan, aku akan dapat dengan mudah membunuhmu"
"Persetan" geram orang itu "Akulah yang akan membunuhmu" Ternyata orang berkuda itu tidak mau melihat kenyataan yang dihadapinya. Dalam keadaan yang sudah tidak berdaya lagi, orang itu masih juga berusaha menyerang Nyi Mina.
Tetapi yang terdengar kemudian adalah suara Ki Mina "Ki Sanak. Lihat. Kawanmu sudah tidak berdaya. Bahkan ia telah menjadi pingsan. Apakah kau tidak mau melihat kenyataan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini" Jika kami ingin membunuh sebagaimana kalian berdua, maka kesempatan itu sudah ada padaku"
Orang itu termangu-mangu sejenak. Ia melihat kawannya terbaring diam di pinggir jalan.
"Rawatlah kawanmu itu. Kami tidak mempunyai banyak
waktu untuk melayani permainanmu yang buruk itu"
Orang yang bertempur melawan Nyi Mina itu termangumangu sejenak. Tetapi kenyataan yang menjadi semakin jelas itu tidak dapat dingkarinya lagi. Melawan perempuan tua itu saja ia mengalami kesulitan. Bahkan tenaganya telah terkuras sampai habis. Apalagi jika kedua orang suami isteri itu bergabung. Maka ia tentu akan dapat menjadi ndeg
pangamun-amun. Untuk beberapa saat, orang itupun berdiri termangumangu. Tetapi ia tidak dapat memungkirinya, bahwa kakinya sudah menjadi goyah. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan bahkan rasa-rasanya tulang-tulangnya menjadi retak.
"Nah, apa katamu?" bertanya Nyi Mina.
Sebenarnya bahwa ia ingin mengakui kekalahannya agar kedua orang suami isteri tua itu tidak membunuhnya. Tetapi harga dirinya masih mengekangnya.
Namun Ki Mina itupun melangkah mendekatinya sambil
berkata "Sekarang terserah kepadamu. Apakah kau masih akan melawan atau tidak. Menurut penglihatanku, kau, sudah tidak akan berdaya sama sekali. Dengan mudahnya aku atau isteriku membuatmu pingsan seperti kawanmu itu. Kemudian menusukkan pisau belati di antara tulang tulang igamu menggapai jantung. Nah, kau dan kawanmu itu tentu akan mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu terdiam. Tetapi jantungnya berdegup semakin keras.
"Kalau kalian berdua mati, maka aku akan dapat mengambil apa saja yang kau bawa. Mungkin uang, mungkin barang-barang berharga yang lain. Jimat, batu-batu akik atau bahkan emas dan permata."
Wajah orang berkuda itu menjadi semakin tegang. Ia
memang membawa uang banyak. Ia juga membawa
perhiasan emas intan dan berlian. Ia juga membawa batu-batu mulia yang mahal harganya. Bahkan di dua jari-jarinya ia mengenakan cincin dengan mata batu akik mata kucing yang sangat mahal
Orang itu masih juga berdiri seperti patung.
Tiba-tiba saja Ki Mina itupun membentak "Jawab
pertanyaanku. Apakah kau menyerah atau tidak?"
Orang itu terkejut. Tiba-tiba saja iapun berkata dengan gagap "Ya, ya. Aku menyerah"
"Jika demikian, maka kau tidak akan dapat mencegah
apapun yang akan aku lakukan" berkata Nyi Mina.
Orang itu termangu-mangu. "Bukankah kita sudah
bertaruh?" Orang yang sudah menjadi pucat itu menjadi semakin pucat. Bahkan kakinya menjadi gemetar.
Namun Nyi Minapun berkata "Tetapi jangan menjadi
ketakutan. Aku tidak akan membunuhmu dan membawa
kampil uangmu. Yang akan kami lakukan hanyalah meneruskan perjalanan. Jangan mencoba mengganggu kami lagi. Jangan mencoba memanggil kawan-kawanmu menyusul kami untuk membalas dendam. Jika hal itu kau lakukan, maka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami akan benar-benar membunuh. Kaulah orang yang paling pantas untuk dibunuh"
Orang itu tidak menjawab. Sementara Ki Mina dan Nyi Mina itupun membenahi pakaiannya.
"Kami akan pergi" berkata Ki
Mina "ingat-ingat kata isteriku
itu tadi. Jangan melakukan
perbuatan yang dapat memancing kemarahan kami.
Marah dalam arti yang sebenarnya.

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang kami sudah menjadi marah karena
tingkah laku kalian. Tetapi kami
masih dapat meredam kemarahan kami ini sehingga
kami tetap dapat mengekang
diri untuk tidak membunuhmu.
Tetapi jika kau ulangi kesalahanmu ini, maka kami akan benar-benar menjadi marah sekali sehingga kami tidak akan dapat mengekang diri kami lagi. Kami akan benar-benar membunuh Dan kau adalah
sasaran utama dari pembunuhan itu"
Orang itu masih berdiam diri.
Namun Ki Mina itupun berkata pula "Kami benar-benar akan pergi, Ki Sanak. Tetapi sebelumnya kami ingin mendengar kalian berjanji seperti anak-anak muda itu harus berjanji.
Bukankah kau memaksa mereka untuk mengatakan bahwa
mereka sudah menjadi jera" Nah, sekarang katakan itu kepadaku atau kami tidak akan meninggalkanmu dalam
keadaan seperti itu"
Orang itu masih saja berdiam diri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cepat, katakan" tiba-tiba saja Ki Mina itupun membentak.
Orang itu terkejut. Hampir diluar sadarnya iapun berkata
"Ya, ya Ki Sanak. Aku tidak akan melakukannya lagi"
"Kau berjanji tidak hanya atas namamu sendiri. Tetapi juga atas nama kawanmu yang pingsan itu"
"Ya, Ki Sanak" "Nah, sekarang kami benar-benar akan pergi. Kau dan
kawanmu harus benar-benar mentaati janji yang sudah kau ucapkan, atau kalian akan mati"
Ki Mina dan NyiMina itupun kemudian meninggalkan kedua orang berkuda itu. Seorang masih saja pingsan. Yang lain mencoba untuk menyadarkannya. Namun penunggang kuda
yang tidak pingsan itu sempat menjadi heran, bahwa laki-laki dan perempuan tua itu meninggalkannya begitu saja.
Mereka tidak membunuh dan apalagi mengambil kampilnya yang berisi uang dan perhiasan emas dan permata
sebagaimana ia pertaruhkan kedua orang kemanakannya.
"Siapakah sebenarnya mereka berdua?" pertanyaan itu
terdengar semakin keras di lubuk hatinya. Bahkan pertanyaan yang lain telah muncul pula "Apakah benar kedua orang perempuan yang telah menjual diri di Mataram itu
kemanakannya yang telah bertaubat?"
Orang itu menarik nafas panjang. Sementara seluruh
tubuhnya terasa sakit dan nyeri.
Dalam pada itu, maka ki Mina dan Nyi Mina telah
meneruskan perjalanan mereka bersama Wiyati dan Wandan.
Meskipun kedua orang perempuan ini sudah terbebas dari tangan laki-laki yang telah kehilangan tatanan hidup http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberayan mereka, namun jantung mereka masih saja terasa berdegup lebih cepat.
"Sudahlah" berkat Nyi Mina ketika dilihatnya keduanya masih gemetar "Mereka tidak akan mengganggu lagi. Mereka tidak akan menyusul kita, karena mereka tidak tahu, kemana kita akan pergi. Di sepanjang jalan yang kita lalui akan terdapat banyak sekali kelokan dan jalan simpang. Bahkan jalan-jalan pintas yang sempit. Mereka tidak akan dapat mencari jejak kaki kita, karena di jalan yang kita lalui terdapat ribuan jejak kaki yang searah. Jika kita berkuda, mungkin jejak kaki kuda kita yang masih baru akan dapat dilacak. Tetapi tidak telapak kaki kita"
Wiyati dan Wandan mengangguk. Namun debar di jantung mereka tidak dapat begitu saja mereda.
Demikianlah, maka mereka berempat melanjutkan perjalanan mereka. Tetapi Wiyati dan Wandan masih saja menjadi cemas,
bahwa masih ada gangguan yang akan mereka hadapi di
sepanjang jalan. Merekapun kemudian menyadari, bahwa kehadiran mereka berdua di satu tempat, akan dapat menarik perhatian banyak orang. Meskipun mereka sudah mencoba untuk berpakaian serta merias wajah mereka sesederhana mungkin, tetapi karena kebiasaan mereka merias diri, terutama Wandan, masih saja nampak bahwa rias di wajahnya berbeda dengan gadis-gadis padesan kebanyakan.
Karena itu, ketika mereka melewati sebuah sungai kecil.
Wandan itupun berbisik kepada Wiyati "Kita singgah di sungai itu sebentar, Wiyati"
"Ada apa?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan mencuci muka. Mungkin tanpa aku sengaja, aku masih merias wajahnya. Bukan maksudku. Tetapi hanya
karena kebiasaanku saja"
"Mungkin aku juga harus mencuci wajahku"
"Kau sajalah yang mengatakan kepada paman dan bibi"
Sebenarnyalah Wiyatipun kemudian berkata kepada Nyi
Mina "Bibi. Apakah kami boleh singgah barang sebentar di sungai kecil itu?"
"Untuk apa?" bertanya Nyi Mina.
"Kami ingin mencuci wajah kami. Mungkin diluar kemauan kami sendiri, kami telah merias wajah kami""Mungkin karena kebiasaanku saja bibi, sehingga aku
merasa perlu untuk menghapuskan"
Nyi Mina tersenyum. Katanya "Jadi kalian merasa bahwa kalian masih saja menarik perhatian orang lain?" Wiyati dan Wandan tidak menjawab.
"Baiklah" berkata Nyi Mina "Kita singgah sebentar di sungai itu. Kalian dapat mencuci muka kalian, sehingga jika ada sentuhan rias yang melebihi kebiasaan gadis-gadis padesan akan dapat kalian hilangkan"
Merekapun kemudian berhenti di sebelah jembatan kayu.
Wandan dan Wiyatipun segera menuruni jalan satapak di tebing sungai itu. Tebing yang tidak terlalu tinggi.
"Jangan berlama-lama nduk" pesan Nyi Mina.
"Tidak bibi, hanya sebentar"
Ki Mina dan Nyi Minapun kemudian duduk di rerumputan kering diatas tanggul. Sementara Wandan dan Wiyati turun ke tepian.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun mereka berdua terkejut ketika mereka melihat di sungai itu ada beberapa orang gadis yang sedang mandi.
Nampaknya di bawah jembatan itu terdapat lekuk yang airnya agak dalam. Tempat yang menyenangkan untuk mandi.
"Apakah sudah waktunya untuk mandi" desis Wandan
sambil memandang ke langit. Nampaknya matahari masih tinggi. Tetapi waktunya untuk menici sudah agak jauh lewat, sehingga apabila gadis-gadis itu mandi setelah mencuci pakaian, hari sudah terlalu siang.
Wiyatipun berhenti. Ia menggamit Wandan sambil berdesis
"Marilah. Kita mencari tempat lain untuk mencuci muka. Disini banyak orang"
"Bukankah mereka juga perempuan seperti kita?" sahut Wandan.
"Tetapi kita belum mengenal mereka"
Wandan mengangguk kecil. Keduanyapun kemudian telah
bersiap untuk memanjat tebing itu lagi.
Tetapi tiba-tiba saja terdengar seseorang memanggil
"Marilah mbokayu. Apakah kalian juga ingin mandi?"
Wiyati dan Wandanpun berpaling. Seorang perempuan
diantara mereka yang sedang mandi itu berdiri di tepian dengan kain panjangnya yang basah Kuyup. .
Yang menjawab adalah Wiyati "Terima kasih, nini. Nanti saja kami akan turun kembali"
"Kenapa mbokayu" Marilah, kita bersama-sama mandi.
Nanti menjelang senja kita sudah harus siap di rumah pengantin perempuan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya gadis-gadis yang sedang mandi itu akan ikut
mengiring pengantin, sehingga mereka mandi sebelum
waktunya. Namun Wiyatipun menjawab "Terima kasih. Nanti saja aku kembali"
"Kenapa mbokayu tidak mau mandi bersama kami?"
"Kami masih belum akan mandi. Karena itu, kami belum membawa ganti pakaian"
Nampaknya anak-anak gadis itu mengira, bahwa Wandan
dan Wiyati juga termasuk keluarga pengantin perempuan yang akan menikah malam nanti.
Tetapi agaknya mereka tidak memperhatikan keduanya lagi ketika Wandan dan Wiyati itu naik kembali.
Namun langkah Wiyati dan Wandan itu terhenti. Tiba-tiba saja mereka mendengar suara riuh.
Ketika mereka berpaling, mereka melihat beberapa orang anak muda yang muncul dari balik gerumbul di belakang jembatan itu. Mereka berlari-larian mendekati gadis-gadis yang sedang mandi itu, sehingga gadis-gadis ftupun menjerit-jerit ketakutan.
Wiyati dan Wandan sempat melihat, betapa anak-anak
muda itu sengaja mengganggu gadis-gadis yang sedang
mandi, yang hanya mengenakan selembar kain panjang yang sudah menjadi basah kuyup.
"Apa yang akan mereka lakukan?" desis Wandan.
"Mereka tentu anak-anak nakal seperti anak-anak yang mengganggu kita di jalan itu"
"Jumlah mereka cukup banyak "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sebelum Wiyati menjawab, mereka melihat
beberapa orang anak muda yang berlari-lari dari arah yang berbeda.
Mereka tidak sempat berbicara apa-apa. Tiba-tiba saja kedua kelompok anak muda itu telah terlibat dalam
perkelahian. Wiyati dan Wandan justru bagaikan membeku. Mereka
terkejut ketika mereka merasa digamit seseorang.
Ketika mereka berpaling, mereka melihat nyi Mina berdiri dibelakang mereka, sedangkan Ki Mina berdiri dibibir tanggul
"Aku mendengar suara ribut di bawah jembatan" berkata Nyi Mina.
"Itulah yang terjadi bibi" jawab Wiyati.
Nyi Minapun kemudian memperhatikan apa yang terjadi di bawah jembatan. Demikian pula Ki Mina yang berdiri di atas tanggul, bergeser beberapa langkah agar dapat melihat apa yang terjadi di bawah jembatan.
Dua kelompok anak-anak muda berkelahi dengan sengitnya. Mereka saling memukul dan menendang. Bahkan ada yang memungut batu dan dipergunakannya sebagai
senjata. Sehingga seseorang yang terkena pukulan batu di keningnya, telah mengucurkan darah.
Perkelahian itu semakin lama menjadi semakin sengit.
Kedua belah pihak menjadi seakan-akan mabuk karena
kemarahan yang membakar jantung mereka. Yang kemudian memungut batupun menjadi semakin banyak, sehingga
semakin banyak pula yang terluka dan berdarah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi mereka yang berdarah di kepalanya, di keningnya atau di dahinya itu tidak mau menyingkir dari arena
perkelahian. Mereka masih saja berkelahi dengan garangnya.
Gadis-gadis yang sedang mandi itupun berlari-larian sambil membawa pakaian mereka yang semula kering. Tetapi karena pakaian yang mereka kenakan itu basah, maka pakaian yang semula kering itupun menjadi basah pula.
"Nampaknya sekelompok anak-anak muda telah mengganggu gadis-gadis yang sedang mandi, bibi" berkata Wiyati
"agaknya ada yang sempat melihat dan memberitahukan kepada kawan-kawannya, sehingga sekelompok anak muda yang lain. yang agaknya kawan-kawan atau anak-anak muda sepadukuhan, telah berdatangan untuk melindungi gadis-gadis yang sedang mandi itu"
"Siapa pula gadis-gadis yang pada saat seperti ini mandi beramai-ramai di sungai"
"Mereka akan mengiringi pengantin perempuan yang akan menikah nanti"
"Darimana kau tahu?"
"Merekalah yang mengatakannya. Mereka mengajak kami
berdua mandi bersama mereka. Agaknya mereka mengira
bahwa kami juga termasuk keluarga pengantin itu yang mungkin datang dari jauh"
Nyi Mina tidak bertanya lagi. Tetapi iapun berkata "Marilah.
Kita tidak usah melibatkan diri"
"Agaknya anak-anak muda yang datang mengganggu itu
mulai terdesak bibi. Mereka sudah menjadi semakin jauh"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sukurlah. Yang nakal tentu akan terusir. Apalagi masih ada satu dua anak muda yang datang berlari-larian untuk
membantu kawan-kawan mereka"
"Ya, bibi" "Nanti sajalah kalian mencuci muka. Jika kita tidak melintasi sungai lagi, kalian dapat mencuci muka kalian dengan air parit yang cukup jernih, yang mengalir di pinggir jalan bulak itu"
"Ya, bibi" Tetapi ketika mereka sedang mulai bergerak naik, maka merekapun terhenti lagi. Mereka terkejut ketika mereka mendengar seseorang tertawa berkepanjangan.
Wiyati dan Wandan tiba-tiba saja merasakan dada mereka menjadi sakit. Getaran yang kuat terasa menusuk-nusuk sampai ke jantung, sehingga keduanya terduduk di tebing yang tidak terlalu tinggi itu.
"Gila orang ini. Apa maunya sebenarnya dengan melontarkan Aji Gelap Ngampar. Aji yang berbahaya ini bukannya untuk sekedar main-main" desis Nyi Mina.
Sementara itu, terdengar Ki Mina berkata "Bawa anak-anak itu naik"
Ketika suara tertawa itu mereda, bahkan terhenti, maka Nyi Minapun telah membimbing Wiyati dan Wandan naik ke atas tanggul sungai itu.
"Biarlah aku melihat, siapakah yang bermain-main dengan Aji Gelap Ngampar ini"
Ki Minapun kemudian menuruni tebing dan berdiri di tepian.
Ia sempat melihat sekelompok anak muda yang berdiri
tertatih-tatih di tepian. Sementara itu, sekelompok anak muda yang lain berdiri agak jauh dari mereka. Dihadapan anak-anak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda yang berdiri agak jauh itu, seorang yang sudah separo baya berdiri sambil menyilangkan tangan didadanya.
"Orang itu tentu berilmu tinggi" berkata Ki Mina di-dalam hatinya "ia sudah mampu mengarahkan getar Aji Gelap
Ngamparnya Sehingga anak-anak muda yang berada di
belakangnya hanya terpengaruh sedikit saja dari lontaran Aji Gelap Ngampar itu"
Dalam pada itu, Ki Minapun kemudian mendengar orang
yang tangannya bersilang di dadanya itu berkata "Nah, kalian sudah merasakan sedikit sentuhan Aji Gelap Ngampar. Karena itu, kalian harus segera minta maaf kepada anak-anak muda yang telah kalian ganggu itu"
Anak-anak muda yang telah melindungi gadis-gadis
padukuhannya itu berdiri termangu-mangu. Namun seorang diantara merekapun berkata "Kiai. Bukan kami yang bersalah.
Tetapi mereka telah mengganggu gadis-gadis padukuhan kami yang sedang mandi, karena senja nanti mereka harus sudah siap untuk mengiring pengantin yang akan menikah"
"Bukan mereka. Tetapi kalianlah yang bersalah. Seharusnya kalian tidak mencegah anak-anak muda itu mengganggu
gadis-gadis itu. Jika mereka mengganggu gadis-gadis itu bukan karena mereka anak-anak muda yang nakal. Tetapi mereka hanya berniat menghambat agar gadis-gadis itu tidak sempat mengiringkan penganten senja nanti"
"Kenapa?" "Nah, karena gadis-gadis itu sudah sempat pulang dan tentu akan sempat berpakaian dan merias diri, maka kalianlah yang harus menyelesaikan tugas anak-anak muda itu"
"Apa maksud Kiai?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pulanglah. Tetapi kalian harus berjanji untuk membatalkan pernikahan itu"
"Membatalkan pernikahan itu?"
"Ya" "Kenapa?" "Pengantin perempuan itu seharusnya akan menikah
dengan laki-laki lain. Bukan laki-laki yang akan menikahinya nanti malam"
"Tetapi orang tua kedua belah pihak sudah sepakat. Tidak ada masalah didalam keluarga mereka berdua"
"Kau tidak usah membantah. Lakukan saja perintahku.
Batalkan pernikahan itu. Kalian mempunyai banyak cara untuk melakukannya. Kalian dapat mendatangi ayah pengantin perempuan
dan mengancamnya agar mengurungkan pernikahan anaknya. Atau kau datangi keluarga pengantin laki-laki. Atau bahkan kau culik pengantin laki-laki itu dan kalian bawa laki-laki itu pergi kemanapun"
Tetapi seorang yang lain menjawab "Calon pengantin laki-laki itu adalah adik sepupuku. Pernikahan itu harus
berlangsung. Kedua belah pihak telah sepakat. Tamupun akan berdatangan malam.nanti"
"O. Jadi kau adalah kakak sepupunya" sahut orang yang berdiri sambil menyilangkan tangannya di dadanya "kebetulan sekali. Kaulah yang harus bertanggung jawab bahwa
pernikahan itu akan batal"
"Tidak. Pernikahan itu tidak boleh batal"
"Baiklah. Aku akan melihat apakah pernikahan itu akan berlaangsung atau tidak. Jika pernikahan itu akan tetap berlangsung, maka kalian akan tahu akibatnya. Banyak korban http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan berjatuhan. Banyak orang yang akan mati hanya karena seorang laki-laki yang ingin memperisteri seorang perempuan.
Padahal, akhirnya pernikahan itupun akan tetap batal pula.
Jika aku sendiri yang datang untuk membatalkan pernikahan itu, maka korbannya akan terlalu banyak"
"Apapun yang akan terjadi, pernikahan itu akan tetap berlangsung"
"Baik. Baik. Jika kalian tidak mau bekerja sama, maka kalian tentu akan menyesal"
Sebelum seseorang menjawab, maka orang itupun tertawa berkepanjangan. Semakin lama semakin keras.
Anak-anak muda yang telah melindungi gadis-gadis yang sedang mandi itupun menjadi gelisah. Kemudian, dada mereka mulai merasa sakit dan nyeri. Nafas mereka menjadi sesak.
Mereka mencoba untuk menutup telinga mereka dengan
telapak tangan. Namun Aji Gelap Ngampar yang dilontarkan lewat suara tertawa itu tetap saja menusuk sampai ke jantung. Getarannya tidak saja masuk lewat telinga. Tetapi rasa-rasanya getaran Aji Gelap Ngampar itu menembus ke dalam dada lewat segala lubang yang ada didalam tubuh seseorang.
Anak-anak muda itupun kemudian telah terkapar di tepian.
Bahkan ada yang terperosok ke dalam air. Mereka berguling-guling sambil menutup telinga mereka. Tetapi Aji Gelap Ngampar itu tetap saja menusuk sampai ke tulang.
Ki Minapun kemudian terbaring diam di tebing. Tetapi untunglah bahwa ia sama sekali tidak menarik perhatian orang yang sedang melepaskan Aji Gelap Ngampar itu.
Di tepi jalan, di sekat jembatan. Nyi Mina duduk bersama Wiyati dan Wandan. Suara tertawa itu tidak begitu terdengar http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tempat mereka. Namun sentuhan Aji Gelap Ngampar itu masih saja terasa di dada Wiyati dan Wandan, meskipun sudah terlalu lemah.
"Bertahanlah anak-anak" desis Nyi Mina "pengaruh
kekuatan Aji itu tidak berbahaya bagi kalian disini"
Keduanya mengangguk. Keduanyapun mencoba untuk


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menahan rasa nyeri di dada mereka.
Dalam pada itu, anak-anak
muda yang berada di tepian
rasa-rasanya tidak dapat lagi
menahan rasa nyeri yang menusuk-nusuk di dada mereka. Bahkan ada diantara
mereka yang berteriak-teriak
kesakitan. Ada yang menghentak-hentakkan kepalanya di pasir. Dan bahkan
ada yang mencoba membenamkan kepala mereka
ke dalam air. Dalam pada itu, beberapa saat kemudian, suara tertawa itupun telah mereda. Semakin lama semakin perlahan, sehingga akhirnya diam sama sekali.
Anak-anak di tepian itupun tidak lagi merasa dihimpit oleh rasa sakit di dada mereka. Perlahan-lahan mereka mencoba untuk bangkit. Satu dua diantara merekapun mencoba berdiri meskipun tidak tegak lagi.
Orang yang mampu melontarkan Aji Gelap Ngampar itu
tertawa. Tetapi suara tertawanya terdengar wajar-wajar saja, karena ia tidak sedang melontarkan Aji Gelap Ngampar.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, apakah kalian tetap tidak mau bekerja sama dengan aku malam nanti?"
Tidak ada yang menjawab. "Baik. Dengar kata-kataku. Malam nanti aku akan datang kepadukuhan. Aku akan melihat, apakah pernikahan itu akan berlangsung atau tidak. Jika pernikahan itu tetap berlangsung, maka aku akan membuat orang sepadukuhan itu kehilangan nalar budinya. Aku akan menyerang padukuhan itu, setidak-tidaknya rumah calon pengantin perempuan yang akan
dipergunakan untuk pernikahan itu, dan menghancurkan segala-galanya. Orang-orang yang ada di lingkungan itu akan mengalami kesakitan yang amat sangat. Bahkan ada diantara mereka yang akan mati. Tetapi jika pernikahan itu dibatalkan, aku tidak akan berbuat apa-apa"
Kakak sepupu calon pengantin laki-laki itupun bertanya
"Kenapa kau berniat untuk menggagalkan pernikahan itu"
Bukankah kau tidak mempunyai sangkut paut dengan kedua calon pengantin serta orang tua mereka"
Orang itu menggeram. Katanya "Bertanyalah kepada nyi Padni. Ibu penganten laki-laki itu. Seharusnya aku adalah ayah dari pengantin laki-laki itu"
Orang-orang yang mendengar kata-kata itu menjadi
berdebar-debar. Saudara sepupu pengantin laki-laki itupun berkata "Apa maksudmu?"
"Akulah yang seharusnya menjadi suami Padni itu. Bukan iblis laknat itu. Bukan Tantiya"
"Kenapa?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah yang menyakitkan hati. Padni berubah sikap pada saat terakhir. Ia mengibaskan aku sehingga aku terpelanting jatuh dan hampir saja tidak dapat bangkit kembali"
"Kau mendendamnya?"
"Ya. Aku mendendamnya"
"Jika demikian, kenapa baru sekarang kau datang untuk mengurungkan pernikahan ini?"
"Padni juga melakukannya beberapa saat menjelang
pernikahan itu berlangsung. Ia melarikan diri dengan seorang laki-laki, Tantiya"
"Tantiya itu adalah pamanku "
"Bagus. Katakan kepadanya, bahwa aku sekarang datang untuk membalas dendam. Aku tidak dapat membalas sakit hatiku kepada Padni, karena aku tidak sampai hati
melakukannya. Meskipun aku dapat membunuh Tantiya kapan saja aku mau, tetapi aku tidak melakukannya. Tetapi
sekarang, pada saat anak Tantiya itu akan menikah, maka aku tidak dapat menahan diri lagi. Dendamku rasa-rasanya akan meledakkan jantungku Karena itu, daripada jantungku
meledak, lebih baik aku tumpahkan saja dengan mengurungkan pernikahan anak Tantiya yang juga anak
Padni" "Tetapi Sindu tidak tahu menahu kesalahan ayah dan
ibunya itu" "Sindu akan menjadi korban. Untuk melepaskan dendamku, aku memang membutuhkan pihak yang harus menjadi korban.
Karena itu, maka Sindu dan bakal isterinya itu akan menjadi korban pembalasan dendamku"
"Kenapa orang yang tidak bersalah harus menjadi korban?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku menjadi korban hubungan Padni dan Tantiya
meskipun aku tidak bersalah. Aku penuhi segala syarat serta kesepakatan. Bukan hanya aku. Tetapi orang tuaku. Ketika tamu berdatangan ibuku menjadi pingsan karena calon
pengantin perempuan lari bersama laki-laki. Ayahku masih mampu menenangkan hati ibu. Tetapi sehari setelah peristiwa itu terjadi, ayahku jatuh sakit dan tidak pernah dapat disembuhkan lagi. Ayahku meninggal dalam duka dan malu"
Orang yang mendengarkan pengakuan itu tercenung
sejenak. Sementara orang itu melanjutkannya "Aku menjadi hampir berputus asa. Ibuku memang tidak meninggal. Tetapi ibuku benar-benar telah kehilangan gairah hidupnya. Aku adalah satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga kami "
orang itu berhenti sejenak, lalu katanya selanjutnya
"sampaikan kepada Padni dan Tantiya, bahwa aku telah datang kembali. Bertahun-tahun aku pergi. Untunglah bahwa aku tidak membunuh diri. Tetapi aku terlempar ke dalam sebuah perguruan yang mewariskan berbagai macam ilmu kepadaku. Salah satunya adalah Aji Gelap Ngampar"
"Ki Sanak" berkata saudara sepupu pengantin laki-laki
"silahkan membuat perhitungan dengan paman dan bibi.
Tetapi jangan batalkan pernikahan adik sepupu itu. Kau pernah merasakan kehilangan pada waktu itu. Kau pernah merasakan sakit dan pedihnya. Karena itu, jangan kau biarkan adik sepupuku itu mengalaminya"
"Sekali lagi aku katakan, bahwa calon pengantin laki-laki dan perempuan itu adalah korban yang tidak bersalah
sebagaimana ayah dan ibuku waktu itu. Yang aku inginkan adalah perasaan sakit dan malu yang akan dialami oleh Padni dan Tantiya sebagaimana pernah disandang oleh ayah dan ibuku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau dapat mencari jalan lain, Ki Sanak"
"Jalan inilah yang agaknya aku senangi. Jika calon
pengantin itu merasakan sebagaimana pernah aku rasakan, itu bukan tujuanku yang utama"
"Kenapa kau tidak dapat dan berbicara dengan paman dan bibi akan niat Ki Sanak itu"
"Kau kira aku sudah kehilangan nalar" Tidak. Aku tidak akan berbicara langsung. Pokoknya pernikahan itu harus dibatalkan. Jika pada saat yang lain akan diulang lagi, aku akan mengganggunya lagi. Bahkan jika keduanya diungsikan kemanapun juga, aku akan tetap memburunya. Aku harap ayah dan ibunya akan merasa sangat terganggu"
Wajah saudara sepupu calon pengantin laki-laki itu menjadi sangat tegang. Tetapi ia merasa bahwa ia tidak akan dapat berbuat apa-apa. Orang yang datang menuntut pembatalan pernikahan itu adalah seorang yang berilmu sangat tinggi.
Karena saudara sepupu calon pengantin itu tidak segera menjawab, maka orang itupun berkata "Aku sekarang memiliki sebuah perguruan sendiri. Bahkan tidak terlalu jauh dari tempat ini sehingga aku akan selalu dapat mengikuti
perkembangan anak Padni dan Tantiya itu. Katakan kepada Padni dan Tantiya. Jika aku gagal mengurungkan pernikahan nanti malam, aku akan mempergunakan cara yang lebih kasar.
Aku mempunyai kekuatan untuk melakukannya, meskipun
seandainya seluruh padukuhanmu mencoba melindungi
pelaksanaan pernikahan itu. Aku tentu tidak akan datang sendiri. Aku akan membawa murid-muridku. Tidak hanya sekelompok kecil cantrik-cantrik pemula ini. Tetapi jika perlu aku akan membawa beberapa orang yang sudah memiliki
pengetahuan yang lebih jauh"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepupu pengantin itu benar-benar merasa tersinggung.
Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Sementara itu orang yang berilmu tinggi itupun berkata
"Kalian jangan salahkan cantrik-cantrikku pemula ini. Mereka bukan anak-anak nakal yang suka mengganggu gadis-gadis.
Jika ia melakukannya hari ini, akulah yang bertanggung jawab"
Masih belum ada jawaban, sehingga akhirnya orang itupun berkata "Nah, sudah waktunya aku pergi. Ingat pesanku, Pernikahan malam nanti harus batal. Atau aku harus
membatalkannya dengan kekerasan sehingga mungkin akan jatuh korban"
Orang itupun kemudian segera memberi isyarat kepada
para cantriknya agar mereka meninggalkan tepian itu.
Demikian mereka pergi, maka orang berilmu tinggi itupun berkata "Sekarang pulanglah. Ingat pesanku. Pernikahan itu harus batal. Aku minta maaf kepada calon pengantin berdua, bahwa aku harus mengorbankan mereka untuk memaksakan kepedihan dan malu kepada Tantiya dan Padni"
Orang itu tidak menunggu lebih lama lagi. Sejenak
kemudian, maka orang itupun segera pergi meninggalkan tepian.
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Ia melihat anak-anak muda yang masih berada di tepian itu berbincang yang satu dengan yang lain. Agaknya mereka sibuk membicarakan
ancaman orang yang baru saja meninggalkan tepian itu.
"Bagaimana mungkin pernikahan itu dibatalkan" berkata saudara sepupu pengantin laki-laki.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi orang itu berilmu tinggi. Ia benar-benar dapat membunuh jika pernikahan itu diteruskan. Mungkin sasaran salah seorang dari kedua calon pengantin itu"
"Atau salah seorang dari kedua orang tua pengantin laki-laki"
"Tidak. Yang ingin disakiti hatinya adalah kedua orang tua pengantin. Orang itu sudah mengatakan, bahwa kedua calon pengantin itu memang tidak bersalah. Tetapi mereka hanya sekedar dikorbankan. Dijadikan tumbal saja"
"Sebaiknya kita sampaikan saja kepada pamar. Tantiya dan bibi. Mungkin paman dan bibi mempunyai cara untuk
memecahkannya" Anak-anak muda itupun kemudian beranjak meningggalkan tempat itu. menyusuri tepian. Agaknya mereka tinggal di padukuhan yang berada di pinggir sungai itu, tidak seberapa jauh dari bendungan itu.
Demikian mereka pergi, Ki Minapun segera memanjat
tebing yang rendah untuk menemui Nyi Mina serta Wiyati dan Wandan.
"Ada apa kakang?"
"Kalian tunggu aku disini. Aku akan pergi sebentar"
"Menunggu disini?"
"Ya. Aku akan mengikuti anak-anak muda itu. Kemana
mereka pergi. Aku hanya ingin melihat padukuhan tempat mereka tinggal. Aku tidak akan lama"
Nyi Mina tidak sempat menjawab. Sejenak kemudian Ki
Minapun telah turun kembali ke tepian. Sementara itu anak-anak muda yang berjalan menyusuri tepian itu sudah menjadi agak jauh. Namun masih dapat dikuti oleh Ki Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika mereka sampai di sebuah padukuhan di pinggir
sungai itu, maka anak-anak muda itupun segera naik ke tebing yang menjadi semakin landai. Namun sungai itu rasa-rasanya memang menjadi semakin lebar. Demikian pula tepiannya yang berpasir dan berbatu-batu.
Beberapa saat kemudian, Ki Minapun telah sampai ke
padukuhan itu pula. Ternyata di padukuhan itu ada jalan yang melintas menyeberangi sungai menuju ke padukuhan di
seperang bulak yang tidak begitu luas.
Ki Minapun kemudian mengikuti jalan yang menyeberangi sungai itu masuk ke dalam padukuhan.
Ternyata padukuhan itu adalah padukuhan yang cukup
ramai. Rumah-rumahnyapun nampak terawat. Halamanhalaman yang luas nampak bersih. Demikian pula jalan utama di padukuhan itu.
Ki Mina menyusuri jalan utama padukuhan itu. Ia tidak tahu, kemana anak-anak muda itu pergi. Ia hanya mencoba untuk melihat jejak dijalan itu. Tetapi agaknya jalan itu telah dilalui oleh banyak orang hilir mudik. Bahkan terdapat pula jejak roda pedati yang melintas.
Namun akhirnya Ki Minapun sampai di sebuah rumah yang nampak ramai. Beberapa orang masih membenahi tarub yang sudah terpasang. Sedang tuwuhannyapun nampak masih
segar. Jika malam nanti dilangsungkan pernikahan, maka setelah kedua pengantin dipertemukan, maka sepasang
tuwuhan disebelah menyebelah regol halaman yang terdiri dari masing-masing sejanjang kelapa gading, satu tandan pisang raja, sebatang tebu, seikat padi, dan berbagai macam jenis tanaman yang lain, akan diperebutkan oleh anak-anak
menjelang remaja. Ketika Ki Mina berjalan di depan rumah itu, maka iapun memperlambat langkahnya. Dari pintu halaman http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terbuka Ki Mina melihat kesibukan di halaman itu.
Tarubpun telah terpasang, tikar pandan yang putihpun telah terbentang.
"Rumah ini tentu rumah calon pengantin perempuan. Di rumah ini nanti malam pernikahan itu dilaksanakan" berkata Ki Mina didalam hatinya.
Ki Mina melihat kesibukan di rumah itu. Masih ada yang harus dibenahi sampai saat terakhir menjelang pernikahan itu berlangsung meskipun rencananya sudah disusun sejak
beberapa bulan sebelumnya.
"Akan ada upacara besar-besaran" berkata Ki Mina didalam hatinya "Jika pernikahan ini gagal, maka semuanya ini akan sia-sia. Tetapi jika pernikahan ini dipaksakan, maka akan terjadi pertumpahan darah"
Namun Ki Mina tidak melihat beberapa orang anak muda yang dilihatnya di tepian.
"Agaknya mereka berada di rumah pengantin laki-laki"
berkata Ki Mina didalam hatinya.
Tetapi ia masih harus mencari, di mana rumah calon
pengantin laki-laki. Tetapi Ki Mina mendapat kesempatan ketika ia melihat beberapa orang remaja yang berhenti di depan tuwuhan yang sudah terpasang. Agaknya mereka
sedang memperhaikan, apa saja yang akan dapat diperebutkannya nanti malam setelah sepasang pengantin itu dipertemukan.
"Tole" bertanya Ki Mina "Siapakah yang akan menjadi
pengantin malam nanti?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak-anak itu memandang Ki Mina sejenak. Seorang
diantara merekapun kemudian menjawab "Yu Nuri, kek. Kakek mengenal Yu Nuri?"
Ki Mina menggeleng. Tetapi ia bertanya pula "Siapakah calon suaminya?"
"Kang Sindu" "Apakah Sindu itu anaknya Ki Tantiya?"
"Ya. Kakek kenal paman Tantiya?"
"Belum tole. Tetapi aku
pernah mendengar namanya"
"Bukankah kakek bukan
orang padukuhan ini?"
"Bukan. Aku hanya lewat.
Tetapi dimana rumah Sindu
itu?" "Tidak jauh, kek. Sebelum
mereka akan menikah, kang
Sindu selalu lewat jalan ini.
Pergi ke sawah kang Sindu
lewat jalan ini. Pula dari
sawah juga lewat jalan ini.
Padahal ada jalan lain yang lebih dekat. Memandikan
lembunya, kang Sindu juga melewati jalan ini. Padahal ada jalan yang letih landai untuk turun ke sungai"
Ki Mina tersenyum. Katanya "Kalian kelak juga akan berbuat seperti kang Sindu itu jika kalian mulai berhubungan dengan gadis-gadis"
Anak-anak itu tertawa. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi dimana rumah kang Sindu itu?"
"Jalan ini, kek. Jalan terus. Nanti ada simpang tiga, kakek berbelok ke kiri. Kemudian ada simpang empat, kakek memilih jalan ke kanan. Beberapa puluh langkah lagi, kakek akan sampai di rumah kang Sindu. Apakah kakek keluarga kang Sindu?"
"Bukan le" Ki Mina mengelus kepala anak yang berdiri didepannya. Katanya "Terima kasih le. Aku akan meneruskan perjalanan"
"Kemana kek?" Ki Mina tersenyum lagi. Katanya "Aku sedang dalam
perjalanan yang jauh sekali"
Anak-anak itu mengangguk-angguk. Tetapi demikian Ki
Mina pergi, maka perhatian anak-anak itu kembali tertuju pada tuwuhan yang berada di sebelah-menyebelah uger-uger pintu regol halaman.
Seperti yang dikatakan oleh anak-anak itu, maka Ki Mina telah menelusuri Jalan yang melewati rumah calon pengantin laki-laki itu.
Rumah Supar memang tidak terlalu jauh. Ketika mereka sampai di rumah Supar, maka dilihatnya beberapa orang anak muda berada di halaman. Meskipun tidak seramai rumah calon pengantin perempuan, namun rumah Suparpun tampak sibuk pula.
"Inilah rumah calon pengantin laki-laki itu" berkata Ki Mina di dalam hatinya "jika benar akan terjadi sesuatu, tentu terjadi di rumah ini. Tidak dirumah calon pengantin perempuan"
Ki Mina termangu-mangu sejenak di depan regol. Namun iapun kemudian melangkah pergi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut penglihatan Ki Mina, bahwa di rumah calon
pengantin laki-laki itu masih nampak sibuk, agaknya calon pengantin laki-laki tidak tinggal di rumah pengantin puteri sejak sepekan sebelumnya. Tetapi calon pengantin laki-laki baru akan pergi ke rumah calon pengantin perempuan
menjelang saat-saat berlangsungnya pernikahan.
Dari rumah calon pengantin laki-laki Ki Mina langsung kembali ke jembatan, dimana Nyi Mina, Wiyati dan Wandan menunggu.
Ketika Ki Mina naik tebing yang tidak begitu dalam di sebelah jembatan. Nyi Minapun telah bersungut-sungut.
Katanya "Lama sekali kakang. Apakah kakang singgah di rumah calon pengantin dan langsung pergi ke dapur?"
Ki Mina tertawa. Namun kemudian iapun duduk di sebelah Nyi Mina sambil berkata "Nyi. Ada sesuatu yang sangat menarik perhatian"
"Calon pengantin perempuan?"
Pedang Penakluk Iblis 12 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Peristiwa Bulu Merak 7

Cari Blog Ini