Ceritasilat Novel Online

Pedang Pelangi 9

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 9


"Loko, selamat berjumpa, beruntung sekali loko telah membawa orang datang membantuku hari ini, kalau tidak ancaman bahaya maut tentu mengincar jiwaku. Kini musuh sudah berlalu, apakah loko bersedia memperlihatkan wajah aslimu?" Seng Bian tong segera balas memberi hormat pula^
"Terima kasih atas perhatian Lian tiang lo, sayang sekali oleh karena masih ada persoalan yang belum bisa dibuktikan, aku tak dapat memperlihatkan wajah asliku sekarang tapi dikemudian hari Lian tiang lo akan mengetahui dengan sendirinya, untuk itu mohon Lian tiang lo sudi memaafkan"
selesai berkata dia lantas menjura sambil menambahkan:
"Berhubung masih ada urusan yang lain, maaf bila aku harus pergi dulu"
Selesai berkata, dia membalikkan tubuhnya dan siap berlalu dari tempat tersebut.
Lian Sam sin adalah seorang jago kawakan, ketika melihat orang itu tidak bersedia memperlihatkan diri dengan wajah aslinya, sedang dia sendiri tetap berada disitu dengan membiarkan tiga rekannya pergi dahulu, jelas sudah bahwa ia memang kuatir dirinya akan meng until jejak mereka nantinya.
Karena itu setelah menjura katanya kemudian: "Harap engkoh tua suka berhenti sejenak"
"Lian tiang lo masih ada petunjuk apa lagi?" tanya Seng Bian tong sambil menghentikan langkahnya.
"Kalau toh engkoh tua enggan berjumpa muka dengan wajah aslimu, tentu saja akupun tak berani memaksa, agaknya engkoh tua seperti sudah mengetahui lebih dulu akan peristiwa tersebut sehingga kau datang kemari dengan berkerudung muka yang ingin kuketahui sekarang adalah siapakah pemilik Kui bin siacu tersebut, bersediakah engkoh tua memberi petunjuk?"
"Seperti yang telah kukatakan, aku datang hanya dikarenakan hendak menyelidiki suatu persoalan tentang orang yang mengaku sebagai Kui bin siacu tersebut, aku sendiripun baru pertama kali ini mendengarnya, jadi aku sendiripun tak tahu, bila Lian tiang lo tiada persoalan lain lagi, aku hendak lebih dulu"
Tentu saja dalam anggapan Lian Sam sin, lawannya enggan berbicara, namun orangpun sudah membantunya, berarti telah melepaskan budi kepadanya, bila lawan enggan berbicara tentu saja diapun tak bisa memaksa lebih tahu.
Terpaksa seraya menjura katanya kemudian :
"Kalau begitu terimalah rasa terima kasihku atas bantuan yang telah engkoh berikan tadi"
"Tidak berani" Seng Bian tong balas memberi hormat, "kita adalah sahabat lama, harap Lian tiang lo jangan berkata demikian, urusan yang lebih mendetil akan kuberi tahukan kemudian hari"
Selesai berkata, sekali lagi dia memberi hormat kemudian baru berlalu dari situ.
"Sahabat lama?" sepeninggal Seng Bian tong untuk sesaat la mana Lian Sam sin dibuat termangu mangu.
Akhirnya sambil menggaruk garuk kepalanya, dia bergumam: "Lantas siapakah dia?"
Dengan cepat diapun menjejakkan kakinya dan meranjak pergi dari tempat itu.
Tak lama setelah kepergian Lian Sam sin, dari balik hutan muncul kembali sesosok bayangan manusia.
Orang itu berwajah menyeramkan dengan sinar mata yang liar seperti mata serigala, setelah mendesis dingin diapun beranjak pergi dari situ.
Kalau ditinjau dari bentuk badannya, orang tersebut tak lain adalah Lengcu emas yang gerak geriknya misterius itu.
Seng ceng hoa, Huan cu im dan Ban Hui jin berlarian cepat menuju kearah Bun tek kiau, saat itulah Seng ceng hoa baru memperkenankan semua orang untuk melepaskan kain kerudung mukanya.
Sambil membetulkan letak rambutnya yang kusut, Ban Hui jin berkata kemudian: "Seng toako, hari ini..."
"Nona Ban" tukas Seng ceng hoa, "bila ada persoalan lebih baik kita bicarakan di rumah nanti, kita harus pulang ke rumah secepatnya sekarang"
Sebenarnya Ban Hui jin mempunyai banyak persoalan yang ingin ditanyakan, tapi setelah ditukas terpaksa dia harus menahan diri.
Berangkatlah mereka bertiga kembali ke perusahaan Seng ki piaukiok, mereka masuk lewat pintu belakang dan Seng ceng hoa mengajak mereka masuk keruang samping di bagian belakang.
Setelah itu baru katanya:
"Saudara Huan, nona Ban, sekarang kalian harus kembali dulu kekamar masing masing, sebentar aku pasti akan datang memanggil kalian berdua."
"Apakah nanti masih ada urusan lagi?" tanya Ban Hui jin dengan cepat. Seng ceng hoa manggut manggut:
"Yaa, benar, setelah ayah kembali hal tersebut baru bisa diputuskan...?"
"Seng toako," tak tahan lagi Ban Hui jin bertanya dengan suara lirih, "sebenarnya siapa sih orang yang bertarung melawanmu tadi...?"
Seng ceng hoa sangsi sejenak. Kemudian baru katanya:
"Soal ini... aku sendiripun kurang jelas..."
"Menurut pendapatmu, mungkinkah dia adalah toako ku?"
"Soal ini..." Dia benar benar merasa bingung dan tak mampu menjawab secara sejujurnya. Mendadak dari arah belakang kedengaran seseorang menyambung. "Apa yang dikatakan nona Ban memang benar, dia memang toakomu "
Ketika semua orang berpaling, ternyata yang berbicara adalah ketua Hoa san pay, Siang Han hui.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan Ban Hui jin segera berseru: "Darimana Siang locia npwee bisa tahu?"
ooodowooo Siang Han hui kembali tersenyum.
"Seng suheng masih tetap tinggal disitu karena dia kuatir ada orang yang meng until jejak kita secara diam diam sehingga membocorkan identitas kalian, namun setelah kalian meninggalkan Kui bin sia toh akhirnya kena dikuntil juga oleh orang lain"
"Dari cianbunjin bisa tahu?" tanya Seng ceng hoa dengan perasaan terkejut. Siang Ha n hui tersenyum.
"Seng suheng meminta kepadaku untuk melindungi kalian secara diam diam, menanti kalian sudah lewat aku baru munculkan diri seperti tanpa sengaja, orang itu mejadi terperanjat sekali melihat kemunculanku sehingga melarikan diri terbirit birit."
"Tahukah Siang cianpwee, siapa gerangan orang itu?"
tanya Ban Hui jin kemudian-sekali lagi Siang Han hui tersenyum
"Aku rasa Seng suheng mungkin sudah mengetahui dengan jelas asal usul dari orang ini"
Dia enggan mengungkapnya, dus berarti dia sudah mengetahui akan asal usul orang tersebut.
Kembali Ban Hui jin berkata
"Tadi, sebenarnya aku telah berhasil membekuk toako ku namun Seng lopek yang membebaskan jalan darahnya kemudian, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Siang Han hui tertawa.
"Apabila nona harus membongkar identitas toakomu ditempat tersebut, bukankah hal ini justru akan menyebabkan peristiwa ini benar benar terjadi" Dalam hal ini, Seng suheng pasti sudah mempunyai perencanaan sendiri"
Berbicara sampai disini, dia lantas berkata kepada Huan cu im.
"Bukankah Huan hiantit masih memiliki sebutir pil penawar racun bubuk pembingun pikiran " Kau boleh menyerahkan kepada Ceng hoa, kemudian kalian pulanglah dulu kekamar"
-oo0dw0oo Jilid: 18 Huan cu im mengiakan, dia mengeluarkan obat pemunah tersebut dari sakunya dan diserahkan ke Seng ceng hoa.
"Kalau begitu kita akan pergi dulu sebentar kau harus memanggil kami lho..." seru Ban Hui jin.
"Aku pasti akan memanggilmu"
Ban Hui jin segera berpaling dan katanya kemudian. "Huan toako, mari kita kembali kekamar."
Mendadak ia merasa perkataannya ini seperti ada penyakitnya, kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah padam karena jengah, dia segera memutar tubuhnya dan beranjak pergi lebih dulu.
Sudah barang tentu Huan cu im tidak dapat menangkap arti perkataan itu, dengan mengikuti dibelakangnya mereka menuju keberanda sebelah kiri, kemudian melalui halaman tengah menuju ke lapis kedua dari situ mereka baru melompat naik keatap rumah dan kembali ke kamar masing masing.
oooodwoooo Kentongan ketiga sudah lewat, suasana diruang tengah gedung kedua perusahaan Seng ki kiaukiok masih diterangi oleh cahaya lentera namun sepasang pintunya justru berada dalam keadaan rapat rapat.
Diatas kursi berlapiskan kulit harimau ditengah ruangan, duduklah tuan rumah si peluru besi seng Bian tong, dia masih seperti keadaan dihari hari biasa, wajahnya yang merah bersinar dihiasi dengan senyuman ramah, sementara tangannya mempermainkan dua peluru baja.
Disamping kursinya duduklah congpiautau dari perusahaan ekspedisi tersebut, yaitu Seng Ceng hoa.
Sedangkan pada delapan buah kursi dikiri dan kanannya duduk dua orang wakil piautau dan lima orang piautau.
Perusahaan ekspedisi Seng ki piaukiok merupakan suatu perusahaan yang mempunyai transaksi dagang terbesar, jumlah piautau dan wakil piautaunya mencapai dua tiga puluh orang, namun berhubung sebagian besar sedang keluar rumah mengawal barang, maka yang masih tertinggal dalam perusahaan malam ini hanya mereka berdelapan-Mereka semua dibangunkan dari tidurnya oleh petugas ditengah malam buta, konon congpiautau ada urusan yang hendak dibicarakan ini semua membuat mereka mulai bertanya tanya, apa gerangan yang telah terjadi didalam perusahaan"
Setelah semua orang berada diruang tengah mereka baru menjumpai majikan tua mereka yang sudah tiga tahun tak pernah mencampuri urusan perusahaan hadir juga disitu semua orang semakin bertanya tanya, jelas sudah bahwa persoalan yang terjadi sedikit rada luar biasa...
Terutama sekali setelah mereka masuk ke dalam ruangan, ternyata kedua belah pintu ruangan segera ditutup rapat rapat.
Dengan senyuman dikulum Seng Bian tong mempersilahkan semua orang untuk mengambil tempat duduk. seorang petugas segera menghidangkan air teh panas.
Setelah mengangkat cawan air tehnya Seng Bian tong menengok ke arah semua orang sambil berkata :
"Silahkan kalian semua minum teh"
Semua orang tidak mengetahui persoalan apakah yang dihadapi majikan tua mereka pada malam ini, tapi semua orang tahu pasti tujuannya bukan cuma mengundang mereka datang minum teh.
Diantara kedelapan orang itu, piautau berperawakan kurus yang duduk dikursi paling ujung merupakan piautau tertua dalam perusahaan, semua orang menyebutnya sebagai Thia Kau kim kedua, sedang namanya sendiri adalah Thia Kim piau.
Selama dua puluh tahun terakhir ini dia selalu mengikuti Seng Bian tong, baik sewaktu berkelana ke utara maupun ketika mengembara keselatan, sekalipun namanya tidak begitu terkenal namun tidak pernah pula menimbulkan persoalan-Pertama tama dia meneguk dulu isi cawannya, lalu setelah mendehem ia bangkit berdiri dan berkata sambil menjura:
"Aku duga loya cu pasti hendak menyampaikan suatu pesan penting kepada semua orang dengan mengumpulkan kami disini malam begini, apabila kami diharuskan melakukan suatu tugas, kami pun sudah siap menantikan perintah loya cu, baik terjun keair maupun ke api, kami tak akan menampik secara terbuka, agar semua orang tak usah kuatir terus."
Seng Bian tong tersenyum kearahnya, sambil mengulapkan tangannya ia berkata: "Thia piautau, silahkan duduk."
Thia Kim piau menurut dan segera duduk kembali. Setelah tersenyum Seng Bian tong berkata lagi :
"Adapun maksudku mengundang kehadiran kalian semua, memang disebabkan ada suatu persoalan yang hendak diumumkan kepada kalian semua, karena utuhnya Seng ki piaukiok selama puluhan tahun ini adalah berkat kerja sama dari kita semua yang saling menganggap sesama rekan bagaikan saudara kandung sendiri, setiap kali perusahaan ada kesulitan, kalianpun selalu berupaya dengan sepenuh tenaga untuk menanggulanginya, selama ini belum pernah ada orang yang menunjukkan jiwa pengecut oleh sebab itulah selama puluhan tahun ini kita masih dapat menegakkan kepercayaan dimata masyarakat..."
Semua orang hanya mendengarkan perkataan dari majikan tuanya ini tanpa komentar tak seorangpun yang berisik ataupun bersuara, semuanya berusaha untuk mendengarkan kata kata berikut.
Setelah berhenti sejenak, Seng Bian tong segera berkata lebih lanjut: "Tapi baru baru ini didalam perusahaan kita telah terjadi suatu peristiwa..."
Baru baru ini di dalam perusahaan telah terjadi peristiwa, mendengar kata kata tersebut semua orang segera saling berpandangan dengan penuh tanda tanya.
Kalau terjadi peristiwa dalam perusahaan biasanya diartikan barang kawalan perusahaan mereka telah terjadi pembegalan.
Sambil tersenyum Seng Bian tong berkata lebih jauh :
"Yang aku maksudkan bukanlah barang yang kalian kawal telah terjadi persoalan yang diartikan adalah di dalam perusahaan kita ini telah terjadi persoalan,"
Mengetahui kalau barang kawalan perusahaan mereka tak terjadi sesuatu, semua orang segera menghembuskan napas lega tapi mendengar dalam perusahaan ini terjadi sesuatu, kembali mereka saling berpandangan dengan tanda tanya.
Padahal mereka semua berdiam di dalam perusahaan mengapa tidak seorangpun di antara mereka yang tahu kalau disitu telah terjadi suatu peristiwa"
Hampir semua yang hadir dalam ruangan sekarang adalah jago jago kawakan yang berpengalaman, sebelum majikan tua mereka mengutarakannya keluar, tidak seorangpun yang membuka suara untuk bertanya daripada bertanya lebih baik menanti majikan tua mereka mengutarakannya keluar, tak seorangpun yang untuk bertanya sebab daripada bertanya lebih baik menanti sampai majikan tua mereka mengungkapkan sendiri
Benar juga, pelan pelan sinar mata Seng Bian tongkang dialihkan kewajah orang kemudian katanya pelan :
"Karena dalam perusahaan kita telah muncul seorang penghianat"
Ucapan tersebut seketika disambut semua orang dengan pandangan tertegun dan termangu.
Dalam perusahaan telah muncul penghianat, penghianat bisa diartikan pula sebagai mata mata atau musuh dalam selimut mengapa orang itu menyelundup kedalam perusahaan mereka sebagai mata mata" Apakah dia bersekongkol dengan kaum hitam untuk merencanakan sebuah pembegalan secara besar besaran" Thia Kim piau segera menjura dan berkata
"Loya cu, entah siapakah penghianat di dalam perusahaan kita ini harap loya cu utarakan keluar, hamba pasti akan puntir kepalanya sampai patah, kalau dia tak mau mengaku, biar kulubangi tubuhnya dengan enam buah bacokan. perduli dengan peraturan dunia persilatan"
Seng Bian tong manggut manggut katanya kemudian
"Thia piautau, duduklah lebih dulu, sekarang aku sendiripun tidak tahu siapakah penghianat tersebut?"
Thia Kim piautidak duduk. tapi melanjutkan kembali kata katanya:
"Bagaimana loya cu dapat mengetahui akan hal ini dan apa yang sebenarnya telah terjadi" Loya cu, dapatkah kau menjelaskan yang lebih terperinci lagi?"
"Sebetulnya begini persoalannya, bukankah dalam perusahaan kita telah kedatangan tiga orang baru semalam"
Yang seorang keponakanku yaitu putra dari jago berbaju hijau HuanTay seng yang bernama Huan cu im sedang yang dua orang lainnya adalah dua bersaudara keluarga Ban dari Hong san. Ternyata ketika keponakanku kembali kekamarnya semalam dia menemukan secarik kertas dibawah bantalnya yang mengundangnya pergi ke Kui bin sia pagi tadi."
"Aaah, kalau begitu bisa jadi ada orang yang telah menyelundup kedalam perusahaan kita" seru Thia Kim piau tercengang"Semula aku memang berpendapat demikian, Tapi malam ini kembali ada orang yang menghantarkan surat untuk Huan hiantit serta Ban sauheng yang minta kepada mereka agar pergi memenuhi undangan pada kentongan kedua malam ini."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan lebih jauh
"Kalau kemarin malam kami tidak memperhatikan persoalan ini secara serius maka pada malam ini aku telah memerintahkan Ceng hoa untuk memperhatikan persoalan ini padahal tidak ada orang luar yang telah menyelundup kedalam perusahaan kami, hal ini membuktikan kalau orang tersebut berasal dari tubuh perusahaan kita sendiri."
"Apakah cong piautau telah berhasil menemukan siapakah orang itu?" kembali Thia Kim piau bertanya.
"Gerak gerik orang ini sangat misterius lagi pula licik sekali, Ceng hoa hanya sempat menyaksikan sesosok bayangan hitam saja dan tidak berhasil melihat raut wajahnya secara jelas namun dia berasal dari halaman depan, ini bisa diduga kalau orang tersebut berdiam diloteng pada halaman depan.
"Itulah sebabnya aku sengaja mengumpulkan kalian semua untuk bertanya kepada kamu sekalian, aku harap kalian mau berbicara dengan sejujurnya Kita sudah bekerja sama sekian lama didalam perusahaan bisa jadi hal ini terpaksa kulakukan karena keadaan yang memaksa, asalkan orang itu mau bertobat tentu saja akupun tidak akan menyusahkan dirinya"
Mendengar perkataan tersebut, semua orang segera saling berpandangan tanpa berkata kata, siapakah diantara mereka berdelapan yang merupakan mata mata" Sambil melototkan sepasang matanya bulat bulat, Thia Kim piau segera berseru:
"Loya cu telah mengucapkan semua perkataan ini secara jelas, siapa yang telah mengerjakan tentu diketahui olehnya dengan jelas mengapa tidak mengaku saja atas kesalahan yang diperbuat itu sehingga urusan dapat diselesaikan secepatnya?"
Teriakan yang keras ini kontan saja menimbulkan kesan anti patik diantara rekan rekannya, piautau yang paling muda dan duduk diujung paling bawah, Go Seng hay segera berkata dengan dingin :
"Engkoh tua sendiripun merupakan salah seorang diantara kedelapan manusia tersebut, mengapa kau sendiri tidak mengaku saja ?"
Perkataan tersebut kontan saja membangkitkan amarah Thia Ki mpiau ia segera bangkit berdiri lalu bentaknya : "Go Seng hay, kau..."
"Kenapa dengan aku?" seru Go Seng hay sambil bangkit berdiri pula, "apakah engkoh tua hendak melalap aku?"
seng Bian tong buru buru melerai, katanya dengan cepat :
"Saudara berdua, sekarang bukan saatnya untuk cekcok sendiri, terus terang saja kukatakan kepada kalian, sekalipun Ceng hoa tidak berhasil melihat wajah orang itu secara jelas akan tetapi dia telah meninggalkan tanda tertentu diatas tubuhnya, karena aku akan memberi waktu selama seperminum teh kepadanya untuk mempertimbangkan persoalan ini akupun barharap agar dia bersedia mengaku dengan sejujurnya, bilamana seperminum teh kemudian belum juga ada yang mengaku, berarti aku harus mengungkapkan nama ini secara terbuka, saat tersebut dia pasti akan menerima keadaan yang kurang menyenangkan"
Akan tetapi kedelapan orang itu masing masing tetap membungkam dalam seribu bahasa. namun setiap orang mulai menduga duga didalam hati kecilnya, siapa gerangan si penghianat tersebut "
oleh sebab itu semua orang meski membungkam dalam seribu bahasa, namun dengan sorot mata curiga mengawasi ketujuh orang rekan lainnya, mereka berharap bisa menduga dari perubahan mimik wajah mereka siapakah penghianta tersebut sebetulnya.
Seperminum teh sudah lewat dengan cepat namun tak seorang manusiapun yang mengaku
Seng Bian tong segera mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan wajah kedelapan orang itu satu persatu setelah bangkit berdiri katanya kemudian:
"Baik, kalau memang sobat ini tak ingin mengaku maka terpaksa aku harus mengatakan keluar, ketika sobat ini menyelundup masuk kedalam gedung tamu agung, Ceng hao telah menyebarkan bubuk putih diatas kepalanya maka bilamana diantara kalian terdapat kapur putih diatas kepalanya maka dialah penghianat tersebut. Sekarang aku minta kepada kalian semua agar jangan bergerak dulu, Ceng hoa, kau periksalah mereka satu persatu"
Seng Ceng hoa mengiakan dan segera bangkit berdiri orang yang pertama kali menerima pemeriksaan tentu saja Thia Kim piau yang duduk paling ujung. Dia tetap duduk tak bergerak dan membiarkan kepalanya diperiksa orang.
Seng Ceng hoa segera berjalan menuju kebelakang tuubhnya, setelah memeriksa rambut orang itu , tiba tiba saja paras mukanya berubah hebat.
"Congpiautau apakah diatas kepalaku terdapat kapur putihnya?" Thia Kim piau segera bertanya Seng Ceng hoa tidak menjawab pertanyaan itu dia berpaling ke arah ayahnya lalu berkata
"Lapor ayah, diatas kepala Thia toasiok..."
Baru mendengar sampai di situ, Thia Kim piau telah melompat bangun seraya berteriak. "Apa" Diatas kepalaku terdapat kapur putihnya ?"
Go Seng pay yang masih panas hatinya segera menjengek sambil tertawa dingin:
"Tidak heran kalau engkoh tua menyuruh orang lain mengaku, rupanya kaulah penghianatnya "
Merah padam selembar wajah Thia Kim piau dengan penuh amarah dia segera berteriak "Kau jangan berbicara seenaknya sendiri"
"Hmm, kenyataan toh sudah di depan mata. percuma saja kau berteriak melulu"
Ketika Seng Bian tong mendengar di atas kepala Thia Kim piau terdapat kapur putihnya, dia sendiripun kelihatan agak tercengang, namun wajah yang tenang pelan pelan katanya:
"Harap jangan dulu, masing masing pihak duduk kalau memang diadakan pemeriksaan lebih dulu sebelum mengambil suatu kesimpulan, Ceng hoa lanjutkan pemeriksaanmu"
Seng Ceng hoa segera mengiakan dan satu persatu melakukan pemeriksaan dengan seksama, menanti ketujuh orang lainnya telah selesai diperiksa dia baru mendengus sambil berseru:
"Bajingan ini benar benar amat licik"
Sambil mengelus jenggotnya Seng Bian tong manggut manggut tanyanya tiba tiba
"Bukankah menurut hasil pemeriksaan diatas kepala setiap orang ditemukan kapur putih?"
Perkataan ayah memang benar, kepala mereka semua telah ditaburi kapur putih
Thia Kim piau yang mendengar perkataan ini kontan saja berteriak dengan penuh amarah^
"Apa bila bajingan ini berhasil ditangkap akulah yang pertama tama tidak akan mengampuni dirinya"
Go Seng hay segera menyela sambil tertawa dingin:
"Engkoh tua saat ini kita berdelapan tak ada yang lolos dari kecurigaan ini, aku harap kau jangan kelewat banyak berbicara lebih dahulu"
"Bagus" Seng Bian tong berseru kemudian sambil mendengus, "Ceng hoa, surut mereka gotong keluar."
Seng Ceng hoa mengiakan dengan cepat ia bertepuk tangan dua kali...
Dari belakang penyekat segera muncul seorang dayang berbaju hijau yang membawa sebuah papan kayu persegi empat langsung menuju ke ruang tengah.
Seng Bian tong menunggu sampai orang itu melalui sisi tubuhnya, kemudian baru menunjuk kearah papan yang berada di tangan dayang tersebut sambil katanya ^
"Sudah kuduga kalau orang itu berani menyelundup kedalam perusahaan kita sudah pasti merupakan seorang manusia yang licik dan berpikiran panjang, kalau cuma mengandalkan tebaran kapur diatas kepalanya saja, tak mungkin akan membuat orang itu tunduk dan takluk seratus persen, oleh karena itu aku telah menyuruh Ceng hoa mempersiapkan sebuah papan yang diberi hangus tebal dipintu masuk menuju ke kamar tidur Huan hian tit, asalkan orang itu berani menyusup kedalam kamar maka bekas kakinya tentu akan tertinggal disana, dan sekarang kita cukup mencocokkan bekas telapak kaki itu dengan telapak kaki kalian semua, dengan begitu siapapun tak akan berhasil melepaskan diri"
Thia Kim piau kontan saja tertawa terbahak bahak setelah mendengar perkataan itu serunya kemudian :
"Haahaa haaa... benar benar tidak aku sangka sangka sekali kalau loya cu dapat memikirkan persoalan ini secermati, sekarang sudah pasti keparat tersebut tidak dapat memungkiri keadaan lagi..."
"diatas papan tersebut tertera bekas telapak kaki sebelah kanan- kata Seng Ceng hoa selanjutnya, oleh sebab itu kuminta kepada kalian semua agar melepaskan sepatu kanan masing masing dan dicocokkan satu persatu, akhirnya siapakah biang keladi tersebut tentu akan ketahuan juga."
Mendadak paras muka Go Seng hay berubah hebat, tiba tiba saja dia bangkit berdiri kemudian setelah memberi hormat kepada Seng Bian tong, katanya.
"Loya cu, tidak usah dicocokkan lagi, hamba memang pantas dihukum mati, semalam maupun malam ini akulah yang menghantarkan surat tersebut ke dalam kamar, dan hamba pula yang mengerjakan kesemuanya itu hamba siap menerima hukuman apapun yang akan dijatuhkan kepada diri hamba."
Thia Kim piau tidak dapat menahan emosinya lagi ia segera mencengkeram kerah bajunya kemudian berteriak dengan penuh amarah "Bagus sekali, kau si bajingan tengik, rupanya..."
"Tahan Kim piau" Seng Bian tong segera membentak keras,
"aku hendak mengajukan pertanyaan kepadanya."
Terburu buru Thia Kim piau melepaskan cengkeramannya, kemudian setelah mendengus oenuh amarah katanya :
"Bocah keparat, kau memang bajingan tengik, bukan saja telah menyeret kami ke dalam lumpur menuduh pula kami sebagai penhianat, padahal kau sendirilah penghianat terkutuk itu Hm, coba kalau loya cu tidak akan mengajukan pertanyaan kepadamu, pasti kupuntir batang lehermu sampai putus."
"Harap loya cu memaklumi hamba sendiripun terpaksa harus berbuat demikian-.." seru Go Seng hay dengan nada melemas.
"Aku tahu" Seng Bian tong manggut, "kau sudah tiga tahun berada didalam perusahaan ini, dihari hari biasa kaupun sangat rajin bekerja serta tidak pernah melakukan kesalahan apapun apabila kamu mempunyai suatu kesulitan, katakan saja secara berterus terang"
Dengan wajah yang kusut karena sedih Go Seng hay berkata :
"Tiga hari berselang hamba telah diracuni seseorang, ia berjanji kepadaku asal aku sedia menyampaikan beritanya, maka aku akan peroleh obat penawar racunnya..."
"Macam apakah orang itu ?" tanya Seng Bian tong.
"Hamba tak pernah berjumpa dengannya, seorang bocah penjual bakpao yang menyampaikan surat tersebut kepada hamba. waktu itu hamba telah bertanya kepadanya menurut bocah itu dia sendiripun tak kenal dengan orang itu, setiap kali dia menyampaikan surat untuk hamba orang itu selalu memberi hadiah sepuluh ence uang tembaga untuknya"
"Selanjutnya orang itu sudah mengirim tiga pucuk surat, dalam surat yang pertama mengatakan hamba telah keracunan dan wajib menuruti perintahnya apabila menginginkan jiwanya selamat, kedua kalinya itu kemarin, dia menyuruh hamba meletakkan surat kedalam kamar Huan siang kong, dan hari ini adalah untuk ketiga kalinya"
"Bocah keparat" teriak Thia Kim piau dengan gusar,
"pandai amat kau ini membersihkan diri dari persoalan ini, siapa yang akan mempercayai ucapanmu itu?"
Go Seng hay segera memandang kewajah Seng Bian tong dan berkata dengan nada memelas : "Semua perkataan yang hamba ucapkan merupakan kata kata yang sejujurnya."
"Baik" kata Seng Bian tong kemudian sambil mengangguk,
"Aku percaya kepadamu" Lalu setelah mengelus jenggotnya sambil termenung sejenak katanya lebih jauh :
"Setelah terjadinya peristiwa ini, sekalipun aku bersedia menerimamu kembali, rasanya kau sendiripun tak akan punya muka untuk mengendon terus disini. Aku bagai teringat bahwa Lou loko merasa kurang leluasa menempatkan dirimu disana maka akhirnya diperkenalkan untuk bekerja di sini, Nah kuberi bekal dua ratus tahil perak kepadamu harap kau balik kembali ke Pek juan siau kiok saja" Go Seng hay merasa berterima kasih sekali, katanya kemudian :
"Walaupun hamba telah melakukan kesalahan besar ternyata loya cu tidak memperpanjang masalah tersebut, hal ini membuat aku berterima kasih sekali, tentang hadiah sebesar dua ratus tahil perak itu, hamba benar benar tidak berani menerimanya." seng Bian tong tersenyum
"Apa yang telah aku ucapkan tidak akan kutarik kembali.
Ceng hoa, sediakan uang sebesar dua ratus tahil perak dan Go piau tau keluar dari sini."
Seng Ceng hoa mengiakan, dia segera mengajak Go Seng hay beranjak keluar dari situ. Sepeninggal Go Seng hay, Seng Bian tong segera bangkit berdiri sambil berseru.
"Nah, sekarang urusan telah selesai, harap kalian kembali untuk beristirahat tentang persoalan yang terjadi pada malam ini tidak usah pula kalian bicarakan lagi, terutama sekalijangan sampai tersiar sampai ditempat luaran."
Semua orang mengiakan bersama, kemudian masing masing mohon diri untuk kembali kekamar masing masing.
Setelah mengundurkan diri kembali ke ruang belakang, tidak lama kemudian Seng Ceng hoa jugatelah kembali kes itu terdengar putranya ini segera bertanya : "Ayah apakah kau orang tua percaya dengan perkataan dari Go Seng hay tadi?"
Sambil mempermainkan kedua biji peluru besinya, Seng Bian tong tertawa ramah.
"Sudah cukup lama aku berkelana dalam dunia persilatan, mana mungkin aku akan percaya dengan penuturannya dengan begitu saja?"
"Lantas mengapa kau orang tua membiarkan dia pergi dengan begitu saja?" seng Bian tong segera menghela napas panjang:
"Aaai, bukankah kau sendiripun tahu bahwa Go Seng hay bisa bekerja dengan kita karena perkenalan dari sidewa bermuka merah Lou Siu tong dari perusahaan Pek juan piau kiok?"
"Ananda tahu, selama ini empek Lou orangnya jujur dan terbuka, ayah toh bisa memberitahukan kejadian yang sebenarnya kepada empek Lou."
"Kau cuma tahu satu tidak mengetahui dua..." Seng Bian tong menggelengkan kepalanya berulang kali, tiba tiba tanyanya "Ceng hoa tahukah kau siapa manusia berkerudung melawan Huan Hiantit dan nona Ban ketika berada di Kui bin sia malam tadi ?"
"Ananda hanya merasakan bahwa ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat hebat sekali aku tidak dapat mengetahui asal usulnya, atau mungkin kau orang tua sudah berhasil mengetahuinya" "
Dengan merendahkan suaranya seng Bian tong segera berbisik:
"Kau anggap siapakah dia" orang itu adalah dewa bermuka merah Lou Siu tong"
Bergetar keras sekujur badan Seng Ceng hoa setelah mendengar perkataan ini, serunya terkejut:
"Mungkinkah dia adalah empek Lou" Dia... mana mungkin bisa dia ?" Dengan wajah bersungguh sungguh dan serius Seng Bian tong berkata:
"Kalau dibicarakan dari watak serta tabiat dihari hari biasa sudah barang tentu dia tak akan berbuat demikian tapi bagaimana pula dengan Ban sauheng" Mengapa pula dia bersedia menjalankan perintah dari Lengcu emas?"
"Maksud ayah, empek Lou pun sudah terkena bubuk pembingung pikiran-.." tanya Seng Ceng hoa terkejut.
Seng Bian tong segera menghela napas panjang :
"Aaai, menurut dugaan ciangbunjin (Siang Han hui) mungkin Cing im totiang dari Go bi pay pun sudah terkena racun bubuk pembingung"
"Waah kalau begitu masalahnya menjadi amat serius" pekik Seng Ceng hoa dengan wajah berubah.
"Yaa masalahnya memang amat serius, aaai... sayang sekali kita gagal untuk menghadang Lengcu emas malam tadi aku kuatir kota Kim leng akan dirubahnya olehnya menjadi sebuah kota yang dilanda badai berdarah, penghadangnya terhadap tianglo kanan perkumpulan kay pang Lian Sam sin malam tadi merupakan salah satu contoh yang teramat jelas."
Berbicara sampai disini dia berhenti sejenak, kemudian sambil mengangkat kepalanya kembali dia bertanya
"Bagaimana dengan persoalan yang menyangkut Ban sauheng" Apakah segala sesuatunya telah dipersiapkan"
"Ananda telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna"
"Bagus sekali, kalau begitu undanglah mereka semua agar berkumpul kemari"
Seng ceng hoa mengiakan terburu buru dia beranjak pergi dari ruangan tersebut.
Tak lama kemudian Seng ceng hoa muncul kembali diiringi Huan cu im danBan Sian ceng kakak beradik.
Sambil tersenyum Seng Bian tong segera berkata:
"Silahkan duduk. silahkan duduk. sudah begini malam aku masih saja mengganggu ketenangan kalian bertiga aku benar benar merasa rikuh"
"Aaah, tidak apa apa..." seru Ban Huljin cepat sambil membetulkan rambutnya yang kusut.
Seng ceng hoa segera mengambil tempat duduk pula menemani para tetamunya.
Selama ini Ban Sian ceng kelihatan sangat tidak tenang, mendadak dia mengangkat kepalanya sambil bertanya:
"Malam malam begini Seng lopek mengundang kehadiran kami semua, rasanya ada urusan penting bukan?"
Nada suara itu jelas mengandung nada menyelidik...
Sambil mempermainkan sepasang peluru besinya, seng Bian tong tertawa tenang katanya: "Persoalan si memang ada sedikit..."
Baru saja berbicara sampai disini, seorang dayang telah muncul sambil menghidangkan air teh.
Menanti dayang itu telah mengundurkan diri Seng Bian tong baru membuka penutup cawannya dan menghembus air teh yang panas itu sambil katanya dengan senyum dikulum
"Daun teh yang kupakai untuk menyedu air teh ini adalah daun teh Liong keng yang khusus kupesan dari kota Hang ciu, sedangkan air yang digunakan untuk menyeduh adalah air Tong ning swan dari Hi hoa tay airnya manis lagi wangi.
silahkan kalian bertiga mencicipinya lebih dulu..."
Bukan masalah serius yang dibicarakan, ternyata dia malah membicarakan soal daun teh. Huan Cu im yang mendengar perkataan itu segera berseru:
"oooh, rupanya Seng lopek mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tentang seni minum teh."
Seng Bian tong kembali tertawa.
"Memiliki pengetahuan yang cukup sih tidak aku tidak mempunyai kegemaran lain, minum teh pun merupakan pekerjaan rutin yang kulakukan setiap hari, memang kenyataannya air teh yang disedu dari daun Liong keng akan menghasilkan air teh berwarna hijau, rasanya segera baunya harum. Biasanya orang yang hidup mengasingkan diri paling gemar membuat santai sambil menikmati air teh"
Ban Hui jin segera menghirup satu tegukan kemudian baru katanya:
"Apa yang dikatakan lopek memang benar, air teh ini segar lagi harum, memang air teh yang bermutu, cuma sayang terlalu panas"
Karena mendengar perkataan ini semua orang pun segera mengangkat cawan masing masing dan menghirup air teh tersebut. Sambil tersenyum Seng Bian tong kembali berkata:
"Untuk minum teh harus diminum dalam keadaan panas, sebab bila sudah dingin maka teh maupun baunya akan jauh berkurang"
"oooh, betulkah itu?" tanya Ban Hui jin Kembali gadis itu mengangkat cawan air tehnya kemudian dihirup pelan pelan. Dengan perasaan tak sabar Ban Sian ceng segera bertanya pula^
"Seng lopek, bukankah barusan kau bilang ada urusan"
Sekarang boleh kau utarakan dengan berterus terang"
"Sesungguhnya bukan suatu kejadian besar" kata Seng Bian tong dengan suara pelan. "hanya pada malam tadi, didalam perusahaan kami telah ditemukan seorang penghianat..."
"Apakah Seng lopek berhasil membekuk batang lehernya?"
tanya Ban sian ceng lagi sementara diam diam merasa terkejut.
"Yaa, sudah berhasil dibekuk, sebetulnya dia masih termasuk seorang piautau dari perusahaan kami, malah dewa berwajah merah Lou Siu tong dari perusahaan Pek juga piaukiok yang memperkenalkan dia kemari."
Pelan pelan Ban Sian ceng menghembuskan napas lega, dia tidak berkata apa apa lagi.
Seng Bian tong yang secara diam diam mengamati paras mukanya dengan diam diam segera berpikir.
"Tampaknya dia seperti tidak punya hubungan apa apa dengan Lou Siu tong..."
Sementara itu Ban Hui jin telah bertanya pula:
"Apakah dia sudah mengakui perbuatannya?" sambil tersenyum Seng Bian tong manggut manggut, sahutnya.
"Yaa, dia sudah mengaku, Rupanya dia khusus menyelundup kedalam perusahaan kita karena harus menyampaikan sesuatu kabar yang diterimanya dari seseorang yang bernama Kim ciang Lengcu (lengcu emas)"
Ketika mendengar nama "Lengcu emas" disinggung, tanpa bisa dicegah lagi paras muka Ban Sian ceng segera berubah hebat.
Seng Bian tong yang menyaksikan perubahan tersebut diam diam tertawa geli. sebaliknya Ban Hui jin sengaja bertanya lagi :
"seng lopek. sebetulnya manusia macam apa sih Lengcu emas tersebut...?"
"Belum pernah kudengar nama tersebut dalam dunia persilatan, sehingga aku sendiri pun kurang begitu jelas, tapi aku rasa tentu ada hubungannya dengan suatu komplotan yang diselenggarakan oleh orang orang dari golongan hitam."
"Lantas apa yang telah dia akui?" kembali Ban Hui jin mendesak lebih jauh.
"orang ini benar benar sangat licik, pada mulanya dia enggan mengucapkan sepatah katapuntapipada akhirnya ketika Ceng hoa berhasil memperlihatkan bukti bukti yang nyata, dia baru mengaku sudah dua kali menerima surat dari Lengcu emas yang harus diserahkan kepada keponakan Huan.."
Tanpa terasa Ban Sian ceng melirik sekejap kearah Huan cu im yang sementara itu hanya membungkam saja.
Tampaknya Ban Hui jin semakin tertarik dengan kejadian tersebut, sambil berpaling ia bertanya lagi,
"Seng toako, bukti apa sih yang telah kau perlihatkan kepadanya...?"
"Kalau dibicarakan sebetulnya bukan sesuatu yang luar biasa" kata Seng ceng hoa, "ketika semalam saudara Huan memberitahukan kepada ayah bahwa ada orang telah menyampaikan surat kepadanya, ayah segera berpendapat bahwa perbuatan ini pasti bukan perbuatan orang luar karena itu pada malam tadi aku telah meletakkan selembar papa n tulis dibalikpintu kamar saudara Huan, di atas papan tulis itu sengaja kuberi selapis debu basah yang tipis sekali, bila dia orang hendak menyusup kedalam kamar, maka dia tentu akan meninggaikan bekas telapak kaki diatas lapisan papan tersebut"
Ban Sian ceng mendengarkan pembicaraan mereka hanya mengangkat cawan sambil pelan pelan meneguk isinya, tanpa disadari secawan penuh air teh panas habis diteguk.
Mendadak sepasang tangannya nampak gemetar keras lalu cawan yang berada dalam genggamannya itu terlepas dari cekalan dan terjatuh keatas lantai hingga hancur berantakan.
Dengan perasaan terkejut buru buru Ban Hui jin menegur^
"Toako, mengapa kau?"
Bagiakan orang yang sedang mabuk arak, sepasang pipi Ban Sian ceng berubah menjadi merah seperti api yang membara, katanya dengan suara agak parau : "Aku... aku merasa agak pusing"
Tidak sampai adiknya bertanya lagi, dia sudah menjatuhkan diri diatas meja dan mendengkur keras.
Ban Hui jin menjadi sangat gelisah, segera teriaknya keras keras-"Toako, kau..."
"Nona Ban, kau tak usah gelisah" bisik Seng Ceng hoa dengan suara rendah, "kakakmu bisa demikian karena baru saja dia menelan obat penawar racun.
"oooh," Ban Hui jin segera mendongakkan kepalanya sambil bertanya lagi, "Seng toako, apakah kau telah mencampurkan obat penawar racun itu kedalam air teh?""
Sambil tersenyum Seng Ceng hoa segera manggut manggut KembaliBan Hui jin berkata:


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sampai kapan dia baru akan mendusin kembali ?"
"Aku rasa tidak akan terlalu lama dia akan mendusin kembali" ucap Huan cu im menerangkan.
Sambil tersenyum Seng Bian tong ikut berkata^
"Nona Ban, duduklah lebih dahulu, sebentar dia toh akan sehat dengan sendirinya"
Ban Hui jin menurut dan segera duduk. dengan mulut membungkam semua orang pun sama sama mengamati Ban Sian ceng, siapa pun tak bersuara untuk berbicara.
Tak sampai seperminum teh kemudian, tiba tiba Ban Sian ceng membuka mata dan mendongakkan kepalanya. Kejut dan gembira Ban Hui jin segera berseru : "Toako, kau telah sembuh kembali?"
Ban Sian ceng mengalihkan pandangan matanya dan memandang sekejap kesekeliling arena tiba tiba ia bangkit berdiri dan berseru dengan perasaan takut, "Adikku, perbuatan salah apakah yang telah kulakukan?" Seng Bian tong tersenyum.
"Kini racun jahat yang mengeram didalam tubuh Ban sauheng telah punah sama sekali, benar benar s uatu peristiwa yang pantas digirangkan dan diberi ucapan selamat mari, mari, kita duduk dahulu sebelum berbicara lebih jauh..."
Ban Sian ceng menjura dalam dalam kepada Seng Bian tong, kemudian katanya.
"Seng lopek kah yang telah menyelamatkan boanpwee"
Kesalahan apa saja yang telah boanpwee lakukan" Tolong lopek sudi memberi petunjuk..." Sambil mengelus jenggotnya Seng Bian tong tersenyum^
"Aaah, Ban sauheng hanya kena pecundang orang sehingga berbuat tanpa sadar, kau telah diracuni seseorang hanya untungnya saja belum sampai melakukan perbuatan yang tercela, sedangkan soal pemunah racun atas diri Ban sauheng dilakukan oleh Huan hiantit, aku tidak lebih hanya mengundangmu untuk minum secawan air teh Liong keng saja..."
Ban Sian ceng segera membalikkan badannya dan menggenggam sepasang tangan Huan cu im erat erat, lalu serunya dengan penuh luapan emosi^
"Siaute harus mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada saudara Huan"
"Saudara Ban tidak usah berterima kasih, tempo hari andaikata siaute tidak menelan pil pemunah racun lebih dulu, nasibku akan serupa dengan saudara Ban, dikendalikan orang lain-.."
"oooh, rupanya saudara Huan juga telah diracuni orang jahat, tapi siapakah orang yang meracuni kita" Dan apa pula maksud dan tujuan mereka...?"
"Aaai, panjang sekali untuk menceritakan kejadian ini..."
Secara ringkas dia bercerita bagaimana dia bersama Ban Sian ceng telah disuguhi arak bercampur racun oleh Soh Han sim, kemudian bagaimana mereka dikirim ke Kim leng untuk menjupai lengcu emas, dan bagaimana pula jalannya peristiwa di Kui bin sia malam tadi. Ketika selesai mendengar kisah tersebut Ban Sian ceng segera berseru^
"Saudara Huan, tahukah kau siapa gerangan bajingan yang menyebut dirinya sebagai Lengcu emas itu?"
"Siaute sendiripun tidak tahu, sayang dia berhasil meloloskan diri malam tadi, namun aku yakin dia tentu satu komplotan dengan Soh Han sim..."
"Dia telah meracuni kita berdua, lama tadi pun berusaha untuk menghadang serta membunuh Lian Sam sin dari Kay pang, sebenarnya apa sih maksud dan tujuan mereka?"
oooooodwooooo Seng Bian tong segera menghela napas panjang :
"Saudara Ban, apakah kau lupa dengan maksud kedatanganmu kekota Kim leng ini?" Ban Sian ceng agak tertegun, kemudian ^
"Boanpwee mendapat perintah dari ibuku untuk datang menyambut kedatangan Siang ciangbunjin serta ceng im totiang"
"Nah, itulah dia" seru Seng Bian tong sambil tertawa terbahak bahak. dipermainkan kedua biji peluru besi itu dalam genggamannya "haaah... haaah... haaah... pertemuan di bukit Hong sanpada bulan lima tanggal lima nanti adalah bertujuan untuk memilih Bu lim Bengcu angkatan kesembilan bagi sembilan partai besar dunia persilatan- aku rasa persoalannya tentu ada kaitannya masalah ini."
"Ada kaitannya dengan peristiwa pemilihan Bu lim Bengcu?"
Ban Sian ceng agak tertegun.
"Yaa, besar sekali kaitannya"
"Tahukah Ban sauheng siapakah yang mempunyai harapan paling besar didalam pemilihan Bu lim Bengcu kali ini?" tanya Seng Bian tong kemudian"Boanpwee pernah mendengar dari ibu yang mengatakan bahwa menurut peraturan orang yang dipilih menjadi Bu lim bengcu belum tentu harus berasal dari sembilan partai besar, tapi orang itu harus disokong oleh paling tidak dua orang tokoh dari sembilan partai besar, selain itu orang tersebut harus mempunyai watak yang baik, namanya yang termashur dan kedudukan yang dihormati serta disegani oleh sesama umat persilatan-"
"Sejak mendiang ayahku meninggal lima tahun berselang, kursi Bengcu sudah lama menjadi lowong tanpa ada penggantinya, sedang didalam pemilihan kali ini, aku dengar pihak Siauw lim pay dan Heng sanpay telah menyokong Sam siang tayhiap Yu Hua liong sebagai calonnya, pihak Bu tong pay dan Go bipay menyokong Wi Lam tayhiap Hee Im hong sebagai calonnya, sedangkan dari partai partai lain apakah akan mencalonkan pula pilihannya, hal ini belum kudengar"
"Nah, menurut pendapat Ban sauheng, siapakah yang mempunyai kesempatan terbesar untuk terpilih sebagai Bu lim bengcu antara Yu Hua liong dengan Hee Im hong?" tanya Seng Bian tong lagi.
"Waaah, itu mah susah untuk dikatakan, tatkala Bu lim bengcu yang pertama dipilih, hal ini hanya diselenggarakan oleh sembilan partai besar saja. Kemudian bergabung pula keluarga Tong dari Sichuan, Tiam kong pay serta Kay pang sehingga jumlahnya mencapai dua belas partai, jika calon Bengcu hanya dua orang saja, maka pihak yang bisa memperoleh dukungan dari ketujuh partai lainnya itulah yang bakal terpilih menjadi Bengcu." seng Bian tong segera tersenyum.
"Disinilah letak persoalannya, untuk menjadi seorang Bu lim Bengcu maka dari dua belas partai yang ada, orang itu harus mendapat dukungan sekurang kurangnya tujuh partai diantaranya..."
Seperti memahami apa yang dimaksud, dengan perasaan gemas dan mendongkol Ban Sian ceng segera berseru:
"Kita memilih seorang Bu lim Bengcu demi mengatasi segala macam partisipasi di dalam dunia persilatan, menegakkan keadilan dan kebenaran, menolong kaum lemah dan meja menindas kaum kuat demi tercapainya suasana aman tentram bagi seluruh umat manusia tugas ini merupakan tugas sosial yang mulia tanpa mengharapkan pamrih, masa kedudukan semulia ini pun harus diperebutkan dengan cara licik, munafik dan melakukan-.." sekali lagi Seng Bian tong menghela napas panjang:
"Perkataan Ban sauheng memang benar, tapi kenyataannya dalam pemilihan Bu lim bengcu kali ini justru ada orang yang kasak kusuk serta menyusun rencana yang tidak baik..."
"Apakah lopek maksudkan Hee Im hong?" tanya Ban Sian ceng dengan kening berkerut.
"Seandainya benar benar memang dia, maka ia tak pantas memperoleh dukungan dari pihak Bu tong pay serta Go bipay..."
Seng Bian tong cepat cepat menggoyangkan tangannya berulang kali serunya berseru:
"Untuk sementara waktu Ban sauheng lebih baik jangan mengumbarkan berita ini lebih dulu keluaran, kini kekuaran dari Hee Im hong sudah terhimpun, oleh sebab itu apabila kita salah melangkah didalam pertemuan yang diselenggarakan kali ini, besar kemungkinan akan menimbulkan bencana yang tak terkirakan, untung saja racun jahat yang mengeram didalam tubuh Ban sauheng telah punah, sehingga kita dapat menyusun rencana kembali untuk mengatasi persoalan ini.
Kini ceng Im totiang telah pergi ke Bu tong pay, aku yakin kepergiannya kesana pasti ada kaitannya dengan pertemuan puncak dibukit Hong san nanti, maka sekembalinya Ban sauheng ke rumah nanti, ada baiknya kalau secara diam diam kau sampaikan kejadian yang sebenarnya kepada ibumu, dan yang terpenting adalah berita ini jangan sampai bocor sebelum pertemuan puncak itu terselenggara."
"Lantas bagaimana tanggapan lopek tentang persoalan ini"
Dan apa pula yang mesti kita lakukan sekarang?"
"Satu satunya jalan terbaik saat ini adalah meminta bantuan dari Ban sauheng untuk berlagak terus seperti orang yang masih terpengaruh oleh obat racun dan melaksanakan semua petunjuk yang disampaikan Lengcu emas kepadamu"
"Kemudian?" "Di dalam peristiwa ini kita harus menghadapinya secara halus dan menggunakan akal, jangan sekali kali melakukan bentrokan fisik secara kekerasan-.."
"Boanpwee mengerti," Ban Sian ceng manggut manggut.
Fajar baru saja menyingsing, sinar matahari pagi memancarkan cahayanya menyinari seluruh jagad.
Di depan pintu gerbang perusahaan Seng ki piaukiok tiba tiba muncul seorang pengemis setengah umur yang membawa kantongan kain pada bahu kirinya. Dengan langkah lebar pengemis itu langsung mendekati pintu gerbang.
Seorang Siang cu jiu yang sedang duduk di bangku panjang dibalik pintu gerbang, segera menegur dengan suara keras.
"Hey, sobat Tempat kami adalah sebuah perusahaan pengawalan barang, lebih baik muntalah sedekah ditempat yang lain"
"Aku memang tahu kalau tempat ini adalah sebuah perusahaan pengawalan barang" ucap pengemis tua itu sambil tertawa. "Aku memang khusus datang keperusahaan kalian"
"Ada urusan apa kau datang keperusahaan kami ?" suara teguran dari Siangcujiu itu masih tetap kaku dan ketus.
"Mencari orang"
Sebelum Siangcujiu sempat bertanya lagi, pengemis setengah umur itu sudah berkata lebih jauh:
"Tolong loko masuk dan memberi laporan, katakanlah aku Lian Sam goan dari kantor cabang Kim leng perkumpulan kaypang mendapat perintah dari Lian tianglo untuk mengundang Huan sauhiap dan nona Ban yang berada di perusahaan kalian untuk bertemu ditempat kami"
Sesudah mendengar perkataan itu, dengan gugup dan setengah gelagapan Siang cujiu itu abru cepat bangun berdiri, kemudian serunya sambil tertawa paksa: "oooh, rupanya Lian loko dari Kay pang, mengapa tidak kau katakan sedari tadi?"
"Bukankah sudah kukatakan sekarang?" ucap Lian Sam goan sambil tertawa.
"Harap Lian loko sudi menunggu sebentar, aku segera akan masuk untuk memberi laporan"
"Merepotkan loko..." Lian Sam goan segera menjura.
Dengan langkah tergesa gesa siang cujiu itu segera berlarian masuk kedalam untuk memberi laporan- Sementara Lian Sam goan duduk menanti dibangku panjang itu.
Tak selang berapa saat saat kemudian, siang cujiu itu sudah muncul kembali bersama Huan cu im dan Ban Hui jin.
cepat cepat Lian Sam goan bangkit berdiri untuk menyambut. setelah berkata Huan cu im berkata:
"Aku adalah Huan cu im apakah loko dikirim kemari oleh Lian tiang lo ?"
"Aku Lian Sam goan, berhubung Lian tiang lo kuatir kalian berdua tak mengenal jalan sehingga tersesat, maka sengaja mengutusku untuk datang menyambut kedatangan kalian berdua"
"Yaa betul" Ban Hui jin segera berseru, "kemarin engkoh tua hanya berkata akan menunggu kami dikantor cabang kota Kim lang tanpa menyebut alamat dari kantor cabangnya, pagi tadi aku bersama Huan toako telah berkata kepada congpiautau perusahaan ini, namun tak seorangpun yang tau dimanakah letak markas kalian dikota Kim leng ini, coba kalau Lian loko tidak kemari kami benar benar tidak tahu kemana harus pergi mencari."
Begitu membuka suara, nona ini berbicara seperti kicauan burung nuri saja, bercuit cuit tiada hentinya.
Perlu diketahui, meskipun perkumpulan Kaypang merupakan sebuah perkumpulan yang besar dalam dunia persilatan, namun mereka tak pernah mengumumkan letak kantor kantor cabangnya diberbagai tempat, itulah sebabnya Seng Ceng hoa sendiripun tak mengetahui letak markas mereka.
Lagipula dalam dunia persilatan pun terdapat sebuah peraturan yang tidak tercantum dalam tulisan namun diakui oleh setiap manusia, yaitu setiap partai setiap perguruan masing masing mempunyai rahasia sendiri maka bilamana orang lain tidak mengumumkannya kepada orang luar, sekalipun kau tahupun tidak boleh memberitahukan juga kepada orang lain-Seperti misalnya perusahaan Seng ki piaukiok ini, sudah jelas tempat ini merupakan tempat pertemuan dari Hoa san pay, sedangkan perusahaan Pekjuan piaukiok merupakan tempat pertemuan bagi orang orang Go bi pay, namun mereka semua hanya menganggap tempat itu sebagai sebuah perusahaan pengawalan barang belaka tanpa memandangnya sebagai sebuah basis dari suatu golongan tertentu.
Begitulah, sambil tersenyum Lian Sam goan segera berkata:
"Lian tiang lo telah menanti dikantor cabang kami, harap kalian berdua segera mengikuti diriku"
"Silahkan Lian toako" seru Huan cu im kemudian^
Lian Sam goan tidak sungkan lagi, setelah keluar dari perusahaan Seng ki piaukiok, dia langsung berjalan paling dulu didepan. Ditengah jalan, Huan cu im bertanya^
"Apakah antara Lian loko dengan Lian tiang lo masih berasal dari satu keluarga"
"Yaa, Lian tiang lo adalah familiku, ketika orang tuaku meninggal dunia ketika aku masih kecil dulu, Lian tiang lo segera mengajak aku berkelana"
"Apakah ilmu silat yang dimiliki Lian loko juga berasal dari petunjuk Lian tiang lo?" Ban Hui jin turut menimbrung.
"Lian tianglo pernah juga memberi petunjuk ilmu silat kepadaku, tapi ilmu silat semua anggota perkumpulan kami berasal dari tiang lo yang khusus bertugas memberi pelajaran silat"
"Kalau begitu, semua anggota perkumpulan mempelajari ilmu silat yang sama semua?"
"Sewaktu jamannya tecu dulu, semua yang dipelajari adalah sama, tapi kemudian apa yang dipelajari masing masing orang berbeda, hal ini tergantung pada bakat dan rejeki masing masing orang."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, ketiga orang itu sama sekali tidak mengindahkan langkah kakinya, tak selang berapa saat kemudian mereka telah tiba dikaki sebuah bukit, Lian sam goan segera mengajak kedua orang itu memasuki sebuah jalan bukit yang sempit dan mendadak meneruskan perjalanannya dengan gerakan tubuh yang amat cepat.
Huan cu im serta Ban Hui jin yang mengikuti dibelakangnya terpaksa harus mempercepat juga langkah kaki mereka.
Setelah melingkari sebuah kaki bukit lagi, Lian Sam goan menerobos masuk kedalam sebuah hutan pohon siong yang lebat. tempat itu merupakan jalan berbatu yang tidak terlalu lebar.
Sepanahan kemudian mereka telah melihat sebuah bangunan kuil berdinding merah yang berdiri dikaki bukit, ketika semakin dekat, mereka segera mengenali tempat itu sebagai sebuah dewa bukit.
Didepan undak undakan batu kuil duduk beberapa orang pengemis yang berpakaian compang camping, orang orang itu sama sekali tidak memperhatikan kehadiran mereka bahkan lagi sibuk mencari kutu dari rambut rekannya.
Ban Hui jin menjadi merinding sendiri setelah menyaksikan kejadian itu, tanpa terasa seluruh tubuhnya terasa ikut menjadi gatal semua...
Lian Sam goan mengajak kedua orang tamunya langsung memasuki kuil tersebut.
Jangan dilihat kuil itu merupakan sebuah kuil bobrok, bahkan patung pemujaan dan meja altarnya sudah rusak dan terbengkalai, namun lantai dan dindingnya ternyata amat bersih dan bebas dari debu serta sarang laba laba.
Setelah menembus ruang depan, ketiga orang itu menuju kebagian belakang ruangan kuil itu.
Tiba tiba Lian Sam goan memperenteng langkah kakinya dan mengajak mereka menuju ke beranda sebelah kiri.
Huan cu im segera dapat mengendus bau obat obatan yang amat tebal dan tajam terhembus keluar dari arah depan, tampaknya dari pihak Kaypang ada orang yang sedang menderita sakit parah.
Bila ditinjau dari langkah kaki dan gerak gerik Lian Sam goan yang begitu berhati hati, seakan akan kuatir mengagetkan seseorang, bisa bisa diduga kalau orang yang sedang sakit berat itu tentu mempunyai kedudukan yang amat tinggi.
Dari beranda sebelah kiri mereka membelok masuk kedalam sebuah bangunan kecil, bangunan tersebut terletak disebelah timur yang terdiri dari tiga buah ruangan, hampir semua pintu dan jendela sudah tak utuh lagi.
Lian Sam goan baru menghentikan langkahnya setelah berada didepan sebuah pintu diujung sebelah kiri, tampak dia memberi hormat sambil berseru: "Lapor Lian tianglo, Huan-.."
Sebelum perkataannya selesai diucapkan, dari dalam ruangan sudah kedengaran suara Lian Sam seng yang menyahut sambil tertawa terbahak bahak.
"Sam goan, apakah kau telah mengundang datang saudara cilik serta adik cilik" Cepat undang mereka masuk. cepat undang mereka masuk ke dalam..."
Menyusul pembicaraan tersebut, orangnya sudah muncul pula didepan pintu. Cepat cepat Huan Cu im berseru^
"Engkoh tua, tempat ini benar benar tidak mudah untuk ditemukan, seandainya Lian loko tidak menyambut kedatangan kami, mau tanya pun tak ada yang bisa menunjukkan tempat ini "
"Yaa, Kay pang adalah kumpulan dari pengemis pengemis miskin" kata Lian Sam seng sambil tertawa, "meskipun namanya saja sebuah kantor cabang, sesungguhnya tidak terdapat suatu tempat yang tertentu, dimana ketua cabang berada, disitu pula letak cabang kami nah tentunya kau sudah mengerti bukan sekarang" Mari, mari, kita duduk didalam saja
" Huan cu im dan Ban Hui jin bersama sama melangkah kedalam ruangan-Didalam ruangan tersebut hanya terdapat sebuah meja pendek saja tanpa perabot yang lain, tapi lalu Lian Sam seng telah meletakkan dua tiga buah karung goni disekeliling meja pendek tersebut sebagai tempat duduk dan mempersilahkan tamunya menempati karung goni tersebut.
Ban Hui jin adalah seorang nona yang suka akan kebersihan, apalagi setelah menyaksikan beberapa orang pengemis mencari kutu didepan kuil tadi, dalam hati kecilnya sudah timbul perasaan geli dan risih terhadap sekeliling tempat tersebut.
Melihat tampilan karung goni itu, terus terang saja dia merasa berat untuk mendudukinya, tapi engkoh tua pun seorang yang baik, sehingga mau tak mau terpaksa dia harus menempatinya juga, kendatipun dengan perasaan yang amat berat.
Lian Sam seng adalah jago kawakan yang sudah berpengalaman luas di dalam dunia persilatan, dari sikap ragu ragu nona tersebut, ia segera dapat menduga apa yang sedang terpikirkan olehnya, sambil tertawa dia pun segera berkata:
"Adik kecil, duduk saja tanpa ragu, demi menyambut kedatangan kalian berdua, aku memang secara khusus menyiapkan karung karung goni baru untuk kalian, Nah, sekarang tentunya kau bisa merasa lega hati bukan?"
Atas perkataannya itu, merah padam selembar wajah Ban Hui jin, cepat cepat dia duduk diatas karung goni itu seraya ujarnya^
"Engkoh tua, darimana kau bisa menduga sampai kesitu"
Tatkala melihat orang orangmu mencari kutu didalam kuil tadi, terus terang saja hatiku merasa geli dan risih..." Lian Sam seng tertawa terbahak bahak:
"Haah haah haah... adik cilik, kau terlalu memandang hina kemampuan kutu kutu berharga itu, tahukah kau bahwa kutu adalah benda wasiat dari perkumpulan kami?"
"Aah, masa kutupun dijadikan benda wasiat?" Ban Hui jin berseru keheranan
"Yaa, sedikitpun tidak salah"
Kemudian setelah berhenti sejenak. pengemis tua itu baru meneruskan kembali kata katanya:
".Setiap anggota Kay pang harus memelihara kutu kutu wasiat itu diatas badannya, pertama untuk dijadikan bahan latihan ilmu jarinya. Setiap hari mereka harus berlatih rajin untuk menangkap kutu kutu tersebut, kemudian melepaskannya kembali, dan kemudian ditangkap lagi, kemudian dilepaskan kembali, demikianlah seterusnya. Apa yang kau lihat tadi merupakan salah satu pelajaran yang harus melakukan laksanakan setiap hari bila ada waktu senggang."
"Selain itu" Apakah masih ada kegunaan yang lain?"
kembali nona itu bertanya.
"Tentu saja masih ada" Lian Sam seng melanjutkan "bila usianya semakin meningkat dewasa dan kedudukannya semakin tinggi, dimana tenaga dalam yang dimilikinya sudah mencapai suatu tingkatan tertentu, maka seekor kutu yang ditangkap dari badan sendiri yang disentilkan keluar dengan ilmu jari dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah orang lain, bila jumlah musuh terlalu banyak kami pun bisa meraup segenggam kutu yang disebarkan dengan ilmu Ban thian hui hoa (seluruh angkasa penuh bunga) kearah lawan, bukankah orang orang itu bisa dibekuk semuanya secara mudah?"
Kontan saja Ban Hui jin tertawa cekikikan setelah mendengar perkataan tersebut. "Engkoh tua, rupanya kau sedang bergurau"
"Tidak. aku sama sekali tidak bergurau" Lian Sam seng berkata dengan wajah bersungguh sungguh, "dari perkumpulan kami terdapat dua orang locianpwee yang seringkali berbuat kocak dengan benda benda mestikanya itu, konon ketika sedang berada di luar perbatasan tempo hari, dengan segenggam kutu wasiatnya mereka berhasil membunuh tiga belas orang penjahat yang amat keji dan kejam, setelah peristiwa tersebut orang telah menjumpai sebab sebab kematian dari ketiga belas orang pencoleng, yakni diatas jalan darah kematian mereka masing masing menempel seekor kutu wasiat "
"Engkoh tua siapa sih kedua orang locianpwee yang kau maksudkan itu?" tanya Ban Hui jin lagi.
Mereka adalah pelindung hukum dari perkumpulan kami yang lampau, Siau bin sin kou (pengemis sakti berwajah senyum) Yu It leng serta Pit gau kay poo (nenek pengemis bermata sipit).
"oooh, jadi kedua orang locianpwee itu masih hidup?"
"Engkoh tua pernah berjumpa dengan mereka berdua jauh pada tiga puluh tahunan berselang, konon mereka telah mengasingkan diri disebuah pegunungan yang terpencil dan tidak mencampuri urusan dunia lagi, tapi ada pula yang bilang, mereka pernah berjumpa mereka dipuncak bukit Hoa san berapa tahun berselang, malah ada pula yang mengatakan pernah bertemu disebuah rumah makan di ibu kota, pokoknya semua orang melukiskan kedua orang tua ini ibarat naga sakti yang nampak kepala tak nampak ekornya, tapi bila ditanya siapa yang telah bertemu dengan mereka berdua, ternyata tak seorangpun yang bisa menyebutkan namanya..."
Berbicara sampai disini dia segera mengambil sebuah poci air teh berwarna putih dengan bunga biru untuk memenuhi dua cawan dengan air teh, kemudian sambil menyodorkan cawan teh itu, katanya lagi sambil tertawa
"Kia hanya tahu berbicara terus sampai lupa menuangkan air teh untuk kalian berdua, eeh, kalian jangan lihat tempat ini adalah sarang pengemis, kau tahu daun teh yang kugunakan untuk membuat air teh ini adalah daun teh pilihan yang dibawa pangcu kami dari Im lam, sedang kedua cawan itupun sudah dicuci sampai bersih sekali"
"Banyak terima kasih engkoh" cepat cepat Huan cu im berseru.
Lian Sam seng segera melayangkan pandangan matanya dari wajah Huan cu im ke wajah Ban Hui jin, kemudian sambil mengelus jenggotnya dia berkata sambil tertawa:
-oo0dw0oo Jilid: 19 "Tampaknya saudara cilik jauh lebih jujur daripada adik perempuanku ini"
"Engkoh tua, kau tidak adil kalau bicara kapan sih aku tidak jujur..." sambil mengangkat bahunya Ban Hui jin segera memprotes.
"coba bayangkan saja" kata Lian Sam seng sambil tertawa,
"semenjak sampai di sini, selain ketika masuk tadi memanggil
"engkoh tua" kepadaku hanya kali ini mengucapkan "terima kasih" jadi hanya dua patah kata saja yang diucapkan sedang kau" Semenjak masuk tadi sudah berapa patah kata yang kau ucapkan ?"
Pertanyaan ini diutarakan sangat diplomatis, seandainya ditanyakan secara langsung siapa yang telah mengajak mereka pergi ke Kui bin shia, sudah barang tentu mereka tak akan bersedia menjawab dengan sejujurnya.
Perkataan dari mana bisa tahu kalau semalam engkoh tua menjumpai kesulitan hanya menyangkut urusan pribadi saja tapi rupanya pengemis ini telah memberi tahukan bahwa jawaban mereka pasti akan meliputi pula semua persoalannya.
Sebelum berangkat tadi sebenarnya Seng Bian tong telah berpesan kepada Huan cu im dan Ban Hui jin agar tidak menyinggung soal peristiwa semalam dengan Lian Sam sin, siapa tahu Ban Hui jin justru telah menyinggung persoalan tersebut tanpa disengaja.
Kini, setelah didesak oleh Lian Sam sin sebagai orang yang berhati jujur Huan cu im menjadi kegelapan dan untuk sesaat tidak tahu bagaimana mesti memberi jawabnya. cepat Cepat Ban Hui jin berkata:
"Engkoh tua, bagaimana kalau persoalan ini jangan kau tanyakan dulu" Didalam peristiwa semalam, seorang locianpwee telah memberitahukan kepada kami agar persoalan ini jangan diberitahukan kepadamu untuk sementara waktu, karenanya kami... kami tak dapat memberitahukan persoalan ini kepadamu" Lian Sam sin tertawa terbahak bahak:
"IHaahaa... haaahaaa bagus... bagus sekali. asal engkoh tua sudah tahu kalau perbuatan ini merupakan perbuatan kalian, itu sudah cukup, bila kalian enggan berbicara, engkoh tua pun tidak akan bertanya lagi"
Tiba tiba dari luar pintu kedengaran seseorang berseru dengan suara keras:
"Saudara Lian sedang berbincang bincang dengan siapa"
gembira amat nampaknya?"
Menyusul teguran tersebut, dari arah belakang muncul seseorang...
orang itu mempunyai perawakan tubuh yang jangkung, ceking dan berambut putih, hidungnya mancung, sepasang matanya cekung kedalam dan mukanya penuh berkeriput, tampang dari seseorang yang sudah matang dalam pengalaman-Buru buru Lian Sam sin bangkit berdiri seraya menyapa
"Kedatangan saudara Kwa sungguh amat kebetulan, mari siaute perkenalkan kau dengan saudara saudara cilik yang baru kukenal"
Sementara pembicaraan berlangsung, Huan cu im serta Ban Hui jin telah turut bangkit berdiri pula.
Lian Sam sin segera menunjuk ke arah orang yang baru datang itu sembari berkata: "Dia adalah Kwa Tiang tay, Kwa tiang lo, orang menyebutnya sebagai ciang klong kay (pengemis penakluk naga), dia adalah tianglo kiri dari perkumpulan kami, satu diantara dua pembantu utama pangcu kami. Dalam dunia persilatan dia pun termasuk dalam deretan jagojago kelas satu ilmu tangan sakti penakluk naganya berkemampuan untuk menghancurkan batu nisan-"
Tidak sampai perkataan itu diselesaikan sambil tertawa terbahak bahak Kwa Tiang tay telah menukas "Sudah selesaikah pembicaraan saudara Lian" Masa dihadapan kedua orang tamu kitapun kau terus menerus mengumpak diriku habis habisan, apakah kau tidak kuatir ditertawakan orang"
Yang penting kau harus selekasnya memperkenalkan kedua orang tamu kita ini" Huan cu im dan Ban Hui jin cepat cepat menjura seraya berseru :
"Sudah lama kudengar nama besar Kwa tianglo, sungguh beruntung hari ini kita bisa saling bersua"
Kembali Lian Sam sin tertawa terbahak bahak seraya berseru
"Untuk memperkenalkan seseorang, apa salahnya bila diterangkan sampai sejelas jelasnya ?"
Kemudian sambil menjura ke arah kedua orang itu, kembali katanya lebih jauh:
"Dia adalah saudaraku Huan cu im, putra dari berbaju hijau Huan tayhiap Sedangkan yang ini adalah adikku Ban Hui jin putri kesayangan dari Ban Bengcu dari bukit Hong san."
"Selamat berjumpa.. selamat berjumpa.." seru Kwa Tiang tay sambil tersenyum, "kalian berdua adalah angkatan muda yang berprestasi dan berasal dari keturunan kenamaan, bagaimana sih ceritanya sehingga saudara Lian pun dapat berkenalan dengan mereka?"
Lian Sam sin segera mengambil sebuah karung goni dari bawah alas dudukannya untuk diberikan sebuah untuk Kwa Tiang tay kemudian katanya : "Silahkan duduk saudara Kwa"
Dia menuang pula secawan ait teh dan diangsurkan kehadapannya rekannya ini.
"Terima kasih" ucap Kwa Tiang tay sambil menermia cawan air teh tersebut. setelah itu Lian Sam sin baru berkata sambil tertawa :
"Siaute bisa berkenalan dengan saudara cilik karena suatu pertarungan secara tak sengaja"
Secara ringkas diapun menceritakan bagaimana kisahnya sampai dia bertarung melawan Huan cu im.
Selesai mendengar kisah itu Kwa Tiang tay segera manggut manggut seraya berkata.
"Bagus, bagus, saudara Lian bisa mendapatkan saudara cilik dan adik cilik gara gara bertarung kapan kapan akupun ingin bertarung dengan Huan sauhiap agar aku pun mempunyai seorang saudara cilik dan adik cilik"
Selesai berkata dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak tiada hentinya.
Mendadak Huan cu im merasakan sesuatu yang aneh dia merasa suara tertawa dari Kwa Tiang tay ini seperti sangat dikenali olehnya hanya untuk sesaat tak teringat olehnya suara tertawa siapakah itu...
Pada saat itulah terdengar langkah kaki manusia yang masuk kedalam ruangan tergesa gesa lalu nampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat seorang pemuda berdandan pengemis dengan wajah amat pucat dan panik berlarian masuk sambil berteriak penuh kegelisahan"Kwa tianglo, Lian tianglo, aduh celaka, suhu..."
Huan cu im segera mengenali orang itu sebagai murid ketua Kay pang saat ini yang bernama Kang to Tidak sampai ia menyelesaikan kata katanya Kwa Tiang tay sudah mencengkeram sepasang lengan Kang to sambil berseru gelisah.
"Bagaimana dengan pang cu?"
Dengan air mata bercucuran membasahi wajahnya, Leng Kang to berkata
"Tak lama setelah suhu dia orang tua minum obat, mendadak keadaan sakitnya mengalami perubahan tecu sengaja datang kemari untuk mengundang tiangko berdua untuk memeriksa keadaannya"
"Aaah, hal ini mana mungkin bisa terjadi" saudara Lian, mari kita segera kesana" seru Kwa Tiang tay dengan perasaan kaget bercampur keheranan.
Ketika Lian Sam sin mendengar penyakit pang cunya mengalami perubahan yang gawat, cepat cepat dia berpaling kearah Huan cu im dan Ban Hui jin sambil berseru: "Harap kalian duduk sebentar, engkoh tua akan pergi sebentar saja."
Dengan langkah tergesa gesa dia lari keluar dari ruangan itu. Leng Kang to segera berebut berjalan didepan membuka tirai kain dan mempersilahkan kedua orang tianglo itu masuk kedalam ruangan
Tempat itu merupakan sebuah ruangan yang terbaik diseantero bangunan kuil tersebut, diatas sebuah pembaringan kayu yang terletak disudut ruangan, berbaring seorang kakek bermuka pucat pias seperti mayat. orang itu adalah ketua Kaypang, coa coan tiong yang namanya pernah menggetarkan diseluruh kolong langit dimasa lalu.
Kakek gagah perkasa yang pernah disegani dan dihormati orang ini, kini berbaring dengan tubuh yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang karena digerogoti penyakit yang menahun, sepasang matanya cekung kedalam dan napasnya sangat lemah nampaknya orang ini sudah berada tak jauh dari lembah kematian. cepat cepat Kwa Tiang tay dan Lian Sam sin mendekati pembaringan itu sambil berseru :
"Pangcu." Leng Kang toa menghampiri pula suhunya dan berbisik lirih disisi telinganya: "Suhu, Kwa tianglo dan Lian tianglo telah datang"
Pelan-pelan coa coan tiong membuka matanya dan memandang kedua orang yang berada didepan pembaringan itu dengan pandangan matanya yang sayu dan tak bersinar, bibirnya bergetar seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah kata pun yang dapat diucapkan Lian Sam sin yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi kecut hatinya, dengan air mata yang mengembang dalam kelopak matanya dia berbisik lirih:
"Pangcu, beristirahatlah dengan perasaan tenang, perkumpulan kami tidak terjadi sesuatu kau tak usah merasa kuatir"
coa coan tlong kembali menggerakkan sepasang matanya seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun dari tenggorokannya hanya sempat memperdengarkan suara gemerutuk yang keras.
Kelihatan sekali betapa gelisah dan cemasnya pangcu itu, dadanya sampai naik turun tak menentu, sementara napasnya memburu.
cepat cepat Leng Kang to menguruti dada gurunya sambil berbisik lirih "Suhu, bila kau orang tua ingin mengucapkan sesuatu, katakanlah nanti saja" Namun dengan kening berkerut Kwa tiang tay segera berpaling sambil menukas
"Tampaknya pangcu sudah tak mampu menahan diri lagi, dia seperti ingin menyampaikan pesan terakhirnya..."
"Biar beristirahat dulu sebentar, siapa tahu kalau kesehatannya akan segera pulih kembali?" kata Lian Sam sin cepat.
Kwa Tiang tay segera berpaling kembali ke arah Leng Kang to sambil tanyanya :
"Kang to resep obat yang dibuat tabib Beng barusan apakah sudah kau berikan kepada pangcu ?"
"Masakan pertama sudah diminum, masakan kedua sudah matang namun berhubung masih terlalu panas maka belum diberikan"
Tabib Beng adalah tabib paling termashur di kota Kim leng ini kata Kwa Tiang tay dengan kening berkerut, "aneh sekali kalau pangcu yang telah minum obatnya bukan bertambah baik malahan keadaannya semakin gawat sehingga berbicara pun tak mampu lagi."
Dalam pada itu, coa coan tiong yang telah diuruti dadanya oleh Kang to, keadaannya sudah bertambah membaik, sorot matanya masih saja ditujukan ke arah Kwa Tiang tay serta Lian Sam sin dia seperti ingin mengucapkan sesuatu hanya sayang niatnya itu tak mampu diutarakan keluar.
Sambil duduk didekat pembaringan, Leng Kang to mengangkat cawan berisi obat sambil katanya:
"Suhu setelah minum obat ini sakitmu tentu akan sembuh kembali, biar tecu suapi kau orang tua, mumpung obatnya masih hangat"
Sambil berkata dia menggunakan sendok untuk menyuapi gurunya dengan obat. Kwa Tiang tay segera berkata :
"Kang to, setelah pangcu selesai minum obat, biarlah dia tidur nyenyak. jangan sekali kali kau usik dirinya."
"Tecu mengerti," Leng Kang to manggut manggut. Kwa Tiang tay segera berpaling sambil katanya pula :
"Saudara Lian-.. lebih baik kita jangan mengganggu ketenangan pangcu lebih dulu" Selesai berkata dia lantas beranjak keluar dari ruangan-Lian Sam sin dengan perasaan yang amat berat mengikuti dibelakangnya melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Sesudah berada diluar ruangan Kwa Tiang tay mengalih sorot matanya kearah seorang anggota kay pang yang berdiri di bawah undak undakan batu kemudian berseru "Siang See yong"
"Ya a..." orang itu menyahut sambil memberi hormat, "Kwa tianglo ada urusan apa?"
"Tadi adakah seseorang memasuki ruangan belakang ?"
"Lapor tianglo, tak seorang pun yang masuk kemari"
"Siapa yang memakai obat buat pangcu?" kembali Kwa Tiang tay bertanya lagi.
"Leng toako memasaknya sendiri."
Ternyata Leng Kang to adalah satu satunya murid Coa pangcu, dia pun merupakan ahli waris satu satunya dari perkumpulan Kaypang, oleh sebab itulah semua anggota perkumpulan, baik yang tua maupun yang muda, semuanya memanggil "toako" kepadanya.
"Siapa pula yang membeli bahan obat obatan menurut resep dari tabib Beng ?" tanya Kwa Tiang tay lebih jauh.
"Leng taoko juga yang pergi ke kamar obat Tay hoo tong untuk membeli obat-obatan tersebut"
Kwa Tiang tay segera memandang sekejap kearah teko pemasak obat yang masih berada diatas anglo, kemudian tanyanya lagi :
"Apakah selama ini kau berdiri terus di sini tanpa meninggalkan selangkahpun?"
"Tecu mendapat tugas untuk berjaga di tempat ini, karenanya tidak selangkahpun tecu meninggalkan tempat."
"Bagus sekali, coba kau pergi mencari Kang to dan minta resep obat dari tabib Beng, aku ingin memeriksanya."
Siang See yong segera mengiakan dan melangkah masuk kedalam ruangan
"Ada apa sih?" Lian Sam sin segera bertanya, "apakah saudara Kwa menganggap obat obatan dari tabib Beng ada yang tak beres..."
"Benar, aku memang berpendapat demikian," sahut Kwa Tiang tay sambil mengangguk, "kalau tidak. mengapa keadaan penyakit pangcu tiba tiba bertambah parah setelah minum obat tersebut" Mau tidak mau kita mesti mencurigai jangan jangan dia telah salah menyusun obat obatan tersebut"
"Tabib Beng sudah banyak tahun bekerja dikota Kim leng, diapun termashur sebagai tabib nomor wahid bagi negeri kita mustahil dia salah membuat resep"
Sementara pembicaraan ini berlangsung, siang See yong telah muncul kembali dari kamarnya dengan membawa resep yang dimaksud dan segera diserahkan ke hadapan Kwa Tiang tay.
Sesudah menerima resep tersebut, Kwa Tiang tay segera memeriksanya dengan seksama Lian Sam seng termenung sejenak. kemudian ujarnya :
"Bila dilihat dari resep ini, bahan obat obatan yang dia pergunakan hampir sama dengan obat obatan yang digunakan Li It tak cara memeriksa nadipun tak jauh berbeda, rasanya hal ini tak bakal salah lagi"
Kwa Tiang tay segera mengangkat kepalanya seraya berseru : "Siang See yong, coba bawa kemari teko pemasak obat itu."
"Baik" Siang See yong mengiakan.
Dia membalikkan badan dan mengambil teko pemasak obat itu dari atas tungku kemudian diserahkan kepada Kwa Tiang tay.
Kwa Tiang tay segera membuka penutup teko itu dan menuang sisa obat tersebut keatas lantai Lian Sam sin yang menyaksikan hal tersebut segera menegur "Saudara Kwa, apa yang hendak kau lakukan?"
"Siaute hendak memeriksa, apakah obat obatan yang diberikan kamar obat betul atau tidak"
Sambil memegang resep obat itu dia mulai berjongkok dan memcocokkan ampas obat tersebut satu persatu.
Berhubung rekannya sedang mencocokkan ampas obat obatan itu satu persatu, Lian Sam seng merasa kurang leluasa untuk meninggalkan tempat tersebut, terpaksa dia menanti disamping.
setiap tianglo dari Kay pang memang ahli didalam ilmu pertabiban otomatis mereka pun mengenali setiap bahan obat obatan tersebut.
Tak lama setelah mencocokkan ampas obat obatan tersebut tiba tiba terdengar Kwa Tiang tay menjengek sambil tertawa dingin: "Heee heee... ternyata memang tidak meleset dari apa yang kuduga"
"Apakah saudara Kwa berhasil menemukan kesalahan dalam susunan obat obatan tersebut?" cepat cepat Lian Sam sin bertanya
Dengan jepitan kedua jari tangannya Kwa Tiang tay mengambil sepotong bahan obat obatan berwarna hitam pekat yang panjangnya satu inci dari balik ampas obat obatan tersebut kemudian sambil bangkit berdiri katanya: "Saudara Lian, kau kenali benda apa ini?"
Lian Sam sin menerima ampas tersebut dan dilihatnya dengan seksama, namun wajahnya segera berubah, tubuhnya bergetar keras lantaran kaget, dengan suara tertahan ia berbisik:
"Rumput beracun Kiu ciat tok hong Siapa yang telah mencampuri rumput beracun itu didalam obat tersebut?"
"Bukankah saudara Lian sudah mendengar sendiri semua pengakuan dari Siang See yong barusan?" kata Kwa Tiang tay dengan suara yang menyeramkan,
"obat obatan tersebut dibeli sendiri oleh Kang to bahkan dimasak sendiri olehnya padahal tiada orang kedua yang datang kemari"
Biasanya rumput beracun Kiu ciat tok hong dipergunakan oleh orang orang Kay pang untuk mengobati luka beracun akibat pagutan ular, berhubung sifat racunnya terlampau ganas biasanya dapat dipakai sebagai obat manjur untuk mengobati luka luka beracun. Tapi bagi mereka yang tidak keracunan obat itu cukup untuk merenggut selembar jiwanya Dihari hari biasa, Lian Sam sin sangat menaruh hormat dan kagum atas sikap Leng Kang to yang bersikap dewasa meski usianya masih muda, namun dia ragu juga sesudah mendengar perkataan dari Kwa Tiang tay yang menuduh pemuda tersebut telah menghabisi nyawa gurunya sendiri dia segera berkata:
"Aku rasa tak mungkin hasil perbuatan dari Kang to sibocah tersebut?"
"Saudara Lian, kini bukti sudah berada didepan mata," seru Kwa Tiang tay dengan suara dingin, "sikap pangcu kepadanya boleh dibilang tidak jelek. namun ia justru telah melakukan perbuatan yang terkutuk dan melakukan tersebut, apakah kau masih hendak berusaha untuk melindungi jiwanya" Ayoh berangkat biar sekarang juga kubunuh bocah keparat itu"
"Tunggu dulu saudara Kwa" cepat cepat Lian Sam sin mencegah lagi, "lebih baik kita selidiki dahulu persoalan ini sampai jelas sebelum mengambil tindakan lebih jauh."
"Suhu... suhu..."
Mendadak dari arah kamar kedengaran suara teriakan Leng Kang to yang disertai isak tangis yang memilukan hati.
Kwa Tiang tay semakin naik pitam, dia membentak dengan suara menggeledek.
"Manusia durhaka yang tak tahu diri, kau sudah mencelakai pangcu, apa pula yang kau tangisi?"
Dengan langkah lebar dia segera berebut menuju kedalam ruangan-Cepat cepat Lian Sam sin mengikuti di belakangnya, ditemukan coa pangcu telah menghembuskan napasnya yang penghabisan sementara Leng Kang to berada disamping pembaringan sedang menangis tersedu sedu.
"Leng Kang to" dengan suara menggeledek Kwa Tiang tay segera membentak keras, "kau penghianat perguruan, ayoh jawab, kenapa kau celakai pangcu sampai mati?"
Sekalipun Leng Kang to sedang menangis terisak dengan begitu sedihnya namun bentakan dari Kwa Tiang tay diutarakan dengan suara yang keras sekali, ketika ia mendengar ada orang telah mencelakai pangcunya, dengan perasaan kaget cepat ia hentikan tangisannya dan membalikkan badan.
Segera terlihat olehnya Kwa Tiang tay sedang mendekatinya selangkah demi selangkah dengan hawa membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, sementara suara bentakan menggelegar di seluruh ruangan
"Aku ingin bertanya kepadamu mengapa kau celakai pangcu" Ayoh, kenapa tidak kau akui?"
"Kwa tianglo mencurigai tecu yang telah mencelakai suhu..." teriak Leng Kang To dengan perasaan amat terperanjat.
"Aku mencurigaimu?" Kwa Tiang tay mengejek dengan nada yang menyeramkan "semua bukti telah berada di depan mata buat apa aku mesti menaruh curiga lagi ?"
Leng Kang to semakin terkejut lagi oleh perkataan tersebut sehingga untuk berapa saat dia berdiri tertegun katanya kemudian dengan suara yang kaku
"Sehari menjadi guruku, selama hidup beliau adalah guruku, suhu sudah melepaskan budi setinggi gunung kepada tecu, jangan lagi membunuh tecu pun bersedia mengorban jiwa demi keselamatan suhu, bagaimana mungkin-..
bagaimana mungkin aku memunuh guruku sendiri"
"Murid durhaka, kau masih hendak menyangkal?" bentak Kwa Tiang tay dengan suara menggeledek,
"pengawaL.!!,"

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tecu siap" seru Siang yong sambil memburu kedepan pintu ruangan.
"Kau segera perintahkan orang untuk meringkus murid durhaka ini kemudian undang kemari tianglo bagian ilmu silat dan bagian hukum..."
"Tecu siap menerima perintah"
Menyusul kemudian muncul dua orang anggota pengemis yang memasuki ruangan. Sambil mengulapkan tangannya Kwa Tiang tay segera berseru "Kalian segera ringkus murid durhaka itu"
Dua orang pengemis tersebut segera mengeluarkan tali yang terbuat dari otot kerbau dan berjalan menghampiri Leng Kang to
Dengan wajah basah oleh air mata Leng Kang to segera menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, serunya dengan suara yang amat memilukan hati :
"Tecu bersedia untuk mengorbankan diri, namun tecu penasaran bila harus menanggung dosa sebagai pembunuh guru sendiri. Lian tianglo, semua ini kau begitu sayang kepada tecu, selain suhu yang kini telah kembali ke alam baka hanya kau orang tua yang bisa membela tecu dari fitnahan yang amat keji ini biarpun tubuh tecu harus dicincang menjadi berkeping keping, aku tentu akan sangat berterima kasih kepadamu"
"Tutup mulut" bentak Kwa Tiang tay dengan suara keras
"kau bilang tuduhanku berupa fitnahan" Hmm kurang ajar benar. Hey, mengapa kalian tidak segera meringkus bocah durhaka ini ?"
Dua orang anggota pengemis itu tak berani ragu ragu lagi, serentak mereka bertindak, dengan menelikung sepasang tangan Leng Kang to kebelakang punggung lalu membelenggunya kencang kencang.
Lian Sam sin yang memasuki ruangan, benar benar hatinya merasa pedih dan murung, jenasah ketuanya belum lagi menjadi ahli waris pangcunya telah dituduh sebagai pembunuh. Karenanya ketika mendengar suara tangisan dari Leng Kang to, dia segera berkata :
"Kang to, kau tak usah kuatir asalkan kau benar benar bukan pembunuh pangcu, meskipun peraturan perkumpulan kita amat ketat, tak pernah kami menghukum mereka yang tak berdosa. tetapi jika kaulah pembunuh pangcu, siapapun tak akan mampu menyelamatkan jiwamu lagi"
"Perkataan Lian Tianglo sangat tepat" kata Kwa Tiang tay sambil membalikkan badan "Antara aku dengan dirimu tiada ikatan dendam ataupun sakit hati, buat apa aku mesti memfitnahmu" Aku pasti akan menyuruh tianglo bagian hukuman untuk menyelidiki persoalan ini dengan sebaik baiknya dan menyelesaikan kasus tersebut tuntas Berbicara sampai disini," diapun berkata pula kepada Lian Sam sin :
"Saudara Lian, kini pangcu sudah meninggal dunia, coba kau periksalah jenasahnya pangcu, coba dilihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan"
Dia sebagai tianglo kiri dari Kay pang menurut peraturan kay pang mempunyai hak untuk menduduki jabatan sebagai pengganti pangcu untuk sementara waktu berhubung sepeninggal ketuanya, ahli waris yang telah dipersiapkan ternyata mempunyai kecurigaan sebagai pembunuh gurunya sendiri.
Lian Sam sin amat terperanjat sesudah mendengar perkataan tersebut, segera pikirnya :
"Tadi beberapa kali pangcu seperti ingin membuka suara dan mengucapkan sesuatu, namun setiap kali dia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun, sekalipun keadaannya sudah amat kritis waktu itu, semestinya tak mungkin susah berbicara, yaaa... kalau dipikirkan kembali kejadian ini memang amat mencurigakan, jangan jangan..."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia berjalan menuju ke depan pembaringan, lalu menyingkap selimut dan mulai memeriksa jenasah ketuanya dengan seksama Setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, dalam waktu singkat dia telah menjumpai bahwa jalan darah Yaa bun hiat di belakang tengkuk ketuanya telah terluka oleh semacam ilmu jari yang disebut Jit cun ceng (getaran tujuh inci) Perlu diketahui, ilmu jari yang disebut Jit cun ceng ini merupakan ilmu kepandaian khusus bagi perkumpulan Kaypang sesuai dengan namanya, kepandaian tersebut biasanya dipergunakan oleh anggota Kay pang untuk menangkap ular
Asalkan jari tangan sudah menempel pada bagian tujuh inci dari ular, kemudian memancarkan tenaga getaran ketubuh binatang tersebut, maka kendatipun bagian yang mematikan tersebut tidak sampai terpegang tenaga getaran yang dihasilkan sudah cukup untuk menggetarkan ular itu sampai pingsan.
Sebaliknya jika digunakan untuk menghadapi musuh ilmu jari ini termasuk salah satu ilmu serangan maut yang khusus mengancam jalan darah mematikan ditubuh musuh.
Apalagi jalan darah Yaabun hiat merupakan pusat kontrol dari semua urat syaraf menuju ke otak. dengan terserangnya bagian tersebut oleh ilmu Jit cun ceng, secara otomatis anggota badan manusia menjadi lumpuh semua indera menjadi kurang berfungsi dan keadaannya amat payah, tak jauh berbeda seperti keadaan dari ketuanya barusan-Padahal di dalam ruangan hanya Leng Kang to seorang sedang orang lain tak akan bisa masuk ke dalam tanpa panggilan khusus, selain dia sendiri yang membunuh ketuanya siapa pula yang sanggup berbuat demikianDalam gusar dan gemasnya, Lian Sam sin segera mendengus berat berat seraya berseru : "Murid durhaka ini benar benar tidak berperikemanusiaan"
Walaupun dia terhitung seorang jago kawakan dari dunia persilatan, bagaimanapun juga terhitung manusia kasar.
Setelah menjumpai ketuanya tewas akibat totokan Jit cun ceng pada jalan darah Yaa bun hiat nya, padahal didalam ruangan hanya terdapat Leng Kang to seorang otomatis diapun menuduh pemuda itulah sebagai pembunuhnya: Tapi dia lupa, sewaktu Leng Kang to hendak memberi obat kepada gurunya tadi, berhubung keadaan sakit gurunya terjadi perubahan, dengan langkah yang gugup dia telah pergi keruang sebelah kiri untuk memanggil dia bersama Kwa Tiang tay, meskipun jangka waktunya tidak terlalu lama, tapi bukankah Leng kang to sudah meninggalkan pula tempat tersebut "
Dengan sepasang mata memancarkan cahaya kilat Kwa Tiang tay membalikkan badannya sambil menegur.
"Apakah saudara Lian telah menemukan sesuatu gejala yang tidak beres...?"
Dengan sepasang mata merah membara dan menggigit bibir menahan rasa gemesnya sahut Lian Sam sin :
"Murid durhaka ini benar benar sudah tidak berperasaan lagi, dia telah menotok jalan darah Yaa bun hiat ditubuh pangcu dengan ilmu Jit cun ceng."
Beberapa kata ini diucapkan olehnya dengan perasaan pedih, dan sekujur badan gemetar keras.
Sepasang tangan Leng Kang to yang ditelikung kebelakang diikat kencang kencang dan dipegangi oleh dua orang anggota perkumpulan, dia masih berdiri disudut ruangan itu. Ketika mendengar perkataan tersebut, dengan air mata bercucuran dia segera berseru
"Lian tiang lo, apakah kau orang tuapun mencurigai tecu sebagai pembunuh suhu" biarpun tecu tak becus, pikiranku belum sampai menyeleweng begitu jauh,aku pun tak membalas air susu dengan air tuba dengan mencelakai jiwa suhu yang sedang sakit parah..."
"Didalam ruangan ini hanya terdapat kau seorang, kalau bukan kau lantas siapa lagi ?" bentak Lian Sam seng dengan penuh kegusaran"oooh, Thian-.." Leng Kang to mendongakkan kepalanya sambil berpekik sedih "seandainya Leng Kang to benar benar telah mencelakai suhu aku mampus disambar geledek dan hancurj adi abu, tecu benar benar merasa terfitnah..."
Disaat dia sedang berteriak teriak itulah dari ruangan telah muncul dua orang pengemis tua, mereka segera memberi hormat kepada Tiang tay dan Lian Sam sin sambil katanya:
"Tongcu bagian pewaris ilmu silat ong Tian hay dan tongcu bagian hukum Song jin bin menjumpai tianglo kiri dan kanan-"
"Saudara ong, saudara Song, pangcu telah kembali kealam baka..." seru Kwa Tiang tay sambil mengangkat tangannya.
ong Tian hay dan Song jin bin sangat terkejut cepat cepat mereka mendekati pembaringan dan menjatuhkan diri berlutut untuk memberi hormat, sementara air mata jatuh bercucuran dengan derasnya.
Tapi sejenak kemudian mereka sudah bangkit berdiri, sambil memberi hormat kepada Kwa Tiang tay dan Lian Sam sin katanya: "Boleh kami tahu apa perintah dari tianglo kiri kanan?" Dengan sepasang mata berkaca kaca, Kwa Tiang tay berkata:
"Perkumpulan kami tidak beruntung sehingga muncul seorang murid murtad penghianat perkumpulan, dimana dia telah membunuh pangcu. Sekarang harap Song tiang lo menggusur pergi penghianat ini dan coba diperiksa apakah masih ada komplotan lainnya?"
Sembari berkata, dia lantas menuding ke arah Leng Kang to yang berada disampingnya dengan wajah penuh kesedihan-Song jin bin nampak bergetar keras seluruh badannya, dengan suara tergagap dia berseru:
"Mungkinkah perbuatan dari Leng Kang to" Dia kah yang telah mencelakai pangcu?"
Ia sebagai tongcu hukuman dari Kay pang merupakan seorang yang amat jujur, selama ini diapun cukup tahu karakter dari Leng Kang to, itulah sebabnya hampir saja dia tak percaya dengan pendengaran sendiri, Kwa Tiang tay mengeluarkan sepotong ampas kiu kiat tok bong dari balik ampas obat tersebut dan disodorkan kedepan sambil serunya
"Benda ini kuperoleh dari ampas obat yang digunakan untuk memasak obat pangcu termasuk juga salah satu barang bukti, padahal obat itu diramu oleh murid durhaka ini sendiri, dan dia juga yang memasak dan diberikan kepada pangcu, tiada orang kedua yang pernah membantu usahanya tersebut"
Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya: Setelah itu, barusan Lian tiang lo pun sudah memeriksa jenasah dari pangcu dan menemukan ada orang menotok jalan darah Gl bun hiat ditubuh pangcu dengan ilmu Jit cun ceng perkumpulan kita, padahal didalam kamar ini hanya ada murid murtad seorang yang melayani segala kebutuhan pangcu, kecuali dia seharusnya tiada orang kedua yang bakal melukai pangcu lagi, nah bukti sudah didepan mata, Song tongcu harus menggunakan tata cara yang terbaik untuk mengorek keterangan-"
Yang dimaksud sebagai "tata cara yang terbaik untuk mengorek keterangan" jelas adalah menyuruh dia menggunakan cara memukul dan menyiksa guna memperoleh pengakuan. Bila dihari hari biasa, Lian Sam sin pasti akan menangkap arti dari perkataan itu.
Setelah Coa pangcu mati, maka jabatan sebagai ketua otomatis jatuh ke tangan Leng kang to sebagai satu satunya ahli waris dari Coa pangcu, tapi sekarang sang ahli waris justru menerima tuduhan sebagai "murid durhaka" yang mencelakai guru sendiri dan ditangkap pihak bagian hukum, sudah barang tentu dia tak mungkin bisa menduduki jabatan sebagai seorang ketua lagi.
Padahal menurut peraturan yang berlaku dalam Kaypang :
"Bila pangcu meninggal dunia atau menjumpai suatu halangan dan penggantinya belum ditetapkan, maka jabatan pangcu untuk sementara waktu dipangku oleh tianglo kiri sampai terpilihnya kembali pangcu baru."
Itu berarti menurut peraturan tersebut, Kwa Tiang tay lah yang akan menjadi pejabat pangcu sampai terpilihnya ketua baru nanti.
Karena dewasa ini Leng Kang to tidak lebih hanya seorang tertuduh pembunuh ketua, padahal dia pun seorang ahli waris pengganti kedudukan ketua, meski saat ini hak tersebut belum hilang, namun jika pihak pengusaha bagian hukum berhasil mendapatkan pengakuan darinya, dan ia sudah terbuki sebagai pembunuh gurunya, maka hak menjadi ahli waris pun akan hilang, sedang pihak Kay pang harus memilih ketua barunya... Ini berarti pengakuan Leng Kang to merupakan suatu yang penting sekali artinya.
Sudah barang tentu Lian Sam sin pun memahami akan persoalan ini, namun berhubung Kwa Tiang tay berhasil menemukan ampas kiu cit tat hong dari tempat memasak obat, dan dia sendiripun menemukan jalan darah Ya bun hiat ditubuh ketuanya ditotok orang dengan ilmu Jit cun ceng, maka terdorong oleh dua bukti yang disaksikan mata kepala sendiri, hatinya sedang dicekam kegusaran yang luar biasa, otomatis diapun tidak berpikir lebih banyak lagi.
Dalam pada itu Tongcu bagian hukum Song Jin bin telah memberi hormat seraya jawabnya: "Siaute turut perintah"
Selesai berkata diapun segera memberi tanda kepada kedua orang muridnya.
Kedua orang anggota kay pang itu segera menggusur Leng Kang to keluar dari ruangan-Kwa Tiang tay segera berkata pula kepada tianglo pewaris ilmu silat ong Tin hay :
"Segala sesuatu tentang upacara penguburan jenasah pangcu kuserahkan kepada saudara ong, harap kau atur dengan sebaiknya"
"Siaute turut perintah" ong Tin hau segera menjura.
Pelan pelan Kwa Tiang tay membalikkan badannya, kemudian berkata lagi.
"Tentang bagaimanakah penjelasan atas kematian pangcu kepada dunia luar serta bagaimanakah memberi kabar kepada pelbagai perguruan dan partai, terpaksa harus minta bantuan dari saudara Lian untuk menyelesaikannya."
"Tentu saja siaute kerjakan," Lian Sam sin segera memberi hormat pula. sesudah memberi hormat dia segera mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Kembali keruang kiri, Ban Hui jin segera menyaksikan paras muka pengemis tua itu menunjukkan perubahan yang sangat aneh, tak tahan gadis itu bertanya^ "Engkoh tua bagaimana dengan keadaan penyakit pangcu perkumpulan kalian?"
"Pangcu sudah kembali kealam baka" sahut Lian Sam sin sedih.
"Pangcu kalian telah kembali kealam baka?" seru Huan cu im terperanjat.
"Aaai, peristiwa ini merupakan ketidak beruntungan bagi perkumpulan kami, pangcu telah dibunuh oleh muridnya sendiri"
"Aaah, masa ada kejadian seperti ini" Siapakah orang itu?"
tanya Ban Hui jin keheranan"orang itu adalah Leng Kang to, orang yang pernah kalian jumpai."
Huan cu im menaruh kesan yang cukup mendalam terhadap Leng Kang to, ia merasa pemuda itu gagah perkasa dan tidak mirip manusia yang bisa membunuh guru sendiri, tanpa terasa dia berseru:
"Aku rasa saudara Leng cukup gagah lembut dan tidak mirip seorang manusia cecunguk yang mampu membunuh guru sendiri"
"Benar, aku pun merasa dia tidak mirip orang jahat"
sambung Ban Hui jin. "Tapi bukti nyata sudah didepan mata, bagaimana mungkin bukan perbuatannya?" Secara ringkas Lian Sam sin segera menceritakan keadaan yang telah dialaminya. selesai mendengarkan keterangan tersebut, Ban Hui jin segera berkata :
"Bukankah barusan Leng Kang to pun telah datang kemari"
Meskipun waktunya amat singkat, namun bila ada orang ingin membunuh pangcu dan melimpahkan kesalahan dan dosa tersebut keatas bahu Leng Kang to, maka ia mempunyai cukup waktu untuk masukkan obat racun kedalam teko pemasak obat dan menyusup kedalam kamar untuk menotok jalan darah Ya bun hiat dari coa pangcu dengan manfaatkan kesempatan disaat ia pergi meninggaikan kamar tadi bukankah coa pangcu sudah sakit parah dan sama sekali tak berkemampuan untuk melawan lagi."
Sesungguhnya perkataan itu hanya merupakan suatu dugaan saja, namun beberapa patah kata itu justru bagaikan genta emas yang berbunyi bertalu talu, setiap patah kata bergetar nyaring dalam benak Lian Sam sin.
Dalam waktu singkat juga pengemis penakluk harimau Lian Sam sin ini dibikin sadar kembali, dengan sorot mata berkilat dia segera mengangguk berulang kali.
"Benar adik perempuanku, untung ada kau, rasanya peristiwa ini benar benar merupakan suatu intrik dan rencana keji dari pihak musuh."
Tidak sampai dua orang itu berbicara lagi, dia telah menyambung lebih jauh:
"Saudara cilik, adik cilik, setelah pangcu berpulang kealam baka, maka engkoh tuapun masih banyak urusan yang harus diselesaikan, kita sebagai saudara angkat tentunya tak perlu sebagai tata krama bukan" engkoh tua tak ingin menahan dirimu lagi biarlah lewat berapa hari kemudian engkoh tua pergi menengok kalian"
Kedua orang itu segera bangkit berdiri dan berpamitan kepada Lian Sam sin, sedangkan pengemis tua itupun mengantar mereka sampai diluar kuil baru balik masuk.
Ketika Huan cu im dan Ban Hui jin tiba kembali diperusahaan Seng ki piaukiok. hari sudah menunjukkan siang hari, mereka segera menuju ke kamar baca seng Bian tong dimana dalam ruang tengah telah disiapkan hidangan.
Disekeliling meja perjamuan duduk siang Han hui, Seng Bian tong dan Ban sian ceg bertiga, seorang dayang berbaju hijau sedang melayani ketiga orang itu bersantap.
Ketika Seng Bian tong menyaksikan kemunculan kedua orang itu, dia segera mengangkat kepalanya sambil bertanya:
"Huan hiantit, sampai sekarang kalian baru pulang, apakah sudah bersantap?" Ban Hui jin dengan cepat menjawab lebih dulu ^
"Lopek, kami belum bersantap. kay pang sudah terjadi peristiwa maka kami telah pulang lebih awal"
"Kalau begitu cepat duduk" seru Seng Bian tong. "Cun im, ayoh cepat siapkan nasi untuk Huan kongcu dan nona Ban"
Kedua orang itupun tidak sungkan sungkan lagi, mereka segera mengambil tempat duduk, sedangkan dayang berbaju hijau itupun mengambilkan nasi buat mereka berdua.
Menanti kedua orang itu sudah duduk. Siang Han hui baru bertanya dengan penuh perhatian:
"Apa yang telah terjadi di Kay pang?""
"Coa pangcu dari Kay pang telah berpulang kealam baka,"
kata Huan Cu im. Seng Bian tong segera dibuat tertegun oleh kabar tersebut, dengan cepat serunya^
"Aku memang mendengar kalau Coa pangcu telah tiba di Kim leng, kenapa" Dia telah meninggal dunia?"
"Yaa, dia mati diracuni orang," sahut Ban Hui jin sekali lagi Seng Bian tong dibuat tertegun, cepat dia berseru.
"Apa" Coa pangcu mati diracuni orang" Apakah pembunuhnya sudah ditangkap?"
"Konon yang melakukan pembunuhan tersebut adalah muridnya yang bernama Leng Kang to"
"Aaah, masa ada kejadian seperti ini"
Sementara itu Siang IHan hui juga berkata:
"Tahun ini hati manusia memang gampang berubah, ternyata ada murid begini meracuni guru sendiri, padahal Kay pang adalah suatu perkumpulan yang mengutamakan kebenaran dan keadilan, belum pernah terjadi peristiwa pembunuhan terhadap guru sendiri seperti apa yang terjadi saat ini"
Perlu diketahui, bagi umat persilatan baik dari golongan lurus maupuan sesat yang terpenting bagi mereka adalah guru dan perguruan, membunuh guru sendiri merupakan suatu peristiwa yang paling dibenci oleh setiap orang.
Pelan-pelan Seng Bian tong menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian katanya :
"Ciangbunjin, aku rasa ada orang yang telah melakukan fitnahan dalam peristiwa ini, siapa tahu pembunuhnya adalah orang lain". Dari mana kau bisa berkata demikian?"
"Coa pangcu hanya menerima seorang murid saja yakni Leng Kang to, dalam perkumpulan Kay pang pun dia sudah dianggap sebagai pewaris kedudukan Coa pangcu, aku sudah berapa kali bertemu dengannya, orang ini sopan santun dan merupakan seorang pemuda yang serius dan jujur, sudah pasti orang semacam ini tak akan melakukan pembunuhan terhadap guru sendiri, aku kuatir kalau didalam tubuh Kay pang sendiri ada orang yang mengincar kedudukan sebagai pangcu maka dia sengaja mengatur jebakan untuk memfitnah orang lain, bukankah semalam Lengcu emaspun telah mengirim orang untuk mengerubuti Lian Sam sin" Kejadian tersebut merupakan suatu bukti yang sangat jelas sekali "
"Apa yang dikatakan Seng lopek memang benar, akupun merasa Leng Kang to sedang difttnah seseorang" kata Ban Hui jin pula dengan cepat.
"Adikku, kau jangan sembarangan berbicara" tukas Ban Sian ceng segera. Dengan cepat Ban Hui jin memberutkan bibirnya sambil berseru:
"Di sini toh tak ada orang luar, apa salahnya kalau aku berkata demikian" Malahan Huan toa ko sendiri pun berkata begitu terhadap engkoh tua"
"Selama kalian mertamu di kay pang, apa saja yang telah kalian dengar?" Seng Bian tong segera bertanya.
"Kami mendengar dari engkoh tua yang mengatakan-.^"
Secara ringkas nona ini segera menceritakan semua kejadian yang telah berlangsung didalam Kay pang.
Selesai mend engar penuturan tersebut, Seng Bian tong manggut manggut seraya berkata:
"Nah, itulah dia Kay pang adalah suatu perkumpulan yang mengutamakan kebenaran dan kesetiaan kawan, tapi belakangan ini aku rasa memang ada sedikit persoalan-.."
Ia tidak menjelaskan persoalan apa saja itu, sebaliknya berpaling ke arah siang Ha n hui sambil katanya:
"jangan jangan peristiwa inipun ada hubungannya dengan pemilihan Bulim bengcu."
Sian Han hui hanya mengelus jenggotnya saja tanpa berbicara, ia nampak seperti termenung dan memikirkan sesuatu dengan serius, wajahnya menunjukkan pula keseriusan-sebaliknya Ban Sian ceng segera berseru dengan kaget,
"Aah, masa terbunuhnya coa pangcu ada kaitannya dengan pemilihan Bu lim bengcu?"
"Ehmm..." Seng Bian tong pelan pelan mengangguk, "coa Poh tiong dan Sam siang tayhiap mempunyai hubungan persahabatan yang sangat rapat, apabila coa pangcu tidak mati, dia pasti akan mendukung Yu Hua liong sebagai calon bengcu, tapi sekarang coa pangcu telah menemui ajalnya sebelum pertemuan puncak dibukit Hong san diselenggarakan, bisa jadi peristiwa ini merupakan hasil karya dari lengcu emas tersebut..."
"Entah siapakah lengcu emas tersebut, berani amat dia berbuat semena mena..." seru Ban Sian ceng dengan mendongkol.
sementara pembicaraan masih berlangsung tampak Seng ceng hoa lari masuk dengan terburu buru, kemudian setelah memberi hormat kepada siang Han hui ia baru berkata:
"ciangbunjin, ayah, barusan dari pihak Kaypang tersiar berita yang mengatakan bahwa coa pangcu telah meninggal dunia di Kim leng " Seng Bian tong segera tertawa:
"Kami sudah tahu dan sekarang pun baru membicarakan persoalan tersebut " Seng ceng hoa nampak tertegun, tapi selanjutnya serunya sambil tertawa :
"Aaah, betul, ananda lupa kalau saudara Huan dan nona Ban baru saja kembali dari Kay pang"
Kemudian sambil berpaling kearah kedua orang itu, tambahnya :
"Kalau begitu berita yang mengatakan bahwa coa pangcu dibunuh oleh muridnya benar juga?"
"Yaa, memang begitulah" Huan Cu im segera manggut manggut.
"Sungguh keterlaluan, kelihatannya saja orang she Leng itu baik dan jujur, sungguh tak disangka dia telah melakukan perbuatan terkutuk seperti itu."
"Seng toako, apakah kau pun merasa bahwa orang she Leng itu orangnya baik?"
"Itu mah aku sudah salah menilai orang, sungguh tak kusangka dengan wajahnya yang jujur ternyata memiliki hati yang jahat dan keji kenyataannya dia telah meracuni gurunya sendiri sampai mati, apakah perbuatan semacam ini masih bisa dibilang sebagai perbuatan manusia...?"
"Seng toako, menurut pendapatmu tindakan apakah yang akan diambil pihak Kay pang terhadapnya?"
"Kay pang selalu mengutamakan kebenaran, keadilan dan kesetiaan kawan namun dala peraturan perkumpulan yang ketat membunuh guru sendiri merupakan suatu perbuatan yang paling berdosa aku rasa hukuman yang bakal dijatuhkan kepadanya adalah mencincang tubuhnya sampai hancur berkeping keping di hadapan jenasah Coa pangcu" Ban Hui jin segera memutar biji matanya sambil berkata lagi :
"Tapi diakan difitnah orang, kita mesti mencarikan akal untuk menyelamatkan jiwa" Ban Sian cing yang mendengar perkataan itu segera berubah wajahnya, cepat cepat dia membentak :
"Adikku, ini kan urusan Kay pang sendiri, buat apa kau mesti mencampurinya?" Seng Bian tong segera berkata pula.
"Apa yang dikatakan Ban sauhiap memang benar, entah Leng Kang to benar benar telah membunuh gurunya atau tidak. hal ini akan ditetapkan sendiri oleh tiang lo bagian hukum dari Kay pang dan tak mungkin orang luar bisa mencampurinya, kalau tidak, maka dia akan menjadi musuh umum bagi seluruh Kay pang"
"Aaah, ini namanya tidak adil, apakah seseorang yang difitnah orang secara semena mena harus kita biarkan begitu saja?"
"Setiap perguruan dan partai yang ada di dalam persilatan masing masing mempunyai peraturan yang berbeda, sudah barang tentu ada bagian yang sama sekali adil, tapi ada pula bagian yang tidak adil, akan tetapi orang luar tidak berhak untuk mencampuri masalah pribadi tersebut."
"Apakah Bu lim bengcu pun tidak boleh mencampuri urusan semacam ini?" Seng Bian tong segera tertawa:
"Seorang Bu lim bengcu tugasnya adalah untuk menyelesaikan segala pertikaian yang terjadi diantara sesama umat persilatan, apabila suatu partai terjadi perselisihan paham dengan partai yang lain, maka mereka dapat meminta jasa baik dari Bengcu untuk menyelesaikan pertikaian tersebut, namun bila anak murid suatu perguruan telah melanggar peraturan perguruannya, mana mungkin seorang Bengcu dapat mencampurinya?"
"Mengapa Bengcu tak boleh menampilkan diri ?" Kembali Seng Bian tong tertawa:
"Misalkan saja seorang anggota dari suatu perguruan telah melanggar peraturan perguruan, bila Bengcu harus turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini, maka bukankah akibatnya sang guru dan anggota perkumpulan itu akan saling beradu pendapat dihadapan Beng cu" Mana mungkin seorang guru akan berdebat dengan muridnya dihadapan orang" Hal ini sama halnya dengan seorang anak yang berbuat salah, kemudian dipanggil kedepan pengadilan untuk diperiksa bersama orang tuanya, mana mungkin anak yang berdebat dengan orang tuanya didepan pengadilan-"
"Tapi dalam kasus Leng Kang to toh terjadi penyimpangan"
Dia difitnah orang dan mesti mengorbankan jiwa secara percuma, kalau persoalan sepele pun tidak kita campuri, apa pula gunanya kita pilih seorang Bengcu untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan?"
"Adikku, kau jangan sembarangan bicara" sekali lagi Ban sian ceng membentak keras.
"Tidak bicara yaa sudah, toh yang difitnah bukan aku pribadi..." gerutu Ban Hui jin kemudian dengan wajah cemberut.
"Barusan siang ciangbunjin telah berkata, pertemuan puncak bukit Hong san sudah semakin dekat, kini cing im totiang dari Go bi pay telah berangkat ke Kim leng lagi, oleh sebab itu aku mengambil keputusan akan berangkat besok luas untuk kembali ke Hong san, akupun akan mengundang Seng lopek untuk berangkat bersama.
Sebelum berangkat tempo hari ibu telah berpesan berulang kali agar kau jangan binal, sekarang kita baru sehari setengah berada di Kim leng, akupun tidak menghalangimu untuk berpesiar ditempat tempat kenamaan dalam kota Kim leng tapi jangan sekali kali kau mencari gara gara, kalau tidak selanjutnya aku tidak mau memberi pertanggungan jawab di hadapan ibu, asalkan aku tak mau menjamin, akan kulihat apakah kau dapat keluar rumah tidak?"
Medali Wasiat 11 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 39

Cari Blog Ini