Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 11
agar tubuhnya tidak diselubungi oleh lapisan es.
Lengky Lumi maupun Gochin Talu juga tidak tinggal diam, karena
mereka masing-masing telah memusatkan seluruh tenaga
lweekang mereka untuk menyerang. Lengky Lumi maupun Gochin
Talu bukan merupakan jago-jago biasa, mereka memiliki
717 kepandaian yang tinggi sekali, walaupun belum berhasil mencapai
tingkat seperti Tiat To Hoat-ong.
Dengan adanya mereka bertiga yang mengepung Swat Tocu,
biarpun Swat Tocu liehay sekali, tokh kenyataan Swat Tocu agak
sibuk juga. Dia telah memutar sepasang tangannya, memusatkan
serangan tenaga Inti es nya dengan cepat sekali. Bagaikan lima
langkah dari sekeliling tubuhnya, dilapis oleh tenaga yang
berbentuk lapisan es, dingin luar biasa, membuat lawannya itu
sama sekali tidak bisa mendesak maju mendekatinya. Biarpun Tiat
To Hoat-ong mempergunakan ilmu Sobocnya berulang kali, tokh
dia selalu gagal. Dan tidak pernah Tiat To Hoat-ong berhasil
mendekati Swat Tocu. Dengan demikian segera juga terlihat bahwa Swat Tocu telah mulai
mendesak lagi. Dia bergantian melakukan penyerangan, sesekali
menghantam pada Tiat To Hoat-ong, dan di kala Koksu negara itu
tengah mengelakkan diri, Swat Tocu telah menyerang Gochin
Talu, maka waktu lawan yang seorang ini terdesak, dia telah
mengalihkan gempurannya kepada Lengky Lumi. Dengan
demikian, Swat Tocu menyerang bergantian.
Di antara menderu-derunya angin serangan yang hebat itu, karena
yang tengah bertempur itu adalah jago-jago yang sangat tinggi
kepandaiannya. Para tentara yang mengepung sekitar tempat itu
tidak ada yang maju, karena mereka tidak berani lancang bertindak
sebelum menerima perintah dari Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan jago-jago istana yang ikut serta, hanya bersiap-siap
dengan senjata mereka. Kepungan terhadap rumah di mana
718 rombongan pangeran Ghalik berada telah dikepung dengan rapat
sekali. Pemilik rumah itu bersama keluarganya, telah ketakutan,
bukan main dan telah tersembunyi di dalam sebuah kamar.
Yo Ko yang melihat keadaan seperti itu, di mana Swat Tocu
dikepung bertiga dengan Tiat To Hoat-ong dibantu Gochin Talu
dan Lengky Lumi, telah melirik kepada Yo Him. Puteranya itu
mengerti, dan dia segera mencelat keluar, disusul oleh Yo Ko.
Gerakan mereka sangat ringan sekali, belum lagi tubuh mereka
menginjak tanah, ke duanya telah menyerang. Gochin Talu
dihantam punggungnya oleh telapak tangan kanan Yo Him,
sedangkan Yo Ko telah mengibaskan lengan tunggalnya itu ke
arah Lengky Lumi. Ke dua jago itu jadi kaget bukan main, mereka mengeluarkan
seruan kaget dan cepat-cepat menyingkir.
Namun Yo Him yang mengetahui bahwa waktu itu tidak bisa dia
membuang-buang waktu. Dalam turun tangan kali ini telah
mempergunakan seluruh kepandaian yang ada padanya, di mana
dia telah menyerang berulang kali. Ke mana saja Gochin Talu jadi
sibuk bukan main. Sedangkan Yo Ko juga dalam turun tangan kali ini sama sekali
tidak berlaku sungkan-sungkan lagi. Dia telah menggerakkan
tangan tunggalnya itu mempergunakan Am-jian-sio-hun-kan. Dia
menyerang Lengky Lumi pun hebat sekali, di mana lawannya ini
berhasil untuk menghindarkan diri selama empat jurus.
Lalu pada jurus ke lima tubuh Lengky Lumi telah terpental keras
sekali. Tubuhnya melayang di tengah udara, dan waktu itu
719 terbanting kuat sekali, menggelinding di tanah dengan luka parah
di dalam tubuhnya, sebab begitu dia merangkak, segera dia
memuntahkan darah segar. Sedangkan jago-jago istana telah berseru kaget melihat apa yang
terjadi itu, mereka telah meluruk menyerbu untuk mengeroyok Yo
Ko. Namun Yo Ko telah bergerak lincah sekali, menerjang ke sana
ke mari dengan tangan tunggalnya, diselingi dengan suara deruan
angin lweekang pukulannya. Waktu itu juga terdengar beberapa
kali suara jerit kesakitan dari jago-jago istana, di mana mereka
telah terpelanting karena hantaman tangan tunggal Yo Ko.
Dengan demikian, segera terlihat beberapa orang jago-jago itu
memuntahkan darah dengan muka yang pucat pias dan tidak bisa
segera melompat bangun. Tetapi pihak kerajaan telah mengerahkan jago-jagonya yang
banyak sekali, rubuh tiga orang, maju enam orang lainnya.
Sehingga segera terlihat Yo Ko telah dikepung oleh belasan orang
jago lainnya. Sedangkan Yo Him juga telah dikepung hebat sekali oleh jago-jago
istana, dan waktu itu, Swat Tocu sendiri telah dikepung puluhan
orang jago istana dibantu oleh Tiat To Hoat-ong yang sekali-kali
menghantam hebat sekali kepada Swat Tocu.
Menyaksikan jalan pertempuran seperti itu, pangeran Ghalik telah
berkata: "Mari kita menyerbu keluar saja, biarpun kita harus
menghadapi ancaman bahaya, kita harus menghadapinya......!"
Dan berkata begitu, pangeran Ghalik telah melompat keluar, untuk
membantui Swat Tocu dan kawan-kawannya yang lain, goloknya
720 telah diputar dengan kuat sekali untuk menyerang beberapa orang
jago-jago istana yang berada di dekatnya.
Ciu Pek Thong, Sasana dan juga Yeh-lu Chi berama Kwee Hu
telah menerjang keluar. Sebelum menerjang keluar, Kwee Hu
sempat berpesan kepada Ko Tie dan Yeh-lu Kie, agar ke dua anak
itu berdiam saja di dalam rumah.
Begitulah, pertempuran yang kalut telah terjadi, tetapi karena Yo
Ko dan kawan-kawannya memiliki kepandaian yang tinggi, mereka
telah bertempur menghantami lawan-lawannya itu tidak kepalang
tanggung, korban-korban berjatuhan. Dalam keadaan seperti ini,
rupanya Yo Ko telah memutuskan untuk membuka jalan dengan
mengambil jalan berdarah.
Yeh-lu Chi sendiri telah menggerakkan sepasang tangannya
memukul ke kiri dan ke kanan kepada jago-jago istana itu dengan
pukulan yang kuat. Dia bersama lima orang Kay-pang lainnya,
telah menerjang ke dekat sebelah barat, untuk menghajar kocar
kacir barisan tentara kerajaan.
Ciu Pek Thong sambil melompat ke sana ke mari telah mencabuti
kopiah dari para tentara kerajaan. Setiap kali tangannya bergerak,
dia telah mencopoti kopiah dari tentara itu, kemudian tangan yang
satunya telah bergerak lagi menghantam dengan hebat membuat
tentara itu terpelanting dengan mengeluarkan jerit kesakitan, rubuh
pingsan kemudian tidak sadarkan diri.
Ciu Pek Thong mempergunakan ilmu Kong-beng-kun nya. Dia
menyerang silih berganti dengan ke dua tangannya, membuat para
tentara kerajaan itu kucar kacir karenanya.
721 Demikianlah, para jago itu telah mengamuk dengan hebat. Namun
karena jumlah lawan memang sangat banyak, dengan sendirinya
tetap saja mereka terkepung. Malah pasukan panah dari tentara
kerajaan mulai melepaskan anak-anak panah, yang seperti hujan
menyerang Yo Ko dan yang lainnya.
Dengan menyambarnya anak-anak panah itu, membuat Ciu Pek
Thong tertawa bergelak-gelak gembira, dia mengibaskan
tangannya ke kiri dan ke kanan menyambuti anak-anak panah itu,
kemudian dia melontarkan lagi ke arah para tentara kerajaan itu.
Dengan demikian, anak-anak panah itu telah menancap di tubuh
para tentara tersebut. Dan dengan begitu pula korban telah
berjatuhan seorang demi seorang terkena panah itu sendiri, yang
berarti senjata makan majikan.
Tetapi Tiat To Hoat-ong sendiri tetap dengan perintahnya agar
kepungan diperketat. Dan waktu itu, memang terlihat para tentara
kerajaan yang mengepung semuanya merupakan jago-jago
pilihan, dan juga pengawal istimewa dari istana, maka mereka
melakukan pengepungan yang ketat sekali tanpa memperdulikan
keselamatan dirinya. Yo Ko juga melihat bahwa mereka tidak bisa menghadapi lawanlawannya dengan cara seperti itu terus menerus, dan dia telah
berseru kepada Yo Him agar yang terpenting menyelamatkan ke
dua anak kecil yang bersama mereka, yaitu Ko Tie dan Yeh-lu Kie.
Yo Him juga mengerti maksud ayahnya. Dia telah mengiyakan, dan
telah melompat kembali ke dalam rumah.
722 Sambil menggendong Ko Tie di tangan kanan dan mengempit Yehlu Kie di tangan kiri, Yo Him melompat keluar lagi untuk menerjang
kepungan. Yo Ko dan yang lainnya telah mengelilinginya untuk
melindunginya sambil membuka jalan.
Di waktu itu, terlihat Yo Him telah berhasil berlari-lari satu lie lebih,
dengan dikepung terus menerus oleh pasukan tentara kerajaan.
Malah hujan anak panah juga telah berhamburan menyambar ke
arahnya. Untung Yo Him memang memiliki kepandaian yang telah
tinggi, dengan gerakan yang lincah dan gesit, dia berhasil
menghindarkan diri dari sambaran anak-anak panah itu, juga dia
bisa melindungi ke dua anak kecil dikempitnya itu dengan baik.
Yo Ko dan Kwee Hu berada di sebelah kanan dibantu oleh Ciu Pek
Thong, sedangkan pangeran Ghalik bersama-sama dengan para
pahlawannya dan Hek Pek Siang-sat telah berusaha untuk
membuka jalan di sebelah samping lainnya. Dan Ciu Pek Thong
bersama-sama dengan Yeh-lu Chi dan para pengemis lainnya juga
berusaha untuk membendung terjangan musuh.
Merekalah yang telah berusaha membendung terjangan lawan.
Jika ada juga tentara kerajaan yang berhasil menerobos hadangan
mereka, maka Yo Ko dan yang lainnya akan menghajarnya.
Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong. Koksu ini telah
membentak bengis: "Kejar. terus, jangan biarkan mereka lolos.....!"
Bahkan kepada dua orang pengawal yang berada dekat
dengannya, dia telah perintahkan untuk memanggil bala bantuan.
Lalu Tiat To Hoat-ong berusaha menerjang kepada Ciu Pek Thong,
pertempuran itu berlangsung beberapa jurus, sampai Swat Tocu
723 telah melompat menghantamkan telapak tangan kanannya pada
punggung Tiat To Hoat-ong.
Koksu segera menyadarinya, jika sampai tepukan telapak tangan
itu mengenai pundaknya, dia bakal celaka, karena lawannya yang
seorang ini memiliki ilmu Inti Es yang dingin luar biasa. Jangankan
sampai telapak tangannya itu mengenai lawan, sedangkan angin
dari serangannya saja bisa dibungkus lawannya dengan selapis
es..... Cepat-cepat Tiat To Hoat-ong telah menyingkir ke samping
kanan. Swat Tocu tidak berhenti di situ saja, cepat luar biasa dia telah
menyerang lagi, kali ini ke dua tangannya yang bergerak dengan
beruntun. Pertempuran seperti itu benar-benar membuat Tiat To Hoat-ong
jadi sangat mendongkol. Dia juga jadi sibuk sekali. Lawannya
terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, sulit buat
menangkap mereka. Dilihatnya diantara orang-orang yang menjadi lawannya, hanya
pangeran Ghalik dan beberapa orang pengemis rombongan Kou
Sie-ko itu yang paling lemah kepandaian ilmu silatnya. Tiat To
Hoat-ong setelah menyingkirkan diri dari Swat Tocu, memberikan
perintahnya agar pasukannya lebih memperketat kepungannya
kepada pangeran Ghalik dan beberapa orang pengemis itu.
Memang waktu itu dua orang pengemis bawahan Kou Sie-ko telah
terluka oleh anak panah pada pundak lengannya, mereka bergerak
tidak leluasa. Demikian juga pangeran Ghalik, dia memang
mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, namun disebabkan
724 setiap hari hidup dalam kemewahan dan juga latihannya kurang
sekali, membuat dia agak lemah.
Dengan diperketat kepungan terhadap dirinya, pangeran Ghalik
jadi sibuk sekali. Dia berhasil merubuhkan dua orang lawannya
dengan bacokan goloknya, namun dia juga telah terluka di
beberapa bagian anggota tubuhnya. Keadaan pangeran Ghalik
semakin lemas, darah mengucur banyak sekali.
Sasana yang melihat keadaan ayahnya seperti itu telah memutar
pedangnya dengan cepat sekali sehingga pedang itu seperti titiran,
dan waktu itu, telah terlihat betapa pedang itu berhasil merubuhkan
tiga orang lawannya. Kemudian mempergunakan waktu kepungannya itu lowong,
Sasana melompat ke dekat ayahnya, dia memutar pedangnya
menghalau beberapa serangan lawan kepada pangeran Ghalik.
Cepat luar biasa segera terlihat betapa serangan itu berulang kali
merubuhkan lawannya. Dan memang terlihat jelas sekali, betapapun juga orang-orang
yang mengepung pangeran Ghalik itu berlaku nekad, membuat
Sasana harus memusatkan seluruh kekuatan dan kepandaian
yang dimilikinya. Pangeran Ghalik dalam keadaan terluka harus
memutar goloknya dengan mempergunakan seluruh kekuatan
yang ada padanya. Maka jelas ke duanya tengah berada dalam
ancaman bahaya, sebab dua kali Sasana terluka oleh tikaman
pedang lawan-lawannya, dan pangeran Ghalik sendiri telah
memperoleh tambahan luka juga
725 Melihat itu Yo Him mengeluarkan suara bentakan gusar, dia
hendak memutar tubuhnya untuk membantui. Namun Yo Ko yang
berada disampingnya telah berseru: "Kau selamatkan ke dua anak
itu, biar aku yang menolong mereka.....!"
Yo Him baru tersadar bahwa di ke dua tangannya terkempit dua
orang anak kecil yang harus diselamatkan, yaitu Ko Tie dan Yehlu Kie. Dengan demikian, membuat dia jadi tersadar tugasnya, dan
melanjutkan pula larinya.
Sedangkan Yo Ko telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya
telah ringan sekali melompat ke dekat pangeran Ghalik dan
Sasana. Dalam waktu-waktu seperti itulah, tangan tunggal Yo Ko
telah bergerak, bahkan lengan bajunya yang kosong itu telah
dipergunakan juga untuk melibat senjata lawan lalu menghentak
merampasnya kemudian melontarkan lawannya dengan satu kali
sampoknya. Dengan demikian kepungan terhadap pangeran
Ghalik dan Sasana dapat dihancurkam oleh Yo Ko, karena dalam
beberapa kali gebrakan saja telah belasan orang yang berhasil
digulingkan dan dirubuhkannya.
Waktu itu, tampak Sasana yang dalam keadaan marah karena
telah terluka seperti itu, menggerakan pedangnya menikam
beberapa kali sehingga beruntun lawannya itu tertikam binasa.
Waktu kepungan itu melonggar, karena beberapa orang
pengepung telah melompat mundur menjauhi diri, bersama-sama
dengan Yo Ko dan pangeran Ghalik, Sasana telah menyusul Yo
Him. 726 Ciu Pek Thong juga tengah gembira bukan main mempermainkan
para tentara kerajaan itu, dia berulang kali telah menyerangnya,
menghantam memukul atau juga timbul jailannya, setelah
mencopoti topi dari salah seorang tentara kerajaan, diapun
mempergunakan kesempatan itu menarik rambut tentara kerajaan,
yang rambutnya di tou-cang (dikepang). Kemudian dia
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggerahkan tenaganya, memutar-mutar tawanannya itu yang
dibolang-balingkan menghantam belasan orang tentara kerajaan.
Dengan demikian Ciu Pek Thong berhasil membuka jalan.
Sedangkan Yo Ko melihat keadaan seperti itu, mengikuti caranya
Ciu Pek Thong. Tangan tunggalnya telah menjambak punggung
salah seorang tentara kerajaan, kemudian sambil melindungi Yo
Him yang mengempit Ko Tie dan Yeh-lu Kie, dia telah membolang
balingkan tawanannya itu. Maka diapun berhasil membuka jalan
dengan cepat. Para pengemis Kay-pang yang telah menerjang dengan hebat,
untuk ikut meloloskan diri dengan rombongan Yo Ko.
Swat Tocu yang tengah gusar, berhasil membinasakan lima atau
enam orang lawannya dengan mempergunakan pukulan Inti Es
nya, lalu diapun menyusul rombongan Yo Him.
Hek Pek Siang-sat dan juga enam orang pahlawannya pangeran
Ghalik telah menggerakkan senjata mereka dengan hebat. Entah
berapa puluh tentara kerajaan yang rubuh di tangan mereka,
sesampai diakhirnya tentulah merekapun bisa bergabung dengan
rombongan Yo Him, yang telah menyingkir jauh.
727 Tiat To Hoat-ong yang semula ingin mengejar terus dengan
pasukan tentaranya, akhirnya berpikir dua kali menyaksikan
korban-korban yang berjatuhan seperti itu. Jika dia mengejar terus,
jelas korban-korban yang berjatuhan lebih banyak lagi, sedangkan
waktu itu Lengky Lumi dan Gochin Talu memang tengah dalam
keadaan terluka dan perlu ditolong keselamatannya. Maka Koksu
negara ini akhirnya memanggil para tentara kerajaan, menariknya
pulang dengan tangan yang nihil.
Yo Ko telah mengajak rombongannya menyingkir jauh sekali,
sampai puluhan lie. Barulah mereka mengasoh untuk mengurangi
perasaan lelah. Juga dalam kesempatan itu, Yo Him telah mengobati luka Sasana
dan pada pengemis-pengemis Kay-pang itu. Diapun telah
memberikan obat bubuk untuk luka kepada Sasana, agar gadis itu
mengobati luka ayahnya, pangeran Ghalik.
Setelah beristirahat beberapa saat lamanya mereka telah
melanjutkan perjalanan lagi. Yang terpenting buat mereka adalah
menjauhi diri dari kotaraja.
Begitulah rombongan pangeran Ghalik tersebut mengambil arah
ke barat, mereka bermaksud turut pergi ke Ban-san-kwan. Di kota
itu pangeran Ghalik ingin menemui seseorang, yaitu seorang
panglima perang yang sebelumnya menjadi bawahan dan
sahabatnya. Dia ingin mencari jalan keluar dari kesulitannya ini
dengan berunding bersama sahabat merangkap juga sebagai
bawahannya itu...... 728 Tetapi ketika mereka tiba di kota Bun-san-kwan, dan Yo Ko
bersama Yo Him telah menyelidikinya, ternyata panglima yang
menjadi sahabat dan merangkap bawahan pangeran Ghalik itu,
yaitu panglima Thio Su Kwang, telah ditangkap oleh kerajaan,
semua itu atas perintah Kaisar..... Dengan demikian pangeran
Ghalik menyadari, bahwa semua orang-orang bekas bawahannya
pun telah mengalami bencana karena fitnah Tiat To Hoat-ong
kepadanya, di mana persoalan telah jadi meluas seperti itu, dan
dia harus mengambil tindakan yang tepat guna mengatasinya.
"Jika demikian, aku harus mengambil tindakan!" kata pangeran
Ghalik dengan wajah berduka kepada Yo Ko dan yang lainnya,
ketika malam itu mereka berkumpul di sebuah kuil tua yang telah
rusak dan tidak berpenghuni.
"Dan walaupun aku sangat mencintai rakyat, mencintai negara dan
merupakan pangeran yang setia kepada Kaisarnya di mana
semula aku tidak memiliki maksud-maksud yang kotor untuk
menodai kepercayaan Kaisar kepadaku. Namun sekarang
menyaksikan semua itu, aku harus bertindak dengan mengadakan
suatu gerakan..... Bukan tujuan utamaku untuk menggulingkan
Kaisar, tetapi..... tetapi aku memang ingin membuktikan, bahwa
Kaisar keliru dengan tindakannya ini! Terutama sekali pada Tiat To
Hoat-ong, Kok-su yang biadab dan busuk itu. Dia perlu
memperoleh pengajaran yang setimpal dengan perbuatannya.....!"
Yo Ko tersenyum mendengar pangeran Ghalik hendak
mengadakan pergerakan. Sebagai seorang pangeran yang
sebelumnya memegang kekuasaan terbesar dalam angkatan
perang Mongolia. Jika dia bergerak dan mengadakan suatu
729 pergerakan, jelas masih banyak pengikut-pengikut setianya yang
akan membantu dan mendukungnya.
"Jika memang Tay-jin ingin mengadakan suatu pergerakan, itulah
hal yang harus dipikirkan dua kali......!" kata Yo Ko. "Pertama-tama
yang perlu dipikirkan adalah keselamatan rakyat jika sampai terjadi
peperangan pula, bukankah rakyat yang akan terjadi korban dan
bersengsara"!" Yo Ko mengemukakan pikiran seperti itu, karena dia berpikir cepat
sekali di waktu itu. Jika memang pergerakan pangeran Ghalik berhasil, sehingga dia
bisa meruntuhkan Kaisar Kublai Khan, dan dia naik takhta,
bukankah sama saja keadaannya seperti sekarang, di mana Tionggoan tetap dijajah oleh orang Monggolia, oleh kerajaan Boan"
Bukankah pangeran Ghalik pun belum tentu lebih baik dari Kaisar
Mongolia! Malah ancaman yang lebih hebat lagi mungkin terjadi, karena
pangeran Ghalik ini memiliki otak yang jauh lebih cerdik dari Kaisar,
di mana dialah merupakan tulang punggung utama waktu
merubuhkan kerajaan Song, mengadakan siasat-siasat keji
mengadu domba antara para jago-jago Tiong-goan. Karena dari
itu, walaupun terkejut mendengar maksud pangeran Ghalik yang
ingin mengadakan pergerakan dan menghimpun sisa-sisa
pengikutnya yang setia, Yo Ko tidak memperlihatkan perasaan
terkejutnya itu, dia hanya berusaha mencegah maksud dari
pangeran ini dengan cara yang halus.
730 Tetapi pangeran Ghalik waktu itu telah menghela napas dalamdalam.
"Yo Tayhiap. memang telah lama sekali aku mendengar akan
kehebatanmu, dan beberapa waktu yang lalu kitapun telah terlibat
dalam permusuhan akibat peperangan itu, tetapi kukira sekarang
ini tentunya engkaupun mau menghabisi semua itu dan bersedia
untuk membantuku bukan"!"
Yo Ko berdiri, dia mengangkat tangan tunggalnya, dia telah
memberi hormat, sambil katanya: "Ya, untuk kebaikan dan
perikemanusiaan aku bersedia membantu, tetapi jika memang
Tayjin bermaksud mengadakan pergerakan yang bisa mengancam
keselamatan rakyat dan mengganggu kesejahteraannya,
maafkanlah, aku si orang she Yo tidak bisa menerimanya......!"
Pangeran Ghalik menghela napas. Dia menunduk dalam-dalam,
lalu dia mengangkat kepalanya menoleh kepada Hek Pek Siangsat, katanya: "Kalian merupakan orang-orangku yang setia, kalian
telah mati-matian berusaha melindungi aku..... dan kalian
berenam......!" pangeran Ghalik mengawasi keenam orang
pahlawannya yang setia. "Kalian juga merupakan pengikutku yang setia dan tenaga serta
perjuangan kalian untuk melindungi aku benar-benar merupakan
budi yang besar. Tetapi mendengar perkataan Yo Tayhiap, akupun
telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengadakan
pergerakan itu sangat tipis. Jika aku memaksakan diri, jelas hanya
akan mendatangkan gelombang belaka. Maka biarlah dalam
731 beberapa hari ini kita beristirahat dulu,
mempertimbangkan hal itu masak-masak.....!"
dan aku akan Yo Ko tidak memberikan komentar apa-apa atas sikap pangeran
itu, hanya saja di hati kecilnya dia kurang begitu menyukai
pangeran ini. Jika tokh memang sekarang dia telah membantu
secara tidak langsuag pada pangeran Ghalik, itulah disebabkan dia
memandang puteranya, Yo Him, yang tampaknya memiliki
hubungan yang intim dan mesra dengan puteri pangeran Ghalik,
yaitu Sasana....." Rombongan pangeran Ghalik telah mengasoh beberapa hari di kuil
rusak itu. Sedangkan Swat Tocu terus menerus mendesak Kwee
Hu agar mereka melanjutkan perjalanan memisahkan diri dari
pangeran Ghalik, untuk mencari Kwee Ceng dan Oey Yong, untuk
mengukur ilmu siapa yang lebih tinggi.
Namun sekarang ini, Kwee Hu tidak berani berlaku kurang ajar, dia
telah berkata dengan sungguh-sungguh, bahwa kepandaian Swat
Tocu sangat sempurna sekali. Diakui oleh dia, bahwa dulu dia
hanya memancing Swat Tocu agar Tocu itu bergusar dan
mengajak dia bersama suami dan puteri meninggalkan pulau salju
itu, sebab jika memang mereka meninggalkan pulau salju tanpa
Swat Tocu ikut serta dengan mereka, Kwee Hu mengakui dia
bersama suami dan puterinya akan mengalami ancaman bencana
yang tidak kecil di lautan, tentunya mereka memang tidak memiliki
kapal yang baik, untuk dipergunakan dalam mengarungi lautan itu,
hanya sebuah perahu kecil belaka.....
732 Swat Tocu mendongkol bukan main mendengar pengakuan Kwee
Hu, tapi dia tetap bersikeras hendak bertemu dengan Kwee Ceng
dan Oey Yong untuk mengadu ilmu.
Ciu Pek Thong yang mendengar hal itu, telah tertawa. Memang
sejak masih muda Ciu Pek Thong gemar dan keranjingan
mempelajari ilmu silat, dengan sendirinya sekarang mendengar
Swat Tocu, seorang tokoh persilatan yang kepandaiannya
mungkin tidak berada di sebelah bawah kepandaian Oey Yok Su
dan Yo Ko, dia jadi terbangun semangatnya. Dia telah
menantangnya untuk Swat Tocu main-main seribu jurus
dengannya. Swat Tocu tentu saja tidak menampik tantangan itu dan merekapun
telah bertempur untuk mengadu ilmu.
Tampak ke duanya telah mengerahkan tenaga dan kepandaian
mereka. Jika Swat Tocu mempergunakan ilmu Inti Es nya, maka
Ciu Pek Thong telah mempergunakan ilmu Kong-beng-kun dan
lain-lainnya. Ternyata mereka berimbang. Tidak ada seorangpun
di antara mereka yang kalah atau menang, tidak ada juga di antara
mereka yang terdesak. Akhirnya, setelah bertanding seratus jurus, Ciu Pek Thong
melompat mundur, dia telah berseru: "Sudah! Kita beristirahat dulu!
Nanti kita Lanjutkan lagi!"
Jago yang menjadi Tocu dari pulau salju itu, ternyata merupakan
jago yang gemar juga akan ilmu silat yang aneh-aneh, dan
sekarang ini melihat Ciu Pek Thong memang benar-benar memiliki
kepandaian yang luar biasa, dia telah tertarik bukan main. Maka
733 dia telah menyanggupinya untuk sebentar lagi, setelah beristirahat,
segera melanjutkan pertandingan mereka.
Begitulah telah beberapa kali mereka bertanding dan beristirahat,
namun sejauh itu masih juga belum dapat ditentukan siapa yang
lebih rendah atau siapa yang lebih tinggi kepandaiannya. Dengan
demikian mereka semakin bersemangat saja, untuk bertanding
terus. Selama berdiam di tempat itu Ciu Pek Thong jadi gembira sekali,
sepanjang hari dia hanya mengadu ilmu dengan Swat Tocu. Ilmuilmu yang luar biasa dan aneh telah mereka pergunakan, namun
sejauh itu mereka tetap berimbang tanpa melihat tanda-tanda
salah seorangpun diantara mereka yang akan jadi pecundang......
Yo Ko sendiri akhirnya tertarik menyaksikan permainan menarik
dari Ciu Pek Thong dan Swat Tocu, dia ikut mengambil bagian
untuk ikut bertanding mengadu ilmu, guna melewati waktu-waktu
senggang....... Selama itu pula pangeran Ghalik telah merundingkan dengan
orang-orangnya, tempat yang baik buat mereka menyembunyikan
diri menyingkir dari kejaran tentara kerajaan yaitu di salah sebuah
gunung di Selatan. Karena mereka bisa memilih tempat yang baik
untuk hidup menyepi menghindar dari gangguan Tiat To Hoat-ong
dan orang-orangnya. Yo Ko sendiri telah memberikan usul, dia bersedia mengajak
pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to. Semula memang Yo Ko
masih menyangsikan pangeran ini karena dia kuatir pangeran ini
bersandiwara dengan Tiat To Hoat-ong untuk memancing jago734
jago Tiong-goan. Namun sekarang dia telah melihat bahwa
pangeran Ghalik benar-benar telah difitnah dan mengalami
bencana untuk keluarganya dan juga kedudukan maupun
pangkatnya telah hancur porak poranda. Karena dari itu, Yo Ko
bermaksud mengajak pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to, di
sana dia kelak menganjurkan pangeran itu menuntut penghidupan
yang tenang, tidak mencampuri lagi keruwetan dunia.......
Pangeran Ghalik girang bukan main. Dia memang telah sering
mendengar perihal pulau Tho-hoa-to, pulaunya Oey Yok Su itu,
maka sekarang orang ingin mengajaknya ke sana, dengan
sendirinya dia jadi menyetujuinya.
Begitulah rombongan. pangeran Ghalik telah berangkat pada
keesokan harinya, untuk menuju ke pulau Tho-hoa-to.
"Y" Oey Yok Su sejak mudanya memang memiliki personal yang aneh
dan ku-koay, dia benci sekali jika orang berani lancang datang ke
pulaunya, dan tentu akan menghukumnya dengan bengis.
Tetapi belakangan ini, sejak jatuhnya dan runtuhnya kerajaan
Song, di mana para jago-jago dan orang-orang gagah Tiong-goan
yang membantu mempertahankan Siang-yang, akhirnya gagal,
mereka ditampung di pulaunya. Dan sejak waktu itulah, banyak
para jago luar biasa yang gagal menyelamatkan Siang-yang itu
datang ke Tho-hoa-to untuk berunding dengan Oey Yok Su.
Namun Oey Yok Su selalu mengatakan dia telah lanjut usia dan
tidak ingin dipusingi oleh urusan duniawi, apalagi soal politik yang
735 merencanakan untuk mengadakan pergerakan membangun
kerajaan Song kembali. Dia hanya mengijinkan orang-orang itu
berkumpul di pulaunya untuk mengadakan perundingan guna
mengadakan suatu pergerakan, namun dia sendiri tidak
mencampuri. Itulah sebabnya Yo Ko telah mengajak pangeran Ghalik ke Oey
Yok Su, untuk merundingkan apakah pangeran Ghalik
dimanfaatkan untuk pergerakan mereka atau memang hanya akan
menganjurkan pangeran Mongolia itu, yang tengah apes nasibnya,
agar hidup menyepi saja......
Oey Yok Su menyambut kedatangan mereka dengan gembira, dan
semua pelayannya yang gagu dan tuli itu, telah melayani tamutamu ini dengan baik.
Yo Ko setelah menceritakan segalanya, berkata kepada tuan
rumah ini: "Oey Pehpeh jika pangeran Ghalik berdiam untuk satu
atau dua tahun di pulau Oey Pehpeh, apakah hal ini tidak akan
memberatkanmu"!"
Oey Yok Su tidak segera menyahuti, dia mengawasi pangeran
Ghalik. Pangeran Ghalik sendiri di dalam hatinya telah berpikir. "Memang
tidak percuma Oey Yok Su memiliki nama besar, dia memang
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang yang gagah sekali..... baru kali ini aku melihatnya.
Sikapnya demikian angker dan menurut cerita orang-orangku dulu,
kepandsian Oey Yok Su sudah sulit diukur.....!"
736 Setelah mengawasi pangeran Ghalik beberapa saat, Oey Yok
tertawa, dia bilang: "Dengan berdiamnya Tayjin di pulauku ini sesungguhnya tidak
akan merugikan aku, karena Tong Shia tidak pernah sayang pada
berasnya untuk menyediakan santapan tiga kali seharinya
kepadamu dan orang-orangmu. Hanya yang membuat aku harus
berpikir dua kali ialah mengenai pulauku ini..... Apakah dengan
berdiam satu atau dua tahun di pulau ini Tayjin dapat mempelajari
dengan seksama dan nanti datang kembali ke mari dengan
membawa sepuluh atau sekian laksa tentara untuk menangkap
dan merebut pulauku ini"!"
Muka pangeran Ghalik berobah merah, tapi dia tidak mendongkol
oleh perkataan tuan rumah, dia anggap wajar tuan rumah,
mencurigainya. Bukankah sebelumnya dialah panglima yang
berkuasa penuh atas seluruh angkatan perang Mongolia"
Bukanlah dia pula yang telah mengatur untuk siasat mengadu
domba antara para jago-jago Tiong-goan"
"Oey Loocianpwe, sesungguhnya memang pernah aku berpikir
untuk mengadakan pergerakan melawan rajaku sendiri, walaupun
bukan maksudku sekali-kali hendak berkhianat, namun aku telah
didesak demikian rupa. Namun Yo Tayhiap telah mengingatkan
kepadaku bahwa pergerakan itu akan membawa penderitaan buat
rakyat, yang akan jadi bersengsara karenanya.....
"Itulah sebabnya sementara ini aku hanya ingin berdiam diri hidup
menyepi. Jika memang kemungkinan-kemungkinan ke arah itu
tidak mungkin, maka biarlah aku melewati hari tuaku di tempat
737 yang tenang saja tanpa perlu melihat dan mendengar lagi urusan
negara!" Oey Yok Su mengangguk, "Itulah pikiran yang bijaksana sekali. Nama dan pangkat,
semuanya itu merupakan hal kosong..... Selama Tayjin tidak bisa
membuang dua hal itu, selama itu pula seumur hidup Tayjin tidak
mungkin bisa mencicipi hidup yang tenang dan tentram.....
"Tetapi jika memang sekarang aku Tong Shia mengatakan, jika
saja Tayjin mau membantu memberikan keterangan-keterangan
yang Tayjin ketahui mengenai urusan kerajaanmu itu kepada para
enghiong yang akan mengadakan pergerakan membangun
kerajaan Song, itupun sudah merupakan hal yang sangat baik
sekali, dan merupakan pahala yang tidak kecil.
Muka pangeran Ghalik berobah dia menggeleng perlahan.
"Maafkanlah, hal itu tidak bisa kulakukan," katanya dengan nada
suara mengandung penyesalan. "Walaupun leherku digorok tidak
mungkin aku mencelakai kerajaanku sendiri......!"
Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak.
"Tetapi kau telah diperlakukan tidak baik oleh Kaisarmu, bahkan
hampir saja kau dan keluargamu hancur di tangan Kaisarmu. Jika
saja tidak ada enghiong-enghiong di daratan Tiong-goan ini
mengulurkan tangan membantumu, tayjin, apakah dengan adanya
peristiwa ini engkau tidak bersakit hati karenanya"
738 "Bukankah Tayjin juga telah mengatakan batwa engkau sendiri
sesungguhnya hendak mengadakan sebuah pergerakan untuk
menentang rajamu itu..... Apa bedanya jika sekarang engkau
membantu pergerakan dari para eng-hiong dengan keteranganketerangan berhargamu"!"
Pangeran Ghalik kembali menghela napas dalam, dia bilang:
"Untuk urusan ini, biar apapun yang terjadi, aku tidak akan
mengkhianati bangsaku! Karena, di dalam hati ini yang bersalah
adalah Tiat To Hoat-ong yang telah memfitnah diriku, sehingga aku
mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan ini, karena dari aku
akan berurusan langsung dengan Tiat To Hoat-ong. Jika
maksudku mengadakan pergerakan, itupun bukan hendak
menumbangkan kekuasaan Kaisar Kublai Khan, aku hanya ingin
menumpas Tiat To Hoat-ong......!"
Oey Yok Su tersenyum. "Sekarang memang terlalu tergesa-gesa jika Tayjin mengatakan ya
atau tidak mengenai usulku si tua she Oey ini, tetapi silahkan Tayjin
pikirkan dulu beberapa hari lagi! Perlu Tayjin ingat, biarpun
sekarang kami bersedia untuk bersahabat dengan Tayjin, belum
tentu para enghiong-enghiong lainnya bersedia menerima
kehadiran Tayjin di antara mereka. Terlebih lagi buat mereka itu
yang pernah sanak keluarganya, saudaranya atau juga sahabat
mereka, yang semuanya ditumpas oleh Tayjin di waktu-waktu yang
lalu. Tidak mudah begitu saja Tayjin akan dapat hadir di antara
mereka!" 739 "Hal itu memang telah kupikirkan maka sekarang jika Oey
Locianpwee bersedia menerima dan mengijinkan aku berdiam
beberapa saat di pulau ini, tentu budi yang besar itu tidak akan
kulupakan seumur hidupku......"
Oey Yok Su tertawa lebar, dia bilang: "Janganlah kita bicarakan
soal budi dan kebaikan, karena manusia hidup di dunia ini belum
tentu selamanya, baik dan belum tentu selamanya jahat..... Siapa
tahu" Hati manusia, siapa yang dapat menerkanya terlebih dulu?"
Mendengar perkataan Oey Yok Su yang merupakan sindiran buat
dia, muka pangeran Ghalik jadi merah. Dia tahu, Oey Yok Su ingin
artikan, boleh jadi dikemudian hari pangeran Ghalik malah akan
memusuhi jago-jago Tiong-goan. Malah setelah mengetahui
keadaan di pulau Tho-hoa-to kemungkinan bisa saja terjadi kelak
dia akan datang ke pulau itu bukan hanya seorang diri, namun
membawa serta pasukannya.....!
Tetapi pangeran Ghalik tidak mengatakan suatu apapun juga, dia
tersenyum saja untuk kecurigaan tuan rumah ini.
Waktu malamnya, Yo Him telah menceritakan urusan yang
menyangkut dengan diri Wang Put Liong, yang di dirinya terdapat
sebuah peta harta karun, yang tersimpan di dalam lapisan kulit
dadanya. Kini Wang Put Liong juga tengah berada di markas Kayparg, karena telah ikut bersama-sama dengan Liu Ong Kiang.
Harta karun itu, jika dipergunakan untuk biaya pergerakan para
enghiong yang ingin menegakkan kembali dan membangun
kerajaan Song tentu besar sekali artinya....!" Yo Him telah
mengakhiri keterangannya.
740 Semua orang jadi mengangguk girang, dan mereka telah
merencanakan bagaimana nanti menjemput Wang Put Liong,
untuk menerima peta harta karun itu dan yang kemudian
diserahkan kepada para enghiong yang tengah berjuang dalam
pergerakan membangun kerajaan Song kembali.
Yeh-lu Chi sendiri menyatakan juga kepada Oey Yok Su,
sebetulnya pangeran Ghalik merupakan musuh besar Kay-pang.
Seperti diketahui Yeh-lu sendiri telah memerintahkan beberapa
orang Tianglo, termasuk Wie Liang Tocu dan Tianglo lainnya,
untuk pergi mencari pangeran Ghalik, membalas sakit hati mereka,
karena Kay-pang memiliki urusan yang cukup luar biasa dengan
pangeran itu. Yeh-lu Chi menceritakan segalanya kepada kakek
mertua tersebut dengan memberikan juga keterangan-keterangan
mengenai urusan Kay-pang dengan pangeran Ghalik.
Ternyata akhir-akhir ini pihak Kay-pang telah berhasil menyelidiki,
bahwa Louw Pangcu, Louw Yoe Kiak, yang telah terbinasa dengan
tongkat kuasa tertinggi Kay-pang lenyap di tangannya, rupanya
dicelakai oleh pangeran Ghalik. Memang semula jago-jago Kaypang menduga yang mencelakai bekas pangcu mereka itu adalah,
jago-jago Mongolia. Namun setelah diselidiki dengan seksama,
setelah lewat puluhan tahun, barulah terungkap bahwa sumber
kecelakaan yang dialami oleh Louw Yoe Kiak disebabkan
pangeran Ghalik, yang telah mengatur jagonya pada waktu itu
mengepung Louw Yoe Kiak. Itulah sebabnya Yeh-lu Chi telah perintahkan para Tianglo Kaypang untuk mengadakan pembalasan sakit hati kepada pangeran
741 Ghalik. Dan Yo Him baru mengerti, mengapa Wie Liang Tocu telah
datang menyatroni istananya pangeran Ghalik pada malam itu.
Banyak yang dibicarakan pada orang-orang gagah itu,
merundingkan bermacam-macam urusan yang telah mereka alami
dan akan kerjakan di hari mendatang nanti.
Oey Yok Su juga terkejut mendengar cerita perihal Hosing Polong
yang tangguh dengan ilmu sihirnya, yang telah berhasil menguasai
Yo Ko dan yang lain-lainnya dengan mempergunakan ilmu sihirnya
itu. "Dialah seorang pendeta India, yang memang namanya
belakanngan ini banyak disebut-sebut!" kata Oey Yok Su. "Waktu
aku dua tahun yang lalu berkelana keluar dari pulau ini, untuk
mengumpulkan beberapa macam obat-obatan yang hendak
kuramu, aku telah banyak mendengar cerita perihal diri pendeta
India yang pandai ilmu sihirnya memang benar-benar hebat,
sampai kau Ko-jie dan yang lainnya terkena pengaruhnya......!"
Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su menghela napas. Diapun
sekarang baru mengakui, bahwa di atas yang tinggi ada yang lebih
tinggi, di atas yang pandai ada yang lebih pandai. Walaupun ilmu
silatnya tidak tinggi, namun ilmu sihirnya Hosing Polong itu
memang luar biasa sekali. Bukankah jika tidak ada Yo Him
semuanya akan celaka"
Begitulah mereka bercakap-cakap dan berkumpul sampai jauh
malam, barulah mereka masuk tidur. Cuma Oey Yok Su bersama
Swat Tocu yang masih bercakap-cakap Mereka merupakan tokoh
tua yang memiliki kepandaian telah sempurna sekali. Dengan
742 demikian, jelas di antara mereka terdapat kecocokan satu dengan
lainnya untuk membicarakan dan merundingkan ilmu silat.
Sedangkan Ciu Pek Thong lebih senang bermain dengan Ko Tie,
anak itu dilarangnya untuk pergi tidur, harus menemaninya
bermain, disamping menemani gurunya! Sebetulnya, Ko Tie sudah
mengantuk, tetapi dasar Swat Tocu juga seorang yang ku-koay,
bukannya dia perintahkan muridnya tidur, tokh dia malah
menganjurkan muridnya itu bermain dengan Ciu Pek Thong di
tengah malam buta rata itu......
Dan Yo Him bersama Sasana juga asyik tengah memadu janji......
Keesokan harinya, Yo Ko telah membicarakan urusan puteranya
dengan Oey Yok Su. Dan meminta pendapat Oey Yok Su.
Oey Yok Su tidak keberatan jika memang Yo Him mencintai
Sasana, tetapi pangeran Ghalik harus meninggalkan kerajaan
Boan sebagai negaranya. Selama pangeran Ghalik masih bersetia
kepada Kaisarnya, niscaya perkawinan Yo Him dengan Sasana
akan membawa bencana tidak ringan untuk pemuda itu sendiri.
Walaupun Oey Yok Su yang memang agak ku-koay dan juga selalu
melakukan apapun tidak memperdulikan peradatan yang ada, dia
bersedia untuk menikahkan Yo Him dengan Sasana di pulaunya
ini. Namun Yo Ko telah menyatakan dia ingin merundingkan dulu hal
itu dengan Siauw Liong Lie, isterinya yang waktu itu tengah berada
di Giok-lie-hong, di puncak Bidadari, tempat mereka berdiam.
743 "Nanti jika kami telah membicarakan dan Liong-ji setuju, waktu itu
barulah kita mengambil keputusan, untuk menilai keadaan
pangeran Ghalik itu yang sesungguhnya dapat diterima dalam
kalangan kita atau tidak..... Janganlah perkawinan antara Yo Him
dengan puteri pangeran itu akan membawa bencana besar untuk
anakku itu!" Oey Yok Su mengangguk mengiyakan. Diapun menasehati Yo Ko
agar lebih hati-hati terhadap pangeran Ghalik, karena tampaknya
pangeran itu licik, diingatkan oleh Oey Yok Su. Bukankah dulu
merekapun telah dipermainkan oleh pangeran Ghalik yang
mengatur tipu muslihatnya yang keji, yang mengadu dombakan
antara jago-jago Tiong-goan satu dengan yang lainnya.
Yo Ko juga menyatakan terima kasih atas nasehat yang diberikan
Oey Yok Su. Mendekati fajar, barulah mereka berpisah untuk tidur.
"Y" Pangeran Ghalik di dalam kamarnya sepanjang malam itu
sesungguhnya tidak tidur. Dia termenung memikirkan bencana
yang telah menimpah dirinya. Yang mendukakan hatinya adalah
tindakan Kaisar yang telah tidak mempercayainya dan menerima
begitu saja fitnah Tiat To Hoat-ong, sehingga dirinya ini dicap
sebagai pemberontak dan penghianat.
Sejak muda, dia telah berjuang sepenuh tenaga untuk membantu
Kublai Khan menaklukkan dan merebut daratan Tiong-goan
menghancurkan kerajaan Song. Dan jasa yang telah dibangun
oleh pangeran Ghalik memang tidak sedikit, bahkan dia telah
menerima kepercayaan Kaisar Kublai Khan untuk memegang
744 kekuasaan tertinggi atas semua angkatan perang Mongolia. Tetapi
sekarang, cuma hanya disebabkan pengaruh Tiat To Hoat-ong
yang memfitnahnya, Kaisar telah mengambil tindakan seperti itu
yang benar-benar menyakitkan hatinya.
Sekarang, diapun tengah berada di Tho-hoa-to, di mana
berkumpul jago-jago daratan Tiong-goan, yang dulu merupakan
lawannya. Bahkan di antara para jago-jago itu ada yang telah
menolonginya dan menyelamatkan dia dan puterinya dari tangan
Tiat To Hoat-ong. Untuk mengadakan suatu pergerakan. Jelas itupun, memakan
waktu yang sangat lama sekali disamping itu pula, diapun
memerlukan dukungan dari para jago-jago daratan Tiong-goan.
Sekarang dia berada di antara para jago-jago Tiong-goan, yang
sebagian dari mereka itu telah bersakit hati karena perbuatannya
dulu yang membasmi dan menumpas jago-jago daratan Tionggoan lainnya, maka jika sekarang dia diterima untuk berada di
antara mereka, itupun merupakan hal yang tidak sepenuhnya, di
mana dirinya masih dicurigai.
Memang pangeran Ghalik merupakan seorang panglima yang
setia kepada raja dan negaranya. Tidak mungkin dia memberikan
keterangan-keterangan perihal kelemahan dari kerajaan Boan,
agar pergerakan dari para jago-jago daratan Tiong-goan yang
hendak membangun kembali kerajaan Song itu berhasil.
Pangeran Ghalik menyadarinya, dalam beberapa hari mendatang
tentu Oey Yok Su akan mendesak dia untuk memberikan
745 keterangan serta gambaran-gambaran mengenai kelemahan
kerajaan Boan. Dan inilah yang tidak diinginkannya.
Keruntuhannya sebagai seorang panglima yang semula memiliki
kekuasaan yang tertinggi dan menguasai semua angkatan perang
Boan, sekarang malah menjadi buronan dan dikejar-kejar oleh
pasukan Kaisarnya, mendatangkan kedukaan yang sangat bagi
diri pangeran Ghalik. Kedukaan itu semakin memuncak jika dia teringat akan permintaaa
Oey Yok Su, agar dia memberikan data-data dan keteranganketerangan mengenai kekuatan kerajaan Boan. Jika saja dia
bersedia memberikan, bukankah sama saja dia menghianat dan
meruntuhkan Kaisarnya sendiri"
Bukankah semula dia sebagai panglima yang berkuasa penuh atas
semua angkatan perang Mongolia" Dan dengan demikian sekali
saja dia membuka mulut memberikan keterangan kelemahankelemahan dari pasukan kerajaan Boan, maka pergerakan dari
para orang-orang gagah yang ingin membangun kerajaan Song itu
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan berhasil. Namun jika sampai hal itu terjadi bukankah fitnah Tiat To Hoat-ong
telah terbukti bahwa ia memang telah mengkhianati bangsa dan
negaranya" Bukankah Kaisar pun akan melihat bahwa dia benarbenar seorang pengkhianat dan dosanya tidak berampun lagi" Di
mata Kaisar, dia akan menjadi duri yang perlu dibasmi.
Karena kedukaan yang kian memuncak, akhirnya pangeran Ghalik
mengambil keputusan nekad. Dia berdiri sambil menghampiri meja tulis yang berada di kamarnya
746 itu, dia menulis sepucuk surat yang panjang lebar. Setelah selesai,
dia membuka ikat pinggangnya dan kemudian melibatkan di
langkan. Akhirnya dia memasukkan kepalanya dilibatan tali itu.
Tidak lama kemudian tubuhnya telah bergelantung tidak bernapas
lagi. "Y" Keesokan paginya jago-jago yang tengah berkumpul di Tho-hoato jadi panik dan kaget, mengetahui kematian yang dialami
pangeran Ghalik. Sasana yang pertama-tama menemui ayahnya
mati tergantung seperti itu. Dia menangis sampai matanya bengul
dan merah. Yo Him berusaha membujuknya namun gadis itu tetap dengan
kedukaannya. Hek Pek Siang-sat pun telah membaca surat peninggalan
pangeran Ghalik itu, yang bunyinya antara lain:
"Puteriku Sasana dan sahabat-sahabat lainnya.
Kukira memang telah tiba waktunya aku memutuskan
menentukan langkah-langkah apa yang paling bijaksana
untuk diriku. Dengan demikian, jelas tidak akan
mempersulitkan diri kalian.
"Apa yang telah kulakukan di masa lalu adalah untuk kejayaan
dan ke-cemerlangan negaraku, namun tidak kusangka, di saat
Mongolia telah berhasil menancapkan kekuasaannya di
daratan Tiong-goan, telah berhasil meruntuhkan kerajaan
747 Song dan membangun kerajaan Boan-ciu, di mana kukira
perjuanganku tidak sedikit di dalamnya, akhirnya harus pula
aku mengalami perlakuan yang menyedihkan sekali dari
Kaisar. "Inilah yang benar-benar tidak dapat kuterima. Namun jika aku
mengambil langkah-langkah kekerasan, berarti untuk seumur
hidupku Kaisar akan mempercayai fitnah Tiat To Hoat-ong,
bahwa akulah seorang pengkhianat yang tidak berampun lagi.
Dosa-dosanya sangat besar, dan hal itu akan dicatat oleh
sejarah bahwa akulah si pengkhianat bangsa dari negaraku,
yang telah dipupuk demikian megah oleh Kha Khan yang
agung! "Untuk mencegah tanggapan seperti itu, aku telah
memutuskan, bahwa akulah yang harus mundur dalam urusan
ini. Puteriku, aku hanya berpesan kepadamu, usahakanlah,
balaskanlah sakit hati ayahmu pada Tiat To Hoat-ong. Selama
Tiat To Hoat-ong, sumber dari malapetaka yang kualami ini
belum terbinasa di ujung pedangmu dan mempergunakan
jantung dan hatinya menyembahyangi arwahku, selama itu
pula aku tidak akan tenang dan bermata meram di akherat......!
"Mengenai pergerakan yang dilakukan oleh jago-jago Tionggoan yang ingin membangun kerajaan Song, disini ingin
sekali memberikan sedikit tanggapan. Mereka tak akan
berhasil! Selama sepuluh tahun ini, aku telah berhasil
menghimpun pasukan perang Mongolia yang terdiri dari
sepuluh lapis. Sepuluh lapis itu ialah sepuluh macam
kekuatan yang tidak mungkin akan dapat dihancurkan oleh
748 taktik peperangan yang bergerilya seperti dilakukan oleh para
orang-orang Han yang ingin membangun kerajaan Songnya
kembali. Dari sia-sia dan nanti menjatuhkan korban-korban
manusia yang tidak berdosa, lebih bijaksana mereka
menghentikan usaha mereka.
"Walaupun kekuasaan angkatan perang Mongolia itu tidak
berada di bawah pengawasanku lagi, namun semua panglima
yang memimpin angkatan perang Mongolia telah terlatih
dengan baik, dan mereka menguasai medan perang dengan
baik! Sepuluh lapis angkatan perang Mongolia itupun telah
tersebar dalam lima propinsi di daratan Tiong-goan, ke arah
mana saja pergerakan yang diadakan oleh bangsa Han itu,
akan sia-sia dan akan menghancurkan mereka. Karena begitu
mereka menerima instruksi dari atasan, sepuluh lapis dari
angkatan perang Mongolia di propinsi itu akan dapat
mengepung dengan cepat pasukan lawan.
"Inilah sedikit nasehatku, karena perjuangan untuk
membangun kerajaan Song itu akan sia-sia belaka. Nasehat ini
kuberikan mengingat akan budi kebaikan kalian yang telah
menyelamatkan jiwaku dan puteriku beberapa saat yang lalu
dan kuberikan dengan hati yang tulus.
"Pesan terakhirku, semoga saja Yo kong-cu, Yo Him, dapat
memperlakukan puteriku dengan baik. Nah, selamat tinggal
sahabat, dan puteriku.....
749 "Surat ini bisa kalian berikan kepada Kaisar Kublai Khan, jika
memang kalian ingin membantuku untuk membersihkan nama
baikku.....!" Di bawah surat itu ditanda tangani oleh pangeran Ghalik. Rupanya
menjadi harapannya, agar surat peninggalannya ini dapat
disampaikan kepada kaisar Kublai Khan. Untuk memperlihatkan,
jika memang dia tidak bermaksud untuk berkhianat dan juga tidak
bermaksud untuk menggulingkan kaisarnya.
Sebagai seorang yang pernah memegang pimpinan tertinggi dan
berkuasa penuh atas tentara dan angkatan perang Mongolia, tentu
dia dapat saja menghimpun kekuatan. Bukankah bagian-bagian
pertahanan yang lemah dari angkatan perang Mongolia itu
diketahui dengan jelas olehnya" Dan sekarang di dalam suratnya
itupun dia masih berpesan, agar pergerakan yang akan diadakan
oleh orang-orang gagah yang ingin membangun kerajaan Song,
agar dihentikan. Hal itu menunjukan bahwa dia tetap bersetia
kepada Kaisar dan negaranya.
Sasana telah menangis terisak-isak, tetapi Yo Him telah
membujuknya terus dengan sabar. Sampai akhirnya, si gadis telah
dibawa ke luar dari ruangan itu, membiarkan orang-orang lainnya
yang mengurusi jenazahnya pangeran Ghalik.
Hek Pek Siang-sat yang telah kehilangan majikan mereka, jadi
berduka bukan main. Mereka merupakan pengawal-pengawal
setia dari pangeran Ghalik, dengan demikian, diapun selain
berusaha untuk melindungi junjungan mereka tersebut, namun
750 siapa tahu, justru majikan mereka itu telah mengambil tindakan
nekad dan pendek seperti itu......
Pemakaman dari jenazah pangeran Ghalik telah dilangsungkan
keesokan harinya, dengan upacara sederhana dan selayaknya.
Dia dikuburkan di pulau Tho-hoa-to. Tidak mudah sesungguhnya,
seseorang mengharapkan untuk dapat dikubur di pulau Tho-hoato, karena tidak sembarangan orang akan dapat beristirahat diakhir
hidupnya di pulau itu.....
"Y" Lewat setengah bulan, setelah kedukaan Sasana berkurang, Oey
Yok Su telah menganjurkan kepada Yo Him, agar menikahi puteri
pangeran itu. Tetapi Yo Him menolaknya dengan halus karena pernikahannya
itu diharapkan agar ibunya ikut hadir juga. "Urusan itu dapat
ditunda dulu, Suhu! Memang selama ini, tentu aku akan
memperlakukannya dengan baik! Dan, sekarang tentu sudah tidak
ada keraguan pula, karena dengan kematian pangeran Ghalik,
berarti Sasana tidak perlu memperoleh hambatan karena
kecurigaan terhadap ayahnya itu.....!"
Oey Yok Su mengangguk. "Hanya saja, ada satu tugas yang harus kita laksanakan. Siapa
yang akan menyampaikan surat peninggalan pangeran Ghalik
kepada Kaisar Kublai Khan. Permintaannya yang terakhir itu harus
kita penuhi......!" 751 Yo Him menyanggupi untuk menerima tugas itu. Maka dua hari
kemudian dia bersama Sasana telah meninggalkan pulau Thohoa-to, dengan janji setahun lagi mereka akan datang ke Giok-liehong, puncak Bidadari, untuk menemui ayah dan ibunya, dan
sekalian untuk melangsungkan pernikahannya dengan si gadis
Mongolia. Begitulah, setelah berunding beberapa hari lagi dengan Oey Yok
Su, Yo Ko dan lainnya juga, telah pamitan. Hanya Ciu Pek Thong
bersama Swat Tocu yang masih senang berdiam di pulau Tho-hoato, dan Oey Yok Su juga senang sekali bisa memperoleh sahabat
baru seperti Swat Tocu. Dalam waktu senggang dan kesempatan
yang ada, mereka telah merundingkan ilmu silat......
Disamping itu Lie Ko Tie juga telah menerima didikan yang tetap
dari Swat Tocu, disamping banyak menerima petunjuk dari Oey
Yok Su. Dengan demikian Ko Tie memperoleh kemajuan yang
pesat. Banyak yang diceritakan oleh Swat Tocu mengenai pulaunya, yaitu
pulau salju. Dia mengatakan, "Jika memang Tho-hoa-to memiliki keindahan
tersendiri dengan segala pohon bunganya, justru pulau saljunya itu
terdiri dari sebuah pulau yang diselubungi sepanjang tahun dengan
lapisan salju, bahkan di tengah-tengah pulau itu terdapat bagian
yang tumbuh subur, rumput maupun pohon bunga."
"Jika ingin diperbandingkan, sesungguhnya pulauku itu tidak kalah
keindahannya dengan pulaumu ini, Oey Loo-shia! Hemmm, jika
memang nanti engkau memiliki waktu, aku akan mengundangmu
752 untuk singgah di pulauku itu. Jangan kuatir, di sana aku akan
memperlakukan dan melayani kau sebagai seorang Kaisar.....!"
Oey Yok Su telah tertawa, demikian juga dengan Swat Tocu,
tampaknya mereka gembira sekali. Oey Yok Su juga telah
menyatakan menerima undangan Swat Tocu, hanya nanti dia ingin
merundingkan ilmu silat di pulau salju itu dengan pemilik pulau
tersebut sampai sepuluh hari sepuluh malam.
"Itulah hal yang menarik sekali!" kata Swat Tocu. "Aku sudah
janjikan kepadamu, aku akan melayani kau sebagai seorang
Kaisar, maka apa yang kau inginkan, dan jika memang dapat
kulakukan, tentu akan kulakukannya untukmu.....!"
Oey Yok Su setelah tertawa menghela napas dalam-dalam, dia
bilang: "Hanya saja, dalam waktu-waktu dekat ini aku memiliki
sebuah tugas yang cukup penting, yaitu tugas untuk menemui
Wang Put Liong di markas Kay-pang, guna menjemput dan
melindunginya. Karena peta harta karun yang dimilikinya itu
berguna sekali untuk para sahabat yang tengah melakukan
pergerakan dan perjuangan untuk membangun kembali kerajaan
Song." Swat Tocu tertawa. "Kau sudah lanjut usia, tetapi kau masih mau dipusingi oleh segala
urusan anak muda....." kata Swat Tocu.
"Inilah tugas untuk seorang rakyat negeri yang negaranya tengah
terjajah.....!" menyahuti Oey Yok Su bergurau.
753 Begitulah mereka telah bercakap-cakap lagi beberapa saat,
sampai akhirnya mereka bertanding dengan ilmu silat mereka, piebu untuk melihat, berapa jauh kepandaian yang telah berhasil
mereka sempurnakan. Yang menggembirakan, Oev Yok Su, sejak
matinya Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Ang Cit Kong, maka
selain It Teng Taysu, dia tidak pernah bertemu tandingan yang
benar-benar berarti. Sekarang dia bisa pie-bu dengan Swat Tocu,
yang memiliki kepandaian tidak berada di sebelah bawah
kepandaiannya, dengan sendirinya mengasyikkan sekali.
Kwee Hu bersama suaminya dan juga puterinya, yaitu Yeh-lu Kie,
setelah berdiam lagi beberapa hari di pulau Tho-hoa-to, akhirnya
telah pamitan pada kakeknya. Mereka akan kembali ke markas
Kay-pang untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk nanti
kakeknya ini mengadakan penyambutan pada Wang Put Liong.
Yang terutama sekali ialah Yeh-lu Chi telah menerima tugas dari
Oey Yok Su untuk melindungi Wang Put Liong selama Oey Yok Su
belum datang untuk menjemputnya. Karena jika sampai berita
mengenai peta harta karun itu tersiar dan terdengar oleh pihak
Boan, tentu urusan akan menjadi lain lagi. Niscaya pihak kerajaan
Boan akan mengirim orang-orangnya yang memiliki kepandaian
tinggi untuk merebut Wang Put Liong. Inilah yang harus dicegah,
karena walaupun bagaimana Wang Put Liong harus dilindungi dan
diselamatkan, agar peta harta karun yang terdapat di dalam lapisan
kulit di dadanya itu bisa diselamatkan, tidak terjatuh ke dalam
tangannya orang-orang Boan.......
"Y" 754 Waktu itu adalah Jie-gwe (Bulan Kedua). Musim semi, tahun Kaykong keenam dari Kaisar Lie-cong kerajaan Song, atau juga kini
mempergunakan tahun Boan-sek ketiga dari berkuasanya Kaisar
Kublai Khan sejak berhasil dia merebut daratan Tiong-goan dan
berkuasa penuh di seluruh daratan Tiong-goan ini. Walaupun
mempergunakan hitungan tahun Kay-kong dan
tidak mau menghitung menurut penanggalan Boan-sek, namun
waktu itu kekuasaan Kublai Khan semakin meluas dan semakin
melebar di kalangan rakyat.
Bahkan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kaisar itu
harus dipatuhi seperti halnya mentao-cang rambut dan lainlainnya. Memang sebagai kerajaan yang telah dijajah dengan
sendirinya martabat orang-orang Boan di daratan Tiong-goan lebih
tinggi dari derajatnya orang-orang Han, yang telah runtuh kerajaan
Songnya..... Waktu itu, di tempat penyeberangan Hong-leng-touw, di tepi utara
sungai Huang-ho (kuning) terdengar ramainya suara manusia,
berderit-deritnya roda-roda kereta dan juga meringkiknya kudakuda terdengar ramai sekali. Dan memang selama beberapa hari
terakhir ini hawa udara berobah hangat dan salju yang telah
membeku di sungai itu mulai mencair, sehingga semua pelancong
yang tertahan di tempat penyeberangan itu, segera bersiap-siap
untuk melanjutkan perjalanan mereka menyeberangi sungai.
Namun mendadak sekali sebelum mereka berangkat, angin utara
telah kembali menyambar-nyambar berhembus hebat dan salju
kembali turun. Dengan terjadinya perobahan cuaca itu, es yang
755 sudah mencair, kembali membeku menjadi es pula, sehingga
perahu tidak bisa meluncur di permukaan sungai, yang airnya
bercampur es itu. Dengan demikian para pelancong itu, terutama
saudagar-saudagar yang semula ingin pergi ke selatan
melanjutkan perjalanan mereka, terhambat pula di Hong-lengtouw.
Di tempat penyeberangan Hong-leng-touw terdapat beberapa
rumah penginapan. Tapi karena mengalirnya manusia dari segala
jurusan, terutama dari jurusan utara yang datang tidak hentihentinya, maka siang-siang beberapa rumah penginapan sudah
terisi penuh. Banyak sekali yang tidak ke bagian kamar dan
beberapa orang yang beradat berangasan segera saja mencaci
maki, menggumam rewel pada pengurus rumah penginapan......
Rumah penginapan yang paling terkenal di tempat penyeberangan
itu adalah An-touw Loo-tiam, yang bukan saja besar dan megah
gedungnya, tapi juga luas pekarangannya. Maka dari itu, orangorang yang tidak ke bagian kamar di penginapan lain telah datang
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke An-touw Loo-tiam untuk minta pertolongan.
Dengan susah payah dan setelah membujuk-bujuk serta tawar
menawar dengan para tamu, si pengurus penginapan berhasil
menjajal empat atau lima orang di setiap kamarnya. Walaupun
demikian, masih juga terdapat belasan orang para tamu-tamu itu
yang tidak ke bagian tempat dan mereka semuanya terpaksa
berdiam di ruang tengah. Sebagai tindakan darurat, pelayanpelayan menyingkirkan meja dan kursi membuat sebuah perapian
di ruangan itu! 756 Sambil menarik napas panjang pendek, mereka mengawasi
kembang salju yang masih turun terus menerus tidak hentinya.
Tampaknya mereka masgul dan jengkel sekali, sebab belum tentu
besok mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka, berangkat
meninggalkan tempat penyeberangan ini. Dengan demikian,
berarti mereka akan bersengsara selama beberapa hari tanpa
memperoleh kamar di rumah penginapan.
Perlahan-lahan siang mulai berganti dengan malam, dan semakin
lama turunnya salju jadi semakin besar. Dan hal ini membuat
masgul tamu-tamu yang tidak ke bagian kamar dan para saudagar
yang sesungguhnya perlu mengejar waktu dalam perjalanan
mereka, yang jadi terlambat dan terhalang oleh turunnya salju yang
bukannya meredah, malah telah semakin deras itu.
Waktu malam itu, di depan rumah penginapan telah berhenti dua
orang penunggang kuda. "Ada lagi tamu .yang datang!" kata seorang tamu di ruang tengah
yang melihat kedatangan ke dua orang penunggang kuda itu.
Beberapa saat terdengar suara seorang wanita: "Ciang-kui,
(pengurus rumah penginapan), sediakan dua kamar kelas satu!"
"Maaf, maaf!" kata si pengurus rumah penginapan yang
menyambut kedatangan ke dua tamu itu sambil tertawa.
"Penginapan kami sudah penuh, tidak ada tempat lagi.....!"
"Baiklah jika begitu, aku hanya minta satu kamar saja!" kata tamu
wanita itu. 757 "Benar-benar aku memohon maaf....., maaf.....!" kata Ciang-kui itu.
"Kedatangan kalian merupakan hal yang selalu diharap-harap oleh
kami. Namun hari ini, sungguh tidak kebetulan sekali. Penginapan
kami sudah penuh benar.....!"
Wanita itu telah mengawasi Ciang-kui tersebut. Dialah seorang
gadis yang mengenakan baju warna merah, celana warna kuning
dan memiliki paras yang cantik. Namun dilihat dari matanya yang
kebiru-biruan dan hidungnya yang mancung, tampaknya dia bukan
seorang wanita Han. Walaupun dia berpakaian sebagai seorang
gadis pada umumnya. Disampingnya, kawan seperjalanan itu, ternyata seorang pemuda
yang berusia duapuluh tahun lebih, parasnya juga cakap dan
kulitnya putih. Dia mengenakan baju yang berwarna hijau, dengan
pakaian luarnya yang terbuat dari kulit. Dilihat dari keadaan ke dua
tamu ini, tampaknya mereka tidak jeri dengan serangan hawa
dingin, sebab pakaian mereka itu bukan terbuat dari bahan yang
tebal. Waktu itu si gadis telah berkata lagi kepada Ciang-kui rumah
penginapan: "Tolong kau usahakan buat kami sebuah kamar yang
tidak terlalu besarpun tidak apa-apa..... kami telah melakukan
perjalanan yang cukup jauh, meletihkan sekali dan kami perlu
beristirahat.....! Ciang-kui rumah penginapan itu telah angkat tangannya, memberi
hormat, sambil katanya: "Maaf..... maaf memang sesungguhnya di
rumah penginapan kami telah penuh. Jika memang nyonya ingin
758 mencobanya untuk menanyakan di rumah penginapan lainnya,
mungkin masih terdapat kamar kosong di sana.....!"
"Kami telah mutar-mutar menanyakan beberapa ruman
penginapan. Semua telah penuh. Mereka juga menganjurkan kami
ke mari karena menurut pengurus rumah penginapan itu, inilah
rumah penginapan yang terbesar, dan mungkin An-touw Loo-tiam
bisa menerima kedatangan kami dan mengusahakan sebuah
kamar untuk istirahat.....!"
"Memang jika kami membiarkan kalian berdua terlantar di luar
dalam cuaca yang seburuk ini, tentu kami keterlaluan!" kata Ciangkui itu sambil tersenyum. "Namun jika memang kalian hanya
sekedar ingin istirahat, silahkan masuk untuk sambil
menghangatkan tubuh juga bisa minum satu dua cawan teh
hangat..... tetapi jelas kami tidak bisa menyediakan kamar untuk
kalian.....!" Gadis itu mengkerutkan alisnya, dia menoleh kepada si pemuda di
sampingnya, tanyanya: "Bagaimana Toako" Daripada kita
kedinginan dan terlantar di perjalanan, lebih baik kita berteduh dulu
di sini.....!" Pemuda itu mengangguk, dia hanya menjawab singkat: "Terserah
padamu saja adikku."
Maka gadis itu telah menoleh lagi kepada Ciang-kui itu, katanya:
"Baiklah, kami akan menumpang untuk beristirahat di sini
beberapa waktu, menanti sampai salju meredah......!"
759 Ciang-kui itu telah mempersilahkan ke dua tamunya ini untuk
masuk, dan memberikan tempat di sudut ruangan kantor rumah
penginapan itu, di mana di tengahnya tampak ada perapian yang
baranya tengah menyala marong. Dan juga di sisi kiri kanan dari
perapian itu duduk berdesakan puluhan orang tamu lainnya yang
tidak ke bagian kamar. Si gadis dan si pemuda telah menurunkan buntalan mereka, dan
telah duduk dengan perasaan lega, karena sekarang mereka bisa
menghangat tubuh, tidak perlu ditimpah terus menerus oleh hujan
salju yang dingin menusuk tulang. Malah gadis itu telah sibuk
membersihkan sisa-sisa bunga salju yang melekat di pakaian si
pemuda. "Perjalanan ke kota raja tentu masih memakan waktu belasan hari
lagi. Jika memang sslju ini tidak juga meredah dan tempat
penyeberangan ini tidak bisa dipergunakan dalam beberapa hari,
niscaya kita akan tiba lebih lama lagi..... Kemungkinan besar,
sebulan kemudian kita baru mencapai tempat tujuan kita....." kata
si pemuda dengan suara yang tidak begitu keras.
Si gadis mengangguk mengiyakan, dan dia pun menyambungi:
"Benar Toako, kita sambil pesiar juga, bukankah untuk
mengantarkan surat itu kita tidak perlu terlalu tergesa"!" Tapi baru
saja berkata begitu, wajah si gadis telah berobah murung.
Semua tamu-tamu yang berkumpul di ruangan itu mengawasi si
gadis, yang cantik luar biasa. Mereka memperoleh kenyataan
gadis itu seperti juga seorang dewi yang baru turun dari kerajaan
Langit. 760 Dan yang membuat para tamu-tamu itu tertarik, adalah bola mata
si gadis agak kebiru-biruan dan hidungnya yang mancung. Dalam
berpakaian sebagai seorang gadis Han, dengan rambut yang
disanggul tinggi, betapa cantik dan jelitanya. Maka tidak ada
seorang tamu lelaki di ruang itu yang tidak memuji di dalam hati
mereka akan kecantikan gadis tersebut.
Demikian juga halnya dengan si pemuda, yang tampaknya lebih
tua beberapa tahun usianya dari gadis itu, memiliki kulit yang putih
bersih, raut wajah yang tampan dan rambutnya walaupun telah
melakukan perjalanan jauh seperti apa yang dikatakan, masih
rapih, hanya terdapat beberapa bunga salju yang melekat dan
mencair. Sepasang muda-mudi itu seperti juga Giok Hong dan Cin Touw,
pasangan dewa dewi yang memang serasi dan cocok satu dengan
yang lainnya. Jika yang gadis cantik jelita, yang pemudanya
tampan dan ganteng. Hanya yang membuat para tamu itu tak berani memandang terlalu
lama dan juga hanya melirik secara mencuri, itulah disebabkan di
pinggang si gadis maupun si pemuda, masing-masing tergantung
sebatang pedang panjang. Tampaknya mereka berdua orangorang Kang-ouw yang memiliki kepandaian silat yang tinggi.
Dengan demikian, orang yang berkumpul di ruang itu telah
melengos membuang pandang ke arah lain ketika si pemuda telah
angkat kepalanya dan menyapu sekeliling ruangan dengan sinar
mata yang tajam, bibir tersenyum. Tampaknya pemuda itu gagah
sekali..... 761 Si gadis tertawa kecil. Dia bilang kepada si pemuda: "Toako, kita
telah hampir satu bulan melakukan perjalanan, selama itu, kau
selalu memperlihatkan sikap seperti juga kita ini tengah mengejar
waktu untuk menyelesaikan sebuah tugas yang penting.....
Bukankah kita hanya perlu menyampaikan surat itu, dan tugas kita
selesai" Berarti waktu kita tidak terlalu terdesak dan dalam
melakukan perjalanan ini kita juga bisa sekalian untuk
berpelesiran, menikmati keindahan alam dari daerah yang kita
lalui....."!" Pemuda itu menghela napas, tapi kemudian dia tersenyum sambil
katanya: "Adikku, dalam menyelesaikan urusan ini, sebetulnya
memang merupakan urusan yang tidak terlalu penting, walaupun
surat itu besar artinya untuk ketenangan arwah ayahmu! Namun
yang terpenting ialah bagaimana kita bisa menyelesaikan tugas ini
secepat mungkin agar kita bisa segera kembali untuk berkumpul di
markas Kay-pang. Di sana kita akan menerima tugas yang jauh
lebih berat lagi, untuk menyelamatkan Wang Toako......!"
Begitulah, si gadis mengangguk, dan selanjutnya mereka bicara
bisik-bisik. Mendengar selintasan dari percakapan muda mudi ini, seketika
para tamu di ruang tengah itu mengetahui bahwa mereka adalah
orang-orang Kang-ouw. Dengan sendirinya, para tamu-tamu itu
tidak berani memperlihatkan sikap yang lancang atau kurang ajar,
bisa-bisa mereka celaka kalau si pemuda atau si gadis naik darah
oleh sikap mereka. 762 Tetapi di antara para tamu itu, rupanya terdapat seorang lelaki
berusia lanjut, mungkin usianya telah enampuluh tahun, dia tengah
duduk setengah rebah dengan tubuhnya agak menyender pada
dinding. Dan dia juga terus menerus mengawasi muda mudi itu.
Malah ketika melihat muda-mudi itu bicara bisik-bisik dia menguap
dengan suara cukup nyaring, susuli dengan perkataannya,
"Salju turun terus menerus, hawa udara demikian dingin dan buruk.
Sungguh menjengkelkan sekali, sehingga si tua bangka yang ingin
cepat tiba di kotaraja jadi terhambat dan akan terlambat
karenanya.....!" orang tua itu berkata-kata dengan suara yang
nyaring, rupanya pada dirinya dia itu sengaja agar si gadis dan si
pemuda mendengarkannya. Dan memang gadis dan pemuda itu telah melirik ke arahnya.
Ketika itu si pemuda memperoleh kenyataan, orang tua dengan
kumis yang tumbuh tidak teratur itu, dan usianya telah lanjut,
dengan tubuh yang kurus tertutup oleh pakaian luarnya yang tebal
terbuat dari bulu tiauw yang telah botak di beberapa bagiannya. Yo
Him mengetahui, bahwa orang itu bukanlah seorang pelancong
atau saudagar umumnya, dari sinar matanya terlihat bahwa orang
tua ini memiliki lweekang yang tinggi.
Si gadis juga telah berbisik, "Orang itu mencurigakan sekali,
Toako!" Pemuda itu mengangguk. Dia telah bangun dari duduknya
menghampiri orang tersebut, dia mengangkat tangannya memberi
hormat. 763 "Lopeh, maukah Lopeh menghilangkan iseng bercakap-cakap
dengan kami"!" tanya pemuda itu.
Orang tua itu telah mengangkat kepalanya mengawasi Yo Him
dengan mulut tersenyum lebar, dia kemudian mengangguk.
"Tentu saja mau, jika memang kalian tidak memandang rendah
kepadaku untuk mengikat tali persahabatan! Memang sungguh
menjemukan sekali berdiam di tempat seperti ini terhambat
perjalanan karena turun salju celaka itu! Jika memang memperoleh
sahabat yang bisa melenyapkan kelanggengan dan kesunyian ini,
bukankah itu menggembirakan sekali"!"
Dan sambil berkata begitu, lelaki tua tersebut telah bangun. Dia
telah menggeser barang-barangnya untuk pindah duduk ke tempat
si pemuda dan si pemudi. "Siapakah nama kalian"!" tanya orang tua itu setelah duduk
dengan benar di hadapan si pemuda dan si pemudi.
"Siauwte she Yo, dan bernama Him. Ini adalah adikku, namanya
Sasana.....!" menjelaskan pemuda itu, yang tidak lain dari Yo Him
dan si gadis adalah Sasana.
"Ohh, aku si orang tua sudah lama tidak mempergunakan namaku,
sehingga selama itu tidak pula aku ingat namaku sendiri. Hanya
saja sahabat-sahabatku biasanya memanggil aku si Kwie Losam
(Setan Tua). Kukira, kalian juga bisa memanggil aku dengan
sebutan Kwie Losam itu pula."
764 Yo Him dan Sasana tersenyum mendengar nama orang ini yang
cukup aneh. Tapi mereka tidak memperlihatkan sikap memandang
enteng. Karena umumnya orang dengan keadaan seperti ini, yang
dari matanya menunjukkan memiliki lweekang yang tidak rendah,
dan juga namanya yang begitu aneh tidak seperti nama umumnya,
maka mereka menduga tentunya orang tua ini adalah orang Kangouw yang, memiliki kepandaian tinggi dan sepak terjangnya cukup
aneh, sehingga dia diberi julukan sebagai Kwie Losam.
Dan tentunya Kwie Losam ini pun merasa keberatan untuk
memberitahukan siapa dirinya sebenarnya, di mana namanya tidak
mau diberitahukannya. Tentunya dia memiliki kesulitan tertentu,
sehingga Yo Him dan Sasana tidak mendesak lebih jauh.
"Tadi kudengar kalian ingin menuju ke kota raja, benarkah itu"!"
tanya Kwie Losam lagi. Yo Him mengengguk. "Benar, Lopeh......!" menyahuti Yo Him.
"Jika begitu, kita memiliki tujuan yang sama, karena akupun
memang ingin pergi ke kota raja. Jika boleh kuketahui, ada
keperluan apakah kalian melakukan perjalanan dalam cuaca
demikian buruk ke kota raja" Tentunya kalian memiliki urusan yang
penting sekali di sana!"
Yo Him tersenyum. "Hanya ingin menjenguk seorang sanak famili kami yang tengah
menderita sakit berat..... Sebulan yang lalu kami telah menerima
765 berita mengenai keadaannya. Itulah sebabnya kami cepat-cepat
melakukan perjalanan untuk menjenguknya, walaupun keadaan
cuaca demikian buruk," berdusta Yo Him.
Orang tua itu mengangguk. Walaupun dia meragukan alasan yang
diberikan oleh Yo Him, dia tidak melanjutkan lebih jauh mendesak
pemuda itu. "Ada yang ingin kukatakan kepada kalian!" kata Kwie Losam
kemudian sambil menguap. "Seperti kalian ketahui, bahwa
melakukan perjalanan darat untuk mencapai kota raja, kita harus
melewati penyeberangan itu. Begitu juga orang-orang dari utara
yang herdak pergi ke selatan juga harus mempergunakan
penyeberangan ini. "Dengan demikian daerah penyeberangan di tepi sungai Huang-ho
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini selalu ramai hiruk pikuk oleh orang-orang yang menuju ke
selatan atau juga sebaliknya. Tetapi, apakah kalian pernah
mendengarnya, bahwa menuju ke selatan, terpisah tigapuluh lie
dari daerah penyeberangan ini, tempat itu tidak aman dan banyak
perampok yang kejam dan telengas"!"
Yo Him mengawasi orang tua itu.
"Perampok yang kejam dan bertangan telengas"!" tanya Yo Him
menegasi. "Siapakah mereka itu, Lopeh"!"
"Aku sendiri baru mendengarnya belakangan ini, karena menurut
orang-orang yang pernah mengalami perampokan di tempat itu,
para perampok tersebut baru tiga tahun menguasai daerah itu.
Yaitu sejak berhasilnya orang-orang Mongolia menguasai negeri
766 kita, di mana orang-orang Boan itu berkuasa. Daerah itu
merupakan daerah runtuhan peperangan, korban dari lintasan
pasukan tentara Mongolia.
"Dengan demikian di tempat yang seperti itu, para perampok itu
menghimpun kekuatan. Dan walaupun sekarang negeri bukan
dalam keadaan perang, tokh dalam keadaan aman ini orang yang
berlalu di daerah itu jadi diliputi perasaan takut dan gelisah, karena
mungkin saja terjadi, mereka akan dibegal di tengah jalan dan
akhirnya membuang jiwa dengan percuma......!"
Yo Him tersenyum. "Terima kasih atas peringatan Lopeh....!" kata Yo Him. "Kami
berdua akan berlaku lebih hati-hati dan waspada.....!"
Kwie Losam telah tersenyum.
"Aku sendiri tengah bingung juga, jika nanti salju telah meredah
dan bisa mempergunakan tempat penyeberangan itu, di mana aku
dapat meneruskan perjalananku ke Selatan, aku kuatir justru
mereka akan mengganggu diriku!"
"Jika memang demikian, apakah Lopeh tidak keberatan untuk
melakukan perjalanan bersama kami" Sedikitnya kami pernah
mempelajari ilmu silat, dan jika memang mereka akan
mengganggumu, kami bisa melindungimu......!"
Orang tua itu mengangguk.
767 "Aku telah melihat pedang di pinggang kalian masing-masing, aku
mengetahui, kalian pendekar-pendekar muda yang budiman
tentunya. Dan dengan membawa pedang di pinggang kalian
masing-masing, tentunya ilmu silat kalian juga tidak rendah.....
Memang menggembirakan sekali jika saja aku bisa melakukan
perjalanan bersama-sama kalian, karena dengan adanya kalian
bersamaku, tentunya sepotong jiwa tuaku ini bisa dilindungi dari
tangan telengas para pembegal kejam itu.....!!"
Yo Him tersenyum, diapun bilang untuk menghibur orang ltua itu,
"Lopeh tidak perlu kuatir, karena kami akan melindungimu! Inilah
benar-benar tidak kami sangka sebelumnya, di saat negeri mulai
berangsur aman, di daerah itu timbul perkumpulam pembegal yang
ganas seperti itu. Berarti rakyat di daerah itu mengalami
kesengsaraan dua kali! "Pertama kali kami bersengsara karena peperangan, dan
kesengsaraan ke dua kalinya karena perbuatannya sebagai para
pembegal itu. Demikian, tentunya para pembegal itu tidak boleh
dibiarkan saja dengan perbuatan jahat mereka, dengan adanya
mereka di daerah itu, tentunya para saudagar akan jeri melakukan
perjalanan..... "Ini bisa mengganggu perdagangan di sekitar tempat itu pula.
Berarti akan membuat rakyat di daerah tersebut lebih menderita
lagi, karena dengan sedikitnya jumlah barang yang tersedia, harga
yang diminta oleh para pedagang di sana jauh lebih mahal lagi.
Orang tua itu, Kwie Losam, tertawa sambil menganggukkan
kepalanya beberapa kali, dia bilang: "Tepat! Tepat! Jika saja aku
768 memiliki kepandaian silat tentu aku akan pergi menumpas para
begal itu!" Bersemangat sekali waktu Kwie Losam berkata begitu.
Yo Him menghela napas. "Kerajaan Boan telah berhasil meruntuhkan negara Song kita,
merekapun kini telah berkuasa penuh, tetapi mengapa pembesar
setempat tidak cepat-cepat berusaha memulihkan keamanan di
tempat tersebut"!"
"Inilah yang ingin kukatakan! Para tentara Boan yang telah menang
perang, sekarang hanya menjadi babi-babi yang gembul perutnya.
Mereka itu hanya kepandaiannya makan dan menilai barangbarang berharga, merampas milik rakyat yang mereka inginkan.
Itupun disebut sebagai perampokan secara terselubung!
"Hemmm, mereka mana mau mengurusi keamanan di daerah itu,
bukankah yang bersengsara bukan rakyat Boan" Bukankah yang
menderita hanyalah rakyat jajahan itu" Untuk apa mereka
bersusah payah, untuk menindas perampokan-perampokan di
daerah menumpas bersih para pembegal tersebut"!"
Yo Him mengangguk, dia anggap beralasan juga perkataan orang
tua itu. "Siapakah pemimpin dari pembegal-pembegal di daerah itu,
Lopeh"!" tanya Yo Him kemudian.
"Menurut apa yang kudengar, pembegal-pembegal di sana telah
dihimpun dan diketuai oleh seorang jago Gwa-khe, yaitu seorang
ahli ilmu luar, yang memiliki tenaga seribu kati. Dengan
769 mengandalkan kepandaiannya yang tinggi, pemimpin pembegal itu
telah bertindak sebagai seorang raja kecil di tempat itu......
"Dia bergelar To-eng-sian (Golok Rajawali Dewa). Mengenai
namanya masih belum diketahui, karena semua orang hanya
mengetahui gelarannya itu dan jarang yang mengetahui nama
pimpinan begal tersebut....."
Yo Him baru sekali ini mendengar To-eng-sian, dia mengerutkan
alisnya. Di saat rakyat baru saja terlepas dari kesengsaraan karena
peperangan, justru di daerah itu muncul pembegal-pembegal yang
telengas dan kejam itu, menambah penderitaan rakyat di daerah
tersebut yang belum lagi sembuh dan pulih.
Sasana juga telah berkata kepada Yo Him, "Jika demikian, nanti
kalau kita lewat di daerah itu baiklah kita sekalian menumpas
mereka!" Yo Him mengangguk, diapun telah menoleh kepada Kwie Losam,
sambil katanya: "Lopeh aku tidak berjanji kepadamu untuk
membasmi perampok itu, tetapi kami akan berusaha untuk
menumpasnya. Syukur jika memang usaha kami nanti berhasil
dengan baik! Itu memang sudah menjadi tugas kami....!"
Orang tua itu, Kwie Losam telah tertawa.
"Tetapi Yo Siauwhiap, engkau harus hati-hati, jumlah pembegal itu
besar sekali, mungkin ribuan orang. Jika memang engkau hanya
mau menjaga diri dan berusaha menghindar dari mereka, dengan
mengandalkan kepandaianmu mungkin masih bisa. Tetapi jika
engkau berkeinginan untuk menumpas mereka, dengan hanya
770 kalian berdua saja, kukira..... kukira ini sama saja dengan kalian
mengantarkan jiwa kalian ke liang maut......!"
Yo Him tersenyum, dia tidak tersinggung. Orang tua ini tidak yakin
bahwa dia akan dapat menghadapi para pembegal itu.
Tak lama kemudian, pelayan telah mengantarkan makanan dan
arak. Makanan di rumah penginapan ini ternyata cukup baik,
araknya pun sedap dan wangi. Untuk mengurangi serangan hawa
dingin, Sasana telah ikut meminum dua cawan arak, sedangkan
Yo Him perlahan-lahan menghabiskan tiga cawan arak.
Orang itu, Kwie Losam, juga telah ikut minum bersama mereka.
Mereka bertiga telah bercakap-cakap membicarakan banyak hal.
Terutama tentang keramaian di tempat penyeberangan Hong-lengtouw di tepi sungai Huang-ho ini.
Selama bercakap-cakap seperti itu, Yo Him juga memperhatikan
keadaan orang tua tersebut. Dia memperoleh kesan, bahwa orang
tua ini seperti juga hendak menyembunyikan dirinya, untuk
menutupi keadaannya yang sebenarnya. Karena waktu orang tua
itu, Kwie Losam mengangkat cawannya, cara dia mengulurkan
tangannya dan mengangkat cawan itu, tampak jelas merupakan
seorang ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi sekali, karena
arak di dalam cawan itu sama sekali tidak bergerak, walaupun
cawan itu diambil seenaknya dengan gerakan yang cepat.
Karena dari itu, Yo Him diam-diam juga berwaspada, karena dia
kuatir kalau-kalau orang tua ini hanya pura-pura memberikan cerita
mengenai pembegal-pembegal di seberang penyeberangan itu,
padahal dia sendiri yang mengandung maksud buruk. Tentunya
771 dia merupakan seorang jago yang liehay ilmunya dan tidak mau
berterus terang dengan keadaannya.
Waktu itu Yo Him telah mengundang Kwie Losam untuk ikut dahar
beberapa makanan, dan Kwie Losam memang tidak
menampiknya. Sekarang giliran Yo Him menanyakan perihal orang
tua itu. Kwie Losam bercerita, bahwa dia sesungguhnya seorang tabib,
tetapi dia menegaskan bahwa dialah seorang tabib rudin yang tidak
memiliki harta dan rumah, hanya berkeliling dari daerah yang satu
ke daerah lainnya mencari sesuap nasi.
Sungguh tidak beruntung juga buat Kwie Losam ini. Menurut dia
kepandaian ilmu ketabibannya itu juga dipelajarinya tidak
sempurna, sehingga banyak orang-orang yang menderita penyakit
aneh-aneh tidak bisa disembuhkannya. Karena dari itu, selamanya
juga aku jadi si tabib rudin yang pernah memperoleh
keberuntungan, dan tidak pernah berhasil untuk memiliki sejumlah
uang yang berarti, karena jarang orang berani mempercayai aku
untuk mengobati seorang sahabat atau sanak famili mereka untuk
berobat padaku...... "Akhirnya aku jadi masgul dan sebal sendirinya, akupun
meninggalkan pekerjaanku sebagai tabib dan kerjaku sekarang ini
hanya berkelana ke sana ke mari tanpa tujuan dan pekerjaan.....
"Karena dari itu aku bermaksud untuk pergi ke kota raja untuk
mengadu untung di sana. Siapa tahu, peruntunganku di sana jauh
lebih baik, sehingga aku bisa membuka kembali praktek sebagai
tabib. Dan juga mudah-mudahan saja, penyakit yang diderita oleh
772 orang-orang di kota raja itu tidak terlalu aneh-aneh, dan aku dapat
menyembuhkannya, sehingga pekerjaanku ini dapat berjalan
lancar......!" Yo Him tersenyum mendengar cerita Kwie Losam. Hati kecilnya
sulit menerima cerita itu karena dia melihat tidak ada tandatandanya sedikitpun juga, Kwie Losam memiliki potongan sebagai
seorang tabib. Tetapi Yo Him tidak mau menanya rewel dan melitmelit, dia hanya mengiyakan saja.
Begitulah, mereka telah meneruskan makan dan minum, dan arak
memang bisa membantu mereka untuk menghangati tubuh dari
serangan hawa dingin. Perapian di tengah-tengah ruangan juga
masih menyala dengan baranya yang marong......
Di antara para tamu-tamu yang berkumpul di tempat itu ada yang
telah melenggut-lenggut hendak tertidur oleh kantuknya yang tidak
tertahankan lagi. Sedangkan salju yang turun masih saja deras,
tampaknya sampai besok pagi juga salju tidak akan berhenti turun
atau meredah..... Waktu itulah, di luar rumah penginapan telah datang lima orang
penungggang kuda. Mereka adalah lima orang lelaki yang
bertubuh tinggi besar. Bersama mereka juga terdapat sebuah joli
yang dihias indah yang digotong oleh dua orang lelaki bertubuh
tinggi tegap. Di dalam joli itu duduk seorang nyonya setengah baya
yang wajahnya masih cantik dan pakaiannya serta perhiasannya
reboh bukan main. Pengurus rumah penginapan telah menyambut mereka untuk
menyampaikan penyesalan pada tamu-tamunya ini yang tidak bisa
773 diluluskan permintaannya untuk kamar-kamar yang mereka pesan,
karena telah penuh. Tetapi salah seorang di antara ke lima penunggang kuda itu, yang
berewokan, telah menepuk meja dengan keras dan galak,
sehingga semua tamu telah mengawasi kepadanya, memandang
jemu padanya. Begitu juga tamu-tamu yang sebelumnya telah
melengut-lengut tertidur, akibat tepukan keras pada meja, telah
terbangun. Mereka jadi memandang tidak senang kepada lelaki
kasar itu. "Ada atau tidak kamar buat kami, kau harus menyediakan dan
mempersiapkannya, Ciang-kui! Hemmm, jika kau gagal
menyediakan empat buah kamar kelas satu buat kami, hemmm
hemmm, ini!" Dan sambil berkata: "Ini!" tangannya telah ditempelkan pada
lehernya, dia memperlihatkan gerakan seperti menggorok leher.
Berarti lelaki berewok itu telah mengancam Ciang-kui tersebut
akan digorok lehernya atau dibunuh kalau saja pengurus rumah
penginapan itu gagal mempersiapkan kamar untuk mereka.
Ciang-kui itu melihat orang demikian galak dan mukanya bengis.
Jumlahnya mereka juga tampaknya banyak, dan wanita di dalam
joli itu juga rupanya bukan wanita sembarangan, seperti isteri
seorang pembesar, maka dia jadi ketakutan. Dia telah
membungkukkan memberi hormat dalam-dalam sambiI katanya,
"Sungguh menyesal sekali..... benar-benar menyesal sekali......
Memang semua kamar telah penuh. Jika memang masih ada, tokh
774 tidak mungkin kami menampik kunjungan tuan-tuan tamu yang
memang setiap hari kami harapkan!!"
"Hemm, kami tidak mau perduli apakah kamar telah terisi penuh
atau tidak! Yang penting, kau harus mempersiapkan empat buah
kamar kelas satu buat kami! Jika memang perlu, kau usir keluar
penghuni ke empat kamar itu. Jika mereka marah biar nanti kami
yang menghajar mereka. Cepat laksanakan!"
Ciang-kui itu jadi serba salah. Dia telah membungkuk berulang kali
sambil katanya: "Mana boleh begitu..... mereka telah datang
terlebih dulu, mereka juga membayar.....!"
Tetapi baru saja Ciang-kui itu berkata demikian, orang berewokan
dan mukanya kasar itu menepuk meja lagi dengan sikapnya yang
bengis, dia membentak: "Mereka membayar, akupun membayar
dengan uang. Bahkan kami akan membayar berlipat besar dari
pembayaran mereka! Cepat kau siapkan kamar untuk kami!"
Benar-benar pengurus rumah penginapan itu jadi bingung dan
sibuk sendirinya. Dia berusaha memberikan pengertian kepada
tamu-tamunya ini. Tetapi rupanya orang tertubuh tinggi tegap berewokan itu tidak
mau mendengar ocehan si pengurus rumah penginapan. Tahutahu tangannya telah menjambret baju si pengurus rumah
penginapan, diiringi bentakannya: "Kau mau melaksanakan
perintah kami atau tidak?"
Pengurus rumah penginapan itu tambah ketakutan. Dia meringis
dengan muka yang pucat pias, dia juga merasakan dadanya sakit
775 sekali, karena cengkeraman lelaki berewok itu bagaikan jari-jari
tangannya itu jepit besi saja.
"Oh tuan tamu, jangan marah. Aku mau saja untuk berusaha
membujuk para tamu-tamu itu agar mereka mengalah...... Tetapi
aku tidak berani berjanji akan memenuhi keinginan tuan-tuan
tamu...... Lepaskanlah dulu cengkeramanmu ini..... aku...... aku
akan pergi membujuk mereka!!"
"Cepat pergi usir keluar semua tamu-tamu itu!" bentak lelaki
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berewok itu sambil mendorong tubuh si pengurus rumah
pinginapan itu. Dorongan yang dilakukannya itu bukanlah
dorongan yang ringan, karena begitu didorong begitu tubuh si
pengurus rumah penginapan tersebut terjungkal bergulingan di
lantai. Waktu dia bangun merangkak berdiri, maka di keningnya
telah tambah sebuah "telur" dan hidungnya mengucurkan "kecap
merah" yang cukup banyak.
Bukan main mendongkol dan gusarnya si pengurus rumah
penginapan atas sikap kasar tamu-tamunya itu. Dia menahan
kemendongkolannya itu, karena dia juga merasa takut dan jeri
untuk wajah orang yang bengis, tubuhnya yang tinggi besar dan
tenaganya yang begitu kuat..... Dia telah mengeloyor untuk masuk
ke dalam. Sedangkan lelaki berewok itu telah memperdengarkan suara
tertawa dingin, tangannya mengebut bunga-bunga salju yang
melekat di pakaiannya. Ke empat kawannya juga telah melompat
turun dari kuda masing-masing. Salah seorang di antara mereka
menggapai tangannya memanggil pelayan.
776 Seorang pelayan dengan sikap ketakutan, setengah berlari
menghampiri. Dia telah melihat Ciang-kui nya tadi "dihajar" oleh
salah seorang dari tamunya, maka dia jadi jeri, kalau-kalau diapun
akan menerima "hajaran" dari tamunya itu. Dia tidak berani berayal
sedikitpun juga dan telah menyambuti ke lima ekor kuda itu untuk
diurus. "Setelah itu, cepat kau siapkan makanan dan arak untuk kami!"
kata lelaki berewok itu. Diapun telah merogoh sakunya, dia
mengeluarkan sebuah pecahan uang emas, dan lemparkan ke
lantai, itulah kepingan uang emas bernilai limabelas tail! "Ambil
untukmu!" Pelayan itu jadi memandang dengan mulut terbuka lebar. Dia
berdiri seperti patung, karena tidak percaya apa yang didengarnya.
Namun setelah tersadar, dia bertanya gaga-gugu: "Apakah.....
apakah uang itu untuk perhitungan nanti, toaya"'" tanyanya.
"Bukan, untuk kau! Ambil, aku menghadiahkannya untukmu! Tetapi
kau harus merawat kuda kami baik-baik!"
Pelayan itu merasakan kakinya lemas karena terlalu girang bukan
main. Betapa tidak. Limabelas tail emas! Itulah jumlah uang yang
tidak sedikit! Limabelas tail mungkin cukup untuk tinggal selama
seminggu di rumah penginapan ini mengambil kamar kelas satu
dan makan minum yang lezat.
Namun sekarang, tamu ini justru telah menghadiahkannya uang
sebesar itu. Bukan kepalang kaget, girang, takjub dan heran,
sampai pelayan itu menganggap kupingnya yang salah dengar.
777 "Mengapa kau tidak cepat-cepat menerimanya?" bentak lelaki
berewok itu ketika melihat lagak si pelayan yang seperti orang yang
kehilangan semangat dan bloon. "Atau memang hadiah yang
kuberikan itu masih kurang"!"
Pelayan itu segera juga menyambar uang itu, dia telah mencekal
kuat-kuat, dia menekuk ke dua kakinya mengucapkan terima
kasihnya. Karena terlalu girang, dia bukan hanya sekedar memberi
hormat mengucapkan terima kasih, tanpa segan-segan dia berlutut
di depan tamunya, benar-benar terbuka tangannya..... Lalu dia
cepat-cepat membawa ke lima ekor kuda tunggangan tamunya,
untuk dirawat dengan baik, lebih istimewa dari kuda-kuda tamu
lainnya. Sedangkan ke lima lelaki itu telah berdiri berbaris di depan pintu
masuk rumah penginapan. Sikap mereka jadi menghormat sekali
ketika membungkuk ke arah joli indah itu, yang telah diturunkan
oleh ke dua penggotongnya. Yang masing-masing berdiri di sisi joli
tersebut. "Silahkan Hujin turun untuk beristirahat.....!" kata lelaki berewok itu,
suaranya menghormat sekali.
Tirai joli itu telah disingkap dan keluarlah wanita setengah baya,
pakaiannya reboh dengan segala macam perhiasan itu. Dia
melangkah perlahan-lahan masuk ke dalam rumah penginapan.
Langkah kakinya ringan. Yo Him dan Sasana jadi terkejut. Yo Him yang telah melihatnya
lebih dulu. Setiap kali melangkah, kaki wanita itu telah melesak ke
dalam lantai sedalam beberapa dim. Setiap kali dia mengangkat
778 kakinya, maka di lantai itu telah ditinggalkannya bekas tapak
kakinya, yang legok beberapa dim dalamnya! Itulah lweekang
kelas tinggi yang sulit dicari duanya.
Dan keluar biasaan yang menakjubkan itu belum lagi berakhir.
Justru ke dua penggotong joli itu, yang berjalan di belakang si
wanita yang rupanya adalah junjungannya, telah berjalan dengan
sepasang kaki diseret-seret. Lantai yang semula telah legok dalam
oleh tindakan kaki si wanita, telah tersapu rata kembali, seperti
semula dan tidak terlihat tanda-tanda rusak!
Itulah pertunjukan yang luar biasa sekali! Bagi orang-orang yang
tidak mengerti ilmu silat, mungkin mereka beranggapan wanita itu
tengah memperlihatkan suatu permainan ilmu sihir saja. Namun
buat Yo Him dan Sasana, itulah pertunjukan yang mengejutkan
hati. Bukan hanya wanita setengah baya itu saja yang memiliki
lweekang yang tinggi dan kesempurnaan seperti itu. Karena ke dua
penggotong joli itu, yang bisa memulihkan lantai jadi tidak legok
dan rata kembali dengan mempergunakan sepasang telapak kaki
mereka yang digeser, merupakan pertunjukan yang juga cukup
hebat, lweekangnya pun telah cukup tinggi!
Diam-diam Yo Him jadi menaruh perhatian penuh kepada tamutamu istimewa yang baru datang ini, karena tampaknya mereka
bukan orang sembarangan dalam Rimba Persilatan.
Sedangkan Kwie Losam sendiri sejak kedatangan tamu-tamu
istimewa, yang galak itu, bola matanya tidak hentinya telah
mencilak-cilak mengawasi tajam. Namun setelah si wanita di dalam
779 joli turun dan masuk ke dalam rumah penginapan, di ruang tengah
itu, dia menundukkan kepalanya dan pura-pura sibuk dengan
makanannya...... Hanya Yo Him melihatnya. Sekali-kali Kwie Losam telah melirik
kepada si wanita yang telah duduk di sebuah kursi yang dibawakan
seorang pelayan. Ke lima lelaki bertubuh tinggi besar, bersama ke dua orang
penggotong joli itu, telah berdiri berbaris di belakang si wanita
setengah baya tersebut. Mereka mengawasi semua orang di
dalam ruangan dengan sorot mata yang tajam dan wajah yang
bengis. Sedangkan wanita setengah baya itu juga telah menyapu seluruh
ruangan dengan sorot mata berkilat. Bibirnya tersenyum sedikit,
tetapi senyumnya itu lenyap ketika sorot matanya jatuh pada diri
Sasana dan Yo Him. Mukanya berobah sedikit, lalu dia mendehem.
Seorang penggotong joli yang berdiri di sebelah kanan telah
menunduk mendekatkan telinganya. Wanita setengah umur itu
membisikkan sesuatu, dan penggotong joli itu menganggukangguk beberapa kali dengan matanya melirik kepada Sasana dan
Yo Him. Yo Him dan Sasana yang melihat hal itu telah tidak mengawasi
lebih jauh. Mereka kuatir jika memang mereka mengawasi terus,
walaupun mereka memang tidak mengandung maksud tertentu,
dikuatirkan akan terjadi bentrokan.
780 Waktu itu penggotong joli yang dibisiki wanita setengah baya
tersebut telah melangkah menghampiri Yo Him dan Sasana.
Mereka mengawasi si penggotong joli itu, yang ketika tiba di
hadapan mereka, si penggotong joli itu berkata dengan sikap yang
kasar: "Kalian dipanggil oleh majikan kami!"
Yo Him mengerutkan alisnya. Walaupun wanita setengah baya itu
seandainya seorang isteri pembesar, tidak dapat dia mengundang
secara kasar begitu. Maka Yo Him setelah melirik sejenak pada
Sasana, lalu pura-pura tuli, membuang pandang ke arah lain.
Seperti juga tidak mengetahui bahwa penggotong joli itu tengah
bicara kepada mereka. Sedangkan Sasana juga telengos dan
pura-pura membetulkan anak rambutnya yang turun ke mukanya.
Penggotong joli itu rupanya jadi gusar melihat lagak muda mudi itu,
maka dia telah membentak lagi dengan suara yang bengis:
"Apakah kalian tuli, heh" Tidakkah kalian dengar Loyamu
mengatakan bahwa kalian dipanggil menghadap oleh Hujin kami"!"
Yo Him dan Sasana tetap duduk di tempat mereka tanpa
bergeming sedikitpun juga. Hanya Yo Him yang telah mengangkat
kepalanya. Dia telah menunjuk kepada dirinya sendiri sambil
tanyanya: "Apakah kau maksudkan kami berdua"!"
Orang itu, si penggotong joli yang seorang ini, jadi gusar bukan
main. "Pemuda kurang ajar, kau rupanya minta dihajar, heh"!" dan sambil
berkata begitu, dia telah melangkah dua tindak ke depan, sambil
mengulurkan tangannya untuk mencengkeram pundak Yo Him.
781 Namun waktu itu Kwie Losam yang tengah sibuk dengan
makanannya, tiba-tiba telah menjatuhkan sepotong daging, diapun
berseru: "Dagingku jatuh...... ai bisa kotor.....!" dan tangannya telah
diulurkan untuk mengambil daging itu.
Dia duduk di samping Yo Him, maka orang itu, yaitu si penggotong
joli, jika ingin menghampiri Yo Him harus berada di dekatnya. Dan
waktu tangan Kwie Losam diulurkan untuk mengambil dagingnya,
justru kaki si penggotong joli itu tengah menindak dan waktu itulah
Kwie Losam telah memutar tangannya. Telapak tangannya jadi
menghadap ke atas dan telapak kaki orang itu menginjak telapak
tangannya. Kwie Losam menjerit kesakitan sambil berseru: "Aduhhh,
aduhhh...... tanganku terinjak!" Dan dia telah menghentak
tangannya itu. Tidak ampun lagi si penggotong joli itu merasakan dirinya seperti
dihentak oleh satu kekuatan yang hebat, namun tidak terlihat.
Tubuhnya terlontar dan terguling di lantai! Mukanya jadi merah
ketika dia melompat berdiri dengan cepat.
Kwie Losam telah memegangi tangan kanannya itu, yang diuruturut dengan tangan kirinya, dia masih mengaduh-aduh dengan
muka yang meringis, diapun menggumam: "Aduh, tanganku
diinjak-injak..... manusia kurang ajar, mengapa kau menginjak
tanganku, heh"!"
Dan sambil berkata begitu, Kwie Losam juga telah mendeliki si
penggotong joli yang baru saja melompat berdiri dengan muka
merah padam, tampaknya penggotong joli itu tengah gusar sekali.
782 Dan sekarang, setelah dia yang dibikin terguling begitu oleh Kwie
Losam, justru sekarang dia yang ditegur dan juga dideliki seperti
itu, dengan sendirinya membuat si penggotong joli marah bukan
main. Dia melangkah menghampiri, dia telah menggerakan tangan
kanannya sambil bentaknya. "Kau main-main dengan tuan
besarmu, heh"!"
Kepalan tangannya itu mengandung kekuatan yang bisa memukul
hancur batu, karena belum lagi tinjunya tiba pada sasaran, Kwie
Losam telah merasakan sambaran angin yang kuat sekali.
"Hei, hei, tidak karuan-karuan. Setelah menginjak tanganku,
sekarang kau mau main pukul" Atau memang kau tidak takut pada
hukum yang ada"!" teriak Kwie Losam dengan suara yang seperti
gusar dan gugup. Tubuhnya telah bergoyang goyang dengan
tangan kirinya masih mengusap-usap tangan kanannya yang tadi
"terinjak" oleh kaki si penggotong joli itu.
Kepalan tangan si penggotong joli telah menyambar cepat. Namun
ketika kepalan tangan itu hampir mengenai dada, mendadak Kwie
Losam memiringkan tubuhnya, seperti bergoyang tanpa diseagaja,
sehingga kepalan tangan itu menyambar lewat di pinggir dadanya.
Dan Kwie Losam seperti orang yang kaget telah mengulurkan
tangan kirinya mencekal tangan si penggotong joli, sambil
teriaknya. "Hei, hei, mengapa kau memukul aku"!"
Rupanya Kwie Losam ini mencekal tangan si penggotong joli itu
bukan untuk menahan tinju lawannya, melainkan dia malah telah
mendorong. Dengan sendirinya tangan si penggotong joli itu jadi
783 meluncur lebih cepat lagi ke depan, tubuh si penggotong joli itu jadi
terjerunuk ke depan. Dan waktu itu tenaga pukulan di tambah
dengan tenaga dorongan tangan Kwie Losam, membuat pukulan
itu keras bukan main, menghantam telak sekali tembok ruangan.
"Duukkk!" terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali,
disusul juga oleh jerit ke sakitan si penggotong joli itu, yang telah
berjingkrakan sambil menjerit-jerit tidak hentinya dan mengipasngipas tangannya yang kanan, yang waktu itu telah merah
bengkak, karena pukulannya pada tembok itu luar biasa kuatnya,
sampai tembok itu saja gempur sebagian!
Menyaksikan semua, wanita setengah baya menggerakkan
alisnya, tahu-tahu dia menjentik jari tangannya. Sulit dilihat
gerakannya, tapi tahu-tahu Kwie Losam merasakan sambaran
angin yang tajam di arah punggungnya.
Kwie Losam seperti orang yang kebakaran jenggot telah melompat
berdiri, dia telah mengebut-ngebut baju bulu Tiauwnya, seperti
orang yang mendongkol: "Hanya membikin baju kotor, dasar
manusia kasar!" Tapi kebutannya pada baju Tiauwnya itu sesungguhnya
merupakan tangkisan terhadap serangan senjata rahasia si wanita
setengah baya itu. Rupanya wanita itu telah menyerang dengan
mempergunakan jarum rahasia yang halus, dan semua jarumjarum itu telah menancap di baju bulu Tiauwnya Kwie Losam.
"Hu, hu, rupanya ada semut atau binatang lainnya yang kurang
ajar! Bajuku ini mengapa jadi gatal dipakainya"!" teriak Kwie
Losam sambil membuka baju bulu Tiauwnya itu. Dia
784 memeriksanya, kemudian dia mencabut tiga batang jarum yang
halus-halus. "Hi, rupanya bajuku ini tertusuk jarum-jarum celaka ini, untung saja
tidak sampai melukai tubuhku! Entah di mana bajuku ini dihinggapi
jarum-jarum celaka ini.....!"
Dia telah melemparkannya dengan sembarangan tanpa menoleh
lagi, tetapi sesungguhnya ke tiga batang jarum itu telah
menyambar balik ke arah ke tiga orang lelaki yang berdiri paling
depan di dekat wanita setengah baya itu! Jarum itu meluncur
dengan cepat sekali, dengan kekuatan yang sangat deras sekali,
sehingga ke tiga lelaki itu terkejut dan telah melompat dengan gesit
ke atas dua tombak lebih. Dengan demikian mereka bisa
menyelamatkan diri dari sambaran jarum-jarum itu.
Ketiga batang jarum itu telah menancap di tiang, dan amblas tidak
meninggalkan bekas! Itulah cara menimpuk yang mempergunakan
lweekang tingkat tinggi! Kwie Losam waktu itu telah berseru lagi seperti orang yang tengah
mendongkol: "Sialan benar, bajuku jadi berlobang..... malah
sampai tiga lobang. Jika kujual, tentunya baju ini akan turun
harganya..... Hu! Hu!!"
Yo Him dan Sasana yang melihat tingkah laku Kwie Losam jadi
tersenyum saja. Memang buat tamu-tamu lainnya, mereka mengira bahwa Kwie
Losam benar-benar tengah mendongkol karena baju bulu
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiauwnya itu rusak. Mereka tidak mengetahui bahwa tadi telah
785 terjadi urusan yang bisa minta korban jiwa. Dan soal tergulingnya
si penggotong joli itu dianggap mereka sebagai peristiwa
kebetulan, di mana memang tanpa disengaja si penggotong joli itu
menginjak tangan Kwie Losam, sehingga dia tergelincir dan jatuh.
Mereka tidak menyangka bahwa semua itu adalah perbuatan dan
permainan Kwie Losam. Di saat itu, si penggotong joli yang tadi telah dirubuhkan,
menghampiri Kwie Losam lagi. Kali ini dia tidak membentak, tanpa
mengeluarkan sepatah perkataan, dia melompat sambil
mengayunkan kepalan tangannya.
Kwie Losam yang tengah mengibas-ngibaskan bajunya itu, seperti
tidak melihat pukulan lawan, dia telah membungkukkan tubuhnya
untuk mengangkat ujung baju Tiauwnya itu. Dengan membungkuk
seperti itu, tinju penggotong joli tersebut telah menyambar lewat di
atasnya. Dengan demikian, tubuh si penggotong joli itu jadi terjerunuk lagi,
dan waktu itulah Kwie Losam telah mengangkat kaki kanannya
menendang ke belakang dan "Dukkk!" tubuh si penggotong joli itu
telah terlempar pula. Namun sekarang dia telah bersiap sedia dan berwaspada.
Walaupun dia ditendang hebat oleh Kwie Losam toh dia hanya
terlempar tanpa perlu terguling lagi, karena dia telah hinggap di
atas lantai dengan ke dua kaki terlebih dulu! Hanya mukanya saja
yang merah padam karena gusar.
Begitu ke dua kakinya mengenai lantai, segera tubuhnya telah
melambung lagi, dia menerjang kepada Kwie Losam. Malah
786 sepasang tangannya telah bekerja dengan cepat sekali, di mana
tampak ke dua tangan itu menghantam saling susul.
Itulah cara menyerang yang sangat dahsyat. Yo Him sendiri yang
melihat cara menyerang orang itu, yang mempergunakan ilmu
Kuku Garuda atau Eng-jiauw-kang tersebut, yang ingin
mencengkeram dan menampar dengan telapak tangannya,
merupakan ilmu yang telah dilatihnya cukup baik.
Diantara berkesiuran angin serangan itu, tampak Kwie Losam tidak
menjadi gugup. Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan sekali
dia telah menyingkir ke samping kanan. Namun waktu dia
menyingkir begitu, dia bukan tinggal berdiam diri, tangan kanannya
diulurkan, ingin menotok jalan darah yang ada di punggung si
penggotong joli tersebut. Gerakannya itu sangat gesit sekali,
terutama jari tangannya yang menyambar, tahu-tahu telah
menempel pada baju si penggotong joli tersebut.
Penggotong joli itu rupanya jadi kaget, mengetahui lawannya ini
memang tangguh sekali, disamping memiliki ginkang yang
sempurna. Karenanya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang
bengis sambil merobah gerakan tubuhnya, yang waktu itu masih
terapung di tengah udara, hanya saja tangannya dengan kuat
menyampok ke belakang. Benturan tangan yang terjadi telah
membuat si penggotong joli itu meminjam tenaga tersebut untuk
meluncur terpisah dua tombak dari Kwie Losam.
Waktu itulah, ke lima orang bertubuh tinggi besar dan bengis, telah
melompat mengepung Kwie Losam. Dan juga penggotong joli yang
seorangnya lagi, telah ikut melompat untuk menyerang Kwie
787 Losam tanpa membuang-buang waktu lagi. Gerakan yang
dilakukannya itu bukan main cepatnya, di mana dia menyerang
dengan dahsyat sekali, karena melihat kawannya seperti juga
dipermainkan oleh Kwie Losam dan serangan jarum dari si nyonya
setengah baya itu gagal mengenainya, malah ke tiga batang jarum
yang halus itu telah dikembalikan lagi oleh Kwie Losam menyerang
mereka bertiga, maka kali ini dia telah menyerang dengan pukulan
tanpa sungkan-sungkan lagi.
Kwie Losam sendiri rupanya mengetahui bahwa orang-orang ini
memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan tidak boleh
dipandang remeh karenanya, diapun telah berwaspada. Di kala dia
menerima serangan yang saling susul dari penggotong joli yang ke
dua itu, dia telah berhasil menemukannya, dan gerakan demi
gerakan telah menyebabkan pukulan yang dilancarkan oleh si
penggotong joli yang ke dua tersebut mengenai tempat kosong.
Waktu itu, cepat luar biasa Kwie Losam bukan hanya sekedar
berkelit, kaki kanannya telah menyambar lagi untuk menghantam.
Gerakannya bukan hanya merupakan tendangan biasa, karena
selain menendang, juga Kwie Losam telah mempergunakan
lweekangnya. Sehingga si penggotong joli yang ke dua itu harus
cepat-cepat menyelamatkan menghindarkan tendangan lawan
pada kepungannya. Kwie Losam rupanya tidak diberi kesempatan bernapas oleh
lawan-lawannya, karena waktu itu ke lima orang lelaki bertubuh
tinggi besar itu telah menerjang maju. Mereka telah menyerang
bergantian, seperti juga mereka mempergunakan pengepungan
788 dari sebuah barisan tin pengepung, yang disebut Ngo-heng-tin,
barisan lima bintang. Dengan demikian, jika seorang dari mereka berlima gagal
menyerang Kwie Losam, dia segera mundur, dan kedudukannya
Golok Maut 2 Pendekar Kidal Karya Tong Hong Giok Kesatria Baju Putih 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama