Ceritasilat Novel Online

Manusia Srigala 17

Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 17


suatu pertarungan yang seru, makin lama bertarung suasana
semakin berbahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara sepasang senjata gelang yang menari-nari
menciptakan bianglala panjang yang melingkar, dari kejauhan
nampak seperti dua ekor ular beracun yang sedang
mengerubuti seekor naga hijau, kilauan cahaya tajam
membuat pandangan mata terasa amat silau.
Dalam pada itu sambil menghentakkan tongkatnya, Gi liong
hujin telah terjun pula ke dalam arena.
Pada saat itulah, mendadak dari kerumunan orang banyak
kedengaran seseorang berseru dengan suara lantang :
"Sejak terkurung dalam telaga Gi Liong oh, baru hari ini aku
berhasil membebaskan diri dari kurungan, aku benar-benar
merasa amat dipecundangi oleh mu, karenanya aku harus
merasakan kelihayan ilmu silat mu sebelum menerima
keadaan ini dengan perasaan lega."
Tatkala Gi liong hujin berpaling ke arah berasa lnya suara
itu, tampak seorang hwesio yang tinggi besar telah munculkan
diri dari balik kerumunan orang banyak, dalam sekilas
pandangan saja segera ia kenali orang gitu sebagai Liau it
taysu dari Siau lim si. Sambil tersenyum segera ujarnya :
"Pantangan yang terberat bagi seorang pendeta adalah
sesumbar, aku lihat latihan mu masih kurang sempurna."
"Tak usah ngaco belo tak karuan," teriak Liau it taysu
dengan penuh amarah, "dengan tipu muslihat kau memancing
kedatangan ku kemari, lalu memperlakukan diri ku seperti
tawanan. Hmm, sakit hati ini tak akan terlampiaskan sebelum
ku bunuh diri mu untuk melenyapkan bibit bencana bagi
seluruh umat persilatan."
"Aku rasa kau masih bukan tandingan ku!" jengek Gi liong
hujin sinis. Tiba-tiba dari kerumunan orang banyak muncul lagi dua
orang manusia yang serentak berseru bersama :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami berdua pun hendak membalas dendam atas kejadian
ini!" Dengan cepat nenek itu mengenali ke dua orang lawannya
sebagai si telapak tangan raksasa Pit It hiong dan si tangan
suci T hian bin. Ke dua orang jago ini sama-sama termashur dalam dunia
persilatan karena ilmu pukulan tangan kosongnya, oleh sebab
itu belum pernah mereka mengempol senjata.
Gi liong hujin segera tertawa tergelak.
"Haaaaahhh.... haaaahhh... haaaaahhhh... biar pun kalian
bertiga bekerja sama untuk mengerubuti ku, rasanya masih
sulit untuk menghadapi lima jurus serangan ku. Tapi, baiklah
akan ku beri suatu keberuntungan untuk kalian, kalian akan ku
hadapi dengan tangan kosong saja agar kalian bisa kalah
dengan perasaan amat puas."
Sesungguhnya kepandaian andalan dari Liau it taysu adalah
permainan toya Po hiong Ciang tapi berhubung senjata toya
nya sudah terjatuh di tengah sungai Y ang cu kang tempo hari,
kini dia harus menghadapi lawannya dengan telapak tangan
kosong belaka. Sambil menggosok-gosok sepasang tangannya ia pun
berseru sambil tertawa : "Yaa, begitu baru adil namanya"
Diam-diam hawa murninya dihimpun dengan jurus
'mempermainkan alat pie pa'. Ia lancarkan sebuah sapuan
kilat ke depan. Gi liong hujin tersenyum, tiba-tiba ia maju selangkah ke
muka kemudian dengan jurus 'melintangkan tubuh menghajar
harimau' dia lepaskan sebuah bacokan maut menghantam
jalan darah Hoa kay hiat di ubun-ubun Liau it taysu secara
ganas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liau it taysu tidak menyangka kalau tenaga serangan lawan
begitu keras dan kuatnya, ia tak berani menyambut dengan
kekerasan, mendadak tubuhnya berputar kencang lalu
menggunakan gerakan Thi bun soh dia tangkis datangnya
ancaman tersebut. Siapa tahu Gi liong hujin merubah jurus serangannya di
tengah jalan, badannya menyelinap ke belakang punggung
Liau it taysu lalu merendah ke bawah sambil melepaskan
tinjunya menghajar pungung Liau it taysu.
Menangkap desingan angin tajam mengancam dari
belakang, Liau it taysu segera membalikkan badan dan
menangkis ancaman tadi dengan sepasang telapak tangannya
yang mengeluarkan jurus 'ayam emas merentang sayap'.
Di dalam anggapannya, seampuh-ampuhnya lawan toh tak
lebih hanya seorang nenek, itu berarti tenaga getarannya
tentu bsa melumpuhkan sepasang pergelangan tangannya
atau paling tidak bisa mendesaknya mundur sejauh beberapa
depa. Melihat kejadian ini, Gi liong hujin segera mendengus
dingin, mendadak ia merubah jurusnya menjadi 'tangan
tunggal membelah cadas', dengan menghimpun tenaga
dalamnya yang ampuh, ia bacok dada lawan keras-keras.
Padahal sepasang tangan Liau it taysu sedang dipentangkan untuk membendung ancaman yang datang, ia
segera sadar kalau gelagat tidak menguntungkan begitu
tangkisannya mengenai sasaran yang kosong.
Tapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, tahu-tahu
segulung desingan angin tajam telah menghimpit batok
kepalanya kuat-kuat. Liau it taysu mencoba untuk menangkis dengan tangannya,
siapa sangka Gi liong hujin jauh lebih licik, menggunakan
kesempatan baik yang tersedia telapak tangan kanannya
segera menerobos ke muka sambil bentaknya keras-keras :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Roboh kamu!" Sekali lagi tangkisan dari Liau it taysu mengenai sasaran
yang kosong, sementara dia masih tertegun, desingan angin
tajam telah menyergap dadanya.
Dalam keadaan begini ia berusah keras untuk menangkis,
sayang sekali keadaan sudah terlambat kali ini.
'Blaaaaammmm!' Diiringi suara benturan yang amat keras, tubuh Liau it
taysu yang tegap dan kekar itu tak mampu menahan serangan
yang tiba, ia terdorong mundur sejauh tujuh delapan langkah
dan roboh terjengkang ke atas tanah, sementara cucuran
darah segar meleleh keluar dari mulut serta hidungnya.
Bersama waktunya dengan robohnya Liau it taysu,
kedengaran pula dua kali jeritan ngeri bergema memecahkan
keheningan. Ternyata Sie T oa koh dan To Jie koh telah dibacok oleh Sik
Tiong Giok tepat mengenai dada serta lambungna, tak ampun
daarah segar memancar keluar dengan derasnya.
Tak terlukiskan rasa gusar Gi liong hujin setelah
menyaksikan kejadian itu, dengan suara menggeledek ia
membentak : "Bocah keparat, begitu keji perbuatan mu, apakah kau lupa
akan budi mereka yang pernah menyusuimu di masa kau
masih kecil dulu" Hmmm, jangan kabur kau!"
Di tengah bentakan nyaring, tubuhnya menerjang maju ke
muka. Tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat dan menghadang jalan perginya seraya membentak :
"Teng Bong ciu, kau jangan mengurusi kesalahan orang
lain saja, periksa dulu kejahatan apa saja yang telah kau
lakukan selama ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat orang yang menghalangi jalan perginya adalah si
Rase sakti Li Keng kiu, Gi liong hujin menjadi amat gusar,
segera bentaknya keras-keras :
"Baik, hutang piutang kita memang harus diselesaikan
sampai impas!" "Kalau begitu siapkan saja senjata mu, aku tak biasa
bertarung dengan tangan kosong melawan seorang wanita."
Sementara pembicaraan masih berlangsung ia telah
mencabut keluar sebuah senjata kipas berangka tembaga.
Gi liong hujin sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata
pun, ia membalikkan badan dan menyambar tongkat sendiri,
lalu sambil memutar tubuh ia mendesak ke muka dan
menghantam batok kepala si Rase sakti Li Keng kiu dengan
jurus 'membacok robek bunga bwee'.
Rase sakti Li Keng kiu membalikkan tubuh sambil
menggetarkan kipasnya ke muka, 'Sreeeett...!' dengan jurus
ular putih menyemburkan lidah ia totok sikut Gi liong hujin
secara ganas. Serta merta Gi liong hujin bergerak mundur selangkah,
sambil memutar toyanya, dengan ujung senjata yang lain dia
cekat dada si rase sakti dengan menggunakan jurus jarum
emas menusuk ular. Secepat kilat si Rase sakti Li Keng kiu memutar senjata
kipasnya membentuk satu lingkaran, kali ini dia totok urat nadi
di tubuh lawan. Dengan cepat Gi liong hujin menarik toyanya sambil
menggeser kaki kanannya ke samping, lalu dengan
menggunakan jurus 'ji long memikul bukit' ia lepaskan sebuah
sapuan ke depan. Si Rase sakti Li Kengkiu mendesak maju ke muka, tangan
kanannya didorong ke muka melepaskan pukulan, sementara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kipasnya dengan jurus 'memeluk tubuh kim long' menyambar
ke sisi kanan. 'Traaaangg...!' Di antara dentingan nyaring, meletuplah bunga api ke
tengah angkasa. Akibat dari bentrokanini, Li Keng kiu merasakan
pergelangan tangannya kaku dan kesemutan, sebaliknya Gi
liong hujin tergetar mundur sampai sejauh tiga depan, untuk
sesaat mereka berdua sama-sama berdiri tertegun.
Mendadak Gi liong hujin menggertak gigi sambil
mendengus, toyanya kembali diputar menciptakan selapis
bayangan toya yang membawa desingan angin yang
menderu-deru. Si Rase sakti Li Keng kiu tidak ambil pusing, kipasnya
diputar kencang sambil dikombinasikan dengan gerakan
tubuhnya yang enteng bergerak kian kemari mengikuti
ancaman senjata toya lawan, kecepatan dan kehebatannya
sungguh mengagumkan. Dalam waktu singkat ke dua orang itu sudah terlibat dalam
suatu pertarungan yang sengit, sukar untuk membedakan lagi
mana lawan dan mana kawan, yang terlihat hanya dua gulung
bayangan abu-abu yang saling bergumul di tengah arena.
Dalam waktu singkat pertarungan telah berlangsung tujuh
delapan puluh gerakan lebih, dengan kemampuan silat mereka
yang berimbang alias setali tiga uang, sukar rasanya untuk
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam
pertarungan itu. Lambat laun Gi liong hujin sudah tak dapat membendung
rasa sabarnya lagi, mendadak ia membentak keras :
"Li Keng kiu sambutlah tiga puluh jurus serangan toya ku
lagi..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tengah bentakan keras gerak serangan toyanya berubah,
secara tiba-tiba di antara perputaran yang tajam terasa
serangan kian lama bertambah gencar, sekejap kemudian si
Rase sakti Li Keng kiu telah terdesak mundur sejauh tiga
empat langkah lebih. Si Rase sakti Li Keng kiu segera mendengus dingin :
"Hmmm Teng Bong ciu ke tiga puluh jurus serangan mu ini
belum terhitung suatu kepandaian silat yang luar biasa."
Menyusul ucapan tersebut tubuhnya menyelinap ke
belakang punggung Gi liong hujin kemudian kipasnya disodok
ke depan langsung menotok jalan darah Mia bun hiat.
Tiba-tiba saja Gi liong hujin me langkah maju setindak lalu
bertekuk pinggang sambil berputar, toyanya dengan jurus
'harimau tidur di muka pintu' berbalik menyambar ke kanan
dan mengancam iga kanan lawan.
Ujung kaki si Rase sakti segera bergeser ke depan
sementara tubuhnya berputar kencang bagaikan gangsingan,
kembali kipasnya menyodok ke ujung toya lawan dengan jurus
'naga bali ke samudra'. 'Trraaaangg...!' Dalam bentrokan kali ini Gi liong hujin kena digetarkan
sampai mundur sejauh dua langkah.
Menyusul kemudian si Rase sakti mengeluarkan lagi sebuah
jurus 'awan tebal bertumpuk-tumpuk' dengan mengembangkan senjata kipasnya lebar-lebar lalu menyodok
ke muka. Waktu itu tubuh Gi liong hujin baru saja sedang terdesak
mundur ke belakang dan senjata toyanya belum sempat
kembali, ini berarti pertahanan muka sama sekali terbuka.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaannya
setelah melihat pihak lawan menyergap lebih ke muka, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud berganti gerakan untuk membendung datangnya
ancaman tersebut, tapi sayang keadaan sudah terlambat.
Dalam keadaan begini terpaksa ia harus menggertak
giginya kencang-kencang sambil meneroboskan tangan
kanannya ke depan, sementara tubuhnya miring ke arah
samping. Akibat dari gerakan mana tubuh si Rase sakti Li Keng kiu
kena tertumbuk hingga bergeser sejauh dua tiga depa lebih.
Tapi begitu mundur si Rase sakti Li Keng kiu mendesak


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju lagi ke muka, tubuhnya miring ke samping dengan jurus
'naga sakti melejit' lalu kipasnya dirapatkan dan menyodok ke
dada Gi liong hujin melancarkan sebuah totokan.
Cepat-cepat Gi liong hujin membuang tubuh kanannya ke
samping sambil menarik dadanya ke dalam, dengan jurus 'air
mengalir membawa sampan' ia menghindarkan diri dari
sodokan kipas lawan yang mengancam ke arah dadanya.
Si Rase sakti Li Keng kiu tertawa dingin, mendadak ia
menarik kembali pergelangan kanannya ke belakang, lalu
senjata kipasnya dilontarkan ke belakang, dengan jurus
'mengebaskan baju mengebut debu' yang persis mengancam
jalan darah kwan goan hiat di tubuh Gi liong hujin.
Tiba-tiba saja Gi liong hujin merasakan dadanya bergetar
keras seperti kena tertindih oleh benda yang beratnya
mencapai ribuan kati hingga membuat napasnya sesak dan
amat menderita. Kejadian ini kontan saja membuatnya berpekik penuh
amarah, toyanya segera disiapkan untuk beradu jiwa dengan
lawan. Pada saat itulah mendadak terdengar suara pekikan
bangau dari tengah udara.
Kemudian tampak seekor burung bangau putih yang amat
besar dengan membawa seseorang di punggungnya melayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun ke bawah dan persis hinggap di antara ke dua orang
tersebut. Dari punggung burung bangau itu melompat turun seorang
kakek yang kecil lagi ceking, kepada si Rase sakti Li Keng kiu
segera ujarnya sambil tertawa :
"Hey siluman rase hitam, sudah lama kita tidak bersua."
Melihat si pendatang adalah kakek bangau sakti An Ling, si
Rase sakti Li Keng kiu segera tertawa dingin :
"Saudara An, kedatangan mu memang tepat pada saatnya,
sekali pun kalian tiga kakek dari Im thia datang semua pun
aku tak akan melepaskan budak tua itu dengan begitu saja."
Gi liong hujin sendiri pun merasa amat terkejut setelah
menyaksikan kemunculan An Ling disitu, apalagi sete lah
mendengar perkataan dari Si Rase sakti Li Keng kiu, sambil
mendengus dingin segera serunya :
"Li Keng kiu, kau tak usah mengibul, bila pertarungan ini
dilanjutkan lebih jauh, masih belum diketahui siapa yang lebih
unggul di antara kita berdua."
Si kakek bangau sakti sama sekali tidak mengubris ocehan
tersebut, kepada Li Keng kiu kembali ujarnya sambil tertawa :
"Orang bilang serigala paling licik dan banyak curiga,
apakah kau pun mulai mencurigai orang macam serigala"
Sudahlah, kau tak perlu gelisah, pokoknya peristiwa tersebut
tentu akan diselesaikan secara tuntas."
Si Rase sakti Li Keng kiu mendengus.
"Hmmm, aku cukup mengetahui akan watak dan cara kerja
kalian tiga sesepuh dari Im thian, ingin kulihat bagaimana cara
mu untuk menyelesaikan persoalan ini."
Baru selesai ia berkata, tiba-tiba dari kerumuman jago
kedengaran seorang berteriak :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hey siluman rase, kau jangan menuduh orang baik dengan
hal yang bukan-bukan, aku Sin Bun toh tak pernah selangkah
pun meninggalkan dirimu?"
"Hmm, siapa tahu kalau hal ini pun merupakan bagian dari
siasat bagus yang sedang kalian laksanakan?"
Melihat si Rase sakti Li Keng kiu belum mau memberikan
pengertiannya, si kakek bangau sakti pun tidak menggubrisnya lebih jauh, kepada kakek naga langit Sin Bun,
tanyanya kemudian : "Toako, setelah bertemu kau, pokoknya kau tak boleh
mengangguk saja di dalam persoalan ini."
"Apalagi yang kau kehendaki dari diriku?" tanya kakek naga
langit kemudian sambil tertawa.
Kakek bangau sakti segera menuding ke arah Gi liong hujin
sambil ujarnya : "Kita harus membereskan peristiwa yang menyangkut
dirinya sampai tuntas."
Dari nada pembicaraan yang berlangsung barusan,
sadarlah Gi liong hujin bahwa ancaman maut telah berada di
depan mata, dalam keadaan demikian biarpun ilmu silatnya
lebih hebat pun jangan harap bisa meloloskan diri dari
kepungan begitu banyak jago lihai secara gampang.
Tanpa terasa ia pun berpikir :
"Selama gunung nan hijau mengapa harus takut kehabisan
kayu bakar" Lebih baik aku mengambil langkah seribu."
Baru saja ia bersiap-siap untuk angkat kaki dari situ
mendadak terasa desingan angin tajam menderu dari
tubuhnya, ketika ia berpaling dan melihat apa yang terjadi,
hatinya menjadi terkesiap sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata di belakang tubuhnya telah berdiri berjejer tiga
orang, mereka tak lain adalah tiga sobat dari bukti Leng san
yang terdiri Song hee lojin, Pek im lojin dan Ku tiok lojin.
Melihat kehadiran tokoh-tokoh persilatan yang begitu
tangguh, Gi liong hujin jadi keder sendiri, ujarnya kemudian
dengan suara dingin : "Sungguh tak disangka, gara-gara urusan ku si nenek
ternyata harus mengusik ketenangan dari Leng san sam yu."
Siong hee lojin tersenyum.
"Yaa, siapa suruh pengacauan yang kau lakukan sudah
kelewat batas, sejak kemunculan Cu Bu Ki di dalam dunia
persilatan ku duga di belakang layar tentu ada dalangnya,
sungguh tak ku sangka dalangnya ternyata adalah kau!"
"Siapa yang semula kau duga?" tanya Gi liong hujin.
"Pada mulanya aku masih mengira si serigala tua sedang
membuat ulah, tapi setelah bertemu dengan saudara Li dan
budaknya si anak Peng, aku baru memahami seluk beluk
persoalan dan segera menduga kau lah yang menyebabkan
kesemuanya ini." Kemudian setelah menghela napas panjang, kembali dia
berkata : "Darah sudah berceceran menggenangi permukaan dunia
persilatan, mayat pun banyak bergelimpangan di tengah
pegunungan yang sepi, mengapa ulah mu jadi makin
menggila" Aaaai..."
"Aku dapat berbuat begini karena aku benci kepada seluruh
manusia yang ada di dunia ini."
Siang hee lojin segera tertawa.
"Tapi kini justru semua orang di dunia ini yang membenci
mu, apa gunanya?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku memahami akan persoalan ini, karenanya pesanggrahan Lei hun piat sut ku titipkan sementara waktu
kepada mu, nah sampai jumpa lagi di lain waktu!"
Di tengah pembicaraan tersebut tubuhnya segera melejit ke
tengah udara, lalu dengan gerakan 'burung walet terbang
melintas' melejit sejauh empat lima kaki dari tempat semula.
Si rase sakti Li Keng kiu tentu saja tak akan membiarkan
lawannya kabur dengan begitu saja, ia segera membentak
keras : "Bajingan perempuan tua, mau kabur kemana kau?"
Sambil membentangkan senjata kipasnya lebar-lebar, ia
bersiap sedia melakukan pengejaran.
Buru-buru Siong hee lojin menghalanginya dan berkata
sambil tertawa : "Li lote, kau tak usah terburu naPangeran Srigalau, dia tak
bakal lolos." Belum habis perkataan itu diucapkan, Gi liong hujin sudah
berada sepuluh kaki lebih dari posisi semula.
Dalam pada itu Leng san sam yu mau pun kakek bangau
sakti sekalian masih tetap berdiri tak bergerak di tempat
semula, tentu saja kejadian ini sangat mencengangkan semua
orang sehingga tanpa terasa sama-sama berpikir :
"Heran, sebenarnya kawanan jago ini berdiri netral tanpa
membantu salah satu pihak ataukah seperti juga manusia
awam pada umumnya, saling membentuk grup sendiri" Bila Gi
liong hujin dilepaskan begitu saja, bukankah di kemudian hari
akan menimbulkan banyak kesulitan dan badai kekacauan
lagi?" Sementara semua orang masih berpikir, mendadak dari
belakang sebuah batu cadas telah muncul dua sosok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayangan hitam yang menghadang jalan pergi Gi liong hujin
sambil membentak : "Hujin, harap berhenti dulu!"
Ketika Gi liong hujin berpaling, ia segera kenali mereka
berdua sebagai dua manusia jelek dari Szuchuan, maka sambil
mendengus dingin umpatnya :
"Apakah kalian berdua pun bermaksud untuk menghalangi
jalan pergi ku?" Tongkatnya dengan jurus 'angin kencang menyapu daun'
langsung disambarkan ke pinggang kedua orang itu.
Si menantu berwajah jelek Huan Sim segera menghindarkan diri ke samping sambil bentaknya :
"Hujin, aku Huan lotoa sedang melaksanakan perintah, bila
kau bermain kasar terus, jangan salahkan kalau aku akan
bertindak tanpa sungkan-sungkan lagi."
Gi liong hujin tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki dua
manusia jelek dari keluarga Huan memiliki ilmu silat yang luar
biasa, walaupun ia tak perlu kuatir menderita kekalahan total
bila bertarung melawan mereka tapi baginya melarikan diri
adalah masalah terpenting untuk saat ini.
Berpendapat demikian dia segera memutar toyanya purapura melancarkan sebuah serangan dahsyat ke arah si
menantu berwajah jelek namun kakinya segera berputar
kencang bagaikan gasingan dan menggunakan jurus 'lebah
emas memainkan putik' dia kabur menuju ke arah selatan.
"Hendak kabur kemana kau?" bentak dua manusia jelek itu
dengan penuh kegusaran. Menyusul bentakan itu, dia me lakukan pengejaran secara
ketat dari belakang. Pada saat itulah dari balik sebatang pohon besar
menyelinap keluar sesosok bayangan manusia yang segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadang jalan perginya, ternyata orang itu adalah si
kakek cebol berjalan di bawah tanah Kongsun Swan.
Terdengar ia berseru sambil tertawa terbahak-bahak :
"Enso, sudah sejak tadi ku nantikan kedatangan mu, masa
baru sekarang kau datang kemari?"
Sementara mulutnya menggoda, tangannya tidak menganggur dengan begitu saja, sepasang telapak tangannya
segera didorong ke muka bersama-sama, segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke depan
bagaikan amukan ombak di samudra.
Menghadapi sergapan yang datang secara mendadak ini, Gi
liong hujin segera membuang tubuhnya ke belakang sehingga
punggungnya hampir menempel dengan permukaan tanah,
begitu lolos dari ancaman ia segera berdiri tegak kembali.
Begitu mengetahui siapa yang berada di hadapannya,
sambil tertawa terbahak-bahak segera serunya :
"Sungguh tak nyana jago silat yang sudah banyak tahun
tak pernah munculkan diri di dalam dunia persilatan pun kini
berdatangan semua gara-gara aku si nenek. Hmmm, kalau
begitu biarpun harus mati, aku akan mati dengan perasaan
bangga." Kakek cebol berjalan di bawah tanah tertawa tergelak,
katanya : "Haaaah... haaaahhh... haaahh... gampang sekali kalau kau
ingin mati, kemarikan batok kepala mu itu, asal ku hadiahkan
sebuah pukulan yang gencar, tanggung nyawamu akan
melayang." Gi liong hujin mendengus dingin, tiba-tiba ia melejit ke
tengah udara dengan kecepatan tinggi, lalu dengan jurus
'naga terbang berebut mutiara' dia putar toyanya dan
membacok batok kepala lawan dengan sepenuh tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek cebol berjalan di bawah tanah segera merendahkan
tubuhnya sambil melompat sejauh beberapa kaki dari posisi
semula dengan jurus 'comberet emas melepaskan kepompong', kemudian sambil tertawa terbahak-bahak
katanya : "Ha ha ha ha, apakah enso benar-benar mau berkelahi?"
Begitu gagal dengan serangannya, ujung toya Gi liong hujin
menyambar di atas pohon besar.
'Kraaakkk...!' Diiringi suara benturan keras, batang pohon itu patah
menjadi dua dan tumbang ke atas tanah, namun pergelangan
tangannya pun terasa kaku dan kesemutan.
Pada saat itulah, mendadak terdengar seseorang


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membentak keras dari belakang tubuhnya :
"Beng ciu! Apakah kau hendak mengumbar keganasan mu
itu lebih jauh?" Gi liong hujin segera berpaling, ia temukan toa suheng dari
kakek serigala langit, yaitu kakek naga sakti Sin Bun sedang
mengayunkan toya penakluk naganya untuk menghantam
batok kepalanya. Dengan cekatan Gi liong hujin menghindarkan diri ke
samping, kemudian bentaknya dengan penuh amarah :
"Toako, apakah kau pun ikut-ikutan memojokkan posisi
Bong ciu" Kalau memang begitu jangan salahkan kalau aku
akan bertindak kurang ajar kepada mu."
Di tengah bentakan nyaring, toyanya digetarkan ke atas
sambil diputar kencang ke belakang, dia langsung
menghantam jalan darah penting di dada si kakek naga sakti.
Sebagai seorang jago kawakan, tentu saja kakek naga sakti
tahu kalau lawannya sudah mata gelap dan bermaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak adu jiwa, segera tongkat penakluk naganya digetarkan
ke atas untuk menangkis datangnya ancaman tersebut.
'Traaangg..!' Begitu sepasang toya saling membentur satu sama lainnya,
segera terjadilah suara benturan nyaring yang menimbulkan
percikan bunga api. Berbicara mengenai soal kekuatan tenaga yang dimiliki
kedua belah pihak, tentu saja kemampuan yang dimiliki kakek
naga sakti jauh lebih hebat daripada kemampuan Gi liong
hujin, namun alhasil di dalam bentrokan yang barusan terjadi,
ia gagal menggetarkan toya lawan.
Hal ini segera menimbulkan rasa ingin menangnya, sambil
mengerahkan tenaga dalam yang lebih hebat, sekali lagi dia
melancarkan sebuah bacokan maut ke atas kepala lawan.
Sementar itu Gi liong hujin telah dibuat sangat gusar
sampai membara sepasang matanya setelah mendapat
rintangan dan hadangan berulang kali dari musuhnya, tanpa
memperdulikan sampai dimanakah kemampuan tenaga dalam
yang dimiliki, ia segera menyambut datangnya serangan
tersebut dengan kekerasan.
Toyanya diputar kencang sambil diayunkan ke muka untuk
menyambut datangnya serangan dari toya penakluk naga itu
dengan keras melawan keras.
'Traaangg!' Suara benturan keras kembali bergema memecahkan
keheningan, kali ini Gi liong hujin harus mundur sebelum
dapat berhenti tegak, sepasang tangannya jadi kaku seperti
mau pecah, sedangkan toyanya nyaris terlepas dari
genggaman, rasa sakit yang menyerang serasa menyayat
hatinya. Berada dalam keadaan demikian, Gi liong hujin tak berani
melanjutkan pertarungannya, ia segera menjejakkan kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekuat tenaga ke atas tanah, kemudian dengan ilmu
meringankan tubuh 'delapan langkah mengejar comberet'
bagaikan sambaran petir cepatnya melarikan diri menuju ke
arah timur laut. Kali ini dia berhasil meloloskan diri dari kepungan, ketika
berpaling dan tidak melihat ada orang melakukan pengejaran,
dalam hati kecilnya ia bersyukur, pikirnya dengan gemas :
"Hmm, asalkan aku dapat meloloskan diri hari ini, aku
bersumpah tak akan memakai nama marga Teng apabila tak
mampu mengobrak-abrik seluruh dunia persilatan..."
Belum habis perkataan tersebut diutarakan, mendadak dari
belakang tubuhnya kedengaran seseorang menanggapi :
"Semangat yang tinggi, sayang sekali Thian maha pengasih
sehingga tak akan memberi ijin kepada mu untuk melakukan
ulah semacam ini." Dengan perasaan terkejut Gi liong hujin segera berpaling,
tapi apa yang kemudian terlintas membuatnya sangat terkejut
hingga mengucurkan keringat dingin.
Ternyata di atas sebuah batu besar yang terletak tak jauh
di belakang tubuhnya, duduklah seseorang yang berambut
putih, berwajah segar bagaikan rembulan dan memancarkan
sinar kewibawaan yang sangat besar.
Terhadap orang ini boleh dibilang dia mengenali seratus
persen, tapi justru orang ini pula yang paling ditakuti olehnya.
Sebab kakek tersebut tak lain adalah kakek serigala langit
Sik Thiat kun yang sudah banyak tahun lenyap dari peredaran
dunia persilatan. Dalam terkejutnya, Gi liong hujin berusaha keras untuk
menenangkan hatinya, lalu katanya dengan suara dingin :
"Ah, rupanya kau si tua bangka yang tidak mampusmampus, kenapa kau masih hidup juga di dunia ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek serigala langit tertawa tergelak :
"Haa... haa... haa.. kalau si raja akherat masih segan
menerima nyawaku, biarpun aku ingin mampus pun tak ada
gunanya. Tapi kau... justru nyawa mu bakal berakhir pada hari
ini, mengingat kita pernah jadi suami istri selama banyak
tahun, aku pun tak ingin turun tangan sendiri lebih baik habisi
nyawa mu sendiri." Gi liong hujin menghela napas sedih.
"Aaaai, kalau ku dengar dari nada pembicaraan mu itu
nampaknya aku sudah tak punya harapan lagi untuk
melanjutkan hidup?" "Hmmm, sudah tahu buat apa pura-pura bertanya lagi?"
sahut kakek serigala langit ketus.
"Apakah kau sama sekali tak akan mengingat kehidupan
kita sebagai suami istri dulu dengan membantu aku?"
"Justru aku segan turun tangan sendiri karena mengingat
kita pernah menjadi suami istri dulu, bagaimana mungkin aku
bisa berbuat tindakan yang melanggar kebajikan dengan
membantumu?" Tiba-tiba paras muka Gi liong hujin berubah hebat, setelah
mendengus dingin akhirnya dia berkata :
"Baiklah kalau toh harus mati, mari kita mati bersama-sama
sebagai suami istri."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba tongkatnya diputar
kencang lalu dengan mengerahkan segenap kekuatan yang
dimiliki dia lancarkan sebuah serangan dahsyat ke atas batok
kepala si kakek serigala langit.
Tatkala serangan toya itu tinggal satu depa dari
sasarannya, kakek serigala langit miringkan badannya secara
tiba-tiba sambil me lakukan gerakan menyambar ke arah toya
tersebut, bentaknya dengan penuh amarah :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan rendah, apakah kau benar-benar ingin
memaksa aku untuk turun tangan?"
Di tengah bentakan tersebut, dengan sekuat tenaga dia
melakukan pembetotan. Termakan oleh tenaga sakti yang memancar keluar dari
tubuh kakek serigala langit, toya yang besarnya sekepalan itu
seketika patah menjadi dua bagian menyusul kemudian
tangan kirinya segera melakukan gerakan mendorong ke
muka. Berada dalam keadaan begini Gi liong hujin tak sanggup
lagi untuk berdiri tegak, secara beruntun dia mundur sejauh
tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Tapi justru dengan peristiwa tersebut bukannya dia jadi
mundur ketakutan, Gi liong hujin justru menjadi naik pitam
saking ma lunya, dengan suara menggeledek segera
bentaknya: "Setan mau mampus, aku akan beradu jiwa dengan mu."
Menyusul suara bentakan ini, dia menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya dan mendorong sepasang
telapak tangannya sejajar dengan dada.
Dengan tindakan tersebut dimana sepasang telapak
tangannya didorong kemana dengan sejajar dada maka
biarpun ada batu cadas sebesar seribu kati pun niscaya akan
terhajar sampai hancur berantakan sesudah termakan
serangan tersebut. Apalagi bagi orang jago, kendati pun dia
memiliki tenaga dalam yang sempurna bila berani menyambut
serangan tersebut dengan kekerasan, bila tidak segera
mampus paling tidak akan muntah darah segar dan terluka
parah. Akan tetapi di saat angin pukulan itu menyambar lewat,
ternyata kakek serigala langit sama sekali tidak bergeser dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
posisinya semula, malah ujung baju pun sama sekali tidak
berkibar. Terdengar kakek serigala langit berseru sambil tertawa
terbahak-bahak : "Ha ha ha, perempuan, dengan sedikit kemampuan yang
kau miliki itu, bagaimana mungkin kau bisa melukai ku" Lebih
baik habisi sendiri nyawamu itu, daripada setelah mereka
berdatangan semua, kau tentu akan tersiksa karena mesti
menanggung kematian yang mengenaskan."
Gi liong hujin jadi ragu-ragu sete lah mendengar perkataan
itu, apalagi dari kejauhan sana sudah kedengaran suara si
kakek naga langit sekalian yang mulai muncul di aas tebing,
sadarlah dia bahwa kemungkinan untuk hidup sudah makin
menipis. Maka sambil menggertak gigi, ia menerjang ke arah kakek
serigala langit sambil mengumpat :
"Baiklah, kau memang seorang berhati keji dan sama sekali
lupa dengan hubungan kita sebagai suami istri dulu, setelah
mati dan tiba di alam baka nanti, aku tak akan melepaskan
kau si manusia tak berperasaan dengan begitu saja."
Habis berkata, ia segera mengangkat telapak tangannya
dan dihantamkan ke atas batok kepala sendiri.
'Praaaak... praaak...!"
Diiringi suara dengusan tertahan, kepalanya segera hancur
berantakan dengan isi benak berceceran kemana-mana,
tubuhnya yang tanpa nyawa segera tergelepar di atas tanah.
Menyaksikan hal ini, kakek serigala langit mengucurkan air
matanya dengan sedih, setelah menghela napas panjang,
gumamnya : "Aaaai... kesemuanya ini gara-gara nama dan kedudukan..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat kakek naga langit sekalian telah
menyusul pula kesana, ketika melihat keadaan Gi liong hujin
yang terkapar tak bernyawa lagi di atas tanah, mereka semua
terbungkam dalam seribu bahasa...
Kakek serigala langit memandang sekejap rekan-rekannya
kemudian berkata kepada si Rase sakti Li Keng kiu :
"Saudara Li, dendam kesumat mu telah terbalas, tentunya
kau pun dapat meredakan perasaan mu bukan?"
Si Rase sakti Li Keng kiu membungkam diri sampai lama
sekali, selang beberapa saat kemudian ia baru berkata sambil
menghela napas panjang : "Walaupun dalangnya sudah mampus, namun sulit rasanya
untuk meredakan rasa dendam di hatiku..."
Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak tampak
sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, seorang nona
berbaju merah telah menerjang sambil pekiknya sedih :
"Oooh ibu..." Kejadian yang berlangsung amat tiba-tiba ini kontan saja
membuat para jago menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak kakek
serigala langit, buru-buru teriaknya :
"Apakah kau adalah anak Ling?"
Nona berbaju merah itu mengangguk, mendadak ia bangkit
berdiri lalu dengan air mata bercucuran membasahi wajahnya
dan paras muka sedingin es, ia berkata ketus :
"Walaupun perbuatan yang dilakukan ibu ku sepanjang
hidupnya belum bisa tertebus dengan kematian, namun
kesemuanya ini masih ada sebab musababnya. Ketahuilah dia
sendiri pun dipaksa orang untuk berbuat demikian, mengapa
kalian tidak pergi mencarinya untuk membuat perhitungan tapi
justru memojokkan posisinya" Hmmm, nampaknya kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia-manusia yang menganggap dirinya pendekar sejati
tak lebih cuma bernama kosong belaka, terhitung manusia
macam apakah kalian itu?"
Perkataan yang diutarakan dengan suara keras dan lantang
ini kontan saja membuat para pendekar tua itu sama-sama
saling berpandangan dengan wajah tertegun.
Kakek serigala menghela napas panjang :
"Kemarilah anak Ling!"
Nona berbaju merah itu tetap berdiri tegak di tempat
semula, dengan pandangan mengawasi para jago tanpa
berkedip, ia seolah-olah tidak mendengar suara panggilan
tersebut. Setelah menghela napas panjang, kembali kakek serigala
langit berkata : "Nak, apakah kau hanya tahu mempunyai ibu tapi tidak
tahu mempunyai ayah?"
Nona berbaju merah itu ragu-ragu sejenak, kemudian ia
baru berjalan menuju ke hadapan kakek serigala langit dan
mendekam di dalam pelukannya sambil menangis tersedusedu. Cucuran air mata membasahi wajah kakek serigala langit,
dibelainya rambut si nona dengan penuh kasih sayang, lalu
katanya : "Nak, aku tahu hati mu amat sedih, karenanya bila ingin
menangis, menangislah dengan sepuas hati."
Dalam pada itu kawanan jago lainnya termasuk juga Siong
hee lojin yang jadi pimpinan rombongan, sama-sama
menundukkan kepalanya sambil termenung, agaknya mereka
sedang menduga siapa gerangan orang yang telah memaksa
Gi liong hujin untuk berbuat kesemuanya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dari sekian banyak jago-jago yang berada dalam
dunia persilatan dewasa ini, baik dari golongan lurus maupun
sesat, mereka tak berhasil membayangkan manusia macam


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apakah yang berhasil menundukkan Gi liong hujin itu.
"Sebenarnya siapakah orang itu?"
Mendadak nona kecil itu berhenti menangis, sambil angkat
kepalanya ia berkata : "Kalian tak dapat menduga bukan" Dia tak lain adalah
Siang Y u wan." Begitu ucapan tersebut diutarakan, para jago sama-sama
menjerit kaget. "Aah, kau maksudkan Kiu coat lo koay."
Terdengar nona itu berkata lebih jauh :
"Gara-gara bertindak kurang hati-hati, ibu telah salah
makan racun jit coat ku cong dimana bila beliau tidak mau
menuruti perkataannya, maka asal dia bunyikan gembrengan,
niscaya usus ibu akan putus semua yang mengakibatkan
kematian yang mengerikan."
Baru saja perkataan tersebut selesai diucapkan, secara
lamat-lamat semua orang mendengar suara gembrengan yang
dibunyikan keras-keras...
'Traaaangg...' Ketika semua orang memperhatikan kembali tubuh Gi liong
hujin, ternyata jenazahnya telah bergetar-getar dengan
sendirinya. Kontan saja semua orang berubah wajahnya setelah
melihat kejadian itu, terlebih kakek serigala langit, rambutnya
pada berdiri semua seperti landak, sorot mata yang tajam
berkilauan menimbulkan rasa ngeri bagi siapa pun yang
melihatnya, dari sini dapat diketahui betapa gusarnya dia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat-cepat Sik Tiong Giok maju ke depan dan berlutut
seraya ujarnya : "Anak Giok bersedia pergi membunuh manusia jahanam
itu, entah dia berada dimana sekarang?"
Nona berbaju merah itu cepat-cepat menerangkan :
"Di belakang bukit ini, di atas tebing Ci im gay terdapat
sebuah gua batu, ia sedang menantikan kemunculan kelabang
langit." Sekali lagi semua orang dibikin tertegun dan kaget setelah
mendengar perkataanitu, dalam waktu singkat mereka
berbisik membicarakan masalah tersebut.
Lama sekali s i kakek serigala langit termenung, pelan-pelan
dia baru berkata : "Anak Giok, asal kau mempunyai rasa bakti tersebut, itu
sudah lebih dari cukup, aku kuatir kau masih bukan tandingan
dari s iluman tua tersebut."
"Asalkan memiliki tekad untuk melenyapkan siluman
tersebut, biar pun bukan tandingan, dengan dukungan sekian
banyak cianpwee di belakang ku, apa yang mesti ku kuatirkan
lagi?" Kakek serigala langit segera menghela napas panjang,
katanya kemudian dengan penuh kekuatiran :
"Baiklah, bila kau benar-benar tak mampu, gunakan saja
ilmu Thian long eng tersebut, entah sampai dimanakah
kemajuan yang kau capai dalam ilmu pedang?"
"Aku telah berhasil menguasai ilmu Tay cou cap pwee ta,
karenanya aku yakin mampu untuk menghadpinya."
"Baiklah, kalau begitu berangkatlah sekarang juga, aku dan
anak Ling akan menantikan kedatanganmu di selat Pia siu
sia." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba kakek naga langit bertanya :
"Losam, mengapa kau tidak pergi ke tebing Ci im gay?"
Kakek serigala langit tertawa getir :
"Sepasang kakiku sudah cacad, gerak gerik ku tak menjadi
leluasa, apa gunanya pergi ke situ" Akan ku siapkan
perjamuan di selat Pia siu sia untuk menjamu kalian
sekembalinya dari sana."
Habis berkata ia segera menyambar tangan nona berbaju
merah itu, kemudian meluncur ke depan dengan kecepatan
luar biasa, ketika hinggap di atas pohon, di tangannya telah
bertambah dua tongkat panjang.
Ketika ia muncul kembali ke permukaan tanah, tubuhnya
segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Menanti kakek serigala langit telah pergi, para jago baru
sibuk mengubur jenasah dari Gi liong hujin.
oooTOd-A-wOHooo TEBING Ci im gay teletak di puncak bukit Pay lau san yang
berbentuk hampir tegak lurus lagi pula licin sekali, biarpun
seseorang memiliki ilmu silat yang sangat lihay pun belum
tentu dapat mendakinya secara gampang.
Tapi di saat itulah tampak sesosok bayangan manusia
sedang merambat naik dengan langkah yang tetap dan
berhati-hati. Waktu itu senja telah menjelang tiba, sinar matahari
memancarkan sinarnya menerangi atas dinding tebing dan
membiaskan aneka warna yang amat menusuk pandangan.
Namun bayangan manusia yang sedang mendaki di atas
tebing itu masih saja bergerak naik dengan tiada hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lambat laun hari pun menjadi gelap, tampaknya orang itu
sudah kehabisan tenaga, maka dia pun berelantungan di
sebuah dinding tebing sambil melepaskan lelah.
Selang beberapa saat kemudian rembulan telah muncul di
angkasa, sementara bayangan manusia itu telah meneruskan
kembali perjalannya mendaki ke atas tebing.
Di bawah tebing tadi berkerumun banyak orang, mereka
semua mengawasi ke atas tebing dengan perasaan kebatkebit karena mereka sedang menguatirkan keselamatan orang
yang sedang mendaki tebing itu.
Malam telah lewat, fajar pun hampir menyingsing, angin
pagi yang berhembus lewat membuat jari-jari tangan si
pendaki itu jadi kaku dan hampir mati rasa, padahal jaraknya
dengan puncak tebing itu masih ada belasan kaki lebih.
Mendadak dari atas puncak tebing itu kedengaran suara
seseorang yang amat dikenal berteriak keras :
"Aduuh mak, ternyata ada orang sedang mendaki ke atas
tebing ini." "Aku tidak percaya," sahut suara lain dingin, "tak mungkin
ada orang bisa mendaki tebing yang ribuan kaki tingginya ini."
(o-dwkz-TAH-o) Jilid 33 TAPI SUARA YANG DIKENAL ITU kembali berseru dengan
merdu : "Kalau tidak percaya, yaa sudahlah, siapa sih yang
menyuruh kau menaruh kepercayaan atas perkataanku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Budak sialan, bila kau berani cerewet lagi hati-hati kalau
kubunyikan gembreng emas ini biar usus mu pada putus dan
mati konyol..." ancam suara ketus tadi penuh kegusaran.
"Aku tidak takut mati, kalau ingin dipukul silahkan saja
dipukul, tapi kau mesti berhati-hati, bila aku sampai mati,
engkoh Giok pasti akan membalaskan dendam bagi kematian
ku ini." Ornag yang sedang mendaki tebing itu menjadiamat girang
setelah mendengar ucapan tersebut, buru-buru teriaknya :
"Apakah adik Li ji yang berada di atas" Aku adalah Sik
Tiong Giok!" Dari balik meluk gua di atas tebing segera muncul selembar
wajah yang cantik, ternyata orang itu tak lain adalah Huan Li
ji. Setelah menoleh sekejap ke bawah, ia menjadi kegirangan
setengah mati, teriaknya dengan gembira :
"Ooooh betul-betul engkoh Giok, cepat naik!"
Sambil tertawa getir Sik Tiong Giok berseru :
"Aku sudah tak mempunyai kekuatan lagi, cepatlah
berusaha carikan akal untuk membantuku."
Huan Li ji yang berada di atas kembali berteriak :
"Engkoh Giok sudah lama sekali ku nantikan kedatangan
mu, sudah ku duga kau pasti akan datang."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tampak seutas
rotan telah dilemparkan ke bawah.
Sambil menghembuskan napas panjang, Sik Tiong Giok
segera menyambar tali rotan itu serta menggenggamnya eraterat. Mendadak terdengar seorang berseru dengan penuh
amarah : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Budak ingusan, kau betul-betul sudah bosan hidup" Jika
kau berani menariknya ke atas aku akan membuat mu mati
secara mengenaskan."
Huan Li ji segera mendengus :
"Hmmm kalau aku tak takut mati, mau apa kau" Sebelum
engkoh Giok datang saja aku sudah tak takut, apalagi
sekarang ia sudah datang, apalagi yang mesti ku takuti?"
Sementara pembicaraan berlangsung Sik Tiong Giok sudah
ditariknya sehingga naik tujuh delapan depa.
Agaknya orang itu benar-benar naik darah, mendadak
bentaknya dengan suara lantan :
"Bila kau berani menariknya, sekarang juga akan
kubunyikan suara gembrengan emas itu."
"Hmm, kalau mau membunyikan gembrengan emas itu
silahkan saja, aku mah tak bakal takut," dengus Huan Li ji.
Dengan perasaan mendongkol, gadis itu menarik tali rotan
tersebut makin bertenaga sehingga Sik Tiong Giok berhasil
ditarik naik setinggi empat lima depa lagi.
Dengan suatu gerakan cepat si anak muda itu segera
melompat ke puncak tebing itu.
'Traaanggg....' Pada saat itulah terdengar suara gembrengan dibunyikan
orang dengan suara yang amat nyaring.
Huan Li ji segera menjerit kesakitan, tangannya menjadi
kendor dan tali rotan tersebut terlepas dari genggamannya.
Sik Tiong Giok saksikan Huan Li ji sedang menggertak
giginya kencang-kencang sambil menahan rasa sakit yang luar
biasa, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran keluar dengan
derasnya, sambil memegangi perut sendiri ia berjongkokjongkol, jelas kalau nona itu sedang kesakitan hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok pun mengerti, gadis itu sengaja menggertak
gigi sambil menahan sakit karena takut dia terkejut dan
terjatuh ke dalam jurang, hal ini membuat perasaan hatinya
menjadi sangat terharu. Mendadak satu ingatan melintas di dalam benaknya, cepatcepat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan
mutiara tersebut yang segera dijejalkan ke dalam mulut Huan
Li ji, kemudian ujarnya dengan sedih :
"Adik ku, mengapa kau?"
Padahal pemuda itu tidak tahu apakah mutiara tersebut
dapat digunakan untuk menawarkan racun yang diderita Huan
Li ji atau tidak, dia hanya menduga mutiara tersebut paling
tidak bisa menahan rasa sakit gadis tersebut untuk sementara
waktu. Siapa tahu mutiara itu justru merupakan musuh utama dari
racun Jit coat ku ciong tersebut, begitu mutiara tadi masuk ke
dalam mulut Huan Li ji, khasiatnya segera terlihat dengan
kentara. Dalam waktu singkat kesegaran tubuhnya telah pulih
kembali, sampil me lompat bangun segera serunya sambil
tertawa : "Engkoh Giok, obat apa sih yang kau berikan kepada ku,
sungguh luar iasa, ternyata racun Ji coat ku ciong tersebut
dapat dipunahkan sama sekali."
Sik Tiong Giok merasa sangat gembira setelah menyaksikan
Huan Li ji pulih kembali seperti sedia kala, didorong oleh
luapan emosi, mereka berdua segera saling berpelukan
dengan eratnya. Tiba-tiba terdengar seseorang menegur dengan suara
dingin : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huuh, sepasang laki perempuan yang tak tahu malu,
berani amat kalian lakukan perbuatan yang memuakkan itu di
hadapan ku." Namun Sik Tiong Giok dan Huan Li ji sudah tenggelam di
dalam lamunan dan perasaan masing-masing, terhadap katakata umpatan tersebut sama sekali tidak menggubris atau pun
memberikan tanggapan apa pun.
Kembali orang itu membentak dengan suara keras :
"Hmm, berbuat seenaknya tanpa perduli terhadap
kehadiran orang lain, aku betul-betul muak oleh ulah kalian
berdua." Mendadak Huan Li ji membereskan rambutnya yang kusut,
lalu berkata sambil tertawa :
"Kalau memang merasa muak, pejamkan saja mata mu
rapat-rapat, kami toh tak memaksa muu memandanganya."
Tiba-tiba orang itu berseru kaget :
"Hey, mengapa kau belum roboh?"
Kembali Huan Li ji tertawa :
"Selama beberapa hari belakangan ini aku sudah tidur
cukup puas, sekarang aku ingin menggerak-gerakkan otot ku
serta memperlancar peredaran darah dalam tubuh ku."
'Traaaangg...!' Orang itu segera memukul gembrengan emasnya keraskeras sambil membentak : "Roboh kau!" Sekali lagi Huan Li ji tertawa cekikikan.
"Bukankah sudah ku katakan sedari tadi, gembrengan emas
mu itu sudah tidak memberikan manfaat apa pun sedang aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun tak sudi menuruti perkataanmu lagi, jika kau tak puas,
silahkan memukul gembrengan mu itu beberapa kali lagi."
'Traaang... traaang traaangg!'
Orang itu benar-benar memukul gembrengannya berulang
kali, namun Huan Li ji sma sekali tak terpengaruh lagi, malah
sebaliknya ia justru tertawa cekikikan.
"Apa yang kau tertawakan?" bentak orang itu keras-keras.
"Hey aneh benar kau ini, masa sampai tertawa pun ingin
kau urusi..." "Siapa sih orang itu" Kenapa bicaranya semau hatinya
sendiri?" Sik Tiong Giok bertanya.
"Dialah Kiu coat lo koay yang telah meracuni aku dengan Ji
coat ku ciong!"

Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mencorong sinar tajam dari balik mata Sik Tiong Giok
setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan penuh
amarah : "Hey manusia macam apakah kau ini" Beraninya hanya
main sembunyi macam cucu kura-kura saja. Hmmm! Kalau
memang bernyali hayo tunjukkan tampang mu!"
Huan Li ji segera berbisik :
"Pada saat ini dia sedang menggunakan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya untuk memaksa kelabang langit itu
keluar dari guanya, dia tak akan punya waktu untuk banyak
ribut dengan kita berdua."
Mendengar perkataan tersebut, Sik Tiong Giok segera
berpikir : "Bukankah kedatangan ku dengan susah payah pun
bertujuan untuk mendapat kelabang langit?"
Berpikir sampai disitu, cepat-cepat katanya kepada Huan Li
ji : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau punya akal yang bisa memaksanya keluar dari
tempat tersebut?" Huan Li ji memutar biji matanya beberapa kali, dengan alis
mengerut dia berkata sambil tertawa :
"Mari biar ku coba!"
Berbicara sampai disini dia segera melompat keluar dari
dalam gua. Tak selang berapa saat kemudian, gadis itu telah muncul
kembali dengan membawa seekor ayam hutan serta beberapa
potong kayu bakar. Sik Tiong Giok menjadi tercengang dan tak habis mengerti,
segera tanyanya dengan keheranan "
"Buat apa kau membawa kemari benda-benda itu?"
"Bukankah kau hendak memaksa makhluk tua itu agar
keluar dari tempatnya?"
"Kau hendak memaksanya keluar dengan mempergunakan
benda-benda tersebut?" Sik Tiong Giok masih saja tak habis
mengerti. "Masa kau tak mengerti" Setiap benda makhluk yang ada di
dunia ini tentu ada antinya, kelabang paling takut dengan
ayam, biar pun aku hanya membawa seekor ayam hutan, toh
kelabang tetap akan takut menghadapinya, selain itu makhluk
tua amat rakus, apabila kita panggang ayam ini bukan saja si
kelabang tak berani keluar, bau harum dari s i ayam panggang
pun pasti akan memancaing kerakusan makhluk tua tersebut,
aku percaya kalau ia tak mampu menahan diri."
Sik Tiong Giok segera tertawa tergelak setelah mendengar
uraian tersebut, segera katanya :
"Tak ku nyana kau bisa mendapatkan akal sebagus ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Huan Li ji
telah membuat api unggun disitu tanpa membersihkan ayam
itu dari bulunya lagi, ia segera memanggangnya di atas api.
Tak selang berapa saat kemudian asap teal telah menyebar
kemana-mana, bau harum daging panggang pun mendatangkan rasa lapar bagi siapa pun yang mengendusnya.
Tiba-tiba terdengar Kiu coat lo koay yang berada di dalam
gua mendehem beberapa kali, kemudian teriaknya :
"Hey apa yang kalian berdua panggang disitu, sungguh
menyesakkan napas... Oooo... harumnya!"
Menyusul kemudian terdengar suara langkah kaki manusia
bergema makin mendekat dari balik gua muncullah seseorang.
Orang itu berambut merah sepanjang lantai, tangannya
yang satu amat panjang melebihi lutut tapi tangan yang satu
justru amat pendek, alis matanya tebal dan matanya amat
besar, namun hidungnya justru tidak berbatang dan
sebaliknya cekung ke dalam, hal ini membuat tampangnya
betul-betul mengerikan sekali.
Sambil tertawa Huan Li ji segera berseru :
"Coba kau lihat Kiu coa lo koay telah munculkan diri."
"Nama ini betul sangat aneh, mengapa ia disebut makhluk
tua sembilan cacad?"
Huan Li ji tertawa. "Masa kau tidak mengerti soal ini" Baiklah kalau begitu
akan kuberitahukan kepada mu, dia tak punya ayah tak punya
ibu, tak punya putra apalagi cucu, tidak bijaksana tidak setia
kawan, tidak berperasaan dan tak tahu malu, tapi yang
penting dia tak tahu keluhuran budi."
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berseru :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan sembilan buah cacad tentunya ia punya satu
kelebihan, apakah kelebihannya itu?"
"Kelebihannya" Dia masih mengenakan selembar kulit
manusia..." Begitu keluar dari dalam gua, dengan sorot matanya yang
tajam Kiu coat lo koay mengawasi wajah Sik T iong Giok lekatlekat, sampai lama sekali ia baru berkata dengan suara dingin:
"Jadi kau si bocah keparat yang berhasil mendaki ke atas
puncak tebing ini?" Sik Tiong Giok sama sekali tidak menggubris, sambil
menambah api untuk memanggang ayamnya, dia bersenda
gurau sendiri dengan Huan Li ji.
Makhluk dtua itu jadi amat mendongkol, sambil mendengus
penuh amarah, bentaknya keras-keras :
"Hey bocah keparat, sudah kau dengar perkataan ku itu?"
"Bila ingin berbicara, utarakan dengan sopan santun dan
nada yang sungkan!" seru Sik Tiong Giok sambil mendelik.
Kontan saja makhluk dtua itu melototkan matanya bulatbulat, serunya lagi : "Siapa namamu?"
Sambil melompat bangun, sahut Sik Tiong Giok angkuh :
"Pangeran Srigala Sik T iong Giok, pernah kau dengar nama
ku in?" Agaknya Kiu coat lo koay merasakan hatinya bergetar keras
setelah mendengar perkataan itu, tapi sesaat kemudian ia
sudah tertawa seram sambil ujarnya :
"Ha... ha... ha...pada mulanya ku kira orang yang bernama
Pangeran Serigala adalah manusia luar biasa, huuh! Tak
tahunya cuma seorang bocah cilik yang masih bau tetek
ibunya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok mendengus dingin :
"Hmm, cilik-cilik begini orang menghormati ku sebagai
yaya, tapi kau, biar sudah tua-tua keladi, orang justru
menganggap mu seperti bocah ingusan."
"Bocah keparat, kurang ajar berani memaki diri ku seenak
hatinya sendiri!" teriak Kiu coat lo koay penuh amarah.
"Kalau memang lagi memaki mu, mau apa kau?"
Sekali lagi Kiu coat lo koay mengawasi lawanna lekat-lekat,
sampai lama kemudian ia baru berkata :
"Aku dengar kau si Pangeran Serigala meski masih muda
usia namun amat termashur dalam dunia persilatan, aku ingin
mencoba sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang kau
miliki itu." Sik Tiong Giok segera tertawa nyaring :
"Bila kau ingin berkelahi dengan ku hari ini, berarti saat ajal
mu sudah semakin dekat..."
Kiu coat lo koay tak berani bertindak gegabah, apalagi
setelah dilihatnya pihak lawan meski masih muda usia namun
dapat berdiri amat santai disitu.
Setelah lama sekali termenung, ia baru bertanya :
"Beranikah kau bertarung melawan ku di puncak bukit itu?"
Sik Tiong Giok tertawa : "Jangan lagi puncak bukit itu, biar pun sarang naga gua
harimau pun aku tak akan gentar, hayo berangkat!"
Mendadak Kiu coat lo koay berpaling ke arah Huan Li ji
sambil mengancam : "Budak ingusan, selama aku tak ada disini, jangan sekalikali kau mencoba untuk memasuki gua tersebut, kalau tidak...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hmmm! Akan ku remukkan tubuhmu hingga hancur
berkeping-keping." "Kenapa tak boleh" Kalau aku nekad memasukinya, mau
apa kau?" ejek Huan Li ji sambil mencibirkan bibirnya.
"Kau berani?" bentak Kiu coat lo koay amat gusar.
Huan Li ji segera melompat bangun lalu berteriak marah :
"Kenapa aku tak berani" Sekarang juga aku akan masuk ke
dalam gua itu!" Sambil berkata dia segera membalikkan tubuhnya dan
berjalan menuju ke arah gua.
Siapa tahu baru beberapa langkah dia memasuki gua
tersebut, mendadak terasa desingan angin tajam menyambar
lewat dari belakang tubuhnya, lalu terdengar Sik Tiong Giok
membentak keras : "Tak tahu malu, terhitung enghiong macam apakah kau ini
dengan main sergap seperti itu?"
Sementara Huan Li ji masih tertegun, tiba-tiba jalan darah
Sin toan hiat di punggungnya menjadi kaku, tak ampun
tubuhnya telah tertotok, apa daya ia sudah tak mampu
berkutik lagi. Nona itu hanya mendengar desingan angin tajam menderuderu, lalu suasana di sekitar itu menjadi sepi dan tak
kedengaran sedikit suara pun.
Puncak tebing itu merupakan sebuah tanah lapang seluas
beberapa hektar dengan sebuah telaga di bagian tengahnya,
air telaga itu mendidih sepanjang tahun serta menyiarkan
hawa panas yang sangat menyengat badan.
Sik Tiong Giok dan Kiu coat lo koay berdiri saling
berhadapan tanpa berbicara mau pun bertarung, kedua belah
pihak hanya saling berandangan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, meskipun jalan darah Huan Li ji telah
tertotok, namun setelah dia mencoba untuk menembusinya
dengan mengerahkan segenap hawa murni yang dimilikinya,
walaupun jalan darah itu belum terbebaskan seratus persen,
namun dengan memaksakan diri ia masih dapat merangkak.
Dengan memberanikan diri ia merangkak masuk ke dalam
gua. Makin masuk semakin ke dalam, tiba-tiba dari kejauhan
sana muncul dua buah lentera merah yang amat besar,
sepasang lentera merah itu berkesiuran kian kemari dari balik
kabut yang tebal. Menyaksikan kejadian tersebut, Huan Li ji jadi amat
terperanjat, tanpa terasa pikirnya di dalam hati :
"Aduh celaka, kelabang langit telah munculkan dirinya!"
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, cepat-cepat dia
merangkak mundur ke belakang.
Kalau dibicarakan memang sangat aneh, setiap kali dia
mundur selangkah, kelabang itu pun turut maju selangkah.
Setelah agak lama berada di dalam gua, pandangan
matanya pun mulai terbiasa melihat di dalam kegelapan.
Ternyata kelabang langit itu panjangnya mencapai satu
kaki dengan sepasang sumpit di depannya, sinar mata yang
berwarna hijau memancarkan cahaya kebuasan, tubuhnya
memercikkan sinar merah biru dan ungu yang amat
menyilaukan mata, sementara kaki-kakinya yang pendek
bagaikan jepitan besi mendayung maju selangkah demi
selangkah. Semakin memandang Huan Li ji semakin ketakutan, apalagi
bersamaan dengan bergesernya kelabang besar itu langkah
kakinya yang pendek menimbulkan suara gesekan yang amat
memekakkan telinga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah darimana datanganya keberanian, dalam cemasnya
mendadak Huan Li ji menerjang maju ke depan.
Sepasang sumpit kelabang itu langsung menjepit rambut
Huan Li ji yang panjang, tapi sepasang tangannya berhasil
pula mencekik kepala kelabang itu.
Tapi pada saat itulah mendadak salah satu kaki pendek
kelabang itu menyambar ke lehernya, rasa sakit yang luar
biasa membuat gadis itu muntahkan darah segar.
Kelabang raksasa itu segera mementangkan mulutnya
lebar-lebar siap menerkam, tapi di antara semburan darah
segar dari mulut Huan Li ji tampak pula sebutir benda bulat
turut meluncur ke muka dan menggelinding masuk ke mulut
makhluk itu. Benda itu tak lain adalah mutiara yang diserahkan Sik Tiong
Giok untuk dihisap oleh Huan Li ji tadi, mutiara penolak racun
ayam emas. Sesungguhnya mutiara penolak racun ayam emas adalah
benda tandingan dadri s i kelabang langit, tampaknya binatang
itu sadar kalau dia telah menelan sesuatu benda yang
mengerikan. Mendadak binatanga tersebut mengendorkan jepitannya,
lalu berguling di atas tanah.
Makin berguling semakin cepat, begitu kuatnya binatang itu
bergulingan membuat seluruh tanah perbukitan turut bergetar
keras. Sementara itu Huan Li ji yang kehilangan mutiara penolak
racun dari mulutnya segera merasakan bau amis yang luas
biasa menusuk hidung, sekali lagi ia muntah-muntah hebat,
hampir semua isi perutnya tertumpah keluar.
Beberapa saat kemudian, kelabang langit yang sedang
bergulingan itu mulai melambatkan gerakannnya dan akhirnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama sekali tak berkutik lagi, perutnya membalik menghadap
ke atas. Sementara Huan Li ji masih dicekam oleh perasaan kaget
dan ngeri, mendadak... 'Blaaammmm... blaammmm..."
Terjadi dua kali ledakan keras yang amat memekakkan
telinga. Kembali Huan Li ji merasa amat terkejut, ternyata perut
kelabang itu telah me letus sehingga percikan darah amis
memancar kemana-mana... Dengan perasaan keheranan Huan Li ji segera berpikir :


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sungguh aneh, apalagi yang sedang dilakukan oleh
kelabang langit itu?"
Belum lenyap rasa heran dan curiganya, tiba-tiba terjadi
lagi suara ledakan yang amat keras.
Kali ini kepala kelabang itu yang meledak kemudian tampak
segulung bola daging berwarna biru yang besarnya seperti
telur burung dara melejit ke atas.
Huan Li ji yang menyaksikan hal ini segera menyangka
benda tersebut adalah mutiara penolak racun yang diserahkan
Sik Tiong Giok kepadanya itu, cepat-cepat disambarnya benda
tersebut kemudian dijejalkan ke dalam mulut.
Baru saja benda itu masuk ke dalam mulutnya, tahu-tahu...
Bluuk! Ternyata benda bulatan itu pecah, dan segulung hawa
udara yang hangat pun mengalir masuk ke dalam perutnya
serta menyebar ke seluruh gagian anggota badannya.
Huan Li ji merasakan tubuhnya menjadi sangat nyaman
dan mengantuk sekali, tak setitik tenaga pun yang berhasil
dihimpun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu mengira dia telah keracunan, segera timbul
ingatan untuk berusaha mendesak keluar hawa racun tersebut
dari dalam badan. Masih mendingan kalau dia tak menghimpun tenaga, begitu
hawa murninya dihimpun mendesak, seluruh tubuhnya terasa
seperti mengembung besar, seakan-akan terdapat segulung
tenaga yang amat besar mendesak keluar dari dalam
tubuhnya. Waktu itu isi perutnya bergejolak keras, hatinya berdebar
dan penderitaan tak terlukiskan dengan kata-kata, kalau bisa
ia berharap gua itu ambruk secara tiba-tiba sehingga ia dapat
menahannya dengan kekuatan yang maha dahsyat itu.
Dalam waktu singkat keadaan yang dialam inya telah
berubah sama sekali, kalau semula dia ingin tidur dan
mengantuk sekali maka sekarang justru ingin melompat dan
berlarian kian kemari di dalam gua itu.
Bagaikan orang gila saja, sambil melompat kian kemari dia
berteriak sekuat tenaga. Mendadak satu ingatan melintas di dalam benaknya :
"Jangan-jangan aku telah menelan pi koan wan dari
kelabang langit?" Kalau memang begitu, bila kuturuti kemauan dengan
melompat kian kemari tiada hentinya, lama-kelamaan aku
pasti akan mati kehabisan tenaga.
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, ia segera duduk
bersila di atas tanah dan menghimpun tenaga dalamnya untuk
bersemedi dan mengatur pernapasan.
Lambat laun ia dapat melupakan penderitaan serta
melupakan segala-galanya, bagaikan seorang pendeta saja ia
duduk bersila di atas tanah tanpa bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah berapa lama sudah lewat, menanti ia sadar kembali
dari semedinya, waktu sudah menunjukkan tengah hari
keesokannya. Waktu itu Kiu coat lo koay dan Sik Tiong Giok sudah
bertarung sehari semalam di puncak bukit tersebut, namun
siapa menang siapa kalah masih belum dapat ditentukan.
oTAHooOOOodwkzoo DI PUNCAK bukit Ci im hong, tepat di tepi telaga Kim yang
tan, berdiri berhadapan dua sosok bayangan manusia.
Mereka adalah kakek aneh sembilan cacad Siang Cu wan
serta Pangeran Serigala langit Sik Tiong Giok, kedua belah
pihak sama-sama berdiri kaku disitu tanpa melakukan sesuatu
gerakan pun, mereka pun tidak saling menyerang.
Dari siang hingga malam nampaknya matahari keesokan
hari pun sudah hampir terbit, namun kedua orang itu masih
berdiri kaku di tempat bagaikan dua buah patung batu. Kabut
panas yang menguap dari tepi telaga Kim yang tan makin
lama semakin tebal di bawah timpaan sinar matahari
menciptakan gumpalan bayangan berwarn hitam, namun
kedua oran gitu tetap tidak menggubris seakan-akan sama
sekali tidak melihatnya. Entah berapa saat kemudian makhluk aneh sembilan cacad
mulai habis kesabarannya, pelan-pelan ia mulai menggeserkan
langkahnya dan berjalan maju sejauh tiga depan dari posisi
semula. Pangeran Serigala langit Sik Tiong Giok masih tetap berdiri
tegak namun sorot matanya mengawasi terus setiap langkah
makhluk tua itu tanpa berkedip.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hebat sekali tenaga dalam yang dimiliki makhluk tua itu,
dalam setiap gerakan kakinya, terteralah bekas telapak
telapak kaki yang sanga tdalam di atas batu cadas.
Sambil mendengus dingin Sik Tiong Giok segera berkata :
"Hey tua bangka, lebih baik mengaku kalah saja, ditinjau
dari tabiat mu itu, aku tahu bahwa kau tak bakal menang."
Kiu coat lo koay meraung penuh amarah :
"Hmm... kau jangan menghina, coba saksikan dulu
kelihayan ku ini!" Di tengah bentakan keras, telapak tangan kirinya segera
didorong ke muka dimana angin pukulannya menyambar
lewat, permukaan air telaga segera bergolak dengan
hebatnya. Sik Tiong Giok sudah membuat persiapan semenjak tadi,
hawa murninya telah dihimpun menjadi satu, begitu musuh
melepaskan serangannya, ia segera sambut ancaman tersebut
dengan sebuah pukulan pula.
'Blammmm!' Dua gulung kekuatan saling bertemu satu dengan lainnya
menimbulkan suara ledakan keras, ternyata kemampuan
kedua orang itu tetap berimbang.
Mendadak si makhluk tua sembilan cacad menggerakkan
telapak tangan kanannya ke arah depan.
Sementara Sik Tiong Giok berencana untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan, tiba-tiba
dilihatnya telapak tangan kanan makhluk tua itu menuju ke
arah permukaan air telaga, dimana telapak tangannya
melakukan gerakan menekan lalu menghisap, segulung air
telaga segera terhisap olehnya dan memancar ke atas udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada mulanya Sik Tiong Giok masih mentertawakan
perbuatan lawannya, dia mengira makhluk tua itu bermaksud
akan melukainya dengan percikan butiran air telaga.
Ia baru sangat terkejut setelah menyaksikan pihak lawan
mengisap air telaga itu hingga menyembur ke atas
meninggalkan permukaan. Menyusul terhisapnya air tersebut
oleh tenaga isapan si makhluk tua sembilan cacad, tubuhnya
ikut mengembang pula menjadi lebih besar dari ukuran
normal. Mendadak lengan kanannya mengayun ke muka, gulungan
air yang terhisap itu dengan membawa kekuatan yang maha
dahsyat langsung menghimpit tubuh Sik Tiong Giok.
Ujung gumpalan air yang menyembur ke tengah udara itu
memercikan beribu-ribu butiran air yang saling bertumbukan
satu sama lainnya, di tengah benturan nyaring air itu
menyambar dari atas ke bawah bagaikan seekor naga aneh.
Dalam terperanjatnya Sik Tiong Giok tahu bila serangan
tersebut disambutnya dengan kekerasan maka pancaran yang
menyembur ke empat penjuru itu pasti akan menimbulkan
kekuatan yang maha dahsyat dan tak mungkin dihadapinya
dengan begitu saja. Dalam keadaan terdesak, tiba-tiba saja ia memiringkan
tubuhnya ke belakang, lalu ujung kakinya menginjak
permukaan tanah kuat-kuat, dengan suatu gerakan yang
sangat cepat dia menyusul mundur ke belakang.
Agaknya si makhluk tua sembilan cacad telah menduga
akan tindakan yang bakal dilakukan Sik Tiong Giok, telapak
tangan kirinya segera digerakkan ke atas, dengan dua belah
tangan yang menghimpun jadi satu dia lepaskan sebuah
tolakan dahsyat ke depan.
'Blaammm!' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tengah benturan dahsyat yang menimbulkan suara
ledakan yang memekakkan telinga, semburan air telaga itu
berubah menjadi beribu-ribu butiran air yang mengurung dan
menyergap batok kepala Sik Tiong Giok.
Butiran air itu berkilauan memancarkan sinar tajam, diiringi
juga dengan suara desingan yang memekakkan teliga,
membuat suasana di sekitar situ menjadi sangat mengerikan.
Keadaan Sik Tiong Giok waktu itu sudah kalang kabut tak
karuan, terpaksa dia harus memutar sepasang telapak
tangannya untuk membuyarkan semburan butiran air yang
menyergap dirinya. Tertahan oleh gulungan tenaga yang dahsyat, butiran air
menjadi terhimpit oleh dua kekuatan hingga mencelat ke
samping dan membuka di atas batu cadas yang
mengakibatkan timbulnya selapis kabut tipis.
Menanti kabut air sudah buyar, tampaklah permukaan batu
cadas itu telah berubah menjadi bopeng dan penuh dengan
lekukan lubang yang sangat dalam.
Sesungguhnya luas puncak bukit itu tidak terlalu bear, di
bawah percikan air yang menyelimuti angkasa hampir seluruh
wilayah puncak tebing itu telah diselimuti dengan rapat.
Pada saat Sik Tiong Giok sedang sibuk membuyarkan
butiran air yang mengelilingi sekitar tubuhnya, mendadak
makhluk tua sembilan cacad mendesak maju ke muka, telapak
tangannya yang merah membara langsung diayunkan ke
depan melepaskan sebuah pukulan tanpa menimbulkan sedikit
suara pun. Namun kekuatan yang terkancung di balik serangan
tersebut, benar-benar mengerikan hati.
Dengan cekatan Sik Tiong Giok menghindar ke samping lalu
memutar badannya, dengan cepat ia segera mengembakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua belas ilmu cacadnya untuk bertarung sengit melawan
makhluk tua tersebut. Agaknya si makhluk tua sembilan cacad pun telah
mengetahui kelihayan dua belas ilmu cacad tersebut, apalagi
dari balik gua dia pun mendengar suara gemuruh yang kerasa
padahal tengah hari merupakan saat munculnya kelabang
langit yang sedang dinantikan, ia jadi gelisah sekali karena tak
berhasil merobohkan Sik Tiong Giok setelah bertarung sekian
waktu. Maka dia segera merubah ilmu pukulannya, dari gerakan
semula cepat bagaikan kilat dia mengembangkan pertarungan
lamban. Secara beruntun dia mundur sejauh tiga langkah ke
belakang, lalu jurus serangannya dirubah dan menekan ke
arah bawah dengan membuka pertahanan tubuh bagian
atasnya. Tentu saja tindakan yang dilakukan oleh lawannya ini
membuat si Pangeran Serigala Sik Tiong Giok jadi
kebingungan dan tidak habis mengerti.
Sebab ia cukup memahami taraf ilmu silat lawannya yang
jauh masih di atas kemampuannya, tapi apa sebabnya ia
menggunakan jurus serangan demikian untuk menghadpinya"
Dengan cepat ia menduga tindakan ini sebagai tipu
muslihat musuh untuk menjebaknya, segera ia berpikir :
"Hmm, aku tak sudi masuk perangkap mu."
Melihat Sik Tiong Giok sama sekali tidak masuk
perangkapnya, kembali si Makhluk tua sembilan cacad
merubah taktik pertarungannya, serangan yang dilancarkan
amat lamban, bukan saja tak berkekuatan bahkan sulit diraih
arah tujuannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Sik Tiong Giok mengambil ketetapan untuk
memperkuat pertahanan sendiri tanpa berusaha mencari
keuntungan dari pancingan lawannya...
Akibat dari tindakan tersebut, si makhluk tua itu jadi
kelabakan dan tak bisa banyak berkutik lagi.
Perlu diketahui, ilmu pukulan yang dipergunakan olehnya
sekarang tak lain adalah ilmu Bu siang s in ciang yang menjadi
andalannya selama ini, banyak di antara jago-jago persilatan
yang tidak mengetahui latar belakang ilmu pukulannya ini
menderita luka parah atau bahkan tewas di tangannya.
Sekilas pandangan, ilmu pukulannya itu nampak amat
lemah dan sama sekali terbuka pertahannya, padahal begitu
serangan musuh menyergap masuk, gerakan yang semula
lemah bisa berubah menjadi amat dahsyat, bahkan akan
timbul reaksi yang sangat kuat sekali hingga membuat
lawannya terkecoh. Sebaliknya jika kau tidak melancarkan serangan, maka ilmu
pukulannya akan mendekat terus dan tiba-tiba menyergap, hal
ini pun membuat orang menjadi sulit untuk menghadapinya.
Bila kau berniat me lancarkan serangan balasan, maka dia
pun akan melancarkan serangan demi serangannya secara
berantai dan tiada hentinya, kecuali kau memiliki tenaga
dalam yang beberapa kali lipat melampauinya, kalau tidak :
kerugian besar sudah pasti akan diderita.
Tapi setelah ia bertemu dengan si Pangeran Serigala Sik
Tiong Giok yang sama sekali tidak mengira kesempatan, tak
mau menyerempet bahaya bahkan menghadapi setiap
perubahan dengan perubahan yang tepat, mengakibatkan
ilmu pukulannya sama sekali tidak berfungsi.
Walaupun demikian, si Makhluk tua sembilan cacad tidak
menghentikan serangannya karena hal itu, malah dia
menyerang semakin gencar dan tiada hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampak makhluk tua itu menari tiada hentinya dan sama
sekali tak memakai aturan, ada kalanya ia menyerang sangat
lambat tapi ada kalanya cepat sekali, malah kadang-kadang
seperti orang kalap. Sik Tiong Giok sudah mencoba untuk memperhatikan
sekian waktu namun dengan pengetahuan yang dimilikinya
ternyata ia tak berhasil menemukan sesuatu apa pun.
Dengan gerakan melompat dan menari macam orang gila,
dalam waktu singkat Makhluk tua sembilan cacad telah
melancarkan delapan puluh jurus serangan lebih tanpa
diketahui ujung pangkalnya sementara tubuhnya juga pelanpelan bergerak mundur ke belakang.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Sik Tiong Giok,


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera pikirnya : "Jangan-jangan makhluk tua ini sedang bermain gila guna
mengacaukan pikiran serta perhatianku sementara ia sedang
mencari kesempatan untuk melarikan diri."
Berpikir sampai disitu tak tertahankan lagi dia membentak
keras : "Hey makhluk tua, apakah kau bermaksud akan melarikan
diri dengan begitu saja" Hmmm, tak akan semudah apa yang
kau bayangkan, hari ini merupakan saat ajal mu, bagaimana
mungkin kau bisa kabur dengan begitu saja?"
Begitu mendengar perkataan dari Sik Tiong Giok tersebut,
si Makhluk tua sembilan cacad menjadi kegirangan setengah
mati, segera pikirnya : "Hayo cepat lancarkan serangan mu bocah keparat, akan
ku suruh kau rasakan kelihayan ku!"
Tentu saja perkataan itu tidak sampai diutarakan keluar,
dengan wajah diliputi perasaan kaget dan gugup sepasang
matanya mengawasi sekeliling tempat itu dengan liar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok yang menyaksikan kejadian ini segera
menyangka makhluk tua berniat melarikan diri, tentu saja ia
tak akan membiarkan musuhnya lari begitu saja.
Tiba-tiba ia maju tiga langkah ke depan kemudian
melancarkan sebuah pukulan tipuan.
Betapa girangnya si Makhluk tua sembilan cacad ketika
menyaksikan musuhnya masuk perangkap, cepat-cepat ia
menarik kembali tangannya dan menarik segulung tenaganya
yang maha dahsyat hingga mundur sejauh dua depa.
Begitu melepaskan pukulannya tadi, Sik Tiong Giok segera
menariknya kembali, cepat dirasakan olehnya bahwa di depan
mata memang tidak terdapat sedikit pun tenaga rintangan,
apalagi ketika melihat si makhluk tua sembilan cacad menarik
kembali telapak tangannya, dia semakin menyangka kalau
musuhnya sudah dibuat ketakutan.
Maka sambil mendesak maju ke muka, dia lepaskan sebuah
pukulan lagi. Di balik serangan ini mengandung tipuan di balik kenyataan
tapi di balik kenyataan pun mengandung tipuan, bila
menjumpai hadangan maka ia dapat segera menarik kembali
serangannya untuk melindungi diri sendiri.
Tatkala tenaga serangan itu sudah hampir mencapai sisi
tubuh s i Makhluk tua sembilan cacad, ternyata siluman tua itu
kembali menyingkir ke samping, hal ini memberi kesan
kepadanya bahwa lawan sudah kehabisan tenaga.
Maka dengan keberanian yang memuncak, ia berseru
sambil tertawa terbahak-bahak :
"Hey siluman tua, rupanya kau sudah kehabisan tenaga,
serahkan sekarang selembar jiwamu..."
Di tengah bentakan keras, hawa murninya segera dihimpun
ke dalam telapak tangannya, lalu dengan jurus 'tombak
panjang membidik langit', dengan kekuatan bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelombang samudra yang diamuk taupan ia melakukan
tekanan ke depan. Dalam waktu singkat seluruh tubuh siluman tua itu sudah
terkurung oleh tenaga pukulannya.
Mendadak siluman tua itu tertawa seram.
"Haaa... haaahhh... haaa..."
Di tengah gelak tertawa yang sangat keras itulah, segulung
tenaga kekuatan yang maha dahsyat memancar ke empat
penjuru dan melalap segenap kekuatan pukulan yang
dipancarkan Sik Tiong Giok hingga ilang lenyap tak berbekas.
Begitu berhasil dengan serangannya, Makhluk tua sembilan
cacad tidak berdiam diri terus, sepasang telapak tangannya
segera diayunkan dan secara beruntun dia lancarkan dua buah
serangan berantai. Dalam gugup dan terdesaknya, cepat-cepat Sik Tiong Giok
melancarkan dua buah serangan balasan.
Akibat dari kejadian tersebut, segenap kekuatan lawan
yang maha dahsyat itu terpancing keluar semua di tengah
gulungan angin tajam tersebut, tubuhnya tergetar mundur
sejauh beberapa kaki dan nyaris tercebur ke dalam telaga.
Dengan begitu posisi mereka pun segera berubah, kalau
semula Sik Tiong Giok masih menempatkan diri di atas angin,
maka sekarang ia kena didesak mundur oleh tenaga pukulan
lawan sehingga posisinya amat berbahaya.
Belum sempat ia berdiri tegak, empat buah serangan
berantai dari Makhluk tua sembilan cacad telah tiba,
hakekatnya tiada kesempatan lagi bagi Sik Tiong Giok untuk
melancarkan serangan balasan, terpaksa ia harus menahan
ancaman musuh dengan sekuat tenaga dan selangkah demi
selangkah mundur terus ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di satu pihak dia terdesak mundur terus ke belakang, maka
di pihak lain si Makhluk tua sembilan cacad mendesak maju
pula selangkah. Dalam daerah yang sesungguhnya tak begitu luas di
puncak bukit, tak lama kemudian Sik Tiong Giok telah terdesak
mundur sampai di tepi jurang, tampaknya bila ia mundur
selangkah lagi, niscaya tubuhnya akan terjerumus ke dalam
jurang yang amat dalam itu dan tewas dengan badan hancur
lebur. Untung menyelamatkan diri dari ancaman bahaya maut, Sik
Tiong Giok segera menjejakkan sepasang kakinya ke atas
tanah lalu dengan menggerakkan sepasang kakinya ke atas
tanah serta menggunakan ilmu melayang di atas udara,
tubuhnya dengan posisi lurus seperti pena langsung
melambung ke tengah udara.
Baru saja badannya melayang meninggalkan permukaan
tanah, kebetulan angin serangan dari si Makhluk tua sembilan
cacad menyambar datang, tenaga pukulan yang maha dahsyat
itu langsung menumbuk di atas sebuah batu cadas, membuat
batu itu terguling ke dalam jurang dengan menimbulkan suara
gemuruh yang memekakkan telinga.
Gagal dengan serangan yang pertama, Makhluk tua
sembilan cacad segera mengayunkan kembali tangannya
melepaskan dua buah pukulan sekaligus lalu jengeknya sambil
tertawa seram : "Biar pun kau bersayap jangan harap bisa lolos dari sini
dalam keadaan selamat."
Walaupun untuk sementara waktu Sik Tiong Giok dapat
bertahan di tengah udara dengan mengandalkan ilmu sakti
dari perguruannya, namun setelah terdesak oleh angin
pukulan yang dilancarkan makhluk tua itu ia tak mampu
mempertahankan diri lebih jauh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ia pun sadar, bila tubuhnya melayang turun ke
atas tanah secara langsung, niscaya dia akan terluka oleh
tenaga pukulan lawan. Dalam keadaan apa boleh buat, cepat-cepat ia
menghimpun tenaga dalamnya, lalu ujung kaki kirinya
menjejak di atas kakikanan, dengan meminjam tenaga
pantulan tersebut tubuhnya meluncur kembali beberapa kaki
ke tengah udara. Mendadak ia berjumpalitan beberapa kali dengan kepala di
bawah dan kaki di atas, ia meluncur kembali ke depan dengan
jurus Burung manyar terbang merendah, langsung menyusup
ke dalam gua tersebut. Ia mencoba untuk mencari jejak Huan Li ji tapi tak berhasil,
hal ini menyebabkan hatinya menjadi gelisah.
Dengan beberapa kali lompatan ia menyusup ke dalam gua,
mendadak terendus bau amis yang amat menusuk hidung.
Dengan sorot matanya yang tajam ia memeriksa keadaan
di sekeliling tempat itu, akhirnya ia menjumpai seorang
manusia aneh sedang duduk bersila di tepi sebuah batu cadas,
seluruh badan orang itu berlumuran darah akan tetapi
wajahnya justru memancarkan sinar merah yang cemerlang,
ternyata orang itu tak lain adalah Huan Li ji.
Di samping tubuhnya tergeletak sebuah bangkai kelabang
yang sangat besar, kepala serta perutnya berada dalam
keadaan pecah dan rusak. Sementara ia masih mengawasi dengan seksama,
mendadak dari sisi bangkai kelabang itu tampak sekilas
cahaya aneh yang amat gemirang.
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, pemuda
itu berpikir : "Jangan-jangan benda itu adalah mutiara kelabang yang
menjadi idaman setiap umat perslatan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir demikian dengan cepat dihampirinya benda
tersebut serta diamatinya dengan seksama, benda tersebut
memang sebutir mutiara yang bersinar tajam tapi bukan
mutiara kelabang seperti apa yang diduganya semula
melainkan mutiara penolak racun miliknya sendiri.
Cepat-cepat diambilnya benda tersebut lalu dimasukkan ke
dalam saku sementara ia hendak melanjutkan pencariannya
atas mutiara kelabang, mendadak terdengar si Makhluk tua
sembilan cacad sedang mengumpat dari luar gua.
"Hey bocah keparat she Sik, kalau mempunyai keberanian
ayo cepat keluar, kalau tidak aku akan segera menyerbu ke
dalam." Rupanya si Makhluk tua sembilan cacad telah berhasil
menyusul sampai disitu, tapi ia cuma berdiri di muka gua
dengan perasaan ragu-ragu.
Bagaimana pun juga musuh berada di tempat yang gelap
sedang ia berdiri di posisi terang, bila ia sampai menyerbu ke
dalam dengan gegabah niscaya akan dipecundangi pihak
lawan. Akan tetapi ia pun tak dapat melupakan mutiara kelabang
berusia seribu tahun itu, dengan susah payah ia sudah
menunggu. Tentu saja ia tak rela bila melepaskan kesempatan
tersebut dengan begitu saja.
Saking gemasnya ia sampai menggertak lagi kencangkencang dan bersiap sedia menyerbu ke dalam gua itu dengan
menyerempet bahaya. Baru saja ia bermaksud melangkah masuk ke dalam gua
itu, mendadak terasa desingan angin tajam menyambar keluar
dari balik gua. Cepat-cepat ia mundur selangkah sambil mencoba untuk
menghindarkan diri, ternyata ada dua butir batu menyambar
ke arahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mendengus penuh kegusaran, sepasang tangannya
seperti kaitan langsung menyambar ke muka.
'Plak, plaak...!' Diiringi dua kali benturan nyaring, kedua butir batu itu
berhasil ditangkapnya lalu dengan gemas diremas-remas
sehingga hancur menjadi beberapa puluh kepingan kerikil.
Menyusul kemudian tampak sebuah batu besar yang
disertai desingan angin tajam kembali menyambar ke arahnya,
dari tajamnya desingan angin serangan tersebut, dapat
diketahui beratnya batuan tersebut.
Makhluk tua sembilan cacad tak berani bertindak gegabah,
cepat-cepat ia mengundurkan diri ke belakang, lalu sambil
menyambar batu besar yang menyerang ke arahnya, ia
langsung mendorongnya keluar gua.
Tapi ia salah perhitungan nampaknya, mungkin karena
penggunaan tenaga yang kelewat besar, menyebabkan
lemparan batunya menjadi salah sasaran hingga berakibat
menumbuk di atas dinding gua sebelah kiri.
'Blaaaamm!' Akibat benturan yang amat keras itu seluruh dinding gua
mengalami getaran yang amat dahsyat, batuan yang berada di
langit-langit gua mengalami getaran yang amat keras hingga
menyebabkan berhamburan ke atas tanah, hal ini menjadikan
mulut gua itu tersumbat. Dengan terjadinya peristiwa yang sama sekali tak terduga
ini, baik yang ada di luar gua maupun yang berada di dalam
gua sama-sama dibuat terkejut dan tertegun.
Disatu pihak Makhluk tua sembilan cacad ingin masuk ke
dalam gua dengan secepatnya, agar matinya kelabang yang
diincarnya tak sampai terjatuh ke tangan orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka di pihak lain Sik Tiong Giok yang terkurung di dalam
gua ingin secepatnya meloloskan diri dari sana karena kuatir
terkubur hidup-hidup disitu.
Dalam gemasnya, Makhluk tua sembilan cacad mengerahkan segenap kekuatannya serta melepaskan
serangan ke arah tumpukan batu yang menyumbat di mulut
gua tersebut. 'Blammm... blaam... blaam...!'
Secara beruntun ia melancarkan belasan buah pukulan
gencar yang maha dahsyat, walaupun batuan itu berhasil
digetarkan, nyatanya tak sebutir batu pun yang bergeser dari
posisi semula. Sementara dari luar s iluman tua itu melancarkan gempuran
yang dahsyat, maka Sik Tiong G iok yang berada di dalam gua
pun sedang menggempur pula batuan itu dengan tenaga yang
tak kalah hebatnya, akibatnya tenaga mereka berdua saling
mendesak batuan itu dari muka mau pun dalam, bayangkan
saja mana mungkin batuan cadas itu dapat digeser dari
posisinya. Setelah berusaha sekian waktu tanpa mendatangkan hasil,
lama kelamaan habis sudah kemampuan kedua orang itu
sehingga untuk sesaat lamanya suasana menjadi hening.
Begitulah selama tiga hari lamanya kedua orang itu samasama bertahan selama dalam keadaan demikian.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Makhluk tua
sembilan cacad, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera
berseru : "Hey bocah keparat she Sik, apakah kau sudah mati
kelaparan" Kenapa tidak keluar dari situ?"
Siapa tahu belum habis perkataan itu diuapkan, dari dalam
gua sudah berkumandang suara jawaban yang amat nyaring,
gelombang suara yang berhasil menembusi dinding gua itu


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu keras sehingga dapat diketahui bahwa tenaga dalam
orang itu jauh lebih sempurna daripada tenaga dalam sendiri.
"Hey siluman tua, terima kasih banyak atas perhatian mu,
aku cukup makan dan nyenyak tidur, bagaimana dengan kau
sendiri?" Makhluk tua sembilan cacad tertawa tergelak sete lah
mendengar perkataan itu, serunya :
"Hey bocah keparat, kau tak usah membohongi aku, kau
bisa makan apa di dalam gua" Kalau aku baru saja makan dan
tidur nyenyak!" "Kau tak usah kuatir," Sik Tiong Giok berseru dari dalamgua
sambil tertawa, "masakan yang berada disini banyak sekali."
"Aku tidak percaya!"
"Jadi kau ingin tahu?"
"Tentu saja, cepat katakan!"
Sambil tertawa, Sik T iong Giok berseru :
"Tapi janji dulu, setelah mengetahui nanti, jangan kalap
lantaran kelewat sewot."
"Huuh, aku tak perlu untuk sewot kepada mu, hayo cepat
katakan!" "Entah cucu dari mana yang begitu tahu diri, sehingga dia
telah menyimpan daging asap, kentang dan hidangan yang
lezat dalam jumlah yang banyak, ehm, semuanya betul-betul
lesat dan nikmat rasanya."
Perkataan itu segera menyadarkan siluman tua tersebut
akan apa yang telah terjadi.
Ternyata untuk menunggu munculnya kelabang langit dari
sarangnya, ia telah menimbun ransum dalam jumlah banyak
yang mencukupi kehidupannya selama setengah tahun, tapi
nyatanya sekarang, sebelum ia sempat menikmati telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedahuluan orang lain, bahkan dipuja orang sebagai cucu
yang baik dan berbakti. Bisa dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya
siluman tua itu, tapi dalam keadaan apa boleh buat dia hanya
bisa me lototkan matanya sambil menangis menahan gejolak
emosi. Sik Tiong Giok bertanya beberapa kali tanpa memperoleh
jawaban dari makhluk tua, ia segera mengerti bahwa siluman
tua itu sudah dibuatnya mendongkol.
Maka untuk membuat lawannya semakin jengkel, pemuda
itu berseru lagi sambil tertawa :
"Hey siluman tua, aku perlu mengabarkan pula kepadamu,
kelabang langit telah keluar dari sarangnya."
"Apa kau bilang?" siluman tua itu tak dapat menahan diri
lagi. "Aku bilang, kelabang langit sudah keluar dari sarangnya!"
Mula-mula Makhluk tua sembilan cacad merasa terkejut,
kemudian sambil tertawa terbahak-bahak serunya :
"Bagus sekali, tunggu saja tanggal mainnya bocah keparat,
sekarang kau boleh makan yang kenyang, sebentar lagi
kelabang langit itu tentu akan memangsa mu."
Sik Tiong Giok segera tertawa tergelak.
"Kau keliru besar siluman tua, kelabang langit itu telah
berhasil ku bunuh." Sekarang makhluk tua itu baru merasa terperanjat,
teriaknya keras-keras : "Apa" Kelabang langit telah kau bunuh?"
Tapi setelah termenung sejenak, ia menggelengkan
kepalanya berulang kali sambil berkata lebih jauh :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak percaya, kau tak akan memiliki kemampuan
seperti itu." "Jika kau tidak percaya, ya sudahlah," kata Sik Tiong Giok
lagi sambil tertawa, "tapi aku perlu memberitahukan
kepadamu, mutiara kelabang langit telah ditelan oleh Huan Li
ji, sampai sekarang ia sudah duduk bersemedia selama tiga
hari, sedangkan nasib ku kurang begitu mujur aku hanya
kebagian tiga puluh enam butir mutiar kecil."
Makhluk tua sembilan cacad tak dapat menahan diri lagi,
tanpa terasa serunya keras-keras :
"Bagaimana dengan mutiara cakar bajanya?"
Begitu perkataan tersebut diutarakan ia baru merasa kalau
telah salah bicara maka cepat-cepat siluman tua itu tutup
mulut lagi. "Terima kasih atas pemberitahuan mu itu," ucap Sik Tiong
Giok sambil tertawa, "ketiga puluh enam mutiara tersebut
memang ku peroleh dari bawah telapak kaki baja kelabang
langit tersebut." Walaupun siluman tua itu kurang percaya dengan
perkataan tersebut, tak urung dia toh ingin tahu lalu tanyanya
lagi : "Selain itu masih ada barang apa lagi?"
"Aku telah mencabut ke tujuh otot kelabang langit yang
bisa ku gunakan sebagai senjata ruyung, tak salah lagi benda
itu merupakan senjata yang luar biasa."
Pemuda itu semakin berbicara, Makhluk tua sembilan cacad
semakin tak sanggup untuk mengendalikan diri, rambutnya
yang merah berdiri semua bagaikan landak, sepasang
matanya melotot besar bagaikan gundu, lama sekali dia
mengawasi batu besar yang menyumbat pintu gua itu tanpa
berkedip. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak ia membentak keras, sepasang telapak
tangannya didorong ke muka dengan sekuat tenaga menyusul
kemudian tubuhnya ikut menerjang pula ke dalam.
'Blaam!' Kembali terjadi suara ledakan keras yang menghancurkan
batuan kerikil dari dinding gua, sekali lagi terdengar suara
dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan.
Akibat terjerambab ke atas tanah seluruh badan siluman
tua itu pun menjadi kotor semua karena terkena darah
kelabang yang berceceran di atas tanah.
Tampaknya suara yang keras itu menyebabkan Huan Li ji
mendusin dari semedinya, pelan-pelan ia membuka matanya
lebar-lebar. Kebetulan Makhluk tua sembilan cacad baru bangkit berdiri
dari atas tanah tatkala sorot matanya saling bertemu sorot
mata Huan Li ji tiba-tiba saja ia merasakan hatinya berdebar
keras. Ternyata sorot mata Huan Li ji telah berubah menjadi biru
dan memancarkan sinar yang amat tajam yang amat
mengerikan hati membuat siapa pun yang memandang jadi
bergidig rasanya. Melihat akan hal ini, siluman tua itu segera berpekik di
dalam hati : "Aduh celaka, rupanya budak ingusan ini benar-benar telah
menelan mutiara mustika kelabang langit itu."
Sementara ia masih termenung memikirkan persoalan itu,
Huan Li ji telah bangkit berdiri dan berkata dengan suara yang
dingin : "Hey siluman tua, telah kau apakan Pangeran Serigala?"
"Tidak apa, aku hanya mengalahkan dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum habis perkataan itu diucapkan, Sik Tiong Giok telah
menukas dengan penuh amarah :
"Kentut busuk, siapa yang telah mengalahkan aku?"
Jilid 34 MAKHLUK TUA SEMBILAN segera berpaling ke arah mana
datangnya ucapan tersebut, segera terlihat olehnya Sik Tiong
Giok sedang duduk di sudut ruangan sambil menikmati daging
asap dengan penuh kenikmatan, hal ini membuatnya semakin
mendongkol, teriaknya kemudian dengan penuh kegusaran :
"Buktinya aku berhasil mengalahkan dirimu, ada apa" Kau
tak puas" Hayo kalau memang bernyali kita lanjutkan
pertarungan di luar gua."
Sik Tiong Giok segera membanting daging yang berada di
tangannya itu ke atas tanah, kemudian sambil bangkit berdiri
serunya : "Hayolah, kau anggap aku takut kepada mu?"
Tiba-tiba Huan Li ji menghalangi jalan perginya seraya
berkata : "Engkoh Giok, serahkan babak pertama ini kepada
ku!" "Apakah kau sanggup?" tanya pemuda itu cemas.
Huan Li ji segera tersenyum.
"Kalau tiga hari berselang, aku memang tidak mampu, tapi
hari ini aku tak bakal takut kepadanya, lagi pula ia telah
menyiksa ku selama beberapa hari, aku wajib membalas sakit
hati ini." Makhluk tua sembilan cacad segera tertawa terbahakbahak: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haa... haaah... haah... budak ingusan, kau benar-benar
tak tahu diri." "Tahu diri atau tidak bukan urusanmu, pokoknya asal aku
mampu mengalahkan dirimu itu sudah cukup, atau kau
mungkin merasa ketakutan?"
Dipanasi hatinya dengan perkataan itu Makhluk tua
sembilan cacad menjadi naik darah, teriaknya kemudian
dengan penuh amarah : "Hmm, siapa yang takut kepadamu" Orang akan tertawa
geli bila Siang Yu Wan takut dengan seorang budak ingusan
macam dirimu, baik hayo kita ke puncak bukit."
Keadaan di tepi telaga pada puncak bukit itu tak jauh
berbeda dengan keadaan pada tiga berselang, Huan Li ji dan
Makhluk tua sembilan cacad berdiri saling berhadapan tanpa
bergerak sedikit pun juga, hanya keadaannya tidak
berlangsung terlalu lama.
Mendadak Makhluk tua sembilan cacad menggerakkan
tubuhnya dengan amat cepat, bagaikan segulung asap ia
bergerak sejauh beberapa kaki dari posisi semula.
Sebalik Huan Li ji tetap berdiri tak bergerak dari posisinya
semula sementara sepasang matanya mengawasi siluman tua
itu tanpa berkedip, seakan-akan ia berusaha menembusi
hatinya. Seperti juga apa yang dilakukan terhadap Sik Tiong Giok
tempo hari, sepasang telapak tangannya didorong bersama ke
muka menghantam permukaan air kemudian di antara ayunan
tangannya dua gulung air segera menyembur ke atas dan
menggulung ke tubuh Huan Li ji.
Ketika menyerang Sik Tiong Giok dengan mengerahkan
tangan sebelah tempo hari pun daya serangannya sudah
teramat hebat bagaikan amukan badai, apalagi dia menyerang
dengan kedua belah tangannya sekarang. Kedua gulung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pancaran air yang menyembur ke atas itu ibaratnya dua ekor
naga sakti yang menembusi angkasa, kehebatannya benarbenar luar biasa sekali. Sik Tiong Giok yang menontong jalannya pertarungan itu
dari sisi arena segera bermandikan peluh dingin sete lah
menyaksikan kejadian itu pekiknya tanpa terasa :
"Hati-hati adik Li!"
Baru selesai ia berteriak tampak Huan Li ji telah miringkan
tubuh ke samping sambil membalik sepasang telapak
tangannya ke atas, dua gulung air menyembur pula ke tengah
udara. Kalau dibicarakan sebenarnya memang sangat aneh, hanya
di dalam tiga hari tiga malam saja tenaga dalam yang dimiliki
Huan Li ji telah meningkat beberapa kali lipat.
Begitu serangannya saling bersentuhan dengan kekuatan
lawan, bukan saja ia berahasil menahan datangnya ancaman,
bahkan sebaliknya berhasil pula mendesak mundur siluman
tua itu sejauh beberapa kaki.
Dengan cepat Makhluk tua sembilan cacad menjadi sadar
bahwa tenaga dalam yang dimiliki gadis itu telah mengalami
kemajuan yang pesat akibat daya kerja mutiara kelabang, ini
berarti tenaga dalam yang dimilikinya sudah bukan tandingan
lawan lagi. Berpikir sampai disitu tanpa terasa ia teringat kembali
dengan sisa tulang kelabang yang masih tertinggal di dalam
gua, seandainya benda-benda tersebut berhasil didapatkan
dan digunakan sebagai senjata andalan, sudah pasti tiada
tandingannya di dunia ini, paling tidak bisa dipakai untuk
beradu kepandaian dengan budak tersebut.
Begitu keputusan diambil, dia segera memanfaatkan
kekuatan tenaga serangan yang dilancarkan lawannya untuk
meluncur turun dari atas tebing secara tiba-tiba.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang
sempurna serta hapalnya terhadap jalanan di sekitar sana,
dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan. Tindakan tersebut sama sekali di luar dugaan Sik Tiong
Giok berdua hingga untuk sesaat mereka lupa melakukan
pengejaran sampai bayangan tubuh Makhluk tua sembilan
cacad sudah lenyap dari pandangan, mereka baru sadar akan
apa yang telah terjadi, menanti akan melakukan pengejaran
keadaan sudah terlambat. Lama sekali mereka berdua berdiri termangu-mangu
sebelum tiba Sik Tiong Giok teringat kembali dengan sisa
tulang kelabang langit yang masih tertinggal di dalam gua.
Tanpa banyak bicara lagi dia segera menarik tangan Huan
Li ji dan diajaknya lari turun dari tebing.
Menanti mereka masuk ke dalam gua sambil melakukan
pemeriksaan, Sik Tiong Giok segera menghentak-hentakkan
kakinya ke atas tanah sambil berseru :
"Aduh celaka, ternyata dugaan kutak meleset!"
"Engkoh Giok apa yang telah terjadi?" tanya Huan Li ji
dengan wajah kebingungan.
"Apakah tidak kau lihat tulang belulang kelabang langit
telah hilang lenyap tak berbekas?"
"Kalau sudah hilang yaa sudahlah toh tak menjadi soal."
"Siapa bilang tak menjadi soal" Kau tahu setiap sisik dan
cakar dari tubuh kelabang langit itu meski sama sekali tak
berguna di tangan kita berdua tapi akan menjadi suatu
bencana besar apabila sampai jatuh ke tangan makhluk tua
itu." "Aku tidak percaya kalau benda yang amis dan berlumuran
darah itu mempunyai kegunaannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Manusia Srigala Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia dapat mempergunakan sisa tulang belulang gitu untuk
dibuat menjadi senjata rahasia yang amat beracun, andaikata
sampai terjadi begitu bukankah hal ini akan mendatangkan
bencana besar bagi umat persilatan?"
Huan Li ji baru merasa tertegun sesudah mendengar
penjelasan tersebut, segera serunya :
"Seandainya benar-benar demikian kita tak boleh
membiarkannya mendapatkan benda-benda tersebut."
"Tapi sekarang dia telah berhasil melarikan tulang belulang
itu..." "Ayo berangkat sekarang juta, kita lakukan pengejaran!"
Sik Tiong Giok menghela napas panjang.
"Aaai orangnya saja sudah pergi jauh hingga tak nampak
lagi bayangan tubuhnya, kemana kita harus mengejarnya?"
Setelah saling berpandangan sekejap, kedua orang itu
mengundurkan diri dari balik gua dengan cepat lalu dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing mereka
menuruni tebing tersebut.
Baru sampai di tengah jalan, tiba-tiba dari bawah tebing
situ terlihat bayangan manusia saling menyambar, suara
bentakan dan jeritan kesakitan bergema tiada hentinya.
Mendadak Huan Li ji berseru :
"Engkoh Giok, cepat lihat makhluk tua belum sempat
melarikan diri dari s ini."
Sik Tiong Giok segera mengalihkan sorot matanya ke
depan, betul juga Makhluk tua sembilan cacad tampak sudah
dikepung para pendekar secara ketat, pertempuran sengit
agaknya segera akan berkobar dengan amat ramainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Coba lihat siluman tua itu sudah terkepung," seru Sik
Tiong Giok kemudian , "Tapi heran kenapa orang-orang itu
hanya mengepungnya tanpa melakukan penyerangan."
"Bukankah dia membawa tulang belulang dari kelabang
langit" Bau busuk yang menusuk hidung membuat siapakah
yang berani mendekat?"
"Benar kalau begitu, ayo kita cepat kesana! Jangan biarkan
silumantua itu berhasil kabuar lagi."
Sambil berkata mereka berdua segera menghimpun
segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk meluncur ke
bawah tebing dengan kecepatan luar biasa.
Dalam pada itu Makhluk tua sembilan cacad sudah dibuat
naik darah karena terkepung sekian waktu, apa mau dikata
para pengepungnya adalah kawanan jago persilatan yang
rata-rata berilmu tinggi, dengan mengandalkan daya
kemampuannya tak mungkin ia dapat menembusi kepungan
tersebut secara mudah. Untung saja dia mengandalkan bau busuk yang tersiar
keluar dari tulang belulang kelabang langit sehingga kawanan
pendekar tsb tak berani mendekatinya kelewat dekat, dengan
begitu ia dapat menghadapinya secara susah payah.
Mendadak ia saksikan ada dua sosok bayangan manusia
meluncur turun dari atas tebing, sete lah mengetahui siapakah
kedua orang tersebut ia menjadi makin terperanjat.
Dalam keadaan begini cepat-cepat dia mengeluarkan
sepasang sumpit dari kelabang langit itu untuk dipakai
melakukan serangan, dengan susah payah ia berhasil
membuka sebuah jalan berdarah untuk meloloskan diri dari
situ. Sementara kawanan jago itu masih tertegun, tampak dua
sosok bayangan manusia meluncur datang dengan cepatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat-cepat Sik Tiong Giok berseru keras, "sisa tulang
belulang dari kelabang langit telah dilarikan siluman tua itu,
hayo kita kejar dengan cepat."
Para pendekar itu menjadi amat gelish setelah mendengar
kalau sisa tulang belulang kelabang langit telah dilarikan
siluman tua tersebut. Sebab mereka tahu apabila sisa tulang belulang itu sampai
terjatuh ke tangan siluman tersebut dan membiarkan dia
mengolahnya selama seratus hari sudah pasti badai
pembunuhan yang bakal melanda dunia persilatan tak akan
teratasi oleh siapa saja.
Karena itu diiringi suara bentakan nyaring kawanan jago itu
serentak melakukan pengejaran.
Dalam waktu singkat, tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, pengejaran secara besar-besaran segera
berlangsung. Berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki siluman tua
tersebut, terpautnya dengan para jago tak seberapa karena itu
begitu terjadi pengejaran maka selisih jarak di antara mereka
pun tidak berbeda jauh. Matahari telah tenggelam di langit barat, keadaan siluman
tua itu bagaikan seekor ikan yang terlepas dari jaring, pelarian
yang dilakukan sekian lama membuat napasnya sudah
tersengal-sengal dan seluruh badannya basah oleh air peluh.
Tapi kawanan jago yang melakukan pengejaran dari
belakang meski rata-rata sudah lelah semua, nyatanya tak
seorang pun di antara mereka yang mengendorkan larinya,
mereka semua tetap melakukan pengejaran secara ketat.
Pada saat inilah tiba-tiba dari balik bukit di depan sana
muncul seseorang yang berdandan sebagai sastrawan namun
keadaannya amat mengenaskan, pakaiannya tinggal separoh
bagian dan mukanya penuh dengan noda luka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu bersua dengan orang itu, Makhluk tua sembilan
cacad segera merasakan semangatnya berkobar kembali, dia
seakan-akan telah bertemu dengan bintang penolong,
sepasang tangannya segera digoyangkan berulang kali,
sebentar ia menuding s isa tulang belulang kelabang langit lalu
menuding pula ke arah para pengejarnya di belakang.
Orang itu segera memandang sekejap ke depan dengan
wajah termangu akhirnya dia manggut-manggut dan maju ke
depan menghalangi jalan pergi para pengejar tersebut.
Tiba-tiba terdengar si kakek naga langit menjerit kaget :
"Hey kenapa gembong iblis ini belum mati kena ledakan..."
Sik Tiong Giok mencoba untuk memperhatikan ke depan,
dalam sekilas pandangan saja dia telah mengenali orang itu
sebagai Sastrawan bisu tuli, kontan saja hatinya terkesiap.
Cepat-cepat ia berbisik kepada Huan Li ji yang berada di
sisi tubuhnya : "Gembong iblis tersebut merupakan seorang musuh
tangguh, menyingkirlah dahulu, biar aku yang bertarung dulu
melawannya." Sembari berkata dia telah meloloskan pedangnya dan
bersiap sedia maju ke depan untuk bertarung melawan
Sastrawan bisu tuli. Tapi si Sastrawan bisu tuli hanya membelalakan sepasang
matanya lebar-lebar tanpa memperhatikan ke arahnya,
ternyata pandangan matanya sedang tertuju ke arah Li Peng
yang berada disampingnya si Rase sakti Li Keng kiu.
Si Rase sakti Li Keng kiu menjadi teramat gusar, dengan
suara keras segera bentaknya :
"Hey binatang, apa yang hendak kau perbuat?"
Li Peng telah meloloskan pula pedangnya sambil
mengawasi pihak lawan dengan pandangan penuh amarah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba sekulum senyuman menghiasi ujung bibir
Sastrawan bisu tuli yang penuh dengan luka itu, ia bukan
tertawa melainkan mengejek sambil membuat muka seram.
Sik Tiong Giok semakin sukar me lihat tingkah lakunya itu,
sambil menggetarkan pedangnya menciptakan serentetan
cahaya tajam, tiba-tiba ia melancarkan sebuah sergapan kilat.
Jangan dilihat Sastrawan bisu tuli itu sudah bisu lagi tuli,
ternyata daya tangkatnya amat tajam, baru saja serangan itu
menyergap tiba dengan suatu gerakan cepat ia telah mundur
selangkah kemudian dipandangnya wajah pemuda tersebut
dengan penuh amarah. Diiringi suara pekikan rendah seperti erangan binatang
buas, sepasang tangannya meraba ke pinggang dan... 'criiing'
ia te lah meloloskan pula sebuah senjata berbentuk aneh.
Para pendekar menjadi amat terkejut setelah menyaksikan
kejadian tersebut, serunya tanpa terasa :
"Aaaaah...!" Setiap umat persilatan tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki
Sastrawan bisu tuli sangat lihay namun sekian lama belum
pernah ada yang melihat orang ini menggunakan senjata.
Tapi hari ini dia meloloskan sebuah ruyung yang berbentuk
sangat aneh, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian
aneh" Sik Tiong Giok sama sekali tak ambil perduli atas hal
tersebut, semenjak melihat tingkah laku Sastrawan bisu tuli
yang cabul terhadap Gi Liong kuncu ketika berada di bukit Gi
liong san, ditambah lagi melihat sikap tengiknya terhadap Li
Peng hari ini, tiba-tiba timbul saja suatu perasaan yang tak
sedap di dalam hatinya yang membuat ia menjadi amat gusar.
Maka sambil membentak keras, pedangnya segera
menyambar ke depan seperti seekor naga sakti yang bermain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di udara diiringi kilauan cahaya tajam sebuah tusukankilat
telah dilancarkan. Sastrawan bisu tuli segera menggetarkan ruyung lemas
berbentuk anehnya menciptakan selapis bianglala panjang
yang sangat menyilaukan mata, disambutnya ancaman yang
tiba dengan kekerasan. 'Criiingg... criingg... criiiing....!"
Beberapa kali bentrokan nyaring bergema memecahkan
keheningan, akibatnya kedua orang itu sama-sama terdorong
mundur sejauh satu langkah lebih.
Rase kaget dan tercengang segera menyelimuti wajah
Sastrawan bisu tuli, sekali lagi ia berpekik rendah, tiba-tiba
tubuhnya mendesak ke muka, ruyung lemasnya digetarkan
hingga mengeras bagaikan sepasang tombak yang langsung
ditusukkan ke dada lawan.
Dengan cekatan Sik Tiong Giok miringkan tubuhnya sambil
berkelit, pedangnya segera diayunkan melepaskan serangan
balasan. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat
dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Mendadak dari kejauhan sana terdengar seseorang
membentak dengan suara merdu :
"Hey siluman tua, mau mencoba kabur dari sini" Hmmm
tak akan segampang itu, tinggalkan dulu nyawamu sebelum
beranjak dari tempat ini!"
Hina Kelana 42 Pendekar Pengejar Nyawa Karya Khu Lung Jala Pedang Jaring Sutra 11

Cari Blog Ini