Pendekar Seribu Diri Karya Aone Bagian 8
bisa berbahasa daerah sini meski belum lancar tetap berada Di
Markas melatih Ki Jalak dan Nyi Renjani untuk mengembalikan
tenaga dalamnya. Di air terjun itu selama hampir dua bulan Aram melatih langsung
Anggota Bendera Awan Putih. Semuanya mengalami kemajuan
pesat, tenaga dalam maupun penguasaan jurus tangan kosong
Ksatria Langit yang baru saja Aram ciptakan. Tekanan air terjun
yang besar dan berat, sangat membantu. Anggota Bendera
Awan Langit berlatih dengan membuat dua kelompok., dan dua
kelompok itu juga dibagi menjadi dua lagi. sebab air terjun itu
ada dua. bila bagian pertama berlatih tenaga dalam diair terjun
maka yang lain mempelajari ilmu tangan kosong di dalam aliran
sungai yang deras itu. begitu bergantian. kadang mereka berlatih
tangan kosong di air terjun dengan jalan memukul aliran air yang
jatuk kebawah. 538 Aram tidak hanya melatih tetapi juga memberi contoh dengan
gerak tubuh dan tenaga batin. kadang ketika malam ia
menyerang anak buahnya dengan sihir untuk membuat tidur,
awalnya terasa berat bagi mereka namun lambat laun mereka
dapat juga bertahan, maka selain tenaga fisik, batinpun mereka
kuat bagai baja. Aram tidak hanya sibuk melatih Anggotanya, ia juga seringkali
mengajari ketiga kekasihnya dalam ilmu beladiri, terutama untuk
Rismi Laraspati yang masih belum memiliki landasan. untuknya
ia bekerja keras, mencari dan menggali untuk menemukan
sebuah rangkaian ilmu beladiri yang pas, untunglah sewaktu
didalam keraton, Rismi Laraspati mempelajari Tarian, sehingga
ia tak kesulitan dalam mencerna ilmu yang diciptakan Aram yang
mengambil serangkaian ilmu beadiri berdasarkan tarian yang
pada awalnya ia disuruh aram peragakan. seperti halnya yang
diketahui, Aram adalah sosok pemuda yang memiliki keerdasan
luar biasa, melihat tarian yang diperagakan Rismi Laraspati
dirinya terinspirasi dari setiap geraknya itu.
"Tarian Bidadari darah biru". itulah nama dari jurus itu, berbeda
dengan jurus lainnya yang mengutamakan atau menekankan
pada seni pembelaan dirinya, pada jurus ini justru menunjukan
rasa seni keindahannya dan gerakan-gerakan yang pada
prinsipnya adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam hal
kegesitan, keluwesan, kelenturan keanggunan dan kelembutan.
tetapi bagaimanapun juga didalamnya juga terselip gerakangerakan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelaan diri.
misalnya saja untuk sikap-sikap dan gerakan langkah, yang tidak
saja untuk meningkatkan kemampuan pada saat melakukan
539 pembelaan maupun penyerangan, tetapi juga akan memberikan
bantuan secara langsung pada pembentukan syaraf-syaraf dan
urat dalam tubuh menuju kesempurnaannya.
Pada waktu luang, dia juga tak lupa juga untuk bercanda dengan
ketiga kekasihnya, bergumul melepaskan kepenatan. didalam
sebuah pondok kecil diatas pohon yang dibuatnya sendiri.
seperti hari itu, sewaktu ia bersemadi, Telinganya yang tajam
mendengar sesuatu. Dia membuka mata, melihat sekeliling.
dilihatnya memang Thian Hong dan Melati sedang menggotong
tubuh Rismi Laraspati yang sedang pingsan. butiran keringat
jatuh perlahan dari wajah mereka yang manis, merambat pelan
keleher mereka dan menghilang ditelan baju mereka dibagian
dada. dada mereka yang sekal tercetak jelas sebab baju mereka
telah basah membuat Aram menghela nafas panjang,.
"Kenapa Ia"'' Thian Hong Li dan Melati menggelengkan kepala.
"kami menemukannya diatas bukit"
Jawab mereka berdua. Aram bangkit meraih tubuh Rismi
laraspati. Memeluk erat. Merapatkan dada perempuan itu ke
dadanya. Aram merebahkan tubuh gadis itu yang terkulai lemas
di atas tubuhnya. Aram mengerahkan tenaga dalam. Hawa
panas merasuk ke tubuh gadis itu.
Hari itu hening tak ada suara. Hanya terdengar suara air terjun.
Geni mencium mulut Rismi Laraspati. dan meletakannya diatas
540 pembaringan. Ketika Aram hendak beranjak sebuah pelukan
lembut nan erat melingkar di pinggangnya.
"Aku Kangen...." Thian Hong Li berbisik lirih. Aram berpaling
dilihatnya Melati juga sedang gelisah, seepertinya ia juga
sedang menahan sesuatu, dengan lembut ia menariknya
kedalam pelukan dan merebah keduanya diatas pembaringan,
disisi tubuh Rismi Laraspati yang tergeletak, mereka bercumbu
dengan menggebu Tiga insan itu terbenam dalam panasnya nafsu.
Sang surya telah condong kebarat menandakan sore hari telah
menjelang tiba, Pada saat seperti itulah Seorang lelaki paruh
baya sambil membopong buntalannyaa dengan langkah lebar
masuk kedalam desa. Rambutnya kusut dan kacau, jenggotnya
panjang menutupi dadanya dan ditambah pula pakaiannya yang
sudah kumal dan penuh noda lumpur, menambah keanehan
serta kedekilannya. Banyak penduduk desa yang melirik kearahnya dengan sinar
mata kasihan, sebentar mereka melirik kearah sepatunya yang
kotor oleh lumpur, kemudian memandang pakaianya yang dekil
dan akhirnya melirik rambutnya yang kusut juga kator . pedih
perasaan mereka, namun mereka tak mampu membantunya
sebab kondisi mereka juga tak begitu jauh dengan lelaki paruh
baya itu. Sebaliknya Lelaki paruh baya yang tak lain adalah Adipati
541 Rajalela sendiri sama sekali tidak menggubris tingkah laku
orang, ia meneruskan langkahnya taapa menoleh kekiri- -kanan.
Ketika tiba di sebuah pasar yang sepi pengunjung ini, Adipati
Rajalela menghela napas panjang. pedih sekali hatinya melihat
rakyatnya menjadi gelandangan, di beberapa tempat terlihat lakilaki yang sangar sedang menggoda gadis ataupun perempuan
lainnya. para pedagang duduk termenung melihat dagangannya
yang tak ada satupun yang membeli. barang-barang mereka
telah banyak yang sudah kumal kena debu.
Disudut pasar seorang lelaki paruh baya sedang duduk
mengemis, wajahnya kotor dengan debu, *Tergeletak kaku bagai
seuntai debu, wajahnya Terbakar teriknya sang surya di desa
itu, cucuran peluh kia n membasahi tubuh yang rentan dan
lemah tak berdaya itu, Dengan sehelai kain kumuh yang melekat
membalut kulit pembungkus tulang tubuhnya. Kini, Ia merintih
sendu.... merintih menahan kejamnya kehidupan, kehidupan
yang dipenuhi cerita duka
hakikatnya takkan ada yang peduli dia hidup ataupun mati,
Takkan ada yang peduli Nasib seorang lelaki tua yang begitu
menggenaskan seperti itu. terdengar lelaki itu bersenandung
untuk menambah kepingan logam dalam mangkuknya,
senandung yang menyedihkan dan menyayat siapapun yang
mendengarya, "Dengarkanlah wahai para manusia
mengapa hatimu buta mengapa tak sedikitpun kau berpaling menatap sisi hidupku
hidupku .... yang penuh luka dan goresan air mata ..."
542 "Aaai....... tak kusangka desa yang dahulu ramai dengan canda
dan tawa kini menjadi lautan kesedihan yang tak bertepi seperti
ini... " gumam adipati Rajalela seorang diri.
Jelas para Anggota Nawa Awatara telah membuatnya seperti itu.
Dalam pada itu terdengar suara derap kaki kuda berkumandang
dari belakang, diikuti para penduduk yang ada disekitar sana
sama-sama menyingkir kesamping. Rombongan lelaki sangar dengan memakai baju hitam bersulam
Piramida berantai berjalan dengan sombongnya, nyata sekali
bahwa mereka adalah anggota Nawa Awatara yang ditakuti oleh
seluruh penduduk. Adipati Rajalalela tahu gelagat, lekas ia ikut menyingkir
kesamping. dilihatnya rombongan itu terdiri dari sepuluh orang.
ketika tiba di pasar mereka menyebar. menyebar kesetiap
pelosok pasar untuk menagih yang mereka sebut upah jasa "
Keamanan". benarkah itu adalah sebuah upah "Jasa Keamanan?" lalu
siapakah yang menjadi orang yang diamankannya?" mereka
sendiri" benar... mereka menyuruh setip pedagang untuk
berdagang. padahal tak ada seorangpun pembeli" mengapa"
sebab tak ada lagi orang yang sanggup untuk membeli...
semuanya menjadi gelandangan... yang membeli adalah
anggota mereka sendiri, membeli tanpa ada uang bayaran....
apalah itu namanya membeli.... membeli yang sedikit meirip
merampok. dunia sudah berubah,... tak adalagi yang bernama
543 kesejahteraan... dimana-mana hanya ada tangisan... tangisan
untuk meringankan beban hidup"
Tidak.. tak ada satupun tangisan yang meringankan beban..
beban tetaplah beban baik sebelum maupun sesudah
menangis... takan ada yang berubah, namun sebagian orang
memilih menangis untuk melampiaskan setiap keluh kesahnya,
tak ada larangan maupun undang-undang yang tidak
memperbolehkan menangis. takan ada yang melarang tak ada
yang akan membunuh. tapi, sekarang ada.. ada yang melarang
orang untuk menangis bahkan tak segan mengambil nyawanya
karena menangis, sipakah dia" dia adalah Anggota Nawa
Awatara adanya, Walaupun kau memiliki segunung harta,
namun jika kau hambur-hambyurkan tanpa berusaha
menambahnya maka suatu saat akan habis juga.
Begitupula dengan nasib seorang pedagang Lelaki Paruh baya,
siapakah dulu yang tak mengenalnya, Juragan Abyudaya itulah
namanya. seorang pedagang kaya dari Desa Jatiluhur. yangb
kaya akan hartanya dan juga kesombongannya, namun kini
merintih rintih menangis seperti anjing meminta makan.
"Praakkk...." "Akkkhhh..."
Jeritan menyayat dari mulutnya, ia ambruk tak bernyawa dengan
kepala pecah berantakan. ternyata seporang Anggota Nawa
Awatra mengeprukan tangannya yang kuat dan dialiri tenaga
dalam menghentak dikepala Abyudaya, sungguh tak mengenal
kasihan. wajah sedih dari setaip pedagang tampak jelas dimimik
mereka, ingin melawan tapi apalah daya, mereka paham tak
544 lama lagi giliran mereka, bagaikan ayam dalam kurungan saja,
tinggal menunggu waktu panen dan kepala merka terpenggal
melayang. Adipati Rajalela nanar, setitik air mata jatuh dipipinya, tak
disangkanya semua bakal terjadi seperti ini.... ia ingin membantu
namun ia adalah seorang yang cerdik, membantu dalm keadaan
seperti ini hanya akan menambah keruh suasana saj, maka dari
itu ia hanya diam menunggu saat yang tepat.
"Inilah ganjaran bagi siapapun yang menantang dan menentang
kami... jadikan ini pelajaran untuk kalian" Lelaki itu berteriak
kereng, setelah semua kawan-kawannya berkumpul, meeka
segera meninggalkan pasar, pasar yang baru saja telah
kehilangan nyawa penghuninya.
Mereka pergi dengan tatapan benci dan dendam kesumat
dimata setiap penduduk, hanya itu yang mereka dapat lakukan,
sedikit hiburan melampiaskan dendam dalam jiwa.....
Semuanya hening, selang begitu saja semunya kembali kedalam
keadaan normal..... Adipati Rajalela mendekati Pengemis yang
tadi berssenandung dan ikut duduk disisinya, tanpa
sepengetahuan orang lain selembar kertas ia sodorkan kedalam
tangan pengemis itu, pengemis itu tertegun ia menatap lekat
wajah orang yang disampingnya, jika tak diberitahu untuk tidak
berteriak maka pengemis itu pasti akan menjerit semampu yang
ia bisa mengapa" 545 Ternyata pengemis itu dulunya adalah penasihat utama kerajaan
yang bernama asli Raden BALIN, maka tak salah bila ia
mengenal Adipati Rajaklela, Sebelum terjadi hal yang diinginkan
Adipati Rajalela meninggalkan Pengemis itu dengan langkah
lebar namun begitu perlahan. seakan takut menginjak semut.
Pengemis itu segera membuka kertas itu. isinya ternyata adalah
sebuah rangkaian ilmu silat, diatas kertas itu tertera, "demi
kesejahteraan kita aku harap kau mempoelajari ini," adapun silat
itu bernama "Tongkat Padi Arwah seribu".
Bila ini adalah zaman yang biasa, barangkali dunia persilatan
akan banjir darah memperebutkan ilmu silat itu, sebenarnya ilmu
silat apakah itu" Tongkat Padi Arwah Seribu merupakan sebuah rangkaian ilmu
dahsyat peninggalan dari Raja Pertama kerajaan di Tanah
Jawadwipa. ilmu tongkat itu terdiri dari sepuluh jurus dengan
seratus perubahan dan seratus posisi penyerangan dan
pertahanan. Ilmu itu tak ada pelatihan semadi mengumpulkan tenaga dalam,
sebab begitu mempelajari ilmu itu tenaga dalam akan tersedot
begitu saja seiring dengan gerakan jurus dalam ilmu itu. jadi
tidak heran bila menjadi rebutan setiap umat persilatan.
Tangan Pengemis itu bergetar, tanpa sengaja kertas itu terbalik
posisinya, mata Pengemis itu terbelalak rupanya tulisan itu terdiri
dari dua sisi, bila dibaca dengan posisi terbalik maka tulisan itu
berbunyi "Ajian Saepi Angin"
546 Bermodalkan pengalaman pertama, Pengemis itu alias Raden
Balin segera balikan lagi, benarlah saja, disana tertera "Ajian
Saepi Geni" dan disisi lain terdapat Bacaan "Ajian Pancasona".
Pengemis itu manggut manggut, segera ia meninggalkan tempat
itu, sementara Adipati Rajalela mendekati seorang wanita Paruh
baya yang memeluk anaknya sambil menangis tersedu-sedu.
ternyata beliau adalh istri dari Abyudaya.
"Permisi...."Sapa Adipati Rajalela...
Wanita dan anak lelaki itu berpaling menatap wajah Adipati
Rajalela, "Ada apakah Tuan,... maafkan kami tak dapat bersedekah..
lihatlah baru saja suamiku menuinggal seperti ini" Jawab Wanita
itu pilu mengira Adipati Rajalela mengemis kepadanya. Adipatoi
Rajalela Tersenyum ramah,..
"Apakah kau ingin membalaskan dendam ayahmu anak..."
Tanya adipati Rajalela kepada Anak itu tanpa memiirkan
tanggapan wanita itu. "Tentu.... Ki, Ingin sekali aku mengunyah dan menghisap darah
mereka" Mata anak itu berbinar-binar penuh dendam...
"Anakku" Wanita itu menangis dan menenangkan Anaknya yang
bersinar-sinar penuh kemarahan.
"Anak yang Hebat siapa Namamu?"
"Bayuputra ki" 547 "Bayuputra, Putra dewa Angin... nama yang hebat... " Puji
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adipati Rajalela. "Apakah Kau mau bergabung denganku membereskan dan
menggulung mereka seperti Angin Topan menggulung debu
anakku..." " Mau Ki..." "Sudahlah Kisanak, jangan menjerumuskan anakku.." Sela
Wanita itu. "Engkau tak berhak untuk melarang Anakmu Nisanak, Biarkan ia
memilih jalannya sendiri, apakah kau ingin seterusnya hidup
seperti ini... diperbudak dan dipermainkan Setan Setan Liar
Itu..." Wajah Wanita itu menunduk, sedih dan pilu hatinya, ia mengaku
bahwa ucapan lelaki itu benar-benar kenyataan, ia juga adalah
salah satu korbannya, jauh-jauh hari ia sudah ternoda ditangan
mereka.. digilir adalh hal yang sudah biasa baginya, Tapi ia
benar-benar takut bila anaknya pergi meninggalkannya sendiri,..
"Ibu, aku takan meninggalkanmu... tapi naku tak mau berdiam
diri saja menyaksikan ibu dan semua orang ditekan dan
dipermainkan begitu saja" ucap anak itu.....
Rayuan..... yah itulah kata yang tepat dilakukan oleh dua lelaki
berbeda usia itu, hingga akhirnya Wanita iu menyerah dengan
merestui keinginan anaknya.
***** 548 +Seorang bocah berjalan di bawah teriknya matahari, Baju lusuh
tanpa alas kaki, Tubuh kotor dan rambut yang carut-marut,
Sesak dada ini melihatnya. Menadahkan tangan pada siapa saja
yang lewat Tak pelak air mata ini berlinang Ketika melihatnya
mendapatkan perlakuan yang buruk, Semakin sesak terasa
untuk bernafas, Saat melihat bocah kecil itu menuju tempat
pembuangan sampah mengais sisa makanan yang tak
sepatutnya untuk di makan lagi Anak sekecil itu harus
menantang kerasnya kehidupan Dunia fana ini, apakah ini yang
di namakan keadilan"
Ya kata itulah yang dirasakan dan dipertanyakan oleh seorang
Lelaki Paruh baya berbaju kumal yang tak lain adalah Adipati
Rajalela adanya. Anak kecil itu tak lain adalah Bayuputra adanya. seperti apa
yang dikatakan oleh Adipati Rajalela kemarin mengenai
tugasnya adalah "Bersikaplah seperti biasanya, jangan
melakukan hal yang mencolok" ya, saat ini ia sedang melakukan
tugas dari gurunya, menyebarkan setiap helai kertas kepada
setiap pedagang dan berusaha mengumpulkan anak muda
sepertinya. Setelah makan ditempat biasanya, Bayuputra segera beranjak
mendekati salah seorang pedagang kain yang sedang
melamun,.... Tangan kecilnya masuk kedalam baju dan
melemparkan sebuah kertas kepangkuan pedagang itu, tentu
saja pedagang itu terkejut.
"Akhhhh" 549 "Ada Apa?" bentak penjaga pasar yang tak lain Anggota Nawa
Awatara adanya. "Anak ini mengagetkanku... " Jawab pedagang itu ketakutan
menjawab yang tidak sebenarnya setelah mendapat kedipan
mata dari Bayuputra. "Awas sekali lagi kau berteriak..." Penjaga yang berkumis dan
berjenggot lebat berbaju hitam bersulam Piramida berantai
memperingati sambil berbalik dan bercakap-cakap lagi dengan
kawan-kawannya tentu saja dengan ditemani seorang gadis.
Pedagang yang berwajah bundar dan tubuh tinggal kulit
pembungkus tulang itu segera pura-pura memeriksa barangnya,
padahal sebenarnya ia membaca surat kertas itu.
Wajah pedagang itu berseri-seri.... mengapa" sebab awal
kebangkitan masa akan dimulai, meski mereka tak mengetahui
siapa pemimpin penggeraknya namun sandi "AKU
MENGHILANG DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL
DATANGLAH DARAH" bukanlah sandi yang tak dikenal. sandi
itu sudah akrab ditelinga mereka, sandi yang berani menantang
Organisasi Nawa Awatara. selain sandi diatas juga terdapat tiga
rangkaian ilmu silat mendampingi surat itu. diatas nya terdapat
goresan indah yang penuh dengan seni keindahan. adapun
goresan pena itu adalah. "Aku kirimkan salam persatuan untuk keadilan diseluruh tanah
jawa, jadilah orang cerdik dan bersabarlah hingga tanda
kemenangan dibunyikan."
550 Adapun tiga rangkaian ilmu silat itu adalah : Ajian Pancasona,
Saepi Angin, dan Saepi Geni"
Dengan cepat ia masukan surat itu kebalik bajunya, "jadilah
Cerdik" itulah yang saat ini ia lakukan, sengaja menyembunyikan
setiap perubahan yang terjadi untuk mengeklabui setiap mata
liar yang berkeliaran. Mata yang berbinar itu berpaling, dilihatnya beberapa temannya
melakukan hal yang sama dengannya, tak ada yang berubah
dipasar itu, hanya bibir dan raut wajah saja yang berubah
menjadi sebuah garis tipis melengkung keatas memamerkan
sederetan gigi-gigi yang beragam bentuknya.
Sejak saat itulah, mengapa banyak ilmu yang dikuasai para
penduduk biasa selain dari para Pendekar silat. Tiga ilmu hebat
yang telah menyebar dalam kehidupan biasa.
Bayuputra terus berjalan hingga ia tiba didepan seorang lelaki
paruh baya yang telah merubah kehidupannya, mimpipun ia tak
menyangka bahwa orang didepannya dulu adalah seorang raja.
"kau sudah melakukan tugasmu bayu?"
"Sudah guru...."
"kau mau ikut bersama guru menjelajahi desa lain atau tetap
disini. mempelajari ilmu yang sudah guru ajarkan"."
"Ikut" Bayuputra manja, seraya memeluk lengan Adipati Rajalela,
dengan beriringan keduanya menyusururi hutan, tak ada yang
551 mempedulikan mereka, apakah yang harus dipedulikan untuk
ukuran dua orang gembel yang lusuh dan dekil"
Nawa Awatara sudah membentangkan sayapnya kemana,mana, hingga mereka merasa organisasi yang sudah sukses
dan berhasil, maka itulah kesalahan pertama mereka. yang
kedua adalah tidak pernah memandang sebelah matapun
kepada kaum jembel dan rakyat biasa. Sehingga Aram dapat
memanfaatkan kesalahan-kesalahan kecil menjadi lorong-lorong
yang dapat dijadikan jembatan.
"Angin Semilir berhembus ke gunung"
"Gunung bergoyang lahar menggelegak"
"Srettt" Jleegggg... Seorang Pemuda menghadang didepan
Adipati Rajalela. "Selamat Yang Mulia anda sudah menyelesaikan tugasmu"
"Terimakasih sanjunganmu Angkara, dimana Yumi?"
"Ia sedang masak hasil buruanku, mari kesana kita makan dulu"
"Heem, begitu lebih baik..."
"Dengan mengapit tangan Bayuputra, Adipati Rajalela melesat
bersama angkara menyusuri hutan yang lebat, seperminum teh
kemudia mereka sudah dapat mencium harumnya daging
panggang yang lezat. 552 "Waaahhhh.... Sepertinya enak" Adipati Rajalela berseloroh,
Angkara tertawa sedangkan Bayuputra menelan air liurnya.
sudah lama ia tak dapat merasakn nikmatnya daging.
"Jleeeggg...." ketiganya mendarat dibumi disambut sebuah
senyuman manis, senyuman yang lembut membuay siapapun
yang melihatnya tak kecuali Bayuputra, seorang gadis berbaju
merah muda dengan menyoren pedang asik membalikan
masakan dia adalah yumi adanya.
"Wah, kebetulan sekali yang mulia, daging sudah matang...!"
Yumi tertawa, tertawa lembut mengalun didalam kesunyian
hutan yang lebat. "hehe... kalian berhentilah memanggilku yang mulia, saat ini aku
bukan lagi seorang raja, tapi aku adalah seorang ksatria, ksatria
yang akan meminta haknya dari tangan kotor yang mengaku
sembilan dewa.!" "Semangat yang bagus..... lalu apa yang harus kami panggil"
"ADI,. itulah nama yang aku banggakan, nama yang diberikan
oleh ketua..." jawab Adipati Rajalela.
"Ekh, yang mulia?" Bayuputra terbelalak... "Apakah Guru adalah
Raja dari tanah ini?" timpal nya lagi.
"Itu dulu..., dulu sekali, sudahlah bayu... lupakan hal itu" Jawab
Adipati Rajalela. 553 "akh, aku melupakanmu Adik, Siapakah Namamu?" Angkara
bertanya pada bayuputra. "Bayu kang, Bayuputra"
"Nama yang baguss... ayo makan" Angkara menyodorkan paha
kijang itu kepada Bayuputra. yang diterima dengan senang hati
dan tangan terbuka. bagai kesetanan ia makan daging itu
dengan kecepatan kilat, sebentar saja paha kijang itu telah
habis... Yumi tertawa, ia sodorkan satu paha yang lain, yang juga
disambar bayuputra dengan gembira.
"Bagaimana dengan tugas kalian?" Adipati Rajalela bertanya.
memecah kebisuan diantara mereka.
"Kami belum melaksanakannya, kami hanya melakukan tugas
kecil saja dahulu" Angkara menjawab.
"Jadi kalian sekarang akan pergi ke Perguruan Golok Harimau?"
"Yah...." "Aku harap kalian Jangan melakukan hal yang diluar rencana,
bila keadaan darurat dan sedikit melenceng dari garis rencana
lekas kabarkan yang lain"
"Kami tahu,..... Oh ya, tolong kabarkan bahwa sekelompok orang
brtopeng Rajawali dan serigala telah membantai markas cabang
mereka di Gunung Jamurdipa (sekarang gunung Slamet).
554 "Heh,.... Ternyata itu yang kalian bilang dengan tugas kecil?"
"hahaha" Angkara tertawa sambil mengangkat buntalannya,
"Kami Duluan...." Wusstttt dua sosok itu menghilang begitu saja,
tak heran itu merupakan salah satu jurus peringan tubuh aliran
Ninja. "Hebaaatttt" Tanpa sadar Bayuputra berteriak...
"haha... berlatihlah dengan giat, maka kau akan bisa melakukan
hal demikian itu," "Apakah Guru lebbih hebat dari meeka?"
"saat ini belum, sebab mereka adalah murid sekaligus sahabat
ketua langsung" "Ketua" siapakah dia guru" apakah dia hebat?"
"Ia imbang dengan Ketua Nawa Awatara!" jawab Adipati Rajalela
jujur. Mata Bayuputra membulat, sebulat gundu, ia kaget sekaligus
heran, melihat itu semangat juangnya berkobar, maka dari itu
pada suatu saat ia yang akan menjadi Raja ditanah Jawadwipa
pengganti dari Adipati Rajalela, namun itu masih suatu saat ..
bukan sekarang... Puncak Sapto Argo (Gunung Salak) merupakan sebuah gunung
yang sangat tinggi, curam serta berbahaya. Batu-batu cadas
555 menghiasi seluruh puncak gunung disamping jurang yang tak
terhingga dalamnya, sedang jalan-jalan yang menghubungi
tempat itu pun hanya ada satu, jalan setapak.
Sebaliknya pada lereng gunung banyak terdapat sungai serta air
terjun yang penuh dengan batu cadas yang tajam disamping
pusaran air yang amat dahsyat. Perahu yang berani melayari
tempat itu tak lebih hanya mencari mati saja. Saat itu merupakan
tengah malam, bulan purnama yang berada jauh ditengah awan
menyinarii seluruh jagad dengan terangnya. Suasana pada saat
itu begitu sunyi serta tenangnya, hanya terlihat mengalirnya air
sungai mengisi keheningan malam yang semakin kelam, tak
ubahnya seperti irama surga membelah bumi.
Tiba-tiba ditengahke heningan malam itu dua sosok manusia
menembus kegelapan, siapakah mereka" tak ada yang tahu
sebab tubuh mereka memakai pakaian serba hitam, satu sosok
itu memakai topeng serigala, sementara yang satunya lahgi
merupakan topeng Rajawali. dua sosok itu terus menerjang
kepuncak hingga mereka menemukan sebuah padepokan silat,
Dua sosok itu melihat pintu padepokan tertutup rapat, Tembok
yang tinggi, dan kekar. disampingnya terdapat patung harimau
dengan kepala ditembus golok menyilang. dipintu itu tertulis
sebuah peringatan, "Masuk Mati-Keluar juga mati". kedua sosok
itu melompat tsetinggi lima tombak dan berdiri diatas tembok
pintu padepokan. Jika tak memiliki ilmu peringan tubuh yang begitu luar biasa,
mustahil dapat melakukan itu, ketika berada diatas tembok
556 tampak halaman Padepokan itu begitu luas, didalam halamn itu
juga terdapat banyak bangunan yang berdret-deret paling sedikit
ada ratusan Petak. Meskipun halaman Padepokan Golok harimau sangat luas,
namun didalamnya begitu sunyi akan kehidupan. Mata Si topeng
Serigala berkilat tajam, ia melirik sitopeng Rajawali dan melesat
masuk kedalam salah satu bangunan disitu.
Dalam pendopo salah sebuah ruangan duduklah tujuh orang
Lelaki kekar dengan pakaian hitam bergambar harimau ditembus
dua golok yang menyilang, salah seorang diantara mereka ada
seorang yang memakai baju putih bergambar harimau ditembus
dua golok menyilang. mungkin dia adalh salah satu pemimpin
pengganti Ki Bedu.hingga jumlah mereka ada delapan orag,
Orang yang berbaju putih itu berusia kira-kira lima puluh
tahunan. tubuhnya sedikit gemuk sinar matanya begitu tajam
luar biasa. jelas merupakan seorang yang memiliki tenaga dalam
yang hebat. Orang-orang yang ada disitu menunjukan mimik yang serius
seakan akan sedang berhadapan dengan musuh yang hebat.
Sinar lilin ditempat itu begitu guram, apinya berdiri bergoyang
dipermainkan angin. Berlainan dengan orang yang lainnya, meski sedikit tegang
namun Lelaki berbaju putih itu sikapnya begtu tenang seolah tak
pernah terjadi apa-apa. "Ketua, Apakah kita akan berdiam terus seperti ini?"
557 "Huh, Sampai sekarang aku sudah ingin melakukan suatu
tindakan, namun aku takut malah mengorbankan nyawa yang
sia-sia, Nawa Awatara terlalu hebat untuk kita, apalagi sekarang
kita sudah terputus dari dunia luar sungguh cerita yang sangat
menyedihkan..." "huff,... Ketua, bagaimana bila kita bergabung dengan empat
perguruan lainnya," aku yakin kita bisa mengalahkan mereka"
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketua Perguruan Golok harimau yang bernama asli Arjuna
Arkana berpikir dahulu sebelum menjawab.
"Nawa Awatara telah menculik ketua lima perguruan dan
beberapa orang gagah dalam dunia persilatan, sehingga orangorang persilatan tidak dapat membalaskan dendamnya, sebelum
kita yakin benar akan kemampuan kita untuk menindas Nawa
Awatara, sebaiknya kita jangan bertindak secara gegabah."
Cadudasa yang merupakan salah satu tetua dalam Perguruan
Golok harimau menggeprukan tangannya, dan berkata :
"selama hampir tiga tahun kita orang selalu dihina habiis-habisan
oleh Nawa Awatara Keparat itu, rasanya aku tidak sanggup lagi
menahan kesabaran lagi, kalau kita tilik keadaan dunia
persilatan yang kacau, orang-orangf gagah dan ksatria-ksatria
telah menemui ajalnya, sebaliknya kawanan penjahat
berkeliaran begitu saja, wanita seperti sampah lelaki seperti
kerbau sungguh hati merasa begitu miris, keadilan dan
kebenaran diinjak-injak, apakah kali ini kita akan terus berdiam
diri dan berpeluk tangan saja, kita tak bisa bersabar lagi, meski
558 jiwa melayang kita tetap harus menggempur Perkumpulan
keparat itu." Dengan emosi menyala-nyala Cadudasa menjelaskan
pendapatnya, dan kemudian ucapan itu diiringi cucuran air mata.
Semua orang yang ada disitub merasa terharu dan panas
hatinya, semua pada mengepalkan tinju sudah ingin bertindak.
Arjuna Arkana menghe;la nafas panjang, tapi sebelum berkata
tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan itu, ketika semua
mata memandang kepada orang itu ternyata berjumlah tiga
orang, Tiga orang itu berdiri berbaris, sikapnya sangat jumawa,
semuanya mengenakan pakaian serba hitam bergambar
piramida berantai, badan mereka semua kurus kering, wajahnya
pucat kuning, bagaikan sosok mayat hidup.
orang yang berdiri disebelah kanan, dijidatnya tergores luka
yang cukup serius bekas senjata tajam, orang itu membawa
pedang sepanjang dua depa. dia adalah orang yang dahulu
dikenal sebagai Iblis Kuburan nama aslinya adalah Baswara.
yang berdiri ditengah, memiliki alis yang bercabang dengan
mulut bersiung, ia membawa golok besar dia lebih dikenal
dengan Mayat beralis cagak Hadasa.
Yang berdiri disebelah kiri, hidungnya melengkung seperti betet,
matanya bersinar licik seperti tikus, orang itu membawa trisula
sebagai senjatanya, dia berjuluk Mayat bersula tiga yang
bernama asli Gandewa, 559 Mereka merupakan tiga Utusan dari Nawa Awatara yang
ditugaskan untuk menjaga agar Perguruan golok harimau tidak
membentuk kekuatan yang dapat meruntuhkan Nawa Awatara.
Baswara menatap Ki Arjuna Arkana sejenak, lalu berkata dingin,
"Hemm..... Kalian Manusia-manusi tak tahu diri, berapa kali aku
memperingatkan kalian untuk tidak melakukan pertemuan
seperti ini selagi kami bersenang-senang."
Sehabis berkata demikian, tiga orang itu masuk dengan langkah
lebar kedalam ruangan itu.
Menyaksikan itu, Cadudasa merasa geram, bentaknya.
"Bagus, kedatangan kalian tepat sekali... aku memang sedang
ingin membunuh kalian. imngin
sekali aku meminta pengajaran dengan ilmu kalian yang hebat"
Cadudasa mencabut Goloknya, lalu melancarkan tiga kali
serangan kepada Baswara, melihat itu tak ada pilihan lain lagi
bagi Arjuna Arkana segera saja ia mencabut goloknya dan ikut
menerjang yang lain. Melihat ketuanya sudah bergerak enam orang lainnya juga
serentak mencabut golok dan mengeroyok Mayat bersula tiga.
hingga tak pelak lagi pertarungan itu segera dimulai. entah ilmu
apa yang digunakan Baladewa sehingga serangan hebat dari
Cadudasa dapat dielakannya dengan mudah. dan membalaskan
serangan dengan tak kalah hebatnya, serangan itu begitu hebat
dan kejih, 560 "Traaangggg" Senjata merek beradu, tangan Cadudasa bergetar
hebat, sepertinya tenaga da;lam yang ia miliki tak sebanding
dengan kemampuan baswara.
Ketiga utusan Nawa awatara menghadapi serbuan Arjuna
Arkanta dan lainya seperti seorang panglima menghadapi
sekumpulan prajurit, jeritan dan keluhan bergema, ternyata
beberapa diantara mereka ada yang terkena serangan dari
ketiga Utusan itu. sebentar saja murid-murid utama perguruan golok harimau
terluka kurang lebih tiga orang, lama kelamaan Arjuna Arkanta
sadar bhwa kemampuan mereka sadar bukan tandingan lawan,
mereka semakin terdesak... siapapun yang terdesak pasti akan
melawan juga, seperti anjing yang menggigit karena ekornya
keinjak atau seperti banteng ketaton Arjuna Arkanta menyerbu
keiga utusan itu dengan sepenuh tenaga,
Setiap serangan Arjuna Arkanta yang dilancarkan dengan
kemarahan yang hebat, jadi bisa dibayangkan hebatnya
serangan seorang Ketua Perguruan besar itu, serangan itu
begitu dahsyat, liar dan buas, seperti harimau yang mengincar
mangsa serangan itu selalu mengincar bagian tubuh hadasa,
maka sehebat-hebatnya hadasa ia tetap terdesak menghadapi
serangan yang dilancarkan seperti air yang mengalir itu,
"Akkkkhhhhh...Ukhhh" brukkkk"
Arjuna Arkanta kaget sekali ketika melihat murid-murid dan tetua
Cadudasa ambruk terluka, akibatnya ia menjadi lengah ketika
561 hadas menyelonongkan golok besarnya keperut Arjuna Arkanta
yang terbuka, "Bretttt" Untung saja, Arjuna Arkanta adalah seorang yang
berpengalaman dalam pertrungan sehingga serangan itu dapat
dielakan dengan tergesa-gesa meski bajunya robek cukup
besar. "Kalian memang sudah bosan hidup" Bentak Baswara dengan
geram sambil menyabetkan pedangnya hendak membelah tubuh
Cadudasa, "Srettttt" Cadudasa pejamkan matanya pasrah, ia yakin
kehidupannya akan berakhir sekarang, namun manusia
bertindak tuhan selalu memiliki rencana yang laiin, pedang yang
hendak membelah tuibuh cadudasa itu tiba-tiba terbentur senjata
yang terbuat dari logam. "Traaannnnkkkkk...." Klontrang..... Jrubbb
Kaget bukan kepalang perasaan Baswara, ia yakin seseorang
yang memilki kekuatan yang sangat hebat, Cadudasa yang akan
menghadap akhirat juga tak kalah terkejutnya, ia heran namun
gembira, gembira yang tak diketahui akhirnya.
Matanya dibuka, dilihatnya dua sosok manusia berbaju hitam
bertopeng Serigala dan Rajawali berlumuran darah tersinari
cahaya obor. 562 "Hehehe....." Seseorang yang bertopeng Serigala tertawa dingin.
"Siapa kalian, lancang sekali mengganggu tugas kami apa kalian
tidak mengetahui siapakah kalian adanya" Bentak Hadasa
geram dan bengis, rupanya pertarungan dia dan Arjuna Arkana
terhenti setelah senjata Baswara terkena lemparan benda logam
berbentuk bintang. "Aku adalah serigala neraka, utusan yang akan menggerogoti
kalian makhluk-makhluk hina dari Nawa Awatara" Seorang yang
bertopeng serigala menjawab dingin.
Ketiga Utusan dari Nawa Awatara melengak, Baswara gusar ia
membentak" Kau sadar sedang berhadapan dengan siapa
keparat?" "Ctekkk" Simanusia bertopeng serigala menjentikan jarinya,
"glutttuukkk" Sebuah benda bulat dilemparkan temannya yang bertopeng
Rajawali. "hihi... coba kalian buka oleh-oleh dari kami" Ucapnya.
Meski tak mengerti akhirnya Simayat bersula tiga alias Gandewa
membuka bungkusan itu, betapa campur aduknya perasaan
yang ia miliki melihat apa yang ada di dalamnya,didalamnya itu
bukanlah barang melainkan sebuah kepala, kepala yang
berlumuran darah. Gandewa alias Mayat bersula tiga dapat
mengenali Kepala itu, kepala kepercayaannya yang juga
bertugas di temppat itu. dia merupakan sahabat dari mereka,.
563 "Kau...." Gandewa menunjuk Simanusia bertopeng serigala yang
sedang menotok luka ditubuh Cadudasa.
"Bagaimana dengan oleh-oleh kami.... oh ya, semua teman
kalian juga sudah aku antarkan ke gerbang kematian... mengapa
kalian tak berterimakasih kepada kami, mengantarkan mereka
dengan membelah tubuh, memenggal kepala, meremukan
tulang bukanlah hal yang mudah..." Ucap Simanusia bertopeng
Rajawali sambil cekikian.... seolah membunuh itu adalah hal
yang paling menyenangkan....
"Brengsekkkk.... hutang nyawa bayar nyawa" bentak Gandewa
marah dan segera menerjang kearah Manusia bertopeng
Rajawali. Sambaran angin yang dikeluarkan dari serangan Gandewa
sangat hebat, cukup untuk melemparkan sebuah kursi dalam
ruangan itu, Simanusai bertopeng Rajawali itu memutarkan
tubuh, dengan gerakan yang tak terduga ia balas menyerang.
Ketika ia membalikan tubuhnya itu, Gandewa maju lima langkah
dan bertumbukan dengan serangan Manusia bertopeng
Rajawali. "Duaaarrrr" dua buah tenaga sakti itu beradu membuat ruangan
itu porak poranda, dan benda dalam bungkusan itu yang tadi
hanya diketahui oleh Gandewa menggelinding keluar, betapa
terperanjatnya orang yang ada disitu, kini mereka tahu mengapa
dua orang itu bertarung. 564 Manusia bertopeng Rajawali itu tidak terdorong mundur seperti
Gandewa yang mundur terjajar lima langkah kebelakang, hanya
tanah yang diinjaknya amblas sedalam dua inchi.
Dalam ruangan itu terdapat tiga perasaan dari orang yang
beraduk, dipihak Gandewa bertiga mereka gusar bukan
kepalang, dipihak Arjuna Arkanta Gembira tak terkira sedang
dipihak manusia bertopeng itu tak tampak sama sekali
"Adi Gandewa, kita bantai mereka tanpa ampun" Geram
Baswara, sambil menerjang kearah Manusia bertopeng Serigala.
"Hiaaatttt" "Tranggg" Buk.." "Blaaarrrr" "Hoeeekkk"
Ternyata Baswara menyabetkan pedangnya secara Horizontal
didepan dada, dan dipapaki dengan mudah oleh Manusia
bertopeng Serigala itu. ia menekuk silang pada kaki dengan
suatu putaran tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri,
sementara tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang
sangat keras,. tapi sepertinya itu masih belum cukup. terbukti
dengan dilanjutkannya dengan suatu gerak tendangan pada kaki
kanan serta dorongan yang dilakukan oleh tangan kanan yang
telah diputar sedemikian rupa, untuk menghimpun tenaga secara
cepat.... gerakan kedua ini dahsyat luar biasa sebab disekeliling
tempat itu debu-debu bertebaran seperti terkena badai, orang
yang berada disana sampai disana dipaksa untuk menutup mata
dan mengerahkan energi pelindung tubuhnya dari kayu dan
debu yang berterbangan, terkena hawa yang terpancar dari
565 setiap gerakan manusia bertopeng serigala itu. gerakannya itu
dahsyat sebab itu merupakan jurus ksatria membabat angkara.
Tubuh Baswara meledak berkeping-keping akibat terkena jurus
itu, darah bermuncratan kemana-mana. Pertarungan berhenti,
bahkan Hadasa dan Gandewa ikut berhenti, mereka
melenggong, baru kali ini mereka melihat jurus sedahsyat itu,
jurus yang membuat kawan mereka hancur berkeping-keping
dalam satu jurus. Tubuh Arjuna Arkanta dan yang lain bergetar, bahkan Murid
utammanya samp[ai ada yang terkencing-kencing karena kaget
melihat serangan yang membuat seluruh ruangan itu hancur
berantakan seperrti terkena angin tornado. bahkan atap ruangan
itu teklah jebol tanpa ketahuan paran dimana bahan atapnya,
HILANG........ Itu merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan
atap itu. Melihat gelagat yang semakin tak mengguntungkan, Gandewa
dan Hadasa sudah berniat menggunakan jurus terakhir,JURUS
LANGKAH SERIBU. namun ternyata pikirannya itu dapat ditebak
dengan mudah oleh Manusia bertopeng Rajawali.
"Hihih... Sudah terlambat kalian berniat melarikan diri,... nyawa
kalian sudah tercatat dineraka.. sekarang giliranku untuk
membawa kalian kealam kalanggengan..." dingin ucapan
566 Manusia bertopeng Rajawali itu seakan membunuh adalah hal
yang paling menyenangkan baginya.
segera ia memasang kuda-kudanya, Manusia bertopeng
Rajawali yang sedang bersiap dengan kuda-kudanya
melaksanakan tendangan ringan kebawah yang ditujukan
kepada lutut Gandewa, Gandewa yang diserang sama sekali tak
mengetahui serangan yang mengenai lututnya itu sebab
dikaburkan dengan suatu gerakan serangan pada kedua tangan
yang membuiatnya tidak menyangka terhadap serangan bawah
ini, "Krakkkk" "akhhrrgg" Gandewa menjerit sebab lututnya remuk
belum sempat ia berpikir yang kedua secara tiba-tiba Manusia
bertopeng Rajawali menurunkan kaki kanan dan menggeser
maju cepat pada kaki lainnya untuk mengiringi dengan suatu
tamparan serta bacokan dengan tangan lainnya,
Gandewa segera papaki serangan itu, namun betapa terkejutnya
ia bahwa serangan itu begitu lunak dan licin.
"Jelegaaarr....." bukan serangan tangannya kali ini yang
menggelegar, namun sebuah kilat putih menyambar tajam
menyambar tubuh Gandewa, tanpa ampun lagi Gandewa mati
dengan tubuh gosong tersambar kilat. benar-benar serangan
yang aneh namun itulah jurus Bumi dan langit merindu digabung
dengan Guntur menyalak pencakar langit.
567 Hadasa yang tertinggal sendirian bukannya menjadi ketakutan,
tapi malah ia semakin geram. dengan mengerahkan segenap
kemampuannya ia menghantam kedepan.
"Duaaaarrrrrr" Rupanya serangan jarak jauh itu dipapak
langsung oleh Manusia bertopeng serigala dengan langsung
pula, tak ada kembangan jurus, hanya sebuah lontaran kedepan
dan kedua buah tenaga sakti itu beradu.
Bau busuk dan panas bercampur dingin menyebar membuat
dinding ruangan itu ambruk, pertarungan yang luar biasa,
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tenaga sakti Tunggal menjadi kosong rupanya telah
menunjukan taringnya, sehingga membuat aliran Tenaga Mayat
seribu Bangkai dapat ditolak mentah-mentah.
Manusia bertopeng perak mendengus dingin, tubuhnya melesak
sebatas lutut kedalam tanah, sementara lawannya terbang
menabrak dinding ruangan dan terus terlempar, ia terlempar
hampir mencapai sejauh lima belas tombak lebih, jadi bisa
dibayangkan adu tenaga dalam barusan hebatnya, setelah
mendarat dibumi ia muntah darah segar dan tergeletak.... ia
telah tewas dan tak bakal bangun lagi kedunia.
Manusia bertopeng Serigala itu edarkan pandangannya,
menggunakan sebuah ilmu khusu dari aliran ninja.... setelah
mendapat kepastian tak ada siapa-siapa, ia membuka kedoknya,
Seraut wajah tampan muncul dari balik kedok itu, ternyata dia
adalah Angkara adanya, rupanya secara bersamaan manusia
berkedok Rajawali juga membuka kedoknya sehingga wajah
aslinya dapat terlihat, dia merupakan seorang gadis cantik
568 berwajah kekanak-knakan dan bermata sipit, dia tak lain adalah
yumi gerangan. Arjuna Arkanta terkejut melihat bahwab tuan-tuan penolongnya
merupakan Sepasang Anak muda. "Akh..... Kalian, Pendekar
Kijang Berbaju Coklat, Gadis Cantik Bidadari Surya" Ucap
Cadudasa berteriak yang mengenali keduanya.
Angkara dan Yumi tersenyum, "maafkan kami yang datang
terlambat sehimngga diantara kalian sampai ada yang
terluka...."Yumi berbasa-basi.
"Kalian terlalu sungkan, bila tak ada kalian kami tidak tahu apa
yang akan terjadi dengan kami,. sepatutmnya kamilah yang
berterimakasih..tapi, mengapa kalian memakai topeng?" Arjuna
Arkanta mewakili. "Apakah, anda yang bernama Arjuna Arkanta?" Sela Angkara.
Arjuna angkara mengangguk membenarkan.
"Syukurlah, Ketua kalian Ki Bedu memang sedang berada
diperjalanan kemari, dia memintaku untuk menyampaikan bahwa
seluruh Murid perguruan di ungsikan ke Ruangan Khusus ketua
diruang Rahasia sampai mendapatkan kesempatan yang pas
untuk muncul" "Akh, ketua masih hidup?" Teriak Arjuna Arkanta histeris.
Angkara Letakan telunjuknya dibibir.... menunggu kata dari Yumi
yang hendak bicara, 569 "Menurutmu bagaimana cara yang paling tepat untuk
menghilangkan jejak?"
"Jangan risau, Ketua sudah mempersiapkan sebuah rencana
untuk kita, mohon engkau bebaskan murid yang berada
dipenjara sekarang....!:"
"Hai" jawab yumi sambil menggunakn ilmu yang bernama Jinsut.
dan menghilang tak ketahuan rimbanya dihadapan setiap orang
yang belum sempat berkedip.
"banttu aku mengangkut mayat.." Angkara meninggalkan
ruangan, tak ada kata dari delapan orang itu, segera mereka
mengikuti Angkara yang berjalan kearah sebuah ruangan.
Pada awalnya Arjuna Arkanta menolak muridnya yang sudah
mati dibiarkan tergeletak bersama mayat-mayat Nawa Awatara,
tapi Arjuna Arkanta mau tak mau menurut juga ketika Angkara
menjelaskan apa yang menjadi rencananya,
Ternyata Angkara bermaksud membuat skenario peperangan,
denagn mengatur mayat sedemikian rupa maka terlihat seolah
disana sudah terjadi pertarungan yang dahsyat, dengan ilmunya
ia membuat Beberapa Padepokan itu hancur dan beberapa hari
yang lalu,... beberapa mayat terlihat terbakar, menggambarkan bahwa kedua
pihak telah gugur secara bersamaan, tak ada saksi, tak ada jejak
yang tertinggal.... makannan berserakan.. dilantai seolah disana
570 sudah tak ada penghuninya, rencana yang cukup hebat dan
menarik.... Sebenarnya bagaimanakah caranya ia datang ke Pendopo
pertemuan dengan membawa kepala" beginilah Rincian jalan
ceritanya. Seperti yang diceritakan sebelumnya, Kedua manusia bertopeng
Serigala dan Rajawali atau kita panggil dengan Angkara dan
yumi melesat menuju salah satu ruangan, disana mereka
menemukan beberapa Anggota Nawa Awatara sedang berpesta
Pora dengan meminum tuak, wajah mereka sudah sendu karena
mabuk. tak lupa beberapa Wanita yang sudah berumur dan
Gadis yang sebelumnya merupakan murid dari Golok harimau.
"Cihhh" Yumi atau Sitopeng Rajawali mendengus.....
"Dinda, Pergilah keruangan lain ditempat ini dan bantai"
"Baik Kanda..." Yumi melesat bagai bayangan menggunakan
ilmu Peringan tubuhnya, Angkara atau Sitopeng Serigala memasukan tangannya
kedalam balik bajunya, dengan kecepatan bagaikan kilat ia
melemparkan senjata-senjata itu. senjata lemparan berbentuk
Bintang. atau biasa kita panggil Shuriken.
"Wuss"wuss" jrub..jrub..jrubb"
"Akhhrrgggg" jeritan menyayat bersahut-sahutan kurang lebih
delapan orang dari jumlah sepuluh orang itu mati dengan tubuh
tertembus Shuriken. juga jeroitan wanita yang ketakutan.
571 Dua orang lainnya yang sepertinya adalah Pemimpinnya
membentak. "Siapa Kau" Angkara diam saja, ia perhatikabn wajah orang, ternyata
wajahnya itu demikian buruknya, bibnirnya sumbing, idungnya
grumpung dan rambutnya kusut masai.
"hahaha.... tampangmu mirip sekali dengan lubang pantatku"
Angkara tergelak-gelak mengejek. ketika tertawa itu ia
merasakan suatu sambaran dahsyat dari belakangnya. dengan
cekatan ia meruduk kebawah menghindari serangan itu.
Sebagai kelanjutan nya, Angkara alihkan pandangan dialihkan
kearah kiri dengan tangan kiri yang telapaknya digerakan kearah
samping bawah dan tangan lainnya yaitu tangan kanan
didekatkan kedepan pusar sambil menarik nafas cukup panjang.
penarikan nafas tersebut adalah suatu cara pemantapan
cadangan untuk suatu gerakan yang panjang serta juga
menambah potensi daripada suatu serangan. dengan secepat
kilat ia mengayunkan tubuhnya dengan menyanggahkan kedua
tangan pada tanah sambil menyapukan kaki kanan pada
sasaran. dan mengalihkan dalam suatu putaran tubuh kekanan
dengan sanggahan dua tangan dan berganti kaki kiri yang
melakukan sapuan... "Bukkk" 572 "Akrrggg" Tubuh lelaki itu tumbang dengan perut jebol terkena
sapuan kaki, jadi bisa dibayangkan cepat dan dahsyatnya
serangan Angkara itu. Darah memancar bagai pancuran, usus
saling brojol berebutan keluar, jeritan ngeri dari lelaki itu juga
jeritan para Wanita dan gadis yang melihat kematian yang sadis
itu. Tubuh Angkara berlumuran darah lawan namun ia tak peduli,.
matanya dialihkan kepada yang satunya lagi...
"Ikkkhhh" Lelaki itu merasakan mual yang tak kekira juga
ketakutan yang hebat, mental dan nyalinya jebol melihat
pembunuhan yang begitu sadis itu. ia hendak melarikan diri,
namun begitu ia membalikan tubuh ia merasakn ubun-ubun
sampai pangkal pahanya dingin,
"Brukkk" ia tumbang dengan tubuh terbelah menjadi dua bagian,
darah mengucur semaki hebat, Para Wanita dan gadis yang
menyaksikan itu terkejut sebab mereka hanya menyaksikan
Angkara atau simanusia bertopeng serigala mengeluarkan
pedangnya satu inchi dari sarung dan kembali
menyarungkannya, tak pernnah terbesit dalam pikiran mereka
,melihat jurus pedang sedahsyat itu, tak lain dan tak bukan itu
merupakan Jurus "pedang tunggal melintang jagad", dari jurus
tunggal Jagad. jurus yang diberikan Aram kepadanya dan itupun
hanya satu jurus itu saja. jurus itu juga hanya diajarkan
kepadanya saja sebagai pemimpin yang lainnya.
Bagaimana dengan yumi" setelah ia menghilang dengan
kemampuan khas yang dimilikinya ia dapat masuk kedalam
573 ruangan manapun jua. ia tak menemukan Apapun disana hingga
ia tiba di salah satu bangunan terakhir, dengan ketajaman
telinganya ia mendengar rintihan-rintihan, tangisan juga deru
nafas yang memburu. Dengan menggunakan jurus andalannya, Yumi masuk kedalam
ruangan itu, ruangan yang terkunci.. dan terbuat dari besi,
namun semua itu tak berguna dihadapan yumi, Yumi
mendengus ringan, tanpa ba-bi bu ia cabut pedangnya dan
menusuk lelaki yang sedang asyik menindih perempuan itu.
Darah muncrat..... tapi Yumi tak peduli, Lelaki itu menjerit
mengerikan, sedangkan perempuan itu juga menjerit ketakutan.
tak ada yang mempedulikan jeritan itu sebab mereka
menyangka itu adalah sebuah jeritan wajar orang yang
mencapai kepuasannya, Yumi segera pergunakan jurus andalannya untuk membantai
yang lain, diruangan itu ia bunuh kira-kira hampir lima puluh
orangan, Yumi merupakan Seorang Ninja, Membunuh adalah
Pekerjaan sehari-hari. menyusup tak ketahuan dan pergi tanpa
meninggalkan jejak. itulah ciri-ciri Ninja.
Dalam perjalanan menuju ketempat dimana tadi berpisah, Yumi
menemukan sebuah tempat lain, sebuah ruangan penyiksaan,
mayat bertumpuk. disana juga terdapat sekitar sepuluh Anggota
Nawa Awatara. Dengan Langkah Lebar, yumi menemui mereka,
574 "tep..Tep.." suara langkah kakinya bergema...
"Siapa Kau" bentak salah seorang dari mereka yang kebetulan
memergokinya, ia terkejut melihat manusia berpakaian serba
hitam dengan topeng Rajawali di muka. Yumi teruskan langkah
tanpa ada kata sedikitpun.
"Srenggg"Brett"GlutuK"
Kepala Anggota Nawa Awatara itu menggelutuk jatuh, sebuah
pedang panjang yang terselip di punggung Yumi telah meminta
korban, Tidak salah itu adalah salah satu jurus dari Para
Samurai yang dipelajari Yumi ketika kembali ke desanya.
Cepatt, ganas sekali keluar nyawa melayang, itulah
keistimewaan jurus itu Murid dari Perguruan Golok Harimau bersorak atas kematian
lelaki itu, menyebabkan kawannya yang lain berpaling dan
datang ketempat itu. Tak ada sinar ketakutan dari mata Yumi, hanya hawa
Pembunuhan yang memancar kesekeliling penjuru ditempat itu.
Bau Anyir darah menambah keseraman ditempat itu, keseraman
yang dipancarkan oleh sesosok manusia bertopeng rajawali....
Manusia Bertopeng Rajawali alias yumi itu menarik kaki kirinya
kebelakang dan memasang kuda-kuda.
575 "Kau...kau membunuh teman kami!" Bentak salah satu dari
mereka yang memiliki jenggot sedagu. al hasil bentakan itu tak
ada respon sama sekali....
"Nyawa bayar nyawa, serahkan kepalamu" Teriak seorang
Perempuan menor berbaju hitam berantai dan rambut digulung
bengis. sambil mencabut kipas dan menyerang.....
Belum sempat kipas Wanita menor itu mengenai tubuh Yumi,
sebuah kilatn putih tajam menembus perut Wanita menor itu dan
Brukkkk .... Tubuh Wanita itu terpotong dua dibagian pinggang.
kejadian itu membuat delapan orang lainnya menjadi marah dan
geram, berbarengan mereka mencabut pedangnya dan
menerjang.... "Shiaatttt" "Bretttt...brettt" "Akrrhgggg":
Jeritan menyayat terus bersahut-sahutan,,, dalam
seperminuman teh saja semua Anggota Nawa Awatara itu
dibunuh oleh yumi... Pakaian yumi yang hitam tampak
berlumuran darah hingga sebagian berubah warna menjadi
merah. Tanpa menghiraukan Murid Perguruan Golok Harimau yang
berteriak meminta kebebasan, Yumi langkahkan kakinya
meninggalkan tempat itu. setiba di tempat tadoi tampak Angkara
sedang membawa bungkusan..
"Kakang.., Apakah itu?" Tanyanya.
576 "Oleh-oleh untuk yang disana.." Angkara menunjuk salah satu
ruangan yang paling besar,
"Tampaknya disana terjadi Prtempuran?" Tanya Yumi.
Angkara mengangguk.. dengan bergandengan tangan keduanya
melesat ke tempat itu, dan kejadian selanjutnya seperti yang
sudah kita bbicarakan sebelumnya. .
Selang dua hari kemudian, Ki Bedu tiba di padepokan itu, Ki
Bedu disambut dengan sukacita, semangat yang padam kembali
berkobar, sang lilin berubah menjadi obor...
"Bagaimana perjalananmu Ki?" Yumi menyapa.
"Berkat Arahan ketua Aram.... aku dapat melewati semuanya
dengan lancar,... tak ada gangguan..."
"Syukurlah jikalau begitu! ketua, kami sudah menyelesaikan
tugas kami, maka dari itu kami mohon pamit undur diri..." Yumi
mengakhiri percakapan dan menghilang terbawa angin. Ki Bedu
berpaling, dilihatnya Angkara juga telah menghilang dari
pandangan. datang bagai angin, menghilang bagai kabut....
itulah salah satu ciri khas yang paling terkenal dari setiap
Anggota Bendera Awan Langit,. liar tak terkendali...... cerdik
bagai rubah, licin bagai belut.. pandai menempatkan diri eperti
tikus yang dapat masuk kemanapun meski hanya lubang setitik
jari. asal masuk moncongnya, badan yang begitu besarpun
dapat masuk kedalam. 577 Begitupun bagi mereka, Alam adalah sahabat mereka,
Penduduk adalah Telinga mereka Angin adalah penyampai
berita mereka. Awan berararak beriringan dilangit yang kelabu, Matahri yang
indah tertutup awan kelabu, kelam.... langit terbatuk batuk
merintih dengan iar mata bercucuran deras.
dua orang pemuda tampak sedang tertawa-tawa diatas deras
guyuran air hujan, wajah mereka basah kuyup, namun mereka
seolah peduli dengan kenyataan itu. mereka terus tertawa dan
berlari seakan berlomba. Gunung Indrakila (Ciremai), gunung yang terkenal akan
keindahannya, sungai berkelok-kelok, jurang menganga,
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pepohonan tumbuh rindang, diatas puncak gunung itulah
terdapat sebuah Padepokan yang terkenal diseluruh dunia
sebagai Padepokan Rajawali Emas,
Padepokan Rajawali emas merupakan sebuah pondok yang
terkenal megah dan Glamor, digerbang padepokan itu terdapat
dua patung Rajawali yang sedang pentang sayap yang berwarna
keemasan, masuk kedalam terdapatlah sebuah Aula pertemuan
luas yang begitu hijau dengan rumput yang terpangkas rapi bak
taman dalam surgawi, Adakah diantara kalian yang pernah melihat singgasana dari
emas" jika kalian sudah pernah maka begitulah keadaan kursi
singgasana tempat ketua duduk.
578 Singgasana itu begitu rapi dan syarat akan keindahan, Ukiran
halus bergambar Rajawali mencari mangsa tergambar rapi dan
simetris. melirik kekiri maka anda akan disuguhi dengan sebuah
bangunan indah dari batu yang tersusun. megah dan indah.
Namun semua keindahan itu terhapuskan dengan adanya dua
kelompok orang yang sedang bertarung disebuah lapangan
piranti Latihan. pertarungan itu terdiri dari sekelompok orang
berbaju Hitam dan satunya lagi kelompok berbaju emas, darah
merah mengucur dari tubuh orang yang tergeletak diatas tanah,
korban berjatuhan... entah sampai kapan pertrungan itu akan
berhenti, cahaya senjata dan dentingnya berdering diantara
derasnya hujan. kecepatan sambaran golok dan pedang seakan
sedang berlomba dengan kilat yang saling menyambar.
diantara pertarungan itu ada beberapa kubu yang terlihat
menonjol, diantaranya adalah pertarungan Seorang lelaki
berusia tiga puluh tahunan dengan jenggot tipis didagu.
rambutnya kusut masai diterpa air hujan. keringat bercampur
darah menetes dari pundaknya. bajunya yang berwarna emas
dan sabuk hijau tampak melekat dalam tubuhnya.
Sedangkan lawannya adalah seorang kakek-kakek bungkuk
dengan tombak ditangan... wajah kakek itu tidak jelas sebab
tertutup rambutnya yang sebahu... pakaiannya hitam bergambar
piramida berantai, jelaslah ia merupakan utusan dari Nawa
Awatara yang bernama Abinhaya. atau lebih dikenal dengan
julukan Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. (Dieng).
579 "Keparat Danenra, menyerahlah sebelum kesabaranku habis
dan kami bantai habis k alian" Ancam Abinhaya.
"ciss.... aku sudah bosan kau hina terus-terusan, lebih baik mati
brkalang tanah daripada aku harus menuruti perintahmu" jawab
lelaki berbaju emas yang tak lain adalah ketua Sementara
Perguruan Rajawali Emas, Danenra.
Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. memandang wajah
Ki Danenra dan berkata sinis.: "Danenra, tahukah engkau
bagaimana caranya aku akan membunuhmu?"
Ki Danenra mengertek gigi. sebab ia sudah merasa bulat
dengan keputusannya itu. "Paling juga kau kuliti tapi, itu semua tak akan terjadi sebab aku
yang akan membunuhmu duluan?" serunya.
Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang menggenggam
tombaknya dengan kencang. Kemudian berseru:
"Soal itu harus dilihat kenyataannya !" mata Sikakek bungkuk
dari Gunung Sang Hyang melotot, tampaknya ia sedang dalam
keadaan marah sekali. kemudian ia menimpali,
"Jika begitu bersiaplah menghadapi malaikat kematian!"
Serempak dengan kata-kata itu, tangannya yang menggenggam
tombak itu bertebar dan menjadi puluhan bayangan segera
menerkam Ki Danenra.. 580 Walaupun tahu bahwa dirinya bukan lawan Sikakek bungkuk
dari Gunung Sang Hyang. tetapi dalam keadaan seperti saat itu,
tiada lain pilihan bagi Danenra kecuali harus melawan. Dia
babatkan pedangnya dengan sepenuh tenaga. Ujung pedang
berhamburan bagai hujan paruh rajawali mencurah deras ke
arah jalan darah mematikan ditubuh Sikakek bungkuk dari
Gunung Sang Hyang. sekaliggus menangkis serangan tombak
yang mencecarnya habis. Jurus permainan pedang itu benar-benar mengejutkan sekali.
serangannya yang disertai angin sambaran seperti sayap
Rajawali terdengar begoitu menggiriskan.
"Trannkk..." "Ahhh ....!" Kedua buah senjata beradu diudara, tahu-tahu Danenra
merasakan tangannya yang memegang pedang itu tergetar.
Bukan saja seluruh gerakan pedangnya terhalang, pun dia juga
harus menyurut mundur tiga langkah. Dan tanpa disadari dia
menjerit kaget. sementara disampingnya juga seseorang yang berbaju sama
dengannya sama-sama terdorong mundur, dia merupakan Tetua
dari Perguruan Rajawali Emas yang biasa dipanggil dengan
Rajawali dari Gunung Indrakila.
Rupanya ia sedang bertarung dengan sosok manusia aneh,
dibilang aneh mungkin dikarenakan Baju Hitam bergambar
Piramidanya itu compang-camping, wajahnya kusut masai
581 dengan jenggot dan bawuk menutupi seluruh wajahnya, dahulu
dia merupajkan salah satu gembong dari Kalangan Hitam yang
bergelar Si Kera Gila. tak ada yang mengetahui siapakah nama
asli dari Orang aneh itu.
Mengenai mengapa Tetua itu dapat terdorong mumndur dan
muntah darah beginilah jalan ceritanya.
Pada waktu itu Si Kera Gila tertawa dingin Sambil ayunkan
tangannya, manusia aneh itu berseru: "Awas, Jaga Nyawamu...!"
Seiring dengan kata-katanya, tangannyapun segera mendorong
ke muka. Sudah tentu Rajawali dari Gunung Indrakila tak berani
lengah. Dia kerahkan tenaga-dalam dan menyambutnya.
Bum... Terdengar letupan keras disusul dengan batu dan debu yang
beterbangan keempat penjuru. Air hujan menyibak, Air yang
tergenang muncrat kemana-mana. Rajawali dari Gunung
Indrakila terhuyung-huyung mundur sampai tiga langkah.
Darahnya kontan bergolak keras. Si Kera Gila masih tetap tegak
di tempatnya. Hanya kakinya makin melesak ke dalam tanah.
"Ha ha, ha bagus.... awas serangan keduaku!"
Setelah menenangkan semangatnya, Rajawali dari Gunung
Indrakila pun menyahut: "huh,... masih belum seberapa!" Saat itu pikirannya sudah tak
dapat mundur dari tekadnya, Mati atau Hidup.
582 Dia menyadari bahwa kepandaiannya masih belum mampu
untuk menghadapi Sikera Gila. Sebuah gelombang macam
Tsunami segera melanda Rajawali dari Gunung Indrakila.
Rajawali dari Gunung Indrakila segera menghimpun dua belas
bagian tenaga-dalamnya untuk menyambut.
Kembali terdengar ledakan yang lebih keras dari pukulan
pertama tadi. Rajawali dari Gunung Indrakila terhuyung-huyung
sampai sembilan langkah ke belakang dan hampir rubuh.
Dengan sekuat tenaga, dia menelan darah yang hendak muntah
dari mulutnya. Tetapi Sikera Gilapun juga tersurut ke belakang sampai tiga
langkah. Tubuhnya berguncang-guncang dua kali.
Rajawali dari Gunung Indrakila tahu bahwa dirinya telah
menderita luka dalam. Tetapi dia berusaha keras untuk
menahan diri. Si Kera Gila memandang Rajawali dari Gunung Indrakila sekian
lama. Kemudian ia tertawa keras. Lama dan panjang sekali.
Serentak Si Kera Gila gerakkan kedua tangannya tetapi tak
terdengar suara apapun. Sekalipun begitu Rajawali dari Gunung
Indrakila tak berani memandang rendah.
Dia tahu bahwa saat itu lawan sedang mengeluarkan jurus
pamungkasnya yang Paling Terkenal akan kedahsyatan dan
keamnehannya, "Pukulan Bayangan Kera Gila" itulah nama
Jurus itu.. Serentak diapun kerahkan seluruh tenaga-dalam
untuk membalas. 583 Adu tenaga-sakti yang berlangsung saat itu telah menimbulkan
ledakan yang amat dahsyat sekali. Bagaikan dihantam dengan
berpuluh-puluh godam, Rajawali dari Gunung Indrakila tertatihtatih ke belakang. Pandang matanya gelap, kepala berbinarbinar dan tulang belulangnya serasa lolos dari sendi
persambungan, kaki dan tangannya seperti patah berantakan.
"Hoeekk,.... Hoekk" Ia muntah darah.... mendadak...
"Wah-wah benar-benar pertarungan yang asik, benar begitu
Luyu?" Sebuah suara yang halus namun jelas di telinga setiap
orang yang ada disana. mengomentari pertrungan hidup mati
ditempat itu. "Tentu...tentu.... tapi tetap saja terlihat begitu monoton." jawab
yang satunya lagi. Gara-gara suara itu semua orang hentikan pertarungan dan
melirik dimana suara itu berasal. tampaklah diatas dinding
setinggi lima tombak dua orang Pemuda sedang ongkangongkang kaki.
Pemuda pertama berwajah tampan berpakaian kuning dengan
rompi terbuka Tubuhnya berkulit bersih, walau tak terlalu putih.
Lengannya kekar, demikian pula kedua kakinya yang kokoh.
Rambutnya panjang sebatas pundak dan mengenakan ikat
kepala dari kainwarna putih.. dia tak lain adalah Huru-hara
adanya, 584 Sedang pemuda kedua merupakan pemuda berwajah biasa
berkesan lugu dan bodoh,juga terlihat tengil sok berani.
Rambutnya panjang tipis diikat dengan kain warna coklat muda.
Pemuda itu memakai pakaian serba hitam. dia tak lain adalah
Luyu Manggala adanya. Setelah berlari-lari menyusur hutan dan mendaki gunung
sampailah mereka ditempat itu, begitu sampai mereka segera
disuguhi dengan pertarungan dari dua kubu yang berbeda.
setelah melihat keadaan Pihak Rajawali Emas semakin terdesak
maka berkatalah Huru hara memecah sekaligus menghentikan
pertrungan. "Hupp" "Jlegg" Huru-hara turun ke lapangan, dan berkata, "Hey,
beginilah jika bersilat bukan main dorong gak jelas kaya tadi"
setelah itu Huru-Hara Memasang Kuda-kuda.
Merah Wajah Si Kera Gila mendapat sindiran dari Huru Hara.
Huru Hara segera mendorongkan kedua telapak tangannya
dengan kuat mendorong angin seakan angin itu memiliki bobot
ribuan kati. entah bagaimana kejadiannya, kedua tangannya itu
masih mendorong angin namun entah juga darimana datangnya,
aram memiliki dua tangan lagi yang mengayun simpan
menyamping pada tangan kanan yang diayunkan kedalam dan
tangan lainnya yang terkepal untuk disilangkan didepan dada,
perlahan kedua tangan yang mendorong angin telah hilang,
sambil menyelinapkan tubuh kedepan maka disini tangan kiri
melakukan suatu totokan yang cepat pada Angin. lalu ia tegak
mematung sambil cengengesan, semua orang terpana namun
semunya tak ada yang mengerti ada apa sebenarnya.
585 "Hebat" "hebat" teriak Luyu Manggala dengan tampak ketololtololan dan segera ikut memainkan jurus itu. Semuanya tak ada
yang paham dengan apa yang dilakukan keduanya himngga
pada suatu ketika. "Wuuurrssshhhh... Blaarrr....Crekk...crekkk"
Gulungan angin tornado bergulung gulung dari tempat dimana
kedua telapak tangan Luyu dan Huru-hara mendorong angin,
berat namun cepat, itulah salah satu rahasia dari jurus itu. diam
namun bergerak, gerakannya kosong seperti tak berisi, namun
memiliki sumber, sumber kekuatan tenaga dalam dari alam yang
diolah ditangan tanpa memasuki tiantan. jurus yang dinamakan
dengan Ksatria Menolak Angin.
Kebetulan atau apa namanya antara luyu dan Huru-hara
menodongkan arah telapak tangannya pada sekumpulan
Anggota Nawa Awatara. maka tak pelak lagi tubuh Anggota
Nawa Awatara itu berterbangan terhempas angin yang kuat
bagaikan Angin tornado itu.
"akrrgghhh"jeritan menyayat bersahut-sahutan mengiringi angin
yang bercampur air hujan itu, "Blaarrr...brakk" tubuh itu ada yang
hancur ada yang patah, juga ada yang lainnya sebab tertabrak
dinding yang kuat atau dengan batu cada gunung juga ada yang
terlempar kedalam jurang.
"hahah" plok-plok hebat-hebat"
586 seperti anak kecil saja Huru-hara dan Luyu manggala berkeplok.
tawa dari mereka berkumandang dipegunungan itu. di tempat itu
kini berdiri empat orang lagi, tampaknya mereka merupakan
pentolan dari Utusan Nawa Awatara, mereka itu tak lain adalah
Si Kera Gila. Sikakek bungkuk dari Gunung Sang Hyang. dan
dua lelaki berkumis lebat berusia sekitar empat puluh lima tahun,
mengenakan pakaian rapi warna hijau berkrah leher tegak.
wajah mereka begitu sama, penampilan pun sama, dalam dunia
persilatan mereka terkenal dengan nama Kembar Tapi beda.
yang tertua bernama Sengkalang dan adiknya bernama
Sengkaling. "Si Jagad bulak Balik dan Si Kerbau Dicocok idung" dengus
sikakek bungkuk dari gunung sang hyang yang rupanya sudah
mengenali mereka berdua. "Ekh bungkuk, mengapa tak sekalian kau bersujud saja
didepanku!" Ejek Huru hara jenaka yang mana membuat para
murid Rajawali Emas tersenyum geli. merah wajah Sibungkuk
Dari gunung Sang Hyang. sebelum ia bicara, dia keduluan oleh
Luyu Manggala yang tertawa dan berkata. "Ekh, Hara... lihat
kakek ini kaya piaraanku...." luyu manggala menuding Si kera
Gila. segila-gilanya Kera Gila, mendapat ejekan itu ia geram
juga. menurutnya dihina bocah ketololan seperti itu sama saja
kehilangan harga dirinya, ia menggeram ringan.
"Ekh, Kakek, aku juga bisa marah kaya Kakek" Luyu Manggala
Jenaka, tapi hanya sesaat.. sebab secara tiba-tiba wajah Luyu
587 menjadi menyeramkan, Hawa membunuh mencekam
disekeliling itu, Luyu manggala menyeringai kejam,,, kejadian itu
terus berlangsung kira-kira seperminum teh lamanya, sampai
tiba-tiba mulut Si Kera Gila mengeluarkan busa bercampur
darah, dan terus semakin banyak... tak begitu lama, ia ambruk
kebumi tanpa ada nyawanya lagi.
"Yey, dia mati... hara dia mati aku Pelototin, gerrr" Luyu
manggala membuat wajahnya seseram mungkin dengan
dipaksakan yang mana malah membuat Huru Hara semakin
terbahak-bahak.. sebenarnya itu adalah jurus dari Aura
Kematian yang telah digubah Aram khusus untuk menambal
wajah ketololan Luyu Manggala.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luyu Manggala menamakan sendiri jurus itu dengan nama
"Muka Setan" namanya sangat sederhana seperti pemiliknya
namun kegunaannya tidaklah sesederhana namanya.
"Nah, luyu kau mau memilih yang mau bersujud kepadaku ini,
atau kah dua keledai yang mirip itu?"
"Akh, Aku mau yang bersujud itu saja, habisnya dua orang itu
menyeramkan sih.... hehe,. "
"Memangnya yang ini tidak seram?"
"Masa sih seram" orang mau cium tanah ketakutan begitu saja
seram.. malah terlihat lucu"
Begitulah keduanya malah saling bercanda satu sama lain tanpa
mengghiraukan orang yang dijadikan objek ejekan mereka.
588 Murid Perguruan Rajawalli emas sekuat mungkin menahan
mulut mereka untuk tidak ketawa mendengar ocehan dua orang
yang datang membantu mereka itu. sungguh baru mereka
percaya mengenai kabar dunia persilatan akan kekonyolan dari
Dua Ksatria yang diberi gelar Si Jagad bulak Balik dan Si Kerbau
Dicocok idung. sebuah gelar yang lebih tepat disebut
poyokan(Hinaan). "Kalian..." Tak sanggup lagi menahan kesabaran, Sibungkuk dari
Gunung Sang Hyang menerjang, seperti orang yang kesandung
tampak Luyu Manggala dan huru Hara terjatuh, namun serangan
dahsyat Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang dapat dielakan
dengan manis. "Lihat gara-gara kau aku jatuh" Bentak Huru hara pada Luyu
Manggala. "Apakau tak melihat aku juga jatuh gara-gara ulahmu!" elak Luyu
manggala. ternyata dalam keadan seperti itupun Mereka berdua
masih terlihat main-main. merasa dipermainkan Sibungkuk dari
Gunung Sang Hyang semakin geram, dia mengamuk seperti
banteng ketaton menyerang "Wurrrsss" Lidah api menyerang
Luyu Manggala.... itulah Ajian Saepi Geni
Luyu Manggala berteriak sedih, "seharusnya kita membawa
Kijang... lihatlah si pencium tanah ini mengeluarkan api dari
tubuhnya, aku merasa lapar... ingin sekali aku memanggang
kijang": 589 "haha.... salahmu sendiri, sudah aku katakan tadi sebelum
kemari untuk berburu, namun kau malah memarahiku karena
mana mungkin membakar Kijang dalam keadaan Hujan seperti
ini" jawab huru-hara disela-sela sambaran serangan dua
lawannya. "Aku memang bodoh...bodohhh" Luyu manggala menyesal dan
menangkap tangan Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang dengan
sigap, dengan kecepatan kilat ia meraih kepalanya dan tiga kali
diadukan dengan kepalanya sendiri.
"Bwahahahah" Para Murid Rajawali emas tak sanggup lagi
menahan rasa geli yang menggelitik sanubari, mereka tertawa
terpingkal-pingkal bahkan ada yang sampai membungkukbungkuk melihat pertarungan yang begitu lucu dan aneh.
"Huru Hara, Luyu, berhentilah main-main. kalau sudah lapar Aku
akan siapkan makanan untuk kalian" Sebuah Suara lain
menggelegar di antara ributnya pertarungan dan lebatnya hujan.
Ternyata ditempat tadi Huru Hara dan Luyu berdiri tampak
seorang Lelaki Paruh baya berusia enam puluh lima tahunan
dengan baju serba kuning keemasan yang sudah compang
camping. atau yang biasa dipanggil dengan Bintang Endrayana
pewaris ketua generasi ke-124 Rajawali emas
"Ketua...Ketua" Teriakan Kaget dari para Murid Perguruan
Rajawali Emas, bersahut-sahutan, mereka Kaget, Bingung, Juga
berbahagia bersatu Padu. 590 "Baiklah Ki Bintang....." Kami akan pijiti mereka... Jawab Huru
Hara seraya menekuk silang pada kaki dengan suatu putaran
tangkisan atas yang dilakukan oleh tangan kiri, sementara
tangan kanannya melakukan suatu pukulan yang sangat keras,
"Blaaarrrr" dua buah tenaga sakti beradu diudara, tapi sepertinya
itu masih belum cukup. terbukti Huru hara melanjutkannya
dengan suatu gerak tendangan pada kaki kanan serta dorongan
yang dilakukan oleh tangan kanan yang telah diputar sedemikian
rupa, untuk menghimpun tenaga secara cepat....
Bukkk... Oekkkk... Oekkk Hanya setengah jurus dari Ksatria membabat Angkara saja
Sikembar tapi beda kehilangan nyawanya, tapi Huru hara juga
terpental dua langkah kebelakang karena ledakan tenaga
saktinya sendiri. sementara itu, Luyu Manggala juga mulai mempergencar
serangannya, ia jongkok setengah badan untuk mengimbangi
tinggi Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang. Sibungkuk dari
Gunung Sang Hyang terkejut setengah mati, terutama ketika
kepala mereka beradu dan Luyu manggala berputar bagaikan
gasing. "Dreetttt" "Akkrrgghhhhh" Kepala Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang ikut berputar, darah
memercik kemana-mana, daging berhamburan. angin dan air
591 hujan bertebaran kemana-mana. lumpur dan tanah tersibak,
kecepatan putar itu begitu dahsyat hingga tubuh Luyu Manggala
dan Sibungkuk dari Gunung Sang Hyang. tidak terlihat lagi.
Sretttt...Jleggg...... Secara mendadak putaran itu berhenti... tubuh Luyu Manggala
berdiri dengan tenangnya, sedangkan tubuh Sibungkuk dari
Gunung Sang Hyang. telah menghilang, menyisakan darah yang
bertebaran. itulah jurus yang dinamakan dengan Bumi Berhenti
berputar. "Aduh Pusingg" Luyu Manggala sempoyongan dan terlentang
diatas hamparan lumpur, Huru Hara tertawa dan segera
mengangkut tubuh itu. Ki Bintang Endrayana segera
mempersilahkan Keduanya untuk memasuki salah sebuah
ruangan tempat istirahat.
Rintik hujan semakin menghilang, geluduk sudah menghilang,
menyisakan bau anyir darah, jejalanan yang becek semakin licin
akibat pertarungan. didalam sebuah ruangan tempat
peristirahatan dua orang sedang asyik mengobrol,
"Kau Lapar?" Luyu manggala bertanya.
"tentu,... tentu saja aku lapar" Jawab Huru hara tersenyum.
"Kalau begitu mari sini?" Sebuah suara mengagetkan mereka. di
pintu masuk ternyata Bintang Endrayana sudah berdiri disana.
"Hehe" keduanya cengengesan,
592 Sebenarnya, apakah yang sedang direncanakan oleh Aram"
Kita tengok beberapa hari kebelakang.
Pada waktu itu, ketika ia selesai menyatukan seluruh ilmunya,
Aram memerintahkan Kepada Ksatria Satwa beserta Adipati
Rajalela untuk memasuki Ruangannya, setelah semuanya
berkumpul. Aram segera membuka Rapatnya,
"Kalian siap berkelana lagi?"
Ksatria satwa tertegun, diam-diam semangat mereka berkobar
bagaikan api nyang membara. Dengan serempak mereka
menjawab. "Yehaa...." mendapat sambutan yang begitu luar biasa Aram
tersenyum bangga. "Kalian sudah paham apa yang harus kalian lakukan?"
"tidak" Adipati Rajalela menjawab tegas. Angkara nyengir sebab
ia tahu Adipati belum mengerti jalan Pikiran Ketuanya.
"Angkara apa bunyi Siasat rubah no 3?"
"Pangkas Pohon dari rantingnya agar tidak jatuh menimpa
banyak korban" "Siasat Rubah No 5"
"Pohon Jatuh tanpa suara lebih mematikan daripada pohon yang
mengeluarkan suara bergemuruh"
593 "Siasat Rubah No 6"
"Memukul dibarat, menusuk dari timur, menikam dari selatan
membunuh dari utara"
"Siasat Rubah No 7"
"Beri senjata kepada semut agar mengikis gula"
"Siasat nomor 25?"
" Kaburkan Kabar angin, menutup telinga musuh"
"Nah, sekarang kalian mengerti apa yang harus kalian lakukan?"
Angkara dan yang lain mengangguk paham kecuali Adipati
Rajalela Aram garuk kepalanya yang tidak gatal, "Angkara bisa kau
jelaskan kepada Ki Adi dilain kesempatan"
"Tentu, Aku berikan siasat nomor tujuh dan dua puluh lima saja,
sebab itu yang paling mudah" Angkara menjawab.
"Dan yang lain?"
"Kita selesaikan secara bersama-sama. "
"Baiklah.... aku sudah mengumpulkan segenap ilmu silatku
menjadi satu.. maka dari itu segera kita melakukan rutinitas kita
sebelumnya." 594 Tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya segera ksatria satwa
membuat lingkaran dan berpegangan tangan...
"Yang mulia Mari" Amuk samudera mengajak Adipati Rajalela
yang kebingungan. Seperti biasanya, Aram selalu menggunakan ilmu yang disebut
memindahkan pikiran dan hawa Aram untuk mengajari Murid
pilihan sekaligus sahabatnya itu.
Ilmu Memindahkan Pikiran dan Hawa sebenarnya merupakan
ilmu sesat dari golongan hitam, tapi Aram melatihnya dengan
cara yang lain sehingga efek negatif dari ilmu itu hilang meski
ilmu itu berkurang kegunaannya.
Ilmu itu sebenarnya melatih kekuatan emosi lingkungan
sekitarnya, mempengaruhi otak masing-masing dengan sugesti
yang diberikan.. jadi salah sedikit saja bisa mempengaruhi
mental dari orang yang melakukannya.
Begitulah, malam itu juga Ksatria satwa mulai berkelana, dan
diikuti Ketua Lima perguruan pada hari berikutnya
Disebuah kaki gunung Kecil disebuah pulau yang dulu tak
berpenghuni, yang sekarang diberinama Pulau anglep yang
berati elok, indah, molek. tampak sebuah panorama keindahan
membentang disepanjang pesisir pantai juga hutannya itu. pulau
itu memang pantas dinamakan demikian sebab pantas sekali
dengan tempatnya yang kaya akan cakrawalanya.
595 Dibawah air terjun yang kaya akan keindahannya itu empat
orang pemuda-pemudi berdiri tegap diantara karang yang
mencuat dipermukaan air. Mereka terdiri dari seorang pemuda
dan tiga pemudi. mereka tak lain adalah Aram, Thian Hong Li.
Melati dan Rismi Laraspati.
Hari itu Aram mengikat rambutnya di kuncir kuda diikat oleh kain
berwarna biru, diatas ikatannya menyembul sebuah gagang
berukiran harimau, ternyata kembali kujangnya ia simpan
sanggulan dimana ia mengikat rambutnya.
Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah
ketampanan wajahnya. pakaiannya berwarna biru langit serasi
dengan jubahnya. sementara ketiga kekasihnya mengenakan
pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada.
menunjukan dada mereka yang sekal. Badan mereka terlihat
elok dalam busana ketat seperti itu. Pinggang mereka tampak
ramping karena mengenakan celana ketat warna biru laut pula.
Pakaian mereka itu dirangkap pakaian jubah warna biru langit
yang tak terkancingkan bagian depannya. jubah itu terbuat dari
bahan sutera menampakan sikap mewah mereka, leher mereka
yang jenjang itu dibelitkan sebuah kain selendang tipis berwarna
putih. "Kita berangkat sekarang ...!." Aram memecah kebisuan.
"Mari kakang" Jawab mereka serentak.
"Pegang Tanganku.....!" Perintah Aram kepada melati dan Thian
Hong Li yang berada persis di sebelah kanan dan kirinya. tanpa
596 diperintahkan lagi, mereka menurut untuk memegang tangan
Aram. Kaki Aram menjejak kuat pada batu itu dan meloncat keatas.
ketika dalam jarak lima tombak tiba-tiba dikepalanya muncul
sebuah lingkaran sihir. itulah ilmu Penerobos dimensi yang telah
mencapai kesempurnaannya. tubuh Aram yang waktu itu sedang
meloncat tertelan habis oleh lingkaran itu dan menghilang dari
pandangan. *** Desa Arkunorogo merupakan sebuah desa yang padat akan
penduduknya, kedai-kedai mewah berjejeran disana,
penginapan tersedia diperbagai tempat. panoramanya indah
sebab berada di sebuah dataran tinggi. hamparan sawah tanpa
padi membentang ditempat itu. aliran sungai berkelok-kelok bak
gadis yang sedang menari.
Dalam pada itu, Empat sosok manusia bejalan santai menuju
desa itu. mereka itu tak lain adalah Aram dan ketiga kekasihnya.
Thian Hong Li, Melati dan Rismi Laraspati. mereka berjalan
dengan lagak seorang pangeran dan permaisurinya, matanya
memandang dengan angkuh dan jumawa. sejauh mata
memandang tampak para gelandangan mencari mangsa. tubuh
mereka kurus kering kerontang seperti tulang. wajah mereka
sendu berlumuran debu dan kotoran. sementara Para Anggota
Nawa Awatara memandang kedatangan rombongan itu dengan
aneh dan bahagia. Bahagia" mengapa"
597 Sebab mereka melihat tiga gadis secantik bidadari disamping
pemuda angkuh itu. mata mereka melotot, liur bercucuran
disudut bibir mereka. Rismi Laraspati mendengus hina merasa
dirinya di lecehkan. tangannya yang putih mulus mulai
memegang ujung selendang putihnya.
"Jangan hiraukan mereka..!" Aram mengingatkan.
"Baiklah kakang.... ingin sekali kucolok mata mereka itu kakang"
Rismi laraspati menggerutu sambil menurunkan kembali
tangannya. Namun Aram diam saja, sementara kedua Gadis
lainnya tersenyum, senyum mereka ternyata dianggap lain oleh
para lelaki disekitar itu. mungkin kira-kira ada dua puluh orang
yang berjejer disana. mereka semakin menjadi-jadi, kata-kata
kotor dan cabul juga suara suit-suitan tampak bersahut-sahutan.
"Cantik, mari gabung bersama kami.. aku jamin kalian akan
merasakan nikmatnya dunia"
"hahah...benar nona, lihatlah adik kami sudah berdiri menantikan
belaian tangan halus kalian.
Aram tak sedikitpun tak memandang mereka, ia berjalan terus
dengan angkuhnya. "Jumawa sekali kau bocah... apa kau tak tahu siapakah kami
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini?" Seorang lelaki berbaju hitam bergambar piramida
mencegat. wajah lelaki itu penuh dengan berewok sehingga
wajahnya tidak terlihat jelas.
598 Aram hentikan langkah, ia menatap lelaki itu dengan pandangan
hina... "kau sama sekali belum pantas menghadang tuanmu.. cuih!"
Aram meludahi wajah lelaki itu. lelaki itu terkejut sekaligus
marah, namun sebelum ia bertindak ia merasakan air liur itu
begitu panas menyengat wajahnya, sedikit-sedikit semakin
terasa. lelaki berewok itu semakin terkejut ketika air liur itu
menetas pada brewoknya, dan terjadilah hal yang mengejutkan
tiba-tiba lelaki itu jatuh berdebam ketanah dan kelojotan.
"Argghhh...grokkk grokk..." lelaki berewokan itu menggerang
seperti orang yang disembelih. wajahnya mengepul seperti
terbakar, tak lama kemudian lelaki itu berhenti kelonjotan,
wajahnya telah berubah mengerikan, daging-dagingnya sudah
menghilang entah kemana menyisakan tulangnya yang seperti
tengkorak, tangan yang memegang wajahnya itupun bernasib
sama, dagingnya menghilang menyisakan tulangnya yang
berwarna putih. Ketiga kekasih Aram menutup mata dengan ngeri, sementara
kawan lelaki itu terkejut setengah mati. tubuh mereka gemetaran
menahan murka. "Kau membunuh kawan kami.." salah seorang pemuda kawan
lelaki itu menunjuk Aram. belum sempat ia meneruskan
perkataannya tubuh pemuda itu ambruk ketanah, mulutnya
menganga dan dari mulutnya itu keluar buih-buih berwarna
putih, ia kelonjotan sebentar lalu diam.
599 Kawan-kawannya yang lain terkejut.
"Rac...racun..." pekik mereka sambil membalikan badan hendak
kabur. namun naas, nasib mereka tak semulus angan mereka.
semua Anggota Nawa Awatara yang ada disana tiba-tiba
ambruk tak bernyawa dengan mulut berbuih.
"Kakang.... jurus apakah itu?" Rupanya sedari tadi Thian Hong Li
memperhatikan gerakan tangan Aram sehingga tidak merasa
heran dengan kematian orang disekelilingnya berbeda dengan
kedua gadis yang lain. "Racun Pemusnah Jagad?"
"Nama yang sedikit membuat bulu kuduk meringkik" Rismi
Laraspati mengomentari sambil memonyongkan bibirnya yang
mungil. "sudahlah ayo masuk" Aram menegaskan. sambil melangkah
kan kakinya dengan lebar menuju sebuah kedai terbesar
ditempat itu, bagaikan seorang artis, begitulah Nasib Aram,
dirinya kini menjadi sorot perhatian dari setiap mata yang
memandang. "Silahkan masuk tuan nyonya" Seorang lelaki berpipi kurus
menyapa rombongan Aram dengan senyuman getir, antara takut
dan gembira. Aram tak sedikitpun memandang lelaki itu, ia teruskan
langkahnya dengan lebar menuju tempat duduk yang dalam
600 pada itu sedang dalam keadaan kosong. lalu berkata kepada
pelayan itu. "Siapkan makanan paling enak ditempat ini....!"
"Ba...baik tuan... " Ucap lelaki itu ragu-ragu.
"Kurang Ajar...!" "Brakkk" Aram memukulkan tangannya pada
meja, lalu kembali memasukan tangannya kebalik pakaian
birunya. dan pelayan itu terbelalak... Mengapa" ternyata
ditempat tadi Aram memukulkan tangannya itu, tergeletaklah
sebuah berlian sebesar kepalan jari. pelayan itu melenggong
menatap berlian itu, pikirannya berkecamuk berbagai macam
perasaan, Gembira, takut, kaget, Heran dan sebagainya.
Pelayan itu berkaca-kaca, sudah beberapa tahun kebelakang ini
memang dirinya tidak lagi melihat uang seperakpun. memanglah
sejak kerusuhan akibat Nawa Awatara dirinya tidak lagi dapat
mereguk keuntungan. setiap harinya ia berdagang namun tak
ada lagi pelanggan selain Anggota Nawa Awatara yang datang
kedalam kedainya itu dan tentu saja tak ada bayaran alias gratis.
Pelayan itu sadar, bila ia memilih menutup kedainya, maka
kematian lah yang menunggunya seperti halnya teman-teman
seprofesi lainnya. "Kau menunggu aku mati kelaparan disini heh",,..." Aram
membentak menyadarkan Pelayan itu.
Pelayan itu terperanjat, tanpa kata lagi ia segera membalikan
badan hendak kedapur mengambil makanan.
601 "Tunggu...!" Sebuah suara merdu menegurnya, ia tak lain adalah
Melati Adanya. Pelayan itu tertegun, segera ia berbalik dan bertanya "Ada yang
bisa saya bantu lagi nyonya?"
"Eng..... Ambilah" Melati menunjuk pada gundukan Berlian
dimeja. Pelayan itu dengan gemetar mengambil berlian itu, keringat
dingin diam-diam mengucur dikeningnya, dikepalnya berlian itu
seakan ia takut itu hanya khayalan. kemudian Pelayan itu segera
pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan.
"Sikapmu Lucu sekali Kakang.. hihihih" Rismi Laraspati
memecah kebisuan diantara mereka.
"Enggg......" Aram tersenyum lembut menjawab komentar itu.
"Apa rencana kita selanjutnya engkoh?" Thian Hong Li bertanya,
keningnya berkerut dalam.
"Bagi-bagi gula lalu bertamu di rumah sahabat kita."
"Maksudnya?" Melati dan Rismi Laraspati bertanya serempak.
"Kita lihat saja nanti" Ucap Thian Hong li penuh kemenangan.
"Lihat, Makanan sudah siap..!" Aram mengalihkan pembicaraan.
benarlah saja, dipintu masuk dari dapur dua orang pelayan
masuk kedalam ruangan dengan dua baki ditangan.
602 "Silahkan Tuan Nyonya" Pelayan itu menyajikan makanan itu
dimeja, adapun makanan itu terdiri dari Bakakak ayam
berlumuran kecap, Ikan bakar lengkap dengan sambalnya, dan
beberapa makanan lain. selain itu juga terdapat dua guci Arak
dari Kelapa yang disajikan belakangan sebagai minumannya..
Tanpa banyak cakap segera Aram, Thian Hong Li, Melati dan
Rismi Laraspati segera menyantap makanan itu dengan lahap,
sebentar saja makanan itu tersisa setengahnya, Lalu mereka
minum Tuak sambil bercanda tawa. Puas minum Tuak Aram
segera mengajak para kekasihnya yang sudah memerah karena
mabuk untuk melanjutkan rencananya.
"Ayo kita bagi-bagi gula." Ajak Aram.
"Bagi-bagi gula... engh.... jangan akh nanti di kerumuni semut
hihi" Rupanya Melati sudah mabuk berat, hingga ucapannya pun
sedikit melantur. "Teh, Kau sudah mabuk yah?" Rismi Laraspati berkomentar,
Seperti yang diketahui bahwa Rismi laraspati pada awalnya
merupakan seorang putri kerajaan, jadi tidaklah mengherankan
apabila ia sudah biasa minum tuak, sebab pada waktu itu,
minum tuak merupakan sebuah tradisi yang lumrah didalam
keraton. Dengan memapah tubuh melati yang sempoyongan, Rismi
Laraspati dan Thian Hong li berjalan mengikut Aram yang
berjalan didepannya. Pelayan di kedai itu tersenyum penuh
kebahagiaan, setibanya diluar Aram segera menggapaikan
603 tangannya pada seorang Pengemis yang kebetulan berada
didepan kedai. Pengemis itu segera mendekati Aram, Sebab ia
pun melihat kejadian dimana Aram membunuh Kawanan Nawa
Awatara yang menjadi musuh mereka.
"Ada apakah Tuan Pendekar?" Tanya pengemis itu sebab ia
melihat sebuah belati di gulungan Rambut Aram.
"Kumpulkan semua warga yang ada didesa ini semuanya,
kecuali kelompok setan setan gentayangan itu"
"Baik tuan Pendekar....!"
Segera saja Pengemis itu berlari kepada teman-temannya,
kemudian teman-temannya itupun mulai menyebar kesetiap
penjuru didesa itu. Aram hempaskan Tubuhnya dilantai yang berdebu. membuat
Thian Hong Li dan rismui Laraspati berpandangan, segera
mereka pun ikut duduk diemperan kedai itu.
"Emchhh.... Wah dunia berputar hihi" Mulut Melati terus saja
nyerocos tak jelas,. membuat Aram gelengkan kepala dan
segera menotok urat di dekat ubun-ubun Melati.
"Brukkk...!" Tubuh melati pingsan dipangkuan Rismi Laraspati.
"Kakang..!" Rismi Laraspati terpekik kaget.
"Jangan khawatir ia hanya tidur" Aram menenangkan Rismi
Laraspati yang kaget. 604 "owh" Sementara itu, Dari tujuh penjuru tampak para pengemis mulai
berdatangan dan berkumpul didepan kedai. mereka datang
dengan sembunyi-sembunyi, sepertinya mereka ketakutan bila
harus diketahui oleh Para Kawanan Nawa Awatara.
Sepernanakan nasi kemudian para warga yang dikumpulkan
sudah terkumpul, salah satu dari mereka yang tadi diperintahkan
segera mendatangi Aram, Ternyata ketika diperhatikan lelaki itu
memiliki wajah yang cukup ramah, tubuhnya kering kerontang,
sementara jenggot dan kumisnya menjuntai tak terurus.
"Maafkan saya tuan, Seluruh warga desa ini sudah mulai
berkumpul.." "Suruh semuanya duduk!"Perintah Aram lagi.
"Baik tuan" Ucap Lelaki itu sambil membalikan tubuhnya, dan
berteriak kepada para warga yang pada saat itu sedang
bergerombol seperti tawon.
"Para Hadiris sekalian, bapak-bapak-ibu-ibu saudara-saudari
sekalian silahkan duduk untuk mendengarkan sedikit petuah dari
tuan ini" "was wes wos" Suara para warga berdengung dikerumunan itu,
meski sedikit menggeruutu namun semuanya menurut juga.
"Sudah tuan!" Laki-laki itu berkata lagi. Aram segera menyahut.
sambil berdiri lalu melangkah kemuka.
605 "Terimakasih..."
"Hadirin sekalian mohon tenang!" Aram mengerahkan kekuatan
batinnya membuat para penduduk itu menurut juga sebab
merasakan aura wibawa yang terpancar dari tubuh pemuda
yang berbicara dihadapan mereka. bulu kuduk mereka dibuat
berdiri meremang. "Aku harap kalian dengarkan Ucapanku dengan seksama demi
kelangsungan hidup kalian"
Suara itu bukan keluar dari mulut, dan bukan didengar dengan
telinga, melainkan dengan batin. Semua warga saling
berpandangan sebab mereka dapat mendengar suara itu
ditelinga batin mereka bukan telinga luar.
"Pertama : Mohon bantu kami untuk mengaburkan telinga Para
kawanan yang mengaku bernama Nawa Awatara., Kedua :
Mohon bantuan kalian untuk bantu kami mengepung markas
cabang didesa ini, sekalian kabarkan kepada warga lain bahwa
Aku sedang menuju Markas Nawa Awatara pusat. Ketiga tolong
kalian buat kabar angin bahwa Aku akan menantang Ketua
Nawa Awatara di markasnya sendiri, dan sekarang berada
dalam perjalanan" Ucap Aram.
Para Warga disana terdiam. benar-benar takabur pemuda ini
kata mereka dalam hati. 606 "Bila diantara kalian ada yang menanyakan siapakah aku cukup
kalian katakan bahwa aku pemilik sandi "AKU MENGHILANG
DATANGLAH TENANG AKU MUNCUL DATANGLAH DARAH"."
Para hadirin disana terdiam, diwajah mereka muncul seraut
wajah terkejut, diantara mereka siapakah yang tak mengenal
sandi itu. sandi yang telah membuat keonaran dimana-mana.
"Dan yang terakhir, silahkan kalian maju satu persatu kemari"
Aram menutup komunikasi batinnya dan memasukan tangannya
kedalam jubah. "Silahkan Kau yang Pertama" Aram menunjuk lelaki yang tadi
mewakili yang lainnya. tak ada pilihan, lelaki itu segera
mendekati Aram dan berdiri dihadapannnya,
"Ambil" Aram memberikan sebuah berlian sebesar kepalan
tangan bayi kepada lelaki itu. mata lelaki itu terbelalak lebar,
seumur hidupnya, baik sebelum maupun sesudah terjadi
kekacauan belum pernah melihat berlian sebesar itu. Tanpa
diperintahkan apa-apa, Lelaki itu bersujud dikaki Aram. namun
sebelum itu terjadi, sebuah tenaga yang maha dahsyat menahan
tubuhnya. sehingga lelaki itu tak dapat melanjutkan niatnya itu,
"Tuan" mata laki-laki itu tercekat, namun ucapan itu tersela oleh
uucapan Aram yang memotong.
"Lekas ambil dan jalankan hidupmu seperti biasanya. lihat masih
banyak yang menunggu giliran"
607 Tak ada pilihan lagi, Lelaki itu segera mengambil berlian itu,
ditunjukannya berlian itu pada warga lainnya sambil lalu.
Betapa terkejut dan bahagianya para warga sekalian menyadari
bahwa itulah maksud dari Disuruhnya mendekati pemuda yang
baru mereka kenal itu. Kegiatan itu terus berjalan hingga matahari bertengger diufuk
barat dan lembayung Orange kemerahan mulai menggaris.
"Siapakah namamu Anak muda, sehingga kami dapat
mendoakan keberkahan hidupmu!" Seorang kakek-kakek
berjenggot putih berkata kepada Aram.
"Maafkan saya kek, mengenai itu saya belum bisa
mengatakannya, tapi orang-orang memanggil saya Pendekar
seribu diri" Ucap Aram lembut dan penuh hormat.
Kakek itu tercengang, dan manggut-manggut ucapnya " Kau
memang pantas mendapat gelar itu anak muda, pertama ku
melihatmu, kau begitu angkuh dan sombong, ketika sebelum
berbicara, sikapmu begitu tenang dan santai, ketika kau
berbicara mengenai hal yang penting, ucapanmu beguitu tegas
dan berwibawa, dan ketika terakhir ketika berbicara dengaku
ucapanmu begitu sopan dan lembut, kagum...kagumm"
"Terimakasuih Kek," Aram tersenyum ramah menambah
ketampanan wajahnya. diam-diam seorang anak perempuan
yang melihat senyuman itu tergetar hatinya.
608 "Kami Mohon pamit kek, Hong moay, Dinda Lati, Dinda Rismi
ayo berangkat" Rupanya Aram sudah mengetahui bahwa Melati sudah sadar
dari pingsannya, padahal semenjak tadi ia tak melihat
kebelakang. "Kemana Engkoh" Manja ucapoan Thian Hong Li.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita bertamu sebentar sekedar mereguk darah saja dirumah
sahabat kita hehe" Aram tertawa seram sambil berangkat
menuju arah barat daya. "Ayuh" Ketiga Kekasihnyapun segera ikut sambil bergelayutan
dikedua tangannya. "Kakek yang tadi bercakap-cakappun diam mematung. ia
bergumam "Pendekar Seribu Diri..... Gelar yang hebat dan tepat"
Senja mulai merayap mendekati malam. Matahari semakin
condong ke ufuk Barat Sinarnya yang lembut kemerahan
membias indah menanti datangnya rembulan Seorang pemuda
berrambut di kuncir kuda diikat oleh kain berwarna biru, diatas
ikatannya menyembul sebuah gagang berukiran harimau,
Dilehernya tersampir sebuah kain berwarna coklat menambah
ketampanan wajahnya. pakaiannya berwarna biru langit serasi
dengan jubahnya. sementara disampingnya terdapat tiga gadis cantik mengenakan
pakaian yang sama yakni berwarna biru laut sebatas dada.
Pinggang mereka tampak ramping karena mengenakan celana
609 ketat warna biru laut pula. Pakaian mereka itu dirangkap pakaian
jubah warna biru langit yang tak terkancingkan bagian
depannya. jubah itu terbuat dari bahan sutera menampakan
sikap mewah mereka, leher mereka yang jenjang itu dibelitkan
sebuah kain selendang tipis berwarna putih.
Mereka berjalan dengan canda dan tawa, menyusuri jalan
setapak dalam himpitan pohon jati yang berjejer rapi.
"Kakang... Ternyata itulah yang dinamakan Membagi-bagi gula
kepada semut.. hihi" Melati tertawa ringan.
"Emch, lalu berkunjung ini temanya apa?" celetuk Rismi
Laraspati. "Seteguk darah menyegarkan tenggorokan" Thian Hong Li ikut
berpartisipasi. "Bagaimana jikalau "Mereguk kenyamanan insan dalam setetes
hujan darah" " Aram mengajukan usulnya.
"bagus...bagus..bagus" Jawab ketiganya beriringan. Tiba-tiba
Thian Hong Li berpekik "eh lihat itu tandu bukan?"
Benar saja, darisana terlihat sebuah tandu hitam bergambar
piramida berantai di panggul empat orang pria.
"Siapa itu?"Tiba-tiba seseorang membentak didalam tandu."
suara itu meski galak namun tidak dapat menutupi suaranya
yang indah. 610 "Emh.... rupanya mereka hendak berpergian kakang" kata
melati. "Kami hanya ingin bertamu saja, hanya hendak mereguk setitik
darah dari kalian" kata Rismi Laraspati polos.
Aram menepuk jidatnya, sementara Thian Hong Li dan Melati
tersenyum geli, mereka tahu bahwa Rismi Laraspati terlalu polos
dan lugu untuk ukuran seorang pendekar wanita.
"Brengsekkk" "Blaaarr"
marah sekali perempuan dalam tandu itu, jelas ia merasa terhina
dengan ucapan Rismi Laraspati barusan. ia bukan orang bodoh,
jelas sekali maksud kedatangan keempat tamunya untuk
membunuh mereka. Jlegggg..Perempuan itu mendarat ringan ternyata ia merupakan
seorang perempuan cantik namun menor berjubah putih dengan
sulaman benang emas membentuk pola hiasan Piramida
berantai pada jubahnya. Perempuan berjubah warna putih itu
melapisi bagian dalamnya dengan kain berwarna hitam.
Perempuan berambut panjang sepinggang. sementara untuk
menutupi bagian bawahnya ia mengenakan kain penutup
pinggul dari bahan sutera hitam. Kain sutera hitam itu hanya
melilit di antara kedua pahanya dan mempunyai tali pengikat di
pinggul kanan-kiri. Perempuan cantik bermata jeli dan berbibir
sensual berwarna merah terkena polesan gincu itu mempunyai
kulit putih mulus dan tubuh sintal itu tak lain adalah Lestari alias
Ketua cabang Nawa Awatara di desa itu.
611 "Siapa barusan yang berkata lancang heh..!"
"Anu.. eng Saya!" Rismi Laraspati tergagap dan melirik Aram
yang tersenyumk geli. "Ini ganjaran untukmu" "wuss. Perempuan yang bernama lestari
itu menyerang Rismi Laraspati yang pada waktu itu sedang
salah tingkah. Jika seandainya serangan itu dilakukan beberapa bulan
kebelakang, niscaya dengan telak serangan itu akan
menggampar pipinya,. namun sekarang rismi bukanlah Rismi
laraspati yang belakangan. dengan meliukan dan melakukan
berberapa gerak kaki saja serangan itu dapat ia elakan dengan
mudah. itulah gerakan Tarian Bidadari darah biru yang pertama
yang bernama jurus bidadari kahyangan tersipu malu.
lestari alias ketua cabang Nawa Awatara penasaran
serangannya yang dilakukan secepat kilat itu dielakan. segera ia
kembali menyerang. namun Rismi Laraspati juga enggan bila
tubuhnya diserang dengan serangan yang bersinar biru dari
Lestari, segera iapun, menggunakan selendangnya dan balas
menyerang. "Hiaaatt" ?"Heppp" "Ctarrr.... Brak"
612 ketika selendang dan tangan beradu terjadilah bunyi letupan
menggeletar, namun serangan rismi laraspati terlalu lunak
sehingga selendangnya terpental menghajar tandu yang wktu itu
dipanggul oleh pengawal Ketua cabang Nawa awatara. maka tak
ampun lagi tandu itu hancur berantakan.
kali ini. kemarahan Lestari tak dapat dibendung lagi, dengan
ganas ia menyerang rismi Laraspati. jelaslah Rismi Laraspati
kelimpungan menghadapi serangan yang bertubi-tubi itu.
akhirnya melati segera menawarkan diri untuk membantu.
"Kakang, Rismi terlalu cetek pengalaman bertarungnya. maka
izinkanlah aku untuk membantunya dan kakang memberskan
yang tersisa." "Baiklah hati-hati Lati." Aram anggukan kepalanya kepada Thian
Hong Li dan dibalas dengan anggukan pula. dengan kecepatan
bagai kilat keduanya menyerbu kearah empat pengawal yang
tersisa, Mendapat kejutan yang tak terduga itu, Keempat pengawal itu
segera mencabut pedangnya, bila saja ketua Nawa Awatara saja
dulu berimbang dengan Aram, maka jelaslah keempat pengawal
itu bukan lah tandingannya, dengan gerakan laksana kilat Aram
menyambar ranting yang dilewatinya dan melemparkan
kebagian jalan darah kematian di dua pengawal itu. sementara
Thian Hong li lebih memilih memukulkan tangan kosongnya
berupa sinar perak kepada dua pengawal yang tersisa.
"Bruuukkkk" 613 Saking cepatnya serangan keduanya, keempat Pengawal itu
segera roboh berdebum berbarengan menjadi satu suara,
keduanya tak menghiraukan keempat mayat itu. mereka
teruskan lari menuju puncak dimana tadi Tandu itu keluar.
"Engkoh, Bagaimana bila kita menggunakan senjata kecil yang
menjadi kenangan untuk kita berdua?"
"Eng... boleh saja, hanya apakah engkau sanggup
mengendalikannya tanpa ada kejadian seperti dulu?"
"Aku bukan yang dulu lagi Engkoh" Thian Hong Li tersenyum
manis. Keduanya terus berlari hingga mereka sampai dipintu gerbang
tebal yang terbuat dari kayu jati. bagian dalam halaman itu tidak
terlihat sebab tertutup oleh pagar kayu yang berjejer.
Aram segera mencabut kujang kecil bergagang ukiran
harimaunya sementara Thian Hong Li mencabut keris
bergagang ular, dan dengan serempak keduanya melemparkan
senjata itu kependopo halaman diikuti dengan melesatnya tubuh
mereka. "Goaaarrrrrrrr"
"Gerrrmmmmm" Raungan bak monster bergemuruh memekikan telinga, Para
kawanan Anggota Nawa Awatara kaget, segera mereka
serabutan keluar, betapa mengkiriknya hati mereka ketika
614 melihat Sesosok Ular besar bersayap dengan empat kaki,
dinegri langit, sosok itu lebih dikenal dengan nama Naga. Naga
itu tidaklah berkulit melainkan berbentuk hawa keemasan.
dengan tanduk tunggal mirip sebilah keris. dan satunya lagi
berupa seekor Harimau bertaring putih menyala. tubuh harimau
itu besar melebihi harimau biasanya, kira-kira besarnya sebesar
Kerbau. cakarnya panjang dan tajam. Harimau itu juga tidak
berbentuk harimau sesungguhnya melainkan berbentuk hawa
kuning keperakan. "Apa itu..!" "Makhluk Apa itu..!"
"Heh, mati kita"
Berbagai macam teriakan keluar dari mulut mereka, argumen
dan pendapat silih bergantian. Aram yang mendengaritu
tersenyum sadis, rupanya kehadiran Aram dan Thian Hong Li.
tersamarkan akibat dua binatang mengerikan penjelmaan dari
Keris Perasaan dan Kujang kekuatan sejati.
"Goaaarr" "Germmmm" Dua binatang itu segera menyerang kawanan Anggota Nawa
Awatara yang pada waktu itu sedang berkerumun. Para
Kawanan Anggota Nawa Awatara itu sangat terperanjat, dalam
terkejut bercampur ngerinya buru-buru Mereka pasang langkah
seribu. 615 Kemunculan dua makhluk sakti itu membuat suasana dalam
halaman Markas cabang jadi kalut, dalam terkejut dan paniknya
masing-masing melompat dan kabur terbirit-birit dari situ.
Apa mau dikata ternyata ada beberapa orang pemuda yang
masih tertinggal di situ, tampaknya rasa takut dan ngeri yang
berlebihan membuat badannya gemetar keras dan tak bisa
menggerakan tubuhnya, apalagi ketika harimau penjelmaan
Kujang Kekuatan sejati mendekatinya. makin panik mereka
maka makin kuat mereka tak bisa menggerakan tubuh.
Pada saat itulah si harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati
menerkam mereka, dengan sekali terkaman dan cakaran, diiringi
jeritan ngeri yang menyayat hati, kira-kira lima orang dari mereka
bergelimpangan menjadi mayat dibarengi dengan hujan darah..
Rekan-rekan lainnya jadi amat gusar melihat peristiwa tragis itu,
karena gusar itu mereka akhirnya dapat menggerkan tubuh
mereka yang kaku. sambil membentak serentak mereka
lepaskan pukulan dahsyat ke tubuh harimau penjelmaan Kujang
Kekuatan sejati. Sayang tubuh harimau penjelmaan Kujang
Kekuatan sejati itu sangat kuat bagaikan baja, bukan saja
serangan itu gagal melukainya, malah sebaliknya justru
serangan itu malah membalik dan menyerang tubuh mereka
sendiri. "Hupppp...." "Gremmmmm" 616 Rupanya Aram tak sabar segera ingin menyelesaikan
pertarungan, maka dari itu segera iapun meloncat untuk menaiki
harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati. bagaikan seorang
panglima perang saja Aram menunggangi harimau penjelmaan
Kujang Kekuatan sejati sambil memukulkan serangan-serangan
tangan kosongnya. Sementara itu Thian Hong Li pun ikut meloncat pada punggung
Naga penjelmaan Keris Perasaan.. Merasa gembira naga itu
berpekik nyaring, tiba-tiba saja Naga itu membalikkan badan
sambil menyerang Kawanan Nawa Awatara yang lain, dengan
ekornya yang kuat Ular Naga Penjelmaan Keris Perasaan
menyapu dahsyat bangunan-bangunan itu hingga hancur
berantakan. Para Anggota Nawa Awatara yang berada di halaman dan
bangunan serentak mencabut senjatanya karena sudah pasrah
dengan keadaan. rupanya seluruh tempat itu sudah dikepung
oleh para warga yang sudah dibekali dengan senjata panah,
meski panah itu terbuat dari bambu dan talinya terbuat dari rotan
tapi, untuk menghadapi ratusan panah jelas hal yang mustahil
bagi mereka. dengan tanpa komando lagi, Anggota Nawa
Awatara menyerang Dua makhluk yang ditunggangi oleh
pemuda pemudi yang masih muda itu.
Serangan yang dilancarkan serentak nampaknya cukup
membuat harimau penjelmaan Kujang Kekuatan sejati dan Ular
Naga Jelmaan Keris Perasaan itu kerepotan, tapi, Tenaga
mereka yang tanpa komando itu mana mungkin bisa menangkan
kekuatan dua ekor makhluk yang setengah gaib itu" Tidak
617 sampai seperminum teh kemudian, tinggal delapan orang yang
selamat dari hisapan makhluk itu.
Sambil menjerit ketakutan kedelapan orang Anggota nawa
Awatara yang terdiri dari enam laki-laki dan dua perempuan
yang masih hidup serentak melarikan diri dari situ. Lagi-lagi naga
jelmaan keris perasaan itu pentangkan mulutnya sambil
menghisap, alhasil seorang seorang perempuan terhisap ke
perut makhluk itu. Di pihak lain, Aram dan tunggangannya, harimau penjelmaan
Kujang Kekuatan sejati membiarkan saja ketujuh orang itu
melarikan diri kearah pintu gerbang dan...
"Wung" "Creeepp" "Argghhhh" "Wah... Kami kelewatan pesta nih..." Suara merdu bak burung
nuri berkuicau mengomentari. ternyata dia adalah melati adanya.
disampingnya juga terdapat seorang perempuan yang
mendekap perutnya karena ngeri dan mual. dikarenakan
pengalamannya yang cetek, Rismi Laraspati merasa mual juga.
beda halnya dengan Melati yang pernah melihat pembantaian
manusia di Lembah kematian.
Mengapa melati dan Rismi Laraspati berada disana" bagaimana
dengan nasib Ketua cabang Nawa Awatara"
618 Ketika Aram dan Thian Hong Li menyerbu kemarkas cabang
Nawa Awatara waktu itu Rismi Laraspati sedang terdesak,
bukan kemampuan Rismi Laraspati yang cetek, namun
Pengalaman lah yang membuat ia kalah. dengan cekatan Melati
yang pada waktu itu sudah meminta izin kepada Aram segera
merapal jurus yang dapat memanggil barang yang diinginkannya
itu.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sringg...." Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba ditangan melati telah
tergenggam sebatang pedang panjang tanpa sarung. dengan
sedikit memutar pedangnya, melati segera melempar pedangnya
"Kelelawar sakti menembus kegelapan". itulah salah satu jurus
dari kedua gurunya sewaktu ia masih berada dilembah dewa
dewi. Mendapat serangan bokongan seperti itu, Tentu saja Lestari
alias ketua cabang Nawa Awatara merasa kaget, dengan cepat
ia menarik kembali serangannya kepada Rismi Laraspati.
Cringgg.....Pedang itu kembali kepada pemiliknya.
"Curang" Pekik Lestari Marah. melati tak hiraukan ucapan lestari,
segera ia berkata kepada Rismi Laraspati.
Pendekar Pemabuk 6 Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Pendekar Muka Buruk 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama