Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 15

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 15


mereka akan menyerang dari delapan penjuru, hal ini memperkecil
kesempatan kaum pemberontak melarikan diri dari kepungan
mereka kelak. 1400 Juga, agar kaum pemberontak tidak bisa menduga berapa besar
kekuatan tentara kerajaan yang dikerahkan. Sehingga para
pemberontak hanya dapat menduga bahwa tentara kerajaan yang
dikerahkan hanya seribu orang belaka. Dan tahu-tahu dari
berbagai penjuru telah bermunculan pula tentara kerajaan dalam
jumlah besar. Taktik yang dipergunakan oleh Kiang Wie dan Kang Wei
merupakan cara pat-kwa. Mereka juga bermaksud menyediakan
duaribu orang tentara kerajaan buat menyerang dari garis depan.
Begitulah, semua rencana dan taktik telah diatur, dan Cing Kiang
Wie berdua dengan Kang Wei yakin, kaum pemberontak itu dapat
ditumpas. Sedikitnya dapat dihancurkan.
Terlebih lagi, perlengkapan senjata dari para tentara kerajaan
diperlengkapi dengan senjata-senjata yang baik dan lengkap,
termasuk juga setiap tentara kerajaan selalu membawa golok, dan
senjata rahasia, juga harus membawa panah!
Jika diperlukan, Cing Kiang Wie dan Kang Wei hendak menjadikan
pasukan tentara kerajaan itu sebagai barisan pemanah. Buat
penyediaan anak panah, jelas sangat banyak sekali.
1401 Di gudang senjata dalam Kota Lam-yang, belum lagi mencukupi,
segera dibuat anak-anak panah dengan mengerahkan ahli-ahli
panah, sehingga meminta waktu buat menyiapkan anak-anak
panah itu dengan jumlah yang diinginkan selama seminggu
lamanya. Tetapi persiapan yang diadakan buat penyerbuan kepada sarang
pemberontak itu telah matang benar. Juga Kiang Wie dan Kang
Wei telah perintahkan beberapa orang ahli silat kelas satu yang
membantu An-busu atau Penguasa Kota Lam-yang, buat pergi
menyelidiki, juga puluhan orang tentara yang terampil diperintahkan mengadakan penyelidikan di sekitar Kota Lam-yang.
Laporan-laporan telah sampai di tangan Cing Kiang Wie dan Kang
Wei, mereka mempelajari semua laporan itu. Dan mereka
memperoleh kesimpulan bahwa para pemberontak itu tidak
memperlihatkan tanda-tanda mengadakan persiapan buat menyambut penyerbuan itu, membuktikan juga bahwa kaum
pemberontak itu rupanya belum lagi mengetahui perihal rencana
penyerbuan tersebut. "Bagus!" berseru Cing Kiang Wie dengan suara nyaring. "Inilah
sangat baik sekali?" karena dengan mereka tidak bersiap-siap,
kita akan dapat menghancurkan mereka lebih mudah!"
1402 Kang Wei juga mengangguk-angguk senang, mereka bekerja
dengan dibantu oleh beberapa orang panglima perang yang
berada di Kota Lam-yang. Karena Cing Kiang Wie berdua membawa firman kaisar yang
memberikan kekuasaan sepenuhnya pada mereka, semua
panglima perang di kota itu dan juga semua perwira tingginya,
tunduk pada perintah Cing Kiang Wie berdua. Mereka berdua
sebagai panglima tertingginya dalam penyerangan kepada kaum
pemberontak itu, dan semuanya harus patuh.
"Y" Pengemis tua Thio Kim Beng ketika matahari memancarkan
sinarnya cukup terang, baru terbangun dari tidurnya. Dia teringat
semalam telah bertempur dengan ke dua orang perwira tinggi
kerajaan, yaitu Cing Kiang Wie dan Kang Wei, yang masingmasing memiliki kepandaian lihay sekali.
Dengan begitu, besar dugaan dari Thio Kim Beng, ke dua orang
tersebut tentu kembali ke Lam-yang buat menghimpun kekuatan.
Dan dalam beberapa hari akan menimbulkan kekacauan lagi, guna
memusuhi orang-orang gagah yang bermaksud berjuang mengusir
kaum penjajah. 1403 Karena dari itu, setelah berlatih ilmu tongkatnya beberapa saat di
dalam hutan itu, buat mempersegarkan dirinya, tampak Thio Kim
Beng dengan tubuh yang agak dibungkukkan, dan langkah yang
perlahan-lahan ke luar dari hutan itu. Dia menuju ke Kota Lamyang, karena memang Thio Kim Beng bermaksud menyelusup ke
dalam kota buat melakukan penyelidikan.
Dalam keadaan seperti ini, Thio Kim Beng memang telah
bermaksud menyelidiki segalanya, yang kelak hasil penyelidikannya itu akan disampaikan kepada kaum orang gagah
yang tengah berjuang untuk membela tanah air mereka yang
terjajah. Di dalam Kota Lam-yang ramai sekali. Penduduk tampak dalam
keadaan seperti biasa, di mana mereka berdagang, bekerja dan
rumah-rumah makan tetap buka seperti biasanya.
Thio Kim Beng tidak melihat ada kelainan di dalam kota, dan juga
tidak terlihat kegiatan-kegiatan dalam menghadapi sesuatu
kerusuhan. Mereka, semua penduduk itu dalam keadaan tenang
saja, melakukan tugas mereka masing-masing.
Tetapi sebagai seorang berpengalaman, Thio Kim Beng segera
memaklumi, bahwa pihak tentara kerajaan tentu tengah 1404 mempersiapkan diri diam-diam. Mungkin mereka tidak ingin
diketahui oleh rakyat tentang maksud mereka yang ingin
menumpas kaum pemberontak.
Mereka tidak menginginkan jika rakyat mengetahui akan menimbulkan kekacauan, dan kemungkinan besar, sebagian besar
dari rakyat, akan berpihak kepada para orang gagah pembela
tanah air, berbalik mengadakan perlawanan kepada tentara
kerajaan di Lam-yang. Dengan demikian akibat itu membuat
tentara kerajaan menghadapi lawan yang tidak sedikit.
Jika saja seluruh rakyat di Lam-yang mengadakan kerja sama yang
kompak dan mempersatukan diri mengadakan perlawanan kepada
tentara kerajaan, niscaya mereka akan merupakan suatu kekuatan
yang tidak kecil. Penduduk Kota Lam-yang hampir meliputi
duapuluh ribu jiwa lebih?"!"
"Aku harus menyelidikinya di tempat-tempat para pembesar Boan,
di markas-markas mereka?"!" berpikir Thio Kim Beng.
Dan dia segera berusaha menyelidiki di mana kantor-kantor
Kerajaan Pemerintah Boan, terutama sekali pembesar yang
khusus mengurus tentara kerajaan.
1405 Namun di saat dia tengah berjalan di jalan raya, dengan tubuh yang
sengaja dibungkukkan dan kepala tertunduk dalam-dalam, sebab
dia tidak mau kalau sampai ada orang yang mengenalinya,
terutama sekali Cing Kiang Wie daa Kang Wei, dia terpikir lainnya
lagi. "Atau lebih baik aku pergi menyelidiki di rumah-rumah makan.
Bukankah banyak kaum pembesar yang bersenang-senang di
rumah makan, meminum arak sampai mabok dan kemudian
mengoceh tidak karuan. Dengan demikian tentu akan membuat
mereka mengeluarkan segala apa yang mereka ketahui"..
"Karena dari itu, walaupun bagaimana jelas aku bisa mengorek
keterangan yang lebih jelas lagi. Aku bisa menawannya, dan
kemudian mengkompresnya, memaksanya agar dia memberikan
keterangan yang lebih terperinci! Para Pembesar Boan-ciu
umumnya merupakan gentong-gentong nasi yang sayang akan
jiwanya. Mereka tentu akan ketakutan setengah mati dan
menceritakan sejelas-jelasnya apa yang mereka ketahui"..!"
Karena berpikir begitu, segera juga Thio Kim Beng mengalihkan
langkah kakinya, menuju kepada sebuah rumah makan yang
terletak tidak jauh dari jalan itu.
1406 Rumah makan itu memasang merek "Ang-tiauw-tiam", merupakan
sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar. Namun di rumah
makan yang bertingkat dua tersebut, sangat ramai sekali. Dan
disamping itu, memang tampaknya orang-orang yang berkunjung
ke rumah makan tersebut terdiri dari bermacam-macam golongan.
Thio Kim Beng berdiri di depan pintu rumah makan itu, di sebelah
pinggir kanan dia berdiri dengan tubuh yang dibungkukkan
walaupun matanya tajam mengawasi keadaan di sekitarnya. Dia
telah pura-pura berdiri di situ seperti tengah menantikan sisa
makanan yang akan diberikan pelayan.
Dua orang pelayan melihat kehadirannya Thio Kim Beng,
tampaknya tidak senang. Mereka beranggapan tentu dengan adanya pengemis mesum dan
kotor itu, merupakan halangan yang tidak kecil buat rumah makan
ini, di mana para tamu tentu akan merasa segan buat memasuki
rumah makan tersebut. Karenanya, ke dua nelayan itu menghampiri Thio Kim Beng, katanya dengan sikap tidak senang:
"Pengemis bau, jika engkau menghendaki makanan, engkau
jangan menghalangi jalan masuk di pintu ini. Pergilah engkau di
samping sana! Jika nanti telah ada sisa makanan, kami tentu akan
1407 memberikannya kepadamu! Jika engkau berdiri di sini, tentu para
tamu akan segan masuk ke rumah makan kami! Selain kami akan
rugi, juga sisa makanan tidak ada!"
Thio Kim Beng menyeringai, dan ia berkata dengan suara yang
sabar: "Sebetulnya..... di dalam hal itu merupakan urusan yang tidak
terlalu penting, karena biar bagaimana jelas aku tidak akan
mengganggu para tamu..... karena dari itu, biarlah aku di sini.
Siapa tahu ada tamu yang memang berkasihan kepadaku, dan
akan memberikan derma dan amal mereka?"!"
Setelah berkata begitu, kembali Thio Kim Beng tertawa
menyeringai, katanya: "Tuan-tuan, tentu sangat baik hati dan
membiarkan aku mencari hidup di sini bukan?"
Ke dua pelayan itu mengerutkan sepasang alisnya, tadi mereka
berusaha mengusir pengemis tua ini dengan baik hati, dengan cara
yang halus, agar pengemis itu tidak tersinggung. Namun sekarang
melihat Thio Kim Beng bersikeras untuk berdiri di depan pintu itu.
Karena dari tempatnya itu Thio Kim Beng memang dapat melihat
jelas semua tamu yang berada di dalam rumah makan tersebut,
tidak mau pindah tempat beranjak dari situ, membuat ke dua
1408 pelayan itu tambah tidak senang, maka mereka berdua hampir
berbareng telah berkata dengan suara yang tidak senang:
"Jika memang engkau tidak bisa diberitahukan dengan baik-baik,
kami akan menyingkirkan engkau dengan cara paksa!"
Thio Kim Beng tertawa. "Jangan begitu tuan-tuan?" aku si pengemis melarat hanya
mencari sekedar hidup di sini....." katanya kemudian seperti juga
pengemis yang tidak berdaya.
Salah seorang pelayan itu mengulurkan tangannya. Dia mencekal
tangan Thio Kim Beng maksudnya hendak menarik Thio Kim Beng
menyingkir ke samping rumah makan itu.
Thio Kim Beng membiarkan tangannya dicekal, sama sekali dia
tidak memberikan perlawanan. Sampai akhirnya waktu pelayan itu
menariknya dengan kuat, dia jadi kaget sendirinya.
Pelayan itu sampai mengeluarkan suara seruan tertahan. Karena
biarpun dia menarik cukup kuat, pengemis tua yang kurus kering
dan tampaknya lemah itu tidak bergeming dari tempatnya. Pelayan
itu segera menariknya lebih kuat lagi, namun tetap saja tidak bisa
me narik tubuh si pengemis tua tersebut.
1409 Kawannya, pelayan yang seorangnya lagi, ketika melihat rekannya
tidak dapat menarik pengemis tua itu, segera bantu menariknya.
Tetap saja Thio Kim Beng berdiri tenang-tenang di tempatnya,
tubuhnya tidak bergeming. Dia membiarkan saja ke dua pelayan
itu menarik-nariknya, namun dia sama sekali tidak bergeming atau
beranjak dari tempatnya berada.
Ke dua pelayan itu jadi tambah penasaran. Mereka segera
mengerahkan seluruh tenaga mereka, tapi tetap saja, walau
mereka menariknya dengan kuat, tidak berhasil menarik pengemis
tersebut. Malah tidak lama kemudian, mereka merasakan dari lengan
pengemis tua itu, yang dicekal oleh tangan mereka, seperti
mengepul hawa panas bukan main, sehingga ke dua pelayan itu
merasakan tangannya pedih sekali.
Kaget dan heran, ke dua pelayan itu melepaskan cekalan mereka
dan memandang termangu-mangu kepada pengemis tua itu. Hati
kecil mereka segera menduga bahwa pengemis tua di hadapan
mereka itu tentunya seorang pengemis yang tangguh dan memiliki
ilmu yang lihay, karena segera juga ke dua pelayan rumah makan
itu menduga, tentunya pengemis ini anggota Kay-pang.
1410 Memang banyak orang telah mengetahui, umumnya pengemis
yang masuk dalam anggota Kay-pang, dan mereka juga biasanya
memiliki kepandaian yang tidak rendah. Karena memiliki dugaan
tersebut, ke dua pelayan itu, yang telah gagal dengan usaha
mereka buat menarik menyingkir pengemis tua tersebut,
memandang dengan sorot mata tidak senang, tapi mereka tidak
berani memaksa Thio Kim Beng menyingkir lagi.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si pengemis tua tersenyum-senyum belaka.
Waktu itulah tampak di jalan raya berlari-lari dua ekor kuda, yang
berhenti di depan rumah makan tersebut. Ke dua penunggang
kuda tersebut adalah sepasang muda-mudi.
Seorang pemuda yang tampan dan gagah dengan seorang gadis
jelita yang tampak keren dengan gagang pedang tersembul dari
pundaknya! Matanya jeli, hidungnya bangir dan bibirnya tipis yang
selalu tersenyum, namun memperlihatkan kekerasan hatinya.
Mereka melompat ringan sekali turun dari kudanya masing-masing
dan si pelayan telah menghampiri mereka buat menerima kuda ke
dua tamu ini. 1411 Thio Kim Beng melihat sepasang muda-mudi tersebut, jadi tercekat
hatinya. Dia kenal dengan mereka. Ternyata ke dua pemudapemudi tersebut yang bertemu dengannya di puncak Heng-san.
Siapakah mereka" Tentu pembaca telah dapat menduganya.
Benar! Mereka adalah Ko Tie dan Giok Hoa! Mengapa mereka tibatiba sekali bisa berada di Lam-yang" Dan melakukan perjalanan
tampaknya hanya berdua"
Ini ada ceritanya tersendiri.
"Y" Seperti diketahui Giok Hoa ingin sekali merantau, namun tidak
berani mengemukakannya di hadapan gurunya mengenai maksudnya itu. Karenanya, ia selalu gelisah sendirinya, sampai
pada malam itu dia telah mengutarakan isi hatinya dan
perasaannya pada Ko Tie. Sedangkan Ko Tie pada malam itu juga telah membuka isi hatinya,
malah lebih dari segalanya. Dia telah menyatakan perasaan
cintanya pada gadis tersebut yang memang telah dapat
menggetarkan kalbu dan jiwanya!
1412 Pagi itu Ko Tie terbangun agak siang dan dia baru saja salin
pakaian. Gurunya telah duduk menghadapinya dengan tatapan
mata yang agak luar biasa.
Gurunya duduk di pembaringannya, yang berseberangan dengan
pembaringan Ko Tie. Dia menyaksikan muridnya tengah salin
pakaian, sampai akhirnya setelah Ko Tie selesai dan waktu
muridnya itu canggung ditatapi terus seperti itu, Swat Tocu telah
tersenyum memanggilnya. "Ko Tie, ke mari kau!" panggilnya sambil menunjuk ke sampingnya,
agar pemuda itu duduk di tepi pembaringan di dekatnya.
Ko Tie menghampiri gurunya, dia memberi hormat sambil
menanyakan kesehatan gurunya. Barulah dia duduk di dekat
gurunya dengan hati agak berdebar.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu!" kata Swat Tocu.
"Silahkan suhu!"
"Kulihat beberapa hari ini engkan gelisah sekali, apa yang engkau
rasakan"!" 1413 Merah muka Ko Tie mendengar pertanyaan gurunya seperti itu,
cepat-cepat dia memaksakan diri buat tersenyum, katanya: "Tidak
suhu..... tidak...... tidak ada yang dipikirkan tecu!" kata-kata itu agak
tergetar, karena dia kuatir justeru rahasia hatinya diketahui
gurunya. Swat Tocu tersenyum. "Muridku, aku sebagai gurumu, telah cukup lama hidup
bersamamu. Aku telah mengenal tabiat dan watakmu, sifatsifatmu! Karena dari itu, engkau jangan coba-coba mendustai aku!
Dan aku pun ingin menanyakan kepadamu, apakah menurut
anggapanmu puncak Heng-san ini sesuai denganku?"!"
"Tecu...... tecu tidak mengetahui dengan pasti, tetapi menurut tecu
justeru tempat ini cukup baik!"
"Bagus! Jika demikian. Apakah engkau menghendaki kita tinggal
di sini"!" Mendengar perkataan "kita" yang diucapkan gurunya dengan
tekanan nada yang lebih panjang, mulut Ko Tie berobah merah
lagi. 1414 "Terserah pada suhu, jika memang suhu cocok dengan tempat ini,
tecu hanya menurut saja. Tapi menurut tecu memang tempat ini
cukup baik buat suhu.....!"
"Hemmmm, engkau memperlihatkan Heng-san sebagai tempat
yang baik buatku. Apakah dibalik semua ini terkandung maksudmaksud tertentu?"
Pipi Ko Tie berobah merah lagi.
"Ti?" tidak suhu!"
"Sungguh"!"
Ko Tie tidak berani berdusta, memang sejak dia dididik oleh Swat
Tocu, dia mengenal baik watak gurunya ini, yang paling tidak
senang jika dia berdusta. Maka dia segera juga bangun dari
duduknya, dan menekuk ke dua kakinya, dia berlutut di hadapan
gurunya. "Suhu..... ampunilah tecu, memang sesungguhnya tecu mengharapkan suhu dapat menerima Heng-san sebagai tempat
hidup mengasingkan diri melewati hari tua, itu memang menjadi
harapan tecu!" 1415 "Mengapa begitu"!"
"Karena?" karena tempat ini sangat indah dan cocok sekiranya
dipergunakan sebagai tempat mengasingkan diri."
"Bohong.....!" kata Swat Tocu tersenyum, tapi tidak memperlihatkan kemarahan pada wajahnya. "Engkau telah
mendustai aku lagi!"
Muka Ko Tie berobah merah untuk sekian kalinya, hatinya
berdebar. "Sesungguhnya suhu?" sesungguhnya suhu, jika memang kita
tinggal di puncak Heng-san, kita tidak akan kesepian, karena di sini
ada Yo Cici dan Giok...... Giok Hoa!"
"Hemm, memang telah kuduga!" kata Swat Tocu sambil
mengangguk-angguk. Ko Tie tetap berlutut tanpa berani mengangkat kepalanya menatap
gurunya, hatinya tergoncang keras dan dia sangat malu sekali
terpaksa telah membuka isi hatinya.
"Sesungguhnya, aku mengerti bahwa engkau adalah seorang
pemuda, yang tentu tidak dapat hidup senang dan gembira di
1416 tempat yang sunyi! Itu memang kuketahui! Dan engkaupun
memang perlu merantau, buat menambah pengetahuan dan
pengalaman! "Dengan mempelajari kepandaian yang tinggi, tetapi tanpa
pengalaman, maka kepandaian yang telah engkau pelajari itu,
tidak ada gunanya! Juga kepandaian yang liehay setelah engkau
miliki tanpa diamalkan melakukan perbuatan menolong orangorang yang membutuhkan pertolongan dan bantuanmu, itulah
bukan perbuatan seorang ho-han...... Karenanya, akupun ingin
menyampaikan kepadamu, bahwa aku memang merasa cocok
dengan tempat ini!" "Suhu"!" Ko Tie mengangkat kepalanya memandang kepada
gurunya, "Benarkah?" benarkah itu, suhu?"
"Ya?"" mengangguk Swat Tocu. "Aku memang telah menetapkan untuk berdiam di puncak Heng-san ini?"!"
"Oh suhu?"!" Ko Tie girang bukan main.
"Bangunlah muridku, duduklah di sini, aku ingin menyampaikan
kepadamu banyak persoalan dan kata-kata!"
1417 Ko Tie bangun dari berlututnya, dia telah duduk di samping
gurunya. Swat Tocu memandanginya beberapa saat barulah dia bilang:
"Muridku, engkau seorang pemuda yang cerdik dan juga memiliki
kepandaian yang tinggi! Karena dari itu, engkau harus pandaipandai membawa diri! Engkaupun seorang pemuda yang tampan,
yang tentu banyak sekali gadis-gadis yang menghendakimu......
hanya satu pesanku, untuk sementara ini, engkau tidak boleh
melibatkan diri dalam percintaan!
"Engkau boleh mencintai seorang gadis, tetapi engkau tidak boleh
membiarkan dirimu dilibat oleh cinta! Engkau masih memerlukan
waktu yang cukup panjang, guna berjuang! Tahukah engkau,
bahwa di daratan Tiong-goan sekarang ini banyak para penjajah"
"Waktu aku berada dalam perjalanan ke Heng-san, aku telah
bertemu seorang sahabat lama. Dia menyatakan keinginannya
memohon agar aku turun tangan membantu perhimpunan orang
gagah, guna membantu mereka berjuang!
"Sayang hatiku telah tawar. Aku hanya ingin hidup menyendiri di
sini...... Namun biarpun aku menolak permintaannya, aku telah
1418 mengatakan kepada sahabatku itu, bahwa aku akan mengirim
muridku sebagai wakilku!"
Ko Tie mengawasi gurunya beberapa saat lamanya kemudian dia
bilang: "Jika demikian...... jika demikian suhu hendak perintahkan
tecu pergi turun gunung buat membantu Ho-han itu?"
"Tidak salah!" menyahuti Swat Tocu. "Karena dari itu, ingatlah
pesanku, bahwa sekarang ini bukan waktunya buat bermain cinta!"
Pipi Ko Tie terasa panas, dia merasa telah tersindir oleh gurunya.
"Ya, ya?"!" menyahuti pemuda itu.
"Dengarlah baik-baik Ko Tie! Aku telah melihat gerak-gerikmu, atau
juga gerak-gerik Giok Hoa. Di antara kalian berdua seperti juga
masing-masing memiliki perasaan sama!
"Aku mengetahui bahwa kalian merupakan remaja yang membutuhkan cinta kasih. Kalian juga wajar jika saling menyintai!
"Tetapi yang engkau harus ingat, kalian tidak boleh terperosok oleh
perbuatan hina. Karena itu, kau harus menjaga hubunganmu
dengan nona Giok Hoa baik-baik! Kelak jika memang telah
waktunya dan di waktu itu engkau telah mengenal lebih baik lagi
1419 sifat-sifat dari nona Giok Hoa, barulah kalian menikah! Mengertikah
engkau, Ko Tie?" Ko Tie mengangguk. "Mengerti suhu?"!" menyahuti Ko Tie sambil menunduk.
"Sekarang ini yang terpenting engkau harus mengerahkan seluruh
perhatianmu buat membantu perjuangan para Ho-han, yang akan
berusaha mengusir kaum penjajah itu?"!" menegaskan Swat
Tocu. "Engkau tentu ingat betapa perjuangan Kay-pang, juga perjuangan
para tokoh-tokoh sakti seperti Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, Kwee
Ceng, Oey Yok Su, dan lain-lainnya. Karena dari itu, sebagai murid
tunggalku, engkau harus memperlihatkan kepada dunia, bahwa
Swat Tocu tidak percuma memelihara dan mendidik seorang
murid, sebab muridnya itu akan menjadi manusia yang berjiwa
luhur dan lihay, yang berjuang membantu para kaum pendekar
dalam hal mengusir penjajah! Engkau harus menjadi manusia yang
memiliki jiwa yang bersih dan dihormati di dalam rimba persilatan!"
Mendengar kata-kata gurunya yang terakhir, yang nada suaranya
semakin meninggi. Ko Tie terkejut. Belum pernah gurunya bicara
1420 bersungguh-sungguh seperti itu, karenanya dia cepat-cepat
bangun dari duduknya dan telah berlutut lagi.
"Ko Tie berjanji akan mengingat selalu pesan suhu, juga tecu akan
segera melaksanakan perintah suhu guna membantu kaum
pendekar mengusir penjajah.....
"Tecu berusaha akan menjaga nama baik suhu, berusaha untuk
memiliki nama yang bersih di dalam rimba persilatan. Jika memang
tecu terpengaruh suatu perbuatan yang tidak baik, biarlah tecu mati
dengan tubuh tidak diterima langit dan bumi!"
"Bagus! Bangunlah muridku!" kata Swat Tocu kemudian sambil
mengusap kepala muridnya. "Dengan demikian, engkau tentu tidak
akan mengecewakan harapanku.......!"
Ko Tie telah duduk di samping gurunya lagi, di waktu itu Swat Tocu
telah berkata pula. "Ko.Ti, sebetulnya, aku menginginkan engkau menjadi seorang
yang terpandai di dalam rimba persilatan agar semua orang
melihat Swat Tocu bukan orang sembarangan dalam mendidik
murid, di mana engkau berhasil muncul sebagai pendekar muda,
yang walaupun usianya masih muda, namun kepandaiannya
sudah luar biasa! 1421 "Karena itu, engkau juga harus membuktikan, betapapun engkau
memang akan sekuat tenaga membantu para pendekar itu!
Kemuliaan dan juga nama baik, merupakan hal yang terpenting,
karena dari sanalah tercermin akan jiwamu yang baik?"!"
"Tecu akan mengingat selalu nasehat suhu!"
"Ya, dan engkau lusa boleh turun gunung dan kau boleh pamitan
pada Yo Kouw-nio dan muridnya itu! Dan untuk sementara waktu
ini, engkau harus menindih perasaanmu. Tidak boleh engkau
menuruti hati kecilmu belaka, yang belum lagi dapat melakukan
perbuatan besar engkau bermain cinta!"
"Tecu akan mematuhi pesan suhu!" kata Ko Tie.
Waktu Ko Tie ingin memohon pamit kepada gurunya buat keluar
dari kamarnya, tiba-tiba terdengar suara langkah yang ringan, dan
pintu kamar diketuk seseorang dari luar.
"Swat Locianpwe........ bisakah boanpwe mengganggu sebentar?"
terdengar suara Yo Kouw-nio, dari luar kamar.
Swat Tocu kaget dia menyahuti dengan segera: "Ya, ya, rupanya
Yo Kouw-nio mempunyai persoalan yang penting! Ko Tie, cepat
bukakan pintu buat Yo Kouw-nio!"
1422 Segera juga tanpa berayal Ko Tie membuka daun pintu kamar.
Tampak Yo Kouw-nio dengan pakaian serba kuning, tengah berdiri
tersenyum.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie memberi hormat kepadanya dan mempersilahkan masuk. Setelah memberi hormat kepada Swat Tocu, Yo Kouw-nio duduk
di kursi yang disediakan Ko Tie.
"Swat Locianpwe, ada sedikit persoalan yang hendak kusampaikan kepadamu dengan empat mata saja. Bisakah?"
tanya Yo Kouw-nio sambil melirik ke arah Ko Tie.
Swat Tocu mengangguk, sedangkan Ko Tie sendiri mengetahui
bahwa Yo Kouw-nio tentunya ingin menyampaikan sesuatu yang
penting hanya empat mata dengan gurunya. Walaupun hatinya
bertanya-tanya entah apa yang ingin disampaikan Yo Kouw-nio
kepada gurunya. Dia telah memberi hormat kepada Swat Tocu dan
Yo Kouw-nio, lalu keluar dari kamar.
Setelah Ko Tie mengundurkan diri, Yo Kouw-nio tersenyum, belum
lagi dia bicara. Swat Tocu telah bilang:
"Yo Kouw-nio. silahkan kau mengemukakan apa yang ingin kau
sampaikan" Tampaknya urusan yang cukup penting?"!"
1423 Yo Kouw-nio mengangguk. "Semua ini menyangkut urusan muridku?" Giok Hoa!" menjelaskan Yo Kouw-nio. Muka Swat Tocu berobah. Dia kaget dan heran. Dia pun segera
memiliki dugaan yang tidak baik, bahwa Ko Tie tentu telah
melakukan sesuatu yang kurang ajar pada Giok Hoa, sehingga
gurunya si gadis perlu buat menyampaikan teguran padanya.
Dengan muka merah ia tertegun sejenak. Namun segera Swat
Tocu bisa mengendalikan hati pada perasaannya.
"Yo Kouw-nio, ceritakanlah, apakah muridku...... Ko Tie, telah
melakukan sesuatu".. sesuatu yang kurang ajar dan hina pada
muridmu?" Yo Kouw-nio cepat sekali menggelengkan kepalanya sambil
mengulap-ulapkan tangannya.
"Ohhh, bukan".. bukan.....!" katanya cepat. "Urusan ini tidak ada
sangkut pautnya dengan murid locianpwe!"
Tenang hati Swat Tocu. Ketegangannya yang menguatirkan Ko Tie
melakukan sesuatu yang hina dan bisa memalukannya jadi hilang.
1424 Sambil tersenyum dia bilang: "Nah, sekarang Yo Kouw-nio
silahkan menyampaikan urusan yang ingin kau ceritakan itu!"
"Maafkan sebelumnya locianpwe karena ini sebenarnya merupakan urusan dalam rumah tangga perguruan boanpwe, tapi
karena adanya locianpwee di sini, maka boanpwe bermaksud
hendak meminta pertimbangan dari locianpwe mengenai murid
Boanpwe itu! "Sesungguhnya selama beberapa hari belakangan ini, boanpwe
telah memperhatikan murid boanpwe, dia tampak selalu gelisah.
Tadi pagi, boanpwe telah mendesaknya dan dia baru mengakuinya
terus terang?" bahwa dia?"!"
"Kenapa"!" tanya Swat Tocu mulai tidak tenang. Dia menduga
murid Yo Kouw-nio mengakui telah menjalin hubungan mesra
dengan Ko Tie. "Dia mengatakan, bahwa dia ingin sekali pergi merantau, untuk
mencari pengalaman!" menjawab Yo Kouw-nio.
"Oh begitu"!" Swat Tocu bernapas lega.
"Ya..... dan boanpwe berpikir, memang keinginannya itu wajar,
juga sangat bagus. Bukankah seseorang yang telah selesai
1425 mempelajari ilmu silat, harus berkelana, buat mencari pengalaman,
disamping juga mengamalkan kepandaiannya itu, melakukan
perbuatan yang mulia menolong orang-orang yang tengah dalam
kesulitan" Karena dari itu juga, boanpwe ingin meminta pendapat
locianpwe!" "Bukankah kau bisa saja membiarkan dia turun gunung, dengan
pesan setiap tahun dia harus kembali ke puncak Heng-san ini buat
menjengukmu?" kata Swat Tocu.
"Bukan begitu locianpwe.......... Persoalannya bukan demikian! Jika
tokh kelak dia menjenguk boanpwe selama dua tahun sekali,
boanpwe juga tidak keberatan! Tetapi Giok Hoa belum pernah
turun gunung, dia belum pernah berkelana, dia tidak mengenal
dunia luar?" "Terlebih lagi sekarang ini, di mana dia harus merantau seorang
diri. Tentu sangat membahayakan dirinya! Dia belum memiliki
pengalaman yang berarti."
"Maksudmu?" "Karena dari itu?" boanpwe meminta pertimbangan locianpwe".. Maafkan locianpwe atas kelancangan boanpwe.
1426 "Bagaimana jika memang murid locianpwe, Ko Tie, ikut serta
dengan murid boanpwe, menemani sementara waktu membimbingnya. Agar murid boanpwe itu tidak seperti si buta
menunggang kuda, yang tidak mengetahui arah tujuan" Bukankah
murid locianpwe memang selalu berkelana dan telah memiliki
pengalaman yang walaupun belum banyak, namun setidaknya dia
telah mengenal keadaan di dalam rimba persilatan?""
Swat Tocu mengangguk-angguk mengerti. Dia berpikir sejenak
lamanya sampai akhirnya dia bilang:
"Baiklah! Nanti aku akan perintahkan Ko Tie agar dia pergi
menemani Giok Hoa selama muridmu itu ingin merantau! Tetapi
tentu saja, kita berdua harus memesannya, agar mereka tidak
terlalu rapat dikala merantau, karena jika mereka berdua
berhubungan terlampau bebas, akan menyebabkan kita yang
sibuk jika kelak Giok Hoa membawa tambur sebelum nikah!"
Pipi Yo Kouw-nio berobah merah mendengar kelakar Swat Tocu,
tapi dia tersenyum mengiringi tertawa Swat Tocu.
Waktu itu Swat Tocu setelah tertawa, dia bilang lagi.
"Dan yang terpenting sekali adalah engkau yang harus memberikan nasehat-nasehat kepada muridmu itu, nona Yo?"!
1427 Karena walaupun bagaimana, dia yang harus membatasi diri, agar
dia tidak bergaul terlalu rapat dengan Ko Tie".
"Dengan nona Giok Hoa membatasi diri, tentu tidak akan terjadi
hal-hal yang tidak menggembirakan! Bukankah begitu Yo Kouwnio?"
Yo Kouw-nio mengangguk mengiyakan.
Begitulah, ke dua orang ini Yo Kouw-nio dan Swat Tocu telah
merundingkan lebih jauh bagaimana ingin mengatur dan menasehati murid-murid mereka. Tapi di antara mereka telah
dicapai kata sepakat, bahwa mereka akan memerintahkan muridmurid mereka turun gunung.
Lebih jauh Swat Tocu juga menjelaskan kepada Yo Kouw-nio,
bahwa dia telah memilih puncak Heng-san sebagai tempatnya, di
mana dalam tiga hari ini dia ingin membangun sebuah rumah
sederhana di puncak gunung Heng-san, karena dia memang
bermaksud menetap di sana. Hidup mengasingkan diri di tempat
hening dan sunyi itu, menjadi tetangganya Yo Kouw-nio.
Yo Kouw-nio menyambut gembira niat dari pendekar tua yang sakti
itu, di mana diapun telah menyatakan kesediaannya buat
1428 membantu Swat Tocu membangun rumahnya di puncak gunung
Heng-san. "Terima kasih, tidak usah, karena aku bersama dengan Ko Tie saja
telah cukup. Dalam dua hari rumah sederhana itu telah sudah
selesai dibangun dan Ko Tie boleh segera menemani muridmu
turun gunung.......!"
Yo Kouw-nio mengangguk, dia pun pamitan sambil memberi
hormat, karena dia bermaksud akan memberitahukan kepada
muridnya. Keinginan muridnya dapat dikabulkan, asalkan muridnya itu turun gunung didampingi oleh Ko Tie.
Juga dia bermaksud akan memberikan nasehat-nasehat kepada
Giok Hoa. Agar muridnya itu kelak kalau merantau berdua dengan
Ko Tie, dapat menjaga harga dirinya sebagai seorang gadis.
Dapat juga membatasi diri tidak terlalu bebas bergaul dengan Ko
Tie. Walaupun sang guru ini juga menyatakan pada muridnya itu,
bahwa dia tidak keberatan kalau antara Giok Hoa dengan Ko Tie
terjalin hubungan yang baik.
Sedangkan Giok Hoa waktu mendengar gurunya meluluskan
permintaannya, buat turun gunung dan merantau, bukan main
1429 girangnya. Dia sampai menangis dan mengucapkan terima
kasihnya tidak hentinya. Swat Tocu siang itu bersama-sama Ko Tie membangun rumah di
puncak Heng-san. Sebuah rumah yang sederhana sekali, juga
mempergunakan batu gunung dan kayu-kayu yang terdapat di
sekitar tempat itu. Karena kepandaian dan tenaga mereka yang luar biasa, pekerjaan
itu dapat dilakukan mereka dengan mudah dan cepat. Dalam dua
hari saja, telah rampung sebuah rumah sederhana yang pantas
buat ditinggali oleh Swat Tocu agar tidak kedinginan dan
kepanasan. Di dalam itu Swat Tocu telah memesan kepada Ko Tie bahwa
besok pagi muridnya boleh turun gunung. Namun diapun
menyampaikannya, bahwa bersama Ko Tie akan ikut serta Giok
Hoa, yang akan turun gunung guna mencari pengalaman.
Berulang kali Swat Tocu menasehati muridnya, agar baik-baik
menjaga diri dan memelihara hubungan baiknya dengan Giok Hoa,
berhubungan tidak terlalu bebas dan tidak mendatangkan aib dan
malu buat gurunya. 1430 Ko Tie berjanji, hatinya bersorak girang, karena dia akan turun
gunung berdua dengan Giok Hoa! Apa yang sama sekali tidak
pernah diduganya! Karena dari itu, dia berlutut sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya pada gurunya. Hanya saja dia masih bisa menahan diri
tidak sampai mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati
gurunya yang ternyata telah mengaturnya sedemikian rupa,
sehingga membuat dia bisa turun gunung dan berkelana berdua
dengan Giok Hoa. Giok Hoa sendiripun tak menyangka bahwa gurunya akan
mengijinkannya turun gunung, malah Ko Tie yang katanya akan
menemani si gadis, yang akan merupakan teman seperjalanan
yang pasti menggembirakan dan menyenangkan itu.
Begitulah, sepasang muda mudi pada keesokan harinya, telah
turun gunung. Masing-masing telah mengucapkan selamat
berpisah kepada guru mereka.
Giok Hoa sendiri menitikkan butir-butir air mata, karena terharu
juga buat berpisah dengan gurunya.
1431 Hanya saja justeru keinginannya buat berkelana memang jauh
lebih besar menggebu-gebu di hatinya, membuat dia menguatkan
hatinya untuk berpisah sementara dengan gurunya.
Setelah sampai di sebuah kampung di kaki gunung Heng-san,
mereka membeli dua ekor kuda. Mereka melakukan perjalanan
dengan menunggang kuda. Dan Ko Tie banyak bercerita mengenai dunia persilatan, yang
didengari oleh si gadis dengan gembira. Banyak yang mereka
percakapkan, karena ada saja yang selalu ditanyakan si gadis.
Tampaknya Giok Hoa gembira sekali, karena sekarang dia bisa
melihat betapa dunia yang terbuka lebar, membutuhkan dia
dengan kepandaiannya guna melakukan perbuatan-perbuatan
mulia dan luhur, membela orang-orang yang tengah dalam
kesulitan?" Apalagi sekarang di sisinya ada Ko Tie, dengan
demikian jelas akan membuat dia tidak memperoleh kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya berkelana di dalam rimba
persilatan. Ko Tie sendiri, karena telah menerima nasehat dan pesan dari
gurunya, walaupun dia girang dapat melakukan perjalanan berdua
1432 dengan si gadis pujaan hatinya, dia membatasi diri, tidak berani
bersikap lebih dari antara sesama dua orang sahabat belaka.
Giok Hoa sendiri juga telah menerima nasehat dari gurunya,
diapun membatasi diri. Karena dari itu, selama dalam perjalanan, mereka tampaknya
seperti juga kakak dan adik saja. Hubungan mereka dan sikap
mereka hanya terbatas sebagai sikap seorang sahabat terhadap
kawannya. Setiap mereka singgah di rumah penginapan, mereka mengambil
dua kamar. Ko Tie satu kamar, juga Giok Hoa satu kamar. Dan
tentu saja, kalau seandainya Ko Tie memesan satu kamar, Giok
Hoa yang akan menentangnya.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya saja, sejauh itu tidak pernah terjadi Ko Tie menginginkan
mereka tidur sekamar, karena Ko Tie selalu berpesan agar pelayan
mempersiapkan dua kamar tanpa memperdulikan pandangan
heran dari pelayan dan para tamu, yang melihat sepasang muda
mudi ini berpisah kamar, karena setiap mereka datang di suatu
tempat, banyak yang menduga, jika mereka berdua bukan kakak
beradik tentunya sepasang suami-isteri muda.
1433 Banyak juga yang mereka lakukan selama dalam perjalanan, yaitu
membela orang-orang yang tengah dalam kesulitan, dengan
demikian menambah kegembiraan Giok Hoa, karena gadis ini baru
pertama kali merantau. Ko Tie juga banyak sekali memberitahukan tentang peraturanperaturan
di dalam rimba persilatan, yaitu tidak dapat sembarangan seseorang mencampuri urusan balas dendam dari
golongan yang satu dengan golongan yang lain.
Dan semua ini merupakan salah satu pantangan dari orang-orang
yang berkelana di dalam rimba persilatan. Apa lagi mencampuri
dendam pribadi, akan membuat timbulnya salah pengertian yang
memungkinkan orang tersebut yang bermaksud baik mencampuri
urusan itu, akan dimusuhi ke dua belah pihak!
Justeru sekarang mereka tiba di Lam-yang dan gadis itu merasa
telah lapar mengajak Ko Tie singgah di sebuah rumah makan.
Siapa tahu kedatangan mereka dilihat oleh Thio Kim Beng, yang
kenal siapa mereka! Pengemis tua itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, agar Ko
Tie dan Giok Hoa tidak melihatnya.
1434 Si gadis dan Ko Tie telah memasuki rumah makan itu. Benar
mereka melewati si pengemis tua yang berdiri di pinggir pintu, tapi
mereka tidak melihat siapa adanya pengemis tua itu, sebab
mereka memang tidak memperhatikannya.
Thio Kim Beng sendiri mengenali bahwa pemuda itu adalah Ko Tie,
murid dari Swat Tocu, orang yang telah membuat dia penasaran.
Sedangkan si gadis itu adalah muridnya Yo Kouw-nio, si gadis
anak angkatnya Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko.
Seketika itu juga melihat Ko Tie dan Giok Hoa, timbul
penasarannya, karena dia segera ingat betapa ia diperlakukan
tidak pantas oleh Swat Tocu. Karenanya, timbul juga sifat
isengnya. Dia ingin mempermainkan muda mudi itu. Segera juga dia telah
menyingkir dan meninggalkan rumah makan tersebut.
Dikala itu, pelayan telah melayani Ko Tie dan Giok Hoa, ke dua
tamu ini yang berpakaian sangat bersih, dan juga tampaknya
merupakan orang-orang yang memiliki uang tidak sedikit, telah
dilayani oleh pelayan dengan hormat sekali.
1435 Memang dugaan pelayan itu tidak meleset karena tidak lama
kemudian, setelah bersantap Giok Hoa menghadiahkan pelayan
itu dua tail. "Dimana rumah penginapan yang cukup baik di kota ini?" tanya
Giok Hoa setelah dia memberikan hadiahnya itu.
"Ohhh, banyak nona, banyak!" kata pelayan itu segera. "Tiga
rumah terpisah dari rumah makan ini, terdapat sebuah rumah
penginapan yang cukup baik, kamarnya bersih-bersih!"
Giok Hoa mengangguk. Dan dia mengajak Ko Tie buat
meninggalkan rumah makan itu.
Waktu itu, Ko Tie telah membereskan pauw-hoknya, dia kemudian
menentengnya. Mereka keluar dari rumah makan. Namun dari
arah luar, ketika mereka tengah melewati pintu, mendatangi
seorang pemuda berpakaian necis dan sikapnya keagungagungan.
Di belakang orang itu mengikuti beberapa orang laki-laki bertubuh
tegap. Lagak orang yang berpakaian mewah itu, sangat tengik
sekali. Dan malah, dia berjalan di tengah-tengah tanpa memperdulikan dari dalam tengah keluar Giok Hoa dan Ko Tie,
sehingga pundaknya terbentur sedikit oleh Ko Tie.
1436 "Ehhhh, manusia kurang ajar" Mengapa kau berani begitu kurang
ajar tidak mau menyingkir melihat tuan mudamu ingin masuk,
sehingga engkau telah mengotori bajuku"!" bentak pemuda
berpakaian mewah tersebut.
Ko Tie tersenyum, dia bilang: "Maafkan, kamipun kebetulan sekali
hendak keluar....... Kami tidak sengaja, maklum pintu ini memang
tidak terlalu besar.....!"
Tetapi pemuda yang berpakaian mewah itu, yang berusia kurang
lebih tigapuluh tahun, tidak mau mengerti juga. Baru saja dia mau
memaki, dia melihat Giok Hoa, yang cantik jelita.
Bola matanya seketika memain, dan dia batal memaki lebih jauh.
Dia malah tersenyum katanya: "Eh, eh, kukira siapa, tidak tahunya
dengan seorang nona manis! adikmu" Atau memang kawanmu?"
Ko Tie melihat lagak pemuda itu yang demikian ceriwis, jadi
mendongkol bukan main. Dia tidak menyukai pemuda itu, dan dia
telah berkata: "Ya, adikku?"!" Sambil hendak berjalan meninggalkan pemuda tersebut.
Sikap Ko Tie yang acuh tak acuh, membuat pemuda itu
mendongkol lagi. Dia menarik lengan baju Ko Tie, sambil
menggentak dan membentak: "Tunggu dulu! Apakah setelah
1437 bersalah kepada tuan mudamu engkau hendak pergi begitu saja
tanpa meminta maaf dengan menjura sebanyak tiga kali"!"
Tubuh Ko Tie tertarik perlahan. Sikap kasar dari pemuda ini
membuat Ko Tie pun tambah tidak senang.
Dia telah memutar tubuhnya menghadapi pemuda itu, katanya: "Ini
adalah rumah makan umum, dan pintu ini memang satu. Jika saling
bersentuhan apa salahnya" Mengapa engkau bertindak keterlaluan seperti itu" Aturan mana yang engkau pergunakan"!"
Mendengar teguran Ko Tie yang sama sekali tidak memperlihatkan
perasaan jeri atau takut padanya, pemuda berpakaian mewah
tersebut melengak, namun segera dia tersadar dari tertawa
bergelak-gelak. "Bagus! Bagus! Rupanya engkau belum mengenal siapa tuan
mudamu ini, heh?" kata pemuda itu dengan congkak dan
membusungkan dadanya. Ko Tie tersenyum sinis, katanya: "Ya, memang kami belum lagi
mengetahui siapa kau, dan jika engkau mau memperkenalkan diri,
sebutkanlah namamu, karena kami juga ingin sekali mengetahui
sebenarnya siapa engkau ini seorang pemuda yang congkak dan
tidak tahu aturan!" 1438 "Apa kau bilang" Kau berani berbuat kurang ajar di hadapan
majikan kami?" berseru seorang lelaki bertubuh tinggi tegap yang
berada di dekat pemuda itu. Malah sambil membentak dia
mengulurkan tangan kanannya, bermaksud mencengkeram baju di
dada Ko Tie. Ko Tie memiringkan tubuhnya sedikit. Jambretan tangan itu gagal
mengenai sasarannya dan jatuh di tempat kosong. Hal ini membuat
orang itu jadi penasaran.
"Ehhhh?" engkau berani melawan, heh?" bentaknya, tinju
tangan kirinya melayang akan menghantam muka Ko Tie.
Tindakan orang ini sudah melampaui batas, karenanya Ko Tie juga
tidak bisa berdiam diri dan mengalah terus. Dia memiringkan
kepalanya, menghindar dari tinju orang itu dan membarengi
dengan itu, cepat sekali tangan kirinya menyampok.
"Dukkkk!" tubuh orang tersebut seketika kena disampoknya
terpental keras sekali dan terbanting di tanah. Dalam keadaan
seperti itu segera juga tampak, tubuh orang itu menggelepargelepar di tanah tanpa bisa segera bangun, seperti orang ayan.
Dan juga, dia mengerang-erang kesakitan. Dari mulutnya telah
memuntahkan darah, hidungnya juga mengucurkan darah. Sebab
1439 waktu dia jatuh terjerembab akibat terkena sampokan tangan Ko
Tie, dia mencium tanah, sehingga hidungnya bocor dan darah
mengucur keluar! Bukan main kagetnya pemuda berpakaian perlente itu. Dia
memandang tersenyum dan mundur dua langkah karena kuatir Ko
Tie memukulnya. Sedangkan empat orang laki-laki lainnya yang semuanya bertubuh
tinggi tegap, tampaknya pengawal pemuda itu, segera melompat
mengurung Ko Tie. Merekapun bergerak buat menyerang Ko Tie.
Tapi Ko Tie bersikap tenang sekali. Dia telah menggerakkan pauwhoknya, menghantam sekaligus ke empat orang itu sehingga
jungkir balik semuanya. Pemuda berpakaian perlente itu semakin ketakutan, dia tidak
menyangka Ko Tie merupakan seorang pemuda yang tangguh.
"Kau".. kau berani memukul anak buah Cin Wan-gwe?" bentak
seorang tukang pukul pemuda itu, yang telah melompat bangun.
"Benar-benar engkau mencari mampus!"
1440 "Hemmm, aturan apa yang kalian pergunakan sehingga malang
melintang sekehendak kalian dan juga turun tangan mau memukul
orang tidak pada tempatnya"!" tegur Ko Tie.
Orang yang bertubuh tinggi tegap itu, yang tadi membentak,
dengan muka merah padam dan menakutkan telah mencabut
goloknya. Dengan goloknya dia membacok.
Semua orang yang menyaksikan hal ini mengeluarkan jerit kaget,
begitu juga para pelayan dan tamu-tamu di rumah makan atau
orang-orang yang kebetulan lewat di depan rumah makan tersebut
menyaksikan peristiwa tersebut.
Sedangkan pemuda berpakaian perlente itu tampak senang, hilang
kagetnya, karena melihat anak buahnya mempergunakan goloknya. Dia yakin pemuda yang tangguh itu dapat dilukainya.
Giok Hoa berdiri di pinggir, dengan tenang dia mengerti segala
macam bangsa buaya darat ini tak mungkin berdaya menghadapi
Ko Tie. Dan Ko Tie tentunya tidak akan memperoleh kesulitan.
Maka dari itu si gadis tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya.
Ko Tie melihat menyambarnya golok, sama sekali dia tidak
berusaha menyingkir, dia mengawasi saja golok yang tengah
meluncur menyambar kepada dirinya.
1441 Setelah golok itu menyambar dekat, tahu-tahu Ko Tie mengulurkan
tangannya. Dia mementang ke dua jari tangannya, jari telunjuk dan
jari tengah, menjepit golok itu.
Para pelayan rumah makan dan para tamu kaget tidak terhingga.
Mereka membayangkan tentu tangan Ko Tie akan terbabat pecah
dan robek oleh golok itu. Karenanya, mereka sampai ada yang
menutup matanya dengan tangan tidak berani menyaksikan lebih
jauh dan juga mereka telah mengeluarkau seruan tertahan.
Di kala itu golok yang telah dijepit oleh Ko Tie ternyata tidak bisa
bergerak lebih jauh lagi, karena golok itu seperti telah dijepit oleh
jepit besi. Orang yang tadi membacok itu kaget. Dia semula girang karena
melihat pemuda lawannya mengulurkan jari tangannya hendak
menjepit goloknya. Dia mengerahkan tenaganya lebih besar,
sehingga golok itu menyambar lebih cepat. Dia yakin tangan
pemuda itu akan buntung terbelah dua.
Tapi kagetnya tidak terkira waktu goloknya itu terjepit sangat kuat
sekali oleh jari tangan Ko Tie seperti juga goloknya tengah dijepit
oleh japitan besi, sama sekali tidak bisa bergerak.
1442 Mati-matian dia menarik goloknya itu, agar terlepas dari jepitan jari
tangan pemuda tersebut tapi tetap saja tidak berhasil. Golok itu
telah terjepit kuat sekali.
Bahkan diwaktu itu telah beberapa kali dia menambah tenaganya,
mengemposnya dengan kuat, namun tetap tidak berhasil,
membuat dia tambah penasaran dan mulai jeri.
Ko Tie tertawa dingin, katanya: "Hemmm manusia kejam, dengan
sembarangan engkau memainkan senjata tajam buat bertindak
sewenang-wenang. Jika saja orang yang engkau serang itu
seorang yang tidak memiliki kepandaian apa-apa, tentu ia telah
bercelaka dan terjadi urusan jiwa...... maka manusia seperti
engkau harus dihajar.......!"
Sambil berkata begitu, Ko Tie telah mengerahkan tenaga
dalamnya pada ke dua jari telunjuk dan jari tengahnya. Dia
menggentaknya sedikit, maka terdengar suara "Tranggg!" nyaring
sekali golok itu telah menjadi patah dua.
Semua orang yang menyaksikan peristiwa tersebut jadi memandang bengong. Mereka kaget dan kagum, sebab dengan
hanya menggunakan jari tangannya, Ko Tie bisa mematahkan
golok tersebut. 1443 Pemuda berpakaian parlente itu juga jadi ciut nyalinya, dia segera
tersadar bahwa Ko Tie merupakan seorang yang tangguh dan
tentunya bukan pemuda sembarangan.
Kawan-kawan orang bertubuh tinggi besar itu juga tergetar hati
mereka, dan nyalinya telah ciut. Mereka tidak berani maju
menyerang lagi, semuanya hanya memandang bengong.
Ko Tie sendiri tanpa menoleh lagi telah mengajak Giok Hoa buat
berlalu meninggalkan rumah makan tersebut. Semua orang hanya
mengawasi bengong saja.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie mengajak Giok Hoa sambil menuntun kuda mereka masingmasing, pergi ke rumah penginapan yang letaknya tidak jauh dari
rumah makan itu, hanya terpisah empat rumah saja. Mereka
meminta pada pelayan rumah penginapan tersebut, agar disiapkan
dua kamar untuk mereka. Pelayan rumah penginapan itu juga tadi waktu ada ribut-ribut telah
keluar melihatnya dan mengetahui bahwa Ko Tie seorang pemuda
yang memiliki kepandaian tinggi. Biasanya tidak ada seorangpun
di kota ini yang berani melawan anak buah Cin Wan-gwe, pemuda
berpakaian perlente itu. 1444 Namun Ko Tie dengan mudah merubuhkan anak buah dari Cin
Wan-gwe itu. Dengan demikian pelayan tersebut memperlakukannya dengan hormat sekali.
Ko Tie dan Giok Hoa memperoleh dua kamar yang saling sebelah
menyebelah. Dan mereka duduk bercakap-cakap di luar kamar, di
sebuah meja yang memang disediakan oleh penginapan tersebut.
Tengah mereka bercakap-cakap menceritakan kelancangan
pemuda kurang ajar dan juga anak buahnya itu tiba-tiba pelayan
rumah penginapan yang tadi melayani mereka, telah berlari-lari
masuk. Wajahnya pucat pias, sikapnya yang gugup bukan main.
Dia berkata dengan terbata-bata:
"Celaka Kongcu, Kouw-nio?" celaka...... mereka".. mereka
datang?"!" Ko Tie tersenyum. "Tenanglah, katakanlah apa yang terjadi!" kata Ko Tie kemudian
menenangkan pelayan itu. Pelayan tersebut dengan wajah masih pucat dan tubuh mengigil
takut, telah berkata dengan suara masih tergagap.
1445 "Cin Wan-gwe..... mereka datang......! Cin Wan-gwe datang
bersama belasan orang tukang pukulnya. Semuanya membekal
senjata tajam. Mereka..... mereka galak sekali, tentu rumah
penginapan ini akan mengalami kerusakan"..
"Harap Kongcu dan Kouw-nio segera angkat kaki saja meninggalkan rumah penginapan ini melalui jendela! Karena
mereka sekarang masih berada di luar!
"Jika memang kalian tidak sempat melarikan diri, niscaya akan
menyebabkan mereka keburu masuk, kalian tidak akan dapat
menyelamatkan jiwa masing-masing?" Mereka biasa membunuh manusia seperti membunuh binatang.....!"
Ko Tie tersenyum dan berterima kasih atas maksud baik pelayan
itu, yang menganjurkannya agar melarikan diri, dan menghindar
dari Cin Wan-gwe dan orang-orangnya itu. Dia merogoh sakunya,
mengeluarkan lima tail perak.
"Ini untukmu, Lopeh?" terima kasih buat kebaikan hatimu!" kata
Ko Tie. Pelayan itu jadi bengong, mukanya masih pucat, dia mengawasi
Ko Tie dan uang di tangannya.
1446 "Ini..... ini?"!" katanya gugup sekali, karena pemuda ini bukan
cepat-cepat mengajak si gadis melarikan diri dengan ketakutan,
malah dengan tersenyum tenang telah menghadiahkannya uang
banyak itu. "Ambillah, kami akan menghadapi mereka, Lopeh jangan kuatir,
kami tidak akan mengalami sesuatu yang tidak enak?"!"
Baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, telah terdengar suara
berisik dari luar rumah penginapan.
Disusul juga kemudian dengan seruan. "Mana anjing kurap itu.....!
Hari ini tentu kami akan memperlihatkan bahwa Cin Wan-gwe
bukan sebangsa manusia yang mudah dihina!"
Dan tampak belasan tubuh menerobos masuk ke dalam rumah
penginapan, Beberapa tamu yang kebetulan berada di ruangan tersebut, segera
melarikan diri masuk ke dalam kamar mereka masing-masing.
Ko Tie dengan tenang melangkah maju mendekati orang-orang itu,
katanya: "Aku di sini?" apa yang diinginkan oleh kalian heh"
Atau memang tadi kurang puas dan minta dihajar lagi"!"
1447 Belasan orang itu mengeluarkan seruan yang berisik sekali,
mereka umumnya memiliki wajah yang sangat galak dan tubuh
tinggi besar: "Itu dia?" anjing kurap tidak tahu diuntung, kau akan kami
cincang?"!" Sambil berkata begitu, dua orang anak buah Cin Wan-gwe telah
melompat ke depan Ko Tie, golok di tangan mereka menyambar
cepat sekali, akan membacok kepada pemuda itu.
Ko Tie bersikap tenang, begitu golok menyambar datang, ke dua
tangannya bergerak sebat sekali. Dia telah menepuk ke dua
tangan orang itu, yang seketika lenyap tenaganya, karena masingmasing merasakan tangan mereka seperti semper dan golok
mereka terlepas dari cekalan masing-masing, berkontrang jatuh di
lantai. Belum lagi ke dua orang itu mengetahui apa-apa, ke dua tinju Ko
Tie telah meluncur, masing-masing singgah di dada dari lawannya,
sehingga tubuh ke dua orang itu terpental sambil mengeluarkan
suara jeritan yang mengandung kesakitan. Mereka telah terbanting
di lantai dan mengerang-erang kesakitan tidak bisa segera
bangun. 1448 Sedangkan waktu itu, beberapa orang kawannya dengan segera
menerjang maju. Mereka membacok dan menabas dengan
berbagai senjata tajam. Tetapi Ko Tie dengan lincah mengelakkan
ke sana ke mari dari sambaran senjata tajam lawan-lawannya itu.
Dengan demikian, lawannya seperti juga kehilangan sasaran,
karena di waktu itu tubuh Ko Tie berkelebat-kelebat dan tidak bisa
dilihat dengan jelas. Disaat itulah Ko Tie turun tangan. Mereka telah dipukulnya seorang
demi seorang, yang pada malang melintang jungkir balik terbanting
di lantai. Suara jeritan mereka juga terdengar beruntun saling susul. Dalam
waktu yang singkat belasan orang itu telah malang melintang
menggeletak di lantai tidak bisa bergerak, karena semuanya
pingsan. Saat itu, Cin Wan-gwe, waktu datangnya dengan membusungkan
dada dan angkuh, sekarang nyalinya pecah dan ketakutan setelah
menyaksikan belasan orang tukang pukulnya menggeletak malang
melintang di lantai tanpa berdaya. Dia berdiri dengan tubuh
menggigil keras sekali. 1449 Tadi memang dia penasaran dan telah membawa belasan tukang
pukulnya buat membunuh Ko Tie, namun ia tidak menyangka
bahwa pemuda itu memang tangguh sekali. Karena di dalam waktu
yang sangat singkat sekali Ko Tie telah berhasil merubuhkan
orang-orangnya. Jelas hal ini membuat dia berbalik jadi ketakutan
bukan main. Ko Tie tertawa dingin, tubuhnya melesat sangat cepat sekali.
Tangannya diulurkan menjambret baju orang she Cin itu yang
segera diangkat dan dibantingnya di atas lantai sehingga Cin Wangwe itu menjerit-jerit kesakitan. Dia juga meraung meminta ampun.
Tapi Ko Tie telah menginjak tubuhnya membuat Cin Wan-gwe tidak
bisa merangkak bangun. Dan dia memohon tidak hentinya kepada
Ko Tie agar dia jangan disiksa.
Di waktu itu Ko Tie tertawa dingin, dia bilang: "Engkau biang
keladinya, dan engkau yang harus dibunuh!"
Bukan main ketakutannya Cin Wan-gwe. Biasanya dia merupakan
seorang hartawan kaya yang muda usia, paling galak dan
bertindak sewenang-wenang di kota Lam-yang.
Tidak ada yang ditakutinya, karena dia memang memiliki banyak
sekali kaki tangan dan tukang pukul yang selalu siap buat
1450 menindas orang-orang yang tidak disukai oleh Cin Wan-gwe.
Malah, diapun telah mempergunakan kekuatan uangnya buat
mempengaruhi para pembesar.
Dengan demikian, dia bisa saja menjebloskan orang-orang yang
tidak disukainya itu ke dalam penjara. Dan itulah yang akhirnya
membuat Cin Wan-gwe jadi tambah kepala besar dan dia telah
malang melintang di kota Lam-yang sebagai cabang atas yang
ditakuti dan disegani penduduk.
Ketika dia berusia belasan tahun, ayahnya yang kaya raya telah
meninggal dunia. Dengan demikian membuat warisan orang
tuanya jatuh di tangannya. Tapi dia tidak mempergunakan uang
warisan itu dengan baik-baik, malah dia berfoya-foya dan juga
telah memelihara tukang pukul yang banyak sekali jumlahnya.
Dimana dengan mengandalkan uangnya, dan juga dengan usianya
yang masih muda, Cin Wan-gwe telah malang melintang. Selama
itu memang tidak ada orang yang berani menentangnya.
Tapi sekarang ini, siapa tahu justeru dia telah kena batunya,
dengan demikian membuatnya benar-benar ketakutan, sebab Ko
Tie merupakan pemuda yang tangguh sekali.
1451 Belasan orang tukang pukulnya yang lengkap dengan senjata
tajam mereka, dengan mudah sekali telah dirubuhkan oleh Ko Tie.
Dan sekarang Ko Tie mengatakan bahwa dia hendak membunuh
Cin Wan-gwe ini, membuatnya jadi ketakutan bukan main.
"Ampun?" aku tidak berani bertindak jahat lagi".. aku akan
merobah kelakuanku yang buruk...... dan aku akan menghadiahkan Siauwhiap uang yang cukup banyak?"!"
sesambatan si pemuda she Cin yang kaya raya namun buruk hati
dan sifatnya itu. "Plakkkk!" muka Cin Wan-gwe telah ditampar Ko Tie.
Mata Cin Wan-gwe berkunang-kunang, kepalanya juga jadi
mabok, karena tamparan itu keras sekali. Malah dia merasa sakit
pada mulutnya, karena bibirnya telah pecah akibat kuatnya
tamparan itu dan dua giginya telah copot sebagian.
"Baik! Kali ini aku mengampuni jiwa anjingmu, tapi ingat, jika
memang suatu saat engkau melakukan perbuatan yang tidak
baik?" hemmmmm, hemmmm, walaupun di waktu itu engkau
sesambatan memohon-mohon pengampunan dariku, tentu aku
tidak akan mengampuni jiwa busukmu.....! Mengerti?"
1452 "Mengerti?" terima kasih Siauwhiap..... terima kasih!" kata Cin
Wan-gwe sesambatan. Hatinya lega juga mendengar dia akan
diampuni. "Aku berjanji akan merobah kelakuanku dan tidak akan
melakukan kejahatan lagi!"
Baru saja dia berkata begitu, dia menjerit, "Aduhhhhh!" yang keras
sekali, karena kaki kanan Ko Tie telah melayang menendangnya,
sehingga tubuh Cin Wan-gwe terpental keluar pintu rumah
penginapan tersebut. Dengan tenang Ko Tie mengajak Giok Hoa kembali ke tempat
duduk mereka. Sedangkan belasan orang anak buah Cin Wan-gwe telah tersadar.
Mereka juga cepat-cepat angkat kaki, karena menyadari bahwa
lawan mereka merupakan pemuda yang tangguh, yang sulit sekali
dihadapi. Giok Hoa tertawa geli. "Sungguh lucu manusia-manusia busuk itu. Terhadap orang yang
lemah, mereka memperlihatkan taring, tetapi jika kena batunya
mereka menjadi manusia yang paling pengecut di dalam dunia
ini.....!" 1453 "Ya, demikianlah keadaan di dalam dunia persilatan. Karena dari
itu, betapa pentingnya seseorang mempelajari ilmu silat yang
tinggi, sehingga tidak akan menerima perlakuan yang bisa
membuatnya penasaran!" menyahuti Ko Tie
Setelah bercakap-cakap lagi beberapa saat, akhirnya mereka
berpisahan buat kembali ke kamar masing-masing, untuk
beristirahat. "Y" Malam itu keadaan di luar rumah penginapan di kota Lam-yang
sangat sepi. Tamu-tamu di rumah penginapan itu juga telah
terlelap di dalam tidur mereka, dan dibuai oleh mimpi-mimpi yang
mengasyikkan. Ko Tie sendiri telah tertidur nyenyak, mereka seharian suntuk
melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Karena dari itu, Ko
Tie telah tertidur lelap begitu dia merebahkan tubuhnya di
pembaringan. Tapi Giok Hoa justeru belum bisa tidur, walaupun dia telah
memejamkan matanya rapat-rapat dan berusaha tidur. Entah
mengapa, timbul perasaan rindunya kepada gurunya, Yo Kouwnio. Telah sebulan mereka berpisah, dan sekarang barulah Giok
1454 Hoa merasakan, betapa dia merindukan untuk bersama-sama
dengan gurunya, bercakap cakap dengan gembira.
Dan juga Giok Hoa tengah memikirkan, betapa di dalam rimba
persilatan dia menemui sekali peristiwa-peristiwa yang semula
belum pernah dia menyaksikannya.
"Ya, dengan berkelana seperti ini, memang aku akan bertambah
pengalaman, tetapi akupun harus berusaha menegakkan keadilan!
Dengan demikian, aku tidak mengecewakan harapan suhu, agar
aku menjadi seorang yang berbudi luhur dan mulia menegakkan
nama besar suhu dan perguruanku.........! Ya, memang aku harus
berusaha menjaga nama baik suhu, agar tidak sampai ternoda oleh
perbuatan yang tidak terpuji.....!"
Sambil berkata begitu, si gadis tersenyum manis sambil
memandangi langit-langit, karena di saat itu dia segera teringat
kepada Ko Tie. Dulu waktu mereka masih berada di puncak Heng-san, Ko Tie
pernah menyampaikan isi hatinya.
Dan sekarang, mereka telah melakukan perjalanan berkelana
hanya berdua. Namun sejauh itu Ko Tie memperlihatkan sikap
1455

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sopan dan lembut, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda
bahwa dia ingin bersikap kurang ajar padanya.
Memang dia pun merasakan, bahwa dia memiliki perasaan aneh
terhadap Ko Tie. Cuma saja, dia ingat benar akan nasehat
gurunya, yang berpesan agar dia baik-baik menjaga diri, dan
walaupun dia tidak dilarang bergaul intim dan akrab dengan Ko Tie,
tetapi harus memiliki batas-batas.
Waktu menasehati dirinya, gurunya juga telah memohon satu janji
darinya, yaitu Giok Hoa tidak akan mencemarkan nama baik-baik
gurunya dan dapat menjaga diri baik-baik!
"Suhu?" tentu saja aku akan dapat menjaga diri baik-baik!
Memang aku menyukai Ko Tie Koko....... tetapi, jelas aku akan
menghajarnya jika saja dia berani berlaku tidak baik dan kurang
ajar padaku, jika perlu membunuhnya!" menggumam gadis itu
sambil tersenyum manis. Dan berkelana berdua dengan Ko Tie, pemuda yang disenanginya
itu, benar-benar membawa kegembiraan buatnya. Karena dari itu,
dia sendiri semakin kerasan buat berkelana di dalam rimba
persilatan. 1456 Rasa rindu kepada gurunya berangsur mulai berkurang pula,
karena dia telah dapat mengendalikan hati dan perasaannya. Si
gadis memejamkan matanya dan coba tidur.
Di luar rumah penginapan itu, kegelapan malam, tampak sesosok
bayangan berlari-lari lincah sekali di atas genting. Gerakannya
begitu ringan, sehingga kakinya, setiap kali hinggap di genting
rumah penduduk dan akhirnya berada di atas genting rumah
penginapan tersebut, sama sekali tidak memperdengarkan suara
sedikit pun juga. Itu telah membuktikan bahwa gin-kang orang
tersebut tinggi dan mahir sekali.
Satu demi satu jendela kamar di rumah penginapan itu
diperiksanya. Dia seperti tengah mencari-cari dan menyelidiki
seseorang yang menginap di rumah penginapan tersebut.
Sampai akhirnya dia mengintai kamar di mana Giok Hoa berada.
Bibir sosok bayangan itu tersenyum, ternyata, di bawah sinar
rembulan, dia adalah seorang pengemis tua yang tidak lain dari
pada Thio Kim Beng! Kedatangannya di rumah penginapan ini di malam hari, memang
dia hendak mempermainkan Giok Hoa dan Ko Tie. Dia sengaja
menyatroni kamar si gadis.
1457 Di waktu itu, dia juga melihat api penerangan kamar si gadis belum
dipadamkan. Bibir si gadis tengah tersenyum-senyum, dengan
sepasang mata yang tertutup rapat, tampaknya ada sesuatu yang
tengah dipikirkan oleh si gadis, yang sangat menyenangkan sekali,
sehingga dia tersenyum-senyum begitu.
Thio Kim Beng mengangkat tangannya, dia mengetuk tiga kali
jendela si gadis. "Selamat malam, nona?"!" panggilnya dengan suara perlahan.
Tapi semua itu sempat membuat Giok Hoa melompat dari
pembaringannya, seperti juga disengat oleh kalajengking, dengan
muka berobah sebentar merah dan sebentar pucat dia telah
memandang tajam ke arah jendela! Diapun berada dalam sikap
bersiap-siap buat menghadapi kemungkinan serangan menggelap
dan membokong! Thio Kim Beng yang masih berdiam di luar jendela kamar si gadis,
telah memperdengarkan tertawanya, katanya: "Mengapa terkejut
nona manis?"!" Giok Hoa tidak bisa menahan diri lebih lama lagi. Dia menyambar
pedangnya, kebetulan memang dia belum salin pakaian.
1458 Cepat sekali tubuhnya melesat ke jendela kamarnya, di bukanya
sambil memutar pedangnya buat melindungi dirinya dari serangan
membokong, kemudian tubuhnya melesat keluar dengan muka
merah padam karena marah!
Di bawah cahaya rembulan yang redup, dilihatnya sesosok
bayangan tengah berlari menjauhi diri.
"Kejarlah jika engkau berani!" tantang sosok bayangan itu, yang
tidak dapat dilihatnya dengan jelas.
Giok Hoa penasaran, segera juga dia berlari dengan cepat sekali,
tubuhnya bagaikan bayangan melesat mengejar orang itu. Namun
sosok bayangan itu berlari dengan pesat sekali.
Semakin cepat Giok Hoa mengejarnya, semakin cepat pula dia
berlari. Begitulah jarak di antara mereka tetap terpisah dalam jarak
yang tertentu, di mana gadis ini tidak bisa menghampiri jarak
antara mereka. Semakin lama Giok Hoa semakin penasaran, dan dia telah
mengempos seluruh gin-kang nya, berlari sekuat tenaganya
berusaha mengejar sosok tubuh itu. Sampai akhirnya dia mengejar
di luar kola Lam-yang. 1459 Waktu melompat keluar dari perbentengan kota, sesungguhnya
Giok Hoa sudah ragu-ragu. Namun sosok tubuh itu terus juga
mengejeknya membuat gadis ini jadi tambah penasaran dan
marah. Tanpa memikirkan sesuatu apapun lagi, dia telah mengejarnya
dengan pedang terhunus tercekal di tangan kanannya, siap akan
dipergunakan menyerang kepada sosok tubuh tersebut, jika saja
ia berhasil mengejarnya. Tapi sosok tubuh tersebut berlari ke arah hutan lebat, dan
kemudian hilang tidak tampak jejaknya pula. Giok Hoa semakin
penasaran, dia mencari-cari di sekitar hutan itu.
Namun sudah sekian lama, akhirnya dia kembali ke rumah
penginapan dengan jengkel sekali, sebab merasa telah dipermainkan oleh orang yang tidak dikenalnya itu. Dia mengetuk
pintu kamar Ko Tie waktu tiba di rumah penginapan, karena ia
memang bermaksud hendak memberitahukan kepada Ko Tie apa
yang telah dialaminya itu.
Ko Tie bangun dengan segera, iapun tampak tidur tanpa membuka
pakaiannya, karena ia masih berpakaian lengkap, dan dapat
membuka pintu kamarnya dalam waktu yang singkat sekali.
1460 Dengan napas masih memburu, si gadis telah menceritakan apa
yang telah dialaminya. Dan juga telah dikatakannya, bahwa orang
yang mengganggunya itu tampaknya dilihat dari bentuk tubuhnya
adalah seorang laki-laki tua.
"Malah, jika memang tidak salah, aku telah melihat samar-samar.
Dia adalah seorang pengemis, karena dalam kegelapan malam
kulihat pakaiannya itu penuh tambalan!" Menambahkan gadis
tersebut. Ko Tie tampak terkejut, diapun berseru: "Celaka!"
"Kenapa?" tanya si gadis, yang memandang heran kepada Ko Tie,
di mana wajah Ko Tie memperlihatkan ketegangan.
"Cepat kita harus memeriksa kamarmu! Ku duga engkau telah
dipancing orang lain"..!" Menjelaskan Ko Tie sambil menarik
tangan si gadis. Sedangkan Giok Hoa mengikuti saja, dia membuka pintu
kamarnya. Keadaan di dalam kamarnya masih tetap seperti
semula, tidak ada perobahan. Dan juga terlihat daun jendela masih
terbuka lebar, dari mana bersilir angin yang sejuk sekali.
1461 "Cepat kau periksa apakah di antara barang-barangmu ada yang
hilang?" kata Ko Tie kemudian, sambil memandang sekelilingnya.
Giok Hoa heran, tapi dia sangat cerdik, maka cepat sekali dia bisa
mengerti apa yang dikuatirkan Ko Tie. Dia segera pergi ke tepi
pembaringannya, buat memeriksa buntalannya. Namun, si gadis
jadi berseru kaget. Dan dia telah menoleh kepada Ko Tie dengan
wajah yang berobah pucat.
"Barangku?" pauw-hokku telah hilang....." kata si gadis
kemudian. Ko Tie menghela napas dalam-dalam.
"Tentu orang yang memancingmu itu bukan orang baik-baik.
Tentunya dia si pencuri tangan panjang?" Dia sengaja
memancing kau meninggalkan kamar ini dengan tipu "Memancing
Harimau Meninggalkan Sarangnya", dan dia berhasil.
"Engkau telah kena diperdayanya, di mana engkau kena dipancing
meninggalkan kamar ini, kemudian dia menghilang, meninggalkan
engkau kembali ke kamar ini buat menggasak barang-barangmu!
"Maka dari itu, di lain waktu engkau harus lebih waspada dan hatihati! Demikianlah di dalam rimba persilatan memang seringkali
1462 terjadi urusan seperti ini?" karena itu, jika saja kita kurang
berhati-hati, niscaya akan membuat engkau akhirnya menderita
kerugian-kerugian yang tidak kecil!
"Ini bagus, hanya pauw-hokmu saja yang hilang, karena di dalam
pauw-hokmu itu tidak terdapat barang berharga yang harus
dilindungi! Jika memang engkau membawa mustika yang harus
dilindungi, sekarang kena diambil pencuri tangan panjang itu,
bagaimana engkau bisa mempertanggung jawabkannya"!"
Si gadis tampak bersedih dan juga bercampur marah, dengan
geram katanya: "Jika memang aku berhasil mencari jejak pencuri
laknat itu, akan kupatahkan batang lehernya.....!"
Ko Tie tertawa kecil. "Kita sulit mencari jejaknya, karena dia telah membawa kabur
pauw-hokmu, tentu ia tidak berani berkeliaran di tempat ini lagi!
Sehingga bagaimana kita harus mencarinya?"
Si gadis menghela napas. Memang inilah pengalaman pertama kali
buat Giok Hoa, kehilangan Pauw-hoknya karena dipancing oleh
maling itu dengan cara yang licik.
1463 Sedangkan Ko Tie kemudian menghibur si gadis. Dan katanya,
masih bagus barang-barang seperti itu mudah dibeli lagi, seperti
pakaian dan barang-barang perhiasan lainnya.
Dan juga, sebagai seorang yang berhati besar, Giok Hoa dapat
menerima bujukan Ko Tie, hanya perasaan mendongkol belaka
yang masih berada di dasar hatinya.
Begitulah, Ko Tie telah kembali ke kamarnya, sedangkan si gadis
tidak bisa segera tidur, karena dia masih resah diliputi
kemendongkolannya! Menjelang fajar, barulah si gadis dapat memejamkan matanya.
Tidur tidak terlalu nyenyak, sebab tidak lama kemudian dia telah
terbangun. Di waktu itu Ko Tie pun telah memesan makanan kepada pelayan,
ia menemani si gadis bercakap-cakap. Dan setelah santapan pagi
mereka berkeliling di kota itu, karena mereka bermaksud ingin
menyelidiki juga, kalau-kalau saja mereka beruntung masih dapat
mencari jejak si pencuri.
Tipis sekali harapan buat dapat membekuk pencuri tangan panjang
itu, namun mereka tokh menghabisi waktu mereka sampai sore
berkeliling di kota tersebut. Mereka juga berusaha menyelidiki di
1464 antara para pelayan rumah penginapan maupun rumah makan
yang mereka singgahi, bertanya-tanya, siapakah sekiranya maling
yang paling pandai di kota ini.
Tapi para pelayan dari rumah makan maupun rumah penginapan
tidak ada yang berani membuka mulut. Mereka hanya mengatakan
tidak tahu. Rupanya mereka memang tidak mau cari penyakit,
karena jika memang mereka menyebutkan, dikuatirkan justeru
mereka akan kerembet-rembet.
Sore hari barulah mereka kembali ke rumah penginapan dan
merasa letih sekali. Giok Hoa telah kembali ke kamarnya buat
beristirahat. Ko Tie sendiri karena iseng, akhirnya telah keluar pula dari rumah
penginapan, buat melihat-lihat keramaian di Lam-yang menjelang
malam. Memang cukup ramai, di mana banyak para pedagang
menjajakan barang-barang mereka. Dari berbagai tempat terdengar irama musik dan tertawa wanita-wanita pelesiran.
Dan Ko Tie tidak tertarik dengan semua keramaian itu, karena
hatinya waktu itu tengah berpikir hendak mengetahui entah siapa
maling yang telah mengambil buntalan Giok Hoa.
1465 Memang jika dilihat bahwa mereka berada di kota yang cukup
ramai seperti Lam-yang. Dan tentu di kota yang ramai seperti itu
tentu saja berkeliaran banyak sekali buaya darat dan malingmaling bertangan panjang.
Karenanya jika memang buntalan Giok Hoa diambil oleh maling
bertangan panjang, niscaya caranya bukan demikian. Malingmaling bekerja bukan dengan cara memancing terlebih dulu Giok
Hoa sampai keluar kota, kemudian baru mengambil pauw-hok si
gadis. Dan juga menurut Giok Hoa walaupun ia telah mengerahkan
seluruh gin-kangnya, tetap saja ia tidak berhasil mengejar maling
itu, yang tampaknya memiliki gin-kang sangat tinggi sekali.
Sedangkan kepandaian Giok Hoa juga tidak rendah. Dia seorang
gadis yang memiliki kepandaian tidak bisa diremehkan.
Lalu siapa orang liehay itu, yang mengambil pauw-hok Giok Hoa"
Melihat kepandaiannya yang tinggi seperti itu, jelas maling itu
bukan maling biasa, dan tentu ia pun memiliki maksud-maksud
tertentu. 1466 Karena berpikir dan memiliki dugaan seperti itu, penasaran sekali
hati Ko Tie ingin mengetahui siapa sebenarnya orang yang telah
mengambil pauw-hok Giok Hoa.
Memang maksudnya keluar dari rumah penginapan buat mencari
angin karena iseng dan menyaksikan keramaian di waktu malam
di kota Lam-yang ini. Tapi ia sendiri, tanpa disadarinya, sambil
menyelidiki juga, menyerap-nyerapi siapakah orang yang telah
mengambil pauw-hok Giok Hoa.
Waktu itu Ko Tie sedang berjalan di tengah keramaian kota Lamyang tersebut. Tiba-tiba dia merasakan pundaknya dibentur
seseorang. Bukan benturan sembarangan. Benturan yang memiliki lweekang
yang kuat, karena Ko Tie merasakan tubuhnya seperti juga
ditubruk sesuatu yang keras sekali, membuat tubuhnya hampir
saja terhuyung mundur kalau saja memang diwaktu itu ia tidak
segera memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya.
Segera Ko Tie menoleh kepada yang membenturnya. Orang itu
gesit sekali menyelusup di antara orang ramai. Namun Ko Tie tidak
mau berayal, segera mengejarnya.
1467 Cepat sekali orang buruannya itu menyelinap ke sana ke mari. Dia
telah meninggalkan Ko Tie cukup jauh.
Di tempat ramai seperti itu memang agak sulit buat Ko Tie


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan pengejaran. Dan juga, disaat itu memang tampaknya
merupakan hal yang menambah kecurigaan buat Ko Tie, orang
yang tengah dikejarnya memiliki gin-kang yang tinggi, karena ia
dapat berlari sangat cepat.
Cuma saja, yang membuat Ko Tie jadi tambah curiga, justeru orang
itu memakai pakaian yang bertambal sulam, yang memang jelas
dia merupakan seorang pengemis. Sedangkan menurut Giok Hoa,
orang yang pernah memancingnya keluar kota dan memiliki ginkang yang tinggi tampaknya seperti pengemis!
Teringat akan hal itu, hati Ko Tie jadi girang, mungkin pengemis ini
yang telah mencuri Pauw-hok Giok Hoa. Segera juga si pemuda
mengerahkan gin-kangnya, mengempos semangatnya dan dia
berlari secepat kilat. Ko Tie tidak memperdulikan ia menubruk beberapa orang yang
hampir terpelanting dan memaki-makinya, karena Ko Tie
bermaksud untuk dapat mengejar pengemis itu, yang 1468 kecurigaannya semakin kuat juga, bahwa pengemis itulah yang
telah mengambil pauw-hok Giok Hoa.
Sedangkan pengemis yang tadi sengaja membentur pundak Ko
Tie, telah berlari semakin cepat, dia menuju keluar kota.
Ko Tie kuatir jika ia lambat-lambat akan kehilangan jejak orang
buruannya, karena ia mengejar semakin cepat. Di waktu itu dia
telah membentur pundak seorang gadis yang telah terhuyung satu
langkah dan memaki: "Manusia tidak tahu aturan...... berhenti kau!" Dan gadis itu
menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya melesat sambil tangan
kanannya bergerak menghantam ke punggung Ko Tie.
Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik, berusia duapuluh
tahun lebih sedikit. Rambutnya disanggul besar, dengan pakaian
ringkas terbuat dari bahan sutera berwarna hijau daun, dan
tubuhnya sangat lincah sekali, dengan di pundaknya tersembul
gagang pedang. Dilihatnya dari cara berpakaiannya itu, jelas gadis itu merupakan
seorang yang memiliki kepandaian tidak rendah dan pengembara
di dalam rimba persilatan.
1469 Ko Tie sendiri waktu membentur pundak gadis itu, ia sama sekali
tidak memperhatikan, karena memang ia tengah berlari secepatcepatnya. Ia bermaksud hendak mengejar dan menyandak
pengemis buruannya itu. Dan ia pun berusaha membekuknya
nanti, guna mendesaknya agar mengembalikan pauw-hok Giok
Hoa. Tahu-tahu ia merasakan dari belakangnya menyambar kesiuran
angin yang kuat sekali, membuatnya kaget dan heran. Namun
sebagai pemuda yang memiliki kepandaian tinggi dan terlatih
dengan baik, segera juga ia dapat mengatasi keadaan. Segera
tangan kanannya menyampok ke belakang buat menangkis
serangan membokong dari belakangnya itu.
"Dukkk!" tangan Ko Tie menyampok tangan si gadis itu, kuat sekali.
Dan juga telah membuat Ko Tie jadi terhuyung satu langkah,
sedangkan si gadis itu juga telah terlempar sampai dua langkah.
Mereka jadi berdiri berhadapan.
"Kau......"!" Ko Tie berseru keras, karena dia tidak mengenali siapa
adanya gadis ini, yang tahu-tahu telah menyerangnya dengan
pukulan yang kuat itu. Kalau saja orang yang diserangnya tadi
seorang yang tidak memiliki ilmu silat yang tinggi, niscaya akan
1470 membuat orang itu terlempar dan terluka di dalam yang parah
sekali. "Mengapa kau menyerangku sekeji itu"!"
Gadis itu berdiri dengan mata mendelik dan mulut monyong
cemberut marah! Matanya itu juga memancarkan sinar yang tajam
mengandung kemarahan. "Kau masih bertanya mengapa aku menyerangmu" Hemmmm,
aturan mana yang kau pergunakan berlari-lari seperti babi buta
menubruki orang-orang di tempat keramaian ini"!" Bengis
pertanyaan si gadis. Ko Tie segera tersadar, walaupun hatinya masih mendongkol,
namun cepat dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat,
katanya: "Maafkanlah, aku tadi tengah mengejar penjahat...... mungkin
tanpa disengaja telah menabrak nona?"!"
Melihat Ko Tie meminta maaf dan mendengar pemuda ini tengah
mengejar penjahat, wajah si gadis yang semula memancarkan
sinar yang penuh kemarahan, sekarang berobah berangsur
menjadi biasa lagi, walaupun dia memang masih mendongkol.
1471 "Kau tengah mengejar penjahat" Penjahat mana" Apa yang
dilakukannya?" tanya gadis itu.
Mendengar pertanyaan gadis tersebut. Ko Tie tersadar cepat
sekali, dia telah menoleh memandang sekelilingnya. Pengemis
yang dikejarnya tadi telah hilang tanpa jejak!
"Aiiii!" berseru Ko Tie terkejut dan kecewa sekali.
"Kenapa?" tanya si gadis melihat sikap Ko Tie seperti itu.
"Dia telah hilang"..!" kata Ko Tie, "Hai, aku terlambat buat
mengejarnya"..!"
Melihat sinar mata Ko Tie yang melirik kepadanya, gadis itu
menyadari bahwa dirinya disesali pemuda ini, yang tentu merasa
dirinya terganggu dengan adanya si gadis, karena seperti telah
menghalang-halanginya si pemuda, membuat dia gagal mengejar
penjahat yang menjadi buruannya.
"Hemmm, engkau ingin mempersalahkan diriku, karena aku,
engkau gagal mengejar penjahat itu?" tanya si gadis sambil
mendengus. 1472 Ko Tie nyengir, dia bilang: "Mana berani".. mana berani! Cuma
saja, karena memang aku harus berurusan dengan nona,
membuat aku kehilangan jejak.......!"
"Jika demikian, sekarang kau katakan. Engkau tidak puas bukan
karena perbuatanku?" kata si gadis. "Engkau merasa dirugikan
karena aku menyerangmu?"
Ko Tie tertawa. "Tidak, tidak"..!" katanya. "Nah, selamat tinggal nona..........!"
Sambil berkata demikian, Ko Tie menjejakkan ke dua kakinya.
Tubuhnya berkelebat ringan sekali meninggalkan si gadis, karena
ia yakin percuma saja ia melayani gadis tersebut.
Si gadis hendak mencegah, namun akhirnya dia membatalkannya
sendiri. Dia hanya mendengus saja sambil mengawasi Ko Tie yang
akhirnya lenyap dari pandangannya. Dan dia sendiri di dalam
hatinya berpikir, entah siapa pemuda itu adanya, yang tampaknya
lihay dan memiliki kepandaian tidak rendah disamping memang
tampan"! 1473 Ko Tie yang berlari-lari pesat sekali berusaha mengejar mencari
jejak si pengemis. Ia telah memandang sekeliling tempat yang
dilaluinya. Tapi si pengemis yang tadi dikejarnya sudah tidak terlihat
bayangannya. Waktu sampai di pintu kota, di mana keadaan di
tempat itu tidak seramai di tengah-tengah pusat kota Lam-yang, Ko
Tie tetap tidak melihat bayangan si pengemis.
Ia jadi mendongkol dan jengkel, dia sampai banting-banting kaki,
karena ia sangat menyesali tadi, yang telah membuat dia gagal
mengejar pengemis itu. Tapi begitu dia menyesali si gadis, seketika ia teringat bahwa gadis
itu sesungguhnya seorang gadis yang cantik, mulutnya yang
dimonyongkan cemberut marah, matanya mendelik lebar karena
gusar dan sikapnya yang gagah, wajahnya yang cantik dengan pipi
kemerah-merahan disebabkan marah. Sungguh seorang gadis
yang cantik sekali! Dan tadi Ko Tie tidak sempat memperhatikan keadaan si gadis.
Sekarang dia baru teringat, bahwa tadi dia sampai lupa
menanyakan nama si gadis. Dan dia tidak mengetahui juga, siapa
yang tampaknya memiliki kepandaian tidak rendah itu"
1474 Di waktu itulah dia telah berpikir, ingin kembali ke tempat tadi di
mana dia bertemu dengan gadis itu, guna bercakap-cakap
dengannya. Waktu Ko Tie memutar tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara tertawa
dingin. "Dasar pemuda mata keranjang, begitu melihat gadis cantik,
segera juga matanya jadi panjang.....!" tiba-tiba terdengar orang
yang mengejeknya dari tempat gelap.
Kaget Ko Tie oleh teguran dan ejekan tersebut, dia memutar
tubuhnya, dengan mata yang tajam dia mengawasi ke tempat di
mana datangnya suara ejekan itu.
Tampak berkelebat sesosok bayangan yang berlari cepat sekali
meninggalkan tempat tersebut. Ko Tie menjejakkan ke dua kakinya
sekali gus dan dia mengejarnya dengan segera.
"Siapa kau" Berhenti!" berseru Ko Tie sambil mengempos
semangatnya. Tapi sosok tubuh itu, dalam kegelapan malam di tempat tersebut
terus juga berlari ke arah luar kota dengan lincah dan gesit sekali,
1475 tubuhnya seperti terbang dan ke dua kakinya seperti tidak
menginjak tanah. Ko Tie yang memiliki mata awas, segera melihat pakaian orang itu
penuh tambalan. Dialah si pengemis yang tengah dikejarnya! Dan
segera juga Ko Tie mengempos semangatnya dia mengejar
dengan secepat-cepatnya. Cuma saja di hatinya segera timbul kecurigaan, apa maksud
pengemis itu, sengaja membentur pundaknya kemudian melarikan
diri, dan lalu, setelah Ko Tie tidak berhasil mengejarnya, di waktu
dia ke hilangan jejak, justeru pengemis itu telah memperlihatkan
diri lagi dan berlari buat menyingkirkan diri dari dia!
Dan Ko Tie bukannya pemuda yang tolol. Dia segera dapat
menduga pasti ini merupakan pancingan pula dari pengemis itu.
Siapakah pengemis itu" Apa maksudnya memancingnya seperti
ini" Apa pula yang telah disiapkan buat mencelakai Ko Tie" Atau
di suatu tempat telah berkumpul kawan-kawan si pengemis dalam
jumlah yang banyak" Banyak pikiran dan dugaan yang berkecamuk di dalam benak Ko
Tie, waktu dia tengah mengejar. Dia semakin mencurigai si
pengemis. Tapi biarpun Ko Tie telah mengejar dengan 1476 mengempos seluruh gin-kang yang dimilikinya, tetap saja dia tidak
berhasil mengejar pengemis itu, jarak mereka masih terpisah
cukup jauh. Hal ini membuat Ko Tie penasaran, dengan segera
ia mempergunakan ilmu berlari tunggalnya, yaitu ilmu lari di atas es!
Dia mengejar dengan tubuh seperti terbang di udara, di mana
tubuhnya itu melesat sangat cepat dan gesit sekali, dalam waktu
yang singkat Ko Tie telah berhasil memperpendek jarak pisah
mereka. Pengemis yang tengah dikejarnya itu terdengar berseru tertahan,
rupanya dia kaget tahu Ko Tie telah berhasil mengejarnya semakin
dekat. Segera juga si pengemis mengempos semangatnya berlari
semakin cepat. Dan dia berusaha menjauhi diri lagi dari Ko Tie.
Namun dia tidak berhasil, sebab Ko Tie mengejarnya semakin
dekat. Dengan mempergunakan ilmu berlari tunggalnya, yang
memang menjadi andalan dari Swat Tocu dan telah diwarisi
kepada Ko Tie, membuat pemuda itu dapat mengejar dengan
cepat sekali. Ilmu andalan ini jika memang tidak diperlukan sekali
tentu tidak dipergunakan oleh Ko Tie.
1477 Si pengemis akhirnya menyadari bahwa dia tokh akan tercandak
juga. Karenanya dia tidak bermaksud menyingkirkan diri lagi, dia
telah berhenti dan menantikan Ko Tie tiba.
Cepat sekali Ko Tie tiba dihadapan pengemis itu, dan pemuda ini
juga dengan bantuan sinar rembulan, telah bisa melibat jelas muka
tersebut, dia pun segera mengenali siapa adanya jadi terkejut dan
heran. "Ihhh, kiranya Thio Kim Beng Locianpwe. Apakah..... apakah
selama ini dalam keadaan baik-baik saja, Thio Locianpwee?" tanya
Ko Tie sambil segera merangkapkan sepasang tangannya,
memberi hormat kepada tokoh Kay-pang itu, karena pemuda ini
menyadari bahwa ia tengah berhadapan dengan orang yang
tingkatannya lebih tinggi dan tidak bisa ia bersikap kurang ajar.
Pengemis tua itu, Thio Kim Beng tertawa bergelak-gelak,
"Memang tidak salah Swat Tocu memiliki nama besar, dan ia
memang memiliki rejeki yang baik sekali, ia bisa memiliki murid
sepandai engkau! Ha, rupanya kata-kata tua yang bilang: "Guru
emas muridpun permata!" merupakan kata-kata yang tepat! Nah,
Kongcu, apa maksudmu sejak tadi kau mengejar-ngejar diriku"!"
1478 Ditegur seperti itu, muka Ko Tie berobah memerah, dia jadi malu,
karena itu cepat-cepat ia menjawab: "Jika".. jika memang tidak
salah, bukankah tadi locianpwe yang telah membentur pundak
boanpwe?" Thio Kim Beng memperlibatkan sikap seperti heran.
"Membentur pundakmu" Kapan"!" tanya Thio Kim Beng sambil
memperlihatkan sikap tidak mengerti dan sepasang matanya
terbuka lebar-lebar. Ko Tie segera menceritakan apa yang dialaminya.
Thio Kim Beng tertawa bergelak-gelak.
"Kongcu, jika memang benar aku yang membentur pundakmu, dan
sekarang setelah engkau berhasil mengejarku, apakah engkau
ingin menghajar habis-habisan aku si pengemis tua yang melarat
ini?" tanyanya. Ditegur seperti itu, muka Ko Tie berobah marah lagi.
"Bukan begitu, cuma saja memang boanpwe ingin mengetahui
siapakah sebenarnya yang telah membentur begitu keras kepada
1479 boanpwe dan juga dalam hal ini tentu saja merupakan urusan di
luar dugaan. "Sama sekali boanpwe tidak menyangka bahwa orang yang telah
membentur

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

boanpwe tidak lain dari locianpwe. Dengan demikian..... maafkan locianpwe dan boanpwe juga hendak
kembali ke rumah penginapan......!"
"Tunggu dulu......!" cegah Thio Kim Beng segera. "Kau telah turun
gunung, dan tampaknya, gurumu tidak bersama-sama dengan
kau".. benarkah itu?"
Ko Tie jadi batal memutar tubuhnya, dia menoleh kepada si
pengemis sambil mengangguk.
"Benar locianpwe...... memang benar suhu berada di Heng-san
dan boanpwe saja yang telah turun gunung!" menyahuti Ko Tie.
"Lalu gadis itu".. yang jika tidak salah adalah muridnya Yo Kouwnio. Bukankah dia melakukan perjalanan bersama kau?"tanya Thio
Kim Beng pula. Pipi Ko Tie seketika berobah memerah karena diwaktu itu ia
merasa likat sekali. Sedangkan si pengemis tua tertawa bergelakgelak.
1480 "Mengapa harus malu. Bukankan memang hubungan guru kalian
sangat baik" Dan juga kalian tampaknya sebabat sekali, di mana
cocok yang satu tampan, yang seorang cantik jelita!
"Hanya saja, kukira, engkau memang seorang pemuda mata
keranjang. Begitu melihat gadis lain yang parasnya cantik, matamu
seketika jadi panjang?"!"
Muka Ko Tie jadi berobah semakin merah. Dia segera menjura
memberi hormat kepada si pengemis: "Locianpwe bergurau,"
katanya. Thio Kim Beng memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh, dia
bilang: "Aku bukan tengah bergurau. Dan juga aku bicara dari hal yang
sebenarnya! Aku paling benci pemuda-pemuda ceriwis. Karena
dari itu, jika memang aku mengetahui engkau pemuda ceriwis,
cisssss, aku tentu tidak akan memandang lagi muka gurumu, akan
kuhajar habis-habisan?"!"
Muka Ko Tie berobah semakin memerah.
1481 "Boanpwe mana berani buat berlaku ceriwis" Locianpwe hanya
bergurau!" katanya kemudian dengan pipi yang berobah semakin
merah. Memang gadis yang ditemuinya tadi sangat cantik. Namun juga
merupakan seorang gadis yang agak galak dengan muka yang
cemberut marah, di mana hati Ko Tie sesungguhnya cuma tertarik
saja, tapi dia tidak memiliki pikiran lainnya.
Waktu itu tampak si pengemis tua Thio Kim Beng telah berkata lagi,
setelah tertawa bergelak-gelak:
"Baiklah, jika memang engkau bukan seorang pemuda ceriwis, aku
bersedia untuk bicara dengan engkau! Mengapa di malam ini
engkau berkeliaran di dalam kota, tanpa mengajak kawanmu itu?"
"Dia".. dia telah tidur, locianpwee!" kata Ko Tie dengan suara tidak
lancar karena malu, di mana memang yang dimaksudkannya
dengan dia, tidak lain Giok Hoa. "Karena iseng boanpwe telah
keluar dari rumah penginapan buat menyaksikan keramaian di kota
Lam-yang ini?"!"
"Hemmmmm, tentunya engkau hendak mencari gadis-gadis yang
cantik, bukan"!" mengejek Thio Kim Beng, yang tetap menggoda
Ko Tie. 1482 Muka si pemuda tambah merah, dia menggeleng cepat sambil
katanya: "Locianpwe hanya bergurau saja, sama sekali boanpwe
tidak memiliki pikiran seburuk itu!"
"Baiklah! Lalu, apa acaramu" Mau engkau hendak mencari
hiburan"! Jangan memandang rendah padaku, walaupun aku si
pengemis tua miskin, tapi aku bisa mengajakmu ke tempat-tempat
hiburan kelas satu jika memang engkau menghendaki!"
Ko Tie menggeleng perlahan.
"Terima kasih locianpwe".. terima kasih!" katanya berulang kali.
"Terima kasih atas kebaikan hati locianpwee, tapi sungguh sayang
sekali, boanpwe hendak kembali ke rumah penginapan!"
"Akh, engkau menolak tawaran yang mengembirakan itu!" kata si
pengemis sambil tertawa. "Atau memang engkau menyangka aku
tidak memiliki uang buat menjamumu"!" Dan setelah berkata
begitu, Thio Kim Beng merogoh sakunya, mengeluarkan serenceng uang. "Lihatlah, uang ini bukannya berjumlah sedikit?"
Ko Tie tersenyum. 1483 "Ya, memang boanpwe juga telah memaklumi bahwa locianpwe
memiliki uang tidak sedikit. Tapi seperti tadi boanpwe katakan
bahwa boanpwe hendak kembali ke rumah penginapan!"
Mendadak sekali si pengemis tua itu tertawa bergelak-gelak sambil
memasukkan uangnya ke dalam sakunya.
"Hemmmmm, rupanya memang engkau ingin cepat-cepat bertemu
dengan gadis pujaanmu itu" Oho.......... engkau rupanya sudah
sangat rindu, meninggalkannya sejenak saja, engkau sudah sibuk
sekali ingin cepat-cepat kembali agar dapat selalu di sisinya!"
Setelah berkata begitu, kembali pengemis tua ini tertawa bergelak.
Di waktu itu Ko Tie jadi kurang senang melihat pengemis tua ini
selalu menggodanya, bahkan godaannya itu menjurus kepada
sindiran belaka. Maka ia berpikir buat tidak melayani pengemis tua
itu lebih lama lagi, dia merangkapkan ke dua tangannya memberi
hormat sambil katanya: "Baiklah locianpwe, boanpwe ingin pergi dulu?"!" Dan tanpa
menantikan jawaban si pengemis tua itu, Ko Tie memutar tubuhnya
buat berlalu. 1484 Thio Kim Beng berhenti tertawa melihat pemuda itu ingin pergi, dia
bilang: "Tunggu dulu! Apakah engkau tidak mau mengambil
kembali pauw-hok kawanmu itu!"
Ko Tie tercekat hatinya, segera timbul kecurigaannya, segera dia
memutar tubuhnya. "Jadi".. jadi locianpwe..... mengetahui hal itu?" tanya Ko Tie
sambit memandang tajam sekali, sesungguhnya dia ingin
bertanya, "Sesungguhnya locianpwe yang mengambil pauw-hok
itu!" Hanya dia menggantinya dengan "mengetahui hal itu" karena
dianggapnya tidak sopan dan kurang pantas kepada pengemis itu
hal tersebut ditanyakan langsung olehnya.
Thio Kim Beng tertawa bergelak, dan kemudian katanya:
"Tentu".. tentu saja aku mengetahui! Memang aku yang
mengetahui sebenar-benarnya urusan itu! Malah pauw-hok itu
berada di tanganku! Bukankah ini pauw-hok milik kawanmu?"
Sambil berkata demikian si pengemis mengeluarkan buntalan Giok
Hoa dari balik bajunya. 1485 Ko Tie memang mengenali pauw-hok itu adalah milik Giok Hoa. Ia
telah memandang sejenak kepada pauw-hok itu, kemudian Thio
Kim Beng, dia bilang: "Kalau begitu, sudikah kiranya locianpwe mengembalikan pauwhok itu, agar nanti aku yang menyampaikannya kepada nona Giok
Hoa!" Thio Kim Beng memperlihatkan sikap serius, dia menggelengkan
kepalanya beberapa kali, katanya:
"Tidak! Tidak! Tidak bisa kuserahkan kepadamu?" Aku harus
menyerahkannya langsung kepada gadis itu! Dan jika engkau
menginginkan pauw-hok ini, agar dapat nama di mata gadismu,
hemmm, hemmm, engkau boleh mengambilnya dari tanganku!"
"Jadi...... jadi locianpwe yang telah mengambil pauw-hok tersebut,
dengan memancing nona Giok Hoa ke luar kota, dan kemudian
pauw-hoknya disambar?" menegaskan Ko Tie.
Thio Kim Beng mengangguk, katanya: "Benar...... memang aku
yang melakukannya!" 1486 Muka Ko Tie jadi memancarkan sikap tidak senang, dia bilang:
"Hemmmm, apakah locianpwe tidak merasakan bahwa tindakan
seperti itu adalah tindakan seorang Siauw-cut"!"
Thio Kim Beng tidak tertawa lagi, matanya bersinar tajam.
"Aku kau anggap sebagai Siauw-cut"!" tegurnya dengan suara
tidak senang. "Ya, jika memang locianpwe melakukan hal seperti itu, tentu saja
tindakan seperti itu merupakan tindakan seorang Siauw-cut!
Seorang manusia, akan memperoleh nama baik atau nama buruk,
tergantung dari tindakannya, dari perbuatannya.....!"
Menyahuti Ko Tie tegas dan berani, karena sekarang pemuda ini
merasa kurang senang pada pengemis tua itu, yang telah
mengambil pauw-hok Giok Hoa.
Waktu itu tampak Thio Kim Beng tertawa dingin katanya: "Engkau
bocah yang masih bau kencur ingin menasehati aku" Ohhh,
sombongnya! Hemmmm, seperti gurumu yang congkak itu,
engkaupun tampaknya murid yang berkepala besar.
1487 "Guru dengan murid sama seperti setali tiga uang"..! Dan juga,
aku memang ingin melihat, berapa tinggi kepandaian yang engkau
miliki, sehingga engkau berani berkepala besar seperti itu?"
Sambil berkata begitu, tampak Thio Kim Beng telah memasukkan
buntalannya itu ke dalam bajunya. Ia memandang kepada Ko Tie
dengan sorot mata yang mengandung tantangan.
Sedangkan Ko Tie sendiri waktu itu bertekad, walaupun
bagaimana ia harus dapat merebut pauw-hok dari tangan Thio Kim
Beng. Maka ia telah memutuskan.
Ia harus menempur pengemis itu, dan juga berusaha merebutnya,
dengan kekerasan kalau saja Thio Kim Beng tidak mau
menyerahkan dan mengembalikan pauw-hok tersebut. Memang
Ko Tie juga tidak senang waktu memperoleh kenyataan Thio Kim
Beng lah yang menjadi malingnya yang mengambil pauw-hok Giok
Hoa. "Baik-baik locianpwe, maafkanlah boanpwe yang akan bertindak
kurang ajar, di mana boanpwe akan berusaha merampas pulang
buntalan kawan boanpwe!" Sambil berkata begitu Ko Tie bersiapsiap buat menyerang.
1488 "Ya, silahkan engkau menyerang!" kata Thio Kim Beng dengan
suara nyaring. "Mari...... mari, memang aku hendak melihat, berapa
tinggi kepandaian yang engkau miliki!"
Setelah berkata begitu, si pengemis tua Thio Kim Beng
mengibaskan tangannya. Dari telapak tangannya berkesiuran
angin yang kuat. Melihat itu, Ko Tie segera juga menyadari bahwa si pengemis juga
akan bersungguh-sungguh, di mana ia akan mengeluarkan
kepandaiannya untuk mempertahankan buntalan itu. Dan Ko Tie
juga yakin, bahwa ia harus dapat merebutnya dengan mengeluarkan seluruh kepandaiannya.
Setelah menjura satu kali lagi, Ko Tie tahu-tahu melompat sambil
mengayunkan ke dua tangannya. Dia mempergunakan sekaligus
ilmu pukulan Inti Es sehingga angin berkesiuran bercampur hawa
dingin. "Bagus!" berseru Thio Kim Beng, yang cepat sekali melesat ke
samping, di mana ia dapat mengelakkannya dengan mudah.
Cuma saja hatinya terkejut, karena ia tidak menyangka bahwa Ko
Tie, telah berhasil mewarisi kepandaian gurunya. Ilmu pukulan
andalan Swat Tocu adalah Inti Esnya.
1489 Dan sekarang justeru Ko Tie menyerangnya dengan ilmu pukulan
tersebut. Dengan demikian, membuat si pengemis tua merasa
kagum. Usia Ko Tie belumlah lebih dari duapuluh lima tahun, dan juga dia
merupakan pemuda remaja karenanya, dengan demikian tenaga
dalam seperti yang sekarang dipergunakannya, merupakan hal
yang menakjubkan, kuat dan juga lihay sekali.
Ko Tie tidak menghentikan pukulannya, karena melihat pukulan
pertamanya gagal, dia membarengi dengan pukulan berikutnya, di
mana berulang kali dia menyerang kepada si pengemis tua.
Thio Kim Beng mengelak ke sana ke mari, dan juga dia berhasil
untuk mengejek si pemuda memanaskan hatinya, sehingga Ko Tie
semakin lama menyerangnya semakin gencar.
Satu kali, dengan cepat sekali telapak tangan Ko Tie menyambar
ke pundak lawannya. Si pengemis tua itu malah tidak mengelak.
Dia berdiri tegak di tempatnya, dan menangkis dengan tangannya.
"Bukkkk!" terdengar suara benturan yang dahsyat, sehingga tubuh
ke dua orang itu terhuyung. Tubuh Ko Tie terhuyung dua langkah.
1490 Ko Tie segera tersadar bahwa tenaga dalam Thio Kim Beng masih
berada di atasnya satu tingkat. Dengan demikian ia harus lebih
hati-hati menghadapinya. Dan dia pun harus mengerahkan seluruh
sin-kang yang dimilikinya.
Demikian juga halnya dengan Thio Kim Beng, dia telah menyadari.
Biarpun usia pemuda ini masih remaja, namun kepandaiannya
tidak lemah, hanya terpaut satu tingkat di bawah sin-kangnya.
Juga pemuda itu memiliki ilmu yang aneh dan sulit sekali diterka,
karena merupakan ilmu-ilmu warisan Swat Tocu yang liehay.
Sebab itu, kemungkinan Ko Tie akan dapat menambal kelemahan
pada sin-kangnya yang kalah kuat dibandingkan dengan sin-kang
Thio Kim Beng, dia pasti akan dapat menjadi lawan yang sulit
dirubuhkan oleh Thio Kim Beng.
Thio Kim Beng segera mengempos semangatnya, ia berseru
nyaring dan tampak lengan kanannya telah menyerang, disusul
dengan tangan kirinya yang menyambar cepat sekali. Begitu
kuatnya tenaga serangan dari Thio Kim Beng, angin pukulannya
menderu-deru dahsyat menyerang kepada Ko Tie.
Ko Tie sendiri tidak berani berayal, tubuhnya bergerak ringan sekali
seperti juga bayangan. Sepasang tangannya meluncur ke sana ke
1491 mari mengandung sin-kang yang dahsyat dan juga hawa yang
dingin sekali. Sedangkan waktu itu Thio Kim Beng tengah penasaran, tadinya dia
bermaksud mempermainkan Ko Tie. Dia yakin kepandaian
pemuda ini tentunya tidaklah terlalu tinggi dan mudah saja dia
mempermainkannya. Siapa tahu, setelah mereka mengadu tenaga bertempur dengan
seru, semakin lama Thio Kim Beng merasakan bahwa tidak mudah


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buat merubuhkan Ko Tie, karena memang dia merupakan pemuda
yang tangguh. Maka segera Thio Kim Beng mengempos semangatnya. Di iringi
dengan bentakan nyaring, dia berusaha mendesak Ko Tie.
Ko Tie mempertahankan diri dengan kuat sampai akhirnya tenaga
mereka saling bentur berulang kali.
"Dukkk, dukkk, dukkk!" Dan tubuh mereka berdua tampak sering
terpisah dalam jarak tertentu dan kemudian merapat kembali.
Mengadu kekuatan sin-kang di antara ke dua orang itu memang
bukan cara mengadu ringan, karenanya telah meminta tenaga
yang tidak sedikit dan melelahkan. Thio Kim Beng sendiri
1492 merasakan betapa tubuhnya telah mengeluarkan asap tipis, dan
keringat juga membanjiri tubuh maupun mukanya.
Ko Tie tidak terkecuali, dia merasakan tubuhnya lelah dan
napasnya memburu. Ia menyadari jika saja mereka bertempur
lebih lama pula tentu dirinya yang akan jatuh di bawah angin.
Karenanya, sambil bertempur Ko Tie telah memutar otak,
berusaha mencari jalan keluar, agar cepat-cepat dapat merubuhkan Thio Kim Beng. Dia pun telah mengeluarkan seluruh
kepandaian yang dimilikinya, berusaha untuk dapat mendesak
pengemis itu, dan sin-kang yang dipergunakannya merupakan sinkang kelas satu.
Mereka telah dua kali terpisah dalam jarak yang cukup jauh.
Namun ke duanya tidak memiliki kesempatan buat beristirahat atau
mengatur pernapasan, karena mereka telah merapat lagi saling
menyerang! Ko Tie waktu berusaha menghindar dari telapak tangan kiri Thio
Kim Beng. Mendadak saja tenaga serangan dari Thio Kim Beng
telah lenyap, dan menyusul dengan tangan kanan dari pengemis
itu menyambar cepat sekali.
1493 "Tukkkkk!" Pundak Ko Tie telah kena di hantam dengan hebat oleh
tangan kanan si pengemis sehingga tubuh Ko Tie terhuyunghuyung mundur beberapa langkah, dan dia telah merasakan
matanya berkunang-kunang.
Belum lagi Ko Tie berhasil buat menguasai diri, dia telah diserang
pula. Tangan Thio Kim Beng telah menyambar dengan pukulan
yang mengandung maut. Ko Tie merasakan sambaran angin pukulan lawannya, biarpun dia
masih merasakan matanya berkunang-kunang, dia tidak mau
berayal, dia membungkukkan tubuhnya berkelit dengan segera.
"Dukkkk!" kembali terdengar pundak Ko Tie kena dihantam telapak
tangan si pengemis lagi. Tubuh Ko Tie terhuyung sampai empat langkah, dan dia mengeluh
juga, karena dia merasakan tenaga pada tangan kanannya telah
punah, akibat pukulan tersebut. Dengan demikian membuat dia
harus berusaha mengempos semangatnya buat menyingkirkan diri
cukup jauh dari Thio Kim Beng.
Apa yang dilakukannya itu ternyata sama sekali tidak banyak
membantu. Thio Kim Beng membarengi menyusulnya dan
menghantam lagi karena Thio Kim Beng tidak mau memberikan
1494 kesempatan kepada Ko Tie mengumpulkan tenaga dan meluruskan pernapasannya.
Waktu itu Ko Tie merasakan sambaran angin pukulan Thio Kim
Beng. Dia sendiri juga tengah merasakan pundaknya sakit bukan
main, pakaian di bagian pundaknya telah robek akibat pukulan
yang kuat itu. Dia mencelos hatinya waktu telapak tangan lawannya menyambar
ke arah batok kepalanya. "Hemm, aku tidak sangka dia seorang pengemis yang bertangan
keji....." berpikir Ko Tie, karena dia menyadari, jika saja telapak
tangan lawannya itu berhasil mengenai batok kepalanya, niscaya
dia akan menemui kematian dengan batok kepala yang hancur
remuk. Maka Ko Tie tidak berani berayal, dia berseru nyaring, seperti
mengamuk, dia menghantam kuat sekali ke depan dengan tangan
kirinya berulang kali, sehingga terdengar suara ?"..derrr".!"
Angin pukulannya menghantam batang pohon maupun bumi, dan
membuat sementara itu Thio Kim Beng tidak bisa bergerak lebih
dekat padanya, karena iapun harus berkelit dari pukulan Inti Es
yang dilakukan Ko Tie dengan nekad.
1495 Di waktu itu Ko Tie sendiri juga mempergunakan kesempatan itu
buat melompat mundur menjauhi diri dari Thio Kim Beng. Tangan
kanannya seperti kehilangan tenaga, karena pundaknya telah
terkena hantaman telapak tangan Thio Kim Beng. Dan ia
bermaksud akan menyingkirkan diri saja dari si pengemis, buat
merawat luka pada pundaknya dan nanti baru mencari pengemis
itu pula. Namun Thio Kim Beng yang hendak menguji pemuda itu, tidak
ingin memberikan kesempatan padanya bernapas lebih jauh. Dia
melompat dan menyerang dengan gencar sekali, memaksa Ko Tie
melayaninya terus. Semakin lama Ko Tie semakin jatuh di bawah angin. Lawannya
memang merupakan salah seorang tokoh Kay-pang, dengan
demikian dia harus menyerahkan seluruh tenaganya. Dalam
keadaan terluka seperti itu, membuatnya harus dapat melayani
musuh sebaik-baiknya. Satu kali saja ia terserang hebat, niscaya akan membuatnya
terluka berat atau terbinasa.
Di waktu itu, Ko Tie juga telah berusaha untuk berseru:
"Locianpwe".. dengar dulu!"
1496 Tapi si pengemis Thio Kim Beng sama sekali tidak mengacuhkan
perkataan Ko Tie. Melihat pemuda itu terdesak hebat, dia tidak
membuang-buang waktu lagi, menyerang dengan gencar dan
dahsyat. Karena dari itu, Ko Tie semakin terdesak dan juga telah membuat
hal itu jadi berlangsung dengan menegangkan karena Ko Tie
tengah terancam bahaya yang tidak kecil. Jika saja Thio Kim Beng
bersungguh-sungguh buat mencelakai Ko Tie, mempergunakan
kesempatan Ko Tie mulai tidak berdaya dan jatuh di bawah angin,
jelas akan membuat dia bisa melakukan pembunuhan yang mudah
terhadap diri Ko Tie. Ko Tie sendiri menyadarinya, bahwa ia tengah menghadapi lawan
yang tangguh, dimana dia memang telah jatuh di bawah angin dan
tidak mungkin akan dapat menghadapi terus lawannya ini.
Tengah Ko Tie terdesak seperti itu, tahu-tahu dari tempat gelap
berkelebat sesosok bayangan disertai sinar putih keperakperakkan yang menyilaukan mata, karena terlihat betapa sinar
keperak-perakan itu terpantul oleh cahaya rembulan bergulunggulung menyambar kepada Thio Kim Beng.
1497 Sedangkan Thio Kim Beng sendiri tidak menyangka betapa di
waktu itu ada seseorang yang akan menyerangnya dengan
pedang. Dan ia telah menduga tentunya penyerangnya ini adalah
Giok Hoa, yang ingin membantui Ko Tie. Pedang itu tampak
bergulung-gulung menerjang sangat kuat dan liehay sekali
mengandung maut kepada Thio Kim Beng.
Thio Kim Beng yang mengetahui tikaman tersebut, yang datang
bergulung-gulung begitu rapat tentunya bukan tikaman sembarangan, segera menghindarkan diri, karena memang di
waktu itu dia tak mungkin menangkis dengan tangannya.
Gulungan pedang itu menyambar terus dengan cepat dan hebat
tidak henti-henti mengikuti ke mana saja tubuh si pengemis
bergerak. Sekarang Thio Kim Beng telah menyambar sebatang ranting, yang
dipergunakan menangkis pedang itu. Ranting itu memang akan
terbabat putus, kalau saja dipergunakan oleh orang lain, yang
memiliki lweekang yang rendah.
Tapi berbeda sekali di tangan Thio Kim Beng, yang memang
memiliki sin-kang sangat kuat sekali, karenanya dia bisa
1498 menyalurkan kekuatan lweekangnya kepada ranting itu, yang
berobah jadi keras seperti juga baja.
"Tranggg.........!" pedang itu seketika tertangkis kuat sekali. Dan
juga pedang di tangan si gadis telah terpental, dan tersampok
hampir saja terlepas dari cekalannya.
Di saat seperti itulah segera juga terlihat betapa gadis yang
menolongi Ko Tie tidak lain adalah gadis yang bertemu dengan Ko
Tie tadi di dalam kota Lam-yang, si gadis yang terbentur
pundaknya oleh si pemuda.
Dia berdiri gagah sekali, dengan wajahnya yang cantik, dan
rambutnya tergulung besar serta bajunya yang terbuat dari sutera
hijau. Dikala itu Thio Kim Beng berkata mengejek: "Hu, tidak tahunya
kau" Hemmm, tentunya engkau telah jatuh hati pada pemuda
tampan itu, bukan" "Baiklah, mari, mari! Engkau maju bersama pemuda itu?" Aku
akan memperlihatkan kepadamu, bahwa Thio Kim Beng bukan
sembarangan orang yang bisa diserang begitu saja oleh orang
tidak ternama seperti kau."
1499 Si gadis memperlihatkan sikap kurang senang, bentaknya:
"Pengemis busuk, engkau terlalu memandang rendah kepada
nona besarmu! Lihatlah! Kam Lian Cu akan memperlihatkan
kepadamu, bahwa ilmu pedang keluarga Kam, Kam-liong-kiamhwat (ilmu Pedang Naga keluarga Kam) bukanlah ilmu pedang
yang bisa diremehkan!"
Belum lagi kata-katanya itu selesai diucapkannya, tampak tubuh
gadis itu bergerak sangat gesit dengan pedang yang menyambarnyambar dengan hebat dan cepat sekali. Dalam keadaan seperti
itu, terlihat juga bahwa pedangnya itu bergulung-gulung dalam
bentuk sinar putih yang menyilaukan mata.
Dengan cepat Thio Kim Beng telah memutar ranting di tangannya.
Ia menangkis beberapa kali, bahkan dengan mempergunakan
ranting di tangannya, dia berusaha menotok beberapa jalan darah
di tubuh si gadis. Kam Lian Cu bergerak sangat lincah sekali karena dia
mempergunakan pedangnya dengan jurus yang tidak bisa
diremehkan. Pedang di tangannya tergetar dan berobah menjadi
seperti puluhan batang pedang yang mengancam di sekujur tubuh
lawannya. Thio Kim Beng sendiri jadi heran.
1500 "Gadis ini masih berusia muda, dan ilmu pedangnya demikian
liehay, sesungguhnya dia puteri tokoh persilatan mana"!" berpikir
Thio Kim Beng di dalam hatinya.
Dia juga tidak bisa berayal lagi bersilat dengan gin-kang yang
menakjubkan, karena jika ia berlaku lambat sedikit saja, dia bisa
menjadi korban tikaman pedang lawannya. Karena dari itu, dia
mempergunakan rantingnya yang bergerak dengan cepat sekali.
Setiap jurus yang dipergunakannya mengandung sin-kang yang
bisa membuat si gadis terdesak mundur. Atau jika saling bentur
dengan pedang gadis itu dan si gadis kurang mengerahkan tenaga
lweekangnya, niscaya akan menyebabkan pedang si gadis bisa
terlepas dari cekalannya.
Waktu itu Kam Lian Cu pun menyadari, dia tengah menghadapi
pengemis tangguh. Maka dia mempergunakan ilmu pedang
andalannya yang benar-benar paling tangguh.
Dalam waktu yang singkat sekali, telah limapuluh jurus yang
mereka lewati, dan mereka masih tidak memperlihatkan tandatanda di salah satu pihak akan rubuh.
Di antara berkesiurannya angin serangan ranting di tangan Thio
Kim Beng dan pedang si gadis menderu-deru itu, Ko Tie berdiri di
1501 pinggiran menyaksikan jalannya pertempuran yang seru itu. Iapun
merasa sangat kagum atas kepandaian gadis itu, ilmu pedangnya
yang tidak rendah. "Entah siapa adanya dia..... tadi dia menyebutkan namanya
sebagai Kam Lian Cu..... dialah seorang gadis yang cantik sekali,
dan diapun berusaha menolongi aku dengan bertempur hebat
pada Thio Kim Beng?"!"
Dan Ko Tie jadi mengawasi terus tanpa berkedip kepada jalannya
pertempuran itu. Dikala itu tampak bahwa Thio Kim Beng sendiri mulai ragu-ragu
dan bimbang buat menghadapi terus gadis ini. Malah satu kali,
setelah memutar ranting di tangannya dengan cepat, sehingga
ranting itu bergulung-gulung mengelilingi dirinya, membuat gadis
itu tidak bisa mendesaknya lebih jauh.
Dia membarengi melompat ke belakang dengan ringan sekali.
Kemudian katanya: "Aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi,
selamat tinggal, nanti kita akan bertemu pula"..!"
Dan Thio Kim Beng tertawa bergelak-gelak. Tubuhnya melesat
sangat cepat. Dia telah berlari-lari seperti terbang meninggalkan
tempat itu. 1502 Kam Lian Cu bermaksud mengejarnya, tetapi melihat kegesitan si
pengemis dia kira percuma saja dia mengejar. Jika tokh dia
mengejar, akan memakan waktu yang cukup lama buat dapat
menyandak pengemis itu. "Pengemis tidak tahu malu!" memaki si gadis kemudian sambil
memasukkan pedangnya ke dalam sarung.
Ko Tie menghampirinya, karena tangan kanannya seperti tidak
bertenaga. Ko Tie hanya menjura dengan tangan kirinya,
mengucapkan terima kasihnya atas pertolongan si gadis.
"Jika nona terlambat datang, tentu aku telah celaka di tangan
pengemis tua itu"..!" kata Ko Tie.
"Ya, kebetulan saja aku lewat di tempat ini dan menyaksikan kalian
bertempur"..!" menyahuti si gadis sambil tersenyum.
Waktu pertemuannya di dalam kota Lam-yang, si gadis tidak
pernah bersenyum. Sekali ini dia tersenyum, membuat wajahnya
yang memang cantik semakin cantik saja.
"Siapakah engkau Kongcu!!" tanya gadis itu lagi waktu melihat Ko
Tie memandang bengong kepadanya mengagumi akan kecantikan
wajah si gadis. 1503 Ko Tie tersadar dari tertegunnya, mukanya seketika berobah
memerah, dia merasa malu bukan main, cepat-cepat dia bilang:


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siauwte she Lie bernama Ko Tie?"! Dan jika memang Kouw-nio
tidak keberatan, dapatkah Kouw-nio memberitahukan siapa guru
Kouw-nio?" Si gadis memain bola matanya, dia bilang, "Guruku ialah ayahku!"
menyahuti dia kemudian. "Kam Kouw-nio".. tampaknya ilmu pedang keluarga Kam
Pedang Pembunuh Naga 8 Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Pendekar Pemetik Harpa 23

Cari Blog Ini