Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 7
"Manguri, telah berapa kali kau terseret ke dalam keadaan serupa ini. Telah
berapa orang gadis yang terpaksa kau singkirkan. Tetapi kau tidak pernah menjadi
segila sekarang ini"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ayah" berkata Manguri "kali ini aku bersikap lain
Sindangsari bukan sekedar seorang gadis yang pantas dimiliki untuk sesaat,
kemudian dilemparkan seperti gadis-gadis lain.
Tetapi ia mempunyai kelebihan yang sulit untuk dikatakan.
Aku mengingininya untuk menjadikannya seorang teman
hidup yang baik" "Sekarang kau berkata demikian. Tetapi kaupun akan
segera menjadi jemu kalau kau sudah berhasil.
"Tidak" "Sekarang kau berkata tidak. Kau sangka aku tidak
mengerti perangaimu yang buruk itu"
"Ayah" "Jangan membantah. Aku tidak percaya bahwa kau akan
bersikap sungguh-sungguh.
Manguri memandang ayahnya dengan tajamnya. Ia
menjadi kecewa sekali bahwa ayahnya tidak mempercayainya, sehingga karena itu
maka ia berkata "Ayah. Apakah aku dapat memberikan sebuah contoh, bahwa hal itu
akan dapat terjadi ?" "Apa contohmu ?"
Manguri menjadi ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian ia berkata "Maaf ayah. Contoh
itu tidak terlampau jauh. Disini ayah mempunyai seseorang yang menjadi kawan
hidup ayah seterusnya, ibu, meskipun masih ada orang lain lagi di dalam hidup
ayah" "Diam" bentak ayahnya tiba-tiba "kalau kau ulangi lagi hal itu, aku pukul kau"
Manguri terdiam. Tetapi ia mengumpat-umpat di dalam
hatinya. "Manguri" berkata ayahnya "sebaiknya kau lupakan saja gadis itu. Di Gemulung
masih banyak gadis-gadis yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bersedia menjadi kawan hidupmu. Bukan saja di Gemulung, di Kepandak masih
tersedia berapa saja yang kau ingini"
"Terlampau sulit untuk
melupakannya ayah" jawab
Manguri. "Perlahan-lahan. Kalau kau tidak pernah melihatnya lagi, maka kau akan lupa
kepadanya. Apalagi kalau kau sudah mendapat kawan lain. Aku kira Sindangsari
bukanlah gadis yang paling cantik di Kepandak"
Manguri berpikir sejenak, namun ia kemudian menjawab
"Tetapi aku minta ayah tetap berusaha"
"Aku akan berusaha. Tetapi kau jangan menganggap
bahwa tanpa Sindangsari kau tidak dapat hidup lagi. Jika demikian kau akan
benar-benar tidak akan dapat hidup
seterusnya. Hidupmu akan terhenti, meskipun secara badaniah kau masih tetap
hidup" Manguri mengguk-anggukkan kepalanya.Namun di dalam
hatinya ia tidak dapat mengerti, apakah keberatannya kalau gadis
itu diambilnya saja dengan paksa, kemudian disembunyikannya disuatu tempat" Setiap kali ia akan dapat mengunjungi
gadis itu, dikehendaki atau tidak dikehendakinya. Sementara Pamot yang disingkirkannya itu, tidak akan dapat
mengganggunya lagi untuk selama-lamanya.
"Ayah memang tidak mau memikirkan anaknya" berkata
Manguri di dalam hatinya "ia hanya memikirkan dirinya sendiri.
Kalau ayah sendiri yang menghendaki seorang gadis, apapun dikorbankannya"
Dengan demikian, maka meskipun ayahnya tidak sependapat, tetapi ada benih pikiran di kepala Manguri, bahwa Sindangsari
sebaiknya diambilnya saja dengan paksa. Bahkan bersama Pamot, yang harus segera
dibunuhnya dan dilenyapkannya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku tidak peduli lagi. Tetapi aku harus mendapat gadis itu"
katanya di dalam hati. Tiba-tiba Manguri teringat kepada ibunya. Apakah ibunya dapat menolongnya dengan
caranya" Manguri yang kecewa itu, sehari-harian hanya marahmarah saja. Dibentak-bentaknya Lamat yang tidak mengerti ujung dan pangkal
kemarahan Manguri. Tetapi seperti biasa, Lamat tidak terlampau banyak bicara. Ia
melakukan apa saja yang dikehendaki Manguri.
"Lamat" tiba-tiba manguri itu memanggilnya "kemari. Aku akan berbicara sedikit"
Lamat termangu-mangu sejenak. Tetapi ia tidak sempat
berpikir lebih lama lagi ketika Manguri membentak "Cepat"
Dengan ragu-ragu Lamat mendekatinya. Ditatapnya sejenak wajah Manguri yang gelap. Namun iapun kemudian duduk di dekatnya.
"Lamat" desis Manguri "kita akan menghadapi kerja yang berat. Apakah kau sanggup
?" Lamat yang belum mengerti, kerja apa yang harus
dilakukan tidak segera menjawab dan ia mendangar Manguri berkata pula "Kalau
kerja ini gagal, maka kita akan digantung bersama-sama"
"Apakah yang harus aku kerjakan?" bertanya Lamat.
"Meskipun aku masih harus mengatakannya kepada ibu,
tetapi kau sebaiknya mempersiapkan dirimu lebih dahulu"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun ia
tidak mengerti. "Lamat" suara Manguri menurun "pada saatnya kita akan mengambil Sindangsari
dengan paksa" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat terkejut sehingga darahnya terasa menjadi semakin cepat mengalir. Tetapi
ia berusaha untuk menyembunyikan kesan itu
"Tidak ada jalan lain" Manguri meneruskan.
"Tetapi" berkata Lamat "apakah dengan demikian persoalannya tidak akan menyangkut
Ki Demang di Kepandak?" "Aku tahu" jawab Manguri.
"Kalau persoalannya sekedar menyangkut Pamot, kita tidak akan terlampau banyak
mengalami kesulitan. Tetapi kini Sindangsari ternyata dikehendaki oleh Ki Demang
itu sendiri" "Aku sudah tahu, aku sudah tahu. Aku tidak sedungu kau mengerti"
potong Manguri. Lalu suaranya merendah "Dengarlah seluruh rencanaku. Aku akan menghubungi laki-laki yang sering datang
kepada ibu. Aku yakin bahwa ia akan dapat memberi jalan kepadaku untuk mengambil
gadis itu. Kemudian kita ambil pula Pamot. Dengar baik-baik, supaya kau
tidak salah dengar" Manguri berhenti sesaat. Dipandanginya wajah Lamat yang tegang "Pamot itu kita bunuh. Dan kita akan bebas
dari segala tuduhan. Ki Demang akan menyangka bahwa Sindangsari lari bersama
Pamot" Darah Lamat menjadi semakin cepat mengetuk pintu
jantungnya, sehingga jantung itu berdentangan di dalam dadanya. Ia tidak
menyangka, bahwa rencana Manguri akan sampai sedemikian jauh.
Dengan demikian ia sudah merancang sebuah pembunuhan dan penculikan.
"Bagaimana pendapatmu Lamat?" bertanya Manguri.
Lamat menjadi bingung. Apakah yang harus dikatakannya menjawab pertanyaan itu.
"He, apakah kau tidur?" bentak Manguri.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dalam kebingungan Lamat ganti bertanya "Apakah kau
sudah mengatakannya kepada ayahmu?"
"Gila kau. Buat apa aku harus mengatakannya kepada
ayah" Tetapi kemudian ia membentak "Akulah yang bertanya.
Apakah kau setuju?" Lamat menarik nafas dalam. Dan ia mendengar Manguri
bertanya lantang "Kau takut he" Kau takut?"
"Soalnya bukan aku takut" jawab Lamat "tetapi hal itu akan sangat berbahaya.
Bukan saja bagi kita, tetapi bagi seluruh keluarga"
"Tutup mulutmu" potong Manguri "apa kau sangka aku
tidak dapat berpikir" Aku sudah mengerti kalau hal itu sangat berbahaya.
Berbahaya bagi kita dan keluarga kita. Tetapi kita mempunyai
otak. Nah, kau memang tidak pernah mempergunakan otakmu itu"
Lamatpun terdiam. Betapa dadanya menggelepar, tetapi ia tidak mengatakan apapun
lagi. Dengan sorot mata yang
buram dipandanginya bayangan matahari yang bermain di dedaunan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku" desis Manguri
kemudian "kau setuju atau tidak"
Lamat menarik nafas panjang. Apa yang dikatakan Manguri itu sebenarnya sama
sekali bukan pertanyaan. Ia harus menjawab seperti apa yang dikehendakinya.
Karena itu, maka iapun menganggukkan kepalanya seperti yang seharusnya dilakukan
sambil berkata "Aku setuju"
"Bagus. Kita akan mengatur langkah-langkah selanjutnya.
Kita tidak usah tergesa-gesa"
Lamat hanya dapat menarik nafas dalam-dalam. Di
pandanginya saja kemudian Manguri yang melangkah
meninggalkannya tanpa berkata sepatah katapun lagi.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Siapa lagi yang akan diundang oleh Manguri ini" Lamat berdesis di dalam hatinya
"apakah ia akan memanggil
gerombolan-gerombolan perampok yang lain dari gerombolan Sura Sapi, atau akulah
yang kali ini harus melakukan?"
Namun rencana itu benar-benar telah menggelisahkan
Lamat. Kalau ia harus melakukannya dengan tangannya, maka ia pasti akan merasa
tersiksa seumur hidupnya.
"Atau ......." Lamat
menjadi ragu-ragu. Ia merasa
berhutang budi kepada keluarga Manguri. Bukan sekedar budi, tetapi ia merasa
bahwa keluarga ini pulalah yang telah menyambung nyawanya. Kalau ia tidak
ditolong oleh ayah Manguri saat itu, barangkali umurnya sudah lama terpotong.
Perlahan-lahan Lamat berdiri. Kemudian dengan kepala
tunduk ia melangkah kekebun belakang. Sejenak ia berdiri termangu-mangu. Namun
ia tidak menemukan pemecahan
yang dapat memberinya ketenteraman.
"Mudah-mudahan Manguri membatalkan rencananya, atau
ada rencana lain yang lebih baik dari rencana pembunuhan ini" desis Lamat.
Untuk melupakan kerisauan hatinya, maka segera diambil sebuah kapak yang besar.
Di kebun belakang masih tergolek sepotong kayu yang harus dipecahkan menjadi
kayu bakar. "Lamat mengerutkan keningnya ketika ia melihat seorang pekatik duduk terkantukkantuk di bawah pohon jeruk sambil memeluk keranjangnya. Tetapi ia melangkah
terus sambil menjinjing kapaknya.
Dalam pada itu, setiap orang di Gemulung telah
mempercakapkan lamaran Ki Demang. Kadang-kadang mereka merasa iri, bahwa janda itu telah mendapat nasib yang baik, karena
anaknya akan diperisteri oleh seorang Demang yang kaya. Tetapi kadang-kadang
mereka menaruh juga belas kasihan. Agaknya Sindangsari benar mencintai Pamot dan
sebaliknya. Meskipun hampir pasti Sindangsari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan menjadi isteri Demaig di Kepandak, tetapi gadis itu tidak akan merasa
berbahagia karenanya. Perhatian seluruh rakyat Gemulung benar-benar telah
dicengkam oleh persoalan kedua anak-anak muda itu. Tetapi mereka sama sekali
tidak mengerti, bahwa dengan diam-diam Manguripun telah menyusun rencananya.
Yang langsung dapat dilihat oleh orang-orang Gemulung adalah wajah Pamot yang suram, dan
Sindangsari yang sering mereka lihat
membersihkan halaman rumahnya, selalu dibasahi oleh air matanya.
Namun di luar pengetahuan siapapun, Pamot selalu
berusaha untuk dapat menemui Sindangsari. Diam-diam ia selalu berkunjung ke
rumah gadis itu. Kalau malam menjadi semakin
dalam, maka sampailah saatnya keduanya melepaskan perasaan masing-masing.
Apabila ibu, kakek dan neneknya sudah tidur, Sindangsari sering merayap keluar
rumah. Ia tahu benar, bahwa Pamot menunggunya di belakang pakiwan di sebelah
sumur. Tetapi bahwa mereka menyangka tidak ada seorangpun
yang mengetahuinya adalah salah sekali. Beberapa orang ternyata mengikutinya
dengan diam-diam. Yang paling dekat dengan mereka adalah kakek Sindangsari
sendiri. Kadang-kadang ia mendengar gerit pintu terbuka di malam hari. Namun orang tua
itu sama sekali tidak sampai hati untuk mengahalanginya.
Meskipun demikian ia tidak
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat melepaskannya kedua anak-anak muda itu tanpa pengawasan, sehingga karena itu,
maka lewat pintu yang lain, iapun menyusul mereka dan mengawasinya dari kejauhan
apabila kedua anak-anak itu terperosok ke dalam jurang yang paling gawat dalam
kehidupan anak-anak muda.
Tetapi bukan saja orang tua itulah yang selalu mengawasi apa yang terjadi.
Seorang petugas yang sengaja dikirim oleh Ki Demangpun selalu mengawasinya.
Meskipun tidak setiap Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
malam ia berada di dekat rumah Pamot dan Sindangsari, namun pada suatu ketika ia
berhasil melihat pertemuan kedua anak-anak muda itu.
Orang itu menjadi berdebar-debar karenanya. Ia ditugaskan oleh Ki Demang untuk mengawasi gadis yang akan menjadi isterinya.
Tetapi sebagai manusia ia mengerti, bahwa ikatan yang menghubungkan hati kedua
anak-anak muda itu agaknya memang sulit diuraikan. Ia tidak berbuat apa-apa, dan
sama sekali tidak melaporkannya, ketika ia baru melihat sekali dari pertemuan
itu. Tetapi kemudian ia melihat kedua, ketiga dan keempat kalinya.
Orang itu justru menjadi bingung. Ia tidak mengerti apa yang sebaiknya
dilakukan. Tetapi kalau ia berdiam diri saja apabila, kemudian timbul akibat
yang tidak dikehendaki, maka ia akan menjadi tempat yang harus menampung
kemarahan Ki Demang di Kepandak.
Semula orang itu mengharap, bahwa hubungan itu semakin lama akan menjadi semakin
jarang. Tetapi harapannya itu sama sekali tidak terpenuhi. Pamot masih saja
selalu datang dengan diam-diam ke rumah Sindangsari dalam waktu-waktu tertentu.
"O" orang itu mengeluh "Kenapa aku mendapat tugas yang gila ini. Mengintip orang
yang saling berkasihan"
Namun akhirnya orang itu tidak dapat memilih cara lain daripada menyampaikan apa
yang dilihatnya itu kepada Ki Demang, agar ia tidak harus bertanggung-jawab
apabila kedua anak anak muda itu salah langkah.
"He, kau melihatnya?" wajah Ki Demang menjadi merah.
"Ya Ki Demang" "Beberapa kali kau melihat pertemuan itu" Orang itu
menjadi ragu-ragu sejenak.
Tetapi ia kemudian menjawab "Satu kali Ki Demang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Hanya satu kali?"
Sekali lagi orang itu ragu-ragu. Ia tidak sampai hati untuk mengatakan apa yang
dilihatnya. Kalau ia mengatakan tiga atau empat kali, maka darah Ki Demang pasti
akan segera mendidih. "Ya, sekali. Itupun samar-samar. Tetapi aku memang
menyangka bahwa mereka telah mengadakan pertemuan,
meskipun barangkali Sindangsari di dalam dinding rumahnya dan Pamot berada di
luar" Ki Demang di Kepandak menggeretakkan giginya. Masih
juga anak itu berani menghubungi Sindangsari. Padahal sudah jelas bagi setiap
orang, bahwa Sindangsari akan menjadi isterinya.
Tiba-tiba saja Ki Demang itu menggeram "Pertemuan
berikutnya harus dicegah. Kalau mereka leluasa berbuat demikian, maka mereka
pasti akan mengulanginya"
Orang yang mendapat tugas mengawasi Pamot itu
menundukkan kepalanya. Ia terkejut ketika Ki Demang
kemudian berkata "Besok bawa Kerpa serta"
"Maksud Ki Demang?"orang itu menjadi berdebar-debar.
"Kerpa harus membuat Pamot jera. Tetapi ingat, Pamot
tidak boleh mengenal, bahwa orang yang menghalangi
pertemuan itu adalah Kerpa. Kalau ia mengetahui bahwa orang itu Kerpa, ia akan
langsung mengetahui, bahwa akulah yang menyuruhnya"
"Apakah keberatannya kalau Pamot mengetahui, bahwa
memang Ki Demang yang mencegah pertemuan itu. Bukankah hal itu sudah
sewajarnya?" "Sebaiknya sementara ini tidak"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Orang itu mengangguk-angguk kepalanya. Perlahan-lahan ia bertanya "tetapi
bukankah Kerpa hanya mencegah
pertemuan itu. Tidak lebih daripada itu"
"Ya" Orang itu menggukkan kepalanya. Katanya "Baiklah Besok aku akan pergi ke
Gemulung bersama Kerpa"
Demikianlah pada malam berikutnya, dua orang petugas
yang dikirim oleh Ki Demang, dengan diam-diam mengawasi jalan yang lewat di
samping rumah Sindangsari. Ketika malam mulai menjadi kelam, keduanya
bersembunyi di balik segerumbul perdu. Disitulah petugas Ki Demang itu setiap kali bersembunyi.
"Mungkin hari ini anak itu tidak datang kemari" desisnya.
Kerpa mengerutkan keningnya. Katanya "Aku mengharap ia datang.
"Lalu" Apa yang akan kau lakukan"
Orang itu tertawa tertahan-tahan. Tetapi suara tertawanya telah mendirikan bulu
roma. Kawannya menjadi heran mendengar suara tertawa Kerpa.
Dipandanginya saja wajahnya yang disaput oleh keremangan malam. Namun wajah itu
seakan-akan menjadi sangat
menakutkan. "Kadang-kadang kita harus mengajari anak-anak untuk
sedikit sopan" geram Kerpa kemudian "Pamot adalah
gambaran anak-anak yang tidak mengenal adat"
"Maksudmu?" bertanya kawan Kerpa.
Kerpa tidak segera menjawab, tetapi suara tertawanya
terdengar lagi. "Ingat Kerpa" berkata kawannya "kau hanya bertugas
mencegah pertemuan itu Tidak lebih"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu, tentu. Tetapi aku tidak ingin setiap malam
mendekam di tempat yang banyak sekali nyamuknya itu"
"Lalu?" "Aku akan membuatnya jera"
"Ya, memang. Tetapi tidak berlebih-lebihan"
"Aku juga tidak akan berbuat terlampau banyak dan
berlebihan-lebih. Aku hanya akan membuat jera. Hanya itu"
"Caramu?" "Tergantung pada keadaan. Aku tahu bahwa Pamot adalah salah seorang anggauta
pengawal khusus yang terlatih baik.
Kalau langkahku agak terdorong sedikit, jangan menyalahkan aku. Karena kalau aku
terlampau baik hati, maka akulah yang akan dibuatnya jera"
Kawannya mengerutkan keningnya. Ia mengenal Kerpa
dengan baik. Ia orang yang bodoh, tetapi terlampau setia kepada Ki Demang,
sehingga kadang-kadang ia melakukan suatu tindakan yang agak berlebih-lebihan.
Maksudnya agar ia mendapat pujian dan hadiah karena tindakannya itu, tanpa
menghiraukan akibat yang dapat timbul karenanya.
Sejenak kemudian mereka terdiam. Tetapi debar jantung kawan Kerpa itu menjadi
semakin cepat. Ia sudah mulai membayangkan, apa yang akan terjadi. Mungkin Kerpa
akan membuat Pamot menjadi cacat seumur hidupnya atau bahkan kalau ia kehilangan
kendali, maka ia akan berbuat sesuatu di luar dugaan.
"Gila" desis Kerpa kemudian "Kenapa anak itu belum juga datang"
"Aku tidak yakin bahwa ia akan datang"
"Tetapi bukankah kau pula yang melaporkannya kepada Ki Demang bahwa anak itu
pernah menemui Sindangsari?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya" "Itu memang perbuatan yang paling gila" Kerpa
menggeram "itu sudah suatu perbuatan yang sebenarnya
tidak dapat dimanfaatkan seandainya Ki Demang bukan orang yang sangat sabar.
Meskipun belum terjadi perkawinan itu, tetapi Sindangsari sudah menjadi hak Ki
Demang. Tidak seorangpun lagi boleh mengganggunya"
Kawannya tidak menyahut. "Kalau Pamot itu mengganggu isteriku, maka isi perutnya pasti akan kutumpahkan"
"Tetapi sekarang, bahkan bakal istri Ki Demang"
"Tetapi Ki Demang tidak memerintahkan kepadamu lebih
dari mencegah pertemuan itu. Kalau kau melakukan yang lain, maka kau pasti akan
mendapat hukuman" Kerpa mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak menjawab.
Namun demikian ia masih meragukan keterangan kawannya itu. Apakah benar Ki
Demang tidak marah sekali dan maksud kata-katanya itu tidak lebih jauh dari
mencegah saja hari ini. Maka selagi mereka hanyut dalam angan-angan masingmasing, di kejauhan sesosok tubuh berjalan mengendapendap di pinggir jalan padukuhan. Langkahnya semakin lama menjadi semakin cepat.
Kadang-kadang ia berhenti sejenak, kemudian meneruskan langkahnya melekat
dinding batu di pinggir jalan.
Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa dua pasang mata di balik gerumbul sedang
memandanginya dengan tajamnya.
Melihat kedatangannya Kerpa tersenyum. Sambil menggamit kawannya ia berdesis "Akhirnya ia datang.
Agaknya kau telah memberikan keterangan yang benar,
bahwa Pamot memang pernah menghubungi Sindangsari. Kau tidak sekedar mengada-ada
untuk mendapat pujian dari Ki Demang bahwa kau memang melakukan tugasmu dengan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
baik. Pertemuan antara keduanya itu bukan sekedar desas-desus yang merambat dari
mulut yang satu kemulut yang lain"
Kawannya tidak menjawab. Tetapi ia menjadi berdebardebar karenanya. "Kau duduk saja disini. Aku akan
menyelesaikannya sendiri"
"Jangan gila. Kau hanya mencegah pertemuan ini"
"Dan membuatnya Ki Demang marah kepadamu"
Kerpa tidak menjawab. Tetapi ia tertawa tertahan-tahan.
Sementara itu langkah Pamot semakin lama menjadi
semakin dekat. Tanpa berprasangka apapun ia masih tetap berjalan menepi. Sama
sekali tidak disangkanya, bahwa di dekat halaman yang kosong, di balik sebuah
gerumbul, seseorang telah menunggunya dengan menahan nafas.
Pamot menjadi sangat terkejut, dan bahkan darahnya
serasa berhenti ketika tiba-tiba. aja sepasang tangan yang kuat menerkamnya dan
menyeretnya masuk ke dalam
gerumbul. Tetapi Pamot adalah seorang anak muda yang cukup
terlatih, sehingga ia tidak langsung menyerah pada keadaan itu. Dengan
tangkasnya ia justru berguling melanda orang yang menerkamnya, kemudian
menggeliat untuk melepaskan pegangan sepasang tangan yang menerkamnya itu.
Pamot adalah seorang pengawal khusus yang memang
pernah mendapat latihan keprajuritan. Bahkan lebih dari itu.
Iapun memiliki bekal ilmu yang melengkapi latihan-latihan keprajuritannya itu.
Dengan demikian, maka geraknya yang cepat dan tangkas itu sama sekali tidak
diduga oleh Kerpa, sehingga tangkapan tangannyapun terlepas karenanya.
Hentakan tenaga Pamot telah menghempaskan keduanya.
Sejenak mereka terguling-guling. Dan hampir bersamaan mereka berloncatan
berdiri. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kini mereka tegak berhadapan. Sejenak Pamot mencoba
mengenal orang yang menutupi wajahnya dengan ikat
kepalanya itu. Tetapi ia tidak segera dapat mengetahui dengan siapa ia
berhadapan. "Siapa kau?" Pamot menggeram.
Kerpa mengerutkan keningnya. Dengan suara yang dibuat-buat agar Pamot tidak
dapat mengenalnya, ia menjawab "He, kau ingin tahu siapa aku?"
"Ya. Bukalah tutup wajah itu"
"Tidak mau. Sebaiknya kau tidak usah melawan. Aku hanya akan membuatmu lumpuh
tanpa membunuhmu" Kawan Kerpa yang bersembunyi di balik gerumbul itupun menjadi berdebar-debar.
Agaknya Kerpa benar-benar ingin membuat Pamot cacat, agar ia menjadi benar-benar
jera. Tetapi sudah tentu, bukan itu maksud Ki Demang.
Dalam pada itu ia mendengar Pamot menggeram "Apa
maksudmu mengganggu aku?"
"Aku tidak sekedar mengganggumu. Aku memang berusaha
mencegahmu datang kepada gadis itu. Bukan hanya malam ini, tetapi untuk malammalam selanjutnya. Karena itu, kau harus tidak dapat berjalan lagi"
"Apa kepentinganmu"
"Tidak ada" "Kalau tidak ada, kenapa kau mencampuri urusanku"
"He" Bukan tidak ada. Tetapi tidak langsung" jawab Kerpa
"kau tahu he, bahwa gadis itu adalah bakal isteri Ki Demang.
Kalau kau masih berhubungan dengan dia, maka kau sudah melanggar pagar ayu. Kau
tahu bahwa padukuhan Gemulung dan Kademangan Kepandak dan kau pernah juga
mendengar, bahwa hampir seratus tahun yang lalu, Kademangan
Kepandak pernah ditimpa oleh bencana wabah yang luar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
biasa. Separo dari penduduk Kepandak meninggal. Kakekku, yang sekarang berumur
seratus lebih tujuh tahun, masih ingat akan peristiwa itu. Kau ingin tahu
sebabnya" Ya, karena ada orang yang melanggar pagar ayu. Seorang laki-laki iblis
yang menghubungi isteri Ki Demang pada waktu itu. Kakek Ki Demang
yang sekarang. Nah, apakah kau akan mengulanginya dan membuat Kepandak diterkam oleh wabah yang maha dahsyat itu
lagi?" "Omong kosong" bantah Pamot, namun kemudian ia
menyambung "maksudku, aku sama sekali tidak melanggar pagar ayu. Akulah yang
lebih dahulu melamarnya. Tetapi Ki Demang telah merampasnya. Apalagi kalau anak
itu diberi hak untuk memilih. Ia tidak akan memilih Ki Demang yang sudah lima
kali kawin" "Persetan. Tetapi yang sekarang diakui, gadis itu adalah bakal isteri Ki Demang"
"Seandainya demikian, dan seandainya aku disebut
melanggar pagar ayu, itupun tidak akan membuat bencana apapun. Apakah kau
berpura-pura tidak tahu bahwa ada saja pelanggaran-pelanggaran yang serupa,
bahkan yang sudah lebih jauh dari sekedar sebuah pertemuan"
"Diam kau" bentak Kerpa "kau ingin membenarkan sikapmu dengan menyebut
kesalahan-kesalahan yang serupa. Aku
tidak peduli. Tetapi pertemuan yang demikian tidak boleh terjadi. Kau sangka aku
tidak tahu bahwa malam ini bukanlah malam yang pertama kau datang kepadanya"
Wajah Pamot menjadi merah. Kini ia telah benar-benar
menjadi marah. Katanya "Memang. Malam ini bukan yang
pertama aku datang kepadanya. Aku sudah datang kepadanya lebih dari seratus kali
sejak aku mengenalnya. Gadis itupun datang ke rumahku sebanyak bilangan itu
pula. Sampai saatnya Ki Demang di Kepandak berusaha memutuskan
hubungan kami. Pamot berhenti sejenak. Namun perasaan di dadanya menghentakhentak sehingga ia tidak sadar lagi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan siapa ia berbicara. Endapan-endapan yang serasa menyumbat dadanya
kemudian tertumpah saja tanpa dapat dikekangnya. Katanya "Tetapi itu perbuatan
yang bodoh sekali. Memang mungkin Ki Demang dengan kekerasan
apapun dapat menghalangi hubunganku dengan Sindangsari.
Tetapi itu hanya sekedar hubungan badaniah. Tetapi tidak seorang manusiapun yang
dapat memadamkan api yang telah menyala di dalam dada kami masing-masing. Dan
itulah yang dinamakan cinta"
Kerpa mengerutkan keningnya sesaat. Namun kemudian ia tertawa. Katanya "Aku
tidak tahu apakah hubunganmu dengan Ki Demang di dalam soal cinta. Tetapi aku
hanya mencegah wabah itu berjangkit lagi di Kepandak. Itu saja"
"Kenapa kau tidak datang kepada Ki Demang dan
mencegah Ki Demang merampas gadis itu" Jangan pura-pura tidak tahu, bahwa disini
sekarang sudah timbul wabah"
Wabah yang jauh lebih dahsyat dari penyakit apapun?"
"Wabah apa?" "Wabah kekuasaan, di mana orang-orang yang berkuasa
dapat berbuat apa saja seperti yang dilakukan oleh Ki Demang sekarang atas
Sindangsari" "Persetan. Sudah aku katakan. Aku tidak berurusan dengan Ki Demang. Tetapi
adalah kewajibanku untuk mencegahmu sekarang"
Ketika Pamot akan menjawab maka Kerpapun mendahuluinya "Jangan banyak bicara. Kau harus jera. Tidak hanya sekedar mulutmu
saja yang mengatakannya, tetapi lain kali diam-diam kau langgarnya"
"Dengar kau. orang yang tidak berani menengadahkan
wajahnya" geram Pamot "cacingpun akan menggeliat kalau terpijak. Apalagi aku"
"Tutup mulut, atau aku yang akan menutupnya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot tidak sempat menjawab lagi. Agaknya Kerpa
memang sudah kehabisan kesabaran. Karena itu, maka iapun segera meloncat
menyerang. Tetapi Pamot yang sudah sampai ke puncak kemarahannya itupun telah bersiaga
pula. Dengan demikian maka dengan tangkasnya ia menghindarinya dan bahkan iapun
segera membalas serangan itu dengan sebuah serangan mendatar setinggi lambung.
Kerpa menjadi berdebar-debar. Ternyata anak ini memiliki kemampuan yang cukup
baik. Apalagi setelah perkelahian itu semakin lama menjadi semakin seru.
Terasalah oleh Kerpa bahwa Pamot bukan sekedar seorang pengawal yang
mendapat latihan keprajuritan sekali sepekan atau dua kali di halaman Kademangan
oleh prajurit-prajurit Mataram yang dikirim untuk itu.
Karena itu, maka Kerpapun menjadi semakin berhati-hati.
Ia sadar, bahwa ia tidak boleh lengah. Ikat kepalanya tidak boleh terlepas, dan
apa lagi ia dapat dikalahkan dalam perkelahian itu.
Dengan demikian maka perkelahian itupun menjadi
semakin cepat. Pamot telah dibakar oleh darah mudanya, sehingga ia sama sekali
tidak peduli lagi, dengan siapa ia berkelahi. Sedang Kerpa merasa bahwa dirinya
mendapat kepercayaan dari Ki Demang untuk melakukan tugas itu.
Namun perkelahian yang sengit itu agaknya telah membuat Kerpa menjadi semakin
marah. Lambat laun ia tidak dapat membatasi diri lagi, bahwa ia ditugaskan
sekedar mencegah pertemuan antara Pamot dengan gadis yang bakal menjadi isteri
Ki Demang itu. Namun serangan-serangannya yang gagal beberapa kali, dan bahkan
sentuhan-sentuhan serangan Pamot pada tubuhnya, telah menyeret Kerpa itu ke
dalam suatu perkelahian yang sesungguhnya, seperti juga Pamot berkelahi
bersungguh-sungguh. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kawan Kerpa yang bersembunyi di balik gerumbul
menyaksikan dengan hati yang bergelora. Meskipun ia tidak mempunyai kemampuan
sebesar Kerpa, namun ia dapat
melihat bahwa perkelahian itu telah memanjat menjadi
perkelahian yang mendebarkan jantung. Seperti Kerpa, ia memang tidak menyangka
bahwa Pamot memiliki ilmu yang setingkat lebih tinggi dari para pengawal khusus.
Apalagi dibandingkan dengan para pengawal yang lain.
Namun orang itupun mengerti bahwa Kerpa bukan orang
kebanyakan. Karena itulah, maka dadanya menjadi semakin sesak. Semakin gigih
Pamot melawan, orang itu akan menjadi semakin marah, sehingga pada saatnya, ia
akan berbuat hal-hal yang semakin buruk akibatnya bagi Pamot.
Tetapi ia tidak akan dapat mencegahnya lagi. Ia tidak dapat muncul di sekitar
arena. Dengan demikian Pamot akan
mengenalnya dan pasti akan segera mengenal bahwa
lawannya berkelahi itu adalah Kerpa.
Demikianlah perkelahian di halaman kosong itu menjadi semakin seru. Masingmasing telah berusaha untuk memeras tenaganya. Pamot memang memiliki kelincahan
dan kekuatan yang cukup. Namun Kerpa adalah orang yang berpengalaman.
Itulah sebabnya maka setelah mereka berkelahi beberapa saat, tampaklah bahwa
Pamot menjadi semakin lama semakin terdesak.
Tetapi hati Pamot memang sekeras batu karang, Ia tidak segera menyerah kepada
keadaan. Ia sadar, bahwa menyerahpun akibatnya pasti sangat menyakitkan hatinya.
Karena itu, maka ia berkelahi terus sekuat-kuat tenaganya.
Lambat laun namun pasti, Kerpa berhasil menguasai
lawannya. Sekali-sekali Pamot terpelanting oleh pukulan atau hempasan kaki
lawannya. Namun setiap kali ia bangkit
kembali dan melawan seperti orang kesurupan, meskipun karena kelelahan dan
kemarahan yang menggoncang
jantungnya, geraknya menjadi semakin tidak terarah.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Serangan-serangannya tidak lagi mengenai sasarannya, dan bahkan kadang-kadang ia
terdorong oleh tenaganya sendiri, sehingga sentuhan yang lambat telah membuatnya
jatuh tertelungkup. Kerpa yang memiliki pengalaman dan ilmu lebih tinggi
daripadanya, akhirnya yakin, bahwa Pamot tidak akan dapat melawannya lagi.
Karena itu, maka Kerpa akan segera mengakhiri perkelahian itu. Ia tidak dapat lagi menahan kemarahan yang menghentak di
dadanya karena sikap Pamot. Apalagi
beberapa bagian badannya sendiri terasa juga bekas-bekas sentuhan serangan anak
muda yang kehilangan pengendalian diri itu.
Pada saat-saat terakhir itulah Kerpa kemudian justru
memperbesar tenaga-tenaga serangannya, sehingga Pamot menjadi jatuh bangun.
Sekali ia terpental, kemudian di saat yang lain ia jatuh terjerembab.
Badannya menjadi merah biru, sedang darahnya menitik
dari luka-luka hampir di seluruh tubuhnya. Luka oleh serangan Kerpa, tetapi juga
luka karena batu-batu padas di bawah kakinya. Apabila ia terpelanting jatuh
menimpa ujung batu yang runcing, ujung-ujung kayu dan bahkan duri-duri
kemarung sepanjang kelingking, yang tumbuh berhamburan di kebun kosong itu.
Betapa besar nafsunya untuk melawan, namun tenaga
Pamotpun memang terbatas. Ia mampu melawan salah
seorang dari anggauta gerombolan Sura Sapi, tetapi kali ini ia mau tidak mau
harus melihat kenyataan bahwa ia sudah
terkalahkan. Ketika sebuah pukulan mengenai dagunya, maka kepalanyapun terangkat tinggi-tinggi. Tetapi ia tidak sempat jatuh terlentang
ketika tangan-tangan yang kuat menahan bajunya. Namun terasa kemudian seolaholah seluruh Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
perutnya terpelanting keluar ketika tangan-tangan yang kuat memukul perutnya
bertubi-tubi. Tiba-tiba kepala Pamot menjadi pening. Pandangan
matanya menjadi semakin kabur.
Ketika pukulan-pukulan itu berhenti, maka ia tidak lagi dapat berdiri tegak di
atas kedua kakinya. Sejenak ia terhuyung-huyung. Namun kemudian iapun jatuh
tertelentang. Pamot masih sempat melihat bintang yang bertaburan di langit yang seakan-akan
berputaran mengelilingi kepalanya.
Semakin lama semakin cepat, namun semakin kabur.
Meskipun demikian Pamot tidak menjadi pingsan. Meskipun ia tidak berhasil untuk
mengatasi pening dan mual, sehingga ia tidak lagi sempat bangun, namun ia masih
melihat bayang-bayang lawannya yang kabur kehitam-hitaman.
Pamot masih mendengar orang itu tertawa, kemudian
melangkah semakin dekat. Kini orang itu berdiri bertolak pinggang selangkah di
sampingnya. Tangannya seolah-olah berguncang-guncang oleh gelak yang tertahantahan. "Nah, apakah kau masih akan melawan?" terdengar ia
berdesis. Pamot tidak menyahut. Nafasnya serasa sudah benar-benar hampir terputus.
"Kau sudah membuat hatiku menjadi panas, berkata Kerpa di sela-sela suara
tertawanya yang menyakitkan hati. Tetapi suara tertawa itupun merupakan lontaran
dari sakit hatinya pula. Katanya selanjutnya "Kalau kau tidak melawan, dan tidak
menyombongkan dirimu, maka aku kira aku tidak akan
berbuat apa-apa. Kalau kau sudah berjanji bahwa kau tidak akan datang lagi
menemui gadis itu, maka persoalanku sudah selesai. Tetapi sekarang kau telah
membuat darahku menjadi panas. Nafasku hampir putus pula karenanya, dan tubuhku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menjadi sakit-sakit. Kau harus menebusnya dengan penyesalan. Pamot sama sekali tidak menjawab. Kekuatannya seakanakan telah lenyap, Bahkan untuk menggerakkan ujung jarinya saja, terasa
terlampau sulit. Karena itu, apapun yang akan dilakukan oleh orang yang
melindungi wajahnya dengan ikat kepalanya itu, ia tidak akan dapat mencegahnya.
"Dengar anak muda" desis Kerpa dari balik ikat kepalanya
"aku dapat membunuhmu"
Pamot masih tetap berdiam diri.
"Tetapi aku akan memberimu kesempatan memilih. Mati
atau cacat untuk seumur hidupmu"
Terasa darah Pamot berdesir. Bahkan kawan Kerpa yang
bersembunyi di balik rimbunnya dedaunanpun menjadi
berdebar-debar. Kerpa memang bukan seseorang yang dapat diajak bergurau dengan
cara apapun. Tetapi ia tidak dapat meloncat untuk mencegahnya.
"Katakan, manakah yang kau pilih?"
Pertanyaan itu serasa telah membakar isi dada Pamot.
Namun ia masih tetap berdiam diri.
"Jawablah" bentak Kerpa.
Ketika Pamot tidak juga menjawab, maka dengan kakinya ia mengguncang tubuh anak
muda itu "Ayo jawab. Kalau kau ingin mati aku tinggal menginjak lehermu saja.
Tetapi kalau kau masih ingin hidup, katakan, apa yang harus aku lakukan.
Tetapi mulut Pamot serasa sudah terkunci. Ia tidak ingin menjawab sepatah
katapun. Ia tidak peduli lagi, apa yang akan terjadi atas dirinya yang sama
sekali tidak berdaya itu.
Tetapi ketika orang yang menutupi wajahnya dengan ikat kepalanya itu sekali lagi
mengguncang tubuhnya dengan kakinya, tiba-tiba ia terdorong surut sambil
mengaduh pendek. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Terasa sesuatu telah mengenai dadanya. Begitu kerasnya, sehingga seolah-olah
tulang-tulang rusuknya menjadi retak.
"Setan alas" Kerpa mengumpat "siapa yang menyerang aku dari persembunyiannya.
Pengecut. Ayo keluar"
Tetapi tidak ada jawaban. Serangan itu datang dari arah yang lain dari tempat
persembunyian kawannya, sehingga ia tidak dapat menuduhnya. Dan sebenarnyalah
kawannya itu sama sekali tidak mengerti, apa yang telah terjadi. Dengan heran ia
melihat Kerpa terhuyung-huyung sambil memegangi dadanya.
"Siapa he" Kalau kau memang laki-laki, ayo kita
berhadapan" Tetapi tidak seorangpun yang menampakkan dirinya. Tetapi ketika Kerpa akan
membuka mulutnya lagi, terasa sebuah batu kerikil mengenai lehernya.
Leher Kerpa serasa tercekik karenanya. Sejenak ia
terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya. Lemparan itu pasti bukan lemparan
orang kebanyakan. Selain orang yang melemparnya itu seorang pembidik yang baik,
ia pasti mempunyai kekuatan yang cukup.
Karena itu Kerpa harus berhati-hati. Ia menghadapi
seseorang yang kuat, tetapi licik. Menyerang dari persembunyian. Dengan hati-hati Kerpa kemudian maju
selangkah. Untuk sementara ia membiarkan Pamot terbaring di tanah. Menurut
penilaian Kerpa Pamot sama sekali sudah tidak berbahaya lagi baginya.
"Jangan menyerang sambil bersembunyi. Marilah kita
berhadapan sebagai laki-laki" geram Kerpa.
Namun dadanya berdesir ketika ia mendengar jawaban
yang lambat tersendat-sendat "Kau juga bersembunyi di balik ikat kepala itu.
Coba, bukalah ikat kepalamu. Aku akan keluar dari persembunyianku"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Persetan" jawab Kerpa dengan suara bergetar "dimana
kau. Akulah yang akan datang kepadamu kalau kau tidak mau keluar"
"Aku bersembunyi" terdengar suara itu.
Namun suara orang itu telah menuntun Kerpa untuk
menemukan tempat persembunyiannya.
Ketika Kerpa sudah yakin, dimana orang itu bersembunyi, maka segera iapun
meloncat melingkari sebuah gerumbul. Ia tidak mau kehilangan lawannya yang licik
itu. Dadanya berdesir ketika ia melihat sesosok tubuh yang berjongkok di balik
gerumbul itu. Sudah tentu tidak ada orang lain lagi yang telah menyerangnya
selain orang itu. Karena itu, ia tidak menunggu lebih lama lagi. Dengan sertamerta ia telah menyerangnya.
Tetapi ternyata kemampuan orang yang bersembunyi itu
jauh melampaui dugaannya. Demikian ia menyerang dengan lontaran kakinya, tibatiba terasa kakinya tertangkap. Ia tidak dapat berbuat apa-apa sama sekali,
ketika tubuhnya serasa terbang berputaran. Agaknya lawannya dengan mudahnya
telah memutar tubuhnya di udara. Kerpa masih berusaha menggeliat sambil
menyerang dengan kakinya yang lain.
Namun tiba-tiba saja kakinya yang tertangkap itupun
dilepaskan sehingga ia terlempar beberapa langkah.
Dengan kemampuan yang ada padanya, Kerpa masih
berusaha menempatkan diri ketika ia terbanting jatuh.
Dilipatnya tubuhnya, dan dilekatkannya tangannya di dadanya.
Kerpa berusaha menjatuhkan dirinya pada pundaknya, agar ia tidak mendapatkan
cidera di bagian dalam. Namun begitu kerasnya ia terbanting, sehingga matanya
menjadi berkunang-kunang.
Nafas Kerpa serasa terputus di lehernya. Sejenak ia sama sekali tidak dapat
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergerak. Isi dadanya seakan-akan telah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menyumbat lehernya. Sehingga karena itu, ia tergolek seperti Pamot yang lemas
itu pula. Kawannya yang bersembunyi di balik gerumbul hanya
melihat Kerpa terlempar. Namun demikian hatinya menjadi kecut. Ia tidak memiliki
kemampuan seperti Kerpa. Karena itu, maka seandainya ia harus berkelahi melawan
lawan Kerpa yang tidak dapat dilihatnya dengan jelas itu, pasti ia tidak akan
dapat bertahan. Dengan demikian, maka sejenak ia kebingungan. Ia tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan. Selagi ia menimbang-nimbang, sebutir batu telah jatuh tepat di hadapannya,
sehingga ia tersentak setapak surut.
Dadanya yang berdebar-debar menjadi semakin berdentangan. Ternyata lawan Kerpa yang mampu memutarnya di udara kemudian melemparkannya itu telah melihat di mana ia
bersembunyi. Apalagi ketika ia mendengar suara berat beberapa langkah saja di hadapannya
"Apakah kau juga akan melawan?"
Seolah-olah tanpa sesadarnya ia menjawab "Tidak. Aku
tidak akan melawan" "Kalau begitu, pergilah"
Orang itu tidak segera menjawab. Tetapi ia menjadi ragu-ragu.
"Bawa kawanmu itu pergi. Cepat, sebelum aku merubah
pendirian" Orang itu ragu-ragu sejenak. Dan ia mendengar suara itu lagi "Cepat"
Tidak ada pilihan lain lagi baginya. Dengan hati yang berdebar-debar ia berdiri
dan melangkah setapak demi
setapak. "Cepat" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ia mempercepat langkahnya mendekati Kerpa yang masih
terbaring di tempatnya sambil menyeringai.
"Bawa dia pergi"
Orang itupun segera menolong Kerpa. Dibantunya Kerpa itu berdiri, kemudian
dipapahnya berjalan melintasi halaman yang kosong itu menyusup gerumbul-gerumbul
liar. Meskipun sambil mengeluh, namun Kerpa telah memaksa dirinya untuk meninggalkan tempat
terkutuk itu. Halaman kosong itupun kemudian menjadi sepi. Yang
terdengar hanyalah desah nafas Pamot yang kesakitan.
Dengan susah payah ia berusaha untuk bangkit. Sambil
mengerang iapun kemudian berhasil duduk bertelekan kedua tangannya.
Pamot berpaling ketika ia mendengar suara gemerisik di balik gerumbul di
belakangnya. Hatinya menjadi berdebar-debar. Ia melihat lawannya yang memakai
tutup ikat kepala di wajahnya itu telah dilontarkan oleh seseorang yang juga
tidak dikenalnya. "Apakah ia memang berusaha membantu aku atau sekedar
ingin mendapat kepuasan, mencekik aku dengan tangannya"
berkata Pamot di dalam hatinya.
Namun ia menarik nafas dalam-dalam ketika ia melihat
seseorang yang bertubuh tinggi kekar menghampirinya.
"Lamat" desis Pamot "kenapa kau berada di sini?"
Lamat tidak segera menjawab. Dihampirinya Pamot yang
masih kesakitan. Setelah ia berjongkok di sampingnya, iapun berkata "Kau tidak apa-apa?"
"Beginilah, seperti yang kau lihat"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat mengerutkan keningnya. Katanya "Maksudku, tidak ada luka-luka yang parah
di tubuhmu atau di dalam. Mungkin tulang-tulangmu atau bagian-bagian yang lain?"
Pamot menggeleng "Aku kira tidak" jawabnya.
"Apakah kau dapat berjalan pulang"
Pamot menarik nafas. Katanya "Sebaiknya aku beristirahat dahulu. Nafasku serasa
akan putus, dan seluruh tubuhku menjadi sakit"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian iapun
bertanya "Apakah kau mengetahui siapakah lawanmu itu?"
Pamot menggeleng "Tidak. Aku tidak mengetahuinya.
Kenapa kau tidak membuka tutup kepalanya ketika ia menjadi hampir pingsan?"
"Aku tidak berani menampakkan diriku"
"Kenapa?" "Justru karena aku tidak mengenalnya. Aku tidak tahu siapa dan apakah maksudnya
yang sebenarnya. Tetapi aku kira ia akan segera dapat mengenal aku. Aku tidak
dapat menyembunyikan diriku meskipun aku memakai tutup wajah seperti orang itu. Setiap
orang di Gemulung dan bahkan di seluruh Kademangan Kepandak akan segera mengenal
bentuk tubuhku" Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Kalau
saja kau membuatnya benar-benar pingsan"
"Aku tidak berani melakukannya. Kalau aku agak terdorong sedikit dan tanpa aku
kehendaki aku telah membunuhnya, maka aku akan menyesal"
Sekali lagi Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya.
Namun tiba-tiba ia bertanya kembali "Kenapa kau ada disini?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat terdiam sejenak. Tatapan matanya terlontar
kekejauhan menembus hitamnya malam.
"Kenapa?" "Aku ditugaskan oleh Manguri"
"Apa tugasmu?" "Mengawasi kau. Manguri masih menyangka bahwa kau
selalu datang mengunjungi Sindangsari"
Pamot mengerutkan dahinya.
"Ternyata dugaannya itu benar. Kau masih selalu datang kepadanya. Bahkan hampir
setiap malam" Pamot mengangguk. "Dan ternyata itu sangat berbahaya bagimu. Seandainya ada orang yang melihatnya,
dan orang itu tidak menyukaimu, maka kau akan dapat dilaporkan kepada Ki Demang"
Lamat berhenti sejenak, lalu "bahkan mungkin orang-orang yang berkerudung di
wajahnya itu juga suruhan Ki Demang"
Pamot masih mengangguk-angguk. Dan tiba-tiba suaranya tersentak "Kau benar
Lamat. Orang yang satu, yang
bersembunyi tadi adalah orang yang pernah aku kenal"
"Akupun pernah melihatnya. Orang dari Sapit. Tetapi
siapakah yang menyuruhnya. Itu yang aku tidak tahu"
"Kenapa ia tidak kau paksa untuk berbicara"
"Aku tidak mau mereka mengenalku" Pamot menganggukangguk pula. "Ternyata banyak sekali orang yang merasa berkepentingan atasmu. Manguri, orang-orang itu, dan kakek Sindangsari sendiri.
Jangan kau sangka bahwa kakek
Sindangsari tidak melihat apa yang kau lakukan selama ini"
O0-dw-o0O Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Matahari Esok Pagi Karya : SH Mintardja Sumber DJVU http://gagakseta.wordpress.com/
Convert by : Dewi KZ Editor : Dino
Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jilid 4 PAMOT terkejut mendengar keterangan itu.
"Tetapi kalau sampai saat ini ia mungkin masih tetap
berdiam diri, itu agaknya bukan karena ia membenarkan pertemuan itu. Ia hanya
sekedar tidak dapat menahan
perasaan iba dan kasihannya kepada cucunya. Tetapi pada suatu saat ia pasti akan
menyatakan keberatannya"
"Darimana kau mengetahuinya?" bertanya Pamot.
"Bukankah aku hampir setiap malam selalu mengawasi
gerak-gerikmu atas perintah Manguri" Semula aku memang merasa segan,
namun kemudian aku justru
merasa berkewajiban. Orang yang datang bersama orang yang
menutupi wajahnya itupun telah pernah aku lihat pula di malam-malam sebelum ini"
"Kenapa kau tidak pernah memberitahukannya kepadaku"
"Kadang-kadang aku menjadi ragu-ragu. Apakah aku sudah melakukan sesuatu yang
tepat. Aku adalah seorang pembantu, katakanlah seorang budak belian. Aku sudah
terikat oleh perasaan berhutang budi yang tidak akan dapat ditebus dengan cara
apapun. Dengan demikian aku harus bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku
tidak mengkhianati keluarga Manguri apabila aku keluar dari perintah yang mereka
berikan" Aku kadang-kadang dibayangi oleh berbagai pertanyaan yang tidak dapat
aku jawab sendiri. Pada saat Manguri akan memanggil Sura Sapi, dan diam-diam aku
memberikannya kepadaku, beberapa malam aku tidak dapat tidur nyenyak karena
dibayangi oleh pertanyaan yang serupa itu"
Pamot tidak menyahut. Tetapi ia dapat membayangkan
betapa perasaan raksasa itu kadang-kadang menjadi sangat kalut. Perasaan
berhutang budi, namun perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan adalah perbuatanperbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot menarik nafas dalam-dalam ketika ia mendengar
Lamat berkata "Sekarang pulanglah"
"Tetapi" desis Pamot
"Sindangsari pasti menunggu kedatanganku. Ia akan menjadi cemas dan gelisah, apabila aku tidak datang
kepadanya" "Sudah aku katakan, hentikan permainan yang berbahaya ini"
"Maksudmu, kau melarang aku berhubungan lagi dengan
Sindangsari" Apakah itu yang dikehendaki Manguri"
"Jangan salah paham Pamot" berkata Lamat "dan keadaan yang demikian inilah yang
menyulitkan kedudukan dan
perasaanku. Aku mencoba menasehatimu sejujur-jujur hatiku.
Tetapi memang tidak aneh kalau kau dapat menjadi salah paham"
"Maaf, aku kadang-kadang memang terdorong selangkah
sebelum aku berpikir baik-baik"
"Mungkin memang demikianlah keadaan seseorang yang
sedang dibayangi oleh perasaan cinta. Tetapi meskipun demikian kau harus masih
tetap mempergunakan akalmu.
Jangan hanya perasaanmu"
Pamot tidak menjawab. "Apakah kau dapat mengerti" Aku sama sekali tidak
keberatan apabila kau masih tetap berhubungan dengan
Sindangsari, tetapi jangan dengan caramu yang sekarang"
"Jadi bagaimana?"
Lamat mengerutkan keningnya. Namun kemudian ia
berkata "Aku tidak tahu. Cara apakah yang sebaik-baiknya kau lakukan. Tetapi
setidak-t idaknya kau lebih berhati-hati lagi melakukannya. Tidak terlampau
sering seperti yang kau lakukan sekarang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Tetapi
malam ini aku harus menemuinya"
Lamat menggeleng-gelengkan kepalanya. Desisnya "Kau
memang keras kepala. Tetapi kalau memang tidak ada
kemungkinan lain, pergilah. Temuilah gadis itu untuk yang terakhir kalinya
dengan caramu yang sekarang. Untuk
selanjutnya kau harus lebih berhati-hati dan lebih bersikap dewasa"
Pamot mengangguk "Baiklah. Aku akan berbicara dengan
Sindangsari" "Berterus teranglah, bahwa kau selalu diawasi oleh
beberapa pasang mata. Hari ini aku melihat kau dihajar orang.
Tetapi mungkin lain kali aku kebetulan tidak berada disini"
"Baiklah. Tetapi apakah yang kau katakan kepada
Manguri?" "Aku tidak dapat mengelabuinya bulat-bulat. Karena itu aku mengatakan kepadanya,
bahwa kau memang pernah datang
ke rumah Sindangsari"
"Apakah katanya?"
"Ia mengumpat-umpat. Tetapi tidak mustahil bahwa ia
membuat desas-desus tentang hal itu, agar didengar oleh Ki Demang di Kepandak"
"Aku mengerti. Aku berterimakasih kepadamu Lamat.
Mudah-mudahan hatimu tetap diterangi oleh kebajikan,
meskipun kau harus melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan. Tetapi
setidak-tidaknya kau menyadari dan mengerti, manakah yang baik dan manakah yang
tidak" "Mudah-mudahan" desis Lamat. Suaranya menjadi dalam
sekali. Lalu "Pergilah, dan cepat tinggalkan tempat itu. Kalau orang-orang yang
mengamati kau tadi utusan Ki Demang, maka kau akan mendapat kesulitan apabila ia
mengirimkan orang-orangnya lebih banyak. Sudah tentu aku tidak dapat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membantumu dengan terang-terangan. Ki Demang akan
marah kepadaku, dan akan melaporkannya kepada ayah
Manguri" "Terimakasih atas peringatanmu itu Lamat. Sekarang,
biarlah sekali lagi aku menemuinya. Aku akan berbicara dengan Sindangsari bahwa
keadaanku agak berbahaya akhir-akhir ini".
"Kau dapat menunjukkan wajahmu yang merah biru, atau
barangkali luka-lukamu itu"
Pamot menganggukkan kepalanya "Aku akan mencoba
membuatnya mengerti"
Pamotpun kemudian meninggalkan Lamat, meneruskan
langkahnya menemui Sindangsari. Tetapi ia kini mulai menilai perbuatanperbuatannya di masa lampau. Terasa sesuatu bergejolak di dalam dadanya. Ia
memang menjadi ngeri sendiri. Tetapi iapun merasa bahwa ia tidak akan dapat tidur nyenyak tanpa
mengunjungi Sindangsari lebih dahulu,
meskipun hanya sekejap. Meskipun demikian, ternyata Pamot masih dapat mempergunakan nalarnya. Ia masih dapat memberikan
penjelasan kepada Sindangsari bahwa cara yang selama ini mereka lakukan adalah
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cara yang berbahaya. "Bukan saja karena orang-orang yang mengintai kita"
berkata Pamot "tetapi bahaya itu datang dari diri kita sendiri"
Sindangsari menganggukkan kepalanya. Katanya "Aku
mengerti kakang" "Karena itu Sari" berkata Pamot kemudian "aku akan
jarang-jarang datang kemari untuk seterusnya. Tetapi bukan berarti bahwa aku
berusaha melupakan hubungan ini. Selama kau masih belum menjadi isteri Ki
Demang, aku masih berpengharapan, bahwa kita masih mungkin menemukan
jalan" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari menganggukkan kepalanya.
"Nah, untuk seterusnya kita akan menjadi semakin jarang bertemu. Tetapi kalau
kau pergi ke Sungai, aku selalu berusaha memandangmu meskipun dari kejauhan"
Mata Sindangsari menjadi basah. Dalam keadaan demikian, terasa hidupnya menjadi
semakin malang. "Dalam saat-saat tertentu aku akan datang Sari. Aku akan mengetuk dinding
bilikmu. Dua kali, tiga ganda berturut-turut"
"Aku tidak mau terlampau lama kesepian kakang" desis
Sindangsari "jangan terlampau jarang berkunjung kemari"
"Baiklah Sari" suara Pamot tertahan sejenak, lalu
"sekarang, aku minta diri. Aku harus segera mengobati luka-lukaku meskipun tidak
terlampau parah" "Hati-hatilah kakang"
Pamot menganggukkan kepalanya, lalu perlahan-lahan ia berkisar sambil berdesis
"Masuklah" Dengan hati-hati Sindangsari melangkah
masuk ke rumahnya. Ia kadang-kadang menjadi cemas juga kalau
ibunya mengetahui apa yang sudah dilakukannya. Tetapi dorongan dari dalam
dadanya, seakan-akan tidak dapat
ditahannya. Bahkan kadang-kadang ia menghentakkan tangannya yang kecil sambil menggeram "Aku tidak peduli.
Aku tidak peduli apa yang akan terjadi atas diriku"
Dengan kepala tunduk Pamot
meninggalkan rumah Sindangsari. Sekali-sekali ia berpaling namun yang dilihatnya hanyalah kegelapan
malam dan dedaunan yang hitam.
Dengan dada yang berdebar-debar ia mencoba mencari
jalan, bagaimanapun ia tidak akan dapat terpisah lagi dari gadis itu. Tetapi
Pamot hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apakah aku harus membawanya lari?" desisnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun kemudian dijawabnya sendiri "Apakah hidup yang
demikian itu akan dapat tenteram" Kami akan selalu merasa dikejar-kejar dan
dibayang-bayangi. Mungkin oleh orang-orang Ki Demang, tetapi mungkin orang-orang
yang diupah oleh Manguri" Pamot menarik nafas dalam-dalam "Mungkin aku dapat
menahan hati, tetapi bagaimana dengan Sindangsari?" Dengan demikian, maka Pamot tidak dapat segera
melepaskan diri dari beban perasaannya. Kadang-kadang hatinya menjadi gelap.
Tetapi kadang-kadang, ia mencoba untuk melihat kenyataan.
"Manakah yang lebih baik?" pertanyaan itu selalu
mengikutinya kemana-mana "aku mempertahankannya sebagai seorang laki-laki, atau merenungi perhitungan yang tidak dapat aku
ingkari. Kalau aku menerima nasib ini, maka aku bukanlah seseorang yang berani
mengorbankan diriku untuk mempertahankan cinta yang tumbuh di hati kami.
Tetapi kalau aku merebutnya dengan kekerasan, maka sudah tentu tidak akan ada
artinya. Ki Demang bukan lawanku dalam segala hal. Kekayaan, kemampuan dan ilmu.
Pamot hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
Ketika ia memasuki rumahnya, seisi rumah terkejut melihat luka-luka di tubuhnya,
pakaiannya, yang sobek dan wajahnya yang merah biru dan bengkak-bengkak.
"Pamot, kenapa kau?" bertanya ayahnya. Pamot tidak
dapat ingkar lagi. Ia berkata berterus terang, apa saja yang sudah terjadi
atasnya. "Kalau saja Lamat tidak melihat perkelahian itu, aku tidak tahu, apakah yang
akan terjadi" berkata Pamot kemudian.
Ayahnya menjadi tegang sejenak. Namun kemudian ia
berkata "Pamot, hal ini dapat kau jadikan pelajaran bagimu.
Kau benar-benar telah melakukan perbuatan-perbuatan yang berbahaya selama ini.
Bukan saja Ki Demang, orang tua
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari kalau ia melihatnya, orang tuamu sendiri, tetapi kau akan dikutuk
oleh seluruh penduduk Gemulung dan
bahkan Kepandak. Kau memang dapat dianggap telah
mengganggu isteri atau bakal isteri seseorang. Ini harus kau sadari. Sampai saat
ini orang-orang Gemulung berpihak kepadamu, meskipun hanya di dalam hati. Tetapi
kalau mereka melihat atau mendengar bahwa kau telah berbuat tidak senonoh itu, maka
semuanya akan memalingkan
wajahnya. Apalagi Sindangsari telah pasti di kehendaki oleh Ki Demang, meskipun
seandainya Sindangsari itu bakal isterimu sendiripun, perbuatan itu tidak dapat
dibenarkan" Pamot hanya dapat menundukkan kepalanya. Ia mengerti
maksud ayahnya. Dan iapun sebenarnya mengerti semuanya yang dikatakan, baik oleh
ayahnya maupun siapa saja yang telah menasehatinya, bahwa orang-orang Gemulung
tidak akan senang melihat perbuatannya itu. Bahkan apalagi nama Sindangsari.
Gadis itu pasti akan menjadi cemar karenanya.
Namun demikian ia berkata di dalam hatinya "Kalau gadis itu bakal isteriku
sendiri buat apa aku bersembunyi-sembunyi datang ke rumahnya. Aku tinggal
menunggu, kapan hari perkawinan itu datang. Aku selalu datang kepadanya, justru karena ia akan
terlepas dari tanganku"
Tetapi Pamot tidak berani mengatakannya. Kepalanya yang tunduk justru menjadi
semakin tunduk. Namun. semuanya seolah-olah menjadi bertambah gelap.
Ayah dan ibunyapun kemudian masih menasehatinya
panjang lebar. Seperti yang setiap kali dikatakan oleh orang tuanya, bahwa
mengalah adalah jalan menuju kekeluhuran.
Berani mengalah, akan luhurlah pada akhirnya.
Sekali terdengar Pamot berdesah. Di dalam hatinya ia
berkata "Kalau setiap orang berpendirian demikian, maka alangkah damainya dunia
ini. Tetapi kalau tidak, maka malanglah mereka yang selalu mengalah di saat-saat
dan masa-masa seperti ini" Pamot menarik nafas dalam-dalam.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dan ia masih saja berbicara kepada diri sendiri di dalam hatinya "Asal aku masih
tetap menyadari hak dan kewajibanku" "Apakah kau dapat mengerti Pamot" berkata ayahnya
kemudian. Pamot tergagap. Ia tidak begitu mendengar nasehat ayah dan ibunya yang
berkepanjangan. Namun demikian ia
menganggukkan kepalanya sambil berkata "Ya ayah. Aku
mengerti" "Bagus. Karena itu lain kali kau harus berhati-hati" ayahnya berhenti sejenak,
lalu "tetapi siapakah orang yang kau katakan menutupi wajahnya itu" Kalau saja
ia benar-benar orang-orang Ki Demang, maka mungkin sekali ia akan sangat marah
kepadamu. Ia dapat bertindak langsung atas dasar kekuasaannya, tetapi ia juga dapat bertindak tidak langsung"
Pamot tidak menjawab, "Sekarang obati lukamu itu dengan minyak kelapa dan
daun sirih. Gosoklah perlahan-lahan"
Pamot menganggukkan kepalanya "Baik ayah"
Dibantu oleh ibunya Pamotpun segera menggosok badannya yang luka-luka itu dengan daun sirih dan minyak yang dihangatkan di
atas lampu jelupak. Dalam pada itu Kerpa telah menghadap Ki Demang di
rumahnya bersama kawannya. Dengan geram Kerpa menceriterakan apa yang sudah terjadi atasnya, meskipun tidak selengkapnya,
untuk sedikit menutupi kekalahannya.
"Kalau saja orang itu tidak bersembunyi" desisnya.
Ki Demang yang wajahnya menjadi merah memotong
"Tetapi kau sudah menemukannya bukan?"
"Tidak begitu jelas Ki Demang. Ia masih dibayangi oleh dedaunan. Kalau saja kita
beradu dada di tempat terbuka"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bohong. Kalau beradu dada di tempat terbuka, kau akan dibunuhnya"
"Tentu tidak. Aku sama sekali tidak menyangka, bahwa ia akan menyerangku begitu
tiba-tiba" "Siapa yang menyerang"
"Orang itu selagi aku sedang mencoba mengenalnya
karena ia tidak menjawab pertanyaanku"
"Alangkah bodohnya kau Kerpa. Orang itu sudah jelas,
menyerangmu. Kenapa kau masih juga melihat-lihat seperti mengenali seorang gadis
saja?" Kerpa menjadi bingung. Memang sulit baginya untuk
mengarang sebuah ceritera yang mapan untuk mengelabuhi Ki Demang yang mempunyai
tanggapan yang tajam atas setiap peristiwa.
Sehingga karena itu, ia terdiam sambil menundukkan kepalanya. "Apakah Pamot mengerti bahwa kau adalah suruhanku?"
"Aku kira tidak Ki Demang"
"Mudah-mudahan. Kalau hal ini kelak tersebar, aku tidak tahu apa yang akan
dilakukan oleh Ki Jagabaya, seandainya diketahuinya bahwa akulah yang telah
menyuruhmu" "Aku menutup wajahku dengan ikat kepalaku" Kerpa
berhenti sejenak, lalu "Tetapi seandainya Ki Jagabaya mengetahui, apa sajalah
yang dapat dilakukannya" Bukankah ia harus tunduk kepada Ki Demang?"
"Ya. Akupun yakin bahwa ia akan tunduk perintahku. Tetapi itu hanyalah
lahiriahnya saja. Hatinya pasti akan mengutuk aku. Dan itu berbahaya bagiku"
Kalau sesuatu terjadi di Kademangan ini, sehingga menumbuhkan putaran keadaanku,
aku tidak akan dapat mengharapkan bantuannya lagi, apalagi dukungannya"
"Dan itu agaknya tidak akan dapat terjadi"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Mudahmudahan "Namun agaknya Ki Demang sama sekali tidak puas dengan peristiwa yang
baru saja terjadi. Ia tidak mendapat jaminan bahwa Pamot tidak akan lagi datang
ke rumah Sindangsari. "Tetapi, tetapi" Kerpa menyambung keterangannya "aku
yakin bahwa Pamot tidak akan datang lagi ke rumah gadis itu"
"Aku tidak yakin sebelum aku tahu siapakah yang telah melindunginya itu. Tentu
bukan orang kebanyakan menurut ceritamu"
Kerpa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kerpa" berkata Ki Demang kemudian "aku harus
menemukan cara lain yang lebih baik untuk mencegah Pamot.
Aku tidak akan dapat memakai kekerasan itu dengan terang-terangan. Agaknya
rakyat Gemulung menaruh iba kepada
anak itu, sehingga aku tidak tahu pasti apakah pendirian mereka yang
sesungguhnya. Dalam keadaan wajar, orang-orang Gemulung pasti akan mengutuk
Pamot karena perbuatannya itu. Tetapi dalam keadaan ini mungkin mereka bersikap lain, seperti mereka tidak
dapat berbuat apa-apa atas Pedagang ternak yang kaya itu meskipun mereka tahu,
bahwa baik Pedagang ternak itu sendiri, maupun anak laki-lakinya sering
melakukan perbuatan yang tidak baik. Ini juga suatu kelainan meskipun sebabnya
jauh berbeda. Terhadap pedagang ternak itu, orang-orang Gemulung agaknya kurang
mempunyai keberanian bertindak, atau bahkan lama kelamaan menjadi tidak acuh, sedang
terhadap Pamot mereka menaruh belas kasihan"
Kerpa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku akan mencari jalan itu" berkata Ki Demang kemudian
"untuk sementara kalian berdua masih harus mengawasi.
Mengawasi saja. Jangan berbuat apa-apa lebih dahulu. Pada
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
suatu saat mungkin orang yang melindungi Pamot itu akan menangkapmu,
kalau kalian memperlihatkan diri atau mencoba mencegah Pamot sekali lagi"
"Baik Ki Demang" jawab Kerpa.
"Nah, pulanglah. Lakukanlah tugas kalian untuk seterusnya sebaik-baiknya. Hatihatilah. Kalau seseorang mengetahui bahwa kalian mendapat tugas dari aku, aku
gantung kau berdua" "Ya, ya Ki Demang" jawab mereka hampir bersamaan.
Sejenak kemudian maka merekapun segera minta diri.
Ketika mereka keluar dari halaman Kademangan, para
peronda di regol memandangi mereka saja sampai mereka hilang di dalam kelamnya
malam, tetapi mereka tidak
bertanya. Baru setelah mereka tidak tampak lagi, salah seorang
peronda bertanya "He, apa keperluannya malam-malam begini menemui Ki Demang"
Yang lain menjawab "Mereka mempunyai kegemaran sama.
Kuda" "Tetapi malam-malam begini mereka berbicara tentang
kuda?" "Mungkin saja. Kalau Kerpa mendengar orang yang akan
menjual seekor kuda yang baik, maka ia pasti datang kepada Ki Demang. Kapan
saja. Pagi, siang, sore dan juga malam"
Kawannya mengerutkan keningnya. Ia tidak begitu
percaya, tetapi ia tidak membantah.
Di saat yang hampir bersamaan, Manguri sedang menahan kemarahan yang menyesak di
hatinya. Di hadapannya Lamat duduk tepekur sambil mengusap-usap lututnya.
"Jadi Pamot masih saja datang ke rumah Sindangsari?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya" jawab Lamat "tetapi aku sudah memperingatkannya.
Bahkan aku mengancamnya, kalau sekali lagi ia datang ke rumah gadis itu, aku
akan bertindak kasar" "O, kau memang bodoh. Kenapa kau tidak berbuat apa-apa
atasnya" Kenapa kau mengancam saja, mengancam dan mengancam?"
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lamat berpikir sejenak. Dan tiba-tiba saja ia berkata "Aku sudah melakukannya.
Aku tidak berani mengatakannya. Aku takut kalau hal itu tidak menjadi
kehendakmu" "He, kau apakan dia?"
"Hanya sekedar peringatan. Aku banting ia di tanah
sehingga pingsan" "Bohong. Bohong. Aku tidak percaya bahwa kau berani
melakukannya" Lamat tidak menyahut. Ia menjadi ragu-ragu. Apakah
Manguri melihatnya" Dan tiba-tiba Manguri itu berkata "Besok aku akan
membuktikannya. Kalau benar, pasti ada bekas-bekasnya pada anak itu"
Lamat masih tetap berdiam diri.
"He, kenapa kau berdiam diri" Kau cemas bahwa aku akan mengetahui kebohonganmu?"
Lamat menggeleng. Jawabnya "Tidak. Aku ingin ikut
membuktikan besok" Manguri mengerutkan keningnya. Sambil menganggukanggukkan kepalanya ia berkata "Bagus. Besok kau pergi bersamaku"
Lamat mengangguk lemah. "Sementara aku harus menemukan jalan untuk mendapatkan Sindangsari" berkata Manguri "Pamot harus dicegah, agar ia tidak
mendekati gadis itu lagi "Manguri
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
berhenti sejenak, lalu "tetapi sampai saat ini aku belum melihat jalan yang
lebih baik daripada mengambilnya dan membawanya pergi"
Dada Lamat menjadi berdebar-debar mendengar niat yang agaknya semakin kuat
mencengkam hati Manguri. "Tetapi aku masih menunggu laki-laki itu"
"Laki-laki yang mana?"
"Ia akan datang kalau ayah pergi. Aku mengharap ayah
akan pergi mengurus dagangannya untuk beberapa hari.
Lamat tidak menyahut. lapun sebenarnya mengerti, bahwa setiap kali seorang lakilaki memasuki rumah itu. Tetapi Lamatpun mengerti, bahwa laki-laki itu bukanlah
laki-laki kebanyakan. Ia dapat memasuki halaman dan rumah itu
seperti siluman. Dengan tanda-tanda tertentu ibu Manguri dapat mengenalnya.
Namun betapa pandainya mereka merahasiakan hubungan
itu, akhirnya Manguri dapat mengetahuinya juga, meskipun secara kebetulan saja.
Tetapi iblis kecil itu dengan licik mampu memanfaatkannya untuk kepentingannya.
Di pagi harinya, ternyata Manguri tidak lupa dengan
rencananya. Ketika matahari telah melampaui ujung pepohonan, iapun mengajak Lamat pergi ke sawah. Biasanya ia dapat menjumpai
Pamot di ladangnya. "Kita melihat apakah kau tidak berbohong" berkata Manguri kepada Lamat.
"Baik" jawab Lamat. Tetapi ia menjadi berdebar-debar
juga. Katanya kemudian "tetapi kita tidak dapat yakin bahwa Pamot hari ini ada
di ladangnya. Mungkin tubuhnya masih sakit. Tetapi mungkin juga ia mampu pergi
ke sawah. "Kita akan melihatnya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mereka berduapun kemudian pergi ke sawah. Mereka ingin melihat, apakah Pamot
benar-benar menjadi merah biru
seperti yang dikatakan oleh Lamat.
Ketika mereka menjadi semakin dekat dengan sawah
Pamot, Lamatpun menjadi semakin berdebar-debar. Ia belum sempat menemui Pamot
untuk mengatakan niat Manguri.
"Nah, lihat. Anak itu ada di sawahnya" berkata Manguri ketika mereka melihat
Pamot berdiri di pematang dengan geprak di tangannya untuk mengusir burung
"Tampaknya ia sehat-sehat saja"
Lamat tidak menjawab. Tetapi hatinya menjadi semakin
berdebar-debar. Namun ketika mereka menjadi semakin dekat, tampaklah oleh Manguri wajah Pamot
yang membengkak meskipun tidak
terlalu nyata. Matanya di sebelah kiri masih tampak kebiru-biruan, sedang sebuah
goresan memanjang di pipinya.
"He" tiba-tiba Manguri tidak dapat menahan perasaannya.
Sambil tertawa ia bertanya "kenapa wajahmu Pamot"
Pamot berpaling. Di lihatnya Manguri dan Lamat mendekatinya. "Kau terlampau rajin merias wajahmu. Kau apakan mata dan keningmu itu?"
Pamot mengerutkan keningnya. Sekilas ditatapnya wajah Lamat yang tegang. Tetapi
Pamot masih berdiam diri.
Manguri tertawa kecil melihat bentuk wajah Pamot.
Perlahan-lahan ia melangkah mendekatinya.
"Aku masih menaruh belas kasihan kepadanya" tiba-tiba Lamat berkata dengan nada
suaranya yang parau "kalau aku tidak ragu-ragu, mungkin ia masih belum dapat
bangun pagi ini" "Kanapa kau kasihan kepadanya" berkata Manguri.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lamat tidak menjawab. Tetapi ketika Pamot memandangnya, ia mengangguk kecil.
Semula Pamot tidak mengerti maksudnya, namun ketika
Lamat meraba keningnya sendiri dan dengan isyarat jarinya menunjuk dirinya
sendiri pula, Pamot menjadi mengerti maksud raksasa itu. Karena itu maka tibatiba ia menggeram "Manguri, buat apa kau ajak kerbau itu datang kemari"
Apakah ia masih belum puas dengan kebiadabannya
semalam?" Suara tertawa Manguri menjadi semakin keras. Jawabnya
"Jangan sakit hati Pamot. Aku memang menyuruhnya. Tetapi bahwa kau menjadi merah
biru itu sebenarnya adalah karena salahmu sendiri. Kenapa kau masih berani juga
datang ke rumah Sindangsari" Untunglah bahwa Lamat yang melihatmu.
Kalau yang mengetahui kecuranganmu itu orang-orang Ki Demang,
maka kau akan akan disatai di halaman
Kademangan, di hadapan para bebahu Kademangan dan
pengawal kawan-kawanmu"
Pamot menggeretakkan giginya. Jawabnya "Apa pedulimu
kalau aku akan disatai di hahalaman Kademangan" Bukankah kau memang berdoa agar
hal itu terjadi?" "Ya, tepat sekali. Aku memang berdoa agar kau celaka
tujuh keturunan. Kemudian Ki Demangpun aku doakan pula agar lekas mati. Kau tahu
maksudku ?" "Kau sudah menjadi putus asa"
"Kenapa?" "Kau hanya dapat mengharapkan sesuatu yang tidak bakal terjadi. Bukankah dengan
demikian kau mengharap tidak ada orang lain lagi yang bakal mengganggumu apabilakau
menghendaki Sindangsari?"
"Jangan kau sangka aku hanya sekedar berdoa dan duduk tepekur sambil berkumatkamit" sahut Manguri "salah satu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
usahaku adalah membuat kau jera. Apakah kau sangka Lamat tidak dapat berbuat
lebih dari itu?" "Persetan dengan kerbau dungu itu"
"He, kau berani menghina" Apakah kau ingin ia menampar mulutmu?"
"Lakukanlah sekarang kalau berani"
Manguri menarik nafas. Ketika tanpa sesadarnya matanya beredar, dilihatnya
beberapa orang sedang bekerja di
sawahnya pula. Bahkan dua orang anak muda duduk dengan tenangnya di tanggul
parit sambil merendam kakinya ke dalam air.
"Punta" desis Manguri, lalu kepada Pamot ia bertanya
"apakah kerja setan itu di sini?"
Pamot menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu"
"Kau memanggilnya"
"Bagaimana aku memanggilnya" Aku berada di sini sejak kau datang. Tetapi seisi
padukuhan ini mengerti bahwa kau adalah orang yang paling panasten di seluruh
padukuhan bahkan di seluruh Kademangan Kepandak. Karena itu jangan menyesal,
jangan sakit hati bahwa setiap gerak-gerikmu kau selalu diawasi"
Manguri menggeretakkan giginya. Dipandanginya Punta
yang masih duduk berjuntai di tanggul parit yang membelah bulak persawahan.
"Biarlah setan-setan itu dimakan demit" Manguri menggeram "kita tidak ada gunanya terlampau lama
menunggu manusia-manusia dungu ini"
Lamat tidak menjawab. Dan Manguripun kemudian
melangkah meninggalkan tempat itu sambil berkata kepada Pamot "Ingat Pamot,
Kalau kau masih berani mengulangi lagi, maka akibatnya pasti akan lebih parah
lagi bagimu" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot sama sekali tidak menjawab. Dipandanginya saja
langkah Manguri yang diikuti oleh Lamat di belakangnya.
Namun demikian Pamot berkata di dalam hatinya "Kasihan raksasa yang seolah-olah
telah terikat erat-erat kaki dan tangannya itu. Kenapa ia tidak berusaha
melepaskan diri dari keluarga yang gila itu?"
Sepeninggal Manguri dan Lamat, maka Punta dan
kawannya datang mendekatinya "Apa lagi yang dilakukan oleh anak itu"
"Ia ingin melihat luka-luka di wajahku"
Punta mengerutkan keningnya. Baru saat itu ia melihat luka-luka itu dari dekat.
Karena itu tiba-tiba saja ia bertanya
"Kenapa kau luka di wajahmu" Apakah benar-benar Lamat yang melukaimu?"
Pamot menggeleng "Bukan Lamat"
"Siapa?" "Aku tidak tahu. Orang itu mempergunakan tutup wajah
dengan ikat kepalanya "
"Apa salahmu, atau kira-kira apakah kepentingannya
dengan kau saat itu?"
"Aku tidak tahu. Aku berjalan di lorong padukuhan ketika ia menyerangku" namun
nafas Pamot terasa semakin cepat
mengalir. Ia tidak berani mengatakan alasan yang sebenarnya, kenapa ia berkelahi semalam, karena Pamot masih belum dapat meraba,
tanggapan apakah yang akan
diberikan oleh anak-anak muda itu. Mungkin mereka menaruh iba, tetapi mungkin
benar kata ayah Pamot, orang-orang Gemulung akan mengutuknya. Atau bahwa benar
kata orang berkerudung itu bahwa pelanggaran itu akan menumbuhkan wabah yang
dahsyat di padukuhan ini"
"Omong kosong" ia menggeram di dalam hatinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dalam pada itu Punta mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ia mempercayai saja keterangan Pamot yang sudah mulai berdusta kepada kawankawannya itu. Kalau begitu hati-hatilah. Agaknya kau memang baru
dibayangi oleh nasib yang malang. Tetapi jangan lekas menyerahkan kepada
keadaan" Pamot mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu pasti maksud Punta.
Apakah dengan demikian Punta bermaksud mendorongnya, tetap pada sikapnya untuk memiliki Sindangsari" Atau barangkali Punta mempunyai maksud yang lain"
Tetapi Pamot tidak menanyakannya. Ia bahkan mengangguk sambil berkata "Aku memang tidak akan
menyerah, apapun yang akan terjadi"
"Tetapi hati-hatilah. Bahaya dapat menerkammu dari
segala penjuru. Kalau aku tidak menyaksikan kedatangan Manguri, mangkin ia akan
memaksa Lamat berbuat sesuatu atasmu. Aku sudah melihat gelagat itu. Jika
demikian, Lamat pasti akan menjadi bingung"
Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya "Sudahlah.
Teruskanlah kerjamu. Aku juga akan kembali"
"Terima kasih" desis Pamot.
"Kenapa?" bertanya Punta.
"Kalau kau tidak datang, seperti katamu, mungkin Lamat akan mengalami kesulitan.
Dan tentu aku juga" Punta dan kawannya tersenyum. Katanya "Lihat burung
burung gelatik itu" Pamotpun tersenyum pula. Ia memandang Punta dan
kawannya yang berjalan menyusuri pematang itu sejenak.
Kemudian ia berpaling kepada sekelompok burung betet yang terbang berputaran di
atas sawahnya. Sejenak kemudian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
burung-burung itu bersama-sama turun dan hinggap di batang jagung.
Sejenak kemudian terdengar suara goprak Pamot yang
dibarengi dengan teriakan-teriakan yang menghentak. Bukan saja untuk mengusir
burung-burung betet yang sedang
mencuri jagungnya yang masih muda, tetapi juga untuk
melepaskan himpitan perasaannya yang menyesak di
dadanya. Sehari-hari Pamot tidak pulang ke rumahnya. Di saat
makanpun ia tetap berada di gubugnya. Direnunginya ujung tanamannya yang hijau
segar. Langit yang biru bersih dan terik matahari yang serasa membakar tubuhnya.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Di kejauhan dilihatnya ndeg pangamun-amun.
Seperti uap air yang sedang mendidih.
"Benarkah orang-orang berdosa dijemur di terik matahari sebagai ndeg-pangamunamun itu?" tiba-tiba saja tumbuh pertanyaan di dalam hatinya. Ia pernah
mendengar ibunya berceritera ketika ia masih kanak-kanak, bawa orang yang
berdosa, yang tidak menurut orang-orang tua, yang nakal, yang menyalahi sesama,
kelak, di saat-saat tertentu di akhirat nanti akan dijemur di terik matahari
sebagai ndeg-pengamun amun, kalau malam akan dibiarkan terendam oleh air embun
yang sangat dingin. Pamot menarik nafas dalam-dalam.
"Sindangsari belum isteri Ki Demang" katanya di dalam hati" dan iapun sebenarnya
tidak ingin menjadi isteri Ki Demang,
sehingga aku tidak berdosa apabila aku menemuinya" Tiba-tiba saja Pamot menggeretakkan giginya.
Ia terkejut ketika gubugnya berderak-derak. Ketika ia berpaling dilihatnya
kepala ayahnya tersembul "O, ayah"
desisnya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kenapa kau tidak pulang?" ayahnya bertanya "Aku
menjadi cemas. Biasanya di waktu makan kau pulang,
sehingga kami tidak perlu mengirimkan makanan ke sawah"
"O" Pamot termenung sejenak "Aku tidak lapar ayah"
Ayahnyapun kemudian naik ke gubug itu pula. Ia
membawa sebuah bungkusan makan buat Pamot "Ibumu
menyuruhku mengirimkan makanmu "
"Ah, sebenarnya itu tidak perlu. Aku memang tidak lapar"
"Bukan itu soalnya. Tetapi kami memang cemas. Kau
sedang dibayangi oleh bermacam-macam peristiwa yang
kadang-kadang berbahaya bagimu meskipun di siang hari seperti ini"
Pamot menundukkan kepalanya. Ayahnya memang keras
dan sering memarahinya sejak ia masih kanak-kanak. Tetapi terasa betapa orang
tuanya itu selalu memikirkan dirinya, nasibnya dan hari depannya.
"Kalau kau tidak pulang, makanlah"
Pamot mengangguk perlahan-lahan. Desisnya "Terima
kasih ayah" Selagi Pamot makan, maka ayahnyapun turun dari
gubugnya untuk melihat-lihat tanamannya. Tampaknya di musim menuai jagung musim
ini ia akan mendapatkan hasil yang baik. Jagung-jagung yang masih muda sudah
tampak memberikan harapan. Sedang di bagian lain dari sawahnya, yang terietak
agak lebih rendah dan mampu dialiri oleh air dari parit sebelah, batang-batang
padi yang hijau subur telah menjadi semakin tinggi pula.
Ayah Pamot mengangguk-angguk kepalanya. Di dalam hati ia berdesis "Mudah-mudahan
hasil dari sawah ini menjadi lebih baik dari musim yang lalu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi bila terlintas nasib anaknya, ayah Pamot itu menjadi berdebar-debar.
Agaknya masalahnya akan berkepanjangan.
"Sebaliknya Ki Demang segera mengawini gadis tu.
Semuanya akan selesai. Betapapun sakit hati Pamot, namun ia tidak lagi
terkatung-katung diantara harapannya yang kadang-kadang masih tumbuh dengan
kenyataan yang dihadapinya"
berkata ayah Pamot itu di dalam hatinya.
Namun ternyata bukan ayah Pamot sajalah yang berpikir demikian. Ternyata Ki
Demangpun akhirnya berpendapat
bahwa ia memang harus segera kawin untuk menghentikan segala macam kemungkinan
yang tidak dikehendakinya.
"Tetapi kakek gadis itu sama sekali belum memberitahukan, kapan dan hari-hari
apa yang telah dipilihnya untuk
meresmikan perkawinan itu" berkata Ki Demang di dalam hatinya.
Tetapi akhirnya ia memutuskan "Biarlah aku yang
menentukan hari itu. Aku tidak dapat menunggu lebih lama lagi"
Demikianlah akhirnya, Ki Demang memanggil sanak
saudaranya yang terdekat, yang masih ada tali-temali dan bebahu Kademangan. Ia
menyampaikan niatnya untuk segera menentukan hari perkawinannya.
"Kalau semuanya memang sudah matang, sebaiknya Ki
Demang segera melangsungkan perkawinan itu. Tidak baik tertunda-tunda seperti
membiarkan makanan di dalam
mangkuk di atas geledeg. Mungkin tikus, mungkin kucing yang menunggui tikus itu,
atau mungkin apapun juga yang justru akan menerkamnya" berkata salah seorang tua
di dalam pertemuan itu. Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagaimana pendapatmu Reksatani?" bertanya Ki Demang
"kau adalah satu-satunya keluargaku yang terdekat"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian ia berkata "Kalau kakang
sudah memutuskan, sebaiknya
perkawinan itu memang tidak tertunda-tunda lagi"
"He, aku memang sudah memutuskan, Sudah lama.
Kenapa kau masih menyebut-nyebutnya?"
"Maksudku, kalau kakang sudah memutuskan untuk segera kawin"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Tetapi iapun kemudian tersenyum "Siapakah yang
mempunyai pertimbangan lain"
Karena kebetulan aku adalah seorang Demang, maka aku
minta pertimbangan para bebahu. Kalau aku bukan seorang Demang, persoalanku
tidak akan menyangkut banyak segi seperti ini" Tidak seorangpun yang menyahut.
Ki Demang mengerutkan keningnya. Dilihatnya Ki Jagabaya duduk di sudut bersandar
dinding. Matanya sama sekali tidak
memandangi Ki Demang yang berbicara kepada mereka,
tetapi dipandanginya daun pintu yang tidak tertutup rapat.
"Bagaimana pendapatmu Ki Jagabaya?" Ki Jagabaya
tergagap karenanya. Sekali ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian katanya
"Tentu. Tentu aku sependapat. Bukankah begitu Ki Reksatani?"
"Ya, tentu kita semua akan sependapat" Ki Demang
mengerutkan keningnya. Dadanya berdesis mendengar
jawaban Ki Jagabaya dan Ki Reksatani itu. Ia merasa bahwa apa yang mereka
katakan tidak sesuai seperti yang mereka rasakan.
Tetapi Ki Demang kemudian mengatupkan giginya. Katanya di dalam hati "Persetan.
Tidak seorangpun yang dapat
menghalangi aku" Namun demikian, sesaat kemudian ia telah berhasil menguasai
perasaannya kembali. Sehingga sambil tersenyum ia berkata "Terima kasih kepada
kalian. Agaknya kalian memang menyetujui" Ki Demang berhenti sejenak, lalu
katanya "Baiklah. Aku akan segera menentukan hari itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kemudian katanya kepada Reksatani" Adikku, kaulah yang akan pergi ke rumah gadis
itu untuk mengatakan hari-hari yang telah aku pilih untuk melangsungkan
perkawinan" Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun dadanya serasa menjadi
pepat "Kalau memang kakang
kehendaki, baiklah aku akan pergi kapan saja kakang tentukan harinya"
"Sehari ini aku akan membicarakan dengan erang tua-tua hari apakah yang
sebaiknya aku pilih. Kemudian becok sore kau akan pergi ke rumah gadis itu"
Sekali lagi Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tampaknya menjadi semakin mantap, meskipun hatinya
menjadi semakin sakit. Karena tidak ada masalah lagi yang harus mereka
bicarakan, maka pertemuan itu segera diakhiri. Ki Demang minta orang tua-tua
untuk datang malam nanti dengan
petunjuk-petunjuk hari apakah yang sebaiknya mereka pilih.
Tetapi ketika para tamu itu minta diri, Ki Demang berkata
"Yang lain aku persilahkan. Tetapi Ki Jagabaya aku minta untuk tinggal sebentar"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Dipandanginya
beberapa orang kawannya, bebahu Kademangan Kepandak
yang lain, kemudian disambarnya pula wajah Ki Reksatani.
Namun kemudian ia mengangguk sambil berkata "Baiklah. Aku akan tinggal"
"Dan kau jugaReksatani" desis Ki Demang.
Ki Reksatanipun mengangguk pula "Ya. Aku akan tinggal disini"
Demikianlah ketika orang-orang yang lain telah meninggalkan ruangan itu, mulailah mereka ketiga berbicara tentang hari-hari
perkawinan itu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku percaya kepadamu Ki Jagabaya. Aku sendiri tidak
akan dapat berbuat apa-apa di saat aku kawin. Karena itu, keselamatanku dan
keselamatan peralatan itu aku serahkan kepada Ki Jagabaya dan kepadamu
Reksatani. Aku percaya bahwa di seluruh Kepandak dan sekitarnya tidak ada orang
yang dapat menyamai kalian berdua secara pribadi. Sedang kalian mempunyai
pasukan pengawal yang dapat kalian
banggakan" Ki Jagabaya mengangkat wajahnya. Kemudian kepalanya
terangguk-angguk. Katanya "Itu sudah menjadi kewajibanku.
Tetapi aku yakin, tidak akan ada seorangpun yang akan mengganggu hari-hari
perkawinan itu" Mudah-mudahan" berkata Ki Demang "tetapi siapa tahu
Manguri mempunyai apa saja yang dapat dipergunakannya.
Uangnya cukup banyak untuk dapat menimbulkan persoalan di hari-hari perkawinan
itu" Ki Jagabaya memandang Reksatani sejenak. Lalu katanya
"Aku kira tidak akan berani. Betapapun juga. kita memiliki pasukan pengawal yang
banyak jumlahnya" Ki Reksatani menyahut pula "Aku kira bukan dari Manguri.
Manguri pasti akan merasa bahwa gadis itu sama sekali tidak mencintainya.
Bukankah kita sudah mengetahuinya, bahwa gadis itu telah benar-benar jatuh cinta
kepada Pamot?" "Maksudmu, apabila terjadi keributan itu pasti berasal dari Pamot?"
"Bukan begitu. Aku tidak dapat memastikan. Mungkin
Manguri memang dapat menjadi mata gelap. Tetapi
kemungkinan memperhatikan Manguri saja, mungkin kita akan lengah. Justru
Pamotlah yang merasa dirinya telah mengikat perasaan dengan gadis itu, dan gadis
itu telah menerimanya pula dan mencintainya"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Katanya kemudian.
Karena itulah aku minta Ki Jagabaya tinggal. Aku ingin
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membicarakan beberapa masalah dengan kalian berdua" Ki Demang berhenti sejenak,
lalu "meskipun tampaknya tidak ada hubungannya dengan hari-hari perkawinan itu
dan seterusnya" Ki Jagabaya dan Ki Reksatani saling berpandangan sejenak, tetapi mereka sama
sekali tidak berkata apapun.
"Dengarlah" berkata Ki Demang, lalu "tetapi semuanya
hanya untuk kau berdua untuk sementara"
Keduanya masih duduk membeku.
"Aku mendengar dari seorang perwira Mataram, bahwa
Mataram memerlukan beberapa orang pengawal khusus yang terbaik"
Ki Jagabaya dan Ki Reksatani terkejut. Dengan cepat Ki Jagabaya dan Ki Reksatani
tahu, kemana arah pembicaraan Ki Demang, sehingga sebelum Ki Demang meneruskan
kata-katanya, Ki Jagabaya mendahului "Apakah Mataram sudah akan mengirim
pasukannya ke Betawi untuk kedua kalinya?"
"Ingat. Ini masih merupakan rahasia. Bukan rahasiaku.
Tetapi rahasia Kerajaan, Kau sadari?"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya, aku
sadari. Tetapi bukan itu yang penting kita bicarakan dalam hubungannya
dengan keadaan di Kademangan ini. Sebenarnya kita berbangga, bahwa pimpinan keprajuritan Mataram menaruh perhatian
terhadap tunas-tunas yang
tumbuh di kademangan ini. Dengan demikian Kademangan ini mendapat kesempatan
untuk menegakkan tiang-tiang yang kita dirikan di atas Tanah Air kita sendiri"
"Kenapa sebenarnya" Bukankah memang demikian?"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya "Aku
mengharap, mudah-mudahan demikian hendaknya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kenapa, kenapa kau sebenarnya Ki Jagabaya ?" bertanya Ki Demang.
"Tidak apa-apa. Aku akan memilih orang-orang terbaik dari Kademangan ini. Setiap
Padukuhan akan aku ambil seorang.
Di Kademangan ini terdapat lebih dari sepuluh padukuhan dan beberapa padukuhanpadukuhan kecil. Kita akan dapat
mengirimkan limabelas orang atau lebih"
"Jangan terkejut Ki Jagabaya. Perwira itu minta kepadaku agar Kademangan
Kepandak menyediakan kira-kira lima puluh orang pasukan pengawal khusus.
Bukankah jumlah itu dapat dicapai dan bahkan dilampaui. Di seluruh Kademangan
ini ada kira-kira tujuhpuluh lima pengawal khusus dan lebih dari limapuluh
pengawal yang sudah resmi, di samping kegiatan anak-anak muda sega!a padukuhan"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Limapuluh orang.
Tetapi agaknya Mataram memang memerlukan banyak
tenaga. Mungkin Sultan Agung telah mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, berdasarkan kegagalannya di masa
lampau. Pasukan Mataram setahun
yang lalu tidak berhasil merebut kota itu dan mengusir orang-orang asing yang
mulai menanamkan kekuasaannya di atas bumi tercinta ini.
"Dalam keadaan yang mendesak, tidak hanya lima puluh
orang itu yang akan diambilnya" berkata Ki Demang
"Ya" sahut Ki Jagabaya "dalam keadaan yang mendesak,
setiap laki-laki adalah prajurit. Apalagi menghadapi orang asing yang mulai
menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kita di atas Tanah kita sendiri"
"Nah, kau akan dapat memperhitungkan, berapa orang
yang dapat kau ambil dari setiap padukuhan"
"Empat orang. Kira-kira empat orang" Ki Jagabaya
mengerutkan keningnya. Sejenak dipandanginya Ki Demang dengan penuh kebimbangan.
Namun kemudian tumbuhlah Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kecurigaan di dalam hatinya. Agaknya Ki Demang ingin
memanfaatkan masalah ini untuk kepentingan pribadinya.
Itulah sebabnya ia membicarakan masalah ini, masih dalam rangkaian pembicaraan
hari perkawinannya. "Ya" berkata Ki Demang kemudian "empat atau lima orang.
Itu sudah cukup. Kita akan dapat memilih siapa yang akan berangkat ke Mataram
apabila nanti saatnya tiba"
"O, kita tidak perlu memilih" berkata Ki Jagabaya "kalau kita mempergunakan cara
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, aku ragu-ragu apakah setiap orang menerima pilihan itu dengan ikhlas"
"Kenapa tidak" Bukankah mereka sudah mengetahui
kemungkinan itu sejak mereka bersedia menerima latihan-latihan yang lebih baik
dari kawan-kawannya oleh prajurit-prajurit dari Mataram, yang juga justru dalam
rangka persiapan ini" Tentu mereka tidak akan berkeberatan"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya "Memang,
aku percaya, bahwa mereka tidak akan berkeberatan. Tetapi kita tidak akan
mengabaikan masalah-masalah pribadi mereka seorang demi seorang. Mungkin ada
diantara mereka yang ibunya sedang sakit keras, atau barangkali seseorang yang
sudah menentukan, bahwa ia akan segera kawin, atau
kepentingan-kepentingan lain"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Namun ia masih
bertanya "Jadi, bagaimana sebaiknya menurut kau?"
"Kita kumpulkan mereka semua. Kita akan bertanya,
siapakah yang kali ini bersedia untuk berangkat"
Wajah Ki Demang menegang.
"Ada beberapa keuntungan" berkata Ki Jagabaya "mereka tidak akan merasa, kita
membeda-bedakan. Kalau kita
memilih, kita dapat salah tunjuk. Orang yang mempunyai beberapa keberatan karena
keadaan pribadi mereka, justru kita pilih, karena kita tidak mengetahuinya,
sedang mereka Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang tidak kita sebut, akan menjadi sakit hati, karena mereka merasa direndahkan
atau justru dianak tirikan"
"Tetapi bagaimana kalau yang menyatakan diri kurang dari yang diperlukan?"
bertanya Ki Demang. "Aku berani bertaruh dengan ujung rambutku. Pasti lebih dari limapuluh orang
yang bersedia" "Kalau terlampu banyak Enam puluh orang misalnya.
Bagaimana menyisihkan yang sepuluh"
"Kita undi" Ki Demang termenung sejenak. Tetapi kemudian ia berkata
"Kemungkinan yang dapat terjadi, pengawal khusus yang kita ambil tidak akan
merata. Mungkin dari satu padukuhan kita mendapat sepuluh orang, sedang dari
padukuhan yang lain hanya satu dua atau bahkan tidak sama sekali"
"Kita akan menentukan cara undian itu" berkata Ki
Jagabaya "tidak seluruhnya sekaligus. Tetapi undian itu kita berikan khusus bagi
setiap padukuhan" Ki Demang terdiam sejenak. Namun tampak bahwa ia tidak dapat menerima dengan
mantap usul Ki Jagabaya itu. Karena itu, ia masih berkata "Bagiku, lebih baik
kita menunjuk. Yang berkeberatan supaya mengajukan keberatannya. Kita akan
mempertimbangkan" Ki Jagabaya memandang wajah Ki Demang dengan penuh
kecurigaan. Sementara Ki Reksatani berkata "Kakang apakah aku boleh
menghubungkan masalah ini dengan hari perkawinan kakang?" Ki Demang menjadi ragu-ragu sejenak. Sedang Ki
Reksatani berkata pula "Aku menduga, bahwa Ki Jagabaya akan mengatakan hal itu,
tetapi ia menjadi agak segan"
"Apa yang kau maksudkan?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Akupun sebenarnya segan untuk mengatakannya, tetapi
aku kira hal ini akan lebih baik, apabila kita saling berterus-terang. Kita
tidak akan selalu merasa dibayangi oleh masalah-masalah yang terasa belum
selesai kita bicarakan. Bukankah begitu?"
Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian
kepalanya terangguk-angguk lemah, katanya "Ya aku kira kita akan saling berterus
terang. Apakah yang ada dan apakah yang tersimpan di hati kita masing-masing"
Sekilas Ki Reksatani memandang wajah Ki Jagabaya. Tetapi Ki Jagabaya tidak
segera mengatakan sesuatu, sehingga ruangan itupun sejenak menjadi sepi.
Yang pertama-tama berbicara adalah Ki Reksatani, katanya
"Silahkan Ki Jagabaya Kakang Demang sudah membuka pintu"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Ki Demang. Kalau aku boleh berterus-terang, maka aku
ingin bertanya, apakah Ki Demang berusaha memanfaatkan keadaan ini untuk kepentingan Ki Demang
sendiri" Misalnya tentang penyingkiran Pamot?"
Ki Demang berdesir mendengar pertanyaan itu. Seolah-olah cacat yang
disembunyikannya dapat langsung disentuh oleh Ki Jagabaya itu. Namun, sejak
semula Ki Demangpun sudah
menaruh prasangka bahwa Ki Jagabaya dan adiknya, Ki
Reksatani memang akan menebaknya dengan tepat. Karena itu, Ki Demang merasa
tidak perlu mengelak lagi. Dengan tegas ia menjawab "Ya. Alasan ini akan aku
pergunakan pula untuk menyingkirkan Pamot. Bukankah ia termasuk salah seorang
anggauta pengawal khusus. Ia harus ikut di dalam tugas ini. Ia harus termasuk
salah seorang dari limapuluh orang yang akan pergi ke Mataram, kemudian
dipersiapkan untuk mengikuti pasukan Mataram yang akan menyerang
Betawi" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Jagabaya dan Ki Reksatan berpandangan sejenak.
Namun karena Ki Demang sudah berterus-terang, mereka
bahkan seolah-olah tidak mempunyai bahan lagi untuk
membicarakannya. Karena itu, mereka masih harus berdiam diri sambil mendengarkan
Ki Demang berbicara "Aku kira itu adalah jalan yang sebaik-baiknya buat Pamot.
Aku tidak ingin mempergunakan kekerasan. Aku tahu, ia sudah menyalahi adat,
bahwa ia masih saja menghubungi seorang gadis yang sudah ditentukan akan kawin
dengan orang lain. Kalau aku tidak ingin menghindari keributan, maka aku dapat
berbuat lebih dari apa yang akan aku lakukan sekarang, menempatkan anak itu
dalam pasukan yang justru mendapat kehormatan untuk mempertahankan nama Tanah
tercinta ini" Ki Demang berhenti sejenak, lalu "Aku harap kalian tidak
memandangnya dari sudut yang terbalik. Seolah-olah aku mempergunakan kesempatan
ini untuk mencelakakannya. Aku justru masih ingin melihat Pamot tidak kehilangan
namanya. Coba katakan Ki Jagabaya, apa yang sebaiknya dilakukan atas anak itu,
apabila dapat dibuktikan bahwa ia telah melanggar pagar ayu.
Dan kau Reksatani. Apakah kau dapat menyebut hukuman apa yang sebaiknya
diberikan kepadanya?"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Ia sadar, bahwa
apabila kata-kata Ki Demang itu benar, Pamot memang dapat dituntut oleh adat.
Tetapi bahwa hal itu tidak terjadi begitu saja, seharusnya mendapat
pertimbangan. Pamot tidak datang kepada Sindangsari setelah gadis itu ditetapkan
untuk menjadi isteri Ki Demang. Tetapi sebaliknya.
"Tetapi biasanya orang-orang padukuhan ini tidak mau
memperhatikan sebab-sebab yang dapat menumbuhkan suatu keadaan.
Kadang-kadang mereka memandang suatu persoalan hanya sepotong-sepotong yang mereka perlukan, atau yang sedang mereka
persoalkan itu saja" berkata Ki Jagabaya di dalam hatinya "mereka tidak mau
menelusur "Kenapa Pamot berbuat demikian. Tuntutan adat itu tidak mau mengerti, bahwa
Pamot merasa telah kehilangan sesuatu,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
haknya yang dirampas oleh ki Demang yamg kebetulan
sedang mempunyai kekuasaan di Kademangan Kepandak"
Meskipun demikian Ki Jagabayapun melihat, bahwa
sebagian terbesar orang-orang Gemulung, di dalam persoalan ini berpihak kepada
Pamot seandainya mereka berani
menyatakan hatinya. Dalam pada itu Ki Reksatani hanya menundukkan
kepalanya saja. Ia tidak berani memberikan jawaban atas pertanyaan Ki Demang
tentang pelanggaran pagar ayu. Kalau ia harus menyebut hukuman apa yang
sebaiknya diberikan kepada mereka yang melanggar pagar ayu, terasa lidahnya
menjadi kelu. Karena tidak ada yang segera menjawab, maka Ki Demang berkata pula "Kenapa
kalian diam saja" Kalian harus memberi pertimbangan. Aku sudah mencoba mencari
jalan yang paling baik untuk menyelesaikan masalah Pamot"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Kalau pertimbangan Ki Demang sudah sampai begitu jauh, maka ia tidak akan dapat
berbuat lain daripada menyetujui. Menyetujui dengan sepenuh hati atau tidak.
Namun tiba-tiba saja Ki Jagabaya teringat kepada Manguri.
Karena itu maka katanya "itukah sebabnya maka Ki Demang pada permulaan
pembicaraan ini hanya menekankan keamanan di dalam peralatan itu dengan memperhatikan
Manguri. Karena menurut perhitungan Ki Demang, Pamot
sudah tidak ada lagi di Kademangan ini"
Ki Demang menganggukkan kepalanya "Ya. Begitulah.
Bukankah Ki Jagabaya sudah menduganya"
"Sayang" desis Ki Jagabaya.
"Apa yang kau sayangkan?" bertanya Ki Demang.
"Kalau Manguri termasuk anggauta pasukan pengawal
khusus, iapun dapat dikirimkan ke Mataram"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jadi, apakah menurut Ki Jagabaya, pengawal khusus yang dikirim ke Mataram itu
sekedar tempat untuk membuang
orang-orang yang tidak disukai di Kademangan ini?" bertanya Ki Reksatani.
"Aku tidak mengatakan demikian" jawab Ki Jagabaya, lalu
"tetapi menurut jalan pikiranku, hal itu dapat terjadi atas Manguri apabila
dapat terjadi atas Pamot, Atau orang-orang lain di kemudian hari"
"Ki Jagabaya" tiba-tiba Ki Demang menggeram "Akulah
yang memutuskan semua persoalan disini. Kau adalah
pembantuku di dalam bidangmu"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya.
"Ya. Aku sadari kedudukanku. Dan bukankah aku tidak
membantah untuk menjalankan tugas itu"
"Sekarang kau harus menjawab, cara yang manakah yang
sebaiknya ditempuh untuk menentukan siapakah yang akan berangkat ke Mataram itu.
Limapuluh orang dari pengawal khusus yang selama ini telah mendapat latihan
keprajuritan dari para prajurit Mataram yang sengaja mempersiapkan mereka
apabila diperlukan" Sambil mengangkat dadanya Ki Jagabaya menjawab tegas
"Kita akan menentukan dan memilih mereka seorang demi seorang"
Seleret warna merah membayang di wajah Ki Demang. Ia
tahu benar ungkapan kejengkelan Ki Jagabaya di dalam nada jawabannya itu. Tetapi
Ki Demangpun kemudian menyahut
"Bagus. Kau sudah memenuhi harapanku. Kau benar-benar sudah menjalani tugas yang
aku bebankan kepadamu, sebagai pembantuku di dalam bidangmu"
"Ya, dan aku ingin menjadi seorang pembantu yang baik"
sahut Ki Jagabaya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang mengatupkan giginya rapat-rapat. Tetapi ia
masih selalu menahan dirinya. Selama ini Ki Jagabaya adalah pembantunya yang
benar baik. Tetapi kali ini agaknya ia mempunyai sikap yang lain, meskipun
diendapkannya di dalam dadanya. Sementara itu, Ki Reksatani hanya mendengarkan pembicaraan Ki Demang dan Ki Jagabaya. Kadang-kadang ia menjadi berdebar-debar.
Tetapi seperti Ki Jagabaya, ia tidak akan dapat berbuat banyak. Kakaknya adalah
seorang yang keras hati. Dalam pada itu terdengar Ki Demang kemudian berkata "Ki Jagabaya. Sekali lagi
aku berpesan, masalah ini masih menjadi rahasia. Aku masih menunggu perintah
resmi dari pimpinan prajurit Mataram yang berkewajiban untuk itu"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya"
Baiklah Ki Demang. Tetapi apakah hal itu masih memerlukan waktu yang lama?"
"Tidak" jawab Ki Demang "aku hanya menunggu untuk
beberapa hari saja. Menurut pendengaranku, perintah itu sudah disiapkan. Apabila
benar kata perwira itu, bahwa ada Kademangan lain yang sudah menerima perintah
itu masih harus menunggu kepastian. Kalau para prajurit yang
membawa perintah resmi itu datang, maka kau tentu akan aku minta hadir"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nah, sejak sekarang kau dapat memilih meskipun belum kau pastikan. Siapa-siapa
yang akan kita kirimkan ke
Mataram, mewakili Kademangan ini untuk suatu perjuangan yang luhur"
"Baik Ki Demang, aku akan segera memilih. Sudah tentu Pamot harus ikut serta"
Ki Demang tidak menjawab meskipun dahinya berkerut.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sekarang kau Reksatani" berkata Ki Demang "datanglah malam nanti kemari. Aku
akan menentukan bersama-sama
orang tua-tua di Kademangan ini, hari yang sebaik-baiknya untuk melangsungkan
perkawinan itu. Besok kau pergi ke rumah gadis itu untuk mengabarkan, bahwa hari
itu sudah aku pilih"
"Baik kakang" "Nah, aku kira aku tidak mempunyai kepentingan yang lain"
Maka Ki Jagabaya dan ki Reksatanipun segera minta diri.
Pertemuan itu telah membuat dada mereka bergejolak
meskipun dengan alasan yang berbeda-beda.
Ki Reksatani masih saja selalu mengumpat-umpat di dalam hatinya. Ia tidak mau
melihat pada suatu saat isteri Ki Demang itu mengandung dan melahirkan anak.
Dengan demikian maka impiannya selama ini untuk mewarisi segala jabatan dan kekayaannya
akan menjadi kabur. Tetapi Ki Reksatani tidak dapat mengelak, bahwa pada
malam harinya ia mendengar keputusan para tetua
Kademangan, bahwa perkawinan antara Ki Demang dan
Sindangsari harus segera dilaksanakan.
"Hari yang paling baik adalah hari kelahiran Ki Demang sendiri" berkata salah
seorang tetua "hari itu adalah hari yang pertama-tama dinikmati oleh Ki Demang.
Hari Kurnia dan hari kelahiran. Bertolak dari kelahiran itulah maka semuanya
terjadi seperti sekarang ini"
Orang tua-tua yang lain mengangguk-anggukkan kepalanya pula.
Salah seorang berkata "Memang tidak dapat dipergunakan. Misalnya hari itu berbareng dengan hari kematian salah saorang
dari orang tua Ki Demang"
Ki Demang mengerutkan keningnya.
"Apakah hari kelahiran Ki Demang itu?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Soma. Soma pahing" jawab Ki Demang.
"Soma bernilai empat, dan Pahing bernilai semibilan.
Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jumlah tiga belas" "Bagus" sahut yang lain "hari itu adalah hari yang paling baik. Tiga belas"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian
katanya "Baru sepekan ini aku memperingati, hari kelahiran itu"
"Lima hari yang lalu?"
"Tepatnya empat hari yang lalu. Bukankah hari ini hari Jumat?"
Para tetua Kademangan ituupun mengangguk-anggukkan
kepalanya. Akhirnya mereka bersepakat, bahwa perkawinan Ki Demang akan
berlangsung di hari kelahirannya itu. Tigapuluh satu hari yang akan datang. Di
hari Soma-Pahing. Ketika keputusan itu telah jatuh, maka berkatalah Ki
Demang kepada Ki Reksatani "Nah, kau dengan keputusan itu.
Kau besok harus pergi ke rumah gadis itu. Katakan kepada kakeknya, karena ia
tidak memberikan ancar-ancar hari, maka Ki Demang telah memutuskan, agar
perkawinannya dengan Sindangsari dilakukan pada hari yang sudah ditentukan itu"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Baiklah. Besok aku akan pergi ke rumah gadis itu. Aku akan mengatakan keputusan
para tetua Kademangan ini, bahwa sebaiknya hari itulah yang dipergunakan"
"Kau jangan berbuat seperti kanak-kanak. Kau dengan,
bahwa hari adalah keputusan yang tidak dapat dirubah lagi?"
"Ya, aku dengar"
"Lakukan tugasmu baik-baik. Tidak ada orang lain yang dapat berbuat lebih baik
dari kau. Karena itu kalau kau tidak dapat menyelesaikannya, apalagi orang lain"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apa yang harus aku selesaikan dengan tugas ini.
Bukankah aku hanya menyampaikan keputusan kakang
Demang saja, bahwa perkawinan akan berlangsung besok
pada hari Soma-Pahing, sebulan lagi?"
Ki Demang menganggukkan kepalanya.
"Anak kecilpun dapat melakukannya seandainya pantas.
Tetapi karena masalahnya adalah masalah perkawinan, maka memang sepantasnya
bahwa orang tualah yang menyebutkan kalimat itu"
"Begitulah. Besok kau dapat langsung pergi ke rumah gadis itu. Kau tidak perlu
singgah kemari. Tetapi setelah kau selesai, maka kau harus singgah kemari
dahulu, sebelum pulang"
"Baik kakang" jawab Ki Reksatani "tetapi apakah aku
sekarang sudah boleh pulang"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya. Persoalan kita sudah matang. Tetapi sebaiknya kau tinggal dahulu sebentar. Kita
akan makan bersama-sama"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
kemudian ia berkata "Terima kasih kakang. Aku sudah makan di rumah"
Ki Reksatani tidak menunggu pelayan Ki Demang
menyuguhkan makan bagi tamu-tamunya yang sedang
memperbincangkan hari-hari perkawinan Ki Demang di
Kepandak. Pada senja di hari berikutnya. Ki Reksatani berangkat ke rumah kakek
Sindangsari. Ia tidak pergi sendiri, tetapi ia membawa seorang kawan untuk
menyaksikan pembicaraan mereka. Kedatangannya telah mengejutkan seisi rumah yang
sederhana itu. Dengan tergopoh-gopoh kakek Sindangsari segera mempersilahkannya
masuk. Dengan ramahnya orang tua itu menyapanya sebagai adat kebiasaan. Mereka
saling Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bertanya tentang keselamatan diri masing-masing dan
keluarganya. Sejenak kemudian maka dihidangkannyalah minuman
hangat di dalam mangkuk. Baru setelah mereka meneguk minuman hangat itulah Ki
Reksatani berkata "Sekali lagi aku datang atas nama kakang Demang di Kepandak"
Kakek Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya
"Apakah Ki Demang menanyakan hari-hari perkawinan
cucuku?" Ki Reksatani menggelengkan kepalanya "Tidak, bukan itu"
"Apakah Ki Demang ingin menggagalkan pembicaraan ini?"
"O, tidak, Tentu tidak"
"Seandainya demikianpun aku kira justru akan lebih baik bagi keluarga kecil ini"
"Tidak. Bukan maksudnya. Juga bukan untuk menanyakan
hari apa yang sebaiknya untuk melangsungkan perkawinan itu. Tetapi kakang Demang
justru memberitahukan keputusan yang telah diambilnya tentang hari perkawinan
itu" "O, kenapa Ki Demang yang memutuskan hari itu"
Seharusnya akulah yang menentukan. Pihak calon penganten perempuan"
"Aku tahu. Tetapi keluarga calon penganten perempuan
telah terlampau lama tidak memberikan kepastian, sehingga kakang
Demang telah mengambil keputusan untuk menentukan hari perkawinan itu"
Kakek Sindangsari menarik nafas dalam-dalam. "Jadi,
kapankah hari yang telah dipilih itu?"
"Hari kelahiran kakang Demang.
"Hari apa" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Soma Pahing" "Soma bernilai empat, dan paling bernilai sembilan.
Jumlahnya tigabelas. Tigabelas" orang tua itu merenung sejenak. Lalu tiba-tiba
"O, tentu tidak mungkin. Tidak mungkin"
"Kenapa?" Ki Reksatani mengerutkan keningnya.
"Hari itu adalah hari yang paling jelek bagi Sindangsari"
"Kenapa?" "Hari itu adalah kematian ayahnya di peperangan. Hari itu adalah hari kedatangan
utusan Ki Demang pertama kali untuk melamar Sindangsari. Hari itu hari yang
pasti tidak membuat kesan yang baik bagi cucuku itu"
Ki Reksatani terbungkam sebentar. Lalu katanya "Tetapi, tetapi ketika kami
datang untuk pertama kali, kami memang memilih hari itu pula. Atau kebetulan
sekali. Ya. hanya kebetulan karena kami sama sekali tidak memperhitungkan hari
saat itu" "Mungkin hanya sekedar kebetulan bagi Ki Demang. Tetapi tidak bagi Sindangsari"
kakek gadis itu berhenti sejenak, lalu
"pada suatu hari seorang prajurit datang ke rumahnya.
Prajurit yang kurus dan pucat, meskipun sorot matanya masih tetap menyala. Ia
adalah salah seorang prajurit yang baru datang dari perjalanan yang jauh,
Mutiara Hitam 3 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Senopati Pamungkas 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama