Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 21
rasa gembira. 1398 "Hooree ciangbunjin tidak cedera bukan?"
Han Siong Kie tidak menjawab, sinar matanya dialihkan ke
atas permukaan tanah dan memeriksa sekejap keadaan disitu.
Dua belas sosok mayat terkapar diatas tanah dan
menggeletak dalam posisi tak menentu, mereka memang It
Tiong khi bersama rombongannya, sebelas orang diantaranya
kelihatan sudah mati, tinggal Dewa racun Yu Hua seorang
yang masih mengguling-guling diatas tanah dengan keadaan
yang mengerikan sekali, suara jerit kesakitannya dan mimik
wajahnya yang menahan rasa sakit semuanya menimbulkan
suatu perasaan yang mengerikan siapa pun yang melihatnya.
Bergidik Han Siong Kie melihat semua kejadian itu tanpa
terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Sepanjang waktu tadi Ban tok Cousu tidak kelihatan turun
tangan tapi kedua belas orong Jago lihay dari perkumpulan
Thian che kau ini tanpa mereka sadari telah keracunan hebat
bahkan mereka baru tewas sesudah berada di luar lembah
kejadian seperti ini bukan saja belum pernah terjadi bahkan
tak akan dipercayai orang sebelum orang lain menyaksikan
sendiri jalannya peristiwa itu.
Dewa racun Yu Hua terhitung seorang jago liehay yang ahli
sekali dalam ilmu racun toh ia sendiripun tak dapat
melepaskan diri dari cengkeraqman Ban tok Cousu hanya
bedanya yang lain sudah keburu mati semua dan sekarang
cuma tinggal dia seorang yang masih mengerang kesakitan.
Hek pek siag yau juga tidak berbicara apa-apa mereka
hanya berdiri termangu-mangu di samping ketuanya.
Suasana jadi hening dan sepi, lama sekali siluman putih
baru bertanya dengan perasaan ingin tahu:
"Ciangbunjin, apakah engkau telah masuk kedalam telaga
beracun?" "Belum" pemuda itu menggeleng.
1399 "Memang itu lebih baik, sebab bagaimana pun juga
ciangbunjin tak boleh mengorbankan jiwa dengan percuma..!"
"Kalian salah pabam" tukas Han Siong Kie kembali, "aku
tidak jadi memasuki telaga tersebut karena Ban tok cousu
telah mengabulkan permintaanku dan sekarang kalian
diundang masuk kedalam untuk memperoleh penyembuhan
seperti apa yang kalian cita-citakan selama ini!"
Kabar itu segera disambut gembira oleh sepasang siluman
putih dan hitam, sedemikian girangnya mereka sampai lupa
daratan dan saling berpelukan kencang.
Dalam pada itu Dewa Racun Yu Hua sudah tidak berwujud
manusia lagi, air keringat telah membasahi sekujur badannya
panca inderaoya sudah tidak berfungsi secara normal suara
rintihannya sudah sedemikian lirih dan seraknya sampai
kedengaran amat perlahan, walaupun begitu ia masih juga
berusaha mencengkeram permukaan tanah dengan tatapan
mata yang memelas hati kepada Han Sion Kie:
"Ciangbunjin... too... tolonglah aku.... berbuat... buatlah
belas kasihan... dan... dan bebaskanlah aa.. aku dari... dari
penderitaan" Han Siong Kie merasa sangat tak tega memyaksikan
penderitaan orang itu, rasa iba telah muncul dalam hatinya,
diapun lantas teringat dengan keterangan dari engkoh tuanya
si pengemis dari selatan, menurut pengemis itu sepanjang
sejarah hidupnya Dewa racun Yu Hua tidak pernah melakukan
perbuatan yang sangat jahat serta merugikan banyak orang,
maka dia ambil keputusan untuk menyelamatkan jiwanya.
Ketika ingatan tersebut terlintas dalam benaknya, dari
tempat kejauhan diapun melepaskan serangan untuk menotok
beberapa buah jalan darah penting ditubuh orang itu..
Setelah jalan darahnya tertotok maka Dewa racun Yu
Huapun berhenti mengerang kesakitan.
1400 Tempo dulu Dewa racun Yu Hua pernah mempunyai niat
jahat hendak merampas sepasang sarung tangan mustika Hud
jiu poo pit dari tangan Han Siong Kie, kemudian ketika sianak
muda itu terjebak dalam Lian huan tau, diapun pernah
menggunakan asap beracun untuk merobohkan musuhnya,
tapi sekarang Han Siong Kie tidak mengingat dendam lama
dan malahan bersedia menyelamatkan selembar jiwanya, dari
sini dapatlah ditarik kesimpulan, kendati pemuda itu tersohor
sebagai Manusia bermuka dingin, hakekatnya hatinya tidak
dingin, hatinya penuh dengan perasaan welas kasih dan
kasihan. Demikianlah setelah mencengkeram tubuh Dewa racun Yu
Hoa, Han Siong Kie lantas berseru kepada Hek pek siang yau.
"Hayo jalan, kita masuk kedalam lembah"
Sementara itu sepasang siluman hitam putih sedang
merasa tercengang oleh tindak tanduk dari cianngbunjinnya,
tapi mereka tak berani banyak bertanya, maka tanpa
mengucapkan sepatah katapun kedua orang ini ikut masuk
kedalam lembah mengintil di belakang ketuanya.
Setelah tiba ditepi telaga beracun, Han Siong Kie
melemparkan tubuh Dewa racun Yu Hua dihadapan Bantok
Cousu. sedangkan Hek Pek siang yau saling berpandangan
sekejap akhirnya mereka maju memberi hormat setelah itu
baru berdiri di samping Han Siong Kie dengan perasaan
gembira dan tak tenteram.
Dalam pada itu Ban tok Cousu telah menuding ke arah
dewa racun Yu Hua seraya menegur:
"Eeeh apa yang terjadi dengan orang itu?"
Han Siong Kie maju dan memberi hormat lalu sahutnya.
"Oleh sebab boanpwe melihat ia tersiksa hebat, mati tak
bisa hidup pun menderita maka aku membawanya datang
kemari, harap locianpwe bersedia untuk mengampuni
selembar jiwanya!" 1401 "Tapi lohu toh sudah berkata, bahwa aku hanya akan
mengabulkan satu permintaanmu saja."
"Waaah. kalau begitu.." untuk sesaat Han Siong Kie
terbungkam, beberapa saat kemudian ia baru berkata lagi:
"Boanpwe berbuat demikian lantaren merasa tak tega dan
aku pun tidak khusus mohonkan pengampunan baginya maka
setuju atau tidak adalah terserah pada keputusan locianpwe
sendiri!" "Hmm, aku hanya merasa heran kenapa ia bisa
mempertahankan hidupnya sekian lama?" ujar Ban tok Cousu
keheranan. "Ia bernama Dewa racun Yu Hua, selama hidupnya
tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya!
"Ooh .tak heran kalau ia masih bisa mempertahankan diri,
baiklah! memandang dia sebagai seorang ahli racun pula, lohu
bersedia untuk mengampuni selembar jiwanya."
Sehabis berkata ia mengambil keluar sebuah botol porselen
kecil dan malemparkan sebiji obat ke tangan Han Siong Kie
katanya. "Berikan obat itu kepadanya!"
Han Siong Kie segera membebaskan dahulu jalan darahnya
yang tertotok kemudian baru melolohkan obat tadi kedalam
mulutnya. Sslang sesaat kemudian, Dewa racua Yu Hua telah segar
kembali, dia lantas melompat bangun, lalu sambil jatuhkan diri
berlutut di badapan Ban tok Cousu katanya:
"Locianpwe, banyak terima kasih atas budi pertolonganmu."
"Tak usah. Tak usah. Kau tak perlu berterima kasih
kepadaku sebab maksudku semula adalah hendak menghabisi
jiwamu" tukas Ban tok Cousu sambil ulapkan tangannya
"untunglah kau juga seorang ahli dalam ilmu beracun
1402 sehingga nyawamu bisa ketolongan HHmm memandang diatas
wajah bocah itu kuampuni jiwamu untuk kali ini, kalau ingin
berterima kasih sampaikan saja kepadanya.."
Dewa racun Yu Hua lantas bangkit dan berlutut dihadapan
Han Siong Kie, katanya dengan perasaan berterima kasih:
"Budi pertolongan yang telah kau lepaskan pada diriku
selama hidup aku Yu Hua tidak akan melupakannya" selesai
berkata ia lantas bangkit dan berlalu dari tempat itu.
Dengan termangu-mangu Han Siong Kie memandang
bayangan punggung dari dewa racun itu hingga lenyap dari
pandangan, kemudian baru ujarnya kepada Ban tok Cousu.
"Locianpwe harap engkau bersedia untuk memulihkan raut
wajah mereka" Ban tok Cousu mengangguk. dia lantas mengalihkan sinar
matanya untuk mengawasi Hek pek siang yau dengan
seksama, kemudian katanya:
"Sudah berapa lama kalian berdua terkena racun dari Gi
heng tok ko tersebut?""
"Sudah lima puluh tahun lamanya" jawab siluman hitam
cepat. "Sudah lima puluh tahun lamanya?" ulang Ban tok Cousu
agak tercengang. "Benar" "Kalau begitu, kalian berdua harap segera maju kemuka"
Sepasang siluman hitam dan putih mengiakan, mereka
lantas maju kedepan mendekati kakek tua itu.
Mendadak Bantok Cousu membentak keras, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan, semua pukulan itu
dilepaskan sangat cepat dan luar biasa sekali, hingga
kedengaran suara deruan angin pukulan yang memekakkan
telinga. 1403 Hek pek siang yau tak menyangka kalau secara tiba-tiba
dia bakal diserang secara gencar, dalam keadaan tak siap
siaga, kedua-duanya lantas tersapu telak oleh pukulan itu
sehingga tercebur kedalam telaga beracun.
Dua jeritan ngeri menggema memenuhi angkasa, hanya
sebentar saja suara itu sudah sirap.
Paras muka Han Siong Kie berobah hebat
-000d0w000- BAB 77 DILUAR dugaan Ban tok cousu telah melancarakan
serangan dan menghajar Hek pek siang yau sehingga tercebur
kedalam telaga beracun, tindakan semacam ini tak disangka
oleh siapapun, dan mimpipun sianak muda itu tak mengira
bakal terjadi peristiwa semacam ini.
Hek pek siang yau sendiri setelah salah makan buah racun
sehingga wajahnya berubah wujud, kemudian setelah
terkurung selama lima puluh tahun lebih dalam lembah
kematian, mereka ingin sekali menyembuhkan kembali wajah
mereka yang menyeramkan itu, sudah tentu dihadapan
Bantok Cousu yang akan melakukan penyembuhan tersebut,
kedua orang itu tak akan bersiap-siap untuk menjaga segala
kemungkinan. Andaikata mereka tidak mengendorkan pengawasannya,
dengan kemampuan yang dimiliki sepasang siluman hitam
putih pada saat ini, lebih hebatpun belum tentu Ban tok Cousu
dapat berhasil dengan serangannya dalam sekali gebrakan.
Begitulah ketika dua orang siluman itu terhajar sampai
mencelat kedalam air telaga dan memperdengarkan pekikan
berat yang memilukan hati, paras muka Han Siong Kie
berubah hebat, ia lantas membentak dengan penuh
kegusaran: 1404 "Sungguh tak kusangka engkau adalah seorang manusia
berhati keji dan berniat busuk, rasain pukulanku ini"
Diiringi bentakan keras pemuda itu menyerbu kedepan dan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah dada Ban tok
Cousu. serangan itu bukan saja dilakukan dengan kecepatan
luar biasa, bahkan hawa pukulan yang terkandung dibalik
serangan itupun sangat kuat.
Ban tok Cousu tidak mengadakan perlawanan meskipun
serangan yang tertuju kebadannya sangat keras ia cuma
mengegos kesamping dan tahu-tahu sudah lolos dari serangan
itu. Kemarahan yang berkobar dalam hati Han Siong Kie benarbenar
sudah mencapai puncaknya, gagal dengan serangan
pertama, bagaikan bayangan setan ia mengejar kedepan dan
sekali lagi melepaskan serentetan pukulan yang gencar.
"Tahan!" tiba-tiba Ban tok Cousu membentak keras,
suaranya seperti geledek.
Tanpa sadar Han Siong Kie telah mengurungkan kembali
niatnya untuk melancarkan serangan teriaknya pula dengan
marah: "Apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Bukankah engkau minta pertolonganku untuk
memunahkan racun yang bersarang ditubuh mereka?" tegur
Ban tok Cousu kemudian. "Benar! Tapi engkau telah melancarkan serangan
mematikan yang mengakibatkan mereka berdua mendapat
celaka" teriak pemuda itu marah-marah mukanya merah dan
matanya melotot besar. Ban tck Consu gelengkan kepalanya berulang kali.
1405 "Sudahlah, bila engkau tidak percaya dengan diriku,
sekarang masih ada kesempatan bagimu untuk enyah dari
sini!" katanya. Han Siong Kie melirik sekejap ke arah permukaan telaga
tiba-tiba ia tertegun. Kiranya Hek pek siang yau sudah
terlentang di tepi telaga dengan badan basah kuyup, meski
napasnya tersengkal-sengkal seperti kerbau namun tidak
tampak gejala sebagai orang yang keracunan.
Sebagai pemuda yang cerdas ia lantas menyadari apa
sebenarnya yang telah terjadi, cepat ia menjura dan mohon
maaf katanya: "Aaaah. rupanya boanpwe telah salah paham! Locianpwe
jika barusan aku telah menyerang engkau secara gegabah dan
kasar mohon sudilah kiranya locianpwe memberi maaf!"
"Ehm. dalam hal ini kau tak bisa disalahkan maklum kalau
kau jadi marah dengan tindakanku yang tak terduga itu..!"
Dari sakunyo Ban tok Cousu mengambil keluar sebuah
botol kecil dan mengambil dua biji pil berwarna hijau setelah
melolohkannya kedalam mulut sepasang siluman itu, ia baru
berkata. "Kurang lebih setengah jam kemudian racun yang
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengeram dalam tubuh mereka akan punah dan kesehatan
tubuhnya akan sehat dan pulih kembali seperti sedia kala!"
Kali ini Han Siong Kie tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya
memandang ke arah Ban tok Ccusu dengan mulut
membungkam. Kurang lebih saperminum teh kemudian, tiba-tiba kedua
orang siluman hitam putih itu melompat bangun kemudian
kabur terbirit-birit menuju ke balik pepohonan tak jauh dari
telaga itu. Melihat tingkah laku mereka yang aneh, Han Siong Kie
merasa amat terperanjat, ia coba untuk mengejar.
1406 "Jangan halangi mereka" tiba-tiba Ban tok Cousu mencegah
sambil goyangkan tangannya berulang kali. "biarkan mereka
pergi dari sana" Dalam sekejap mata dua orang manusia siluman itu sudah
lenyap dibalik pepohonan yang lebat.
Sementara itu Han Siong Kie masih berdiri termangu
dengan perasaan kaget dan tercengang, ia bertanya
kemudian: "Locianpwe sebenarnya apa yang terjadi?"
"Obat yang mereka makan telah mulai bereaksi, sekarang
racun yang terkandung di dalam tubuh mereka mulai bergolak
keras dan harus dikeluarkan dengan melalui saluran kotoran"
Han Siong Kie baru paham setelah diberi penjelasan yang
seksama itu, kembati dia bertanya lagi:
"Locianpwe, bukankah tadi engkau sudah menghajar
mereka berdua hingga tercebur kedalam telaga beracun"
Mengapa tidak kujumpai tanda-tanda keracunan ditubuh
mereka berdua, apakah soal ini.."
"Itulah yang dinamakan pengobatan dengan racun
melawan racun" sahut Bantok Cousu sambil mengangguk.
"oleh sebab kedua orang itu menderita keracunan pada lima
puluh tahun berselang, sehingga daya kerja racun itu sudah
meresap sampai mencapai setiap urat nadi dan organ tubub
pada lapisan yang paling kecil, maka mereka harus diceburkan
dulu kedalam telaga racun.."
Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lebih jauh:
"Sebagaimana kau ketahui, air telaga ini sangat beracun,
sebab disinilah terkumpulnya sumber dari segala macam racun
alam dan dikolong langit tidak terdapat benda lain yang bisa
menandingi kedahsyatan dari racun ini, maka aku lantas
berpikir untuk menceburkan mereka kedalam air telaga ini,
biar racun dari telaga ini meresap kedalam organ tubuhnya
dan saling menyerang dengan racun dalam tubuh, racun bila
1407 dilawankan racun akan berakhir dengan punahnya kedua jenis
racun itu. Nah pada saat itulah aku baru memberi obat
mujarab yang akan memunahkan sisa-sisa racun yang
ketinggalan." "Oooh.. kiranya begitu?"
Kembali Ban tok cousu memberi penjelasan:
"Tentunya kau merasa heran bukan mengapa aku
menyerang mereka secara tiba-tiba" Tujuanku adalah agar
mereka menjadi gugup, panik dan ragu, pada saat itulah
mereka akan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk melakukan perlawanan, karena mengerahkan tenaga,
otomatis semua urat nadinya terbuka dan racun yang
mengeram ditubuh merekapun akan punah lebih cepat lagi"
Sekarang Han Siong Kie baru benar-benar mengetahui apa
yang sebenarnya telah terjadi, untuk kesekian kalinya ia
memberi hormat. "Locianpwe harap engkau bersedla untuk memaafkan
kecerobohan boanpwe sehingga melakukan tindakan kasar
kepadamu" "Yang sudah lewat biarkan lewat, toh siapa yang tak tahu
tak berdosa?"" Han Siong Kie tertunduk. sesaat kemudian ia baru berkata
lagi: "Pihak perkumpulan Thian che kau telah mempunyai niat
jahat dengan maksud meledakkan lembah hitam, dan lagi
diantara jago-jago yang mereka kirim kemari hanya Dewa
racun Yu Hua seorang yang masih hidup, aku kuatir kalau
mereka tak akan berdiam diri sampai disini saja, locianpwe. .
.." Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata- katanya, Ban tok
Cousu telah menukas sambil tertawa terbahak-bahak.
1408 "Haaah haaah haaah siapa berani mengganggu aku, dia
harus dibikin mampus, dan prinsip ini sudah kupegang teguh
sepanjang masa hidupku, ketahuilah telaga beracun hanya
merupakan salah satu pintu masukku belaka, kendatipun
lembah hitam sudah di musnahkan, memangnya mereka
sanggup bisa melukai aku?""
Pernyataan ini sangat menarik hati Han Siong Kie, dia ingin
sekali bertanya lebih lanjut, tapi merasa tak enak untuk
membuka suara, terpaksa niatnya dibatalkan. Dalam sekejap
mata, setengah jam sudah lewat.
Mendadak dari balik pepohonan muncul sepasang muda
mudi yang tampan dan cantik berusia dua puluh tahunan,
dengan langkah yang lembut dan menawan hati mereka
menghampiri Han Siong Kie berdua.
Kemunculan muda mudi itu sangat mengejutkan si anak
muda itu, ia tak habis mengerti kenapa dari lembah hitam bisa
muncul sepasang muda mudi setampan dan secantik itu.
Ban tok Cousu sendiri sedang mengamati pula sepasang
muda mudi itu dengan pancaran sinar yang mata aneh.
Han Siong Kie baru menjerit kaget setelah sinar matanya
terbentur dengan pakaian yang dikenakan muda mudi itu, ia
lantas berteriak kegirangan:
"Aaah kiranya kalian telah berwujud wajah aslimu kembali"
Memang benar sepasang muda mudi yang tampan dan
cantir itu tak lain adalah Hek pek siang yau, sepasang siluman
hitam putih dalam bentuk wajah aslinya.
Kedua orang itu segera memburu maju ke depan dan
jatuhkan diri berlutut dihadapan Han Siong Kie, katanya
dengan penuh rasa hormat:
"Tecu Seng Keh-ki dan Hong Ing ing mengucapkan banyak
terima kasih atas budi ciangbunjin yang telah memenuhi
harapan kami." 1409 Dari ucapan tersebut dapat diketahui bahwa siluman hitam
kiranya bernama Seng Keh ki sedangkan siluman putih
bernama Hong ing ing. Maka diapun tersenyum sambil
ulapkan tangannya. "Tak usah banyak adat, ayo cepat
bangun" Dua orang siluman itu berlutut pula dihadapan Ban tok
Cousu sambil katanya: "Boanpwe berdua mengucapkan banyak terima kasih atas
budi cianpwe yang telah memulihkan kembali wajah kami
berdua" Ban tok Cousu tidak berkata apa-apa, dia malahan
mendengus dingin. Dengusan itu bukan saja mengejutkan seng Keh-ki serta
Hong ing ing, malahan Han Siong Kie sendiripun tidak habis
mengerti mengapa Ban tok Cousu secara tiba-tiba berubah air
mukanya" "Locianpwe adakah sesuatu yang tidak beres" " tanya Han
Siong Kie dengan wajah tercengang.
Ban tok Cousu menghembus jenggotnya yang putih lali
menjawab dengan dingin. "Ketahuilah lohu bisa menolong orang, bisa pula
membunuh orang" "Boanpwe tidak mengerti dengan apa yang locianpwe
katakan, bersediakah engkau memberi penjelasan" "
"Kalau toh engkau mengharapkan bantuanku, mengapa
bicara tidak sejujurnya?"
"Bicara tidak sejujurnya" Dalam hal apa kami tidak jujur?"
"Benarkah dua orang bocah ingusan yang masih berbau
titik ini terkena racun pada lima puluh tahun berselang?"
1410 Has Siong Kie lantas dapat menebak persoalan apakah
yang menyebabkan Bantok Cousu jadi marah, bukan
menjawab dia malahan balik bertanya:
"Locianpwe pernah kah engkau mendengar tentang Hok
pek siang yau yang amat tersohor itu?"
"Ehm pernah kudengar tentang orang itu, cuma belum
mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan orangnya"
"Kedua orang inilah sepasang siluman hitam putih"
"Apa" Mereka adalah Hekpek-siang yau yang pernah
menggetarkan dunia persilatanpada puluhan tahun
berselang?" "Benar" pemuda itu mengangguk.
Agaknya Ban tok Cousu tak percaya dengan ucapan
tersebut, dia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Masa mereka mempunyai kepandaian untuk tetap awet
muda?"" "Meski awet muda selamanya sih tidak. tapi kenyataannya
mereka memang memiliki kelebihan yang bisa merawat wajah
mereka tetap awet muda" sahut Han Siong Kie.
"Tidak... aku tidak percaya" seruBan tok Cousu sambil
menggelengkan kepalanya. Karena kakek tua ini kurang percaya, maka Han Siong Kie
lantas menceritakan kisah tentang asal usul kedua orang
siluman itu, termasuk juga bagaimana bisa mendapatkan Bak
ci yang bisa membuat orang tetap awet muda.
Mendengar kisah tersebut, makhluk tua beracun itu
anggukkan kepalanya berulang kali serunya:
"Kalau begitu, mereka berdua berasal dari perguruan Thian
it bun dan merupakan ahli waris dari Kiu thian it siau (elang
sakti dari langit sembilan) Ki Goan thong?""
1411 "Benar" Ban tok Cousu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh haaahhh haaahhh kalau begitu mereke terhitung
ahli waris dari sobat lamaku sendiri, hayo bangun... bangun
Jangan berlutut terus"
Setelah diperkenankan berdiri, sepasang siluman itu baru
bangkit berdiri dan berdiri disamping dengan sikap hormat.
Kembali Ban tok cousu menghela napas panjang, kemudian
ujarnya lagi: "Aku dan Ki Goan thong adalah sobat kental.. aai. sungguh
tak kusangka perguruan Thian it bun telah musnah dan tinggal
kenangan belaka, benar-benar lain dulu lain sekarang, apakah
kalian berdua mempunyai minat untuk membangun kembali
perguruan Thian it bun?"
Dengan sikap yang sangat hormat Seng Keh ki menjawab:
"Boanpwe berdua telah menjadi anggota perguruan dari
Thian lam bun" Han Siong Kie yang berada di sampingnya segera menyela
sembari menatap tajam kedua orang siluman itu.
"Jika kalian berdua ada maksud untuk membangun kembali
perguruan Thian it bun, akupun dengan senang hati akan
memberi pula bantuan serta dukungan"
Kedua orang itu menatap sekejap kearah si anak muda itu
dengan pandangan penuh rasa terima kasih, siluman putih
Hong Ing ing lantas menjawab dengan lantang:
"Tecu berdua telah bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin
sepanjang masa, sumpah yang telah kami ucapkan selamanya
tak akan kami ingkari kembali"
1412 "Aku toh memberi persetujuan khusus kepadamu dan
bukannya kalian yang mengingkari janji" hal ini tak dapat
dikatakan sebagai tindakan yang melanggar sumpah."
"Ten .. tentang soal ini.... sampai sekarang tecu masih
belum melakukan pertimbangan apa- apa"
"Baik kalau begitu lain kali baru kita bicarakan lagi"
sekali lagi Han Siong Kie mengamati sepasang kekasih yang
baru terlepas dari penderitaan itu, mendadak satu ingatan
terlintas dalan benaknya, cepat ujarnya.
"Bukankah kalian berdua pernah berkata bahwa setelah
pulih kembali wajah kalianpada wujud yang sebenarnya, maka
hubungan perkawinan kamu berduapun akan diresmikan?"
Merah padam selembar wajah siluman putih Hong Ing-ing,
ia tundukkan kepalanya dengan jantung berdebar keras, entah
malu entah girang tapi yang pasti saat semacam inilah yang
telah dinanti-nantikan setelah hidup menderita puluhan tahun
lamanya. Andaikata sejak dulu kala mereka tidak makan Bak ci,
mustika yang langka dari dunia persilatan, mungkin pada saat
ini wajahnya sudah berkeriput dan mukanya menjadi peyot.
Siluman hitam Seng Keh-ki juga merasa merah pipinya,
dengan kepala tertunduk sahutnya:
"Harap ciangbunjin suka menyelenggarakannya bagi kami
!" "Sayang pada saat ini aku harus buru-buru berangkat
kembali kedaratan Tionggoan!" kata Han Siong Kie.
"Tecu berdua tak terburu nafsu, akan kami nantikan saja
sampai setibanya kembali ciangbunjin dalam istana !"
"Haaah haaah haaaa, saatku kembali juga susah
diramalkan, lebih baik begini saja," pemuda itu berpaling
kearah Ban tok Cousu lalu sambungnya lebih jauh:
1413 "Locianpwe ini adalah sobat karib dari mendiang guru
kalian apa salahnya kalau aku sebagai ciangbunjin kalian
mengesahkan upacara perkawinan kalian berdua disini saja
selain kita bisa minta kesediaan dari tuan rumah tempat ini
menjadi saksi bagi perkawinanmu berdua kejadian ini pun
akan meninggalkan kesan yang romantis buat lembah hitam
telaga beracun yang selalu dianggap menyeramkan ini!"
Bsibicara simpai disini dia lantas berpaling kearah Ban tok
Coosu dan menambahkan: "Locianpwe bersediakah engkau mengabulkan permintaan
dari boanpwe barusan?"
Ban tok Cousu menengadahkan tertawa terbahak-bahak:
"Haahh haahh haahh bagus.. bagus sekali meninggalkan
kesan yang romantis bagi telaga beracun, kenapa aku tidak
menyetujui atas usulmu itu" Justru aku ingin menyatakan dulu
sesuatu secara terbuka meski aku pelit dan tak punya apa-apa
akan tetapi aku bersedia merubah gua telaga racuntku ini
menjadi kamar pengantin, Haaahh haahh haaahhh.."
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Boanpwe sekalian tak berani mengganggu lebih jauh,
cukup upacara ini diselenggarakan ditepi telaga beracun ini
saja, sebab tempat ini lebih mengesankan bagi kami, disinilah
wajah kami dapat pulih kembali sebagaimana wajah aslinya"
Berbicara sampai disini, dua orang siluman itu saling
berpandangan sekejap dalam pandangan itulah sudah
mencakup perasaan kecut dan manis bercampur aduk.
Maka Han Siong Kie lantas mengangkat tinggi-tinggi
lencana ok kui cu pay itu, sementara sepasang siluman tadi
berlutut di hadapan lencana tadi dan oleh Han Siong Kie
sebagai ketua perguruannya, hubungan merekapun segera
diresmikan menjadi suami istri.
Selesai upacara kedua orang siluman itupun memberi
hormat kepada Ban tok Cousu sebab kakek berambut putih itu
1414 adalah saksinya yang telah mengikuti jalannya upacara
tersebut. Dengan demikian, upacara perkawinanpun secara
singkat telah selesai. Sebercak sinar sempat menyorot masuk ke dasar lembah
hitam yang menyeramkan, membawa suatu perasaan yang
lain daripada yang lain. Dalam keadan begitu tanpa terasa Han Siong Kie teringat
kembali akan Go siau bi yang dengan paksa dijodohkan
kepadanya, ia tak tahu bagaimana akhir dari hubungan
mereka berdua nanti"
Diapun terbayang kembali akan Tonghong Hui, satusatunya
perempuan yang ia cintai sejak perpisahannya secara
terburu-buru di tepi sungai tempo hari, ia tak tahu dimanakah
sekarang ia berada terutama dalam pertemuan untuk kedua
kalinya dari perubahan wajah serta nada pembicaraannya
terasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
Lebih tragis lagi berulang kali orang yang kehilangan sukma
memberi peringatan kepadanya bahwa perkawinannya dengan
Tonghong -Hui akan mengakibatkan terjadinya suatu tragedi
yang menyedihkan hati, pemuda itu cukup menyadari bahwa
apa yang dikatakan orang yang kehilangan sukma jarang
sekali meleset, ini menyebabkan hatinya diam-diam bergidik
seram. Menyusul kemudian bayangan tubuh dari nyonya cantik
berbaju merah itu muncul pula didepan matanya, ia mengakui
bernama Buyung Thay. . kecantikan wajahnya tak terkirakan
dan boleh dibilang sukar dicarikan tandingannya di dunia ini.
Tanpa disadari Han Siong Kie merasakan sekujur badannya
berubah jadi panas membara jantungnya ikut berdebar keras.
"Aku tidak pantas memikirkan perempuan itu lagi"
demikianlah ia memperingatkan diri sendiri apalagi ia pernah
dimaki oleh orang yang kuketahui namanya sebagai
1415 perempuan lonte yang tak tahu malu. Benarkah dia adalah
seorang perempuan yang tak punya malu"
Semakin pemuda itu berusaha untuk membuang jauh-jauh
ingatan tentang nyonya cantik berbaju merah itu bayangan
tubuhnya semakin melekat dalam ingatannya kulit tubuhnya
yang putih bersih tatapan matanya yang memikat dan
mempesona hati senyuman manisnya yang membukakan
bibirnya yang kecil mungil dan potongan tubuhnya yang padat
berisi terutama kematangannya sebagai seorang nyonya muda
merupakan suatu daya rangsangan suatu daya pikatan yang
sangat besar. Sementara dia masih termenung Ban tok Cousu telah
berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh haaahh haaahhh hidup berkasihan selama
puluhan tahun dan akhirnya berhasil juga menjadi suami istri,
kejadian yang menimpa kalian berdua benar- benar
merupakan suatu cerita yang sangat menarik bagi umat
persilatan!" Gelak tertawa yang amat keras itu lantas menyadarkan Han
Siong Kie dari lamunannya, ia merasa sikapnya yang kurang
hormat barusan membuat sepasang pipinya menjadi merahSelang sesaat kemudian segera serunya:
"Locianpwe, boanpwe sekalian hendak mohon diri lebih
dahulu, budi kebaikan cianpwe terhadap kedua orang anak
buahku ini tak akan terlupakan untuk selamanya, kami
ucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu!"
Habis berkata Han Siong Kie lantas memberi hormat dalamdalam
sedangkan sepasang siluman itu pun ikut memberi
hormat. "Haaahh haaahhh hahhh bagus..bagus!" Ban tok Coasu
hanya beberapa kali mengangguk sambil tertawa terbahakbahak.
1416 Demikianlah ketiga orang itu pun lantas berpamitan dan
berlalu dari telaga beracun yang dianggap sebagai tempat
angker itu. Dalam sekejap mata mereka sudah diluar lembah
tersebut. Tiba-tiba Han Siong Kie seperti teringat akan sesuatu, ia
berkata dengan serius: "Oooh iya tempo hari Wi Ik beng pernah menyaru sebagai
sucou kita Mo tiongci mo, naik keatas kuil Siau lim si dan
mencuri kitab pusaka Tay boan yo pit kip, bukan mencuri kitab
saja bahkan dia pun membunuh padri penjaga loteng
penyimpan kitab tersebut. Tentang peristiwa ini aku telah
berjanji dengan Liau ing Hweesio untuk memberikan
pertanggungan jawab ke kuil mereka satu tahun mendatang
sekarang Wi Ik beng sudah dihukum mati, sayang waktu itu
aku lupa menggeledah kitab pusaka Tay boan yo pit kip
tersebut dari sakunya" Sekembali kamu berdua ke istana
terangkan persoalan itu kepada To tianglo dan perintahkan
mereka uotuk melakukan pencarian kilat, setelah ditemukan
segara kirim orang menuju ke markas besar Kay pang di
daratan Tionggoan dan serahkan kepada Tianglo pengemis itu
si pengemis dari selatan, katakan merekanya agar kitab itu
disampaikan kepadaku"
"Terima perintah" jawab sepasang siluman dengao cepat,
"dalam perjalanan ciangbunjin menuju kedaratan Tionggoan
ini, apakah kau membutuhkan bantuan dari tecu berdua?"
"Kalian berdua lebih penting menjaga keselamatan istana
perguruan kita, apalagi kepergianku kali ini adalah untuk
membereskan persoalan pribadiku sendiri, kalian tak perlu ikut
!" Mendengar jawaban itu, dengan wajah serius siluman
hitam Seng Keh ki lantas berkata:
"Ciangbunjin, tecu mempunyai suatu permohonan dan
harap ciangbunjin bersedia untuk mengabulkan!"
1417 "Apa permintaanmu itu ?"
"Salah seorang musuh besar perguruan kami di masa
lampau, sampai sekarang masih ada seorang yang terlolos
dari jaring." "Kau maksudkan Hun si Mo ong ?"
"Benar!" "Ada apa dengan gembong iblis itu?"
"Semoga ciangbunjin mengijinkan tecu berdua untuk
menuntut balas dengan tangan sendiri"
"Tentu saja boleh, tapi saat ini keadaan dari perguruan kita
masih payah, setiap saat perkumpulan Thian che kau bisa
mengutus orang untuk mengacau, maka kamu berdua harus
melakukan penjagaan dulu disana, bila saatnya telah tiba, aku
bisa mengirim kabar keistana"
". .Terima kasih atas kebaikan ciangbunjin" dua orang
siluman itu segera menjura.
"Selain itu" ujar Han Siong Kie kemudian setelah berhenti
sebentar, dia ambil keluar lencana ok kui cu pay itu dari
sakunya dan diserahkan kepada siluman hitam.
"Serahkan lencana ini kepada To tianglo, bila setahun
kemudian aku masih belum kembali, suruh dia mengangkat
orang lain sebagai ketua baru"
Paras muka Hek pek siang yau berubah hebat, dengan
suara gemetar siluman putih lantas berkata.
"Ciangbunjin, mengapa kau mengucapkan kata-kata seperti
itu?"" Han Siong Kie tertawa tak wajar rupanya ia sedang
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
"Aaah, tidak apa-apa" dia menyahut "aku hanya bersedia
payung sebelum hujan, siapa tahu nasib manusia didunia ini"
1418 "Apakah ciangbunjin masib ada pesan-pesan yang lain?"
"Tak ada lagi. Ingat begitu kitab pusaka Tay boan yo pit kip
berhasil ditemukan, maka kalian harus mengutus orang untuk
membawanya kedaratan Tionggoan"
"Tecu akan mengingatnya selalu"
"Baiklah sekarang kalian boleh pergi semoga kalian bisa
menempuh hidup dengan penuh kebahagiaan"
"Terima kasih ciangbunjin"
Begitulah dengan perasaan berat hati seng Kah ki dan
Hong Ing ing memandang sekejap kearah Han Siong Kie
kemudian baru menjejakkan kakinya kepermukaan tanah dan
berlalu dari sana. Memandang bayangan punggung dua orang anak buahnya
pergi jauh, diam-diam Han Siong Kie menghela napas
panjang, bisiknya: "Aaai bagaimanapun juga mereka tetap berbahagia meski
baru saja terlepas dari penderitaan"
Sementara ia masih berdiri melamun mendadak dari arah
belakang berkumandang suara yang sangat dingin, dan suara
itu seakan- akan pernah didengarnya disuatu tempat, hanya
pemuda itu tak dapat mengingatnya kembali dimanakah suara
itu pernah mendengar. "Bocah keparat. Ternyata engkaulah yang bernama
manusia bermuka dingin"
Teguran tersebut sangat mengejutkan Han Siong Kie,
dengan sigap dia berpaling, seorang laki-laki baju hitam yang
bergodek panjang berdiri empat kaki dihadapannya dan pada
saat itu sedang melotot kearahnya dengan pandangan penuh
kebencian. 1419 Tatapan yang penuh sikap bermusuhan itu sangat tidak
menyenangkan hati pemuda kita, diapun lantas menjawab
dengan ketus: "Benar, akulah orangnya siapa engkau?"
"Bi-siang-kek (tamu bergodek indah) Huan Kang"
"Ada apa engkau mencari aku?""
"Memperingatkan engkau agar tidak berhubungan lagi
dengan Buyung Thay" Han Siong Kie melongo dan termangu, sekarang ia baru
ingat rupanya orang inilah yang pernah memberi peringatan
kepadanya agar tidak berhubungan lagi dengan Buyung Thay
si nyonya cantik berbaju merah, tak heran kalau suaranya
seperti pernah dikenal, kenangan semasa berada dalam kuil
teringat kembali, diapun teringat pula bagaimana orang itu
mencaci maki Buyung Thay sebagai lonte yang tak tahu malu.
Kontan saja jago muda kita tertawa dingin, ia menegur:
"Apa maksudmu berkata demikian kepadaku?""
"Hmmm tidak bermaksud apa-apa, aku hanya melarang
engkau berhubungan lagi dengannya" jawab Tamu bergodek
indah Huan Kang dengan nada seram.
"Kenapa" Kau harus memberikan suatu alasan yang tepat "
"Tak usah bertanya mengapa, yang pasti dengan usianya
sekarang dia sudah pantas menjadi ibumu."
"Tutup mulut!" bentak Han Siong Kie dengan gusar, ucapan
itu mengobarkan hawa amarah dalam hatinya.
Mendengar bentakan itu tanpa sadar tamu bergodek indah
Huan Kang mundur selangkah kebelakang lalu berkata lagi:
"Manusia bermuka dingin kalau engkau tidak bersedia
mendengarkan perkataanku maka..."
"Maka kenapa?" 1420 "Engkau akan menyesal untuk selamanya"
"Heheeehh heehhh aku tidak percaya, justru akan
kubuktikan apa yang dapat kau lakukan"
"Kenalkah kau dengan perempuan itu?" tiba-tiba Tamu
bergodek indah Huan Kang menegur.
Han Siong Kie terkesiap dan mundur ke-belakang segera
pikirnya: "Ehmmm betul juga! Siapakah dia" Berasal dari mana?"
Tapi anak muda ini tak ingin menunjukkan kelemahan
dibadapan lawannya maka dia-pun balik bertanya.
"Apakah engkau kenal siapakah dia?"
"Tentu saja !" Tiba tiba. "Huan Kang ! Benarkah engkau tahu siapakah diriku ini ?"
serentetan suara teguran yang dingin penuh membawa daya
pikat menggema mcmecahkan kesunyian;
Menyusul teguran tadi muncullah sesosok bayangan
berbaju merah seperti sukma gentayangan tahu-tahu ia sudah
muncul di hadapan mereka berdua.
Dia, Tak lain adalah Bayung Thay, perempuan cantik jelita
yang gemar memakai baju merah itu.
Begitu mengetahui siapakah yang muncul Tamu bergodek
indah Huan Kang segera menunjukkan wajah tersipu-sipu,
agaknya dia tak mengira kalau secara tiba-tiba perempuan itu
bisa muncul di hadapan matanya.
Dengan kerlingan mata yang penuh mengadung daya
pikatan Buyung Thay mengerling sekejap ke arah Han Siong
Kie, kemudian ia tertawa dan menyapa"Titi .! Kembali kita berjumpa lagi."
1421 "Cici" Han Siong Kie tak dapat mengendalikan golakan
perasaannya lagi dan ikut berseru.
Secara tiba-tiba dia merasa seakan-akan dirinya berubah
jadi begini lemah dan tak bertenaga dihadapan Buyung Thay,
ia seperti telah berobah jadi seorang manusia lain.
Panggilan adik dan cici ini bagi pendengaran Tamu
bergodek indah Huan Kang sangat menusuk sekali, wajahnya
kontan berubah hebat. "Adik Thay..." dia pun berseru.
-000d0w000- Jilid 38 BAB 78 "SIAPA yang menjadi adik Thay-mu?" tukas Buyung Thay
dengan wajah dingin dan perasaan tak senang hati.
Tamu bergodek indah Huan Kang tertawa tersipu-sipu,
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ia berseru: "Adik Thay kau. . ."
"Tutup mulut Bukankah engkau memaki diriku sebagai
perempuan lonte yang tak tahu malu?"
"Adik Thay buat apa kau mengingat-ingat selalu ucapan
yang diutarakan dalam keadaan marah, biarlah aku minta
maaf kepadamu" "Huan Kang Kalau engkau seorang yang cerdik tentu kau
akan mengerti apa akibatnya jika kau selalu membuntuti aku
dengan mati-matian" "Adik Thay. . ."
"Manusia she Huan, engkau tidak berhak menyebut aku
dengan panggilan seperti itu"
1422 Raut wajah Tamu bergodek indah Huan Kang berubah jadi
merah seperti kepiting rebus, lama sekali ia baru tertawa getir
dan berkata lagi: "Dua puluh tahun berselang aku mengejar dirimu, tapi kau
tak bersedia menerima luapan cintaku kemudian kau menikah
dengan orang dan bercerai kembali, sungguh tak kusangka
sampai saat inipun kau masih tetap menolak cintaku"
"Huan Kang, Cinta itu tak dapat dipaksa, cinta harus
muncul dari hati kecil tanpa paksaan"
"Oooh sungguh tak kusangka Huan Kang sudah dua puluh
tahun lamanya mengejar Buyung Thay" batin Han Siong Kie
dalam hati "tampaknya orang ini terlampau romantis, tapi
aneh sekilas pandangan tampaknya usia Buyung Thay baru
dua puluh tahunan tapi kalau didengar dari pembicaraan
mereka agaknya ia sudah berusia setengah baya, sebetulnya
berapa usia perempuan ini" Sungguh mencurigakan"
Sementara itu Tamu bergodek indah Huan Kang telah
memandang sekejap kearah Han Siong Kie dengan sikap
bermusuhan, kemudian serunya kepada nyonya berbaju
merah itu. "Jadi dialah yang kau cintai?"
"Apa sangkut pautnya antara persoalan ini denganmu?"
ejek Buyung Thay atau nyonya berbaju merah itu dengan
nada yang sinis. "Hmm Tahukah kau, bahwa meninjau dari usianya, ia
pantas untuk menjadi putramu?"
Han Siong Kie marah sekali setelah mendengar perkataan
itu, ia merasa ucapan tersebut amat menyinggung perasaan
hatinya, maka tak tahan lagi bentaknya:
"Manusia she Huan, aku harap kalau sedang berbicara
janganlah mengikut sertakan diriku, apa lagi menyinggung
perasaanku" 1423 Waktu itu tamu bergodek indah Huan Kang sedang
dipengaruhi pula oleh rasa cemburu, diapun melotot besar
seraya berteriak. "Kalau tujuanku memang menghinamu, lantas kau mau
apa?" "Tidak apa-apa, aku hanya akan memberi pelajaran yang
setimpal untuk manusia bermulut besar seperti kau"
"Memberi pelajaran" "jengek orang she Huan itu, tiba-tiba
ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
Tiba tiba nyonya cantik berbaju merah itu menukas sambil
tertawa dingin: "Heeeh heeeh heeh Huan Kang, tiada sesuatu yang lucu
dan kau tak usah tertawa melulu, ketahuilah bahwa kau bukan
tandingannya, kalau tak percaya cobalah sendiri!"
Tamu bergodek indah Huan Kang menarik kembali gelak
tertawanya dan melotot sekejap kearah nyonya cantik berbaju
merah itu dengan gusar lalu kepada Han Siong Kie ia berseru:
"Bocah keparat !"
Makian ini kembali mengobarkan hawa amarah dari Han
Siong Kie, cepat dia membentak keras.
"Huan Kang, kalau engkau berani memaki aku lagi segera
kubunuh kau sampai mampus!"
"Bocah keparat tak nanti bisa kau lakukan, Lihat serangan!"
dengan kemarahan yang tak terkendalikan lagi, Han Siong Kie
membentak keras dan melancarkao dua buah pukulan
berantai. Tamu bergodek indah Huan Kang tak mau unjukkan
kelemahan, dia mendengus dingin serta menyambut
datangnya ancaman itu dengan keras lawan keras.
1424 "Blaang!" satu benturan keras menggelegar di udara secara
beruntun Huan Kang mundur lima langkah dengan
sempoyongan sebelum ia berhasil berdiri kembali dengan
tegak. Melihat keadaan tersebut nyonya cantik berbaju merah itu
segera menutup bibirnya sendiri dan tertawa.
Masih mendingan kalau perempuan itu tidak tertawa
melihat senyuman tersebut Huan Kang semakin marah
bercampur malu hawa napsu membunuh seketika menyelimuti
seluruh wajahnya tiba-tiba ia menerjang maju delapan depa
kemudian secara beruntua melancarkan tiga buah serangan
berantai yang amat dahsat ketiga buah serangan itu bukan
saja dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat
bahkan semuanya tertuju pada bagian tubuh yang mematikan.
Han Siong Kie tak mau kalah sepasang telapak tangannya
diputar pula dengan gencar tiga buah serangan maut yang
dilancarkan musuhnya itu dengan mudahnya dapat
dipunahkan semua. Bercampur aduk perasaan hati Tamu bergodek indah Huan
Kang setelah menyaksikan ketiga buah jurus serangannya
mengena pada sasaran yang kosong, sekarang ia semakin
membenci Han Siong Kie dan kegagalannya untuk
memperoleh balasan cinta dari nyonya berbaju merah ini
tertumpah diatas tubuh pemuda itu, kalau bisa ingin sekali ia
bunuh musuhnya dalam satu bacokan.
Akhirnya dia tertawa seram, suaranya tajam dan
menggidikkan hati, kemudian sambil mendengus dingin
katanya: "Manusia bermuka dingin, sambutlah kembali beberapa
buah seranganku ini."
Sepasang telapak tangannya tiba-tiba digetarkan keras, lalu
segera ditarik dan di tolak kembali kemuka secara cepat dia
bacok dada Han Siong Kie,
1425 Anak muda itu tak berani bertindak gegabah, telapak
tangan kirinya lantas disilangkan didepan dada untuk menjaga
segala kemungkinan, sedangkan telapak tangan kanannya
membalas serangan musuh dengan menghantam batok kepala
orang itu. "Huan Kang, kau berani bertingkah dihadapanku?" Tiba-tiba
Buyung Thay si nyonya cantik baju merah menghardik.
Bersama dengan bentakan tersebut, telapak tangannya
langsung diayun kemuka membacok tubuh tamu bergodek
indah Huan Kang. Tapi berbareng itulah terdengar dua kali jeritan tertahan
berkumandang memecahkan kesunyian, bayangan manusia
saling berpisah satu sama lainnya dan terjungkal satu kaki dari
arena, yang satu mencelat sedang yang lain roboh terduduk.
Orang yang mencelat adalah Huan Kang sedangkan orang
yang jatuh terduduk tak lain adalah Han Siong Kie.
Kiranya dalam cemburu benci, malu dan marahnya Tamu
bergodek indah Huan Kang telah menggunakan ilmu andalan
keluarganya Kuay ciang cong to, telapak tangan kilat
bersembunyi golok untuk membereskan nyawa Han Siong Kie.
Apa yang dinamakan sebagai Kuay ciang cong to ini luar
biasa hebatnya, sekilas pandangan orang akan mengira kalau
dia sedang menyerang kilat, tapi justru dibalik tipu muslihat
itulah diam-diam dua bilah pisau tajam yang disembunyikan
dibalik ujung bajunya digunakan untuk menyerang bagian
yang mematikan ditubuh lawan.
Dalam keadaan demikian bukan saja orang tak menyangka,
sering kali jago lihay yang bagaimanapun tinggi ilmu silatnya
tak akan lolos dari ancaman maut tersebut.
Ketika Huan Kang menggetarkan sepasang lengannya tadi
Buyung Thay segera mengetahui bahwa orang itu hendak
menggunakan ilmu Kuay ciang cong to nya untuk mencelakai
1426 Han Siong Kie, tapi sayang untuk mencegah tak sempat lagi,
maka dia ambil keputusan untuk menghantam tubuh Huan
Kang dengan suatu serangan dahsyat yang disertai dengan
sepenuh tenaganya. Kendati demikian tindakan itu toh masih terlambat
setengah langkah, Han Siong Kie masih juga terluka oleh
serangan golok tersembunyi itu.
Untunglah bentakan dari perempuan tadi membuat Han
Siong Kie lebih waspada dan berhati-hati maka meski tempat
yang mematikan berhasil dilindungi, sepasang lengannya
terhajar juga oleh kedua bilah pisau tajam itu sehingga
tembus, darah segar segera berhamburan membasahi seluruh
tubuhnya. Huan Kang sendiri terhajar pula oleh serangan kilat yang
dilancarkan Buyung Thay nyonya cantik baju merah itu
sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan muntah darah
segar. Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata,
setelah menghantam Huan Kang sampai terluka Buyung Thay
segera memburu kesamping Han Siong Kie dan bertanya
dengan penuh perhatian. "Adikku sayang, bagaimana keadaan luka yang kau derita?"
Sambil menggigit bibir Han Siong Kie bangkit berdiri tapi
ketika mulut lukanya tergoncang, tak tahan lagi ia mendengus
tertahan. Cepat-cepat nyonya cantik berbaju merah itu
memeriksakan lukanya, waktu itu lengan kirinya sudah
tertembus sampai berlubang gagang golok masih menongol
diatas lukanya. Waktu itu Han Siong Kie telah menutup semua jalan
darahnya sehingga darah tidak mengalir dengan derasnya lagi.
1427 Dengan sepasang jari tangannya yang lentik nyonya cantik
baju merah itu menjepit gagang goloknya lalu dicabut keluar
kemudian membubuhkan pula obat luka kedua buah mulut
luka tersebut. Han Siong Kie kesakitan setengah mati sampai sekujur
badannya gemetar keras, peluh membasahi jidatnya, tapi
dengan sinar mata yang penuh perasaan terima kasih, dia
mengerling sekejap kearah Buyung Thay dan bisiknya lirih:
"cici, banyak terima kasih atas pertolonganmu"
"Tak usah berterima kasih kepadaku adikku sayang,
beristirahatlah sebentar."
"Tidak. Dia akan kubunuh"
"Siapa yang akan kau bunuh?"
"Huan Kang" "Dia sudah pergi dari sini"
Han Siong Kie tidak percaya dan segera menengadah,
benar juga waktu itu bayangan tubuh tamu bergodek indah
Huan Kang telah tak kelihatan lagi, terpaksa dengan rasa
dendam ia bersumpah: "Aku tak akan melepaskan dia dengan begitu saja, suatu
ketika bila kami bertemu lagi nyawanya pasti akan kucabut"
"Adikku sayang, tak usah kau pikirkan yang bukan-bukan,
sekarang beristirahatlah dahulu?"
Tangannya yang putih halus dan empuk seperti tak
bertulang ditaruh di atas bahunya, kemudian membelai
dengan penuh kasih sayang.
Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras,
ia merasa seperti ada segulung aliran listrik menjalar disekujur
badannya membuat ia merasa hatinys syur-syuran dan
segulung hawa panas yang aneh menjalar naik sampai di atas
pipinya. 1428 "Adikku sayang bagaimana pendapatmu tentang makian
dari Huan Kang tempo hari" terdengar nyonya itu berbisik
dengan suara yang lirih lagi lembut sekali. satu ingatan segera
melintas dalam hati Han Siong Kie, sahutnya dengan cepat:
"Cici aku sama sekali tidak mengerti apa-apa dengan dirimu"
"Seandainya aku benar-benar adalah seorang perempuan
yang tak tahu malu, bagaimanakah pendapatmu?"
"Tentang soal ini... tentang soal ini. . ."
"Bagaimana pendapatmu?"
"Aku sendiripun tak tahu apa yang musti kujawab"
"Engkau tak akan memperdulikan aku lagi?"
Han Siong Kie merasa kebingungan dan tak tahu apa yang
musti dijawab, tak akhirnya ia menggeleng. "Tidak "
Nyonya cantik berbaju merah itu tak mau melepaskan
desakannya dengan begitu saja ia mendesak lebih jauh:
"Jadi engkau tak memperdulikan perempuan macam
apakah diriku ini?" "
"Aku percaya engkau bukanlah perempuan sejenis
perempuan yang dikatakan oleh Huan Kang"
"Kenapa ?" "Sebab sebab..."
"Hayo katakanlah"
Merah padam selembar wajah Han Siong Kie, tapi dia
menjawab juga secara berterus terang.
"Sebab, kau terlampau cantik"
"Hiiih hiiih hiiih adikku sayang, tidakkah kau merasa bahwa
ucapanmu itu terlampau bersifat kekanak-kanakan?"
Serta merta Han Siong Kie berpaling empat mata pun saling
bertemu satu sama lainnya, bibirnya yang kecil mungil seperti
1429 buah tho cuma berada diluar dan mendatangkan suatu
perasaan aneh baginya. Si anak muda itu gemetar keras, ia merasa timbulnya suatu
perasaan aneh dan balik selangkangannya ia tidak takut tapi
merasa seperti membutuhkan sesuatu..
Akhirnya bibir yang merah kecil mungil itu tampak sedikit
gemetar itu telah berada tak sampai tiga inci di depan bibir
sendiri. Han Siong Kie benar-benar tak mampu menguasahi diri
lagi, ia tubruk perempuan cantik itu dan memeluknya eraterat,
bibirnya ditempelkan diatas bibir yang merah merekah
itu, Buyung Thay melenguh dan menyandarkan tubuhnya di
dada si anak muda, mereka berciuman dengan mesra, ujung
lidah menggeliat kesana kemari bagaikan ular mencari gua,
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka saling saling menghisap, saling menggumul.
Pemuda itu merasa peredaran darahnya berjalan makin
kencang, hawa napsu birahi yang sukar dikendalikan
menyelimuti kesadarannya, jantung terasa berdebar keras
diantara kedua pahanya dia merasa ada benda keras yang
terasa mengganjal, ia merasa tak mampu mengendalikan diri
lagi, ia jadi kalap dan bernapsu.
Saat itu Han Siong Kie telah lupa akan diri sendiri, lupa
akan keadaan di sekelilingnya.
Napas mulai memburu, ia merasa dorongan nafsu birahinya
tak terkendalikan lagi. pemuda itu merasakan sesuatu
kebutuhan yang sangat mendesak, kebutuhan itu sudah
mencapai pada puncaknya, ia tahu hanya perempuan ini yang
bisa memenuhi kebutuhan tersebut, sebab dialah yang
memiliki tempat penyaluran itu,
Ia peluk perempuan itu erat-erat, tangannya telah
menjelajah dari atas sampai ke bawah.
1430 Akhirnya dia membopong nyonya cantik itu dan dibawa
masuk kedalam lembah hitam, pemuda itu akan mencari
tempat nyaman dibalik semak belukar untuk melakukan
hubungan asmara itu disana sebab dia sudah terbakar oleh
birahi dan birahi itu sudah tak terkendalikan lagi.
Saat ini Han Siong Kie telah membaringkan perempuan itu
diatas tanah, membuka bajunya satu demi satu dan akan
membawa sang perahu masuk dermaga, terlihat sepasang
buah bukit yang putih mulus dan masih kencang, tak tahan
dia mengecup kedua buah dada itu.
Buyung Thay mengeluh lirih, "Adik..."
Si anak muda juga tak tahan, "Cici..aku..aku mau.."
Akhirnya berlayarlah sang perahu menuju dermaga,
biarpun dihalangi semak belukar akhirnya sampai juga.
Tangan kecil dan mulus si nyonya memeluk pinggang si
anak muda, membantunya mengayuh perahu dan jeritan kecil
Buyung Thay menandakan bahwa perahu sudah ditambatkan.
Di bawah rindangnya pohon dan empuknya rumput bak
permadani, keduanya tertidur lelap hingga matahari sore akan
tenggelam. Akhirnya Han Siong Kie bangun lebih dulu, dia lihat si
nyonya cantik juga menggeliat bangun. Diantara belahan
pahanya ada mengalir darah segar, ia heran hingga dia
menyesal dan kasihan "Cici..maafkan aku.." serunya sambil
menutupi bagian terlarang tersebut dengan baju si nyonya.
Buyung Thay menarik baju dari si anak muda sambil
tersenyum, "Adik..aku bahagia..akhirnya kepada kaulah..."
Ucapannya belum selesai dari kejauhan berkumandang
suara ujung baju tersampok angin, meski lirih tapi cukup
tajam bagi pendengaran Han Siong Kie.
1431 Kontan saja pemuda itu terkesiap. ia menjadi sadar
kembali, cepat-cepat ia berpakaian serta membantu
perempuan itu berpakaian kemudian berbisik: "Cici ada orang
datang" Warna merah dadu masih menghiasi wajah Buyung Thay,
perlahan-lahan ia membuka matanya dan menatap wajah
pemuda itu dengan tatapan mata yang mesra dan sayang.
Sementara itu Han Siong Kie sudah berpaling kearah mulut
lembah. Beberapa sosok bayangan manusia dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat telah melayang masuk kemulut
lembah itu, menyusul kemudian terdengar mereka berseru
kaget, agaknya beberapa orang itu sudah menemukan mayatmayat
dari It Tiong khi sekalian yang bergelimpangan diatas
tanah- "Yu Tongcu seorang lantas menegur dengan suara yang
nyaring, benarkah Ban tok Cuncu masih hidup?"
"Hamba tak berani mengelabuhi Kaucu" sahut suara yang
lain. Dari tanya jawab Han Siong Kie segera mengetahui
siapakah yang telah datang, rasa kagetnya bukan alang
kepalang, ia tak mengira kalau Thian che kaucu Yu Pia lam
telah berkunjung ke lembah hitam ini.
Orang yang memberi jawaban tak lain adalah Dewa racun
Yu Hua, diantara dua belas orang yang menyelidiki telaga
beracun, hanya dia seorang yang meninggalkan tempat itu
dengan selamat. Han Siong Kie cukup memahami akan ketangguhan dari
kaucu perkumpulan Thian che kau ini sebab utusan khusus
yang diandalkanpun berilmu sedemikian lihaynya, apa lagi
sang ketuanya sendiri entah sampai di manakah taraf
kehebatannya" 1432 Dan pemuda itupun menduga bahwa sang kaucu dari
perkumpulan Thian che kau ini pastilah seorang manusia yang
licik, sebab ia telah memerintahkan anak buahnya untuk
menyaru sebagai dia dan mengelabuhi semua orang dikolong
langit, sedangkan dia sendiri tak pernah berada dalam
perkumpulannya, tak seorangpun yang mengetahui perbuatan
apa saja yang sedang dilakukan olehnya"
Selain daripada itu, dia memerintahkan anak buahnya
untuk menyaru sebagai Tengkorak maut dan mengacau dunia
persilatan- Seandainya orang yang kehilangan sukma tidak memberi
petunjuk kepadanya, mungkin sampai sekarangpun dia masih
dikibuli tanpa merasa. Menyusul kemudian diapun teringat kembali akan ibunya si
siang go cantik ong cui Ing yang telah kawin lagi dengan Yu
piau lam, kemudian terbayang pula akan Thio sau kun, putra
paman gurunya si tangan sakti naga beracun Thio Lin yang
telah menganggap Yu Pia lam sebagai ayah.
Dendam lama sakit hati baru semuanya berkecamuk dalam
hati kecilnya, ia merasa inilah kesempatan yang sangat baik
untuk membuat perhitungan dengan ketua dari perkumpulan
Thian che kau ini. Dalam pada itu suara dari Yu Pia lam telah berkumandang
lagi. "Yu Tongcu, benarkah It Tiong khi sekalian bersebelas mati
semua karena keracunan?"
"Lapor kaucu, semestinya disebut dua belas orang bukan
sebelas orang" "Kenapa ?" "sebab hamba pun terkena pula racun jahat yang sangat
jahat itu" 1433 "Tapi engkau toh tidak mati?"
"Boleh dibilang nyaris mampus secara konyol, untunglah
hamba pandai pula dalam ilmu racun dan lagi sekujur badanku
penuh mengandung racun, maka ketika racun bertemu
dengan racun, hamba berhasil lolos dari kematian yang
mengerikan itu" "Ehmm Aku toh sudah berpesan kepada It Tiong khi, jika
makhluk tua beracun itu masih hidup atau rencana kita tak
dapat tercapai dengan sukses, maka ledakkan lembah hitam
dengan bahan peledak. kenapa ia tak menuruti nasehatku"
Mungkin ia sok pintar dan bertindak menurut kehendak
hatinya sendiri?""
"Tidak. It Tiong khi tidak sok pintar, dia telah
mengumumkan perintah dari kaucu, akan tetapi Ban tok cousu
keburu sudah munculkan diri lebih dahulu waktu itu kamipun
tidak bertempur malahan segera mengundurkan diri dari sana
tapi entah apa sebabnya ketika tiba dimulut lembah tahu-tahu
kami sudah keracunan hebat dan satu persatu rekan-rekan
hamba mampus semua" Han Siong Kie ikut mendengarkan perkataan itu, dari
pembicaraan tersebut ia lantas tahu bahwa Dewa racun Yu
Hua sengaja merahasiakan peristiwa dimana jiwanya dia
selamatkan dari situ, dapat pula diketahui bahwa Thian che
kaucu Yu Pia lam sama sekali tidak tahu kalau ia dan Hek Pek
siang yau hadir pula didalam lembah tersebut.
Sementara ia masih termenung, Buyung Thay si nyonya
cantik baju merah itu sudah menyikut pinggangnya sambil
berbisik: "Seett kau tahu tidak orang itu adalah Yu Pia lam ketua dari
perkumpulan Thian che kau?"
"Oooh aku sudah tahu"
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?"
1434 "Tentu saja membuat perhitungan dengan bangsat itu"
"Sekarang juga ?"
"Ehmm. kenapa tidak sekarang juga?""
"Engkau tahu, kenapa ia berkunjung kemari?"
"Mungkin mendapat laporan dari muridnya, mungkin juga
sengaja menguntit perjalanan dari Dewa racun Yu Hua serta
rombongannya" "Oh iya, aku lupa bertanya kepadamu, mayat-mayat yang
terkapar ditempat luaran itu..."
Sebelum Buyung Thay menyelesaikan pertanyaannya,
secara ringkas Han Siong Kie telah menceritakan bagaimana
Than che kaucu berniat jahat dengan mengirim orang untuk
mencari barang peninggalan Ban tok Cousu.
Selesai mendengar cerita itu, paras muka Buyung Thay
berubah hebat, serunya agak tertahan"Jadi kalau begitu, disinilah letak telaga beracun lembah
hitam yang tersohor karena angkernya itu?""
Han Siong Kie mengangguk tanda membenarkan.
"Dan Ban tok cousu berdiam disini" " kembali perempuan
itu bertanya. "Ehmm. ... memang berdiam disini."
"Kalau begitu lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini,
jangan sampai menerbitkan keonaran, apalagi mencari
kesulitan bagi diri sendiri"
"Jangan gelisah," tukas Han Siong Kie sambil mengulapkan
tangannya, " engkau jangan munculkan diri lebih dahulu, biar
aku muncul dan berjumpa dengan Yu pia- lam itu, sebab aku
harus membuat perhitungan dengan dirinya"
1435 "Adikku, sekarang bukan saat yang tepat bagimu untuk
membuat perhitungan" cegah Buyung Thay dengan alis mata
berkernyit. "Kenapa?""
"Sebab luka yang kau derita masih belum sembuh"
"Aaah luka sekecil ini tidak terhitung seberapa, aku tak
akan memikirkannya dihati"
"Akan tetapi aku dengar ilmu silat yang dimiliki Yu Pia- lam
sangat lihay?""
"Eh cici, bukankah engkau kenal dengan orang itu?"
"Dua puluh tahun berselang aku memang kenal dia, tapi
dua puluh tahun kemudian ia telah berubah menjadi seorang
manusia yang lain, apa lagi dewasa ini dia adalah seorang
pemuka dunia persilatan yang tak terkalahkan"
"Kau tak usah menguatirkan tentang aku"
Dalam pada itu suara pembicaraan dimulut lembah telah
berkumandang kembali: "Yu Tongcu, apakah sekarang engkau sudah berhasil
memahami sifat-sifat dari racun yang terkandung dalam telaga
beracun ini?" suara dari Yu Pia lam kembali terdengar.
"Maafkanlah ketidak becusan hamba, bila racun biasa tentu
saja hamba bisa memahaminya, tapi racun ini bukan
sembarangan racun, orang lain tak mungkin bisa memahami
jenis serta sifat dari racun yang terkandung dalam telaga itu,
tentu saja terkecuali Ban tok Cousu sendiri"
"Kalau memang begitu, akan kuperintahkan untuk
memusnahkan saja lembah ini, setelah lembah dihancurkan
kita ledakkan pula puncak tebing diatas celah sana niscaya
telaga itu akan tertimbun lenyap"
1436 Dari pembicaraan tersebut, Han Siong Kie tahu jika ia tidak
segera munculkan diri, niscaya orang itu akan melaksanakan
niat jahatnya. Maka diapun melayang keluar dari tempat
persembunyiannya disana, ia saksikan seorang manusia baju
hijau yang berkain kerudung warna hijau pula berdiri
menghadap mulut lembah. Disampingnya berdiri Dewa racun
Yu Hua, sedangkan dibelakangnya berdiri dua orang kakek
berjubah hitam dengan sulaman matahari, rembulan dan
bintang diatas dadanya, dibelakang dua orang kakek itu
berdiri pula satu deret laki-laki berbaju hitam yang jumlahnya
mencapai dua puluh orang lebih.
Kemunculan yang secara tiba-tiba ini segera mengejutkan
Thian che kau sekalian terutama Dewa racun Yu Hua,
wajahnya segera terlintas suatu perubahan aneh yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Setelah berdiri dihadapan manusia berbaju hijau itu, Han
Siong Kie segera menegur:
"Jadi engkau ketua dari perkumpulan Thian che kau?"
"Benar siapakah kau?"
"Manusia bermuka dingin"
Mendengar siapakah musuhnya ini, ketua perkumpulan
Thian che kau itu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak,
dua orang utusan khusus yang berada dibelakangn
segera unjukkan pula muka beringas penuh napsu
membunuh, sedangkan lima belas orang laki-laki dibelakang
tampak ketakutan. Setelah tertawa seram beberapa saat, Yu Pia lam berhenti
tertawa dari balik kain kerudung hijaunya memancar keluar
dua rentetan sinar hijau yang amat tajam, sinar setajam
sembilu itu menatap wajah musuhnya tajam-tajam. Han Siong
Kie agak bergidik, segera pikirnya. "sungguh amat sempurna
1437 tenaga dalamnya, aku harus waspada" Dalam pada itu Yu Pia
lam telah berkata dengan penuh hawa pembunuhan:
"Manusia bermuka dingin, aku tak pernah menyangka kalau
bisa berjumpa dengan engkau ditempat sedemikian indahnya
ini" "Heehh... heehh... heeehh akupun ikut merasa diluar
dugaan bisa bertemu dengan kau disini tapi malahan
kebetulan sekali daripada aku harus menempun perjalanan
jauh untuk mencari jejakmu" balas Han Siong Kie sambil
tertawa dingin. "Manusia bermuka dingin, dewasa ini hanya engkau
seorang yang berani memusuhi aku secara terang-terangan,
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan memandang keberanianmu ini kau boleh mampus dengas
badan utuh" "Haaahh.... Haaahhk.... Haaahh... Yu Pia-lam, engkau tak
takut bualanmu yang tekebur itu bisa mengundang datangnya
geledek yang akan menyambar lidahmu sampai putus"
Thian che kaucu Yu Pia lam tidak tahu akan asal usul Han
Siong Kie yang sebenarnya, sedangkan Han Siong Kie tahu
bahwa dialah suami ibunya yang baru, rasa dendam dan benci
yang ber-tumpuk2 dalam hatinya membuat pemuda itu jadi
menyeringai seram, kalau dapat ia hendak mencincang
musuhnya ini hingga hancur berkeping. "Manusia muka dingin
tak akan bunuh diri ataukah ...."
Sebelum ketua dari perkumpulan Thian che kau itu sempat
menyelesaikan kata-katanya, Han Siong Kie telah menukas
dengan sinis: "Yu Pia lam tan meski anggap kolong langit sudah menjadi
milikmu, tapi aku heehh... heeehhh. .heeehhh kau masih
belum berhak untuk bersikap angkuh dihadapanku, ini hari
juga aku akan menuntut kembali hutang-hutangmu yang
berminat untuk membunuh aku serta menelan perguruanku"
1438 "Bocah keparat kau tak usah banyak bicara lagi, apakah
ada pesan terakhir yang akan kau tinggalkan?"
Hawa napsu membunuh yang sangat tebal telah
menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie, dengan sinis ia
berkata pula: "Bukan aku yang seharusnya meninggalkan pesan terakhir,
pantasnya kaulah yang tinggalkan pesan-pesanmu"
Yu Pia lam tertawa seram, selangkah demi selangkah ia
maju ke depan, mengikuti langkah kaki itu suasana dalam
arenapun ikut bertambah tegang.
Kedua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu
mengalihkan pula seluruh perhatiannya ke arena, mungkin
mereka bukan jeri atau takut terhadap nama besar manusia
muka dingin melainkan sangat berharap bisa menyaksikan
kelihayan dari ilmu silat ketuanya.
Sampai detik ini kawanan jago dari perkumpulan Thian che
kau masih belum pernah menyaksikan kaucunya turun tangan
melawan seseorang, maka merekapun tak tahu sampai
dimanakah taraf kelihayan kungfu dari ketuanya ini.
Selama belasan tahun, Yu Pia lam selalu menempatkan
seseorang yang menyaru sebagai dirinya untuk mengurusi
masalah dalam perkumpulan, sedeng ia sendiri teramat jarang
berada dalam markas besarnya, tentang soal ini kecuali
beberapa Orang tokoh tingkat atas yang mengetahuinya boleh
dibilang sebagian besar anak muridnya tidak mengetahui akan
rahasia ini. Lain halnya dengan Han Siong Kie, ia mengetahui jelas
sekali hal ini, sebab orang yang menyaru sebagai kaucunya
yakni pimpinan dari para utusan khusus telah menemui
ajalnya ditangannya. 1439 Sementara itu dua orang utusan khusus yang berada
dibelakang Yu Pia lam telah maju kedepan, ujarnya sambil
memberi hormat: "Membunuh ayam kenapa musti memakai golok penjagal
kerbau" Hamba siap menantikan perintah"
Yu Pia lam mengangguk. "Kalau begitu hadapilah orang itu dengan hati-hati"
sahutnya, Dua orang utusan khusus itu lantas mengiakan, satu dari
sebelah kiri yang lain dari sebelah kanan bersamaan waktunya
menerjang ke hadapan Han Siong Kie.
Setelah memperoleh pangalaman-pengalaman dalam
beberapa pertempuran yang lampau, sekarang Han Siong Kie
tak berani lagi menilai rendah kekuatan dari dua orang utusan
khusus itu sebab berbicara tentang kelihayan hakekatnya
kspandaian silat setiap utusan khusus ini adalah jago-jago
tangguh yang masih lebih hebat daripada pengemis dari
selatan dan padri dari utara, mendingan kalau dia dalam
keadaan segar bugar padahal saat ini bahunya sedang terluka
dan belum sembuh serta pergumulannya dengan Buyung Thay
tadi juga menguras tenaganya, tentu saja pemuda itu musti
bertindak lebih cermat lagi.
Setelah dua orang anak buahnya maju Yu Pia lam sang
ketua dari perkumpulan Thian che kau itu mundur satu kaki
kebelakang. Begitulah sambil membentak nyaring dua orang utusan
khusus dari perkumpulan Thian che kau itu menerjang ke
muka dan melancarkan serangan dahsyat ke tubuh Han Siong
Kie. Serangan itu bukan saja dilepaskan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat bahkan disertai juga dengan tenaga
kekuatan yang maha dahsyat mengerikan sekali tampaknya.
1440 Han Siong Ke tidak berani bertindak gegabah dengan jurus
Tee pau siang wi (melepaskan jubah menyingkir dari
kedudukan) dia melayang tiga depa kebelakang kemudian
sepasang telapak tangannya direntangkan untuk menyerang
dari samping. Sementara serangan yang dilancarkan kedua orang utusan
khusus itu mengena di sasaran yang kosong sepasang telapak
tangan si anak muda itu telah menyergap datang tepat pada
waktunya dalam keadaan seperti ini terpaksa mereka
terpencar ke samping masing-masing membentuk gerak
setengah lingkaran busur udara kemudian menyerang jalan
darah serta bagian mematikan dari lawannya menghindar
sambil menyerang gerakan tubuh yang digunakan dua orang
itu pun hebat selali. Menghadapi keadaan seperti ini Han Siong Kie lantas
memutar otaknya dan berpikir:
"Jika dalam beberapa gebrakan mendatang aku gagal
untuk mengalahkan mereka, lama-kelamaan tenaga dalamku
pasti akan mengalami kerugian besar, jika sampai demikian
keadaannya mana mungkin aku dapat menghadapi Yu Pia lam
lagi?" Menyadari betapa gawatnya pada saat itu, ia semakin tak
berani bertindak gegabah, sementara itu serangan jari tangan
dan telapak tangan dua orang itu telah menyergap tiba
dengan hebatnya. Maka diapun lantas merentangkan sepasang lengannya dan
menangkis kedua ancaman tersebut dengan suatu gerakan
yang manis, inilah taktik bertahan dari ilmu pukulan Mo tiong
ci mo dengan adanya tangkisan itu maka gagallah serangan
dari dua orang itu untuk menghantam tubuh lawannya.
Begitu serangan musuh berhasil dipunahkan, ia
menggetarkan lengannya lebih jauh dengan suatu kecepatan
1441 yang luar biasa telapak tangannya langsung membacok tubuh
dua orang itu. -ooo0dw0ooo- BAB 79 DUA orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau
itupun bukan manusia sembarangan, hanya berbeda satu inci
saja dua orang itu tahu-tahu sudah terlepas dari lingkaran
ancaman. Akan tetapi baru saja mereka mundur ke belakang Han
Siong Kie telah membentak keras, sepuluh jari tangannya
direntangkan ke depan terasalah sepuluh gulung desiran angin
tajam meluncur ke tubuh dua orang utusan khusus itu dan
terdengar suara tajam yang memekikkan telinga.
Dua orang utusan khusus itu terperanjat, mereka tidak
menghentikan gerakan tubuhnya tapi berputar satu lingkaran
diudara, begitu lolos dari ancaman yang mengerikan itu
serentak mereka berdua menyergap lagi dengan hebatnya.
Baru saja Han Siong Kie merasakan serangan jari
tangannya mengenai pada sasaran yang kosong, angin
pukulan lawan yang sangat kuat telah menyapu datang dari
kedua belah sisi gelanggang, cepat ia rubah serangan jarinva
menjadi serangan telapak tangan, sekali tolak dia sambut
datangnya kedua angin pukulan itu dengan kekerasan.
"Blaang Blaaang" dua kali benturan keras menggelegar
diangkasa, dalam bentrokan tersebut dua orang utusan
khusus terpukul mundur delapan langkah lebar dengan
sempoyongan. Sedangkan Han Siong Kie sendiri merasakan bahunya yang
terluka terasa sakit sekali, akhirnya diapun ikut mundur
selangkah lebar ke belakang.
1442 Kejadian ini sangat menggemparkan suasana disekitar
arena, lima belas orang jago lihay Thian che kau yang berada
disana tampak terperanjat dan merasa ngeri sekali.
Ketua perkumpulan Thian che kau sendiri meski kepalanya
berkerudung topi warna hijau sehingga tak dapat dilihat
bagaimanakah perubahan wajahnya waktu itu, akan tetapi
dari getaran tubuhnya yang keras, jelas menunjukkan bahwa
kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki orang bermuka dingin
itu telah menggetarkan hatinya.
Dalam pada itu dua orang utusan khusus itu telah maju
menyerang lagi setelah dipukul mundur ke belakang.
Utusan khusus yang berada disebelah kiri membentak
keras, secara beruntun dia melancarkan tiga buah bacokan
berantai, ketiga buah serangan itu semuanya cepat, hebat dan
seolah-olah hanya merupakan sebuah serangan belaka.
Han Siong Kie memutar badannya setengah lingkarandengan
mengerahkan hawa sakti si mi sinkangnya, dia siap
menerima ancaman itu dengan kekerasanHampir bersamaan waktunya utusan khusus yang berada
disebelah kanan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun telah
melancarkan pula serangan kilat kearah Han Siong Kie, jika
cengkeraman tersebut sampai terkena pada sasarannya,
nicaya tulang punggung Han Siong Kie akan terhajar sampai
remuk. "Blaaanng.." kembali terdengar suara benturan keras yang
memekikkan telinga, disertai dengus tertahan seseorang,
ternyata utusan khusus yang berada disebelah kiri itu
terhantam pukulan si mi sinkang yang telah menggunakan
tenaga besar itu sehingga tubuhnya mencelat sejauh satu kaki
dari tempat semula. Baru saja serangan itu dilepaskan, Han Siong Kie telah
merasakan tibanya desingan angin tajam dari belakang, ia
tahu ada orang sedang menyergap punggungnya, dalam
1443 keadaan demikian tak sempat lagi pemuda itu berpikir
panjang, cepat ia bergeser dua depa kesamping untuk
menghindarkan diri. Kendatipun ia menghindar cukup cepat, dan meski
cengkeraman tersebut tidak bersarang telak. toh ujung jari
lawan sempat melewat diatas mulut luka diatas bahunya yang
terkena ilmu kuay ciang coat to dari tamu bergodek indah
Huan Kang. Rasa sakit yang bukan kepalang serasa menusuk sampai ke
tulang sumsum, tak tahan lagi ia mendengus tertahan, secara
beruntun tubuhnya mundar lima langkah sebelum
keseimbangan tubuhnya dapat dipertahankan kembali, darah
mengalir keluar dengan derasnya..
Utusan khusus itu bukan manusia yang tidak
berpengalaman, sekilas pandangan saja dia sudah tahu bahwa
bahu Han Siong Kie menderita luka yang parah, kalau tidak
demikian maka berbicara dari kehebatan tenaga dalamnya,
luka kulit yang tak seberapa itu tidak nanti akan membuat dia
mendengus tertahan dan mundur dengan sempoyongan. Maka
sambil melancarkan serangan kembali dengan dahsyatnya, ia
membentak nyaring: "Manusia muka dingin, sekalipun kaupunya sayap jangan
harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat"
Han Siong Kie menggigit bibir keras-keras, ia melepaskan
serangan pula untuk melayani ancaman tersebut.
Suatu pertempuran sengitpun lantas berkobar diarena
tersebut, tapi bagaimanapun juga tenaga dalam yang dimiliki
Han Siong Kie jauh lebih sempurna meski ia harus bertempur
dengan membawa luka, namun serangan-serangannya makin
lama makin dahsyat, dalam lima gebrakan saja ia sudah
berhasil ketitir hebat dan terancam oleh bahaya maut.
Sementara itu utusan khusus lainnya yang kena dihajar
sampai mencelat tadi telah menggunakan kesempatan itu
1444 untuk mengatur pernapasan, kemudian ia menerjang kembali
musuhnya. Thian che kaucu yang berada disisi arena tidak bergerak
pun tidak berbicara, cuma sepasang matanya yang tajam
mengawasi jalannya pertarungan itu tanpa berkedip.
Sedangkan dua puluh orang laki-laki baju hitam itu sudan
berkerumun di tepi arena, setiap saat mereka siap untuk
menerjang masuk kedalam arena untuk membantu kawankawannya
. . Dari keadaan yang terpapar didepan mata sekarang, boleh
dibilang posisinya sangat tidak menguntungkan bagi si anak
muda itu. Han Siong Kie cukup mengerti sampai dimanakah dalamnya
rasa dendam antara pihak Thian che kau dengan dirinya,
sekarang bahunya yang terluka belum sembuh, sementara Yu
Pia lam mengawasi terus dari tepi arena, hal ini sudah sangat
merugikan bagi posisinya, apalagi kalau ia tak berhasil
mengalahkan dua orang utusan khusus itu, sebaliknya
malahan dia sendiri yang kehabisan tenaga, bagaimana
akibatnya sulitlah untuk dibayangkan mulai sekarang.
Sesudah mempertimbangkan untung ruginya, hawa napsu
membunuh lantas menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
jurus Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng istana) dia
menyerang dengan sekuat tenaga.
Mo ong ko ciat adalah salah satu diantara tiga buah jurus
mematikan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, bisa
dibayangkan bagaimana akibatnya bila serangan tersebut
dilancarkan dengan sekuat tenaga"
"Blaang" seseorang menjerit kesakitan, suaranya keras dan
memilukan hati, menyusul kemudian sesosok bayangan
manusia mencelat ke udara diiringi muncratnya noda-noda
darah. 1445
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hampir bersamaan waktunya serangan dahsyat yang
dilancarkan utusan khusus yang baru selesai dari semedinya
itu sudah menyerang datang, sungguh dahsyat serangan itu
membuat udara jadi sesak dan sukar untuk bernapas.
Secepat kilat Han Siong Kie memutar badannya kembali dia
melancarkan pukulan dengan menggunakan si mi sinkang
sebesar sepuluh bagian. "Blaang" sekali lagi terdengar ledakan keras, kali ini pasir
dan batu beterbangan membentuk selapis kabut, utusan
khusus yang melancarkan sergapan itu menjerit kesakitan dan
mundur dengan sempoyongan.
Han Siong Kie sendiri tetap berdiri ditempat semula, meski
kakinya telah masuk ketanah sedalam setengah depa.
Kejadian ini diluar dugaan kawanan jago dari Thian che
kau, lima belas orang laki-laki kekar itu sampai berdiri
tertegun dengan paras berubah jadi pucat.
Yu Pia lam tidak berpeluk tangan belaka, dia mendengus
dingin, tanpa menggerakkan badannya tahu-tahu dia telah
melayang maju kedepan. Waktu itu dua orang utusan khusus dari perkumpulan Thian
che kau yang terluka itu telah bangkit berdiri, kemudian
dengan badan masih gontai berdiri disamping gelanggang.
Han Siong Kie berdiri mengawasi musuh besarnya ini tanpa
berkedip. hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh
wajahnya. "Manusia muka dingin" terdengar Yu Pia lam berkata
dengan suara yang mengerikan "Aku telah membatalkan
janjiku untuk memberi kematian yang utuh untukmu,
sekarang aku hendak menangkap kau hidup, hidup kemudian
akan kukorek keluar jantungmu di hadapan meja abu dari
beberapa orang utusan khusus dan anak muridku yang telah
tewas ditanganmu" 1446 Han Siong Kie mendengus dingin.
"Hmmm Yu pia lam, akupun hendak membunuh engkau
untuk membalaskan dendam bagi arwah anak muridku yang
telah mati secara penasaran, selain itu akupun akan
membalaskan dendam bagi kawan- kawan persilatan yang kau
bunuh secara keji" "Heeehh heeehh heeehh bocah keparat" seru Yu pia lam
sambil tertawa dingin, "Kematianmu sudah berada didepan
mata, buat apa masih ngibul terus menerus?"
"Hari ini juga kau akan kutangkap dalam keadaan hidup..".
"Hmm Mampukah engkau berbuat begitu?"
"Bocah keparat, kalau engkau tidak percaya nanti buktikan
saja bersama" seraya berkata sepasang telapak tangan segera
di ayun ke depan melancarkan serangan dahsyat.
Semenjak tadi Han Siong Kie telah membuat persiapan,
cepat diapun menggerakkan sepasang telapak tangannya
untuk menangkis datangnya ancaman tersebut dengan keras
lawan keras. Tiada suara yang terdengar, dan tiada desingan tajam yang
menyertai serangan dua orang itu.
Tahu-tahu diangkasa sudah terjadi benturan keras yang
memekikkan telinga, daerah seluas lima kaki di sekitar arena
dipenuhi oleh desingan angin tajam yang membuat pasir debu
beterbangan sampai-sampai dua orang urusan khusus yang
terluka parah di sisi gelanggangcun tergulung duduk diatas
tanah oleh angin tajam tadi.
Dua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu semakin
ketakutan, sehingga sukma serasa melayang tinggalkan
raganya. Secara beruntun mereka mundur sampai beberapa langkah
kebelakang. 1447 Baik Han Siong Kie sendiri maupun Yu Pia lam sama-sama
berdiri sekokoh bukit karang ditempat semula, setengah
incipun mereka tidak bergeser dari tempat asalnya meski
sekilas pandangan kekuatan kedua belah pihak seimbang, tapi
oleh sebab luka pada bahunya Han Siong Kie merasakan
setengah badannya linu dan sakit sekali hingga sukar ditahan.
Yu pia lam menyeringai seram, ejeknya:
"Bocah keparat, tampaknya kepandaianmu hebat juga, tak
aneh kalau lagakmu soknya bukan kepalang, coba rasain lagi
sebuah pukulanku ini"
Han Siong Kie adalah seorang pemuda angkuh yang tinggi
hati, ia tak sudi menunjukkan kelemahan dirinya dihadapan
lawan, tentu saja diapun tak mau menghindar ke samping,
sekali lagi dia sambut pukulan dahsyat itu dengan keras lawan
keras. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga menggema
kembali di udara, kali ini Yu Pia lam merasakan tubuhnya
berguncang keras, sedangkan Han Siong Kie terdesak
selangkah lebar kebelakang, seluruh lengan kirinya sakit
seperti patah, peluh mulai membasahi ujung hidung dan
jidatnya. Sudah puluhan tahun Yu Pia lam hidup mengasingkan diri
sambil menekuni ilmu silatnya, ia mengira setelah muncul
kembali dalam dunia persilatan maka ilmu silatnya pasti nomor
wahid dikolong langit, tak tahunya dua kali serangan yang
dahsyat tidak berhasil merobohkan seorang pemuda berusia
dua puluh tahunan, rasa kaget dan tercengangnya sukar
dilukiskan dengan kata-kata, tapi justru karena itu niatnya
untuk membinasakan Han Siong Kie juga semakin menebal.
Sepasang telapak tangannya lantas disodok keudara, suatu
gulungan angin yang sangat aneh segera memancar kedepan. 1448 Han Siong Kie tidak merasa terlampau asing dengan
gerakan aneh itu, sebab Tengkorak maut gadungan pernah
mempraktekkan dihadapannya, sedang ketua muda
perkumpulan Thian kau Yu sau kun pernah memakainya, dia
tahu dibawah pengaruh angin yang aneh itu, dia tak akan
mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi.
Tentu saja ilmu yang digunakan sendiri oleh Yu Pia lam,
seorang tokoh dunia persilatan yang berilmu sangat tinggi ini
mempunyai daya kekuatan yang lain daripada yang lainHan Siong Kie terkesiap. ia ingin menjajal sampai
dimanakah kedahsyatan ilmu si mi sinkang yang dimilikinya,
maka diluaran ia berlagak pilon, sementara tenaga dalamnya
telah disalurkan keseluruh tubuh untuk menutup jalan darah
besar maupun kecil dalam tubuhnya.
Ketika angin aneh itu menyentuh badannya, segera
terdengarlah serentetan suara ledakan yang beruntun,
agaknya hawa sakti yang memancar keluar dari badannya
telah berhasil mematahkan ancaman dari angin serangan yang
aneh itu. Sementara itu sesudah melepaskan pukulan anehnya, Yu
Pia lam telah menyergap maju dengan serangkaian serangan
aneh, tangan yang satu mencengkeram jalan darah Cian keng
hiat dibahu, sementara tangan yang lain mengancam darah
penting dibagian dada. Han Siong Kie tertawa dingin, telapak tangan kanannya
langsung membacok tangan musuh yang mencengkeram
bahunya sedangkan telapak tangan kanannya menghantam
batok kepala lawannya. Kali ini Yu Pia lam benar-benat sangat terperanjat,
mimpipun ia tak menyangka kalau musuhnya masih dapat
menghimpun tenaga sambil melancarkan serangan sekalipun
ia sudah menyerang dengan ilmu Coan hiat san goan ciang
(pukulan penyusup jalan darah pembuyar tenaga).
1449 Bukan begitu saja, bahkan serangan musuh sangat kuat
dan ganas sekali, bila sampai terserang oleh pukulan musuh
itu niscaya batok kepalanya akan hancur berantakan.
Dalam keadaan begini dia lantas menarik kembali sepasang
telapak tangannya lalu mundur selangkah.
Waktu itu serangan dari Han Siong kie belum dipakai
sampai seluruhnya, cepat ia tarik kembali serangannya sambil
memutar badan, sebuah pukulan dengan gerakan Leng ku it-si
kembali dilancarkan- Yu pia lam mengeram gusar, matanya jadi hijau
mengerikan, dia layani semua ancaman musuh dengan
kekerasan, deruan angin pukulan segera menyelimuti seluruh
angkasa. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertarungan
paling sengit yang belum pernah terjadi didunia ini kedua
belah pihak sama-sama merupakan jago lihay, kedua belah
pihakpun sama-sama berhasrat untuk membinasakan
musuhnya bahkan serangan yang digunakan semuanya
merupakan jurus aneh yang mematikan ini membuat deruan
angin pukulan dan beterbangannya pasir serta debu makin
menebal. Dua puluh orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau
sama-sama berdiri dengan mata terbelalak hampir saja
mereka lupa dimanakah mereka sedang berada pada waktu
itu. Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat,
namun Han Siong Kie merasa separuh tubuh bagian kirinya
semakin kaku dan kesemutan, otomatis daya serangan dari
telapak tangan kirinya ikut berkurang sekarang dia hanya bisa
mempertahankan diri dengan andalkan telapak tangan kanan
belaka, keringat dingin telah membasahi tubuhnya, tapi
sikapnya yang angkuh membuat pemuda itu tak sudi
mengundurkan diri dengan begitu saja.
1450 Ilmu pukulan dan ilmu jari tangan lantas dimainkan
berbareng dengan memaksakan diri ia mempertahankan terus
posisinya. Yu Pia lam cukup memahami kelihayan ilmu jari Tong kim
ci lawan, diapun agak jeri untuk menghadapinya, maka
sewaktu melayani serangan musuh gerak geriknya banyak
tidak leluasa, kalau tidak begito mungkin sedari tadi Han Siong
Kie sudah tak mampu mempertahankan diri.
Dua puluh gebrakan kembali sudah lewat namun Han Siong
Kie belum kelihatan bakal kalah meski dalam hati kecilnya
pemuda itu cukup memahami kekuatan sendiri, ia tahu
kekuatannya sudah tak mampu digunakan lagi untuk
bertarung sebanyak seratus gebrakan lagi dengan lawanSuatu ketika Yu Pia-lam melompat mundur delapan depa ke
belakang, sepasang telapak tangannya diputar satu lingkaran
diudara kemudian disilangkan didepan dada.
Han Siong Kie mengawasi gerak gerik musuhnya dengan
tatapan tajam tapi apa yang ia lihat membuat hatinya
tercekat, dilihatnya sepasang telapak tangan musuh telah
berubah jadi bening seperti kaca, begitu bening dan putihnya
membuat orang jadi bergidik rasanya:
"Ilmu silat apaan itu?" demikianlah pemuda itu berpikir, "
belum pernah kujumpai kepandaian seaneh itu."
Akan tetapi waktu tidak mengijinkan dia berpikir panjang,
sekalipun ia tahu bahwa lawannya telah menggunakan ilmu
aneh dan rupanya dalam serangan berikut ini akan
melepaskan pukulan yang mematikan. ia tak dapat berbuat
lain kecuali mempertingkat kewaspadaannya .
Terdengar Yu Pia lam, ketua dari perkumpulan Thian che
kau itu berkata: 1451 "Manusia muka dingin, jika engkau sanggup menerima
sebuah pukulanku ini, maka hari ini akan kulepaskan dirimu
dari sini" Han Siong Kie tertegun.
"Hian goan sin khi?" ia lantas berpikir kepandaian apakah
itu" Belum pernah kudengar tentang ilmu semacam ini, tapi
pasti ilmu itu adalah sejenis kepandaian yang maha sakti
sebab kalau tidak tak nanti ia bersikap seangkuh itu"
Tentu saja Han Siong Kie tak sudi menunjukkan
kelemahannya, ia tertawa dingin dan menjawab:
"Yu Pia lam, tak ada halangannya bagimu untuk mencoba,
tapi aku katakan lebih dulu, hari ini aku tidak akan
melepaskan engkau dengan begitu saja meski kau bermaksud
melepaskan aku" "Heeehhh.. heeehhh... heehhh bocah keparat, tak ada
gunanya engkau banyak berbicara memangnya kau anggap
hari ini bisa lolos dari sini dengan selamat?"
"Yu Pia lam, mengapa tidak kau lancarkan saja seranganmu
itu daripada banyak bacot"
"Lihat serangan- Yu pia lam tidak membuang waktu lagi,
sepasang telapak tangannya yang bening seperti kaca
didorong ke depan, segulung desingan angin pukulan
berwarna merah keemas-emasan dengan membawa daya
tekanan yang sangat berat menggulung ke atas tubuh
pemuda itu. Han Siong Kie sendiri, walaupun sedang berbicara, diamdiam
hawa murninya telah dihimpun mencapai dua belas
bagian, maka ketika musuh melancarkan serangan, dengan
keyakinan penuh diapun melepaskan segulung asap hijau
yang maha dahsyat kedepan.
Kedua belah pihak sama-sama menyadari bahwa serangan
ini menyangkut mati hidup kedua belah pihak, siapa meleng
maka akibatnya kalau bukan tewas tentulah terluka parah.
1452 Han Siong Kie sudah bertekad untuk beradu jiwa dengan
musuhnya, mampukah dia merobohkan musuhnya dalam
serangan tersebut, ia tidak terlalu yakin, sebab luka di atas
bahunya membuat tenaga dalam yang dimiliki mengalami
kerugian besar. Udara jadi beku dan kaku, semua jago perkumpulan Thian
che kau yang berada di sekitar gelanggang melototkan
matanya lebar-lebar, mereka mengawasi dua orang yang
berada di arena itu dengan pandangan tanpa berkedip.
Cahaya merah dan hijau segera bertemu satu sama
lainnya, ledakan keras menggelegar diangkasa, banyak
pepohonan yang bertumbangan, batu dan rumput
beterbangan keadaan jadi sangat mengerikanYu Pia lam dan Han Siong Kie yang berada diarena masih
berdiri saling berhadapan muka tanpa bergerak. hanya selisih
jarak antara kedua belah pihak telah mencapai tiga kaki
jauhnya Paras muka Han Siong Kie pucat pasi, badannya gontai dan
mulut luka pada bahunya mengucurkan darah lagi karena
tergetar oleh bentrokan itu, deras sekali darah yang menetes
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keluar menetes dibaju maupun sepatunya.
Yu Pia lam sendiri oleh karena mengenakan kain kerudung
diwajahnya maka orang tak dapat menyaksikan perubahan
wajahnya tapi dari sinar matanya yang pudar serta getaran
tubuhnya keras, ditambah kain kerudungnya yang besar, bisa
diketahui bukan saja ia sudah terluka bahkan telah muntah
darah Suasana jadi hening sepi tak kedengaran sedikit suarapun.
Paras muka Han Siong Kie kian lama berubah memucat,
tbuhnya ikut gemetar keras peluh membasahi jidatnya .
Ditengah keheningan inilah tiba-tiba Yu Pia lam tertawa
dingin, bukan saja suaranya serak dan penuh mengandung
1453 hawa napsu membunuh, bahkan kedengarannya mengerikan
sekali, ia maju selangkah demi selangkah menghampiri sianak
muda itu. "Kraass kraass" langkah kaki diatas daun kering dan
bebatuan menimbulkan suara gemerisik yang mengerikan hati.
Suasana kematian makin lama semakin menebal mengikuti
langkah kaki tadi. Namun Han Siong Kie masih tak bergerak ditempat semula,
dia tetap berdiri kaku seperti arca batu.
Tentu saja dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Yu Pia
lam, akan tetapi pada saat ini ia sudah tidak berkemampuan
lagi untuk memberikan perlawanan.
Kematian semakin mendekatinya dalam waktu singkat jarak
yang tiga kaki itu sudah makin memendek jadi satu kaki, lalu
tinggal delapan depa, lima depa, akhirnya tinggal satu
jangkauan tangan belaka. Yu Pia lam sudah mengangkat telapak tangannya, ia siap
menghajar batok kepala pemuda she Han itu.
"Tahan" mendadak terdengar bentakan merdu menggema
dari bilik lembah hitam. Yu Pia lam kelihatan terkejut, tanpa sadar ia menarik
kembali telapak tangannya dan mundur tiga langkah
kebelakang. Menyusul bentakan tadi, sesosok bayangan merah
melayang keluar dari balik pepohonan, kembali orang itu
berkata: "Yu Pia lam, sungguh memalukan dirimu sebagai seorang
ketua perkumpulan yang berambisi menguasahi jagad, tak
tahunya cuma manusia berlidah biawak. mulutnya tak bisa
dipercaya" 1454 Dia tak lain adalah Buyung Thay, nyonya cantik berbaju
merah itu. Yu Pia lam menjerit kaget, kembali dia mundur tiga langkah
ke belakang, serunya terbata-bata: "Kau.. kau.."
"Benar, memang aku Kenapa?" sahutnya dengan ketus.
"Kau.. kau... apa maksudmu berbuat begitu?"
"Tidak bermaksud lain, aku cuma berharap agar engkau
tidak menjilat kembali perkataan yang telah diucapkan,
bukankah engkau telah berkata bila ia sanggup menerima
sebuah pukulan Huan goan sin khimu itu, maka perselisihan
diantara kalian akan dibereskan pada lain kesempatan?""
"Tapi apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu?"
"Aku merasa malu untuk perbuatanmu, tingkah lakumu itu
terlalu rendah dan memalukan, tidakkah kau lihat bahwa ia
sudah menderita luka diatas bahu lebih dahulu sebelum
pertarungan tadi dimulai" Tapi kau pun telah memanfaatkan
kelemahan orang untuk keuntungan diri sendiri"
"Heehhh heeehh heeehhh perempuan lonte."
"Tutup mulut anjingmu Yu Pia lam kau tak usah melukai
hati orang dengan kata-kata busuk seperti itu"
"Jadi engkau juga yang telah membantu bocah busuk itu
ketika berada dalam perjalanan menuju ke Thian lam..?"
"Memang kenapa?""
"Aku hendak membunuh engkau dari muka bumi"
Mendengar ancaman tersebut, Buyung Thay menengadah
dan tertawa terkekeh-kekeh. "Heeehhh... heehhh... heeehh Yu
Pia lam mampukah engkau membunuh aku?"
Yu Pia lam terbungkam, benar... Dengan luka dalam yang
dideritanya sekarang ditambah pula dua orang utusan
khususnya juga terluka parah, meski ada dua puluh orang
1455 jago lainnya tapi kalau suruh mereka melawan jago macam
Buyung Thay, itu berarti hanya menghantar kematian mereka
dengan sia-sia belaka. Maka setelah berpikir sebentar ia
menjawab lagi: "Sekalipun tidak sekarang, suatu saat aku pasti akan
membinasakan dirimu"
"Yu Pia lam, aku akan menantikan hari seperti yang kau
maksudkan itu, sekarang engkau boleh pergi dari sini" ujar
nyonya cantik itu sambil tertawa tawa.
Han Siong Kie dapat memgikuti pembicaraan tersebut
dengan sangat jelas, dari keadaan tersebut dia lantas
mengambil kesimpulan bahwa kedua belah pihak tampaknya
tidak terlalu asing, tapi apa hubungan mereka" Dan
sebenarnya perempuan macam apakah Buyung Thay itu"
setelah lama sekali tertegun, Yu Pia lam lalu bertanya lagi:
"Jadi engkau telah jatuh cinta kepada bocah busuk ini?"
"Kau tak usah menanyakan tentang persoalan ini, sebab
urusan ini bukan urusan yang menyangkut dirimu"
"Hmm engkau benar-benar seorang perempuan yang tak
tahu malu" maki Yu Pia lam sambil meludah ketanah.
Paras muka Buyung Thay si nyonya cantik baju merah liu
berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti
wajahnya, ia lantas menghardik:
"Yu Pia lam tentunya engkau tidak mengharapkan sekarang
juga kucabut nyawa anjingmu bukan?"
Yu Pia lam cukup licik, setelah mempertimbangkan untung
ruginya dengan gemas ia mendengus.
"Buyung Thay" teriaknya "semoga saat perjumpaan
diantara kita berdua tidaklah terlalu lama."
Buyung Thay balas mendengus:
1456 "Yu Pia lam aku anjurkan kepadamu lebih baik cepatlah
tinggalkan tempat ini"
Ketua perkumpulan Thian che kau yang lihay ini tak berani
membuang waktu lagi, ia putar badan memberi tanda kepada
anak buahnya dan segera berlalu dari sana.
Sementara itu Han Siong Kle sudah tak kuat menahan diri
lagi, keangkuhannya membuat ia tetap mempertahankan diri
tanpa bergerak. Menanti Yu Pia lam dan rombongan sudah lenyap dari
pandangan, ia baru muntah darah segar dan tubuhnya ikut
terjungkal ke atas tanah.
Buyung Thay sangat kaget, cepat ia menyambar tubuh Han
Siong Kle yang sedang roboh itu.
"Adikku sayang kenapa kau?" tegurnya dengan cemas.
Han Siong Kie membelalakkan matanya tapi sebentar
kemudian dipejamkan kembali.
Betapa gelisahnya Buyung Thay menyaksikan keadaan
tersebut, cepat ia mengambil keluar tiga biji pil dari sakunya
dan dijejalkan kemulut Han Siong Kie, kemudian sambil
membopong pemuda itu segera berlarian keluar dari tanah
perbukitan itu. Setelah keluar dari tanah perbukitan Tay keng san, mereka
menumpang dirumah seorang petani, dengan alasan suami
istri yang bertemu penyamun untuk sementara mereka
berdiam disana. Buyung Thay meminta kepada tuan rumah untuk
menyediakan air panas bagi mereka, mula-mula ia bersihkan
dulu badan Han Siong Kle yang bermandikan darah itu,
kemudian baru membubuhi obat luka diatas badannya,
perhatian seperti itu persis seperti perhatian seorang kakak
terhadap adiknya, mirip pula seorang istri yang
1457 memperhatikan suaminya. setelah luka luar diobati, barulah
dia periksa luka yang didalam.
Untunglah luka yang diderita pemuda itu tidak separah
seperti apa yang disangkanya, setengah jam kemudian Han
Siong Kie telah sadar kembali dari pingsannya.
Ketika ia menemukan bahwa dirinya sedang berbaring
dalam pelukan Buyung Thay, merah padam selembar pipinya,
dengan jantung berdebar keras dan suara yang lemah dia
berbisik: "Cici.... kita berada dimana sekarang?"
"Rumah seorang petani"
"Sudah berapa lama kita tiba disini?"
"setengah hari lamanya"
"Aku harus mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
cici" "Aaah, adikku Kalau engkau berkata begitu sama artinya
memandang asing akan diriku" tukas Buyung Thay sambil
menutup bibirnya dengan jari tangan.
Dalam suatu kamar yang redup didampingi perempuan
yang cantik jelita, tak tahan lagi Han Siong Kle merasakan
jantungnya berdebar keras, tanpa terasa ia jadi teringat
kembali akan adegan yang pernah terjadi dalam lembah
hitam, betapa mesranya hubungan intim yang mereka lakukan
saat itu. Berpikir sampai disitu, merah jengah pipinya, hampir saja ia
tak berani bertatapan muka dengan perempuan itu. Ia
khawatir kejadian tersebut terulang lagi.
Rasa sakit yang secara lapat-lapat dari mulut luka
dibahunya membuat pemuda itu sadar kembali dari
lamunannya, ia lantas teringat untuk segera menyembuhkan
luka dalam yang dideritanya.
1458 Maka ia meronta bangun dari pelukan Buyung Thay dan
berusaha untuk duduk bersila.
"Titi apa yang hendak kau lakukan?" nyonya cantik baju
merah segera menegur. "Cici aku ingin menyembuhkan lukaku, bantulah aku untuk
duduk bersemedi" "Apakah engkau juga membutuhkan bantuanku untuk
menyembuhkan luka itu?" tanya nyonya itu manja.
"Tak usah cici, aku cuma minta kau bersedia menjadi
pelindung ku selama aku sedang bersemedi"
"Tapi lukamu terlampau parah"
"Aah luka sekecil ini tidak seberapa hebat, tak usah kau
kuatirkan" "Saat ini kita berada dirumah petani yang jauh dari kota,
aku rasa tak mungkin akan terjadi hal-hal diluar dugaan, lebih
baik biar kubantu dirimu agar lukamu cepat sembuh kembali."
"Ssttt... ada orang datang" tiba-tiba Han Siong Kie menukas
sambil melarang perempuan itu bicara lebih jauh.
Buyung Thay cukup cekatan, cepat dia padamkan lampu
lentera dimeja dan menerobos keluar lewat jendela, tapi udara
amat bersih, suasana sunyi senyap. tak sesosok bayangan
manusiapun nampak. Perempuan itu merasa tak lega hatinya, kembali dia
mengontrol sekeliling ruangan itu sebelum akhirnya kembali
kedalam kamar dan memasang lampu lentera.
"Cici siapa diluar?" Han Siong Kie segera menegur dengan
dahi berkerut kencang. "Siapa pun tidak kelihatan"
"Aaah, masa iya" Kok aneh benar"
1459 "Sebetulnya apa yang berhasil kau lihat" "
"Kusaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
diluar jendela mana"
"Jangan-jangan matamu melamur dan salah melihat?""
"Tidak mungkin" sahut pemuda itu menegaskan.
Buyung Thay mengernyitkan alis matanya, setelah berpikir
sebentar diapun lantas berkata:
"Tidak ambil perduli siapa yang berani datang, selama kau
merawat lukamu maka aku akan berjaga disini, akan kulihat
siapa yang berani datang mencabuti kumis macan"
Tiba-tiba Han Siong Kie berseru tertahan, sambil menuding
sebuah benda putih didepan jendela dia berkata: "cici, coba
lihat Benda apakah itu?""
Dengan hati terperanjat Buyung Thay memburu kedepan
dan mengambil benda tadi, kiranya secarik kertas putih dan
diatas kertas itu bertuliskan bebarapa huruf sebagai berikut:
"Anjing pemburu telah mengejar sampai disini, tempat ini
bukan tempat aman, cepat-cepatlah berlalu dari sini"
Dibawah surat peringatan itu tiada tanda tangan, tapi dari
gaya tulisan serta bau kertas yang harum dapat dipastikan
bahwa tulisan itu dibuat oleh seorang perempuan. Tapi
siapakah yang menulis surat peringatan itu" siapa pula yang
dia maksudkan anjing pemburu"
-ooo0dw0ooo- Jilid 39 BAB 80 1460 LAMA sekali dua orang itu saling berpandangan tanpa
mengucapkan sepatah katapun, dari gerak gerik si pemberi
peringatan yang sama sekali tidak meninggalkan suara dapat
diketahui bahwa ilmu silatnya cukup lihay, kalau tidak maka
jejaknya tak akan lolos dari pengawasan nyonya cantik baju
merah yang lihay itu"
Dan bayangan manusia yang sempat ditangkap oleh Han
Siong Kie barusan sudah pasti tak lain adalah perempuan
pemberi peringatan itu. Sebagai perempuan Buyung Thay mempunyai perasaan
halus sebagai seorang wanita, dengan wajah serius dia lantas
bertanya: "Tete, menurut pendapatmu siapakah yang telah
meninggalkan peringatan itu?"
Han Siong Kie coba berpikir sebentar kemudian
menggeleng: "Aku tidak tahu"
"Misalnya saja diantara perempuan yang kau kenal, apakah
terdapat orang yang patut dicurigai."
Tentang soal ini..rasanya hanya dua orang saja yang besar
kemungkinannya, tapi.."
"Macam apakah kedua orang itu?"
"Dua orang perempuan yang amat misterius, sampai
sekarangpun aku masih belum pernah menyaksikan raut
wajah asli mereka"
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah engkau mengetahui namanya?" desaknya lebih
jauh. "Siapakah nama aslinya aku tidak tahu, tapi aku
mengetahui bahwa ia memakai julukan orang yang kehilangan
sukma." "Orang yang kehilangan sukma?""
1461 "Benar kau kenal dengan orang itu?""
"Tidak, aku hanya merasa bahwa nama orang ini terlalu
aneh, siapa pula orang kedua yang kau curigai?""
"Dia adalah putrinya orang yang kehilangan sukma dan
bernama orang yang ada maksud"
"Orang yang ada maksud, orang yang ada maksud" gumam
Buyung Thay tercengang. "Nama ini lebih-lebih lagi mendatangkan perasaan aneh.
Ada maksud mengartikan kalau dia ada maksud denganmu
dan lagi kedua nama ini belum pernah kudengar didunia
persilatan, kemungkinan besar"..
"Kemungkinan bagaimana?"
"Mungkin nama itu memang sengaja mereka pakai khusus
ketika berhadapan denganmu"
Ucapan ini segera menggetarkan hati Han Siong Kie, ia jadi
teringat kembali dengan perbuatan orang yang kehilangan
sukma ketika dengan pelbagai daya upaya menjodohkan
dirinya dengan Go siau bi, sekarang ia jadi mengerti akan
duduknya perkara. Meski begitu pemuda ini tidak bermaksud untuk
menceritakan kepada orang lain, sebab ia merasa tidak ada
keperluan khusus untuk menceritakannya kepada orang. Maka
sambil tertawa tawa katanya:
"Mungkin saja apa yang kau ucapkan memang tidak salah,
tapi tak ada gunanya kita membicarakan persoalan ini, lebih
jauh..." "Kalau begitu kau sudah merasa yakin kalau perbuatan ini
dilakukan oleh orang yang kehilangan sukma dengan
putrinya?" Buyung Thay coba menegaskan.
"Tidak mungkin"
1462 "Kenapa tidak mungkin?"
"Sebab kedua orang itu boleh dibilang mempunyai budi
kebaikan yang setinggi bukit dan sedalam lautan denganku,
bisa saja ia unjukkan diri secara terang-terangan dan memberi
peringatan, aku rasa tidak ada keperluannya untuk main
sembunyi dan meninggalkan surat"
"Aaah, belum tentu begitu"
"Kenapa?""
"Mungkin ia merasa tak leluasa untuk munculkan diri,
mungkin juga ia merasa takut akan sesuatu, mungkin juga..."
"Mungkin kenapa lagi?" tanya Han Siong Kie.
Buyung Thay mengerling sekejap ke arah si anak muda itu
dengan sinar mata yang menawan hati, sahutnya kemudian:
"Mungkin juga ia merasa tak enak hati karena melihat
engkau sedang berada bersamaku"
"Tak mungkin pikiranmu ini makin lama melayang semakin
jauh" "Kalau tidak demikian, apakah kau bisa menemukan lagi
orang lain yang patut dicurigai?"
"Aku tak bisa menemukanya" jawab Han Siong Kie sambil
menggelengkan kepalanya. "Tete, aturlah pernapasan disini dengan hati lega" ujar
Buyung Thay dengan arti yang lebih mendalam "selama aku
berada di sini, akan kulihat siapakah yang berani
mengganggumu, sebaliknya bila musuh memang bermaksud
untuk mencari kita, jelas sekarang kita sudah berada dibawah
pengawasan mereka, sekalipun melarikan diri juga tak leluasa"
Kata-kata "melariksn diri" itu terasa amat menyinggung
perasaan Han Siong Kie, sebagai seorang laki-laki yang
1463 berwatak keras dan tinggi hati, tentu saja ia tak sudi kabur
dengan begitu saja, maka diapun lantas mengangguk.
"Baik" katanya, "kita tetap bertahan disini saja."
Nyonya cantik baju merah itu bungkukkan badan dan
mencium mesra dipipi Han Siong Kie, kemudian dia
memadamkan lampu dan menerobos keluar lewat jendela.
Ciuman itu membuat Han Siong Kie berdebar keras, tapi ia
menurutkan kembali perasaannya dan berguman diri:
"Tidak.. aku tak boleh berbuat demikian, dendam berdarah
ku belum terbalas dan lagi aku sudah mengikat tali
perkawinan dengan Go siau bi, cintaku dengan Tonghong Hui
belum putus, aku tak boleh terpikat lagi oleh perempuan lain"
" Berpikir sampai disitu, dia lantas duduk bersila,
memusatkan semua perhatiannya menjadi satu dan mulai
mengatur pernapasan. Tak lama setelah Buyung Thay keluar dari ruangan,
sesosok bayangan manusia diam-diam menyelinap masuk
kedalam ruang, bersembunyi di belakang tubuh Han Siong
Kie, oleh karena waktu itu sianak muda tersebut telah
memusatkan semua perhatiannya jadi satu, maka ia sama
sekali tidak merasa akan munculnya orang itu.
Sementara nyonya cantik baju merah Buyung Thay telah
menyembunyikan diri pula disuatu sudut yang gelap
sekeluarnya dari ruangan..
Kurang lebih setengah perminum teh kemudian tampaklah
tiga sosok bayang manusia dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat meluncur datang dari kejauhan.
"Aaah mereka benar-benar telah datang" bisik Buyung Thay
setelah menjumpai kemunculan orang-orang itu.
1464 Dengan gerakan berhati-hati tiga sosok bayangan hitam itu
menyusup dibalik kegelapan dan bersembunyi kurang lebih
lima kaki dari ruangan rumah itu
Yang munculkan diri adalah tiga orang kakek tua berbaju
kuning. setibanya disana salah seorang diantaranya lantas
bertanya: "Hiangcu, benarkah disini?"
"Benar" jawab yang lain "menurut penyelidikan orang yang
berada dirumah ini benar-benar adalah dua orang yang
sedang dicari-cari Kaucu"
Buyung Thay diam-diam mendengus, pikirnya:
"Kuanggap siapa yang datang, tak tahunya adalah kuku
garuda dari perkumpulan Thian che kau"
sementara itu orang yang pertama tadi telah bertanya lagi:
"Yakinkah engkau kalau Manusia bermuka dingin telah
terluka?" "Tentu saja, kalau tidak mengapa ia harus digendong"
sudah pasti tujuannya bersembunyi disini adalah untuk
menyembuhkan luka yang dideritanya. "
"Manusia muka dingin sudah tak perlu kita kuatirkan lagi,
jika dia benar-benar terluka, justru yang perlu dikuatirkan
sekarang adalah perempuan berbaju merah itu, dia sangat
lihay.." "Bangsat, kalian harus dibikin mampus" maki Buyung Thay
dalam hati, ia lantas merogoh segenggam jarum toan hun
ciam dan siap dilepaskan kemuka. Tiba-tiba terdengar salah
seorang diantaranya berkata:
"Aaaah, kenapa mesti susah-susah turun tangan sendiri"
sebentar toh pelindung hukum kita yang bertanggung jawab
dalam tugas ini akan tiba, asal kita awasi saja teruskan beres."
"Itu dia telah datang" seru yang lain.
1465 Ditengah kegelapan tampaklah sesosok bayangan manusia
tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang datang, cepat
sekali gerakan tubuhnya dalam waktu singkat dia sudah tiba
dihadapan tiga orang kakek yang datang lebih duluan itu.
Buyung Thay yang menyaksikan kedatangan orang itu,
tiba-tiba jadi terkejut dan segera bergidik,
"Aneh, sudah puluhan tahun lamanya tak pernah
munculkan diri, kenapa gembong iblis ini bisa bergabung
dengan perkumpulan Thian Che kau?"
Kiranya orang yang datang belakangan ini tak lain adalah
seorang kakek yang tinggi besar, bermuka bengis berikat
kepala warna emas dan bermata hijau menyeramkan, dia
bukan lain adalah Hun Si mo ong, gurunya sepasang malaikat
hawa panas dan dingin. Padahal kedudukan Hun si mo ong
dalam dunia persilatan sangat tinggi, tapi nyatanya ia bersedia
mendengarkan perintah dari Thian che kaucu, kejadian ini
boleh di bilang sangat mencengangkan hati.
Menyusul dengan kemunculan Hun si mo ong, secara
beruntun melayang datang pula lima sosok bayangan
manusia. Berdebar juga Buyung Thay menyaksikan munculnya begitu
banyak musuh tangguh, kalau dia diharuskan bertarung
melawan Hun si mo ong, maka sepuluh bagian ia yakin bisa
mengimbangi, tapi kedelapan orang kakek itu pasti akan
gunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk mencelakai
jiwa Han Siong Kie. Sekarang ia baru menyesal mengapa tidak menuruti
peringatan dari orang yang tak dikenal itu" Dari sekarang
menyesalpun tak ada gunanya lagi.
Dalampada itu tiga orang kakek yang tiba lebih duluan tadi
sudah memberi hormat kepada Hun si mo ong, kemudian
berkata: "Terimalah hormat kami untuk Hu hoat yang mulia"
1466 "Tak usah banyak adat" sahut Hun si mo ong sambil
mengulapkan tangannya, "apakah laki perempuan dua orang
itu berada disini?" "Benar" jawab salah seorang kakek itu. " mereka berada
dalam rumah petani di depan sana"
"Berjaga-jagalah kalian berdelapan ditiga penjuru tempat
ini, pun huhoat akan masuk ke ruangan untuk menangkap
mereka" "Terima perintah" serentak delapan orang itu memencarkan
diri dan masing-masing menempati satu posisi,
Sementara itu Hun si mo ong menuju ke rumah
dihadapannya dengan langkah lebar.
Sudah tentu Buyung Thay tidak mengijinkan lawannya
mendekati tempat itu, serta merta ia bangkit berdiri dan
menegur: "Jago lihay dari manakah yang telah datang?"
Mendengar teguran tersebut Hun si mo ong segera
berhenti, dengan tatapan matanya yang berwarna hijau ia
menatap sekejap lawannya, kemudian tanpa kuasa lagi
mundur selangkah ke belakang.
Mungkin selama hidupnya raja iblis yang berusia seratus
tahun ini belum pernah menyaksikan perempuan secantik ini,
seketika itu juga ia dibikin tertegun. Kembali Buyung Thay
bertanya: "Boleh aku bertanya siapakah nama besar
saudara?"" "Heeeh heeeh heeehh aku adalah Hun si mo ong" jawab
kakek itu sambil tertawa seram.
Mendengar jawaban itu Buyung Thay menjerit kaget dan
berkata: "Oooh, maaf, maaf, kiranya adalah locianpwe yang telah
berkunjung kemari" 1467 "Bocah keparat, kau tak usah bergurau lagi dengan diriku,
hayo bicara saja terus terang"
Sekali lagi Buyung Thay berteriak kaget: "Eeeh... Apa
maksud locianpwe berkata demikian?""
Panggilan lociancwe yang berulang kali ini lama kelamaan
membuat Hun si mo ong jadi rada kikuk. terutama ucapan itu
diucapkan oleh seorang perempuan cantik jelita.
"Aah... kamu ini sudah tahu tapi masih bertanya, lebih baik
mengaku saja terus terang" bentaknya.
"Tapi boanpwee sungguh tidak tahu bagaimana musti
mengakunya terus terang"
"Kalau kau tak tahu urusan, kenapa kau hadang jalan
pergiku sekarang?" "Boanpwe sedang menjadi pelindung buat seorang sobatku,
karenanya aku minta locianpwe suka memaklumi " kata
Buyung Thay dengan wajah serius.
"Apakah sobatmu itu adalah Manusia muka dingin yang
menjadi ketuanya perguruan Thian lam?""
"Betul, dari mana locianpwe bisa tahu" " Buyung Thay
keheranan. "Kalau begitu tak salah lagi, aku memang datang lantaran
dia, juga lantaran kau" jawab Hun si mo ong cepat.
"Oooh jadi locianpwe datang kemari lantaran kami
berdua?"" Meskipun diluarannya Buyung Thay kelihatan tenang sekali,
padahal kegelisahannya sukar dilukiskan dengan kata-kata, dia
jelas mengerti bahwa Han Siong Kie sedang bersemedi, maka
asal Hun si mo ong atau salah seorang diantara delapan kakek
tua itu berhasil masuk kedalam ruangan itu maka akibatnya
akan luar biasa sekali. Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 6 Kisah Si Rase Terbang Soat-san Hui-hauw Karya Chin Yung Para Ksatria Penjaga Majapahit 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama