Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 15
Dalam babak pertama kedua pihak menggunakan taktik banyak menjaga sedikit menyerang.
Masing2 kelihatan begitu hati2 dalam mengeluarkan setiap serangannya hingga orang yang menyaksikan dibawah panggung masih dapat melihat jelas tiap gerak tipu mereka. Tetapi lambat laun mereka melihat makin kerapnya gerakan dua lawan itu, hingga diatas panggung hanya kelihatan berkelebatnya sinar pedang dan suara berkesiurnya baju mereka.
.Orang orang yang menonton sebagian besar terdiri dari orang orang kang-ouw kenamaan atau orang rimba persilatan yang hampir seumur hidupnya berkecimpungan dalam kalangan persilatan. Tetapi ketika menghadapi detik2 menegangkan dalam pertandingan kelas tinggi didepan mata ini, biar bagaimana mereka masih belum dapat menduga siapa bakalan menang dan siapa jadi pecundang.
Pada saat itu orang yang paling gelisah duduknya adalah Cu Giok Im si Burung Hong Putih. Sebab melihat cara orang2 yang sedang bertempur amat sengit itu, yakni antara Ciang-bunjin partainya merangkap susiok dengan sahabat baiknya dalam kalangan kang-ouw, tidak diharapkan siapapun menderita kalah. Tetapi manakah hal semacam itu mungkin kejadian" Sebab setahunya sendiri, mana ada pada pertandingan yang kedua duanya menang"
Saking cemasnya dia hanya dapat tujukan terus kedua matanya yang terbuka lebar2. Kedua telapaknya dikepal dan mengeluarkan keringat dingin.
Sementara itu pertandingan diatas panggung telah berlangsung lebih dari seratus jurus!
.Cin-nia Cie-hong telah merasakan tekanan berat dari pihak lawan tangguh itu dan tidak mudah baginya merebut kemenangan. Meskipun sampai pada detik itu ia belum mengeluarkan tipunya yang mematikan, melihat gelagat atau keadaan pertandingan dari pihak lawan yang begitu tenang sedikitpun tidak kikuk, sudah tahu bahwa lawannyapun belum mengeluarkan seluruh kepandaiannya.
Semakin lama ia hanya merasakan kecemasan yang ber-tambah2 suatu saat tiba ia merubah gerakan tangannya!
Gerak tipu yang paling akhir diciptakan oleh Tianglim It-hong mendadak dikeluarkan!
Sebentar tampak sinar pedangnya ber-gulung2 diantara badan lawan. Dalam waktu sekejapan saja sudah kelihatan gerak badan ketua Tiang-lim-pay itu beterbangan kian kemari hingga sukar dibedakan mana orangnya yang tulen dan mana yang bayangannya.
Lim Tiang Hong lebih dahulu telah mendapat pesanan Cu Giok Im yang minta supaya ia berlaku murah hati sejak semula masih ragu2 ia untuk mengeluarkan semua ilmunya. Ia tidak menghendaki merebut kemenangan secara mutlak, tapi juga tidak mau dijatuhkan oleh lawannya. Dalam keadaan demikian, ia harus menghadapi gerak tipu lawan yang sangat iihay itu, sudah tentu agak merasa bingung. Ia merasakan tekanan sang lawan makin lama makin hebat. Diseputar tubuhnya seolah olah ujung pedang lawan melulu yang tertampak, sampai merasa sukar sekali untuk balas mengadakan penyerangan.
Keadaan demikian buruk bagi Lim Tiang Hong, dapat pula disaksikan oleh sekalian penonton dari bawah panggung. Banyak orang yang hanya mendengar ketenaran nama Lim Tiang Hong dengan tidak melihat kenyataan, semua pada berteriak teriak memberikan semangat bagi pihak Thiam-lim-pay. Hanya Hui-hui Taysu dari Siauw-lim-pay dan Pek-ho Totiang dari Butong-pay serta Khe-tek Taysu ketua Ngo thay-pay dan lain orang golongan tualah yang kelihatan tetap tenang menyaksikan semua itu sambil tersenyum. Agaknya mereka telah maklum adanya maksud baik pemuda itu, tidak ingin memalukan tuan rumah, tahu sampai dimana tingginya kepandaiannya, tidak nanti jatuh oleh lawannya.
Benar saja diantara ramainya jerit pekik suara penonton, keadaan diatas panggung mendadak berubah. Lim Tiang Hong yang tadi terdesak dalam keadaan demikian buruk mendadak terdengar suaranya menyiul panjang. ilmu pedang To-liong Keng-hong Kiam-hoat telah dikeluarkan!
Sekarang keadaan berbalik. Kalau tadi melulu sinar perak yang kelihatan memenuhi seluruh panggung, kini sinar mas menguasai panggung, mengulung diantara sinar perak yang mulai mereda.
"Trang! Trang!"
Beberapa kali bentrokan pedang terdengar amat nyaring. Sinar perak mendadak tidak terlihat. Cin-nia Ciehong tiba2 lompat mundur dari kalangan, keluar dari libatan sinar emas sampai kesudut panggung! Pedang ditangannya tampak tergetar, diparasnya terlihat roman kaget dan keheranan.
Sebaliknya dipihak lawannya, ujung pedang ditangan Lim Tiang Hong masih menjurus ke depan, sedang tangan kirinya diletakkan di depan dada. Sikapnya masih tetap tenang. Dalam satu jurus itu, kecuali Hui-hui Taysu, Ho-siu Ciat-liong dan beberapa orang golongan tua lain yang berilmu tinggi, sudah tidak ada kalau tidak mau dikatakan sedikit yang tahu.
Umumnya mereka tidak tahu kalau Lim Tiang Hong masih menaruh muka pada lawannya.
Kiranya ilmu pedang To-liong Keng-hoat Lim Tiang Hong baru digunakan tiga jurus, namun Cin-nia Cie-hong sudah terdesak sampai kesudut panggung.
Jikalau serangannya diteruskan sampai jurus terakhir, sekalipun Cin-nia Cie-hong tidak sampai terluka, yang sudah pasti ia akan terdesak sampai kebawah panggung.
Lim Tiang Hong yang sifatnya jujur dan luhur, tahu benar bahwa seseorang mendapatkan nama kesohor sesungguhnya tidak mudah, maka didalam keadaan demikian ia segera tarik pulang serangannya sehingga Cin-nia Cie-hong terhindar dari kenistaannya dan kemaluan besar dihadapan penonton yang demikian banyak. Setelah kedua pihak saling berhadapan lagi sejenak, Cin-nia Cie-hong mendadak keluarkan suara bentakan keras dan kembali menyerang lawannya. Kali ini serangannya nampaknya sangat perlahan sekali. Kiranya diseketika itu ia merubah lagi siasatnya. Ia berkeputusan hendak menggunakan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna hendak menekan lawannya. Di dalam alam pikirannya masih menganggap, bahwa dengan menggunakan gerak tipu saja sukar merebut kemenangan.
Tapi dengan mengandalkan tenaga murni pasti dapat menjatuhkan lawannya. Sebab sang lawan itu dianggapnya masih terlalu muda, sekalipun lebih tua berapa puluh tahun lagi juga tetap belum mampu mengimbangi kekuatannya sendiri.
Siapa duga Lim Tiang Hong yang pernah mengalami pengalaman gaib hingga kekuatannya ber-tambah2 banyak sekali. Sekalipun Tiang-lim It-hong hidup kembali barangkali masih belum sanggup menandingi. Setelah serangan Cin-nia Cie-hong dilancarkan lagi, ilmu Siauw yang It-ku Sin-kang Lim Tiong Hong juga telah menutup tubuhnya. Kedua pihak bertempur lagi dengan saling adu tenaga, walau lambat gerakan mereka namun nampak lebih tegang.
Setelah dua puluh jurus berlalu lagi, Cin-nia Ciehong per-lahan2 merasa hatinya berdebar dan telinganya berbunyi. Sekujur badannya sudah basah dengan keringat. Kekuatan marninya per-lahan2 buyar. Ia segera mengetahui bahwa kali ini ia pasti akan mengalami kekalahan.
Apa mau telah timbul pikiran nekadnya. Sebelum kalah ia akan mempertahankan diri sedapat mungkin supaya jangan sampai mendapat malu besar.
Akan tetapi, dimata para penonton dibawah panggung, sudah mengetahui pula tidak adanya harapan memang bagi pihak Tiang-lim-pay. Dalam keadaan demikian dari bawah panggung tiba melompat seseorang ke atas panggung. Dialah Ho-siu Ciat-liong satu2nya "Ngo liong" yang masih hidup.
Dengan bajunya yang gedombrongan tampak memisah kedua orang yang sedang bertempur, dan terdengar juga suaranya berkata: "Kalian hanya pikirkan diri sendiri saja bertempur enak2an diatas panggung! Masakan kita para penonton dibiarkan dibawah panggung tertiup angin utara. Duduk diam menyaksikan pertempuran yang tidak ada habisnya ini siapa yang akan merasa kesudian" Aku si tua bangka yang paling jemu! Maka mulai sekarang, pertempuran harus dibatasi sampai seratus jurus. Kalau dalam seratus jurus berikutnya tidak ada yang kalah atau menang, di hitung seri! Tidak perduli kalian mufakat atau tidak aku si tua bangka yang sudah tidak betah duduk terpaksa memutuskan begitu!"
Setelah berkata, tanpa menunggu persetujuan dua orang yang sedang bertempur, kembali ia melayang ketempat duduknya. Hakekatnya, sekalipun bertanding sampai 2 atau 3 ratus jurus lagi, Cin-nia Cie-hong pasti kalah tanpa ada yang meragukan lagi. Sedang syarat sampai 100 jurus harus didapat ketentuan yang diusulkan oleh Ho-siu Ciat-liong sebenarnya ada maksud apa, tidak seorangpun mengetahui.
Hanya Lim Tiang Hong yang cerdas, setelah mengernyitkan kening, segera mengetahui bahwa maksud orang tua itu se-mata2 ingin mempertahankan nama baik pihak Tiang-lim, sengaja memaksa si ketua menarik diri secara terhormat. Maka tanpa menantikan Cin-nia Cie-hong buka mulut mengutarakan pendapatnya, lebih dulu ia berkata: "Perintah Ho-siu Locianpwe sangat tepat, mana boanpwee berani menolak?"
.1387 Kemudian secara mendadakan ia lompat maju, dengan pedangnya dalam waktu sekejapan telah melancarkan serangan2 sampai 18 jurus.
Sementara itu Cin-nia Cie-hong yang pun sadar dengan kedudukannya yang kian memburuk, sudah menganggap tidak dapat melayani lawannya sampai 100 jurus ketika melihat Lim Tiang Hong mendadak menyerang lagi, hatinya malah jadi tegang. Tetapi ketika ia menyambut serangan anak muda itu, ia lantas merasa tekanan yang tidak ada artinya, gerak dan kekuatannya tidak sehebat tadi.
Meski kelihatan oleh penonton begitu gencar serangan2 dilakukan oleh Lim Tiang Hong, namun sebenarnya hanya Cin-nia Cie-hong lah yang merasakan tidak ada artinya setiap serangan itu baginya. Maka ia segera mengetahui bahwa anak muda itu tentu berbuat demikian untuk menjaga nama baiknya, maka diam dalam hati merasa amat bersyukur.
Dengan demikian, dalam waktu sekejapan pertempuran kembali tampak berjalan seru, hingga diatas panggung kadang2 terdengar suara benturan pedang dan suara berkibarannya pakaian dua pihak.
Tidak antara lama perempuan telah lewat seratus jurus, Hong siu Ciat-liong saat itu kembali melompat ke atas panggung sambil berseru: "Hai! Hai! Sudah lewat! Lebih dari 100 jurus!"
Lim Tiang Hong segera tarik kembali serangannya, ia menghadapi Cin-nia Cie-hong menyoja sambil tertawa ia berkata: "terima kasih, Ciang bunjin telah memberi Siauwtee muka terang!"
Ke-merah2an paras Cin-nia Cie-hong. Dengan suara perlahan berkata "Budi kebaikan Siauwhiap hari ini takkan kami lupakan untuk selamanya!"
Pada saat itu Ho-siu Ciat-liong atas nama angkatan tua rimba persilatan telah memberi penerangan kepada semua penonton yang masih belum tahu persoalan sebenarnya.
"Pada pertempuran hari ini, dua dua pihak sama kuat sama alot. Dinyatakan seri karena sudah lebih dari 100 jurus bertempur belum ada yang menang atau kalah. Lohu dengan beranikan sebagai orang tua bangkotan mohon dimaafkan kalau ada yang mengira terlalu lancang telah memberi keputusan serupa tadi. Adakah diantara penonton yang merasa menyesal!?"
Tentu saja sebagian bssar penonton mengerti apa arti perkataan itu, akan tetapi Lim Tiang Hong dengan sengaja mengalah, mereka merasa tidak perlu mengatakan apa2 lagi. Maka begitu mendengar perkataan Ho-siu Ciat-liong, semua penonton pada berbangkit dan berlalu meninggalkan panggung pertandingan.
Setelah pertandingan selesai, Lim liang Hong lantas pamitan kepada Cin-nia Cie-hong.
Ciang-bun-jin partay Tiang-lim-pay ini merasa bersyukur karena Lim Tiang Hong tidak berlaku keterlaluan terhadap dirinya, maka ia minta padanya bersama Ho-siu Ciat-liong dan lain2nya orang2 tingkatan tua supaya berdiam satu hari lagi, tapi Lim Tiang Hong yang saat itu pikirannya cemas memikirkan nasibnya Yan-jie, terpaksa menolak permintaannya Cin-nia Ciehong.
Melihat Lim Tiang Hong hendak berangkat hari itu juga, Cin-nia Cie-hong tidak menahan lagi. Ia lantas berkata dengan sejujurnya: "Tentang kepandaian ilmu silat, kita boleh perumpamakan sebagai gunung, satu gunung yang dianggap tinggi, tapi masih ada gunung yang lebih tinggi lagi. Untuk selanjutnya, Cie-hong benar2 tidak berani bicara tentang ilmu silat lagi!"
Ho-siu Ciat-liong yang berada disampingnya lantas berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Kau budak ini kembali angot penyakitmu lagi! Di dalam rimba persilatan, orang yang mempunyai kepandaian seperti kau, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, perlu apa kau begitu gampang putus harapan" Bu-ceng Kiam-khek bersama Ngo-liong dan It-hong, seharusnya bersatu padu, perlu apa ada perbedaan siapa yang menduduki kursi kesatu atau kedua" Dewasa ini pengaruh jahat sedang mengancam kebenaran, justru seharusnya kita bersama-sama dan bersatu hati menegakkan kebenaran dalam rimba persilatan, jangan oleh karena rintangan kecil saja lantas putus harapan. Lohu dan lain lainnya angkatan tua, sudah merupakan orang2 tua yang tidak berguna. Maka untuk selanjutnya, hanya tergantung dengan kalian orang orang angkatan muda!"
Cin-nia Cie-hong meski diluarnya membenarkan pikiran orang tua itu, namun di dalam hatinya masih merasa duka, karena semua usahanya untuk mengangkat naik nama partaynya telah gagal.
Sebaliknya bagi Lim Tiang Hong. ia sudah tidak mempunyai pikiran lagi untuk perhatikan itu semua. Setelah mendengar keterangan Ho-siu Ciat-liong, ia lantas menyoja memberi hormat kepada semua orang, kemudian meninggalkan tempat tersebut dengan tergesa-gesa.
Ho-siu Ciat-liong yang menyaksikan kegesitannya anak muda itu cuma bisa menghela napas panjang sambil geleng2kan kepalanya, agaknya merasa sedih karena usianya yang tua.....
Cin-nia Cie-hong juga tundukkan kepalanya, entah apa yang dipikirkan dalam hatinya.
0-0dw-kz0-0 Jilid ke 15 Bab 35 PERTANDINGAN ilmu silat antara muridnya Bu-ceng Kiam-khek yang paling balakang ini namanya menggemparkan dunia kang-ouw dan rimba parsilatan dengan muridnya Tiang-lim It-hong, telah berakhir.
.1392 Cin-nia Cie-hong yang ingin mendapat nama baik tapi sebaliknya malah mengalami kekalahan, bukan saja sudah buyar semua pengharapannya, malah membuat namanya To-liong Kongcu semakin terkenal.
Tapi Cin-nia Cie-hong adalah seorang kukuh dan mempunyai kemauan keras. Meski mangalami kegagalan, tapi ia belum putus asa.
Setelah semua ketua berbagai partai dan semua tetamunya pada pulang, ia lantas serahkan kedudukan Ciang-bunjin kepada Cu Giok Im, si Burung Hong Putih dan ia sendiri dengan seorang diri berkelana di dunia kang-ouw untuk mencari orang berilmu tinggi supaya bisa mengangkat nama baiknya lagi.
Mari sekarang kita balik kepada Lim Tiang Hong. Pemuda itu setelah meninggalkan Tiang-lim-san, ia meng-hitung2 harinya, ternyata cuma tinggal tujuh hari lagi. Tidak perduli urusan itu benar atau bohong, dalam waktu tujuh hari itu ia sudah harus berada diatas gunung Hoan-ceng-san. Ia lebih suka jalan cuma2 tapi tidak menghendaki sampai benar2 Yan-jie mendapat bahaya. Maka ia kini sudah kerahkan ilmu mengentengi tubuhnya, lari terus siang malam.
Dengan ilmu tenaga dalamnya yang sudah sempurna sekali ditambah memiliki ilmu lari pesat It-thia Cian-lie yang luar biasa itu, tepat pada hari keenam tengah malam ia sudah tiba di bawah kaki gunung Hoanceng-san.
Meski ia sudah berada di daerah pegunungan itu, tapi kekuatannya hampir habis. Sebab manusia tetap manusia, badan manusia terdiri dari darah dan daging. Mana bisa tanpa mengaso terus menerus mengeluarkan tenaga"
Tapi bagi Lim Tiang Hong lain lagi. Ketika ia melihat gunung Hoan ceng-san yang membujur sepanjang ratusan lie, diam2 merasa berkuatir akan tidak keburu menolong Yan-jie nya. Oleh karena itu ia tidak berani ambil tempo istirahat terlampau lama, sebab setelah malam itu, berarti mulai tibalah hari kesepuluh, hari yang dijanjikan.
Partai apa dan siapa sebenarnya yang menduduki gunung Hoan-ceng-san itu" Dimanakah Yan-jie mereka sembunyikan"
Atas temua pertanyaan itu, sedikitpun Lim Tiang Hong tidak bila memberi jawaban. Sedangkan daerah pegunungan tersebut demikian luasnya, mana bisa dalam tempo satu harian ia dapat mencarinya".
Tetapi karena urusan sudah terjadi, ia terpaksa serahkan nasibnya kepada Yang Kuasa saja. Maka seketika itu juga tanpa bimbang dan ragu lagi ia mulai mendaki gunung.
Dengan mengikuti jalan gunung yang ber-liku2 terkadang meski membuat jalanan sendiri, Lim Tiang Hong terus naik ke puncak.
Mendadak matanya dapat melihat, di atas sebuah pohon besar ada besetan atau goresan pedang. Pada besetan yang cukup lebar itu terdapat tulisan2 dari arang, berbunyi. "Kau juga ternyata datang!"
Dan di bawah tulisan terdapat lukisan dua tulang menyilang dengan kepala tengkorak yang menyeramkan di tengah2.
Tergerak hati Lim Tiang liong Melihat tulisan tersebut. Diam2 memikir siapa kira2 yang menulis catatan2 di atas pohon itu dan mengapa orang itu tahu kalau dia sudah datang ke situ, ke sarangnya"
Terdorong oleh rasa ingin tahu, tanpa memikirkan akibat mau bahayanya lagi, mempercepat gerak kakinya hingga dalam waktu sekejapan saja sudah naik lagi seratus tombak lebih.
Kini tibalah ia di sebuah jalanan yang pada kedua sisinya terdapat lamping2 gunung yang curam.
Jalan disini suram gelap, licin lagi. Angin gunung meniup amat santer, hawa dinginnya menyusup tulang.
Diwaktu tengah malam seperti itu, di atas gunung belukar nampaknya hanya kabut pekat seluruhnya. Meski Lim Tiang Hong telah memilikl ilmu tinggi luar biasa, dalam hatinya saat itu timbul juga sedikit rasa jeri. Disamping itu, yang lebih diperhatikan adalah nasibnya Yan-jie.
Selagi dia hendak melangkah lagi, dari belakang lamping sebuah gunung mendadak muncul satu orang tua kurus berpakaian hitam ringkas. Matanya mendelong, wajahnya yang tirus mengingatkan kita kepada tengkorak hidup.
Dengan gerak kakinya yang bagaikan pohon tertiup angin, melintang di-tengah2 jalan yang diapit oleh kedua lamping gunung.
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong menegur: "Siapa"! Mau apa kau malam2 begini berada di gunung ini"!"
Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya seperti burung hantu yang menyeramkan, kemudian berkata: "Kau tentunya ada To-liong Kongcu yang belakangan ini lebih menonjol namanya dari yang lain2" Malam buta seperti ini kau berani memasuki lembah Bukui-kok daerahku ini apa maksudmu"! Hayo jawab! Tidak tahukah kau bahwa lembah Bu-kui-kok ini cuma ada jalan masuk tidak ada tempat buat keluarnya!"
Mendengar ucapan orang tua itu, Lim Tiang Hong tidak keder, malah makin besar nyalinya. Sebab, dari perkataan orang tua itu, kiranya lembah yang dikatakan Bu-kui-kok olehnya tadi adalah tempat kediamannya. Setelah mendapatkan orangnya, tidak susah tentu buat menanyakan halnya Yan-jie. Maka seketika itu ia lantas menyahut sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak salah! Akulah Lim Tiang Hong! Kedatanganku kemari adalah untuk cari adik angkatku, Tan Siauw Yan!"
"Aku tidak peduli siapa Tan Siauw Yan yang kau cari! Baru aku tahu pada beberapa hari ini ada satu anak perempuan diculik, tapi aku tidak tahu siapa penculiknya. Apa kau ingin ajak dia pulang" mudah sekali! Hanya...."
Lim Tiang Hong mendengar perkataan orang itu, bahwa benar2 Yan-jie berada disitu, lalu maju dua tindak dan berkata dengan suara keras: "Hanya apa"!"
"Hanya harus kau tukar dengan nyali naga yang sudah membatu itu!"
"Kalau aku tidak setuju?""
"Ha, ha.... Akan kucabut nyawa budak perempuan itu lebih dulu! Dan kau, jangan harap bisa keluar dari Bukui-kok ini!"
Lim Tiang Hong mulai naik darah. Dengan suara lantang berteriak: "Siapa kau"! Kenapa begitu berani kau gunakan orang untuk memeras orang lain?"
"Mana bisa dibilang memeras" Aku Bu-kui Siancu sudah begitu baik hati memperlakukan orang yang datang sembarangan ke tempatku ini, barangkali pertama2 kali ini juga aku berbuat begitu! Kau masih ingin apa?"
Begitu orang tua dari lembah tadi menjawab, parasnya tidak memperlihatkan sesuatu perubahanpun. Ini barang tentu menjadikan Lim Tiang Hong gusar sekali.
.Mendadak badannya bergerak. Secepat kilat badannya menyambar tangan orang tua itu.
Gerakan Lim Tiang Hong itu dilakukan sangat cepat dan diluar dugaan orang tua tadi.
Tetapi orang tua itu dengan gerakannya yang ringan dan gesit sekali bagai daun pohon tertiup angin badannya terbang setombak ke belakang!
Sambil ketawa cekikikan ia tertawa dan berkata: "Cuma mengandalkan serupa kepandaian itu saja kau ingin malang melintang didunia kang-ouw" Oh! Masih jauh sekali!"
Pada saat Lim Tiang Hong sudah ambil keputusan akan menaklukkan dulu orang di depannya, niatnya ingin mengompres menanyakan dimana adanya Yan-jie.
Tentu aaja ketika mengetahui tidak ada hasii dari gerakannya. kembali mengeluarkan serangannya Sinliong Pat jiauw!
Betul2 gesit orang tua itu. Badannya seperti tidak mempunyai bobot terus mengikuti gerakan Lim Tiang Hong berterbangan kian kemari. Kembali gagal serangan Lim Tiang Hong kali itu.
Orang tua itu dengan paras tidak memperlihatkan perubahan apa2 berdiri di samping dan berkata bagai acuh tak acuh: "Cuma andalkan tenaga dalam sebegitu saja ingin menjamah dagingku" Belum waktunya, eh! Baiknyalah lekas kau serahkan benda yang ku minta tadi kalau kau mau melinduagi budak perempuan kesayanganmu itu!"
Lim Tiang Hong yang sudah kalap mana mau dengar kata2 itu. Badannya kembali melompat, tetapi pada saat itulah ia merasakan tenaga murninya mengalami gangguan, maka sedikit terkejut. Pikirnya "Barangkali dia mau bikin meluap kegusaranku. Aku harus hati2 sedikit!"
Oleh karena berpikir demikian, ia berhenti seketika. Dia menjajal pernapasannya untuk memulihkan tenaga murninya.
Sebab ia sudah 6 hari terus menerus memboroskan tenaga, maka seteleh dijajalnya pernapasannya tadi, barulah diketahui bahwa tenaganya jauh berkurang, jikalau menemukan musuh tangguh, pasti celakalah dia.
Sementara si orang tua yang melihat Lim Tiang Hong tidak adakan gerakan lagi, lantas berkata seperti mengejek "Hei! Kenapa berhenti" Apa baru dua kali melompat saja kau sudah tidak mampu keluarkan tenagamu lagi, eh"!"
Lim Tiang Hong gusar tapi coba tekan perasaaannya. Dengan suara tenang berkata: "Jikalau tidak kau lepaskan nona Tan secara baik2, lihatlah nanti! Akan kuambil jiwamu!"
Dan perkataannya dibarengi dengan serangannya mendadak.
Angin serangannya sekali ini lantas meluncur keluar sedemikian hebat hingga tembok2 gunung berguguran dibuatnya!
Betul tidak sampai mengenakan sasarannya, tetapi orang tua yang baru melejitkan badannya itu diam2 merasa kaget. Di wajahnya yang sejak tadi tidak terlihat perubahan, kini tampak jelas kebingungan. Kakinya kembali bergeser menjauhi Lim Tiang Hong.
Dari kejauhan orang tua itu tertawa dan berkata: "Ha, ha, ha.... Bocah cilik! Kau...."
Belum lagi habis ucapannya, Lim Tiang Hong sudah mengirim satu serangan lanjutannya. Sekali ini bagai tidak habis serangan2 meluncur dari tangannya, dalam sekejap saja sudah 13 kali ia menyerang.
Hembusan angin yang demikian hebat membuat baju orang tua itu berkibar2 dengan sedikit keluar suara. Orang tua itu tetap tidak menyambut dengan tangannya, ber-kali2 mengelit.
Kemudian tiba2 si orang tua dari lembah ketawa berkekakan, lalu menerobos melalui angin serangan Lim Tiang Hong terus melayang tinggi dan kabur ke lembah yang gelap itu.
Lim Tiang Heng yang sudah bertekad bulat ingin memasuki gua macan, juga lantas memburu dengan melompat tinggi 7 sampai 8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki di atas meluncur turun ke dalam lembah!
Lim Tiang Hong berbuat demikian, sebetulnya terlalu gegabah.
Sewaktu badannya sampai ke dasar lembab, tidak terlihat lagi olehnya bayangan orang tua tadi. Ia juga lalu merasa bahwa dasar lembah itu terlalu gelap dan menyeramkan. Di-mana2 terdapat batu2 aneh yang malang melintang, sedang angin gunung yang meniup kebawah menandakan bahwa tempat itu berbahaya.
Setelah menenangkan pikirannya, Lim Tiang Hong mulai melihat keadaan sekitarnya.
Tenyata tidak terdapat satu jaian keluarpun! Hingga diam2 timbul pikirannya men-duga2 siapa adanya orang tua tadi, yang dianggapnya ganjil tindakannya, takut kalau2 dia bermaksud jahat.
Tiba2 teiinganya dapat menangkap suara bambu yang ditiup, datangnya dari arah atas. Dalam waktu sekejapan saja suara itu terdengar kuat dari beberapa peniup, lalu empat penjuru terlihat kelap kelipnya sinar hijau yang bergerak lambat.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya penglihatan amat tajam di dalam lembah yang amat gelap itu masih dapat membeda2kan barang2 apa yang dilihatnya.
Sinar2 hijau yang ber-gerak2 itu diketahuinya sebagai mata2 ular, besar dan kecil yang ber gerak2 menyelusuri tanah turun tidak tahu berapa jumlahnya.
Melihat keadaan demikian, tentu saja Lim Tiang Hong kaget. Sebab, untuk menghadapi binatang melilit yang sedemikian jumlahnya, sesungguhnya tidaklah mudah.
Saat itulah terdengar suara orang berkata mendahului tertawaannya yang aneh. "Ada jalan yang menuju sorga tidak mau dilewati. Kenapa lari kelembah Bu-kui-kok yang banyak ular2 berbisanya" Hei bocah! Kau sudah ada ditempat buntu! Kalau masih sayang pada nyawa sendiri, lekas serahkan apa yang kupinta! Untuk jasamu Lohu bisa kasih jalan hidup bagimu. Kau percaya?"
Lim Tiang Hong gusar. Dengan alis berdiri berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Kau terlalu pandang rendah siauwya mu. Cuma beberapa gelintir ular bisa berbuat apa terhadap Siauwya mu. Jangan mimpi!"
Dan ia lalu kerahkan seluruh tenaganya dan lompat melesat tinggi tujuh delapan tombak.
Tapi lembah itu ternyata betul2 dalam. Luasnya kira2 5-6 puluh tombak. Untuk dapat memcapai tempat teratas, sedikitnya harus melompat lima enam kali.
Orang tua itu ketika menyaksikan Lim Tiang Hong lompat melesat, kembali tertawa dan suaranya sangat menyeramkan. Dalam waktu sekejapan saja suara tiupan bambu berbunyi di-mana2. Sedangkan ular pada menggeleser dari empat penjuru semuanya menuju ke bawah lembah.
Lim Tiang Hong membentak keras, menyerang dengan kedua tangannya mengusir ular2 yang terdekat sehingga ular2 kecil itu pada beterbangan ke atas dan jatuh ke rerumputan di seberang sana.
Lim Tiang Hong telah menggunakan tenaga dalam terlalu banyak, akhirnya cuma bisa sampai di atas batu yang agak tinggi letaknya. Pada saat itulah suara tiupan bambu dari atas terdengar gencar sekali. Orang tua itu agaknya tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengandalikan ular2 peliharaannya, akan tetapi saat itu pulalah terjadi sesuatu keajaiban!
Ular2 yang jumlahnya demikian banyak sejak tersapu sekali oleh hembusan angin tangan tim Tiang Hong, semua pada merandek di tempat setombak lebih di sekitar tempat berdiri Lim Tiang Hong. Kawanan binatang ini hanya mengangkat kepala dengan lidah men-julur2, bagaimanapun oraug tua itu berusaha meniup bambunya lebih gencar, binatang2 itu tetap tidak bergerak lagi.
Orang tua itu agaknya gusar sakali, karena binatang2 peliharaannya tidak dengar perintahnya lagi. Suara bunyi bambu yang ditiup dari gencar dan pendeki lama2 berubah menjadi panjang dan menyeramkan. Suara aneh itu terdengar menusuk telinga.
Tetapi binatang2 berbisa itu hanya meng-geser2 tubuhnya di sekitar situ2 saja, tidak berani maju pula. Ini membuat Lim Tiang Hong timbul herannya, pada pikirnya ular beracun yang biasanya ganas apa ada perasaan takutnya terhadap kekerasan manusia"
Dia sedikitpun tidak menduga bahwa kawanan ular itu bukannya takut serangan tangannya, melainkan dari khasiat darahnya yang mengandung sari dari benda mujijjat, yakni itu nyalinya naga api atau Hwee-liong tho yang pernah dimakannya didalam gua di gurun pasir. Dan barusan, ketika ia menggerakkan tangannya. hawa dari Hwee-liong-tho lantas menyebar ke tengah udara. Dan barang mujijat itu yang merupakan satu2nya barang yang dapat menundukkan binatang buas tetap tidak dapat menggerakkan binatang2 buas itu menghadapinya.
Orang tua itu sedikitpun tidak pernah nmenyangka bahwa dalam tubuhnya Lim Tiang Hong ada barang mustika yang dapat menjinakkan kawanan ularnya. Setelah capai meniup sekian lama dan sang ular tiada menuruti perintahnya, ia menghentikan tiupannya dan berkata lagi sambil ketawa: "Bocah! Biar di badanmu ada barang mustika yang bisa jinakkan kawanan ular sekalipun, tapi buat kau mau keluar dari lembah Bu-kui kok ini jangan harap sama sekali!"
"Belum tentu eh!" jawab Lim Tiang liang sambil ketawa besar.
Dan sekali lagi ia lompat ke atas sambil mengeluarkan seruling emasnya. Manakala badannya turun di bagian atas, dia menggunakan senjatanya hingga sinar kuning kemilau kelihatan berkelebatan, membuat binatang2 melata ditanah itu pada kabur jauh2 meninggalkan tempat kosong seluas lima enam kaki.
Sementara itu kaki Lim Tiang Hong sudah menjejak tempat kosong itu dan melesat lagi ke atas.
Hanya dengan cara lelompatan demikian beberapa kali ia sudah berada ditepian tebing. Disini tanpa berayal lagi ia menggunakan kecerdikannya, merambat ke atas. Dalam dugaannya, orang tua itu tentu masih menjaga dipinggir atas tebing, yang mungkin dapat menyerangnya secara tiba2 kalau dia melompat tinggi lagi.
Siapa nyana, sewaktu dengan jalan merambat itu ia sampai juga diatas tebing ternyata tidak dilihat bayangan orang tua itu. Ini mengherankan dia, tidak tahu dia muslihat apa lagi yang akan digunakan oleh orang tua itu.
Ia merasa agak mendongkol, tetapi ia sebenarnya tidak bisa merasa terlalu letih. Beru saja sebentar duduk mengaso, suara ketawa aneh dan menyeramkan tiba2 menggema di sekitar tebing, lalu di kegelapan itu tiba2 muncul beberapa sosok bayangan orang.
Mereka itu segera dikenali Lim Tiang Hong sebagai Lam-hay Gia-mo dari Lam hay-pay. Bersama dengan dia ada pula itu kepala kawanan rimba hijau dari tujuh propinsi Biauwcu Thian koan Su khong Jiauw bersama anak2 buah masing2.
Kedua orang itu berdiri dihadapan Lim Tiang Hong dengan mengambil sikap mengepung. Dikedua sisi mereka berdiri anak2 buah masing2.
Lim Tiang Hong yang sama sekali tidak pandang mata orang2 itu, dengan sikap tawar mengawasi mereka lalu berkata dengan suara acuh tak acuh: "Hai kalian manusia2 yang tidak tahu diri, apa perlu kalian cari mampus disini"!"
Baru saja tertutup mulutnya, kembali terdengar suara riuh pekik jeritan orang, disusul dengan munculnya Pek-bin It-koay dan Ang-hoat Lo-lo dan selang tak lama kemudian kelihatan Lionghouw Koan-cu dengan membawa rombongan imam2 pembawa bendera berlerot2 datang kesitu.
Lim Tiang Hong mendadak dongakkan kepala sambil tertawa ber-gelak2 berkata: "Bagus! Bagus! Kalian manusia2 yang mau mampus malam ini datang semua. Aku juga akan adakan pembunuhan besar2an!"
Tetapi yang mengherankan, beberapa kali ia berkata, dari rombongan orang2 itu tidak ada seorangpun yang kelihatannya ingin menyahuti, hingga dalam hatinya diam2 timbul perasaan heran. Mungkinkah orang" itu sudah menjadi setan bawaan orang tua tadi"
Selagi Lim Tiang Hong masih merasa heran, dari jauh tiba2 terdengar suara yang menyeramkan. Suara itu pertama kali terdengar, nyata masih sejauh beberapa lie dari situ. Tapi kemudian dalam sekejap mata sudah terdengar bagai dilamping gunung itu. Jika didengar dengan seksama, suara itu mengandung keanehan pula. Diduga, orang yang mengeluarkan suara aneh itu sudah amat tinggi sekali latihan ilmunya. Pun membangkitkan perasaan dalam hati Lim Tiang Hong, suara itu rasa2nya pernah dikenalnya, tetapi di-ingat2 tetap tidak tahu siapa.
Selagi suara masih berkumandang keras ditengah udara, dua bayangan orang yang tinggi dan kate sudah melayang turun kesitu
Yang tinggi itu, ternyata adalah Kauwcu Thian-cukauw Pek-tok Hui-mo, dan yang lain adalah si Dukun Biauw-ciang Kui-pan-po.
Lim Tiang Hong sungguhpun berkepandaian tinggi dan besar nyalinya, tapi dalam sekejapan ber-turut2 menghadapi begitu banyak kawanan iblis nomor wahid, diam2 juga jadi terkejut.
Pek-tok Hui-mo yang sampai duluan diatas, berdiri dengan sikap sombong. Matanya mengawasi teman2nya sejenak, kemudian dengan suara tawar menghadap Lim Tiang Hong seraya katanya. "Sekarang kuberikan ketempatan terakhir buat kau: Jika pada saat ini kau bisa rubah niatmu dan mengaku salah dan berlutut didepan bapakmu ini, kau tetap akan dianggap sebagai Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw! Malah kekuasaan dan hak yang akan kau dapat nanti, akan jauh lebih besar daripada apa yang kuberikan pada engkornu. Tapi kalau tetap bandel, aku sebagai orang tua tidak punya daya lain buat melindungi ancaman orang2 ini sekalian!"
Lim Tiang Hong tahu malam itu pertumpahan darah besar2an takkan mungkin dapat dihindarkan. Maka diam2 ia mengatur pernapasannya, mengerahkan seluruh kekuatan murninya menindas perasaannya supaya tidak tergoncang hebat. Setelah itu ia baru berkata dengan suara lantang: "Tidak perlu kau keluarkan perkataan yang seperti membujuk anak kecil! Terus terang kukatakan: Aku sudah dapatkan keterangan serba lengkap mengenai kau, juga mengenal siapa adanya kau. Kaulah si Manusia Buas Nomor Satu dikolong jagat yang suhuku Bu-ceng Kiam-khek haruskan membunuhnya. Dan mengena! sebab dulu aku bisa lepaskan begitu saja, karena aku masih perlu menghargai dan mentaati pesan seorang locianpwee. Tapi kau tunggulah saja, pasti ada gilirannya buat kau mati!"
Ketika ia coba mengucapkan perkataan2nya yang penghabisan ini, sikap dan suaranya bengis sekali.
Pek-tok Hui-mo yang mendengar demikian, hampir seluruh rambutnya berdiri. Dan perasaan jeri tiba2 menggoncangkan semangatnya. Kini ia merasa berkuatir. Sebabnya, sebenarnya amat sederhana sekali. Orang tua Penyipta telah memesan Lim Tiang Hong mengambil jiwanya. Meski malam itu ia dapat mendahulu tindakan anak muda itu sebelum maksudnya tercapai, tapi, bagaimana si orang tua gurunya mau menyudahi perkara begitu saja"
Tapi betul2 Pek-tok Hui-mo bersifat licik dan pengecut! Sekalipun dalam hatinya ia merasa takut yang tak alang kepalang tapi diluarnya tetap tidak memperlihatkan perubahan dan tiba2 membentak bengis: "Anak haram! Sungguh besar nyalimu eh"! Kau tidak pandang orang tuamu" Lihat sajalah! Apa kiramu aku tidak mampu beri ajaran kepadamu!"
Berbareng dengan diucapkannya kata2 itu, tangannya yang besar mengulap perlahan.
Kawanan iblis yang semenjak tadi hanya sebagai pendengar dan penonton, setelah melihat ulapan tangan Pek-tok Hui-mo, semua lalu berpencaran mengambil tempat sendiri2 dan maju ke depan lambat2.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua kejadian di sekelilingnya sambil berpeluk tangan. Kedua matanya bersorot beringas, menyapu orang2 didepannya. Perasaan gusar yang me-luap2 bagai tak dapat dikendalikannya lagi. Setelah keluarkan dehemam ia lalu ketawa dingin dan menggeram.
Tiba2 matanya dapat melihat, si setan tengkorak Bu-kui Siancu muncul disitu dengan itu pemuda yang menamakan diri Pang It Kie. Maka seketika itu juga meledaklah keinginan membunuhnya.
Dengan cepat ia melompat maju, terus menerjang kearah pemuda itu sambil membentak keras, "Eh! Dimana kau sembunyikan adik Yan-ku!"
Gerakan Lim Tiang Hong begitu mendadakan, cepatnya luar biasa.
Pang It Kie dalam kagetnya buru2 ingin menjauhkan diri, tetapi tiba2 melihat berkelebatnya satu bayangan hitam.
.1413 Kemudian terdrngar suara benturan hebat, diatas tebing lalu timbul suara angin menderu serta suara batu kecil yang berterbangan dan jatuh ke dalam lembah
Seseorang tua berbaju hitam nampak mundur sempoyongan sampai tiga tindak, sedang Lim Tiang Hong nampak berputaran di tengah udara dan melayang turun sejauh lima kaki.
Kiranya ketika Lim Tiang Hong tadi menerjang pemuda Pang It-kie secara mendadak, orang tua baju hitam itu sudah menyambuti serangan Lim Tiang Hong dari samping.
Orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sudah mencapai ke tingkat yang sempurna. Sadang Lim Tiang Hong yang sudah menghamburkan kekuatan tenaga dalamnya begitu banyak, maka setelah mengadu kekuatan kedua2nya sama kuatnya
Selagi Lim Tiang Hong melayang turun, lalu terdengar suara riuh, Lam-hay Gia-mo, Pek-bin It-koay, Biauw-chiu Thian-koan dan lain2nya sudah pada menyerbu menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan cepat Lim Tiang Hong geser kakinya mengelakkan serbuan kawanan iblis itu. Kemudian ia berkata sambil ketawa ber-gelak2: "Tidak nyana kalian manusia yang pernah lolos dari tanganku ini kini semua telah bernaung dibawah bendernya Thian-cu-kauw. Aku benar2 merasa malu mengingat kedudukan kalian sekarang!"
Pek-bin It-koay ada merupakan seorang yang paling jumawa di dalam golongan hitam. Tidak nyana baru saja gabungan diri dengan Thian-cu-kauw sudah mendapat perintah untuk turut mengepung Lim Tiang Hong. Di dalam hatinya sudah lama dia merasa tidak puas dengan kedudukannya sebagai bawahan. Maka ketika mendapat sindiran Lim Tiang Hong, hatinya semakin sakit seperti ter-iris2 sembilu. Tapi ia masih coba menutupi kemaluannya dengan bicara keras. "Anak kecil, tidak perlu kau menggonggong! Jika kau punya kepandaian keluarkan cepat!"
Lim Tiang Hong yang berada dibawah ancaman 3-4 puluh orang kuat, tidak mau banyak bicara dengarnya. Ia lalu gerakkan kedua tangannya untuk menyambuti serangan yang dilancarkan dari berbagai jurusan. Sedang dalam hatinya memikir: bahwa bertempur secara demikian tidak boleh dibiarkan lama2. Sekalipun dapat memukul hancur orang2 itu, tapi Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po serta Bu-kui Siancu pasti akan maju untuk bantu menyerang.
Dan pada waktu itu aku yang sudah kehabisan tenaga mana ada kekuatan buat menghadapi mereka lagi"
Oleh sebab itu maka timbul pikiran buat angkat kaki sementara dulu.
Tiba2 terdengar satu siulan panjang. Dengan satu kali pukul, dia telah merubuhkan salah seorang anak buah golongan Lam-hay sehingga menimbulkan kekalutan sebentar. Dan Lim Tiang Hong yang dapat menggunakan kesempatan itu, lantas lompat melesat dan melayang turun ke bawah tebing.
Tidak nyana, baru saja terlepas dari kepungan rombongan orang banyak itu, kembali ia harus menghadapi sekelompok manusia liar itu. Itulah orang2nya Thian-cu-kauw, diantaranya terdapai Liauwtong Kiam-cie, Hwee-san Koay-khek, Khong Bun Thian dan lain2nya, yang segera membentuk kepungan baru di sekitar Lim Tiang Hong.
.1416 Thian-cu-kamv Kauwcu Pak-tok Hui-mo pernah menderita kekalahan di Toan-hua-gay. Kekalahan yang pahit itu menimbulkan rasa benci sekali terhadap Lim Tiang Hong. Telah timbul niatnya akan membunuh pemuda itu. Dan kebetulan, kali ini Pang It-kie pada suatu kesempatan yang tak terduga2 telah dapat menarik perhatian Yan-jie dan dapat membawa Yan-jie ke situ.
Dengan adanya Yan-jie sebagai umpan, maksudnya ingin memancing Lim Tiang Hong kegunung Hoan-cengsan yang amat strategis letaknya.
Pek-tok Hui-mo diam2 lalu mengatur anak buahnya serta orang2 kuat yang baru masuk manjadi anggotanya itu mengepung rapat pemuda itu. Ia menunggu giliran sesudah habis tenaga Lim Tiang Hong baru mau turun tangan mengambil jiwanya.
Lim Tiang Hong yang cuma mengerti bahwa tujuannya ke situ adalah untuk menolong Yan-jie maka tidak memikir bahwa ia sendiri berada dalam bahaya besar. Maka ia dari Tiang-lim, lalu terus supaya dapat tiba ketempat tujuan pada waklunya. Tapi justru perbuatannya itu memakan banyak tenaganya. Bukan sedikit tenaga yang dihambur tiada guna. Maka kini setelah mengetahui harus berhadapan dengan begitu banyak musuh2 kuat, barulah ia menyesali diri sendiri mengapa tidak mengambil waktu secukupnya buat mengaso"
Dan sekarang, ia telah terkurung dalam kepungan orang banyak. Menyesalpun tiada berguna lagi. Ia curna bisa kertak gigi, mengusahakan se-bisa2nya untuk menyambuti setiap serangan yang datang dari berbagai jurusan. Orang2nya Thian-cu-kauw ini karena bertempur didepan mata Kauwcu sendiri, sudah tentu semuanya ingin ber-dulu2 memperlihatkan kerahkan ilmu tertinggi yang mereka miliki.
Sementara itu rombongan Lam-hay Gia-mo dan lain2 yang baru masuk jadi anggota, tentu tak mau kalah sebat, selekas itu memburu dan kembali sudah mengepung Lim Tiang Hong. Ini benar2 menyulitkan kedudukan anak muda itu. Sebab semenjak dia unjukkan diri didunia kang-ouw, pertama kalinya itulah dia harus menghadapi begitu banyak orang2 buat dalam suatu pertempuran yang paling kejam. Apalagi dia dalam keadaan badan yang tidak menguntungkan sama sekali, per-lahan2 ia merasakan tekanan yang hebat tentu saja baginya merasa, ae-akan2 kekuataanya jadi merosot jauh sekali. Meskipun ilmu Sam-sam Po-hoat nya luar biasa hebat, tetapi dibawah kepungan musuh2 tangguh begitu banyak yang terus mendesaknya secara bergiliran sedikitpun tidak mengijinkannya ia memperbaiki keadaan.
Disamping itu Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po masih menonton dari jauh agaknya seperti menanti kesempatan terbaik buat turun tangan. Selama itu dua orang ini hanya tunjuk kesini menuding kesatu dan memberi petunjuk2 kepada anak buahnya bagaimana cara menciutkan kepungan.
Setelah jam tiga dan jam empat malam berlalu, Lim Tiang Hong tiba2 ingat mengapa selama itu ia bertangan kosong tidak menggunakan senjata" Dengan capat ia mencari lowongan mencabut seajatanya, seruling emas kini telah keluar.
Dengan seruling emasnya ini ia mengamuk. Sebantar saja suara jeritan pekik orang2 terdengar dimana2 dan mereka yang bandel kontan rubuh dan mati. Senjata tersebut demikian hebat dalam tangan Lim Tiang Hoag, hingga kembali dalam detik2 berikut beberapa orang harus mengikuti kawan2nya yang terdahulu ke alam baka
Dalam waktu sekelebatan saja dikalangan itu sudah menjadi kubangan darah. Jerit mengerikan terdengar saling susul dan kepungan agak kucar kacir. Kini dalam tangan Lim Tiang Hong telah bertambah satu senjata lain, yakni pedang To-liong-kiam nya. Semangatnya terbangun lagi dan serangan2nya semakin gencar. Saat itulah tiba2 terdengar suara Lam-hay Gia-mo yang nyaring tajam. "Bocah! Jangan bangga dulu!"
Kemudian ia tarik dirinya dan mengeluarkan senjatanya, yakni Kiam-kek semacam pedang yang bercagak, lalu lompat masuk lagi dalam kalangan berdarah. Perbuatannya demikian segera ditelad oleh yang lain2, semua orang sudah menghunus senjata masing-2 dan kembali mereka mengepung!
Pertempuran itu sekalipun berat sebelah, tapi jauh lebih seru daripada pertempuran yang manapun juga. Dibawah sinar bintang yang remang2 hanya terlihat berkelebatnya bayangan2 manusia yang lompat sana lompat sini, dengan diantaranya terlihat berkelebat senjata2 tajam dibarengi dengan terdengernya ber-kali2 jeritan maut.
Hanya perasaan gusar dan nafsu membunuh yang memenuhi dadalah yang merajai pertandingan di situ, semua orang berkeras ingin membunuh pihak lawan.
Lim Tiang Hong sudah mengeluarkan seluruh kepandaiannya melayani sekalian lawaanya. Seberlalunya pertempuran setengah jam kemudian, meskipun sudah banyak dari lawannya yang agak lembekan mati terbunuh kena pedang atau seruling, tapi biar bagaimana Lim Tiang Hong cuma manusia yang terdiri dari darah serta daging, apalagi ia sudah 7 hari 7 malam tidak pernah mengaso terus menerus melakukan perjalanan. Maka saat itu berulah ia merasakan kekuatannya jauh berkurang. Jika ia tidak pernah mendapatkan kesaktiannya dari kegaiban alam, mungkin sudah dari tadi dia menggeletak sebagai bangkai Lim Tiang Hong!
Sementara dari pihak lawannya yang begitu banyak, semua satu2 atau beramai-ramai maju menghajar Lim Tiang Hong, seperti tidak ada batas mengaso buat mereka.
.Pek-tok Hui-mo dan Kui-pan-po yang berdiri diluar kalangan jadi sengit melihat anak buah mereka yang paling kuat dari hasil pemilihan yang benar2, telah 3 jam bertempur tidak membawa hasil apapun. Mereka tambah gusar terhadap sipemuda, namun demikian disamping rasa gusar mereka harus menyayangkan kepandaian orang demikian hebat, apakah sebentar lagi akan hilang dari muka bumi" Lim Tiang Hong tidak mau kena pancing dengan jalan apa sekalipun!
Dengan mendadak ia mengeluarkan suara mengaum seperti binatang buas. Matanya yang bersinar biru memandang Bu-kiu Siancu sejenek. Orang tua yang dipandang demikian merasa tergetar hatinya. Kemudian perdengarkan suara ketawa aneh dan lantas lompat melayang ke dalam medan pertempuran.
Gerakannya itu betul2 cepat dan kilat. Begitu dekat ia lalu tantang semua jari2nya dan mengeluarkan serangan dari tengah udara!
Lim Tiang Hong waktu itu merasa tekanan berat sekali. Tapi melihat Bu-kui Sian-cu melayang, jauh2 sudah geser kakinya dan menyambuti orang tua itu dengan ujung pedangnya, sedang seruling emas di tangan kirinyapun dikerjakan, ditujukan kepada orang2 banyak yang turunan maju.
Semua itu terjadi dalam waktu singkat. Tiba2 di tengah kalangan terdengar suara seperti burung hantu yang aneh, kemudian disusul dengan berkelebatnya satu sosok benda hitam, dengan beribu-ribu lembar seperti benang rajut dengan ceput mengurung kepala Lim Tiang Hong. Saat itulah terdengar satu suara mengatakan "Rebah!"
Kemudian terdengar suara "Ser-ser" an. Sinar emas mengurung depan tubuh Lim Tiang Hong!
Lalu terdengar suara ketava dari sambutan Lim Tiang Hong dengan sambutannya "Kau maui Siauwya mu rebah" Tidak begitu gampang!"
Bayangan hitam yang menerjang tadi ternyata adalah Kui-pan-po. Ketika melihat serangan pertamanya tidak membawa hasil, badannya berputaran ditengah udara dan kembali menerjang!
Bu-kui Siancu yang lebih dulu datang menyerang pun menggunakan waktu itu menerjang lagi!
Entah dari mana datangnya kekuatan, tiba2 Lim Tiang Hong seru keras, Pedang To-liong-kiam digunakan menyambuti Kui-pan-po sedang suling mas diayun dengan tangan kiri ke arah Bu-kui Siancu.
Itu baru usaha menyingkirkan dua lawan sekaligus, juga merupakan usaha terakhirnya buat menyudahi pertandingan itu yang sudah bertempur hampir semalam suntuk mana mempunyai kekuatan lagi buat menambah semangatnya guna menghadapi lawan2 yang segar2 ini" Maka hanya beberapa jurus terakhir ini saja ia sudah terdesak mundur, sedangkan orang2nya Thian-cu-kauw yang mengepung tadi kembali sudah datang bagai gelombang air pasang yang takkan habis2nya. Diatas itu ia sudah tidak mempunyai tenaga lebih lagi untuk melayani musuh2nya. Ia merasakan darah di dada bergolak hebat, matanya mulai berkunang2 hingga diam2, ia telah mengeluh "Habislah! Tidak urung aku Lim Tiang Hong harus mati disini"
Dalam hatinya meski mengeluh ber-ulang2, tapi keinginan untuk tetap hidup, memaksa dia mengeluarkan sisa2 tenaganya menghadapi semua lawan2nya.
Cuaca menjelang pagi. Dari sebelah timur, sudah kelihatan sinar kuningnya matahari.
Di bawah tebing kelihatan beberapa manusia berwajah bengis sedang mengurung seorang pemuda yang sudah berlepotan darah.
Setindak demi setindak pemuda itu terus mundur, keadaannya sudah parah sekali.
Tiba2..... Satu siulan panjang yang amat nyaring terdengar dikejauhan. Baru suaranya berhenti, di kalangan pertempuran mendadak terdengar bentakan yang keras: "Kawanan penjahat! Sungguh keji kelakuan kalian! Keji dan buas...."
Satu sosok bayangan hitam dengan kecepatan bagaikan kilat turun ke medan pertempuran.
Lawan2 Lim Tiang Hong sekalian masih merasa kaget mendengar bunyi siulan dari jauh, mendadak mendengar lagi suara orang. Itu belum seberapa kalau baru melihat satu orang yang datang. Tapi di belakang satu orang yang datang duluan itu kembali datang dua bayangan merah! Juga mereka ini menerjang musuh2 Lim Tiang Hong.
Kawanan penjahat, ketika mendengar bentakan, juga telah mendapat firasat bahwa orang yang datang itu tentu berada di pihak Lim Tiang Hong. Maka mereka mendesak semakin gencar, ingin sekali membunuh anak muda itu sebelum para penolongnya datang.
Saat itu keadaan Lim Tiang Hong sungguh mengenaskan sekali. Bu-kui Siancu yang tidak melepas kesempatan baik itu mendadak angkat tangannya dan membentak "Kau rebahlah!"
Dari kedua tangannya itu lalu meloncur keluar hembusan angin kuat.
Lim Tiang Hong ketawa panjang dan berkata sambil mengelit "Tidak begitu gampang!"
Suling emasnya pun lantas diputar gencar, membuang ke samping senjata lawan.
Suara benturan nyaring tak dapat dielakkan. Lim Tiang Hong sempoyongan mundur ke belakang. Mulutnya menyemburkan darah segar.
Kui-pan-po kala itu ketawa cekikikan dan berseru "Bocah, kau menyerah sajalah"
Ia juga melompat melesat dan menerjang anak muda itu.
Dalam keadaan demikian gentingnya datang bintang penolong bagi Lim Tiang Hong.
.Mendadak terdengar suara desir angin keras, seorang tinggi besar melayang turun ketengah kalangan dengan bentakannya yang kuat. "Enyah kalian!?"
Suara gemuruh terdengar nyaring.
Setelah itu tubuh Kun-pan-po nampak melayang tujuh-delapan kaki jauhnya dan terdengar pula kaokan2nya yang aneh.
Orang yang baru datang itu adalah seorang pengemis berkaki satu dengan wajahnya yang penuh berewok. Pengemis mana agaknya sudah terlalu gusar, hingga matanya yang melotot lebar nampak menakutkan. Begitu tiba ditanah lantas menyapu dengan tongkatnya. Serangannya ini menggunakan tenaga penuh. Ditambah pula dia sedang gusar keluarkan serangannya, betapa hebatnya tak dapatlah dibayangkan.
Diantara suara jeritan ngeri, dua Tancu Thian-cukauw korban pertama sudah hancur berantakan badannya! Ini membuat orang2 di dekatnya kena cipratan darahnya.
Setelah pengemis kaki satu melancarkan serangannya yang hebat, dua bayangan yang barusan meluncur turun juga sudah berada di dalam kalangan. Satu membantu Lim Tiang Hong dan yang lainnya menerjang orang banyak musuh Lim Tiang Hong.
Sebentar saja keadaan segera berganti kulit. Kawanan manusia buas belum lagi mengetahui jelas siapa2 yang datang, beberapa diantaranya sudah roboh dengan badan hancur oleh dua bayangan merah yang belakangan. Hingga saat itu keadaan disitu kalut, suara jeritan ngeri dan teriakan2 peringatan terdengar ramai.
Lim Tiang Hong yang sedang menahan rasa sakitnya untuk bertempur sampai pada titik darah yang penghabisan, tiba2 merasa satu lengan halus menyentuh tubuhnya. Dan terdengar suara lemah lembut disamping telinganya: "Kongcu, mengasolah dahulu. Orang2 kita sudah datang semua".
Lim Tiang Hong membuka matanya. Seseorang berdiri di hadapannya. Ia menghela napas sambil gelengkan kepala. Saat itu juga di belakang dirinya kembali terdengar suara lemah lembut: "Engko Hong! apa kau tidak ada halangan suatu apa?" Itulah suaranya Yan-jie.
.Begitu dengar, Lim Tiang Hong segera dapat mengenal kali ini kedatangannya ke lembah yang sangat berbahaya dan hampir antarkan jiwanya, semata-mata jalan karena gara2 si nona cilik itu.
Ketika ia melihat si nona cilik itu tidak berhalangan suatu apa, hatinya lantas mulai lega tapi matanya mendadak dirasakan gelap. Badannya sempoyongan hampir saja ia jatuh ke tanah. Untung, Siauw-Yong masih memegang tangannya, hingga buru2 menariknya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa kekuatan tenaganya telah diobral terlalu banyak, maka ia buru2 atur pernapasannya serta tidak berani banyak bicara lagi.
Siauw-Yong mengambil sebutir obat Soat-som-wan serta dimasukkan dalam mulutnya seraya berkata: "Kau boleh mengaso dengan tenang, kita berdua akan melindungi kau. Sementara itu kawanan penjahat sudah ada orang lain yang membereskan"
Pada saat itu di dalam medan pertempuran entah sejak kapan telah muncul seorang jangkung dengan dandanannya seperti seorang pelajar, bersama dua orang tua berpakaian hijau.
.Dua orang tua itu begitu tiba di medan pertempuran, lantas maju menerjang, sedang si orang jangkung itu nampak berjalan lambat menghampiri Pektok Hui-mo.
Pek-tok Hui-mo mendadak merasakan seperti dipagut ular, ia lalu berseru: "Ho-lok Siu-su! apakah kau belum mampus?"
Seruannya itu dengan tegas mengandung perasaan kaget, heran dan jeri, hampir saja suaranya itu berubah seperti tidak wajah. Lim Tiang Hong yang sedang mengatur pernafasannya, ketika mendengar suara Pektok Hui-mo, lantas pentang lebar matanya dan menengok kearahnya.
Matanya segera dapat lihat bahwa itu orang seperti pelajar pertengahan umur dan berbadan jangkung, yang dahulu pernah memberikan tanda mata Kie-lin-pay dikelenteng Nie kow sat, sedang berdiri berhadaphadapan dengan Pek-tok Hui-mo.
Sekalipun Pek-tok Hui-mo berkaok-kaok seperti orang kalap, tapi orang tinggi jangkung itu masih tetap dengan sikapnya yang tenang, kemudian terdengar suaranya yang dingin: "Tidak salah. Aku si orang she Lim
.1430 masih belum mati. Rekening antara kau dengan aku diwaktu dahulu, sekarang sudah tiba waktunya untuk dibikin perhitungan".
Biar bagaimana, Pek-tok Hui-mo adalah seorang penjahat besar dan berhati buas serta ganas, maka ketakutannya barusan harta sekejapan saja lantas lenyap.
Mendadak ia unjukkan ketawa dingin, kemudian berkata: "Membikin kucar-kacir rumah tangga orang, mengambil isteri orang. Perbuatanmu itu, aku si orang she Im pasti hendak menuntut balas dendam, maka tidak perlu kau mencari aku!"
Laki2 jangkung yang dipanggil Ho-lok Siu-su itu agaknya dibikin terperanjat oleh perkataannya Pek-tok Hui-mo itu. Wajahnya mendadak mengunjukkan perubahan aneh, dengan membungkam ia terus mengawasi manusia buas itu.
Pek-tok Hui-mo ada seorang cerdik. Melihat keadaan demikian, lantas mengetahui bahwa Ho-lok Siusu agaknya merasa menyesal mengenai hal2 yang sudah lalu.
.Kembali ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Pada saat ini kau barangkali juga merasa menyesal atas perbuatanmu itu. Aku seorang she Im juga tidak mau pada saat ini membikin perhitungan dengan kau. Nanti 3 tahun kemudian, kita mencari suatu tempat untuk mengadakan pertandingan serta membikin beres persoalan ini"
Dengan tidak menantikan jawaban musuhnya lagi, ia lantas melompat melesat dan menghilang dari depan musuhnya.
Ho-lok Siu-su tidak mengejar, sedang di medan pertempuran itu telah terjadi perubahan besar.
Banyak bangkai manusia bergelimpangan tapi semua itu agaknya tidak menarik sedikitpun juga perhatiannya Ho-lok Siu-su. Ia hanya melirik Lim Tiang Hong sejenak, kemudian melayang pergi.
Lim Tiang Hong yang minyaksikan keadaan demikian, dalam hatinya timbul suatu perasaan, mendadak ia berseru dengan suara nyaring: "Ayah!"
Tapi Lim Tiang Hong yang sudah terlalu letih serta terluka dalamnya, ketika memanggil ayahnya dengan menggunakan tenaga dalam, ternyata menambah bekas
.lukanya. Dadanya dirasakan sakit sekali, kemudian dari mulutnya menyemburkan darah segar serta hampir saja jatuh pingsan.
Yan-jie buru2 menyanggah dirinya dan Siauw Yong buru2 menjejalkan sebutir obat pil Soat-som-wan nya kedalam mulutnya.
"Kongcu, kau kenapa" Lekas mengaso dengan baik! Urusan lainnya tak usah perduiikan! Sebentar lagi kau tentu akan pulih kewarasanmu" demikian katanya si gadis cilik itu.
Akan tetapi, semua kejadian tadi yang telah didengar dan disaksikan oleh Lim Tiang Hong, tentu tak bisa menenteramkan hatinya buat merawat luka2nya.
Kembali ia membuka matanya menengok ke arah medan pertempuran. Ia baru mengetahui bahwa Yu-kok Oey-eng, si pengemis kaki satu, Gin-sin-siu den Cengpauw-siu telah datang semuanya dan sedang bertempur sengit dengan sekalian orang2 jahat tadi. Pertempuran berlangsung seru sekali.
Si Pengemis kaki satu dengan berewoknya berdiri dan mata mendelik menghantam lawan2nya dengan tangan dan tongkatnya. Ia turunkan tangan dan senyatanya begitu ganas, siapa yang berada di dekatnya tidak terlolos dari ancamannya. Keadaan seperti itu betul2 seperti raksasa sedang mengamuk.
Gin-sie-siu dan Ceng-pauw-siu malam itu agaknya sudah tidak bisa kendalikan amarahnya lagi. Dengan alis berdiri dan suara seperti geledek, mengamuklah mereka dalam kalangan di atas tebing.
Sementara itu, Yu-kok Oey-eng dengan menggunakan gendewa sebagai senjata, bergerak gesit dan lincah sekali mengitari lawan2nya. Dimana saja senjatanya menyambar pasti minta korban. Saat itu jeritanpun terdengar tidak putus2nya sebagai akibat dari amukan mereka.
Yan-jie yang belum pernah menyaksilan pertempuran yang demikian dahsyat, ber-ulang2 keluarkan seruan kaget sambil menutup mukanya.
Memang juga, sungguh mengerikan untuk dilihat. Apakah gerangan yang menjadikan pertempuran demikian"
Lim Tiang Hong tiba2 buka mata dan tertawa bergelak2 "Sebagai anak rimba persilatan sudah tentu tidak bisa terhindar dari pertempuran semacam ini! Jikalau kau
.tidak membunuh mereka, mereka akan mendahuluimu membunuhmu!"
Siapa nyana suara tertawanya Lim Tiang Hong sudah manarik perhatian Kiu-ban-po yang sedang bertempur. Nenek dari daerah Biauw-ciang itu setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, lantas melayang ke arah Lim Tiang Hong dengan gayanya seperti burung elang menerkam kelinci.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kepandaian ilmu silatnya Yan-jie yang didapat dari didikan Heng-lim Cun-loan sendiri, diantara tingkatan muda juga terhitung salah satu orang kuat. Akan tetapi ia belum berpengalaman sedikitpun dalam dunia kangouw. Pun belum pernah bertempur dengan sesamanya. Ia yang pada saat itu hanya memperhatikan keadaan pertempuran yang begitu dahsyat dan menakutkan hatinya sedikitpun tidak ber-jaga2 hingga juga tidak mengetahui adanya orang yang datang ingin membokong Lim Tiang Hong.
Dan ketika melihat kedatangan Kiu-ban-po ia lantas menjerit kaget serta buru2 menghunus pedangnya. Tapi sepasang tangan Kiu-ban-po dengan cepat sudah berada didepan mukanya Lim Tiang Hong dengan jarak tinggal satu kaki lagi saja!
Tiba2 berkelebat satu bayangan merah! Disusul dengan terdengarnya suara tamparan yang amat nyaring, menyusul lagi makian yang yang halus dan nyaring. "Phui! Nenek tua tidak tahu diri. Lekas pergi kau dari sini....!"
Belum habis suara itu, mendadak terdengar suara bentakan keras. "Kau sesungguhnya juga terlalu pandang rendah aku si orang she Lim!"
Suara itu dibarengi dengan menyambarnya satu tangan, tangan Lim Tiang Hong menyambar muka Kiuban-po.
Nenek itu tadinya menyangka kalau Lim Tiang Hong yang diam2 begitu, tentu sedang terluka parah. Maka tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri yang sudah tinggi ia ingin membokong! Pada anggapannya, perbuatannya demikian pasti membawa hasil.
Siapa nyana, selagi kedua tangannya berada dekat sekali di depan muka Lim Tiang Hong, pipinya sendiri malah yang mengalami tabokan keras sampai dua kali. Itu adalah perbuatan si gadis cilik, Siauw-yong!
.Yong sikecil atau disebut Yong-jie, meski kecil tubuhnya, tapi tamparannya berat. Tubuhnya yang langsing, menyebabkan dia bisa bergerak gesit. Setelah kedua tengannya menggampar muka Kiu-ban-po, dengan gerak yang gesit sekali menekuk tubuhnya dengan kaki menendang dada si nenek itu, dan setelah mana ia melesat jauh2.
Gerakan Kiu-ban-po tadi, sebetulnya cepat luar biasa. Tapi setelah digampar dua kali dan mendapat tendangan pula, gerakannya agak lambat. Dan justru pada saat inilah Lim Tiang Hong sudah mengerahkan kekuatan yang ada dan menyerang sekalian!
Sebentar kemudian hanya terdengar suara jeritan ngeri. Nenek itu badannya dibikin terpental setombak lebih untuk akhirnya jumpalitan.
Masih untung kekuatannya cukup, tenaga dalamnya sempurna. Meski telah dihajar pulang pergi sampai tiga kali masih dapat dia mempertahankan untuk tidak sampai rubuh. Setelah kakinya menginjak tanah, ia mundur sempoyongan sampai beberapa langkah. Namun demikian, mulutnya tak urung tak dapat menahan semburan darah.
.Ia pentang lebar2 matanya, dengan sorot buas memandang Lim Tiang Hong dan Siauw Yong sejenak, dan kemudian lari ngacir.
Lim Tiang Hong sendiri, selelah memukul mundur nenek tua itu, ia sendiri juga mesti mundur sampai tiga tindak. Untung tidak sampai mengeluarkan darah. Kalau demikian tentu si nenek akan balik lagi. Karena dengan cepat pula ia sudah tenangkan diri dan tidak bergerak, membuat Kiu-ban-po ketakutan dan ngiprit.
Pertempuran kembali berlangsung satu jam. Disitu hanya tertinggal Pek-bin It-koay, Ang-hoat Lo-lo, Lamhay Gia-mo, Biauw-ciu Thian-koan, Koancu dari Lionghouw-koancu serta Liauw-tong Kim-cie, Hwee-san Koaykhek, Kong Bun Thian dari pihak Thian-cu-kauw dan Bikui Siancu yang menghadapi orang2 dari Kie-lin-kok.
Jikalau diambil perbandingan dari jumlah orangnya, terang pihak Thian-cu-kauw lebih banyak. Tetapi ditilik dari sudut kekuatan dan kemahiran bersilat orang2 tersebut adalah kebalikannya.
Tiga orang Hong-hong-tie yang terkuat dengan satu Yu-kok Oey-eng bukan saja merupakan tenaga2 baru yang masih segar dan dalam kekuatan dan kemahiran
.1438 bersilat juga lebih jauh tinggi dari orang2 buas dan kejahatan mereka sudah ber-tumpuk2, namun belum pernah mereka saksikan orang demikian buas dan ganas seperti si pengemis kaki satu itu, juga boleh dikata orang2 itu jika berhadapan dengan pengemis kaki satu itu, se-olah2 berhadapan dengan macan yang sedang mengamuk hingga siapa saja yang dihadapinya ia terus terjang dan terkam sehingga tidak bernyawa lagi.
Sedangkan senjata tongkat besinya yang tidak punya mata, telah membuat kawanan orang2 jahat itu harus berlaku hati2 kalau tidak mau kena kemplangan di atas kepala mereka.
Maka di setiap hati orang2 itu lalu timbul niatan akan mengundurkan diri. Pertempuran harus mengandalkan semangat kuat, terutama dalam pertempuran kalut yang semacam itu. Maka setelah kawanan penjahat itu sudah berniat kabur, sudah tentu sudah tidak ada semangat tempur mereka lagi.
Justru pada saat itu si pengemis kaki satu tiba2 menggeram dengan suara keras sekali. Senjatanya telah mematahkan senjata Ang-hoat Lo-lo, tongkat lawan tongkat.
.Tongkat merah Ang-hoat Lolo sudah patah, tangannya dirasakan sakit dan keluar darah. Cepat ia mengundurkan diri, tapi si pengemis kaki satu secara kilat sudah maju pula sambil berkata dengan suara dingin: "Kau masih mau kabur..."
Tangan kirinya lalu bergerak, dan dari telapak tangannya itu keluar kekuatannya yang hebat menggulung menyambar muka Ang-hoat Lo-lo.
Nenek rambut merah itu lantas menjerit dan segera tubuhnya terbang melayang dan masuk ke dalam jurang yang curam.
Kawanan penjahat yang menyaksikan keadaan demikian mengerikan, pada ketakutan setengah mati.
Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2 dan secara tiba2 melompat ke belakang dan kabur lebih dulu.
Selanjutnya menyusul tindakan si pengecut itu berlarianlah Pek-bin It-koay, Lam-hay Gia-mo ter-birit2 ke bawah gunung!
Si Pengemis kaki satu melintangkan tongkat besinya, tertawa ber-gelak2 dan berkata: "Tidak tahunya cuma menghadapi kawanan tikus yang tidak tahan gebuk! Ha, ha.... Aku si pengemis tua sebenarnya belum puas tidak merasa apa2 kenapa sudah pada ngacir semua?"
Yu-kok Oey-eng juga sudah menyimpan senjatanya dan melayang ke dekat Lim Tiang Hong.
Gin sie-siu mengawasi Lim Tiang Hong sejenak, pada kala itu si anak muda sedang duduk pejamkan mata menunjukkan bahwa dia tidak menderita terlalu hebat. Maka lalu menggapaikan Yong-jie dan berkata: "Kok-cu sudah berlalu, kita juga sudah harus pergi...."
Yong-jie monyongkan mulutnya menggelenggelengkan kepala menyatakan bahwa dia belum mau pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi akhirnya ia mengikuti juga ketiga orang itu untuk selanjutnya menghilang diantara rentetan gunung itu.
Pertempuran hebat yang yang jarang terlihat itu sudah berkesudahan dengan kekalahan dipihak Thian-cukauw!
Anggota Thian-cu-kauw baik yang baru maupun yang lama, banyak yang terbinasa, sedikitnya diduga seratus orang. Hingga lembah Bu-kui-kok banjir oleh darah dan mayat orang yang bergelimpangan disana sini.
Pada saat itu diatas tebing gunung hanya tinggal Yu-kok Oey-eng, Yan-jie dan Lim Tiang Hong yang sedang duduk mengatur pernapasannya. Dan gadis itu nampak berdiri dengan mulut bungkam, tak ber-kata2. Ketika matahari sudah doyong ke barat, baru kelihatan Lim Tiang Hong membuka matanya per-lahan2. Itupun berarti bahwa untuk memulihkan tenaganya kembali itu tanpa dirasa sudah menggunakan waktu tiga jam lamanya.
Pengalamannya kali ini terlalu hebat. Kalau orang lain kiranya yang mengalami, sekalipun tidak binasa, juga pasti habis tenaganya. Hilang semua tenaganya. Tetapi dasar Lim Tiang Hong, dia yang memiliki dasar2 kekuatan yang amat sempurna yang luar biasa dari semua pengalaman2 gaib yang pernah dialaminya, cukup dapat mempertahankan jiwanya. Pendek kata, kekuatannya tidak gampang2 dibikin habis!
Setelah kekuatannya dirasakan balik kembali, begitupun merasa badan baikan, Lim Tiang Hong perlahan2 membuka matanya.
Yang pertama dilihatnya Yu-kok Oey-eng, lalu Yanjie di sisinya. Ia lalu menarik napas dan berkata. "Adik Yan, kali ini sebenarnya kau mau kemana?"
Yan-jie yang selamanya belum pernah mengalami penderitaan demikian hebat, kali dilembah Bu-kui-kok telah menjadi tawanan beberapa hari lamanya hingga dalam hatinya merasa sangat jengkel, ketika mendengar pertanyaan Lim Tiang Hong parasnya semu merah dan menyahut dengan suara sedih: "Tadi kalau tidak datang encie ini yang menolongku, aku benar2 tidak tahu apa yang akan terjadi"
Dari perkataan Yan-jie diduga bahwa dia masih belum mengenal Yu-kok Oey-eng yang tengah di hadapannya. Maka Lim Tiang Hong buru2 perkenalkan mereka seraya katanya: "Adik Yan, kau barangkali masih belum kenal. Mari kuperkenalkan, encie Oey-eng inilah yang dulu pernah kusebut2 namanya kepadamu"
"Encie Oey-eng....?"
Yan-jie mementang matanya lebar2 bagai ingin sekali meneliti orang yang disebutnya encie Oey-eng tadi.
.Lama sekali ia mengawasi dari atas kebawah dan balik lagi keatas, baru berkata. "Oh! Kalau begitu inikah dia yang bakal jadi ensoku....?"
Perasaan sedih sebenarnya telah timbul dalam hatinya, telah merasa bahwa semua pengharapannya buyar. Gadis cantik molek luar biasa yang dihadapinya dia rasakan sebagai oraang yang pernah melepas budi kepadanya, tetapi juga sebagai saingan dalam merebut cinta Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng sementara itu, terhenyak dia menolongi Yan-jie lapat2 dapat meraba hati gadis cilik itu yang dari percakapannya dapat diduga, terhadap Lim Tiang Hong dia telah mencintainya sangat.
Kini setelah mengetahui perhubungan dengan Lim Tiang Hong, nyata benar kedukaan Yan-jie, hingga dalam hatinya timbul rasa kasihan. Maka dengan tindakan perlahan2 ia menghampiri si gadis dan berkata: "Adik Yan, aku juga sering dengan engko Hong menceritakan halmu"
Yan-jie yang masih terlalu muda dalam usia, tentu tidak bisa mencegah gerak-geriknya yang ke-kanak2an. Ketika mendengar hiburan Yu-kok Oey-eng yang
.1444 diucapkan lemah lembut, matanya sudah merah, hampir ia menangis. Tetapi ia masih memaksa menahan tidak sampai keluar air mata, dan tiba2 berkata "Aku mesti buru2 pulang ke Kang-lam. Sin-sian Sioksiok tentunya masih belum tahu kalau aku sudah terlepas dari bahaya. Entah bagaimana gelisah perasaan hatinya...."
Kesedihan dalam hatinya pada saat itu benar2 sukar dapat dilukiskan. Kalau ia buru2 ingin pulang, sebagian karena takut Sin-sian Cu-kat sekalian sangat gelisah. Tapi tentu sebab yang utama karena tidak suka menyaksikan Lim Tiang Hong dengan Yu-kok Oey-eng nanti menunjukkan sikap yang hangat di hadapannya.
Lim Tiang Hong tahu benar pikiran Yan-jie, tetapi kecuali merasa kasihan dan bersimpati, tidak ada ucapan yang lebih tepat yang dikira bisa dikeluarkan untuk menghibur nona itu. Baru saja dia berkata: "Yan-jie, sendirian kau pulang apa tidak merasa kesepian?"
Yan-jie sudah lompat melesat dan menghilang dari depan mata. Maka ia hanya dapat berkata "ia sebenarnya bernasib malang...."
Yu-kok Oey-eng berlagak tidak dengar perkataan kekasihnya, sebab sebagai manusia biasa dalam saingan memilih kekasih tentu tidak bisa dan tidak mau mengalah.
Lim Tiang Hong yang mengetahui Yu-kok Oey-eng tidak mengatakan apa2, ia juga tidak berkata-kata lagi. Ia teringat peristiwa dirumah Heng-lim Cun-loan.
Ia pernah menggunakan tanda perintah Kie-lin memanggi! Orang2nya Hong-hong-tie minta mereka cari keterangan tentang pembunuhan Heng-lim Cun-loan.
Yam-kiong Kiam-khek pernah menjanjikan dalam waktu sebulan akan mengirim keterangan mengenai itu kepadanya. Dan waktu itu sudah hampir tiba, maka harus segera pergi menemui mereka, tetapi sayang Yanjie keburu berlalu. Pikirnya, baik pergi ber-sama2 dengan nona itu untuk mendengar berita pembunuhan ayah anak itu.
Ia sedang memikir dan bagai merenung, mendadak mendengar suara Yu-kok Oey-eng: "Aku tahu hubunganmu dengan Yan-jie tadi baik sekali. Tapi harus kau tahu, peruntungan kita sudah ditetapkan sejak masing2 kita dalam-perut ibu. Apalah daya kita untuk mencegah hati yang telah diatur oleh orang2 tua kita?"
Lim Tiang Hong dibikin tercengang, lama sekali ia baru dapat menangkap arti perkataan itu, maka lantas menjawab sambil ketawa getir: "Perkataanmu itu kau ucapkan tentu karena tidak mengenal pikiranku. Sebaiknya juga disini kututurkan: Ayah Yan-jie tadi, yakni Heng-lim Cun-loan pernah menolongku dan karena mau menolongku dia sampai terbinasa secara begitu mengenaskan. Karena itu mana bisa kulepaskan tanggung jawabku buat me-lihat2 anaknya yang sudah piatu itu" Tapi jangan salah paham lagi, aku cuma anggap Yan-jie sebagai adik sendiri, kau percayalah! Mengenai urusan antara kita, sekalipun orang2 tua kita tidak mengatur lebih dulu, tapi aku.... atas perhatianmu yang begitu besar, sebagai manusia dan bukan patung, mana aku tidak mempunyai perasaan balik terhadapmu" Sekalipun aku si orang she Lim tidak ada guna, tidak mau membiarkan pribadiku rusak seperti binatang.... kau kenalilah aku"
Perkataan2 Lim Tiang Hong yang diucapkan sangat bernapsu, membuat selebar wajahnya si nona merah.
Yu-kok Oey-eng tiba2 tertawa geli dan bertata: "Aku cuma berkata sembarangan, kenapa kau begitu gelisah takut dicemburui barangkali" Aku tahu, orang yang tahu dan menghargai budi sudah baik sekali. Sedikitpun tidak ada maksudku perlakukan Yan-jie seperti adik tiri! Jika tidak begitu, perlu apa aku jauh2 datang kemari dan untuk menolong dia?"
Sehabis berkata demikian, dengan tangannya ia membereskan rambutnya yang kusut, lalu mengeluarkah selembar saputangan. Dengan sikap yang sangat open mulai memesut tanda2 darah di wajah kekasihnya seraya katanya: "Kau harus cari suatu tempat untuk bersihkan tubuh dan pakaianmu! Sekalian untuk istirahat, perlu tempat yang aman dan baik. Sebetulnya kemanapun kau pergi aku ingin ikut dengan kau, tapi sekarang belum lagi waktunya, terpaksa di sini sajalah kita berpisah dulu"
Lim Tiang Hong mendengar ucapan Yu-kok Oeyeng bagai dara me-rayu2, membaui lagi harum semerbak tubuhnya itu, ia merasa semangatnya telah terbang jauh!
Manakah tidak begitu" Ia yang semenjak kecil hidup sebagai anak piatu, sedikit sekali merasai kecintaan wanita. Baik ibunya, maupun teman2 wanitanya. Dan kali ini ia menghadapi seorang gadis cantik molek laksana bidadari, yang pun merupakan calon isterinya tentu girang sekali hatinya.
Maka dengan tiba2 ia memeluk erat2 tubuh Yu-kok Oey-eng sang kekasih, wajahnya yang masih bernoda darah terus ditempelkan ke paras tunangannya!
Yu-kok Oey-eng meronta sedikit, tapi Lim Tiang Hong yang sudah bagai binatang buas tidak melepaskan kesempatan itu, mencium dan merangkul kekasihnya itu se-puas2nya.
Yu-kok Oey-eng tidak melawan. Ia membiarkan dirinya diciumi dan didekapi, lama baru ia buka mulut: "Perjodohan kita meski sudah ditetapkan, tapi sekarang ini masih ada peraturan yang membatasi kita jangan sampai berbuat yang tidak sopan. Jangan sekali2 karena cinta lantas lupa daratan. Bukanlah begitu?"
Lim Tiang Hong bukanlah pemuda hidung belang. Barusan kelakuannya demikian buas, karena perasaannya cintalah yang me-luap2. Selain itu telah mengetahui bahwa wanita itu adalah tunangannya. Dan kini mendengar kata2 sang kekasih, hatinya merasa agak menyesal. Ia melengak dan lama tidak bisa bicara.
Yu-kok Oey-eng mengira bakal suaminya itu merasa tidak senang atas kata2nya, maka dengan perlahan mendorong pula dirinya sembari berkata: "Aku se-kali2 tidak menolak kau rapat dan intim sekali denganku, melainkan mengharap kau bisa jaga diri jangan sampai terlibat oleh pengaruh setan. Perkataanku barusan maukah tidak ditaruh dalam hatimu?"
Lim Tiang Hang meng-angguk2, bagai anak kecil baru disadarkan dari kekeliruannya, hingga dalam hati merasa tidak enak.
Yu-kok Oey-eng tiba2 berkata pula sambil tersenyum manis: "Tolol, kenapa kau berdiri saja" Kau harus berangkat dan aku juga akan pergi!"
Sehabis berkata tubuhnya melejit ke atas, sebentar menghilang dari depan mata Lim Tiang Hong.
Kini Lim Tiang Hong merasa bagai baru mendusin dari tidurnya. Tiba2 ia ingat, Yu-kok Oey-eng orangnya Hong-hong-tie, mengapa tidak sekalian minta dia sama2 pergi ke Hong-hong-tie tadi" Mungkin disana ia bisa membuka tabir rahasia mengenai dirinya sendiri.
Karena berpikir demikian, bayangan Ho-lok Siu-su yang tinggi jangkung itu kembali melintas didepan matanya. Yah, itu adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun. Dialah ayah Lim Tiang Hong, pun yang di-sebut2 Kie-lin Kokcu oleh orang2 Hong-hong-tie saat ini.
Tapi dalam otaknya kembali timbul beberapa pertanyaan. Ke-satu: Kalau betul2 Kie-lin Kokcu ayahnya mengapa tadi seperti tidak mau mengenali anaknya" Meskipun benar dalam bahaya selalu ia dilindungi, mengapa harus secara diam2" Kedua: Kalau benar Kie-lin Kokcu adalah Ho-lok Siu-su, mengapa tidak mempergunakan gelar yang lebih sedap Ho-lok Siu-su itu" Apa ia menyimpan rahasia dalam hatinya" Ketiga: Ada permusuhan apa antara Kie-lin Kokcu dan Pek-tok Hui-mo" Barusan keduanya berhadapan satu sama lain. Kenapa tidak lantas bertempur" Pek-tok Hui-mo pernah memaki dia merusak rumah tangganya mengambil isterinya Mengapa Kie-lin Kokcu tidak membantah" Jadi benarkah demikian"
Semua pertanyaan2 itu membikin dia tidak habis pikir. Dan keadaan yang disaksikan tadi ketika Kie-lin Kokcu bertemu muka dengan Pek-tok Hui-mo ia lantas mengingat perbuatan Pek-tok Hui-mo yang selalu memakinya sebagai anak haram. Ia lalu menarik satu
.1451 kesimpulan: Kalau begitu jadi akulah anak dari seorang ibu yang adakan hubungan gelap dengan Kie-lin Kokcu" Jikalau hubungan antara Kie-lin Kokcu dengan Lok-hee Hujin itu tidak terang, maka kepribadian agungnya Kie-lin Kokcu bisa dijadikan persoalan besar dan tentu saja ia tidak berani menggunakan nama Ho-lok Siu-su lagi.
Mengingat akan hal demikian, lalu timbul kesannya tidak baik terhadap ayahnya. Apakah benar ayahku semacam manusia rendah sekali"
Sendirian ia berdiri terus, sekian lama belum juga bergerak. Tiba2 kesiuran angin malam itu membikin dia sadar! Dan benar2 si pemuda alias Lim Tiang Hong baru engah kalau hari sudah menjelang senja.
Buru2 ia gerakkan kakinya meninggalkan tempat yang penuh darah itu.
Tidak sampai dua hari Lim Tiang Hong sudah kembali ke kelenteng Thian-cee-bio, dimana sudah menunggu Yam-kiong Kiam-khek suami isteri. Dan mereka begitu melihat kedatangan Lim Tiang Hong, lantas disambut dengan meriah.
Yam-kiong Khw-khek lantas tertawa dan berkata: "Sutee, kenapa baru sekararg kau datang" Kau bikin cemas hatiku saja!. Kokcu sudah kasih perintah kita semua harus pulang ke Hong-hong-tie. Oleh karena aku petlu sampaikan kabarmu dulu, terpaksa memperlambat waktu dua hari"
Lim Tiang Hong lalu berkata sambil menyoja: "Semua itu adalah karena salahku. Maaf!"
Seterusnya ia lantas mencaritakan apa yang pernah dialaminya dilembah Bu-kui-kok dalam usahanya menolong Yan-jie.
Yam-kiong Kiam-khek lantas berkata: "Kita sebagai saudara2 sendiri, tidak perlu begitu merendah. Urusan yang kau pesan kepadaku dulu, yaitu buat carikan keterangan soal pembunuban Heng-lim Cun-loan, sudah juga kudapat. Begini: Tapi ingat, soal pembalasannya harus dibicarakan kemudian hari lagi, ini juga pesan Kokcu. Kiranya Hiantee bisa juga mentaati bukan?"
Lim Tiang Hong mengangguk, tapi dalam hati merasa bingung. Kenapa Yam-kiong Kiam-khek tidak menjelaskan dulu apa sebabnya Kokcu memesan demikian.
Ia lalu melanjutkan penuturannya demikian:
"Tentu kau masih ingat, waktu baru2 kau munculkan diri dengan nama Lim Tiang Hong, lantas bertemu dengan banyak orang2 Hian-bun yang mereka pandang sebagai musuh, bukan lain dari itu lantaran kau timbulkan urusan patung kuno Siauw-lim-pay menimbulkan urusan besar dalam gereja Siauw-lim-sie dan membuat orang2 persilatan pada tumplekkan perhatiannya terhadapmu. Pada waktu itu sebetulnya mereka salah mata. Semua urusan itu dilakukan oleh Imsan Mo-lie. Dialah yang menyaru laki2 sebagai kau hiantee! Tentu kaupun telah mengerti sebab wajah dan segala2 dari dia mirip dengan kau. Im-san Mo-lie yang juga tahu orang2 itu menyangka kau yang berbuat, lantas berdiri sebagai penonton disamping sambil kadang2 cari kesempatan buat merugikan orang lain. Tentu siapa yang bisa duga begitu" Mereka hanya tahu kau punya kepandaian tinggi. Dan kau sebagai orang baru kau dinyatakan menggemparkan dunia kang-ouw waktu itu. Oleh karenanya Im-san Mo-lie lalu berpikiran hendak menempel kau. Kebetulan Lok-hee Hujin suruh dia pergi ke Tang-gak bio, katanya buat carikan satu anak laki2 yang pernah dititipnya dikelenteng itu dan anak laki2 itu adalah kau sendiri. Semula Lok-hee Hujin tidak mengharap Kauwcu Thian-cu-kauw mengetahui persoalannya. Tapi siapa tahu urusan makin lama makin meluas. Kauwcu sendiri juga akhirnya mengetahui kabar itu. Memang juga sudah ada niatnya ingin merampas Tat-mo-kheng, jadi kebetulan ada kau sebagai pemuda berkepandaian hebat. Setelah dirundingkan dulu dengan Lok-hee Hujin untuk membujukmu harus akui dia sebagai ayahnya, malah pernah dikatakan olehnya kau akan dijadikan Kauwcu sebagai ganti kedudukan dia. Itulah sebabnya orang2 Thian-cu-kauw pertama menyebutmu Kauwcu muda. Kau ingat" Mereka ingin pinjam tenagamu, sudah barang tentu tidak mau sampai kau tahu riwayatmu. Heng-lim Cun-loan mengenal kau dan ingin membuka rahasia riwayatmu, maka lalu dibunuh oleh Im-san Mo-lie yang keji akalnya. Lain daripada itu, mereka juga membuat huru-hara di-mana2 supaya dimana2 ada musuhmu sehingga kau nanti akan terpaksa masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw atau minta perlindungan dari dia. Sementara mengenai urusan lain2nya, semua sudah kau tahu sendiri, rasanya tidak sulit buat kau pikirkan sendiri"
Lim Tiang Hong mendengar uraian Yam-kiong Kiam-khek, lalu mengenangkan kembali semua kejadian2 masa lalunya. Ia lalu sadar. Mendadak menggeram dan berkata: "Sungguh tak kusangka Im-san Mo-lie begitu kejam hatinya! Lihat nanti kalau ketemu denganku akan kuhabiskan riwayatnya! Hmm!"
Hiang-ie Siancu berbicara dari samping: "Ya sudah seharusnya mati bagiannya. Tapi hubungan dia dengan kau, apa kau tahu" Sedarah daging! Apalagi Kokcu sudah pesan supaya kau tahan sementara waktu"
Lim Tiang Hong yang sudah gemas berkata dengan suara nyaring: "Aku mau bunuh Pek-tok Hui-mo, tidak diijinkan Kokcu! Sekarang Im-san Mo-lie, juga dilarang. Apa sih maksudnya?"
Yam-kiong Kiam-khek kibas2kan kipasnya dan berkata dengan suara tenang: "Suhu sudah memikir panjang dan luas pengetahuannya. Segala urusan kalau sampai kepadanya, tentu memakai pertimbangannya yang teliti. Dalam hal ini tentu ada sebabnya ia melarangmu, maka janganlah coba2 melangkahi pesannya"
."Dimana sekarang adanya Kokcu" Bisakah kau ajak aku menemui dia?"
"Sementara waktu ini, biarlah jangan. Kokcu pesan begitu. Nanti setelah tiba saatnya, katanya beliau akan mencari padamu sendiri"
"Kenapa?" "Tentang ini suheng mu tidak tahu"
"Apa dia punya rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain?"
Tiba2 berubah air muka Yam-kiong Kiam-khek, dan katanya: "Apa maksud pertanyanmu ini" Kau masih sangsikan pribadi Kokcu" Jikalau kau bukan orang yang paling dekat dengan Kokcu, sudah dari tadi suhengmu tidak mau sungkan2 lagi terhadapmu!"
Lim Tiang Hong juga sudah merasa sendiri, bahwa kata2nya tadi kurang dipikirkan. Setelah mendapat teguran suheng-nya demikian, wajahnya seketika menjadi merah.
Hiang-ie Siancu kuatir Lim Tiang Hong merasa hilang muka, maka mendadak mendorong suaminya dan menyesali dengan kata2nya: "Bagaimana sih" Orang yang tidak tahu persoalan tentu mesti menanyakan demikian. Mana boleh lantas kau perlakukan begitu".
Lim Tiang Hong lantas menyambungi, "Perkataan suheng tadi betul. Tadi adalah siauwtee yang kurang teliti mengeluarkan kata2".
Yam-kiong Kiam-kek yang dari luar kelihatan lemah lembut, tapi sebetulnya beradat berangasan dan keras. Cuma terhadap suhunya, yakni Kie-lin Kokcu yang dipandangnya setinggi langit, maka sedikitpun ia tidak memperbolehkan orang menyangka gurunya jelek. Tegurannya terhadap Lim Tiang Hong adalah yang paling merendah. Dan setelah Lim Tiang Hong suka akui kesalahannya, dia juga tertawa dan berkata, "Kalau hiantee sudah tahu salah, itulah yang paling baik. Selanjutnya, jika dikemudian hari ada kesempatan, aku bisa ajak kau menemui Kokcu. Waktu itulah kau akan tahu bahwa semua perkataan2ku tidak dusta!"
Ia lalu bangkit dan berkata lagi: "suheng dan sosomu harus cepat kembali ke Hong-hong-tie, sampai disinilah dulu. Sampai kita bertemu lagi!"
Sehabis berkata demikian ia lalu meninggalkan kelenteng itu bersama isterinya.
Lim Tiang Hong tidak minta lagi pergi ber-sama2 ke Hong-hong-tie. Ia tahu percuma saja minta ikut lagi, sebab toh tidak akan diajak. Lagipula, lambat atau laun bukankah suhengnya ini pernah menjanjikan akan mengantarkan kesitu"
Cuma mengenai dendam sakit hati Heng-lim Cunloan yang perasaannya harus lekas2 dibereskan, maka ia merasa tidak enak memikir pesan Kokcu Hong-hong-tie. Dan seberlalunya suami isteri Yam-kiong Kiam-khek, iapun lekas meninggalkan tempat itu.
Berjalan belum lama, mendadak dilihatnya satu bayangan berkelebat lalu mencekal tangannya sambil membentak: "Binatang, bagus sekali perbuatanmu....!" 0-0dw-kz0-0
Bab 36 DAYA reflek Lim Tiang Hong ada sangat tajam. Tatkala orang itu ulur tangannya hendak mencengkram dadanya, dengan cepat ia kempeskan dadanya dan menyedot hawa napasnya, sedang satu tangannya secepat kilat mencekal pergelangan tangan orang tersebut.
.Tapi, ketika ia mengetahui bahwa orang itu adalah Heng-thian It-ouw, tangan yang menyambar pergelangan tangan orang tadi lantas ditarik kembali dan diturunkan ke bawah. Dengan perasaan bingung ia menanya: "Ada urusan apakah yang membuat locianpwee sedemikian gusar?"
Dengan nada suara dingin, Heng-thian It-ouw menjawab: "Semua ada gara2nya kelakuanmu yang bagus itu, aku si tua bangka cuma mempunyai seorang murid. Lantaran kau, sekarang telah dipaksa menjadi anggotan Thian-cu-kauw. Jikalau kau tidak segera mencarinya, kau lihat, apakah aku nanti dapat mengampuni dosamu atau tidak?"
Dalam hati Lim Tiang Hong merasa sangat mendongkol hingga alisnya sampai berdiri. Wajahnya beberapa kali berubah tapi ketika menngingat bahwa yang menuduh itu adalah orang dari tingkatan tua, apalagi masih pernah subo nya, maka ia terpaksa harus kendalikan hawa amarahnya dan dengan suara merendah ia berkata: "Apa yang terjadi tempo hari, benar2 tidak ada hubungannya dengan teecu. Perbuatan terkutuk itu adalah kauwcu muda Thian-cu-kauw yang
.1460 melakukan. Tentang ini, enci Kouw-loan sendiri juga sudah mengerti"
Tapi Heng-thian It-ouw rupanya masih tidak mau mengerti, ia berkata dengan sengit: "Ngaco. Sudah terang adalah perbuatanmu, sekarang kau hendak timpakan dosamu kepada lain orang. Dengan terus terang, apa yang terkandung dalam hati muridku, apa kau kira aku tidak tahu" Dia apakah kau kira ia bisa jatuh cinta kepada orang semacam itu?"
Lim Tiang Hong nampak semakin cemas, ia terpaksa membantah "Bagaimana teecu berani membohong dihadapan subo" Pemuda keparat itu melakukan perbuatannya ialah ketika enci Kouw-loan sedang kehabisan tenaga!"
Heng-thian It-ouw mendadak lintangkan tongkatnya, dengan suara gemas ia berkata: "Untuk sementara aku percaya keteranganmu, tunggu nanti setelah aku menemukan bocah itu kita bicarakan lagi. Kalau terbukti kau berani membohongi aku, aku nanti segera bunuh mati padamu!"
Sehabis mengucap demikian, dengan cepat ia menghilang dari depan matanya Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong geleng2kan kepala sambil ketawa getir, lalu berkata kepada dirinya sendiri "Urusan ini benar2 menjadi runyam. Enci Kouw-loan benar2 telah masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw, meski ia sudah mendapatkan jodohnya, tapi ini berarti ia sudah lompat ke dalam api...."
Tapi kemudian ia berpikir pula: "Satu2nya jalan buat sekarang ini cuma bisa turun tangan memperbaiki martabat Im Tay Seng! Jika dia bisa merubah kelakuannya, sungguh beruntung hidupnya encie Kouwloan. Tapi jika tidak bisa, bukan cuma dia sendiri akan celaka. Bisa2 membikin encie Kouw-loan menderita selamanya.... Aah! Kenapa Tuhan mempermainkan umatnya begitu rupa....?"
Dengan pikiran kusut Lim Tiang Hong seorang diri keluar dari kelenteng Thian cee-bio. Tiba2 telinganya dapat menangkap suara2 orang memuji nama Buddha yang amat nyaring "Omi To Hud"
Dan selanjutnya terdengar pula kata2nya: "Apakah Sicu selama ini baik2 saja?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Ketika menengok, di depannya sudah berdiri itu padri dari Siauw-lim-sie yang pernah dijumpainya di puncak bukit Ban-kiap-hong, yakni Tay-tie Siansu.
Padri tersebut, dengan jubahnya yang gedombrongan ter-tiup2 angin, bertindak mendekati Lim Tiang Hong. Padri berilmu tinggi dari Siauw-lim-sie ini sudah 40 tahan lamanya mengasingkan diri digunung Go-bie. Selama itu belum pernah terjunkan diri ke dunia kang-ouw. Tapi karena waktu2 belakangan ini geger, dengan kabar berita terampasnya kitab Tat-mo-keng, dan atas permintaan Hui-hui Taysu sendiri yang menghadap kepada orang berilmu itu, baru dia turun gunung lagi.
Lim Tiang Hong dalam hatinya berpikir apa perlunya padri tua itu mencari dirinya" Sementara itu Tay-tie Siansu telah merangkap tangannya, berkata dengan suara perlahan: "Kitab peninggalan Tat-mo Couwsu sekali2 tidak boleh hilang. Kabarnya kitab itu sudah berada pada Sicu. Maka sebaiknya Siauw Sicu kembalikan kitab tersebut kepada gereja kami agar supaya persahabatan kita tidak terganggu"
Lim Tiang Hong melongo. Jelas kata2 itu diucapkan dengan nada menuduh dan minta kembali barang secara sembarangan muka setelah tertegun sejenak, lalu ia menyahut: "Bagaimana bisa Taysu ucapkan perkataan demikian?"
"Salah seorang murid partai kami pernah melihat dengan mata kepala sendiri yang Siauw Siculah, dengan muridnya Heng-thian It-ouw yang dipanggil Henghay Kouw-loan bersama2 membawa kitab itu. Rasanya toh tidak salah!"
Ini kembali merupakan suatu tuduhan yang menggelikan. Disamping rasa mendongkol, Lim Tiang Hong pun merasa geli. Tuduhan yang langsung dan datang secara mendadak itu sungguh diluar dugaannya. Tapi setelah dipikir sejenak, lantas disahutinya si padri dengan sabar, "Aku mengerti, Kembali ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, dan lagi2 telah timbul kesalahan paham yang cukup dalam!"
Kala itu, usia Tay-tie Siansu, sudah melewati sembilan puluh tahun usianya, kesabarannya luar biasa. Karena sudah kenyang makan asam garam dunia kangouw, sebenarnya dalam hatipun dia sudah mengerti, tidak ada alasan buat mencurigai Lim Tiang Hong. Apapun dahulu pernah terdengar olehnya soal penyamaran orang lain sebagai Lim Tiang Hong. Tetapi karena salah seorang muridnya berkukuh mengatakan pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa betul2 Lim Tiang Hong dan Honghay Kouw-loan berjalan sama2 membawa kitab suci, maka keadaan menjadi lain. Sebab, sekalipun ada orang yang menyaru, toh tidak mungkin bisa berada ber-sama2 dengan Henghay Kouwloan. Setelah mendengar pernyaan tidak terimanya Lim Tiang Hong, padri tua itu lalu berkata sambil tersenyum: "Harap Siauw Sicu jangan mengelakkan perbuatan sendiri. Apa dalam dunia ini ada manusia yang begitu besar nyalinya, berani menyaru sebagai sutee di hadapan sucinya sendiri" Tentu dalam hal ini Loceng tidak percaya dan betul2 tidak percaya!"
"Orang itu, menurut dugaanku adalah Siauw Kauwcu Thian-cu-kauw, Im Tay Seng. Percaya tidaknya, terserah kepada Taysu. Aku si orang she Lim masih mempunyai urusan lain, tidak banyak waktu untuk melayani Taysu. Sekarang ingin minta diri" Lim Tiang Hong berkata demikian dan benar2 saja berlalu setelah menyoja dalam2 kepada padri tua Siauw-lim-sie itu.
Tetapi Tay-tie Siansu lantas menghadang didepannya seraya berkata: "Siauw Sicu, jangan pergi dulu! Perkataan yang barusan sicu ucapkan membuat hati Loceng curiga. Cobalah turut renungkan: Henghay Kouw-loan adalah seorang gadis keturunan manusia baik2 dan sebagai manusia terhormat mana mungkin berada ber-sama2 dengan Siauw Kauwcu Thian-cu-kauw seperti apa katamu?"
"Sebab2nya dalam hal ini, tidak bisa terlalu jelas diterangkan diriku. Pendek kata, aku si orang she Lim sama sekali tidak tahu. Dan Taysu tidak perlu terus merongrong aku" Getas sekali Lim Tiang Hong memberi penyahutan, alisnya dikerutkan.
Sehabis berkata, tiba2 tubuhnya melesat, se-olah2 anak panah lepas dari busurnya, sudah berada di tempat jauh.
Waktu itulah Tay-tie Siansu berseru sambil menyebut nama Buddha. "Siauw Sicu! Apa dengan cara begitu saja kau lantas mau kabur?"
Sambi! kebutkan lengan jubahnya, padri tua itu mengejar. Baru saja kaki Lim Tiang Hong menginjak tanah, Tay-tie Siansu sudah melayang turun di hadapannya lagi.
Padri tua itu merupakan orang kuat nomor satu dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay pada masa itu. Kepandaian dan kekuatannya mempunyai latihan lebih dari lima puluh tahun. Oleh karena dalam partainya kecurian benda yang paling berharga, beliau tanpa mengindahkan tata tertib dunia persilatan sediakan diri buat turun tangan terhadap seorang tingkatan muda seperti Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sendiri, karena merasa desakan Tay-tie Siansu yang agak keterlaluan menurut pikirnya, menjadikan gusarnya timbul juga. Dengan suara kasar disambutnya padri tua itu: "Apa Siansu bermaksud menahan aku?"
"Menahan Loceng rasa tidak perlu. Tapi sebaiknya berikanlah kesempatan Loceng geledah badan Sicu".
Lim Tiang Hong mendadak tertawa ber-gelak2 dan katanya: "Siansu sesungguhnya berkata menghina orang! Aku si orang she Lim sekali mengatakan tidak tetap tidak! Apalagi mencuri atau merampok, Haram bagiku! Kenapa Siansu bisa keluarkan perkataan menggeledah itu" Jikalau kau tetap paksa ingin menggeledah boleh juga, cuma aku ingin lihat ada tidak kemampuanmu!".
Tay-tie Siansu agaknya merasa mendongkol juga mendengar kata2 kasar Lim Tiang Hong, dengan alis agak berdiri berkata: "Jikalau Siauw Sicu benar2 tidak suka kembalikan barang itu, Loceng pikir juga akan menggunakan kekerasan. Bagaimana?"
"He, heeh...." Lim Tiang Hong tertawa hambar, selanjutnya tidak mau meladeni padri tua itu dan balik badan.
Tay-tie Siansu, bukan cuma merupakan orang tertua dalam cabang persilatan Siauw-lim-pay saja, bahkan dalam dunia kang-ouw umumnya dapat dikatakan dialah salah seorang golongan tua yang sangat terhormat namanya. Dan kala itu menerima penghinaan demikian dari seorang tingkatan muda, betapa lebih tinggi lagi sekalipun sabarnya, barangkali juga tidak akan sanggup mengendalikan amarahnya. Demikianlah mendadak Siansu itu tertawa ber-gelak2 sambil menyebut nama Buddha ber-kali-2 lalu katanya: "Siauw sicu tidak suka Loceng geledah, maka terpaksalah Loceng akan bertindak meskipun betul kurang sopan!"
Mendadak badannya bergerak, tangannya secepat kilat menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong. Sambil ketawa dingin Lim Tiang Hong kerahkan ilmunya, Sam-sam Po-hoat. Badannya sejenak terlihat bergerak, sambaran tangan Tay-tie Siansu nyasar ke tempat kosong,
Ilmu Kin-na Chin-hoat cabang Siauw Sim-sie merupakan suatu ilmu tersendiri yang sudah terkenal kelihayannya. Terutama digunakan oleh orang tingkatan tertua seperti Tay-tie Siansu, tentu saja lebih baik dan lebih sempurna. Siapa nyana, dalam menghadapi seorang bocah ingusan, benar2 ia gagal!.
Dan ketika padri tua itu melirik kearah Lim Tiang Hong anak muda itu masih tetap berdiri tegak ditempatnya sambil mesem2!. Rupanya belum setengah tindakpun dia menggeser tubuhnya. Dalam kaget dan herannya, padri tua ini balikkan tangannya dan kembali cepat bagaikan kilat tangannya mengarah jalan darah Ciok-tie hiat, berbareng dengan gerakan mana ikut menyambar lengan jubahnya yang gedombrongan yang mengeluarkan hembusan angin cukup kuat, maksudnya ingin menghalangi jaian mundurnya Lim Tiang Hong.
Bagaimanapun juga, padri tua itu sudah mempunyai banyak sekali pengalaman dalam menghadapi lawan tangguh. Begitulah gerakannya kali ini membuat Lim Tiang Hong diam2 kaget. Dengan badan tetap berdiri ditempat, dikerahkan ilmunya, Siauw-yang It-ku sinkang! Ia meluncurkan serangannya ini dengan tangan sebelah, kemudian lengannya yang lain bergerak dan membalik, menggunakan tipu pukulan yang dinamakan "Ular melibat gajah" salah satu gerak tipu dalam Kim-liong Pat-jiauw. Gerakan itu merupakan gerakan balas mencekal pergelangan tangan. Tay-tie Siansu Si padri tua semula menyangka Lim Tiang Hong pasti menggunakan gaya Sam-sam Po-hoat yang semula digunakan menghindarkan serangannya. Siapa nyana pemuda tersebut bisa begitu cepat merubah tipu serangannya, maka sebentar hanya terdengar suara benturan dari tenaga kedua pihak, hingga dua2nya merasa terkejut!
Padahal tangan Lim Tiang Hong saat itu tepat mencekal pergelangan tangan Tay-tie Siansu! Karuan saja kaget tak kepalang bagi padri beribadat itu, cepat ditarik kembali tangannya, kakinya digeser mundur sampai lima kaki.
Tay-tie Siansu merupakan satu2nya orang golongan tertua yang masih ada dalam cabang persilatan Siauwlim-pay, sungguh tidak diduga belum sampai dua jurus sudah terdesak mundur demikian oleh lawannya. Malu sekali tentunya, hingga seluruh wajahnya merah membara. Dengan terpaksa dikerahkannya seluruh kekuatannya. Dengan mendadak membalikkan telapak tangannya, kekuatan tenaga dalam meluncur dari situ, kekuatan yang tak berujud itu telah meluncur keluar seolah2 gelombang air laut pasang!
Lim Tiang Hong tidak menduga yang padri tua itu akan dapat mengeluarkan serangannya secara begitu mendadak. Dalam keadaan terancam sangat, dia menggunakan sebelah tangannya menyambuti serangan pertama, hanya dipakai lima bagian kekuatan tenaganya saja!
"Bluummmmm!" Disertai suara yang dahsyat terdengar nyaring, baju panjangnya Lim Tiang Hong ber-kibar2. Badannya mundur beruntun sampai lima tindak. Sedang Tay-tie
.Siansu, masih berdiri tegak ditempatnya sedikitpun tidak nampak bergeming. Sambil ketawa panjang padri tua itu berkata: "Kekuatan tenaga dalam Siauw Sicu masih selisih jauh sekali. Loceng tidak suka mendesak seorang muda sampai keterlaluan, maka sebaiknyalah Siauw Sicu lekas keluarkan kitab itu!"
Sikap padri tua yang menganggap dirinya orang yang menang dan menganggap rendah pecundangnya, seketika itu lantas menimbulkan kegusaran Lim Tiang Hong yang wataknya tinggi hati. Dengan suara besar dan tertawa ter-bahak2 berkatalah pemuda ini: "Untuk sementara kau boleh bangga. Untuk menentukan siapa kalah siapa pecundang masih tidak dapat ditentukan sekarang"
Perkataannya itu dibarengi dengan melesatnya satu bayangan dan tangan Lim Tiang Hong telah mengerjakan satu serangan! Kali ini, rupanya dia sudah gusar benar2, telah dikeluarkan delapan bagian tenaganya. Angin yang keluar dari tangannya demikian hebat bagai angin puyuh atau gelombang laut pasang, menggulung ke tubuh si padri tua.
.Tay-tie Siansu yang melihat keadaan demikian, berubah wajahnya seketika. Kembali lengan jubahhnya tampak ber-kibar2 Ilmu Bu-siang Sin-kangnya dikeluarkan guna menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Kembali terdengar suara gempuran hebat bagai bumi akan hancur. Disusul dengan menderunya angin dahsyat yang ber-putar2 ke atas, beberapa pohon yang tumbuh di kedua samping orang2 yang sedang bertempur itu pada bertumbangan.
Tay-tie Siansu ber-goncang sedikit pundaknya. Kedua kakinya sudah melesak ketanah setengah kaki dalamnya, sedang kala itu Lim Tiang Hong kelihatan tenang2 saja, tidak bergerak barang setindak. Hanya dalam hatinya diam2 merasa kaget, orang tua dari siauw-lim-pay yang dihadapinya itu benar2 tangguh....
Tay-tie Siansu benar2 tidak menduga bahwa seorang diri golongan muda bisa mempunyai tenaga dalam begitu tinggi. Perasaan itu telah mendorong hatinya untuk menang sendiri. Setelah mulutnya memuji nama Buddha, mendadak tubuhnya melesat tinggi ke atas lalu menubruk Lim Tiang Hong bagai burung bangau menubruk ikan di lautan.
Dalam waktu sekejapan saja telah keluarkan 15 kali beruntun serangan dari lengan jubahhnya. Padri tua ini sudah memiliki lebih dari 10 rupa kepandaian dari partainya, Siauw-lim-pay. Maka begitu turun tangan, bukan kepalang hebatnya sudah dapat dibayangkan! Setiap serangannya merupakan serangan maut bagi lawan, tempat sekitar tiga tombak persegi se-olah2 mengalami hujan angin hebat, batu2 berguguran dan abu mengulak tinggi.
Lim Tiang Hong mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Ia tahu pertempuran sengit sudah tak dapat dielakkan lagi. Hakekatnya, dalam keadaan demikian pemuda itu tidak dapat mengerjakan lain atau berpikir panjang. Maka lalu digerakkannya kedua tangannya, menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh Tay-tie Siansu.
Secepat kilat pula ia sudah mengeluarkan serangan balasan sampai 13 kali, menukar cara bersilatnya sampai 8 kali, baru berhasil dapat mengimbangi suasana.
Pertempuran sengit kali itu, merupakan suatu pertempuran terhebat yang pernah dialami Lim Tiang Hong semenjak dia keluar dari perguruannya. Pada waktu2 biasanya, sedikit sekali dikeluarkan tipu2 serangannya yang aneh2. Tapi pada kali ini, serangan yang aneh2 dan luar biasa itu terus keluar bagai air banjir.
Dibawah teriknya sinar matahari, cuma kelihatan bayangan abu2 dan bayangan biru yang bertukar tindih, atau sebentar melayang ke atas dan kebawah, dilain saat ber-putar2an! Sedangkan hembusan angin yang keluar dari tangan kedua manusia itu membikin tanaman dan batu2 pasir disekitar tempat tiga tombak persegi menjadi beterbangan dan tersapu bersih! Suara benturan dari kekuatan keduanya sebentar2 terdengar nyaring! Suara itu bercampur kadang2 dengan suara bentakan, geraman atau siulan. Kecuali itu semua kedua orang itu sama2 membungkam tidak mengeluarkan kata2.
Tigapuluh jurus, limapuluh jurus, seratus jurus....
Dalam waktu sekejapan mata saja sudah sampai ke jurus yang ke seratus lima puluh, kekuatan kedua pihak nampak masih berimbang.
Bagi Tay-tie Siansu, yang merupakan orang tertua dan namanya sudah tersohor hampir seratus tahun, kalau dapat merebut kemenangan dalam pertempuran tersebut, tidaklah mengherankan. Tetapi bagaimana kalau kalah" Tentu akan menjadikan penyesalan untuk selama2nya. Maka pertempuran berlangsung semakin lama, hatinya semakin kuatir.
Dalam keadaan bimbang cemas dan takut, padri tua itu telah mengerahkan seluruh ilmunya, Bu-siang Sinkang yang telah diyakinkannya selama 90 tahun dengan pengharapan dapat mengalahkan lawannya. Tapi pada saat itu tiba2 dia merasa bahwa pengharapan semacam itu cuma akan mendatangkan kekecewaan hatinya. Pihak lawan, meski usianya masih muda, namun kekuatan tenaga dalamnya kelihatan mengalir terus tiada habisnya se-olah2 air dari sungai Tiang-kang dan lautan yang tidak ada habisnya. Sekalipun bertempur sampai seribu jurus, juga tidak bisa kehabisan tenaga.
Akan tetapi, kejadian telah terlanjur menjadi demikian, kecuali bertempur secara nekad, apa yang dapat diperbuatnya" Maka lantas dirubahnya tipu serangannya dengan mendadak. Ilmu simpanan Siauwlim-pay, antaranya yang bernama Hok-mo Ciang-hoat, lantas dikeluarkan hingga tipu serangannya dari tidak berwujud, berubah jadi mengeluarkan suara. Dalam waktu sekejapan medan pertempuran bagai mengeluarkan suara men-deru2, menimbulkan gulungan angin puyuh yang demikian hebat, membuat Lim Tiang Hong mau tak mau harus mundur tujuh sampai delapan tindak.
Tipu serangan Hok-mo Ciang-hoat ini, sewaktu untuk pertama kalinya Lim Tiang Hong menyatroni Siauw-lim-sie, sudah dikenalnya dengan baik. Tapi digunakan oleh Tay-tie Siansu yang kekuatannya lain dari yang lain, bukan cuma hebat saja, tapi perubahannya seperti banyak sekali. Daa selagi pikirannya agak lengah, ia sudah terdesak mundur.
Dalam cemasnya, tiba2 mulutnya mengeluarkan suara siulan.
Refleks lantas keluar ilmunya Lui-thian Hui-hoan Ciong-hoat. Diantara menderunya angin buatan, suara beledak suara gempuran terdengar tidak berhentinya.
Tay-tie Siansu sudah berubah wajahnya, kelihatan urat2 hijau menonjol dibadannya. Kepalanya yang gundul mengeluarkan uap putih, dirasa kakinya menindak mundur sampai kembali ke tempat asalnya.
.Mendadak Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Taysu! Coba sambuti seranganku sekali ini!"
Medan pertarungan mendadak mengeluarkan suara keras laksana guntur!
Wajah Tay-tie Siansu nampak heran, mundur tiga tindak. Lim Tiang Hong kelihatan hanya pundaknya yang ber-goyang2, tapi kemudian berdiri seperti biasa. Setelah itu terdengar suara keratak kerotok dari tulang2 dalam badan Tay-tie Siansu, jubahnya yang berwarna abu2 mendadak melembang seperti balon. Ketika lengan jubahnya dikebaskan, tertampak lengan tangannya kurus, urat2nya menonjol. Tangan itu ditujukan ketengah udara, lalu dengan per-lahan2 diturunkan sebatas dada....
Setan Harpa 9 Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo Lembah Nirmala 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama