Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 4

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 4


Ketika Pengemis Mata Satu menyaksikan Lim Tiang Hong berdiri menjublek, lalu maju menghampiri dan menepok pundaknya, sembari berkata: "Lotee, apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Lim Tiang Hong lalu menceritakan bagaimana barusan ia telah berjumpa dengan Tiat-ciang Kim-hong. kepala dari Thian-lam Ngo-liong dan apa yang telah terjadi dengan dirinya 'Naga' tersebut.
Mendengar itu, si Pengemis Mata Satu lalu berkata sambil menghela napas: "Setelah terjadinya soal itu, aku si pengemis tua semula juga mencurigai ada perbuatannya Thian-lam Ngo-liong. Untuk membuktikan dugaanku itu, kala itu aku lantas mengeluarkan tanda perintah golongan pengemis (Kay-pang), supaya lekas menyelidiki jejaknya Ngo-liong. Kemudian aku mendapat kabar, Tiat-ciang Kim-liong memang benar sudah datang di kota Kim-leng, tapi 4 Naga yang lainnya semua masih berada dikediamannya sendiri, belum berangkat menuju ke selatan. Maka aku lantas mengetahui bahwa dalam hal ini terselip apa2.... Lagi pula, dengan kepandaiannya Tiat-ciang Kim-liong seorang buat menghadapi Heng-lim Cun-loan, rasanya tidak bisa berkutik. Aku si pengemis tua berani mengatakan, bahwa buat dewasa ini, orang yang mampu membunuh mati dirinya Heng-lim Cun-loan dengan begitu mudah, sebetulnya tidak banyak...."
Pengemis Mata Satu itu selagi hendak memperbincangkan soal tersebut lebih lanjut, tiba2 dengar suaranya Yan-jie: "Aya celaka!...." trang, 'Ngoliong Kiok-hun-leng" yang ada dalam tangannya lantas dilemparkan ke tanah.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu pada menanya berbareng: "Ada apa?"
"Ngo-liong Kiok-hun-leng ini ada bisanya, aku sudah terkena racunnya"
"Apa betul?" tanya si Pengemis Mata Satu.
."Sedikitpun tidak salah, barusan ketika aku memungut benda itu dan kupegang tanganku lantas berasa kesemutan, dan sekarang setengah badanku sudah merasa ngilu, aku juga sudah coba kerahkan tenaga dalamku untuk menyembuhkan rasa ngilu itu, tapi tidak berhasil...." jawab Yan-jie sambil anggukkan kepala.
Berkata sampai disitu tubuhnya nampak sempoyongan. Lim Tiang Hong segera maju membimbing sembari berkata dengan terheran-heran: "Sudah beberapa kali aku memegangi benda itu, mengapa tidak pernah terjadi apa2?"
Si Pengemis Mata Satu goyang2kan tangannya yang cuma tinggal satu. Ia mundar mandir sembari berpikir, tiba2 berseru sambil menepuk pahanya: "Benar, kematiannya Heng-lim Cun-loan tentu karena Kiok-hunleng ini. Malam itu setelah ia menerima Kiok-hun-leng ini, oleh karena hatinya dikejutkan apa sebabnya Ngo-liong bisa mencari permusuhan padanya, maka ia sudah lalai kalau diatas benda itu ada racunnya. Tatkala kau berdua dan aku sendiri pergi mengejar, racunnya baru mulai bekerja dan pembunuhnya juga pada saat itu masuk kedalam untuk turun tangan. Sementara mengenai dirimu, lotee, apa sebabnya tidak bisa keracunan...." Barangkali didalam tubuhmu ada serupa barang yang mempunyai khasiat melawan racun. Oh, ya! Bukankah kau telah pernah makan nyalinya naga api" Barang itu justru merupakan penakluknya segala jenis racun. Racun apa saja tidak berdaya menghadapinya"
Karena keterangan si Pengemis Mata Satu ini, maka Lim Tiang jHong lantas ingat dirinya Tiat-ciang Kim-liong tadi.
"Kalau begitu, Tiat-ciang Kim-liong juga sudah terkena racun dari Kiok-hun-lengnya sendiri! Pantas ia tadi memaki aku menggunakan akal keji, kiranya ia juga tahu kalau benda Kiok-hun-leng itu ada racun berbisanya"
"yang lainnya sekarang boleh kita kesampingkan dulu, paling penting kita menolong dirinya nona Tan lebih dulu"
Lim Tiang Hong saat itu merasa serba sulit. Ia perlu lekas membereskan persoalan kitab wasiatnya Siauw-limpay yang sudah dirampas penjahat dan kini juga harus perlu lekas menolong dirinya Yan-jie.
Si Pengemis Mata Satu yang menampak Lim Tiang Hong seperti orang bingung, lantas menanya: "Lotee, apakah kau masih ada urusan penting yang akan kau lakukan?"
"Kitab wasiatnya Siauw-lim-pai mungkin sudah dicuri orang, aku ingin ke gereja Siauw-lim-sie untuk memberi sedikit bantuan tenaga"
"Urusan ini kau tak usah kuatir. Siauw-lim-pay kali ini karena soal kitab wasiat itu, sudah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi. Apalagi Hui Hui Taysu sudah turun tangan sendiri, kiranya tidak menjadi soal. Sebaiknya kita lekas balik ke kota dulu untuk menyembuhkan lukanya nona Tan"
Maka, Yan-jie lantas dipondong oleh Lim Tiang Hong, dua orang itu dengan cepat balik kedalam kota.
Lim Tiang Hong letakkan tubuhnya Yan-jie diatas pembaringan. si Pengemis Mata Satu mengurut-urut kaki, tangan dan jidatnya sebentar, tapi ia cuma bisa geleng2kan kepala, tidak berdaya. Keadaannya Yan-jie saat itu sangat menguatirkan. Napasnya memburu, wajahnya tampak warna hitam, kaki dan tangannya sebentar2 kelojotan dan gemetar.
Lim Tiang Hong yang sudah mengikuti orang tua Penyipta, meski hanya dalam waktu yang sangat pendek, tapi pengertian biasa dalam ilmu pengobatan, sudah mengerti sedikit. Ia tahu bahwa Yan-jie masih terlalu cetek kekuatan tenaga dalamnya. Ditambah lagi ia tidak tahu bagaimana harus menutup jalan darahnya ketika badannya terkena serangan racun, sehingga racun itu menjalar lebih cepat didalam tubuhnya. Maka ia lantas berpikir: "Kekuatan tenaga dalamku, ditambah dengan khasiatnya nyali naga api, kalau bisa disalurkan kedalam tubuhnya untuk mengeluarkan racun. mungkin ada gunanya"
Setelah berpikir demikian, ia lantas beritahukan maksudnya kepada Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu itu lantas ketawa bergelakgelak dan berkata: "Mengapa aku sampai lupa soal ini. Hubungan 'hian-koan'mu. Sudah tentu sudah tentu kau mempunyai cukup kekuatan untuk melakukan itu. Lekas kau turun tangan, aku si Pengemis tua masih ada sedikit urusan yang perlu diselesaikan"
Sehabis berkata ia lantas meninggalkan mereka berdua. Lim Tiang Hong kuatir tenaganya sendiri masih belum cukup untuk melaksanakan maksudnya itu, kembali mengeluarkan dua butir pil Soat-som-wan pemberian Yong-jie dan dimasukan kedalam mulutnya Yan-jie. Selelah itu, baru ia mulai menggunakan ilmunya warisan orang tua Penyipta untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya gadis cilik itu.
Yan-jie yang dalam keadaan pingsan tidak ingat orang, tiba2 merasakan dalam perutnya ada hawa dingin yang masuk, sebentar kemudian kepalanya dirasakan segar, lalu ada hawa panas yang masuk melalui jalan darah Beng-bun-hiat-nya.
Ia yang dibesarkan dalam keluarga orang rimba persilatan, sudah tentu tahu kalau ada seorang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat sempurna hendak mengeluarkan racun didalam tubuhnya.
Maka, ia juga berusaha membantu supaya kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong dapat bekerja baik kedalam tubuhnya. Dalam waktu satu jam lebih, ia merasakan badannya sudah segar dan kaki tangannya sudah bisa bergerak leluasa, ternyata hawa racun yang mengeram dalam tubuhnya sudah keluar seluruhnya. Tapi hawa panas itu masih terasa, begitu pula hawa sejuk dalam perutnya juga dirasakan menyalar ke seluruh tubuhnya.
Pikirannya lantas tergerak, mengapa aku tidak menggunakan kesempatan itu untuk menembus kedua urat nadiku 'Jim' dan Tok'" demikian pikirnya.
Ia segera menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, untuk memimpin kedua kekuatan itu mencapaikan maksudnya. Kira2 setengah jam kemudian, kedua urat nadi itu benar saja sudah bisa berhubungan satu sama lain, tapi Lim Tiang Hong sudah letih sekali.
Ketika ia membuka matanya. ia dapat lihat Lim Tiang Hong sudah mandi keringat, sedang duduk bersila di belakang dirinya. ia merasa tidak enak sendiri.
Sebetulnya perbuatan Lim Tiang Hong tadi merupakan membuang tenaga dengan cuma2, sebab dua butir pil Soat-som-wan tadi, ada merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya didalam kalangan rimba persilatan. Orang yang melatih ilmu silat, makan sebutir saja sudah berarti menambah kekuatan tenaga sama dengan latihan 10 tahun. Maka sekalipun ia tidak menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk mengeluarkan hawa racun dalam tubuhnya Yan-jie, dengan khasiatnya obat pil itu juga bisa memunahkan racun tersebut.
Lewat lagi sejenak, Lim Tiang Hong baru membuka matanya, Yan-jie segera mengeluarkan sapu tangan untuk membesut keringat dijidatnya, kemudian berkata padanya: "Terima kasih alas bantuanmu!"
"Mengeluarkan sedikit tenaga sudah sepatutnya, jika berbicara tentang terima kasih, aku masih belum tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasihku kepada ayahmu?"
Mengingat kematian ayahnya, Yan-jie lantas merah matanya, air mata mengalir turun, kemudian berkata dengan suara sedih: "Kasian ayah...."
Dengan tanpa sadar ia lantas jatuhkan dirinya dalam badan Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Yan-jie biasanya jarang berkeluyuran didunia Kangouw, juga bukan seorang gadis berandalan. Kalau ia begitu perlakukan Lim Tiang Hong, itu memang ada sebabnya. Tatkala untuk pertama kali ia bertemu dengan Lim Tiang Hong, ia telah dapat kenyataan bahwa ayahnya agak istimewa perlakukan padanya. Dengan tanpa sayang telah menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk membantu anak muda itu membuka batas jalan darah 'Hian-koan' nya. Sudah tentu bukan tidak ada maksudnya. Kemudian si Pengemis Mata Satu yang selalu menggoda dirinya, hingga membuat ia mengingat satu hal.
Juga oleh karena itu, membuat ia ambil perhatian khusus terhadap Lim Tiang Hong, ia merasa bahwa pemuda ini bukan saja gagah tampan, tapi kepandaian ilmu silatnya juga hebat, dan mungkin ayahnya sudah mengandung maksud hendak pungut mantu padanya. Dengan tanpa berasa, dalam hatinya lantas timbul semacam perasaan yang pada waktu sebelumnya belum pernah ada. Juga boleh dikata bahwa dalam waktu yang sangat singkat itu, ia sudah tumbuh perasaan cinta terhadap dirinya Lim Tiang Hong.
Dan kini rumah tangganya sudah hancur berarakan, ayahnya sudah binasa secara mengenaskan, sanak saudara sudah tidak ada lagi, dengan sendirinya ia telah pandang Lim Tiang Hong sebagai satu2nya keluarga yang terdekat.
Lim Tiang Hong yang sudah menerima budi sangat besar dari Heng-lim Cun-loan, meski kematiannya orang tua itu tidak dimustikan ia harus tanggung jawab, tapi biar bagaimana ada sangkut pautnya dengan kedatangannya sendiri, maka dengan sendirinya merasa hatinya selalu tidak enak.
Menerima budi orang harus bisa membalas, terhadap anak perempuan satu2nya yang ditinggalkan itu, sudah seharusnya ia berkewajiban turut mengawasi. Maka ketika menyaksikan Yan-jie menangis begitu sedih, dalam hati juga merasa sangat duka. Dengan perlahan ia menepuk pundaknya sembari berkata: "Nona Tan, kau jangan nangis, hati2 dengan kesehatan badanmu. Sebaiknya kita berusaha bagaimana harus menuntut balas sakit hati terhadap kematian ayahmu".
Yan-jie yang sudah menangis sepuas-puasnya, kesedihan dalam hatinya sudah mulai reda. Ketika melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu perhatikan dirinya, hatinya merasa tergerak. Dengan sendirinya seluruh perasaannya ditumplekkan kepada dirinya anak muda itu.
"Bagaimana dengan dirku untuk selanjutnya....?" demikian ia utarakan isi hatinya.
"Aku pikir, kau harus kuatkan hatimu, kau harus bisa berdiri dengan gagah, menuntut balas sakit hati ayahmu dan mencari kebenaran dalam dunia Kang-uow. Segala perasaan duka, untuk sementata baik kita singkirkan dulu. Ah! sebetulnya, keadaanku sendiri bukankah ada serupa dengan dirimu?"
Mereka berdua sama2 senasib, sama2 sebatang kara, hingga perasaan mereka makin dekat, seolah-olah sepasang merpati yang sudah lama berpisah baru bertemu kembali.
(-dwkz-) Jilid Ke 4 Kedua anak muda itu setelah saling tumplekkan semua kedukaannya, Yan-jie baru keraskan hati dan berdiri sembari berkata: "Aku harus pergi, aku akan mencari beberapa sehabat karib ayah uatuk merundingkan soal balas sakit hati dengan mereka"
Saat itu hari sudah menjelang pagi, para tamu yang menginap dirumah penginapan tersebut sudah pada bangun, untuk melanjutkan perjalanan masing2.
Yan-jie setelah berpisah dengan Lim Tiang Hong, lantas berlalu. Sedangkan Lim Tiang Hong yang sudah balik lagi ke kamarnya, mulai memikirkan perjalanan untuk selanjutnya.
Maksud kedatangannya ke kota Kim-leng itu, sebetulnya hendak mencari Heng-lim Cun-loan untuk meminta keterangan tentang ayah-bundanya. Tapi sekarang Heng-lim Cun-loan sudah meninggal dunia, kemana lagi ia harus mencari keterangan"
Selagi masih belum dapat mengambil keputusan tepat, telinganya mendadak meadengar suara yang sangat merdu: "Tuan rumah, tuan rumah..."
Ia merasa suara itu seperti tidak asing baginya, ketika ia keluar melihat, ternyata ialah si burung Hong putih Cu Giok Im adanya.
Melihat Lim Tiang Hong keluar dari kamar, Cu Giok Im agaknya merasa terkejut. "Eh! kau juga berdiam disini?" demikian tegurnya.
"Selamat pagi nona!?" Lim Tiang Hong anggukkan kepala sambil tersenyum. "Tentang urusan kita, kau kata, bagaimana harus diselesaikan?" si burung Hong putih bertanya sambil tekuk mukanya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa ucapannya itu yang dimaksudkan jalan soal adu pertandingan ilmu silat, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa getir: "Lain waktu saja kita bicarakan lagi! sekarang ini aku sebetulnya sedang kesal sekali!"
"Aku belum pernah melihat seorang aneh seperti kau ini. Jika nonamu hendak paksa kau atau mencari setori dengan kau, bagaimana" Cuma saja nonamu tidak mau berbuat begitu. Begini saja, pikiranmu sedang kusut, bagaimana kalau nonamu kawani kau pergi pesiar?" kata Cu Giok Im sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Didesak demikian rupa, betul2 membuat Lim Tiang Hong menangis salah tertawa pun salah. Karena pada saat itu dan ditempat itu, bagaimana masih ada mempunyai kegembiraan untuk pesiar mencari kesenangan"
Cu Giok Im menampak anak muda itu bersangsi, lalu berkata pula sambil ketawa: "Kau tidak sudi memandang mukaku bukan" Setiap orang yang bisa melakukan pekerjaan besar, kalau menghadapi urusan selalu bisa berlaku tenang. Tidak nanti seperti kau ini, baru menghadapi soal kecil saja lantas bingung tidak karuan! Aku lihat, kau nanti tentu tidak mampu menghadapi perkara besar!"
"Apa betul" Kau juga tidak perlu menggunakan perkataan untuk mengolok-olok. Jikalau nona ada mempunyai kegembiraan baiklah aku bersedia mengawani nona!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa bergelak-gelak.
Dua muda-mudi itu lalu berjalan berdampingan, seolah-olah lakunya sepasang merpati yang sedang berkasih-kasihan. Mereka berpesiar hampir seluruh tempat dan akhirnya tiba di tepinya sungai Yan-cu-kie.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan mengalirnya air sungai, dengan tanpa berasa lantas menghela napas.
Cu Giok Im tiba2 mendorong padanya seraja berkata: "Kau ini bagaimana sih" Mukamu selalu diliputi kesusahan saja?"
"Bagaimana kau bisa tahu urusan dalam hatiku" Aku muncul didunia kang-ouw belum lama, lantas
.menghadapi kesulitan demikian, bagaimana aku harus membereskan?".
"Dipinggangmu bukankah ada sebilah pedang. Dengan pedangmu itu, kau boleh hadapi dengan kekerasan! Didalam rimba persilatan, kita harus berani menghadapi kekerasan dengan kekerasan, bukannya dihadapi dengan keluh-kesah!"
Kembali ada satu usul yang menganjurkan supaya ia bertindak tegas.
Lim Tiang Hong yang begitu mendengar ucapannya si nona, diam2 merasa malu. sedangkan dalam hatinya ia memikir: "Aku Lim Tiang Hong percuma saja mempunyai kepandaian ilmu silat yang lumayan kalau kepandaianku itu tidak bisa membuka pikiranku" Sampai sekarang ini saja kalah atau lebib cupat dari pikirannya seorang perampuan, bukankah dikemudian hari akan menjadi buah tertawaan orang?"
Memikir demikian, maka seketika darahnya mendidih, sambil ketawa panjang ia berkata: "Perkataan nona tadi telah membuka pikiranku. Untuk selanjutnya aku yang rendah hendak menggunakan sebilah pedangku ini untuk membuka jalan darah..."
Pada saat itu dibelakang dirinya terdengar suara seseorang tertawa ter-kekeh2 yang kemudian dilanjutkan dengan suaranya yang berkata demikian: "Apa sekarang kau baru tahu kepalsuannya dunia kang-ouw?"
Kedua muda mudi itu terperanjat. keduanya segera berpaling dan dibelakang mereka terlihat Im-san Mo-lie sedang berdiri sambil bertolak pinggang. Wanita ini saat itu sedang mengawasi Cu Giok Im sambil memperlihatkan senyumnya yang mengandung arti, setelah itu ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong. "Kalian berdua nampaknya bermain sangat gembira sekali. Kalian dapat memilih tempat sebagus ini untuk mengutarakan isi hati masing2, baik sekali"
Cu Giok Im yang sebetulnya merasa sedikit jemu terhadap wanita muda centil genit seperti Im-san Mo-lie ini, maka mendengar orang itu mengucapkan perkataan demikian terang2an, wajahnya lantas berobah dingin, ia lantas menyahuti dengan suara ketus: "Kau jangan sembarang buka mulut!"
Im-san Mo-lie juga lantas tarik kembali wajahnya yang tadi ber-seri2. Ia lantas berkata disertai suara
.ketawa dinginnya: "Kalian bisa berbuat, apa aku tidak bisa berkata?"
"Apa kau memang sengaja ingin cari setori?" tantang Cu Giok Im penuh rasa gusar.
Im-san Mo-lie pada saat itu memperlihatkan sikap gusarnya. Setelah ketawa mengejek sebentar ia lantas menerjang dan menyerang Cu Giok Im.
Wanita muda ini sesungguhnya sangat ganas, begitu turun tangan saja sudah dibuka oleh serangan maut. Dalam waktu sekejapan saja dengan beruntun telah melancarkan tujuh kali serangan beruntun yang kesemuanya ditujukan ke jalan2 darah penting di tubuhnya Cu Giok Im.
Si Burung Hong putih Cu Giok Im ini, adalah muridnya Tiang-lim It-kong. Ilmu silatnya juga boleh dibilang mendapat didikan Istimewa. Meskipun mendapat serangan secara tiba2 dan dalam keadaan tidak berjaga2, tetapi sedikitpun tidak terlihat kegugupannya. Cepat ia telah menarik diri sambil menghunus pedang dipinggangnya. Setelah itu dengan satu gerak tipu yang dinamakan Pek-tiauw Tiauw-hong ujung pedang yang merupakan ribuan titik lelatu dimajukan dalam menghadapi lawannya ini.
Ujung pedang itu ternyata merupakan suatu tembok yang kokoh kuat yang melindungi dirinya. Setelah itu ia lalu memutar pedangnya, beruntun tiga kali ia melancarkan serangan pula.
Kedua wanita Itu yang satu sifatnya ganas serta telengas, sedangkan yang lain mempunyai adat berangasan. Demikianlah, begitu satu sama lain tidak mendapat kecocokan, keduanya lantas bergebrak.
Hal demikian itu tentu saja membuat Lim Tiang Hong repot. Ia merasa serba salah. Setelah berdiri bengong sekian lama, akhinya ia lompat melesat, terjun kedalam kalangan sembari berseru: "Tahan! Kalian ini sebetulnya sedang pertengkarkan urusan apa sih sebetulnya?"
Si Burung Hong putih Cu Giok Im dengan alis masih berdiri membentak: "Tidak ada bagianmu!"
Dan "Srr. Srr..." Kembali ia telah menyerang Im-san Mo-lie dengan pedangnya.
Im-san Mo-lie beringas, dari sikapnya yang garang saja cukup membuat siapa yang mehhatnya timbul rasa
.jeri dalam hati. Wanita ini memandang Lim Tiang Hong dengan sikap dingin, kemudian berkata: "Sudah mempunyai kekasih, lantas lupa kepada encienya. Betul, tidak?"
"Apa artinya ucapanmu ini?" balas menanya Lim Tiang Hong agak mendongkol.
Pada saat itu, didalam rimba terdengar beberapa kali suara bentakan yang kemudian disusul dengan keluarnya sekelompok orang berjubah imam dan yang berupa hwesio.
Dalam rombongan yang baru muncul itu, termasuk pula ketua lima partai besar golongan Hian-bun, Bu-tong It-kie, Leng-in Totiang, tiga Tiang-lo Tat-mo-lie dari Siauw-lim-pay Hian-thong, Hian-kak dan Hian-thian. kesemuanya berjumlah tidak kurang dari lima puluh orang.
Im-san Mo-lie mengawasi Lim Tiang Hong lagi, lalu berkata lagi: "Kau bukankah hendak membuka jalan darah untuk hari depanmu sendiri" Sekarang ingin sekali aku melihat bagaimara caramu hendak bertindak"
Sehabis berkata, dengan sikapnya yang memandang rendah ia lalu mengawasi kawanan padri itu sejenak, dan lantas berpaling pula, matanya kini ditujukan ke dasar sungai.
Pada saat itu rombongan padri dan imam itu sudah berjalan kira2 sampai sejarak satu tombak di hadapan mereka.
Bu-tong It-kie meng-urut2 jenggotnya yang panjang, menanya kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan dan tenang: "Ada dua hal, harap kau suka menjawab secara terus terang. Pertama, dengan Thiancu-kauw ada hubungan apa dan kedua iblis wanita ini sebetulnya masih pernah apa dengan kau?"
Lim Tiang Hong yang mendapat lihat sikap orang2 dalam rombongan imam2 itu yang agaknya seperti ingin berkelahi, dalam hatinya timbul kesan tidak baik terhadap mereka, maka mendapat pertanyaan tadi ia lantas menjawab dingin: "Aku tidak tahu apa yang dinamakan Thian-cu-kauw itu. Dan tentang nona ini, dia adalah encie angkatku"
Ciak-yan Ie-su lantas maju dan berkata dengan suara keras: "Kau berkata boleh seenaknya saja! Sudah terang kau ini Kaucu muda dari Thian-cu-kauw dan iblis perempuan ini juga mungkin encie kandungmu sendiri. Peristiwa berdarah di gedung Tang-gak-bio, pembunuhan besar2an di Lie-co-kok dan pencurian patung kuno di gereja Siauw-lim-sie semua adalah hasil perbuatan kalian berdua encie dan adik! Toyamu sekalian sudah menyelidiki dengan jelas, apa kau masih coba hendak mungkir?"
Jikalau perkataan imam berewokan ini sama lunaknya dengan suara yang diucapkan Bu-tong It-kie tadi, mungkin tidak akan menimbulkan kesalah pahaman yang begitu besar dan segala persoalan itu rasanya tidak sulit untuk dibikin terang.
Akan tetapi, perlu kiranya diketahui, ia adalah seorang berangasan. Setiap perkataannya diucapkan dengan sikap yang galak, hingga dengan sendirinya pula telah menyinggung hati nuraninya Lim Tiang Hong yang bersikap keras pula. Maka itulah atas kata2 orang itu ia lantas berkata dengan sikap ketus: "Sikap dan tingkah lakumu yang seperti mau menelan orang ini kau tujukan kepada siapa! Siauw-yamu tidak suka menjawab pertanyaanmu yang begitu kasar itu. Aku mau lihat sampai dimana kau dapat mengunjuk lagak didepanku"
Setelah berkata demikian, ia lalu berjalan ke tepi sungai sambil menggendong kedua tangannya dibelakang punggung, agaknya tidak memperdulikan lagi semua imam itu.
Ciak-yan Ie-su seketika telah naik darah. Orang berewokan ini lantas membentak pula dengan suara lebih kasar: "Bocah sombong!".
Dan ia lantas menyerang Lim Tiang Hong.
Mendadak terlihat berkelabat sinar pedang, ternyata itu adalah perbuatan si Burung Hong putih Cu Giok Im yang menalangi Lim Tiang Hong menyambuti serangan itu dengan pedangnya.
Ciak-yan Ie-su terkejut. Ia lalu menanya dengan suara keras: "Kau siapa!" Kau berani ikut campur dalam urusan kami ini?"
"Nonamu adalah si Burung Hong putih Cu Giok Im dari Tiang-lim pay. Aku tak akan membiarkan siapapun juga mengganggu dia seujung rambutnyapun saja!"
Ini benar2 suatu kelakuan yang ganjil sekali, maka Ciak-yan Ie-su lantas tertawa ber-gelak2, setelah itu ia berkata: "Apa kau kira kau punya cukup kepandaian untuk menjadi pelindungnya" Kami tahu Tiang-lim-pay
.306 adalah partai orang baik2. Kau yang menjadi salah seorang anak muridnya, tidak seharusnya kau campur tangan dalam urusan yang mengenai dia"
"Dia adalah murid keturunannya Bu-ceng Kiamkhek. Nonamu dengan dia masih ada urusan yang masih belum dibereskan. Sebelum kami berdua mengadu kekuatan, sama sekali tidak kuijinkan siapa juga melukainya!"
Mendengar keterangan serupa itu, Ciak-yan Ie-su agaknya merasa heran dan agak bersangsi, begitu pula halnya dengan para imam yang lainnya. Mereka pikir bahwa urusan sampai disini saja sudah demikian ruwet dan semakin sulit dibereskannya.
Bu-ceng Kiam-khek pada enam puluh tahun yang silam namanya pernah menggetarkan dunia kang-ouw. Orang tua itu dengan sikapnya yang luar biasa kukoaynya, tindak tanduknyapun ganas dan telengas. Itulah pula. yang menyebabkan ia mendapat nama julukan Bu-ceng Kiam-khek (jago pedang yang tidak mempunyai perasaan).
Beberapa tahun berselang sudah terdengar kabar bahwa orang tua itu dikerubuti musuh2nya dan telah binasa. Tetapi sekarang mendadak muncul seorang murid keturunannya yang masih muda belia, kalau begitu adakah orang tua itupun belum binasa"
Sekarang mengenai partai Tiang-lim-pay. Pemimpin partai ini pun merupakan seorang kukoay pula, sulit diajak bicara. Dengan munculnya si Burung Hong putih yang mau turut campur dalam urusan ini, telah membuat Bu-tong It-kie yang terkenal banyak akalnya dan cerdik luar biasa, untuk sesaat lamanya juga tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya yang sempurna.
Hian-thong Tiang-lo dari Siauw-lim-pay setelah menyebut nama Buddha tampil kedepan lalu berkata: "Lolap tidak menghendaki apapun juga. cuma mengharap nona itu sudilah kiranya mengembalikan patung kuno, dan semua hal yang lainnya Lolap tidak ingin tahu lagi"
Lim Tiang Hong meskipun merasa mendongkol dan tidak mau meledeni segala imam itu, namun dalam hatinya terus memikirkan semua persoalan yang sudah lalu. Sejak terjadinya peristiwa di kota Lok-yang hingga sampai pada detik itu, ia merasa bahwa Im-san Mo-lie ini tindak tanduknya sebetulnya sangat mencurigakannya.
Tiba2 ia memutar tubuh dan berkata sambil menghadap Im-san Mo-lie. "Kau sebetulnya suka atau tidak menyebutkan asalmu". Lekas kau beritahukan sekarang juga kepadaku!"
Im-san Mo-lie sebaliknya tidak mau menjawab secara langsung. Setelah tertawa ter-kekeh2 sekian lama ia lalu berkata: "Ei, apa sebabnya kau mendadak berlaku begini garang" kau sudah tidak mampu menghadapi orang lain, apa gunanya memarahi orang sendiri?"
"Kau jawab dulu pertanyaanku tadi! Setelah itu jawab lagi, itu ilmu mengentengkan badan It-shia Cianlie, dari mana kau dapat mempelajarinya?"
"Apa kau kira cuma kau sendiri yang bisa, lantas semua orang lain tidak boleh bisa dengan ilmu itu?"
Wanita muda itu mendadak lompat melesat dan menerjang dirinya Hian-thong Tiang-lo. Dengan cepat ia telah melancarkan tiga kali serangan beruntun.
Sifatnya Im-san Mo-lie yang aneh dan tidak ketentuan ini benar2 susah diraba-raba. Mungkin ia turun tangan itu dengan sengaja, yang maksudnya hanya untuk menghindarkan atau menghilangkan desakan Lim
.Tiang Hong, atau boleh jadi pula karena adanya lain sebab lagi.
Hian-thong Tiang-lo yang diserang secara mendadak, dengan cepat telah berhasil mengegos, menyusul dengan gerakannya yang pertama itu iapun menggerak-gerakkan tangannya, dan ilmu serangan yang tidak berwujud lantas meluncur keluar dari tangannya.
Tiang-lo ini, dengan dua Tiang-lo yang lain, kedudukannya dalam gereja Siauw-lim-sie hanya berada di bawah Ciang-bunjin, ketua partai Sao-lim-pay Hui Hui Taysu saja. Mereka bukan saja orang2 beribadat tinggi, juga memiliki beberapa rupa kepandaian simpanan dari Siauw-lim-pay yang benar2 tidak boleh dipandang ringan. Maka tidaklah mengherankan kalau gerakan yang kelihatan dilakukan seperti seenaknya tadi telah membikin terpentalnya Im-san Mo-lie, sampai iblis wanita itu merasa jeri sendiri. Tetapi dasar ia seorang wanita bandel, setelah kakinya berhasil menginjak tanah lantas sudah maju lagi dan menyerang kembali sampai sembilan kali.
Akan tetapi, betapapun lebih hebat lagi ia melakukan serangan, Hian-thoag Tiang-lo masih tetap melayani dengan cara seenaknya saja. Kakinya tetap tidak bergerak di tempatnya berdiri.
Lim Tiang Hong yang berdiri disamping dan menyaksikan setiap gerakan dan setiap serangan dari Im-san Mo-lie itu, hatinya semakin curiga. Kini benar2 ia mendapat kenyataan bahwa beberapa jurus ilmu serangan wanita ini mirip sekali dengan beberapa jurus gerak tipu dari perguruannya.
Mendadak dalam otak anak muda ini berkelebat suatu ingatan, seketika itu ia seperti baru sadar dari tidurnya, maka diam2 ia menanya kepada dirinya sendiri: "Apa boleh jadi dia ini....?"
Tiba2 terdengar suara jeritannya Im-san Mo-lie. Saat itu wanita ini telah terpental mundur lima kaki, dari ujung2 bibirnya darah segar nampak mengucur keluar dengan derasnya.
Sementara itu Hian-thong Tiang-lo lantas berkata: "Iblis jahat, kau masih belum mau menyerah?"
Membarengi kata2nya, padri tua itu dengan cepat maju dan menyambar urat nadinya Im-san Mo lie.
.Lim Tiang Hong tiba2 berseru: "Tahan!"
Seruannya itu dibarengi dengan gerakan tangannya yang cepat luar biasa. Sebelum tahu apa2 tangan Hianthong Tiang-lo telah tercekal, sedang mulutnya lantas berkata pula: "Taysu, apa perlunya kau mendesak perempuan lemah sampai begini rupa?"
Gerakan Lim Tiang Hong itu gesit dan anehnya luar biasa. Hian-thong Tiang-lo diam2 juga terperanjat. Tangan kirinya lantas bergerak hendak menotok jalan darah Ciok-kie-hiatnya Lim Tiang Hong, sedang mulutnya berkata dengan nada cemas: "Jikalau saja tidak ada hubunganmu dengan perempuan ini, paling baik jangan ikut campur tangan"
Lim Tiang Hong masih berdiri di tempatnya, ia hanya mengegos sedikit mengelakkan serangan tangan kiri Hian-thong Tiang-lo tadi, kemudian tangannya berbalik secara mendadakan dan mencekal urat nadi tangan kanannya Hian-thong Tiang-lo.
Menggunakan kesempatan itu, Im-san Mo-lie mendadak ketawa ber-gelak2 dan kemudian nampak badannya melesat ke atas untuk selanjutnya kabur ke tepi sungai.
.Semua orang yang ada disitu sedang tertarik perhatiannya oleh gerakan2 Hian-thong Tiang-lo dan Lim Tiang Hong berdua yang aneh luar biasa. Ketika mendengar suara ketawanya wanita itu, ternyata iblis wanita itu sudah menghilang ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong sendiri terkejut. Dalam tempo lengahnya ini, tangan Hian-thong Tiang-lo sudah terlepas dari cekalannya. Dengan ter-heran2 padri tua itu mundur dua tindak. Ia tidak memperhatikan kemana iblis wanita Im-san Mo-lie itu melarikan diri karena seluruh perhatiannya ditujukan kepada pemuda aneh luar biasa ini.
Ilmu Kim-na Chiu-hoat (mencekal urat nadi di tangan orang), sebetulnya merupakan salah satu kepandaian ilmu silat simpanan dari tujuh puluh dua jenis ilmu silatnya Siauw-lim-pay. Sungguh dia ini tidak menyangka bahwa Lim Tiang Hong yang usianya masih muda belia itu dapat mempelajarinya, bahkan ilmu silat macam apa yang dipergunakan menghadapinya tadi ia sendiripun tidak mengetahuinya jelas. Tentu saja ia tidak tahu bahwa tipu atau gerakan yang digunakan oleh Lim Tiang Hong tadi sebetulnya adalah ilmu silat yang
.313 dinamakan Kim-liong Pat-jiauw dari si orang tua pencipta yang hampir memakan waktu lima puluh tahun untuk menyempurnakan ilmu itu.
Suasana disitu setelah mengalami kesunyian sejenak. Dari dalam rimba tiba2 terdengar suara orang menyebut Buddha, lalu muncul seorang imam tua dengan dandanannya yang memakai bulu burung Ho.
Sikapnya imam itu nampak sangat keren, gerakgeriknya menunjukkan kewibawaannya. Bu-tong It-khie yang melihat kedatangan imam itu, buru2 minggir untuk memberi jalan, sedangkan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya juga lantas menghampiri untuk memberi hormat.
Imam tua itu ternyata adalah ketua atau Ciangbunjin dari partai Bu-tong yang memimpin semua partai dari golongan Hian-bun, Pek Ho Totiang.
Setelah memberi hormat dengan anggukan kepala kepada 5 ketua partai besar lainnya, lalu menghadapi Lim Tiang Hong. kemudian berkata padanya sambil tersenyum: "Benar2 sicu merupakan seekor naga dalam kalangan manusia. Bu-ceng Kiam-khek mempunyai murid seperti sicu sesungguhnya tidak mengecewakan, mudah2an saja sicu bisa membawa diri baik2"
Kemudian berpaling pula dan berkata kepada 5 ketua partai serta Bu-tong It-khie: "Harap Toheng sekalian supaya segara berangkat ke Bu-tong-san karena pinto ada urusan penting yang perlu dirundingkan"
Kala itu Ciang-bun-jin Bu-tong-pay lah justru yang mendapat giliran memegang tampuk pimpinan diri enam partai besar golongan Hian-bun, Maka tatkala mendengar ucapan Pek Ho Totiang itu yang meskipun seperti bersikap hendak berunding, akan tetapi juga merupakan suatu perintah. Maka serombongan orang2 itu lantas mengikuti Pek Ho Totiang berangkat ke Bu-tong-san.
Disitu kini hanya ketinggalan tiga orang Tiang-lo dari Siauw-lim-pay dengan Lim Tiang Hong dan si Burung Hong Pulih Cu Giok Im lima orang.
Lim Tiang Hong mengeluarkan sebuah batu giok yang berbentuk ikan merah yang mendadak diperlihatkan kepada Hian-thong Tiang-lo sembari berkata: "Apa Taysu mengenali benda ini?"
Orang yang ditanya menyambuti ikan2an tersebut. Setelah memeriksa sekian lamanya dengan teliti, wajahnya nampak mengalami perubahan, sembari merangkapkan tangannya ia bertanya: "Sicu, dari mana sicu mendapatkan benda ini?"
"Ini adalah barang hadiah yang aku dapatkan dari Hui Hui Taysu. Jikalau Tay-su tidak menaruh rasa curiga, aku minta sementara Taysu sekalian supaya suka undurkan diri dulu. Sebetulnya aku tidak ingin terlibat dalam segala kerewelan ini lagi" jawab Lim Tiang Hong hambar.
Ketiga orang Tiang-lo itu saling berpandangan sejenak, lalu setelah menyebut nama Buddha, sambil merangkap tangan ke-tiga2 nya berkata hampir serentak: "Karena ada tanda kepercayaan dari Ciangbunjin, maka Lolap sekalian dengan ini minta diri"
Setelah itu ketiga Tiang-lo tersebut lantas undurkan diri.
Begitu ketiga orang yang belakangan ini sudah berlalu jauh, Cu Giok Im lantas berkata sambil ketruk2kan kakinya: "Benar2 sial dangkalan. Sebetulnya kita ingin pesiar dengan gembira untuk satu hari lamanya, tidak disangka telah menjumpai banyak kerewelan begitu. Sekarang aku tidak ada maksud ingin pesiar lagi, mungkin suhu juga sedang menantikan kedatanganku"
Kemudian, setelah mendorong badan Lim Tiang Hong dan berkata: "Hai, tentang urusan kita kapan kita bereskan?", ia hendak berlalu.
Sementara itu Lim Tiang Hong menyahut "Terserah kepada nona sendiri. Selewatnya hari ini kapan saja boleh"
Anak muda ini menjawab, matanya teras mengawasi air sungai yang jernih.
"Baiklah, nanti aku bisa mencari kau sendiri, dimana saja kau berada."
Maksud dan kedatangan Cu Giok Im dan gurunya kedaerah selatan adalah selain karena mendapat kabar bahwa kitab Tat-mo-keng telah muncul. hingga mereka merasa tertarik dan menginginkan kitab wasiat tersebut, juga mereka ingin mencari muridnya Bu-ceng Kiam-khek untuk menuntut daripadanya balas sakit hati atas kekalahanya Tiang-lim It-hong pada beberapa tahun yang lampau.
Tetapi tatkala menyaksikan sendiri bagaimana hebat dan tingginya kepandaian ilmu silat Lim Tiang Hong, runtuhlah nyali mereka guru dan murid dan semangat merekapun mulai lesu.
Seberlalunya Cu Giok Im, Lim Tiang Hong mendadak seperti ingat sesuatu ia coba se-bisa2 mengingat2. Ia merasa bahwa gerak tangan, gerak tipu silat yang dipergunakannya tadi tatkala ia mencekal pergelangan tangan Hian-thong Tiang-lo sesungguhnya bagus dan hebat luar biasa. Tipu silat itu telah ia pergunakan ber-kali2, namun ia sendiri telah melupakan namanya dari tipu serangan tersebut. Dan kini, mendadak saja ia ingat bahwa tipu serangan tersebut oleh gurunya dinamakan Kim-liong Pat-jiauw.
Selama dalam waktu setahun, waktu yang demikian singkat, ia ketika mengingat suhunya belajar ilmu silat sesungguhnya sudah tidak ada waktu lain lagi untuk memperhatikan atau melatih itu tipu pukulan yang ternyata seperu tidak ada habisnya. Dan kini, setelah menghadapi musuh2 kuat, mendadak ia ingat kembali tipu2 pukulan yang dipelajari dari suhumu. Maka sesaat lamanya ia nampak bermenung, kemudian menggerak2kan kaki tangannya berlatih, ternyata ia merasa puas, mendapatkan hasil diluar dugaannya.
Tiba2 dibelakang dirinya ada seseorang yang memperdengarkan suara memberi pujian: "Sungguh indah sekali ilmu serangan Kim-na Chiu-hoat yang sicu mainkan"
Lim Tiang Hong terkejut. Ia yang pada waktu itu sudah mempunyai pandangan serta pendengaran tajam luar biasa, yang melebihi jauh daripada panca-indra manusia biasa mengapa sampai tidak mengetahui bahwa di belakang dirinya telah kedapatan orang yang mencuri lihat semua gerak geriknya"
Ketika dengan mendadak ia putar tubuh, barulah ia ketahui bahwa orang itu ternyata adalah Hui Hui Taysu adanya.
Padri beribadat tinggi dari golongan Buddha ini sambil perlihatkan wajah ber-seri2, nampak berdiri tenang. Namun setenang ia memperlihatkan diri, kelihatan juga wajahnya agak muram, seperti diliputi oleh kedukaan yang tak dapat disembunyikan.
Lim Tiang Hong lalu menghampirinya. Setelah memberi hormat dihadapan padri tersebut, ia lalu berkata: "Bagaimana Taysu mempunyai waktu terluang untuk datang kemari?"
.319 "Maksud kedatangan pinceng ini melulu cuma karena hendak memberi pesan sepatah kata dua kepada sicu" Demikian jawaban Hui Hui Taysu yang kemudian menarik napas panjang, kemudian berkata pula "Ibarat main catur, satu set saja seorang pemain bertindak salah berarti suatu kekalahan besar akan diterimanya. Siauwlim-pay kali ini boleh dikata telah mengalami kekalahan mutlak, sekarang terpaksa lolap hendak melihat bagaimana kekalahan terakhir dari set yang paling belakangan...."
Lim Tiang Hong hanya mengawasi padri tua yang bicara di hadapannya ini dengan perasaan bingung serta ter-heran2. Apa yang dimaksud oleh perkataanya itu, sedikitpun tidak dapat ia menangkap artinya.
"Mengenai urusan patung tua, kali ini hubungannya dengan nama baik Siauw-lim-pay, sebetulnya masih merupakan suatu perkara kecil yang tidak perlu terlalu di-besar2kan. Akan tetapi, apabila sampai patung tersebut terjatuh dalam tangan kawanan orang orang jahat, entah akan bagaimana bencana itu hebatnya yang akan ditimbulkan dikemudian hari" berkata pula Hui Hui Taysu sambil menghela napas dan meng-geleng2kan kepala ber-ulang2.
Kemudian setelah berhenti sejenak, kelihatan mulutnya terbuka pula, ia melanjutkan pula: "Tempo hari, ketika lolap menerima patung Budhha itu, pernah lolap periksa secara teliti, lolap pun telah mendapat kesan bahwa kitab pusaka itu seperti tersimpan didalam patung tua di salah sebuah bukit batu cadas, sedangkan patung itu bentuknya pasti serupa benar dengan patung batu yang menyimpan kitab pusaka tersebut. Tetapi, patung tua yang berada di kedua tepi sungai Lok-sao di jembatan Lok-yang kio di gunung Cian-hud-san ada banyak sekali jumlahnya. Di Kim-leng ada suatu tempat yang bernama Ciam-hud-giam, sedang di Ciat-kang timur, ada suatu tempat pula yang dinamakan Thay-hudsie. Sebetulnya dimana beradanya kitab pusaka keturunan itu masih sulit diketahui. Selanjutnya, setelah patung gading kuno itu hilang, semua anak murid Siauwlim-pay lantas pada menuduh itu adalah karena perbuatan sicu. Meskipun lolap tidak menyetujui anggapan mereka, akan tetapi mulut banyak orang susah dicegah berbicaranya, tentu saja soal itu selalu di-sebut2 dan lolap tidak bisa apa2, malah akhirnya lolap sendiri juga merasa sangsi, hingga kemudian minta sicu meninggalkan geraja Siauw-lim-sie. Berbareng juga secara diam2 lolap terus mengikuti jejak sicu. Apamau kejadian sungguh sangat kebetulan. Sicu telah menguji kekuatan seorang diri, dan dikalangan kang-ouw ramai tersiar kabar bahwa kitab itu berada di kota Kim-leng. Juga karena lolap kesalahan bertindak sedikit, semua orang kuat digereja Siauw-lim-sie telah lolap kirim ke selatan, tidak nyana akhirnya berhasil nihil. Belum berselang, lama lolap bertemu dengan Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay. Ketika kami membicarakan peristiwa pembunuhan murid2 golongan Hian-bun, semua juga menganggap bahwa itu adalah perbuatan sicu. Hanya Pek Ho Totiang seorang yang beranggapan lain. Ia menganggap pasti ada lain orang yang mengerjakan itu, bahkan ia beranggapan pula bahwa itu bukannya perbuatan satu dua orang saja, tetapi ada suatu kekuatan hebat yang tersembunyi, yang secara diam2 sengaja mencari permusuhan dengan orang2 golongan Hian-bun. Sicu, hanya merupakan seorang yang dibuat talenan saja. Selanjutnya, mendadak muncul seorang perempuan muda, dialah orang yang menamakan diri Im-san Mo-lie. Iblis perempuan ini, baik kepandaian ilmu silatnya, maupun parasnya semua mirip benar dengan sicu. Itulah sebabnya perhatian kami orang lalu ditujukan keatas dirinya perempuan itu. Akan tetapi, sebegitu jauh kami mengadakan penyelidikan pula, perempuan iiu sungguh licin, tindak tinduk serta kelakuannya tidak menentu, hingga hasil dari penyelidikan kami juga kecee. Kami tahu bahwa perempuan itu sudah menuju ke selatan, maka kemudian kami be-ramai2 menganggap pasti bahwa kitab pusaka itu tentu tersimpan di dalam Cian-hud-giam Tidak nyana, kitab yang tersimpan didalam Cian-hud-giam itu bukan saja paslu belaka malah pihak lawan sudah menyembunyikan banyak orang2 kuat di sekitar tempat itu hingga pembunuhan besar2an tak dapat dielakkan, banyak orang telah menjadi korban mereka orang2 jahat. Dalam hal ini, lolap segera sadar bahwa kami sebenarnya telah masuk perangkap akal muslihatnya musuh tersembunyi itu. Ada juga kemungkinan bahwa kitab pusaka itu disimpannya di lain tempat"
Setelah dengan panjang lebar Hui Hui Taysu mengutarakan pendapatnya, Lim Tiang Hong lantas menanya: "Apakah tidak mungkin itu adalah hasil perbuataannya orang2 Thian-cu-kauw?"
"Kemungkinan itu memang telah kami lihat. Lolap justru karena soal sulit itu sengaja kini menemui sicu. Hong-hong-tie dengan Thian-cu-kauw, semua merupakan partai atau golongan yang jarang kedengaran namanya dalam kalangan kang-ouw. Bagaimana sebetulnya keadaan orang2 dalam partai2 itu, tidak seorangpun mengetahui. Dan apa yang lebih mengherankan, orang2 kedua partai itu mendadak menempel erat pada diri sicu. Yang satu memanggil sicu Kongcu, sedang yang lain membahasakan sicu sebagai Siauw Kauwcu. Dalam sebutan2 ini, pasti ada maksud yang tersembunyi, sudah boleh ditetapkan dari sekarang. Pemimpin dari kedua partai itu barangkali ada hubungan erat dengan sicu sendiri, itu masih susah dibilang. Pendek kata, kejahatan dan akal muslihat, didalam dunia kang-ouw itu tidak gampang dibongkar, maka sicu sebaiknya kau berlaku lebih hati2. Dan perempuan yang mengaku dirinya bernama Im-san Mo-lie itu, sebetulnya bukan orang dari golongan orang baik2. Paling baik sicu jaugan terlalu bergaul rapat dengan perempuan itu. Lagi, menurut pikiran lolap, perempuan itu pasti ada hubungan erat dengan Thian cu-kauw, juga ada kemungkinan besar semua peristiwa yang sudah2 adalah hasil perbuatannya seorang. Kami hanya belum mampu mendapatkan bukti2nya saja"
Sehabis berkata, padri itu lalu menarik napas pula, dan akhirnya ia memberi pesanan pula wanti2, demikian: "Rupanya rimba persilatan telah diliputi angkara murka, tidak lama lagi barangkali akan timbul ber-turut2 beberapa kejadian besar yang hebat. Sicu mempunyai kepandaian sangat tinggi, maka lolap hanya berharap sicu bisa bertindak berhati2 dalam menghadapi segala kejahatan yang ditimbulkan oleh manusia2 biadab yang sengaja tidak mau unjuk muka"
Setelah mengucapkan pesan terakhirnya itu, padri tua tersebut lantas berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
-0dw-smhn0- . Bab 9 LIM TIANG HONG yang setelah mendengar pesan terakhirnya Hui Hui Taysu, rupanya agak tergerak hatinya. Sambil mengawasi jernihnya air sungai yang mengalir tenang, anak muda ini tanpa merasa menarik napas panjang
Mendadak nampak dadanya dipelambungkan, kemudian berlalu dari tempat tersebut dengan tindakan lebar.
Tiba2 ketika sedang enaknya ia berjalan, ia merasa ujung bajunya ditarik seseorang. Cepat secara reflek ia balik badan, lima jari tangannyapun lantas menyambar ke arah tangan orang usilan itu.
Akan tetapi usahanya ternyata sia2 belaka, ia kecele. Bukan saja ia tidak berhasil mencekal tangan orang yang usil itu, bahkan iapun tidak mampu melihat orangnya. Ia hanya mendengar bahwa di belakang dirinya telah berkata seseorang sambil perdengarkan suara ketawa cekikikannya: "Ha... kok galak benar..."
Lim Tiang Hong sejak muncul dalam dunia kangouw telah beberapa kali menghadapi musuh tangguh, pertempuran besar maupun kecil berkali-kali telah ia hadapi. Kini ketika sedang cepatnya menanjak ilmu kepandaian silatnya, yang ia yakin pula bahwa ia kini telah menjadi salah seorang terkuat dalam dunia kangouw, tetapi kalau sampai kala itu, didekati orang, bahkan ditarik lagi lengan bajunya ia masih tidak merasa, sungguh ia merasa heran dan kaget berbareng.
Tatkala untuk kedua kali ia balik badan sambil melepaskan serangan tangannya, kekuatan hebat lantas meluncur keluar tanpa dapat dicegah.
Mendadak nampak berkelebat bayangan merah. Yong-jie, itu gadis cilik nakal yang dulu pernah memberikan obat pada Lim Tiang Hong, telah berdiri tegak di hadapan anak muda ini sambil perlihatkan wajah ramai senyuman. Dengan sikapnya ke-kanak2an yang jenaka gadis ini menggoda Lim Tiang Hong: "Ha, ha.... Kongcu, hebat benar serangan tanganmu"
"Setan cilik, berani kau mempermainkan orang" Nanti kutarik sampai putus kedua kuncirmu itu baru tahu diri kau!" Demikian Lim Tiang Hong berkata, ia berlagak gusar, sedang tangannya benar2 digerakkan, menyambar kuncir di atas kepala Yong-jie.
."Kau masih belum mampu menyambret kuncirku" kata Yong-jie sambil ketawa cekikikan, dan badannya lantas menghilang.
Benar saja tangan Lim Tiang Hong telah menjambret angin.
"Aku tidak percaya tidak bisa mancekal kau si bocah nakal ini"
Lim Tiang Hong setelah berkata demikian, kali ini dengan menggunakan ilmu Kim-liong Pat-jiauw kembali bergerak pula.
Akan tetapi badannya Yong-jie yang kecil langsing nampak bergerak mundur dan maju beberapa kali, ternyata Lim Tiang Hong kenbali tidak berhasil menangkapnya.
Lim Tiang Hong agaknya sudah mendongkol. Ia turunkan kedua tangannya dengan berbareng, kembali menggunakan ilmunya Kim-liong Pat-jiauw menerkam dari atas.
Akan tetapi perawakan Yong-jie yang kecil langsing itu selalu bergerak berputaran didepan dan dibelakangnya sejarak tiga kaki. Biar bagaimana berusaha Lim Tiang Hong tetap tidak dapat menyandaknya, sehingga nampak kedua orang tersebut ber-putar2 seperti sedang main petak.
Akhirnya Lim Tiang Hong mengalah sendiri, ia berhenti bergerak "Sudahlah, aku terima kalah" demikian ia menyerah kalah.
Yong-jie juga sudah lantas berhenti, ia berkata ketika menghampiri anak muda itu: "Kongcu. aku cuma main2 saja. apa kau marah?"
Lim Tiang Hong meng-usap2 rambutnya yang hitam jengat, sambil ketawa ter-gelak2 ia berkata: "Kau jangan terlalu banyak pikir. Aku bisa memarahi kau?"
Yong-jie yang mengetahui Lim Tiang Hong benar2 tidak gusar kepadanya, lantas tertawa lagi seraya katanya: "Kongcu, aku ajarkan kau ilmu mengegoskan diri yang dinamakan Sam-sam Pohoat ini kepadamu, kau suka atau tidak?"
"Ini mana boleh?" kata Lim Tiang Hong sambil geleng2kan kepala.
"Tentu saja boleh, siapa kata tidak" Ilmu ini adalah Kok-cu sendiri yang mengajarkan aku, kalau sekarang kuajarkan kau, pasti ia merasa girang"
.Sehabis berkata demikian, se-akan2 kupu2 merah nampak badannya berputaran di tanah, ditanah berpasir tempat yang diinjaknya kelihatan bekas2 kakinya yang kecil kecil. Gadis cilik ini lantas menarik tangan Lim Tiang Hong. sedangkan mulutnya lagi2 sudah berbicara:
"Kau lihat, gerak kali ini sedikitnya harus mengandung ilmu Pat-kwa. Setiap tiga langkah, berobah menjadi silang. Silang menyilang itu boleh ber-ubah2 dalam 384 macam gerakan lain, Jikalau kita pergunakan, kehebatannya bukan main. Sekalipun kita sedang dikurung musuh dari empat penyuru, jangan kita berkuatir kalau memiliki ilmu ini, kita bisa melepaskan diri dengan cara yang bukan main gampangnya. Coba kau lihat ini"
Dan sekali lagi ber-gerak2.
Lim Tiang Hong tidak ingin membuat nona cilik ini tidak senang, maka ia lantas lalu melihat bekas2 kaki itu. Ia lihat meski nampak gerakan gerakan kaki itu sederhana sekali, tetapi iapun sadar bahwa gerakan sederhana itu mengandung pelajaran yang sangat tinggi. Ketika ia meneliti lagi sekian lama, tetap ia tidak dapat menemukan rahasianya.
.Sebaliknya Yong-jie kelihatan sudah sangat gelisah. Sambil me-narik2 ujung baju si anak muda, ia mengajak pemuda ini ber-putar2an, kedepan, belakang, kanan dan kiri sampai Lim Tiang Hong merasa pening kepalanya, maka ia lantas berseru ber-ulang2 "Sudah, sudah. Kalau kau ajak aku ber-putar2an begini rupa terus2an, aku tidak sanggup"
Mendengar perkataan si pemuda, Yong-jie agaknya malah kegirangan, nona cilik ini lantas ketawa terpingkal2.
Biar bagaimana, Lim Tiang Hong yang cerdas tetap otaknya jernih. Walaupun ia belajar sambil setengah main2, tetapi dalam waktu sekejap itu ia telah dapat mengambil inti sarinya. Ia telah memahami rahasianya sebagian besar. Setelah ia mencoba seorang diri, gerakannya dari perlahan lantas berobah menjadi cepat secepat angin, dan akhirnya ia telah dapat memahami gerak tipu kaki yang luar biasa anehnya itu.
Per-lahan2 ia mulai tertarik atas pelajaran yang diberikan nona cilik itu kepadanya. Maka setelah seluruh perhatiannya dipusatkan, ia lalu berputaran entah beberapa ribu kali hingga kelihatannya seperti orang gila.
.331 Tiba2 ia mendengar seorang berkata dengan disertai suara ke-tawanya terkekeh2: "Lotee, apa kau sudah gila" Bagaimana seorang diri kau berputaran terus disini?"
Setelah mendengar teguran itu, agaknya ia baru sadar, ketika ia berhenti dan meneliti, baru ia sadar benar bahwa perbuatannya tadi memang seperti orang gila. Ketika ia dongakkan kepala, ternyata hari memasuki senja.
Yong-jiepun entah sejak kapan telah tidak kelihatan mata hidungnya, sebagai pengganti nona cilik itu matanya kebentrok dengan si Pengemis Mata Satu yang tengah mengawasinya terus dengan sikap ke-heran2an.
Lim Tiang Hong tidak mau menceritakan bahwa ia sedang belajar gerak tipu kaki. Atas teguran pengemis itu ia hanya balas menegur dengan suara hambar: "Locianpwee, sejak kapan kau datang?"
"Sudah hampir kira2 setengah jam dimuka. Mari lekas kita masuk kota, ada berita penting sekali yang akan kuberitahukan kepadamu"
Kedua orang tersebut lalu berjalan menuju ke dalam kota.
.Setibanya mereka didalam kota, si Pengemis Mata Satu agaknya sudah tidak sabaran lalu mengajak Lim Tiang Hong masuk ke sebuah rumah makan.
Pada saat itu Lim Tiang Hong baru ingat kalau ia sendiri sudah hampir seharian belum mengisi perutnya, maka ketika memasuki rumah makan lagaknya seperti orang tak mengenal diri ia ketawa sendiri.
Seperti biasanya, pengemis Mata Satu begitu masuk rumah makan, minta disediakan arak lebih dahulu. Matanya yang hanya tinggal satu nampak berputaran mengawai keadaan di sekitar rumah makan, ia meneliti orang2 yang berada disampingnya, hanya beberapa pedagang biasa. Maka mendapat kenyataan ini, ia lantas mulai buka suara.
"Celaka... dunia rimba persilatan sudah akan menghadapi hari kiamat. Apa yang aku kuatirkan selama beberapa tahun ini benar saja sudah akan sampai pada kebenarannya"
"Soal apakah sebenarnya yang Locianpwee maksudkan?"" menanya Lim Tiang Hong ketika mendadak ia mendengar perkataan si Pengemis Mata Satu.
."Baru2 ini dalam dunia kang-ouw mendadak muncul satu perkumpulan sesat yang sangat misterius, namun pengaruh orang2nya sangat besar. Hampir setiap kota yang agak besar sedikit, ada cabang perkumpulan sesat itu. Kabarnya Kauwcu dari perkumpulan itu memiliki kepandaian silat yang luar biasa tingginya, sukar dijajaki, gerak geriknyapun misterius pula. Entah lelaki ataukah wanita ia itu belum ada yang tahu tapi terangnya, Kauwcu itu seperti hendak mengadakan aksi yang rupa2nya ingin menjagoi dunia kang-ouw. Selama ini kelihatannya perkumpulan itu ber-gerak diam2 secara rahasia, tapi kemudian per-lahan2 mulai bertindak terang2an. Menurut berita yang aku, si pengemis tua ini dapatkan, perbuatan2 yang bertentangan dengan golongan Hianbun itu adalah perbuatan orang2 keluaran partai tersesat itu. Perkumpulan rahasia itu bukan saja mempunyai banyak anak buah yang kesemuanya berkepandaian rata2 tinagi2, tapi juga sangat ganas dan kejam sepak terjangnya. Semua orang keluaran perkumpulan itu boleh dibilang iblis2 jahat yang mengancam ketenteraman dunia kang-ouw. Aah...."
Bicara sampai disitu, si Pengemis Mata Satu lalu manghela napas panjang.
Lim Tiang Hong yang mendengarkan bicaranya pengemis itu, hatinya tergerak. Diam2 ia sudah memikir apa mungkin perkumpulan yang sangat misteris itu pemimpinnya ada Manusia Buas Nomor satu yang dimaksud oleh suhunya....
Pada waktu itu si Pengemis Mata Satupun telah melanjutkan pula penuturannya, sebagai berikut:
"Kabarnya mereka itu semua pada menggunakan semboyan, MENJALANKAN TITAH TUHAN MEMBASMI KEJAHATAN dalam melakukan segala perbuatannya. Sebagai sasaran pertama dari orang2 itu, adalah partai besar Siauw-lim-pay yang dijajah. Mereka ingin menggunakan ramainya perebutan patung kuno, hendak membasmi habis partai yang besar pengaruhnya itu lebih dulu dan selanjutnya lantas turun tangan terhadap orang2 Bu-tong-san serta orang2 dari lain partai dari golongan Hian-bun. Sesudah itu barulah mereka hendak menggulung sisa2 orang2 kuat lain yang tidak mau membuntuti perkumpulan itu".
Lim Tiang Hong tiba2 berseru gusar: "Barangkali mimpi dia pada waktu tengah hari bolong. Apa dia kira bahwa dalam dunia ini sudah tak ada orang yang mampu merintangi tindak tanduknya?"
Pengemis Mata Satu lantas berkata sambil geleng2kan kepala: "Urusannya sudah tentu tidak begitu lancar seperti yang mereka perhitungkan. Tapi dengan perbuatan mereka itu tentu akan menimbulkan reaksi hebat, bahkan aliran darah mungkin tidak akan ada habis2nya"
Lim Tiang Hong begitu mendengar lagi kata2 si pengemis, lantas berdiri alisnya. Dengan roman gusar anak muda ini menulis beberapa huruf di atas meja, demikian kira2 bunyi tulisannya:
"SEGERA KITA BASMI CABANG MEREKA DI KOTA KIM-LENG!"
Si Pengemis Mata Satu terkejut rupanya. Sambil goyang2kan tangannya pengemis ini lalu berkata "Jangan terlalu menuruti napsu. Sekalipun cuma satu cabang saja, cukup sulit bagi kita untuk menghadapi, maka lebih baik kita pikir masak2 dulu cara2nya"
.Lim Tiang Hong bangkit berdiri, tetap dengan wajahnya yang merah padam berkata: "Kalau kau tidak berani pergi, tunjukkan saja tempatnya, aku pergi sendiri!"
Si Pengemis Mata Satu lantas ketawa ber-gelak2 sembari berkata: "Lotee, apa kau kira aku si pengemis tua benar2 takut" Kau dengarlah. Aku yang berkedudukan sebagai seorang Tiang-lo dari perkumpulan pengemis (Kay-pang). begitu bergerak tentu akan luas pengaruhnya. Sebelum kami orang2 golongan Kay-pang kebentrok langsung dengan orang2 itu, sebetulnya tidak ingin aku membikin huru hara yang bersifat menyolok yang tentunya nanti dikemudian hari tidak akan menguntungkan perkumpulan kami. Jikalau kau sendiri sudah begitu bulat tekadmu hendak pergi, akupun tidak perlu merintangi lagi. Aku bisa memberitahukan, kedudukan perkumpulan itu adalah dalam sebuah gedung besar yang terletak di tepi sungai di luar kota ini"
Lim Tiang Hong tidak menunggu habisnya keterangan si pengemis lantas berjalan dengan tindakan lebar.
Begitu sampai diluar kota, ia lalu bergerak lagi, menggunakan ilmu lari pesatnya, maka sebentar kemudian ia sudah sampai di depan sebuah gedung besar.
Dari dalam gedung tersebut mendadak keluar dua orang lelaki berdandanan ringkas yang lantas membentak Lim Tiang Hong dengan suaranya yang seperti geledek kerasnya: "Siapa kau....?"
Lim Tiang Hong bergerak dengan tindakan gesit. Kedua orang tersebut masih belum melihat tegas siapa yang baru datang, sudah kena ditotok jalan darah kematiannya. Maka untuk selanjutnya Lim Tiang Hong lalu berjalan masuk dengan tindakan lenggang.
Pada waktu itu dari kanan kini pintu gerbang kembali muncul dua orang laki2 yang secara mendadakan menyerang membokong si anak muda dari belakang. Selanjutnya kedua penyerang ini membentak dengan suara keras: "Sahabat sungguh besar nyalimu!"
Lim liang Hong ketawa hambar. Mendadak ia putar tubuh, cepat bagaikan kilat ia telah menggerakkan kedua tangannya. Ditangannya, kedua laki2 tadi yang
.dilemparkan keluar seperti melempar dua ekor ayam sembari berkata "Pergilah kalian!"
Kedua laki2 tersebut tanpa berdaya sedikitpun telah kena dilemparkan, jauh sampai sejarak tiga tombak.
Lim Tiang Hong tanpa menoleh pula terus memasuki ruangan gedung, pada saat itu didalam ruangan gedung yang sangat luas itu lampu dan lilin2 semua memperlihatkan cahaya terangnya yang menyolok. Dikedua sisi ruangan ada kedapatan banyak orang2 yang sedang makan minum dengan riangnya, mereka sedikitpun tidak pernah menyangka kalau bahaya maut sudah menjangkau diatas kepalanya, yang setiap saat bisa mengirim jiwanya ke akhirat.
Lim Tiang Hong dalam menghadapi kawanan manusia buas dan jahat itu, sedikitpun tidak mau membiarkan mereka dapat lolos dari tangannya, dan ia telah bertekad melaksanakan sumpahnya membunuh semua orang2 itu.
Sebelum bertindak, ia menyapu kearah semua orang2 itu. Ia memperhatikan dimana ada jalan yang dapat dipakai untuk mereka loloskan diri, dan setiap jalan lolos telah diperhatikannya benar2, barulah setelah itu ia perlihatkan diri sambil perdengarkan suara ketawanya yang amat nyaring.
Kawanan penjahat yang sedang makan minum itu, semuanya dibikin kaget karena kedatangannya Lim Tiang Hong yang secara tiba2 itu. Sesaat suara ramai yang mereka perdengarkan ber-ramai2 sirap seketika. Semua pandangan kini telah ditujukan kepada si anak muda yang entah sejak kapan telah munculkan diri disitu secara mendadak.
Saat itu Lim Tiang Hong lantas berkata dengan suara keras: "Semua berdiri!"
Lalu nampak pemuda ini menggerakkan tangannya secara seenaknya, kemudian semua meja perjamuan dibikin terbalik, disana-sini lantas terdengar suara gaduh, piring mangkuk pada pecah sambil perdengarkan suara nyaring. Sementara itu ia berkata pula: "Siapa berani lekas maju!"
Pada saat itu agaknya baru sadar kalau mereka kini sedang menghadapi orang yang sengaja hendak mencari onar dengan mereka. Maka dari antara orang2 itu lantas kelihatan maju ke depan yang langsung menerjang si "pengacau".
Lim Tiang Hong dengan gerakan gesit menggerakkan tangannya.
Lagi2 lantas terdengar suara jeritan ngeri beberapa kali, orang2 yang menerjangnya tadi satu demi satu dibikin terguling badannya untuk selanjutnya jatuh roboh di tanah tanpa bernyawa Belum mereka dibikin musnah lalu muncul dua orang lagi yang maju menghampiri Lim Tiang Hong. berkata pada anak muda ini sambil menudingkan tangannya: "Bocah, apa kau tidak mencari keterangan dulu tempat apakah ruangan ini!...."
Tetapi belum lagi habis ucapan orang itu, tangan Lim Tiang Hong kembali nampak bergerak, dan orang itu roboh ditanah dengan mulut menyemburkan darah, jiwanya melayang seketika.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong telah membinasakan tujuh orang, hingga para penjahat lainnya menjadi ketakutan, yang bernyali kecil sudah ingin kabur. Tetapi Lim Tiang Hong mendadak membentak pula: "Siapa yang kabur, musti mampus dulu?"
Ucapan itu benar saja menguncupkan nyali mereka, tidak ada seorangpun yang berani bergerak.
Pada saat itu, ruangan yang ramai tadi mendadak sunyi, tidak kedengaran suara orangpun lagi. Dalam keadaan demikian, seorang laki2 yang berusia kira2 lima puluh tahun yang berjenggot seperti kambing, dan seorang laki pertangahan umur yang mempunyai tanda bacokan pada pipinya mendadak maju keluar menghampiri Tiang Hong. Sambil menyoja memberi hormat mereka berdua berkata: "Siapakah nama tuan yang mulia" Dengan Thian-cu-kauw, tuan mempunyai permusuhan apakah" Harap tuan suka memberi penjelasan"
"Kalian berdua siapa?" tanya Lim Tiang Hong. Ia tidak menjawab, bahkan setengah menggertak ia balas menanya.
"Kami berdua adalah ketua cabang Kim-leng nama Ceng Yang dan saudara ini adalah wakil ketua bernama Tio Houw"
"Kalau begitu semua sudah mempunyai kedudukan cukup tinggi" Hmmm. hmm! Siapa diantara kalian yang ingin maju dulu" Tapi paling baik kalian ke-dua2nya maju berbareang saja!"
Waktu Lim Tiang Hong mengucapkan perkataannya yang bersikap menantang itu. Sepasang matanya memancarkan sinarnya yang tajam, kedua orang itu agaknya telah dibuat merasa jeri. Sejenak tak dapat berkata.
Perlu kiranya diketahui bahwa Ceng Yang dan Tio Houw ini menjabat ketua dan wakil ketua dari cabang Kim-leng, sudah dengan sendirinya pula bukanlah orang diri golongan sembarangan. Kalau mereka tadi berlaku begitu merendah dihadapan Lim Tiang Hong, adapun maksudnya, selain merasa jeri terhadap kepandaian Lim Tiang Hong yang barusan diperlihatkan kepadanya, juga mereka ingin mendapat keterangan tentang asal usul pemuda tersebut. Disamping itu mereka juga sengaja hendak main ulur waktu untuk menantikan bala-bantuan dari pusat. Maka tatkala mereka ditantang tadi, mereka tetap se-bisa2 bersikap menghormat. Tetapi Lim Tiang Hong tidak memberi hati pada mereka. Tanpa menghiraukan tata-tertib dunia kang-ouw, anak muda ini mendesak mereka terus, hingga akhirnya mau tidak mau mereka harus turun tangan.
Tio Houw yang sudah tidak sabar lagi lantas keluarkan suara geramnya. "Sekarang aku suruh kau tahu berapa lihaynya tuan besarmu"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu ia lantas menyerang dengan tangan kosong. Serangan tersebut menggunakan tenaga sepcnuhnya. Lim Tiang Hong hanya ganda ketawa atas serangan itu, tangannya bergerak seenaknya, ia menyambuti serangan itu.
Setelah terdengar suara beradunya serangan kedua orang tersebut, lalu disusul dengan terdengarnya suara jeritan ngeri.
Badannya Tio Houw yang tinggi besar sudah terpental dan setelah jatuh jungkir balik dalam ruangan itu dengan mulut bercucuran darah lantas tidak bangun lagi.
Ceng Yang yang menyaksikan keadaan kawannya demikian, sambil meng-urut2 jenggotnya berkata: "Sungguh ganas perbuatamu! Hai kawan2, ayo maju semua, kita robohkan dulu bocah ini, nanti baru kita bicara lagi"
Setelah berkata demikian, orang berjenggot ini beetepuk2. Kawanan orang jahat itupun, setelah mendengar perintah tersebut lantas pada maju mengeroyok, hingga sebentar saja Lim Tiang Hong sudah terkurung dalam kepungan kawanan penjahat itu.
Mendadak terdengar suara Lim Tiang Hong yang tertawa ber-gelak2, diselingi ucapannya demikian: "Siauw-yamu kalau tidak bisa menumpas habis kalian, kawanan manusia perusak masyarakat dunia kang-ouw ini, bukan terhitung muridnya Bu-ceng Kiam-khek!".
Kakinya lalu bergerak, menerobos kedalam kepungan orang banyak itu.
Sesaat kemudian suara jeritan terdengar disanasini, darah berhamburan diams lantai, bangkai manusia jatuh bergelimpangan....
Belum cukup setengah jam sang waktu berlalu, semua orang2 Thian-cu-kauw cabang Kim-leng itu telah terbinasa semua dibawah tangan Lim Tiang Hong.
Menyaksikan bangkai berserakan dilantai, Lim Tiang Hong agaknya baru merasa puas. Ia sebetulnya bukanlah seorang yang suka atau haus dengan darah manusia. Akan tetapi, kawanan manusia jahat dari Thian-cu-kauw itu. yang kejahatannya telah melampaui takaran dosa2nya, sudah seharusnya ditumpas habis2an.
Setelah melakukan pembunuhan secara besar2an itu, dari badannya Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan tiga buah pedang pendek yang terbuat dari emas murni, pedang itu lalu dilontarkan semua ke atas tiang dalam ruangan tersebut. Itu adalah pedang tanda kepercayaan kepunyaan Bu-ceng Kiam-khek, yang dulu pernah menggegerkan dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong ketawa puas. Selagi ia hendak berlalu meninggalkan tempat tersebut ditengah udara tiba2 terlihat meluncurnya api penandaan yang bersinar biru. Menampak api pertandaan itu, diam2 ia menanya pada dirinya sendiri: "Api itu api pertandaan Thian-cukauw?"
Belum lagi hilang sinar biru itu, telinganya sudah menangkap suara bergeraknya baju orang. Cepat ia mengenjot kakinya, melesat diatas tiang dalam ruang tersebut.
Pada waktu itu dari luar kelihatan menerobos masuk beberapa puluh manusia. Orang yang bsrjalan dan masuk paling dulu adalah Toat-hun Tancu dari Thian-cu-kauw yang bernama Beng Khong. Tancu ini adalah itu lelaki yang dulu pernah mencari setori dengan Cu Giok lm di dalam rumah makan.
Toat-hun Tancu Beng Khong tatkala menyaksikan banyak bangkai bergelimpangan di lantai, rupanya ia gusar dan kaget. Dengan suara menggeram ia berkata: "Sungguh ganas! Perbuatan siapa ini yang sebentar saja sudah menghabiskan jiwa semua orang ini! Tunggu, jikalau Toa-yamu tahu siapa orang berbuat begini, hmmm! Jikalau tidak kubikin mampus seketika...."
Mendadak terdengar seruan kagetnya: "Bu-ceng Kiam-khek!"
Dan tanpa disadari kakinya mundur tiga tindak, wajahnya pucat seketika.
Kiranya ia telah dapat melihat itu tiga buah pedang kecil yang menancap diatas tiang. Begitu matanya menatap benda kecil2 itu, kakinya mundur beberapa tindak, mulutnya nampak berkemak kemik, mengatakan "Bu-ceng Kiam-khek muncul lagi di dunia kang-ouw, ini sungguh suatu hal yang luar biasa....Harus segera kita berikan laporan pada Kauwcu...."
Mendadak ia dengar suara orang berkata dingin: "Kau juga tak perlu memikir bisa berlalu dari sini!"
Toat-hun Tancu kaget. Ketika ia dongakkan kepala dan melihat Lim Tiang Hong menggelendot diatas penglari, lantas berseru: "Siauw Kauwcu. kau ternyata juga ada disini..."
Tetapi Lim Tiang Hong membalas perkataan itu dengan berkata ketus: "Kedatanganku cuma karena hendak mengantar kau ke akhirat"
Mengucap demikian, tangannya nampak bergerak, gerakan itu kelihatan seperti dilakukan seenaknya saja dan seperti tidak menggunakan tenaga.
Toat-hun Tancu gusar. Dengan suara keras ia membentak: "Siauw Kauwcu, apa kau sudah berontak?"
Dengan cara semberono Tancu ini menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Karuan saja karena perbuatannya ini, lantas terdengar suara jeritan tertahan badan Tancu ini nampak sempoyongan, mundur tiga langkah ke belakang.
Kini ia baru tahu bahwa pemuda yang dianggap Siauw Kaucu-nya itu benar2 mempunyai kepandaian yang tinggi luar biasa.
Seketika itu wajahnya lantas berobah pucat, ia berkata dengan suara bengis: "Kau coba2 sambuti seranganku ini!"
Sebentar nampak kedua tangannya dikebutkan. Dari situ nampak asap hitam mengepul, asap ini berasa dingin, se-o!ah2 gelombang uap air, menggulung badan Lim Tiang Hong yang masih di atas.
Lim Tiang Hong yang ingin membereskan pertempuran itu secepat mungkin, lantas memapaki serangan tenaga sepenuhnya.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan yang keluar dari Toan-hun Tancu, badannya pun terbang melayang setinggi dua tombak untuk kemudian jatuh terkulai di tanah, jiwanya melayang.
Anak buah Tancu yang baru terbinasa ini, semua dalam ketakutannya pada mencoba lari kalang kabut.
Lim Tiang Hong yang sudah mengandung maksud menumpas habis semua orang2 Thian-cu-kauw, dengan gerakannya Sam-sam Po-hoat memutar-mutar jari2 tangannya. Sebentar saja, semua orang itu sudah tertotok jalan darahnya dan roboh binasa.
Sungguh diluar dugaan semua orang, bahwa cabang Thian-cu-kauw dikota Kim-leng yang berkedudukan sebagai pusat di tepi sungai dikota kimleng itu dalam waktu semalaman saja sudah dibikin musnah oleh Lim Tiang Hong.
Buat Thian-cu-kauw, perbuatan Lim Tiang Hong merupakan suatu pukulan hebat. Akan tetapi pernah menduga bahwa cabang perkumpulan itu telah termusnah dibawah tangan seorang pemuda, yang wajahnya mirip siauw kauwcu mereka sendiri.
Malam itu udara terang, rembulan memancarkan sinarnya yang terang benderang.
Lim Tiang Hong yang sehabis memberekan orangorang Thian-cu-kauw cabang Kim-leng, lantas berpikir untuk berlalu dari tempat yang seperti sudah merupakan neraka itu.
Tetapi, ketika baru saja ia bergerak dan ingin pulang ke rumah penginapannya, sesosok bayangan kecil langsing tampak dengan cepat berlari ke arahnya.
Bayangan itu ternyata adalah Yong-jie, itu gadis nakal yang masih ke kanak2an sifatnya.
Dengan suara cemas gadis cilik ini berkata kepada Lim Tiang Hong: "Rombongan imam itu malam ini mungkin akan mendapat bahaya. Jikalau kau akan ingin pergi menonton keramaian, dari sini kau boleh menuju kejalanan yang boleh dipakai mengambil jalan ke Butong-san. Sekarang ini aku sendiri perlu mengejar Yayaku, tidak bisa ikut kau"
Setelah berkata demikian, Lim-Tiang-Hong hanya dapat melihat berkelebatnya sinar merah, dan gadis binal itu sudah menghilang dari depan matanya.
Berita yang disampaikan oleh gadis cilik itu kepadanya, agaknya telah membikin Lim Tiang Hong kebingungan.
Enam ketua, dari enam partai besar, dari golongan Hian-bun ia akui pengaruhnya cukup besar, dikatakan mendapat bahaya, betul2 ia merasa bingung. Apabila benar2 mereka akan menemukan bahaya, maka orang yang akan turun tangan menghajar mereka itu entah berapa tinggi lagi kepandaiannya"
Tertarik oleh sesuatu yang mengherankan hatinya memang sudah merupakan salah satu sifat manusia yang ingin tahu segalanya. Begitulah keadaan Lim Tiang Hong pada saat itu, pemuda ini bukan hanya tertarik karena perasaan herannya, bahkan ia telah merasa pula bahwa ia sebagai pemuda mempunyai kewajiban hendak melindungi imam itu dari bahaya. Ia yang sudah membasmi cabang Thian-cu-kauw untuk kota Kim-leng, yang dengan sendirinya perbuatan itu tidak bedanya dengan suatu tantangan hebat bagi Thian-cu-kauw yang baru saja hendak pentang sayap melarkan kuku dalam dunia kang-ouw.
Jikalau dalam hal ini ia dapat menggagalkan pula rencana busuknya Thian-cu-kauw yang sengaja memusuhi orang2 golongan Hian-bun, maka sudahlah pasti dengan perbuatannya itu ia dapat mengoncangkan kedudukan Thian-cu kauw.
Maka dengen tidak berpikir panjang lagi ia lantas lari ke jalanan yang ditunjuk oleh Yong-ji tadi.
Sekarang marilah kita tengok kembali keadaan Lima ketua partai Hian-bun, yang berjalan mengikuti ketua partai Bu-tong-pay Pek Ho Totiang berjalan menuju kegunung Bu-tong-san.
Hampir rata2 setiap orang diliputi oleh perasaan masgul didalam hatinya masing2.
.Terutama dengan Pek Ho Totiang sendiri, Sang Ketua Bu-tong-pay ini nampak begitu murung wajahnya. Ia ini bukan saja merupakan tetua dari Bu-tong-pay saja, bahkan pada saat itu, ia memegang pula tampuk pimpinan sebagai Beng-cu atau pemimpin dari enam partai besar golongan Hian-bun. Jikalau dalam menghadapi kesulitannya ini, peristiwa ruwet yang timbul kali ini sampai tidak berhasil dibereskannya, maka kedudukan enam partai besar dikalangan kang-ouw pasti akan runtuh. Dan itu pasti karena Bengcunya yang tidak becus mengurus perkara.
Selagi para ketua itu bee-duyun2 berjalan didalam suatu rimba yang lebat sekali dengan pohon2nya. mendadak mereka dengar suara ketawa yang agak ganjil. Didalam rimba yang lebat itu, suara itu kedengaran semakin menyeramkan. Suara tertawa tersebut bukan hanya menyeramkan saja, bahkan seperti ada suatu pengaruh kekuatan yang menindih perasaan mereka, yang seketika itu menjadi goncang hatinya.
Rombongan orang itu yang semuanya terdiri dari orang2 yang boleh dikatakan tokoh2 kuat dalam rimba persilatan, semua pada merasa seperti ada apa2 yang tidak beres Maka semua pada mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk melawan pengaruh jelek yang hendak mengeruhkan pikiran mereka itu.
Bagi Pek Ho Totiang dan Bu-tong It-khie, hal demikian masih tidak terlalu dirasakan, akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya. Orang2 yang disebut belakangan ini sudah pada berobah pucat wajahnya.
Orang memperdengarkan suara ketawanya tadi agaknya hanya ingin menggertak saja. Ketika rombongan imam tersebut menghentikan gerakan mereka, orang yang tertawa tadi mendadak muncul dari belakang sebuah pohon.
Orang ini ternyata adalah seorang berperawakan tinggi besar yang tegap, akan tetapi seluruh wajahnya tertutup dengan kain hitam. Dengan lagak congkak orang tinggi besar ini berdiri melintang di-tengah2 jalan. Tanpa bersuara, juga tidak bergerak sama sekali.
Pek Ho Totiang yang baru2 ini sudah menerima berita sampai ber-kali2, maka ia sudah mendapat firasat bahwa dunia rimba persilatan kini sedang terancam bahaya. Oleh karenanya maka ia harus terjunkan diri sendiri kedunia kang-ouw untuk mencari keterangan, mencari tahu benar tidaknya keterangan2 yang ia terima itu. Disamping itu, ia mengundang pula lima ketua partai besar golongan Hian-bun untuk diajak berunding bersama2.
Munculnya orang tinggi besar yang mukanya berkedok ini telah membuat hatinya Pek Ho Totiang bercekat dan mendadak suatu firasat jelek-timbul dalam otaknya. Selagi ia masih memikirkan semua persoalan itu, Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan sudah lantas membentak dengan suara keras: "Tuan siapa! Apa maksudmu menghalangi perjalanan pinto sekalian!"
Orang berkedok itu menjawab sambil perdengarkan suara ketawanya jahg aneh: "Sungguh tidak gampang mendapat kesempatan seperti ini, menjumpai enam Ciang-bunjin sekaligus yang muncul berbareng disini. Kedatangan lohu memang disini, ada maksudnya"
Lam-gak Koan-cu berkata sambil menuding orang berkedok itu dengan kedutannya: "Seorang laki2 harus berlaku terus terang. Kalau memang benar tuan ada maksud apa2, boleh tuan katakan disini secara terus terang, perlu apa berlaku seperti kelakuannya maling begitu rupa"
"Apa yang Lohu inginkan, adalah enam batok kepala Ciang bunjin sekalian beserta bendera kuning yang berada dalam badannya Pek Ho Totiang" Demikian sahut orang berkedok itu dengan sikapnya yang jumawa.
Giok-hie-cu lantas ketawa ber-gelak2 "Kelakuan tuan ini betul2 terlalu sombong. Apa tuan kira enam partai dari golongan Hian-bun boleh diperlakukan seenaknya saja begitu gampang?"
"Jikalau kau tidak percaya, kuambil kepalamu dulu sebagai contoh...."
Setelah berkata sampai disitu, suatu tenaga yang mengandung hawa dingin lantas meluncur keluar dari tangan orang berkedok tersebut.
Tubuhnya Giok-hie-cu lantas melesat mumbul 2 tombak tingginya. Di tengah udara imam ini masih coba ber-putar2 sebentar, kemudian terjatuh di tanah. Hanya terdengar suara jeritannya. Mulutnya sudah tersumbat oleh darah yang masih mengucur keluar.
Orang berkedok itu berkata pula sambil perdengarkan ketawa seramnya: "Sungguh tidak nyana ketua Kun-lun-pay ternyata tidak punya guna sama sekali. Ha, ha.... Jikalau tidak membunuh kalian dan tidak ingin memberikan contoh, lohu benar-benar segan turun tangan"
Perbuatan orang berkedok itu benar2 sangat mengejutkan. Beberapa totiang itu lantas berobah pucat pasi wajahnya, Pek Ho Totiang segera mengetahui bahwa malam itu mereka benar2 akan menghadapi bencana yang sukar dihindarkan.
Pada saat itu kebutannya Lam-gak Koan-cu, yang juga merupakan senjata istimewanya sudah diputar hendak menyerang orung berkedok itu.
Kemudian selelah itu, Ciak-yan Ie-su juga menyusulkan gerakan tangannya, gerakan tangan yang sudah terkenal kehebatannya.
Tetapi sebentar kemudian kembali terdengar suara jeritan ngeri. Ciak-yan Ie-su dengan mulut menyemburkan darah segar, badannya jatuh berputaran seperti roda sehabis diputar. Lam-gak Koan-cu yang menyerang duluan, dengan wajah pucat pasi mencoba hendak menyerang lagi.
Orang berkedok itu hanya perdengarkan suara ketawa dingin, badannya bergerak laksana angin, bergerak menerjang serangan Lam-gak Koan-cu.
Tiba2 terdengar pula suara jeritan yang menyayat hati. Badan Lam-gak Koan-cu telah jatuh dengan bergulingan di tanah untuk kemudian tidak bangun kembali.
Bu-tong It-khie berkali2 menyebut nama Buddha, kemudian terdengar perkataannya. demikian: "Iblis jahat! Tidak nyana kau bisa berbuat begitu jahat dan telengas".
Sehabis mengucapkan perkataannya, jubahnya yang gerombongan nampak dikibaskan. Suatu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat lantas meluncur keluar menyerang si orang berkedok. Itu adalah ilmu serangan tangan kosong pelajaran Bu-tong-pay yang dinamakan Bian-Ciang-kang yang sudah lama kesohor karena kehebatannya.
Tetapi orang berkedok itu sudah memutar tangannya yang besar. Ia rupanya hendak menyambuti serangan tersebut.
Dua kekuatan tenaga dalam lantas saling beradu, Bu-tong It-khie nampak sempoyongan badannya dan mundur sampai tiga tindak. Darah dalam badannya dirasakan seperti bergolak. Selagi imam ini hendak berdaya untuk menahan badannya supaya sampai jatuh, tiba2 ia merasa wajahnya seperti disambar angin dan orang berkedok itu sudah maju menghampiri untuk melumerkan serangan susulan dengan kecepatan luar biasa.
Pek Ho Totiang dengan cepat memburu hendak memberi pertolongan, tapi sudah kasip....
Kembali terdengar suara jeritan ngeri. Orang tua dari Bu-tong-pay itu juga akhirnya harus menyerahkan jiwanya kepada orang berkedok itu.
Pek Ho Totiang, menyaksikan bagaimana Susiok serta beberapa orang ketua lain dalam waktu sekejapan dibinasakan satu persatu oleh orang berkedok itu, sekalipun ia sendiri mempunyai kesabaran luar biasa, tetapi ketika itu ia tidak lagi dapat menindas perasaan gasarnya yang sudah me-luap2. Ia dengan masih mencoba mengendalikan rasa sedihnya, diam2 mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, bersedia hendak adu jiwa dengan orang berkedok itu.
Pada saat itu mendadak orang berkedok itu berkata sambil perdengarkan suara ketawanya menyeramkan: "Pek-ho! Asal kau mau segera serahkan panji kuningmu itu, lohu akan bertindak dengan memakai kecualian atas dirimu supaya dengan meminjam mulutmu kau sampaikan berita ini kepada semua orang2 dunia kangouw".
Pek Ho Totiang sedapat mungkin berusaha menindas perasaannya. Sambil ketawa ber-gelak2, ia menjawab "Bicara terlalu banyak tak ada guna. Asal kau mampu menangkan pinto, panji kuning ini sudah tentu akan berada dalam tanganmu".
Setelah berkata demikian, nampak tangan Pek Ho Totiang diangkat per-lahan2. Ditangannya itu nampak pula satu panji kecil segi tiga warna kuning dengan cabangnya berwarna merah begitu dilemparkan, lantas menancap dalam di tanah berumput, nampak berkibaran ditiup angin malam.
Orang berkedok itu kembali perdengarkan suara ketawa yang menyeramkan: lalu kembali ia berkata: "Kalau begitu, jangan kau menyesal kalau lohu turun tangan keji"
Saat itu tulang2 disekujur badan orang berkedok itu mendadak berbunyi keretekan, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah dipusatkan dikedua telapak tangannya, kakinya lalu bergerak maju lambat2.
Pek Ho Totiang tampak sikapnya sungguh2. Kumis dan jenggotnya ber-gerak2, begitu pula kupiah yang dikenakan diatas kepalanya. Imam inipun telah mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi musuh yang sangat tangguh ini.
Dua jago, satu dari golongan baik dan yang lain dari jalan sesat itu nampak keduanya bergerak setindak demi setindak untuk saling mengadu kekuatan.
-0dw-smhn0- Bab 10 SELAGI orang berkedok itu hendak bertempur mati2an Pek Ho Totiang, didalam rimba mendadak terdengar suara angin ser2-an dan sinar pedang bergemerlapan, kemudian disusul oleh sinar pedang yang meluncur kedalam medan pertempuran.
.Kedua musuh yang hendak bertempur itu terpaksa pada lompat mundur sampai 5 kaki jauhnya. Dan tempat mereka berdiri tadi, lantas tertancap 3 batang pedang kecil warna emas yang memancarkan sinarnya gemerlapan. 3 benda itu menancap ditanah dalam bentuk segi tiga.
Apa yang paling mengherankan, meluncurnya pedang itu ada demikian keras, tapi ketika menancap ditanah, ternyata cuma kira2 satu dim dalamnya, awak pedang hampir seluruhnya berada dipermukaan tanah, hingga pedang tersebut nampak bergoyang-goyang.
Dari sini bisa dilihat, betapa hebat kepandaiannya orang yang meluncurkan 3 bilah pedang kecil tersebut.
Orang berkedok itu melihat pedang kecil itu, sekujur badannya nampak gemetaran. Meskipun pada saat itu tidak terlihat sikap dari wajahnya yang memakai kedok, tapi dari reaksi yang diunjukkan itu dapat diduga sampai dimana rasa jerinya.
Pek Ho Totiang sendiri juga dikejutkan oleh munculnya 3 bilah pedang yang datangnya secara mendadakan itu. Dalam otaknya dengan cepat sudah ingat kepada dirinya seseorang.
.Dan selagi kedua orang itu lompat mundur dalam keadaan kaget, orang berkedok itu mendadak putar tubuhnya dan secepat kilat telah menyambar bendera kuning yang menancap di tanah. Setelah itu badannyapun segera melejit ke udara dan lari kedalam rimba, sebentar saja sudah hilang dari depan mata Pek Ho Totiang.
Karena perubahan itu terjadi diluar dugaan semua orang, maka ketika Pek Ho Totiang lompat melesat hendak merintangi perbuatannya orang berkedok itu, ternyata sudah terlambat setindak.
Pada saat itu, dari dalam rinba telah muncul seorang pemuda tampan, lalu berkata kepada Pek Ho Totiang sambil menghela napas: "Aku yang rendah karena terlambat saja, telah membuat Totiang sekalian hampir mengalami bencana"
Pek Ho Totiang kenal baik pemula itu, ia adalah murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, Lim Tiang Hong.
Ia lalu menjawab sambil geleng2kan kepala: "Semua kejadian sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Esa, tidak dapat diubah oleh tenaga manusia. Atas budi Siauwhiap yang sudah menolong kita dari bencana, pinto tidak akan melupakan. Cuma bendera perserikatan 6 partai Hian-bun yang pinto bawa, sudah dirampas oleh iblis tadi. Untuk selanjutnya barangkali akan menimbulkan bencana yang tidak habis2nya. Hal ini sungguh2 membuat pinto merasa malu terhadap perguruan dan kelima parlay lainnya. Aih....!"
Walaupun Pek Ho Totiang ada seorang yang beribadat tinggi, tapi tidak urung masih tidak mampu menindas perasaan duka, masgul dan gusarnya, sehingga semua itu nampak tegas dari sikap pembicaraannya.
Lim Tiang Hong juga merasa sangat gusar, berkata pula sambil menyoja: "Totiang terlalu merendahkan diri. Tahukah Totiang asal usulnya orang berkedok tadi! Karena aku yang rendah berada ditempat sejauh 10 tombak lebih, hingga tidak keburu mencegah perbuatannya. Dalam keadaan tergesa-gesa, terpaksa menyambitkan 3 bilah pedang kecil yang merupakan tanda kepercayaan suhuku, tidak nyana telah memberi kesempatan padanya untuk merampas bendera perserikatan"
Pek Ho Totiang berpikir sejenak, baru berkata dengan lambat2: "Pinto sejak berkelana didunia kangouw, belum pernah dengar dikalangan Kang ouw ada seorang iblis berkepandaian begitu tinggi yang sepak terjangnya demikian kejam dan ganas. Jika dilihat dari sikapnya tadi yang begitu kaget dan ketakutan ketika dapat lihat pedang tanda kepunyaan suhumu, pinto duga ia pasti ada kenal baik dengan suhumu"
Mendengar keterangan itu, Lim Tiang Hong mendadak tergerak hatinya, hingga diam2 telah berpikir: apakah dia adanya itu orang yang mendapat gelaran Manusia Buas Nomor satu didalam dunia...."
Sudah tentu itu ada dugaannya ia sendiri, yang ia anggap tidak ada perlunya diberitahukan kepada Pek Ho Totiang. Ia hanya berkata sambil memberi hormat: "Tentang kedatanganku yang rendah malam ini, harap Totiang suka pegang rahasia, karena aku yang rendah hendak mengamat-amati sepak terjangnya iblis itu secara menggelap"
Setelah memberikan pesannya, kembali ia memberi hormat dan kemudian lompat melesat lari menuju ke kota Kim-leng.
.Setiba dirumah penginapannya, ternyata sudah hampir terang tanah. Ia hanya duduk bersemedi sebentar diatas pembaringan, lalu cuci mulut dan muka, setelah santapan pagi sebentar, ia kembali duduk seorang diri sembari memikirkan persoalannya tadi malam.
Dalam keadaan demikian, mendadak nona Yan-jie diam2 masuk kekamarnya, lantas menggapai dan berkata padanya: "Lekas ikut aku untuk menemui seseorang, ada urusan penting yang akan kita rundingkan"
Lim Tiang Hong letakkan cangkirnya dan menanya sambil ketawa: "Ada urusan apa yang membuat kau sampai begitu tergesah-gesah?"
"Suruh kau lekas pergi menemui Giam-Lo Ong, tahu tidak?" jawabnya Yan-jie sambil ketawa penuh arti.
Tanpa banyak rewel, ia lantas menarik tangannya Lim Tiang Hong, diajak keluar.
Sekeluarnya dari rumah penginapan, mereka jalan melalui jalanan berbelit-belit. Entah berapa banyak gang yang dilalui, baru tiba di pintu belakang sebuah rumah besar.
.Yan-jie mengetok pintunya dengan pelahan, yang segera dibuka oleh seorang bocah kira2 berusia 14 tahun.
Yan-jie agaknya kenal baik dengan penghuni rumah tersebut. Ia ajak Lim Tiang Hong melalui beberapa pintu, kemudian masuk ke kamar buku.
Tiba2 dari dalam ada suara orang yang menegur: "Apakah Yan-jie" sudah berhasil menemukan dia atau tidak?"
Dengan sikap gembira dan suara nyaring ia menyahut: "Dia sudah datang...."
Dari dalam lantas terdengar suara orang ketawa bergelak-gelak, kemudian muncul seseorang yang menyambut kedatangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tidak tahu Yan-jie sedang main sandiwara apa, maka lantas berpaling mengawasi padanya. Tapi Yan-jie hanya ganda dengan ketawanya, tidak berkata apa2.
Pada saat itu, seorang pertengahan umur berwajah putih bersih dengan dandanannya seperti pelajar menghampiri Lim Tiang Hong, tapi Yan-jie sudah mendahului dan memperkenalkan mereka berdua sembari berkata kepada Lim Tiang Hong: "Ini adalah sahabat karib ayah, didunia kang-ouw terkenal dengan julukannya "Sin-soan Cu-kat", Khong Bun Thian siok-siok"
Kemudian berkata kepada pamannya sambil menunjuk Lim Tiang Hong: "Dia adalah itu orang yang tempo hari datang di rumahku"
Memperkenalkan dengan cara demikian, agaknya ada sedikit luar biasa. Ia tidak menyebutkan nama dan asal usulnya, hanya mengatakan "itu orang yang tempo hari datang di rumahnya", hingga Lim Tiang Hong diam2 kerutkan alisnya, dan kemudian maju untuk memberi hormat kepada tuan rumah sembari berkata: "Boanpwee Lim Tiang Hong, datang untuk menjumpai Khong locianpwee"
Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian mengawasi dari atas sampai kebawah, kemudian ketawa terbahak-bahak sembari berkata "Tidak usah memakai banyak cara, harap duduk di dalam"
Bertiga lalu masuk ke dalam kamar. Baru saja hendak duduk, dari luar telah masuk seseorang, yang lantas berkata dan sambil acungkan ibu jarinya kepada Lim Tiang Hong: "Lotee, kau sungguh hebat! Tidak kecewa kau menjadi murid keturunannya Bu-ceng Kiamkhek. Apa yang kau lakukan dikota Kim-leng itu hari sesungguhnya sangat menarik. Barangkali dengan perbuatanmu itu, sudah cukup untuk membikin keder orang2 Thian-cu-kauw!"
Khong Bun Thian lantas berkata sambil goyang2kan tangannya: "Bolehkah kau bicara sedikit perlahan?"
Orang itu yang ternyata si Pengemis Mata Satu, dengan tangannya menepok-nepok kepalanya sendiri berkata pula: "Aaa! sungguh mati, aku pengemis tua hampir saja melupakan urusan itu"
Lim Tiang Hong duduk menjublak. Ia tidak mengerti apa yang hendak dibicarakan oleh mereka. Matanya sebentar memandang si Pengemis Mata Satu, sebentar lagi mengawasi Sin-soan Cu-kat.
Yan-jie yang menyaksikan keadaan itu, lantas ketawa geli dan nyeletuk "Khong siok-siok, lekaslah bicarakan padanya, kalau tidak ia nanti bisa mati kebingungan!"
Benar saja, Khong Bun Thian lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Segala persoalan yang mengenakan diri siauwhiap, oleh pengemis tua ini sudah diberi tahukan kepada lohu. Menurut dugaan lohu: pertama, didunia kang-ouw pada dewasa ini, pasti ada seseorang yang wajahnya dan kepandaiannya mirip dengan kau. Orang2 dari golongan Hian-bun yang dibinasakan dan patung kuno gereja Siauw-lim-sie yang tercuri, semuanya perbuatannya orang itu. Kedua, orang itu pada waktu orang2 dari partay golongan Hian-bun mencari kau untuk menuntut balas sakit hati, sudah mengetahui bahwa wajahmu ada mirip dengan wajahnya, bahkan begitu pula kepandaianmu. Maka, ia sengaja berbuat demikian supaya kesalah fahaman antara kau dengan golongan Hian-bun semakin dalam. Dan jikalau perlu, mereka akan tarik dirimu supaya bergabung dengan perkumpulannya. Ketiga, kau telah mencari keterangan ke mana-mana tentang dirimu, hal itu sudah diketahui oleh banyak orang. Perkumpulan rahasia itu, karena ada maksud hendak menarik dirimu, sudah tertu berdaya supaya agar kau tidak mengetahui asal usulmu sendiri. Dan oleh karena Heng-lim Cun-loan ada mengetahui jelas tentang dirimu, maka ia telah menemukan ajalnya secara mengenaskan. Keempat, kini sudah ada muncul dua partay atau golongan yang masing2 dan golongan tersesat dan golongan benar. Kedua partai yang besar pengaruhnya itu, masing2 telah hargakan dirimu sebagai kongcu dan Siauw-kauwcu, ini berarti pula bahwa pemimpin dari kedua partay itu, salah satu diantara mereka pasti adalah ayah atau bundamu. Tapi hal ini betul atau tidak, masih diragukan kebenarannya. Sebab kau ada merupakan seorang yang sangat menonjol dengan kepandaianmu dari angkatan muda. Pihak manapun yang bisa mendapatkan dirimu, berarti mendapatkan satu pembantu yang sangat kuat. Maka kita tidak boleh tidak harus berjaga-jaga, agar mereka jangan sampai menarik dirimu".
Keterangan ini berdasar perhitungan atas semua fakta2. Sungguh tidak kecewa Khong Bun Thin mendapat julukan Sin-soan Cukat atau Cu-kat Liang seorang penesehat pandai dari jaman Sam-kok yang pandai meramalkan.
Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan tersebut, diam2 juga merasa kagum. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepalanya: "Dugaan locianpwee benar seperti dewa, boanpwee merasa sa
.371 ngat kagum. Tapi boanpwee masih ada satu soal ingin minta keterangan locianpwee"
Ia lalu menerangkan peristiwa yang terjadi semalam, dimana 6 ketua dari 6 partai golongan Hianbun, dalam perjalanannya telah berjumpa dengan seorang tinggi besar yang memakai kedok.
Dalam suatu pertempuran sengit, 5 diantara 6 ketua partai itu telah binasa ditangannya orang berkedok itu dan bendera perserikatan mereka malah kena dirampas.
Sin-soan Cu-kat setelah berpikir agak lama. tiba2 dongakkan kepala dan berkata:
"Tentang orang berkedok tinggi besar itu, menurut dugaan lo-hu, delapan bagian adalah kauw-cu dari Thian-cu-kauw. Dimasa yang lampau, Thian-cu-kauw belum pernah muncul dikalangan kang-ouw, dan sekarang telah bergerak dengan secara mendadak dan terang2an. Namun kekuatannya belum cukup. Perbuatannya mencegat dan membunuh 6 partai golongan Hian-bun itu, justru merupakan permulaannya untuk membentang sayap dan mangunjukkan hasratnya hendak menjagoi dalam dunia kang-ouw. Selanjutnya. kejadian2 serupa itu mungkin akan timbul setiap saat dan setiap tempat, sehingga merupakan ancaman dan bencana bagi dunia kang-ouw"
Sehabis berkata, ia menghela napas panjang, dan kemudian berkata pula: "Masih untung dengan tanpa sengaja Siauwhiap telah malakukan satu langkah yang bagus sekali. Tatkala kau membersihkan cabang Thiancu-kauw dikota kim-leng, kau tidak meninggalkan satu saksi hidup, sebaliknya sudah meninggalkan satu tanda dari suhumu Bu-ceng Kiam-khek dan sewaktu kau pergi menolong jiwa-nya Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay juga tidak mengunjukkan wajah aslimu, hanya menggunakan 3 bilah pedang emas, sudah membikin ia kabur ketakutan. Dengan demikian, mungkin dapat menggunakan pengaruh nama besarnya Bu-ceng Kiamkhek, mungkin kuncup nyali mereka untuk sementara, sehingga orang2 dari golongan baik mendapat kesempatan untuk siap sedia menghadapi segala kemungkinan"
Setelah mendengar keterangan Khong Bun Thian itu, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil kerutkan alisnya: "Dugaan ini meski sangat beralasan, tapi biar bagaimana kita toh harus berdaya untuk menghadapi mereka! Yang perlu kita harus lakukan pada dewasa ini jalan: pertama-tama cari itu penjahat yang wajahnya mirip dengan diri boanpwee. Kedua, menyelidiki dirinya pembunuh yang membinasakan dirinya Heng-lim Cunloan locianpwee. Sementara mengenai soal dirampasnya bendera perserikatan 6 partay golongan Hian-bun dan dicurinya kitab wasiat gereja Siauw-lim-pay, menurut pikiran boanpwee, Hui Hui Taysu dan Pek Ho Totiang, pasti sudah mempunyai daya upaya dan rencana sendiri. Rasanya tidak perlu kita turut campur tangan atau capekan hati"
Pengemis Mata Satu menyelak sembari ketawa terbahak-bahak: "Lotee, perlu apa kau begitu cemas" Malam ini kita cari dan undang kau kamari, justru urusan ini. Kau sabar dulu, lihat dulu bagaimana perhitungannya tukang ramal kita Sin-soan Cu-kat sianseng, tentang berhasil atau gagalnya rencana kita ini, tergantung kepada nyali dan kecerdikanmu sendiri"
Khong Bun Thian sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang lantas berkata: "Kau jangan terlalu
.mengumpak dirinya orang. Apa kau tidak takut diketawai oleh Lim Siauwhiap?"
Lambat2 ia berbangkit diri tempat duduknya, lantas berkata bisik2 ditelinganya Lim Tiang Hong.
Setelah mendengarkan rencanannya Khong Bun Thian, matanya Lim Tiang Hong nampak bersinar terang, dengan suara mantap ia berkata: "Semuanya terserah kepada kebijaksanaan locianpwee, besok kita boleh bertindak secara berpencaran, bagaimana?"
Dengan demikian, maka perundingan mereka malam itu telah berakhir dengan memuaskan. Keempat orang itu setelah berlalu dari kamar buku, masing2 lantas menjalankan tugas yang dibebankan diatas pandaknya,
Esok harinya, orang2 dunia kang-ouw yang berada di kota Kim-leng, mendadak dapat dengar dua berita yang mengejutkan. Kesatu adalah, tabib kenamaan didunia kang-ouw Heng-lim Cu-loan, telah dibinasakan orang didalam kediamannya sendiri, musuhnya bakarnya ada bersangkutan dengan Thian-lam Ngo-liong.
Kedua adalah, pemuda gagah Lim Tiang Hong, yang paling belakang ini muncul di dunia kang-ouw dengan kepandaiannya yang menggemparkan rimba persilatan, mendadak telah binasa karena racun. Juga terbinasa jarumnya Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cun-loan meski ada satu tabib terpandai dalam rimba persilatan, tapi karena sudah lama ia mendapat nama, sedikit banyak sudah tentu ada musuhnya. Apa lagi perbuatan bunuh-membunuh itu, ada merupakan soal biasa bagi orang2 dunia kang-ouw. Maka berita itu kecuali mengejutkan, tidak ada apa2-nya yang mengherankan. Sebaliknya adalah kematiannya pemuda kosen itu, yang benar2 menarik perhatian banyak orang.
Pemuda kosen yang pernah menggemparkan dunia kang-ouw itu, seolah-olah bintang pagi, munculnya demikian mendadak, tapi amblesnya juga mengandung beberapa bagian yang aneh.
Bagaimana asal usul yang sebenarnya" Murid Buceng Kiam-khek" Kongcu dari Hong-hong-tie" Ataukah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw" Tiada seorangpun yang dapat memastikan. Orang dari golongan sesat ataukan dari golongan benar" juga tiada seorangpun yaug mengetahui dengan tepat.
.Namun, hanya dalam waktu yang sangat singkat saja, nama2 nya sudah begitu terkenal, menggetarkan dunia kang-ouw. Hal ini memang sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat disangkal. Selama beberapa puluh tahun ini, tidak ada seorang yang begitu muncul didunia kang-ouw, namanya lantas menggemparkan seperti dia.
Cuma sayang sedikit, kemunculannya itu hanya dalam waktu sekejapan saja. Apa yang ditinggalkan hanya keluhan dan rasa menyesal bagi orang2 yang mengagumi padanya.
Tidak demikian dengan Heng-lim Cun-loan, yang namanya begitu kesohor dalam dunia Kang ouw. Kenalannya hampir meliputi semua golongan masyarakat seluruh jagat, maka pada waktu kuburnya, seluruh kota Kim-leng menjadi gempar. Orang2 yang datang untuk mengantar jenazahnya kekuburan, sampai memenuhi jalanan besar kota tersebut.
Orang yang mengurus upacara penguburan itu, adalah sahabat karibnya Heng-lim Cun-loan di masa hidupnya, mereka itu adalah Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian dan si Pengemis Mata Satu.
Mereka memang ada maksud mmbuat upacara itu semeriah-meriahnya, berbareng dengan itu, mereka juga sengaja mengubur jenasahnya Lim Tiang Hong di sampingnya kuburan Heng-lim Cun-loan.
Matahari sudah mulai mendoyong ke barat. Orang2 yang mengantar jenasah ke kuburan sudah mulai bubar, di bawah kaki buku Cie-kim-san, kini tambah dua kuburan baru. Di atas kuburan itu ada tertulis beberapa huruf diatas batu nisan yang berbunyi:
DISINI ADA BERSEMAYAM JENASAHNYA TABIB SAKTI DAERAH KANG LAM TAN-KONG CU CHIAUW dan PENDEKAR BERKELANA DI DAERAH TIONG-GOAN LIM KONG TIANG HONG
Dimalam yang gelap sunyi. Cuma sinarnya bintang dilangit dan kelap-kelipnya binatang kunang2 yang mcnyinari kuburan tersebut, membuat keadaan disitu bertambah seram....
Dalam keadaan demikian, dari dalam rimba yang tidak jauh situ tiba2 muncul seorang wanita muda berwajah pucat pasi. Wanita muda itu berpakaian pendek berwarna hijau, didepannya tersulam seekor burung Hong putih, seolah-olah satu patung hidup, wanita muda itu berdiri menjublek di hadapan kuburannya Lim Tiang Hong.
Lama sekali, baru kedengaran suaranya menghela napas panjang dan kemudian berkata dengan suara sangat perlahan: "Lim-heng, dimasa hidupmu kau sebagai satu jago yang gagah perkasa, setelah binasa kau sebagai setan yang gagah pula. Jikalau arwahmu dialam baka tahu. pasti dapat memahami bagaimana perasaan dalam hatiku pada saat ini... Antara kau dengan aku meski merupakan perkenalan baru dan persahabatan pribadi, tapi sifat dan kelakuanmu membuat aku tidak dapat melupakan untuk selamalamanya. Ah! Tuhan tidak menyenangi kepada orang gagah ataukah memang sudah ditakdirkan kalau kau berumur pendek?"
Wanita muda itu berkata sendirian, mendadak ia cabut pedangnya dan dibulang balingkan didepan kuburan dengan gayanya yang sangat manis, kemudian berkata pula: "Cu Giok Im sebetulnya hendak menggunakan pedang ini untuk mengikat tali persahabatan seumur hidup dengan kau. Tidak nyana, kau telah dibikin binasa oleh tangan jahat cara sangat licik. Dan sekarang, aku hendak menggunakan pedang ini, untuk membunuh musuhmu!"
Pedang itu lalu ditabaskan kepada sebuah batu besar sehingga hancur berantakan.
Setelah melampiaskan perasaan gemasnya, ia berkata pula sambil menghela napas. "Lim-heng, mengasolah dengan tenang! Cu Giok Im tidak akan mengecewakan kau...."
Burung Hong putih Cu Giok Im, seorang dara yang dilahirkan di utara. Sejak masih kecil sudah ikut orang tuanya berkelana di dunia kang-ouw, hingga mempunyai sifat seperti seorang laki2. Kalau saat itu ia begitu sedih dan gusar, itu semata-mata keluar dari hati dan perasaan yang mengagumi Lim Tiang Hong. Sedikitpun tidak ada mengandung lain maksud. Betul2 ia ada satu jago betina tulen.
Baru saja Cu Giok Im selipkan pedangnya kedalam serangkanya dan hendak meninggalkan tempat tersebut, dari satu sudut tiba2 muncul seorang muda yang cakap tampan, yang baik wajah atau dandanannya mirip benar dengan Lim Tiang Hong,
Bukan kepalang kagetnya Cu Giok Im. Dengan tanpa sadar ia lantas mundur 2 langkah dan menegur pemuda itu dengan suara kaget: "Kau masih hidup...?"
Pemuda itu lantas menjawab sambil unjukkan ketawanya cengar-cengir.
"Apakah kau mengharapkan aku mati?"
Dengan lagaknya yang tengik dan ceriwis ia berjalan lambat2 menghampiri si nona.
Cu Giok Im kembali mundur berulang-ulang dengan perasaan heran dan kaget. "Kau ini setan ataukah manusia" Apa perlunya kau menakuti aku sampai begini?" demikian si nona menegur pula.
"Didalam dunia yang tenang aman, mana ada setan?" jawabnya pemuda itu sambil ketawa bergelakgelak. Dan sehabis berkata, tangannya mendadak bergerak hendak menowel pipinya Cu Giok Im.
Cu Giok Im selamanya paling benci terhadap pemuda yang berkelakuan ceriwis dan rendah. Dalam gusarnya, ia sudah hendak turun tangan memberi hajaran kepada pemuda yang dikira ada Lim Tiang Hong itu. Tapi mendadak suatu pikiran terlintas dalam otaknya. Lim Tiang Hong adatnya sopan santun, suaranya juga agak lain, mungkin ini ada Lim Tiang Hong palsu.
Dengan cepat ia sudah lompat minggir dan membentak dengan suara keras: "Kau siapa" Jangan coba bergerak lagi".
"Aku adalah pemuda pujaanmu Lim Tiang Hong! Bagaimana apa kau sudah tidak mengenali lagi?" jawab pemuda itu sambil ketawa terbahak-bahak.
Pada saat itu, dari rimba mendadak terdengar suara nyaring tapi merdu: "Pui! manusia rendah yang tidak tahu malu, berani2 menyaru sebagai kongcu kita...."
Sebentar mendadak nampak berkelebat sinar merah. Orang masih belum tahu tegas siapa orangnya, pipinya pemuda itu sudah mendapat tamparan keras sampai beberapa kaii.
Pemuda itu nampaknya sungat gusar sekali. Sambil menggeram ia coba balas menyerang. Tapi, serangannya itu ternyata sudah mengenakan tempat kosong! Di depannya sudah tidak kelihatan batangan seorangpun juga.
.Bukan saja ia tidak dapat lihat bayangannya orang yang menampar dirinya sekalipun Cu Giok Im yang berdiri tidak jauh juga tidak dapat lihat apa yang terjadi.
Burung Hong putih Cu Giok Im, didalam golongan angkatan muda pada dewasa itu, sudah terhitung orang terkuat di dunia kang-ouw, biasanya sangat agulkan kepandaiannya sendiri, tapi ketika menyaksikan perbuatannya orang yang tidak mau unjukkan diri itu, diam2 juga merasa kagum.
Pada saat itu, kedua pipinya pemuda ceriwis itu sudah menjadi bengkak bengap, seketika itu timbullah sikapnya yang buas. Wajahnya menjadi merah padam, matanya memancarkan sinar buas.
Dengan gusar pemuda ini lalu menggeram: "Siapa yang begitu berani berlaku kurang ajar dan mempermainkan Siauw Kauwcumu! Jikalau kau benar2 berani lekas keluar unjuk diri untuk kita adu Kekuatan"
Tetapi sebagai jawaban ia hanya mendengar suara halus, "Phui! Kau masih belum pantas...."
Kemudian suara itu terdengar, pula mengalihkan perkataan, agaknya sekarang ditujukan kepada Cu Giok Im: "Nona Pek-hong (burung hong putih), disini Siauw Yong atas nama Kongcu mengucapkan banyak terima kasih kepadamu"
Suara itu kedengaran begitu merdu dan sedap seperti juga suaranya burung kenari yang sedang menyanyi.
Kelana Buana 12 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Durjana Dan Ksatria 8

Cari Blog Ini