Ceritasilat Novel Online

Puncak Kematian Cinta 1

Dewi Ular Puncak Kematian Cinta Bagian 1


Seri Dewi Ular-Tara Zagita
Puncak Kematian Cinta
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Anuraga
Editor : Anuraga
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ & http://dewikz.com
http://kang-zusi.info
1 RATU PERI DARI SELAT SUNDA
oleh Tara Zagita
Cetakan pertama
Gambar sampul oleh Cici
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved
-o0o))((dw))((o0o1 PESAWAT televisi yang sedang menayangkan siaran langsung pertandingan sepak bola
Liga Champions tiba-tiba padam secara mengejutkan. Bluub...! Rasa kaget
bercampur kecewa membuat jengkel penontonnya hingga menghambuskan geram dan
makian sesaat. "Brengsek! Pakai padam segala, apa-apaan sih"!"
"Memang dasar kunyuk! Makanya lain kali kalau beli teve jangan yang merek
beginian. Yang merek Kuyuktron sekalian deh, bisa gampang bantingnya!"
"Udah, jangan banyak ngoceh luh! Cerewet amat sih"!
Buruan colokan kabelnya dibetulin! Udah mau gol tuh tadi. Uuh... jangan-jangan
udah dua kali.gol sekarang ini...."!"
"Bodong luh itu yang digolkan"! Belum ada satu menit masa1 bisa gol dua kali
sih" Ngaco aja luh...," sambil 2
membetulkan kabel yang memang mempunyai colokan agak kendor itu.
Lubang viting yang lebar besar sedikit dari jack kabel teve memang sering
mengendur sendiri dan membuat pesawat teve padam seketika. Dengan sedikit
dinaikkan dan lebih ditancapkan lagi, biasanya aliran listriknya kembali normal
dan teve itu menyala lagi.
Tapi rupanya malam ini agak beda dengan malam sebelumnya. Televisi ukuran 14 inc
yang baru dibeli sebulan yang lalu itu ternyata tak mau menyala lagi. Hal itu
membuat mereka berdua menjadi jengkel dan penasaran, sehingga mereka lari keluar
kamar dan menghidupkan pesawat teve layar lebar di ruang tengah.
Rupanya TV ukuran 36 inc itu juga tak mengeluarkan gambar apapun. Menyala terang
dan berbintik-bintik tidak.
"Aneh..."!"
"Ah, biasanya tinggal diaktifkan powernya udah langsung hidup kok" Masa'
sekarang teye ini pakai ngadat juga sih"! Kabel sambungannya belum kamu
colokin'kali, San"!"
"Udah! Lihat aja tuh...!"
"Coba nyalakan VCD. Bisa nggak"!"
"Nggak ada tanda-tanda kehidupan juga tuh"!"
"Kasetnya, coba! Masa' tape atau radio juga nggak hidup"!"
"Nggak! Tuuh. .. lihat dari dekat dong! Nggak ada strom yang masuk, kan" Lampu
merahnya aja nggak hidup tuh!"
3 Hening. Lengang sekali.
Mereka mulai curiga, ada apa dengan sang malam kali ini" Pemuda berambut kucai
yang memiliki kepekaan gaib itu mulai curiga. Ia sengaja bungkam dan menerawang
Ia menyimak tanda-tanda keganjilan yang tertangkap oleh naluri gaibnya sebagai
jelmaan makhluk lain menjadi manusia. Lalu, ia mulai merasakan ada
ketidakberesan di sekelilingnya.
"Kurasa ini semua..."
"Ssst...!" potongnya cepat.
Tangan kanannya sedikit diangkat dengan telapak tangan terbuka, pertanda tak
menghendaki suara lain terdengar di dekatnya. Sikapnya yang serius dengan dahi
berkerut itu telah membuat Sandhi menjadi sedikit tegang dan merasa heran. Maka,
dihampirinya pemuda agak kurus berambut kucai itu, lalu bertanya dengan nada
membisik. "Ada apaan sih"!"
"Ada sesuatu yang nggak beres, sepertinya."
"Nggak beres apanya"! Ngomong yang benar kamu,Ron!"
"Sst.. .!" mendesis lagi mulut Buron, membuat Sandhi tak jadi melakukan desakan
ulang. Sandhi yakin bahwa Buron dapat mendeteksi suasana di sekeliling mereka,
seandainya memang benar ada gelombang getaran gaib yang perlu dicurigai. Sandhi
tahu, kemampuan seperti itu dimiliki Buron karena sebenarnya Buron adalah
makhluk yang befasal dari 4
alam lain, yaitu dari alam kehidupan bangsa jin. Meski pun Jin layon itu kini
sudah menjelma menjadi manusia demi sebuah pengabdian terhadap gadis putri dewa
itu, tapi kesaktian Buron sebagai Jin Layon tidak berkurang sedikit pun. Bahkan
semakin akan bertambah jika.
loyalitas dan kesetiaannya kepada Dewi Ular sudah mencapai jumlah waktu
tertentu. Itulah sebabnya, maka hati Sandhi kini menjadi berdebar-debar cemas setelah
Buron menampakkan gejala-gejala kegelisahannya. Ia ikuti langkah Buron ke kamar
lagi, dan ia pandangi dengan heran ketika Buron mencoba menghidupkan mini compo
yang ada di meja tulis di antara kedua ranjang. Ternyata mini compo itu juga
tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa. Sepertinya tidak mendapat aliran listrik
seperti biasanya, walau sebenarnya jack kabel sudah dicolokkan ke lubang viting
sebagaimana mestinya.
"Gawat.."!" gumam Buron pelan sekali, seakan ia bicara pada dirinya sendiri.
Matanya memandang ke sana-sini dengan curiga
"Ron, ada apa sebenarnya"!"
"Lihat jam dinding kita itu! Jarumnya nggak bergerak kan"!"
"Astaga"! Sejak kapan jam itu mati"! Padahal baru seminggu yang lalu battery-nya
kuganti dengan yang baru lho"!"
Napas panjang dihela dalam-dalam. Buron bicara tanpa memandang ke arah Sandhi.
"Rasa-rasanya... kita akan kedatangan tamu."
5 "Mau ada tamu" Sudah pukul satu lewat begini"!"
"Ya," jawabnya singkat sambil menarik laci meja untuk mengambil sesuatu dari
dalam laci tersebut. Sandhi semakin mendekati.
"Tamu dari mana, Ron?"
"Dari alam sana!"
"Hah..."! Maksudmu... dari alam gaib"!"
Sebuah buku agenda diambilnya. Buron mencatat sesuatu dalam agenda tersebut,
sesuai saran Ku mala Dewi alias Dewi Ular majikannya itu, agar rajin mencatat
seperti itu kelak pasti ada manfaatnya sendiri bagi kehidupan gaibnya. Sementara
itu, Sandhi semakin was-was setelah mendengar jawaban Buron tadi. Ia ingin
kepastian sekali lagi.
"Ron, apabenar kita mau kedatangan tamu dari alam sana"! Kamu nggak becanda nih
Ron?" "Gelombang energi bumi terganggu oleh kedatangan energi dari dimensi yang
berbeda. Makanya signal teve hilang, gelombang radio pun hilang, bahkan kondisi
ini telah merubah frekuensi atmosfir kita menjadi sangat rendah yang sebentar
lagi akan mempengaruhi medan magnit bumi. Karenanya, arus listrik tak dapat
diterima oleh komponen-komponen elektronik. Sistem jaringan kosmik kita pun akan
ikut berubah, sebentar lagi. Dan, sangat berpengarah pada saluran bawah sadar
dalam otak tiap manusia. Gangguan ini harus segera diatasi, karena sekarang saja
kita sudah mengalami penurunan kadar metal dan pergeseran hukum alam. Jika tidak
segera diatasi, bi sa-bisa seluruh permukaan bumi ini 6
akan mengalami proses dematerilisasi, yaitu kembali ke unsur aslinya; debu dan
gas hidrogen..."
"Tumben amat jin usil ini bisa ngomong seilmiah ini"!"
gumam hati Sandhi. "Jangan-jangan bukan dia yang ngomong nih" Atau... dia sadap
jalan pikiran orang lain yang kebetulan ada di dekat-dekat sini'saja" Mungkin
alam pikirannya Tuan Profesor Bram, tetangga rumah sebelah itu"!"
"Jadi, listrik ini sebentar lagi juga akan putus. Semua lampu akan padam Arus
yang ada saat ini adalah elemen dasar listrik. Tapi..."
Tiba-tiba terdengar dentuman besar yang
menggelegar di angkasa.
Bleggeeerrr....!
"Hohh Ronan...?"!" Sandhi terpekik kaget dan sangat ketakutan, karena listrik
tiba-tiba padam total.
Sedangkan lantai kamar bergetar agak kuat akibat dentuman menggelegar itu.
Sandhi sempat menyambar lengan Buron tadi. Maka, kini ia memeluk Buron kuatkuat, seperti khawatir ditinggalkan oleh jelmaan Jin Layon itu.
"Rese luh, ah! Jangan tarik kausku begini. Robek semua, Bego"!"
"Ak... aku takut kalau..."
"Hey, lihat jendela tuh...!" sambar Buron yang membuat kata-kata Sandhi
terhenti, dan matanya memandang ke arah jendela kamar.
Dalam kegelapan itu ternyafa mereka dapat melihat dengan jelas munculnya bias
cahaya di luar sana. Dari 7
celah-celah jendela mereka melihat cahaya yang menerangi alam di luar rumah itu
menyerupai cahaya api dari sebuah rumah yang terbakar. Oleh karenanya, tanpa
dikomando lagi mereka bergegas mendekati jendela dan membukanya. Semua dilakukan
dengan tergagap-gagap'karena kondisi gelap di dalam kamar.
Kleek...! Byaar...! Lampu menyala kembali sebelum jendela berhasil mereka buka. Baru dibuka
jendelanya suasana di dalam kamar sudah menjadi terang seperti semula. Ketika
mereka melongok ke arah luar melalui jendela yang akhirnya dibuka semua itu,
ternyata cahaya membayang merah seperti kobaran api itu sudah tidak ada.
Mereka tak tahu darimana datangnya cahaya tadi, tapi yang jelas mereka segera
memeriksa keadaan sekeliling rumah, dan tidak ada satu pun benda yang terbakar.
Begitu pula rumah-rumah tetangga tidak ada yang mengalami kebakaran.
"Aneh"! Cahaya dari mana itu tadi, ya Ron"!"
"Dari .," Buron batal menjawab pertanyaan Sandhi. Ia bergegas lari ke dalam
kamarnya dengan melompat jendela.
"Tevenya sudah hidup kembali, San. Tuuh... pas tendangan pinalti lagi"!" Waah,
gawat nih! Bisa bobol pertahanan Valencia kalau begini caranya..."!"
Buron masih terus mengomentari pertandingan sepak bola itu, sementara Sandhi
masih penasaran dengan cahaya kemerah-merahan tadi. Ia juga masuk ke kamar 8
dengan cara lompat jendelp juga Tapi tidak, langsung menyimak ke layar teve,
melainkan masih memandangi keadaan di luar, mencari-cari kemungkinan datangnya
cahaya misterius itu. Hatinya mwmang sudah tidak setakut tadi, karena lampu
sudah menyala kembali dan suasananya telah normal lagi.
"Sialan! Kena pengaruh bualannya si Buron aku tadi!"
gerutunya dalam hati. "Kondisi gangguan listrik dari gardu induk sana dia
katakan gangguan dari alam gaib"!
Uuuh... ketahuan gobloknya aku kalau begini. Mau-maunya terpengaruh teori
sintingnya"!"
Buron bersorak kegirangan karena kesebelasan favoritnya tidak jadi kebobolan gol
tendangan pinalti.
Sandhi makin kesal, ingin memukul kepala Buron memakai guling dari belakang.
Namun suara dering telepon lebih dulu terdengar, sehinga ia tak jadi memukul si
jin usil itu. "Hey, kecilin suara tevenya. Ntar kalau Mak Bariah bangun, kena kemplang kamu,
Ron!" serunya sambil bergegas ke ruang tengah, menyambut telepon yang belum
berhenti berdering itu. Buron mengikuti saran tersebut, karena ia memang tak
ingin diomeli habis-habisan oleh Mak Bariah, pelayan setianya Dewi Ular untuk
bagian dapur itu.
"Hallo...?"
"Hallo, siapa nih" Buron, ya"!"
"Sandhi!"
"Ooo ... Sandhi..."
9 "Ya. Ini aku. Mau bicara sama Buron?" pancing Sandhi setelah mengenali suara
perempuan itu tak lain adalah suara Richa; penyanyi bar yang pernah meminta
bantuan Kurnala Dewi dalam kasus hilangnya Robby, sepupunya.
Sandhi cukup hafal dengan suara Richa yang rada-rada angkuh itu, karena ia
pernah seranjang sepelukan bersama penyanyi bar yang cantik, montok, dan
memiliki mata agak sayu itu, (Baca senal Dewi Ular dalam episode: "MISTER
PENCULIK ASMARA") ".
Tak heran bagi Sandhi jika Richa menelepon sebegitu larut malam dan masih
bersuara segar, karena Richa memang jarang tidur malam. Pulang dari bar paling
cepat pukul 2 malam, setelah tiba di rumah pun belum tentu langsung tidur.
Apalagi jika ia sedang mendapat teman kencan, bisa-bisa pukul enam pagi baru
tidur. Pengakuan seperti itu pernah dituturkan oleh Richa secara blak-blakan kepada
Sandhi. Karenanya, Sandhi tidak merasa aneh mendengar bahwa saat itu Richa
menelepon dari dalam taksi yang membawanya pulang.
"Gara-gara tadi mati lampu, kami langsung tutup.
Karena semua tamu juga langsung pada pulang."
"O, begitu ... Terus..." Kamu telepon kemari mau ngobfol sama Buron, begitu?"
"Jangan sok tahu kalau kamu nggak tahu apa-apa!"
Richa bernada agak dongkol.'"Aku mau bicara sama Kumala. Apa dia masih melek?"
"Kumala belum pulang. Masih di Stockholms, Swedia."
"Oh, Kumala ke Swedia" Sejak kapan?"
10 "Sudah sembilan hari ini. Mungkin besok Kamis dia sudah berada di rumah, kalau
nggak ada penundaan lagi dari pihak keluarga istana. Tadi pagi sudah kasih kabar
kemari kok. Ada apa sih, Cha"!"
"Nggak. Aku cuma mau menanyakan arti keanehan tadi itu. Penasaran sekali aku
kalau belum mendapat jawaban tentang maksud dari munculnya hujan cahaya itu.
Soalnya..."
"Hujan cahaya"!" Sandhi berguman memotong kata-kata Richa
"Maksudmu hujan cahaya yang mana sih"!"
"Yang tadi... yang barusan terjadi! Masa' kamu nggak lihat sih" Wah, berarti
kamu tadi udah tidur pules, ya?"
Sandhi terpancing untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dan apa saja yang
dilihat oleh Richa ketika lampu padam semua. Rupanya peristiwa aneh tadi sempat
menjadi bahan pembicaraan orang-orang malam yang kebetulan sedang berada di
tempat terbuka.
Seperti halnya Richa yang kala itu sedang mengambil kartu HP dari mobil temannya
Pada saat itu Richa mengaku ketakutan begitu mendengar suara guntur yang
menggelegar menggetarkan benda-benda di sekitarnya, termasuk mobil temannya itu.
Richa mengaku sempat merunduk rendah di samping mobil bersama temannya, tapi
kala itu berubah menjadi merah lembayung.
"Seperti langit di saat matahari mau tenggelam,"
ujarnya. "Dan, permukaan langit menjadi bergaris-garis, seperti kristal yang
sedang retak, mau pecah. Lalu, setelah gema guntur besar tadi hilang, aku dan
temanku bermaksud kembali ke lobby, supaya kalau langit runtuh 11
kami tidak terkena reruntuhannya. Begitu seolah-olahjalan pikiranku, San."
"Terus...?"
"Nah, waktu kami berdiri dari posisi jongkok, ternyata kedua kaki kami seperti
tersedot oleh bumi. Nggak bisa bergerak sedikit pun. Orang-orang yang lain juga
mengaku begitu, khususnya yang kebetulan ada di tempat terbuka seperti aku dan
temanku Kaki kananku sengaj a kutarik ke atas sampai kedua tanganku ikut
menariknya, tapi sepertinya kakiku tadi disedot oleh sesuatu kekuatan dari dasar
bumi, San. Nah. pada saat itulah, ketika aku sebentar-sebentar menengok ke atas
karena takut langit retak itu benar-benar runtuh, maka dengan jelas sekali
kuiihat ada bintik-bintik air hujan yang turun dari langit. Temanku juga melihat
jelas dan menyangka turun hujan. Tapi anehnya, hujan itu berwarna merah.Berkilauan dan membuat langit semakin terang. Hanya saja, belum sampai ada
setetes cahaya merah menyentuh atap gedung, rintik hujan cahaya itu sudah lenyap
secara misterius, San."
"Maksudnya secara misterius?"
"Yaaah... hilang lenyap begitu saja! Tapi bagian atasnya menyusul lagi rintik
cahaya merah bara selayaknya hujan biasa, San. Cuma, setiap mau menyentuh atap


Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gedung. . pokoknya dalam jarak tertentu, hujan itu lenyap,dengan sendirinya.
Pucuk pohon cemara pun belum sempat tersentuh oleh hujan cahaya yang kira-kira
berlangsung sekitar lima sampai sepuluh detik. Setelah itu, hilang semua. Langit
juga gelap lagi seperti biasa, lampu menyala dan semuanya normal kembali...
sampai sekarang ini."
12 Richa mengaku sampai saat ini masih dicekam perasaan takut dan cemas. Meski
kakinya sudah bisa berjalan seperti biasa, tapi ia masih merasakan sisa getaran
rasa takutnya yang menjalar sampai di kedua kakinya. Masih terasa lemah. Karena
itu pula maka ia memilih untuk lekas pulang sebelum terjadi sesuatu pada
dirinya. Sebab, beberapa orang di bar tadi ada yang berpendapat, hujan cahaya
itu adalah tanda-tanda gaib yang menunjukkan bahwa kiamat akan tiba dalam waktu
dekat ini. Dan, menurut mereka, tanda-tanda gaib itu memiliki kutukan tersendiri
yang dapat membuat sial bagi siapa pun yang melihatnya Richa ingin menanyakan
kebenaran rumor tersebut kepada Kumala Dewi .
Sayang sekali malam ini Dewi Ular tidak berada di-tempat, Seandainya saat ini
Dewi Ular sudah pulang dari Stockholms, sudah tentu ia dapat memberi penjelasan
kepada siapa pun tentang hujan cahaya yang kata Richa mirip percikan bunga api,
menyebar luas di seluruh permukaan langit kota Jakarta itu. Sandhi-sendiri
menjadi ikut penasaran seperti Richa. Ia coba meminta penjelasan kepada Buron,
tapi tanggapan Buron justru; semakin menimbulkan rasa heran lebih besar lagi di
hatinya. Buron tidak memberi penjelasan yang berarti, tetapi wajahnya menjadi
tegang, kehilangan keceriaan, serta diliputi kebimbangan yang menggelisahkan
hatinya. "Hujan ... , hujan cahaya seperti itu . entahlah. Aku nggak tahu apa-apa soal
hujan cahaya seperti itu, San.
Sebaiknya... kita lupakan saja hal itu. Supaya... supaya...
kita dapat hidup tenang seperti biasanya, San!"
"Tapi kenapa kamu kelihatan gugup saat ini, Ron?"
13 "Hmmmm, hmmm... gugup sih nggak, aku Cuma agak bingung. Soalnya, antara ingat
dan lupa, kayaknya aku pernah mendengar cerita tentang hujan cahaya seperti itu,
tapi .... tapi entah siapa yang pernah menceritakan hujan itu padaku" Bisa-bisa
ibuku sendiri yang pernah bicara tentang hujan seperti itu. Tapi. . mungkin
bukan ibuku Pamanku, misalnya. Atau .. aah, nggak tahulah..
!!" Buron tampak kesal dengan ingatannya sendiri. Tapi ia juga kelihatan memburu
rasa ingin tahunya. Sementara itu, Sandhi hanya memperhatikan dengan batin
bertanya-tanya penuh keraguan.
"Dia benar-benar nggak tahu, atau pura-pura tahu tapi lupa beneran" Ah, bingung
juga aku menyimpulkannya.
Tadi pun kelihatan serius sekali, tapi ternyata tadi dia cuma ngaco! Janganjangan sekarang pun dia sengaja membuatku terpengaruh oleh actionnya dan menjadi
penasaran sampai menjadi gila gara-gara lagaknya"!"
Sandhi tidak mau terkecoh lagi. la berusaha untuk tidak peduli lagi tentang
hujan cahaya itu. Tetapi sebelum keduanya sama-sama tertidur, Sandhi mendengar
Buron bicara sendiri, seolah-olah membuat suatu keputusan yang harus ditaati
oleh dirinya. "Aku harus menemui Emak dan menanyakannya.
Kalau perlu sekarang juga aku pulang ke tempatku, supaya bisa cepat-cepat
mendapat keterangan dari Emak. Kurasa Emak pasti tahu soal hujan cahaya itu.
Hmmmm... ya, aku harus pulang!"
Sandhi yang tidurnya memunggungi Buron, mulai curiga terhadap kesungguhan sikap
anak Jin Ganjarlangu itu. Tapi ia juga merasa khawatir jika malam itu 14
ditinggalkan Buron sendirian Maka, secepatnya ia berbalik arah dan bangun dari
posisi berbaringnya.
"Hey, luh jangan bikin aku..."
Sandhi terbengong melompong. "Ron. !! Buron..."!
Buroon..."!"
Ia berseru memanggil dengan nada tegang, sebab saat itu ternyata Buron sudah
tidak ada di tempat tidur samping. Buron sudah hilang secara gaib, pergi ke alam
kehidupan bangsa jin. Sandhi kian berdebar-debar ngeri, karena dengan perginya
buron praktis ia hanya sendirian di kamar itu. Padahal ia ingat, bahwa malam itu
adalah malam Jumat Kliwon, hari ketiga belas dari bulan Sura.
Alangkah getir dan cemasnya hati Sandhi dalam keadaan dibayang-bayangi kengerian
dari sebuah misteri yang baru saja hadir mencekam kehidupan malam Jumat Kliwon
itu. Apa yang harus ia lakukan jika sampai terjadi sesuatu yang mengerikan, sementara
dirinya jauh dari Buron dan jauh dari Kumala Dewi" Ia sendiri tak tahu, mengapa
kini bulu kuduknya Sudah tiga kali meremang merinding, dan keringatnya mengucur
deras sementara AC di kamar itu dalam keadaan tetap bekerja sebagaimana
biasanya" Benarkah keringatnya itu adalah keringat dingin dari perasaan takut yang
dipendam kuat- kuat, atau memang udara malam menjadi panas akibat hujan cahaya
tadi" "Dasar jin gila! Pergi seenaknya, tanpa pamit!
Brengsek!"
Sandhi menghibur ketakutan hatinya dengan kecaman dan makian secara beruntun,
terus menerus, sampai ia lelah dan segera tertidur sebagaimana yang diharapkan.
15 Tetapi, ternyata ia justru sulit tidur dan selalu berdebar-debar sangat
tersiksa. -o0o))((dw))((o0o2 TIDAK semua orang yang berdebar-debar selalu merasa tersiksa batinnya. Debardebar itu bisa saja menghadirkan kebahagiaan batin yang tidak mudah ditengarai
oleh pihak lain. Debar-debar pribadi yang sengaja dirahasiakan serapi mungkin.
Ungkapan rasa suka itu cenderung banyak dialami oleh mereka yang berlainan
jenis, dan masih memiliki naluri kemesraan.
Paling tidak, dialami oleh mereka yang berjiwa romantis.
Salah seorang lelaki yang mempunyai jiwa romantis dan gemar menjalani
petualangan cinta adalah Brano.
Pria berusia 33 tahun yang masih belum mau berkeluarga itu pernah menjalin
hubungan intim dengan Richa sampai satu tahun lebih lamanya. Brano bukan saja
pria ganteng berpenampilan trendy, tapi ia juga seorang eksekutif muda yang
cukup berhasil dalam karirnya. Tentu saja ia juga menjadi incaran kaum.
wanita, yang rata-rata akan berdecak kagum jika melihat Brano turun dari sedan
mewahnya itu. Banyak perempuan yang menaruh simpati pada Brano dan berusaha menjerat hatinya.
Hanya sayangnya, sampai detik ini Brano masih ingin menikmati kehidupan sebebasbebasnya, tanpa ada ikatan tali perkawinan dengan siapa pun. Selera keromantisan
Brano akan mulai terkikis manakala wanita yang sedang dikaguminya itu 16
tiba-tiba mengajaknya bicara tentang masa depan, serta mulai menuntut nilainilai kehidupan berumah tangga.
Putusnya hubungan dengan Richa pun dikarenakan oleh tanda-tanda kebebasan yang
akan terbelenggu.
Brano mulai menangkap gelagat tak baik dari Richa yang dirasakan ingin menguasai
dirinya. Padahal Richa hanya ingin menguasai finasilnya. Bukan orangnya. Sebab,
dalam diri Richa pun terdapat jiwa petualang cukup besar. Ketika ia menyadari
bahwa Brano mulai berusha menjauhinya sedikit demi sedikit, ia sudah lebih dulu
pindah ke pelukan lelaki lain. Richa tak sempat sakit hati kepada Brano.
karenanya, meski jarang bertemu namun sedikitnya sebulan sekali mereka saling
menyapa melalui handphone masing-masing.
"Ada di mana ini kamu, Bran?"
"Lagi jemput mama di bandara. Kamu ada di rumah, Cha?"
"He, eh..., "jawab Richa bersuara agak parau, seperti bani bangun dari tidur
siangnya. "Bran, nanti malam kau punya acara?"
"Kalau nanti mamaku jadi pulang hari ini dari Melbourne, kemungkinan besar nanti
malam aku harus menemani mama di Bogor. Tapi, bisa juga mama nggak jadi
mengunjungi rumah paman hari ini. Bisa besok sore baru minta diantar ke sana.
Ada apa sih?"
"Angela, ceweknya Pieter, nanti malam mengadakan pesta ultahnya. Kita berdua
diminta datang ke pesta itu.
Dia pikir aku masih sama kamu. Makanya, dia ngotot mendesakku supaya hadir
bersama kamu, Bran.
Bagaimana menurutmu?"
17 Brano tertawa kecil, terkenang masa lalunya bersama Richa. Wajar jika Angela dan
beberapa orang yang jarang bertemu masih menyangka Brano adalah kekasih Richa,
atau sebaliknya.
Anggapan seperti itu muncul dalam benak mereka, karena perpisahan Brano dengan
Richa memang tidak menimbulkan pertengkaran yang hebat. Saling tidak
menyebarluaskan keretakan hubungan tersebut. Bahkan keduanya tak pernah saling
menjelek-jelekkan mantan pasangan mereka, sehingga di mata orang lain hubungan
intim mereka tak ada masalah. Dianggap masih baik-baik saja.
"Boleh juga sih kalau memang menurutmu kita pantas menghadiri undangan Angela
itu, Cha. Tapi... sekarang aku belum bisa memastikan; bisa atau tidak. Nanti
kukabari lagi deh. Okey?"
Siang makin redup. Bukan saja karena sudah pukul tiga menjelang sore, tapi juga
cuaca mulai tampak tak beres. Mendung tebal berarak-arakan dari langit utara.
Tampaknya mendung tebal akan singgah di kota, menjadi payung hitam yang
membentang seluas wilayah Jakarta dan Jabotabek-nya.
Dan, saat itu Brano sudah mulai bersiap-siap menunggu kabar menunggu kedatangan
pesawat dari Australia. Namun sampai beberapa saat ternyata belum ada informasi
dari pihak bandara tentang pesawat yang ditunggu-tunggu itu. Ia mulai mondarmandir dengan menahan kegelisahannya di depan pintu keluar yang akan dilalui
para penumpang nanti .
Di seberang sana tampak sebuah kantin bersih dan sepi tamu. Hanya ada tiga orang
tamu yang duduk di 18
dalam kantin berukuran cukup lega itu. Sambil menunggu informasi tentang
kedatangan pesawat dari Melbourne, tak ada salahnya jika Brano menikmati
secangkir kopi, yang merupakan hidangan spesial dan dibanggakan oleh kantin
bernama: Robusta House itu.
Letaknya pun tak begitu jauh dari pintu keluar penumpang. Sekitar sepuluh
langkah. Sambil menunggu minuman yang dipesannya
disajikan, Brano menyalakan sebatang rokok yang sebenarnya kurang disukai. Ia
memang bukan seorang perokok berat. Tapi dengan sebatang rokok di tangan, nilai
kejantanannya sebagai seorang lelaki bertambah semakin nyata. Semakin menarik
simpatik lawan jenisnya. Hal itu sudah terbukti berkali-kali, termasuk
pembuktian kali ini.
Seorang gadis yang kebetulan melintas di jalanan depan Robusta House itu, sempat
memalingkan wajahnya memandangi Brano yang duduk dengan santainya, dan sebatang
rokok dihisapnya dengan gaya yang menawan Brano menyadari bahwa dirinya sedang
diperhatikan oleh gadis berambut cepak dengan busana terkesan formil. Dilihat
dari warna jas dan span yang dikenakan, agaknya gadis itu seorang karyawati
sebuah perusahaan yang memiliki seragam kantor bercorak lembut dan profesional.
"Cantik juga itu orang?" gumam hati Brano saat pandangan matanya beradu dengan
lirikan mata gadis tersebut. Sayang sekali si gadis yang punya wajah mirip Demi
Moore itu cepat berlalu dan menghilang di antara langkah-langkah para pengunjung
bandara, sehingga kecantikan wajahnya sulit ditemukan kembali oleh t?tapan mata
Brano. 19 Seandainya belum terlanjur memesan secangkir kopi panas, mungkin Brano tak akan
ragu-ragu untuk meninggalkan kantin tersebut, dan bergegas memburu gadis cantik
tadi. "Ah, buat apa dipikirin" Biar sajalah. Masih banyak kesempatan untuk mendapatkan
kecantikan yang setara dengan gadis itu tadi," pikir Brano sambil sedikit
bergeser ke samping karena pelayan datang menyajikan minuman pesanannya. Ia
berusaha melupakan wajah cantik tadi dengan menghirup kopi panas yang memiliki
aroma khas itu.
"Kalau nggak salah aku pernah nongkrong di tempat ini sama si Alex. Hmm . ya,
memang di sinilah waktu itu aku. dan Alex menunggu kedatangan Thania, ceweknya
Alex yang manja itu. Aku ingat waktu itu aku dan Alex duduk di bangku depan
situ, lalu Alex bergegas menuji: pintu keluar penumpang yang baru datang. Dia
sangka Thania sudah datang dari Hongkong. Ternyatagadis yang disamperin Alex itu
bukan Thania. Cuma mirip sekali dengan Thania. Ohh, aku masih geli kalau ingat
bagaimana malunya Alex menyembunyikan mukanya atas kekeliruan itu. Lucu sekali
adegan itu..'.!"'
Senyum tipis di bibir Brano mengalami ketidak pastian, dan percakapan dalam
hatinya pun terputus seketika, karena pada saat matanya memandangi handphone
yang ingin dipakai untuk menghubungi teman dekatnya itu, tiba-tiba sebuah suara
lembut menyapanya dari arah samping kanan. Brano sempat terkejut mendengar
sapaan yang tak diduga-duga itu. Lebih terkejut lagi setelah pandangan matanya
menemukan sebentuk keindahan dan kecantikan yang sangat tak disangka-sangka
kemunculannya. 20 "Maaf, boleh saya mengganggu Anda sebentar?"
"Oh, ehm, hmm, ya... ada apa, Nona?"
"Apakah Anda temannya Alex, sepupu saya?"
"Alex Wimmora, maksud Anda?"
"Ya, betul. Sebab saya sepertinya pernah melihat Anda bersama Alex di tempat ini
beberapa waktu yang lalu."
"Oh, ya... benar Jadi... hmm, silakan duduk! "
Brano berseri-seri kegirangan menerima kedatangan gadis cantik yang tadi sempat
melintas di depan kantin tersebut. Rupanya gadis yang tadi sempat mengganggu
perhatian Brano itu segera kembali melintas di depan kantin. Tanpa canggung
sedikit pun ia menghampiri Brano yang diyakini akan menerima kehadirannya dengan
senang hati. Buron memang merasa senang melihat gadis itu sudah ada di depan mata. Lebih
senang lagi setelah mendengar nama Alex disebut-sebut sebagai saudara sepupu
gadis itu. Sebelumnya Alex tak pernah menceritakan sepupunya yang cantik dan
sangat menawan itu.
Mungkin karena Alex merasa takut jika sepupunya menjadi mangsa keromantisan
Brano yang sering dicap sebagai playboy krismon itu, maka selama ini ia tak
berminat memperkenalkan sepupunya kepada Brano.
Mengumpat kecil hati Brano kepada Alex yang sudah hampir sebulan ini tak pernah
bertemu dengannya,
"Baru saja saya mau menghubungi HP nya Alex, tahu-tahu Anda sudah muncul lebih
dulu. " 21 "Percuma saja. Nggak akan nyambung. Sudah empat kali sejak 30 menit belakangan
ini aku menghubungi dia, tapi sepertinya dia punya HP nggak diaktifkan."
"O, ya..." Tapi rasa-rasanya perlu kucoba. Siapa tahu dengan HP-ku dia bisa
kuhubungi. Soalnya... aku butuh keterangan dari Alex tentang siapa nama
sepupunya yang punya wajah mirip Demi Moore ini. "
Senyum di wajah tampan Brano makin berseri-seri, menandakan hatinya sedang
diliputi kegembiraan cukup besar, karena saat itu ia sedang berada di depan si
cantik yang dikagumi tadi. Diplomasi dalam kata-kata Brano tadi membuat gadis
itu tersenyum malu, karena mengerti maksud sindiran Brano yang ingin saling
memperkenalkan nama masing-masing .
"Kalau cuma kepingin tahu namaku, nggak usah tanya Alex. Dia pasti nggak mau
bilang apa-apa kalau situ menyebutkan nama Zerra. "
"Memang kenapa?"
"Sebab, dia sedang kesal padaku Karena aku dianggap tak bisa menepati janji. "
"Zerra..." Oooo...," Brano manggut-manggut semakin senang, karena secara tidak
langsung gadis berdada sesak itu telah memperkenalkan namanya: Zerra.
Cukup unik dan menarik nama itu bagi Brano. Mudah meresap kedalam memory
otaknya. Maka, sebagai balasannya Brano pun memperkenalkan namanya tanpa diminta
oleh Zerra. Perkenalan itu mempunyai keindahan dan kebahagiaan tersendiri di hati Brano.
Zerra yang supel dan 22
pandai memancing perhatian itu telah membuat hati Brano berdebar-debar dalam
keromantisan. Mereka mudah menjadi akrab dalam tempo relatif singkat. Brano
mulai merasa terpikat dan bergairah sejak Zerra sering menatapnya dengan tatapan
yang menantang.
"Percuma saja kau tunggu pesawat yang membawa namamu itu. Mereka tak akan datang
hari ini. "
"Sok tahu kau ini! " seraya Brano tertawa kecil.


Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Percayalah mamamu nggak akan datang hari ini. Biar kamu tunggu sampai besok
subuh pun nggak akan datang!"
"Alasannya?"
"Pilotnya ternyata menderita penyakit phobia. Takut pada ketinggian," jawab
Zerra sambil tertawa geli, membuat Brano menjadi gemas, ingin sekali mencubit
pipinya yang halus mulus berhidung mancung agak runcing itu.
"Mendingan kita pulang saja, yuk" Aku sendiri nggak betah kalau harus berlamalama di tempat ini," tambah Zerra.
"Lalu, bagaimana dengan orang yang harus kau temui itu?"
"Mungkin dia sudah pulang. Pihak kantorku akan mengambil sikap tegas terhadap
orang travel yang tugas di sini itu. Kalau ternyata dia tidak ada di tempat
sampai jam segini, berarti dia sengaja menghindari pertemuanku dengannya. Sebab,
tadi pagi kami sudah sepakat untuk menyelesaikan masalahnya dan dari kantor
menugaskan aku sebagai wakil yang akan menyelesaikannya."
23 "Oooo...,"
Brano manggut-manggut sambil mempertimbangkan langkahnya apakah ia harus
mengikuti saran Zerra untuk segera pulang bersama gadis itu, atau tetap setia
menjemput mamanya meski pun itu berarti ia akan kehilangan peluang indah yang
ditawarkan Zerra" Brano sempat resah. Gadis itu sepertinya punya daya tarik
melebihi magnit kutub utara, sampai-sampai nilai kesetiaan Brano terhadap mama
yang dicintainya itu nyaris luntur, karena tergiur untuk dapat pulang bersama
Zerra. "Kalau kamu nggak mau pulang sekarang, ya sudahlah... aku pulang duluan aja,"
kata Zerra bernada kecewa, tapi seolah-olah ia menutupi kekecewaannya itu dengan
senyum tipis. Hal itu semakin membuat Brano serba salah. Bingung menentukan
sikap. Ragu menetapkan keputusannya; menemani Zerra pulang dan membiarkan
mamanya nanti datang tanpa jemputan, atau membiarkan Zerra pulang sendiri dan
tetap menunggu sang mama"
Dalam keadaan sedang bingung memutuskan
pendiriannya tahu-tahu handphonenya berdering.
Ternyata telepon itu datang dari mamanya. Brano mendapat kabar bahwa pesawat
yang ditumpangi mamanya terpaksa mendarat di Surabaya secara darurat.
Hal itu disebabkan oleh buruknya cuaca saat ini Hujan deras bercampur badai
kabut telah membuat penerbangan tersebut terancam bahaya, sehingga diputuskan
untuk mendarat sementara di sana. Pesawat akan take-off kembali setelah cuaca
kembali normal.
"Kira-kira satu jam lagi kami baru bisa take-ofF, Bran."
24 "Begini saja, Ma... daripada menunggu terlalu lama, lebih baik Mama singgah dulu
di rumah Kak Rossy.
Bermalamlah dulu di sana, besok baru melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sekalian
mintalah Kak Rossy atau siapa saja agar mengantarkan mama sampai sini."
Meski pun mamanya menolak saran tersebut, tapi Brano mendesak terus hingga
akhirnya sang mama menerimanya. Usaha itu dilakukan Brano supaya dia dapat
pulang bersama Zerra saat itu juga. Tentunya bukan hanya Brano yang merasa lega
karena telah berhasil membujuk mamanya, tapi Zerra juga tampak senang sekali
karena Brano bersedia pulang bersamanya.
Kegembiraan hati Zerra dapat dilihat oleh Brano lewat ekspresi ceria gadis itu,
sehingga Brano menjadi bertambah bangga sebagai orang yang dapat memenuhi
keinginan Zerra.
Sebelum mobil mereka bergerak meninggalkan bandara, Brano terpaksa turun dari
mobil sebentar. Zerra tetap duduk di tempatnya. Mesin mobil dibiarkan hidup,
karena Brano merasa hanya beberapa detik saja sudah akan kembali masuk-ke
mobilnya. Zerra memperhatikan Brano yang berjalan mengendap-endap mendekati
sebuah mobil yang diparkir di depan mobilnya. Mobil itu memunggungi Brano dan
pengemudinya baru saja turun.
Lalu mengemasi beberapa barang yang akan ikut dibawanya turun pula.
"Hoyy...!" sentak Brano dari belakang.
Pria muda yang baru turun dari mobil terlonjak kaget.
Brano tertawa ngakak sementara teman yang sengaja dikageti itu bersungut-sungut
menahan tawa malu sambil menggerutu berkepanjangan. Akhirnya ia tertawa juga.
25 Geli sendiri. Mereka seperti teman sekolah yang sudah lama tak saling bertemu.
Namun keduanya segera menjaga sikap agar tak terlalu kampungan dalam
melampiaskan rasa kangen di situ.
"Kau masih di alamat yang dulu kan, Bran?"
"Masih dong. Kapan kau mau mampir ke rumah, atau singgah ke kantorku" Oh, ya...
nomor HP-ku udah ganti yang baru lho. Nih... "
Setelah memberi kartu namanya yang baru, sesuai dengan nomor HP yang sekarang
digunakan, Brano tergesa-gesa untuk kembali ke mobilnya, sementara sang teman
masih ingin memperpanjang pertemuan mereka itu.
"Buru-buru amat sih" Mau ke mana kamu"!"
"Aku di tunggu itu tuh...!" Ia menunjuk Zerra yang tampak agak kesal ditinggal
sendirian di dalam mobil.
Wajah cantik Zerra dapat dilihat dengan jelas oleh teman Brano, karena posisinya
menghadap ke arah mereka berada.
"Sorry, aku harus pergi dulu sekarang juga!" tambah Brano.
"Hey, ingat... jangan sampai kamu dipecundangi perempuan model apapun, Bran!"
Pria muda berpenampilan eksklusif santai itu akhirnya hanya bisa geleng-geleng
kepala, sambil memandangi kepergian Brano dan gadis cantik di sampingnya.
"Gila perempuan dia itu! Tiada hari tanpa perempuan baginya. Benar-benar donjuan
legendaris tuh orang...!"
gerutu temannya dengan kesan antara kagum bercampur 26
prihatin, karena Brano masih belum ada perubahan juga dalam perangai
kesehariannya. "Pasti cewek itu dibawanya ke hotel!" tambah bantin teman Brano. "Tapi kenapa
perasaanku jadi nggak enak setelah melibat cewek itu" Sepertinya ada sesuatu
yang membuatku mencemaskan diri Brano" Hmmm.. ada apa ini sebenarnya"! Biasanya
aku nggak punya perasaan cemas kayak begini kok"! Aneh sekali"!"
Langit sore dipandangnya. Makin gelap, makin tebal mendungnya. Angin berhembus,
kencang, membawa uap dingin sebagai tanda-tanda akan tuam hujan beberapa saat
lagi. Pria muda berpenampilan rapi itu sempat bertanya dalam hatinya, apakah
Brano juga akan memanfaatkan cuaca hujan sebagai motivasi rayuannya kepada
Zerra" Dan, apakah gadis itu dapat lolos dari incaran asmara Brano yang terkenal
ahli menjinakkan hati wanita sedingin apapun itu"
-o0o))((dw))((o0oPukul lima sore sudah seperti pukul enam petang lebih. Gelap dan dingin. Hujan
benar-benar turun dengan deras. Ketebalan mendung dan kabut hujan nyaris tak
sanggup ditembus oleh cahaya mentari sore. Jalanan menjadi padat. Di mana-mana
terjadi kemacetan. Air menggenang cukup tinggi, membuat banyak mobil yang mogok
akibat terendam banjir langganan itu"Oh, lihat itu..."! Ya, ampun... aneh
sekali"! Kenapa bisa sampai begitu, ya"!" ujar Brano dengan sangat terheranheran ketika hendak melintasi genangan banjir di depan sebuah hotel.
27 Zerra terbengong tak bergeming menatap hotel yang dituding Brano tadi. Mungkin
karena terheran-herannya begitu besar, sehingga Zerra tak bisa berkomentar apaapa melihat keanehan tersebut. Atau, mungkin dia tertegun diam karena menyimpan
sesuatu yang mencurigakan tentang Planet Hotel itu.
Bukan hanya Brano dan Zerra yang memandangi hotel tersebut dengan heran, tapi
setiap orang yang melintasi di bundaran depan hotel itu akan menatap dengan
terheran-heran dan saling mengomentari keganjilan yang terjadi di sana. Betapa
tidak" Planet Hotel adalah hotel berbintang empat memiliki 17 lantai. Bangunan megah
itu memiliki jembatan penyeberangan yang khusus untuk menuju ke sebuah pusat
perbelanjaan bergengsi, yaitu Planet Plaza.
Keduanya memang berada satu kompleks hunian dan perbelanjaan yang luasnya
sekitar 2 hektar lebih.
Dikelilingi oleh pagar rendah yang dapat dilangkahi seseorang jika orang
tersebut ingin pindah dari areal plaza ke areal perhotelan. Sekeliling tempat
tersebut dalam suasana terang benderang, karena semua lampu dinyalakan, seperti
vang terjadi pada setiap malamnya.
Tetapi yang membuat setiap orang memandang kagum dan terheran-heran bukan
suasana terang benderang itu, dan bukan pula kemewahan dari arsitektur hotel
tersebut, melainkan karena keganjilan yang sulit diterima akal sehat. Dalam
cuaca seburuk itu, di mana hujan turun cukup deras, jalanan digenangi air, dan
angin berhembus cepat berubah-ubah arah, ternyata Planet Hotel merupakan satusatunya tempat tak terjamah oleh air hujan.
28 Bangunan bertingkat dengan bentuk menyerupai huruf V itu dalam keadaan kering
kerontang Halaman parkir di samping dan depannya juga kering dan sedikit
gersang. Pagar rendah itulah batasnya. Lewat dari pagar rendah yajig berfungsi sebagai
penghias taman, semuanya dalam keadaan basah dan bahkan kebanjiran Bahkan
perbelanjaan Planet Plaza yang ada di sampingnya itu dalam keadaan terguyur air
huj m seperti bangunan lainnya. Tempat parkir di depan plaza digenangi air juga,
seperti jalanan di depannya.
Praktis hotel itu menjadi tontonan bagi mereka yang berada di sekitar tempat
tersebut. Siapa pun yang ingin menghindari hujan dapat meneduh dengan cara
memasuki halaman hotel Ia tak akan terkena air hujan setetes pun dengan berdiri
di halaman hotel tanpa payung atau atap di atasnya.
"Luarbiasa..."!" gumam Brano sambil geleng-geleng kepala. "Aku jadi ingin masuk
ke dalam hotel itu dan mencari tahu, apa yang membuat hujan tak menyentuh
bangunan tersebut, Zer. Bagaimana menurutmu kalau kita singgah sebentar di hotel
itu?" "Hmm, eeh... nggak usah deh," Zerra menjawab dengan kikuk dan seperti masih
menyembunyikan, kecemasan dalam hatinya.
"Sebentar saja. Kita nikmati sesaat keanehan yang ada di hotel itu. Mumpung
keajaiban ini terjadi. Sebab, bukankah biasanya hotel ini juga ikut digenangi
air dan menjadi basah kuyup jika hujan turun sederas ini" Tapi kenapa sekarang
hotel itu bisa terlindung dari guyuran air hujan begitu?"
29 "Ya, memang aneh sekali. Tapi .. tapi menurutku sih..."
"Di lobby dalam sana ada coffee shop yang nyaman untuk beristirahat sejenak.
Kita santai sebentar di sana sambil mencari jawaban dari keganjilan itu, ya?"
Brano bersifat memaksa Halus sekali caranya. Zerra merasa akan sia-sia jika ia
melakukan penolakan, sehingga diputuskan untuk menerima tawaran Brano itu.
Zerra pun buru-buru membuang seluruh kecemasan maupun kekakuan sikapnya tadi,
supaya ia bisa kelihatan ceria dan mempesona di mata pria setampan Brano.
Maka, ketika mobil Brano memasuki areal parkir hotel di lantai bawah, tak ada
protes sedikit pun yang keluar dari mulut Zerra. Ia sepertinya tak ingin membuat
Brano kecewa dan takut kehilangan simpati dari pria yang tadi sudah berani
menyentuh pahanya dengan nakal.
Sentuhan itu punya arti sendiri bagi Zerra, dan ia paham betul dengan arti
kenakalan kecil tersebut.
"Sudah sering kemari kamu, ya?" tuduh Zerra memancing reaksi Brano. Yang
dipancing justru tertawa sekedarnya sambil menuju tangga yang akan membawa
mereka ke ruang lobby samping.
"Sering sih nggak juga. Cuma... ya, memang pernah beberapa kali aku kemari.
Dan..." "Pasti dengan perempuan idamanmu, bukan?"
"Ah, siapa bilang begitu?"
"Alaa.. ngaku ajalah," Zerra mencubit lengan Brano.
"Mana ada cowok kayak kamu datang ke hotel ini cuma 30
sendirian, nggak membawa perempuan idaman" Omong kosong itu!".
"Maksudku, tidak semua perempuan yang dibawa kemari adalah perempuan idaman. Ada
juga yang bukan perempuan idaman tapi dibawa kemari, misalnya...
perempuan hiburan," Brano tertawa menunjukan candanya, sehingga kata-katanya
tidak dianggap serius oleh Zeita.
Harapannya dapat mengalihkan kecurigaan Zerra berhasil, karena gadis itu segera
tertawa geli seraya memukul lengannya. Selanjutnya tangan itu menggenggam
lenganBrano tanpa canggunglagi. Mesra dan bahagia tampaknya
"Wow...?"!" tanpa sadar Brano tersentak kagum.
Pandangan matanya ditujukan ke sebuah lift pada lobby tersebut. Mata itu
melebar, langkahnya terhenti seketika dan mulutnya ternganga melongo. Brano
sedang terpesona pada seraut wajah cantik yang baru keluar dari lift.
Seraut wajah cantik jelita itu milik gadis muda yang mengenakan busana pesta
yang cukup gemerlap.
Pakaian daerah Jawa yang dikenakan oleh gadis bermata seindah berlian itu telah
membuatnya seanggung seorang ratu yang punya kharisma cukup besar Ia juga
memiliki senyum lesung pipit yang sangat indah dan mengagumkan .
Bukan hanya Brano yang terpesona pada gadis itu, namun beberapa orang yang ada
di lobby dan yang sedang membicarakan masalah keganjilan hujan di hotel itu juga
segera mengarahkan pandangan matanya ke 31
depan lift. Gadis cantik jelita itu terhenti langkahnya karena berpapasan dengan
dua orang rekannya yang juga berpakaian pesta gaya barat, dan ia harus bertegur
sapa dengan kedua orang tersebut. Keramahannya tampak jelas melalui senyum dan
caranya bicara kepada kedua tamu eksklusif itu.
"Ayo, lekas jalan, Bran! Ngapain sih kamu"!" sergah Zerra sambil menarik tangan
Brano dengan sentakan yang agak kuat. Sentakan itu menunjukkan bahwa Zerra tak
suka melihat Brano terkagum-kagum kepada wanita lain. Ia tampak terburu-buru
membawa Brano pergi dari lobby tersebut, seolah-olah di hati Zera telah tumbuh
rasa cemburu atas sikap Brano itu.
"Tunggu, Zer...! Tunggu... aku ingin..."
"Buruan dong, katanya mau ngajak ke coffee shop"! "
desak Zerra. "Iya, tapi... tunggu sebentar. Lihat gadis berpakaian seperti ratu kecantikan
sejati itu! Dia..."
"Itu tandanya dia sedang menghadiri sebuah pesta!
Begitu saja kok heran sih kamu"!" Zerra bersungut-sungut sambil tetap menarik
tangan Brano agar berjalan lagi. Zerra tak memberi kesempatan, sehingga Brano
mengeluh kecewa sewaktu berhasil dibawa pergi dari lobby yang ramai tamu itu.
Para tamu yang ada di lobby bukan hanya mereka yang ingin melihat keanehan hujan
di sekeliling hotel tersebut, tapi juga sebagai tamu yang menunda rencana
pulangnya karena di seberang hotel hujan masih turun dengan deras. Tamu-tamu
berpakaian resmi itu 32
tampaknya baru saja menghadiri resepsi perkawinan yang diadakan di Ballroom
Planet Hotel itu.
Agaknya sepasang mempelai yang disandingkan di pelaminan adalah berasal dari
keluarga terhormat, sehingga tamu-tamunya pun adalah bukan orang sembarangan.
Mereka terdiri dari pada public figur, para selebritis, dan para eksekutif papan
atas. Salah satu publicfigur yang sangat dikenal di kalangan atas adalah gadis cantik
jelita berpakaian adat Jawa itu.
Tubuhnya yang langsing, sintal dan elok itu sangat identik dengan sosok gambaran
seorang ratu kecantikan dunia. Begitu pula wajahnya yang berhidung mancung,
berbibir sensual ranum, dan bermata seindah berlian termahal di dunia itu,
ternyata sangat Sesuai dengan bayangan rupa cantiknya sang bidadari.
Dan, aroma wangi yang tersebar dari tubuhnya hingga radius tertentu masih dapat
tercium jelas wewangiannya itu, adalah ciri-ciri istimewa yang dikenali orang
banyak, bahwa gadis itu sebenarnya memang sosok bidadari asli dari Kahyangan.
Dia tak lain dari si paranormal cantik dari alam dewa-dewi yang dikenal dengan
nama: Kumala Dewi, alias si Dewi Ular. Dia benar-benar bidadari Khayangan,
karena terlahir dari ayah dewa dan ibunya adalah dewi alias bidadari, yaitu Dewa
Permana dan Dewi Nagadini.
Maka, bagi yang sudah kenal betul dengan pribadi gadis jelita itu, ia tak akan
merasa terheran-heran lagi terhadap keanehan yang terjadi di lingkungan Planet
Hotel tersebut.
33 "Pantas hujannya tak mau menyentuh hotel ini, karena ternyata di sini ada Kumala
sih! Dia pasti punya kesaktian tersendiri yang dapat dipakai untuk menyingkirkan
hujan dari hotel ini!"
Beberapa dari mereka sempat menggumam begitu kepada yang lain. Meski bagi orang
yang belum tahu siapa Kumala sebenarnya, ia tak mudah mempercayai pendapat
seperti itu, tapi bagi yang sudah tahu betul tentang kepribadian Kumala tak akan
ragu sedikit saja dengan persepsinya sendiri. Mereka akan sangat percaya, bahwa
Kumala Dewilah yang telah memben-dung hujan agar tak mengguyur hotel tersebut,
lantaran di hotel itu ada kerabatnya yang sedang mengadakan pesta pernikahan
putra atau putrinya.
"Lho, resepsinya kan belum selesai, kok udah mau pulang sih?" tegur salah


Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang tamu yang mengenal siapa Kumala Dewi sebenarnya.
"Oh, bukan ingin pulang kok. Cuma, mau ambil sesuatu di mobilku. Habis, dari
tadi aku sulit mencari Sandhi, sopirku itu!"
"Eh, tapi... ngomong-ngomong apa benar kamulah yang.membuat hotel ini tak
terjamah sedikit pun oleh sang hujan, Kumala?"
"Yang jelas hujan ini bukan hujan sembarangan, jadi perlu dicegah kehadirannya
supaya kedua mempelai tidak mengalami sesuatu yang membahayakan jiwa mereka."
"Bukan hujan sernbarangan, baga-nana sih maksudnya?"
34 "Hujan kiriman," bisik Kumaia. "Tujuannya cuma ingin membuat upacara perkawinan
ini gagal total, dan beberapa dari kami terkena musibah yang dapat memalukan,
sekaligus mengecewakan pihak keluarga kedua mempelai sendiri"
"Ooo... gitu"!" orang tersebut manggut-manggut sedikit tertegun mendengar rumor
yang diyakini bukan sekedar isapan jempol belaka.
Menurutnya, wajar saja jika Dewi Ular yang sudah kembali dari Swedia empat hari
yang lalu kini ikut membantu pihak keluarga kedua mempelai karena Kumala punya
hubungan baik dan sangat dekat dengan keluarga mempelai. Tanpa diminta pun
Kumala Dewi akan melakukan perlindungan secara magis terhadap keluarga mempelai,
sebab kakak dari mempelai wanita adalah kakak angkatnya Kumala sendiri.
Pramuda punya hajat. Adiknya, yang bernama Renna, kini telah siap untuk
membangun rumah tangga bersama seorang pria muda sebayanya yang ternyata berasal
dari keluarga bangsawan. Repotnya Pramuda adalah repotnya Kumala juga, sebab di
samping Pram adalah kakak angkat Kumala, ia juga boss perusahaan besar yang
dikelolanya bersama-sama dengan Kumala.
Renna sendiri sudah menganggap Kemala seperti saudaranya sendiri, sehingga
Kumala sangat menjaga betul kesehatan maupun keselamatan Renna sekeluarga.
Maka, jika kali ini ada pihak yang berusaha ingin menggagalkan perkawinan Renna
karena emosi kecemburuan dan kekecewaannya terhadap; perkawinan tersebut, Dewi
Ular segera bertindak memprotek 35
sekeliling hotel dengan kesaktiannya yang sering mencengangkan massa itu.
"Mal, hentikan sensasimu itu!" bisik Pramuda mengomentari keajaiban yang
terjadi. "Nggak enak sama tamu-tamu kita, Mal. Nanti ada yang menyangka kau
pamer kesaktian di depan mereka lho!"
"Udahlah, tenang aja! Hujan itu urusanku: Urusanmu, temui tuh tamu-tamu yang
baru datang tadi!" suara Kumala berbisik pula.
"Sampai kapan kau akan menghentikan sensasimu itu sih?"
"Kalau sudah butiran hujan berubah menjadi abu."
"Yaah, kau ini.:."!" Pramuda bersungut-sungut meninggalkan Dewi Ular yang hanya
tersenyum lembut menanggapi teguran kakak angkatnya itu.
Pramuda memang tidak, diberitahu apa maksud dari sensasi bikinan Kumala, sebab
Kumala memang sengaja tidak menjelaskan alasan sebenarnya. Hal itu sengaja
dirahasiakan supaya Pramuda dan pihak keluarganya tidak menjadi panik gara-gara
kabar tentang kekuatan gaib yang bermaksud menggagalkan perkawinan Renna itu.
Pramuda juga tidak mendapat keterangan tentang hujan gaib yang sedang bertarung
melawan lapisan hawa saktinya Kumala, di mana kekuatan gaib itu akan hancur jika
kalah dalam perlawanannya. Kehancuran gelombang mistik kiriman itu ditandai
dengan berubahnya hujan air menjadi hujan abu di mana-mana. Sekitar dua-tiga
menit lamanya. 36 "Tapi, sepertinya ada yang lolos masuk kemari nih"!"
pikir Dewi Ular.
Karena ia merasakan getaran aneh dalam naluri gaibnya. Tapi berhubung ia sibuk
menyambut dan menanggapi tegur sapanya para undangan, yang adalah para relasi
bisnisnya sendiri dalam hal supranatural, maka kemunculan getaran naluri gaib
yang mencurigakan itu justru menjadi meragukan. Setidaknya ditangguhkan dulu niatnya
untuk mengenali getaran gaib milik siapa yang tertangkap oleh indera keenamnya
itu " Bahkan sempat pula Dewi Ular beranggapan, jangan-jangan gelombang gaib dan hujan
kiriman itulah yang terpantau oleh radar batinnya "
Tidak semua orang bisa merasakan munculnya sebuah getaran batin yang mengandung
tanda-tanda bahaya.
Hanya mereka yang mampu menguasai indera
keenamnya yang dapat merasakan getaran semacam itu.
Sebab, menurut Kumala, getaran yang seperti desiran lembut di ulu hati itu
adalah bagian dari ungkapan rasa dan naluri suci yang tak mudah diungkapkan
lewat kata dan bahasa. Setiap getaran mempunyai arti yang berbeda-beda. Setiap
desiran hati memiliki makna sendiri-sendiri.
Seperti halnya Emafie, istri Pramuda, kala itu juga sempat merasakan desiran
lembut dalam hatinya.
Desiran itu punya arti kebanggaan dan keharuan Emafie terhadap adik iparnya;
Renna, yang akhirnya menemukan pasangan hidupnya setelah dulu hampir bunuh diri
lantaran merasa dipermainkan seorang kekasih. Emafie sangat senang dan bahagia
sekali melihat Renna semakin memiliki cahaya kehidupan hingga semangat hidupnya
37 tumbuh begitu besar. Perasaan itulah yang membuat Emafie tadi sempat berkalikali merasakan getaran hati dalam bentuk desiran-desiran mengharukan.
Berbeda lagi dengan desiran hati yang dirasakan Brano pada saat itu. Setelah ia
gagal memperoleh jawaban yang pasti dari beberapa orang yang ditanya tentang
keganjilan hujan di hotel tersebut, maka pusat perhatian Brano pun segera
terfokus pada diri Zerra.
Bukan hanya bentuk tubuh yang sexy dan dada yang sekal menantang saja yang
membuat Brano semakin berpikiran tak beres, tapi juga karena gadis itu sejak
tadi bicaranya semakin nakal.
Dan, kenakalan canda gadis itu telah membuat api gairah bercumbu makin
menyalanyala dalam diri Brano.
Semakin berkobar semakin nyata getaran hati itu dirasakan oleh Brano.
"Sekian banyak orang tak ada yang tahu tentang hujan aneh itu. Bagaimana kalau
sampai tengah malam nanti hujan aneh itu belum reda juga, Zer?"
"Terserah kamulah...," Zerra menjawab dengan tersipu-sipu. Senyumannya
mengandung arti menantang dalam kepasrahan pribadi. Brano semakin berdebar-debar
senang. "Kalau memang terserah padaku, bagaimana kalau kuputuskan untuk bermalam di
hotel ini saja" Biar kita berdua nggak kehujanan dan masuk angin."
Zerra tertawa kecil nyaris tanpa suara.
"Bagaimana, Zer?" desak Brano.
"Nggak mau, ah!"
38 "Kenapa nggak mau?"
"Nanti kalau kita bermalam di sini, kamu pasti minta tidur seranjang denganku. Iya, kan?"
"Memangnya kenapa" Nggak mau?"
"Nggak! " jawabnya berlagak tegas, tapi masih diiringi dengan senyuman dan
Kelana Buana 21 Peristiwa Burung Kenari Pendekar Harum Seri Ke 3 Karya Gu Long Sukma Pedang 4

Cari Blog Ini