Ceritasilat Novel Online

Tabir Asmara Hitam 2

Joko Sableng Tabir Asmara Hitam Bagian 2


langkah. Sejenak dia tembus! kegelapan memandang ke arah kanan kiri kuil.
Sementara suara helaan panjang yang tiba-tiba terputus makin jelas terdengar.
Namun meski bagian depan kuil tampak sebuah pintu terbuka, Joko tidak dapat
menangkap adanya orang!
Joko Sableng pentangkan mata sekali lagi. Musih tak dapat menangkap keadaan
dalam kuil, dia melangkah ke depan. Namun langkahnya tertahan saat kaki kanannya
menumbuk sesuatu. Cepat dia arahkan pandangannya ke bawah. Sejurus matanya
menyipit. Namun kejap lain membelalak dan tersurut satu tindak.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangkai manusiai" desis Pendekar 131 sambil jerengkan mata dan perhatikan benda
yang baru saja tertum-buk kakinya dan tidak lain memang bangkai manusia yang
telah tinggal tengkorak.
Belum hilang rasa kejutnya, tiba-tiba Joko pentangkan lagi matanya makin besar.
Malah jika dia tak sadar sedang berada di mana, niscaya dia akan berseru.
Ternyata di sekitar tempat itu banyak berserakan tengkorak manusia!
"Jangan-jangan perempuan berbedak tebal itu menjerumuskan aku! Kurasa ini bukan
tempat tinggal seseorang! Tapi tempat pembantaian! Celaka jika...."
Joko tidak meneruskan gumamannya, karena helaan napas terdengar keras. Namun
begitu terputus, tidak lagi terdengar meski Joko telah menunggu agak lama dengan
pasang telinga baik-baik! Keadaan berubah sunyi lengang. Tak terdengar suara.
Tidak terlihat gerakan! .
Murid Pendeta Sinting arahkan pandangannya ke arah kuil. Saat itulah sekonyongkonyong terdengar suara....
Tingng! Tingng! Tingng!
"Busyet! Suara apa itu" Seperti orang mainkan kecapi!
Jangan-jangan hantu sedang bermain kecapi! Tapi apa mungkin?" Joko coba
tersenyum meski senyum itu adalah untuk sembunyikan rasa gejolak hatinya, karena
bersamaan dengan terdengarnya suara tingng! Tingng!
Tanah berumput yang dipijaknya terasa bergetar!
"Hem.... Dengan terdengarnya suara itu, pertanda di dalam sana ada makhluk
hidup. Mungkin dia yang dimaksud perempuan berdandan menor itu.
Bagaimanapun juga aku sudah sampai di sini! Percuma jika tidak teruskan
langkah...."
Berpikir begitu, setelah menarik napas panjang dan tenangkan hati, Joko segera
berkelebat karena tidak mungkin melangkah dan menginjak-injak tengkorak yang
banyak berserakan di sekitar tempat itu.
Dengan satu kali kelebatan, sosoknya kini telah
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat berada di samping kanan pintu kuil. Untuk sesaat murid Pendeta Sinting
tegak diam tak berani buat gerakan dan timbulkan suara. Hanya sepasang matanya
terpentang besar memandang ke dalam kuil
"Astaga!" Tiba-tiba Pendekar 131 perdengarkan nada tercekat dalam hati ketika
sepasang matanya teah terbiasa dengan keadaan gelap di dalam kuil. ternyata di
dalam kuil yang tidak begitu besar itu, bagian bawahnya bukan berupa lantai batu
seperti bagian samping dan depannya. Melainkan yang tampak adalah rumput tebal
dan ilalang tinggi. Namun bukan hal itu yang membuat murid Pendeta Sinting
tercekat. Di atas rumput tebal dan sela-sela ilalang terlihat banyak berserakan
tengkorak manusia!
"Edan! Tempat apa sebenarnya ini" Apa masih ada kaitannya dengan Tengkorak
Berdarah"!" duga murid Pendeta Sinting.
Baru saja dia menduga demikian, terdengar helaan napas yang kemudian diputus.
Disusul kemudian dengan suara tinng! Tinng! Empat kali.
Anehnya suara-suara itu kini hanya menggema di dalam kuil. Tapi Joko makin
merasakan tempatnya berpijak bergetar keras. Malah terlihat tengkorak-tengkorak
manusia di dalam kuil laksana tersapu angin kencang dan berhamburan saling
tubruk satu sama lain keluarkan suara berderak-derak!
"Malam ini tampaknya masih ada manusia bodoh yang hendak serahkan jiwanya!"
Tiba-tiba satu suara terdengar, membuat Joko terkesiap! Namun matanya belum bisa
menangkap orang yang keluarkan suara.
Karena suara itu laksana datang dari setiap penjuru dalam bangunan kuil!
"Hai! Siapa yang ada di dalam kuil"!" Joko berteriak setelah sekian lama tidak
melihat adanya orang.
Sesaat tidak ada sahutan. Namun tatkala Joko hendak buka mulut lagi, terdengar
orang bersuara.
"Aku penunjuk jalan ke neraka!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara orang belum lenyap, satu gelombang angin luar biasa dahsyat telah
menggebrak ke arah murid Pendeta Sinting!
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
LIMA DEMIKIAN ganas dan cepatnya gelombang tabrakan angin itu, hingga tidak ada jalan
lain bagi Joko selain menangkis dengan dorongkan kedua tangannya ke depan.
Suasana lengang mendadak sontak dibuncah dengan terdengarnya ledakan keras
tatkala gelombang angin yang datang dari arah dalam kuil bentrok dengan angin
yang melesat keluar dari kedua tangan murid Pendeta Sinting. Tempat itu kontan
bergetar keras. Sosok Joko terpental lima langkah ke belakang, pertanda jelas
jika gelombang dari kegelapan dilakukan dengan
pengerahan tenaga dalam luar biasa. Malah beberapa tengkorak manusia yang berada
di luar kuil ikut pula tersapu dan jatuh berderak jauh ke belakang Joko.
Pendekar 131 tegak dengan wajah berubah. Kedua tangannya bergetar dan terasa
ngilu serta panas laksana dipanggang!
"Perempuan itu benar-benar menjerumuskan aku!
Kalau tahu begini yang kudapat, menyesal aku menuruti ucapannya! Hem.... Lebih
baik aku tinggalkan tempat celaka ini! Di sini tidak ada yang kuinginkan! Malah
bisa-bisa aku mendapatkan malapetaka! Sementara masih ada sesuatu yang harus
kulakukan!"
Berpikir begitu, Pendekar 131 segera putar diri.
Namun gerakan tubuhnya tertahan suara yang terdengar dari dalam kuil.
"Tidak ada manusia yang tinggalkan tempat ini dengan nyawa masih bercokol di
tubuh!" Suara orang belum selesai, terdengar suara tingng!
Tingng! Beberapa kali. Kejap lain suasana berubah panas menyengat hingga
menindih lenyap udara dingin ujung malam. Pada saat bersamaan terdengar deruan
pelan. Namun saat itu juga murid Pendeta Sinting merasakan sapuan gelombang luar
biasa dahsyat! Joko cepat alirkan tenaga dalam pada dadanya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerahkan jurus inti 'Sukma Es' untuk lindungi diri dari hawa panas. Kejap lain,
sebelum tubuhnya lebih jauh tersapu, dia dorong kedua tangannya.
Wuuuttt! Wuuuttt!
Suasana gelap mendadak semburatkan warna kuning terang. Lalu terdengar deruan
keras laksana gulungan ombak. Tanda jika murid Pendeta Sinting telah lepaskan
pukulan 'Lembur Kuning'. Joko sengaja langsung lepaskan pukulan sakti 'Lembur
Kuning' karena dia menduga pukulan lawan yang melabraknya tidak akan mempan jika
dipangkas dengan pukulan lain. Malah dia sendiri akan mendapat celaka.
Buummm! Untuk kedua kalinya tempat di depan kuil diguncang dengan ledakan keras. Rumput
tebal dan ilalang tinggi terabas rata dan bertabur menambah pekatnya suasana.
Sosok Pendekar 131 mencelat mental dan terjengkang di atas tanah berumput empat
tombak dari tempatnya semula. Dadanya sesak dan mulutnya megap-megap.
Paras wajahnya pucat pasi. Namun karena dia telah lindungi diri dengan jurus
inti 'Sukma Es',, maka rasa sakit itu hanya terasa sejenak. Kejap lain dia telah
bangkit. Saat itulah, sepasang telinga Joko mendengar helaan napas panjang dan berat.
Jelas siapa pun adanya orang yang menghela napas, pasti memiliki tenaga dalam
yang luar biasa. Karena saat itu Joko berada tujuh tombak dari bangunan kuil.
Tapi suara helaan napas itu terdengar jelas dan keras!
"Kau harus mampus!" Mendadak terdengar suara bentakan. Bersamaan dengan itu
samar-samar Joko melihat satu bayangan putih menyeruak dari dalam bangunan kuil.
Lalu terdengar suara tingng! Tingng!
Beberapa kali. Sosok putih yang baru keluar dari dalam tampak duduk berlutut di depan kuil.
Ternyata dia adalah seorang kakek mengenakan pakaian warna putih kusam.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rambutnya putih panjang sepinggang dibiarkan bergerai hingga menutup sebagian
wajah dan punggungnya.
Wajahnya yang telah keriput tampak lebih samar lagi karena ditutupi kumis dan
jenggot serta jambangnya yang lebat dan putih. Pada kedua kakinya yang menekuk
berlutut tampak rantai besi yang mengikat pergelangan kaki kiri dan kanan satu
sama lain. Pada tengah rantai besi tampak menggandul bundaran besi sebesar
kepalan tangan. Inilah yang membuat setiap kali si kakek membuat gerakan pada
kakinya, memperdengarkan suara tingng! Tingng!
Kakek berpakaian putih pentangkan sepasang
matanya yang telah sayu dan masuk dalam rongga cekungan dalam, menatap tak
berkesip pada murid Pendeta Sinting.
Tiba-tiba si kakek angkat kedua tangannya. Tubuhnya serentak ikut bergetar. Dan
tak lama kemudian, pakaian putihnya telah basah oleh keringat Demikian juga
wajah dan lehernya! Jelas menunjukkan jika si kakek tengah mengerahkan segenap
tenaga dalam dan luarnya meski saat itu dia hanya angkat kedua tangannya.
Di depan sana, karena jaraknya agak jauh dan suasana masih gelap, murid Pendeta
Sinting tidak dapat melihat jelas tampang si kakek. Dia hanya samar-samar
menangkap gerakan kedua tangan si kakek. Namun hal itu telah cukup membuat
Pendekar 131 berlaku waspada. Hingga tatkala terlihat kedua tangan si kakek
membuat gerakan mendorong kedepan, tak menunggu lama Joko cepat alirkan tenaga
dalam pada telapak tangan kirinya. Dia kali ini tidak mau bertindak ayal.
Pukulan 'Lembur Kuning' yang dilepas tidak membuat si kakek cedera atau mundur.
Maka tidak ada jalan lain untuk selamatkan diri selain kerahkan jurus pukulan
'Serat Biru'! Tangan kiri murid Pendeta Sinting mendadak bersinar kebiruan. Di seberang depan,
sepasang mata sang kakek bergerak menyipit lalu membelalak. Mulutnya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sedari tadi terkancing rapat bergerak membuka perdengarkan gumaman tidak
jelas. Namun dia teruskan juga dorongan kedua tangannya. Hingga saat itu juga
terdengar suara menderu-deru keras. Disusul dengan menghamparnya gelombang angin
luar biasa dahsyat yang datang laksana dari segala penjuru mata angin!
Joko undurkan langkah satu tindak. Serta-merta kedua tangannya didorong ke
depan. Kejap itu juga melesat serat-serat terang berwarna biru laksana benang.
Namun sebelum serat-serat biru terang melesat, ada satu kekuatan menggebrak
mendahului. Anehnya kekuatan itu menerabas gelombang yang Lagi datang hingga semburat seakan
memberi jalur la-pang pada serat-serat biru yang melesat menyusul!
Hingga laksana tanpa halangan lagi, serat-serat biru Itu melesat dan tiba-tiba
membelit sosok si kakek!
Tapi bukan berarti Pendekar 131 lepas dari bahaya, karena bersamaan dengan
terbelitnya tubuh si kakek oleh serat-serat biru, gelombang angin yang tadi
semburat secara aneh bersatu kembali dan kini menggebrak ke arah Pendekar 131!
Joko tidak bisa berbuat banyak, karena jika dia memangkas gelombang yang kini
melabrak, maka berarti belitan pada tubuh si kakek akan melukar.
Dan jika kesempatan itu digunakan oleh sang kakek bukan tidak mungkin dia akan
lebih celaka lagi.
Berpikir sampai di sana, akhirnya Joko hanya kerahkan tenaga dalam pada dadanya
salurkan tenaga inti jurus 'Sukma Es'. Di lain pihak dia lipat gandakan tenaga
dalamnya pada telapak tangan kiri lalu menariknya ke belakang.
Saat itulah gelombang angin menghantam. Joko berseru tertahan. Namun sosoknya
hanya bergoyang-goyang keras, karena serat-serat dari tangan kirinya terus
membelit tubuh si kakek laksana benang yang tak dapat diputus. Sedangkan si
kakek sendiri tampak ter-engah-engah dan buka mulutnya lebar-lebar sembunyiDewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kan suara erangan yang keluar.
Tiba-tiba si kakek takupkan kedua tangannya di depan dada. Sepasang matanya
memejam. Kejap lain tubuh Joko tampak tertarik ke depan. Melihat hal ini, Joko
kerahkan segenap tenaga dalamnya lalu menarik kedua tangannya. Sosoknya
terhenti, malah kini ganti sosok si kakek yang tertarik. Sementara serat-serat
biru terus membelit.
Terjadilah saling tarik dengan mengandalkan tenaga dalam masing-masing. Pada
satu kesempatan, si kakek membentak. Pada saat bersamaan, Joko berseru seraya
lipat gandakan tenaga.
Terjadilah sesuatu yang hebat. Sosok si kakek mundur ke belakang sementara tubuh
Joko tertarik ke depan. Tapi saat setelah Joko berseru, tubuh si kakek tertarik
deras ke depan. Hingga tanpa bisa dihindarkan lagi sosok keduanya bertubrukan!
Tubuh keduanya sama-sama mental dan sama ber-kaparan di atas rumput yang telah
gundul! Karena Joko tidak kerahkan tenaga dalam lagi, saat itu juga serat-serat
biru yang membelit tubuh si kakek lenyap.
Tubuh Joko tampak bergetar keras. Dari mulutnya keluar darah segar. Si kakek
sendiri tak kalah parahnya.
Selain tubuhnya gemetaran dan sudut mulutnya meng-alirkan darah, pakaian putih
yang dikenakannya tampak robek-robek menganga membentuk libatan benang!
Hebatnya, meski telah cedera, si kakek segera bangkit lalu duduk berlutut dengan
tangan menakup di depan dada. Sepasang matanya terpejam rapat.
Sejenak kemudian dia buka kelopak matanya pandangi murid Pendeta Sinting yang
baru perlahan-lahan bergerak bangkit.
"Sahabat! Harap sudi katakan siapa dirimu!" Mendadak si kakek buka mulut.
Untuk beberapa lama Joko hanya pandangi orang tua di hadapannya dengan mulut
terkancing. Namun diam-diam dalam hati dia berkata.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memanggilku sahabat! Jangan-jangan...."
Joko lalu teringat akan ucapan perempuan berbedak tebal yang mengatakan bahwa
sahabatnya menunggu seseorang sebelum ajal menjemputnya. Namun setelah mengalami
apa yang baru saja terjadi, dan melihat beberapa tengkorak manusia di halaman
dan di dalam bangunan kuil, Joko jadi ragu-ragu.
"Kalau kau tidak sudi sebutkan diri, tidak apa-apa!
Yang jelas siapa pun kau adanya, kau adalah seorang sahabat yang kutunggu! Harap
kau suka mengikutiku!"
Habis berkata begitu, masih dengan duduk berlutut, si kakek berkelebat masuk ke
dalam bangunan kuil.
Ucapan si kakek membuat Joko terkejut. "Bagaimana mungkin dia menentukan aku
adalah seorang sahabat yang ditunggu" Padahal baru kali ini aku bertemu! Tapi
aku ingin tahu apa yang hendak dilakukannya...."
Sambil mengusap darah di sudut mulutnya, Joko bergerak bangkit lalu melangkah
masuk ke dalam bangunan kuil. Sementara si kakek telah duduk berlutut dengan
punggung bersandar pada bagian belakang tembok yang menghadap ke depan.
"Duduklah, Anak Muda!"
Joko turuti ucapan si orang tua. Dia duduk bersila menghadap si kakek, namun dia
tetap waspada. Sepasang matanya tak beranjak memperhatikan pada kedua tangan orang tua di
hadapannya, karena Joko yakin, bahwa kedahsyatan pukulan orang tua itu terletak
pada kedua tangannya.
"Tentu kau punya maksud tertentu hingga sampai kemari!" ujar si kakek setelah
menghela napas dalam.
Kali ini suara helaan napasnya tidak lagi keras.
Pendekar 131 gelengkan kepala. "Aku tidak punya tujuan tertentu. Aku hanya ingin
buktikan ucapan seseorang!" kata Joko meski dalam hati dia sebenarnya punya
maksud tertentu.
Si kakek mendehem panjang. "Kau bisa katakan siapa orang yang ucapannya ingin
kau buktikan"!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali murid Pendeta Sinting gelengkan kepala.
"Dia tak sebutkan nama padaku. Dia seorang perempuan yang wajahnya pun sulit
untuk dikenali!"
Orang tua di hadapan Joko anggukkan kepala. "Anak muda. Apakah kau pernah
memasuki Istana Hantu?"
Joko terlengak. Lalu menjawab. "Pernah...!"
"Namun mengalami kegagalan. Betul"!"
Kembali Joko dibuat terkejut saat mendapati si kakek mengetahui. Seraya sedikit
keraskan suara, Joko berujar.
"Aku memang gagal memasuki Istana Hantu. Namun bukan berarti aku tidak bisa
masuk ke sana! Aku tetap akan ke sana sekaligus menghentikan ulah penghuninya
yang...."

Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ucapan Joko dipotong oleh suara tawa si kakek.
"Kau masih akan menemui kegagalan, Anak Muda. Meski kau telah membekal pukulan
sakti 'Serat Biru'!"
Kali ini ucapan orang tua itu benar-benar membuat murid Pendeta Sinting
tersentak dan tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Orang tua! Siapa kau sebenarnya"!"
"Aku adalah sahabat yang menunggu!"
"Kenapa kau menunggu"!"
"Aku menduga, tanpa bantuanku orang yang kutunggu akan mengalami kegagalan
memasuki Istana Hantu!"
"Hem.... Kau tadi mengatakan aku adalah sahabat yang kau tunggu. Sekarang
bantuan apa yang hendak kau berikan"!"
Si kakek menggeleng sambil tersenyum samar.
"Tidak baik mengatakan bantuan yang akan kuberikan!
Hanya sebelum aku memberikan sedikit bantuan itu, aku mengajukan syarat!"
"Hem.... Berarti kau tidak rela! Karena kau masih mengharap imbalan!"
"Terserah apa katamu. Namun syarat itu demi kebaikan! Tidak semata-mata sebagai
imbalan!" Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk beberapa lama Joko berpikir. Lalu berkata.
"Katakan apa syarat itu!"
"Mendekatlah kemari! Putar dudukmu dan hadapkan punggungmu di depanku!"
Pendekar 131 tidak segera melakukan apa yang dikatakan si orang tua. Dia jelas
ragu-ragu. Namun untuk tidak menyinggung perasaan si kakek, Joko berkata.
"Apa tidak ada jalan lain selain harus begitu"!"
"Anak muda. Itu adalah salah satu syarat! Kau tahu, beberapa tengkorak yang
berserakan di sekitar tempat ini adalah manusia-manusia yang meminta paksa apa
yang hendak kuberikan padamu! Tapi jika kau masih bimbang, silakan pergi dari
sini!" Setelah agak lama menimbang, akhirnya Joko
bergerak bangkit seraya berkata. "Tapi jika kau bertindak tidak terpuji, aku
tidak segan berlaku keras!"
"Aku sudah tua, Anak Muda! Apa artinya kematianmu bagiku"!"
Tanpa menyahut ucapan si kakek, Joko mendekat, lalu putar diri membelakangi dan
duduk bersila. "Dengar baik-baik, Anak Muda. Karena aku tidak akan mengulangi ucapanku. Setelah
apa yang kulakukan nanti, cepatlah kau tinggalkan tempat ini. Jangan berpaling
ke belakang menengok ke arahku! Jika kau telah berada di luar sana, jangan kau
hiraukan kabar yang tersiar tentang penghuni Istana Hantu. Kau memang berhak
memasuki Istana Hantu, tapi sekali-kali jangan berniat membunuhnya! Kau dengar
dan mengerti"!"
Walau belum mengerti apa maksud ucapan si kakek, tapi akhirnya Joko anggukkan
kepalanya. Pada saat itulah tiba-tiba si kakek angkat kedua tangannya. Dan
serta-merta ditempelkan pada punggung murid Pendeta Sinting.
Pendekar 131 tersentak. Karena saat itu juga ada hawa panas memasuki tubuhnya
melewati kedua tangan
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
si kakek. Joko coba berseru, namun suaranya tersendat di tenggorokan. Dia hendak
putar diri, tapi tubuhnya laksana dipantek tak bisa digerakkan. Hingga akhirnya
dia hanya diam dengan mata terpejam merasakan rasa panas luar biasa. Sementara
orang tua di belakangnya telah basah kuyup. Napasnya megap-megap dengan mata
setengah terpejam setengah terbuka. Sosoknya bergetar keras.
Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba rasa panas lenyap seketika. Bersamaan dengan
itu, kedua tangan si kakek luruh ke bawah.
Joko menunggu beberapa saat. Tidak ada suara, tidak ada gerakan. Membuat murid
Pendeta Sinting ini hendak berpaling. Namun ingat akan ucapan si orang tua,
Pendekar 131 urungkan niat.
Setelah merasa yakin bahwa si kakek tak membuat gerakan apa-apa lagi, Joko
perlahan-lahan bangkit. Dia kuatkan hati untuk turuti ucapan si kakek meski
sebenarnya dia ingin melihat pada si orang tua. Malah ketika langkahnya sampai
pintu kuil, gerakan kakinya berhenti. Dia tampak bimbang hingga untuk beberapa
saat dia tetap tegak di situ seolah ingin mendengar ucapan dari si orang tua.
Namun sampai kedua kakinya pegal, tidak terdengar suara maupun terdengar orang
membuat gerakan.
"Heran. Apa sebenarnya yang terjadi dengan orang tua itu" Apa yang dilakukannya
tadi terhadap diriku..."
Dan kenapa kini dia diam, padahal sebenarnya aku menunggu kata-katanya! Apa
kuturuti saja ucapannya"!"
Meski dia telah memutuskan untuk tinggalkan tempat itu, namun sekejap ia masih
hendak putar tubuh. Tapi diurungkan kembali sebelum akhirnya berkelebat
tinggalkan bangunan kuil dengan berbagai pertanyaan dan dugaan.
Bersamaan dengan berkelebatnya tubuh murid
Pendeta Sinting, sosok si kakek tersandar pada dinding.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu kepalanya terkulai di samping kanan dan saat itu juga hembusan napas
terhenti! Kakek berpakaian putih ini telah kehabisan tenaga luar dan dalamnya
karena disalurkan masuk ke dalam tubuh Pendekar 131 tanpa disadari dan diketahui
oleh Pendekar 131 sendiri! Murid Pendeta Sinting juga tidak mengerti jika tenaga
dalam si kakek itulah kelak yang dapat membantunya untuk memasuki Istana Hantu.
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ENAM SOSOK bayangan putih itu berkelebat laksana dikejar setan. Gerakannya yang luar
biasa cepat membuat sosoknya hanya menyerupai bayang-bayang yang menyeruak di
antara rimbun semak belukar dan jajaran pohon. Pada satu tempat tiba-tiba sosok
bayangan itu hentikan kelebatannya. Kepalanya berputar cepat, sementara sepasang
matanya liar memandang tak berkesip. Mungkin merasa yakin tidak ada orang di
sekitar tempat dia berada, orang ini luruskan kepala ke depan. Dua puluh lima
tombak jauh ke depan sana, samar-samar terlihat satu bangunan tua berdiri kokoh
yang pintu gerbangnya terbuka di mana pada pintu itu menggandul sebuah tengkorak
yang masih berlumuran darah.
"Istana Hantu...," desis orang ini yang ternyata adalah nenek mengenakan pakaian
warna putih dari sutera.
Rambutnya telah memutih. Di atas telinga nenek ini tampak menyelip seruas bambu
kecil berwarna kuning.
Namun walau orang ini telah berusia lanjut, bekas kecantikan masih membayang
jelas di wajahnya.
"Menurut yang kudengar dan bekas-bekas yang di-tinggalkan, penghuni Istana Hantu
adalah seorang yang ilmunya sangat tinggi! Tapi kenapa dia membuat ulah dengan
membunuh banyak orang"!" si nenek yang bukan lain adalah Daeng Upas ibu dari
Durga Ratih alias Dewi Siluman terus menggumam dengan mata masih memandang ke
depan. Tiba-tiba si nenek pentangkan sepasang matanya.
Rahangnya terangkat, pelipis kanan kirinya bergerak-gerak. Tak lama kemudian,
sosoknya ikut bergetar, pertanda hawa kemarahan telah membungkus dadanya.
"Datuk Besar.... Aku bersumpah akan membalas kematianmu! Tengkorak Berdarah,
penyebab putusnya hubungan kita harus mampus di tanganku. Aku tak peduli berapa
tinggi kepandaiannya!" Daeng Upas
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata setengah berteriak. Namun sesaat kemudian bahu nenek ini tampak
berguncang. Lalu terdengar dia sesunggukan.
"Datuk Besar.... Sungguh aku tak menduga jika kita tak akan pernah berkumpul
lagi. Padahal hal itu telah kurencanakan bertahun-tahun lamanya! Tahu begini,
aku menyesal terlalu keras kepala tidak menuruti ucapanmu lalu pergi
meninggalkanmu...." Daeng Upas dongakkan kepala. Dari sudut kedua matanya telah
bergulir air bening.
"Durga Ratih anakku.... Sungguh malang nasibmu.
Selama ini kau belum kenal siapa ayahmu! Jika saja aku berkata terus terang
padamu, tentu kita akan bisa berkumpul dan bersama-sama melakukan rencana besar
yang telah kuatur! Tapi kini semuanya berantakan! Ini gara-gara Tengkorak
Berdarah keparat! Sebelum kau mengenal ayahmu, Tengkorak Berdarah telah
membuatmu kehilangan!" Daeng Upas hentikan gumamannya. Sepasang matanya berkilat
memandang jauh ke Istana Hantu.
Seperti dituturkan dalam episode: "Gerbang Istana Hantu", Daeng Upas yang telah
bertahun-tahan tak munculkan diri begitu mendapat keterangan dari anaknya Dewi
Siluman serta adik kandunganya Ki Buyut Pagar Alam segera berniat turun tangan
sendiri. Apalagi setelah mendengar Kitab Serat Biru telah jatuh ketangan pemuda
bergelar Pendekar Pedang Tumpul 131 Joko Sableng dan mendengar gerbang pintu
Istana Hantu terbuka. Namun Daeng Upas rupanya maklum jika apa yang akan
dihadapi. Adalah urusan besar yang tidak saja membutuhkan akal panjang tapi juga
memerlukan tenaga tangguh. Untuk itulah si nenek lalu mengunjungi seorang tokoh
bergelar Datuk Besar. Tujuan Daeng Upas mengunjungi Datuk Besar selain untuk
minta bantuan, lebih dari itu untuk menumpahkan kerinduan yang selama ini
dipendam. Datuk Besar adalah bekas kekasihnya dahulu. Dari sang datuk inilah
akhirnya Daeng Upas
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Durga Ratih
yang pada beberapa tahun kemudian dikenal dengan julukan Dewi Siluman.
Namun Daeng Upas agaknya harus menelan kecewa, karena begitu tiba di tempat
kediaman Datuk Besar, laki-laki bekas kekasihnya itu telah menemui ajal. Si
nenek telah dapat menduga siapa gerangan yang membunuh sang kekasih, karena pada
gubuk tempat kediaman Datuk Besar tampak sebuah tengkorak berlumur darah!
Sebenarnya meski tanpa terbunuhnya Datuk Besar, Daeng Upas telah merencanakan
pergi ke Istana Hantu.
Dia menduga istana itu menyimpan sesuatu. Setelah mengetahui apa yang menimpa
Datuk Besar, kini kedatangannya ke Istana Hantu dengan dua tujuan.
Selain membalaskan kematian sang kekasih juga meminta sesuatu yang diduga
tersimpan di dalam istana yang selama ini dihuni oleh seorang misterius yang
bergelar Tengkorak Berdarah.
Pada kedatangannya yang pertama, dia belum
sempat memasuki Istana Hantu karena perhatiannya tercurah pada Pendekar 131 yang
saat itu berusaha memasuki istana. Karena merasa curiga dengan si pemuda,
akhirnya Daeng Upas hendak mengorek keterangan darinya, tapi sesosok tubuh telah
mendahului menyambar tubuh si pemuda. Daeng Upas segera mengejar hingga akhirnya
dia bertemu dengan Dewi Siluman dan Ki Buyut. Namun tanpa diduga sama sekali,
tiba-tiba muncul seorang pemuda bertangan buntung yang membuat pengejaran Daeng
Upas terhadap Pendekar 131 terhalang. Kini setelah kehilangan jejak pemuda yang
dikejar dan pemuda bertangan buntung, si nenek kembali hendak coba memasuki
Istana Hantu. Namun nenek ini cerdik. Dia sengaja tidak langsung menuju Istana Hantu tapi
mengambil jarak agak jauh.
Dia seakan tahu, bahwa dengan terbukanya istana, maka akan banyak tokoh yang
datang. Dari sini dia
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mengukur sampai di mana ketinggian ilmu sang penghuni. Lebih dari itu,
dengan munculnya beberapa tokoh sedikit banyak tenaga Tengkorak Berdarah akan
terkuras. Hal demikianlah yang ditunggu-tunggu si nenek.
Tapi agaknya kali ini Daeng Upas harus merasa kecewa, karena meski sudah agak
lama di tempatnya, dia belum melihat seorang pun yang datang. Entah karena telah
memendam dendam dan menduga hari ini tidak akan ada tokoh yang datang, maka
setelah berpikir lagi, akhirnya Daeng Upas bergerak melangkah. Namun dia tidak
langsung lurus menuju Istana Hantu, namun sengaja bergerak berputar melewati
rumpun semak belukar yang banyak di sekitar Istana Hantu.
Tapi gerakan kaki Daeng Upas tiba-tiba tertahan.
Sepasang matanya garang memandang ke sela semak belukar. Kedua telinga bergerak
ke atas tanda si nenek kerahkan tenaga dalam pada pendengarannya.
Tiba-tiba Daeng Upas putar tubuh setengah lingkaran.
Sepasang matanya liar menembusi kerapatan semak di hadapannya. Lalu mendadak dia
membentak. "Percuma kau sembunyikan diri! Keluarlah!"
Bukan sahutan ucapan yang terdengar. Bukan adanya gerakan yang terlihat.
Sebaliknya bentakan Daeng Upas disambut dengan terdengarnya tawa bergelak keras.
Bukan bersumber pada tempat di hadapan Daeng Upas melainkan datang dari arah
belakangnya! Daeng Upas adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi meski selama ini dia
sembunyikan. Tapi kalau dugaannya meleset, maka dapat diduga jika orang yang
perdengarkan tawa menyambuti bentakan si nenek adalah bukan orang sembarangan.
Sambil menindih rasa terkejut, Daeng Upas cepat balikkan tubuh. Sejarak tujuh
langkah di hadapannya si nenek melihat seseorang tegak dengan kacak pinggang.
Orang ini mengenakan pakaian aneh. Berupa jubah panjang hingga menutup seluruh
tubuh sampai telapak
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya. Jubah panjang itu dibikin terusan ke atas hingga menutup juga seluruh
kepalanya, membuat orang ini tidak bisa dikenali laki perempuannya karena tidak
satu pun dari anggota tubuhnya yang terlihat!
Jubah aneh itu berwarna abu-abu dari bahan tebal dan kasar. Pada dada jubah
terlihat gambar sebuah tengkorak yang meneteskan darah!
Sesaat Daeng Upas pentangkan sepasang matanya menatap tak berkesip. Dalam hati
dia menduga-duga siapa adanya orang berjubah aneh itu. Tapi karena tidak dapat
jawaban, akhirnya dia buka mulut membentak.
"Orang tak dikenal. Siapa kau"!"
Orang yang dibentak tertawa panjang. Meski suara tawanya pelan, namun saat itu
juga Daeng Upas rasakan tanah yang dipijak terasa bergetar!
"Daeng Upas! Buka matamu lebar-lebar!" seraya menjawab, orang berjubah aneh
gerakkan tangan kirinya menunjuk pada gambar tengkorak di dadanya.
Daeng Upas terkesiap kaget mendapati orang tahu siapa dirinya. Namun si nenek
tidak mau tunjukkan wajah terkejut. Malah setelah sekilas melirik pada jubah
bagian dada yang ditunjuk orang, dia alihkan pandangannya ke jurusan lain. Dia
cepat membatin.
"Siapa orang ini! Dia tahu diriku! Mengenakan jubah aneh yang di dadanya
bergambar tengkorak. Dari suaranya jelas jika dia seorang laki-laki. Namun suara
bisa dirubah! Hem.... Melihat dia menunjuk gambar, apakah dia tokoh misterius
penghuni Istana Hantu"
Selama ini memang tidak ada orang yang dapat mengenali tokoh misterius itu,
karena setiap korbannya pasti menemui ajal!"
Habis membatin begitu, Daeng Upas buka mulut tanpa memandang. "Syukur aku telah
kau kenali hingga tak usah aku perkenalkan diri! Aku ingin dengar jawaban dari
mulutmu, bukan dengan isyarat tanganmu!"
Kembali orang berjubah aneh perdengarkan tawa panjang. Namun tiba-tiba diputus
dan disusul dengan
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara dengusan keras, membuat Daeng Upas cepat berpaling.
"Daeng Upas! Apakah itu permintaan terakhirmu"!"
Daeng Upas menyeringai. Setelah berteriak dia berkata.
"Itu adalah permintaan pertama. Permintaan ter-akhirku adalah selembar nyawamu
jika kau merecoki urusanku! Kau dengar"!"
"itu menurutmu. Bagiku, permintaanmu tadi adalah yang pertama dan yang terakhir.
Maka akan kupenuhi, agar kau bisa bersanding dengan kekasihmu!"
Mendengar ucapan orang berjubah aneh, dada Daeng Upas berdebar keras. Matanya
mendelik angker.
Rahangnya menggegat perdengarkan suara
bergemeletak. Walau hampir bisa menduga siapa adanya orang, serta dadanya
dibungkus gejolak amarah, namun nenek ini tidak cepat bertindak. Selain maklum
jika orang di hadapannya memiliki kepandaian yang tidak rendah, dia juga ingin
meyakinkan apakah orang di hadapannya benar-benar tepat seperti dugaannya.
"Orang gila tak dikenal! Jangan banyak mulut! Lekas katakan siapa dirimu!"
bentak Daeng Upas dengan suara melengking tinggi.
"Akulah Tengkorak Berdarah penghuni Istana Hantu!
Dan perlu kau ketahui, barang siapa telah melihatku, maka saat itulah hari
kematiannya telah datang! Tidak seorang pun lolos dari maut setelah
mengenaliku!"
Meski Daeng Upas telah menduga siapa adanya orang, namun begitu orang di
hadapannya sebutkan siapa dirinya, si nenek ini tampak surutkan langkah setengah
tindak. Matanya makin membeliak seakan coba menembus wajah di balik pakaian aneh
orang di hadapannya. Selama ini memang Daeng Upas telah menyirap kabar bahwa
tokoh yang bergelar Tengkorak Berdarah tidak pernah meninggalkan orang yang jadi
korbannya dalam keadaan hidup-hidup. Tidak terkecuali dengan Datuk Besar kekasih
si nenek sendiri.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir sampai ke sana, tengkuk Daeng Upas menjadi dingin, apalagi selama ini


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diketahui para korban Tengkorak Berdarah bukanlah para tokoh yang ilmunya
rendah. Namun karena hatinya telah dibungkus dengan dendam akibat tewasnya Datuk
Besar, ditambah ada sesuatu yang juga berada di tangan Tengkorak Berdarah,
semangat si nenek menjadi berkobar-kobar.
Rasa kecutnya yang sejenak tadi menyelimuti hatinya mendadak lenyap! Berganti
dengan dendam dan harapan!
Daeng Upas sentakkan kepalanya ke samping.
Mendadak dia tertawa bergelak. Puas tertawa dia berkata.
"Hari ini rupanya aku beruntung. Tanpa dicari, orang yang berhutang nyawa padaku
datang serahkan diri!
Tapi semua urusan hutang nyawa akan kuhapus jika kau penuhi permintaanku!"
Mendengar ucapan Daeng Upas, Tengkorak Berdarah ganti tertawa.
"Sebelum kau sempat menerima apa permintaanmu, nyawamu akan kulepas!"
"Hem.... Begitu" Jika demikian, permintaan kuubah jadi perintah! Serahkan kitab
yang ada di tanganmu padaku!" sentak Daeng Upas.
Tengkorak Berdarah sejurus terdiam. Diam-diam orang berjubah abu-abu aneh itu
membatin. "Hem....
Rupanya dia telah tahu perihal kitab itu! Sebenarnya manusia macam dia dibiarkan
hidup terlebih dahulu.
Tapi dia adalah bekas murid Kyai Panjer Wengi. Dan aku telah bersumpah untuk
melenyapkan Guru serta seluruh muridnya dari permukaan bumi! Juga manusia yang
bergelar Pendekar Pedang Tumpul 131. Malah untuk yang terakhir ini, aku harus
segera menemukannya, karena dialah kunci semua cita-citaku!"
"Daeng Upas! Kitab yang kau minta boleh kau ambil.
Tapi serahkan dulu nyawamu!"
"Jika begitu perintah kuubah jadi tangan maut!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Habis berkata begitu, Daeng Upas membuat gerakan menjotos dan menendang tanpa
berpindah dari tempatnya berpijak!
Desss! Desss! Meski Daeng Upas lancarkan jotosan dan tendangan dari tempatnya berdiri, namun
anehnya Tengkorak Berdarah merasakan laksana satu jotosan dan satu tendangan
keras menghantam tubuhnya. Tapi meski terdengar suara benda terhantam, sosok
Tengkorak Berdarah tidak bergeming sama sekali, malah saat itu juga dia tertawa
berderai. Daeng Upas menyeringai seraya pelototkan sedikit matanya. Dia jelas dapat
merasakan bahwa jotosan dan tendangannya menghantam telak Tengkorak Berdarah,
namun orang ini seakan tidak merasakan apa-apa!
Daeng Upas lipat gandakan tenaga dalamnya.
Sekonyong-konyong dia melesat ke depan sambil mengudara satu tombak. Sejarak
lima langkah dari tempat Tengkorak Berdarah, si nenek membuat gerakan menjotos
dengan kedua tangannya sekaligus. Sementara kedua kakinya membuat gerakan
menendang. Seperti diketahui, Daeng Upas memiliki jurus yang dapat menghantam
dari jarak jauh. Jurus ini selalu digunakan si nenek untuk mengetahui tingkat
ketinggian ilmu lawan.
Desss! Deesss! Deeesss! Deeesss!
Terdengar empat kali benda terhantam pukulan. Pertanda jelas jika pukulan Daeng
Upas yang dilepaskannya mengenai sasaran. Namun lagi-lagi si nenek agak te-kejut
mengetahui sosok Tengkorak Berdarah hanya bergoyang-goyang!
"Keparat!" maki Daeng Upas. Dia teruskan kelebatannya. Lalu mendorong kedua
tangannya. Satu gelombang angin menderu deras ke arah Tengkorak Berdarah. Tengkorak
Berdarah hentakkan kaki kanannya. Tubuhnya melesat ke udara. Gelombang angin
pukulan Daeng Upas melabrak setengah tombak
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di sampingnya. Begitu di atas udara, Tengkorak Berdarah kebutkan kedua tangannya ke belakang.
Tubuhnya melesat ke depan memapak sosok Daeng Upas yang masih
melayang di udara. Tiba-tiba sosok Tengkorak Berdarah membuat gerakan berbalik.
Bersamaan dengan ini kaki kanannya yang terbungkus jubah panjangnya mencuat.
Daeng Upas tersentak melihat cepatnya gerakan orang. Hingga belum sempat dia
menghadang dengan lepaskan pukulan, tendangan dari balik jubah panjang telah
datang melabrak! Membuat tak ada pilihan lain bagi si nenek untuk selamatkan
diri kecuali dengan angkat kedua kakinya untuk memangkas tendangan.
Bukkk! Buukkk! Terjadilah saling tendang di udara. Sosok Daeng Upas tampak terpental lalu
melayang jatuh. Namun karena nenek ini juga memiliki kepandaian tinggi, sebelum
tubuhnya menghantam tanah, dia berputar balik ke atas.
Kejap lain mendarat di atas tanah dengan terbungkuk-bungkuk dan wajah makin
mengeriput. Sedang di seberang sana, Tengkorak Berdarah langsung mendarat dengan
tubuh tegak kokoh. Dari hal ini, Daeng Upas rupanya maklum jika tenaga dalam
lawan masih berada di atasnya. Namun karena dendam telah tertanam dan dia punya
sesuatu yang diminta, maka dia tak perhitung-kan diri.
Didahului bentakan keras, Daeng Upas membuat gerakan berputar-putar. Kejap itu
juga dari tubuhnya mengepul asap yang ikut berputar seiring putaran tubuhnya.
Saat si nenek berteriak kedua kalinya, asap yang berputar mengelilingi tubuhnya
melesat dan kini berputar-putar keras ke arah Tengkorak Berdarah! Ibu Dewi
Siluman ini telah lepaskan pukulan sakti 'Angin Keranda'!
Tengkorak Berdarah tertawa bergelak. Kedua tangannya dirangkapkan di depan dada.
Kejap lain kedua tangannya disentakkan ke depan.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wuuutt! Wuuuttt!
Terdengar deruan pelan. Hebatnya sesaat kemudian asap yang berputar-putar ganas
ke arahnya tertahan.
Daeng Upas tercekat. Belum sirna rasa terkejutnya, di depan sana Tengkorak
Berdarah rnelangkah pelan ke depan. Namun dalam sekejap sosoknya telah sampai
pada asap yang tertahan. Belum tahu apa yang akan dilakukan lawan, tiba-tiba
kedua tangan Tengkorak Berdarah mendorong asap pukulan Daeng Upas.
Asap yang berputar-putar dan tertahan itu laksana disentak tangan setan. Lalu
melesat kencang berputar-putar ke arah Daeng Upas!
Sambil menindih rasa kejut, Daeng Upas cepat putar kembali tubuhnya. Lalu
membentak garang. Saat itu juga dari tubuhnya melesat lagi asap berputar-putar.
Blaaarrr! Tempat itu laksana dilanda gempa hebat ketika pukulan 'Angin Keranda' yang
membalik bentrok dengan pukulan 'Angin Keranda' yang baru saja dilepas Daeng
Upas. Sosok Daeng Upas terpental jauh menerabas semak belukar. Dari mulutya
mengalir darah kehitaman pertanda si nenek telah terluka dalam. Pakaian sutera
putih yang dikenakannya berubah agak kecoklatan hangus. Sementara Tengkorak
Berdarah hanya tersurut dua langkah.
Daeng Upas cepat salurkan tenaga dalam. Lalu terhuyung-huyung bangkit. Saat
itulah Tengkorak Berdarah perdengarkan tawa mengekeh. Namun
bersamaan dengan itu kedua tangannya bergerak menghantam ke arah Daeng Upas.
Karena belum dapat kuasai diri maka sangat sulit bagi si nenek untuk memangkas
pukulan yang datang melabrak. Apalagi pukulan itu dilepas oleh tokoh yang
ilmunya tidak diragukan lagi.
Namun Daeng Upas tampaknya tak mau begitu saja menyerah. Meski dengan tubuh
belum tegak sepenuh-nya, kedua tangannya bergerak membuat satu pukulan.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi pukulan ini tampaknya tidak akan mampu mem-bendung pukulan yang dilancarkan
Tengkorak Berdarah, karena Daeng Upas hanya mengerahkan sisa-sisa tenaganya. Dan
kalaupun pukulan itu bisa memangkas pukulan Tengkorak Berdarah namun tubuhnya
akan makin kehabisan tenaga, dan itu akan membuatnya fatal.
Dalam keadaan genting itulah, tiba-tiba terdengar suara duuttt! Duuttt! Beberapa
kali. Pada saat bersamaan, satu gelombang angin dahsyat menyeruak melabrak
pukulan yang dilepas Tengkorak Berdarah yang saat itu hampir bentrok dengan
pukulan yang dilepas Daeng Upas.
Buummm! Terdengar ledakan keras saat tiga pukulan itu bertemu. Sosok Daeng Upas
mencelat. Namun dia masih beruntung karena pukulan Tengkorak Berdarah masih
dipangkas dahulu oleh pukulan yang tiba-tiba menyeruak. Hingga meski tubuhnya
sempat mental, namun luka dalamnya tidak bertambah paruh.
Sementara sosok Tengkorak Berdarah terseret lima langkah. Namun sosok orang ini
tetap tegak! * * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TUJUH MESKI seluruh tubuhnya tertutup jubah aneh, namun sentakan kepala serta
guncangan sedikit pada bagian bahunya sudah menunjukkan jika Tengkorak Berdarah
merasa terkejut. Sementara Daeng Upas yang sosoknya kembali menerabas semak
belukar perlahan-lahan bergerak bangkit. Meski hanya sekilas, namun nenek ini
bisa menduga jika baru saja ada yang memangkas pukulan Tengkorak Berdarah.
Hingga begitu tubuhnya tegak, dia segera berpaling ke samping kanan dari mana
pukulan yang selain dapat memangkas pukulan Tengkorak Berdarah juga
menyelamatkan dirinya datang menyeruak.
Sesaat Daeng Upas tampak tergagu dengan mulut terkancing dan mata mendelik tak
berkesip. Dari tempatnya tegak, si nenek melihat sesosok tubuh berdiri tegak
dengan kepala di bawah kaki di atas. Orang ini berwajah tampan dan usianya masih
tampak muda. Pemuda ini tidak mempunyai kedua tangan dan pada mulutnya tampak sebuah karet
bundar yang menyerupai dot bayi.
"Dia...," desis Daeng Upas begitu melihat siapa adanya si pemuda yang berdiri
terbalik. "Heran. Bagaimana dia bisa berada di sini" Apakah dia mengikutiku"
Siapa sebenarnya pemuda ini" Sikapnya aneh. Tempo hari dia menyerang dan
menghadang urusanku hingga berantakan tak karuan. Tapi kali ini tampaknya dia
menolongku!"
Diam-diam Daeng Upas menarik napas lega melihat kehadiran si pemuda yang dari
sikapnya tadi jelas menyelamatkan dirinya.
Sementara Tengkorak Berdarah setelah berdiam agak lama baru berkata.
"Bukankah yang di hadapanku saat ini adalah tokoh tua bergelar Dewa Orok" Aku
gembira dapat berjumpa denganmu!"
Si pemuda menyedot bundaran karet di mulutnya
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hingga perdengarkan suara duttt! Duutttt! Beberapa kali.
Lalu bahunya bergerak. Wuuttt! Sosoknya kini tegak dengan kepala di atas kaki di
bawah, namun yang menjadi tumpuan tubuhnya adalah kedua ibu jari kakinya!
Sepasang mata si pemuda yang tajam sejenak
memandang pada Tengkorak Berdarah, lalu tersenyum.
Kepalanya bergerak ke arah Daeng Upas berada. Si nenek cepat putar otak dan
sekejap kemudian dia berkata.
"Sobatku. Terima kasih...."
Si pemuda kuncupkan mulut, lalu menyembur.
Bundaran karet di mulutnya mencuat keluar, lalu mengapung di udara di hadapan
wajahnya. Kejap lain terdengar ucapannya.
"Sobatku"!" si pemuda ulangi ucapan Daeng Upas.
"Aku tidak mengenalmu, kau pun tidak tahu siapa diriku!
Adalah hai aneh jika kau mengatakan aku adalah sobatku! Jangan-jangan kau punya
niat di balik ucapanmu itu! Ha... ha... ha...!"
Paras Daeng Upas seketika berubah mengelam.
Dalam hati dia memaki panjang pendek. Tapi nenek ini tidak kehilangan akal. Dia
segera hendak bicara lagi, namun si pemuda telah mendahului.
"Nenek cantik! Walau kita pernah jumpa dan belum sempat berkenalan, tapi tak ada
jeleknya memang saling bersahabat! Hanya saja kau jangan salah terka. Aku tadi
tidak berniat menolong apalagi menyelamatkanmu. Aku hanya tidak suka melihat
orang bertindak pada orang yang telah tidak berdaya!"
"Hem.... Tujuannya masih sama seperti waktu jumpa tempo hari selamatkan pemuda
berbaju putih...,"
gumam Daeng Upas.
"Dewa Orok!" Tiba-tiba terdengar bentakan Tengkorak Berdarah. "Selama ini aku
tidak pernah membiarkan hidup orang yang telah melihatku! Namun hari ini kau
adalah satu-satunya manusia yang
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beruntung, karena aku mengampuni nyawamu!"
Si pemuda yang dipanggil Dewa Orok menyedot.
Bundaran karet yang mengapung meluncur dan masuk ke dalam mulutnya. Setelah
perdengarkan suara duuttt!
Duuttt! Beberapa kali, Dewa Orok semburkan kembali bundaran karet. Bundaran
karet itu kembali mengapung di udara. Kepalanya berpaling pada Tengkorak
Berdarah. "Selama ini aku tidak pernah minta ampun apalagi urusan nyawaku. Namun hari ini
aku menemukan hal aneh. Ada orang mengampuni nyawaku, padahal nyawaku tidak
pernah punya urusan denganmu! Lagi-lagi aku menangkap ada sesuatu di balik nada
ucapanmu! Ha... ha... ha...!"
Karena seluruh anggota tubuh Tengkorak Berdarah tidak kelihatan, baik Dewa Orok
maupun Daeng Upas tidak bisa melihat bagaimana paras wajah Tengkorak Berdarah
setelah mendengar ucapan Dewa Orok.
Mereka berdua sebentar kemudian hanya mendengar Tengkorak Berdarah berujar.
"Nyawamu memang tidak punya urusan denganku, tapi setiap orang yang melihatku
berarti nyawanya ditakdirkan untuk tercabut di tanganku! Dan kau jangan merasa
senang dahulu, dalam sesaat. Aku bisa merubah niatku!"
"Kalau kau bisa berkata begitu, apa sulitnya bagiku membuat aturan bahwa tidak
semua yang kulihat bisa mencabut nyawaku termasuk kau sendiri"!"
"Dewa Orok!" suara Tengkorak Berdarah makin tinggi pertanda kemarahannya sudah
memuncak. "Rupanya kau ingin niatku berubah!"
"Aku tak pernah ingin merubah niat siapa saja!"
Tengkorak Berdarah angkat kedua tangannya. Wajah Dewa Orok tampak berubah.
Mulutnya mengempis lalu menyedot. Bundaran karet yang sedari tadi mengapung di
udara meluncur dan masuk kedalam mulutnya.
"Kau manusia tak mau diuntung! Dan ternyata takdir kematianmu juga ada di
tanganku!" sentak Tengkorak
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berdarah. Sepasang mata Dewa Orok melotot besar. Dia segera tarik tubuhnya ke belakang.
Kedua orang ini tampaknya sudah siap untuk saling lepaskan pukulan. Saat itulah
tiba-tiba terdengar orang bergumam tapi tidak jelas nada ucapannya.
Baik Tengkorak Berdarah maupun Dewa Orok urungkan niat. Keduanya sama palingkan
kepala kesamping kanan arah mana tampak Istana Hantu. Daeng Upas yang masih
tegak dan coba kembalikan tenaga dalamnya juga segera berpaling.
Dari tempat masing-masing orang dapat melihat sesosok tubuh melangkah pelan dari
pelataran Istana Hantu menuju ke arah mereka. Sepasang mata Dewa Orok dan Daeng
Upas mementang tak berkesip.
Ternyata sosok yang sedang melangkah itu menggendong seseorang di punggungnya.
Orang yang menggendong mengenakan pakaian warna gelap.
Sementara orang yang digendong mengenakan pakaian warna putih besar dan panjang
hingga pakaian bawahnya tampak menyapu tanah sampai setengah tombak! Anehnya,
orang yang menggendong itu melangkah zig-zag ke kanan ke kiri seolah ingin
menunjukkan sapuan pakaian orang yang digendong.
Untuk beberapa lama tidak ada orang yang buka mulut. Semua perhatian laksana
tertuju pada orang menggendong yang melangkah zig-zag. Kira-kira tujuh tombak di
hadapan Dewa Orok, dan sebelum Dewa Orok dapat melihat jelas siapa adanya orang
yang mendatangi, tiba-tiba orang di depan sana melangkah ke arah kanan lalu
membuat gerakan cepat. Dewa Orok dan Daeng Upas terkesima hampir tidak percaya.
Orang yang menggendong tiba-tiba lenyap laksana ditelan bumi!
Dewa Orok berpaling ke kiri di mana Tengkorak Berdarah tadi berada. Pemuda
bertangan buntung ini terkejut. Tengkorak Berdarah sudah tidak kelihatan lagi!
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heran. Ke mana dia" Kenapa tiba-tiba menghilang begitu melihat orang tadi?"
membatin Dewa Orok. Lalu kepalanya diputar. Namun sosok Tengkorak Berdarah
memang tidak ditemukan.
Sementara Daeng Upas begitu mendapati orang yang menggendong lenyap, cepat pula
berpaling ke arah Dewa Orok dan Tengkorak Berdarah. Dia ingin tahu apa yang
hendak dilakukan kedua orang itu. Tapi dia terperangah kaget tatkala matanya
tidak lagi melihat sosok Tengkorak Berdarah. Mungkin masih khawatir nenek ini
seperti halnya Dewa Orok tadi, putar kepalanya berkeliling dengan mata menembusi
semak belukar. Tapi tetap saja dia tak melihat Tengkorak Berdarah.
Perlahan-lahan Daeng Upas melangkah ke arah Dewa Orok.
"Hari ini aku menemukan satu keanehan...," kata Daeng Upas mulai membuka
pembicaraan. Dewa Orok hanya berpaling tanpa menyahut.
Sebaliknya menyedot-nyedot karet bundar di mulutnya hingga perdengarkan suara


Joko Sableng Tabir Asmara Hitam di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

duuuttt! Duuuttt!
"Yang kudengar selama ini Tengkorak Berdarah adalah manusia misterius berilmu
sangat tinggi. Para korbannya adalah orang-orang yang pernah me-nyandang nama
besar dalam rimba persilatan. Tapi kenapa tiba-tiba dia seperti takut melihat
orang yang menggendong tadi" Buktinya dia segera menghilang...."
Dewa Orok semburkan bundaran karet di mulutnya hingga mencuat dan mengapung di
hadapannya. Lalu berkata.
"Hem.... Kau melihat itu satu keanehan, tapi aku mengatakan itu adalah satu hal
biasa. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki seseorang, pasti ada orang lain yang
melebihi. Mungkin hal itu yang dirasakan orang berjubah yang mengaku sebagai
Tengkorak Berdarah tadi. Tapi lebih daripada itu, aku menangkap sesuatu yang
lain dengan kepergiannya yang secara diam-diam!"
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu" Apa sesuatu yang lain itu"!" tanya Daeng Upas seraya memperhatikan
baik-baik sosok Dewa Orok yang tak punya tangan itu.
Dewa Orok geleng-gelengkan kepala. "Tidak baik membicarakan orang! Apalagi hal
itu masih berupa dugaan!"
Daeng Upas tersenyum. Memperhatikan sesaat pada bundaran karet yang mengapung di
hadapan Dewa Orok lalu berkata.
"Tengkorak Berdarah mengenalimu. Apakah kau mengenalinya juga" Siapa dia
sebenarnya"!"
"Dia mengenaliku, tapi sulit rasanya menebak siapa dia sebenarnya! Hanya aku
maklum jika aku masih tidak apa-apanya jika dibandingkan dia! Kau itahu, tadi
aku sudah panas dingin! Seandainya tidak ada orang bergendongan tadi, entah apa
yang akan kualami!"
"Tapi kau telah berhasil menahan pukulan Tengkorak Berdarah, hingga aku tidak
menemui ajal! Sekali lagi kuucapkan terima kasih...."
Dewa Orok tertawa. "Ajal datangnya tidak bisa ditentukan, Nek! Aku tidak merasa
menolongmu, hanya mungkin hari ini bukanlah saat ajalmu! Kalau manusia mau
memahami kemisteriusan ajal, tentu segala urusan akan diakhiri dengan saling
maaf. Tidak ada lagi saling dendam dan silang sengketa. Tidak ada lagi ketamakan
yang menginginkan milik orang lain yang selama ini menjadi biang keladi
terjadinya pembunuhan dan permusuhan! Namun bukanlah dunia jika tidak ada halhal seperti itu. Karena dunia diciptakan untuk menunjukkan hal baik dan buruki"
Lama Daeng Upas terdiam seolah menyimak ucapan Dewa Orok. "Orang ini ucapannya
seperti menyinggung diriku! Jangan-jangan dia tahu apa rencanaku...," membatin
si nenek sambil menghela napas panjang dan dalam.
"Kau menyimpan sesuatu" Atau ada yang hendak kau katakan"!" tanya Dewa Orok
melihat perubahan pada
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah si nenek, membuat Daeng Upas tergagap.
Setelah dapat menguasai perasaan, akhirnya Daeng Upas berkata.
"Aku adalah murid seorang tokoh besar pada zaman-nya. Aku sangat bahagia waktu
itu. Karena sebagai murid tunggal, guruku sangat menyayangiku. Hidupku terasa
lebih bahagia lagi tatkala aku berkenalan dengan seorang pemuda. Namun
kebahagiaan itu ternyata tidak berumur panjang. Hal itu bermula dari tindakan
guruku yang mengangkat lima anak muda menjadi murid-muridnya. Sedikit demi
sedikit perhatian Guru terhadapku berkurang. Celakanya lagi, mereka kasak-kusuk
membicarakan pemuda yang kucintai. Dan tanpa sepengetahuanku, mereka ada yang
menebar fitnah tentang hubunganku dengan pemuda yang kucintai.
Guru rupanya termakan hasutan kelima saudara seperguruanku itu. Hingga pada akhirnya aku
harus meninggalkan perguruan dengan membawa kehancuran.
Aku sebenarnya tidak sakit hati difitnah dan diperlakukan demikian. Yang membuat
hatiku hancur, ternyata Guru memberikan apa yang pernah dijanjikan padaku pada
kelima saudara seperguruanku!" Beberapa lama Daeng Upas hentikan keterangannya,
lalu setelah mengatasi gejolak, dia melanjutkan. Sementara Dewa Orok tampak
sedang mendengarkan dengan seksama.
"Setelah meninggalkan perguruan, aku terus melanjutkan hubungan dengan pemuda
yang kucintai itu.
Namun dalam perjalanan selanjutnya, ada sesuatu hal yang membuat kami berdua
harus berpisah. Menginjak usia senja, aku sadar jika aku butuh seorang pendamping, lebih dari itu keputusan berpisah dahulu sebenarnya hanya didasari
perasaan marah dan cemburu, dan lebih dari semuanya, sebenarnya aku masih
mencintai-nya. Namun lagi-lagi aku harus menelan kecewa, karena orang yang
kucintai ternyata telah tewas dibunuh seseorang!"
Daeng Upas hentikan ceritanya. Lalu bertanya.
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau sekarang aku memendam sakit hati pada kelima saudara seperguruanku juga
pada guruku, apakah aku salah" Kalau aku memendam perasaan dendam pada orang
yang membunuh orang yang
kucintai, apakah aku keliru"!"
"Nek.... Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu.
Hanya kau sendiri yang dapat menilai. Karena kaulah yang mengalami! Hanya kalau
menurutku, kenapa hal begitu tidak dilupakan saja" Itu mungkin sudah suratan
yang harus kau jalani!"
Daeng Upas sedikit beliakkan sepasang matanya.
"Terlalu gampang jika segala urusan harus dilupakan begitu saja! Karena orang
akan bertindak semakin semaunya sendiri!"
"Memang sulit melupakan hal begitu, tapi kau akan mengalami kesulitan lagi jika
mengikuti perasaan! Sebab perasaan kadang-kadang melebihi dari kenyataan!
Apalagi jika itu perasaan seorang perempuan sepertimu!"
Daeng Upas tersenyum. "Kau rupanya pandai juga menyelami perasaan seprang
perempuan. Apakah kau pernah punya seorang istri" Atau kekasih barangkali?"
Dewa Orok tertawa bergelak. "Masih banyak orang yang tubuhnya sempurna. Jadi
mungkin hanya orang tak waras saja yang mau menjadi kekasih apalagi istriku....
Tapi aku tidak sakit hati, karena memang ini adalah suratan takdir yang mau tak
mau harus kujalani! Dengan demikian, aku tak punya beban dalam menjalani
hidup...."
"Tapi bebanmu lain dengan bebanku...," sahut Daeng Upas.
Dewa Orok gelengkan kepala. "Lain memang betul.
Tapi kurasa berat bebanku daripada bebanmu. Bebanmu dapat disimpan dan tidak
diketahui orang lain. Tapi setiap orang yang melihatku sudah bisa menebak beban
yang kupikul!"
"Hem... Orang ini pandai bicara. Ilmunya juga tinggi...
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu dia punya tujuan dengan kemunculannya di rimba persilatan. Apalagi saat
ini orang digemparkan dengan terbukanya Istana Hantu....," Daeng Upas mendugaduga dalam hati lalu berkata.
"Tengkorak Berdarah tadi kudengarmenyebutmu tokoh tua. Dia juga sepertinya
enggan berhadapan denganmu jika kau tidak berkata keras. Kalau boleh tahu siapa
kau sebenarnya" Dan kemunculanmu di saat rimba persilatan diselimuti kegegeran
begini rupa pasti ada maksud tertentu...."
"Dia menyebutku begitu mungkin karena matanya tertutup pakaiannya yang aneh itu.
Soal keenqganannya terhadapku, kurasa hanya karena kasihan melihat keadaanku
yang begini! Pertanyaanmu selanjutnya aku tidak bisa menjawab...."
Habis berkata begitu, Dewa Orok kuncupkan mulut menyedot. Bundaran karet yang
sedari tadi mengapung di hadapannya meluncur dan masuk ke dalam mulutnya.
Kejap lain tiba-tiba Dewa Orok berpaling ke kanan.
Bersamaan itu semak belukar kemana Dewa Orok kini menghadap tampak bergoyanggoyang. "Ada orang mencuri dengar pembicaraan kita!" desis Daeng Upas yang secara tak
sadar mengikuti gerak Dewa Orok hingga mengetahui gerakan pada semak belukar.
"Ah. Kita bicara bukan hal penting. Biar didengar orang banyak pun tak apa-apa,"
kata Dewa Orok lalu arahkan lagi pandangannya ke depan.
"Tapi tak enak hatiku sebelum kutahu siapa adanya orang yang berani lancang
mencuri dengar pembicaraan orang!" gumam Daeng Upas lalu berkelebat ke arah
semak belukar yang sesaat tadi tampak bergoyang-goyang.
Namun gerakan Daeng Upas terlambat. Dia hanya sempat melihat berkelebatnya dua
sosok bayangan.
Begitu cepatnya kelebatan dua bayangan tadi, hingga si nenek tak dapat
menentukan laki perempuannya, malah
Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
warna pakaian yang dikenakan dua bayangan itu Daeng Upas tidak dapat
mengenalinya! Dengan menggumam tak jelas, Daeng Upas balikkan tubuh. Dia tersentak kaget.
Sosok Dewa Orok telah lenyap dari tempatnya tadi berada.
"Tempat ini rasanya sudah tidak aman lagi! Aku harus cari tempat aman untuk
pulihkan cedera dan memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya!"
Daeng Upas memandang berkeliling sejenak, lalu arahkan pandangannya pada Istana
Hantu. Sesaat kemudian dia berkelebat tinggalkan tempat itu.
* * * Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
DELAPAN LAKSANA dikejar setan gentayangan, dua bayangan itu berkelebat cepat hingga
sosoknya hanya bagai bayang-bayang samar. Setelah rangasan semak belukar dan
jajaran pohon terlewati, tepatnya pada satu dataran berbatu dua bayangan itu
sama memperlambat larinya.
Pada sebuah gugusan batu agak besar baru keduanya hentikan langkah.
Sosok yang depan ternyata adalah seorang gadis muda berparas cantik jelita
mengenakan pakaian warna hijau. Rambutnya panjang sepinggang diikat dengan pita
kembang-kembang. Sepasang matanya bundar ditingkah bulu mata panjang dan lentik.
Gadis ini punya lesung pipit di pipi kiri kanannya.
Sementara sosok di belakang gadis berbaju hijau ini adalah seorang perempuan
yang tidak bisa dikenali usia maupun paras wajah aslinya. Karena perempuan ini
mengenakan bedak tebal. Rambutnya yang digelung ke belakang diberi pewarna hitam
berkilat-kilat. Kelopak kedua matanya dipoles warna hijau dan merah.
Sementara bibirnya diberi warna merah menyala.
Perempuan ini mengenakan pakaian panjang warna coklat.
"Hampir saja kita celaka...," gumam perempuan berbedak tebal sambil memandang ke
arah gadis berbaju hijau yang kini duduk bersandar pada lamping batu.
Gadis ini tidakmenyahut ucapan perempuan berbedak tebal. Malah sepasang matanya
yang bundar memandang jauh dengan pandangan kosong.
Perempuan berbedak tebal gelengkan kepala.
"Apa yang kukhawatirkan jangan-jangan terjadi.... Sejak kepergiannya dia tampak
murung dan sering menyen-diri. Hem.... Seharusnya aku tidak melibatkan dia dalam
urusan ini. Tapi apa hendak dikata. Semuanya telah telanjur. Dan perasaan cinta
kadangkala datangnya tidak terduga. Ah...," diam-diam si perempuan berbedak
tebal Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membatin dalam hati. Setelah menarik napas dalam akhirnya dia berkata.
"Puspa Ratri.... Akhir-akhir ini kulihat kau begitu berubah. Ada sesuatu yang
mengganjal di hatimu?"
Untuk sesaat gadis berbaju hijau yang dipanggil Puspa Ratri tetap memandang jauh
ke depan. Namun tak lama kemudian berpaling pada perempuan berbedak tebal.
Menatapnya sesaat lalu gelengkan kepala sambil tersenyum. Tapi perempuan
berbedak tebal tahu, jika senyum si gadis begitu dipaksakan.
"Puspa Ratri.... Aku dulu pernah muda sepertimu. Kau tak usah sembunyikan apa
yang kau rasakan mengganjal di hatimu padaku.... Katakanlah anakku...."
Ucapan terakhir si perempuan berbedak tebal rupanya membuat Puspa Ratri
tersentuh hatinya. Untuk beberapa lama dia pandangi orang yang masih tegak di
hadapannya. Mulutnya yang sedari tadi terkancing bergerak membuka.
"ibu.... Selama ini aku selalu berterus terang padamu.
Harimau Kemala Putih 9 Pusaka Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Seruling Gading 4

Cari Blog Ini