Live To Love Season A Karya Rakhaprilio Bagian 8
Usai mengantar kepergian camer sampai depan pintu kamar, saya lekas masuk kembali dan berharap Jovan sudah lumayan mendingan terbangun dari rasa pusing yang menyelimutinya. Dengan derap langkah pelan tapi pasti, saya dorong kaki ini untuk terus maju menghampiri sang kekasih. Kini matanya terbuka sipit mencoba sadar dari rasa pusingnya. Terus menatapku dengan ragu berharap diri ini akan di sapanya dengan senyuman yang bisa menyejukkan hati. Namun benar apa yang saya rasakan setelah beberapa saat menatap ekspresi wajah Jovan terdapat keanehan seperti apa yang telah di katakan sang ayah.
Jovan mulai tak mengenaliku . . .
yank, udah bangun ?" sapaku sedikit ragu pada Jovan. . . . . ng . . . . ?"" ia menatapku seolah saya adalah orang yang aneh di hidupnya.
kok diem ?" masih sakit ya kepalanya ?" tanyaku kembali berharap ada jawaban dari Jovan.
. . . . ng . . . . ?"" masih menatapku dengan ragu ia belum berucap apapun.
kalo masih sakit gausah di paksain mikir yank, mending buat istirahat aja tuturku berpura pura tegar menerima keadaan Jovan saat ini. Merasa tak kuat dengan keadan Jovan, ingin rasanya saya keluar kamar untuk sekiranya meneteskan air mata yang sedari tadi membelenggu mata saya di depan Jovan.
yank . . . . . sapa Jovan padaku yang setengah langkah meninggalkannya.
ya . . . .?" jawabku reflek menoleh ke arah Jovan dengan perasan sedikit tak percaya.
kamu mau kemana " tanya Jovan lirih menahan langkahku.
itu mau keluar cari angin yank masih tak percaya maka saya kembali mendekat padanya.
emang di sini kaya ga da angin aja yank, ckkckc . . kamu ini jawabnya menggodaiku kini.
iya ada sih, cuman pengen kluar bentar aja kok. Btw tadi aku sapa kamu kok diem aja yank ?"
oh, masih loading yank, hehehe . . maklum rada lemot sekarang jawabnya sambil canda.
lha kemren itu gimana critanya kok jahitan kamu bisa lepas yank ?" kamu buat mangguk mangguk kaya orang dugem gitu ya pala kamu ?"
yeee, ya enggak lah yank, buat mikir aja pusing, masa mau di goyangin kaya orang dugem. Kamu ini ngayalnya kejauhan
lha trus gimana kok bisa lepas ?" hm . . ?"
kan semlem aku tidur kaya biasanya yank, nah pas tengah malem aku pusing buat sandaran di bantal, akirnya aku geser geser dikit gitu palaku sampe ngrasa nyaman. Udah ngrasa enak, ehh paginya ga tau darahnya mrembes kluar, trus aku gak sadar, di jahit ulang deh. Hehehehe sungguhpun penuturan tiada berdosa itu di iringi oleh parasnya yang teramat polos.
inalilahi yank, laen kali kalo mau gerak ati ati ya sayang. Jangan asal geraknya. Kamu tau kan efek dari jahitan ulang kamu sekarang itu apa ?" hm . . .?"
iya aku tau, aku jg ngrasa kok. Aku jadi lambat banget buat mikir ke suatu hal yang baru atau ngenalin seseorang. Butuh waktu beberapa detik atau menit hingga aku sadar siapa orang yang sedang komunikasi sama aku. Tadi papah juga sempet mau nangis karena aku di ajak bicara jawabnya lama dan hampir gak ngenalin papah
nah itu kamu tau, tadi papahmu juga cerita tentang hal itu. Aku kasian juga sama beliau kalo harus ngliat kamu kaya gini
iya gimana lagi yank, ini udah takdirku, aku udah berusaha sebisa mungkin
iya aku tau, tapi aku juga sempet sedih yank tadi kamu lambat banget buat ngenalin aku. Hari ini masih mending kamu bisa ngenalin aku meski butuh waktu agak lama, apa kamu bisa jamin kalo besok kamu bakal tetep inget aku ?"
aku gak tau apa rencana tuhan besok yank, kalo cerita esok hari aku harus lupa sama kamu, aku bisa apa ?" ingatanku tentang kamu di ambil pun aku gak bisa bilang enggak sama tuhan
Sejenak saya terdiam, bayangan esok hari yang mungkin bisa jadi lebih parah dari hari ini mulai datang membayangiku. Bagaimana tuhan mengambil ingatan Jovan secara perlahan sungguh membuat hati saya terasa tersayat secara pedih. Bayangkan apa saja yang telah saya lalui dengan Jovan selama ini, harus hilang secara tiba tiba esok hari. Meski bibir itu berkata tidak, nyatanya tetap saja semua memori tentang saya akan di hapuskan. Tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi esok hari, maka saya ucap syukur untuk detik ini sebab Jovan maish di beri ingatan untuk sekedar mengingat saya dan segala kenangan yang pernah kami jalani. yank, kalo suatu hari kamu bakal lupa sama aku, aku harus gimana yank ?"
ya kamu tetep jadi diri kamu sendiri yank, jangan kehilangan arah dan terus cintai aku meski aku gak tau kalo kamu saat itu sayang sama aku tuturnya tegas memandangku lurus nan dalam.
bukankah itu buat aku semakin sakit jika harus terima kenyataan kaya gitu ?"
apa kamu mau berhenti untuk gak sayang sama aku saat ini ?" aku ga bakal bisa berhenti sayang sama kamu, cuman aku gak bisa bayangin gimana aku yang masih ada di samping kamu harus ngliat kamu nglupain aku
yank, meski suatu saat ingatanku bakal di ambil sama tuhan, seenggaknya aku bersyukur karena detik ini aku masih di beri kesempatan ngukir cerita sama kamu. Kamu juga harus bisa syukuri itu. Kalau pun suatu saat aku harus ninggalin kamu atas kehendak tuhan, kamu ga usah sedih, kerena memori kita tetap tersimpan rapi di sini dengan melirik dimana hatinya berada, ia menyimpan memorinya di situ.
Udah lah yank, aku gak mau bahas hal ini lebih lanjut lagi. Aku belum siap . . . tuturku sendu ingin mengalihkan pembicaraan.
aku tau kamu gak siap dan gak akan pernah siap, tapi maaf yank, jujur saat ini aku udah siap jika sewaktu waktu tuhan manggil aku
kok kamu malah ngomong gitu sih !!?" tanyaku sedikit marah terhadap Jovan.
maaf yank, bukannya aku mau ninggalin kamu enggak. Sebenernya aku juga gak akan pernah mau jika harus ninggalin kamu dengan cara kaya gini. Tapi nyawa ini milik siapa, aku udah gak punya hak untuk itu. Jadi kalo tuhan mau ngambil kapanpun ia mau, aku udah iklas yank. Aku cuma bisa titip kamu sama tuhan moga tetep di jaga dunia akirat dan dapetin orang yang lebih baik dari aku tuturnya tegas solah ia telah siap di ambil kapanpun olah sang maha kuasa.
kenapa pemikiran kita sekarang berbeda gini . . . ucapku lirih serasa tak menerima keadaan ini.
Kami hanya bisa terdiam dan saling memandang. Sungguh esok hari yang akan kami hadapi terasa lebih berat dari hari ini. Bagaimana cara tuhan untuk memisahkan kami secara perlahan atas ideologi yang kini mulai tak sejalan lagi terasa begitu indah. Lambat tapi pasti, di setiap detiknya kenangan dari benak Jovan akan hilang dan saya akan terhapuskan dari ingatannya. Meski ia telah berucap bahwa semua itu akan ia kenang dalam hati, namun tetap saja, secara nyata kami terpisah karena salah satu memori yang telah terhapuskan. Kini kami tak lagi sejalan, di ujung cerita yang hampir pada puncaknya ini, lebih tepatnya kami renggang. Tak ada satu pun yang mau untuk mengalah tentang pemikiran yang tak lagi sama seperti dulu lagi. Di saat mendekati masa akir yang sudah jelas kedepannya, saya merasa begitu takut dan enggan untuk di tinggal oleh Jovan. Namun lain halnya dengan Jovan, ia merasa semakin siap untuk meningglkan dan mengiklaskan ini semua lebih cepat dari saya. Entah apa yang akan ia berikan esok hari, saat ini saya hanya bisa . .
Pasrah . . . Last edited by: rakhaprilio 2013-12-13T07:50:43+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1727
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 17-12-2013 00:40
Chapter 103. Biar Air Mata Yang Bercerita
Diri ini sudah tak sejalan dengan apa yang Jovan rasakan. Meski tak jarang saya berfikir bahwa suatu saat nanti saya akan di tinggal olehnya, namun perasaan untuk selalu bertahan di sampingnya membuat saya tak pernah bisa berhenti untuk mencintainya. Sebab apa yang telah kami ukir sejauh ini teramat banyak dan amat menyesakkan jika apa yang telah kami rangkai selama dua tahun ini harus saya lupakan untuk sekejab saja. Namun sebagai seseorang yang akan selalu memandang jalan fikir Jovan menjadi lebih baik, saya mencoba mengerti dan mulai mengiklaskan sama seperti apa yang Jovan katakan. Sebab saya tak ada lagi cara untuk bisa terus bersamanya selain saya harus mengikuti arah fikir Jovan yang terlalu cepat dalam mengiklaskan semua hal.
Masih teringat jelas bagaimana Jovan mengukir sebuah memori yang begitu manis sebelum malaikat menjemputnya. Begitu manis hingga akirnya semua berubah menjadi pedih di ujungnya yang tak bisa saya hapuskan begitu saja. Bagaimana kenangan itu ia ukir di saat itu, jujur belum bisa saya lupakan meski tak jarang hal tersebut menjadi betu kerikil di hubungan saya saat ini.
Kala itu bulan November, tepatnya tanggal 11 November 2010. Ya, saya masih ingat jelas tanggal itu, sebab tanggal yang akan mengantarkan saya pada moment berharga dalam hidup ini.
Bagaimana cara tuhan secara perlahan mengambil fungsi tubuh Jovan secara perlahan, terkadang saya berfikir hidup ini seperti sebuah kisah dongeng yang teramat menyedihkan untuk sekedar di ceritakan kepada orang lain, namun ketahuilah, bahwa semua ini begitu nyata adanaya dan harus saya lewati mau tak mau. Sebab tak ada peran pengganti dalam naskah yang telah tuhan tulis untuk kita, percayalah akan hal itu . . .
Mungkin kemarin sebelumnya saya sudah mengerti tentang resiko apa saja yang akan di hadapi pasca jahit ulang setelah doketr melakukannya. Secara perlahan Jovan mulai kehilangan kemampuan otaknya dalam mengenali orang di sekitarnya bahkan ayahnya sendiri. Apalagi saya " yang baru dua tahun belakangan ini bisa bersanding bersamanya. Mungkin di benaknya saya bagai kerikil kecil yang sewaktu waktu bisa tergilas habis oleh sakit yang di alami Jovan. Dengan kata lain, kenangan yang ia punya bersama saya hanyalah sebagian kecil waktu dari hidupnya yang telah ia sisihkan untuk saya. Meski begitu, saya mencoba untuk tak putus asa dalam mengahadapi kemungkinan apa saja yang akan Jovan berikan termasuk hari ini, sebab kedatangan saya kali ini akan begitu di kejutkan dengan beberapa hal yang telah hilang dari diri jovan.
Sore itu saya datang ke rumah sakit dengan perasaan tak banyak harap, pastilah saya tau kemunduran apa saja yang bisa menimpa Jovan sewaktu waktu. Dengan menguatkan hati terlebih dulu, saya mulai menginjakkan kaki untuk pertama kali di rumah sakit itu. Di setiap langkah yang saya pijakkan untuk Jovan, kini berubah menjadi sebuah langkah yang akan menuju pada sebuah rasa sakit yang mau tak mau saya harus merasakannya. Menyadari hal ini akan terjadi, saya rasa semuanya hampir terlambat. Sebab tangan ini dengan tegasnya telah membuka pintu kamar Jovan dan terus mendorong saya untuk masuk dan segera menemuinya sekedar menanyakan keadaannya.
Kulihat Evan sedang berdiri menepi di sudut jendela memandang langit sore itu, dengan sinar mentari yang hangat dan bersahabat, ia mencoba menanti kakaknya yang saat ini tengah berjuang melawan penyakit. Seperti biasa, saya sapa Evan untuk sekedar mencairkan suasana dan dapat berbincang bersamanya sebelum diri ini jauh tenggelam bersama Jovan yang belum saya tau keadaannya saat ini.
hay Van, gimana keadaan mbak Jojo ?" sapaku lirih di belakang Evan. . . . . . . . . . tak ada respon yang saya dapati darinya.
Van, kok di tepian jendela gitu, ini mbak kamu keadaannya gimana ?" tanyaku kedua kalinya.
. . . . . . . . . masaih saja ia tak merespon apa yang saya bicarakan.
Van kalo di tanya itu jawab !! kamu kenapa !!" kini bentakku pada adik Jovan yang satu ini.
aku gak pernah ngerti kenapa mbak Jojo bisa segitu sayangnya sama mas . . . ucap Evan sepotong sambil berbalik memandangku tajam. kenapa kamu ngomong kaya gitu ?"
Sesaat ia terdiam sambil mengalihakan padangannya dari saya, dengan perasaan tak mengerti saya masih menunggu jawaban Evan untuk kejelasan yang akan saya dapatkan.
aku gak ngerti apa yang istimewa dari mas sampe bisa gantiin posisi bang Deri yang sebelumnya bisa jalan sama mbak Jojo. Dan terlebih lagi, di saat kondisi mbak Jojo yang mulai memburuk ini, sempet sempetnya dia masih inget tentang mas. Aku sebagai tangan kanan mbak Jojo jujur kadang ngrasa berat buat nglakuin semua apa yang di mintain tolong buat di sampein ke mas. Aku di sini bisa ngrasa segitu sayangnya mbak sama mas sampe di sisa waktunya selalu di sisihin buat mas. Saat ini mas gak akan tau hal itu apa, tapi liat aja ntar setelah tau kondisi mbak Jojo
Belum sempat saya bertanya lebih lanjut, Evan dengan segera meninggalkan saya sendirian bersama Jovan di dalam kamar. Tak mengerti apa yang tengah Evan bicarakan, saya mencoba bertanya pada Jovan sekiranya saya tau apa yang tengah Evan rasakan dari sang kakak.
yank, . . . sayang sapaku lirih mencoba membangunkan Jovan.
Perlahan mata itu terbuka untuk pertama kalinya dan melihat saya sebagai kekasih yang ada di depannya. Sejenak menunggu untuk mendapat sapaan balik dari Jovan, namun tak kunjung saya dapati setelah menunggu beberapa saat.
yank, kamu masih sadar kan ?" ini aku Rakha . . . yakinku mencoba mengingatkan Jovan yang memjamkan matanya menahan rasa sakit tanpa sepatah kata apapun.
Mata itu bergerak kesana kemari seolah berbicara kepada saya. Entah apa lagi yang salah kini dengan Jovan, namun sesaat saya menyadari bahwa ingatan Jovan sekarang ini masih ada tentang saya. Tapi keanehan itu muncul seiring bibir mungil Jovan tak kunjung mengucap sepatah kata apapun. Tuhan, sekarang apa yang kau ambil dari dia !! teriakku dalam hati menahan air mata yang terasa mengembun lirih di bawah kelopak mataku. Dengan air mata, seolah Jovan berbicara padaku bahwa saat ini ia tak lagi sanggup untuk berbicara. Entah apa yang salah dengan semua ini saya tak tau. Air mata itu mengisyaratkan bawha ia masih mengenali saya sebagai kekasihnya, namun bibir itu tidak.
sayang kamu gak bisa nyapa aku ?" tuturku menahan tangis teramat sangat.
Semakin saya bertanya pada Jovan, air mata itu semakin berderai dengan peliknya. Seolah berkata bahwa jangan tanya aku lebih dari ini, sebab bibir ini kini tak lagi sanggup untuk menjawab semua pertanyaan darimu. Rasa sakit melihat kenyataan ini begitu menusuk relung hati saya, entah berapa kali tuhan melakukan ini meski saya mulai terbiasa dengan rasa sakit yang di berikan, namun tetap saja, setiap saya menyadari ada sesuatu yang hilang dari Jovan, dengan amat pedihnya hati ini terkoyak habis tiada tersisa.
Jujur saya merasa lemah dengan semua ini, apa daya saya tak lagi sanggup untuk bersandar pada sebuah rasa perih yang setiap kali tuhan berikan untuk saya, saya hanya bisa menangis dan semakin menangis setiap harinya. Meski saya tau bahwa Jovan sebelumnya telah melarang diri ini untuk tidak menangis di depannya lagi, namun bila bisa kalian bayangkan lelaki mana yang tak menangis melihat kondisi Jovan seperti ini di ambil fungsi tubuhnya setiap hari secara satu persatu. Biar saja saya menagis di depan Jovan saat ini, agar dia tau betapa saya rapuh menghadapi kenyataan yang tuhan berikan saat ini.
Melihat saya menangis, Jovan hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya. Pertanda bahwa ia tak ingin melihat saya tersiksa untuk kesekian kalinya. Tangan itu kini tak sanggup untuk mengusap air mata saya, dan sekarang, bibir itu kini tak sanggup untuk sekedar melarang saya berhenti menangis. Maka jelas saya tumpahkan saja air mata itu di depan Jovan meski saya tau ia juga terluka melihat saya seperti ini.
sejak kapan kamu gak bisa bicara kaya gini yank ?" apa karena masalah kemaren waktu kita renggang ?" maaf aku gak ada di samping kamu . . .
Semakin saya berbicara, semakin pelik mata Jovan untuk terpejam pertanda ia menahan rasa sakit teramat sangat di hatinya. Entah apa yang harus saya ucap kali ini, sebab semakin saya berbicara, itu hanya akan menyakiti perasaan Jovan di tambah dengan air mata ini yang sesekali masih menetes menangisi Jovan.
aku gak tau harus berbuat apa lagi, aku cuma bisa di samping kamu sore ini. sebab malam ini bunda nyuruh aku pulang. Gak tau apa yang mau bunda bicarain, mungkin di rumah ada acara. Jadi sekarang aku pingin ngabisin waktu ini sama kamu. Biar kamu gak bisa jawab sepatah katapun, tapi seenggaknya kamu bisa anggukin kepala kamu jika aku tanya kamu masih sayang sama aku apa enggak
Merasa seperti orang gila, sebab saya hanya berbicara sendiri di depan Jovan meski tak sepatah kata pun saya dengar darinya. Namun sejauh ini saya sudah mulai terbiasa, terbiasa dengan cara tuhan menyiksa batin saya secara perlahan. Ya, sungguh nikmat di setiap detiknya dengan potongan penderitaan yang di taburi rasa perih. Meski begitu, saya tetap menghabiskan sore itu di samping Jovan dengan mendongenginya berbagai hal. Hingga ia terlelap di sisi saya, dan diri ini mulai meninggalnya pulang pada malam hari usai sang ibu datang untuk menggantikan saya.
Ini adalah malam hari di mana saya akan berangkat pulang ke Tulungagung dengan berkendara motor. Semua persiapan telah saya kemasi untuk kebutuhan tiga hari di rumah, namun entah apa yang menahan perasaan saya untuk sejenak berada di kota Malang. Terasa ada seseorang yang tak mingiklaskan saya untuk pergi meninggalkan kota dingin ini. Jam mulai beranjak naik pukul sebelas malam. Dan benar saja saya belum berangkat pulang masih duduk saja di teras kontrakan memandangi langit malam. Apakah ini perasaan Jovan yang menahan saya di sini saya juga tak tahu, yang jelas tadi sore sudah saya sampaikan padanya bahwa diri ini akan berangkat pulang ke Tulungagung bada isya.
Tak beberapa lama, hape saya berbunyi dari nomor asing untuk kedua kalinya. Dengan perasaan malas, saya angkat saja telfon itu sudah tak ambil banyak pusing.
hallo, siapa ya ?" sapaku terlebih dulu.
mas kamu di mana ?" terdengar suara anak laki laki mencari dimana saya berada.
ini masih di kontrakan, ini Evan ?" tanyaku penasaran.
iya, kontrakanmu daerah mana mas, aku mau ke situ pinta Evan secara tiba tiba.
lho ada apa Van, dah malem gini, ini mau stengah dua belas kamu mana boleh keluar rumah. Apa kamu juga gak jagain kakakmu ?"
ini mbak Jojo yang minta, jadi aku bisa kluar. Syukur kalo mas belom berangkat pulang. Aku mau kesitu mas
iya ada apa emang, kok kayaknya ada yg perlu di sampein ?" mbak kamu kenapa kenapa ?" tanyaku kini mulai panik.
enggak kok, mbak jo masih tidur itu di sebelahku. Ini ada mamah yang jagain. Gak usah kawatir, aku otw situ mas, asalamualaikum . . . tutur Evan dengan salam di seberang telfon.
Lama saya berfikir apa yang tengah mendorong Evan untuk datang kemari, saya rasa ini semua karena Jovanda. Sebab sebelumnya saya tak pernah ada urusan dengan Evan kecuali terkait dengan masalah Jovanda. mengingat bagaimana Evan memperlakukan saya tadi sore sewaktu di rumah sakit itu pun juga membuat diri ini semkin heran dan terus berfikir menunggu kedatangan Evan ada apa gerangan. Sekitar pukul dua belas malam kurang, akirnya ia tiba di depan kontrakan saya, dengan memperlakukannya seperti adek saya sendiri, saya suruh ia masuk untuk duduk dan mengobrol di teras depan.
da apa Van, tengah malem gini nyariin aku ?" tanyaku terlebih dulu usai Evan duduk di sebelahku dengan tas besar di punggungnya.
mbak Jo yang nyuruh sebenernya. Tapi aku jug ada beberapa hal yang pengen aku sampein ke mas
oh ya ?" apa . . ngomong aja
soal tadi sore aku minta maaf banget kalo sikapku ga berkenan di hati mas dengan rasa menyesal ia ungkapkan itu terlebih dulu.
oh itu, santai aja Van, aku tau posisi kamu kok. Pasti berat bgt kan, kamu udah bilang ke mbak kalo kamu sayang sama dia ?"
udah mas, awal mbak Jojo masuk RS aku udah bilang smuanya
nah gitu dong, kamu bisa jadi adek yang baek tar, trus ada apa lagi Van ?" kayanya ada yang penting buat kamu sampain ke aku selain hal itu . .
Dengan merenung terlebih dulu, saya merasa Evan butuh waktu beberapa saat untuk menata hatinya sebelum menyampaikan hal ini kepada saya. Di rasa sudah siap, Evan pun mulai unjuk bicara.
mas tau sendiri kan kalo tadi di rumah sakit kondisi mbak Jojo kaya gimana ?" dia mulai gak bias bicara mas. Dia cuma bisa gerakin kepalanya doang sebagai bahasa isyarat. Tapi ada hal yang mesti mas tau sebelum kejadian itu, mbak Jojo bilang ke aku kalo dia ada permintaan buat di berikan ke mas. Jadi kejadiaanya sekitar tanggal 8 November mbak Jo bilang sama aku tentang apa yang mau di ungkapin ke mas lewat surat
mau ngungkapin apa ?" kenapa gak telfon aja ?" tanyaku heran dengan penuturan Evan.
dia gak mau telfon kalo di tengah pembicaraanya mesti nangis. Sebab mbak tau dia ga bkal bisa tahan air matanya buat mas. Dan lewat tanganku, dia ungkapin apa yang ingin dia katakan ke mas. Juga ada barang yang pingin dia berikan
emang ada apa kok Jovan pingin kasih barang sama surat segala ?" mas lupa ?"
lupa sama apa ?" gak inget ini hari apa ?" ini kamis kan ?"
bukan, ini jumat pagi mas. Liat jam tangan mas emang kenapa sama jumat pagi ?"
Tak banyak penjelasan dari Evan, ia langsung mengeluarkan sebuah kotak kardus yang di balut dengan kertas kado dan memberikannya pada saya. Masih bingung apa yang salah dengan hari jumat pagi, maka saya segera membuka kado tersebut usai Evan berpamitan pergi meninggalkan saya. Meski berulang kali saya bertanya padanya ada apa gerang Jovan memberikan semua ini, namun ia bersikeras untuk diam dan memilih pergi begitu saja tanpa menghiraukan saya. Dan usai saya membuka kado tersebut, saya dapati sebuah boneka beruang kecil sepasang berwarna coklat dengan Jaket basebaal warna merah abu abu dan satu lagi, sebuah foto saya bersama Jovan yang ia rangkai menjadi cerita. Dengan perasaan heran, maka saya baca isi surat Jovan sebagai berikut.
Spoiler for isi surat Jovan seinget ane ( kurang lebih ):
Kaki ini bersimpuh tak kuasa menahan apa yang Jovan ucapkan lewat surat. Dengan teramat sesak batinku membaca setiap bait Jovan membuat saya menangis untuk kesekian kalinya. Dengan menggenggam foto yang telah Jovan rangkai, semakin pelik terasa batin ini tersayat begitu dalam. Terdengar hatiku menjerit keras memanggail Jovanda untuk berada di sisi saya selamanya, namun semua itu sia sia. Yang tersisa kini hanyalah . . .
AIR MATA !!! Multi Quote Quote View Single Post
.. Live to Love .. #True Story #1767
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 19-12-2013 01:57
Chapter 104.Tulang Rusukku Yang Patah
Akirnya saya sampai, ya saya sampai juga di penghujung cerita yang akan membawa kisah ini menepi begitu jauh dari angan angan saya. Entah bagaimana tuhan merangkai ini begitu indah hingga akirnya saya yang sedang dalam keadaan jauh tak ada di sisi Jovanda mendengar sebuah kabar memilukan. Tentunya para reader masihlah ingat usai kejadian malam itu saya mempunyai jadwal untuk berangkat pulang ke Tulungagung. Maka pada esok paginya sebelum saya berangkat pulang, pastilah saya sempatkan satu dua menit untuk sekedar menjenguk Jovan serta berucap terimakasih padanya atas kado yang telah ia beri pada saya. Dengan mengenakan jaket pemberiannya, diri ini berbangga hati menghadap pada sang kekasih.
"sayang, aku mau balik ke rumah pagi ini. mungkin tiga hari, kamu baik baik ya di sini sama mamah ayah juga Evan sapaku lirih di sisi Jovan yang masih belum sadarkan diri.
Meski saya tau takan pernah ada sepatah jawaban dari Jovan, namun setidaknya saya tetap memperlakukannya layaknya manusia normal pada umumnya.
mas balik ke Malang senin berarti ?" tanya Evan yang saat itu tengah bolos sekolah di hari sabtu.
iya Van, senin pagi aku udah balik ke sini koq. Aku titip Jovan, aku berangkat dulu Van salamku pada Evan beranjak pergi.
Tiba tiba perasaan ini terketuk sesaat tertahan di depan pintu. Saya terdiam, entah apa yang saya pikirkan saat itu, saya rasa semua ini begitu aneh. Kenapa saya sebut aneh, sebab tanpa sadar kaki ini berjalan pelan kembali ke dalam kamar dan mencari sosok Jovan yang masih tak sadar di atas ranjang. Dengan heran Evan memandang saya mungkin ia bingung apa yang tengah akan saya lakukan. Tanpa menghiraukan keberadaan Evan, saya tatap wajah Jovan dalam dalam. Begitu haru batin ini memandang paras kekasih saya yang satu ini. begitu elok nan cantik sebagi bekal saya sebelum pulang. Dengan berucap bismilahiroqmaniroqim, saya kecup kening itu untuk terakir kalinya. Begitu dalam kecupan itu saya sematkan untuk dia hingga tanpa terasa mata saya menguap di sela kelopak yang tengah tertutup ini. mungkin rasa sayang begitu sangat pada Jovan teramat besar untuk saya pikulsendiri. Hingga akirnya saya sadar, saya hilangkan air mata yang sempat menetes dengan sekali usap. Dan kembali menatap Jovan dengan tegar, saya sampaikan padanya untuk kesekian kalinya bahwa saya akan pulang.
Usai berpamitan dengan Jovan, benar saya pergi dari rumah sakit dengan perasaan enteng tanpa ada beban. Meski semua ini terasa tak masuk akal dan terdengar kayal, namun demi tuhan kini perasaan saya jauh lebih lega untuk meninggalkan Jovan jauh ke rumah. Dengan hati yang tarasa enteng ini, maka lekas saya naiki kendaraan dan segera bergegas ke Tulungagung. Selama di perjalanan, saya tak merasakan ada firasat apapun tentang Jovan. Entah mengapa saya justru berfikir Jovan saat ini sedang baik baik saja. seolah ada yang tengah mengelabuhi pikiran saya untuk lepas dari rasa kawatir terhadap Jovan. Sungguh semua ini terdengar aneh dan sangat membingungkan. Hingga akirnya tanpa terasa saya sudah sampai di rumah dalam tiga jam cepatnya, segera saya menemui bunda tercinta untuk bersalaman padanya sebab sudah lama diri ini tak pulang dan segera ingin berbagi rindu bersama keluarga.
Asalamualaikum bun . . . sapaku pada bunda sambil mengecup tangan kanannya.
walaikumsalam nak . . . loh anak bunda pulang . . . sini duduk dulu seru bunda mengistirahatkanku.
ayah masih ngantor bun ?" mbak mana ?" cariku pada anggota keluargaku ini.
ya seperti biasa to Kha ayahmu masih kerja, mbakmu juga tutur bunda padaku yang seolah tak pulang puluhan tahun ini.
jadi cuma ada bunda di rumah sama mbak salon di depan ?"
iya, da apa sih kaya nyariin ayah sama mbakmu abis pulang gini, tumben ?" tanya bunda heran sambil menyiapkan makan untuk saya.
ya ga papa sih bun, cuma pengen ngumpul aja, huffff keluhku dengan nafas panjang.
oiaya Kha, gimana kabar Jovan ?" ada perkembangan ?" kini bunda mulai duduk di sebelahku.
Sesaat mendengar nama Jovan, saya kembali teringat tentang keadaannya yang kini tak kunjung membaik. Hanya bisa terdiam mengacuhkan pertanyaan bunda, saya mengalihkan pandangan pertanda saya sedang tak ingin membahasnya sebab rasa kawatir itu kini mulai bermunculan. kok diem nak ?" apa Jovan keadaannya tambah buruk ?" hm . . . . ?" . . . . . . saya masih diam tak menjawab pertanyaan bunda.
yaudah gausah jawab juga gak papa, bunda tau kok dari ekspresi kamu. Pokok terus support Jovan dan sayangin dia seperti dia sayang sama kamu nda, aku tanya sesuatu . . .
ya , apa nak ?" bunda beneran sayang sama Jovan gak saat ini ?" kok kamu tanya gitu Kha ?"
ya tanya aja bun, aku cuma pengen kejelasan aja
awalnya bunda agak ragu sama Jovan. Cuman setelah dapet kabar tentang Jovan anaknya gimana, akirnya bunda berfikir untuk bner2 merestui hubungan kamu sama dia. Mulai dari kamu liburan di Lombok itu, pastinya kamu bisa mikir kan. Mana mungkin bunda bakal nglepas kamu liburan ke sana jauhnya sama cewek. Kalo bukan karena restu dan bunda percaya sama kamu, kamu pasti udah gak bunda bolehin ke sana
bentar bentar bun, tadi bunda bilang dengar kabar tentang Jovan itu dari siapa ?" tanyaku heran keluar dari pembicaraanku sendiri. dari Nabila Kha, dia gak ngabarin kamu ?"
Jelas mata saya melotot di depan bunda serasa tak percaya. Baiamana mungkin Nabila yang sedang jauh di Austria sana tiba tiba bermain kontak dengan bunda. Saya saja yang sahabatnya kini sudah los kontak dengan Nabila, kenapa malah bunda. Belum habis saya berfikir, saya coba kejar itu pembicaraan dari bunda.
dia itu udah di luar negri bun satu setengah tahun yang lalu, mana mungkin dia kontak sama bunda ?" orang sama aku aja gak pernah kok !" eyelku tak percaya pada penuturan bunda.
iya bunda tau, dia di Austria kan. Masa dia ga ngabarin kamu Kha ?" enggak bun, halah bunda ngarang !!
ini Kha nomernya Bila di luar negri, liat . . . . sambil menunjukkan hape berisi nomer asing yang tersave dengan nama Nabila.
Saya hanya bisa bengong melihat kenyataan ini. bagaimana bisa dia los kontak dengan saya tapi ternyata di belakang malah berselingkuh dengan bunda. Sebenarnya saya tak terima dengan ini, namun mau bagaimana lagi orang yang ada di depan saya ini adalah bunda, jelas tak mungkin saya mau ngomel tak jelas memarahi beliau. Dan andai saja jika saat itu saya memiliki nomer Nabila yang masih aktif, pastilah sudah saya habisi dia lewat telfon. Untuk saat ini, selamatlah engkau wahai sahabat lamaku.
katanya sih dia mau pulang bulan ini tapi belum pasti. Soalnya dia mau jenguk Jovanda juga katanya. Pokok kalo udah di Malang dia pasti nyariin kamu Kha
Apa apaan sekarang ?" lama dia meninggalkan saya bersama segala penderitaan yang harus saya emban sendiri, sekarang dia berpesan pada bunda bahwa ia ingin menjenguk Jovan serta mencari saya. What The F*king Hell, dengan ini, saya hanya bisa merebah dada menahan perasaan yang campur aduk tak karuan. Hanya bisa terdiam menahan semuanya, lantas segera saya lahap itu nasi yang sedari tadi sudah bunda suapkan untuk saya.
Ini adalah hari esok dimana saya sudah berada di rumah selama satu hari. Lebih tepatnya ini minggu, hari dimana biasa di gunakan untuk berlibur para pegawa negri seperti ayah serta kakak saya. Tanpa ada firasat apapun, hati hari ini terasa senang bisa berkumpul dengan keluarga dalam acara renang bersama yang kami lakukan di sekitar kota Tulungagung. Berbagai bekal telah kami siapkan sebagai penghias liburan kecil di hari minggu pagi ini. Sungguh ayah adalah bapak yang berbakat dalam membuat acara liburan seperti ini menjadi lebihi hidup dan dapat mendongkrak semangat hidup saya.
Meski merasa senang bisa berkumpul dengan keluarga di acara berenang saat itu, namun saya entah mengapa saya masih enggan untuk masuk ke dalam kolam. Sebab saya lebih senang dengan melihat eksprsi ayah bunda serta kakak yang bisa membuat saya sesekali tertawa cekikikan atas kelakuan mereka sebagai penghibur hati. Beda dengan kondisi di Malang yang saya rasakan, setiap harinya saya harus bertemu dengan wajah wajah lesu yang terhimpit oleh skripsi serta kondisi rumah sakit dimana Jovan berada. Serasa senyum ini hampir hilang di ambil oleh tuhan sebab stress itu ternyata tanpa sadar perlahan telah mengambil tawa di hidup ini.
Merasa tenang melihat kelakuan keluarga di tepi kolam, tiba tiba saja hati saya terasa sakit begitu dalam dan membuat saya sesak nafas. Demi tuhan bulu kuduk ini sempat merinding merasakan kejadian ini. Entah seperti ada sesuatu yang menikam perasaan saya begitu sakitnya hingga air mata ini mengembun lirih di bawah kelopak mata. Apa gerangan yang tengah saya rasakan, saya tak tau. Dengan masih memegang dimana dada ini menahan rasa sakit, saya mencoba mengatur nafas dan mengambil beberapa kesadaran. Lambat laun perasaan saya semakin tak enak merasakan semua ini. Hanya bisa mendongak ke atas langit memandang awan putih yang berkumpul mengembun menjadi mendung, saya mencoba mengartikan tentang kejadian yang baru saya alami dan hanya saya yang tau tanpa terkecuali.
Tak lama hape ini berbunyi dengan kerasnya menyadarkan saya dari rasa sakit yang sempat menyiksa sesaat. Dengan melirik siapa yang menelfon saat itu, terlihat nama Fany kini tengah menelfon saya dengan gencarnya berdering lawat hape di genggaman tangan saya.
hallo Fan, ada apa ?" sapaku langsung pada Fany. . . . . . . . . . . . . . . . tardengar sunyi tak ada jawaban. hallo ?" Fan, lo masih di situ kan ?" tebakku penasaran.
. . . . . . . . . . . . . . . saya mulai mendengar suara Fany sesenggukan di balik telfon.
lo nangis Fan ?" hallo . . . ngomong dong Fan gw bingung lo telfon kaya gini ada apa ?"
Jovan Kha . . . !! Sesaat mendengar nama Jovan, jantung saya berhenti sejenak. Dengan ekspresi Fany yang terlebih lagi di iringi dengan tangis, membuat pikiran saya membayangkan hal tak karuan. Meski tau kabar apa yang akan saya dapat sewaktu waktu, namun saya berpura pura bodoh tak percaya atas apa yang akan Fany sampaikan setelah ini.
kenapa Jovan, masih baik baik aja kan ?" ada perubahan sama dia ?" lo baru jenguk di rumah sakit Fan ?" tanyaku meracau tak karuan menahan rasa tangis berpura pura bodoh.
cepet balik ke malang sekarang Kha !! pinta Fany memelas berisak tangis menahan pilu.
kenapa gw mesti ke Malang sekarang ?" bergetar sudah jiwa ini menahan tangis yang sedari tadi saya sembunyikan.
JOVANDA UDAH GA ADA KHA !!!!!!!!!! teriak Fany menjerit tangis bersimbah air mata.
Hanya bisa bersandar pada dinding dimana tempat yang bisa saya jadikan sandaran, kini tiba juga saat saya untuk mengiklaskan kepergian Jovanda. saat itu saya lantas tak langsung menangis menerima kenyataan semacam ini dari Fany. Justru saya tersenyum manis mengingat apa yang selama ini pernah saya lalui dengan Jovan. Semua begitu manis dan indah, hingga tanpa terasa saya meneteskan air mata ketika mengingat Jovan sudah tiada. Ya, saya menangis sebisa mungkin melampiaskan rasa sakit ini.
loh Kha kamu kenapa kok nangis nak ?" sapa bunda menyanding di sebelahku.
Jovan udah gak ada bun . . jawabku berisak tangis memeluk bunda. inalilahi wainailaihirojuin . . . . ucap bunda lirih menguatkanku.
Seketika saya bergegas menuju Malang pada saat itu juga usai berpamitan. Dengan perasaan amat terpaksa meninggalkan moment penting ini demi menyempatkan diri untuk hadir dalam pemakaman kekasih semata wayang saya. Karena kondisi langit pada saat itu sedang tak bersahabat, maka saya pun di sarankan oleh ayah untuk membawa mobil agar lebih aman di jalan. Berharap pikiran ini akan tenang tak bergejolak selama perjalanan saya terus membaca doa yang mungkin sekiranya dapat menenangkan hati.
Mulai berangkat dari Tulungagung sendiri, saya masih merasa tenang dan baik baik saja masih fokus dengan perjalanan ini. namun semakin dekat jarak saya menuju kota Malang, pikiran ini mulai rancu tak karuan, bayangan tentang Jovan mulai membayangi saya bahwa ini rasanya seperti mimpi bukan kenyataan sebelum mata kepala saya melihat sendiri bahwa Jovan telah tiada. Sesampai di Malang, dengan bodohnya tempat yang saya tuju pertama adalah rumah sakit tempat Jovan di rawat. Bukannya saya tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Fany, sebab secara tidak sadar saya ingin memastikan mungkin Jovan saat ini masih berbaring di atas tempat tidurnya menunggu kepulangan saya. Namun ketika melihat kamar Jovan, benar adanya ia tak ada di sana beserta keluarga. Bahkan barang yang berhubungan dengan Jovan pun tak ada. Menyadari hal ini, saya mulai menerima apa yang Fany katakan. Dan sekarang, dengan perasaan tak karuan saya berangkat ke kediaman Jovanda.
Semakin dekat saya sampai pada rumah Jovanda, seolah diri ini tak percaya bahwa kekasih semata wayang yang selama ini saya cintai kini telah tiada. Hati selalu berucap bahwa ini hanya kebohongan belaka. Hal yang saya yakini saat itu adalah, sebelum mata ini melihat Jovan di selimuti dengan kain kafan, saya menganggap bahwa Jovan masih hidup untuk bertahan demi saya. Namun kayalan itu sirna seketika, saat kudapati . .
JASAD JOVAN TELAH BERSELIMUT KAIN KAFAN . .
Terdengar isak tangis di mana mana, jeritan histeris dari keluarga terdengar jelas bergema di telinga ini. bagaimana semua orang menangisi Jovan begitu terdengar pilu menyiksa hati. Saya yang masih berdiri jauh dengan tegar memandang jasad Jovan untuk kesekian kalinya. Banyaknya peziarah yang berdatangan saat itu, membuat keberadaan diri ini tak di sadari oleh semua orang, hingga akirnya ibu Jovan yang melihat saya berdiri jauh memandang pun berlari menghampiri saya seraya memeluk dengan penuh isak tangis.
Jovan udah ga ada Kha . . . tangis ibu Jovan memelukku seraya melepas rasa sakit di hatinya.
iya tante, yang sabar ya. Jovan pasti tenang di sana dengan tegarnya saya berucap sewajar mungkin masih menahan parasaan untuk tak menangis di depan Jasad Jovan meski hati menjerit sekeras mungkin untuk menumpahkan segalanya yang telah terbendung di mata ini.
kamu juga Rak, nanti ikut ke pemakaman Jovan ya masih berisak tangis di pelukan saya, bunda Jovan berpesan.
Selama di sana, pikiran saya masih stabil. Dengan kuatnya air mata ini tak tumpah setetespun. Ramainya orang yang berziarah ke rumah Jovan membuat saya sesekali teralihkan dari Jasad Jovan yang tertutp kain kafan tepat di depan saya. Usai Sholat jenazah bersama dan mendoakannya, kini tiba saat untuk melepas sang ke kasih kembali ke sang pencipta. Sebagai kekasih yang masih menunjukkan kasih sayangnya, saya gotong itu Jasad Jovan hingga sampai di tanah pemakaman bersama penglayat yang lain
Langit sore itu mendung, namun tak turun hujan hingga acara pengebumian Jovan usai. Secara satu persatu para penglayat mulai berhamburan pulang. Masih saja terdengar isak tangis di telinga ini yang seolah mengajajak saya untuk ikut meneteskan air mata menangisi sang kekasih. Saya masih berdiri memandang gundukan tanah di depan mata ini meyakini bahwa ini adalah makam Jovan. Hingga tanpa terasa, saya adalah penglayat terakir yang berada di area pemakaman. Meski saya tau hari mulai sore, namun entah mengapa diri ini tak mau beranjak pulang meninggalkan makam Jovan. Dengan Fany dan Stevy yang ternyata menunggu di belakang saya, diri ini hampir tak menyadarinya. Mungkin fikiran saya terlalu fokus dengan apa yang tengah saya lihat saat ini.
Dan perasaan itu, tiba tiba muncul . . .
Mata ini mulai mengembun lirih membasahi kelopak mata. Dengan segenap hati, saya tahan mata ini untuk tidak menetes di depan makam Jovan. Sebab saya tau bahwa menangis adalah hal yang paling di haramkan dari Jovan untuk saya. Namun apa daya, secara perlahan memori tentang Jovan terkelupas habis di benak saya dan kini tumpah sudah air mata saya jatuh tepat di depan makam Jovan. Tak sanggup untuk berdiri, kaki ini memaksa untuk berlutut di hadapan makam sang pacar. Saya tau ini adalah hal yang paling di benci dari Jovan, tapi setidaknya ia tau, bahwa saya saat ini benar benar kehilangan dia. Dengan teganya tuhan merenggut pacar semata wayang dari tangan saya. Tak pernah letih hati ini untuk tetap mencintai Jovan sampai akir tapi nyatanya tetap saja, saya kehilangannya. Dan untuk terakir kalinya, saya akan berucap salam kepada sang kekasih meski saya tau tak akan mendengar suara manis itu lagi.
sayang, maaf kalo di saat kritis kemarin aku gak ada di samping kamu. Pasti sakit ketika maut harus menjemputmu. Dan saat itu setidaknya kamu gak bisa megang tanganku untuk ngurangin rasa sakitnya, maaf . .
sayang, maaf untuk kesekian kalinya aku nangis lagi. Bahkan di depan makam kamu, aku tau kamu benci ini, tapi aku janji, ini air mata terakirku untuk kamu. Aku janji . .
sayang, apa kamu masih inget punya banyak kenangan sama aku ?" waktu kamu bilang kamu ingin segera bersanding sama aku. Aku masih inget itu yank, aku inget . .
tapi sekarang apa ?" tuhan ngambil kamu dari aku yank, aku gak tau harus gimana lagi. Duniaku gelap saat ini. duniaku gelap . .
dan sampai detik ini kamu udah berada di sisi tuhan, aku cuma bisa berharap surga adalah tempat terindah untuk gadis sebaik kamu. Dengan ini, aku akan tetap sayang sama kamu sampai kapanpun. Entah kapan rasa sayang itu bakal menepi buat kamu, yang jelas sulit buatku untuk nglupain semua tentang kita. Baik baik kamu di sana, aku akan selalu doain kamu dari sini. Tunggu aku sampai berada di sisi kamu lagi . .
tunggu aku . . . Perlahan pundak ini di angkat oleh Fany, secara batin ia ingin memberikan support kepada saya yang kini benar2 rapuh atas kepergian Jovan. Tangan ini di genggam erat oleh kedua tangan sahabat saya, di bawanya jauh meninggalkan tempat peristirahatan Jovan yang terakir. Dan selamat tinggal Jovanda, pacarmu yang rapuh ini akan selalu sayang sama kamu sapai kapanpun.
Sampai kapanpun . . . Spoiler for Untuk Jovan: Selamat Ulang Tahun sayangku Rakha Novembrio yang ke 22. Semoga dengan bertambahnya umur kamu saat ini, kamu bisa jadi anak yang soleh, imam yang baik, dan tambah sayang ke semua orang kususnya aku. Maaf aku gak bisa kasih kadonya secara langsung. Aku titipin ini lewat Evan buat kamu. Aku yakin kamu pasti lupa sama hari ulang tahun kamu saat ini karena banyak mikirin aku dan mikir ujian. Maaf aku udah banyak nyita waktu kamu buat aku. Mulai dari kamu ngejagain aku dan ada di sisiku hingga waktunya tiba, aku bener2 seneng dan bersyukur punya pacar kaya kamu. Meski kemarin kita sempet renggang karena jalan fikir kita yang udah mulai beda, tapi aku tau pada akirnya kamu nyoba buat ngerti tentang apa yang aku rasain. Pasti sakit banget bukan ?" maaf aku cuma bisa buat kamu menderita sampai sejauh ini. gak tau kata apa lagi yang bisa aku ungkapin ke kamu selain maaf, rasanya hanya itu yang bisa mewakili perasaanku sekarang. Aku cuma bisa berpesan sama kamu, jika suatu saat kamu jenguk aku di rumah sakit aku udah gak sama kaya dulu lagi, aku mohon kamu jangan nangis lagi di depanku. Sebab air mata kamu itu adalah alasan aku untuk semakin sakit ngerasain ini. aku tau ini berat buat kamu, tapi tunjukin ke smua orang bahwa kamu itu cowokku yang tegar dan kuat. Saat ini mungkin aku bisa bicara buat ngungkapin semuanya ke kamu lewat surat, tapi jika suatu saat nanti aku udah ga bisa berucap sepatah kata pun sama kamu, aku harap jangan tanyakan apapun tentang kita sama aku. Sebab berapa kali kamu tanya, aku gak akan bisa buat jawab dan semua pertanyaan kamu itu justru akan semakin nyakitin aku. Kamu ngerti kan apa yang aku rasain, pastinya cuma kamu yang bisa ngertiin aku dan di tuntut untuk ngertiin keadaanku yang tak kunjung membaik ini. Begitu indah cara tuhan mempertemukan umatnya untuk saling mencinta, namun hal yang harus kamu tau, bahwa cerita sedih ini juga harus kita jalani jika tuhan berkehandak untuk memisahkan kita dengan cara seperti ini. sayangi aku apapun yang terjadi, tetap di sisiku sampai ajal menjemputku. Jika usai waktuku bersamamu, aku iklas kamu pergi dengan hati yang lain. Tapi untuk saat ini, aku mohon . . cintai aku dengan sepenuh hati kamu dan jangan pernah pergi tinggalin aku.
Orang yang selalu sayang sama kamu Jovanda Salsabila Putri
Kaki ini bersimpuh tak kuasa menahan apa yang Jovan ucapkan lewat surat. Dengan teramat sesak batinku membaca setiap bait Jovan membuat saya menangis untuk kesekian kalinya. Dengan menggenggam foto yang telah Jovan rangkai, semakin pelik terasa batin ini tersayat begitu dalam. Terdengar hatiku menjerit keras memanggail Jovanda untuk berada di sisi saya selamanya, namun semua itu sia sia. Yang tersisa kini hanyalah . . .
AIR MATA !!! Chapter 104.Tulang Rusukku Yang Patah
Akirnya saya sampai, ya saya sampai juga di penghujung cerita yang akan membawa kisah ini menepi begitu jauh dari angan angan saya. Entah bagaimana tuhan merangkai ini begitu indah hingga akirnya saya yang sedang dalam keadaan jauh tak ada di sisi Jovanda mendengar sebuah kabar memilukan. Tentunya para reader masihlah ingat usai kejadian malam itu saya mempunyai jadwal untuk berangkat pulang ke Tulungagung. Maka pada esok paginya sebelum saya berangkat pulang, pastilah saya sempatkan satu dua menit untuk sekedar menjenguk Jovan serta berucap terimakasih padanya atas kado yang telah ia beri pada saya. Dengan mengenakan jaket pemberiannya, diri ini berbangga hati menghadap pada sang kekasih.
"sayang, aku mau balik ke rumah pagi ini. mungkin tiga hari, kamu baik baik ya di sini sama mamah ayah juga Evan sapaku lirih di sisi Jovan yang masih belum sadarkan diri.
Meski saya tau takan pernah ada sepatah jawaban dari Jovan, namun setidaknya saya tetap memperlakukannya layaknya manusia normal pada umumnya.
mas balik ke Malang senin berarti ?" tanya Evan yang saat itu tengah bolos sekolah di hari sabtu.
iya Van, senin pagi aku udah balik ke sini koq. Aku titip Jovan, aku berangkat dulu Van salamku pada Evan beranjak pergi.
Tiba tiba perasaan ini terketuk sesaat tertahan di depan pintu. Saya terdiam, entah apa yang saya pikirkan saat itu, saya rasa semua ini begitu aneh. Kenapa saya sebut aneh, sebab tanpa sadar kaki ini berjalan pelan kembali ke dalam kamar dan mencari sosok Jovan yang masih tak sadar di atas ranjang. Dengan heran Evan memandang saya mungkin ia bingung apa yang tengah akan saya lakukan. Tanpa menghiraukan keberadaan Evan, saya tatap wajah Jovan dalam dalam. Begitu haru batin ini memandang paras kekasih saya yang satu ini. begitu elok nan cantik sebagi bekal saya sebelum pulang. Dengan berucap bismilahiroqmaniroqim, saya kecup kening itu untuk terakir kalinya. Begitu dalam kecupan itu saya sematkan untuk dia hingga tanpa terasa mata saya menguap di sela kelopak yang tengah tertutup ini. mungkin rasa sayang begitu sangat pada Jovan teramat besar untuk saya pikulsendiri. Hingga akirnya saya sadar, saya hilangkan air mata yang sempat menetes dengan sekali usap. Dan kembali menatap Jovan dengan tegar, saya sampaikan padanya untuk kesekian kalinya bahwa saya akan pulang.
Usai berpamitan dengan Jovan, benar saya pergi dari rumah sakit dengan perasaan enteng tanpa ada beban. Meski semua ini terasa tak masuk akal dan terdengar kayal, namun demi tuhan kini perasaan saya jauh lebih lega untuk meninggalkan Jovan jauh ke rumah. Dengan hati yang tarasa enteng ini, maka lekas saya naiki kendaraan dan segera bergegas ke Tulungagung. Selama di perjalanan, saya tak merasakan ada firasat apapun tentang Jovan. Entah mengapa saya justru berfikir Jovan saat ini sedang baik baik saja. seolah ada yang tengah mengelabuhi pikiran saya untuk lepas dari rasa kawatir terhadap Jovan. Sungguh semua ini terdengar aneh dan sangat membingungkan. Hingga akirnya tanpa terasa saya sudah sampai di rumah dalam tiga jam cepatnya, segera saya menemui bunda tercinta untuk bersalaman padanya sebab sudah lama diri ini tak pulang dan segera ingin berbagi rindu bersama keluarga.
Asalamualaikum bun . . . sapaku pada bunda sambil mengecup tangan kanannya.
walaikumsalam nak . . . loh anak bunda pulang . . . sini duduk dulu seru bunda mengistirahatkanku.
ayah masih ngantor bun ?" mbak mana ?" cariku pada anggota keluargaku ini.
ya seperti biasa to Kha ayahmu masih kerja, mbakmu juga tutur bunda padaku yang seolah tak pulang puluhan tahun ini.
jadi cuma ada bunda di rumah sama mbak salon di depan ?"
iya, da apa sih kaya nyariin ayah sama mbakmu abis pulang gini, tumben ?" tanya bunda heran sambil menyiapkan makan untuk saya.
ya ga papa sih bun, cuma pengen ngumpul aja, huffff keluhku dengan nafas panjang.
oiaya Kha, gimana kabar Jovan ?" ada perkembangan ?" kini bunda mulai duduk di sebelahku.
Sesaat mendengar nama Jovan, saya kembali teringat tentang keadaannya yang kini tak kunjung membaik. Hanya bisa terdiam mengacuhkan pertanyaan bunda, saya mengalihkan pandangan pertanda saya sedang tak ingin membahasnya sebab rasa kawatir itu kini mulai bermunculan. kok diem nak ?" apa Jovan keadaannya tambah buruk ?" hm . . . . ?" . . . . . . saya masih diam tak menjawab pertanyaan bunda.
yaudah gausah jawab juga gak papa, bunda tau kok dari ekspresi kamu. Pokok terus support Jovan dan sayangin dia seperti dia sayang sama kamu nda, aku tanya sesuatu . . . ya , apa nak ?"
bunda beneran sayang sama Jovan gak saat ini ?" kok kamu tanya gitu Kha ?"
ya tanya aja bun, aku cuma pengen kejelasan aja
awalnya bunda agak ragu sama Jovan. Cuman setelah dapet kabar tentang Jovan anaknya gimana, akirnya bunda berfikir untuk bner2 merestui hubungan kamu sama dia. Mulai dari kamu liburan di Lombok itu, pastinya kamu bisa mikir kan. Mana mungkin bunda bakal nglepas kamu liburan ke sana jauhnya sama cewek. Kalo bukan karena restu dan bunda percaya sama kamu, kamu pasti udah gak bunda bolehin ke sana
bentar bentar bun, tadi bunda bilang dengar kabar tentang Jovan itu dari siapa ?" tanyaku heran keluar dari pembicaraanku sendiri. dari Nabila Kha, dia gak ngabarin kamu ?"
Jelas mata saya melotot di depan bunda serasa tak percaya. Baiamana mungkin Nabila yang sedang jauh di Austria sana tiba tiba bermain kontak dengan bunda. Saya saja yang sahabatnya kini sudah los kontak dengan Nabila, kenapa malah bunda. Belum habis saya berfikir, saya coba kejar itu pembicaraan dari bunda.
dia itu udah di luar negri bun satu setengah tahun yang lalu, mana mungkin dia kontak sama bunda ?" orang sama aku aja gak pernah kok !" eyelku tak percaya pada penuturan bunda.
iya bunda tau, dia di Austria kan. Masa dia ga ngabarin kamu Kha ?" enggak bun, halah bunda ngarang !!
ini Kha nomernya Bila di luar negri, liat . . . . sambil menunjukkan hape berisi nomer asing yang tersave dengan nama Nabila.
Saya hanya bisa bengong melihat kenyataan ini. bagaimana bisa dia los kontak dengan saya tapi ternyata di belakang malah berselingkuh dengan bunda. Sebenarnya saya tak terima dengan ini, namun mau bagaimana lagi orang yang ada di depan saya ini adalah bunda, jelas tak mungkin saya mau ngomel tak jelas memarahi beliau. Dan andai saja jika saat itu saya memiliki nomer Nabila yang masih aktif, pastilah sudah saya habisi dia lewat telfon. Untuk saat ini, selamatlah engkau wahai sahabat lamaku.
katanya sih dia mau pulang bulan ini tapi belum pasti. Soalnya dia mau jenguk Jovanda juga katanya. Pokok kalo udah di Malang dia pasti nyariin kamu Kha
Apa apaan sekarang ?" lama dia meninggalkan saya bersama segala penderitaan yang harus saya emban sendiri, sekarang dia berpesan pada bunda bahwa ia ingin menjenguk Jovan serta mencari saya. What The F*king Hell, dengan ini, saya hanya bisa merebah dada menahan perasaan yang campur aduk tak karuan. Hanya bisa terdiam menahan semuanya, lantas segera saya lahap itu nasi yang sedari tadi sudah bunda suapkan untuk saya.
Ini adalah hari esok dimana saya sudah berada di rumah selama satu hari. Lebih tepatnya ini minggu, hari dimana biasa di gunakan untuk berlibur para pegawa negri seperti ayah serta kakak saya. Tanpa ada firasat apapun, hati hari ini terasa senang bisa berkumpul dengan keluarga dalam acara renang bersama yang kami lakukan di sekitar kota Tulungagung. Berbagai bekal telah kami siapkan sebagai penghias liburan kecil di hari minggu pagi ini. Sungguh ayah adalah bapak yang berbakat dalam membuat acara liburan seperti ini menjadi lebihi hidup dan dapat mendongkrak semangat hidup saya.
Meski merasa senang bisa berkumpul dengan keluarga di acara berenang saat itu, namun saya entah mengapa saya masih enggan untuk masuk ke dalam kolam. Sebab saya lebih senang dengan melihat eksprsi ayah bunda serta kakak yang bisa membuat saya sesekali tertawa cekikikan atas kelakuan mereka sebagai penghibur hati. Beda dengan kondisi di Malang yang saya rasakan, setiap harinya saya harus bertemu dengan wajah wajah lesu yang terhimpit oleh skripsi serta kondisi rumah sakit dimana Jovan berada. Serasa senyum ini hampir hilang di ambil oleh tuhan sebab stress itu ternyata tanpa sadar perlahan telah mengambil tawa di hidup ini.
Merasa tenang melihat kelakuan keluarga di tepi kolam, tiba tiba saja hati saya terasa sakit begitu dalam dan membuat saya sesak nafas. Demi tuhan bulu kuduk ini sempat merinding merasakan kejadian ini. Entah seperti ada sesuatu yang menikam perasaan saya begitu sakitnya hingga air mata ini mengembun lirih di bawah kelopak mata. Apa gerangan yang tengah saya rasakan, saya tak tau. Dengan masih memegang dimana dada ini menahan rasa sakit, saya mencoba mengatur nafas dan mengambil beberapa kesadaran. Lambat laun perasaan saya semakin tak enak merasakan semua ini. Hanya bisa mendongak ke atas langit memandang awan putih yang berkumpul mengembun menjadi mendung, saya mencoba mengartikan tentang kejadian yang baru saya alami dan hanya saya yang tau tanpa terkecuali.
Tak lama hape ini berbunyi dengan kerasnya menyadarkan saya dari rasa sakit yang sempat menyiksa sesaat. Dengan melirik siapa yang menelfon saat itu, terlihat nama Fany kini tengah menelfon saya dengan gencarnya berdering lawat hape di genggaman tangan saya.
hallo Fan, ada apa ?" sapaku langsung pada Fany. . . . . . . . . . . . . . . . tardengar sunyi tak ada jawaban. hallo ?" Fan, lo masih di situ kan ?" tebakku penasaran.
. . . . . . . . . . . . . . . saya mulai mendengar suara Fany sesenggukan di balik telfon.
lo nangis Fan ?" hallo . . . ngomong dong Fan gw bingung lo telfon kaya gini ada apa ?"
Jovan Kha . . . !! Sesaat mendengar nama Jovan, jantung saya berhenti sejenak. Dengan ekspresi Fany yang terlebih lagi di iringi dengan tangis, membuat pikiran saya membayangkan hal tak karuan. Meski tau kabar apa yang akan saya dapat sewaktu waktu, namun saya berpura pura bodoh tak percaya atas apa yang akan Fany sampaikan setelah ini.
kenapa Jovan, masih baik baik aja kan ?" ada perubahan sama dia ?" lo baru jenguk di rumah sakit Fan ?" tanyaku meracau tak karuan menahan rasa tangis berpura pura bodoh.
cepet balik ke malang sekarang Kha !! pinta Fany memelas berisak tangis menahan pilu.
kenapa gw mesti ke Malang sekarang ?" bergetar sudah jiwa ini menahan tangis yang sedari tadi saya sembunyikan.
JOVANDA UDAH GA ADA KHA !!!!!!!!!! teriak Fany menjerit tangis bersimbah air mata.
Hanya bisa bersandar pada dinding dimana tempat yang bisa saya jadikan sandaran, kini tiba juga saat saya untuk mengiklaskan kepergian Jovanda. saat itu saya lantas tak langsung menangis menerima kenyataan semacam ini dari Fany. Justru saya tersenyum manis mengingat apa yang selama ini pernah saya lalui dengan Jovan. Semua begitu manis dan indah, hingga tanpa terasa saya meneteskan air mata ketika mengingat Jovan sudah tiada. Ya, saya menangis sebisa mungkin melampiaskan rasa sakit ini.
loh Kha kamu kenapa kok nangis nak ?" sapa bunda menyanding di sebelahku.
Jovan udah gak ada bun . . jawabku berisak tangis memeluk bunda. inalilahi wainailaihirojuin . . . . ucap bunda lirih menguatkanku.
Seketika saya bergegas menuju Malang pada saat itu juga usai berpamitan. Dengan perasaan amat terpaksa meninggalkan moment penting ini demi menyempatkan diri untuk hadir dalam pemakaman kekasih semata wayang saya. Karena kondisi langit pada saat itu sedang tak bersahabat, maka saya pun di sarankan oleh ayah untuk membawa mobil agar lebih aman di jalan. Berharap pikiran ini akan tenang tak bergejolak selama perjalanan saya terus membaca doa yang mungkin sekiranya dapat menenangkan hati.
Mulai berangkat dari Tulungagung sendiri, saya masih merasa tenang dan baik baik saja masih fokus dengan perjalanan ini. namun semakin dekat jarak saya menuju kota Malang, pikiran ini mulai rancu tak karuan, bayangan tentang Jovan mulai membayangi saya bahwa ini rasanya seperti mimpi bukan kenyataan sebelum mata kepala saya melihat sendiri bahwa Jovan telah tiada. Sesampai di Malang, dengan bodohnya tempat yang saya tuju pertama adalah rumah sakit tempat Jovan di rawat. Bukannya saya tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Fany, sebab secara tidak sadar saya ingin memastikan mungkin Jovan saat ini masih berbaring di atas tempat tidurnya menunggu kepulangan saya. Namun ketika melihat kamar Jovan, benar adanya ia tak ada di sana beserta keluarga. Bahkan barang yang berhubungan dengan Jovan pun tak ada. Menyadari hal ini, saya mulai menerima apa yang Fany katakan. Dan sekarang, dengan perasaan tak karuan saya berangkat ke kediaman Jovanda.
Semakin dekat saya sampai pada rumah Jovanda, seolah diri ini tak percaya bahwa kekasih semata wayang yang selama ini saya cintai kini telah tiada. Hati selalu berucap bahwa ini hanya kebohongan belaka. Hal yang saya yakini saat itu adalah, sebelum mata ini melihat Jovan di selimuti dengan kain kafan, saya menganggap bahwa Jovan masih hidup untuk bertahan demi saya. Namun kayalan itu sirna seketika, saat kudapati . . JASAD JOVAN TELAH BERSELIMUT KAIN KAFAN . .
Terdengar isak tangis di mana mana, jeritan histeris dari keluarga terdengar jelas bergema di telinga ini. bagaimana semua orang menangisi Jovan begitu terdengar pilu menyiksa hati. Saya yang masih berdiri jauh dengan tegar memandang jasad Jovan untuk kesekian kalinya. Banyaknya peziarah yang berdatangan saat itu, membuat keberadaan diri ini tak di sadari oleh semua orang, hingga akirnya ibu Jovan yang melihat saya berdiri jauh memandang pun berlari menghampiri saya seraya memeluk dengan penuh isak tangis. Jovan udah ga ada Kha . . . tangis ibu Jovan memelukku seraya melepas rasa sakit di hatinya.
iya tante, yang sabar ya. Jovan pasti tenang di sana dengan tegarnya saya berucap sewajar mungkin masih menahan parasaan untuk tak menangis di depan Jasad Jovan meski hati menjerit sekeras mungkin untuk menumpahkan segalanya yang telah terbendung di mata ini.
kamu juga Rak, nanti ikut ke pemakaman Jovan ya masih berisak tangis di pelukan saya, bunda Jovan berpesan.
Selama di sana, pikiran saya masih stabil. Dengan kuatnya air mata ini tak tumpah setetespun. Ramainya orang yang berziarah ke rumah Jovan membuat saya sesekali teralihkan dari Jasad Jovan yang tertutp kain kafan tepat di depan saya. Usai Sholat jenazah bersama dan mendoakannya, kini tiba saat untuk melepas sang ke kasih kembali ke sang pencipta. Sebagai kekasih yang masih menunjukkan kasih sayangnya, saya gotong itu Jasad Jovan hingga sampai di tanah pemakaman bersama penglayat yang lain
Langit sore itu mendung, namun tak turun hujan hingga acara pengebumian Jovan usai. Secara satu persatu para penglayat mulai berhamburan pulang. Masih saja terdengar isak tangis di telinga ini yang seolah mengajajak saya untuk ikut meneteskan air mata menangisi sang kekasih. Saya masih berdiri memandang gundukan tanah di depan mata ini meyakini bahwa ini adalah makam Jovan. Hingga tanpa terasa, saya adalah penglayat terakir yang berada di area pemakaman. Meski saya tau hari mulai sore, namun entah mengapa diri ini tak mau beranjak pulang meninggalkan makam Jovan. Dengan Fany dan Stevy yang ternyata menunggu di belakang saya, diri ini hampir tak menyadarinya. Mungkin fikiran saya terlalu fokus dengan apa yang tengah saya lihat saat ini.
Dan perasaan itu, tiba tiba muncul . . .
Mata ini mulai mengembun lirih membasahi kelopak mata. Dengan segenap hati, saya tahan mata ini untuk tidak menetes di depan makam Jovan. Sebab saya tau bahwa menangis adalah hal yang paling di haramkan dari Jovan untuk saya. Namun apa daya, secara perlahan memori tentang Jovan terkelupas habis di benak saya dan kini tumpah sudah air mata saya jatuh tepat di depan makam Jovan. Tak sanggup untuk berdiri, kaki ini memaksa untuk berlutut di hadapan makam sang pacar. Saya tau ini adalah hal yang paling di benci dari Jovan, tapi setidaknya ia tau, bahwa saya saat ini benar benar kehilangan dia. Dengan teganya tuhan merenggut pacar semata wayang dari tangan saya. Tak pernah letih hati ini untuk tetap mencintai Jovan sampai akir tapi nyatanya tetap saja, saya kehilangannya. Dan untuk terakir kalinya, saya akan berucap salam kepada sang kekasih meski saya tau tak akan mendengar suara manis itu lagi.
sayang, maaf kalo di saat kritis kemarin aku gak ada di samping kamu. Pasti sakit ketika maut harus menjemputmu. Dan saat itu setidaknya kamu gak bisa megang tanganku untuk ngurangin rasa sakitnya, maaf . .
sayang, maaf untuk kesekian kalinya aku nangis lagi. Bahkan di depan makam kamu, aku tau kamu benci ini, tapi aku janji, ini air mata terakirku untuk kamu. Aku janji . .
sayang, apa kamu masih inget punya banyak kenangan sama aku ?" waktu kamu bilang kamu ingin segera bersanding sama aku. Aku masih inget itu yank, aku inget . .
tapi sekarang apa ?" tuhan ngambil kamu dari aku yank, aku gak tau harus gimana lagi. Duniaku gelap saat ini. duniaku gelap . .
dan sampai detik ini kamu udah berada di sisi tuhan, aku cuma bisa berharap surga adalah tempat terindah untuk gadis sebaik kamu. Dengan ini, aku akan tetap sayang sama kamu sampai kapanpun. Entah kapan rasa sayang itu bakal menepi buat kamu, yang jelas sulit buatku untuk nglupain semua tentang kita. Baik baik kamu di sana, aku akan selalu doain kamu dari sini. Tunggu aku sampai berada di sisi kamu lagi . .
tunggu aku . . . Perlahan pundak ini di angkat oleh Fany, secara batin ia ingin memberikan support kepada saya yang kini benar2 rapuh atas kepergian Jovan. Tangan ini di genggam erat oleh kedua tangan sahabat saya, di bawanya jauh meninggalkan tempat peristirahatan Jovan yang terakir. Dan selamat tinggal Jovanda, pacarmu yang rapuh ini akan selalu sayang sama kamu sapai kapanpun.
Sampai kapanpun . . . Dear Alm.Jovanda enak nya sih sambil dengerin lagunya westlife yg judulnya leaving untukmu yang jauh di sana
entah kenapa rindu ini semakin menggebu setiap ku ingat indah senyum mu senyum mu yang dulu selalu ada untuku disaat kita bersama melewati waktu
ku tahu kini kau ada di sana
dibalik rembulan yang kini tak bisa ku gapai namun sinarmu selalu ada untuku menemani malamku yang semu
tak ada alasan ku untuk melupakan kengangan ini kenangan yg terlalu dalam bersemayam dalam hati
sayang apakah kau ingat saat kita bersama saat kita merajut semua asa
asa yang kini tiada artinya karena kau kini telah tiada
hari berganti hari kau selalu menemani memeluku dalam kegundahan rasa ini tapi kini kau tak pernah ada lagi menemani jiwa ku yang sepi
walau berat ku coba ikhlaskan kau pergi
terbanglah kau kesana, tuhan pasti telah menunggumu dengan senyum tak perlu kau pikirkan ku disini,,
ku tak akan pernah melupakan mu karena rindu ini hanya untukmu
Only you In my heart "Jovanda"
terperangkap dalam rindu
Live To Love Season A Karya Rakhaprilio di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat bayangmu menyelinap dalam kalbu bayangan indah saat masih bersamamu bersama melawati masa lalu
masa dimana penuh canda tawa melewati indahnya kepingan cinta kepingan yang kita susun bersama
kini ragamu tak dapat ku sentuh namun rindu ini kan selalu utuh takan goyah walau langit kan runtuh takan hilang meski terbalut peluh
kau tahu kenangan di pantai itu saat kita melewati sunset bersama kenangan itu takan pernah kulupa walau itu membuatku sangat terluka
hati ini terkoyak rindu ini melekat
inginku menemanimu kesana
ketempat dimana tak ada lagi kesedihan ketempat dimana tak ada lagi tangisan
tak terasa air mata ini menetes mengalir deras tak tertahan
mengingatmu yang pernah mengajarkanku arti dari sebuah kesetiaan
arti dari sebuah kesabaran arti dari sebuah harapan dan arti dari sebuah perpisaan
Tuhan jagalah dia untuku bersama malaikat penjaga surgamu for Alm,Jovanda
Dunia, milik kita ( Tentang cinta dan asa )
Ketika malam datang, sepi menyerangku Rintik hujan tembus hangatnya batinku Tapi kau tahu ku mampu berlalu Dan kau mampu menangis bersamaku
Di tempat itu kita biasa bersama Di tempat itu, kita berbagi tawa Memadu cerita, dalam indahnya dunia
kau ajarkan ku bahagia dan juga duka memberi secercah harapan tuk tetap bersama
kini kau disampingku takan lagi ku buat kau menangis karena tangismu sesak kan batinku karena peluh mu goyahkan jiwaku
semoga kita dapat selalu bersama melewati semua dengan canda tawa walau ku tau dunia tak selamanya bahagia layaknya dongeng sang cinderela
"Live To Love" END SEASON A ?".. Live To Love .. Last Season
By: rakhaprilio View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1826
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 20-12-2013 13:39
" " Chapter 105. Berandal Pemakaman.
Tangan ini di bawa pulang oleh kedua sahabat saya. Fany dan Stevy, hanya itu yang saya punya sekarang. Jauh meninggalkan pemakaman Jovanda di sore hari itu. Sesuai janji yang telah saya sematkan untuk almarhum, di lain hari saya tak akan menangis lagi karenanya. Mungkin kenapa menangis adalah hal yang paling di benci olehnya karena air mata ini alasan mengapa dia akan bertanya kesekian kalinya mengapa saat ini saya bersedih meski kami sekarang telah berbeda dunia. Dengan segala perasaan yang masih hancur berkeping keping, di hari pertama Almarhum meninggal saya berada pada posisi paling terpuruk dalam hidup saya. Berada pada titik paling bawah dimana tuhan menjatuhkan saya teramat dalam hingga saya tak bisa merasakan adanya seberkas cahaya yang mampu menerangi relung hati ini.
Ini adalah esok di mana hari pertama tanpa Jovan di sisi saya. Jam weaker di atas ranjang itu mencoba membangungkan saya dengan gencarnya, memaksa kesadaran ini untuk segera kembali di dalam tubuh. Pukul delapan pagi itu teramat pusing untuk sekedar membuka mata, kepala ini masih di penuhi dengan bayang bayang Almarhum yang masih bermain indah di benak saya. Kusandarkan bahu ini di dinding ranjang tempat saya duduk, mengingat setiap potongan kenangan yang pernah saya lalui dengan Almarhum. Begitu indah dan manis, begitu haru dan mengesankan, dan begitu . . .
Memilukan . . . Masih beruntung logika saya lebih berperan aktif ketimbang perasaan yang sehingga membuat saya lebih mudah dalam move on dari kejadian saat itu. Tak mau semakin hanyut dalam peliknya kedaan saat ini, segera saya mandi sekiranya untuk mengembalikan kesegaran fikiran. Hari ini tidak ada jadwal kuliah atau bertemu dosen sekalipun, lantas apa yang harus saya lakukan. Sungguh perkuliahan saya tanpa terasa hampir selesai. Mengingat saya yang sudah hampir sidang ini, termenung sesaat ketika menyadari Jovan kini telah tiada. Sebab jika saya telah lulus nanti, saya pernah membayangkan akan berfoto wisuda dengan ALmarhum. Dan sekarang apa, ah sudah lah. Tak ada habisnya jika saya berfikir seperti ini. saya harus kuat, dan logika teruslah bermain agar saya tak jatuh dalam perasaan ini.
Merasa tak ada hal yang bisa saya kerjakan, entah tiba tiba saja diri ini ingin bekunjung ke tempat Jovanda. ya, di pemakamannya hari ini saya ingin menghabiskan waktu sekiranya untuk menemaninya meski kami telah berbeda dunia. Segera saya bawa mobil yang telah di amanatkan dari sang ayah. Dengan berbekal bunga mawar merah dan putih serta bunga kenanga, saya bawakan itu untuk Almarhum sebagai benda yang dapat mendoakannya hingga bunga itu kering. Sesampai di pemakaman, terasa sunyi tiada orang satu pun di sini. Hanya ada anak anak kecil yang bermain di sekitar kawasan. Segera saya langkahkan kaki ini untuk menghampiri rumah Jovan yang baru, dan kini, saya sudah berada tepat di depan makam Jovan dengan sebungkus bunga yang akan saya taburkan kembali di atasnya.
Salamualaikum, . . pagi yank sapaku pada Almarhum sambil duduk di samping makam.
di sini sepi ya yank, cuma ada anak kecil yang main di sekitar rumah kamu ini, huff . . .
gimana hari pertama kamu di sisi tuhan ?" apa kamu udah ngliat surga di sana ?" aku hari ini bingung gak tau mau kemana dan ngapain, jadi aku putusin buat maen ke rumah kamu. Hehehehe . . . bicaraku sendiri di depan makam Jovanda.
oiya yank, desember nanti aku mau ujian sidang. Doain dari sana ya, kan kamu sekarang lebih deket sama tuhan, jadi kalo kamu yang bilang, pasti bakal cepet di kabulin. Soalnya aku dapet dosen penguji yang killer abis. Mana mukanya bikin bete semua, aku takut tar nerfous duluan ga bisa jawab pertanyaan dari penguji gara gara mukanya yank. Hwahahahahaha . . tawaku seperti orang gila.
Sesaat saya terdiam menyadari kelakuan saya saat ini, seperti orang gila yang berbicara pada batu nisan sendiri. Namun sungguhpun saya masih waras sewaras warasnya, saya masih memiliki akal sehat. Hanya saya, ah sudah lah. Kalian tidak akan mengerti apa yang tengah saya lakukan. Biar saja jika semua orang beranggapan saya gila karena berbicara sendiri pada batu nisan. Sebab hanya saya yang tau apa yang tengah saya lakukan saat ini.
Memandang di mana jemari saya masih memegang bunga untuk Jovan, saya teringat pada sebuah cincin yang masih melingkar indah di jari ini. Merenung untuk sesaat, lantas saya kembali berbicara pada Jovanda di atas makamnya.
kamu tau tanganku ini yank, ?" sekarang ga da yang bisa di ajak copelan lagi. Cincin dari kamu yang satunya udah aku trima dari Fany kmren. Dan skrang siapa yang mesti aku ajak cuat copelan lagi kalo bukan kamu. Rasanya apa yang udah aku perjuangin sampai hari ini terasa sia sia . . . . eh, bukannya sia sia sih, hanya saja aku gak ngerti mesti di lanjut keg gimana lagi cerita hidupku ini setelah kehilangan kamu
aku pernah bilang sama kamu untuk tetap peranin tokoh sebaik mungkin, hingga pada akirnya kamu gak ada, aku jadi bingung. Cerita ini udah abis apa masih ada lanjutannya. Kalo masih ada lanjutannya, aku harus jadi tokoh seperti apa sekarang. Aku bingung yank buat lanjutin arah hidupku saat ini. seolah aku udah kehabisan cerita buat ngejalaninnya. Yank, jawab dong . . !! duh pusing aku . . . keluhku menahan kepala ini menahan pusing.
Masih terdiam memegangi kepala ini, tiba tiba saya di datangi sekumpulan anak kecil yang tengah bermain di sekitar area pemakaman ada 4 anak. Mungkin lebih tepatnya saya sebut mereka sebagi anak yang kurang mampu dan mengais rezeki di sekitar pemakaman dengan jasa membersihkan makam atau hal lainnya yang berhubungan dengan itu.
masnya ngomong sama siapa lo dari tadi kok ngomong sendiri sama kuburan ?" tanya salah satu bocah bernama Wiwit yang saya perkirakan berusia 12 tahun.
ohh, . . ngomong sama mbaknya ini, hahahaha tawaku sambil melirik batu nisan Jovan.
ih masnya serem, ngomong sama kuburan
hahahaha, gimana jelasinnya yah ?" oiya, kalian tinggal di sekitar sini ?" tanyaku pada mereka.
iya mas, rumahku di sekitar sini kok. Itu yang udah meninggal siapa lo mas, kayaknya aku tau mas kmren juga dateng pas penguburannya makam ini ?" tanya Rois yang masih seumuran dengan Wiwit.
owh, ini . . . siapa ya ?" sesaat saya bingung menyebut Jovanda sebagai siapa di hidup saya.
dia calon istri mas dek . . dengan kalemnya akirnya saya bertutur pada mereka. mau nikah dong mas, tapi kok udah meninggal duluan ya ?" tanya Wiwit heran.
iya mau nikah, . . gak tau juga tuh Mbak Jovannya, mungkin ada perlu sama tuhan di sana. Jadi mas di tinggal duluan senyumku manis mencoba mengertikan mereka tentang semua ini yang mungkin tak akan pernah mereka pahami.
kalo mbak Jovan udah di sana, mas sama siapa nikahnya ntar ?" Sesaat saya bingung menanggapi pertanyaan mereka macam ini. Maka dengan santainya saya berujar pada mereka sesuai apa yang telah tuhan gariskan untuk saya.
pastinya nikah sama tulang rusukku dek, hahahaha . . nih uang jajan buat kalian. Maaf ga bisa banyak ngasihnya, yang penting rata ya. Hehehehe
makasih mas, oiya mas, kmren waktu mas pulang, kok masih ada penglayat lagi ya. Padahal dah mau magrib mas ucap wiwit memecah perhatianku. haaa ?" ada yang nglayat pas mau magrib, km tau siapa dek ?"
ya gak tau mas, orangnya cewek sendirian, bwa bunga banyak banget tutur Rois dengan ekspresi bergidik.
jangan jangan itu setan dek, Hwuaaaaaaaaaa !!!!!! teriakku histeris menakut nakuti mereka.
Entah siapa saja yang ingin berkunjung ke makam Jovan, saya tak pernah merasa keberatan. Justru saya merasa senang sebab dengan itu berarti ada orang yang mau untuk berziarah dan mendoakan Jovanda.
ah masnya nakut nakutin aja !! mana ada setan naek mobil, duuuh masnya ini
hah ?" bawa mobil ?" anjiiir gaya banget tuh setan, aku aja kesini naek . . . . sesaat saya melirik kendaraan yang tengah saya bawa.
masnya kan bawa mobil juga, masnya ini setan berarti, hwaahahahaha teriak mereka histreis kegilaan.
ah udah udah, pagi pagi gini ngomongin setan gada serem seremnya dek. Mas pulang dulu yah, kalo tar mas kesini lagi, samperin mas ya . . hehehe
iya mas, mau kasih uang lagi tah
Ah sialan, masih kecil mata duitan juga mereka ini pikirku . . .
gampang itu, pokok laporin siapa aja yang berkunjung ke makan mbak Jovan ini. terus bersihin rumput di sekitar makam mbak Jovan dan mas ga mau ada sehelai dauh yang jatuh tepat di atas makam mbak Jovan. okey ?" perintahku pada berandal kecil itu.
oke mas, sip sip, hehehehe
Dengan wajah cengengesan akirnya saya dan mereka pun pergi berpisah. Menunggu esok hari yang mungkin di hari ke tujuh Jovan meninggal saya akan datang ke sini lagi membacakan surat yasin untuk Jovan.
Last edited by: rakhaprilio 2013-12-20T13:40:24+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1870
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 21-12-2013 19:36
" " Chapter 106. Musuh Lama Bersemi Kembali
Hari hari terus berlalu tanpa saya hiraukan siapa yang tengah ada di sisi saya saat ini, yang jelas semua mengalir begitu saja. Tak pernah saya mengeluh atau menangis lagi untuk mempermasalahkan jalan yang telah tuhan pilhkan untuk saya. Jika esok hari saya harus kehilangan kembali orang yang saya sayangi, ya sudah hilang saja. Memang itu jalannya, mau di apakan lagi pasti hasilnya akan sama saja. Yang penting saya sudah berusaha sebaik mungkin dan menyerahkannya kembali kepada yang di atas. Maka dengan siapa saya esok akan di pertemukan, saya terima termasuk Nabila. Eh, tidak . . tidak . . saya tidak mau jika harus di pertemukan dengan awewe bandung itu kembali. Mending saya banting haluan ke Stevy daripada harus sama dia. Sungguh pun itu betul tak terkecuali.
Jika hari ini sabtu, saya rasa tidak terlalu aneh jika akan saya habiskan untuk bermalam minggu di pemakaman Jovanda. Setidaknya saya masih punya kewajiban mengapelinya hingga hari ke empat puluh. Mengapa harus hingga hari ke empat puluh, sebab menurut adat jawa, orang yang baru meninggal biasanya masih akan terus berada di rumahnya atau pergi menemui orang orang yang di sayanginya untuk menyelesaikan persoalan atau sekedar berpamitan. Tapi jangan di bayangkan jika saya akan bermalam minggu di sana pada malam hari. Sebab jelas saya tidak mau menemui sosok almarhum dengan gaun putih mengambang di atas tanah. Cantik sih memang cantik, sebab itu mutlak milik Jovanda. Namun jika ia sudah bukan manusia lagi, apa kata dunia ternyata saya bertemu dengan kuntilanak. Maka saya putuskan sore jam tiga ini untuk apel ke makam Jovanda dengan berpakaian rapi serta tentu tidak lupa ada bunga di tangan saya. Ya, bunga untuk sang kekasih jauh di sana.
Telah merencanakan hal seperti yang telah saya jabarkan tadi, kembali saya menyibukkan diri dengan leptop di depan saya. Otak atik sana sini hanya ada foto Jovan yang saya temukan di dalamnya. Sungguh manis sekali parasnya membuat hati ini ingin segera menyusulnya. Menyusul jika amal ibadah saya sudah banyak nanti. Sebab jangan lah sekarang untuk menyusulnya saat ini. Seabab jelas lelaki hina seperti saya ini akan terperosok ke dalam lubang neraka. Tuhan ampuni dosaku . . .
kikuk . . kikuk bunyi hape di sebelah leptopku.
Lekas saya buka itu sms dari siapa gerangan siang siang begini memecah lamunan saya tentang Jovanda.
kha, . . acara lo siang ini apaan ?" Nonik.
gada sih, cuman tar sore jam 3 an gw ada acara non. Da ape " tumben duh, sore gw mo ngajak lo Kha
kemane " ngapain " ama sapa " adalah pokoknya, gw butuh lo
sory gw ga bisa non, uda janjian soalnya
Janjian dari hongkong iya, mana ada janjian sama kuburan. plis Kha, kali ini aja. Ada kaitannya ama Jovan kok jangan bawa2 Jovan buat jadi alasan lo ! serius, jemput gw di kosan yah Kambing, dia yang ngajak kok saya yang harus jemput. Dasar gak punya udel ini cewek. Apa udelnya udah pada di tindikin sampe bodong. Sialan, gumamku dalam hati sambil mempelototi hape sendiri.
gw ga tau kosan lo non jalan XXXX trus ada distro treesecond sebelahnya kha
Lah, seriusan minta di jemput ini kambing. Sekarang malah ngasih alamatnya ke saya. Mau tak mau akirnya saya mengalah untuk sementara. Mungkin satu dua jam akan saya luangkan untuk Nonik. Tapi setelah itu saya akan tetap berkunjung ke makam Jovanda meskipun hari sudah sore. Sebab apa yang telah saya plaining sedari tadi teramat berat untuk di tinggalkan hanya karena seekor Nonik.
Pukul setengah tiga tepatnya saya berangkat menjemput Nonik dengan membawa mobil sendiri. Karena tak ada kendaraan lain, pastilah saya terpaksa membawa kendaraan macam ini untuk bertemu dengan Nonik. Jikapun ada becak di kontrakan, sudah jelas saya akan bawa itu becak biar dia kapok tidak mengajak saya keluar lagi. Hingga akirnya saya sampai di kosan Nonik yang ternyata masih sekelas dengan Jovanda. Sebab pastinya para reader masih ingat bahwa Nonik adalah mantan sahabat Jovan dan mereka terlahir sebagai kaum proletar yang di karuniai banyak rupiah di kantongnya. Dan ketika saya lirik mobil yang tengah saya bawa ini, . . Setidaknya bisa menyelamatkan imageku . . .
lo mo kmna ngajakin gw pake alasan Jovan segala " tanya ku sewot pada Nonik sesampainya di depan kosan.
gw ga mau ribut sama lo sekarang. Sini gw aja yg setir mobil lo pinta Nonik kasar menyahut kunci mobil di tanganku.
Dengan perasaan kesal pastilah saya menyesal karena telah menemui gadis berparas cantik namun berhati mak lampir ini. bagaimana tidak, caranya memperlakukan seorang lelaki begitu kasar dan tak terlihat sisi feminimnya. Entah ini bocah dulunya di beri makan apa, yang jelas, dia bukan wanita tipe saya meski paras itu masuk dalam kriteria. Santai ia berkendara membelah jalanan kota Malang sore itu, membuat saya kantuk dan tertidur sesaat di dalam mobil. Angin sepoi sepoi yang bekas basah di sekitar jalan raya itu membuat aroma yang khas tercium hidung ini semakin menghipnotis saya larut dalam rasa kantuk sesaat. Kenapa saya bisa tertidur, maklum, saya enggan mengobrol dengan gadis satu ini. Tuturnya kasar, parasnya sangar, alisnya sering naik ke atas, bibirnya apa lagi, lebih sering nyengir saat ia mengucap sepatah dua patah kata. Pokoknya dia bukan tipe saya, titik !!
Hingga tanpa sadar aroma Khas sebuah tempat membangunkan saya dari tidur ini. Aroma itu wangi bunga mawar dan kamboja, dengan bau parfum di sekitarnya yang menunjukkan lokasi saya saat ini adalah di, . .
Kuburan. Eh ?" kok . . KUBURAN NYET !!!!!! Semua terdengar begitu horror, seperti yang sering di ceritakan di film cary pada umumnya, semua tokoh akan mati di hantui oleh para setan. Hanya saja yang membuat suasana saat itu kurang seram adalah karena pada sore hari. Dan terlebih lagi, akir akir ini saya sering berkunjung ke makam seperti rumah Jovan yang baru. Lantas perasaan takut itu pastilah tidak ada, hanya kaget itu saja. Saya coba hubungi dimana posisi Nonik saat itu yang terlebih dulu meninggalkan saya entah kemana. Namun masih membuka layar depan dari hape, saya dapati ada satu sms dari Nonik dengan bunyi pasal sebagai berikut.
kalo udah bangun susul gw ke makam Jovanda
Saya amati keadaan sekitar situ, benar adanya ini area pemakaman Jovan. lantas saya berfikir kenapa Nonik bisa mempunyai tujuan yang sama dengan saya. Semoga ini hanya kebetulan belaka yang sering terjadi di drama korea. Dengan derap langkah yang pasti, diri ini segera menyusul Nonik.
kenapa lo ngajak gw ke tempat ini ?" tanyaku di samping Nonik usai menyusulnya. duduk dulu di sebelah gw Kha
Tanpa menghiraukan pertanyaan saya, dia justru meminta saya untuk untuk duduk di sampingnya terlebih dahulu.
gw kemarin udah dateng ke sini sendirian bawain bunga juga buat Jovan. Banyak hal yang mau gw ungkapin di sini di depan lo sama Jovan
Dari penuturannya tersebut akirnya saya tau siapa orang yang berkunjung ke makam Jovanda pada sore hari seperti yang di katakan para berandal kecil itu.
mank mau ngomong apa lo, Jovan udah ga ada. Gw rasa juga udah terlambat buat kasih tau ke Jovan tentang sesuatu di depan gw atau dia sendiri. Ada penyesalan di hati lo ?"
lo jangan ngomong seolah apa yang gw lakuin saat ini sia sia buat dia. Emang sih gw slama ini selalu jahat sama lo, gw ga suka ngliat lo sama Jovan, gw jg selalu berharap lo bakal putus sama Jovan. Tapi gw bukan orang kaya gitu sebelumnya. Gw juga pernah jadi sahabat Jovan dulu. Gw kenal banget siapa Jovan. dan gw . . .
Ya, seperti biasa, cewek hanya bisa menangis jika dalam situasi seperti ini. Melihat Nonik yang mulai mewek begini, lantas saya hanya bisa diam sampai ia mau melanjutkan kalimat selanjutnya.
dan gw nyesel di saat dia sakit gw masih aja ga mau baikan sama dia. Gw masih egois sama diri gw sendiri. Gw pingin minta maaf sama dia Kha, gw masih sayang sama dia . . !!
Mendengar ini saya hanya bisa diam, kemudian diam, dan diam terus terdiam . . .
ya bilang aja dong sekarang kalo lo au minta maaf . . ucapku santai sambil memandang makam Jovan.
apa dia bakal maafin gw ?" tanya Nonik sambil melirikku berusap air mata. mungkin enggak . . jawabku asal sambil menggodainya.
kan gw rasa juga apa, gw terlalu egois sama diri gw sendiri Kha !!!
Dan dia mulai mendrama lagi, dia menangis untuk kesekian kalinya. Terkadang saya berfikri, kenapa hidup saya ini selalu di pertemukan dengan air mata para wanita sampai sejauh ini. Tak ada ragunya para wanita yang mengenal saya selalu dengan pedenya menumpahkan air matanya di depan saya. Mulai dari Nabila, Jovanda, Tisya, Fany bahkan Stevy mereka smua pernah menangis di depan saya. Eh, maaf, Stevy bukan salah satunya.
Dan dari sini saya mulai berfikir untuk menarik kesimpulan, bahwa setiap wanita yang dekat dengan saya, akan selalu meneteskan air matanya di depan saya. Bahkan Nonik yang saat ini di samping saya, mungkin kah saya akan menjadi dekat dengan Nonik. Entahlah, biar tuhan sekali lagi menggariskan ceritanya untuk saya.
gak gak Non, gw rasa lo terlalu lama jauh sama Jovan sampe lo ga hafal sifat dia kaya gimana. Dia itu pemaaf, bahkan jauh sebelum lo minta maaf sama dia, dia udah maafin lo dluan. Pernah sih dulu dy cerita tentang lo. Katanya lo itu baik, sahabat dia pas esema dulu. Cuman kalian pisah gara gara dia yang lebih milih deri ketimbang dengerin Nasehat lo. Dy jg bilang nyesel udah nyia nyiain persahabatan kalian demi cowok kaya gitu. Jadi kalo mau nyalahin seseorang ya jangan benci sama Jovan waktu itu. Mestinya lo benci sama Deri Non
Jovan bilang kaya gitu ?"
yap . . . Sesaat kami terdiam, ku tuntun perlahan bibir Nonik untuk berucp maaf pada Jovan. Sungguhpun rasa haru di sore itu membuat saya mengetahui betapa dalam persahabatan mereka yang dulu pernah terukir. Meski sekarang mereka sudah berbeda alam, namun setidaknya kata maaf dan penyesalan itu telah terucap di bibir Nonik dan hal itu mampu menenangkan Jovanda di sana.
Usai singgah ke makam Jovan, lantas saya pergi karena hari sudah mulai sore. Namun ada beberapa ekor bocah yang saya cari hari ini namun tak saya dapati. Yaitu Wiwit dan Rois. Entah kemana perginya mereka saya juga tak tau. Padahal sudah saya siapkan beberapa pesangon untuk mereka. Tapi meski saya tak menemui mereka hari ini, yang jelas mereka sudah berkerja dengan baik. Sebab saya tau makam Jovan hari ini terlihat bersih dan rapi. Seperti apa yang saya katakan, tak ada sehelai daun di atas makam Jovan. Yah, mungkin lain kali saya akan menemui mereka di hari Jovan yang ke empat puluh nanti.
lo abis ini mau kemana Kha ?" tanya Nonik yang berjalan beriringan denganku membelah makam sore itu.
gw ?" , . . . . ng . . . . . . gak ada deh kayanya. Mungkin abis nganterin lo pulang mau langsung balik ke kontrakan aja
lo ga pingin kluar ?"
kluar kemana ?" ngapain ?" ama sapa coba ?" aneh lo tanya keg gitu ya kali aja lo butuh hiburan Kha
ga usah sok baik ama gw Non. Gw terbiasa lo jahatin malah kok lo mikirnya gitu sih !! pukul Nonik di bahuku.
lah kan lo yang bilang ndiri tadi kalo lo selalu jahat ama gw. Hwahahahaha !!! tawaku mengejeknya.
ah sialan lo !!! ia mulai jalan lebih cepat dari saya.
emang lo ada acara abis ni ?" ini kan malem minggu . . buruan pulang sana buat prepare malmingan sama cowo lo teriakku padanya yang mulai menjauh. gw ga punya cowok !!! teriaknya di seberang sana semakin menjauh.
Dan tanpa terasa ini sudah hampir tiba malam minggu. Malam yang biasanya di habiskan para muda mudi untuk keluar bersama teman atau pacar mereka. Lha sedangkan saya, saat ini tengah berjalan bersama dengan Nonik. Haruskah saya mengajaknya bermalam minggu untuk mengisi kekosongan absen saya selama ini. Namun jika benar jadinya saya bermalam minggu dengan Nonik, sungguh perasaan canggung itu teramat besar sekali di pundak saya. Yang dulu awalnya kami bermusuhan, sekarang . . . .
Last edited by: rakhaprilio 2013-12-21T19:38:11+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1918
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 24-12-2013 00:38
" " Chapter 107. Rahasia Palsu
Makam itu mulai saya tinggalkan, berjalan pelan menyusuri batu nisan yang berjejeran di sepanjang jalan. Membelah langkah menuju mobil yang ada di depan. Dengan derap pelan tapi pasti hati ini mulai bergerak seiring menjauhnya saya dari makam Jovan. Hati saya bergerak mengikuti arus, mengalir jauh tanpa takut tenggelam lagi. Sebab hanya kehilangan Jovan bukan berarti saya kehilangan semuanya. Dan dengan mata yang tajam serta hati yang berulang kali saya teguhkan, Tuhan kali ini aku siap untuk melanjutkan kisah darimu. Biar saja engkau bawa separuh nyawa dan duniaku aku tak perduli, selama jantung ini belum berhenti berdetak, aku masih punya hati untuk mencoba mencintai seseorang . . . Sekali lagi . .
Sore itu pukul lima petang telah mulai lewat. Suasana mencekam di sekitar makam terasa silir mengalir menghampiri. Membelai lembut bulu kuduk ini hingga di buatnya merinding. Tarasa bahwa pergantian alam telah tiba. Dimana alam manusia kini mulai di asingkan dari alam makluk halus. Maka dengan derap langkah yang semakin saya cepatkan, kususul Nonik yang sedari tadi sudah berada di dalam mobil menungguku. Dengan perasaan canggung sebenarnya saya berfikir lebih baik untuk keluar bersamanya melepas rasa penat dan lelah yang selama ini membebani bahu ini. Yah, mungkin saja akan saya temui satu dua senyum atau tawa yang bisa mengembalikan mood saya untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup ini.
sini gw yang setir Non pintaku tempat duduk pada Nonik yang telah siap untuk mengemudi.
ywdah serah lo jawabnya singkat dengan muka mak lampir sambil keluar dari dudukan sopir.
Melihatnya sekali lagi yang tak ada feminimnya ini, maka muncul niat usil untuk mengerjai gadis asal Sidoarjo ini. Entah fikiran dari mana datangnya untuk menggodai Nonik, yang jelas saya ingin melihatnya ketakutan di suasana yang mulai menjelang magrib ini. Tentu terasa seram bukan jika jam segini kita masih berada di area pemakaman. Dengan berpura pura menyalakan mobil, saya mendapati mobil saya mogok di situasi saat ini. Dan mulai dari sini, termakanlah Nonik dengan usilan dari saya.
duh, kok gak mau nyala ya . . . ng . . . napa nih ?" gumamku lirih sambil mengotak atik kunci mobil yang sudah menancap pada tempatnya.
kenapa mobil lo ?"! tanya Nonik sedikit sewot nan kasar layaknya pemeran antagonis.
ga tau, biasanya ga gini. Apa mungkin . . . . putusku pada kalimatku sendiri memancing tanya Nonik.
mungkin kenapa ?"?" Nonik mulai heran mempelototiku. mungkin MOGOK non !!! tatapku pada paras Nonik bermuka horror.
AH RAKHA KOK BISA BISANYA SEH MOBIL LO MOGOK DI TEMPAT KAYA GINI, INI UDAH MULAI MALEM TAU !!!!!! kicaunya yang mulai masuk dalam perangkap saya.
ya bisa lah, emang kalo mogok kudu liat liat tempat kaya mogok di depan bengkel gitu ?" itu namanya bukan mogok, tapi drama korea noh . . . jawabku sambil pura pura menyalakan saklar mobil.
RAKHA BISA CEPETAN DIKIT GAK SIH, MOBIL MOGOK GA LIAT SIKON GINI, GW OGAH MALEM MINGGUAN AMA LO DI SINI KHA, GAK LUCU TAU GAK, AAAH !!!!!
lo ngomong apa demo sih ?" kecilin suara lo Non. Tar bisa ngundang loh . . . pandangku tajam pada mata Nonik.
Siapa sangka sodara, ia loncat di sebelah tempat duduk saya yang saat itu kami terpisah karena perseneling di tengahnya. melihat ia benar benar merasa ketakutan dan dengan muka pucat pasi pastilah saya masih tega untuk melanjutkan adegan ini. hahahahaha, kena kau, tawaku dalam hati.
lah Non, tempat duduk lo ada di sebelah tuh, yang ngadep di tepi kuburan. Kok lo bisa bisanya loncat ke sini sih. Tar orang ngira kita lagi ngapa ngapain berabe malah tuturku menahan tawa teramat sangat.
Kha bawa gw pergi dari sini, gw takut kalo malem gini . . dengan memelas akirnya saya pun luluh untuk menghentikan adegan ini meskipun sebenarnya saya menyukainya.
Dalam hati saya hanya bisa berkata masa mak lampir takut sama grandong. Ah sudah lah, lekas saya nyalakan mobil itu dan ia kembali ke tempat semula dengan wajah salah tingkah karena malu telah duduk di sebelah saya. Perlahan saya jalankan mobil yang saya kendarai dan meninggalkan area pemakaman. Terlihat wajah lega dari Nonik bak orang beol yang di tahan selama sepuluh tahun. Parasnya kini terlihat sumringah kala kami memasuki jalanan yang padat lalu lintas. Di penuhi dengan lampu jalan yang terang serta macetnya jalanan kota Malang pada malam minggu ini.
duh sial macet gini . . ucapku lirih sambil sesekali mobil berjalan pelan memecah macet.
hahaha, mending macet gini daripada mogok di kuburan . . tawa Nonik terlihat senang dengan keadaan macam ini.
lo seneng gw seneb Non, lo yang nyetir agih pintaku kesal pada Nonik. dih, ogah . . elu aja Kha yang nyetir. Gw masih pewe di sini, hahahaha . . ejeknya padaku yang kini mulai kesal di buatnya.
Lama menyusuri macet hampir setengah jam rasanya saya hanya berkutat pada kawasan ini dan sulit terlepas dari keadaan yang bisa membunuh saya. Melihat Nonik yang malah asyik mendengarkan musik melalui earphonenya membuat saya semakin jengkel dan timbul perasaan menyesal karena telah berhenti mengerjainya tadi. Terus berfikir bagaimana saya bisa lepas dari keadaan macet ini, akirnya muncul ide dalam benak saya untuk banting haluan belok ke salah satu caf". Tak peduli itu caf" atau tempat dugem yang penting saya harus keluar dari kemacetan ini. Dengan susah payah saya mabil lajur kiri agar lebih mudah dalam mengambil parkir, dan akirnya perjuangan saya tak sia sia yang berujung pada sebuah kuliner malam di mana tempat itu menjajakan mie sebagai menu utamanya yang Khas dengan rasa pedas. Biasa di sebut sebagai mie setan karena ada level 5 dengan jumlah cabe lebih dari 50 biji dalam satu porsi mie. Ini merupakan tempat para remaja menghabiskan malam minggu berharga dengan para rekannya atau pacar. Namun tidak untuk saya, sebab saat ini saya tengah bersama mak lampir dari gunung merapi.
loh, lo ga jadi pulang ke kontrakan Kha ?" tanya Nonik yang menyusulku keluar dari dalam mobil melepas earphonenya.
gak, gw laper . . jawabku ketus sambil meninggalkannya.
ini tempat apaan Kha ?" duh gw ga terlalu doyan mie ginian tuturnya manja seolah ini tempat yang kampungan.
itu ada becak di luar yang siap anter lo kemana aja kalo ga cocok ama menu di sini dengan kesal saya tunjuk itu batang hidung tukang becak di seberang.
Akirnya mau tak mau ia ikut dengan saya hingga usai makan malam ini. Sebab pastilah ia gengsi untuk naik becak berkeliling kota Malang di malam minggu seperti ini. Beda jauh dengan Jovanda yang dulu malah pernah saya ajak naik angkot untuk acara malam mingguan. Sungguh dua sahabat dengan kepribadian yang berbeda. Dengan menu mie, akirnya saya memesan level 1 yang berisi 12 cabe. Sedangkan Nonik yang kala itu tak tahu apa apa, saya tanya dia minta level berapa.
Non, lo level berapa mienya ?" tanyaku pada Nonik yang clingak clinguk menanti meja kosong.
lo berapa Kha ?" tanya Nonik balik sebelum menjawab pertanyaanku.
gw ga doyan pedes, gw pesen level 1 aja, paling cabenya ada 3 biji tuturku kalem sok cupu di depan Nonik.
ah cemen lo jadi cowok masa gadoyan pedes, gw level 5 aja deh jawabnya tegas mungkin berfikir pada level 5 berisi 15 cabe.
Dalam hati, mampus kau kena jebakanku malem ini. Hahahaha . . .
yakin lo level lima ?" tanyaku memastikan Nonik yang lebih dulu mendapat tempat duduk.
iya level lima aja. Gw beda ama lo, gw gak cemen Kha. Gw doyan pedes kok
Makan tuh sambel ntar kalo udah jadi gumamku dalam hati sambil senyum senyum sendiri.
tar kalo lo ga abis, lo yang bayarin. Tapi kalo lo abis, gw yang bayarin makan, deal ?" ajakku pada Nonik membuat kesepakatan terlebih dulu.
ya jelaslah lo yang bayarin gw makan, emang gw kaya lo cemen gitu dengan pedenya ia masih bisa sok sok an di depan saya.
Akirnya kami sepakat dengan hal semacam itu. Jika ia habis mie pada level lima, bisa saya pastikan usus dia akan terbakar melilit sendiri habis karena pada level lima sebenarnya berisi sekitar 60 biji cabe. Namun jika ia tidak sanggup menghabiskannya, tentu harga dirinya adalah taruhan yang mahal untuk saya injak injak dan ia akan membayar acara makam malam ini.
Penantian panjang itu akirnya datang. Berawal dari mie pesanan saya yang datang lebih dulu, beraroma wangi sedap siap untuk di santap. Sedangkan mie pesanan Nonik datang beberapa menit kemudian dengan aroma menusuk hidung yang seolah itu adalah makanan dari neraka. Sebab ketika saya mecium aroma mie pesanan Nonik, sempat beberapa kali saya menahan bersin karena bau cabe yang amat kental terasa merusak indra penciuman ini.
yey, udah dateng nih . . ayok di makan bareng. Gw dah laper banget ajakku pada Nonik yang memulai melahap mie terlebih dahulu sambil memberikan senyum kematian untuknya.
Terlihat ia beringas melihat mie di depannya, perlahan sumpit itu mulai di putar putarkan, sedangkan mie yang sudah terkumpul siap untuk di lahapnya. Dan menit menit yang paling saya tunggu adalah saat ini di mana ingin melihat ekspresi dari Nonik ketika mancoba mie level 5 ini. Dan apa yang terjadi pemirsa saat ia mulai melahap mie pertamanya . .
Hap . . . bunyi mie yang di lahap Nonik
Demi tuhan saya menahan tawa kala itu melihat ekspresi mimik muka Nonik. Matanya melotot seolah mau copot, pipinya menjadi merah padam, sedangkan bibir itu menahan rasa pedas teramat sangat. Keringat di atas dahi dan hidungnya kini mulai mengembun lirih bermunculan seiring di kunyahnya mie itu. Dengan wajah innocent saya tanya dia mengenai rasa mie level lima miliknya. gimana Non ?" enak ?"
Ia masih belum menjawab, di ambilnya seteguk air minum yang telah menemani kami sebelumnya. Dan dengan wajah menahan rasa pedas ia mencoba menjawab pertanyaan saya dengan sedikt rasa jengkel tentunya.
ini mie apa ublekan sambel sih Kha ?" sejauh mata gw memandang yang ada di mie ini isinya malah banyakan cabenya ketimbang mienya
lah kan tadi yang minta lo ?" yang bilang doyan pedes tadi siapa coba ?" buru abisin gih . . met makan ya ejekku pada Nonik sambil melahap mie pesananku sendiri.
Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk menghabiskan mie milik Nonik. Tak satu dua teguk ia memimun air untuk melepas rasa pedas yang membakar lidahnya, melainkan ia habis tiga gelas jus jeruk. Kini kringat itu bercucuran di mana mana, matanya seolah ingin menangis, dan terlebih lagi, cara dia menarik dan menghembuskan nafas membuat libido saya naik turun melihat ekspresinya seperti orang tengah sange saja. Puas melihat Nonik yang kepedasan karena mie level 5 akirnya saya harus membayar apa yang telah Nonik habiskan. Bagi saya, uang saat ini bukan lah masalah jika harus mendapatkan pemandangan seperti ini. Keringat itu berkucuran di mana mana, mukanya berubah merah padam merona, dengan sesekali ia menarik nafas yang lebih mirip dengan orang horny membuat saya berfikir yang iya iya tentang Nonik di atas ranjang. Biasalah, otak mesum tak pernah jauh dari hal seperti ini sodara. Hanya dengan tangan kosong, ia sibakkan rambutnya ke kiri dan ke kanan menghilangkan rasa gerah di malam itu, dan saat itu saya hanya bisa berfikir. Jika dalam satu jem kedepan saya tetap di suguhi pemandangan macam ini, bisa di pastikan Joni yang sedari tadi masih adem ayem kini mulai tumfeh tumfeh sodara.
widiiiiih abis juga mbak bro mie nya ?" hahahhaa . . . enak ?" lo sengaja ya keg nya ?"
lah kagak Non . . kan lo yang minta tadi, hahahaha . . .
btw wajah lo merah delima gitu, nih tisyu . . ambilku tisyu untuknya mengusap kringat yang perlahan menyusuri leher jenjangnya.
gausah, ngapain ngasih ngasih gitu segala jawabnya ketus dengan sesekali mengusap keringat.
duh sewot amat, kan gw baik niat ngambilin lo tisyu biar kringet lo ga lari kemana mana
gw ga biasa di baikin orang, jadi gausah sok baik di depan gw ! kok gitu, kenapa emang, lo gangguan jiwa ya ?"
enak aja ngatain gw gitu, gw ga suka aja kalo ada orang yang baru kenal sok baik di depan gw
sok baik ?" emang gw pernah jahat sama lo ?" bukannya lo yang jahat sama gw ?" emang kita baru kenal ?" bukannya kita kenal udah hampir tiga taon ini
duh ya ga gitu juga sih Kha, maksud gw . . . .
Sesaat ia kehilangan kata katanya dan kembali berucap untuk melanjutkannya. kan kita sebelomnya ga pernah kenal deket Kha, makanya gw bilang baru kenal tapi gw tau semua tentang lo kok . . .
Sesaat mukanya merah padam . . dengan sesekali mata itu entah lari kemana menyembunyikan rasa malunya.
apa yang lo tau tentang gw emang ?"
Dengan sadarnya ini adalah umpan dari dia pemirsa.
perlu gw ceritain pengalaman pribadi lo waktu sama Jovan pas esema dulu ?"
Jujur, sebenarnya saya tak tahu apa apa tentang Nonik. Jika saja Nonik berkata untuk melanjutkan lebih jauh apa yang saya ketahui tentang dia pas esema dulu, jelas saya bakal ketahuan bahwa saya sebenarnya tak tau apa apa. Maka bisa di bilang ini adalah pura pura mengetahui rahasia seseorang.
Eh jangan, jangan, jangan !!!! masa Jovan cerita juga masalah itu
makanya lo jangan macem macem ama gw Non, kalo gw bongkar cerita lo di kampus, gw jamin lo bisa jomblo tuju turunan, ahahahahaha Ancamku pada Nonik sok tau tentang rahasianya padahal itu bulshit.
yah jangan Rakha, kok sekarang jadi lo yang jahat ke gw sih . . . gw dah gatal jomblo 3 bulan kaya gini
apa ?" lo gatal ?" lo ga mandi 3 bulan ?" enggak gitu bego, gatal itu Galau Total
oalah, jomblo 3 bulan terus lo galau metal gitu, hahahahaha . . biasa aja kale Non gw gak pernah gini Kha sebelomnya
maksud lo ?" gw gak biasa sendiri kaya gini. Tiap abis putus sama seseorang gw pasti cepet cepet cari pengganti n dapet cowok baru biasanya gitu
oh . . lo itu ga betah jomblo lama soalnya lo itu haus perhatian dari orang yang sayang sama lo gitu
nah itu tumben lo pinter "
Kambing saya di katain tumben pinter, kalo mau saya bisa embat dia sekarang juga. Duh Rakha sabar Rakha, inget Almarhum jovan . . . ini baru tujuh hari.
nik gw bayar dulu yah, lo dluan aja ke mobil ajakku pada Nonik untuk bergegas pulang.
iya gw tunggu Kha, . . Dengan ini akirnya saya pun bergegas pulang dengan hati senang. Yah, meski saya harus membayar kocek lebih untuk Nonik, setidaknya pemandangan yang saya dapat setimpal dengan apa yang telah saya keluarkan untuk dia. Mulai dari dia yang kepedasan hingga ekspresi LIAR milik Nonik sungguh menggoda iman ini sodara. Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1961
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 26-12-2013 23:37
" " Chapter 108. Pijat Refleksi
Ini adalah tiga hari setelah saya bermalam minggu dengan Nonik. Lebih tepatnya ini hari selasa, seperti biasa saya masih sibuk dengan segala jadwal perkuliahan yang sebentar lagi akan menuju ujian akir. Maka di kosan lebih sering saya habiskan untuk memahami materi yang tengah saya angkat saat ini daripada nanti harus di hajar oleh tiga dosen penguji. Tentu sebagai mantan menantu orang nomor satu di Fisip, saya tak ingin mengecewakan ayah Jovan yang menginginkan untuk lulus teapt waktu. Meski saya dan Jovan kini tak bersama sama lagi, namun hubungan silaturaqmi saya dengan keluarganya masih tetap saya lanjutkan hingga detik ini.
Mengingat saya yang harus fokus terhadap bahan ujian, pagi itu saya masih asyik membaca materi di leptop depan meja belajar. Namun secara tiba tiba, konsentrasi saya harus terpecah sesaat karena hape di saku ini berbunyi dengan kerasnya. Dengan amat malas maka saya angkat itu telfon yang ternyata dari Nonik. Entah apa yang akan ia bahas kali ini, saya rasa urusan dengannya telah usai setelah kami bermalam minggu kemarin.
hallo, iya Non . . da apa ?" sapaku sambil mengutak atik leptop depan meja.
Kha, bisa anterin gw ke dokter gak ?" tanya Nonik sedikit bersuara lemas.
lo sakit ?" trus kenapa musti gw yang lo telfon buat nganter ke dokter ?" emang saya emaknya pikirku dalam hati.
ini ada sangkut pautnya sama lo, lo musti tanggung jawab Kha !! kini suara itu terlihat serius.
lah ?" gw ngapain lo Non, nyentuh aja kagak. Masa lo bisa bunting gitu ?" wah lo ngejebak gw nih . . fikirku kotor pada Nonik.
sapa yang bilang bunting sih bego ?" GW DIARE GARA GARA MAKAN MIE SAMA LOE !!! teriak Nonik di seberang telfon.
Tengkorak Maut 7 Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Kiamat Di Goa Sewu 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama