Sunyaruri Karya Risa Saraswati Bagian 2
saya masih merasakan kasih lbu saat itu. Tapi, keputusan Bapak
mengusir saya dari rumah benar-benar melukai perasaan saya,
karena selama ini hanya Ibu, Bapak, dan adik"adik yang saya
punya. Kamu tahu, Risa" Seumur hidup, saya selalu dimusuhi
orang-orang di kampung, mereka bilang saya anak haram!
Karena, tak ada siapa pun di keluarga saya yang berwajah seperti
ini, pucat dan berambut pirang. Seumur hidup, hanya Ibu yang
bisa saya ajak bicara. Bahkan Bapak melarang dua adik saya
berbicara dengan saya. Saya benar-benar merasa terasing
Ruth menundukkan kepalanya dengan sedih, sementara aku
masih terdiam, menunggu dia melanjutkan ceritanya.
Aku : "Aduh, kasihan sekali kamu, Ruth. Untung sekarang
temanmu banyak, ya" Termasuk saya, Ruth, catat itu! Mmmm "
120 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
Lalu" Bagaimana kelanjutannya, Ruth" Bisakah kamu lanjutkan
lagi ceritanya" Sebenarnya, apa tujuan bapakmu mengusirmu?"
Ruth : "Saya menyesal telah begitu marah pada Bapak. Saya
tak menyangka bahwa tindakan Bapak mengusir saya waktu
itu adalah karena berusaha melindungi saya dari Jepang, yang
konon akan menyerbu desa kami setelah mengetahui informasi
bahwa ada seorang wanita Londo yang tinggal di sana. Kamu
tahu" Wanita Londo itu adalah saya. Pasti salah seorang warga
Desa yang membocorkan informasi itu pada Jepang. Padahal,
mereka semua tahu bahwa saya wanita Endonesa, bukan Londo."
Wajah Ruth tampak begitu gusar dan geram saat menceritakan
hal ini. Kebenciannya terhadap orang-orang kampung itu terlihat
begitu jelas, membuatku terkejut memandang ekspresinya.
Aku : "Astaga, begitu ceritanya! Ck ck ck, benar-benar
keterlaluan orang-orang itu! Jika saya jadi kamu, mungkin
saya akan sangat emosi dan marah pada semuanya. Huh! Lalu,
bagaimana nasib keluargamu" Bagaimana akhirnya kamu bisa
bertemu dengan Taka?"
Aku begitu antusias menanti cerita Ruth, karena tak pernah
kudengar kisah seperti ini sebelumnya. Wanita ini benar-benar
kuat dan tegar, aku kagum melihatnya yang tetap bisa ceria dan
tertawa. 121 RISA SARASWATI Ruth : "Sabarsedikit, Risa. Sayatakpemahbisamembayangkan
betapa menderitanya keluarga saya demi menyelamatkan saya,
anak yang konon tak diharapkan hadir di keluarga Ibu dan Bapak.
Saya tak menyangka mereka semua akan bernasib tragis, seperti
yang saya dengar dari Taka. Taka bercerita dengan cemas, dia
hilang pada saya teman-temannya telah membunuh seluruh
anggota keluarga saya. Mereka menganggap keluarga saya
pengkhianat, mereka memang biadab! ! !"
Ruth kembali menunduk sedih, wajahnya diwarnai penyesalan
yang begitu mendalam. Aku yang mendengar ceritanya saat itu
merasa prihatin mengetahui kondisi hidupnya. Aku bingun g harus
berkata apa pada Ruth, namun lagi-lagi dia mampu mengatasi
kesedihannya dengan baik, karena kini Ruth mulai menengadah
dan memasang wajah cerianya kembali.
Ruth : "Tidak, tidak, tidak, saya tidak boleh bersedih! Jadiiiii,
saat diusir oleh Bapak, saya memutuskan untuk pergi dan
bersembunyi di hutan. Kamu tahu, tidak" Bapak membekali
saya sebuah tas berisi makanan, baju, uang, dan selimut agar
saya tidak kedinginan. Saat itu, saya baru mengerti maksud dan
tuj uan Bapak mengusir saya dari rumah. Waktu itu, saya berj alan
jauh ke tengah hutan dan saya memutuskan beristirahat untuk
sembahyang, meminta bantuan Tuhan untuk memilih jalan mana
yang harus saya tempuh setelahnya. Saya ingat, saya sedang
122 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
berdoa dengan sangat khusyuk saat tiba-tiba sebuah tangan
menyekap mulut saya. Tangan itu berusaha meredam jeritan
saya, yang terkaget-kaget melihat penampakan seorang laki-laki
sipit berseragam seperti tentara! Hihi kamu tahu Risa" Lakilaki itu adalah Taka laki-laki yang begitu saya sayangi ."
Waj ah Ruth kini menunduk malu, namun dia tak henti mengumbar
senyum, seperti tengah melamunkan seseorang yang sangat
berarti baginya. Aku : "Ooooohhh, jadi laki-laki itu adalah Taka" Apa yang
selanjutnya terjadi, Ruth" Aku sangat senang mendengar
ceritamu ini ! ?" Ruth : "Sebelumnya, saya pikir laki-laki itu akan membunuh
saya. Perasaan saya berkata bahwa laki-laki itu adalah anggota
tentara Jepang. Bisa kamu bayangkan, Risa, betapa takutnya
saya saat itu! Namun, ternyata laki-laki ini adalah orang baik,
karena sedikit pun dia tak menyakiti saya. Dengan bahasanya
yang aneh, dia berusaha membimbing saya masuk ke dalam
hutan, mencoba menjauhkan saya dari rombongan sesamanya
yang saat itu sedang berbaris, hendak menggempur desa saya.?"
Aku : "Waw! Ini sangat menarik, Ruth! Lalu bagaimana
selanjutnya" Saya bisa bayangkan bagaimana sulitnya kamu
berkomunikasi dengan dia, hihi! Pasti sangat lucu!"
123 RISA SARASWATI Ruth : "Memang, awalnya saya juga kebingungan begitu
pula Taka. Tapi, lama-lama kami bisa berkomunikasi kok!
Dengan bahasa tubuh kami sendiri
Ekspresi Ruth kembali terlihat malu. Walaupun aku tak bisa
melihat wajahnya merah merona, namun aku tahu, dia malu
karena kata-kata yang baru saja terlontar dari mulutnya.
Aku : "Kamu terlihat malu-malu, Ruth! Hihihi, apa saja yang
kamu tahu dari seorang Taka" Maksud saya, dengan bahasa yang
terbatas itu?""
Ruth : "Iya, saya agak malu, Risa hihi. Banyak sekali!
Saya akhirnya tahu bahwa Taka sangat membenci peperangan.
Taka menggosok"gosokkan buah delima ke tubuhnya, berusaha
berbicara bahwa dia tidak suka darah. Saya menangkap bahwa
dia tidak suka segala sesuatu yang berhubungan dengan perang
dan pertumpahan darah. Lalu, saya melihat Taka menggambari
tanah dengan batu, gambar seorang perempuan seperti saya
. indah sekali. Dari situ, saya tahu bahwa sebenarnya Taka
adalah seorang pelukis andal. Waj ah Taka tampak marah saat dia
berkisah bahwa pemimpin pasukannya adalah orang yang sangat
galak dan kejam. Begitulah cara saya berbicara dengannya, Risa
sungguh indah, bukan?"
124 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
Ruth tersenyum sambil sekali-kali memejamkan mata, seolah
sedang mengenang hal indah yang pernah terj adi di masa lalunya.
Aku : "Indah sekali, Ruth, kisah seperti kisahmu sudah sangat
jarang terj adi masa kini."
Ruth : "Ya! Tentu saja! Karena Taka dan saya adalah orangorang baik yang sangat sopan dan tulus, hehehe mungkin
zaman sekarang sudah jarang ditemukan manusia seperti kami
dulu. Setuju"! Hihi _"
Matanya terlihat menuduh kini, dan aku mulai sadar bahwa dia
sedang menyindirku. Aku agak tersinggung mendengarnya, jadi
kutatap dia dengan kesal.
Ruth : "Hahahaha, saya hanya bercanda, Risa, lupakan saja
kata-kata saya tadi! Ayo kita lanjutkan" Apalagi yang ingin
kamu tahu?" Aku : " Baiklah. Saya penasaran, Ruth, kalian bersembunyi
di mana, sih" Lalu, bagaimana bisa Taka menj auh dari pasukan
Jepangnya?" Ruth : "Saya tinggal di dalam sebuah gua, cukup jauh dari
tempat lalu-lalang orang. Taka yang mencarikannya untuk saya.
125 RISA SARASWATI Sebenarnya, Taka tidak selalu datang setiap hari, biasanya dia
datang saat sore menjelang malam, pada hari-hari tertentu.
Terkadang, dia datang larut sekali! Dia berhasil menyelinap
kabur dari pasukannya, saat yang lain sedang beristirahat atau
tidur. Saat itulah, biasanya dia datang membawakan makanan
dan perlengkapan yang saya butuhkan untuk bertahan hidup di
dalam gua." Aku : "Luar biasa, Ruth. Apakah dia pernah ketahuan oleh
pimpinannya?" Ruth : "Saya belum selesai bercerita, Risa
Wajah Ruth terlihat sedih, dia menundukkan kepala lebih
dalam daripada sebelumnya. Aku tahu, kali ini yang akan
diceritakan Ruth mungkin adalah bagian tersulit sepanjang
hidupnya. Yang kulakukan hanyalah terdiam, menunggunya siap
melanjutkan cerita. Ruth : "Pada akhirnya, mereka tahu apa yang sebenarnya Taka
sembunyikan selama ini. Saat itu, Taka datang seperti biasanya,
membawakan saya makanan dan menghibur saya dengan
senyumannya. Tiba-tiba saja, segerombolan orang Jepang
berseragam mengepung gua tempat kami sedang bercengkerama.
Entah apa yang mereka ucapkan pada Taka, karena selanjutnya
126 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
salah seorang dari mereka tiba-tiba menghampirinya dengan
cepat, dan menghunuskan pedang ke arah Taka. Lalu lalu
lalu saya melihat Taka terj atuh setelah pedang itu menancap tepat
di perutnya ...." Kini, yang kulihat adalah ekspresi paling sedih dari sosok
Ruth. Seandainya saja dia bisa meneteskan air mata, aku yakin
waj ahnya akan basah. Ruth yang malang
Aku : "Ruth maafkan saya, saya ikut sedih mendengarnya
Ruth : "Dan kemarahan saya memuncak saat itu. Meskipun
sangat waswas, saya mencabut pedang itu lalu menghunuskannya
pada orang yang telah membunuh Taka!"
Ruth terlihat benar-benar marah kini.
Aku : "Astaga, benarkah itu"! Siapakah orang itu" Kamu
tahu?" Ruth : "Saya rasa dialah pemimpin pasukan Taka, karena
wajahnya cukup tua dan terlihat sangat galak. Persis seperti
gambaran yang diceritakan Taka."
127 RISA SARASWATI Aku : "Oh Lalu, bagaimana denganmu, Ruth" Apa yang
mereka lakukan padamu setelahnya?"
Baru kali ini kulihat tatapan mengerikan Ruth, matanya menyorot
penuh amarah dan dendam. Bibirnya terlihat bergetar, lain
daripada biasanya. Ruth : "Sedikit pun saya tidak ikhlas kalau orang-orang
Jepang itu menyentuh saya, apalagi jika saya harus mati di
tangan mereka. Saya kembali menarik pedang itu, Risa, lalu
menusukkannya di perut saya, tepat di sini "."
Tangan Ruth menunjuk bagian perutnya. Entah apa yang terjadi,
namun tiba-tiba saja, dari baju atasan putih yang dia kenakan,
merembes perlahan sesuatu yang berwarna merah. Aku kaget
bukan main, sementara Ruth memandangi mukaku dengan wajah
begitu j ahil. Aku : "Ruth, hentikan! Ini tidak lucu! Sungguh tidak lucu,
Ruth!!!" Ruth : "Hihihi kamu kan harus bisa membayangkan
bagaimana kondisi saya saat itu, ya seperti inilah tak ada yang
saya tutup-tutupi, hihihi."
128 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
Aku : "Ugh, menyebalkan!!! Saya juga sama seperti Taka,
begitu membenci darah! Rasanya merinding kalau melihat darah,
mengerikan! ! !?" Ruth : "Ah, kamu mengada-ada, Risa, hihihi "."
Aku : "Aku tidak berbohong! Tapi eh, sepertinya saya
cocok ya dengan Taka" Sama sama membenci darah
Baju Ruth kembali normal, tak lagi menyemburkan darah
berwana merah di bagian perutnya. Entah apa yang dia lakukan,
semua seperti sulap di mataku. Wajahnya tiba-tiba menatap
serius ke arahku, mulutnya terlihat merengut dan senyumnya
benar-benar hilang. Ruth : "Coba, apa katamu" Bisa diulang lagi?""
Aku : "Eh, anu iya, sepertinya saya dan Taka cocok .?"
Ruth : "Enak saja kamu bicara! Tidak! Tentu saja tidak! TAKA
ADALAH MILIK SAYA! TIDAK, TIDAK, TIDAKKKK! ! !"
Aku : "Hahahahaha, saya kan hanya sedang menguji tingkat
kedewasaan kamu, Ruth! Hahahaha, ternyata kamu tak sedewasa
yang saya bayangkan! Hahahaha!"
129 RISA SARASWATI Ruth : "Kamu sungguh menyebalkan! Hahahahaha, dasar
manusia gilaaaa!" Aku : "Kamu juga perempuan gila! Hahahhaha!"
Kami berdua terbahak lepas, menertawakan diri kami masingmasing, meski ada sebuah kesedihan yang sama-sama kami
pendam saat itu. Tangan Ruth menyentuh tanganku, dingin sekali.
Ruth : "Risa, kamu sedang kehilangan teman-temanmu, ya?""
Aku : "Mmmmh, apa maksudmu Ruth" Tidak juga, ah
biasa saja Ruth : "Risa, saya tidak bertanya tentang perasaanmu. Saya
bertanya apakah kamu kehilangan teman-temanmu" Hihi, kamu
kok jadi bingung begini?"
Aku : "Oh mmmh, anu maaf, maksudku tidak, aku
tidak kehilangan mereka, kok. Mmmh belakangan ini mereka
memang jarang datang, tapi mereka ada, kok aku yakin ada
Kata-kata terakhir kuucapkan dengan setengah berbisik, sangat
jelas menunjukkan ketidakyakinanku di hadapan Ruth.
130 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
Ruth : "Jangan heran saya bertanya seperti itu, soalnya
belakangan ini anak"anak Londo itu selalu bergerombol di
gedung sekolah. Tidak pergi ke mana-mana. Padahal, saya sering
mencuri dengar, kalau mereka bepergian dan ditanyai oleh
Norah, mereka selalu bilang pergi ke rumah Risa. Tapi, akhirakhir ini, mereka lebih memilih bermain di tempat tinggal kami.
Sebenarnya, apa yang terjadi, Risa"
Aku : "Nah itu dia, saya juga tidak tahu, Ruth. Mereka tibatiba saia jarang datang lagi. Saya pikir, mereka malah bermainmain ke tempat lain karena mereka sekarang menjadi sangat
populer Bibirku mulai bercerita tanpa ragu pada Ruth, seperti biasa
aku mudah terpancing untuk menceritakan kesedihanku.
Ruth : "Sudah Londo, populer pula ya mereka. Si ompong
yang paling kecil itu sombongnya minta ampun. Sekarang,
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setiap bertemu saya dia selalu bertanya, apakah dia lebih ganteng
atau tidak. Buat saya, mereka itu sama saja tidak ada gantenggantengnya, kok! Saya lebih suka pria berwajah seperti Taka,
hihi Aku : "Eh, tunggu, Ruth, jadi intinya mereka sebenarnya
tidak sibuk seperti yang kubayangkan" Benar begitu?"
131 RISA SARASWATI Ruth : "Ah tidak, mereka tidak sibuk, kok. Hampir setiap hari
saya melihat mereka .. . . ?"
Aku : "Jadi, sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka ya,
Ruth" Kenapa mereka menghindari saya?""
Ruth memutarkan bola matanya, mengisyaratkan tidak tahu apaapa. Saat seperti itu, waj ahnya terlihat lucu sekali, seperti boneka.
Ruth : "Mana saya tahu, seharusnya kamu dong yang lebih
paham. Kamu kan teman akrab mereka?""
Aku : "Tidak Ruth, saya tidak tahu Mmmmh, kamu mau
bantu saya tidak, Ruth?"
Ruth : "Tergantung Aku : "Tergantung apanya, maksudmu?"
Ruth : "Tergantimg permintaanmu, kalau menyulitkan saya
tentu saya akan menolaknya. Tapi, kalau kira-kira permintaanmu
tidak menyulitkan, bolehlah saya bantu."
Aku : "Tolong cari tahu kenapa sikap mereka berubah
terhadap saya 132 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
Kutundukkan kepalaku, berharap jawaban Ruth adalah kata
"Ya." Namun, yang kini kudengar dari mulutnya adalah suara
gelak tawa yang memekakkan telingaku.
Ruth : "Hahahahahaha, kasihan sekali kamu, Risa!
Hahahahahahahaha, sungguh kasihan kamuuuu,
hahahahahahaha ! ?" Aku : "Sepertinya saya tidak sedang bercanda
Ruth : "Tentu saja tidak bercanda, tapi kamu sungguh lucu dan
menyedihkan. Seharusnya, hal seperti ini kamu hadapi sendiri,
tak perlu meminta bantuan saya. Kamu kan sudah lama sekali
berteman dengan mereka, seharusnya kamu tahu cara menemui
mereka, kamu paham cara menghadapi mereka, tak perlu minta
bantuan saya untuk menyelesaikan masalah ini .... Betul kan?""
Aku : "Jadi, kamu tak mau bantu saya, Ruth?"
Ruth : "Tentu saja, mau!"
Aku : "Rutttthhhhhh! Kamu teman baru yang sangat
menyenangkannnnnn! Terima kasih, Ruth, terima kasih,
Ruuuuttttthhhh, AKU SAYANG KEPADAMU RUUUTH! ! !"
133 RISA SARASWATI Aku mencoba memeluk Ruth sekencang-kencangnya, namun
perempuan itu melesat entah kemana dengan cepat. Yang
bisa kudengar hanya gelak tawanya yang tanpa henti. Sekilas
kudengar dia bergumam, "Dasar manusia gila hihihi."
Aku semakin bingung, sebenarnya apa yang kini sedang kalian
sembunyikan dariku" Sungguh, aku ingin mengetahuinya. Yang
kutahu kini, keadaan sungguh berbeda dengan saat pertama kali
kalian semua meninggalkanku. Dulu, saat kalian menghilang
dari hidupku, aku selalu merasa kalian selalu membuntutiku,
meski aku tak tahu di mana keberadaan kalian. Namun, kini,
kalian benar"benar hilang tidak pernah sekalipun aku merasa
sedang diperhatikan oleh kalian.
Apa pun itu masalahnya, aku hanya ingin tahu apa yang
sebenarnya sedang terjadi di antara kita .
134 SUNYARURI | MELERAI DENDAM
"Di antara danyaf anak ya)" ada di dunia, dan aeraaa
Ju/n/an ["Au yang te/a/i mergaSu/irya" 5607ny
anak memAutu/m'fan (fasih Sayang dan .di/mangan"
pendidikan di;;er/ukan menje/ang masa depan"
Keadaan 5251?" hening, fak Seperti Aiasanya kanan
takd'uga muncu/ Setdah kunyany/X'an Arif /agu ini.
" 4.541. (:(/7 ayeuna gaduh hy"; doneffa, teu finz'en Saena,
Sareng /ucuna. Ku aAc/i dierokan, erofna sae ;)me
ding mangga, le'nja/l' 5017de aAc/i
Masih hening /agu kenangan ("ita fun ta!" /agi
Asrarti uagi (ea/ian. Dan ?"uth tafguga
mendatangiku untuk menyampaikan .Seal/X'ft
informasi tentang (a/ian fadaku
5uda/7/a/7, /a/na"-/ama aku /e/a// >-harap danyaf pada
((i/ian. Mungkin 5e/1aru5nya aku tidak pedu/i /ag/, ya"
Jika memang itu mau ('a/ian, daz'k/ah tidak u5a/7
uerte/nan /agi. Tapi, 639an mungkin aku 15/55; me/upafan ((i/ian
Semua " 135 RISA SARASWATI 136 SUNYARURI RISA SARASWATI 138 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
( ( ami bosan berada dalam kamarmul Kami ingin
Kbermain kastil Kenapa sih, hujan turun terus"
menerus"!" Kalian selalu saja mengeluh saat langit mulai
mengguyur alam ini dengan tetes-tetes air hujan. Aku ingat, dulu
kalian semua pernah marah padaku, karena yang kulakukan
saat kalian mengeluh soal hujan adalah mandi air panas dan
meminum segelas susu, sebelum akhirnya tertidur pulas di atas
tempat tidurku yang hangat. Padahal, yang kalian inginkan
adalah aku tetap terjaga dan mengobrol semalam suntuk
menemani kalian yang begitu membenci hujan.
Terkadang, aku tak memedulikan kalian. Seringkali aku tak
menghiraukan keinginan-keinginan kalian yang kuanggap
konyol. Jangan-jangan, aku memang menyebalkan, ya" Secara
tak sadar, aku mulai menganggap kalian semua ini "hantu".
Aku lupa memanusiakan kalian aku lupa menganggap kalian
sahabat-sahabat terbaikku.
Malam ini, hujan turun begitu deras. Namun, tak kupedulikan
udara dingin kota Bandung yang mengiringinya. Dengan
memakai kaus tipis, celana pendek, dan bertelanjang kaki, aku
melangkah untuk melihat berapa banyak air yang turun ke bumi
malam ini. 139 RISA SARASWATI Sebenarnya, aku sendiri bukan penggemar hujan, namun bukan
karena kalian maka aku ikut"ikutan membenci hujan. Bagiku,
hujan hanya membuatku terus terjebak dalam kesedihan.
Saat hujan turun, mataku menerawang menembus butir-butir
tetesannya. Dinginnya air hujan seakan menghunjam ke dalam
isi kepalaku, yang sedang memikirkan terlalu banyak hal
berat. Dulu, aku sangat menyukai hujan, meskipun sendirian
dalam kamarku yang lembap karena air hujan merembes ke
dinding-dindingnya. Dulu, hujan selalu saja mampu membuatku
mengingat lebih banyak hal indah yang pernah kulalui.
Dan semua kenangan indah itu selalu berisi tentang kisah
persahabatanku dengan kalian.
Saat hujan reda, lamunan tentang kalian selalu saja terwujud
indah, dengan kedatangan kalian ke rumah ini meskipun
kalian"Peter, Hans, Will, Hendrick, Janshen, dan kini ada kau,
Marianne, juga kau, Norma, selalu datang sambil bersungut"
sungut karena menurut kalian, hujan adalah bencana yang
hanya akan menghentikan kegiatan kesukaan kalian. Namun,
kali ini berbeda. Saat hujan reda, tak kudengar sedikit pun
suara menggerutu dari bibir cerewet kalian. Lebih baik tak usah
turun hujan agar aku tak lagi memikirkan kalian! Agar aku tak
lantas melamun sendirian di dalam kamar, menanti gerutuan
kalian terdengar, agar aku tetap menyibukkan diri tanpa harus
memanggil nama kalian satu per satu.
140 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
Ketika kita sama"sama tidak suka hujan dengan alasan yang
berbeda, beberapa ratus kilometer dari tempat kita berada
ada seorang perempuan cantik yang sangat mencintai hujan.
Baginya, hujan bagaikan ombak yang menderu, sehingga saat
hujan turun, dengan sesukanya dia bisa meneriakkan isi hatinya,
yang tak pernah bisa didengar oleh siapa pun. Baginya, hujan
adalah sahabat, yang mendampinginya menari dengan bebas di
tengah ribuan tetesannya. Baginya, hujan adalah sang ibu, yang
selalu datang saat tak ada siapa pun untuk sekadar merangkul
hatinya. Aku cukup beruntungjika dibandingkan dia, karena aku punya
kalian, aku punya keluarga, juga teman-teman yang bisa kuajak
berbagi. Dan kalian semua juga beruntung, karena kini kalian
tak lagi sendirian Sementara, dia hanya bisa membagi
segalanya dengan hujan. Harus kuceritakan kisah tentangnya, sebelum aku lupa
menceritakan ini pada kalian semua. Hujan itu indah, dia bisa
menjadi pengiring yang baik bagi siapapun yang sedang merasa
sendirian. Mungkin kalian harus benar"benar meresapi kisah
ini, agar kalian bisa mulai menyukai hujan.
141 RISA SARASWATI Sudah tiga tahun lamanya aku tinggal di ibu kota, mencoba
bangkit dari segala keterpurukan yang menimpa keluargaku di
kampung sana. Usiaku kini menginjak enam belas. Menurut
paman dan bibiku, pendidikan adalah hal yang paling utama
untuk perempuan seusiaku. Meskipun pas-pasan, keduanya
berusaha menyekolahkanku di sekolah negeri kota ini. Tak
bisa kupungkiri, mereka sangat berj asa dalam hidupku. Mereka
adalah dua orang baik hati yang mencoba mengangkat deraj atku
agar memiliki nasib yang layak, setidaknya seperti perempuanperempuan lainnya. Mereka berdua berani menentang keinginan bapak dan ibuku
yang berniat menikahkanku dengan seorang laki-laki paruh baya,
saat umurku belum genap berusia tiga belas tahun. Padahal, tak
masalah bagiku, jika itu bisa membahagiakan kedua orangtua
kandung yang telah membesarkanku. Bagiku, membuat mereka
senang adalah sebuah tujuan hidup. Namun, Paman dan Bibi
yang selama ini belum dikaruniai anak merasa iba kepadaku.
Dengan sejumlah uang yang mereka tawarkan kepada Bapak
dan Ibu, akhirnya mereka bisa membawaku pergi. Pamanku
yang lain memutuskan untuk membawa adik perempuanku,
yang menurutnya mungkin akan bernasib buruk juga jika terus
tinggal bersama orangtua kami. Dia pun memberikan sejumlah
uang pada Bapak dan Ibu, untuk membawa adikku Alya untuk
tinggal bersamanya di kota tempatnya bekerja. Sakit rasanya
142 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
memikirkan keluargaku yang tercerai-berai karena himpitan
ekonomi, yang membuat pikiran Bapak dan Ibu menjadi sempit.
Namun, bagaimanapun, mereka berdua adalah orangtua yang
sangat kusayangi, lebih dari siapa pun.
Jika sedang memikirkan Bapak, Ibu, Alya, dan dua adik lakilakiku, selalu saja aku menangis Aku sangat berharap
suatu saat nanti kami bisa berkumpul kembali, dan aku bisa
membahagiakan Bapak serta Ibu. Entah mengapa, saat menangis
biasanya hujan akan turun detik itu juga, seolah ikut menangis
bersamaku. Hujan adalah sahabat setiaku
Rambutku terurai panj ang, kulitku tak legam namun tidak bisa
juga dibilang putih, mataku bulat seperti mata Bapak, hidung
dan bibirku mungil seperti milik Ibu. Rasanya, waj ahku ini tidak
terlalu buruk jika kupandangi di cermin. Beberapa teman pria
di sekolah berkata bahwa lisikku ini sangat khas Indonesia. Tak
sedikit di antara mereka yang mencoba menj erat hatiku agar mau
mereka pacari, namun tak seorang pun yang bisa membuatku
terpikat. Aku tak punya banyak waktu untuk bermain-main dengan teman
sekolah, apalagi untuk berpacaran seperti layaknya teman-teman
lain. Sepulang sekolah kuisi waktuku untuk membantu Bibi
dengan cara menjadi buruh cuci di rumah tetangga-tetangga
143 RISA SARASWATI yang biasa memakai jasa kami, sementara malamnya kuisi
waktu dengan belaj ar atau menyelesaikan pekerj aan rumah yang
diberikan oleh guruku di sekolah.
Saat memiliki waktu luang, yang kulakukan adalah menulis
surat untuk keluargaku di kampung, juga menulis surat untuk
Alya yang jauh terpisah dariku. Namun, surat-surat itu masih
menumpuk di lemari bajuku, tak satu pun kukirimkan, karena
aku tahu, baik Bapak, Ibu, maupun adik-adikku tak ada yang
bisa membacanya. Kedua orangtuaku buta huruf, sementara dua
adik laki-lakiku belum mampu membaca. Mungkin Alya sudah
bisa membacanya, namun tetap saja surat-surat itu kukumpulkan
di dalam lemari, berharap suatu saat aku akan bertemu dengan
mereka semua dan bisa membacakan isinya langsung di depan
mereka. Paman dan Bibi bukan orang yang pemarah, justru sebaliknya"
mereka begitu sabar menghadapiku yang terkadang tak mampu
mengontrol emosi di depan mereka. Seringkali emosiku meluap,
menyalahkan mereka berdua. Kuanggap mereka adalah salah
satu penyebab perpecahanan keluargaku. Seandainya mereka
tak membawaku pergi dan membiarkanku menikah di kampung,
mungkin semua ini tak akan terjadi. Mungkin Alya juga tidak
akan dibawa pergi hingga terpisah jarak dariku seperti sekarang
ini. Paman dan Bibi hanya terdiam jika aku sudah mulai berteriak
144 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
marah pada mereka saat mereka mulai membahas kondisi
kampung halaman kami, tempat kedua orangtuaku tinggal. Kini,
aku berpikir, betapa bodohnya aku yang menyalahkan mereka
atas keadaanku. Seharusnya aku berterima kasih atas usaha
penyelamatan yang telah mereka lakukan demi diriku.
"Tika, besok kamu ada kegiatan nggak pulang sekolah?" Bibi
bertanya kepadaku malam ini.
"Nggak, Bi> besok Tika langsung pulang. Kan udah janji mau
nyuci di rumah Bu Rina," aku menj awab pertanyaan Bibi sambil
memasuk"masukkan buku pelaj aran esok hari ke dalam tas.
"Bisa nggak Tika ke kos-kosannya Bu Tia aja besok" Tadi pagi
Bibi ketemu Bu Tia di pasar, terus dia ngeluh, katanya kerepotan
nyuci baju-baju anak indekos yang seabrek. Bu Tia nawarin
Bibi buat nyuci di sana karena dia nggak sanggup lagi nyuci.
Lumayan lho Tik, upahnya. Tadinya Bibi yang mau ke sana
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besok siang karena katanya cuciannya banyak, tapi Bibi lupa .
Besok Bibi harus antar Paman ke dokter, penyakit rematiknya
kambuh lagi. Kan Tika juga lihat sendiri ya, Paman sampai susah
jalan gitu Panj ang lebar Bibi mencoba menjelaskan dengan
sangat hati-hati. Mungkin dia takut aku akan marah dan menolak
tawarannya mentah-mentah.
145 RISA SARASWATI "Tika sih mau aja, Bi, tapi gimana dengan cucian Bu Rina
ya, Bi" Tika nggak enak, udah janji." Dengan wajah berkerut
kuungkapkan kekhawatiranku kepadanya.
"Gini deh, besok, habis dari dokter, Bibi langsung ke rumah Bu
Rina buat gantiin tugas kamu, ya" Cucian Bu Rina kan biasanya
nggak banyak, sebentar juga beres. Gimana" Tika mau?" Bibi
menatap waj ahku sambil tersenyum.
"Oke Bi, Tika mau. Tapi, Bibi jangan lupa bilang ya ke Bu Rina
soal ini, Tika takut Bu Rina marah sama Tika. Kan nggak enak
nantinya." Kusunggingkan seberkas senyum kepadanya. Aku tak
membenci pekerjaan ini, karena mencuci pakaian sudah menjadi
salah satu keahlianku. Saat tinggal di kampung dulu, mencuci
adalah tugas yang diberikan Ibu kepadaku sejak kecil. Bukan
masalah bagiku kini untuk melakukannya setiap hari, apalagi
dari upah mencuci yang lumayan, uangnya bisa kupakai untuk
membeli buku pelajaran, juga membeli jaj anan di sekolah.
Siang itu kupercepat langkahku menuju rumah. Aku ingin segera
sampai, lalu mengganti baju dan segera bekerja di rumah indekos
milik Bu Tia yang j araknya tak terlalu jauh dari tempatku tinggal.
Keadaan rumah sudah sepi, rupanya Paman dan Bibiku sudah
pergi ke dokter. Kasihan Paman penyakit rematiknya sudah
cukup parah dan membuat pekerj aannya tersendat. Paman bekerj a
146 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
sebagai mandor bangunan, tapi sudah hampir satu minggu dia
bolos bekerj a, karena kakinya terlalu sakit untuk digerakkan.
Panas sekali siang ini, j adi kuputuskan untuk mengenakan
celana pendek dan kaus berwarna putih yang sudah lusuh karena
sering kupakai tidur. Tak masalah jika penampilanku siang ini
begitu kumal, toh yang kulakukan hanyalah mencuci pakaian,
yang pasti akan membuat tubuhku berkeringat karena kelelahan.
Kuikat rambut panj angku, lalu bergegas pergi ke rumah Bu Tia
yang bersebelahan dengan tempat indekos miliknya.
"Bu" Bu Tia, Bu" Ini Tika, Bu." Kulongokkan kepalaku ke dalam
rumah Bu Tia. Seorang wanita berkerudung bertubuh pendek
keluar dari rumah itu. "Eh Kartika, sini masuk tadi bibimu datang kemari, katanya
kamu yang akan menggantikannya sementara waktu. Aduh,
terima kasih bantuannya, Tika, Ibu sangat lelah mencuci banyak
baju mahasiswa-mahasiswajorok itu. Cucian mereka bertumpuk,
kotor, dan bau. Tika nggak apa-apa nyuciin baju mereka?"" Dengan
nada suaranya yang sangat khas, bibir tebalnya terus berbicara
tanpa henti. Yang bisa kulakukan hanyalah menganggukkan
kepalaku pelan. 147 RISA SARASWATI "I ... iya bu, nggak apa-apa, Tika sudah biasa. Di mana cuciannya,
Bu?" Bu Tia menuntimku ke arah halaman belakang rumahnya.
Rumah Bu Tia sendiri tidak terlalu besar, namun jauh lebih besar
daripada rumah Paman yang sekarang kutinggali.
"Nah, Tika tinggal lurus aja ke sana. Di sana ada sepuluh kamar,
nah Tika ambilin satu-satu bungkusan plastik di depan semua
kamar, ya. Isi plastik"plastik itu cucian anak"anak semua. Tempat
cucinya di sebelah kamar yang paling ujung yang deket kebun
singkong. Tika bisa jemur cuciannya di kebun singkong itu, ya.
Ngerti kan, Tika?" Sepertinya Bu Tia bisa melihat kekagetan di
waj ahku. Betapa tidak, rumahnya yang kupikir tidak terlalu besar
ternyata menjorok cukup panjang ke belakang. Semangatku
mendadak turun saat melihat sepuluh kamar indekos berderet
panjang di belakang sana. Ini akan jadi hari yang melelahkan,
pikirku. "1 iya, Bu Tika ngerti. Sekarang Tika mulai ya, Bu"
Mumpung masih semangat dan berenergi Walaupun
sebenarnya, ucapanku itu tak sesuai dengan kenyataan.
Kuambili plastik"plastik pakaian kotor itu satu per satu,
menelusuri kamar demi kamar indekos yang terbentang cukup
panjang. Mataku tergelitik untuk mengintip ke dalam kamarkamar yang sedang kulewati. Benar kata Bu Tia, dari suasana
148 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
kamarnya saja bisa kulihat, anak"anak lelaki yang indekos di
tempat ini sangatlah jorok. Pantas saja Bu Tia sebal jika mencuci
pakaian anak-anak indekosnya, pasti pakaian kotor mereka jorok
dan menjijikkan Badanku bergidik pelan membayangkan
isi bungkusan-bungkusan pakaian kotor yang sedang kuambili.
Aku sudah hampir tiba di kamar paling ujung. Sej ak tadi, kulihat
kamar-kamar lain sedang ditinggalkan para penghuninya, tapi
lampu kamar paling ujung itu menyala. Aku berdiri tepat di
depan kamar itu, tapi tak ada satu pun bungkusan pakaian kotor
di sana. Aku celingukan, mencoba mencari tahu siapa yang ada
di dalam kamar itu, karena samar-samar bisa kudengar suara
radio bergema dari dalam ruangan.
Saat masih asyik mengintip ke dalam kamar, tiba-tiba saja
pintunya berderit dan terbuka. Hatiku kaget bukan main. "Ada
apa ya, Dik?" Seorang laki-laki tinggi berwajah sangat tampan
kini sedang memandangiku dengan bingung, tepat di depan pintu
kamarnya. "Astaga, aduh anu Bang mmmh, anu saya mau ambil
pakaian kotor, mmmh saya yang bantu Bu Tia nyuci aduh,
maaf ya, Bang, maaf saya tidak sopan saya hanya mencari
pakaian kotor kamar ini, maaf, Bang .?" Dikuasai rasa malu
sekaligus takut, aku mencoba menjelaskan maksud dan tujuanku
berdiri di depan kamar laki-laki ini.
149 RISA SARASWATI "Hahahahaha, kamu lucu sekali! Kebetulan semua pakaian kotor
sudah saya cuci sendiri. Bu Tia terlalu lama membiarkan pakaian
kotor di kamar kami menumpuk jadi daripada membusuk,
saya sih cuci sendiri aja. Lumayan juga kan, mengurangi beban
kamu.?" Matanya menatap tajam mataku yang kini terpaku,
menyadari betapa tampannya dia. Tuhan sepertinya aku jatuh
cinta pada pandangan pertama. "Dik, jangan bengong dong!
Nanti kesambet setan, 1110! Siapa nama kamu, Manis?" Laki-laki
itu menjentikkan jemarinya di depan mukaku.
"Eh iyah, Bang Nama saya Kartika, panggil saja tika,
hehe, terima kasih kalau begitu saya mau cuci pakaian dari
kamar-kamar lain dulu. Permisi ya, Bang Kakiku bergegas
melangkah ke tempat cuci yang tak jauh dari kamar terakhir ini.
"Eits, tunggu dulu. Kamu nggak penasaran sama nama saya?""
Tangan laki-laki itu mendarat di bahuku, menahanku untuk
kembali melangkah. Dia berusaha membalikkan badanku,
namun aku enggan menuruti keinginannya. "Ya sudah kalau
kamu nggak mau melihat muka saya lagi. Ingat-ingat ya, nama
saya Andre. Salam kenal ya, Adik Manis Cengkeramannya
di bahuku terlepas, membiarkanku kembali melangkah. Andre
.. nama yang begitu sesuai dengan sosoknya. Bisa kurasakan
aliran darah naik ke waj ahku yang panas. Untuk pertama kalinya
dalam hidupku, aku merasakan malu yang luar biasa hebat.
150 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
Hari-hari berikutnya, yang kulakukan adalah kembali dan terus
kembali ke tempat indekos itu. Bu Tia begitu puas dengan hasil
pekerjaanku, aku pun sangat bersemangat bekerja di tempatnya,
karena ada seorang laki-laki tampan bernama Andre yang telah
berhasil memikat hatiku. Hubunganku dengan Bang Andre
semakin dekat saja. Hampir setiap hari kami bertemu dan
bercerita tentang banyak hal. Andre adalah anak timggal yang
berasal dari seberang Pulau J awa. Kedua orangtuanya yang kaya
ingin memberikan pendidikan terbaik untuk Andre, sehingga
dia disekolahkan di universitas negeri ternama kota ini, terpisah
jauh dari mereka. Andre adalah laki-laki yang sangat ramah dan
baik hati. Mungkin hanya dia yang bisa mengerti bagaimana
kondisiku, karena kini bisa kuceritakan kesedihanku kepadanya.
Aku mulai melupakan hujan, dan menggantinya dengan sosok
Andre "Tika, kasihan kamu, setiap hari harus bolak-balik ke tempat
indekos Bu Tia, nyuci seabrek pakaian kotor anak-anak indekos.
Besok Bibi aja yang gantiin kamu, ya" Kamu nyuci aja di
langganan Bibi yang lain, kan kerj aannya lebih ringan ." Tibatiba saja Bibi berkata seperti itu kepadaku. Mungkin maksud
Bibi baik, ingin meringankan beban pekerj aanku.
Namun, entah apa yang merasukiku saat itu, karena reaksiku
terlalu berlebihan. "Enak saja Bibi berkata begitu! Tika udah
151 RISA SARASWATI kerasan kerja di tempatnya Bu Tia! Terus, sekarang bibi mau
ambil kerj aan Tika, gitu ya" Enak aja! Tika nggak mau!" Bibiku
hanya terpaku di tempatnya berdiri kini, mulutnya ternganga
lebar melihat reaksiku yang mungkin tak pernah terbayangkan
olehnya. Hati kecilku menjerit membayangkan harus berpisah
dari Andre yang semakin lama semakin kusayangi. Mungkin
seharusnya aku tak seperti itu pada Bibi, tapi saat itu aku tak
terlalu memedulikan perasaannya.
"Tika, ya ampun, kamu kenapa" Iya, bagus kalau kamu memang
mau kerja terus di tempat Bu Tia, niat Bibi hanya ingin membantu
kamu, kok jangan mikir macam-macam, ya Nak Kulihat
mata Bibi tergenang air mata sebelum beranjak meninggalkanku
sendirian di kamar. Maafkan Tika, Bi aku terlalu mencintai
Andre dan aku tak mau terpisah darinya, ujarku dalam hati.
Hari ini, tanggal 18 Mei 1974, sekolahku diliburkan karena
ada seminar untuk para guru. Hari seperti inilah yang diidamidamkan oleh banyak murid di sekolah. Tak terkecuali aku, yang
begitu gembira membayangkan akan mencuci di rumah Bu Tia
sejak pagi, hingga bisa berlama-lama dengan Andre di kamarnya
setelah pekerj aanku selesai.
"Paman, Bibi, Tika hari ini libur. Tika izin bekerja dari jam
sembilan, ya" Biar pekerjaannya cepat selesai," aku meminta izin
152 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
pagi itu kepada Paman dan Bibi. Keduanya memang orang baik,
tak pernah sekalipun mereka mengungkit lagi soal kemarahanku
tempo hari terhadap Bibi.
Paman dan Bibi menganggukkan kepala sambil tersenyum tulus
menatapku. "Iya, silakan, Tika. Tapi, jangan lupa sarapan dulu,
ya. Paman nggak mau kamu sakit, nanti kegiatan belajarrnu jadi
tersendat. Ya?" Paman berpesan sambil mengusap kepalaku.
Paman begitu penuh perhatian padaku.
"Iya, pokoknya kalau kamu merasa kelelahan, jangan sungkan
langsung panggil Bibi buat bantuin kamu ya, Nak?" Bibi
menimpali sambil menyiapkan piring dan sarapan untukku pagi
itu. Seharusnya aku menyadari dan bersyukur, karena hidupku
terasa begitu lengkap. Kukenakan baju berwarna merah pucat hari itu. Potongan yang
sederhana membuatku tampak manis dalam balutannya. "Aduh
Tika, kok pagi amat datangnya" Nggak sekolah?" Bu Tia tampak
heran melihatku datang lebih cepat.
"Eh, anu, Bu sekolah Tika lagi ada acara, jadi siswa-siswanya
diliburkan. Nggak apa-apa kan, kalau Tika nyuci sekarang, Bu?"
dengan kikuk kuj awab pertanyaannya.
153 RISA SARASWATI "Ya, Ibu sih senang-senang saja, Tik. Ayo masuk, kayaknya anakanak sudah nyimpan pakaian kotor di depan kamar. Ibu mau pergi
dulu ke Cianjur ya, sama keluarga, ada acara arisan keluarga.
Kamu baik-baik ya, Tik. Eh, omong-omong, hari ini kamu cantik
banget, Tikal Bercahaya sekali lho, Ibu nggak bohong!" Tangan
Bu Tia mencubit pelan tanganku. Aku hanya tersenyum malu
menanggapinya, lalu segera berj alan cepat menuju belakang.
Suasana tempat indekos pagi itu terasa sangat sepi hampir
semua kamar kosong, termasuk kamar Andre yang tampak
lengang tak berpenghuni. Sepertinya mereka semua sedang
pergi kuliah. Kembali kuintip isi kamarnya, semua terlihat rapi.
Mataku menangkap setumpuk pakaian kotor di sudut kamarnya.
Reileks kubuka pintu kamarnya yang ternyata tidak dikunci.
Dasar, ceroboh sekali Andre ini. Akhirnya, kuputuskan untuk
mencuci semua pakaian kotor hari itu, toh nanti aku bisa kembali
bertemu Andre dan berbicara tentang apa saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang saat semua pekerj aan
mencuciku tuntas, tapi belum kulihat gelagat kedatangan Andre.
Tubuhku sudah bercucuran keringat rasanya lelah sekali,
namun aku masih menahan diri untuk pulang, karena aku yakin
sebentar lagi Andre akan datang. Aku begitu merindukannya.
Aku berpikir, pasti Andre tak akan marah jika kupakai kamarnya
untuk beristirahat sebentar saja. Karena itu, segera kulangkahkan
154 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
kakiku ke dalam kamarnya, lalu kurebahkan tubuhku yang penuh
keringat di atas karpet, tepat di bawah tempat tidur. Tanpa sadar,
aku terlelap dengan cepat
Suara gaduh mengganggu tidurku, rasa kaget menyeruak cepat.
Mataku berkeliling, ingin mengetahui keributan apa yang sedang
terjadi. Kamar ini masih kosong, dan mataku terbelalak lebar
saat memandang jam dinding yang menunjukkan pukul lima
sore. Selama itukah aku tertidur" Untung saja Bu Tia sedang
bepergian. Kalau Bu Tia ada, mungkin aku sudah habis terkena
amukannya. Lamunanku kembali dibuyarkan oleh suara pintu
kamar yang terbuka. Namun, bukan Andre yang kulihat datang
sore itu melainkan lima orang laki-laki seumur Andre, yang
juga terlihat kaget melihatku duduk di karpet kamar indekos itu.
"Alamak, cantik sekali anak perempuan ini. Siapa namamu,
Cantik?" Seorang laki-laki berbadan paling pendek di antara
yang lain menghampiriku dengan cepat, lalu mengelus lengan
kananku. Tubuhku menolak sentuhan itu dengan bergerak
mundur. Hatiku berdebar hebat, menebak"nebak siapa mereka
ini. Keringat mulai bercucuran tanpa henti.
"Oh, rupanya dia takut melihatmu, sini coba kudekati pasti
dia mau bersuara." Seorang laki-laki lain maju dan mendekatiku
sambil mengulurkan tangannya, seolah ingin bersalaman
155 RISA SARASWATI denganku. Kugelengkan kepalaku kencang, tanda tak ingin
berinteraksi dengan mereka semua. Kudengar suara gelak tawa
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang lain, melihat reaksiku terhadap laki-laki itu.
"Hebat betul ya, si Andre, mengaku-ngaku sayang banget sama
si Sari, tapi ternyata punya simpanan macam begini di kamar
indekosnya! ?" Kulihatyang lain tertawa sambil menatapku dengan
mencemooh. Kecepatan detak jantungku sudah tak bisa lagi
terukur, dan rasa sakit tiba-tiba saja menusuk hatiku, saat laki-laki
itu menyebutkan nama Andre dan Sari. Aku bukan perempuan
bodoh yang tak memahami maksud laki-laki itu. Pikiranku
melayang, membayangkan wajah Andre. Ini membuatku marah
saat memikirkan kata-kata yang baru saja kudengar. Mungkin
para lelaki yang berkumpul di kamar ini memang teman-teman
kampus Andre, yang kenal betul bagaimana sifat dan sikap
Andre. Kepalaku masih sibuk mencerna banyak hal saat tiba-tiba
tanganku disambar dengan begitu keras oleh salah satu di
antara mereka. Tubuhku ditarik dengan kasar oleh yang lain.
Tamparan dan kata-kata menjijikkan mereka lontarkan, sambil
mencengkeram tangan dan tubuhku dengan sangat kasar. Aku
menangis, berteriak, mencaci, namun apa daya hari itu
memang tak ada siapa pun selain mereka. Baju yang kukenakan
direnggut dengan kasar, mereka memperlakukan aku layaknya
156 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
seekor binatang. Aku hanya bisa berteriak marah dan meronta.
Dalam kemarahan yang amat sangat, aku masih berharap Andre
datang dan menolongku, menjadi pahlawan bagiku . . . perempuan
yang sangat mencintainya.
Semuanya terj adi dengan sangat cepat dan tiba"tiba. Aku sadar,
aku harus melawan mereka sekuat tenaga, agar bisa berlari
dan mencari pertolongan. Susah payah kujambak rambut salah
seorang laki-laki yang sedang menyiksaku dan mulai menendangi
laki-laki lainnya dengan kasar. Mereka meringis kesakitan.
Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berdiri dan membawa
semua pakaianku, lalu berlari ke arah pintu kamar. Saat kakiku
menyentuh ambang pintu, tiba-tiba tubuhku bertabrakan dengan
tubuh seorang laki-laki yang begitu kunantikan kehadirannya.
"Astaga, ada apa ini"!" Andre berteriak kencang, menatapku
dengan galak, ingin tahu apa yang terjadi di dalam kamarnya.
"Bang Andre!!! To to tolong Tika, mereka semua jahat
sama Tika, tolong Tika, Bang, toloongl" Seketika, tangisku
langsung pecah, begitu kencang bagaikan curahan hujan yang
tak terbendung lagi oleh awan.
"Berengsek kalian semua! Dasar bejat!!!" Andre memeluk
tubuhku kencang sambil mengacungkan kepalan tinju ke arah
157 RISA SARASWATI teman-temannya yang kulihat mulai ketakutan di dalam kamar.
Aku berlindung dalam dekapannya, menjerit dan menangis
sekencangnya, tak peduli lagi dengan kekesalanku tentang Sari
atau rahasia apa pun tentang Andre yang tak pernah kuketahui.
Yang kubutuhkan hanyalah perlindungannya dari para laki-laki
jahat yang telah menyiksa dan melecehkanku.
Andre memeluk tubuhku kencang dan mulai menggendongku
ke luar. Aku tak sempat memperhatikan bagaimana ekspresi
wajahnya. Namun, dia tidak membawa tubuhku menuju rumah
Bu Tia, malah membopong tubuhku ke arah kebun singkong
yang berada di sebelah tempat mencuci, sangat dekat dengan
kamarnya. Aku terus mendekap Andre dengan kencang. Apa pun
yang akan dia lakukan, aku yakin, Andre akan melindungiku.
Namun, yang Andre lakukan ternyata tak sesuai dengan
harapanku .. Andre melemparkan tubuhku dengan kasar ke semak-semak di
balik pohon pisang, merenggut pakaian yang sedang kupegangi,
dan melakukan hal sama seperti yang teman-temannya lakukan
terhadapku. Wajah Bapak, Ibu, Alya, dan adik-adik lelakiku
berseliweran cepat dalam kepalaku, digantikan wajah Bibi dan
Paman, dengan senyum mereka yang indah. Sesal berkelebat
tanpa henti, tangisku kembali pecah. Bukan hanya fisik yang
158 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
tersakiti, batinku pun menjerit perih, tak tertahankan. Tuhan,
maafkan aku ampuni aku Hujan turun detik itu, bersamaan dengan tetesan air mata yang
terus mengguyur wajahku ".
Mataku memelototi waj ahnya, mencengkeram rambutnya sekuat
tenaga, menendanginya tanpa ampun, namun tenaga Andre
jauh lebih besar daripada kekuatanku. Aku menjerit sejadijadinya, terus menyerangnya dengan jambakan-jambakan pada
rambutnya. Mungkin kekesalannya terhadapku juga memuncak.
Kulihat lima laki-laki yang tadi memperlakukanku dengan kasar
sekarang mengelilingi aku, yang sedang dianiaya oleh Andre.
Tawa mereka menggelegar, mencemoohku yang tak berdaya.
Aku menjerit sekeras-kerasnya, membuat Andre panik. Aku tak
peduli, yang bisa kulakukan saat itu hanyalah terus berteriak.
Saat itulah, tiba-tiba kulihat tangan Andre terangkat tinggi.
Dalam genggamannya ada sebuah batu besar, dan tangannya
mulai memukuliku dengan batu itu.
Napasku tersekat, namun tak bisa kembali lagi napasku pergi
meninggalkan tubuhku yang dipenuhi luka
159 RISA SARASWATI Daun-daun berguguran Di antara ruang kosong yang singgah
Luka hati bertebaran Menanti gelapnya malam Hujan telah iringi tangisku
Seolah hanya dia yang mengerti
Lenyap dalam duniamu Sesal tak lagi berarti Gulita malam, bawa kelam dalam dendam
Hati yang hitam, telah tenggelam lalu karam
Sunyi nan lirih, dalam sedih tak terbagi
Sendiri perih, meratapi yang terjadi
Aku pergi bersama rasa sakit dan penderitaan, juga rasa rindu
dan sesal terhadap orang-orang yang kusayangi. J asadku terbujur
kaku di bawah permukaan tanah kebun singkong. Laki-laki
durj ana itu menguburku di sana ... dibantu oleh kelima temannya
yang juga berakhlak bej at.
Tak ada yang pernah menggalinya kembali. Aku hilang menyatu
dengan alam yang telah marah dan meninggalkanku. Sesal
sudah tak bisa diukur lagi dengan apa pun. Aku hanya sendirian,
berakhir dalam rasa lelah dan marah yang meluap-luap setiap
160 SUNYARURI | SENANDUNG HUJAN
saat dalam hatiku. Air mataku terurai saat tahu Paman dan
Bibi sampai frustrasi mencari keberadaanku. Semua orang pun
mencariku tapi tak pernah berhasil menemukanku. Sungguh,
aku ingin pulang dengan layak
Sungguh, aku sangat tidak suka memendam amarah ini
Sudah hampir empat puluh tahun berlalu, namun bayangan tentang
hari itu tak juga mampu terlupakan. Aku masih terperangkap di
sini, di tengah penyesalan tiada akhir, di atas kebun singkong
yang tak lagi berupa kebun, melainkan telah berubah menjadi
sebuah bangunan besar tempat banyak orang datang dan
berkumpul bersama keluarga mereka untuk berbelanja atau
makan bersama. Sudah tak mungkin rasanya menggali belulang
tubuhku yang ada di bawah bangunan besar ini. Sekarang, yang
kuinginkan hanyalah bertemu salah seorang anggota keluargaku,
sebelum akhirnya benar-benar pergi Siapa pun itu, aku ingin
memeluk mereka untuk melepas rindu dan mengungkapkan
segala penyesalanku. Meski entah kapan hari itu akan datang,
aku akan selalu menunggu peristiwa itu terj adi.
Kini, aku kembali berteman dengan huj an, karena hanya hujan
yang mampu memahami cara membuatku bahagia ..
Jika hujan turun, aku akan tertawa, menangis, menjerit, dan
berlarian di antara tetesan-tetesannya
161 RISA SARASWATI 162 SUNYARURI 7:51" gaib Haus RISA SARASWATI 164 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
F _,ans apa kabarmu"
Kau adalah sosok sahabat yang paling keibuan, Hans. Tapi,
jangan tersinggung.! Menurutku, memang begitulah kau.
Biasanya, seorang ibu terlihat bijaksana dan dewasa, tapi
tunggu dulu sayangnya kau bukanlah ibu yang seperti itu,
hehehe Kau termasuk dalam golongan ibu"ibu yang bawel
dan cerewet! Bagaimana tidak, kau adalah anak yang paling
sensitif dan perasa dibandingkan yang lain, seperti ibu-ibu yang
mudah tersinggung dan gampang merasa sakit hati. Dan satu
lagi, mulutmu sangatlah pedas dan sinisjika aku tak melakukan
hal yang sesuai dengan kebiasaanmu.
Akupaham mengapa kau seperti itu. Dulu, kau selalu menganggap
Oma Rose, nenek kesayanganmu itu, sebagai panutan hidupmu
dalam segala hal. Oma Rose yang sabar, Oma Rose yang pandai
memasak, dan Oma Rose yang selalu memanjakanmu dengan
kasih sayangnya. Karena itulah, segala sikap orang lain yang
bertentangan dengan sikap Oma Rose selalu membuatmu pusing
dan mulai cerewet Contohnya aku, yang selalu kaumarahi karena
jorok"tak pernah berhasil memasak tanpa mengotori seisi
dapur. Saat sedang marah, matamu mendelik ke sana kemari,
sedangkan bibir mungilmu membuka dan mengatup bagai paruh
seekor bebek Jika saja bisa kumatikan suaramu saat kau sedang
marah, tentu akan terlihat lucu sekali! Hahaha
165 RISA SARASWATI Tapi, belakangan ini aku sangat rindu padamu, Hans. Jika kau
ada di hadapanku sekarang dan memarahiku dengan gaya
khasmu, aku pasti tak akan merasa kesal seperti biasanya.
Sebaliknya, aku akan merasa sangat bahagia!
Meski aku terlihat seperti tak memedulikan hobimu, sebenarnya
aku juga suka memasak, Hans. Tapi, aku tak sehebat dan
seandal Oma Rose. Aku selalu minder jika kauajak memasak,
karena selalu saja kaubandingkan aku dengan Oma Rose"yang
tentu saja jauh lebih hebat daripada aku. Maafkan aku, yang
belakangan ini serin g sekali menolak ajakanmu untuk memasak,
membuatmu beberapa kali marah padaku karenanya. Mungkin
sekarang, di luar sana kau telah bertemu seorang manusia yang
mengerti dirimu, selalu mengajakmu memasak bersamanya.
Mungkin kau juga jenuh dengan penolakanku. Maafkan aku,
Hans aku sangat ingin kau memaaj'kanku atas hal itu.
Tapi, aku ini bukan orang yang takpernah menggubrismu, kan"
Akhir"akhir ini memang begitu, tapi, sebelumnya aku selalu saja
menuruti kemauanmu. Apakah kauingat saat kau memberiku
ide untuk membuat kue dan menjualnya" Aku melakukannya,
bukan" Dan itu kulakukan demi dirimu, Hans. Waktuku saat itu
sangat luang, dan ide gilamu itu akhirnya kuturutijuga. Aku tak
pernah membuat kue seperti itu sebelumnya, namun kau terusmenerus membimbingku untuk membuatnya. Saat kaubimbing,
hasilnya sungguh tak mengecewakan! Namun, saat kau tak ada,
166 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
rasanya tak pernah sama selalu saja tidak enak, Hans. Dari
semua kenangan bersamamu, kurasa saat membuat dan menjual
kue buatan kitalah yang paling kurindukan. Itu terjadi hampir
dua tahun lalu kan, Hans" Ya, benar dua tahun silam.
Aku : "Kau sudah menguras isi dompetku, Hans! Lihatlah
berapa banyak bahan kue yang kita beli hari ini"! Dan, ya ampun,
harganya sangatlah mahal! Kenapa tidak membeli bahan yang
lebih murah sih, Hans?" (Kubantingkan tubuhku ke sofa ruang
tamu karena lelah.) Kau : "Percayalah Risa, yang lebih mahal kualitasnya pasti
lebih bagus daripada yang harganya murah. Dari warnanya saja
bisa kita bandingkan, contohnya pasta cokelat ini! Lihatlah!
Warnanya jauh lebih menggiurkan jika dibandingkan dengan
pasta cokelat pilihanmu tadi. Hasilnya juga pasti akan lebih
|:: enak (Dengan berapi-api kaujelaskan hal itu.)
Aku : "Baiklah, kalau memang menurutmu begitu. Tapi,
kuharap hasilnya memang enak ya! Sebelum nanti kita jual, lebih
baik kita buat kue-kue contoh saja, oke" Kita bagikan gratis pada
seisi rumah ini. Aku belum berani menanggung risikonya, Hans,
aku takut kue-kue buatanmu tak enak, hihi .. Bisa-bisa aku
malu menjualnya!" 167 RISA SARASWATI Kau : (Wajahmu terlihat kesal.) "Jangan asal bicara!
Kita buktikan saja! Ayo, jangan malas-malasan! Bantu aku
memasukkan bahan-bahan kue ini ke dalam tempatnya!"
Aku : (Aku tertawa puas.) "Hahahaa tahukah kau, Hans"
Kau lebih cerewet dari mamaku! Mulut kecilmu itu bawel sekali,
Hans!" (Kuangkat tubuhku malas"malasan, untuk memasukkan
bahan"bahan kue yang baru kita beli ke dalam wadah.)
Kau : "Sudah, sudah, jangan banyak mengejekku. Sekarang,
coba kau hancurkan kue kering itu. Semuanya, ya!" (Tanganmu
menunjukplastik berisi kue kering dengan sangat bersemangat.)
Aku : "Semuanya, Hans" Ini kan banyak sekali! Aku tidak
sanggup! Tanganku pegal!" (Kulempar lagi tubuhku ke sofa.)
Kau : (Wajahmu tiba-tiba berubah sedih.) "Aku sudah tahu
kau akan seperti ini Semangatmu hanya muncul sebentar,
lalu hilang dengan cepat. Belum sempat memulainya, kau sudah
merasa lelah dan malas. Aku tidak suka sikap pemalasmu ini,
dan kau telah menghancurkan kesenanganku hari ini (Kau
lalu terdiam dan menunduk sambil terus berjalan ke arah pojok
dapur. ) 168 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
Aku : (Terpaksa aku bangkit dengan sangat cepat.) "Tidak,
tidak! Aku tidak malas! Aku sangat bersemangat hari ini untuk
membuat kue denganmu! Baiklah, akan kuremukkan kue kering
itu hingga halus seperti pasir! SEMANGAT! ! !?"
Kau : (Tertawa puas.) "Hahahaha" Nah, begini baru Risa
temanku! Aku suka semangatmu! Ayo, mari kita membuat kue! !
Tapi ingat, jangan sampai butiran kue keringnya mengotori
dapurmu, ya! Dan kau harus menggunakan sarung tangan agar
kue-kue ini tahan lama dan sehat
Aku : "Kubilang juga apa dasar ibu-ibu cerewet
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
(Kugamamkan kata-kata itu dengan pelan.)
Kau : "Ehm aku mendengarnya, dasar wanita gemuk
pemalas ....?" (Kauucapkan ledekan menyakitkan itu tanpa
menatapku. ) Aku : "Ingin rasanya kucincang dirimu!"
Seperti itulah kita, saling mengejek, saling beradu argumen, tapi
selalu saja melakukan hal yang sama setiap malam. Kue pertama
169 RISA SARASWATI buatan kita sukses menuai pujian orang"orang rumahku, kue
kedua mulai kujual paksa pada teman"teman kantorku. Dan
selanjutnya, kau menyarankan untuk menjualnya lebih banyak
lagi. Selama dua bulan kita mencoba berbagai resep, dan aku tak
pernah bosan melihatmu bereksperimen dengan berbagai bahan
kue. Kita melakukannya bersamaan, kaususupkan pikiranmu
ke dalam kepalaku, dan kedua tanganku menjadi penyambung
idemu untuk membuat kue"kue baru. Saat itulah aku merasa
benar"benar mengenalmu. Tahukah kau, Hans" Suatu kali,
ketika kau tidak bisa datan g ke rumahku, aku mencoba membuat
kue yang sama, menurut resep yang kauajarkan kepadaku. Dan
hasilnya, jauh berbeda dengan hasil karyamu. Kau licik.! Harus
kuakui, Tuhan memberikan berkah padamu berupa keahlian
meracik bahan makanan untuk menjadikannya bermacam kue
dan santapan enak Dan Hans, satu hal yang paling melekat padamu adalah
kesetiakawananmu, terutama terhadap Hendrick yang sejak
kecil tumbuh besar bersamamu. Kami semua selalu mengejekmu,
menuduh sikap baikmu terhadap Hendrick adalah salah satu
pembuktian bahwa kau sebenarnya menyukainya. Jangan marah,
Hans hal itu hanya sebuah lelucon di antara kami, yang selalu
berusaha membuat dirimu dan Hendrick kesal. Sebenarnya,
kami semua iri melihat persahabatan kalian berdua yang tak
pernah berubah sejak dulu. Aku sangat bersedih ketika waktu
170 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
itu kau bilang hubungan persahabatan kalian renggang, namun,
untung saja itu tidak berlangsung lama. Terakhir kali melihatmu,
kau kembali menjadi Hans yang ceria dan Hendrick kembali
bersahabat denganmu. Sungguh, aku sangat lega melihatnya.
Aku paling ingat saat kita sama-sama menentukan merek yang
cocok untuk kue-kue kita. Sempat terpikir olehku bahwa kuekue itu akan dinamai "Risa & Hans". Namun kau menolaknya
mentah-mentah . Aku : "Hans, kita butuh merek yang menarik untuk kue-kue
ini jika memang akan dijual. Aku berniat mencetaknya di atas
stiker untuk ditempel di kemasannya. Kau setuju?"
Kau : (Wajahmu terlihat bingung.) "Apa itu merek?"
Aku : "Hahahha, merek itu sama dengan nama. Kau harus
memberi nama agar orang yang akan membeli tahu dari mana
asalnya kue-kue ini dibuat!"
Kau : (Kau masih terlihat bingung.) "Maksudmu, mereka
satu per satu diberi nama" Berarti akan banyak sekali nama ya?"
171 RISA SARASWATI Aku : "Hahaha, kau ini! Kau hanya butuh satu nama saja
untuk mewakili mereka semua, Hans! O ya, Aku punya ide untuk
nama kue-kue ini!?" Kau : (Kau tampak mulai mengerti.) "Baiklah, aku mengerti
sekarang. Mmmh apa idemu, Risa?"
Aku : (Kupasang senyumku yang paling cemerlang.)
"Bagaimana kalau kita beri merek "Risa & Hans?"?"
Kau : (Keningmu berkerut.) "Tapi, kue-kue ini kan hasil
karyaku, kenapa harus ada namamu" Itu bukan ide yang bagus
Aku : "Aku juga membantumu, Hans! Kita kan bekerja sama
membuat kue-kue ini! (Nada suaraku mulai meninggi.)
Kau : "Tetap saj a, ini kue-kue buatanku. Kalau aku tidak
ada, mana bisa kau membuatnya?" (Wajahmu datar dan terlihat
sangat menyebalkan.) Aku : "Oke, baiklah jika memang begitu. Lagipula, aku tak
mau namaku terpampang di kotak kue-kue ini. Kalau rasanya
tidak enak, tentu itu akan membuatku sangat malu!" (Kutekuk
bibirku ke arah bawah.) 172 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
Kau : (Kau terlihat terus berpikir.) "Tenang saj a, kue buatanku
pasti enak. Bagaimana kalau kue-kue ini kita beri nama Hans
& Hendrick" Karena, lebih bagus nama Hendrick dibandingkan
namamu, hahaha! !" (Kau menatapku sambil tertawa puas.)
Aku : (Semakin cemberut) "Tapi, Hendrick kan tidak
membantu kita membuat kue-kue ini"!"
Kau : "Biar saja, dia kan sahabatku. Lagipula, aku yang
membuat kue-kue ini, jadi aku bebas memilih nama apa pun
yang bagus untuk mereka! Kau harus setuju, Risa." (Wajahmu
kini menjadi serius.) Aku : "Terserah apakatamu, Hans . . . . Beruntungsekalimenj adi
Hendrick, dia sangat kausayangi, meskipun dia tidak peduli
kepadamu! Huh (Aku berbalik, berniat meninggalkanmu.)
Kau : "Kau iri pada Hendrick, ya?"" (Wajahmu tersenyum
tengil.) Aku : (Aku membalikkan lagi tubuhku.) "Tidak! Aku tak
mungkin iri hanya karena kau menganggapnya sahabat yang
lebih dekat daripada aku!"
Kau : "Tapi, kau terlihat iri, Risa! Hahaha!" (Kau mencibir.)
173 RISA SARASWATI Aku : "Rugi betul menjadi sahabatmu, setiap hari dicereweti
banyak hal tak penting! Malah aku kasihan pada Hendrick
yang setiap saat harus selalu berhadapan dengan ibu-ibu bawel
sepertimu! ?" Kau : "Kau ini, keterlaluan! Akan kuj ambak rambutmu!"
Kau berlari ke arahku sambil mengulurkan kedua tanganmu,
hendak meraih rambutku. Namun, seperti biasa, aku selalu
menghindar dengan berlarian sambil berteriak-teriakberkeliling
rumah. Untung saja saat itu sedang tidak ada siapapun di rumah.
Jika ada orang lain yang melihat aku pasti benar"benar mirip
orang gila yang berulah sendirian. Sejak aku kecil, ancamanmu
tetap sama, yaitu akan menjambak rambutku. Namun, sayang
kau takpernah berhasil melakukannya, kecuali saat aku sedang
tertidur, mungkin. Di luar semua itu, aku ingin menyampaikan kekagumanku pada
persahabatanmu dan Hendrick Kau selalu saja mengingat
Hendrick dalam segala hal, termasuk saat memilih merek
untuk kue-kue buatan kita. Kita berhasil menjual kue "Hans
& Hendrick" dalam jumlah yang cukup banyak. Orang"orang
menyukai kue buatanmu, Hans] Terima kasih karena telah
174 SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
memberikan pengalaman baru dalam hidupku. Sebelumnya,
mana pernah terpikir olehku untuk berjualan kue, jika bukan
karena idemu. Sekarang, aku sedang mengingat"ingat, kenapa akhirnya kita tak
melakukannya lagi" Kenapa tiba-tiba saja kegiatan berjualan
itu berhenti " Kenapa malam-malam kita yang penuh perdebatan
berakhir juga" Oh, sungguh kurindukan saat"saat itu. Semua
berhenti tanpa sebab. Tapi, kupikir ini pasti karena aku yang tak
punya banyak waktu lagi untuk bertemu denganmu dan membuat
kue bersama"sama lagi. Maafkan aku, Hans
Jika suatu saat aku rindu rasa kue itu, aku ingin mencoba
membuatnya sendiri di rumahku, tanpa bantuanmu. Semoga
ini berhasil, Hans! Sekarang, aku akan coba mengingat"ingat
langkah demi langkah untuk membuatnya. Jika ada yang tak
sesuai tolong muncul sekali saja, dan katakan bahwa apa
yang kutulis tidak sesuai dengan caramu ...
175 RISA SARASWATI Resep kue "Hans & Hendrick"
Bahan : )090N9NM7kPJN Kue kering, dihancurkan sampai halus
Susu kental manis Rhum Pasta cokelat Bubuk cokelat Krim kocok (whipped cream)
Mentega putih Keju krim Gula Cara membuatnya: 176 ] . Aduk bubuk kue dengan susu kental manis, cokelat
bubuk, dan rhum sebagai bahan lapisan ].
Kocok mentega putih dan gula memakai mikser, lalu
masukkan krim kocok dan keju krim ke dalamnya. Kocok
hingga mengembang. Bahan ini dijadikan sebagai
lapisan 2. Siapkan kotak-kotak kue kecil.
Di setiap kotak kue, susun seperti ini: Lapisan ] , lapisan
2, pasta cokelat, lapisan ], lapisan 2, pasta cokelat.
Selesai. SUNYARURI | TANGAN AJAIB HANs
Begitukah caranya" " "
Kalau aku salah, tolong beritahu aku ya, Hans] Kau tinggal
datang ke kamarku untuk mengkoreksinya.
Aku merindukanmu, Hans 177 RISA SARASWATI 178 SUNYARURI dpaka/i ka/ian masih irgat Samantha" Ya! dna"
perempuan Be/anala pezgnuni Auh't yang pernah
kueeritaK/an du/u. dieu ta/zu, ('a/ian pasti penasaran
tentang keadaannya Sekarang. Sedenarnya, (a/ian &l'Sa
Saja mene/nuinya ali audit itu, tohJarabya tidak
ter/a/ugaun dari (ata Bandung. A/amun, aku masih
ingat, ('a/ian pernan Ai/ang padaku Aa/ywa ('a/ian 5emua
takut me/i/1at dagaimana wujud Samantha. Dan na/
ita 073075414 %a/ian terutama (eau, Peter , Menjadi
satgat enggan menewafnya. Padana/ , Samantha cuku;
manflS, dan dia ada/a/i anak yang sangat Aaikkjuga
menyenangkan untuk diajak derteman.
Dan kenapa aku tida-tiaa memaa/tas Samantha"
Itu karena Samantha yang ma/ang tiaa"tiaa Saja
muncu/ Saat aku tak Sengaja me/ezoati aut'dtnya.
Dari kejauhan, aku "Suda/y me/i/mt dia me/amaa/(an
tangannya kepadaku. Saat (upanggi/ namanya a'a/am
hati, t:"aa"tiaa Saja dia muncu/ di funsi ae/afang
070.517 yang Sedang kutum/eangi %a/a itu. "amautnya
MaSI/z Seperti alu/u, ter/i/zat Sargat tipis ("arena
rontok dan /?"j'('"f . Ka/llfhb/QL/aga 01625177 pucat,
Aa/M'an Aajunya ma5i/7 dipenuhi /ena(ir. A/amun, ('a/ian
harus tahuJuga Sesuatu yang ('u/i/iat Saat itu, ada
Sederca/i Sorot aanagia di Matanya, tak Seperti du/u.
Samantha menjadi /eAi/7 Ceria daripada saat pertama
('a/i aku aerternu dengannya. Saat aeraicara, Suaranya
179 RISA SARASWATI naik"turun penuh Semangat, mengingatkanku padamu,
Y/ans . Dia Ai/ang, " (Asa, apa yang terjadi" Lama Seka/f
aku tak me/i/iatmu, namun tiAa"tiaa Saja, Aanyak
anak manusia yang ingin aerte/nan denganku. "anya
kau ya/g 5/5a menje/askan, karena kau 5atu"5atunya
manusia yang pernah AerA/"cara denganku ! "
Jku nanya tertawa"tawa me/i/zat reaksinya. dnak
fereraan itu kini ter/i/iat Sungguh "er"eda " Kau
keneratan, Samantha" " >4/anya itu ya)" ter/ontar dari
mu/utku. " Sama Seka/i tidak, teri/na kaSi/z te/a/z memAuatku
tak /agi Merasa Sendirian. " Dia tefSC/ya/V/ /e"ar
56201517 menafauk'a. Sefe/am Aerf/lSa/t dengannya,
Samantha aerafcara kepadaku, " 4ku ingin memi/ik/
tuduh Sepertimu, "e5ar alan memi/ik/ daging. Kau
harus menfyukurinya, Zsa, karena anak perempuan
5eferz'l'ka Sawah Sa/ff memf/zk/ ("Auh Sepertinya.
Bahkan, ketika ma5i/7 hidup pun, aku naru5
.deUua/zg Setengah mati untuk menu/ndu/ikan daging
di tudu/Jku. Jangan Menge/u/z teru5 , ya.] " Sama"
ter5enyum, Samantha tiAa"tiAa meng/ii/afg enta/i
ke mana, mung in kemAa/i ke Aukitnya /agz' untuk
menunggu kedua orangtuanya.
4ku harus menceritakan ini pada ka/ian, karena
akhirnya adad'uga yang memujiku Se/a/na ini, aku
180 SUNYARURI kesa/ dengan pendapat"pena/apat ka/ian yang Se/a/a
5aja mengejek pertu/nAu/yan 143/('ku. Jku tahu,
ka/ian mema/g anak"anak kecj/ yang naka/, tapi ka/au
ter/a/u Sering mendengarnya, /a/na"/a/na te/ingaku
FG'HQ'B alan envo$iku naik dengan Cepat. >4/uuu/7!
SenaruSnya, ka/ian Mendengar ucapannya dengan
te/inga ('a/ian Sendiri, agar yakin "a/7wa aku dukan
yve/y/do/zO/H, hehehe Suatu Saat, aku ingin menemui Samantha /agi d;
aukitnya, alan ka/ian naruS ikut! Beg'anji/an padaku!
181 RISA SARASWATI 182 SUNYARURI Cerl'l"L Qta cloth SEM
183 RISA SARASWATI 184 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
hukah kalian, wahai sahabat"sahabat yang sangat
kurindukan, aku sedang melamun seharian setelah
menonton berbagaijilm romantis yang kubeli hari ini. Dulu, saat
masih tinggal bersama di rumah kita, kalian sering memintaku
memutarkan jilm-jilm kartun. Aku sering terkenang cerianya
gelak tawa kalian saat menonton film-film itu di kamar tidurku
yang sempit. Tapi, hari ini yang kuputar adalah jilm-jilm tentang
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cinta, film yang biasanya enggan kalian tonton. Beberapa kali
kuteteskan air mata haru saat menontonnya. Kalau kalian ada
di dekatku saat aku menangis, aku yakin kalian semua akan
mencecarku dengan ejekan dan cibiran.
Aku melamun panjang, memikirkan banyak hal tentang cinta
setelahnya. Seandainya kalian melihatku saat ini, kalian pasti
akan tertawa terpingkal"pingkal, melihat betapa seriusnya aku
memikirkan hal yang menurut kalian tidak penting ini. Dulu,
kita semua pernah membahasnya cukup dalam. Sungguh, bulu
kudukku berdiri memikirkan tentang cinta ini tapi, lamunanku
kali ini sepertinya masuk akal. Aku baru menyadari, ternyata aku
ini juga seorang wanita biasa, wanita normal wanita yang
sering merasakanjatuh cinta, wanita yang menikah, wanita yang
ingin memiliki kehidupan seperti wanita lainnya, memiliki anak,
dan memiliki masa depan. 185 RISA SARASWATI Terkadang, terlalu berat rasanya memikirkan tentang cinta,
yang membebani setiap langkah yang ingin kutuju, menghambat
setiap keinginan yang terpendam di dalam hatiku. Ohh drama
si Ikan berzodiak Pisces ini mulai lagi. Kadang, aku ingin
berzodiak Scorpio. Kalian tahu kan zodiak Scorpio memiliki
lambang kalajengking" Zodiak ini biasanya dimiliki oleh orangorang berkarakter dingin dan tidak terlalu dramatis dalam
menanggapi setiap permasalahan, apalagi masalah cinta.
Coba kalian perhatikan dengan saksama tentang segala tema
di film-film yang belakangan tak sengaja kalian tonton saat
sedang mengunjungi rumah teman-teman baru kalian, atau di
lagu-lagu pernah kalian dengar. Hampir tujuh puluh limapersen
berbicara tentang cinta dan segala keputusasaan akibat cinta.
Aku tak tahu caranya mendeskripsikan cinta ini kepada kalian,
terlebih kau, Janshen! Hmmm, sudahlah. Mmmh, tapi aku sering
memikirkan tentang ini, serius! Jangan-jangan, memang hampir
tiga perempat hidup manusia itu didominasi oleh cinta" Tak
akan ada peperangan jika tidak ada rasa cinta terhadap negara
yang dibelanya, tak akan ada banyak kasus bunuh diri jika
bukan karena cinta yang tak tergapai, tak akan ada lagu"lagu
indah jika bukan karena cinta, dan masih banyak hal lain, yang
jika kalian runut, akan berakhir pada sebuah kata, yaitu cinta.
186 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
Aku mulai mengerti kenapa kalian tak lagi menganggapku
menyenangkan. Mungkin karena isi kepalaku yang tak lagi
bisa kalian pahami, ya" Bagaimana cara menjelaskannya pada
kalian" Hmmm, mungkin aku harus menceritakan sebuah kisah
pada kalian, agar kalian bisa memahami isi pembicaraanku ini.
Kebetulan, aku punya sebuah kisah cinta yang cukup memancing
haru dan kesedihanku saat pertama kali mendengarnya.
Beberapa saat yang lalu aku bertemu dengan seorang wanita
cantik. Jauh lebih cantik daripada Elizabeth yang angkuh.
Wanita ini berdarah Netherland, sama seperti kalian. Dan dia
menceritakan segalanya kepadaku . Namanya Elsja.
Udara hari ini cukup panas. Kutuangkan air putih ke dalam
cangkirku yang kutaruh di dalam kamar. Mama berulang
kali mengingatkanku untuk menyimpan semua barangku di
dalam kamar, karena dia begitu takut barang-barangku akan
dipakai juga oleh para pembantu di rumah ini. Mama memang
keterlaluan! Padahal, pembantu yang bekerja di rumah ini sudah
mengabdikan diri mereka sej ak pertama kali kami menginjakkan
kaki di tanah ini, tanah milik mereka yang kami jaj ah. Aku sih
tidak keberatan berbagi segalanya dengan mereka, apalagi ada
Djalil, sahabatku yang tumbuh besar dan belajar tentang banyak
hal bersamaku sejak dulu.
187 RISA SARASWATI Djalil adalah anak lelaki salah seorang pembantu wanita yang
bekerja di rumah kami. Sikapnya yang lucu dan pemberani
membuat kami semua sayang kepadanya, termasuk aku yang
begitu dekat dengan Djalil, hingga cenderung menggantungkan
diri kepadanya. Papa menyekolahkan Djalil di sekolah yang
sama denganku"suatu tindakan gila bagi seorang Netherland
pada saat itu. Tentu saja itu bukan tanpa alasan. Papa sudah
mengendus kegeniusan Djalil kala itu. Tanpa bimbingan siapa
pun, diam-diam Djalil sudah mampu menulis dan membaca,
suatu prestasi yang luar biasa bagi anak seorang pembantu.
Karena itu, dengan alasan untuk menjagaku, Papa mendaftarkan
Djalil di sekolah yang sama denganku, bahkan kami duduk di
bangku dan kelas yang sama.
Mama agak kesal terhadap tindakan Papa saat itu. Aku masih
ingat saat Mama meneriaki Papa dengan kata-kata, "Mau
disembunyikan di mana mukaku ini, jika anakku bersekolah
dengan seorang anak bedinde?" Begitulah Mamaku. Pangkat
dan derajat masih membutakan matanya. Namun, lama-lama
sikapnya bisa luluh oleh kepintaran dan kesabaran Dj alil dalam
menghadapi sikap Mama yang keras dan kasar kepadanya.
"Elsja! Keluarlah, Elsja! Cuaca sedang bagus, kau tidak tertarik
untuk membaca buku bersamaku di halaman belakang?" Suara
Djalil membuyarkan lamunanku.
188 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
"Kaukah itu, Djalil?" Kubuka jendela kamarku dengan cepat.
Benar saj a, Dj alil tengah berdiri tepat di depanjendela, menatapku
sambil memasang senyum lebarnya. "Tidak, Djalil, aku tidak
mau. Kulitku bisa terbakar hangus jika harus membaca buku di
bawah terik matahari." Kugelengkan kepalaku dengan mantap.
"Ah, kau payah, Elsja! Padahal, dengan kulit agak gelap kau tentu
akan terlihat lebih cantik, percayalah padaku!" Dengan tatapan
sedikit meledek, Dj alil berusaha membujukku. Aku terdiam
sejenak. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari membawa
buku bacaan kesukaanku yang kutaruh di atas tempat tidur,
lalu dengan sigap melompati jendela kamarku, disambut oleh
pelukan Dj alil yang memang sudah terbiasa menangkap tubuhku
di bawah jendela. Mama pernah memergokiku saat melompati
jendela, dan aku terkena hukuman kurungan kamar selama dua
han", hihi Namun, aku tak pernah kapok. Bagiku, melompati
jendela bisa menghemat waktu dibandingkan keluar dengan cara
normal, berj alan melalui banyak pintu.
Djalil tertawa puas di sampingku kini. "Dasar Elsja, Sahabatku,
kau begitu mudah dipengaruhi! Hahaha!
Aku meringis sambil mencubit perutnya. "Kau memang pintar
merayu, dasar Dj alil si anak kampung!"
189 RISA SARASWATI Waktu berjalan begitu cepat. Aku tumbuh menjadi seorang
wanita Netherland dewasa, sedangkan Djalil tumbuh menjadi
seorang pemuda lnlander yang tinggi dan gagah perkasa. Belum
kutemukan kegiatan yang membuatku tertarik untuk mengisi
waktu senggang, sementara Djalil yang pintar sudah menjadi
seorang guru bagi anak-anak Netherland yang memilih untuk
belajar di rumah masing-masing. Dj alil masih tinggal di paviliun
belakang rumahku bersama ibunya yang kini sakit-sakitan.
Meski tak mampu lagi melayani keluargaku, Papa mengizinkan
ibu Djalil untuk tetap tinggal bersama kami. Aku dan Djalil
masih bersahabat. Hampir setiap sore sepulang mengajar,
Djalil selalu menghampiri jendela kamarku. Namun, kini dia
tak lagi memanggilku dengan teriakan konyolnya. Kebiasaan
itu digantikan suatu ciri khas baru, yaitu ketukan tiga kali yang
menandakan bahwa dia sedang menantiku di balik jendela.
"Selamat sore, Tuan Puteri Kesayanganku ." Suatu sore kami
bertemu di balik jendela.
"Huh! Kau lama sekali, sih" Guru macam apa kau ini, sampaisampai harus mengajar hingga larut begini?" Tak biasanya aku
kesal terhadap Djalil. "Aduh, kau senewen sekali sih, rumah murid-muridku kan jauh
dan aku hanya punya dua kaki yang bisa membantuku tiba di
190 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
sana. Kali ini, kakiku agak manj a, jalannya pelan sekali. Maafkan
aku ya, Tuan Puteri!" Dj alil kembali merayuku dengan kata-kata
konyolnya. "Hehehe . . . kasihan sekali kakimu, sini, mau kupij at?" Kuulurkan
kedua lenganku kepadanya, namun dia menggeleng sambil
menepis tanganku dengan sopan.
"Tidak, Tuan Puteri, bagaimana mungkin hamba lancang
membiarkan tangan halusmu memijati kakiku yang berkeringat,
bau, dan kasar?" Kemudian, dia tertawa sendiri melihatku yang
tiba-tiba bergidik membayangkan kakinya yang berkeringat dan
bau. "Hahaha, kau pasti sedang membayangkan betapa baunya
kakiku kan, Elsja"!" Djalil mengacak rambutku, dan hal ini
membuatku ikut tertawa bersamanya. Kurasa, aku bahagia saat
bersama Dj alil. Setiap sore kunantikan canda tawa ini. Aku anak
tunggal di keluarga ini, dan hanya Djalil satu-satunya pelipur
kesepianku. "Elsja, kau tidak berniat mencari suami?" Mama tiba-tiba
mengagetkanku dengan pertanyaannya.
191 RISA SARASWATI Sambil terus mengolesi roti dengan mentega, aku berusaha
tidak acuh menanggapi pertanyaan Mama. "Apa" Suami" Oh,
tentu saja tidak, umurku masih terlalu muda untuk memikirkan
pernikahan. Jangan tanyakan lagi hal seperti itu kepadaku,
Mama, aku tidak suka."
Papa tiba-tiba datang ke ruang makan tempat aku dan Mama
tengah menyiapkan sarapan pagi itu. "Tentu saja harus
kaupikirkan, Elsja. umurmu sudah cukup dewasa untuk segera
menikah. Papa dan Mama merindukan seorang cucu di rumah
ini. Carilah seorang laki-laki Netherland yang pantas untukmu,
Sayang." Mataku terbelalak kaget. "Demi Tuhan, Papa! Terpikir olehku
tentang pernikahan pun tidak, sekarang Papa berbicara tentang
seorang cucu"! Astaga, kalian orangtua yang mengerikan!"
aku berteriak sambil menjatuhkan pisau yang kugunakan untuk
mengoles roti. "Elsja! Jaga mulutmu! Keterlaluan, kamu!" Mama kini
meneriakiku sambil melemparkan roti yang akan disajikan
untuk Papa. Kulihat mulut Papa menganga lebar melihat sikap
kedua wanita yang selama ini hidup bersamanya. Aku tahu,
sikap kerasku ini kuwarisi dari Mama, karenanya tak heran jika
saat ini, Mamalah yang paling berang menghadapi sikap keras
192 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
kepalaku. Aku berlari ke kamar sambil menangis. Rasanya pagi
itu kedua orangtuaku begitu mengesalkan!
"Elsja Elsja ...." suara itu terdengar lagi di balik jendela
kamar, diiringi suara ketukan tiga kali, ciri khasnya. Segera
kubuka jendela kamarku. "Djalil huhuhu, lihatlah, aku menangis huhuhu!" Djalil
terkejut melihatku, namun hanya sejenak, dan kini dia tersenyum
geli menatapku. "Umurmu sudah dua puluh tiga, tidak pantas kau menangis seperti
itu! Ayo, melompatlah keluar! Hari ini aku akan meliburkan diri
saj a, demi menghibur sahabatku yang sedang bersedih. Kita
berkeliling kota saja, bagaimana?"
Kata-kata Djalil membuatku melompat girang dan segera
menyeka air mataku dengan sapu tangan. Tanpa banyak berpikir,
kulompati jendela kamar dan memeluk Djalil dengan begitu
bahagia. "Terima kasih, Djalil! Ayo, kita pergi dari rumah
mengerikan ini!?" Hampir seharian itu, sambil berkeliling kota, kucurahkan segala
keluh kesahku tentang kedua orangtuaku dan keinginan mereka
agar aku segera menikah. Saat itu, aku merasa kekesalanku
193 RISA SARASWATI terhadap Mama dan Papa berkurang drastis. Djalil memang
satu-satunya manusia yang bisa kuandalkan melebihi kedua
orangtuaku. Entah bagaimana jadinya jika tak ada Djalil di sisiku.
"Elsja! Ke mana saja kau seharian ini" Aku mencarimu ke manamana!" Mama langsung menyerangku dengan pertanyaannya,
saat baru saja kuinjakkan kakiku di rumah, sepulang berjalanjalan bersama Djalil. "Aku bukan anak kecil lagi, Mama! Aku sudah dewasa! Aku
tak perlu bilang pada Mama ke mana aku pergi! Suka-suka
aku, Mama Kubanting pintu ruang tamu dengan keras, sambil
mencoba terus berj alan menuju kamarku.
Mama menarik lenganku dengan sangat keras. "Sejak kapan kau
bersikap tidak sopan begini, Elsja"! Aku tak pernah mengaj arimu
seperti ini! J angan-jangan si Djalil itu ya, yang mengajarimu jadi
seperti ini?"" Mataku melotot mendengar Mama menyangkutpautkan nama
Djalil dalam amarahnya terhadapku. "Mama ini kenapa" Kalau
kesal padaku, marahi saja aku, jangan sebut-sebut nama orang
lain! Mamalah satu-satunya orang yang membuatku menjadi
194 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
tidak sopan! Harusnya Mama menyadari hal itu!" Tanpa sadar,
telunjukku menunjuk"nunjuk ke arah Mama, yang tentu saja
membuat kemarahannya semakin menjadi. Sebuah tamparan
mendarat di pipiku sore itu, memecahkan tangisku yang tak
terbendung. Seumur hidup, belum pernah sekali pun aku
ditampar, oleh siapa pun. Sakit rasanya karena Mama berani
menamparku, hanya karena hal kecil seperti ini. Aku benarbenar membencinya kini. Kulihat Mama juga sama terpukulnya
sepertiku. Kelihatannya, dia juga kaget telah melakukan hal itu
kepadaku. Namun, biarlah Mama menderita karena perasaan
bersalahnya. Semalaman ini aku menangis sambil mengurung diri di dalam
kamar. Papa dan Mama terus-menerus mencoba membujuk dan
menenangkanku dari balik pintu kamar yang kukunci dari dalam,
namun tak sedikit pun kugubris. Kutatap wajahku di depan
cermin pagi itu, terlihat sembap sekali, uh, sangat jelek.
Tiba-tiba, suara ketukan tiga kali di jendela terdengar. Dengan
cepat kubuka jendela kamarku. Gelak tawa Djalil seketika
menggelegar dengan keras. "Mukamu jelek sekali, Elsja! Kau
ini bagaimana, sih" Sudah kubilang jangan menangis, ya sudah,
jangan menangis, kan sekarang begini jadinya aku hampir
tak mengenalimul Hahaha!" Aku hanya bisa menggaruk kepala,
walau tidak terasa gatal sedikit pun.
195 RISA SARASWATI "Ah, diam kau, Djalil! Kau tidak tahu betapa sedihnya aku
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semalaman Kutundukkan kepalaku dengan muram. Tiba-tiba
saja, Djalil berhenti tertawa, dan tangan kanannya merenggut
sebelah tanganku. Aku langsung menatap matanya.
Belum pernah kulihat Djalil seperti ini. Dalam keseriusannya
itu, langsung bibirnya berucap, "Jangan khawatir, Elsja, ada aku
yang akan selalu menjagamu." Entah apa yang terjadi padaku
saat Djalil mengatakan itu, karena kini kurasakan getaran aneh
di sekujur tubuhku, dan aku mendadak malu menerima tatapan
Djalil. Seharian ini, aku dibuat bengong oleh sikap manis Djalil sejak
pagi. Seribu pertanyaan berkecamuk dalam benakku, tentang
perasaan lain yang tiba-tiba tumbuh karenanya. Tidak mungkin
aku jatuh cinta pada Djalil, sahabat yang telah tumbuh dan besar
bersamaku beberapa puluh tahun ini.
"Sayang, buka pintlmya Sayang Suara Mama dari
luar pintu kamar membuyarkan lamunanku. Perasaan benciku
terhadap Mama tiba-tiba saja hilang. Aku lupa telah marahmarah, aku lupa telah mendapatkan tamparan darinya kemarin
sore. Kulangkahkan kakiku dengan lunglai menuju pintu kamar,
membuka kuncinya, dan membiarkan Mama masuk ke dalam
kamar. "Elsja. kau masih marah kepadaku?" Mama memulai
196 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
pembicaraan, sambil takut-takut menatap wajahku yang masih
sembap akibat tangisan semalaman.
"Tidak, Mama, aku tak lagi marah pada Mama. Aku memang
anak yang kurang ajar, pantas untuk Mama tampar ?" sahutku
datar. Mama mulai menangis tersedu-sedu di sampingku kini, "Tidak,
Elsja, akulah yang bersalah. Seharusnya tanganku tak pernah
menamparmu, maafkan aku ya, Elsja Sayang Kau puteri
satu-satunya kebanggaan Mama dan Papa. Seharusnya kami
melindungimu." Mataku menatap lurus dan kosong, tak kugubris
sedikit pun kata-kata Mama, karena kini yang memenuhi
isi kepalaku hanyalah bayangan wajah Djalil. "Elsja! Kau
mendengarkanku?" Mama mengguncang keras bahuku sambil
terus menangis. "Oh, astaga! Ya, Mama, maafkan aku karena melamun. Tentu
saja aku mendengarkanmu. Maafkan aku juga, Mama. Aku
berjanji tak akan lagi membuatmu marah." Dengan terbata-bata,
kuungkapkan kata-kata itu.
Kami berpelukan beberapa saat. Mama sangat menyesali
perbuatannya sedangkan aku, masih saja melamun dalam
pelukannya melamunkan getaran aneh ini.
197 RISA SARASWATI Beberapa saat kemudian, Papa memanggilku ke ruang kerjanya
yang dipenuhi asap cerutu. " Papa, sudah kubilang jangan
lagi merokok tidak baik untuk kesehatan Papa!" Kuambil
cerutu yang tersisa di mulutnya, lantas mematikan baranya, dan
membuang cerutu itu ke tempat sampah yang berada di sudut
ruang kerja Papa. "Kau benar-benar seperti mamamu, Elsja, galak dan cerewet!"
Papa terkekeh sambil menggelengkan kepala.
"Itu artinya kami menyayangimu, Papa. Ada apa, Papa" Tumben
memanggilku ke sini, aku jadi sedikit waswas Mataku
melotot menatap Papa yang kini semakin terkekeh melihat
sikapku terhadapnya. "Aku akan sangat merindukan gadis kecilku yang cerewet
seandainya kau tak lagi tinggal bersama kami. Sini, duduk di
|:: pangkuan Papa, Sayang Aku pun segera mematuhi perintah
Papa yang sudah menyiapkan kedua pahanya untuk kududuki.
Sambil bergelayut manja, aku duduk di pangkuan Papa,
sementara tangan Papa mengelus rambutku penuh kasih sayang.
"Elsja, maafkan sikap kami tempo hari, ya. Papa menyesal
telah membuatmu bersedih karena memikirkan kata-kata yang
keluar dari mulut Papa dan Mama. Tak usah lagi memikirkan
kata-kata kami ya, Elsja, karena mulai saat ini, kami berdua
198 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
akan membiarkanmu bebas memilih apa pun yang terbaik untuk
hidupmu. Kau boleh menikahi siapa pun yang kausukai, kapan
pun kauinginkan, tak harus sekarang!"
Mataku terbelalak senang. Kebahagiaan itu tak bisa kuungkapkan
dengan kata-kata, jadi yang kulakukan kini adalah memeluk
leher Papa dan berbisik di telinganya, "Aku sayang Papa
"Dj alil, apakah kau memiliki kekasih?" Entah dari mana
datangnya ide untuk melontarkan pertanyaan konyol ini, karena
kini kurasa waj ahku merah padam setelah menanyakan itu pada
Djalil pada suatu malam, sepulang dia mengajar.
Dj alil menatap ke arahku, sepertinya dia cukup kaget mendengar
pertanyaanku. "Tidak, Elsja, aku tidak punya kekasih. Kenapa
kau bertanya seperti itu?"" Djalil balik bertanya kepadaku.
"Oh mmmh, tidak, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran saja,
kau sudah cukup dewasa untuk punya seorang kekasih," sahutku
malu-malu. "Kalau begitu, seharusnya kau pun sudah punya kekasih, karena
umurmu sama denganku kan" Coba bilang padaku, apakah kau
199 RISA SARASWATI punya seorang kekasih?" mata Djalil menatap lekat ke arah
mataku. "Tidak Tentu saja tidak, Djalil! Huhu kau jahat sekali,
membalikkan pertanyaan ini kepadaku. Aku kan jadi malu,
huhuhu Djalil tersenyum sambil menggenggam jemariku. "Aku tidak
akan punya kekasih, Elsja, sebelum kau punya kekasih. Aku
berjanji untuk terus menjagamu, sampai kautemukan seseorang
yang mampu menjagamu dengan baik.?"
Tak bisa kutahan diriku untuk menyunggingkan senyuman paling
tulus bagi Djalil setiap kata yang mengalir dari bibirnya
terdengar bagaikan nyanyian indah di telingaku. Sepertinya
aku sedang jatuh cinta. Tatapan kami bertemu, saat senyumku
berganti dengan rasa canggung dan tegang. Wajah kami
berdekatan dengan sendirinya, bagai sepasang kutub magnet
yang berlawanan. Tanpa sadar, bibir kami ikut menyatu seiring
tatapan mata kami yang tak juga teralihkan. Rasa takut dan
tegang menyelimutiku, namun itu tak membuatku melepaskan
bibirku dari bibirnya. Sejak kej adian malam itu, hubunganku dan Djalil tak lagi sama.
Yang kami rasakan bukan sesuatu yang seperti dulu, kini jauh
200 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
lebih menyenangkan. Tanpa sadar, ternyata kami saling jatuh
cinta. Entah sejak kapan perasaan ini muncul, tapi rasanya
memang tak ada yang bisa menggantikan posisi Djalil yang
selama ini tak pernah absen dalam hidup dan hari-hariku. Hampir
setiap hari kami bertemu, berbagi kasih, mengendap-endap pergi,
menuruti ke mana pun kaki kami ingin melangkah, tanpa seorang
pun tahu. Aku adalah kertas yang belum pernah ditulisi oleh
siapa pun, dan Dj alil adalah satu-satunya laki-laki yang berhasil
menjadi pena, yang begitu indah menuliskan cinta di atas kertas.
Tuhan, aku begitu jatuh cinta kepadanya. Kutorehkan namanya
dalam setiap lembar catatan harian yang selalu kutulisi sebelum
terlelap tidur ". Malam ini, inilah yang kutulis.
[%AQ'VX, +a/C ada zam" Iebih "emha/xa La/Ca-yx
kulalufka 56162")L L'vuL SZIQLM dLAL'l/Xga, faKLJakL ga'?"
Kimi he"i+u Kumgavx". selalu Kuhi'vxoia/Cavx, Kacivxtai.
OLQM"QM se/aevxu/x hatiku. Alda MQMgaaaM"LM2a
iebL/x ola/u' a/a fam. Whamg'amyzm ftsa/xkam aku
claw Danaid. aaa fam acm" +eagaott..."
Aku tertidur nyenyak sekali malam itu, dengan sejuta mimpi
indah mengenai kisah cintaku dan Djalil di masa yang akan
datang. Sambil memeluk buku harian, kubayangkan wajahnya
yang baru kusadari ketampanannya belakangan ini. Dulu, mana
pernah aku menganggapnya ganteng dan istimewa" Oh, Tuhan,
201 RISA SARASWATI aku ingin menjadi pengantinnya nanti tak peduli warna
kulitnya, tak peduli kastanya, aku ingin dia yang menjadi ayah
dari anak-anakku kelak. Aku terbangun pagi itu dengan rasa kaget teramat sangat,
terperanj at mendengar tangisan dan jeritan Mama yang meraungraung seperti orang gila. "Mama!!! Apa yang terjadi" Kenapa
Mama menangis seperti ini di kamarku"! Mama mengganggu
|:: tidurku saja Aku kesal karena tak terbiasa bangun tidur
dalam keadaan kaget seperti ini. Teriakanku malah membuat
tangisan Mama semakin menggema di seluruh penjuru kamarku,
meskipun tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya,
kecuali suara ratapan mengerikan.
"Papaaaa! Papaaaa! Apa yang terjadi pada Mama!" Aku lantas
berlari, membuka pintu kamarku, menengok ke kiri dan kanan,
mencari keberadaan Papa. Kulihat Papa berlari cepat menuju kamarku. "Ada apa, Maria"
Kenapa kau menangis" Apa yang terjadi padanya Elsj a"!" Papa
juga terlihat kebingungan sepertiku. Mama tersungkur di bawah
kaki Papa, sementara aku hanya terbengong-bengong melihat
sikap Mama yang begitu aneh.
202 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
"Ernest, lihat ini baca ini!?" seru Mama sambil memberikan
sebuah benda ke tangan Papa, tangisnya tak juga berhenti.
Aku mencari tahu benda apa yang diberikan Mama pada Papa.
Tiba-tiba, saat itu juga amarahku memuncak. Aku melihat buku
harianku berpindah dari tangan Mama ke tangan Papa. Sambil
melangkah cepat, kucoba merampasnya dari Papa namun
terlambat, karena Papa telah membaca sebuah kalimat dari buku
harianku yang kini membuat reaksinya hampir menyerupai
reaksi Mama. "Demi Tuhan, Elsja! Kau benar-benar keterlaluan! Mana mungkin
kuizinkan kau mencintai anak seorang pembantu"! Terlebih lagi,
dia adalah seorang laki-laki inlander yang negaranya kita jajah!
Di mana kausimpan otakmu, Elsja"!" Papa berteriak"teriak
marah kepadaku. Namun, aku tak takut terhadap sikap kedua orangtuaku. Kurebut
paksa buku harianku dari tangan Papa, dan aku mulai meneriaki
kedua orangtuaku. "Keluar kalian dari kamarku! Kalian tidak
sopan karena telah membaca buku harian yang seharusnya tak
pernah kalian buka! Kalian orangtua yang sangat menyebalkan!
Dan kalian harus ingat! Kalian pernah berj anji untuk memberi
kebebasan kepadaku! Biarkan aku memilih yang terbaik bagiku
sendiri! Pergi kalian dari kamarku!" Ribuan butir air mata ikut
mengalir menyertai kata-kata kasar yang kusemburkan pada
203 RISA SARASWATI Papa dan Mama. Hatiku seperti teriris melihat reaksi berlebihan
mereka, aku benci mereka!
Sudah dua hari ini mereka mengurungku di dalam kamar. Bahkan
jendela kamarku pun mereka segel dengan cara memakukan
kayu dari bagian luar. Aku tak lagi mendengar ketukan khas
Djalil setelah hari itu. Entah apa yang terjadi padanya, namun
sepertinya Papa dan Mama melakukan sesuatu pada Djalil.
Tak ada siapa pun yang bisa kuajak berinteraksi di kamar ini.
Semarah itukah Papa dan Mama kepadaku" Sebelumnya, mereka
tak pernah menghukumku seperti ini. Hidupku bagai terpenjara
aku benci keadaan ini, aku sangat marah kepada keduanya.
Kepalaku terus berpikir, bukankah mereka bilang Djalil adalah
anak yang baik" Bukankah aku bebas memilih dengan siapa
aku kelak menjalani masa depanku" Betapa egoisnya mereka,
seenaknya menyepelekan pilihan yang telah kuambil.
Dan kini, sudah hampir dua minggu aku disekap dalam kamar
yang kini ingin sekali kutinggalkan. Sehari tiga kali, pembantu
rumah menyodorkan makanan dan minuman untukku. Entah
sampai kapan mereka akan menghukumku seperti ini. Saat
sedang melamun pada suatu malam, tiba-tiba ketukan yang
selama ini kunantikan terdengar jelas, mengusik heningnya
malam. Mataku langsung berbinar, kakiku beringsut mendekati
jendela kamar. "Djalil" Kaukah itu?"" Setengah berbisik aku
mencoba berinteraksi dengan orang yang mengetuk itu.
204 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
"Elsja! Ini aku! Kau baik"baik saj a" Aku begitu merindukanmu!
Kau sehat, kan?"" Suara Dj alil terdengar begitu jelas di telingaku.
"Djalil! Syukurlah kau masih hidup, kupikir kedua orangtuaku
sudah membunuhmu! Aku baik-baik saja, dan kuharap kau akan
datang untuk menyelamatkanku! Tolong aku, Djalil Air
mata mulai bercucuran di pipiku.
"Aku akan menjemputmu Elsja, dan membawamu pergi dari
rumah ini. Tapi, bukan sekarang waktunya! Kau harus sehat ya,
kan harus bertahan hidup untuk menungguku menjemputmu
|:: kelak! Aku janji, ini tak akan lama Suara Djalil tak lagi
terdengar setelahnya, bersamaan dengan munculnya sebuah
amplop dari sela jendela tempat kami berbicara. Amplop itu
bertuliskan namaku. 6:95 (2 zam" KusagaM9L.
Kedua OMM"+MQW tdak mem"usmta dc" ibuku ola/u'
AmmA ;"2 K"; Itam +LM?"QI cukga dtau/r dahi
lla'Wxa/x'qu. Aku hal" aaa duduk panwasala/xavmga.
dam saw"a Lut atLbavL kakmawyy'anamtu zam" +alaA
MELMCLMiLaL seem?" WQML+Q MutAe/tlawi +eAAoAma+
se/enhw. "tapi. aku pencaga Eiga. cimta +a/< pu?"
205 RISA SARASWATI MQMQMOLQM" mantahal' claw dahaga" sesamam" Aku
a/Cam tulus memfehguam?"am wamd'a Zaw" KaCLM-fcu'
ALM?"Q +e+es olaAaA F&M2AQ6LSQM. Kanaya aku Jul"
bahwa Kau fam sam2ai' "emua-fakta.
Keadaam oli" tuan sa": seda?" halak awam. &Jam
memL/CLAKanna. atu "akrn kedua OMM9+MQMALA J,!A9Q
MQMLKLAKQM maseh "ana/akibat LMVQSL t'aM-i'alm ge/am" Zaw" LM"LM mem"u5L/1
'VleJ'Ae/tkavxd alami +avxa/t kelaAL/mm/Ca. 5aa+ sewa
ba'vx250'vvxu beAIQ/u' WCMLM"2,GIKQM +avxa/x Lut. malta
a/tu akau memg'ewfui'vvm umiLu/C. Atoluf hemmatu. l+u
newcavxaku Kau seh?" batam" Karama th. ("jagalah
kesehatamw. 3,034261" Sawfai k_aa sakit. agam kau
Kuat Wwa/a/CL pmjatam". QQMQMQKM. mem"edtazt
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a+a"az+a dam "].me em.
Ata MZMCva+aLMu" Ogah! Kudekap surat dari kekasihku Djalil, diiringi derai air mata
yang kini semakin merebak. Entah perasaan apa yang kini
bergejolak di dalam diriku. Sedih bercampur haru dan bahagia
206 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
menguasaiku. Djalil memang laki-laki yang bisa kuandalkan.
Mataku berkeliling menatap seluruh isi kamar, dan terpaku
pada nampan berisi makanan yang sejak tadi enggan kusantap.
Pesan Djalil yang memintaku agar terus makan dan menjaga
kesehatanlah yang telah membangkitkan selera makanku dengan
cepat. Meski terasa hambar dan tidak enak, makanan itu terus
kulahap hingga habis, karena aku harus tetap sehat agar kelak
bisa hidup bersama kekasihku.
"Bangun Elsja! Bangun! ! !" teriakan Mama di telingaku pagi itu
benar-benar membuatku gusar.
"Apa maumu, Maria"!" Tak seperti biasanya, otomatis mulutku
berteriak seperti itu pada Mama.
"Lancang kau, Elsja! Kau memang anak yang tak bisa diatur!"
Kulihat tangan Mama mulai terangkat seolah ingin menamparku,
namun urung karena Papa tiba-tiba datang menepis tangannya.
"Sudah, Maria, jangan lagi kautampar anak itu! Bagaimanapun,
dia anak perempuan kita Papa meneriaki Mama. Namun, tibatiba, Papa menarik tanganku keras sekali, setengah menggusurku
dengan kasar ke luar kamar. Aku tak punya bayangan apa pun
tentang tindakan yang akan Papa lakukan terhadapku.
207 RISA SARASWATI "Papa, apa-apaan ini"! Mau dibawa ke mana aku ini, Papa?"
Sambil menangis karena kesakitan, aku terus berontak ingin
melepaskan diri dari cengkeraman Papa. Tak digubrisnya
teriakanku ini, tubuhku terus diseret melewati ruangan demi
ruangan yang ada di rumah ini. Di belakangku tampak Mama
mengikuti kami sambil menangis tersedu-sedu.
Ternyata, Papa membawaku ke ruang bawah tanah, tepat di bawah
ruang kerja Papa. Seumur hidupku, baru kali ini aku mengetahui
bahwa ada ruang rahasia di balik ruang kerja Papa. Aku terus
menuruni tangga yang mengarah ke sebuah ruangan gelap dan
pengap. "Elsja! Mulai saat ini, kau tinggal di sini! Sampai waktu
hukurnanmu habis Papa meneriakiku. Yang aku heran, saat itu
air mata terus mengalir di wajah Papa, bahkan Papa tak berani
menatap waj ahku. "Kenapa kalian jadi begitu jahat terhadapku, Papa" Mama"!
Kenapa kalian berubah menjadi iblis" Kenapa" Tanpa
menjawab pertanyaanku, tangan Papa mendorongku keras
hingga aku tersungkur ke pojok ruangan. Mereka mengunciku
di ruangan terpencil ini kini, tanpa menjelaskan apa sebenarnya
penyebab kepindahanku. Ini membuatku kembali marah dan
terus-menerus menghujat mereka. Yang terbayang di kepalaku
adalah mungkin mereka tahu bahwa semalam aku dan Djalil bisa
208 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
berkomunikasi lewat jendela kamar, dan ini adalah hukuman
baru yang kuterima karenanya.
Aku menangis tanpa henti di dalam ruangan kecil ini. Harapan
untuk kabur bersama Djalil mulai memudar dalam pikiranku.
Mana mungkin Djalil bisa menemukanku di dalam ruangan ini"
Kepalaku terus memutar cara untuk menemukan solusinya. Tak
ada yang berubah dari perlakuan kedua orangtuaku, sama seperti
saat aku disekap di dalam kamarku. Secara rutin, pembantu
rumah mengantarkan makanan untuk kusantap setiap hari. Meski
dipenuhi rasa kecewa dan pesimis, makanan-makanan itu selalu
kulahap hingga tak bersisa. Pesan Djalil selalu terngiang di
telingaku, aku harus tetap sehat dan hidup.
Sudah hampir satu bulan aku tinggal di ruangan ini, dan harapanku
semakin lama semakin pudar. Aku rindu jendela kamarku, aku
rindu melompatinya dan terj atuh dalam pelukan Djalil. Ke
mana aku harus bergantung kini" Satu-satunya harapan agar aku
bisa bertahan hidup hanyalah makanan-makanan yang dikirim
orangtuaku. Aku rindu hangatnya matahari, dan aku ingin berdiri
di samping Dj alil saat kembali merasakan sinar matahari. Tuhan,
tolong berikan aku kesempatan ..
Kulitku semakin pucat, tulangku kini bagai terbungkus kulit
saja. Aku selalu menghitung hari-hari yang kuhabiskan dalam
209 RISA SARASWATI ruangan ini dengan cara menuliskan coretan di dinding saat jam
yang terpasang di dinding ruangan ini menunjukkan pukul dua
belas malam. Sudah tiga puluh enam hari aku berada di dalam ruangan ini,
tanpa ada kabar dari Djalil, juga dari kedua orangtuaku, bahkan
tak ada kiriman makanan seperti biasanya. Sudah empat hari ini
mereka tak mengirimiku makanan. Perutku sakit dan badanku
bergetar karena lapar. Tuhan, aku masih ingin hidup Tolong
sadarkan kedua orangtuaku, agar bisa merasakan belas kasihan
terhadap diriku. Kenapa mereka begitu jahat, menghukumku
hingga seperti ini" Sekarang hari ketujuh tanpa makanan juga minuman, karena
persediaan air minurnku sudah benar-benar habis. Tuhan, tolong
aku Ini hari kedua belas tanpa makanan. Tuhan, tolong ambil
nyawaku dalam damai tolong jangan biarkan kebencian dan
rasa dendam ikut serta dalam kematianku
Elsja mengembuskan napas terakhir pada hari kelima belas, tak
bisa lagi bertahan tanpa makanan dan minuman. Sekuat tenaga
dia berusaha agar tetap bertahan hidup, namun tubuhnya tak
210 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
mampu berjalan seiring keinginannya. Walau permohonannya
sebelum mati begitu mulia, tapi ternyata dendam dan amarah
telah menguasai dirinya saat itu. Dia begitu membenci kedua
orangtuanya yang dianggap telah menelantarkan hidupnya,
hingga dia harus kehilangan nyawa, juga segala mimpi indah
yang terjalin antara dirinya dan Djalil.
Apakah kalian tahu" Pada hari ketiga puluh dua dirinya
terkurung di ruang bawah tanah, tentara Jepan g mendatangi dan
membumihanguskan rumahnya, dan menumpas semua nyawa
yang ada di dalamnya, termasuk mama dan papanya. Elsja tak
pernah tahu penyebab berhentinya kiriman makanan ke ruang
bawah tanah, dia tak pernah tahu bahwa kedua orangtuanya
berusaha melindunginya dari sergapan tentara Jepang yang
kejam dengan cara menyekapnya di ruang bawah tanah.
Memang, cara itu salah, karena tak pernah terpikir oleh kedua
orangtuanya bahwa nasib Elsja juga tak lebih baik daripada
dibunuh oleh tentara Jepang, seperti yang telah terjadi kepada
mereka. Djalil datang sesaat setelah Jepang menyerbu rumah kekasihnya
itu. Dia berusaha mencari wanita yang dia cintai di antara
tumpukan mayat yang bertebaran di setiap sudut ruangan.
Namun keberadaan Elsja ataupun mayatnya tak pernah dia
temukan. Djalil berpikir bahwa Elsja mungkin diculik dan
211 RISA SARASWATI disekap dalam sebuah penampungan oleh tentara Jepang,
untuk dijadikan wanita penghibur seperti wanita"wanita muda
Netherland lainnya. Jadi, Djalil bergegas mencari Elsja ke
tempat penampungan. Djalil tak pernah tahu bahwa wanita
yang dia sayangi tengah menggigil kelaparan di sebuah ruangan
sempit yang berada di bawah rumah itu.
Elsja pergi dengan sejuta dendam, hatinya menghujat siapa
pun yang pernah dia kenal termasuk Tuhan yang selalu
dia andalkan. "Kenapa, Tuhan" Kenapa dunia begitu kejam
kepadaku" " Dan Elsja takpernah menemukanjawaban itu ..
Sssh Papalah yang menceritakan semua itu kepadaku. Konon,
menurut Papa, Elsja sekarang sudah tahu apa yang telah terjadi
di rumahnya saat dia disekap di ruang bawah tanah. Namun
sayang, dia tak pernah bisa membunuh dendam dan amarah
pada nasib yang membawanya menjadi seperti ini. Hampir
sama seperti Ivanna, dia pemarah dan lebih suka menyendiri
dibandingkan harus bertemu dengan teman-teman sepertinya.
Elsja lumayan terkenal di kalangan manusia yang tinggal di
tempatnya berada kini. Konon, dia sering mengganggu manusia"
manusia itu. Peter, Hans, Hendrick, William, Janshen, mungkin kalian pernah
mengenalnya tempat tinggalnya takjauh dari tempat kalian
212 SUNYARURI | CERITA KERTAS DAN PENA
tinggal kini. Kasihan wanita itu sendiri, penuh amarah, dan
telanjur menikmati kesepian abadinya hingga tak ingat lagi
bagaimana rasanya bahagia. Will, mungkin kau bisa berdiskusi
lebih jauh soal cinta pada Elsja berharaplah agar dia baik
kepadamu, semoga saja. Kutuliskan sebuah lagu untuk kisah cinta Elsja dan Djalil,
mungkin kalian ingin tahu isi lirik lagu itu .
Cerita K ertas dan Pena Kamu adalah sebatang ranting
Kuat namun kamu rapuh terbawa angin
Lalu ada kamu sebuah jala
Coba menangkapku ke dalam pusarannya
Aku hanyalah sebuah pena Coba menuliskan cerita kau dan aku
Namun aku hanya secarik kertas
Berwarna pekat hingga sulit kau bubuhi
Mengh ilan g kau lekas, waktu tak berpih ak
Padaku yang lengah, kehilangan arah
Terdiam kau hening, lelah ku teriak
Lalu aku bimbang, lantas aku hilang
213 RISA SARASWATI Kita adalah sungai yang tenang
Mengalirjauh kesana walau terhalang
Kita adalah segenggam pasir
Seolah mudah diraih namun terburai
214 SUNYARURI Sebuah %isiou 215 RISA SARASWATI 216 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
besar apa pun keinginanku untuk mencoba melupakan
Skalian semua, tetap saja, sepertinya harus kuungkapkan
sebuah rahasia pada kalian, tepatnya padamu, Peter Ini
mengenai apa yang selama ini kusembunyikan darimu, dan dari
kalian yang lain. Saat kalian sibuk membicarakan dimana kirakira keberadaan mama Peter, hatiku selalu terasa lebih sakit
daripada biasanya, begitu pula jantungku yang berdebar lebih
kencang daripada sebelumnya. Tolong, jangan marah kepadaku
saat kalian semua membaca bagian tulisan ini
"Peter, akupernah bertemu dan berbicara dengan mamamu . "
Aku tak tahu, sampai kapan aku bisa menahan semua, karena
akhirnya aku tak kuasa memendam terus rahasia ini. Aku
dan mamamu telah berjanji untuk tak pernah membocorkan
permbicaraan kami ini kepada siapa pun, terlebih kepadamu
Peter Saat menuliskan bagian ini, air mataku kembali membasahipipi,
sama seperti saat aku berbicara dengannya tentangmu. Aku
merasa sangat berdosa, aku bukan sahabat yang baik buatmu,
dan aku bukan pemegangjanji yang baik bagi mamamu.
Kumohon, William, tolong tenangkan Peterjika dia begitu marah
dan membenciku saat membaca bagian percakapanku ini dengan
217 RISA SARASWATI mamanya. Aku yakin, kau akan paham kenapa aku melakukan
ini. Dan Hans, Hendrick, Janshen, Marianne, Norma, kalian
jangan ikut marah juga kepadaku, ya
Aku bertemu dengannya sudah lama sekali, entah beberapa tahun
yang lalu, aku lupa tepatnya. Dan kami tak sengaja bertemu
sungguh, aku tak berusaha mencarinya, tapi dia yang datang
dia yang mendatangiku . Saat itu malam belum begitu, aku sedang sendirian di halaman
rumahku. Aku tak sadar sedang melamunkan apa, aku hanya
sedang ingin diam sendirian, menikmati waktu yang tak pernah
sepi. Dari kejauhan, tiba-tiba saja mataku menangkap sesosok
perempuan, dengan pakaian biru keunguan. Awalnya, kupikir itu
adalah orang gila. Maafkan aku, Peter, tapi memang begitulah
kondisinya. Bagaimana tidak, pada malam seperti ini, ada
seorang wanita memakai gaun dengan rambut berantakan dan
kulit yang begitu lusuh bercampur tanah. Namun, lama-lama
bulu kudukku berdiri juga, karena perempuan itu terus berdiri
di sana, dengan wajah dan mata yang terus menerus menatapku.
Aku mulai ketakutan, mulai bangkit, hendak masuk ke dalam
rumah. Namun, hal mengerikan terjadi. Aku hampir berteriak
keras saat membalikkan badanku ke arah pintu, karena wanita
218 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
gila yang tadi kulihat berdiri jauh di sana tiba-tiba muncul tepat
di depan pintu, seolah berusaha melarangku masuk. Saat itulah
aku mulai sadar bahwa perempuan ini bukan manusia.
Aku tak perlu berpikir panjang tentang siapa sebenarnya
perempuan ini, Peter. Karena ... aku melihat matamu di matanya,
dan aku melihat guratan waj ahmu jelas tergambar di wajahnya.
Dan saat itu pula, aku tahu bahwa itu adalah dia, perempuan yang
selama ini kaucari. Aku : "Astaga! Astaga! Astaga! Siapa kamu?""
Dia : "Tak perlu takut padaku, kautahu siapa aku
Dia berusaha tersenyum sambil menatapku yang mulai sadar
siapa sebenarnya dia. Senyumnya terlihat indah namun, pada
saat bersamaan, aku menangkap sebuah kesedihan.
Dia : "Ya, itu aku. Wanita yang selama ini sahabatmu cari, itu
aku Aku : "Ka ka kau, mamanya Peter?"
Dia hanya mengedipkan sebelah matanya sambil tak henti
tersenyum dan menganggukkan kepala pelan.
219 RISA SARASWATI Aku : "Aku harus memanggil dia! Aku harus memanggil
Peter! Dia akan sangat senang! Tunggu, Nyonya, aku akan
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memanggilnya! ?" Tangannyabergerak menyentuh tanganku, kepalanyamenggeleng
pelan, masih tersenyum dengan tenang menatapku.
Dia : "Tidak, jangan kaulakukan itu
Aku : "Nyonya, badanmu menggigil tanganmu dingin
sekali .?" Kulihat tubuhnya menggigil hebat, dan terdengar erangan pelan
kesakitan dari mulutnya. Entah apa yang terjadi, sepertinya dia
sedang menahan sesuatu yang menyakitkan di tubuhnya.
Dia : "Jangan panggil aku "Nyonya", aku bukan siapa-siapa
yang pantas kaupanggil "Nyonya". Panggilah aku Beatrice.
Sebenarnya, kau boleh saja memanggilku Mama, jika kau mau
Aku : "I iya, Mama Beatrice, maafkan aku mungkin
aku terlalu kaget dan gembira karena akhirnya bisa bertemu
denganmu. Kenapa kau melarangku memberitahu Peter"
Sahabatku itu mencarimu selama berpuluh-puluh tahun, kenapa
220 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
kau sulit sekali ditemui" Dan, dan sekarang, kenapa aku yang
kautemui" Bukan Peter" Atau, kenapa bukan Papa Hendrick saja
yang kaujumpai?" Mulutku memberondongnya dengan banyak pertanyaan kritis,
karena aku cukup heran dengan kondisi ini. Dia melarangku
berbicara padamu Peter, sementara hati dan tubuhku begitu
ingin memanggihnu untuk datang. Aku yakin, sangat bahagia
karenanya. Dia : "Sssst, Risa, jangan sekali pun kau berusaha
memanggilnya untuk datang kemari. Atau, kaumau aku pergi
tanpa menjelaskan apa pun kepadamu" Berhentilah berpikir
untuk memanggil namanya di dalam kepalamu tolong patuhi
ini!?" Aku : "Bagaimana mungkin kau bisa membaca pikiranku?"
Dia : "Aku bukan lagi makhluk yang sama sepertimu, aku
bisa mendengar itu Aku : "Baiklah, Mama Beatrice, lalu sebenarnya apa tuj uanmu
kemari mendatangiku?"
221 RISA SARASWATI Lagi-lagi, kudengar dia mengerang pelan, tubuhnya tak lagi
terlalu menggigil. Sungguh mengkhawatirkan penampilannya
saat itu, tapi di balik itu aku masih bisa melihat gurat"gurat
kecantikan di wajahnya. Dia : "Hanya kamu yang bisa berkomunikasi denganku saat
ini. Sebenarnya, bisa saja aku menemui yang lain tapi aku tak
ingin Peterku tahu bagaimana kondisi mamanya saat ini
Wajahnya menunduk sedih. Aku : "Memang ada apa denganmu, Mama Beatrice" Peter
sangat menyayangimu, aku yakin dia akan menerimamu, tak
peduli kondisirnu aku yakin hanya akan ada kebahagiaan di
hatinya saat bertemu denganmu."
Dia : "Tidak, Risa> terakhir kali aku bertemu dengannya,
dia begitu rapuh dan manja. Peterku hanya tahu sosokku yang
cantik, bijaksana, kuat, dan bisa dia andalkan. Biarlah kenangan
indah seperti itu yang tetap menempel di kepalanya. Aku tak mau
dia melihatku seperti ini
Dia mulai menatap sekujur tubuhnya sendiri, memandang
kakinya yang telanj ang, bajunya yang terlihat lusuh, kemudian
222 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
kedua tangannya yang membiru dan menggigil, lalu memegangi
waj ahnya dengan kedua tangannya sendiri.
Aku : "Ta tapi, dia sangat merindukanmu, Mama
Beatrice. Tahukah kau, dulu hampir setiap saat dia termenung
memikirkanmu. Lalu, emosinya akan sangat tersulut, jika siapa
pun yang ada di sekitarnya membahas soal ibu. Dia sangat
membutuhkan sosokmu, Mama Beatrice
Dia : "Ya, aku tahu. Mungkin kalian semua tidak pernah
sadar, aku ada di dekat setiap langkah Peter. Ke mana pun dia
melangkah, aku tahu itu. Aku selalu memperhatikannya dari
kejauhan, dan aku juga tahu betapa berubahnya dia sekarang.
Peterku menjadi anak yang pintar dan pemberani."
Aku : "Kau memperhatikan kami semua"! Sejak kapan,
Mama Beatrice" Sejak kapan?"
Dia : "Bahkan sej ak kalian belum saling mengenal
Aku : "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu jika kau bisa
memperhatikannya dari kej auhan, kenapa tidak secara langsung
saja, dengan muncul di hadapannya dan memberikan kasih
sayang padanya tanpa membuat dia bersedih terus-menerus,
karena tak pernah berhasil menemukanmu?"
223 RISA SARASWATI Tak terasa, mataku berkaca-kaca saat berbicara seperti ini
kepadanya. Bayangan tentang kesedihanmu mencuat tiba-tiba di
dalam kepalaku, Peter. Dia : "Kau belum bisa memahami ini, Risa, aku yang
sekarang tak lagi sama. Aku ingin bertanya kepadamu, bagaimana
pendapatmu tentang aku sekarang" Apakah kau bisa merasakan
kesakitan yang kini kurasakan?"
Lagi-lagi dia merintih, tubuhnya kembali menggigil hebat seperti
sedang sangat kedinginan dan kesakitan.
Aku : "l iya iya, aku merasakan itu. Dengan melihatmu
saja, aku bisa merasakannya apa yang terjadi padamu, Mama
Beatrice?" Dia : "Tak usah kautanyakan kenapa aku jadi seperti ini.
Saat itu, aku hanya melawan takdir Tuhan. Nah, sekarang,
kau pun merasakan seperti apa perasaanku sekarang coba
kaubayangkan, Peter juga pasti akan merasakan kesakitan lebih
dahsyat daripada yang kaurasakan, jika melihatku seperti ini.
Tentu aku tak mau melihat dia menderita, menangisi keadaanku.
Kesakitan ini mendatangiku setiap saat, aku tak mau Peter yang
kini ceria dan bersemangat kembali menjadi menderita, karena
melihat mamanya kesakitan
224 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
Wajahnya menunduk semakin dalam, tangannya berusaha
memeluk tubuhnya sendiri dengan gemetar. Kesedihan mulai
menggerogoti perasaanku melihat pemandangan ini. Sedikitsedikit aku mulai memahami pemikirannya.
Dia : "Kesakitan ini abadi, Risa, entah sampai kapan. Kau
harus tahu, betapa aku merindukan anak itu, betapa ingin aku
memeluknya hingga ususnya memburai Hehe, mungkin
kautahu cerita tentang itu darinya. Yang dia tahu, aku adalah
wanita cantik yang sangat ceria dan selalu bisa menghiburnya
Sekarang" Aku yakin, bahkan kini aku tak bisa membuatnya
tenang Senyumnya kembali mengembang kaku, tubuhnya tak terlalu
menggigil. Dia : "Anak itu kini semakin dewasa, aku mulai jarang
mendengar bibirnya berteriak memanggil namaku. Berpuluh
tahun aku tersiksa mendengarnya memanggil-manggil namaku,
hatiku menjerit sakit melihatnya sendirian, ketakutan dan penuh
kesedihan. Namun, sekarang berbeda, sudah ada dirimu dan anakanak itu, yang mampu membuatnya kembali ceria seperti terakhir
kali aku melihatnya saat hidup. Apakah kautahu" Keceriaannya
membuatku sedikit lebih tenang, tak terlalu merasa kesakitan
seperti sebelumnya. Biarlah seperti ini, lambat laun dia akan lupa
padaku 225 RISA SARASWATI Aku : "Tidak, Mama Beatrice, dia tak mungkin bisa
melupakanmu. Kau adalah wanita paling penting dalam
hidupnya. ?" Dia : "Iya, aku tahu, tapi setidaknya, dia tak lagi bersedih
memikirkan aku ...."
Aku : "Lalu, Mama Beatrice mmmh, apa tujuanmu
menemuiku?" Dia : "Tidak ada, aku hanya ingin mengenalmu. Aku hanya
ingin kautahu bahwa aku selalu ada dan memperhatikannya dari
kejauhan itu saja.?"
Aku : "Baiklah, Mama terima kasih telah percaya padaku,
dan bersedia menemuiku Kepalaku tiba-tiba dipenuhi gambaran Papa Hendrick"aku
ingin menanyakan soal Papa padanya.
Aku : "Mama Beatrice, apakah Papa Hendrick tahu mengenai
keberadaanmu ini?""
Dia : "Tentu saja, Bapa Hendricklah yang pertama kali
kuminta menampung anak malang itu. Aku memohon padanya
226 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
untuk menjaga Peter menggantikan aku. Dia adalah sosok Bapa
yang sangat baik dan bij aksana. Dan, aku pula yang memohon
padanya agar merahasiakan keberadaanku dari Peter. Terkadang,
aku masih menemuinya atau sebaliknya. Bapa Hendrick yang
biasanya memberikan banyak informasi tentang Peter kepadaku.?"
Wajahku tersenyum mendengarnya, aku merasa tak terlalu
sendirian dalam mengetahui keberadaan mama Peter ini. Berat
rasanya menanggung beban rahasia yang begitu penting ini
sendirian. Aku : "Apakah Papa Hendrick setuju dengan keputusanmu?"
Dia : "Semua keputusan ini adalah hasil pembicaraanku
dengan Bapa Hendrick, dia tahu bahwa aku paham betul apa
yang terbaik untuk anakku
Aku : "Oh, begitu baiklah, Mama Beatrice, apa yang bisa
kubantu untuk membuatmu bahagia?"
Dia : "Kau mau berteman dengan anakku saja sudah sangat
membuatku berbahagia. Terima kasih telah membuat anakku
kembali ceria, maafkan dia jika terkadang membuatmu atau
membuat yang lain kesal. ltulah Peter, kadang-kadang dia keras
kepala seperti papanya tapi percayalah, sebenarnya anak itu
punya hati yang lembut dan sangat baik.?"
227 RISA SARASWATI Aku : "Ya, aku tahu itu. Peter memang sangat keras kepala,
tapi aku dan yang lain sangat betah berteman dengannya. Kami
semua tahu dia berhati baik sama sepertimu, Mama Beatrice.
Baru mengenalmu sebentar saja, aku tahu bahwa kau memang
sosok seorang mama yang sangat baik. Pantas Peter begitu
menyayangimu. ?" Dia : "Kau bisa saja! Iya semua teman-temanku bilang
kami bagai anak kembar yang terpaut belasan tahun. Dia
begitu mirip denganku. O iya jangan mengatainya pendek,
ya" Kadang aku bersedih memikirkan dia yang selalu murung
karena fisiknya yang tak tinggi. Dulu, aku selalu bertengkar
dengan papanya. Suamiku itu tak terlalu memahami perasaan
Peter, selalu mengejek fisiknya, hingga membuatnya marah dan
bersedih." Aku : "Tenanglah, Mama Beatrice, sungguh, tak mungkin
kami berani mengatai Peter seperti itu. Kami semua takut
padanya, apalagi jika dia mulai menggeram dan melotot. Sangat
mengerikan! Tenang, Mama, dia sudah menjadi bos di antara
kami, mana berani kami mengejeknya
Mama Beatrice kembali terlihat kesakitan, senyumku ikut hilang
karenanya berganti rasa kasihan dan khawatir.
228 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
Aku : "Mama Beatrice"! Kau baik"baik saj a?"
Dia : "Oh Tuhan, kuterima semua ini ampuni aku, Tuhan
oh, Tuhan .?" Aku : "Mama Beatrice, apa yang bisa kulakuan untuk
meringankan rasa sakitrnu ini?""
Dia hanya menggelengkan kepalanya cepat, sambil mengerang
terus, memegangi tubuhnya yang kini semakin terlihat
mengerikan. Dia : "Sepertinya aku harus pergi, aku tak mau kau melihat
terus pemandangan seperti ini dariku. Risa, bisa kuminta satu hal
darimu" Tolong berj anjilah untuk melakukannya demi diriku."
Aku : "Apa pun itu, Mama Beatrice."
Dia : "Rahasiakan pertemuan kita ini, aku tak mau siapa pun
tahu. .. apalagi anakku."
Belum sempat kujawab pertanyaannya, dia sudah menghilang
begitu saja. Aku hanya termenung setelahnya, kembali duduk
sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ada perasaan tak
percaya yang menggelayut setelahnya.
229 RISA SARASWATI Dan pada detik ini, telah kulanggarjanjiku kepadanya. Entah
apakah Mama Beatrice marah atau tidak kepadaku. Aku hanya
tak kuat lagi menahan rahasia ini sendirian, dan aku tak mungkin
membaginya dengan Papa Hendrick, karena betapa sulitnya aku
menemui beliau. Aku tahu, kau akan sangat membenciku setelah ini, Peter aku
tahu kalian semua akan merasa kesal kepadaku. Tapi, ini adalah
permintaan yang dia ajukan kepadaku. Mungkin kalian semua
juga akan merahasiakan ini dari Peter jika saja dia menemui
kalian dan meminta kalian untuk berjanji, seperti dia meminta
kepadaku. Aku hanya ingin kau tahu, Peter, sekarang aku tahu betul wanita
yang selama ini kausayangi memang bukan wanita biasa. Dia
sangat istimewa. Dan aku melihat sebuah pengorbanan berat
yang dia lakukan demi dirimu. Bukannya aku melarangmu untuk
kembali mencarinya, tapi tolong, sekali-sekali, bukalah hatimu
untuk merasakan keberadaannya. Atau, mungkin sebenarnya
kau sudah tahu bahwa dia selalu ada di sekitarmu"
Aku bisa merasakan bagaimana rindunya dia kepadamu saat
mataku menatap matanya, betapa dia ingin memeluk tubuhmu
saat tangannya dengan agresif memeluki tubuhnya sendiri.
Jangan membencinya karena takpernah muncul di hadapanmu,
230 SUNYARURI | SEBUAH RAHASIA
karena semua dia lakukan karena perasaan sayangnya
kepadamu, Peter. Yang sekarang bisa kusampaikan padamu adalah
bersemangatlah, Peter. Berbahagialah bersikaplah ceria
lupakan hal"hal buruk tentang mamamu dan hilangkanlah
perasaan sedihmu karenanya .
Karena, kau kini sudah tahu, kebahagiaanmu akan mengurangi
bebannya . 231 RISA SARASWATI 232
Sunyaruri Karya Risa Saraswati di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
SUNYARURI $eutbotw$$$ak 233 RISA SARASWATI 234 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
a harus dibandingkan dengan yang lain, aku paling tidak
ljjekat denganmu, Hendrick. Tapi, kau tetaplah salah satu
sahabat terbaikku. Kemana pun kakimu melangkah bersama
yang lain aku selalu ada di situ, ikut melangkah bersamasama. Yang pasti, ke mana pun kau melangkah, akan selalu ada
Hans juga di sana. Mungkin memang Hanslah yang membuatmu
tampak lebih pendiam, padahal sesungguhnya kau sama saja
cerewetnya dengan Hans. Setiap kuajukan pertanyaan untukmu,
selalu Hans yang menjawabnya. Hans bagai seorang juru bicara
pribadimujika kau sudah berdampingan dengannya.
Hendrick, aku ingin tahu bagaimanaperasaanmu kini. Terakhir,
aku dengar, konon kau sudah bisa sangat akrab dengan Norma,
meskipun hanya sebagai sahabat dekat. Aku lega mendengarnya.!
Dan yang lebih membuatku lega adalah saat mengetahui bahwa
kini kau kembali dekat dengan yang lainnya, termasuk William
yang sebelumnya begitu kaubenci. Sayang sekali jika itu terjadi
lagi, Hendrick. Kau harus tahu bahwa saat itu mereka benarbenar merasa kehilanganmu. Hans berkali-kali mendatangiku
dan mengeluhkan hilangnya kamu dari sisinya. Belum lagi
William yang kebingungan atas kemarahanmu padanya, bahkan
aku yang tak tahu menahu duduk permasalahannya pun harus
terkena imbasnya. Kau adalah anak yang baik, Hendrick, semua
sahabatmu, termasuk aku, sangat menyayangimu dan benarbenar merasa kehilangan sosokmu waktu itu.
235 RISA SARASWATI Meski kau nakal seperti Hans, namun sama seperti yang lainnya
kau sangatpatuhpadaPeter Entah apa yang membuatanakitu
begitu kita patuhi, sampai sekarang aku sendiri belum mengerti.
Aku ingat, dulu Peter pernah menyuruhmu menyampaikan
sebuah pesan untukku di sekolah, dan kau bertanggungjawab
atas pesan itu. Kau masih ingat, Hendrick" Kalau aku sih tak
akan pernah bisa melupakannya, karena kau menyampaikannya
saat aku sedang mengikuti tes olahraga di sekolah. Dan hari itu,
kau membuatku tampak seperti orang gila di mata teman-teman
sekolahku! Tepat pukul sembilan pagi, aku mengikuti praktik pelajaran
olahraga di sekolah. Aku ingat betul saat itu, aku sedang
menanti tes olahraga kasti. Aku dan kalian sudah terbiasa
bermain kasti di luar jam pelajaran sekolah, dan permainan
adalah salah satujenis olahragafavoritku pada masa kecil. Pak
Guru memintaku untuk menjadi penangkap bola kali itu, dan
aku ditempatkan agakjauh dari teman-teman lainnya. Aku tak
tahu bahwa pada hari yang sama, jam yang sama, kalian semua
sedang melangsungkan sebuah perayaan di loteng rumah. Saat
sedang asyik-asyiknya menanti bola, tiba-tiba kau muncul di
belakangku . 236 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
Kau : (Berbisik di telingaku.) "Risa ....?"
Aku : "AAAAA! !! !?" (Menjerit kencang.)
Kulihat teman-teman sekolahku mulai menoleh padaku,
beberapa di antaranya berbisik-bisik. Pasti mereka sedang
membicarakanku! Kau : "Risa! Hahahaha! Ini akuu!!?" (Kau tertawa puas
melihat reaksiku.) Aku : (Berbisik menjawabmu.) "Astaga, jantungku hampir
copot barusan. Kau mau apa sih, ke sini" Lihat, teman-temanku
pasti mulai menganggapku aneh lagi. Cepat pergi dari sini, aku
takut dikira gila kalau terlihat berbicara sendirian
Kau : "Tidak mau, aku tidak akan pulang jika kau tidak ikut
pulang bersamaku! lni penting, Risa! Kau harus pulang!" (Kini
kau berbicara dengan nada tinggi kepadaku.)
Aku : (Masih berbisik.) "Tidak mungkin aku bisa pulang
sekarang, aku sedang mengikuti tes olahraga! Pak Guru akan
memarahiku jika aku kabur dari pelajarannya. Tidak bisa,
Hendrick! Tunggu aku sampaijam satu siang!"
237 RISA SARASWATI Sebuah bola melayang tepat ke arah kepalaku. Aku yang sejak
tadi tengah asyik berdebat denganmu tidak melihat gerakannya.
Alhasil, bola itu mendarat dengan cukup keras di dahiku. Semua
orang menertawakanku, termasuk kau, Hendrick, yang ikut
terbahak melihat ekspresi kesakitanku.
Aku : (Meringis kesakitan.) "Huhuhu, sialan sakit sekali
jidatku huhuhu, ini gara-gara kamu, Hendrick!"
Kuambil bola itu, dan kulemparkan kembali pada salah
seorang teman satu timku. Dia tampak kecewa melihatku gagal
menangkap bola dan melemparkannya ke tim lawan, wajahnya
cemberut dan tak mau berbicara sepatah kata pun kepadaku.
Aku hanya bisa meringis, tersenyum kaku menatapnya.
Aku : "Lihatlah, Hendrick, mereka membenciku. Dan
!") sekarang, mereka makin membenciku karena kedatanganmu
(Mulutku bersungut"sungut kesal.)
Kau : "Salah sendiri, sebenarnya kau bisa menangkap bola
itu meski sedang berbicara denganku. Pikiranmu tidak bisa
bercabang, sih! Kau paling payah melakukan dua hal secara
bersamaan, hahaha! Kau payah, Risa!" (Kau menertawakanku
dengan sangat puas.) 238 SUNYARURI | PEMBAWA PESAN
Aku : "Oh, kau tertawa di atas penderitaanku, ya" Oke,
baiklah. Aku tidak akan pulang, aku akan di sini sampai jam
pelajaran habis. Bahkan aku akan main ke rumah temanku
hingga larut malam! Aku tak akan pulang!" (Bisikanku kali ini
cukup keras.) Kau : "Oh, tidak, Risa! J angan seperti itu kepadaku! Peter
akan memarahikujika tak bisa membawamu pulang. Kaumau dia
marah" Atau mungkin kaumau jika dia yang datang menyusulrnu
kemari?" (Nada suaramu tiba-tiba melemah dan terdengar
ke taku tan. ) Century 2 Pendekar Naga Mas Karya Yen To Tak Mungkin Kuhindar 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama