Ceritasilat Novel Online

Madakaripura Hamukti Moksa 2

Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi Bagian 2


pasukan 'dalam jumlah banyak. Pasukan yang datang bergelombang itu
rupanya merasa tak perlu menyembunyikan jati diri mereka. Mereka
membawa berbagai umbul-umbul dan dhuafa" asal kesatuan mereka.
"Tepat sebagaimana yang aku duga. Rupanya, ada pihak-pihak yang
menggunakan kesempatan ini untuk memancing di air keruh," kata
Gagak Bongol dalam hari. Gagak Bongol segera berpikir keras menyikapi perkembangan
keadaan yang tidak terduga itu. Kini, yang dihadapinya adalah keadaan
yang benar-benar menyulitkan. Dari arah depan, prajurit berkekuatan
?ng"le siaga memberi tekanan. Sementara itu, dari arah belakang,
barisan prajurit dengan kekuatan besar juga siap menyerbu. Sedangkan,
Pasangguhan Gagak Bongol harus menghadapi kenyataan betapa
pasukan pengawal istana sendiri sulit diatur.
Bl Dhualeawa. bendera lambang kehnnnatan. Dalam kehidupan modern. semua kesatuan pasukan memiliki
dhuaja. misalnya dhuaja dengan gambar harimau dan sebagainya.
BI Segel-r sepupu. Jawa. penggelaran prajurit dengan kekuatan penuh
. . gaga areal: Pasukan pengawal istana kepatihan rupanya memiliki harga diri
yang sangat besar. Tindakan dan tanggapan yang mereka berikan sama
besarnya dengan tekanan yang mereka terima.
Pasangguhan Gagak Bongol melompat turun dari atas gapura.
"Gajah Sagara," panggil Pasangguhan Gagak Bongol.
"Ya, Paman," jawab Gajah Sagara tangkas.
Pasangguhan Gagak Bongol melambaikan tangan kepada seorang
prajurit yang memegang sebuah sangkakala. Dirnintanya sangkakala itu,
lalu diserahkan kepada Gajah Sagara.
"Salurkan perintah melalui sangkakala ini agar semua menahan diri.
Lakukan itu sampai keadaan benar-benar tidak teratasi," kata Gagak
Bongol. Gajah Sagara yang menerima sangkakala itu merasa menghadapi
tugas yang amat berat. "Paman akan ke mana?" tanya Gajah Sagara.
"Aku akan menjemput pasukan yang datang dari Nglinguk itu.
Aku akan berbicara dengan mereka. Namun, sejujurnya aku merasa
tak yakin akan mampu meredam mereka. Mereka adalah pihak yang
memiliki kepentingan sendiri. Kalau sampai usahaku gagal, upayakan
jangan sampai terjadi benturan. Upayakan untuk menghindar," Gagak
Bongol memberikan perintah. '
Pasangguhan Gagak Bongol benar-benar tidak peduli, meski
sebenarnya ia sedang bermainamain dengan bahaya. Pihak yang dihadapi
dari pasukan yang akan menyerbu dari depan. Siapa pun yang memimpin
mereka, pasti dengan penuh kesadaran sedang memancing di air keruh atau
sedang mauka" ketenangan rang dengan senada dipaksa-:anGagak Bongol tak yakin apa ia bisa mengajak mereka berbicara.
Meski demikian, Pasangguhan Gagak Bongol tak mau mengalah begitu
saja. Celah sekecil apa pun harus dicoba. Majapahit harus diselamatkan
dari benturan yang menyedihkan im.
Wadnknnpnm SifatnuEpiSMniga : o
Rupanya, pasukan yang akan menyerbu dari belakang itu datang dari
arah jalan ke Nglinguk.83 Mereka bergerak dWeE-danrpyak. Pasukan
berkuda berada di barisan paling depan, disusul pasukan bersenjata anak
panah dan berpelindung tameng. jika pasukan itu bersikap tidak peduli,
Gagak Bongol yang mendatanginya akan tumbang anaan-* anak panah.
Namun, dengan penuh keyakinan serta percaya diri, Pasangguhan Gagak
Bongol menyongsong barisan yang berniat memberi tekanan ke istana
kepatihan itu. Ketika telah tiba di hadapan mereka, jelalatan Pasangguhan Gagak
Bongol berusaha menandai siapa yang menempatkan diri menjadi
pimpinan pasukan itu. Namun, Pasangguhan Gagak Bongol tak
menemukan orang yang paling menonjol di antara mereka. Tidak ada
prajurit berpangkat senopati yang memimpin.]uga tak ada temenggung,
bahkan tidak seorang pun yang mengenakan tanda pangkat lurah prajurit.
Semua prajurit berpangkat rendahan. Semua bertelanjang dada, tidak
seorang pun yang mengenakan kalung renin"
"Apa yang akan kalian lakukan?" bentak Gagak Bongol sambil
memamerkan mata yang melotot tajam nyaris lepas dari kelopaknya.
Barisan danpjaedanmyek itu berhenti. Semua arah pandang tertuju
kepada Pasangguhan Gagak Bongol.
"Tidak adakah yang bisa menjawab pertanyaanku" Apa yang akan
kalian lakukan?" tekan Pasangguhan Gagak Bongol sekali lagi.
Pasangguhan Gagak Bongol memang memperoleh jawaban. Akan
tetapi, jawabari yang ruar menak." Nyaris semua orang memberikan
jawaban dalam teriakan-teriakan yang saling tumpang tindih.
"3 NgllugukJawa. kata tersebut berarti mengintai. Saat ini. terdapat sebuah desa bernama Nglinguk yang
mungkin dulunya tempat dibangunnya anjungan pengintaian untuk mendeteksi datangnya musuh yang
akan menyerbu kotaraja Majapahit.
?" llllraujah.lawa.dihyjanisenja1a
"5 Semir, Jawa, selempang sebagai tanda seseorang tengah menjalankan tugas tertenur, kedudukannya mirip
tanda pangkat ' ?" Slur untuk. Jawa, bersuhut-sahutan,
You have either reached a page that is unayailable foryiewing or reached youryiewing Iirnitforthia
book. You have either reached a page that is unayailable foryiewing or reached youryiewing Iirnitforthia
book. You have either reached a page that is unayailable foryiewing or reached youryiewing Iirnitforthia
book. Madhian'para Kamakiri Mil-Eft! ' .
"Siapa pengecut di belakang itu" Jangan berdndak hina, beraninya
mengorbankan orang lain. Majulah dan tunjukkan dengan jantan siapa
kamu," teriak Pasangguhan Gagak Bongol.
Serentak1 barisan prajurit dari berbagai kesatuan itu menoleh ke
belakang. Namun, apa yang diinginkan Pasangguhan Gagak Bongol itu
tidak mendapatkan balasan. Orang yang menyalurkan perintah dengan
cara sembunyi itu tidak berani menampakkan diri.
"Kalian lihat semua?" teriak Pasangguhan Gagak Bongol" "Sadarkah
kalian bahwa kalian sedang dipermainkan oleh seorang pengecut, lelaki
pajangan" yang tak punya keberanian menampakkan diri" Kenapa kalian
mau dipermainkan seperti itu" Berapa upah yang kalian terinia untuk
menyerbu istana kepatihan, untuk berani menanggung hukuman dicopot
dari jabatan kalian?"
Tekanan pertanyaan dari Pasangguhan Gagak Bongol itu
meruntuhkan keberanian para prajurit yang berniat menikam istana
kepatihan itu sekaligus menyadarkan mereka akan adanya sesuam yang
tak seharusnya. Seseorang di tengah barisan yang mendadak merasa
hatinya tidak nyaman bersiap-siap untuk lari. Ia mendadak merasa
ngeri membayangkan apa yang diperbuatnya itu bisa menyeretnya ke
pengadilan. Sebelum sampai pada langkah terakhir, Pasangguhan Gagak Bongol
masih menebar pandangannya untuk menandai wajah beberapa prajurit
muda dan dari kesatuan mana mereka berasal. Ia berharap di lain waktu
bisa memanggil mereka guna dimintai keterangan.
"Bubar kalian semua!" teriak Gagak Bongol setelah merasa yakin.
Perintah itu tak perlu diulang kembali. Barisan prajurit itu serentak
membubarkan diri. Entah apa sebenarnya yang menyebabkan mereka
ketakutan. sebagian di antara mereka ada yang berlarian melintasi
pekarangan, sebagian yang lain mundur masih dalam bentuk barisan.
Langkah tergesa-gesa yang mereka lakukan menyebabkan terjadinya
?" Hulawa. Jawa. mengenakan kain panjang seperti perempuan. Sebuah sindiran untuk lelaki pengecut
berhati perempuan. You have either reached a page that is unayailable foryiewing or reached youryiewing Iirnitforthia
book. You have either reached a page that is unayailable foryiewing or reached youryiewing Iirnitforthia
book. . ' Qajaii 514an terpasang di bagian; tak hanya sebatang, tetapi ada lima batang sekaligus
Mendapati kenyataan itu, Kanuruhan Gajah Enggon merasa lega bukan
kepalang. . Senopati Macan Liwung tidak mau membuang waktu. Dengan
langkah lebar penuh keyakinan, Senopati Macan Liumng mengayunkan
kaki. Ia menempatkan diri di depan barisan yang berniat menyerang
istana kepatihan. Bhayangkara media Gajah Geneng dan Lurah Prajurit
Bhayangkara Kebo Windet menempatkan diri di kiri serta kanannya.
Dengan suara keras, Senopati Macan Liwung berteriak, "Atas
nama Sri Baginda Prabu Hayam 1Wuruk, aku perintahkan kalian untuk
membubarkan diri. Prabu Hayam Wuruk memerintahkan, tak boleh
ada pihak mana pun yang'menjarah istana kepatihan. Majapahit bukan
negara yang tidak punya tatanan. Majapahit bukan" negara orang-orang
yang boleh berbuat seenaknya. Kalian semua bubar!"
Seketika terjadi kegaduhan di kubu penyerbu. Mendadak
terdengar suara riuh bagaikan ribuan ekor tawon. Meski demikian,
bukan berarti perintah yang diberikan Senopati Macan Liwung yang
mengatasnamakan Prabu Hayam Wuruk itu diterima dan dijalankan.
Memang ada prajurit yang langsung menerjemahkan perintah Senopati
Macan Liwung itu. Akan tetapi, jauh lebih banyak yang masih bertahan
di tempat. ' "Untung kau segera datang," bisik Kanuruhan Gajah Enggon.
Macan Liwung menoleh ke belakang, tetapi tidak menjawab.
Perhatiannya masih tertuju kepada pasukan berjejal-jejal yang tampak
mengalami kesulitan membubarkan diri itu.
Dari arah belakang, seekor kuda berderap datang. Pasangguhan
Gagak Bongol langsung melompat turun. '
'"Aku yakin, ada pihak tertentu yang dengan sengaja melahirkan
keadaan macam ini," ucapnya.
Tanpa menoleh, Macan Liwung mengangguk. Namun, bagi Macan
Liwung, ada hal yang lebih mendesak yang harus dilakukan daripada
Madalaanpara Ketanggi Meiga ' '
menanggapi keterangan yang diterima dari Pasangguhan Gagak Bongol.
Dengan isyarat tangannya, Senopati Macan Liwung meminta agar bende
Kiai Samudra yang dianggap sangat bertuah itu dipukul makin keras.
Senopati Macan Liwung yakin, pihak mana pun yang berhadapan
dengan pemegang bende itu akan rontok nyalinya. Kenyataannya
memang demikian. Suara bende yang berdentum-dentum mirip ledakan
itu menyebabkan nyali para penyerbu menjadi ciut.
"Bubar kalian semua!" teriak Macan Liwung atnat lantang.
Namun, ada orang macam Senopati Dyah Bhirawa di kelompok
pasukan penyerbu itu. Di samping itu, masih ada pula Senopati Kebo
Mudra yang didukung jaringan yang menggurita. Jauh sebelumnya,
jaringan ini telah mendapat arahan mengenai langkah apa yang harus
dilakukan. Rupanya, mereka benar"benar telah menyiapkan diri, termasuk
menghadapi kemungkinan macam itu.
"Jangan pedulikan Bende Kiai Samudra! Serang!" tiba-tiba terdengar
sebuah teriakan dari bagian belakang.
Perintah itu langsung diterjemahkan. Mendadak anak panah
berhamburan. Anak panah itu melesat cepat ke arah para prajurit
Bhayangkara yang berada di garis pemisah. Melihat hujan anak panah
itu, dengan cekatan pasukan Bhayangkara bergerak menanggapi. Para
prajurit dengan kemampuan khusus itu segera melindungi diri dengan
tameng. "jangan dibalas!" teriak Macan Liwung.
"Serang mereka!" teriakan itu terdengar amat keras. "Ayo, kita
tangkap Mahapatih Gajah Mada dan kita gantung di alun-alun.
Majapahit sudah tidak butuh Gajah Mada. Hancurkan dan bakar istana
kepatihan!" You have either reached e page that is uneyeileble foryiewing or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeileble foryiewing or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeileble foryiewing or reached youryiewihg limitforthis
book. Sl-faa'aiQanpum dia" Melisa ' .
Masih melalui indra pendengarannya, Kijulang Puranggi mendengar
isuara burung heard] yang terbang di ketinggian. Di sebelah burung bm
yang sangat khas itu, agaknya ada caraka" yang sedang sangat menderita.
Udara panas kali ini menyebabkan ia kehausan. Dengan sayap membentang,
retired itu melayang tanpa tujuan sambil berusaha menandai di bentangan
langitsebelah mana mendung akan segera terbentuk.
Jika mendung berubah menjadi tetes-tetes hujan, caraka itu akan
minum dan mandi sepuasnya. Bagi para caraka, tak ada yang lebih
menyenangkan dari terbang menukik dan menyelinap di antara air hujan
yang turun dengan deras. Melalui indra penglihatannya, Ki Julang Puranggi melihat langit.
Langit tidak ternoda oleh mega atau mendung. Oleh karena itu, semua
bintang berlomba untuk saling menonjolkan diri. Gugusan kartika
dmana"-" menjadi perhatian Ki julang Puranggi untuk beberapa jenak.
Ada orang yang berpendapat, jika diperhatikan dengan saksama,
dari gugusan itu akan tampak perwujudan Pencipta jagat raya ini. Ki
Jolang Puranggi lupa siapa dulu yang pernah berpendapat demikian.
Akan tetapi, sampai ia tua dan masih memiliki mata yang cukup awas,
wajah Sang Pencipta semesta itu tak pernah ditemukan di antara para
rara-nggaaa kang rama?" itu. Belakangan, Ki Julang Pnranggi menduga,
pendapat itu ngawur belaka.
KiJulang Puranggi menoleh, menyapukan pandangan ke sepanjang
sungai dari hulu hingga ke hilir. Kerlap-kerlip bahasa;-aji menjadi
pemandangan yang amat menarik. Ketika terkumpul amat banyak, cahaya
kekuasaan; itu mampu menerangi sudut- sudut jalan di kejauhan. Bahkan,
wajah daun"daun pohon randu di seberang sawah menjadi jelas berkat
bantuan cahaya kekurang itu.
'" Hanamichi-fa. kebendaan htu'ung ini masih mudah unduhan jika Anda berada di tengah sawah masih
hari, lengkingnya sangat khas
" chur-. Sanskerta, burung rajawali
" Karlilu rihnnu. Jawa, bintang mgkn
"' Ninggalin lung rumlwl, Jawa, bintang gema-lap bagai ntelambai-Iambai
5" Rekening, Jawa, kunang-kunang
You have either reached e page that is uneyeileble foryiewing or reached youryiewihg Iirnitforthis
book. "red have either reached a page that ie unavailahle ferviewihg er reached yeurviewihg Iirhitferthie
eeeh. rou have either reached a page that ie Lihavailaple ferviewihg er reached yeurviewihg Iirhitferthie
peak. mdaianpam Heritage Meiga : .
"thykag magi," Kisanak," sapa salah seorang dari mereka ramah. _
"Wiltgiaag wangi," jawab Aki Encang Pancaya dan Ki _]ulang Puranggi
bersamaan. Dari suaranya, para penunggang kuda itu tahu, dua orang lelaki
yang berdiri di tepi jalan itu sudah tua semua.
:,va'dimg HPE Aki berdua di tengah malam begini?" tanya salah
seorang penunggang kuda itu.
Aki Encang Paneaya memandang kereta kuda di tengah pengawalan
itu dengan gelisah. Aki Encang Pancaya sudah memiliki jawaban, siapa
orang yang berada di dalam kereta kuda itu. Hal itu dengan segera
memunculkan rasa penasaran, mengapa orang itu melintasi jalan di
pedukuhannya" Lagi pula, tidak ada orang penting di pedukuhan itu
yang layak didatangi orang penting istana Sunda Galuh. Merasa yakin
dengan dugaannya, Aki Encang Pancaya langsung merapatkan dua
telapak tangannya di dada.
"Kami sedang merasa gerah, Tuan," jawab Aki Encang Pancaya.
"Kami berjalan"jalan tanpa tujuan. Kami ingin menemukan jawaban,
apa yang menyebabkan udara malam ini sedemikian panas."
jawaban itu menyebabkan para prajurit pengawal kereta kuda itu


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saling pandang. Prajurit itu mendapati kenyataan, udara panas rupanya
menjadi persoalan orang banyak. Tak hanya kotaraja Sunda Galuh yang
merasa terganggu melainkan juga pedukuhan-pedukuhan di luar batas
kota. ' Aki Encang Paneaya mengarahkan pandang matanya ke kereta kuda
dengan rasa penasaran. "jadi, Aki juga merasa udara malam ini gerah?" tanya salah seorang
prajurit itu lagi. " Wllujang wangi. Sunda, selamat malam. Kosakata ini masih bisa dikenali dalam bahasa Jawa. Orang
Jawa seting mengucapkan sugeng dalu atau wilujeng dalu. Mani bahasa Jawa,. wengi berderajat rendah
atau masuk dalam bahasa Jawa ngaku.
you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. Medeipn'pam Kamakiri SitaEad ' .
*Ta, ini benar-benar uang dengan nilai sangat tinggi," balas Ki
_]ulang Puranggi. "jagat Dewa Batara, sungguh welas asih Hyang Widdi," gemetar
Aki Encang Pancaya dalam meletupkan isi dadanya.
Kereta- kuda yang dikelilingi beberapa prajurit berkuda yang
membawa obor itu makin lama makin jauh, kemudian lenyap di
belokan. "Kita tidak bermimpi, bukan?" tanya Aki Encang Paneaya.
"Tidak," jawab Ki ]ulang Puranggi. "Aku bersentuhan tangan
dengannya. Aku terima anugerah ini dari calon raja besar. Bukan
main." Namun, di sela gegap gempitanya, Aki Encang Pancaya kembali
dibayangi rasa cemas. Udara yang mengalir aneh itu diyakininya sebagai
pertanda akan terjadi sesuatu yang luar biasa di Sunda Galuh. Cemas
itu juga didasari oleh tidak adanya raja karena saat ini raja sedang
mengunjungi Majapahit. ' Setelah melewati jalan kecil yang memotong lurus ke arah dukuh
Pamoyanan, rombongan berkuda yang mengawal Mangkubumi
Suradipati Hyang Bunisora dan Pangeran Niskala Wastu Kencana
berhenti di ujung pertigaan jalan. Seseorang duduk di atas kuda dan
bersikap menghadang. Melihat sikap yang demikian, pimpinan prajurit
pengawal bersikap waspada.
"Siapa kau?" tanya pimpinan prajurit pengawal itu.
Sejenak berlalu, tetapi belum ada jawaban. Justru karena itu, para
prajurit bertambah curiga.
"Siapa kau dan mengapa menghadang jalan kami?". ulang pimpinan
prajurit itu. Orang yang menghadang di tengah pertigaan jalan itu menatap
tajam ke arah kereta kuda di depannya. Orang itu tidak perlu merasa
takut, meski ia berhadapan dengan prajurit bersenjata.
you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. Madra-ivanpw: Hama$i$tu$ ' .
Orang yang disebut Ki Ajar yang bernama lengkap Ajar Swang
Singgura itu menerima penghormatan itu dengan senyum.
"Bersama Pangeran Pati?" balas Ajar Swang Singgura.
Hyang Bunisora mengangguk.
"Mari, silakan masuk, Tuan," Ajar Swang Singgura mengajak
tamunya masuk ke dalam rumah.
Udara amat gerah.'01eh karena itu, Hyang Bunisora menawar
ajakan itu. "Bagaimana kalau kita berbicara di luar saja, Ki Ajar?" tanya Hyang
Bunisora. Ki Ajar mencerna permintaan itu dan bisa menemukan alasannya.
Ajar Swang Singgura tidak merasa keberatan.
Para prajurit yang bertugas melakukan pengawalan segera menyebar,
ada yang berdiri sambil bersandar pada pohon belimbing, ada pula yang
duduk di atas hamparan rumput yang tebal.
"Pemilik rumah rupanya sudah tahu, Tuanku Mangkubumi
Suradipati akan datang mengunjunginya," bisik seorang prajurit kepada
prajurit di sebelahnya. Prajurit di sebelahnya menoleh, lalu menggeleng.
"Kenapa?" tanyanya.
Prajurit pertama berniat tidak menjawab, tetapi dari lubuk hatinya
memang muncul IEEE PCHHSHIHH.
"Aku yakin, tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Patih
Amangkubumi memutuskan untuk mendatangi tempat ini dengan
mendadak, tanpa rencana," jawabnya.
Di halaman rumah Ki Ajar Swang Singgura ada sebuah pendapa
kecil. Di 'dalam pendapa kecil itu terdapat empat tempat duduk. Tepat
di bawah pendapa kecil itu terdapat sebuah belumbang penuh air dan
menjadi tempat hidup pohon teratai yang sedangbetbunga. Ada dua
You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. Mulaganpura HamuilitiSHuQsa ' .
bandrek. Sebenarnya, jenis minuman itu tidak cocok untuk udara malam
yang sedemikian gerah. Melihat para gadis keluar untuk menyajikan minuman dan makanan
ringan, Nenden Pritaya bangkit untuk ikut membantu.
"Paman Ajar sudah tahu maksud kedatanganku, bukan?" tanya
Hyang Bunisora. "Tolong Paman uraikan kepadaku, apa rahasia yang
menumpang pada udara yang mengalir aneh ini?"
Hening langsung menyelinap karena tuan rumah tidak langsung _
memberi jawaban. Pandangan mata Ki Ajar Swang Singguta yang terarah
kepada Niskala 1Wastu Kencana dengan jelas menampakkan sebuah
beban yang berat. "Biarlah Wastu Kencana ikut mendengar. Ia sudah cukup mampu
untuk menerima simpulan macam apa pun," kata Hyang Bunisora yang
tampaknya bisa membaca kegelisahan Ajar Swang Singgura.
Ki Ajat Swang Singguta mengangguk.
"Aku tak bisa menerka dengan tepat apa yang terjadi, Tuanku,"
jawab Ki Ajar Swang Singgura. "Akan tetapi, aku yakin, sesuatu yang
buruk akan menimpa Sang Prabu dan rombongan."
Hyang Bunisora tak bisa menutupi rasa gelisahnya. Niskala Wasm
Kencana pun resah karena yang dibicarakan menyangkut perjalanan ayah,
ibu, dan kakaknya ke sebuah negara yang selama ini. menyebabkan Sunda
Galuh merasa tidak nyaman. Beberapa kali sudah, Majapahit mengirim
surat kepada ayahnya. Surat itu berisi ancaman agar Sunda Galuh segera
milduk dan menyatu dengan Majapahit.]ika itu dipenuhi, hanya ada satu
kata yang pas untuk mewakilinya, yaitu penjajahan.
"Apa kira-kira sesuatu yang buruk itu, Paman Ajar?" tekan Hyang
Bunisora. ' Ki Ajar Swang Singgura memandang tajam, lalu menggeleng.
"Belum terjadi, Tuanku. Akan tetapi, benar akan terjadi," jawab
Ajar Swang Singgura. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. " Mudahanpum HammiMaiisa ' .
Perang yang mereka inginkan benar-benar bisa dipaksakan. Jika istana
_ kepatihan bisa dihancurkan,_ditambah peristiwa yang terjadi di lapangan
Bubat, akan membuat riwayat Gajah Mada benar-benar berakhir. Ke
depan, tak perlu lagi riuh membicarakan sepak terjang Gajah Mada. Ke
depan, yang perlu dibicarakan adalah siapa yang akan menggantikannya.
Dyah Bhirawa melihat, ternyata sangat mudah baginya dan temantemannya untuk berbuat apa saja manakala keadaan sudah mendidih.
Saat perintah untuk bergerak maju mereka salurkan, pasukan itu pun
bergerak. ' "Ayo, kita serbu istana kepatihan!"
Terdengar teriakan lantang dari tengah pasukan. Di balik suara
lantang itu, ada tawa yang disembunyikan.
Berdebar"debar Pasangguhan Gagak Bongol melihat kenyataan yang
amat pahit itu. Gagak Bongol memang melihat masih ada cara untuk
menghindari perang, yaitu dengan mengosongkan istana kepatihan.
Namun, akibamya jelas, istana kepatihan pasti akan dijarah, dibakar
sampai tak ada sebatang kayu pun yang tidak menjadi abu, tak ada satu
tiang saka pun yang masih berdiri tegak, bahkan mungkin ada yang punya
gagasan unmk membersihkan istana kepatihan hingga tak tercecer satu
bata pun. Dalam keadaan yang demikian, Macan Liumng bertindak tangkas
dan tak mau membuang-buang waktu.
1"Siapa yang menjadi pimpinan di sini?" tanya Macan Liwung.
Tidak ada yang menjawab, tetapi sebagian menoleh kepada Gajah
Sagara. Macan Liwmg pun dengan mudah memperoleh simpulan yang
dibutuhkan. "Kalau begitu, aku yang mengambil alih kendali," teriak Macan
Liwung. "Salurkan sampai ke ujung, aku sekarang yang memimpin.
Para prajurit pengawal istana kepatihan harus tunduk pada perintahku.
Jika ada yang berani membangkang perintahku, aku berwenang
memberi hukuman. Perintahku, jangan balas serangan mereka, semua
..; berlindung" You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. You have either reached a page that is upayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
book. Matthiaripum Ham atara . 0
Di tempat itu hadir pula Brahmana Smaranatha yang duduk
termangu dengan kaki bersila, berdampingan dengan Damardyaksa
Kasogatan Dang Acarya Nadendra. Lengan Brahmana Smaranatha
yang terluka dibebat dengan kain. Luka itu berasal dari sambaran anak
panah yang ia peroleh ketika mencoba mencegah agar perang" antara
Sunda dan Majapahit tidak terjadi. Dang Acarya Nadendra pun tidak bisa
bergerak leluasa karena luka akibat serempetan anak panah menyilang
di Punggungnya ' Namun, tidak seorang pun yang hadir di tempat itu yang bisa
mengurai benang yang sedang saling melilit kusut. Tak ada yang tahu
bagaimana cara memecah hening yang begitu pekat.
Kehadiran Gajah Mada yang didampingi Gajah Sagara menyebabkanr
udara di Tatag Rambat menjadi makin panas. Raden Cakradara
menyentuh tangan istrinya, menyebabkan Sri Gitarja menoleh. Dengan
isyarat pandang matanya, Raden Cakradara mewartakan kedatangan
Gajah Mada. Sri Gitarja yang sedang amat kecewa hanya bisa menahan
_sesak melihat Gajah Mada menaiki tangga Manguntur.
Semua orang menoleh. Dyah Wiyat mengamati, Kudamerta
mengawasi, dan paifa Sekar Kedaton memandang Gajah Mada dengan
tatapan mata aneh, menjadikan Mahapatih Gajah Mada seolah makhluk
aneh, makhluk yang belum pernah dikenal. Sangat hening balairung itu."
Kehadiran Mah'amantrimukya Rakrian Mahapatih Gajah Mada malah
memberi sumbangan yang amat banyak yang menyebabkan suasana
kelam itu bertambah kelam.
Tak ada yang berbicara ketika Gajah Mada menempatkan diri duduk
bersila tepat di belakang Prabu Hayam Wuruk. Dan, bagai memiliki indra
keenam, Prabu Hayam Wuruk yang menunduk sambil memejamkan mata
itu mendadak menengadah. Perlahan, Prabu Hayam Wuruk menoleh
ke arah belakangnya. & You have either reached a page that is unayailable foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached a page that is dhayailable foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. . 5. 949215 atara Ketika semua orang bagai kehilangan akal, termasuk Mahapatih
Gajah Mada yang tidak tahu bagaimana harus bersikap menghadapi.
semua orang yang mendiamkannya, sejatinya Brahmana Smaranatha
dan Dang Acarya Nadendra bahu"membahu menyalurkan segala macam
petunjuk mengenai apa saja yang harus dikerjakan. Para perempuan abdi
istana menjadi pihak yang paling sibuk dalam menyiapkan segala macam
ram! sarana!" yang diperlukan.
Pariaman" yang dalam beberapa hari tidak berasap, kembali
berasap dan memberi bau yang tajam menyengat ketika beberapa abdi
memasukkan berbakul"bakul kemenyan. Bau khas yang demikian sudah
biasa bagi penghuni istana. Akan tetapi, rupanya ada juga yang tidak
tahan. Seorang prajurit merasa sangat pusing ketika gumpalan asap
menyapa hidungnya. Setelah amat larut, akhirnya Prabu Hayam Wuruk yang sedang
terbelah dadanya itu mampu menyisihkan duka dan amarahnya. Prabu
Hayam Wuruk menyerahkan sepenuhnya upacara pembakaran bytes kepada
beberapa orang abdi yang berniat banguan agree" Dyah Pitaloka.
Dan, ketika tiba waktunya upacara yang tak pernah terbayangkan itu
harus diselenggarakan di halaman istana, jerit tangis merata memantulmantul ke dinding. Seseorang mendadak kehilangan kendali.
Orang yang sedang berada di antara kumpulan orang itu tiba-tiba
berteriak sangat keras dan mengayun-ayunkan tangannya. Api yang
menjilat-jilat membubung tinggi amat mencuri keinginannya untuk
mahar-ke dalamnya. Orang-orang di sebelahnya dengan tangkas berusaha
meringkus orang itu. Namun, orang yang sedang kesurupan itu benarbenar memiliki kekuatan yang amat besar, menjadikan lima orang yang
meringkusnya merasa bagai berhadapan dengan kekuatan badak jantan.
Sungguh aneh, kejadian macam itu tidak hanya berlangsung di satu
tempat, tetapi juga terjadi di sudut lain halaman istana Tatag Rambat
Bale Manguntur. Im Sant urine. Jawa. semu: alat kelengkapan
"; Plhumnn. perapian
"' Hlulrulttl hynn. Jawa, mengums mayat sebagaimana sel-lamanya (lihat pangruktining [ayun].
Hadhlipn'pam HamuEp' Hingga . .
Dengan penghormatan penuh, satu per satu para tamu dari Sunda
Galuh yang telah terbunuh itu diletakkan di atas tumpukan kayu, lalu
dibakar. Puncak dari perhatian terampas habis ketika tiba giliran tubuh
Sekar Kedaton Sunda Galuh, Dyah Pitaloka Gitraresmi, diletakkan
berdampingan dengan Prabu Maharaja Linggabuana dan Permaisuri
Dewi Lara Linsing. Penghormatan benar"benar dilakukan penuh. Api yang berkobar
menjilat-jilat memancarkan warna tersendiri ketika bersamaan dengan
itu genderang dipukul berderap dan sangkakala dengan nada duka ditiup
melengking. Apalagi, bende Kiai Samudra juga dipukul pelan. Nadanya
yang rendah memantul kembali ketika menjamah dinding. Di antara
semua yang duduk bersila melantunkan mantra, Mahamantrimukya
ikut duduk bersila. Akan'tetapi, Mahapatih Gajah Mada merasa hanya
sendiri di kerumunan itu. Ia tidak merasa dikelilingi orang-orang. Udara


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun dirasa ikut menjauh darinya.
Dalam keadaan yang demikian, tak seorang pun mau menyapa Gajah
Mada, tidak juga Sri Gitarja Tribhuanatunggadewi _jayawisnuwardhani
dan suaminya, pun tidak Dyah 1t'ii'r'iyat Rajadewi Maharajasa dengan
suaminya. Itulah untuk seumur-umur, Mahapatih Gajah Mada tak _tahu
harus berbuat apa. Menyikapi perang di lapangan Bubat, menyikapi
terbunuhnya Prabu Maharaja Linggabuana bersama permaisuri dan anak
gadisnya, Gajah Mada tak melihat pihak lain yang layak untuk disalahkan
kecuali orang-orang Sunda Galuh itu sendiri.
"Kalau saja orang Sunda tak terlalu mengedepankan harga diri.
Kalau saja orang Sunda itu mengerti mengapa harus menyatu dengan
Majapahit," gema kata hatinya. Hanya Gajah Mada yang mendengar.
& You have either reached a page that is dhayailable foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached a page that is dhayailable foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached a page that is dhayailable foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. %aairliaripura Hu"ifhume ' .
"Kita tidak memiliki penjelasan yang masuk akal," jawab Wijaya
Rajasa Hyang Parameswara.
Hening yang menyelinap pun menggurita.
"Meski tak memiliki penjelasan yang masuk akal," kata Ibu Suri
Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa, 'Majapahit tak boleh menggantung
Sunda Galuh ke dalam keadaan tidak menentu. Harus segera dikirim
orang ke istana Surawisesa untuk mengabarkan musibah yang terjadi di
sini serta menyampaikan permintaan maaf. Meski sebenarnya maaf tak
pernah cukup. Maaf tidak mengembalikan mereka yang sudah tiada,
tidak membangkitkan dari alam kematian."
Pintu yang berderit dan sedikit terbuka oleh dorongan angin mencuri
perhatian Sri Gitarja untuk berpaling. Narnun, Raden Kudamerta Wijaya
Rajasa Hyang Parameswara segera bangkit untuk menutupnya. Tidak
baik pembicaraan itu didengar prajurit yang berjaga di halaman. Dua
ekor cecak di dinding yang mendadak semburat berlarian menyebabkan
Wijaya Rajasa mengerutkan dahi.
Wijaya Rajasa yang berbalik tidak segera duduk. Ia berdiri di
belakang kursinya dan berpegangan pada sandarannya. Sakit kepalanya
belum hilang, meski Dyah Wiyat telah mengobatinya dengan ramuan
obat berbahan baku kunir dan asam. Sakit kepala sebelah itu, bahkan
kian menjadi- jadi. "Utusan yang pergi ke Sunda Galuh kali ini benar-benar membawa
tugas yang amat berat, jauh lebih berat dari bertempur di medan perang
Aku tidak punya pandangan, siapa sebaiknya yang dipercaya untuk
berangkat ke sana," kata Prabu Hayam Wuruk.
Sri Kertawardhana menghirup tarikan napas panjang yang terasa
berat. Sejak geger-"gerak yang terjadi di lapangan Bubat, bukan hanya ulu
hatinya yang terasa nyeri, rongga dadanya pun terasa menyempit..
"Patih Madu?" tanya Sri Kertawardhana.
Dalam waktu yang rapat berimpitan, dua kali sudah Patih Madu
pergi ke Sunda Galuh. Keberangkatan pertama Patih Madu ke Sunda
Galuh dengan membawa juru lukis dari istana adalah untuk menggambar
. ' (jajan atau"! Dyah Pitaloka. Dibutuhkan waktu sepuluh hari perjalanan lewat laut
untuk sampai ke Sunda Galuh. Sepuluh hari pula waktu yang diperlukan
untuk kembali ke Majapahit.
Patih Madu dianggap sangat berhasil mengemban tugasnya dan
mendapat pujian. Kemudian, di pundak Patih Madu diletakkan lagi
sebuah tugas yang lebih besar. Patih Madu pun berangkat kembali ke
negeri yang beribu kota di Kawali itu. Sepuluh hari perjalanan kembali
ditempuh. Kali ini dengan membawa berbagai barang bawaan sebagai
kelengkapan acara lamaran. Perjalanan keSunda Galuh yang kedua itu
dikawal dengan ketat. Pengawalan dipimpin langsung Sang Aryya Wira
Mandalikam| Demikian bersahabatnya sambutan yang diberikan tuan rumah,
terlihat itu dari segala macam paragataa' ?" leaat yang disajikan dan berbagai
hiburan kesenian setempat yang indah untuk ditonton. Suara seruling
Sunda dan gamelan mereka, menurut Kanuruhan Gajah Enggon,
menghadirkan penggambaran yang paling sempurna atas keindahan
desa-desa dan lembah ngarai. Belum lagi sikap persahabatan yang
ditunjukkan rakyat. Di sepanjang jalan yang dilewati, baik ketika datang
ke Sunda Galuh maupun saat pulang, rakyat memberikan penghormatan
selamat datang dan selamat jalan dengan berdiri berjajar di sepanjang
tepi jalan. Lagi-lagi, Patih Madu berhasil melaksanakan tugasnya dengan amat
baik. Oleh karena itu, Ibu Suri Sri Gitarja berniat mengusulkan agar
Patih Madu menerima anugerah berupa jabatan baru.
Pinangan terhadap Sekar Kedaton Dyah Pitaloka diterima oleh
Raja Sunda Galuh, meski di antara rombongan yang dikirim ke Sunda
itu diselipkan orang-orang yang membawa kepentingan Mahapatih
Gajah Mada. Kanuruhan Gajah Enggon yang terselip di rombongan
pertama, berbicara atas nama kepentingan Mahapatih Gajah Mada yang
mengingatkan Sunda Galuh agar segera menentukan sikap, bersedia
?" Sang Anya Wira MandlllItI. gelar yang diberikan Prabu Hayam Wuruk kepada Laksamana Nala,
urutan" atas keberhasilannya menundukkan [Jompo Smnhawa.
[IS Pumlu* jawa, suguhan atau hidangan
Gidaianpara Hmuktifmaiya . .
tunduk dan menyatu dengan Majapahit atau tetap pada keadaannya
sekarang. Dalam rombongan Patih Maduratna kedua, terselip orang-orang
yang menerjemahkan kepentingan Mahapatih Gajah Mada dengan lebih
keras, di antaranya adalah Sang Arya-Rajaparakrama Ma Panji Elam dan
Arya Suradiraja Pu Kapasa.
Waktu itu, dalam waktu satu bulan lebih, telah dua kali Patih Madu
menempuh perjalanan bolak-balik dengan jarak tempuh sedemikian jauh
melalui laut, dilanjutkan perjalanan darat dengan medan yang sulit luar
biasa. Dan, Patih Madu berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.
Apa untuk kali ini, Patih Madu akan berhasil melaksanakan tugasnya
dengan amat baik pula"
Hayam Wuruk yang memejamkan mata mencoba mencari sosok
lain yang mungkin bisa menggantikan Patih Madu. Tetapi, siapa sosok
lain itu" Hayam 1Cikurai; tidak segera menemukan. Sri Gitarja yang sangat
mengenal anaknya bagai bisa menebak apa yang sedang berada dalam
benak Hayam Wuruk. "Gajah Mada!" ucap Sri Gitarja.
Dyah Wiyat mendongakkan kepala. Ia mengira Gajah Mada
datang. Namun, tidak dilihatnya Gajah Mada membuka pintu. Dengan
pandang mata agak aneh, Dyah Wiyat memerhatikan wajah saudara
tuanya. "Kenapa tidak kaukirim Gajah Mada" Adakah orang yang lebih
tepat untuk kaukirim ke Sunda Galuh melebihi Gajah Mada?" ucap Sri
Gitarja meluap. Hayam Wuruk memandang ibunya. Hayam Wuruk tahu, usulan itu
berasal dari kejengkelan hatinya. '
"Mahamanttirnukya Rakatian Mahapatih Gajah Mada orang yang
paling tahu apa yang terjadi di lapangan Bubat. Ia yang paling punya
alasan melakukan pembantaian di lapangan Bubat. Dengan demikian,
ia yang paling bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa
. : 943151116451 harus Patih Madu yang dikirim kembali ke Bryaag Galuh?" Mengapa
bukan Gajah Mada yang dikirim?" kata Sri Gitarja.
Berkata-kaca mata Sri Gitarja ketika mengakhiri ucapannya. Sri
Gitarja telah berulang kali mengingatkan Mahapatih Gajah Mada untuk
tidak menyamakan Sunda Galuh dengan beberapa negara yang lain
karena berbagai alasan, di antaranya adalah leluhur Majapahit sebagian
berasal dari Sunda Galuh. Kakek Sri Gitarja atau ayah Raden Wijaya,
suami dari Dyah Lembu Tal berasal dari Sunda.
Namun, kilah itu dianggap angin lalu oleh Mahapatih Gajah Mada.
Mahapatih Gajah Mada bersikukuh menegakkan sumpahnya. Sumpah
telah diucapkan, sumpah itu harus diwujudkan. Persatuan dan kesatuan
seluruh wilayah di Nusantara harus diwujudkan. Tidak boleh ada satu
jengkal wilayah pun yang berwarna beda, apalagi wilayah dengan warna
berbeda itu terletak di pulau jawa. Ibaratnya yang berbeda itu justru di
pekarangan atau di halaman sendiri.
"Mengirim Gajah Mada ke Sunda Galuh?" tanya Sri Kertawardhana
datar. "Yal" jawab Ibu Suri Sri Gitarja.
_ ' "Seperti tidak mengenal Gajah Mada saja," jawab suaminya. "Gajah
Mada akan berangkat ke Sunda Galuh jika kita perintahkan. Tetapi, ia
akan membawa pasukan regtkr ratapan," balas Sri Kertawardhana.
Sri Gitarja merasa ulu hatinya ngilu. Namun, Sri Gitarja mengakui
suaminya benar. Usulannya mengirim Gajah Mada didasari keinginan
agar Gajah Mada menyadari akibat macam apa yang timbul dari ulahnya
yang mengerikan itu. Jika usulan itu diwujudkan, andaikata Gajah Mada
benar dikirim ke Sunda Galuh, perang yang sesungguhnya benar-benar
akan pecah. Gajah Mada akan memperoleh kepuasan karena mendapat
kesempatan menyerbu Sunda Galuh. Gagasan menyerang Sunda Galuh itu
selama ini harus ditahan karena Ibu Suri dan kerabat istana tidak setuju.
"'5 Bajang Galah. penyebutan Bojong Galuh berasal dari sumber sekunder seperti Wawacan Sajarah Galuh
dan tradisi lisan yang hidup di sekitar lokasi- Eoan Galuh terletak di sebidang tanah yang kini berubah
menjadi hutan dengan luas 25.5 ha pada pertemuan sungai Cimuntur dan Sungai Citanduy di tepi jalan
" raya CiautiseBanjar kui I". Sekarang disebut sebagai situs Kai-angkarnulyan.
Madainnpum Henuli" Stinky: ' .
"Kau tak punya pilihan lain, Anakmas Prabu?" tanya Dyah
Wiyat. Prabu Hayam Wuruk menoleh.
_ "Bagaimana menurut Bibi?" balas Hayam Wuruk.
"Mintalah bantuan kepada pamanmu Patih Maduratna," kata
Dyah Wiyat. "janjikan kepadanya, kelak kau akan menaikkan pangkat
dan jabatannya. Maduratna pernah pergi ke Sunda Galuh dan
merupakan sosok yang paling bisa diterima di Sunda Galuh," jawab
- Dyah Wiyat. Hayam Wuruk menimbang usulan itu. Akan tetapi, sejenak
kemudian ia menggeleng. "Atau, kaupunya orang lain yang lebih pantas?" Sri Kertawardhana
bertanya. Prabu Hayam Wuruk mengangguk.
"Siapa?" kejar ayahnya.
"Aku akan meminta kesediaan Bapa Dang Acarya Dharmaraja dan
Bapa Dang Acarya Nadendra," jawab Hayam Wuruk.
Sri Kertawardhana dan Wijaya Rajasa Hyang Parameswara saling
pandang. Ayah dan paman raja itu bersepakat untuk manggut-manggut
bersama. Sri Kertawardhana semula tidak melihat sosok lain yang masuk
akal untuk dikirim ke Sunda Galuh selain Patih Maduratna. Namun, nama
yang disebut Hayam Wuruk itu rupanya lebih tepat lagi, dirasa lebih
mampu menyampaikan kabar mengerikan itu sekaligus menyampaikan
permintaan maaf pada Sunda Galuh.
|Drang-orang Sunda yang menganut agama Syiwa banyak yang
menuntutilmu di Jawa. Kitab-kitab agama yang mereka pelajari masih
kitab-kitab yang menggunakan bahasa jawa. Di Sunda, Dharmadyaksa
Kasaiwan Dang Acarya Dharmaraja yang mengurusi kehidupan
beragama agama Syiwa dan Dharmadyaksa Kasogatan Dang Acarya
Nadendra yang mengurusi kehidupan beragama agama Buddha, sungguh
merupakan sosok yang sangat dihormati.
You have either reached e page that is uneyeileble feryiewing er reached yeuryiewing limitferthis
hoek. You have either reeched e page that is uneyeileble feryiewing er reeched yeuryiewing limitferthis
hoek. o - gayut arare pepohonan penghias taman, dan dinding, bahkan dari kedalaman warna
hitam ketika memejam. "Kalau kau tidak keberatan, aku minta tolong carilah Dang Acarya
Nadendra dan Bapa Brahmana Smaranatha. Kalau kautemukan mereka,
sampaikan kalau saat ini aku membutuhkan kehadiran mereka," kata
Hayam Wuruk. Prajurit itu menyembah. "Hamba laksanakan, Tuanku," jawabnya sigap. "Apa ada perintah
lain yang harus hamba kerjakan?"
Prabu Hayam Wuruk menggeleng dan mengangkat tangannya
sebagai tanda, waktu bagi prajurit itu sudah habis. Setelah menyembah,
prajurit itu beringsut menjauh.. Namun, sesampai di pintu, prajurit itu
kembali harus mendekat karena Prabu Hayam Wuruk melambaikan
tangan memintanya mendekat.
"Hamba, Tuanku?" ucap prajurit itu.
Agak lama Hayam Wuruk memandanginya.
"Aku kehilangan banyak keterangan yang terjadi di luar. Apa kau
tak keberatan untuk berbagi denganku?" tanya Hayam Wuruk.
Prajurit itu berdebar-debar. Cara Prabu Hayam Wuruk berbicara
yang agak berubah itulah yang menjadi penyebab ia berdebar.
"Hamba, Tuanku. Keadaan sekarang telah pulih dan terkendali.
Menurut pandangan hamba, Senopati Macan Liwung dan segenap
pasukan Bhayangkara telah bekerja sangat keras dalam mengendalikan
keamanan di kotaraja. Siang tadi memang telah terjadi kekacauan luar
biasa. Istana kepatihan dikepung rapat oleh pihak"pihak yang marah.
Namun, bentrokan bisa dihindari. Para perwira, di antaranya Kanuruhan
Gajah Enggon dan Pasangguhan Gagak Bongol sangat berperan dalam
meredakan keadaan. Namun demikian, pasar timur terbakar, Tuanku.
Dari kejadian di istana kepatihan dan beberapa kekacauan yang berusaha
dipaksakan, tampak adanya pihak"pihak yang berusaha memancing di
air keruh," prajurit itu memberikan laporannya.
MadainnPumHemuEHMaRsa ' o
Prabu Hayam Wuruk menyimak penjelasan itu dengan penuh
perhatian. ' "Ada yang lain?" tanya Prabu Hayam Wuruk.
"Hanya itu keterangan yang hamba punya, Tuanku," jawab prajurit
itu. Hayam Wuruk mengangguk. "Baiklah," ucapnya. "Aku minta tolong, cari Dang Acarya
Nadendra dan Bapa Brahmana Smaranatha untuk menghadap aku. Aku
juga membutuhkan bantuan Paman Macan Liwung. Tolong sampaikan
kepadanya agar mengurus paagrakffning layar: Bapa Dang Acarya
Dharmaraja. Sampaikan kepada Paman Senopati Macan Liwung, aku
berikan kewenangan sepenuhnya untuk melakukan itu."
Prajurit itu kembali memberikan penghormatannya dengan
merapatkan kedua telapak tangannya. Sejenak setelah prajurit itu
berada di luar, pintu yang terbuka dan menyemburatkan udara berbau
asap kemenyan ditutup kembali. Bertubi"tubi hening menguasai ruang
yang digunakan untuk sidang Panca Prabu itu. Belum terurai sebuah
masalah, datang lagi berita yang mengagetkan. Bersamaan dengan malam
diselenggarakannya upacara pembakaran iyan, Biang Acarya Dharmaraja
justru kembali ke swargaloka.
"Siapa yang akan kautunjuk menggantikan Dang Aearya Dharmaraja,
Anakmas Prabu?" tanya Sri Gitarja.
Hayam 1Wuruk menimbang, tetapi tidak terlalu lama.
"Bagaimana andaikata kita tunjuk Bapa Brahmana Smaranatha
untuk menggantikan Dang Acarya Dharmaraja" Apakah Ayah, Ibu,
Paman, dan Bibi punya pendapat lain?" tanya Prabu Hayam Wuruk.
Sri Gitarja membalas pandangan mata anaknya dengan tajam.
"Kurasa Brahmana Smaranatha merupakan pilihan yang tepat untuk


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jabatan yang kosong itu," kata Sri Gitarja.
Sri Kertawardhana manggut"manggut, tetapi pendek.
You have either reached a page that is unayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. Methgnpura HemaQiSlfaEse . o
Pasangguhan Gagak Bongol sedang dililit rasa ingin tahu, jawaban
macam apa yang akan diberikan Kanuruhan Gajah Enggon.
"Tanpa cara pandang itu pun," ucap Kanuruhan Gajah Enggan, "aku
merasa kejadian ini layak untuk disesali. Menyedihkan membayangkan
Sang Prabu amat terpukul hatinya karena kehilangan kekasih yang
dicintainya." Gajah Mada memandang Gajah Enggon dengan mata elang-nya.
Menghadapi cara pandang yang menyengat macam itu, Kanuruhan
Gajah Enggon pilih mengalihkan tatap matanya ke arah lain.
"Jawablah dengan lebih lugas, apa seperti yang lain, kau menyalahkan
aku juga?" kejar Mahapatih Gajah Mada.
Kanuruhan Gajah Enggon, Pasangguhan Gagak Bongol, dan
Dharmadyaksa Kasogatan Dang Acarya Nadendra melihat sebuah
kenyataan aneh. Ternyata, apa yang telah terjadi itu" tidak menyebabkan
Gajah Mada tersudut dan harus merasa bersalah.
Menarik untuk segera diketahui latar macam apa sebenarnya yang
dimiliki Gajah Mada sehingga ia merasa berhak untuk marah, sementara
semua pihak merasa mereka yang berhak untuk marah.
"Aku tidak perlu canggung atau harus menyembunyikan
penilaianku, meski berseberangan dengan penilaian Kakang Gajah
Mada. Menurutku, Kakang mempunyai peluang untuk mencegah agar
peristiwa itu tidak terjadi. Hanya saja, Kakang tidak melakukan upaya
itu. Yang kulihat, Kakang Gajah Mada justru mengelola keadaan itu.
Aku curiga apa yang terjadi di lapangan Bubat memang sesuai dengan
apa yang Kakang kehendaki, " kata Kanuruhan Gajah Enggon tanpa
secuil pun keraguan. Kanuruhan Gajah Enggon melihat tangan Gajah Mada mengepal.
Itu artinya, pemilik tubuh pendek kekar itu sedang marah. Namun,
Kanuruhan Gajah Enggon tak peduli.
Andaikata Mahapatih Gajah Mada mengayunkan tangan menggarnpar
wajahnya, ia tak perlu merasa sungkan untuk menangkis. Ia tak harus
You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. . ' gajrdi Elfrida melihat tangan kanan Gajah Mada masih mengepal. Pasangguhan Gagak
Bongol khawatir, Gajah Mada akan kehilangan kendali. Jika itu terjadi
dan ayunan tangan pelampiasan amarah itu tertuju ke kepala Nadendra,
kepala gundul itu akan ambar berantakan.
"Masih menggunakan cara pandang Sang Prabu," kata Nadendra
lebih lanjut. "Dengan rencananya mengawini Dyah Pitaloka, Sri Baginda
Sang Prabu Hayam Wuruk pastilah menempatkan Prabu Maharaja
Linggabuana dan permaisurinya sebagai mertua yang harus dihormati
tidak ubahnya menghormati ayah dan ibu kandungnya. Kau telah
membunuh mereka. Itu sama saja dengan kau membunuh Tuanku Sri
Kertawardhana dan Ibu Suri Sri Gitarja."
_ Gajah Mada merasa risih mendengar perumpamaan yang
dianggapnya sangat ngawur itu.
"'Jangan membuat persamaan ngawur macam itu, Nadendra," ucap
Gajah Mada dengan kaki nyaris menghajar pagar anjungan di depannya.
"Raja Linggabuana bukan Sri Kertawardhana dan istrinya bukan Tuan
Putri Sri Gitarja. Hayam Wuruk pun belum pernah bertemu dengan
mereka. Terlalu berlebihan perumpamaan yang kaubuat itu."
Nadendra yang dalam menulis lambang" menggunakan nama
samaran Prapanca dan menyandikan namanya dalam lima buah huruf
sehingga ia menyebut dirinya sebagai Pancaksara yang berarti lima aksara
itu, manggut"manggut pendek. '
"Tidak ada urusan apa pun yang menyebabkan Hayam Wuruk layak
menyesali apa yang terjadi ini," lanjut Gajah Mada. "jika Hayam Wuruk
kali ini menangis sedih, itu karena kelemahannya sendiri. Hayam Wuruk
membiarkan dirinya larut oleh pesona wanita. Untuk kesekian kalinya
aku melihat, perempuan menjadi penyebab lelaki berhati lemah."
Sekali lagi, Gajah Enggon dan Gagak Bongol saling lirik. Dua
perwira itu menyimak dan pilih menunggu cecaran macam apa yang.
akan dilontarkan Nadendra, meski tangan kanan Gajah Mada benarf
"' Limbang. salah satu kaya yang ditulis Empu Prapanca
You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. You have either reached a page that is Lihairailahle feryiewihg er reached yeuryiewihg limitferthis
hoek. dimanapun Hendri Marisa ' '
Rangkaian ucapan Nadendra itu menyebabkan Pasangguhan Gagak
Bongol dan Kanuruhan Gajah Enggon terperangah.
Nadendra akan melanjutkan, tetapi Gajah Mada membuka telapak
tangannya, lalu mengacungkan itu ke wajah Nadendra.
"Cukup!" kata Gajah Mada.
Nadendra memenuhi permintaan itu. Nadendra tak melanjutkan
kalimamya dengan menjadikan Gajah Mada sebagai perumpamaan.
Meski telah ditunggu beberapa kejap, Gajah Mada tidak segera
membuka mulut. Namun, terlihat jelas bagaimana Gajah Mada berusaha
akan berbicara. Gajah Mada tampak mengalami kesulitan untuk
berbicara. Melihat itu, Nadendra menempatkan diri untuk menunggu.
Gajah Mada berjalan mondar-mandir di atas anjungan dengan luas
hanya rafting danum itu. Jarak dini hari hingga datangnya pagi masih agak jauh. Dari luar
dinding istana terdengar kentongan dipukul dengan nada dara arafah,"
disusul dipukul tiga kali berjarak renggang, menandai sang waktu berada
pada rebab dua. Dengan demikian, lebih kurang tiga inilah lagi gelap
malam akan digantikan hadirnya terang tanah.
"Semua orang menyalahkan aku," kata Gajah Mada serak
Gajah Enggon menempatkan diri menyimak. Gagak Bongol tahu,
Gajah Mada akan berbicara panjang.
Nadendra mundur bersandar pagar. Udara malam sebenarnya
kurang bagus baginya. Akan tetapi, Nadendra mendadak bagai
memperoleh anugerah kekuatan yang membuatnya mampu melalui
malam. "Kenapa sekarang semua orang menyalahkan aku?" ulang Gajah
Mada amat tegas. I?" Tulung dupa, Jawa, ukuran panjang tiga kali tangan ditentang
Ia" Buru muluk, Jawa, kentongan yang dipukul dengan nada jarang lalu makin rapat dan makin rapat,
kemudian meninggal-.ug lagi. Irama ini disepakati sebagai isyarat bahwa keadaan arnan.
o ' gayut ama Tentu Nadendra tidak tahu apa yang dimaksud Gajah Mada.
Nadendra menunggu. Ketika Gajah Mada berbalik dan mengarahkan
pandangan mata elangnya kepada Gajah Enggon dan Gagak Bongol, dua
orang perwira itu sama tidak tahunya. Maka, Kanuruhan Gajah Enggon
_dan Pasangguhan Gagak Bongol bersikap sama seperti yang dilakukan
Dang Acarya Nadendra, yaitu menunggu apa yang akan disampaikan
Sang Mahamantrimukya. "Kalau apa yang terjadi dan menimpa orang"orang Sunda itu
dianggap sebagai kesalahan, mengapa apa yang kita lakukan terhadap
negara lain tidak dipandang menggunakan cara pandang yang sama?"
tanya Gajah Mada. ' Hening menyelimuti panggungan itu.
"Sebagai pemegang kewenangan terhadap kebijakan manan angan?"
aku tidak akan arahan nada arahan sandera.": Aku tak akan membedakan
antara Bali dan Sunda Galuh. Aku tak akan membedakan antara Tanjung
Pura dan Sunda Galuh. Raja Dompu akan mencaciku dan menudingku
sebagai orangyang telah bertindak tak adil jika aku membedakan Dompo
dengan Sunda Galuh. Mengapa Sunda Galuh harus dibedakan?" Gajah
Mada kembali bertanya. Gajah Enggon dan Gagak Bongol saling pandang.
"Jelas merupakan kekeliruan besar menempatkan Surawisesa di
tempat yang berbeda itu. Keyaldnanku tidak akan goyah, meski terjadi
gempa sekalipun. Bahkan, andai benar terjadi perkawinan antara Hayam
Wuruk dan Dyah Pitaloka, aku tetap menuntut Sunda Galuh agar
menyatakan tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Jika syarat itu tidak
dipenuhi, Sunda Galuh akan merasakan bagaimana pahitnya digempur
bala tentara berkekuatan bagaikan banjir bandang dari bumi Tarik, seperti
yang baru saja dialami Dompo yang terpaksa berhadapan dengan Aryya
Mandalika Pu Nala," kata Gajah Mada tegas.
" Manca nagari, Jawa. luar negeri /
?" Embun etude emban silatlan. Jawa. peribahasa bagi orang yang bertindak tidak adil.
You have either reached e page that is uneyeileble foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeileble foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeileble foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. . - Gajali Media "Seharusnya mereka bisa mengukur diri," kata Gajah Mada.
"Ingat, dalam peristiwa yang berlangsung tadi siang, Majapahit tidak
menyerang mereka lebih dulu. Majapahit tak menyiagakan pasukan untuk
menggempur mereka. Aku sama sekali tidak menjatuhkan perintah untuk
menyerbu, justru orangorang Sunda itulah yang kalap dan menyerang.
Orang Sunda Galuh yang merasa dirinya punya alasan untuk mengamuk.
Kita hanya melayani apa yang mereka lakukan. Majapahit hanya membeli
apa yang mereka jual, " jawab Gajah Mada.
Dada Dang Acarya Nadendra yang semula telah terasa penuh itu
kini makin penuh. Gajah Enggon mengerutkan kening dalam upaya
mengenang, benarkah Sunda Galuh yang menyerbu lebih dulu"
Jika orang Sunda yang menggelar serangan lebih dulu, itu pun masuk
akal. Siapa yang mampu menahan kemarahan memperoleh pelecehan
yang diberikan bertubi-rubi" Permintaan agar Dyah Pitaloka dibawa
ke Majapahit adalah awal dari rangkaian pelecehan yang terjadi karena
menurut adat, pihak Sunda yang punya hak untuk menggelar pesta lebih
dulu. Permintaan itu pun dipenuhi. Akan tetapi, setelah rombongan dari
Sunda Galuh itu datang ke Majapahit, ternyata Majapahit mengajukan
permintaan susulan. Dyah Pitaloka harus diserahkan sebagai upeti atau
wanita persembahan sebagai tanda takluk
Amat wajar jika permintaan itu menyebabkan isi kepala lalu
mendidih. Wajar jika Gajah Mada berpendapat, pihak Sunda Galuh yang
menggelar serangan lebih dulu. Bagian yang oleh Gajah Mada dengan
sengaja dibuang adalah rangkaian sebab yang membuat orang Sunda
Galuh menjadi kalap. "Jadi begitu?" balas Nadendra. "Kau menempatkan orang-orang
Sunda sebagai pihak yang harus disalahkan karena mereka tidak
mengukur diri. Menuruttnu seharusnya mereka bisa mengukur seberapa
besar kekuatan bala tentara Majapahit yang mereka hadapi?"
Tanpa keraguan, Gajah Mada mengangguk.
"Jika mereka bisa mengukur diri," ucapnya, "seharusnya mereka
pulang ke negara asalnya dan tidak memaksakan pertempuran."
You have either reached e page that is uneyeileble foryiewihg or reached youryiewihg Iirrtitforthis
book. "red have either reached a page that ie unavailahle ferviewihg er reached yeurviewihg Iirhitferthie
eeeh. rou have either reached a page that ie Lihavailalele ferviewihg er reached yeurviewihg Iirhitferthie
eeeh. o ' Gajah Madi! 12 Malam terus bergerak menuju datangnya pagi. Ketika isyarat
waktu berupa kentongan dipukul empat kali, pertemuan Panca Prabu
di istana raja berakhir. Beberapa prajurit yang'bertugas menjaga
keamanan istana raja bergegas memberikan hormat ketika para Ibu Suri
dengan masing-masing suami meninggalkan bangunan paling megah di
lingkungan istana itu. Berbalut kain tebal, Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa berjalan
sambil dipeluk suaminya. Udara malam memang kurang bagus bagi Ibu
Suri Dyah "Flyer. Itu sebabnya, ke mana pun ia pergi, selalu membungkus
diri dengan selirnut tebal.
Tiga orang prajurit'bergegas menempatkan diri mengawal paman
dan bibi raja yang entah mengapa tak langsung pulang ke istana
kediamannya itu. Namun, pertanyaan itu segera terjawab ketika paman
dan bibi raja itu berjalan mengarah keluar dinding melalui pintu
gerbang selatan yang terbuka. Wijaya Rajasa dan Dyah Wiyat berniat
mendatangi wisma Dharmadyaksa Kasaiwan Dang Acarya Dharmaraja
yang sedang dibalut duka. Wisma itu telah ramai oleh banyaknya
orang yang sibuk mempersiapkan berbagai syarat serta sarana yang
dibutuhkan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Dang
Acarya Dharmaraja. Dang Acarya Dharmaraja dibaringkan di atas pembaringan.
Asap kemenyan mengepul dari bawah pembaringan itu. Di samping
dipenuhi bau dupa yang menyengat, pendapa yang digunakan sebagai
persemayaman terakhir menjelang peugmkfning 15:33:01: itu juga berbau
wangi yang berasal dari kembang melati yang disebar di lantai. Di samping
kembang melati, bau wangi itu juga berasal dari kembang mawar dan
sekeranjang kembang kamboja. '
Khusus kembang kamboja yang berwarna putih kekuningan
itu tidak disebar di lantai, hanya dionggokkan dalam keranjang yang
you have either reached a page that is dhayailaple feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailaple feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailaple feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthie
hoek. . | Gajian Madra Beberapa kali putaran, Sri Sudewi membalap mengalahkan kakak
dan para saudara sepupunya. Namun, ada sesuatu yang menarik
perhatiannya yang menyebabkan Sekar Kedaton Sri Sudewi menarik
tali kendali kudanya dan langsung berbalik. Seorang gadis muda yang
berjualan makanan mencuri perhatiannya. Sri Sudewi meloncat turun
dari kudanya. Seorang prajurit yang berada pada jarak paling dekat
bergegas menerima kuda dan mewakili Sekar Kedaton memegang tali
kendalinya. " - "Apa yang kaujual itu?" tanya Sri Sudewi.
"Gadis muda itu menggelar dagangannya. Di antara berjenisajenis
makanan yang dijual gadis itu, Sri Sudewi mengenalinya. Akan tetapi,
ada satu jenis makanan yang belum pernah dilihamya. Madudewi


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang membalap di belakang, ikut menghentikan tarikan kaki kudanya.
hiadudewi ikut memerhatikan jenis makanan yang dijual.
"Kangmbokm tahu itu apa?" tanya Sri Sudewi.
Sebagaimana adiknya, Madudewi juga merasa baru melihat
jenis makanan yang aneh itu. Dari jauh, Dyah Rajasaduhitendudewi
yang akan melintas telah mengurangi kecepatannya, disusul Dyah
Nrttaja Rajasaduhiteswari. Kedua gadis itu segera meloncat turun dan
membiarkan kudanya lepas. Dyah Nrttaja dan kakaknya tidak perlu
khawatir dengan kuda-kuda itu karena para prajurit mengurusnya.
"Kangmbok pernah melihat makanan ini?" tanya Sri Sudewi.
Dyah Nrttaja terkejut, "Ahh, itu Jia-ya,?" tidak boleh dituakan."
Gadis penjual makanan itu segera tersenyum dan meluruskan.
"Ini bukan _yrgye, Tuan Putri," ucapnya. "Ini kepiting yang hanya bisa
hidup di laut. Bentuknya memang sama dengan yaya, tetapi ini bukan
jaya. Ini makanan yang sangat lezat. Silakan mencoba, Tuan Putri."
?" Hambali, Jawa. kakak. Kosakata ini sudah jarang dipergunakan keeuaii di pagelaran ketoprak
atau pakeliran wayang kulit dan wayang orang. Di kalangan istana 'r'ogya dan Solo mungkin masih
digunakan. Hs Yuquawn, ketam sungai. mirip kepiting dari spesies berbeda
Madaiannparn HunthtiSHnEJn ' '
Dyah Nrttaja tidak tertarik dan lebih memerhatikan makanan yang
lain. "Silakan dicoba, Tuan Putri, lezat sekali," penjual makanan yang
masih muda itu menawarkan kepada Dyah Rajasaduhitendudewi .
Sama seperti adiknya, Dyah Rajasaduhitendudewi menggeleng.
_]ika para saudaranya yang lain tidak tertarik pada makanan aneh itu,
sebaliknya Sri Sudcwi merasa penasaran dan tidak menyimpan keraguan
sama sekali untuk mencobanya.
"Waah," Sri Sudewi terkejut.
"Kenapa?" tanya Maduclewi.
Jenis makanan itu baru pertama dikenalnya sehingga Sri Sudewi
memang layak terkejut saat mencicipinya. Dan, Sri Sudewi tak perlu
berpikir lebih panjang untuk mengambil keputusan.
"Ada berapa semuanya?" tanya Sri Sudewi.
Gadis muda penjual makanan itu menjawab dengan tangkas, "Masih
banyak, Tuan Putri."
Penjual makanan itu segera menurunkan wadah makanan yang
berada di gendongannya. "Aku beli semua," kata Sri Sudewi.
Madudewi dan para sepupunya terkejut. Dengan pandangan mata
aneh, mereka memerhatikan jenis makanan yang ternyata mampu
mencuri perhatian Sri Sudewi itu sampai-sampai dibeli semuanya. Rasa
ingin tahu ketiga saudaranya menyebabkan Sri Sudewi cemas. _
"'Jangan ada yang tertarik, makanan ini tidak enak. Sangat tidak
enak," cegah Sri Sudewi.
Melihat sikap Sri Sudewi itu, perempuan muda penjual makanan itu
justru tertawa terkial. Ia merasa senang jualannya dibeli Sekar Kedaton.
Kepiting yang dijualnya termasuk makanan yang paling mahal karena
binatang itu hanya bisa diperoleh di laut.
":| . - Gajafi sinar Sebenarnya, banyak orangyang menjual kepiting di pasar Debian.
Akan tetapi, karena para Ibu Suri melarang anak-anak gadisnya berbelanja
ke pasar maka para Sekar'Kedaton belum pernah melihatnya.
Dilarang untuk tertarik, Madudewi justru penasaran.
"Makanan itu tidak menyebabkan gatal?" tanya Madudewi kepada
penjualnya. Gadis menjual kepiting itu tersenyum.
"Mereka yang tidak tahan atas jenis makanan ini ada yang didekati,"
Tuan Putri. Namun,,tak hanya kepiting yang menyebabkan orang
mengalami banten. Hamba tidak tahan makan anak tawon dan laron.
Sebulan yang lalu, ibu hamba membuat karena" anak tawon. Karena
tidak tahan, hamba mengalami didarati. Seluruh tubuh hamba menjadi
gatal. 1||ilifajal't hamba pun berubah menjadi jelek dan menakutkan sekali,"
kata penjual makanan itu.
Madudewi memandang cemas.
"Silakan dicoba, Tuan Putri. Rasanya lezat sekali," penjual makanan
itu menawarkan. Namun, Sri Sudewi segera tertawa.
"jangan," ucapnya. "Kalau Kangmbok makan kepiting, Kangmbok
akan mengalami biduren. Seluruh tubuh Kangmbok akan menjadi gatal.
1Wajah Kangmbok juga akan menjadi mengerikan sekali. Hantu yang
sesungguhnya pun bisa lari ketakutan."
Sri Sudewi merasa makanan yang baru saja dibelinya itu amat
lezat dan belum pernah dijumpai. Ia tak ingin berbagi dengan para
saudaranya. Dengan tertawa lebar, Sri Sudewi yang telah membayar
bergegas melompat ke atas kudanya. Sejenak kemudian, kuda itu melesat,
meninggalkan debu yang mengepul.
?" Blduren, Jawa, reaksi aiergi
?" Bothnia Jawa. makanan berbahan biji petai cina dicampur parutan kelapa muda
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthie
book. . ' Grain" Medis "Siapa namamu?" tanya Ibu Suri Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa.
Gadis itu bergegas menyembah.
"Nama hamba Wara Dakem, Tuan Putri," jawabnya.
"Dakem?" ulang Dyah Wiyat.
"Hamba," jawabnya.
"Namamu bagus sekali," puji Dyah Wiyat.
Wara Dakem tersipu. Ia sadar, namanya adalah nama yang jelek,
bukan nama yang bagus. Namun, rupanya Ibu Suri Dyah Wiyat orang
yangberhati bersih. Untuk nama yang jelek itu, Ibu Suri masih mernujinya
sebagai nama yang bagus. "Nama hamba jelek, Tuan Putri," jawabnya. "Dakem adalah nama
yang jelek dan hanya orang desa yang memakai nama itu."
Sri Sudewi menyela, "Tak apa, yang penting orangitya, kan,
cantik." 1ll's'fara Dakem tersipu, apalagi tak jauh darinya ada beberapa orang
prajurit muda yang tampan-tampan.
"Kaudapat dari mana kepiting itu?" tanya Ibu Suri Dyah Wiyat.
"Ibu kota Majapahit jauh dari laut, kepiting sulit didapat. Tetapi, kau
memiliki cukup banyak."
1il'li'ara Dakem merapikan duduk timah-"nya sambil kembali
menyembah. "Hamba, Tuan Putri," jawab 1Wara Dakem. "Kebetulan kakak hamba
pedagang yang gemar melakukan perjalanan keliling. jika berdagang
sampai ke Ujung Galuh, kakak hamba selalu pulang membawa dagangan
kepiting. Tidak disangka, Tuan Putri Ibu Suri berkenan."
Rasa ingin tahu Duhitendudewi dan Duhiteswari menjadi tak
tercegah. Kepada anak-anak dan keponakannya itu, Dyah 1Wiyat merasa
perlu menjelaskan. " 'I1mpuh. Jawa, bersimpuh
diadainnparnifnmngthnEJn ' 0
"Aku dulu mempunyai seorang abdi bernama Dyah Menur Sekar
Tanjung Ia sangat pintar memasak. Jika ia memasak kepiting, rasanya '
satu kendi] pun akan kuhabiskan sendiri. Di s'amping Dyah Menur, ada
seorang lagi perempuan yang pintar dalam memasak kepiting. Mau tahu
siapa?" tanya Ibu Suri Dyah Wiyat.
Sri Sudewi penasaran. Para saudara sepupunya tidak kalah
terpancing rasa ingin tahunya.
"Siapa dia, Bibi?" tanya Duhiteswari.
"Istri Gajah Enggon," jawab Ibu Suri Dyah Wiyat.
Sri Sudewi terkejut. Namun, dengan segera ia menemukan jawabnya.
Di antara para Sekar Kedaton, hanya Sri Sudewi yang menjalin hubungan
yang akrab dengan Nyai Rahyi Sunelok. Konon di masa mudanya, Nyai
Rahyi Sunelok sangat dekat dengan neneknya, Rajapatni Gayatri, yang '
selama setahun menyelenggarakan pemerintahan sebelum akhirnya
menyerahkan kepada Sri Gitarja dan Dyah Wiyat.
Ketika masih gadis, Nyai Rahyi Sunelok mengabdikan diri menjadi
emban yang melayani semua kebutuhan Rajapatni Gayatri selama
beberapa tahun. Rajapatni Biksuni Gayatri amat menyayangi Rahyi
Sunelok. Hal itu mendorongnya mengambil gagasan menjodohkan
Rahyi Sunelok dengan Gajah Enggon. Ketika itu, Gajah Enggon baru
menjabat sebagai pimpinan pasukan khusus Bhayangkara dan masih
berpangkat senopati. * Ketertarikan Sri Sudewi kepada Rahyi Sunelok karena perempuan
itu memiliki kemampuan nian lisannrngnn yang tidak bisa diremehkan.
Sekali dalam sepekan, Sri Sudewi bertandang ke rumah Gajah Enggon
untuk belajar ilmu kannrngnn. Dengan senang hati, Rahyi Sunelok melatih
Sekar Kedaton Sri Sudewi selapis demi selapis.
Nyai Gajah Enggon tentu bisa memasak kepiting dengan lezat
karena di masa mudanya ia banyak menghabiskan waktu dengan kakeknya
di Ujung Galuh, di bagian pantai bernama Ban Culuk. Jika Dyah Wiyat
sampai memuji kelezatan masakan Nyai Gajah Enggon, tentulah karena
ia memiliki racikan rahasia yang tidak sembarang orang bisa.
0 ' Gajah Studit "Nyai Gajah Enggon berasal dari Ujung Galuh. Di Ujung Galuh
' itu terletak muara Kali Mas. Di sana banyak sekali nelayan yang hasil
tangkapannya bukan hanya ikan, melainkan juga kepiting. Bibi jadi
teringat, pada suatu hari, Nyai Gajah Enggon datang membawa iekendil
kepiting yang lezat sekali. Bibi sampai terheran-heran, tak pernah
menduga ada masakan selezat itu. Karena sangat enak, Bibi sampai
tak mau berbagi dengan Knngntlinik Sri Gitarja. Masakan hampir habis
keesokan harinya. Sampai pada kepiting terakhir, Bibi berebut dengan
pamanmu," Dyah lWiyat menuturkan pengalamannya.
Ibu Suri Dyah Wiyat tersenyum. Kenangan itu rupanya menjadi
bagian dari kenangan yang sangat indah.
Wara Dakem merasa takjub. Ia benar-benar bahagia karena
mendapat kesempatan yang tidak sembarang orang bisa memperolehnya.
Ia mendapat kesempatan mendengarkan cerita yang dituturkan secara
langsung mantan prabu putri.
Sri Sudewi tersenyum, sedangkan Duhiteswari mengambil sepotong
kepiting dan memakannya dengan tak sabar.
Duhiteswari terbelalak. 'Waahl" letupnya. "Bagaimana?" tanya Duhitendudewi.
"Enak sekali," jawabnya. '
Melambung perasaan Wara Dakem melihat Ibu Suri Dyah 1Wiyat
dan para Sekar Kedaton berkenan pada makanan yang dijualnya. Wara
Dakem sangat menikmati sikap kaget para Sekar Kedaton. Tidak
hanya Wara Dakem yang senang, Ibu Suri Dyah Wiyat pun merasa
senang. "Memakai bumbu apa-saja kaumasak kepiting ini?" tanya
Duhiteswari yang sedang sangat lahap.
"Itu bukan bumbu. Bumbunya berasal dari kepiting itu sendiri,"
. Dyah Wiyat yang menjawab pertanyaan itu.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
hoek. . ' Gajah Mada Siapa pun orang itu, Ibu Suri Dyah Wiyat bergegas menghapusnya dari
hatinya. Di usianya yang telah tua, apalagi ia telah bersuami dan beranak
dua yang telah beranjak dewasa, tidak baik mengenang nama itu.
"Pernah memasak kepiting telur?" tanya Dyah Wiyat.
Gugup Wara Dakem memberikan sembahnya.
"Hamba Tuan Putri, belum," jawabnya.
"Memasak kepiting telur sebenarnya hanya dengan memanfaatkan
cangkangnya. Setelah kepiting kaurebus, bukalah cangkangnya dan
tuangkan cairan isi cangkang itu ke dalam mangkuk, kemudian dikocok
dengan telur. Kocokan telur dan isi cangkang kepiting itu dikembalikan
lagi ke dalam cangkang, lalu dikukus. Percayalah, jika telur dalam
cangkang kepiting itu kaumasak kare, telur dalam cangkang itu rasanya
sungguh lezat. Lenyap rasa telur berubah menjadi rasa telur kepiting
Cobalah," kata Dyah Wiyat.
Wara Dakem mencatat cara mengolah makanan itu ke dinding
kepalanya. "Terima kasih, Tuan Putri. Hamba bisa membayangkan," jawab
Wara Dakem. "Akan tetapi, bukankah dengan demikian dibutuhkan
banyak sekali telur" Untuk satu cangkang paling tidak dibutuhkan dua
atau tiga butir telur ayam?"
Dyah Wiyat tersenyum. "Kau benar," jawab Dyah Wiyat.
"Hamba, Tuan Putri, hamba akan mencoba membuatnya," kata
Wara Dakem. Tak ada lagi yang dibicarakan Ibu Suri Dyah Wiyat. Wara Dakem
pun segera meminta diri dengan membawa pulang hati yang senang.
Memperoleh kesempatan bertemu secara langsung dan berbicara dengan
Ibu Suri beserta para Sekar Kedaton sungguh sebuah hal yang tidak
pernah terbayangkan. Akan tetapi, kesempatan itu telah diperolehnya,
bahkan semua makanan yang dijualnya ludes tanpa sisa.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
hoek. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
hoek. . . 9:1th Lil-tadi! "Sri Sudewi akan berada di puncak hidup yang gemilang. Hidup
gemilang macam apa yang bisa diraih Sri Sudewi kecuali menjadi
permaisuri seorang raja?" balas Dyah Wiyat.
Betapa terkejut Kudamerta.
"Begitu?" letupnya.
"lr'a," jawab Dyah Wiyat.
Kudamerta merasa tidak nyaman.
"Kau merasa senang kalau ramalan itu benar?" tanya Kudamerta.
"Ya," jawab istrinya. "Kenapa tidak?"
Kudamerta bangkit dari duduk di sudut pembaringan.
"Hayam Wuruk itu saudaranya, ia kakak sepupunya," kata
Kudametta. "Kenapa tidak?" balas Dyah 1lilliyat. "Tak ada hambatan apa pun jika
kita kawinkan Sri Sudewi dengan Hayam Wuruk," kata Dyah Wiyat.
Kudamerta yang telah berdiri itu mulai berjalan mondar"mandir
sambil mengelus-elus jenggotnya yang mulai memutih dan agak
panjang. "Aku sempat tidak percaya pada ramalan Bapa Brahmana
Dharmaraja itu ketika Prabu Hayam Wuruk menginginkan putri dari
Sunda Galuh menjadi permaisurinya. Namun, kini setelah apa yang
terjadi di lapangan Bubat, aku mulai yakin, ramalan Bapa Dang Acarya
Dharmaraja yang dilontarkan di alun- alun luar itu benar," Dyah Wiyat
melanjutkan kalimatnya. Kudamerta masih berjalan mondar-mandir, kemudian berhenti.
"Apa kau akan membicarakan itu dengan kakakmu?" tanya
Kudamerta. Memperoleh pertanyaan itu, Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa
segera tersenyum. Bisa diyakini, andaikata terjadi perjodohan antara
Hayam Wuruk dan Sri Sudewi, ayahnya pasti menyetujui.
You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
book. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis
book. You have either reached a page that is dhayailable feryiewihg or reached youryiewihg Iirhitferthis


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

book. o - (jajan Medis mendampingi seseorang yang telah aku tunjuk untuk menyampaikan
keputusan yang telah diambil Panca Prabu terkait perbuatan Paman
Gajah Mada," kata Hayam Wuruk.
Macan Liwung yang telah menyandang pangkat temenggung itu
memandang rajanya tanpa berkedip. Perlahan, Temenggung Macan
Liwung menyembah. Tentu segera mencuat bergumpal pertanyaan
terkait tugas yang harus ia laksanakan untuk mendampingi seseorang
yang belum diketahuinya itu. Akan tetapi, Temenggung Macan Liuning
harus menyimpan rasa ingin tahu itu dalam hati. Apa pun tugas itu,
berasal langsung dari Sang Prabu. Oleh karena itu, Macan Linsing merasa
harus melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Dengan langkah mengayun pelan dan diiringi beberapa orang
prajurit, Prabu Hayam Wuruk berjalan menuju istana tanpa menoleh
sama sekali. Prabu Hayam Wuruk tahu, di bawah pohon kamboja, Gajah
Mada tengah memerhatikannya. Akan tetapi, raja yang masih muda itu
sama sekali tidak berminat menoleh.
"Hayam Wuruk menganggapku tidak ada," gumam Gajah Mada
dalam hati. "Sejak hari ini, Gajah Mada dianggap tidak ada. Gajah Mada
tidak lagi dibutuhkan. Lalu, untuk apa aku berada di sini" Berarti apa
_ semua kerja keras yang aku lakukan dua puluhan tahun ini?"
Gajah Mada yang akhirnya memutuskan keluar dari gerbang
Purawaktra dengan segera menjadi pusat perhatian siapa pun. Namun,
sebagaimana yang lain, tak seorang pun yang menganggapnya ada. Tidak
seorang pun yang berani menyapanya dan memberi penghormatan.
Dengan lirikan matanya, Gajah Mada melihat bagaimana semua orang
melengos, membuang muka, berpura-pura sibuk, atau berpura-pura
sedang memerhatikan arah lain. '
"Gajah Mada sudah tidak ada lagi!" ucap Gajah Mada sambil terus
mengayunkan langkah. Dengan tubuh tegak dan pandangan lurus ke depan, Gajah Mada
mengayunkan kaki. Jauh di depan, sekelompok prajurit yang muncul dari
sudut alun-alun terkejut manakala menyadari akan berpapasan dengan
You have either reached a page that is unayailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. You have either reached a page that is dhayailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. You have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. . - gagasan "Sayang sekali apa yang aku rencanakan gagal., Ayah. Yang kukehendaki
tidak bisa diterjemahkan," jawab Dyah Bhirawa.
Untuk menjaga agar jangan sampai muntah, Bhirawa harus menjaga
jarak dari ayahnya. Dyah Bhirawa berbicara sambil bersandar dinding.
Perlahan, Dyah Sonder menoleh.
"Apa yang terjadi?" tanya lelaki lumpuh itu.
Dyah Bhirawa bergeser ke samping. Bau bilik itu benar-benar
mengganggu hidung prajurit berpangkat senopati itu.
"Kemarin itu rakyat sudah marah. Aku telah mengirim pasukan
yang bertugas memanaskan keadaan untuk menyatu dengan mereka.
Mereka akan melakukan penyerbuan dari arah Sentana Raja. Namun,
rencana itu gagal karena rakyat yang marah itu ternyata berhati pengecut,
tidak seimbang dengan kemarahan yang dimilikinya. Pengepungan
rumah Gajah Mada dari arah depan dicegah mati-matian oleh pasukan
Bhayangkara. Aku dan orang-orangku tetap berusaha memaksakan
perang. Namun, yang tidak habis kumengerri adalah orang-orang yang
sudah kalap itu bisa berlarian selang maghqg ketika Gajah Mada tiba+tiba
muncul. Yang dilakukan Gajah Mada hanya bertolak pinggang. Namun,
itu sudah cukup membuat para penyerbu bubar tanpa bentuk," kata
Dyah Bhirawa. Dyah Sonder yang menoleh kepada anaknya itu berusaha dengan
bersusah payah untuk mengarahkan tatapan matanya lurus ke depan.
"Bodoh sekali," Dyah Sonder meletupkan rasa kr:cewanya.
Ruang itu menjadi hening. Dyah Bhirawa ingin segera keluar dari
ruang itu. Akan tetapi, ia merasa persoalan yang dibicarakan dengan
ayahnya masih belum tuntas
"Apa lagi yang akan kaulaporkan?" tanya Dyah Sonder.
Sambil menahan diri agar jangan sampai muntah, Dyah Bhirawa
mendekat. Dyah Bhirawa sadar, jika sampai Jemima lagi ia berada di
tempat itu, ia akan semaput.
%adirkanpum MamuktiilrtuEpa 1- .
"Menurut desas-desus, semalam Sang Panca Prabu telah bersidang.
Diduga siangini nasib Gajah Mada akan ditentukan. Akibat tidak mampu
menahan sedihnya, tadi malam Dang Acarya Dharmaraja meninggal.
Pembakaran Igor: telah diselenggarakan siang ini, dipimpin Temenggung
Mahan Liwung," jawab Dyah Bhirawa.
Berita susulan itu rupanya mengagetkan Dyah Sonder.
"Dharmaraja mati?" tanya Dyah Sonder.
Dyah Bhirawa mengangguk. Oleh alasan yang hanya dimengerti dirinya sendiri, Dyah Sender
tertawa terkekeh. Bhirawa tidak menyela. Ditungguinya ayahnya tertawa
sampai tuntas. Dyah Bhirawa tahu alasan macam apa yang dimiliki
ayahnya. Dyah Sonder layak membenci Dang Acarya Dharmaraja
karena orang itulah yang dalam peranakan sering menyindir dirinya
menyalahgunakan wewenang dan mencuri uang negara.
"Macan Liwung naik pangkat?" tanya Dyah Sonder lagi setelah
tawanya mereda. "Ya," jawab Bhirawa.
"Pantas," Dyah Sonder bergumam.
"Pantas bagaimana, Ayah?" tanya Bhirawa.
Dengan tangan gemetar, Dyah Sonder berusaha meraih kendi di
sebelahnya. * "Pantas dan sepatutnya kalau Macan Liwung naik pangkat menjadi
temenggung. Aku bahkan lebih senang jika Macan Liwung menggantikan
Gajah Mada saat ia digantung di alun-alun. Gajah Mada dihukum
gantung, bukan?" tanya Dyah Sonder.
Dyah Bhirawa dan banyak orang memang berharap, setimpal
dengan tindakannya yang kejam, Gajah Mada digantung Namun, Dyah
Bhirawa tak yakin, Panca Prabu akan mengambil keputusan macam
itu. Masalahnya bukan bisa atau tidak bisa. jika dihadapkan dengan
Kitab Undang"Undang Kutaramanawa, Gajah Mada tidak mungkin
you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. . ' Gajah Media "Apa yang terjadi, Ayah?" tanya Dyah Pretiwi kepada ayahnya.
Pradhabasu benar-benar tegang. Pradhabasu sama sekali tidakmenyangka persoalan yang timbul akibat terjadinya perang Bubat
merembet ke mana-mana. l"Nasib pamanmu Gajah Mada berada di ujung tanduk," jawab
Pradhabasu. ' "Apa yang akan menimpa Paman Gajah Mada?" tanya Dyah
Pretiwi. ' Pradhabasu tidak segera menjawab pertanyaan itu. Dengan cermat,
ia memerhatikan siapa saja yang hadir di istana kepatihan itu.
Tak jelas mengapa di usia tuanya, para Bhayangkara maha terlihat
tidak mengikat diri. Terbaca jelas itu dari keberadaan mereka yang
terpisah-pisah, meskipun mereka hadir semua di tempat itu. Berdiri tanpa
menarik perhatian, Bhayangkara Lembu Pulung bersebelahan dengan
prajurit-prajurit muda. Pradhabasu juga melihat Panjang Sumprit dan
Kartika Sinumping. Di tempat yang lain, berdiri di bawah bayangan
pohon tanjung, Bhayangkara Jayabaya dan Riung Samudra. Dengan
mata tuanya, Pradhabasu mencari-cari. Akhirnya, Pradhabasu berhasil
menemukan orang yang dicarinya. Dimata Pradhabasu, Gajah Geneng
tidak tampak berubah. Duduk mencangkung di undak-undakan pendapa, entah sedang
memikirkan apa, Kanuruhan Gajah Enggon dan Pasangguhan Gagak
Bongol tidak saling berbicara.
"Mereka semua lengkap," kata Pradhabasu seperti kepada diri
sendiri. Dyah Pretiwi menoleh. "Siapa, Ayah?" tanya gadis itu.
"Teman-teman seperjuangan Ayah. Di antara mereka yang gugur
sebagai pahlawan dan yang mati sebagai pengkhianat, Bhayangkara
yang tersisa tinggal beberapa orang. Tiga orang yang paling menonjol
perjalanan hidupnya adalah pamanmu Gajah Enggon, pamanmu Gagak
you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthia
hook. . - Gajah andi: "Salah," jawab Jayabaya. "Ketika Majapahit mengirim pasukan untuk
menggempur Keta dan Badeng, kita masih sempat berjumpa.'Sebelum
kau dan Gajah Enggon pergi untuk melacak jejak pusaka"pusaka penting
yang hilang, aku masih sempat mengawal Tuan Putri Dyah Wiyat yang
ingin bertemu denganmu."
Berubah wajah Pradhabasu, "O ya, kan benar."
Kembali Bhayangkara Jayabaya memerhatikan wajah Pradhabasu
yang memang banyak berubah, menjadi kurus dan lebih tua. Perubahan
terakhir itu sejatinya lebih karena direpotkan oleh menghilangnya
anaknya, tepatnya anak peninggalan mendiang Mahisa Kingkin yang
mengawini adiknya. Sang Prajaka yang hilang itu rupanya bernasib tak kalah
menyedihkan dari nasib ayah dan ibunya. Kematian yang dialaminya
tak mungkin terhapus dari ingatan hingga kapan pun. Tiap kali
melihat telapak tangannya, Pradhabasu akan selalu ingat bahwa
kedua telapak tangan itulah yang telah melepas anak panah yang
menjadi penyebab Sang Praj aka terjerembab dan mati. Sungguh, itu
peristiwa yang tak mungkin bisa dihapus hingga saat kematiannya
sendiri nanti tiba. ' "Angin apa yang membawamu hadir di tempht ini?" tanya
Bhayangkara Jayabaya. Pradhabasu menebar pandangan matanya ke kejauhan. Di antara
para Bhayangkara yang masih ada, hanya Kanuruhan Gajah Enggon
dan Gajah Mada yang sering menemuinya. Juga Gagak Bongol, tetapi
tidak sesering Gajah Enggon. Gajah Mada beberapa kali datang ke
rumahnya. Jika Gajah Mada datang ke rumahnya, Pradhabasu harus
pontang-panting menyembunyikan jati diri istrinya yang dulu pernah
menjalin hubungan dengan Raden Kudamerta. _
Jika sampai Gajah Mada tahu, istrinya adalah mantan istri Raden
Kudamgta dan andaikata Gajah Mada sampai tahu, Kuda Swabaya
adalah anak yang terlahir dari hubungan itu, Kuda Swabaya bisa berada
dalam bahaya. you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youraiewihg limitforthia
hook. . ' Gayhli miadi: "'Apa pertanyaan yang tidak bisa dijawab ayahmu itu?" tanya
Bhayangkara Jayabaya. Dyah Pretiwi tidak menoleh. Pandangan matanya sejak lama jatuh
di pintu rumah Patih Gajah Mada.
* "Aku mencemaskan nasib Paman Gajah Mada. Apa Paman Gajah
Mada akan dijatuhi hukuman karena kejadian kemarin itu, Paman?"
. tanya Dyah Pretiwi. Jayabaya tidak segera menjawab. Jayabaya justru memerhatikan '
Gajah Enggon yang duduk bersebelahan dengan Gagak Bongol.
"Bagaimana ceritanya sehingga semua orang berkumpul di sini"-'"
tanya Pradhabasu. Jayabaya mempersiapkan diri untuk menjawab.
"Menurut cerita, semalam Panca Prabu telah melakukan sidang dan
mengambil keputusan. Di antara keputusan itu telah kita lihat tadi pagi,
berupa keberangkatan Brahmana Smaranatha dan Dang Acarya Nadendra
ke Sunda Galuh untuk sebuah tugas khusus," jawab Jayabaya.
_ Pradhabasu bisa membayangkan, tugas yang diemban Brahmana
Smaranatha dan Dang Acar-ya Nadendra itu sungguh sebuah tugas
yang sangat berat. Beberepa pekan yang lalu, atas kemauannya sendiri
dan tanpa setahu Gajah Mada, Pradhabasu ikut bergabung dengan
rombongan yang berangkat ke Sunda Galuh yang dikawal Ary'ya
Mandalika Mpu Nala. Pradhabasu memiliki gambaran, suasana hati macam apa yang akan
dirasakan kerabat istana Sunda Galuh mendengar kabar buruk yang
menimpa raja, istri, anak, dan segenap prajurit pengawalnya.
"Menurut desas-desus," kara Jayabaya lebih lanjut, "sidang Panca
Prabu juga telah memutuskan nasib Mahapatih Gajah Mada yang akan
diundangkan siang ini."
Pradhabasu tidak mengubah raut wajahnya, berbeda dengan anak
gadisnya yang tegang. "Desaswdesus?" tanya Pradhabasu.
you have either reached a page that is Lihairailahle foryiewihg or reached youraiewihg limitforthia
hook. o " 9:1th arun "Tak mungkin sampai dihukum mati. Kakang Gajah Mada memiliki
jasa yang luar biasa pada negara. Tak mungkin sampai dihukum mati
hanya karena kesalahan kecil yang tak sengaja dilakukan itu,?" jawab
Jayabaya. Dyah Pretiwi merasa ada yang aneh, "Pamanjayabaya menganggap
apa yang dilakukan Paman Gajah Mada merppakan kesalahan kecil yang
tidak disengaja?" Pertanyaan tajam dan menyengat itu menyebabkan Jayabaya tidak
tahu bagaimana menjawabnya. '
Entah siapa yang melepas berita bahwa semalam Panca Prabu
bersidang dan telah mengambil beberapa keputusan. Salah satu
' keputusan telah dilihat secara langsung dengan telah diberangkatkannya
serombongan orang menuju Sunda Galuh. Pemberangkatan Dharmadyaksa
Kasaiwan dan Kasogatan ke Sunda Galuh jelas berasal dari keputusan
Panca Prabu. Dari pemikiran itu, lalu muncul pertanyaan lain, keputusan apa yang
diambil Panca Prabu terkait dengan Gajah Mada" Berbagai lontaran
pertanyaan dan pendapat hilir mudik serta menjadi pembicaraan
khalayak, lalu merebak melalui gti-thai: maar. Maka, sebagaimana kemarin,
hari ini istana kepatihan kembali riuh dijejali banyak orang.
Semua yakin bahwa pada siang yang maldn terik itu, kepada Patih Gajah
Mada akan disampaikan keputusan yang telah diambil Panca Prabu.
_ "Kira-kira keputusan macam apa yang diambil Panca Prabu?" tanya
seorang laki"laki tua bertubuh kurus kepada laki-laki berkepala botak
di sebelahnya. Lelaki botak yang berbibir tebal itu tidak segera menjawab.
"Aku tidak tahu, tetapi aku berharap bukan hukuman mati."
Lelaki tua bertubuh kurus itu terkejut mendapat jawaban macam


Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. "Dengan kesalahan sedemikian berat," ucapnya, "kau berharap
Gajah Mada tidak dihukum mati. Kesalahan ini terlalu besar untuk sebuah
Maahkanpura Ketanggi 910551: . '
hukuman yang ringan. Kita akan melihat apa hukum benar"benar akan
ditegakkan. Selama ini, Kitab Undang-Undang Kutaramanawa hanya
menjangkau orang kecil seperti kita. Maling ayam saja dijebloskan ke
pahaghmai" sampai beberapa tahun lamanya. Sekarang aku ingin melihat,
. seberapa berat hukuman yang akan diterima Sang Mahamantrimukya.
Bayangkan kesalahannya, membunuh raja dari sebuah negara yang
berdaulat, membunuh permaisuri dan anaknya serta menumpas habis
pengawalnya. Hukuman macam apa yang pantas diberikan kepada Gajah
Mada" Kurasa untuk kesalahan Gajah Mada itu, hukuman yang layak
hanyalah hukuman mati."
Lelaki berkepala botak bertubuh agak gemuk itu merasa tidak
nyaman, "Begitu?"
"Ya. Aku yakin, sebentar lagi Mahapatih Gajah Mada pasti akan
dijemput pasukan Bhayangkara," jawab lelaki kurus itu.
Lelaki gemuk itu terperangah, "Penjemputan oleh pasukan
Bhayangkara?" Lelaki tua berbadan kurus itu rupanya memiliki keyakinan berdasar
nalar, "Cobalah bertanya kepada dirimu sendiri, jika hari ini akan dibacakan
keputusan atas nasib Gajah Mada, apa kaupikir tidak akan memunculkan
pertikaian" Jika hukuman itu terlalu ringan, banyak orang akan marah.
Sebaliknya, jika Gajah Mada sampai dihukum mati, juga akan banyak orang
yang marah. Apa pun kesalahan Gajah Mada, ia punya pendukung yang
tak sedikit dan membuta. itu sebabnya, aku yakin, Mahapatih Gajah Mada
akan dijemput oleh pasukan khusus Bhayangkara karena hanya pasukan itu
yang berani dan mampu melaksanakan tugas berat macam itu. Menangkap
dan menyeret Gajah Mada jelas bukan jenis pekerjaan mudah."
Orang bertubuh gemuk itu terpengarah- Ia tidak menduga
sahabatnya yang selama ini terlihat bodoh itu ternyata memiliki penalaran
yang sangat masuk akal. Sang waktu terus bergerak. Berita tentang apa yang akan terjadi
di istana kepatihan telah menyebar. Hal itu mendorong orang"orang di
?" I'llrunjlran. lawn. penjara
o . (jajak Sita-air kotaraja Majapahit berbondong"bondong datang untuk menyaksikan
apa yang akan terjadi. Temenggung Macan Liumng tidak ingin kecolongan lagi. Sebagai
seorang prajurit yang berpengalaman, Macan Liwung tahu, penumpukan
orang dalam jumlah banyak macam itu menyimpan muatan bahaya. Itu
sebabnya, sejak awal Temenggung Macan Liwung telah menjatuhkan
perintah kepada segenap prajurit Bhayangkara untuk melakukan
penjagaan secara ketat terhadap istana kepatihan, tetapi tanpa
mengurangi penjagaan yang ketat atas istana raja.
Ratusan prajurit, baik yang berpakaian lengkap dengan tanda
kesatuan dan pangkat maupun yang tidak, menyebar ke segala penjuru.
Temenggung Macan nuaing yang merasa kekuatan yang digelarnya itu
masih belum cukup segera meminta bantuan dari bangsal kesatrian yang
ada di kotaraja. Dengan kekuatan sedemikian besar, dijamin keadaan
bisa dikendalikan. ' Dengan penuh minat, Dyah Pretiwi memerhatikan suasana ramai,
tetapi senyap itu. Tak banyak orang yang berbicara keras, nyaris semua
orang berbicara sambil berbisik.
Perhatian Dyah Pretiwi segera tercuri. Ada sesuatu yang menurutnya
luar biasa. Ia menggamit tangan ayahnya.
"Apa?" tanya Pradhabasu.
"Lihat itu," balas Dyah Pretiwi sambil tangannya menunjuk ke
sebuah arah. Yang menjadi perhatian Dyah Pretiwi ternyata seorang gadis muda
yang berjualan makanan. Pradhabasu segera mengerutkan kening.
"Kau ingin beli?" tanya ayahnya.
"Tidak," jawab Dyah Pretiwi. "Aku hanya melihat, gadis itu cukup
pintar dalam memanfaatkan keadaan."
Pradhabasu dan Jayabaya tidak segera tahu ke mana arah
pembicaraan Dyah Pretiwi._
Madthnpara HammEtt'SHakga ' '
"Memanfaatkan keadaan bagaimana?" tanya Pradhabasu.
Dyah Pretiwi tak henti-hentinya tersenyum.
"Ia penjual makanan yang pintar memanfaatkan keadaan demi
keuntungannya. Mumpung keadaan sedang ramai seperti ini, ia berjualan.
Tentu jualannya laris. Ia pasti berpikir, andaikata tiap hari bertemu
dengan keramaian macam ini, pasti keuntungan yang ia peroleh lumayan
banyak," jawab Pretiwi.
Pradhabasu dan Jayabaya akhirnya ikut memerhatikan gadis muda
penjual makanan itu. Meski bagi Dyah Pre tiwi, kegiatan penjual makanan
itu menarik perhatiannya, bagi Pradhabasu, sama sekali tidak ada yang
layak untuk diperhatikan.
Akhirnya, ketika matahari memanjat kian tinggi dan mulai
mendaki puncaknya, kerumunan orang itu bergerak. Orang-orang
yang semula menunggu sambil duduk, segera berdiri untuk melihat
apa yang terjadi. Semua orang menoleh ke arah kanan. Pradhabasu
dan Jayabaya ikut memerhatikan arah yang sama untuk melihat ada
_ apa di sana. Namun, sejenak kemudian Pradhabasu sama bingungnya
dengan yang lain. "Ada apa?" bisik seseorang kepada lelaki di sebelahnya.
"Entah," orang yang mengenakan ikat kepala dari batik wulung
menjawab. "Kenapa orang"orang berdiri?" orang pertama kembali bertanya.
"La, mana aku tahu," jawabnya.
Pradhabasu danJayabaya tertawa geli serta ikut mengumpat karena
ternyata tidak ada sesuatu pun yang menarik perhatian. Kerumunan
orang yang semula berdiri itu duduk kembali. Akan tetapi, sejenak
kemudian orang-orang yang telah duduk itu bangkit lagi ketika dari
arah barat, seorang prajurit membaiapkan kudanya. Dyah Pretiwi tak
kuasa mencegah degup jantungnya karena merasa mengenal prajurit
muda yang membalap dengan kencang itu. Pradhabasu dan Jayabaya
juga mengenalnya. i . - gayut arena Dengan penuh keyakinan, prajurit muda itu langsung masuk ke
halaman istana kepatihan. Gajah Enggon segera bangkit menyambutnya.
Gajah Enggon tahu, prajurit muda itu tentu membawa berita yang sangat
penting. Lebih dari itu, perhatian Kanuruhan Gajah Enggon memang
layak tersita karena prajurit muda yang meloncat turun dari kuda dan
langsung mendatanginya itu adalah Gajah Sagara.
?"Ada apa?" tanya Gajah Enggon.
Gajah Sagara menyempatkan memberi hormat kepada Gagak
Bongol. "Aku mendapat tugas menyampaikan kepada Paman Gajah Mada
agar mempersiapkan diri. Keputusan akan segera dibacakan," jawab
Gajah Sagara. Kanuruhan Gajah Enggon memandang Gajah Sagara tajam.
"Begitu" Saat ini Pamanmu Gajah Mada sedang tidur. Apa harus
dibangunkan?" tanya Gajah Enggon.
Gajah Sagara mengangguk, "Ya."
"Kau sendiri yang harus menyampaikan atau Ayah yang
mewakilimu?" tanya Gajah Enggon lagi.
Gajah Sagara menimbang. Akan tetapi, Gajah Sagara merasa lebih
nyaman ayahnya saja yang menyampaikan berita itu kepada Gajah Dinda.
"Ayah saja," jawabnya.
Gajah Enggon termangu, "Kauyakin?"
Gajah Sagara mengangguk. Pembicaraan yang terjadi antara Gajah Sagara dan Kanuruhan Gajah
Enggon itu segera menarik perhatian dan memancing rasa ingin tahu.
Rakyat yang dilibas rasa ingin tahu berdesakan mendekat. Akan tetapi,
Gajah Sagara segera melambaikan tangan sambil kembali meloncat ke
atas kudanya. Sejenak kemudian, Gajah Sagara membalap balik arah,
. rneninggalkan rasa penasaran dan berbagai penafsiran yang dengan
segera merebak beranak"pinak.
You have either reached e page that is uneyeilehle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeilehle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeilehle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. . . Qeyiiii Strada Merah padam wajah Gajah Mada. Ia merasa wajahnya menebal
melebihi tebal dinding sumur, bahkan tebal dinding.
"Mereka memperlakukan akit seperti ini" Aku seorang mahapatih.
Sang Panca Prabu memperlakukan mahapatih seperti ini?" meledak
Gajah Mada sambil tangan kanannya mengayun menghantam
dinding. Mahapatih Gajah Mada memang memiliki kekuatan seperti gajah.
Ayunan tangannya yang melesat menghantam tembok menyebabkan
tembok bata itu ambrol. Gajah Mada berjalan mondar-mandir.'
"Panca Prabu mau menjatuhkan keputusan apa pun terhadapku, aku
tak peduli. Dijatuhi hukuman mati sekalipun, aku tidak peduli. Namun,
bukan begini caranya. ini merendahkan martabatku. Aku ditempatkan
sebagai tontonan. Rakyat diundang ke sini agar mereka menyaksikan
Gajah Mada dipermalukan. Mengapa aku tidak dipanggil ke istana untuk
menerima keputusan itu" Kenapa harus lewat pelecehan macam ini. "
ucap Gajah Mada meledak-ledak.
Gajah Mada meraba kepalan tangannya yang berdarah. Namun,
sama sekali tidak ia rasakan pedihnya luka itu.
"Sebenarnya kalau aku mau, apa yang bisa mereka lakukan kepada
Gajah Mada?" tanyanya.
Dada Gajah Enggon dan Gagak Bongol berdesir. Gajah Enggon
dan Gagak Bongol sangat memahami, yang dimaksud mereka oleh
Gajah Mada itu adalah Sang Prabu Hayam Wuruk, ibunya, ayahnya,
bibinya, dan pamannya. Gajah Mada bahkan menyebut nama Hayam
Wuruk begitu saja tanpa sebutan kehormatan sebagaimana mestinya.
Luapan perasaan yang demikian itu merupakan pertanda, Gajah Mada
telah kehilangan rasa hormatnya pada Panca Prabu.
_ Kanuruhan Gajah Enggon dan Pasangguhan Gagak Bongol
saling lirik. Namun, sang waktu memang terasa bergerak cepat. Hening
di keramaian yang amat berjejal itu mendadak pecah ketika tibaftiba
You have either reached e page that is uneyeilehle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. You have either reached e page that is uneyeilehle foryiewihg or reached youryiewihg limitforthis
book. "red have either reached a page that ie unavailahle ferviewihg er reached yeurviewihg Iirhitferthie
eeeh. o . Qayai'i Made luar biasa itu. Berbeda dengan jasa luar biasa yang dibuat Nala yang
gaungnya terdengar hingga se-Nusantara.
Yang membeku bagai patung baru adalah Pradhabasu. _Iika Dyah
Pretiwi tampak senang melihat Kuda Swabaya kini menyandang pangkat
senapati, Sebaliknya Pradhabasu berkeyakinan pada hati nuraninya bahwa
ada hal yang tidak pada tempatnya. Pradhabasu menjadi tidak nyaman.
Ketika Pradhabasu memejamkan mata, bayangan wajah yang tibatiba muncul adalah raut muka Raden Kudamerta. Pradhabasu merasa
curiga, kenaikan pangkat itu karena campur tangan Kudamerta.
"Kau mengenal prajurit itu?" tanya Pradhabasu.
"Ta," jawab Jayabaya. "Aku mengenalnya dengan baik. Tak ada
pengabdian dan jasa yang luar biasa yang dibuatnya. Tetapi, mengapa
ia bisa memperoleh anugerah luar biasa macam itu?"
Pradhabasu merasa tarikan napasnya menjadi berat. Untuk
melawannya, Pradhabasu segera menghela napas panjang.
Senapati Kuda Swabaya rupanya sadar benar lemparan kenaikan
pangkat yang dialaminya sedang menjadi perhatian siapa pun. Namun
Kuda Swabaya mengesampingkan perasaan itu.
Kini, ia sedang menjalankan tugas yang sangat berat yang
diterimanya secara langsung dari Panca Prabu semalam. Jika ia berhasil
melaksanakan tugas berat itu, tugas yang ternyata tidak ada orang yang
berani melakukan, pangkat senapati itu buleh melekat terus di pundaknya.
Namun, jika ia gagal, pangkat senapati itu bisa ditarik kembali.
Kuda Swabaya tersenyum ketika bersirebnk pandang dengan
adiknya. Tanpa menarik perhatian, Dyah Pretiwi melambaikan tangannya.
Namun, Kuda Swabaya melihat, betapa beku wajah ayahnya. Pradhabasu
tidak melambaikan tangan dan tidak tersenyum kepadanya.
Sejalan dengan waktu yang terus bergerak, langkah kaki Temenggung
Macan Liwung dan Senapati Kuda Swabaya akhirnya sampai di pintu
gerbang istana kepatihan yang bentuknya mirip dengan candi Ringin
Lawang. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
baek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
baek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
baek. . - Quintana anyaman bambu. Ranten juga memperoleh kembang mawar dalam
jumlah banyak. Semua kembang itu diwadahi dalam empat keranjang yang
diletakkan di sudutvsuclut bilik dengan harapan bau wangi kembang
itu akan menguasai ruang. Namun, Ranten tidak puas dengan hasilnya.
Oleh karena itu, semua kembang itu ditaburkan ke lantai, diletakkan di
bawah bantal, dan diselipkan di bawah selimut.
Ranten meminta kakak dan adiknya untuk menggendong Dyah
Sonder keluar bilik, lalu memandikannya.
"Cuci sampai bersih," bisik Ranten kepada kakak lelakinya.
Kakaknya terbelalak. Namun, Ranten tersenyum dan berbalik.
Dyah Sender hanya bisa pasrah ketika keluarga tetangga sebelahnya
itu memperlakukannya seperti anak kecil. Tak cukup dengan membantu
berpakaian, Ranten bahkan bertindak lebih jauh. Menggunakan pupur
beras, wajah Dyah Sonder dilabur agar berbau wangi. Supaya napasnya
tidak bau, Ranten memaksa Dyah Sonder agar mau makan sirih.
"Sekarang lebih tampan dan wangi," Ranten bercanda.
Dyah Sonder merasa pikirannya utuh.]ika ada yang tidak beres, itu
hanya tubuhnya. Itu sebabnya, sebenarnya ia masih bisa marah ketika
diperlakukan seperti anak kecil. Seumur-umur, Dyah Sonder belum
pernah berbedak. Dibedaki dengan bedak beras macam itu menyebabkan
Dyah Sonder merasa kepalanya akan meledak. Namun, Dyah Sonder
benar-benar tak bisa berbuat apa-apa karena untuk menggerakkan tangan
saja, ia mengalami kesulitan.
Ketika Dyah Bhirawa pulang, sebenarnya ia keberatan saat Senopati
Kebo Mudra mengajukan permintaan untuk ikut. Dyah Bhirawa tak bisa
membayangkan ke mana ia harus menyembunyikan wajahnya jika Kebo
Mudra mengetahui keadaan ayahnya. Keadaan ayahnya mungkin tidak
masalah karena di mana pun, orang menderita sakit pasti akan seperti
itu. Namun, keadaan kamarnya yang amat jorok itulah yang membuat
Dyah Bhirawa tidak tega. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek. you have either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthie
hoek.

Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa Karya Langit Kresna Hariadi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

. ' Qeyhi'i Sri-[edit *! Dengan isyarat tangannya, Dyah Bhirawa mempersilakan Kebo
Mudra untuk memenuhi semua rasa penasaran ayahnya.
"Ceritakan, yang lengkap. jangan ada yang tercecer," lanjut Dyah
Sonder. Kebo Mudra menganggukldan sedikit menyeret mundur tempat
duduknya. ' "Penjatuhan hukuman itu nyaris berbuah bentrok, Paman," kara
Kebo Mudra. ?"Istana kepatihan telah dikepung rakyat yang ingin
menyaksikan hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada Gajah Mada.
Orang yang ditugasi membacakan keputusan Panca Prabu adalah Kuda
Swabaya." Kebo Mudra akan melanjutkan ceritanya, tetapi Dyah Sonder yang
tiba-tiba meluap itu memotong.
"Bagus sekali," kata Dyah Sonder. "Yang ditugasi menyampaikan
keputusan hanya seorang prajurit rendahan. Aku tahu Kuda Swabaya itu
siapa. Ia prajurit dari kesatuan Bhayangkara yang tugas sehari-harinya
adalah melayani Tuanku Wijaya Rajasa. Apa arti semua itu" Artinya
adalah agar Gajah Mada terhina. Gajah Mada tentu terhina sekali karena
ia dibenturkan dengan seorang prajurit berpangkat paling rendah yang
sama sekali tidak seimbang dengan derajat, pangkat, dan kedudukannya.
Lanjutkan, ceritakan dulu bagaimana suasana rakyat yang ingin tahu."
Kebo Mudra terbungkam. Kebo Mudra sebenarnya ingin
melengkapi ceritanya dengan kisah Kuda Swabaya yang juga tak kalah
menarik perhatian. Namun, Dyah Bhirawa memberi isyarat agar cerita
tentang Kuda Swabaya tidak usah disertakan.
"Ramai sekali, Paman," lanjut Kebo Mudra. "Bahkan, lebih ramai
dari kemarin sampai-sampai Bhayangkara pontang-panting dalam
- memberikan pengawalan. Sorak"sorai terdengar menggemuruh ketika
Kuda Surabaya membacakan hukuman yang telah diambil oleh Panca
Prabu." Dyah Sonder berusaha bangkit. Namun, ia hanya berhasil
menggerakkan kepalanya. rou haye either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthis
hoek. rou haye either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthis
hoek. rou haye either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthis
hoek. . . gajah Mudi! "Siapa dia?" tanya Pradhabasu.
Gemerlap wajah Dyah Menur. Namun, Pradhabasu yang mengenal
istrinya dengan baik juga membaca bahasa cemas di wajahnya.
"Calon menantumu," jawab Dyah Menur setelah membulatkan
hari. _ Pradhabasu terkejut dan dengan segera mengerutkan dahi.
"Menantu?" ucapnya sambil terjebak antara tersenyum dan
menyeringai. Dyah Menur agak gugup. Dengan bergegas, ia meraba dada
suaminya. "Kauyakin, dia calon menantu kita?" kejar Pradhabasu.
Dyah Menur mengangguk. Pradhabasu melepas tangan istrinya dan memintanya mengambil
jarak. "Selama ini, Kuda Swabaya tidak pernah bercerita bahwa ia
mempunyai calon istri," kata Pradhabasu.
Dyah Menur tidak menjawab pertanyaan itu. Ia pandangi wajah
suaminya dengan tatapan mata gemerlap.
"Kuda Swabaya tahu, dia calon istrinya?" tanya Pradhabasu.
Dyah Menur tertawa. "Tentu," jawabnya. "Ini bukan perjodohan, tetapi Kuda Swabaya
yang punya pilihan. Aku merasa cocok dengan pilihan Kuda Swabaya.
Di samping berwajah cantik, gadis itu juga berperilaku santun. Tak
ada secuil pun cacat yang aku lihat padanya. Ia akan menjadi menantu
yang baik bagi kita dan menjadi istri yang cantik serta baik bagi Kuda
Swabaya." Meski Dyah Menur telah mengucapkan demikian, tidak dengan
serta-merta Pradhabasu tertarik. Pradhabasu berjalan mondar-mandir
sambil menggerayangi kepalanya.
rou haye either reached a page that is dhayailable feryiewihg er reached yeuryiewihg Iirhitferthis
hoek. o - gajaa anin jenjang kepangkatan. Nyai Dyah Menur juga tak kuasa membendung
rasa herannya. Anaknya kini menyandang pangkat sebagai senopati.
Sebagai ibu yang melahirkannya, Dyah Menur merasa senang. Akan
tetapi, tetap saja kenaikan pangkat itu dirasa berlebihan dan aneh
olehnya. "Bukankah seharusnya Kuda Swabaya menapaki pangkat lurah
prajurit lebih dulu, Kakang?" tanya Dyah Menur.
Pradhabasu mengangguk. "Kau merasakan ada yang aneh, bukan?" tanya Pradhabasu.
Dyah Menur mengangguk. "Kuda Swabaya harus menjelaskan. Ia harus bercerita tentang jasa
luar biasa seperti apa yang ia dilakukan sehingga memperoleh anugerah
kenaikan pangkat luar biasa itu," kata Pradhabasu.
Dyah Menur termangu. Keningnya berkerut tanda sedang berpikir.
Dyah Menur mendadak merasakan degup jantungnya bagai dilecut
untuk berpacu lebih kencang. Dyah Menur tiba-tiba sampai pada sebuah
dugaan, kenaikan pangkat yang diperoleh Kuda Swabaya itu karena
campur tangan Raden Kudamerta. Ia curiga, Raden Kudamerta telah
mengetahui jati diri Kuda Swabaya. Hal itu sangat mungkin karena
Emban Prabarasmi yang mempunyai anak bernama Prabasiwi merasa
berkepentingan membongkar rahasia yang telah lama' terpendam itu.
Emban Prabarasmi tidak ingin terbebani hatinya saat memasuki alam
langgeng. '"Dyah Wiyat harus menjelaskan kepadaku," ucap Dyah Menur
dalam hati. Dyah Menur kembali merasa cemas. Beberapa hari terakhir,
setelah Kuda Swabaya menceritakan tawaran perjodohan yang
diterimanya dari Ibu Suri Dyah 1Wiyat, Dyah Menur telah berpikir
keras untuk menemukan cara terbaik menjelaskan perjodohan itu
kepada suaminya. Kepada Kuda Swabaya, Dyah Menur menjanjikan
waktu sebulan untuk menjelaskan keinginannya kepada ayahnya.
Madukanpura HemuEyiMeiEya ' o .
Namun, kedatangan Prabasiwi yang membawa sekeranjang buahbuahan titipan Ibu Suri Dyah Wiyat, menyudutkan Dyah Menur
untuk tidak menunda lagi.
"Ceritakan tentang gadis itu," tiba tiba Pradhabasu membelokkan
kata-katanya. Dyah Menur menoleh. Hal yang sama dilakukan Pradhabasu.
Dari pintu yang agak terbuka, Pradhabasu melihat, betapa akrab dan
Lodra Si Ular Sanca Beracun 1 Pendekar Rajawali Sakti 205 Asmara Gila Di Lokananta Kemelut Di Cakrabuana 5

Cari Blog Ini