Ceritasilat Novel Online

Badai Di Siauw Lim Sie 9

Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong Bagian 9


hanya menjentikkan jari telunjuknya.
Gerakan yang dilakukan oleh Sam Liu Taisu tampaknya
biasa saja dan perlahan, akan tetapi kesudahannya memang
luar biasa, tubuh orang berbaju biru itu telah terdorong kuat
sekali. Pendeta Siauw Lim Sie ini telah menyaksikan betapa
lawannya ini sangat telengas sekali disamping hatinya yang
memang kejam. Maka, begitu melihat lawannya terhuyung
akan rubuh, kesempatan ini dipergunakan oleh Sam Liu
541 Taisu cepat sekali, kedua tangan pen deta Siauw Lim Sie ini
menyambar akan mencekal pergelangan tangan dari orang
berbaju biru itu. Memang Sam Liu Taisu tidak bermaksud untuk
mencelakai lawannya, dia hanya ingin mencekal
pergelangan tangan lawannya disamping memijit jalan
darah Lo-tiang-hiat dari lawannya, sehingga jika memang
Sam Liu Taisu berhasil dengan maksudnya itu,, niscaya
lawannya akan lemas tidak bertenaga lagi. Dan jika terjadi
demikian, jelas pertempuran itu dapat diselesaikan sampai
disitu saja. Orang berbaju biru itu ternyata memang bukan orang
sembarangan, karena melihat Sam Liu Taisu menyerang dia
seperti itu, walaupun tubuhnya masih terhuyung akibat
dorongan yang kuat sekali dari tenaga Sam Liu Taisu, toh
orang berbaju biru ini masih sempat buat memutar
tubuhnya, dimana dia telah berhasil memunahkan cekalan
dari lawannya. Dam Sam Liu Taisu memang telah
mencekal tempat kosong. Orang yang berpakai baju hijau, kawan orang berbaju
hiju itu, juga tidak tinggal diam. Dalam dua jurus
kawannya tampak terdesak terus, karenanya cepat bukan
main orang berbaju hijau tersebut telah menjejakkan
kakinya, tubuhnya bagaikan seekor rajawali telah mencelat
ringan sekali, dia berada di belakang Sam Liu Taisu. Belum
lagi kedua kakinya menginjak bumi, sepasang tangannya
telah digerakkan ingin menghantam Sam Liu Taisu dengan
telapak tangannya. "Omitohud." memuji Sam Liu Taisu sambil
merangkapkan tangannya, tanpa menoleh pendeta Siauw
Lim Sie ini telah mengibaskan lengan jubahnya.
542 Kibasan lengan jubahnya sangat perlahan, namun
tenaga yang meluncur sebaliknya kuat sekali.
Seketika serangan orang berbaju hijau itu kena
ditangkisnya. "Loceng harap kita bicara secara baik2, pertempuran
tidak membawa keuntungan buat siapapun juga!" teriak
Sam Liu Taisu dengan suara yang sabar.
Akan tetapi orang berbaju hijau itu telah menyerang
lagi, bahkan tenaga serangannya itu jauh lebih hebat.
Dengan orang yang memakai baju biru juga telah
membarengi menyerang pula.
Jurus demi jurus telah berlalu cepat sekali Dan tenaga
dalam yang mereka pergunakan juga merupakan tenaga
dalam tingkat tinggi. Sam Liu Taisu sendiri merasakan bahwa kekuatan
tenaga dalam dari kedua orang lawannya bukan merupakan
tenaga yang sembarangan, karena tampaknya kedua orang
ini memiliki latihan tenaga dalam yang teratur.
Dalam keadaan demikian, Sam Liu Taisu tidak berani
berayal. Jika memang satu persatu, niscaya dia tidak akan
memperoleh kesulitan. Hanya saja sekarang justeru dia
dikepung oleh kedua orang yang memiliki tenaga Lwekang
yang terpaut jauh dengan lwekangnya. Karenanya Sam Liu
Taisu tidak berani terlalu sembrono untuk menghadapinya.
Diantara berkesiuran angin serangan mereka bertiga,
yang masing-masing tengah mengerahkan kakuatan tenaga
lwekangnya yang tinggi sekali, dengan sendirinya membuat
pasir juga batu-batu kecil telah beterbangan.
543 Tiba-tiba orang berbaju biru itu cepat2 membentak:
"Terimalah seranganku ini!" kemudian berbareng dengan
bentakannya itu tubuhnya telah menerjang maju.
Sam Liu Taisu melihat lawannya menyerang dengan
telapak tangan kirinya itu, sedangkan telapak tangan
kanannya meluncur kebawah. Gerakan yang dilakukan oleh
lawannya bukanlah serangan yang sembarangan, yang
pertama tangan kirinya mengincar sebelah atas dari anggota
tubuhnya, yaitu kepala leher dan dada, sedangkan tangan
yang satunya telah menyerang bagian bawah, yaitu bagian
perut, paha serta selangkangan.
Jika memang Sam Liu Taisu memiliki kepandaian yang
tanggung-tanggung, niscaya akan menyebabkan dia
mengalami kecelakaan yang sangat besar yang bisa
mengancam keselamatan jiwanya. Dan disaat menderunya
angin serangan lawannya yang mengandung hawa maut
yang bisa mematikan, tampak Sam Liu Taisu bertindak
dengan cepat, tubuhnya telah berputar seperti gasing,
diapun menghantam dengan tangan kanannya.
Orang yang berbaju biru itu terkejut waktu melihat
lawannya menangkis dengan cara seperti itu. Terlebih lagi
setelah dia merasakan sambaran angin yang menyesakkan
dada serta pernapasannya.
Diantara bentrokan yang terjadi kemudian terdengar
suara benturan yang bisa memekakkan anak telinga, karena
terlihat jelas, betapa tenaga dalam Sam Liu Taisu masih
berada diatas tenaga lawannya, sehingga membuat
lawannya itu terhuyung dua tombak lebih, tanpa berhasil
untuk memperkuat kuda-kuda kedua kakinya.
Sam Liu Taisu tidak bisa berdiam diri hanya sampai
disitu saja. karena seorang yang lainnya, yaitu dengan baju
yang warna hijau itu telah menyerangnya lagi. Rupanya
544 lawannya yang memakai baju hijau itu kuatir kalau melihat
kawannya terdesak seperti itu. Sam Liu Taisu ini
mempergunakan kesempatannya orang orang yang berbaju
biru itu terhuyung membarengi serangan lebih jauh.
Dan Sam Liu Taisu yang merasakan sambaran angin
serangan yang begitu kuat dan keras, segera juga dia
mengeluarkan suara seruan nyaring, karena kali ini rupanya
Sam Liu Taisu mempergunakan keras lawan keras. Tenaga
dalam yang dipergunakannya memang merupakan
kekuatan yang menakjubkan, sebab begitu tangannya saling
bentur dengan tangan orang yang beibaju hijau tersebut,
seketika terasa getaran yang keras disekitar tempat itu, dan
orang berbaju hijau itu terhuyung mundur dua langkah.
Sam Liu Taisu sendiri telah merangkapkan kedua
tangannya memberi hormat: "Mari kita bicara secara baikbaik dulu, Jiewie (kalian) adalah tamu kami dan jelas kalian
pasti memiliki suatu kepentingan dengan kami Dapatkah
tuan-tuan berdua memberitahukan kepentingan apakah
Jiewie dengan kami?"
Sabar suara si pendeta, sama sekali Sam Liu Taisu tidak
memperlihatkan perasaan gusar sedikitpun juga. Malah dia
telah menegur dengan perkataan yang sabar. Dan bibirnya
tersenyum sangat manis sekali.
Wajah orang yang memakai baju biru dan hijau telah
berobah, sebentar berobah merah sebentar berobah pucat,
tampaknya mereka sangat gusar sekali.
"Hemm, kau memang memiliki kepandaian yang
lumayan, keledai gundul!" mendesis orang yang memakai
baju biru itu, suaranya dingin dan mengandung dendam
dan nafsu buat membunuh, tampaknya ia sangat penasaran
sekali. "Baik, baiklah, kami akan meminta pengajaran dari
kau, sampai kami membuang jiwa di kuil kalian ini..."
545 Orang yang memakai baju biru itupun telah berkata
dengan suara yang tawar: "Baiki Baik.... Kami memang
ingin melihat sampai dimana kehebatan Siauw Lim Sie,
sehingga Tat Mo sigundul pelontos itu bisa disebut sebagai
Guru Besar" Bagaikan telah berjanji, orang yang memakai baju hijau
dan baju biru itu menjejakkan kaki mereka, serentak tubuh
mereka berdua bagaikan bayangan belaka, berkelebat
kesana kemari. Hanya bedanya,-sekarang mereka seperti mengurung
Sam Liu Taisu belaka, mereka sama sekali tidak menyerang
sipendeta, seperti juga mereka ini mengepung saja dan
menanti kesempatan baik buat menyerang lebih jauh.
Sam Liu Taisu berdiri tenang ditempatnya sama sekali
dia tidak bergerak dan hanya tersenyum saja: "Hemmm,
apakah kalian memang ingin menimbulkan kekacauan di
Siauw Lim Sie" Atau memang tuan-tuan merupakan
manusia-manusia yang sudah tidak dapat diajak bicara
dengan baik lagi.?" Setelah bertanya begitu, Sam Liu Taisu harus berputar
juga, guna mengawasi gerak-gerik kedua lawannya, dimana
dia mengikuti gerakan kedua orang lawannya. Tubuh Sam
Liu Taisu sebentar kekiri, sebentar lagi kekanan,
gerakannya ringan sekali, jubah kependetaannya yang
kebesaran itu sebentar berkibar-kibar, sebentar kemudian
menguncup jika dia menahan langkah kakinya. Gerakan
yang dilakukannya itu untuk mengimbangi gerakan kedua
orang lawannya. Berlari dan berhentinya Sam Liu Taisu
sulit diterka, karena sebentar dia berkelebat-kelebat, sekejap
kemudian dia berdiri tegak berdiam diri. Karenanya,
sekarang giliran kedua orang lawannya yang menjadi
bingung dan ragu-ragu, mereka tidak berani segera
menyerang. Walaupun bagaimana mereka tidak dapat
546 menerjang sembrono saja, jika saja menyerang
sembarangan, niscaya hanya akan mencelakai diri mereka
sendiri. Sedangkan Sam Tiu Taysu melihat kedua lawannya
hanya berlari-lari berputaran mengelilingi, dengan
sendirinya membuat Sam Liu Taisu akhirnya habis sabar.
"Tuan-tuan, jika memang tuan-tuan mendesak lebih
jauh buat kita mengadu ilmu, baiklah silahkan tuan-tuan
membuka serangan." Sambil berkata begitu, Sam Liu Taisu telah mengibaskan
lengan jubahnya. Waktu lengan jubahnya itu dikibaskan
dari lengan jubah itu berkesiuran angin yang kuat.
Berbeda dengan tadi, kedua lawan Sam Liu Taysu kali
ini mempergunakan taktik yang lain dengan cara bertempur
mereka yang tadi, karena begitu melihat Sam Liu Taisu
menyerang dan menangkis tenaga Lwekang yang kuat,
keduanya tidak meneruskan serangan mereka, malah telah
menarik pulang tangannya, dan tubuh masing2 melompat
ke kiri, yang seorang lagi ke kanan.
Sam Liu Taisu mengempos semangatnya, dia menyedot
napasnya dalam-dalam. Kemudian diapun telah memusatkan sinkang pada kesepuluh jari tangannya. Kedua
kakinya telah berdiri tegak sekali, dan mengawasi kedua
lawannya dengan sikap yang angker. Waktu itu kedua
lawannya tengah menyerang hebat. Disaat serangan mereka
hampir tiba pada sasarannya, yaitu pada dada dan kepala
Sam Liu Taisu, segera juga Sam Liu Taisu menggerakkan
kedua tangannya, mendorong dengan seluruh sinkangnya
yang disalurkan pada ke sepuluh jari tangannya.
"Pergilah" seru Sam Liu Taisu.
Hebat bukan main kesudahannya.
547 Tubuh kedua orang itu terpental keras sekali, tubuh
orang yang memakai baju biru itu telah terguling ditanah
dua kali, kemudian melompat bangun dengan wajah yang
pucat. Baru saja dia mau memaki, justru disaat itu
tubuhnya bergoyang-goyang dan rubuh kembali menurnprah di tanah, Wajahnya pucat, dari mulutnya
muntah cairan merah yang cukup banyak, bola matanya
mencilak-cilak. Sedangkan yang mengenakan baju hijau juga tidak
kurang parah keadaannya. Tubuhnya terbanting di tanah
dan terguling sampai beberapa kali. Dia tidak segera dapat
melompat berdiri, karenanya cepat-cepat dia merangkak
bangun dan duduk bersemedhi. Akan tetapi tubuhnya
menggigil keras sekali. Sam Liu Taisu merangkapkan kedua tangannya.
"Omitohud Siancai Siancai...." berseru si pendeta penuh
penyesalan. "Sebenarnya Loceng tidak bermaksud melukai
kalian, hanya kalian berdua tuan-tuan terlalu mendesak
Loceng, Omitohud" Sedangkan orang yang memakai baju biru itu telah
melompat berdiri dengan mulut berlepotan darah merah,
sehingga keadaannya mengerikan sekali.
"Hemm, baiklah kali ini kami telah di lukai olehmu"
kata orang yang memakai baju biru itu. "Ingatlah, bahwa
Thang Long Sam dan Thang Kie Lung tidak akan
menyudahi urusan ini sampai disini saja"
Bola mata orang itu mencilak-cilak bengis sekali, dan
kemudian dia mengibaskan tangannya, berkata kepada
saudaranya, Thang Kie Lung: "Mari kita berangkat."
Orang yang memakai baju hijau baru saja membuka
mata dan berdiri. Tubuhnya sekali-kali masih menggigil,
akan tetapi dia seperti berusaha menahan gigil tubuhnya
548 dan rasa sakitnya, diapun berkata dengan wajah yang
bengis dan suara terbata-bata "Hemmm, Thang Kie Lung
tidak pernah membiarkan lawannya hidup dengan tubuh
yang utuh. Nantikanlah pembalasan kami"
Sam Liu Taisu menghela napas, wajahnya jadi muram
katanya: "Jangan tuan-tuan ber kata begitu, diantari kita
tidak terdapat permusuhan apapun juga. mengapa tuantuan harus memperbesar permusuhan ini" Mengapa harus


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menaruh dendam" Jika memang tadi tuan-tuan datang
dengan secara baik-baik, tentu kami akan melayani sebaik
mungkin. Lihatlah, beberapa orang murid-murid kami yang
kalian lukai, bukankah keadaan mereka harus dikasihani
juga, mereka tidak bersalah apa2 kepada kalian, akan tetapi
kalian ternyata telah berusaha untuk menganiaya mereka,
inilah urusan yang benar2 harus disesali"
Mendengar perkataan Sam Liu Taisu, tampak Thang
Kie Lung dan Thang Long Sam mendengus sambil
memperlihatkan sikap yang bengis sekali, di samping itu
tampak Thang Long Sam telah berkata dengan suara yang
dingin mengandung nada mengancam "Jika memang kelak
kami telah sembuh, tentu kami datang kemari buat
meminta petunjukmu dan sekalian untuk mengambil
jiwamu. Nah, jika memang kau merasa yakin bahwa kau
me miliki kepandaian yang tinggi, tentunya kau tidak akan
jeri melepaskan kami, bukan?"
Sam Liu Taisu tersenyum tawar, wajahnya semakin
guram. "Untuk melepaskan tuan2 dari Siauw Lim Sie
memang tidak sulit kamipun sama sekali tidak bermaksud
untuk menahan kalian berdua. Akan tetapi justeru kalian
berdua belum lagi menjelaskan apa sesungguhnya maksud
kalian datang kemari, juga mengapa telah melukai murid2
kami dengan bengis. Sesungguhnya, kesalahan dan dosa
apakah yang telah dilakukan oleh murid-murid kami?"
549 Thang Long Sam telah mendengus dengan wajah yang
bengis. "Hemmm, kau tidak perlu banyak bicara, yang
terpenting Siauw Lim Sie harus musnah. Tahukah kau
keledai gundui, betapapun juga bahwa sekarang ini para
orang gagah dalam rimba persilatan di daratan Tionggoan
sebetulnya tengah mengadakan persekutuan dan juga
persatuan, buat datang kemari memusnahkan kalian, yaitu
Siauw Lim Sie. Di daratan Tionggoan ini, tidak dapat
diinjak-injak oleh seorang manusia seperti Tat Mo sigundul
pelontos itu. Hemmm, dengan berani mati dia bisa
menamakan dirinya sebagai Guru Besar, karenanya kami
bermaksud ingin melihat sampai dimana yang dapat
dilakukan oleh Siauw Lim Sie guna menghadapi kami.
Hemmm, jika memang urusan telah berlangsung demikian,
tentunya aku akan membuat kuil ini menjadi hancur rata
dengan bumi. Nah, apakah sekarang kau akan mengijinkan
kami pergi meninggalkan tempat ini" Jika tidak, kamipun
tidak akan memaksa, kami akan mengadu jiwa, biarlah
kami membuang jiwa disini dalam keadaan tidak berdaya
dan karena memang kalian pendeta-pendeta Siauw Lim Sie
merupakan manusia-manusia yang pengecut jika memang
terjadi hal seperti itu, tentu kelak sakit hati kami akan ada
yang membalaskannya"
Setelah berkata begitu,, tampak Thang Long Sam
mendengus beberapa kali. Sam Liu Taisu menghela napas dalam-dalam, katanya:
"Jika memang urusan ini menyangkut perasaan tidak
senang disebabkan suhu kami memperoleh gelar sebagai
guru besar, itulah pantas. Karena memang menjadi hak dari
setiap manusia, jika memang dia belum membuktikan
sendiri kesanggupan seseorang, niscaya dia akan ragu
terhadap gelar yang dimiliki oleh seseorang dan tentunya
dia ingin mencobanya, mengujinya, sehingga untuk itu
550 akan mendatangikan gelombang dan badai atau juga
katakanlah akan terjadi pertempuran. Akibatnya adanya
peristiwa seperti itu, yang pasti tentu akan mendatangkan
bencana yang tidak kecil atau juga jatuh korban jiwa"
Thang Long Sam mendengus bengis, dia juga mendelik,
katanya: "Hemm, kau tidak perlu memberikan pelajaran
kepadaku didalam urusan ini tentunya kau ingin
mengartikan bahwa kami harus sadar dari kesalahan kami,
bukan" Sadar dalam pengertian bahwa kami tidak boleh
memusuhi Siauw Lim Sie, bukankah begitu?"
Sam Liu Taisu menghela napas, katanya: "Sekali-sekali
bukan begitu maksud Loceng akan tetapi, jika memang kau
tetap mendesak dan memiliki maksud buruk kepada pihak
kami, tentu saja Loceng dan juga murid-murid Siauw Lim
Sie tidak akan dapat berdiam diri membiarkan semuanya
itu." Setelah berkata begitu, Sam Liu Taisu mengucapkan
pujian-pujian atas kebesaran sang Buddha.
"Jadi, apakah kami tidak diijinkan untuk berlalu?" tanya
Thang Long Sam dengan suara tetap bengis.
"Tidak berani.... Tidak berani. Loceng mengatakan
begitu" kata Sam Liu Taisu menyahut dengan segera sambil
merangkapkan kedua tangannya dan telah membungkukkan tubuhnya memberi hormat. "Akan tetapi
Loceng menjelaskan disini, tuan-tuan berdua datang belum
lagi memberitahukan apa maksud dan tujuan kalian berdua,
lalu bagaimana pertanggungan jawab dari tuan-tuan
terhadap murid-murid kami?"
Muka Thang Long Sam berdua berubah, malah Thang
Kie Lung telah berkata dengan suara mengandung
kemurkaan: "Kami datang ke Siauw Lim Sie hanya sekedar
ingin membuktikan bahwa Tat Mo si gundul dari India itu
551 apakah seorang yang sungguh-sungguh memiliki
kepandaian yang sempurna sudah tidak ada tandingannya
lagi, sehingga dia begitu lancang berani menyebut dirinya
sebagai Guru Besar" "Hemm, jika demikian, tentu kalian berdua tuan-tuan
telah keliru dan telah mengambil yang salah. Jika memang
tuan-tuan berdua bermaksud hendak mengadu kepandaian
saling mengukur sampat dimana kepandaian yang telah
dimiliki oleh kedua belah pihak, tentu hal itu bisa diadakan
pertemuan guna mengadakan piebu dan disitu akan dapat
dilihat siapakah yang sesungguhnya memiliki kepandaian
sempurna. Sekarang lihatlah oleh tuan-tuan, begitu datang
ke kuil kami, segera saja kalian berdua telah mengumbar
keganasan kalian melukai beberapa orang murid kami.
Celakanya lagi justeru murid-murid kami itu merupakan
murid2 yang memiliki kepandaian belum begitu tinggi,
sehingga mereka dapat dicelakai oleh kalian. Nah, sekarang
justeru Jiewie berdua telah bertemu dengan Loceng,
sedangkan Loceng adalah murid dari Tat Mo Cauwsu.
Sayangnya justeru Loceng telah kesalahan tangan melukai
kalian berdua. Seperti yang telah Loceng katakan, jika
memang kalian berdua menempuh cara dan jalan yang
tepat, tentu tidak akan terjadi kecelakaan seperti ini. Nah,
bukankah harus dibuat sayang bahwa kalian telah terluka
sedemikian rupa, padahal hanya berhadapan dengan
seorang murid suhu kami belaka. Bisa dibayangkan, jika
memang berhadapan langsung dengan suhu kami,
sedangkan kalian selalu bersikap keras, dan seandainya juga
suhu kami itu menempuh jalan agak keras, bukankah kalian
yang akan bercelaka?"
Mendengar perkataan Sam Liu Taisu, muka Thang Kie
Lung dan Tuang Long Sam berobah merah, tampaknya
mereka jengah sendirinya. Namun dari malu mereka jadi
552 murka sekali, malah mereka membentak hampir berbareng:
"Pendeta gundul keparat, tentu saja hal ini terjadi, karena
memang kau telah mempergunakan akal bulus yang licik
sekali" Sam Liu Taisu sabar sekali, segera dia merangkapkan
kedua tangannya memberi hormat. "Loceng merupakan
seorang pendeta yang mensucikan diri dan selalu berusaha
menjauhi dari segala kekotoran duniawi, tidak pernah
Loceng mempergunakan tipu daya dan akal licik untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Jika memang Jiewie
berdua berkata begitu seperti tadi, itulah tanggapan yang
keliru sekali" Dan setelah berkata begitu, Sam Liu Taisu
mengucapkan lagi beberapa pujian-pu jiam buat kebesaran
Sang Buddha. "Hemmm, sekarang kau menyebut dirimu sebagai
seorang pendeta yang selalu menjauhii diri dari segala
kekotoran duniawi. Baiklah, kau jawablah yang jujur,
benarkah Tat Mo si gundul dari India itu mahir
mempergunakan ilmu sihir?" tanya Thang Long Sam
sambil mendengus memperdengarkan suara mengejek
beberapa kali. Sam Liu Taisu merangkapkan kedua tangan sumbil
menjura membungkukkan tubuhnya, katanya ramah:
"Benar, suhu kami mengerti sedikit ilmu sihir, akan tetapi
ilmu sihir tersebut bukan untuk dipergunakan mercelakai
lawannya, hanya dipakai untuk menakut-nakuti orang
rendah yang tidak dapat dinasihatkan secara baik-baik Jika
memang suhu kami tidak memiliki ilmu sihir buat menakutnakuti mereka, tentu terpaksa suhu akan meni pergunakan
ilmu silatnya, dengan demikian hanya akan menyebabkan
orang2 rendah itu menerima bencana tidak kecil, tidakkah
hal itu harus dibuat sayang?" setelah berkata begitu, Sam
553 Liu Taisu menghela nafas lagi beberapa kali, sambil
kemudian mengeluarkan upan memuji akan kebesaran Sang
Buddha. Thang Kie Lung dan Thang Long Sam memperdengarkan suara tertawa dingin berbareng "Justru
karena si Tat Mo yang pelontos itu mengerti ilmu sihir,
yang termasuk dalam bilangan ilmu yang sesat, kami jadi
tidak dapat mempercayai dengan begitu saja kepada orangorang Siauw Lim Sie. Hemm jika memang demikian
keadaannya, kami pun tidak dapat menghormati Siauw Lim
Sie, yang pasti dalam setiap pertempuran akan
mempergunakan ilmu sihir itu sebagai alat kemenangan
mereka" Setelah berkata begitu, Thang Kie Lung
memperdengarkan suara tertawa dingin lagi yang berulang
kali. Sam Liu Taisu tidak gusar oleh perkataan Thang Kie
Lung, sambil tersenyum ramah si pendeta Siauw Lim Sie
ini berkata sabar: "Jika memang Jiewie beranggapan sepeti
itu maka Loceng pun tidak bisa berkata apa-apa lagi"
"Baiklah, kami akan pergi, dan kelak kami akan datang
kemari lagi buat membuktikan apakah Siauw Lim Sie
benar-benar meru pakan cabang rimba persilatan yang patut
dihormati" kata Thang Kie Lung dengan sikap angkuh.
Sam Liu Taisu menggeleng perlahan, "Memang Loceng
tidak berani buat menahan Jiewie, dan menjadi hak Jiewie
buat per gi meninggalkan kuil kami ini" kata pendeta itu
sabar. "Akan tetapi justru Loceng ingin meminta terlebih
dahulu tanggung jawab Jiewie berdua" Sambil berkata
begitu, Sam Liu Taisu telah memberi hormat.
Walaupun dia berkata-kata dengan suara yang sabar,
akan tetapi ini memperlihatkan secara tidak langsung Sam
Liu Taisu ingin menahan kepergian kedua orang itu.
554 Muka Thang Kie Liang dan Than Long Sam berobah
pucat dan memerah bergantian, sampai akhirnya tampak
Than Kie Lung berkata bengis mengandung kekuatiran
juga: "lalu apa yang kau inginkan?"
"Pertanggungan jawab dari jiewie mengenai muridmurid kami yang telah jiewie lukai itu" menyahuti Sam Liu
Taisu dengan suara yang sabar dan tenang.
"Baik, pertanggungan apa yang kau ingin kan?" tanya
Tang Long Sam dengan suara yang bengis dan nekad.
"Inilah yang ingin Loceng sampaikan" menyahuti Sam
Liu Taisu. "Karena murid2 kami dilukai oleh Jiewie
mempergunakan dan mengandalkan kepandaian yang
tinggi, jelas kepandaian Jiewie berdua harus di punahkan,
agar dilain waktu Jiewie tidak melakukan hal-hal yang tidak
terpuji seperti itu"
Mendengar Sam Liu Taisu berkata sampat disitu, wajah
Thang Kie Lung dan Tilang Long Sam berobah pucat.
Walaupun bagaimana tampaknya memang mereka
ketakutan, sebab menyadari bahwa kepandaian mereka
berdua tidak akan dapat menandingi kepandaian pendeta
Siauw Lim Sie ini. "Untuk ini. untuk ini...." kata mereka tergagap.
Akan tetapi Sam Liu Taisu telah berkata perlahan
"Maafkanlah Loceng."
Tahu-tahu tubuh sipendeta telah melompat dengan ringan sekali. Kedua orang she Thang mengerti apa artinya
gerakan dari si pendeta. Waktu Sam Liu Taisu
mengulurkan tangnnya untuk menotok beberapa jalan
darah mereka, kedua orang itu telah bergerak cepat hendak
menghindarkan diri. 555 Akan tetapi gerakan Sam Liu Taisu memang benarbenar sangat cepat, karena begitu kedua lawannya ingin
berkelit dan menghindar, justeru pendeta tersebut telah
mengibaskan lengan jubahnya, dari lengan jubahnya telah
meluncur angin serangan yang kuat sekali, dan diwaktu
itulah segera juga terlihat tubuh kedua orang she Thang itu
terpental keras. Rupanya dalam hal turun tangan sekali ini
Sam Liu Taisu tidak berlaku sungkan. Dia telah mengibas
dengan disertai kekuatan tenaga Lwekang yang dahsyat
sekali, sehingga begitu kena diterjang oleh angin kibasan
dari Sam Liu Taisu, Thang Kie Lung dan Thang Long Sam
terpental sangat keras sekali.
Thang Kie Lung merasakan napasnya jadi sesak,
sedangkan Thang Long Sam sendiri telah mengeluarkan
jeritan tertahan disebabkan dia merasakan isi perutnya
seperti jungkir balik. Kedua orang she Thang tersebut telah
terpental ambruk bergulingan di tana h tanpa dapat
menguasai diri mereka, dan akhirnya segera juga terlihat
betapa mereka merangkak sambil merintih, karena
merasakan sekujur tubuh mereka sakit-sakit.


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sam Liu Taisu telah merangkapkan kedua tangannya
sambil katanya: "Maaf.... maaf, Loceng terpaksa
mengambil tindakan seperti ini semoga saja jiewie berdua
dikemudian hari tidak terlalu mengumbar adat. Loceng
hanya dia memunahkan seluruh ilmu silat Jiewie, akan
tetapi sama sekali tidak mengganggu kesehatan Jiewie"
Setelah berkata begitu, Sam Liu Taisu memberi hormat
beberapa kali. Sambungnya lagi: ''Jika memang Jiewie
berdua ingin berlalu, silahkan.... silahkan. Loceng tidak
berani buat menahannya"
Waktu itu Thang Kie Lung dan Thang Long Sam telah
berhasil merangkak bangun, dan mereka saling pandang
satu dengan yang lainnya. Tanpa mengatakan sesuatu
556 apapun juga, dengan menahan rasa sakit pada sekujur
tubuhnya, segera juga mereka berlalu. Maksud mereka
ingin melompati dinding kuil, akan tetapi waktu mereka
melompat, tubuh mereka tidak bisa melompat tinggi,
sehingga tubuh mereka meluncur turun lagi dan tidak
berhasil melompati dinding itu. Hampir saja mereka
terjerembab karena kepandaian mereka telah lenyap.
Thang Kie Lung dan Lhang Long Sim mengeluh
.mereka saling pandang lagi: Sedangkan Sam Liu Taisu
cepat-cepat berkata: " Hai, hai, Loceng memang lupa, tamu
ingin berlalu, akan tetapi Loceng tidak cepat-cepat
mengiringinya. Tidak perlu Jiewie terlalu kesusu seperti itu
mari mari Loceng antarkan"
Sambil berkata begitu, Sam Liu Taisu melangkah
mendekati pintu kuil lalu membukanya dan mengambil
sikap seperti tengah mempersilahkan tamu buat berlalu.
Thang Kie Lung dan Thang Long Sam telah ciut
nyalinya, karena mereka masing-masing telah mengetahui
kepandaian mereka tidak dapat menandingi kepandaian
pendeta Siauw Lim Sie yang seorang ini. Dan juga sekarang
memang kepandaian mereka telah lenyap. Dengan
demikian mereka tidak berani memperlihatkan tingkah lagi.
Dengan langkah yang gontai dan tubuh sempoyongan,
kedua orang she Thang tersebut telah mengikuti Sam Liu
Taisu mendekati pintu kuil, kemudian melangkah keluar.
Namun sebelum meninggalkan kuil tersebut, Thang Long
Sam menoleh, berkata dengan bengis dan penuh dendam:
"Kelak kami akan berkunjung kemari untuk menghaturkan
terima kasih atas kebaikan Siauw Lim Sie"
Dan setelah berkata begitu, kedua orang tersebut
melangkah tengan cepat. Ginkang mereka telah
557 dipunahkan, disamping seluruh kepandaian dan sinkang
mereka, karenanya mereka tidak bisa berlari cepat.
Setelah melihat kedua orang she Thang tersebut berlalu.
Sam Liu Taisu menghela napas beberapa kali.
Pendeta Siauw Lim Sie ini menyadari bahwa diwaktuwaktu mendatang pasti akan banyak sekali orang-orang
Kangouw yang tetap akan mencari urusan dengan Siauw
Lim Sie dengan penuh kebijaksanaan.
Dengan langkah yang sabar dan tenang tampak Sam Liu
Taisu telah melangkah masuk ke dalam kuil, dimana pintu
kuil ditutupnya pelahan-lahan.
-o0od0wo0oAPA yang dikuatirkan oleh Sam Liu Taisu
sesungguhnya sangat beralasan, karena Sin Ceng Taisu,
sutenya, juga berpendapat demikian. Hal itupun telah
dilaporkan kepada Tat Mo Cauwsu.
Pagi itu lonceng besar di Siauw Lim Sie berdentang
beberapa kali, suara lonceng besar tersebut berdentang
bergema di sekitar tempat tersebut dan ini merupakan suatu
perintah buat seluruh murid Siauw Lim Sie berkumpul di
ruang tengah kuil tersebut, karena ada sesuatu urusan
penting. Jarang sekali lonceng besar di Siauw Lim Sie
dibunyikan. Dan lonceng besar seperti itu baru dibunyikan
kalau memang Siauw Lim Sie tengah melakukan sesuatu
yang penting atau tengah menghadapi musuh-musuh yang
kuat atau sulit dilawan, dimana keadaan mengancam sekali
keselamatan Siauw Lim Sie, barulah lonceng itu dibunyikan
untuk mengampulkan murid Siauw Lim Sie.
558 Pagi ini lonceng besar tersebut telah dibunyikan, dan itu
berarti Siauw Lim Sie tengah menghadapi sesuatu yang
penting dan merupakan perintah yang tidak dapat
diabaikan. Karena cepat sekali seluruh muri Siauw Lini dari
berbagai tingkat telah berkumpul di ruangan tengah.
Mereka satu dengan yang lainnya saling menduga-duga,
entah ada urusan penting apakah sehingga di pagi ini
lonceng besar tersebut dibunyikan.
Yang berkumpul di ruangan tengah kuil tersebut, yang
memang sangat luas, meliputi seribu lebih pendeta-pendeta
Siauw Lim Sie dari tingkat pertama, kedua dan ketiga.
Semuanya berkumpul dengan tenang dan tidak ada
seorangpun diantara mereka yang bersuara, walaupun hati
mereka diliputi perasaan heran dan menduga-duga entah
urusan apa yang akan disampaikan oleh pimpinan Siauw
Lim Sie kepada mereka. Ruangan yang besar dan luas itu
hening dan sunyi sekali, seakan-akan di ruangan tersebut
tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Sedangkan ditengah-tengah ruangan terdapat sebuah
meja besar dengan beberapa kursi didekatnya, yang
berhadapan dengan para murid Siauw Lim Sie yang tengah
berkumpul. Duduk pada bagian sebelah kanan dari kursi besar yang
terdapat ditengah-tengah itu Sam Liu Taisu, yang duduk
dengan sikapnya yang sangat tenang. Di sebelah kiri dari
kursi besar itu duduk Sin Ceng Taisu. Wajah pendeta Siauw
Lim Sie yang seorang ini sangat tenang dan sabar.
Sejak menjadi murid Siauw Lim Sie, Sin Ceng Taisu
lebih banyak memusatkan seluruh perhatian dan waktunya.
Seluruh pelajaran sang Buddha diresapinya sebaik
mungkin. 559 Bicara soal ilmu silatnya, memang kepandaian Sin ceng
Taisu lebih tinggi dari kepandaian yang dimiliki Sam Liu
Taisu, akan tetapi bicara soal pengetahuan didalam
Buddhanya, tampaknya Sam Liu Taisu lebih waspada dan
lebih mengerti secara mendalam. Itulah sebabnya hampir
setiap ada kesempatan Sin Ceng Taisu selalu meminta
petunjuk Sam Liu Taisu dalam hal agama mereka.
Sebagai murid pertama dari Tat Mo Cauwsu, Sam Liu
Taisu sesungguhnya merupakan wakil dari guru besar
Siauw Lim Sie tersebut. Akan tetapi kenyataan yang ada
Sam Liu Taisu lebih banyak menyerahkan kepada Sin Ceng
Taisu mengurus seluruh murid-murid Siauw Lim Sie. Dan
juga Sin Ceng Taisu lah yang setiap kali mengadakan
penerangan penerangan mengenai agama mereka kepada
murid-murid Siauw Lim Sie. Hal ini disebabkan Tat Mo
Cauwsu menghendaki agar Sin Ceng Taisu, yang dimana
waktu-waktu lampaunya dilumuri oleh segala perbuatan
yang tidak baik dan kejahatan-kejahatan, kini telah dapat
merobah penghidupan dan kehidupannya sebagai pendeta
yang sangat baik sekali. Dengan begitu, Sin Ceng Taisu
malah lebih banyak memperoleh manfaat kebaikan dari
agama yang dianutnya dibandingkan dengan pendetapendeta yang memang memasuki pintu perguruan Siauw
Lim Sie dengan tekad hanya mensucikan diri belaka.
Sin Ceig Taisu memiliki kepandaian yang tinggi,
pengetahuan yang sangat luar biasa luasnya mengenai
pelajaran agamanya, sekarang dia telah berobah menjadi
pendeta yang sangat arif dan bijaksana sekali. Setiap
tindakannya selalu diiringi dengan perbuatannya yang
sangat bijaksana. Tat Mo Cauwsu yang melihat perkembangan tersebut
pada diri muridnya yang kedua itu, jadi gembira sekali, dan
560 telah menurunkan andalannya. beberapa macam kepandaian Setelah lewat sekian lama lagi, akhirnya terdengar tiga
kali genta besar di ruang besar Siauw Lim Sie dibunyikan,
Semua pendeta yang yang berkumpul di ruangan
tersebut segera berdiri, kemudian menekuk kedua lutut
mereka masing-masing, berlutut ke arah kursi yang berada
di tengah2 antara Sam Lim Taisu dan Sin Ceng Taisu.
Tidak lama kemudian tampak muncul seorang pendeta
yang telah lanjut usia. Wajahnya segar memerah,
tampaknya pendeta tersebut sehat sekali.
Dikala itu, pendeta tersebut mengucapkan pujian-pujian
kebesaran Sang Buddha dan kemudian telah memerintahkan murid-murid Siauw Lim Sie bangun berdiri
dan kembali di tempat masing-masing.
Ternyata pendeta tua tersebut tidak lain dari Guru Besar
Siauw Lim Sie, yaitu Tat Mo Cauwsu.
Setelah semua pendeta kembali mengambil tempat
duduk masing-masing, Tat Mo Cauwsu baru duduk di kursi
di tengah-tengah Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Taisu,
Lama Tat Mo Cauwsu berdiam diri, hanya mengawasi
semua murid-murid Siauw Lim Sie yang hadir di dalam
ruangan tersebut. Keadaan hening sekali, sampai akhirnya
Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam2.
"Hari ini" kata Tat Mo Cauwsu dengan suara yang
sabar. "Sebenarnya merupakan hari yang sangat
membahagiakan sekali, dimana Loceng telah berhasil
berkumpul dengan seluruh murid 2 Loceng di Siauw Lim
Sie ini. Ada sesuatu yang perlu Loceng sampaikan kepada
kalian, karena itu dipagi ini Loceng telah memanggil
menghadapi kalian semua."
561 Setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu berdiam diri
sejenak, dia memandangi lagi kepada semua murid Siauw
Lim Sie satu persatu lama sekali.
Sedangkan semua murid-murid itu hanya menundukkan
kepala mereka dalam-2 dengan sikap yang sangat
menghormat, karena mereka ingin mendengar apa yang
akan disampaikan oleh Tat Mo Cauwsu, Guru Besar mereka. Dengan dibunyikannya genta besar tersebut yang
memanggil mereka berkumpul, jelas memang ada sesuatu
yang penting ingin disampaikan Guru Besar itu kepada
mereka. Diwaktu itu Tat Mo Cauwsu mulai bicara lagi dengan
suara yang sabar: "Seperti kalian semuanya mengetahui,
bahwa telah tiga puluh tahun loceng berdiam di kuil ini,
dimana loceng telah berusaha sekuat tenaga membimbing
kalian, dari jalan yang gelap pekat kernbali kejalan yang
terang. Bagi yang belum lagi melihat terangnya jalan Sang
Buddha, loceng membimbing mereka agar mereka
menyusuri jalan yang disediakan oleh Sang Buddha. Kini
loecag yakin telah tiba saatnya buat menyerahkan pimpinan
di Siauw Lim Sie kepada salah seorang diantara kalian yang
memang sekiranya memiliki kesanggupan melakukan dan
menjalankan kewajiban yang berat tersebut"
Waktu Tat Mo berkata sampai disitu, justru semua
murid Siauw Lim Sie berdiam diri saja, mereka telah
mengawasi kepada Guru Besar ini dengan sorot mata
bertanya-tanya. Walaupun mereka memiliki dugaan yang pasti, siapa
orang yang akan ditunjuk oleh Tat Mo Cauwsu sebagai
penggantinya, akan tetapi mereka toh belum bisa terlalu
menerkanya dengan secara cepat dan pasti. Orang yang di
duga mereka adalah Sam Liu Taisu atau Sin Ceng Taisu,
562 kedua murid Tat Mo Cauwsu, yaitu murid pertama dan
murid yang kedua. Disaat itu, dalam keadaan seperti ini, tampaknya
memang jelas Tat Mo Cauwsu tidak akan menyerahkan
kedudukan Ciangbunjin pintu perguruan tersebut kepada
murid2 dari tingkatan yang lebih bawah dari Sam Liu Taisu
maupun Sin Ceng Taisu. Sedangkan Tat Mo Cauwsu waktu melihat muridmundmya semua berdiam diri, telah meneruskan lagi
perkataannya: "Dan sekarang kalian dengarlah baik-baik
Bahwa kedudukan Ciangbunjin akan Loceng serahkan
kepada Sin Ceng Taisu, murid Loceng yang nomor dua dan
kakak seperguruan kalian yang kedua. Dengan demikian
jelas kalian akan bertanya-tanya, mengapa Loceng tidak
menyerahkan saja kedudukan Ciangbunjin itu kepada Sam
Liu Taisu, Toasuheng" Untuk ini sepatutnya jika Loceng
menjelaskannya. Menurut pengamatan Loceng, Sam Liu
Taisu memang sangat cocok dan sesuai sekali mempelajari
dan memperdalam pengetahuannya di bidang agama. Dan
walaupun dia tidak Loceng angkat sebagai pengganti
Loceng, yaitu Cianbunjin Siauw Lim Sie akan tetapi, tetap
saja dia adalah Toasuheng kalian dan juga suheng dari Sin
Ceng. Karena dari itu, untuk pengangkatan Sin Ceng Taisu
hanyalah disebabkan menurut pertimbangan2 lain Sin Ceng
pandai sekali dalam hal mempelajari agama kita, dan juga
kini ia memiliki pandangan yang luas di samping
kepandaian itu silat nya yang telah mencapai tingkat yang
tinggi sekali. Seorang Ciangbunjin harus bijaksana dan
kebijaksanaan itu jang lebih penting dari kepandaian yang
dimilikinya, karena sebagai Ciangbunjin jelas ia akan
menuntun dan membimbing adik-adik seperguruannya,
juga mengatur bagaimana cara terbaik, untuk memajukan
pintu perguruannya Sebab itulah, karena mengingat Sin
563 Ceng telah memiliki pengalaman yang luas dan juga
memang memiliki pandangan yang jauh, pilihan Loceng
jatuh padanya, condong untuk mengangkatnya sebagai
pengganti Loceng" Baru saja Tat Mo Cauwsu berkata sampai disitu, Sin
ceng Taisu telah cepat-cepat bangkit dari duduknya.


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua mata telah mengawasi kepada Sin Ceng Taisu,
calon pengganti Ciangbunjin Siauw Lim Sie tersebut, atas
pilihan Tat Mo Cauwsu sendiri.
Sedangkan Sin ceng Taisu telah menghampiri gurunya,
dia tahu-tahu menekuk kedua kakinya berlutut dihadapan
Tat Mo Cauwsu. "Suhu, sesungguhnya tecu tidak berani menerima
kewajiban seberat itu, karena menurut tecu Sam Liu
Taisuheng jauh lebih pantas duduk sebagai Ciangbunjin,
karena tecu sendiri tidak memiliki kesanggupan buat
melindungi dan menjaga nama baik pintu perguruan kita"
Mendengar perkataan muridnya itu, Tat Mo Cauwsu
tersenyum sabar. "Bangunlah Sin Ceng. Dengarlah,
Toasuheng mu tetap akan mendampingimu dalam
memimpin Siauw Lim Sie ini, dimana kalian dapat
bekerjasama. Dan kedudukan Ciangbunjin itu hanya untuk
membedakan siapa-siapa yang berhak mengatur jika
memang Siauw Lim, Sie tengah menghadapi bencana.
Sekarang dengarlah, walaupun Toa suhengmu tidak loceng
pilih sebagai pengganti loceng, tok kedudukannya tetap
berada diatas dirimu. Jika memang urusan diluar dari pintu
perguruan kita, maka Toasuhengmu itu pantas untuk
menasehatimu jika memang kau melakukan sesuatu yang
diluar pantas. Toasuheng mu itupun masih dapat dan
berhak memberikan hukuman kepadamu. Karena itu,
Loceng harap kau tidak menimbulkan kerewelan dan mau
564 menerima tanggung jawab yang berat sekali tetapi mulia
ini" Sin Ceng Taisu tidak bisa mengatakan apa apa lagi, dia
hanya berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Seketika itu juga semua murid Siauw Lim Sie telah
mengucapkan puji syukur kepada Sang Buddha, karena kini
telah ditentukan siapa pengganti Tat. Mo Cauwsu, Guru
Besar mereka. "Dan, tidak lama lagi, kita akan mengadakan
sembahyang besar, guna meresmikan pengangkatan
Ciangbunjin baru dan merupakan Ciangbunjin pertama
Siauw Lim Sie" berkata Tat Mo Cauwsu lebih jauh lagi.
"Akan tetapi sebelum sembahyang besar itu kita
selenggarakan, maka ada baiknya jika dalam kesempatan
ini Loceng terangkan dulu bahwa sesungguhnya Loceng
bermaksud dalam satu dua bulan mendatang melakukan
perjalanan ke India, karena Loceng bermaksud hendak
kembali ke sana mengurus sesuatu yang sangat penting.
Selama Loceng pergi dan belum kembali, kalian harus baikbaik dalam memelihara nama baik Siauw Lim Sie, dan
harus patuh terhadap petunjuk dan nesehat yang diberikan
oleh Sin Ceng Taisu. Mengertikah kalian?"
"Mengerti" menyahuti semua murid-murid Siauw Lim
Sie itu serentak. Dan mereka pun segera memuji akan
kebesaran Sang Budha Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah melanjutkan pula
perkataannya: "Murid dari golongan Thian harap
mempersiapkan meja sembahyang besar, sedangkan murid
tingkatan gotongan Kian mempersiapkan sesuatunya untuk
upacara sembahyang tersebut"
565 Segera juga beberapa murid dari tingkatan Thian dan
Kian telah mengiyakan dan menyatakan akan segera
melaksanan tugas secepat mungkin.
Diwaktu itu, segala telah disiapkan dengan cepat. Dan
sebentar saja di ruangan besar dari Siauw Lim Sie, di
hadapan meja sembahyang telah terlihat Sin Ceng Taisu
menjalankan penghormatan belasan kali kepada Tat Mo
Cauwsu dan dia menerima warisan sebagai Ciangbunjin
Siauw Lim Sie. Dengan demikian, selesailah upacara pengangkatan
Ciangbunjin tersebut dan sekarang resmilah Sin Ceng Taisu
sebagai Ciangbunjin pertama Siauw Lim Sie. Sebagai
Ciangbunjin Siauw Lim Sie, Sin Ceng Taisu telah merobah
gelarannya menjadi Sin Kong Siansu.
Murid-murid Siauw Lim Sie semuanya memberi ucapan
selamat kepada Ciangbunjin yang baru ini.
Waktu itulah, tiba-tiba diatas genting terdengar
seseorang tertawa dengan suara menggema, seakan-akan
menggetarkan sekitar tersebut. Dalam keadaan seperti itu,
tampak betapa Tat Mo Cauwsu telah menggerakkan lengan
jubahnya, dia mengibas dua kali, lalu tampak lengan jubah,
disaat dibuka, terdapat dua buah tengkorak manusia yang
telah dikecilkan. "Hemmm, pendeta gundul tidak tahu diri, mari, mari
keluar, layanilah kami" terdengar suara membentak,
dengan suara yang kasar sekali.
Tat Mo Cauwsu membawa sikap yang tenang. Dua butir
kepala manusia yang merupakan tengkorak yang telah
diciutkan itu, sebesar buah tho, telah diletakkan di sisi
kursinya, kemudian dia berdiri dengan merangkapkan
kedua tangannya. 566 "Omitohud.... Omitohud" Tat Mo Cauwsu memuji
akan kebesaran Sang Buddha. "Siapakah tamu-tamu kita
yang terhormat?" Setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu melangkah
turun dari altar dan menghampiri ke pintu ruangan tersebut.
Dia pun keluar ke pekarangan kuil, lalu rnengangkat
kepalanya dengan merangkapkan tangannya, tanyanya
"Tuan-tuan merupakan tamu-tamu kami, silahkan turun,
silahkan turun" -o0od0wo0o- JILID XVI SUARA Tat Mo Cauwsu tetap sabar dan tenang sekali,
sama sekali tidak memperlihatkan perasaan gusar.
Sedangkan Sin Ceng Taysu atau sekarang dengan
gelaran sebagai Sin Kong Siansu, telah keluar sampai ke
pekarangan kuil, diikuti oleh Sam Liu Taysu dan beberapa
murid Siauw Lim Sie dari tingkat Tian dan Kian.
Semuanya telah memandang ke atas genting.
Ternyata di atas genting telah berdiri beberapa sosok
tubuh. Mereka semuanya berjumlah tujuh atau delapan
orang. Sedangkan waktu itu diantara tamu-tamu yang tidak
diundang itu, telah berkata dengan. kasar dan
bengis:"Bagus Rupanya sekarang Tat Mo si gundul
pelontos tidak bermaksud untuk menyembunyikan ekor dan
mau menerima pula kedatapgan kami semua"
567 Dan menyusul dengan perkataan orang tersebut, sosok
bayangan di atas genting itu secara beruntun telah
melompat turun, seorang demi seorang.
Setelah melihat jelas, ternyata orang2 itu berjumlah
tujuh orang dengan wajah yang sangat menyeramkan.
Mereka mengenakan baju yang ber-beda2 warnanya. Yang
satu memakai baju warna hijau dengan celana yang
berwarna hijau juga. Sedangkan yang turun kedua kalinya
adalah seorang berbaju dan bercelana merah, yang turun
ketiga adalah orang yang memakai baju kuning dengan
celana kuning, Begitu seterusnya, setiap baju dengan celana
memiliki warna yang sama. Dengan melihat baju mereka
yang ber-beda2 warnanya satu dengan yang lainnya,
ternyata memang jelas mereka dapat dibeda-bedakan. Dan
ada satu persamaan diantara mereka, bahwa wajah mereka
semuanya bengis dan kejam sekali.
Disaat itu terlihat betapa orang yang memakai baju
warna hijau dengan celana juga warna hijau, telah
melangkah dua tindak, sambil berkata dengan suara yang
bengis sekali: "Tat Mo sigundul pelontos, sekarang kau bersiap2lah untuk menerima kematian ditangan kami"
Walaupun orang itu ber-kata2 dengan kasar akan tetapi
Tat Mo Cauwsu tetap bersikap tenang dan sabar sekali,
diapun telah berkata dengan sikap yang lembut. "Maaf,
siapakah tuan-tuan?" kata Tat Mo Cauwsu dengan suara
tetap sabar. "Dapatkah tuan-tuan memberitahukan nama
kalian ?" "Hemmmm, kau masih ingin mengetahui siapa adanya
kami?" tanya orang yang memakai baju dan celana hijau
itu. "Baiklah, baiklah. Dengarkanlah baik-baik. Kami
adalah Thian San Cit Kiam. Kau telah dengar bukan" Kami
adalah Thian San Cit Kiam (Tujuh Pedang dari Thian
San)" 568 "Oh, kiranya Thian San Cit Tiam" kata Tat Mo Cauwsu
sambil merangkapkan tangannya, lalu berkata dengan
sutera yang lebih lembut, dan sabar: "Dan apa maksud
kedatangan tuan-tuan yang mengunjungi kami secara tiba2
seperti ini" Maafkan, dengan demikian Loceng tidak bisa
mempersiapkan penyambutan sebaik-baiknya"
"Tidak perlu kau memakai basa-basi yang tidak ada
gunanya dan palsu itu. Kami telah mengetahui, Siauw Lim
Sie hanya pandai menghina orang2 Tionggoan yang
memiliki kepandaian lemah. Karena itu, kami datang
kemari ingin membuktikan, apakah memang benar
pendeta2 Siauw Lim Sie memiliki kepandaian yang tinggi
dan patut dibanggakan?"
Dan setelah berkata begitu, segera juga ia tertawa
bergelak-gelak menyeramkan.
Tat Mo Cauwsu tetap memandang dengan sikap yang
sabar, dia malah telah merangkapkan sepasang tangannya.
"Jadi apa maksud kedatangan tuan-tuan bertujuh?"
tanyanya tetap lembut. "Kami ingin meminta pengajaran dari kau Tat Mo
gundul" menyahuti orang yang memakai baju dan celana
hijau tersebut. "Oh begitu Baik, baik. Jika memang demikian halnya
baiklah Karni-juga tidak akan mengecewakan kalian"
menyelak Sin Ceng Taisu atau Sin Kong Siansu dengan
sikap tidak sabar. Tidak senang hatinya menyaksikan betapa suhunya
diperlakukan begitu kasar oleh ke tujuh orang tersebut, yang
sikapnya sama sekali tidak memperlihatkan rasa
hormatnya, sedangkan Tat Mo Cauwsu merupakan Guru
Besar Siauw Lim Sie yang sangat terkenal dan disegani oleh
orang-orang rimba persilatan.
569 Disaat itu terlihat jelas, betapapun Tat MoCauwsu tak
menginginkan keributan dengan tangan kanannya
dikibaskan, Tat Mo Cauwsu memberi isyarat pada Sin
Kong Siansu agar berdiam diri dan tidak mencampuri
urusannya itu. "Dan sekarang, apa yang diinginkan oleh tuan2,
pengajaran bagaimana bentuknya yang dikehendaki oleh
kalian?" tanya Tat Mo Cauwsu dengan sikap yang tetap
sabar, "Kami ingin mengadu ilmu" menyahuti orang yang
memakai baju merah dan celana merah.
"Jika begitu, baiklah Loceng akan memberanikan diri
buat main-main beberapa jurus" Dan setelah berkata begitu,
segera juga Tat Mo Cauwsu tersenyum sambil melangkah
tenang ke-tengah2 pekarangan tersebut.
Sedangkan orang yang mengenakan baju dan celana
hijau itu rupanya sudah tidak bisa menahan diri lagi, cepat
bukan main tangan kanannya telah mencabut pedangnya.
Dengan mengeluarkan suara bentakan dan tanpa
mernperdulikan bahwa Tat Mo Cauwsu belum lagi bersiap
sedia, dia telah menikam dengan tusukan secepat kilat.
Sama dengan arti gelarannya, yaitu Thian San Cit Kiam,
tentunya ketujuh orang ini merupakan jago jago pedang
yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Sekarang orang yang menyerang Tat Mo Cauwsu telah
mempergunakan kekuatan tenaga yang disertai sinkang
yang terlatih baik, pedang yang dipergunakannya itu juga
rupanya merupakan pedang pusaka yang sangat tajam
sekali. Disaat mana Tat Mo Cauwsu merasakan betapa
angin menyambar sangat kuat sekali.
Sejak melihat ketujuh orang tersebut, Tat Mo Canwsu
telah, mengetahui bahwa ketujuh orang tersebut, yang
570 masing masing telah berusia hampir enam puluh tahun,
tentunya merupakan akhali akhli pedang yang tangguh
sekali. Sekarang diserang seperti itu, Tat Mo Cauwsu-telah
mengelakkannya dengan mudah.
Gerakan yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu sangat
sebat, sama sekali tidak terlihat gerakan kakinya, tahu-tahu
kakinya telah melesat kesamping dan tikaman lawannya itu
jatuh ke tempat kosong. Enam orang Thian San Cit Kiam lainnya jadi penasaran
melihat kawan mereka gagal dengan serangannya.
Disertai suara bentakan yang nyaring mereka telah
melompat mengepung si pendeta itu rapat-rapat.
Melihat duduknya kaki-kaki dari ketujuh orang tersebut,
segera juga Tat Mo Cauwsu menyadari bahwa Thian Cit
Kiam ini, tentunya mempergunakan barisan Cit-tauw-tin,
dari kedudukan tujuh bintang, yang mirip dengan Pat-tauwtin atau barisan 'delapan bintang dari utara'.
Namun sebagai seorang guru besar, jelas pendeta ini
tidak mau membuka serangan terlebih dahulu. Waktu
melihat lawan-lawannya itu hanya mengurung dan tidak
menyerang, Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan sabar
disertai dengan membungkukkan tubuhnya dan merangkapkan kedua tangannya: "Maaf, maaf, janganlah
tuan-tuan terlalu mengumbar nafsu aamarah karena hanya
akan mencelakai kalian juga. Alangkah lebih bijaksananya
jika kita merundingkan ilmu silat tanpa mempergunakan
kekerasan atau senjata tajam"
Akan tetapi ketujuh Thian San Cit Kiam tidak mau
melayani perkataan atau nasehat Tat Mo Cauwsu, malah
mereka telah mulai bergerak, dimana mereka telah berputar2 mengelilingi Tat Mo Cauwsu.
571 Dilihat dari gerakkan mereka, tampaknya memang


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka menggunakan taktik menantikan serangan, yaitu
Tat Mo Cauwsu yang akan dipaksa membuka serangan.
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu mempunyai kepandaian
yang tinggi sekali, dengan demikian dia hanya berdiri
tenang-tenang di tempatnya, sama sekali tidak berkisar dan
mengawasi ketujuh orang yang tengah mengelilinginya
dengan seulas senyuman welas asih.
Sedangkan orang yang memakai baju dan celana hijau,
sudah tidak sabar, dengan mengeluarkan suara bentakan
yang nyaring sekali, dia telah melompat dan pedangnya di
gerakkan buat menikam dua jalan darah di tubuh Tat Mo
Cauwsu. Pendeta Siauw Lim Sie ini sangat tenang dan sabar
sekali, dia telah menyingkir dan tikaman dari lawannya
jatuh ditempat kosong: Lawannya menjadi heran juga Dia telah menyerang
dengan tenaga yang kuat dan cepat sekali, akan tetapi
ternyata justru tikamannya itu masih gagal dan menemui
tempat kosong, Dalam keadaan seperti itu, disaat di hatinya diliputi
kemarahan dan penasaran, kembali ia beruntun menikam
lagi dengan sekaligus tiga tikaman.
Begitu pula keenam orang kawannya, yang telah
membuka serangan dengan pedang mereka masing-masing.
Mereka telah mengincar bagian-bagian yang mematikan
ditubuh Tat Mo Cauwsu. Menghadapi serangan dan ancaman pedang lawanlawannya itu, Tat Mo Cauwsu sama sekali tidak berusaha
bergerak dengan tergesa-gesa. Akan tetapi perlahan-lahan
dia melangkah ke depan, waktu lengan jubahnya
572 digerakkan sedikit, pedang lawannya yang menyambar arah
depan telah mencong arah, hampir saja menikam kepada
kawannya yang mengenakan baju dan celana biru.
Di waktu itulah Tat Mo Cauwsu telah menggerakkan
kedua tangannya lagi, dia telah mengibaskan pula.
Gerakan Tat Mo Cauwsu kali ini membuat tiga orang
lawannya terdorong mundur terhuyung ke belakang.
Jika memang Tat Mo Cauwsu menghendakinya, niscaya
dia bisa saja merubuhkan lawannya dan pergunakan
kesempatan tersebut buat mencelakai lawannya. Akan
tetapi selama tidak terlalu terdesak dan masih
memungkinkan Tat Mo Cauwsu tidak ingin turun tangan,
ia hanya ingin menasehati ketujuh orang tersebut agar
tersadar, tanpa menimbulkan korban jiwa.
Akan tetapi ketujuh orang lawannya, Thian San Cit
Kiam, rupanya jadi semakin penasaran, dimana mereka
telah mengeluarkan suara bentakan yang berbareng, dan
tubuh mereka telah melompat dengan gesit sekali, berlari
lari mengelilingi Tat Mo Cauwsu.
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu tidak mau terpancing oleh
sikap dan kelakuan orang orang tersebut, dia telah berdiam
diri di tempatnya tanpa bergerak sama sekali. Hanya saja
Guru Besar Siauw Lim Sie tersebut berulang kali telah
mengucapkan pujian-pujiannya terhadap kebesaran Sang
Buddha. Diwaktu itu, orang yang mengenakan baju dan celana
warna merah telah melompat dan menggerakkan
pedangnya itu buat menabas dan menikam secara
bergantian, gerakan yang dilakukannya itu benar benar
sangat hebat sebagai seorang akhli kiam-hoat atau ilmu
pedang, dia tentu saja memang memiliki kepandaian yang
benar-benar tinggi dan juga dia telah melakukan
573 penyerangan dengan nekad, itulah sebabnya tikaman dan
tabasannya jadi hebat sekali.
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu tetap berlaku tenang sekali
di tempatnya. Waktu melihat pedang lawannya menyambar ke arah
dadanya, Tat Mo Cauwsu mengangkat tangan kanannya,
dengan mempergunakan jari telunjuknya dia telah
menyentil pedang lawannya.
"Tringgggg!" pedang lawannya kena disentil dengan
tenaga sinkang yang kuat.
Lawan Tat Mo Cauwsu yang seorang tadi mengeluarkan
suara seruan tertahan, karena dia merasakan telapak
tangannya pedih dan sakit bukan main, malah pedangnya
telah mencong dan tergetar sangat keras, bagaikan ingin
terlepas dari cekalannya.
Waktu itulah terlihat betapa orang yang mengenakan
baja warna biru itupun telah menyerang. Pedangnya
menyambar dengan cepat sekali.
Diantara berkesiuran angin tikaman dan tabasan, Tat
Mo Cauwsu tetap tidak berkisar dari tempatnya berada. Dia
hanya menggerakkan pundaknya, dimana tubuhnya bergoyang2, sehingga tikaman dan tabasan lawannya yang
seorang itupun berhasil dielakkannya.
Dengan demikian justeru membuat lawannya bertambah
penasaran. Dia membentak bengis dan telah menyerang
lagi. Begitulah secara bergantian lawan2nya Tat Mo Cauwsu
telah menyerang silih berganti. Dan setiap serangan yang
telah dilakukan oleh merekapun merupakan serangan yang
sangat kuat dan mematikan, terlebih lagi memang mereka
574 merupakan akhli2 pedang yang sangat terkenal di kalangan
Kangouw. Thian San Cit Kiam atau tujuh jago pedang dari Thian
San merupakan jago2 yang tidak pernah terkalahkan. Justru
mereka telah mendengar perihal Tat Mo Cauwsu, yang menurut keterangan dari sahabat-sahabat mereka pendeta
Siauw Lim Sie tersebut, merupakan Guru Besar Siauw Lim
Sie yang tidak mungkin terkalahkan oleh siapapun juga.
Karena terdorong oleh rasa ingin tahu serta penasaran,
mereka telah turun gunung meninggalkan gunung Thiansan mencari Tat Mo Cauwsu di Siauw Lim Sie. Maksud
mereka ingin mengadu kepandaian dengan si pendeta yang
menjadi cikal bakalnya Siauw Lim Sie tersebut:
Akan tetapi apa lacur, disepanjang perjalanan mereka,
telah mendengar banyak sekali orang yang membicarakan
tentang Tat Mo Cauwsu dan mereka umumnya memuji
dengan sangat berlebih2an, bahkan menganggap pendeta
sebagai seorang dewa yang menjelma sebagai manusia dan
pendeta. Sehingga menimbulkan rasa jelus mereka dan akhirnya
mereka bertekad hendak mengadakan pertempuran yang
menentukan dengan Tat Mo Cauwsu, guna mengetahui,
siapakah sebenarnya yang memiliki kepandaian tinggi.
Apakah benar-benar Tat Mo Cauwsu seorang Guru Besar
atau memang Thian San Cit Kiam yang lebih tangguh.
Dalam keadaan seperti ini, merekapun jadi bertekad,
walaupun bagaimana akan menempur sehebat-hebatnya Tat
Mo Cauwsu. Jika perlu mereka akan mempertaruhkan jiwa
dengan pendeta Siauw Lim Sie tersebut.
Tat Mo Cauwsu sendiri melihat bahwa lawan-lawannya
itu bertempur seperti juga mau mengadu jiwa dan selalu
menyerang dengan tikaman maupun tabasan yang nekad
575 sekali. Dengan demikian telah membuat Tat Mo Cauwsu
tidak bisa berdiam diri terlalu lama.
Sebagai seorang guru besar, tentu saja Tat Mo Cauwsu
dapat merubuhkan lawan2nya itu dalam waktu yang sangat
singkat sekali, dia bisa saja sekali mengibaskan tangannya,
maka ketujuh lawannya itu dibuat terpental. "
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu selalu mengurungkan
keinginannya itu. "Hemmm, dilihat dari keadaannya,
tampaknya ketujuh orang ini bukan sebingsa manusia2
yang tidak memiliki pengertian, maka dari itu, lebih baik
aku membiarkan dia menyerang terus menerus sampai
mereka letih sendirinya" pikir Tat Mo Cauwsu.
Karena berpikir seperti itu, Tat Mo Cauwsu belum juga
turun tangan merubuhkan ketujuh orang lawannya.
Sedangkan Thian San Cit Kiam sendiri telah menyerang
semakin lama jadi semakin gencar, setiap serangan yang
dilakukannya memiliki kekuatan yang kian hebat,
disamping pedang mereka yang bergulung-gulung sangat
dasyat sekali, seperti juga ingin menggulung Tat Mo
Cauwsu dalam gulungan sinar pedang mereka.
Akan tetapi Tat Mo Cauwsu memang benar2 sangat
tangguh, karena setiap kali dia menggerakkan tangannya,
maka tidak ada pedang lawannya yang berhasil
mengenainya, membuat mereka tidak bisa mendesak terlalu
dekat terhadap Guru Besar Siauw Lim Sie tersebut.
Perlahan-lahan memang Thian San Cit Kiam jadi letih
sendirinya. Merekapun semakin bernafsu dalam melancarkan serangan. Akan tetapi mereka ternyata menyerang semakin
membabi buta dengan bernafsu seperti itu, membuat setiap
serangan mereka seperti tidak diperhitungkan lagi, dan
576 akhirnya membuat setiap tikaman dan pedang mereka itu
mencong tidak keruan sasarannya.
Tat Mo Cauwsu sendiri yang melihat ketujuh lawannya
semakin lemah seperti itu, telah berseru dengan suara yang
sabar: "Harap tuan-tuan berhenti dulu, marilah kita
beristirahat" Tat Mo Cauwsu bermaksud baik hati hati, dimana dia
membiarkan dan memberikan kesempatan kepada ketujuh
orang lawannya itu beristirahat, agar kesegaran tubuh
mereka masing-masing pulih kembali.
Akan tetapi ternyata lawannya itu telah salah
menafsirkan kebaikan hati Tat Mo Cauwsu, malah mereka
beranggapan Tat Mo Cauwsu sudah terlalu lelah dan
meminta agar dia diijinkan beristirahat.
Bukannya menghentikan serangan mereka, malah
ketujuh orang Thian San Cit Kiam itu telah memperhebat
serangan dan tikaman-tikaman pedang mereka.
Tat Mo Cauwsu melihat sikap dan keadaan ketujuh
orang Thian San Cit Kiam itu, akhirnya berpikir: "Mereka
tidak bisa dibiarkan dengan begitu saja, karena mereka tetap
tidak akan mau mengerti. Biarlah Loceng terpaksa harus
menunjukkan sedikit kekerasan kepada mereka"
Dan sambil berpikir begitu, tampak Tat Mo Cauwsu
telah mengibaskan tangan kanannya.
Sesungguhnya kibasan tangan Tat Mo Cauwsu sangat
perlahan, namun kesudahannya sangat hebat.
Tiga orang Thian San Cit Kiam yang berada didepan si
pendeta yang menjadi Guru Besar Siauw Lim Sie tersebut,
terpental sejauh lima tombak, tubuh mereka bergulingan,
namun cepat sekali mereka telah bergulingan dan melompat
bangun, sebab mereka tidak ada yang terluka. Hal ini
577 disebabkan Tat Mo Cauwsu dalam mempergunakan
kekuatan tenaga Sinkangnya telah memperhitungkan
sebaik-baiknya sehingga tidak sampai melukai lawanlawannya itu.
Sedangkan sisanya, keempat orang Thian San Cit Kiam
yang lainnya memandang terkejut ketika mengetahui ketiga
orang kawan mereka dibuat terpental seperti itu oleh Tat
Mo Cauwsu. Dan mereka tersadar dengan murka, mereka telah
mempergunakan pedangnya masing-masing buat menerjang
nekad menikam Tat Mo Cauwsu.
Sedangkan Tal Mo Cauwsu tetap membawa siikap yang
sangat tenang dan sabar, waktu pedang dari lawanlawannya menyambar kepada dirinya, Tat Mo Cauwsu
telah mengibaskan lagi tangan kanannya.
Luar biasa keempat orang yang terpental dengan
serentak, karena tubuh mereka seperti juga diterjang oleh
angin badai yang luar biasa hebatnya.
Dalam keadaan seperti ini, Tat Mo Cauwsu cepat2
merangkapkan kedua tangannya, ia juga berseru:
"Siancai.... Siancai.... Omitohud. Maafkanlah Loceng.
Sama sekali Loceng tidak bermaksud untuk mencelakai
kalian" Sedangkan keempat orang Thian San Cit Kiam telah
melompat bangun pula. Mereka pun tidak ada yang terluka.
Diwaktu itu, walaupun mereka telah menyadari bahwa
Tat Mo Cauwsu telah terlalu murah hati kepada mereka,
dimana Guru Besar Siauw Lim Sie tersebut memang tidak
bermaksud menurunkan tangan kejam dan keras kepala
mereka, toh mereka bukannya berterima kasih, justru malah
bertambah murka. Dengan cepat sekali mereka telah
578 mengeluarkan suara bentakan yang sangat bengis dan telah
melompat menyerang lagi. Serangan yang kali ini mereka lancarkan memang sangat
hebat, karena mereka menikam dengan nekad sekali.
Pedang mereka masing-masing telah diliputi oleh
Sinkang mereka sepenuhnya,
karena dari itu pedang mereka telah mengeluarkan suara
mendengung yang nyaring sekali, menunjukkan tenaga
menikam yang mereka lakukan itu sangat kuat sekali.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu yang melihat kenekadan
dari ketujuh orang lawannya, telah menghela napas
berulang kali. Akan tetapi pendeta yang menjadi guru besar Siauw Lim
Sie tersebut tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya, dia
tidak berkisar dari tempat berdirinya.
Waktu senjata dari ketujuh orang lawannya hampir
mengenai sasarannya, barulah Tat Mo Cauwsu
menggerakkan kedua tangannya. Dan luar biasa sekali
gerakan yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu, karena
kedua tangannya itu bergerak dengan cepat sekali dan juga
tidak bisa diikuti oleh pandangan mata biasa, tahu-tahu
ketujuh senjata lawannya telah berhasil direbutnya
Ketujuh orang Thian San Cit Kiam sampai
mengeluarkan seruan kaget dan kaget ketika mereka
memperoleh kenyataan pedang mereka berpindah tangan.
Cepat sekali mereka melompat mundur buat menjauhi
diri dari Tat Mo Cauwsu, karena memang mereka kuatir
kalau-kalau pendeta itu akan menyerang lebih jauh.


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di waktu itu Tat Mo Cauwsu dengan sikap yang manis
telah mengangsurkan kedua tangannya, dia menyerahkan
579 kembali ketujuh batang pedang itu kepada ketujuh
lawannya. Semula Thian San Cit Kiam ragu2, namun akhirnya
mereka telah menerimanya juga.
Masing-masing telah memasukkan pedang mereka ke
dalam serangkanya. Kemudian merangkapkan sepasang
tangan mereka memberi hormat. "Benar2 kami kagum atas
kepandaian yang dimiliki Taisu, karena memang
sebenarnya Taisu berhak menerima gelar sebagai seorang
Guru Besar dalam rimba persilatan"
Dan setelah berkata begitu, Thian San Cit Kiam
memberi hormat beberapa kali secar dalam-dalam.
Tat Mo Cauwsu cepat-cepat membalas hormat Thian
San Cit Kiam dengan bungkukkan tubuhnya juga dalamdalam dan pendeta itu telah berkata: "Jangan banyak
peradatan.... jangan banyak peradatan"
Setelah selesai pemberian hormat dari Thian San Cit
Kiam, Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan ramah dan
manis mengundang ketujuh orang Thian San Cit Kiam itu
untuk masuk ke ruang tengah kuil Siauw Lim Sie, namun
Thian San Cit Kiam menampiknya.
"Kami malu, kami ternyata memiliki pandangan yang
keliru terhadap Siauw Lim Sie. Seperti juga banyak
sebagian terbesar dari jago-jago di daratan Tionggoan ini,
mereka semuanya merasa jelus dan juga merasa tidak
senang milihat seorang India berhasil mendirikan sebuah
pintu perguruan yang sangat tangguh dan diakui sebagai
pintu perguruan nomor satu di daratan Tionggoan ini,
bahkan pendirinya dianggap sebagai Guru Besar rimba
persilatan. Dengan demikian, kami harus mengakui
kenyataan yang ada, bahwa Tat Mo Taisu memang pantas
580 memperoleh gelar sebagai Guru Besar. Jika palsu
bermaksud buruk terhadap kami, satu jurus saja tentu kami
telah dapat dicelakai oleh Taisu. Terima kasih atas
kemurahan hati Taisu terhadap kami"
Setelah berkata begitu, Thian San Cit Kiam memberi
hormat lagi. "Dan kami ingin meminta diri saja"
-o0od0wo0oBARU SAJA Tat Mo Cauwsu ingin menyahuti, tiba2
terdengar suara tertawa yang aneh sekali, dimana suara
tertawa tersebut seperti juga bunyinya kelenengan pecah.
Mendengar suara tertawa yang aneh seperti itu muka
Thian San Cit Kiam berobah hebat,
Tat Mo Cauwsu memandang heran kepada Thian San
Cit Kiam, pendeta yang menjadi cikal bakal Siauw Lim Sie
tersebut tidak mengerti mengapa muka Thian San Cit Kiam
bisa borobah seperti itu dan siapakah orang yang
mengeluarkan suara tertawa seperti bunyi kelenengan pecah
tersebut. Sedang Tat Mo Cauwsu mengawasi ke arah datangnya
suara tertawa aneh itu, yang berasal dari luar kuil. Salah
seorang Thian San Cit Kiam telahh berkata: "Hemmm,
tampaknya kita sulit meloloskan diri dari tangan iblis itu"
Tat Mo Cauwsu sendiri diam2 didalam hati tengah
diliputi perasaan heran, karena suara tertawa tersebut
terdengarnya sebentar jauh, terkadang dekat sekali, dan
tibanya semakin dekat dalam waktu singkat sekali.
Dengan demikian memperlihatkan bahwa orang yang
mengeluarkan suara tersebut tidak lain seorang yang
581 memiliki ginkang (ilmu me ringankan tubuh) yang sangat
sempurna, juga ginkang yang terlatih sangat baik sekali.
Suara tertawa yang seperti suara kelenengan pecah
tersebut telah semakin dekat, malah kemudian disusul
dengan suara orang berkata yang menyeramkan sekali: "Tat
Mo Cauwsu keluarlah buat menyambut tamu"
"Benar iblis itu yang datang" mengeluh dua orang
diantara Thian San Cit Kiam.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu sudah memandang kepada
Thian San Cit Kiam, sambil tersenyum ramah dia bertanya:
"Siapakah orang yang tengah mendatangi itu" Apakahkah
tuan-tuan bertujuh mengenalinya?"
Thian San Cit Kiam ragu ragu, tapi akhirnya orang yang
memakai baju dan celana hijau, telah mengangguk. "Ya,
dialah Tok Ong Sin Kiam (Pedang Sakti Raja Racun) Kwee
Kwek Kweng" menjelaskan Thian San Cit Kiam yang
seorang tersebut. Tat Mo Cauwsu belum pernah mendengar perihalnya
Tok Ong Sin Kiam Kwee Kwek Kweng tersebut, karenanya
pendeta ini telah bertanya lagi: "Apakah dia seorang yang
memiliki kepandaian tinggi dan merupakan salah seorang
tokoh sakti rimba persilatan di daratan Tionggoan?"
Thian San Cit Kiam mengangguk serempak. "Ya, bukan
saja ia merupakan tokoh yang memiliki kepandaian tinggi,
juga dia merupakan seorang iblis yang tinggi
kepandaiannya, boleh dibilang dialah raja iblis di dalam
rimba persilatan" Tat Mo Cuwsu tersenyum dingin. "Entah apa maksud
kedatangannya ke Siauw Lim Sie" mengumam pendeta
tersebut. 582 Sedangkan Thian San Cit Kiam berdiam diri sebab
waktu itu Tok Ong Sin Kiam Kwee Kwee Kweng berseru
lagi dari luar kuil dengan suara yang sangat bengis sekali:
"Tat Mo Cauwsu, keluarlah buat menemui aku, Kwee
Kwek Kweng" Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam-dalam, katanya
dengan sikap yang agak muram: "Ah, tampaknya orang ini
memang benar2 bermaksud untuk menimbulkan kerusuhan
lagi di Siauw Lim Sie"
Biru saja Tat Mo Cauwsu menggumam seperti itu, telah
terlihat sesosok bayangan melompat masuk melewati
tembok kuil tersebut. Rupanya Kwee Kwek Kweng sudah tidak sabar lagi
menantikan Tat Mo Cauwsu keluar dari kuil tersebut,
karenanya dia telah melompat masuk.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu telah menyambut
ketadangan 'tamu' istimewa tersebut dengan menjura dalimdalam. "Tuan datang kemari tentu ingin memberikan
petunjuk kepada kami dari Siauw Lim Sie. Bolehkah
Loceng mengetahui siapa adanya lu an?" sabar sekali sikap
dan suara si pendenta. Orang yang disebut oleh Thian San Cit Kiam dengan
nama Kwee Kwek Kweng telah mencilak matanya., dialah
seorang lelaki yang bertubuh sangat tinggi dan tegap sekali,
kedua tangannya tampak dipenuhi otot-otot yang sangat
besar, membuktikan bahwa dia memiliki tenaga yang kuat
sekali. "Aku Kwee Kwek Kweng datang kemari bukan mau
banyak rewel dengan segala pendeta busuk seperti kau.
Cepat panggil keluar Tat Mo Cauwsu, ada sesuatu yang
ingin kukatakan kepadanya"
583 Tat Mo Cauwsu tersenyum, dia kembali merangkapkan
kedua tangannya, katanya sabar: "Loceng lah yang
dimaksudkan olehmu, tuan" katanya disertai dengan tubuh
yang membungkuk dalam dalam.
Muka Kwee Kwek Kweng berobah tidak sedap
dipandang, bola matanya memancarkan sinar tajam sekali
mengawasi Tat Mo Cauwsu, kemudian katanya: "Hemm,
jadi kau yang disebut Guru Besar dan bergelar sebagai Tat
Mo Cauwsu?" Tat Mo Cauwsu kembali merangkapkan kedua
tangannya, ia mengambil sikap merendah, "Maafkan, tidak
berani Loceng menggunakan gelaran sebagai Guru Besar.
Itu hanya sebutan dari beberapa orang sahabat dalam rimba
persilatan yang senang berkelakar dengan Loceng"
"Hemmm, berkelakar?" mendengus Kwee Kwek
Kweng. "Baiklah, dengan alasan apakah sehingga engkau
berani mempergunakan gelaran sebagai Guru Besar?"
"Sudah Loceng kemukakan tadi bahwa Loceng sama
sekali tidak bermaksud memakai gelaran apapun juga, itu
dari para sahabat Kangouw"
"Sekarang justeru aku ingin membuktikan apakah
engkau pantas memakai gelaran sebagai seorang Guru
Besar. Jika memang aku gagal merubuhkan kau dan kau
bisa merubuhkan diriku, disaat itulah baru aku
mengakuinya bahwa kau benar2 seorang Guru Besar"
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar. "Dengan cara
bagaimana tuan ingin menguji Loceng?" tanya Tat Mo
Cauwsu sabar. "Jika tuan bermaksud untuk merundingkan
pelajaran agama, tentu loceng bersedia. Dengan senang hati
Loceng akan melayani keinginan tuan"
584 "Hemm" mendengus orang she Kwee itu dengan sikap
yang bengis. "Aku justru ingin mengadu kekuatan ilmu silat
denganmu" Tat Mo Cauwsu menggeleng perlahan. "Maaf, jika
memang tuan bermaksud mengadu ilmu silat, itulah yang
tidak sanggup Loceng penuhi" kata Tat Mo Cauwsu cepat.
"Kenapa?" "Karena Loceng memiliki kepandaian tak berarti dan
akan menjadi tertawaan belaka jika dipergunakan"
Tat Mo Cauwsu berkata seperti itu dengan maksud
meredakan keinginan dari orang she Kwee tersebut untuk
mengadu ilmu serta kepandaian.
Akan tetapi walaupun si pendeta telah mengalah, Kwee
Kwek Kweng malah semakin congkak, dia tertawa dingin
dan dengan bengis berkata: "Hemmm, engkau sendiri yang
mengatakan, bahwa engkau tidak memiliki kepandaian
yang tidak berarti, mengapa engkau begitu tembereng ingin
memakai gelaran sebagai Guru Besar?"
Tat Mo Cauwsu tersenyum. "Tentu saja Loceng tidak
bisa mencegah sebutan itu daripada sahabat di dalam rimba
persilatan, itulah menjadi hak mereka. Yang terpenting,
Loceng belum pernah mengucapkan dan mengemukakan
bahwa Loceng adalah seorang Guru Besar...."
Mendengar bantahan Tat Mo Cauwsu. walaupun
diucapkan oleh si pendeta dengan sikap yang sabar sekali,
toh Kwee Kwek Kweng telah muka bukan main. "Hemmm,
jadi dengan demikian tetap saja engkau ingin menyatakan
bahwa engkau pantas menerima sebutan sebagai Guru
Besar dalam rimba persilatan di daratan Tionggoan?"
Saat bertanya begitu, sinar mata Kwee Kwek Kweng
sangat tajam sekali. 585 Tat Mo Cauwsu tersenyum, katanya: "Tuan,
sesungguhnya didalam dunia ini tidak ada yang sempurna.
Dan karena pengertian seperti itu, sebenarnya Loceng
memang tidak berani mampergunakan kata2 dengan
sebutan sebagai Guru Besar Jika memang tuan merasa
keberatan, baikah. Memang Loceng pun tidak lama lagi
akan meninggalkan daratan Tionggoan ini, buat kembali ke
India. Dengan demikian, jelas rasa keberatan tuan akan
selesai dengan sendirinya"
Akan tetapi Kwee Kwek Kweng menggeleng. "Tidak
bisa, Tidak bisa. Mana boleh begitu enak kau berlalu" Kau
telah berani mempergunakan gelaran sebagai seorang Guru
Besar, karena dari itu, engkau harus melayani diriku dulu"
Dan setelah berkata begitu, tanpa sungkan-sungkan lagi,
dan tanpa menanti akan jawaban dari Tat Mo Cauwsu,
Kwee Kwek Kweng telah melompat dengan gerakan yang
sangat ringan. Dia bukan melompat maju, tanpa memberitahukan dulu
dengan peringatan bahwa dia akan menyerang, orang she
Kwee tersebut telah menggerakkan tangan kanannya, dia
menjambak pundak Tat Mo Cauwsu, dibarengi dengan
tangan kirinya yang menghantam dada si pendeta yang
menjadi cikai bakal Siau Lim Sie tersebut.
Akan tatapi Tat Mo Cauwsu bersikap tenang sekati, dia
telah berdiam diri ditempatnya tanpa berkelit, sambil
mengeropos tenaga dalamnya pada pundaknya.
Waktu itu, jari-jari tangan dari Kwee Kwek Kweng
mancengkeram kulit yang keras dan licin sekali, sehingga
cengkeramannya itu meleset.
Dengan begitu, seketika si orang she Kwee menyadari
Tat Mo Cauwsu memang bukan lawan sembarangan.
586 Kwee Kwek Kweng telah menyalurkan tenaga
Lwekangnya pada tangan kirinya yang telah meluncur ke
dada Tat Mo Cauwsu. "Bukkkkkk" tenaga serangan dari Kwee Kwek Kweng
telah mengenai sasarannya.
Dada Tat Mo Cauwsu seperti diterjang dengan martil
baja dan diwaktu si pendeta tersebut merasakan sejenak
napasnya agak sesak, akan tetapi toh dia masih tidak
mengalami kekurangan apapun juga hanya tubuhnya
bergoyang sedikit saja. Sedangkan Kwee Kwek Kweng telah mengeluarkan
seruan tertahan dan telah melompat mundur. Kemudian dia
mengempos semangatnya lagi, dan telah menyerang beruntun beberapa kali.
Si pendeta sendiri mengerutkan alisnya, ia melihat cara
memukul dari lawannya, baik tenaga dalamnya, baik tenaga
dalamnya, semuanya berbau sesat, disamping itu, juga
kelihatan sangat telengas sekali.
"Hemmm, dia disebut oleh Thian San Cit Kiam sebagai
datuk iblis didalam rimba persilatan. Dilihat dari
kepandaian yang dimilikinya memang dia pantas
memperoleh keduduk an seperti itu. Akan tetapi orang
seperti dia jika dibiarkan tentu bisa membahayakan orang
banyak. Karena dari itu, orang seperti dia harus dipunahkan
kesesatannya" Setelah berpikir seperti itu, Tat Mo Cauwsu Jalu
berkata: "Jika memang tuan ingin mencoba kepandaian
Loceng, baiklah, dengan terpaksa Loceng menerima ajakan
tuan untuk main2 beberapa jurus"
Kwee Kwek Kweng tidak banyak bicara lagi, dia telah
berkata dengan suara yang keras mengandung kemurkaan,


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

587 dimana tubuhnya juga mencelat gesit sekali. "Baik,
terimalah ini" Berbareng dengan bentakannya itu, segera juga tangan
Kwee Kwek Kweng telah bergerak menghantam.
Gerakan yang dilakukannya bukan serangan biasa,
karena kedua tangannya yang digerakkan secara lambat itu,
mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat dahsyat.
Diarrtara berkesiur-in angin serangan tersa bac, terlihat
betapa Tat Mo Cauwsu disekeli-tingnya terkurung angin
serangan dari Kwee Kwek Kwen^ karena sepasang tangan
dari Orang sbe Kwee tersebut bagaikan telah bero t?h
meujadi sepuluh pasang. Akan tetapi Tat Mo Cauwsu tetap bersikap tenang
ditempatnya, dia sama sekali tidak bergerak.
Hanya saja sejak tadi memang dia telah mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya, dengan mana dia telah
menyalurkan kepada kedua telapak tangannya. Diantara
berkesiuran angin seringan lawannya, dia telah
mengeluarkan ucapan memuji akan kebesaran Sang
Buddha, kemudian tangannya dipentang.
Luar biasa sekali. Semula tenaga serangan dari orang
she Kwee itu bagaikan mengurung diri Tat Mo Cauwsu.
akan tetapi waktu pendeta itu mementang sepasang
tangannya, maka tenaga serangan dari orang she Kwee
tersebut telah dapat dihalaunya.
Malah tanpa membuang kesempatan tersebut, Tat Mo
Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya seperti tengah
memberi hormat. Memang dasarnya dia seorang Guru Besar yang
memiliki kepandaian telah sempurna, dengan sendirinya
588 walaupun menyerang dari jarak jauh, akan tetapi tenaga
serangannya hebat sangat luar biasa.
Kwee Kwek Kweng sebenarnya waktu itu tengah
bermaksud menerjang lagi dan melihat Tat Mo Cauwsu
merangkapkan sepasang tangannya seperti tengah memberi
hormat, dia menduga si pendeta ingin meminta padanya
supaya menghentikan pertempuran tersebut. Namun justru
yang membuat Kwee Kwek Kweng jadi terkejut dan
hatinya terkesiap, dia merasakan terjangan tenaga yang
kuat sekali, membuatnya kaget tak terkira, karena diluar
dugaannya dia terkena desakan yang begitu hebat.
Beruntung baginya telah memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, cepat sekali ia bisa mengerahkan tenaga
dalamnya pada kedua kakinya, memasang kuda2 yang kuat
dan memapak tenaga desakan tangan Tat Mo Cauwsu.
"Omitohud" berseru Tat Mo Cauwsu memuji kebesaran
Sang Buddha, lalu tangannya telah dikibaskan, dari kedua
telapak tangannya mengalirlah lagi suatu kekuatan tenaga
dalam yang membuat Kwee Kwek Kweng tidak bisa
mempertahankan dirinya lagi, karena tenaga serangan
tersebut lebih kuat beberapa kali lipat dari sebelumnya.
Tak ampun lagi tubuh Kwee Kwek Kweag terpental
melayang ke tengah udara.
Dan dalam kesempatan itulah Tat Mo Gi uwsu
menjejakkan sepasang kakinya, dia melompat akan
mencekal pergelangan tangan orang she Kwee, sebab dia
bermaksud akan rnsncekal jalan darah Mie-tiang-hiatnya
orang she Kwee tersebut. Perlu diketahui, jika jalan darah Mie-tiang-hiat
seseorang terkena cekalan yang kuat niscaya seluruh tenaga
dalam yang telah dilatihnya banyak tahun, akan punah
sendirinya. 589 Memang menjadi maksud Tat Mo Cauwsu yang ingin
memunahkan tenaga dalam dari lawannya tersebut, yang
dilihatnya orang she Kwee tersebut selain memiliki ilmu
yang sesat, juga dia sangat telengas sekali.
Akan tetapi siapa sangka, Kwee Kwek Kweng walaupun
tengah dalam keadaan terpental seperti itu, dia tetap berlaku
sangat waspada. Ia mengetahui bahwa Tat Mo Cauwsu
bermaksud mencekal pergelangan tangannya dengan tujuan
memijit jalan darah Mie-tiang-hiatnya, karena dari itu, tidak
menanti sampai tangan Tat Mo Cauwsu tiba, Kwee Kwek
Kweng mendahului menyerang dengan kedua telapak
tangannya Waktu itu tubuh Kwee Kwek Kweng masih berada di
tengah udara, akan tetapi karena terjangan tenaga
pukulannya, tubuhnya meluncur lebih jauh terpisah dari Tat
Mo Cauwsu. Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendiri telah terkejut, karena
tiba2 sekali lawannya menyerang seperti itu. Namun
sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian sempurna,
Tat Mo Cauwsu tidak mengelak sama sekali, dia
mernbiarkan pukulan lawannya jatuh di dadanya.
"Dukkk" kuat sekali tenaga pukulan dari orang she
Kwee tersebut. Murid-murid Siauw Lim Sie yang menyaksikan hal itu,
terutama sekali Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Taisu atau
sekarang yang lebih dikenal dengan sebutan Sin Kong
Siansu, mengeluarkan seruan tertahan dan melompat
mendekati Tat Mo Cauwsu, Waktu melihat Guru Besar tersebut tidak kurang suatu
apapun, barulah mereka tenang kembali.
590 Sedangkan Tat Mo Cauwsu mengibaskan tangan
kanannya, memberi isyarat kepada murid-muridnya agar
segera mundur kembali tidak perlu mencampuri urusannya
itu. Diantara berkesiuran angin serangan dan Kwee Kwek
Kweng tadi, sebenarnya Tat Mo Cauwsu telah
mengerahkan tenaga dalamnya yang disalurkan kepada
dadanya. Dengan begitu, walaupun tubuhnya tergempur hebat,
toh dadanya sepenti dilapisi besi.
Kwee Kwek Kweng sendiri telah berhasil berdiri diatas
kedua kakinya, rupanya dia sangat penasaran sekali.
Dengan mengeluarkan suara seman yang sangat bengis,
tubuhnya telah menerjang lagi dengan pukulan yang bisa
mematikan. Sebagai datuk dari golongan sesat, tentu saja Kwee
Kwek Kweng memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Sekarang dia pun memang tengah penasaran sekali,
karenanya dia telah menyerang dengan pukulan yang tidak
tanggung-tanggung Hebat sekali serangan Kwee Kwek Kweng sekali ini, dia
seperti juga ingin mengadu jiwa.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu sendi yang menyaksikan
sikap nekad musuhnya, telah tersenyum sabar. "Janganlah
berlaku nekad seperti itu, karena akan membawa kerugian
buat Siecu sendiri" kata Tat Mo Cauwsu dengan suara yang
sabar sekali. Diwaktu itu, antara desiran angin serangan Kwee Kwek
Kweng, Tat Mo Cauwsu menyambuti pula pukulan
musuhnya dengan dadanya, yang mengenai telak sekali.
591 "Buukk" tenaga pukulan tersebut jauh lebih kuat dari
pada serangan yang dilakukan oleh Kwee Kwek Kweng
tadi, akan tetapi Tat Mo Cauwsu tetap saja berhasil
menerima serangan itu dengan bibir tersenyum lebar.
Rupanya Tat Mo Cauwsu memasang dadanya untuk
dijadikan sasaran dari pukulan Kwee Kwek Kweng dengan
maksud tertentu. Begitu tangan Kwee Kwek Kweng
mengenai dadanya, gesit dan sebat sekali Tat Mo Cauwsu
mengulurkan tangan kanannya, tahu2 pendeta sakti Siauw
Lim Sie itu telah mengulurkan tangan kanannya dan dia
berhasil mencekal pergelangan tangan lawannya.
Kwee Kwek Kweng terkejut bukan main, karena justeru
jalan darah Mie-tiang-hiat-nya yang telah kena ditangkap.
Dia segera mengerahkan tenaganya, guna memberikan
perlawanan. Akan tetapi ternyata sudah terlambat. Karena diwaktu
itu Tat Mo Cauwsu telah lebih dulu memijitnya, seketika
tubuh Kwee Kwek Kweng telah lenyap dan tubuhnya lemas
lunglai tidak bertenaga lagi rubuh ditanah. Sedangkan Tat
Mo Cauwsu telah melepaskan cekalannya, sambil cepat2
merangkapkan sepasang tangannya, dia bilang: "Maaf Maaf
terpaksa Loceng mengambil tindakan seperti ini. Maaf
sekali lagi Loceng minta maaf"
Ternyata seluruh kekuatan sinkang yang dimiliki Kwee
Kwek Kweng telah dipunahkan oleh pendeta Siauw Lim
Sie ini -o0od0wo0o- 592 PENUTUP Muka Kwee Kwek Kweng tampak pucat pias, karena ia
menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya. Disamping
tenaga dalamnya telah dipunahkan, seumur hidupnya akan
menjadi manusia lemah dan tak berguna.
Ilmu silatnya yang tinggi, akan tetapi tanpa disertai
kekuatan sinkang buat mengimbanginya, tentu tidak
memiliki arti apa2 lagi, dengan begitu akan sia2 belaka she
Kweng itu memiliki kepandaian yang tinggi, dimana tak
mungkin dia bisa menghadapi musuh tangguh.
Sedang murid2 Siauw Lim Sie yang melihat Cauwsuya
mereka berhasil merubuhkan orang she Kwee dan telah
memunahkan seluruh kekuatan tenaga dalam lawannya itu,
diam2 mereka telah menghela napas lega.
Thian San Cit Kiam bertujuh telah memandang tertegun
dengan sinar mata kagum. Sedangkan disaat itu, salah seorang Thian San Cit Kiam
yang mengenakan baju warna hijau telah berseru: "Luar
biasa.... Luar biasa hebat!"
Tat Mo Cauwsu sendiri telah menghela napas dalam2,
katanya: "Maafkan Loceng mengambil tindakan yang agak
keras seperti ini demi kebaikan Siecu juga. Jika memang
sekarang Siecu sudah tak ada urusan, silahkan siecu
meninggalkan tempat ini, kami sama sekali bermaksud
hendak mempersulit tuan"
Waktu berkata begitu, suara Tat Mo Cauwsu angat
sabar sekali, sikapnya juga sangat tenang dan ramah sekali,
lemah lembut Muka Kwee Kwek Kweng berobah merah padam
kemudian beralih menjadi pucat. "Hemmm, terima kasih
atas petunjukmu. Akan tetapi aku tentu tidak akan
593 melupakan budi kebaikanmu ini. Suatu saat kelak aku tentu
akan datang buat meminta pengajaran pula dari kau. Jika
memang nasibku tidak sebagus itu dan aku gagal buat
melatih diri, biarlah kelak muridku yang akan mencari
kemari. Dengarlah baik2, untuk selanjutnya, murid maupun
cucu muridku, tentu akan memiliki permusuhan yang
mendalam dengan Siauw Lim Sie"
Setelah berkata begitu dengan diliputi kegusaran yang
sangat, Kwee Kwek Kweng memutar tubuhnya, dengan
langkah kaki gontai ia telah berlalu meninggalkan Siauw
Lim Sie. Sedangkan Thian San Cit Kiam sendiri juga cepat2
membungkuk memberi hormat kepada Tat Mo Cauwsu
buat minta diri, karena merekapun bermaksud berlalu.
Tat Mo Cauwsu tidak coba menahan mereka
"Benar2 kami kagum sekali, beru kali ini kami
menyaksikan pertunjukan yang demikian baik, dimana
seseorang bisa memiliki kepandaian yang demikian
sempurna" memuji beberapa orang diantara mereka.
Sedangkan Thian San Cit Kiam telah memutar tubuh
mereka. Si pendeta memberi isyarat kepada Sam Liu Taisu
agar pergi mengantarkan tamu.
Cepat sekali Sam Liu Taisu mengiringi ketujuh tamu
tidak diundang yang telah jadi pecundang keluar dari pintu
kuil, dimana Sam Liu Taisu mengantarkan keberangkatan
mereka Setelah semuanya berlalu, Tat Mo Cauwsu menghela
napasnya dalam-dalam. Memang selama tahun2 belakangan ini, Siauw Lim Sie
selalu dilanda badai dan gangguan dari jago-jago daratan
Tionggoan. 594 Beruntung saja memang Tat Mo Cauwsu memiliki
kepandaian yang benar2 sangat tinggi, dengan begitu pula
dia bisa menghadapi semua gangguan tersebut.
Dan Tat Mo Cauwsu pun yakin, badai2 yang akan
melanda Siauw Lim Sie jelas tidak, hanya habis sampai
disitu saja, sedikitnya gangguan itu tetap ada. Akan tetapi
Tat Mo Cauwsu pun yakin bahwa Sam Liu Taisu maupun
Sin Kong Siansu tentu akan dapat menguasai semuanya itu.
Kembali Tat Mo Cauwsu telah menghela napas, lalu
masuk ke ruangan dalam, untuk segera memberikan
petunjuk kepada murid2nya sebelum keberangkatannya ke
India. -o0od0wo0o SEBULAN tepat sejak diangkatnya Sin Kong Siansu
menjadi Ciangbunjin Siauw Lim Sie Tat Mo Cauwsu telah
berpisah dengan murid2 meninggalkan kuil Siauw Lim Sie.
Banyak murid2 Siauw Lim Sie yang merengek minta
agar mereka diijinkan mengantarkan Guru Besar mereka
sampai di perbatasan daratan Tionggoan dengan Sinkiang.
akan tetapi permintaan itu telah ditolak oleh Tat MoCauwsu.
Dan setelah murid2 itu, menjalankan penghormatan
besar untuk perpisahan guru besar mereka, Tat Mo Cauwsu
pun berangkat dengan hanya membawa beberapa perangkat
pakaian kependetaannya. Sin Kong Siansu lelah dipesannya berulang kali oleh Tat
Mo Cauwsu, agar benar2 memajukan pintu perguruan yang
telah dibangun oleh Guru Besar tersebut.
595 Sedang Sin Kong Siansu sendiri telah bersumpah, mati
hidupnya akan dipertaruhkan untuk nama baik Siauw Lim
Sie. Sedangkan Sam Liu Taisu sendiri sambil menitikan air


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata telah berkata kepada Guru Besar itu: "Jika memang
Suhu masih memiliki kesempatan, sudilah kiranya Suhu barang sejenak sudi menengok kami"
"Ya, semoga saja kita masih sempat bertemu"
Dan setelah berkata begitu, si pendeta telah menjejakkan
kakinya ke tanah. Tubuhnya .seperti gumpalan asap, telah
mencelat ringan sekali, dia telah berlalu dari depan kuil
Siauw Lim Sie Dalam waktu yang singkat, murid2nya su. dah tak bisa
melihat bayangannya. Sedangkan Sam Liu Taisu dan Sin Kong Siansu maupun
murid2 Siauw Lim Sie lainnya terah menyusut air mata.
Perpisahan mereka dengan guru besar tersebut benar2
terasa berat buat mereka semua.
Sedangkan Sin Kong Siansu sendiri telah bersumpah
didalam hatinya tidak akan mengecewakan harapan
gurunya, dimana dia benar2 akan berusaha memajukan
pintu perguruannya Dalam sejarah rimba persilatan yang pernah ada di
daratan Tionggoan, justeru kelak Sin Kong Taisu
merupakan tokoh cemerlang yang berhasil menciptakan
"Cap-peh-lo-han-kun" yang diciptakannya lewat patung2
arhad Walaupun memang intisari ilmu tersebut hasil ciptaan
dari Tat Mo Cauwsu, akan tetapi toh Sin Kong Taisu telah
berhasil menyempurnakan ilmu tersebut lebih baik,
596 sehingga dikenal oleh semua jago rimba persilatan di
daratan Tionggoan sebagai satu2nya ilmu silat yang paling
tangguh. Sampai disinilah kisah "Badai Di Siauw Lim Sie"
TAMAT -o0od0wo0o- 597 Kadal Bunting 1 Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo Tawaran Proposal 3

Cari Blog Ini