Ceritasilat Novel Online

Keris Tumbal Wilayuda 2

Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda Bagian 2


menyangsrang di papan loteng sedang yang satu lagi jatuh bergedebukan ke lantai.
Tubuh keduanya merah matang laksana daging panggang!
Pengemis Kaki Pincang tahan nafas. "Pukulan kipas merah," membatin ketua
Pengemis Darah Hitam ini sedang Pengemis Mata Buta meskipun tidak dapat melihat namun
perasaannya Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
yang tajam serta pendengarannya yang luar biasa, diam-diam juga mengetahui ilmu
pukulan apa yang telah dilepaskan lawan!
Ruangan itu sehening di kuburan.
Sekali lagi Iblis Pencabut Sukma menengadah dan keluarkan suara tertawa
bekakakan. Dari arah pintu melangkah enteng seorang anggota Perkumpulan Pengemis Darah
Hitam. Tubuhnya tinggi kekar. Tampangnya seram. Kumis dan janggutnya tajam
meranggas sedang salah satu matanya picak.
"Para Ketua, izinkan aku si Mata Picak membuat perhitungan dengan manusia itu!".
Baik Pengemis Kaki Pincang maupun Pengemis Mata Buta sama-sama manggutkan
kepala. Mata Picak adalah anggota yang paling tinggi ilmunya dan mempunyai
kelihayan dalam memainkan senjata rahasia "paku darah hitam". Karena itu Ketua-ketua
Perkumpulan pengemis Darah Hitam sama mempercayakan bahwa anggota mereka yang berilmu tinggi
ini sanggup mengalahkan lawan yang tangguh itu.
Mata Picak putar tubuh menghadapi Iblis Pencabut Sukma.
"Iblis Pencabut Sukma," dia berkata, "aku Pengemis Mata Picak mohon diberi
beberapa jurus Relajaran dari kau!"
"Aha... Mata Picak, kau punya peradatan sedikit. Bagus aku ampunkan jiwamu! Tapi
lekas korek kau punya biji mata lalu tinggalkan, tempat ini!"
Gigi-gigi dan geraham Pengemis Mata Picak bergemeletakan. "Kepongahanmu setinggi
langit Iblis Pencabut Sukma. Tapi apa kau kira kau punya nyawa rangkap!".
lblis Pencabut Sukma tertawa bergelak.
"Dikasih keampunan malah menantang!"
"Sudahlah! Tiada guna bicara panjang lebar padamu! Mulailah!".
-- == 0O0 == -SEMBILAN "KARENA kau yang minta dikirim keakhirat, maka kau mulailah lebih dulu, Mata
Picak!" kata Iblis Pencabut Sukma dengan jumawa.
Mendengar ini Pengemis Mata Picak tidak sungkan-sungkan lagi. Laksana terbang,
tubuhnya melesat ke muka. Empat tendangan menderu, enam pukulan membadai!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Diam-diam Iblis Pencabut Sukma terkejut juga melihat kehebatan lawan yang satu
ini. Dia membentak garang dan berkelebat cepat. Tubuhnyapun lenyap! Kelebatan
tubuhnya mengeluarkan angin deras yang membendung keseluruhan serangan lawan. Penuh
penasaran Pengemis Mata Picak keruk saku bajunya yang bertambal-tambal.
"Lihat paku!" serunya.
Dua belas buah paku hitam yang beracun melesat menyerang dua belas bagian tubuh
Iblis Pencabut Nyawa. Manusia berkerudung ini menggerung dan kebutkan kedua
tangannya. Maka terdengarlah jeritan Pengemis Mata Picak. Enam dari paku darah hitamnya
yang beracun berbalik dan menembus tubuhnya sedang enam lainnya mental ke loteng!
Terbeliaklah mata Pengemis Kaki Pincang dan anggota-anggota Perkumpulan lainnya
yang masih hidup sedang Pengemis Mata Buta yang tidak punya mata kelihatan
wajahnya mengkerut tegang.
"Iblis Pencabut Sukma," buka suara Pengemis Mata Buta. "Kita sama-sama satu
golongan hitam. Antara pihakku dan pihakmu tiada permusuhan. Mengapa turun
tangan sampai seganas ini...."!"
"Ah, aku bosan mendengar bicaramu yang itu ke itu juga! Walau bagaimanapun aku
tidak sudi disama ratakan satu golongan dengan kau! Aku beri waktu lima kejapan
mata bagimu dan rekanmu si pincang untuk merenung dan memenuhi permintaanku..."
Lima kejapan matapun lewat dalam suasana hening tegang.
"Kalian manusia-manusia keras kepala dan dogol geblek!" bentak Iblis Pencabut
Sukma, "Lihat ini!"
Sepasang tangannya terpentang ke muka dan dua larik sinar merah yang menyeruak
seperti kipas menggebubu ke arah tiga belas orang anggota Perkumpulan Pengemis
Darah Hitam. Pengemis Kaki Pincang dan Pengemis Mata Buta terkejut. Buru-buru keduanya
hantamkan tangan untuk memapasi namun luput! Di seberang sana tiga belas anggota
Perkumpulan Pengemis Darah Hitam mencelat ke dinding dan jatuh bertumpukan tanpa
nyawa. Tubuh mereka matang merah laksana dipanggang!
Maka murkalah kedua pucuk pimpinan perkumpulan Pengemis Darah Hitam. Keduanya
maju berbarengan.
"He... he, dua tokoh silat yang katanya lihay dan terkenal nyatanya hanya namanama kosong belaka, menyerang main keroyok!," kata Iblis Pencabut Sukma dengan suara
lantang. Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Pengemis Mata Buta, meskipun tokoh silat jahat golongan hitam, tapi mendengar
ini segera bersurut mundur dan berkata . "Saudara Pengemis Kaki Pincang, bereskan
biang malapetaka ini!".
"Tak usah khawatir, Saudara Mata Buta," menyahut Pengemis Kaki Pincang. "Tapi
aku tidak begitu senang maenghadapi manusia yang sembunyikan muka dibalik
kerudung!".
Habis berkata begini, dengan keluarkan jurus "garuda sakti," maka berkelebatlah
Pengemis Kaki Pincang. Demikian cepat gerakannya sehingga tak terduga sama
sekali oleh Iblis Pencabut Sukma.
"Sreet" !
Maka robek dan tanggallah kerudung merah Iblis Pencabut Sukma! Dan terkejutlah
Pengemis Kaki Pincang. Muka Iblis Pencabut Sukma nyatanya benar-benar
menyeramkan seperti iblis. Keseluruhan mukanya hancur oleh bopeng-bopeng yang besar-besar
(bopeng = burik). Kedua matanya sangat besar dan menjorok ke muka serta jereng (juling).
Hidungnya hampir sebesar telapak tangan dan pesek lebar menutupi pipinya yang cekung.
Bibirnya sangat
tebal dan tak bisa dikatupkan sehingga kelihatanlah gigi-giginya yang besarbesar dan busuk!
Kejut Pengemis Kaki Pincang hanya seketika. Menyusul terdengar suara tertawanya
membahak. "Aha... kiranya Iblis Pencabut Sukma bermuka terlalu buruk, lebih
buruk dari iblis
sungguhan! Pantas sembunyikan muka dibalik kerudung!".
Iblis Pencabut Sukma mendongak ke atas. Hidungnya keluarkan suara mendengus.
"Jangan harap kau bisa selamat dalam tiga jurus, setan alas!," bentaknya.
Dan disaat itu Pengemis Kaki Pincang sudah melayang sebat ke mukanya. Dua tangan
terpentang kemudian membuat enam serangan beruntun yang disusul oleh empat
tendangan dahsyat! Iblis Pencabut Sukma mengaum macam harimau lapar. Sekali dia berkelebat maka
lenyaplah tubuhnya dan pada sekejapan mata kemudian sinar merah berbentuk kipas
menggelombang menyerang Pengemis Kaki Pincang.
"Saudara Kaki Pincang! Hati-hatilah....!". memperingatkan Pengemis Mata Buta.
"Ah, cuma pukulan picisan begini siapa yang takut!" sahut Pengemis Kaki Piricang
seraya lompat tiga tombak ke atas. Serangan lawan berhasil dielakkan oleh
Pengemis Kaki Pincang. Dengan geram Iblis Pencabut Sukma lompatkan diri pula ke udara seraya
lancarkan jurus "menendang langit menjungkir awan". Karena jurus ini mempergunakan lebih
dari setengah bagian tenaga dalamnya, maka tak ampun Pengemis Kaki Pincang mencelat
ke atas panglari (loteng). Loteng bobol! Beringas sekali, sesudah berhasil lepaskan diri
dari jepitan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
papan-papan loteng, Pengemis Kaki Pincang cabut pipa besarnya dari balik pakaian
yang bertambal-tambal! Sekali menyedot, sekali menghembus maka melesatlah asap pipa
yang pekat kelabu dan mengandung racun ganas!
"Ilmu rongsokan macam ini tak perlu dipertontonkan padaku, Kaki Pincang!," ejek
Iblis Pencabut Sukma. Tangan kanannya diangkat ke atas lalu ditarik ke belakang!
Pukulan pencabut
sukma! Pengemis Kaki Pincang dengan cepat kerahkan tenaga dalamnya. Tapi apa
daya. Dia tak bisa selamatkan diri. Isi perutnya serasa dibetot, nafasnya serasa disedot
dan "puah...!".
Pengemis Kaki Pincang muntah darah. Laksana daun kering tubuhnya yang tak
bernyawa itu melayang ke bawah dan terhampar di lantai! Perkataan Iblis Pencabut
Sukma yang menyatakan bahwa dia akan membunuh lawan dalam tiga jurus, kini terbukti!
Dengan tengadahkan mukanya yang seram itu Iblis Pencabut Sukma tertawa panjang
laksana serigala lapar di malam buta!
Mengkerutlah wajah Pengemis Mata Buta.
Urat-urat lehernya menggelembung. Pelipisnya bergerak-gerak sedang rahangrahangnya bertonjolan. "Pengemis Mata Buta, hanya kau yang tinggal kini! Apa masih
berkeras kepala untuk
tidak mau serahkan apa yang kuminta..."!".
Pengemis Mata Buta rangkapkan tangan di muka dada. Kehebatan Iblis Pencabut
Sukma memang luar biasa. Setelah merenung sejenak maka buka suaralah dia.
"Iblis Pencabut Sukma, sekalipun kau punya tiga kepala enam tangan, jangan harap
aku tidak bernyali untuk melawanmu. Juga jangan harap aku akan kabulkan permintaan
gilamu!" "Akh... kalau begitu kasihan sekali! Perkumpulan Pengemis Darah Hitam rupanya
sudah ditakdirkan para iblis musti musnah hari ini!".
"Perkumpulan Pengemis Darah Hitam tidak musnah! Sebaiknya bersiaplah untuk
menghadap setan neraka, manusia iblis! Manusia iblis macammu memang tempatnya
pantas di neraka!". Habis berkata demikian maka Pengemis Mata Buta masukkan tangan kanan ke balik
jubah bertambal-tambalnya. Begitu tangan keluar maka bergemerlaplah sinar hitam
sebilah pedang.
Tergetar juga Iblis Pencabut Sukma melihat sinar senjata ini.
"Jika kau punya senjata bagusnya lekas dikeluarkan, Iblis!" berkata Pengemis
Mata Buta. "Untuk menghadapi manusia buta macam kau, perlu apa pakai senjata segala"!
Majulah, tanganku
sudah gatal-gatal untuk mencabut nyawamu!".
"Jangan mimpi Iblis!" bentak Pengemis Mata Buta. Sekali dia melompat ke muka
maka berkiblatlah taburan sinar hitam dari sambaran pedangnya!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Dan... "Plak"
Tubuh Iblis Pencabut Sukma terdorong beberapa langkah kebelakang!
Terkejutlah Pengemis Mata Buta ketika mengetahui bahwa lawannya tidak mendapat
satu celaka apapun akibat ilmu pukulan "telapak tangan minta sedekah" yang sangat
diandalkannya itu,
padahal dalam ilmu pukulan ini dia sudah melatih diri sampai sepuluh tahun!
Rasa terkejut dan kecewa melihat pukulannya hampa belaka membuat dalam kejapan
itu Pengemis Mata Buta menjadi sedikit lengah. Dan kesempatan ini tiada disia-siakan
oleh lawan. Iblis Pencabut Sukma kirimkan satu tendangan ke perut lawan. Tak ampun lagi
Pengemis Mata Buta jatuh duduk terkapar di lantai. Belum lagi dia sempat bangun maka
lawan sudah gerakkan tangan lancarkan pukulan "pencabut sukma"!
Pengemis Mata Buta merasakan adanya kekuatan dahsyat yang menyedot tubuhnya,
segera dia buang diri ke samping. Tapi kasip. Perutnya terbetot menggelegak. Darah
segar menyembur
dari mulut. Tubuhnya kelojotan seketika. Sebelum meregang nyawa, manusia ini
masih bisa keruk
saku jubahnya dan lemparkan selusin paku darah hitam ke arah lawan. Ini tiada
artinya bagi Iblis
Pencabut Sukma. Dengan satu kebutan lengan baju maka mentallah paku-paku beracun
itu! Selama beberapa ketika terdengarlah suara tertavva Iblis Pencabut Sukma. Tertawa
yang membuat kedua matanya yang juling menjadi basah oleh air mata.
Manusia bermuka seram bopeng ini kemudian membungkuk di hadapan Pengemis Mata
Buta. Tangannya menggeledah di balik jubah bertambal-tambal mencari keris Tumbal
Wilayuda. Bila bertemu segera diselipkan dibalik pinggangnya. Kemudian dia
melangkah ke hadapan sosok tubuh Anjarsari yang saat itu tiada sadarkan diri karena telah
ditotok jalan darahnya sewaktu dilarikan oleh Lah Simpong.
Iblis Pencabut Sukma memandang dengan mata berkilat-kilat ke tubuh Anjarsari
yang pakaiannya berada dalam keadaan tak menentu. Dia menyeringai penuh arti.
Dibelainya pipi
gadis itu. Betapa lembut dan halusnya. Dirabanya dadanya. Menggeletar tubuh
Iblis Pencabut Sukma. Kalau tidak ingat bahwa dia musti lekas-lekas meninggalkan tempat itu
maulah dia mengikuti segala lampiasan nafsunya. Dipanggulnya tubuh gadis itu di bahu kiri
kemudian dia

Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melangkah ke hadapan Sultan yang terbujur di lantai dan juga dalam keadaan tak
berdaya karena ditotok.
Sewaktu Iblis Pencabut Jiwa membungkuk pula untuk mengempit tubuh Sultan, tibatiba berkelebatlah sesosok bayangan biru dan tahu-tahu tubuh Sultan disambar
lalu dibawa lari!
Kejut Iblis Pencabut Sukma tentu saja tiada terlukiskan.
"Kurang ajar! Hai, berhenti!" teriaknya memerintah.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Tapi bayangan biru itu terus kabur tancap gas. Dengan geram Iblis Pencabut Sukma
lemparkan tiga puluh jarum merah ke arah simanusia berjubah biru. Yang diserang,
tanpa menoleh lambaikan tangan kirinya. Ketiga puluh jarum merah itupun mental laksana
disapu topan! Iblis Pencabut Sukma angkat kaki coba mengejar. Tapi bayangan biru sudah lenyap.
"Setan alas," memaki dia. "pasti perempuan laknat itu lagi!".
-- == 0O0 == -SEPULUH LARINYA manusia berjubah biru itu sangat cepat sekali laksana angin. Sampai di
satu puncak bukit, dia berhenti dan lepaskan totokan di tubuh Sultan. Begitu siuman
Sultan tentu saja sangat terkejut mendapatkan dirinya dikempit oleh seseorang. Ketika dia
coba meneliti paras orang itu ternyata dia mengenakan kerudung biru. Bau tubuhnya harum
semerbak, seharum bunga melati yang tengah mekar diambang senja! Sultan merenung sejurus.
Otaknya berputar mengingat apa yang telah terjadi atas dirinya sebelumnya. Kemudian
dicobanya melepaskan diri dari kempitan manusia jubah biru itu untuk turun ke tanah. Tapi
bagaimanapun kerasnya dia gerakkan badan, tetap saja dia tiada sanggup lepaskan diri.
"Saudara, kau siapakah"," bertanya Sultan.
Orang itu tiada menyahut melainkan menjelajahi seantero kaki bukit dengan
sepasang matanya yang bening.
"Saudara, kau tentu orang yang telah menolong aku. Tapi siapakah engkau adanya"
Mohon agar diriku diturunkan," berkata Sultan Hasanuddin. Orang itu tetap tak
menyahut. Kemudian dia berkelebat lagi dan tubuhnya lari lagi laksana angin ke arah
sebelah timur. "Saudara, jika kau tak terangkan siapa kau, tidak menjadi apa. Tapi aku mohon
agar diturunkan," berkata Sultan setelah dirinya diajak lari kira-kira setengah jam
lamanya. Si jubah biru lari terus.
Dengan rasa penasaran Sultan berkata. "Jika kau tidak mau turunkan aku, terpaksa
aku berlaku kasar terhadapmu!."
Namun si jubah biru berkerudung biru tetap tak perdulikan ucapan yang mengancam
itu. Maka Sultanpun gerakkan tangan kanannya untuk menyikut pinggang manusia jubah
biru itu. Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Tapi anehnya berkali-kali dia lakukan hal itu maka tak satu hantaman sikunyapun
yang berhasil mengenai sasarannya.
"Pasti ini manusia sakti luar bisa!" membathin Sultan Hasanuddin. "Saudara, aku
ini mau dibawa ke mana?" bertanya pula Sultan.
Agaknya manusia berkerudung kain habis kesabarannya karena ditanya terus
menerus. "Kau terlalu cerewet, lihat sajalah!".
"Heh..."!"
Sultan menjadi kaget. Betapa tidak karena orang yang membawa larinya itu
ternyata adalah seorang perempuan! Meski suaranya agak membentak namun kemerduannya tiada
sirna. "Pantas badannya berbau harum..," kata Sultan dalam hati. Dan bila dia menyadari
bahwa dirinya di kempit dan dibawa lari demikian rupa tentu saja Sultan menjadi malu dan tidak
enak. Dia me- ronta-ronta lagi. Tapi tetap tak berhasil.
Mereka kemudian memasuki sebuah rimba belantara. Di tengah rimba belantara ini
terdapat sebuah goa dan ke dalam goa itulah si kerudung biru membawa Sultan.
Ternyata di dalam goa tiada beda terangnya dengan udara di luar. Gua ini panjang dan
mempunyai beberapa
lorong yang bercabang-cabang, dan makin ke dalam makin menurun.
Akhirnya mereka berhenti di satu ruang yang berbentuk kamar empat persegi.
Disinilah baru si jubah biru melepaskan dan menurunkan Sultan. Sultan berdiri dan
memandang berkeliling. Di salah satu dinding Sultan membaca sebuah tulisan yang berbunyi GOA DEWI
KERUDUNG BI RU, Sultan jadi kaget dan memandang lekat-lekat ke paras si kerudung
biru yang hanya sepasang matanya yang bening dan berkilat saja yang kelihatan.
"Jadi saat ini aku berhadapan dengan Dewi Kerudung Biru..."," kata Sultan pelahan.
Tapi hatinya agak meragu.
Di dalam ruangan itu terdapat dua buah batu hitam. Dewi Kerudung Biru pergi
duduk ke salah satu batu lalu berpaling pada Sultan.
"Silahkan duduk Sultan," katanya mempersilahkan.
"Terima kasih," Sultan duduk. "Saudari, kau belum menjawab apakah kau yang
selama ini dikenal di dunia persilatan dengan nama julukan Dewi Kerudung Biru...?".
Yang ditanya tertawa merdu berderai laksana taburan mutiara yang berjatuhan ke
ubin. "Itu tak perlu yang kau tanyakan lagi, kau sudah baca apa yang tertulis di
dinding itu, bukan?". Dalam berkata begitu sepasang matanya tiada berkesip memandangi paras
Sultan, Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Ah kalau begitu sungguh tak terduga pertemuan ini. Terima kasih atas
pertolonganmu Dewi Kerudung Biru...," kemudian sambungnya. "karena kau telah membawa aku ke
sini, tentulah kau mempunyai maksud tertentu....".
"Betul" membenarkan Dewi Kerudung Biru. "Aku tahu banyak apa yang telah terjadi
dengan dirimu...,"
"Terima kasih kalau Dewi telah mau ambil perhatian terhadap diriku. Mohon
petunjuk selanjutnya....."
"Kau harus cepat pergi ke Demak dan menemui Sultan Trenggono untuk meminta
bantuan. Kembalilah ke Banten dengan membawa sejumlah pasukan .......".
"Memang itu sudah menjadi rencanaku Dewi," kata Sultan pula.
"Ya, tapi pasukan saja tidak cukup. Parit Wulung mempunyai benggolan-benggolan
silat golongan hitam yang sakti....''.
"Mohon petunjuk dari Dewi...".
"Sebelum pergi kau harus tinggal selama satu hari di sini untuk kuturunkan
beberapa ilmu silat....". Sultan gembira sekali. "Tapi," katanya. "waktu yang sesingkat itu
apakah bisa berhasil baik"!".
"Yang penting dasar-dasarnya, kemudian baru latihannya dan terakhir
pelaksanaannya..."
Sultan mengangguk. "Aku haturkan rasa hormat terhadapmu, Dewi. Mulai hari ini
kau adalah guruku," kata Sultan pula.
Dewi Kerudung Biru geleng-gelengkan kepala. "Diriku tak perlu dihormati. Dan
kuharap kau jangan salah sangka. Kalau aku wariskan beberapa ilmu kepandaian padamu
bukan berarti aku
telah menjadi guru dan kau telah menjadi murid....".
"Jadi.....?" tanya Sultan heran.
"Semuanya adalah semata-mata untuk menolongmu, Sultan".
"Terima kasih. Aku tak akan melupakan kebaikanmu ini. Demikian juga dengan
rakyat Banten kelak. Cuma, untuk mengenang wajah penolongku, untuk mengukirnya dalam
ingatanku, bolehkah aku melihat paras aslimu, Dewi Kerudung Biru...?".
Dewi Kerudung Biru tertawa lagi seperti mutiara jatuh berderai ke lantai. Merdu
sekali suara itu membuat Sultan semakin tambah ingin untuk melihat wajah yang ada
dibalik kerudung
itu. Namun suara tertawa yang merdu itu segera lenyap ketika di mulut gua terdengar
suara ribut-*ribut. "Pasti perempuan itu telah membawa Sultan ke sini! Ayo kita selidiki ke dalam!".
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Dan sesaat kemudian empat sosok tubuh berjubah merah dan berkerudung merah
muncul di ruangan itu. Sultan terkejut sedang Dewi Kerudung Biru mendengus di balik
kerudungnya. Salah seorang dari anggota Iblis Pencabut Sukma berseru dan menunjuk ke muka.
"Lihat! Tidak salah keterangan Wakil Ketua kita Sultan bersama dia!"
Anggota Iblis Pencabut Sukma yang lain, yaitu yang berbadan tinggi langsing
melangkah ke muka. "Perempuan laknat! Lekas serahkan rnanusia itu pada kami!". .
"He... he.... berani memaki berani mampus kunyuk kerudung merah!" kata Dewi
Kerudung Biru pula. "Betina edan, kau andalkan apakah berani berkata demikian"!" membentak si tinggi
langsing. "Sebaiknya sebutkan nama masing-masing kalian! Aku tidak biasa
membunuh krocokroco tanpa tahu namanya!".
Si tinggi langsing tertawa hambar. Sambil mendongak dan tepuk-tepuk dada dia
berkata . "Namaku Siralaya. Gelarku Tangan Perenggut Jiwa....!"
"Hem..bagus... bagus. Gelaranmu boleh juga. Tapi aku anya apakah kau akan maju
seorang diri atau berempat sekaligus"!"
Merahlah muka Tangan Perenggut Jiwa.
"Perempuan sedeng, sambut seranganku ini!"
Tangan Perenggut Jiwa pukulkan tangan kanannya. Berbarengan dengan itu Dewi
Kerudung Biru dorongkan pula tangan kirinya ke depan. Si jangkung langsing
Tangan Perenggut
Jiwa terkejut ketika bagaimana angin pukulannya kena didorong oleh angin pukulan
lawan sehingga membalik menyerangnya! Cepat-cepat dia menghindar kesamping.
"Siralaya, kau minggirlah. Biar aku yang selesaikan dajal betina ini!". Anggota
Iblis Pencabut Sukma yang kedua melangkah ke muka.
"Sebutkan namamu!" bentak Dewi Kerudung Biru.
"Namaku tidak perlu. Tapi gelarku adalah Si Penggoncang Langit!".
"Ho... ooo.... gelarmu keliwatan sekali sehingga tidak cocok dengan tubuhmu yang
kontet itu! Bagusnya kau pakai gelar Kodok Buduk!" mengejek Dewi Kerudung Biru.
Mulut Si Penggoncang Langit berkemik. Sekali kedua tangannya bergerak maka dua
gelombang angin yang menggetarkan ruangan itu melesat ke arah Dewi Kerudung
Biru. Hebatnya, sang Dewi yang saat itu masih tetap duduk di atas batu keluarkan
tertawa menghina dan kebutkan tangan kanannya. Maka runtuhlah angin pukulan Si
Penggoncang Langit! Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Penasaran sekali anggota Perkompulan Iblis Pencabut Sukma ini melompat ke muka.
Dua tangan terpentang lebar dan bergerak bersamaan dalam satu gerakan yang sukar
dilihat oleh mata!
"Manusia busuk macam kau tidak pantas dekat-dekat padaku!" bentak Dewi Kerudung
Biru. Tangan kanannya memukul. Si Penggoncang Langit mencelat empat tombak
terguling di tanah, mengeluarkan suara seperti orang muntah, tapi yang keluar dari mulutnya
adalah semburan
darah segar! Dalam keadaan begini Si Penggoncang Langit segera keruk saku jubah merahnya,
keluarkan sebuah pil, menelannya dengan cepat lalu bersemedi pula dengan cepat
dalam cara yang aneh yaitu kepala ke bawah kaki ke atas!
Melihat dua kawannya dibikin kalah mentah-mentah maka majulah anggota
Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma yang ketiga. Manusia ini berbadan gemuk.
"Dewi Kerudung Biru, aku tak akan kasih tahu nama juga tak perlu sebutkan
gelaranku padamu. Tapi jika kau berpemandangan dan berpengalaman luas lihat seranganku
ini!". Sigemuk
ini menutup kata-katanya dengan gerakkan dua tangannya. Maka enam pisau terbang
merah melayang ke arah enam bagian tubuh. Dewi Kerudung Biru! Diam-diam Sultan
terkejut melihat
kehebatan serangan pisau ini. Dia khawatir kalau Dewi Kerudung Biru tak sanggup
mengelakkan keenam pisau itu sekaligus!
Tapi anehnya yang diserang ganda tertawa semerdu perindu. Pisau terbang yang
pertama ditangkapnya dengan tangan kanan. Kemudian senjata ini dipergunakannya untuk
menangkis lima pisau terbang lainnya sehingga pisau yang di tangan maupun yang
ditangkisnya patah dua
dan bermentalan!
Terbeliaklah mata keempat anggota Iblis Pencabut Sukma itu. Lebih-lebih Si Pisau
Terbang. Selama hidup baru kali ini dia melihat serangan pisau-pisau terbangnya
dihancurkan demikian rupa! Dan dalam terkejutnya itu dia melihat Dewi Kerudung Biru


Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lemparkan kuntungan
pisau kearahnya. Cepat-cepat Si Pisau Terbang berkelit tapi luput! Kuntungan
pisau masih sempat menyambar telinga kirinya. Dan putuslah daun telinga laki-laki itu!
Senjata makan tuan!
Darah berlelehan. Dewi Kerudung Biru tertawa cekikikan!
Kalap sekali maka berserulah Si Pisau Terbang. "Kawan-kawan mari kita kermus
dajal betina ini!".
Maka menyerbulah keempat anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma itu. Melihat
sang Dewi dikeroyok begitu rupa Sultan Hasanuddin tak tinggal diam. Dia
menerjang ke muka
dan lancarkan satu serangan cepat ke arah Tangan Perenggut Jiwa. Namun disaat
itu Dewi Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Kerudung Biru menyibakkan badannya kesamping dengan berkata. "Sultan, kau
tenang-tenang sajalah. Tak perlu susah-susah mengotorkan diri terhadap kroco-kroco bau tengik
ini!". Sultan merasa tidak senang. Walau bagaimanapun saktinya Si Kerudung Biru namun
pengeroyokan curang demikian rupa bertentangan dengan hati kesatrianya. Untuk
kali kedua dia hendak menyerbu kembali. Namun disaat itu, terdengar jeritan Si Penggoncang
Langit. Tubuhnya
mencelat ke atas ruangan batu. Kepalanya hancur. Belum lagi tubuh Si Penggoncang
Langit sampai ke lantai maka terdengar pekik anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma
yang kedua. Tulang dadanya melesak ke dalam, iga-iganya putus!
Si Pisau Terbang dan Tangan Perenggut Jiwa mengamuk habis-habisan. Dua puluh
jurus berlalu sangat cepat. Dalam dua puluh jurus itu keduanya terus menerus mendesak
Dewi Kerudung Biru dengan hebat. Ruangan bergoncang laksana dilanda lindu! Tiba-tiba
Dewi Kerudung Biru melengking keras. "Iblis-iblis bau kentut! Minggatlah ke neraka!".
Sepasang tangan sang Dewi yang halus tapi mengandung hawa kematian yang dahsyat
membagi serangan dalam jurus dahsyat bernama "sepasang tangan menebar maut".
Si Pisau Terbang dan Tangan Perenggut Jiwa tiada kesempatan lagi untuk mengelak.
Menangkis mereka tiada punya nyali. Menghadapi maut di depan mata ini maka
menjeritlah keduanya! Namun disaat itu pula dari luar terdengar suara menggeledek. "Manusia yang
berani menghina anggota Perkumpulan adalah korbanku yang kedua ratus!". Begitu suara
habis maka dua larik sinar merah yang panas menyembur ke arah Dewi Kerudung Biru!
-- == 0O0 == -SEBELAS SULTAN melompat ke samping untuk hindarkan sambaran sinar merah sedang Dewi
Kerudung Biru sebaliknya malah pentang kedua tangan dan mendorong ke muka.
Pertemuan yang dahsyat dari dua aliran pukulan menimbulkan goncangan yang hebat laksana dunia
ini mau kiamat!
Dewi Kerudung Biru berdiri tergontai seketika sedang lawan yang lepaskan pukulan
tadi, yang saat itu hendak masuk ke dalam goa, terdorong kembali keluar mulut goa kena
diterpa angin pukulan Dewi Kerudung Biru!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Sesaat kemudian ketika manusia yang di luar goa itu masuk ke dalam ternyata dia
adalah Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma. Di belakangnya menyusul satu lusin
anggota lainnya. Dengan marah, Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma itu membentak. "Pisau Terbang dan
Tangan Perenggut Jiwa, kalian memalukan saja tidak sanggup menghadapi betina
galak ini. Biar
aku yang jinakkan dia!".
Habis berkata begitu maka Iblis Pencabut Sukma segera lancarkan jurus "menendang
langit menjungkir awan"! Tidak sampai di situ saja maka dia susul serangan itu dengan
taburan pukulan
kipas merah! Betul-betul dua jurus yang sangat menggetarkan dan luar biasa!
Dewi Kerudung Biru berkelebat cepat. Mulutnya terbuka.
"Huaaah....!".
Dari mulut sang Dewi menyembur sinar biru yang dahsyat.
Iblis Pencabut Sukma terkejut. Bukan saja dua jurus serangannya tadi menjadi
buyar, tapi serangan lawan dengan hebatnya terus menyerang kearahnya.
"Asap kencana biru!," seru Iblis Pencabut Sukma dengan kaget. Cepat sekali dia
melesat enam tombak ke atas. Sewaktu turun dia sudah cabut sebilah pedang merah kemudian
sambil menyerang dia berteriak. "Anak-anak, ayo tunggu apa lagi"!". Mendengar ini maka
semua anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma segera menyerbu. Sultan lagi-lagi hendak turut
membantu sang Dewi, namun setiap saat dia gerakkan badan, setiap kali pula Dewi Kerudung Biru
mendorongnya ke belakang sehingga dia tak bisa berbuat
apa-apa! Dewi Kerudung Biru sungguh luar biasa dalam bertahan dan menyerang. Namun lawanlawannya banyak sekali, apalagi di bawah pimpinan Wakil Ketua mereka! Sesudah
tiga puluh jurus
berlalu maka sang Dewi mulai terdesak. Dua anggota Perkumpulan Iblis Pencabut
Sukma berhasil ditewaskannya namun serangan-serangan lawan bukannya mengendur melainkan
bertambah dahsyat. Diam-diam Sultan menjadi gelisah. Kali ini sang Dewi pasti tak bisa
bertahan lebih dari
sepuluh jurus lagi, pikirnya. Maka pada saat Dewi Kerudung Biru sibuk menghadapi
lawannya, terbungkus oleh sinar pedang merah dengan cepat Sultan menerjang ke muka.
Bantuan Sultan dalam lima jurus di muka sanggup mengimbangi lawan-lawan yang lihay itu. Namun
lambat laun mulai mengendor. Bersama sang Dewi kembali keduanya terdesak!
Dewi Kerudung Biru semburkan lagi "asap kencana biru"nya. Namun angin pedang
merah di tangan Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dengan hebatnya berhasil
membuyarkan asap sakti itu!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Betina galak! Sekarang terimalah kematianmu!" bentak Iblis Pencabut Sukma. Dia
memberi isyarat pada anak-anak buahnya. Berbarengan mereka sama angkat tangan
kanan ke atas siap untuk lancarkan pukulan "pencabut sukma". Satu pukulan "pencabut sukma,"
saja dahsyatnya
bukan main, apalagi sekaligus duabelas pukulan, dapat dibayangkan bagaimana luar
biasa kehebatannya! Dewi Kerudung Biru pentang kedua lengannya dan putar tubuh laksana
baling- baling. Mulutnya tiada henti menghembus-hembus mengeluarkan asap biru. Satu
detik lagi maka
duabelas tangan lawanpun ditarik ke belakang!
Dalam suasana yang diliputi seribu ketegangan itu, tiba-tiba mengaunglah suara
seperti suara seribu tawon mendengung. Di antara dengungan itu melengking pula suara
siulan yang disusul oleh berkiblatnya seputaran sinar putih menyilaukan mata!
Tiga anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma, termasuk Tangan Perenggut Jiwa
terpekik dan rebah ke lantai mandi darah. Selarik sinar putih yang disertai
raungan dahsyat kembali
berkiblat dan Wakil Ketua Perkumpulan Pencabut Sukma dan anak-anak buahnya
terpaksa batalkan serangan dan melompat ke satu pojok.
"Pendekar 212!" terdengar seruan Sultan begitu dia kenali siapa adanya pendatang
baru itu. Dewi Kerudung Biru sendiri memandang pada Wiro Sableng dengan sinar mata yang
berkilat-kilat.
Di balik pandangan mata itu seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. Wakil
Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dan anggota-anggota lainnya memandang menyorot
penuh amarah. Pendekar 212 Wiro Sableng sunggingkan senyum di wajahnya yang keren sedang
tangan kanannya mempermainkan Kapak Maut Naga Geni 212. Melihat pada angka 212 yang tertera pada
dua mata kapak di tangan si pemuda maka berkatalah Wakil Ketua Perkumpulan Iblis
Pencabut Sukma, sambil melintangkan pedang di muka dada. "Jadi kaukah yang selama ini
dijuiuki Pendekar
212 itu..."!".
Jawaban Wiro Sableng hanya tertawa mengekeh.
"Orang gendeng, apa kau sudah bosan hidup mau campur urusan orang lain...."!,"
tanya Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma.
"Atau mungkin masih belum tahu tengah berhadapan dengan siapa saat ini"!" ujar
Si Pisau Terbang. "Siapapun kalian adanya tak lebih dari babi-babi cacingan yang diberi berjubah
dan berkerudung merah!," ejek Pendekar 212 pula!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Marahlah Si Pisau Terbang. Tanpa banyak cerita dia lepaskan sekaligus selusin
pisau terbang beracun ke arah Pendekar 212. Wiro Sableng gerakkan Kapak Maut Naga Geni
212 membuat setengah lingkaran.
"Tring... tring.... tring...".
Kedua belas pisau terbang itu musnah patah-patah. Melototlah mata Si Pisau
Terbang. Dia menyurut undur dua langkah.
"Pisau Terbang, kau minggirlah. Biar aku yang antarkan manusia bosan hidup ini
ke pintu gerbang akhirat!"
Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma maju dua langkah. Sultan Hasanuddin
dengan ilmu menyusupkan suara beri peringatan pada Pendekar 212. "Sobat, hatihatilah terhadapnya. Dia sakti sekali!"'
Begitu peringatan Sultan berakhir maka Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma telah
lancarkan serangan pedang merah dalam jurus yang luar biasa. Jurus ini sekaligus merupakan
empat tebasan dan empat tusukan!
"Ah cuma ilmu pedang picisan saja mau diandalkan," Ejek Wiro. Kapak Naga Geni
ditangannya menderu. Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma tiada berani
mengadu senjata. Hatinya tergetar ketika merasakan bagaimana sinar putih senjata lawan
membuat pedangnya tak bisa bergerak leluasa. Manusia ini membatin. "Celaka, paling lama
aku hanya bisa layani si keparat ini dalam dua puluh lima jurus!". Dan dia segera putar otak
untuk cari kesempatan
larikan diri! Pendekar 212 yang tahu gelagat lawan segera lancarkan serangan ganas. Wakil
Ketua Perkumpulan. Iblis Pencabut Sukma angsurkan pedang merah kemuka untuk menangkis
karena bertindak berkelit tiada punya kesempatan lagi.
"Trang"!
Maka patahlah pedang merah Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma itu!
Keringat dingin memercik di kening manusia iblis ini! Nyalinya lumer! Sambil
angkat tangan kanannya tinggi-tinggi ke atas untuk lepaskan pukulan yang sangat diandalkannya
yaitu pukulan pencabut sukma, maka dia berseru pada sisa-sisa anak buahnya.
"Kalian jangan mematung saja! Mari sama kita bereskan anjing kurap ini!'".
Maka delapan anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dengan membentak dahsyat
segera menerjang ke muka dan langsung lancarkan pukulan pencabut sukma!
"Wiro! Awas! Mereka hendak lepaskan pukulan pencabut sukma!" seru Dewi Kerudung
Biru. Bahwasanya sang Dewi mengetahui namanya inilah satu hal yang mengejutkan
Pendekar 212 Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Wiro Sableng! Keterkejutan ini membuat dia menjadi lengah seperempatan detik.
Dan itu sudah cukup bagi Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma serta anak-anak buahnya!
"Mampuslah!"
Dewi Kerudung Biru menjerit! Sultan sendiri pucat lesi parasnya Tiba-tiba
Pendekar 212 meraung laksana halilintar. Dia melompat ke muka Kapak naga Geni 212 menderu.
Empat suara pekikan seperti mau memecahkan anak telinga. Empat anggota Perkumpulan Iblis
Pencabut Sukma terkapar dengan tubuh hampir kuntung! Pendekar 212 ayunkan Kapak Naga Geni 212
sekali lagi namun disaat itu Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukmat dan sisa-sisa
anak buahnya sudah lenyap larikan diri keluar goa.
Pendekar 212 bediri nanar. Sultan melompat ke muka dan merangkul tubuh Wiro. Di
balik kerudungnya Dewi Kerudung Biru menggigit bibir. Sepasang matanya yang jeli
dipejamkan.Wiro
ambil sebutir pil dari saku pakaiannya lalu ditelan dengan cepat. Dewi Kerudung
Biru kemudian berdiri dan kedua tangannya ditekankan ke bahu Pendekar 212 untuk alirkan tenaga
dalam guna bantu menyembuhkan luka yang diderita Pendekar itu. Namun sesaat kemudian
Pendekar 212 mengerang halus lalu pingsan tiada sadarkan diri!


Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-- == 0O0 == -DUA BELAS SULTAN cemas sekali melihat keadaan Pendekar 212 demikian rupa. Bersama Dewi
Kerudung Biru, Wiro dibaringkan di lantai, kepalanya diganjal dengan sehelai
kain yang dilipat-lipat. "Dewi, apakah... apakah dia...?" Sultan tak bisa meneruskan pertanyaannya.
Dewi Kerudung Biru hela nafas. "Sebenarnya aku yang salah karena aku telah
berseru memanggil namanya tadi," berkata perempuan itu. Dihelanya lagi satu kali nafas
dalam. "Tapi
lukanya tak begitu parah. Besok pagi dia sudah sembuh kembali. Untung saja
berilmu tinggi,
kalau tidak keseluruhan isi perutnya pasti akan berbusai ke luar dari mulut."
"Dewi, kau tahu nama pemuda ini. Apakah kalian pernah kenal sebelumnya...?"
Dewi Kerudung Biru elakkan pertanyaan itu dengan balik menanya. "Kau sendiri
punya hubungan apa dengan dia...?"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Maka Sultan Hasanuddin menuturkan mulai pertama kali dia kenal dan ditolong oleh
Pendekar 212. Mendengar itu kembali sepasang mata Dewi Kerudung Biru berkilatkilat. Dan hal ini diam-diam diperhatikan oleh Sultan sehingga dia merasa yakin pastilah
ada hubungan apa-apa antara Dewi Kerudung Biru dengan Pendekar 212 sebelumnya. Tapi untuk
bertanya lebih jauh Sultan merasa segan.
"Dia memang sakti sekali, Sultan," berkata sang Dewi. "Sikapnya kadang-kadang
lucu tapi juga menyakitkan hati. Bahkan banyak orang yang menyangka dia kurang sehat
pikiran. Tapi hatinya sepolos permata, seputih kertas, jujur. Beberapa tokoh persilatan
telah meramalkan bahwa kelak dikemudian hari dia bakal merajai dunia persilatan..."
Sultan Hasanuddin manggut-manggut.
"Sultan, dalam hal ini kita tak punya waktu lama. Aku akan ajarkan padamu
beberapa jurus ilmu silat dan ilmu asap kencana biru... "
"Aku haturkan ribuan terima kasih Dewi," kata Sultan dengan gembira.
"Silakan duduk bersila dan pejamkan mata," Dewi Kerudung Biru berkata.
Sultan menurut. Dia duduk bersila dan pejamkan mata. Dewi Kerudung Biru kemudian
salurkan tenaga dalamnya ke tubuh Sultan melalui pundak. Selesai menerima
saluran tenaga dalam itu Sultan merasakan tubuhnya sangat enteng dan segar bugar. "Sekarang aku
akan ajarkan padamu dua jurus ilmu silat. Dua jurus ilmu silat ini hanya empat orang
yang pernah memilikinya. Yaitu Pendekar Seberang Lor, Resi Warajana, Dewi Kencana Wungu.
Ketiganya sudah meninggal. Aku adalah pewarisnya yang keempat dan bila kuajarkan dua jurus
itu kepadamu maka kau adalah perwaris yang kelima! Jurus yang pertama ialah jurus
naga kepala seribu mengamuk. Yang kedua, jurus Cakar garuda emas. Keduanya merupakan jurusjurus yang sukar dicari bandingannya dalam dunia persilatan. Jika kau benar-benar
meyakininya, percayalah tidak sembarang musuh bisa melayanimu."
"Terima kasih Dewi... ribuan terima kasih. Jadi kalau begitu Dewi adalah murid
dari Dewi Kencana Wungu...?"
Sang Dewi mengangguk. "Mari kita mulai," katanya.
Karena Sultan sebelumnya sudah mempunyai dasar ilmu silat yang tinggi juga maka
kedua jurus yang diajarkan padanya itu dengan mudah dan cepat bisa dipahaminya.
Dewi Kerudung Biru gembira sekali. Kemudian kepada Sultan diajarkan pula ilmu Asap
kencana biru. Ilmu ini agak sukar mula-mula dipahami oleh Sultan namun karena
tekunnya beberapa jam kemudian dia berhasil juga menguasainya.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Kecerdasanmu luar biasa sekali, Sultan," kata Dewi Kerudung Biru. "Malam ini,
sampai esok pagi teruslah berlatih."
"Nasihat Dewi akan kuperhatikan," jawab Sultan. Dan malam itu, seorang diri
Sultan melatih diri. Dewi Kerudung Biru sementara itu duduk bersemadi. Meskipun
dia pejamkan mata namun bila ada jurus-jurus yang agak salah dilakukan oleh Sultan
dia me- ngetahuinya dan segera menegur !
Keesokan paginya...
Di luar gua burung-burung berkicau bersahut-sahutan menyambut kedatangan pagi
yang ditandai munculnya sang surya di ufuk timur. Di dalam gua Sultan tengah
duduk berhadap-hadapan dengan Dewi Kerudung Biru.
"Yakini dan pelajari terus ilmu-ilmu yang telah kau milik itu Sultan. Kelak
kemudian hari kau akan buktikan sendiri kemanfaatannya. Sekarang, selagi hari
masih pagi, selagi udara masih segar, maka segeralah berangkat ke Demak. Dalam
semediku malam tadi aku mendapat sedikit renungan petunjuk dari Yang Kuasa bahwa
kekuasaan kaum pemberontak yang kini bercokol di Banten tidak akan lama...."
Sultan mengangguk. Dia memandang pada tubuh Pendekar 212 yang sampai saat
itu masih juga terbaring dalam pingsannya. "Bagaimana dengan sshabatku ini,
Dewi" Kalau bisa aku ingin berangkat bersama-sama dia..."
Dewi Kerudung Biru menggeleng. "Dalam rencana untuk menumpas kaum
pemberontak, dalam usaha menegakkan yang benar dan menghancurkan yang bathil,
kalian berdua sama satu tekat dan satu hati. Namun dalam mencapainya masingmasing kalian mempunyai cara tersendiri. Harap kau bisa merenungi hal ini, Sultan..."
Sultan Hasanuddin termenung sejenak. Memang ucapan Dewi Kerudung Biru itu
dapat dipahaminya.
Dia memandang lagi pada Wiro Sableng. "Apakah dia akan segera siuman dan
sembuh kembali, Dewi?" bertanya Sultan.
Sang Dewi mengangguk.
"Mengenai diri Andjarsari dan keris Tumbal Wilayuda, bisakah kau memberi
petunjuk...?"
"Andjarsari diculik oleh komplotan Iblis Pencabut Sukma, Keris Tumbal Wilayuda
juga mereka yang mencurinya..."
"Kalau begitu," kata Sultan dengan kepalkan tinju. "aku akan cari sarang
mereka...!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Dewi Kerudung Biru gelengkan kepala. "Selain besar bahayanya juga kau mesti
pergi ke Demak sekarang juga Sultan."
"Aku tidak takut mati!," kata Sultan jantan. "Aku rela korbankan jiwa demi
tegakkan Kerajaan Banten yang syah kembali."
"Aku puji hati kesatriaan dan kecintaanmu pada Kerajaan Banten, Sultan. Tapi
ingat, agaknya caramu untuk mencapai rencana itu hanya dengan mengikuti kehendak
hati sendiri. Salah-salah kau bisa celaka dan Banten tetap dikuasai oleh kaum
pemberontak Parit Wulung."
"Kalau begitu katamu, aku menurut," ujar Sultan Hasanuddin akhirnya. "Tapi
sebelum pergi perkenankanlah aku melihat parasmu."
Dewi Kerudung Biru menggeleng. "Sayang, masih belum.saatnya aku
mengabulkan permintaanmu Sultan. Harap dimaafkan."
Sultan Hasanuddin menghela nafas dalam. Dia ucapkan lagi rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya.
"Jasa dan pertolonganmu akan kuingat, akan dikenang oleh rakyat Banten. Disatu
ketika aku akan datang lagi menyambangimu, Dewi," Sultan memanggut memberi hormat lalu
meninggalkan tempat itu.
Kira-kira tiga kali sepeminuman teh lamanya Sultan meninggalkan Goa Dewi
Kerudung Biru maka dihadapan jalan yang ditempuhnya tahu-tahu muncullah tiga
orang penunggang kuda. Ketiganya berjubah dan berkerudung kain merah darah. Anggotaanggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma!"
Sesaat kemudian merekapun berhadap-hadapanlah.
Anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Suma yang paling muka buka suara membentak,
"Lekas mengaku, apa kau Sultan Banten yang melarikan diri itu"!"
Kawannya yang lain menyela. "Melihat kepada tampangnya pasti tidak salah lagi!
Ayo kawan-kawan mari kita berebut pahala meringkus manusia ini!"
Maka ketiga anggota Perkumpullan Iblis itu pun melompatlah dari kuda masingmasing. Sambil melompat ketiganya sekaligus keluarkan jurus warisan Ketua mereka
yang dinamai "tiga pasang lengan meremas tangkai bunga teratai" Yang satu datang dari
atas, yang kedua dari depan dan yang terakhir dari belakang! Tapi Sultan yang sekarang jauh
berbeda de- ngan Sultan sehari sebelumnya.
Sekali Sultan membentak maka terpentanglah kedua tangannya yang mana disusul
dengan gerakan sebat laksana ribuan ekor naga menyengat kian ke mari !
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Melihat ini, terkejutlah ketiga penyerang. Buru-buru mereka batalkan serangan
jurus pertama dan menyusul dengan jurus "memukul kasur menggeprak bantal!" Ini adalah
satu jurus yang cukup lihay. Anggota Perkumpulan Iblis yang di atas hantamkan dua telapak
tangannya sekaligus sedang yang di depan dan di belakang kirimkan pukulan keras ke dada
dan ke punggung. Tak ayal lagi Sultan segera praktekkah ilmu yang baru diyakininya dari
Dewi Kerudung Biru yaitu keluarkan jurus "cakar garuda emas!"
"Brettt... bret!"
"Kurang ajar! Matipun kau masih cukup pantas untuk diserahkan kepada Ketua
kami!" bentak anggota Perkumpulan Iblis yang sempat selamatkan diri. Dia memberi
isyarat pada dua
kawannya. Serentak ketiganya menyerbu dan angkat tangan kanan tinggi-tinggi.
Namun sebelum pukulan "pencabut sukma" itu sempat mereka laksanakan. Sultan buka
mulutnya dan asap biru menggebubu ke arah ketiga penyerangnya.
"Asap kencana biru!" seru salah seorang anggota Perkumpulan Iblis dengan
terkejut. Buru-buru dia tutup jalan nafas. Tapi dua orang kawannya terlambat. Begitu
tercium oleh keduanya kepulan asap biru yang mengandung racun itu maka hancurlah pembuluhpembuluh darah dan pecahlah paru-paru mereka. Keduanya mati di situ juga!
"Pemuda, ada hubungan apa kau dengan Dewi Kerudung Biru" Apakah kau
muridnya"!" bentak anggota Perkumpulan Iblis yang masih hidup.
Sultan kertakkan rahang. Tubuhnya berkelebat. Dua tangan terpentang lebih
dahsyat dari yang pertama tadi dan "brak"! Hancurlah mulut yang membentak itu! Tubuh
anggota Perkumpulan Iblis itu kelojotan sebentar lalu kaku tegang untuk selamalamanya !
-- == 0O0 == -TIGA BELAS KETIKA Wiro Sableng, siuman dari pingsannya dirasakannya kepalanya dipangku oleh
satu paha yang panas sedang hidungnya mencium bau harum menyegarkan. Dibukanya
matanya dan pandangannya membentur sebuah wajah yang ditutupi kerudung kain biru.
Terkejutlah pemuda ini. Cepat-cepat dia bangun dan berdiri. Di balik kerudungnya, Dewi
Kerudung Biru menjadi kemerah-merahan pipinya.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Wiro Sableng memandang berkeliling. Ruangan itu telah bersih dari mayat-mayat
anggota Pepkumpulan IbIis Pencabut Sukma. Sultan sendiri tiada kelihatan.
"Kemana dia..."!"
tanya Wiro. "Dia siapa...?"
"Sultan!"
"Sudah pergi pagi tadi. Pergi ke Demak!" Pendekar 212 memandang lama-lama ke
muka yang ditutup kerudung itu. Suara perempuan di hadapannya ini rasanya pernah
didengar dan dikenalinya sebelumnya tapi lupa di mana!
Ketika ingat bahwa perempuan itulah yang telah menolongnya, maka Pendekar 212pun segera menjura.
"Dewi Kerudung Biru, aku haturkan-terima kasih atas pertolonganmu. Di lain hari
kelak aku akan balas budi baikmu itu."
"Aku tak mengharapkan balasan apa-apa...". Dan Dewi Kerudung Biru memandang ke
jurusan lain ketika untuk kesekian kalinya mata Pendekar 212 memperhatikan
sepasang matanya
lakat-Iekat. Dadanya bergetar. Ditahannya gelora hatinya.
Melihat sikap sang Dewi, ingat bahwa dia pernah mengenali suara perempuan itu
sebelumnya maka inginlah Wiro melihat paras di balik kerudung itu. Namun
diajukannya dulu
pertanyaan. "Dewi, mungkin kau bisa memberi petunjuk di mana Andjarsari dan
keris Tumbal Wilayuda berada...?"
"Andjarsari diculik oleh komplotan Iblis Pencabut Sukma. Keris Tumbal Wilayuda
juga ada pada mereka. Kau harus cepat turun tangan Pendekar 212!"
"Tapi dunia begini luas, dimana aku akan cari mereka?"
"Komplotan itu bersarang di Lembah Batu Pualam...!"
"Terima kasih atas keteranganmu Dewi," Wiro merenung sejenak. Tiba-tiba dia
ingat sesuatu. "Dewi Kerudung Biru, sewaktu aku bertempur melawan anggota komplotan
itu kau telah berseru menyebut namaku. Tahu dari manakah...?"
Tergetarlah hati sang Dewi mendengar pertanyaan ini. Dengan memandang kejurusan
lain menjawablah dia . "Nama seorang pendekar tentu saja dikenal sampai ke manamana..." ,


Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku bukan pendekar apa-apa..," kata Wiro merendah. "Dan terus terang saja aku
rasa- rasa pernah bertemu dengan kau sebelumnya. Aku masih bisa ingat dan mengenali
suaramu..."
Dewi Kerudung Biru tundukkan wajah. Matanya yang jeli dan bercahaya kini
kelihatan redup dan diambangi air mata. Ditekannya perasaannya yang menggelora.
Dikerahkannya tenaga
dalamnya agar tidak gemetar suaranya. "Tidak . . . kita tak pernah bertemu
sebelumnya Pendekar
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
212. Dan di dunia ini mungkin saja ada beberapa manusia yang punya suara hampir
bersamaan . . . ." Wiro Sableng maju satu langkah.
"Dewi, kalau kau tak mau berterus terang, kasihlah tahu saja siapa namamu
sebenarnya."
"Kau sudah tahu."
"Ah... Dewi Kerudung Biru itu hanya nama gelaran belaka...," jawab Wiro pula.
"Di lain hari mungkin aku baru bisa beri tahu nama. Sekarang harap kau suka
tinggalkan tempat ini.
Tapi pemuda itu tetap berkeras. "Dengar Dewi, setiap orang yang pernah menolong
aku, musti kuketahui siapa dia adanya. Kalau kau tak mau kasih tahu nama tak apa.
Namun apakah kau juga tak sudi buka kerudung itu sebentar dan memperlihatkan paras...?"
Dewi Kerudung Biru menghela nafas. "Itu juga tak perlu. Kau akan menyesal..."
"Menyesal kenapa?"
"Kau akan terkejut karena mukaku sangat buruk dan mengerikan...".
"Muka yang buruk tapi hati yang polos dan berbudi seribu kali lebih baik dari
wajah bagus dan hati busuk jahat."
"Permintaanmu tak dapat kukabulkan," kata Dewi Kerudung Biru dengan ketegasan
yang dipaksakan.
Pendekar 212 maju lebih dekat. "Kalau begitu..," katanya, "harap maafkan karena
aku terpaksa melakukan ini". Wiro ajukan tangan hendak membuka kerudung penutup
wajah. "Apakah seorang ksatria bersikap sekurang ajar dan tak tahu peradatan"!," bentak
Dewi Kerudung Biru. Tangan Wiro tertahan seketika. Tapi karena perempuan itu dilihatnya tiada
menjauhkan kepalanya maka diteruskannya niatnya.
"Sret!"
Terbukalah kerudung biru itu!
Dan terbeliaklah mata Pendekar 212. "Anggini.!," serunya.
Ternyata paras di balik kerudung itu adalah paras seorang gadis jelita. Gadis
jelita yang dulu pernah dikenal oleh Pendekar 212 sebagai murid Dewa Tuak! (Baca. "Maut
Berjanji di Pajajaran").
Untuk beberapa lamanya kemudian Wiro Sableng hanya bisa berdiri terlongonglongong sedang Anggini sendiri tundukkan kepalanya coba menyembunyikan sepasang
matanya yang berkaca-kaca dan juga sembunyikan parasnya yang membayangkan
perasaan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
serta gelora hatinya. Selama beberapa bulan dia telah berkelana untuk mencari
Pendekar 212 dan baru hari itu mereka jumpa dalam satu suasana yang tak terduga!
"Apakah dia dapat memaklumi bagaimana perasaan hatiku terhadapnya?" membathin
Anggini atau Dewi Kerudung Biru.
"Ini adalah satu hal yang tak terduga. Anggi...ni...," desis Wiro.
Anggini anggukkan kepala. "Ya, suatu hal yang tak terduga..," suaranya yang
rawan ditindihnya dengan tenaga dalam sehingga getaran hatinya tiada kentara oleh si
pemuda. "Tapi ini adalah juga merupakan hal yang menggembirakan," ujar Pendekar 212
pula. "Ilmumu maju pesat sekali. Siapa yang menduga kalau Dewi Kerudung Biru itu
nyatanya adalah engkau sendiri..."!"
Karena Anggini diam saja dan masih tundukkan kepala maka bertanyalah Wiro. "Aku
tak mengerti, mengapa tadi kau sengaja mengatakan parasmu buruk..."
"Ah..... Anggini tarik nafas dalam.
Pendekar 212 merenung sejenak. Terkenang dia pada satu malam beberapa bulan yang
lewat ketika dia berada berdua-duaan dengan Anggini yaitu sehabis pertempuran di
Gua Sanggreng. "Selama waktu ini tentu kau telah menuntut ilmu pada seorang guru sakti.
Bukankah demikian...?"
Anggini mengangguk.
"Rupanya kau kurang begitu senang dengan pertemuan ini, Anggini?" tanya Wiro
Sableng. "Jangan menduga yang bukan-bukan, Wiro..," jawab Anggini dan dalam hatinya dia
menambahkan. "Kalau kau tahu perasaanku terhadapmu..."
Setelah termanggu sejurus maka berkatalah Wiro. "Malam menjelang pagi tempo hari
itu menyesal aku terpaksa meninggalkan kau... Apakah kau sudah kembali dan
bertemu dengan gurumu Dewa Tuak...?"
Dewi Kerudung Biru menggeleng.
"Kenapa . . .?"
"Mana mungkin aku kembali jika tidak memenuhi perintahnya tempo hari...?" Habis
mengucapkan kata-kata itu memerahlah kedua pipi Anggini karena jengah.
Wiro Sableng tertawa. "Ho-oh, jadi rupanya cerita itu masih belum juga selesai
sampai sekarang... Wiro geleng-gelengkan kepala." (Sebagaimana diketahui-dalam buku
"Maut Bernyanyi di Pajajaran," guru Anggini yaitu Dewa Tuak berniat keras untuk
menjodohkan Anggini
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
dengan Pendekar 212. Tentu saja Pendekar 212 tidak mau. Setelah terjadi beberapa
jurus pertempuran yang sengaja ditimbulkan oleh Dewa Tuak kemudian memerintahkan
Anggini untuk mencari Pendekar 212 dan muridnya itu tidak diperkenankan kembali
kepertapaan, kecuali dengan membawa Pendekar 212 sebagai calon suaminya !
"Semustinya kau kembali ke tempat gurumu, Anggini. Siapa tahu dia telah merubah
niatnya yang kurang bisa diterima itu...!"
"Aku tahu sifat guruku, Wiro. Sekali dia kasih perintah tak bakal ditariknya
kembali! Dari jika aku tak bisa melaksanakan perintahnya pulang ke pertapaan berarti
hanya untuk terima hukuman.
"Dan karena itu kau tak kembali-kembali kesana . . . ?" .
"Ya," lalu tanpa diminta gadis itupun memberi penuturan. "Pagi sesudah kau pergi
itu, aku terus mencarimu sampai berbulan-bulan hingga pada suatu hari aku bertemu
dengan dua orang penunggang kuda berkerudung dan berjubah merah. Ternyata dia adalah Ketua
Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma dan seorang anak buahnya. Kau sudah lihat
bagaimana ke- ganasan komplotan mereka. Meskipun tak ada silang sengketa namun mereka dengan
sengaja mencari gara-gara hendak meringkusku. Anak buah Iblis itu berhasil kubunuh tapi
untuk menghadapi Ketua Iblis Pencabut Suma aku tiada mampu. Dalam keadaan ditotok
kemudian diriku dilarikan ke sarang mereka di Lembah Batu Pualam, Aku dimasukkan ke
sebuah kamar..." Sampai di sini Anggini tak meneruskan kalimatnya. Ditelannya nafasnya beberapa
kali. Air mata yang sejak tadi mengambang ke pipinya yang kemerahan. Wiro sendiri
merasa dadanya dan nafasnya seperti menyesak. Mungkin selama ini baru kali di saat
itulah dia berada
dalam suatu keadaan yang serius demikian rupa. Sifat dan sikapnya yang selama
ini selalu lucu
jenaka lenyap ditelan gelombang perasaan setelah mendengar penuturan Anggini,
penuturan yang masih belum habis.
Dengan menguatkan hatinya maka Anggini kemudian meneruskan penuturan. "Ketua
Iblis Pencabut Sukma laknat itu hendak meperkosaku. Kemudian diriku akan
diteruskannya pada bawahan-bawahannya. Tapi Tuhan masih melindungiku. Sebelum Ketua
Perkumpulan laknat itu berhasil melampiaskan maksud terkutuknya, seorang nenek-nenek sakti
menerobos masuk ke dalam kamar dan melarikanku..."
Anggini menarik nafas dalam seketika lalu meneruskan. "Ternyata nenek-nenek
sakti itu adalah Dewi Kencana Wungu. Aku dibawanya kepertapaannya dan diambilnya
menjadi murid. Sekarang beliau sudah tiada. Sudah meninggal..."
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Lama kesunyian menjelang.
"Apakah rencanamu untuk masa mendatang...?" bertanya Pendekar 212.
"Aku sendiri masih belum tahu. Tapi yang pasti ialah aku harus membuat
perhitungan dengan Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma itu..."
"Agaknya kita mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama menghancurkan
komplotan terkutuk itu."
Lagi-lagi kesunyian menyeling.
"Anggini..," kata Wiro memecah kesunyian itu. "Sekali ini pertemuan kita tak
bisa berjalan lama..."
' Kau memang selatu tidak menginginkan pertemuan lama-lama denganku..," kata
Anggini atau Dewi Kerudung Biru.
Pendekar 212 letakkan tangan kirinya di bahu Kanan Anggini. Perawan itu
merasakan ada hawa aneh yang nikmat dan menenangkan hati mengalir ditubuhnya.
"Aku sudah bilang tadi bahwa pertemuan ini sangat menggembirakan. Namun kita
harus sama memaklumi bahwa aku harus menyelamatkan Andjarsari dan merebut
kembali Keris Tumbal Wilayuda. Di lain hari kelak aku pasti akan menyambangimu di sini..."
Anggini terdiam. Dipermainkannya kain biru yang tadi merupakan kerudung
wajahnya. "Aku pergi sekarang, Anggini..."
"Wiro...," suara Anggini tersekat ditenggorokan.
Langkah Pendekar 212 tertahan. Dipandanginya paras jelita di hadapannya.
Kemudian dilihatnya bagaimana gadis itu menggerakkan tangannya, meremas jari-jari
tangannya yang diletakkan di bahu. Sekelumit getaran menjalari darah muda Pendekar 212. Dia
membungkuk dan mencium kening Anggini. Ketika kepalanya hendak ditariknya kembali tiba-tiba
gadis itu merangkul lehernya erat sekali.
"Wiro... Wiro... jangan pergi dulu..." bisik Anggini. Nafas mereka saling
menghembusi wajah masing-masing. Wiro membelai pipi yang halus lembut itu. Ketika Anggini
memejamkan matanya, Pendekar 212 menempelkan bibirnya ke bibir Anggini. Betapa
hangatnya pertemuan sepasang bibir itu. Mula-mula bibir itu diam membeku seperti
mati. Kemudian rangsangan mulai membuat getaran-getaran pada permukaan kulit bibir
masing- masing. Dan bila sudah demikian, maka sepasang bibir itupun mulai menari-nari,
saling lumas melumas. Keduanya berpagutan erat-erat seperti tak hendak dilepaskan untuk
selama-lamanya.
"Wiro... aku cinta padamu, Wiro. Aku cinta padamu..," bisik Anggini berulang kali.
"Hemm..," Pendekar 212 menggumam. Digigitnya bibir perawan itu.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Kaupun cinta padaku bukan...?"
"Hemmm...," Wiro menggumam lagi.
"Jawab Wiro. Katakanlah...," Dan tanpa disadari saat itu tubuh keduanya sudah
terbaring berpagutan di lantai.
"Wiro . . . ."
"Tiba-tiba di ruangan itu meledaklah suara tertawa yang dahsyat.
"Ha... ha... sungguh satu pemandangan yang asyik untuk dilihat! Teruskan...
teruskanlah! Pendekar 212, kenapa tidak kau telanjangi saja tubuh gadis itu"!
Itu seribu kali
lebih nikmat... Ha... ha... ha!"
Seorang lain kemudian menyambungi suara yang pertama itu.
"Pendekar 212 nyatanya hanya seorang Pendekar Cabul. Tapi tak apa! Sebelum
dikirim ke liang kubur tak apa kalau diberi kesempatan dulu bercumbu rayu! Di liang
kubur kau hanya
akan bercumbu dan tidur dengan cacing!"
Baik Pendekar 212 Wiro Sableng maupun Anggini sama-sama terkejut. Keduanya
melompat cepat. Anggini merapikan jubah birunya yang terbuka di bagian dada !
-- == 0O0 == -EMPAT BELAS DI PINTU ruangan berdiri berkacak pinggang dua manusia bermuka buruk angker.
Yang berselempang kain putih mukanya hitam macam pantat kuali, rambut awutawutan, tam- pangnya seperti singa dan dia bukan lain Resi Singo Ireng! Di keningnya tertera
tiga angka 212.
Di sampingnya berselempang kain biru berdiri kakaknya yaitu Resi Macan Seta yang
tampangnya persis seperti macan. Kulit mukanya coreng moreng belang tiga,
kuning, merah dan hitam! Kedua pentolan pemberontak kaki tangan Parit Wulung ini telah
diperintahkan oleh
Parit Wulung untuk mencari kembali Keris Tumbal Wilayuda. Dan hari itu mereka
sampai di Goa Dewi Kerudung Biru di mana mereka telah dapat mencium jejak Pendekar 212.
Bukan saja

Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua Resi ini berprasangka bahwa Keris Tumbal Wiiayuda sudah berada di tangan
Pendekar 212, tapi Resi Singo Ireng sendiri memang mempunyai dendam kesumat terhadap
Pendekar 212 yaitu sewaktu dibikin muntah darah dalam pertempuran di perbatasan Kerajaan
Banten Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
tempo hari. Dan dendam kesumat itu masih dibawanya ke mana-mana sampai saat itu
dikulit keningnya di mana tertera angka pukulan 212!
"Siapa mereka, Wiro "," tanya Anggini dengan ilmu menyusupkan suara.
"Dua manusia keparat yang membantu Parit Wulung si pemberontak terhadap
Banten!," menyahuti Pendekar 212."
"Eeee... eee... eee. Kenapa acara kalian tidak diteruskan"," bertanya Resi Singo
Ireng dengan nada mengejek.
Pendekar 212 menyengir. "Bicaramu keren sekali manusia muka pantat Kuali.
Tentunya kau andalkan manusia muka harimau yang disampingrnu itu, huh"!"
Mata Resi Macan Seta membeliak garang. "Pentang kau punya mata, bukalah lebarlebar agar tahu dengan siapa berhadapan!" bentaknya.
"Ah, manusia jelek macammu perlu apa aku kenali. Lagi pula, melihat kepada
tampangmu, aku kawatir apa kau betul-betul manusia atau harimau jadi-jadian!,"
Habis berkata begitu maka Pendekar 212 tertawa mengakak.
"Pemuda besar mulut, aku mau lihat apakah kau sanggup menerima pukulanku ini?"
bentak Resi Matjan Seta. Kata-kata ini ditutup dengan menghantam tangan kanannya
ke muka. Maka bertaburlah sinar merah kekuningan ke arah Wiro dan Anggini. Pukulan
"siaar surya tenggelam." .
Pendekar 212 dan Anggini melompat ke samping Anggini sementara itu dengan cepat
mengenakan kembali kerudung birunya.
Kejut Resi Macan Seta bukan kepalang ketika melihat Pendekar 212 dan si gadis
sanggup mengelakkan serangannya yang ampuh tadi. Nyatalah bahwa nama Pendekar
212 bukan kosong belaka. Tidak disesalkan kalau tempo hari adiknya dapat
dipecundangi! Ketika melihat si gadis mengenakan kerudung kejut Resi Matjan.Seta dan Singo
Ireng lebih-lebih lagi.
"Kiranya kita berhadapan pula dengan Dewi Kerudung Biru, saudaraku Singo
Ireng!". kata Matjan Seta.
"Betul, tapi sang dewi ini biar aku bekuk hidup-hidup. Tampang dan, tubuhnya
yang montok lumayan sekali untuk dikekapi sehari semalam!"
Marahlah Wiro mendengar ucapan Singo Ireng itu. "Manusia pantat kuali, angka 212
di keningmupun belum sanggup kau hapus, sekarang sudah berani-beranian unjuk
gigi!" Si Singo Ireng tidak ambil peduli ucapan Wiro Sableng tapi segera menyerang Dewi
Kerudung Biru. Sengaja dikeluarkannya jurus "memetik bunga memotes tangkainya".
Jurus Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
ini ialah satu jurus meringkus lawan yang didahului oleh satu totokan jarak jauh
yang dahsyat! Namun dugaan Singo Ireng bahwa dia akan sanggup membekuk hidup-hidup, Dewi
Kerudung Biru dalam satu jurus hebat itu meleset besar! Dewi Kerudung Biru
sambuti serangannya dengan jurus "naga kepala seribu mengamuk!"
Kaget sekali jadinya Resi Singo Ireng ketika menyaksikan bagaimana kedua tangan
lawan berkelebat sangat cepat naik turun membabat ke samping dan berputar
bergelung, menyerang ke arahnya.
Selama malang melintang membuat kejahatan di dunia persilatan baru kali ini dia
menghadapi jurus aneh ini! Sebaliknya Resi Matjan Seta yang punya lebih banyak
pengalaman segera berseru. "Singo lreng, awas itu pukulan naga kepala seribu
mengamuk!"
Mendengar ini tersurutlah Resi Singo Ireng. Cepat-cepat dia kemudian melompat ke
udara ketika menukik ke bawah dia lancarkan empat tendangan empat pukulan. Dalam
sekejapan saja kedua orang itu sudah terlibat dalam jurus-jurus yang dahsyat.
"Manusia muka coreng moreng! Apa hanya kalian berdua saja yang datang antarkan
nyawa ke mari...?" tanya Pendekar 212 pada Matjan Seta.
"Bocah gila!" bentak Matjan Seta marah sekali sehingga mukanya yang coreng
moreng itu semakin menyeramkan.
"Jika kau tidak kepingin mampus, sebaiknya lekas serahkan Keris Tumbal Wilayuda
dan beri tahu di mana Sultan berada. Niscaya kau punya nyawa akan aku ampunkan!"
Pendekar 212 bersiul keras.
"Kau bukan Tuhan yang bisa mengampunkan manusia! Sebaiknya kupertemukan saja
kau lekas-lekas dengan malaekat maut!"
Resi Macam Seta mengaum macam harimau terluka. Tubuhnya berkelebatan dan
lenyap. Angin dahsyat laksana angin prahara menderu ke arah Pendekar 212.
Secepat kilat Pendekar 212 jatuhkan diri dari berguling di lantai. Tangan kanannya memukul ke
atas! Pukulan Matjan Seta yang tidak mengenai sasarannya terus melanda dinding batu.
Dinding itu pecah! Tetapi sebaliknya Resi ini merasakan bagaimana tubuhnya terasa seperti
diangkat ke atas dan satu angin tajam menyakiti kulit kakinya. Ketika dia memandang ke muka
Pendekar 212 sudah tak ada dihadapannya.
"Aku di sini, Matjan Seta!"
Matjan Seta putar tubuh ke belakang. Begitu tubuhnya berputar begitu dan melihat
satu gumpalan angin yang kerasnya laksana baja menderu ke arahnya. Resi ini tak ayal
lagi Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
melompat empat tombak ke udara. Mendadak didengarnya suara siulan dekat sekali
di telinganya. Dia hantamkan tangannya ke samping. Tapi....
"Bluk!"
Resi Matjan Seta terpelanting ke lantai. Tulang punggungnya serasa remuk. Dia
kerahkan tenaga dalamnya dengan cepat ke bagian yang kena dipukul lawan lalu
atur jalan nafas. Ketika dia berdiri lurus-lurus kembali, muka macannya kelihatan bertambah
angker. Kedua kakinya terpentang lebar. Tubuhnya sedikit membungkuk ke muka. Kedua
tangannya yang diangkat ke atas kelihatan bergetar. Wiro maklum bahwa lawannya memusatkan
seluruh tenaqa dalamnya pada dua tangan itu, dengan segera pendekar ini bersiap-siap
pula! Tangan kanan Resi Matjan Seta kelihatan berwarna merah kekuningan. Lebih merah
dan lebih kuning dari yang tadi. Pendekar 212 tahu bahwa lawannya bakal lepaskan
lagi pukulan "sinar surya tenggelam" tapi yang lebih hebat dari yang pertama tadi.
Dan ketika melirik pada tangan kiri sang Resi, tangan itupun kini berwarna sangat merah dan
mengepulkan asap merah! Dua pukulan sekaligus tak bisa dianggap enteng! Pendekar 212 tidak mau ambil
risiko. Segera tangan kanannya ditinggikan ke atas. Dan cepat sekali lengan sampai ke
jari-jari tangan
kanan itu menjadi sangat putih dan menyilaukan laksana perak ditimpa sinar
matahari ! Mata Resi Matjan Seta membeliak melihat hal itu. "Pukulan sinar matahari!,"
keluhnya dengan hati tergetar. "Benar-benar pemuda rambut gondrong ini memiliki ilmu
kesaktian yang tinggi luar biasa! Apakah dia benar-benar telah mewarisi seluruh ilmu kepandaian
Eyang Sinto Gendeng..."," demikian Matjan Seta membathin.
Namun percaya, bahwa dua, pukulannya yaitu pukulan "inti api" dan pukulan "sinar
surya tenggelam" akan dapat mengimbangi pukulan lawan maka dengan serta merta
dia hantamkan kedua tangannya ke muka. Dua gelombang sinar merah pun menderu ke arah
Pendekar 212. Pendekar 212 tunggu sampai dua gelombang sinar itu berada di pertengahan jarak
antara dia dan lawan. Dan sedetik kemudian tangan kanannyapun turunlah ke bawah.
Selarik sinar putih yang sangat panas dan menyilaukan menggebubu melabrak dua gelombang
sinar merah, "Bumm !"
Ruangan batu itu tergoncang hebat. Dinding batu angsrok, Lantai longsor sedang
bagian atas ambruk! Terdengar keluhan maut Resi Matjan Seta. Di saat yang rasanya
seperti mau kiamat itu Pendekar 212 berkelebat cepat menyambar tubuh Dewi Kerudung Biru dan
dilarikan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
ke luar goa. Sesaat mereka sampai di luar goa maka runtuhlah Goa Dewi Kerudung
Biru. Resi Singo Ireng yang tak sempat selamatkan diri, mati tertimbun bersama saudaranya
Resi Matjan Seta. Di luar goa Pendekar 212 dan Dewi Keradung Biru saling berangkulan.
"Anggini... sangat disesalkan tempatmu yang bagus menjadi hancur runtuh. Tapi
sebagiannya masih bisa kau pergunakan..."
Anggini mengangguk. Disembunyikannya wajahnya di dada yang bidang itu.
"Anggini," kata Wiro lagi. Dilepaskannya pelukannya. "Waktuku tak banyak lagi.
Aku harus segera ke Lembah Batu Pualam tempat bersarangnya Perkumpulan Iblis
Pencabut Sukma..... Sampai jumpa lagi, Anggini".
"Aku ikut Wiro....!" seru gadis itu, Tapi Pendekar 212 sudah lenyap dari
hadapannya. Gadis itu termanggu sejurus. Tapi kemudian segera pula dia berkelebat
meninggalkan tempat itu. -- == 0O0 == -LIMA BELAS LEMBAH Batupualam.....
Lembah ini dikelilingi oleh pegunungan batu pualam yang berkilauan ditimpa sinar
sang surya. Di mana-mana bahkan sampai ke dasar lembah terdapat gundukangundukan batu pualam putih. Di tengah dasar lembah kelihatan sebuah gedung besar bertingkat
dua yang keseluruhannya mulai dari lantai sampai ke atap terbuat dari batu pualam. Gedung
ini indah sekali bentuknya. Di beberapa bagian di luar dan di dalam gedung batu pualam ini
terdapat ukiran-ukiran yang bagus sehingga sesungguhnya tak pantaslah bila gedung itu
menjadi markas atau sarangnya komplotan terkutuk Iblis Pencabut Sukma!
Pendekar 212 berdiri di ujung timur tepi lembah, berlindung di balik sebuah
onggokan batu pualam. Dari tempatnya berada dilihatnya gedung itu sepi-sepi saja. Tak ada
seorangpun anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma yang kelihatan.
Dengan berlindung di balik gugusan-gugusan dan puing-puing batu pualam, Pendekar
212 mulai menuruni lembah. Dia sampai di dasar lembah kini. Jarak antaranya
dengan gedung batu pualam kurang lebih tiga puluhan tombak. Wiro melompat ke balik gugusan
batu pualam Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
yang lain, melompat lagi ke kiri, lalu ke kiri lagi sehingga jaraknya kini
dengan gedung itu
hanya sekira sepuluh tombak.
Pintu depan gedung terbuka lebar-lebar, demikian juga jendela-jendela di tingkat
bawah serta atas. Anehnya sampai saat itu suasana masih sunyi senyap seperti tadi.
"Mungkin ada
perundingan di dalam sana...," pikir Pendekar 212. Dia memutuskan untuk menunggu
sampai kira-kira sepeminum teh. Sementara itu di tingkat kedua gedung batu pualam.....
Di sebuah ruangan rahasia kelihatan empat manusia berjubah dan berkerudung
merah. Salah satu di antaranya jubah dan kerudungnya lebih merah dari yang lain-lain.
Dialah Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma. Dia duduk di sebuah kursi, membelakangi sebuah
mimbar. Dihadapannya duduk tiga orang, satu di antaranya ialah Wakil Ketua Perkumpulan.
Yang dua anggota anggota Perkumpulan yang berilmu tinggi. Di pangkuan Wakil Ketua
Perkumpulan saat itu terbaring tubuh Anjarsari.
Ketua Iblis Pencabut Sukma manggutkan kepala dan Wakilnya segera berdiri. Tubuh
Andjarsari diletakkannya di kursi lalu dia melangkah kehadapan Ketua dan
menjura. "Ketua, harap dimaafkan bila aku menjalankan tugas dan kembali ke sini agak
terlambat. Ada beberapa rintangan di tengah jalan..."
"Kau berhasil mendapatkan Keris Tumbal Wilajuda"!" bertanya sang Ketua. Suaranya
berat serak laksana palu godam.
Wakil Ketua angguKkan kepala lalu keluarkan sebilah keris yang keseluruhannya
mulai dari sarung sampai ke kerisnya terbuat dari emas. Karena senjata ini senjata
mustika maka dengan sendirinya memancarkan sinar kuning yang terang! Mata Ketua Iblis
Pencabut Sukma berkilat-kilat melihat senjata itu. Begitu diterumanya diperhatiKannya sejurus
lalu di- masukkannya ke batik pinggang.
"Apalagi yang kau bawa"!" tanya sang Ketua. Wakilnya putar tubuh sedikit dan
menuding pada tubuh Andjarsari yang didudukkan di kursi. "Gadis itu adalah calon
isteri Sultan

Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hasanuddin. Aku berhasil menculiknya......."
"Sultan sendiri bagaimana . . . . . . , ?".
"Aku juga sebenarnya hampir berhasil menculik dia waktu berada disarang
Perkumpulan Pengemis Darah Hitam tapi tahu-tahu sesosok bayangan biru
melarikannya. Ketika kuikuti jejaknya ternyata bayangan biru itu adalah Dewi Kerudung Biru.
Perempuan dajal itu hampir berhasil kutamatkan riwayatnya bersama beberapa orang anggota
jika seorang pemuda gila bergelar Pendekar 212 tidak muncul di situ!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Hem... memang akhir-akhir ini kudengar kabar selentingan tentang munculnya
seorang pendatang baru yang aneh dalam dunia persilatan...."
Ketua Iblis Pencabut-Sukma usap-usap dagunya yang tersembunyi di batik kerudung
itu. Lalu tanyanya. "Jadi kau dan anak-anak buah tak sanggup membereskan
pendekar itu?".
"Manusia itu sakti sekali. Dia memiliki sebuah kapak bermata dua..... Kapak Maut
Naga Geni 212!"
"Hanya sebuah kapak buat penebang pohon saja kau takuti.... Bagaimana dengan
Per- kumpulan Pengemis Darah Hitam....?"
"Mulanya, karena merasa bahwa kita masih satu golongan dan aliran dengan mereka,
aku minta agar keris, Andjarsari dan Sultan diserahkan secara baik-baik. Tapi
mereka membangkang. Terpaksa tak satupun yang aku kasih hidup...."
"Itu bagus!," kata Ketua Iblis Pencabut Sukma "Dalam waktu dua atau tiga hari
dimuka, kita akan segera berangkat ke Banten! Sampai saat ini secara tidak langsung,
dengan adanya Keris Tumbal Wilajuda di tangan kita maka Banten sudah milik kita. Dan sebagai
balas jasamu, kau boleh ambil itu gadis!".
Gembiralah hati sang Wakil mendengar itu. Sesaat sesudah sang Ketua meninggalkan
ruangan disusul oleh dua orang anggota kelas satu tadi maka Wakil iblis Pencabut
Sukma segera memboyong tubuh Andjarsari ke dalam kamarnya yang terletak dipaling ujung gedung
tingkat kedua. Sepeminum teh telah lewat.
Wiro mengintai lagi dari balik gugusan batu pualam. Gedung masih tetap sunyi
senyap. Dengan rasa tak sabar segera pemuda ini kerahkan ilmu mengentengi tubuh dan
laksana seekor alap-alap melesat ke atas atap gedung batu pualam tingkat kedua. Bagian atas
gedung ini rata
licin. Dan di sebelah sana beberapa tombak jauhnya, dua orang berjubah dan
berkerudung merah
tengah asyik bermain dam. Begitu sudut mata mereka melihat adanya bayangan
sesosok tubuh di
atas atap itu segera keduanya putar kepala.
"Hai!" seru salah seorang dari mereka. "Siapa kau "!," membentak yang kedua.
Pendekar 212 melintangkan jari tetunjuk tangan
kirinya di atas bibir. "Sssst............. desisnya. Kemudian dengan tiba-tiba
tangan kanannya
dihantamkan ke muka. Tak ampun lagi kedua manusia berjubah merah itu rebah di
atas atap dengan menyembur darah sedang papan serta buah dam mental di udara jauh sekali.
Pendekar 212 geli sendiri. Dia memandang berkeliling. Kemudian lapat-lapat dari
ujung atas sebelah sana didengarnya suara jeritan perempuan. Dengan cepat pemuda ini
lari ke ujung Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
atap. Di bawah atap, persis di atas sebuah jendela terdapat beberapa buah lobang
angin. Dari salah satu lobang angin ini Wiro mengintai ke dalam gedung! Dan mendidihlah
darah Pendekar 212 sewaktu menyaksikan apa yang terpampang di dalam kamar di bawah atap itu.
Andjarsari berada dalam keadaan hampir tak berpakaian. Rambutnya yang panjang
kusut masai menjela-jela. Gadis ini megap-megap dan menjerit-jerit serta meronta. Tapi
tak kuasa sama sekali untuk menyingkirkan tubuh Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma
yang menghimpitnya dari atas!
Tidak membuang waktu lagi Pendekar 212 melompat turun dan melabrak jendela kamar
dengah satu tendangan kaki kiri.
Kejut Wakil Ketua Perkumpulan Iblis itu bukan alang kepalang! Jendela kamar
dilihatnya hancur berantakan dan sedetik kemudian sesosok tubuh melayang memasuki kamar!
"Bangsat rendah!" memaki manusia bermuka angker itu. Secepat kilat dia melompat
dari tempat tidur dan menyambar jubah merahnya. Dia tak sempat mengenakan kerudungnya
karena pada saat itu Pendekar 212 sudah menyerang dengan ganas!
Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma sambuti serangan lawan dengan jurus "menendang
langit menjungkir awan". Begitu hebatnya jurus ini sehingga Pendekar 212
terpaksa tahan kegeramannya untuk melanjutkan serangan. Dan kesempatan ini dipergunakan oleh
Wakil Ketua Iblis Pencabut Sukma untuk lari ke luar kamar!
"Jalan lari satu-satunya bagimu hanyalah ke neraka manusia durjana!," bentak
Pendekar 212 lalu memburu dengan sebat.
Wakil Ketua itu melarikan diri ke sebuah ruangan besar yang di setiap dindingnya
terdapat lima buah pintu. Begitu injakkan kaki di ruangan ini dia segera
berteriak. "Anggotaanggota Perkumpulan! Gedung ini kebobolan bahaya! Lekas ke luar!"
Serentak dengan itu maka dua puluh pintu di empat dinding ruangan terbuka lebar
dan melompatlah dua puluh anggota Perkumpulan. Kesemuanya berjubah dan berkerudung
merah dan mencekal sebilah pedang merah! Wakil Ketua Perkumpulan sendiri cabut sebuah
rujung emas dari balik jubahnya.
. "Cincang pemuda sedeng ini!," Wakil Ketua beri komando. Kata-katanya ini ditutup
dengan sambarkan rujung emasnya ke arah Pendekar 212! Masih dalam jarak beberapa
tombak maka angin pukulan rujung telah menyambar dengan dahsyat ke arah Pendekar 212.
Hampir bersamaan pula dengan itu maka dua puluh anggota Perkumpulan Iblis Pencabut
Sukma menyerbu pula! Duapuluh batang pedang merah berkiblat! Hanya sekejapan mata saja
maka terbungkuslah Pendekar 212 dalam hujan pedang dan sambaran rujung!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Murid Eyang Sinto Gendeng ini menggerung dahsyat. Dengan cepat dia jatuhkan diri
ke lantai. Begitu jatuh di lantai dua tangannya dihantamkan nembentuk dua
lingkaran. Dua lingkaran sinar putih panas yang menyilaukan mata menggelombang. Dimana-mana
terdengar pekikan kematian. Lebih dari separoh anak buah komplotan Iblis Pencabut Sukma
terkapar di lantai ruangan dengan tubuh hangus tersambar ilmu pukulan "sinar matahari"
Pendekar 212! Melihat ini mereka yang masih hidup menjadi lumer nyalinya dan mulai pikir-pikir
untuk undurkan diri. Namun tentu saja mereka juga takut pada pimpinan, terlebih
lagi ketika. Wakil Ketua mereka membentak. "Ayo! Kalian tak perlu takut! Mari gempur lagi
dengan jurus menabas gunung menusuk bukit mendobrak bendungan!
Selama beberapa tahun belakangan ini boleh dikatakan jarang sekali Perkumpulan
Iblis Pencabut Sukma mengeluarkan jurus "menabas gunung menusuk bukit mendobrak
bendungan"
itu. Kecuali dalam menghadapi lawan yang benar-benar luar biasa tinggi ilmu
silat dan kesaktiannya. Dan hari itu bila mereka mengeluarkan jurus yang dahsyat itu
nyatalah bahwa lawan yang mereka hadapi benar-benar hebat! Dan memang begitu kenyataannya!
Pendekar 212 sendiri begitu dengar nama jurus ini tak ayal lagi segera cabut
Kapak Maut Naga Geni 212. Selama ini dia cuma pernah dengar dan mengetahui nama jurus
yang terdiri dari empat untaian kata-kata. Kini lawan menyerangnya dengan jurus enam
untaian kata- kata. Pastilah ini suatu jurus yang luar biasa!
Maka begitu lawan menyerbu, Pendekar 212 sudah putar Kapak Maut Naga Geni 212nya. Lolong kematianpun bergemalah untuk kedua kalinya di ruangan itu! Enam
anggota Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma menggeletak mandi darah. Dua orang yang masih
hidup, ditambah dengan Wakil Ketua Perkumpulan yang saat itu masih memegangi rujung
emasnya tapi yang sudah kuntung karena diterabas Kapak Pendekar 212, saling berikan
isyarat. Dua anggota yang masih hidup ini melompati Wiro dan kirimkan empat serangan berantai
sekaligus. Wakil Ketua mereka sendiri melompat kesebuah pintu dan menekan satu tombol
rahasia! Pada detik Pendekar 212 menerabas tubuh kedua lawannya dengan Kapak Maut, maka
pada detik itu pula tiba-tiba lantai yang dipijaknya terbuka ke samping. Tak
ampun lagi tubuhnyapun melayang jatuh ke dalam sebuah ruangan sedalam dua puluh tombak
sedang lantai ruangan yang tadi membuka kini secara aneh tertutup oleh jalur-jalur besi
sebesar lengan ! "Ha... ha... ha...!" Wakil Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma tertawa
bekakakan. "Sekalipun kau punya sepuluh kepala dua puluh tangan dan kaki jangan harap kau
bisa ke luar dari perangkap ini Pendekar 212!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Manusia sialan!" maka Pendekar 212 sangat geram dan penasaran. Dihantamkannya
tangan kanannya ke atas. Sinar putih berkiblat. Lantai ruangan di atasnya hancur
runtuh tapi jalur-jalur besi yang menutup lobang perangkap sedikitpun tidak berobah. Wakil
Ketua Perkumpulan sendiri saat itu dengan cepat sudah menghindar ke samping kemudian
dari balik jubahnya dia keluarkan sebuah lonceng kecil. Begitu lonceng dibunyikan maka
muncullah Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma diiringi oleh dua orang anggota klas satu
yang berkepandaian sangat tinggi.
Menyaksikan kematian banyak sekali anak buahnva maka menggerenglah Ketua
Perkumpulan ini. Mukanya yang tersembunyi dibalik kerudung mengkerut tegang,
matanya berkilat-kilat. Dia melangkah kehadapan sang Wakil.
"Sesudah seluruh anggota mampus begini rupa baru kau bunyikan lonceng memanggil
aku" Bagus betul perbuatanmu!"
Gemetarlah lutut Wakil Ketua mendengar bentakan atasannya itu. "Tapi Ketua,
manusia itu sakti luar biasa. Namun demikian aku telah berhasil meringkusnya! Lihatlah
ke bawah sana!" "Keberhasilanmu tetap tidak dapat menghindari hukuman yang bakal kau terima
kelak!" desis Ketua Perkumpulan. Dia melangkah ke tepi perangkap. Namun secepat kilat
bersurut mundur karena dari dasar perangkap menggebu segumpal angin dahsyat. Atap gedung
batu pualam yang tadi telah hancur dilanda pukulan sinar matahari kini kembali
berpelantingan!
"Kurang ajar!," bentak Ketua Perkumpulan. Tangan kanannya dipukulkan ke dasar
perangkap. Dan menderulati lima lusin jarum merah! Tapi lagi-lagi Ketua
Perkumpulan ini
dikejutkan ketika angin sedahsyat badai membuat jarum-jarum beracunnya itu
menderu kembali ke atas! Jika tidak lekas pula dia menghindar dari tepi perangkap
pastilah senjata
makan tuan! "Budak hina dina! Kau boleh keluarkan seribu ilmu tapi jangan harap kau bakal ke
luar hidup-hidup dari dalam perangkap ini!"
Habis berkata begitu dengan ibu jari kaki kanannya Ketua Perkumpulan IbIis
Pencabut Sukma menginjak sebuah tombol di salah satu sudut perangkap sebelah atas! Di
dasar perangkap, secara aneh dinding terangkat kira-kira sejengkal dan laksana air bah
dari keempat celah dinding itu berserabutanlah ratusan binatang berbisa seperti ular,
kelabang, lipan dan
kalajengking! Semuanya menyerbu menyerang Pendekar 212!
Murid Eyang Sinto Gendeng melompat dua tombak. Begitu tubuhnya mengapung di
udara tangan kirinya segera mengambil batu api 212 dari balik pinggang. Sekali
batu api dan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Kapak Naga Geni 212 diadu maka lidah apipun menderulah ke lantai perangkap.
Seluruh binatang berbisa itu tak satupun yang hidup. Semuanya terbakar musnah dengan
mengeluarkan bau yang tak nyaman dan memegapkan jalan nafas.
Pendekar 212 tidak menunggu lebih lama. Jika di luar dengan ilmu mengentengi
tubuh

Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia bisa melompat sampai tiga puluhan tombak lebih, mengapa di dalam perangkap
yang cuma sedalam dua puluh tombak itu dia tak bisa" Cuma yang dikhawatirkannya ialah jika
dia tak dapat menerobos atau menghancurkan jalur-jalur besi di atas perangkap itu dengan Kapak
Maut Naga Geni 212-nya ! Di atas sana tiba-tiba dilihatnya Ketua dan Wakil Ketua Perkumpulan Iblis
Pencabut Sukma kembali mendekati tepi perangkap. Pendekar 212 segera hantamkan tangan ke
atas mengirim pukulan matahari dan serentak dengan itu dia melompat ke udara. Kapak
Naga Geni 212 diputar dengan sebat!
"Trang... trang... trang...!"
Ternyata Kapak Naga Geni 212 mampu menghancurkan jalur-jalur besi penutup
perangkap. Pendekar 212 tertawa gembira dan berdiri dengan berkacak tangan kiri
dipinggang sementara empat lawannya di ruangan itu diam-diam menjadi ngeri melihat
kehebatan pemuda
ini! Dari kerudung dan jubahnya yang lebih merah laksana darah. Pendekar 212 segera
mengenali yang mana adanya Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma. Maka
berkatalah pemuda ini dengan membentak. "Lekas serahkan Keris Tumbal Wilajuda. Dan jika
kalian berjanji untuk kembali ke jalan yang benar niscaya aku masih mau memberi ampun!"
Ketua Perkumpulan tertawa mendengus. "Usia masih seumur jagung, tubuh masih bau
amisnya orok, mungkin tidurpun masih ngompol tapi sudah berani bicara membentak
dan memerintah dihadapanku!"
"Ucapanmu tidak lucu Ketua Perkumpulan Iblis! Ringkas kata kau mau serahkan
Keris Tumbal Wilajuda atau tidak"!"
Perlahan-lahan Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma angkat tangannya ke udara.
Gerakannya ini diikuti oleh Wakil dan dua anggotanya.
"Baik!," katanya, "aku akan serahkan Keris Tumbal Wilajuda padamu, tapi serahkan
dulu kau punya jiwa!"
Habis berkata demikian maka empat tanganpun sama-sama ditarik melancarkan
pukulan yang sangat diandalkan oleh Perkumpulan mereka yaitu pukulan pencabut sukma!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Dalam keadaan lengah seperti di Goa Dewi Kerudung Biru tempo hari mungkin empat
pukulan sakti itu akan menamatkan riwayat Pendekar 212. Tapi kali ini keadaan
berlainan, apalagi saat itu Wiro memegang pula Kapak Maut Naga Geni 212 ditangan!
Begitu empat angin maut membetot ke arah badannya maka Pendekar 212 berseru
nyaring! Tubuhnya lenyap! Menyusul suara siulan melengking dan Kapak Maut Naga
Geni 212 membuat putaran putih yang sebat sekali, angin yang ke luar dari Kapak sakti itu
melanda hebat tarikan angin maut keempat musuh. Dan setengah jurus kemudian dua anggota klas
satu Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma sama menjerit keras! Tubuh mereka rebah ke
lantai. Yang satu berbusaian isi perutnya, yang satu lagi hampir putus batang lehernya !
Ketua dan Wakil Perkumpulan terkutuk sama-sama tersurut! "Apa kau masih belum
mau serahkan apa yang kuminta"!" bentak Pendekar 212.
"Aku bilang serahkan nyawamu lebih dulu, budak hina!" balas membentak Ketua
Iblis. "Manusia tolol, dikasih ampun malah minta mampus!" Gusar sekali Pendekar 212
jadinya. Tubuhnya berkelebat untuk kesekian kalinya. Kali ini dalam jurus
"membuka jendela
memanah rembulan". Kapak Naga Geni mula-mula menderu sebat ke samping. Dan
terdengarlah jerit kematian Wakit Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma. Ketua
Perkumpulan tersirap dan melompat mundur ketika melihat Wakilnya terhuyunghuyung dengan dada mandi darah lalu jatuh duduk di lantai! Namun Pendekar 212 betulbetul tidak mau memberikan kesempatan lagi. Kapaknya terus menyelesaikan jurus yang dibuat
dan kini membabat deras ke udara!
Ketua Perkumpulan terkutuk itu melolong setinggi langit! Dagunya terbabat putus
berikut sebagian kerudungnya sekaligus! Tubuhnya terbanting ke dinding! Ketika
Kapak Maut Naga Geni hendak membalik lagi guna menamatkan riwayat Ketua Perkumpulan durjana
itu maka tahu-tahu melesatlah sesosok tubuh manusia dan terdengar satu seruan.
"Bangsat yang satu ini adalah bagianku, Wiro!".
-- == 0O0 == -ENAM BELAS PENDEKAR 212 berpaling yang datang ternyata Dewi Kerudung Biru alias Anggini !
"Ah, kau rupanya Anggini. Betul, memang tepat sekali kalau kau yang cabut nyawa
anjing manusia terkutuk ini! Kau selesaikanlah perhitungan lamamu!"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Ketika Pendekar 212 bicara ini, Ketua Perkumpulan Iblis pergunakan kesempatan
untuk menghambur ke pintu. Tapi secepat kilat Wiro angsurkan kaki kirinya menyerimpung
pergelangan salah satu kaki Ketua Perkumpulan Iblis itu. Tak ampun lagi tubuhnya
tersungkur ke lantai! "Cepat bangun, manusia iblis agar cepat pula kuantarkan kau punya nyawa
menghadap penjaga neraka!," bentak Dewi Kerudung Biru!
Perlahan-lahan Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma berdiri. Tiba-tiba dia
hantamkan satu pukulan ke arah Dewi Kerudung Biru. Tapi tenaga pukulannya ini
sudah banyak berkurang akibat luka didagunya yang mengandung bisa dan bisa mana mulai
menjalar kesegenap pembuluh darahnya!
Melihat lawan memukul, Dewi Kerudung Biru berkelit cepat dan kirimkan serangan
balasan yaitu jurus naga kepala seribu mengamuk! Terkejutlah Ketua Perkumpulan
Iblis melihat jurus yang dahsyat ini. Dia melompat mundur tiga tombak dan berseru.
"Dewi Kerudung Biru, antara kau dan aku tiada permusuhan, mengapa kita musti bertempur
begini rupa"!"
Dewi Kerudung Biru tertawa dingin sedingin salju. "Kau lupa pada seorang gadis
yang hendak kau perkosa beberapa bulan yang lalu"!" Dewi Kerudung Biru membuka
kerudung penutup wajahnya! "Apa kau masih lupa dan tidak kenali aku"!"
Terkejutlah Ketua Iblis Pencabut Sukma melihat paras gadis dihadapannya. Namun
rasa terkejutnya ini tiada lama. Anggini kembali menyerbu.
Kali ini dalam jurus "cakar garuda emas". Kedua tangannya terpentang.
"Breet!" Kuku-kuku yang panjang dari gadis itu menyambar dada sang Ketua. Dan
tidak sampai di sana saja, Anggini buka mulutnya lebar-lebar.
"Huaah!"
Menyemburlah asap kencana biru ke arah Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma.
Manusia ini menjerit. Tubuhnya terhuyung-huyung. Ketika dia rebah ke lantai maka
sekujur badannya menjadi sangat biru! Tamatlah riwayat manusia yang paling terkutuk dan
ganas itu. Belum puas sampai di situ, Anggini maju mendekati mayat laki-laki itu lantas
menendang kepalanya. Tubuh Ketua Perkumpulan Iblis Pencabut Sukma mencelat enam tombak
kepalanya hancur! "Kau hebat sekali, Anggini," memuji Pendekar 212 seraya melangkah mendekati
mayat Ketua Iblis Pencabut Sukma. Ketika digeledah di balik pinggangnya diketemukan
Keris Tumbal Wilajuda! Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya Wiro"," bertanya Dewi Kerudung Biru
atau Anggini. Pendekar 212 merenung beberapa lamanya lalu menjawab. "Setelah Keris Tumbal
kerajaan ini berhasil diketemukan, kurasa ada baiknya aku segera menemui Sultan
Banten". "Mengapa begitu"," tanya Anggini. "Bukankahkau sendiri sudah tahu bahwa Sultan
Hasanuddin pergi ke Demak untuk meminta bantuan balatentara dari Sultan
Trenggono guna mengusir kaum pemberontak yang kini bercokol di Banten?"
"Betul, namun saat ini aku ada rencana baru. Rencanaku ini akan sangat banyak
mengurangi korban-korban yang tiada berdosa....."
"Aku tak mengerti maksudmu," kata Anggini pula.
I Pendekar 212 tersenyum. "Kau akan mengerti setelah menyaksikannya sendiri nanti.
Sementara aku menyusul Sultan ke Demak, kuharap kau sudi pergi keperbatasan dan
menunggu kedatangan kami di sana..."
Bagi Anggini adalah lebih disukainya bila dia bisa ikut bersama-sama dengan
pemuda itu. Namun setelah berpikir sejurus akhirnya dia menganggukkan kepala.
"Sampai jumpa Anggini," kata Pendekar 212 seraya memegang bahu gadis itu.
Anggini meremas seketika jari-jari si pemuda dan sebelum tubuhnya lebih dijalari
gelora darah muda maka Pendekar 212 segera meninggalkan tempat itu.
Meskipun satu hari terlambat namun dengan ilmu larinya yang sangat lihai, Wiro
berhasil mendahului Sultan. Hasanuddin yang berangkat ke Demak dengan menunggangi seekor
kuda. Wiro menunggu kedatangan Sultan di jalan luar kota sebelah timur. Tentu saja
Sultan Hasanuddin sangat terkejut dan heran bertemu dengan pemuda sahabatnya itu.
"Sahabat, bagaimana kau tahu-tahu sudah muncul di sini?" tanya Sultan seraya
turun dari kuda. Dengan ringkas Wiro Sableng segera berikan keterangan. Selesai memberikan
keterangan maka dikeluarkannyalah Keris Tumbal Wilayuda dan diserahkannya pada
Sultan. Berseri-serilah paras Sultan Hasanuddin. "Sahabat jasamu sungguh tak dapat
diukur dengan luasnya laut, dengan tingginya gunung. Aku berterima kasih betul
kepadamu..."
Wiro memotong ucapan Sultan dengan berkata. "Sultan sebelum memasuki kota
dan menemui Sultan Trenggono perkenankanlah aku memberikan sedikit rencana...."
"Boleh saja. Silahkan" kata Sultan seraya sisipkan Keris Tumbal Wilajuda
dibalik pinggang pakaian. "Dengan membawa balatentra Demak ke Banten berarti
akan Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
pecah lagi peperangan dan pertumpahan darah di Banten. Sultan tentu lebih tahu
dariku bahwa akibat peperangan yang paling buruk ialah jatuhnya beban penderitaan,
serta kesengsaraan dipundaknya rakyat jelata...."
"Betul, dalam hal ini aku memang sedapat-dapatnya berusaha agar penduduk
jangan sampai banyak yang jatuh korban," kata Sultan pula.
Wiro mengangguk. "Di samping itu, sebagian besar dari prajurit-prajurit
pemberontak tiada lain hanya merupakan alat mati yang bisa dikutak kutik oleh
atasan! Di hati kecil mereka sendiri mungkin tak ingin melakukan pertumpahan darah itu.
Tapi demi tugas dari atasan, mereka terpaksa melakukan peperangan yang kejam itu.
Jadi letak tanggung jawab, atau biang racun dari segala kemusnihan dan penderitaan
itu tiada lain terletak di tangan pentolan-pentolan tinggi pemberontak! Nah, manusiamanusia inilah yang harus kita lenyapkan lebih dulu.... yang dibawah soal mudah..Apalagi
dua bergundalnya pembantu Parit Wulung yaitu Resi Singo Ireng serta Macan Seta telah
menemui ajal!"
"Apa yang kau katakan itu semua adalah benar sobat," kata Sultan. "Tapi aku
masih belum melihat bagaimana caramu yang tepat dan baik dalam merebut kembali
takhta kerajaan dengan menghindarkan pertumpahan darah...."
"Kalau Sultan bisa memberikan sedikit kepercayaan kepadaku, pastilah aku akan
bersedia melaksanakannya... Maka Pendekar 212-pun menuturkan rencananya
selengkapnya. -- == 0O0 == -TUJUH BELAS MALAM itu di satu ruangan rahasia Parit Wulung, Karma Dipa, Djuanasuta dan
seorang tokoh terkemuka dari Partai Api Setan yaitu suatu partai silat yang dipimpin
oleh Resi Matjan Serta
tengah melakukan perundingan penting. Tokoh silat ini adalah murid terpandai
dari Matjan Seta
yang telah mewarisi seluruh kepandaian Resi itu. Namanya Rana Tikusila. Dia dan
selusin anggota
partai lainnya sengaja diminta datang ke Banten oleh Parit Wulung untuk
memperkuat kedudukannya dan menjaga segala sesuatu yang tak diingini. Seperti Matjan Seta,
muka merekapun coreng moreng. Parit Wulung yang duduk dikepala meja segera buka bicara.
"Saudara-saudara
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
pertemuan ini adalah penting sekali sehubungan dengan Keris Tumbal Wilajuda.
Sampai seka[ang
kita masih belum berhasil menemukannya sedang Sultan sendiri tak diketahui
jejaknya. Resi Singo
Ireng dan Resi Matjan Seta tidak pula kunjung ada kabar beritanya. Aku
berharap..."
Parit Wulung tiba-tiba hentikan ucapannya. Dia memandang ke sebuah alat rahasia
disudut ruangan. Alat itu kelihatan bergerak-gerak.
"Saudara-saudara bersiaplah," kata Parit Wulung. Ada tamu yang tak diundang


Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rupanya mendengarkan perundingan kita ini di atas loteng!"
Dan baru saja Parit Wulung selesai mengucapkan kalimat itu, dua lembar papan
loteng terbuka dan sesosok tubuh laksana seekor alap-alap melayang turun. Suara kedua
kakinya sama sekali tiada terdengar sewaktu menjajaki lantai!
Rana Tikusila, Karma Dipa dan Djuanasuta segera cabut senjata. Parit Wulung
sendiri berdiri dari kursi dan membentak.
"Manusia atau setan! Apakah kau punya nyawa rangkap berani datang ke sini"!"
Tamu tak diundang itu keluarkan, suara bersiul yang tak asing lagi yang
menandakan bahwa
dia bukan lain daripada Pendekar 212 adanya.
"Kau terlalu menghina padaku, Parit Wulung," menyahuti Pendekar 212. Dia melirik
sedikit ketika melihat Rana Tikusila melangkah kehadapannya dengan pedang melintang.
"Lekas katakan apa maksud kedatanganmu ke sini!," kata Tikusila seraya angkat
tinggi- tinggi tangan kanannya yang memegang pedang.
"Aku adalah utusan pribadi Sultan Hasanuddin!".
Maka terkejutlah semua yang , hadir di tempat itu. Dari balik pakaiannya
Pendekar 212 keluarkan segulung kertas dan melemparkan benda itu yang tepat jatuh memalang di
atas gelas tuak,
dihadapan Parit Wulung.
"Silahkan baca," kata Pendekar 212 pula. Parit Wulung keretakkan rahang melihat
sikap yang merendahkan ini tapi gulungan surat di atas gelas diambil dan dibacanya
juga. Parit Wulung, Aku berikan kesempatan padamu untuk menyerahkan diri bersama
bergundal-bergundal pemberontak lainnya malam ini. Maksud busukmu
untuk menduduki takhta kerajaan Banten secara tidak syah di atas lumuran
darah sekian banyak rakyat dan prajurit Banten serta sekian banyak
pembesar-pembesar istana yang tak berdosa akan sia-sia saja ! ,
Keris Tumbal Witajuda walau bagaimanapun tak bakal kau dapat. Dua
cecunguk pembantumu yaitu Resi Singo Ireng dan Matjan Seta telah
menemui ajalnya.
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Jika kalian menyerah, hukuman yang bakal dijatuhkan tidak begitu berat.
Tapi bila kalian membangkang, kepala kalian jadi imbalannya karena walau
bagaimanapun yang bathil tak akan bisa mengalahkan yang hak, kejahatan
tak akan bisa mengalahkan, kebenaran !
Ingat, waktumu cuma sampai malam ini !
Tertanda SULTAN HASANUDDIN
Mengelam wajah Parit Wulung membaca surat itu. Namun kemudian keluarlah suara
tertawanya bergelak. Diserahkannya surat itu pada Karma Dipa, Karma Dipa
meneruskan pada
Djuanasuta dan Djuanasuta meneruskan lagi pada Rana Tikusila. Dan ruangan itu
kemudian pecahlah oleh suara tertawa bergelak keempat manusia itu.
Wiro sendiri mengerendeng dalam hatinya. "Kau utusan Sultan yang tampangmu macam
orang hutan!" kata Rana Tikusila, "aku mau tanya, Sultanmu itu andalkan apakah
sampai berani membuat surat ancaman macam begini rupa "!"
Wiro tertawa gelak-gelak. "Kau keliwat menghina sobat!" katanya. "Coba lihat ke
kaca besar di dinding sana, tampangmu yang coreng moreng macam orang gila itu jauh lebih
buruk dari padaku! Kurasa kalau orang tuamu bukannya macan jadi-jadian pastilah macan
kesurupan!"
Maka marahlah Rana Tikusila rnendengar hinaan ini.
"Sret," dicabutnya sebilah pedang lalu dengan, cepat kirimkan satu tusukan
mematikan ke arah dada Pendekar 212. Tusukan ini adalah sebagian dari jurus paling tangguh
dalam ilmu pedang
Partai Api Setan dan dinamakan jurus "anak panah menembus rembulan!" Selama
menghadapi lawan-lawan tangguh jarang dari mereka yang sanggup mengelakkannya Kalaupun
berhasil maka biasanya tak akan mampu untuk mengelakkan jurus susulan yang dinamakan "gendewa
menyambar puncak gunung".
Tapi hari itu Rana Tikusila ketemu batunya. Tusukannya tiada tersangka hanya
mengenai tempat kosong karena berhasil dikelit oleh Pendekar 212. Dengan penasaran dan
juga malu pada kolega-koleganya di ruangan itu maka,Tikusila segera susul dengan jurus "gendewa
menyambar puncak gunung". Pedangnya membalik membabat ke arah pinggang lawan!
Namun nasib anak buah Partai Api Setan ini lebih buruk lagi. Dengan kecepatan
yang sukar dilihat mata, Pendekar 212 berhasil memukul sambungan siku Tikusila. Pedang
mental ke udara,
Tikusila sendiri meraung kesakitan! Dan sesaat kemudian pedangnya sudah berada
di tangan Pendekar 212! Mata Parit Wulung dan dua orang lainnya membeliak besar. Rana Tikusila sendiri
pucat pasi wajahnya, memercik keringat dingin di keningnya!
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Aku datang ke sini bukan untuk membuat keributan tapi hanya sekedar
menyampaikan surat Sultan Banten! Aku minta jawaban sekarang juga apakah. kalian sudi
menyerah atau tidak"!"
Parit Wulung merampas surat yang dipegang oleh Rana Tikusila lalu merobekrobeknya. "Ini jawaban kami!" kata Parit Wulung pula serta melemparkan robekan surat ke
muka Wiro Sableng. Pendekar muda ini, tiup robekan surat-surat itu hingge bertebaran di
lantai. "Besok pagi jangan harap kalian masih bercokol di dalam istana ini....."
"Saudara-saudara, sangkap manusia yang satu ini!". Parit Wulung beri perintah.
Pendekar 212 tertawa mengekeh. Pedang di tangan kanan dilemparkannya ke lampu
besar yang menerangi ruangan itu. Dengan serta merta gelaplah suasana dan
secepat kilat Wiro
melompat ke atas loteng, lenyap dikegelapan malam.
Ketika pagi tiba maka gemparlah seluruh penduduk Kotaraja. Bagaimanakah tidak.
Di halaman depan istana berjejer, bergantungan di tiang langkan muka lima belas
manusia yang sudah menjadi mayat. Mata semuanya mendelik, lidah terjulur dan pada kening
masing-masing tertera tiga angka yang tak asing lagi yaitu angka 212 !
Kelima belas manusia yang telah menemui ajal dengan cara yang aneh ini ialah
Rana Tikusila bersama dua belas anggota Partai Api Setan, Djuanasuta dan Karma Dipa,
dua pentolan pemberontak dari Pajajaran!
Pada masing-masing leher kelima belas mayat itu tergantung secarik kertas yang
bertuliskan: Kepada kalian telah diberikan syarat keampunan untuk menyerah.
Tapi kalian sengaja memilih kematian macam begini. Kalian lupa bahwa
kebathilan akan selalu hancur oleh yang hak.
Kepada para perajurit dan rakyat Banten yang masih setia pada
Sultan, hari ini adalah hari kebebasan Banten dari cengkeraman kaum
pemberontak ! Tertanda SULTAN HASANUDDIN
Di balik kegemparan yang menyungkupi setiap diri manusia yang ada di Banten maka
berbagai pertanyaan timbul pula dikalangan mereka. Siapakah yang telah membunuh
dan menggantung kelima belas manusia itu" Apakah arti angka 212 dikening mayatmayat. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa terbunuhnya beberapa prajurit pemberontak
diperbatasan tempo hari" Apakah Sultan masih hidup dan, surat itu benar-benar ditandatangani
olehnya" Kalau betul masih hidup di mana dia berada sekarang" Kemudian di mana pula Resi
Singo Ireng Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
serta Matjan Seta yang menjadi pentolan pembantu utama Parit Wulung" Kalau betul
Sultan sudah muncul kembali dan turun tangan, mengapa Parit Wulung sendiri tidak
digantung"!
Di dalam suasana yang serba membingungkan dan penuh tanda tanya tak terjawab itu
sekelumit harapan timbul di kalangan rakyat bahwa mereka betul-betul akan bebas
dari kaum pernberontak. Sekelumit harapan ini ditunjang pula oleh sebagian besar
balatentara Banten
yang sesungguhnya masih setia pada Sultan. Dan dari hanya sekelumit harapan
untuk bebas maka menjadilah satu tekat bulat untuk angkat senjata menumbangkan kekuasaan
yang tidak syah itu. Lagi pula satu-satunya pentolan pemberontak yang masih bercokol di
istana saat itu
cuma tinggal Parit Wulung seorang. Yang lain-lainnya sudah menemui kematian.
Singo Ireng dan Matjan Seta sudah sejak seminggu lenyap, mungkin juga kini cuma tinggal nama
saja! Sementara itu di dalam istana begitu menyaksikan lima belas mayat yang digantung
itu, sekujur tubuh Parit Wulung laksana diserang demam panas dingin. Mukanya sepucat
salju. Tengkuknya sedingin es. Siapakah yang punya kerja menggantungi pembantu-pembantu
utamanya demikian rupa" Dugaannya keras pada pemuda yang datang malam tadi!
Dalam kebingungan dan kengeriannya Parit Wulung sampai lupa untuk memerintahkan agar
lima belas mayat yang digantung itu diturunkan!
Bila dia berhasil menguasai dirinya kembali maka diperintahkannyalah beberapa
kelompok pasukan untuk melakukan pembersihan di seluruh Kotaraja dan menyelidik
ke perbatasan. Namun sebelum pasukan-pasukan itu bergerak, maka sebagian dari
balatentara yang
masih setia pada Sultan bersama-sama dengan rakyat yang membawa berbagai macam
senjata sudah menyerbu laksana air bah. Harapan untuk bebas dari kaum pemberontak, tekat
bulat untuk menegakkan kembali Kerajaan Banten yang syah serta pembalasan dendam kesumat
atas sanak saudara dan karib kerabat yang mati ditumpas kaum pemberontak tempo hari, itulah
semua yang membuat mereka tanpa diberi komando lagi, menyerbu dengan dahsyatnya !
Dan pada saat pertempuran berkecamuk hebat maka melesatlah tiga sosok tubuh
manusia dari wuwungan istana. Yang pertama seorang perempuan berkerudung biru,
yang kedua seorang pemuda berambut gondrong bertampang gagah dan yang ketiga adalah
Sultan sendiri! Maka semangat tempur para penegak keadilan itupun berlipat gandalah!
Parit Wulung dan beberapa orang sisa-sisa pembantunya yang berkepandaian tinggi
bertahan mati-matian di dalam kurungan kira-kira tiga puluh prajurit dan empat
puluh rakyat jelata. Ketika Sultan, Dewi Kerudung Biru dan Pendekar 212 maju pula ke tengah
gelanggang, maka hanya beberapa gebrakan saja tewaslah pembantu-pembantu utama Parit Wulung!
Manusia pengkhianat besar ini dengan putus asa coba bunuh diri dengan hantamkan
pedang ke Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
kepalanya. Tapi Pendekar 212 lebih cepat merampas senjata itu. Sultan dan Dewi
Kerudung Biru kemudian meringkus Parit Wulung! Maka hari itu tamatlah riwayat kekuasaan
kaum pemberontak di bawah pimpinan pengkhianat Parit Wulung dan kawan-kawannya!
Di mana-mana hanya tebaran mayat yang kelihatan. Di mana-mana hanya suara- gegap
gempita rakyat dan prajurit-prajurit yang terdengar menyambut kemenangan dan
mengeluk- elukan Sultan Hasanuddin.
Kemudian diantara rakyat dan prajurit-prajurit Banten banyak yang berteriak.
"Gantung Parit Wulung!"
"Cincang tubuhnya sampai lumat!"
"Hukum picis pengkhianat itu !"
"Bakar saja hidup-hidup!" teriak kelompok yang lain!
Sementara itu di langkan istana, di bawah lima belas mayat yang masih tergantung
berputar-putar di tiup angin pagi, pendekar 212 dan Dewi Kerudung Biru berdiri
dihadapan Sultan. "Sultan kami rasa segala sesuatunya sudah selesai kini. Kami berdua mohon
diri...." Sultan terkejut. "Tidak bisa!," kata Sultan setengah berteriak.
"Kalian berdua musti tinggal dulu di sini beberapa lamanya. Bahkan aku sudah
punya rencana untuk mengangkat kau sebagai Kepala Balatentara Banten merangkap
Pengawal Pribadiku, Wiro!".
Wiro dan Anggini tersenyum. "Hatimu mulia sekali Sultan," sahut Pendekar 212.
"Tapi kami berdua adalah orang-orarig persilatan yang suka bertualang. Di lain hari
kita akan berjumpa
dan berkumpul lagi..."
Sultan merasa kecewa.. Hatinya juga sangat terharu. "Kalian berdua telah berjasa
besar terhadap Kerajaan dan rakyat Banten. Aku harus umumkan hai ini sekarang juga
dihadapan rakyat...."
"Ah, jangan.... tak usah Sultan" kata Anggini dan Wiro pula.
Sultan mengambil sebuah benda berbentuk bintang bersudut delapan dengan sebuah
berlian besar di tengahnya. "Anggini," kata Sultan pada Dewi Kerudung Biru,
"benda ini adalah


Wiro Sableng 004 Keris Tumbal Wilayuda di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bintang utama Kerajaan Banten yang hanya diserahkan pada siapa saja yang telah
berjasa pada Kerajaan dan Raja Banten. Ini juga sebagai tanda bahwa yang memegangnya adalah
sahabat Raja dan rakyat Banten. Terimalah....''
"Sultan... mana bisa aku yang rendah dan sama sekali tidak membuat jasa apa-apa
musti menerima bintang penghargaan begitu rupa....?"
Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
"Terimalah Anggini. Pada Wiro juga sebelumnya telah pernah kuberikan...."
Dengan malu-malu Anggini kemudian menerima jaga bintang bersudut delapan bermata
berlian yang terbuat dari emas itu, Tiba-tiba Sultan ingat sesuatu. "Andjarsari,
bagaimana Andjarsari ...... ?"
"Dirinya tak perlu dikhawatirkan Sultan," menjawab Dewi Kerudung Biru. "Saat ini
dia masih berada di Lembah Batu Pualam dalam keadaan tak kurang suatu apa. Seorang
pengemudi kereta dan dua prajurit utama telah kami suruh ke sana untuk menjemputnya...."
"Ah, jasa kalian berdua benar-benar setinggi langit sedalam lautan. Aku betulbetul berterima kasih..."
Pendekar 212 tersenyum. "Bukan kepada kami sebenarnya kau harus berterima kasih
Sultan. Tapi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita manusia hanya hamba-hamba Tuhan,
hanya alat Tuhan yang cuma sanggup berusaha sedang ketentuan tetap ditanganNya......."
Sultan manggut-manggut. Dari balik pakaiannya dikeluarkannya Keris Tumbal
Wilajuda. Dengan ujung senjata itu digoresnya kedua telapak tangannya sehingga
mengeluarkan darah.
"Kuharap kalian berdua juga suka menggores telapak tangan masing-masing..."
Anggini dan Wiro saling pandang. "Untuk apa kah Sultan?" tanya Wiro pula.
"Gores sajalah," desak Sultan.
Kedua orang itu kemudian sama menggores telapak tangan masing-masing. Wiro
menggores telapak tangan kanan sedang Anggini tangan kiri. Sultan kemudian
menempelkan eratrat telapak tangan kanannya ke telapak tangan kanan Wiro sedang telapak tangan
kiri ke telapak
kiri Anggini. Kemudian kedua tangannya diacungkan tinggi-tinggi ke udara. Dan
karena tak dapat
membendung lagi perasaan hatinya maka berserulah Raja Banten ini.
"Saudara-saudaraku para prajurit dan rakyat Banten! Hari ini di bawah penyaksian
kalian, aku mengangkat saudara terhadap dua orang yang telah berjasa besar terhadap kita
sekalian...."
"Sultan!" seru Pendekar 212. "Kami .ini hanya manusia-manusia rendah jelata,
bagaimana kau sudi mengangkat saudara..."
Sultan tersenyum. "Darahku dan darah kalian telah bercampur. Tadi kau menyebut
nama Tuhan, apakah ada perbedaan aniara aku dan kalian sebagai manusia di mata
Tuhan...."!"
Dan Sultan berseru lagi. "Yang di sebelah kananku ini adalah Pendekar 212 Wiro
Sableng dan yang berkerudung adalah Dewi Kerudung Biru Anggini !'' `
Maka untuk kesekian kalinya tardengarlah gegap gempitanya suara orang banyak
yang menyambut ucapan Sultan itu. Dan ketika sekilas Sultan memandang ke arah timur,
maka Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
berserilah parasnya. Nun jauh di sana, di lereng bukit, kelihatan meluncur
sebuah kereta. Kereta yang membawa Andjarsari, calon permaisurinya.
T A M A T Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Keris Tumbal Wilayuda
Salam 212 SEMUA HAK KARYA CIPTA CERITA INI ADALAH MILIK
ALMARHUM BASTIAN TITO
Diketik ulang oleh Kailani Sekali
Hanya untuk para pendekar semua pecinta Wiro Sableng
Saran dan kritik kirim ke: kucinglistrik@gmail.com
Pendekar Penyebar Maut 17 Pendekar Rajawali Sakti 152 Istana Goa Darah Raja Silat 10

Cari Blog Ini