Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun Bagian 1
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 051 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Solgeek (Dani) dan Kiageng80
1 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PENDEKAR 212 WIRO SABLENG memandang berkeliling dengan heran.
Betulkan ikat kepala kain putihnya lalu menggaruk rambut.
"Aneh... Setahuku setiap hari Ahad pasar ini selalu ramai oleh penjual dan
pembeli. Tapi kali ini jangankan manusia, jangankan orang yang berjualan dan
mereka yang mau membeli. Nyamuk dan lalatpun tidak kelihatan! Apa yang
terjadi... Perutku sudah lapar, aku membayangkan akan makan ketan bakar di
sudut sana. Nyatanya pasar ini sudah berubah jadi kentut! Eh, kentutpun masih
ada bunyi-bunyi dan baunya! Tapi disini tak ada bunyi. Sepi! Tak ada bau!"
Wiro menyeringai geleng-geleng kepala. Akhirnya dia tinggalkan pasar itu.
lanjutkan perjalanan memasuki kampung terdekat di pinggir pasar. Begitu
memasuki mulut kampung sebuah gerobak yang ditarik seekor sapi putih
bergerak deras ke arahnya.
"Awas! Minggir! Anakku... istriku... Tolong! Minggir!" teriak orang yang
mengemudikan gerobak,itu.
Wiro cepat menyingkir ke tepi jalan. Gerobak lewat disampingnya dengan
cepat. Sekilas Pedekar 212 melihat dua sosok tubuh terbujur di atas gerobak
sapi itu. Yang di sebelah kiri seorang anak lelaki berusia lima tahun, terbaring
menelentang tanpa baju. Muka dan terutama bibirnya tampak biru. Kedua
matanya membeliak sedang tangan dan kakinya tampak tegang kaku. Sekujur
tubuhnya tidak bergerak sedikitpun. Disela bibirnya tampak busah melueh
Yang kedua seorang perempuan ibu si anak lelaki juga terbaring dengan
muka dan bibir biru Dan mulutnya yang berbusah terdengar suara erangan
Tubuhnya menggeliat-geliat kejang. Bagian hitam matanya terbalik-balik
Awas! Minggir! Tolong! Tolong anak istriku kembali terdengar suara
pengemudi gerobak sapi berteriak
Sesaat Wiro masih tertegak heran di tepi jalan. Lalu di depan sana
dilihatnya seorang pejalan kaki memandang ke arah lenyapnya gerobak sapi di
tikungan jalan. Wiro dekati orang ini yang ternyata seorang kakek mengenakan
celana panjang hitam dan kain sarung di bahunya.
"Kek...," menegur Wiro. "Kau barusan melihat gerobak sapi itu... Kau tahu
apa yang terjadi?"
Si kakek menatap sesaat pada Wiro lalu menjawab. "Ah, sampean tentu
bukan penduduk sekitar sini. Jadi tidak pernah mendengar apa yang terjadi sejak
satu bulan belakangan ini. Dedemit Karang Gontor sedang murka. Puluhan jiwa
penduduk telah disedotnya."
"Dedemit Karang Gontor" Menyedot jiwa penduduk...?"
"Betul' anak muda. Anak serta istri orang yang membedal gerobak sapi
tadi pastilah korban-korban baru dedemit itu!" berkata si kakek.
Wiro garuk-garuk kepalanya. "Aku tak mengerti kek. Bagaimana bisa ada
2 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dedemit menyedot jiwa manusia..."
"Itu karena ulah manusia sendiri, anak muda. Manusia-manusia disini
sudah bertumpuk dosanya. Bumi Tuhan menjadi kotor. Dedemit yang bermukim
di Karang Gontor jadi gerah, lalu murka. Satu persatu dia mencari korban.
Menyedot nyawa korbannya lewat mulut. Itu sebabnya mereka yang jadi korban
pada biru bibir dan mukanya sampai ke leher..."
"Gila Sulit dipercaya! Ada dedemit kegerahan lalu minta nyawa manusia!
Gila! ujar Wiro.
"Gila atau tidak, itulah yang terjadi. Dan kau setiap saat bisa saja jadi
korbannya! Aku yang sudah tua begini kalau sampai jadi korban tak akan
menyesal. Lebih baik cepat mati dari pada hidup menderita...!"
"Kek, apa ada orang yang pernah melihat dedemit yang kau katakan
itu...?" Wiro bertanya.
"Anak muda, pertanyaanmu sungguh totol. Tidak melihat saja nyawanya
sudah bisa disedot, apalagi kalau sampai melihat! Heh... kau lihat pasar di
ujung sana" Sepi. Tak ada yang berani berjualan karena takut akan jadi korban
dedemit. Semua orang pada mendekam dalam rumah karena ketakutan. Banyak
yang sudah mengungsi ke tempat jauh yang aman. Kampung ini saja hampir
kosong tidak didiami lagi!"
"Lalu, orang yang memacu gerobak sapi tadi, mau dibawanya kemana
anak dan istrinya itu...?"
"Di kaki bukit sebelah timur sana, ada seorang dukun. Namanya Ki Dukun
Japara. Pasti dia membawa anak istrinya kesana untuk minta tolong. Namun
seperti yang sudah-sudah, nyawa orang-orang yang kena pencet Dedemit
Karang Gontor tak bakal bisa diselamatkan lagi...!"
"Kek, tadi kau bilang dedemit itu menyedot nyawa, kini memencet. Mana
yang betul kek...?" tanya Wiro pula.
Si kakek menyeringai. "Dedemit itu kalau inginkan nyawa manusia ya
suka-sukanya saja. Mau menyedot lewat bibir atau pantat, mau mencekek leher
atau memencet kemaluan korbannya, yah itu terserah dia. Pokoknya korban mati
dan dia puas. Kau sendiri mau mati cara mana anak muda..." Di sedot... di
cekek... atau dipencet anumu itu...?"
Wiro menjawab. Sambil geleng-geleng kepala dia memutar tubuh lalu
berkelebat menuju ke arah lenyapnya gerobak sapi tadi. Si kakek tersentak kaget
ketika pemuda dengan siapa dia tadi bicara kini berkelebat lenyap dan tahu-tahu
sudah ada di tikungan jalan sana. Pucatlah wajah orang tua ini.
"Astaga..." katanya dengan suara gemetar.
"Jangan-jangan pemuda itu penjelmaan Dedemit Karang Gontor!" Lalu
dirabanya ubun-ubunnya Dipegangnya bibirnya. Disentuhnya lehernya dan
terakhir sekali dirabanya bagian bawah perutnya. "Ah... masih ada... Untung
anuku tidak dipencetnya!" Dengan terbungkuk-bungkuk orang tua ini bergegas
meninggalkan tempat itu.
WALAUPUN GEROBAK SAPI itu tidak kelihatan lagi namun dari jejak roda
3 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
yang membekas jelas di tanah jalanan Pendekar 212 Wiro Sableng dapat
mengetahui ke arah mana perginya gerobak itu. Dengan mengandalkan ilmu lari
kaki angin warisan Eyang Sinto Gendeng. Wiro berkelebat ke arah timur. Dia
sengaja mengambil jalan memotong. Di satu bukit kecil dia dapat melihai
gerobak sapi yang di muati dua orang korban Dedemit Karang Gontor meluncur
di jalan berbelok-belok diantara kaki-kaki bebukitan.
Di hadapan sebuah rumah panggung yang mulai dari tiang, lantai dan
dinding sampai ke atapnya terbuat dari bambu, orang yang memacu sapi
hentikan gerobaknya.
"Ki Dukun! Ki Dukun Japara! Tolong Lekas! Tolong istri dan anakku!"
berteriak kusir gerobak itu. Lalu dia melompat turun dari gerobak, menarik sosok
tubuh anak lelakinya, mendukungnya lalu membawanya naik ke atas rumah
panggung. "Ki Dukun! Tolong...! teriak kusir gerobak itu kembali. Anaknya
dibaringkan di lantai rumah bambu, dihadapan sebuah pintu. Pintu ini kemudian
digedornya berulang kali sambil terus berteriak.
Pintu terbuka. Seorang tua bermata juling, mengenakan pakaian serta
destar hitam keluar sambil memuntir-muntir kumis mablangnya dengan tangan
kiri sedang jari-jari tangan kanan mempermainkan sebuah tahi lalat besar yang
menonjol di dagu sebelah kanan.
"Astaga! Juminto! Kowe rupanya! Eh, apa yang terjadi...!"
"Anakku Ki Dukun! Tolong! Selamatkan jiwanya Jangan biarkan Dedemit
Karang Gontor mengambil nyawanya!" Habis berkata begitu lelaki bernama
Juminto itu berbalik lalu lari menuruni tangga bambu
"Hai! Kowe mau kemana Juminto"!" memanggil orang tua bermata juling
yang ternyata adalah Ki Dukun Japara.
"Istriku! Istriku juga disedot Dedemit Karang Gontor! Aku akan
membawanya ke atas rumah ini Tapi tolong dulu anakku! Selamatkan jiwanya!'
"Ah...Lagi-lagi Dedemit Karang Gontor..." ujar Ki Dukun lalu menghela
natas panjang dan tampak masygul. :."Puluhan korban sudah jatuh. Sampai
kapan bencana ini akan berakhir...?" Lalu Ki Dukun Japara berlutut. Dia usap
kening serta pegang dada anak lelaki yang terbujur di lantai bambu. Diamatinya
bibir si anak, lalu sepasang matanya yang terbalik. Kembali orang tua ini
gelengkan kepala dengan wajah masygul.
Saat itu Juminto sudah naik kembali keatas rumah panggung. Kali ini
mendukung istrinya dan membaringkannya di lantai disamping anak lelakinya.
Berbeda dengan si anak yang tampak kaku tak bergerak, si ibu masih
terdengar mengerang dan melejang-lejang.
'Ki Dukun! Tolong! Tolong mereka cepat!" teriak Juminto. "Jangan cuma
melihat saja! Tolong, selamatkan anak istriku...!"
"Ki Dukun Japara memeriksa keadaan istri Juminto. Sesaat kemudian dia
berpaling pada lelaki itu dan gelengkan kepalanya, lalu berkata : "Juminto,
sudah puluhan orang kulihat dalam keadaan seperti ini. Semua tak bisa kutolong. Sekali
Dedemit Karang Gontor murka dan minta korban tak ada satu kekuatanpun yang
4 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
bisa menghalanginya! Sebaiknya kau relakan saja kepergian mereka Juminto..."
Juminto jatuhkan dirinya di lantai bambu. Setengah meratap, dia
memohon: "Tolong Ki Dukun. Tolong...!"
"Aku tidak mampu menolongnya, Juminto. Tidak mampu! Jangan
memaksa!" "Ki Dukun... Percuma! Percuma kau jadi dukun kalau tidak bisa
menolong!" teriak Juminto. Pemandangannya jadi gelap. Dia melompat dan
mencekal leher baju Ki Dukun dengan kedua tanganya. "Kau harus bisa... Kau
harus bisa mengobatinya! Harus! Kalau tidak kau akan kubunuh Ki Dukun!"
Juminto mengancam dalam kalapnya. "Akan kubunuh! Kau dengar ucapanku"!"
Sepasang mata juling Ki Dukun Japara tampak membeliak dan wajahnya
jadi beringas. "Kau boleh membunuhku seratus kali! Tapi sekali aku bilang tidak
mampu, aku tetap tidak mampu! Bahkan anakmu kulihat sudah tak punya nafas
lagi. Istrimu sebentar lagi pasti juga dibawa Dedemit Karang Gontor itu!
Mendengar ucapan itu Juminto meraung lalu jatuhkan diri ke lantai. Saat
itulah terdengar satu suara.
"Jika diizinkan Gusti Allah, mungkin aku bisa menolong istri Juminto itu, Ki
Dukun!"Ki Dukun dan Juminto sama berpaling ke arah tangga. Seorang tidak
dikenal tampak menaiki tangga bambu dan akhirnya sampai di atas rumah
panggung. 5 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ORANG YANG DATANG dan barusan bicara adalah seorang pemuda
berpakaian putih. Rambutnya gondrong sebahu sedang kepalanya diikat dengan
kain putih. Baik Ki Dukun Japara maupun Juminto sama-sama tidak mengenali
siapa adanya pemuda ini yang bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Karena kedua orang itu masih terheran-heran melihat kemunculan
pemuda yang tidak dikenal atau belum pernah dilihatnya sebelumnya dan tidak
memberikan jawaban apa-apa, maka Wiro langsung berlutut didepan tubuh anak
lelaki yang terbujur di-lantai bambu. Dipandanginya anak itu sebentar lalu dia
menggaruk kepala dan berpaling pada Juminto, berkata: :."Anakmu tak mungkin
kutolong. Dia sudah meninggal. Aku mungkin bisa menolong istrimu. Keadaanya
gawat sekali. Tapi Tuhan punya kuasa, biar kucoba..."
Wiro beringsut mendekati tubuh Istri Juminto.
"Jangan sentuh istriku!" bentak Juminto dengan garang.
"Ah, kalau kau tak mengijinkan. akupun tidak berani melakukan apaapa..." sahut Pendekar 212 pula lalu berdiri.
"Aku tidak kenal siapa dirimu. Tahu-tahu muncul dan bertindak herdak
menolong..."
"Aku melihatmu waktu memacu gerobak sapi menuju kemari. Seseorang
di tengah jalan memberi tahu bahwa anak istrimu pasti sudah jadi korban
Dedemit Karang Gontor. Aku datang kemari hanya ingin tahu apa sebetulnya
yang terjadi dan. siapa tahu aku bisa menolong..."
"Apa kau seorang dukun, atau tahu seluk beluk pengobatan" Bahkan Ki
Dukun Japara disampingku ini tidak mampu mengobati istriku...!" kata Juminto.
"Betul...Tak mungkin bagiku mengobati orang yang jadi korban Dedemit
Karang Gontor. Sudah puluhan yang menemui nasib seperti ini. Tak seorangpun
yang bisa menolong..."
"Dedemit Karang Gontor! Bukan main..." geleng-geleng kepala pendekar
212. "Ingin aku melihat bagaimana tampangnya. Bagaimana dia mencelakai
korbannya seperti ini..."
"Anak muda!" ujar Ki Dukun Japara dengan kedua mata yang juling
mengawasi Wiro mulai dari kepala sampai ke kaki. "Jangan bicara takabur! Sekali
Dedemit Karang Gontor mendengarnya, nyawamu tak ketolongan lagi!"
Wiro hanya tersenyum kecil mendengar kata-kata orang tua bermata
juling itu lalu dia berpaling pada Juminto dan berkata: "Menurutku, istrimu
bukan dicekik atau disedot Dedemit, setan ataupun jin gandaruwo! Istrimu keracunan!"
Juminto terkesiap kaget sedang Ki Dukun Japara tampak berubah air
mukanya. "Bagaimana kau bisa tahu"!" tanya Juminto. Dia memandang pada
istrinya yang masih melejang-lejang, tapi saat demi saat lejangan tubuhnya
semakin perlahan.
6 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku memang tidak tahu bagaimana dia keracunan. Tapi dari wajahnya
yang membiru sampai ke leher, terutama pada bagian bibir dan ujung-ujung
telinga, aku dapat menduga istri dan anakmu ini telah keracunan."
"Anak muda, siapa kau sebenarnya" Sikapmu bicara seolah-olah sebagai
orang yang mengetahui seluk beluk ilmu pengobatan!"
"Namaku Wiro Sableng..."
"Wiro... Sableng"!" ujar Ki Dukun Japara. "Kemunculanmu yang tiba-tiba
begitu aneh. Sikap dan bicaramu juga aneh. Dan kini namamu juga ternyata
aneh. Wiro Sableng, coba terangkan dari mana kau datang" Apa kau tinggal di
sekitar sini?"
"Aku datang dari Gunung Gede..."
"Ah, kalau kau cuma seorang pemuda gunung di udik sana, mana ada
kemampuan untuk mengobati istriku!" kata Juminto pula penuh jengkel
sementara Ki Dukun Japara menyeringai. Lalu orang tua ini berkata: "Tinggalkan
kami berdua. Biar istri orang ini meninggal dengan tenang..."
Wiro memandang pada Juminto. "Waktunya tidak lama lagi, saudara. Jika
istrimu tidak segera ditolong maka dia benar-benar akan menemui kematian.
Dan kau akan kehilangan dua orang yang sangat kau kasihi..."
"Anak muda, kau seperti orang hendak memaksakan kehendak. Kami
tidak memerlukan pertolonganmu!" kata Ki Dukun Japara pula.
"Tidak ada yang memaksa, orang tua. Aku menduga-duga kau
sebenarnya mengetahui apa yang dialami perempuan ini. Tapi sengaja memberi
keterangan yang salah..."
"Eh! Apa maksudmu dengan ucapanmu itu!" bentak Ki Dukun Japara lalu
melangkah mendekati Wiro dan berkacak pinggang dihadapan pemuda ini.
"Kau seorang dukun. Jadi kurasa kau tahu kalau istri orang ini keracunan,
bukan dicekik segala macam Dedemit!"
Setelah berkata begitu Wiro memutar tubuh dan melangkah menuju ke
tangga. Sesaat Juminto tampak bingung.
"Jangan percaya pemuda tak dikenal itu Juminto! Suratan Tuhan berlaku
atas dirimu hari ini. Kau harus merelakan kepergian anak dan istrimu..."
terdengar Ki Dukun Japara berkata.
Juminto anggukkan kepalanya. Tapi tiba-tiba dia berpaling dan berseru:
"Saudara! Jika kau memang mampu mengobati istriku, tolonglah!"
Wiro yang berada dipertengahan tangga, hentikan langkahnya lalu
menjawab: "Aku tidak punya kemampuan apa-apa, saudara. Semua Tuhan yang
Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
punya kuasa dan menentukan!"
Lalu Pendekar 212 naik keatas rumah punggung kembali. Langsung
berlutut disamping tubuh istri Juminto Dengan jari-jari tangannya dia melakukan
totokan pada pangkal leher dan pertengahan dada perempuan itu. Gerakan
melejang-lejang perempuan itu serta merta berhenti. Kedua matanya masih
membeliak, tapi suara erangan dari mulutnya tak terdengar lagi.
"Mati!" teriak Ki Dukun Japara. "Juminto! Apa kataku! Istrimu malah
dibikinnya mati lebih cepat!"
7 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bangsat kurang ajar! Penipu keparat!"teriak Juminto marah karena
mengira apa yang dikatakan Ki Dukun itu benar. Kaki kanannya langsung ditendangkannya ke punggung Wiro. Namun setengah jalan dia merasa seperti ada
angin yang menyambar. Kakinya yang menendang terasa tiba-tiba menjadi
seberat batu besar dan mau tak mau kaki itu terhenyak turun kelantai bambu!
Ki Dukun Japara tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan Juminto.
Sementara itu dilihatnya pemuda bernama Wiro Sableng itu menekankan telapak
tangan kanannya pelan-pelan diatas perut istri Juminto. Lalu tekanan itu
mendadak disentakkan menjadi keras sekali. Tubuh istri Juminto seperti hendak
terlipat. Saat itu terdengar suara menggeru keluar dari perut nya seperti
cacing- cacing gelang dalam ususnya Begitu suara di perut lenyap, kini berganti suara
menggeru seperti orang muntah.
Dari mulut perempuan itu menyembur cairan berwarna biru kehitaman
dan sangat kental. Bersamaan dengan itu kedua matanya yang tadi terus
menerus membeliak, kini tampak menjadi kuyu dan kelopaknya mengendur.
Wiro membalikkan tubuh istri Juminto hingga perempuan itu kini
menelungkup. Karena keadaan tubuh serta kepalanya yang menelungkup seperti
itu, semakin banyak cairan biru kehitaman mengucur keluar dari mulutnya.
Pendekar 212 garuk kepalanya, mengusap peluh yang mengucur di
keningnya lalu bangkit berdiri.
"Saudara...Istrimu tertolong. Kalau dia siuman nanti minumkan perasan
air daun sirih..."
Penuh rasa tidak percaya Juminto berlutut disamping istrinya, usapi
pundak dan kening perempuan itu. Lalu dengari mata berkaca-kaca dia berkata:
"Saudara, bagaimana aku harus mengucapkan terima kasih..."
Wiro tersenyum. Dia tundingkan jari telunjuknya ke atas. "Jangan
berterima kasih padaku. Ucapkan puji syukur pada Dia yang diatas sana..."
Juminto mengganguk.
"Satu pesanku, saudara. Dan juga berlaku untukmu Ki Dukun. Sebarkan
pemberitahuan kepada seluruh penduduk. Di daerah ini tak ada dedemit yang
marah, tak ada dedemit yang mencekik dan menyedot nyawa manusia.
Barangkali ada wabah penyakit berbahaya berjangkit disini, tetapi kecil sekali
kemungkinannya. Yang kulihat kenyataannya adalah anak dan istrimu keracunan
sesuatu yang sangat ganas. Mungkin racun belirang, mungkin juga racun daun
beludru atau sejenis jelaga renggut jiwo. Karena itu semua orang harus berhatihati memakan makanan dan meminum air..."
"Anak muda!" tiba-tiba Ki Dukun Japara memotong. Meskipun kau mampu
menolong istri Juminto, tapi aku tidak suka kau bertindak lebih jauh. Menyuruh
penduduk agar tidak percaya pada bencana yang disebabkan Dedemit Karang
Gontor. Malah menyuruh Juminto untuk menyebar luaskan kabar adanya bahaya
racun ganas. Kau hendak membuat penduduk tambah gelisah dan ketakutan"
Saat ini saja sudah ratusan penduduk yang meninggalkan tempat kediamannya.
Mengungsi ke tempat lain, menghindarkan bencana Dedemit karang Gontor...!
8 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ki Dukun... Dedemit yang kau katakan itu, dimanakah sarangnya. Biar
kudatangi agar dapat kulihat rupanya!" sahut Pendekar 212 pula mulai jengkel.
"Manusia takabur! Kuharap Dedemit Karang Gontor mendengar ucapanmu
tadi. Dan tunggulah nasib celaka yang bakal menimpamu..."
Baru saja Ki Dukun Japara berkata begitu tiba-tiba di bawah sana
terdengar suara hiruk pikuk dan teriakan-teriakan disertai derap kaki-kaki kuda
dan gemuruh roda-roda kereta serta gerobak.
Wiro berpaling, melangkah cepat ke tangga rumah panggung.dan
memandang ke bawah. Hampir tak percaya dia apa yang dilihatnya. Belasan
gerobak dan bendi tanpa atap berhenti di pekarangan rumah panggung.
Kendaraan-kendaraan itu dipenuhi oleh sosok tubuh yang bergeletakan malang
melintang. Ada orang tua, ada lelaki dan perempuan baya sedang anak-anak
hampir tak terhitung jumlahnya. Wajah dan bibir mereka sangat biru. Banyak
yang bergeletakan tanpa bergerak, entah pingsan entah sudah mati. Yang
mengerang terdengar hampir dari semua jurusan.
Orang-orang yang mengemudikan gerobak dan bendi itu berteriak
memanggil-manggil Ki Dukun Japara. Banyak diantara mereka yang menyertai
rombongan itu dengan berkuda sudah melompat turun lalu menggendong satu
demi satu orang-orang yang berada dalam keadaan sekarat itu seraya berseru:
Ki Dukun...Tolong...Selamatkan orang-orang ini!"
Wiro melompati anak tangga. Begitu turun di tanah dia bertanya pada
orang terdekat: "Apa yang terjadi"!"
"Dedemit Karang Gontor menjatuhkan bencana di desa kami! Puluhan
orang dicekik dan disedot hingga matang biru!"
"Hai! Minggirlah! Jangan menghalangi! Jangan ngobrol! Lebih baik bantu
kami menurunkan orang-orang yang kena bencana itu!" seseorang berteriak.
"Ki Dukun... Ki Dukun Japara! Apa kau ada di rumah"!" terdengar lain
orang berteriak memanggil.
Lalu ada suara perempuan dan anak-anak menggerung menangis ketika
mengetahui suami dan ayah mereka ternyata telah menghembuskan nafas. Mau
tak mau untuk sesaat Pendekar 212 |adi terkesima menyaksikan pemandangan
yang terjadi di hadapannya.
"Satu desa keracunan begini! Gila! Ada sesuatu yang tidak beres..." ujar
Wiro. Lalu dia meiompat menghadang orang pertama yang hendak menaiki
tangga sambil mendukung dua orang anak keoi sekaligus.
"Bangsat! Jangan menghalangi jalan!" teriak lelaki yang mendukung dua
anak. "Tak ada guna mencari Ki Dukun Japara. Dia tidak mampu menolong
kalian! Lekas baringkan semua korban di tanah. Cari daun sirih sebanyakbanyaknya. Aku akan menolong kalian semampunya! berteriak Wiro Sableng.
Lalu dalam hati dia mengeluh: "Celaka, begini banyak yang harus kutolong Ya
Tuhan, malapetaka apa sebenarnya yang terjadi ini" Mengapa begini banyak
orang yang keracunan..."!"
9 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KERATON BARAT. Hari itu, pagi-pagi sekali Raden Mas Singaranu telah
menghadap Sri Baginda Raja yang sengaja menerimanya di taman belakang
Keraton karena ada masalah sangat penting yang perlu dilaporkannya.
Patih tua berkumis dan berjanggut putih ini membuka pembicaraan
dengan berkata: "Keadaan dibeberapa desa di pinggiran Kotaraja semakin tidak
karuan Sri Baginda. Puluhan bahkan ratusan penduduk menemui ajal secara
mengenaskan. Mereka mati dalam cara yang sama yaitu kejang-kejang, muka
dan bibir membiru. Sesuai petunjuk Sri Baginda orang-orang kita telah
melakukan penyelidikan. Tapi hasil yang dicapai masih sangat sedikit. Sementara
korban yang berjatuhan semakin banyak. Beberapa kampung malah telah
lengang karena ditinggalkan penghuninya. Mereka berada dalam keadaan
gelisah dan ketakutan. Hal ini memudahkan masuknya segala macam hasutan
yang selama ini ditiup-tiupkan oleh Karaton di Timur. Dan celakanya, penduduk
yang mengungsi itu kebanyakan justru pergi ke timur..."
"Apakah sudah diketahui sebab musabab rakyat mati dengan tubuh
kejang dan muka membiru itu, Paman Patih...?" bertanya Sri Baginda.
"Ada berbagai petunjuk. Namun semuanya harus diselidiki lebih jauh. Ada
petunjuk yang menyatakan bahwa apa yang dialami penduduk adalah akibat
penyakit menular yang sangat berbahaya. Setelah diselidiki pendapat itu tidak
betul. Lalu saya sudah memerintahkan orang-orang kita melakukan penyelidikan
ke Karang Gontor. Saya bahkan mengirimkan dua orang tokoh silat Keraton
kesana..."
"Karang Gontor?" mengulang Sri Baginda. "Apa perlunya penyelidikan
dilakukan di tempat di pantai selatan itu?"
"Sebagian besar rakyat saat ini mempercayai kalau kematian itu berasal
dari kemurkaan Dedemit penghuni Karang Gontor..."
"Kepercayaan gila!" teriak Sri Baginda. "Bagaimana mereka bisa bersikap
seperti itu"!"
Patih Raden Mas Singaranu terdiam tak bisa menjawab.
"Aku yakin ada yang segaja menebarkan berita kosong itu. Karang Gontor
memang tempat angker.
Tapi selama ini belum pernah ada Dedemit yang murka..."
"Saya sependapat dengan Sri Baginda. Hanya saja ditengah kepercayaan
sesat itu, rakyat dicekoki pula dengan hasutan orang-orang Keraton Timur yang
mengatakan bahwa melapetaka itu adalah akibat ingkar janjinya Sri Baginda
untuk menyerahkan kekuasaan pada Gusti Bandoro Pangeran Harjokusumo..."
"Hasutan busuk! Fitnah jahat! Cerita sesat!" ujar Sri Baginda dengan
rahang menggembung. "Kau sendiri tahu Paman Singaranu! Cerita bahwa Raja
Tua pernah mengatakan aku harus turun tahta dan menyerahkan kekuasaan
pada adikku Harjokusumo itu jika aku sudah berusia enam puluh tahun tak
10 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pernah ada. Isapan jempol yang dibuat-buat saja! Berapa lama umurnya
manusia" Aku tak mungkin akan memerintah sampai usia seratus tahun!"
"Mungkin sekali adik Sri Baginda Pangeran Harjokusumo itu tidak sabar
menunggu datangnya giliran jadi raja. Mungkin juga saat ini kurang puas kalau
hanya menjadi Raja Kecil di Keraton Timur yang dianggap masih berada dibawah
kekuasaan dan kewenangan Keraton Barat...
"Mungkin sekali begitu. Tapi bukankah adikku itu masih sangat muda"
Dia bisa menunggu dan sementara itu banyak belajar dari pada para sesepuh
Keraton. Tentang ilmu peperangan, ilmu sastra, ilmu agama, ilmu kebatinan dan
kesaktian serta ilmu persilatan.
Jika dia menimba ilmu sebanyak-banyaknya saat ini maka kelak tiba
saatnya dia dinobatkan menjadi Raja sebagai penggantiku. dia benar-benar akan
menjadi seorang Raja yang matang, arif bijaksana, memiliki ilmu dunia dan ilmu
akhirat!" Raden Mas Singaranu merenung sejenak. Lalu berkata: Jalan pikiran Sri
Baginda mungkin tidak sama dengan yang dipunyai Pangeran Harjokusumo.
Saya rasa dia mempunyai kekawatiran dengan lahirnya putera Sri Baginda..."
Sri Baginda geleng-geleng kepala. "Adikku itu terlalu picik. Puteraku
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo belum berusia empat puluh hari. Apa yang
ditakutkannya" Bukankah tatakrama Keraton kita menjamin haknya sebagai Raja
sampai puteraku itu berusia dua puluh satu tahun" Jangan jangan adikku itu
mulai punya pikiran macam-macam keserakahan, gila kekuasaan..."
"Bukan itu saja Sri Baginda... Mata-mata kita pernah melihat bahwa
balatentara Keraton Timur pernah mendapat petunjuk dan latihan perangperangan dan sekelompok orang-orang seberang laut yang datang satu kapal
penuh..." Paras Sri Baginda langsung berubah. "Kalau begitu jangan-jangan Keraton
Timur tengah menyiapkan satu pemberontakan. Menyiapkan makar untuk
merebut tahta Kerajaan secara kekerasan...!
"Itu yang saya dan Kepala Balatentara Raden Mas Janggolo dugakan.
Karena itu pula Janggolo telah memperkuat penjagaan di perbatasan..."
"Paman Patih, aku mengharap agar malapetaka yang menimpa rakyat kita
cepat disingkapkan sebab musababnya. Itu tugasmu paling utama karena
kekuatan kita bersumber pada rakyat. Kalau rakyat kacau, Kerajaan akan ikut
kacau dan kaum penyusup, mereka yang tidak senang akan mengambil
keuntungan. Tugas kedua awasi dengan ketat gerak gerik orang-orang di
Keraton Timur. Kalau perlu selinap-kan seorang atau beberapa orang mata-mata
langsung ke dalam Keraton!"
"Tugas akan saya jalankan Sri Baginda." Raden Mas Singaranu bangkit
dari bangku taman yang didudukinya, membungkuk dalam-dalam lalu tinggalkan
tempat itu. KERATON TIMUR. Tumenggung Jalak Karso membungkuk dalam-dalam di hadapan Gusti
11 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Bandoro Pangeran Harjokusumo lalu berkata: "Ada kabar penting yang perlu
saya beritahukan pada Sri Baginda."
Pangeran Harjokusumo lalu memberi isyarat pada permaisuri yang duduk
disampingnya agar masuk ke ruangan dalam. Setelah hanya tinggal mereka
berdua saja ditempat itu maka sang Tumenggung baru membuka mulut.
"Rakyat di Barat berada dalam keadaan gelisah ketakutan. Ratusan orang
menemui ajal secara aneh. Muka dan bibir biru, mata mendelik dan tubuh kejang
kaku. Mereka mempercayai bahwa itu adalah akibat kemurkaan Dedemit
penghuni Karang Gontor. Banyak pengungsi yang terpaksa ditampung di desadesa sekitar perbatasan..."
Pangeran Harjokusumo, Raja Kecil di Keraton wilayah Timur termenung
sesaat lalu berucap: "Ya...apa yang harus kukatakan. Kakakku yang berkuasa di
Barat tidak baik hubungannya dengan kita disini. Aku cuma bisa merasa kasihan.
Mungkin apa yang terjadi disana merupakan satu kutukan atas keingkarannya
terhadap pesan Raja Tua." Sang Raja diam sejenak lalu bertanya: "Apa keluarga
Keraton ada yang turut menjadi korban?"
"Sebegitu jauh dari beberapa keluarga abdi dalem telah ikut jadi
korban..." menerangkan Jalak Karso.
Tumenggung, walau kita prihatin atas apa yang terjadi di Barat, namun
itu adalah urusan orang-orang disana. Mereka punya Raja yang tentunya akan
bertindak melakukan sesuatu Kita di Timur ini harus selalu waspada. Pasukan
disekitar perbatasan harus lebih meningkatkan penjagaan. Mengenai para
pengungsi biarkan mereka masuk dan menetap di wilayah kita. Tapi mereka
harus tunduk pada peraturan dan perintah kita. Kelak jika tenaga mereka
diperlukan untuk diambil sebagai prajurit, mereka harus siap tempur. Kalau tidak
sebaiknya pagi-pagi mereka diusir masuk kembali ke Barat...'
Saya mengerti Sri Baginda. Saya akan meneruskan perintah ini pada
seluruh jajaran pasukan kata Tumenggung Jalak Karso.
Bagaimana dengan latihan ketentaraan" Apakah ada kemajuan.-"
Banyak sekali Sri Baginda Daium waktu satu bulan dimuka segala
sesuatunya akan rampung dan para pelatih itu bisa meninggalkan kita..."
Satu bulan terlalu lama Tumenggung. Sesuatu bisa terjadi secara cepat.
Apalagi saat ini seperti yanq kau laporkan tengah terjadi kekacauan di kalangan
penduduk wilayah Baiat Katakan pada pucuk pimpinan pelatih agar jadwal
latihan dapat diselesai dalam waktu tiga minggu dimuka
"Akan saya sampaikan Sri Baginda." Lalu Tumenggung Jalak Karso
menjura dalam-dalam dan berlalu dari hadapan Pangeran Harjokusumo.
12 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
RUMAH PANGGUNG Ki Dukun Japara nampak gelap gulita. Di kolong rumah
mendekam sosok tubuh hampir tak bergerak. Sikapnya seperti orang bersamadi.
Namun ternyata sosok ini sengaja duduk tak bergerak di atas sebuah kayu
potongan batang pohon. Dia bukan lain adalah Ki Dukun Japara sendiri. Dia
tengah menunggu kedatangan seseorang.
Malam berlalu dengan cepat. Dingin dan sunyi. Dikejauhan terdengar
salak anjing. Sejak beberapa hari belakangan ini tak ada lagi penduduk yang
datang untuk minta pertolongan karena memang semua penghuni desa dan
kampung sekitar situ sudah meninggalkan tempat kediaman masing-masing
tanpa dapat dicegah. Kematian aneh yang berturut-turut dialami oleh keluarga
mereka membuat penduduk menjadi sangat takut untuk menetap lebih lama.
Lagi pula sebagian besar penduduk disitu sudah mengetahui bahwa dalam
menghadapi malapetaka kematian aneh itu Ki Dukun tidak mampu memberikan
pertolongan. Di kejauhan kembali terdengar salakan anjing. Sunyi kembali. Lalu lapat
Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lapat terdengar suara derap kaki kuda. Makin lama makin keras tanda makin
dekat. Tak lama kemudian sosok kuda bersama penunggangnya muncul
memasuki pekarangan rumah Ki Dukun Japara. Orang tua bermata juling ini
cepat bangkit berdiri dan menyongsong kedatangan si penunggang kuda, yang
saat itu telah berhenti sejarak sepuluh langkah dibawah bayang-bayang gelap
pohon besar disamping rumah panggung.
"Saya menunggu petunjukmu lebih lanjut, Ki Sanak..." berkata Ki Dukun
Japara begitu sampai di hadapan si penunggang kuda yang berpakaian serba
hitam dan ternyata menutup kepalanya dengan sehelai kain hitam hingga hanya
sepasang matanya saja yang kelihatan.
"Apakah kau menjalankan tugasmu dengan baik Ki Dukun Japara?" Orang
diatas kuda bertanya dengan suara datar.
"Sesuai permintaan Ki Sanak tempo hari, semua sudah saya lakukan..."
"Berapa korban yang kau dapat...?"
"Keseluruhannya seharusnya dua ratus sembilan belas orang. Namun tiga
puluh dua orang diselamatkan dan dapat hidup kembali..."
Sepasang mata penunggang kuda nampak membeliak. "Apa maksudmu
tiga puluh orang diselamatkan dan hidup kembali"!" Suara orang yang wajahnya
tidak kelihatan itu menyentak dan berubah galak.
"Sesuatu terjadi empat malam lalu," menerangkan Ki Dukun Japara. "Ada
sekitar lima lusin penduduk datang kemari untuk minta pertolongan. Seperti
petunjukmu, saya mengatakan tak bisa menolong karena ini adalah perbuatan
Dedemit Karang Gontor yang tengah murka. Namun saat itu tiba-tiba saja
muncul seorang pemuda tak dikenal yang mampu menolong lebih dari separoh
korban yang berdatangan kemari..."
13 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa adanya pemuda itu"!"
"Saya tidak mengenal sebelumnya. Dia mengaku orang gunung. Bernama
Wiro Sableng..."
"Kau melakukan kesalahan besar Ki Dukun...!" Orang di atas kuda
mendengus. "Ke...kesalahan apa yang saya buat Ki Sanak?" tanya Ki Dukun Japara
dengan suara tercekat.
"Mengapa kau biarkan orang itu memberikan pertolongan"!"
"Saya sudah berusaha mencegahnya Ki Sanak, namun dia bertindak cepat
sekali. Dan celakanya keluarga para korban ikut membantu..."
"Jelaskan bagaimana caranya pemuda itu memberikan pertolongan" Apa
dia membawa obat atau apa...?"
"Mula-mula dia menotok tubuh para korban di beberapa bagian. Lalu
menekan bagian perut hingga korban siuman dan memuntahkan ludah hitam
pekat. Setelah itu dia memberikan air perasan daun sirih...!"
"Menotok! Memberi minuman air sirih! Dan kau diamkan saja melakukan
itu!" "Saya mencegahnya Ki Sanak. Tapi tak berhasil. Lagi pula saat itu si
pemuda tampaknya mulai curiga pada saya. Dia banyak bertanya pada orangorang yang ditolongnya. Dan dia mengatakan bahwa apa yang dialami orangorang itu bukan karena dicekik atau disedot dedemit, melainkan karena
keracunan!"
"Ki Dukun Japara..." Suara orang diatas kuda bergetar menahan amarah.
"Kau harus mencari pemuda itu dan membunuhnya! Kau harus melakukan hal itu
dalam waktu tujuh hari! Kalau tidak lidahmu terpaksa kucabut agar kau tidak
bisa membuka mulut! Itu yang paling ringan hukuman bagimu. Jangan kira aku
tidak mau menebas batang lehermu!"
"Ki Dukun Japara tertunduk dan lututnya terasa goyah.
"Apakah kau telah mendapatkan para pembantu seperti yang
kuperintahkan tempo hari...?" Orang diatas kuda bertanya.
"Sudah Ki Sanak, Saya mendapatkan tiga orang. Mereka telah menyebar
kemana-mana..."
"Tiga orang masih kurang. Paling tidak kau harus mendapatkan sepuluh
orang. Dan masing-masing satu dari sepuluh itu harus mendapatkan lagi paling
tidak lima pembantu! Kau mengerti Ki Dukun Japara"!"
"Saya mengerti Ki Sanak..." jawab orang tua bermata juling itu.
Dari kantong besar di pelana kudanya orang berpakaian serba hitam
mengeluarkan sebuah kantong kain yang tampak berat lalu melemparkan di
depan kaki Ki Dukun Japara.
"Itu bekal tugasmu yang baru. Bagikan pada semua pembantumu. Mulai
saat ini gerakan kalian bukan hanya di pinggiran Kotaraja, bukan cuma di desadesa atau di kampung-kampung, tapi harus menyusup ke dalam Kotaraja. Dan
jika kau mampu masuk ke dalam Keraton di Barat, imbalan bagimu akan kulipat
gandakan sampai lima kali!"
14 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Ki Dukun Japara tak berani menjawab karena dia tahu adalah mustahil
baginya menyusup ke dalam Keraton melakukan apa yang diinginkan orang itu.
Dari balik pakaiannya si penunggang kuda mengeluarkan sebuah kantong
kecil yang ketika dipegang terdengar mengeluarkan suara berdering.
"Karena telah membuat kesalahan, imbalanmu kali ini hanya sepertiga
dari yang dijanjikan. Itu masih lebih baik dari pada kau menerima hukuman!"
Kantong kain kecil berisi uang itu dilemparkan ke muka Ki Dukun Japara.
Karena tak berani menyambuti, kantong, itu jatuh ke tanah. Ketika si
penunggang kuda hendak berlalu, Ki Dukun Japara beranikan diri membuka
mulut. "Ki Sanak, aku mengulangi lagi pertanyaanku tempo hari. Siapakah kau ini
sebenarnya..."!"
"Ki Dukun Japara, jika aku datang sekali lagi dan kau berani mengulangi
pertanyaan itu kembali, maka hanya ada satu hukuman bagimu. Mampus!"
Habis berkata begitu orang berpakaian serba hitam yang wajahnya
tersembunyi dibalik kain hentakkan Tali kekang kudanya. Binatang itu
menghambur ke depan, menyerempet Ki Dukun Japara hingga orang tua itu
terpelanting dan jatuh jungkir balik di tanah. Ketika dengan kesaktian dia
berusaha bangkit si penunggang kuda sudah lenyap. Tertatih-tatih Ki Dukun
Japara mengambil kantong besar dan kantong kecil berisi uang. Sesaat dia
tertegak diam. Lalu kantong uang dimasukkannya ke balik pinggang pakaian.
Dengan tangan gemetar dia kemudian membuka ikatan kantong kain yang
besar. Meskipun halaman itu gelap namun benda yang ada di dalam kantong,
berupa bdbuk putih kelabu nampak berkilauan.
"Bubuk racun celaka..." desis Ki Dukun Japara.
"Ah, mengapa akujadi terlibat dalam urusan jahanam ini..." Dia menghela
nafas panjang berulang kali. Namun disadarinya tak ada gunanya menyesal.
Ratusan rakyat yang tidak berdosa telah jadi korbannya dan para
pembantunya!.. 15 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ANGIN LAUT SELATAN bertiup kencang dari arah teluk. Menerpa ke daratan,
melewati pucuk-pucuk pepohonan kelapa lalu menghantam bukit batu yang
menghitam angker dalam kegelapan malam. Di atas bukit batu paling tinggi
tampak sebuah batu karang besar. Selama ratusan bahkan mungkin ribuan
tahun batu karang itu tegak menjulang di tempat tersebut, dikikis angin setiap
saat, diterpa panas pada siang hari, dihantam hujan, sehingga akhirnya secara
aneh alam membentuk batu karang itu menyerupai seorang lelaki memakai
caping dan duduk menghadap ke laut.
Ombak di teluk selalu besar dan deras sepanjang tahun. Itu sebabnya tak
kelihatan sebuahpun rumah penduduk disitu. Bagian teluk yang hanya dipenuhi
oleh bebukitan batu itu membuat hampir tak ada orang yang datang kesitu.
Bukan saja karena memang sulit untuk mendaki bukit batu tersebut, namun juga
disebabkan oleh tersiarnya cerita bahwa daerah tersebut adalah tempat bercokol
atau sarangnya dedemit. Penduduk menyebut bukit itu dengan nama Karang
Gontor dan dengan sendirinya dedemit yang menghuninya disebut juga Dedemit
Karang Gontor. Walau tadi dikatakan Karang Gontor hampir tak pernah didatangi
manusia, namun adalah satu keluar kebiasaan kalau hari Kamis malam Jum'at
Kliwon itu tampak dua penunggang kuda melesat diatas kuda masing-masing
menuju kaki bukit. Disalah satu bagian bukit mereka meninggalkan tunggangan
mereka lalu meneruskan perjalanan dengan jalan kaki. Dan arah yang mereka
tuju adalah justru puncak bukit tertinggi. Puncak Karang Gontor!
Melihat pada cara mereka mendaki bukit batu yang setengah berlari, jelas
kedua orang itu memiliki ilmu lari serta ilmu meringankan tubuh yang tinggi.
Ketika bulan di langit muncul dibalik awan kelabu, wajah kedua orang itu
kelihatan lebih jelas. Ternyata mereka adalah dua orang tua lanjut usia yang
telah sama-sama berambut putih.
Yang satu memakai pakaian ringkas berwarna biru muda. Satunya lagi
biru gelap dan membawa sebuah bungkusan. Ketika kembali rembulan disaput
awan dan keadaan di Seantero bukit batu menjadi gelap. Dua orang tua itu
mempercepat lari masing-masing hingga tak berapa lama kemudian keduanya
sampai di puncak bukit batu dimana terdapat batu karang tinggi besar berbentuk
orang duduk memakai caping. Terpaan angin keras sekali dan dingin bukan
main. Tapi dua orang tua itu tenang-tenang saja. Pakaian dan rambut putih
mereka tampak berkibar-kibar. Untuk beberapa lamanya mereka memandangi
batu karang besar di depan mereka. Lalu memandang berkeliling.
Orang tua di sebelah kanan, yang berpakaian biru muda memandang ke
arah teluk. Laut tampak hitam dalam kegelapan. Ombak besar mendebur keras
diatas pasir teluk. Orang tua ini berpaling pada kawan disampingnya lalu
16 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
bertanya: "Bagaimana, bisa kita mulai..."
"Sebaiknya kita mulai saja. Agar cepat selesai dan kembali ke Kotaraja..."
"Terus terang aku menyangsikan adanya mahluk halus yang mendekam di
sini. Kalau bukan Sri Baginda yang memerintahkan, jangan harap aku mau
melaksanakannya!"
"Apa yang kau katakan juga merupakan pendapatku, Suro Markum,"
menyahuti kakek satunya. Lalu orang tua berpakaian biru gelap ini membuka
bungkusan yang dibawanya. Isinya ternyata sebuah pendupaan lengkap dengan
arangnya. Pendupaan itu diletakkannya di atas batu, tepat di hadapan batu
karang besar tinggi. Lalu dibantu oleh kawannya, dengan susah payah dia mulai
menyalakan arang di dalam potong arang dapat dibakar hidup. Potongan arang
yang telah hidup merembet membakar potongan-potongan arang lainnya hingga
kesudahannya seluruh arang dalam pendupaan itu menyala terang.
Dari dalam saku pakaiannya orang tua bernama Suro Markum
mengeluarkan sebongkah kemenyan. Benda ini diremasnya hingga menjadi
kepingan-kepingan kecil lalu dengan mulut komat kamit membacakan sesuatu,
hancuran kemenyan itu ditebarkannya diatas bara yang menyala. Sekejapan saja
Seantero puncak Karang Gontor itu telah tenggelam dalam bau kemenyan
hingga suasana ditempat itu menjadi terasa sangat angker.
Orang tua bernama Suro Markum berbisik pada kawannya "Tapak Jingga,
kau membaca doa pertama dan ketiga, aku doa kedua dan ke empat.
Lalu-kita sama-sama mengakhiri dengan doa kelima..."
Orang tua bernama Tapak Jingga mengangguk. Lalu dua orang itu duduk
bersila di atas batu, letakkan tangan diatas ujung lutut dengan tapak membuka
menghadap ke atas. Masing-masing sama memejamkan mata dan Tapak Jingga
mulai melaratkan doa pertama.
Selesai doa kelima yang dibacakan bersama-sama Suro Markum angkat
kedua tangannya tinggi-tinggi ke atas dan mulutnya menyerukan kalimat demi
kalimat."Penghuni Karang Gontor...Siapapun engkau adanya, mahluk gaib atau
mahluk halus, kami berdua Suro Markum dan Tapak Jingga datang membawa
salam persahabatan. Jika kau memang mahluk yang disebut Dedemit Karang
Gontor maka ketahuilah, kedatangan kami kemari bukan untuk mengganggumu.
Kami diutus oleh Sri Baginda Raja untuk menyampaikan pesan, agar kau
Dedemit Karang Gontor sudilah untuk tidak lagi mengganggu rakyat Kerajaan.
Jika selama ini ada hal-hal yang tidak berkenaan dan kesalahan-kesalahan yang
telah dilakukan, kami mohon maafmu. Kami datang membawa kembang tujuh
rupa, telur ayam tujuh butir, madu tujuh mangkuk dan rokok putih tujuh batang.
Lalu dari bungkusan yang tadi dibawa Tapak Jingga dikeluarkan bendabenda yang disebutkan itu, diletakkan diatas daun beralaskan kain putih dan
dikembangkan di atas batu. Suro Markum memberi isyarat pada kawannya.
Tapak Jingga lalu mengangkat tangan dan meneruskan kata-kata Suro Markum
tadi. "Dedemit Karang Gontor, Raja kami percaya bahwa kau adalah sahabat
17 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sri Baginda dan Kerajaan. Kami semua percaya kau tidak akan mengganggu lagi
rakyat. Kerajaan dengan kematian-kematian aneh itu. Kami minta diri
sekarang..."
ketika kedua orang tua itu bersiap-siap untuk bangkit, tiba-tiba ada suara
menderu disertai sesuatu yang melesat ke arah pendupaan. Lalu wuuuuusss!
Bara menyala di atas pendupaan padam dan asap mengepul!
"Ada yang menyiramkan air...!" bisik Tapak Jingga dengan suara kelu.
Baik dia maupun kawannya menjadi sama-sama pucat saking kagetnya.
"Cerita tentang Dedemit Karang Gontor ternyata bukan isapan jempol
belaka...Mahluk itu benar-benar ada!" balas berbisik Suro Markum.
Tengkuk kedua orang tua itu serta merta menjadi dingin!
Saat itulah terdengar suara tawa mengekeh dari balik batu karang tinggi
besar. Bukan suara tawa mengekeh biasa, karena jelas bukit batu itu terasa
bergetar! Makin pucatlah wajah kedua orang tua utusan Sri Baginda itu. Tapak
Jingga seperti hendak terkencing di celananya!
"Dedemit Karang Gontor...Rupanya...rupanya kau ada disini. Kau tentu
telah mendengar kata-kata kami tadi. Kami datang sebagai sahabat..." berkata
Suro Markum. "Be... benar...Kami datang membawa salam persahabatan dari Sri
Baginda..." menimpali Tapak Jingga.
Tawa mengekeh dari balik batu karang besar semakin keras.-Makin keras
lalu tiba-tiba lenyap. "Berganti dengan suara membentak yang membahana
diantara deru angih dari teluk.
"Dua tua bangka tolol! Sejak kapan Dedemit Karang Gontor doyan makan
kembang...! Tapak Jingga dan Suro Markum saling pandang dengan muka pucat.
"Lekas kau jawab..." bisik Tapak Jingga.
"Dedemit Karang Gontor, harap dimaafkan. Kembang tujuh rupa itu kami
bawa memang bukan untuk dimakan"
"Tolol!" terdengar suara memaki dari balik batu. "Lalu telur ayam mentah
itu, apa kau kira aku Dedemit Karang Gontor suka makan telur mentah" Kenapa
tidak kalian rebus atau goreng lebih dahutu sebelum dibawa kemari"! Tolol!"
"Mohon kami dimaafkan Dedemit..." kata Suro Markum ketakutan.
"Tujuh mangkuk madu racun itu buat apa"! Tolol! Kalian kira aku Dedemit
Karang Gontor doyan makan madu tanpa roti"! Tolol!"
"Maafkan kami Dedemit Karang Gontor..." kini Tapak Jingga yang bicara.
"Rokok putih sebesar lidi itu untuk apa" Untuk mengorek telingaku" Tolol!
Kalian seharusnya membawa serutu besar! Bukan rokok putih kecil! Biar
kusumpalkan tujuh batang rokok itu ke mata kalian!"
"Maafkan kami Dedemit Karang Gontor!" seru Tapak Jingga dan Suro
Markum berbarengan seraya beringsut mundur. Masing-masing sama alirkan
tenaga dalam ke tangan kiri kanan. Jika mahluk itu benar-benar hendak
mencelakai mereka, tak ada jalan lain. Melawan sebelum dibikin konyol!
"Dua tua bangka tolol" Malam ini aku masih mau mengampunkan tindak18 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tanduk kalian. Tapi dengan satu syarat. Kalian telan habis semua persembahan
yang kalian bawa itu. Kembang, rokok, madu dan telur! Lakukan cepat! Kalau
tidak kalian berdua tak akan kembali lagi ke Kotaraja!"
"Celaka kita Suro..." bisik Tapak Jingga.
Suro Markum memberanikan diri berkata: "Kami akan lakukan apa yang
kau perintahkan Dedemit Karang Gontor. Madu dan telur akan kami makan
habis. Tapi mohon maafmu. Mana mungkin kami menelan rokok dan kembang
itu!" "Kalau begitu biar tubuh kalian berdua yang akan kutelan. Daging kalian
Wiro Sableng 051 Raja Sesat Penyebar Racun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pasti sudah alot! Tapi malam malam lapar dan dingin begini lebih baik dari pada
makan angin..." Terdengar suara tawa mengekeh. Kembali bukit karang itu
bergetar. Lalu terdengar suara bergemeletakan seperti suara geraham yang
saling bergeseran satu sama lain. Menyusul suara menggeram macam ada
harimau yang hendak menerkam!
"Dedemit Karang Gontor!" pekik Tapak Jingga. "Jangan telan kami...Kami
akan lakukan apa yang kau katakan..." Lalu orang tua ini cepat menyambar
mangkuk madu. Suro Markum mengikuti apa yang dilakukan kawannya. Satu
demi satu madu dalam mangkok mereka minum. Setelah habis mereka lalu
pecahkan tujuh butir telur dan telan isinya. Kini tinggal kembang dan rokok!
Dari balik batu karang terdengar suara keras: "Bagus! Sekarang lekas
telan kembang lalu rokok itu! Berani membangkang kucabik tubuh kalian!"
Karena benar-benar ketakutan setengah mati Suro Markum dan Tapak
Jingga langsung meraup kembang dan menyumpalkannya ke mulut masingmasing. Baru sekali mereka mengunyah dari balik batu karang besar terdengar
suara tertawa bergelak. Suara tawa kali ini sangat lain dengan suara mengekeh
tadi. Suara tawa yang mereka dengar kini adalah suara tawa manusia!
Bersamaan dengan itu dari balik batu karang muncul sesosok tubuh! Suro
Markum dan Tapak Jingga semburkan kembang tujuh rupa yang barusan hendak
mereka telan. Memandang tajam-tajam kedepan. Setelah pasti sekali bahwa
sosok tubuh yang melangkah sambil tertawa ke hadapan mereka itu adalah
manusia biasa adanya, maka membentaklah kedua orang tua ini dengan marah.
"Bangsat siapa kau"!"
19 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
YANG DIBENTAK kembali tertawa bergelak. Sementara Tapak Jingga dan Suro
Markum memandang dengan mata berapi-api. "Seperti yang kalian lihat sendiri!"
berkata orang yang muncul dari balik batu karang besar. "Aku manusia biasa
seperti kalian. Bukan mahluk halus atau mahluk gaib. Bukan pula Dedemit
Karang Gontor yang barusan sesajennya kalian lahap! Ha...ha...ha...!"
Sebagai dua orang tokoh silat istana, walaupun dari tingkat ke tiga, bukan
saja dua orang tua itu menjadi sangat malu, namun sekaligus juga menjadi
sangat marah karena merasa dipermainkan!
"Anak muda! Kau telah lancang mempermainkan kami! Bersiaplah untuk
menerima pembalasan!" teriak Tapak Jingga. Lalu dia melompat ke arah si
pemuda dan menghantam dengan tangan kanannya. Suro Markum tidak tinggal
diam. Dia menghambur sambil lepaskan satu jotosan!
Dua serangan itu ternyata bukan serangan biasa. Tapi yang bisa
membawa risiko kematian. Karena Tapak Jingga menghantam ke arah dada di
bagian jantung sedang Suro Markum menggebuk ke arah batok kepala!
"Sabar! Tunggu dulu!" berseru si pemuda. Lalu dengan gerakan aneh,
seperti orang mabok terhuyung-huyung dia sudah berpindah tempat, menjauh
beberapa tombak. Dua serangan tadi hanya sempat melabrak tempat kosong!
Inilah ilmu silat "orang gila" ciptaan kakek sakti bernama Tua Gila yang
merupakan salah seorang datuk silat di pulau Andalas. Ketika berkelana di pulau
itu murid Sinto Gendeng sempat bertemu dengan Tua Gila bahkan menerima
beberapa jurus utama ilmu silat "orang gila" tersebut. Dalam perkelahian di
tempat sempit seperti di puncak bukit karang itu, ilmu silat ini sangat cocok
dipakai menghadapi lawan!
Kini kagetlah kedua orang tua itu melihat bagaimana serangan mereka
mampu dielakkan lawan dengan gerakan seperti acuh tak acuh saja!
"Kalian berdua dengar dulu!" kembali si pemuda berseru. "Jika kalian
berdua memang orang-orang Kerajaan maka kita adalah orang satu golongan!
Kenapa ribut-ribut harus berkelahi"!"
"Kami tidak mengenal manusia kurang ajar sepertimu! Apalagi merasa
satu golongan!" bentak Suro Markum. Lalu dia berkata pada kawannya. "Tapak
Jingga, mari kita bunuh pemuda kurang ajar ini biar rohnya benar-benar jadi
dedemit di tempat ini!"
"Walah! Kalau aku jadi dedemit, kalian berdualah yang akan kucari lebih
dulu! Kusedot ubun-ubunnya sampai mampus dengan muka biru mata mendelik!
Suro Markam dan Tapak Jingga yang kembali hendak menyerbu menjadi
terkejut dan seseat hentikan serangan mereka.
"Tapak Jingga...Kelihatannya pemuda ini ada sangkut pautnya dengan
kematian aneh ratusan rakyat di Kerajaan!"
20 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Jangan-jangan dialah yang menjadi pangkal bahalanya!" menyahuti
Tapak Jingga. "Pemuda kurang ajar! sebelum nyawamu lepas dan bangkaimu kami
buang ke teluk di bawah sana, lekas katakan siapa dirimu. Apa sangkut pautmu
dengan kematian aneh penduduk Kerajaan!"
Si pemuda tertawa lebar mendengar bentakan Suro Markum itu.
"Aku tidak punya sangkut paut dengan kematian rakyat Kerajaan itu!"
jawabnya. "Beri tahu namamu! Juga gelar kalau kau memilikinya! menghardik Tapak
Jingga. "Namaku Wiro Sableng. Orang sableng macamku tentu saja tidak memiliki
gelar!" jawab si pemuda yang ternyata adalah murid nenek sakti Sinto Gendeng
dari Gunung Gede.
"Pemuda konyol kurang ajar! Jika kau tidak ada sangkut paut dengan
malapetaka aneh di Kerajaan, mengapa kau mengetahuinya dan ada keperluan
apa kau berada di Karang Gontor ini"!"
"Aku kesini untuk menyelidiki hal ihwal dedemit itu. Tapi caranya tidak
sama dengan kalian. Kalian berdua memulai dengan dasar mempercayai bahwa
mahluk bernama Dedemit Karang Gontor itu memang ada! Sedang aku untuk
membuktikan bahwa mahluk itu sama sekali tidak ada, sekaligus untuk
menyelidiki siapa sebenarnya yang menjadi biang keladi, bersembunyi dibalik
sandiwara maut ini!"
"Siapa percaya ucapanmu!" bentak Tapak Jingga.
"Siapa minta kau percaya ucapanku!" tukas Pendekar 212 pula. "Dua
tokoh silat istana mau-mauan percaya pada dedemit, mengantar sesajen segala,
berdoa yang bukan-bukan! Kalau kusebut kalian berdua tolol apakah salah"!"
Merah padam wajah kedua orang tua itu. Karena tak sanggup menahan
marah, keduanya kembali menyerbu Wiro. Kembali pendekar itu keluarkan jurusjurus silat Tua Gila. Tubuhnya sempoyongan, berputar-putar, kadang-kadang
berjingkrak kian kemari! Dan semua gerakan aneh serta lucu yang dibuat oleh
Wiro selalu berhasil mengelakkan keroyokan serangan dua tokoh silat Kerajaan
itu! Sebelas jurus menyerang terus tanpa hasil lalu lima jurus lagi dan tetap
tak berhasil, Suro Markum dan Tapak Jingga saling memberi isyarat. Keduanya
keluarkan suitan keras dan dikejapan itu juga tubuh mereka seolah lenyap
ditelan kegelapan.
Walau kini kehilangan kedua lawannya namun sepasang telingnga
Pendekar 212 dapat mendengar siuran-siuran angin disekitarnya pertanda bahwa
dua lawan itu masih ada disitu dan terus menyerangnya. Wiro lindungi diri
dengan lepaskan terus rnenerus pukulan sakti bernama "benteng angin
berhembus tindih menindih" Deru angin menggelegar di puncak bukit karang itu.
Dua tokoh silat istana sama terkejut ketika setiap kali berusaha mendekat untuk
melancarkan serangan, tubuh mereka terpental disapu oleh angin pukulan
lawan! 21 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sambil berteriak marah Suro Markum dan Tapak Jingga perlihatkan
kembali sosok tubuh mereka. Keduanya tidak menyangka ilmu "lenyap selaksa"
yang barusan mereka keluarkan begitu mudah dipatahkan lawan hingga terpaksa
keduanya memperlihatkan diri kembali dan lanjutkan serangan-serangan. Jurusjurus yang mereka pergunakan kali ini adalah jurus serangan berantai yang
dilancarkan sambil memutari lawan. Di tempat sempit seperti di atas
bukit,karang tersebut, jurus-jurus serangan ini memang ampuh karena sedikit
demi sedikit mereka memperciut lingkaran serangan dan akhirnya Pendekar 212
terjepit di tengah-tengah!
Beberapa kali serangan lawan mulai menyengat menghajar murid sinto
Gendeng. Sambil menahan sakit Wiro bergerak menuju pinggiran pedataran batu
sebelah kanan. Begitu dia sampai di pinggiran batu, serta merta dua penyerang
tak bisa lagi mengelilinginya, kecuali mau jatuh ke teluk dibawah sana!
Suro Markum memaki melihat kecerdikan pemuda ini. Mau tak mau dia
dan Tapak Jingga harus berkelahi lagi secara berhadap-hadapan. Namun baik
Tapak Jingga maupun Suro Markum mereka kini melihat adanya peluang untuk
mencelakakan lawan. Sekalipun mereka sulit untuk menggebuk langsung, asal
mereka bisa menggeser kedudukan kedua kaki Wiro ke belakang, maka pemuda
itu tak ampun lagi akan jatuh ke dasar teluk! Itulah sebabnya kini kedua tokoh
silat istana itu melancarkan tendangan bertubi-tubi ke arah kedua kaki Wiro.
Berulang kali Pendekar 212 harus melompat ke atas sambil membagi
serangan balasan pada kedua penyerangnya. Tapi dua orang itu selalu berhasil
mengelak bahkan terus menyerbu tak mau memberi kesempatan bagi Wiro
untuk dapat menyingkir dari tepi bukit batu.
"Edan, tadi aku mengharap bisa lepas dari serangan melingkar dan
menjepit. Kini malah keadaanku tambah berbahaya!" memaki Wiro dalam hati.
Sambil melayani dengan hati-hati serangan dua lawan, Wiro memutar otaknya.
Dia sebenarnya tidak ada silang sengketa dengan dua orang tokoh silat istana
itu. Tidak ada gunanya melepaskan pukulan-pukulan sakti seperti pukulan "sinar
matahari" Namun jika dia terdesak terus dan tak sanggup keluar dari pinggir
"bukit batu itu, lambat laun dia pasti kena gebuk atau tergelincir jatuh!
Setelah memutar otak beberapa lama, tiba-tiba Wiro keluarkan bentakan
keras. Meskipun dua lawan berpengalaman itu tidak terpengaruh oleh bentakan
itu, Wiro teruskan apa yang direncanakannya. Secepat kilat dia jatuhkan diri di
pinggiran bukit batu. Bersamaan dengan jatuhnya tubuhnya kebawah, Wiro
menelikung kedua kaki Suro Markum dengan tangan kiri sedang kakinya
menjepit salah satu kaki Tapak Jingga.
Dua orang itu terkejut ketika tubuh mereka tertarik ke pinggiran bukit
batu. Selagi mereka berusaha melepaskan diri. Wiro sudah lebih dulu menotok
tubuh Suro Markum hingga orang tua ini jatuh tak berkutik dalam kempitan
tangan kirinya. Sebagian tubuh Suro Markum berada diatas batu, sebagiannya
lagi yaitu sebatas pinggang ke atas tergantung diatas teluk! Tentu saja orang
tua ini ketakutan setengah mati kalau dirinya dalam keadaan tertotok kaku itu
sempat jatuh ke arah batu-batu karang dibawah sana!
22 051 Raja Sesat Penyebar Racun Wiro Sableng 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tapak Jingga berhasil lepaskan dirinya dari jepitan kaki Wiro dan siap
menghujamkan satu tendangan ke arah bawah perut pendekar itu. Namun orang
ini batalkan serangannya. Meskipun dia sempat menciderai Wiro, belum tentu dia
bisa menyelamatkan kawannya. Sekali tubuh Wiro mencelat dihantam
tendangannya, maka Suro Markum yang ada dalam jepitan tangan kiri Wiro akan
ikut mencelat jatuh ke bawah teluk!
Melihat lawan ragu, kesempatan ini dipergunakan oleh Wiro untuk
balikkan tubuh lalu berdiri dengan cepat. Ketika berdiri, tubuh kaku Suro Markum
sudah berada di bahu kanannya!
"Tapak Jingga! Sedikit saja kau bergerak hendak menyerangku, kulempar
tubuh kawanmu ini ke batu-batu karang dibawah teluk!"
"Manusia licik" maki Tapak Jingga.
Wiro" tertawa lebar. "Sekali-kali perlu kelicikan. dalam hidup ini! Apa kau
dan kawanmu tidak merasa licik" Sebagai tokoh silat istana mengeroyok seorang
lawan"!"
Tapak Jingga tidak menjawab. Hanya mukanya saja yang jadi merah
Persekutuan Pedang Sakti 12 Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Harga Sebuah Kepala 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama